perilaku konsumen

8
Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 1 Perilaku Konsumen Indikator : Mendeskripsikan manfaat dan nilai suatu barang. A. Manfaat dan Nilai Guna Barang Manfaat dari suatu barang adalah kemampuan dari barang itu untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan manusia. Manfaat suatu barang dapat bersifat subjektif, artinya bergantung pada orang yang membutuhkannya dan hanya dapat diukur dengan menggunakan tingkat intensitas kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh barang itu. Contohnya: Buku dan alat-alat tulis memiliki tingkat intensitas yang tinggi bila dilihat dari sudut pandang seorang pelajar, bila dibandingkan dengan petani maka petani akan menilai buku dan alat-alat tulis tersebut kurang bermanfaat dan lebih bermanfaat cangkul, pupuk dan alat-alat pertanian lainnya. 1. Nilai Pakai (value in use) Nilai pakai adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan. Tinggi atau rendahnya nilai pakai barang ditentukan oleh intensitas kebutuhan, tempat dan waktu. Contohnya baju dingin akan tinggi nilainya jika dibutuhkan di daerah pegunungan yang berhawa dingin, apalagi di waktu musim salju. Nilai pakai terdiri dari dua macam, yaitu: Nilai pakai subjektif Nilai/arti yang diberikan oleh seseorang pada suatu barang, sehubungan dengan kemampuan barang untuk memenuhi/memuaskan kebutuhan. Misalnya Buku pelajaran ekonomi bagi siswa, buku tulis bagi siswa, tas sekolah bagi siswa, nasi bagi orang yang lapar. Nilai pakai objektif Kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan manusia pada umumnya. Misalnya sandang, makanan, perumahan sangat bernilai bagi suatu keluarga, buku pelajaran sangat bernilai bagi siswa SMA, baju akan mempunyai nilai pakai yang sama bagi semua orang yaitu dipakai untuk melindungi tubuh. 2. Nilai Tukar (value in exchange) Nilai tukar ialah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain di pasar. Tinggi atau rendahnya nilai tukar suatu barang ditentukan oleh nilai pakai barang tersebut. Nilai tukar terdiri dari dua macam, yaitu: Nilai tukar subjektif Nilai/arti yang diberikan seseorang pada suatu barang, sehubungan kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain. Contohnya, orang Asia khususnya Indonesia makanan pokoknya nasi, namun apabila nasi ini ditukar dengan roti atau kentang untuk menggantikan nasi sebagai makanan pokok tentu saja tidak akan mau, sebab nasi sudah menjadi makanan pokok secara turun temurun. Demikian juga dengan orang Eropa, apabila makanan pokok mereka yaitu roti diganti dengan nasi juga tidak akan mau, walaupun pada dasarnya nasi dan roti sama-sama mengandung karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh. Nilai tukar objektif Kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain. Hampir semua barang yang ada di dalam masyraka mempunyai nilai tukar objektif, karena setiap manusia tidak membuat sendiri barang-barang yang ia butuhkan. Semakin maju pembagian kerjadalam masyrakat, makin mudah kita memperoleh barang-barang denganj alan pertukaran. Maka dengan sendirinya barang-barang tersebut mempunyai nilai tukar objektif. misalnya: mengganti penggunaan bus menjadi taxi. Hal ini terjadi karena bus memiliki nilai tukar objektif dengan taxi. Indikator : Mendeskripsikan teori perilaku konsumen. B. Perilaku Konsumen 1. Pengertian Konsumsi dan Konsumen Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa. Misalnya : makan nasi adalah merupakan kegiatan konsumsi karena menghabiskan nilai guna nasi, memakai baju juga merupakan kegiatan konsumsi karena mengurangi nilai guna baju. Kita harus berhati-hati untuk menentukan apakah suatu kegiatan dalam menggunakan suatu benda termasuk dalam lingkup konsumsi atau tidak, karena selain untuk tujuan konsumsi suatu benda juga dipergunakan sebagai benda produksi. Contohnya : Pak Amir memiliki mobil. Pada hari senin-sabtu mobil tersebut digunakan untuk mengangkut penumpang. Sedangkan pada hari Minggu mobil tersebut digunakan untuk rekreasi bersama keluarga. Perlu anda ketahui penggunaan mobil dari hari senin-sabtu merupakan penggunaan barang untuk tujuan produksi (menghasilkan uang) atau digunakan sebagai benda produksi. Sebalinya penggunaan mobil pada hari minggu adalah merupakan penggunaan mobil untuk kegiatan konsumsi. Tujuan utama orang melakukan kegiatan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara langsung. Kadang kala orang mengonsumsi barang atau jasa bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi juga ingin mendapat penghargaan/pujian dari orang lain. Contoh, orang memakai mobil mewah selain untuk memenuhi kebutuhan akan mobil, juga ingin mendapat penghargaan dari orang lain. Ciri-ciri Konsumsi : Benda-benda yang dikonsumsi adalah benda ekonomi, sehingga kegiatan menghirup udara, berjemur pada sinar matahari bukan merupakan kegiatan konsumsi. Benda yang dikonsumsi ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penggunaan gergaji, cangkul, mesin-mesin dan barnag modal lainnya yang bertujuan menambah manfaat barang tidak dikategorikan sebagai kegiatan konsumsi. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan produksi. Manfaat, nilai, atau volume benda-benda yang digunakan tersebut akan habis sekaligus ataupun berangsur- angsur habis.

