perilaku makan anak orangutan kalimantanrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...

59
PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus wurmbii Tiedemann, 1808) DI STASIUN PENELITIAN CABANG PANTI, TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG UCI AGUSTINA PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440 H

Upload: others

Post on 27-Jan-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTAN

(Pongo pygmaeus wurmbii Tiedemann, 1808) DI STASIUN

PENELITIAN CABANG PANTI, TAMAN NASIONAL

GUNUNG PALUNG

UCI AGUSTINA

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 2: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTAN

(Pongo pygmaeus wurmbii Tiedemann, 1808) DI STASIUN PENELITIAN

CABANG PANTI, TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

UCI AGUSTINA

11140950000008

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 3: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo

pygmaeus wurmbii Tiedemann, 1808) DI STASIUN PENELITIAN CABANG

PANTI, TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada

Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

UCI AGUSTINA

11140950000008

Menyetujui :

Pembimbing I,

Dr. Fahma Wijayanti, M.Si

NIP. 196903172003122001

Pembimbing II,

Sri Suci Utami Atmoko, Ph.D

NIP. 0107050744

Mengetahui :

Ketua Prodi Biologi

Fakultas Sains dan Tekonologi

Dr. Priyanti, M.Si

NIP.19750526200122001

Page 4: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Perilaku Makan Anak Orangutan Kalimantan (Pongo

pygmaeus wurmbii Tiedemann, 1808) di Stasiun Penelitian Cabang Panti,

Taman Nasional Gunung Palung” yang ditulis oleh Uci Agustina, NIM

11140950000008 telah diuji dan dinyatakan “LULUS” dalam sidang Munaqosah

pada tanggal 14 Agustus 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Biologi, Fakultas

Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Menyetujui :

Penguji I,

Dr. Nani Radiastuti, M.Si

NIP. 19650902200112001

Penguji II,

Dr. Dasumiati, M.Si

NIP. 197309231999032002

Pembimbing I,

Dr. Fahma Wijayanti, M.Si

NIP. 196903172003122001

Pembimbing II,

Sri Suci Utami Atmoko, Ph.D

NIP. 0107050744

Mengetahui :

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,

Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud

NIP. 196904042005012005

Ketua Program Studi Biologi

Fakultas Sains dan Tekonologi

Dr. Priyanti, M.Si

NIP. 19750526200122001

Page 5: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, Agustus 2019

UCI AGUSTINA

11140950000008

Page 6: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

v

ABSTRAK

Uci Agustina. Perilaku Makan Anak Orangutan Kalimantan (Pongo

pygmaeus wurmbii, Tiedemann 1808) di Stasiun Penelitian Cabang Panti,

Taman Nasional Gunung Palung. Skripsi. Program Studi Biologi Fakultas

Sain dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2018. Dibimbing oleh Fahma Wijayanti dan Sri Suci Atmoko.

Perilaku makan merupakan perilaku orangutan mulai dari menggapai, mengolah,

mengekstraksi, memegang, mengunyah, dan menelan makanan pada satu sumber

pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku makan anak orangutan

liar beserta pengaruh fenologi terhadap perilaku makan di Stasiun Penelitian

Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat. Metode yang

digunakan adalah Focal Animal sampling, pencatatan data dilakukan setiap dua

menit dimulai dari anak orangutan bangun tidur sampai orangutan kembali

membuat sarang malam. Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu

menjelaskan atau menggambarkan hasil penelitian dalam bentuk tabel dan grafik.

Berdasarkan hasil analisis, pada bayi (infant) perilaku makannya masih

memerlukan bantuan induk, kanak-kanak (juvenile) sudah bisa mengolah

makanan sendiri tapi tidak berada jauh dari induk, adolescent sudah bisa mencari

dan mengolah sendiri makanannnya. Pemanfaatan jenis pakan buah pada bayi,

anak dan remaja lebih tinggi sekitar 58,1%-92,7% dibandingkan dengan jenis

pakan yang lainnya. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan terdapat

perbedaan perilaku makan pada bayi, kanak-kanak, dan remaja (adolescent) dan

fenologi tumbuhan mempengaruhi proporsi pakan anak orangutan.

Kata kunci : fenologi, perilaku makan, Stasiun Penelitian Cabang Panti

Page 7: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

vi

ABSTRACT

Uci Agustina. Feeding Behaviour of Child Orangutan Kalimantan (Pongo

pygmaeus wurmbii, Tiedemann 1808) at Cabang Panti Research Station in

Gunung Palung National Park. Skripsi. Program Study of Biology Faculty

of Sains and Technology. State Islamic Uniersity of Syarif Hidayatullah

Jakarta. 2018. Advised by Fahma Wijayanti and Sri Suci Atmoko.

Feeding behavior is an orangutans ranging from reaching, processing, extracting,

holding, chewing, and ingesting food to one source of feed. The objective of the

research is to know feeding behavior of wild orangutan child along with the

phenological influence on feeding behavior at Cabang Panti Research Station

(CPRS), West Kalimantan. The method used is Focal Animal sampling, the

recording of data is done every two minutes starting from the orangutan to wake

up until the orangutan makes nest. Data analysis was carried out descriptively,

namely explaining or describing research results in the form of tables and graphs.

Based on the results of the analysis, in infants (infant) eating behavior still needs

help from the parent, the juvenile can already process their own food, but not far

from the parent, adolescent can already find and process their own food.

Utilization of types of fruit feed in infants, children and adolescents is higher by

around 58.1% -92.7% compared to other types of feed. Based on these results it

can be concluded that there are differences in feeding behavior in infants, children,

and adolescents (adolescent) and phenology influences the proportion of feed for

orangutans.

Keyword : Cabang Panti Research Station, feeding behavior, Orangutan.

Page 8: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrhiim

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi, Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERILAKU MAKAN

ANAK ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pymaeus wurmbii,

Tiedemann 1808) DI STASIUN PENELITIAN CABANG PANTI, TAMAN

NASIONAL GUNUNG PALUNG”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penulisan laporan ini, antara lain kepada:

1. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.stud

beserta jajaran dekanat.

2. Dr. Priyanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Fahma Wijayanti, M.Si selaku dosen biologi dan juga pembimbing yang

telah memberikan banyak masukan, kritik dan saran kepada penulis.

4. Sri Suci Utami Atmoko, Ph.D selaku pembimbing yang telah memberikan

banyak masukan, kritik dan saran serta motivasi yang bermanfaat kepada

penulis.

5. Dr. Nani Radiastuti, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan

motivasi serta arahan kepada penulis.

6. Dr. Dasumiati, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan motivasi

serta arahan kepada penulis.

7. Instansi Balai Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat, yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian di Stasiun Penelitian Cabang

Panti, Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat.

8. Dr. Cheryl D. Knott dari Department of Anthropology Boston University,

USA, selaku Direktur Eksekutif Gunung Palung Orangutan Conservation

Program dan Gunung Palung Orangutan Project yang telah memberikan

kesempatan, saran dan dukungan materi kepada peneliti sehingga dapat

melakukan penelitian di Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman Nasional

Gunung Palung, Kalimantan Barat.

9. Tri Wahyu Susanto, M.Si selaku Direktur Penelitian Gunung Palung

Orangutan Project yang telah membantu, memberikan dukungan, saran dan

mengajarkan ilmu-ilmu baru kepada penulis.

10. Seluruh staf Gunung Palung Orangutan Project yang telah membantu penulis

selama di lapangan yaitu Brodie, Alys, Amy, Erin, Dania, Pak lang Hasan,

Bang Toto, Bang Sabta, Sahril, Yogi, Syai, Bang Dang, dan Kak Rinta.

11. Seluruh staf pekerja yang ada di camp Cabang Panti yaitu Ute Landa, Pak

Wawan, Pak Darmawan, Pak usu Aceng, Beth, Anjang Surya, Bang Jack, Lisa,

Bang Ujang, Bang Udin, Dika, Emak, dan Ningsih yang sudah menyambut

kedatangan penulis dengan baik, menciptakan rasa kekeluargaan dan

kebersamaan yang tidak bisa dilupakan, serta menciptakan suasana yang

mengakrabkan.

Page 9: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

viii

12. Rekan mahasiswa Ishma Fatiha, Nurhasri Fadilah, Sumihadi dan Simon Petrus

yang melaksanakan peneitian bersama, terima kasih atas kebersamaan dan

canda tawanya.

Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

sempurnanya tulisan ini.

Jakarta, Agustus 2019

Penulis

Page 10: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. v ABSTRACT .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3 1.5 Kerangka Berpikir .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5 2.1 Bioekologi orangutan ............................................................................... 5 2.2 Kemandirian Anak Orangutan .................................................................. 7 2.3 Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung ........ 8

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 11 3.1 Waktu dan Lokasi ................................................................................... 11 3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 11

3.3 Cara Kerja ............................................................................................... 11 3.3.1 Pencarian objek ............................................................................... 11 3.3.2 Pengumpulan Data Perilaku Makan ................................................ 12 3.3.3 Pendataan Fenologi ......................................................................... 13 3.3.4 Pendataan Jenis Pakan..................................................................... 13 3.3.5 Jarak Makan Anak........................................................................... 13 3.3.6 Kecepatan Makan ............................................................................ 14 3.3.7 Teknik Makan ................................................................................. 14

3.3.8 Analisis Data ................................................................................... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 16

4.1 Profil Fenologi Tumbuhan di Stasiun Penelitian Cabang Panti ............. 16 4.2 Proporsi Jenis Pakan ............................................................................... 17

4.2.1 Buah ................................................................................................ 18 4.2.2 Daun ................................................................................................ 20 4.2.3 Bunga .............................................................................................. 20 4.2.4 Serangga .......................................................................................... 21 4.2.5 Kulit pohon ..................................................................................... 22

4.2.6 Susu ................................................................................................. 22 4.3 Kecepatan Makan ................................................................................... 22 4.4 Teknik makan ......................................................................................... 24

4.4.1 Teknik makan buah ......................................................................... 24 4.4.2 Teknik makan daun ......................................................................... 27 4.4.3 Teknik makan umbut....................................................................... 27

Page 11: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

x

4.4.4 Teknik makan serangga................................................................... 28 4.4.5 Teknik makan kulit pohon .............................................................. 28

4.5 Jarak makan anak dengan induknya ....................................................... 29 4.5.1 Jarak anak dengan induk saat makan buah ..................................... 29 4.5.2 Jarak anak dengan induk saat makan daun ..................................... 30 4.5.3 Jarak anak dengan induk saat makan umbut ................................... 31 4.5.4 Jarak anak dengan induk saat makan serangga ............................... 32 4.5.5 Jarak anak dengan induk saat makan kulit pohon ........................... 33

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 34 5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 34 5.2 Saran ....................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35 LAMPIRAN ......................................................................................................... 39

Page 12: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Individu (anak) target dengan tingkat umur berbeda .......................... 16 Tabel 2. Genus-genus buah yang menjadi pakan anak orangutan selama

pengamatan di Stasiun Penelitian Cabang Panti ................................. 19 Tabel 3. Genus-genus daun yang menjadi pakan anak orangutan selama

pengamatan di Stasiun Penelitian Cabang Panti ................................. 20 Tabel 4. Genus-genus bunga yang menjadi pakan anak orangutan

selama pengamatan di Stasiun Penelitian Cabang Panti ..................... 21 Tabel 5. Kecepatan makan buah pada anak orangutan di Stasiun

Penelitian Cabang Panti per menit ...................................................... 23

Page 13: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Perilaku Makan Anak

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii

Tiedemann, 1808) di Stasiun Penelitian Cabang Panti,

Taman Nasional Gunung Palung ................................................... 4 Gambar 2. Peta Lokasi Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman

Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat (Susanto,

2012) ............................................................................................ 11 Gambar 3. Ketersediaan tumbuhan berbuah dan berbunga dari bulan

Februari sampai Juli 2018 di Stasiun Penelitian Cabang

Panti, Kalimantan Barat ............................................................... 17 Gambar 4. Proporsi jenis pakan pada anak dengan tingkat umur

berbeda di Stasiun Penelitian Cabang Panti, Kalimantan

Barat ............................................................................................. 18 Gambar 5. Morfologi buah Willughbeia ........................................................ 23 Gambar 6. Buah dari genus Willughbeia yang merupakan pakan

Tawni dan Rani (dokumentasi SPCP) ......................................... 24 Gambar 7. Jarak anak dengan induk saat makan buah................................... 29 Gambar 8. Jarak anak dengan induk saat makan daun................................... 30 Gambar 9. Jarak anak dengan induk saat makan umbut ................................ 31 Gambar 10. Jarak anak dengan induk saat makan serangga ............................ 32

Gambar 11. Jarak anak dengan induk saat makan kulit pohon ........................ 33

Page 14: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jenis-jenis pakan anak orangutan selama pengamatan di

SPCP Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat ........ 39 Lampiran 2. Peta sebaran tumbuhan pakan orangutan yang menjadi

target selama penelitian di Stasiun Penelitian Cabang Panti,

Taman Nasional Gunung Palung ................................................. 41 Lampiran 4. Jenis-jenis pakan anak orangutan di Stasiun Penelitian

Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung,

Kalimantan Barat (Dokumentasi SPCP) ..................................... 42

Lampiran 5. Individu target penelitian (Dokumentasi SPCP) ......................... 44

Page 15: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan orangutan sangat penting untuk menjaga ekosistem.

