perencanaan strategis suatu kota

39
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum. Berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah membawa dampak pada pergeseran penyelenggaraan pemerintahan di daerah dari sentralistik ke arah desentralistik, hal ini memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah terutama daerah kabupaten/kota dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pembangunan di daerahnya dengan tetap berpedoman kepada garis kebijakan yang bersifat nasional. Berkaitan dengan penerapan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menuntut penyesuaian dan penataan dalam kelembagaan pemerintah daerah yang dilakukan secara komprehensif dengan mengakomodir tuntutan-tuntutan strategik yang ada di lingkungan daerah, sehingga menciptakan suatu hubungan yang efektif dan efisien, baik hubungan vertikal (pusat dan daerah) maupun hubungan horizontal (antar kabupaten/kota) yang pada akhirnya memberikan sinergik terhadap pelaksanaan pemerintahan di daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan perencanaan strategik (Renstra) yang diharapkan dapat dijadikan bahan untuk penyusunan berbagai kebijakan yang dibutuhkan bagi pelaksanaan pemerintahan. Mengingat Renstra Pemerintah Kota Makassar akan digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan Rencana Kinerja (RENJA) unit kerja; RAPBD dan sebagai acuan dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban Walikota kepada DPRD, maka subtansi dan manfaat Renstra Pemerintah Kota Makassar dibatasi hanya pada kebijakan dan program yang akan dibiayai dari APBD Kota Makassar.  Adapun, tugas , program lainnya dilaksa nakan oleh Walikota melal ui dukungan dana diluar APBD berdasarkan azas tugas dekonsentrasi dan azas tugas pembantuan, akan dipertanggungjawabkan oleh Walikota sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Renstra daerah adalah merupakan dokumen perencanaan taktis strategis, oleh karena itu subtansinya menjabarkan potret permasalahan pembangunan kota, serta program yang akan dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan secara terencana dan bertahap melalui sumber-sumber pembiayaan APBD dengan

Upload: alesha-horn

Post on 09-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Konsep Renstra

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Umum.

    Berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah membawa dampak pada pergeseran penyelenggaraan pemerintahan di daerah dari sentralistik ke arah desentralistik, hal ini memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah terutama daerah kabupaten/kota dalam merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pembangunan di daerahnya dengan tetap berpedoman kepada garis kebijakan yang bersifat nasional.

    Berkaitan dengan penerapan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menuntut penyesuaian dan penataan dalam kelembagaan pemerintah daerah yang dilakukan secara komprehensif dengan mengakomodir tuntutan-tuntutan strategik yang ada di lingkungan daerah, sehingga menciptakan suatu hubungan yang efektif dan efisien, baik hubungan vertikal (pusat dan daerah) maupun hubungan horizontal (antar kabupaten/kota) yang pada akhirnya memberikan sinergik terhadap pelaksanaan pemerintahan di daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan perencanaan strategik (Renstra) yang diharapkan dapat dijadikan bahan untuk penyusunan berbagai kebijakan yang dibutuhkan bagi pelaksanaan pemerintahan.

    Mengingat Renstra Pemerintah Kota Makassar akan digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan Rencana Kinerja (RENJA) unit kerja; RAPBD dan sebagai acuan dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban Walikota kepada DPRD, maka subtansi dan manfaat Renstra Pemerintah Kota Makassar dibatasi hanya pada kebijakan dan program yang akan dibiayai dari APBD Kota Makassar. Adapun, tugas, program lainnya dilaksanakan oleh Walikota melalui dukungan dana diluar APBD berdasarkan azas tugas dekonsentrasi dan azas tugas pembantuan, akan dipertanggungjawabkan oleh Walikota sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah.

    Renstra daerah adalah merupakan dokumen perencanaan taktis strategis, oleh karena itu subtansinya menjabarkan potret permasalahan pembangunan kota, serta program yang akan dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan secara terencana dan bertahap melalui sumber-sumber pembiayaan APBD dengan

  • 2

    mengutamakan kewenangan wajib disusul dengan bidang-bidang lainnya sesuai dengan prioritas kebutuhan Kota Makassar.

    1.2. Latar Belakang.

    Kota Makassar mempunyai kedudukan strategis sebagai pusat pelayanan

    dan pengembangan di Propinsi Sulawesi Selatan bahkan sebagai pusat pelayanan

    bagi Kawasan Timur Indonesia. Hal tersebut mempunyai konsekuensi bagi

    Pemerintah Kota Makassar dalam mengelola berbagai potensi yang ada serta

    mengatasi kendala dan tantangan yang dihadapi.

    Terlebih lagi jika dikaitkan dengan kebesaran Makassar pada masa lalu yang

    tidak hanya dikenal sebagai kota besar di nusantara, tetapi juga sebagai salah satu

    kota besar dunia karena keterbukaan akses Makassar terhadap perdagangan

    internasional.

    Dengan luas wilayah 175,77 km2, pada tahun 2003 Makassar memiliki

    penduduk sebanyak 1.160.011 jiwa yang terdiri atas 572.688 laki-laki dan 587.325

    jiwa perempuan dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 1,53% dalam tiga

    tahun terakhir. Penduduk Kota Makassar tersebut mempunyai latar belakang yang

    majemuk dilihat dari sudut pandang agama dan keyakinan serta latar belakang

    sosial budaya.

    Hingga tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Kota Makassar mencapai 6,33%

    hal ini sangat dipengaruhi oleh empat lapangan usaha yang memberikan

    sumbangan sekitar 80,61%. Keempat lapangan usaha tersebut adalah

    perdagangan, hotel dan restoran (30,11%), industri pengolahan (24,00%), Angkutan

    dan Komunikasi (13,32%) serta jasa-jasa (13,18%). Sedang Produk Domestik

    Regional Bruto (PDRB) perkapita tercatat pada tahun 1999 sebesar Rp.5.097.024,

    dan pada tahun 2003 sebesar Rp.8.595.715, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata

    pertahun sebesar 14,61%. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut akan menjadi

    salah satu ukuran untuk melihat intensitas kegiatan pembangunan Kota Makassar

    pada berbagai kelompok lapangan usaha.

    Kebesaran Kota Makassar pada masa lalu serta potensi sosial budaya dan

    ekonomi yang dimiliki, saat ini dihadapkan pada perubahan yang dinamis dalam

    konteks globalisasi pada satu sisi, dan kecenderungan menguatnya semangat

    otonomi daerah pada sisi yang lain, menuntut adanya paradigma pembangunan

  • 3

    yang adaptatif terhadap dua kutub kecenderungan tersebut sebagai upaya untuk

    menempatkan Kota Makassar tetap menjadi Kota yang terkemuka.

    Makassar dalam sejarahnya telah menjadi bagian dari masyarakat dunia.

    Demikian halnya saat ini dan kecenderungan ke depan akan tatap menjadi bagian

    dari masyarakat dunia yang tengah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan

    tingkat kompetisi yang semakin ketat pada satu sisi, namun memberi peluang

    terjadinya sinergitas antar daerah pada sisi yang lain.

    Bersamaan dengan globalisasi tersebut kecenderungan lain yang dihadapi

    adalah semangat otonomi daerah sebagai konsekwensi perubahan paradigma

    pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Kecenderungan yang demikian ini

    memberi peluang bagi pengembangan potensi masing-masing daerah,

    interkoneksitas antar daerah, dan sekaligus dapat menciptakan persaingan antar

    daerah.

    Bagi Kota Makassar, dua kecenderungan di atas dapat mendorong

    pengembangan dan pemanfaatan potensi kota karena memiliki potensi sumberdaya

    manusia, khususnya yang strategis dan ketersediaan berbagai infrastruktur kota.

    Namun demikian, juga dapat menciptakan beban karena dalam kenyataannya

    Makassar juga dihadapkan pada masalah perkotaan yang cukup kompleks. Diantara

    masalah tersebut yang cukup mendasar adalah; kualitas manusia yang masih relatif

    terbatas, potensi ekonomi yang belum berkembang secara optimal, kualitas dan

    ketersediaan infrastrukutur kota yang masih terbatas dibandingkan dengan dinamika

    kebutuhan masyarakat serta tuntututan atas penyelenggaraan tata pemerintahan

    yang baik (good governance).

    Dalam rangka meningkatkan dan atau mempertahankan kinerja organisasi

    menghadapi perkembangan perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis

    serta faktor-faktor berpengaruh yang berubah dengan cepat dan sering tidak

    terduga, maka dikembangkan model perencanaan strategis yang intinya mengacu

    pada visi, misi, dan program berbasis pada analisis lingkungan strategis dan issu-

    issu strategis.

    Rencana strategis ini diharapkan dapat memfasilitasi komunikasi dan peran

    serta para pihak dalam arti dapat mengakomodasi berbagai kepentingan yang

    berbeda, dan sekaligus dapat dijadikan sebagai pedoman dalam perencanaan,

    pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan pencapaian kinerja. Hal ini sejalan dengan

  • 4

    perubahan paradigma tata pemerintahan yang baik (good governance) yang

    menekankan antara lain pada unsur-unsur transparansi, konsistensi, akuntabilitas,

    partisipasi sehingga segala tindakan yang dilakukan selayaknya dapat

    dipertanggung-jawabkan, sesuai maksud Peraturan Pemerintah 108 Tahun 2000

    tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah yang menekankan adanya

    pertanggungjawaban publik atas kegiatan-kegiatan strategis yang dilaksanakan oleh

    Pemerintah Daerah.