Upload: jogo-hera

Post on 26-Jul-2015

98 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perilaku Konsumen

Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 1

Perilaku Konsumen

Indikator : Mendeskripsikan manfaat dan nilai suatu barang.

A. Manfaat dan Nilai Guna Barang

Manfaat dari suatu barang adalah kemampuan dari barang itu untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan manusia.

Manfaat suatu barang dapat bersifat subjektif, artinya bergantung pada orang yang membutuhkannya dan hanya dapat

diukur dengan menggunakan tingkat intensitas kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh barang itu. Contohnya: Buku dan

alat-alat tulis memiliki tingkat intensitas yang tinggi bila dilihat dari sudut pandang seorang pelajar, bila dibandingkan

dengan petani maka petani akan menilai buku dan alat-alat tulis tersebut kurang bermanfaat dan lebih bermanfaat

cangkul, pupuk dan alat-alat pertanian lainnya.

1. Nilai Pakai (value in use) Nilai pakai adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan. Tinggi atau rendahnya nilai pakai

barang ditentukan oleh intensitas kebutuhan, tempat dan waktu.

Contohnya baju dingin akan tinggi nilainya jika dibutuhkan di daerah pegunungan yang berhawa dingin, apalagi di

waktu musim salju.

Nilai pakai terdiri dari dua macam, yaitu:

• Nilai pakai subjektif

Nilai/arti yang diberikan oleh seseorang pada suatu barang, sehubungan dengan kemampuan barang untuk

memenuhi/memuaskan kebutuhan. Misalnya Buku pelajaran ekonomi bagi siswa, buku tulis bagi siswa, tas

sekolah bagi siswa, nasi bagi orang yang lapar.

• Nilai pakai objektif

Kemampuan suatu barang untuk dapat memuaskan kebutuhan manusia pada umumnya. Misalnya sandang,

makanan, perumahan sangat bernilai bagi suatu keluarga, buku pelajaran sangat bernilai bagi siswa SMA, baju

akan mempunyai nilai pakai yang sama bagi semua orang yaitu dipakai untuk melindungi tubuh.

2. Nilai Tukar (value in exchange)

Nilai tukar ialah kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain di pasar. Tinggi atau

rendahnya nilai tukar suatu barang ditentukan oleh nilai pakai barang tersebut.

Nilai tukar terdiri dari dua macam, yaitu:

• Nilai tukar subjektif

Nilai/arti yang diberikan seseorang pada suatu barang, sehubungan kemampuan suatu barang untuk dapat

ditukarkan dengan barang lain. Contohnya, orang Asia khususnya Indonesia makanan pokoknya nasi, namun

apabila nasi ini ditukar dengan roti atau kentang untuk menggantikan nasi sebagai makanan pokok tentu saja

tidak akan mau, sebab nasi sudah menjadi makanan pokok secara turun temurun. Demikian juga dengan orang

Eropa, apabila makanan pokok mereka yaitu roti diganti dengan nasi juga tidak akan mau, walaupun pada

dasarnya nasi dan roti sama-sama

mengandung karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh.

• Nilai tukar objektif

Kemampuan suatu barang untuk dapat ditukarkan dengan barang lain. Hampir semua barang yang ada di dalam

masyraka mempunyai nilai tukar objektif, karena setiap manusia tidak membuat sendiri barang-barang yang ia

butuhkan. Semakin maju pembagian kerjadalam masyrakat, makin mudah kita memperoleh barang-barang

denganj alan pertukaran. Maka dengan sendirinya barang-barang tersebut mempunyai nilai tukar objektif.

misalnya: mengganti penggunaan bus menjadi taxi. Hal ini terjadi karena bus memiliki nilai tukar objektif

dengan taxi.

Indikator : Mendeskripsikan teori perilaku konsumen.

B. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Konsumsi dan Konsumen

Konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa. Misalnya :

makan nasi adalah merupakan kegiatan konsumsi karena menghabiskan nilai guna nasi, memakai baju juga

merupakan kegiatan konsumsi karena mengurangi nilai guna baju.

