performa termal pada desain ruang rawat inap...

12
THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1468 PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT STIKES AISYAH KLATEN Eny Dwi Wardani, Yayi Arsandrie Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected] ABSTRAK RS STIKES AISYAH Klaten, Jawa Tengah, sedang dalam masa perencanaan dan perancangan. Lokasi perencanaan pembangunan terletak di Jalan Raya Solo - Yogyakarta dengan luas 5,050 m 2 . Perencanaan Rumah Sakit STIKES AISYAH Klaten bertujuan untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan, menyelenggarakan pendidikan kesehatan, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan nilai termal (temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin, serta radiasi matahari) pada desain RS Stikes Aisyah Klaten, dengan simulasi komputer menggunakan Software Ecotect Analysis. Penelitian dilaksanakan pada bulan September - Desember 2016. Lima desain ruang dipilih sebagai model untuk simulasi, yang mewakili ruang rawat inap kelas I, II, III, dan VIP. Secara umum, tujuan simulasi adalah untuk mengetahui apakah desain rumah sakit telah memenuhi persyaratan kenyamanan termal, khususnya pada ruang rawat inap. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) Mengetahui nilai temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin dan radiasi matahari, serta distribusinya di dalam ruang rawat inap, (2) Mengetahui pengaruh desain ruang rawat inap terhadap performa termal di dalam ruang. Hasil simulasi Ecotect Analysis menunjukkan semua tipe ruang rawat inap memiliki temperatur yang relatif sama, antara 30.98 sampai 31.84°C, dengan temperatur rata-rata sebesar 31.3°C. Temperatur tersebut lebih tinggi dibandingkan suhu operatif nyaman rata-rata di Pulau Jawa (26.7°C). Kondisi termal pada model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh aspek desain bukaan dan luas ruang, posisi ruang, aktivitas manusia, serta perbedaan termal indoor dan outdoor dalam satu hari. Kata kunci: Ecotect analysis, ruang rawat inap, temperatur ruang. 1. PENDAHULUAN Bangunan rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasiaan dan pemeliharaannya terutama pada prasarana instalasi tata udara (Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, 2012). Pengkondisian udara yang tepat merupakan faktor terapi bagi pasien, dimana dalam beberapa kasus merupakan pengobatan utama. Ruang rawat inap dalam sebuah rumah sakit memerlukan perhatian khusus untuk menunjang penyembuhan pasien, mengingat ruang rawat inap memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. RS Stikes Aisyah Klaten saat ini masih dalam proses perencanaan dan perancangan. Lokasi perencanaan pembangunan terletak di Jalan Raya Solo Yogyakarta dengan luas 5,050 m 2 . RS Stikes Aisyah Klaten merupakan perencanaan rumah sakit bertipe C. Rumah Sakit ini bertujuan untuk meningkatkan dan menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Desain bangunan RS Stikes Aisyah tersebut kemudian dianalisa dengan simulasi menggunakan software Ecotect untuk mengetahui apakah desain yang dibuat telah

Upload: lamliem

Post on 04-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1468

PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAPRUMAH SAKIT STIKES AISYAH KLATEN

Eny Dwi Wardani, Yayi ArsandrieProgram Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected] Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected]

ABSTRAK

RS STIKES AISYAH Klaten, Jawa Tengah, sedang dalam masa perencanaan dan perancangan.Lokasi perencanaan pembangunan terletak di Jalan Raya Solo - Yogyakarta dengan luas 5,050m2. Perencanaan Rumah Sakit STIKES AISYAH Klaten bertujuan untuk menyediakan fasilitaspelayanan kesehatan, menyelenggarakan pendidikan kesehatan, serta penelitian dan pengabdiankepada masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan nilai termal(temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin, serta radiasi matahari) pada desain RS StikesAisyah Klaten, dengan simulasi komputer menggunakan Software Ecotect Analysis. Penelitiandilaksanakan pada bulan September - Desember 2016. Lima desain ruang dipilih sebagai modeluntuk simulasi, yang mewakili ruang rawat inap kelas I, II, III, dan VIP. Secara umum, tujuansimulasi adalah untuk mengetahui apakah desain rumah sakit telah memenuhi persyaratankenyamanan termal, khususnya pada ruang rawat inap. Sedangkan tujuan khusus penelitian iniadalah: (1) Mengetahui nilai temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin dan radiasimatahari, serta distribusinya di dalam ruang rawat inap, (2) Mengetahui pengaruh desain ruangrawat inap terhadap performa termal di dalam ruang. Hasil simulasi Ecotect Analysismenunjukkan semua tipe ruang rawat inap memiliki temperatur yang relatif sama, antara 30.98sampai 31.84°C, dengan temperatur rata-rata sebesar 31.3°C. Temperatur tersebut lebih tinggidibandingkan suhu operatif nyaman rata-rata di Pulau Jawa (26.7°C). Kondisi termal padamodel ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh aspek desain bukaan dan luasruang, posisi ruang, aktivitas manusia, serta perbedaan termal indoor dan outdoor dalam satuhari.Kata kunci: Ecotect analysis, ruang rawat inap, temperatur ruang.