    Sifat RENSTRA Pemerintah Kota Makassar ini : pertama, lebih memfokuskan

    pada identifikasi dan penanganan isu-isu stratejik dengan sasaran yang dinamis;

    kedua, mengikuti kecenderungan baru; ketiga, lebih berorientasi pada tindakan

    antisipatif.

    1.3. Tujuan dan Sasaran.

    Tujuan penyusunan RENSTRA Pemerintah Kota Makassar adalah

    merumuskan kebijakan dan program strategis yang menjamin pelaksanaan

    pemerintahan dan pembangunan Kota Makassar yang efisien dan efektif

    berdasarkan pada prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik.

    Sasaran penyusunan RENSTRA Pemerintah Kota Makassar adalah:

    a. Tersedianya kebijakan dan program strategis dalam skala prioritas yang lebih

    tajam dan merupakan indikator perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

    pembangunan;

    b. Tersedianya rumusan program strategis yang merupakan indikasi program

    APBD Kota Makassar dan sekaligus sebagai tolok ukur dalam penilaian kinerja

    Pemerintah Kota;

    c. Terwujudnya komitmen bersama antara eksekutif dan legislatif terhadap

    program-program pembangunan daerah yang akan dibiayai melalui APBD Kota

    Makassar.

    1.4. Dasar Penyusunan RENSTRA. a. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;

    b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

    Pemerintah Pusat dan Daerah ;

  • 5

    c. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

    Bebas dari KKN;

    d. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,

    DPR, DPD dan DPRD

    e. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

    f. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

    g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata

    Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah;

    h. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan

    Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

    i. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

    j. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah;

    k. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2002 tentang

    Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional Percepatan Pembangunan

    Kawasan Timur Indonesia;

    l. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan Nomor 1 Tahun 2004 tentang

    Rencana Strategis Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2004-2009;

    m. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 2 Tahun 1987 tentang Rencana Induk

    Kota Makassar;

    n. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 2 Tahun 2000 tentang Pola Dasar

    Pembangunan Daerah Kota Makassar Tahun 1999 -2004;

    o. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 1 Tahun 2002 tentang Program

    Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kota Makassar Tahun 2001-2005;

    1.5. Alur Pikir. Rencana Strategis Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009 disusun

    berdasarkan kondisi lingkungan strategis Kota Makassar yang telah diuraikan dalam

    dokumen Visi Walikota dan Wakil Walikota terpilih.

    Hal ini sejalan dengan perkembangan dokumen perencanaan Kota Makassar

    yang pada satu sisi untuk sementara waktu atau akhir tahun 2004 Pola Dasar masih

    tetap menjadi rujukan perencanaan Pembangunan Kota Makassar, serta Propeda

  • 6

    menjadi rujukan perencanaan hingga tahun 2005. Pada sisi lain, dua dokumen

    perencanaan tersebut sebenarnya subtansinya termuat dalam visi Walikota/Wakil

    Walikota terpilih.

    Rangkuman dari Visi Walikota/Wakil Walikota memuat uraian tentang potensi

    yang dianalisis secara bersamaan dengan permasalahan Kota Makassar yang

    melahirkan daftar kebutuhan yang bersifat prioritas dan non prioritas. Analisis

    potensi dan daftar kebutuhan prioritas tersebut terkristalisasi pada Visi Pemerintah

    Kota Makassar yang menjadi pangkal tolak Renstra Tahun 2004-2009.

    Visi dimaksud dijabarkan ke dalam Misi yang kemudian melahirkan strategi

    pembangunan. Dalam rangka perumusan kebijakan pembangunan, strategi tersebut

    dikaitkan dengan isu-isu strategis. Hasil analisis dari isu-isu strategis adalah

    rumusan kebijakan yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program.

    Rencana Strategis tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana

    Strategis / Rencana Kinerja masing-masing unit kerja dalam jajaran Pemerintah

    Kota Makassar yang diimplementasikan melalui dukungan dana yang dimuat dalam

    APBD Kota Makassar setiap tahunnya dalam rangka mewujudkan Visi, Misi dan

    Strategi yang telah ditetapkan.

    Hasil pelaksanaan Rencana Strategis/Rencana Kinerja masing-masing unit

    kerja, kemudian dievaluasi dan diakumulasi menjadi progres report tahunan dan

    lima tahun Walikota.

  • 7

    Gambar : Alur pikir Rencana Strategis Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009.

    Keterangan :

    SDA : Sumberdaya Alam;

    SDM : Sumberdaya Manusia;

    SDB : Sumberdaya Buatan;

    ALI : Analisis Lingkungan Internal;

    ALE : Analisis Lingkungan Eksternal.

    SDB

    SDA

    ANALISIS SWOT

    ALI ALE ALO

    NILAI STRATEGIS

    STRATEGI PEMBANGUNAN

    ISU-ISU STRATEGIS

    ANALISIS

    V I S I

    M I S I

    ANALISIS PROYEKSI

    DAFTAR KEBUTUHAN

    NON PRIORITAS

    PRIORITAS

    KEBIJAKAN

    PROGRES REPORT

    PROGRAM

    PEMBANGUNAN

    IMPLEMENTASI

    INDIKATOR KINERJA

    POTENSI

    SDM

    RENJA UNIT KERJA

    EVALUASI KINERJA

  • 8

    1.6. Sistimatika Penulisan.

    Rencana Strategis Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009 terdiri dari :

    Bab I : Pendahuluan yang berisi umum, latar belakang, tujuan dan sasaran, dasar penyusunan Renstra, alur pikir dan sistimatika penulisan.

    Bab II : Isu-isu dan analisis lingkungan strategis yang berisi isu-isu strategis, analisis lingkungan internal, analisis lingkungan eksternal dan

    analisis lingkungan organisasi.

    Bab III : Visi, misi, nilai, strategi dan kebijakan.

    Bab IV : Kebijakan dan program.

    Bab V : Pengukuran dan evaluasi kinerja yang berisi pengukuran kinerja, evaluasi kinerja dan bobot kebijakan dan program.

    Bab VI : Kaidah pelaksanaan yang berisi metode pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta arah pelaksanaan.

  • 9

    BAB II

    ISU-ISU DAN ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS

    2.1. Isu-isu Strategis.

    Isu-isu strategis merupakan rumusan terhadap respons kondisi obyektif yang

    melingkupi Kota Makassar dalam kaitannya dengan kecenderungan global, nasional

    dan regional.

    a. Globalisasi. Makassar ke depan akan turut serta dalam proses globalisasi yang ditandai

    dengan kompetisi yang semakin ketat. Karena itu implikasi-Implikasi dari

    globalisasi tersebut akan menjadi bagian dari perkembangan Makassar, karena

    itu isu strategis paling mendasar adalah berkaitan dengan peningkatan daya

    saing dan kompetensi dalam menghadapai perubahan global.

    b. Otonomi Daerah. Kebijakan otonomi daerah akan menjadi bagian penting dalam penyelenggaraan

    pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

    Dengan posisi Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, maka issu

    pokok yang berkaitan dengan otonomi daerah ini adalah menjadikan Makassar

    sebagai pusat pelayanan dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan

    pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

    c. Kemajemukan Warga Kota. Makassar dihuni oleh penduduk dengan berbagai latar belakang. Karakteristik Ini

    dapat menjadi salah satu faktor dinamisasi perkembangan kota pada satu sisi

    dan sekaligus menjadi faktor pemicu kerentanan sosial, politik dan lingkungan.

    d. Pengembangan Kawasan Kota. Makassar pada satu sisi diharapkan dapat berkembang secara pesat sebagai

    kota yang berwawasan lingkungan dan bersahabat, sedang pada sisi lain kota ini

    dihadapkan pada berbagai masalah seperti ketimpangan antar kawasan,

    inkonsistensi pelaksanaan tata ruang, maraknya kawasan kumuh dan potensi

    kelautan yang belum dikembangkan secara optimal.

  • 10

    e. Good Governance. Perkembangan tata kelola pemerintahan saat ini diharapkan oleh banyak pihak

    dapat mewujudkan good governance atau tata pemerintahan yang baik. Bagi

    Kota Makassar, issu pokok dalam kaitan dengan good governance ini adalah

    perlunya penciptaan penyelenggaraan pemerintahan yang akuntable,

    transparan, membuka ruang partisipasi, keadilan dan responsible.

    2.2. Analisis Lingkungan Strategis Kota Makassar.

    Penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan

    kemasyarakatan Pemerintah Kota Makassar bertumpu pada issu-issu strategis,

    analisa faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal dari lingkungan

    organisasi yang berpengaruh terhadap pencapaian kinerja pembangunan. Analisis

    tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan Resourses (Sumberdaya),

    Organitation (Organisasi) and Norm (Norma) disingkat RON yang ada dan tumbuh

    serta berkembang dalam masyarakat.

