periode 2000-2010 vi - gpibtamansari.org · dalam ibadah hari minggu, selain tersedia tata ibadah...
TRANSCRIPT
108
SITUASI FISIK DAN NON FISIK
PERIODE 2000-2010
alam rangka mewujudkan jemaat misioner, berbagai
upaya baik fisik maupun non-fisik telah dilakukan GPIB
Jemaat Tamansari Salatiga selama satu dekade (2000 -
2010). Dalam kurun waktu tersebut, GPIB Jemaat Tamansari
Salatiga telah mengalami dua peristiwa penting,yaitu
pendewasaan dan pelembagaan Pos Pelkes ATK menjadi GPIB
Jemaat ATK (BAB V) dan pembangunan gedung pembinaan
warga jemaat (PWJ) di Salatiga yang akan diuraikan pada bagian
akhir dari bab ini. Sementara itu, tugas-tugas rutin terkait dengan
Tri Dharma tetap dilaksanakan, baik di Salatiga maupun di ketiga
Pos Pelkes yang berada di bawah Gereja Induk, yaitu Pos Pelkes
Kalimangli, Kauman Kidul dan Kembangsari (Lihat Lampiran 11:
Peta Wilayah GPIB Jemaat Tamansari Salatiga).
A. SITUASI NON FISIK
Dalam bagian perkembangan non fisik akan dibahas
tentang Tri Dharma yang mencakup:
1. Persekutuan (Koinonia)
Sekitar tahun 2000-2001 persekutuan berjalan
dengan lancar. Ada dukungan serta keterlibatan berbagai
pihak, karena semua unsur dalam jemaat, baik dari pihak
Majelis Jemaat, BPK maupun warga jemaat diberdayakan.
BPK berkembang dan aktif dalam ibadah serta ikut
berpartisipasi dalam kepanitiaan saat dibutuhkan (Natal,
Paskah).
Para pemuda yang saat itu berstatus mahasiswa dari
berbagai fakultas di UKSW dilibatkan dalam Pelayanan Anak
(PA), Persekutuan Taruna (PT) serta pekerjaan administrasi
gereja, antara lain pengarsipan yang pada waktu itu belum
berjalan dengan baik. Mantan Majelis Jemaat yang potensial
dilibatkan dalam pelayanan Firman di sektor dan Pos Pelkes.
D
BAB
VI
109
Dapat dikatakan bahwa pada awal periode ini ada usaha dari
pimpinan jemaat untuk memfungsikan potensi warga jemaat
dalam berbagai persekutuan. Sayangnya, pada saat itu belum
ada pedoman/kerangka umum tentang jemaat misioner yang
dapat diterapkan dalam penyusunan program kerja gereja,
meskipun konsep tentang jemaat misioner secara rinci telah
dijelaskan ketua Sinode GPIB dalam sidang Sinode GPIB di
Bandungan pada tahun 1970. Adapun dharma persekutuan
diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan gerejawi berikut
ini:
a. Ibadah
Ibadah hari Minggu di Salatiga yang semula
diadakan pukul 07.00, 09.00 dan 17.00 WIB sejak bulan
Pebruari 2004 diubah menjadi pukul 06.00, 08.00 dan
17.00 WIB. Di Pos Pelkes ibadah hari Minggu hanya sekali
pada jam-jam berikut: di Kembangsari pukul 08.00 WIB,
Kalimangli pukul 07.00 WIB dan Kauman Kidul pukul
07.30 WIB. Pada minggu ke-2 dan ke-4 setiap bulan, Pos
Pelkes Kauman Kidul bergabung dengan GPIB Jemaat
Tamansari Salatiga. Pelayan Firman, baik di Salatiga
maupun di Pos Pelkes diatur oleh PHMJ GPIB Jemaat
Tamansari Salatiga.
Mayoritas warga jemaat yang mengikuti
kebaktian Minggu sore di Salatiga adalah para pemuda,
terutama mahasiswa. Guna memenuhi kebutuhan mereka
dalam bidang iman dan persekutuan, mulai tahun 2000
pada hari Minggu terakhir setiap bulan pukul 17.00 WIB
diadakan ibadah eksperensial yang dirancang secara
khusus oleh tim ibadah eksperensial. Ibadah ini merupa-
kan suatu bentuk pertemuan antara Tuhan dengan umat-
Nya yang diungkapkan secara lebih “hidup” sesuai
dengan kebutuhan jemaat, khususnya para pemuda.
Walaupun ada variasi dalam liturgi yang dirancang dan
ditata secara khusus supaya lebih menarik bagi kaum
muda, penyelenggaraan ibadah tetap berdasarkan empat
rumpun tata ibadah GPIB, yaitu:
110
1) menghadap Tuhan
2) pelayanan Firman
3) persembahan syukur
4) pengutusan.
Ada berbagai bentuk ibadah eksperensial yang
dilaksanakan di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga
berdasarkan program kerja tahun pelayanan 2002- 2003
(Engel J.D, 2007: 55), yaitu:
1) Ibadah yang dibawakan dalam bentuk refleksi
atau peragaan untuk mempermudah pemahaman
Alkitab melalui peristiwa sehari-hari.
2) Ibadah hari Minggu dalam bahasa Inggris.
3) Ibadah oratorium, yaitu bentuk ibadah untuk
mencoba memahami Firman Tuhan melalui puisi
dan lagu.
4) Ibadah “kasih sayang” yang disampaikan dalam
bentuk dialog antara pelayan Firman dan warga
jemaat tentang Firman yang diberitakan. Bentuk
ibadah ini pernah diadakan berkaitan dengan hari
Valentine. Khotbahnya dialogis dan tanda kasih
sayang diwujudkan dengan saling memberikan
permen coklat.
Ibadah eksperensial ini semula diadakan sebulan
sekali, kemudian menjadi dua bulan sekali dan pada
tanggal 21 April 2009 dalam rapat PHMJ diputuskan
bahwa ibadah eksperensial menjadi program BPK-GP
serta diadakan tiga bulan sekali.
Dalam ibadah hari Minggu, selain tersedia tata
ibadah yang digunakan sebagai pedoman beribadah, ada
juga kantoria yang terdiri dari taruna dan pemuda yang
memandu puji-pujian diiringi permainan organ. Selain itu,
dibagikan warta jemaat yang berisi pengumuman penting
terkait dengan kegiatan gerejawi, laporan keuangan serta
jumlah warga jemaat yang hadir pada ibadah hari Minggu
sebelumnya.
