peristiwa dan tokoh malari 15 januari 1974
DESCRIPTION
faTRANSCRIPT
-
5/24/2018 Peristiwa Dan Tokoh Malari 15 Januari 1974
1/4
Peristiwa Dan Tokoh Malari 15 Januari 1974
Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) adalah peristiwa demonstrasi mahasiswa dan
kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974. Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri(PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa
merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara HalimPerdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil menerobos masukpangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana
tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke
pangkalan udara.
Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk dijadikan
momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari1974, disertai demonstrasi dan kerusuhan. Usai terjadi demonstrasi yang disertai kerusuhan,
pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto memberhentikan Soemitro sebagai
Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih jabatan itu. Jabatan Asisten Pribadi Presidendibubarkan. Kepala Bakin, Sutopo Juwono digantikan olehYogaSoegomo.
Dalam peristiwa Malari Jenderal Ali Moertopo menuduh eks PSII dan eks Masyumi atau
ekstrem kanan adalah dalang peristiwa tersebut. Tetapi setelah para tokoh peristiwa Malariseperti Syahrir dan Hariman Siregar diadili, tidak bisa dibuktikan bahwa ada sedikitpun fakta dan
ada seorangpun tokoh eks Masyumi yang terlibat di situ. Belakangan ini barulah ada pernyataan
dari Jenderal Soemitro (almarhum) dalam buku Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jendral Soemitrodan Peristiwa Malari bahwa ada kemungkinan kalau justru malahan Ali Moertopo sendiri dengan
CSIS-nya yang mendalangi peristiwa Malari
Pada pertengahan Januari 1974, ketika hari masih sangat pagi, Hariman Siregar dibangunkan dariselnya di Rumah Tahanan Militer Budi Utomo, Jakarta Pusat. Sudah dua hari ia ditahan di sana
karena dituduh terlibat dalam peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974, yang dikenal dengan
sebutan Peristiwa Malari.
-
5/24/2018 Peristiwa Dan Tokoh Malari 15 Januari 1974
2/4
Pagi itu, Hariman diperbolehkan keluar dari sel sebentar untuk pergi ke Rumah Sakit St. Carolus,
karena Sriyanti, istrinya, dalam kondisi mencemaskan ketika hendak melahirkan anak kembar.
Pada saat Hariman sampai di rumah sakit, kabar sedih menerpa: bayi kembar yang baru sajadilahirkan Sriyanti telah meninggal. Esok harinya, Sriyanti pun mengalami koma sebelum
akhirnya mengalami hilang ingatan untuk selamanya. Beberapa waktu kemudian, KalisatiSiregar, ayah Hariman, juga meninggal.
Barangkali, itulah masa-masa terberat bagi sosok Hariman Siregar. Setelah dipenjara rezim
Soeharto, ia mesti kehilangan anak, ayah, sekaligus menyaksikan istrinya sakit berkepanjangan.
Kalau ingat masa itu, gue jengkel. Membicarakan ini rasanya tidak menyenangkan. Bayarannyatidak imbang. Semuanya sudah habis, kata Hariman mengomentari masa-masa suram itu.
Kesedihan berat yang menimpa Hariman itulah yang menjadi kisah pembuka dalam buku
Hariman & Malari ini. Buku ini merupakan biografi yang ditulis dengan sudut pandang orangketiga. Bukan memoar yang mengambil sudut pandang orang pertama, yang belakangan marak.
Diterbitkan Q-Communicationyang beberapa kali menerbitkan buku biografi tokoh ternamabuku ini ditulis Imran Hasibuan, Airlambang, dan Yosef Rizal dan diterbitkan pada Januari 2011.
Secara garis besar, ada empat bagian dalam buku ini. Bagian pertama berisi kisah hidup
Hariman. Bagian kedua menyuguhkan galeri foto. Bagian ketiga menampilkan komentar paratokoh ihwal sosok Hariman. Sedangkan bagian terakhir mengetengahkan sejumlah tulisan
Hariman.
