analisis spm pada rawat inap

Upload: yuyun-wahyuni-damayanti

Post on 14-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MANFAAT PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

    DALAM MENINGKATKAN KINERJA INSTALASI RAWAT INAP

    (Studi Kasus Pada Rumah Sakit SantoYusup Bandung)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh

    Ujian Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas

    Widyatama

    Disusun oleh:

    Nama : Maria Mirna Triyane

    Nrp : 01.02.239

    FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA

    Terakreditasi (accredited)

    SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

    Nomor : 039/BAN-PT/Ak-VII/S1/XI/2003

    Tanggal 6 November 2003

    2005

  • SURAT PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Maria Mirna Triyane

    Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 1 Januari 1984

    Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar pekerjaan saya sendiri, bila

    terbukti tidak demikian saya bersedia menerima segala akibatnya, termasuk

    pencabutan kembali gelar Sarjana Ekonomi yang saya peroleh.

    Bandung, Oktober 2005

    Penulis

  • ABSTRAK Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen dalam

    Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap (Studi Kasus pada RS Santo Yusup Bandung)

    Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan layanan kesehatan

    dan semakin banyak munculnya Rumah Sakit, maka Rumah Sakit Santo Yusup harus dapat beroperasi secara efektif dan efisien agar dapat bersaing dengan Rumah Sakit lainnya. Sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan bagi rumah sakit untuk menuntun dan memotivasi usaha guna mencapai tujuan organisasi maupun untuk mengoreksi unjuk kerja yang tidak efektif dan tidak efisien. Berdasarkan pemikiran di atas, penulis mencoba melakukan penelitian pada RS St Yusup yang hasilnya dituangkan dalam skripsi dengan judul: MANFAAT PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KINERJA INSTALASI RAWAT INAP.

    Ruang lingkup penelitian dibatasi pada pembahasan masalah

    mengenai bagaimana efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap serta bagaimana kinerja instalasi rawat inap telah meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap di RS St Yusup dan mengetahui kinerja instalasi rawat inap telah meningkat. Penulis menggunakan metode deskriptif analitis yaitu suatu metode penelitian dengan pendekatan yang bertujuan memberikan gambaran keadaan objek penelitian yang sebenarnya.

    Dalam penelitian ini, terdapat 4 indikator yang menyangkut instalasi

    rawat inap. Indikator tersebut antara lain, BOR, LOS, BTO, dan TOI. Penerapan proses sistem pengendalian manajemen yang memadai, terdiri dari penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan analisis yang dimaksudkan agar pengendalian terhadap pelayanan pasien rawat inap dapat berjalan dengan efektif. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengemukakan hipotesis, yaitu SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP YANG EFEKTIF BERMANFAAT DALAM MENINGKATKAN KINERJA INSTALASI RAWAT INAP.

    Secara umum, efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen

    pelayanan pasien rawat inap di RS St Yusup adalah baik dan efektif. Kinerja instalasi rawat inap diukur berdasarkan data non keuangan, meliputi BOR, BTO, TOI, dan LOS tercapai dengan sangat memuaskan. RS St Yusup disarankan untuk dapat mempertahankan penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat inap, diharapkan agar penerapan sistem pengendalian yang baik dapat mendukung peningkatan kinerja instalasi rawat inap.

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang,

    atas berkat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Dalam

    Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap yang merupakan salah satu

    syarat untuk menempuh ujian sidang Sarjana Ekonomi Program Studi

    Akuntansi di Universitas Widyatama Bandung.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari

    sempurna dan masih terdapat kekurangan, mengingat keterbatasan

    pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Selama penyusunan

    skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, saran-saran dan bantuan

    yang sangat besar dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak H. Supriyanto Ilyas,S.E., M.Si., Ak, selaku pembimbing

    satu, yang telah banyak menyediakan waktu dan tenaga, pikiran,

    saran-saran, serta kesabarannya bagi penulis hingga dapat

    menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

    2. Ibu Dini Arwaty, S.E., M.Si., Ak, selaku pembimbing dua, yang

    juga telah banyak menyediakan waktu dan tenaga, pikiran, saran-

    saran, serta kesabarannya bagi penulis hingga dapat

    menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

    3. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah A.K., M.S., Ak, selaku Ketua

    Yayasan Widyatama.

    4. Bapak Dr. H. Mame S. Sutoko, Ir., D.E.A., selaku Rektor

    Universitas Widyatama.

    5. Bapak Prof. Dr. Hiro Tugiman. Ak, selaku Dekan Fakultas

    Ekonomi Universitas Widyatama.

    6. Bapak Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak, selaku Ketua Program

    Studi Akuntansi Universitas Widyatama.

  • 7. Seluruh staf dan dosen Universitas Widyatama, yang telah

    membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yan berharga.

    8. Seluruh staf administrasi dan perpustakaan Universitas

    Widyatama, yang telah memberikan bantuan kepada penulis

    selama perkuliahan.

    9. dr. Robert Kwaria selaku direktur RS St Yusup.

    10. Seluruh pihak RS St Yusup, antara lain drg. Wiana Maengkom,

    dr. Robert Kwaria. Sr. Vianey, Ibu Aning.

    11. Mbak Ida,Mba Sisca, Mas Anto.

    12. (Alm) Bapak dan Ibu.

    13. Antonius Robby Setiadi, Theresia Renny Pujiati. Felix

    Suhartono, Rebecca Ferren Easteryn, Mika Easterino Felix.

    14. Lily, Beatryce, Ella, Indri, Evi, Novi, Achil, Tutri, Angel, Kanti,

    Lia Imut, Ceuceu Leni. Eki, Santi, Adam, Fisca, Adhe, Vita,

    Reno, Juan, khususnya teman-teman seperjuangan Akuntansi

    2002.

    15. Rekan-rekan KMK, Felix, Siska, Medy, Retno, Yessie, Asteria,

    Ranggi, Eko, Iba, Roida, Cucu, Alfon, Anes, Ever, Wisnu, Novi,

    Marmoet, Chow-chow, Winda, Fenny,Loren, Erwin-Sisca, dll.

    16. Samuel Rinaldy.

    17. Teman-teman dan pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis

    sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    Akhir kata, semoga Tuhan Yesus Kristus selalu melimpahkan kasih

    dan berkatNya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam

    menyusun skripsi dan berharap semoga skripsi ini dengans egala

    keterbatsannya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

    Bandung, Oktober 2005

    Penulis

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian

    Kebutuhan masyarakat akan jasa layanan kesehatan semakin tinggi,

    hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

    artinya kesehatan. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan jasa layanan

    masyarakat kesehatan, Rumah Sakit berusaha untuk selalu memenuhinya.

    Rumah Sakit adalah bagian yang integral dari keseluruhan sistem pelayanan

    kesehatan yang dikembangkan melalui perencanaan pembangunan kesehatan.

    Tantangan bagi Rumah Sakit yang ada tersebut dijawab dengan

    peningkatan kemampuan dalam melakukan pelayanan jasa kesehatan. Bagi

    pengelola maupun pemilik Rumah Sakit agar kegiatannya tetap survive, maka

    peningkatan dilakukan dengan menambah teknologi kedokteran yang ada.,

    tenaga paramedis, tenaga ahli di bidang kesehatan, serta tenaga lainnya yang

    menunjang operasional Rumah Sakit.

    Pengelolaan sebuah Rumah Sakit ini sangatlah berbeda dengan

    bidang usaha lain, selain Rumah Sakit juga ditekankan penerapan nilai sosial

    etika disamping segi ekonomis. Kegiatan pengelolaan sebuah Rumah Sakit

    adalah kompleks dengan disiplin - disiplin ilmu, antara lain disiplin ilmu

    kedokteran, keperawatan, teknik, ekonomi, hukum maupun humas.

    Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan layanan

    kesehatan dan semakin banyak munculnya Rumah Sakit, maka Rumah Sakit

    Santo Yusup harus dapat beroperasi secara efektif dan efisien agar dapat

    bersaing dengan Rumah Sakit lainnya. Rumah Sakit Santo Yusup dapat

    beroperasi dengan efektif dan efisien apabila fungsi manajemen dilaksanakan

    dengan baik, dimana fungsi ini dimulai dari perencanaan sampai dengan

    pengendaliannya.

  • Pekerjaan seorang manajer profesional dapat disahkan kedalam 4

    (empat) fungsi, yaitu fungsi:

    a) Planning (Perencanaan)

    b) Organizing (Organisasi)

    c) Actuating (Pelaksanaan)

    d) Controlling (Pengawasan / Pengendalian)

    Pada dasarnya keempat fungsi tersebut di atas saling berhubungan

    yang merupakan bagian dari seluruh proses pengelolaan suatu unit usaha.

    Operasi perusahaan yang dimulai dari tahap perencanaan sampai dengan

    pelaksanaanya harus selalu dikendalikandan diawasi oleh manajemen. Hal ini

    dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan perusahaan.

    Yang dimaksud dengan sistem pengendalian manajemen adalah

    suatu sistem yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi anggota

    organisasi lain guna melaksanakan strategi perusahaan secara efektif dan

    efisien. Dari definisi tersebut terdapat 3 (tiga) kata kunci, yaitu sistem,

    strategi, efektif dan efisien yang secara operasional dapat dijelaskan sebagai

    berikut:

    Sistem dibuat untuk mencapai tujuan tertentu dan tujuan dibuat

    melalui berbagai penerapan strategi alokasi sumber ekonomi secara efektif dan

    efisien. Efektivitas mengukur kesesuaian antara keluaran sistem dengan tujuan

    sedangkan efisiensi menjelaskan rasio antara masukan dengan keluaran sistem

    tersebut. Dengan demikian suatu sistem pengendalian yang baik harus mampu

    mengendalikan operasi perusahaan secara efektif dan efisien.

    Penulis dalam penelitian ini akan lebih memfokuskan pada masalah

    manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat

    inap dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap. Penulis berpendapat

    bahwa pentingnya topik tersebut untuk dikaji kembali adalah untuk

    mengetahui ada tidaknya manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen

    pelayanan pasien rawat inap dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap.

    Dalam pelayanan pasien rawat inap terdapat aktivitas-aktivitas yang sangat

    kompleks, dimana pasien akan memperoleh pelayanan yang bermacam-

  • macam, seperti: rawat perawatan, obat-obatan, kunjungan dokter periksa,

    pemeriksaan intensif yang membutuhkan sarana penunjang medis lainnya,

    yang semuanya itu akan dibebankan kepada pasien (Merupakan pendapatan

    operasional bagi pihak Rumah Sakit). Diperlukannya sistem pengendalian

    manajemen adalah untuk menuntun dan memotivasi usaha guna mencapai

    tujuan organisasi maupun untuk mengoreksi unjuk kerja yang tidak efektif dan

    tidak efisien.

    Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, penulis tertarik

    untuk mengambil judul skripsi sebagai berikut:

    MANFAAT PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

    DALAM MENINGKATKAN KINERJA INSTALASI RAWAT INAP

    (Studi Kasus pada Rumah Sakit Santo Yusup)

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas,

    penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen

    pelayanan pasien rawat inap yang ada di Rumah Sakit Santo Yusup

    2. Bagaimana kinerja instalasi rawat inap Rumah Sakit Santo Yusup

    meningkat

    1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui efektivitas penerapan sistem pengendalian manajemen

    pelayanan pasien rawat inap di Rumah Sakit Santo Yusup .

    2. Mengetahui kinerja instalasi rawat inap Rumah Sakit Santo Yusup telah

    meningkat

    1.4 Kegunaan Penelitian

    Dengan adanya penelitian ini penulis berharap agar terdapat kegunaan

    untuk berbagai pihak, diantaranya:

  • a) Bagi penulis

    Dengan penelitian yang dilakukan penulis, diharapkan dapat

    memberikan manfaat yang besar dalam pemahaman terhadap disiplin

    ilmu akuntansi, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan masalah

    sistem pengendalian manajemen yang diterapkan di Rumah Sakit.

    b) Bagi rumah sakit

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan

    efektivitas sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien

    rawat inap yang dijalankan Rumah Sakit.

    Dari hasil penelitian tersebut penulis dapat memberikan saran-saran yang dapat dijadikan tolak ukur dan bahan

    pertimbangan di dalam menyusun rencana selanjutnya.

    c) Bagi pihak lain

    Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan rujukan

    mengenai topik-topik yang berkaitan

    1.5 Kerangka Pemikiran

    Setiap perusahaan sangat memerlukan suatu pengendalian untuk

    menjamin bahwa aktivitas perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan

    dan sasaran yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian akan mengarahkan

    dan menuntun perusahaan ke tujuan yang diinginkan. Pengendalian

    perusahaan secara keseluruhan ini memerlukan sistem pengendalian oleh para

    manajer yang disebut dengan Sistem Pengendalian Manajemen.

    Pengendalian manajemen merupakan semua metode, prosedur dan

    sarana termasuk sistem dalam pengendalian manajemen, yang digunakan oleh

    manajemen untuk menjamin dipatuhinya kebijakan dan strategi perusahaan.

    Sistem Pengendalian Manajemen adalah suatu proses dan struktur yang

    tersusun secara sistematis dan digunakan oleh manajemen dalam pengendalian

    manajemen. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sistem Pengendalian

  • Manajemen adalah merupakan tindakan untuk mengarahkan operasi

    perusahaan, dimana tindakan ini dapat berupa koreksi atas kekurangan-

    kekurangan serta penyesuaian-penyesuaian aktivitas agar sesuai dengan tujuan

    dan strategi perusahaan.

    Definisi pengendalian manajemen menurut Robert N. Anthony dan

    Vijay Govindarajan yang dialihbahasakan oleh F.X Kurniawan Tjakrawala

    (2002:6) adalah sebagai berikut:

    Pengendalian manajemen merupakan proses di mana para manajer

    mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk

    mengimplementasikan strategi organisasi.

    Definisi Sistem Pengendalian Manajemen menurut Marciariello dan

    Kirby yang dialihbahasakan oleh Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh.

    Fakhri Husein (2003:12) adalah sebagai berikut:

    Sistem Pengendalian Manajemen sebagai perangkat struktur komunikasi yang saling berhubungan yang memudahkan pemrosesan informasi dengan maksud membantu manajer mengkoordinasikan bagian-bagian yang ada dan pencapaian tujuan organisasi secara terus menerus.

    Sistem pengendalian yang baik akan mengarahkan berbagai macam

    usaha yang dilaksanakan oleh semua unit organisasi kearah tujuan organisasi.

    Pengendalian yang baik dalam arti dapat diandalkan dan memadai adalah jika

    pengendalian tersebut dapat mengindikasikan bahwa sistem, prosedur, dan

    metode yang dijalankan sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang telah

    ditetapkan, serta efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya yang ada.

    Pengendalian manajemen merupakan suatu proses dimana para manajer

    menjamin bahwa sumber-sumber yang diperoleh, digunakan secara efektif dan

    efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

    Kinerja perusahaan dapat diukur berdasarkan berbagai cara, baik dari

    segi finansial maupun dari segi non finansial. Sebagai contoh, pengukuran

  • kinerja perusahaan tersebut dapat berupa kapasitas produksi, perluasan

    jangkauan pelayanan, produktivitas karyawan, aduan masyarakat, kepuasan

    konsumen, pendapatan, beban, dan banyak ukuran atau rasio yang dapat

    dipakai untuk mengukurnya.

    Untuk mengelola prestasi yang baik maka ada beberapa hal yang harus

    diperhatikan, yaitu perlu dilakukan pendefinisian terhadap pekerjaan jabatan

    atau tugas, karena hal tersebut menyangkut tanggung jawab, hasil dan sasaran

    suatu jabatan, maka akan memudahkan dalam menilai prestasi kerjanya

    tersebut.Dalam mengelola suatu prestasi yang baik, terdapat 3 persyaratan

    yang harus dipenuhi dalam melaksanakan prestasi kerja yaitu standar,

    informasi, dan tindakan kreatif. Standar diperlukan agar hasil dapat diterima

    sesuai tujuan dan sasaran. Informasi menunjukkan hasil nyata dan hasil yang

    direncanakan dapat dibandingkan secara cukup dan dapat dipercaya.

    Sedangkan tindakan kreatif merupakan tindakan yang diambil oleh manajer

    puncak pada sat hasil nyata tidak efektif, karena tanpa kemampuan untuk

    mengambil tindakan kreatif, fungi pengendalian tidak mempunyai arti.

    Performance merupakan suatu pola tindakan atau perilaku yang

    tampak dalam mencapai tujuan diukur atau dibandingkan dengan suatu

    standar. Jadi unjuk kerja atau performance adalah pencapaian suatu tujuan dari

    suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu dengan memperhitungkan perilaku yang

    diukur dengan suatu standar. Dengan demikian hasil dari kegiatan perusahaan

    harus dinilai.

    Dari segi finansial kinerja perusahaan dapat diukur berdasarkan

    tingkat pendapatan yang merupakan komponen yang penting yang ingin

    dicapai dalam tujuan organisasi. Pendapatan bagi suatu perusahaan merupakan

    hal yang sangat penting karena dengan pendapatan operasi perusahaan dapat

    berjalan serta diharapkan akan memperoleh laba untuk kelangsungan hidup

    serta mengembangkan usahanya.

    Dalam organisasi Rumah Sakit yang tidak berorientasi laba (non

    profit oriented), maka bisanya manajemen Rumah Sakit akan menghubungkan

    pendapatan dari pasien dengan indikator lainnya yang berhubungan dengan

  • tingkat pelayanan Rumah Sakit. Untuk menilai tingkat keberhasilan /

    memberikan gambaran tentang keadaan pelayanan di Rumah Sakit biasanya

    dilihat dari berbagai segi, yaitu:

    a. Peningkatan pemanfaatan pelayanan

    b. Mutu pelayanan

    c. Tingkat efisiensi pelayanan

    d. Aksesibilitas

    e. Cakupan

    f. Ketersediaan

    g. Tenaga dan alat

    Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan Rumah

    Sakit, diperlukan berbagai indikator. Selain itu, agar informasi yang ada dapat

    bermakna, harus ada parameter yang akan dipakai sebagai nilai banding antara

    fakta dengan standar yang diinginkan.

    Terdapat banyak sekali indikator yang dipakai untuk menilai suatu Rumah

    Sakit, khususnya yang menyangkut instalasi rawat inap.

    Menurut A.A Gde Muninjaya (2004:232), indikator yang paling

    sering digunakan yaitu:

    1.Bed Occupancy Rate (BOR) 2.Average Length of Stay (ALOS/LOS) 3.Bed Turn Over (BTO) 4.Turn Over Internal (TOI)

    Indikator tersebut dapat dijelaskan sebagaimana berikut ini:

    Ad 1. BOR (Bed Occupancy Rate) adalah rata-rata prosentase dari tempat

    tidur yang tersedia yang dihuni atau dipakai oleh penderita selama

    satu periode waktu atau per hari, dengan rumus:

    BOR= Jumlah hari perawatan Rumah Sakit x 100% Jumlah tempat tidur x jumlah hari Ad 2. LOS (Long Of Stay) / Rata-rata lamanya dirawat adalah rata-rata

    lamanya (dinyatakan dalam hari ) dari masing-masing penderita

    yang keluar dibagi dengan jumlah penderita yang keluar tersebut

    selama jangka waktu tertentu atau periode tertentu.

  • LOS= Jumlah hari perawatan selama periode tertentu Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) pada periode tertentu

    Ad 3. BTO / Bed Turn Over adalah rata-rata penderita yang menghuni

    sebuah tempat tidur selama suatu periode. Frekuensi pemakaian

    tempat tidur yang menunjukkan berapa kali satu satuan waktu

    tertentu (biasanya satu tahun) tempat tidur Rumah Sakit dipakai,

    dengan rumus:

    BTO = Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) Jumlah tempat tidur yang tersedia pada periode tertentu

    Ad 4. Turn Over Internal adalah rata-rata lamanya waktu (dinyatakan

    dalam hari) dimana sebuah tempat tidur tidak dihuni / dipakai

    diantara dua perawatan penderita (antara penderita keluar dan

    penderita yang masuk berikutnya). Jadi merupakan rata-rata hari,

    tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya,

    dengan rumus:

    TOI = Jumlah hari perawatan yang tersedia Jumlah hari perawatan yang terpakai Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) pada periode tertentu

    = (Jumlah tempat tidur x hari) hari perawatan Rumah Sakit Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) dalam tahun

    Penerapan proses sistem pengendalian manajemen yang memadai,

    terdiri dari penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan

    pengukuran, serta pelaporan dan analisis oleh perusahaan dimaksudkan agar

    pengendalian terhadap pelayanan pasien rawat inap dapat berjalan dengan

    efektif.

    Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis

    sebagai berikut:

    Sistem Pengendalian Manajemen Pelayanan Pasien Rawat Inap yang

    Efektif Bermanfaat dalam Meningkatkan Kinerja Instalasi Rawat Inap.

  • 1.6 Metodologi Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

    analitis, yaitu suatu pendekatan yang bertujuan memberikan gambaran

    keadaan objek penelitian yang sebenarnya.

    Data-data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis, dan diproses

    lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari, untuk kemudian

    ditarik kesimpulan.

    Untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan dalam

    penelitian ini, penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

    1. Penelitian Lapangan

    Penelitian yang dilakukan secara langsung di tempat penelitian, dengan

    maksud untuk memperoleh data primer yang meliputi:

    a. Wawancara, melakukan tanya jawab untuk mendapatkan informasi

    tentang permasalahan yang diteliti dengan pihak-pihak yang

    berwenang.

    b. Dokumentasi, dokumen diperoleh di bagian rekam medis rumah sakit

    serta di bagian PURS (Pengembangan Usaha Rumah Sakit).

    c. Kuesioner, cara pengisian kuesioner atau daftar pertanyaan terstruktur

    dari masing-masing bagian yang terkait serta kepada pasien rawat inap

    tiap-tiap bagian.

    2. Studi Kepustakaan

    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sekunder dengan

    mempelajari literatur-literatur tertentu yang berkaitan dengan objek

    penelitian.

    1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di instalasi rawat inap RS St.Yusup yang

    berlokasi di Jl. Cikutra No. 7 Cicadas, Bandung. Penelitian ini berlangsung

    dari bulan September-Oktober 2005.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sistem Pengendalian Manajemen

    2.1.1 Pengertian Sistem

    Pengertian sistem menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh.

    Fakhri Husein (2003:3) adalah sebagai berikut:

    Sistem adalah suatu kegiatan yang telah ditentukan caranya dan

    biasanya dilakukan berulang-ulang.

    Menurut Anthony dan Govindarajan yang dialihbahasakan oleh F.X.

    Kurniawan Tjakrawala (2005:7), pengertian sistem yaitu:

    Sebuah sistem merupakan suatu cara tertentu dan biasanya

    berulang untuk melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas.

    Dalam kegiatan suatu organisasi, banyak tindakan manajemen yang tidak

    sistematis. Keadaan tidak memungkinkan bagi seorang manajer untuk

    menggunakan aturan sistem yang telah ditetapkan, sehingga manajer

    menggunakan pertimbangan pribadinya dalam bertindak. Kegiatan seperti ini

    biasanya berkaitan dengan interaksi antara manajer yang satu dengan yang

    lainnya dan manajer dengan bawahannya. Ketepatan sistem itu sendiri

    akhirnya tergantung pada kemampuan manajer mengatur seseorang, tidak lagi

    berdasarkan aturan yang ditentukan oleh sistem tersebut.

  • 2.1.2 Pengertian Pengendalian

    Pengendalian berkaitan erat dengan fungsi manajemen, dimana fungsi

    ini diawali dari perencanaan dan diikuti dengan pengendalian agar tujuan

    perusahaan tercapai dengan efektif dan efisien.

    Fungsi manajemen dimulai dari perencanaan, yaitu penetapan tujuan

    perusahaan secara umum. Langkah selanjutnya adalah menentukan langkah

    apa dan bagaimana hal tersebut dapat dilaksanakan. Kebijakan-kebijakan yang

    harus diambil oleh manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan biasa

    disebut dengan strategi. Setelah strategi diterapkan, manajemen perusahaan

    membutuhkan keyakinan bahwa operasi perusahaan telah diarahkan sesuai

    dengan tujuan perusahaan dan dilaksanakan dengan menggunakan strategi

    yang tepat. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan efisien,

    manajemen harus memerlukan suatu proses yang disebut pengendalian.

    Pengendalian menurut Hansen & Mowen yang direvisi oleh Abdul

    Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein (2003:4) adalah sebagai

    berikut:

    Pengendalian adalah proses penetapan standar, dengan menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan.

    Dengan demikian pengendalian merupakan aktivitas yang

    menyangkut tindakan dan evaluasi, yang berarti implementasi dari

    perencanaan dan penggunaan umpan balik agar supaya sasaran dicapai secara

    total. Pengendalian dilakukan untuk mengarahkan aktivitas perusahaan agar

    sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dapat tercapai dengan efektif

    dan efisien.

    Proses pengendalian meliputi tiga langkah yaitu menentukan standar,

    mengevaluasi pelaksanaan kerja dan melakukan tindakan koreksi. Jadi dengan

    demikian dapat dinyatakan bahwa pengendalian merupakan fungsi manajemen

    yang melakukan pengukuran dan koreksi terhadap aktivitas perusahaan untuk

  • menjamin bahwa operasi perusahaan telah berjalan sesuai dengan rencana dan

    beroperasi dengan efektif dan efisien.

    2.1.2.1 Elemen-elemen Proses Pengendalian Suatu sistem pengendalian mempunyai beberapa elemen yang

    memungkinkan pengendalian berjalan dengan baik.

    Elemen-elemen sistem pengendalian menurut Anthony &

    Govindarajan yang dialihbahasakan oleh F.X. Kurniawan Tjakrawala

    (2005:3), adalah:

    1. Pelacak (detector) atau sensor 2. Penaksir (assessor)

    3. Effector 4. Jaringan Komunikasi

    Elemen-elemen sistem pengendalian tersebut dapat dijelaskan sebagai

    berikut:

    Ad 1. Pelacak (detector) atau sensor yakni sebuah perangkat yang

    mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang

    sedang dikendalikan.

    Ad 2. Penaksir (assessor) yakni suatu perangkat yang menentukan

    signifikansi dari peristiwa aktual dengan membandingkannya

    dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang seharunya

    terjadi.

    Ad 3. Effector yakni suatu perangkat (yang sering disebut feedback)

    yang mengubah perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan

    yang perlu dipenuhi.

    Ad. 4 Jaringan Komunikasi yakni alat yang mengirim informasi antara

    detector dan assessor dan antara assessor dan effector.

  • Gambar 2.1.2.1

    Elemen-elemen Proses Pengendalian

    2.1.3 Pengertian Manajemen

    Salah satu pengertian manajemen adalah seni mencapai tujuan

    melalui tangan orang lain. Pengertian yang lain adalah proses perencanaan,

    pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian pekerjaan anggota

    organisasi, serta pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan

    organisasi. Sebuah organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja

    bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu bersama.

    Fungsi-fungsi manajemen menurut Stephen P. Robbins dan Mary

    Coulter yang dialihbahasakan oleh T. Hermaya dan Harry Slamet (2004:8)

    adalah sebagai berikut:

    1. Fungsi perencanaan 2. Fungsi pengorganisasian

    3. Fungsi kepemimpinan 4. Fungsi pengendalian

  • Fungsi-fungsi manajemen di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Ad 1. Fungsi Perencanaan yaitu fungsi manajemen yang mencakup proses

    menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus

    melakukan, bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu,

    siapa harus melapor ke siapa, dan dimana keputusan harus dibuat.

    Ad 2. Fungsi pengorganisasian yaitu fungsi manajemen yang mencakup

    proses memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim

    sewaktu mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang paling

    efektif, dan memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku

    karyawan.

    Ad 3. Fungsi kepemimpinan yaitu fungsi manajemen yang mencakup

    proses memantau kinerja aktual, membandingkan aktual dengan

    standar, dan membuat koreksinya, jika perlu.

    Ad 4. Fungsi pengendalian yaitu fungsi manajemen yang mencakup

    proses mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi untuk

    mencapai sasaran itu dan menyusun rencana untuk

    mengintegrasikan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.

    Pengertian Proses Manajemen menurut Stephen P. Robbins & Mary Coulter

    yang dialihbahasakan oleh T. Hermaya dan Harry Slamet (2004:8) (2004:8)

    yaitu:

    Proses manajemen adalah serangkaian keputusan dan kegiatan kerja

    yang sedang terjadi yang dialami oleh para manajer sewaktu mereka

    merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.

    2.1.4 Pengertian Pengendalian Manajemen Pengendalian manajemen merupakan proses untuk memotivasi dan

    memberi semangat anggota organisasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan

    dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Pengendalian manajemen juga

    merupakan suatu proses untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan-

  • kesalahan unjuk kerja yang tidak disengaja dan ketidakberesan yang

    disengaja.

    Pada perusahaan yang relatif kecil, pimpinan perusahaan dapat

    melaksanakan pengelolaan kegiatan perusahaan secara langsung. Pimpinan

    dapat secara langsung merencanakan dan mengendalikan pelaksanaannya.

    Dengan semakin berkembangnya perusahaan, pimpinan tidak akan mampu

    lagi mengelola perusahaan sendirian. Untuk itu dia memerlukan bantuan staf

    lain untuk melaksanakan sebagian fungsinya dengan cara delegasi wewenang

    kepada staf tersebut. Untuk memastikan bahwa operasi perusahaan telah

    berjalan sesuai dengan rencana maka diperlukan pengendalian manajemen.

    Pengendalian manajemen dalam suatu perusahaan melibatkan

    beberapa macam aktivitas, seperti perencanaan (planning) yang berarti apa

    yang harus dilakukan oleh perusahaan. Langkah selanjutnya adalah koordinasi

    (coordinating) dengan beberapa bagian yang ada dalam perusahaan untuk

    kepentingan pencapaian tujuan perusahaan. Setelah koordinasi dilaksanakan

    kemudian mengkomunikasikan informasi kepada semua tingkatan manajemen

    yang ada di dalam perusahaan. Pada setiap periode, dilaksanakan evaluasi dan

    strategi apa yang harus dilakukan. Dengan demikian pengendalian manajemen

    dilakukan untuk menjamin bahwa semua strategi yang telah ditetapkan sesuai

    dengan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan.

    Definisi pengendalian manajemen menurut Robert N. Anthony dan

    Vijay Govindarajan yang dialihbahasakan oleh F.X Kurniawan Tjakrawala

    (2005:8) adalah sebagai berikut:

    Pengendalian manajemen merupakan proses di mana para manajer

    mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk

    mengimplementasikan strategi organisasi.