Kita harus berhati-hati untuk menentukan apakah suatu kegiatan dalam menggunakan suatu benda termasuk

dalam lingkup konsumsi atau tidak, karena selain untuk tujuan konsumsi suatu benda juga dipergunakan sebagai

benda produksi.

Contohnya :

Pak Amir memiliki mobil. Pada hari senin-sabtu mobil tersebut digunakan untuk mengangkut penumpang.

Sedangkan pada hari Minggu mobil tersebut digunakan untuk rekreasi bersama keluarga. Perlu anda ketahui

penggunaan mobil dari hari senin-sabtu merupakan penggunaan barang untuk tujuan produksi (menghasilkan uang)

atau digunakan sebagai benda produksi. Sebalinya penggunaan mobil pada hari minggu adalah merupakan

penggunaan mobil untuk kegiatan konsumsi.

Tujuan utama orang melakukan kegiatan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara

langsung. Kadang kala orang mengonsumsi barang atau jasa bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi

juga ingin mendapat penghargaan/pujian dari orang lain. Contoh, orang memakai mobil mewah selain untuk

memenuhi kebutuhan akan mobil, juga ingin mendapat penghargaan dari orang lain.

Ciri-ciri Konsumsi :

Benda-benda yang dikonsumsi adalah benda ekonomi, sehingga kegiatan menghirup udara, berjemur pada sinar

matahari bukan merupakan kegiatan konsumsi.

Benda yang dikonsumsi ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penggunaan gergaji, cangkul,

mesin-mesin dan barnag modal lainnya yang bertujuan menambah manfaat barang tidak dikategorikan sebagai

kegiatan konsumsi. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan produksi.

Manfaat, nilai, atau volume benda-benda yang digunakan tersebut akan habis sekaligus ataupun berangsur-

angsur habis.

Page 2: Perilaku Konsumen

Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 2

2. Teori Perilaku Konsumen

Teori perilaku konsumen dapat menjelaskan bagaimana seorang konsumen memilih suatu produk yang

diyakini akan memberikan kepuasaan maksimum dengan dibatasi oleh pendapatan dan harga. Konsep dasar perilaku

konsumen menyatakan bahwapada umumnya konsumen selalu berusaha untuk mencapai utilitas yang maksimal

dari pemakaian benda. Utilitas (utility) adalah derajat seberapa besar atau ukuran kepuasaan yang diterima

konsumen dari penggunaan barang dan jasa. Setiap konsumen memiliki tingkat kepuasaan yang berbeda-beda,

namun mereka akan berusaha mencapai kepuasaan yang maksimal. Perilaku konsumen dapat dilihat dengan dua

pendekatan :

a. Pendekatan Kardinal/Nilai Guna (Utility Approach)

Pendekatan kardinal menganggap bahwa kepuasan konsumen yang diperoleh dari kegiatan konsumsi

barang dan jasa dapat diukur secara kuantitatif. Artinya kepuasan konsumen dapat diukur dengan angka/satuan

tertentu seperti uang, jumlah atau buah. Sebagaimana kita mengukur berat badan, tinggi badan dan sebagainya.

Kepuasan konsumen yang diperoleh dari hasil konsumsi barang dan jasa disebut dengan istilah utilitas (utility).

Ada 4 konsep dasar tentang perilaku konsumen dengan pendekatan kardinal yaitu :

• Kepuasaan Total/Utilitas Total (Total Utility)

Kepuasaan yang dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara

keseluruhan.

• Kepuasaan Marginal/Utilitas Marginal (Marginal Utility)

Pertambahan kepuasaan yang dinikmati dari setiap tambahan unit barang atau jasa yang dikonsumsi.

• Kepuasaan Total dan Marginal yang Semakin Menurun (Diminishing Utility)

Konsumen berusaha menikmati barang atau jasa yang dimiliki sepuas-puasnya. Setelah kepuasaan dari

mengonsumsi suatu barang atau jasa berlangsung terus-menerus, sampai titik tertentu akhirnya kepuasaan

itu akan sampai pada tingkat kejenuhan tertentu.

Indikator : Membuat kesimpulan tentang hukum Gossen.