111
Mulai tahun 2009 dua minggu sekali anggota
Majelis Jemaat secara bergantian memimpin kebaktian
hari Minggu di rumah para lansia yang tidak bisa ke
gereja.
Disamping ibadah hari Minggu, pada setiap Rabu
sore dua minggu sekali diadakan kebaktian sektor di
Salatiga (minggu ke-1 dan ke-3) dan di Pos Pelkes
(minggu ke-2 dan ke-4). Di Salatiga ada 5 sektor/sektor
pelayanan (Sekpel), yaitu Ngaglik, Kembangsari,
Kutowinangun, Karanganayar, Jetis dan Cungkup. Dalam
kebaktian sektor yang diadakan di rumah warga, Firman
yang disampaikan oleh pendeta atau Majelis Jemaat
diambil dari bacaan dalam Sabda Guna Krida untuk hari
itu. Pelayanan Firman dilanjutkan dengan diskusi tentang
beberapa pokok yang berkaitan dengan perikop dan tema
bacaan. Agar yang hadir dalam kebaktian sektor
terdorong untuk lebih banyak mempelajari Firman Tuhan
serta berpartisipasi secara aktif, dalam warta jemaat hari
Minggu sebelum kebaktian sektor dicantumkan perikop
bacaan, tema serta pertanyaan–pertanyaan diskusi.
Sayangnya, hanya antara 15 sampai 20 persen dari
jumlah anggota setiap sektor/Pos Pelkes yang ikut
mengambil bagian dalam kebaktian tersebut.
112
TABEL 15
Jumlah Warga Jemaat GPIB Jemaat Tamansari Salatiga Januari
2001 (*)
SEKTOR/POS PELKES JUMLAH KK JUMLAH PELAJAR/ MAHASISWA
JUMLAH JIWA
Jetis 60 150 390
Kutowinangun 52 - 154
Karanganyar 35 1 141
Cungkup 55 100 320
Ngaglik/Kembangsari 15 - 50
Ambarawa 50 - (**) 150
Tambakrejo 75 - (**) 250
Kebondowo 62 - (**) 200
Kalimangli 12 - (**) 45
T o t a l 416 251 1700
Keterangan:
(*): Sumber: Proposal Pembangunan Gedung PWJ GPIB
Jemaat Tamansari Salatiga, 23 Januari 2001: 2-3
(**): Tidak ada data
Selain itu juga diadakan kebaktian BPK sebagai
berikut:
1). BPK Pelayanan Anak (PA), BPK Persekutuan
Taruna (PT) dan BPK Gerakan Pemuda (GP). PA
dan PT di Salatiga dan Pos Pelkes umumnya
mengadakan kebaktian pada hari Minggu pagi
pukul 08.00/09.00 WIB, kecuali di Pos Pelkes
Kembangsarii kebaktian anak diadakan 2 kali
pada hari Minggu, yaitu pada pagi hari di
Kembangsari dan sore hari di Ngaglik serta
kebaktian taruna diadakan pada hari Sabtu sore
pukul 17.00 WIB. Kebaktian PA dan PT dipimpin
pelayan yang ditentukan oleh GPIB Jemaat
Tamansari Salatiga.
Persiapan pelayanan PA dan PT dipimpin oleh
pendeta dan anggota Majelis Jemaat secara
bergantian pada awal periode ini. Kemudian
dipimpin oleh pelayan PA dan PT yang kadang-
kadang didampingi Ketua III atau pendeta
113
jemaat pada setiap hari Sabtu pukul 10.00 pagi.
Pada tahun 2005, karena mengalami perkem-
bangan, Sekolah Minggu dibagi menjadi 3 kelas
berdasarkan usia, yaitu: kelas indri (dibawah usia
3 tahun), kelas anak (usia 4-5 tahun) dan kelas
tanggung (usia anak SD). Di Salatiga dan Pos
Pelkes Kembangsari ada 3 kelas, sedangkan di
Pos Pelkes Kalimangli ada 2 kelas, yaitu kelas
indri dan kelas anak. Di Pos Pelkes Kauman Kidul,
sejak tahun 2009 pelayanan Sekolah Minggu
tidak lancar dan kemudian ditiadakan, karena
anak-anak jemaat usia Sekolah Minggu tidak ada
lagi. Sekolah Minggu di Salatiga sebagian besar
dilayani oleh beberapa mahasiswa Fakultas
Teologia UKSW yang menjadi warga GPIB Jemaat
Tamansari Salatiga, sedangkan di Pos Pelkes
Kembangsari, Kauman Kidul dan Kalimangli,
mahasiswa Fakultas Teologia yang melayani juga
dibantu mahasiswa STTII Yogyakarta yang
berpraktek lapangan di masing-masing Pos
Pelkes tersebut. Kendala yang dihadapi dalam
pelayanan ini adalah pada masa liburan ada
kekurangan pelayan PA karena para mahasiswa
yang melayani pergi berlibur.
Selain kebaktian, BPK - PA mengikuti program
Mupel yaitu bible camp di Pakem Jogja dari
tanggal 18 sampai 19 September 2010. BPK - PT
mengadakan ibadah padang pada tanggal 14
Nopember 2010 Kegiatan BPK - GP di Salatiga
dan di Pos Pelkes diadakan setiap hari Sabtu
sore. Pada awal tahun 2000, dalam pertemuan-
pertemuan BPK - GP di Salatiga, selain kebaktian
juga diadakan latihan paduan suara, diskusi
tentang isu - isu aktual dengan mengundang
narasumber dari UKSW. Pada tanggal 20
114
Nopember 2010, 2 pemuda sebagai perwakilan
GP mengikuti sarasehan tentang “Kepemimpinan
dalam Dinamika Sosial Politik Kota Salatiga “
yang diadakan oleh GKJ Ringinawe Salatiga.
Kebaktian pemuda di Pos Pelkes Kalimangli
diadakan bersama pemuda GKJ Nalen. Pada
tahun 2006, GP Pos Pelkes Kalimangli
mengadakan kebaktian bersama dengan GP
Salatiga tiga bulan sekali.
2). BPK Persatuan Wanita (PW) dan BPK Perse-
kutuan Kaum Bapak (PKB). BPK - PW di Salatiga
mengadakan kebaktian di rumah anggota atau di
gereja secara bergantian pada setiap Senin sore
dan salah satunya sebulan sekali digunakan
untuk mengikuti kebaktian Persatuan Wanita
Kristen Indonesia (PWKI) bersama ibu-ibu dari
gereja lain di Salatiga. Kadangkala sebagai
pengganti ibadah rutin diadakan ibadah karya
yang memberi kesempatan kepada para ibu
untuk saling berbagi pengalaman, belajar
ketrampilan tertentu, seperti masak-memasak,
merangkai bunga atau mengikuti ceramah
tentang topik-topik yang menarik dan relevan.
