perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam ... · the data used in this research are cross...

345
PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA PRODUK DI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG DISERTASI ANNA FARIYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: others

Post on 11-May-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN DALAM MENGHADAPI RISIKO

PRODUKSI DAN HARGA PRODUK DI KECAMATAN PANGALENGAN

KABUPATEN BANDUNG

DISERTASI

ANNA FARIYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam

disertasi saya yang berjudul :

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN DALAM

MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA PRODUK DI

KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan bimbingan

Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi

ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2008

Anna Fariyanti Nrp. A161020011

Page 3: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

ABSTRACT

ANNA FARIYANTI. The Vegetable Farm Household Economic Behavior Under The Influence of Product Price and Production Risks in Pangalengan Bandung (KUNTJORO as Chairman, SRI HARTOYO and ARIEF DARYANTO as Members of the Advisory Committee)

The vegetable farm households face many risks, especially, product price

and production risks. The product price and production risks will influence the vegetable farm household economic behavior. The objectives of this research are (1) to analyze the product price and production risks, (2) to analyze the influence of product price and production risks and the linkage factors incorporated on the vegetable farm household economic behavior in decisions making of production, consumption and labor allocation, (3) to analyze the effect of production risk, product price risk and agricultural wage increase in the vegetable farm household economic behavior, and (4) to arrange the production activities which can mitigate product price and production risks.

The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three seasons are used to analyze the production risks. Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity model is used to analyze the production risks. Simultaneous equations is used to analyze the vegetable of farm household economic behavior.

The production risk of potato and cabbage is affected significantly by the production risk of previous period. Potato production risk is higher than cabbage's. On the contrary, potato production price risk is lower than cabbage's. Portfolio risk in diverse culture of potato and cabbage is lower than specialization in potato or cabbage only.

The vegetable farm household economic behavior in production decision making under the influence of product price and production risks will reduce the land, seed, fertilizer, pesticides and labor use. Whereas, in consumption decision making, the vegetable farm households reduce expenditure of food, non food, health, education, saving and production investment. In the labor allocation decision making under the influence of product price and production risks, the vegetable farm households increase labor use on off farm and non farm activities. The increase in production risk, product price risk and agricultural wage will lead to decreasing vegetable farm household economic variables.

The strategies to mitigate production risk are using disease and drought resistant seeds, employing irrigation technology and diversificating farm and non farm activities. Meanwhile, developing cold storage infrastructure, employing contract farming and exploiting marketing institution are alternative ways to mitigate product price risk.

Key Words : production and price risks, GARCH model, farm household

economic behavior

Page 4: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

ABSTRAK

ANNA FARIYANTI. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung (KUNTJORO sebagai Ketua, SRI HARTOYO dan ARIEF DARYANTO sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Rumahtangga petani sayuran selalu dihadapkan pada risiko, khususnya

risiko produksi dan harga produk. Adanya risiko produksi dan harga produk akan mempengaruhi perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran. Tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis risiko produksi dan risiko harga produk dalam kegiatan usahatani, (2) menganalisis pengaruh risiko produksi dan risiko harga produk serta keterkaitan faktor-faktor terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja, (3) menganalisis pengaruh peningkatan risiko produksi, risiko harga produk dan upah pada kegiatan usahatani terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran, dan (4) menyusun aktivitas produksi yang dapat mengurangi risiko produksi dan risiko harga produk.

Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data cross section dengan sampel sebanyak 143 rumahtangga petani sayuran. Khusus untuk analisis risiko digunakan data panel untuk tiga musim tanam. Analisis risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH). Sedangkan analisis perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran digunakan model persamaan simultan.

Risiko produksi kentang maupun kubis dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Risiko produksi pada kentang lebih tinggi dibandingkan kubis, tetapi sebaliknya risiko harga kentang lebih rendah dari pada kubis. Diversifikasi usahatani kentang dan kubis mempunyai risiko produksi (portofolio) lebih rendah dibandingkan spesialisasi kentang atau kubis.

Perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan produksi akibat risiko produksi dan harga produk adalah mengurangi penggunaan lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Sedangkan dalam keputusan konsumsi, rumahtangga petani sayuran mengurangi pengeluaran untuk konsumsi pangan, non pangan, kesehatan, pendidikan, tabungan dan investasi produksi. Dalam pengambilan keputusan alokasi tenaga kerja, rumahtangga petani sayuran akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja pada kegiatan off farm dan non farm sebagai akibat adanya risiko produksi dan harga produk.

Strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yaitu penggunaan benih yang tahan terhadap kekeringan dan hama penyakit, pengembangan teknologi irigasi dan diversifikasi kegiatan usahatani maupun luar usahatani. Sedangkan untuk mengatasi risiko harga produk, diperlukan penyediaan sarana serta prasarana penyimpanan secara berkelompok pada tingkat petani, pengembangan sistem contract farming dan kelembagaan pemasaran.

Kata Kunci : risiko produksi dan harga produk, model GARCH, perilaku

ekonomi rumahtangga petani.

Page 5: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

@ Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 6: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN DALAM MENGHADAPI RISIKO

PRODUKSI DAN HARGA PRODUK DI KECAMATAN PANGALENGAN

KABUPATEN BANDUNG

ANNA FARIYANTI

Disertasi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Doktor pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 7: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

Judul Disertasi : Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Nama Mahasiswa : Anna Fariyanti Nomor Pokok : A161020011

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Kuntjoro Ketua

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian :25 September 2007 Tanggal Lulus :

Page 8: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, pada tanggal

21 September 1964 di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Orang tua penulis

adalah Bapak Koendhori dan Ibu Siti Farokah.

Pendidikan Sekolah Dasar telah diselesaikan penulis pada tahun 1975 di

SDN VII Cepu, Blora. Pada tahun 1979 penulis telah menyelesaikan pendidikan

Sekolah Menengah Pertama di SMPN Cepu, Blora dan pada tahun 1982 penulis

menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN Cepu, Blora. Pada tahun 1982,

melalui jalur Proyek Perintis II, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu-

ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB )

dan lulus pada tahun 1986. Pada tahun 1991 penulis diterima sebagai mahasiswa

Program Studi Ekonomi Pertanian Program Pascasarjana IPB dengan beasiswa

dari Tim Penyelenggaraan Program Doktor (TMPD) dan lulus pada tahun 1995.

Pada tahun 2002 penulis memperoleh Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS)

untuk melanjutkan studi program Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi

Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB.

Sejak tahun 1991 hingga 2005 penulis bekerja pada Departemen Ilmu-

ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB dan sejak tahun 2005

hingga sekarang pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

IPB. Penulis pernah magang asisten (Magas) pada Pusat Studi Pembangunan

Lembaga Penelitian IPB tahun 1987-1990. Selanjutnya tahun 1995-1998 menjabat

sebagai Sekretaris II Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas

Pertanian IPB. Pada tahun 1998 hingga 2007 menjadi Tim Pengelola Program

Studi Diploma Tiga Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian IPB.

Page 9: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis sehingga dengan perkenanNya penulis diberi

kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini

merupakan hasil penelitian tentang perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran

di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung dalam kaitannya dengan risiko

produksi dan harga produk dengan menggunakan pendekatan model ekonomi

rumahtangga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

rumahtangga petani dan pengambil kebijakan dalam mengatasi adanya risiko

produksi dan harga produk yang dihadapi rumahtangga petani sayuran.

Penyelesaian disertasi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak,

oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Kuntjoro selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Sri Hartoyo,

MS dan Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc selaku Anggota Komisi Pembimbing.

2. Dr. Ir. Tahlim Sudaryanto, APU dan Dr. Ir. Hermanto Siregar MEc sebagai

dosen penguji luar komisi dalam ujian sidang terbuka.

3. Dr. Ir. Yusman Syaukat, MEc, Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi dan Dr. Ir.

M. Parulian Hutagaol, MS sebagai dosen penguji dalam ujian sidang tertutup.

4. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) yang

telah memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti program S3 di IPB.

5. Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan yang telah

memberikan beasiswa BPPS dan IPB, melalui kebijaksanaan Wakil Rektor II,

yang telah memberikan bantuan SPP semester ganjil tahun ajaran 2007/2008.

Page 10: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

6. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA sebagai Ketua Program Studi Ilmu

Ekonomi Pertanian yang telah memberikan pengarahan selama proses belajar.

7. Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian IPB yang telah memberikan kesempatan penulis melanjutkan studi.

8. Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB serta Ketua Departemen

Agribisnis yang telah memberikan dorongan untuk menyelesaikan studi.

9. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS, Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc dan Ir. Harmini,

MS yang selalu meluangkan waktu untuk berdiskusi.

10. Orangtua tercinta, Bapak Koendhori dan Ibu Siti Farokah, serta keluarga Cepu

yang selalu mendukung dan mendoakan penulis setiap waktu.

11. Ibu Mertua E. Sudjinah dan keluarga Bogor yang selalu mendoakan penulis.

12. Suami tercinta H.Yana Supriyatna, SE dan ananda Rifki Aldi Ramadhani yang

selalu memahami, mengerti, memberikan dukungan dan doa bagi penulis.

13. Rekan-rekan EPN : pak Ilham, pak Ardi, pak Ridwansyah, pak Slamet, pak

Tidar, pak Irvan, bu Evi, bu Sri Hery, bu Femi dan bu Yetti.

14. Rekan-rekan Departemen Agribisnis dan D III MAB : Ir.T. Hanafiah, Ir. Dwi

Rachmina, MS, Dra. Yusalina, MSi, Eva Yolinda SP,MM, Ir. Anita R. MSi,

Amzul Rifin, SP,MA, Evi, Hamid, Pian dan Angga.

15. Sekretariat Program Studi EPN : mbak Ruby dan mbak Yani.

16. Para enumerator : Pipit, Retno, Zaenab dan Yeti serta semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Harapan penulis, semoga disertasi ini memberikan manfaat yang besar.

Bogor, Januari 2008

Penulis

Page 11: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL............................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xx

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xxi

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 7

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 9

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .......................... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 13

2.1. Konsep Rumahtangga Petani ................................................... 13

2.2. Model Ekonomi Rumahtangga ............................................... 15

2.3. Konsep Risiko Produksi dan Harga Produk............................. 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................. 30

3.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani .................................. 30

3.1.1. Pengambilan Keputusan Produksi............................... 30

3.1.2. Pengambilan Keputusan Konsumsi ............................ 33

3.1.3. Pengambilan Keputusan Tenaga Kerja................... .... 35

3.1.4. Model Umum Ekonomi Rumahtangga Petani ........... 35

3.1.5. Pendekatan Model Ekonomi Rumahtangga Petani pada Kondisi Risiko.............................................................. 45

3.1.6. Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk .................. 53

3.2. Kerangka Pemikiran Konsepsional .......................................... 56

IV. METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 63

4.1. Penentuan Lokasi Penelitian .................................................... 63

4.2. Metode Pengambilan Sampel................................................... 65

4.3. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 66

4.4. Perumusan Model .................................................................... 68

Page 12: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

4.4.1. Pengukuran Risiko Produksi dan Harga Produk.......... 69

4.4.2. Blok Produksi............................................................... 74

4.4.3. Blok Penggunaan Input ................................................ 76

4.4.4. Blok Penggunaan Tenaga Kerja................................... 81

4.4.5. Blok Pendapatan .......................................................... 90

4.4.6. Blok Pengeluaran. ........................................................ 95

4.5. Identifikasi dan Pendugaan Model........................................... 98

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN . 103

5.1. Penguasaan Lahan Usahatani................................................... 104

5.2. Pola Tanam Usahatani ............................................................. 107

5.3. Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk .............................. 112

5.3.1. Risiko Produksi Komoditas Sayuran ............................ 112

5.3.2. Hubungan Risiko Produksi dan Produktivitas yang Diharapkan .................................................................... 119

5.3.3. Risiko Harga yang Dihadapi Rumahtangga Petani. ...... 128

5.4. Karakteristik Petani dan Anggota Keluarga............................. 136

5.5. Kegiatan Kerja Anggota Rumahtangga Petani ........................ 140

5.6. Penggunaan Input Usahatani.................................................... 144

5.6.1. Penggunaan Input Usahatani Kentang ......................... 144

5.6.2. Penggunaan Input Usahatani Kubis. ............................ 148

5.7. Struktur Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga .............. 150

VI. MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

SAYURAN........................................................................................ 152

6.1. Penentuan Risiko Produksi ..................................................... 152

6.1.1. Penentuan Risiko Produksi Kentang............................ 153

6.1.2. Penentuan Risiko Produksi Kubis ............................... 159

6.1.3. Risiko Portofolio Produksi Sayuran............................. 162

6.1.4. Risiko Harga Kentang dan Kubis................................. 165

6.2. Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran........ 167

6.2.1. Produksi Rumahtangga Petani Sayuran ....................... 169

6.2.2. Penggunaan Input Usahatani........................................ 181

6.2.3. Penggunaan Tenaga Kerja ........................................... 197

xiii

Page 13: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

6.2.4. Pendapatan Rumahtangga Petani Sayuran................... 229

6.2.5. Pengeluaran Rumahtangga Petani Sayuran.................. 238

6.3. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga Produk............................. 248

6.3.1. Perilaku Rumahtangga Petani Sayuran dalam Pengambilan Keputusan Produksi................................ 248

6.3.2. Perilaku Rumahtangga Petani Sayuran dalam Pengambilan Keputusan Alokasi Tenaga Kerja........... 251

6.3.3. Perilaku Rumahtangga Petani Sayuran dalam Pengambilan Keputusan Konsumsi.............................. 253

6.4. Strategi Rumahtangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk.......................................... 254

VII. PENGARUH PENINGKATAN RISIKO PRODUKSI DAN

HARGA PRODUK SERTA UPAH USAHATANI TERHADAP PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN. ...................................................................................... 265

7.1. Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran......... 265

7.2. Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi, Risiko Harga Produk dan Upah Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran.................................. 270

7.2.1. Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi Kentang........ 272

7.2.2. Pengaruh Peningkatan Risiko Harga Kubis ................. 276

7.2.3. Pengaruh Peningkatan Upah Usahatani ....................... 279

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN........................... 283

8.1. Kesimpulan .......................................................................... 283

8.2. Implikasi Kebijakan .............................................................. 284

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 287

LAMPIRAN...................................................................................... 294

xiv

Page 14: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Perkembangan Produktivitas Beberapa Komoditas Sayuran di

Indonesia Tahun 1990 -2005................................................................... 4

2. Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Komoditas Sayuran di Pasar Induk Kramat Jati Tahun 2005................................................. 6

3. Model Rumahtangga Petani Chayanov................................................... 37

4. Home Production Model ......................................................................... 38

5. Model Rumahtangga Petani Barnum-Squire .......................................... 40

6. Kerangka Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran pada Kondisi Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk ..................................................................................................... 58

7. Keterkaitan Antara Variabel dalam Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran ................................................................. 102

8. Pola Tanam Komoditas Sayuran pada Lahan yang Dikuasai Rumahtangga Petani Sayuran Sampel, di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006 .......................... 109

Page 15: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2005 dan 2006 ...................................................... 2

2. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2004-2005 ............................................................... 3

3. Rata-rata Produktivitas Aktual dan Produktivitas Potensial Beberapa Komoditas Sayuran di Indonesia ............................................... 5

4. Jumlah Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Status

Kepemilikan Lahan dan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006 .............................. 105

5. Luas Penguasaan Lahan Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan dan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006 ........... 107

6. Penggunaan Lahan Garapan Kentang dan Kubis Selama Satu Tahun pada Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006....................................................................... 111

7. Rata-rata Produktivitas Kentang dan Peluang yang Dihadapi Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006 ....................................................................................... 121

8. Rata-rata Produktivitas Kubis dan Peluang yang Dihadapi Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006 ....................................................................................... 123

9. Rata-rata Harga Kentang dan Kubis serta Peluang yang Diperoleh Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006....................................................................... 131

10. Karakteristik Petani dan Anggota Keluarga Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006 .............................. 137

11. Jumlah Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga dan Isteri Menurut Skala

Page 16: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006 ....................................................................................... 138

12. Jumlah Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani dan Rata-rata Tingkat Pendidikan Anggota Keluarga Pria dan Wanita di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006....................................................................... 139

13. Jumlah Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Kegiatan Anggota Keluarga dan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006 .............................. 141

14. Rata-rata Potensi dan Curahan Waktu Kerja Selama Satu Tahun pada Anggota Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Kegiatan dan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006..................................................... 143

15. Rata-rata Penggunaan Input dan Produktivitas pada Usahatani Kentang per Hektar Menurut Musim Tanam pada Rumahtangga Petani Sayuran Sampel di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006....................................................................... 145

16. Rata-rata Penggunaan Input dan Produktivitas pada Usahatani Kubis per Hektar Menurut Musim Tanam pada Rumahtangga Petani Sayuran Sampel di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006....................................................................... 149

17. Pendapatan On Farm, Off Farm, dan Non Farm serta Kontribusi Terhadap Total Pendapatan Rumahtangga Petani Sayuran Sampel di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006................................................................................................... 150

18. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Logaritma Produksi dan Variance Produksi Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006.............................................................. 153

19. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Logaritma Produksi dan Variance Produksi Kubis di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Tahun 2006 ................................................................................. 160

20. Perbandingan Risiko Produksi Kentang, Kubis dan Portofolio Hasil Estimasi dan Aktual di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006.............................................................. 163

21. Perbandingan Risiko Harga Kentang dan Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ....................................... 166

22. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Luas Lahan Garapan Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................................................................................................ 170

xvi

Page 17: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

23. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Luas Lahan Garapan Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006............................................................................................................ 173

24. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produktivitas Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 176

25. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produktivitas Kubis di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Tahun 2006 ...................... 178

26. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Benih Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006................................................................................................. 182

27. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Benih Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................ 185

28. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Pupuk Nitrogen pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006.............................................................. 187

29. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Pupuk

Phosphor pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006.............................................................. 189

30. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Pupuk NPK pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................................................................................ 192

31. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Obat-obatan pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................................................................................ 194

32. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Obat-obatan pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................................................................................ 195

33. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 198

34. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 202

35. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung,Tahun 2006 ........................................ 205

xvii

Page 18: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

36. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 207

37. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ....................................... 210

38. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 212

39. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ....................................... 214

40. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ....................................... 216

41. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga pada Kegiatan Off Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 218

42. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga pada Kegiatan Off Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 220

43. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga pada Kegiatan Non Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 223

44. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga pada Kegiatan Non Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 227

45. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Pria pada Kegiatan Off Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................................................................................ 230

46. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Wanita pada Kegiatan Off Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................................................................................ 232

47. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Pria pada Kegiatan Non Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................................................................................ 234

xviii

Page 19: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

48. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Wanita pada Kegiatan Non Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................................................................................ 235

49. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pangan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 238

50. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Non Pangan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................ 240

51. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Kesehatan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ............... 242

52. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pendidikan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ................ 243

53. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Tabungan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ....................................... 246

54. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Investasi Produksi di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 .................... 247

55. Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi Kentang Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006................................................................................................. 273

56. Pengaruh Peningkatan Risiko Harga Kubis Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006............................................................................................................ 277

57. Pengaruh Peningkatan Upah Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006............................................................................................................ 281

xix

Page 20: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman

1. Hasil Estimasi Fungsi Variance Produksi Kentang Rumahtangga Petani Sayuran di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dengan Menggunakan GARCH (1,1) Program Eviews Versi 4.1. ......... 295

2. Hasil Estimasi Fungsi Variance Produksi Kubis Rumahtangga Petani Sayuran di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dengan Menggunakan GARCH (1,1) Program Eviews Versi 4.1. ......... 296

3. Program Komputer Estimasi, Validasi dan Simulasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menggunakan Program SAS Versi 9.0.......................................................................................... 297

4. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sempit ......................................................................................... 304

5. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sedang ......................................................................................... 308

6. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Luas ............................................................................................. 312

7. Root Mean Squares Percent Error dan Koefisien U-Theil Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Berdasarkan Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006 ........................................................................................................ 316

8. Bias Proportions (UM), Variance Proportions (US) dan Covariance Proportions (UC) Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan Tahun 2006 ....................... 318

9. Contoh Hasil Simulasi Peningkatan Risiko Produksi Kentang Sebesar Lima Persen Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sempit ................................................................ 320

10. Contoh Hasil Simulasi Peningkatan Risiko Produksi Kentang Sebesar Lima Persen Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sedang ................................................................ 321

11. Contoh Hasil Simulasi Peningkatan Risiko Produksi Kentang Sebesar Lima Persen Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Luas .................................................................... 322

12. Rekapitulasi Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi, Risiko Harga Kubis dan Upah Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi

Page 21: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sempit di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.......................................................... 323

13. Rekapitulasi Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi, Risiko Harga Kubis dan Upah Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sedang.......................................... 325

14. Rekapitulasi Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi, Risiko Harga Kubis dan Upah Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Luas.............................................. 327

xxii

Page 22: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagian besar rumahtangga petani di Indonesia merupakan rumahtangga

petani dengan penguasaan lahan yang sempit. Hal ini mendukung pendapat Ellis

(1988) yang menyatakan bahwa sekitar seperempat penduduk dunia merupakan

rumahtangga petani kecil (peasant household) dan sebagian besar penduduk

tersebut terdapat di negara sedang berkembang. Sementara itu produksi pertanian

yang dihasilkan sering tergantung pada perilaku rumahtangga petani. Perilaku

rumahtangga petani sangat terkait dengan pengambilan keputusan rumahtangga

petani baik pada kegiatan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja.

Menurut Nakajima (1986), rumahtangga merupakan satu unit atau

kesatuan ekonomi yang relevan untuk analisis pengambilan keputusan baik

keputusan produksi, konsumsi maupun tenaga kerja. Dalam analisis tersebut

rumahtangga petani dipandang sebagai farm firm, laborer’s household dan

consumer’s household. Sementara itu Sadoulet dan de Janvry (1995) melihat

terdapat kekhasan pada rumahtangga petani dalam mengintegrasikan pengambilan

keputusan baik keputusan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja.

Di Indonesia, sekitar 34.01 persen dari rumahtangga pertanian merupakan

rumahtangga petani hortikultura (Badan Pusat Statistik, 2004). Diantara

rumahtangga petani tersebut adalah rumahtangga petani sayuran. Komoditas

sayuran menjadi pilihan rumahtangga petani karena kondisi biofisik dan sosial

ekonomi yang mendukung pengembangan komoditas sayuran.

Berdasarkan perkembangan produksi hortikultura pada tahun 2004-2005,

peningkatan produksi sayuran (0.47 %) paling rendah dibandingkan buah-buahan

Page 23: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

2

(3.05%), tanaman hias (9.28%) dan tanaman biofarmaka (47.76%). Sedangkan

perkembangan luas panen sayuran dan tanaman hias mengalami penurunan

masing-masing sebesar 3.36 persen dan 4.88 persen, sebaliknya terjadi

peningkatan untuk buah-buahan dan biofarmaka masing-masing sebesar 1.46

persen dan 31.15 persen (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006). Pada tahun

2005-2006, perkembangan luas panen dan produksi tanaman hortikultura tidak

jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya (Tabel 1).

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Komoditas Hortikultura di

Indonesia Tahun 2005 dan 2006

Luas Panen (Ribu Ha)

Produksi (Juta Ton)

Perkembangan (%)

Komoditas

2005 20061 2005 20061 Luas ProduksiSayuran 944.7 953.8 9.1 9.4 0.96 2.73 Buah-buahan 717.4 744.9 14.8 15.4 3.83 4.03 Tanaman Hias 2.4 2.5 173.2* 189.9* 2.24 9.65 Biofarmaka 18.9 19.6 0.3 0.4 3.45 5.30

Keterangan : * satuan produksi yaitu juta tangkai 1Angka prognosa Sumber : Bahar (2007)

Pada tahun 2005-2006, peningkatan luas panen dan produksi sayuran

(0.96% dan 2.73%) paling rendah dibandingkan buah-buahan, tanaman hias dan

tanaman biofarmaka. Sementara kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB)

sayuran terhadap PDB hortikultura pada tahun 2006 (36.7%) menempati urutan

kedua setelah buah-buahan (Bahar, 2007).

Meskipun dari perkembangan produksi kurang memuaskan, namun

demikian Tabel 2 menunjukkan peningkatan volume ekspor sayuran (13.7%)

lebih tinggi dibandingkan peningkatan volume impornya (9.43%) pada tahun

2004 sampai 2005 (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006). Kondisi tersebut

Page 24: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

3

mengindikasikan bahwa peluang pasar komoditas sayuran masih cukup besar baik

peluang pasar domestik maupun ekspor.

Tabel 2. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Komoditas Hortikultura di

Indonesia Tahun 2004-2005

Ekspor (Ribu Ton)

Impor (Ribu Ton)

Perkembangan (%)

Komoditas

2004 2005 2004 2005 Ekspor Impor Sayuran 73.8 83.9 362.2 396.4 13.7 9.4 Buah-buahan 115.6 157.2 266.5 288.4 36.0 8.2 Tanaman Hias 10.9 13.6 0.6 0.8 23.9 39.9 Biofarmaka 1.8 5.6 0.3 0.2 214.6 (25.9)

Keterangan : ( ) : penurunan Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2006)

Gambaran di atas menunjukkan komoditas sayuran sangat potensial dan

mempunyai peluang untuk dikembangkan. Beberapa komoditas sayuran yang

termasuk unggulan diantaranya kentang, kubis, tomat, wortel dan cabe.

Perkembangan produktivitas beberapa komoditas sayuran dapat dilihat pada

Gambar 1.

Pada periode tahun 1990 – 2005 perkembangan produktivitas sayuran

khususnya kentang, kubis dan wortel ternyata berfluktuasi. Banyak faktor yang

dapat mempengaruhi fluktuasi produktivitas tersebut. Salah satu faktor yang dapat

menjadi penyebab fluktuasi tersebut bersumber dari cuaca maupun hama dan

penyakit tanaman (HPT). Produktivitas sayuran yang berfluktuasi

mengindikasikan adanya variasi setiap waktu. Kondisi tersebut menunjukkan

bahwa pengelolaan usahatani sayuran sangat dipengaruhi oleh adanya risiko

produksi.

Page 25: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

4

Gambar 1. Perkembangan Produktivitas Beberapa Komoditas Sayuran di Indonesia Tahun 1990-2005 (Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006)

Produktivitas sayuran yang digambarkan tersebut menunjukkan

produktivitas aktual, yaitu produktivitas yang dihasilkan rumahtangga petani.

Sementara itu produktivitas potensial menunjukkan produktivitas yang seharusnya

dapat dicapai rumahtangga petani dengan kondisi tertentu. Perbandingan

produktivitas aktual beberapa komoditas sayuran dan produktivitas potensialnya

dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3 produktivitas aktual beberapa komoditas sayuran

yang dihasilkan petani lebih rendah dari produktivitas potensialnya. Salah satu

penyebab tidak tercapainya produktivitas potensial diantaranya dikarenakan

0

5

10

15

20

25

30

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004Tahun

Kubis

Kentang

Wortel

2005

Prod

uktiv

itas (

Ton

/Ha)

Page 26: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

5

adanya risiko produksi. Risiko produksi menjadi salah satu penyebab tidak

tercapainya produktivitas potensial dikarenakan dengan adanya fluktuasi kondisi

cuaca serta gangguan hama dan penyakit tanaman yang tidak stabil atau berubah-

ubah menyebabkan produktivitas sayuran yang dihasilkan petani berfluktuasi.

Adanya fluktuasi dalam produktivitas menggambarkan bahwa produktivitas aktual

lebih rendah dari produktivitas potensialnya.

Tabel 3. Rata-rata Produktivitas Aktual dan Produktivitas Potensial Beberapa

Komoditas Sayuran di Indonesia

Komoditas Produktivitas Aktual 2 (Ton/Ha)

Produktivitas Potensial 1 (Ton/Ha)

Kentang 15.18 36 Kubis 21.40 30-40 Cabe Merah 19.18 30 Wortel 13.98 20-30 Sumber : 1Dinas Pertanian Tanaman Pangan (2002) 2 Badan Pusat Statistik (2006)

Selain risiko produksi, dalam pengelolaan usahatani rumahtangga petani

juga dihadapkan pada risiko harga produk. Pada umumnya harga produk sayuran

pada masa panen sering tidak diketahui pada waktu rumahtangga petani

melakukan keputusan menanam. Artinya keputusan melakukan penanaman yang

dilakukan oleh rumahtangga petani tanpa didasarkan kepastian harga pada saat

panen. Kondisi tersebut dapat menimbulkan kesenjangan antara penerimaan

aktual yang diperoleh rumahtangga petani dengan penerimaan yang diharapkan

oleh rumahtangga petani.

Perkembangan harga mingguan beberapa komoditas sayuran khususnya di

pasar Induk Kramat Jati Jakarta dapat dilihat Gambar 2. Pasar Induk Kramat Jati

Jakarta menjadi salah satu acuan penentuan harga sayuran di tingkat produsen.

Page 27: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

6

Perkembangan harga mingguan komoditas sayuran tersebut di pasar Induk Kramat

Jati Jakarta pada tahun 2005 berfluktuasi. Fluktuasi harga tersebut tidak terlepas

dari kondisi penawaran dan permintaan komoditas sayuran yang mana kekuatan

tersebut di luar kendali rumahtangga petani.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52

Minggu

Har

ga (R

p/kg

) KentangKubisTomatWortel

Gambar 2. Perkembangan Harga Mingguan Beberapa Komoditas Sayuran di

Pasar Induk Kramat Jati Tahun 2005 (Sumber : Dinas Pasar Induk Kramat Jati, 2005)

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas menunjukkan bahwa menganalisis

rumahtangga petani perlu memperhatikan unsur risiko. Oleh karena itu sangat

penting melakukan penelitian mengenai perilaku ekonomi rumahtangga petani

dengan mengintegrasikan keputusan produksi, konsumsi dan tenaga kerja dengan

memasukkan unsur risiko produksi dan harga produk dalam model ekonomi

rumahtangga petani (farm household economic model).

Page 28: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

7

1.2. Perumusan Masalah Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi sayuran di

Indonesia. Komoditas sayuran yang menjadi komoditas unggulan di Jawa Barat

diantaranya kentang dan kubis (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat,

2003). Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata luas tanam per tahun, ternyata

kentang mempunyai kontribusi terbesar (11,6%) dibandingkan tanaman sayuran

lainnya diikuti kubis (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2006).

Luas tanam kentang tertinggi di Jawa Barat yaitu Kabupaten Bandung

(66,7%). Rata-rata luas tanam per tahun komoditas kentang menempati posisi

tertinggi (40,5%), diikuti dengan komoditas kubis (30.3%) (Dinas Pertanian

Kabupaten Bandung, 2006).

Pada umumnya rumahtangga petani sayuran melakukan diversifikasi

usahatani kentang dan kubis pada lahan yang berbeda dengan waktu yang

bersamaan. Kentang dan kubis yang diusahakan oleh rumahtangga petani pada

umumnya dijual dalam bentuk segar (cash crop). Hal ini berbeda dengan tanaman

lain, seperti padi, dimana sebagian hasil produksi yang diusahakan oleh

rumahtangga dikonsumsi dan sisanya dijual ke pasar (market surplus).

Dibandingkan dengan tanaman padi dan palawija, sayuran mempunyai risiko

produksi yang lebih tinggi.

Dalam pengelolaan usahatani sayuran, rumahtangga petani menghadapi

adanya risiko produksi dan risiko harga produk. Indikasi adanya risiko produksi

dan harga produk ditunjukkan oleh fluktuasi produksi maupun harga yang

diperoleh rumahtangga petani pada setiap musim. Dengan adanya risiko produksi

menyebabkan produktivitas sayuran yang dihasilkan dapat mengalami penurunan.

Page 29: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

8

Rata-rata produktivitas aktual sayuran mencapai sekitar 58 persen terhadap

produktivitas potensial (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2002; Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Jawa Barat, 2006). Sumber utama risiko yang umumnya

dirasakan rumahtangga petani diantaranya yaitu ketidakpastian cuaca, hama dan

penyakit tanaman serta ketidakpastian harga produk (Patrick et.al, 1985). Risiko

produksi dan penurunan produktivitas dapat dijelaskan melalui perubahan cuaca

dan tingginya hama dan penyakit tanaman. Ketersediaan air pada musim kemarau

dan tingginya intensitas serangan hama dan penyakit tanaman pada musim hujan

mengakibatkan produktivitas sayuran mengalami penurunan.

Sementara itu sumber utama risiko harga adalah ketidakpastian harga

produk ketika rumahtangga petani membuat keputusan menanam. Adanya risiko

harga produk menyebabkan harga yang diperoleh rumahtangga petani mengalami

fluktuasi. Risiko harga produk sayuran sangat ditentukan kekuatan penawaran dan

permintaan sayuran di pasar. Berdasarkan Dinas Pasar Induk Kramat Jati (2005)

pada tahun 2005 penurunan harga kentang tertinggi ke harga rendah sekitar 62

persen (Rp 4500/kg-Rp 1700/kg) dan penurunan harga kubis sekitar 77 persen

(Rp 3500/kg-Rp 800/kg). Kondisi tersebut akan menyebabkan pendapatan

usahatani yang diperoleh rumahtangga petani akan mengalami penurunan.

Selain melakukan kegiatan usahatani (on farm), rumahtangga petani juga

mengalokasikan tenaga kerja dari anggota keluarganya pada kegiatan di luar

usahataninya (off farm) dan luar pertanian (non farm). Dengan adanya kegiatan

ganda tersebut menunjukkan adanya sumber-sumber pendapatan rumahtangga

baik dari kegiatan on farm, off farm dan non farm. Pendapatan rumahtangga

tersebut akan digunakan untuk konsumsi rumahtangga. Dengan adanya risiko

Page 30: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

9

produksi dan risiko harga produk yang dihadapi rumahtangga petani akan

berpengaruh terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani baik dalam

pengambilan keputusan produksi, konsumsi maupun alokasi tenaga kerja.

Selain kondisi tersebut di atas, perilaku ekonomi rumahtangga petani tidak

terlepas dari pengaruh perubahan seperti peningkatan risiko produksi dan harga

produk serta upah pada kegiatan usahatani. Perubahan tersebut tidak hanya

berpengaruh pada kegiatan produksi saja tetapi juga akan berpengaruh terhadap

kegiatan konsumsi maupun alokasi tenaga kerja.

Dari uraian tersebut diatas maka perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam

mengambil keputusan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja sebagai

akibat adanya risiko produksi dan risiko harga produk ?

2. Bagaimana perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam

menghadapi adanya peningkatan risiko produksi dan harga produk serta

upah pada kegiatan usahatani ?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas sangat penting untuk dijawab. Oleh

karena itu penelitian perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dengan

memasukkan unsur risiko produksi dan risiko harga produk akan menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah menganalisis perilaku ekonomi

rumahtangga petani sayuran dalam menghadapi risiko produksi dan risiko harga

produk. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

Page 31: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

10

1. Menganalisis risiko produksi dan risiko harga produk dalam kegiatan

usahatani.

2. Menganalisis pengaruh risiko produksi dan risiko harga produk serta

keterkaitan faktor-faktor terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani

sayuran dalam pengambilan keputusan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga

kerja.

3. Menganalisis pengaruh peningkatan risiko produksi dan harga produk serta

upah pada kegiatan usahatani terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani

sayuran.

4. Menyusun aktivitas produksi yang dapat mengurangi risiko produksi dan

risiko harga produk

Hasil penelitian ini diharapkan sangat berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan. Salah satu pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan penelitian ini yaitu dibangunnya model perilaku ekonomi rumahtangga

petani dengan memasukkan unsur risiko produksi dan risiko harga produk.

Di samping bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan,

penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengambil kebijakan

dalam hal ini pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat,

dalam penyusunan kebijakan pertanian. Secara khusus kebijakan difokuskan

dalam pengembangan komoditas sayuran dan peningkatan kesejahteraan

rumahtangga petani serta alternatif menghadapi risiko produksi dan harga produk.

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan data input output usahatani selama tiga musim

tanam pada tahun 2005/2006. Data tersebut digunakan dalam menganalisis

Page 32: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

11

risiko produksi. Sementara itu untuk menganalisis model ekonomi

rumahtangga petani digunakan data untuk satu tahun. Set data dalam analisis

risiko berbeda dengan set data model ekonomi rumahtangga sehingga

estimasi terhadap parameter dugaan dilakukan terpisah antara analisis risiko

dengan model ekonomi rumahtangga petani. Data input-output usahatani

difokuskan pada komoditas yang dominan diusahakan yaitu kentang dan

kubis.

2. Risiko yang ditelaah dalam penelitian ini adalah risiko produksi dan harga

produk, dimana kedua jenis risiko tersebut sering dihadapi oleh

rumahtangga petani dibandingkan risiko lainnya. Risiko produksi dilihat

secara agregat merupakan resultan dari berbagai hal atau sumber-sumber

risiko seperti penggunaan input, teknologi, cuaca dan lainnya.

3. Penentuan risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model GARCH

(1,1) dengan menduga persamaan fungsi produksi dan variance produksi.

Sedangkan penentuan risiko harga produk tidak menggunakan model

GARCH karena harga merupakan variabel eksogen yang ditentukan diluar

sistem, sehingga nilai variance harga dihitung didasarkan pada penjumlahan

selisih kuadrat harga dengan ekspektasi harga dikalikan dengan peluang

pada setiap kejadian (kejadian harga tinggi, rendah dan normal). Dari hasil

pendugaan fungsi produksi dan variance produksi kemudian dihitung nilai

variance produksi untuk setiap responden yang selanjutnya dimasukkan

dalam model ekonomi rumahtangga petani sebagai variabel eksogen. Risiko

produksi dan harga yang dibahas ke dalam model ekonomi rumahtangga

petani difokuskan pada komoditas kentang dan kubis.

Page 33: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

12

4. Stratifikasi rumahtangga petani sebagai responden ditentukan setelah data

terkumpul karena pada tahap awal dihadapi kesulitan dalam menentukan

sample frame. Analisis terhadap perilaku rumahtangga petani berdasarkan

strata lahan sempit, sedang dan luas dilakukan pada waktu simulasi model

ekonomi rumahtangga petani.

5. Penelitian ini dalam pengolahan data tidak membedakan beberapa hal

seperti penggunaan benih yang didasarkan dari segi varietas, rumahtangga

yang melakukan kerjasama petani dengan kelompok usaha lain serta jarak

lokasi usahatani dengan pasar. Namun demikian hanya penjelasan secara

deskriptif untuk beberapa hal tersebut.

6. Pendapatan yang dianalisis hanya pendapatan yang berasal dari kegiatan on

farm, off farm dan non farm. Sedangkan pendapatan yang berasal dari non

activity seperti warisan, kiriman, hadiah dan lainnya tidak dianalisis.

Khusus untuk pendapatan usahatani hanya dianalisis input outputnya untuk

usahatani kentang dan kubis sedangkan komoditas sayuran lainnya hanya

dilakukan secara total.

7. Konsumsi yang dianalisis dalam model rumahtangga petani sayuran hanya

untuk barang yang dibeli di pasar (market good), sedangkan untuk waktu

santai (leisure) dan pekerjaan rumah (home production) tidak dianalisis

karena terbatasnya data yang dikumpulkan.

8. Model rumahtangga petani sayuran ini tidak mengakomodasi market surplus

karena produksi sayuran kentang dan kubis bersifat cash crop dalam arti

dijual dalam bentuk segar.

Page 34: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Rumahtangga Petani

Rumahtangga dapat dilihat sebagai kesatuan dari kumpulan orang-orang

yang mana aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi dilakukan. Rumahtangga

juga sebagai kelembagaan sosial yang terkecil yang mana terdapat hubungan

manusia satu dengan yang lain, pada satu rumah atau satu dapur yang tinggal

dalam hubungan ekonomi, sosial dan budaya dalam rangka untuk memenuhi

kebutuhan. Selanjutnya Dharmawan (2002) menjelaskan terdapat enam fungsi

utama dari rumahtangga yaitu (1) mengalokasikan sumberdaya yang tersedia

untuk memenuhi kebutuhan, (2) mencapai bermacam-macam tujuan, (3)

memproduksi barang dan jasa, (4) mengambil keputusan mengenai penggunaan

pendapatan dan konsumsi, (5) melakukan hubungan sosial, dan (6) reproduksi dan

menjaga keamanan anggota rumahtangga. Dari keenam fungsi tersebut

menunjukkan bahwa rumahtangga mempunyai dua fungsi pokok yang

dikelompokkan sebagai fungsi sosial dan ekonomi.

Sesuai dengan teori ekonomi, rumahtangga diasumsikan selalu bertindak

rasional dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkonsumsi barang dan jasa.

Perilaku ekonomi rumahtangga tersebut menunjukkan respon rumahtangga

sebagai produsen dan konsumen terhadap perubahan kekuatan pasar yang terjadi,

yang dilandasi dengan tujuan maksimisasi kepuasan atau utilitas.

Terdapat bermacam-macam rumahtangga sesuai dengan aktivitas yang

dilakukan seperti rumahtangga pertanian, rumahtangga pengrajin, rumahtangga

industri, dan rumahtangga lainnya. Khusus mengenai rumahtangga pertanian,

terdapat dua istilah yang sering digunakan dalam literatur yaitu rumahtangga

Page 35: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

14

pertanian (agricultural household) dan rumahtangga petani (farm household)

(Singh et al., 1986; Nakajima, 1986; Ellis, 1988). Menurut Nakajima (1986), jika

pertanian dipandang sebagai suatu industri, maka terdapat beberapa karakteristik

yang dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori sebagai berikut yaitu :

1. Karakteristik teknologi produksi pertanian

2. Karakteristik rumahtangga petani sebagai kesatuan ekonomi

3. Karakteristik produk pertanian

Dari ketiga karakteristik tersebut di atas, rumahtangga petani sebagai

karakteristik kedua merupakan satu unit atau kesatuan ekonomi yang relevan

untuk analisis pengambilan keputusan baik keputusan produksi, konsumsi

maupun tenaga kerja. Selain itu dalam rumahtangga terdapat kekhasan

mengintegrasikan keputusan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja

(Nakajima, 1986; Sadoulet dan de Janvry, 1995). Karakteristik tersebut

menunjukkan bahwa rumahtangga petani dapat dipandang sekaligus sebagai

perusahaan pertanian (produsen), tenaga kerja dan konsumen. Dengan dihadapkan

pada proses pengambilan keputusan baik keputusan produksi, konsumsi maupun

tenaga kerja maka tujuan yang ingin dicapai rumahtangga dari pengambilan

keputusan tersebut masing-masing adalah untuk memaksimumkan profit dan

memaksimumkan utilitas.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, konsep rumahtangga petani yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rumahtangga sebagai kesatuan ekonomi

dari sekumpulan individu yang hidup dalam satu atap rumah untuk mengatur

sumberdaya dan menyatukan pendapatan dari anggota keluarga, yang digunakan

untuk kegiatan produksi dan konsumsi. Dengan demikian rumahtangga petani

Page 36: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

15

sebagai organisasi terdiri dari rumahtangga itu sendiri, anggota keluarga dan

usahatani. Penelitian mengenai rumahtangga pada umumnya memberikan

pengertian yang sama mengenai konsep rumahtangga.

2.2. Model Ekonomi Rumahtangga

Perilaku ekonomi rumahtangga petani dapat dilihat dari segi pengambilan

keputusan. Pengambilan keputusan pada rumahtangga petani dapat didasarkan

pada peran rumahtangga dalam mengambil keputusan ekonomi. Terdapat dua

peran rumahtangga dalam pengambilan keputusan ekonomi yaitu peran tunggal

dan ganda.

Pada model rumahtangga berperan tunggal, rumahtangga hanya sebagai

produsen atau konsumen saja. Dalam teori ekonomi, terdapat dua permasalahan

yang menjadi perhatian yaitu masalah produsen dalam mengambil keputusan

produksi dan masalah konsumen dalam mengambil keputusan konsumsi

(Henderson dan Quandt, 1980; Beattie dan Taylor, 1985; Debertin, 1986;

Chambers, 1988). Pada umumnya kedua permasalahan tersebut dianalisis secara

terpisah melalui perilaku produsen saja atau konsumen saja. Analisis tersebut

dilakukan untuk menyederhanakan fenomena yang terdapat di lapangan.

Sedangkan pada model rumahtangga berperan ganda, pengambilan

keputusan produksi dan konsumsi dilakukan sebagai satu kesatuan oleh

rumahtangga dan dianalisis secara terintegrasi. Dalam model rumahtangga

berperan ganda ini, rumahtangga petani bertindak baik sebagai produsen dan

konsumen. Model rumahtangga berperan ganda lebih realistis karena realitanya

rumahtangga petani di negara-negara berkembang pada umumnya merupakan

produsen sekaligus konsumen (Nakajima, 1986; Sawit, 1993; Singh et al., 1986).

Page 37: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

16

Model ekonomi pengambilan keputusan rumahtangga pertama kali

dikemukakan oleh Chayanov (Ellis, 1988) dengan teori maksimisasi utilitas

rumahtangga. Teori tersebut memfokuskan pada pengambilan keputusan

rumahtangga yang berkenaan dengan jumlah tenaga kerja keluarga yang

menjalankan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dengan

menggunakan asumsi waktu kerja dan santai (leisure). Dari model rumahtangga

tersebut, kemudian Becker (1976) mengembangkan dengan menggunakan asumsi

bahwa alokasi waktu rumahtangga terdiri dari waktu kerja di rumah, kerja upahan

dan santai. Dengan perkembangan waktu, model ekonomi rumahtangga

dikembangkan oleh Barnum dan Squire (Ellis, 1988) yang mana rumahtangga

mempunyai kebebasan untuk menyewa tenaga kerja dari luar keluarga sedangkan

tenaga kerja dalam keluarga juga dapat bekerja di luar dengan memperoleh tingkat

upah tertentu.

Selanjutnya model rumahtangga petani Low (Ellis, 1988)

mengkombinasikan beberapa model tersebut di atas dengan memberikan

penekanan diantaranya pada pasar tenaga kerja, yang mana tingkat upah bervariasi

berdasarkan kategori jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini

mengimplikasikan perbedaan anggota rumahtangga mempunyai perbedaan

potensial untuk penerimaan upah. Selain hal tersebut juga ada penekanan pada

perbedaan harga pangan di tingkat rumahtangga petani dengan tingkat pengecer.

Sedangkan Nakajima (1986) mengembangkan teori rumahtangga petani

dengan berbagai perilaku rumahtangga yang mengkombinasikan curahan tenaga

kerja keluarga dengan konsumsi produk yang dihasilkan. Adapun alternatif

curahan tenaga kerja yaitu a) tidak semua tenaga kerja keluarga tercurah untuk

Page 38: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

17

usahatani, b) semua tenaga kerja keluarga tercurah pada usahatani tanpa menyewa

tenaga kerja, dan c) semua tenaga kerja keluarga tercurah dan menyewa tenaga

kerja. Sedangkan alternatif konsumsi produk mencakup usahatani komersial

murni, usahatani komersial dengan sebagian produk dikonsumsi, usahatani

subsisten dan usahatani dengan pembelian sebagian untuk konsumsi rumahtangga.

Selanjutnya Singh et al. (1986) mengembangkan model rumahtangga

pertanian (agricultural household model) khususnya dalam perilaku rumahtangga

pertanian. Rumahtangga diasumsikan memaksimumkan utilitas dengan kendala

pendapatan tunai, waktu dan teknologi produksi. Dengan menurunkan

keseimbangan pada rumahtangga dapat diperoleh fungsi penawaran output,

permintaan input dan permintaan komoditas, termasuk leisure. Penawaran output

dan permintaan input merupakan fungsi dari harga input, harga output dan

karakterisitik usahatani termasuk input tetap. Sedangkan permintaan komoditas

merupakan fungsi dari harga komoditas, full income dan karakterisitk

rumahtangga. Keputusan produksi sangat mempengaruhi keputusan konsumsi.

Model rumahtangga pertanian tersebut selanjutnya dikembangkan secara

empiris dengan menganalisis keterkaitan antara keputusan produksi dan konsumsi

dengan mengestimasi penawaran dan permintaan komoditas serta permintaan

input (Singh et al., 1986). Leisure merupakan salah satu produk yang dikonsumsi

selain komoditas pertanian dan non pertanian. Dari hasil kajian tersebut terdapat

perbedaan bahwa elastisitas harga sendiri terhadap konsumsi barang pertanian

bernilai positif di Malaysia dan bernilai negatif di Jepang dan Thailand.

Pada umumnya model rumahtangga petani yang sudah dilakukan tersebut

masih berfokus pada satu komoditas yang dihasilkan. Oleh karena itu Singh dan

Page 39: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

18

Subramanian (1986) dalam Singh et al.(1986) dan Sawit (1993) mengembangkan

model rumahtangga dengan mengkaji multicrop pada rumahtangga petani. Selain

multicrop, Sawit (1993), Leones dan Feldman (1998) juga mengembangkan

model dengan mempertimbangkan multiemployment yang diukur dari pendapatan

yang berasal dari pertanian, non pertanian maupun non aktivitas seperti kiriman

uang dan penyewaan aset.

Dalam analisis kebijakan pada model ekonomi rumahtangga, Taylor dan

Adelman (2003) mengkaji pengaruh kebijakan penurunan harga dasar barang

pokok dan transfer pendapatan terhadap produksi dan pendapatan rumahtangga.

Penurunan harga dasar barang pokok menyebabkan penurunan output barang

pokok, permintaan tenaga kerja, pendapatan rumahtangga, permintaan konsumsi

(cash crop, market good dan leisure) dan market surplus barang pokok.

Sedangkan adanya transfer pendapatan menyebabkan adanya peningkatan pada

indikator tersebut di atas kecuali market surplus dan cash crop.

Dari segi metoda, model ekonomi rumahtangga selanjutnya telah

dikembangkan dengan menggunakan persamaan simultan seperti yang dilakukan

oleh Pradhan dan Quilkey (1985), dengan mengkaitkan adopsi teknologi dengan

keputusan produksi, konsumsi dan penggunaan input serta dilakukan simulasi

terhadap skenario kebijakan. Metoda tersebut selanjutnya digunakan oleh Basit

(1996), Hardono (2002), Kusnadi (2005), Asmarantaka (2007) dan Bakir (2007).

Sedangkan Hendratno (2006) dan Sawit (1993) menganalisis rumahtangga petani

tetapi tidak menggunakan persamaan simultan.

Selanjutnya Fabella (1986) menyatakan terdapat ketergantungan antara

keputusan produksi dan konsumsi. Menurut Sadoulet et al. (1996) kedua

Page 40: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

19

keputusan terkait melalui tingkat pendapatan yang dicapai dalam produksi.

Apabila solusi blok produksi dapat ditentukan sebelum solusi blok konsumsi

maka dinamakan blok recursive system. Dalam recursive system, keputusan

konsumsi tidak memberikan pengaruh balik (feed back) terhadap keputusan

produksi, atau keputusan produksi terpisah (independent) dari keputusan

konsumsi. Konsep recursive identik dengan konsep model separable seperti yang

dikemukakan oleh Wik et al. (1998) bahwa pada model separable semua harga

adalah exogenous dan keputusan produksi bebas dari keputusan konsumsi.

Sementara itu Lofgren dan Robinson (1999) mengembangkan model

rumahtangga non separable dengan biaya transaksi sebagai endogenous dan

menggunakan Computable General Equilibrium (CGE). Keputusan produksi dan

konsumsi pada rumahtangga petani bersifat non separable mengindikasikan

ketidaksempurnaan pasar, sedangkan harga ditentukan secara endogenous oleh

interaksi permintaan dan penawaran. Sementara itu perilaku dari rumahtangga

antar waktu (intertemporal) telah dikaji oleh Mazzocco (2001).

2.3. Konsep Risiko Produksi dan Harga Produk

Risiko dan ketidakpastian sering digunakan secara bersama-sama baik

dalam jurnal maupun beberapa tulisan lainnya. Silberberg (1990), Henderson dan

Quandt (1980) dan Varian (1992) menggunakan istilah ketidakpastian

(uncertainty) terkait dengan peluang (probability). Sedangkan Robison dan Barry

(1987) menjelaskan terdapat perbedaan antara konsep risiko dan ketidakpastian.

Jika peluang suatu kejadian dapat diketahui oleh pembuat keputusan, yang

didasarkan pada pengalaman, maka hal tersebut menunjukkan konsep risiko.

Page 41: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

20

Sedangkan jika peluang suatu kejadian tidak dapat diketahui oleh pembuat

keputusan maka hal tersebut menunjukkan konsep ketidakpastian.

Beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani diantaranya

adalah risiko produksi, risiko pasar atau risiko harga, risiko kelembagaan, risiko

kebijakan dan risiko finansial (Ellis, 1988; Harwood et al., 1999; Moschini dan

Hennessy, 1999). Dari beberapa sumber risiko tersebut, ternyata risiko yang

paling utama dihadapi rumahtangga petani diantaranya adalah risiko produksi dan

harga produk (Patrick et al., 1985; Wik et al., 1998).

Selanjutnya Ellis (1988) menjelaskan terdapat beberapa pendekatan yang

berbeda dalam melihat mengenai peluang dengan risiko. Pada kegiatan produksi

usahatani, risiko merupakan peluang terjadinya suatu peristiwa yang

menghasilkan pendapatan di atas atau di bawah rata-rata dari pendapatan yang

diharapkan dalam serangkaian musim panen. Sedangkan pada perspektif asuransi

terhadap kerugian atau kerusakan, risiko sebagai peluang adanya bencana yang

menimbulkan kerugian.

Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan

(decision theory). Individu diasumsikan bertindak rasional dalam pengambilan

keputusan. Alat analisis yang umum digunakan dalam menganalisis mengenai

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility

model (Anderson et al., 1977; Henderson dan Quandt, 1980; Robison dan Barry,

1987; Moschini dan Hennessy, 1999; Ellis, 1988). Lebih lanjut dijelaskan lima

komponen yang digunakan dalam pengambilan keputusan diantaranya adalah the

states of nature, the possible outcomes, the probabilities of outcomes, the choices

dan the decision rule for ordering choices. Dalam menganalisis mengenai

Page 42: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

21

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko dapat menggunakan

expected utility model. Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang

terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh

seseorang bukan nilai (return) tetapi kesejahteraan (utility). Variance merupakan

salah satu ukuran yang dapat digunakan dalam menganalisis mengenai risiko.

Selanjutnya bila dilihat dari sikap pembuat keputusan dalam menghadapi

risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robison

dan Barry, 1987):

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan

maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan

yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan.

2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam keuntungan maka pembuat

keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang

diharapkan.

3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini

menunjukkan jika terjadi kenaikan ragam keuntungan maka pembuat

keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan

keuntungan yang diharapkan.

Selanjutnya dinyatakan bahwa perilaku pembuat keputusan risk aversion

menjadi subyek ketertarikan ahli ekonomi, dan perilakunya pada usahatani

didasarkan tidak pada maksimisasi utilitas tetapi ekspektasi maksimisasi profit

dengan asumsi harga dan produksi bersifat stochastic (Just, 1975).

Page 43: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

22

Memperhatikan hal tersebut diatas, penelitian mengenai risiko sangat

penting dilakukan terkait dengan pengambilan keputusan pada petani, khususnya

pada kegiatan produksi (Just, 1974). Indikasi adanya risiko mencakup adanya

perubahan atau variasi seperti dalam produksi, harga maupun pendapatan.

Beberapa model yang menyangkut risiko diantaranya penentuan input

yang optimal pada kondisi risiko harga produk, risiko harga input, risiko kualitas

input, dan risiko fungsi produksi. Khususnya pada model dengan risiko harga

produk, keputusan menanam sangat tergantung pada harga barang, sehingga bila

harga rendah tidak akan menarik petani untuk menanam.

Dalam analisis risiko, fungsi produksi merupakan fungsi produksi rata-rata

(mean production function) dan produksi variance (variance production function),

yang masing-masing dipengaruhi oleh penggunaan input dalam kegiatan produksi

(Just dan Pope, 1979). Model Just dan Pope tersebut telah digunakan oleh Walter

et al. (2004), Hutabarat (1985), Antle (1987), Buccola dan McCarl (1986) dalam

menganalisis mengenai risiko produksi. Pendugaan terhadap fungsi produksi

dapat dilakukan terpisah antara fungsi produksi rata-rata (mean production

function) dan fungsi produksi variance (variance production function). Baik

fungsi produksi rata-rata maupun produksi variance dipengaruhi oleh variabel

input faktor seperti lahan, benih, pupuk, tenaga kerja dan pestisida (Walter et al.,

2004; Hutabarat, 1985; Anderson et al., 1977). Sedangkan Antle (1987) dan

Beach et al. (2005) mengakomodasi parameter risiko sebagai faktor yang

mempengaruhi penggunaan input.

Penggunaan setiap input mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap

produksi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hubungannya

Page 44: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

23

antara pengambilan keputusan input dan risiko produksi ternyata penggunaan

pestisida dalam produksi sebagai pengurang risiko (risk reducing effect)

sedangkan input yang lain sebagai faktor yang menyebabkan risiko (risk inducing

effect) dalam produksi (Just dan Pope, 1979).

Hasil penelitian penelitian Hutabarat (1985) berbeda dengan Just dan Pope

(1979) yang menunjukkan bahwa pada musim hujan ternyata input benih, pupuk

nitrogen, pupuk phospor, kepemilikan lahan dan insektisida merupakan faktor

yang menyebabkan risiko produksi (risk inducing factors). Sedangkan input

tenaga kerja manusia dan ternak merupakan faktor pengurang risiko produksi

(risk-reducing factors). Sedangkan pada musim kemarau semua faktor produksi

merupakan faktor yang menyebabkan risiko (risk-inducing factors).

Selanjutnya dari segi metodologi, Antle (1987) menggunakan

ekonometrika untuk mengestimasi distribusi risiko pada produsen. Prosedur

ekonometrika berguna pada data produksi cross section dengan time series atau

pooled data. Pendekatan estimasi dengan Generalize Method of Moments

digunakan untuk mengestimasi parameter.

Wincoop (1992) mempelajari respon tabungan dan struktur produksi

terhadap peningkatan ketidakpastian perdagangan. Peningkatan ketidakpastian

perdagangan menyebabkan kekuatan tenaga kerja terpecah semakin besar pada

sektor yang tidak diperdagangkan (non tradeable). Sementara itu Kingwell (1994)

menggunakan stochastic programming model dari sistem usahatani untuk menguji

pengaruh perilaku risk aversion terhadap penawaran gandum.

Hartoyo et al. (2004) menggunakan quadratic utility function dalam

menganalisis perilaku petani padi dalam menghadapi risiko. Petani padi di Desa

Page 45: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

24

Kemang, Kabupaten Cianjur mempunyai karakter sebagai pengambil keputusan

yang berperilaku risk neutral. Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa

produksi padi dipengaruhi oleh variasi harga padi, karena sekitar 63.5 persen dari

total produksi dikonsumsi sendiri oleh rumahtangga petani. Beberapa variabel

yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi padi yaitu ekspektasi

produksi padi, ekspektasi harga padi, kuadrat dari ekspektasi harga padi dan

ekspektasi harga pupuk TSP.

Namun demikian kajian Purwoto (1990) menunjukkan hasil yang berbeda

yaitu sikap petani dan khususnya hasil pengukuran dari sisi alokasi jumlah pupuk

buatan, menunjukkan secara umum petani takut menghadapi risiko (risk aversion)

yang ditunjukkan nilai koefisien keengganan petani dalam menghadapi risiko

lebih besar dari nol.

Sementara itu Ellis (1988) menunjukkan bahwa perilaku rumahtangga

petani kecil pada umumnya adalah risk averse. Adanya ketidakpastian dalam

produksi akan menghasilkan keputusan ekonomi yang sub optimal pada tingkat

produksi. Produsen yang berperilaku risk averse dalam menghadapi risiko

produksi akan memproduksi lebih rendah dibandingkan produsen yang

berperilaku risk neutral dan jika terjadi peningkatan risiko maka produsen risk

averse akan mengurangi output (Wik et al. 1998). Salah satu strategi produksi risk

averse adalah tumpangsari (mixed cropping) yang memberikan banyak

keuntungan. Kebijakan yang dapat merespon ketidakpastian alami diantaranya

irigasi, asuransi tanaman dan varietas benih yang tahan terhadap hama dan

penyakit tanaman, musim kemarau, dan stabilitas hasil. Sementara itu kebijakan

Page 46: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

25

mengatasi ketidakpastian harga meliputi stabilitas harga, informasi pasar dan

kredit.

Kajian Fukui et al. (2004) menganalisis ekonomi rumahtangga petani

dengan memasukkan beberapa variabel ke dalam model seperti variabel bahaya

hama dan penyakit tanaman, sistem bagi hasil dan rasio pendapatan yang berisiko

(risky income ratio), yang diukur dari rasio pendapatan padi terhadap pendapatan

rumahtangga. Ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap permintaan input selain kiriman uang, harga produk, harga pupuk dan

modal tetap. Namun demikian rasio pendapatan yang berisiko tidak signifikan

terhadap permintaan tenaga kerja dan kredit, sebaliknya sistem bagi hasil dan

bahaya pestisida mempunyai pengaruh yang signifikan.

Beberapa mekanisme yang digunakan untuk mengatasi risiko yaitu kredit,

kepemilikan aset dan diversifikasi sumber pendapatan. Sedangkan mekanisme

mengurangi risiko yaitu dengan teknologi pengurang risiko seperti penerapan

pestisida, penggunaan varietas, sistem kerjasama seperti bawon untuk kontrak

tenaga kerja dan bagi hasil. Sharing risiko juga dikaji oleh Cox dan Jimenez

(1998) sedangkan Guiso et al. (1996) dan Ameriks (2001) menekankan pada

keputusan portofolio.

Selanjutnya Saha dan Stroud (1994) menggunakan model rumahtangga

pertanian untuk menganalisis keputusan konsumsi, penyimpanan, menabung dan

tenaga kerja dibawah risiko harga pada rumahtangga petani. Kajian tersebut

menggunakan panel data dan model dinamik (dynamic model). Penyimpanan

dipengaruhi secara nyata oleh musim tanam, lag harga kali harga saat ini yang

Page 47: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

26

mempunyai pengaruh negatif dan secara positif oleh musim panen, full income,

upah tenaga kerja keluarga, kuadrat current price dan kuadrat lag harga.

Masih dalam hubungannya dengan risiko dengan model ekonomi

rumahtangga, Beach et al. (2005) melakukan pendugaan terhadap beberapa

persamaan penggunaan input yang terdiri dari persamaan luas lahan, tenaga kerja

dalam keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan penggunaan input lain.

Penggunaan input dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti ekspektasi harga,

variance harga, ekspektasi produksi, variance produksi, upah, harga input, harga

output dan karakteristik rumahtangga. Ekspektasi dan variance sebagai

pendekatan yang digunakan untuk menganalisis mengenai risiko. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ekspektasi penerimaan tembakau dan variance produksi

mempunyai tanda yang berlawanan dengan yang diharapkan dan tidak signifikan

terhadap luas areal penanaman tembakau.

Sementara itu Wik et al. (1998) mengestimasi variabel endogen koefisien

risk aversion, penggunaan pupuk dan proporsi lahan tanaman gandum terhadap

total lahan yang ditanamani. Variabel tersebut dipengaruhi oleh luas lahan,

pendapatan off farm, karakteristik rumahtangga (seperti umur, pendidikan, jenis

kelamin), tenaga kerja rumahtangga (pria dan wanita), ukuran rumahtangga,

kekayaan (jumlah sepeda, rumah dan binatang), jarak dengan kota dan rasio

penggilingan penggunaan pupuk. Pada penggunaan pupuk, beberapa variabel

yang mempunyai pengaruh nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen

diantaranya total pendapatan, jumlah sepeda, total lahan usahatani.

Pengaruh risiko terhadap keputusan yang dibuat oleh petani risk neutral

telah dikaji Pannell (1999). Sumber risiko yang mempengaruhi keuntungan yang

Page 48: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

27

diharapkan dianalisis dengan menggunakan response model dalam kaitannya

dengan aplikasi herbisida. Pengaruh risiko bagi pengambil keputusan risk neutral

yaitu dengan mengurangi penggunaan herbisida, karena pengurangan tingkat

optimal herbisida atau peningkatan ambang batas rumput liar. Alasan penurunan

penggunaan herbisida adalah bahwa risiko mengurangi produk marginal herbisida.

Ketidakpastian akan berhubungan dengan daya saing rumput liar sehingga dapat

mengurangi kehilangan produksi rata-rata.

Moller et al. (2000) menggunakan teknik dynamic programming dengan

data rumahtangga petani. Peningkatan ketidakpastian tidak secara umum

mengurangi penambahan konsumsi atau meningkatkan penambahan saving.

Petani yang menghadapi kendala kredit, investasi dan konsumsi sangat penting

menentukan perilaku saving karena saving digunakan untuk membiayai investasi

dan kelancaran konsumsi.

Metoda lain dapat digunakan dalam menganalisis risiko khususnya dengan

ekonometrika modern. Verbeek (2000) menjelaskan bahwa adanya fluktuasi

(volatility) dari observasi dapat dianalisis dengan model variance error seperti

model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH).

Model tersebut telah mengakomodasi variance error dan error kuadrat periode

sebelumnya dalam menganalisis mengenai risiko.

Model standar GARCH (1,1) sering digunakan dalam beberapa penelitian

seperti oleh Huang et al. (2004) yang menganalisis mengenai penawaran produk

cabe. Dalam model tersebut, persamaan penawaran dipengaruhi oleh beberapa

variabel eksogenous sedangkan persamaan variance dipengaruhi oleh variance

periode sebelumnya dan error kuadrat periode sebelumnya.

Page 49: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

28

Sementara itu Moschini dan Hennessy (1999) menyatakan bahwa dalam

model ekspektasi untuk persamaan variance, beberapa faktor yang mempengaruhi

keputusan penawaran pada periode tertentu yaitu ekspektasi harga, variance harga

dan variabel lainnya. Selanjutnya De Wet (2005) menggunakan model GARCH

untuk menganalisis mengenai risiko karena adanya fluktuasi pada tiga variabel

finansial. Analisis dilakukan secara simultan dengan menggunakan data

mingguan.

Berdasarkan pada uraian tersebut, bagian terakhir bab ini akan

menyimpulkan mengenai model ekonomi rumahtangga petani. Model ekonomi

rumahtangga petani digunakan karena adanya keterkaitan antara keputusan

produksi dan konsumsi yang terdapat pada rumahtangga petani yang berperan

ganda sebagai produsen dan konsumen. Model ekonomi rumahtangga petani dapat

dibangun secara separable atau recursive maupun non separable atau non

recursive. Model separable atau recursive digunakan karena keputusan produksi

mempengaruhi keputusan konsumsi tetapi keputusan produksi tidak dipengaruhi

oleh keputusan konsumsi. Sedangkan dalam model non separable, keputusan

produksi mempengaruhi dan dipengaruhi keputusan konsumsi. Dalam model

separable atau recursive, variabel harga sebagai variabel eksogen sebaliknya

dalam model non separable, variabel harga merupakan variabel endogen.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam menganalisis model ekonomi

rumahtangga petani dapat dilakukan dengan persamaan simultan. Persamaan

dalam model pada intinya mencakup kegiatan produksi, seperti penawaran output

atau produksi, kegiatan konsumsi seperti permintaan barang konsumsi atau

pengeluaran, dan alokasi tenaga kerja seperti permintaan dan penawaran tenaga

Page 50: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

29

kerja. Persamaan-persamaan yang dibangun tersebut dikembangkan sesuai dengan

fenomena yang terjadi di lapangan.

Penelitian-penelitian mengenai ekonomi rumahtangga petani sudah banyak

yang melakukan baik di Indonesia maupun di negara lain. Di Indonesia penelitian

risiko masih sedikit yang melakukan dan hanya difokuskan pada kegiatan

produksi, sementara itu penelitian model ekonomi rumahtangga petani pada

umumnya jarang yang mengakomodasi unsur risiko produksi maupun risiko harga

produk. Dengan memperhatikan hal tersebut maka penelitian ini akan

mengakomodasi unsur risiko produksi dan risiko harga produk dalam model

ekonomi rumahtangga petani sayuran.

Selain hal tersebut diatas, dapat dilihat dari segi metodologi, yang mana

dalam kaitannya dengan pengukuran risiko khususnya risiko produksi, yang

diukur dari nilai variance, telah menggunakan model GARCH (1,1) yang sudah

mengakomodasi pendugaan secara sekaligus untuk fungsi produksi rata-rata

(mean production function) dan variance (variance production function). Dari

hasil estimasi, nilai variance dari setiap responden selanjutnya akan dimasukkan

dalam model ekonomi rumahtangga petani. Selain nilai variance produksi,

beberapa variabel seperti variance harga, ekspektasi produksi dan ekspektasi

harga juga diakomodasi ke dalam model ekonomi rumahtangga petani sayuran.

Page 51: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

30

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani

Rumahtangga merupakan salah satu unit pengambilan keputusan mengenai

pendapatan dan penggunaannya untuk konsumsi. Dalam teori ekonomi, masalah

keputusan produksi, konsumsi dan penawaran tenaga kerja biasanya dianalisis

secara terpisah melalui perilaku produsen, konsumen dan pekerja. Namun

demikian dalam teori ekonomi rumahtangga keputusan produksi, kunsumsi dan

alokasi tenaga kerja dianalisis secara terintegrasi. Di bawah ini akan diuraikan

mengenai perilaku ekonomi rumahtangga secara bertahap yang menyangkut

masalah produsen, konsumen dan pekerja, yang selanjutnya dijelaskan model

ekonomi rumahtangga petani secara umum dan memasukkan unsur risiko

produksi dan risiko harga produk.

3.1.1. Pengambilan Keputusan Produksi

Dua hal yang dapat menentukan respon produsen yaitu hubungan teknis

antara kombinasi input dengan tingkat output serta perilaku produsen dalam

memilih input, yang ditentukan oleh harga output dan harga input yang dapat

diperdagangkan dan tersedianya faktor produksi tetap. Integrasi kedua hal tersebut

berperan dalam memaksimumkan profit sebagai tujuan produsen dan secara

langsung dapat menentukan keputusan yang optimal mengenai penawaran output

dan permintaan input.

Solusi penentuan penawaran output dan permintaan input optimal dapat

ditentukan dengan mengetahui fungsi produksi dari usahatani. Apabila

diasumsikan hanya dua input yang digunakan dalam proses produksi dengan

Page 52: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

31

output tunggal (single product), maka fungsi produksi dapat dituliskan sebagai

berikut :

Q = f (x1, x2, z ) …………….…………………………………………....[1]

dimana :

Q = jumlah output (Q bersifat non negative atau Q ≥ 0 )

xi = jumlah input untuk i = 1,2 (xi bersifat non negative atau xi ≥ 0)

z = input tetap dan karakteristik usahatani

Apabila diasumsikan pasar output dan input yang dihadapi rumahtangga

merupakan pasar persaingan sempurna dan yang menjadi kendala yaitu anggaran

untuk pengeluaran input maka kendala anggaran dapat dituliskan sebagai berikut :

C˚ = r1x1 + r2x2 …………… ……………………………………………[2]

dimana :

ri = harga input, untuk i = 1,2

C˚ = anggaran

Untuk mencapai tujuan dalam kegiatan produksi, yaitu memaksimumkan profit

dengan kendala anggaran, maka dalam penyelesaiannya digunakan fungsi

Lagrangian sebagai berikut :

L = pf(x1, x2, z) + λ (C˚ - r1x1 - r2x2 ) ………………… …………….... .[3]

Dari persamaan [3] diperoleh first order conditions sebagai berikut :

1/ xL ∂∂ = pf1 - λr1 = 0 atau pf1 = λr1 ……...……………………………[4]

2/ xL ∂∂ = pf2 - λr2 = 0 atau pf2 = λr2…………………….……………...[5]

λ∂∂ /L = C˚- r1x1 - r2x2 = 0………………………………………….......[6]

dimana :

p = harga produk

Page 53: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

32

Dari persamaan [4] dan [5] diperoleh :

f1/ f2 = r1/r2 ………………………………………………...................... .[7]

2

1

//

xQxQ∂∂∂∂ = r1/r2 …… ……………………………………………….........[8]

12 / xx ∂∂ = r1/r2 ………………………………………….......................... [9]

Dengan menyelesaikan first order conditions yaitu dengan

mensubstitusikan persamaan [7] ke dalam persamaan [6] akan diperoleh fungsi

permintaan input sebagai berikut :

x1* = x1* (r1, r2 , p, z)…………………………………………………...[10]

x2* = x2* (r1, r2 , p, z)…………………………………………………...[11]

Selanjutnya dengan mensubstitusikan persamaan [10] dan [11] ke dalam

persamaan [1] akan diperoleh fungsi penawaran output, yang merupakan fungsi

dari harga input dan harga output, sebagai berikut :

Q* = q*( r1, r2 , p, z)…………………………………………………....[12]

Input variabel selain tenaga kerja diantaranya yaitu benih, pupuk, pestisida,

pengairan dan lainnya yang dapat dibeli dalam jumlah yang diinginkan.

Sedangkan input tetap dan karakteristik usahatani dapat mencakup barang pribadi

seperti lahan, peralatan dan barang publik seperti infrastruktur dan penyuluhan

atau faktor eksogen, seperti cuaca dan jarak ke pasar, yang tidak dapat diperoleh

dalam jangka waktu analisis (Sadoulet dan de Janvry, 1995).

Fungsi permintaan input dan penawaran output memenuhi properti sebagai

berikut (Varian, 1992; Henderson dan Quandt, 1980; Sadoulet dan de Janvry,

1995) :

Page 54: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

33

a. Homogeneity yang artinya fungsi permintaan input dan penawaran output

bersifat homogenous derajat nol dalam semua harga, yang menunjukkan

jumlah elastisitas setiap output atau input terhadap harga sama dengan nol.

Apabila produksi menunjukkan constant return to scale maka fungsi tersebut

homogenous derajat satu untuk semua input tetap yang juga menunjukkan

jumlah elastisitas terhadap input tetap sama dengan satu.

b. Symmetry yang artinya fungsi profit bersifat symmetry apabila

ijji pqpq ∂∂=∂∂ // . Ini juga menunjukkan elastisitas silang harga merupakan

kebalikan dari proporsi share profit.

3.1.2. Pengambilan Keputusan Konsumsi

Konsep dasar teori perilaku konsumen menjelaskan mengenai bagaimana

konsumen yang rasional memilih barang yang dikonsumsi ketika dihadapkan

dengan harga dan pendapatan yang terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

analisis perilaku konsumen menyangkut tingkat permintaan barang yang

dikonsumsi tidak hanya berhubungan dengan harga yang dihadapi dan pendapatan

riil, tetapi juga karakterisitik individu seperti umur, pendidikan, pekerjaan, tipe

rumahtangga dan lingkungan geografi (Sadoulet dan de Janvry, 1995). Adapun

barang yang dikonsumsi konsumen dapat berupa barang pertanian maupun

industri. Konsumen mempunyai tujuan memaksimukan utilitas yang berkenaan

dengan jumlah barang yang dikonsumsi, dengan kendala ditentukan oleh harga

pasar, pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable income), karakteristik

rumahtangga dan selera.

Bila diasumsikan rumahtangga mengkonsumsi dua komoditas sebagai

berikut :

Page 55: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

34

U = f (q1, q2, z)……………………………………………………….....[13]

dimana :

U = utilitas

qi = komoditas yang dikonsumsi, i = 1,2

z = karakteristik individu

Sedangkan kendala yang dihadapi adalah pendapatan sebagai berikut :

y˚ = p1q1 + p2q2 ………………………………………………………...[14]

dimana :

y˚ = pendapatan

pi = harga komoditas yang dikonsumsi, i = 1,2

Untuk memaksimumkan utilitas dengan kendala pendapatan, maka :

L = f(q1, q2, z ) + λ(y˚ - p1q1 - p2q2)………………………………..... [15]

Dari persamaan [15] diperoleh first order conditions (FOC) sebagai berikut :

=∂∂ 1/ qL f1 - λp1 = 0 atau f1 = λp1 ………….………………..……......[16]

=∂∂ 2/ qL f2 - λp2 = 0 atau f2 = λp2…………..………..…..……..........[17]

λ∂∂ /L = y˚- p1q 1 - p2q2 = 0…………………………………………...[18]

f1/ f2 = p1/p2 ………………………………………………...………......[19]

2

1

//

qUqU∂∂∂∂ = p1/p2 ………………………………………………………..[20]

12 / qq ∂∂ = p1/p2 ……………………………………………………......[21]

Dengan menyelesaikan persamaan [16], [17] dan [18] akan diperoleh fungsi

permintaan sebagai berikut :

q1* = q1* (p1, p2 , y˚, z)……………………………………………........[22]

q2* = q2* (p1, p2 , y˚, z)……………………………………………........[23]

Page 56: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

35

3.1.3. Pengambilan Keputusan Tenaga Kerja

Pekerja mempunyai tujuan untuk memaksimumkan utilitas yang

berkenaan dengan konsumsi waktu santai (leisure) dan pendapatan dengan

kendala pendapatan dan total waktu yang tersedia dan dituliskan sebagi berikut :

Max u (cl ,y, z)……….……………………………………………….. [24]

s.t y = wls ………..……………………………………………….......[25]

cl + ls = E…………………………………………………………….....[26]

dimana:

cl = waktu santai

ls = waktu kerja

E = total waktu yang tersedia

z = karakteristik pekerja

Kendala persamaan [25] dan [26] menjadi kendala full income sebagai berikut :

y = w(E - cl )

w cl + y = wE ………………………………………………………….. [27]

Solusi dari tujuan memaksimumkan utilitas dari pekerja adalah fungsi permintaan

waktu santai sebagai berikut :

cl = cl ( w, E, z)......................................................................................[28]

Dalam penelitian ini keputusan tenaga kerja lebih memfokuskan pada

penggunaan tenaga kerja pada kegiatan on farm, off farm dan non farm.

3.1.4. Model Umum Ekonomi Rumahtangga Petani

Menurut Ellis (1988) model ekonomi pengambilan keputusan

rumahtangga pertama kali dikemukakan oleh Chayanov, yaitu teori maksimisasi

utilitas rumahtangga (theory of household utility maximisation). Teori tersebut

Page 57: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

36

memfokuskan pada pengambilan keputusan rumahtangga yang berkenaan dengan

jumlah tenaga kerja keluarga yang menjalankan produksi untuk memenuhi

konsumsi. Keputusan menyangkut trade off antara pekerjaan dan pendapatan

(Gambar 3). Faktor utama yang mempengaruhi trade off tersebut adalah struktur

demografi rumahtangga yaitu ukuran dan komposisi anggota yang bekerja dan

tidak bekerja. Beberapa asumsi yang digunakan diantaranya adalah : 1) tidak ada

pasar tenaga kerja, dalam arti tidak ada tenaga kerja yang disewa maupun

menyewakan tenaga kerja, 2) output usahatani disimpan untuk konsumsi

rumahtangga atau dijual di pasar dan dinilai dengan harga pasar, 3) semua

rumahtangga mempunyai akses terhadap lahan untuk penanaman dan 4) setiap

komunitas petani mempunyai norma sosial untuk pendapatan minimum yang

diterima setiap orang .

Gambar 3 menunjukkan pengambilan keputusan rumahtangga model

Chayanov mencakup aspek produksi dan konsumsi. Aspek produksi ditunjukkan

oleh kurva fungsi produksi atau kurva pendapatan keluarga (kurva TVP) yang

menggambarkan respon output atau pendapatan keluarga terhadap berbagai

tingkat penggunaan input tenaga kerja. Perubahan pada fungsi produksi atau kurva

pendapatan keluarga dapat disebabkan perubahan teknologi produksi, harga

output atau sumberdaya lain yang berkombinasi dengan tenaga kerja. Aspek

konsumsi ditunjukkan oleh kurva indiferen (I) yang menggambarkan total utilitas

dari kombinasi leisure dan pendapatan. Keseimbangan rumahtangga petani

terjadi pada titik A yang merupakan persinggungan fungsi produksi dan kurva

indiferen. Sedangkan pada titik B, slope kurva indiferen menggambarkan

perubahan pendapatan yang dikarenakan hilangnya satu unit leisure.

Page 58: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

37

Gambar 3. Model Rumahtangga Petani Chayanov

Keterangan : TVP : Total value product OL : Total waktu yang tersedia bagi rumahtangga I : Kurva Indiferen Y : Income A : Keseimbangan rumahtangga H : Waktu yang digunakan untuk leisure L : Waktu yang digunakan untuk bekerja Lmax : Waktu kerja maksimum dari anggota rumahtangga Ymin : Standar hidup minimum Beberapa variabel demografi yang menyangkut produksi dan konsumsi

adalah ukuran keluarga, jumlah pekerja dalam keluarga, standar hidup minimum

dan rasio konsumen/pekerja.

