perilaku konsumen

16
1.3 Metodologi Penelitian A. Jenis Penelitian Penelitian tentang perilaku konsumen dalam menggunakan produk skin care ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian. Penelitian deskriptif dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik. B. Data dan Sumber Data 1. Data Primer Secara Kuantitatif: Pembagian kuesioner dengan terlebih dahulu memilih sumber (responden) dan lokasi penelitian. Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah pertanyaan menyangkut fakta dan pendapat responden, sedangkan kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif. Peneliti menggunakan data ini untuk mengetahui informasi langsung mengenai perilaku konsumen terhadap penggunaan produk skin care. 2. Data Sekunder Studi Literature: Peneliti menggunakan data sekunder dari buku wajib Pengantar Manajemen Pemasaran , Cannon,

Upload: devyana-indah-fajriani

Post on 22-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perilaku Konsumen

1.3 Metodologi Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian tentang perilaku konsumen dalam menggunakan produk skin care ini

menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan dasar

bagi semua penelitian. Penelitian deskriptif dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat

dilakukan analisis statistik.

B. Data dan Sumber Data

1. Data Primer

Secara Kuantitatif: Pembagian kuesioner dengan terlebih dahulu memilih sumber

(responden) dan lokasi penelitian.

Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah pertanyaan menyangkut

fakta dan pendapat responden, sedangkan kuesioner yang digunakan pada

penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana responden diminta menjawab

pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif. Peneliti

menggunakan data ini untuk mengetahui informasi langsung mengenai perilaku

konsumen terhadap penggunaan produk skin care.

2. Data Sekunder

Studi Literature: Peneliti menggunakan data sekunder dari buku wajib Pengantar

Manajemen Pemasaran , Cannon, J.P., Perreault, W.D., McCarthy, E.J., Basic

Marketing, A global-managerial Approach, 18th. Ed., Irwin McGraw-Hill (2011)

untuk menganalisis dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui

kuisioner.

Page 2: Perilaku Konsumen

BAB II

Perilaku Konsumen Terhadap Penggunaan Produk Skin Care

2.1 Proses Pengumpulan Data

Data kuisioner diisi oleh 15 responden perempuan di sekitar tempat penjualan produk

skin care di salah satu tempat perbelanjaan di Depok. Pemilihan responden perempuan

dilakukan secara random/acak.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah angket. Angket

/ kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan

seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk

dijawabnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma

Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip

pengukuran dan penampilan fisik.

Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :

Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka

harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.

Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak

mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada

responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.

Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya

jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka

responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

Referensi :Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

Page 3: Perilaku Konsumen

2.2 Alasan Menggunakan Skin Care

A. Motivasi Konsumen Membeli Produk

Perilaku konsumen bervariasi dalam pembelian dari satu target pasar ke target lain,

sehingga tidak praktis untuk mencoba menulis semua kemungkinan untuk setiap situasi.

Misalnya, bagaimana dan mengapa konsumen membeli suatu merek tertentu atau minuman

ringan mungkin berbeda dari bagaimana konsumen yang sama membeli sebuah Ipod Touch.

Demikian juga, pelanggan di negara yang berbeda bereaksi secara berbeda terhadap

pemasaran produk. Meski begitu, ada prinsip perilaku umum -frameworks- yang dapat

diterapkan manajer pemasaran untuk lebih memahami secara sepesifik target pasar mereka.

Gambar 2.1 Model Pengaruh-Pengaruh Terhadap Perilaku Konsumen

Marketing Mix Stimulan Lain

Konsumen Membeli/Tidak Membeli (Respon)

1. Kebutuhan Ekonomi

Kebanyakan ekonomi berasumsi bahwa konsumen adalah economic buyers –

orang orang yang mengetahui semua fakta logis dalam membandingkan pilihan untuk

mendapatkan kepuasan terbesar dengan menghabiskan waktu dan uang mereka. Teori

economic-buyer mengasumsikan bahwa ekonomi yang paling membutuhkan panduan

perilaku konsumen. Kebutuhan ekonomi fokus dalam membuat penggunaan terbaik

dari waktu dan uang konsumen – sebagaimana konsumen menilai itu. Beberapa

konsumen mencari harga terendah. Yang lainnya bersedia membayar ekstra untuk

Kebutuhan Ekonomi- Ekonomi pembelian- Kenyamanan- Efisiensi- Ketergantungan

Variabel Psikologis - Motivasi- Persepsi- Pembelajaran- Sikap- Kepribadian/ gaya hidup

