pergeseran bentuk dan fungsi kesenian wayang jemblung di kabupaten blitar
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : GITA RIZKI P, http://ejournal.unesa.ac.idTRANSCRIPT
PERGESERAN BENTUK DAN FUNGSI
KESENIAN WAYANG JEMBLUNG DIKABUPATEN BLITAR
Oleh
Gita Rizki Permatasari
092134027
ABSTRAK
Pertunjukan Wayang Jemblung merupakan kesenian yang berasal dari daerah
Banyumas Jawa Tengah namun mengalami persebaran sampai dikerajaan Dhoho
Kediri dan menyebar luas sampai di Kabupaten Blitar. Nama Jemblung diambil dari
perpaduan bunyi dari Tanjidor dan Terbang yang menghasilkan bunyi
blung..bluung..blung. Pada awalnya pertunjukan ini disajikan oleh 10pemain ,7 orang
bertugas memainkan alat music gendang, terbang, kethuk, kenong, dimpling,tengeruh
dan tanjidor. 2 orang bertugas sebagai dalang cerita dan dalang shalawat, dan 1
pemain wanita sebagai sinden.Wayang Jemblung sekarang di Kabupaten Blitar tidak
terdiri dari 10 pemain saja, namun menjadi 14 pemain dalam mementaskan Jemblung.
Yaitu 8 orang memainkan alat musik, alat musik yang dimainkan ialah Gendang,
Terbang, Ketuk, Dimplung, 2 Kenong, Tengeruh, Jidor, serta Organ. Organ
digunakan untuk menciptakan musik campursari untuk menarik minat penonton dan 2
orang dalang yang bertugas sebagai dalang cerita dan shalawat.Dan ada 4
sinden.Dalam pergeseran fungsi, kesenian Jemblung awalnya hanya sebagai media
dakwah, namun saat ini berubah fungsi sebagai hiburan dan sarana sosialisasi dari
pemerintah kepada masyarakat. Namun tidak menghilangkan bentuk asli kesenian
Jemblung yaitu mengandung unsur islam.
Kata Kunci : Bentuk dan Fungsi, Wayang Jemblung
PENDAHULUAN
Selama ini yang kita ketahui tentang kesenian tradisional rakyat Jawa,
terutama di daerah Jawa Timur mungkin hanyalah wayang, jaranan atau reog, tetapi
ternyata ada kesenian tradisional yang menggabungkan antara musik tradisional Jawa
dengan selingan dakwah Islam. Kesenian ini namanya Jemblung.
Indonesia memiliki keanekaragaman yang bermacam-macam, namun
keanekaragaman tersebut mulia terancam dengan datangnya budaya modern.Bangsa
kita bisa menjadi bangsa yang kehilangan identitas karena sudah tidak menghargai
budaya sendiri.Bangsa kita bisa kehalangan budaya sendiri apabila lebih memilih
budaya modern.Keadaan ini yang harus dicari jalan keluarnya agar nantinya budaya
bangsa kita tidak hilang.Beberapa waktu lalu budaya kita dikilm oleh Negara
tetangga dan kita hanya bisa marah saja.Padahal tidak ikut melestarikannya.Jangan
sampai hal itu terjadi lagi apalagi terhadap kesenian Jemblung yang mulai terancam
punah.Kesenian ini harus dilestarikan kepada anak cucu kita sebagai warisan budaya.
Indonesia terkenal dengan keanegaraman budayanya seperti kesenian yang
meliputi lagu daerah, tari daerah, ataupun kesenian tradisional.Letak geografis
Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau yang memiliki kesenian tradisional sendiri
semakin menambah keanekaragaman budaya Indonesia.Kesenian sendiri
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian salah satunya seni pertunjukan dan seni
pertunjukan dibagi dua yaitu kesenian pertunjukan keraton dan seni pertunjukan
rakyat.Untuk seni pertunjukan keraton memang berkembang dari istana kerajaan dan
golongan bangsawan saja yang bisa menikmati, sedangkan pertunjukan rakyat
berkembang dikalangan rakyat jelata dan bisa dinikmati oleh siapapun.Golongan
kesenian ini sangat sederhana dipentaskan.
Memang agak asing di telinga kita jika mendengar kata jemblung.Maklum,
kesenian ini mulai tidak dikenal oleh masyarakat.Keberadaan mulai terpinggirakan
seiring semakin banyaknya kesenian modern yang digandrungi oleh masyarakat,
sehingga Kesenian Jemblung dianggap kuno dan ketinggalan zaman.