    2.2.1. Analisis Lingkungan Internal.

    Lingkungan internal berpengaruh terhadap kinerja pembangunan yang secara

    umum dapat dikendalikan secara langsung. Untuk mengoptimalkan kekuatan dan

    menganalisa kelemahan dalam menunjang perumusan kebijakan, program dan

    pelaksanaan kegiatan.

    a. Kekuatan. Potensi sumberdaya manusia yang cukup memadai;

    Letak geografis wilayah yang sangat strategis dan sebagai ibukota propinsi;

    Potensi sumberdaya alam, khususnya kelautan dan perikanan yang

    memadai;

    Tersedianya infrastruktur sosial ekonomi yang memadai;

    Potensi usaha perdagangan dan jasa yang memadai;

    Potensi modal transportasi yang memadai;

    Suasana politik yang stabil, kearifan sosial yang berakar pada nilai-nilai

    budaya dan agama yang kuat.

  • 11

    b. Kelemahan. Pemerataan pelayanan pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja belum

    memadai;

    Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan belum dikelola secara optimal;

    Kebersihan dan keindahan kota belum memadai sebagai tempat hunian yang

    indah, bersih dan menarik ;

    Kualitas sumber daya manusia di bidang industri dan jasa masih rendah;

    Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk mendukung

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum memadai;

    Struktur ekonomi terutama keterkaitan antar bidang lapangan usaha masih

    lemah dan rentan terhadap persaingan global;

    Pelayanan publik belum maksimal;

    Daya saing produk unggulan kota yang masih lemah;

    Sistem informasi dan komunikasi yang belum memadai dalam menghadapi

    perdagangan bebas;

    Lemahnya penegakan hukum dan kurangnya jaminan keamanan dalam

    berbagai kehidupan masyarakat;

    Pembinaan politik dan produk legislasi daerah serta penegakan HAM secara

    proporsional belum optimal;

    Kelembagaan pemerintah & masyarakat belum berkembang dengan baik;

    Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang belum optimal;

    Masih terbatasnya infrastruktur pelayanan publik.

    2.2.2. Analisis Lingkungan Eksternal.

    Lingkungan eksternal dalam hal ini dimaksudkan adalah faktor lingkungan

    yang dapat berpengaruh pada kinerja pembangunan daerah dan secara umum tidak

    dapat dikendalikan, disatu sisi merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan dan

    pada sisi lain merupakan tantangan yang harus dihadapi.

    a. Peluang. Posisi Kota Makassar sebagai salah satu pusat perdagangan dan jasa di

    Kawasan Timur Indonesia (KTI) termasuk pembangunan bidang kelautan

    dan perikanan;

  • 12

    Terbukanya perdagangan bebas yang memungkinkan produk unggulan Kota

    Makassar mendapatkan pasar yang lebih luas;

    Adanya kerjasama antar daerah khususnya dalam kawasan Maros,

    Makassar, Sungguminasa dan Takalar (MAMMINASATA) yang mendukung

    pengembangan daerah dan kegiatan ekonomi antar daerah;

    Komitmen pemerintah pusat terhadap percepatan pembangunan di KTI;

    Otonomi yang luas memungkinkan pemerintah daerah mengembangkan,

    mengelola dan meningkatkan daya saing daerah;

    Aksessibilitas Kota Makassar yang terbuka untuk interkoneksitas regional,

    nasional dan internasional.

    b. Tantangan. Persaingan yang tinggi di pasar global menuntut peningkatan daya saing

    produk;

    Kuatnya daya saing tenaga professional yang memasuki pasar kerja

    Nasional dan Daerah;

    Kecenderumgan global yang makin memerlukan pentingnya penerapan azas

    keberlanjutan dalam pembangunan;

    Sumberdaya finansial dan tenaga kerja professional mudah mengalir ke luar

    daerah;

    Arus informasi global mudah mempengaruhi prilaku dan tatanan kehidupan

    masyarakat.

    2.2.3. Analisis Lingkungan strategis Organisasi.

    Lingkungan internal merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh pada

    kinerja organisasi dan secara umum dapat dikendalikan secara langsung oleh

    Pemerintah Kota Makassar, baik dalam kekuatan maupun dalam kelemahan.

    a. Kekuatan. Jumlah sumberdaya aparatur cukup memadai;

    Komitmen untuk mengembangkan dan memberdayakan kelembagaan

    pemerintah dan masyarakat;

  • 13

    Sarana dan prasarana perkantoran yang memadai;

    Motivasi kerja sebagian aparat cukup tinggi.

    b. Kelemahan. Kualitas aparatur yang belum professional;

    Struktur organisasi Pemerintah Kota Makassar yang belum efisien dan

    efektif;

    Tugas dan fungsi pada unit-unit organisasi belum terkoordinasi dan

    terintegrasi secara proporsional;

    Kelembagaan pemerintah yang kurang transparan, efektif, konsisten dan

    akuntabel;

    Sumber daya financial belum cukup memadai baik yang bersumber dari

    pendapatan asli daerah maupun penerimaan dari pemerintah pusat dalam

    penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan

    kemasyarakatan;

    Belum terciptanya distribusi kewenangan Pemerintah Kota ke Pemerintah

    Kecamatan.

    c. Peluang. Otonomi luas memberikan kebebasan yang memungkinkan pemerintah

    daerah menata dan mengelola pemerintahan daerah menjadi pemerintahan

    yang baik (good government) dan dalam kerangka tata pemerintahan yang

    baik (good governance);

    Budaya politik masyarakat Kota Makassar berakar pada nilai budaya lokal,

    memungkinkan pelaksanaan pembangunan berjalan dengan baik dan

    berkesinambungan;

    Terbukanya perdagangan bebas, adanya desentralisasi lebih memudahkan

    Pemerintah Kota Makassar memfasilitasi pelaku ekonomi dalam

    mengembangkan jaringan kerja (Networking);

    Kerjasama Pemerintah Kota Makassar dengan daerah lainnya

    memungkinkan berkembangnya sinergitas pelaku ekonomi regional;

    Adanya kerjasama antara Pemerintah Kota Makassar dengan lembaga

    perguruan tinggi dibidang penelitian.

  • 14

    d. Tantangan. Dinamika masyarakat Kota Makassar yang heterogen, menuntut kemampuan

    kepemimpinan yang proaktif, responsive dan konsisten;

    Masyarakat Kota Makassar yang maju menuntut pelayanan transparan,

    konsisten dan akuntabel;

    Perkembangan lingkungan strategis mengarah pada perdagangan bebas,

    menuntut kemampuan mekanisme pelayanan publik sesuai standar

    International Standar Organitation (ISO).

    Dinamika kelembagaan pemerintah yang tinggi menuntut kemampuan bagi

    aparat dalam melaksanakan pengawasan, pembinaan dan fasilitasi;

    Kebijakan pemerintah pusat yang masih sentralistik dan kurang konsisten

    menyulitkan pemerintah kota dalam mengelola pelayanan secara efisien dan

    efektif;

    Urbanisasi yang cukup tinggi. 2.3. Faktor Kunci Keberhasilan.

    Faktor-faktor kunci keberhasilan yang dapat menunjang pencapaian visi dan

    pelaksanaan misi yang telah ditetapkan adalah :

    a. Terselenggaranya partisipasi masyarakat secara optimal dalam

    penyelenggaraan pembangunan;

    b. Komitmen kepemimpinan yang peka, responsive, konsisten, kredible yang

    didukung oleh seluruh jajaran Pemerintah Kota Makassar;

    c. Tersedianya sumberdaya manusia yang professional, dan senantiasa berpegang

    pada nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal;

    d. Dukungan prasarana dan sarana serta sumber pembiayaan yang memadai;

    e. Konsistensi kebijakan Pemerintah Pusat dan Propinsi dalam penerapan otonomi

    daerah;

    f. Terselenggaranya interkoneksitas wilayah baik regional, nasional dan

    internasional;

    g. Berperannya semua unit organisasi Pemerintah Kota Makassar sebagai suatu

    tim kerja terpadu dan sinergis;

    h. Iklim yang kondunsif bagi kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan,

    pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

  • 15

    2.4. Asumsi.

    Guna mencapai kinerja Pemerintah Kota Makassar sesuai Renstra ini dapat

    dicapai dengan asumsi-asumsi sebagai berikut :

    a. Terwujudnya kehendak masyarakat Kota Makassar yang berpartisipasi dalam

    proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan;

    b. Terwujudnya komitmen kepemimpinan Pemerintah Kota Makassar yang

    kredible dengan dukungan seluruh jajaran Pemerintah Kota Makassar;

    c. Terwujudnya Sumber Daya Manusia yang terampil, disiplin dan peduli

    terhadap tugas dan tanggung jawab terhadap lingkungannya;

    d. Terwujudnya prasarana dan sarana Kota, dan sumber-sumber pembiayaan

    pembangunan;

    e. Terwujudnya komitmen Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi Sulawesi

    Selatan untuk melaksanakan kebijakan otonomi daerah secara konsisten dan

    berkesinambungan;

    f. Terwujudnya sikap proaktif Pemerintah Kota Makassar dalam membangun

    sinergitas dan interkoneksitas dalam lingkungan pemerintahan dan dunia

    usaha;

    g. Terwujudnya kejelasan tugas dan fungsi serta sikap proaktif dari seluruh unit

    kerja Pemerintah Kota Makassar dalam mengemban tugas dan tanggung

    jawab;

    h. Terwujudnya keterlibatan seluruh steakholders dalam menciptakan iklim yang

    kondusif bagi kepentingan pembangunan dan kemasyarakatan;

    i. Terwujudnya infrastruktur pelayanan publik;

    j. Terwujudnya peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam

    mendukung sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang optimal;

    k. Terwujudnya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, terampil

    dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

    pembinaan kemasyarakatan;

    l. Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat dalam mendukung

    Pendapatan Asli Daerah (PAD).