Untuk lebih memahami tentang ketiga konsep di atas, perhatikan tabel berikut :

Jumlah

Konsumsi

Jeruk

Titik Kepuasaan Total Kepuasaan

Marginal

0 0 -

1 A 50 50

2 B 80 30

3 C 95 15

4 D 105 10

5 E 110 5

6 F 110 0

7 G 105 -5

8 H 90 -15

9 I 70 -20

10 J 40 -30

120

100

80

60

40 (Total Utility (TU)

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

-20

-40 Marginal Utility (MU)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas tampaklah bahwa kepuasaan total seseorang pada awalnya

terus meningkat seiring dengan naikknya konsumsi jeruk hingga mencapai puncaknya pada konsumsi

jeruk yang ke 5 dan 6. Tetapi konsumsi yang lebih jauh di atas jumlah tersebut menyebabkan

kepuasaan akan menurun ini terlihat dari konsumsi jeruk yang ke-7, ke-8 dst yang memiliki tingkat

kepuasaan total yang lebih rendah pada konsumsi jeruk yang ke-5 dan ke-6.

Bila kita menghubungkan dengan kurva kepuasaan marginal terlihat bahwa kepuasaan marginal

bernilai positif hingga konsumsi buah jeruk yang ke-6. Di titik ini juga kepuasaan marginal bernilai

nol, yang artinya tambahan konsumsi jeruk tidak menambah kepuasaan sama sekali. Sementara itu

tambahan konsumsi buah jeruk memberikan kepuasaan marginal yang negatif. Ini berarti tambahan

konsumsi jeruk justru mengurangi kepuasaan yang telah dimiliki. Dengan demikian dapat dikatakan

Page 3: Perilaku Konsumen

Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 3

sebagai hukum tambahan nilai guna marginal yang semakin menurun (The law of diminishing

marginal utility)

Selain itu dapat disimpulkan bahwa, “Jika pemenuhan kebutuhan akan suatu barang

dilakukan secara terus-menerus maka rasa nikmatnya mula-mula sangat tinggi,

namun makin lama kenikmatan tersebut semakin berkurang sampai akhirnya

mencapai titik jenuh”. Inilah yang disebut Hukum Gossen I

b. Pendekatan Ordinal/Kurva Indiferen

Kurva Indiferen adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi barang-barang

yang menghasilkan tingkat kepuasaan yang sama.

Perhatikan tabel dan grafik sebagai berikut :

Gabungan Makanan

dan Pakaian

Jumlah barang Tingkat Subtitusi

Marjinal Makanan dan

Pakaian Makanan Pakaian

A 10 2

B 7 3 3 : 1 = 3,0

C 5 4 2 : 1 = 2,0

D 4 5 1 : 1 = 1,0

E 3 7 1 : 2 = 0,5

F 2 10 1 : 3 = 0,3

10

7

5

4

3

2

0 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Berdasarkan tabel dan grafik di atas konsumen mencari kepuasaan melalui konsumsi

makanan dan pakaian. Gabungan kepuasaan makanan dan pakaian terdapat pada gabungan A,

B, C, D, E atau F. Gabungan manapun yang dipilih oleh orang tersebut tetap akan

memberikan kepuasaan yang sama besarnya.Sehingga dapat disimpulkan bahwa “konsumen

akan memuaskan kebutuhan yang beranekaragam sampai mencapai titik intensitas yang

sama”. Inilah yang disebut dengan Hukum Gossen II

3. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Melakukan Konsumsi Barang/Jasa

• Pendapatan

Semakin besar pendapatan yang diterima oleh seseorang, semakin besar pula daya belinya. Akan

tetapi sebaliknya jika pendapatan seseorang semakin kecil, maka kemampuan membeli akan barang

dan jasa jugasemakin kecil, semakin sedikit barang atau jasa yang dapat dibeli/dimiliki.

• Selera Konsumen

Di antara orang-orang yang usianya sama, namun pengeluaran konsumsinya tidak sama, karena

perbedaan sikap menghemat atau attitude toward thrift dan selera masyarakat dalam berkonsumsi.

Bila masyarakat memiliki selera yang menurun dalam konsumsi, maka tingkat konsumsi juga akan

turun. Sebaliknya jika selera konsumsi masyarakat meningkat,hal ini akan meningkatkan konsumsi

pula.

• Harga Barang dan jasa

Harga barang sangat menentukan terhadap besar atau kecilnya konsumsi seseorang. Jika harga barang

naik, maka seseorang akan memperkecil konsumsinya, sebaliknya jika harga barang turun, seseorang

akan memperbesar konsumsinya. Akan tetapi perubahan harga barang ini tidak berlaku untuk barang

kebutuhan pokok pada umumnya yang selalu akan dibeli dalam jumlah yang relatif tetap, kendati

harga mengalami perubahan.

• Adat Istiadat dan Kebiasaan Konsumen

Adat istiadat dan kebiasaan cukup berpengaruh pada konsumsi seseorang atau masyarakat. Adat

istiadat dan kebiasaan dapat menyebabkan seseorang berperilaku konsumtif.