Output/income Y Ye Ymin

I1 I2

A

O Le Lmax L Waktu kerja (L) Waktu Leisure (H) Sumber : Ellis, 1988

TVP

B δY

δH

Page 59: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

38

Selanjutnya pengembangan model rumahtangga petani telah dilakukan

oleh Becker (1978) dengan menitikberatkan pada alokasi waktu (time allocation)

rumahtangga. Konsep alokasi waktu rumahtangga tersebut menjadi dasar dari

new home economics (Ellis, 1988). Gambar 4 menunjukkan bahwa alokasi waktu

yang tersedia bagi rumahtangga terdiri dari waktu kerja di rumah (home work

time), waktu kerja upahan (wage work time) dan waktu santai (leisure).

Sumber : Ellis, 1988

Gambar 4. Home Production Model

Keterangan : TPP : Kurva total physical product OF : Total pendapatan riel ww1 : Garis upah riel T : Waktu yang tersedia bagi rumahtangga A : Keseimbangan dalam produksi B : Keseimbangan dalam konsumsi

O Home work T1 Wage work T2 Leisure T

A

B

Home produc-tion Z C H w

I1

Home produc-tion Z w1

F TPP

Page 60: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

39

Keseimbangan rumahtangga dalam produksi ditunjukkan pada titik A

dimana marginal physical product dari kerja rumah (home work) sama dengan

tingkat upah riel. Sedangkan keseimbangan dalam konsumsi ditunjukkan pada

titik B dimana marginal rate of substitution leisure terhadap barang Z sama

dengan rasio opportunity cost leisure terhadap harga pasar.

Selanjutnya model rumahtangga (farm household model) Barnum dan

Squire (Ellis, 1988) bersumber sebagian dari model new home economic.

Rumahtangga mempunyai kebebasan menyewa tenaga kerja dari luar dan

menyewakan tenaga kerja dalam keluarga dengan tingkat upah tertentu. Selain itu

leisure dan produksi barang Z dari aktivitas rumah dikombinasikan sebagai

barang konsumsi dan rumahtangga dihadapkan pada pilihan antara konsumsi dan

menjual output untuk memenuhi konsumsi barang yang dibeli. Gambar 5

menunjukkan model rumahtangga Barnum - Squire.

Rumahtangga memanfaatkan total waktu untuk pekerjaan usahatani yang

berasal dari anggota keluarga (TF), tenaga kerja yang disewa (Tw) dan waktu

anggota keluarga di rumah (TZ). Adanya perubahan pada tingkat upah dan harga

secara terpisah akan mempengaruhi waktu kerja dalam usahatani, pendapatan,

konsumsi rumahtangga dan penjualan di pasar. Peningkatan upah akan

meningkatkan rasio harga atau upah riel (w/p) sehingga garis ww1 bergeser

dengan slope yang curam. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan terhadap

ouput, pendapatan, penggunaan tenaga kerja yang disewa dan penjualan di pasar

serta menyebabkan peningkatan waktu kerja anggota keluarga pada usahatani dan

konsumsi rumahtangga. Sedangkan peningkatan harga output akan mengurangi

Page 61: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

40

upah riel sehingga garis ww1 akan bergeser dengan slope yang datar dan

memberikan pengaruh yang berlawanan dengan peningkatan upah.

Sumber : Ellis, 1988

Gambar 5. Model Rumahtangga Petani Barnum-Squire

Keterangan : QC : Penawaran output di pasar OF : Total biaya tenaga kerja OT1 : Waktu anggota keluarga untuk pekerjaan usahatani T1T2 : Waktu tenaga kerja sewa T2T : Waktu anggota keluarga di rumah (leisure dan pekerjaan rumah) Y : Output usahatani T : Waktu yang tersedia bagi rumahtangga A : Keseimbangan konsumsi B : Keseimbangan produksi C : Konsumsi output F1 : Pendapatan

Output Y Q C w

I B

A

Y w1

TPP

F1

F

O T1 T2 T Family TF Hired Tw Family TZ Farm work Home work

Page 62: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

41

Singh et al. (1986) telah mengembangkan model dasar perilaku

rumahtangga pertanian. Model rumahtangga pertanian tersebut mengasumsikan

rumahtangga memaksimumkan fungsi utilitas dari komoditas yang diproduksi dan

dikonsumsi oleh rumahtangga dan komoditas yang dibeli, serta waktu santai

(leisure). Adapun fungsi utilitas yang dihadapi sebagai berikut :

U = U(Xa, Xm , Xl )……………………………..………..………….......[29]

dimana :

Xa = konsumsi komoditas pokok

Xm = konsumsi barang yang dibeli di pasar

Xl = konsumsi waktu santai

Adapun kendala yang dihadapi pendapatan tunai sebagai berikut :

pm Xm = pa (Q - Xa ) – w (L-F)………………………………................[30]

dimana :

pm = harga barang yang dibeli di pasar

pa = harga komoditas pokok

Q = produksi rumahtangga dari komoditas pokok

w = tingkat upah tenaga kerja

L = total input tenaga kerja

F = input tenaga kerja keluarga

Q- Xa = market surplus

Selanjutnya rumahtangga petani juga menghadapi kendala waktu sebagai berikut :

Xl + F = T atau F = T - Xl………………………...………………….. [31]

dimana :

T = total waktu yang tersedia bagi rumahtangga

Page 63: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

42

Selain kendala pendapatan tunai dan waktu, rumahtangga petani menghadapi

kendala teknologi produksi sebagai berikut :

Q = Q(L, A)…………………………………………………………......[32]

dimana A : Faktor produksi tetap

Adapun asumsi lain yang juga digunakan dalam model rumahtangga

pertanian tersebut diantaranya adalah penggunaan input variabel seperti pupuk

dan pestisida dihilangkan dalam model. Model rumahtangga pertanian tersebut

juga mengabaikan adanya pilihan antara tanaman yang bersaing, yang dihasilkan

rumahtangga. Selanjutnya untuk tenaga kerja dalam keluarga dengan tenaga kerja

luar keluarga yang disewa bersifat substitusi sempurna (perfect substitution) dan

dapat ditambahkan secara langsung. Hal ini menunjukkan apabila terjadi

kekurangan tenaga kerja dalam kegiatan produksi usahatani yang disebabkan

tenaga kerja dalam keluarga mengalokasikan curahan waktunya pada kegiatan off

farm atau non farm maka rumahtangga dapat menyewa tenaga kerja dari luar

keluarga untuk menggantikan tenaga kerja dalam keluarga tersebut dengan

memberikan upah. Kemudian model juga mengasumsikan bahwa rumahtangga

petani bersifat sebagai price taker untuk ketiga pasar, yaitu pasar barang pokok

(pm,), pasar barang yang dibeli di pasar (pa) dan pasar tenaga kerja (w ).

Penyelesaian dalam memaksimumkan fungsi utilitas rumahtangga petani

tersebut di atas dilakukan dengan mensubstitusikan kendala pada persamaan [31]

dan persamaan [32] ke dalam kendala persamaan [30] sehingga diperoleh

persamaan kendala sebagai berikut :

pm Xm = paQ(L,A) - pa Xa – w (L-T + Xl)

pm Xm = paQ(L,A) - pa Xa – wL + wT - w Xl

Page 64: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

43

pm Xm + pa Xa + w Xl = paQ(L,A) - wL + wT……………..………...[33]

Pada persamaan [33] tingkat keuntungan usahatani ditunjukkan oleh paQ(L,A) -

wL. Dengan demikian untuk memaksimumkan fungsi utilitas pada persamaan

[29] dengan kendala persamaan [33] maka fungsi Lagrangian sebagai berikut :

G = U(Xa, Xm , Xl ) + λ (pa Q(L,A) – wL+ wT - pm Xm - pa Xa - w Xl ).[34]

Selanjutnya First Order Conditions (FOC) dari fungsi Lagrangian tersebut di atas

menghasilkan sebagai berikut :

pa ∂ Q/∂ L = w………………………………………..........…….........[35]

∂ U/∂ Xa = λ pa……..….…………….....…………………. ……......[36]

∂ U/∂ Xm = λ pm……….………………………..……………............[37]

∂ U/∂ Xl = λ w………………………………………....……………[38]

pa Q(L,A) – wL+ wT - pm Xm - pa Xa - w Xl = 0……..…………..……[39]

Selanjutnya tingkat permintaan tenaga kerja (L*) sebagai fungsi dari harga output

(pa) dan harga input (w), parameter teknologi dari fungsi produksi dan areal lahan

yang tetap sebagai berikut:

L* = L* (pa , w, A)…………………………………………………..... [40]

Persamaan [40] disubstitusikan ke dalam RHS persamaan [33] untuk

mendapatkan nilai full income (Y*). Persamaan [33] menjadi :

pm Xm + pa Xa + w Xl = Y*…………………………………….....…[41]

yang merupakan kondisi standar dari teori permintaan konsumen.

Solusi persamaan [41] menghasilkan permintaan sebagai berikut :

Xa = Xi (pa, pm , w, Y*). ….………………………..……………. …..[42]

Xm = Xi (pa, pm , w, Y*)…………………….………..………………. [43]

Xl = Xi (pa, pm , w, Y*)………………………………………………..[44]

Page 65: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

44

Persamaan di atas menunjukkan bahwa permintaan tergantung pada harga (output

dan input) dan full income. Pada kasus rumahtangga pertanian, full income

ditentukan oleh aktivitas produksi rumahtangga baik pada usahatani (on farm), off

farm maupun non farm.

Apabila diasumsikan harga bahan pokok pertanian mengalami

peningkatan, maka efeknya pada konsumsi bahan pokok dapat dilihat pada

persamaan [45] sebagai berikut :

a

a

a

a

a

a

pY

YX

pX

pX

∂∂

∂∂

+∂∂

=∂∂ *

* ………………………………………...[45]

Model rumahtangga pertanian tersebut di atas dapat dimodifikasi dengan

mengakomodasi adanya input variabel lain yang digunakan dalam kegiatan

usahatani seperti penggunaan pupuk dan benih. Khususnya untuk input tenaga

kerja juga dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Selain itu model

rumahtangga pertanian juga dapat dimodifikasi dengan adanya keputusan

pinjaman, tabungan dan investasi. Selama pemerintah dan lembaga lain

menyediakan program kredit pedesaan dalam jumlah yang besar, pengembangan

tersebut akan membuat kemungkinan untuk menerapkan model rumahtangga

pertanian.

Selain itu juga model perilaku rumahtangga petani antar waktu seperti

yang dilakukan Mazzocco (2001) dan Iqbal (1986) dengan dua periode waktu

yaitu periode pertama rumahtangga meminjam dan investasi dalam memperbaiki

usahatani, dan periode kedua adalah pinjaman harus dibayar dengan tingkat bunga

dan rumahtangga memperoleh profit usahatani yang tinggi sebagai hasil dari

investasi periode pertama.

Page 66: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

45

3.1.5. Pendekatan Model Ekonomi Rumahtangga Petani pada Kondisi Risiko

Sebagian besar rumahtangga petani melakukan pengambilan keputusan

pada kegiatan produksi, konsumsi maupun tenaga kerja. Model rumahtangga

petani digunakan sebagai kerangka pemikiran teoritis untuk menganalisis integrasi

keputusan produksi, konsumsi dan tenaga kerja.

Singh et al. (1986) telah mengembangkan model dasar perilaku

rumahtangga petani. Model rumahtangga petani tersebut mengasumsikan

rumahtangga memaksimumkan fungsi utilitas dari satu komoditas pertanian yang

diproduksi dan dikonsumsi oleh rumahtangga dan satu komoditas non pertanian

yang dapat dibeli, serta waktu santai (leisure).

Namun demikian model dasar perilaku rumahtangga petani dapat

dilakukan pengembangan dengan memasukkan unsur risiko dalam model perilaku

ekonomi rumahtangga petani. Penelitian ini memasukkan unsur risiko produksi

dan risiko harga produk dalam model perilaku ekonomi rumahtangga petani

dengan mengikuti struktur yang dilakukan Beach et al. (2005), yang

mengasumsikan petani memaksimumkan present value dari ekspektasi utilitas

dengan kendala waktu, fungsi produksi dan anggaran. Rumahtangga petani

mempunyai fungsi tujuan sebagai berikut :

Max ∫ −T

rt dttEUe0

)( ……………………………………………………..[46]

dimana r adalah discount rate dan interval [0,T] sebagai planning horizon.

Jika harga dan produksi bersifat stochastic, maka utilitas rumahtangga

petani tergantung pada ekspektasi dan variance tingkat konsumsi (C),

Page 67: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

46

ketersediaan waktu untuk leisure (Tl) dan karakteristik rumahtangga (Zh) yang

dapat dituliskan sebagai berikut :

EU = U(E(C ), Var (C ), Tl ; Zh)………………………………………..[47]

Diasumsikan )(CE

U∂∂ > 0 dan 0

)(≤

∂∂

CVarU . Rumahtangga menggunakan

sumberdaya tenaga kerja keluarga dan lahan untuk memproduksi kombinasi

output dalam setiap periode dengan kendala sebagai berikut :

1. Kendala waktu T = Tf + To + Tl , To ≥ 0 ………………………..……...[48]

2. Fungsi produksi Q = Q(N, Tf , Hf ,X, ε) ……………………..…………….[49]

3. Kendala anggaran pq Q + wo To + V = wx X+ wh Hf + wn N+ pc C……..…[50]

dimana :

T = total waktu yang tersedia bagi rumahtangga

Tf = waktu rumahtangga yang dialokasikan untuk kerja usahatani

To = waktu rumahtangga untuk kerja di luar usahatani

Tl = waktu rumahtangga yang dialokasikan untuk leisure

Q = vektor output usahatani

N = luas lahan

Hf = tenaga kerja sewa untuk usahatani

X = vektor input produksi usahatani selain tenaga kerja dan lahan

ε = risiko produksi

pq = vektor harga output usahatani

pc = vektor harga barang konsumsi

wo = upah tenaga kerja di luar usahatani

wx = vektor harga input usahatani selain tenaga kerja

wh = upah tenaga kerja pertanian yang disewa

Page 68: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

47

wn = harga lahan

V = pendapatan bukan dari kerja

C = vektor barang konsumsi

Sumber ketidakpastian diasumsikan dari produksi dan harga. Harga saat

panen tidak diketahui ketika keputusan alokasi luas lahan dibuat. Risiko produksi

muncul seperti cuaca, gangguan hama dan penyakit tanaman. Jika diasumsikan

tidak ada poduk bersama (joint production), fungsi produksi sebagai berikut :

Qi = Qi (Ni , Tfi , Hfi , Xi , εi) ................................…................................[51]

Dalam penelitian ini komoditas sayuran yang dianalisis dikhususkan pada

dua komoditas yaitu kentang dan kubis. Kentang dan kubis merupakan dua

komoditas dominan yang diusahakan oleh rumahtangga petani sayuran di

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kedua komoditas

sayuran tersebut merupakan komoditas yang menjadi unggulan di Kecamatan

Pangalengan.

Selanjutnya jika diasumsikan ketidakpastian produksi merupakan

perkalian, maka fungsi produksi menjadi sebagai berikut :

Qi = εi Qi (Ni , Tfi , Hfi , Xi,) ………………………................................[52]

didefinisikan ekspektasi E(εi) = μ ; variance var (εi) = 2iσ

Rumahtangga petani menghadapi permulaan musim dengan mengambil

keputusan menyangkut total lahan untuk penanaman dan pembagian luas lahan

untuk dialokasikan pada setiap komoditas. Dengan demikian kendala lahan

sebagai berikut :

AAN ti

i Δ+≤ −∑ 1 …………………………………................................[53]

Page 69: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

48

Total lahan produksi pada periode t lebih kecil dari atau sama dengan luas

penanaman pada musim sebelumnya ditambah perubahan dalam luas antar

musim.

Selanjutnya sehubungan dengan fungsi produksi yang ditunjukkan

persamaan [52], fungsi profit periode saat ini untuk aktivitas usahatani (on farm)

dapat dituliskan sebagai berikut :

π = ∑i

(pqi εi Qi (•) - wf Tfi - wh Hfi -wx Xi -wn N ……...........................[54]

dimana wf menunjukkan nilai dari waktu yang digunakan untuk bekerja pada

usahatani (on farm).

Dengan asumsi risiko harga dan produksi adalah bebas dan ekspektasi

harga didefinisikan sebagai E(Pi) = θi dan variance harga sebagai var(Pi) = 2iϕ ,

maka espektasi profit dapat dituliskan sebagai berikut :

E(π) = ∑i

[ θi μi Qi (•) - wf Tfi - wh Hfi - wxXi - wn N] ……...................[55]

dan variance profit yang diharapkan dapat dituliskan sebagai berikut :

Var (π) = ))(( 2222222iiiiii

iiQ σθμϕσϕ ++•∑ …………………………….[56]

Lebih lanjut variabel dalam kurung sebelah kanan diganti dengan PVARi

Pada kasus separability, keputusan produksi mempengaruhi keputusan

konsumsi melalui profit usahatani, tetapi keputusan konsumsi tidak

mempengaruhi keputusan produksi. Produksi bebas dari preferensi rumahtangga

tentang konsumsi dan juga bebas dari pendapatan rumahtangga. Perilaku

rumahtangga memaksimumkan pendapatan dengan kendala fungsi produksi dan

memaksimumkan utilitas dengan kendala full income. Oleh karena nilai waktu

maupun pendapatan bukan kerja (V) adalah choice variable, maksimisasi full

Page 70: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

49

income sama dengan maksimisasi nilai output dikurangi variabel input (profit).

Selanjutnya pada keberadaan risiko, keputusan konsumsi dan produksi mungkin

tidak terpisah dimana mereka adalah rumahtangga petani risk averse.

Selanjutnya fungsi Lagrangian dapat dituliskan sebagai berikut :

L ≡ U(E(C ), Var (C ), Tl ; Zh) +λ [θi μi Q (N, Tf , Hf ,X ) - wx X- wn N - wh

Hf + wo To + V - pc C] + τ[T - Tf - To - Tl ] + μTo......................[57]

Penerapan kondisi Kuhn Tucker :

0)()(

=−∂∂

+∂∂

=∂∂

cpCVar

UCE

UCL λ , asumsi C > 0…….......................[58]

0=−∂∂

=∂∂ τ

ll TU

TL asumsi Tl > 0 …........……........[59]

0(2)(

][)(

=⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

∂∂

+−∂∂

∂∂

+∂∂

∂∂

=∂∂

fiq

fi

iii

fi

iii

fi TQp

TQ

QPVARCVar

UTQ

CEU

TL λτμθ

asumsi Tf > 0 ..........................................................................................[60]

000

≤++−=∂∂ μλτ wTL , T0 ≥ 0……....……...................................[61]

0(2)(

][)(

=⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

∂∂

+∂∂

∂∂

+∂∂

∂∂

=∂∂

ni

qii

iii

i

iii

i

wNQp

NQ

QPVARCVar

UNQ

CEU

NL λμθ

asumsi N > 0 ...........................................................................................[62]

0(2)(

][)(

=⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

∂∂

+∂∂

∂∂

+∂∂

∂∂

=∂∂

xi

qii

iii

i

iii

i

wXQp

XQ

QPVARCVar

UXQ

CEU

XL λμθ

asumsi X > 0 …….....………………………………………............….[63]

0(2)(

][)(

=⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−

∂∂

+∂∂

∂∂

+∂∂

∂∂

=∂∂

hfi

qifi

iii

fi

iii

fi

wHQp

HQ

QPVARCVar

UHQ

CEU

HL λμθ

asumsi Hf > 0 .....…………………………………………................….[64]

0,0,00 =∂∂

≥≥=∂∂ μ

μμ

μLTL , ………………………….................[65]

Page 71: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

50

Dengan kerja di luar usahatani (off farm) positif (T0 > 0), maka ekspektasi

error term (μ) harus sama dengan 0 agar supaya memenuhi persamaan [61].

Rumahtangga dengan kerja di off farm akan mengalokasikan jam untuk kerja di

off farm sampai ekspektasi marginal utility dari alokasi waktu tambahan terhadap

kerja di off farm sama dengan 0. First order conditions (FOC) pada kondisi ada

risiko mengimplikasikan bahwa pada saat optimum, marginal product dari tenaga

kerja rumahtangga pada usahatani lebih rendah dari upah off farm. Hal ini

berbeda dari kasus tanpa ketidakpastian, dimana waktu dialokasikan untuk

usahatani sampai marginal return dari tenaga kerja usahatani sama dengan upah

pada off farm, dan akan menghasilkan ketergantungan yang besar pada tenaga

kerja off farm. Oleh karena risiko pendapatan dari kerja off farm lebih rendah

daripada kerja usahatani, rumahtangga risk averse akan mengalokasikan lebih

banyak tenaga kerja untuk bekerja pada off farm untuk mengurangi risiko,

sekalipun ekspektasi konsumsi rendah.

Selanjutnya apabila kerja off farm sama dengan nol (T0 = 0), maka kondisi

optimal mempunyai struktur yang berbeda sebab μ tidak dapat diasumsikan sama

dengan nol. Pada kondisi optimal, rumahtangga akan mengalokasikan jam kerja

pada kegiatan on farm sampai ekspektasi marginal utility tenaga kerja on farm

sama dengan shadow price leisure. Pada kasus tidak ada pekerja pada kegiatan off

farm, tingkat upah on farm tidak melebihi shadow price dari waktu yang

digunakan usahatani.

Selanjutnya keputusan partisipasi angkatan kerja sangat tergantung pada

besaran relatif dari upah tenaga kerja pada kegiatan off farm (w0) dan upah pada

kegiatan usahatani (wh). Ketika tingkat upah off farm ditingkatkan, maka

Page 72: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

51

partisipasi tenaga kerja off farm meningkat. Peningkatan pada pendapatan bukan

kerja yang diekspektasi untuk meningkatkan marginal value waktu leisure,

peningkatan harga output secara umum meningkatkan nilai waktu yang digunakan

dalam kerja usahatani dan peningkatan harga input menurunkan shadow price dari

tenaga kerja usahatani.

Luas lahan yang dialokasikan untuk setiap tanaman meningkatkan fungsi

ekspektasi harga sendiri dan produksi. Pengaruh cross price dan cross yield secara

khusus bertanda negatif karena luas area satu tanaman secara umum bersubstitusi

dengan luas area tanaman lain, meskipun mungkin menjadi komplementer pada

pola rotasi. Lagi pula lahan yang tidak dikerjakan, apabila sekarang untuk

usahatani, dapat digunakan untuk meningkatkan luas tanaman. Pada kondisi risk

neutrality, goncangan harga dan hasil didominasi oleh perubahan dalam total luas

lahan yang ditanami dan alokasi luas lahan diantara tanaman setiap waktu. Untuk

goncangan harga atau hasil yang positif, petani risk neutral akan memperluas area

tanaman lebih banyak daripada petani risk averse karena peningkatan dalam

produksi tanaman tertentu meningkatkan variance dalam pendapatan tanaman

tersebut. Sebagai tambahan, peningkatan variasi hasil atau harga diekspektasi

untuk meningkatkan jumlah waktu yang teralokasi untuk kerja pada kegitan off

farm.

Sistem persamaan di atas, pada kondisi optimal dapat diturunkan fungsi

permintaan input dan penawaran output sebagai berikut :

Ni = Ni (θi, 2iϕ , μi,, 2

iσ , wh , px , wo , At-1 , Zh) …………………………[66]

T fi = T fi (θi, 2iϕ , μi,, 2

iσ , wh , px , wo , At-1 , Zh) ………………………[67]

To = To (θi, 2iϕ , μi,, 2

iσ , wh , px , wo , At-1 , Zh) ………………………...[68]

Page 73: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

52

Hf = Hf (θi, 2iϕ , μi,, 2

iσ , wh , px , wo , At-1 , Zh) ……………………….[69]

X = X (θi, 2iϕ , μi,, 2

iσ , wh , px , wo , At-1 , Zh) ………………………..[70]

Fungsi permintaan input baik untuk luas areal lahan (Ni), tenaga kerja untuk

usahatani (T fi), tenaga kerja di luar usahatani (To), tenaga kerja yang disewa pada

usahatani (Hf) dan input variabel lain seperti pupuk, pestisida dan insektisida (X)

dan penawaran output dipengaruhi oleh ekspektasi harga (θi), variance harga

( 2iϕ ), ekspektasi variabel random (risiko produksi, μi,), variance variabel random

( 2iσ ), upah tenaga kerja yang disewa (wh), harga input variabel seperti pupuk,

pestisida dan insektisida (px), upah tenaga kerja di luar usahatani (wo), luas areal

penanaman periode sebelumnya (At-1) dan karakteristik khusus rumahtangga (Zh).

Demikian halnya untuk fungsi permintaan terhadap ekspektasi barang konsumsi

(C) dipengaruhi oleh variabel tersebut diatas, pendapatan bukan kerja (V) dan

harga barang konsumsi (pc).

Model ekonomi rumahtangga yang telah dijelaskan di atas, secara empirik

masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini didasarkan pada kenyataan

bahwa diantara pokok permasalahan (issue) terjadi hubungan yang saling

mempengaruhi dan saling terkait antara keputusan produksi dan konsumsi dan

bersifat simultan. Hal tersebut seperti yang dilakukan Pradhan dan Quilkey (1985)

dalam menganalisis model rumahtangga petani padi di Orissa India. Teori

dikembangkan dengan pendekatan sistem yang mana keputusan produksi

didasarkan pada hubungan input output yang tidak terlepas dari keterkaitan

dengan keputusan konsumsi rumahtangga petani, khususnya di negara-negara

berkembang. Pendekatan sistem digunakan untuk mengestimasi satu set

Page 74: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

53

persamaan yang terkait yaitu keputusan produksi, konsumsi dan penggunaan input

pada rumahtangga petani.

Dengan menggunakan pendekatan ekonometrik dimungkinkan untuk

melakukan proxy terhadap variabel sehingga model yang dikembangkan tidak

hanya tepat dalam teori tetapi juga empiris. Dengan demikian model ekonomi

rumahtangga petani sayuran dalam penelitian ini dibangun dengan pendektan

sistem yang mempertimbangkan teori dan karakteristik rumahtangga petani

sayuran dengan melihat keterkaitan antar variabel-variabel yang menentukan

perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran. Lebih lanjut model yang dibangun

dalam penelitian ini akan dijelaskan pada bagian perumusan model.

3.1.6. Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk

Model ekonomi rumahtangga petani yang dibangun dalam penelitian ini

memasukkan unsur risiko yaitu risiko produksi dan risiko harga produk. Risiko

menunjukkan kemungkinan kehilangan (loss) yang mempengaruhi kesejahteraan

individu (Harwood et al., 1999). Rumahtangga petani khususnya menghadapi

harga input yang sudah dapat diketahui tetapi belum secara pasti mengetahui

harga produk dan beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah produksi. Hal

tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga petani menghadapi risiko produksi dan

risiko harga produk (Patrick et al., 1985; Moschini dan Hennessy, 1999). Dalam

menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan

berdasarkan pada konsep expected utility (Robison dan Barry, 1987). Dalam

kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan probability.

Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif (relative frequencies) dan

digunakan dalam pengambilan keputusan.

Page 75: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

54

Beberapa ukuran risiko didasarkan pada nilai variance, standard deviation

dan coefficient of variation (Anderson et al., 1977; Calkin dan DiPietre, 1983;

Elton dan Gruber, 1995). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai

variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti misalnya standard

deviation merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient of variation

merupakan rasio standard deviation dengan nilai ekspektasi. Pada umumnya

rumahtangga mengusahakan lebih dari satu kegiatan usahatani. Oleh karena itu

coefficient of variation sangat efektif mengukur perbandingan variasi produksi

atau harga atau pendapatan dari dua atau lebih kegiatan.

Risiko pada umumnya berhubungan dengan adanya suatu perubahan

dalam setiap periode, sehingga risiko produksi dan risiko harga produk

menggambarkan adanya fluktuasi pada produksi dan harga produk yang dialami

rumahtangga petani. Adanya fluktuasi tersebut dapat dianalisis dengan

menggunakan variance produksi periode tertentu. Salah satu model yang dapat

mengakomodasi kondisi tersebut yaitu model Generalized Autoregressive

Conditional Heteroscedasticity (GARCH ) (Verbeek, 2000; De Wet, 2005;

Moschini dan Hennessy, 1999). Model GARCH secara khusus didesain untuk

model variance yang mana variance sebagai variabel dependent merupakan

fungsi dari variabel dependent periode sebelumnya atau variabel independent atau

eksogenous. Secara umum model GARCH dapat dituliskan sebagai berikut :

2

1

2

1

2jtj

q

jjtj

p

jt −

=−

=∑∑ ++= σβεαϖσ ……………………………………....[71]

Dalam prakteknya spesifikasi GARCH yang standar yaitu GARCH (1,1) sering

dilakukan dan dapat dituliskan sebagai berikut :

Page 76: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

55

21

21

2−− ++= ttt βσαεϖσ ……………………………………………..…[72]

dimana :

2tσ = variance error pada periode t ( 2

tσ non negative)

21−tε = error kuadrat periode sebelumnya

21−tσ = variance error pada periode sebelumnya

ω,α, β = parameter estimasi (ω,α dan β juga non negative)

Persamaan [72] menunjukkan variance error pada periode t ( 2tσ ) ditentukan

error kudarat periode sebelumnya ( 21−tε ) dan variance error pada periode

sebelumnya ( 21−tσ ). Variance error menunjukkan variance dari produksi.

Terkait dengan analisis risiko model Just dan Pope (1979), fungsi produksi

terdiri dari mean production dan variance production function. Kedua fungsi

produksi dipengaruhi lahan, benih, pupuk, tenaga kerja dan pestisida.

Penelitan ini menggunakan model Just dan Pope (1979) dan model

GARCH yang standar yaitu GARCH (1,1) (Verbeek, 2000) sehingga persamaan

[72] dapat dituliskan sebagai berikut :

yit = θXit + ε ............................................................................................[73]

21

21

2−− ++= tititi βσαεϖσ + γ Xit.............................................................[74]

dimana :

yit = produksi rumahtangga petani ke i pada musim t

Xit = penggunaan input pada produksi ke i periode tertentu

θ, γ = parameter

Penelitian ini menggunakan data cross section rumahtangga petani sayuran

dengan periode waktu tiga musim tanam atau data panel. Model GARCH

Page 77: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

56

digunakan karena adanya variasi baik diantara musim tanam maupun

rumahtangga petani. Diantara rumahtangga petani, variasi ditunjukkan oleh

perbedaan penggunaan generasi kentang diantara rumahtangga petani. Adapun

risiko produksi yang dibahas dalam penelitian ini khusus komoditas kentang dan

kubis sebagai komoditas dominan yang diusahakan rumahtangga petani sayuran

di Kecamatan Pangalengan. Oleh karena rumahtangga petani sayuran pada

umumnya mengusahakan kegiatan usahatani lebih dari satu komoditas

(diversifikasi) maka risiko portofolio (portfolio risk) dari kegiatan diversifikasi

dihitung setelah diketahui risiko masing-masing kegiatan atau investasi (Anderson

et al., 1977; Elton and Gruber, 1995).

Selain risiko produksi, rumahtangga petani sayuran menghadapi risiko harga

produk. Analisis risiko harga produk tidak dilakukan seperti analisis risiko

produksi. Hal ini dikarenakan data yang tidak memadai sehingga tidak

dimungkinkan dilakukan analisis seperti risiko produksi. Data yang tidak

memadai disini mencakup variabel-variabel yang mempengaruhi harga produk,

sementara rumahtangga petani sebagai price taker. Dengan demikian analisis

risiko harga produk dianalisis dengan menggunakan perhitungan variance secara

manual yang merupakan penjumlahan selisih kuadrat harga produk dengan

ekspektasi harga dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian.

3.2. Kerangka Pemikiran Konsepsional

Rumahtangga petani sayuran dalam mengelola usahatani sering

menghadapi masalah risiko, khususnya risiko produksi dan risiko harga produk.

Dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk akan mempengaruhi

perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran. Perilaku ekonomi rumahtangga

Page 78: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

57

petani sayuran berkaitan dengan perilaku rumahtangga dalam pengambilan

keputusan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja. Kerangka pemikiran

konsepsional tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan pada kerangka pemikiran teori, beberapa faktor yang diduga

mempengaruhi risiko produksi sayuran diantaranya adalah penggunaan input

seperti lahan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Selain penggunaan

input, risiko produksi musim tertentu juga dipengaruhi oleh risiko produksi

musim sebelumnya. Risiko produksi musim sebelumnya mempunyai pengaruh

positif terhadap risiko produksi musim tertentu. Sedangkan pengaruh penggunaan

input terhadap risiko produksi dapat bersifat sebagai risk reducing factors maupun

risk inducing factors. Penggunaan input yang diduga sebagai risk reducing factors

diantaranya adalah obat-obatan dan tenaga kerja. Obat-obatan dan tenaga kerja

pada waktu yang tepat diduga mampu mempertahankan kestabilan produksi

sehingga akan mengurangi variasi atau kesenjangan produksi. Sedangkan

penggunaan input lainnya seperti pupuk, benih dan lahan diduga sebagai risk

inducing factors, yaitu faktor yang menyebabkan adanya variasi atau kesenjangan

produksi.

Selanjutnya risiko produksi dan risiko harga produk dapat mempengaruhi

penggunaan input produksi. Dengan adanya risiko produksi dan risiko harga

produk maka penggunaan input diduga akan mengalami penurunan. Selain risiko

produksi dan risiko harga produk, penggunaan input diduga dipengaruhi juga oleh

harga masing-masing input dan ekspektasi harga output. Harga input akan

memberikan pengaruh negatif terhadap penggunaan input. Sedangkan ekspektasi

harga output akan memberikan pengaruh positif terhadap penggunaan input.

Page 79: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

58

Gambar 6. Kerangka Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran

pada Kondisi Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk

Pendapatan On Farm

Kegiatan Off Farm

Kegiatan Non Farm

Pendapatan rumahtangga

Konsumsi Pangan

Konsumsi Non Pangan

-Pendidikan -Kesehatan

Kegiatan On Farm ( Produksi)

Penggunaan Input: lahan, benih, pupuk,

pestisida, tenaga kerja

-Investasi -Tabungan

Pendapatan Off Farm

Pendapatan Non Farm

Pengeluaran rumahtangga

Risiko Produksi dan Harga

Perilaku Rumahtangga Petani

Keputusan Produksi

Keputusan Konsumsi

Keputusan Tenaga kerja

Page 80: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

59

Dalam pengembangan model, diantara penggunaan input juga dapat saling

mempengaruhi satu sama lain.

Pengambilan keputusan produksi mencakup keputusan dalam

mengalokasikan penggunaan input dan produksi yang dihasilkan. Pada kegiatan

produksi usahatani (on farm), risiko produksi dan risiko harga produk akan

mempengaruhi produksi usahatani yang dihasilkan rumahtangga petani. Dengan

adanya risiko produksi dan risiko harga produk maka produktivitas sayuran yang

dihasilkan diduga akan mengalami penurunan. Namun demikian produktivitas

selain dipengaruhi oleh risiko produksi dan risiko harga produk, juga dipengaruhi

oleh harga input dan ekspektasi harga produk. Harga input akan memberikan

pengaruh negatif terhadap produktivitas, sedangkan ekspektasi harga output akan

memberikan pengaruh positif. Dalam pengembangan model, produktivitas juga

dipengaruhi oleh penggunaan input usahatani, yang mana penggunaan input akan

memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas.

Selanjutnya pada pengambilan keputusan alokasi tenaga kerja mencakup

keputusan untuk mengalokasikan tenaga kerja rumahtangga petani sayuran pada

berbagai kegiatan. Terdapat tiga kegiatan yang dilakukan tenaga kerja

rumahtangga petani sayuran yaitu kegiatan on farm, off farm dan non farm.

Kegiatan on farm merupakan kegiatan yang dilakukan oleh rumahtangga dalam

mengelola usahatani. Sedangkan kegiatan off farm merupakan kegiatan yang

dilakukan rumahtangga petani di luar usahataninya sendiri atau yang dilakukan

pada usahatani petani lain, seperti berburuh tani. Dan kegiatan non farm

merupakan kegiatan yang dilakukan rumahtangga petani di luar pertanian seperti

tukang ojek, buruh bangunan maupun berdagang.

Page 81: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

60

Adanya alokasi tenaga kerja rumahtangga pada ketiga kegiatan tersebut

dapat menimbulkan adanya keterkaitan antar rumahtangga khususnya untuk

kegiatan on farm. Keterkaitan antar rumahtangga terjadi bila rumahtangga petani

menghadapi kekurangan tenaga kerja pada kegiatan on farm. Kekurangan tenaga

kerja tersebut dapat disebabkan curahan tenaga kerja rumahtangga tidak

mencukupi kebutuhan pada kegiatan on farm, karena tercurahkan untuk kegiatan

lainnya, sehingga rumahtangga petani harus menyewa tenaga kerja luar keluarga.

Hal tersebut menunjukkan pada kegiatan on farm dapat terjadi substitusi antara

tenaga kerja rumahtangga petani dengan tenaga kerja luar keluarga. Artinya bila

terjadi peningkatan penggunaan tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan on

farm maka penggunaan tenaga kerja luar keluarga akan mengalami penurunan,

demikian pula sebaliknya. Selain berdasarkan sumbernya, tenaga kerja

rmahtangga petani dibedakan berdasarkan gender yaitu tenaga kerja pria dan

tenaga kerja wanita.

Risiko produksi maupun risiko harga produk akan mempengaruhi alokasi

tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan on farm, off farm dan non farm.

Adanya risiko produksi dan risiko harga produk diduga akan menurunkan

penggunaan tenaga kerja pada kegiatan on farm. Sebaliknya dengan adanya risiko

produksi dan risiko harga produk, penggunaan tenaga kerja pada kegiatan off farm

dan non farm diduga akan mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan

dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk diduga akan menggeser

curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani dari kegiatan on farm menjadi

kegiatan off farm dan non farm.

Page 82: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

61

Dalam pengembangan model, curahan waktu tenaga kerja rumahtangga

petani diantara ketiga kegiatan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh risiko

produksi dan risiko harga produk tetapi faktor lain seperti upah, ekspektasi harga

output, karakteristik rumahtangga (jumlah angkatan kerja) dan curahan waktu

pada kegiatan lainnya. Upah pada masing-masing kegiatan diduga akan

berpengaruh positif terhadap curahan waktu tenaga kerja rumahtangga pada

masing-masing kegiatan. Sedangkan ekspektasi harga output diduga akan

meningkatkan curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani pada kegiatan on

farm tetapi akan menurunkan curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani

pada kegiatan off farm dan non farm. Selanjutnya curahan waktu tenaga kerja

rumahtangga petani diantara ketiga kegiatan dapat saling mempengaruhi satu

sama lain, artinya curahan waktu tenaga kerja rumahtangga petani untuk kegiatan

on farm akan mempengaruhi curahan waktunya pada kegiatan off farm dan non

farm, demikian pula sebaliknya curahan waktu pada kegiatan off farm dan non

farm akan mempengaruhi kegiatan on farm.

Selain mempengaruhi keputusan produksi dan alokasi tenaga kerja, risiko

produksi dan risiko harga produk juga mempengaruhi perilaku rumahtangga

petani dalam mengambil keputusan konsumsi. Pengambilan keputusan konsumsi

rumahtangga petani menyangkut keputusan konsumsi untuk kebutuhan pangan,

non pangan, pendidikan, kesehatan, tabungan dan investasi usahatani. Semua

konsumsi yang dilakukan rumahtangga petani tersebut merupakan pengeluaran

rumahtangga petani. Adanya risiko produksi dan risiko harga produk diduga dapat

menyebabkan pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi pangan, non pangan,

pendidikan, kesehatan, tabungan dan investasi akan mengalami penurunan. Hal

Page 83: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

62

ini terjadi karena pengeluaran rumahtangga sangat tergantung dengan pendapatan

yang diperoleh rumahtangga petani. Hubungan antara pengeluaran dengan

pendapatan rumahtangga menunjukkan adanya keterkaitan antara pengambilan

keputusan produksi dan konsumsi melalui tingkat pendapatan. Artinya pendapatan

yang diperoleh rumahtangga petani akan digunakan untuk membiayai pengeluaran

rumahtangga. Jika adanya risiko produksi dan risiko harga produk menyebabkan

pendapatan menurun maka akan berpengaruh terhadap penurunan pengeluaran

rumahtangga petani.

Pengeluaran untuk masing-masing konsumsi rumahtangga juga

dipengaruhi oleh karakteritik rumahtangga (jumlah anggota rumahtangga, jumlah

anak sekolah dan pendidikan anggota keluarga), pendapatan rumahtangga dan

pengeluaran konsumsi lainnya. Diantara pengeluaran rumahtangga tersebut dapat

saling mempengaruhi satu sama lain dan mempunyai pengaruh negatif.

Terkait dengan pendapatan rumahtangga petani terdiri dari pendapatan on

farm, off farm dan non farm. Output pada kegiatan on farm pada umumnya dijual

ke pasar sehingga diperoleh pendapatan usahatani (on farm). Sementara itu

kegiatan lain yang dilakukan rumahtangga petani, yaitu kegiatan off farm dan non

farm, akan memberikan pendapatan off farm dan non farm. Ketiga kegiatan

tersebut akan memberikan kontribusi pada total pendapatan rumahtangga petani.

Total pendapatan rumahtangga petani akan digunakan untuk membiayai

pengeluaran rumahtangga dan membiayai kegiatan usahatani.

Page 84: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

63

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini menguraikan mengenai beberapa tahapan yang

dilakukan dalam pelaksanaan penelitian. Beberapa tahapan tersebut meliputi

penentuan lokasi penelitian, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan

data dan perumusan model.

4.1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan

bahwa Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Indonesia.

Komoditas sayuran menjadi perhatian dalam penelitian disamping sangat

potensial untuk dikembangkan, juga mempunyai risiko produksi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tanaman padi. Pada tahun 2004 -2005, Jawa Barat

mempunyai rata-rata kontribusi luas tanam atau luas panen sayuran secara

nasional sekitar 20.1 persen. Sedangkan kontribusi produksi sayuran Jawa Barat

mencapai sekitar 33.8 persen (Badan Pusat Statistik, 2005-2006 ; Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Jawa Barat, 2005-2006).

Selanjutnya dari Provinsi Jawa Barat dipilih Kabupaten Bandung sebagai

salah satu kabupaten yang menjadi sentra produksi sayuran di Provinsi Jawa

Barat. Pada tahun 2003-2005, Kabupaten Bandung mempunyai kontribusi luas

tanam sayuran, luas panen sayuran dan produksi sayuran rata-rata tertinggi

terhadap provinsi Jawa Barat masing-masing sebesar 29.3 persen, 29.1 persen dan

33.9 persen (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2004-2006).

Langkah berikutnya dalam menentukan lokasi penelitian dengan

melakukan pemilihan secara sengaja (purposive) terhadap satu kecamatan yang

Page 85: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

64

terdapat di Kabupaten Bandung dan kecamatan yang terpilih adalah Kecamatan

Pangalengan. Pemilihan tersebut masih didasarkan pada pertimbangan bahwa

Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu sentra produksi sayuran di

Kabupaten Bandung dengan kontribusi tertinggi terhadap luas tanam sayuran,

luas panen sayuran dan produksi sayuran masing-masing sebesar 49.7 persen,

49.1 persen dan 55.5 persen (Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, 2004-2006).

Adapun komoditas unggulan di wilayah Kecamatan Pangalengan yaitu

kentang dan kubis. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi luas tanam kentang dan

kubis terhadap total luas tanam sayuran di wilayah Kecamatan Pangalengan.

Kentang memberikan kontribusi luas tanam tertinggi sebesar 38.3 persen terhadap

total luas sayuran, diikuti komoditas kubis dengan memberikan kontribusi sebesar

22.3 persen. Sedangkan kontribusi luas tanam tomat, wortel dan cabe masing-

masing sebesar 8.3 persen, 8.9 persen dan 2.3 persen (Dinas Pertanian Kabupaten

Bandung, 2006).

Setelah dilakukan pemilihan lokasi penelitian pada tingkat provinsi,

kabupaten dan kecamatan, selanjutnya dilakukan penentuan lokasi penelitian pada

tingkat desa. Kecamatan Pangalengan, yang merupakan kecamatan terpilih

sebagai lokasi penelitian, terdiri dari 13 desa. Dari 13 desa yang terdapat di

Kecamatan Pangalengan, dipilih empat desa secara acak (random sampling

method) untuk masing-masing wilayah bagian barat, utara, timur dan tengah yaitu

Desa Warnasari, Pulosari, Margamulya dan Pangalengan. Hal ini dilakukan

supaya tidak terjadi pengelompokkan pada wilayah tertentu sehingga

memungkinkan lokasi penelitian tersebar. Namun demikian ke empat wilayah

tersebut tidak dimaksudkan untuk dilakukan perbandingan.

Page 86: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

65

4.2 Metode Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah rumahtangga petani sayuran sebagai

unit analisis. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu secara acak

(random sampling method), sehingga setiap rumahtangga petani sayuran yang

terdapat di empat desa terpilih mempunyai peluang yang sama untuk dipilih

sebagai sampel. Kerangka sampling diperoleh dengan mengetahui data jumlah

rumahtangga petani sayuran pada masing-masing desa terpilih, yaitu Desa

Warnasari sebanyak 1375 rumahtangga, Pulosari sebanyak 1597 rumahtangga,

Margamulya sebanyak 2477 rumahtangga dan Pangalengan sebanyak 2861

rumahtangga (Koordinator Penyuluh Pertanian, 2006).

Dari data tentang jumlah rumahtangga petani sayuran pada masing-masing

desa terpilih, selanjutnya dipilih rumahtangga petani sayuran sampel secara acak

(random sampling method) untuk masing-masing desa terpilih. Dengan

keterbatasan yang ada dari peneliti, maka rumahtangga petani yang menjadi

sampel diambil sebanyak dua (2) persen dari populasi rumahtangga petani sayuran

pada masing-masing desa. Dari hasil sampling masing-masing desa terpilih,

diperoleh 30 rumahtangga petani di Warnasari, 45 rumahtangga petani di

Margamulya, 31 rumahtangga petani di Pulosari dan 44 rumahtangga petani di

Pangalengan. Jumlah total sampel sebanyak 150 rumahtangga petani sayuran.

Namun demikian setelah dilakukan editing terhadap data yang diperoleh ternyata

hanya 143 rumahtangga petani sampel yang dianalisis datanya dan sebanyak 7

sampel rumahtangga petani sayuran dikeluarkan dari hasil analisis karena adanya

ketidaklengkapan data. Dari 143 rumahtangga petani sampel terdistribusi pada

masing-masing desa menjadi sebagai berikut 25 rumahtangga petani di Warnasari,

Page 87: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

66

45 rumahtangga petani di Margamulya, 29 rumahtangga petani di Pulosari dan 44

rumahtangga petani di Pangalengan.

Setelah data rumahtangga petani terkumpul, baru dilakukan stratifikasi

terhadap rumahtangga petani sayuran sampel yang didasarkan pada luas lahan

yang dikuasai, yaitu lahan sempit (kurang dari atau sama dengan 0.5 hektar),

lahan sedang (0.51-1.0 hektar) dan lahan luas (diatas 1.0 hektar). Stratifikasi

rumahtangga petani tidak dilakukan pada saat penentuan sampling dikarenakan

adanya kesulitan kerangka sampling dalam hal ini untuk memperoleh data total

penguasaan lahan usahatani baik lahan milik sendiri maupun lahan bukan milik

sendiri. Dari total sampel, terdapat 62 rumahtangga petani sayuran lahan sempit,

34 rumahtangga petani sayuran lahan sedang dan 47 rumahtangga petani sayuran

lahan luas. Pembahasan untuk masing-masing strata dilakukan pada validasi dan

simulasi model.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang

bersumber dari rumahtangga petani sayuran sebagai sampel. Pengumpulan data

dilakukan dengan mewawancara terhadap rumahtangga petani sayuran sampel

berdasarkan kuesioner yang sudah dirancang khusus untuk penelitian ini. Dalam

pengumpulan data primer tersebut dilakukan langsung oleh peneliti dibantu

dengan empat orang enumerator yang terdiri dari tiga orang lulusan sarjana (S1)

dan satu orang lulusan pascasarjana (S2). Sebelum turun ke lapang, terlebih

dahulu enumerator dilatih selama dua hari mengenai pertanyaan - pertanyaan

dalam kuesioner sehingga dapat menguasai materi dan mempunyai pemahaman

yang sama.

Page 88: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

67

Adapun data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik rumahtangga

petani sayuran (umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, dll), penguasaan

lahan usahatani, pola tanam, input dan output usahatani untuk tiga musim tanam,

aktivitas kerja dan pendapatan, pengeluaran rumahtangga dan risiko produksi dan

harga produk. Khusus data input dan output usahatani diambil data komoditas

yang dominan diusahakan rumahtangga petani sayuran yaitu kentang dan kubis

selama tiga musim tanam pada tahun 2005/2006 yaitu musim kemarau I (MKI)

tahun 2005, musim kemarau II (MKII) tahun 2005 dan musim hujan (MH) tahun

2005/2006. Adapun data tentang risiko menyangkut data peluang rumahtangga

petani sayuran memperoleh produksi dan harga produk yang tertinggi, terendah

dan normal serta data besarnya produksi dan harga yang tertinggi, terendah dan

normal yang pernah dialami rumahtangga petani sayuran selama mengusahakan

usahatani sayuran kentang dan kubis. Data peluang didekati dengan menanyakan

frekuensi rumahtangga petani memperoleh produksi dan harga tertinggi, terendah

dan normal selama mengusahakan usahatani kentang dan kubis.

Selain wawancara dengan rumahtangga petani sayuran sampel, penelitian

ini juga melakukan wawancara dengan key informan yaitu Kasubdin Produksi

Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Dinas

Pertanian Kabupaten Bandung, Staf P3D Kecamatan Pangalengan, Koordinator

Penyuluh Pertanian Kecamatan, Kepala Desa, pedagang pengumpul (Bandar)

tingkat kecamatan, pengelola perusahan sayuran Muliasari, pimpinan perusahaan

Gondana Seed Production (GSP) serta Hikmah Farm.

Selain data primer, data sekunder juga dikumpulkan untuk mendukung

penelitian. Adapun sumber data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Page 89: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

68

Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi

Jawa Barat dan Kabupaten Bandung, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Dinas

Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dan instansi terkait lainnya.

4.4 Perumusan Model

Model menunjukkan representasi dari fenomena aktual (Intriligator et al.,

1996). Perumusan model ekonomi rumahtangga petani sayuran ini dibangun

dengan menggunakan pendekatan ekonometrika. Hal ini dikarenakan dalam

pendekatan ekonometrika terdapat interaksi antara teori ekonomi, data yang

diamati dan metode statisitik, atau dengan kata lain sebagai analisis kuantitatif

dari fenomena ekonomi yang aktual yang didasarkan pada pengembangan teori

dan pengamatan di lapangan (Verbeek, 2000; Gujarati, 1978; Intriligator et al.,

1996; Thomas, 1997). Dengan demikian model ekonomi rumahtangga petani

sayuran dalam penelitian ini dibangun dengan berlandaskan teori dan empiris

sesuai dengan data hasil penelitian.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa diantara pokok permasalahan

(issue) saling mempengaruhi satu sama lain dan bersifat simultan. Oleh karena itu

dalam menganalisis model ini digunakan dengan pendekatan sistem persamaan

simultan dengan mengestimasi satu set persamaan yang terkait yaitu keputusan

produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja pada rumahtangga petani.

Dengan melihat penjelasan di atas maka dengan menggunakan pendekatan

ekonometrika dimungkinkan untuk melakukan proxy terhadap variabel sehingga

model yang dikembangkan tidak hanya bagus dalam teori tetapi juga empiris

(Pradhan dan Quilkey, 1985).

Page 90: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

69

4.4.1. Pengukuran Risiko Produksi dan Harga Produk

Pengukuran risiko produksi dalam penelitian ini menggunakan nilai

variance error produksi. Salah satu model untuk mengakomodasi hal tersebut

yaitu model GARCH (1,1), yaitu untuk orde p = 1 dan q = 1. Risiko produksi

diperoleh dengan melakukan pendugaan terhadap fungsi produksi dan variance

error. Adapun fungsi produksi yang digunakan yaitu fungsi produksi Cobb

Douglas dalam bentuk logaritma natural. Adapun komoditas yang dianalisis

khusus komoditas yang dominan diusahakan rumahtangga petani sayuran yaitu

kentang dan kubis.

Produktivitas kentang diduga dipengaruhi oleh luas lahan garapan

kentang, penggunaan benih kentang, pupuk nitrogen, pupuk phosphor, pupuk

kalium, tenaga kerja dan obat-obatan. Sedangkan variance error dipengaruhi oleh

error kuadrat dan variance error produktivitas musim sebelumnya, luas lahan

garapan kentang, penggunaan benih kentang, pupuk nitrogen, pupuk phosphor,

pupuk kalium, tenaga kerja dan obat-obatan. Adapun persamaan fungsi

produktivitas kentang dan variance error sebagai berikut :

Ln(PRDKT)it = a0 + a1 Ln(LHGKT)it + a2 Ln(PBNHKT)it + a3

Ln(PPKNKT)it + a4 Ln(PPKPKT)it + a5 Ln(PPKKT)it +

a6 Ln(TKKT)it + a7 Ln(PESKT) it + ε ..................... [75]

SPRDKTit = b0 + b1 ε2it-1 + b2 SPRDKTit-1 + b3 Ln(LHGKT)it + b4

Ln(PBNHKT)it + b5 Ln(PPKNKT)it + b6 Ln(PPKPKT)it +

b7Ln(PPKKT)it + b 8Ln(TKKT)it + b9Ln(PESKT)it + ε...[76]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a1, a2, a3, a4 , a5, a6, a7 , b1, b2, b3, b4, b5 , b6 , b7 > 0 ; b8 , b9 < 0

Page 91: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

70

dimana :

PRDKT = produktivitas kentang (kg/ha)

LHGKT = luas lahan garapan kentang (ha)

PBNHKT = penggunaan benih kentang (kg/ha)

PPKNKT = penggunaan pupuk nitrogen pada kentang (kg/ha)

PPKPKT = penggunaan pupuk phosphor pada kentang (kg/ha)

PPKKT = penggunaan pupuk kalium pada kentang (kg/ha)

PESKT = obat-obatan pada kentang (Rp/ha)

TKKT = penggunaan total tenaga kerja pada kentang (HOK/ha)

SDPRDKT = variance error produktivitas kentang

ε = error

t = musim (1 = MK I, 2 = MKII, 3 = MH)

i = rumahtangga petani sayuran (i = 1, 2, 3, ..., 143)

Adapun produktivitas kubis diduga dipengaruhi oleh luas lahan garapan

kubis, penggunaan benih kubis, pupuk nitrogen, pupuk majemuk NPK, tenaga

kerja dan obat-obatan. Sedangkan variance error dipengaruhi oleh error kuadrat

dan variance error musim sebelumnya, luas lahan garapan kubis, penggunaan

benih kubis, pupuk nitrogen, pupuk NPK, tenaga kerja dan obat-obatan.

Persamaan fungsi produktivitas kubis dan variance error sebagai berikut :

Ln(PRDKB)it = c0 + c1Ln(LHGKB)it + c2Ln(PBNHKB)it + c3

Ln(PPKNKB)it + c4 Ln(PNPKB)it + c5 Ln(TKKB)it +

c6 Ln(PESKB)it + ε ...............................................[77]

SPRDKBit = d0 + d1 ε2it-1 + d2 SPRDKBit-1 + d3 Ln(LHGKB)it + d4

Ln(PBNHKB)it + d5 Ln(PPKNKB)it + d6 Ln(PNPKB)it +

Page 92: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

71

d7 Ln(TKKB)it + d8 Ln(PESKB)it + ε ....................................................[78]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

c1, c2, c3, c4 , c5, c6, d1, d2, d3, d4, d5, d6 > 0 ; d7, d8 < 0

dimana :

PRDKB = produktivitas kubis (kg/ha)

LHGKB = luas lahan garapan kubis (ha)

PBNHKB = penggunaan benih kubis (kg/ha)

PPKNKB = penggunaan pupuk nitrogen pada kubis (kg/ha)

PNPKB = penggunaan pupuk NPK pada kubis (kg/ha)

PESKB = obat-obatan pada kubis (Rp/ha)

TKKB = penggunaan total tenaga kerja pada kubis (HOK/ha)

SDPRDKB = variance error produktivitas kubis

Pengolahan data model GARCH (1,1) dengan menggunakan program Eviews 4.1

dan estimasi parameter dengan Maximum Likelihood Estimation (MLE).

Penelitian ini juga mengukur risiko portofolio karena terkait dengan

kondisi di lapangan bahwa rumahtangga petani sayuran pada umumnya

mengusahakan diversifikasi kentang dan kubis. Diversifikasi dilakukan pada lahan

yang berbeda tetapi dalam waktu yang sama. Untuk mengukur risiko produksi

portofolio kentang dan kubis sebagai berikut (Robison dan Barry, 1987; Elton dan

Gruber,1995) :

SDPRDTBit = k2 SDPRDKTit + (1-k)2 SDPRDKBit + 2 k (1-k)

SDPRDKTit0.5 SDPRDKBit

0.5 ......................................[79]

dimana :

SDPRDTB = variance produksi portofolio kentang dan kubis

Page 93: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

72

k = share luas lahan garapan kentang terhadap total lahan (%)

1-k = share luas lahan garapan kubis terhadap total lahan (%)

Selanjutnya ekspektasi produktivitas kentang dan kubis sebagai berikut :

EXPRDKTi = pih PRDKTih + pir PRDKTir + pin PRDKTin.....................[80]

EXPRDKBi = pih PRDKBih + pir PRDKBir + pin PRDKBin....................[81]

dimana :

EXPRDKT = ekspektasi produktivitas kentang (kg/ha)

EXPRDKB = ekspektasi produktivitas kubis (kg/ha)

p = peluang produktivitas (%)

h = tertinggi

r = terendah

n = normal

Sementara itu untuk mengukur risiko harga tidak dilakukan pendugaan

seperti dalam risiko produksi tetapi didekati dengan mengukur ekspektasi dan

variance harga kentang dan kubis pada setiap sampel sebagai berikut :

EXPHRGKTi = qih PTih + qir PTir + qin PTin............................................[82]

EXPHRGKBi = qih PBih + qir PBir + qin PBin...........................................[83]

SDHRGKTi = qih [PTih –EXPHRGKTi]2+ qir [PTir- EXPHRGKTi]2 +

qin [PTin - EXPHRGKTi]2............................................[84]

SDHRGKBi = qih [PBih –EXPHRGKBi]2+ qir [PBir- EXPHRGKBi]2 +

qin [PBin - EXPHRGKBi]2............................................[85]

dimana :

EXPHRGKT = ekspektasi harga kentang (Rp/kg)

EXPHRGKB = ekspektasi harga kubis (Rp/kg)

Page 94: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

73

SDHRGKT = variance harga kentang

SDHRGKB = variance harga kubis

q = peluang harga (%)

PT = harga kentang (Rp/kg)

PB = harga kubis (Rp/kg)

Setelah diperoleh pendugaan persamaan variance error produktivitas

kentang dan kubis selanjutnya dihitung rata-rata variance error produktivitas

kentang dan kubis pada setiap rumahtangga petani sayuran sampel, selanjutnya

nilai tersebut akan digunakan dalam model ekonomi rumahtangga petani sayuran

sebagai variabel eksogen. Oleh karena variance mengindikasikan risiko, maka

simbol nilai variance untuk selanjutnya akan diganti dengan risiko.

Model ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam penelitian ini terdiri

dari lima blok yaitu :

1. Blok produksi

2. Blok penggunaan input

3. Blok pengunaan tenaga kerja

4. Blok pendapatan

5. Blok pengeluaran

Model ekonomi rumahtangga petani sayuran terdiri dari 33 persamaan

struktural dan 16 persamaan identitas. Persamaan yang dibangun dalam setiap

blok telah mempertimbangkan teori dan kondisi di lapangan yang ditunjukkan

oleh data penelitian. Model ekonomi rumahtangga petani sayuran yang diuraikan

di bawah ini sudah mengalami respesifikasi sehingga dapat menggambarkan

kondisi di lapangan sesuai dengan data hasil penelitian.

Page 95: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

74

4.4.2. Blok Produksi

Blok produksi terdiri dari empat (4) persamaan struktural dan dua (2)

persamaan identitas. Persamaan struktural terdiri dari persamaan luas lahan

garapan kentang dan kubis, produktivitas kentang dan kubis. Sedangkan

persamaan identitas terdiri dari produksi kentang dan kubis. Persamaan pada blok

produksi dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

1. Luas Lahan Garapan Kentang

Luas lahan garapan kentang (LHGKT) dipengaruhi oleh harga pupuk

phosphor (HPPKP), upah tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani (UPON),

risiko produksi kentang (SDPRDKT), risiko harga kentang (SDHRGKT), luas

lahan garapan kubis (LHGKB) dan obat-obatan (PESKT). Adapun persamaan

luas lahan garapan kentang sebagai berikut :

LHGKT = e0 + e1 HPPKP + e2 UPON + e3 SDPRDKT + e4 SDHRGKT +

e5 LHGKB + e6 PESKT + E1….............................................[86]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

e5 > 0; e1, e2, e3 ,e4 , e6 < 0

dimana :

HPPKP = harga pupuk phosphor (Rp/kg)

UPON = upah tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani (Rp/HOK)

2. Produktivitas Kentang

Produktivitas kentang (PRDKT) diduga dipengaruhi ekspektasi harga

kentang (EXPHRGKT), harga pupuk nitrogen (HPPKN), penggunaan benih

kentang (PBNHKT), risiko produksi kentang (SDPRDKT) dan upah tenaga kerja

Page 96: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

75

pria pada kegiatan usahatani (UPON). Persamaan produktivitas kentang sebagai

berikut :

PRDKT = f0 + f1 EXPHRGKT + f2 HPPKN + f3 PBNHKT + f4 SDPRDKT

+ f5 UPON + E2. ...................................................................[87]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

f1 , f3 > 0; f2, f4 , f5 < 0

dimana :

HPPKN = harga pupuk nitrogen (Rp/kg)

3. Produksi Kentang

Persamaan identitas produksi kentang (PKT) merupakan perkalian antara

luas lahan garapan kentang (LHGKT) dengan produktivitas kentang (PRDKT).

Persamaan identitas produksi kentang sebagai berikut :

PKT = LHGKT *PRDKT........................................................................[88]

dimana :

PKT = produksi kentang (kg)

4. Luas Lahan Garapan Kubis

Luas lahan garapan kubis (LHGKB) dipengaruhi oleh upah tenaga kerja

pria pada kegiatan usahatani (UPON), nilai penggunaan pupuk kubis (NPPKB),

luas lahan garapan kentang (LHGKT), ekspektasi produktivitas kubis

(EXPRDKB), risiko harga kubis (SDHRGKB), risiko produksi kubis

(SDPRDKB), obat-obatan pada usahatani kubis (PESKB). Persamaan luas lahan

garapan kubis sebagai berikut :

LHGKB = g0 + g1 UPON + g2 NPPKB + g3 LHGKT + g4 EXPRDKB

+ g5 SDHRGKB + g6 SDPRDKB + g7 PESKB + E3 ........... [89]

Page 97: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

76

dimana :

NPPKB = nilai penggunaan pupuk pada usahatani kubis (Rp)

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

g3, g4 > 0; g1, g2, g5, g6, g7 < 0

5. Produktivitas Kubis

Produktivitas kubis (PRDKB) dipengaruhi oleh obat-obatan (PESKB),

risiko harga kubis (SDHRGKB), ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT), risiko

produksi kubis (SDPRDKB) dan nilai penggunaan pupuk kubis (NPPKB).

Persamaan produktivitas kubis sebagai berikut :

PRDKB = h0 + h1 PESKB + h2 SDHRGKB + h3 EXPHRGKT +

h4 SDPRDKB + h5 NPPKB + E4............................................[90]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

h1, h2, h3 , h4, h5 <0 6. Produksi Kubis

Persamaan identitas produksi kubis (PKB) merupakan perkalian antara

luas lahan garapan kubis (LHGKB) dengan produktivitas kubis (PRDKB).

Persamaan identitas produksi kubis sebagai berikut :

PKB = LHGKB *PRDKB.......................................................................[91] dimana :

PKB = produksi kubis (kg)

4.4.3. Blok Penggunaan Input

Blok penggunaan input terdiri dari tujuh (7) persamaan sruktural dan dua

(2) persamaan identitas. Persamaan struktural mencakup penggunaan benih

Page 98: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

77

kentang, penggunaan benih kubis, penggunaan pupuk nitrogen, pupuk phosphor,

pupuk NPK dan obat-obatan untuk usahatani kentang dan kubis. Persamaan

identitasnya terdiri dari nilai pupuk kimia kentang dan kubis. Penjelasan mengenai

masing-masing persamaan dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.

1. Penggunaan Benih Kentang

Penggunaan benih kentang (PBNHKT) dipengaruhi oleh harga benih

kentang (HBNHKT), luas lahan garapan kentang (LHGKT), ekspektasi harga

kentang (EXPHRGKT), ekspektasi produktivitas kentang (EXPRDKT), total

biaya usahatani kentang (TBUKT), total tenaga kerja dalam keluarga pada

usahatani kentang (TKDKT) dan risiko produksi kentang (SDPRDKT).

Persamaan penggunaan benih kentang sebagai berikut :

PBNHKT = i1 HBNHKT + i2 LHGKT + i3 EXPHRGKT + i4 EXPRDKT+

i5 TBUKT + i6 TKDKT + i7 SDPRDKT + E5..................[92]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

i2, i3 , i4, i6 > 0 ; i1 ,i5, i7 < 0 dimana :

HBNHKT = harga benih kentang (Rp/kg)

TBUKT = total biaya usahatani kentang (Rp)

2. Penggunaan Pupuk Nitrogen pada Usahatani Kentang

Penggunaan pupuk nitrogen pada usahatani kentang (PPKNKT)

dipengaruhi oleh harga pupuk nitrogen (HPPKN), luas lahan garapan kentang

(LHGKT), ekspektasi produktivitas kentang (EXPRDKT), risiko produksi

kentang (SDPRDKT) dan total tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kentang

(TKLKT). Persamaan penggunaan pupuk nitrogen sebagai berikut :

Page 99: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

78

PPKNKT = j1HPPKN + j2 LHGKT + j3 EXPRDKT + j4 SDPRDKT +

j5 TKLKT + E6....................................................................[93]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

j2, j3, j5 > 0 ; j1, j4 < 0

dimana :

TKLKT = total tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kentang (HOK)

3. Penggunaan Pupuk Phosphor pada Usahatani Kentang

Penggunaan pupuk phosphor (PPKPKT) dipengaruhi oleh harga pupuk

phosphor (HPPKP), total tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani kentang

(TKDKT), ekspektasi produktivitas kentang (EXPRDKT), investasi produksi

(INVES) dan risiko harga kentang (SDHRGKT). Persamaan penggunaan pupuk

phosphor pada kentang sebagai berikut :

PPKPKT = k0 + k1 HPPKP + k2 TKDKT + k3 EXPRDKT + k4 INVES +

k5 SDHRGKT + E7................................................................[94]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

k2, k3 > 0 ; k1 ,k4, k5 < 0

dimana :

INVES = investasi produksi (Rp)

4. Penggunaan Obat-obatan pada Usahatani Kentang

Penggunaan obat-obatan pada usahatani kentang (PESKT) dipengaruhi

oleh luas lahan garapan kentang (LHGKT), risiko harga kentang (SDHRGKT)

dan risiko produksi kentang (SDPRDKT). Persamaan pengunaan obat-obatan

sebagai berikut :

Page 100: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

79

PESKT = l0 + l1 LHGKT + l2 SDHRGKT + l3 SDPRDKT + E8……....[95]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

l1 >0 ; l2, l3 < 0

5. Penggunaan Benih Kubis

Penggunaan benih kubis (PBNHKB) dipengaruhi oleh ekspektasi harga

kubis (EXPHRGKB), risiko produksi kubis (SDPRDKB), penggunaan tenaga

kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani kubis (TKPDKB) dan luas

lahan garapan kubis (LHGKB). Persamaan penggunaan benih kubis sebagai

berikut :

PBNHKB = m1 EXPHRGKB + m2 SDPRDKB + m3 TKPDKB + m4

LHGKB + E9...................................................................[96]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

m1, m3 , m4 >0 ; m2 <0 dimana :

TKPDKB = penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani kubis (HOK)

6. Penggunaan Pupuk NPK pada Usahatani Kubis

Penggunaan pupuk majemuk NPK pada usahatani kubis (PNPKB)

dipengaruhi oleh ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB), risiko harga kubis

(SDHRGKB), harga pupuk phosphor (HPPKP) dan total biaya usahatani kubis

(TBUKB). Persamaan penggunaan pupuk NPK sebagai berikut :

PNPKB = n0 + n1 EXPHRGKB + n2 SDHRGKB + n3 HPPKP + n4

TBUKB + E10........................................................................[97]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

Page 101: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

80

n1 >0 ; n2 , n3 , n4 <0 dimana :

TBUKB = total biaya usahatani kubis (Rp)

7. Penggunaan Obat-obatan pada Usahatani Kubis

Penggunaan obat-obatan pada usahatani kubis (PESKB) dipengaruhi oleh

risiko harga kubis (SDHRGKB), ekspektasi produktivitas kubis (EXPRDKB),

risiko produksi kubis (SDPRDKB), penggunaan benih kubis (PBNHKB),

tabungan (TAB) dan luas lahan garapan kentang (LHGKT). Persamaan

penggunaan obat-obatan sebagai berikut :

PESKB = o1 SDHRGKB + o2 EXPRDKB + o3 SDPRDKB+ o4 PBNHKB

+ o5 TAB + o6 LHGKT + E11................................................[98]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

o2 , o4 >0 ; o1, o3 , o5, o6 <0 dimana :

TAB = Tabungan (Rp)

8. Nilai Penggunaan Pupuk pada Usahatani Kentang

Nilai penggunaan pupuk pada usahatani kentang (NPPKT) merupakan

penjumlahan dari perkalian masing-masing harga dengan jumlah penggunaan

setiap pupuk pada usahatani kentang. Persamaan identitas nilai penggunaan

pupuk usahatani kentang sebagai berikut :

NPPKT=PPKNKT*HPPKN+PPKPKT*HPPKP+PPKKT*HPPKK......[99]

dimana :

NPPKT = nilai penggunaan pupuk pada usahatani kentang (Rp)

Page 102: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

81

9. Nilai Penggunaan Pupuk pada Usahatani Kubis

Nilai penggunaan pupuk pada usahatani kubis (NPPKB) merupakan

penjumlahan dari perkalian harga dengan jumlah penggunaan setiap pupuk pada

usahatani kubis. Persamaan nilai penggunaan pupuk usahatani kubis berikut ini :

NPPKB = PPKNKB*HPPKN+PPKPKB*HPPKP+PNPKB*HPNPK.[100] dimana :

NPPKB = nilai penggunaan pupuk pada usahatani kubis (Rp)

4.4.4. Blok Penggunaan Tenaga Kerja

Blok penggunaan tenaga kerja terdiri dari 12 persamaan struktural dan dua

(2) persamaan identitas. Persamaan struktural terdiri dari penggunaan tenaga kerja

dalam keluarga dan luar keluarga pria dan wanita pada kegiatan usahatani,

penggunaan tenaga kerja pada kegiatan off farm dan non farm. Sedangkan

persamaan identitas terdiri dari total tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani

kentang dan total tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kentang.

1. Penggunaan Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga Usahatani Kentang

Penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada usahatani kentang

(TKPDKT) dipengaruhi oleh penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada

usahatani kentang (TKPLKT), penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non

farm (TKPNF), penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm (TKPOF),

ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT), pupuk nitrogen (PPNKT), risiko

produksi kentang (SDPRDKT), penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga

pada usahatani kubis (TKPDKB). Persamaan penggunaan tenaga kerja pria dalam

keluarga pada usahatani kentang sebagai berikut :

Page 103: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

82

TKPDKT = p0 + p1 TKPLKT + p2 TKPNF + p3 TKPOF + p4 EXPHRGKT

+ p5 PPKNKT + p6 SDPRDKT + p7 TKPDKB + E12.......[101]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

p4 , p5, p7 > 0 ; p1, p2 ,p3, p6 < 0

dimana :

TKPDKT = penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani kentang (HOK)

TKPNF = penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm

(HOK) TKPOF = penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm (HOK) TKPDKB = penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan

usahatani kubis (HOK)

2. Penggunaan Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga Usahatani Kentang

Penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada kegiatan usahatani

kentang (TKWDKT) dipengaruhi oleh upah tenaga kerja wanita pada kegiatan

usahatani (UWON), penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm

(TKWNF), obat-obatan (PESKT), nilai pupuk kimia pada usahatani kentang

(NPPKT) dan risiko produksi kentang (SDPRDKT). Persamaan Penggunaan

tenaga kerja wanita dalam keluarga pada kegiatan usahatani kentang sebagai

berikut :

TKWDKT = q0 + q1 UWON + q2 TKWNF + q3 PESKT + q4 NPPKT + q5

SDPRDKT + E13...............................................................[102]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

q1, q2, q3, q4, q5 < 0

dimana :

Page 104: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

83

UWON = upah tenaga kerja wanita pada kegiatan usahatani atau on farm (Rp)

TKWDKT = penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada

kegiatan usahatani kentang (HOK) TKWNF = penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm

(HOK)

3. Penggunaan Tenaga Kerja Pria Dalam Keluarga Usahatani Kubis

Penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani

kubis (TKPDKB) dipengaruhi oleh jumlah angkatan kerja pria (JAKP), ekspektasi

harga kubis (EXPHRGKB), penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm

(TKPNF), upah tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani (UPON) dan risiko

harga kubis (SDHRGKB). Persamaan Penggunaan tenaga kerja pria dalam

keluarga pada kegiatan usahatani kubis sebagai berikut :

TKPDKB = r0 + r1 JAKP + r2 EXPHRGKB + r3 TKPNF + r4 UPON + r5

SDHRGKB + E14..............................................................[103]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

r1, r2 >0 ; r3, r4 , r5 <0

dimana :

TKPDKB = penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani kubis (HOK)

JAKP = jumlah angkatan kerja pria (orang)

4. Penggunaan Tenaga Kerja Wanita Dalam Keluarga Usahatani Kubis

Penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada kegiatan usahatani

kubis (TKWDKB) dipengaruhi jumlah angkatan kerja wanita (JAKW), ekspektasi

harga kubis (EXPHRGKB), ekspektasi produktivitas kubis (EXPRDKB), risiko

Page 105: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

84

harga kubis (SDHRGKB), investasi produksi (INVES), penggunaan tenaga kerja

wanita pada kegiatan non farm (TKWNF) dan upah tenaga kerja wanita pada

usahatani (UWON). Persamaan penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga :

TKWDKB = s0 + s1 JAKW + s2 EXPHRGKB + s3 EXPRDKB + s4

SDHRGKB + s5 INVES + s6 TKWNF + s7 UWON +

E15..................................................................................[104]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

s1, s2 , s3 >0 ; s4 , s5 ,s 6, s7<0 dimana :

TKWDKB = penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada kegiatan usahatani kubis (HOK)

JAKW = jumlah angkatan kerja wanita (orang)

5. Penggunaan Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga Usahatani Kentang

Penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani

kentang (TKPLKT) dipengaruhi oleh luas lahan garapan kentang (LHGKT),

risiko harga kentang (SDHRGKT), ekspektasi produktivitas kentang (EXPRDKT)

dan nilai penggunaan pupuk kimia untuk usahatani ketang (NPPKT). Persamaan

penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani kentang

sebagai berikut :

TKPLKT = t0 + t1 LHGKT + t2 SDHRGKT + t3 EXPRDKT + t4 NPPKT +

E16.................................................................................... [105]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

t1, t3 > 0 ; t 2, t4 < 0

dimana :

Page 106: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

85

TKPLKT = penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani kentang (HOK)

6. Penggunaan Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga Usahatani Kentang

Penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada usahatani kentang

(TKWLKT) dipengaruhi oleh ekspektasi produktivitas kentang (EXPRDKT),

penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani kentang

(TKWDKT), risiko harga kentang (SDSHRGKT) dan risiko produksi kentang

(SDPRDKT). Persamaan penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada

usahatani kentang sebagai berikut :

TKWLKT = u0 + u1 EXPRDKT + u2 TKWDKT + u3 SDHRGKT + u4

SDPRDKT + E17............................................................[106]

Tanda dan besaran parameter dugaan adalah sebagai berikut :

u1 > 0; u2 , u3 , u4 < 0

dimana : TKWLKT = penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada kegiatan

usahatani kentang (HOK)

7. Total Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usahatani Kentang

Total penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani kentang

(TKDKT) merupakan penjumlahan dari penggunaan tenaga kerja pria dalam

keluarga pada usahatani kentang (TKPDKT) dengan penggunaan tenaga kerja

wanita dalam keluarga pada usahatani kentang (TKWDKT). Persamaan identitas

total penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani kentang sebagai

berikut :

TKDKT = TKPDKT + TKWDKT ..................................................[107]

Page 107: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

86

8. Total Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Kentang Total penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kentang

(TKLKT) merupakan penjumlahan dari penggunaan tenaga kerja pria luar

keluarga pada usahatani kentang (TKPLKT) dengan penggunaan tenaga kerja

wanita luar keluarga pada usahatani kentang (TKWLKT). Persamaan identitas

total penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kentang sebagai

berikut :

TKLKT = TKPLKT +TKWLKT....................................................[108]

9. Penggunaan Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga Usahatani Kubis

Penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani kubis

(TKPLKB) dipengaruhi oleh upah tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani

(UPON), risiko harga kubis (SDHRGKB), ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB),

penggunaan pupuk majemuk NPK pada kubis (PNPKB), penggunaan benih kubis

(PBNHKB), luas lahan garapan kentang (LHGKT) dan total pendapatan

rumahtangga (TPRT). Persamaan penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga

pada kegiatan usahatani kubis sebagai berikut :

TKPLKB = v1UPON + v2 SDHRGKB + v3 EXPHRGKB + v4 PNPKB +

v5 PBNHKB + v6 LHGKT + v7 TPRT + E18....................[109]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

v3 , v4 , v5, v7 >0 ; v1, v2, v6 <0 dimana :

TKPLKB = penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada kegiatan

usahatani kubis (HOK)

Page 108: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

87

10. Penggunaan Tenaga Kerja Wanita Luar Keluarga Usahatani Kubis

Penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada usahatani kubis

(TKWLKB) dipengaruhi oleh upah tenaga kerja wanita dalam keluarga pada

kegiatan usahatani (UWON), risiko harga kubis (SDHRGKB) dan investasi

produksi (INVES). Persamaan penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga

pada usahatani kubis sebagai berikut :

TKWLKB = w0 + w1 UWON + w2 SDHRGKB + w3 INVES + E19.....[110]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

w1, w2 , w3 <0 dimana :

TKWLKB = penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada kegiatan usahatani kubis (HOK/ha)

11. Penggunaan Tenaga Kerja Pria pada Kegiatan Off Farm

Penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm (TKPOF)

dipengaruhi oleh upah pria pada kegiatan off farm (UPOF), ekspektasi harga

kentang (EXPHRGKT), pengeluaran rumahtangga (PENG), risiko produksi

kentang (SDPRDKT), risiko harga kentang (SDHRGKT) dan tabungan (TAB).