Pengaruh Sosial- Keluarga- Kelas Sosial- Grup Referensi- Budaya

Situasi Pembelian- Alasan Membeli- Waktu- Keadaaan Sekitar

Proses Pengambilan Keputusan Oleh Konsumen

Page 4: Perilaku Konsumen

kenyamanan, dan lain-lain mungkin mengutamakan harga dan kualitas untuk nilai

terbaik. Beberapa kebutuhan ekonomi adalah:

Ekonomi pembelian atau penggunaan

Kemudahan

Efisiensi dalam operasi atau penggunaan

Keandalan dalam penggunaan

Peningkatan penghasilan

2. Pengaruh Psikologis Dalam Individu

Semua orang termotivasi oleh kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah

kekuatan dasar yang memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. beberapa

kebutuhan melibatkan kesejahteraan fisik, pandangan individu lain terhadap diri

seseorang dan hubungan dengan orang lain. Kebutuhan lebih mendasar daripada

keinginan. Keinginan adalah "kebutuhan" yang dipelajari selama hidup seseorang.

Sebagai contoh, setiap orang membutuhkan air atau beberapa jenis cairan, tetapi

beberapa orang juga belajar untuk menginginkan Clearly Canadian’s rasa raspberry.

Saat kebutuhan tidak terpuaskan, muncul dorongan. Keinginan akan cairan,

contohnya, berujung pada dorongan untuk haus. Dorongan adalah stimulan kuat yang

mengakibatkan tindakan untuk mengurangi keinginan tersebut. Dorongan bersifat

internal—yang merupakan alasan serta latar belakang perilaku tertentu. Dalam

marketing, pembelian produk merupakan hasil dari dorongan untuk memuaskan suatu

kebutuhan.

Beberapa kritik menunjukkan secara tidak langsung bahwa pemasar bisa saja

memanipulasi konsumen untuk membeli produk diluar keinginan mereka. Tetapi

mencoba mendapatkan konsumen diluar keinginan mereka adalah hal yanng percuma.

Selain itu, manager marketing yang baik mengetahui bahwa dorongan, kebutuhan dan

keinginan konsumen memang sudah ada dan bagaimana hal itu dapat terpuaskan

dengan lebih baik.

Page 5: Perilaku Konsumen

Contoh beberapa kebutuhan yang mendorong pembeli melakukan suatu tindakan :

Psikologis konsumen kadang membuktikan bahwa seseorang bisa mempunyai

lebih dari satu alasan untuk membeli – pada saat yang sama. Maslow tekenal dengan

5 level hirarki kebutuhan.

Kebutuhan psikologis (physiological needs) terkait dengan kebutuhan biologis – makanan, cairan, istirahat, dan sex. Kebutuhan keselamatan (safety needs) terkait dengan pengamanan dan kesejahteraan fisik (mungkin termasuk kesehatan, keamanan, obat, dan pelatihan). Kebutuhan sosial (social needs) terkait dengan cinta, hubungan persahabatan, status, dan kepercayaan diri – hal-hal menyangkut interaksi seseorang dengan yang lain. Kebutuhan personal (self actualisation and esteem needs), di sisi lain, terkait dengan kebutuhan individual untuk kepuasan secara personal – tidak berhubungan dengan apa yang oarng lain pikir atau lakukan. Contohnya meliputi kepercayaan diri, pencapaian diri, kesenangan, kebebasan, dan kenyamanan.

Page 6: Perilaku Konsumen

Teori motivasi mengatakan bahwa manusia tidak pernah mencapai titik kepuasan paling lengkap. Setelah kita mendapat kebutuhan di level lebih rendah terlengkapi, kebutuhan di level lebih tinggi menjadi lebih dominan. Hal ini menjelaskan mengapa marketing berusaha mentargetkan pada konsumen yang makmur dahulu untuk fokus pada kebutuhan dengan level yang lebih tinggi. Ini juga menjelaskan mengapa pendekatan ini bisa menjadi percuma di sebagian penjuru dunia dimana kebutuhan dasar konsumen belum terpenuhi.

Penting untuk diingat, bahwa barang-barang tertentubisa memuaskan lebih dari satu jenis kebutuhan dalam satu waktu. Faktanya, kebanyakan konsumen mencoba untuk melengkapi satu set kebutuhan daripada hanya salah satu jenis kebutuhan atau satu secara berurutan.

3. Pengaruh Sosial Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Keluarga

Hubungan antara anggota keluarga mempengaruhi banyak aspek perilaku

konsumen. Contoh, walaupun hanya satu anggota keluarga yang pergi ke toko untuk

membeli suatu produk, merencanakan strategi marketing penting untuk mengetahui

siapa saja yang ikut terlibat. Anggota keluarga yang lain akan mempengaruhi dalam

memutuskan apa yang akan dibeli.