Orangutan memiliki peran penting dalam menyebarkan biji-biji tumbuhan yang

dimakannya (Galdikas, 1986; Suhandi, 1988). Berdasarkan penelitian van Schaik

et al (2003) adanya pengelolaan habitat dan kehadiran orangutan terbukti

membantu dalam pemulihan lahan di Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan,

Kalimantan Tengah yang merupakan hutan sekunder sisa lahan HPH (Hak

Pengusahaan Hutan). Menurut Yuwono et al (2007) upaya konservasi orangutan

dilakukan dengan pengelolaan hutan habitat orangutan, sehingga sedapat mungkin

hutan harus dipertahankan dan tidak dikonversi.

Perubahan cuaca dapat mempengaruhi fenologi tumbuhan, khususnya saat

terjadi pertunasan, perbungaan dan perbuahan yang menggambarkan produktivitas

dari tumbuhan. Perubahan waktu berbunga dari tumbuhan juga dapat

mempengaruhi produksil buah yang dimakan oleh orangutan (Suhud dan Saleh,

2007). Perubahan produksi buah akan direspon oleh orangutan dan kera besar

lainnya dengan melakukan perubahan perilaku makan (Yamagiwa, 2004).

Menurut Rijksen (1978) dan Utami et al (1997) dalam pengamatan

perilaku makan orangutan terlihat memiliki daya ingat terhadap perubahan

fenologi bunga dan buah yang dimakan. Selain itu, orangutan juga

memperlihatkan perilaku dalam memilih bagian yang dimakan dari makanannya.

Hasil penelitian Knott (1998) tentang perilaku makan buah yang dilakukan di

Stasiun Penelitian Cabang Panti terlihat bahwa orangutan hampir selalu memakan

daging buah yang matang, sementara biji biasanya dimakan dari buah yang

mentah. Orangutan memilih makan kambium saat terjadi kelangkaan buah.

Orangutan merupakan pemakan yang selektif dengan jumlah pakan yang

cukup banyak karena ukuran tubuhnya yang besar (Delgado & van Schaik, 2002).

Marshall & Wrangham (2006) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis pakan, yaitu

pakan preferensi (Preference food) dan pakan cadangan (Fallback food). Pakan

preferensi merupakan pakan yang sering dipilih saat kelimpahannya cukup tinggi

Page 16: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

2

di dalam habitat suatu populasi sedangkan pakan cadangan adalah pakan yang

dipilih ketika pakan preferensi tidak tersedia (Harrison dan Marshall, 2011).

Daftar makanan orangutan dari stasiun riset di Sumatera dan Kalimantan

yang telah diperbarui terdiri dari 1693 spesies (1666 spesies tumbuhan, 16 spesies

invertebrata, 4 spesies vertebrata, 7 spesies lainnya). Spesies tumbuhan pakan

yang mewakili terdiri dari 453 genus dan 131 famili. Pakan yang tergolong

invertebrata antara lain semut (4 spesies), rayap (4 spesies), ulat (2 spesies), lintah,

lebah, tawon, belatung, jangkrik, kutu dan serangga lainnya (1 spesies). Pakan

yang tergolong vertebrata antara lain tikus pohon, kukang, owa, telur burung, dan

burung kecil. Pakan lainnya adalah madu, berbagai jenis jamur, urin, lumut, dan

air (Russon et al, 2009).

Perilaku makan meliputi kegiatan menggapai, mengolah, mengekstraksi,

memegang, mengunyah, dan menelan makanan pada satu sumber pakan (Galdikas,

1986). Berdasarkan penelitian Russon et al (2009) persentase jenis pakan

orangutan umumnya adalah 34-92% buah, 4-69% daun, 0-28% bunga, 3-5% kulit

pohon, 0-23% intisari, dan 0-31% umbut. Menurut Knott (1998) di Gunung

Palung orangutan merespon ketersediaan buah yang rendah dengan mengubah

pola makannya sehingga terjadi keseimbangan energi.

Sifat semi-soliter orangutan merupakan perilaku yang khas pada keluarga

kera besar. Orangutan jarang ditemui bersosialisasi dengan sesamanya kecuali

pada saat kawin atau pada induk dengan anak yang belum dewasa. Salah satu

interaksi sosial yang sering terjadi dalam kelompok orangutan yaitu hubungan

antara induk dan anak, dalam bentuk perawatan dan pembelajaran hingga anak

mandiri (van Noordwijk & van Schaik, 2005). Beberapa penelitian yang

dilakukan Galdikas (1998), interaksi orangutan dewasa dengan anaknya pernah

ditemui pada orangutan liar maupun orangutan rehabilitan.

Sejauh ini belum ada penelitian mengenai perilaku makan anak orangutan

di Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung. Oleh sebab

itu, dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah bayi (infant),

kanak-kanak (juvenile) dan remaja (adolescent). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perilaku makan anak orangutan liar beserta pengaruh fenologi

Page 17: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

3

terhadap perilaku makan, kemudian data tersebut dapat digunakan sebagai

informasi pendukung sebagai upaya pelestarian orangutan.

1.2 Rumusan Masalah

Terkait dengan latar belakang di atas, masalah yang muncul dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Adakah perbedaan perilaku makan antara bayi, anak dan remaja yang

meliputi teknik makan, jenis pakan, kecepatan makan dan jarak makan

terhadap induk?

b. Bagaimana pengaruh ketersediaan tumbuhan berbuah dan berbunga terhadap

perilaku makan anak orangutan pada tingkatan umur yang berbeda?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengidentifikasi perilaku makan anak orangutan berdasarkan tingkatan umur

yang meliputi teknik makan, jenis pakan, kecepatan makan dan jarak makan

terhadap induk.

b. Menganalisis ketersediaan tumbuhan berbuah dan berbunga sebagai pakan

orangutan.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diidentifikasi perilaku makan dan

proporsi jenis pakan anak orangutan serta menganalisis ketersediaan tumbuhan

berbuah dari pohon dan liana sebagai pakan orangutan. Informasi yang diperoleh

dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk ilmu pengetahuan dan upaya

konservasi orangutan terutama di kawasan Taman Nasional Gunung Palung

maupun informasi untuk manajemen konservasi orangutan secara in situ dan

reintroduksi.

Page 18: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

4

1.5 Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Perilaku Makan Anak Orangutan

Kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii Tiedemann, 1808) di Stasiun Penelitian

Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung

Ekosistem hutan Kalimantan

Habitat Orangutan

Kalimantan

Fenologi tumbuhan Perilaku makan anak

orangutan

- Bayi

- Anak

- Remaja

Ketersediaan

pakan orangutan

Perilaku makan

orangutan

Proporsi jenis

pakan orangutan

Page 19: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi orangutan

Orangutan merupakan kera besar yang cenderung bersifat frugivorous atau

pemakan buah (Marshall et al., 2009). Menurut Galdikas (1986), buah merupakan

jenis makanan yang lebih dominan untuk dimakan oleh orangutan. Kehidupan

orangutan tergantung dari kondisi habitatnya yang mendukung akan adanya

ketersedian makanan yang cukup bagi kehidupannya. Satu populasi orangutan

akan menggantungkan hidupnya pada komposisi pepohonan dan liana yang

menyediakan makanan selama musim produktif secara terus-menerus sepanjang

tahun dan dalam jarak penjelajahan yang masih bisa dijangkau agar dapat

bertahan hidup.

Ketersediaan buah memiliki pengaruh positif terhadap proporsi makan

orangutan. Saat ketersediaan buah tidak ada, maka orangutan cenderung

mengganti pakannya menjadi daun, kulit kayu, serangga dan umbut sebagai

strategi untuk bertahan hidup. Saat ketersediaan buah tinggi, orangutan juga

memilih serangga sebagai pakan dalam jumlah kecil sebagai upaya untuk

memenuhi kebutuhan protein (Faesal, 2015).

Keadaan hutan dan ketersediaan buah sebagai sumber pakan orangutan

akan mempengaruhi aktivitas hariannya. Ketika hutan mengalami penurunan pada

jenis pakan buah, orangutan akan lebih banyak bergerak unuk ,mencari makan dan

melakukan pemilihan yang selektif terhadap jenis pakan untuk meningkatkan

kualitas makanannya (Rijksen, 1978). Knott (1998) menambahkan bahwa

pemilihan pakan yang proporsional dan selektf dapat mempengaruhi

kemampuannya dalam bertahan hidup, reproduksi, dan perilaku. Pemilihan

makanan pada primata tergantung pada umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan

aktivitas harian (Richard, 1985).

Orangutan dapat hidup di berbagai tipe dan kondisi habitat, mulai dari

hutan hujan tropis dataran rendah, rawa-rawa, hingga hutan perbukitan (Supriatna

dan Wahyono, 2000). Bailey (1984) dalam Muin (2007) menyebutkan bahwa

habitat mempunyai fungsi dalam penyediaan makanan, air dan perlindungan.

Salah satu komponen habitat terpenting bagi orangutan adalah pohon, sebab

Page 20: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

6

orangutan sebagai mamalia arboreal terbesar dengan berat betina 40 kg dan jantan

80 kg.

Habitat optimal bagi orangutan adalah habitat yang mencakup paling

sedikit dua tipe lahan utama yaitu tepi sungai dan dataran tinggi kering yang

berdekatan. Kalimantan sendiri secara umum memiliki lima tipe habitat yang

ditempati oleh orangutan, yaitu dataran banjir dan rawa gambut, hutan

aluvial/daerah sepanjang sungai, dataran tinggi di kaki bukit, hutan

subpegunungan dan pegunungan, serta hutan tebang pilih hutan sekunder

(Meijaard et al., 2001).

Ketersediaan buah pada setiap waktu tidaklah sama. Tumbuhan

menghasilkan buah dan biji selama interval tertentu yang terkait dengan kondisi

ekologis (Rijksen dan Meijaard, 1999). Fluktuasi ketersediaan buah antara pulau

Sumatera dan Kalimantan menunjukan pola yang berbeda. Produktivitas buah di

hutan Sumatera lebih tinggi dibandingkan di hutan Kalimantan. Hutan Sumatera

juga sering mengalami periode buah rendah dibandingkan hutan Kalimantan.

Periode buah yang rendah di hutan Sumatera terjadi lebih singkat

dibandingkan di hutan Kalimantan. Selain itu, kelimpahan dan keragaman

tumbuhan Ficus di Sumatera lebih tinggi dibandingkan Kalimantan (Wich et al.,

2006; Marshall et al., 2009; Wich et al., 2011). Rijksen dan Meijaard (1999)

menjelaskan bahwa fluktuasi ketersediaan buah berhubungan dengan kerapatan

pohon berbuah, durasi dan frekuensi musim, serta kesuburan tanah. Hal ini dapat

diartikan bahwa semua pohon berbuah di suatu daerah memiliki pola produksi

buah tertentu.