Selain itu, PW GPIB Jemaat Tamansari aktif
berlatih paduan suara dan dua kali (tahun 2000
dan 2005) berhasil mewakili Mupel Jateng – DIY
mengikuti pesparawi (pesta paduan suara
gerejawi.) yang diadakan Dewan Wanita GPIB di
Jakarta.
Kegiatan bersama dengan PW Pos Pelkes
berjalan dengan baik. Selain perkunjungan dan
penyelenggaraan kebaktian bersama di tiap Pos
Pelkes tiga bulan sekali yang diatur secara
bergilir, juga diadakan kebaktian gabungan yang
dihadiri anggota PW Salatiga dan Pos Pelkes
115
pada peringatan hari ulang tahun PW dan ibadah
padang. Di Pos Pelkes Kalimangli kebaktian BPK -
PW sejak tahun 2006 diadakan di gereja 2 kali
sebulan. Kemudian diadakan setiap minggu
dipimpin anggota Majelis Jemaat setempat pada
pukul 09.00 pagi setelah ibadah hari Minggu.
BPK-PW di Pos Pelkes Kembangsari yang
terbentuk pada tahun 1994, selain mengadakan
kebaktian setiap hari Sabtu pukul 16.00 WIB dua
minggu sekali yang dilayani presbiter yang
ditentukan oleh Salatiga juga melaksanakan
latihan paduan suara.
Antara tahun 2005 - 2007 kegiatan BPK - PW di
Salatiga agak terganggu. Beberapa anggota
pengurus PW mengundurkan diri dari pengurus
harian, karena timbul perbedaan pendapat
mengenai penanganan kegiatan PW antara
pendeta dan pengurus PW. Namun kemudian,
kegiatan dapat diaktifkan kembali dengan
pengangkatan pengurus baru pada bulan
Februari 2008. Pada tanggal 24 dan 25
September 2010 perwakilan pengurus BPK-PW
mengikuti pembinaan pengurus PW (program
Mupel Jawa Tengah – Yogyakarta) yang
diadakan di Kaliurang.
Yang masih belum berjalan sesuai harapan
adalah kebaktian BPK PKB yang telah berdiri di
Salatiga sejak tanggal 11 Juli 1990. Kebaktian
PKB yang dilaksanakan tidak berjalan lancar,
karena terkadang hanya sekitar 3-5 bapak yang
hadir. Walaupun demikian, pada awal periode ini
PKB pernah dipercayai mengkoordinir penyeleng-
garaan ibadah dan perayaan Paskah jemaat.
Pada bulan Juli 2008, kegiatan PKB yang terhenti
116
digiatkan kembali dengan mengadakan kebaktian
pada hari Kamis sore minggu ke-2 dan ke-4.
Sementara itu Mupel Jawa Tengah – Yogyakarta
mengadakan pembinaan BPK – PKB di Ban-
dungan dari 28 sampai 29 Agustus 2009. Namun
demikian, pada pertengahan tahun 2009 peserta
kebaktian PKB makin berkurang dan akhirnya
macet lagi sampai saat penulisan buku ini.
Kemungkinan karena bapak-bapak pada umum-
nya masih aktif bekerja sampai sore hari,
sehingga tidak dapat menghadiri kebaktian PKB.
Sebaliknya BPK - PKB di Pos Pelkes Kembangsari
yang baru terbentuk tahun 2007 lebih ber-
kembang. Kebaktian yang diadakan dua minggu
sekali pada hari Sabtu pukul 17.00 WIB dihadiri
kurang lebih 12 orang.
Selain itu diadakan juga kebaktian hari raya
Kristen, kebaktian pengucapan syukur dan
kebaktan lanjut usia (lansia) sebelum kaum
lansia ditetapkan sebagai BPK. Kebaktian lansia
yang dikoordinir lansia Salatiga juga diikuti oleh
kaum lansia dari Pos Pelkes. Disamping itu juga
diadakan ibadah padang setahun sekali serta
latihan paduan suara secara rutin untuk mengisi
ibadah hari Minggu.
Disamping kegiatan-kegiatan tersebut di atas,
guna meningkatkan iman warga jemaat, keluarga
didorong untuk melakukan kebaktian rumah
tangga pada pagi dan malam hari dengan
menggunakan Sabda Bina Umat sebagai
pedoman. Dengan demikian, setiap warga
jemaat dibimbing untuk mendalami Firman
Tuhan serta memperkuat persekutuan dalam
keluarga. Sabda Bina Umat (SBU) selain dijual
117
juga diberikan cuma-cuma kepada warga jemaat
Pos Pelkes yang membutuhkan sebagai subsidi
silang lewat bantuan donatur.
Ibadah perayaan Natal dan Paskah yang
diadakan setiap tahun, penyelengaraannya diatur
secara bergantian, yaitu di pusat (Salatiga) atau
di Pos Pelkes/sektor masing-masing. Bila
dipusatkan di Salatiga, maka biasanya dibentuk
sebuah panitia yang menangani dan melibatkan
warga GPIB Jemaat Tamansari, baik dari Salatiga
maupun dari Pos Pelkes.
Sebaliknya bila tidak dipusatkan, maka ditangani
oleh setiap Pos Pelkes (kecuali Pos Pelkes
Kauman Kidul bergabung dengan sektor
Cungkup) atau sektor serta dirayakan di tempat
masing-masing. Namun dalam kenyataannya,
meskipun penyelenggaraan Natal sudah diatur
secara bergantian, Pos Pelkes tetap merayakan
Natal setiap tahun bersama warga masyarakat
Kristen maupun non-Kristen yang berada di
lingkungan mereka sebagai bentuk kegiatan
pelayanan dan kesaksian.
Kegiatan–kegiatan berikut juga dilakukan guna
meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah
tersebut di atas:
1) Penyegaran iman oleh Ketua Sinode GPIB
pada tahun 2000.
2) Guna menampung aspirasi dan mem-
berikan kesempatan kepada pemuda un-
tuk menunjukkan kreatifitas, pada tahun
2000 dibentuk tim pembina yang
memikirkan dan merancang ibadah eks-
perensial. Ibadah eksperensial ini dia-
dakan berdasarkan ketetapan-ketetapan
118
Persidangan Sinode GPIB XIV,1986.