1. PENDAHULUANBangunan rumah sakit merupakan

fasilitas kesehatan yang memerlukanperhatian khusus dalam perencanaan,pembangunan, pengoperasiaan danpemeliharaannya terutama pada prasaranainstalasi tata udara (Direktorat Jenderal BinaUpaya Kesehatan Direktorat JenderalPelayanan Penunjang Medik dan SaranaKesehatan, 2012). Pengkondisian udara yangtepat merupakan faktor terapi bagi pasien,dimana dalam beberapa kasus merupakanpengobatan utama. Ruang rawat inap dalamsebuah rumah sakit memerlukan perhatiankhusus untuk menunjang penyembuhanpasien, mengingat ruang rawat inap

memerlukan asuhan dan pelayanankeperawatan dan pengobatan dalam jangkawaktu yang panjang.

RS Stikes Aisyah Klaten saat ini masihdalam proses perencanaan dan perancangan.Lokasi perencanaan pembangunan terletak diJalan Raya Solo Yogyakarta dengan luas5,050 m2. RS Stikes Aisyah Klatenmerupakan perencanaan rumah sakit bertipeC. Rumah Sakit ini bertujuan untukmeningkatkan dan menyelenggarakanpendidikan, penelitian dan pengabdianmasyarakat. Desain bangunan RS StikesAisyah tersebut kemudian dianalisa dengansimulasi menggunakan software Ecotect untukmengetahui apakah desain yang dibuat telah

Page 2: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1469

memenuhi persyaratan kenyamanan termal,khususnya pada ruang rawat inap.

Ecotect merupakan software pemodelan3D dengan berbagai fitur analisa dan simulasiyang diaplikasikan secara interaktif, sehinggasetiap perubahan pada desain dapat diketahuidampaknya. Analisa dan simulasi yang terkaitdengan bioklimatik mencakup analisa termaldan pencahayaan.

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui performa termal pada desain RSStikes Aisyah Klaten, serta memberikan solusidesain guna meningkatkan kualitas termalruang rawat inap rumah sakit.

2. TINJAUAN LITERATUR

2.1 Ruang Rawat Inap Rumah SakitRumah Sakit sebagai salah satu fasilitas

pelayanan kesehatan merupakan bagian darisumber daya kesehatan yang sangatdiperlukan dalam mendukungpenyelenggaraan upaya kesehatan (DirektoratJenderal Bina Upaya Kesehatan, 2013).Kualitas pelayanan dalam rumah sakit dapatditingkatkan apabila didukung olehpeningkatan kualitas fasilitas fisik. Ruangrawat inap merupakan salah satu wujudfasilitas fisik yang penting keberadaannyabagi pelayanan pasien (Santosa dalam Alif2009). Kondisi lingkungan fisik ruang rawatinap juga dapat mempengaruhi kondisipsikologis pasien. Ruang rawat inap yangbising, suhu udara terlalu panas, pencahayaankurang, kebersihan dan kerapihan tidakterjaga akan meningkatkan stres pada pasien(Robby dalam Alif 2009).

2.2 Kenyamanan TermalMenurut Mintorogo dalam Ikhsanudin

(2016), kenyamanan termal merupakan prosesyang melibatkan proses fisiologis danpsikologis. Kenyamanan termal adalahkondisi pikiran seseorang yangmengekspresikan kepuasan dirinya terhadaplingkungan termalnya. Variabel fisikkenyamanan termal dan pemaknaan istilahkenyamanan termal meliputi suhu udara, suhuradiasi rata-rata, kelembaban udara, danpergerakan udara atau angin.

Para ahli sepakat pada enam parameterkenyamanan termal, yaitu: faktor personal(pakaian dan aktivitas), faktor lingkungan,suhu udara, suhu radian, kecepatan angin dankelembaban udara (Sugini dalam Tuhari2014).

Tabel 1. Perbandingan Faktor PenentuKenyamanan Termal

Szokolay

Fanger, StandarAmerika

(ANSI/ASHRAE55-1992), StandarInternasional (ISO

7730:1994)

Humphreysdan Nicol

1. Iklim● Radiasimatahari● Suhu udara● Kecepatanangin● Kelembabanudara

1. Iklim● Radiasimatahari● Suhu udara● Kecepatanangin● Kelembabanudara

1. Iklim● Radiasimatahari● Suhu udara● Kecepatanangin● Kelembabanudara

2. Faktorindividu● Pakaian● Aklimatisasi● Usia dankelamin● Tingkatkegemukan● Tingkatkesehatan● Makanan &minuman● Suku bangsa

2. Faktorindividu● Aktivitas● Pakaian

2. Faktorindividu● Aktivitas● Pakaian● Adaptasiindividu

3. Lokasigeografis

(Sumber: Talarosha dalam Tuhari 2014)

Sistem pengkondisian udara menurutKementrian Kesehatan Republik Indonesiayang diatur dalam Pedoman Teknis BangunanRumah Sakit Ruang Rawat Inap (2012), dapatdijelaskan sebagai berikut :a. Untuk mendapatkan kenyamanan kondisi

udara ruang di dalam bangunan ruangrawat inap harus mempertimbangkantemperatur dan kelembaban udara.

b. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dankelembaban udara di dalam ruangan dapatdilakukan dengan pengkondisian udaradengan mempertimbangkan hal-halsebagai berikut :

Page 3: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1470

1) Fungsi ruang, jumlah pengguna, letak,volume ruang, jenis peralatan, danpenggunaan bahan bangunan.