Berdasarkan van Noordwijk et al (2018), perbedaan morfologi dan

perilaku orangutan berdasarkan kelas umur dan jenis kelamin adalah sebagai

berikut:

a. Bayi (infant)

Bayi berumur antara 0 - 3 tahun dengan berat tubuh berkisar antara 3-6 kg,

memiliki warna rambut jauh lebih terang, pada sekeliling mata dan bagian

mulutnya berwarna putih dan terdapat bercak-bercak di seluruh tubuhnya. Bayi

orangutan sangat tergantung pada induknya baik untuk mendapatkan makanan

Page 21: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

7

(menyusu) dan pergerakannya (bayi akan selalu berpegang pada induknya pada

saat berpindah dari pohon ke pohon).

b. Anak (juvenile)

Anak berumur antara 3-7 tahun dengan berat tubuh berkisar antara 6-10

kg. Kulit wajah lebih gelap dari bayi dan bercak-bercak putih pada sekeliling mata

dan sekitar mulut semakin menghilang. Anakan masih berpindah bersama dengan

induknya, tetapi tidak berpegangan lagi seperti halnya bayi. Anakan orangutan

masih menggunakan sarang yang sama dengan induk dan masih menyusu.

c. Remaja (adolescent)

Remaja berumur antara 7-14 tahun dan memiliki berat tubuh antara 10-30

kg. Wajah orangutan remaja terlihat lebih terang dari orangutan dewasa dan di

sekitar wajah memiliki rambut yang panjang. Pergerakannya sudah lepas dari

induknya atau dengan individu lain. Orangutan remaja memiliki tingkat sosial

yang tinggi. Betina remaja akan mencari jantan sebagai pasangan selama masa

birahi seksual, jantan remaja sudah mulai berusaha melakukan kopulasi dengan

betina remaja dan akan berpasangan dengan betina yang sangat sosial.

Jolly (1972) menyatakan bahwa pada umumnya primata (orangutan) lebih

banyak mengandalkan proses belajar (learning) dalam kehidupannya

dibandingkan dengan mamalia lainnya. Masa kanak-kanak primata baik manusia

dan non manusia merupakan masa yang relatif penting dari seluruh kehidupannya,

sehingga banyak yang harus dipelajari oleh primata muda untuk tumbuh normal.

Anak yang masih bergantung pada induk akan melakukan hal yang sama

dengan induknya dalam melakukan aktivitasnya (Maple, 1980). Demikian juga

dengan pemanfaatan waktu makan antara induk dan anaknya. Saat anak masih

bergantung pada induknya, maka anak akan mengikuti aktivitas induknya,

misalnya anak akan mengambil makanan dari mulut induknya seperti buah, daun

dan serangga (Rijksen, 1978).

2.2 Kemandirian Anak Orangutan

Kehidupan orangutan yang semi soliter membedakannya dari kera besar

lainnya dalam suku Pongidae. Interaksi sosial yang dilakukan orangutan terjadi

pada wakt tertentu saja. Orangutan di usia remaja masih bergantung pada

induknya untuk belajar mencari makanan, sehingga sering dijumpai lebih dari dua

Page 22: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

8

individu orangutan bersama-sama dengan komposisi satu induk, satu bayi, dan

satu remaja (Galdikas, 1998). Pengasuhan yang dilakukan induk kepada anak

adalah proses pembelajaran untuk menuju kemandirian serta menjaga dan

mempertahankan kelangsungan hidup (van Schaik, 2006).

Proses kemandirian orangutan terjadi secara bertahap. Semasa bayi, anak

orangutan akan selalu berada dalam gendongan induknya. Memasuki masa kanak-

kanak, ukuran tubuhnya akan bertambah dan disertai kebebasan melakukan

pergerakan. Memasuki remaja, terjadi peningkatan keterampilan, kebebasan

memilih makanan, kemampuan membuat sarang dan bersosialisasi. Sosialisasi

yang dilakukan orangutan remaja merupakan strategi dan adaptasi pada

lingkungannya (van Adrichem et al., 2006).

2.3 Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung

Stasiun Penelitian Cabang Panti terletak di kawasan Taman Nasional

Gunung Palung, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Secara geografis

terletak pada koordinat 1º13’s, 110º7’E (Susanto, 2012). Rata-rata curah hujan

4266 mm/tahun, dan suhu harian berkisar antara 25-26ºC. Suhu rata-rata bulanan

26,4-29ºC, kelembaban rata-rata 88,3% dengan kelembaban minimum 76,4% dan

maksimum 90,2%. Hujan terjadi sepanjang tahun berkisar antara 181-190 hari

hujan per tahun dengan curah hujan rata-rata 3000 mm per tahun (Knott, 1999).

Stasiun penelitian ini terdiri dari 7 habitat (Knott, 2007 dan Marshall, 2004),

yaitu:

a. Hutan rawa gambut (peat swamp), kondisi tanah di hutan ini terdiri dari tanah

rawa yang tertutupi gambut atau timbunan bahan organik. Kedalaman rawa

mulai dari beberapa sentimeter hingga puluhan meter. Air di hutan ini

mempunyai derajat keasaman (pH) yang rendah yaitu kurang dari 4. Hutan ini

terletak pada ketinggian 5-20 m dpl.

b. Hutan rawa air tawar (freshwater swamp), merupakan hutan rawa yang kaya

akan mineral dan memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Tanah di

hutan ini cenderung digenangi oleh air bening dengan pH lebih dari 6, sering

terjadi banjir musiman. Secara geografis, hutan ini sebagaimana hutan rawa

gambut terletak pada ketinggian 5-20 m dpl.

Page 23: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

9

c. Hutan tanah aluvial (alluvial bench), tanah di hutan ini merupakan tanah

endapan yang subur, hutan ini juga memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan

yang tinggi. Seringkali tanah di hutan ini tergenang air yang di antaranya

akibat luapan sungai, namun cepat juga air tersebut mengalir meninggalkan

tanah yang semula tergenang. Hutan ini terdapat di sepanjang aliran sungai

air putih yaitu pada ketinggian 5-50 m dpl.

d. Hutan batu berpasir dataran rendah (lowland sandstone), merupakan hutan

yang tanahnya mengandung batuan pasir berlapis tanah lempung dan serpihan

batu yang tipis. Hutan ini berada pada ketinggian 20-200 mdpl.

e. Hutan granit dataran rendah (lowland granite), yang merupakan habitat

dataran rendah dengan kondisi tanah berbatu, berada pada ketinggian 200-400

m dpl.

f. Hutan granit dataran tinggi (upland granite), merupakan habitat di dataran

tinggi yang kondisi tanahnya berbatu, berada pada ketinggian 350-800 m dpl.

g. Hutan pegunungan (montaine), merupakan habitat yang berada pada

ketinggian 750-1100 m dpl. Terdapat pada lapisan granit namun kebanyakan

tanah terlapisi substansial kering dan tanah berpasir (dari pelapukan substrat

granit) sama seperti yang ditemukan di hutan rawa gambut.

Kawasan Taman Nasional Gunung Palung yang berada di daerah hilir

termasuk ke dalam tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu sebelah utara dan

timur termasuk ke dalam DAS Simpang, sebelah timur DAS Pawan dan sebelah

selatan termasuk DAS Tulak (http://ditjenphka.dephut.go.id, 2012). Sebagian

besar habitat Taman Nasional didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan dari family

Dipterocarpaceae seperti meranti (Shorea spp.), kruing (Dipterocarpus spp.) dan

kapur (Dryobalanops spp.). Selain itu ditemukan juga durian (Durio carinatus),

rambutan hutan (Nephelium sp.), pluntan (Arthocarpus sp.), dan ara (Ficus spp.)

(Badan Planologi Kehutanan, 2002).

Taman Nasional Gunung Palung juga memiliki berbagai jenis satwa yang

tidak kalah indah. Beberapa jenis satwa di kawasan ini antara lain orangutan

(Pongo pygmaeus wurmbii), kelampiau (Hylobathes albibarbis), kelasi (Prebytis

rubicunda), bekantan (Nasalis larvatus), kijang (Muntiacus muntjak pleiharicus),

beruang madu (Helarctos malayanuseuryspilus), beruk (Macaca nemestrina

Page 24: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

10

nemestrina), kukang (Nyticebus coucangborneanus), rangkong badak (Buceros

rhinoceros borneoensis), kancil (Tragulusnapu borneanus), ayam hutan (Gallus

gallus), enggang gading (Rhinoplax vigil), buaya siam (Crocodylus siamensis),

kura-kura gading (Orlitia borneensis), dan penyu tempayan (Caretta caretta),

serta tupai kenari (Rheithrosciurusmacrotis) (Badan Planologi Kehutanan, 2002).

Page 25: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Lokasi penelitian berada di Stasiun Penelitian Cabang Panti di Kawasan

Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan Februari sampai

dengan bulan Juli 2018.

Gambar 2. Peta Lokasi Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman Nasional Gunung

Palung, Kalimantan Barat (Susanto, 2012)

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit binokuler Leupold,

GPS Garmin 60 CSx, Radio, kamera digital, paku, parang, alat tulis dan data

sheet. Objek penelitian yang diamati terdiri dari 6 individu, yaitu bayi (Bayas),

anak (Tawni, Vanna dan Rani) dan remaja (Telur dan Berani). Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah benang dan pita.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pencarian objek

Pencarian orangutan dilakukan dengan menelusuri transek secara acak atau

dengan dugaan paling kuat di mana daerah potensial ditemukannya orangutan,

biasanya dengan melihat ketersediaan buah. Pencarian dilakukan dengan berjalan

1º13’S, 110 º7 E

Page 26: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

12

pelan namun berkonsentrasi atau menunggu di bawah pohon pakan yang sedang

berbuah.

Ciri-ciri yang dilihat untuk dijadikan sebagai tanda keberadaan orangutan

adalah suara yang ditimbulkan akibat aktivitas makan dan berpindah tempat, bau

urin atau feses dan vokalisasi yang dilakukan oleh orangutan (long call atau

kisssqueak). Pencatatan data aktivitas makan dilakukan pada individu orangutan

yang telah dapat diamati dari mulai waktu bertemu orangutan sampai menuju

sarang tidur dan kemudian dipastikan akan bermalam di sarang yang dindukat.

Keesokkan harinya fokus pengambilan data dilakukan kembali pada individu

orangutan tersebut hingga batas waktu pengambilan data satu individu telah

selesai. Penandaan lokasi bersarang individu dilakukan menggunakan Global

Positioning System (GPS).

3.3.2 Pengumpulan Data Perilaku Makan

Pengumpulan data perilaku makan orangutan dilakukan menggunakan

metode focal animal sampling (Altmann, 1974). Pengumpulan data difokuskan

pada satu individu orangutan sebagai objek atau sasaran dalam setiap pengamatan.

Pencatatan data perilaku makan dilakukan setiap dua menit. Metode ini cocok

dengan orangutan yang semi soliter dan memiliki karakter pergerakan yang

lambat. Pengamatan dilakukan satu hari penuh, mulai orangutan tersebut bangun

yang ditandai dengan bergerak keluar dari sarang tidur hingga orangutan itu

kembali membuat sarang tidur pada sore hari. Orangutan sasaran tersebut

biasanya aktif antara pukul 05.30 WIB sampai dengan 18.00 WIB.

Pengambilan data dilakukan pengamatan terhadap aktivitas makan yang

meliputi: jenis pakan yang dimanfaatkan orangutan, bagian yang dimakan

otangutan, jenis kelamin individu yang melakukan kegiatan makan, dan alokasi

penggunaan waktu makan. Bagian yang dimakan terdiri dari buah (fruits), bunga

(flower), daun muda (young leaf), kulit kayu (bark), batang (stem), empulur/sari

dalam batang (pith), dan serangga/rayap (insect). Dilakukan pula identifikasi

spesies tumbuhan yang dimakan Orangutan Kalimantan di Taman Nasional

Gunung Palung.

Page 27: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

13

3.3.3 Pendataan Fenologi

Fluktuasi buah di area penelitian dilakukan dengan menghitung

ketersediaan tumbuhan berbuah dan berbunga yang diambil setiap bulan melalui

pendataan pada bunga dan buah untuk setiap pohon dan liana yang digunakan

sebagai pohon pakan. Pendataan ini dilakukan pada transek terpilih saja yang

dianggap mewakili berdasarkan data sekunder dari pengelola SPCP. Data fenologi

berguna untuk mengetahui kecenderungan pola dan komposisi pakan pada anak

dan induk orangutan.