    Pengendalian manajemen terdiri atas bermacam-macam kegiatan, diantaranya:

    Merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi Mengkoordinasikan kegiatan dari beberapa bagian organisasi Mengkomunikasikan informasi

  • Mengevaluasi informasi Memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika perlu Mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku mereka Dari definisi-definisi tersebut di atas, diketahui bahwa pengendalian

    manajemen merupakan suatu proses yang digunakan oleh manajemen untuk

    menjamin bahwa perusahaan yang dikelolanya telah melaksanakan strategi

    secara efektif dan efisien. Dalam melaksanakan pengendaliannya, manajemen

    menggunakan metode dan prosedur termasuk di dalamnya sistem

    pengendalian manajemen yang terdiri atas struktur organisasi, wewenang,

    tanggung jawab, dan informasi untuk melaksanakan pengendalian yang

    memastikan bahwa organisasi telah berfungsi untuk mencapai tujuan.

    Tujuan pengendalian manajemen adalah menjamin bahwa strategi

    yang dijalankan sesuai dengan tujuan organisasi yang akan dituju. Jadi,

    apabila seorang manajer menemukan cara yang lebih baik dalam operasi

    sehari-harinya, pengendalian manajemen seharusnya tidak melarang manajer

    tersebut melakukan dengan cara yang menurut dia benar.

    Pengendalian manajemen merupakan alat bagi manajemen dalam

    mengimplementasikan rencana dan strategi dengan cara mempengaruhi

    anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk mengembangkan

    pengendalian manajemen yang efektif, organisasi harus memiliki tujuan,

    strategi, program dan kebijakan yang jelas dan realistis. Pengendalian

    manajemen yang efektif pada dasarnya memerlukan prosedur-prosedur yang

    tepat, sehingga memungkinkan bagi manajer untuk melakukan pengawasan

    dan pengevaluasian atas masukan dan keluaran secara optimum. Untuk lebih

    jelasnya, proses pengendalian manajemen secara formal dapat dijelaskan lewat

    gambar berikut ini:

  • Gambar 2.1.4

    Proses Pengendalian Manajemen secara Formal

    Dengan demikian, manajemen memerlukan suatu sistem untuk

    menangani proses yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin bahwa

    organisasi yang dikelolanya telah melaksanakan strateginya secara efektif dan

    efisien, sistem tersebut dikenal dengan istilah dengan Sistem Pengendalian

    Manajemen.

    2.1.5 Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen 2.1.5.1 Definisi Sistem Pengendalian Manajemen

    Definisi Sistem Pengendalian Manajemen menurut R.A Supriyono

    (2000:27):

    Sistem pengendalian manajemen adalah system yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi anggota organisasinya agar melaksankan strategi dan kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi, sistem pengendalian manajemen terdiri atas struktur dan proses. Suatu sistem diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem

    Pengendalian Manajemen dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan

    yang ditetapkan dalam proses yang disebut perencanaan stratejik. Dalam

  • proses ini manajemen menetapkan tujuan perusahaan dan memutuskan

    berbagai strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan

    melalui berbagai strategi yang telah ditetapkan, manajemen memerlukan

    suatu sistem untuk mengalokasikan pengunaan berbagai sumber ekonomi

    perusahaan secara efektif dan efisien.

    Secara singkat dikatakan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen

    merupakan suatu sistem yang digunakan oleh para manajer untuk

    mengarahkan anggota organisasi agar melaksanakan kegiatan secara efektif

    dan efisien sesuai strategi pokok yang telah ditetapkan untuk mencapai

    tujuan dan sasaran. Aktivitas Sistem Pengendalian Manajemen meliputi

    aktivitas untuk merencanakan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang

    harus dilaksanakan serta mengendalikan dan mengarahkan operasi

    organisasi sesuai rencana dan tujuan perusahaan. Jadi, Sistem Pengendalian

    Manajemen adalah merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menjamin

    bahwa organisasi telah melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien

    melalui para manajernya.

    Dua unsur yang penting dalam sistem pengendalian manajemen

    adalah lingkungan pengendalian dan proses pengendalian.

    2.1.5.2 Struktur Sistem Pengendalian Manajemen

    Pengendalian manajemen sebenarnya merupakan suatu proses. Dalam

    proses tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Dua aspek penting

    dari lingkungan tersebut adalah eksternal dan internal. Faktor internal dalam

    hal ini adalah struktur organisasi, struktur program, struktur rekening, faktor

    administratif, faktor perilaku, dan faktor budaya. Satu faktor penting adalah

    baik lingkungan internal maupun eksternal bervariasi pada setiap organisasi

    sehingga pengaruhnya terhadap proses pengendalian manajemen juga akan

    berbeda. Suatu organisasi mempunyai tujuan dan fungsi pengendalian

    manajemen yaitu mendorong anggota organisasi mencapai tujuan. Disinilah

    faktor keselarasan tujuan masing-masing anggota organisasi dalam pencapaian

    tujuan organisasi.

  • Sistem Pengendalian Manajemen dipusatkan pada berbagai jenis pusat

    pertanggungjawaban.

    Definisi pusat pertanggungjawaban menurut Abdul Halim, Achmad

    Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein (2003:74):

    Pusat pertanggungjawaban adalah satu unit organisasi yang

    dipimpin oleh seorang manajer pertanggungjawaban.

    Jenis-jenis pusat pertanggungjawaban menurut Abdul Halim,

    Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein (2003:74), adalah sebagai berikut:

    1. Pusat Pendapatan 2. Pusat Biaya 3. Pusat Laba 4. Pusat Investasi

    Pusat-pusat pertanggungjawaban di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Ad 1. Pusat pendapatan merupakan pusat pertanggungjawaban yang

    manajernya diukur prestasinya berdasarkan pendapatannya. Manajer

    pusat pendapatan tidak dimintai pertanggungjawabannya mengenai

    masukannya, karena dia tidak mempengaruhi pemakaian masukan

    tersebut. Pusat pendapatan bertanggung jawab terhadap pencapaian

    pendapatan yang ditargetkan tanpa harus dibebani tanggung jawab

    pencapaian pendapatan yang ditargetkan tanpa harus dibebani

    tanggung jawab mengenai biaya yang terjadi di departemennya.

    Karena biaya seringkali tidak mempunyai hubungan dengan

    pendapatan yang diperoleh oleh departemen tersebut. Pada

    umumnya, biaya-biaya yang terjadi dalam pusat pendapatan

    merupakan biaya kebijakan, maka pusat pandapatan umumnya juga

    merupakan pusat biaya kebijakan.

    Ad 2. Pusat biaya merupakan pusat pertanggungjawaban yang manajernya

    diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya). Setiap

    pusat pertanggungjawaban mengkonsumsi masukan dan

  • menghasilkan keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam

    bentuk pendapatan. Hal ini disebabkan karena kemungkinan keluaran

    pusat biaya tersebut tidak bertanggung jawab atas keluaran pusat

    biaya tersebut. Berdasarkan hubungan antara keluaran dan

    masukannya, pusat biaya dapat dibagi lagi menjadi:

    Pusat Biaya Teknik Pusat biaya teknik adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian

    besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat

    dengan keluarannya. Manajer pusat biaya teknik diukur prestasinya

    atas dasar seberapa jauh dia dapat mempertahankan efisiensinya.

    Pusat Biaya Kebijakan Pusat biaya kebijakan adalah pusat pertanggungjawaban yang

    sebagian besar masukannya tidak mempunyai hubungan dengan

    keluarannya. Pusat biaya kebijakan tidak dapat diukur prestasinya

    dari susut efisiensinya. Pengendalian pusat biaya kebijakan

    dilakukan dengan menggunakan anggaran sebagai pedoman bagi

    manajer.

    Ad 3. Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban yang manajernya

    diukur dari selisih antara pendapatan dengan biaya untuk

    memperoleh pendapatan tersebut. Dalam pusat laba, masukan dan

    keluarannya diukur dalam satuan uang untuk menghitung laba

    yang merupakan dasar pengukuran prestasi manajer. Dalam

    akuntansi keuangan, pendapatan diakui dan dicatat pada saat terjadi

    transaksi penjualan. Suatu pusat pertanggungjawaban merupakan

    pusat laba jika manajemen menghendaki untuk mengukur keluaran

    pusat pertanggungjawaban tersebut dalam satuan uang dan manajer

    pusat pertanggungjawaban tersebut diukur prestasinya atas dasar

    selisih antara pendapatan dengan biayanya.

  • Ad 4. Pusat investasi adalah pusat laba yang prestasi manajernya diukur

    dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat

    pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang

    bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat

    berupa rasio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk

    memperoleh laba (ROI = Return On Investment). Prestasi dapat

    juga diukur dengan menggunakan residual income ( laba

    dikurangi beban modal / capital charge).

    2.1.5.3 Proses Sistem Pengendalian Manajemen Seperti diungkapkan di atas, sistem pengendalian manajemen terdiri

    dari struktur dan proses. Struktur merupakan hubungan antara komponen yang

    dinyatakan dalam bentuk organisasi dan sifat informasi yang mengalir di

    antara unit-unit tersebut. Sedangkan proses merupakan seperangkat tindakan

    yang dilakukan untuk memastikan bahwa organisasi bekerja untuk mencapai

    tujuannya melibatkan banyak komunikasi. Komunikasi ini dapat bersifat

    formal dan informal. Komunikasi informal dapat berupa percakapan, memo,

    pertemuan, dan lain-lain. Komunikasi formal meliputi tahap-tahap yang

    terstruktur yang saling terkait.

    Menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein

    (2003:15) menyatakan bahwa proses sistem pengendalian manajemen formal

    meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

    1. Perencanaan Strategi 2. Penyusunan Anggaran

    3. Pelaksanaan 4. Evaluasi Kinerja

    Proses sistem pengendalian manajemen di atas dapat dijelaskan sebagai

    berikut:

    Ad 1. Perencanaan strategi (pemrograman) adalah proses memutuskan

    program-program utama yang akan dilakukan suatu organisasi dalam

    rangka implementasi strategi dan menaksir jumlah sumber daya yang

  • akan dialokasikan untuk tiap-tiap program jangka panjang beberapa

    tahun yang akan datang. Keluaran dari proses perencanaan strategi

    berbentuk dokumen yang dinamakan strategic plan (atau sering juga

    disebut program). Informasi tentang program meliputi beberapa

    tahun yang akan datang, biasanya meliputi tiga atau lima tahun.

    Dalam perusahaan yang berorientasi laba, setiap produk utama atau

    lini produk disebut sebagai program. Sedangkan dalam organisasi

    nirlaba, bentuk utama jasa organisasi yang ditawarkan merupakan

    suatu program.