2) Kemudahan pemeliharaan danperawatan.

3) Prinsip-prinsip penghematan energi dankelestarian lingkungan.

c. Kelembaban relatif dipertahankan padalevel 30 – 60%.

d. Temperatur ruangan dipertahankan sekitar20°C sampai 26°C.

2.2.1. Suhu UdaraSuhu netral dan batas nyaman termal di

Indonesia berdasarkan daerah didapat sepertiberikut:

Tabel 2. Suhu Netral dan Batas KenyamananTermal di Indonesia

KelompokSuku

Suhu Netral (Tn) Batas Nyaman (Tcr)Ta(°C)

To(°C)

Teq(°C)

Ta(°C)

To(°C)

Teq(°C)

Aceh (n=6) 24.3 24.3 23.4 20.5-27.3

20.7-27.9

20.2-26.6

Tapanuli(n=23) 25.9 26.2 23.4 22.5-

29.222.9-29.4

20.2-28.9

Minang(n=27) 26.9 27.4 25.7 23.7-

30.124.1-30.6

21.7-29.6

Sumatrayang lain(n=16)

27.0 27.3 25.9 23.7-30.3

23.9-30.7

21.8-30.1

Betawi(n=23) 27.0 27.3 25.9 23.7-

30.323.9-30.7

21.8-30.1

Sunda(n=86) 26.4 26.6 25 23.8-

29.923.9-29.3

21.8-28.3

Jawa(n=232) 26.4 26.7 25.5 22.8-

29.923.2-30.2

21.0-29.4

Indonesiayang lain(n=62)

26.9 27.4 26.2 22.6-31.2

22.5-32.2

21.3-31.1

(Sumber: Karyono dalam Tuhari 2014)

Udara yang lebih banyak mengandungkontaminan berbagai bahan seperti nitrogen,gelombang elektromagnetik, dan gelombangmikro (microwave) dapat mempengaruhikesejahteraan manusia. Aktivitas manusiadapat mengubah komposisi kimia udarasehingga jumlah konsentrasi zat-zat kimiadapat bertambah, terutama apabila aktivitastersebut dilakukan di dalam ruang dengansirkulasi udara yang buruk. Kualitas udara

dalam ruang tidak hanya dipengaruhi olehpencemaran kimia, tetapi juga oleh faktorlingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban.Di saat suhu ruangan terlalu tinggi ataurendah, dapat mempengaruhi kenyamanan dankesehatan pengguna. Bila terjadi perubahansuhu tiba-tiba lebih dari 7°C dari temperaturseharusnya, dapat memicu terjadinyapengerutan saluran darah (Amida, 2016).

2.2.2. Kecepatan anginKecepatan angin berhubungan dengan

dikeluarkannya udara panas melalui proseskonveksi dan pelepasan panas yang akanterjadi melalui proses penguapan. Oleh karenaitu, kenyamanan termal dipengaruhi olehdesain (Orosa and Olivera dalam Tuhari2014). Jadi aliran angin berfungsimendinginkan suhu suatu area yang terkenahembusan.

Tabel 3. Kenyamanan Kecepatan Aliran UdaraBagi Manusia

Kecepatanangin

bergerak(m/detik)

Pengaruh ataskenyamanan

Efekpenyegaran(pada suhu

30°C)< 0.25 tidak dapat dirasakan 0°C

0.25-0.5 paling nyaman 0.5-0.7°C

0.5-1masih nyaman, tetapigerakan udara dapatdirasakan

1.0-1.2°C

1-1.5 kecepatan maksimal 1.7-2.2°C

1.5-2 kurang nyaman,berangin 2.0-3.3°C

> 2kesehatan penghuniterpengaruh olehkecepatan angin yangtinggi

2.3-4.2°C

(Sumber: Frick dalam Tuhari 2014)

Semakin panjang dan sempit sebuahlorong, menyebabkan kecepatan angin yangmelaluinya menjadi lebih besar (Boutet,1987). Angin dapat mengeluarkan udara yangterjebak di dalam ruang dan proses evaporasidapat berlanjut (Koenigsberger dkk, 1973).