Monitoring dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu binokuler

untuk melihat persentase buah dan bunga, kemudian dicatat ke dalam data sheet.

Waktu monitoring dilakukan pada pagi hari dalam kondisi cuaca yang cerah, agar

dalam monitoring dapat terlihat jelas. Monitoring ini dilakukan setiap satu bulan

sekali pada masing-masing plot. Hasil dari monitoring per bulan diakumulasi,

sehingga diketahui musim ketersediaan buah dan bunga per tahunnya. Pendataan

fenologi ini dilakukan oleh asisten peneliti orangutan yang bekerja di Stasiun

Penelitian Cabang Panti. Perhitungan persentase tumbuhan berbunga dan berbuah

dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Persentase tumbuhan berbuah/berbunga =

100%

3.3.4 Pendataan Jenis Pakan

Pendataan jenis pakan dilakukan untuk melihat seberapa besar anak

orangutan memanfaatkan jenis pakan tertentu dalam aktivitas makannya.

Pendataan meliputi jenis buah: mentah (m), setengah matang (Mm), matang (M);

bunga (fl), daun muda (yl), daun tua (lv), umbut, empelur, akar muda (veg) dan

susu. Vegetasi sendiri merupakan jenis pakan selain dari bunga, daun dan buah

yaitu serangga (ins), kulit pohon (br), air (Fw), susu dan tanah (oth) (Zulfa, 2006).

Perhitugan persentase jenis pakan dapat menggunakan rumus sebagai berikut

(Comara, 2013) :

% Proporsi jenis pakan =

100%

3.3.5 Jarak Makan Anak

Pendataan jarak saat anak memakan jenis pakan, dengan mengambil data

waktu per dua menit dengan jarak 0-2 m (tidak termasuk digendong) merupakan

Page 28: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

14

jarak terdekat anak dengan induk, 3-5 m dan 6-10 m merupakan jarak

sedang/tidak terlalu jauh dengan induk, >10 m jarak paling jauh dengan induk,

untuk anak sampai pra remaja.

3.3.6 Kecepatan Makan

Kecepatan makan merupakan kecepatan makan setiap individu, dimulai

dari mengambil makan, menggigit, mengunyah, menelan, sampai mengambil

makanan kembali kemudian waktu diberhentikan. Data digunakan untuk

mengetahui berapa banyak individu makan untuk per satuan waktunya (menit;

detik). Jenis pakannya adalah buah, daun, bunga, daun muda, dan kulit pohon.

Perhitungan kecepatan makan buah per menit dapat diketahui menggunakan

rumus sebagai berikut (Putra, 2008) :

Kecepatan makan per menit =

3.3.7 Teknik Makan

Pendataan teknik makan pada orangutan dalam mengolah suatu jenis

pakan menurut Yohana (2004), terhadap :

1) Buah, daun, bunga

a. Tarik ranting, dahan, cabang baru memakan buah, daun atau bunga

b. Petik ranting, buah, daun atau bunga

c. Bawa buah, daun atau bunga

d. Two tree: memegang 2 pohon untuk memetik buah, daun atau bunga

e. Juicy : memeras air dari buah, daun atau bunga

f. Bipedal tree: memakan buah, daun atau bunga sambil berdiri diantara

cabang

g. Teknik twist: teknik menahan buah, daun dengan pergelangan tangan

h. Eat all: memakan buah, daun atau bunga semuanya tanpa sisa

i. Leaf stripping hand/mouth: memakan daun/bunga dengan cara bouqet

(seperti memakan jagung)

j. Tarik daun dengan mulut

k. Pucut tea: memakan daun seperti memetik pucuk teh

2) Vegetasi

a. Lolly pop: memakan empulur seperti makan permen lolly

Page 29: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

15

b. Teknik duri: menarik daun berduri dengan sedikit sentuhan

3) Kulit kayu

a. Break branch: mematahkan cabang

b. Ground branch: memakan di tanah

c. Kupas kulit: mengupas kulit pohon mati

d. Teknik mulut: mengupas sekaligus memakan dengan mulut

e. Teknik twist: menahan dengan pergelangan tangan

4) Serangga

a. Nest destruction: membongkar sarang serangga yang lama

b. Standing log: makan sambil berdiri di pohon mati yang masih tegak

c. Broken log: kayu ditekan ke bawah dengan tangan

d. Snag crashing: menumbangkan pohon mati

e. Leave-Twig: sarang semut dihisap dari daun

f. Jari kupas: mengorek-ngorek sarang

g. Ant-ball: sarang semut dihisap

h. First hand ants: tangan diletakkan di antara semut yang berjalan

3.3.8 Analisis Data

Data yang didapat dianalisis dengan cara deskriptif yaitu menjelaskan atau

menggambarkan hasil penelitian dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil tersebut

kemudian diterjemahkan ke dalam suatu kalimat yang dapat menjelaskan dan

menyimpulkan hasil penelitian.

Page 30: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan selama 6 bulan (Februari – Juli 2018)

dilakukan pengamatan pada 6 individu orangutan dengan tingkat umur yang

berbeda, yaitu 1 individu infant, 3 individu juvenile dan 2 individu adolescent.

Pendataan difokuskan pada perilaku makan anak yang meliputi ketersediaan jenis

pakan di hutan, teknik makan, jarak anak dengan induk, kecepatan makan, jenis

pakan dan posisi makan.

Tabel 1. Individu (anak) target dengan tingkat umur berbeda

No. Nama

individu

Jenis

kelamin

Perkiraan usia Kelompok

umur 1. Bayas Jantan 2 tahun 11 bulan Infant

*

2. Tawni Jantan 3 tahun 8 bulan

Juvenile*

3. Vanna Betina 6 tahun 3 bulan Juvenile*

4. Rani Betina 5 tahun 2 bulan Juvenile*

5. Telur Betina 12 tahun 2 bulan Adolescent**

6. Berani Betina 13 tahun 5 bulan Adolescent

**

** : independent

*

: dependent

4.1 Profil Fenologi Tumbuhan di Stasiun Penelitian Cabang Panti

Pengambilan data setiap bulan berhubungan dengan pemanfaatan pada

jenis pakan oleh anak orangutan berdasarkan ketersediaan buah di hutan pada

setiap bulannya. Ketersediaan buah di SPCP Gunung Palung dari bulan Februari

sampai Juli mengalami kenaikan. Keadaan ini mempengaruhi aktivitas makan

orangutan.

Menurut Knott (1998) makanan yang tersedia di hutan dimanfaatkan satwa

untuk melengkapi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan mineral yang

digunakan untuk proses pertumbuhan, reproduksi dan pemeliharaan tubuh.

Berikut grafik ketersediaan buah dan bunga berdasarkan persentase tumbuhan

berbuah dan berbunga dapat dilihat pada Gambar 2.

Ketersediaan tumbuhan berbunga dari bulan Februari sampai April

mengalami kenaikan. Bulan Mei mengalami penurunan, bulan Juni sampai Juli

mengalami kenaikan lagi. Persentase tumbuhan berbunga tertinggi terjadi pada

bulan April yaitu sebesar 0,09%. Jenis tumbuhan yang berbeda memiliki waktu

dan intensitas berbunga yang berbeda-beda. Waktu dan intensitas berbunga suatu

Page 31: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

17

tumbuhan dipengaruhi oleh jenis tumbuhan dan lingkungan (Kameyama dan

Kudo, 2009). Menurut Sulistyawati et al (2012) faktor lingkungan yang

mempengaruhi perbungaan adalah suhu, panjang hari, kelembaban, curah hujan,

cahaya matahari dan kandungan unsur hara. Kecukupan cahaya matahari

berhubungan dengan tingkat fotosintesis sebagai sumber energi bagi proses

perbungaan.

Gambar 3. Ketersediaan tumbuhan berbuah dan berbunga dari bulan Februari

sampai Juli 2018 di Stasiun Penelitian Cabang Panti, Kalimantan

Barat

Ketersediaan buah pada bulan Februari sampai Juli mengalami kenaikan.

Persentase tumbuhan berbuah tertinggi terjadi pada bulan Juni dan Juli yaitu

sebesar 0,16%. Keadaan hutan SPCP dari bulan Februari sampai Juli belum

sepenuhnya memasuki musim buah, masih sedikit bunga yang bermekaran.

Menurut Zulfa et al (2010) buah memiliki kandungan lemak dan karbohidrat yang

tinggi dibandingkan dengan pakan yang lain, sehingga orangutan memilih buah

sebagai makanan utama yang selalu dimakan tiap bulan untuk memenuhi

kebutuhan energi.

4.2 Proporsi Jenis Pakan

Orangutan merupakan pengumpul makan yang oportunis, yaitu memakan

apa saja yang dapat diraihnya, termasuk madu pada sarang lebah. Kegemarannya

pada makanan yang tidak biasa ditemukan dan tersebar acak di habitatnya

menyebabkan orangutan selalu bergerak dalam rangka mencari makanan

kesukaannya. Jenis pakan yang dimanfaatkan anak orangutan di SPCP bervariasi,

0,09 0.1

0.11

0.13

0.16 0.16

0,02

0.09 0.09

0.04 0.02

0.03

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

Februari Maret April Mei Juni Juli

(%)

Bulan

Bunga

Buah

Page 32: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

18

dari buah, daun, bunga, umbut, serangga, susu sampai kulit pohon. Berikut

pemanfaatan jenis pakan oleh anak orangutan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 4. Proporsi jenis pakan pada anak dengan tingkat umur berbeda di

Stasiun Penelitian Cabang Panti, Kalimantan Barat

Pengamatan proporsi jenis pakan yang dikonsumsi anak dengan tingkat

umur yang berbeda, menunjukan bahwa buah lebih tinggi ataupun lebih banyak

dikonsumsi oleh semua individu anak dengan tingkatan umur yang berbeda

dibandingkan dengan jenis pakan yang lain, karena buah merupakan pakan

preferensi bagi anak orangutan maupun orangutan dewasa. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan van Schaik (2006) bahwa orangutan adalah pemakan buah

(frugivora).

4.2.1 Buah

Selama pengamatan terjadi perbedaan pada pemanfaatan buah oleh anak

dengan tingkat umur yang berbeda. Pemanfaatan buah oleh Tawni (juvenile) lebih

besar dibandingkan dengan yang lainnya yaitu sebesar 92,7% (Gambar 4),

dikarenakan daerah jelajah Tawni dan induknya berada di hutan rawa gambut dan

hutan rawa air tawar yaitu di daerah barat Stasiun Cabang Panti, daerah tersebut

lebih banyak tersedia buah dibandingkan daun muda dan jenis pakan yang lain.

Menurut Daryono (2009) hutan rawa gambut merupakan ekosistem yang

unik karena memiliki pH yang rendah dan miskin akan unsur hara yang

disebabkan tingginya kandungan bahan organik. Hasil penelitian yang dilakukan

baik di hutan Sumatera maupun hutan Kalimantan menunjukan bahwa habitat

-20

0

20

40

60

80

100

120

Bayas Tawni Vanna Rani Telur Berani

(%)

Individu

Buah

Daun

Bunga

Serangga

Umbut

Kulit Pohon

Susu

Page 33: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

19

rawa gambut memiliki keanekaragan yang tinggi untuk jenis flora dan fauna,

reservoir/simpanan air, dan ketersediaan karbon.