    Ad 2. Penyusunan anggaran adalah proses pengoperasionalan rencana dalam

    bentuk pengkuantifikasian, biasanya dalam unit moneter, untuk

    kurun waktu tertentu. Hasil dari penyusunan anggaran adalah

    anggaran. Anggaran merupakan rencana yang diungkapkan secara

    kuantitatif, biasanya dalam unit moneter, meliputi periode waktu

    tertentu, biasanya satu tahun. Program atau strategic plan yang telah

    disetujui pada tahap sebelumnya, merupakan titik awal dalam

    mempersiapkan anggaran. Anggaran menunjukkan jabaran dari

    program dengan menggunakan informasi terkini. Dalam anggaran,

    program dihubungkan terhadap pusat pertanggungjawaban,

    bukannya program secara individual. Anggaran menggambarkan

    biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap manajer yang

    bertanggungjawab terhadap sebuah program atau bagian dari

    program. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan

    suatu proses negosiasi antara manajer pusat pertanggungjawaban dan

    atasannya. Hasil akhir proses negosiasi adalah persetujuan tentang

    perkiraan biaya yang akan terjadi selama satu tahun (untuk pusat

    biaya), atau anggaran laba atau ROI yang disyaratkan (untuk pusat

    laba atau pusat investasi)

  • Ad 3. Pelaksanaan

    Selama tahun anggaran manajer melakukan program atau bagian dari

    program yang menjadi tanggung jawabnya. Laporan yang dibuat

    hendaknya menunjukkan dapat menyediakan informasi tentang

    program dan pusat pertanggungjawaban. Laporan pusat

    pertanggungjawaban juga harus menunjukkan informasi untuk

    mengukur kinerja keuangan maupun non keuangan, informasi

    internal maupun informasi eksternal.

    Ad 4. Evaluasi Kinerja

    Kegiatan terakhir dari proses pengendalian manajemen adalah

    menilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. Prestasi kerja

    pada intinya bisa dilihat dari efisien dan efektif tidaknya suatu pusat

    pertanggungjawaban menjalankan tugas yang menjadi tanggung

    jawabnya. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara

    realisasi anggaran dengan anggaran yang telah ditetapkan

    sebelumnya.

    2.2 Organisasi Nirlaba 2.2.1 Pengertian Organisasi Nirlaba

    Sejalan dengan perkembangan masyarakat, berkembang pula

    organisasi yang disebut organisasi nirlaba, yaitu organisasi yang dalam

    operasinya tidak berorientasi untuk menghasilkan laba. Pada umumnya

    organisasi jenis ini lebih menekankan pada pelayanan sebaik-baiknya pada

    pihak eksternal, misalnya organisasi pelayanan kesehatan, pendidikan, layanan

    sosial dan keagamaan.

    Pengertian organisasi nirlaba menurut Abdul Halim, Achmad

    Tjahjono, dan Muh. Fakhri Huesin (2003:252):

    Organisasi nirlaba menurut definisi hukumnya merupakan organisasi yang tidak bias mengalihkan aktiva, pendapatan, atau

  • keuntungannya kepada anggota, pegawai, direktur organisasi tersebut.

    Salah satu contoh dari organisasi nirlaba adalah organisasi kesehatan.

    Organisasi kesehatan terdiri atas Rumah Sakit, klinik, dan organisasi

    pelayanan kesehatan lainnya, seperti: organisasi pemeliharaan kesehatan,

    rumah peristirahatan dan perawatan, laboratorium kesehatan, dan lain

    sebagainya. Walaupun organisasi-organisasi tersebut sebagaian besar memiliki

    karakteristik organisasi non profit, namun beberapa diantaranya berorientasi

    pada laba. Secara hukum, organisasi nirlaba adalah organisasi yang tidak

    dapat membagi kekayaan yang tidak dapat membagi kekayaan atau

    penghasilan kepada anggota, pejabat atau direkturnya. Jika terdapat kelebihan

    penghasilan atas biaya yang terjadi, maka kelebihan ini akan digunakan untuk

    pengembangan organisasinya.

    Industri layanan kesehatan berhubungan dengan kehidupan manusia,

    sehingga kualitas dalam pemberian jasa tersebut merupakan hal yang sangat

    penting. Karena itu, sistem pengendalian manajemen sangat diperlukan dalam

    hal ini. Banyak bukti empiris menyebutkan bahwa maksimasi keuntungan

    bukanlah satu-satunya tujuan utama.

    2.2.2 Tujuan Organisasi Nirlaba

    Sesuai definisinya, organisasi nirlaba tidak meletakkan tingkat

    keuntungan sebagai tujuan utama. Tujuan utama mereka adalah menyediakan

    jasa, pendidikan, pelayanan untuk Rumah Sakit, pembelaan hukum, dan lain-

    lain jasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh manajemen mereka

    dimaksudkan untuk mengahsilkan jasa sebaik mungkin, dengan sumber daya

    yang tersedia, dan keberhasilan mereka diukur terutama dengan seberapa

    banyak jasa yang mereka berikan dan seberapa baik mereka memberikannya.

    Secara lebih mendasar, keberhasilan mereka sebaiknya diukur dengan

    seberapa banyak mereka memberi konribusi bagi kesejahteraan umum.

    Mengingat kesulitan pengukuran kualias dan kuantitas dari jasa yang

  • diberikan, sehingga pengukuran prestasi dalam organisasi nirlaba ini juga

    sulit.

    Organisasi nirlaba juga mempunyai tujuan mencari laba tapi berbeda

    dengan tujuan mencari laba seperti halnya dalam organisasi bisnis. Apabila

    mendapat laba, laba ini digunakan untuk dana cadanganm sumber dana unutk

    membeli asset, dan lain-lain.

    2.2.3 Pengukuran Prestasi Pada Organisasi Nirlaba

    Berdasarkan definisi, tujuan organisasi nirlaba adalah sesuatu yang

    bukan laba. Jadi, walaupun keluaran (output) pada organisasi seperti ini dapat

    diukur dalam satuan moneter (serupa dengan pendapatan pada organisasi yang

    berorientasi pada laba), selisih antara keluaran dengan masukan dalam bentuk

    uang tidak akan menjadi ukuran tentang seberapa baik organisasi telah

    mencapai tujuannya. Tujuannya lebih kepada bagaimana menyediakan jasa

    layanan sebanyak-banyaknya dengan sumber daya tertentu, atau menggunakan

    sumber daya sesedikit mungkin untuk menghasilkan jada tertentu. Dalam

    kebanyakan situasi, prestasi keuangan yang diharapkan dari organisasi nirlaba

    adalah prestasi pulang pokok (break even), artinya secara umum dan jangka

    panjang, pendapatan harus sama dengan pengeluaran.

    Jika pendapatan nirlaba melampaui pengeluaran dalam jumlah yang

    besar, ini merupakan pertanda bahwa harga yang dikenakan terlalu tinggi atau

    bahwa layanan yang diberikan kepada klien kurang memadai. Jika pendapatan

    lebih rendah dari pengeluaran, organisasi ini akan bankrut, persis seperti

    organisasi bisnis. Ada beberapa kualifikasi untuk generalisasi ini. Laba yang

    sedang-sedang saja mungkin dibenarkan bukan hanya sebagai pos persediaan

    dalam keadaan darurat, melainkan juga untuk memberikan imbalan kepada

    organisasi karena organisasi sudah mengeluarkan biaya dengan menggunakan

    modalnya sendiri, karena menyediakan dana untuk riset atau proyek lain yang

    disediakan bagi kepentingan umum walaupun tidak secara langsung memberi

    manfaat kepada klien yang ada, dan dalam beberapa keadaan untuk mengganti

    harta tetap.

  • 2.3 Tinjauan Umum Atas Rumah Sakit 2.3.1 Pengertian Rumah Sakit

    Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

    159b/Menkes/PER/1988, yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah:

    Sarana upaya untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan

    kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kerja

    dan pelatihan.

    Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, Rumah Sakit berfungsi

    sebagai:

    a. Tempat pengobatan (medical care) bagi penderita rawat jalan (out-

    patient) maupun rawat inap (in-patient)

    b. Tempat pendidikan / latihan tenaga medis maupun para medis

    c. Tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi di bidang

    kesehatan

    d. Tempat pencegahan dan peningkatan kesehatan

    Dalam penyerahan jasanya, sebuah Rumah Sakit swasta haruslah

    melaksanakan fungsi sosial-ekonomi. Fungsi sosial Rumah Sakit akan terlihat

    dalam kebijakan Rumah Sakit yang menyediakan 25% dari kapasitas tempat

    tidurnya untuk pasien yang kurang mampu atau tidak mampu. Kelebihan hasil

    eksploitasi kelas-kelas yang ditujukan untuk pasien mampu dibatasi untuk

    menutupi pengeluaran-pengeluaran bagi pasien yang kurang mampu atau

    dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk peningkatan mutu jasa

    perawatan ataupun pelayanan medis.

    2.3.2 Klasifikasi Rumah Sakit Klasifikasi Rumah Sakit adalah suatu pengelompokkan Rumah Sakit

    sesuai dengan kemampuan pelayanan dalam pembedaan bertingkat atau kelas,

    dimana senantiasa berkembang sesuai dengan perubahan kebutuhan.

  • Berdasarkan bentuk pelayanannya, Rumah Sakit dapat dikelompokkan

    menjadi 2 bagian yaitu Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus:

    a. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan

    pelayanan kesehatan dalam semua jenis yang bersifat sub-spesialistik

    b. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan

    pelayanan kesehatan berdasarkan jenis tertentu, yakni penyakit mata,

    paru-paru, kusta, jiwa, dan lain-lain.

    Berdasarkan penyelenggaraannya, Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi

    Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta:

    a. Rumah Sakit Pemerintah adalah Rumah Sakit yang dimiliki dan

    diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah,

    TNI, ataupun BUMN.

    b. Rumah Sakit Swasta adalah Rumah Sakit yang dimiliki dan

    diselenggarakan oleh:

    Yayasan, yang sudah disahkan oleh badan hukum. Badan Hukum lain yang bersifat sosial

    Rumah Sakit Umum akan diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan

    pembedaaan bertingkat menurut kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat

    disediakan. Klasifikasi Rumah Sakit Umum menurut Departemen Kesehatan

    adalah sebagai berikut:

    a. Rumah Sakit Kelas D, adalah Rumah Sakit Umum yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya

    pelayanan medis dasar (pelayanan kesehatan yang bersifat umum).

    b. Rumah Sakit Kelas C, adalah Rumah Sakit Umum yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan media spesialistik,

    paling sedikit dalam empat cabang, yaitu: penyakit dalam, bedah,

    kebidanan (kandungan), dan kesehatan anak

    c. Rumah Sakit Kelas B1, adalah Rumah Sakit Umum yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialistik sekurang-

    kurangnya sebelas jenis spesialistik.