Dalam naskah Tata Ibadah GPIB tertulis
bahwa ibadah eksperensial adalah
pengolahan wadah dan kebaktian jemaat
dalam bentuk pengungkapan pengha-
yatan dan respons yang lebih hidup
(Engel J.D, 2007: 54). Manfaat ibadah
eksperensial bagi para pemuda/jemaat
yang hadir (Engel J.D, 2007: 55-57)
antara lain:
a) Menjawab kebutuhan kerohanian
para pemuda/jemaat. Dalam hal
ini kebutuhan akan bentuk
ibadah yang diselenggarakan,
yaitu tidak kaku, menarik dan
bersemangat.
b) Membina iman pemuda/jemaat
menjadi pemuda/jemaat misioner
yang bersaksi dengan benar di
tengah dunia dan masyarakat.
c) Mempersatukan pemuda/jemaat
dari berbagai latar belakang yang
berbeda dalam persekutuan
sebagai Tubuh Kristus.
d) Partisipasi pemuda sebagai jema-
at dalam ibadah eksperensial
lebih tampak dibandingkan da-
lam ibadah Minggu lainnya.
Kemudian kebaktian eksperensial
ini dikembangkan menjadi kebak-
tian pemuda dan berada di
bawah tanggung-jawab Ketua II
dan Ketua III Majelis Jemaat.
3) Pembentukan komisi musik gereja
(muger) yang menangani kegiatan–
119
kegiatan kantoria dan organis. Dari
tanggal 22-24 Agustus 2004 diadakan
pembinaan dan pelatihan untuk anggota
komisi muger oleh Godlief Soumokil dan
Utami Kartika dari Jakarta. Pada tahun
2009 komisi muger mengusulkan agar
kantoria tidak hanya terdiri dari para
mahasiswa saja tetapi juga melibatkan
anggota BPK atau jemaat namun
pelaksanaannya tidak berlansung lama.
4) Selama bulan Mei 2002, sertiap Sabtu
sore pada saat mengadakan persiapan
untuk pelayanan ibadah Minggu, para
anggota Majelis Jemaat mendalami
beberapa pokok dalam rangka peningkat-
an kualitas pelayanan. Pokok–pokok yang
didalami antara lain menggali dan
menelaah isi Alkitab, cara berkhotbah
dan tata ibadah. Pada tanggal 23 dan 30
Juni 2009 diadakan lagi pembinaan
tentang cara berkhotbah kepada Majelis
Jemaat.
5) Dilaksanakan pembinaan (kursus/pelatih-
an) bagi pengajar Pelayanan Anak dan
Persekutuan Taruna. Pada tahun 2001
dibentuk tim pembina untuk memikirkan
dan merancang pendidikan/pelayanan di
kedua BPK tersebut.
6) Disamping pembentukan tim pembina,
juga ditetapkan pendeta pendamping
dengan tujuan membantu menyelesai-
kan masalah kerohanian yang mungkin
dihadapi BPK-BPK tersebut.
7) Ada kerja sama antar gereja dan dengan
lembaga Kristen lain. Hubungan kerja
sama antar gereja selain terjalin dengan
120
sesama GPIB juga dengan gereja-gereja
lain. Pada awal periode ini, Majelis
Sinode GPIB mempercayakan kepada
pendeta jemaat GPIB Jemaat Tamansari
Salatiga tugas untuk membina dan
mempersiapkan seorang vikaris GPIB
selama setahun. Selain itu ada kerja
sama dengan GPIB Mupel Jawa Tengah
Yogyakarta melalui pertukaran mimbar
untuk melayani ibadah hari Minggu.
Pada tanggal 2 Januari 2008 diadakan kerja sama
antara Gereja Protestan Maluku (GPM), Sinode
GPIB dan GPIB Jemaat Tamansari Salatiga untuk
vikariat 2 dosen Teologia dari GPM. Dengan
gereja-gereja lain kerja sama dilakukan melalui
Badan Kerja Sama Gereja-gereja Salatiga (BKGS),
misalnya dengan menyelenggarakan Natal,
Paskah dan peringatan HUT RI bersama, Pada
tahun 2000, Pdt Hendrika Karinda - Wattimena
dipercaya menjadi ketua panitia Paskah BKGS
yang dilaksanakan di gedung gereja GKI Salatiga,
dimeriahkan dengan paduan suara bersama
menyanyikan lagu “Great Halleluya”.
GPIB Jemaat Tamansari Salatiga juga
mengadakan hubungan dengan lembaga-lemba-
ga Kristen, antara lain:
(1) Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW) Salatiga
(a) Beberapa pendeta yang melanjutkan
studi di program Magister Sosiologi
Agama dan Masyarakat UKSW dan
dosen fakultas Teologia UKSW
membantu pelayanan Firman dalam
ibadah. Bahkan ada paduan suara
keluarga - keluarga pendeta dipimpin
121
Pdt. John Titaley yang mengisi
kebaktian Minggu.
(b) Praktek pendidikan lapangan (PPL) I-
IV yang dilakukan mahasiswa Fa-
kultas Teologia UKSW di GPIB
Jemaat Tamansari Salatiga sejak
tahun 2004. Sambil berpraktek la-
pangan para mahasiswa membantu:
(i) mengajar Sekolah Minggu (BPK -
PA) dan remaja (BPK - PT),
(ii) menjadi pendamping dan/atau
pemimpin dalam pelayanan pen-
dalaman Alkitab (PA) dan
pelayanan kategorial,
(iii) ikut dalam pelayanan perkun-
jungan pastoral, diakonia, kateki-
sasi dan dalam kegiatan adminis-
trasi serta manajemen gereja.
(c) Fakultas Ekonomi UKSW melalui
kegiatan kuliah kerja nyata (KKN)
mahasiswa membantu gereja menata
administrasi dan keuangan.
(2) Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia
(STTII) Yogyakarta
Kerja sama dengan STTII Yogyakarta
telah dimulai sejak tahun 1987 pada masa
pelayanan Pdt A. Ihalauw. Para mahasiswa
STTII melakukan pelayanan dan pengem-
bangan baik di wilayah-wilayah yang baru
dibuka maupun di Pos Pelkes yang sudah
ada. Sejak tahun pertama sampai dengan
tahun keempat (terakhir) setiap Jumat sore
sampai Senin pagi para mahasiswa yang
mengikuti praktek lapangan berada di jemaat
122
Pos Pelkes Kembangsari, Kauman Kidul dan
Kalimangli. Kegiatan yang dilakukan, antara
lain, mengobservasi jemaat, membantu
pertumbuhan jemaat dengan mengajar
Sekolah Minggu, mengadakan pendekatan
dan menjalin hubungan yang akrab terutama
dengan keluarga dari anak-anak Sekolah
Minggu
(3) Seorang mahasiswa Sekolah Timggi
Teologia Jakarta mengikuti praktek
Pastoral 2 selama 2 bulan.
b. Katekisasi
Pada dasarnya yang bertanggung jawab penuh
atas pelaksanaan katekisasi di GPIB jemaat Tamansari
Salatiga adalah pendeta jemaat, namun pada saat
pendeta berhalangan atau GPIB Jemaat Tamansari
Salatiga tidak memiliki pendeta tetap, tugas ini dapat
dialihkan kepada pendeta atau presbiter lain yang
ditunjuk.