Genus-genus buah yang dikonsumsi oleh anak orangutan adalah sebagai

berikut :

Tabel 2. Genus-genus buah yang menjadi pakan anak orangutan selama

pengamatan di Stasiun Penelitian Cabang Panti

No. Famili Genus No. Famili Genus

1. Anacardiaceae Dracontomelon 22. Magnoliaceae Magnolia

2. Anacardiaceae Mangifera 23. Malvaceae Durio

3. Annonaceae Alphonsea 24. Malvaceae Microcos

4. Annonaceae Artabortys 25. Malvaceae Neesia

5. Annonaceae Mezzetia 26. Malvaceae Scapium

6. Annonaceae Polyalthia 27. Malvaceae Sterculia

7. Annonaceae Uvaria 28. Melastomataceae Bellucia

8. Annonaceae Xylopia 29. Melastomataceae Pternandra

9. Apocynaceae Willughbeia 30. Moraceae Artocarpus

10. Chrysobalanaceae Licania 31. Moraceae Ficus

11. Clusiaceae Calophyllum 32. Myristicaceae Gymnacranthera

12. Clusiaceae Garcinia 33. Myrtaceae Syzygium

13. Ebenaceae Diospyros 34. Phyllanthaceae Baccaurea

14. Elaeocarpaceae Elaeocarpus 35. Rhamnaceae Ziziphus

15. Euphorbiaceae Chaetocarpus 36. Rosaceae Prunus

16. Euphorbiaceae Macaranga 37. Sapindaceae Nephelium

17. Euphorbiaceae Trigonopleura 37. Sapindaceae Pometia

18. Fabaceae Sindora 38. Sapotaceae Madhuca

19. Fagaceae Lithocarpus 39. Sapotaceae Palaquium

20. Irvingiaceae Irvingia 40. Tetrameristicaceae Tetramerista

21. Loganiaceae Strychnos

Vanna mengkonsumsi buah lebih sedikit dibanding yang lainnya yaitu

sebesar 58,1%. Hal tersebut dikarenakan Vanna dan induk tidak melakukan

pergerakan yang luas untuk menemukan dan memanfaatkan sebaran sumber

pakan yang ada di wilayah jelajahnya. Pengaruh induk pada Vanna (juvenile)

berdampak pada tingginya pemanfaatan buah oleh Vanna. Vanna dan induk sering

memanfaatkan buah dari genus Ficus yang berbuah cukup banyak di daerah rawa

gambut. Selama pengamatan induk Vanna membuat pohon sarang di sekitar

pohon Ficus, agar bisa dimakan untuk keesokan harinya. Setelah buah Ficus

sudah habis atau tidak mencukupi kebutuhan energi, maka Vanna dan induk akan

berpindah daerah jelajah.

Buah dari genus Diospyros merupakan buah yang sering dimakan oleh

Bayas (infant). Saat itu, induk Bayas sering berada dekat camp Cabang Panti

Page 34: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

20

untuk mencari makan, dan selama pengamatan induk selalu berada di pohon

Diospyros dan Mangifera. Buah dari genus Elaeocarpus merupakan buah yang

sering dimakan oleh Tawni (juvenile). Daerah jelajah Tawni dan induk tidak

membuat Tawni dan induk untuk sulit mendapatkan buah tersebut. Saat makan

buah ini, Tawni dan induk dapat menghabiskan waktu selama berjam-jam.

Berani (adolescent) lebih sering memanfaatkan buah dari genus Syzygium,

karena daerah jelajah Berani saat itu banyak sekali pohon Syzygium dan semuanya

sedang berbuah. Telur (adolescent) yang memiliki daerah jelajah di rawa gambut

dan rawa air tawar cukup kesulitan untuk mendapatkan buah dari genus Syzygium

karena jarang terdapat pohon Syzygium. Daerah jelajar Telur yang luas

memudahkan dia untuk menemukan buah lain yang dapat dikonsumsi yaitu buah

dari genus Pternandra, karena di hutan rawa gambut dan rawa air tawar terdapat

banyak sekali buah tersebut.

4.2.2 Daun

Selama pengamatan terdapat juga perbedaan pada pemanfaatan daun oleh

anak dengan tingkat umur berbeda. Genus-gnus daun yang dikonsumsi oleh anak

orangutan dengan tingkat umur berbeda adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Genus-genus daun yang menjadi pakan anak orangutan selama

pengamatan di Stasiun Penelitian Cabang Panti

No. Famili Genus No. Famili Genus

1. Anacardiaceae Melanochyla 6. Icacinaceae Phytocrene

2. Anacardiaceae Gluta 7. Malvaceae Grewia

3. Apocynaceae Asclepiad 8. Malvaceae Durio

4. Cannabaceae Gironniera 9. Polygalaceae Xantophyllum

5. Fabaceae Spatholobus

Pemanfaatan daun oleh Bayas (infant) lebih besar dibandingkan dengan

anak orangutan lainnya yaitu sebesar 34,7% (Gambar 4). Hal ini dikarenakan

Bayas masih susah untuk mengolah dan mencerna buah. Tawni (juvenile)

memanfaatkan daun muda sebagai pakan pengganti buah lebih sedikit dibanding

yang lain yaitu sebesar 4,6%. Hal ini dikarenakan Tawni berada di wilayah yang

memiliki buah yang cukup untuk menggantikan energinya yang hilang.

4.2.3 Bunga

Perbedaan juga terdapat pada pemanfaatan bunga oleh anak dengan

tingkatan umur berbeda. Selama pengamatan hanya Bayas (infant), Vanna

Page 35: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

21

(juvenile) dan Berani (adolescent) yang terlihat memakan bunga (Gambar 4).

Genus-genus bunga yang dikonsumsi oleh anak orangutan dengan tingkat umur

berbeda adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Genus-genus bunga yang menjadi pakan anak orangutan selama

pengamatan di Stasiun Penelitian Cabang Panti

No. Famili Genus

1. Achariaceae Hydnocarpus

2. Cannabaceae Gironniera

3. Malvaceae Grewia

4. Polygalaceae Xantophyllum

Perbedaan juga terdapat pada pemanfaatan bunga oleh anak dengan

tingkatan umur berbeda. Selama pengamatan hanya Bayas (infant), Vanna

(juvenile) dan Berani (adolescent) yang terlihat memakan bunga (Gambar 4).

Pemanfaatan bunga yang tinggi terjadi pada Vanna yaitu 9,5% dibandingkan

dengan Bayas (3,5%) dan Berani (0,2%). Kandungan nutrisi pada bunga tidak

sebesar nutrisi yang ada pada buah. Berani memanfaatkan bunga sebesar 4,8%

sebagai sumber pakan saat mencari buah dan dimakan dalam jumlah yang kecil.

Selama pengamatan hanya sedikit pohon yang berbunga. Menurut Ashton

et al (1988) spesies tumbuhan akan menyimpan energi selama periode panjang

dan kemudian akan bereproduksi bersamaan dengan spesies tumbuhan lainnya

untuk memuaskan atau menghindari hewan pemakan biji. Status nutrisi pohon

memainkan beberapa peran dalam induksi bunga, saat musim bunga terjadi tidak

semua individu dari spesies tertentu menghasilkan bunga.

4.2.4 Serangga

Perbedaan juga terdapat pada pemanfaatan serangga (semut dan rayap)

oleh anak dengan tingkat umur berbeda. Selama pengamatan terlihat semua

individu menjadikan serangga sebagai makanan cadangan mereka. Pemanfaatan

jenis serangga oleh Rani (juvenile) lebih besar dibandingkan dengan individu

yang lain (Gambar 3). Pergerakan yang tidak terlalu bergantung terhadap induk

membuat Rani dapat mencari sumber pakan lain tanpa dilindungi atau diawasi

induk. Rayap umumnya terdapat pada batang pohon mati ataupun yang masih

tegak. Menurut Suryo (2007) serangga memiliki kandungan protein tinggi yang

tidak ditemukan pada buah dan serangga dibutuhkan oleh orangutan dewasa untuk

persiapan kehamilan, pengasuhan anak, dan perkembangan anak.

Page 36: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

22

Bayas (infant) dan Tawni (juvenile) makan serangga hanya saat bersama

dengan induk, karena masih belajar menemukan dan mengolah pakan ini. Selama

pengamatan hanya Vanna yang tidak terlalu makan serangga (0,8%). Vanna lebih

memilih makan buah (58,1%) dan daun (21,1%). Berani dan Telur juga

memanfaatkan serangga sebagai sumber pakannya. Kesulitan dalam menemukan

buah membuat mereka mencari makanan cadangan yang mudah didapat dan

mengandung vitamin untuk tubuh. Pergerakan mereka yang remaja dan sudah

lepas dari induk membuat Berani dan Telur dapat mencari sumber pakan lain

tanpa dilindungi atau diawasi induk.

4.2.5 Kulit pohon

Pada saat penelitian di SPCP terdapat 4 genus pohon yang biasa dimakan

kulitnya yaitu dari genus Artocarpus, Koompassia, Vatica dan Alstonia. Selama

pengamatan, Vanna memanfaatkan kulit pohon lebih besar dibandingkan dengan

yang lain sebagai sumber pakannya yaitu sebesar 9,2% (Gambar 4). Hal ini

dilakukan karena Vanna jarang sekali menemukan pakan lain seperti umbut dan

serangga untuk menggantikan energinya yang hilang. Orangutan biasanya

memakan bagian kambium dari kulit pohon.

4.2.6 Susu

Selama pengamatan terjadi pemanfaatan susu oleh Bayas (infant) yaitu

sebesar 0,5% (Gambar 4), sedangkan anak orangutan lain tidak terlihat

memanfaatkan susu sebagai asupan energi. Susu lebih diperlukan oleh anak yang

masih bayi sebagai asupan energi dan nutrisinya. Pemanfaatan susu oleh Bayas

tidak terlalu sering, karena induk Bayas perlu mempertahankan laktasi selama

periode panjang yang dapat mencakup musim ketersediaan pakan yang tinggi dan

rendah agar kebutuhan energi untuk Bayas tetap terpenuhi. Hal tersebut sesuai

dengan penelitian van Noordwijk et al (2013) di Tuanan Orangutan Research

Area, Kalimantan Tengah.

4.3 Kecepatan Makan

Perilaku makan merupakan proses meraih, mengolah, mengunyah dan

menelan (Galdikas, 1986). Kecepatan makan merupakan berapa banyaknya buah

yang dimakan orangutan dalam satuan menit. Kecepatan makan pada anak

orangutan memiliki waktu yang berbeda-beda untuk memakan buah dari jenis

Page 37: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

23

yang sama. Perbedaan tersebut akan terlihat saat anak akan meraih jenis buah atau

daun, kemudian anak mengolah atau mengupasnya, setelah itu terjadi proses

pengunyahan di dalam mulut sebelum ditelan. Berikut tabel rata-rata kecepatan

makan anak orangutan per menit disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5. Kecepatan makan buah pada anak orangutan di Stasiun Penelitian

Cabang Panti per menit

Jenis Pakan Bayas Tawni Vanna Rani Berani

Mangifera 0,1 buah 0 buah 0 buah 0 buah 0,5 buah

Willughbeia 0,1 buah 0,1 buah 0 buah 0,5 buah 1 buah

Nephelium 1 buah 1 buah 0 buah 0 buah 0 buah

Selama pengamatan hanya individu Telur yang tidak dihitung kecepatan

makannya, dikarenakan sulitnya melihat Telur saat makan buah atau daun. Telur

seringkali makan pada pohon yang berkanopi rapat dan tertutup liana, sehingga

sulit untuk menghitung kecepatan makannya. Beberapa jumlah jenis buah yang

dimakan anak orangutan dengan tingkat umur berbeda menghasilkan perbedaan

pada saat pemanfaatan waktu pengolahan perwaktu (menit). Berdasakan tabel di

atas, hanya buah pada genus Willughbeia yang dianggap mewakili, dikarenakan

buah tersebut memiliki waktu perhitungan saat anak makan persatuan menit,

kecuali pada individu Vanna.

Bayas (infant) hanya memakan buah dari genus Willughbeia sebanyak 0,1

buah dalam satu menit. Induk Bayas masih sering terlihat memberikan buah yang

telah dikupas untuk Bayas, karena buah ini memiliki ukuran yang besar membuat

Bayas sulit untuk mengolahnya sendiri.

Gambar 5. Morfologi buah Willughbeia, (a) potongan buah Willughbeia yang

dimakan Bayas, (b) Buah Willughbeia utuh (dokumentasi SPCP)

Tawni dan Rani (juvenile) memiliki kecepatan makan yang sama, yaitu

hanya 0,5 buah per menit. Berbeda dengan Bayas, Tawni dan Rani memakan buah

a

b

Page 38: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

24

dari Genus Willughbeia yang berukuran seperti buah kecapi. Induk Tawni masih

terlihat memberikan buah pada Tawni untuk dikupas, namun tidak sepenuhnya

Tawni menunggu pemberian buah oleh induk, saat mengolah buah tersebut cukup

memakan waktu yang lama untuk Tawni sehingga buah yang dimakan berjumlah

sedikit. Rani terlihat memetik dan mengolah sendiri buah dari genus Willughbeia

ini, terkadang Rani pun berbeda pohon pakan dengan induknya karena usia Rani

sudah memasuki juvenile yang sudah tidak terlalu bergantung pada induknya lagi.