Sepasang suami istri mungkin bersama-sama menyepakati banyak pembelian

yang penting, tapi kadang-kadang mereka mungkin memiliki preferensi pribadi yang

kuat. Bagaimanapun, preferensi pribadi bisa berubah saat pasangannya mempunyai

prioritas yang berbeda. Satu ingin mengajak keluarganya liburan ke Disneyland – saat

yang lainnya menginginkan Toshiba- HDTV baru. Hasil dari situasi seperti ini tidak

dapat diprediksikan. Tanggung jawab pembelian dan pengaruh sangat bervariasi

tergantung pada produk dan keluarga. Pemasar yang mencoba merencanakan strategi

akan merasa terbantu untuk penelitian spesifik target pasar. Ingat, banyak keputusan

pembelian yang dibuat bersama, dan hanya berpikir tentang siapa sebenarnya yang

membeli produk dapat menyesatkan strategi pemasaran.

Kelas Sosial

Kelas sosial adalah kumpulan orang yang memiliki posisi sosial kira-kira sama

seperti yang dilihat oleh orang lain di masyarakat. Hampir setiap masyarakat memiliki

struktur kelas sosial. Di kebanyakan negara, kelas sosial erat kaitannya dengan

Page 7: Perilaku Konsumen

pekerjaan seseorang, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh pendidikan, partisipasi

masyarakat, kekayaan, keterampilan sosial, dan faktor-faktor lain.

Di sebagian besar negara beberapa hubungan umum dan kelas sosial dipengaruhi

tingkat pendapatan. Tapi tingkat pendapatan masyarakat dalam kelas sosial sangat

bervariasi, dan orang-orang dengan tingkat pendapatan yang sama mungkin dalam

kelas sosial yang berbeda. sehingga pendapatan dengan sendirinya biasanya bukan

merupakan ukuran yang baik dari kelas sosial. Dan orang-orang di sosial yang

berbeda dapat membelanjakan uang, menabung, dan meminjam uang dengan cara

yang sangat berbeda. Untuk contohnya, mengeluarkan untuk pakaian, perumahan,

perabot rumah tangga, dan kegiatan rekreasi, serta pilihan di mana dan bagaimana

toshop, sering kali berbeda dengan kelas sosialnya.

Pendekatan sederhana untuk mengukur pengelompokkan kelas sosial didasarkan

pada pekerjaan, pendidikan, dan tipe serta lokasi perumahan. Dengan menggunakan

survey penelitian pemasaran atau sensus data yang tersedia, pemasar dapat

membedakan kelas sosial dari target pasar mereka.

Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah orang-orang kepada siapa seorang individu terlihat

saat melakukan sikap tentang topik tertentu. Seseorang biasanya memiliki beberapa

kelompok referensi untuk topik yang berbeda. Beberapa dari mereka bertemu tatap

muka. Yang lain mereka hanya berharap untuk meniru. Dalam kasus lain, mereka

mungkin mengambil nilai dari kelompok referensi ini dan membuat keputusan

membeli berdasarkan kemungkinan kelompok menerima/tidak.

Kita selalu membuat perbandingan antara diri sendiri dan orang lain. Sehingga

kelompok referensi lebih penting ketika orang lain dapat "melihat" produk atau merek

kita gunakan. Pengaruh lebih kuat untuk produk-produk yang berhubungan dengan

status dalam kelompok. Untuk satu kelompok, memiliki sebuah mantel bulu mahal

mungkin tanda "having arrived". Sekelompok pecinta hewan mungkin melihatnya

sebagai penilaian buruk. Dalam kedua kasus, keputusan konsumen untuk membeli

atau tidak membeli mantel bulu mungkin bergantung pada pendapat orang lain dalam

kelompok referensi konsumen.

Budaya

Page 8: Perilaku Konsumen

Kebudayaan adalah seluruh set keyakinan, sikap, dan cara-cara melakukan

sesuatu yang menjadikan semuanya satu kesatuan orang yang homogen.

Kita bisa melihat budaya Amerika, budaya Perancis, atau budaya Amerika latin.

Orang-orang dalam kelompok budaya ini cenderung lebih mirip dalam pandangan dan

perilaku. Tetapi sering lebih berguna untuk memikirkan subkultur dalam kelompok

tersebut. Misalnya, dalam budaya Amerika, ada berbagai agama, etnis, dan subkultur

daerah.

Strategi perencanaan yang mempertimbangkan perbedaan budaya di pasar

internasional bisa dikatakan lebih sulit – dan budayanya tersebut sangat bervariasi.

Tiap pasarnya harus diurus secara terpisah dengan pemilik subpasar. Mengabaikan

perbedaan budaya – atau mengasumsikan bahwa hal tersebut tidak penting – hampir

menjamin kegagalan di pasar internasional.