Kebiasaan masyarakat yang sering dan senang melakukan pesta dan hidup berhura-hura, maka akan

akan memperbesar konsumsinya. Akan tetapi masyarakat yang mempunyai adat istiadat dan

Page 4: Perilaku Konsumen

Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 4

kebiasaan bersikap terhadap kehematan (attitude toward thrift), maka konsumsimasyarakat tersebut

akan semakin kecil.

• Adanya Barang Subtitusi

Barang subtitusi/pengganti dapat mempengaruhi tingkat konsumsiseseorang/masyarakat. Jika

terdapat barang yang dapat menggantikan fungsi suatu barang yang dibutuhkan seseorang dengan

harga yang jauh lebih murah, maka barang tersebut dapat mempengaruhi

konsumsiseseorang/masyarakat tersebut.

Contoh: Ember plastik dengan merek tertentu mahal harganya, sementaraada ember plastik merek

lain atau ember seng yang harganya lebih murah,maka seseorang akan membeli ember merek lain

atau ember seng yanglebih murah tersebut.

• Status Sosial

Posisi seseorang di masyarakat akan membentuk pola konsumsi orang tersebut. oleh karena itu,

status sosial berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi

• Lingkungan Tempat Tinggal

Manusia tidak hidup sendirian dan selalu beradaptasi dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya

sehingga pola konsumsinya juga dipengaruhi oleh lingkungannya.

Indikator :Menerapkan pola hidup hemat dan bersahaja dalam perilaku konsumen.

4. Pola Hidup Hemat dan Bersahaja

Pola hidup hemat berarti gaya hidup yang tidak boros dan tidak berlebihan. Dapat dicontohkan

seorang ibu yang pergi berbelanja dengan membawa daftar belanja, maka ia akan berbelanja sesuai

dengan kebutuhan. Lain halnya bila seorang ibu yang pergi belanja tanpa daftar belanja, maka ia akan

berbelanja diluar yang dibutuhkan, dan ini biasanya akan menimbulkan pemborosan.

Oleh karena itu konsumen harus rasional dalam mengonsumsi barang dan jasa dengan

mempertimbangkan berbagai faktor antara lain :

• Barang yang dibeli dapat memberikan kegunaan yang optimal

• Barang yang dibeli benar-benar dibutuhkan

• Mutu barang terjamin

• Harga barang terjangkau dan sesuai dengan kemampuan untuk membeli.

C. Perilaku Produsen

Pengertian Produksi menekankan pada barang (goods) dan atau jasa (services) yang dihasilkan

perusahaan; yang sering disebut “Produk”.

Menurut pengertian ekonomi, produksi adalah setiap kegiatan atau usaha manusia untuk menghasilkan

atau menambah guna barang dan jasa. Contoh: menanam tebu (menghasilkan), mengambil ikan dari sungai

(menambah guna tempat), menjahit kain menjadi baju (menambah guna bentuk). Agar lebih. Tujuan kegiatan

produksi secara umum adalah memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Dilihat dari sudut

pandang produsen maka tujuan kegiatan produksi juga untuk Mencari keuntungan atau laba dan menjaga

kelangsungan hidup perusahaan.

1. Faktor Produksi

a. Faktor Produksi Alam (natural resources)

Faktor produksi alam adalah segala sesuatu di alam semesta ini baik yang ada di darat, laut, maupun

udara yang digunakan dalam proses produksi. Tanah yang terhampar luas, baik yang ada di atasnya

seperti air, udara, tumbuhan, binatang, dan sebagainya, maupun yang ada di dalamnya seperti

bebatuan, emas, tembaga, batu bara, timah, dan sebagainya merupakan contoh faktor produksi alam.

Balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi alam berupa sewa, seperti sewa tanah.

b. Faktor produksi tenaga kerja (human resources)

Faktor produksi tenaga kerja adalah segala kegiatan jasmani atau rohani manusia yang ditujukan

untuk kegiatan produksi. Contoh faktor produksi tenaga kerja adalah buruh, mandor, tenaga harian,

satpam, kepala bagian, dan sebagainya. Balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi tenaga

kerja adalah upah atau gaji.

Secara garis besar faktor produksi tenaga kerja dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:

1) Tenaga kerja rohaniah, yaitu tenaga kerja yang kegiatannya lebihbanyak menggunakan pikiran

daripada kekuatan fisik. Tenaga kerjajenis ini dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu:

Managerial skill (keterampilan mengelola), yaitu tenaga kerja yang memiliki kemampuan

mengelola segala sumber daya untukmencapai tujuan tertentu, misalnya manajer perusahaan,

kepalabagian, dan sebagainya.

Technological skill (keterampilan teknologi), yaitu tenaga kerja yang memiliki kemampuan

menggunakan dan menerapkanteknologi dalam proses produksi, misalnya teknisi

komputer,teknisi mesin, programmer, dan sebagainya.