Dalam literatur gerakan mahasiswa di Indonesia, nama Hariman Siregar selalu diidentikkan
dengan Peristiwa Malari. Sebagaimana banyak diketahui, Malari adalah julukan yang mencakup
dua peristiwa yang berdekatan waktu, meski belum tentu berkaitan. Peristiwa pertama adalah
demonstrasi besar-besaran mahasiswa di Jakarta pada 15 Januari 1974.
Aksi itu terutama berkaitan dengan kedatangan Perdana Menteri Jepang, Kakuei Tanaka, ke
Indonesia. Pada hari itu, ratusan mahasiswa dan pelajar melakukan long march dari Universitas
Indonesia (UI) di Salemba, Jakarta Pusat, ke Universitas Trisakti di Grogol, Jakarta Barat.
Tujuan utama aksi itu sesungguhnya menuntut pemerintah mengubah kebijakan pembangunan
dan ketergantungan pada modal asing. Selain itu, juga mendesak penguasa menangani secara
-
5/24/2018 Peristiwa Dan Tokoh Malari 15 Januari 1974
3/4
serius berbagai penyelewengan dan korupsi yang kian merajalela serta penguatan lembaga
penyalur pendapat rakyat. Di Trisakti, mereka melakukan mimbar bebas hingga sore hari.
Pada saat hampir bersamaan, terjadi peristiwa kedua, yakni kerusuhan massal di sejumlah sudut
kota Jakarta. Massa melakukan pembakaran, perusakan, dan penjarahan terhadap sejumlah
gedung. Dalam kerusuhan yang berlangsung selama dua hari itu, 11 orang meninggal, ratusanmobil dan sepeda motor rusak, serta lebih dari 100 gedung dan bangunan hangus dibakar. Meskipara tokoh mahasiswa menyatakan kerusuhan itu tidak ada kaitannya dengan demonstrasi
mahasiswa, pemerintah tetap menangkap sejumlah pentolan mahasiswa.
Sebagai Ketua Dewan Mahasiswa UI, Hariman Siregar ada dalam daftar utama target
penangkapan. Dalam pengadilan yang digelar untuknya, ia divonis enam tahun penjara
(walaupun prakteknya ia hanya dipenjara kurang dari tiga tahun) karena dianggap melakukan
tindakan subversi, yakni merongrong haluan negara.
Setelah dibebaskan dari penjara, naluri aktivis Hariman tidak surut. Ia kembali terlibat
menyokong gerakan mahasiswa 1978 yang menolak Soeharto sebagai presiden kembali. Setelahitu, nama pria kelahiran Padang Sidempuan, Sumatera Utara, 1 Mei 1950, itu memang tak bisa
dilepaskan dari dunia pergerakan hingga sekarang.
Namun, sejatinya, pelekatan Peristiwa Malari di belakang nama Hariman tidaklah tepat. Sebab,faktanya, kerusuhan yang diwarnai pencurian, pembakaran, dan terbunuhnya belasan orang itu
merupakan aksi yang sama sekali terpisah dari gerakan mahasiswa ketika itu. Kerusuhan itu juga
tidak bisa dibilang 100% inisiatif masyarakat Jakarta yang mendukung aksi-aksi mahasiswa,melainkan lebih cenderung ada tangan ketiga yang menggerakkannya.
Seperti kesaksian mantan Panglima Kopkamtib Jenderal (purnawirawan) Soemitro dalam
memoarnya. Menurut dia, kelompok jaringan intel lepas Opsus (Operasi Khusus) di bawahkomando Ali Moertopo yang paling bertanggung jawab atas peristiwa kelam itu. Ia menunjuk
serangkaian rapat rahasia kelompok itu yang dilakukan beberapa kali menjelang Peristiwa Malari
pecah. Dengan kesaksian ini, tampak bahwa Hariman hanyalah kambing hitam tragedi nasionalitu. Jadi, bila menyebut Hariman sebagai tokoh sentral Peristiwa Malari, sama saja dengan
membenarkan pengambinghitaman tersebut.