  • 16

    BAB III

    VISI, MISI, NILAI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

    3.1 . V i s i.

    Visi merupakan wujud atau bentuk masa depan yang diharapkan. Rumusan

    visi mencerminkan kebutuhan yang fundamental dan sekaligus merefleksikan

    dinamika pembangunan dari berbagai aspek.

    Dalam konteks itu, Kota Makassar telah menetapkan visi sebagaimana

    tertuang dalam Pola Dasar Pembangunan Kota Makassar dengan rumusan :

    Makassar adalah Kota Maritim, Niaga, Pendidikan Budaya dan jasa yang

    berorientasi global, berwawasan lingkungan dan paling bersahabat

    Selanjutnya Visi jangka panjang tersebut perlu dijabarkan dalam Visi lima

    tahunan Pemerintah Kota Makassar, sebagai upaya mewujudkan visi jangka

    panjang dan sikap konsistensi Pemerintah Kota, sehingga tercipta kesinambungan

    arah pembangunan. Memperhatikan kewenangan otonomi daerah sesuai Undang-

    undang Nomor 22 tahun 1999 serta memperhatikan perkembangan lingkungan

    strategis dengan posisi Makassar sebagai Kota Maritim, sebagai simpul kegiatan

    Niaga dan Pendidikan di Kawasan Timur Indonesia, serta dengan dukungan nilai-

    nilai budaya yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, maka

    dirumuskan Visi Pemerintah Kota Makassar Tahun 2009 sebagai berikut :

    Terwujudnya Makassar sebagai Kota Maritim, Niaga, Pendidikan yang

    Bermartabat dan Manusiawi

    Visi tersebut di atas mengandung makna :

    a. Terwujudnya kota Maritim yang tercermin pada tumbuh berkembangnya budaya bahari dalam kegiatan sehari-hari dan dalam pembangunan yang mampu

    memanfaatkan daratan maupun perairan secara optimal dengan tetap

    terprosesnya peningkatan kualitas lingkungan hidupnya ;

    b. Terwujudnya atmosfir perNiagaan yang aman, lancar dan mantap bagi pengusaha kecil, menengah maupun besar ;

  • 17

    c. Terwujudnya atmosfir Pendidikan yang kondusif dalam arti adil dan merata bagi setiap golongan dan lapisan masyarakat, yang relevan dengan dunia kerja, yang

    mampu meningkatan kualitas budi pekerti, dan yang relevan dengan

    pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK);

    d. Terwujudnya Makassar sebagai kota maritim, niaga dan pendidikan ini dilandasi

    oleh Martabat para aparat Pemerintah Kota, warga kota dan pendatang yang Manusiawi dan tercermin dalam peri kehidupannya yang menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan

    hubungan manusia dengan alam.

    3.2 . M i s i.

    Berdasarkan Visi Pemerintah Kota Makassar tersebut di atas yang pada

    hakekatnya di arahkan untuk mendukung terwujudnya Visi Kota Makassar kedepan,

    maka dirumuskan misi Pemerintah Kota Makassar sebagai berikut :

    1. Mengembangkan kultur maritim dengan dukungan infrastruktur bagi kepentingan

    lokal, regional, nasional dan internasional;

    2. Mendorong tumbuhnya pusat-pusat perniagaan melalui optimalisasi potensi

    lokal;

    3. Mendorong peningkatan kualitas manusia melalui pemerataan pelayanan

    pendidikan, peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat;

    4. Mengembangkan apresiasi budaya dan pengamalan nilai-nilai agama berbasis

    kemajemukan masyarakat;

    5. Mengembangkan sistem pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa melalui

    peningkatan professionalisme aparatur;

    6. Mendorong terciptanya stabilitas, kenyamanan dan tertib lingkungan;

    7. Peningkatan infrastruktur Kota dan pelayanan publik.

    3.3 Nilai-Nilai.

    Untuk menjaga konsistensi Visi dan Misi, terutama dalam menjabarkannya

    pada kebijakan pembangunan daerah selama lima tahun kedepan, sehingga

    pembangunan Kota Makassar memiliki daya dorong, perekat dan pengendali

  • 18

    pembangunan, maka diperlukan kekuatan kultural, moral dan religius berupa nilai-

    nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Adapun nilai-nilai tersebut

    adalah :

    1. Kemerdekaan.

    Kemerdekaan bagi individu dan kelompok masyarakat untuk melakukan

    kreativitas pembangunan yang kemudian dipertanggungjawabkan kepada

    kepentingan kolektif yang menjelma dalam bentuk peraturan legal formal, serta

    kepada norma-norma kesusilaan baik menurut pandangan budaya maupun oleh

    tuntunan agama.

    2. Kebersamaan.

    Perbedaan-perbedaan yang eksistensial karena keberagaman latarbelakang

    warga kota, tidak lantas menjadikan Makassar sebagai ajang perseteruan dari

    perbedaan tersebut. Karena pada banyak simpul-simpul kehidupan, terutama

    sebagai warga kota terdapat persentuhan atau titik integrasi, pada wilayah mana

    kebersamaan hendaknya dipelihara dan ditumbuh kembangkan.

    3. Saling Memanusiakan.

    Nilai ini dimaksudkan untuk menghargai harkat dan martabat seseorang sebagai

    mahluk ciptaan Tuhan.

    4. Saling Menghargai.

    Nilai ini dimaksudkan agar setiap orang menghormati kedudukan dan fungsi

    masing-masing dalam kehidupan pemerintahan dan dalam pergaulan

    keseharian.

    5. Saling Mengingatkan.

    Sadar akan kodrat manusia yang dapat saja khilaf atau lalai dari suatu amanat,

    maka diperlukan sikap untuk saling mengingatkan dengan cara-cara yang santun

    dan bermartabat.

  • 19

    6. Keterbukaan.

    Agar proses pembangunan dapat menyertakan peran serta masyarakat secara

    luas, maka diperlukan keterbukaan dari tahap perencanaan hingga pada

    pengendalian pembangunan, dengan keterbukaan aspek akuntabilitas dari

    pelaksanaan pembangunan dapat terselenggara secara optimal.

    7. Pembangunan Berkelanjutan dan Terintegrasi.

    Pembangunan merupakan proses yang berkelanjutan dan terintegrasi, karena itu

    diperlukan harmonisasi pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan yang

    mempertemukan kebutuhan manusia untuk generasi mendatang

    8. Semangat Kejuangan.

    Tantangan masa depan hendaknya dihadapi dengan semangat kejuangan

    seperti yang tertera pada lambang Kota Makassar yang berbunyi sekali layar

    terkembang pantang biduk surut ke pantai

    3.4 Strategi.

    Dalam rangka pencapaian Visi dan Misi yang telah ditetapkan maka

    dirumuskan strategi, yaitu :

    1. Pemerataan.

    Dimaksudkan agar pemerataan terciptanya kualitas manusia dapat dilakukan

    melalui pelayanan pendidikan dan kesehatan, perluasan kesempatan kerja dan

    kesempatan berusaha, selain itu pemerataan dimaksudkan pula untuk

    keseimbangan pembangunan wilayah antara Makassar bagian Barat dengan

    wilayah Timur, Utara, Selatan dan keseimbangan pembangunan wilayah daratan

    dan laut serta juga untuk memberi ruang yang cukup bagi tumbuhnya partisipasi

    masyarakat pada berbagai bidang pembangunan.

    2. Pertumbuhan.

    Dimaksudkan agar dapat tercipta pertumbuhan ekonomi yang mencakup

    pertumbuhan pendapatan perkapita penduduk dan peningkatan Pendapatan Asli

    Daerah (PAD). Sehubungan dengan itu yang hendak dikembangkan adalah

  • 20

    tumbuhnya pendapatan masyarakat seiring dengan peningkatan PAD, sehingga

    mendorong kesan pembebanan terhadap masyarakat atas penyelenggaraan

    pembangunan dapat dieleminasi melalui peningkatan pendapatan mereka.

    3. Keserasian dan Keseimbangan.

    Dimaksudkan agar heterogenitas masyarakat kota dapat dikembangkan secara

    serasi dan menjaga keseimbangan kepentingan yang dapat menjamin

    keharmonisan hubungan antara berbagai kelompok. Hal yang sama

    dimaksudkan pula di dalam pola hubungan kerja antara unit atau lembaga

    pemerintah yang mengedepankan keserasian dan keseimbangan tersebut.

