perjanjian arbitrase

13
 PENDAHULUAN Kegiatan hub ungan inte rnasional yang di la kukan oleh subjek hukum inte rnasional selalu memungkinkan munculnya se ngketa di kemudi an hari. Per kembangan duni a bis nis dan per daganga n yang saat ini sudah menglo bal , menimb ulkan banyaknya per janjian ata u tra nsa ksi bis nis yang ber sif at lin tas  Negara. Tidak jarang timbul sengketa di antara para pihak karena adanya salah  pa ham, wanp res tasi, ata upun per beda an pend apat. Pada umumnya masyarakat  be rpa ndan gan bahwa sengket a (ko nfl ik) hanya bis a dis ele sai kan mel alu jal ur Pengadilan, bahkan kalangan profesional hukum pun berpandangan yang sama. 1 Pa da sa at ini te rdapat al te rnat ive penyel es ai an sengketa di luar pengadi lan diantaranya adalah arbitrase. Arbit rase berasal dari arbitrar e (bahas a lati n) yang berarti kekuasaan untuk menye lesai kan sesuatu menur ut kebij aksanaa n. 2 Pengaturan di Indonesia mengenai lemba ga penyelesaian sengketa di luar pengadilan diat ur dalam Undang -Undang  Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang memiliki pengertian arbitrase sebagai berikut: “Lembaga Arbitrase adalah badan yang dipil ih ole h para pihak yang ber sengke ta unt uk memberikan put usa n mengenai sengketa tertentu; lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.” Badan Abitrase Nasional Indonesia (BANI) adalah salah satu lembaga arbitrase di Indonesia. Sedangkan di duni a int ernasional ter dapat ber bagai lembaga arbitr ase , diantaranya seperti The International Chamber of Commerce (ICC) Internaional Court of Arbitration, The American Arbitration Association’s (AAA) International Centre for Dispute Resoluti on (ICDR) , The Londo n Cour t of Inte rnational 1  I Made Widyana, Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR) , Jakarta: PT Fikahati Aneska, 2009, hal: 1. 2 Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa , Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hal: 36

Upload: gregorius-adi

Post on 10-Jul-2015

1.077 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 1/13

PENDAHULUAN

Kegiatan hubungan internasional yang dilakukan oleh subjek hukum

internasional selalu memungkinkan munculnya sengketa di kemudian hari.

Perkembangan dunia bisnis dan perdagangan yang saat ini sudah menglobal,

menimbulkan banyaknya perjanjian atau transaksi bisnis yang bersifat lintas

  Negara. Tidak jarang timbul sengketa di antara para pihak karena adanya salah

  paham, wanprestasi, ataupun perbedaan pendapat. Pada umumnya masyarakat

  berpandangan bahwa sengketa (konflik) hanya bisa diselesaikan melalu jalur 

Pengadilan, bahkan kalangan profesional hukum pun berpandangan yang sama. 1

Pada saat ini terdapat alternative penyelesaian sengketa di luar pengadilan

diantaranya adalah arbitrase.

Arbitrase berasal dari arbitrare (bahasa latin) yang berarti kekuasaan untuk 

menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan.2 Pengaturan di Indonesia mengenai

lembaga penyelesaian sengketa di luar pengadilan diatur dalam Undang-Undang

 Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang

memiliki pengertian arbitrase sebagai berikut: “Lembaga Arbitrase adalah badan yang

dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai

sengketa tertentu; lembaga tersebut juga dapat memberikan pendapat yang mengikat

mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal belum timbul sengketa.” Badan

Abitrase Nasional Indonesia (BANI) adalah salah satu lembaga arbitrase di Indonesia.

Sedangkan di dunia internasional terdapat berbagai lembaga arbitrase,

diantaranya seperti The International Chamber of Commerce (ICC) Internaional

Court of Arbitration, The American Arbitration Association’s (AAA) International

Centre for Dispute Resolution (ICDR), The London Court of International

1 I Made Widyana, Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR), Jakarta: PT Fikahati Aneska, 2009, hal: 1.

2 Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa , Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hal: 36

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 2/13

Arbitration (LCIA), dll3. Putusan dari Lembaga International tersebut adalah

 putusan yang final dan binding. Enforcement dari putusan tersebut diatur di dalam

The United Nations Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign

Arbitral Awards (The New York Convention selanjutnya disebut NYC) (1958).

Arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang

didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang

  bersengketa. Landasan yang mendasari perjanjian tersebut adalah kesepakatan

 bersama, kesukarelaan dan kesadaran bersama untuk menyelesaikan sengketa di

luar badan peradilan resmi, tetapi akan diselesaikan oleh sebuah badan kuasa swasta

yang bersifat netral yang dapat disebut arbitrase.

  Permasalahan

Bagaimanakah peran perjanjian arbitrase sebagai sumber hukum dalam

 praktik arbitrase?

3 Margaret L. Moses, The Principles and Practice of International Commercial Arbitration, (United

States Of America: Cambridge University Press), hal.:10-12.

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 3/13

PEMBAHASAN

Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan

umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para

 pihak yang bersengketa. Dari definisi tersebut, ada 3 hal yang dapat dikemukakan

dari definisi yang diberikan, yaitu4 :

1. Arbitrase merupakan salah satu bentuk perjanjian

2. Perjanjian arbitrase harus dibuat dalam bentuk tertulis3. Perjanjian arbitrase tersebut merupakan perjanjian untuk menyelesaikan

sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan umum.

Landasan yang mendasari perjanjian tersebut adalah kesepakatan bersama,

kesukarelaan dan kesadaran bersama untuk menyelesaikan sengketa di luar badan

 peradilan resmi dan juga asas kebebasan berkontrak. Hal ini sesuai dengan ketentuan

KUHPerdata yang menyatakan bahwa apa yang telah diperjanjikan para pihak 

mengikat mereka sebagai undang-ndang. Pasal 1338 berbunyi: “semua perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”. Apabila para pihak telah terikat dalam perjanjian arbitrase maka

 pengadilan negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak tersebut.

Perjanjian arbitrase tidak mempersoalkan masalah pelaksanaan perjanjian.

Tetapi hanya mempersoalkan masalah cara dan lembaga yang berwenang

menyelesaikan “perselisihan”(disputes settlement) atau difference yang terjadi antara

 pihak yang berjanji. Jadi, focus perjanjian arbitrase semata-mata ditujukan kepada

masalah penyeselesaian perselisihan yang timbul dari perjanjian.5

4 Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001),

hal: 98

5 M. Yahya Harahap, S.H. Arbitrase, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, hal: 61.

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 4/13

Perjanjian arbitrase itu sendiri memiliki perngertian sebagai berikut Perjanjian

arbitrase atau dapat juga disebut sebagai klausula arbitrase pada dasarnya adalah

suatu klausula yang terdapat dalam suatu perjanjian, isinya memperjanjikan bahwa

apabila terjadi sengketa para pihak sepakat untuk menyelesaikannya melalui

arbitrase. Menurut UU Arbitrase pasal 1 angka 3 Perjanjian arbitrase adalah suatu

kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum di dalam suatu perjanjian

tertulis yang dibuat oleh para pihak sebelum timbul sengketa atau suatu perjanjian

arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.

Sebagai salah satu bentuk perjanjian, sah tidaknya perjanjian arbitraseditentuan oleh syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata

yaitu:6

Syarat Subjektif 

Untuk memenuhi syarat subjektif, selain harus dibuat oleh mereka yang cakap

untuk bertindak dalam hukum, perjanjian arbitrase harus dibuat oleh mereka

yang demi hukum dianggap memiliki kewenangan untuk melakukan hal yangdemikian.

Syarat Objektif 

Objek perjanjian arbitrase atau dalam hal ini adalah sengketa yang akan

diselesaikan di luar pengadilan melalui lembaga arbitrase hanyalah sengketa

6  Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001,

hal 44.

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 5/13

di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan

 perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.

Perjanjian Harus Dibuat Tertulis

UU No. 30 tahun 1999 mensyaratkan bahwa perjanjian arbitrase harus dibuat

secara tertulis. Syarat tertulis dari perjanjian arbitrase dapat berwujud suatu

kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian

tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa; atau suatu perjanjian

tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.

Perjanjian Bersifat Assesoir 

Fokus perjanjian arbitrase ditujukan kepada masalah penyelesaian perselisihan

yang timbul dari perjanjian.