Sebelum periode ini, katekisasi di Salatiga
ditangani oleh pendeta jemaat, sedangkan di Pos Pelkes
ATK oleh Pdt Piet Pattinasarany yang pada tanggal 14
September 2000 mengalami kecelakaan lalu lintas dalam
perjalanan ke Pos Pelkes Ambarawa untuk mengajar
katekisasi.
Dalam perjalanan waktu, katekisasi makin
berkembang, sehingga perlu dilakukan pembinaan
pengajar, terutama untuk Pos Pelkes ATK, karena
perserta katekisasinya bertambah dan membutuhkan
lebih banyak pengajar. Di samping itu apabila pengajar di
Pos Pelkes ATK adalah warga jemaat setempat akan
merupakan latihan yang baik baginya dalam rangka
menyongsong pendewasaan dan pelembagaan ATK.
Maka pada tahun 2002 dilakukan pembinaan pengajar
123
katekisasi yang berasal dari warga jemaat Pos Pelkes
ATK.
Setelah pembinaan pengajar terlaksana,
katekisasi di Pos Pelkes ATK dilayani oleh pengajar dari
jemaat setempat, sementara di Salatiga dan di ketiga Pos
Pelkes yang lain ditangani oleh pendeta jemaat atau
pengajar lain. Selain itu, pada tanggal 18-19 Juni 2010
diadakan pembinaan sertifikasi katekisasi bagi non-
pendeta di GPIB Efata Semarang dan GPIB Jemaat
Tamansari mengutus 4 orang.
Katekisasi dipusatkan di gedung gereja GPIB
Jemaat Tamansari di Salatiga dan diadakan setiap hari
Minggu dari pukul 10.00 sampai 12.00 WIB selama 10
bulan, diakhiri dengan retreat keluar kota Salatiga
(Bandungan atau Kopeng) sebelum para katekumen
(peserta katekisasi) mengikuti peneguhan sidi.
c. Perkunjungan
Melalui perkunjungan terjadwal oleh para
presbiter kepada warga jemaat termasuk mahasiswa di
pemondokan yang berada di wilayah pelayanan mereka,
baik di sektor maupun di Pos Pelkes, diharapkan
hubungan dengan warga jemaat dapat lebih dipererat.
Selain itu, mungkin ada masalah pribadi atau keluarga
yang dihadapi warga jemaat yang bisa dicari
penyelesaiannya. Pada awal tahun 2000 perkunjungan
kepada peserta Sekolah Minggu juga dilakukan oleh
pengajar PA didampingi anggota Majelis Jemaat sektor.
Di Pos Pelkes Kembangsari, ketika jumlah Majelis
Jemaat masih sangat terbatas, perkunjungan rutin
kepada warga jemaat banyak dilakukan oleh mahasiswa
STTII Yogyakarta yang mengikuti praktek lapangan.
Dalam perkunjungan, mereka berusaha melakukan
pelayanan pastoral kepada anak-anak, kaum remaja,
pemuda bahkan keluarga - keluarga mereka. Sedangkan
perkunjungan yang dilakukan Majelis Jemaat dan pendeta
124
lebih bersifat insidentil tergantung kebutuhan warga
jemaat, misalnya karena sakit, ada permasalahan atau
lama tidak hadir dalam persekutuan. Dalam
perkunjungan, peran pendeta sangat efektif untuk
meningkatkan pelayanan pastoral bagi warga jemaat.
Mulai tahun 2008, perkunjungan ke warga
jemaat sektor dan Pos Pelkes dilakukan secara bergantian
pada setiap Kamis sore. Perkunjungan dilakukan pendeta
jemaat bersama anggota Majelis sektor/ Pos Pelkes yang
dikunjungi.
2. Pelayanan (Diakonia)
Dalam periode ini antara lain dilakukan pelayanan
kesehatan (pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, diakonia
untuk orang sakit, diakonia kematian). pemberian beasiswa
serta bantuan lain bagi yang membutuhkan.
a. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan kepada jemaat Pos Pelkes,
khususnya di Tambakrejo dan Kebondowo, sudah
diadakan oleh komisi PI sejak terbentuknya jemaat di
kedua Pos Pelkes tersebut. Pada bulan Juni (bulan
Pelkes) tahun 2001 dilakukan pelayanan kesehatan di
Tambakrejo dan Kebondowo dalam bentuk kerja sama
dengan Puskesmas setempat. Selain itu dilakukan
pelayanan kesehatan di Pos Pelkes yang lain 3 bulan
sekali.
Pada tahun 2003 dibentuklah komisi Pelkes untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan dan kesaksian yang
merupakan tugas jemaat sepanjang masa sebagai jemaat
misioner. Daya dan dana yang ada harus disalurkan
kepada mereka yang membutuhkan. Inilah makna
”memberi” menurut Alkitab dan prinsip dari pelayanan
dan kesaksian gereja, karena ada tertulis ”Adalah lebih
berbahagia memberi dari pada menerima”(Kisah Para
Rasul 20: 35)
125
Selain itu, komisi ini juga melakukan kegiatan
pelayanan dan penyuluhan kesehatan cuma-cuma (hanya
penggantian ongkos alat lab untuk pemeriksaan darah) di
Salatiga dan di Pos Pelkes. Di Salatiga pelayanan
kesehatan semula disebut Klinik Minggu, karena diadakan
di samping gedung gereja pada hari Minggu ke-2 dan ke-
4 sesudah kebaktian pukul 08.00 WIB. Kemudian sebutan
Klinik Minggu diubah menjadi Pelayanan Bhakti Sosial
Kesehatan dan pada awal tahun 2007 dibangun ruangan
khusus di samping gedung gereja untuk pelayanan
kesehatan tersebut.