Page 4: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1471

Gambar 1. Pergerakan Angin Dalam Bangunan(Sumber: Boutet, 1987)

Gambar di atas menunjukkanpergerakan angin di dalam bangunan. Anginyang melewati lorong buntu akan dibelokkanke ruangan lain. Angin yang masuk ke dalamruang sebagian dikeluarkan melalui outletyang terdapat pada ruang tersebut, dansebagian menciptakan pergerakan memutar didalam ruang. Sistem ini akan memasok udarasecara terus menerus ke dalam ruang.Pergerakan angin ini membantu menurunkantemperatur di dalam ruang.

Untuk menurunkan temperatur dalamruang dapat melakukan hal-hal sebagaiberikut:

1. Penggunaan alat bantu penyejuk udaraseperti kipas angin yang sesuai dengan luasruangan dapat membantu menurunkansuhu ruang. Aliran angin berfungsi untukmendinginkan suhu suatu area yangterkena hembusannya (Tuhari, 2014).

2. Penghawaan mekanis denganmenggunakan exhaust fan, dipasang padaketinggian minimal 2.00 m di atas lantaiatau minimal 0.20 m dari langi-langit(Direktorat Jenderal PPM & PL, 1993).

3. Menciptakan lingkungan yang lebih sejukmenggunakan efek psikologis. Warna-warna sejuk dan alami, bunyi-bunyi yangtidak terlalu bising dan alami dapat

menghadirkan efek positif pada pikiranmanusia yang secara tidak langsungmengompensasi ketidaknyamanan termal(Edward, 1996 dkk dalam Satwiko, 2009).

4. Usahakan tidak banyak permukaan disekitar bangunan yang menyerap panas.Permukaan yang panas ini akanmemanaskan udara yang bersentuhandengannya. Udara yang menjadi panasdapat masuk ke dalam ruangan,mengakibatkan udara di dalam ruanganmenjadi panas. Halaman yang tertutuprumput atau ternaungi pohon akan lebihsejuk (Satwiko, 2009).

5. Usahakan ventilasi dapat berlangsung 24jam. Jendela krepyak baik digunakankarena aliran udara dapat terjaga sementaraprivasi tidak terganggu (Satwiko, 2009).

6. Usahakan ada 3 lubang pada dinding yangberbatasan dengan ruang luar (dindingeksterior), yaitu lubang atas (ventilasiatas), lubang tengah (jendela) dan lubangbawah (ventilasi bawah). Lubang atas akanmelepaskan udara panas yang biasaterjebak di atas. Lubang bawah untukmelepaskan udara lembab yang biasaterjebak di bagian bawah ruang (Satwiko,2009).

2.3 Ruang Rawat Inap RS STIKESAISYAH KlatenRS Stikes Aisyah Klaten merupakan

rumah sakit yang bertujuan untukmeningkatkan dan menyelenggarakanpendidikan, penelitian dan pengabdianmasyarakat, dan berusaha untuk melayaniseluruh masyarakat. Ruang rawat inap RSStikes Aisyah Klaten dibagi menjadi 4 kelas,yaitu kelas VIP, kelas I, kelas II dan kelas III.

Page 5: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1472

Gambar 2. Site Plan(Dokumentasi RS STIKES AISYAH Klaten,

2016)

Gambar 3. Denah Lantai 1(Dokumentasi RS Stikes Aisyah Klaten, 2016)

3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian dilakukan denganmenggunakan software Ecotect untukmembantu menganalisa desain gunamemperoleh nilai temperatur yang akandibandingkan dengan standard termal yangada. Penelitian ini bertujuan untukmendapatkan nilai performa termal daridesain ruang rawat inap RS Stikes AisyahKlaten. Langkah yang harus dilakukan dengansoftware Ecotect, terlebih dahulu harusmemasukkan data iklim. Terdapat 3 data iklimdan lokasi yang terdapat pada software, yaituBangkok Thailand, Kuala Lumpur Malaysiadan Jakarta Indonesia. Data iklim yangdigunakan pada simulasi ini adalah data iklimlokasi Jakarta Indonesia karena lebih dekatdengan rencana lokasi pembangunan RSStikes Aisyah Klaten. Data iklim mencakup

temperatur, kelembaban, kecepatan angin,radiasi matahari dan awan yang muncul.

Langkah selanjutnya adalah menentukanruang rawat inap yang akan diteliti, sebagaiberikut:

1. Ruang VIPRuang rawat inap kelas VIP memiliki

luas 22.5 m2 dan tinggi plafond 5.5 m. RuangVIP dilengkapi dengan 1 tempat tidur dankamar mandi. Jendela menghadap utaradengan lebar 180 cm dan tinggi 150 cm.Dinding yang langsung berbatasan denganlingkungan luar dan kamar mandimenggunakan material bata merah.Sedangkan untuk dinding yang memisahkanantar ruangan menggunakan material papangypsum.