Selain persyaratan-persayaratan yang telah dijelaskan di atas, terdapat (2)dua

 bentuk perjanjian, yaitu:7

Pactum de Compromittendo

Merupakan perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak sebelum

terjadinya sengketa. diatur dalam pasal 1 angka 3 dan pasal 7 UU Arbitrase.

Mengenai Pactum de Compromittendo ini sebelumnya juga diatur di dalam

 pasal 615 (3) Rv, dimana pihak-pihak dapat mengikatkan diri satu sama lain

untuk menyerahkan persengketaan yang munkin timbul di kemudian hari

kepada seorang atau beberapa orang arbiter. Berdasarkan pasal-pasal pada

UU Arbitrase tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa diperbolehkan untuk 

membuat suatu klausula dalam perjanjian untuk memperjanjikan bahwa

apabila di kemudian terjadi sengketa, maka para pihak akan menyerahkan

7 Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa , Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hal: 38

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 6/13

  penyelesaiannya kepada arbitrase dan bukan pengadilan. Sedangkan

mengenai cara pembentukan pactum de compromittendo secara umum dapat

dibedakan menjadi:

1. Perjanjian arbitrase dibuat sebagai salah satu klausula dalam suatu

 perjanjian pokok. Cara ini umum terjadi mengingat pada saat ini dalam

suatu perjanjian para pihak biasanya sudah langsung menentukan pilihan

  penyelesaian sengketa yang mereka pilih apabila terjadi sengketa

dikemudian hari, dimana dalam hal pilihan penyelesaian sengketa yang

dipilih adalah arbitrase.2. Perjanjian arbitrase dibuat dalam suatu perjanjian tersendiri yang dibuat

sebelum terjadinya sengketa dan bersamaan dengan pembuatan

  perjanjian pokoknya serta tidak menjadi satu/ digabungkan dalam

  perjanjian pokoknya sehingga ada dua akta yaitu akta yang berisi

 perjanjian pokok dan akta yang berisi perjanjian arbitrase.

Akta kompromis

Merupakan perjanjian arbitrase yang berbentuk akta, dan dibuat setelah

terjadi sengketa, diatur dalam pasal 1 angka 3 dan pasal 9 UU Arbitrase.

Sengketa ”Pasal 9 UU Arbitrase:

1. Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase

setelah sengketa terjadi, persetujuan mengenai hal tersebut harus dibuat

dalam suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani para pihak.

2. Dalam hal para pihak tidak dapat menandatangani perjanjian tersebut

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), perjanjian tertulis tersebut harus

dibuat dalam akta notaris.

3. Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memuat:

a.masalah yang dipersengketakan; b.nama lengkap dan tempat tinggal

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 7/13

  para pihak ;c. nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau majelis

arbitrase;d. tempat arbiter atau majelis arbitrase mengambil keputusan; e.

nama lengkap sekretaris; f. jangka waktu penyelesaian sengketa; g.

 pernyataan kesediaan arbiter; h. pernyataan kesediaan dari pihak yang

  bersengketa untuk menanggung segala biaya yang diperlukan untuk 

 penyelesaian sengketa melalui arbitrase.

4. Perjanjian tertulis yang tidak memuat hal sebagaimana dimaksud

dalam ayat (3) batal demi hukum.

Klausul Arbitrase

Yang dimaksud isi klausul arbitrase adalah mengenai hal-hal yang boleh

dicantumkan dalam perjanjian arbitrase. Penggunaan istilah klausul arbitrase

mengandung konotasi bahwa perjanjian pokok yang bersangkutan diikuti atau

dilengkapi dengan persetujuan mengenai pelaksanaan arbitrase.

Sebuah klausul arbitrase seharusnya mengacu pada peraturan-peraturan

spesifik yang akan diterapkan, seperti peraturan dari BANI, SIAC, ICC, atau AAA.Mengenai hal itu secara tegas disebutkan dalam Peraturan Prosedur Arbitrase BANI,

yaitu: “Apabila perjanjian arbitrase atau klausul arbitrase menunjuk BANI sebagai

 badan arbitrase yang akan memutus sengketa, atau apabila dengan tegas disebutkan

 bahwa pemutusan sengketa akan dilakukan oleh suatu badan arbitrase “berdasarkan

 Peraturan Prosedur BANI ”, maka BANI berkompetensi untuk menangani sengketa

dan sengketa tersebut akan diperiksa dan diputus menurut ketentuan-ketentuan yang

 berikut.”