Gambar 6. Buah dari genus Willughbeia yang merupakan pakan Tawni dan Rani

(dokumentasi SPCP)

Berani (adolescent) hanya memakan 1 buah selama 1 menit dengan

melakukan pemetikan dan pengolahan sendiri tanpa bantuan dari induknya,

karena usia Berani sudah memasuki remaja sehingga memiliki pengalaman yang

lebih dari yang lainnya. Kebutuhan karbohidrat yang tinggi membuat Berani harus

memakan banyak buah dengan waktu yang sedikit. Banyak memakan buah berarti

banyak menggantikan energi yang hilang dalam beraktivitas.

4.4 Teknik makan

4.4.1 Teknik makan buah

Anak orangutan memakan buah sambil mempelajari teknik makan dari

induknya. Buah diambil dari pohon dengan menggunakan satu tangan, sedangkan

tangan yang lain digunakan untuk memegang dahan (teknik makan bergantung).

Saat memakan buah, anak orangutan jarang duduk pada dahan pohon, mereka

lebih sering bergelantungan. Hal ini sesuai dengan penelitian Handayani (2003)

di Hutan Lindung Gunung Meratus, Kalimantan Timur.

Buah dari genus Willughbeia merupakan buah yang berbentuk bulat, buah

ini ada yang besar dan ada juga yang kecil. Biasanya genus Willughbeia yang

besar dapat dijumpai di daerah pegunungan dataran rendah SPCP, sedangkan yang

kecil dapat dijumpai hampir di semua area penelitian. Buah Willughbeia ini

Page 39: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

25

memiliki getah diantara kulit dan daging buah. Induk sering memberikan

kemudahan pada Bayas dengan mengupaskan kulit buah, kemudian daging buah

diberikan untuk dimakan. Tawni mengupas kulit buah sedikit demi sedikit

menggunakan tangan dan gigi sambal diludahi kulitnya kemudian daging buah

dimakan. Terkadang Tawni juga masih mendapatkan daging buah yang dikupas

oleh induk.

Vanna dan Rani (juvenile) pun tidak berbeda jauh dengan Tawni saat

mengolah buah Willughbeia, tetapi Vanna dan Rani sudah tidak mendapatkan

daging buah yang dikupas oleh induk, mereka lebih sering makan buah

Willughbeia berbeda pohon dengan induk. Berani (adolescent) dalam mengolah

buah Willughbeia pun sama dengan Tawni, Vanna dan Rani. Perbedaannya adalah

Berani lebih memilih untuk memakan daging sekaligus biji dari buah Willughbeia

ini.

Buah dari genus Mangifera merupakan buah yang sering dipilih oleh

Bayas dan Berani saat memasuki bulan Juni, karena Mangifera sudah berbuah

saat itu. Bayas dan induk seringkali mencari makan di daerah camp, karena ada

pohon Mangifera. Induk Bayas lebih sering memberikan kemudahan untuk

mengupas kulit Mangifera, kemudian daging buah diberikan kepada Bayas untuk

dimakan. Berani lebih sering mencari makan sendiri atau sudah tidak bergantung

pada induknya lagi karena Berani sudah remaja. Berani memetik buah Mangifera

menggunakan tangan, lalu buah dikupas menggunakan gigi sambil diludahi

kembali kulit buah, kemudian daging buah dimakan.

Selama pengamatan terlihat bahwa saat makan buah Mangifera Berani

tidak menghabiskan langsung satu buah, tetapi hanya memakan sebagian saja,

sebagian lagi buah dindukang lalu memetik buah yang baru lagi. Berani biasanya

memilih buah Mangifera yang setengah matang atau matang. Berani memilih

buah dengan cara mencium-cium aroma buah, jika dinilai belum matang maka

buah tersebut dindukang begitu saja ke bawah.

Buah dari Genus Diospyros memiliki getah diantara kulit dan daging buah,

tapi tidak semua spesies dari genus ini memiliki getah. Bayas, Vanna dan Rani

memiliki teknik makan dengan cara buah dipetik menggunakan tangan lalu kulit

Page 40: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

26

buah dikupas menggunakan gigi sambal diludahi kulitnya, kemudian dimakan

daging dan biji.

Induk membantu Tawni dalam pengolahan buah Ficus dengan

memberikan potongan daging buah beserta biji yang sudah dikupas, sedangkan

kulit buah dibuang. Bayas mengolah sendiri buah Ficus. dengan cara memetik

buah lalu dimasukan ke dalam mulut, buah dikunyah semua tanpa sisa. Vanna

menarik ranting Ficus lalu buah diambil menggunakan bibir, kemudian buah

dikunyah semua tanpa sisa, buah ini kecil seringkali anak orangutan memakan

semua bagian buah tanpa sisa.

Buah dari genus Nephelium dikupas dengan cara mengupas kulit buah

menggunakan gigi, lalu buah diambil menggunakan tangan, daging buah dimakan

sedikit demi sedikit. Jika daging buah sudah habis dimakan, maka biji di buang,

teknik makan ini dilakukan oleh Bayas dan Tawni.

Buah dari genus Syzygium sedang berbuah cukup banyak di daerah timur

dan selatan area penelitian, daerah tersebut merupakan wilayah jelajah Berani.

Ukuran buah Syzygium kecil tetapi beruntun seperti anggur dengan jumlah yang

banyak setiap tangkai. Berani memetik buah lalu dimakan daging dan kulitnya,

biji disemburkan atau dindukang. Telur (adolescent) juga makan buah Syzygium

dengan teknik makan yang sama dengan Berani, tetapi tidak dalam jumlah yang

banyak seperti Berani, karena di daerah jelajah Telur jarang ada pohon Syzygium

yaitu di daerah Barat area penelitian.

Buah dari genus Tetramerista merupakan buah yang sering ditemukan di

daerah barat area penelitian, yakni di hutan rawa gambut. Pengolahan buah ini

dengan cara buah dipetik menggunakan tangan, lalu kulit buah dikupas

menggunakan gigi sambil dindukang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

daging buah dan biji. Daging dan biji kemudian dimasukan ke dalam mulut, hanya

daging yang dimakan anak orangutan sedangkan biji dindukang, daging dan biji

dipisahkan saat didalam mulut. Teknik makan ini dilakukan oleh Tawni, Vanna

dan Rani.

Buah dari genus Pternandra dimakan dengan cara buah dipetik

menggunakan tangan kemudian buah dimakan semua tanpa sisa, teknik ini

dilakukan oleh Tawni dan Vanna. Telur memakan buah ini dengan cara menarik

Page 41: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

27

ranting pohon, kemudian buah diambil menggunakan bibir lalu dimakan semua

bagian buah tanpa sisa. Buah dari genus ini seringkali dijumpai di daerah hutan

rawa air tawar bagian barat.

4.4.2 Teknik makan daun

Teknik yang dipakai untuk makan daun umumnya tidak terlalu berbeda.

Bayas dan Vanna memakan daun dari genus Durio dengan cara daun dipetik

menggunakan tangan terlebih dahulu baru dimakan. Teknik makan Berani saat

memakan daun Durio berbeda dengan Bayas dan Vanna. Berani lebih memilih

memetik ranting pohon, lalu daun langsung dimakan. Teknik ini merupakan

teknik leaf stripping mouth, yaitu teknik memakan daun seperti memakan jagung

(Yohana, 2004).

Daun muda dari genus Gironniera yang tumbuh bersamaan dengan

bunga, dimakan oleh Bayas bersamaan antara bunga dan daun. Teknik

memakannya yakni dengan cara dipetik satu per satu oleh Bayas, langsung

dimakan dan dikunyah setelah bunga sudah terkumpul banyak di dalam mulut.

Daun dari genus Xantophyllum seringkali dimakan oleh Bayas. Saat

makan daun ini Bayas terlihat digendong induknya di punggung, atau memilih

makan di dahan pohon yang berbeda dengan induk. Vanna lebih memilih

memakan bunga dari genus Xantophyllum ini.

Teknik memakan bunga oleh Vanna yakni dengan cara leaf stripping

hand yaitu tekik memakan bunga dengan mengumpulkan bunga di tangan. Berani

memakan daun ini dengan cara menarik ranting pohon lalu memakan langsung

menggunakan mulut (leaf stripping mouth). Daun yang dimakan anak orangutan

merupakan daun muda.

Daun dari genus Grewia juga merupakan daun yang biasa dimakan

orangutan. Tawni, Vanna dan Rani memakan daun dengan cara memakan daun

seperti memetik pucuk teh. Teknik yang sama dilakukan oleh Tawni dan Vanna

saat memakan daun muda dari genus Spatholobus.

4.4.3 Teknik makan umbut

Teknik makan pada umbut tidak jauh berbeda, baik itu saat makan

Pandanus ataupun Rotan. Anak orangutan memakan Pandanus dan rotan hanya

untuk memeras airnya yang terdapat pada ujung batang berwarna putih, biasa

Page 42: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

28

disebut dengan umbut. Pandanus dan rotan umumnya ditarik dengan sedikit

sentuhan sampai pangkal, teknik ini dinamakan teknik duri (Yohana, 2004).

Teknik ini seringkali dipakai oleh Vanna, Telur dan Berani saat memakan umbut

Pandanus ataupun rotan.

Bayas dan Tawni terlihat mengambil umbut rotan dari tangan induknya,

mungkin karena Bayas dan Tawni belum mampu menarik ataupun mencabut

sendiri rotan sampai pangkalnya, bisa juga mereka belum paham tentang cara

mengolah umbut rotan. Setelah mendapatkan umbut rotan dari induknya, mereka

pun pindah ke dahan pohon lain untuk memakan umbut rotan, lalu ampas yang

tersisa dindukang.

4.4.4 Teknik makan serangga

Berdasarkan pengamatan, serangga yang biasa dimakan anak orangutan di

SPCP merupakan jenis semut dan rayap yang ada di pohon. Induk memberikan

kemudahan pada Bayas dalam mengolah rayap dengan memberikan potongan

kayu mati ataupun daun kering yang didalamnya terdapat semut. Setelah

mendapatkan potongan kayu mati ataupun daun kering, Bayas menjauh dari induk

sekitar 2-5 meter kemudian rayap dimakan dengan menghisap-hisap rayap melalui

lubang kecil atau menjilat-jilat daun kering yang berisi semut.

4.4.5 Teknik makan kulit pohon

Selama pengamatan, anak orangutan yang makan kulit pohon adalah

Vanna, Rani, Telur dan Berani. Selama pengamatan pun susah untuk melihat

teknik makan kulit kayu oleh anak orangutan. Berdasarkan penelitian Angga

(2008) dan Comara (2013) orangutan memakan bagian putih dari kulit kayu yang

disebut kambium. Orangutan memakan dengan mengupas kulit kayu terluar

menggunakan gigi dengan cara naik-turun.

Hal ini dapat diduga bahwa Vanna dan Rani dibantu oleh induk saat

mengupas kulit pohon karena kulit pohon sangatlah keras, Rani dan Vanna belum

mampu untuk mengupas sendiri. Telur dan Berani diduga dapat mengupas sendiri

kulit kayu karena usia mereka sudah memasuki remaja dan tidak bergantung

kepada induknya lagi.

Page 43: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

29

4.5 Jarak makan anak dengan induknya

Jarak makan anak dengan induk dapat mempengaruhi perilaku makan anak

terhadap proses belajar dan kemandiriannya. Jenis pakan dapat mempengaruhi

jarak anak terhadap induknya, karena ada beberapa jenis pakan yang

membutuhkan keahlian khusus untuk mengolahnya.

4.5.1 Jarak anak dengan induk saat makan buah

Pohon buah rata-rata memiliki diameter kanopi antara 15-25 meter dengan

memiliki cabang yang banyak sehingga banyak tempat yang digunakan untuk

mengolah buah atau hanya sekedar bermain-main pada cabang. Jarak anak dengan

induk saat makan buah terdekat sering dimanfaatkan oleh Tawni dan Bayas,

karena dalam mengolah buah Tawni dan Bayas masih belajar dari induknya dan

masih sering bergantung pemberian induk. Vanna dan Rani sudah tidak terlalu

bergantung pada induk saat makan buah. Jarak makan anak dengan induk

disajikan pada Gambar 15.