Gambar 4. Denah dan Potongan Ruang VIP A(Dokumentasi RS Stikes Aisyah Klaten, 2016)

2. Ruang Kelas I

Ruang rawat inap kelas I memiliki luaslantai 28.5 m2. Terdapat satu tempat tidur,kamar mandi dan jendela yang menghadapselatan dan utara. Kedua jendela tersebutmemiliki ukuran yang sama yaitu lebar 150cm dan tinggi 150 cm. Jarak dari lantai keplafond adalah 3.7 m. Dinding yang langsungberbatasan dengan lingkungan luar dan kamarmandi menggunakan material bata merah.Sedangkan untuk dinding yang memisahkanantar ruangan menggunakan material papangypsum.

Page 6: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1473

Gambar 5. Denah Ruang Rawat Inap KelasI A

(Dokumentasi RS Stikes Aisyah Klaten, 2016)

Gambar 6. Potongan Ruang Rawat Inap KelasI A

(Dokumentasi RS Stikes Aisyah Klaten, 2016)

3. Ruang Kelas IIRuang rawat inap kelas II memiliki luas

lantai 30 m2 dengan 2 tempat tidur dan satukamar mandi. Terdapat 2 jendela yang terletakdi samping setiap tempat tidur. Jendelatersebut menghadap utara dengan lebar 90 cmdan tinggi 150 cm. Jarak dari lantai ke plafondadalah 3.7 m. Dinding yang langsungberbatasan dengan lingkungan luar dan kamarmandi menggunakan material bata merah.Sedangkan untuk dinding yang memisahkanantar ruangan menggunakan material papangypsum.

Gambar 7. Denah dan Potongan Ruang RawatInap Kelas II A

(Dokumentasi RS Stikes Aisyah Klaten, 2016)

4. Ruang Kelas IIIRuang rawat inap kelas III memiliki luas

lantai 10 m2 dengan 2 tempat tidur. Untukdesain ruang rawat inap kelas III C terdapatsatu jendela yang menghadap barat denganlebar 90 cm dan tinggi 150 cm. Jarak darilantai ke plafond adalah 3.7 m. Dinding yanglangsung berbatasan dengan lingkungan luardan kamar mandi menggunakan material batamerah. Sedangkan untuk dinding yangmemisahkan antar ruangan menggunakanmaterial papan gypsum.

Gambar 8. Denah dan Potongan Ruang RawatInap Kelas III C

(Dokumentasi RS Stikes Aisyah Klaten, 2016)

Untuk desain ruang rawat inap kelas III Jtidak terdapat jendela, karena tidakberhubungan langsung dengan lingkunganluar. Jarak dari lantai ke plafond adalah 3.7 m.Material dinding yang digunakan adalahpapan gypsum.

Page 7: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1474

Gambar 9. Denah dan Potongan Ruang RawatInap Kelas III J

(Dokumentasi RS Stikes Aisyah Klaten, 2016)

Ruang rawat inap yang diteliti kemudiandibuat model 3D sebelum disimulasikan.Pembuatan model ruang meliputi dinding,lantai, plafond jendela dan pintu.

Gambar10. Pembuatan Model(Dokumentasi Penulis, 2016)

Dalam simulasi ini, material dindingyang digunakan adalah bata merah denganfinishing plester dan cat untuk dinding yangberbatasan langsung dengan lingkungan luardan kamar mandi. Sedangkan untuk dindingpenyekat ruang menggunakan materialgypsum. Material plafond menggunakanpapan gypsum dan material lantaimenggunakan keramik. Material kusen dandaun pintu menggunakan kayu. Material kacajendela menggunakan kaca standar. Inputmaterial dalam simulasi ini dilakukan sedapatmungkin agar menyesuaikan dengan kondisiaslinya.

Parameter simulasi yaitu mencari hasildan nyaman termal ruangan (ThermalComfort) dari model. Simulasi termalmerupakan simulasi terhadap pengaruh panasyang diserap bangunan, baik pada ruanginterior maupun eksterior. Setelah simulasidilakukan dan ditemukan nilai kenyamanantermal pada model, selanjutnya dilakukanperbandingan dengan standar untuk dapatmengetahui efektivitas desain ruang.

Data yang diperoleh dari hasil simulasikemudian diolah dan dianalisa untuk

mendapatkan nilai performa temperatur setiapruangan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Simulasi TemperaturDalam hasil penelitian akan ditampilkan

perbandingan antara hasil simulasi desaindengan standar performa temperatur.Perbandingan tersebut memiliki tujuan untukmengetahui pengaruh desain ruang rawat inapterhadap performa temperatur di dalam ruang.

Pada simulasi ini mencari kenyamantermal ruang bangunan (thermal comfort).Simulasi dilakukan dengan memotong modelruangan secara melintang di daerah aktivitasmanusia (living zone) yaitu pada ketinggian120 cm dari lantai. Hasil simulasi ditampilkanberupa gambar visual kondisi suhu ruanganpada saat eksperimen. Gambaran berupavisual spektrum kontur warna dengan nilaisuhu pada titik titik tertentu dan suhu rata-rataruang pada ketinggian 120 cm dari lantai(Gambar 11). Simulasi dilakukan denganwaktu pengukuran pada tanggal 22 Juni pukul12.00 WIB. Pada waktu tersebut biasa terjadimusim kemarau di mana curah hujan rendahdan temperatur udara tinggi. Setelahmelakukan simulasi potongan secaramelintang, dilakukan simulasi pengukurantemperatur ruang dalam satu hari.

