perkalian bilangan satu angka

36
PERKALIAN BILANGAN SATU ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DAN PERMAINAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkalian merupakan topik yang sangat penting dalam pembelajaran matematika karena sangat sering dijumpai penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya operasi yang lain, pembelajaran perkalian dipilah dalam 2 hal, yaitu perkalian dasar dan perkalian lanjut. Perkalian dasar yang dimaksud adalah perkalian dari dua bilangan yang masing- masing merupakan bilangan satu angka, sedangkan perkalian lanjut adalah perkalian selain perkalian dua bilangan satu angka. Jadi dapat berupa perkalian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka, bilangan satu angka dengan bilangan dua angka, bilangan tiga angka dengan bilangan satu angka, 1

Upload: srirejeki345

Post on 24-Jun-2015

7.482 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perkalian bilangan satu angka

PERKALIAN BILANGAN SATU ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA GAMBAR DAN PERMAINAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkalian merupakan topik yang sangat penting dalam pembelajaran

matematika karena sangat sering dijumpai penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari. Seperti halnya operasi yang lain, pembelajaran perkalian dipilah

dalam 2 hal, yaitu perkalian dasar dan perkalian lanjut. Perkalian dasar yang

dimaksud adalah perkalian dari dua bilangan yang masing-masing merupakan

bilangan satu angka, sedangkan perkalian lanjut adalah perkalian selain

perkalian dua bilangan satu angka. Jadi dapat berupa perkalian bilangan dua

angka dengan bilangan satu angka, bilangan satu angka dengan bilangan dua

angka, bilangan tiga angka dengan bilangan satu angka, bilangan tiga angka

dengan bilangan dua angka, dan seterusnya (Marsudi dkk, 2009).

Secara tidak sadar, orangtua atau bahkan guru, membandingkan

kemampuan berpikir anak dengan dirinya, termasuk dalam perkalian.

Seringkali muncul ungkapan kepanikan dan kekesalan ketika anak tidak bisa

mengerjakan soal-soal perkalian yang menurut kita sangat mudah. Tidak

jarang pula mereka membandingkan kemampuan anak dengan anak-anak lain

yang sementara harus disadari bahwa setiap anak memiliki tingkat kecepatan

dalam memahami dan ingatan yang berbeda-beda.

1

Page 2: Perkalian bilangan satu angka

2

Pada siswa kelas III SD misalnya, ada siswa yang tidak mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan berbagai macam soal perkalian bilangan satu

angka dengan bilangan dua angka, dan perkalian lanjut pada kelas-kelas

selanjutnya dikarenakan pada kelas II sudah dipelajari perkalian bilangan satu

angka. Kenyataannya masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam hal ini

dikarenakan kurangnya pemahaman pada perkalian bilangan satu angka yang

dipelajari di kelas II. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman tentang

perkalian bilangan satu angka di kelas II karena menjadi dasar untuk

memahami operasi-operasi perkalian lanjut pada kelas selanjutnya.

Dalam pembelajaran matematika pada umumnya guru beranggapan

bahwa siswa baru akan memahami suatu konsep matematika setelah

diterangkan di papan tulis. Kondisi ini mendorong terciptanya pembelajaran

matematika yang mekanistik yang mengandalkan rumus-rumus dalam

menyelesaikan soal. Padahal pemberian rumus-rumus cenderung memaksa

siswa untuk hanya mengingat seperangkat cara. Jika siswa lupa dengan cara

tersebut mereka akan membuat kesalahan tanpa diketahui letak salahnya.

Hal ini juga terjadi pada perkalian, seringkali guru hanya

menerangkan sedikit tentang konsep perkalian dan dilanjutkan dengan

meminta siswa untuk menghafalkan perkalian bilangan satu angka dengan

bantuan tabel perkalian 1-10. Bagi siswa yang memiliki daya ingat dan

pemahaman yang tinggi hal ini tidak menjadi suatu masalah, sementara bagi

siswa yang dengan kemampuan rata-rata akan menjadi hal yang sulit.