    4. Interkoneksitas.

    Dimaksudkan agar dapat dikembangkan kerjasama internal kelompok/ lembaga

    fungsional masyarakat kota, serta kerjasama eksternal lintas daerah baik antar

    pemerintah maupun antar pelaku ekonomi dan antar organisasi Non Pemerintah.

    Hal ini dimaksudkan pula sebagai sebuah instrumen dalam membangun kultur

    otonomi daerah yang bertumpu pada keikutsertaan berbagai elemen masyarakat

    dalam membangun kota dengan berbagai bentuk kerjasama.

    5. Dinamika yang Terkendali.

    Dimaksudkan agar terdapat ruang yang cukup bagi tumbuh dan berkembangnya

    dinamika pembangunan dari dan oleh berbagai elemen masyarakat dalam

    kerangka hukum, budaya dan agama.

    3.5 Kebijakan.

    Sesuai dengan strategi di atas dan dengan tetap mengacu kepada Visi

    Walikota dan Wakil Walikota terpilih, maka dirumuskan pokok-pokok kebijakan

    Pemerintah Kota Makassar yang menjadi acuan dalam menetapkan program

    pembangunan lima tahun ke depan dalam memberikan pelayanan kepada

    masyarakat sebagai berikut :

  • 21

    1. Pembangunan Kualitas Manusia.

    Potensi sumberdaya manusia yang ada di Kota Makassar dapat menjadi

    modal dasar pembangunan yang sangat penting bilamana kualitasnya dapat

    ditingkatkan. Oleh karena itu, kualitas sumberdaya manusia harus ditingkatkan agar

    mampu berpartisipasi aktif dalam mewujudkan Kota Makassar sebagai kota maritim,

    niaga dan pendidikan. Wujud kota idaman seperti ini, selain merupakan harapan,

    juga tantangan yang harus disikapi dengan semangat kuat dan kerja kerja keras.

    Untuk itu, pemerintah kota harus menyikapinya dengan membangun manusia

    berkualitas yang terdidik, sehat, sejahtera, berbudaya dan bertoleransi.

    2. Pembangunan Daya Saing Ekonomi Daerah.

    Keunggulan komparatif yang dimiliki Kota Makassar seperti letak geografis,

    potensi sumberdaya alam, dan infrastruktur sosial ekonomi, tidak akan memberikan

    manfaat yang berarti tanpa dibarengi dengan keunggulan kompetitif. Keberadaan

    kedua keunggulan ini akan menjadi pondasi utama untuk membangun ekonomi Kota

    Makassar yang berdaya saing tinggi. Jika kedua keunggulan Kota Makassar ini

    dapat dibangun, maka berbagai peluang ekonomi yang ada dapat terkelola dan

    berproduksi secara maksimal akan mengembalikan kejayaan Makassar tempo dulu

    sebagai salah satu kota niaga maritim dunia. Keunggulan kompetitif yang harus

    dibangun adalah laju produksi dan perdagangan komoditas unggulan yang tinggi;

    ketahanan ekonomi kota yang kuat, iklim usaha dan investasi yang kondusif;

    kesempatan kerja dan berusaha yang tinggi.

    3. Pengembangan Kawasan, Tata Ruang dan Lingkungan.

    Seperti halnya kota besar lainnya, Kota Makassar juga menghadapi masalah

    kebersihan dan keindahan. Untuk menjadikan Makassar sebagai kota maritim, niaga

    dan pendidikan yang indah dan sehat, maka diperlukan adanya tata ruang kota yang

    memperpadukan ruang darat, laut dan udara secara harmonis, sehingga menjadi

    tempat berkreasi, belajar, berusaha dan beraktivitas lainnya yang indah, damai dan

    menarik (idaman) serta sehat dan tenteram.

  • 22

    4. Pembangunan Pemerintahan dan Pelayanan Publik. Pelayanan prima tidak dapat diwujudkan dengan hanya mengandalkan

    jumlah dan motivasi kerja aparat pemerintah saja. Pemberian layanan prima juga

    membutuhkan dukungan aparat yang profesional dan struktur organisasi yang

    efektif, dimana didalamnya terdapat pembagian tugas dan fungsi yang terkoordinasi

    dan terintegrasi secara proporsional. Oleh karena itu, agar dapat memberikan

    pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat Kota Makassar sebagai kota maritim,

    niaga dan pendidikan, maka Kota Makassar mutlak mendapatkan dukungan

    kelembagaan pemerintahan yang baik, aparatur pemerintah yang profesional,

    keuangan yang memadai, dan layanan informasi publik yang berkualitas.

    5. Pembangunan Politik, Hukum dan HAM. Suasana kehidupan warga Kota Makassar akan selalu tentram dan damai

    bilamana nilai-nilai kearifan sosial, budaya dan agama senantiasa mewarnai segala

    aktivitas warga. Suasana tentram dan damai tersebut akan semakin tentram di

    dalam kehidupan warga Kota Makassar bilamana didukung oleh suasana kehidupan

    berpolitik yang demokratis, serta adanya sistem penegakan hukum dan HAM yang

    berkeadilan.

  • 23

    BAB IV

    KEBIJAKAN DAN PROGRAM

    Penetapan kebijakan dan program dalam Rencana Strategis (RENSTRA)

    Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009 dilakukan dengan memperhatikan

    perubahan lingkungan strategis daerah dan organisasi, visi, misi dan strategi

    kebijakan Pemerintah Kota Makassar serta dokumen acuan perencanaan.

    Kebijakan dan Program dijabarkan sesuai arah kebijakan yang mencakup;

    pembangunan kualitas manusia, peningkatan daya saing ekonomi daerah,

    pengembangan kawasan, tataruang dan lingkungan, pembangunan pemerintahan

    dan pelayanan publik, pembangunan politik, penegakan hukum dan HAM.

    4.1. Pembangunan Kualitas Manusia. Untuk membangun manusia berkualitas yang terdidik, sehat, sejahtera,

    berbudaya dan bertoleransi diperlukan minimal lima program utama, yaitu :

    1) Peningkatan kualitas pendidikan; 2) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat;

    3) Peningkatan kesejahteraan sosial, budaya dan agama; 4) Pembinaan pemuda

    dan olahraga dan 5) Peningkatan kesejahteraan keluarga dan kesetaraan gender.

    Peningkatan kualitas pendidikan dapat diupayakan melalui beberapa kegiatan

    utama, seperti : (1) Pengadaan sarana dan prasaran sekolah/pendidikan;

    (2) Perbaikan/penyempurnaan kurikulum pendidikan; (3) Pendidikan dan latihan bagi

    tenaga pendidik; (4) Sosialisasi peran bidang pendidikan dalam pembangunan

    sumberdaya manusia; dan (5) Pengembangan pendidikan dan latihan kerja.

    Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat diupayakan melalui

    beberapa kegiatan utama, seperti : (1) Pembinaan kesehatan masyarakat;

    (2) Penataan lingkungan perumahan dan permukiman; (3) Penyediaan dan

    penyehatan air bersih; (4) Pemberantasan penyakit menular dan imunisasi;

    (5) Pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat; (6) Kampaye

    kesehatan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);

    (7) Kampanye anti narkoba, tembakau dan HIV / AIDS; (8); Pengembangan

    kelembagaan dan manajemen kesehatan/rumah sakit; (9) Peningkatan sarana dan

  • 24

    prasarana rumah sakit; dan (10) Peningkatan dan pengembangan SDM

    kesehatan/rumah sakit.

    Peningkatan kesejahteraan sosial, budaya dan agama dapat diupayakan

    melalui beberapa kegiatan utama, seperti : (1) Pengembangan dan pembinaan

    organisasi sosial; (2) Pemutakhiran data keluarga sejahtera dan prasejahtera;

    (3) Penyuluhan, bimbingan dan pengentasan masalah sosial (narkoba, anak

    terlantar, orang tua jompo, wanita asusila, judi, minuman keras dan lain-lain) serta daerah kumuh; (4) Perbaikan sarana dan prasarana lingkungan sosial; (5)

    Perencanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial; (6)

    Bimbingan dan penyuluhan kesiapsiagaan penanggulangan bencana; (7) Bantuan

    bahan dan material bagi korban bencana; (8) Pelatihan satgas penanggulangan

    bencana; (9) Pemeliharaan pekuburan dan taman makam pahlawan; (10)

    Peningkatan pelayanan kehidupan beragama; (11) Peningkatan pemahaman/

    pengamalan agama dan kerukunan hidup antar ummat beragama; (12) Pelestarian,

    pengembangan dan penghayatan nilai-nilai budaya daerah; dan

    (13) Pengembangan wisata budaya.

    Pembinaan pemuda dan olahraga dapat diupayakan melalui beberapa

    kegiatan utama, seperti : (1) Bantuan kegiatan kepemudaan, (2) Pembinaan

    kewirauhasaan bagi pemuda, dan (3) Bantuan kepada organisasi olahraga.