Persamaan penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm sebagai berikut :

TKPOF = x0 + x1 UPOF + x2 EXPHRGKT + x3 PENG + x4 SDPRDKT +

x5 SDHRGKT + x6 TAB + E20............................................[111]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

x1, x3 ,x4, x5 , x6 >0 ; x2 <0 dimana :

UPOF = upah tenaga kerja pria pada kegiatan off farm (Rp)

Page 109: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

88

TAB = tabungan (Rp)

PENG = total pengeluaran rumahtangga (Rp)

12. Penggunaan Tenaga Kerja Wanita pada Kegiatan Off Farm

Penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm dipengaruhi oleh

upah wanita pada kegiatan off farm (UWOF), jumlah angkatan kerja wanita

(JAKW), risiko produksi kubis (SDPRDKB), ekspektasi produktivitas kentang

(EXPRDKT), pendapatan wanita dari kegiatan non farm (PWNF) dan total biaya

usahatani kentang (TBUKT). Persamaan penggunaan tenaga kerja wanita pada

kegiatan off farm sebagai berikut :

TKWOF = y0 + y1UWOF+ y2 JAKW + y3 SDPRDKB + y4 EXPRDKT +

y5 PWNF + y6 TBUKT + E21...............................................[112]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

y1, y2 , y3 , y6 >0 ; y4, y5 <0 dimana :

TKWOF = penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm (HOK)

UWOF = upah tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm (Rp)

PWNF = pendapatan wanita dari kegiatan non farm (Rp)

13. Penggunaan Tenaga Kerja Pria pada Kegiatan Non Farm

Penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm dipengaruhi oleh

upah pria pada kegiatan non farm (UPNF), penggunaan tenaga kerja pria dalam

keluarga pada usahatani kentang (TKPDKT), jumlah angkatan kerja pria (JAKP),

total pendapatan usahatani (TPUT), pendidikan anggota keluarga pria (PENDP),

penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm (TKPOF), risiko produksi

Page 110: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

89

kentang (SDPRDKT) dan investasi produksi (INVES). Persamaan Penggunaan

tenaga kerja pria pada kegiatan non farm sebagai berikut :

TKPNF = z0 + z1 UPNF + z2 TKPDKT + z3 JAKP + z4 TPUT + z5 PENDP

+ z6 TKPOF + z7 SDPRDKT + z8 INVES + E22.................[113]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

z1, z3 , z5 , z7 , z8 >0 ; z2 ,z4, z6 <0 dimana :

UPNF = upah tenaga kerja pria pada kegiatan non farm (Rp)

PENDP = pendidikan anggota keluarga pria (tahun)

14. Penggunaan Tenaga Kerja Wanita pada Kegiatan Non Farm

Penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm (TKWNF)

dipengaruhi oleh upah wanita pada kegiatan non farm (UWNF), pengeluaran

rumahtangga (PENG), ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT), risiko harga

kentang (SDHRGKT), dan pendidikan anggota keluarga wanita (PENDW).

Persamaan penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm sebagai

berikut :

TKWNF = aa0 + aa1 UWNF + aa2 PENG + aa3 EXPHRGKT + aa4

SDPRDKT + aa5 PENDW + E23......................................[114]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

aa1, aa2 , aa4, aa5 >0 ; aa3 <0 dimana :

UWNF = upah tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm (Rp)

PENDW = pendidikan anggota keluarga wanita (tahun)

Page 111: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

90

4.4.5. Blok Pendapatan

Persamaan pada blok pendapatan terdiri dari empat (4) persamaan

struktural dan delapan (8) persamaan identitas. Adapun persamaan struktural

terdiri dari persamaan pendapatan pria pada kegiatan off farm, pendapatan wanita

pada kegiatan off farm, pendapatan pria pada kegiatan non farm dan pendapatan

wanita pada kegiatan non farm. Sedangkan persamaan identitas terdiri dari

persamaan total biaya usahatani kentang, total biaya usahatani kubis, pendapatan

usahatani kentang, pendapatan usahatani kubis, total pendapatan usahatani, total

pendapatan off farm, total pendapatan non farm dan rumahtangga.

1. Total Biaya Usahatani Kentang

Total biaya usahatani kentang (TBUKT) merupakan penjumlahan biaya

benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kentang.

Persamaan identitas total biaya usahatani kentang sebagai berikut :

TBUKT = HBNHKT*PBNHKT + HPPKN*PPKNKT + HPPKP*

PPKPKT + PESKT + UPON*TKPLKT + UWON *

TKWLKT.........................................................................[115]

2. Total Biaya Usahatani Kubis Total biaya usahatani kubis (TBUKB) merupakan penjumlahan biaya

benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kubis.

Persamaan identitas total biaya usahatani kubis sebgai berikut :

TBUKB = HBNHKB*PBNHKB + HPNPK*PNPKB + PESKB +

UPON*TKPLKB + UWON*TKWLKB .........................[116]

dimana :

HBNHKB = harga benih kubis (Rp/gram)

Page 112: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

91

3. Pendapatan Usahatani Kentang

Pendapatan usahatani kentang (PUTKT) merupakan selisih antara

ekspektasi penerimaan usahatani kentang dengan total biaya usahatani kentang.

Ekspektasi penerimaan kentang merupakan perkalian produksi kentang dengan

ekspektasi harga kentang. Persamaan identitas pendapatan kentang berikut ini :

PUTKT = PKT*EXPHRGKT -LHGKT*TBUKT................................[117] 4. Pendapatan Usahatani Kubis

Pendapatan usahatani kubis (PUTKB) merupakan selisih antara ekspektasi

penerimaan usahatani kubis dengan total biaya usahatani kubis. Ekspektasi

penerimaan usahatani kubis merupakan perkalian produksi kubis dengan

ekspektasi harga kubis. Persamaan identitas pendapatan kubis sebagai berikut :

PUTKB = PKB*EXPHRGKB - LHGKB*TBUKB............................[118] 5. Total Pendapatan Usahatani

Total pendapatan usahatani (TPUT) merupakan penjumlahan dari

pendapatan usahatani kentang (PUTKT), kubis (PUTKB) dan lainnya (PUNTB).

Persamaan identitas total pendapatan usahatani sebagai berikut :

TPUT = PUTKT + PUTKB+ PUNTB............................................[119]

dimana :

TPUT = total pendapatan usahatani (Rp)

PUNTB = pendapatan usahatani lainnya (Rp)

6. Pendapatan Pria Kegiatan Off Farm

Pendapatan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm (PPOF) dipengaruhi

oleh penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm (TKPOF), upah pria

Page 113: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

92

pada kegiatan off farm (UPOF), risiko harga kubis (SDHRGKB), ekspektasi harga

kentang (EXPHRGKT), ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB) dan ekspektasi

produksi kentang (EXPRDKT). Persamaan pendapatan pria pada kegiatan off

farm sebagai berikut :

PPOF = ab0 + ab1 TKPOF + ab2 UPOF + ab3 SDHRGKB + ab4

EXPHRGKT + ab5 EXPHRGKB + ab6 EXPRDKT + E24..[120]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

ab1, ab2 , ab3 >0 ; ab4, ab5 , ab6 <0 dimana :

PPOF = pendapatan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm (Rp)

TPOF = total pendapatan off farm (Rp)

7. Pendapatan Wanita Kegiatan Off Farm

Pendapatan wanita pada kegiatan off farm (PWOF) dipengaruhi oleh

penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm (TKWOF), upah wanita

pada kegiatan off farm (UWOF), risiko harga kubis (SDHRGKB), ekspektasi

produktivitas kentang (EXPRDKT), ekspektasi produktivitas kubis (EXPRDKB),

risiko produksi kubis (SDPRDKB) dan risiko produksi kentang (SDPRDKT).

Persamaan pendapatan wanita pada kegiatan off farm sebagai berikut :

PWOF = ac0 + ac1 TKWOF + ac2 UWOF + ac3 SDHRGKB + ac4

EXPRDKT + ac5 EXPRDKB + ac6 SDPRDKB + ac7

SDPRDKT + E25.................................................................[121]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

ac1, ac2 , ac3 , ac6 , ac7 >0 ; ac4 , ac5 <0 dimana :

Page 114: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

93

PWOF = pendapatan wanita pada kegiatan off farm (Rp)

8. Total Pendapatan Off Farm

Total pendapatan off farm (TPOF) merupakan penjumlahan dari

pendapatan yang diperoleh anggota rumahtangga pria (PPOF) maupun wanita

(PWOF) dari kegiatan off farm. Persamaan total pendapatan off farm yaitu :

TPOF = PPOF + PWOF..................................................................[122]

9. Pendapatan Pria Kegiatan Non Farm

Pendapatan pria pada kegiatan non farm (PPNF) dipengaruhi oleh

pengunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm (TKPNF), upah pria pada

kegiatan non farm (UPNF), total pendapatan off farm (TPOF), total pendapatan

usahatani (TPUT), risiko harga kubis (SDHRGKB) dan risiko produksi kentang

(SDPRDKT). Persamaan pendapatan pria pada kegiatan non farm yaitu :

PPNF = ad1 TKPNF+ ad2 UPNF + ad3 TPOF + ad4 TPUT + ad5

SDHRGKB + ad6 SDPRDKT + E26.......................................[123]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

ad1, ad2 , ad5, ad6 >0 ; ad3, ad4 <0 dimana :

PPNF = Pendapatan pria pada kegiatan non farm (Rp)

10. Pendapatan Wanita Kegiatan Non Farm

Pendapatan wanita pada kegiatan non farm (PWNF) dipengaruhi oleh

upah wanita pada kegiatan non farm (UWNF), ekspektasi produktivitas kubis

(EXPHRGKB), total biaya usahatani kentang (TBUKT), pengeluaran

Page 115: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

94

rumahtangga (PENG) dan risiko produksi kentang (SDPRDKT). Persamaan

pendapatan wanita pada kegiatan non farm sebagai berikut :

PWNF = ae1 UWNF + ae2 EXPHRGKB + ae3 TBUKT + ae4 PENG + ae5

SDPRDKT + E27..................................................................[124]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

ae1, ae3, ae4, ae5 >0 ; ae2 <0 dimana :

PWNF = Pendapatan wanita pada kegiatan non farm (Rp)

PENG = Total Pengeluaran rumahtangga (Rp)

11. Total Pendapatan Non Farm

Total pendapatan non farm (TPNF) merupakan penjumlahan pendapatan

yang berasal dari kegiatan non farm baik dari anggota rumahtangga pria (PPNF)

maupun wanita (PWNF). Persamaan total pendapatan non farm sebagai berikut :

TPNF = PPNF + PWNF ................................................................[125]

dimana :

TPNF = total pendapatan non farm (Rp)

12. Total Pendapatan Rumahtangga

Total pendapatan rumahtangga (TPRT) merupakan penjumlahan semua

pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani sayuran baik dari kegiatan

usahatani atau on farm (TPUT), off farm (TPOF) dan non farm (TPNF).

Persamaan total pendapatan rumahtangga petani sayuran sebagai berikut :

TPRT = TPUT + TPOF + TPNF.......................................................[126] dimana :

TPRT = total pendapatan rumahtangga (Rp)

Page 116: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

95

4.4.6. Blok Pengeluaran

Blok pengeluaran rumahtangga petani sayuran terdiri enam (6) persamaan

struktural dan dua (2) persamaan identitas. Persamaan struktural terdiri dari

persamaan pengeluaran pangan, non pangan, kesehatan, pendidikan, tabungan dan

investasi produksi. Sedangkan persamaan identitas terdiri dari persamaan

konsumsi dan total pengeluaran rumahtangga.

1. Pengeluaran Pangan

Pengeluaran pangan (PPANG) dipengaruhi jumlah anggota rumahtangga

(JART), total pendapatan rumahtangga (TPRT), ekspektasi produktivitas kubis

(EXPRDKB), ekspektasi produktivitas kentang (EXPRDKT) dan risiko produksi

kentang (SDPRDKT). Persamaan pengeluaran pangan sebagai berikut :

PPANG = af0 + af1 JART + af2 TPRT + af3 EXPRDKB + af4 EXPRDKT

+ af5 SDPRDKT + E28.........................................................[127]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

af1, af2, af3, af4 > 0 ; af5 < 0 dimana :

JART = jumlah anggota rumahtangga (orang)

PPANG = pengeluaran pangan (Rp)

2. Pengeluaran Non Pangan

Pengeluaran non pangan (PNPG) dipengaruhi oleh risiko harga kentang

(SDHRGKT), risiko harga kubis (SDHRGKB), risiko produksi kentang

(SDPRDKT), total pendapatan rumahtangga (TPRT) dan ekspektasi harga

kentang (EXPHRGKT). Persamaan pengeluaran non pangan sebagai berikut :

Page 117: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

96

PNPG = ag1 SDHRGKT + ag2 SDHRGKB + ag3 SDPRDKT + ag4 TPRT

+ ag5 EXPHRGKT + E29.....................................................[128]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

ag4 , ag5 > 0 ; ag1, ag2, ag3, < 0 dimana :

PNPG = pengeluaran non pangan (Rp)

3. Pengeluaran Kesehatan

Pengeluaran kesehatan (PKS) dipengaruhi oleh pengeluaran pendidikan

(PPEND), total pendapatan rumahtangga (TPRT), risiko harga kubis

(SDHRGKB), ekspektasi produktivitas kentang (EXPRDKT), ekspektasi

produktivitas kubis (EXPRDKB) dan risiko produksi kentang (SDPRDKT).

Persamaan pengeluaran kesehatan sebagai berikut :

PKS = ah1 PPEND + ah2 TPRT + ah3 SDHRGKB + ah4 EXPRDKT + ah5

EXPRDKB + ah6 SDPRDKT + E30...........................................[129]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

ah2 , ah4, ah5 > 0 ; ah1, ah3, ah6 <0 dimana :

PKS = pengeluaran kesehatan (Rp)

4. Pengeluaran Pendidikan

Pengeluaran pendidikan (PPEND) diduga dipengaruhi oleh jumlah

anggota keluarga yang sekolah (JASEK), total pendapatan rumahtangga (TPRT),

pendidikan anggota keluarga pria (PENDP), pendidikan anggota keluarga wanita

Page 118: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

97

(PENDW), risiko harga kentang (SDHRGKT), risiko harga kubis (SDHRGKB)

dan tabungan (TAB). Persamaan pengeluaran pendidikan sebagai berikut :

PPEND = ai0 + ai1 JAKSEK+ ai2 TPRT + ai3 PENDP+ ai4 PENDW + ai5

SDHRGKT + ai6 SDHRGKB + ai7 TAB+ E31....................[130]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

ai1, ai2, ai3, ai4 > 0 ; ai5, ai6 , ai7 < 0

dimana :

PPEND = pengeluaran pendidikan (RP)

JAKSEK = jumlah anggota keluarga sekolah (orang)

5. Konsumsi

Konsumsi (KONS) merupakan total pengeluaran yang digunakan untuk

pangan (PPANG) dan non pangan (PNPG). Persamaan konsumsi sebagai berikut :

KONS = PPANG + PNPG....................................................................[131]

dimana :

KONS = Konsumsi (Rp)

6. Total Pengeluaran Rumahtangga

Total pengeluaran rumahtangga (PENG) merupakan penjumlahan dari

konsumsi (KONS) dengan pengeluaran kesehatan (PKS) dan pendidikan

(PPEND). Persamaan identitas total pengeluaran rumahtangga sebagai berikut :

PENG = KONS + PKS + PPEND.......................................................[132]

8. Tabungan

Tabungan (TAB) diduga dipengaruhi oleh total pendapatan rumahtangga

(TPRT), konsumsi (KONS), pengeluaran pendidikan (PPEND), risiko harga

Page 119: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

98

kentang (SDHRGKT) dan ekspektasi produktivitas kentang (EXPRDKT).

Persamaan tabungan rumahtangga petani sayuran sebagai berikut :

TAB = aj0 + aj1 TPRT + aj2 KONS + aj3 PPEND + aj4 SDHRGKT + aj5

EXPRDKT + E32....................................................................[133]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

aj1, aj5 > 0 ; aj2, aj3, aj4 <0

9. Investasi Produksi

Investasi produksi (INVES) dipengaruhi total pendapatan rumahtangga

(TPRT), risiko produksi kentang (SDPRDKT) dan ekspektasi produktivitas

kentang (EXPRDKT). Persamaan investasi produksi sebagai berikut :

INVES = ak0 + ak1 TPRT + ak2 SDPRDKT + ak3 EXPRDKT + E33....[134]

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah sebagai berikut :

ak1 , ak3 > 0 ; ak2 <0 4.5 Identifikasi dan Pendugaan Model

Identifikasi model dilakukan untuk menentukan metode pendugaan

parameter. Menurut Koutsoyiannis (1977) terdapat dua kemugkinan kondisi

identifikasi yaitu persamaan yang tidak teridentifikasi (underidentified) dan

persamaan yang teridentifikasi (identified), yang terdiri dari exactly identified dan

overidentified. Persamaan yang teridentifikasi dapat diketahui dengan

membandingkan excluded variables (K–M) dengan jumlah persamaan dikurangi

satu (G – 1). Hal tersebut dirumuskan sebagai berikut :

K – M ≥ G – 1

dimana :

Page 120: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

99

K : Jumlah total variabel dalam model (endogenous dan predetermined)

M : Jumlah variabel endogenous dan exogenous

G : jumlah total persamaan atau jumlah total variabel endogenous

Persamaan yang tidak teridentifikasi (underidentified) terjadi bila excluded

variables lebih kecil daripada jumlah persamaan dikurangi satu (K – M < G – 1).

Pada kondisi tersebut teknik ekonometrika tidak dapat digunakan untuk menduga

semua parameternya. Apabila K – M = G – 1 menunjukkan persamaan exactly

identified dan metoda yang tepat menduga parameter adalah Ordinary Least

Squares (OLS). Jika K – M > G – 1 menunjukkan persamaan overidentified dan

metoda OLS tidak dapat diterapkan karena tidak memberikan dugaan parameter

struktural dengan unik. Beberapa metoda pendugaan yang dapat digunakan untuk

persamaan overidentified diantaranya Two Stage Least Squares (2SLS). Metoda

tersebut sangat tepat digunakan dan dapat menghasilkan dugaan yang konsisten

pada kondisi dimana metoda lainnya gagal menduganya. Metoda 2SLS relatif

sederhana dalam konsep dan perhitungan serta hasilnya lebih memuaskan

daripada metoda ekonometrika lainnya. Penelitian ini menggunakan metode 2SLS

untuk menduga parameter dengan program SAS (Statistical Analysis System)

Versi 9.0.

Validasi model dilakukan untuk mengetahui kedekatan nilai hasil

prediksi pada model dengan nilai aktualnya, yang dinyatakan dengan tingkat

kesalahan (error). Beberapa ukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Root Mean Squares Percent Error (RMSPE), Decomposition Proportions dan

koefisien U-Theil. Ukuran-ukuran tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

Page 121: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

100

∑=

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −=

N

ia

i

ai

si

YYY

NRMSPE

1

21

( )

( ) ( )∑ ∑

= =

=

+

−=

N

i

N

i

ai

si

N

i

ai

si

YN

YN

YYN

U

1 1

22

1

2

11

1

dimana :

RMSPE = Root Mean Squares Percent Error

Yai = nilai aktual Yi

Ysi = nilai simulasi Yi

N = jumlah pengamatan dalam simulasi

U = nilai koefisien U Theil

Jika ukuran nilai statistik tersebut mendekati nol maka simulasi model mengikuti

nilai aktualnya (Pindyck dan Rubinfeld, 1991; Sitepu dan Sinaga, 2006).

Validasi model ekonomi rumahtangga petani sayuran dilakukan

berdasarkan strata luas lahan. Hal tersebut dilakukan karena pada simulasi model

juga berdasarkan strata luas lahan. Dengan demikian dapat mengetahui perilaku

ekonomi rumahtangga petani sayuran lahan sempit, sedang dan luas jika terjadi

perubahan-perubahan pada variabel eksogen.

Simulasi model dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh perubahan

beberapa faktor terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran. Beberapa

perubahan yang dilakukan terdiri dari tiga simulasi sebagai berikut :

1. Peningkatan risiko produksi kentang sebesar lima persen.

Perubahan terhadap risiko produksi kentang dilakukan dengan pertimbangan

dari hasil analisis risiko produksi menunjukkan bahwa dalam kegiatan

Page 122: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

101

usahatani kentang dan kubis tenyata usahatani kentang mempunyai risiko

produksi yang lebih besar dibandingkan usahatani kubis. Oleh karena itu,

dalam simulasi ini dilakukan perubahan risiko produksi kentang dengan

melakukan peningkatan risiko produksi kentang sebesar lima persen.

2. Peningkatan risiko harga kubis sebesar lima persen

Perubahan risiko harga kubis dilakukan dengan mempertimbangkan hasil

analisis risiko harga yang menunjukkan kondisi yang sebaliknya dengan risiko

produksi bahwa komoditas kubis mempunyai risiko harga yang lebih tinggi

dibandingkan dengan komoditas kentang. Kubis mempunyai risiko harga lebih

tinggi dibandingkan kentang karena kubis mempunyai karakteristik yang

mudah rusak dan tidak bisa disimpan dalam waktu lama sehingga harus segera

dijual. Kondisi tersebut menyebabkan rumahtangga petani sayuran harus

segera menjual kubis ke pasar pada tingkat harga berapapun. Sedangkan

kentang dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama sehingga rumahtangga

petani mempunyai alternatif untuk menjual pada tingkat harga tinggi. Hal

tersebut menyebabkan risiko harga kubis lebih tinggi dibandingkan kentang.

3. Peningkatan upah pada kegiatan usahatani (on farm) sebesar 20 persen.

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa upah yang berlaku di daerah

penelitian pada kegiatan usahatani (on farm) baik pada tenaga kerja pria

maupun wanita mengalami peningkatan rata-rata sebesar 20 persen.

Keterkaitan antara variabel, khususnya variabel endogen, yang dibangun

dalam model ekonomi rumahtangga petani sayuran dapat dilihat pada Gambar 7.

Variabel-variabel endogen tersebut yang tercakup dalam blok produksi,

penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran.

Page 123: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

PBNHKT PPKPKT

PESKT PBNHKB PNPKB

PESKB

NPPKT NPPKB

LHGKT

PRDKB PRDKT

LHGKB

PKB PKT

TKPDKT

TKWDKT

TKPDKB

TKWDKB

TKPLKT

TKWLKT

TKPLKB TKWLKB

TKPOF TKWOF TKPNF

TKWNF

TKDKT

TKLKT

TBUKT

TBUKB

PUTKT

PUTKB

TPUT PPOF

PWOF TPOF

PPNF PWNF

TPNF TPRT PPANG

PNPG

PPEND KONS

PENG

PKS

INVES

TAB

PPKNKT

Gambar 7. Keterkaitan Antar Variabel dalam Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran

Page 124: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN

Rumahtangga petani sayuran dalam penelitian ini yaitu rumahtangga

petani yang mengelola kegiatan usahatani sayuran. Kecamatan Pangalengan,

sebagai lokasi penelitian, merupakan salah satu daerah sentra produksi komoditas

sayuran khususnya kentang dan kubis. Rumahtangga petani sayuran di Kecamatan

Pangalengan menjadi sampel dalam penelitian ini.

Gambaran mengenai rumahtangga petani sayuran sampel yang akan

dijelaskan pada bab ini meliputi karakteristik usahatani sayuran yang dikelola,

termasuk didalamnya membahas risiko produksi dan risiko harga produk yang

dihadapi. Selain karakteristik usahatani, pembahasan juga mencakup karakteristik

petani dan anggota keluarga rumahtangga petani sayuran sampel.

Adapun karakteristik usahatani yang dibahas mencakup penguasaan lahan

usahatani, pola tanam usahatani, risiko produksi dan risiko harga produk serta

penggunaan input usahatani. Sedangkan karakteristik tentang petani dan anggota

keluarga rumahtangga petani sayuran mencakup karakteristik anggota keluarga

rumahtangga petani, kegiatan kerja petani dan anggota keluarganya serta sumber-

sumber pendapatan rumahtangga petani sayuran.

Pembahasan dalam bab ini dengan mengklasifikasikan atau menstratifikasi

rumahtangga petani sayuran sampel berdasarkan skala total luas lahan yang

dikuasai. Stratifikasi rumahtangga petani sayuran sampel dilakukan setelah data

terkumpul dan pengolahan data primer. Hal ini dikarenakan pada saat awal

pengumpulan data primer, stratifikasi berdasarkan skala luas lahan yang dikuasai

belum dilakukan karena adanya kesulitan dalam menyusun kerangka sampling

Page 125: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

104

(sampling frame) yang disebabkan tidak adanya informasi secara lengkap

mengenai penguasaan luas lahan yang dikuasai.

5.1. Penguasaan Lahan Usahatani

Karakteristik lahan usahatani dapat dikategorikan berdasarkan jenis lahan

yaitu lahan sawah dan lahan darat atau lahan kering. Jika didasarkan pada

karakteristik tersebut ternyata 100 persen lahan usahatani yang diusahakan oleh

rumahtangga petani sayuran sampel merupakan lahan darat atau lahan kering. Hal

ini sesuai dengan realita mengenai kondisi lahan pada wilayah penelitian yang

menunjukkan bahwa sekitar 94.3 persen dari total luas lahan di Kecamatan

Pangalengan merupakan lahan kering. Lahan di wilayah penelitian mempunyai

ketinggian sekitar 800-1900 meter diatas permukaan laut (dpl) dan termasuk lahan

dataran tinggi. Dengan agroekosistem tersebut dan kondisi biofisiknya

menunjukkan bahwa tanaman sayuran sangat sesuai dibudidayakan di Kecamatan

Pangalengan (Pemerintah Kabupaten Bandung, 2006).

Dalam hubungannya dengan penguasaan lahan usahatani, rumahtangga

petani sayuran sampel dapat diklasifikasikan berdasarkan status kepemilikannya

yaitu lahan milik sendiri dan atau bukan milik sendiri. Penguasaan lahan usahatani

menunjukkan besarnya luas lahan yang diusahakan dan dikelola rumahtangga

petani sayuran sampel. Status kepemilikan lahan rumahtangga petani sayuran

sampel dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan pada status kepemilikan lahan

menunjukkan sekitar 83.2 persen rumahtangga petani sayuran sampel mempunyai

lahan milik sendiri sedangkan 16.8 persen rumahtangga petani sayuran sampel

tidak memiliki lahan sendiri. Lahan bukan milik sendiri pada umumnya

diusahakan dengan sistem sewa baik dalam bentuk uang maupun hasil panen.

Page 126: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

105

Tabel 4. Jumlah Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan dan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Uraian Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha) Lahan Sedang (0.51–1.00 ha)

Lahan Luas (> 1.00 ha)

Total

Orang % Orang % Orang % Orang % 1. Lahan Milik Memiliki Lahan 53 85.5 22 64.7 44 93.6 119 83.2Tidak Memiliki 9 14.5 12 35.3 3 6.4 24 16.8Jumlah 62 100.0 34 100.0 47 100.0 143 100.02. Lahan Bukan

Milik Menguasai 31 50.0 23 67.6 30 63.8 84 58.7Tidak menguasai 31 50.0 11 32.4 17 36.2 59 41.3Jumlah 62 100.0 34 100.0 47 100.0 143 100.0 3. Status Petani Pemilik-Penyewa 22 35.5 11 32.4 27 57.4 60 42.0Pemilik saja 31 50.0 11 32.4 17 36.2 59 41.3Penyewa saja 9 14.5 12 35.3 3 6.4 24 16.7Jumlah 62 100.0 34 100.0 47 100.0 143 100.0

Selanjutnya pada penguasaan lahan bukan milik sendiri menunjukkan

sekitar 58.7 persen rumahtangga petani sayuran sampel mengusahakan lahan

bukan milik sendiri atau menyewa lahan dan 41.3 persen tidak memiliki lahan

sewaan. Rumahtangga petani sayuran sampel yang menguasai lahan sewaan lebih

tinggi dari pada yang tidak memiliki lahan sewaan. Kondisi di lapangan

menunjukkan bahwa hal itu terjadi karena akses rumahtangga petani sayuran

sampel untuk melakukan penyewaan lahan di Kecamatan Pangalengan sangat

tinggi. Penyewaan lahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber

kepemilikan lahan seperti lahan milik perhutani/kehutanan, perkebunan, desa

maupun pribadi. Jika dilihat dari status petani, yaitu sebagai pemilik dan atau

penyewa lahan, menunjukkan bahwa 42.0 persen rumahtangga petani sayuran

sampel merupakan pemilik lahan sekaligus penyewa lahan sedangkan 41.3 persen

Page 127: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

106

rumahtangga petani sayuran sampel merupakan pemilik lahan saja dan 16.7

persen merupakan penyewa lahan saja.

Adapun biaya sewa lahan dari berbagai kepemilikan tersebut sangat

beragam. Sewa lahan yang diberlakukan oleh perhutani belum ada ketentuan

secara tertulis tetapi yang sering terjadi masa kontrak tidak terbatas dan

pembayaran sewa berupa hasil produksi kentang yaitu untuk pembayaran sewa

lahan seluas 100 tumbak (setara 0,14 ha) dibayar dengan satu karung kentang (50

kg). Sedangkan penyewaan lahan pada lahan desa dikenakan biaya sebesar Rp

120.000/100 tumbak dan pembayaran sewa pada lahan pribadi mencapai Rp

600.000/100 tumbak.

Rumahtangga petani sayuran sampel dikelompokkan berdasarkan skala

luas lahan usahatani menjadi tiga kelompok yaitu rumahtangga petani sayuran

lahan sempit, sedang dan luas. Dilihat dari total luas penguasaan lahan, yang

merupakan penjumlahan luas lahan milik sendiri dan lahan bukan milik,

menunjukkan bahwa 43.4 persen rumahtangga petani sayuran sampel menguasai

lahan sempit dengan rata-rata 0.28 ha, sedangkan 23.8 persen rumahtangga petani

sayuran sampel menguasai lahan sedang dengan rata-rata 0.75 ha dan 32.8 persen

rumahtangga petani sayuran sampel menguasai lahan luas dengan rata-rata 2.24

ha. Adapun secara keseluruhan untuk total rumahtangga petani sayuran sampel

menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan yang dikuasai rumahtangga petani

sayuran sampel sebesar 1.03 ha dengan rata-rata jumlah persil sebanyak 3 persil.

Luas penguasaan lahan rumahtangga petani sayuran sampel berdasarkan skala

usahatani dan status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 128: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

107

Tabel 5. Luas Penguasaan Lahan Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan dan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha) Lahan Sedang (0.51–1.0 ha)

Lahan Luas (> 1.0 ha)

Total Uraian

Rata rata

SD Rata rata

SD Rata Rata

SD Rata rata

SD

Total Luas (ha) 0.28 0.10 0.75 0.16 2.24 1.18 1.03 1.10Milik(ha) 0.20 0.14 0.39 0.36 1.60 2.06 0.71 1.35Bukan Milik(ha) 0.13 0.27 0.38 0.36 1.00 1.24 0.47 0.84Jml persil 2 0.41 3 0.87 4 1.33 3 1.33

Keterangan : SD : Simpangan Baku (Standard Deviation)

Jika dilihat dari proporsi luas lahan milik dan lahan bukan milik terhadap

total luas lahan yang dikuasai menunjukkan bahwa secara umum rata-rata 62

persen luas lahan yang dikuasai merupakan lahan milik dan 38 persennya

merupakan lahan bukan milik. Pada rumahtangga petani sayuran sampel dengan

lahan sempit dan lahan luas, proporsi lahan milik terhadap total lahan yang

dikuasai (masing-masing 68.3 % dan 62.0 %) lebih besar dibandingkan proporsi

lahan bukan milik (masing-masing 31.7 % dan 38.0 %). Sedangkan pada

rumahtangga petani sampel dengan skala usahatani lahan sedang menunjukkan

proporsi luas lahan milik dan luas lahan bukan milik terhadap total luas lahan

yang dikuasai relatif hampir sama masing-masing sekitar 50.0 persen.

5.2. Pola Tanam Usahatani

Terkait dengan pemanfaatan lahan menunjukkan bahwa rata-rata

rumahtangga petani sampel memanfaatkan lahannya selama satu tahun dengan

intensitas pemanfaatan lahan sebesar 300 persen. Hal itu menunjukkan selama

satu tahun, lahan ditanami tiga kali yaitu pada musim kemarau I (MKI), musim

kemarau II (MKII) dan musim hujan (MH). Jika dilihat secara teknis, tanaman

Page 129: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

108

sayuran umumnya dapat ditanam setiap waktu tanpa memperhatikan musim dan

hal itu yang dilakukan oleh rumahtangga petani sampel. Intensitas pemanfaatan

lahan yang dikelola rumahtangga petani sayuran sampel termasuk dalam kategori

tinggi. Tingginya intensitas pemanfaatan lahan tersebut menjadi salah satu

penyebab semakin menurunnya tingkat kesuburan lahan yang dikelola

rumahtangga petani sayuran sampel. Dengan intensitas pemanfaatan lahan yang

tinggi mengindikasikan adanya eksploitasi lahan sehingga tanpa adanya perbaikan

terhadap lahan akan menyebabkan tingkat kesuburan lahan semakin menurun.

Terkait dengan pola tanam selama satu tahun menunjukkan bahwa

rumahtangga petani sayuran sampel mengusahakan lahannya dengan pola tanam

yang berbeda-beda setiap persilnya tetapi masih tetap mengusahakan komoditas

unggulan yaitu kentang dan kubis. Usahatani kentang dan kubis rata-rata ditanam

rumahtangga petani sayuran sampel secara monokultur. Oleh karena rata-rata

jumlah persil yang dikuasi rumahtangga petani lebih dari dua maka rumahtangga

petani sayuran sampel melakukan penanaman kentang dan kubis pada waktu yang

sama tetapi pada lahan berbeda. Dalam penelitian ini kondisi tersebut

menunjukkan bahwa rumahtangga petani sayuran sampel telah melakukan

diversifikasi cabang usahatani, dalam arti setiap musim diusahakan lebih dari satu

tanaman sayuran meskipun pengusahaannya tidak pada lahan atau persil yang

sama. Jadi diversifikasi tidak hanya diartikan penanaman secara campuran atau

tumpangsari pada lahan yang sama tetapi termasuk yang sudah dijelaskan

sebelumnya. Salah satu tujuan rumahtangga petani sayuran sampel melakukan

penanaman dengan komoditas yang berbeda pada setiap persilnya adalah untuk

mengatasi adanya kegagalan atau risiko produksi maupun risiko harga produk.

Page 130: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

109

Beberapa pola tanam yang umum diusahakan oleh rumahtangga petani

sampel pada musim tanam tahun 2005/2006 dapat dilihat pada Gambar 8. Adapun

pola tanam yang umum dilakukan rumahtangga petani sayuran sampel sebagai

berikut :

1. Pola I yaitu kentang – kubis – kentang

2. Pola II yaitu kubis – kentang – kubis

3. Pola III yaitu cabe + tomat – kubis – kentang .

Gambar 8. Pola Tanam Komoditas Sayuran pada Lahan yang Dikuasai Rumahtangga Petani Sayuran Sampel, di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Pola tanam I dan Pola tanam II diterapkan oleh rumahtangga petani sayuran

sampel yang mengelola lahan sebanyak dua persil. Sedangkan rumahtangga petani

sayuran sampel yang mengelola lahan sebanyak lebih dari atau sama dengan tiga

persil menerapkan Pola tanam I, Pola tanam II dan Pola tanam III.

Peb Jun Okt Jan Bulan

Luas

Kubis

Kentang

Kentang

Kubis

Kentang

Kubis

Cabe +

Tomat – Wortel - Kentang

Page 131: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

110

Secara umum 50 persen lahan kering di wilayah Kecamatan Pangalengan

diusahakan dengan pola tanam kentang- kubis- kentang (Koordinator Penyuluh

Pertanian, 2006). Penerapan pola tanam yang umum dilakukan rumahtangga

petani sayuran sampel mengikuti prinsip teknik budidaya tanaman yaitu lahan

yang sudah ditanami kentang maka untuk musim tanam berikutnya sebaiknya

lahan ’bekas’ kentang tidak boleh ditanami kembali dengan komoditas yang

termasuk dalam satu famili Solanaceae. Beberapa komoditas yang termasuk

famili solanaceae diantaranya adalah kentang, tomat dan cabe. Perlakuan tersebut

didasarkan pada alasan bahwa lahan yang ditanami dengan komoditas yang

termasuk famili Solanaceae secara berturut – turut setiap musim tanam maka

siklus hidup hama dan penyakit tanaman tidak akan terputus. Oleh karena itu

salah satu cara yang dilakukan rumahtangga petani sayuran sampel untuk

menekan hama dan penyakit tanaman yaitu dengan dengan menerapkan pola

tanam kentang - kubis – kentang artinya menanam komoditas kentang dilanjutkan

pada musim berikutnya menanam komoditas lain, yang tidak termasuk famili

Solanaceae, seperti kubis.

Adapun penggunaan lahan untuk komoditas kentang dan kubis yang

diusahakan oleh rumahtangga petani sayuran sampel selama satu tahun dapat

dilihat pada Tabel 6.

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa secara total, rumahtangga petani

sayuran sampel mempunyai rata-rata proporsi luas lahan garapan kentang (49%)

lebih tinggi dibandingkan kubis (34%). Jika dilihat berdasarkan strata skala

usahatani, ternyata pada rumahtangga petani lahan sempit, pada periode tahun

2005/2006 lahan garapan hanya digunakan untuk komoditas kentang dan kubis.

Page 132: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

111

Sementara itu untuk rumahtangga petani lahan sedang dan lahan luas, selain

kentang dan kubis juga mengusahakan tanaman lain (wortel, tomat, cabe). Pada

rumahtangga petani sayuran sampel lahan sedang, proporsi lahan garapan untuk

tanamana lain sekitar 10 persen sedangkan pada rumahtangga petani lahan luas,

proporsi lahan garapan untuk tanaman lain sekitar 20 persen.

Tabel 6. Penggunaan Lahan Garapan Kentang dan Kubis Selama Satu Tahun

pada Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Uraian Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha) Lahan Sedang (0.51–1.0 ha)

Lahan Luas (> 1.0 ha)

Total

Rata Rata

SD Rata Rata

SD Rata Rata

SD Rata Rata

SD

Kentang (ha) 0.44

(54%) 0.171.15

(51%) 0.25 3.27

(49%) 1.63 1.51

(49%) 1.55

Kubis (ha) 0.38

(46%) 0.130.88

(39%) 0.25 2.10

(31%) 1.01 1.05

(34%) 0.95

Lainnya(ha) 0.00 (0%) 0.00

0.23 (10%) 0.23

1.39 (20%) 1.33

0.51 (17%) 0.99

Keterangan : SD : Simpangan Baku (Standard Deviation)

Sementara itu secara keseluruhan, rata-rata rumahtangga petani sayuran

sampel menunjukkan bahwa komoditas kentang merupakan komoditas sayuran

yang dominan diusahakan diusahakan diikuti komoditas kubis. Dalam kegiatan

usahatani, rumahtangga petani sayuran sampel mengusahakan komoditas kentang

dan kubis secara monokultur. Namun demikian dalam kedua komoditas tersebut

diusahakan pada waktu yang bersamaan meskipun pada lahan yang berbeda. Hal

tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga petani sayuran sampel telah

melakukan kegiatan usaha diversifikasi antara kentang dan kubis dengan alasan

untuk mengatasi adanya risiko produksi.

Page 133: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

112

5.3 . Risiko Produksi dan Risiko Harga Produk 5.3.1. Risiko Produksi Komoditas Sayuran

Pengelolaan usahatani sayuran yang dikelola oleh rumahtangga petani

sayuran sampel selalu dihadapkan pada masalah risiko baik risiko produksi

maupun risiko harga produk. Indikasi adanya risiko produksi dalam pengelolaan

usahatani sayuran ditunjukkan oleh adanya variasi atau fluktuasi produksi yang

diperoleh rumahtangga petani sayuran sampel. Demikian halnya risiko harga

ditunjukkan oleh adanya fluktuasi harga produk yang diterima rumahtangga petani

sayuran sampel.

Beberapa faktor yang dianggap rumahtangga petani sayuran sampel

sebagai penyebab munculnya risiko produksi pada usahatani sayuran diantaranya

adalah sebagai berikut :

a. Hama dan penyakit tanaman

Seluruh rumahtangga petani sayuran sampel (100%) menyatakan bahwa

hama dan penyakit tanaman (HPT) merupakan risiko tertinggi yang dihadapi

dalam melakukan pengelolaan usahatani sayuran. Kondisi tersebut dikarenakan

karakteristik tanaman sayuran sangat rentan terhadap hama dan penyakit tanaman.

Hal itu menyebabkan produksi yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan,

dalam arti terjadi adanya fluktuasi produksi yang tidak dapat diprediksi secara

tepat.

Khusus dalam pengusahaan kentang, risiko produksi yang dihadapi

rumahtangga petani sayuran sampel sangat tinggi dengan adanya penyakit busuk

daun (phythopthora infestans), sehingga dalam waktu 3 hari - 7 hari menyebabkan

tanaman akan mati. Berbagai upaya telah dilakukan rumahtangga petani sayuran

Page 134: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

113

sampel dalam menghadapi serangan hama dan penyakit tanaman dengan

melakukan aplikasi obat-obatan seperti pestisida, insektisida dan fungisida.

Frekuensi aplikasi obat-obatan tersebut dilakukan setiap 2-3 hari sekali sampai 7

hari sekali, tergantung pada tingkat serangan hama dan penyakit tanaman. Jika

serangan hama dan penyakit tanaman relatif tinggi maka frekuensi aplikasi obat-

obatan semakin sering (2-3 hari sekali), sedangkan jika serangan hama dan

penyakit tanaman relatif rendah maka frekuensi aplikasi obat-obatan semakin

lama jarak waktunya (7 hari sekali).

Dalam kaitannya dengan aplikasi pestisida, frekuensi aplikasi atau

penyemprotan obat-obatan sangat tergantung pada kondisi cuaca karena kondisi

cuaca mempunyai hubungan yang sangat erat dengan populasi hama dan penyakit

tanaman. Hama dan penyakit tanaman sangat menyenangi kondisi udara yang

lembab. Pada saat musim hujan, yang mana keadaan curah hujan sangat tinggi dan

udara sangat lembab, populasi hama dan penyakit tanaman sangat tinggi.

Sebaliknya pada saat musim kemarau, yang mana keadaan curah hujan yang

rendah dan udara kering, menyebabkan populasi hama dan penyakit tanaman

dapat dikatakan rendah.

Penjelasan di atas sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan.

Aplikasi obat-obatan atau penyemprotan yang dilakukan rata-rata rumahtangga

petani sampel pada tanaman kentang berbeda-beda setiap musim tanamnya. Pada

musim kemarau I (MKI), frekuensi aplikasi atau penyemprotan obat-obatan

terhadap tanaman kentang sekitar 12-14 kali sedangkan pada musim kemarau II

(MKII) sekitar 10-11 kali dan pada musim hujan (MH) sekitar 15-18 kali.

Sedangkan untuk tanaman kubis, secara umum frekuensi penyemprotan obat-

Page 135: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

114

obatan rata-rata sekitar 4– 10 kali aplikasi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

frekuensi penyemprotan obat-obatan pada musim hujan (MH) lebih tinggi

dibandingkan musim kemarau I (MKI) dan musim kemarau II (MKII). Hal itu

menunjukkan pada musim hujan populasi hama dan penyakit lebih banyak karena

udara yang lembab.

Frekuensi penyemprotan tersebut di atas secara umum dapat dikatakan

relatif tinggi. Pertimbangan yang mendasari rumahtangga petani sayuran sampel

melakukan frekuensi penyemprotan yang tinggi atau tetap melakukan aplikasi

meskipun serangan hama dan penyakit tanaman sangat rendah atau bahkan tidak

ada, khususnya pada MK II, dengan tujuan untuk berjaga-jaga supaya tidak terjadi

kerusakan tanaman, yang akhirnya akan berpengaruh pada produksi. Dengan tetap

menerapkan aplikasi obat-obatan, rumahtangga petani sayuran sampel dapat

mempertahankan produksi sayuran yang dihasilkan sesuai dengan yang

diharapkan. Dalam arti produksi yang dihasilkan relatif stabil dengan aplikasi

obat-obatan.

b. Kondisi cuaca atau iklim.

Pada umumnya rumahtangga petani sayuran sampel (100%) menyatakan

bahwa cuaca atau iklim menjadi salah satu faktor munculnya risiko dalam

produksi sayuran. Hal ini dikarenakan perubahan cuaca semakin sulit diprediksi

karena cuaca sudah tidak sesuai dengan siklus normalnya atau disebut terjadi

anomali cuaca. Dahulu cuaca relatif mudah untuk diprediksi dengan cara melihat

siklus tahunan dari cuaca.

Terkait dengan anomali cuaca, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

rumahtangga petani sampel yang baru melakukan penanaman pada saat musim

Page 136: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

115

hujan mengalami kerugian karena pada waktu tersebut curah hujan sangat rendah

karena musim kemarau yang datang tiba-tiba sehingga banyak tanaman yang mati.

Secara teknis tanaman sayuran sangat rentan terhadap kekeringan sehingga

kebutuhan terhadap air sangat besar. Jika pada saat penanaman sangat besar

kebutuhan airnya maka dengan datangnya musim kemarau, yang tidak sesuai

waktu normal, maka penanaman di lahan darat menghadapi kesulitan memperoleh

pengairan dan akhirnya harus mengganti tanaman yang mati.

Sementara itu dilihat dari karakteristik tanaman, khususnya pada tanaman

kentang sangat membutuhkan air yang cukup yang artinya pertumbuhan tanaman

akan bagus bila lahan dalam kondisi lembab. Rumahtangga petani sayuran sampel

yang mengusahakan usahatani pada lahan berpengairan bagus atau dikenal dengan

’ceboran’ tidak menghadapi masalah pengairan pada saat musim kemarau.

Sebaliknya bagi rumahtangga petani sampel yang mengusahakan usahatani pada

lahan yang tidak berpengairan akan menghadapi kesulitan dalam pengairan.

Dikaitkan dengan prasarana pengairan yang terdapat di wilayah

Kecamatan Pangalengan menunjukkan bahwa prasarana pengairan yang dapat

digunakan untuk mengairi kegiatan usahatani masih sangat terbatas. Prasarana

pengairan yang terdapat di wilayah Kecamatan seperti waduk dan sungai yang

kecil-kecil tidak mampu mengairi seluruh lahan usahatani sayuran yang terdapat

di wilayah Kecamatan Pangalengan sehingga pengairan sulit dilakukan.

Dalam menghadapi masalah pengairan, pada umumnya rumahtangga

petani yang termasuk skala lahan sedang dan luas dapat mengusahakan pompa

(sprinkle) sedangkan petani skala kecil tidak ada yang menggunakan pompa.

Tidak adanya petani kecil yang mengusahakan pompa dikarenakan terkait dengan

Page 137: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

116

tidak efisiennya penggunaan pompa untuk luas lahan yang kecil. Pada umumnya

penggunaan pompa diusahakan secara individu dengan memasangnya pada setiap

sumber air yang terdapat di lahan yang diusahakan rumahtangga petani.

Cuaca mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan munculnya hama

dan penyakit tanaman. Seperti yang dijelaskan terdahulu, pada musim hujan,

rumahtangga petani sayuran sampel tidak menghadapi masalah pengairan, tetapi

menghadapi masalah dengan semakin tingginya serangan hama dan penyakit

tanaman. Sebaliknya pada saat musim kemarau, rumahtangga petani sayuran

sampel menghadapi masalah pengairan tetapi tidak menghadapi masalah serangan

hama dan penyakit tanaman karena pada saat musim kemarau penyakit tanaman,

seperti virus, akan mati. Kondisi tersebut dapat menyebabkan produksi yang

dihasilkan tidak seperti yang diharapkan, sehingga produksi pada musim kemarau

menjadi lebih rendah dibanding pada musim hujan.

Dilihat dari rata-rata produktivitas, khususnya tanaman kentang yang

dihasilkan rumahtangga petani sampel pada musim tanam tahun 2005/2006,

menunjukkan bahwa produktivitas kentang pada MKI tahun 2005 mencapai 20.63

ton/ha, pada MKII tahun 2005 sebesar 18.14 ton/ha dan pada MH 2005/2006

sebesar 23.21 ton/ha. Berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator Penyuluh

Pertanian Lapang (PPL) Kecamatan Pangalengan, dinyatakan bahwa sebenarnya

produktivitas kentang bisa tinggi pada saat musim kemarau (MKI dan MKII) bila

kekurangan air dapat diatasi misalnya dengan penggunaan pompa air. Dengan

kondisi tersebut maka produksi pada musim kemarau dapat lebih tinggi daripada

musim hujan. Demikian halnya pada saat musim hujan, dengan kondisi matahari

yang tidak optimal dan kelembaban udara tinggi maka tanaman mudah terserang

Page 138: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

117

penyakit. Jika modal yang dimiliki cukup untuk melakukan aplikasi pestisida,

maka pada saat curah hujan tinggi dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi

atau seperti yang diharapkan.

c. Tingkat kesuburan lahan.

Sekitar 93 persen rumahtangga petani sayuran sampel menyatakan bahwa

kesuburan lahan dapat menjadi faktor munculnya risiko produksi. Sebagian besar

rumahtangga petani sayuran sampel memiliki lahan dengan tingkat kesuburan

yang rendah dikarenakan selama pengelolaan usahatani, tingkat intensitas

pemanfaatan lahan (IPL) sangat tinggi, yaitu mencapai 300 persen (IPL = 300%).

Hal tersebut menunjukkan bahwa selama pengelolaan usahatani, rumahtangga

petani sayuran sampel selalu menanami lahan secara terus menerus sepanjang

tahun. Kondisi itu akan menyebabkan tingkat kesuburan lahan semakin menurun

karena dengan tingkat intensitas pemanfaatan lahan yang tinggi menyebabkan

semakin banyak pengambilan unsur hara yang terdapat dalam lahan, sehingga

dapat menghambat pertumbuhan tanaman, seperti misalnya tanaman mudah layu

dan mudah terserang penyakit, dan akhirnya produktivitas tanaman akan

mengalami penurunan.

Bagi rumahatangga petani sayuran sampel yang mengelola lahan milik

perkebunan atau kehutanan tidak terlalu menghadapi masalah tingkat kesuburan

lahan. Rata-rata tingkat kesuburan lahan perkebunan atau kehutanan masih tinggi

karena intensitas pemanfaatan lahan perkebunan atau kehutanan per tahun masih

sangat rendah yaitu kurang dari 100 persen. Hal tersebut dikarenakan pada lahan

perkebunan atau kehutanan biasanya ditanami tanaman tahunan sehingga

penanaman tanaman perkebunan atau kehutanan hanya dilakukan satu kali selama

Page 139: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

118

bertahun-tahun. Selain tingkat intensitas pemanfaatan lahan, permasalahan lain

yang dihadapi rumahtangga petani sayuran sampel menyangkut tingkat keasaman

atau pH (potensial of Hidrogen) lahan. Pada umumnya lahan yang diusahakan

oleh rumahtangga petani sampel mempunyai tingkat keasaman yang tinggi dengan

pH lahan sekitar empat sampai lima (pH = 4 - 5). Dengan tingkat keasaman lahan

yang tinggi (pH lahan dibawah tujuh) dapat menunjukkan tingkat kesuburan lahan

sangat rendah. Hal itu terjadi karena pada lahan yang bersifat asam, unsur-unsur

hara yang terdapat pada lahan, seperti kalsium, kalium, natrium dan magnesium,

hilang diserap tanaman atau terbawa aliran air ke lapisan lahan yang lebih bawah.

Selain itu juga dengan tingkat keasaman yang tinggi akan mempengaruhi

perkembangan mikroorganisme artinya bakteri dan jamur pengurai bahan organik

yang terdapat di dalam lahan tidak dapat berkembang dengan baik. Secara teoritis,

pH lahan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati netral (pH =

6.5 – 7). Namun demikian kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian

pH yang berbeda-beda. Adapun pH yang optimal untuk pertumbuhan beberapa

tanaman sayuran sebagai berikut : pertumbuhan tanaman kentang membutuhkan

kondisi pH optimal sekitar 5 – 6 sedangkan untuk pertumbuhan tanaman kubis pH

sekitar 6 – 7 (Novizan, 2002; Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2002).

d. Tingkat kemiringan lahan.

Sekitar 55 persen rumahtangga petani sayuran sampel menyatakan bahwa

kemiringan lahan dapat menjadi faktor risiko produksi. Rumahtangga petani

sayuran sampel menyatakan bahwa produktivitas yang dihasilkan komoditas yang

ditanam pada lahan yang miring akan lebih rendah 10 persen dari produktivitas

pada lahan datar. Hal itu terjadi karena pada lahan yang miring, pupuk akan

Page 140: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

119

mudah terbawa arus air sebelum terserap oleh tanaman. Namun demikian

kemiringan lahan dapat tidak berpengaruh terhadap produktivitas dengan syarat

penggunaan input optimal.

Terkait dengan tingkat kemiringan lahan, telah dikeluarkan suatu

kebijakan yang merupakan kesepakatan bersama antara Dinas Perkebunan,

Kehutanan dan Pertanian Provinsi Jawa Barat yang menyangkut perihal larangan

penanaman sayuran pada lahan dengan tingkat kemiringan di atas 40 derajat.

Salah satu alasan munculnya kesepakatan mengenai larangan tersebut adalah

penanaman yang dilakukan pada lahan dengan tingkat kemiringan di atas 40

derajat dapat menyebabkan semakin tingginya tingkat erosi lahan. Berdasarkan

pengamatan pada wilayah yang merupakan sentra sayuran di Kecamatan

Pangalengan Kabupaten Bandung maupun di Kecamatan Pasirwangi Kabupaten

Garut menunjukkan bahwa lahan yang mempunyai tingkat kemiringan diatas 40

derajat hampir semuanya diusahakan untuk penanaman sayuran. Menurut

narasumber dari Balai Penelitian Tanamana Sayuran (Balitsa) menyatakan bahwa

masih sangat sulit untuk mencegah rumahtangga petani untuk tidak menanam

sayuran pada lahan dengan tingkat kemiringan di atas 40 derajat. Hal itu

dikarenakan rumahtangga petani sayuran akan kehilangan pendapatan jika

larangan tersebut dipatuhi. Khusus wilayah Kecamatan Pangalengan secara umum

mempunyai tingkat kemiringan lahan sekitar 30 – 55 derajat (Koordinator

Penyuluh Pertanian Kecamatan Pangalengan, 2006).

5.3.2. Hubungan Risiko Produksi dan Produktivitas yang Diharapkan

Risiko produksi akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dihasilkan

rumahtangga petani sayuran sampel. Dengan demikian terjadinya fluktuasi dalam

Page 141: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

120

produktivitas yang dihasilkan rumahtangga petani sayuran sampel menunjukkan

rumahtangga petani sayuran sampel menghadapi adanya risiko dalam kegiatan

produksi atau usahatani. Risiko produksi yang dibahas dalam penelitian ini

difokuskan pada risiko produksi kentang dan kubis.

Produktivitas yang berfluktuasi menunjukkan adanya nilai produktivitas

yang tertinggi, terendah dan normal. Dengan adanya produktivitas yang berubah-

ubah maka peluang rumahtangga petani sayuran sampel memperoleh

produktivitas tertinggi, terendah dan normal dapat diamati dengan

mempertimbangkan periode waktu pengusahaan komoditas yang bersangkutan.

Yang dimaksud dengan produktivitas tertinggi yaitu tingkat produktivitas yang

paling tinggi, yang pernah diperoleh rumahtangga petani sampel selama

pengusahaan komoditas yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan

produktivitas terendah yaitu tingkat produktivitas yang paling rendah, yang

pernah diperoleh rumahtangga petani sayuran sampel selama pengusahaan

komoditas yang bersangkutan. Sementara itu yang dimaksud dengan produktivitas

normal dalam kajian ini yaitu produktivitas yang sering diperoleh rumahtangga

petani sayuran sampel selama pengusahaan komoditas yang bersangkutan.

Pada tanaman kentang, rata-rata produktivitas normal yang diperoleh

rumahtangga petani sayuran sampel sebesar 19.97 ton/ha/musim. Dengan adanya

risiko produksi, yaitu adanya perubahan cuaca pada saat musim kemarau yang

diikuti gangguan hama dan penyakit tanaman yang semakin besar, menyebabkan

produktivitas kentang yang dihasilkan rumahtangga petani sampel mengalami

penurunan dengan kisaran 30 persen-80 persen. Tingkat produktivitas kentang

dan peluang kejadian yang dihadapi rumahtangga petani sampel karena adanya

Page 142: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

121

risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 7. Rata-rata produktivitas kentang

tertinggi yang pernah dicapai rumahtangga petani sayuran sampel sebesar 28.72

ton/ha/musim, sedangkan produktivitas terendah yang pernah dicapai rata-rata

sebesar 13.27 ton/ha/musim. Sementara itu produktivitas kentang yang diharapkan

(expected ) rumahtangga petani sayuran rata-rata sebesar 20.29 ton/ha/musim.

Tabel 7. Rata-rata Produktivitas Kentang dan Peluang yang Dihadapi

Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Uraian Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha) Lahan Sedang (0.51–1.0 ha)

Lahan Luas (> 1.0 ha)

Total

Rata rata

SD Rata Rata

SD Rata rata

SD Rata rata

SD

Produktivitas tertinggi (ton/ha) 27.77 5.9 30.15 8.8 28.96 7.5 28.72 7.2Produktivitas terendah (ton/ha) 13.67 4.0 13.17 5.7 12.83 5.3 13.27 4.8Produktivitas normal (ton/ha) 19.38 4.1 20.9 6.7 20.1 5.4 19.97 5.2Peluang tertinggi 0.20 0.2 0.20 0.1 0.21 0.10 0.20 0.1Peluang terendah 0.20 0.1 0.24 0.1 0.20 0.10 0.21 0.1Peluang normal 0.60 0.1 0.56 0.1 0.59 0.15 0.59 0.1Produktivitas Harapan (ton/ha) 19.87 3.9 20.7 6.2 20.49 5.2 20.29 4.9

Keterangan : SD : Simpangan Baku (Standard Deviation)

Selain tingkat produktivitas, pembahasan risiko juga berhubungan dengan

adanya peluang terjadinya suatu kejadian dan peluang tersebut dapat diukur.

Dalam kegiatan pengelolaan usahatani, peluang terjadinya suatu kejadian, yaitu

kejadian produktivitas tertinggi, terendah dan normal sangat menentukan

produktivitas yang diharapkan. Dalam penelitian ini, peluang produktivitas

tertinggi, terendah dan normal diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali

rumahtangga petani sayuran sampel pernah mencapai produktivitas tertinggi,

terendah atau normal selama periode pengusahaan komoditas yang bersangkutan.

Page 143: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

122

Rata-rata peluang rumahtangga petani sayuran sampel mencapai

produktivitas kentang tertinggi sekitar 0.2 atau 20 persen, yang dapat diartikan

jika rumahtangga petani melakukan pengusahaan kentang sebanyak 10 kali maka

frekuensi rumahtangga petani sayuran sampel dapat mencapai produktivitas

tertinggi hanya dua (2) kali. Selanjutnya rata-rata peluang rumahtangga petani

sampel memperoleh produktivitas kentang terendah sekitar 0.21 atau 21 persen

dan peluang produktivitas normal sekitar 0.59 atau 59 persen. Dengan

memperhatikan angka peluang dari tingkat produktivitas yang diperoleh

rumahtangga petani sampel menunjukkan bahwa selama pengusahaan usahatani

kentang, rata-rata rumahtangga petani sampel lebih sering memperoleh

produktivitas normal dibandingkan dengan produktivitas tertinggi dan terendah.

Jika dibandingkan antar strata, menunjukkan bahwa produktivitas normal

yang dihasilkan rumahtangga petani masing-masing strata relatif sama. Namun

demikian produktivitas tertinggi yang pernah diperoleh rumahtangga petani lahan

sedang relatif lebih besar dibandingkan strata lainnya, karena lahan yang

digunakan merupakan lahan yang beririgasi atau ceboran.

Selanjutnya pada komoditas kubis, tingkat produktivitas dan peluang

kejadian yang dihadapi rumahtangga petani sayuran sampel karena adanya risiko

produksi dapat dilihat pada Tabel 8. Tingkat produktivitas kubis tertinggi yang

pernah dicapai rumahtangga petani sayuran sampel rata-rata mencapai 38.77

ton/ha/musim, sedangkan produktivitas kubis terendah yang pernah dialami

rumahtangga petani sayuran sampel rata-rata mencapai 17.19 ton/ha/musim.

Adapun produktivitas kubis yang diharapkan (expected) rumahtangga petani

sayuran sampel sekitar 26.64 ton/ha/musim.

Page 144: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

123

Identik dengan kentang, peluang rumahtangga memperoleh produktivitas

tertinggi dan terendah relatif hampir sama dan peluang memperoleh produktivitas

normal relatif sering diperoleh rumatangga petani sayuran sampel. Rata-rata

peluang rumahtangga petani sayuran sampel memperoleh produktivitas kubis

tertinggi dan terendah masing-masing 0.18 atau 18 persen dan 0.20 atau 20

persen. Peluang rumahtangga petani sayuran sampel memperoleh produktivitas

normal relatif lebih besar dibandingkan produktivitas tertinggi dan terendah.

Tabel 8. Rata-rata Produktivitas Kubis dan Peluang yang Dihadapi Rumahtangga

Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Uraian Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha) Lahan Sedang (0.51–1.0 ha)

Lahan Luas (> 1.0 ha)

Total

Rata Rata

SD Rata Rata

SD Rata rata

SD Rata rata

SD

Produktivitas tertinggi (ton/ha) 36.99 6.0 39.66 8.7 40.47 11.1 38.77 8.7Produktivitas terendah (ton/ha) 17.27 3.2 17.18 3.4 17.30 4.2 17.19 3.6Produktivitas normal (ton/ha) 25.96 4.0

26.88 4.6 27.20 5.4 26.59 4.6

Peluang tertinggi 0.17 0.1 0.19 0.1 0.17 0.1 0.18 0.1Peluang terendah 0.20 0.1 0.20 0.1 0.20 0.1 0.20 0.1Peluang normal 0.63 0.1 0.61 0.1 0.63 0.1 0.62 0.1Produktivitas Harapan (ton/ha) 25.96 3.2 27.15 4.0 27.16 4.3 26.64 3.8

Keterangan : SD : Simpangan Baku (Standard Deviation)

Setiap rumahtangga petani sayuran sampel akan mengalami kondisi

produktivitas baik yang tinggi, rendah maupun normal. Berdasarkan hasil

wawancara dengan rumahtangga petani sayuran sampel menyatakan bahwa

beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan produktivitas kentang maupun

kubis mencapai angka tertinggi diantaranya adalah sebagai berikut :

Page 145: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

124

a. Kondisi cuaca yang bagus, dalam arti curah hujan sesuai dengan kebutuhan

penanaman kentang maupun kubis

b. Serangan hama dan penyakit tanaman relatif sedikit. Populasi hama dan

penyakit tanaman sangat berkaitan dengan kondisi cuaca atau kelembaban,

sehingga jika cuaca bagus maka populasi hama dan penyakit tanaman relatif

sedikit.

c. Tingkat kesuburan lahan masih tinggi karena lahan yang digunakan untuk

usahatani merupakan bekas hutan yang baru dibuka

d. Penggunaan bibit impor dengan kualitas bagus.

e. Pengairan bagus

Lebih lanjut, beberapa faktor yang diduga dapat menjadi penyebab

produktivitas kentang yang diperoleh rumahtangga petani sayuran sampel

terendah diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Kondisi cuaca yang buruk karena curah hujan sangat tinggi pada saat musim

hujan sehingga serangan hama dan penyakit tanaman juga tinggi.

b. Serangan hama dan penyakit tanaman relatif banyak dan sulit diobati.

c. Pengairan sulit diperoleh khususnya pada saat musim kemarau sehingga

tanaman kekurangan air

d. Penggunaan bibit dengan kualitas yang rendah. Saat ini sulit untuk

mendapatkan bibit impor atau dapat dikatakan sudah tidak ada lagi.

e. Tingkat kesuburan lahan yang rendah

Beberapa hal yang dapat dilakukan rumahtangga petani sayuran sampel

dalam menghadapi berbagai macam sumber munculnya kesenjangan produktivitas

secara umum diantaranya sebagai berikut :

Page 146: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

125

1. Pengusahaan komoditas sayuran secara umum sangat sensitif terhadap hama

dan penyakit tanaman (HPT), sehingga serangan HPT tidak dapat

dihindarkan dan di luar kuasa manusia secara umum dan rumahtangga petani

sayuran sampel khususnya. Oleh karena itu untuk mempertahankan

produktivitas tanaman, rumahtangga petani sayuran sampel melakukan

aplikasi obat-obatan relatif lebih sering. Khususnya pada musim hujan yang

mana serangan HPT relatif tinggi, maka untuk mencegah dan mengobati

terhadap HPT dilakukan dengan penyemprotan obat-obatan relatif lebih

sering sekitar dua (2) hari sekali. Hal itu dilakukan karena pada musim

hujan obat-obatan akan terbawa air hujan. Jenis obat-obatan yang digunakan

sangat tergantung preferensi rumahtangga petani sayuran sampel, dan

memungkinkan tumahtangga petani sayuran sampel melakukan trial and

error terhadap setiap jenis obat-obatan sehingga tidak terpaku pada satu

jenis saja. Hal itu dikarenakan tidak setiap jenis obat-obatan mempunyai

tingkat kemampuan tinggi atau paten untuk mencegah dan mengobati HPT,

disamping itu juga karena banyak beredar obat-obatan palsu. Dinamika

penggunaan obat-obatan yang dilakukan rumahtangga petani sayuran sampel

secara umum di wilayah Kecamatan Pangalengan relatif tinggi karena

wilayah ini menjadi salah satu sasaran dari perusahaan-perusahaan produsen

obat-obatan sehingga relatif sering perusahaan-perusahaan produsen obat-

obatan tersebut melakukan demo untuk setiap produk yang baru. Perusahaan

obata-obatan biasanya melakukan kerjasama dengan kelompok tani dalam

kegiatan promosi terhadap produk yang dihasilkan.

Page 147: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

126

2. Kondisi cuaca atau iklim merupakan gejolak alam yang berada di luar

jangkauan manusia sehingga manusia umumnya dan rumahtangga petani

sayuran sampel khususnya sangat tidak mungkin untuk merubahnya. Dalam

hubungannya dengan pengusahaan sayuran secara umum, kondisi cuaca

menyebabkan dua hal diantaranya yaitu munculnya serangan hama dan

penyakit tanaman pada musim hujan dan kekeringan atau kekurangan air

pada musim kemarau. Dengan prasarana pengairan yang minim di wilayah

Kecamatan Pangalengan, seperti waduk dan sungai-sungai yang kecil-kecil

yang tidak mampu mengairi semua lahan usahatani, maka sebagai

alternatifnya dapat digunakan mesin pompa (sprinkle) untuk menaikkan air

sehingga dapat mengairi lahan rumahtangga petani sayuran.

3. Tingkat kesuburan lahan yang semakin menurun harus segera diantisipasi.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan lahan

yang diakibatkan oleh tingginya tingkat intensitas pemanfaatan lahan dengan

melakukan penanaman satu kali dalam setahun (IPL = 100%) atau tingkat

intensitas pemanfaatan lahan diturunkan atau dengan memberakan lahan,

yang sering ditanami secara terus menerus. Dengan penanaman satu kali

setahun maka pengambilan unsur hara dalam lahan tidak terlalu besar bila

dibandingkan pengambilan unsur hara dengan penanaman dua kali sampai

tiga kali dalam setahun. Selanjutnya untuk meningkatkan kesuburan lahan

yang diakibatkan rendahnya pH lahan yaitu dengan melakukan pengapuran

yang tinggi pada lahan sehingga pH lahan menjadi meningkat. Selain hal-hal

tersebut di atas, beberapa tindakan lainnya yang dapat dilakukan

rumahtangga petani sayuran sampel yaitu melakukan pemupukan dengan

Page 148: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

127

pupuk kandang dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan pupuk

pabrik; melakukan pergiliran tanaman dan pengolahan lahan dengan

pembalikkan lahan. Rumahtangga petani sayuran sampel pada umumnya

belum banyak yang melakukan pengapuran dan pemberaan lahan meskipun

sebenarnya sudah mengetahui lahan yang diusahakan sudah tidak subur atau

sangat asam.

4. Jika lahan yang diusahakan mempunyai tingkat kemiringan tertentu tetapi

masih dalam batas normal, maka dapat dilakukan teknik penanaman dengan

garitan vertikal pada musim hujan,dan garitan horizontal pada musim

kemarau serta dapat dibuat terasering yang tidak permanen.

Terkait dengan pengetahuan yang diperoleh rumahtangga petani sampel

dalam mengatasi faktor-faktor risiko, khususnya risiko produksi, dapat bersumber

dari berbagai pihak seperti pengalaman pribadi, Petugas Penyuluh Lapang (PPL),

petani lain, Sekolah Lapang Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (SLPHT),

kelompok tani, toko obat atau perusahaan obat. Sekitar 66.4 persen rumahtangga

petani sayuran sampel menyatakan bahwa untuk memperoleh pengetahuan dalam

mengatasi risiko yang utama berasal dari pengalaman pribadi yang didukung dari

petani lain maupun SLPHT. Selanjutnya 23.1 persen rumahtangga petani sampel

memperoleh pengetahuan dari pengalaman pribadi saja dan 6.3 persen

rumahtangga petani sampel memperoleh pengetahuan berasal dari petani lain saja

dan hanya 4.2 persen rumahtangga petani sayuran sampel yang menyatakan

bahwa PPL mempunyai peran utama terhadap teknik mengatasi risiko produksi.

Namun demikian sebagian besar petani menyatakan bahwa pengetahuan

tentang budidaya yang dimiliki PPL lebih rendah dibandingkan petani. Hal

Page 149: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

128

tersebut dikarenakan PPL tidak mengelola usahatani secara langsung sehingga

pengalaman praktek dianggap kurang. Sedangkan petani langsung mengelola

usahataninya, sehingga dalam menghadapi permasalahan mengenai usahatani

petani relatif lebih mampu dikarenakan pengalaman yang lebih banyak selama

mengelola usahatani. Disamping itu juga dengan didukung melalui SLPHT.

Dalam kaitannya dengan kegiatan SLPHT, sekitar 14,7 persen rumahtangga petani

sayuran sampel pernah mengikuti kegiatan SLPHT dengan materi yang diperoleh

tentang teknik budidaya sayuran dan pengendalian HPT dengan aplikasi 5 (lima)

tepat yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat arah, tepat penelitian dan tepat

pemakai/keamanan.

5.3.3. Risiko Harga yang Dihadapi Rumahtangga Petani

Selain risiko dalam kegiatan produksi, rumahtangga petani sayuran sampel

juga menghadapi risiko harga dari produk yang dihasilkan. Risiko harga yang

dihadapi rumahtangga petani sayuran sampel ditunjukkan oleh adanya fluktuasi

harga produk yang diterima rumahtangga petani sayuran sampel. Fluktuasi harga

produk mengindikasikan adanya harga tertinggi, harga terendah dan harga normal

yang pernah diterima rumahtangga petani sayuran sampel selama mengusahakan

dan menjual hasil produknya.

Yang dimaksud dengan harga tertinggi yaitu harga yang paling tinggi yang

pernah diterima rumahtangga petani sayuran sampel selama mengusahakan dan

menjual hasil produknya. Sebaliknya yang dimaksud dengan harga terendah yaitu

harga yang paling rendah yang diterima rumahtangga petani sayuran sampel

selama mengusahakan dan menjual hasil produknya. Adapun harga normal yaitu

Page 150: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

129

harga yang sering diterima rumahtangga petani sayuran sampel selama

mengusahakan dan menjual hasil produknya.

Rata-rata rumahtangga petani sayuran sampel melakukan penjualan hasil

panen produksi sayuran yang dihasilkan melalui lembaga pemasaran seperti

pedagang pengumpul (bandar), Usaha Dagang distributor sayuran atau langsung

ke pasar induk seperti pasar Induk Kramat Jati Jakarta (IKJ), pasar Tanah Tinggi

Tangerang, pasar Caringin Bandung atau pasar Lembang. Pada umumnya

rumahtangga petani sayuran sampel hanya menjalin hubungan dengan satu

lembaga pemasaran. Sebagian besar rumahtangga petani sayuran sampel menjual

hasil produknya kepada pedagang pengumpul (bandar). Hanya sebagian kecil

rumahtangga petani sayuran sampel yang menjual ke usaha dagang distributor

sayuran yang terdapat di wilayah Kecamatan Pangalengan, atau yang menjual

langsung ke pasar. Khusus penjualan langsung ke pasar, hanya dilakukan oleh 13

rumahtangga petani sayuran sampel (9.1 %) yang sekaligus mempunyai peran

sebagai pedagang pengumpul (bandar).

Dalam kaitannya dengan harga sayuran, menunjukkan bahwa harga

sayuran secara umum yang berlaku di pasar Kecamatan Pangalengan pada

umumnya didasarkan pada harga di pasar Induk Kramat Jati Jakarta (IKJ).

Dengan demikian harga yang berlaku di pasar Induk Kramat Jati Jakarta menjadi

harga acuan bagi pedagang pengumpul (bandar) di wilayah Kecamatan

Pangalengan. Pasokan sayuran ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta pada umumnya

berasal dari sentra-sentra produksi sayuran seperti Jawa Barat (Pangalengan

Bandung, Garut dan Kuningan), Medan (Brastagi), Jawa Tengah (Dieng

Ambarawa) dan Jawa Timur (Malang).

Page 151: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

130

Dilihat dari perkembangan harga produk sayuran di pasar, pada umumnya

rumahtangga petani sayuran sampel menyatakan bahwa perubahan harga sayuran

relatif labil dengan adanya perubahan atau fluktuasi setiap hari. Terkait dengan

adanya perubahan harga produk sayuran menunjukkan bahwa dalam hubungannya

dengan peningkatan harga relatif lambat sementara itu dalam hal penurunan harga

relatif cepat. Rumahtangga petani sayuran sampel menyadari bahwa perubahan

harga produk sayuran sangat tergantung kondisi pasar yang diindikasikan oleh

jumlah pasokan dan jumlah permintaan sayuran di pasar.

Adapun akses terhadap informasi harga sayuran di pasar, baik di pasar

Induk Kramat Jati Jakarta, pasar Caringin Bandung dan pasar Lembang, dapat

diakses dengan mudah baik oleh pedagang pengumpul maupun rumahtangga

petani sayuran sampel. Hal tersebut sangat berhubungan dengan peran dari alat

telekomunikasi yang mana hampir semua pedagang pengumpul dan sebagian

besar rumahtangga petani sampel mempunyai alat komunikasi seperti telpon

seluler (hand phone). Dilihat dari pengguna alat telekomunikasi pada

rumahtangga petani sampel menunjukkan bahwa rumahtangga petani sayuran

lebih dinamis dalam mencari informasi tentang harga. Sepengetahuan penulis, hal

tersebut menunjukkan rumahtangga petani sayuran relatif lebih berkembang

dibandingkan rumahtangga petani tanaman padi. Informasi harga yang diperoleh

pedagang pengumpul tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menentukan

harga di tingkat rumahtangga petani. Sedangkan bagi rumahtangga petani yang

memiliki informasi harga dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

penjualan produk. Bagi rumahtangga petani yang tidak memiliki telpon seluler

Page 152: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

131

memperoleh informasi dari rumahtangga petani yang baru menjual hasil

produknya.

Pada komoditas kentang dan kubis, harga yang pernah diperoleh

rumahtangga petani sayuran sampel dan peluang terjadinya harga dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Harga Kentang dan Kubis serta Peluang yang Diperoleh

Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Uraian Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha) Lahan Sedang (0.51–1.0 ha)

Lahan Luas (> 1.0 ha)

Rata rata

SD Rata rata

SD Rata rata

SD

Harga tinggi (Rp/kg) Kentang 3176 305 3265 339 3294 419 Kubis 1814 396 1572 425 1760 412

Harga rendah (Rp/kg) Kentang 1320 376 1502 310 1538 283 Kubis 583 192 521 221 466 200

Harga Normal (Rp/kg) Kentang 2454 145 2429 161 2476 133 Kubis 1059 192 945 222 971 264

Peluang tinggi Kentang 0.29 0.11 0.25 0.12 0.25 0.12 Kubis 0.18 0.08 0.20 0.1 0.17 0.07

Peluang rendah Kentang 0.14 0.06 0.15 0.06 0.15 0.06 Kubis 0.17 0.07 0.20 0.1 0.17 0.07

Peluang Normal Kentang 0.57 0.11 0.60 0.12 0.60 0.14 Kubis 0.65 0.15 0.60 0.20 0.66 0.14

Ekspektasi harga Kentang 2510 123 2481 150 2512 111 Kubis 1109 187 991 214 1009 233

Keterangan : SD : Simpangan Baku (Standard Deviation)

Rata-rata harga kentang yang sering diterima (harga normal) oleh

rumahtangga petani sampel sebesar Rp 2 456/kg. Sedangkan rata-rata harga

Page 153: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

132

kentang tertinggi yang pernah diterima rumahtangga petani sayuran sampel

sebesar Rp 3 236/kg dan harga kentang paling rendah yang pernah diterima

rumahtangga petani sayuran sampel rata-rata sebesar Rp 1 435/kg.

Pada kubis, harga tertinggi yang diperoleh rumahtangga petani sayuran

sampel sebesar Rp 1 739/kg sedangkan harga terendah mencapai Rp 530/kg. Pada

rumahtangga petani sayuran lahan luas ternyata rata-rata memperoleh harga

kentang tertinggi, terendah dan normal lebih tinggi dibandingkan harga yang

diterima rumahtangga petani sayuran sampel lahan sempit dan sedang. Hal itu

dikarenakan rumahtangga petani sayuran sampel lahan luas mempunyai banyak

kesempatan untuk mengatur pola tanam sehingga setiap waktu dapat panen dan

harga tertinggi yang diperoleh lebih tinggi daripada rumahtangga petani sayuran

sampel skala usaha lainnya. Namun demikian untuk harga kubis ternyata

rumahtangga petani sayuran sampel lahan sempit yang memperoleh harga kubis

lebih tinggi dibandingkan rumahtangga petani sayuran lahan sedang dan luas.

Secara umum banyak faktor yang menjadi penyebab rumahtangga petani

sampel dapat memperoleh harga kentang dan kubis tertinggi. Rumahtangga

petani sampel dapat memperoleh harga tertinggi dikarenakan pasokan produk

kentang dan kubis di pasar secara umum lebih sedikit dibandingkan

permintaannya. Salah satu diantaranya yang menyebabkan pasokan kentang dan

kubis lebih sedikit karena pada saat itu banyak rumahtangga petani yang belum

waktunya untuk memanen hasil produknya baik rumahtangga petani yang berada

di wilayah Kecamatan Pangalengan maupun yang berada di sentra-sentra sayuran

di Indonesia seperti Brastagi Medan, Dieng Jawa Tengah, Garut Jawa Barat dan

lainnya. Di sisi lain permintaan masyarakat terhadap produk mengalami

Page 154: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

133

peningkatan khususnya pada saat hari besar seperti hari raya Idul Fitri, hari raya

Idul Adha, hari Natal, Tahun Baru, bulan puasa dan hari besar lainnya.

Adapun beberapa penyebab rumahtangga petani sayuran sampel

memperoleh harga terendah dikarenakan pasokan barang di pasar berlimpah

karena terjadi panen raya di wilayah sentra - sentra sayuran. Berlimpahnya

pasokan sayuran khususnya kentang dan kubis, dikarenakan pengusahaan kentang

dan kubis yang diusahakan rumahtangga petani sayuran sampel pada saat musim

hujan telah menghasilkan produktivitas kentang dan kubis lebih besar

dibandingkan pada saat musim kemarau. Kondisi tersebut yang menyebabkan

harga kentang dan kubis rendah.

Selanjutnya dilihat dari peluang rumahtangga petani sayuran sampel untuk

memperoleh harga kentang dan kubis menunjukkan bahwa rata-rata peluang

rumahtangga petani sayuran sampel memperoleh harga kentang dan kubis

tertinggi masing-masing sebesar 0.26 (26 %) dan 0.18 (18 %) sedangkan peluang

memperoleh harga terendah masing- masing sebesar 0.14 (14 %) dan 0.18 (18 %)

dan peluang memperoleh harga normal masing-masing sebesar 0.6 (60 %) dan

0.64 (64 %). Pada umumnya harga tertinggi dan terendah relatif jarang dialami

rumahtangga petani sayuran sampel, sementara peluang normal relatif sering

dialami rumahtangga petani sayuran sampel.

Dengan diketahui harga tertinggi, terendah dan normal serta peluang

masing-masing maka dapat diketahui rata – rata ekspektasi (expected) harga

kentang dan kubis pada rumahtangga petani sampel masing-masing sebesar Rp 2

503/kg dan Rp 1 048/kg. Sesuai dengan penjelasan dari rumahtangga petani

sayuran sampel bahwa khusus untuk harga kentang yang diharapkan dapat

Page 155: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

134

diperoleh rata-rata sekitar Rp 2 500/kg, hal ini dikarenakan sangat berhubungan

dengan kondisi impas usahataninya (break event point).

Dalam hubungannya dengan keputusan menanam suatu komoditas

sayuran, beberapa faktor yang menjadi pertimbangan rumahtangga petani sayuran

sampel diantaranya adalah harga produk, ketersediaan modal dan pola tanam.