Indonesia sebagai negara kepulauan dikenal memiliki banyak kesenian
tradisional.Salah satunya kesenian Jemblung yang berasal dari daerah Banyumas
Jawa Tengah. Jemblung lahir melalui proses Akulturasi. Di wilayah banyumasan
terdapat suatu tradisi, apabila ada seorang yang melahirkan bayi, maka didakan acara
nguyen. Yaitu suatu bentuk tirakatan pada malam hari bersama sanak saudara dan
tetangga dekat semalam suntuk sampai menjelang subuh. Didalam nguyen tersebut
sering diadakan macapatan dari selah peserta nguyen. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah kantuk dan juga menolak makhluk halus yang akan mengganggu bayi yang
baru lahir atau ibunya yang baru melahirkan. Tradisi seperti ini ada pada abad ke 15
dimana pada saat itu masa awal mula Islam masuk ke Jawa.Macapatan ialah kegiatan
menyampaikan sastra lisan dalam bentuk tembang/nyanyian, macapatan ini sangat
digemari masyarakat karena pelaksanaannya sangat mudah, sederhana dan murah.
Macapatan ini berkembang menjadi Macakanda kemudian karena pengaruh
perkembangan teater rakyat lainnya, kemudian berkembanglah menjadi kesenian
Jemblung, yaitu salah satu jenis teater tutur, sedangkan menurut Bapak Maksum
(salah satu pemain musik) lahirnya Jemblung bermula dari dakwah yang dilakukan
oleh Wali Sanga untuk menarik minat masyarakat Jawa yang saat itu masih memeluk
agama Hindu. Pada saat itu masyarakat Jawa sangat menggandrungi kesenian seperti
wayang yang pada saat itu masih menjadi pertunjukan kraton.Selain wayang
masyarakat juga menyukai bunyi-bunyian seperti bunyi alat musik gamelan ataupun,
bunyi-bunyian, tembang/nyanyian.Melihat hal itu akhirnya Wali Sanga
memanfaatkannya sebagai media dakwah sehingga banyak kesenian yang diciptakan
oleh wali sanga yang merupakan campuran antara budaya Jawa yang berbau Hindu
dengan Islam.Banyak kesenian yang dihasilkan oleh Wali Sanga seperti wayang kulit
oleh Sunan Kalijaga, macapatan oleh Sunan Bonang, Tembang Lir Ilir oleh Sunan
Bonang.Dalam hal ini sunan Kalijaga lebih banyak menciptakan kesenian Jawa
Islami karena sunan Kalijaga merupakan satu-satunya wali dari anggota Wali Sanga
yang asli penduduk Jawa sehingga benar-benar mengetauhi budaya mesyarakat
jawa.Saat menciptakan kesenian Jawa Islami, Sunan Kalijaga mengakulturasi
kebudayaan Hindu dengan Islam.Hal itu bisa dilihat dari wayang kulit yang ceritanya
dikarang sendiri.Selain itu juga terdapat Jemblung yang merupakan akulturasi
wayang dengan agama Islam sehingga tercipta cerita yang disajikan tidak ubahnya
seperti wayang lainnya. Sunan Kalijaga mengemas Jemblung dan wayang kulit secara
apik (Wawancara dengan Bapak Maksum, 21 Oktober 2012) Ketika Jemblung
dipentaskan orang yang ingin menyaksikan tidak dikenakan biaya masuk, akan tetapi
diganti dengan kalimat Syahadat sebagai bukti masuk Islam. Sehingga bisa dikatakan
pada saat itu Jemblung berfungsi sebagai media dakwah.
Seiring bertambahnya waktu instrument musik Kentrung ditambah dengan
Jidor yang menghasilkan bunyi “blung blung” sehingga dinamakan kesenian
Jemblung (Wawancara dengan Bapak Maksum, 21 Oktober 2012). Terdapat dua
pendapat yang dirujuk dalam alasan penamaan Jemblung.Pendapat pertama diambil
berdasarkan bunyi yang dihasilkan oleh instrument yang mengiringi cerita Jemblung.