    Peningkatan kesejahteraan keluarga dan kesetaraan gender dapat

    diupayakan melalui beberapa kegiatan utama, seperti : (1) Bimbingan dan

    perlindungan anak jalanan dan terlantar; (2) Bimbingan dan perlindungan lanjut usia;

    (3) Bimbingan dan perlindungan keluarga rawan sosial ekonomi; (4) Bimbingan dan

    pembinaan keluarga muda mandiri; (5) Bimbingan dan peningkatan motivasi usaha

    keluarga miskin; (6) Rehabilitasi dan pelayanan sosial penyandang cacat dan eks

    kusta; dan (7) Peningkatan peran masyarakat dan pemberdayaan kelembagaan

    yang mengutamakan jender.

    4.2. Pembangunan Daya Saing Ekonomi Daerah. Untuk mengembalikan kejayaan tempo dulu Kota Makassar sebagai salah

    satu kota niaga maritim dunia, maka diperlukan minimal empat program utama,

    yaitu: 1) Peningkatan komoditi unggulan; 2) Peningkatan ketahanan ekonomi;

  • 25

    3) Pengembangan investasi dan regulasi usaha; dan 4) Peningkatan kesempatan

    kerja dan berusaha.

    Peningkatan komoditi unggulan dapat diupayakan melalui beberapa kegiatan

    utama, seperti : (1) Pengembangan usaha perikanan; (2) Pengembangan wisata

    pantai dan laut; dan (3) Pengembangan bursa komoditi unggulan.

    Peningkatan ketahanan ekonomi dapat diupayakan melalui beberapa

    kegiatan utama, seperti : (1) Pengembangan layanan jasa dan perdagangan;

    (2) Pengembangan agroindustri/agrobisnis; (3) Pengembangan ekonomi kerakyatan;

    dan (4) Pengembangan industri rumah tangga, kecil, dan menengah.

    Pengembangan investasi dan regulasi usaha dapat diupayakan melalui

    beberapa kegiatan utama, seperti : (1) Diversifikasi bidang investasi unggulan;

    (2) Penciptaan iklim investari yang kondusif; (3) Perlindungan dan penggairahan

    usaha dan investasi; dan (4) Pengembangan informasi bisnis.

    Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha dapat diupayakan melalui

    beberapa kegiatan utama, seperti : (1) Perluasan kesempatan kerja;

    (3) Pengembangan industri rumah tangga, kecil, dan menengah; (2) Peningkatan

    kualitas tenaga kerja; dan (4) Pengembangan kewirausahaan.

    4.3. Pengembangan Kawasan, Tataruang dan Lingkungan. Untuk menjadikan Makassar sebagai kota maritim, niaga dan pendidkan yang

    indah, damai, menarik (idaman) dan sehat, maka diperlukan minimal tiga program

    utama, yaitu : 1) Penataan ruang; 2) Peningkatan infrastruktur kota; dan

    3) Pengelolaan lingkungan hidup.

    Penataan ruang dapat diupayakan melalui beberapa kegiatan utama, seperti:

    (1) Penyusunan tata ruang; (2) Pengendalian tata ruang; (3) Pembuatan jaringan

    informasi tata ruang

    Peningkatan infrastruktur kota dapat diupayakan melalui beberapa kegiatan

    utama, seperti : (1) Peningkatan dan pemeliharaan jalan, trotoar dan jembatan;

    (2) Peningkatan dan pemeliharaan lingkungan perumahan dan pemukiman;

    (3) Penyiapan dokumen perencanaan teknis; (4) Pengadaan, pemeliharaan dan

    peningkatan sarana dan prasarana perhubungan; dan (5) Penyiapan standar

    pelayanan minimal di bidang transportasi.

  • 26

    Pengelolaan lingkungan hidup dapat diupayakan melalui beberapa kegiatan

    utama, seperti : (1) Pemanfaatan sumberdaya alam dan kota secara berkelanjutan;

    (2) Pencegahan dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan; dan

    (3) Peningakatan peran masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup.

    4.4. Pembangunan Pemerintahan dan Pelayanan Publik. Untuk dapat memberikan pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat Kota

    Makassar sebagai kota maritim, niaga dan pendidikan, maka diperlukan minimal

    lima program utama, yaitu : 1) Peningkatan kapasitas kelembagaan; 2) Peningkatan

    profesionalisme aparatur; 3) Pengelolaan keuangan daerah; 4) Peningkatan kualitas

    pelayanan publik; dan 5) Peningkatan kualitas materi dan penyebaran informasi.

    Peningkatan kapasitas kelembagaan dapat diupayakan melalui beberapa

    kegiatan utama, seperti : (1) Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan;

    (2) Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan; (3) Pembangunan dan

    pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan; (4) Peningkatan mutu perencanaan,

    pelaksanaan dan pengawasan pembangunan; dan (5) Penerapan pola perencanaan

    partisipatif.

    Peningkatan professionalisme aparatur dapat diupayakan melalui beberapa

    kegiatan utama, seperti : (1) Penyelenggaraan dan pelaksanaan diklat/bintek di

    bidang kepegawaian; (2) Koordinasi pelaksanaan pengawasan melekat;

    (3) Pengembangan sarana dan prasarana diklat; (4) Pengembangan motivasi

    pegawai daerah; (5) Pengembangan kemampuan aparatur; dan (6) Peningkatan

    kesejahteraan pegawai.

    Pengelolaan keuangan daerah dapat diupayakan melalui beberapa kegiatan

    utama, seperti : (1) Penataan pengelolaan keuangan daerah; (2) Peningkatan

    pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah; dan (3) Inventarisasi potensi PAD.

    Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat diupayakan melalui beberapa

    kegiatan utama, seperti : (1) Menciptakan sistem kinerja aparatur pemerintahan

    yang profesional; dan (2) Pelaksanaan tugas sesuai ketentuan dan standar

    pelayanan publik.

    Peningkatan kualitas materi dan penyebaran informasi dapat diupayakan

    melalui beberapa kegiatan utama, seperti : (1) Pengembangan sarana dan

  • 27

    prasarana informasi dan komunikasi; dan (2) Penyebaran informasi layanan dan

    hasil-hasil pembangunan daerah.

    4.5. Pembangunan Politik, Hukum dan HAM. Agar suasana kehidupan warga Kota Makassar selalu tentram dan damai, maka

    diperlukan tiga program utama, yaitu : 1) Pembinaan kehidupan politik yang

    demokratis; 2) Peningkatan penegakan hukum dan HAM; dan 3) Legislasi daerah.

    Pembinaan kehidupan kehidupan politik yang demokratis dapat diupayakan

    melalui beberapa kegiatan utama, seperti : (1) Pemberdayaan dan penguatan

    lembaga politik; (2) Pengembangan budaya politik; dan (3) Inventarisasi organisasi

    sosial, politik dan kemasyarakatan.

    Peningkatan penegakan hukum dan HAM dapat diupayakan melalui

    beberapa kegiatan utama, seperti : (1) Pemberdayaan lembaga dan aparat penegak

    hukum; (2) Peningkatan kesadaran hukum; (3) Peningkatan penegakan hukum; (4)

    Pemberantasan KKN; dan (5) Koordinasi sistem pengamanan, ketertiban dan

    ketentraman masyarakat.

    Legislasi daerah dapat diupayakan melalui beberapa kegiatan utama, seperti:

    (1) Pengembangan dan penyempurnaan materi/substansi peraturan Daerah

    (Perda); (2) Peningkatan peran anggota legislatif; (3) Pengadaan sarana dan

    prasarana penunjang tugas anggota legislatif; (4) Menerima aspirasi dari eksekutif

    dan masyarakat; dan (5) Sosialisasi produk perundang-undangan daerah (Perda).

  • 28

    BAB V PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA

    5.1. Pengukuran Kinerja 5.1.1. Konsep Dasar

    Keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan tidak terlepas dari

    suatu perencanaan yang baik dan terencana sehingga akan bermuara pada

    pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Pencapaian tersebut hanya dapat

    diperoleh melalui suatu evaluasi pengukuran kinerja yang digunakan sebagai dasar

    untuk menentukan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan yang telah

    ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah.

    Pengukuran dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistemik

    dan di kelompokkan pada suatu parameter melalui indikator kinerja kegiatan berupa

    indikator masukan, indikator keluaran, hasil, dilakukan secara terencana dan

    sistematis setiap tahun untuk mengukur efektifitas, efisiensi dan kualitas pencapaian

    sasaran. Sedangkan untuk indikator kinerja manfaat dan dampak dapat diukur pada

    akhir periode selesainya program atau dalam rangka mengukur pencapaian tujuan-

    tujuan instansi pemerintah.

    Pengukuran kinerja dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja yang

    lazimnya diperoleh melalui dua sumber yaitu data internal dan data eksternal.

    Pengumpulan data kinerja di arahkan untuk mendapatkan data kinerja yang akurat,

    lengkap, tepat waktu dan konsisten yang berguna untuk pengambilan keputusan

    dalam rangka perbaikan kinerja instansi pemerintah tanpa mengabaikan prinsip-

    prinsip keseimbangan biaya dan manfaat, efisien dan efektifitas.