Organizational skill (keterampilan organisasi), yaitu tenaga kerja yang memiliki kemampuan

melakukan pembagian tugasdan tanggung jawab dalam kegiatan proses produksi,

misalnyamandor, pengawas, direktur perusahaan, dan sebagainya.

2) Tenaga kerja jasmaniah, yaitu tenaga kerja yang lebih banyakmenggunakan kekuatan fisik dalam

melakukan kegiatan prosesproduksi. Tenaga kerja jenis ini dibedakan ke dalam tiga bagian,

yakni:

Page 5: Perilaku Konsumen

Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 5

Tenaga kerja terdidik (skilled labour), yaitu tenaga kerja yangmemerlukan pendidikan khusus

sesuai dengan bidangnya terlebihdahulu sebelum melakukan kegiatan proses produksi,

misalnyadokter, perawat, insinyur, tenaga pembukuan, dan sebagainya.

Tenaga kerja terlatih (trained labour), yaitu tenaga kerja yangmemerlukan latihan terlebih

dahulu sebelum melakukan kegiatanproses produksi, misalnya juru ketik, montir, sopir,

pemahat,tukang ojek, dan sebagainya.

Tenaga kerja tidak terdidik (unskilled labour), yaitu tenaga kerja yang tidak memerlukan

pendidikan atau latihan dalam melakukan kegiatan proses produksi, misalnya tukang sapu,

buruhbangunan, pemulung, penjaga malam, dan sebagainya.

c. Faktor produksi modal (capital resources)

Modal yang dimaksudkan di sini tidak hanya terbatas pada uang saja melainkan dapat pula berujud

barang-barang yangdigunakan dalam proses produksi. Jadi, faktor produksi modal dapat berupabenda

atau alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk.Balas jasa atau imbalan yang diterima

oleh pemilik faktor produksi modaladalah berupa bunga, seperti bunga pinjaman, bunga modal,sewa

kendaraan, dan sebagainya

Untuk lebih jelasnya lihatlah pembagian modalberikut ini:

d. Faktor produksi kewirausahaan (entrepreneurship resources)

Walaupun sudah tersedia faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal, namun hal itu tidaklah

menjamin bahwa proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien tanpa adanya kemampuan

pengusaha untuk mengelola faktor-faktor produksi tersebut secara baik. Kemampuan untuk

mengelola dan mengkombinasikan faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal tersebut biasanya

dinamakan kewirausahaan (entrepreneurship). Definisi di atas dapat diuraikan bahwa seorang

wirausaha atau orang yang memiliki jiwa wirausaha akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Ulet dan tidak mudah putus asa

• Berani mengambil risiko

• Memiliki rasa percaya diri yang tinggi

• Bersifat kreatif dan inovatif

• Berorientasi ke depan

• Memiliki kemampuan memimpin

2. Bidang-Bidang Produksi

a. Bidang ekstraktif, yaitu produksi yang memungut langsung hasil yan disediakan alam tanpa

melakukan pengolahan lebih lanjut. Seperti pertambangan, penangkapan ikan, dan lain-lain.

b. Bidang agraris, yaitu produksi yang mengolah alam untuk memelihara tanaman dan hewan. Seperti:

pertanian, perkebunan, peternakan, dan lain-lain.

c. Bidang industri, yaitu produksi yang mengolah;

bahan mentah menjadi barang jadi contoh: kedelai diolah menjadi tempe

bahan mentah menjadi barang setengah jadi, contoh: kapas diolah menjadi benang pintalan

bahan setengah jadi menjadi barang setengah jadi, contoh: pintalan benang diolah menjadi kain

bahan setengah jadi menjadi barang jadi, contoh: kain diolah menjadi pakaian

Pariwisata termasuk bidang produksi industri, karena mengolah objek wisata alam untuk

mendatangkan wisatawan sehingga diperoleh pendapatan.

Page 6: Perilaku Konsumen

Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 6

d. Bidang perdagangan, yaitu produksi yang mengumpulkan dan menjual kembali hasil produksi kepada

yang memerlukan untuk memperoleh keuntungan. Seperti: toko, supermarket, kios, dan lain-lain.

e. Bidang jasa, yaitu produksi yang membantu dan memperlancar proses produksi tanpa ikut membuat

barang itu sendiri. Jadi, bidang produksi

jasa tidak menghasilkan barang melainkan hanya menghasilkan jasa.

Contoh: perbankan, angkutan, asuransi, dan lain-lain.