Pendapat yang kedua berdasarkan nama salah satu tokoh cerita menak yakni
Jemblung Marmadi. Menurut pendapat yang pertama, instrumen terbang atu Jidor
Jemblung yang berukuran besar apabila dipukul menghasilkan suara
blung…..blung….blung.oleh karena itu seni bercerita yang menggunakan terbang
yang berukuran besar itu disebut Jemblung. Pendapat yang kedua bermula dari cerita
menak bernama Marmadi.Murmadi mempunyai badan besar dan perut buncit.Orang
yang mempunyai potongan seperti itu diberi sebutan Jemblung. Sehingga nama
Marmadi menjadi Jemblug Marmadi sedangkan seninya diberi nama Jemblung. Dari
dua pendapat diatas, pendapat yang lebih dapat diterima adalah pengertian yang
didasarkan oleh tiruan bunyi (pendapat pertama) (Wawancara dengan Bapak
Maksum, 21 Oktober 2012).
Penulis memilih Kesenian Wayang Jemblung ini karena penulis ingin
mengupas kesenian yang ada di Kabupaten Blitar.Sejauh ini orang mengenal
Kabupaten Blitar hanya wisatanya saja. Padahal Kabupaten Blitar memiliki kesenian
yaitu Wayang Jemblung yang tidak kalah menarik dengan Wayang-wayang di daerah
lain. Selain itu karena seiring perkembangan kesenian di jaman yang semakin maju,
kesenian tradisional semakin tenggelam kalah dengan pertunjukan kesenian
modern.Oleh karena itu penulis ingin memperkenalkan kesenian ini supaya kesenian
asli Indonesia tidak punah seiring perkembangan jaman.
PEMBAHASAN
Cerita atau Lakon
Ciri khas Jemblung yang tidak boleh ditinggalkan ialah cerita yang merunut
pada Hikayat Amir Hamzah atau cerita yang menyangkut masalah penyebaran agama
Islam, seperti cerita Wali Songo.
1. Sholawatan dan Lagu (gending Jemblung)
Dalam hal ini shalawatan dan lagu tidak bisa dipisahkan dari pementasan Jemblung,
kerena ada dua dalang dalam Jemblung Kediren, satu dalang berfungsi sebagai
petutur kisah dan satu lagi sebagai sinden atau dalang sholawatan.Dalang sholawatan
hanya bertugas menyanyikan lagu sholawat seperti Sholawat Tombo Ati, Sholawat
Mujiat dan lain-lain.Dalam melagukan sholawatpun juga ada perbedaan tiap daerah.
Untuk daerah Kediren lagu atau cengkoknya kenceng/lurus sedangkan daerah lainnya
cenderung lekuk ( Wawancaradengan Bapak Sujiman 7 Mei 2009).
2. Humor yang bernafaskan parikan
Dalam setiap pementasan Jemblung, homor atau guyonan tidak dapat
dihilangkan. Disini dalang Jemblung dituntut untuk selalu menciptakan suasana segar
dan baru yang dilakukan dengan geguyon (Kelakar) penuh canda. Dan geguyon
tersebut harus bernafaskan parikan atau pantun.Dan parikan tersebut harus
mengandung humor.
3. Interaksi dalang dengan Penonton
Selain dituntut untuk menciptakan suasana segar dan baru, dalang Jemblung
juga harus pandai berinteraksi dengan penonton interaksi tersebut bisa berupa tanya
jawab atau permintaan kritik dan saran. Interaksi tersebut bisa dilakukan pada saat
Jemblung pentas atau setelah Jemblung pentas
4. Misi Dakwah
Ciri khas Jemblung yang benar-benar tidak boleh ditinggalkan ialah misi
dakwahnya. Dalam setiap pementasannya Jemblung selalu mengandung misi dakwah
untuk mengajak taqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena Jemblung adalah
kesenian Jawa Islami yang digunakan sebagai sarana dakwah yang bertujuan
memberi penjelasan kepada masyarakat sekaligus mengajak iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Foto : Penulis
Gambar 1 :
Bentuk sajian Wayang Jemblung di Kabupaten Blitar. Menggunakan media wayang
kulit dan beberapa tabuhan alat musik tradisional seperti gendang dan berisikan
dakwah islam.
Pergeseran Bentuk Kesenian Wayang Jemblung
Lakon cerita yang disajikan tidak ubahnya seperti cerita wayang
lainnya.Sebab, Jemblung merupakan akulturasi antara wayang dengan agama
Islam.Jadi masih terdapat pengaruh Hindu dengan Islam.Sehingga lakon dalam
Jemblung seperti cerita Wayang pada umumnya.