Harga produk dapat menjadi pertimbangan rumahtangga petani sayuran untuk

menanam komoditas tertentu. Pada umumnya harga pada musim sebelumnya

yang dapat menjadi salah satu indikator rumahtangga petani sayuran sampel

dalam melakukan keputusan menanam komoditas tersebut. Jika harga panen

periode sebelumnya relatif tinggi maka rumahtangga petani sayuran sampel ada

keinginan untuk menambah luas lahan dengan menyewa lahan, sedangkan kalau

harga rendah kemungkinan luas areal akan dikurangi. Meskipun demikian

keputusan rumahtangga petani sayuran sampel dalam menanam kentang atau

kubis pada musim berikutnya tidak selalu didasarkan pada harga kentang atau

kubis musim sebelumnya. Hal itu dikarenakan pada musim berikutnya harga

kentang tidak selalu tinggi seperti yang diharapkan saat tertentu.

Selanjutnya mengenai ketersediaan modal yang dimiliki rumahtangga

petani sayuran juga dapat mempengaruhi keputusan menanam. Seperti misalnya

pengusahaan kentang dirasakan oleh rumahtangga petani sayuran sampel

membutuhkan dana yang relatif besar dibandingkan komoditas lainnya karena

terkait dengan biaya pembelian bibit kentang. Seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya, harga bibit kentang per kilogram selalu lebih besar dari harga produk

kentang per kilogram. Dengan kendala anggaran maka pada umumnya

Page 156: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

135

rumahtangga petani sayuran sampel yang mengusahakan kentang akan

menggunakan bibit kentang dari hasil panen sebelumnya.

Selain harga dan ketersediaan modal, pola tanam yang sudah direncanakan

akan menjadi pertimbangan rumahtangga petani sayuran sampel dalam menanam

komoditas. Seperti yang sudah dijelaskan bagian terdahulu pola tanam yang

dominan diusahakan rumahtangga petani sayuran sampel yaitu kentang - kubis –

kentang atau kubis – kentang - kubis.

Menghadapi adanya risiko produksi maupun risiko harga produk

menunjukkan bahwa salah satu tindakan yang telah dilakukan rumahtangga petani

sayuran sampel yaitu dengan melakukan diversifikasi cabang usahatani pada lahan

yang dikuasai. Diversifikasi dalam kegiatan usahatani dapat diartikan dalam dua

hal yaitu pertama, menanam beberapa komoditas yang berbeda secara

tumpangsari (intercropping) pada setiap lahan yang sama dan pengertian kedua,

menanam beberapa komoditas yang berbeda secara monokultur pada waktu yang

sama di lahan yang berbeda.

Beberapa pertimbangan bagi rumahtangga petani sayuran sampel dalam

melakukan diversifikasi cabang usahatani diantaranya yaitu untuk mengurangi

adanya risiko yang mungkin dihadapi oleh rumahtangga petani sampel bila

dibandingkan dengan menanam komoditas tunggal. Hal tersebut dimaksudkan,

jika produksi atau harga komoditas tertentu yang diusahakan rumahtangga petani

sampel ternyata rendah maka rumahtangga petani sampel masih memiliki

komoditas lain yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan usahatani.

Demikian halnya dengan pola tanam tumpangsari maka dapat dipanen minimal

dua komoditas dalam satu lahan. Tanaman yang diusahakan secara tumpangsari

Page 157: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

136

sebaiknya tidak saling menganggu dan umur panen tanaman tidak sama sehingga

pendapatan dari satu tanaman dapat digunakan untuk menambah modal dalam

meneruskan proses produksi pada komoditas lain yang dikelola. Alasan lain

rumahtangga petani sayuran sampel melakukan diversifikasi terkait dengan fungsi

lahan yaitu lebih produktif karena ada dua atau lebih komoditas yang diusahakan.

Selain itu dengan pengusahaan secara tumpangsari maka pendapatan yang

diperoleh rumahtangga petani sayuran sampel dapat berlangsung secara kontinyu.

Pertimbangan lain dilakukan diversifikasi diantaranya jika rumahtangga petani

sayuran sampel menyewa lahan dengan harga mahal maka dengan tumpangsari

ada tunjangan dari komoditas lainnya, selain itu juga dapat menekan biaya

khususnya jika harga obat-obatan tinggi.

5.4. Karakteristik Petani dan Anggota Keluarga

Karakterisik petani dan anggota keluarga rumahtangga petani sayuran

sampel yang akan dibahas pada sub bab ini meliputi umur (kepala keluarga

maupun isteri), pendidikan (kepala keluarga, isteri maupun anggota keluarga),

pengalaman usahatani dan jumlah anggota keluarga (pria, wanita dan dewasa).

Beberapa karakterisik petani dan anggota keluarganya tersebut disajikan pada

Tabel 10.

Rata-rata umur kepala keluarga rumahtangga petani sayuran sampel

sekitar 44 tahun sampai 45 tahun. Umur kepala keluarga rumahtangga petani

sayuran sampel diantara skala usahatani termasuk ke dalam kelompok yang relatif

seusia dan dapat dikategorikan ke dalam usia yang masih produktif. Demikian

halnya umur isteri dalam rumahtangga petani sayuran sampel menunjukkan rata-

rata berumur 38 tahun sampai 39 tahun dan termasuk dalam usia produktif.

Page 158: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

137

Tabel 10. Karakteristik Petani dan Anggota Keluarga Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha) Lahan Sedang (0.51–1.0 ha)

Lahan Luas (> 1.0 ha)

Uraian

Rata rata

SD Rata rata

SD Rata rata

SD

Umur Kepala Keluarga (tahun) 43.2 11.9 45.3

14.2

46.4 10.8

Umur Isteri (tahun) 37.2 11.8 37.9 15.6 40.1 12.5Pendidikan Kepala Keluarga (tahun) 7.3 2.8 8

2.6

9.0 3.7

Pengalaman Usahatani (tahun) 26.1 11.6 29.9

14.6

29.6 11.8

Pendidikan Isteri (tahun) 7.5 2.2 7.1 2.6 8.0 3.6Pendidikan. Anggota Keluarga Pria (tahun) 7.9 2.5 7.7

2.3

9.1 3.1

Pendidikan. Anggota Keluarga Wanita (tahun) 7.3 2.0 7.3

2.1

8.3 2.5

Jumlah Anak Sekolah (orang) 1.0 0.9 0.8

0.8

1.1 0.9

Jumlah Anggota Keluarga Pria (orang) 1.9 0.9 1.8

0.8

1.9 0.9

Jumlah Anggota Keluarga Wanita (orang) 2.0 0.7 1.8

1.0

1.9 1.0

Total Anggota Rumahtangga (orang) 3.9 1.1 3.7

1.2

3.8 1.2

Jumlah Anggota Pria Dewasa (orang) 1.5 0.7 1.4

0.6

1.4 0.6

Jumlah Anggota Wanita Dewasa (orang) 1.4 0.6 1.3

0.7

1.4 0.9

Total Anggota Rumahtangga Dewasa (orang) 3.0 1.0 2.6

1.1

2.8 1.1

Keterangan : SD : Simpangan Baku (Standard Deviation)

Dilihat dari tingkat pendidikan kepala keluarga rumahtangga petani

sayuran sampel, yang didasarkan pada lamanya waktu pendidikan formal yang

pernah diikuti, rata-rata berkisar antara 8 tahun sampai dengan 9 tahun. Hal ini

berarti rata-rata pendidikan kepala keluarga rumahtangga petani sampel adalah

Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai tamat. Jika dilihat berdasarkan

jenjang pendidikan, menunjukkan bahwa sekitar 3.5 persen kepala keluarga

Page 159: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

138

rumahtangga petani sampel berpendidikan perguruan tinggi sedangkan sekitar 1.4

persen kepala keluarga rumahtangga petani sayuran sampel tidak pernah

mengenyam pendidikan formal. Sedangkan persentase tertinggi sekitar 52.4

persen rumahtangga petani sayuran sampel mempunyai kepala keluarga dengan

tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) diikuti yang berpendidikan SMP sebanyak

21.7 persen dan yang berpendidikan SMA sebanyak 21.0 persen.

Perbandingan tingkat pendidikan pada kepala keluarga dan isteri dapat

dilihat pada Tabel 11. Seperti halnya kepala keluarga, dilihat dari jenjang

pendidikan menunjukkan bahwa sekitar 53.1 persen rumahtangga petani sayuran

sampel mempunyai isteri dengan pendidikan SD diikuti yang berpendidikan SMP

sebanyak 28.7 persen dan SMA sebanyak 14.0 persen. Sedangkan dilihat dari

waktu pendidikan rata-rata pendidikan isteri sekitar tujuh (7) tahun sampai

delapan (8) tahun, atau rata-rata berpendidikan SMP tetapi tidak tamat.

Tabel 11. Jumlah Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Kepala Keluarga dan Isteri Menurut Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha)

Lahan Sedang

(0.51–1.0 ha)

Lahan Luas

(> 1.0 ha)

Total

Tingkat Pendidikan RT (%) RT (%) RT (%) RT (%)

Kepala Keluarga PT 1 1.6 0 0.0 4 8.5 5 3.5SMA 7 11.3 8 23.5 15 31.9 30 21.0SMP 14 22.6 7 20.6 10 21.3 31 21.7SD 39 62.9 19 55.9 17 36.2 75 52.4Tdk Sek 1 1.6 0 0.0 1 2.1 2 1.4Isteri PT 0 0 0 0.0 2 4.3 2 1.4SMA 6 9.7 3 8.8 11 23.4 20 14.0SMP 21 33.9 10 29.4 10 21.3 41 28.7SD 35 56.4 19 55.9 22 46.8 76 53.1Tdk Sek 0 0.0 2 5.9 2 4.3 4 2.8

Page 160: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

139

Selanjutnya bagi anggota rumahtangga petani sayuran sampel, rata-rata

tingkat pendidikanpada anggota rumahtangga petani sayuran sampel sekitar tujuh

(7) sampai sembilan (9) tahun. Hal itu menunjukkan rata-rata anggota

rumahtangga petani sayuran sampel tamat Sekolah Dasar sampai tamat SMP.

Berdasarkan jenis kelamin, bila dibandingkan antara anggota keluarga pria

dan wanita ternyata rata-rata tingkat pendidikan anggota keluarga pria (sekitar

delapan tahun sampai sembilan tahun), lebih tinggi dibandingkan anggota

keluarga wanita (tujuh tahun sampai delapan tahun) meskipun perbedaannya

sangat kecil. Jumlah rumahtangga petani sayuran sampel menurut tingkat

pendidikan anggota keluarga pria dan wanita dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Skala

Usahatani dan Rata-rata Tingkat Pendidikan Anggota Keluarga Pria dan Wanita di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha)

Lahan Sedang

(0.51–1.0 ha)

Lahan Luas

(> 1.0 ha)

Total Tingkat Pendidikan

RT (%) RT (%) RT (%) RT (%) Anggota Kel. Pria

PT 2 3.2 0 0.0 5 10.6 7 4.9SMA 9 14.5 6 17.6 14 29.8 29 20.3SMP 28 45.2 13 38.2 17 36.2 58 40.6SD 22 35.5 15 44.1 11 23.4 48 33.5Tdk Sek 1 1.6 0 0.0 0 0.0 1 0.7Anggota Kel. Wanita PT 0 0.0 0 0.0 1 2.1 1 0.7SMA 5 8.0 2 5.9 12 25.5 19 13.3SMP 34 54.8 18 52.9 18 38.3 70 48.9SD 23 37.1 13 38.2 16 34.0 51 35.7Tdk Sek 0 0.0 1 2.9 0 0.0 2 1.4

Pada umumnya rumahtangga petani sayuran sampel sangat memperhatikan

tingkat pendidikan bagi anggota keluarga. Oleh karenanya orientasi untuk

Page 161: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

140

pendidikan tertinggi bagi anggota keluarganya menjadi salah satu tujuan bagi

rumahtangga petani sayuran sampel.

Adapun dilihat dari pengalaman berusahatani, rata-rata kepala keluarga

rumahtangga petani sayuran sampel sudah berpengalaman selama 28-29 tahun.

Kegiatan berusahatani sudah dilakukan kepala keluarga baik pada saat masih

sekolah maupun sebelum menikah. Hal itu menunjukkan bahwa usahatani

sayuran di Kecamatan Pangalengan pada umumnya bersifat turun menurun

sehingga saat anak-anak masih kecil sudah dilibatkan dalam kegiatan usahatani.

Selanjutnya menurut jumlah anggota keluarga menunjukkan bahwa rata-

rata jumlah anggota keluarga rumahtangga petani sayuran sampel berkisar antara

tiga (3) orang sampai empat (4) orang. Itu menunjukkan bahwa rumahtangga

petani sayuran sampel termasuk dalam kategori keluarga kecil. Sedangkan

berdasarkan jenis kelamin, ternyata setiap rumahtangga petani sayuran sampel

mempunyai jumlah anggota keluarga pria dan wanita relatif sama masing-masing

sebanyak dua (2) orang. Khusus untuk jumlah anggota keluarga dewasa yang

terdapat dalam rumahtangga petani sayuran sampel rata-rata berjumlah dua (2)

orang sampai tiga (3) orang. Sedangkan untuk jumlah anggota keluarga dewasa

pria dan wanita relatif sama masing-masing sebanyak 1-2 orang. Jumlah anggota

keluarga dewasa pada setiap rumahtangga petani sayuran sampel dapat dijadikan

sebagai indikator mengenai ketersediaan tenaga kerja, disamping sebagai beban

tanggungan terhadap rumahtangga petani sayuran sampel.

5.5 Kegiatan Kerja Anggota Rumahtangga Petani

Anggota rumahtangga petani sampel tidak hanya melakukan kegiatan pada

usahatani sendiri (on farm) tetapi juga melakukan kegiatan berburuh tani (off

Page 162: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

141

farm), dan kegitan di luar pertanian (non farm). Kegiatan on farm yang dilakukan

anggota rumahtangga petani sayuran sampel meliputi usahatani tanaman sayuran

dan sekitar 33 persen rumahtangga petani sayuran sampel yang juga melakukan

usaha ternak sapi perah. Sedangkan kegiatan non farm yang dilakukan anggota

rumahtangga petani sayuran sampel diantaranya yaitu tukang ojek, berdagang dan

membuka warung. Kegiatan kerja yang dilakukan anggota rumahtangga petani

sayuran sampel dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Kegiatan

Anggota Keluarga dan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha) Lahan Sedang (0.51–1.0 ha)

Lahan Luas (> 1.0 ha)

Total Kegiatan

RT (%) RT (%) RT (%) RT (%) Anggota Kel. Pria On Farm 62 100.0 34 100.0 47 100.0 143 100.0Off Farm 18 29.0 4 11.8 1 2.1 23 16.1Non Farm 16 25.8 7 20.6 13 27.7 36 25.2Anggota Kel. Wanita

On Farm 37 59.7 14 41.2 15 31.9 66 46.2Off Farm 12 19.4 1 2.9 2 4.3 15 10.5Non Farm 8 12.9 2 5.9 12 25.5 22 15.4

Berdasarkan jenis kelamin ternyata 100 persen anggota keluarga pria pada

rumahtangga petani sayuran sampel terlibat bekerja pada kegiatan usahatani atau

on farm sedangkan pada anggota keluarga wanita hanya 46 persen yang terlibat

dalam kegiatan usahatani atau on farm. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam

pengelolaan usahatani, tidak semua rumahtangga petani sayuran sampel

menggunakan tenaga kerja wanita dalam keluarga. Sebaliknya semua

rumahtangga petani sayuran sampel menggunakan tenaga kerja pria dalam

keluarga dalam pengelolaan usahataninya. Dengan demikian dapat dinyatakan

Page 163: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

142

bahwa tidak semua potensi tenaga kerja keluarga termanfaatkan dalam

pengelolaan usahatani rumahtangga petani sayuran sampel. Salah satu penyebab

anggota keluarga wanita pada rumahtangga petani sayuran sampel tidak terlibat

dalam kegiatan usahatani karena anggota keluarga wanita tersebut mempunyai

kegiatan di luar usahataninya (off farm) atau di luar pertanian (non farm).

Selanjutnya pada kegiatan berburuh tani (off farm) menunjukkan bahwa

secara total hanya sekitar 16.1 persen rumahtangga petani sayuran sampel yang

anggota keluarga pria bekerja sebagai buruh tani dan sekitar 10.5 persen

rumahtangga petani sayuran sampel mempunyai anggota keluarga wanita yang

bekerja sebagai buruh tani. Jika dibandingkan antar skala usaha menunjukkan

bahwa persentase tertinggi rumahtangga petani sayuran sampel yang anggota

keluarganya bekerja pada kegiatan buruh tani terdapat pada rumahtangga petani

sayuran sampel dengan luas lahan sempit, yaitu sekitar 29.0 persen pada

rumahtangga petani sayuran sampel yang anggota keluarga pria berburuh tani dan

19.4 persen pada rumahtangga petani sayuran sampel yang anggota keluarga

wanita berburuh tani.

Adapun pada kegiatan di luar pertanian (non farm) menunjukkan bahwa

sekitar 25.2 persen rumahtangga petani sayuran sampel yang anggota keluarga

pria terlibat dalam kegiatan di luar pertanian, seperti tukang ojek dan berdagang

sayuran, sedangkan 15.4 persen rumahtangga petani sayuran sampel yang anggota

keluarga wanita terlibat dalam kegiatan luar pertanian seperti membuka warung

kelontongan di rumah. Persentase tertinggi rumahtangga petani sampel yang

anggota keluarganya bekerja pada kegiatan di luar pertanian (non farm) terdapat

pada rumahtangga petani sayuran sampel lahan luas. Sekitar 27.7 persen

Page 164: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

143

rumahtangga petani sayuran sampel lahan luas, anggota keluarga pria bekerja di

luar pertanian dan 25.5 persen rumahtangga petani sayuran sampel lahan luas

yang anggota keluarga wanita bekerja di luar pertanian.

Selanjutnya bila dilihat dari curahan hari kerja anggota rumahtangga dan

potensi tenaga kerja selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 14. Curahan hari

kerja anggota rumahtangga petani sayuran sampel ditunjukkan oleh berapa hari

anggota keluarga rumahtangga petani sayuran sampel melakukan kegiatan

usahatani atau on farm, off farm dan non farm selama satu tahun. Berdasarkan

jenis kelamin terlihat bahwa anggota rumahtangga petani sayuran khususnya

tenaga kerja pria lebih banyak tercurah waktunya untuk kegiatan produktif

dibandingkan tenaga kerja wanita.

Tabel 14. Rata-rata Potensi dan Curahan Waktu Kerja Selama Satu Tahun pada

Anggota Rumahtangga Petani Sayuran Sampel Berdasarkan Kegiatan dan Skala Usahatani di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha) Lahan Sedang (0.51–1.0 ha)

Lahan Luas (> 1.0 ha)

Total Kegiatan

HOK SD HOK SD HOK SD HOK SD TKP On Farm 418.6 208.6 444.0 208.0 435.4 208.5 430.1 207.2Off Farm 35.3 63.3 19.7 59.1 3.9 19.8 21.4 53.5Non Farm 70.4 158.8 28.1 64.5 48.7 89.4 53.2 121.3Potensi 551.6 266.5 497.6 217.3 490.2 204.5 518.6 236.4Surplus 28.8 71.6 7.5 24.8 2.1 8.3 14.9 50.2TKW On Farm 270.6 247.7 215.4 310.2 137.1 229.3 213.6 262.9Off Farm 27.4 64.8 5.2 24.5 11.7 55.2 16.9 54.9Non Farm 34.5 94.5 16.8 64.4 86.8 171.5 47.2 122.6Potensi 516.8 202.2 465.9 258.8 513.2 325.0 503.5 260.4Surplus 185.9 260.1 230.3 227.3 275.4 356.3 225.9 289.3

Keterangan : SD : Simpangan Baku (Standard Deviation)

Dengan membandingkan antara potensi dan curahan hari kerja anggota

rumahtangga petani sayuran sampel menunjukkan bahwa curahan hari kerja

Page 165: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

144

anggota keluarga pria maupun wanita lebih rendah dari potensi hari kerja anggota

keluarga rumahtangga petani ssayuran ampel selama satu tahun yang ditunjukkan

oleh adanya surplus. Surplus hari kerja pada anggota keluarga pria lebih rendah

daripada anggota keluarga wanita.

Diantara kegiatan usaha yang dilakukan rumahtangga petani sayuran

sampel menunjukka bahwa waktu yang tercurah bagi pria maupun wanita untuk

kegiatan usahatani relatif lebih besar dibandingkan waktu yang tercurah untuk

kegiatan di luar usahatani seperti berburuh tani dan kegiatan di luar pertanian.

Kondisi tersebut terjadi karena risiko produksi pada usahatani sayuran relatif lebih

tinggi sehingga dibutuhkan penanganan yang relatif lebih intensif yang

ditunjukkan oleh curahan kerja yang lebih besar pada usahatani sendiri. Usahatani

sayuran memberikan peran yang penting bagi rumahtangga petani sayuran sampel

dalam menyediakan lapangan kerja.

5.6. Penggunaan Input Usahatani

Usahatani sayuran yang akan dijelaskan dalam sub bab ini mencakup dua

komoditas yang dominan diusahakan rumahtangga petani sayuran sampel yaitu

kentang dan kubis. Penggunaan input usahatani terdiri dari luas lahan garapan,

penggunaan benih, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan. Uraian mengenai

masing-masing input tersebut dijelaskan pada bagian berikut.

5.6.1. Penggunaan Input Usahatani Kentang

Penggunaan input pada usahatani kentang berbeda-beda antar musim

tanam. Rata-rata penggunaan input pada usahatani kentang menurut musim tanam

dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 166: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

145

Tabel 15. Rata-rata Penggunaan Input dan Produktivitas pada Usahatani Kentang per Hektar Menurut Musim Tanam pada Rumahtangga Petani Sayuran Sampel di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Uraian MKI MKII MH

Luas lahan (ha) 0.53 0.40 0.60Pupuk Nitrogen (kg) 384.14 395.63 469.08Pupuk Phosphor (kg) 526.23 494.29 323.29Pupuk Kalium (kg) 255.88 349.42 245.95Pupuk Kandang(kg) 19701.83 17613.93 22529.01Benih (kg) 1699.22 1466.33 1550.79Obat-obatan (Rp) 5631270.00 4573362.00 7290960.00T.K Pria dalam Keluarga (HOK) 245.89 229.83 260.07T. K Pria Luar Keluarga (HOK) 287.41 271.63 306.95T.K Wanita dalam keluarga (HOK) 158.62 145.97 169.82T.K Wanita Luar Keluarga (HOK) 179.30 168.35 189.43Produktivitas (kg/ha) 20631.68 18136.77 23211.66

Rata-rata luas lahan garapan pada usahatani kentang yang diusahakan

oleh rumahtangga petani sayuran sampel pada musim hujan (MH) lebih tinggi

dibandingkan pada musim kemarau I (MKI) maupun musim kemarau II (MK II).

Luas lahan garapan pada usahatani kentang yang dikelola rumahtangga petani

sayuran sampel yang diusahakan pada musim hujan (MH) rata-rata sebesar 0.60

hektar. Tingginya luas lahan garapan pada musim hujan dikarenakan pada musim

hujan ketersediaan air sangat cukup sebagai salah satu kebutuhan utama bagi

tanaman kentang. Dengan pemikiran seperti itu, rumahtangga petani sayuran

sampel meningkatkan penggunaan luas lahan garapan kentang. Seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya bahwa akses rumahtangga petani meningkatkan luas lahan

garapan di Kecamatan Pangalengan relatif mudah karena dapat memanfaatkan

lahan kehutanan, perkebunan, desa maupun pribadi dengan sistem sewa.

Dalam penggunaan pupuk, rumahtangga petani sayuran tidak hanya

menggunakan pupuk pabrik atau pupuk anorganik saja tetapi juga menggunakan

Page 167: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

146

pupuk organik seperti pupuk kandang. Beberapa jenis pupuk pabrik diantaranya

pupuk nitrogen, phosphor dan kalium. Pada penggunaan pupuk nitrogen ternyata

penggunaan pada musim hujan relatif lebih besar dibandingkan pada saat musim

kemarau I dan musim kemarau II. Hal tersebut dikarenakan pada musim hujan

pupuk mudah terbawa arus air sehingga penggunaannya menjadi bertambah.

Sedangkan penggunaan pupuk phosphor dan kalium mempunyai perbedaan pola

penggunaan dengan penggunaaan pupuk nitrogen pada setiap musim tanam.

Selanjutnya dalam penggunaan pupuk organik, rumahtangga petani

menggunakan pupuk kandang khususnya yang berasal dari kotoran ayam maupun

sapi. Khusus pada pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam, terdapat empat

macam kotoran ayam yang didasarkan pada sumber ayamnya sebagai berikut : a)

postal merupakan ayam sayur yang berumur 35 hari (jumlahnya sedikit), b) jantan

merupakan ayam bertelur umur 2.5 bulan (jumlahnya sedang), c) pitik merupakan

ayak (bibit) dan d) batere yang paling bagus, murni merupakan ayam bertelur

panggung. Dalam penggunaan pupuk kandang ternyata lebih tinggi dibandingkan

penggunaan pupuk anorganik atau pupuk pabrik. Hal tersebut dilakukan karena

sangat berhubungan dengan tingkat kesuburan lahan yang semakin menurun

karena penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kandang pada musim hujan

relatif lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau.

Lebih lanjut mengenai penggunaan benih menunjukkan bahwa pada

musim hujan penggunaan benih lebih rendah dibandingkan pada musim kemarau I

dan musim kemarau II. Pada musim hujan, kondisi kebutuhan air cukup sehingga

tidak banyak yang dilakukan penyulaman benih. Sedangkan pada musim kemarau

kebutuhan air sangat kurang sehingga banyak benih mati dan harus disulam atau

Page 168: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

147

diganti. Terdapat dua jenis varietas benih kentang yang umum dikenal

rumahtangga petani sayuran yaitu varietas granula dan atlantik. Rata-rata

rumahtangga petani sayuran sampel menggunakan benih kentang varietas granula.

Pada umumnya kentang yang beredar di pasar dan menjadi konsumsi

rumahtangga akhir adalah varietas granula. Sedangkan varietas atlantik

merupakan varietas kentang yang menjadi konsumsi industri pengolahan seperti

Indofood dan makanan siap saji (fast food) seperti Kentucky Fried Chicken

(KFC), Mc Donald dan lainnya. Sedangkan yang mengusahakan varietas atlantik

sangat sedikit karena penanaman atlantik biasanya melalui kerjasama antara

rumahtangga petani dengan perusahaan seperti Indofood, yang mana benih berasal

dari perusahaan.

Selanjutnya pada penggunaan tenaga kerja dapat dibedakan berdasarkan

jenis kelamin yaitu tenaga kerja pria dan wanita. Sedangkan berdasarkan

sumbernya, penggunaan tenaga kerja dapat berasal dari dalam keluarga atau luar

keluarga. Kedua sumber penggunaan tenaga kerja tersebut dapat saling

bersubstitutsi. Pada setiap musimnya penggunaan tenaga kerja pria maupun

wanita yang berasal dari luar keluarga lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja

dalam keluarga. Hal tersebut dikarenakan kegiatan rumahtangga petani sayuran

sampel tidak hanya pada kegiatan on farm saja tetapi juga kegiatan lainnya seperti

off farm dan non farm.

Pada penggunaan obat-obatan seperti pestisida, fungisida, insektisida dan

lainnya yang diukur dari nilainya menunjukkan bahwa pada musim hujan

penggunaan obat-obatan relatif lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau I

dan musim kemarau II. Hal tersebut dikarenakan pada musim hujan, cuaca sangat

Page 169: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

148

lembab sehingga banyak serangan hama dan penyakit tanaman. Sebaliknya pada

musim kemarau serangan hama dan penyakit tanaman relatif kecil karena udara

tidak lembab. Oleh karena itu pada musim hujan rumahtangga petani sayuran

sering melakukan penyemprotan setiap dua hari sekali sehingga pada musim

hujan penggunaan obat-obatan menjadi semakin tinggi. Sebaliknya pada musim

kemarau, penyemprotan dapat dilakukan setiap tujuh hari sekali sehingga

penggunaan obata-obatan relatif lebih rendah dibanding pada saat musim hujan.

Adapun produktivitas kentang yang dihasilkan rumahtangga petani

sayuran sampel pada musim hujan (23211.66 kg/ha) lebih tinggi dibandingkan

pada musim kemarau I (20631.68 kg/ha) dan musim kemarau II (18136.77 kg/ha).

Tingginya produktivitas kentang pada musim hujan dikarenakan pada musim

hujan ketersediaan air sangat cukup sehingga tidak menghambat perumbuhan

kentang. Kondisi itu berbeda pada saat musim kemarau yang mana ketersediaan

air sangat kurang sehingga produktivitas kentang yang dihasilkan rumahtangga

petani sayuran sampel menjadi lebih rendah dibandingkan pada musim hujan.

Meskipun demikian kondisi hama dan penyakit juga mempengaruhi produktivitas.

Pada musim kemarau kondisi serangan hama dan penyakit relatif rendah tetapi

ketersediaan air kurang dan tidak semua rumahtangga mampu mengatasi dengan

penggunaan pompa atau sprinkle. Sedangkan pada musim hujan ketersediaan air

sangat cukup meskipun serangan hama dan penyaki tanaman sangat besar tetapi

masih mampu diatasi semua rumahtangga petani dengan aplikasi obat-obatan.

5.6.2. Penggunaan Input Usahatani Kubis

Rata-rata rumahtangga petani sayuran sampel mengusahakan lahan untuk

tanaman sayuran dengan sistem rotasi. Selain kentang, yang masuk dalam sistem

Page 170: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

149

rotasi adalah kubis. Rata-rata penggunaan input dan produktivitas pada usahatani

kubis per hektarnya dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Rata-rata Penggunaan Input dan Produktivitas pada Usahatani Kubis

per Hektar Menurut Musim Tanam pada Rumahtangga Petani Sayuran Sampel di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Uraian MKI MKII MH

Luas lahan (ha) 0.33 0.36 0.33Pupuk Nitrogen (kg) 282.50 261.69 352.40Pupuk Phosphor (kg) 196.00 178.29 221.59Pupuk NPK (kg) 278.35 242.77 322.42Pupuk Kandang(kg) 12434.59 11863.46 15392.04Benih (g) 258.77 259.86 234.90Obat-obatan (Rp) 1701116.00 1568005.00 2823339.00T.K Pria dalam Keluarga (HOK) 105.68 90.82 125.98T. K Pria Luar Keluarga (HOK) 131.39 89.56 168.34T.K Wanita dalam keluarga (HOK) 89.56 49.13 69.97T.K Wanita Luar Keluarga (HOK) 81.41 60.16 102.29Produktivitas (kg/ha) 25798.06 24690.01 27171.72

Jika dibandingkan dengan kentang, luas lahan garapan kubis lebih rendah

dibandingkan luas lahan garapan kentang. Hal tersebut menujukkan bahwa

usahatani kubis bukan prioritas yang pertama tetapi dominan kedua setelah

kentang. Demikian halnya untuk penggunaan pupuk kimia dan organik pada

usahatani kubis lebih rendah dibandingkan kentang.

Dilihat antar musim menunjukkan bahwa luas lahan garapan pada

usahatani kubis lebih tinggi pada musim kemarau II. Pada musim hujan

penggunaan pupuk dan obat-obatan relatif lebih besar dibandingkan musim

kemarau I dan musim kemarau II. Sedangkan produktivitas kubis lebih besar

pada musim hujan dibandingkan pada musim kemarau seperti halnya pada

kentang.

Page 171: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

150

5.7. Struktur Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga

Kegiatan usaha yang dilakukan oleh rumahtangga petani sampel terdiri

dari kegiatan pada usahatani (on farm), kegiatan di luar usahataninya (off farm),

seperti buruh tani, dan kegiatan di luar pertanian (non farm), seperti jasa yaitu

pengojek, berdagang serta membuka warung. Sumber –sumber pendapatan

rumahtangga petani sayuran sampel dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Pendapatan On Farm, Off Farm, dan Non Farm serta Kontribusi

Terhadap Total Pendapatan Rumahtangga Petani Sayuran Sampel di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2005/2006

Pendapatan Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha) Lahan Sedang (0.51–1.0 ha)

Lahan Luas (> 1.0 ha)

On Farm (Rp) Kentang Kubis Lainnya

22618442 (72) 12181729 (38.8) 7358978 (23.4) 3077735 (9.8)

50800024 (98) 32483715 (62.7) 13720201 (26.5) 4596108 (14.6)

147940000 (97) 102370000 (67.3) 36205551 (23.8) 9364449 (29.8)

Off Farm (Rp) 563727 (2) 227061 (0.6) 98872 (0.4) Non Farm(Rp) 8196211 (26) 766472 (1.4) 3965945 (2.6) Total Pendapatan(Rp) 31378380 (100) 51793557 (100) 152010000 (100) Keterangan : angka dalam kurung menunjukkan persentase

Pada kegiatan usahatani rumahtangga petani sayuran sampel menunjukkan

bahwa pendapatan usahatani kentang memberikan kontribusi terbesar

dibandingkan usahatani lainnya. Sementara itu dilihat dari total pendapatan

rumahtangga petani sayuran sampel menunjukkan bahwa total pendapatan

usahatani (on farm) memberikan kontribusi terbesar, diikuti pendapatan dari

kegiatan non farm.

Jika dibandingkan diantara rumahtangga petani sayuran sampel

berdasarkan skala usahatani menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan kentang

terhadap total pendapatan usahatani tertinggi pada rumahtangga petani lahan luas.

Page 172: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

151

Hal tersebut didasarkan pada kondisi bahwa pada usahatani kentang sangat

membutuhkan modal untuk pembelian benih bersertifikat yang mana harga benih

sekitar 300 persen dari harga output. Dengan kondisi yang seperti itu maka

rumahtangga petani sayuran sampel lahan luas memiliki kelebihan dari segi

permodalan sehingga hasil yang diperoleh juga lebih tinggi dari rumahtangga

petani sayuran sampel lahan sempit dan sedang.

Selanjutnya dilihat dari kontribusi total pendapatan on farm terhadap total

pendapatan rumahtangga menunjukkan bahwa pada rumahtangga petani sayuran

sampel lahan sempit memiliki kontribusi yang lebih rendah dibandingkan

rumahtangga petani sayuran sampel lahan sedang dan luas. Namun demikian

kontribusi total pendapatan non farm terhadap total pendapatan rumahtangga pada

rumahtangga petani sayuran sampel lahan sempit lebih besar dibandingkan

rumahtangga petani sayuran sampel lahan sedang dan luas.

Page 173: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

152

VI. MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN

6.1. Penentuan Risiko Produksi

Risiko yang dibahas dalam model ekonomi rumahtangga petani sayuran

mencakup risiko produksi dan harga produk. Adapun komoditas sayuran yang

dianalisis dalam risiko produksi dan harga produk hanya dilakukan pada

komoditas yang dominan diusahakan oleh rumahtangga petani sayuran yaitu

kentang dan kubis. Kedua komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan di

wilayah penelitian. Pada umumnya rumahtangga petani sayuran mengusahakan

kentang dan kubis secara monokultur dan ditanam pada waktu yang sama tetapi

pada lahan yang berbeda. Kondisi tersebut menunjukkan rumahtangga petani

sayuran telah melakukan diversifikasi usahatani meskipun tidak pada lahan yang

sama, tetapi dilakukan pada periode waktu yang sama. Dalam pola tanam selama

satu tahun, lahan yang menjadi ’bekas’ kentang akan digunakan untuk kubis

demikian pula lahan ’bekas’ kubis pada periode berikutnya akan digunakan untuk

kentang.

Penentuan risiko produksi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan

pada nilai variance produksi yang diperoleh dari hasil pendugaan persamaan

produksi dan variance produksi dengan menggunakan model GARCH (1,1).

Model GARCH (1,1) dapat mengakomodasi dalam mengahadapi permasalahn

risiko dalam produksi. Dalam analisis risiko produksi ini digunakan data

produktivitas kentang dan kubis untuk periode tiga musim tanam. Adapun fungsi

produksi yang digunakan dalam menganalisis variance produksi adalah fungsi

produksi logaritma Cobb Douglas.

Page 174: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

153

6.1.1. Penentuan Risiko Produksi Kentang

Penentuan risiko produksi kentang dilakukan dengan mengukur nilai

variance produksi kentang. Hasil pendugaan terhadap persamaan fungsi produksi

dan variance produksi kentang dapat dilihat pada Tabel 18 dan Lampiran 1.

Tabel 18. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Logaritma Produksi dan Variance

Produksi Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Tahun 2006

Variabel Parameter Std. Error z-Statistic Peluang

Intersep 8.128500 0.502056 16.19041 0.0000Lahan kentang (LHGKT) 0.081500 0.008550 9.532253 0.0000Benih kentang (PBNHKT) 0.076096 0.036245 2.099471 0.0358Pupuk nitrogen (PPKNKT) 0.080613 0.020718 3.891004 0.0001Pupuk phospor (PPKPKT) -0.073362 0.020000 -3.668048 0.0002Pupuk kalium (PPKKT) -0.055747 0.020824 -2.677027 0.0074Total tenaga kerja (TKKT) 0.093216 0.020610 4.522820 0.0000Obat-obatan (PESKT) 0.062188 0.020620 3.015877 0.0026 Persamaan Variance Intersep 0.076795 0.062150 1.235646 0.2166Error kuadrat musim sebelumnya 2

1−tε 0.216454 0.081986 2.640147 0.0083

Variance error musim sebelumnya 2

1−tσ 0.327662 0.135096 2.425400 0.0153

Lahan kentang (LHGKT) -0.001792 0.001599 -1.120780 0.2624Benih kentang (PBNHKT) -0.015695 0.006316 -2.485088 0.0130Pupuk nitrogen (PPKNKT) 0.005400 0.002974 1.815526 0.0694Pupuk phospor (PPKPKT) 0.000763 0.002669 0.285800 0.7750Pupuk kalium (PPKKT) 0.002616 0.003753 0.697059 0.4858Total tenaga kerja (TKKT) 0.003520 0.004661 0.755185 0.4501Obat-obatan (PESKT) -0.001806 0.002403 -0.751769 0.4522R2 = 0.329445

Hasil pendugaan persamaan produksi kentang dan variance menunjukkan

bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 32.94 persen. Nilai koefisien

determinasi tersebut dapat dikatakan relatif kecil. Beberapa hasil penelitian yang

menggunakan persamaan fungsi variance produksi memberikan koefisien

determinasi yang sangat kecil bahkan negatif (Walter et al., 2004). Hasil

Page 175: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

154

penelitian Walter et al. (2004) dengan mengestimasi secara terpisah terhadap

fungsi variance produksi gandum diperoleh nilai koefisien determinasi – 0.02 atau

-2 persen.

Meskipun hasil pendugaan tersebut menghasilkan koefisien determinasi

yang relatif kecil, namun demikian model tersebut cukup baik menjelaskan

pengaruh penggunaan input terhadap produksi dan pengaruh risiko produksi

musim sebelumnya terhadap risiko produksi musim tertentu dengan memberikan

pengaruh positif. Risiko produksi musim sebelumnya ditunjukkan oleh error

kuadrat ( 21−tε ) dan variance error ( 2

1−tσ ) produksi musim sebelumnya. Sedangkan

risiko produksi musim tertentu ditunjukkan oleh variance error produksi musim

tertentu ( 2tσ ).

Hasil pendugaan persamaan produksi menunjukkan bahwa semua

parameter dugaan mempunyai tanda yang positif kecuali pupuk phosphor

(PPKPKT) dan kalium (PPKKT). Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan

pupuk phosphor dan kalium oleh rumahtangga petani sayuran sampel sudah

melebihi dari standar normal. Rata-rata penggunaan pupuk phosphor dan kalium

masing-masing sebesar 448 kg/ha dan 283 kg/ha sedangkan standar penggunaan

masing-masing sebesar 300 kg/ha dan 150 kg/ha (Dinas Pertanian Tanaman

Pangan, 2002)

Dari semua parameter dugaan menunjukkan bahwa parameter dugaan

yang nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen yaitu luas lahan garapan

kentang (LHGKT), penggunaan pupuk nitrogen (PPKNKT), pupuk phosphor

(PPKPKT), pupuk kalium (PPKKT), total tenaga kerja pada usahatani kentang

(TKKT) dan obat-obatan seperti pestisida, insektisida dan lainnya (PESKT).

Page 176: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

155

Sedangkan parameter benih kentang (PBNHKT) nyata pada taraf nyata kurang

dari lima persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penggunaan input yang

dilakukan rumahtangga petani sayuran merupakan faktor yang mempengaruhi

tingkat produktivitas kentang.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Hutabarat (1985) dan

Hartoyo et al. (2003) bahwa pupuk phosphor mempunyai pengaruh positif

terhadap produksi padi sedangkan penelitian ini sebaliknya pupuk phosphor

mempunyai pengaruh yang negatif karena penggunaannya melebihi standar yang

telah ditentukan.

Selanjutnya pada persamaan variance produksi kentang, yang

menggambarkan risiko produksi, menunjukkan bahwa parameter error kuadrat

musim sebelumnya ( 21−tε ) bertanda positif dan nyata pada taraf nyata kurang dari

satu persen, sedangkan variance error produksi musim sebelumnya ( 21−tσ )

bertanda positif dan nyata pada taraf nyata kurang dari lima persen. Hal tersebut

menunjukkan bahwa risiko produksi musim sebelumnya merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi risiko produksi musim tertentu. Ini berarti semakin

tinggi risiko produksi musim sebelumnya akan semakin besar risiko produksi

pada musim berikutnya.

Dilihat dari produksi setiap musimnya, terdapat perbedaan produksi

kentang pada musim kemarau I (MKI), musim kemarau II (MKII) dan musim

hujan (MH), yang mana produksi kentang tertinggi yang diperoleh rumahtangga

petani sayuran terjadi pada saat MH diikuti MKI dan MKII. Pada musim kemarau

sebagian besar rumahtangga petani sampel menghadapi kendala ketersediaan air,

sedangkan serangan hama dan penyakit sangat rendah. Sementara itu dilihat dari

Page 177: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

156

karakteristik tanaman, tanaman kentang sangat membutuhkan air yang cukup

sehingga dengan kekurangan air akan menyebabkan produksi rendah. Pada musim

kemarau khususnya MKII, hanya sebagian kecil rumahtangga petani sayuran

sampel yang menggunakan lahan berpengairan (lahan ceboran), tetapi ada juga

yang menggunakan lahan darat dengan pengairan berasal dari mata air yang

pelaksanaanya melalui penyewaan pompa. Sebaliknya pada musim hujan,

pengairan sangat berlimpah tetapi serangan hama dan penyakit sangat tinggi.

Meskipun demikian rumahtangga petani sayuran sampel dapat mengatasi kondisi

tersebut dengan mengaplikasikan pestisida sehingga produksi yang dihasilkan

pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau. Adanya

perbedaan dan fluktuasi produksi yang dihasilkan setiap musim tanam

menunjukkan rumahtangga petani menghadapi risiko produksi.

Gambaran tersebut di atas yang menjadi alasan bagi rumahtangga petani

sayuran sampel untuk melakukan diversifikasi tanaman pada lahan yang

dikuasainya. Dengan rata-rata jumlah persil yang dimiliki sekitar 2-3 persil,

rumahtangga petani melakukan pola tanam berbeda untuk setiap persilnya pada

waktu yang bersamaan antara kentang dan kubis dan tanaman lainnya namun

kentang dan kubis menjadi komoditas yang dominan diusahakan.

Selanjutnya untuk hubungan antara tingkat penggunaan input dengan

variance (risiko) produksi dapat dilihat dari hasil pendugaan persamaan variance

produksi. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa parameter penggunaan benih

kentang, luas lahan garapan kentang dan obat-obatan (pestisida, insektisida dan

lainnya) bertanda negatif. Hal itu menunjukkan bahwa benih kentang, lahan

garapan dan obat-obatan merupakan faktor yang dapat mengurangi risiko produksi

Page 178: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

157

kentang (risk reducing factors). Hal tersebut menunjukkan jika rumahtangga

petani sampel mengaplikasikan obat-obatan tepat pada waktunya maka produksi

yang dihasilkan akan stabil. Dengan produksi yang stabil menggambarkan bahwa

variationproduksi yang dialami rumahtangga petani sangat kecil atau tidak ada

sama sekali. Hasil pendugaan tersebut seperti yang dikaji oleh Just dan Pope

(1979) bahwa obat-obatan merupakan faktor pengurang risiko produksi,

sedangkan penelitian Hutabarat (1985) menunjukkan pada musim kemarau benih

sebagai faktor pengurang risiko produksi.

Kondisi di lapangan menunjukkan rumahtangga petani sayuran sampel

selalu mengaplikasikan pestisida setiap saat meskipun tidak ada serangan hama

dan penyakit tanaman. Hal tersebut disebabkan tanaman kentang, yang merupakan

produk komersial, mempunyai karakteristik yang sangat rentan terhadap hama dan

penyakit tanaman sehingga rumahtangga petani sayuran sampel selalu melakukan

tindakan berjaga-jaga atau melakukan pengendalian hama dan penyakit sebelum

terjadi kerusakan di lapangan. Rata-rata aplikasi pestisida pada usahatani kentang

yang dilakukan rumahtangga petani sayuran sampel pada MH sebanyak 15-18 kali

aplikasi, sedangkan pada MKI sebanyak 12-14 kali dan MKII sebanyak 10-11

kali.

Sedangkan pupuk nitrogen, pupuk phosphor, pupuk kalium dan tenaga

kerja bertanda positif. Semakin tinggi penggunaan pupuk nitrogen, pupuk

phosphor, pupuk kalium dan tenaga kerja maka semakin tinggi variance produksi

kentang atau dengan kata lain bahwa pupuk nitrogen, pupuk phosphor, pupuk

kalium dan tenaga kerja merupakan faktor yang menimbulkan adanya risiko (risk

inducing factors) produksi kentang. Hasil penelitian di atas hampir sama dengan

Page 179: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

158

penelitian Hutabarat (1985) bahwa pada musim kemarau pupuk nitrogen, pupuk

phosphor dan tenaga kerja sebagai faktor yang menimbulkan risiko produksi.

Demikian pula dengan penelitian Walter et al. (2004) bahwa pupuk nitrogen

mempunyai pengaruh positif terhadap variance produksi gandum atau sebagai

faktor yang menimbulkan risiko produksi.

Untuk memudahkan pengertian mengenai faktor yang menimbulkan risiko

(risk inducing factors) dan faktor yang mengurangi risiko (risk reducing factors)

dapat dilihat dalam kegiatan produksi, umumnya penggunaan input seperti benih

dan pupuk sudah ditentukan ukuran standarnya untuk menghasilkan produksi

tertentu. Jika penggunaan input tersebut ukuran standarnya dikurangi atau

melebihi standar maka produksi akan turun. Hal ini menunjukkan benih dan

pupuk menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi. Sedangkan penggunaan

obat-obatan tidak ada standarnya, artinya obat-obatan digunakan jika ada hama

dan penyakit tanaman tetapi jika tidak ada hama dan penyakit tanaman tidak perlu

menggunakan obat-obatan. Ini menunjukkan obat-obatan membuat produksi stabil

sehingga termasuk dalam faktor yang mengurangi risiko produksi.

Adapun pengaruh penggunaan input terhadap variance produksi kentang

menunjukkan bahwa penggunaan benih kentang nyata pada taraf nyata kurang

dari lima persen dan pupuk nitrogen nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen

sedangkan luas lahan garapan kentang, pupuk phosphor, pupuk kalium, total

tenaga kerja dan obat-obatan (pestisida, insektisida dan lainnya) tidak nyata pada

taraf nyata 20 persen. Hasil penelitian Hutabarat (1985) menunjukkan bahwa

pada musim kemarau hanya benih, pupuk nitrogen dan lahan mempunyai

pengaruh nyata terhadap variance produksi padi, sedangkan pada musim hujan

Page 180: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

159

hanya tenaga kerja, lahan dan obat-obatan. Sedangkan hasil penelitian Walter et

al. (2004) menunjukkan bahwa dengan menggunakan sumber pupuk nitrogen dari

amonium nitrat, ternyata tidak ada variabel yang berpengaruh nyata terhadap

variance produksi gandum, tetapi dengan sumber nitrogen dari urea hanya pupuk

nitrogen yang berpengaruh nyata terhadap variance produksi gandum.

Dari penjelasan diatas dapat diringkaskan bahwa produktivitas kentang

sangat dipengaruhi oleh penggunaan input. Input benih, lahan garapan dan obat-

obatan merupakan faktor pengurang risiko produksi kentang sedangkan pupuk

nitrogen, pupuk phosphor, pupuk kalium dan tenaga kerja merupakan faktor yang

menimbulkan adanya risiko. Adanya risiko produksi pada musim sebelumnya

sangat mempengaruhi risiko produksi musim berikutnya.

6.1.2. Penentuan Risiko Produksi Kubis

Kubis merupakan komoditas dominan kedua, setelah kentang, yang

diusahakan oleh rumahtangga petani sayuran. Hasil pendugaan fungsi produksi

dan variance produksi kubis dapat dilihat pada Tabel 19 dan Lampiran 2 .

Seperti halnya pada komoditas kentang, koefisien determinasi (R2) yang

dihasilkan dari pendugaan persamaan fungsi produksi dan variance produksi

kubis relatif kecil sebesar 28.02 persen. Dari enam parameter yang diduga,

ternyata semua parameter dugaan sesuai dengan harapan bertanda positif, kecuali

penggunan benih kubis (PBNHKB). Hal tersebut menunjukkan bahwa

penggunaan benih kubis pada rumahtangga petani respoden melebihi dari standar

yaitu rata-rata penggunaan benih kubis sebesar 251.4 gram/ha sedangkan standar

sekitar 150 gram/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2002).

Page 181: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

160

Tabel 19. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Logaritma Produksi dan Variance Produksi Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Koefisien Std. Error z-Statistic Peluang

Intersep 9.671516 0.192362 50.27772 0.0000 Lahan kubis (LHGKB) 0.051083 0.006388 7.997019 0.0000 Benih kubis (PBNHKB) -0.043187 0.026398 -1.636016 0.1018 Pupuk nitrogen (PPKNKB) 0.031334 0.009944 3.151012 0.0016 Pupuk NPK (PNPKB) 0.002310 0.001786 1.293839 0.1957 Total tenaga kerja (TKKB) 0.049658 0.010956 4.532528 0.0000 Obat-obatan (PESKB) 0.022334 0.004745 4.706460 0.0000 Persamaan Variance Intersep 0.000855 0.001526 0.560578 0.5751 Error kuadrat musim sebelumnya 2

1−tε 0.003883 0.023885 0.162555 0.8709

Variance error musim sebelumnya 2

1−tσ 0.725948 0.025232 28.77107 0.0000

Lahan kubis (LHGKB) 0.000500 0.000111 4.495939 0.0000 Benih kubis (PBNHKB) -0.000121 0.000193 -0.628938 0.5294 Pupuk nitrogen (PPKNKB) -0.000199 0.000213 -0.934059 0.3503 Pupuk NPK (PNPKB) -0.000042 0.000049 -0.875238 0.3814 Total tenaga kerja (TKKB) -0.000073 0.000238 -0.307943 0.7581 Obat-obatan (PESKB) 0.000221 0.000112 1.982893 0.0474 R2 = 0.280205

Hasil pendugaan menunjukkan terdapat empat parameter dugaan yang

nyata pada taraf kurang dari satu persen yaitu luas lahan garapan kubis (LHGKB),

penggunaan pupuk nitrogen (PPKNKB), total tenaga kerja pada usahatani kubis

(TKKB) dan obat-obatan (PESKB). Sedangkan parameter penggunaan benih

kubis (PBNHKB) nyata pada taraf nyata kurang dari 15 persen dan pupuk

majemuk NPK (PNPKB) nyata pada taraf nyata kurang dari 20 persen.

Lebih lanjut dalam kaitannya dengan risiko, pada pendugaan persamaan

variance produksi kubis menunjukkan bahwa parameter dugaan error kuadrat dan

variance produksi musim sebelumnya bertanda positif sesuai dengan harapan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya risiko produksi kubis musim

Page 182: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

161

sebelumnya akan meningkatkan risiko produksi kubis pada musim tertentu.

Parameter dugaan variance produksi musim sebelumnya mempunyai taraf nyata

di bawah satu persen.

Dilihat dari hubungan penggunaan input dengan risiko produksi atau

variance produksi menunjukkan bahwa parameter dugaan luas lahan garapan

kubis dan obat-obatan mempunyai tanda positif sedangkan parameter pupuk,

benih dan tenaga kerja bertanda negatif. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa

luas lahan garapan dan obat-obatan (pestisida, insektisida dan lainnya) kubis

menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi kubis sedangkan benih kubis,

pupuk nitrogen, pupuk majemuk NPK dan total tenaga kerja menjadi faktor

pengurang risiko produksi. Hasil penelitian Hutabarat (1985) juga menunjukkan

bahwa pada musim kemarau dan musim hujan, lahan dan obat-obatan menjadi

faktor yang meningkatkan risiko produksi sedangkan pupuk dan tenaga kerja

(pada musim hujan) serta benih (pada musim kemarau) merupakan faktor yang

mengurangi risiko produksi.

Dari hasil pendugaan persamaan variance menunjukkan bahwa

parameter luas lahan garapan kubis nyata pada taraf nyata satu persen dan obat-

obatan pada taraf nyata kurang dari lima persen. Sebaliknya pupuk, benih dan

tenaga kerja kurang nyata pada taraf nyata 20 persen.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa produktivitas

kubis sangat dipengaruhi oleh penggunaan input. Luas lahan garapan dan obat-

obatan (pestisida, insektisida dan lainnya) menjadi faktor yang menimbulkan

risiko produksi kubis sedangkan benih, pupuk nitrogen, pupuk majemuk NPK dan

Page 183: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

162

total tenaga kerja menjadi faktor pengurang risiko produksi. Risiko produksi pada

musim sebelumnya sangat mempengaruhi risiko produksi musim berikutnya.

Jika dibandingkan hasil pendugaan persamaan fungsi produksi dan

variance produksi kentang dan kubis memberikan hasil yang berbeda baik pada

pendugaan parameter persamaan produksi maupun variance produksi. Perbedaan

tersebut dapat dilihat pada faktor pengurang risiko dan faktor yang menimbulkan

risiko. Seperti contohnya parameter dugaan obat-obatan pada kentang sebagai

faktor yang mengurangi risiko tetapi pada kubis sebagai faktor yang menimbulkan

risiko. Hal tersebut dapat terjadi pada kegiatan produksi kentang penggunaan

obat-obatan dilakukan tepat waktu sementara pada kegiatan produksi kubis,

pengunaan obat-obatan tidak tepat waktu sehingga dengan penggunaan yang tepat

waktu akan membuat produksi relatif stabil tetapi sebaliknya jika tidak dilakukan

tepat waktu akan menimbulkan variasi yang lebih besar.

6.1.3. Risiko Portofolio Produksi Sayuran

Risiko produksi kentang dan kubis yang dijelaskan pada uraian

sebelumnya menggambarkan risiko yang dihadapi rumahtangga petani sayuran

pada masing-masing komoditas yang diusahakan. Oleh karena rumahtangga

petani mengusahakan usahatani kentang dan kubis pada waktu yang sama

meskipun pada lahan yang berbeda maka hal itu menunjukkan bahwa

rumahtangga petani sayuran telah melakukan diversifikasi dalam usahatani.

Dengan pengusahaan secara diversifikasi maka variance yang dihadapi

rumahtangga petani dinamakan risiko portofolio.

Seperti dalam metodologi, beberapa ukuran risiko yang dapat digunakan

diantaranya adalah nilai variance, standard deviation dan coefficient variation

Page 184: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

163

(Elton dan Gruber, 1995). Dalam penelitian ini nilai variance diperoleh dari hasil

pendugaan fungsi produksi dan variance produksi seperti yang telah diperoleh

hasilnya pada uraian sebelumnya. Sementara itu standard deviation diperoleh dari

akar kuadrat nilai variance sedangkan coefficient variation diperoleh dari rasio

standard deviation dengan pendapatan. Oleh karena itu untuk melakukan

perbandingan terhadap risiko produksi kentang, kubis dan portofolio maka ukuran

risiko yang sangat tepat digunakan adalah coefficient variation. Karena ukuran

variance dan standard deviation belum memperhitungkan pendapatan sedangkan

coefficient variation sudah memperhitungkan pendapatan yang diterima pada

masing-masing usahatani maupun total usahatani (diversifikasi).

Perbandingan risiko produksi pada usahatani kentang, kubis maupun

portofolionya hasil estimasi dan aktualnya dapat dilihat pada Tabel 20. Dari nilai

coefficient variation menunjukkan bahwa untuk setiap pendapatan usahatani yang

diperoleh rumahtangga petani, ternyata risiko produksi usahatani kentang lebih

tinggi dibandingkan risiko produksi usahatani kubis.

Tabel 20. Perbandingan Risiko Produksi Kentang, Kubis dan Portofolio Kentang dan Kubis Hasil Estimasi dan Aktual di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Kentang Kubis Portofolio Ukuran

Estimasi Aktual Estimasi Aktual Estimasi Aktual Variance 0.018 28746895.2 0.003 50783112.4 0.009 35310123.7 St. Dev. 0.134 4885.5 0.045 6508.2 0.091 5660.0 Coef.Var. 0.000000003 0.244 0.000000001 0.242 0.000000001 0.124

Keterangan : Angka estimasi dari pendugaan fungsi logaritma produksi

Secara teknis di lapangan menunjukkan bahwa usahatani kentang sangat

rentan terhadap hama dan penyakit tanaman (HPT) dibandingkan usahatani kubis.

Hal itu dapat dilihat dari frekuensi aplikasi obat-obatan seperti pestisida,

insektisida dan lainnya, yang mana aplikasi obat-obatan pada usahatani kentang

Page 185: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

164

mencapai 10 sampai 18 kali aplikasi setiap musim tanam. Sedangkan aplikasi

obat-obatan pada usahatani kubis hanya mencapai 4 sampai 10 kali aplikasi setiap

musim tanam. Oleh karena frekuensi aplikasi obat-obatan (pestisida, insektisida

dan lainnya) pada usahatani kentang lebih tinggi dibandingkan pada usahatani

kubis, ini mengindikasikan bahwa variance produksi pada usahatani kentang lebih

tinggi dibandingkan risiko produksi kubis.

Selain sangat rentan terhadap hama dan penyakit tanaman, yang

ditunjukkan oleh tingginya aplikasi obat-obatan (pestisida, insektisida dan

lainnya), ternyata kentang juga sangat rentan terhadap kekeringan dibandingkan

kubis. Dilihat dari karakteristiknya, dalam pengusahaannya, kentang sangat

membutuhkan pengairan yang cukup. Produktivitas kentang akan menurun

mencapai 50 – 80 persen jika tidak ada pengairan. Pada umumnya hal itu terjadi

pada saat penanaman kentang dilakukan pada musim kemarau. Oleh karena itu

hanya sebagian kecil rumahtangga petani sayuran mengatasi kekurangan air pada

musim kemarau dengan mengusahakan pengairan dengan membuat sprinkle pada

titik – titik sumber air di lahan yang diusahakan. Penjelasan di atas menunjukkan

bahwa risiko produksi kentang lebih tinggi dibandingkan risiko produksi kubis.

Selanjutnya pada risiko produksi portofolio, yaitu risiko yang dihadapi

rumahtangga petani sayuran dengan melakukan diversifikasi usahatani kentang

dan kubis, ternyata lebih rendah dibandingkan risiko produksi tunggal yaitu risiko

produksi kentang atau risiko produksi kubis. Hal tersebut menggambarkan bahwa

risiko yang dihadapi rumahtangga petani sayuran akan semakin berkurang dengan

melakukan diversifikasi usahatani sayuran. Selain itu hasil perhitungan juga

menunjukkan bahwa dengan melakukan diversifikasi usahatani, tidak membuat

Page 186: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

165

risiko produksi menjadi nol. Artinya meskipun rumahtangga petani sayuran telah

melakukan diversifikasi usahatani kentang dan kubis, tetapi rumahtangga petani

sayuran akan tetap menghadapi risiko produksi. Dengan melakukan diversifikasi,

maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari

kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan

alternatif yang tepat yang dilakukan rumahtangga petani sayuran untuk

meminimalkan risiko kehilangan sekaligus untuk melindungi dari fluktuasi

produksi. Dengan demikian risiko produksi portofolio menjadi berkurang

dibandingkan dengan risiko produksi pada kegiatan usahatani yang tunggal yaitu

kentang saja atau kubis saja.

6.1.4. Risiko Harga Kentang dan Kubis

Beberapa ukuran risiko yang digunakan sama antara risiko produksi dan

risiko harga produk yaitu nilai variance, standard deviation dan coefficient

variation. Namun demikian penentuan nilai variance pada risiko harga produk

berbeda dengan risiko produksi. Jika penentuan nilai variance pada risiko

produksi diperoleh dari hasil pendugaan fungsi produksi dan variance produksi,

maka penentuan nilai variance pada risiko harga dihitung secara manual, seperti

yang dijelaskan dalam metodologi, berdasarkan penjumlahan selisih kuadrat harga

(tinggi, rendah dan normal) dengan ekspektasi harga, dikalikan dengan masing-

masing peluang terjadinya harga (tinggi, rendah dan normal).

Perbandingan ukuran risiko harga kentang dan kubis dapat dilihat pada

Tabel 21. Dari Tabel 21 terlihat bahwa untuk setiap rupiah pendapatan yang

diperoleh rumahtangga petani sayuran ternyata risiko harga kentang relatif lebih

rendah dibandingkan risiko harga kubis. Demikian pula jika dilihat dari setiap

Page 187: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

166

rupiah harga yang diharapkan maka kentang mempunyai risiko harga yang lebih

rendah dibandingkan risiko harga kubis.

Tabel 21. Perbandingan Risiko Harga Kentang dan Kubis di Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Ukuran Kentang Kubis Variance 286708.042 152074.643Standard Deviation 522.007 364.372Coefficient Variation 0.00001131

0.20920.000021

0.3512

Keterangan : 1didasarkan pada pendapatan usahatani 2didasarkan pada ekspektasi harga produk

Tingginya risiko harga kubis dibandingkan risiko harga kentang dapat

disebabkan karena karakteristik dari produk itu sendiri, sebagai salah satu penentu

harga produk. Dilihat dari karakteristik produk menunjukkan bahwa kubis relatif

lebih cepat rusak dibandingkan kentang, sehingga kubis tidak bisa disimpan

dalam waktu yang relatif lama dibandingkan kentang, kecuali dengan fasilitas

penyimpanan cold storage. Semua rumahtangga petani sayuran sampel tidak ada

yang memiliki fasilitas penyimpanan cold storage sehingga produk kubis

langsung dijual pada waktu panen (cash crop), sementara kentang relatif tahan

lama apabila disimpan meskipun tanpa fasilitas penyimpanan cold storage.

Kondisi tersebut yang menyebabkan rumahtangga petani tidak mampu

menunda penjualan kubis sambil menunggu harga tinggi. Dengan demikian kubis

menghadapi risiko harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko harga

kentang. Adapun penurunan harga kubis yang pernah dialami rumahtangga petani

sayuran, yang didasarkan dari harga tertinggi dan terendah, rata-rata mencapai

68.35 persen dengan range penurunan dari 25 persen sampai 95 persen.

Sedangkan penurunan harga kentang yang pernah dialami rumahtangga petani

Page 188: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

167

sayuran rata-rata mencapai 55.13 persen dengan range penurunan dari 32.14

persen sampai 77.5 persen.

6.2. Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran

Model ekonomi rumahtangga petani sayuran yang dianalisis ini berbeda

dengan kajian-kajian sebelumnya. Dalam model ekonomi rumahtangga petani

sayuran ini telah memasukkan variabel risiko produksi dan risiko harga produk

baik untuk komoditas kentang maupun kubis. Khusus variabel risiko produksi

yang dimasukkan ke dalam model ekonomi rumahtangga petani sayuran diperoleh

dari hasil pendugaan yang telah dilakukan sebelumnya terhadap persamaan

variance produksi dengan model GARCH (1,1). Dari hasil pendugaan terhadap

persamaan variance produksi, selanjutnya dihitung variance produksi untuk setiap

sampel dan nilai variance produksi setiap sampel dimasukkan ke dalam model

sebagai indikator risiko produksi.

Pendugaan terhadap persamaan variance produksi dilakukan dengan

menggunakan set data yang berbeda dengan data model ekonomi rumahtangga ini

yaitu untuk risiko dengan menggunakan data tiga musim tanam (panel data)

sedangkan model ekonomi rumahtangga dengan data satu tahun. Selain nilai

variance produksi, beberapa variabel seperti variance harga, ekspektasi produksi

dan ekspektasi harga dimasukkan ke dalam model ekonomi rumahtangga seperti

yang telah dijelaskan dalam kerangka pemikiran. Sedangkan perhitungan untuk

masing-masing variabel tersebut sudah dijelaskan dalam bagian metodologi.

Dalam model ekonomi rumahtangga ini, variabel risiko produksi (SDPRDKT dan

SDPRDKB) dan risiko harga (SDHRGKT dan SDHRGKB) sebenarnya adalah

Page 189: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

168

nilai variance dari produksi dan harga yang merefleksikan sebagai risiko sehingga

untuk seterusnya digunakan istilah risiko produksi.

Pendugaan model ekonomi rumahtangga petani sayuran dilakukan

berdasarkan pengelompokkan lima blok yaitu blok produksi, blok penggunaan

input, blok tenaga kerja, blok pendapatan dan blok pengeluaran.

Pengelompokkan tersebut selain bertujuan untuk memudahkan dalam memberikan

penjelasan, sekaligus terkait dengan teori dalam model ekonomi rumahtangga

yang berhubungan dengan perilaku dalam pengambilan keputusan produksi,

konsumsi dan alokasi tenaga kerja. Program pendugaan dapat dilihat Lampiran 3.

Analisis model ekonomi rumahtangga petani sayuran dilakukan dengan

menggunakan sistem persamaan simultan yang terdiri dari 33 persamaan

struktural dan 16 persamaan identitas. Hasil pendugaan dilakukan terhadap

persamaan struktural yang hasil pendugaan parameternya disajikan pada setiap

pembahasan. Perlu disampaikan bahwa model yang disajikan dalam bagian ini

sudah mengalami respesifikasi dengan harapan diperoleh model yang relatif dapat

memuaskan baik dari kriteria ekonomi maupun statistik dan dapat

menggambarkan baik secara teori maupun empiris. Interpretasi terhadap hasil

pendugaan parameter disyaratkan pada kondisi ceteris paribus.

Secara umum hasil pendugaan terhadap 33 persamaan struktural

menunjukkkan bahwa koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dari pendugaan

persamaan struktural tersebut bervariasi mulai dari range 0.02 (2 persen) sampai

0.99 (99 persen). Kondisi tersebut menggambarkan relatif kecilnya keragaman

variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelas (explanatory

variables) dalam model. Adanya koefisien determinasi yang kecil pada umumnya

Page 190: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

169

karena data yang digunakan merupakan data cross section sehingga data relatif

tidak beragam. Hasil pendugaan tersebut hampir sama dengan beberapa hasil

penelitian mengenai model ekonomi rumahtangga petani yang menggunakan data

cross section, seperti yang dilakukan Sawit (1993), Kusnadi (2005), Bakir (2007)

dan Asmarantaka (2007), menunjukkan bahwa beberapa hasil pendugaan pada

persamaan struktural menghasilkan koefisien determinasi yang relatif kecil.

Selanjutnya jika dilihat dari uji F menunjukkan bahwa sekitar 81.82 persen

dari persamaan struktural yang dibangun secara statistik nyata pada taraf nyata

kurang dari satu persen dan 18.18 persen dari persamaan struktural nyata pada

taraf nyata kurang dari 10 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara statitik

sebagian besar model persamaan yang dibangun berbeda nyata dengan nol pada

taraf nyata kurang dari satu persen. Selain kriteria statistik, dalam analisis juga

akan dilihat kriteria ekonomi yang meliputi tanda (arah) dan besaran parameter

yang diduga.

6.2.1. Produksi Rumahtangga Petani Sayuran

Kegiatan produksi yang dilakukan rumahtangga petani sayuran pada

model ekonomi rumahtangga petani sayuran yang dibangun hanya difokuskan

pada komoditas dominan yang diusahakan rumahtangga petani sayuran yaitu

kentang dan kubis. Adapun persamaan yang menyusun perilaku produksi

rumahtangga petani sayuran terdiri dari empat (4) persamaan struktural dan dua

(2) persamaan identitas. Persamaan struktural terdiri dari persamaan luas lahan

garapan kentang (LHGKT), luas lahan garapan kubis (LHGKB), produktivitas

kentang (PRDKT) dan produktivitas kubis (PRDKB). Sedangkan persamaan

identitas terdiri dari persamaan produksi kentang (PKT) dan produksi kubis

Page 191: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

170

(PKB). Di bawah ini akan dijelaskan hasil pendugaan terhadap masing-masing

persamaan struktural.

6.2.1.1. Luas Lahan Garapan Kentang dan Kubis

Salah satu sumberdaya penting dalam ekonomi rumahtangga petani

sayuran yaitu lahan garapan. Banyak faktor yang mempengaruhi penggunaan luas

lahan garapan. Hasil pendugaan terhadap persamaan luas lahan garapan kentang

(LHGKT) dapat dilihat pada Tabel 22. Semua parameter dugaan tersebut

mempunyai tanda sesuai dengan yang diharapkan.

Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Luas Lahan Garapan Kentang

di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Intersep 1.9842 1.1540 1.72 0.0439Harga pupuk phospor (HPPKP) -0.0005 0.0004 -1.33 0.0933Upah tenaga pria on farm (UPON) -0.0000 0.0000 -0.09 0.4628Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -4.1356 2.5565 -1.62 0.0540Risiko harga kentang (SDHRGKT) -0.0005 0.0005 -1.13 0.1309Luas lahan Kubis (LHGKB) 1.6983 0.0590 28.77 <.0001 Obat-obatan Kentang (PESKT) -0.0000 0.0000 -1.51 0.0663

Harga pupuk phospor (HPPKP) mempunyai pengaruh negatif terhadap

luas lahan garapan kentang dan nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen. Hal

tersebut menunjukkan bahwa harga pupuk phospor menjadi salah satu faktor yang

dipertimbangkan oleh rumahtangga petani sayuran dalam mengambil keputusan

mengenai penggunaan luas lahan garapan kentang. Hasil penelitian ini berbeda

dengan penelitian Hardono (2002) yang menunjukkan bahwa harga pupuk TSP

tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk menambah luas sawah.

Page 192: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

171

Selain harga pupuk phosphor, ternyata keputusan rumahtangga petani

sayuran dalam penggunaan luas lahan garapan kentang sangat ditentukan oleh

risiko produksi kentang. Pendugaan parameter risiko produksi kentang

(SDPRDKT) bertanda negatif dan nyata pada taraf nyata lima persen. Hasil kajian

Beach et al. (2005) berbeda dengan penelitian ini, dimana risiko produksi pada

komoditas tembakau mempunyai pengaruh positif terhadap luas lahan tembakau

dan pengaruhnya tidak nyata terhadap luas lahan tembakau.

Seperti halnya risiko produksi kentang, risiko harga kentang (SDHRGKT)

mempunyai pengaruh negatif dan nyata pada taraf nyata kurang dari 15 persen.

Hasil pendugaan parameter risiko harga kentang tersebut hampir sama dengan

penelitian Beach et al. (2005) bahwa risiko harga tembakau berpengaruh negatif

terhadap aktivitas diversifikasi. Namun demikian, terdapat perbedaan yaitu risiko

harga tembakau pengaruhnya tidak nyata terhadap aktivitas diversifikasi.

Parameter dugaan luas lahan garapan kubis (LHGKB) mempunyai

pengaruh positif terhadap penggunaan luas lahan garapan kentang dan

pengaruhnya nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen. Hubungan yang

positif antara luas lahan garapan kubis dan kentang dikarenakan kedua komoditas

tersebut diusahakan rumahtangga petani sayuran dengan sistem rotasi dalam satu

tahun. Dengan sistem rotasi, lahan yang musim sebelumnya digunakan untuk

usahatani kubis maka pada musim berikutnya akan digunakan untuk usahatani

kentang demikian sebaliknya. Dilihat dari responsnya, ternyata luas lahan garapan

kentang sangat responsif terhadap perubahan luas lahan garapan kubis.

Variabe lain yang juga mempunyai pengaruh nyata terhadap luas lahan

garapan kentang yaitu obat-obatan pada usahatani kentang (PESKT) dalam ukuran

Page 193: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

172

nilai. Parameter dugaan obat-obatan tersebut mempunyai pengaruh negatif dan

nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa

obat-obatan menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan rumahtangga

petani sayuran dalam memutuskan mengenai penggunaan luas lahan garapan

kentang.

Selanjutnya parameter dugaan upah tenaga kerja pria pada kegiatan on

farm (UPON) bertanda negatif dan mempunyai pengaruh yang tidak nyata pada

taraf kurang dari 20 persen. Hal itu menunjukkan perubahan upah tenaga kerja

pria pada kegiatan on farm tidak memberikan pengaruh terhadap keputusan

rumahtangga petani sayuran dalam penggunaan luas lahan garapan kentang.

Dari uraian tersebut diatas secara umum dapat dikatakan bahwa keputusan

rumahtangga petani dalam menentukan luas lahan garapan kentang sangat

ditentukan oleh harga pupuk phosphor, risiko produksi kentang, risiko harga

kentang, luas lahan garapan kubis dan obat-obatan. Sebaliknya upah tenaga kerja

pria pada kegiatan on farm tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap luas

lahan garapan kentang.

Selain kentang, dalam blok produksi juga terdapat persamaan luas lahan

garapan kubis (LHGKB). Hasil pendugaan persamaan luas lahan garapan kubis

(LHGKB) dapat dilihat pada Tabel 23. Dari hasil pendugaan persamaan luas

lahan garapan kubis menunjukkan bahwa semua parameter dugaan sesuai dengan

yang diharapkan.

Pendugaan terhadap parameter upah tenaga kerja pria pada kegiatan on

farm (UPON) bertanda negatif dan tidak nyata pada taraf 20 persen. Hal tersebut

menunjukkan bahwa keputusan rumahtangga petani sayuran dalam menentukan

Page 194: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

173

penggunaan luas lahan garapan kubis tidak mempertimbangkan upah tenaga kerja

pria pada kegiatan on farm.

Tabel 23. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Luas Lahan Garapan Kubis di

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Intersep 0.6463 0.4502 1.44 0.0767 Upah tenaga pria on farm (UPON) -0.0000 0.0000 -0.15 0.4410 Nilai pupuk kubis (NPPKB) -0.0000 0.0000 -1.45 0.0745 Luas lahan kentang (LHGKT) 0.5553 0.0235 23.6 <.0001 Ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB) 0.0000 0.0000 1.03 0.1530 Risiko harga kubis (SDHRGKB) -0.0001 0.0002 -0.41 0.3426 Risiko produksi kubis (SDPRDKB) -0.0836 1.3068 -0.06 0.4746 Obata-obatan Kubis (PESKB) -0.0000 0.0000 -0.60 0.2737

Selain upah, parameter dugaan obat-obatan pada usahatani kubis

(PESKB), risiko harga kubis (SDHRGKB) dan risiko produksi kubis (SDPRDKB)

mempunyai pengaruh negatif dan tidak nyata pada taraf nyata 20 persen.

Khususnya pada risiko produksi, penelitian ini mempunyai kesamaan dengan

Beach et al. (2005) bahwa risiko produksi tembakau tidak mempunyai pengaruh

yang nyata terhadap luas lahan tembakau. Namun demikian terdapat perbedaan

yaitu risiko produksi tembakau mempunyai pengaruh yang positif terhadap luas

lahan tembakau. Penelitian ini menggambarkan bahwa rumahtangga petani tidak

dapat mengurangi luas lahan garapan meskipun ada risiko harga dan risiko

produksi kubis.

Hasil pendugaan terhadap parameter nilai penggunaan pupuk untuk

usahatani kubis (NPPKB) bertanda negatif dan nyata pada taraf nyata kurang dari

lima persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai penggunaan pupuk, yang

menggambarkan harga pupuk, menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh

Page 195: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

174

rumahtangga petani sayuran dalam menentukan luas lahan garapan kubis. Namun

demikian luas lahan garapan kubis kurang responsif terhadap perubahan nilai

penggunaan pupuk pada usahatani kubis. Hasil penelitian ini sama dengan

penelitian Hardono (2002) yang menunjukkan harga pupuk TSP tidak mempunyai

pengaruh nyata terhadap luas sawah dan luas sawah kurang responsif terhadap

perubahan harga pupuk TSP.

Selanjutnya luas lahan garapan kentang (LHGKT) mempunyai pengaruh

yang positif terhadap luas lahan garapan kubis dan nyata pada taraf nyata kurang

dari satu persen. Luas lahan garapan kentang menjadi salah satu faktor yang

dipertimbangkan rumahtangga petani sayuran dalam memutuskan penggunaan

luas lahan garapan kubis. Hubungan yang positif tersebut dikarenakan kedua

komoditas tersebut diusahakan rumahtangga petani sayuran dengan sistem rotasi

dalam satu tahun. Dengan sistem rotasi, lahan yang musim sebelumnya digunakan

untuk usahatani kentang maka pada musim berikutnya akan digunakan untuk

usahatani kubis. Hal ini dilakukan karena secara teknis lahan ’bekas’ kentang

tidak tepat jika ditanami tanaman yang satu famili dengan kentang, seperti tomat,

karena mata rantai hama dan penyakit tanaman (HPT) belum terputus sehingga

produktivitas yang akan dihasilkan akan rendah. Oleh karena itu untuk memutus

mata rantai HPT maka lahan ’bekas’ usahatani kentang dapat ditanami kubis pada

musim berikutnya. Dengan demikian jika luas lahan garapan kentang semakin

tinggi maka luas lahan garapan kubis akan semakin bertambah dengan berlakunya

sistem rotasi. Selain sistem rotasi pada lahan yang sama, usahatani kentang dan

kubis juga diusahakan pada waktu yang sama (diversifikasi) pada lahan yang

berbeda.

Page 196: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

175

Selanjutnya faktor lain yang menjadi pertimbangan rumahtangga petani

sayuran dalam membuat keputusan mengenai penggunaan luas lahan garapan

kubis adalah ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB). Ekspektasi produksi kubis

mempunyai pengaruh positif dan nyata pada taraf nyata kurang dari 20 persen.

Ekspektasi produksi kubis menunjukkan besarnya produksi kubis yang diharapkan

rumahtangga petani sayuran dengan memperhitungkan produksi tertinggi,

terendah dan normal yang pernah diperoleh rumahtangga selama mengusahakan

usahatani kubis selama tiga sampai empat tahun terakhir.

Dari uraian tersebut keputusan rumahtangga petani sayuran dalam

menentukan luas lahan garapan kubis sangat dipengaruhi oleh nilai penggunaan

pupuk, luas lahan garapan kentang, ekspektasi produksi. Sedangkan upah tenaga

kerja pria pada kegiatan on farm, risiko harga dan risiko produksi kubis serta obat-

obatan tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan rumahtangga dalam

menentukan luas lahan garapan kubis.

6.2.1.2. Produktivitas Kentang dan Kubis

Produktivitas menjadi salah satu indikator dalam menilai keberhasilan

pengelolaan usahatani. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

produktivitas tanaman. Hasil pendugaan pada persamaan produktivitas kentang

(PRDKT) dapat dilihat pada Tabel 24.

Hasil pendugaan terhadap persamaan produktivitas kentang menunjukkan

bahwa semua parameter dugaan mempunyai tanda sesuai dengan harapan.

Ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) mempunyai pengaruh yang positif

terhadap produktivitas kentang dan nyata pada taraf nyata kurang dari lima

persen. Ekspektasi harga kentang menunjukkan harga kentang yang diharapkan

Page 197: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

176

rumahtangga petani sayuran dengan mempertimbangkan harga kentang tertinggi,

terendah dan normal selama mengusahakan usahatani kentang kurang lebih tiga-

empat tahun terakhir. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Hartoyo et al

(2003) bahwa ekspektasi harga padi mempunyai pengaruh yang positif dan nyata

terhadap produksi padi.

Tabel 24. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produktivitas Kentang di

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Intersep 97716.3700 34674.7500 2.82 0.0028Ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) 3.9353 2.0334 1.94 0.0275Harga pupuk nitrogen (HPPKN) -0.3507 1.3655 -0.26 0.3989Penggunaan benih kentang (PBNHKT) 9.4041 3.3693 2.79 0.0030Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -672648.7000 215371.4000 -3.12 0.0011Upah tenaga pria on farm (UPON) -0.1330 0.1371 -0.97 0.1669

Sedangkan penggunaan benih kentang (PBNHKT) mempunyai pengaruh

positif terhadap produkitivitas kentang dan pengaruhnya nyata pada taraf nyata

kurang dari satu persen. Produktivitas tidak hanya ditentukan oleh harga input

tetapi juga dapat ditentukan oleh penggunaan fisik seperti penggunaan benih

kentang.