Gambar 11. Hasil Simulasi Ecotect RuangRawat Inap VIP A

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

Page 8: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1475

Gambar 12. Situasi Harian JakartaTanggal 22 Juni

(Sumber: Weather Data File Jakarta Indonesia,2016)

4.1.1. Ruang Rawat Inap VIP AHasil simulasi thermal comfort

menunjukkan ruang rawat inap VIP Amemiliki temperatur rata-rata 31.18 oC. Hasilsimulasi temperatur ruang dalam satu hariberupa grafik temperatur termal yang nyamanditunjukkan pada zona warna putih (Gambar12).

Gambar 13. Temperatur Perjam Harian RuangRawat Inap VIP A

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

Grafik di atas menunjukkan ruanganmemiliki suhu di atas standar termal yangnyaman. Temperatur ruangan mulaimengalami kenaikan pada pukul 10.00 dantemperatur tertinggi dalam satu hari terjadipada pukul 17.00 dan 19.00. Naiknyatemperatur ruang disebabkan temperatur diluar ruangan mengalami kenaikan cukupsignifikan disertai kecepatan angin yangrendah. Hal ini dapat disebabkan karenahanya terdapat satu bukaan yang berfungsisebagai jendela, sehingga tidak terdapat aliranudara yang mencukupi di dalam ruang.

4.1.2. Ruang Rawat Inap Kelas I AHasil simulasi thermal comfort

menunjukkan ruang rawat inap kelas I Amemiliki temperatur rata-rata 31.15°C.

Gambar 44. Grafik Temperatur Perjam HarianRuang Rawat Inap Kelas I A

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

Grafik di atas menunjukkan hasilsimulasi tidak memiliki amplitudo yang besar.Kenaikan temperatur ruangan terjadi padapukul 10.00. Temperatur tertinggi dalam satuhari terjadi pada pukul 15.00. Ruang rawatinap kelas I A merupakan ruang rawat inapyang mengalami penurunan temperatur lebihawal dibandingkan ruang rawat inap lain.Sehingga suhu rata-rata dalam satu hari relatiflebih rendah dibandingkan ruang rawat inaplain.

4.1.3. Ruang Rawat Inap Kelas II AHasil simulasi thermal comfort

menunjukkan ruang rawat inap kelas II Amemiliki temperatur rata-rata 31.37°C.

Gambar 55. Grafik Temperatur Perjam HarianRuang Rawat Inap Kelas II A

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

Grafik di atas menunjukkan hasilsimulasi tidak memiliki amplitudo yang besar.Kenaikan temperatur ruangan terjadi padapukul 10.00. temperatur tertinggi dalam satuhari terjadi pada pukul 17.00. Meskipunmemiliki desain ruangan yang hampir samadengan ruang VIP A, tetapi temperaturdiruang rawat inap kelas II A memilikitemperatrur yang lebih tinggi 0.19°C. Hal inidapat disebabkan ruang rawat inap kelas II A

Page 9: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1476

memiliki plafon yang lebih rendah dari padaruang rawat inap VIP A.

4.1.4. Ruang Rawat Inap Kelas III CHasil simulasi thermal comfort

menunjukkan ruang rawat inap kelas III Cmemiliki temperatur rata-rata 30.98°C.

Gambar 66. Grafik Temperatur Perjam HarianRuang Rawat Inap Kela III C

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

Grafik di atas menunjukkan temperaturruangan tidak mengalami kenaikan yangsignifikan. Kenaikan temperatur ruanganterjadi pada pukul 11.00. Temperatur tertinggidalam satu hari terjadi pada pukul 19.00.Ruang rawat inap kelas III C merupakanruang rawat inap dengan temperatur rata-rataterendah.

4.1.5. Ruang Rawat Inap Kelas III JHasil simulasi thermal comfort

menunjukkan ruang rawat inap kelas III Jmemiliki temperatur rata-rata 31.84°C.

Gambar 77. Grafik Temperatur PerjamHarianl Ruang Rawat Inap Kelas III J

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

Grafik di atas menunjukkan temperaturruangan tidak mengalami kenaikan yangsignifikan. Kenaikan temperatur ruanganterjadi pada pukul 11.00. Temperatur tertinggidalam satu hari terjadi pada pukul 19.00.Ruang rawat inap kelas III J merupakan ruangrawat inap dengan temperatur rata ratatertinggi.

4.2 PembahasanDari kelima desain ruang rawat inap yang

telah disimulasikan didapat hasil temperaturrata-rata ruang sebagai berikut:

Gambar 18. Grafik Temperatur Rata-rata SatuHari

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

Dari grafik di atas dapat diketahui ketigaruang rawat inap yaitu VIP A, kelas I A dan IIA memiliki temperatur yang relatif sama.Ruang rawat inap kelas III J memilikitemperatur paling tinggi, sedangkan ruangrawat inap kelas III C memiliki temperaturpaling rendah dibandingkan dengan ruangrawat inap lain.