3. Tingkatan Produksi

a. Primer, yaitu produksi yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang bisa langsung dikonsumsi atau

yang akan digunakan dalam proses produksi selanjutnya. Bidang produksi ekstraktif dan agraris

merupakan produksi tingkat primer.

b. Sekunder, yaitu produksi yang mengolah bahan-bahan dasar yang dihasilkan oleh tingkat produksi

primer. Bidang produksi industri merupakan produksi tingkat sekunder.

c. Tersier, yaitu produksi yang bersifat memperlancar proses produksi dan menyalurkan hasil produksi.

Bidang produksi perdagangan dan jasa merupakan produksi tingkat tersier

Indikator :Mendeskripsikan teori produksi.

4. Produksi Total (Total Production), Produksi Marjinal (Marginal Production), Produksi Rata Rata

(Average Production) Produk total adalah jumlah output yang dihasilkan selama periode tertentu. Produksi marjinal merupakan

output/keluaran ekstra yang dihasilkan oleh tambahan satu unit faktor produksi.

Untuk mengetahui produksi marjinal, terlebih dahulu kita harus mengetahui dua hal. Pertama adalah

penambahan jumlah tenaga kerja, kedua adalah jumlah produksi secara keseluruhan (Total produksi).

Jika dirumuskan secara matematis, produksi marginal (Marginal Production) akan menjadi sebagai

berikut :

𝑀𝑃 =∆𝑇𝑃

∆𝐿

Sementara produksi rata-rata (Average Production) dirumuskan secara matematis sebagai berikut :

𝐴𝑃 =𝑇𝑃

𝐿

Indikator :Membuat kesimpulan dari tabel dan grafik persamaan produksi.

5. Hukum Produksi Marginal Yang Semakin Menurun/The Law of diminshing marginal returns)

Menurut hukum produksi marjinal yang semakin menurun (The Law of diminshing marginal returns),

apabila faktor produksi (tenaga kerja) ditambah terus menerus sebanyak unit tertentu, faktor

lain (tanah) tetap, pada mulanya total produksi meningkat. Akan tetapi hingga titik tertentu

produksi marjinal atau tambahan produksi akan menurun dan pada akhirnya mencapai titik

negatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dan Grafik sebagai berikut :

Tanah Tenaga

Kerja Total

produksi Produksi

Marjinal Produksi

rata-rata

Tahap

kegiatan

Produksi 1 1 100 - 100

Tahap I 1 2 300 200 150 1 3 600 300 200

1 4 880 280 220

Tahap II 1 5 1.050 170 210 1 6 1.140 90 190 1 7 1.190 50 170

1 8 1.190 0 150 Tahap III 1 9 1.100 -90 120

1 10 700 -1.400 70 Keterangan :

Tahap I : Terjadi pada penggunaan tenaga kerja 1 hingga 3 unit, terlihat

bahwa tambahan produksi positif dan meningkat akibat

tambahan penggunaan tenaga kerja sebanyak satu unit. Tahap II : Terjadi pada penggunaan tenaga kerja 4 hingga 7 unit. Ditahap

ini tambahan produksi positif dan mulai menurun. Tahap III : Tambahan produksi sudah negatif, dimana penambahan tenaga

kerja justru mengurangi total produksi

1.200

1.100

1.000

900

Page 7: Perilaku Konsumen

Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 7

800

700 TP

600

500

400

300

200

100 AP

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

MP Kurva AP mula-mula naik mencapai maksimum dan kemudian turun tetapi tetap positif selama

TP positif. Sementara itu, kurva MP juga mula-mula naik mencapai maksimum dan kemudian

turun. MP menjadi nol ketika TP mencapai maksimum dan menjadi negatif ketika TP mulai

menurun. Bagian kurva MP yang menurun menunjukkan the law of diminshing marginal returns.

6. Produksi Yang Sama

Pada tingkatan-tingkatan produksi tertentu, proses produksi memiliki jumlah output yang sama

meskipun menggunakan sejumlah kombinasi faktor produksi yang berbeda. Ini dikarenakan satu

faktor produksi dapat mensubtitusi faktor produksi yang lain.untuk menerangkan produksi yang

sama digunakan kuva isoquant/isoproduk (Isoquant Curve).

Kurva Isoquant adalah kurva tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan kombinasi dua

faktor produksi untuk menghasilkan tingkat produksi yang sama.

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dan grafik sebagai berikut :

Hasil Produksi

(m) Tenaga Kerja

(orang) Modal (unit) Keterangan

100 2 7 Cara 1 (Q1)

100 3 5 Cara 2 (Q2)

100 4 4 Cara 3 (Q3)

Kurva Produksi Yang Sama (Isoquant Curve)

Dari kuva Isoquant disamping terlihat bahwa antara cara 1, 2 dan 3 memiliki bauran input yang

berbeda memiliki kemampuan berupa menghasilkan kuantitas output yang sama

2 Q1

3 Q2

4 Q3

0 4 5 7

7. Perluasaan Produksi

• Ekstensifikasi adalah perluasaan produksi dengan cara menambah unit produksi baru.