Page 3: Perkalian bilangan satu angka

3

Dalam belajar matematika pengalaman belajar siswa sangatlah

penting. Pengalaman tersebut akan membentuk pemahaman apabila ditunjang

dengan alat bantu belajar, agar pemahaman matematika tersebut menjadi

konkret. Dengan demikian alat bantu belajar atau biasa disebut media akan

berfungsi dengan baik apabila media tersebut dapat memberikan pengalaman

belajar yang bermakna, mengaktifkan dan menyenangkan siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pembelajaran perkalian

bilangan satu angka dengan menggunakan media gambar dan permainan?

Page 4: Perkalian bilangan satu angka

4

Page 5: Perkalian bilangan satu angka

PEMBAHASAN

A. Belajar Matematika

Pengertian belajar matematika yang dikemukakan oleh Jerome

Brunner (Herman Hudoyo,1988:56) mengatakan bahwa belajar matematika

adalah belajar terntang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang

terdapat dalam materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antara

konsep-konsep dan struktur-struktur itu.

Selanjutnya Brunner (Herman Hudaya,1988:57) menuliskan anak

berkembang dalam tiga tahap. Tiga tahap perkembangan mental itu adalah :

1. Enactive

Dalam tahapan ini proses anak-anak di dalam belajar akan

menggunakan/ memanipulasi obyek-obyek secara langsung.

2. Econic

Tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai

menyangkut mental yang merupakan gambaran dan obyek-obyek. Dalam

hal ini anak-anak tidak memanipulasi obyek-obyek seperti dalam tahap

enactive, melainkan sudah dapat ada lagi memanipulasi dengan

menggunakan dari obyek.

3. Simbolic

Tahap akhir ini menurut Brunner merupakan tahap manipulasi

simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan obyek-

5

Page 6: Perkalian bilangan satu angka

6

obyek. Secara garis besar Brunner mengemukakan empat teori belajar

sebagai berikut :

a). Teorema kontruksi ( construction theorem )

Teori ini mengatakan bahwa cara berfikir seorang peserta didik

untuk menilai belajar konsep dan prinsip di dalam belajar matematika

peserta didik akan sangat terbantu sekali dengan adanya benda kongkrit.

b). Teorema notasi ( notation theorem )

Teori ini menyatakan bahwa kontruksi permulaan belajar dibuat

lebih sederhana secara kognitif dan dapat dimengerti lebih baik oleh peserta

didik, jika kontruksi itu menurut notasi yang sesuai dengan perkembangan

mental peserta didik diharapkan dapat mengembangkan gagasan-gagasan

berupa prinsip-prinsip kreasi baru.

c). Teorema perbedaan dan variasi ( contrast theorem )

Teori ini menyatakan bahwa prosedur belajar gagasan matematika

yang berjalan dari kongkret menuju abstrak harus disertai perbedaan dan

variasi, suatu konsep matematika akan lebih bermakna bagi peserta didik,

jika konsep itu dibandingkan dengan konsep lain.

d). Teori konektivitas ( conectivity theorem )

Teori ini menyatakan bahwa di dalam konsep matematika struktur

dan keterampilan dihubungkan dengan konsep, struktur, dan keterampilan.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar matematika mempunyai empat

aspek: fakta, konsep, prinsip, dan skill.

Page 7: Perkalian bilangan satu angka

7

B. Pentingnya Media dalam Pembelajaran Matematika

Bruner dalam (Orton, 1992) menyatakan bahwa siswa dalam belajar

konsep matematika melalui 3 tahap yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.