Gambar 7. Jarak anak dengan induk saat makan buah

Vanna dan Rani (juvenile) sudah mulai belajar mengolah dan mengambil

makanan sendiri tanpa pemberian dari induk tetapi masih sering satu pohon

dengan induk. Vanna dan Rani lebih banyak berjarak antara 3-5 meter dengan

induk. Mereka juga lebih sering memilih pohon pakan yang berbeda dengan induk

tapi jarak pohon pakan dengan induk berada pada jarak antara 6-10 meter.

Menurut van Schaik (2006) anak orangutan yang sedang dalam proses mandiri

cenderung menjaga jarak makan dengan induknya. Orangutan akan terlihat

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Bayas Tawni Vanna Rani Telur Berani

(%)

Individu

Jarak 0-2 m

Jarak 3-5 m

Jarak 6-10 m

Jarak >10 m

Page 44: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

30

nyaman saat makan buah tanpa ingin terganggu, jarak yang tidak terlalu jauh juga

memungkinkan anak untuk berlindung kepada induknya jika terjadi bahaya.

Telur dan Berani (adolescent) sudah jarang berdekatan dengan induk saat

makan buah. Hal ini dikarenakan Telur dan Berani sudah remaja dan sudah tidak

bergantung pada induknya. Mereka sesekali makan buah dengan pohon yang sama

dengan induk, tapi jarak dengan induk berada pada jarak 6-10 meter. Berani saat

makan satu pohon dengan induk kadang makan berdekatan dengan Bayas,

adiknya yang sedang bermain-main pada dahan pohon, sedangkan induknya

sedang mengambil buah dengan porsi yang banyak, kemudian dibawa untuk

dimakan bersama Bayas. Setelah itu Berani akan menjauh dan melanjutkan makan

buah pada cabang pohon yang lain.

4.5.2 Jarak anak dengan induk saat makan daun

Daun merupakan makanan yang mengandung vitamin dan protein yang

sering dimanfaatkan anak orangutan selain buah (van Schaik, 2006). Pengolahan

daun yang tidak terlalu sulit dan lembut saat dimakan berbeda dengan buah yang

harus dikupas lalu dipisahkan antara daging dan bijinya. Berdasarkan pengamatan

yang telah dilakukan, semua individu anak menjadikan daun sebagai pakan

tambahan, kecuali Berani. Jarak anak dengan induk saat makan daun disajikan

pada Gambar 16.

Gambar 8. Jarak anak dengan induk saat makan daun

Saat makan daun Bayas (infant) cenderung lebih sering dekat dengan

induknya, terkadang Bayas terlihat makan saat digendong oleh induknya karena

Bayas masih belajar cara memakan daun dari induk. Jika induk berpindah dari

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Bayas Tawni Vanna Rani Telur

(%)

Individu

Jarak 0-2 m

Jarak 3-5 m

Jarak 6-10 m

Jarak >10 m

Page 45: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

31

cabang yang satu ke cabang yang lain, Bayas selalu mengikuti induk. Tawni

(juvenile) terkadang dekat dengan induk atau malah menjauhi induk saat makan.

Tawni sudah mulai belajar mandiri saat makan daun, walaupun jarak dengan

induk tidak terlalu jauh yaitu sekitar 3-5 meter. Tawni belum berani untuk makan

beda pohon dengan induk karena masih takut jika terjadi bahaya.

Saat makan daun Vanna dan Rani (juvenile) cenderung berjarak 3-5 meter

dari induk, karena untuk memakan daun Vanna dan Rani masih melihat teknik

pengambilan daun dari induk dan daun yang dimakan masih satu pohon dengan

induk, bisa jadi Vanna dan Rani juga kesulitan untuk menemukan daun muda

untuk dimakan. Telur lebih sering menjauh dari induk saat makan daun karena

Telur sudah bisa mengetahui jenis daun yang dapat dimakan.

4.5.3 Jarak anak dengan induk saat makan umbut

Umbut merupakan pakan alternatif yang dimanfaatkan orangutan saat

memasuki musim paceklik pada buah. Galdikas (1986) melaporkan bahwa

orangutan di Tanjung Puting, Kalimantan hanya sedikit sekali yang memakan

umbut (vegetasi) dan hanya berlangsung selama beberapa menit. Handayani (2013)

menyatakan untuk mengolah vegetasi yang ditemukan, orangutan memerlukan

keterampilan khusus.

Gambar 9. Jarak anak dengan induk saat makan umbut

Terlihat pada grafik (Gambar 9) bahwa Bayas dan Tawni selalu dekat

dengan induk saat makan umbut (0-2 meter) karena Bayas dan Tawni masih

mempelajari teknik makan kepada induknya. Vanna terlihat sering jauh dari induk

0

20

40

60

80

100

120

140

Bayas Tawni Vanna Telur

(%)

Individu

Jarak 0-2 m

Jarak 3-5 m

Jarak 6-10 m

Jarak >10 m

Page 46: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

32

saat makan umbut, karena Vanna lebih sering makan umbut pada pohon yang

berbeda dengan induknya. Telur lebih sering berada jauh dari induk (>10 meter)

karena saat pengamatan Telur makan pada pohon yang berbeda dengan induk.

Berdasarkan penelitian Putra (2008) di Stasiun Penelitian Tuanan, anak orangutan

selalu berada didekat induk saat makan umbut untuk mempelajari teknik

pengolahannya, ada bagian yang tidak perlu dimakan karena tidak baik untuk

tubuh.

4.5.4 Jarak anak dengan induk saat makan serangga

Kandungan protein yang tinggi pada serangga hampir sama dengan daun

muda. Ada dua jenis serangga yang sering dimakan orangutan yaitu rayap dan

semut. Rayap lebih sering ditemukan pada pohon mati yang masih tegak,

potongan ranting kayu mati, ataupun pada gundukan tanah. Semut lebih mudah

ditemukan pada saat orangutan makan di pohon buah karena semut membangun

sarang pada daun, sedangkan pada batang kayu semut membuat sarang dengan

melubangi batang kayu.

Gambar 10. Jarak anak dengan induk saat makan serangga

Jarak Tawni, Bayas, Vanna dan Rani saat makan serangga relatif lebih

dekat dengan induknya karena terlalu sulit untuk mengolah bongkahan kayu mati

untuk mendapatkan rayap yang banyak (Gambar 10). Tawni dan Bayas masih

bergantung pada induk saat makan serangga dan masih meminta pada induk.

Vanna dan Rani terkadang mereka mengambil serangga sendiri (berbeda pohon

pakan dengan induk) dan terkadang mengambil dari tangan induk (satu pohon

0

20

40

60

80

100

120

140

Bayas Tawni Vanna Rani Telur

Per

sen

tase

(%

)

Individu

Jarak 0-2 m

Jarak 3-5 m

Jarak 6-10 m

Jarak >10 m

Page 47: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

33

pakan dengan induk). Sedangkan Telur jarak dengan induk sudah sedikit jauh,

karena Telur sudah remaja dan tidak perlu meminta bongkahan kayu ataupun

ranting pada induk untuk mendapatkan serangga.

4.5.5 Jarak anak dengan induk saat makan kulit pohon

Kulit pohon adalah jenis makanan yang mengandung serat tinggi, serat

dari kulit pohon sulit untuk dicerna dan memiliki kandungan energi yang rendah

(Rodman, 1988). Selama pengamatan hanya Vanna, Rani, dan Telur yang

menjadikan kulit pohn sebagai pakan cadangan (Gambar 11).

Gambar 11. Jarak anak dengan induk saat makan kulit pohon

Pemanfaatan kulit pohon oleh orangutan menunjukkan bahwa kondisi

hutan tidak baik, bisa diakibatkan oleh adanya fluktuasi buah atau sulit

menemukan jenis pakan lain (van Schaik, 1991). Selama pengamatan Vanna dan

Rani (juvenile) lebih sering berada pada jarak 3-5 meter dengan induk saat

memakan kulit pohon. Hal ini disebabkan karena Vanna dan Rani sedang belajar

untuk menemukan dan mengolah sendiri kulit pohon. Telur lebih sering terlihat

berada jauh dari induk (>10 meter) saat makan kulit pohon, hal ini disebabkan

karena Telur sudah tergolong remaja dan sudah tidak membutuhkan bantuan

induk saat mengupas kulit pohon.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Vanna Rani Telur

(%)

Individu

Jarak 0-2 m

Jarak 3-5 m

Jarak 6-10 m

Jarak >10 m

Page 48: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

34

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

a. Terdapat perbedaan perilaku makan pada bayi (infant), kanak-kanak

(juvenile), dan remaja (adolescent). Berdasarkan teknik makan, infant masih

memerlukan bantuan induk, juvenile sudah bisa mengolah makanan sendiri

tapi tidak berada jauh dari induk, adolescent sudah bisa mencari dan

mengolah sendiri makanannnya. Berdasarkan jenis pakan, infant, juvenile,

maupun adolescent memilih buah sebagai pakan utama. Berdasarkan

kecepatan makan, kecepatan makan tertinggi terdapat pada tingkat umur anak

tertua (adolescent) dan turun ke tingkat umur anak paling kecil (infant).

Berdasarkan jarak makan terhadap induk, jarak terdekat terdapat pada tingkat

anak umur paling kecil (infant), dan naik ke tingkat umur paling tertua

(adolescent).

b. Persentase ketersediaan buah di SPCP Gunung Palung dari bulan Februari

sampai Juli 2018 mengalami kenaikan sekitar 0,09-0,16%, sedangkan

persentase ketersediaan bunga mengalami fluktuasi. Keadaan ini dapat

mempengaruhi perilaku makan anak orangutan, yaitu mengubah proporsi

pakannya.

5.2 Saran

a. Disarankan untuk dilakukan penelitian terhadap identifikasi serangga yang

dimakan anak orangutan di Stasiun Penelitian Cabang Panti, agar dapat

diketahui seberapa banyak jenis serangga yang dikonsumsi orangutan.

b. Database spesies tumbuhan pakan orangutan harus selalu diperbaharui dan

disimpan di Laboratorium SPCP sebagai acuan identifikasi.

Page 49: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

35

DAFTAR PUSTAKA

Altmann, J. 1974. Observational Study of Behavior: Sampling Methods. Alle

Laboratory of Animal Behavior. University of Chicago, Chicago. Illinois,

USA; 55 hlm.

Anonim. 2012. Taman Nasional Gunung Palung. http://ditjenphka.dephut.go.id.

Diakses pada tanggal 26 Desember 2017 pukul 14.36 WIB.

Ashton P. S., Givnish T. J., Appanah, S. 1988. Staggered Flowering in The

Dipterocarpaceae: New Insights Into Floral Induction and The Evolution

Of Mast Fruiting In The Aseasonal Tropics. The American Naturalist. Vol

132, No. 1. pp. 44-46.

Bailey, J. A. 1984. Princples of Wildlife Management. Wiley. New York.

Buij, R., S. A. Wich, A.H. Lubis and E. H. M. Sterck. 2002. Seasonal Movements

In The Sumatran Orangutan (Pongo pygmaeus abelii) and Consequences

for Conservation. Biological Conservation 107(83-87).

Comara, Untari Uni. 2013. Perilaku Makan Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii,

Tiedeman 1808) Eks-Rehabilitan di Suaka Margasatwa Sungai Lamandau.

[skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Daryono, H. 2009. Potensi, permasalahan dan kebijakan yang diperlukan dalam

pengolahan hutan dan lahan gambut secara lestari. Jurnal Analisis

Kebijakan Kehutanan. 6(2):71-101.

Data dan Informasi Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat. 2002. Pusat

Inventarisasi Dan Statistik Kehutanan : Badan Planologi Kehutanan,

Departemen Kehutanan.

Delgado, R A, van Schaik C. P. 2002. The Behavioral Ecology and Conservation

The Orangutan (Pongo pygmaeus) : A Tale of Two Islands. Evolutionary

Anthropology Vol 9 : 201-218.

Faesal, M. 2015. Ekologi Makan Orangutan Sumatera (Pongo abelii, Lesson

1827) di Hutan Batang Toru Blok Barat Sumatera Utara. [skripsi]. Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Galdikas, B.M.F. 1986. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Putting

Kalimantan Tengah. UI press. Jakarta.