Selanjutnya risiko produksi kentang (SDPRDKT) memberikan pengaruh

yang negatif terhadap produktivitas kentang dan pengaruh tersebut nyata pada

taraf nyata kurang dari satu persen. Adapun risiko produksi yang dihadapi

rumahtangga petani sayuran dalam mengusahakan kentang diantaranya adalah

cuaca dan serangan hama dan penyakit tanaman. Kentang merupakan komoditas

yang sangat rentan terhadap kekeringan pada musim kemarau sementara dalam

pertumbuhannya selalu membutuhkan pengairan yang cukup. Adanya risiko

Page 198: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

177

produksi menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas kentang. Rata-rata

produktivitas kentang tertinggi yang dicapai rumahtangga petani sayuran sebesar

28.72 ton/ha/musim dan produktivitas kentang terendah yang pernah dicapai rata-

rata 13.27 ton/ha/musim. Dilihat dari tingkat respon menunjukkan bahwa

produktivitas kentang sangat responsif terhadap perubahan risiko produksi

kentang.

Selanjutnya upah tenaga kerja pria pada kegiatan on farm (UPON) dan

harga pupuk nitrogen (HPPKN) mempunyai pengaruh negatif terhadap

produktivitas kentang. Namun demikian parameter dugaan harga pupuk nitrogen

tidak nyata pada taraf nyata 20 persen. Penelitian ini memberikan hasil yang

hampir sama dengan penelitian Sawit (1993) yang menunjukkan bahwa harga

pupuk memberikan pengaruh negatif dan tidak nyata terhadap penawaran padi.

Demikian pula penelitian Asmarantaka (2007) yang menunjukkan bahwa harga

pupuk urea mempunyai pengaruh yang tidak nyata terhadap produktivitas padi

dan produktivitas padi tidak responsif terhadap perubahan harga pupuk urea.

Kondisi tersebut dapat terjadi karena dengan menggunakan data cross section,

data harga pupuk yang diperoleh rumahtangga petani relatif sama sehingga

memberikan pengaruh yang tidak nyata.

Dari penjelasan tersebut diatas menunjukkan bahwa risiko produksi

kentang sangat mempengaruhi produktivitas kentang yang dihasilkan

rumahtangga petani sayuran, selain penggunaan benih kentang, ekspektasi harga

kentang dan upah tenaga kerja pria pada kegiatan on farm. Sebaliknya harga

pupuk nitrogen tidak mempengaruhi produktivitas kentang.

Page 199: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

178

Selain kentang, rumahtangga petani sayuran juga mengusahakan kubis

sebagai komoditas dominan kedua setelah kentang. Hasil pendugaan persamaan

produktivitas kubis (PRDKB) dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produktivitas Kubis di

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Intersep 35573.3700 3330.5510 10.68 <.0001 Obat-obatan kubis (PESKB) -0.0001 0.0001 -1.23 0.1109 Risiko harga kubis (SDHRGKB) -0.4162 0.8479 -0.49 0.3122 Ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) -1.3183 1.0086 -1.31 0.0967 Risiko produksi kubis (SDPRDKB) -18062.3000 5152.6830 -3.51 0.0003 Nilai pupuk kubis (NPPKB) -0.0027 0.0007 -4.05 <.0001

Hasil pendugaan parameter persamaan produktivitas kubis menunjukkan

bahwa penggunaan obat-obatan kubis (PESKB) yang diukur dengan nilai

mempunyai pengaruh negatif dan nyata pada taraf kurang dari 15 persen.

Meningkatnya nilai obat-obatan menjadi pertimbangan rumahtangga petani

sayuran untuk menurunkan penggunaan obatan-obatan sehingga hal tersebut akan

berpengaruh terhadap penurunan produktivitas kubis. Kondisi di lapangan

menunjukkan bahwa usahatani kubis relatif rentan terhadap serangan hama dan

penyakit tanaman sehingga penggunaan obat-obatan selalu dilakukan

rumahtangga petani sayuran untuk tindakan berjaga-jaga. Obat-obatan yang

digunakan sangat bervariasi, dan rumahtangga petani sayuran selalu melakukan

uji coba dengan mengkombinasikan beberapa produk obat-obatan yang telah ada.

Risiko harga kubis (SDHRGKB) mempunyai pengaruh negatif terhadap

produktivitas kubis, dan pengaruh tersebut tidak nyata pada taraf nyata 20 persen.

Hasil penelitian ini mempunyai perbedaan dan persamaan dengan hasil penelitian

Page 200: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

179

Hartoyo et al (2003) dengan perbedaan yaitu variance harga padi, yang

mengindikasikan sebagai risiko harga, mempunyai pengaruh positif terhadap

produksi padi dan hal itu tidak sesuai dengan harapan, sedangkan persamaannya

adalah variance harga padi mempunyai pengaruh yang tidak nyata pada nyata

taraf 20 persen.

Risiko harga yang dihadapi rumahtangga petani diindikasikan oleh

fluktuasi harga yang diterima rumahtangga dalam setiap penjualan hasil panen.

Khusus pada kubis, rata-rata rumahtangga petani sayuran memperoleh harga

tertinggi sebesar Rp 1739/kg dan harga terendah sebesar Rp 530/kg. Fluktuasi

harga sayuran pada umumnya dapat dikatakan setiap jam atau setiap hari bisa

berubah.

Parameter dugaan ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) mempunyai

pengaruh negatif terhadap produktivitas kubis dan nyata pada taraf kurang dari 10

persen. Hubungan negatif dikarenakan pada musim yang sama, kentang dan kubis

menjadi tanaman yang bersaing sehingga dengan meningkatnya ekspektasi harga

kentang mempengaruhi produktivitas kubis.

Selanjutnya parameter dugaan risiko produksi kubis (SDPRDKB) bertanda

negatif dan nyata pada taraf kurang dari satu persen. Hal ini menunjukkan bahwa

risiko produksi kubis sebagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kubis.

Produktivitas kubis tertinggi yang dicapai rumahtangga petani rata-rata sebesar

38.77 ton/ha/musim dan produktivitas kubis terendah rata-rata sebesar 17.19

ton/ha/musim. Namun demikian produktivitas kubis kurang responsif terhadap

perubahan risiko produksi kubis.

Page 201: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

180

Faktor lain yang mempengaruhi produktivitas kubis adalah nilai

penggunaan pupuk pada usahatani kubis (NPPKB). Parameter dugaan nilai

penggunaan pupuk pada usahatani kubis bertanda negatif sesuai dengan harapan

dan mempunyai pengaruh nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen.

Berdasarkan penjelasan tersebut, produktivitas kubis sangat ditentukan

oleh obat-obatan, ekspektasi harga kentang, risiko produksi kubis dan nilai

penggunaan pupuk. Sebaliknya untuk risiko harga kubis mempunyai pengaruh

yang tidak nyata dibandingkan lainnya.

Selanjutnya untuk persamaan identitas produksi yaitu produksi kentang

(PKT) merupakan hasil perkalian antara luas lahan garapan kentang (LHGKT)

dengan produktivitas kentang (PRDKT) sedangkan produksi kubis (PKB)

merupakan hasil perkalian antara luas lahan garapan kubis (LHGKB) dengan

produktivitas kubis (PRDKB).

Rata-rata produksi kentang (PKT) dan kubis (PKB) yang dihasilkan oleh

rumahtangga petani sayuran selama satu tahun masing-masing sebesar 33.79 ton

dan 27.81 ton. Banyaknya kentang yang dihasilkan rumahtangga petani sayuran

sampel menunjukkan bahwa komoditas kentang merupakan komoditas yang

dominan diusahakan. Adapun rata-rata luas lahan kentang yang dikelola

rumahtangga petani sayuran sampel seluas 1.53 hektar dengan produktivitas

tertinggi dan terendah masing-masing sebesar 28.72 ton/hektar/musim dan 13.27

ton//hektar/musim. Sedangkan rata - rata luas lahan kubis yang dikelola

rumahtangga petani sayuran sampel seluas 1.05 hektar dengan produktivitas

tertinggi dan terendah masing-masing sebesar 38.77 ton/hektar/musim 17.19

ton/hektar/musim.

Page 202: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

181

6.2.2. Penggunaan Input Usahatani

Blok penggunaan input usahatani kentang dan kubis yang akan dijelaskan

pada bagian ini terdiri dari tujuh (7) persamaan sruktural dan dua (2) persamaan

identitas. Persamaan struktural dalam blok ini mencakup penggunaan benih

kentang (PBNHKT), penggunaan benih kubis (PBNHKB), penggunaan pupuk

nitrogen (PPKNKT), pupuk phosphor (PPKPKT), pupuk NPK (PNPKB) dan

obat-obatan baik untuk usahatani kentang (PESKT) maupun kubis (PESKB).

Persamaan identitas terdiri dari nilai pupuk kimia untuk kentang (NPPKT) dan

nilai pupuk kimia untuk kubis (NPPKB). Penggunaan input oleh rumahtangga

petani sayuran merupakan permintaan rumahtangga petani sayuran terhadap input

yang akan digunakan dalam usahatani kentang maupun kubis. Hasil pendugaan

terhadap persamaan penggunaan input akan dijelaskan pada uraian berikut.

6.2.2.1 Penggunaan Benih Kentang dan Kubis

Penggunaan benih kentang menunjukkan permintaan rumahtangga petani

sayuran terhadap benih kentang. Hasil pendugaan parameter persamaan

penggunaan benih kentang (PBNHKT) dapat dilihat pada Tabel 26. Semua

parameter dugaan mempunyai tanda sesuai dengan harapan.

Parameter dugaan harga benih kentang (HBNHKT) bertanda negatif sesuai

dengan harapan dan nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen. Hasil

pendugaan tersebut menggambarkan bahwa pengambilan keputusan yang

dilakukan rumahtangga petani sayuran dalam menggunakan benih kentang sangat

ditentukan oleh harga benih kentang. Sesuai dengan teori permintaan bahwa

peningkatan harga benih akan menyebabkan permintaan benih menurun.

Page 203: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

182

Meskipun demikian penggunaan benih kentang tersebut kurang responsif terhadap

perubahan harga benih kentang. Hal ini terjadi karena usahatani kentang

merupakan usahatani utama atau yang dominan dilakukan secara kontinyu oleh

rumahtangga petani sayuran di Kecamatan Pangalengan. Sehingga, meskipun

harga benih mengalami peningkatan, rumahtangga petani sayuran tidak akan

menurunkan penggunaan benih dalam jumlah yang besar.

Tabel 26. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Benih Kentang di

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t

Pr > |t|

Harga benih kentang (HBNHKT) -0.0877 0.0198 -4.43 <.0001Luas lahan kentang (LHGKT) 14.2910 14.9161 0.96 0.1699Ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) 0.1084 0.1174 0.92 0.1788Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) 0.0055 0.0030 1.87 0.0317Total biaya usahatani kentang (TBUKT) 0.0001 0.0000 5.18 <.0001Total tenaga kerja dalam keluarga pada kentang (TKDKT) 0.3760 0.1090 3.45 0.0004Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -2375.7400 2609.9590 -0.91 0.1822

Dilihat dari varietasnya, benih kentang yang digunakan rumahtangga

petani sampel merupakan varietas granula. Dalam penentuan harga benih kentang

oleh penangkar benih di Kecamatan Pangalengan telah mengacu pada Surat

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat Nomor

521.32/Sk.1475-Perek/98, yang diperbaharui pada tahun 2005, mengenai

penetapan harga jual benih kentang. Dalam surat keputusan tersebut telah

ditetapkan harga benih kentang sebar (G4) hasil petani penangkar setara dengan

300 persen dari harga output kentang konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa

harga benih kentang lebih tinggi dibandingkan harga output kentang konsumsi.

Tingginya harga benih kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran

Page 204: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

183

menggunakan benih kentang dari hasil panen sebelumnya secara berulang-ulang.

Rata-rata benih kentang digunakan kembali untuk tiga kali penanaman, dengan

kisaran antara 2 sampai 5 kali atau dari generasi ke empat (G4) sampai generasi

delapan (G8).

Selanjutnya luas lahan garapan kentang (LHGKT) mempunyai pengaruh

positif dan nyata terhadap penggunaan benih kentang. Perilaku rumahtangga

petani sayuran dalam menggunakan benih kentang sangat ditentukan oleh

karakteristik usahatani seperti luas lahan garapan kentang. Luas lahan garapan

kentang yang meningkat akan membuat rumahtangga petani untuk menambah

penggunaan benih kentang. Rata-rata penggunaan benih kentang pada

rumahtangga petani sayuran sebanyak 1570.3 kg/ha.

Seperti luas lahan garapan kentang, ekspektasi harga kentang

(EXPHRGKT) dan ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) mempunyai

pengaruh positif dan nyata terhadap penggunaan benih kentang. Ekspektasi harga

kentang dan ekspektasi produksi kentang akan membuat rumahtangga petani

sayuran memfokuskan pada kegiatan usahatani kentang sebagai usahatani yang

utama. Dengan harapan untuk memperoleh produksi yang tinggi akan membuat

rumahtangga petani sayuran meningkatkan penggunaan benih. Rata-rata

ekspektasi rumahtangga petani sayuran sampel terhadap harga kentang sebesar Rp

2503/kg.

Dalam hubungannya dengan biaya menunjukkan bahwa total biaya

usahatani kentang (TBUKT) mempunyai pengaruh positif dan nyata terhadap

penggunaan benih kentang pada taraf kurang dari satu persen. Pengaruh total

biaya usahatani kentang terhadap penggunaan benih kentang lebih mengarah pada

Page 205: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

184

porsi pengeluaran benih kentang terhadap total biaya usahatani kentang. Rata-rata

sekitar 51.5 persen dari total biaya usahatani kentang merupakan kontribusi untuk

pengeluaran benih kentang. Dengan meningkatnya total biaya usahatani kentang

menunjukkan bahwa penggunaan benih kentang mengalami peningkatan.

Variabel lain yang mempunyai pengaruh positif dan nyata terhadap

penggunaan benih kentang adalah total tenaga kerja dalam keluarga pada

usahatani kentang (TKDKT). Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga pada

usahatani kentang akan menentukan berapa banyak penggunaan benih kentang.

Rata-rata total tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan usahatani kentang

sebesar 405.8 HOK/ha. Sedangkan rata-rata penggunaan benih kentang sebesar

1570.3 kg/ha. Hasil pendugaan tersebut di atas hampir sama dengan penelitian

Pradhan dan Quilkey (1985) bahwa penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada

usahatani mempunyai pengaruh positif dan nyata terhadap penggunaan input.

Risiko produksi kentang (SDPRDKT) mempunyai pengaruh negatif

terhadap penggunaan benih kentang dan nyata pada taraf nyata kurang dari 20

persen. Cuaca serta hama dan penyakit tanaman sebagai sumber risiko produksi

kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengurangi penggunaan benih

kentang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fukui et al.(2004), bahwa bahaya

hama dan penyakit yang serius pada tanaman padi menyebabkan penggunaan

input yang lebih rendah dan pengaruh dummy bahaya hama dan penyakit nyata

pada taraf lima persen.

Dari uraian di atas menunjukkan pengambilan keputusan yang dilakukan

rumahtangga petani sayuran dalam menentukan penggunaan benih kentang telah

mempertimbangkan banyak faktor. Faktor-faktor tersebut menyangkut

Page 206: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

185

karakteristik usahatani, seperti luas lahan garapan, karakteristik rumahtangga

petani, seperti total tenaga kerja dalam keluarga, maupun faktor eksternal seperti

harga benih, total biaya usahatani, ekspektasi produksi dan ekspektasi harga

kentang serta risiko produksi kentang.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan penggunaan benih kubis dapat

dilihat pada Tabel 27. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa semua tanda pada

parameter dugaan sesuai dengan harapan.

Tabel 27. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Benih Kubis di

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB) 0.0055 0.0006 9.67 <.0001 Risiko produksi kubis (SDPRDKB) -119.0260 144.0036 -0.83 0.2050Tenaga kerja pria dalam keluarga pada kubis (TKPDKB) 0.7179 0.1006 7.13 <.0001 Luas lahan kubis (LHGKB) 25.9652 5.3902 4.82 <.0001

Ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB), tenaga kerja pria dalam keluarga

pada usahatani kubis (TKPDKB) dan luas lahan garapan kubis (LHGKB)

mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan benih kubis. Semua parameter

dugaan tersebut mempunyai pengaruh yang nyata pada taraf nyata kurang dari

satu persen. Rata-rata ekspektasi rumahtangga petani sayuran terhadap

produktivitas kubis sebesar 26640.28 kg/ha. Sedangkan penggunaan tenaga kerja

pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani kubis sekitar 110 HOK/ha dan luas

lahan garapan kubis sebesar 1.05 hektar. Meningkatnya ketiga variabel tersebut

menyebabkan rumahtangga petani sayuran akan meningkatkan penggunaan benih

kubis.

Page 207: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

186

Selanjutnya risiko produksi kubis (SDPRDKB) mempunyai pengaruh

negatif terhadap penggunaan benih kubis dan nyata pada taraf nyata 20 persen.

Dengan adanya risiko produksi kubis akan mendorong rumahtangga petani

sayuran untuk mengurangi pengelolaan usahatani kubis dengan tujuan untuk

mengurangi kerugian yang dialami akibat risiko produksi kubis. Kondisi tersebut

menyebabkan rumahtangga petani sayuran menurunkan penggunaan benih kubis.

Rata-rata rumahtangga petani sayuran menggunakan benih kubis sebanyak 251.4

gram/ha.

Dari uraian tersebut, ekspektasi produksi kubis, tenaga kerja pria dalam

keluarga, luas lahan garapan kubis dan risiko produksi kubis sangat menentukan

perilaku rumahtangga petani sayuran dalam mengambil keputusan mengenai

penggunaan benih kubis. Risiko produksi kubis akan mempengaruhi rumahtangga

petani sayuran dalam menurunkan penggunaan benih kubis.

6.2.2.2. Penggunaan Pupuk

Penggunaan pupuk oleh rumahtangga petani sayuran menunjukkan

permintaan rumahtangga petani terhadap pupuk. Persamaan penggunaan pupuk

terdiri dari penggunaan pupuk nitrogen (PPKNKT), pupuk phosphor (PPKPKT)

dan pupuk majemuk NPK (PNPKB). Hasil pendugaan parameter pada persamaan

penggunaan pupuk nitrogen dapat dilihat pada Tabel 28. Hasil pendugaan

menunjukkan bahwa semua tanda parameter dugaan sesuai dengan harapan.

Parameter dugaan harga pupuk nitrogen (HPPKN) bertanda negatif dan

nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen. Perilaku rumahtangga petani dalam

mengambil keputusan mengenai penggunaan pupuk nitrogen sangat ditentukan

oleh harga pupuk. Rata-rata harga pupuk nitrogen yang diterima rumahtangga

Page 208: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

187

petani sayuran sampel Rp 1446.3/kg sedangkan penggunaan pupuk nitrogen

sebesar 417.4 kg/ha. Sesuai dengan teori permintaan, peningkatan harga akan

menyebabkan penurunan permintaan. Namun demikian penggunaan pupuk

nitrogen ternyata kurang responsif terhadap perubahan harganya. Kondisi di

lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi kentang sangat tergantung

pada penggunaan pupuk nitrogen. Jika penggunaan pupuk nitrogen dikurangi,

karena harga pupuk meningkat, maka produksi akan mengalami penurunan. Oleh

karena itu meskipun harga pupuk nitrogen mengalami peningkatan maka

rumahtangga petani sayuran tidak secara langsung mengurangi penggunaan pupuk

dalam jumlah yang besar. Hasil penelitian ini hampir sama dengan kajian Kusnadi

(2005), Hardono (2002) dan Asmarantaka (2007) bahwa harga pupuk urea

mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penggunaan pupuk dan penggunaan

pupuk urea kurang responsif terhadap perubahan harga pupuk urea. Demikian

halnya hasil kajian Sawit (1993) dengan mengestimasi terhadap permintaan pupuk

secara umum.

Tabel 28. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Pupuk Nitrogen

pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Harga pupuk nitrogen (HPPKN) -0.0681 0.0466 -1.46 0.0729Luas lahan kentang (LHGKT) 5.6777 10.1860 0.56 0.2891Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) 0.0018 0.0019 0.93 0.1768Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -1557.3800 1007.7960 -1.55 0.0623Total tenaga kerja luar keluarga pada kentang (TKLKT) 0.0635 0.1051 0.60 0.2734

Page 209: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

188

Parameter dugaan ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) bertanda

positif dan nyata pada taraf nyata kurang dari 20 persen. Ekspektasi produksi

kentang akan mendorong rumahtangga petani untuk meningkatkan pengelolaan

usahatani kentang, sehingga penggunaan pupuk nitrogen mengalami peningkatan.

Rata-rata ekspektasi rumahtangga petani mengenai produktivitas kentang sebesar

20300.56 kg/ha

Selanjutnya risiko produksi kentang (SDPRDKT) mempunyai pengaruh

negatif terhadap penggunaan pupuk nitrogen dan nyata pada taraf nyata kurang

dari 10 persen. Adanya risiko produksi akan menyebabkan penggunaan input

menjadi rendah. Hal ini sesuai dengan kajian Fukui et al. (2004) bahwa

penggunaan input menjadi lebih rendah dengan semakin seriusnya bahaya hama

dan penyakit.

Sebaliknya parameter dugaan luas lahan garapan kentang (LHGKT) dan

total tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kentang (TKLKT) bertanda positif

dan tidak nyata pada taraf nyata 20 persen. Rata-rata total tenaga kerja luar

keluarga pada kegiatan usahatani kentang sebesar 466.3 HOK/ha.

Berdasarkan hasil pendugaan tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengambilan keputusan rumahtangga petani sayuran dalam menentukan

penggunaan pupuk nitrogen sangat ditentukan oleh faktor eksternal, seperti harga

pupuk nitrogen, ekspektasi produksi kentang dan risiko produksi kentang.

Sebaliknya karakteristik usahatani seperti luas lahan garapan kentang dan total

tenaga kerja luar keluarga pada kegiatan usahatani tidak mempengaruhi perilaku

rumahtangga petani sayuran dalam mengambil keputusan mengenai penggunaan

pupuk nitrogen.

Page 210: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

189

Selanjutnya hasil pendugaan terhadap persamaan penggunaan pupuk

phosphor (PPKPKT) dapat dilihat pada Tabel 29. Dari hasil pendugaan persamaan

penggunaan pupuk phosphor menunjukkan bahwa semua parameter dugaan

mempunyai tanda sesuai dengan harapan.

Tabel 29. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Pupuk Phospor pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Intersep 607.4799 116.2553 5.23 <.0001 Harga pupuk phosphor (HPPKP) -0.1168 0.0586 -1.99 0.0241 Total tenaga kerja dalam keluarga kentang (TKDKT) 0.0586 0.0334 1.75 0.0411 Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) 0.0018 0.0018 0.99 0.1612 Investasi usahatani (INVES) -0.0000 0.0000 -0.78 0.2187 Risiko harga kentang (SDHRGKT) -0.0267 0.0749 -0.36 0.3613

Harga pupuk phosphor (HPPKP) mempunyai pengaruh negatif terhadap

penggunaan pupuk phosphor dan nyata pada taraf nyata kurang dari lima persen.

Perilaku rumahtangga petani sayuran dalam menggunakan pupuk phosphor sangat

ditentukan oleh harga pupuk itu sendiri. Rata-rata harga pupuk phosphor yang

diterima rumahtangga petani sayuran Rp 1694.58/kg dan penggunaan pupuk

phosphor pada usahatani kentang sekitar 449.1 kg/ha. Peningkatan harga pupuk

phosphor akan membuat rumahtangga petani sayuran mengurangi penggunaan

pupuk phosphor. Namun demikian penggunaan pupuk phosphor kurang responsif

terhadap perubahan harga pupuk phosphor. Seperti halnya penggunaan pupuk

nitrogen, pupuk phosphor juga diperlukan dalam kegiatan produksi kentang

sehingga meskipun harga pupuk meningkat rumahtangga petani sayuran tidak

Page 211: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

190

akan menurunkan penggunaan pupuk phosphor dalam jumlah besar karena sangat

berhubungan dengan proses produksi.

Hasil penelitian ini mempunyai persamaan dengan kajian Kusnadi (2005),

Hardono (2002) dan Asmarantaka (2007) bahwa harga pupuk phosphor

mempunyai pengaruh negatif dan nyata terhadap penggunaan pupuk dan

penggunaan pupuk phosphor responsif terhadap perubahan harga pupuk itu

sendiri. Penelitian Sawit (1993) memberikan hasil yang sama meskipun tidak

dilakukan disagregasi terhadap beberapa jenis pupuk. Sementara itu penelitian

Fukui et al. (2004) menunjukkan bahwa harga pupuk mempunyai pengaruh positif

terhadap penggunaan input. Hal itu terjadi karena penggunaan input diukur

dengan nilai bukan fisik.

Selanjutnya total tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani kentang

(TKDKT) mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan pupuk phosphor dan

nyata pada taraf nyata kurang dari lima persen. Dalam menentukan penggunaan

pupuk phosphor, rumahtangga petani sayuran sangat mempertimbangkan total

tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani kentang. Rumahtangga petani sayuran

akan meningkatkan penggunaan pupuk phophor jika total tenaga kerja dalam

keluarga pada usahatani kentang bertambah. Hasil penelitian tersebut sesuai

dengan penelitian Pradhan dan Quilkey (1985) bahwa penggunaan tenaga kerja

dalam keluarga pada kegiatan usahatani mempunyai pengaruh yang positif dan

nyata terhadap penggunaan input.

Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) mempunyai pengaruh positif

dan nyata terhadap penggunaan pupuk phosphor. Harapan terhadap produksi

Page 212: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

191

kentang akan mendorong rumahtangga petani meningkatkan kegiatan usahatani

kentang sehingga penggunaan pupuk phosphor mengalami peningkatan.

Sementara itu investasi produksi (INVES) dan risiko harga kentang

(SDHRGKT) mempunyai pengaruh negatif dan tidak nyata pada taraf 20 persen.

Hasil penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian Fukui et al. (2004)

bahwa rasio pendapatan yang berisiko (risky income ratio), yang diukur dari rasio

pendapatan padi terhadap pendapatan rumahtangga, mempunyai pengaruh negatif

terhadap penggunaan input. Namun demikian terdapat perbedaan bahwa rasio

pendapatan yang berisiko mempunyai pengaruh yang nyata.

Dari uraian tersebut, pengambilan keputusan rumahtangga petani dalam

penggunaan pupuk phosphor sangat ditentukan oleh harga pupuk itu sendiri,

ekspektasi produksi kentang, dan total tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani

kentang. Sebaliknya investasi produksi dan risiko harga produk tidak menentukan

penggunaan pupuk phosphor.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan penggunaan pupuk majemuk NPK

pada usahatani kubis (PNPKB) dapat dilihat pada Tabel 30. Hasil pendugaan

menunjukkan bahwa semua parameter dugaan sesuai dengan harapan.

Ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB) mempunyai pengaruh positif

terhadap penggunaan pupuk NPK dan nyata pada taraf kurang dari satu persen.

Adanya harapan terhadap harga kubis akan mendorong rumahtangga petani

sayuran meningkatkan pengelolaan usahatani kubis sehingga akan meningkatkan

penggunaan pupuk NPK. Rata-rata ekspektasi rumahtangga petani sayuran

terhadap harga kubis sebesar Rp 1048.12/kg sedangkan penggunaan pupuk NPK

sekitar 281 kg/ha.

Page 213: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

192

Tabel 30. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Pupuk NPK pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Intersep 224.5084 154.2213 1.46 0.0739Ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB) 0.1409 0.0567 2.49 0.0071Risiko harga kubis (SDHRGKB) -0.0790 0.0882 -0.90 0.1861Harga pupuk phosphor (HPPKP) -0.0305 0.0720 -0.42 0.3364Total biaya kubis (TBUKB) -0.0000 0.0000 -0.19 0.4231

Risiko harga kubis (SDHRGKB) mempunyai pengaruh negatif terhadap

penggunaan pupuk NPK dan nyata pada taraf kurang dari 20 persen. Adanya

risiko harga kubis akan membuat rumahtangga petani sayuran berperilaku risk

aversion dengan menghindari kerugian yang lebih besar pada kegiatan usahatani

kubis sehingga kegiatan usahatani kubis akan dikurangi dan akhirnya penggunaan

pupuk NPK mengalami penurunan.

Rumahtangga petani sayuran akan melakukan hal sama jika terjadi

peningkatan harga pupuk phosphor (HPPKP) dan total biaya usahatani kubis

(TBUKB) yaitu dengan mengurangi penggunaan pupuk NPK. Namun demikian

pengaruh tersebut tidak nyata pada taraf 20 persen. Pupuk NPK merupakan pupuk

majemuk kombinasi dari pupuk nitrogen, phosphor dan kalium, sehingga

penggunaannya tidak hanya ditentukan oleh harga pupuk phosphor saja.

Berdasarkan uraian tersebut, pengambilan keputusan rumahtangga petani

sayuran dalam menentukan penggunaan pupuk NPK sangat ditentukan oleh

ekspektasi harga kubis dan risiko harga kubis. Sebaliknya harga pupuk phosphor

dan total usahatani kubis tidak menentukan pengambilan keputusan rumahtangga

petani sayuran dalam menggunakan pupuk NPK.

Page 214: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

193

Selanjutnya persamaan identitas dalam blok penggunaan input adalah nilai

penggunaan pupuk pada usahatani kentang (NPPKT) dan nilai penggunaan pupuk

pada usahatani kubis (NPPKB). Nilai penggunaan pupuk pada usahatani kentang

merupakan penjumlahan biaya yang dikeluarkan rumahtangga petani sayuran

untuk penggunaan pupuk pada usahatani kentang sedangkan nilai penggunaan

pupuk pada usahatani kubis merupakan penjumlahan biaya yang dikeluarkan

untuk penggunaan pupuk pada usahatani kubis. Rata-rata nilai penggunaan pupuk

pada usaatani kentang yang telah dikeluarkan oleh rumahtangga petani sayuran

selama satu tahun sebesar Rp 1 879 062, sedangkan nilai penggunaan pupuk pada

usahatani kubis selama satu tahun sebesar Rp 1 783 424.

6.2.2.3. Penggunaan Obat-obatan

Obat-obatan mempunyai peran yang relatif besar dalam hubungannya

dengan usahatani kentang dan kubis. Hal ini dikarenakan obat-obatan digunakan

untuk mengatasi adanya risiko produksi, seperti adanya serangan hama dan

penyakit tanaman. Dalam pengelolaan usahatani kentang dan kubis selalu

dihadapkan dengan risiko khususnya risiko produksi. Penggunaan obat-obatan

dalam model ini diukur dengan nilai dalam satuan rupiah dan bukan fisik.

Hasil pendugaan persamaan penggunaan obat-obatan pada usahatani

kentang (PESKT) dapat dilihat pada Tabel 31. Hasil pendugaan menunjukkan

bahwa semua tanda parameter dugaan sesuai dengan harapan.

Luas lahan garapan kentang (LHGKT) mempunyai pengaruh positif dan

nyata terhadap penggunaan obat-obatan pada usahatani kentang. Perilaku

rumahtangga petani sayuran dalam menggunakan obat-obatan sangat ditentukan

oleh luas lahan garapan kentang. Rata-rata luas lahan garapan kentang yang

Page 215: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

194

dikelola oleh rumahtangga petani sayuran selama satu tahun sebesar 1.53 hektar.

Sedangkan penggunaan obat-obatan pada usahatani kentang yang diukur dalam

nilai sebesar Rp 5 846 307/ha. Dengan meningkatnya luas lahan garapan kentang

maka rumahtangga petani sayuran akan meningkatkan penggunaan obat-obatan.

Rumahtangga petani dapat meningkatkan luas lahan garapan dengan mudah

karena dapat memanfaatkan lahan kehutanan, perkebunan, desa atau pribadi.

Tabel 31. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Obat-obatan pada

Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Intersep 8035414.00 1215425.00 6.61 <.0001 Luas lahan kentang (LHGKT) 175255.40 102695.60 1.71 0.0451 Risiko harga kentang (SDHRGKT) -2964.44 1324.23 -2.24 0.0134 Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -6896195.00 7936491.00 -0.87 0.1932

Selain luas lahan garapan kentang, penggunaan obat-obatan yang

diputuskan oleh rumahtangga petani sayuran tidak terlepas dari adanya risiko

harga kentang (SDHRGKT) dan risiko produksi kentang (SDPRDKT). Risiko

harga kentang dan risiko produksi kentang mempunyai pengaruh negatif dan

nyata terhadap penggunaan obat-obatan. Dengan adanya risiko harga kentang dan

risiko produksi kentang maka perilaku rumahtangga petani sayuran sebagai risk

aversion dan akan mengurangi kegiatan usahatani kentang sehingga dengan

kegiatan yang berkurang menyebabkan penggunaan obat-obatan pada usahatani

kentang mengalami penurunan. Penurunan tersebut dikarenakan adanya risiko

menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengeluarkan biaya untuk mengatasi

risiko sehingga mengurangi penggunaan input seperti obat-obatan.Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Fukui et al. (2004) yang menunjukkan bahwa bahaya

Page 216: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

195

hama dan penyakit tanaman dan rasio pendapatan yang berisiko mempunyai

pengaruh negatif dan nyata terhadap penggunaan input. Bahaya hama dan

penyakit menunjukkan indikator adanya risiko produksi.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

rumahtangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan terhadap penggunaan

obat-obatan pada usahatani kentang sangat ditentukan karakteristik usahatani,

khususnya luas lahan garapan kentang, dan faktor eksternal seperti risiko produksi

kentang dan risiko harga kentang. Risiko produksi dan risiko harga produk

menjadi pertimbangan secara langsung bagi rumahtangga petani dalam

mengambil keputusan menentukan penggunaan obat-obatan.

Selanjutnya hasil pendugaan terhadap persamaan penggunaan obat-obatan

pada usahatani kubis (PESKB) dapat dilihat pada Tabel 32. Semua parameter

dugaan mempunyai tanda sesuai dengan harapan.

Tabel 32. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Obat-obatan pada

Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t

Pr > |t|

Risiko harga kubis (SDHRGKB) -1023.3900 2562.1710 -0.40 0.3451Ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB) 161.3410 87.0601 1.85 0.0330Risiko produksi kubis (SDPRDKB) -11850000.0000 14953800.0000 -0.79 0.2148Benih Kubis (PBNHKB) 11414.8400 10144.2300 1.13 0.1312Tabungan (TAB) -0.0256 0.2277 -0.11 0.4554Luas lahan kentang (LHGKT) 478.4366 385909.8000 0.00 0.4995

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa risiko harga kubis (SDHRGKB)

mempunyai pengaruh negatif terhadap penggunaan obat-obatan pada usahatani

kubis. Namun demikian pengaruh tersebut tidak nyata pada taraf nyata 20 persen.

Page 217: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

196

Hasil penelitan ini sedikit berbeda dengan penelitian Fukui et al. (2004), yang

menunjukkan bahwa rasio pendapatan yang berisiko terhadap total pendapatan

mempunyai pengaruh negatif namun demikian pengaruhnya nyata terhadap

penggunaan input.

Demikian halnya risiko produksi kubis (SDPRDKB) mempunyai pengaruh

negatif terhadap penggunaan obat-obatan pada usahatani kubis dan pengaruhnya

tidak nyata. Adanya risiko produksi kubis menyebabkan rumahtangga petani

sayuran akan menghindari kerugian akibat risiko produksi kubis dengan

mengurangi kegiatan usahatani kubis. Kondisi tersebut menyebabkan penggunaan

obat-obatan pada usahatani kubis mengalami penurunan. Rata-rata penggunaan

obat-obatan pada usahatani kubis, dalam bentuk nilai, sebesar Rp 6 113 935/ha.

Sedangkan tabungan (TAB) mempunyai pengaruh negatif terhadap

penggunaan obat-obatan sedangkan luas lahan garapan kentang (LHGKT)

bertanda positif. Kedua parameter dugaan tersebut tidak nyata pada taraf nyata 20

persen.

Ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB) mempunyai pengaruh positif

terhadap penggunaan obat-obatan pada usahatani kubis dan nyata pada taraf nyata

kurang dari lima persen. Ekspektasi terhadap produksi kubis akan mendorong

rumahtangga petani meningkatkan pengelolaan usahatani kubis dan

meningkatkan penggunaan obat-obatan pada usahatani kubis.

Selanjutnya penggunaan benih kubis (PBNHKB) mempunyai pengaruh

positif dan nyata terhadap penggunaan obat-obatan. Penggunaan benih kubis

menjadi salah satu faktor dalam menentukan penggunaan obat-obatan pada

Page 218: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

197

usahatani kubis. Rumahtangga petani sayuran akan meningkatkan penggunaan

obat-obatan jika benih kubis yang digunakan juga mengalami peningkatan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekspektasi produksi kubis

dan penggunaan benih kubis menjadi salah satu penentu perilaku rumahtangga

petani dalam mengambil keputusan terhadap penggunaan obat-obatan pada

usahatani kubis. Sebaliknya risiko harga kubis, risiko produksi kubis, tabungan

dan luas lahan garapan kentang

6.2.3. Penggunaan Tenaga Kerja

Blok penggunaan tenaga kerja terdiri dari 12 persamaan struktural dan dua

(2) persamaan identitas. Persamaan struktural dalam blok penggunaan tenaga

kerja terdiri dari persamaan penggunaan tenaga kerja pria dan wanita dalam

keluarga dan luar keluarga pada kegiatan on farm (TKPDKT, TKPLKT,

TKWDKT, TKWLKT, TKPDKB, TKPLKB, TKWDKB dan TKWLKB),

penggunaan tenaga kerja pria dan wanita pada kegiatan off farm (TKPOF,

TKWOF) dan non farm (TKWNF, TKPNF). Sedangkan persamaan identitas

terdiri dari total tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani kentang (TKDKT)

dan total tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kentang (TKLKT). Di bawah

ini akan dijelaskan mengenai hasil pendugaan pada masing-masing persamaan

struktural yang terdapat dalam blok penggunaan tenaga kerja rumahtangga petani

sayuran.

6.2.3.1. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Keluarga pada Kegiatan On Farm

Kegiatan on farm yang dimaksud yaitu kegiatan usahatani yang

diusahakan oleh rumahtangga petani sayuran. Dalam penelitian ini difokuskan

khususnya pada usahatani kentang dan kubis, karena kegiatan usahatani tersebut

Page 219: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

198

sangat dominan diusahakan rumahtangga petani sayuran sampel di Kecamatan

Pangalengan. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan on farm

dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, yaitu pria dan wanita, serta kegiatan

usahatani, yaitu kentang dan kubis.

Hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga

pada kegiatan usahatani kentang dapat dilihat pada Tabel 33. Hasil pendugaan

persamaan penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani

kentang menunjukkan bahwa semua parameter dugaan mempunyai tanda sesuai

dengan harapan.

Tabel 33. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria

Dalam Keluarga pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t

Pr > |t|

Intersep 717.6339 1005.5900 0.71 0.2384Tenaga kerja pria luar keluarga kentang (TKPLKT) -1.0149 0.2025 -5.01 <.0001Tenaga kerja pria non farm (TKPNF) -0.0511 0.0921 -0.56 0.2899Tenaga kerja pria off farm (TKPOF) -0.1457 0.1716 -0.85 0.1988Ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) 0.0120 0.0606 0.20 0.4215Pupuk nitrogen (PPKNKT) 0.2848 0.1518 1.88 0.0314Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -3660.6000 6409.1990 -0.57 0.2845Tenaga kerja pria dalam keluarga kubis (TKPDKB) 1.0298 0.5055 2.04 0.0218

Penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada usahatani kentang

(TKPLKT) mempunyai pengaruh negatif terhadap penggunaan tenaga kerja pria

dalam keluarga pada usahatani kentang (on farm) dan nyata pada taraf nyata

kurang dari satu persen. Penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada

kegiatan usahatani kentang sangat responsif terhadap perubahan penggunaan

tenaga kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani kentang. Pengambilan

Page 220: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

199

keputusan rumahtangga petani sayuran dalam mengalokasikan tenaga kerja pria

pada kegiatan usahatani kentang sangat ditentukan oleh penggunaan tenaga kerja

pria luar keluarga. Rumahtangga petani sayuran akan mengurangi penggunaan

tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani kentang jika

penggunaan tenaga kerja luar keluarga meningkat. Kondisi tersebut menunjukkan

penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga dan dalam keluarga pada kegiatan

usahatani kentang saling bersubstitusi. Penelitian ini sesuai dengan Pradhan dan

Quilkey (1985) bahwa penggunaan tenaga kerja yang disewa mempunyai

pengaruh negatif dan nyata terhadap penggunaan tenaga kerja dalam keluarga

pada usahatani. Hal ini didukung penelitian Kusnadi (2005) bahwa pada kegiatan

usahatani, rasio luas lahan garapan dengan penggunaan tenaga kerja pria luar

keluarga mempunyai pengaruh positif dan nyata terhadap penggunaan tenaga

kerja pria dalam keluarga pada usahatani, yang artinya jika tenaga kerja pria luar

keluarga mengalami peningkatan maka penggunaan tenaga kerja pria dalam

keluarga pada kegiatan usahatani akan mengalami penurunan.

Sesuai dengan model rumahtangga petani yang dikemukakan Becker

(1978) dan Barnum-Squire yang dikutip Ellis (1988), rumahtangga mempunyai

kebebasan untuk menyewa tenaga kerja dari luar dan menyewakan tenaga kerja

dalam keluarga dengan tingkat upah tertentu. Pada sebagian rumahtangga petani

sayuran, tenaga kerja pria dalam keluarga mempunyai kegiatan tidak hanya pada

kegiatan usahatani (on farm) saja, tetapi juga kegiatan off farm dan non farm.

Penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga dan dalam keluarga yang saling

bersubstitusi pada kegiatan on farm menyebabkan rumahtangga petani sayuran

dapat mengalokasikan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan lainnya.

Page 221: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

200

Seperti halnya penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga, penggunaan

tenaga kerja pria pada kegiatan non farm (TKPNF) dan off farm (TKPOF)

mempunyai pengaruh negatif terhadap penggunaan tenaga kerja pria dalam

keluarga pada usahatani kentang. Pengaruh tenaga kerja pria pada kegiatan non

farm tidak nyata pada taraf 20 persen sedangkan pada kegiatan off farm nyata

pada taraf nyata kurang dari 20 persen. Dari hasil pendugaan tersebut, perilaku

rumahtangga petani sayuran dalam mengalokasikan tenaga kerja pria dalam

keluarga pada kegiatan on farm ditentukan oleh penggunaan tenaga kerja pria

pada kegiatan lainnya seperti off farm. Hasil penelitian tersebut mempunyai

perbedaan dengan penelitian Hardono (2002) yang menunjukkan bahwa alokasi

tenaga kerja buruh non pertanian mempunyai pengaruh negatif dan nyata terhadap

alokasi tenaga kerja keluarga pada usahatani. Hanya sekitar 25.2 persen

rumahtangga petani sayuran, anggota keluarga prianya mempunyai kegiatan non

farm, sedangkan 16.1 persen rumahtangga petani sayuran, anggota keluarga pria

mempunyai kegiatan off farm.

Sementara itu penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan

usahatani kubis (TKPDKB) mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan

tenaga kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani kentang. Pengaruh tersebut

nyata pada taraf nyata kurang dari lima persen. Pengaruh positif terjadi karena

pengusahaan antara kentang dan kubis dengan sistem rotasi dalam satu tahun

sehingga peningkatan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani kubis akan

diikuti dengan peningkatan tenaga kerja pada usahatani kentang.

Sedangkan penggunaan pupuk nitrogen (PPKNKT) mempunyai pengaruh

positif terhadap penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada usahatani

Page 222: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

201

kentang dan nyata pada taraf nyata kurang dari lima persen. Hal itu menunjukkan

bahwa keputusan rumahtangga petani sayuran untuk meningkatkan penggunaan

tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani kentang sangat

ditentukan oleh penggunaan pupuk nitrogen. Hasil penelitian ini mempunyai

kesamaan dengan penelitian Pradhan dan Quilkey (1985) yang menunjukkan

bahwa penggunaan input berpengaruh positif dan nyata terhadap penggunaan

tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan usahatani. Demikian pula Kusnadi

(2005) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea mempunyai pengaruh positif

dan nyata terhadap penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan

usahatani.

Selanjutnya ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) mempunyai

pengaruh positif sedangkan risiko produksi kentang (SDPRDKT) mempunyai

pengaruh negatif. Kedua parameter dugaan tersebut tidak nyata pengaruhnya

pada taraf 20 persen.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku

rumahtangga petani sayuran dalam mengambil keputusan tentang penggunaan

tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani kentang sangat

ditentukan penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada usahatani kentang,

penggunaan tenaga kerja pria off farm, penggunaan pupuk nitrogen dan tenaga

kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani kubis. Sebaliknya penggunaan

tenaga kerja pria non farm, ekspektasi harga kentang dan risiko harga kentang.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja wanita

dalam keluarga pada kegiatan usahatani kentang (TKWDKT) dapat dilihat pada

Page 223: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

202

Tabel 34. Semua parameter dugaan dalam persamaan penggunaan tenaga kerja

wanita dalam keluarga pada usahatani kentang sesuai dengan harapan.

Dari hasil pendugaan menunjukkan bahwa upah tenaga kerja wanita pada

kegiatan on farm (UWON) mempunyai pengaruh negatif terhadap penggunaan

tenaga kerja wanita dalam keluarga pada kegiatan usahatani kentang dan nyata

pada taraf nyata kurang dari 20 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan

meningkatnya upah tenaga kerja wanita pada kegiatan usahatani menyebabkan

permintaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani kentang akan

menurun. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitan Hardono (2002),

bahwa upah buruh tani mempunyai pengaruh negatif terhadap alokasi tenaga kerja

keluarga meskipun pengaruhnya tidak nyata. Sedangkan penelitian Sawit (1993)

menunjukkan upah wanita pada kegiatan usahatani mempunyai pengaruh yang

nyata terhadap permintaan tenaga kerja wanita. Demikian halnya dengan

penelitian Kusnadi (2005) bahwa harga bayangan upah tenaga kerja wanita pada

kegiatan usahatani mempunyai pengaruh negatif dan nyata terhadap penggunaan

tenaga kerja wanita dalam keluarga pada kegiatan usahatani.

Tabel 34. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja

Wanita Dalam Keluarga pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Intersep 956.9653 374.7520 2.55 0.0059Upah wanita on farm (UWON) -0.0170 0.0174 -0.98 0.1649Tenaga kerja wanita non farm (TKWNF) -0.3800 0.2545 -1.49 0.0689Obat-obatan kentang (PESKT) -0.0001 0.0000 -2.62 0.0050Nilai pupuk kentang (NPPKT) -0.0001 0.0001 -0.94 0.1746Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -220.8120 1154.9360 -0.19 0.4244

Page 224: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

203

Selanjutnya penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada kegiatan

non farm (TKWNF) mempunyai pengaruh negatif terhadap penggunaan tenaga

kerja wanita dalam keluarga pada usahatani kentang dan nyata pada taraf nyata

kurang dari 10 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa alokasi tenaga kerja

wanita dalam keluarga tidak hanya digunakan untuk kegiatan usahatani tetapi juga

kegiatan lainnya. Peningkatan penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga

pada kegiatan non farm akan mengurangi penggunaan tenaga kerja pada kegiatan

usahatani.

Penggunaan obat-obatan pada usahatani kentang (PESKT) dan nilai

penggunaan pupuk pada usahatani kentang (NPPKT) mempunyai pengaruh

negatif terhadap penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani

kentang dan pengaruhnya nyata pada taraf nyata masing-masing kurang dari satu

persen dan 20 persen. Penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada

usahatani kentang sangat responsif terhadap perubahan obat-obatan dan nilai

penggunaan pupuk. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pradhan dan

Quilkey (1985) bahwa rasio harga pupuk terhadap harga padi mempunyai

pengaruh negatif terhadap penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan

usahatani dan pengaruhnya nyata.

Risiko produksi kentang (SDPRDKT) mempunyai pengaruh negatif

terhadap penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani kentang.

Pengaruh tersebut ternyata tidak nyata pada taraf 20 persen. Hasil penelitian ini

hampir mirip dengan penelitian Fukui et al.(2003) bahwa dummy bahaya hama

dan penyakit mempunyai pengaruh negatif terhadap penggunaan input tenaga

Page 225: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

204

kerja, yang artinya dengan penggunaan tenaga kerja menjadi lebih rendah akibat

adanya bahaya penyakit yang serius.

Berdasarkan uraian di atas, pengambilan keputusan rumahtangga petani

dalam mengalokasikan tenaga kerja wanita pada kegiatan usahatani kentang

sangat ditentukan oleh upah tenaga kerja wanita pada kegiatan usahatani,

penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm, obat-obatan dan nilai

pupuk. Sedangkan risiko produksi kentang tidak mempengaruhi penggunaan

tenaga kerja wanita pada kegiatan usahatani kentang.

Selanjutnya dalam dalam blok penggunaan tenaga kerja terdapat

persamaan identitas yaitu total tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani

kentang (TKDKT). Total tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani kentang

merupakan penjumlahan penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada

usahatani kentang dan penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada

usahatani kentang. Total tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani kentang

selama satu tahun pada rumahtangga petani sayuran sampel rata-rata sebesar

405.80 HOK.

Selanjutnya hasil pendugaan terhadap persamaan penggunaan tenaga kerja

pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani kubis (TKPDKB) dapat dilihat pada

Tabel 35. Semua parameter dugaan mempunyai tanda sesuai dengan harapan.

Jumlah angkatan kerja pria (JAKP) mempunyai pengaruh positif dan nyata

terhadap penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani

kubis. Perilaku rumahtangga petani sayuran dalam meningkatkan penggunaan

tenaga kerja pria dalam keluarga pada usahatani kubis sangat ditentukan oleh

jumlah angkatan kerja pria. Sekitar 65 persen rumahtangga petani sayuran, pada

Page 226: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

205

saat penelitian tahun 2005/2006, hanya mempunyai satu orang angkatan kerja

pria. Adapun rata-rata jumlah anggota keluarga pria sekitar 2 orang. Dengan

meningkatnya jumlah angkatan kerja pria maka penggunaan tenaga kerja pria

dalam keluarga pada kegiatan usahatani akan meningkat. Penelitian ini

memberikan hasil yang sama dengan penelitian Pradhan dan Quilkey (1985)

bahwa jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh positif dan nyata terhadap

penggunaan tenaga kerja pada usahatani.

Tabel 35. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria

Dalam Keluarga pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Intersep 24.0019 26.4160 0.91 0.1826Jumlah angkatan kerja pria (JAKP) 44.6452 6.9588 6.42 <.0001Ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB) 0.0512 0.0206 2.49 0.0071Tenaga kerja pria non farm (TKPNF) -0.1516 0.0556 -2.73 0.0036Upah pria on farm (UPON) -0.0011 0.0018 -0.59 0.2784Risiko harga kubis (SDHRGKB) -0.0390 0.0319 -1.22 0.1115

Ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB) mempunyai pengaruh positif dan

nyata terhadap penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan

usahatani kubis. Ekspektasi harga kubis mendorong rumahtangga petani sayuran

meningkatkan kegiatan usahatani kubis, sehingga penggunaan tenaga kerja pria

dalam keluarga pada kegiatan usahatani kubis akan mengalami peningkatan.

Penelitian ini sejalan dengan kajian Fukui et al. (2004) yang menunjukkan bahwa

harga padi mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan tenaga kerja

meskipun pengaruhnya tidak nyata pada taraf kurang dari lima persen. Harga

produk dalam penelitian ini sebagai pendekatan terhadap ekspektasi harga. Sawit

(1983) menunjukkan bahwa harga produk berpengaruh nyata terhadap

Page 227: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

206

penggunaan tenaga kerja. Demikian halnya dengan Pradhan dan Quilkey (1985)

bahwa rasio harga pupuk terhadap harga output padi mempunyai pengaruh negatif

dan nyata terhadap penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani. Hal

itu menunjukkan bahwa peningkatan harga output akan meningkatkan

penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani.

Penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm (TKPNF)

mempunyai pengaruh negatif terhadap penggunaan tenaga kerja pria dalam

keluarga pada kegiatan usahatani kubis dan nyata pada taraf nyata kurang dari

satu persen. Sekitar 25.2 persen rumahtangga petani sayuran sampel, anggota

keluarga pria mempunyai kegiatan non farm. Adanya kegiatan ganda pada tenaga

kerja pria dalam keluarga menyebabkan peningkatan tenaga kerja pria dalam

kegiatan non farm akan menurunkan penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga

pada kegiatan usahatani kubis. Kesamaan dengan hasil penelitian Hardono (2002)

bahwa alokasi tenaga kerja buruh non pertanian mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap alokasi tenaga kerja keluarga pada usahatani.

Upah tenaga kerja pria pada kegaitan on farm (UPON) mempunyai

pengaruh negatif terhadap penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada

kegiatan usahatani kubis dan pengaruhnya tidak nyata. Terdapat perbedaan hasil

penelitian ini dengan penelitian Sawit (1983) yaitu upah pria ternyata mempunyai

pengaruh yang nyata terhadap permintaan tenaga kerja pria dalam usahatani.

Sementara itu risiko harga kubis (SDHRGKB) menyebabkan penurunan

penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani kubis dan

parameter tersebut nyata pada taraf kurang dari 20 persen.

Page 228: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

207

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku rumahtangga petani

sayuran dalam mengambil keputusan mengenai penggunaan tenaga kerja pria

dalam keluarga pada kegiatan usahatani kubis sangat ditentukan oleh karakteristik

rumahtangga dan faktor eksternal. Adapun karakteristik rumahtangga petani

seperti jumlah angkatan kerja pria dan penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan

non farm sedangkan faktor eksternal menyangkut ekspektasi harga kubis dan

risiko harga kubis.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja wanita

dalam keluarga pada usahatani kubis dapat dilihat pada Tabel 36. Hasil pendugaan

menunjukkan bahwa semua parameter dugaan mempunyai tanda sesuai dengan

yang diharapkan.

Tabel 36. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja

Wanita Dalam Keluarga pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Intersep 21.9833 60.9040 0.36 0.3594 Jumlah angkatan kerja wanita (JAKW) 29.6425 8.6260 3.44 0.0004 Ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB) 0.0597 0.0336 1.78 0.0388 Ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB) 0.0001 0.0016 0.08 0.4701 Risiko harga kubis (SDHRGKB) -0.0088 0.0556 -0.16 0.4374 Investasi produksi (INVES) -0.0000 0.0000 -0.88 0.1896 Tenaga kerja wanita non farm (TKWNF) -0.1142 0.0737 -1.55 0.0618 Upah wanita on farm (UWON) -0.0076 0.0046 -1.64 0.0512

Jumlah angkatan kerja wanita (JAKW), ekspektasi harga kubis

(EXPHRGKB) dan ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB) mempunyai pengaruh

positif terhadap penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani

kubis. Parameter dugaan tersebut mempunyai pengaruh nyata kecuali ekspektasi

produksi kubis.

Page 229: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

208

Perilaku rumahtangga petani sayuran dalam meningkatkan penggunaan

tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani kubis dipengaruhi jumlah

angkatan kerja wanita dan ekspektasi harga kubis. Sekitar 62 persen rumahtangga

petani sayuran sampel mempunyai jumlah angkatan kerja wanita rata-rata hanya

satu orang sedangkan jumlah anggota rumahtangga wanita rata-rata sekitar dua

orang. Dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita maka rumahtangga

petani sayuran dapat meningkatkan penggunaan tenaga kerja wanita dalam

keluarga pada usahatani kubis. Seperti penelitian Pradhan dan Quilkey (1985)

menunjukkan bahwa total jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh positif

terhadap penggunaan tenaga kerja keluarga pada kegiatan usahatani.

Ekspektasi harga kubis akan mendorong rumahtangga petani sayuran

meningkatkan pengelolaan kegiatan usahatani kubis. Kondisi tersebut pada

akhirnya akan membuat rumahtangga petani sayuran melakukan peningkatan

penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani kubis.

Penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada kegiatan usahatani kubis

sangat responsif terhadap terhadap perubahan ekspektasi harga kubis. Peningkatan

penggunaan tenaga kerja wanita tersebut dapat tercapai karena penggunaan tenaga

kerja wanita dalam rumahtangga petani sayuran yang bekerja pada kegiatan

usahatani (213.6 HOK) masih lebih rendah dari potensinya (503.5 HOK).

Risiko harga kubis (SDHRGKB), investasi produksi (INVES),

penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm (TKWNF) dan upah

tenaga kerja wanita pada kegiatan on farm (UWON) mempunyai pengaruh negatif

terhadap penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani kubis.

Page 230: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

209

Semua parameter dugaan tersebut mempunyai pengaruh yang nyata kecuali risiko

harga kubis.

Hasil penelitian tersebut di atas sesuai dengan penelitian Pradhan dan

Quilkey (1985) bahwa nilai kapital mempunyai pengaruh negatif terhadap

penggunaan tenaga kerja keluarga pada kegiatan usahatani. Sedangkan hasil

penelitian Fukui et al. (2003) bahwa upah mempunyai pengaruh negatif terhadap

penggunaan tenaga kerja meskipun pengaruh tersebut tidak nyata pada taraf

kurang dari lima persen. Rata-rata upah tenaga kerja wanita pada kegiatan

usahatani sebesar Rp 7175.17/HOK.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku rumahtangga

petani sayuran dalam mengambil keputusan mengenai penggunaan tenaga kerja

wanita dalam keluarga pada usahatani kubis sangat ditentukan oleh karakteristik

rumahtangga petani yaitu jumlah angkatan kerja wanita. Selain karakteristik

rumahtangga, faktor eksternal seperti ekspektasi harga kubis, investasi dan upah

tenaga kerja wanita pada kegiatan on farm juga mempengaruhi penggunaan

tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani kubis.

6.2.3.2. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga pada Kegiatan On Farm

Seperti halnya penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penggunaan

tenaga kerja luar keluarga juga didasarkan pada jenis kelamin pria dan wanita

serta kegiatan usahatani kentang dan kubis. Hasil pendugaan parameter persamaan

penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada usahatani kentang (TKPLKT)

dapat dilihat pada Tabel 37. Semua parameter dugaan mempunyai tanda sesuai

dengan harapan.

Page 231: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

210

Tabel 37. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria Luar Keluarga pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Intersep 342.05210 99.1631 3.45 0.0004Luas lahan garapan kentang (LHGKT) 58.34699 5.7760 10.10 <.0001Risiko harga kentang (SDHRGKT) -0.15795 0.0741 -2.13 0.0175Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) 0.00099 0.0018 0.55 0.2919Nilai pupuk kentang (NPPKT) -0.00004 0.0000 -0.94 0.1736

Keputusan rumahtangga petani sayuran dalam penggunaan tenaga kerja

pria luar keluarga pada usahatani kentang sangat ditentukan oleh karakteristik

usahatani yaitu luas lahan garapan kentang (LHGKT). Parameter dugaan luas

lahan garapan kentang bertanda positif dan nyata pada taraf nyata kurang dari satu

persen. Rumahtangga petani sayuran sampel juga mengelola lahan baik yang

berasal dari milik sendiri atau dan menyewa. Akses rumahtangga petani sayuran

untuk menyewa lahan garapan relatif mudah yaitu dengan menyewa lahan

perkebunan, kehutanan, desa atau pribadi. Rata-rata penguasaan lahan

rumahtangga petani sayuran yang digunakan untuk kentang sebesar 1.52 hektar.

Dengan adanya peningkatan lahan garapan kentang maka akan mendorong

rumahtangga petani untuk menambah penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga

pada usahatani kentang. Hasil penelitian ini seperti yang dihasilkan Pradhan dan

Quilkey (1985) bahwa lahan usahatani padi mempunyai pengaruh positif dan

nyata terhadap permintaan tenaga kerja yang disewa.

Selain luas lahan garapan, risiko harga kentang (SDHRGKT) dan nilai

penggunaan pupuk pada usahatani kentang (NPPKT) juga menjadi pertimbangan

rumahtangga petani sayuran dalam menentukan penggunaan tenaga kerja pria luar

Page 232: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

211

keluarga pada usahatani kentang. Risiko harga kentang dan nilai penggunaan

pupuk kimia untuk kentang akan mengurangi penggunaan tenaga kerja pria luar

keluarga pada usahatani kentang. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa kedua

parameter tersebut bertanda negatif dan nyata masing-masing pada taraf kurang

dari lima persen dan 20 persen.

Hasil penelitian tersebut seperti penelitian Sawit (1993) bahwa harga

pupuk mempunyai pengaruh negatif dan nyata terhadap permintaan tenaga kerja

pria. Sedangkan Fukui et al. (2004) menunjukkan bahwa rasio pendapatan yang

berisiko (rasio pendapatan padi terhadap pendapatan rumahtangga) dan harga

pupuk mempunyai pengaruh negatif terhadap penggunaan tenaga kerja meskipun

pengaruhnya tidak nyata pada taraf kurang dari lima persen. Rasio pendapatan

yang berisiko merupakan pendekatan terhadap risiko harga produk sedangkan

harga pupuk identik dengan nilai pupuk.

Sementara ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) mempunyai

pengaruh positif terhadap penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada

usahatani kentang. Namun demikian pengaruh tersebut tidak nyata pada taraf

nyata 20 persen.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku rumahtangga

petani sayuan dalam menggunakan tenaga kerja pria luar keluarga pada usahatani

kentang sangat ditentukan oleh karakteristik usahatani seperti luas lahan garapan

kentang. Selain itu, faktor eksternal seperti risiko harga kentang dan nilai

penggunaan pupuk sangat menentukan perilaku rumahtangga petani sayuran

dalam menggunakan tenaga kerja pria luar keluarga pada usahatani kentang.

Luas lahan garapan kentang akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja pria luar

Page 233: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

212

keluarga pada usahatani kentang, sedangkan risiko harga kentang dan nilai

penggunaan pupuk akan mengurangi penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga

pada usahatani kentang.

Hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga

pada usahatani kentang (TKWLKT) disajikan pada Tabel 38. Dari hasil

pendugaan, semua parameter dugaan mempunyai tanda sesuai dengan harapan.

Tabel 38. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja

Wanita Luar Keluarga pada Usahatani Kentang di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Intersep 274.8963 52.6111 5.23 <.0001Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) 0.0014 0.0013 1.07 0.1427Tenaga kerja wanita dalam keluarga kentang (TKWDKT) -0.3640 0.0426 -8.55 <.0001Risiko harga kentang (SDHRGKT) -0.0089 0.0520 -0.17 0.4323Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -457.6370 308.3112 -1.48 0.0700

Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) mempunyai pengaruh positif

terhadap penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada kegiatan usahatani

kentang dan nyata pada taraf nyata kurang dari 20 persen. Adanya ekspektasi

produksi kentang akan mendorong rumahtangga petani sayuran meningkatkan

pengelolaan usahatani kentang. Kondisi tersebut menyebabkan kebutuhan

terhadap penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada usahatani kentang

mengalami peningkatan. Ekspektasi produksi kentang menunjukkan harapan

rumahtangga petani sayuran terhadap produksi. Ukuran ekspektasi produksi dapat

dihitung dari pengalaman rumahtangga petani dalam melakukan kegiatan

usahatani, baik produksi tertinggi, terendah maupun kondisi normal. Rata-rata

ekspektasi produktivitas kentang pada rumahtangga petani sayuran sekitar 20.3

Page 234: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

213

ton/ha, dengan produktivitas tertinggi rata-rata sebesar 28.72 ton/ha dan terendah

sebesar 13.27 ton/ha.

Selanjutnya penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada kegiatan

usahatani kentang (TKWDKT) mempunyai pengaruh negatif terhadap

penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada usahatani kentang dan nyata

pada taraf nyata kurang dari satu persen. Perilaku rumahtangga petani sayuran

akan mengurangi penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga jika terjadi

penambahan tenaga kerja wanita dalam keluarga. Penggunan tenaga kerja wanita

luar keluarga dan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada usahatani kentang

saling bersubstitutsi. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Pradhan

dan Quilkey (1985) bahwa penawaran tenaga kerja dalam keluarga mempunyai

pengaruh negatif dan nyata terhadap permintaan tenaga kerja yang disewa.

Kemudian risiko harga kentang (SDHRGKT) dan risiko produksi kentang

(SDPRDKT) mempunyai pengaruh negatif terhadap penggunaan tenaga kerja

wanita luar keluarga pada usahatani kentang. Parameter dugaan risiko harga

kentang tidak nyata pada taraf nyata 20 persen, sedangkan parameter dugaan

risiko produksi kentang nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen. Hasil

penelitian ini hampir sama dengan Fukui et al. (2004) bahwa bahaya hama dan

penyakit tanaman mempunyai pengaruh negatif dan nyata terhadap penggunaan

tenaga kerja.

Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ekspektasi

produksi kentang, penggunaan tenaga kerja wanita dalam keluarga pada kegiatan

usahatani kentang dan risiko produksi kentang sangat mempengaruhi pengambilan

keputusan rumahtangga petani sayuran dalam menggunakan tenaga kerja wanita

Page 235: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

214

luar keluarga pada kegiatan usahatani kentang. Sedangkan risiko harga kentang

tidak mempengaruhi penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada usahatani

kentang.

Pada blok penggunaan tenaga kerja terdapat persamaan identitas total

tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kentang (TKLKT) yang merupakan

penjumlahan penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada usahatani kentang

(TKPLKT) dan penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada usahatani

kentang (TKWLKT). Total tenaga kerja luar keluarga pada usahatani kentang

selama setahun pada rumahtangga petani sayuran rata-rata sebesar 466.3 HOK.

Pada usahatani kubis, hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja

pria luar keluarga pada kegiatan usahatani kubis (TKPLKB) dapat dilihat pada

Tabel 39. Semua parameter dugaan mempunyai tanda sesuai dengan harapan.

Tabel 39. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria

Luar Keluarga pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Upah pria on farm (UPON) -0.0021 0.0017 -1.25 0.1070Risiko harga kubis (SDHRGKB) -0.0173 0.0283 -0.61 0.2713Ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB) 0.0055 0.0215 0.26 0.3986Pupuk NPK (PNPKB) 0.0412 0.0798 0.52 0.3033Benih kubis (PBNHKB) 0.5682 0.0954 5.96 <.0001 Luas lahan garapan (LHGKT) -4.0401 5.5087 -0.73 0.2323Total pendapatan rumahtangga (TPRT) 0.0000 0.0000 0.48 0.3164

Parameter dugaan upah tenaga kerja pria pada kegiatan on farm (UPON)

mempunyai pengaruh negatif dan nyata terhadap penggunaan tenaga kerja pria

luar keluarga pada kegiatan usahatani kubis. Hal itu menunjukkan bahwan upah

tenaga kerja pria menjadi salah satu pertimbangan rumahtangga petani sayuran

dalam menggunakan tenaga kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani

Page 236: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

215

kubis. Perilaku rumahtangga petani sayuran akan mengurangi penggunaan tenaga

kerja pria luar keluarga jika upah tenaga pria pada usahatani mengalami

peningkatan. Rata-rata upah tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani yang

berlaku pada rumahtangga petani sayuran sampel sebesar Rp 9448.6/HOK. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusnadi (2005) bahwa

harga bayangan upah tenaga kerja pria pada kegiatan usahatani mempunyai

pengaruh negatif dan nyata terhadap penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga.

Demikian halnya Pradhan dan Quilkey (1985) menunjukkan hasil yang sama

bahwa tingkat upah usahatani mempunyai pengaruh negatif dan nyata terhadap

permintaan tenaga kerja yang disewa.

Selain upah, penggunaan benih kubis (PBNHKB) mempunyai pengaruh

positif dan nyata terhadap penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada

usahatani kubis. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Pradhan dan

Quilkey (1985) bahwa penggunaan input mempunyai pengaruh positif dan nyata

terhadap permintaan tenaga kerja yang disewa. Penggunaan benih kubis menjadi

pertimbangan rumahtangga petani sayuran dalam mengambil keputusan mengenai

penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada usahatani kubis. Dengan

penggunaan benih kubis mendorong rumahtangga petani sayuran meningkatkan

penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada usahatani kubis. Penggunaan

tenaga kerja pria luar keluarga pada usahatani kubis sangat responsif terhadap

perubahan penggunaan benih kubis.

Selanjutnya jika ada risiko harga kubis (SDHRGKB), perilaku

rumahtangga petani sayuran akan mengurangi penggunaan tenaga kerja pria luar

keluarga pada usahatani kubis. Demikian halnya luas lahan garapan kentang

Page 237: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

216

(LHGKT). Sedangkan ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB), penggunaan pupuk

NPK (PNPKB), dan total pendapatan rumahtangga (TPRT) mempunyai pengaruh

positif terhadap penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga pada usahatani kubis.

Semua parameter tersebut mempunyai pengaruh yang tidak nyata pada taraf

kurang dari 20 persen.

Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

rumahtangga petani sayuran dalam mengambil keputusan mengenai penggunaan

tenaga kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani kubis sangat ditentukan

oleh upah pria pada kegiatan usahatani dan penggunaan benih kubis. Upah pria

pada kegiatan usahatani akan mendorong rumahtangga mengurangi penggunaan

tenaga kerja pria luar keluarga pada kegiatan usahatani kubis sedangkan

penggunaan benih kubis sebaliknya.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja wanita

luar keluarga pada usahatani kubis (TKWLKB) dapat dilihat pada Tabel 40.

Semua parameter dugaan ternyata sesuai dengan yang diharapkan.

Tabel 40. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja

Wanita Luar Keluarga pada Usahatani Kubis di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Intersep 119.3898 23.6815 5.04 <.0001Upah wanita pada on farm (UWON) -0.0012 0.0029 -0.42 0.3359Risiko harga kubis (SDHRGKB) -0.0458 0.0283 -1.62 0.0539Investasi produksi (INVES) -0.0000 0.0000 -1.24 0.1085

Upah tenaga kerja wanita pada kegiatan usahatani (UWON) mempunyai

pengaruh negatif terhadap penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada

usahatani kubis dan pengaruhnya tidak nyata pada taraf 20 persen. Seperti hasil

Page 238: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

217

penelitian Fukui et al (2003) bahwa upah mempunyai pengaruh negatif dan tidak

nyata terhadap penggunaan tenaga kerja.

Sedangkan risiko harga kubis (SDHRGKB) mempunyai pengaruh negatif

terhadap penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada usahatani kubis dan

nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen. Adanya risiko harga kubis akan

mendorong rumahtangga petani untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja

wanita luar keluarga pada usahatani kubis. Sesuai dengan teori, adanya teori akan

menyebabkan penggunaan input lebih rendah.

Seperti halnya risiko harga kubis, investasi produksi (INVES) mempunyai

pengaruh negatif terhadap penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada

usahatani kubis dan nyata pada taraf nyata kurang dari 20 persen. Pengeluaran

investasi produksi yang meningkat akan menyebabkan penggunaan tenaga kerja

wanita luar keluarga pada usahatani kubis akan berkurang.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pengambilan keputusan

rumahtangga petani sayuran dalam penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga

pada usahatani kubis sangat ditentukan oleh faktor eksternal, seperti risiko harga

kubis, dan investasi produksi. Risiko harga kubis dan investasi produksi

menyebabkan penurunan penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga pada

usahatani kubis.

6.2.3.3. Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga pada Kegiatan Off Farm

Penggunaan tenaga kerja keluarga tidak hanya pada kegiatan on farm

tetapi juga kegiatan off farm. Kegiatan off farm yang dimaksud dalam penelitian

ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh rumahtangga petani sayuran di luar

usahataninya atau kegiatan yang dilakukan oleh rumahtangga petani sayuran pada

Page 239: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

218

usahatani orang lain, seperti berburuh tani. Persamaan penggunaan tenaga kerja

keluarga pada kegiatan off farm terdiri dari persamaan penggunaan tenaga kerja

pria (TKPOF) dan penggunaan tenaga kerja wanita (TKWOF).

Hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan

off farm (TKPOF) dapat dilihat pada Tabel 41. Semua tanda parameter dugaan

sesuai dengan yang diharapkan.

Tabel 41. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria dalam Keluarga pada Kegiatan Off Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Intersep 42.8244 52.4563 0.82 0.2079Upah pria off farm (UPOF) 0.0114 0.0007 16.7 <.0001 Ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) -0.0228 0.0201 -1.13 0.1296Total pengeluaran rumahtangga (PENG) 0.0000 0.0000 0.55 0.2928Risiko produksi kentang (SDPRDKT) 42.9405 125.2299 0.34 0.3661Risiko harga kentang (SDHRGKT) 0.0103 0.0225 0.46 0.3236Tabungan (TAB) 0.0000 0.0000 0.25 0.4027

Parameter dugaan upah pria pada kegiatan off farm (UPOF) bertanda

positif sesuai dengan harapan dan nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen.

Upah pria pada kegiatan off farm dapat menjadi insentif bagi rumahtangga petani

sayuran untuk meningkatkan penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off

farm. Upah tenaga kerja pria pada kegiatan off farm berkisar antara Rp 7000-Rp

20 000/HOK dan hanya sekitar 16 persen rumahtangga petani sayuran yang

anggota keluarga pria terlibat pada kegiatan off farm. Penggunaan tenaga kerja

ini relatif responsif terhadap perubahan upah tenaga kerja pria pada kegiatan off

farm. Rata-rata rumahtangga petani sayuran sampel menggunakan tenaga kerja

pria pada kegiatan off farm selama satu tahun sebesar 21.40 HOK.

Page 240: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

219

Hasil penelitian tersebut di atas mempunyai persamaan dengan penelitian

Kusnadi (2005) bahwa upah pria pada kegiatan di luar usahatani mempunyai

pengaruh positif dan nyata terhadap penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan

di luar usahatani. Namun demikian penelitian ini berbeda dengan penelitian

Pradhan dan Quilkey (1985) yang menunjukkan tingkat upah off farm mempunyai

pengaruh negatif dan nyata terhadap penawaran tenaga kerja off farm. Hal ini

dikarenakan terdapat persaingan antara penawaran tenaga kerja pada on farm dan

off farm. Dengan pengaruh yang negatif akan memperkuat pengaruh positif

terhadap pendapatan dari leisure. Selain itu dengan asumsi adanya kendala dalam

memasuki pasar tenaga kerja off farm, peluang untuk pekerja off farm dipengaruhi

oleh pendapatan usahatani.

Selanjutnya ekspektasi harga kentang (EXHRGKT) mempunyai pengaruh

negatif terhadap penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm dan nyata

pada taraf nyata kurang dari lima persen. Kentang merupakan sumber utama

pendapatan usahatani pada rumahtangga petani, sehingga dengan meningkatnya

ekspektasi harga kentang, perilaku rumahtangga petani sayuran akan

mengkonsentrasikan pada kegiatan usahatani kentangnya sehingga akan

mengurangi penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan off farm.

Penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan off farm sangat

responsif terhadap perubahan ekspektasi harga kentang.

Total pengeluaran rumahtangga (PENG), risiko produksi kentang

(SDPRDKT), risiko harga kentang (SDHRGKT) dan tabungan (TAB) mempunyai

pengaruh yang positif terhadap penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off

farm. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pengeluaran rumahtangga,

Page 241: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

220

risiko dan tabungan akan mendorong rumahtangga petani sayuran untuk

meningkatkan alokasi atau penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada

kegiatan off farm. Namun demikian pengaruh parameter dugaan tersebut tidak

nyata pada taraf nyata 20 persen.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan

keputusan rumahtangga petani sayuran dalam menentukan penggunaan tenaga

kerja pria dalam keluarga pada kegiatan off farm sangat ditentukan upah pria off

farm dan ekspektasi harga kentang. Sebaliknya total pengeluaran rumahtangga,

risiko harga kentang, risiko produksi kentang dan tabungan.tidak mempengaruhi

pengguanaan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja wanita

pada kegiatan off farm (TKWOF) dapat dilihat pada Tabel 42. Dari hasil

pendugaan menunjukkan semua tanda parameter dugaan sesuai dengan yang

diharapkan.

Tabel 42. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja

Wanita dalam Keluarga pada Kegiatan Off Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Intersep -20.6537 21.3492 -0.97 0.1675Upah wanita off farm ( UWOF) 0.0202 0.0012 16.96 <.0001Jumlah angkatan kerja wanita (JAKW) 6.4910 3.6502 1.78 0.0388Risiko produksi kubis (SDPRDKB) 211.3060 109.5429 1.93 0.0279Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) -0.0001 0.0005 -0.26 0.3985Pendapatan wanitan non farm (PWNF) -0.0000 0.0000 -0.17 0.4308Total biaya usahatani kentang (TBUKT) 0.0000 0.0000 0.38 0.3521

Page 242: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

221

Pengambilan keputusan rumahtangga petani sayuran dalam menentukan

penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm sangat

mempertimbangkan karakteristik rumahtangga petani seperti jumlah angkatan

kerja wanita (JAKW) dan faktor eksternal seperti tingkat upah wanita pada

kegiatan off farm (UWOF) dan risiko produksi kubis (SDPRDKB). Semua

parameter dugaan tersebut mempunyai pengaruh yang nyata.

Dilihat dari parameter dugaan upah wanita pada kegiatan off farm bertanda

positif sesuai dengan harapan dan nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen.

Upah wanita pada kegiatan off farm menjadi salah satu insentif bagi rumahtangga

dalam meningkatkan penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm. Hal

ini dikarenakan potensi tenaga kerja wanita dalam rumahtangga petani sayuran

belum termanfaatkan secara optimal karena masih terdapat surplus sebesar 225.9

HOK dalam satu tahun. Waktu yang tercurah dari tenaga kerja wanita pada

kegiatan off farm hanya mencapai 3.3 persen dari potensi tenaga kerja wanita

rumahtangga petani sayuran. Dengan memperhatikan tingkat responsifnya,

penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm relatif responsif terhadap

perubahan upah wanita pada kegiatan off farm.

Kondisi yang sama terdapat pada parameter dugaan jumlah angkatan kerja

wanita dan risiko produksi kubis yang bertanda positif sesuai dengan harapan dan

nyata pada taraf kurang dari lima (5) persen. Rata-rata jumlah angkatan kerja

wanita dalam rumahtangga petani sayuran sekitar 50 persen dari total angkatan

kerja dalam rumahtangga atau sekitar 1-2 orang. Meningkatnya jumlah angkatan

kerja wanita akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan

off farm. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Pradhan dan Quilkey

Page 243: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

222

(1985) bahwa jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh positif terhadap

penawaran tenaga kerja pada kegiatan off farm dan pengaruhnya nyata. Demikian

halnya kajian Kusnadi (2005) bahwa upah wanita pada kegiatan di luar usahatani

mempunyai pengaruh positif terhadap penawaran tenaga kerja wanita di luar

usahatani dan pengaruhnya nyata.

Sedangkan risiko produksi kubis mempunyai pengaruh positif terhadap

penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm. Dengan adanya risiko

produksi kubis akan mendorong rumahtangga petani mengurangi kegiatan

usahatani kubis sehingga tenaga kerja wanita dalam keluarga dapat dialihkan pada

pada kegiatan off farm.

Sedangkan parameter dugaan ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT)

dan pendapatan wanita dari kegiatan non farm (PWNF) bertanda negatif.

Ekspektasi produksi kentang mendorong rumahtangga petani sayuran

meningkatkan pengelolaan usahatani kentang sehingga alokasi waktu atau

penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm menjadi berkurang.

Demikian halnya dengan meningkatnya pendapatan wanita pada kegiatan non

farm akan membuat rumahtangga petani sayuran mengurangi penggunaan tenaga

kerja wanita pada kegiatan off farm. Parameter total biaya usahatani kentang

(TBUKT) bertanda positif. Meningkatnya total biaya usahatani kentang akan

mendorong rumahtangga petani sayuran untuk lebih giat mencari sumber

pendapatan lain. Namun demikian semua parameter dugaan tersebut mempunyai

pengaruh yang tidak nyata pada taraf nyata 20 persen.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan tenaga kerja

wanita pada kegiatan off farm sangat ditentukan oleh upah wanita pada kegiatan

Page 244: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

223

off farm, jumlah angkatan kerja wanita dan risiko produksi kubis. Upah wanita

pada kegiatan off farm, jumlah angkatan kerja wanita dan risiko produksi kubis

akan mendorong rumahtangga petani sayuran meningkatkan penggunaan tenaga

kerja wanita pada kegiatan off farm.