  • d. Rumah Sakit Kelas B2, yaitu Rumah Sakit Umum yang

    mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik

    luas dan sub- spesialistik terbatas.

    e. Rumah Sakit Kelas A, yaitu Rumah Sakit Umum yang mempunyai

    fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dan sub-

    spesialistik luas.

    Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditentukan berdasarkan tingkat fasilitas

    ditetapkan tersendiri oleh Menteri Kesehatan.

    2.3.3 Pentingnya Sistem Pengendalian Manajemen Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Rumah Sakit merupakan

    organisasi nirlaba yang berbeda jelas dengan organisasi berbentuk perusahaan

    yang bertujuan mencari laba. Walaupun merupakan organisasi nirlaba, tidak

    berarti dengan masalah pengelolaan keuangan, organisasi jenis ini umumnya

    memiliki sumber keuangan yang terbatas sehingga perlu ada prosedur kerja

    yang efisien untuk mengamankan sumber dana yang terbatas tersebut.

    Perencanaan keuangan tetap diperlukan walaupun sasaran organisasi tersebut

    bukan laba. Teknik yang biasa dilakukan Rumah Sakit adalah pengawasan

    keuangan secara preventif untuk mengamankan harta serta melakukan

    perbandingan prestasi dengan rencana yang telah ditetapkan.

    Manajemen Rumah Sakit menghadapi masalah yang cukup rumit,

    yaitu pertimbangan biaya dalam pelayanan medis. Hal ini disebabkan karena

    ada kalanya pelayanan medis yang efektif tidak selalu diikuti dengan efisiensi

    biaya. Kadang-kadang justru diperlukan biaya yang tinggi untuk memberikan

    pelayanan yang efektif. Manajemen harus mengambil keputusan dengan

    mempertimbangkan dana yang terbatas namun tetap memperhatikan faktor

    kemanusiaan lainnya.

    Sesuai dengan fungsi sistem pengendalian manajemen yang telah

    diuraikan sebelumnya dan mengaitkannya dengan kondisi di atas, maka dapat

    disimpulkan bahwa sistem ini diperlukan di Rumah Sakit untuk memastikan

    bahwa semua strategi dan kebijakan dalam pengelolaan keuangan diarahkan

  • untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu pelayanan yang baik dan

    kelangsungan hidup organisasi.

    2.4 Instalasi Rawat Inap Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 159b/ Menkes/ PER/1988,

    yang dimaksud dengan instalasi rawat inap adalah:

    Sarana penunjang kegiatan untuk pelaksanaan pelayanan pasien

    rawat inap.

    Menurut Keputusan Menkes RI Nomor 560/Menkes/SK/IV/2003,

    yang dimaksud dengan pelayanan rawat inap, yaitu:

    Pelayanan pasien untuk observasi , diagnosis, pengobatan,

    rehabilitasi medik, dan atau upaya pelayanan kesehatan lainnya

    dengan menginap di rumah sakit.

    Pada Rumah Sakit, instalasi rawat inap merupakan bagian penting dari

    pelayanan kesehatan kepada pasien Rumah Sakit yang kegiatannya meliputi:

    1. Perawatan kepada pasien rawat inap

    2. Melakukan penyuluhan kepada pasien dalam melakukan pencegahan

    dan pengobatan terhadap penyakit yang diderita

    3. Pendidikan dan pelatihan kepada para tenaga medis dan paramedic

    dalam meningkatkan mutu pelayanan

    2.5 Penilaian Kinerja Penilaian kinerja menurut Gary Siegel & Helene Ramanauskas -

    Marconi yang dialihbahasakan oleh Mulyadi (2001:415) yaitu:

    Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya

  • berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan

    dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang

    telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang

    diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana

    formal yang dituangkan dalam anggaran.

    Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak

    semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang tidak

    semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya

    diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta

    penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

    Kinerja perusahaan dapat diukur berdasarkan berbagai cara, baik dari

    segi finansial maupun dari segi non finansial. Sebagai contoh, pengukuran

    kinerja perusahaan tersebut dapat berupa kapasitas produksi, perluasan

    jangkauan pelayanan, produktivitas karyawan, aduan masyarakat, kepuasan

    konsumen, pendapatan, beban dan banyak ukuran atau rasio yang dapat

    dipakai untuk mengukurnya.

    Dari segi finansial, kinerja perusahaan dapat diukur berdasarkan tingkat

    pendapatan yang merupakan komponen penting yang ingin dicapai dalam

    tujuan organisasi. Pendapatan bagi suatu perusahaan merupakan hal yang

    sangat penting, karena dengan pendapatan, operasi perusahaan dapat berjalan

    serta diharapkan akan memperoleh laba untuk kelangsungan hidup serta

    mengembangkan usaha.

    Definisi pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam bukunya

    Standar Akuntansi Keuangan (2004:23,2) adalah sebagai berikut:

    Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

  • Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui

    pada saat (1) direalisasi atau dapat direalisasi dan (2) dihasilkan. Pendapatan

    direalisasi bila barang dan jasa dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas

    (piutang). Pendapatan dapat direalisasikan bila aktiva yang diterima dapat

    dikonversikan segera pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui.

    Pendapatan dihasilkan bila suatu kesatuan sebagian besar telah menyelesaikan

    apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari

    pendapatan.

    Pendapatan adalah uang yang diterima atau akan diterima dalam satu

    periode anggaran sebagai bayaran atas jasa yang diserahkan. Kegiatan-

    kegiatan yang memberikan jasa pelayanan profesional kepada pasien

    diidentifikasikan sebagai pusat-pusat pendapatan di Rumah Sakit. Klasifikasi

    pendapatan di Rumah Sakit menurut Standar Akuntansi Keuangan Rumah

    Sakit yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Rumah Sakit

    adalah:

    1. Pendapatan Operasional

    Pendapatan rawat jalan Pendapatan rawat inap Pendapatan unit penunjang Pendapatan apotek

    2. Pendapatan Non Operasional

    Pendapatan jasa lembaga keuangan Pendapatan sewa Pendapatan penjualan aktiva tetap

    3. Pengurangan Pendapatan

    Restitusi, subsidi tidak mampu, asuransi kesehatan, penghapusan piutang

    Unjuk kerja (Performance) suatu instalasi rawat inap dapat saja berbeda satu

    dengan yang lain. Tetapi dalam hal ini, indicator unjuk kerja yang dipakai

    yaitu 4 jenis. Indikator tersebut antara lain seperti yang dijelaskan di bawah

    ini:

  • 1. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah rata-rata persentase dari tempat tidur

    yang tersedia yang dihuni atau dipakai oleh penderita selama satu

    periode waktu atau per hari, dengan rumus:

    BOR= Jumlah hari perawatan Rumah Sakit x 100% Jumlah tempat tidur x jumlah hari

    Bila tempat tidur yang tersedia tidak konsisten selama 1 tahun (mungkin

    tersedia tempat tidur cadangan yang sewaktu-waktu dikeluarkan bila

    tempat tidur yang ada sudah penuh atau di tengah-tengah periode

    berjalan terjadi perluasan tempat tidur), maka sebaiknya sebagai

    denominator digunakan jumlah dari hari perawatan yang tersedia (bed

    days available) tiap-tiap hari.

    Manfaat:

    Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit

    Menggambarkan sampai seberapa jauh tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit dimanfaatkan untuk perawatan

    penderita rawat tinggal

    Interpretasi

    Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas Rumah Sakit oleh masyarakat

    Umumnya nilai makin besar makin baik Angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukkan tingkat

    pemanfaatan tempat tidur yang terlalu tinggi, sehingga perlu

    pengembangan Rumah Sakit atau penambahan tempat tidur

    Nilai parameter dari BOR ini idealnya 60%-80% Indikator ini dapat dipengaruhi oleh tingginya hari perawatan

    yang lama dan rendahnya angka kunjungan rawat inap

    2. LOS (Length Of Stay) atau ALOS (Average Long Of Stay) adalah rata-

    rata lamanya (dinyatakan dalam hari) dari masing-masing penderita yang

  • keluar dibagi dengan jumlah penderita yang keluar tersebut selama jangka

    waktu tertentu atau periode tertentu.

    LOS= Jumlah hari perawatan selama periode tertentu Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) pada periode tertentu

    Cara lain perhitungan adalah dengan menjumlahkan hari perawatan

    (lamanya dirawat) dari masing-masing penderita yang keluar dibagi

    dengan jumlah penderita yang keluar tersebut selama jangka waktu atau

    periode tertentu.

    Manfaat:

    Untuk mengukur efisiensi pelayanan Rumah Sakit (Instalasi Rawat Inap)

    Indikator ini di samping memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila ditetapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikantracer

    (yang perlu pengamatan lebih lanjut)

    Interpretasi:

    LOS ini menggambarkan lamanya seorang penderita dirawat oleh suatu Rumah Sakit dan secara tidak langsung menggambarkan

    efisiensi atau mutu perawatan Rumah Sakit (instalasi rawat inap

    tersebut)

    Umumnya nilai makin kecil makin baik, tetapi bila harus membandingkan, harus dipikirkan faktor penyakit-penyakit yang

    berlainan (lamanya perawatan berlainan untuk penyakit yang

    berlainan) dan keadaan penderita waktu keluar (penderita yang

    keluar mati atau pulang paksa dalam keadaan belum sembuh

    tidak menggambarkan lamanya dirawat yang sebenarmya)

    Secara umum LOS yang ideal antara 6-9 hari

    3. BTO (Bed Turn Over) adalah rata-rata penderita yang menghuni sebuah

    tempat tidur selama satu periode. Frekuensi pemakaian tempat tidur yang

  • menunjukkan berapa kali satu satuan waktu tertentu (biasanya 1 tahun)

    tempat tidur Rumah Sakit dipakai, dengan rumus:

    BTO = Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) Jumlah tempat tidur yang tersedia pada periode tertentu

    Manfaat:

    Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur

    Bersama-sama indikator TOI dan LOS dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur Rumah Sakit

    Menggambarkan berapa banyak penderita yang memanfaatkan sebuah tempat tidur dalam jangka waktu tertentu

    Interpretasi:

    Umumnya nilai makin besar makin baik Idealnya selama 1 tahun, 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 hari

    4. TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata lamanya waktu (dinyatakan

    dalam hari), dimana sebuah tempat tidur tidak dihuni atau dipakai diantara

    2 perawatan penderita (antara penderita yang keluar dan penderita yang

    masuk berikutnya). Jadi TOI merupakan rata-rata hari, tempat tidur tidak

    ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya, dengan rumus:

    TOI = Jumlah hari perawatan yang tersedia Jumlah hari perawatan yang terpakai Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) pada periode tertentu

    = (Jumlah tempat tidur x hari) hari perawatan Rumah Sakit Jumlah penderita yang keluar (hidup+mati) dalam 1 tahun

    Manfaat:

    Menggambarkan efisiensi Rumah Sakit dalam mengatur pemasukan penderita rawat tinggal yang tidak akut emergency

    selama 1 periode tertentu

    Indikator ini jua memberikan tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur

  • Bersama dengan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur

    Interpretasi:

    Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari Umumnya nilai makin kecil makin baik

    Hal-hal penting dalam penilaian kinerja rawat inap menurut Boy S. Sabarguna

    (2005:32), antara lain:

    1. Kepuasan pelayanan pasien 2. Hubungan administratif di Rumah Sakit

    3. Hubungan antara perawat dengan pasien 4. Kepuasan dokter

    5. Difensiasi lokasi

  • BAB III

    OBJEK DAN METODE PENELITIAN

    3.1 Objek Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada

    Rumah Sakit Santo Yusup yang berlokasi di Jalan Cikutra No. 7 Bandung.