Tahap enaktif yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau obyek

kongkret, tahap ekonik yaitu tahap belajar dengan menggunakan gambar, dan

tahap simbolik yaitu tahap belajar matematika melalui manipulasi lambang

atau simbol. Hudoyo (1998) menyatakan bahwa belajar matematika

merupakan proses membangun/mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-

prinsip, tidak sekedar pembelajaran yang terkesan pasif dan statis, namun

belajar itu harus aktif dan dinamis. Hal ini sesuai dengan pandangan

konstruktivis yaitu suatu pandangan dalam mengajar dan belajar, dimana

siswa membangun sendiri arti dari pengalamannya melalui interaksi dengan

orang lain, sedangkan tugas guru adalah memberikan pengalaman yang

bermakna bagi siswa (Sukayati, 2009).

Sedangkan menurut Piaget taraf berpikir anak seusia SD adalah

masih konkret operasional. Artinya untuk memahami suatu konsep siswa

masih harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata atau

kejadian nyata yang dapat diterima akal mereka. Berdasar hal-hal tersebut di

atas maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam belajar matematika

pengalaman belajar siswa sangatlah penting. Pengalaman tersebut akan

membentuk pemahaman apabila ditunjang dengan alat bantu belajar, agar

pemahaman matematika tersebut menjadi konkret. Dengan demikian alat

bantu belajar atau biasa disebut media akan berfungsi dengan baik apabila

Page 8: Perkalian bilangan satu angka

8

media tersebut dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna,

mengaktifkan dan menyenangkan siswa.

Menurut Sukayati (2003) media pembelajaran diartikan sebagai

semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasar

fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana :

1. Alat Peraga

a. Pengertian alat peraga

Menurut Estiningsih (1994) alat peraga merupakan media

pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari

konsep yang dipelajari.

b. Fungsi alat peraga

Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan

dari konsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari

konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi

obyek/alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman-pengalaman

nyata dalam kehidupan tentang arti dari konsep. Berikut ini diberikan

beberapa contoh dari alat peraga.

(1) Papan tulis, buku tulis, dan daun pintu yang berbentuk persegi

panjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat guru

menerangkan bangun geometri datar persegi panjang.

(2) Pensil, kapur, lidi, dan biji-bijian dapat berfungsi sebagai alat

peraga pada saat mengenalkan bilangan, dengan cara membilang

banyaknya anggota dari kelompok benda, sehingga pada akhir

Page 9: Perkalian bilangan satu angka

9

membilang akan ditemukan bilangan yang sesuai dengan

kelompok benda tersebut.

2. Sarana

a. Pengertian dan fungsi sarana

Sarana juga merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya

sebagai alat bantu untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.

Dengan menggunakan sarana tersebut diharapkan dapat

memperlancar kegiatan belajar mengajar. Contoh media pembelajaran

yang berupa sarana adalah: papan tulis, penggaris, jangka,

klinometer, timbangan, LK (lembar kerja), LT (lembar tugas) alat-

alat permainan. Sarana yang berbentuk LK dan LT bila direncanakan

dengan baik akan sangat membantu kegiatan belajar mengajar.

A. Materi Perkalian Bilangan

a. Arti Perkalian

Perkalian merupakan penjumlahan berulang.

Contoh :

2 + 2 + 2 + 2 = 4 x 2 =8

4 + 4 + 4 = 3 x 4 = 12

b. Mengalikan bilangan satu angka dengan bilangan satu angka

Contoh :

4 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 = 12

6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24

Page 10: Perkalian bilangan satu angka

10

3 x 5 = 5 + 5 + 5 =15

c. Menghitung secara cepat

Perkalian bilangan satu angka dengan bilangan satu angka.

2 x 4 = 4 + 4 = 8

2 x 5 = 5 + 5 =10

Perkalian dengan dua sama artinya dengan menjumlahkan bilangan itu

sendiri. Perkalian dengan dua hasilnya selalu merupakan bilangan genap.

d. Perkalian bilangan dengan satu angka

a. Mengenal sifat perkalian bilangan satu angka dengan satu.