6.2.3.4. Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga pada Kegiatan Non Farm

Kegiatan non farm yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan

yang dilakukan rumahtangga petani sayuran di luar usahataninya sendiri maupun

usahatani orang lain. Identifikasi kegiatan non farm yang dilakukan rumahtangga

petani sayuran diantaranya adalah berdagang, membuka warung kelontongan,

mengojek, industri rumahtangga (pengolahan kripik kentang). Penggunaan tenaga

kerja keluarga pada kegiatan non farm didasarkan pada jenis kelamin pria dan

wanita.

Hasil pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan

non farm (TKPNF) dapat dilihat pada Tabel 43. Semua parameter dugaan

mempunyai tanda sesuai dengan harapan.

Tabel 43. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Pria

dalam Keluarga pada Kegiatan Non Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Intersep -78.6290 69.7377 -1.13 0.1308Upah pria non farm (UPNF) 0.0010 0.0002 4.32 <.0001Tenaga kerja pria dalam keluarga kentang (TKPDKT) -0.2133 0.1094 -1.95 0.0267Jumlah angkatan kerja pria (JAKP) 64.8679 18.4161 3.52 0.0003Total pendapatan usahatani (TPUT) -0.0000 0.0000 -1.74 0.0425Pendidikan pria (PENDP) 5.2243 3.4797 1.50 0.0678Tenaga kerja pria off farm (TKPOF) -0.0144 0.2071 -0.07 0.4724Risiko produksi kentang (SDPRDKT) 411.2052 455.8326 0.90 0.1843Investasi produksi (INVES) 0.0000 0.0000 0.43 0.3346

Page 245: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

224

Upah tenaga kerja pria pada kegiatan non farm (UPNF) mempunyai

pengaruh positif terhadap penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan tersebut

dan pengaruhnya nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen. Meskipun

demikian penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm tidak dapat cepat

merespon perubahan upah pria pada kegiatan non farm. Kegiatan yang banyak

dilakukan oleh rumahtangga petani sayuran pada kegiatan non farm diantaranya

tukang ojek. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa ojek menjadi sarana utama

transportasi dan relatif banyak tenaga kerja pria yang menjadi tukang ojek.

Dengan terbatasnya kesempatan kerja menyebabkan peningkatan upah kurang

direspon dengan cepat oleh penggunaan tenaga kerja pada kegiatan non farm.

Parameter dugaan penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada

kegiatan usahatani kentang (TKPDKT) bertanda negatif dan nyata pada taraf

nyata kurang dari lima persen. Terdapat trade off antara penggunaan tenaga kerja

pria dalam keluarga pada usahatani kentang dengan penggunaan tenaga kerja pria

pada kegiatan non farm. Meningkatnya penggunaan tenaga kerja pria dalam

keluarga pada kegiatan usahatani kentang menyebabkan rumahtangga petani

sayuran mengurangi penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm. Rata-

rata penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan non farm pada

rumahtangga petani sayuran sampel sekitar 53.23 HOK per tahun. Penggunaan

tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan non farm responsif terhadap

perubahan penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan usahatani

kentang.

Page 246: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

225

Selanjutnya jumlah angkatan kerja pria (JAKP) mempunyai pengaruh

positif terhadap penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan non

farm dan pengaruhnya nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen.

Penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan non farm sangat

responsif terhadap perubahan jumlah angkatan kerja pria.

Total pendapatan usahatani (TPUT) mempunyai pengaruh negatif terhadap

penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada kegiatan non farm dan nyata

pada taraf nyata kurang dari lima persen. Rata-rata pendapatan usahatani (on

farm) memberikan kontribusi terbesar (92.9%) terhadap total pendapatan

rumahtangga petani sayuran, diikuti pendapatan non farm (6.7 %) dan pendapatan

off farm (0.4%). Peningkatan total pendapatan usahatani akan mengurangi

penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kegiatan usahatani merupakan mata pencaharian utama bagi rumahtangga

petani sayuran.

Parameter dugaan tingkat pendidikan anggota keluarga pria (PENDP)

bertanda positif dan nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen. Tingkat

pendidikan anggota keluarga pria mulai dari tidak sekolah sampai perguruan

tinggi. Peningkatan pendidikan anggota keluarga pria akan meningkatkan

penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm.

Adapun parameter dugaan penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off

farm (TKPOF) bertanda negatif dan tidak nyata pada taraf nyata 20 persen.

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa dalam satu rumahtangga petani sayuran

memungkinkan adanya alokasi tenaga kerja keluarga pada beberapa kegiatan

seperti off farm dan non farm yang dapat dilakukan secara serentak sehingga

Page 247: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

226

penggunaan tenaga kerja pada kegiatan off farm tidak berpengaruh terhadap

penggunaan tenaga kerja pada kegiatan non farm.

Adanya risiko produksi kentang (SDPRDKT) akan mendorong

rumahtangga petani sayuran meningkatkan penggunaan tenaga kerja pria pada

kegiatan non farm. Parameter dugaan risiko produksi kentang mempunyai

pengaruh yang nyata pada taraf nyata kurang dari 20 persen. Penggunaan tenaga

kerja pria pada kegiatan non farm sangat responsif terhadap perubahan risiko

produksi kentang.

Investasi produksi (INVES) juga akan mendorong rumahtangga petani

meningkatkan penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm. Namun

demikian parameter dugaan mempunyai pengaruh yang tidak nyata pada taraf

nyata 20 persen.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan

rumahtangga petani sayuran dalam menentukan penggunaan tenaga kerja pria

pada kegiatan non farm sangat ditentukan oleh upah tenaga kerja pria pada

kegiatan non farm, penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada usahatani

kentang, jumlah angkatan kerja pria, total pendapatan usahatani, tingkat

pendidikan anggota rumahtangga pria dan risiko produksi kentang. Upah tenaga

kerja pria, jumlah angkatan kerja pria, tingkat pendidikan anggota rumahtangga

pria dan risiko produksi kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran

meningkatkan penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm sedangkan

penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga pada usahatani kentang dan total

pendapatan usahatani akan mengurangi penggunaan tenaga kerja pria pada

kegiatan non farm.

Page 248: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

227

Selanjutnya hasil pendugaan terhadap persamaan penggunaan tenaga kerja

wanita pada kegiatan non farm (TKWNF) dapat dilihat pada Tabel 44. Dari hasil

pendugaan, tanda semua parameter dugaan sesuai dengan yang diharapkan.

Tabel 44. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Wanita dalam Keluarga pada Kegiatan Non Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Intersep 108.6744 196.7914 0.55 0.2909Upah wanita non farm (UWNF) 0.0026 0.0004 6.44 <.0001Pengeluaran rumahtangga (PENG) 0.0000 0.0000 1.91 0.0288Ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) -0.0684 0.0747 -0.92 0.1806Risiko produksi kentang (SDPRDKT) 43.4691 467.0084 0.09 0.4630Pendidikan wanita (PENDW) 6.2047 4.4137 1.41 0.0811

Upah tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm (UWNF), pengeluaran

rumahtangga (PENG) dan pendidikan anggota keluarga wanita (PENDW)

mempunyai pengaruh yang positif terhadap penggunaan tenaga kerja wanita pada

kegiatan non farm dan masing-masing parameter dugaan nyata pada taraf kurang

dari satu persen, lima persen dan 10 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa

rumahtangga petani sayuran akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja wanita

pada kegiatan non farm dengan adanya peningkatan upah wanita pada kegiatan

non farm, pengeluaran rumahtangga dan pendidikan wanita. Penggunaan tenaga

kerja wanita pada kegiatan non farm sangat responsif terhadap perubahan

pendidikan anggota keluarga wanita. Dalam hal tingkat pendidikan, rumahtangga

petani sayuran sudah memperhatikan tingkat pendidikan bagi anggota

keluarganya sampai pada tingkat tertinggi (perguruan tinggi). Tingkat pendidikan

wanita yang tinggi akan mendorong rumahtangga petani mengalokasikan lebih

banyak pada kegiatan non farm.

Page 249: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

228

Kegiatan non farm dapat menjadi alternatif bagi rumahtangga petani

sayuran sebagai sumber pembiayaan pengeluaran rumahtangga. Hasil penelitian

ini hampir sama dengan penelitian Hardono (2002) bahwa pendapatan buruh non

pertanian dan total pengeluaran rumahtangga akan meningkatkan alokasi tenaga

kerja berburuh non pertanian.

Ekspektasi harga kentang (EXHRGKT) mempunyai pengaruh negatif

terhadap penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm dan nyata pada

taraf nyata kurang dari 20 persen. Adanya ekspektasi harga kentang akan

membuat rumahtangga petani meningkatkan pengelolaan usahatani kentang

sehingga penggunaan tenaga kerja wanita untuk usahatani kentang semakin besar

dan penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm akan berkurang.

Penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm sangat responsif terhadap

perubahan ekspektasi harga kentang.

Sementara itu risiko produksi kentang (SDPRDKT) mempunyai pengaruh

positif terhadap penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm. Adanya

risiko produksi kentang yang bersumber dari cuaca serta hama dan penyakit

tanaman menyebabkan rumahtangga petani khususnya anggota keluarga wanita

untuk mencari sumber pembiayaan dari kegiatan lain seperti non farm. Namun

demikian pengaruh parameter dugaan tidak nyata pada taraf 20 persen.

Dari penjelasan tersebut di atas disimpulkan bahwa beberapa faktor yang

sangat dipertimbangkan oleh rumahtangga petani sayuran dalam menentukan

keputusan mengenai penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm

adalah faktor eksternal seperti upah wanita non farm, pengeluaran rumahtangga,

ekspektasi harga kentang, dan karakteristik rumahtangga petani seperti tingkat

Page 250: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

229

pendidikan wanita. Tingkat upah wanita non farm, tingkat pendidikan wanita dan

pengeluaran rumahtangga akan meningkatkan penggunaan tenaga kerja wanita

pada kegiatan non farm sedangkan ekspektasi harga kentang akan menurunkan

penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm.

6.2.4. Pendapatan Rumahtangga Petani Sayuran

Persamaan pada blok pendapatan terdiri dari empat (4) persamaan

struktural dan delapan (8) persamaan identitas. Adapun persamaan struktural

terdiri dari persamaan pendapatan pria pada kegiatan off farm (PPOF), pendapatan

wanita pada kegiatan off farm (PWOF), pendapatan pria pada kegiatan non farm

(PPNF) dan pendapatan wanita pada kegiatan non farm (PWNF). Sedangkan

persamaan identitas terdiri dari persamaan total biaya usahatani kentang

(TBUKT), total biaya usahatani kubis (TBUKB), pendapatan usahatani kentang

(PUTKT), pendapatan usahatani kubis (PUTKB), total pendapatan usahatani

(TPUT), total pendapatan off farm (TPOF), total pendapatan non farm (TPNF)

dan total pendapatan rumahtangga (TPRT).

Hasil pendugaan persamaan pendapatan pria pada kegiatan off farm

(PPOF) dapat dilihat pada Tabel 45. Semua tanda pada parameter dugaan sesuai

dengan yang diharapkan.

Penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm (TKPOF) dan upah

pria pada kegiatan off farm (UPOF) mempunyai pengaruh positif terhadap

pendapatan pria pada kegiatan off farm dan kedua parameter dugaan mempunyai

pengaruh nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen. Waktu yang dicurahkan

tenaga kerja pria dan upah tenaga kerja pria pada kegiatan off farm merupakan

komponen utama dalam memperoleh pendapatan yang diperoleh tenaga kerja pria

Page 251: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

230

pada kegiatan off farm. Hasil penelitian ini mempunyai persamaan dengan

penelitian Beach et al. (2005) yaitu upah pada kegiatan off farm ternyata

mempunyai pengaruh positif terhadap pendaptan off farm. Namun demikian

pengaruh upah ternyata tidak nyata pada taraf 10 persen.

Tabel 45. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Pria pada Kegiatan

Off Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Intersep 64889.5000 256012.3000 0.25 0.4002Tenaga kerja pria off farm (TKPOF) 7948.5740 825.4089 9.63 <.0001 Upah pria off farm (UPOF) 43.3240 9.7234 4.46 <.0001 Risiko harga kubis (SDHRGKB) 280.8195 105.4681 2.66 0.0044 Ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) -4.5572 99.6553 -0.05 0.4818 Ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB) -97.3236 65.6524 -1.48 0.0703 Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) -3.9076 2.5907 -1.51 0.0669

Risiko harga kubis (SDHRGKB) mempunyai pengaruh positif terhadap

pendapatan pria pada kegiatan off farm dan parameter dugaan nyata pada taraf

nyata kurang dari satu persen. Dengan adanya risiko harga kubis akan mendorong

rumahtangga petani sayuran khususnya tenaga kerja pria untukmencari sumber

pendanaan tambahan diantaranya pada kegiatan off farm.

Kebalikan dengan risiko harga kubis, ekspektasi harga kentang

(EXPHRGKT), ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB) dan ekspektasi produksi

kentang (EXPRDKT) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pendapatan

pria pada kegiatan off farm. Ekspektasi rumahtangga petani sayuran yang tinggi

pada harga kentang, kubis dan produksi kentang menyebabkan rumahtangga

petani meningkatkan pengelolaan pada usahatani kentang dan kubis. Dengan

adanya peningkatan pengelolaan usahatani maka terjadinya pengalihan alokasi

tenaga kerja dari kegiatan off farm ke on farm sehingga kondisi tersebut akan

Page 252: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

231

menyebabkan penurunan pendapatan off farm. Namun demikian parameter dugaan

ekspektasi harga kentang tidak nyata pada taraf nyata 20 persen sedangkan

ekspektasi harga kubis dan ekspektasi produksi kentang nyata pada taraf nyata

kurang dari 10 persen.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Beach et al.(2005)

bahwa ekspektasi penerimaan tembakau mempunyai pengaruh negatif terhadap

pendapatan off farm tetapi pengaruhnya tidak nyata pada taraf 10 persen.

Ekspektasi penerimaan diukur dari produksi rata-rata dikalikan dengan ekspektasi

harga tembakau.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan pria pada

kegiatan off farm sangat ditentukan oleh penggunaan tenaga kerja pria pada

kegiatan off farm, upah pria pada kegiatan off farm, risiko harga kubis dan

ekspektasi harga kubis. Penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan off farm, upah

pria pada kegiatan off farm dan risiko harga kubis dapat meningkatkan pendapatan

pria pada kegiatan off farm sedangkan ekspektasi produksi kentang dan ekspektasi

harga kubis akan menurunkan pendapatan pria pada kegiatan off farm.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan pendapatan wanita pada kegiatan

off farm (TKWOF) dapat dilihat pada Tabel 46. Semua parameter dugaan

mempunyai tanda sesuai dengan harapan.

Penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm (TKWOF) dan

upah wanita pada kegiatan off farm (UWOF) mempunyai pengaruh positif

terhadap pendapatan wanita pada kegiatan off farm dan parameter dugaan

tersebut nyata pada taraf nyata kurang satu persen. Hal tersebut menunjukkan

bahwa penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm dan upah wanita

Page 253: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

232

pada kegiatan off farm sangat menentukan pendapatan wanita pada kegiatan off

farm. Seperti hasil penelitian Beach et al. (2005) bahwa upah pada kegiatan off

farm mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan off farm meskipun

parameter dugaan tersebut tidak nyata pada taraf 10 persen.

Tabel 46. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Wanita pada

Kegiatan Off Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error Nilai t Pr > |t|

Intersep 569356.1000 787159.2000 0.72 0.2354Tenaga kerja wanita off farm (TKWOF) 5573.7610 542.3169 10.28 <.0001Upah wanita off farm (UWOF) 37.9492 11.1282 3.41 0.0005Risiko harga kubis (SDHRGKB) 85.7367 43.6013 1.97 0.0257Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) -1.7020 1.2233 -1.39 0.0832Ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB) -1.1385 1.6049 -0.71 0.2397Risiko produksi kubis (SDPRDKB) 1130238.0000 287118.8000 3.94 0.0001Risiko produksi kentang (SDPRDKT) 3140807.0000 5112120.0000 0.61 0.2700

Selanjutnya risiko harga kubis (SDHRGKB), risiko produksi kubis

(SDPRDKB) dan risiko produksi kentang (SDPRDKT) mempunyai pengaruh

positif terhadap pendapatan wanita pada kegiatan off farm dan parameter dugaan

mempunyai pengaruh nyata kecuali risiko produksi kentang. Risiko harga kubis

dan risiko produksi kubis akan menyebabkan rumahtangga petani mengurangi

kegiatan usahatani kubis sehingga terjadi perubahan alokasi tenaga kerja wanita

dari kegiatan usahatani ke kegiatan off farm. Dengan meningkatnya alokasi tenaga

kerja pada kegiatan off farm menyebabkan pendapatan off farm mengalami

peningkatan.

Page 254: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

233

Sementara itu ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) dan ekspektasi

produksi kubis (EXPRDKB) mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan

wanita pada kegiatan off farm. Parameter dugaan ekspektasi produksi kentang

nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen sedangkan parameter dugaan

ekspektasi produksi kubis tidak nyata pada taraf nyata 20 persen. Komoditas

kentang merupakan komoditas yang menjadi harapan terbesar rumahtangga

petani. Dengan adanya ekspektasi terhadap produksi kentang memberikan insentif

bagi rumahtangga petani sayuran untuk melakukan pengelolaan usahatani

sehingga akan mengurangi kegiatan off farm yang akhirnya pendapatan dari

kegiatan off farm berkurang. Dilihat dari harganya, harga komoditas kentang,

rata-rata sekitar Rp 2257/kg, selalu lebih tinggi dibandingkan harga kubis dengan

rata-rata Rp 991/kg.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan wanita pada

kegiatan off farm sangat ditentukan oleh penggunaan tenaga kerja dan upah

tenaga kerja wanita pada kegiatan off farm, risiko harga dan risiko produksi kubis

dan ekspektasi produksi kentang. Semua variabel tersebut mempunyai pengaruh

meningkatkan pendapatan wanita pada kegiatan off farm kecuali ekspektasi

produksi kentang.

Selanjutnya pada kegiatan non farm, hasil pendugaan persamaan

pendapatan pria pada kegiatan non farm (PPNF) dapat dilihat pada Tabel 47.

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa semua parameter dugaan mempunyai tanda

sesuai harapan.

Pengunaan tenaga kerja pria dan upah pria pada kegiatan non farm

(TKPNF dan UPNF) mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pria pada

Page 255: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

234

kegiatan non farm dan kedua parameter dugaan mempunyai pengaruh nyata

masing – masing pada taraf nyata kurang dari 10 persen dan satu persen. Hal

tersebut menunjukkan bahwa waktu yang tercurah untuk kegiatan non farm dan

tingkat upah merupakan komponen penting dalam pendapatan non farm.

Pendapatan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm sangat responsif terhadap

perubahan upah tenaga kerja pria pada kegiatan non farm.

Tabel 47. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Pria pada Kegiatan

Non Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t Pr > |t|

Tenaga kerja pria non farm (TKPNF) 11831.1400 8423.3350 1.40 0.0812Upah pria non farm (UPNF) 393.4190 15.0520 26.14 <.0001Total pendapatan off farm (TPOF) -0.2676 0.6884 -0.39 0.3491Total pendapatan usahatani (TPUT) -0.0080 0.0067 -1.19 0.1189Risiko harga kubis (SDHRGKB) 8651.2380 3517.3110 2.46 0.0076Risiko produksi kentang (SDPRDKT) 4719935.0000 48641284.0000 0.10 0.4614

Total pendapatan kegiatan off farm (TPOF) dan total pendapatan usahatani

(TPUT) mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan tenaga kerja pria pada

kegiatan non farm. Dalam hal ini terdapat trade off antara pendapatan yang

berasal dari kegiatan off farm dan usahatani sendiri dengan non farm. Parameter

dugaan total pendapatan usahatani mempunyai pengaruh nyata sedangkan total

pendapatan kegiatan off farm mempunyai pengaruh tidak nyata.

Risiko harga kubis (SDHRGKB) dan risiko produksi kentang (SDPRDKT)

mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan tenaga kerja pria pada kegiatan

non farm. Adanya risiko harga kubis dan risiko produksi kentang mendorong

rumahtangga petani sayuran melakukan perubahan alokasi tenaga kerja dari

Page 256: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

235

kegiatan on farm menjadi non farm. Perubahan alokasi tenaga kerja tersebut akan

meningkatkan pendapatan tenaga kerja pada kegiatan non farm.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan tenaga

kerja pria pada kegiatan non farm sangat ditentukan oleh penggunaan tenaga kerja

pria pada kegiatan non farm, upah pria pada kegiatan non farm, total pendapatan

usahatani dan risiko harga kubis. Penggunaan tenaga kerja pria pada kegiatan non

farm dan upah tenaga kerja pria pada kegiatan non farm serta risiko harga kubis

meningkatkan pendapatan tenaga kerja pria pada kegiatan non farm sedangkan

total pendapatan usahatani sebaliknya.

Hasil pendugaan persamaan pendapatan wanita pada kegiatan non farm

(PWNF) dapat dilihat pada Tabel 48. Semua parameter dugaan mempunyai tanda

sesuai dengan harapan.

Tabel 48. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pendapatan Wanita pada

Kegiatan Non Farm di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standard Error

Nilai t

Pr > |t|

Upah wanita non farm (UWNF) 400.8930 7.8803 50.87 <.0001 Ekspektasi harga kubis (EXPHRGKB) -1105.2800 718.9264 -1.54 0.0633 Total biaya usahatani kentang (TBUKT) 0.0023 0.0426 0.05 0.4788 Total pengeluaran (PENG) 0.0064 0.0253 0.25 0.3998 Risiko produksi kentang (SDPRDKT) 4751146.0000 7465737.0000 0.64 0.2628

Upah tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm (UWNF) merupakan

salah satu komponen penting dalam pendapatan wanita pada kegiatan non farm.

Parameter dugaan upah wanita pada kegiatan non farm bertanda positif dan nyata

pada taraf nyata kurang dari satu persen. Peningkatan terhadap upah wanita pada

kegiatan non farm akan menyebabkan pendapatan wanita pada kegiatan non farm

Page 257: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

236

mengalami peningkatan. Dilihat dari responnya, pendapatan wanita pada kegiatan

non farm sangat responsif terhadap perubahan upah tenaga kerja wanita pada

kegiatan non farm.

Selanjutnya ekspektasi harga kubis (EXHRGKB) mempunyai pengaruh

negatif terhadap pendapatan wanita pada kegiatan non farm dan parameter dugaan

nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen. Ekspektasi harga kubis menjadi

salah satu faktor menurunnya pendapatan tenaga kerja wanita pada kegiatan non

farm. Dengan semakin meningkatnya ekspektasi harga kubis, rumahtangga petani

akan meningkatkan pengelolaan dalam usahatani sehingga penggunaan tenaga

kerja wanita pada kegiatan non farm akan mengalami penurunan. Berdasarkan

pendugaan persamaan penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm

menunjukkan bahwa ekspektasi harga kubis berpengaruh negatif terhadap

penggunaan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm. Oleh karena itu

meningkatnya ekspektasi harga kubis akan menurunkan penggunaan tenaga kerja

wanita pada kegiatan non farm sehingga akhirnya pendapatan tenaga kerja wanita

pada kegiatan non farm mengalami penurunan.

Sedangkan total biaya usahatani kentang (TBUKT), pengeluaran

rumahtangga (PENG) dan risiko produksi kentang (SDPRDKT) mempunyai

pengaruh positif terhadap pendapatan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm.

Peningkatan ketiga variabel tersebut menyebabkan rumahtangga petani sayuran

membutuhkan pendanaan tambahan yang dapat diperoleh dari kegiatan non farm.

Meskipun demikian ketiga parameter dugaan tersebut tidak nyata pada taraf nyata

20 persen.

Page 258: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

237

Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa pendapatan tenaga

kerja wanita pada kegiatan non farm dipengaruhi oleh upah wanita pada kegiatan

non farm dan ekspektasi harga kubis. Upah wanita pada kegiatan non farm akan

meningkatkan pendapatan tenaga kerja wanita pada kegiatan non farm sebaliknya

ekspektasi harga kubis.

Selanjutnya pada persamaan identitas total biaya usahatani kentang

(TBUKT) dan kubis (TBUKB) merupakan penjumlahan dari hasil perkalian harga

dengan penggunaan input yang digunakan dalam usahatani. Sedangkan

pendapatan usahatani kentang (PUTKT) dan pendapatan usahatani kubis

(PUTKB) merupakan perkalian produksi dengan ekspektasi harga dikurangi

dengan total biaya usahatani. Total pendapatan usahatani (TPUT) merupakan

penjumlahan pendapatan yang bersumber dari usahatani kentang dan kubis.

Sedangkan total pendapatan off farm (TPOF) merupakan penjumlahan pendapatan

yang bersumber dari pendapatan tenaga pria dan wanita pada kegiatan off farm.

Kontribusi pendapatan pria dari kegiatan off farm sekitar 65 persen terhadap total

pendapatan off farm. Total pendapatan non farm (TPNF) merupakan penjumlahan

pendapatan pria dan wanita pada kegiatan non farm. Sedangkan total pendapatan

rumahtangga (TPRT) merupakan penjumlahan total pendapatan usahatani, total

pendapatan off farm dan total pendapatan non farm. Kontribusi masing-masing

pendapatan terhadap total pendapatan rumahtangga petani sayuran yaitu

pendapatan dari usahatani sendiri (92.9%) diikuti pendapatan non farm (6.7%)

dan pendapatan off farm (0.4%).

Page 259: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

238

6.2.5. Pengeluaran Rumahtangga Petani Sayuran Blok pengeluaran rumahtangga petani sayuran terdiri enam (6) persamaan

struktural dan dua (2) persamaan identitas. Persamaan struktural terdiri dari

persamaan pengeluaran pangan (PPANG), pengeluaran non pangan (PNPG),

pengeluaran kesehatan (PKS), pengeluaran pendidikan (PPEND), tabungan (TAB)

dan investasi produksi (INVES). Sedangkan persamaan identitas terdiri dari

persamaan pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non pangan (KONS) dan

total pengeluaran rumahtangga (PENG). Uraian di bawah ini menjelaskan hasil

pendugaan persamaan struktural pengeluaran pangan, non pangan, kesehatan,

pendidikan, tabungan dan investasi.

Hasil pendugaan terhadap persamaan pengeluaran pangan (PPANG) dapat

dilihat pada Tabel 49. Semua tanda parameter dugaan sesuai dengan harapan.

Tabel 49. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pangan di

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan Standar Error

Nilai t

Pr > |t|

Intersep 827766.4000 3217142.0000 0.26 0.3987Jumlah anggota (JART) 677301.1000 243225.5000 2.78 0.0031Total pendapatan rumahtangga (TPRT) 0.0108 0.0036 2.97 0.0018Ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB) 89.0701 76.8819 1.16 0.1244Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) 26.5446 58.3540 0.45 0.3250Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -9814905.0000 14385896.0000 -0.68 0.2481

Karakteritik rumahtangga petani seperti jumlah anggota rumahtangga

(JART) mempunyai pengaruh positif terhadap pengeluaran pangan dan parameter

dugaan nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen. Semakin banyak jumlah

Page 260: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

239

anggota rumahtangga menyebabkan kebutuhan terhadap pangan semakin

meningkat sehingga pengeluaran pangan meningkat. Hal ini sejalan dengan

penelitian Sawit (1993) yang menunjukkan bahwa permintaan barang yang dibeli

dipengaruhi secara positif oleh jumlah pekerja pria dan wanita dalam

rumahtangga. Rata-rata jumlah anggota rumahtangga petani sayuran sampel

sekitar 4 orang.

Selanjutnya total pendapatan rumahtangga (TPRT) mempunyai pengaruh

positif terhadap pengeluaran pangan dan nyata pada taraf nyata kurang dari satu

persen. Total pendapatan rumahtangga merupakan sumber dana yang dapat

digunakan untuk membiayai pengeluaran rumahtangga petani khususnya untuk

kebutuhan pangan. Total pendapatan rumahtangga bersumber dari pendapatan

usahatani (on farm), off farm dan non farm. Semakin besar total pendapatan

rumahatangga akan mendorong rumahtangga petani untuk meningkatkan

pengeluaran pangan. Penelitian Pradhan dan Quilkey (1985) menunjukkan

kondisi yang sama bahwa pendapatan mempunyai pengaruh positif terhadap

konsumsi barang-barang yang dibeli di pasar dan parameter dugaan mempunyai

pengaruh yang nyata.

Ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB) dan ekspektasi produksi kentang

(EXPRDKT) mempunyai pengaruh positif terhadap pengeluaran pangan. Dengan

adanya ekspektasi terhadap produksi usahatani mendorong rumahtangga petani

lebih giat mengelola kegiatan usahatani sehingga pendapatan akan mengalami

peningkatan dan akhirnya pengeluaran pangan meningkat. Hanya parameter

dugaan ekspektasi produksi kubis yang nyata pada taraf nyata kurang dari 15

persen.

Page 261: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

240

Selanjutnya risiko produksi kentang (SDPRDKT) mempunyai pengaruh

negatif terhadap pengeluaran pangan. Dengan adanya risiko produksi kentang

akan berpengaruh terhadap penurunan pendapatan on farm sehingga pengeluaran

untuk pangan juga menurun. Parameter dugaan risiko produksi kentang tidak

nyata pada taraf nyata 20 persen.

Dari hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan

rumahtangga petani sayuran dalam pengeluaran pangan sangat

mempertimbangkan jumlah anggota rumahtangga, total pendapatan rumahtangga

dan ekspektasi produksi kubis. Semua faktor tersebut akan meningkatkan

pengeluaran pangan.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan pengeluaran non pangan (PNPG)

dapat dilihat pada Tabel 50. Dari hasil pendugaan menunjukkan bahwa semua

parameter dugaan mempunyai tanda sesuai dengan yang diharapkan.

Tabel 50. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Non Pangan di

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan Standar Error

Nilai t

Pr >

|t|

Risiko harga kentang (SDHRGKT) -12634.1000 9332.2430 -1.35 0.0890Risiko harga kubis (SDHRGKB) -1348.4700 7774.4850 -0.17 0.4313Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -8566740.0000 51802380.0000 -0.17 0.4345Total pendapatan rumahtangga (TPRT) 0.0144 0.0137 1.05 0.1476Ekspektasi harga kentang (EXPHRGKT) 6266.2700 3235.8030 1.94 0.0274

Risiko harga kentang (SDHRGKT), risiko harga kubis (SDHRGKB) dan

risiko produksi kentang (SDPRDKT) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap

pengeluaran non pangan. Dengan adanya risiko harga dan produksi yang dihadapi

Page 262: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

241

rumahtangga petani sayuran akan berakibat pada menurunnya pendapatan

usahatani. Menurunnya pendapatan usahatani akan diikuti dengan menurunnya

total pendapatan rumahtangga, yang akhirnya berpengaruh terhadap penurunan

pengeluaran non pangan. Dari ketiga parameter dugaan tersebut hanya risiko

harga kentang mempunyai pengaruh nyata pada taraf nyata kurang dari 10 persen.

Selanjutnya total pendapatan rumahtangga (TPRT) dan ekspektasi harga

kentang (EXPHRGKT) mempunyai pengaruh positif terhadap pengeluaran non

pangan. Kedua parameter dugaan tersebut nyata pada taraf nyata masing-masing

kurang dari 15 persen dan lima (5) persen. Semakin besar total pendapatan

rumahtangga dan ekspektasi harga kentang menyebabkan rumahtangga petani

semakin meningkatkan pengeluaran non pangan. Dilihat dari responnya,

pengeluaran non pangan sangat responsif terhadap perubahan ekspektasi harga

kentang.

Berdasarkan uraian tersebut, pengambilan keputusan rumahtangga petani

dalam pengeluaran non pangan sangat ditentukan oleh risiko harga kentang, total

pendapatan rumahtangga dan ekspektasi harga kentang. Risiko harga kentang

mengurangi pengeluaran non pangan sedangkan total pendapatan dan ekspektasi

harga kentang akan meningkatkan pengeluaran non pangan.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan pengeluaran kesehatan (PKS)

dapat dilihat pada Tabel 51. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa semua

parameter dugaan mempunyai tanda sesuai dengan yang diharapkan.

Keputusan rumahtangga petani dalam menentukan pengeluaran kesehatan

sangat mempertimbangkan pengeluaran pendidikan (PPEND). Pengeluaran

pendidikan mempunyai pengaruh negatif terhadap pengeluaran kesehatan dan

Page 263: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

242

nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen. Semakin tinggi pengeluaran

pendidikan, rumah tangga akan menurunkan pengeluaran kesehatan. Kondisi

tersebut menunjukkan ada trade off antara pengeluaran pendidikan dan kesehatan.

Perhatian rumahtangga petani sayuran terhadap pendidikan sangat besar. Hal ini

dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh anggota rumahtangga

petani sayuran sampel sudah ada yang mencapai tingkat perguruan tinggi.

Tabel 51. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Kesehatan di

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan Standar Error

Nilai t

Pr > |t|

Pengeluaran pendidikan (PPEND) -0.1080 0.0880 -1.23 0.1111Total pendapatan rumahtangga (TPRT) 0.0012 0.0021 0.56 0.2871Risiko harga kubis (SDHRGKB) -176.9640 1106.7200 -0.16 0.4366Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) 29.3698 31.2724 0.94 0.1747Ekspektasi produksi kubis (EXPRDKB) 26.5625 32.0874 0.83 0.2046Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -3219789.0000 6038721.0000 -0.53 0.2974

Selanjutnya ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) dan ekspektasi

produksi kubis (EXPRDKB) mempunyai pengaruh positif terhadap pengeluaran

kesehatan. Rumahtangga petani sayuran telah memperhatikan kesehatan bagi

anggota keluarganya, seperti halnya dengan pangan dan non pangan. Dengan

meningkatnya ekspektasi produksi kentang dan kubis maka pengeluaran

kesehatan juga meningkat. Namun demikian hanya parameter dugaan ekspektasi

produksi kentang yang nyata pada taraf nyata kurang dari 20 persen. Pengeluaran

kesehatan relatif responsif terhadap perubahan ekspektasi produksi kentang dan

kubis.

Page 264: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

243

Adapun risiko harga kubis (SDHRGKB) dan risiko produksi kentang

(SDPRDKT) mempunyai pengaruh negatif terhadap pengeluaran kesehatan.

Semakin tinggi risiko harga kubis dan risiko produksi kentang yang dihadapi

rumahtangga petani menyebabkan pengeluaran kesehatan semakin menurun.

Meskipun demikian kedua parameter dugaan tersebut tidak nyata pada taraf nyata

20 persen.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan

rumahtangga petani dalam mengambil keputusan mengenai pengeluaran

kesehatan sangat ditentukan oleh pengeluaran pendidikan dan ekspektasi produksi

kentang. Pengeluaran pendidikan akan menurunkan pengeluaran kesehatan,

sedangkan ekspektasi produksi kentang akan meningkatkan pengeluaran

kesehatan.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan pengeluaran pendidikan (PPEND)

dapat dilihat pada Tabel 52. Hasil pendugaan menunjukkan semua parameter

dugaan mempunyai tanda sesuai harapan.

Tabel 52. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pendidikan di

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standar Error

Nilai t

Pr > |t|

Jumlah anggota keluarga sekolah (JAKSEK) 1640931.0000 202114.1000 8.12 <.0001 Total pendaptan rumahtangga (TPRT) 0.0083 0.0037 2.26 0.0128Pendidikan pria (PENDP) 78480.8400 68655.3800 1.14 0.1275Pendidikan wanita (PENDW) 106136.9000 75971.5100 1.40 0.0824Risiko harga kentang (SDHRGKT) -2354.7500 1218.7290 -1.93 0.0277Risiko harga kubis (SDHRGKB) -216.2270 1236.2180 -0.17 0.4307Tabungan (TAB) -0.0990 0.1161 -0.85 0.1979

Page 265: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

244

Karakteristik rumahtangga petani seperti jumlah anggota keluarga sekolah

(JAKSEK) mempunyai pengaruh positif terhadap pengeluaran pendidikan dan

parameter dugaan nyata pada taraf nyata kurang dari satu persen. Adapun jumlah

anggota keluarga rumahtangga petani sayuran yang masih sekolah berkisar dari 1

sampai 4 orang dalam satu rumahtangga. Besarnya jumlah anggota keluarga yang

sekolah merupakan pertimbangan pertama rumahtangga petani sayuran dalam

menentukan pengeluaran pendidikan. Rata-rata pengeluaran pendidikan

rumahtangga petani sayuran mencapai Rp 1 758 476/tahun. Dilihat dari

responnya, pengeluaran pendidikan sangat responsif terhadap perubahan jumlah

anggota keluarga yang sekolah.

Selanjutnya total pendapatan rumahtangga petani sayuran (TPRT), tingkat

pendidikan anggota keluarga pria (PENDP) maupun wanita (PENDW)

mempunyai pengaruh positif terhadap pengeluaran pendidikan dan ketiga

parameter dugaan mempunyai pengaruh nyata. Tingkat pendidikan anggota

keluarga pria mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi (4-15 tahun),

demikian pula tingkat anggota keluarga wanita mulai dari SD sampai dengan

perguruan tinggi (3-13 tahun). Meningkatnya total pendapatan rumatangga,

pendidikan anggota keluarga pria dan wanita akan mendorong rumahtangga petani

meningkatkan pengeluaran pendidikan.

Risiko harga kentang (SDHRGKT), risiko harga kubis (SDHRGKB) dan

tabungan (TAB) mempunyai pengaruh positif terhadap pengeluaran pendidikan.

Semakin meningkatnya risiko harga kentang dan kubis serta tabungan

menyebabkan pendapatan rumahangga petani berkurang sehingga akan

mendorong rumahtangga petani mengurangi pengeluaran untuk pendidikan.

Page 266: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

245

Ketiga parameter dugaan tersebut mempunyai pengaruh nyata kecuali risiko harga

kubis.

Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa rumahtangga petani sayuran

sangat memperhatikan pendidikan bagi anggota keluarganya. Perubahan–

perubahan yang terjadi dalam kegiatan produksi tidak terlalu mendapat respon

dalam pengeluaran pendidikan, kecuali jumlah anggota keluarga sekolah.

Keputusan rumahtangga petani sayuran dalam menentukan pengeluaran

pendidikan lebih banyak ditentukan karakteristik rumahtangga seperti jumlah

anggota keluarga sekolah, total pendapatan rumahtangga, pendidikan anggota

keluarga pria, pendidikan anggota keluarga wanita, risiko harga kentang dan

tabungan.

Selanjutnya pada persamaan identitas konsumsi (KONS) merupakan

penjumlahan pengeluaran untuk pangan dan non pangan. Total pengeluaran

rumahtangga (PENG) merupakan penjumlahan pengeluaran pangan dan non

pangan (KONS) serta pengeluaran kesehatan (PKS) dan pendidikan (PPEND).

Selain pengeluaran tersebut di atas, rumahtangga juga mengalokasikan

total pendapatan rumahtangga untuk tabungan (TAB) dan investasi produksi

(INVES). Tabungan yang dimaksud disini termasuk didalamnya dana yang

disisihkan rumahtangga untuk kegiatan yang tertunda baik yang disimpan di

rumah maupun di lembaga perbankan. Hasil pendugaan terhadap persamaan

tabungan dapat dilihat pada Tabel 53. Semua parameter dugaan mempunyai tanda

sesuai dengan harapan.

Hasil pendugaan menunjukkan bahwa total pendapatan rumahtangga

(TPRT) dan ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) mempunyai pengaruh

Page 267: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

246

positif terhadap tabungan dan kedua parameter dugaan nyata masing-masing pada

taraf nyata kurang dari satu persen dan lima persen. Hal tersebut menunjukkan

keputusan rumahtangga petani untuk meningkatkan tabungan sangat ditentukan

total pendapatan rumahtangga dan ekspektasi produksi kentang.

Tabel 53. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Tabungan di Kecamatan

Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standar Error

Nilai t

Pr > |t|

Intersep 3839788.0000 1911540.0000 2.01 0.0233 Total pendapatan rumahtangga (TPRT) 0.0268 0.0038 7.06 <.0001 Total konsumsi (KONS) -0.0107 0.0659 -0.16 0.4360 Pengeluaran pendidikan (PPEND) -0.0276 0.1871 -0.15 0.4416 Risiko harga kentang (SDHRGKT) -1441.8600 2520.1040 -0.57 0.2841 Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) 111.8079 56.8146 1.97 0.0256

Parameter dugaan total konsumsi (KONS), pengeluaran pendidikan

(PPEND) dan risiko harga kentang (SDHRGKT) mempunyai pengaruh negatif

terhadap tabungan tetapi pengaruhnya tidak nyata pada taraf nyata 20 persen.

Rumahtangga petani sayuran memandang bahwa tabungan digunakan untuk

berjaga-jaga seperti jika ada kebutuhan yang mendadak baik untuk kegiatan

produksi maupun kebutuhan sehari-hari. Pengambilan keputusan rumahtangga

petani sayuran dalam penentuan tabungan sangat ditentukan oleh total

pendapatan rumahtangga dan pengeluaran kesehatan.

Selanjutnya hasil pendugaan persamaan investasi produksi (INVES) dapat

dilihat pada Tabel 54. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa semua parameter

dugaan mempunyai tanda sesuai dengan harapan.

Page 268: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

247

Tabel 54. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Investasi Produksi di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

Variabel Parameter Dugaan

Standar Error Nilai t

Pr > |t|

Intersep 559373.3000 1096855.0000 0.51 0.3055Total pendapatan rumahtangga (TPRT) 0.0021 0.0018 1.18 0.1196Risiko produksi kentang (SDPRDKT) -1746869.0000 6990403.0000 -0.25 0.4015Ekspektasi produksi kentang (EXPRDKT) 21.1887 28.4296 0.75 0.2287

Total pendapatan rumahtangga (TPRT) mempunyai pengaruh positif

terhadap investasi produksi dan parameter dugaan mempunyai pengaruh yang

nyata terhadap investasi produksi. Rumahtangga petani sayuran akan melakukan

investasi produksi jika total pendapatan rumahtangga petani mengalami

peningkatan.

Sedangkan risiko produksi kentang (SDPRDKT) mempunyai pengaruh

negatif terhadap investasi produksi sedangkan ekspektasi produksi kentang

(EXPRDKT) mempunyai pengaruh positif. Rumahtangga petani sayuran akan

menurunkan investasi produksi jika risiko produksi kentang mengalami

peningkatan dan sebaliknya ekspektasi produksi kentang. Namun demikian

pengaruh tersebut tidak nyata pada taraf nyata 20 persen.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rumahtangga petani sayuran

dalam melakukan keputusan investasi produksi sangat ditentukan oleh total

pendapatan rumahtangga. Total pendapatan rumahtangga akan meningkatkan

investasi produksi.

Page 269: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

248

6.3. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga Produk

Risiko menunjukkan pada suatu kejadian yang dapat menyebabkan

kerugian bagi yang mengalami. Penelitian ini hanya memfokuskan pada risiko

produksi dan harga produk khususnya pada komoditas kentang dan kubis yang

dominan diusahakan oleh rumahtangga petani sayuran sampel. Salah satu sumber

utama adanya risiko produksi adalah cuaca serta hama dan penyakit tanaman.

Sedangkan risiko harga produk bersumber dari kondisi harga sesuai dengan

kekuatan penawaran dan permintaan di pasar. Kedua risiko tersebut sering dialami

oleh rumahtangga petani dalam melakukan pengelolaan usahatani, sehingga

rumahtangga petani sayuran sering mengahadapi fluktuasi produksi dan harga

baik setiap panen dan penjualan produk.

Adanya risiko produksi dan harga produk akan mempengaruhi perilaku

ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam mengambil keputusan produksi,

konsumsi dan alokasi tenaga kerja. Berdasarkan pada model ekonomi

rumahtangga petani yang telah dibangun, bagian ini akan menguraikan secara

khusus perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran sebagai akibat adanya

risiko produksi dan harga produk. Uraian mengenai perilaku ekonomi

rumahtangga petani sayuran pada kondisi risiko produksi dan harga produk akan

didasarkan pada perilaku rumahtangga petani sayuran dalam mengambil

keputusan produksi, konsumsi dan alokasi tenaga kerja.

6.3.1. Perilaku Rumahtangga Petani Sayuran dalam Pengambilan

Keputusan Produksi Perilaku rumahtangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan

produksi didasarkan pada model yang telah dibangun khususnya pada blok

Page 270: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

249

produksi dan penggunaan input. Pada blok produksi yang terdapat dalam model

mencakup luas lahan garapan dan produktivitas sedangkan blok penggunaan input

mencakup penggunaan benih, pupuk dan obat-obatan.

Adanya risiko produksi dan harga produk menyebabkan rumahtangga

petani sayuran berperilaku risk aversion. Dalam pengambilan keputusan produksi

rumahtangga petani sayuran mengurangi penggunaan luas lahan garapan kentang

dan kubis. Pengurangan luas lahan garapan kentang dan kubis dilakukan

rumahtangga petani sayuran untuk menghindari kerugian yang akan dialami

akibat adanya risiko produksi dan harga produk. Namun demikian perubahan

terhadap risiko produksi dan harga produk sebenarnya kurang direspon dengan

cepat oleh penurunan luas lahan garapan. Hal ini terjadi karena kegiatan usahatani

merupakan mata pencaharian utama yang dilakukan rumahtangga petani sayuran,

sehingga meskipun dalam pengelolaan usahatani selalu dihadapkan dengan

adanya risiko produksi dan harga produk, rumahtangga petani sayuran tetap

mengelola kegiatan usahatani kentang dan kubis sampai saat ini.

Selain mengambil keputusan untuk melakukan penurunan luas lahan

garapan kentang dan kubis, ternyata akibat lain adanya risiko produksi dan harga

produk menyebabkan produktivitas kentang dan kubis yang diperoleh

rumahtangga petani sayuran mengalami penurunan. Penurunan produktivitas

kentang dan kubis terjadi karena risiko produksi mempunyai pengaruh secara

langsung terhadap kegiatan produksi.

Dalam kegiatan produksi sayuran kentang dan kubis, cuaca pada musim

kemarau sering menjadi sumber risiko produksi yang dihadapi rumahtangga

petani sayuran. Berdasarkan pada karakteristik tanaman, komoditas kentang

Page 271: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

250

sangat rentan terhadap kekeringan, sehingga dalam pertumbuhannya kentang

sangat membutuhkan pengairan yang cukup. Selain rentan terhadap kekeringan,

pada musim hujan tanaman kentang dan kubis juga sangat rentan terhadap hama

dan penyakit tanaman. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa setiap musim tanam

rumahtangga petani sayuran selalu menghadapi risiko produksi dalam pengelolaan

usahatani. Selain risiko produksi, dalam pengelolaan usahatani rumahtangga

petani sayuran juga dihadapkan harga yang selalu berfluktuasi yang

mengindikasikan sebagai risiko harga. Adanya risiko produksi dan harga produk

menjadi salah satu faktor terjadinya penurunan produktivitas kentang dan kubis.

Selanjutnya pada blok penggunaan input, adanya risiko produksi dan harga

produk menyebabkan rumahtangga petani sayuran yang risk aversion melakukan

pengambilan keputusan produksi dengan mengurangi penggunaan input seperti

benih, pupuk dan obat-obatan. Hal tersebut terjadi dikarenakan rumahtangga

petani sayuran membutuhkan biaya untuk mengatasi risiko sehingga berakibat

pendapatan dan ketersediaan dana untuk membeli input menjadi berkurang.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas ternyata akibat adanya risiko

produksi dan harga produk menyebabkan rumahtangga petani sayuran melakukan

penurunan luas lahan garapan dan penggunaan input sehingga produktivitas

mengalami menurun. Konsekuensi lebih lanjut yang akan dihadapi rumahtangga

petani sayuran dengan adanya risiko produksi dan risiko harga produk yaitu

pendapatan usahatani kentang dan kubis akan mengalami penurunan. Penurunan

pendapatan usahatani kentang dan kubis dikarenakan adanya penurunan

produktivitas dan luas lahan garapan sebagai akibat adanya risiko produksi dan

harga produk.

Page 272: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

251

6.3.2. Perilaku Rumahtangga Petani Sayuran dalam Pengambilan Keputusan Alokasi Tenaga Kerja Perilaku rumahtangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan

terhadap alokasi tenaga kerja berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh anggota rumahtangga petani. Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan

oleh anggota rumahtangga petani sayuran yaitu kegiatan pada usahataninya

sendiri (on farm), kegiatan pada usahatani orang lain atau berburuh tani (off farm)

dan kegiatan di luar pertanian (non farm). Perilaku rumahtangga petani sayuran

dalam pengambilan keputusan alokasi tenaga kerja didasarkan pada model yang

telah dibangun khususnya pada blok penggunaan tenaga kerja yaitu penggunaan

tenaga kerja pria dan wanita pada kegiatan on farm, kegiatan off farm dan

kegiatan non farm. Khusus pada kegiatan on farm selain penggunaan tenaga kerja

dalam keluarga juga memperhatikan penggunaan tenaga kerja luar keluarga.

Pengambilan keputusan dalam mengalokasikan tenaga kerja pada kegiatan

on farm, off farm dan non farm yang dilakukan rumahtangga petani sayuran

sangat dipengaruhi oleh risiko produksi dan harga produk. Dengan adanya risiko

produksi dan harga produk, rumahtangga petani sayuran akan mengurangi

penggunaan tenaga kerja pria dan wanita dalam keluarga pada kegiatan on farm

baik pada usahatani kentang dan kubis. Hal ini terjadi karena adanya risiko

produksi dan harga produk kentang dan kubis menyebabkan rumahtangga petani

mengurangi pengelolaan kegiatan usahatani kentang dan kubis sehingga

penggunaan tenaga kerja pria dan wanita dalam keluarga pada kegiatan on farm

juga berkurang. Selain melakukan pengurangan penggunaan tenaga kerja dalam

keluarga pada kegiatan on farm, rumahtangga petani sayuran juga mengurangi

Page 273: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

252

penggunaan tenaga kerja pria dan wanita luar keluarga pada kegiatan on farm

sebagai akibat adanya risiko produksi dan harga produk pada kentang dan kubis.

Kondisi tersebut berbeda pada kegiatan off farm dan non farm, dimana

dengan adanya risiko produksi dan harga produk kentang dan kubis menyebabkan

rumahtangga petani sayuran mengambil keputusan untuk meningkatkan

penggunaan tenaga kerja pria dan wanita pada kegiatan off farm dan non farm.

Hal ini terjadi karena dengan adanya risiko produksi dan harga produk pada

komoditas kentang dan kubis akan menyebabkan rumahtangga petani mengurangi

pengelolaan usahatani kentang dan kubis. Dengan demikian akan terjadi surplus

tenaga kerja yang lebih besar pada rumahtangga petani, yang selanjutnya dapat

dialokasikan untuk kegiatan off farm dan non farm. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kegiatan off farm dan non farm menjadi alternatif bagi rumahtangga

petani dalam mencari sumber pendapatan rumahtangga dengan adanya risiko

produksi dan harga produk. Namun demikian kegiatan on farm masih tetap

menjadi prioritas rumahtangga sebagai sumber utama pendapatan rumahtangga

petani sayuran sampel.

Selain pengaruhnya terhadap penggunaan tenaga kerja pada kegiatan on

farm, off farm dan non farm, risiko produksi dan harga produk kentang dan kubis

akan meningkatkan pendapatan pada kegiatan off farm dan non farm. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kegiatan off farm dan non farm merupakan sumber-sumber

pendapatan rumahtangga petani sayuran selain kegiatan on farm. Namun

demikian kontribusi pendapatan terbesar dalam total pendapatan rumahatngga

berasal dari pendapatan usahatani.

Page 274: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

253

6.3.3. Perilaku Rumahtangga Petani Sayuran dalam Pengambilan Keputusan Konsumsi

Pengambilan keputusan konsumsi oleh rumahtangga petani sayuran sangat

berkaitan dengan pengeluaran yang dilakukan rumahtangga petani baik untuk

konsumsi pangan, non pangan, kesehatan, pendidikan, tabungan dan investasi

produksi. Pengambilan keputusan konsumsi mempunyai hubungan yang sangat

erat dengan pengambilan keputusan produksi. Pengambilan keputusan produksi

yang dilakukan rumahtangga petani sayuran akan mempengaruhi keputusan

konsumsi, melalui pendapatan yang diperoleh dari usahatani. Perilaku

rumahtangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan konsumsi didasarkan

pada model yang telah dibangun khususnya pada blok pengeluaran rumahtangga

petani sayuran.

Adanya risiko produksi dan harga produk kentang dan kubis akan

mempengaruhi perilaku rumahtangga petani sayuran dalam mengambil keputusan

mengenai konsumsi. Dengan adanya risiko produksi dan harga produk, perilaku

rumahtangga petani sayuran akan mengurangi pengeluaran untuk konsumsi

pangan, non pangan, kesehatan, pendidikan, tabungan dan investasi produksi.

Keputusan rumahtangga petani sayuran untuk menurunkan pengeluaran konsumsi

tersebut dikarenakan adanya kerugian yang dialami rumahtangga petani sayuran

sebagai akibat risiko produksi dan harga produk.

Adanya risiko produksi dan harga produk akan menurunkan total

pendapatan usahatani dan akhirnya total pendapatan rumahtangga. Dengan adanya

penurunan total pendapatan rumahtangga menyebabkan rumahtangga petani

semakin mengurangi pengeluaran konsumsi.

Page 275: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

254

6.4. Strategi Rumahtangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga produk

Akibat adanya risiko produksi dan harga produk mempengaruhi perilaku

rumahtangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan produksi, konsumsi

dan alokasi tenaga kerja. Berbagai alternatif dalam mengurangi risiko produksi

dan harga produk telah dilakukan rumahtangga petani sayuran baik yang

menyangkut aktivitas internal maupun eksternal.

Aktivitas internal yang dilakukan rumahtangga petani dalam mengatasi

risiko produksi dan harga produk dengan melakukan diversifikasi tanaman.

Diversifikasi tanaman yang lebih banyak dilakukan rumahtangga petani yaitu

dengan menanam beberapa komoditas sayuran pada lahan yang berbeda. Hal ini

dilakukan karena pengelolaan usahatani kentang dan kubis pada umumnya

dilakukan secara monokultur. Rata-rata rumahtangga petani memiliki lebih dari

satu persil sehingga diversifikasi dapat dilakukan.

Untuk mengatasi masalah yang bersifat teknis seperti cuaca pada musim

kemarau, hanya sekitar delapan persen rumahtangga petani mengatasi dengan

penggunaan teknik pengairan sprinkle. Adapun untuk mengatasi masalah hama

dan penyakit tananaman, 100 persen rumahtangga petani sayuran sampel sudah

mengaplikasikan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Namun demikian

bagi rumahtangga petani lahan sempit, modal menjadi kendala dalam melakukan

pengendalian hama dan penyakit tanaman. Hal ini dikarenakan aplikasi obat-

obatan pada tanaman sayuran seperti kentang mencapai 18 kali dalam setiap

musim sehingga membutuhkan modal yang relatif besar.

Selanjutnya dalam mengatasi risiko produksi dan harga produk, aktivitas

eksternal yang dilakukan rumahtangga petani diantaranya melalui berbagai bentuk

Page 276: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

255

kelembagaan kerjasama. Salah satu bentuk kelembagaan modern yang dapat

menjadi alternatif dalam mengurangi risiko produksi dan risiko harga produk yang

dihadapi rumahtangga petani sayuran diantaranya melalui bentuk kerjasama

contract farming (Daryanto, 2006). Secara konsep, contract farming merupakan

bentuk kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah/ besar yang saling

menguntungkan kedua belah pihak yang bermitra. Namun demikian dengan

adanya contract farming akan menimbulkan adanya moral hazard, asymmetric

information dan imperfect market. Bentuk contract farming akan menguntungkan

selama kesepakatan yang sudah dibuat kedua belah pihak dapat dipatuhi dan

didukung dengan kepercayaan diantara kedua belah pihak.

Terdapat beberapa bentuk pola contract farming yang spesifik terjadi di

Kecamatan Pangalengan yaitu contract farming antara rumahtangga petani

sayuran dengan perusahaan pengolahan PT Indofood, rumahtangga petani sayuran

dengan perusahaan dagang, seperti distributor sayuran, dan rumahtangga petani

sayuran dengan pedagang pengumpul atau bandar.

Selain bentuk contract farming tersebut, terdapat alternatif lain dalam

mengatasi risiko yaitu dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil dilakukan

antara pihak penyewa lahan dengan pemilik lahan.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa bentuk contract farming dan sistem

bagi hasil sebagai alternatif untuk mengatasi risiko produksi dan risiko harga

produk yang terdapat di Kecamatan Pangelengan.

a. Contract farming rumahtangga petani sayuran dengan perusahaan pengolahan PT Indofood

Salah satu alternatif yang dapat mengurangi risiko produksi dan harga

produk yang dihadapi rumahtangga petani sayuran diantaranya dengan melakukan

Page 277: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

256

contract farming dengan PT Indofood sebagai perusahaan pengolahan makanan.

PT Indofood telah melakukan kerjasama dengan rumahtangga petani sayuran di

Kecamatan Pangalengan sejak tahun 1994. Kerjasama yang dilakukan diantara

kedua pelaku bisnis tersebut yaitu budidaya dan pemasaran kentang. Budidaya

dan pemasaran kentang menjadi hal yang sangat penting bagi rumahtangga petani

sayuran. Hal tersebut sangat berkaitan dengan adanya risiko produksi dan harga

produk kentang yang sering dihadapi rumahtangga petani dalam mengusahakan

komoditas kentang.

Komoditas kentang menjadi pilihan dalam kerjasama PT Indofood dengan

pertimbangan bahwa PT Indofood merupakan salah satu perusahaan pengolahan

makanan yang berbahan baku dari kentang seperti berbagai macam produk olahan

keripik kentang. Sementara itu kerjasama tersebut dilakukan dengan rumahtangga

petani sayuran di Kecamatan Pangalengan dengan pertimbangan bahwa

Kecamatan Pangalengan merupakan wilayah sentra produksi kentang yang mana

budidaya kentang dominan diusahakan oleh rumahtangga petani sayuran di

Kecamatan Pangalengan.

Dalam contract farming tersebut, tidak semua rumahtangga petani sayuran

di Kecamatan Pangalengan dapat melakukan kerjasama dengan PT Indofood. Hal

ini disebabkan PT Indofood mempunyai kapasitas pengolahan yang terbatas

sehingga hanya 100 hektar yang dapat dilakukan kerjasama dengan rumahtangga

petani sayuran di Kecamatan Pangalengan. Sementara itu di Kecamatan

Pangalengan pada tahun 2005 terdapat sekitar 9 778 hektar tanaman kentang

(Koordinator Penyuluh Pertanian, 2006). Terbatasnya kapasitas PT Indofood

sebagai perusahaan pengolahan makanan yang berbahan baku kentang varietas

Page 278: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

257

atlantik, maka rumahtangga petani sayuran yang tidak kerjasama dengan PT

Indofood mengusahakan budidaya kentang varietas granula. Kentang varietas

granula lebih disukai konsumen langsung seperti rumahtangga dengan harga lebih

rendah dibanding kentang varietas atlantik.

Kesepakatan awal dalam contract farming antara rumahtangga petani

sayuran dengan PT Indofood adalah semua varietas kentang, baik varietas atlantik

maupun granula, dapat diterima oleh PT Indofood. Namun demikian dari

penjelasan rumahtangga petani sayuran sampel peserta contract farming dengan

PT Indofood menyatakan bahwa saat ini hanya kentang varietas atlantik yang

dapat diterima oleh PT Indofood sedangkan kentang varietas granula tidak dapat

diterima lagi.

Dalam sistem contract farming tersebut, PT Indofood yang melakukan

pengadaan benih kentang, yang selanjutnya didistribusikan kepada rumahtangga

petani. Pengadaan benih kentang yang dilakukan oleh PT Indofood bertujuan agar

perusahaan dapat mengontrol kualitas benih kentang yang digunakan oleh

rumatangga petani, sehingga produksi kentang yang dihasilkan mempunyai

kualitas yang bagus dan kuantitas sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu juga

PT Indofood menyediakan sarana produksi benih dengan pertimbangan bahwa

harga benih kentang dapat dikatakan sangat mahal sekitar Rp 17 500/kg – Rp19

000/kg. Dengan demikian pihak PT Indofood menyediakan benih kentang bagi

rumahtangga petani mitra. Hal tersebut menjadi kelebihan dalam contract farming

antara rumahtangga petani sayuran kentang dengan PT Indofood.

Namun demikian dengan sistem pengadaan benih tersebut, rumahtangga

petani bersifat menunggu pendistribusian benih kentang dari PT Indofood,

Page 279: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

258

sementara lahan yang sudah siap untuk ditanami masih harus menunggu

pendistribusian benih dari PT Indofood. Hal tersebut terjadi karena PT Indofood

juga menunggu pengiriman benih kentang varietas atlantik yang berasal dari

impor. Pada umumnya kentang varietas atlantik yang didistribusikan kepada

rumahtangga petani dimpor dari negara Canada, Australia dan Scotlandia. Proses

pengadaan benih impor tidak selalu tepat waktu sesuai jadwal. Dengan kejadian

tersebut akan menganggu jadwal kegiatan budidaya kentang yang sudah

direncanakan.

Jadwal pelaksanaan penanaman dan panen kentang diatur oleh pihak PT

Indofood dan pada umumnya penanaman tidak dilakukan secara serentak tetapi

bertahap. Pada umumnya setiap tahap penanaman kentang periode berikutnya

berbeda waktu sekitar dua minggu sampai satu bulan dari penanaman sebelumnya.

Penanaman secara bertahap tersebut dimaksudkan agar pada saat panen kentang

dapat dilakukan secara kontinyu setiap dua minggu sampai satu bulan. Dari

penjelasan rumahtangga petani sayuran sampel yang menjadi mitra PT Indofood

menyatakan bahwa luas lahan untuk penanaman kentang pada setiap tahapnya

dilakukan untuk satu (1) hektar lahan kentang.

Dalam pelaksanaan budidaya kentang, rumahtangga petani mitra

mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari tenaga ahli pihak PT Indofood, dan

seringkali perusahaan mendatangkan tenaga ahli langsung dari negara eksportir

benih kentang. Tenaga ahli tersebut untuk mengontrol kegiatan budidaya kentang

yang dilakukan rumahtangga petani mitra. Selain bimbingan tentang budidaya,

rumahtangga petani juga memperoleh pengetahuan mengenai teknologi pengairan

seperti teknik penggunaan sprinkle. Salah satu pertimbangan dalam penerapan

Page 280: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

259

teknologi pengairan dikarenakan komoditas kentang sangat rentan terhadap

kekeringan. Sementara itu di wilayah Kecamatan Pangalengan yang

mengandalkan pengairan dari air sungai ternyata memiliki debit air yang sangat

terbatas sehingga tidak semua lahan yang diusahakan dapat terairi. Oleh karena itu

untuk mencukupi pengairan dapat dilakukan dengan menggunakan sprinkle yang

dipasang pada pusat-pusat sumber air pada lahan yang ditanami kentang sehingga

semua tanaman kentang mendapat pengairan yang cukup sesuai dengan

kebutuhan.

Kentang yang dihasilkan rumahtangga petani seluruhnya harus dijual

kepada PT Indofood. Hal itu menjadi kewajiban rumahtangga petani sebagai

mitra PT Indofood. Sampai sejauh ini tidak ada rumahtangga petani yang menjual

hasil panen kentang atlantik kepada pihak lain apalagi di pasar tradisional.

Peluang untuk melakukan hal tersebut sangat kecil karena konsumen kentang

atlantik sangat terbatas hanya untuk konsumen industri.

Masih ada manfaat lain yang dinikmati rumahtangga petani selain

pengadaan sarana produksi benih, bimbingan budidaya kentang dan pengetahuan

teknologi. Dengan melakukan contract farming dengan PT Indofood,

rumahtangga petani memperoleh harga kentang yang stabil. Sementara jika

contract farming tidak dilakukan atau rumahtangga petani bersifat mandiri akan

menghadapi masalah fluktuasi harga jual kentang, yang menunjukkan sebagai

risiko harga produk. Meskipun demikian PT Indofood melakukan pembayaran

kepada rumahtangga petani mitra setelah 10 hari dari penjualan kentang.

Pembayaran dilakukan dengan memperhitungkan biaya sarana produksi benih

yang telah disediakan pihak PT Indofood.

Page 281: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

260

Dari uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa adanya contract farming

rumahtangga petani sayuran dengan PT Indofood mampu mengurangi risiko

produksi dan harga produk yang sering menjadi masalah bagi rumahtangga petani

sayuran. Dengan demikian model contract farming yang terjadi antara

rumahtangga petani sayuran dengan PT Indofood dapat menjadi model

percontohan dan sangat minim kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan contract

farming dan masing-masing pihak saling diuntungkan dengan contract farming

tersebut.

b. Contract farming rumahtangga petani sayuran dengan perusahaan dagang atau

distibutor sayuran

Model kerjasama lainnya yang terdapat di Kecamatan Pangalengan yaitu

contract farming antara rumahtangga petani sayuran dengan perusahaan dagang

sayuran. Perusahaan dagang sayuran bergerak dalam bidang pemasaran atau

sebagai distributor sayuran. Pada umumnya hubungan contract farming yang

terjalin antara rumahtangga petani sayuran dengan perusahaan dagang sayuran

berbeda dengan model contract farming rumahtangga petani sayuran dengan PT

Indofood. Contract farming antara rumahtangga petani dan perusahaan dagang

sayuran pada umumnya tidak terbatas pada satu komoditas sayuran tetapi bisa

lebih dari satu komoditas seperti kentang, kubis, dan sayuran lainnya.

Pada awalnya hubungan kerjasama ini muncul karena masalah permodalan

yang dihadapi rumahtangga petani dalam mengelola usahatani sayuran. Terdapat

dua jenis hubungan diantara keduanya yaitu hubungan yang tidak mengikat dan

mengikat. Dalam hubungan yang tidak mengikat, hubungan rumahtangga petani

dengan perusahaan hanya sebatas pinjam meminjam yang sifatnya insidental,

Page 282: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

261

tidak ada hubungan yang lainnya. Sementara itu dalam hubungan yang mengikat,

bersifat rutin dan biasanya berhubungan dengan keterlibatan perusahaan dagang

dengan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Dengan demikian uraian

selanjutnya akan difokuskan pada hubungan yang mengikat antara rumahtangga

petani sayuran dengan perusahaan dagang.

Bagi rumahtangga petani yang menjalin kerjasama dengan perusahaan

dagang, akan mendapatkan bantuan permodalan untuk melakukan kegiatan

budidaya. Dalam pelaksanaan contract farming, perusahaan dagang akan terlibat

dalam kegiatan budidaya dan pemasaran sayuran. Dalam arti perusahaan dagang

akan melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan budidaya sayuran

yang telah diusahakan oleh rumahtangga petani sayuran sebagai mitranya. Hal

tersebut dilakukan perusahaan dagang agar kualitas dan kuantitas sayuran yang

dihasilkan seperti yang diharapkan. Keterlibatan lain perusahaan dagang yaitu

dalam penentuan komoditas yang diusahakan rumahtangga petani mitra.

Selanjutnya dari hasil panen, perusahaan dagang akan memasarkan produk yang

dihasilkan dan pembayaran dilakukan secara tunai atau sampai 2 hari setelah

penjualan, dengan memperhitungkan modal yang telah dipinjam.

Hubungan dalam contract farming tersebut saling memperhatikan

kebutuhan kedua belah pihak yang bermitra baik dalam kegiatan produksi maupun

pemasaran. Bagi rumahtangga petani mitra adanya bantuan baik materi,

bimbingan dan pengawasan dari perusahaan dagang akan membantu dalam

mengurangi adanya risiko produksi yang dapat diakibatkan oleh serangan hama

dan penyakit tanaman atau kekeringan. Sementara itu dalam hubungan dengan

Page 283: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

262

risiko harga produk, rumahtangga petani mitra dihadapkan pada kepastian pasar

dan harga produk yang stabil.

c. Hubungan kerjasama rumahtangga petani dengan pedagang pengumpul

(bandar)

Alternatif yang dapat dilakukan oleh rumahtangga petani sayuran dalam

mengurangi risiko produksi dan risiko harga produk yaitu dengan melakukan

penjualan produk sebelum waktunya panen kepada pedagang pengumpul atau

bandar dengan sistem tebasan. Dengan sistem tebasan ini, rumahtangga petani

tidak akan lagi menghadapi risiko produksi dan harga produk sampai menjelang

panen. Jika penjualan dilakukan pada saat panen kemungikian rumahtangga

petani masih akan menghadapi risiko produksi dan harga produk. Rumahtangga

petani sayuran melakukan penjualan produk sebelum waktunya panen dengan

mempertimbangkan bahwa harga pada saat itu relatif tinggi dan stabil. Penjualan

dapat dilakukan melalui pedagang pengumpul atau bandar yang datang mencari

barang atau petani yang datang ke pasar Kecamatan sebagai tempat berkumpulnya

para bandar.

Selain hubungan tersebut di atas, sebelum waktunya panen petani juga

dapat melakukan transaksi dengan bandar di pasar Pangalengan setiap harinya

sekitar jam 07.00-09.00 WIB. Bila ada kesepakatan harga diantara petani dan

bandar maka petani akan melakukan panen. Khusus untuk komoditas kentang,

pada umumnya petani skala menengah ke atas akan menyimpan hasil panen di

gudang bila harga tidak sesuai dengan kesepakatan.

Hubungan lain yang sering dilakukan antara rumahtangga petani sayuran

dengan pedagang pengumpul atau bandar yaitu hubungan yang terikat. Dalam

Page 284: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

263

hubungan yang terikat ini rumahtangga petani akan mendapatkan bantuan

permodalan untuk kegiatan budidaya dengan syarat produk dijual kepada

pedagang pengumpul atau bandar tersebut. Perbedaan dengan bentuk kerjasama

sebelumnya adalah pedagang pengumpul atau bandar pada sistem ini tidak

melakukan bimbingan atau pengawasan dalam kegiatan budidaya, tetapi yang

dipentingkan produk dijual ke pedagang pengumpul atau bandar.

d. Sistem bagi hasil

Sistem bagi hasil pada pengusahaan lahan pertanian merupakan salah satu

alternatif kelembagaan tradisional yang terdapat di pedesaan yang dibangun

sebagai respon untuk menghindari atau mengurangi risiko produksi dan harga

produk. Hal ini dikarenakan pada sistem tersebut terdapat pembagian risiko antara

pemilik lahan dan penggarap.

Sampai saat ini sistem bagi hasil masih dapat ditemui pada rumahtangga

petani sayuran di Kecamatan Pangalengan. Pengalihan sementara hak

penggarapan lahan dari pemilik lahan kepada penggarap umumnya dilakukan

secara lisan atas dasar kepercayaan. Dalam sistem tersebut terdapat hak dan

kewajiban pemilik lahan dan penggarap yang biasanya dalam bentuk pembagian

biaya dan hasil. Penggarap mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan

dalam mengusahakan lahan yang bukan miliknya tetapi dialihkan untuk

sementara waktu.

Beberapa sistem bagi hasil yang dapat ditemukan di Kecamatan

Pangalengan diantaranya adalah sistem nengah atau maro dan sistem marapat.

Dalam sistem nengah, pihak penggarap mempunyai kewajiban untuk

menyediakan sarana produksi seperti bibit, pupuk dan obat-obatan sedangkan

Page 285: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

264

pihak pemilik lahan menyediakan tenaga kerja. Dalam sistem nengah, hasil panen

dibagi dua setelah dikurangi pengeluaran untuk pupuk dan obat-obatan.

Sedangakn pada sistem marapat, pemilik lahan menyediakan semua permodalan

untuk membiayai sarana produksi sedangkan penggarap menyediakan tenaga

kerja. Dalam sistem marapat, pembagian hasil panen yaitu seperempat bagian

(25%) untuk pihak penggarap dan tiga per empat bagian (75%) untuk pemilik

lahan.

Dalam sistem bagi hasil, pemilik lahan tidak mempunyai kewenangan

untuk pengelolaan usahatani tetapi sudah menjadi kewenangan penuh penggarap.

Dengan adanya pembagian hasil menunjukkan bahwa dalam sistem bagi hasil

juga mendistribusikan risiko diantara pemilik lahan dan penggarap.

Bentuk bagi hasil lainnya terjadi antara rumahtangga petani sayuran

dengan lahan milik perhutani. Rumahtangga petani sayuran menyewa lahan

milik perhutani dengan pembayaran sewa dalam bentuk bagi hasil sebesar 15

persen untuk perhutani. Bentuk yang lain juga terjadi dalam sistem sewa lahan

dapat dilakukan petani dengan kontrak kehutanan dengan membayar sewa berupa

hasil produksi yaitu untuk 100 tumbak lahan yang disewa dibayar dengan 1

karung (50 kg) kentang. Pada umumnya untuk lahan kehutanan atau perhutani

belum ada aturan yang jelas dan tertulis, sehingga periode waktu penggarapan

juga mempunyai masa kontrak yang belum jelas.

Page 286: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

265

VII. PENGARUH PENINGKATAN RISIKO PRODUKSI DAN HARGA PRODUK SERTA UPAH USAHATANI TERHADAP PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI SAYURAN

7.1. Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran

Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum

melakukan simulasi terhadap model. Simulasi yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi perubahan dalam risiko produksi, risiko harga produk maupun upah

tenaga kerja pada kegiatan usahatani. Perubahan-perubahan tersebut akan dilihat

pengaruhnya terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran.

Dengan melakukan validasi model maka dapat diketahui kedekatan nilai

hasil prediksi pada model dengan nilai aktualnya, yang dinyatakan dengan tingkat

kesalahan (error). Beberapa ukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Root Mean Squares Percent Error (RMSPE), Mean Squares Error (MSE),

Decomposition Proportions dan koeifisien U-Theil. Jika ukuran nilai statistik

tersebut mendekati nol maka simulasi model mengikuti nilai aktualnya (Pindyck

and Rubinfield, 1981; Sitepu dan Sinaga, 2006).

Validasi model ekonomi rumahtangga petani sayuran dilakukan

berdasarkan strata luas lahan. Hal tersebut dilakukan karena pada simulasi model

juga dilakukan berdasarkan strata luas lahan. Ini dilakukan untuk mengetahui

bagaimana perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran lahan sempit, sedang

dan luas jika terjadi perubahan-perubahan pada variabel eksogen. Hasil validasi

model, pada model ekonomi rumahtangga petani sayuran pada masing – masing

strata yaitu pada lahan sempit, sedang dan luas dapat dilihat masing-masing pada

Lampiran 4, Lampiran 5 dan Lampiran 6.

Page 287: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

266

Pada rumahtangga petani sayuran lahan sempit menunjukkan bahwa dari

49 persamaan variabel endogen yang memiliki nilai RMSPE dibawah 100 persen

sebanyak 29 persamaan (59%) sedangkan 20 persamaan (41%) memiliki nilai

RMSPE diatas 100 persen. Kondisi yang hampir sama terdapat pada rumahtangga

petani sayuran lahan sedang yang mana 28 persamaan (57%) memiliki nilai

RMSPE dibawah 100 persen dan 21 persaman (43%) memiliki nilai RMSPE

diatas 100 persen. Pada rumahtangga petani sayuran lahan luas menunjukkan

bahwa 29 persamaan (59%) memiliki nilai RMSPE dibawah 100 persen dan 20

persamaan (41%) memiliki nilai RMSPE diatas 100 persen. Secara keseluruhan

pada total rumahtangga petani sayuran menunjukkan terdapat 28 persamaan

(57%) yang memiliki nilai RMSPE dibawah 100 persen dan 21 persamaan (43%)

memiliki nilai RMSPE diatas 100 persen (Lampiran 7).

Secara umum menunjukkan bahwa berdasarkan nilai RMSPE, ternyata

jumlah persamaan variabel endogen yang memiliki nilai RMSPE dibawah 100

persen lebih banyak dibandingkan jumlah persamaan yang memiliki nilai RMSPE

diatas 100 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa relatif kecilnya kesalahan

dugaan (error) dibandingkan nilai aktualnya pada sebagian besar variabel

endogen. Dengan demikian hasil dugaan persamaan dalam model ekonomi

rumahtangga petani sayuran relatif memuaskan. Jika dibandingkan antar strata

luas lahan, yaitu dengan melihat jumlah persamaan variabel endogen yang

memiliki kesalahan error sangat kecil, menunjukkan bahwa hasil validasi model

ekonomi rumahtangga petani sayuran lahan luas dan sempit lebih baik

dibandingkan pada rumahtangga petani sayuran lahan sempit dan sedang.

Page 288: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

267

Selanjutnya validasi model akan didasarkan pada kriteria koefisien U-

Theil. Dalam kriteria U-Theil, model yang memiliki koefisien U-Theil mendekati

nol berarti model tersebut dapat menjelaskan data aktualnya sehingga dapat

dikatakan bahwa model yang demikian termasuk dalam kategori model yang baik

atau relatif sempurna.

Pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa pada model ekonomi

rumahtangga petani sayuran lahan sempit memiliki koefisien U-Theil dengan

kisaran antara 0.022 sampai 0.553. Dengan menggunakan standar nilai koefisien

U-Theil sembarang sebesar 0.30 maka terdapat 74 persen persamaan yang

memiliki koefisien U-Theil dibawah 0.30 dan 26 persen persamaan memiliki

koefisien U-Theil diatas 0.30.

Sementara itu pada model ekonomi rumahtangga petani sayuran lahan

sedang memiliki koefisien U-Theil dengan kisaran antara 0.028 sampai 0.776.

Dengan menggunakan standar yang sama, pada model rumahtangga petani

sayuran lahan sedang terdapat 31 persamaan (63%) memiliki koefisien U-Theil di

bawah 0.3 dan 18 persamaan (37%) memiliki koefisien U-Theil diatas 0.3.

Pada model ekonomi rumahtangga petani sayuran lahan luas, memiliki

koefisien U-Theil dengan kisaran antara 0.028 sampai 0.598. Pada model ekonomi

rumahtangga petani sayuran lahan luas terdapat 35 persamaan (71%) yang

memiliki koefisien U-Theil dibawah 0.3 dan 14 persamaan (29%) memiliki

koefisien U-Theil diatas 0.3.

Secara keseluruhan, pada total rumahtangga petani sayuran memiliki

koefisien U-Theil dengan kisaran antara 0.025 sampai 0.678. Adapun jumlah

Page 289: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

268

persamaan yang memiliki koefisien U-Theil dibawah 0.3 sebanyak 37 persamaan

(76%) dan 12 persaman (24%) memiliki koefisien U-Theil diatas 0.3.

Dari uraian tersebut di atas, secara umum dapat dinyatakan bahwa

persentase persamaan yang memiliki koefisien U-Theil dibawah 0.3 relatif lebih

banyak dibandingkan persentase persamaan yang memiliki koefisien U-Theil

diatas 0.3. Jika dibandingkan antar strata ternyata pada model ekonomi

rumahtangga petani sayuran lahan luas memiliki persentase terbesar dalam hal

persamaan dengan koefisien U-Theil dibawah 0.3.

Selanjutnya ukuran statistik U-Theil dapat didekomposisi dalam

beberapa bentuk yaitu bias proportions (UM), variance proportions (US) dan

covariance proportions (UC). Secara lebih rinci, hasil validasi dengan

dekomposisi koefisien U-Theil dapat dilihat pada Lampiran 8.

Berdasarkan dekomposisi koefisien U-Theil menunjukkan jika

digunakan standar nilai UM lebih kecil sama dengan 0.1 (UM ≤ 0.1) maka jumlah

persamaan yang memiliki nilai UM ≤ 0.1 pada model ekonomi rumahtangga

petani sayuran lahan sempit sebanyak 33 persamaan (67%) dan 16 persamaan

(33%) memiliki nilai UM > 0.1. Sedangkan pada rumahtangga petani sayuran

lahan sedang terdapat 36 persamaan (73%) yang memiliki nilai UM ≤ 0.1 dan 13

persamaan (27%) memiliki nilai UM > 0.1. Lebih lanjut pada rumahtangga petani

sayuran lahan luas terdapat 43 persamaan (88%) yang memiliki nilai UM ≤ 0.1

dan 6 persamaan (12%) memiliki nilai UM > 0.1. Secara keseluruhan pada total

rumahtangga petani sayuran terdapat 47 persamaan (96%) yang memiliki nilai

UM ≤ 0.1 dan 2 persamaan (4%) memiliki nilai UM > 0.1.