Buku Hariman & Malari mengisahkan dengan cukup rinci bagaimana jejak politik Hariman
dimulai, perkembangannya, hingga kondisinya pada masa setelah reformasi. Ia dibesarkan dalam
keluarga yang berafiliasi pada Partai Sosialis Indonesia (PSI). Ibunya pun cukup aktif dalam
Gerakan Wanita Sosialis, organisasi onderbouw PSI. Bahkan, setelah berkeluarga, mertuanya
yang sekaligus guru politiknya adalah tokoh partai itu: Prof. Dr. Sarbini Soemawinata.
Yang cukup menarik, ternyata pada masa awalnya menjadi aktivis, Hariman pernah dekat
dengan Ali Moertopo, seorang asisten pribadi Presiden Soeharto. Dengan dukungan darikelompok Ali Moertopo pula, Hariman berhasil meraih kursi Ketua Dewan Mahasiswa UI,
mengalahkan pesaingnya dari Himpunan Mahasiswa Islam yang ketika itu sangat berpengaruh di
UI. Meski begitu, segera setelah terpilih sebagai Ketua Dewan Mahasiswa UI, Harimanmenunjukkan independensinya dari Ali Moertopo.
-
5/24/2018 Peristiwa Dan Tokoh Malari 15 Januari 1974
4/4
Tragisnya, ia lalu menjadi korban dalam tarik-menarik rivalitas dua petinggi tentara di lingkaran
kekuasaan ketika itu: Ali Moertopo di satu pihak dan Soemitro di pihak lain. Soemitro dicurigaimembahayakan kedudukan Pak Harto dengan menggalang dukungan mahasiswa. Malah, dalam
dokumen yang dikenal dengan Dokumen Ramadi disebutkan, Soemitro hendak merebut
kekuasaan dari tangan Soeharto.
Dalam keterangan resminya ketika itu, pemerintah menyebutkan keterlibatan PSI dan Masyumi
yang dicap sebagai kelompok ekstrem kanan dalam tragedi nasional itu. Hal itu disampaikan
Presiden Soeharto dalam sidang kabinet dan pada saat bertemu dengan para pemimpin partaipolitik. Disebutkan pula keterlibatan mantan anggota Partai Nasional Indonesia poros Ali-
Surachman dan kalangan tentara yang memiliki ambisi pribadi. Malah, lebih jauh, pemerintah
menuding adanya dukungan pihak asing yang ikut menyusun rencana dan mendanai gerakan itu.
Kisah menarik lainnya adalah peran Hariman ketika B.J. Habibie menjadi presiden. Pada waktu
itu, Hariman termasuk orang dekat dengan Habibie. Ia bahkan mengerahkan sejumlah rekan
aktivisnya untuk mendukung Habibie menjelang sidang umum MPR pada Oktober 1999.Hariman berupaya agar anggota MPR menerima laporan pertanggungjawaban Habibie, sehingga
kemungkinan Habibie menjadi presiden lagi terbuka lebar.
Tapi laporan pertanggungjawaban itu ditolak. Habibie memutuskan tidak maju sebagai calonpresiden. Sejak itu hingga sekarang, Hariman berada di lingkar luar kekuasaan dengan mengelola
Indonesian Democracy Monitor (Indemo). Seiring dengan perubahan zaman, Hariman tidak lagi
memainkan peran sentral dalam politik Indonesia.
Penerbitan buku ini barangkali adalah bagian dari upaya mengingatkan bahwa Hariman pernah
punya peran penting dalam sejarah Indonesia. Sebagai tugu pengingat, buku ini bisa dikatakan
bagus, meskiseperti umumnya biografiisi buku ini terlalu banyak puja-puji dan minim kritik.Demikianlah Peristiwa Dan Tokoh Malari 15 Januari 1974.
Sumber:http://rumahmimpi.net/2011/03/jejak-politik-hariman-siregar/
http://id.wikipedia.org/wiki/Malari