3 x 1 = 1 + 1 + 1 = 3

5 x 1 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5

7 x 1 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 =7

Semua bilangan jika dikalikan satu hasilnya sama dengan bilangan itu

sendiri.

b. Mengenal sifat perkalian bilangan satu angka dengan nol.

3 x 0 = 0 + 0 + 0 = 0

5 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 = 0

8 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 +0 + 0 = 0

Semua bilangan jika dikalikan nol hasilnya adalah nol.

Page 11: Perkalian bilangan satu angka

11

c. Mengenal tabel perkalian sampai 9 x 10

(Buchori dkk, 2009)

B. Pembelajaran Perkalian dengan Media Gambar

Secara matematika yang dimaksud dengan perkalian adalah

penjumlahan berulang dari bilangan-bilangan yang sama pada setiap sukunya.

Di SD, perkalian pertama yang diajarkan adalah perkalian dengan hasil sampai

dengan 100. Itu berarti objek yang dikalikan adalah bilangan 1 sampai dengan

10. Urutan mana yang didahulukan tidak begitu penting, yang penting peserta

didik dapat mengikutinya secara menyenangkan.

Sebagai contoh pembelajaran perkalian terhadap bilangan 4 dengan

media gambar. Pertanyaannya dapat disampaikan secara lisan, peragaannya

dengan gambar-gambar yang ditempel di papan tulis menggunakan lakban,

Page 12: Perkalian bilangan satu angka

12

dan prosesnya dapat diikuti secara interaktif. Awalilah pembelajaran dengan

pertanyaan-pertanyaan berikut.

Guru : ’Anak-anak, pernahkah kalian melihat sapi?’

Siswa : ’Pernah bu guru.’

Guru : ’Kalau pernah, coba sapi itu kakinya berapa?’

Siswa : ’Empat...’

Guru : ’Kalau sapinya ada dua, banyak kaki seluruhnya ada

berapa?’

Siswa : ’Delapan...’

Guru : ’Kalau sapinya ada tiga, banyak kaki seluruhnya ada

berapa?’

Setelah pertanyaan direspon oleh peserta didik, guru kemudian dapat mulai

menempelkan gambar-gambar sapi yang telah disiapkan mulai dari 1 sapi, 2

sapi, hingga 3 sapi.

Gambar 1 sapi

Gambar 2 sapi

Gambar 3 sapi

Page 13: Perkalian bilangan satu angka

13

Langkah-langkah pembelajaran berikutnya tempelkan di papan tulis

gambar-gambar sapi mulai dari 1 sapi hingga 3 sapi. Perhatikan bahwa

jawaban banyak kaki seluruhnya untuk 1 sapi = 4, banyak kaki seluruhnya

untuk 2 sapi = 8 dan banyak kaki seluruhnya untuk 3 sapi = 12. Untuk

menghitung banyaknya kaki 1 sapi dipastikan semua siswa memiliki cara

berpikir yang sama, akan tetapi ketika menghitung banyaknya kaki 2 sapi dan

3 sapi ada kemungkinan antara peserta didik yang satu dengan yang lain

berbeda cara berpikirnya. Misalnya sebagai berikut :

2 sapi, banyak kaki seluruhnya = 8

- Konstruksi I : 8 karena membilang kaki sapi satu demi satu

sehingga diperoleh hasil 8.

- Kostruksi II : 8 karena sapi I kakinya 4 ditambah sapi II kakinya 4

sehingga jumlah kakinya 8.

3 sapi, banyak kaki seluruhnya = 12

- Konstruksi I : 12 karena membilang kaki sapi satu demi satu

sehingga diperoleh hasil 12.

- Konstruksi II : 12 karena sapi I kakinya 4 ditambah sapi II

kakinya 4 ditambah kambing III kakinya 4.