Misalnya, Bidang pertanian dengan menambah jumlah tenaga kerja, area kerja, bibit tanaman.

Bidang jasa dengan menambah angkutan baru

• Intensifikasi adalah perluasaan produksi yang dilakukan dengan cara meningkatkan produktifitas

(kemampuan yang menghasilkan) dari faktor produksi yang ada pada tiap unit produksi.

Misalnya, di bidang industri dengan mengadakan pembagian kerja (spesialisasi kerja), peningkatan

kemampuan/keahlian kerja. Perbaikan manajemen, penggantian mesin lama dengan mesin yang

lebih canggih, kerjasama antar perusahaan

• Diversifikasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menambah jenis produksi.

Contoh: awalnya satu pabrik hanya memproduksi kertas, kemudian pabrik tersebut memproduksi

buku gambar, buku tulis, buku berpetak, dan lain-lain.

• Normalisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menambah keragaman dari satu jenis produksi.

Contoh: mula-mula suatu pabrik hanya memproduksi kertas HVS 60 gram lalu ditambah dengan

memproduksi HVS 70 gram dan 80 gram.

• Spesialisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara mengadakan pembagian kerja. Dengan

pembagian kerja, kualitas barang yang dihasilkan bisa meningkat dan umumnya kuantitas (jumlah)

barang juga ikut meningkat, ini disebabkan karena setiap pekerjaan dilakukan oleh orang-orang

yang memiliki kemampuan di bidangnya.

• Mekanisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menggunakan mesin- mesin yang bias

menghemat waktu dan tenaga, sehingga hasil produksi lebih meningkat baik dari segi kuantitas

maupun kualitasnya.

Page 8: Perilaku Konsumen

Materi Ajar Ekonomi_Kls X_jogo hera Page 8

• Memberikan fasilitas dan kemudahan, yaitu perluasan produksi yang dilakukan pemerintah sebagai

suatu kebijakan umum, di antaranya dengan cara pemberian kredit bagi usaha kecil dan menengah,

deregulasi (penyederhanaan peraturan), debirokratisasi (penyederhanaan mekanisme perizinan),

mengadakan kursus-kursus peningkatan keterampilan kerja, dan lain-lain.

Indikator :Mengidentifikasi perilaku produsen yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan yang merugikan

masyarakat.

8. Perilaku Produsen Yang Menguntungkan dan Yang Merugikan Masyarakat

Berikut ini beberapa perilaku produsen yang mengutungkan masyarakat:

• Memperoleh bahan baku dengan cara yang wajar

• Memberikan upah yang layak kepada karyawannya dengan memerhatikan kesejahteraan

• Kegiatan produksinya tidak mengganggu lingkungan disekitarnya

• Mengutamakan keselamatan karyawan dalam berproduksi

• Menghasilkan barang-barang yang benar-benar dibutuhkan masyarakat

• Menghasilkan barang yang berkualitas sehingga konsumen merasa puas

• Harga barang yang dihasilkan terjangkau oleh beli masyarakat

Berikut ini beberapa perilaku produsen yang merugikan masyarakat:

• Memproleh bahan baku dengan cara yang tidak wajar seperti menimbun, memonopoli atau

menyelundupkan bahan baku sehingga produsen lain kesulitan untuk mendapatkannya. • Membayar upah yang tepat kepada karyawan dan sering tidak tepat waktu dalam pembayarannya

dengan dalih melakukan prinsip efisiensi

• Kurang memerhatikan keselamatan karyawan • Melakukan kegiatan produksi yang menimbulkan pencemaran lingkungan. • Kualitas barang yang dihasilkan rendah, sedangkan harga barang yang ditawarkan tinggi • Pelayanan produsen/ pengusaha kepada karyawan kurang memuaskan.

Daftar Referensi

a. Ekonomi SMA Jilid 1, MT. Ritonga, Yoga Firdaus. PT. Phibeta Jakarta 2007

b. Ekonomi Fenomena di Sekitar Kita 1, Rusdarti-Kusmuriyanto. PT. Tiga Serangakai Pustaka

Mandiri, 2008

c. Ekonomi SMA Kelas X, Alam S.Esis. 2006

d. BSE Ekonomi Kelas X Chumidatus Sa'dyah

e. ( http://bse.kemdikbud.go.id )

Akan Kuberitahu Kalian Suatu Rahasia. Ahli Ekonomi Sering Dipandang Orang

yang Berpikiran Segersang Debu dan Menjemukan, Anggapan Itu Keliru Sebab

Yang Benar Adalah Sebaliknya

(Paul A. Samuelson)