    Adapun yang menjadi objek penelitian di dalam penyusunan skripsi ini

    adalah penerapan sistem pengendalian manajemen pelayanan pasien rawat

    inap dan tingkat kinerja instalasi rawat inap sebagaimana telah dijelaskan

    pada bab sebelumnya. Melalui penelitian ini, data yang diperoleh akan

    dianalisis untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat penerapan sistem

    pengendalian manajemen dalam meningkatkan kinerja instalasi rawat inap,

    sehingga dapat diketahui bermanfaat tidaknya sistem pengendalian

    manajemen dalam rumah sakit.

    3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

    BERDIRINYA RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS

    1921 Atas prakarsa beberapa orang biarawati konggregasi CINTA

    CAROLUS BORROMEUS yang datangnya di kota Bandung dalam

    bulan Juli dan Agustus 1921, maka pada tanggal:

    18-9-1921 Berdirilah di kota Bandung sebuah Rumah Sakit Katolik dengan

    nama Rumah Sakit Santo Borromeus. Mereka memilih tempat di

    sebuah rumah bekas poliklinik DR. MERZDI di Jalan Dago No.

    80 (sekarang Jalan Dago No.100). Pada tahun-tahun pertama

    berdirinya Rumah Sakit ini, ternyata mendapat perhatian besar

    dari masyarakat Bandung, bahkan operasi-operasi terpaksa dan

    harus dilakukan.

  • PENGEMBANGAN

    1925 Mengingat kenyataan-kenyataan tersebut, maka mulai tahun 1925

    dilakukan pembangunan dan pengembangan Rumah Sakit lebih

    lanjut. Rawatan-rawatan diperluas dan bagian-bagian yang

    dipandang perlu mulai dibangun.

    KEBUTUHAN AKAN ADANYA PENDIDIKAN PENGATUR

    RAWAT

    1926 Untuk menunjang perkembangan Rumah Sakit tersebut, dipikirkan

    juga mengenai masalah pengadaan tenaga perawat. Oleh sebab itu,

    pada tahun 1926 dimulai dengan mengadakan Pendidikan Pengatur

    Rawat. Pendidikan ini berjalan sampai saat ini

    .

    PENDIDIKAN BIDAN GAYA BARU

    1969 Dengan perkembangan Rumah Sakit, maka dibutuhkan tenaga-

    tenaga bidan. Oleh karena itu, maka pada tahun 1969 Rumah Sakit

    membuka pula pendidikan BIDAN GAYA BARU, yakni

    pendidikan Bidan 1 tahun setelah lulus dari Pendidikan Pengatur

    Rawat.

    BERDIRINYA RUMAH SAKIT SANTO YUSUP

    1932 Sementara Rumah Sakit Santo Borromeus mengembangkan dirinya,

    maka pada tahun 1932, PASTOR KLEIN OSC, memprakarsai

    untuk mendirikan sebuah POLIKLINIK di wilayah Cicadas.

    Yayasan Borromeus menyetujui atas gagasan tersebut dan bahkan

    bersedia untuk menanggung sebagian biaya poliklinik di wilayah

    Cicadas dengan menumpang pada sebuah rumah milik seorang

    Tionghoa. Sekalipun demikian, kedua Rumah Sakit tersebut

    berganti tangan dari Pemerintah Militer Jepang ke Pemerintah

    Militer Belanda. Namun demikian, para biarawati sudah dapat

  • bekerja kembali di dua Rumah Sakit tersebut, sekalipun hanya

    sebagai karyawan biasa.

    PENYERAHAN KEMBALI KEPADA YAYASAN BORROMEUS

    1949 Dengan melalui perjuangan yang cukup berat, akhirnya pada

    tanggal

    20 Juli 1949, Rumah Sakit Santo Borromeus oleh Pemerintah

    Militer Belanda diserahkan kepada YAYASAN BORROMEUS.

    1953 Sedangkan Rumah Sakit Santo Yusup, baru diserahkan kembali

    kepada Yayasan Salib Suci pada tahun 1953.

    PENATAAN KEMBALI KEDUA RUMAH SAKIT DENGAN

    SERIUS

    Setelah Rumah Sakit Santo Borromeus diserahkan kembali kepada

    Yayasan Borromeus dan Rumah Santo Yusup dikembalikan kepada

    Yayasan Salib Suci, maka mulailah kedua Rumah Sakit tersebut

    ditandatangani atau ditata kembali dengan penuh perhatian.

    PENYERAHAN RS ST. YUSUP KEPADA YAYASAN

    BORROMEUS

    1975 Berdasarkan persetujuan bersama, antara Yayasan Salib Suci dengan

    Yayasan Borromeus, maka pada bulan Maret 1976, RS St. Yusup

    pengelolaannya diserahkan kepada Perhimpunan Santo Borromeus.

    Dengan demikian, pada pertengahan bulan Maret 1976, RS. St.

    Borromeus ditangani oleh satu Direktur Utama dengan

    kewenangan mengelola:

    1. RS St. Yusup Cicadas

    2. Pusat Pelayanan Kesehatan Sekar Kamulyan di Cigugur

    3. Balai Pengobatan Sari Asih di Sekeloa, Bandung

    4. Pelayanan Kesehatan di Badan Pembina Wiyata Guna

    Bandung

  • PERUBAHAN STRUKTUR ORGANISASI

    1975 Dengan Surat Keputusan Perkumpulan PERHIMPUNAN SANTO

    BORROMEUS tertanggal 1 Maret 1987 No. 001/SK/PSB/III-

    1987, terhitung mulai tanggal 1 Maret 1987, ditetapkan:

    1. RS St. Borromeus

    2. RS St. Yusup

    3. RS Sekar Kamulyan

    4. Pendidikan Perawat Kesehatan Santo Borromeus-Santo Yusup

    a. Masing-masing nomor 1 sampai dengan 4 tersebut di atas

    langsung berada di bawah pimpinan Perkumpulan

    PERHIMPUNAN SANTO BORROMEUS

    b. Para Direktur dari masing-masing Rumah Sakit tersebut di

    atas, dapat menyusun tata kerja dan mekanisme kerja dari

    unit masing-masing, sesuai dengan susunan organisasi yang

    disahkan.

    KESULITAN KEUANGAN

    Mengingat masyarakat di wilayah Cicadas sebagian besar keadaan

    ekonominya sangat lemah, maka tidak jarang poliklinik mengalami

    kesulitan dalam bidang keuangan, sampai untuk membayar sewa rumah

    pun tidak mampu. Untunglah si pemilik rumah yang dipergunakan untuk

    poliklinik mengetahui dan mengerti kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh

    pihak poliklinik. Akhirnya, poliklinik oleh pihak pemilik rumah

    dibebaskan dari membayar sewa rumah dengan pertimbangan karena

    menurut kenyataan poliklinik telah banyak membantu masyarakat yang

    memerlukan pengobatan di jaman keadaan ekonomi yang sangat lemah.

    BANGUNAN BARU UNTUK POLIKLINIK

    1935 Poliklinik makin lama makin berkembang, sehingga akhirnya pada

    tahun 1935, berhasil mendirikan bangunan baru untuk poliklinik.

  • 1936 Poliklinik terus menerus berkembang, sehingga dipandang perlu

    mengubah status poliklinik menjadi sebuah Rumah Sakit, supaya

    dapat lebih ditingkatkan dalam melayani masyarakat dalam bidang

    kesehatan. Akhirnya pada tahun 1937 diresmikan sebuah Rumah

    Sakit dengan nama:

    RUMAH SAKIT SANTO YUSUP

    Di wilayah Cicadas, sekarang dengan alamat Jalan Cikutra Nomor 7

    Bandung

    3.1.2 Struktur Organisasi RS St. Yusup Dilihat dari struktur organisasi secara keseluruhan, RS St. Yusup

    Bandung dipimpin oleh seorang Direktur. Direktur dalam hal ini

    membawahi 3 (tiga) departemen yang masing-masing departemen

    dikepalai oleh Wakil Direktur, yaitu:

    1. Wakil Direktur Medis, yang membawahi:

    - Poliklinik

    - Unit Gawat Darurat

    - Kamar Operasi

    - Rekam Medis

    - PKMRS

    - Farmasi

    - Laboratorium

    - Radiologi

    - Fisioterapi

    - Gizi

    2. Wakil Direktur Perawatan, yang membawahi:

    - Rawat rawat inap Anna

    - Rawat rawat inap Fatima

    - Rawat rawat inap Maria

    - Rawat rawat inap Lukas & HCU

    - Rawat rawat inap Theresia

  • - Rawat rawat inap Yasinta

    3. Wakil Direktur Umum yang membawahi:

    - Sumber Daya Manusia

    - Perbendaharaan

    - Kepala Sub Rekening

    - Kepala Sub Bendaharawan

    - Kepala Sub Penagihan

    - Akuntansi & Anggaran

    - Pengadaan Kepala Seksi

    - Kebersihan & Lingkungan

    - Cuci & Jahit

    - Teknik Pemeliharaan

    - Keamanan & Kendaraan

    - Gudang Umum

    3.1.3 Instalasi Rawat Inap RS. St. Yusup

    Sedangkan untuk struktur organisasi instalasi rawat inap RS St.