    Pengukuran kinerja mencakup : (1) kinerja kegiatan yang merupakan

    tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok

    indikator kinerja kegiatan, (2) tingkat pencapaian sasaran target (rencana tingkat

    capaian) dan masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana

    yang dituangkan dalam dokumen rencana kinerja. Pengukuran tingkat pencapaian

    sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan. Untuk

    memudahkan dalam pengukuran kinerja di gunakan formulir Rencana Stratejik (RS)

  • 29

    yang menunjukkan keterkaitan dengan visi, misi, tujuan, sasaran serta kebijakan

    dan program dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :

    Tabel 1. Rencana Strategi Tahun 2004-2009.

    Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran

    Visi

    Misi

    Tujuan

    Sasaran

    Indikator Sasaran

    Kebijakan

    Program

    1 2 3 4 5 6 7

    5.1.2. Rencana Kinerja Lima Tahunan.

    Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan kinerja sebagai

    penjabaran sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana stratejik.

    Dokumen rencana kinerja memuat informasi tentang sasaran dan rencana

    pencapaian, program, kegiatan, serta kelompok indikator kinerja dan rencana

    capaiannya. Adapun komponen rencana kinerja meliputi :

    1. Sasaran.

    2. Program.

    3. Kegiatan.

    4. Indikator kinerja kegiatan;

    - Masukan (Inputs);

    - Keluaran (Outputs);

    - Hasil (Outcomes);

    - Manfaat (Benefit);

    - Dampak (Impact):

    Dokumen rencana kinerja yang telah diuraikan di atas dituangkan dalam

    formulir Rencana Kinerja Lima Tahunan (RKLT) sebagai berikut :

  • 30

    Tabel 2. Rencana Kinerja Lima Tahunan (RKLT).

    Sasaran Kegiatan Uraian

    Indikator

    Rencana Kinerja

    ( target )

    Program Uraian Indikator Kinerja Sat.

    Rencana

    Ket

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    5.1.3. Pengukuran Pencapaian Sasaran.

    Pengukuran pencapaian sasaran dilakukan agar dapat memberikan

    gambaran sejauh mana tingkat capaian sasaran yang direncanakan sebelumnya.

    Tingkat pencapaian sasaran instansi pemerintah yang merupakan tingkat

    pencapaian target (rencana tingkat capaian) dan masing-masing indikator sasaran

    yang telah ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam dokumen Rencana Kinerja.

    Tabel 3. Pengukuran Pencapaian Sasaran.

    Sasaran Indikator

    Sasaran

    Rencana Tingkat

    Capaian (Target) Realisasi

    Prosentase

    Pencapaian

    Rencana Tingkat

    Capaian

    Keterangan

    1 2 3 4 5 6

    (1) Semakin tinggi realisasi menggambarkan pencapaian rencana tingkat capaian yang

    semakin baik, maka digunakan Rumus :

    Prosentase Pencapaian Realisasi *) Rencana Tingkat = -------------------------- x 100 % Capaian Rencana **)

  • 31

    (2) Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian rencana tingkat

    capaian, maka digunakan rumus :

    Keterangan : *) Kolom 3

    **) Kolom 4, rencana tingkat capaian

    5.1.4. Pengukuran Kinerja Kegiatan.

    Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja

    kegiatan. Kinerja kegiatan merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat

    capaian) dari masing-masing kelompok indikator kinerja kegiatan. Pengukuran ini

    dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja. Data kinerja lazimnya dapat

    diperoleh melalui dua sumber, yaitu : (1) data internal, berasal dari sistem informasi

    yang diterapkan pada instansi, dan (2) data eksternal, berasal dari luar instansi baik

    data primer maupun data sekunder.

    Tabel 4. Rencana Kinerja Kegiatan. Kegiatan

    Program Uraian

    Indikator

    Kinerja Satuan

    Rencana

    Tingkat

    Capaian

    (Target)

    Realisasi

    Prosentase

    Pencapaian

    Rencana

    Tingkat

    Capaian

    (Target)

    Keterangan

    1 2 3 4 5 6 7 8

    Prosentase Pencapaian Realisasi **) (Realisasi*) Rencana**)) Rencana Tingkat = -------------------------------------------------------- x 100 % Capaian Rencana **)

  • 32

    (1) Semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik maka

    digunakan rumus :

    (2) Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian kinerja, maka

    digunakan rumus :

    Keterangan : *) Kolom 6

    **) Kolom 5, rencana tingkat capaian

    5.2. Evaluasi Kinerja.

    Evaluasi memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan

    pembangunan untuk memberikan gambaran atau penjelasan yang lebih lanjut

    tentang hal-hal yang mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan

    kegiatan. Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan

    kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian Misi, agar dapat dinilai dan

    dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan dimasa yang akan datang.

    Untuk memudahkan di dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi secara terukur,

    maka ditetapkan indikatorindikator atau parameterparameter kinerja kegiatan

    yang akan menjadi acuan dalam pelaksanaan program/kegiatan sehingga evaluator

    dapat lebih mudah mengevaluasi kemajuan pelaksanaan pembangunan dalam

    upaya mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

    Prosentase Pencapaian Realisasi *) Rencana Tingkat = -------------------------- x 100 % Capaian Rencana **)

    Prosentase Pencapaian Realisasi **) (Realisasi*) Rencana**)) Rencana Tingkat = -------------------------------------------------------- x 100 % Capaian Rencana **)

  • 33

    Dalam evaluasi kinerja dilakukan pula analisis efisiensi dengan cara

    membandingkan antara output dengan input baik untuk rencana maupun realisasi.

    Analisis ini menggambarkan tingkat efisiensi yang dilakukan oleh instansi dengan

    memberikan data nilai output per unit yang dihasilkan oleh suatu input tertentu.

    Selanjutnya dilakukan pengukuran/penentuan tingkat efektifitas yang

    menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan hasil, manfaat atau

    dampak. Evaluasi juga dilakukan terhadap setiap perbedaan kinerja (performance

    gap) yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya gap maupun strategi

    pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan.

    Dalam melakukan evaluasi kinerja, perlu juga digunakan pembanding-

    pembanding antara :

    - Kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan;

    - Kinerja nyata dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya;

    - Kinerja suatu instansi dengan kinerja instansi lain yang unggul di bidangnya

    ataupun dengan kinerja sektor swasta;

    - Kinerja nyata dengan kinerja di daerah Kota-kota lain atau dengan standar baku

    yang berlaku;

    5.3. Bobot kebijakan dan program.

    Penyajian data dan informasi harus relevan sehingga para decision maker

    dapat menginterpretasikan keberhasilan dan kegagalan secara lebih luas dan

    mendalam. Dengan demikian perlu dibuat suatu analisis tentang pencapaian

    akuntabilitas kinerja instansi secara keseluruhan.

    Analisis meliputi urutan keterkaitan pencapaian kinerja kebijakan dan

    program dalam mewujudkan sasaran, tujuan dan misi serta visi yang telah

    ditetapkan dalam rencana stratejik. Analisis tersebut dilakukan dengan

    menggunakan informasi/data yang diperoleh secara lengkap dan akurat; dan bila

    memungkinkan dilakukan pula evaluasi kebijakan untuk mengetahui ketepatan dan

    efektifitas baik kebijakan itu sendiri maupun sistem dan proses pelaksanaannya.

  • 34

    Matriks Bobot Kebijakan. NO KEBIJAKAN BOBOT (%)

    1. Pembangunan Kualitas Manusia 25,00

    2. Pembangunan Daya Saing Ekonomi Daerah 22,00

    3. Pengembangan Kawasan, Tata Ruang dan Lingkungan 20,00

    4. Pembangunan Pemerintahan dan Pelayanan Publik 20,00

    5. Pembangunan Politik, Hukum dan HAM 13,00

    T O T A L 100,00

    Matriks Bobot Kebijakan dan Program. BOBOT TAHUNAN BOBOT TERHADAP NO KEBIJAKAN /

    PROGRAM I II III IV V BIJAK TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9