Handayani, D. P. 2003. Adaptasi Perilaku Harian Orangutan (Pongo pygmaeus

Linnaeus, 1760) Reintroduksi di Hutan Lindung Gunung Meratus,

Kalimantan Timur. Skripsi. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Harrison, M. E., Marshall, A. J. 2011. Strategies for the Use of Fallback Foods In

Apes. International Journal of Primatology. Vol 32: 531-565.

https://doi.org/10.1007/s10764-010-9487-2.

Page 50: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

36

Jolly, A. 1972. The Evolution of Primate Behavior. Macmillan Publishing Co.,

Inc. New York.

Kameyama, Y., Kudo, G. 2009. Flowering phenology influences seed production

and outcrossing rate in populations of an alpine snowbed shrub,

Phyllodoce aleutica: effect of pollinators and self-incompatibility. Annals

of Botany. 103: 1385-1394. https://doi.org/10.1093/aob/mcp037.

Knott, C.D. 1998. Changes in Orangutan Caloric Intake, Energy Balance, and

Ketones in Response to Fluctuating Fruit Availability. International

Journal of Primatology 19: 1061-1066.

Knott, C.D. 1999. Reproductive, Physiological and Behavioral Responses of

Orangutans in Borneo to Fluctuations in Food Availability. Ph.D,

Dissertation. Harvard University. Cambridge.

Maple, T. L. 1980. Orangutan Behavior (Van Nostrand and Rainhold Primate

Behavior and Development Series). Van Nostrand Reinhold Company.

New York.

Marshall, A. J., Boyko, C. M., Feilen K, Boyko, R. H., Leighton, M. 2009.

Defining Fallback Foods and Assessing Their Importance in Primate

Ecology Andevolution. American Journal of Physical Anthropology 140 :

603–614. https://doi.org/10.1002/ajpa.21082.

Marshall A. J., Wrangham R W. 2007. Evolutionary Consequences of Fallback

Foods. International Journal of Primatology 28 : 1219–1235.

https://doi.org/ 10.1007/s10764-007-9218-5.

Marshall A. J. 2009. Orang-utan Feeding Behaviour in Sebangau. Central

Kalimantan [disertasi]. Cambridge (UK): Wildlife Research Group. The

Anatomy School. University of Cambridge.

Meijaard, E., H. D. Rijksen, S. N. Kartikasari. 2001. Di Ambang Kepunahan,

Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. Penyunting S.N.Kartikasari.

The Gibbon Foundation Indonesia. Jakarta.

Muin, A. 2007. Analisis tipologi tempat bersarang dan karakteristik sarang

orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii, Groves 2001) di Taman Nasional

Tanjung Puting Kalimantan Tengah. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Putra, A. P. 2008. Aktivitas Harian dan Perilaku Makan Anak Orangutan (Pongo

pygmaeus wurmbii, Tiedemann 1808) dengan Tingkat Umur Berbeda di

Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah. Skripsi: Program Studi

Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Richard, A. F. 1985. Primates in nature. W. H. Freeman and Company. New

York: x + 558 hlm.

Page 51: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

37

Rijksen, H. D. 1978. A Field Study on Sumatran Orang Utans (Pongo pygmaeus

abelii, Lesson 1827) Ecology, Behaviour and Conservation. Modelingen

Landbowhogeschool Wageningen. H. Veenman & Zonen B. V.

Wageningen.

Rijksen. H. D. E. Meijaard. 1999. Our vanishing relative: The status of wild

orang-utans at the close of the twentieth century. Tropenbos Publication.

[tempat tidak diketahui]/

Rodman, P. S. 1977. Feeding Behaviour of Orangutans in Kutai Nature Reserve,

East Kalimantan. In T. H. Clutton-Brock (ed), Primate Ecology: Studies of

Feeding and Ranging Behaviour in Lemurs, Monkeys, and Apes. New

York Academyc Press. New York.

Rusda, Muhammad. 2013. Perilaku Bersarang Orangutan Kalimantan (Pongo

pygmaeus wurmbii, Tiedemann 1808) di Tipe Habitat yang Berbeda di

Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung,

Kalimantan Barat. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Jakarta.

Russon, A. E., S. A. Wich, M. Ancrenaz, T. Kanamori, Knott, C. D., Kuze, N.,

Morrogh-Bernard, C. H., Pratje, P., Ramlee, H., Rodman, P., Sawang, A.

Sidiyasa, K., Singleton, I., van Schaik, C. P. 2009. Geographic variation in

orangutan diets. Dalam: Wich, S. A., Atmoko, S. S. U., T. M. Setia, van

Schaik, C. P. (eds). Orangutanns: Geographic variation behavioral

ecology and conservation. Oxford University Press Inc. New York: 135-

155.

Suhandi, A. S. 1988. Regenerasi Jenis Tumbuhan yang Dipencarkan Orangutan

Sumatera di Suaka Alam Gunung Leuser. Skripsi. Universitas Nasional.

Jakarta.

Suhud, M., Saleh, C. 2007. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Habitat

Orangutan. WWF Indonesia. Jakarta.

Supriatna, J. dan E. H. Wahyono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia.

Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Sulistyawati, E., N. Mashita, N. N. Setiawan, D. N. Choesin, P. Suryana. 2012.

Flowering and fruiting phenology of three species in Mount Papandayan

Nature Reserve, West Java, Indonesia. Tropical Life Sciences Research.

23(2): 81-95.

Suryo, G. A. 2007. Perilaku Makan Serangga pada Orangutan (Pongo pygmaeus

wurmbii, Tiedemann 1808) Jantan dan Betina di Stasiun Penelitian Tuanan,

Kalimantan Tengah. [Skripsi]. Fakultas Biologi Universitas Nasional.

Jakarta.

Utami, S. S., van Hoof, JARAM. 1997. Meat-eating by adult female Sumateran

orangutans (Pongo pygmaeus abelii). American Journal Primatology.

43:159-165.

Page 52: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

38

van Adrichem, G. G. J., Atmoko, S. S. U., Wich, S. A., van Hoof JARAM, E. H.

M. Sterck. 2006. The development of wild immature Sumatran orangutan

(Pongo pygmaeus abelii) at Ketambe. Primate. 47: 300-309.

van Noordwijk, M. A., Atmoko, S.S.U., Knott, C. D., Kuze, N., Morrogh-Bernard,

C. H., Oram, F. van Schaik. C. P., Willems, E. P. 2018. The slow ape :

High infant survival and long interbirth intervals in wild orangutans.

Journal of Human Evolution, 125, 38-49.

https://doi.org/10.1016/j.jhevol.2018.09.004.

van Schaik, C. 2006. Diantara Orangutan: Kera Merah dan Bangkitnya

Kebudayaan Manusia. Yayasan Penyelamatan Orangutan Kalimantan

(BOS). Jakarta.

Wich, S.A., Atmoko, S.S.U., T. M. Setia , Rijksen H. D, Shürmann, C., van Hoof

J., van Schaik C. P. 2004. Life History of Wild Sumatran Orangutans

(Pongo abelii). Journal of Human Evolution 47: 385-398.

Wich, S. A. Atmoko, S. S. U. T. M. Setia, Djoyosudharmo, S., Geurts, M. L. 2006.

Dietary an Energetic Response of Pongo abelii to Fruit Availability

Fluctuations. International Journal of Primatology. 27: 1538-1540.

Yamagiwa, J. 2004. Diet and foraging of the great apes: Ecological constraints on

their social organizations and implications for their divergence. Dalam:

Russon, A. E. & D. R. Begun (eds). 2004. The evolution of thought:

Evolutionary origins of great apes intelligence. Cambridge University

Press. Cambridge: 210-233.

Yohana, T. 2004. Kode dan Deskripsi Teknik Makan Orangutan di Stasiun

Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah. Fakultas Biologi Universitas

Nasional. Jakarta.

Zulfa, A. 2011. Perilaku makan dan kandungan nutrien makanan orangutan

Sumatera (Pongo abelii, Lesson 1827) di Stasiun Penelitian Ketambe,

Taman Nasional Gunung Leuser, Nanggroe Aceh Darussalam. [Tesis].

Universitas Indonesia. Depok.

Zulfa, A., T. M. Setia, Atmoko, S.S.U & E. R.Vogel. 2010. Dietary preferences

and nutritions in orangutan at the Tuanan field station, Central Kalimantan.

Association for Tropical Biology and Conservation (ATBC) 182: 11-58.

Page 53: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

39

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jenis-jenis pakan anak orangutan selama pengamatan di SPCP

Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat

No. Famili Genus

1. Achariaceae Hydnocarpus

2. Anacardiaceae Dracontomelon

3. Anacardiaceae Gluta

4. Anacardiaceae Mangifera

5. Annonaceae Alphonsea

6. Annonaceae Artabortys

7. Annonaceae Alphonsea

8. Annonaceae Mezzetia

9. Annonaceae Polyalthia

10. Annonaceae Uvaria

11. Annonaceae Xylopia

12. Apocynaceae Alstonia

13. Apocynaceae Asclepiad

14. Apocynaceae Willughbeia

15. Cannabaceae Gironniera

16. Chrysobalanaceae Licania

17. Clusiaceae Calophyllum

18. Clusiaceae Garcinia

19. Dipterocarpaceae Vatica

20. Ebenaceae Diospyros

21. Elaeocarpaceae Elaeocarpus

22. Euphorbiaceae Chaetocarpus

23. Euphorbiaceae Macaranga

24. Euphorbiaceae Trigonopleura

25. Fabaceae Koompassia

26. Fabaceae Sindora

27. Fabaceae Spatholobus

28. Fagaceae Lithocarpus

29. Gnetaceae Gnetum

30. Icacinaceae Phytocrene

31. Irvingiaceae Irvingia

32. Loganiaceae Strychnos

33. Magnoliaceae Magnolia

34. Malvaceae Durio

35. Malvaceae Grewia

36. Malvaceae Microcos

37. Malvaceae Neesia

38. Malvaceae Scapium

39. Malvaceae Sterculia

40. Melastomataceae Bellucia

41. Melastomataceae Pternandra

42. Moraceae Artocarpus

Page 54: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

40

43. Moraceae Ficus

44. Myristicaceae Gymnacranthera

45. Myrtaceae Eugenia

46. Myrtaceae Syzygium

47. Phyllanthaceae Baccaurea

48. Polygalaceae Xantophyllum

49. Rhamnaceae Ziziphus

50. Rosaceae Prunus

51. Sapindaceae Nephelium

52. Sapindaceae Pometia

53. Sapotaceae Madhuca

54. Sapotaceae Palaquium

55. Tetrameristicaceae Tetramerista

Page 55: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

41

Lampiran 2. Peta sebaran tumbuhan pakan orangutan yang menjadi target selama penelitian di Stasiun Penelitian Cabang Panti, Taman

Nasional Gunung Palung

1º13’S, 110 º7

Page 56: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

42

Lampiran 3. Jenis-jenis pakan anak orangutan di Stasiun Penelitian Cabang Panti,

Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat (Dokumentasi

SPCP)

Buah dari genus Polyalthia

Daun dari genus Gironniera

Buah dari genus Artocarpus

Buah dari genus Nephelium

Daun dari genus Gluta

Buah dari genus Tetramerista

Daun dari genus Spatholobus

Daun dari genus Grewia

Page 57: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

43

Buah dari genus Mangifera

Buah dari genus Diospyros

Buah dari genus Ficus

Buah dari genus Syzygium

Daun Xantophyllum

Daun Durio

Umbut Pandanus

Kulit pohon

Page 58: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

44

Lampiran 4. Individu target penelitian (Dokumentasi SPCP)

Bayas (Infant male) : 2 tahun 11 bulan

Tawni (Juvenile male) : 3 tahun 8 bulan

Rani (Juvenile female) : 5 tahun 2 bulan

Vanna (Juvenile female) : 6 tahun 2 bulan

Telur (Adolescent female) : 12 tahun 2 bulan

Berani (Adolescent female) : 13 tahun 5

bulan

Page 59: PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN KALIMANTANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · perilaku makan anak orangutan kalimantan (pongo pygmaeus wurmbii tiedemann, 1808)

45