    Yusup (terdapat dalam lampiran) yaitu:

    Instalasi Rawat Inap Santo Yusup ini dipimpin oleh seorang Wakil

    Direktur Keperawatan yang bertanggung jawab secara langsung kepada

    Direktur RS St. Yusup. Wakil Direktur Keperawatan membawahi 6 divisi

    rawat inap yang ada, yaitu:

    1. Rawat Inap Maria

    Rawat inap Maria mengurus penyakit dalam. Rawat inap ini terdiri dari

    kelas 3 sampai kelas 1 dan memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak

    44 buah.

    2. Rawat Inap Yasinta

    Rawat Inap Yasinta mengurus semua penyakit. Rawat Inap ini terdiri

    dari kelas 1 dan kelas utama dan memiliki kapasitas tempat tidur

    sebanyak 32 buah.

    3. Rawat Inap Fatima

  • Rawat Inap Fatima mengurus penyakit dalam juga, sama seperti Rawat

    Inap Maria. Rawat Inap ini terdiri dari kelas 3 sampai kelas 1 dan

    memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 45 buah.

    4. Rawat Inap Theresia

    Rawat Inap Theresia mengurus penyakit anak-anak. Rawat Inap ini

    terdiri dari kelas 3 sampai kelas 1 dan memiliki kapasitas tempat tidur

    sebanyak 44 buah. Dalam hal ini yang termasuk kategori anak-anak

    adalah yang berumur sampai 12 tahun.

    5. Rawat Inap Lukas & HCU (High Care Unit)

    Rawat Inap Lukas mengurus penyakit bedah . Rawat Inap ini terdiri

    dari kelas 3 sampai kelas 1 dan memiliki kapasitas tempat tidur

    sebanyak 28 buah. Selain itu, terdapat juga kelas utama yang memiliki

    kapasitas tempat tidur sebanyak 1 buah. Pada rawat inap Lukas ini,

    terdapat HCU. HCU ini terbagi atas perawatan intensif menggunakan

    alat, misalnya perawatan intensif dengan alat detak jantung, tabung

    oksigen, dan lain-lain. Selain perawatan intensif menggunakan alat,

    juga ada yang dinamakan intermediate yaitu observasi tanpa

    menggunakan alat, misalnya bagi pasien yang baru selesai operasi

    perlu dicek bagaimana kesadarannya dan cairan yang ada dalam

    tubuhnya.

    6. Rawat Inap Anna

    Rawat Inap Anna mengurus bagian kebidanan, yaitu mengurus bayi

    dan ibu serta melakukan operasi-operasi seperti operasi caesar, operasi

    pengangkatan kandungan, operasi karena hamil di luar kandungan, dan

    lain-lain. Pada rawat inap Anna terdapat kamar bayi dan nifas, yaitu

    pada saat pasien telah selesai melakukan persalinan, ibu dipindah ke

    kamar nifas dan bayinya dipindah ke kamar bayi. Kamar bayi nifas ini

    memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 37 buah untuk ibu dan 32

    buah untuk bayi.

  • Selain 6 divisi tersebut, juga ada yang disebut dengan Pastoral Care

    dan Medical Sosial Unit (MSU). Pastoral Care merupakan

    pendampingan kepada orang sakit berdasarkan agama. Sedangkan

    Medical Sosial Unit (MSU) membantu pasien secara spiritual dan

    psikologis. Misalnya mengatasi kesulitan dalam hal biaya, masalah-

    masalah keluarga dan dapat juga mencari donatur bagi yang tidak

    mampu.

    Berikut ini akan diuraikan tugas dan wewenang tiap-tiap kepala bagian

    rawat inap:

    1. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Anna

    b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab

    untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap

    Anna RS St. Yusup

    c. Tingkat jabatan : 4 (empat)

    d. Tujuan jabatan:

    - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di

    bagian rawat inap Anna

    - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam

    pelayanan di bagian rawat inap Anna

    - Menjamin terlaksananya perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap Anna

    - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap Anna,

    sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup

    e. Kedudukan dalam organisasi:

    Atasan langsung : Wakil Direktur Keperawatan

    Membawahkan : Perawat / Non perawat di bagian rawat inap Anna

  • 2. a. Nama jabatan: Koordinator kamar bayi dan nifas

    b. Pengertian: Seorang perawat yang diberi tugas untuk mengkoordinir

    kegiatan di kamar bayi dan nifas dan atau menggantikan tugas kepala

    bagian rawat inap Anna apabila berhalangan hadir / tidak dapat

    melakukan tugas

    c. Tingkat jabatan: 4 (empat)

    d. Tujuan jabatan:

    - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di

    bagian kamar bayi dan nifas

    - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam

    pelayanan di bagian kamar bayi dan nifas

    - Menjamin terlaksananya perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian kamar bayi dan

    nifas

    - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian kamar bayi dan

    nifas, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup

    e. Kedudukan dalam organisasi:

    Atasan langsung : Kepala Bagian Kebidanan dan Kandungan

    Membawahkan : Perawat / Non perawat di bagian kamar bayi dan

    nifas

    3. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Fatima

    b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab

    untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap

    Fatima RS St. Yusup

    c. Tingkat jabatan : 4 (empat)

    d. Tujuan jabatan:

    - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di

    bagian rawat inap Fatima

    - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam

    pelayanan di bagian rawat inap Fatima

  • - Menjamin terlaksananya perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap

    Fatima

    - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap Fatima,

    sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup

    e. Kedudukan dalam organisasi:

    Atasan langsung : Wakil Direktur Keperawatan

    Membawahkan : Perawat / Non perawat di bagian rawat inap

    Fatima

    4. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Lukas dan HCU

    b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab

    untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap

    Lukas dan HCU RS St. Yusup

    c. Tingkat jabatan : 4 (empat)

    d. Tujuan jabatan:

    - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di

    bagian rawat inap Lukas dan HCU

    - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam

    pelayanan di bagian rawat inap Lukas dan HCU

    - Menjamin terlaksananya perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap Lukas

    dan HCU

    - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap Lukas

    dan HCU, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup

    e. Kedudukan dalam organisasi:

    Atasan langsung : Wakil Direktur Keperawatan

    Membawahkan : Perawat / Non perawat di bagian rawat inap

    Lukas dan HCU

    5. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian High Care Unit

  • b. Pengertian : Seorang koordinator High Care Unit yang diberi tugas

    dan tanggung jawab untuk mengkoordinasikan di bagian High

    Care Unit atau menngantikan tugas kepala bagian Lukas dan HCU

    apabila berhalangan hadir atau tidak dapat melaksanakan tugasnya.

    c. Tingkat jabatan : 4 (empat)

    d. Tujuan jabatan:

    - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di

    bagian High Care Unit

    - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam

    pelayanan di bagian rawat inap High Care Unit

    - Menjamin terlaksananya perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian High Care Unit

    - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian High Care Unit,

    sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup

    e. Kedudukan dalam organisasi:

    Atasan langsung : Wakil Direktur Keperawatan

    Membawahkan : Perawat / Non perawat di bagian High Care Unit

    6. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Maria

    b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab

    untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap

    Maria RS St. Yusup

    c. Tingkat jabatan : 4 (empat)

    d. Tujuan jabatan:

    - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di

    bagian rawat inap Maria

    - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam

    pelayanan di bagian rawat inap Maria

    - Menjamin terlaksananya perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap Maria

  • - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap Maria,

    sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup

    7. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Theresia

    b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab

    untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap

    Theresia RS St. Yusup

    c. Tingkat jabatan : 4 (empat)

    d. Tujuan jabatan:

    - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di

    bagian rawat inap Theresia

    - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam

    pelayanan di bagian rawat inap Theresia

    - Menjamin terlaksananya perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap

    Theresia

    - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap

    Theresia, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup

    8. a. Nama Jabatan : Kepala Bagian Rawat Inap Yasinta

    b. Pengertian : Seorang perawat yang diberi tugas dan tanggung jawab

    untuk mengelola kegiatan pelayanan rawat inap di bagian rawat inap

    Yasinta RS St. Yusup

    c. Tingkat jabatan : 4 (empat)

    d. Tujuan jabatan:

    - Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan di

    bagian rawat inap Yasinta

    - Menjamin terwujudnya visi dan misi RS St. Yusup di dalam

    pelayanan di bagian rawat inapYasinta

  • - Menjamin terlaksananya perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi di bagian rawat inap

    Yasinta

    - Menjamin tercapainya mutu pelayanan di bagian rawat inap

    Yasinta, sehingga memuaskan pengguna jasa di RS St. Yusup

    3.2 Metode Penelitian

    3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Penelitian Lapangan (Field Research)

    Penulis melakukan pengamatan secara langsung untuk melihat

    secara jelas pelaksanaan kegiatan di rumah sakit. Penelitian ini

    dilakukan untuk mendapatkan data primer, dilakukan dengan cara

    sebagai berikut:

    a. Wawancara

    Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan

    Tanya jawab untuk mendapatkan informasi tentang

    permasalahan yang diteliti dengan pihak-pihak yang berwenang.

    Wawancara ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab

    dengan kepala bagian akuntansi dan anggaran RSY, kepala

    bagian humas RSY, kepala bagian PURS RSY.

    b. Dokumentasi

    Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan

    mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

    objek penelitian, dalam hal ini yang perlu dikumpulkan yaitu

    dokumen tingkat kinerja instalasi rawat inap selama tiga tahun

    terakhir (tahun 2003, 2003, 2004). Dokumen ini diperoleh di

    bagian rekam medis RS. St Yusup dan digunakan untuk

    mendukung kawaban-jawaban yang diperoleh dari kuesioner.

    c. Kuesioner

  • Kuesioner yaitu daftar pertanyaan-pertanyaan yang telah

    disiapkan berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada

    kepala bagian rawat inap, bagian manajemen rawat inap,

    perawat-perawat RS St.Yusup yang dianggap mampu dan

    berwenang dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-

    pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi informasi yang

    diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

    b. Penelitian Kepustakaan

    Dalam studi kepustakaan ini penulis mengumpulkan dan

    mempelajari berbagai teori dan konsep dasar yang berhubungan

    dengan masalah yang diteliti. Teori dan konsep dasar tersebut

    penulis peroleh dengan cara menelaah b