    1. Pembangunan Kualitas Manusia

    4,00

    4,43

    4,91

    5,50

    6,16

    100,00

    25,00

    1). Program peningkatan kualitas

    pendidikan 1,32

    1,47 1,63 1,81 2,02 33,00 8,25

    2). Program peningkatan derajat kesehatan

    0,84 0,93 1,03 1,14 1,31 21,00 5,25

    3). Peningkatan kesejahteraan sosial, budaya dan agama

    0,64 0,71 0,79 0,88 0,98 16,00 4,00

    4). Program pembinaan pemuda dan olahraga

    0,56 0,62 0,69 0,77 0,86 14,00 3,50

    5). Program peningkatan kesejahteraan keluarga dan kesetaraan gender

    0,64 0,71 0,79 0,88 0,98 16,00 4,00

    2. Pembangunan Daya Saing Ekonomi Daerah

    3,52 3,91 4,35 4,88 5,34 100,00 22,00

    1). Program peningkatan komoditi unggulan

    1,20 1,33 1,48 1,66 1,83 34,10 7,50

    2). Program peningkatan ketahanan ekonomi

    0,72 0,80 0,89 1,00 1,09 20,45 4,50

    3). Program pengembangan investasi dan regulasi usaha

    0,88 0,98 1,09 1,22 1,33 25,00 5,50

    4). Program peningkatan kesempatan kerja dan berusaha

    0,72 0,80 0,89 1,00 1,09 20,45 4,50

    3. Pengembangan Kawasan, Tata Ruang dan Lingkungan

    3,18 3,53 3,92 4,39 4,98 100,00 20,00

    1). Program penataan ruang 1,06 1,18 1,31 1,47 1,65 33,35 6,67 2). Program peningkatan

    infrastruktur kota 1,38 1,53 1,70 1,90 2,16 43,35 8,67

    3). Program pengelolaan lingkungan hidup

    0,74 0,82 0,91 1,02 1,17 23,30 4,66

  • 35

    4. Pembangunan Pemerintahan dan Pelayanan Publik

    3,20 3,55 3,95 4,41 4,89 100,00 20,00

    1). Program peningkatan kapasitas kelembagaan

    0,48 0,53 0,59 0,66 0,74 15,00 3,00

    2). Program peningkatan professionalisme aparat

    0,64 0,71 0,79 0,88 0,98 20,00 4,00

    3). Program pengelolaan keuangan daerah

    0,96 1,07 1,19 1,33 1,45 30,00 6,00

    4). Program pelayanan publik 0,64 0,71 0,79 0,88 0,98 20,00 4,00 5). Program peningkatan kualitas

    materi dan penyebaran informasi

    0,48 0,53 0,59 0,66 0,74 15,00 3,00

    5. Pembangunan Politik, Hukum dan HAM

    2,08 2,31 2,57 2,87 3,17 100,00 13,00

    1). Program pembinaan kehidupan politik yang demokratis

    0,56 0,62 0,69 0,77 0,86 26,92 3,50

    2). Program Peningkatan penegakan hukum dan HAM

    0,56 0,62 0,69 0,77 0,86 26,92 3,50

    3). Program legislasi daerah

    0,96 1,07 1,19 1,33 1,45 46,15 6,00

    Keterangan : 1. Alokasi bobot tahunan kebijakan mempunyai proporsi 100% terhadap tahun

    bersangkutan dan prosentase yang sama dengan bobot tersebut terhadap total

    bobot lima tahunan.

    2. Alokasi bobot tahunan perkebijakan dalam penyusunan APBD dapat

    menggunakan prosentase pada matriks bobot kebijakan (prosentase konstan

    tahunan).

  • 36

    BAB VI

    KAIDAH PELAKSANAAN

    6.1. Metode Pelaksanaan.

    6.1.1. Pola Penyelenggaraan :

    a. Pencapaian sasaran-sasaran strategi tahun 2004-2009 ditetapkan 5

    (lima) kebijakan pokok dengan 20 (dua puluh) program;

    b. Sasaran Strategi RENSTRA Pemerintah Kota Makassar tahun 2004-

    2009 diarahkan dan dikendalikan langsung oleh Walikota dan Wakil

    Walikota Makassar. Dalam pelaksanaan sehari-hari dibantu oleh

    Sekretaris Daerah, para Asisten, Kepala Badan, Kepala Dinas, Kepala

    Kantor, Kepala Bagian serta Camat sesuai dengan tugas dan fungsinya

    masing-masing;

    c. Setiap unit kerja harus menjabarkan RENSTRA Pemerintah Kota

    Makassar Tahun 2004-2009 ke dalam Rencana Strategis/ Rencana

    Kinerja (RENJA) unit kerja masing-masing sesuai dengan tugas dan

    fungsinya. RENSTRA/RENJA unit kerja dimaksud disyahkan oleh

    Walikota;

    d. Upaya pencapaian sasaran Strategi RENSTRA Pemerintah Kota

    Makassar Tahun 2004-2009 melalui program strategi yang

    penerapannya dilaksanakan dalam berbagai kegiatan dengan

    pembiayaan dari APBD Kota Makassar;

    e. Target dan sasaran strategis pada RENSTRA Pemerintah Kota

    Makassar Tahun 2004-2009 meliputi sasaran Strategi Walikota dan

    Wakil Walikota dan juga merupakan sasaran kerja semua unit kerja

    dalam lingkup Pemerintah Kota Makassar. Untuk itu, setiap unit kerja

    menjabarkan sasaran-sasaran strategi tersebut menjadi kegiatan

    strategi yang layak dan bisa diterapkan sesuai dengan tugas dan fungsi

    masing-masing;

    f. Pengukuran indikator kinerja kebijakan dan program dievaluasi

    berdasarkan bobot pencapaian yang tercantum dalam RENSTRA

  • 37

    Pemerintah Kota Makassar, sementara pencapaian pengukuran

    indikator kinerja kegiatan dievaluasi berdasarkan RENSTRA unit kerja

    dalam lingkup Pemerintah Kota Makassar. Oleh karena itu, DPRD Kota

    Makassar mengawasi dan mengevaluasi indikasi kinerja kegiatan mitra

    kerjanya, untuk menetapkan bobot capaian indikator kinerja kegiatan,

    program dan kebijakan tersebut;

    6.1.2. Organisasi Pelaksanaan.

    Efektivitas penyelenggaraan RENSTRA Pemerintah Kota Makassar Tahun

    2004-2009 pelaksanaannya dilakukan berdasarkan jenjang hirarki struktur

    organisasi dan kelembagaan Pemerintah Kota Makassar sesuai dengan Peraturan

    Daerah Kota Makassar tentang struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Kota

    Makassar.

    6.1.3. Sumber Pendanaan.

    Sumber dana untuk menjalankan RENSTRA Pemerintah Kota Makassar

    Tahun 2004-2009 berasal dari sumber-sumber penerimaan APBD Pemerintah Kota

    yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan Keuangan,

    Dana Alokasi Khusus (DAK) dan pendapatan lain-lain yang syah serta tidak

    menutup kemungkinan dana partisipasi pihak ketiga sepanjang sesuai dengan

    Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

    6.2. Monitoring dan Evaluasi.

    a. Monitoring dan Evaluasi merupakan bagian dari manajemen pelaksanaan

    RENSTRA Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009.

    b. Monitoring dan Evaluasi RENSTRA Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-

    2009 dilaksanakan sesuai jenjang struktural organisasi Pemerintah Kota

    Makassar, dengan memperhatikan kaidah pelaksanaan Pogram

    Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kota Makassar.

    c. Monitoring dan Evaluasi RENSTRA Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-

    2009 tidak terlepas kaitannya dengan pengukuran kinerja pada masing-

  • 38

    masing unit kerja dalam lingkup Pemerintah Kota Makassar yang

    menunjukkan seberapa jauh pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

    dirumuskan.

    d. Kegiatan monitoring dan evaluasi RENSTRA Pemerintah Kota Makassar

    Tahun 2004-2009 dilakukan dengan tertib dan objektif, serta hasilnya

    disampaikan dalam bentuk laporan tertulis dengan memperhatikan prinsip-

    prinsip Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Laporan Kinerja

    Instansi Pemerintah (LAKIP).

    Evaluasi umum pelaksanaan RENSTRA Pemerintah Kota Makassar tahun

    2004-2009 dilaksanakan pada akhir periode, dan dibuat sebagai evaluasi resmi

    kinerja Pemerintah Kota Makassar dalam melaksanakan RENSTRA sekaligus

    sebagai pertimbangan dalam penyiapan RENSTRA periode berikutnya.

    6.3 Arahan Pelaksanaan.

    a. RENSTRA Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009 merupakan

    komitmen perencanaan dan berfungsi sebagai tolok ukur dalam

    menjalankan Misi untuk mencapai Visi Pemerintah Kota Makassar.

    b. Setiap unit kerja dalam lingkup Pemerintah Kota Makassar wajib

    menyesuaikan rencana strategis/rencana kinerjanya dengan cara

    menjabarkan RENSTRA Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009

    sesuai tugas dan fungsi yang diembannya. Penjabaran RENSTRA

    dimaksud, mencakup penetapan capaian kinerja kegiatan yang secara

    keseluruhan menjadi capaian kinerja RENSTRA Pemerintah Kota Makassar

    Tahun 2004-2009.

    c. Dalam kondisi perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis

    sehingga melampaui fleksibilitas RENSTRA Pemerintah Kota Makassar

    Tahun 2004-2009 (lebih/kurang dari asumsi bobot kebijakan/program) maka

    penyesuaiannya dituangkan di dalam Arah dan Kebijakan Umum (AKU)

    APBD untuk menjadi dasar bagi unit-unit kerja dalam lingkup Pemerintah

    Kota Makassar untuk menyusun program tahunan yang tercermin pada

    APBD.

  • 39

    d. RENSTRA Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009 harus dijalankan

    secara bertanggungjawab, yang dilandasi dengan moral dan dedikasi tinggi,

    dalam mendukung kinerja Pemerintah Kota Makassar.

    WALIKOTA MAKASSAR, Cap / ttd

    H. ILHAM ARIEF SIRAJUDDIN