Page 290: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

269

Nilai UM menunjukkan adanya kesalahan sistematis. Oleh karena

sebagian besar persamaan memiliki nilai UM mendekati nol yaitu UM ≤ 0.1, hal

ini menggambarkan bahwa sebagian besar hasil simulasi mendekati nilai

aktualnya atau relatif tidak terjadi bias.

Adapun untuk ukuran nilai US, jika digunakan dengan standar yang

sama seperti UM, maka pada rumahtangga petani sayuran lahan sempit terdapat

19 persamaan (39%) yang memiliki nilai US ≤ 0.1 sedangkan 30 persamaan

(61%) memiliki nilai US > 0.1. Sedangkan pada rumahtangga petani sayuran

lahan sedang terdapat 6 persamaan (12%) yang memiliki nilai US ≤ 0.1 dan 43

persamaan (88%) memiliki nilai US > 0.1. Pada rumahtangga petani sayuran

lahan luas terdapat 15 persamaan (31%) yang memiliki nilai US ≤ 0.1 dan 34

persamaan (69%) memiliki nilai US > 0.1. Secara keseluruhan pada total

rumahtangga petani sayuran terdapat 17 persamaan (35%) yang memiliki nilai US

≤ 0.1 dan 32 persamaan (65%) memiliki nilai US > 0.1.

Nilai US menunjukkan kemampuan model untuk menggantikan variasi

variabel endogen. Dari hasil tersebut di atas menunjukkan hanya sebagian kecil

persamaan variabel endogen yang memiliki nilai US ≤ 0.1 Artinya model tidak

mampu menghasilkan dugaan yang variasinya seperti variasi nilai aktualnya.

Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab hal tersebut diantaranya adalah

karena keterbatasan data yang relatif tidak mempunyai pola tertentu.

Selanjutnya dilihat dari nilai UC pada rumahtangga petani sayuran lahan

sempit terdapat 10 persamaan (20%) yang nilai UC ≥ 0.9. Pada rumahtangga

petani sayuran lahan sedang terdapat 4 persamaan (8%) sedangkan pada lahan

luas terdapat 14 persamaan (28%). Secara keseluruhan pada total rumahtangga

Page 291: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

270

petani sayuran terdapat 16 persamaan (32%) yang memiliki nilai UC ≥ 0.9.

Sebagian kecil persamaan variabel endogen memiliki nilai UC ≥ 0.9

Secara umum validasi model cukup baik dan dapat dipergunakan sebagai

dasar untuk melakukan simulasi perubahan - perubahan variabel eksogen terhadap

variabel endogen. Hal itu didasarkan pada nilai RMSPE dan koefisien U-Theil

serta nilai UM yang relatif memuaskan. Meskipun masih ada persamaan-

persamaan yang kurang memuaskan jika dilihat dari nilai US dan UC. Namun

demikian dengan penggunaan data cross section, dan hasil pendugaan persamaan

struktural maka hasil validasi tersebut di atas cukup baik dan dapat digunakan

untuk melakukan prediksi dengan baik. Sementara itu untuk setiap strata, validasi

model pada masing-masing strata memberikan hasil yang tidak jauh berbeda,

sehingga simulasi akan dilakukan untuk setiap strata.

7.2. Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi, Risiko Harga Produk dan Upah

Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran

Perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dapat dipengaruhi oleh

berbagai macam perubahan. Beberapa perubahan yang dapat mempengaruhi

perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran diantaranya adalah perubahan

risiko produksi, risiko harga produk dan upah pada kegiatan on farm. Untuk

melihat pengaruh perubahan tersebut terhadap perilaku ekonomi rumahtangga

petani sayuran dalam pengambilan keputusan produksi, konsumsi dan alokasi

tenaga kerja akan dilakukan simulasi terhadap model ekonomi rumahtangga

petani sayuran. Analisis simulasi dilakukan pada rumahtangga petani sayuran

berdasarkan strata luas lahan yaitu lahan sempit, sedang dan luas. Beberapa

perubahan yang dilakukan terdiri dari tiga simulasi sebagai berikut :

Page 292: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

271

4. Peningkatan risiko produksi kentang sebesar lima persen.

Perubahan terhadap risiko produksi kentang dilakukan dengan pertimbangan

dari hasil analisis risiko produksi menunjukkan bahwa dalam kegiatan

usahatani kentang dan kubis tenyata usahatani kentang mempunyai risiko

produksi yang lebih besar dibandingkan usahatani kubis. Oleh karena itu,

dalam simulasi ini dilakukan perubahan risiko produksi kentang dengan

melakukan peningkatan risiko produksi kentang sebesar lima persen.

5. Peningkatan risiko harga kubis sebesar lima persen

Perubahan risiko harga kubis dilakukan dengan mempertimbangkan hasil

analisis risiko harga yang menunjukkan kondisi yang sebaliknya dengan risiko

produksi bahwa komoditas kubis mempunyai risiko harga yang lebih tinggi

dibandingkan dengan komoditas kentang. Kubis mempunyai risiko harga lebih

tinggi dibandingkan kentang karena kubis mempunyai karakteristik yang

mudah rusak dan tidak bisa disimpan dalam waktu lama sehingga harus segera

dijual. Kondisi tersebut menyebabkan rumahtangga petani sayuran harus

segera menjual kubis ke pasar pada tingkat harga berapapun. Kondisi tersebut

berbeda dengan kentang yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama

sehingga memungkinkan rumahtangga petani mempunyai banyak alternatif

untuk menjual pada harga tinggi. Hal tersebut menyebabkan risiko harga kubis

lebih tinggi dibandingkan kentang.

6. Peningkatan upah pada kegiatan usahatani (on farm) sebesar 20 persen

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa upah yang berlaku di daerah

penelitian pada kegiatan usahatani (on farm) baik pada tenaga kerja pria

maupun wanita mengalami peningkatan rata-rata sebesar 20 persen.

Page 293: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

272

7.2.1. Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi Kentang Risiko produksi ditunjukkan oleh adanya fluktuasi produksi yang dialami

rumahtangga petani sayuran pada setiap musim. Usahatani kentang mempunyai

risiko produksi lebih tinggi dibandingkan usahatani kubis. Pengaruh peningkatan

risiko produksi kentang sebesar lima persen pada ekonomi rumahtangga petani

sayuran dapat dilihat pada Tabel 55 dan Lampiran 9.

Peningkatan risiko produksi kentang sebesar lima persen menyebabkan

terjadinya penurunan pada semua variabel ekonomi rumahtangga baik pada

pengambilan keputusan produksi, alokasi tenaga kerja maupun konsumsi. Hal itu

dapat dilihat pada masing-masing persamaan dalam setiap bloknya.

Dalam pengambilan keputusan produksi, peningkatan risiko produksi

kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran pada umumnya telah

mengurangi penggunaan input usahatani seperti luas lahan garapan (LHGKT,

LHGKB), benih kentang (PBNHKT, PBNHKB) dan pupuk (PPKNKT, PPKPKT,

PNPKB). Pengurangan penggunaan input usahatani tersebut dikarenakan

rumahtangga petani pada umumnya tidak ingin mengalami kerugian yang lebih

besar akibat peningkatan risiko produksi kentang. Kondisi tersebut

mengindikasikan bahwa rumahtangga petani sayuran berperilaku sebagai risk

averse, yang ditunjukkan dengan mengurangi penggunaan input pada usahatani

kentang dan kubis. Dengan berkurangnya penggunaan input menyebabkan

produktivitas dan produksi yang dihasilkan juga mengalami penurunan. Kondisi

tersebut pada akhirnya akan menurunkan pendapatan usahatani pada masing-

masing komoditas sehingga total pendapatan rumahtangga juga akan mengalami

penurunan.

Page 294: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

273

Tabel 55. Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi Kentang Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

(%)

Variabel

Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha)

Lahan Sedang

(0.51-1.0 ha)

Lahan Luas

(> 1.0 ha) Luas lahan kentang (LHGKT) -2.78 -2.64 -2.60Produktivitas kentang (PRDKT) -1.97 -1.16 -0.94Produksi kentang (PKT) -3.71 -3.56 -3.10Benih kentang (PBNHKT) -0.56 -0.49 -0.38Pupuk nitrogen (PPKNKT) -0.20 -0.15 -0.10Pupuk phosphor (PPKPKT) -0.26 -0.13 -0.13Obat-obatan kentang (PESKT) -0.93 -0.91 -0.88TK dalam kel. pria kentang(TKPDKT) -4.25 -4.21 -4.15TK dalm kel. wanita ketang(TKWDKT) -1.57 -1.50 -1.49TK luar kel.pria kentang (TKPLKT) -0.81 -0.75 -0.75TK luar kel. wanita kentng (TKWLKT) -0.46 -0.44 -0.43Luas lahan kubis (LHGKB) -1.97 -1.85 -1.82Produktivitas kubis (PRDKB) -0.22 -0.19 -0.16Produksi kubis (PKB) -1.99 -1.87 -1.84Benih kubis (PBNHKB) -0.21 -0.18 -0.14Pupuk NPK (PNPKB) -0.21 -0.22 -0.18Obat-obatan kubis (PESKB) -0.05 -0.05 -0.06TK dalam kel. pria kubis (TKPDKB) -0.71 -0.85 -0.76TK dalam kel. wanta kubis (TKWDKB) -1.18 -1.35 -1.25TK luar kel.pria kubis (TKPLKB) -0.07 -0.00 -0.00TK luar kel.wanita (TKWLKB) -0.32 -0.32 -0.33TK pria pada off farm (TKPOF) 7.49 5.06 4.72TK wanita pada off farm (TKWOF) 0.99 0.82 0.75TK pria pada non farm (TKPNF) 0.43 0.67 0.57TK wanita pada non farm (TKWNF) 0.46 0.65 0.36Total pendapatan off farm (TPOF) 5.01 4.22 2.37Pendapatan kentang (PUTKT) -4.11 -4.00 -4.03Pendapatan kubis (PUTKB) -1.99 -1.91 -1.86Total pendapatan non farm (TPNF) 0.99 1.55 1.36Total pendapatan usahatani (TPUT) -4.33 -4.29 -4.25Total pendapatan rumahtangga (TPRT) -4.09 -4.40 -4.12Pengeluaran pangan (PPANG) -0.58 -0.46 -0.43Pengeluaran non pangan (PNPG) -0.35 -0.26 -0.21Pengeluaran kesehatan (PKS) -0.21 -0.16 -0.18Pengeluaran pendidikan (PPEND) -0.90 -1.16 -0.69Tabungan (TAB) -0.91 -0.89 -0.85Investasi produksi (INVES) -0.62 -0.67 -0.57

Page 295: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

274

Jika dibandingkan antara rumahtangga petani berdasarkan strata luas lahan

garapan menunjukkan bahwa dengan adanya risiko produksi kentang

menyebabkan persentase penurunan pada rumahtangga petani lahan sempit relatif

lebih besar dibandingkan lahan sedang dan luas. Kendala anggaran pada

rumahtangga petani lahan sempit menjadi salah satu alasan rumahtangga petani

dalam mengatasi risiko produksi sehingga terjadi penurunan pada kegiatan

produksi yang lebih besar. Risiko produksi kentang dapat bersumber dari cuaca

dan atau gangguan hama dan penyakit tanaman. Pada saat musim hujan, gangguan

hama dan penyakit tanaman sangat besar sehingga dibutuhkan pendanaan yang

relatif besar untuk mengatasinya, sementara rumahtangga petani lahan sempit

menghadapi kendala anggaran. Sedangkan pada saat musim kemarau, tanaman

sayuran sangat membutuhkan pengairan, sementara rumahtangga petani

menghadapi kendala memperoleh pengairan dari irigasi yang terdapat di daerah

penelitian. Air yang tersedia dari sumber air di daerah penelitian tidak mampu

mengairi seluruh lahan sayuran di daerah penelitian. Bagi rumahtangga petani

lahan sedang dan luas memungkinkan menggunakan sprinkler untuk pengairan,

tetapi bagi lahan sempit sangat terbatas anggarannya. Kondisi tersebut

menyebabkan persentase penurunan produktivitas dan pendapatan yang dialami

rumahtangga petani lahan sempit lebih besar dibandingkan rumahtangga petani

lahan sedang dan luas.

Sedangkan bagi rumahtangga petani lahan sedang dan luas, keikutsertaan

dalam sistem kerjasama kemitraan menjadi salah satu alternatif mengatasi risiko

produksi. Bagi rumahtangga petani yang melakukan kerjasama kemitraan dengan

perusahaan PT Indofood atau perusahaan dagang sayuran akan mendapatkan

Page 296: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

275

pengawasan dan bimbingan dari pihak perusahaan. Sehingga permasalahan teknis

produksi yang dihadapi rumahtangga petani dapat diatasi dengan pihak

perusahaan. Hal itu terjadi karena pihak perusahaan juga berkepentingan terhadap

hasil panen yang diperoleh rumahtangga petani sayuran. Pada umumnya

rumahtangga petani lahan sedang dan luas yang melakukan kerjasama kemitraan

dengan PT Indofood atau distributor sayuran.

Selain hal tersebut diatas juga di daerah penelitian terdapat sistem bagi

hasil antara pemilik lahan dengan penggarap dengan sistem maro atau marapat

dan lainnya. Namun demikian sistem ini dapat memberikan pengaruh disinsentif

terhadap peningkatan produktivitas (Fukui et al, 2003). Adanya risiko produksi

kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran yang mengelola usahatani

dengan sistem bagi hasil akan mengurangi penggunaan input sehingga

produktivitas yang dihasilkan juga menurun.

Dalam pengambilan keputusan alokasi tenaga kerja, peningkatan risiko

produksi kentang menyebabkan penurunan pada penggunaan tenaga kerja dalam

keluarga maupun luar keluarga pada kegiatan on farm baik untuk usahatani

kentang dan kubis (TKPDKT,TKWDKT, TKPDKB, TKWDKB). Persentase

penurunan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga pada rumahtangga

petani lahan sempit lebih besar dibandingkan lahan sedang dan luas.

Namun demikian dengan adanya risiko produksi kentang mendorong

rumahtangga petani sayuran untuk meningkatkan penggunaan tenaga kerja

dalam keluarga pada kegiatan off farm (TKPOF dan TKWOF) dan non farm

(TKPNF, TKWNF). Persentase peningkatan tenaga kerja pada rumahtangga

petani sayuran lebih tinggi dibandingkan lahan sedang dan luas.

Page 297: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

276

Selanjutnya dalam pengambilan keputusan konsumsi menunjukkan adanya

peningkatan risiko produksi kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran

mengurangi pengeluaran untuk konsumsi pangan (PPANG), non pangan (PNPG),

kesehatan (PKS) dan pendidikan (PPEND). Pengeluaran untuk konsumsi sangat

dipengaruhi oleh total pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani dari

kegiatan produksi. Penurunan pendapatan yang diakibatkan oleh peningkatan

risiko produksi kentang menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengurangi

konsumsi. Persentase penurunan konsumsi diantara rumahtangga petani lahan

sempit relatif lebih besar dibandingkan lahan sedang dan luas.

7.2.2. Pengaruh Peningkatan Risiko Harga Kubis

Risiko harga yang dihadapi rumahtangga petani sayuran ditandai dengan

adanya fluktuasi harga yang diterima rumahtangga petani setiap periode

penjualan. Komoditas kubis mempunyai risiko harga yang lebih tinggi

dibandingkan komoditas kentang. Karakteristik kubis yang mudah rusak dan tidak

bisa disimpan dalam waktu lama menjadi salah satu faktor tingginya risiko harga

kubis. Pengaruh peningkatan risiko harga kubis sebesar lima persen terhadap

ekonomi rumahtangga petani sayuran menurut strata luas lahan dapat dilihat pada

Tabel 56 dan Lampiran 10.

Adanya peningkatan risiko harga kubis sebesar lima persen

menyebabkan penurunan pada sebagian besar variabel ekonomi rumahtangga

petani. Pada kegiatan produksi, hal itu dapat dilihat dari penurunan luas lahan

garapan, produktivitas, penggunaan input, total pendapatan usahatani dan total

pendapatan rumahtangga petani sayuran. Persentase penurunan variabel ekonomi

Page 298: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

277

Tabel 56. Pengaruh Peningkatan Risiko Harga Kubis Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

(%)

Variabel

Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha)

Lahan Sedang

(0.51-1.0 ha)

Lahan Luas

(> 1.0 ha) Luas lahan kentang (LHGKT) -0.12 -0.13 -0.18Produktivitas kentang (PRDKT) -0.65 -0.60 -0.57Produksi kentang (PKT) -0.75 -0.71 -0.74Benih kentang (PBNHKT) -0.03 -0.02 -0.03Pupuk nitrogen (PPKNKT) -0.09 -0.08 -0.08Pupuk phosphor (PPKPKT) -0.07 -0.09 -0.09Obat-obatan kentang (PESKT) -0.26 -0.20 -0.19TK dalam kel. pria kentang(TKPDKT) -0.16 -0.13 -0.10TK dalam kel. wanita (TKWDKT) -0.60 -0.61 -0.68TK luar kel.pria (TKPLKT) -0.90 -0.83 -0.80TK luar kel. wanita (TKWLKT) -0.23 -0.16 -0.22Luas lahan kubis (LHGKB) -0.21 -0.19 -0.15Produktivitas kubis (PRDKB) -1.03 -1.02 -1.02Produksi kubis (PKB) -1.24 -1.18 -1.13Benih kubis (PBNHKB) -0.30 -0.24 -0.20Pupuk NPK (PNPKB) -0.45 -0.43 -0.51Obat-obatan kubis (PESKB) -0.29 -0.25 -0.31TK dalam kel. pria kubis (TKPDKB) -0.10 -0.09 -0.09TK dalam kel. wanta kubis (TKWDKB) -0.64 -0.67 -0.75TK luar kel.pria kubis (TKPLKB) -0.22 -0.23 -0.31TK luar kel.wanita (TKWLKB) -1.49 -1.33 -1.58TK pria pada off farm (TKPOF) 4.18 2.33 1.04TK wanita pada off farm (TKWOF) 0.61 0.56 0.55TK pria pada non farm (TKPNF) 0.02 0.03 0.03TK wanita pada non farm (TKWNF) 0.04 0.05 0.03Total pendapatan off farm (TPOF) 5.62 3.82 1.83Pendapatan kentang (PUTKT) -0.74 -0.71 -0.68Pendapatan kubis (PUTKB) -1.19 -1.10 -1.07Total pendapatan non farm (TPNF) 1.44 1.25 1.14Total pendapatan usahatani (TPUT) -0.27 -0.20 -0.18Total pendapatan rumahtangga (TPRT) -0.21 -0.22 -0.24Pengeluaran pangan (PPANG) -0.03 -0.03 -0.03Pengeluaran non pangan (PNPG) -0.07 -0.06 -0.06Pengeluaran kesehatan (PKS) -0.41 -0.33 -0.43Pengeluaran pendidikan (PPEND) -0.07 -0.08 -0.06Tabungan (TAB) -0.04 -0.04 -0.04Investasi produksi (INVES) -3.65 -3.53 -3.64

Page 299: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

278

antara rumahtangga petani sayuran lahan sempit, sedang dan luas menunjukkan

perbedaan yaitu pada rumahtangga petani lahan sempit lebih besar penurunannya

dibandingkan lahan sedang dan luas.

Penurunan total pendapatan usahatani dan total pendapatan rumahtangga

yang diakibatkan risiko harga kubis sangat terkait dengan kegiatan pemasaran.

Fluktuasi harga kubis yang diperoleh rumahtangga petani dikarenakan

rumahtangga petani sayuran masih banyak yang belum terlibat dalam kerjasama

kemitraan yang ada di Kecamatan Pangalengan seperti kerjasama antara

rumahtangga petani sayuran dengan pelaku bisnis lain seperti PT Indofood dan

perusahaan dagang sayuran. Adanya kerjasama kemitraan, harga sayuran yang

diperoleh rumahtangga petani relatif stabil. Namun demikian terbatasnya

perusahaan pengolahan dan perusahaan dagang sayuran menyebabkan belum

semua rumahtangga petani sayuran di daerah penelitian terlibat dalam kerjasama

kemitraan sehingga dengan adanya peningkatan risiko harga dapat menyebabkan

penurunan total pendapatan usahatani.

Sementara itu di daerah penelitian juga terdapat kerjasama antara

rumahtangga petani dengan pedagang pengumpul (bandar) yang lebih bersifat

hubungan materi. Pada umumnya rumahtangga petani meminjam dana pada

pedagang pengumpul dengan pembayaran pada saat panen dengan harga

mengikuti perubahan yang terjadi di pasar. Hal tersebut menunjukkan risiko harga

akan selalu dihadapi rumahtangga petani. Perilaku lain yang dapat dilihat pada

rumahtangga petani dalam memasarkan hasil panen dengan melakukan sistem

tebasan pada pedagang pengumpul pada saat harga tinggi sehingga hal tersebut

Page 300: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

279

dapat mengurangi risiko harga produk yang akan dialami rumahtangga petani

sayuran.

Perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dalam pengambilan

keputusan alokasi tenaga kerja menunjukkan bahwa peningkatan risiko harga

kubis menyebabkan rumahtangga petani meningkatkan penggunaan tenaga kerja

dalam keluarga baik pria maupun wanita pada kegiatan off farm (TKPOF,

TKWOF) dan non farm (TKPNF, TKWNF). Penggunaan tenaga kerja

rumahtangga petani sayuran lahan sempit pada kegiatan off farm dan non farm

ternyata lebih tinggi dibandingkan rumahtangga petani lahan sedang dan luas.

Selanjutnya dilihat dari perilaku ekonomi rumahtangga dalam

pengambilan keputusan konsumsi menunjukkan dengan adanya peningkatan

risiko harga kubis menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengurangi

pengeluaran untuk konsumsi pangan, non pangan, kesehatan dan pendidikan

(PPANG, PNPG, PKS, PPEND). Demikian halnya untuk tabungan dan investasi

produksi mengalami penurunan. Penurunan pengeluaran konsumsi sangat terkait

dengan pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani dari kegiatan produksi.

Oleh karena peningkatan risiko harga kubis menyebabkan total pendapatan yang

diperoleh rumahtangga petani mengalami penurunan maka berpengaruh terhadap

penurunan pengeluaran konsumsi rumahtangga.

7.2.3. Pengaruh Peningkatan Upah Usahatani

Upah tenaga kerja pria dan wanita pada kegiatan usahatani (on farm)

mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan upah minimum regional.

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa upah pada kegiatan usahatani

mengalami peningkatan sekitar 20 persen. Pengaruh peningkatan upah terhadap

Page 301: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

280

perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran dapat dilihat pada Tabel 57 dan

Lampiran 11.

Peningkatan upah tenaga kerja pria dan wanita pada kegiatan usahatani

sebesar 20 persen mengakibatkan penurunan pada sebagian besar variabel

ekonomi rumahtangga petani sayuran. Hal itu menunjukkan pengambilan

keputusan rumahtangga akan terpengaruh akibat peningkatan upah.

Pada pengambilan keputusan produksi dapat dilihat pada penurunan luas

lahan garapan dan penggunaan input sehingga produksi (PKB, PKT), total

pendapatan usahatani (TPUT) dan total pendapatan rumahtangga petani sayuran

(TPRT mengalami penurunan. Dengan penurunan produksi maka total pendapatan

usahatani akan mengalami penurunan.

Dibandingkan antara rumahtangga petani, penurunan produktivitas, total

pendapatan usahatani dan total pendapatan rumahtangga petani sayuran paling

besar terjadi pada rumahtangga petani lahan sempit dibandingkan rumahtangga

petani lainnya. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan upah tenaga kerja pada

kegiatan usahatani menyebabkan persentase penurunan permintaan atau

penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani rumahtangga petani lahan

sempit lebih besar dibandingkan rumahtangga petani lainnya. Persentase

penurunan yang lebih besar pada penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada

rumahtangga petani sayuran menyebabkan produktivitas yang dihasilkan

rumahtangga petani lahan sempit mengalami penurunan lebih besar dibandingkan

rumahtangga petani lainnya, demikian halnya dengan total pendapatan

rumahtangga petani.

Page 302: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

281

Tabel 57. Pengaruh Peningkatan Upah Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Tahun 2006

(%)

Variabel

Lahan Sempit

(≤ 0.50 ha)

Lahan Sedang

(0.51-1.0 ha)

Lahan Luas

(> 1.0 ha) Luas lahan kentang (LHGKT) -1.24 -0.86 -1.22Produktivitas kentang (PRDKT) -1.01 -0.96 -0.93Produksi kentang (PKT) -1.24 -0.78 -1.22Benih kentang (PBNHKT) -2.20 -1.97 -1.80Pupuk nitrogen (PPKNKT) -0.02 -0.14 -0.05Pupuk phosphor (PPKPKT) -0.16 -0.02 -0.18Obat-obatan kentang (PESKT) -0.06 -0.97 -0.06TK dalam kel. pria kentang(TKPDKT) -0.72 -0.98 -0.72TK dalam kel. wanita (TKWDKT) -9.24 -9.13 -10.98TK luar kel.pria (TKPLKT) -0.35 -0.10 -0.31TK luar kel. wanita (TKWLKT) -3.21 -2.61 -3.20Luas lahan kubis (LHGKB) -4.23 -4.20 -4.17Produktivitas kubis (PRDKB) -0.02 -0.04 -0.03Produksi kubis (PKB) -4.25 -4.26 -4.20Benih kubis (PBNHKB) -0.12 -0.08 -0.12Pupuk NPK (PNPKB) -0.28 -0.47 -0.29Obat-obatan kubis (PESKB) -0.08 -0.13 -0.08TK dalam kel. pria kubis (TKPDKB) -1.42 -0.66 -1.53TK dalam kel. wanta kubis (TKWDKB) -1.68 -1.32 -1.08TK luar kel.pria kubis (TKPLKB) -3.07 -3.18 -3.23TK luar kel.wanita (TKWLKB) -0.29 -0.62 -0.28TK pria pada off farm (TKPOF) 2.78 1.78 1.37TK wanita pada off farm (TKWOF) 0.58 0.14 0.89TK pria pada non farm (TKPNF) 1.17 1.02 1.58TK wanita pada non farm (TKWNF) 0.64 0.62 0.61Total pendapatan off farm (TPOF) 4.53 3.98 3.74Pendapatan kentang (PUTKT) -5.62 -4.72 -3.96Pendapatan kubis (PUTKB) -3.67 -3.58 -3.37Total pendapatan non farm (TPNF) 1.84 1.33 1.39Total pendapatan usahatani (TPUT) -4.90 -3.43 -2.85Total pendapatan rumahtangga (TPRT) -4.30 -3.40 -2.30Pengeluaran pangan (PPANG) -0.67 -1.13 -0.74Pengeluaran non pangan (PNPG) -0.35 -0.65 -0.35Pengeluaran kesehatan (PKS) -0.29 -0.40 -0.31Pengeluaran pendidikan (PPEND) -1.27 -2.88 -1.18Tabungan (TAB) -1.26 -2.21 -1.45Investasi produksi (INVES) -0.88 -1.67 -0.98

Page 303: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

282

Perilaku rumahtangga petani lahan sedang sebagai akibat peningkatan

upah dengan menurunkan pengeluaran konsumsi dengan persentase penurunan

lebih besar dibandingkan dengan rumahtangga petani lainnya. Hal ini terjadi

karena persentase penurunan total pendapatan rumahtangga petani lebih besar

sehingga persentase penurunan pengeluaran konsumsi juga lebih besar

dibandingkan rumahtangga petani lainnya.

Perilaku rumahtangga petani dalam pengambilan keputusan konsumsi

menunjukkan bahwa peningkatan upah tenaga kerja pada kegiatan usahatani

menyebabkan rumahtangga petani sayuran mengurangi pengeluaran untuk

konsumsi pangan (PPANG), non pangan (PNPG), kesehatan (PKS), pendidikan

(PPEND) serta tabungan (TAB). Penurunan pengeluaran konsumsi sangat

dipengaruhi total pendapatan rumahtangga.

Rekapitulasi pengaruh peningkatan risiko produksi, risiko harga produk

dan upah pada kegiatan usahatani pada rumahtangga petani lahan sempit dapat

dilihat pada Lampiran 12. Pengaruh peningkatan risiko produksi terhadap

ekonomi rumahtangga petani sayuran menyebabkan kegiatan produksi dan

konsumsi mengalami penurunan lebih besar dibandingkan pengaruh peningkatan

risiko harga produk dan upah pada kegiatan usahatani. Demikian halnya pada

rumahtangga petani sayuran lahan sedang dan luas menunjukkan kondisi yang

sama, yaitu peningkatan risiko produksi menyebabkan kondisi ekonomi

rumahtangga petani sayuran lebih buruk dibandingkan peningkatan risiko harga

produk dan upah pada kegiatan usahatani (Lampiran 13 dan Lampiran 14).

Page 304: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

283

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

8.1. Kesimpulan 3. Risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang

disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan

input. Input pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang menimbulkan risiko

produksi (risk inducing factors) sedangkan lahan, benih dan obat-obatan

menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi (risk reducing factors).

Sedangkan pada komoditas kubis, lahan dan obat-obatan menjadi faktor

yang menimbulkan risiko produksi (risk inducing factors) sementara benih,

pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi

(risk reducing factors).

4. Risiko produksi pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan pada

komoditas kubis sedangkan risiko harga produk pada komoditas kubis lebih

tinggi dibandingkan komoditas kentang.

5. Kegiatan diversifikasi usahatani kentang dan kubis mempunyai risiko

produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan kegiatan spesialisasi

usahatani kentang atau kubis.

6. Akibat adanya risiko produksi dan risiko harga produk kentang dan kubis

pada proses produksi menyebabkan penurunan tingkat produktivitas dan

pendapatan usahatani kentang dan kubis.

7. Perilaku rumahtangga petani dalam proses produksi dengan adanya risiko

produksi dan harga produk termasuk risk aversion dengan melakukan

pengurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan

tenaga kerja. Hal ini dikarenakan upaya yang dilakukan oleh rumahtangga

Page 305: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

284

petani untuk mengatasi risiko membutuhkan biaya sehingga pendapatan dan

ketersediaan dana untuk membeli input menjadi berkurang.

8. Perilaku rumahtangga petani dalam pengambilan keputusan alokasi tenaga

kerja dengan adanya risiko produksi dan harga produk melakukan

pengurangan penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga pada

kegiatan usahatani, sebaliknya meningkatkan penggunaan tenaga kerja

dalam keluarga pada kegiatan off farm maupun non farm.

9. Perilaku rumahtangga petani dalam pengambilan keputusan konsumsi

dengan adanya risiko produksi dan harga produk melakukan pengurangan

pengeluaran rumahtangga baik pengeluaran untuk konsumsi pangan, non

pangan, kesehatan, pendidikan, tabungan dan investasi produksi.

10. Peningkatan risiko produksi dan harga produk serta upah pada kegiatan

usahatani menurunkan penggunaan input, produksi, pendapatan dan

pengeluaran rumahtangga, sedangkan penggunaan tenaga kerja off farm dan

non farm mengalami peningkatan.

11. Penurunan tertinggi penggunaan input, produksi, pendapatan dan

pengeluaran rumahtangga akibat peningkatan risiko produksi dan harga

produk serta upah pada kegiatan usahatani terdapat pada rumahtangga petani

lahan sempit demikian pula peningkatan penggunaan tenaga kerja off farm

dan non farm yang paling rendah.

8.2. Implikasi Kebijakan 1. Dalam menghadapi risiko produksi khususnya pada komoditas kentang,

rumahtangga petani dapat menggunakan benih yang tahan terhadap

kekeringan serta hama dan penyakit tanaman. Adanya kendala harga benih

Page 306: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

285

kentang yang relatif mahal dapat diatasi dengan pemberian kredit usahatani

kentang baik melalui koperasi sayuran maupun lembaga perbankan. Selain

itu Pemerintah Daerah Jawa Barat dapat meninjau ulang kebijakan harga

benih kentang sehingga terjangkau rumahtangga petani sayuran.

2. Pada musim kemarau penerapan teknologi irigasi seperti penggunaan

sprinkle dapat menjadi alternatif mengatasi risiko produksi dengan

memperhatikan manfaat dan biaya akibat penerapan teknologi irigasi.

3. Dalam menghadapi risiko harga produk khususnya pada komoditas kubis

perlu pengadaan dan pengembangan sarana prasarana penyimpanan cold

storage pada komoditas kubis secara kelompok di tingkat petani.

4. Dalam rangka meningkatkan pendapatan usahatani dan mengatasi adanya

risiko produksi rumahtangga petani sayuran dapat melakukan diversifikasi

usahatani dengan memanfaatkan sebagian luas lahan garapan untuk

komoditas sayuran selain kentang dan kubis.

5. Untuk mengatasi risiko harga produk dapat dilakukan pengembangan sistem

kerjasama kemitraan (contract farming) antara rumahtangga petani sayuran

dengan perusahaan pengolahan dan perusahaan dagang atau distributor

sayuran sesuai dengan kesepakatan antara rumahtangga petani dengan pihak

perusahaan. Arah pengembangan kerjasama petani tersebut berdasarkan

pada skala usaha, jenis risiko dan sumber-sumber risiko.

6. Pembentukan kelembagaan pemasaran sangat penting dilakukan yang

bertujuan untuk menstabilkan harga produk sayuran sehingga dapat

meningkatkan pendapatan rumahtangga petani sayuran.

Page 307: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

286

7. Intervensi pemerintah sangat diperlukan dalam menciptakan kesempatan

kerja pada kegiatan non farm seperti membangun dan mengembangkan

industri pengolahan kentang sesuai dengan potensi produksi komoditas

kentang di Kecamatan Pangalengan.

8. Penelitian lanjutan model ekonomi rumahtangga petani dalam kaitannya

dengan risiko produksi dan risiko harga produk dapat dikembangkan dengan

menggunakan data time series dan mengakomodasi ke dalam model adanya

sistem kelembagaan kemitraan (contract farming), sistem bagi hasil,

teknologi benih serta diversifikasi pertanian dan non pertanian dalam hal

alokasi tenaga kerja maupun kredit.

9. Perlu dilakukan identifikasi risiko produksi secara rinci berdasarkan sumber-

sumber risiko dan menganalisis upaya-upaya dalam mengatasi risiko secara

lebih efektif yang bertujuan untuk menstabilkan dan meningkatkan

pendapatan rumahtangga petani.

Page 308: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

287

DAFTAR PUSTAKA Ameriks, J.A. 2001. An Examination of Household Portfolio Decisions. Ph.D.

Dissertation. The Graduate School of Art and Sciences, Colombia University, Colombia.

Anderson, J.R., J.L. Dillon and J.B. Hardaker. 1977. Agricultural Decision

Analysis. The Iowa State University Press, Ames, Iowa. Antle, J.M. 1987. Econometric Estimation of Producers’ Risk Attitude. American

Journal of Agricultural Economics, 69 (3) : 509-522. Asmarantaka, R.W. 2007. Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani di

Tiga Desa Pangan dan Perkebunan di Provinsi Lampung. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2004. Sensus Pertanian Tahun 2003. Badan Pusat Statistik,

Jakarta. _________________. 2006. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bahar. 2007. Keberhasilan dan Kinerja Agribisnis Hortikultura Tahun 2006.

Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, Jakarta. Bakir, L.H. 2007. Kinerja Perusahaan Inti Rakyat Kelapa Sawit di Sumatera

Selatan : Analisis Kemitraan dan Ekonomi Rumahtangga Petani. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 2003. Sintesis Komoditas

Unggulan Propinsi Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

Basit, A. 1996. Analisis Ekonomi Penerapan Teknologi Usahatani Konservasi

pada Lahan Kering Berlereng di Wilayah Hulu Das Jratunseluna Jawa Tengah. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Beach, R.H., A.S. Jones and S.A. Johnsston. 2005. Tobacco Farmer Interest and

Success in Diversification. Paper. American Agricultural Economics Association, Rhode Island.

Becker, G.S. 1976. The Economic Approach to Human Behavior.The University

of Chicago Press, Chicago. Beattie, B.R. and C.R. Taylor. 1985. The Economics of Production. John Wiley

and Sons, New York.

Page 309: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

288

Buccola, S.T. and B.A. McCarl. 1986. Small-Sample Evaluation of Mean-Variance Production Function Estimators. American Journal of Agricultural Economics, 68 (3) : 732-738.

Calkin, P.H. and D.D.DiPietre. 1983. Farm Business Management Successful

Decisions in a Changing Environment. Macmillan Publishing Company Inc, New York.

Chambers, R.G. 1988. Applied Production Analysis. Cambridge University Press,

Cambridge. Coelli, T., D.S P. Rao and G.E. Battese. 1998. An Introduction to Efficiency and

Productivity Analysis. Kluwer Academic Publishers, London. Cox, D. and E. Jimenez. 1998. Risk Sharing and Private Transfers : What about

Urban Household ? Economic Development and Cultural Change, 46 (3) : 621 - 637.

Daryanto, A. 2006. Contract Farming : Linking Farmers to Markets. Business and

Entrepreneurial Review, 6 (1) : 27 – 30. Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing

Company, New York. De Wet, W.A. 2005. A Structural Garch Model : An Aplication to Portofolio

Risk Management. Ph.D. Dissertation. Faculty of Economic and Management Sciences, University of Pretoria.

Dharmawan, A.H. 2002. The Farm Household Livelihood Strategies and Local

Structural Change in Rural Indonesia : Case Studies from West Java and West Kalimantan. Mimbar Sosek, 15 (3) : 73-101.

Dinas Pasar Induk Kramat Jati. 2005. Perkembangan Harga Sayur Mayur dan

Buah-buahan. Dinas Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2002. Buku Informasi Sayuran. Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, Bandung. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. 2004, 2005, 2006. Laporan

Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, Bandung. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. 2004, 2005, 2006. Laporan Tahunan. Dinas

Pertanian Kabupaten Bandung, Soreang. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2006. Evaluasi Kinerja Pembangunan Agribisnis

Hortikultura Tahun 2005. Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, Jakarta.

Page 310: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

289

Dirjen Bina Produksi Hortikultura. 2005. Benih Hortikultura dalam Perdagangan Internasional. Dirjen Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian, Jakarta.

Ellis, F. 1988. Peasant Economics : Farm Households and Agrarian Development.

Cambridge University Press, Cambridge. Elton, E.J. and M.J. Gruber. 1995. Modern Portofolio Theory and Investment

Analysis. Fifth Edition. Johns Wiley and Sons Inc, New York. Fabella, R.V. 1986. Block-Recursiveness of The Household Production Model

Under Risk. Journal of Philippine Development, 13 (23) : 178 – 189. Fukui, S., S. Hartono dan N. Iwamoto. 2004. Risk and Rice Farming

Intensification in Rural Java. In: Hayashi,Y, S. Manuwoto dan S. Hartono (Eds). Sustainable Agriculture in Rural Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Guiso, L., T. Jappelli and D. Terlizzese. 1996. Income Risk, Borrowing

Constraints and Portfolio Choice. The American Economic Review, 86 (1) : 158 - 172.

Gujarati, D. 1978. Basic Econometric. McGraw Hill Inc, New York. Hardono, G.S. 2002. Dampak Perubahan Faktor – Faktor Ekonomi terhadap

Ketahanan Pangan Rumahtangga Pertanian. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hartoyo, S., K. Mizuno dan S.S. M. Mugniesyah. 2004. Comparative Analysis of

Farm Management and Risk : Case Study in Two Upland Villages, West Java. In : Hayashi,Y, S.Manuwoto dan S. Hartono (Eds). Sustainable Agriculture in Rural Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Harwood, J., R. Heifner, K. Coble, J. Perry and A. Somwaru. 1999. Managing

Risk in Farming : Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No. 774. U.S. Department of Agriculture, Washington.

Hayashi, Y., S. Manuwoto dan S. Hartono (Eds). 2004. Sustainable Agriculture

in Rural Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Henderson, J.M. and R.E. Quandt. 1980. Microeconomics Theory. A

Mathematical Approach. Third Edition. McGraw Hill International Book Company, Tokyo.

Hendratno, S. 2006. Kompromi Kooperatif dan Alokasi Sumberdaya Intra

Rumahtangga Petani Karet di Sumatera Selatan. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 311: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

290

Huang, S.Y., R.J. Sexton and T. Xia. 2004. Analysis of a Supply Control Program Under Uncertainty and Imperfect Competition : Chinese Cabbage in Taiwan. National Science Council, Taiwan.

Hutabarat, B. 1985. An Assessment of Farm Level Input Demands and

Production Under Risk on Rice Farms in The Cimanuk River Basin, Jawa Barat, Indonesia. Ph.D. Dissertation. Iowa State University, Ames, Iowa.

Intriligator, M.D., R.G. Bodkin and C. Hsiao. 1996. Econometric Models,

Technique and Applications. Second Edition. Prentice-Hall International Inc, New Jersey.

Iqbal, F. 1986. The Demand and Supply of Funds among Agricultural

Households in India. In : Singh, I, L. Squire and J. Strauss (Eds). Agricultural Household Models : Extensions, Applications and Policy. The Johns Hopkins University Press, Baltimore.

Just, R.E. 1974. An Investigation of the Importance of Risk in Farmer’s

Decisions. American Journal of Agricultural Economics, 56 (1) : 14-25. ________. 1975. Risk Aversion under Profit Maximization. American Journal of

Agricultural Economics, 57 (2) : 347-352. Just, R.E. and R.D. Pope. 1979. On the Relationship of Input Decisions and Risk.

In : Roumasset, J.A, J.M. Boussard and I. Singh (Eds). Risk, Uncertainty and Agricultural Development. Agricultural Development Council, New York.

Kingwell, R. 1994. Effects of Tactical Responses and Risk Aversion on Farm

Wheat Supply. Review of Marketing and Agricultural Economics, 62 (1) : 3- 24.

Kusnadi, N. 2005. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani dalam Pasar

Persaingan Tidak Sempurna di Beberapa Provinsi di Indonesia. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics : An Introductory Exposition of

Econometric Methods. Second Edition. The Macmillan Press Ltd, London. Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Pangalengan. 2006. Program

Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pangalengan. Pemerintah Kabupaten Bandung, Bandung.

Leones, J.P. and S. Feldman. 1998. Nonfarm Activity and Rural Household

Income : Evidence from Philippine Microdata. Economic Development and Cultural Change, 46 (4) : 789 - 806.

Page 312: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

291

Lofgren, H. and S.Robinson. 1999. To Trade or Not to Trade : Non Separable Farm Household Models in Partial and General Equilibrium. Discussion Paper No.37. Trade and Macroeconomics Division, International Food Policy Research Institute, Washington.

Mazzocco, M. 2001. Essay on Household Intertemporal Behavior. Ph.D.

Dissertation. Department of Economics, The Faculty of The Division of The Social Science, The University of Chichago, Chicago, Illinois.

Moller, N., Malchow and B.J. Thorsen. 2000. A Dynamic Agricultural Household

Model with Uncertain Income and Irreversible and Indivisible Investment under Credit Constraints. Working Paper. Department of Economics, University of AARHUS, Denmark.

Moschini, G. and D.A. Hennessy.1999. Uncertainty, Risk Aversion and Risk

Management for Agricultural Producers. Elsevier Science Publishers, Amsterdam.

Nakajima, C. 1986. Subjective Equilibrium Theory of the Farm Household.

Elsevier Science Publishers, Amsterdam. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka, Jakarta. Pannell, D.J. 1999. Responses to Risk in Weed Control Decisions Under Expected

Profit Maximisation. Journal of Agricultural Economics, 41: 391-403. Patrick, G.R., P.H. Wilson, P.J. Barry, W.G. Bogges and D.L. Young. 1985. Risk

Perceptions and Management Response: Producer-Generated Hypotheses for Risk Modelling. Southern Journal Agricultural Economics, 17 : 231-238.

Pemerintah Kabupaten Bandung. 2006. Data Monografi Kecamatan Pangalengan.

Pemerintah Kabupaten Bandung, Bandung. Pindyck, R.S. and D.L. Rubinfeld. 1991. Econometric Model and Economic

Forecasts. Third Edition. McGraw-Hill Inc, New York. Pradhan, J. and J.J. Quilkey. 1985. Some Policy Implicatios from Modelling

Household/Farm Firm Decisions for Rice Farmers in Orissa India. Paper. Australian Agricultural Economics Society, Armidale N.S.W.

Purwoto, A. 1990. Efisiensi Usahatani Padi Tanpa dan dengan

Mempertimbangkan Risiko serta Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Sikap dalam Menghadapi Risiko. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Robison, L. J. and P.J. Barry. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk.

Macmillan Publisher, London.

Page 313: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

292

Roumasset, J.A., J.M. Boussard and I. Singh (Eds). 1979. Risk, Uncertainty and Agricultural Development. Agricultural Development Council, New York.

Sadoulet, E. and A. de Janvry. 1995. Quantitative Development Policy Analysis.

The Johns Hopkins University Press, London. Sadoulet, E., A. de Janvry and C. Benjamin. 1996. Household Behavior with

Imperfect Labor Market. California Agricultural Experiment Station, Berkeley.

Saha, A. and J. Stroud. 1994. A Household Model of On-Farm Storage Under

Price Risk. American Journal of Agricultural Economics, 76 (3) : 522-534. Sawit, M.H. 1993. A Farm Household Model for Rural Households of West Java

Indonesia. Ph.D. Dissertation. Department of Economics, The University of Wollongong, Wollongong.

Silberberg, E. 1990. The Struktur of Economic : A Mathematical Analysis.

Second Edition. McGraw-Hill Publishing Company, New York. Singh, I., L. Squire and J. Strauss. 1986. The Basic Model : Theory, Empirical

Result and Policy Conclusions. In : Singh, I, L. Squire and J. Strauss (Eds). Agricultural Household Models : Extensions, Applications and Policy. The Johns Hopkins University Press, Baltimore.

___________________________ (Eds). 1986. Agricultural Household Models :

Extensions, Applications and Policy. The Johns Hopkins University Press, Baltimore.

Singh, I. and J. Subramanian. 1986. Agricultural Household Modeling in a

Multicrop Environment : Case Studies in Korea and Nigeria. In : Singh, I, L. Squire and J. Strauss (Eds). Agricultural Household Models : Extensions, Applications and Policy. The Johns Hopkins University Press, Baltimore.

Sitepu, R.K. dan B.M. Sinaga. 2006. Aplikasi Model Ekonometrika : Estimasi,

Simulasi dan Peramalan Menggunakan Program SAS. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Taylor, J.E. and I. Adelman. 2003. Agricultural Household Models: Genesis,

Evolution and Extensions. University of California, Berkeley. Thomas, R.L. 1997. Modern Econometric: An Introduction. Addison Wesley,

England. Varian, H.R. 1992. Microeconomic Analysis. Third Edition. W.M. Norton and

Company, New York.

Page 314: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

293

Verbeek, M. 2000. A Guide to Modern Econometric. Johns Wiley and Sons Ltd, England.

Walter, J.T., R.K. Roberts, J.A. Larson, B.C. English and D.D. Howard. 2004.

Effects of Risk, Disease, and Nitrogen Source on Optimal Nitrogen Fertilization Rates in Winter Wheat Production. Paper. Southern Agricultural Economic Association, Tulsa, Oklahoma.

Wik, M., S. Holden and E.Taylor. 1998. Risk, Market Imperfections and Peasant

Adaptation : Evidence from Northern Zambia. Discussion Paper D-28. Department of Economics and Social Sciences, The Agricultural University of Norway.

Wincoop, E.V. 1992. Terms of Trade Uncertainty, Savings, and The Production

Structure. Elseveir Science Publishers, Amsterdam.

Page 315: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

LAMPIRAN

Page 316: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

295

Lampiran 1. Hasil Estimasi Fungsi Variance Produksi Kentang Rumahtangga Petani Sayuran di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dengan Menggunakan GARCH (1,1) Program Eviews Versi 4.1

Dependent Variable: LOG(PRDKT) Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 03/17/07 Time: 21:47 Sample: 1 429 Included observations: 429 Convergence achieved after 14 iterations Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C 8.128500 0.502056 16.19041 0.0000

LOG(LHGKT) 0.081500 0.008550 9.532253 0.0000 LOG(PBNHKT) 0.076096 0.036245 2.099471 0.0358 LOG(PPKNKT) 0.080613 0.020718 3.891004 0.0001 LOG(PPKPKT) -0.073362 0.020000 -3.668048 0.0002 LOG(PPKKT) -0.055747 0.020824 -2.677027 0.0074 LOG(TKKT) 0.093216 0.020610 4.522820 0.0000

LOG(PESKT) 0.062188 0.020620 3.015877 0.0026 Variance Equation

C 0.076795 0.062150 1.235646 0.2166 ARCH(1) 0.216454 0.081986 2.640147 0.0083

GARCH(1) 0.327662 0.135096 2.425400 0.0153 LOG(LHGKT) -0.001792 0.001599 -1.120780 0.2624

LOG(PBNHKT) -0.015695 0.006316 -2.485088 0.0130 LOG(PPKNKT) 0.005400 0.002974 1.815526 0.0694 LOG(PPKPKT) 0.000763 0.002669 0.285800 0.7750 LOG(PPKKT) 0.002616 0.003753 0.697059 0.4858 LOG(TKKT) 0.003520 0.004661 0.755185 0.4501

LOG(PESKT) -0.001806 0.002403 -0.751769 0.4522 R-squared 0.329445 Mean dependent var 9.918944 Adjusted R-squared 0.301710 S.D. dependent var 0.185884 S.E. of regression 0.155332 Akaike info criterion -0.959857 Sum squared resid 9.916570 Schwarz criterion -0.789446 Log likelihood 223.8894 F-statistic 11.87797 Durbin-Watson stat 1.503757 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 317: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

296

Lampiran 2. Hasil Estimasi Fungsi Variance Produksi Kubis Rumahtangga Petani Sayuran di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dengan Menggunakan GARCH (1,1) Program Eviews Versi 4.1

Dependent Variable: LOG(PRDKB) Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 03/18/07 Time: 10:50 Sample: 1 429 Included observations: 429 Convergence achieved after 6 iterations Variance backcast: ON

Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C 9.671516 0.192362 50.27772 0.0000

LOG(LHGKB) 0.051083 0.006388 7.997019 0.0000 LOG(PBNHKB) -0.043187 0.026398 -1.636016 0.1018 LOG(PPKNKB) 0.031334 0.009944 3.151012 0.0016 LOG(PNPKB) 0.002310 0.001786 1.293839 0.1957 LOG(TKKB) 0.049658 0.010956 4.532528 0.0000

LOG(PESKB) 0.022334 0.004745 4.706460 0.0000 Variance Equation

C 0.000855 0.001526 0.560578 0.5751 ARCH(1) 0.003883 0.023885 0.162555 0.8709

GARCH(1) 0.725948 0.025232 28.77107 0.0000 LOG(LHGKB) 0.000500 0.000111 4.495939 0.0000

LOG(PBNHKB) -0.000121 0.000193 -0.628938 0.5294 LOG(PPKNKB) -0.000199 0.000213 -0.934059 0.3503 LOG(PNPKB) -0.000042 4.85E-05 -0.875238 0.3814 LOG(TKKB) -0.000073 0.000238 -0.307943 0.7581

LOG(PESKB) 0.000221 0.000112 1.982893 0.0474 R-squared 0.280205 Mean dependent var 10.15919 Adjusted R-squared 0.254062 S.D. dependent var 0.068388 S.E. of regression 0.059065 Akaike info criterion -3.025148 Sum squared resid 1.440829 Schwarz criterion -2.873671 Log likelihood 664.8942 F-statistic 10.71828 Durbin-Watson stat 1.798831 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 318: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

297

Lampiran 3. Program Komputer Estimasi, Validasi dan Simulasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menggunakan Program SAS Versi 9.0

File > Import Data > Microsoft Excel > D\my document\dt.olah > Sheet 8 > work > Anfar DATA OLAH; SET anfar; PKT = LHGKT *PRDKT; TKDKT = TKPDKT + TKWDKT; TKLKT = TKPLKT +TKWLKT; PKB = LHGKB *PRDKB; NPPKT = PPKNKT*HPPKN+PPKPKT*HPPKP+PPKKT*HPPKK; NPPKB = PPKNKB*HPPKN+PPKPKB*HPPKP+PNPKB*HPNPK; KONS = PPANG + PNPG; PENG = KONS + PKS + PPEND; TPOF = PPOF + PWOF; TBUKT = HBNHKT*PBNHKT + HPPKN*PPKNKT + HPPKP*PPKPKT + PESKT +

UPON*TKPLKT + UWON*TKWLKT; TBUKB = HBNHKB*PBNHKB + HPNPK*PNPKB + PESKB + UPON*TKPLKB +

UWON*TKWLKB; PUTKT = PKT*EXPHRGKT -LHGKT*TBUKT; PUTKB = PKB*EXPHRGKB - LHGKB*TBUKB; TPNF = PPNF + PWNF; TPUT = PUTKT + PUTKB +PUNTB; TPRT = TPUT + TPOF + TPNF; run; PROC SYSLIN 2SLS DATA= OLAH OUTEST=HASIL; endogenous LHGKT PRDKT PKT PBNHKT PPKNKT PPKPKT PESKT TKPDKT TKWDKT TKPLKT TKWLKT TKDKT TKLKT LHGKB PRDKB PKB PBNHKB PNPKB PESKB TKPDKB TKWDKB TKPLKB TKWLKB TKPOF TKWOF TKPNF TKWNF KONS PENG PPOF PWOF TPOF TBUKT TBUKB PUTKT PUTKB PPNF PWNF TPNF TPUT TPRT PPANG PNPG PKS PPEND TAB INVES NPPKT NPPKB; instruments EXPHRGKT EXPHRGKB HBNHKT SDHRGKT SDHRGKB SDPRDKT SDPRDKB EXPRDKT EXPRDKB UPOF UWOF UPON UWON HPPKN HPPKP HPPKK HPNPK JAKP JAKW HBNHKB UPNF UWNF PENDP PENDW JART JAKSEK; Model LHGKT = HPPKP UPON SDPRDKT SDHRGKT LHGKB PESKT; Model PRDKT = EXPHRGKT HPPKN PBNHKT SDPRDKT UPON; * PKT = LHGKT *PRDKT; Model PBNHKT = HBNHKT LHGKT EXPHRGKT EXPRDKT TBUKT TKDKT SDPRDKT

SDPRDTB/NOINT; Model PPKNKT = HPPKN LHGKT SDPRDTB SDPRDKT; Model PPKPKT = HPPKP TKDKT EXPRDKT INVES SDHRGKT; Model PESKT = LHGKT SDHRGKT SDPRDKT; *NPPKT = PPKNKT*HPPKN+PPKPKT*HPPKP+PPKKT*HPPKK; Model TKPDKT = TKPLKT TKPNF TKPOF EXPHRGKT PPKNKT SDPRDKT TKPDKB; Model TKWDKT = UWON TKWNF PESKT NPPKT SDPRDKT; Model TKPLKT = LHGKT SDHRGKT EXPRDKT NPPKT; Model TKWLKT = EXPRDKT TKWDKT SDHRGKT SDPRDKT; IDENTITY TKDKT = TKPDKT + TKWDKT;

Page 319: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

298

IDENTITY TKLKT = TKPLKT +TKWLKT; Model LHGKB = UPON NPPKB LHGKT EXPRDKB SDHRGKB SDPRDKB PESKB; Model PRDKB = PESKB SDHRGKB EXPHRGKT SDPRDKB NPPKB; *PKB = LHGKB *PRDKB; Model PBNHKB = EXPHRGKB SDPRDKB TBUKB INVES SDHRGKB TKPDKB; Model PNPKB = EXPHRGKB SDHRGKB HPPKP TBUKB; * NPPKB = PPKNKB*HPPKN+PPKPKB*HPPKP+PNPKB*HPNPK; Model PESKB = SDHRGKB EXPRDKB SDPRDKB PBNHKB TAB LHGKT/NOINT; Model TKPDKB = JAKP EXPHRGKB TKPNF UPON SDHRGKB; Model TKWDKB =JAKW EXPHRGKB EXPRDKB SDHRGKB INVES TKWNF UWON; Model TKPLKB = UPON SDHRGKB EXPHRGKB PNPKB PBNHKB LHGKT TPRT /NOINT; Model TKWLKB = UWON SDHRGKB INVES; Model TKPOF = UPOF EXPHRGKT PENG SDPRDKT SDHRGKT TAB; Model TKWOF = UWOF JAKW SDPRDKB EXPRDKT PWNF TBUKT; Model TKPNF = UPNF TKPDKT JAKP TPUT PENDP TKPOF SDPRDKT INVES; Model TKWNF = UWNF PENG EXPHRGKT SDPRDKT PENDW; Model PPOF = TKPOF UPOF SDHRGKB EXPHRGKT EXPHRGKB EXPRDKT; Model PWOF = TKWOF UWOF SDHRGKB EXPRDKT EXPRDKB SDPRDKB SDPRDKT; Model PPNF = TKPNF UPNF TPOF TPUT SDHRGKB SDPRDKT /NOINT; Model PWNF = UWNF EXPHRGKB TBUKT PENG SDPRDKT/NOINT; Model PPANG = JART TPRT EXPRDKB EXPRDKT SDPRDKT; Model PNPG = SDHRGKT SDHRGKB SDPRDKT TPRT EXPHRGKT/NOINT; Model PKS = PPEND TPRT SDHRGKB EXPRDKT EXPRDKB SDPRDKT/NOINT; Model PPEND = JAKSEK TPRT PENDP PENDW SDHRGKT SDHRGKB TAB/NOINT; Model TAB = TPRT KONS PPEND SDHRGKT EXPRDKT; Model INVES = TPRT SDPRDKT EXPRDKT; IDENTITY KONS = PPANG + PNPG; IDENTITY PENG = KONS + PKS +PPEND; IDENTITY TPOF = PPOF + PWOF; *TBUKT = HBNHKT*PBNHKT + HPPKN*PPKNKT + HPPKP*PPKPKT + PESKT +

UPON*TKPLKT + UWON*TKWLKT; *TBUKB = HBNHKB*PBNHKB + HPNPK*PNPKB + PESKB + UPON*TKPLKB +

UWON*TKWLKB; *PUTKT = PKT*EXPHRGKT -LHGKT*TBUKT; *PUTKB = PKB*EXPHRGKB - LHGKB*TBUKB; IDENTITY TPNF = PPNF + PWNF; IDENTITY TPUT = PUTKT + PUTKB; IDENTITY TPRT = TPUT + TPOF + TPNF; run; Quit; /* DATA SIMULASI*/ DATA SIMULASI; SET OLAH; *SDPRDKT =1.05*SDPRDKT; *SDHRGKB=1.05*SDHRGKB; *UPON=1.2*UPON; *UWON=1.2*UWON; run; DATA STRAT; SET SIMULASI; IF LARE <=0.50 THEN STRATA=1; IF LARE >0.50 AND LARE <=1 THEN STRATA=2; IF LARE >1 THEN STRATA=3; run;

Page 320: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

299

DATA STRAT1 STRAT2 STRAT3; SET STRAT; IF STRATA=1 THEN OUTPUT STRAT1; IF STRATA=2 THEN OUTPUT STRAT2; IF STRATA=3 THEN OUTPUT STRAT3; run; PROC MODEL DATA=SIMULASI; Endo LHGKT PRDKT PKT PBNHKT PPKNKT PPKPKT PESKT TKPDKT TKWDKT TKPLKT TKWLKT TKDKT TKLKT LHGKB PRDKB PKB PBNHKB PNPKB PESKB TKPDKB TKWDKB TKPLKB TKWLKB TKPOF TKWOF TKPNF TKWNF KONS PENG PPOF PWOF TPOF TBUKT TBUKB PUTKT PUTKB PPNF PWNF TPNF TPUT TPRT PPANG PNPG PKS PPEND TAB INVES NPPKT NPPKB; EXO EXPHRGKT EXPHRGKB HBNHKT SDHRGKT SDHRGKB SDPRDKT SDPRDKB EXPRDKT EXPRDKB UPOF UWOF UPON UWON HPPKN HPPKP HPPKK HPNPK JAKP JAKW HBNHKB UPNF UWNF PENDP PENDW JART JAKSEK; LHGKT = 1 * 1.9842440 + HPPKP * -0.0004700 + UPON * -0.0000020 + SDPRDKT * -4.1356400 + SDHRGKT * -0.0005400 + LHGKB * 1.6983390 + PESKT * -0.0000001 ; PRDKT = 1 * 97716.370000 + EXPHRGKT * 3.935280 + HPPKN * -0.350660 + PBNHKT * 9.404099 + SDPRDKT *-672648.700000 + UPON * -0.132970 ; PBNHKT = HBNHKT * -0.087660 + LHGKT * 14.290960 + EXPHRGKT * 0.108420 + EXPRDKT * 0.005535 + TBUKT * 0.000052 + TKDKT * 0.375996 + SDPRDKT * -2375.740000 ; PPKNKT = HPPKN * -0.06814 + LHGKT * 5.677659 + EXPRDKT * 0.001767 + SDPRDKT * -1557.38000 + TKLKT * 0.063509 ; PPKPKT = 1 * 607.47990 + HPPKP * -0.11680 + TKDKT * 0.05860 + EXPRDKT * 0.00180 + INVES * -0.000008 + SDHRGKT * -0.02670 ; PESKT = 1 *8035414.0000 + LHGKT * 175255.4000 +

Page 321: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

300

SDHRGKT * -2964.4400 + SDPRDKT *-6896195.0000 ; TKPDKT = 1 * 717.6339 + TKPLKT * -1.0149 + TKPNF * -0.0511 + TKPOF * -0.1457 + EXPHRGKT * 0.0120 + PPKNKT * 0.2848 + SDPRDKT * -3660.6000 + TKPDKB * 1.0298 ; TKWDKT = 1 * 956.96530 + UWON * -0.01699 + TKWNF * -0.38002 + PESKT * -0.00007 + NPPKT * -0.00012 + SDPRDKT * -220.81200 ; TKPLKT = 1 * 342.05210 + LHGKT * 58.34699 + SDHRGKT * -0.15795 + EXPRDKT * 0.00099 + NPPKT * -0.00004 ; TKWLKT = 1 * 274.89630 + EXPRDKT * 0.00136 + TKWDKT * -0.36403 + SDHRGKT * -0.00889 + SDPRDKT * -457.63700 ; LHGKB = 1 * 0.6463100 + UPON * -0.0000023 + NPPKB * -0.0000003 + LHGKT * 0.5552930 + EXPRDKB * 0.0000087 + SDHRGKB * -0.0000900 + SDPRDKB * -0.0835900 + PESKB * -0.00000001 ; PRDKB = 1 * 35573.37000 + PESKB * -0.00009 + SDHRGKB * -0.41621 + EXPHRGKT * -1.31832 + SDPRDKB * -18062.30000 + NPPKB * -0.00272 ; PBNHKB = EXPRDKB * 0.0055 + SDPRDKB * -119.0260 + TKPDKB * 0.7179 + LHGKB * 25.9652 ; PNPKB = 1 * 224.508400 + EXPHRGKB * 0.140892 + SDHRGKB * -0.078980 + HPPKP * -0.030470 + TBUKB * -0.000001 ;

Page 322: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

301

PESKB = SDHRGKB * -1023.3900 + EXPRDKB * 161.3410 + SDPRDKB *-11850000.0000 + PBNHKB * 11414.8400 + TAB * -0.0256 + LHGKT * 478.4366 ; TKPDKB = 1 * 24.00185 + JAKP * 44.64520 + EXPHRGKB * 0.05122 + TKPNF * -0.15156 + UPON * -0.00105 + SDHRGKB * -0.03900 ; TKWDKB = 1 * 21.983260 + JAKW * 29.642540 + EXPHRGKB * 0.059671 + EXPRDKB * 0.000118 + SDHRGKB * -0.008770 + INVES * -0.000009 + TKWNF * -0.114220 + UWON * -0.007600 ; TKPLKB = UPON * -0.00207000 + SDHRGKB * -0.01725000 + EXPHRGKB * 0.00552400 + PNPKB * 0.04120400 + PBNHKB * 0.56817600 + LHGKT * -4.04005000 + TPRT * 0.00000005 ; TKWLKB = 1 * 119.3898000 + UWON * -0.0012300 + SDHRGKB * -0.0458000 + INVES * -0.0000065 ; TKPOF = 1 * 42.8244200 + UPOF * 0.0113580 + EXPHRGKT * -0.0227800 + PENG * 0.0000002 + SDPRDKT * 42.9405300 + SDHRGKT * 0.0103420 + TAB * 0.0000003 ; TKWOF = 1 * -20.653700 + UWOF * 0.020218 + JAKW * 6.490966 + SDPRDKB * 211.306000 + EXPRDKT * -0.000130 + PWNF * -0.00000005+ TBUKT * 0.00000028; TKPNF = 1 * -78.62900 + UPNF * 0.00096 + TKPDKT * -0.21333 + JAKP * 64.86785 + TPUT * -0.0000003 +

Page 323: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

302

PENDP * 5.22430 + TKPOF * -0.01436 + SDPRDKT * 411.20520 + INVES * 0.00000575 ; TKWNF = 1 * 108.6744 + UWNF * 0.002599 + PENG * 0.000003 + EXPHRGKT * -0.06843 + SDPRDKT * 43.46911 + PENDW * 6.204705 ; PPOF = 1 * 64889.5000 + TKPOF * 7948.5740 + UPOF * 43.3240 + SDHRGKB * 280.8195 + EXPHRGKT * -4.5572 + EXPHRGKB * -97.3236 + EXPRDKT * -3.9076 ; PWOF = 1 * 569356.1000 + TKWOF * 5573.7610 + UWOF * 37.9492 + SDHRGKB * 85.7367 + EXPRDKT * -1.7020 + EXPRDKB * -1.1385 + SDPRDKB * 1130238.0000 + SDPRDKT * 3140807.0000 ; PPNF = TKPNF * 11831.1400 + UPNF * 393.4190 + TPOF * -0.2676 + TPUT * -0.0080 + SDHRGKB * 8651.2380 + SDPRDKT * 4719935.0000 ; PWNF = UWNF * 400.8930 + EXPHRGKB * -1105.28000 + TBUKT * 0.00227 + PENG * 0.00643 + SDPRDKT * 4751146.00000 ; PPANG = 1 * 827766.40000 + JART * 677301.10000 + TPRT * 0.01083 + EXPRDKB * 89.07011 + EXPRDKT * 26.54464 + SDPRDKT * -9814905.0000 ; PNPG = SDHRGKT * -12634.1000 + SDHRGKB * -1348.4700 + SDPRDKT * -8566740.0000 + TPRT * 0.0144 + EXPHRGKT * 6266.2700 ; PKS = PPEND * -0.10796 + TPRT * 0.00119 +

Page 324: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

303

SDHRGKB * -176.96400 + EXPRDKT * 29.36982 + EXPRDKB * 26.56246 + SDPRDKT * -3219789.00000 ; PPEND = JAKSEK * 1640931.0000 + TPRT * 0.0083 + PENDP * 78480.8400 + PENDW * 106136.9000 + SDHRGKT * -2354.7500 + SDHRGKB * -216.2270 + TAB * -0.0990 ; TAB = 1 * 3839788.0000 + TPRT * 0.0268 + KONS * -0.0107 + PPEND * -0.0276 + SDHRGKT * -1441.8600 + EXPRDKT * 111.8079 ; INVES = 1 * 559373.3000 + TPRT * 0.0021 + SDPRDKT * -1746869.0000 + EXPRDKT * 21.1887 ; PKT = LHGKT *PRDKT; TKDKT = TKPDKT + TKWDKT; TKLKT = TKPLKT +TKWLKT; PKB = LHGKB *PRDKB; NPPKT = PPKNKT*HPPKN+PPKPKT*HPPKP+PPKKT*HPPKK; NPPKB = PPKNKB*HPPKN+PPKPKB*HPPKP+PNPKB*HPNPK; KONS = PPANG + PNPG; PENG = KONS + PKS + PPEND; TPOF = PPOF + PWOF; TBUKT = HBNHKT*PBNHKT + HPPKN*PPKNKT + HPPKP*PPKPKT + PESKT +

UPON*TKPLKT + UWON*TKWLKT; TBUKB = HBNHKB*PBNHKB + HPNPK*PNPKB + PESKB + UPON*TKPLKB +

UWON*TKWLKB; PUTKT = PKT*EXPHRGKT -LHGKT*TBUKT; PUTKB = PKB*EXPHRGKB - LHGKB*TBUKB; TPNF = PPNF + PWNF; TPUT = PUTKT + PUTKB +PUNTB; TPRT = TPUT + TPOF + TPNF; SOLVE LHGKT PRDKT PKT PBNHKT PPKNKT PPKPKT PESKT TKPDKT TKWDKT TKPLKT TKWLKT TKDKT TKLKT LHGKB PRDKB PKB PBNHKB PNPKB PESKB TKPDKB TKWDKB TKPLKB TKWLKB TKPOF TKWOF TKPNF TKWNF KONS PENG PPOF PWOF TPOF TBUKT TBUKB PUTKT PUTKB PPNF PWNF TPNF TPUT TPRT PPANG PNPG PKS PPEND TAB INVES NPPKT NPPKB/ STAT THEIL SEIDEL DATA= STRAT1 OUT=OUTSIM OUTPREDICT; run; Quit;

Page 325: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

304

Lampiran 4. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sempit

Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev LHGKT 62 62 0.4390 0.1720 0.4698 0.1457 PRDKT 62 62 19420.1 2137.3 19850.0 779.7 PKT 62 62 8495.8 3443.3 9323.2 2911.1 PBNHKT 62 62 1526.8 186.5 1524.5 83.2465 PPKNKT 62 62 411.3 92.4668 404.2 14.7459 PPKPKT 62 62 457.8 97.1349 452.6 17.7278 PESKT 62 62 5274131 1504425 5596032 402776 TKPDKT 62 62 405.6 166.4 321.7 41.1949 TKWDKT 62 62 284.7 281.9 178.0 47.0109 TKPLKT 62 62 178.2 91.8396 227.9 25.8614 TKWLKT 62 62 135.3 126.9 170.7 19.0909 TKDKT 62 62 690.3 338.7 499.7 57.8414 TKLKT 62 62 313.5 164.8 398.6 33.1889 LHGKB 62 62 0.3829 0.1330 0.4356 0.1229 PRDKB 62 62 25241.4 975.7 25564.6 1143.0 PKB 62 62 9751.3 3601.3 11248.1 3524.9 PBNHKB 62 62 254.3 26.2064 251.6 9.9693 PNPKB 62 62 313.0 101.6 298.5 22.8202 PESKB 62 62 5249758 2708408 6063044 757816 TKPDKB 62 62 148.8 38.4083 134.6 20.1469 TKWDKB 62 62 92.4433 84.3681 76.6204 18.9115 TKPLKB 62 62 145.8 37.8622 135.4 8.3216 TKWLKB 62 62 107.9 50.4946 96.2975 9.3642 TKPOF 62 62 35.2903 63.3135 35.6439 55.6943 TKWOF 62 62 27.3871 64.7893 28.7755 58.9453 TKPNF 62 62 70.4194 158.8 62.6632 98.0147 TKWNF 62 62 34.5484 94.5189 43.8547 90.7882 KONS 62 62 11131222 11673492 12995049 3806205 PENG 62 62 12930642 12623948 15006429 5140066 PPOF 62 62 369944 720218 377725 657027 PWOF 62 62 193783 493825 206363 444329 TPOF 62 62 563727 925614 584087 888698 TBUKT 62 62 20293777 3098766 21285925 2175674 TBUKB 62 62 8941579 2940803 9498568 922141 PUTKT 62 62 12181729 5130213 13315410 4399890 PUTKB 62 62 7358978 3531135 8367415 3487806 PPNF 62 62 5927823 29493775 5899192 27299267 PWNF 62 62 2268388 13758750 2161512 13108431 TPNF 62 62 8196211 42407594 8060704 39371350 TPUT 62 62 22618442 8433983 21682825 6966290 TPRT 62 62 31378380 46326867 30327617 41370670 PPANG 62 62 4902074 2442178 5232019 1243232 PNPG 62 62 6229148 10742758 7763029 2968213 PKS 62 62 386290 368143 674105 276902 PPEND 62 62 1413129 1583809 1337275 1534970 TAB 62 62 4868705 1804939 5949737 1169034 INVES 62 62 685242 1237729 780960 280954 NPPKT 62 62 1912424 301031 1358891 76913.9 NPPKB 62 62 1918356 347372 1109335 96772.5

Lampiran 4. Lanjutan

Statistics of fit Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS % Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square LHGKT 62 0.0308 11.0203 0.0471 13.4765 0.0531 17.0453 0.9033 PRDKT 62 429.9 3.3886 1826.0 9.5196 2308.1 11.9629 -.1852 PKT 62 827.4 14.7143 1312.1 18.2285 1651.9 23.3608 0.7661 PBNHKT 62 -2.2833 1.1910 154.6 10.0874 195.2 12.5388 -.1129 PPKNKT 62 -7.0239 3.2379 66.5154 17.2090 88.6616 24.0653 0.0655 PPKPKT 62 -5.2213 3.1608 80.8540 18.1308 94.8121 21.6651 0.0316 PESKT 62 321901 13.5183 1302278 26.2853 1537997 31.4574 -.0623 TKPDKT 62 -83.8289 -8.1144 129.5 29.4310 172.7 36.1456 -.0947 TKWDKT 62 -106.7 6649.8 240.4 6715.6 289.4 10910.4 -.0712 TKPLKT 62 49.6810 70.6293 82.2237 80.8678 96.9365 123.1 -.1323 TKWLKT 62 35.3762 5512.8 114.0 5539.2 126.8 9513.5 -.0163 TKDKT 62 -190.6 -5.2029 282.5 43.5052 374.3 58.0257 -.2413 TKLKT 62 85.0572 85.1998 148.2 96.0277 177.7 172.0 -.1813 LHGKB 62 0.0527 19.8021 0.0866 27.8081 0.1036 37.2413 0.3827

Page 326: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

305

PRDKB 62 323.2 1.3462 882.7 3.5284 1108.9 4.4684 -.3129 PKB 62 1496.9 22.3000 2484.6 31.3573 3025.3 42.2149 0.2828 PBNHKB 62 -2.7491 -0.1499 19.1797 7.7268 23.5956 9.9459 0.1760 PNPKB 62 -14.5596 1273.2 67.7454 1293.3 99.6380 5885.7 0.0216 PESKB 62 813286 34.5278 2168320 46.9902 2820373 57.1532 -.1022 TKPDKB 62 -14.2235 -5.0883 28.2358 17.7683 39.2877 23.3128 -.0635 TKWDKB 62 -15.8229 2880.0 74.8205 2933.7 83.0263 4735.6 0.0157 TKPLKB 62 -10.4251 0.2991 32.2440 23.6061 39.7275 32.2044 -.1190 TKWLKB 62 -11.5603 2.4256 31.5064 27.9548 49.6371 35.1887 0.0178 TKPOF 62 0.3536 77.2942 17.6392 597.9 29.8685 993.8 0.7738 TKWOF 62 1.3885 24.9137 15.1850 362.9 33.5546 694.6 0.7274 TKPNF 62 -7.7562 2960.9 77.4117 3336.2 127.7 5400.7 0.3426 TKWNF 62 9.3063 2136.4 49.0281 2566.2 76.5165 3344.7 0.3339 KONS 62 1863827 62.4857 6629942 76.5303 11288897 95.7853 0.0495 PENG 62 2075787 57.5338 7239440 71.7475 11874948 89.7867 0.1006 PPOF 62 7780.3 -980798 175126 5421321 309562 9381198 0.8122 PWOF 62 12579.8 -135683 108492 2422461 241507 4543738 0.7569 TPOF 62 20360.1 56317.1 206288 2454936 360630 4270086 0.8457 TBUKT 62 992147 6.5253 2362037 12.1670 2896392 15.2123 0.1120 TBUKB 62 556988 13.8252 2175396 24.9852 2904250 30.4315 0.0087 PUTKT 62 1133681 15.1680 2606791 23.5325 3618723 30.0289 0.4943 PUTKB 62 1008437 24.9544 1995486 36.9796 2543302 55.5260 0.4727 PPNF 62 -28631.7 -8.332E7 3511910 1.0255E8 7030513 1.3735E8 0.9422 PWNF 62 -101863 -3.969E7 960645 39691886 2435613 45710471 0.9681 TPNF 62 -135507 -5.053E7 4057331 56378280 7642598 77589008 0.9670 TPUT 62 -935616 -0.1510 3563846 16.3591 4912596 21.1368 0.6552 TPRT 62 -1050763 3.4920 6479528 24.6501 10700109 44.6599 0.9458 PPANG 62 329945 25.0066 1812973 42.9250 2418127 55.6110 0.0035 PNPG 62 1533881 187.5 5491061 201.1 10512783 314.7 0.0267 PKS 62 287815 277.2 498400 305.4 565507 492.6 -.3981 PPEND 62 -75854.6 -1.394E7 998004 18393050 1263166 35005272 0.3535 TAB 62 1081032 41.2406 1534390 47.2997 1892330 82.3325 -.1172 INVES 62 95718.5 211.0 723676 229.3 1235865 357.6 -.0133 NPPKT 62 -553533 -27.2816 555672 27.4383 623625 29.6296 -.3626 NPPKB 62 -809021 -40.2353 809021 40.2353 879875 42.0885 -.5213

Lampiran 4. Lanjutan

Theil Forecast Error Statistics

MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U LHGKT 62 0.00282 0.98 0.34 0.17 0.49 0.24 0.42 0.1127 0.0551 PRDKT 62 5327104 -0.02 0.03 0.12 0.84 0.34 0.62 0.1181 0.0586 PKT 62 2728646 0.91 0.25 0.02 0.73 0.10 0.65 0.1804 0.0873 PBNHKT 62 38102.0 0.10 0.00 0.11 0.89 0.28 0.72 0.1269 0.0637 PPKNKT 62 7860.9 0.30 0.01 0.02 0.97 0.76 0.24 0.2104 0.1074 PPKPKT 62 8989.3 0.19 0.00 0.00 1.00 0.69 0.31 0.2027 0.1030 PESKT 62 2.365E12 0.10 0.04 0.03 0.93 0.50 0.45 0.2806 0.1387 TKPDKT 62 29828.9 0.45 0.24 0.04 0.73 0.52 0.25 0.3944 0.2266 TKWDKT 62 83754.2 0.31 0.14 0.02 0.85 0.65 0.22 0.7252 0.4963 TKPLKT 62 9396.7 0.43 0.26 0.02 0.72 0.46 0.28 0.4843 0.2257 TKWLKT 62 16090.5 0.28 0.08 0.02 0.90 0.71 0.21 0.6866 0.3559 TKDKT 62 140115 0.32 0.26 0.02 0.72 0.55 0.19 0.4876 0.2946 TKLKT 62 31573.5 0.32 0.23 0.01 0.76 0.54 0.23 0.5025 0.2358 LHGKB 62 0.0107 0.76 0.26 0.05 0.70 0.01 0.73 0.2559 0.1209 PRDKB 62 1229692 0.50 0.08 0.34 0.57 0.02 0.89 0.0439 0.0218 PKB 62 9152195 0.72 0.24 0.09 0.66 0.00 0.75 0.2913 0.1365 PBNHKB 62 556.8 0.44 0.01 0.00 0.98 0.47 0.52 0.0923 0.0465 PNPKB 62 9927.7 0.21 0.02 0.00 0.98 0.61 0.36 0.3030 0.1586 PESKB 62 7.955E12 0.12 0.08 0.02 0.89 0.47 0.45 0.4783 0.2349 TKPDKB 62 1543.5 0.33 0.13 0.03 0.84 0.21 0.66 0.2557 0.1356 TKWDKB 62 6893.4 0.23 0.04 0.00 0.96 0.61 0.35 0.6658 0.4078 TKPLKB 62 1578.3 0.01 0.07 0.04 0.89 0.54 0.39 0.2638 0.1388 TKWLKB 62 2463.8 0.28 0.05 0.01 0.94 0.68 0.27 0.4174 0.2302 TKPOF 62 892.1 0.88 0.00 0.00 1.00 0.06 0.94 0.4146 0.2168 TKWOF 62 1125.9 0.85 0.00 0.01 0.99 0.03 0.97 0.4803 0.2485 TKPNF 62 16311.5 0.59 0.00 0.00 1.00 0.22 0.77 0.7402 0.4431 TKWNF 62 5854.8 0.66 0.01 0.14 0.85 0.00 0.98 0.7658 0.3824 KONS 62 1.274E14 0.28 0.03 0.00 0.97 0.48 0.49 0.7028 0.3815 PENG 62 1.41E14 0.36 0.03 0.00 0.97 0.39 0.58 0.6597 0.3508 PPOF 62 9.583E10 0.90 0.00 0.00 1.00 0.04 0.96 0.3848 0.1987 PWOF 62 5.833E10 0.87 0.00 0.00 0.99 0.04 0.96 0.4585 0.2383 TPOF 62 1.301E11 0.92 0.00 0.01 0.99 0.01 0.99 0.3347 0.1689 TBUKT 62 8.389E12 0.51 0.12 0.04 0.84 0.10 0.78 0.1411 0.0691 TBUKB 62 8.435E12 0.23 0.04 0.01 0.96 0.48 0.49 0.3088 0.1533 PUTKT 62 1.31E13 0.75 0.10 0.02 0.88 0.04 0.86 0.2741 0.1330 PUTKB 62 6.468E12 0.78 0.16 0.09 0.76 0.00 0.84 0.3121 0.1478