Pada tahun 1960anpementasan Jemblung Putra Budaya yang menampilkan 10
pemain, 7 orang bertugas memainkan alat musik. Ketujuh alat musik yang dimainkan
ialah Gendang, Terbang ,Ketuk, Kenong, Dimplung, Tengeruh, dan Jidor. 2 orang
bertugas sebagai dalang.Ada dalang cerita dan dalang shalawat, Dalang cerita
berfungsi menceritakan jalannya cerita dalam lakon Jemblung.Sementara dalang
shalawat hanya berfungsi melantunkan shalawat pada sela-sela pementasan
Jemblung. Sementara 1 pemain terakhir ialah Sinden wanita, menurut Sujiman selaku
Dalang sekaligus pimpinan Jemblung Putra Budaya adanya Sinden pada pementasan
kali ini hanya sebagai penyegaran saja agar penonton tidak jenuh ketika menyaksikan
Jemblung. Ketika pementasan Jemblung dalang dan para pemain yang lain duduk
bersila. Dalang selalu berparikan (berpantun) dalam menyampaikan lakon
Jemblung.Awal pementasan diisi dengan Shalawat dan memuji Rasulullah. Lakon
yang disampaikan ialah tentang Saudagar Dul Jalal dan Peksi Cucak Ijo
(Wawancaradengan Bapak Maksum, 21 Oktober 2012) Ada lakon yang memuat
tentang perjuangan Islam seperti perjuangan Sunan Kalijaga dalam melaksanakan
dakwah ada juga lakon lahirnya Sunan Giri serta berdirinya Kerajaan Demak. Itu
semua merupakan lakon yang berkenaan dengan perjuangan awal mula Islam di
Indonesia.Ada juga lakon tambahan yang bercerita tentang pahlawana Islam dalam
perjuangan mengusir penjajah seperti Pangeran Diponegoro, kyai Mojo, dan Untung
Soropati.Pada penceritaan Lakon juga diiringi dengan Shalawat seperti sholawat
Badar, Sholawat Tombo Ati ataupun Sholawat Munjiyat. Dalang bertutur sambil
diiringi musik, dalang dan dan para pemain lain juga merangkap menjadi pemainnya.
Seperti sinden yang menjadi Ratu Candrasari atau Nyai Dul Jalal.Adegan lamaran
yang berisi rayu-rayuan dilakukan oleh dalang dan sinden namun hanya dalam suara
saja.
Pada tahun 1990an, grup Kesenian ini mengalami pergeseran mengingat
minimnya peminat kesenian ini.Kesenian wayang jemblung kalah dengan orkes
melayu yang selalu tampi di beberapa acara penting.Oleh karena itu, grup kesenian
Putra Budaya Kabupaten Blitar ini melakukan beberapa pergeseran.Grup kesenian
Jemblung ini menggunakan 14 pemain dalam mementaskan Jemblung. Yaitu 8 orang
memainkan alat musik, alat musik yang dimainkan ialah Gendang, Terbang, Ketuk,
Dimplung, 2 Kenong, Tengeruh, Jidor, serta Organ. Organ digunakan untuk
menciptakan musik campursari supaya minat masyarakat semakin bertambah.2 orang
sebagai dalang cerita dan shalawat.Dan ada 4 sinden.pada saat itu Lakon Yang
diceritakan ialah Babat Tanah Jawi. Pada saat itu tanah Jawa masih dihuni oleh
bangsa lelembut dan Syeh Subakir dan Semar menumbalkan dirinya untuk mengusir
lelembut ke Segara Kidul (laut selatan) dan tanah Jawa bisa dihuni. Selain
menggunakan wayang, Jemblung ini juga menambahkan musik campursari namun
menurut masyarakat sekitar hal ini akan mengurangi misi dakwah Jemblung karena
orang-orang akan lebih menikmati campursarinya daripada dakwahnya(Wawancara
dengan Bapak Maksum, 21 Oktober 2012).
Meskipun terdapat perbedaan bentuk tetapi tetap tidak meninggalkan identitas
Jemblung sebagai kesenian yang Islami, hal itu terbukti dengan lakonnya yang tetap
mengusung perjuangan Islam.Sebagaimana umumnya teater tutur, Jemblung
mengusung perjuangan Islam.Sebagaimna umumnya teater Jemblung mengandalkan
keahlian para pemainnya untuk memainkan tokoh-tokoh dalam
pertunjukannya.Apalagi dalangnya harus dituntut berimprovisasi dengan ide baru
disesuaikan dengan perkembangan kehidupan masyarakat lingkungannya. Meskipun
ceritanya sudah dikenal dan mentradisi, namun dengan kepandaian dalang Jemblung
dapat menciptakan suasana yang segar dan baru. Cara bermain tetep mengikuti, cara
pendahulunya, namun pemain itu mempunyai ide yang segar dan cara
membawakannya yang penuh humor yang dapat memikat para penonton. Cara
membawakan penuh variasi, tidak monoton, dan sering membawakan situasa terakhir
yang sedang hangat menjadi topik pembicaraan di daerah tersebut.