- Konstruksi III : 12 karena kaki 2 sapi sebelumnya sudah dihitung

= 8 ditambah sapi ketiga kakinya 4 sehingga hasilnya 12

Bahwa banyaknya kaki untuk: 1 sapi = 4 sebab 4 adalah fakta, 2 sapi

= 8 sebab 8 = banyaknya kaki sapi I + banyaknya kaki sapi II = 4 + 4, 3 sapi =

12 sebab 12 = banyaknya kaki sapi I + banyaknya kaki sapi II + banyaknya

Page 14: Perkalian bilangan satu angka

14

kaki sapi III = 4 + 4 + 4. Selanjutnya guru memberikan arahan apabila 1 sapi

kakinya 4 artinya banyak kaki seluruhnya untuk: 1 sapi = 1 × 4 … (dibaca 1

kali 4), 2 sapi = 2 × 4 … (dibaca 2 kali 4), 3 sapi = 3 × 4 … (dibaca 3 kali 4,

dan seterusnya). Dari peragaan dan bentuk perkalian di atas dapat disimpulkan

bahwa banyak kaki seluruhnya untuk: 1 sapi = 1 × 4 = 4, 2 sapi = 2 × 4 = 8

(sebab kaki sapi I + kaki sapi II = 4 + 4), 3 sapi = 3 × 4 = 12 (sebab kaki sapi I

+ kaki sapi II + kaki sapi III = 4 + 4 + 4 = 12, atau “jumlah sebelumnya + 4“

yakni = 8 + 4 = 12), 4 sapi = 4 × 4 = … jawaban yang diharapkan = 16. Hasil

perkalian 5 sapi = 5 × 4 = … jawaban yang diharapkan = 20, 6 sapi = 6 × 4 =

… jawaban yang diharapkan = 24 dan seterusnya. Catatan Isian selengkapnya

untuk 4 sapi, 5 sapi dan seterusnya hingga 10 sapi dikerjakan oleh peserta

didik secara kelompok.

Dalam proses pembelajaran guru hendaknya bersikap demokratis dan

bijaksana karena seperti dikemukakan di atas setiap siswa mungkin memiliki

cara yang berbeda dalam menemukan jawaban. Bila ada peserta didik yang

menanyakan bagaimana kalau menuliskannya tidak panjang (maksudnya

hanya menuliskan hasilnya saja) sebaiknya dijawab terserah asal hasilnya

benar. Tujuannya untuk membuat peserta didik yang berpikir cepat dapat

merasa puas. Setelah waktu dianggap cukup guru kemudian mengadakan

konfirmasi mengenai jawaban yang diharapkan. Agar peserta didik lebih

senang dan antusias setiap kali membacakan hasil, tanyakan siapa yang benar

supaya tunjuk jari.

Page 15: Perkalian bilangan satu angka

15

Selanjutnya peserta didik dapat menemukan tabel perkalian (dengan

cara mereka sendiri) dengan bantuan media gambar yang telah disediakan.

Setelah peserta didik menemukan tabel perkalian seperti perkalian dengan

bilangan empat di atas, guru dapat meneruskannya dengan pembinaan

ketrampilan perkalian dengan bilangan. Berikut gambar-gambar yang dipakai

sebagai media dalam ukuran yang diperkecil :

Page 16: Perkalian bilangan satu angka

16

Perkalian bilangan 1

Perkalian bilangan 2

Perkalian bilangan 3

Perkalian bilangan 4

Perkalian bilangan 5

Page 17: Perkalian bilangan satu angka

17

Perkalian bilangan 6

Perkalian bilangan 7

Perkalian bilangan 8

Perkalian bilangan 9

Perkalian bilangan 10

Page 18: Perkalian bilangan satu angka

18

C. Membina Ketrampilan Siswa dalam Perkalian melalui Permainan

Setelah peserta didik memahami makna perkalian, salah satu cara

untuk membina keterampilan agar peserta didik menguasai perkalian 2

bilangan 1 angka adalah dengan teknik bertanding (kompetisi) baik antar

kelompok peserta didik maupun antar peserta didik secara individu. Cara

kompetisi (persaingan untuk memenangkan pertandingan) ini dimaksudkan

agar setiap peserta didik memiliki motivasi (semangat) untuk memenangkan

pertandingan. Tujuannya adalah agar secara pribadi setiap peserta didik tidak

merasa diremehkan karena merasa dianggap bodoh oleh teman-temannya.