Page 327: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

306

PPNF 62 4.943E13 0.97 0.00 0.04 0.96 0.10 0.90 0.2355 0.1221 PWNF 62 5.933E12 0.98 0.00 0.03 0.97 0.07 0.93 0.1761 0.0902 TPNF 62 5.841E13 0.98 0.00 0.10 0.90 0.16 0.84 0.1783 0.0924 TPUT 62 2.413E13 0.82 0.04 0.00 0.96 0.09 0.88 0.2037 0.1048 TPRT 62 1.145E14 0.98 0.01 0.13 0.86 0.21 0.78 0.1923 0.1003 PPANG 62 5.847E12 0.28 0.02 0.05 0.93 0.24 0.74 0.4422 0.2230 PNPG 62 1.105E14 0.22 0.02 0.00 0.98 0.54 0.44 0.8517 0.5092 PKS 62 3.198E11 -0.14 0.26 0.33 0.41 0.03 0.72 1.0638 0.4490 PPEND 62 1.596E12 0.67 0.00 0.14 0.86 0.00 0.99 0.5978 0.3052 TAB 62 3.581E12 0.51 0.33 0.02 0.66 0.11 0.56 0.3648 0.1682 INVES 62 1.527E12 0.10 0.01 0.02 0.98 0.59 0.40 0.8790 0.5529 NPPKT 62 3.889E11 0.27 0.79 0.00 0.21 0.13 0.09 0.3222 0.1892 NPPKB 62 7.742E11 0.13 0.85 0.00 0.15 0.08 0.07 0.4514 0.2873

Lampiran 4. Lanjutan

Theil Relative Change Forecast Error Statistics

Relative Change MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U LHGKT 61 0.0294 0.46 0.39 0.32 0.29 0.06 0.55 1.5766 0.5548 PRDKT 61 0.0148 0.63 0.04 0.08 0.89 0.03 0.93 0.8252 0.4381 PKT 61 0.0515 0.49 0.35 0.22 0.43 0.01 0.64 1.2921 0.5219 PBNHKT 61 0.0173 0.55 0.00 0.08 0.92 0.05 0.95 0.8686 0.4806 PPKNKT 61 0.0631 0.72 0.00 0.00 1.00 0.18 0.81 0.6876 0.4042 PPKPKT 61 0.0514 0.73 0.01 0.01 0.98 0.26 0.74 0.6859 0.4157 PESKT 61 0.1047 0.65 0.03 0.00 0.97 0.18 0.79 0.7582 0.4352 TKPDKT 61 0.2090 0.48 0.11 0.16 0.73 0.01 0.88 1.0137 0.5347 TKWDKT 61 37814.8 0.73 0.09 0.18 0.73 0.58 0.33 0.7033 0.4905 TKPLKT 61 0.7283 0.74 0.33 0.23 0.44 0.05 0.62 0.9673 0.3957 TKWLKT 61 5362.5 0.73 0.00 0.00 1.00 0.13 0.87 0.6001 0.3288 TKDKT 61 0.4721 0.75 0.20 0.00 0.80 0.15 0.65 0.7158 0.4249 TKLKT 61 1.5428 0.69 0.17 0.39 0.44 0.12 0.72 1.0254 0.4112 LHGKB 61 0.1511 0.43 0.26 0.63 0.10 0.36 0.38 2.7597 0.6736 PRDKB 61 0.00195 0.48 0.08 0.31 0.62 0.01 0.92 1.1077 0.5099 PKB 61 0.1933 0.48 0.26 0.62 0.12 0.34 0.40 2.4824 0.6452 PBNHKB 61 0.00873 0.70 0.01 0.03 0.96 0.06 0.93 0.7256 0.4001 PNPKB 61 72.1409 0.99 0.00 0.03 0.97 0.06 0.94 0.1184 0.0601 PESKB 61 0.3019 0.52 0.19 0.15 0.66 0.00 0.80 1.0250 0.4814 TKPDKB 61 0.0603 0.59 0.08 0.19 0.74 0.00 0.92 0.9394 0.4681 TKWDKB 61 2895.5 0.76 0.05 0.11 0.84 0.45 0.50 0.6193 0.3930 TKPLKB 61 0.0898 0.81 0.06 0.04 0.90 0.26 0.68 0.6136 0.3669 TKWLKB 61 0.1452 0.69 0.01 0.00 0.98 0.14 0.85 0.7199 0.4171 TKPOF 61 394.1 0.91 0.04 0.11 0.85 0.02 0.94 0.4066 0.1952 TKWOF 61 994.4 0.87 0.00 0.00 1.00 0.07 0.92 0.4607 0.2456 TKPNF 61 9413.5 0.68 0.00 0.00 0.99 0.14 0.86 0.6896 0.3946 TKWNF 61 5694.5 0.67 0.01 0.13 0.86 0.00 0.99 0.7517 0.3780 KONS 61 5.9477 0.45 0.01 0.00 0.99 0.37 0.62 0.8709 0.5695 PENG 61 5.9527 0.55 0.00 0.01 0.99 0.39 0.61 0.8172 0.5306 PPOF 61 5.012E10 0.92 0.02 0.02 0.97 0.00 0.98 0.3715 0.1862 PWOF 61 5.094E10 0.89 0.00 0.00 0.99 0.10 0.90 0.4341 0.2325 TPOF 61 2.131E10 0.94 0.01 0.03 0.96 0.00 0.99 0.3223 0.1602 TBUKT 61 0.0222 0.79 0.10 0.02 0.88 0.03 0.87 0.6464 0.3330 TBUKB 61 0.0971 0.61 0.09 0.07 0.84 0.04 0.87 0.8510 0.4431 PUTKT 61 0.0966 0.70 0.17 0.21 0.62 0.02 0.82 0.8898 0.3987 PUTKB 61 0.3377 0.92 0.15 0.45 0.40 0.29 0.55 0.5867 0.2474 PPNF 61 1.507E13 0.99 0.00 0.09 0.91 0.13 0.87 0.1399 0.0717 PWNF 61 5.995E12 0.98 0.00 0.03 0.97 0.07 0.93 0.1755 0.0899 TPNF 61 5.021E12 1.00 0.01 0.28 0.71 0.32 0.67 0.1078 0.0556 TPUT 61 0.0584 0.70 0.01 0.29 0.70 0.04 0.96 0.8351 0.3893 TPRT 61 0.1665 0.94 0.00 0.01 0.99 0.07 0.93 0.3352 0.1753 PPANG 61 0.3746 0.63 0.05 0.18 0.77 0.00 0.95 0.8561 0.4134 PNPG 61 125.7 0.40 0.00 0.01 0.99 0.57 0.43 0.9033 0.6665 PKS 61 13.4696 0.39 0.15 0.47 0.38 0.08 0.77 1.3939 0.5346 PPEND 61 6.697E11 0.78 0.01 0.01 0.98 0.05 0.94 0.5883 0.3165 TAB 61 0.2271 0.87 0.29 0.08 0.63 0.00 0.70 0.5930 0.2749 INVES 61 23.4346 0.51 0.00 0.01 0.99 0.41 0.58 0.8223 0.5311 NPPKT 61 0.1168 0.75 0.76 0.02 0.22 0.11 0.13 1.4066 0.6295 NPPKB 61 0.2206 0.69 0.84 0.01 0.15 0.08 0.08 1.8561 0.6998

Page 328: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

307

Lampiran 5. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Lahan Sedang

Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev LHGKT 34 34 1.1454 0.2538 1.1277 0.2172 PRDKT 34 34 20497.8 2282.5 20465.1 895.5 PKT 34 34 23526.5 6308.7 23079.8 4599.2 PBNHKT 34 34 1612.3 241.4 1559.6 96.9470 PPKNKT 34 34 403.7 112.9 414.5 18.5993 PPKPKT 34 34 449.2 107.5 452.4 23.9191 PESKT 34 34 6151591 1758815 5787453 303434 TKPDKT 34 34 187.5 104.6 269.5 34.0567 TKWDKT 34 34 105.2 169.0 140.1 60.4267 TKPLKT 34 34 304.1 104.5 274.1 21.2440 TKWLKT 34 34 214.6 105.7 186.1 28.8353 TKDKT 34 34 292.7 223.7 409.6 57.2370 TKLKT 34 34 518.6 148.0 460.2 35.8569 LHGKB 34 34 0.8804 0.2530 0.8395 0.1567 PRDKB 34 34 26150.0 813.0 26099.6 1283.8 PKB 34 34 23039.9 6758.4 22020.1 4855.6 PBNHKB 34 34 251.4 15.3881 252.6 2.8047 PNPKB 34 34 261.1 173.3 280.9 25.4192 PESKB 34 34 7335103 6408449 6326374 604988 TKPDKB 34 34 90.2115 35.2286 115.7 19.0772 TKWDKB 34 34 43.6185 65.6624 60.1265 24.2129 TKPLKB 34 34 120.9 34.4763 132.9 5.1181 TKWLKB 34 34 78.4702 23.9858 92.3734 9.6846 TKPOF 34 34 19.7353 59.1425 16.7589 44.7226 TKWOF 34 34 5.2059 24.5243 3.0190 19.6489 TKPNF 34 34 28.0882 64.5475 43.3216 46.7148 TKWNF 34 34 16.8235 64.4344 31.4469 30.6959 KONS 34 34 16582753 19143592 13413954 3590442 PENG 34 34 18886106 20095595 15374709 4843051 PPOF 34 34 201648 647087 175183 561334 PWOF 34 34 25412.7 148175 7928.1 142940 TPOF 34 34 227061 742135 183111 625074 TBUKT 34 34 22698608 2640566 21544667 1839178 TBUKB 34 34 10350895 6483278 9653332 697591 PUTKT 34 34 32483715 13704966 33001633 8488653 PUTKB 34 34 13720201 8606834 13734239 5662796 PPNF 34 34 672354 1800335 642069 4564947 PWNF 34 34 94118.6 548795 203893 947558 TPNF 34 34 766472 1847156 438176 4617258 TPUT 34 34 50800024 19649024 46735872 11680977 TPRT 34 34 51793557 19681860 47357159 13004561 PPANG 34 34 5998753 3473068 5568964 1214943 PNPG 34 34 10584000 18137998 7844990 2648555 PKS 34 34 1156941 3517702 773778 239344 PPEND 34 34 1146412 1572449 1186977 1404451 TAB 34 34 6918803 2915841 6484029 413456 INVES 34 34 1260162 1666627 800151 306564 NPPKT 34 34 1829216 340614 1343018 90073.5 NPPKB 34 34 1756294 463797 991761 129027

Lampiran 5. Lanjutan Statistics of fit Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS % Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square LHGKT 34 -0.0177 -0.1759 0.1028 9.5503 0.1332 13.3813 0.7162 PRDKT 34 -32.7100 0.8969 1742.7 8.6741 2103.0 10.6100 0.1254 PKT 34 -446.7 0.6008 3026.8 12.6304 3863.9 15.8974 0.6135 PBNHKT 34 -52.6790 -1.6610 157.7 9.0471 235.9 12.4984 0.0160 PPKNKT 34 10.7989 10.3944 81.5900 22.5039 110.7 32.1320 0.0090 PPKPKT 34 3.2361 5.9113 80.8109 19.2221 97.9620 23.7521 0.1448 PESKT 34 -364138 1.5155 1509845 24.5655 1775790 27.7452 -.0503 TKPDKT 34 81.9915 75.2833 116.1 82.8993 132.8 103.0 -.6607 TKWDKT 34 34.8956 7081.2 113.0 7103.7 140.0 9895.3 0.2927 TKPLKT 34 -29.9420 5.1236 80.6368 32.4282 104.1 51.9103 -.0222 TKWLKT 34 -28.4786 1364.9 86.2455 1402.7 102.4 4775.5 0.0345 TKDKT 34 116.9 105.7 197.6 116.5 229.4 154.0 -.0839 TKLKT 34 -58.4206 -1.7201 126.6 27.4907 147.8 36.9273 -.0270 LHGKB 34 -0.0409 -0.00950 0.1500 17.6121 0.1900 22.9933 0.4189

Page 329: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

308

PRDKB 34 -50.4485 -0.1099 1174.9 4.5053 1440.0 5.5406 -.232 PKB 34 -1019.7 0.2449 4234.5 18.9521 5425.5 25.3240 0.3360 PBNHKB 34 1.1411 0.8218 11.4605 4.6713 14.8910 6.2713 0.0352 PNPKB 34 19.8225 7146.9 126.3 7172.4 166.7 13981.6 0.0463 PESKB 34 -1008729 23.4667 3611335 53.4374 6322484 66.7599 -.0028 TKPDKB 34 25.4495 41.1886 29.1448 43.5826 33.9997 57.0196 0.0403 TKWDKB 34 16.5080 3057.4 45.8860 3079.0 56.9986 4289.0 0.2236 TKPLKB 34 11.9478 18.9563 29.5754 29.1544 35.5968 39.4644 -.0984 TKWLKB 34 13.9032 32.6817 23.1939 41.4966 28.0123 68.1497 -.4052 TKPOF 34 -2.9764 103.2 13.9176 512.7 35.3105 670.7 0.6327 TKWOF 34 -2.1869 -120.2 5.1011 411.6 7.8066 524.6 0.8956 TKPNF 34 15.2334 3297.4 53.0827 3534.2 74.9029 5762.0 -.3874 TKWNF 34 14.6234 2572.6 39.3139 2821.2 61.0632 3608.0 0.0747 KONS 34 -3168799 30.5318 9510785 62.3543 19637309 81.5429 -.0841 PENG 34 -3511398 31.3475 10970632 64.7199 20945001 83.4374 -.1192 PPOF 34 -26465.3 -109351 103151 4237895 260478 5435434 0.8331 PWOF 34 -17484.6 -1512594 37296.2 3493756 44876.9 4271743 0.9055 TPOF 34 -43949.9 -972892 119259 2831999 278769 3670502 0.8546 TBUKT 34 -1153942 -4.2180 2235788 9.6833 2740121 11.6556 -.1095 TBUKB 34 -697563 14.5761 3928960 38.2343 6363065 45.9263 0.0076 PUTKT 34 517919 10.1489 7212969 24.5741 8757262 32.7141 0.5793 PUTKB 34 14037.1 -141.6 4765224 192.5 7248301 855.1 0.2693 PPNF 34 -30284.4 -1.175E8 2368203 1.1857E8 3456919 1.4441E8 -.799 PWNF 34 -298012 -3.523E7 409743 35547880 514358 40552301 0.0949 TPNF 34 -328296 -7.121E7 2555363 71216129 3469364 86179380 -.635 TPUT 34 -4064152 -3.0980 9270342 17.2773 12125310 20.5586 0.6077 TPRT 34 -4436398 -4.0633 9867275 18.1458 13061867 22.2464 0.5462 PPANG 34 -429789 13.2091 2108537 37.5709 3489026 51.4352 -.0398 PNPG 34 -2739010 70.9765 7815743 105.6 18206026 152.5 -.0380 PKS 34 -383163 213.6 1144085 231.5 3464894 393.9 0.0004 PPEND 34 40564.5 -4204235 921854 17276945 1224199 29634361 0.3755 TAB 34 -434774 11.8365 2342225 38.7711 2891220 51.7553 -.0130 INVES 34 -460010 149.5 1115998 193.2 1651001 284.1 -.0111 NPPKT 34 -486197 -24.2865 497743 25.1965 583123 27.8425 -.0208 NPPKB 34 -764533 -38.4819 798204 42.1731 899341 44.8614 -.8742

Page 330: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

309

Lampiran 5. Lanjutan Theil Forecast Error Statistics MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U LHGKT 34 0.0177 0.85 0.02 0.00 0.98 0.07 0.91 0.1136 0.0574 PRDKT 34 4422538 0.36 0.00 0.00 1.00 0.42 0.58 0.1020 0.0512 PKT 34 14929557 0.79 0.01 0.01 0.98 0.19 0.80 0.1588 0.0807 PBNHKT 34 55663.6 0.28 0.05 0.01 0.94 0.36 0.59 0.1448 0.0739 PPKNKT 34 12256.5 0.14 0.01 0.00 0.99 0.70 0.29 0.2644 0.1328 PPKPKT 34 9596.6 0.44 0.00 0.05 0.94 0.71 0.29 0.2123 0.1071 PESKT 34 3.153E12 0.07 0.04 0.01 0.95 0.65 0.31 0.2779 0.1457 TKPDKT 34 17645.4 0.12 0.38 0.03 0.59 0.27 0.35 0.6208 0.2736 TKWDKT 34 19603.4 0.65 0.06 0.12 0.82 0.58 0.35 0.7110 0.4010 TKPLKT 34 10838.8 0.26 0.08 0.00 0.91 0.62 0.30 0.3243 0.1747 TKWLKT 34 10477.0 0.34 0.08 0.00 0.92 0.55 0.37 0.4292 0.2399 TKDKT 34 52641.8 0.51 0.26 0.06 0.68 0.51 0.23 0.6262 0.2942 TKLKT 34 21844.8 0.40 0.16 0.02 0.82 0.56 0.28 0.2743 0.1478 LHGKB 34 0.0361 0.67 0.05 0.00 0.95 0.25 0.70 0.2077 0.1074 PRDKB 34 2073678 0.08 0.00 0.69 0.31 0.10 0.90 0.0550 0.0275 PKB 34 29436174 0.61 0.04 0.02 0.95 0.12 0.85 0.2262 0.1166 PBNHKB 34 221.7 0.20 0.01 0.00 0.99 0.69 0.30 0.0591 0.0295 PNPKB 34 27793.3 0.28 0.01 0.02 0.97 0.76 0.22 0.5345 0.2807 PESKB 34 3.997E13 0.17 0.03 0.01 0.97 0.82 0.16 0.6533 0.3944 TKPDKB 34 1156.0 0.80 0.56 0.07 0.37 0.22 0.22 0.3518 0.1590 TKWDKB 34 3248.8 0.58 0.08 0.06 0.86 0.51 0.40 0.7306 0.3994 TKPLKB 34 1267.1 0.16 0.11 0.00 0.89 0.66 0.23 0.2834 0.1377 TKWLKB 34 784.7 0.13 0.25 0.05 0.70 0.25 0.50 0.3418 0.1602 TKPOF 34 1246.8 0.80 0.01 0.00 0.99 0.16 0.83 0.5740 0.3250 TKWOF 34 60.9426 0.96 0.08 0.26 0.67 0.38 0.54 0.3159 0.1762 TKPNF 34 5610.4 0.13 0.04 0.25 0.71 0.06 0.90 1.0775 0.5644 TKWNF 34 3728.7 0.37 0.06 0.01 0.93 0.30 0.65 0.9298 0.5587 KONS 34 3.856E14 -0.06 0.03 0.05 0.92 0.61 0.37 0.7819 0.5037 PENG 34 4.387E14 -0.06 0.03 0.08 0.89 0.51 0.46 0.7655 0.4819 PPOF 34 6.785E10 0.91 0.01 0.01 0.98 0.11 0.88 0.3896 0.2086 PWOF 34 2.0139E9 0.96 0.15 0.00 0.85 0.01 0.83 0.3029 0.1552 TPOF 34 7.771E10 0.93 0.02 0.05 0.92 0.17 0.80 0.3641 0.1980 TBUKT 34 7.508E12 0.41 0.18 0.07 0.75 0.08 0.74 0.1199 0.0616 TBUKB 34 4.049E13 0.14 0.01 0.00 0.99 0.80 0.19 0.5232 0.2913 PUTKT 34 7.669E13 0.78 0.00 0.06 0.94 0.34 0.65 0.2489 0.1265 PUTKB 34 5.254E13 0.53 0.00 0.02 0.98 0.16 0.84 0.4494 0.2342 PPNF 34 1.195E13 0.72 0.00 0.87 0.13 0.62 0.38 1.8225 0.5368 PWNF 34 2.646E11 0.98 0.34 0.62 0.05 0.58 0.08 0.9372 0.3419 TPNF 34 1.204E13 0.73 0.01 0.86 0.13 0.62 0.37 1.7570 0.5301 TPUT 34 1.47E14 0.85 0.11 0.16 0.73 0.42 0.47 0.2230 0.1183 TPRT 34 1.706E14 0.78 0.12 0.03 0.85 0.25 0.63 0.2362 0.1252 PPANG 34 1.217E13 0.14 0.02 0.04 0.94 0.41 0.58 0.5052 0.2769 PNPG 34 3.315E14 0.02 0.02 0.01 0.96 0.70 0.27 0.8766 0.6270 PKS 34 1.201E13 0.13 0.01 0.00 0.98 0.87 0.12 0.9484 0.7764 PPEND 34 1.499E12 0.66 0.00 0.09 0.91 0.02 0.98 0.6352 0.3264 TAB 34 8.359E12 0.11 0.02 0.00 0.98 0.73 0.25 0.3859 0.2067 INVES 34 2.726E12 0.28 0.08 0.01 0.91 0.66 0.26 0.7977 0.5644 NPPKT 34 3.4E11 0.28 0.70 0.00 0.30 0.18 0.13 0.3136 0.1819 NPPKB 34 8.088E11 0.01 0.72 0.02 0.26 0.13 0.14 0.4956 0.3195

Lampiran 5. Lanjutan Theil Relative Change Forecast Error Statistics Relative Change MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U LHGKT 33 0.0137 0.77 0.04 0.00 0.95 0.17 0.79 0.6372 0.3705 PRDKT 33 0.0107 0.79 0.00 0.00 1.00 0.15 0.85 0.6103 0.3450 PKT 33 0.0268 0.78 0.03 0.02 0.95 0.23 0.74 0.6243 0.3708 PBNHKT 33 0.0207 0.55 0.04 0.05 0.91 0.08 0.87 0.8715 0.4976 PPKNKT 33 0.1079 0.75 0.00 0.03 0.97 0.31 0.69 0.6586 0.3995 PPKPKT 33 0.0717 0.70 0.00 0.00 1.00 0.21 0.79 0.7107 0.4235 PESKT 33 0.1109 0.71 0.03 0.02 0.95 0.28 0.69 0.7162 0.4454 TKPDKT 33 0.7429 0.62 0.39 0.07 0.54 0.01 0.60 1.0361 0.4610 TKWDKT 33 8130.6 0.57 0.06 0.06 0.88 0.06 0.87 0.7671 0.3915 TKPLKT 33 0.1909 0.64 0.02 0.20 0.78 0.00 0.98 0.8407 0.4200 TKWLKT 33 1058.5 0.93 0.02 0.28 0.70 0.47 0.50 0.4224 0.2479 TKDKT 33 1.7226 0.51 0.27 0.19 0.54 0.00 0.73 1.1262 0.4871 TKLKT 33 0.0882 0.85 0.19 0.00 0.81 0.09 0.72 0.5700 0.3172

Page 331: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

310

LHGKB 33 0.0526 0.72 0.03 0.01 0.96 0.10 0.87 0.6966 0.3944 PRDKB 33 0.00306 0.51 0.00 0.67 0.33 0.24 0.76 1.4961 0.5468 PKB 33 0.0638 0.68 0.02 0.08 0.91 0.02 0.96 0.7570 0.4033 PBNHKB 33 0.00341 0.79 0.00 0.02 0.97 0.24 0.75 0.6227 0.3670 PNPKB 33 5608.3 0.84 0.01 0.02 0.96 0.02 0.97 0.5047 0.2571 PESKB 33 1.6210 0.43 0.02 0.01 0.97 0.27 0.72 0.8810 0.5748 TKPDKB 33 0.1946 0.85 0.49 0.01 0.50 0.01 0.51 0.7250 0.3358 TKWDKB 33 1525.6 0.53 0.05 0.07 0.89 0.07 0.88 0.7816 0.4028 TKPLKB 33 0.1168 0.80 0.05 0.04 0.90 0.28 0.67 0.6110 0.3505 TKWLKB 33 0.2076 0.85 0.17 0.02 0.81 0.17 0.66 0.5765 0.3110 TKPOF 33 1136.8 0.87 0.03 0.32 0.65 0.61 0.36 0.5923 0.3876 TKWOF 33 62.1019 0.97 0.08 0.26 0.66 0.39 0.54 0.3166 0.1766 TKPNF 33 4822.3 0.23 0.03 0.17 0.80 0.08 0.89 1.0220 0.5589 TKWNF 33 3584.9 0.41 0.03 0.00 0.96 0.33 0.64 0.9016 0.5600 KONS 33 4.5673 0.38 0.04 0.00 0.96 0.46 0.51 0.8956 0.6525 PENG 33 5.4005 0.39 0.04 0.00 0.96 0.46 0.50 0.8909 0.6511 PPOF 33 6.915E10 0.81 0.01 0.03 0.96 0.24 0.75 0.5748 0.3353 PWOF 33 1.9172E9 0.96 0.19 0.00 0.81 0.02 0.80 0.2911 0.1494 TPOF 33 1.979E10 0.90 0.02 0.16 0.82 0.37 0.61 0.4738 0.2783 TBUKT 33 0.0132 0.69 0.16 0.15 0.69 0.00 0.84 0.8641 0.4191 TBUKB 33 0.6972 0.52 0.01 0.00 0.98 0.39 0.60 0.8378 0.5697 PUTKT 33 0.0964 0.89 0.00 0.06 0.94 0.22 0.78 0.4442 0.2462 PUTKB 33 3.1093 1.00 0.02 0.05 0.93 0.04 0.94 0.0678 0.0337 PPNF 33 1.095E13 0.72 0.00 0.86 0.14 0.59 0.41 1.7333 0.5245 PWNF 33 2.62E11 0.98 0.30 0.64 0.05 0.60 0.09 0.9190 0.3364 TPNF 33 2.733E12 0.72 0.01 0.85 0.15 0.58 0.41 1.6823 0.5203 TPUT 33 0.0706 0.86 0.08 0.01 0.91 0.15 0.77 0.5292 0.2982 TPRT 33 0.0846 0.83 0.06 0.04 0.90 0.01 0.93 0.5725 0.2980 PPANG 33 0.3179 0.72 0.01 0.01 0.98 0.09 0.90 0.6739 0.3779 PNPG 33 17.1963 0.44 0.05 0.01 0.94 0.53 0.43 0.8705 0.6472 PKS 33 64.9588 0.08 0.00 0.06 0.94 0.43 0.57 0.9882 0.7066 PPEND 33 6.059E11 0.76 0.00 0.04 0.96 0.03 0.97 0.5929 0.3116 TAB 33 0.2667 0.56 0.00 0.10 0.90 0.04 0.96 0.8430 0.4587 INVES 33 47.5665 0.57 0.12 0.11 0.77 0.63 0.25 0.8370 0.6537 NPPKT 33 0.1200 0.79 0.66 0.05 0.30 0.16 0.18 1.1258 0.5783 NPPKB 33 0.3179 0.75 0.69 0.04 0.27 0.15 0.15 1.2601 0.6301

Lampiran 6. Hasil Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Luas Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev LHGKT 46 46 3.2710 1.6144 3.2260 1.6465 PRDKT 46 46 22310.1 2930.5 22140.3 1654.5 PKT 46 46 75460.6 43796.4 73740.5 43920.8 PBNHKT 46 46 1597.9 195.0 1603.5 107.6 PPKNKT 46 46 435.8 129.7 433.6 25.5570 PPKPKT 46 46 437.4 109.1 434.2 17.5997 PESKT 46 46 6391856 2301556 6218267 378030 TKPDKT 46 46 75.9565 49.5982 101.6 130.4 TKWDKT 46 46 30.0725 54.3311 68.4384 90.1048 TKPLKT 46 46 422.0 80.1414 397.6 94.2104 TKWLKT 46 46 211.7 89.1137 213.1 33.8290 TKDKT 46 46 106.0 79.9869 170.1 200.1 TKLKT 46 46 633.7 103.9 610.7 120.6 LHGKB 46 46 2.0793 1.0119 2.0416 0.9404 PRDKB 46 46 26571.9 1095.8 26221.7 976.3 PKB 46 46 55690.2 27928.8 53669.6 25308.1 PBNHKB 46 46 247.3 23.8829 249.6 5.0960 PNPKB 46 46 252.4 110.1 259.3 30.6630 PESKB 46 46 6376093 3649852 6090348 785725 TKPDKB 46 46 72.4194 43.4668 71.0356 41.3361 TKWDKB 46 46 23.3545 42.0382 32.7655 36.2204 TKPLKB 46 46 122.3 40.7482 125.9 6.4540 TKWLKB 46 46 68.9971 32.4678 72.1039 12.4979 TKPOF 46 46 3.9130 19.7572 3.2961 15.5474 TKWOF 46 46 11.6957 55.1740 11.3924 33.3010 TKPNF 46 46 48.6522 89.3789 61.3145 48.3033 TKWNF 46 46 86.7826 171.5 63.0606 56.5583 KONS 46 46 17317485 12152285 16449980 3597413 PENG 46 46 20810898 15252880 19599807 5066172 PPOF 46 46 23479.2 159237 13657.6 149878 PWOF 46 46 75392.3 365755 70553.0 251421 TPOF 46 46 98871.5 506275 84210.6 334548 TBUKT 46 46 26604608 3814901 26223722 3499760 TBUKB 46 46 9347228 3702017 9137099 887103 PUTKT 46 46 1.0237E8 69673180 98299078 60446537

Page 332: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

311

PUTKB 46 46 36205551 22755540 34947040 19897463 PPNF 46 46 1582140 3598754 2205605 7868825 PWNF 46 46 2383805 5963150 2583738 6575154 TPNF 46 46 3965945 8309549 4789342 12805291 TPUT 46 46 1.4794E8 91962471 1.3325E8 76721120 TPRT 46 46 1.5201E8 92200234 1.3812E8 76367941 PPANG 46 46 6998772 4611735 6607345 1352617 PNPG 46 46 10318713 10156923 9842634 2847224 PKS 46 46 812326 1163288 753038 291667 PPEND 46 46 2681087 3836424 2396790 1725164 TAB 46 46 10362804 4432889 8876129 2095672 INVES 46 46 972500 2103125 1052035 305374 NPPKT 46 46 1857122 439051 1348688 106692 NPPKB 46 46 1623867 344901 910864 129404

Lampiran 6. Lanjutan Statistics of fit Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS % Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square LHGKT 46 -0.0450 -1.2930 0.2771 8.7996 0.3758 11.7485 0.9446 PRDKT 46 -169.8 0.4512 1795.7 7.9212 2759.6 11.3325 0.0936 PKT 46 -1720.1 -0.6205 10086.1 13.6209 14457.3 17.9256 0.8886 PBNHKT 46 5.5822 1.7232 169.6 10.8989 206.9 13.6329 -.1509 PPKNKT 46 -2.1996 8.3053 98.8207 25.3952 127.3 34.2895 0.0153 PPKPKT 46 -3.1641 6.3927 87.8527 22.8334 106.1 31.5203 0.0335 PESKT 46 -173589 10.5100 1878412 32.9987 2247373 41.3904 0.0253 TKPDKT 46 25.6672 -73.0136 85.1331 239.2 103.0 448.7 -.4115 TKWDKT 46 38.3659 3861.8 73.4764 5251.9 95.4823 8526.5 -.1574 TKPLKT 46 -24.4051 -3.1171 89.7541 21.0670 108.4 26.0815 -.8710 TKWLKT 46 1.4617 21.4657 72.3965 45.1730 83.9130 64.0719 0.0936 TKDKT 46 64.0332 -36.5495 147.3 306.3 177.4 592.7 -.0309 TKLKT 46 -22.9434 -2.2176 103.2 16.2261 125.1 19.4164 -.4817 LHGKB 46 -0.0377 3.5187 0.3776 18.6631 0.5397 25.8717 0.7092 PRDKB 46 -350.2 -1.1588 1096.4 4.1317 1451.1 5.4714 -.7926 PKB 46 -2020.6 2.6048 10591.6 19.9230 15096.2 27.4245 0.7013 PBNHKB 46 2.3071 1.8947 20.0370 8.3792 24.0581 10.5109 -.0373 PNPKB 46 6.8370 3388.5 79.3485 3411.1 111.4 9446.2 -.0452 PESKB 46 -285745 26.0551 2893552 53.7038 3632033 66.7401 -.0123 TKPDKB 46 -1.3838 -5.1821 20.4240 52.9061 25.7343 108.2 0.6417 TKWDKB 46 9.4109 1822.6 33.0680 2268.8 44.3972 3637.5 -.1402 TKPLKB 46 3.5580 12.4882 29.1580 25.5833 40.3279 34.9148 -.0012 TKWLKB 46 3.1067 24.3201 25.6993 42.2444 35.6424 61.1955 -.2319 TKPOF 46 -0.6170 45.6263 7.9846 691.1 11.8814 934.8 0.6303 TKWOF 46 -0.3032 345.5 10.4452 465.9 33.8967 689.3 0.6142 TKPNF 46 12.6623 3425.9 57.2420 3564.5 72.2864 5190.6 0.3314 TKWNF 46 -23.7220 2969.3 86.1438 3150.9 138.8 4088.3 0.3310 KONS 46 -867505 37.4432 7408949 62.3573 10420722 90.7677 0.2483 PENG 46 -1211091 41.9513 9446759 68.5543 12599032 97.2201 0.3025 PPOF 46 -9821.6 -519427 56758.4 5213100 82464.3 7625861 0.7259 PWOF 46 -4839.3 1869570 61196.2 3493492 176369 5004243 0.7623 TPOF 46 -14660.9 799944 90166.0 2975311 216675 4119567 0.8128 TBUKT 46 -380886 -0.5657 2600689 9.7940 3154389 11.9010 0.3011 TBUKB 46 -210129 10.8732 2788865 31.2624 3538358 39.0388 0.0662 PUTKT 46 -4073895 3.7718 20062425 20.8081 31091151 30.4315 0.7964 PUTKB 46 -1258511 11.3234 7990162 33.6681 10352040 57.3137 0.7884 PPNF 46 623465 -1.223E8 3219459 1.3581E8 4997306 1.8251E8 -.9711 PWNF 46 199933 -1.946E7 967312 19929014 2335969 28662511 0.8431 TPNF 46 823397 -6.578E7 3560397 69353075 6209911 95503544 0.4291 TPUT 46 -1.47E7 -5.4467 24319441 15.5625 37270030 19.4316 0.8321 TPRT 46 -1.389E7 -4.1142 24745465 15.8271 37182755 21.0637 0.8337 PPANG 46 -391426 17.8445 2445339 40.2535 4141002 59.0022 0.1758 PNPG 46 -476079 156.6 6258542 184.2 9312559 332.0 0.1407 PKS 46 -59288.5 178.5 791157 216.0 1244418 345.0 -.1698 PPEND 46 -284297 16116612 1970593 20560243 2970312 49317239 0.3872 TAB 46 -1486676 -0.0380 3390360 33.2835 4839361 45.6106 -.2183 INVES 46 79535.0 286.8 1063011 302.8 2026246 423.1 0.0511 NPPKT 46 -508433 -23.3829 556279 27.5366 662108 30.2449 -.3251 NPPKB 46 -713003 -41.4077 716594 41.8362 788360 43.9291 -.3414

Page 333: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

312

Lampiran 6. Lanjutan Theil Forecast Error Statistics MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U LHGKT 46 0.1413 0.97 0.01 0.04 0.95 0.01 0.98 0.1033 0.0518 PRDKT 46 7615218 0.37 0.00 0.04 0.95 0.21 0.79 0.1227 0.0617 PKT 46 2.0901E8 0.95 0.01 0.03 0.96 0.00 0.99 0.1662 0.0838 PBNHKT 46 42821.4 0.14 0.00 0.15 0.85 0.17 0.82 0.1286 0.0643 PPKNKT 46 16193.4 0.14 0.00 0.00 1.00 0.65 0.35 0.2801 0.1432 PPKPKT 46 11249.7 0.19 0.00 0.00 1.00 0.73 0.27 0.2355 0.1198 PESKT 46 5.051E12 0.18 0.01 0.00 0.99 0.72 0.28 0.3312 0.1727 TKPDKT 46 10615.6 0.72 0.06 0.83 0.11 0.60 0.34 1.1395 0.4047 TKWDKT 46 9116.9 0.33 0.16 0.56 0.28 0.14 0.70 1.5505 0.5489 TKPLKT 46 11755.6 0.26 0.05 0.45 0.50 0.02 0.93 0.2525 0.1294 TKWLKT 46 7041.4 0.31 0.00 0.00 0.99 0.42 0.58 0.3660 0.1886 TKDKT 46 31479.4 0.58 0.13 0.74 0.13 0.45 0.42 1.3412 0.4512 TKLKT 46 15649.8 0.39 0.03 0.40 0.57 0.02 0.95 0.1949 0.0990 LHGKB 46 0.2913 0.85 0.00 0.02 0.97 0.02 0.98 0.2339 0.1186 PRDKB 46 2105750 0.06 0.06 0.39 0.56 0.01 0.94 0.0546 0.0275 PKB 46 2.2789E8 0.84 0.02 0.01 0.97 0.03 0.95 0.2428 0.1244 PBNHKB 46 578.8 0.04 0.01 0.03 0.96 0.60 0.39 0.0969 0.0483 PNPKB 46 12400.4 0.07 0.00 0.04 0.95 0.50 0.50 0.4050 0.2078 PESKB 46 1.319E13 0.09 0.01 0.01 0.98 0.61 0.39 0.4957 0.2697 TKPDKB 46 662.3 0.81 0.00 0.05 0.94 0.01 0.99 0.3056 0.1549 TKWDKB 46 1971.1 0.38 0.04 0.20 0.75 0.02 0.94 0.9310 0.4613 TKPLKB 46 1626.3 0.10 0.01 0.00 0.99 0.71 0.28 0.3131 0.1583 TKWLKB 46 1270.4 -0.10 0.01 0.19 0.80 0.31 0.69 0.4683 0.2388 TKPOF 46 141.2 0.79 0.00 0.00 1.00 0.12 0.87 0.5962 0.3332 TKWOF 46 1149.0 0.81 0.00 0.11 0.89 0.41 0.59 0.6074 0.3739 TKPNF 46 5225.3 0.60 0.03 0.00 0.96 0.32 0.65 0.7164 0.4047 TKWNF 46 19254.7 0.70 0.03 0.20 0.77 0.67 0.30 0.7282 0.5049 KONS 46 1.086E14 0.58 0.01 0.10 0.89 0.66 0.33 0.4943 0.2749 PENG 46 1.587E14 0.63 0.01 0.13 0.86 0.64 0.35 0.4902 0.2743 PPOF 46 6.8004E9 0.86 0.01 0.03 0.96 0.01 0.97 0.5179 0.2676 PWOF 46 3.111E10 0.90 0.00 0.19 0.81 0.41 0.59 0.4773 0.2808 TPOF 46 4.695E10 0.95 0.00 0.43 0.56 0.61 0.38 0.4245 0.2544 TBUKT 46 9.95E12 0.63 0.01 0.12 0.87 0.01 0.98 0.1174 0.0592 TBUKB 46 1.252E13 0.26 0.00 0.00 1.00 0.62 0.38 0.3525 0.1841 PUTKT 46 9.667E14 0.89 0.02 0.00 0.98 0.09 0.90 0.2519 0.1304 PUTKB 46 1.072E14 0.89 0.01 0.00 0.98 0.07 0.91 0.2428 0.1251 PPNF 46 2.497E13 0.88 0.02 0.87 0.12 0.71 0.27 1.2829 0.4170 PWNF 46 5.457E12 0.93 0.01 0.18 0.81 0.07 0.93 0.3672 0.1749 TPNF 46 3.856E13 0.91 0.02 0.69 0.29 0.51 0.47 0.6805 0.2740 TPUT 46 1.389E15 0.93 0.16 0.06 0.79 0.16 0.68 0.2146 0.1140 TPRT 46 1.383E15 0.93 0.14 0.06 0.80 0.18 0.68 0.2098 0.1111 PPANG 46 1.715E13 0.46 0.01 0.03 0.96 0.61 0.39 0.4957 0.2743 PNPG 46 8.672E13 0.40 0.00 0.02 0.98 0.60 0.39 0.6466 0.3780 PKS 46 1.549E12 -0.21 0.00 0.18 0.82 0.48 0.52 0.8835 0.5619 PPEND 46 8.823E12 0.66 0.01 0.07 0.92 0.49 0.50 0.6393 0.3914 TAB 46 2.342E13 0.13 0.09 0.10 0.81 0.23 0.68 0.4301 0.2376 INVES 46 4.106E12 0.25 0.00 0.01 0.99 0.77 0.23 0.8824 0.5976 NPPKT 46 4.384E11 0.22 0.59 0.00 0.41 0.25 0.16 0.3472 0.2031 NPPKB 46 6.215E11 0.22 0.82 0.00 0.18 0.07 0.11 0.4751 0.3057

Lampiran 6. Lanjutan

Theil Relative Change Forecast Error Statistics Relative Change MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U LHGKT 45 0.0121 0.83 0.05 0.06 0.89 0.28 0.66 0.5758 0.3443 PRDKT 45 0.0179 0.64 0.01 0.00 0.99 0.23 0.77 0.7686 0.4714 PKT 45 0.0415 0.80 0.05 0.09 0.87 0.37 0.58 0.6318 0.3959 PBNHKT 45 0.0148 0.69 0.01 0.02 0.97 0.08 0.91 0.7359 0.4095 PPKNKT 45 0.0958 0.70 0.00 0.03 0.97 0.07 0.93 0.7094 0.3890 PPKPKT 45 0.0695 0.74 0.00 0.05 0.94 0.02 0.98 0.6873 0.3608 PESKT 45 0.2189 0.72 0.00 0.01 0.98 0.26 0.74 0.6891 0.4179 TKPDKT 45 15.7626 0.37 0.03 0.92 0.05 0.67 0.30 4.2203 0.7750 TKWDKT 45 7108.7 0.34 0.09 0.72 0.18 0.30 0.61 2.0311 0.6210 TKPLKT 45 0.0761 0.51 0.05 0.24 0.71 0.00 0.95 1.0081 0.5054 TKWLKT 45 0.2272 0.72 0.01 0.06 0.92 0.02 0.97 0.6951 0.3582 TKDKT 45 30.2806 0.29 0.00 0.97 0.03 0.73 0.27 5.3225 0.8168 TKLKT 45 0.0409 0.59 0.03 0.19 0.78 0.00 0.97 0.9050 0.4565

Page 334: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

313

LHGKB 45 0.0691 0.71 0.01 0.01 0.99 0.11 0.88 0.6924 0.3930 PRDKB 45 0.00292 0.46 0.04 0.34 0.61 0.01 0.95 1.1353 0.5307 PKB 45 0.0835 0.70 0.01 0.02 0.97 0.08 0.90 0.7023 0.3933 PBNHKB 45 0.00944 0.73 0.01 0.01 0.99 0.22 0.78 0.6834 0.4048 PNPKB 45 268.6 0.99 0.01 0.15 0.84 0.20 0.78 0.1539 0.0798 PESKB 45 0.8414 0.69 0.01 0.02 0.98 0.30 0.69 0.6991 0.4316 TKPDKB 45 0.5843 0.73 0.05 0.41 0.54 0.12 0.82 0.9037 0.3947 TKWDKB 45 1347.6 0.39 0.04 0.37 0.59 0.01 0.95 1.1047 0.5017 TKPLKB 45 0.1786 0.63 0.00 0.00 1.00 0.25 0.75 0.7602 0.4618 TKWLKB 45 0.3537 0.54 0.03 0.22 0.74 0.00 0.97 0.9446 0.4595 TKPOF 45 143.5 0.80 0.00 0.00 1.00 0.12 0.87 0.5996 0.3358 TKWOF 45 1173.6 0.81 0.00 0.11 0.89 0.41 0.59 0.6093 0.3759 TKPNF 45 3346.1 0.69 0.04 0.00 0.96 0.20 0.75 0.6779 0.3727 TKWNF 45 16313.7 0.71 0.02 0.19 0.79 0.64 0.33 0.7356 0.5142 KONS 45 1.4351 0.89 0.03 0.23 0.74 0.47 0.50 0.4956 0.3000 PENG 45 1.4588 0.93 0.04 0.31 0.65 0.51 0.45 0.4302 0.2556 PPOF 45 6.8472E9 0.86 0.02 0.02 0.96 0.01 0.97 0.5140 0.2659 PWOF 45 3.177E10 0.90 0.00 0.19 0.81 0.41 0.59 0.4771 0.2808 TPOF 45 1.192E10 0.95 0.01 0.44 0.55 0.62 0.37 0.4232 0.2537 TBUKT 45 0.0147 0.81 0.00 0.14 0.86 0.00 0.99 0.6364 0.3119 TBUKB 45 0.2186 0.73 0.00 0.01 0.98 0.25 0.74 0.6720 0.4042 PUTKT 45 0.1384 0.64 0.01 0.01 0.97 0.12 0.86 0.7503 0.4359 PUTKB 45 0.2912 0.87 0.01 0.41 0.58 0.20 0.79 0.6232 0.2730 PPNF 45 1.989E13 0.93 0.01 0.91 0.09 0.80 0.19 1.2000 0.3917 PWNF 45 5.279E12 0.93 0.00 0.15 0.85 0.04 0.95 0.3792 0.1822 TPNF 45 8.025E12 0.91 0.01 0.71 0.28 0.53 0.46 0.7388 0.2917 TPUT 45 0.0586 0.76 0.14 0.00 0.86 0.09 0.76 0.6792 0.3860 TPRT 45 0.0703 0.71 0.08 0.03 0.88 0.04 0.88 0.7222 0.3959 PPANG 45 0.9720 0.75 0.02 0.04 0.93 0.32 0.65 0.6538 0.4047 PNPG 45 6.5590 0.91 0.00 0.05 0.94 0.19 0.80 0.3926 0.2143 PKS 45 10.9354 0.46 0.00 0.02 0.98 0.21 0.79 0.8392 0.5125 PPEND 45 3.604E12 0.86 0.03 0.22 0.75 0.49 0.48 0.5326 0.3280 TAB 45 0.3328 0.68 0.08 0.00 0.92 0.17 0.75 0.7448 0.4473 INVES 45 36.4733 0.26 0.01 0.07 0.91 0.22 0.77 0.9422 0.5608 NPPKT 45 0.1367 0.69 0.60 0.01 0.39 0.12 0.28 1.1376 0.5917 NPPKB 45 0.2796 0.79 0.76 0.05 0.19 0.14 0.10 1.4082 0.6449

Lampiran 7. Root Mean Squares Percent Error dan Koefisien U-Theil Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Berdasarkan Strata Luas Lahan di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Tahun 2006

Variabel Lahan Sempit Lahan Sedang Lahan Luas Total

RMSPE

(%) Koefisien U -Theil

RMSPE (%)

Koefisien U -Theil

RMSPE (%)

Koefisien U -Theil

RMSPE (%)

Koefisien U -Theil

LHGKT 17 0.055 13 0.057 12 0.052 15 0.052 PRDKT 12 0.059 11 0.051 11 0.062 11 0.058 PKT 23 0.087 16 0.081 18 0.084 20 0.084 PBNHKT 13 0.064 12 0.074 14 0.064 13 0.067 PPKNKT 24 0.107 32 0.133 34 0.143 30 0.127 PPKPKT 22 0.103 24 0.107 32 0.120 26 0.109 PESKT 31 0.139 28 0.146 41 0.173 34 0.154 TKPDKT 36 0.227 103 0.274 449 0.405 261 0.248 TKWDKT 10910 0.496 9895 0.401 8527 0.549 9948 0.479 TKPLKT 123 0.226 52 0.175 26 0.129 87 0.163 TKWLKT 9514 0.356 4776 0.240 64 0.189 6707 0.269 TKDKT 58 0.295 154 0.294 593 0.451 348 0.302 TKLKT 172 0.236 37 0.148 19 0.099 116 0.155 LHGKB 37 0.121 23 0.107 26 0.119 31 0.118 PRDKB 4 0.022 6 0.028 5 0.028 5 0.025 PKB 42 0.137 25 0.117 27 0.124 34 0.124 PBNHKB 10 0.047 6 0.030 11 0.048 9 0.044 PNPKB 5886 0.159 13982 0.281 9446 0.208 9531 0.207 PESKB 57 0.235 67 0.394 67 0.270 63 0.306 TKPDKB 23 0.136 57 0.159 108 0.155 69 0.143

Page 335: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

314

TKWDKB 4736 0.408 4289 0.399 3638 0.461 4299 0.411 TKPLKB 32 0.139 39 0.138 35 0.158 35 0.144 TKWLKB 35 0.230 68 0.160 61 0.239 54 0.219 TKPOF 994 0.217 671 0.325 935 0.333 907 0.252 TKWOF 695 0.249 525 0.176 689 0.374 656 0.280 TKPNF 5401 0.443 5762 0.564 5191 0.405 5423 0.447 TKWNF 3345 0.382 3608 0.559 4088 0.505 3663 0.457 KONS 96 0.382 82 0.504 91 0.275 91 0.387 PENG 90 0.351 83 0.482 97 0.274 91 0.364 PPOF 9381198 0.199 5435434 0.209 7625861 0.268 8021096 0.203 PWOF 4543738 0.238 4271743 0.155 5004243 0.281 4636355 0.245 TPOF 4270086 0.169 3670502 0.198 4119567 0.254 4084677 0.183 TBUKT 15 0.069 12 0.062 12 0.059 13 0.063 TBUKB 30 0.153 46 0.291 39 0.184 37 0.211 PUTKT 30 0.133 33 0.127 30 0.130 31 0.130 PUTKB 56 0.148 855 0.234 57 0.125 421 0.140 PPNF 137350000 0.122 144410000 0.537 182510000 0.417 154990000 0.147 PWNF 45710471 0.090 40552301 0.342 28662511 0.175 39480434 0.108 TPNF 77589008 0.092 86179380 0.530 95503544 0.274 85798655 0.114 TPUT 21 0.105 21 0.118 19 0.114 20 0.114 TPRT 45 0.100 22 0.125 21 0.111 34 0.111 PPANG 56 0.223 51 0.277 59 0.274 56 0.260

Lampiran 7. Lanjutan

Variabel Lahan Sempit Lahan Sedang Lahan Luas Total

RMSPE

(%) Koefisien U -Theil

RMSPE (%)

Koefisien U -Theil

RMSPE (%)

Koefisien U -Theil

RMSPE (%)

Koefisien U -Theil

PNPG 315 0.509 153 0.627 332 0.378 291 0.512 PKS 493 0.449 394 0.776 345 0.562 426 0.678 PPEND 35005272 0.305 29634361 0.326 49317239 0.391 39155906 0.363 TAB 82 0.168 52 0.207 46 0.238 65 0.217 INVES 358 0.553 284 0.564 423 0.598 365 0.576 NPPKT 30 0.189 28 0.182 30 0.203 29 0.192 NPPKB 42 0.287 45 0.320 44 0.306 43 0.300

Page 336: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

315

Lampiran 8. Bias proportions (UM), Variance Proportions (US) dan Covariance Proportions (UC) Model Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Menurut Strata Luas Lahan Tahun 2006

Variable Lahan Sempit Lahan Sedang Lahan Luas Total Rumahtangga UM US UC UM US UC UM US UC UM US UC LHGKT 0.34 0.24 0.42 0.02 0.07 0.91 0.01 0.01 0.98 0.00 0.01 0.99 PRDKT 0.03 0.34 0.62 0.00 0.42 0.58 0.00 0.21 0.79 0.00 0.25 0.75 PKT 0.25 0.10 0.65 0.01 0.19 0.80 0.01 0.00 0.99 0.00 0.01 0.99 PBNHKT 0.00 0.28 0.72 0.05 0.36 0.59 0.00 0.17 0.82 0.00 0.25 0.74 PPKNKT 0.01 0.76 0.24 0.01 0.70 0.29 0.00 0.65 0.35 0.00 0.65 0.35 PPKPKT 0.00 0.69 0.31 0.00 0.71 0.29 0.00 0.73 0.27 0.00 0.68 0.32 PESKT 0.04 0.50 0.45 0.04 0.65 0.31 0.01 0.72 0.28 0.00 0.61 0.39 TKPDKT 0.24 0.52 0.25 0.38 0.27 0.35 0.06 0.60 0.34 0.00 0.21 0.79 TKWDKT 0.14 0.65 0.22 0.06 0.58 0.35 0.16 0.14 0.70 0.02 0.53 0.46 TKPLKT 0.26 0.46 0.28 0.08 0.62 0.30 0.05 0.02 0.93 0.00 0.20 0.80 TKWLKT 0.08 0.71 0.21 0.08 0.55 0.37 0.00 0.42 0.58 0.01 0.60 0.40 TKDKT 0.26 0.55 0.19 0.26 0.51 0.23 0.13 0.45 0.42 0.01 0.35 0.63 TKLKT 0.23 0.54 0.23 0.16 0.56 0.28 0.03 0.02 0.95 0.01 0.28 0.71 LHGKB 0.26 0.01 0.73 0.05 0.25 0.70 0.00 0.02 0.98 0.00 0.03 0.97 PRDKB 0.08 0.02 0.89 0.00 0.10 0.90 0.06 0.01 0.94 0.00 0.00 1.00 PKB 0.24 0.00 0.75 0.04 0.12 0.85 0.02 0.03 0.95 0.00 0.05 0.95 PBNHKB 0.01 0.47 0.52 0.01 0.69 0.30 0.01 0.60 0.39 0.00 0.52 0.48 PNPKB 0.02 0.61 0.36 0.01 0.76 0.22 0.00 0.50 0.50 0.00 0.61 0.39 PESKB 0.08 0.47 0.45 0.03 0.82 0.16 0.01 0.61 0.39 0.00 0.69 0.31 TKPDKB 0.13 0.21 0.66 0.56 0.22 0.22 0.00 0.01 0.99 0.00 0.14 0.86 TKWDKB 0.04 0.61 0.35 0.08 0.51 0.40 0.04 0.02 0.94 0.00 0.40 0.60 TKPLKB 0.07 0.54 0.39 0.11 0.66 0.23 0.01 0.71 0.28 0.00 0.65 0.35 TKWLKB 0.05 0.68 0.27 0.25 0.25 0.50 0.01 0.31 0.69 0.00 0.48 0.52 TKPOF 0.00 0.06 0.94 0.01 0.16 0.83 0.00 0.12 0.87 0.00 0.08 0.92 TKWOF 0.00 0.03 0.97 0.08 0.38 0.54 0.00 0.41 0.59 0.00 0.10 0.90 TKPNF 0.00 0.22 0.77 0.04 0.06 0.90 0.03 0.32 0.65 0.00 0.22 0.78 TKWNF 0.01 0.00 0.98 0.06 0.30 0.65 0.03 0.67 0.30 0.00 0.28 0.72 KONS 0.03 0.48 0.49 0.03 0.61 0.37 0.01 0.66 0.33 0.00 0.56 0.44 PENG 0.03 0.39 0.58 0.03 0.51 0.46 0.01 0.64 0.35 0.00 0.49 0.51 PPOF 0.00 0.04 0.96 0.01 0.11 0.88 0.01 0.01 0.97 0.00 0.05 0.95 PWOF 0.00 0.04 0.96 0.15 0.01 0.83 0.00 0.41 0.59 0.00 0.08 0.92 TPOF 0.00 0.01 0.99 0.02 0.17 0.80 0.00 0.61 0.38 0.00 0.05 0.95

Page 337: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

316

TBUKT 0.12 0.10 0.78 0.18 0.08 0.74 0.01 0.01 0.98 0.00 0.07 0.93 TBUKB 0.04 0.48 0.49 0.01 0.80 0.19 0.00 0.62 0.38 0.00 0.66 0.34 PUTKT 0.10 0.04 0.86 0.00 0.34 0.65 0.02 0.09 0.90 0.00 0.09 0.91 PUTKB 0.16 0.00 0.84 0.00 0.16 0.84 0.01 0.07 0.91 0.00 0.08 0.92 PPNF 0.00 0.10 0.90 0.00 0.62 0.38 0.02 0.71 0.27 0.00 0.03 0.97 PWNF 0.00 0.07 0.93 0.34 0.58 0.08 0.01 0.07 0.93 0.00 0.01 0.99 TPNF 0.00 0.16 0.84 0.01 0.62 0.37 0.02 0.51 0.47 0.00 0.04 0.96 TPUT 0.04 0.09 0.88 0.11 0.42 0.47 0.16 0.16 0.68 0.08 0.23 0.70 TPRT 0.01 0.21 0.78 0.12 0.25 0.63 0.14 0.18 0.68 0.07 0.22 0.71 PPANG 0.02 0.24 0.74 0.02 0.41 0.58 0.01 0.61 0.39 0.00 0.44 0.56

Lampiran 8. Lanjutan

Variable Lahan Sempit Lahan Sedang Lahan Luas Total Rumahtangga UM US UC UM US UC UM US UC UM US UC PNPG 0.02 0.54 0.44 0.02 0.70 0.27 0.00 0.60 0.39 0.00 0.62 0.38 PKS 0.26 0.03 0.72 0.01 0.87 0.12 0.00 0.48 0.52 0.00 0.72 0.28 PPEND 0.00 0.00 0.99 0.00 0.02 0.98 0.01 0.49 0.50 0.00 0.23 0.76 TAB 0.33 0.11 0.56 0.02 0.73 0.25 0.09 0.23 0.68 0.00 0.35 0.65 INVES 0.01 0.59 0.40 0.08 0.66 0.26 0.00 0.77 0.23 0.00 0.68 0.32 NPPKT 0.76 0.11 0.13 0.66 0.16 0.18 0.59 0.25 0.16 0.70 0.18 0.12 NPPKB 0.84 0.08 0.08 0.69 0.15 0.15 0.82 0.07 0.11 0.80 0.09 0.11

Page 338: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

317

Lampiran 9. Contoh Hasil Simulasi Peningkatan Risiko Produksi Kentang Sebesar

Lima Persen Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sempit

Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev LHGKT 62 62 0.4390 0.1720 0.4567 0.1457 PRDKT 62 62 19420.1 2137.3 19458.9 789.9 PKT 62 62 8495.8 3443.3 8977.3 2780.8 PBNHKT 62 62 1526.8 186.5 1515.9 82.6015 PPKNKT 62 62 411.3 92.4668 403.4 14.7454 PPKPKT 62 62 457.8 97.1349 451.4 17.7526 PESKT 62 62 5274131 1504425 5543989 414522 TKPDKT 62 62 405.6 166.4 308.1 41.2044 TKWDKT 62 62 284.7 281.9 175.2 47.0340 TKPLKT 62 62 178.2 91.8396 226.1 25.8662 TKWLKT 62 62 135.3 126.9 169.9 19.9416 TKDKT 62 62 690.3 338.7 484.9 57.8670 TKLKT 62 62 313.5 164.8 395.9 33.8342 LHGKB 62 62 0.3829 0.1330 0.4270 0.1229 PRDKB 62 62 25241.4 975.7 25508.4 1205.0 PKB 62 62 9751.3 3601.3 11024.3 3513.1 PBNHKB 62 62 254.3 26.2064 251.1 11.9466 PNPKB 62 62 313.0 101.6 297.9 22.8188 PESKB 62 62 5249758 2708408 6060012 836054 TKPDKB 62 62 148.8 38.4083 133.6 20.1172 TKWDKB 62 62 92.4433 84.3681 75.7163 18.9080 TKPLKB 62 62 145.8 37.8622 135.3 9.1649 TKWLKB 62 62 107.9 50.4946 96.0 9.3714 TKPOF 62 62 35.2903 63.3135 38.3136 55.6918 TKWOF 62 62 27.3871 64.7893 29.0604 59.3742 TKPNF 62 62 70.4194 158.8 62.9327 98.1912 TKWNF 62 62 34.5484 94.5189 44.0564 90.8745 KONS 62 62 11131222 11673492 12950866 3866666 PENG 62 62 12930642 12623948 14932897 5200046 PPOF 62 62 369944 720218 393854 656898 PWOF 62 62 193783 493825 208943 446943 TPOF 62 62 563727 925614 613349 889505 TBUKT 62 62 20293777 3098766 21194396 2084449 TBUKB 62 62 8941579 2940803 9481471 1001026 PUTKT 62 62 12181729 5130213 12768147 4164145 PUTKB 62 62 7358978 3531135 8200903 3455530 PPNF 62 62 5927823 29493775 5986500 27299295 PWNF 62 62 2268388 13758750 2182046 13108645 TPNF 62 62 8196211 42407594 8140505 39371598 TPUT 62 62 22618442 8433983 20743959 6736026 TPRT 62 62 31378380 46326867 29087217 41288822 PPANG 62 62 4902074 2442178 5201673 1271824 PNPG 62 62 6229148 10742758 7735858 3028601 PKS 62 62 386290 368143 672689 283798 PPEND 62 62 1413129 1583809 1325240 1534745 TAB 62 62 4868705 1804939 5895594 1167759 INVES 62 62 685242 1237729 776118 281986 NPPKT 62 62 1912424 301031 1352912 76852.6 NPPKB 62 62 1918356 347372 1107338 96772.8

Lampiran 10. Contoh Hasil Simulasi Peningkatan Risiko Produksi Kentang Sebesar Lima Persen Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sedang

Page 339: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

318

Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev LHGKT 34 34 1.1454 0.2538 1.0979 0.2170 PRDKT 34 34 20497.8 2282.5 20227.7 903.3 PKT 34 34 23526.5 6308.7 22258.2 4394.4 PBNHKT 34 34 1612.3 241.4 1552.0 96.1846 PPKNKT 34 34 403.7 112.9 413.9 18.5998 PPKPKT 34 34 449.2 107.5 451.8 23.8997 PESKT 34 34 6151591 1758815 5734787 315269 TKPDKT 34 34 187.5 104.6 258.2 34.0494 TKWDKT 34 34 105.2 169.0 138.0 60.5553 TKPLKT 34 34 304.1 104.5 272.0 21.2440 TKWLKT 34 34 214.6 105.7 185.3 29.6683 TKDKT 34 34 292.7 223.7 401.0 57.2536 TKLKT 34 34 518.6 148.0 457.5 36.4975 LHGKB 34 34 0.8804 0.2530 0.8240 0.1566 PRDKB 34 34 26150.0 813.0 26050.0 1286.9 PKB 34 34 23039.9 6758.4 21608.3 4817.5 PBNHKB 34 34 251.4 15.3881 252.1 3.3440 PNPKB 34 34 261.1 173.3 280.3 25.4229 PESKB 34 34 7335103 6408449 6323211 609805 TKPDKB 34 34 90.2115 35.2286 114.7166 19.0930 TKWDKB 34 34 43.6185 65.6624 59.3148 24.2000 TKPLKB 34 34 120.9 34.4763 132.9 5.1372 TKWLKB 34 34 78.4702 23.9858 92.0778 9.6920 TKPOF 34 34 19.7353 59.1425 17.6069 44.7408 TKWOF 34 34 5.2059 24.5243 3.0438 19.6960 TKPNF 34 34 28.0882 64.5475 43.6119 46.8317 TKWNF 34 34 16.8235 64.4344 31.6513 30.7642 KONS 34 34 16582753 19143592 13372371 3643934 PENG 34 34 18886106 20095595 15305523 4894028 PPOF 34 34 201648 647087 181437 561371 PWOF 34 34 25412.7 148175 8021.7 143145 TPOF 34 34 227061 742135 190838.3 625098 TBUKT 34 34 22698608 2640566 21460643 1791366 TBUKB 34 34 10350895 6483278 9652367 703471 PUTKT 34 34 32483715 13704966 31681568 8078848 PUTKB 34 34 13720201 8606834 13471915 5610816 PPNF 34 34 672354 1800335 658506 4562854 PWNF 34 34 94118.6 548795 207461 947919 TPNF 34 34 766472 1847156 444968 4615312 TPUT 34 34 50800024 19649024 44730903 11275558 TPRT 34 34 51793557 19681860 45273444 12635207 PPANG 34 34 5998753 3473068 5543347 1213301 PNPG 34 34 10584000 18137998 7824593 2712346 PKS 34 34 1156941 3517702 772540 246676 PPEND 34 34 1146412 1572449 1173208 1404720 TAB 34 34 6918803 2915841 6426321 404606 INVES 34 34 1260162 1666627 794790 309166 NPPKT 34 34 1829216 340614 1343444 90075.5 NPPKB 34 34 1756294 463797 977912 129230

Lampiran 11. Contoh Hasil Simulasi Peningkatan Risiko Produksi Kentang Sebesar Lima Persen Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Luas

Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev LHGKT 46 46 3.2710 1.6144 3.1421 1.6466 PRDKT 46 46 22310.1 2930.5 21932.2 1661.8 PKT 46 46 75460.6 43796.4 71454.5 42487.6 PBNHKT 46 46 1597.9 195.0 1597.4 103.4 PPKNKT 46 46 435.8 129.7 433.2 25.5580 PPKPKT 46 46 437.4 109.1 433.6 17.5780 PESKT 46 46 6391856 2301556 6163546 393390 TKPDKT 46 46 75.9565 49.5982 97.3836 130.3 TKWDKT 46 46 30.0725 54.3311 67.4187 88.5073 TKPLKT 46 46 422.0 80.1414 394.6 94.2160 TKWLKT 46 46 211.7 89.1137 212.2 33.7915 TKDKT 46 46 106.0 79.9869 166.7 197.9 TKLKT 46 46 633.7 103.9 607.3 120.1 LHGKB 46 46 2.0793 1.0119 2.0053 0.9404 PRDKB 46 46 26571.9 1095.8 26179.8 990.8 PKB 46 46 55690.2 27928.8 52682.1 25218.5 PBNHKB 46 46 247.3 23.8829 249.3 6.1098 PNPKB 46 46 252.4 110.1 258.8 30.3390

Page 340: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

319

PESKB 46 46 6376093 3649852 6086694 809365 TKPDKB 46 46 72.4194 43.4668 70.4957 41.4031 TKWDKB 46 46 23.3545 42.0382 32.3559 35.5680 TKPLKB 46 46 122.3 40.7482 125.9 6.6557 TKWLKB 46 46 68.9971 32.4678 71.8660 12.6398 TKPOF 46 46 3.9130 19.7572 3.4517 16.0008 TKWOF 46 46 11.6957 55.1740 11.4778 33.4353 TKPNF 46 46 48.6522 89.3789 61.6640 48.8114 TKWNF 46 46 86.7826 171.5 63.2876 56.6275 KONS 46 46 17317485 12152285 16410500 3635918 PENG 46 46 20810898 15252880 19531208 5091008 PPOF 46 46 23479.2 159237 14142.4 153179 PWOF 46 46 75392.3 365755 71399.6 252268 TPOF 46 46 98871.5 506275 86206.4 336840 TBUKT 46 46 26604608 3814901 26124072 3335360 TBUKB 46 46 9347228 3702017 9136185 908988 PUTKT 46 46 1.0237E8 69673180 94337625 58098333 PUTKB 46 46 36205551 22755540 34297025 19880973 PPNF 46 46 1582140 3598754 2260745 7865870 PWNF 46 46 2383805 5963150 2632054 6575205 TPNF 46 46 3965945 8309549 4854477 12801750 TPUT 46 46 1.4794E8 91962471 1.28E+08 74454916 TPRT 46 46 1.5201E8 92200234 1.32E+08 74164181 PPANG 46 46 6998772 4611735 6578933 1352457 PNPG 46 46 10318713 10156923 9821964 2880591 PKS 46 46 812326 1163288 751683 305533 PPEND 46 46 2681087 3836424 2380252 1726047 TAB 46 46 10362804 4432889 8800682 2035821 INVES 46 46 972500 2103125 1046038 305967 NPPKT 46 46 1857122 439051 1345670 106720 NPPKB 46 46 1623867 344901 969870 129185

Lampiran 12. Rekapitulasi Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi, Risiko Harga Kubis dan Upah Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sempit di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Variabel Risiko

Produksi (%) Risiko

Harga (%) Upah (%) Luas lahan kentang (LHGKT) -2.78 -0.12 -1.24Produktivitas kentang (PRDKT) -1.97 -0.65 -1.01Produksi kentang (PKT) -3.71 -0.75 -1.24Benih kentang (PBNHKT) -0.56 -0.03 -2.20Pupuk nitrogen (PPKNKT) -0.20 -0.09 -0.02Pupuk phosphor (PPKPKT) -0.26 -0.07 -0.16Obat-obatan kentang (PESKT) -0.93 -0.26 -0.06TK dalam kel. pria kentang(TKPDKT) -4.25 -0.16 -0.72TK dalam kel. wanita (TKWDKT) -1.57 -0.60 -9.24TK luar kel.pria (TKPLKT) -0.81 -0.90 -0.35TK luar kel. wanita (TKWLKT) -0.46 -0.23 -3.21Total TK dalam keluarga (TKDKT) -2.98 -1.12 -1.56Total TK luar keluarga (TKLKT) -0.68 -0.53 -3.56Luas lahan kubis (LHGKB) -1.97 -0.21 -4.23Produktivitas kubis (PRDKB) -0.22 -1.03 -0.02Produksi kubis (PKB) -1.99 -1.24 -4.25Benih kubis (PBNHKB) -0.21 -0.30 -0.12Pupuk NPK (PNPKB) -0.21 -0.45 -0.28Obat-obatan kubis (PESKB) -0.05 -0.29 -0.08

Page 341: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

320

TK dalam kel. pria kubis (TKPDKB) -0.71 -0.10 -1.42TK dalam kel. wanta kubis (TKWDKB) -1.18 -0.64 -1.68TK luar kel.pria kubis (TKPLKB) -0.07 -0.22 -3.07TK luar kel.wanita (TKWLKB) -0.32 -1.49 -0.29TK pria pada off farm (TKPOF) 7.49 4.18 2.78TK wanita pada off farm (TKWOF) 0.99 0.61 0.58TK pria pada non farm (TKPNF) 0.43 0.02 1.17TK wanita pada non farm (TKWNF) 0.46 0.04 0.64Konsumsi (KONS) -0.34 -0.21 -0.39Total pengeluaran rumahtangga (PENG) -0.49 -0.33 -0.27Pendapatan pria pada off farm (PPOF) 4.27 3.24 3.15Pendapatan wanita pada off farm (PWOF) 1.25 1.37 1.40Total pendapatan off farm (TPOF) 5.01 5.62 4.53Total biaya usahatani kentang (TBUKT) -0.43 -0.38 -0.35Total biaya usahatani kubis (TBUKB) -0.18 -0.12 -0.19 Lampiran 12. Lanjutan

Variabel Risiko

Produksi (%) Risiko

Harga (%) Upah (%) Pendapatan kentang (PUTKT) -4.11 -0.74 -5.62Pendapatan kubis (PUTKB) -1.99 -1.19 -3.67Pendapatan pria pada non farm (PPNF) 1.48 1.22 1.18Pendapatan wanita pada non farm (PWNF) 0.95 0.83 0.91Total pendapatan non farm (TPNF) 0.99 1.44 1.84Total pendapatan usahatani (TPUT) -4.33 -0.27 -4.90Total pendapatan rumahtangga (TPRT) -4.09 -0.21 -4.30Pengeluaran pangan (PPANG) -0.58 -0.03 -0.67Pengeluaran non pangan (PNPG) -0.35 -0.07 -0.35Pengeluaran kesehatan (PKS) -0.21 -0.41 -0.29Pengeluaran pendidikan (PPEND) -0.90 -0.07 -1.27Tabungan (TAB) -0.91 -0.04 -1.26Investasi produksi (INVES) -0.62 -3.65 -0.88Nilai pupuk usahatani kentang (NPPKT) -0.44 -0.22 -0.29Nilai pupuk usahatani kubis (NPPKB) -0.18 -0.13 -0.15 Keterangan : Peningkatan risiko produksi kentang sebesar 5 persen

Peningkatan risiko harga kubis sebesar 5 persen Peningkatan upah tenaga kerja sebesar 20 persen

Page 342: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

321

Lampiran 13. Rekapitulasi Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi, Risiko Harga Kubis

dan Upah Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Sedang di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Variabel Risiko

Produksi (%) Risiko

Harga (%) Upah (%) Luas lahan kentang (LHGKT) -2.64 -0.13 -0.86Produktivitas kentang (PRDKT) -1.16 -0.60 -0.96Produksi kentang (PKT) -3.56 -0.71 -0.78Benih kentang (PBNHKT) -0.49 -0.02 -1.97Pupuk nitrogen (PPKNKT) -0.15 -0.08 -0.14Pupuk phosphor (PPKPKT) -0.13 -0.09 -0.02Obat-obatan kentang (PESKT) -0.91 -0.2 -0.97TK dalam kel. pria kentang(TKPDKT) -4.21 -0.13 -0.98TK dalam kel. wanita (TKWDKT) -1.50 -0.61 -9.13TK luar kel.pria (TKPLKT) -0.75 -0.83 -0.10TK luar kel. wanita (TKWLKT) -0.44 -0.16 -2.61Total TK dalam keluarga (TKDKT) -2.11 -1.05 -1.42Total TK luar keluarga (TKLKT) -0.58 -0.47 -3.43Luas lahan kubis (LHGKB) -1.85 -0.19 -4.20Produktivitas kubis (PRDKB) -0.19 -1.02 -0.04Produksi kubis (PKB) -1.87 -1.18 -4.26Benih kubis (PBNHKB) -0.18 -0.24 -0.08Pupuk NPK (PNPKB) -0.22 -0.43 -0.47Obat-obatan kubis (PESKB) -0.05 -0.25 -0.13

Page 343: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

322

TK dalam kel. pria kubis (TKPDKB) -0.85 -0.09 -0.66TK dalam kel. wanta kubis (TKWDKB) -1.35 -0.67 -1.32TK luar kel.pria kubis (TKPLKB) -0.00 -0.23 -3.18TK luar kel.wanita (TKWLKB) -0.32 -1.33 -0.62TK pria pada off farm (TKPOF) 5.06 2.33 1.78TK wanita pada off farm (TKWOF) 0.82 0.56 0.14TK pria pada non farm (TKPNF) 0.67 0.03 1.02TK wanita pada non farm (TKWNF) 0.65 0.05 0.62Konsumsi (KONS) -0.31 -0.18 -0.27Total pengeluaran rumahtangga (PENG) -0.45 -0.27 -0.23Pendapatan pria pada off farm (PPOF) 3.57 3.19 3.20Pendapatan wanita pada off farm (PWOF) 1.18 1.32 1.54Total pendapatan off farm (TPOF) 4.22 3.82 3.98Total biaya usahatani kentang (TBUKT) -0.39 -0.32 -0.29Total biaya usahatani kubis (TBUKB) -0.01 -0.11 -0.15 Lampiran 13. Lanjutan

Variabel Risiko

Produksi (%) Risiko

Harga (%) Upah (%) Pendapatan kentang (PUTKT) -4.00 -0.71 -4.72Pendapatan kubis (PUTKB) -1.91 -1.10 -3.58Pendapatan pria pada non farm (PPNF) 2.56 1.29 1.25Pendapatan wanita pada non farm (PWNF) 1.75 1.21 1.04Total pendapatan non farm (TPNF) 1.55 1.25 1.33Total pendapatan usahatani (TPUT) -4.29 -0.20 -3.43Total pendapatan rumahtangga (TPRT) -4.40 -0.22 -3.40Pengeluaran pangan (PPANG) -0.46 -0.03 -1.13Pengeluaran non pangan (PNPG) -0.26 -0.06 -0.65Pengeluaran kesehatan (PKS) -0.16 -0.33 -0.40Pengeluaran pendidikan (PPEND) -1.16 -0.08 -2.88Tabungan (TAB) -0.89 -0.04 -2.21Investasi produksi (INVES) -0.67 -3.53 -1.67Nilai pupuk usahatani kentang (NPPKT) -0.04 -0.19 -0.25Nilai pupuk usahatani kubis (NPPKB) -0.19 -0.10 -0.12

Keterangan : Peningkatan risiko produksi kentang sebesar 5 persen

Peningkatan risiko harga kubis sebesar 5 persen Peningkatan upah tenaga kerja sebesar 20 persen

Page 344: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

323

Lampiran 14. Rekapitulasi Pengaruh Peningkatan Risiko Produksi, Risiko Harga Kubis

dan Upah Usahatani Terhadap Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Lahan Luas di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Variabel Risiko

Produksi (%) Risiko

Harga (%) Upah (%) Luas lahan kentang (LHGKT) -2.60 -0.18 -1.22Produktivitas kentang (PRDKT) -0.94 -0.57 -0.93Produksi kentang (PKT) -3.10 -0.74 -1.22Benih kentang (PBNHKT) -0.38 -0.03 -1.80Pupuk nitrogen (PPKNKT) -0.10 -0.08 -0.05Pupuk phosphor (PPKPKT) -0.13 -0.09 -0.18Obat-obatan kentang (PESKT) -0.88 -0.19 -0.06TK dalam kel. pria kentang(TKPDKT) -4.15 -0.1 -0.72TK dalam kel. wanita (TKWDKT) -1.49 -0.68 -10.98TK luar kel.pria (TKPLKT) -0.75 -0.80 -0.31TK luar kel. wanita (TKWLKT) -0.43 -0.22 -3.20Total TK dalam keluarga (TKDKT) -2.02 -0.97 -1.38Total TK luar keluarga (TKLKT) -0.55 -0.45 -3.36Luas lahan kubis (LHGKB) -1.78 -0.15 -4.17Produktivitas kubis (PRDKB) -0.16 -1.02 -0.03Produksi kubis (PKB) -1.84 -1.13 -4.20Benih kubis (PBNHKB) -0.14 -0.20 -0.12Pupuk NPK (PNPKB) -0.18 -0.51 -0.29

Page 345: Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran Dalam ... · The data used in this research are cross section data of 143 the vegetable farm households as samples. Panel data in three

324

Obat-obatan kubis (PESKB) -0.06 -0.31 -0.08TK dalam kel. pria kubis (TKPDKB) -0.76 -0.09 -1.53TK dalam kel. wanta kubis (TKWDKB) -1.25 -0.75 -1.08TK luar kel.pria kubis (TKPLKB) -0.00 -0.31 -3.23TK luar kel.wanita (TKWLKB) -0.33 -1.58 -0.28TK pria pada off farm (TKPOF) 4.72 1.04 1.37TK wanita pada off farm (TKWOF) 0.75 0.55 0.89TK pria pada non farm (TKPNF) 0.57 0.03 1.58TK wanita pada non farm (TKWNF) 0.36 0.03 0.61Konsumsi (KONS) -0.24 -0.15 -0.25Total pengeluaran rumahtangga (PENG) -0.35 -0.23 -0.20Pendapatan pria pada off farm (PPOF) 3.55 3.20 3.48Pendapatan wanita pada off farm (PWOF) 1.20 1.35 1.59Total pendapatan off farm (TPOF) 2.37 1.83 3.74Total biaya usahatani kentang (TBUKT) -0.38 -0.30 -0.28Total biaya usahatani kubis (TBUKB) -0.01 -0.09 -0.09

Lampiran 14. Lanjutan

Variabel Risiko

Produksi (%) Risiko

Harga (%) Upah (%) Pendapatan kentang (PUTKT) -4.03 -0.68 -3.96Pendapatan kubis (PUTKB) -1.86 -1.07 -3.37Pendapatan pria pada non farm (PPNF) 2.50 2.21 1.95Pendapatan wanita pada non farm (PWNF) 1.87 1.58 1.28Total pendapatan non farm (TPNF) 1.36 1.14 1.39Total pendapatan usahatani (TPUT) -4.25 -0.18 -2.85Total pendapatan rumahtangga (TPRT) -4.12 -0.24 -2.30Pengeluaran pangan (PPANG) -0.43 -0.03 -0.74Pengeluaran non pangan (PNPG) -0.21 -0.06 -0.35Pengeluaran kesehatan (PKS) -0.18 -0.43 -0.31Pengeluaran pendidikan (PPEND) -0.69 -0.06 -1.18Tabungan (TAB) -0.85 -0.04 -1.45Investasi produksi (INVES) -0.57 -3.64 -0.98Nilai pupuk usahatani kentang (NPPKT) -0.03 -0.15 -0.21Nilai pupuk usahatani kubis (NPPKB) -0.17 -0.10 -0.15 Keterangan : Peningkatan risiko produksi kentang sebesar 5 persen

Peningkatan risiko harga kubis sebesar 5 persen Peningkatan upah tenaga kerja sebesar 20 persen