pergeseran bahasa nasional sebagai indikator melemahnya solidaritas nasional

5
PERGESERAN BAHASA NASIONAL SEBAGAI INDIKATOR MELEMAHNYA SOLIDARITAS NASIONAL Budaya dilahirkan beribu tahun lalu sejak manusia ada di bumi. Kebiasaan yang membentuk perilaku manusia tersebut diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya secara superorganis. Bahasa adalah salah satu produk pemikiran dari akal budi manusia yang digunakan sebagai media interaksi antar sesama dan menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari adanya interaksi dan komunikasi antarsesamanya. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama sebagai penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Namun, Bahasa Indonesia perlahan mulai bergeser dan terintimidasi karena tidak diimbangi dengan kecintaan dan kesadaran masyarakat terutama generasi muda untuk ikut berpartisipasi menggunakan bahasa yang baik sesuai kaidah. Nilai bahasa yang dimiliki oleh setiap masyarakat yang memiliki kekayaan begitu besar, seiring perkembangan zaman upaya pelestariannya pun mulai luntur yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun faktor internal masyarakat itu sendiri serta semakin berkembangnya sikap Eksosentrisme terhadap budaya dan bahasa luar yang dianggap sebagai paradigma baru dalam gaya hidup yang lebih modern dan fleksibel. Bahasa Indonesia yang seharusnya menjadi identitas bahasa masyarakat kita dan sebagai bahasa pemersatu Indonesia, sengaja ditenggelamkan dengan adanya akulturasi bahasa yang merusak sistem bahasa kita. Dalam perkembangan masyarakat