Sehingga diharapkan, dalam hati peserta didik selalu timbul semangat untuk

harus menguasai perkalian sehingga dapat memenangkan pertandingan.

Dampak yang diharapkan adalah pembelajaran perkalian dasar dapat

mencapai tujuan secara lebih cepat dan menyenangkan. Langkah-langkah

pembinaan keterampilannya dimulai dari permainan kelompok, permainan

wakil kelompok, dan diakhiri dengan permainan individual.

Sarana untuk membina keterampilan terdiri dari dua macam, yakni

kartu guru dan kartu peserta didik. Kartu guru digunakan guru untuk

menanyakan bentuk perkaliannya dan kartu peserta didik digunakan peserta

didik untuk menunjukkan hasil perkalian yang dimaksud. Spesifikasi Kartu

guru dan kartu peserta didik dirancang sekecil mungkin namun tetap terbaca

oleh peserta didik di seluruh ruang kelas. Tujuannya agar kartu guru tetap

dapat terbaca dan mudah diacak oleh tangan guru. Untuk itu spesifikasi dari

masing masing kartu seperti berikut. Bentuk dan Ukuran Kartu Kartu guru

Page 19: Perkalian bilangan satu angka

19

berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang dan lebarnya masing-

masing 10 cm dan 5 cm (untuk kartu guru) serta 5 cm dan 5 cm (untuk kartu

peserta didik).

Jumlah Kartu Untuk suatu permainan, misal pembinaan keterampilan

mengalikan dengan bilangan 4, satu set untuk kartu guru berjumlah 10 dan

satu set untuk kartu peserta didik juga berjumlah 10. Kartu Guru 1×4 6×4 2×4

7×4 3×4 8×4 4×4 9×4 5×4 10 × 4. 1 set kartu Kartu Peserta didik 4 24 8 28 12

32 16 36 20 40. Langkah-langkah pembinaan keterampilan sebagai berikut :

Langkah 1 Permainan Kelompok

a. Pada saat permainan kelompok ini peserta didik boleh melihat tabel

(tabel perkalian). Satu kelompok dalam hal ini dapat ditentukan

3 x 4

12

Page 20: Perkalian bilangan satu angka

20

guru, misal 1 kelompok anggotanya 2 orang yaitu dua orang

peserta didik yang duduknya berdampingan

b. Setiap 1 kelompok peserta didik diberikan 1 set kartu peserta didik

yaitu kartu-kartu hasil kali sebanyak 10 kartu.

c. Guru mendatangi kelompok demi kelompok peserta didik secara

bergiliran untuk memberikan tebakan perkalian (misal pada saat itu

yang akan diterampilkan adalah perkalian dengan bilangan 4).

d. Caranya dengan mengacak 1 set kartu guru (kartu perkalian dengan

bilangan 4 sebanyak 10 kartu).

e. Guru menanyakan bentuk perkaliannya menggunakan kartunya dan

peserta didik menjawabnya juga menggunakan kartunya.

f. Sebelum menjawab kartu yang ditunjukkan guru, masing-masing

anggota kelompok boleh melihat tabel perkalian, setelah

menemukan hasilnya terus mencari kartu yang dimaksud dan

kemudian menunjukkannya kepada guru.

g. Jika kartu jawaban yang ditunjukkan ke guru benar, guru

memberikan penghargaan dengan isyarat, misalnya mengacungkan

ibu jari, dan bila salah, peserta didik masih diberi kesempatan

untuk membenarkannya dengan mengambil kartu lain yang paling

tepat hingga mendapat isyarat benar dari guru. Dalam permainan

ini guru minimal mendatangi masing-masing kelompok peserta

didik hingga 3 kali sebab pada umumnya hingga 3 kali dikunjungi

itu keadaan kelas sudah mulai bergairah.