Perjanjian arbitrase ini menjadi sumber hukum yang penting dalam salah satu

cara menyelesaikan sengketa di luar pengadilan. Hal ini juga mempunyai peranan

dalam suatu lembaga arbitrase menyelesaikan sengketanya.

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 8/13

Peranan badan arbitrase tampak pada beberapa hal berikut ini, yaitu:

1. Pada beberapa perundang-undangan nasional, persyaratan penunjukan

  badan arbitrase ICSID sebagai badan arbitrase yang akan menangani sengketa-

sengketa yang timbul dari adanya kontrak penanaman modal asing telah dicantumkan

di dalamnya. Kebijaksanaan hukum seperti ini dilakukan oleh Afganistan, Kongo,

 Niger dan Tunisia.

2. Peran yang dimainkan oleh Bank Dunia dalam memberikan bantuan biaya

 pembangunan proyek di banyak negara. Peran yang dimainkannya yaitu memonitor 

atau mengawasi kontrak yang dibuat untuk pelaksanaan proyek tersebut. Disini Bank 

Dunia bisa saja “merekomendasikan” kepada negara-negara yang bersangkutan

dalam membuat kontrak-kontraknya dan menggunakan sarana arbutrase ICSID

tersebut.

Badan Arbitrase ICSID telah menyelesaikan beberapa sengketa penanaman

modal internasional. Salah satu diantaranya adalah:

Kasus Holiday Inns (Holiday Inns/ Petroleum v. Governent of Marocco). Pada

tahun 1966, pemerintah Maroko meminta perusahaan Occidental untuk menghubungi

 perusahaan hotel Amerika Serikat membangun industri pariwisata negara tersebut..

Kemudian Pemerintah Maroko dan Occidental menandatangani perjanjian dasar 

(penanaman modal) tentang pembangunan industri parawisata di Negeri Maroko.

Dalam perjanjian tersebut ditetapkan bahwa group perusahaan Holiday Inns,

  perusahaan perhotelan Amerika Serikat yang dihubungi oleh Occidental, akan

membangun 4 hotel di kota Rabat, Marrakesh, Fez dan Tangier. Keempat hotel ini

nantinya akan dimiliki anak perusahaan cabang Holiday Inns.

Ditentukan pula bahwa pemerintah Maroko akan memberikan fasilitas

 pemberian pinjaman modal, memberi bantuan di dalam mencari dan mendapatkan

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 9/13

lokasi bangunan dan fasilitas perpajakan dan keuangan lainnya. Di dalam klausul

 perjanjian ditetapkan pula bahwa apabila kelak muncul sengketa maka sengketa akan

diserahkan pada badan arbitrase ICSID.

Ketika dua hotel berhasil dibangun dan dua bangunan hotel lainnya nyaris

selesai, proyek tersebut mengalami kesulitan berhubungan dengan masalah

 pembiayaan. Karena masalah itu. group perusahaan Holiday Inns mengancam akan

meninggalkan proyek tersebut dan di pihak lainnya, pemerintah Maroko

menghentikan pemberian pinjaman uang dan menolak fasilitas keuangan dan bantuan

administratif lainnya kepada perusahaan tersebut.

Ketika sengketa itu dilimpahkan ke badan arbitrase ICSID, ternyata

  pemerintah Maroko serta merta menolak Jurisdiksi dewan arbitrase ini atas para

  pihak. Maroko berpendapat bahwa perusahaan Holiday Inns kurang memiliki

kapasitas untuk menyerahkan sengketa yang bersangkutan kepada badan arbitrase

ICSID karena pada waktu penandatanganan perjanjian dasar pada 1966, baik Maroko

maupun Swiss bukanlah anggota peserta konvensi ICSID. Terhadap argumentasi ini,

Dewan arbitrase berkesimpulan bahwa para pihak sepakat menyerahkan sengketanya

kepada badan arbitrase menurut pengertian konvensi.