Temperatur ruang yang relatif sama padaruang rawat inap VIP A, kelas I A dan kelas IIA dapat disebabkan ketiga ruangan memilikidesain yang tidak jauh berbeda. Ketiganyaterletak di tepi bangunan dengan luasbangunan yang hampir sama.

Tingginya temperatur di ruang rawat inapkelas III J dapat disebabkan desain ruanganyang tidak memiliki bukaan selain pintu.Sehingga tidak terjadi aliran udara di dalamruangan. Angin yang masuk dari pintu akanterjebak di dalam ruangan. Tanpa adanyaaliran udara yang melintasi ruangan akanmembuat tingkat kelembaban di dalamruangan semakin tinggi. Udara panas yangmenembus dinding akan terperangkap danberkumpul di dalam ruangan. Hal – haltersebut menyebabkan temperatur di dalamruangan semakin tinggi. Faktor lain sepertiaktivitas manusia di dalam ruangan akanmempengaruhi temperatur di dalam ruanganmenjadi lebih tinggi. Pendinginan temperatur

Page 10: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1477

di dalam ruangan dilakukan secara alami yaitusaat temperatur di luar ruangan sudah mulaimenurun. Hal tersebut yang menyebabkantemperatur tertinggi di dalam ruang terjadipada malam hari.

Rendahnya temperatur di ruang rawatinap kelas III C dapat dikarenakan luasruangan yang tidak terlalu besar, dandilengkapi dengan bukaan. Selain itu letakruang yang berada di ujung koridor membuatruang ini mendapat pasokan angin sejuk darikoridor. Perbedaan tekanan di dalam ruangmembuat angin sejuk mendorong udara panaskeluar dari dalam ruangan, sehingga kenaikantemperatur di dalam ruang dapatdiminimalisasi. Luas ruangan yang tidakterlalu besar, membuat pasokan udara sejukdari koridor dapat terdistribusi secara meratake dalam ruang. Selain itu proses pendinginanruang oleh temperatur lingkungan luar terjadilebih cepat karena volume ruangan yang kecil.

Dari hasil simulasi temperatur ruangrawat inap perjam didapat data sebagaiberikut:

Gambar 198. Grafik Temperatur Ruang RawatInap Perjam

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

Grafik di atas menunjukkan temperaturruang rawat inap pada pukul 11.00, 15.00 dan19.00 serta temperatur operatif nyaman rata-rata Pulau Jawa sebagai pembanding. Diambilpukul tersebut karena rata-rata ruang rawatinap mengalami kenaikan temperatur padapukul 11.00 dan mencapai temperaturtertinggi pada pukul 19.00. Dari grafik di atas,dapat dilihat bahwa semua ruang rawat inapmemiliki temperatur lebih tinggi

dibandingkan suhu operatif nyaman rata-rataPulau Jawa.

Dilihat dari grafik di atas hampir semuaruang rawat inap mengalami kenaikantemperatur setiap pukul, kecuali ruang rawatinap kelas I A. Saat temperatur diluar ruanganmulai trun, temperatur di dalam ruang jugamulai menurun. Hal ini dapat disebabkandesain ruang rawat inap kelas I A memiliki 2bukaan yang bersebrangan yangmemungkinkan terjadinya ventilasi silang(cross ventilation). Hal ini dapatmenyebabkan udara panas yang masukkedalam ruangan bisa segera dikeluarkan dandiganti dengan udara baru. Sehinggapenurunan temperatur di dalam ruang terjadilebih cepat dan kenaikan temperatur di dalamruangan dapat diminimalisasi.

Desain bukaan ruang rawat inap kelas I Amemiliki luas yang sama tetapi memilikiperbedaan ketinggian. Di satu sisi memilikiketinggan 60 cm dari lantai, disisi lainruangan memiliki ketinggian 100 cm darilantai. Perbedaan ketinggian akan lebihmemudahkan udara untuk mengalir.

Desain ruang rawat inap lain memilikibukaan berupa pintu dan jendela yangletaknya berseberangan. Fungsi pintu yangmenuntut tidak selalu terbuka, menyebabkanudara panas yang masuk ke dalam ruanganmelalui jendela tidak dapat dikeluarkandengan maksimal. Sehingga menyebabkantemperatur di dalam ruangan semakin tinggidan penurunan temperatur di dalam ruanganmelambat. Saat temperatur di luar ruanganmengalami penurunan, temperatur di dalamruangan masih berisi udara panas yangterkumpul.

5. KESIMPULAN

5.1 KesimpulanDari proses penelitian dapat disimpulkan

bahwa:1. Semua desain ruang rawat inap yang

diteliti memiliki suhu di atas standartemperatur nyaman rata-rata dan batasnyaman Pulau Jawa yaitu 26.7°C.