Page 21: Perkalian bilangan satu angka

21

Langkah 2. Permainan Wakil Kelompok

a. Pada permainan ini peserta didik masih boleh melihat catatan.

Permainan pada langkah ini diadakan pada jam tatap muka yang

sama dengan langkah 1.

b. Permainannya adalah adu cepat menempel kartu hasil kali ke papan

flanel.

c. Tiap ronde permainan disuruh maju 3 orang peserta didik dari

kelompok yang berlainan.

d. Peserta didik yang paling cepat menempelkan kartu jawaban benar

dinyatakan sebagai pemenang.

e. Jika ada peserta didik yang kalah dan belum puas, serta ingin diadu

lagi diberi kesempatan setelah semua peserta didik sudah mendapat

giliran.

Langkah 3. Permainan Individual

a. Permainan ini diadakan pada pertemuan berikutnya dan pada

permainan ini peserta didik jelas tidak boleh lagi melihat catatan.

b. Setiap ronde permainan dipanggil tiga orang peserta didik untuk

adu cepat menempel kartu hasil kali ke papan flanel.

c. Begitu ketiga orang peserta didik yang dipanggil maju selesai

menempelkan kartu jawabannya, guru segera menindaklanjuti

dengan menempelkan kartu perkalian yang dicabutnya tadi ke

papan flanel seraya menanyakannya ke seluruh peserta didik

apakah semua kartu yang ditempelkan temanmu benar.

Page 22: Perkalian bilangan satu angka

22

Cara ini dimaksudkan agar menguasai perkalian dasar khususnya

perkalian dengan bilangan 4 dapat tercapai tanpa peserta didik merasa dipaksa

dan mendapat hukuman bila tidak bisa. Motivasi tumbuh dari kemauan pribadi

mereka sendiri karena keinginannya untuk jadi pemenang pada permainan

pada pertemuan berikutnya. Guru mengumumkan bahwa permainan akan

dilanjutkan pada pertemuan berikutnya dan pada permainan besok peserta

didik tidak boleh melihat catatan, akan memicu peserta didik untuk

bersemangat menghafal perkalian tanpa harus dipaksa karena termotivasi

untuk tidak ingin kalah dalam pertandingan. Jika peserta didik sudah hafal

perkalian dasar sejak kelas 2, maka harapan untuk lancar mengikuti pelajaran

di kelas-kelas berikutnya akan semakin dapat tercapai.

Page 23: Perkalian bilangan satu angka

PENUTUP

Melalui pembelajaran perkalian dengan menggunakan alat peraga

gambar diharapkan peserta didik dapat lebih mudah memahami konsep perkalian.

Selain itu juga menjadikan pembelajaran lebih bermakna, artinya peserta didik

memahami makna perkalian sebagai pernjumlahan berulang bukan hanya

mengetahui hasil perkalian dengan cara menghafal. Permainan matematika dapat

meningkatkan ketrampilan dan motivasi siswa dalam belajar. Kedua hal ini

diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menguasai perkalian bilangan satu

angka sebagai dasar dalam mempelajari perkalian lanjut pada jenjang kelas

berikutnya.

23

Page 24: Perkalian bilangan satu angka

DAFTAR PUSTAKA

Buchori dkk. 2008. Senang Matematika 2 Untuk SD/MI Kelas II. Jakarta : Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Hudoyo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

Matematika. Malang.

Marsudi Raharjo dkk. 2009. Modul Matematika SD Program Bermutu

Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Cilangan Cacah di

SD. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(PPPPTK) Matematika.

Sukayati. 2003. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Yogyakarta: Departemen

Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika.

24