PergeseranFungsi Kesenian Wayang Jemblung
Sejak Jemblung lahir pada abad ke-15, Jemblung terus mengalami
perkembangan sampai saat ini.Berbagai pergeseran konvensional telah dialami oleh
kesenian ini.Salah satunya pergeseran fungsi, fungsi Jemblung masa kini sudah
berbeda dengan Jemblung dulu.Pada awal perkembangannya Jemblung digunakan
sebagai media dakwah agama Islam oleh para wali.Pada zaman tersebut budaya
Hindu masih kental di Nusantara dan orang Jawa sangat menyukai kesenian seperti
Tembang dan Gamelan.Melihat peluang tersebut para wali mengakulturasi wayang
dengan agama Islam hingga lahirlah Jemblung yang digunakan sebagai media
dakwah para wali.Hal ini terus terjadi pada awal masuknya Islam pada zaman
kolonialpun Jemblung masih digunakan sebagai media dakwah, itu terbukti dengan
adanya lakon Jemblung yang mengisahkan Pangeran Diponegoro. Tahun 1960an
Jemblung terkenal di wilayah Kabupaten Blitar dan sekitarnya, saat itu Jemblung
berfungsi sebagai media dakwah dan komersialis, karena tawaran tawaran pentas
yang mengalir deras akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama karena pamor
Jemblung dari tahun ketahun semakin surut.
Fungsi Jemblung sekarang menjadi fungsi komersialis dimana Jemblung
dipentaskan dalam rangka tertentu.Seperti pada seorang hajatan, syukuran, atau
Peringatan Hari Besar Islam seperti Maulid nabi dan Isra’ Mi’raj nabi. Jemblung
sekarang juga ada fungsi penyuluhan fungsi ini merupakan progam pemerintah yang
menyelipkan tentang progam-program pemerintah seperti KB, konvensi minyak gas
dalam hal ini pemerintah bekerja sama dengan seniman Jemblung untuk
menginformasikan progam pemerintah ketika pementasan Jemblung.
Upaya Upaya yang Dilakukan untuk Mengembangkan Kesenian Jemblung
Karena keberadaannya yang mulai terpinggirkan seiring datangnya kesenian
modern, maka dilakukan berbagai upaya untuk mengembangkan serta melestarukan
kesenian ini.Upaya tersebut muncul dari inisiatif dalang Jemblung yang ingin
menarik minat masyarakat untuk lebih peduli terhadap kelestaruan kesenian
Jemblung.Upaya itu berupa penambahan lakon yang dulunya berkisar Hikayat Amir
Hamzah sekarang ditambah lakon perjuangan Islam.Dan lakon bisa juga disesuaikan
dengan permintaan.Selain itu juga ada tambahan instrumen musik dengan
menambahkan alat musik seperti kenong, tengeruh, dimplung dan lain-lain. Ada juga
tambahan dengan memasukkan musik campur sari dan musik gambus ala timur
tengah agar Jemblung lebih menarik lagi (Wawancara dengan Bapak Maksum, 21
Oktober 2012). Ada lagi upaya yang dilakukan oleh seniman Jemblung untuk
mengembangkan kesenian ini yaitu dengan mengadakan visualisasi atau
penggambaran dari tokoh-tokoh yang ada dalam lakon Jemblung.Hal ini dilakukan
untuk menghindari kesan monoton dalam pementasan jemblung, karena selama ini
lakon dalam tokoh jemblung hanya digambarkan melalui suara saja tidak ditampilkan
dalam bentuk boneka seperti wayang.Oleh karena itu diadakan visualisasi berupa
wayang dalam pementasan Jemblung saat ini, tetapi hanya pemeran lakon saja yang
divisualisasi.Selain itu, upaya yang dilakukan untuk mengembangkan Jemblung
dengan mengikuti berbagai festival budaya seperti event Traditional Expo yang
diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara Kediri.