Pelayanan kesehatan di Pos Pelkes oleh komisi
Pelkes dijadwalkan pada minggu ketiga setiap bulan,
namun bisa diubah tergantung permintaan Pos Pelkes. Di
Pos Pelkes Kembangsari biasanya diadakan di desa
Regunung dan Karangduren. Ketika diadakan di
Regunung pada bulan Pebruari 2010 ada kurang lebih
150 warga desa yang hadir. Pelayanan kesehatan di
Kalimangli diadakan bagi warga dusun Karanganyar dan
Kalimangli secara bergantian. Sedangkan di Kauman Kidul
diadakan di dusun Nogosaren, meskipun di dusun itu
hanya ada 1 KK warga GPIB Jemaat Tamansari. Semula
kegiatan ini dilakukan di Pos Pelkes Kauman Kidul, tetapi
karena di tempat ini sudah ada Puskesmas, maka
pelayanan kesehatan di Pos Pelkes ini dihentikan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi
pemeriksaan umum, pemeriksaan laboratorium (tekanan
darah, kolesterol, asam urat, dan gula darah), pemberian
obat-obatan dan pernah diadakan khitanan. Pelayanan ini
ditujukan kepada warga jemaat, tetapi juga terbuka
untuk masyarakat umum. Bahkan dapat dikatakan bahwa
pelayanan di dusun/desa tersebut di atas lebih banyak
dimanfaatkan oleh anggota masyarakat yang membutuh-
kan pemeriksaan dan /atau pengobatan.
Dalam kenyataannya, di Salatiga 90 persen yang
dilayani adalah warga jemaat, sedangkan di Pos Pelkes
126
90 persen adalah anggota masyarakat setempat. Yang
perlu dicatat adalah bahwa pengumuman pelaksanaan
pelayanan kesehatan di Pos Pelkes juga disiarkan melalui
pengeras suara mesjid setempat. Hal ini menunjukkan
adanya kerjasama yang harmonis antar umat beragama
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Komisi ini juga melakukan diakonia untuk orang
sakit, yaitu dengan memberikan bantuan biaya operasi
warga jemaat yang membutuhkan, mengunjungi dan
memberikan sekedar ’tali asih’ kepada warga jemaat yang
sakit di rumah atau di rumah sakit.
Dari tanggal 23 – 26 Oktober 2003, dua pemuda
GPIB Jemaat Tamansari ikut mengambil bagian dalam
”Aksi Bakti Sosial Pemuda” (ABSP), program Mupel
Jateng - DIY yang dilaksanakan di Pelkes GPIB Penabur
Solo di desa Sambi, Boyolali. Kegiatan difokuskan pada
pengecoran jalan dan penyelesaian pembangunan TK
(milik GPIB) dan pelayanan kesehatan cuma-cuma bagi
warga setempat. Dalam pelaksanaan kegiatan ini peserta
ABSP pun dibantu oleh warga desa Sambi. Selain itu
peserta ABSP juga dilengkapi dengan materi pembinaan
dari Dewan Pemuda tentang ” Memahami Potensi Diri”
dan”Pengembangan Kreativitas”.
Kemudian pada tahun 2010 pelayanan kesehatan
yang merupakan program Mupel Jateng-DIY dilakukan
lagi di desa Sambi, kabupaten Boyolali dan Kenanga
wilayah pelayanan GPIB Sion Banyumanik dan dalam
kesempatan ini komisi Pelkes GPIB Jemaat Tamansari
ikut mengambil bagian.
Selain diakonia untuk orang sakit, pada tahun
2005 mulai diadakan diakonia kematian berupa
pengadaan peti jenazah dan perlengkapannya bagi warga
jemaat yang meninggal dunia. Komisi ini juga membiayai
pelatihan perawatan jenazah (ngrukti) yang diadakan
pada bulan Agustus 2010 untuk membantu menangani
jenazah warga jemaat, jika dibutuhkan.
127
b. Pemberian bantuan
1) Mulai bulan Juni tahun 2002 ada pemberian
santunan kepada beberapa warga jemaat (lanjut
usia dan janda) yang tidak memiliki penghasilan
tetap. Sebagian memperoleh bantuan dalam
wujud uang bulanan dan yang lain mendapatkan
sembako pada perayaan Natal dan Paskah.
Pernah diadakan jamuan kasih bagi 50 orang.
2) Bantuan di bidang pendidikan, antara lain
berupa:
a) pemberian bantuan SPP (uang sekolah) bagi
anak-anak warga jemaat ekonomi lemah
yang belajar di tingkat SD, SMP dan SLTA.
Jumlah siswa yang memperoleh bantuan dari
tahun ke tahun berbeda dan besarnya
disesuaikan dengan situasi pada saat
bantuan diberikan.
SD : Rp 10.000 – Rp 30.000
SMP : Rp 15.000 - Rp 35.000
SLTA : Rp 25.000 - Rp 40.000
b) biaya kursus. Bantuan pendidikan juga
diberikan kepada anak- anak putus sekolah
untuk mengikuti kursus ketrampilan sebagai
bekal memperoleh pekerjaan di kemudian
hari.
c) bantuan subsidi untuk beberapa guru agama
Kristen yang mengajar di SD Negeri pernah
diberikan pada awal periode ini.
3) Pos Pelkes Kembangsari membantu kelompok
tani/peternak sapi di sekitar gedung gereja
dengan pengadaan listrik.
c. Pada tahun 2000 direncanakan pelayanan ke
Lembaga Pemasyarakatan, tetapi tidak berhasil
dilaksanakan.
128
Daya dan dana untuk mewujudkan kegiatan komisi
Pelkes diperoleh dari:
a) persembahan warga jemaat dalam setiap
ibadah hari Minggu minimal Rp 1000 yang
dimasukkan dalam amplop khusus yang telah
disediakan.
b) sumbangan mantan warga jemaat GPIB
Jemaat Tamansari Salatiga dari berbagai
tempat. Pada tahun 2008 ada donatur yang
memberikan sumbangan untuk pengadaan
sarana.
Seluruh keuangan, baik penerimaan maupun
pengeluaran, diipertanggungjawabkan kepada PHMJ dan
diberitakan dalam warta jemaat setiap hari Minggu.
Kegiatan-kegiatan pelkes dijalankan oleh komisi yang
beranggotakan 14 orang dengan bantuan 3 dokter dan 2
perawat profesional yang juga warga GPIB Jemaat
Tamansari Salatiga.
Selain itu, GPIB Jemaat Tamansari juga memberi
bantuan ketika terjadi bencana alam di Mentawai, Wasior
(Irian Jaya) melalui Mupel Jateng-DIY atau GPIB/gereja
lain tempat bencana terjadi. Bantuan juga diberikan
kepada gereja lain. misalnya untuk pembangunan gedung
gereja, biaya pengobatan pendeta terutama yang sudah
purna tugas. Sebaliknya GPIB Jemaat Tamansari juga
pernah menerima bantuan seperti itu.