4. Individual Dipengaruhi Situasi Pembelian

Bagaimana konsumen membuat suatu pembelian bisa mempengaruhi perilaku

konsumen. Contohnya, seorang murid membeli pulpen untuk mencatat mungkin akan

memilih pulpen dengan harga murah. Tetapi murid yang sama mungkin akan memilih pulpen

yang mahal sebagai hadiah untuk teman. Dan seorang pecinta-gadget dengan waktu luangnya

mungkin akan membeli pulpen digital untuk transfer catatan tulisan tangan ke tablet

komputer – sekedar bersenang-senang mencobanya.

Waktu mempengaruhi situasi pembelian. Saat konsumen melakukan pembelian – dan

waktu yang mereka punya terbatas – akan mempengaruhi perilaku mereka. Seorang

konsumen berkumpul dengan teman-temannya sambil membeli kopi di Starbucks

perilakunya berbeda dengan seorang konsumen yang membeli kopi di 7-eleven ketika jalan

ke tempat kerja.

Page 9: Perilaku Konsumen

A.1 Hasil Analisis Kuisioner Terkait Motivasi Konsumen

Profil Demografi

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel konsumen produk skin care

sebanyak 15 orang, dengan profil responden sebagai berikut:

Tabel 2.1

Profil Demografi

Kriteria Sub Kriteria Jumlah

Jenis Kelamin Perempuan 15

Pekerjaan Responden Pegawai Swasta

Pelajar

4

11

Pengeluaran per Bulan 700rb-1jt

1-1,5jt

1,5-2jt

2-3jt

1

5

5

4

Hasil kuisioner adalah sebagai berikut :

1. Seberapa penting produk skin care bagi anda?

Keterangan:SP = Sangat PentingP = PentingB = BiasaKP = Kurang PentingSTP = Sangat Tidak Penting

Dari 15 orang responden, 20% menyatakan produk skin care sangat penting, 53%

menyatakan penting, dan 33% menyatakan biasa.

Page 10: Perilaku Konsumen

2. Seberapa sering frekuensi menggunakan produk skin care?

Keterangan:SS = Sangat SeringS = SeringJ = JarangJS = Jarang Sekali

Dari 15 orang responden, 20% sangat sering, 60% sering, dan 20% jarang menggunakan

produk skin care.

3. Apakah anda menggunakan produk skin care?

Dari 15 orang responden, 100% menyatakan menggunakan produk skin care.

4. Alasan menggunakan produk skin care:

Keterangan:A = Tertarik dengan iklannyaB = Sudah TerbiasaC = KebutuhanD = Mengikuti Saran Orang LainE = Coba-coba

Dari 15 orang responden, 60% menyatakan produk skin care merupakan kebutuhan, 33%

menyatakan menggunakan skin care karena mengikuti saran orang lain, dan 7% menyatakan

coba-coba.

5. Alasan tidak/belum menggunakan produk skin care:

Page 11: Perilaku Konsumen

Karena nomor 5 merupakan pertanyaan lanjutan dari nomor 3, maka tidak ada yang

menjawab pertanyaan nomor 5.

6. Seberapa sering frekuensi membeli produk skin care?

Keterangan:SS = Sangat SeringS = SeringB = BiasaJ = JarangJS = Jarang Sekali

Dari 15 orang responden, 13% sangat sering (lebih dari satu kali dalam sebulan), 27% sering

(sebulan sekali), 33% biasa (3 bulan sekali), dan 27% jarang membeli produk skin care (6

bulan sekali).

7. Tempat pembelian produk skin care:

Keterangan:S = SupermarketD = DokterM = MinimarketA = ApotekP = PasarO = OnlineT = Teman

Dari 15 orang responden, 47% membeli produk skin care di supermarket, 17% membeli di

dokter, 11% membeli di minimarket, 8% membeli di apotek, dan 11% membeli di teman.

8. Dari manakah anda tahu tentang produk skin care yang anda pakai sekarang?

Keterangan:

A = Melihat/mendengar iklan dari media TV, radio, majalah, billboard dllB = Saran dari dokter/temanC = Mencari tahu sendiriD = Coba-coba

Dari 15 orang responden, 47% tahu tentang produk skin care yang dipakainya sekarang dari iklan di media TV, radio, majalah, billboard, dll. 47% tahu karena saran dari dokter/teman, dan 6% coba-coba.

Page 12: Perilaku Konsumen

9. Apa efek penggunaan skin care yang anda rasakan?Keterangan:M = MemuaskanB = Biasa sajaK = Kurang memuaskanC = Mengecewakan

Dari 15 orang responden, 33% berpendapat efek yang didapat dari penggunaan skin care memuaskan, 54% berpendapat efeknya biasa saja, dan 13% berpendapat efeknya kurang memuaskan.