Namun berbagai upaya dalam mengembangkan Jemblung di atas tidak boleh
meninggalkan 4 ciri khas Jemblung yang asli. Ciri khas Jemblung yang tidak boleh
ditinggalkan ialah:
1. Sholawatan dan Lagu (gending Jemblung)
2. Humor yang bernafaskan parikan.
3. Interaksi dalang dengan Penonton
4. Misi Dakwah
Selain upaya yang dilakukan oleh seniman Jemblung untuk mengembangkan
kesenian ini, upaya untuk mengembangkan serta melestarikan Jemblung juga
dilakukan oleh pemerintah.Hal ini terbukti dengan mengirim delegasi Jemblung ke
beragai festival budaya namun upaya itu dirasa kurang oleh dalang Jemblung.
Banyak juga kendala-kendala yang dirasakan oleh seniman Jemblung dalam
mengembangkan kesenian Jemblung diantaranya :
1. Belum terbentuknya wadah perkumpulan/paguyuban seniman Jemblung
sehingga para seniman sulit bertukar informasi mengenai Jemblung.
2. Kesenian ini kurang diminati oleh kaum muda sehingga regenerasi yang
dilakukan oleh seniman Jemblung kurang berjalan
3. Banyak kesenian modern yang lebih digemari oleh masyarakat sehingga
membuat Jemblung terpinggirkan.
Jemblung saat ini bisa dikatakan hampir punah kerena sedikit sekali jumlah
seniman Jemblung yang masih eksis atau bertahan.Hal itu didukung dengan
banyaknya kesenian modern yang semakin digandrungi oleh masyarakat daripada
kesenian tradisional sehingga Jemblung mulai tidak dikenal, terpinggirkan, dan
dianggap kuno.Apalagi Jemblung kurang dinikmati olek kaum muda dan peminat
Jemblung rata-rata orang tua.Untuk saat ini Jemblung hanya dipentaskan dalam
rangka tertentu, seperti peringatan hari besar, atau dalam rangka memenuhi
Hajatan.Jemblung pun kurang terpublikasi sehingga keberadaanya mulai tidak
dikenal. Oleh karena itu dalam setiap pementasannya, dalang mengemban misi dari
pemerintah untuk melestarikan keenian ini jangan sampai punah, karena Jemblung
merupakan warisan budaya yang serat akan makna filosofis dan religius serta tak
ternilai harganya.
Semua itu akibat pergeseran fungsi yang dialami oleh kesenian ini, dulu
kesenian ini digunakan sebagai media dakwah tapi sekarang fungsinya telah bergeser
sebagai kesenian pentas.Inilah kosekuensi dari jaman globalisasi di mana kebudayaan
dari luar bebas masuk sehingga kebudayaan masyarakat asli mulai tak tampak.Karena
kita tahu sekarang masyarakat lebih menyukai kesenian modern yang notabene
berasal dari luar negeri dari pada kesenian tradisional yang asli dari negeri sendiri.
SIMPULAN
Pertunjukan Wayang Jemblung berasal dari daerah Banyumas Jawa Tengah.
Nama Jemblung diambil dari perpaduan bunyi dari Tanjidor dan Terbang yang
menghasilkan bunyi blung..bluung..blung. Pada awalnya pertunjukan ini disajikan
oleh 4 sampai 5 pemain yang merangkap sebagai lakon dan pemain musik.Musik
dimainkan dalam bentuk bunyi mulut (acapela).Seiring perkembangan jaman dan
difusi kesenian ini sampai di Kabupaten Blitar dan karisidenan Kediri, pertunjukan
ini berubah bentuk yaitu lakon divisualisasikan dalam bentuk wayang dan terdapat
pemain alat musik pengganti acapela.Dalam pergeseran fungsi, kesenian Jemblung
awalnya hanya sebagai media dakwah, namun saat ini berubah fungsi sebagai hiburan
dan sarana sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat. Namun tidak
menghilangkan bentuk asli kesenian Jemblung yaitu mengandung unsur islam.
DAFTAR RUJUKAN
Kayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta : Sinar Harapan.
Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Moeleong, L.J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Soedarso SP. 2006. Trilogi Seni (Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni).
Yogyakarta : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Soedarsono.2002. Seni Pertunjukan Indonesia.Yogyakarta : Gajah Mada University
Press
DAFTAR NARASUMBER
Nama : Sujiman
Alamat : Wates , Kediri.
TTL : Kediri, 13 Mei 1955
Lama Kerja : 20 Tahun
Jabatan : Dalang dan Pimpinan Pertunjukan Wayang Jemblung Putra
Budaya Kediri
Nama : Bapak Maksum
Alamat : Desa Ngadirejo Blitar
TTL : Tulungagung, 8 Januari 1965
Lama Kerja : 10 Tahun
Jabatan : Pemain alat musik wayang Jemblung di Blitar.