Demi kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan
Tri Dharma diadakan kegiatan-kegiatan berikut:
a. administrasi kantor gereja dibenahi. Pada tanggal
16 Nopember 2001 PHMJ memutuskan agar
ketua dan sekretaris menyusun deskripsi tugas
pegawai dan ada pembagian tugas antara
sekretaris I dan II.
b. mulai tahun 2009 pertemuan jemaat /warga sidi
yang seharusnya diadakan setahun sekali
129
sebelum penyusunan program kerja tahun
berikutnya digalakkan lagi. Namun sayangnya
dalam pertemuan yang diadakan baik secara
terpusat maupun di sektor/Pos Pelkes masing-
masing, kehadiran serta partisipasi jemaat sangat
kurang.
c. pada tahun 2010 ada usaha untuk mensahkan
Peraturan Pelaksanaan Majelis Jemaat (PPMJ)
yang pernah diusulkan pada tahun–tahun
sebelumnya dengan pembentukan sebuah tim
yang terdiri dari 4 bidang yang masing-msing
dikoordinir oleh ketua I-IV, tetapi belum berhasil
d. Badan pelaksana Mupel mengadakan pembinaan
PHMJ di Salib Putih pada tanggal 4- 5 Juni 2010
3. Kesaksian (Marturia)
a. Komisi pelayanan dan kesaksian (Pelkes) yang
dibentuk pada tahun 2003, melanjutkan tugas komisi
pekabaran Injil sebelumnya yang lebih terfokus pada
pemberitaan Injil di Salatiga dan Pos Pelkes. Komisi
Pelkes juga diserahi tugas untuk mengadakan
kebaktian sektor yang dipimpin anggota komisi
secara bergantian di Pos Pelkes Kalimangli dan
Kauman Kidul. Dalam kebaktian tersebut diadakan
diskusi dengan tujuan meningkatkan iman dan
pemahaman tentang Firman Allah serta persekutuan
warga jemaat.
b. Di Pos Pelkes Kembangsari, di bawah bimbingan
Detty Manongko, dosen STTII Yogyakarta yang
berperan sebagai church planter (perintis jemaat),
mahasiswa STTII yang melakukan praktek lapangan
membantu pelayanan Sekolah Minggu dan taruna.
Mereka melakukan PI (personal evangelism) melalui
perkunjungan ke rumah anak-anak Sekolah Minggu di
dusun Karangduren dan desa Regunung. Diharapkan
anak-anak yang mengikuti Sekolah Minggu atau
130
Persekutuan Taruna dapat mengajak orang tua serta
anggota keluarga yang lain untuk mengenal Kristus.
Dengan demikian gereja dapat bertumbuh seiring
dengan pertumbuhan jemaat.
c. Pada tahun-tahun berikutnya kegiatan tersebut
berlanjut tidak hanya di Kembangsari, tetapi juga di
Kalimangli, Kauman Kidul (setelah diaktifkan kembali
sebagai Pos Pelkes) dan Kebondowo. Maka Kem-
bangsari menjadi model bagi kerjasama pelayanan PI
antara GPIB dengan sebuah sekolah teologia yang
melahirkan sebuah jemaat baru. Gereja terbuka bagi
mereka yang bersedia membantu gereja dalam upaya
mencapai visi dan misinya dan Roh Kudus telah
memberi kuasa kepada jemaat untuk melibatkan diri
dalam tugas pemberitaan kabar keselamatan bagi
banyak orang.
d. Di Pos Pelkes Kembangsari juga pernah diadakan
pelatihan PI di dusun Karangduren yang pesertanya
merupakan gabungan anggota BPK - GP, PW dan PKB
bekerja sama dengan LPMI. PI diawali dengan
membangun hubungan baik dengan orang -orang
yang belum percaya kepada Kristus, dilanjutkan
dengan perkunjungan dan penyampaian Injil. Upaya
ini memperoleh tanggapan yang positif. Mereka
bersedia menerima Yesus dan menjadi orang
percaya.
Selain itu, dalam rangka penyusunan program
kerja tahunan GPIB Jemaat Tamansari Salatiga dan agar
Majelis Jemaat serta pimpinan BPK dapat lebih
memahami visi dan misi GPIB sebelum merancang
program kerja, diadakan loka karya tentang visi dan misi
oleh Willi Toisuta di Bandungan pada tahun 2000.
Sebagai kelanjutan dari pembinaan tersebut,
dalam Rencana Program Kerja & Anggaran Jemaat GPIB
Tamansari Salatiga Tahun Pelayanan 2002-2003
131
(disahkan dalam Sidang Majelis Jemaat GPIB Tamansari
Salatiga pada tanggal 26 April 2002) dirumuskan visi dan
misi GPIB Jemaat Tamansari Salatiga. Visi yang
dirumuskan adalah sebagai berikut: “Terwujudnya jemaat
misioner yang menghadirkan damai sejahtera Allah”.
Kemudian dalam pembinaan Majelis Jemaat tahun 2003
pokok ini dibahas lagi, namun sayang tema itu belum
terlaksana sepenuhnya.
B. SITUASI FISIK
Sejauh ini selain kegiatan-kegiatan non-fisik, GPIB
Jemaat Tamansari juga melakukan pembangunan fisik, antara
lain pembangunan gedung pembinaan warga jemaat, renovasi
gedung dan halaman gereja GPIB Jemaat Tamansari di Salatiga
serta menambah/melengkapi gedung gereja di Pos Pelkes.
1. Pembangunan Gedung Pembinaan Warga Jemaat (PWJ).
Gedung pembinaan warga jemaat (PWJ) dibangun di
jalan Jendral Sudirman nomor 1 Salatiga sebelah selatan
gedung gereja di atas tanah bekas pastori/kantor gereja dan
gedung pertemuan lama di lahan seluas kira-kira 294 meter
persegi yang berstatus Hak Milik (SHM) nomor 2225 tanggal
08 September 1992 desa/kelurahan Salatiga kecamatan kota
Salatiga atas nama GPIB Salatiga. Untuk pelaksanaan
pembangunan gedung tersebut dibentuk panitia.