Upload: irham-fathoni

Post on 18-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

INDONESIAN LANGUAGE SUBJECT

TRANSCRIPT

PERGESERAN BAHASA NASIONAL SEBAGAI INDIKATOR MELEMAHNYA SOLIDARITAS NASIONALBudaya dilahirkan beribu tahun lalu sejak manusia ada di bumi. Kebiasaan yang membentuk perilaku manusia tersebut diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya secara superorganis. Bahasa adalah salah satu produk pemikiran dari akal budi manusia yang digunakan sebagai media interaksi antar sesama dan menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari adanya interaksi dan komunikasi antarsesamanya. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama sebagai penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Namun, Bahasa Indonesia perlahan mulai bergeser dan terintimidasi karena tidak diimbangi dengan kecintaan dan kesadaran masyarakat terutama generasi muda untuk ikut berpartisipasi menggunakan bahasa yang baik sesuai kaidah. Nilai bahasa yang dimiliki oleh setiap masyarakat yang memiliki kekayaan begitu besar, seiring perkembangan zaman upaya pelestariannya pun mulai luntur yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun faktor internal masyarakat itu sendiri serta semakin berkembangnya sikap Eksosentrisme terhadap budaya dan bahasa luar yang dianggap sebagai paradigma baru dalam gaya hidup yang lebih modern dan fleksibel.Bahasa Indonesia yang seharusnya menjadi identitas bahasa masyarakat kita dan sebagai bahasa pemersatu Indonesia, sengaja ditenggelamkan dengan adanya akulturasi bahasa yang merusak sistem bahasa kita. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, Indonesia dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa masyarakat cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek dengan menggunakan bahasa asing. Contoh sederhana dapat dilihat dari pemakaian kata no smoking, exit, open, delivery order, dan lain sebagainya di tempat-tempat umum, padahal kata-kata tersebut memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. Sifat eksosentrisme tersebut semakin lama akan semakin melunturkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia yang telah menyatukan ratusan bahasa lokal yang ada di Indonesia. Bagaimanakah jika bahasa pemersatu NKRI tersebut musnah dari peradabannya?Eksistensi bahasa kita saat ini sudah mulai dijajah oleh berbagai macam budaya asing yang tidak mampu disaring terutama oleh generasi muda. Budaya tersebut masuk dan mulai mengakar di dalam diri para pemuda. Terlihat dari pemakaian bahasa Indonesia yang melenceng dari kaidah berbahasa yang baik yang sesuai dengan kearifan budaya berbahasa bangsa Indonesia. Bagaimana kita ingin mewujudkan komunikasi yang baik, efektif dan beradab, jika antar jenjang usia saja tidak ada kesepahaman dalam menggunakan bahasa. Contoh nyata saat ini, penggunaan bahasa gaul oleh pemuda. Kata-kata lebay, bokis, ember dan sebagainya, adalah kosakata buatan dalam menunjang komunikasi mereka. Hanya bagian dari komunitas tersebut yang tahu makna dari kata buatan tersbeut. Bagimana dengan jenjang usia yang lebih dewasa? Sudah bisa dipastikan penggunaan bahasa tersebut tidak dipahami oleh mereka yang lebih tua. Jika antar jenjang usia saja tidak ada kesepahaman, bagaimana arus bahasa baru ini bisa menjadi sarana komunikasi yang baik untuk Indonesia yang memiliki bahasa lokal yang sangat beragam. Dalam berbudaya, hal tersebut dipandang sebagai suatu yang melenceng dari budaya lokal terutama budaya nasional kita. Bagaimana bahasa pemersatu kita tidak lagi digunakan, justru dirombak untuk mengikuti arus globalisasi. Apa yang seharusnya dilakukan adalah tetap mempertahankan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun dimodifikasi sesuai peruntukannya. Bukan malah menggeser penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa yang selama ini menunjang solidaritas Indonesia, seakan dilemahkan hanya karena budaya luar yang masuk dan menjajah paradigma pemuda kita untuk mengikuti arus perkembangan zaman ini. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran akan berdampak terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Dampak dari akulturasi bahasa asing yang paling ditakutkan adalah masyarakat Indonesia kehilangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Karakteristik bangsa Indonesia salah satunya tercermin dari kesantunan bahasa masyarakatnya. Akulturasi bahasa yang benar adalah dengan tetap mempertahankan kedua bahasa yang masuk. Bukan menggeser salah satunya. Dalam konteks ini, Bahasa Indonesia harus dipertahankan dan digunakan dengan kaidah yang benar dan bahasa lain juga digunakan sesuai peruntukannya.Tidak dapat dipungkiri, sebagai bagian dari bangsa yang hidup di tengah globalisasi, Indonesia tidak akan bisa menutup diri dari pengaruh asing, termasuk dalam ranah kebahasaan. Selama bahasa masih dijadikan sebagai media komunikasi, dengan sendirinya akan terus mengalami proses adaptasi budaya. Bahasa akan terus berproses mengikuti dinamika perkembangan peradaban. Ini artinya, bangsa Indonesia harus adaptif dalam menghadapi perubahan global. Jika bangsa Indonesia tetap kukuh menolak akulturasi bahasa dengan dalih menjaga jati diri bangsa, dikhawatirkan bangsa Indonesia justru akan terjebak ke dalam perangkap keterasingan di tengah pergaulan dunia. Akulturasi bahasa asing yang masuk dalam bahasa Indonesia merupakan kenyataan yang harus ditanggapi dengan bijak. Proses saling memengaruhi dan dipengaruhi akan terus terjadi dalam pergaulan antarbangsa secara simultan dan terus-menerus. Kearifan zaman-lah yang akan menjadi filter utama dalam menilai apakah proses akulturasi bahasa itu sesuai dengan karakteristik bangsa dan pola pikir masyarakat atau tidak. Dalam konteks kebahasaan, proses akulturasi tidak bisa ditolak sepenuhnya. Bahasa Indonesia tidak bisa selamanya menutup diri dari pengaruh bahasa asing. Fakta justru membuktikan bahwa kosakata bahasa Indonesia menjadi kaya karena sentuhan pengaruh bahasa asing yang secara perlahan-lahan mengalami proses adaptasi sehingga istilah serapan tidak lagi terkesan sebagai sesuatu yang asing. Seiring dengan peran bangsa Indonesia di tengah kancah perubahan global, bahasa Indonesia idealnya semakin terbuka terhadap istilah-istilah asing.Akulturasi bahasa asing memberikan manfaat dan juga dampak bagi perkembangan bahasa Indonesia, khususnya berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri dan kebanggaan masyarakat dalam menggunakan bahasa. Maraknya penggunaan bahasa asing dalam komunikasi yang dilakukan masyarakat Indonesia memancing ketakutan dan kontroversi dari berbagai pihak. Kehilangan karakteristik bangsa Indonesia merupakan salah satu kekhawatiran terbesar. Oleh karena itu, agar bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa yang bermartabat di kancah nasional maupun Internasional, kita harus menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa asing secara proporsional, meningkatkan pemakaian Bahasa Indonesia secara baik dan benar serta menjaga karakteristik Bangsa Indonesia melalui Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu NKRI. Bangsa Indonesia memiliki karakteristik yang menjadi cerminan realitas kehidupan bernegara. Karakter sebuah bangsa merupakan merupakan jatidiri, nilai dan norma kehidupan yang menjadi landasan berpikir dan bertindak suatu bangsa. Karakter suatu bangsa juga menjadi cerminan dari karakter individunya. Indonesia di kenal dunia sebagai bangsa yang berkarakter santun, ramah dan penyabar. Hal itu terlihat jelas dalam perilaku dan tindakan serta bahasa keseharian rakyat Indonesia. Sehingga, sebagai generasi penerus bangsa, ada baiknya kita tetap berada pada jalur yang benar dengan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik, sehingga pembentukan karakter bangsa bisa tercapai. Karena bahasa menjadi cerminan dari nilai-nilai yang di anut oleh suatu masyarakat dan juga menggambarkan karakter suatu bangsa.