2. Sisi ruang rawat inap yang berbatasandengan lingkungan luar memiliki suhuyang lebih rendah dibandingkan sisi ruang

Page 11: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1478

yang berbatasan dengan koridor ataupunruang lain.

3. Temperatur di dalam ruang rawat inapdipengaruhi luas bukaan, letak bukaan,pasokan udara yang masuk ke dalam ruangdan temperatur di luar ruangan.

4. Untuk meningkatkan performa temperaturdalam ruang dapat dilakukan hal-halsebagai berikut:a. Menambahkan bukaan agar

memungkinkan terjadinya ventilasisilang di dalam ruangan.

b. Membuat secondary skin untukmereduksi cahaya matahari yang masukkedalam bangunan.

c. Menanam vegetasi di sekelilingbangunan. Vegetasi dapatmendinginkan udara yang akan masukke dalam bangunan. Bayang-bayangdari vegetasi dapat melindungi dindingdari sinar matahari secara langsung.

d. Menggunakan green wall, sehinggapanas yang mengenai dinding eksteriordapat direduksi vegetasi pada greenwall.

Gambar 219. Solusi Desain Ruang RawatInap Kelas III J

Sumber: Dokumentasi Penulis, 2016)

Solusi desain secara khusus untukmenurunkan temperatur ruang rawat inapkelas III J dilakukan dengan menambahkan 7bukaan, yaitu: 3 bukaan dengan ukuran 100 x50 cm diletakkan pada ketinggian 3 m darilantai, sedangkan 4 bukaan dengan ukuran 50x 50 cm diletakkan pada ketinggian 25 cmdari lantai. Kedua jenis bukaan dipasang padadinding yang berseberangan, sehinggamemungkinkan terjadinya ventilasi silang.Dengan desain tersebut, suhu ruangan yangawalnya 31.84°C dapat diturunkan sebesar0.36°C menjadi 31.48°C.

5.2 Rekomendasi PenelitianMelalui penelitian ini, penulis

memberikan beberapa saran penelitian yaitu:1. Penelitian lanjutan dapat dilakukan pada

fokus dan lokus yang sama seperti aliranudara, radiasi matahari atau kelembabanudara.

2. Input data iklim dapat dilakukan sesuaiiklim site yang diteliti.

3. Penggunaan hasil penelitian ini dapatditerapkan dengan pertimbangan dasarsecara metodologi dan tujuan yang ingindicapai. Bukan hanya memanfaatkansimulasi sebagai alat bantu, melainkanmampu mengombinasikan berbagai mediadan memanfaatkannya menjadi alatpengambil keputusan yang terpercayadengan data faktual yang komprehensif.

6. DAFTAR PUSTAKA

Amida, A. D. (2016, Desember 15).Medicalogy. Retrieved fromhttps://www.medicalogy.com/blog/standar-kelembapan-udara-yang-baik-bagi-kesehatan/

An-Nafi, A. F. (2009). Pengaruh KenyamananLingkungan Fisik Ruang Rawat InapKelas III Terhadap Kepuasan PasienDi Kustati Surakarta. ProgramDiploma Kesehatan Kerja FakultasKedokteran Universitas SebelasMaret.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medikdan Sarana Kesehatan Direktorat BinaUpaya Kesehatan. (2012). PedomanTeknis Bangunan Rumah Sakit RuangRawat Inap. Jakarta: KementrianKesehatan RI.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.(2013). Pedoman PenyelenggaraanPelayanan Rumah Sakit. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI.

Direktorat Jenderal Bina Upaya KesehatanDirektorat Jenderal PelayananPenunjang Medik dan SaranaKesehatan. (2012). Pedoman TeknisPrasarana Sistem Tata Udara PadaBangunan Rumah Sakit. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI.

Page 12: PERFORMA TERMAL PADA DESAIN RUANG RAWAT INAP …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/281-ENY-DWI-WARDANI146… · model ruang rawat inap RS Stikes Aisyah Klaten dipengaruhi oleh

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1479

Direktorat Jenderal PPM & PL. (1993).Persyaratan Petunjuk Teknis TataCara Penyehatan Lingkungan RumahSakit. Jakarta: Departemen KesehatanRI.

Ikhsanudin, K. (2016). Efektivitas StyrofoamSebagai Material Peredam Panas PadaDinding, Simulasi MenggunakanProgram Ecotect Analysis. FakultasTeknik Prodi Arsitektur UniversitasMuhammadiyah Surakarta.

M. Tahir Abdullah, B. A. (n.d.). LingkunganFisik dan Angka Kuman UdaraRuangan di Rumah Sakit Umum HajiMakassar, Sulawaesi Selatan.Makassar: Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Hasanuddin.

Satwiko, P. (2009). Fisika Bangunan.Yogyakarta: ANDI.

Tuhari. (2014). Pengembangan Model SistemVentilasi Ruang Gambar DenganCFD, Studi Kasus: Ruang GambarBasement SMK Negeri 2 Wonosari.Yogyakarta: Program Studi MagisterTeknik Arsitektur ProgramPascasarjana Universitas Atma JayaYogyakarta.