Kemudian, Maroko berpendapat bahwa cabang perusahaan Holiday Inns

lainnya yakni Holiday Inns SA dan Occidental tidak mempunyai hak untuk menjadi

 peserta di dalam proses arbitrase tersebut karena mereka bukanlah penandatangan

 perjanjian kontrak pembangunan hotel tersebut yang mengandung klausula arbitrase

ICSID. Terhadap argumentasi ini, Dewan arbitrase memutuskan bahwa setiap pihak 

yang hak-hak dan kewajibannya berdasarkan perjanjian telah tergabung di dalamnya,

 berhak ats keuntungan-keuntungan dan tunduk kepada klausula arbitrase.

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 10/13

Setelah adanya keputusan sementara di atas, Maroko kemudian mengangkat

kembali masalah jurisdiksi lainnya. Setelah ditandatangani perjanjian dasar di tahun

1966, perjanjian tambahan lainnya juga ditandatangani. Diantaranya adalah kontrak 

antara perusahaan Holiday Inns dan perusahaan milik pemerintah Maroko dan

 perusahaan swasta asing lainnya yaitu Credit Immobilier Hotelier (CIH).

Kontrak tersebut menyebutkan bahwa peradilan Maroko akan memiliki

  jurisdiksi atas sengketa-sengketa yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan isi

kontrak tersebut. Oleh karenanya, Maroko berpendapat bahwa dewan arbitrase ICSID

hanya berwenang memeriksa akibat-akibat yang mungkin timbul dari putusan- putusan yang dikeluarkan pengadilan Maroko tentang hak-hak dan kewajiban para

 pihak terhadap Konvensi ICSID.

Dewan arbitrase ICSID menolak argumentasi ini, dengan alasan bahwa

 proyek-proyek tersebut secara umum dilaksanakan oleh berbagai macam tindakan

hukum. Para pihak tidak bermaksud untuk membeda-bedakan atau memisah-

misahkan perbuatan hukum yang satu dengan yang lainnya. Perjanjian dasar 1966

yang ditandatangani bersama pemerintah pada dasarnya adalah perjanjian utama.

sedangkan kontrak yang diadakana kemudian merupakan perjanjian pelaksana dari

 perjanjian utama tersebut. Oleh Karena itu, dewan arbitrase memiliki jurisdiksi utama

untuk memutuskan masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan perjanjian

tersebut, sedangkan pengadilan maroko hanya memiliki jurisdiksi atas masalah-

masalah yang tidak langsung atau aspek-aspek tambahan dengan penanaman

modalnya.

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 11/13

KESIMPULAN

Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan

umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para

  pihak yang bersengketa. Arbitrase dilandasi oleh kesepakatan, kesukarelaan dan

kesadaran bersama untuk menyelesaikan sengketa di luar pengadilan. Arbitrase

memegang peranan penting sebagai sumber hukum dalam praktik arbitrase. Lembaga

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 12/13

arbitrase menggunakan perjanjian ini sebagai sumber hukum untuk menyelesaikan

sengketanya. Misalnya adalah ICSID dalam menyelesaikan sengketa dalam Kasus

Holiday Inns (Holiday Inns/ Petroleum v. Governent of Marocco) yang memilih

arbitrase sebagai cara untuk menyelesaikan sengketa. Jadi perjanjian arbitrase

mempunyai peranan yang penting dalam praktik arbitrase.

DAFTAR PUSTAKA

• Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa, Jakarta : Sinar 

Grafika, 2011

• Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada

5/11/2018 Perjanjian Arbitrase - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perjanjian-arbitrase 13/13

• Harahap, M. Yahya. Arbitrase. Jakarta: Sinar Grafika, 2004

• Matti S. Kurkel and Santtu Turunen, Due Process in International 

Commercial Arbitration

• Pedro J. Martinez-Fraga , The American Influences on International 

Commercial Arbitration: Doctrinal Developments and Discovery Methods.

• Widjaja, Gunawan. Alternatif Penyelesaian Sengketa Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2001.

• Widnyana, I Made.   Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR). Jakarta: PT

Fikahati Aneska, 2009.

• Indonesia, Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,

 No. 30 Tahun 1999, LN No. 138 Tahun 1999, TLN No. 3872