Gedung PWJ perlu dibangun, karena jumlah anggota
GPIB Jemaat Tamansari Salatiga yang membutuhkan
pembinaan pada akhir tahun 2000 menunjukkan perkem-
bangan pesat (Lihat Tabel 15). Gedung gereja, gedung
pertemuan dan kantor gereja yang ada tidak dapat lagi
menampung berbagai kegiatan pembinaan dan pelayanan
gerejawi. Sebagai contoh, dalam ibadah Minggu dan hari raya
Kristen serta kegiatan-kegiatan BPK, terutama jika di-
selenggarakan pada waktu yang sama kapasitas ruangan dan
tempat duduk tidak lagi memadai.
Pembangunan diawali dengan persiapan lokasi
gedung dan pada tanggal 5 November 2000 peletakan batu
132
pertama dilakukan oleh Pdt Hendrika Karinda - Wattimena.
Proses pembangunan berlangsung dalam 2 tahap.
- Tahap pertama: pembangunan gedung kantor
berlantai dua (lantai I untuk konsistori dan lantai II
untuk kantor) dengan total luas bangunan 180 meter
persegi. Selesai dikerjakan dalam 1 tahun serta
diresmikan pada tanggal 4 November 2001.
- Tahap kedua: pembangunan gedung PWJ yang
menyatu dengan konsistori dan kantor, dengan lantai
seluas 219 meter persegi ditambah balkon seluas 71
meter persegi yang dapat menampung sekitar 250
orang. Gedung ini selesai dikerjakan akhir November
2002 dan diresmikan pada tanggal 30 November
2002.
Setelah kedua tahap tersebut, selesai dalam setahun
(Desember 2002 November 2003) bagian-bagian fisik ba-
ngunan yang belum lengkap mulai dikerjakan. Dibangun 1
pos jaga di depan gereja dan fasilitas pelengkap disediakan
(mimbar, sound system, kursi dan kipas angin). Sementara
itu juga dilakukan renovasi dapur dan kamar kecil gedung
gereja.
Dana yang digunakan untuk pembangunan gedung
PWJ sebesar Rp 533.076.762 (limaratus tigapuluh tiga juta
tujuh puluh enam ribu tujuh ratus enampuluh dua rupiah)
dihimpun dari kontribusi warga GPIB Jemaat Tamansari
Salatiga sekitar 60 persen dan 40 persen sisanya berasal dari
berbagai pihak. Adapun pengeluaran sampai dengan tanggal
22 November 2003 mencapai Rp 528.021.231 (lima ratus dua
puluh delapan juta dua puluh satu ribu dua ratus tiga puluh
satu rupiah). Dengan demikian masih terdapat saldo sebesar
Rp 5.055.531 (lima juta lima puluh lima ribu lima ratus tiga
puluh satu rupiah).
Selain itu juga ada sumbangan dalam bentuk barang
berupa 1 set perlengkapan meja perjamuan senilai Rp
5.000.000 dan 1 salib perunggu berukuran besar dari
133
anggota jemaat maupun luar jemaat GPIB Tamansari
Salatiga.
2. Renovasi Gedung dan Halaman Gereja di Salatiga,
Kalimangli dan Kembangsari.
Gedung gereja GPIB di Salatiga masih tetap mem-
pertahankan bentuk bangunan lama, meskipun telah me-
ngalami beberapa kali perbaikan. Renovasi terakhir pada
tahun 2006 yang dikerjakan secara bertahap menelan biaya
sebesar Rp 20.000.000 (dua puluh juta rupiah) yang
diperoleh dari warga jemaat, pemerintah kotamadya
(pemkot) Salatiga dan para donatur.
Pada tahun 2007 dibangun ruangan tambahan di
sebelah utara gedung gereja yang digunakan sebagai Klinik
Minggu untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
warga jemaat dan anggota masyarakat umum.
Selain perbaikan gedung gereja, diadakan juga
pelebaran jalan masuk, pelurusan pagar sebelah utara ke
depan serta pemasangan blok paving. Terakhir pada tahun
2008 dibuat gapura pada pintu masuk halaman gereja.
Situasi sekeliling gedung gereja sekarang telah
banyak mengalami perubahan sebagaimana telah dipaparkan
dalam Bab II. Di samping utara gedung gereja terdapat Mal
Ramayana dan di sebelah selatan yang dahulu berupa taman
kini telah beralih fungsi sebagai terminal angkota, sedangkan
di sebelah barat terdapat kantor bank BNI dan deretan toko-
toko.
Dalam periode ini gedung gereja di Pos Pelkes juga
dilengkapi. Sekeliling gedung gereja di Pos Pelkes Kalimangli
diberi pagar dan dipasang blok paving serta dilengkapi
dengan organ dan sound system. Di Pos Pelkes Kembangsari
diibangun konsistori seluas 4 x 8 meter dan kemudian
ruangan tambahan untuk Sekolah Minggu seluas 6 x 6 meter.
Demikianlah gambaran fisik dan non-fisik GPIB
Jemaat Tamansari Salatiga dalam sepuluh tahun terakhir.
Melalui berbagai pengalaman dalam penyelenggaraan pro-
134
gram kerja tahunan gereja, dapat disimpulkan bahwa dalam
rangka membangun jemaat misioner, ada program yang
dapat diwujudkan, ada yang baru mulai dirintis, tetapi ada
juga yang belum tersentuh. Dalam satu dekade ini ada 2 hal
yang dapat dicapai oleh GPIB Jemaat Tamansari Salatga,
yaitu pendewasaan Pos Pelkes ATK menjadi satu gereja
mandiri dan adanya peningkatan jumlah jemaat yang cukup
besar, terutama di Salatiga sehingga diperlukan pembangun-
an gedung PWJ. PWJ berfungsi bukan hanya sebagai tempat
penyelenggaraan berbagai kegiatan gerejawi, tetapi juga
menjadi wadah pembinaan iman jemaat melalui berbagai
program, antara lain melalui pemberitaan Firman dalam
berbagai ibadah. Diharapkan melalui khotbah yang disam-
paikan, setiap anggota jemaat yang hadir dalam ibadah dapat
dibina untuk lebih memahami Firman Allah dan menerap-
kanNya dalam kehidupan sehari-hari serta siap untuk
menyampaikan damai sejahtera Allah dimana pun ia berada.
Pembinaan dalam periode ini sebagian besar dilakukan
terutama bagi pelayanan kategorial dan presbiter dan belum
berkesinambungan.
Dari segi diakonia dapat dikatakan bahwa kecuali
pelayanan kesehatan, pelayanan lain seperti pemberian
bantuan dalam bentuk uang dan sembako, diakonia bagi
orang sakit dan kematian masih terbatas pada warga jemaat.
Selain itu, belum diupayakan program pelayanan dalam
bidang-bidang lain yang dibutuhkan masyarakat.