perencanaan portal gedung rumah sakit rsud...
TRANSCRIPT
PERENCANAAN PORTAL GEDUNG RUMAH SAKIT
RSUD UNGARAN
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Sipil S1
Oleh
Budi Sasmita Aji NIM: 511341387
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
I
II
III
IV
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“PANTANG MENYERAH”. Itu yang selalu saya terapkan.
Sifat PANTANG MENYERAH merupakan sifat yang harus di terapkan pada semua
orang, karena dengan pantang menyerah kita siap untuk menghadapi semua rintangan
untuk menuju kesuksesan.
PERSEMBAHAN DARI BUDI SASMITA AJI
“Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa
Nabi Muhammad adalah utusan Allah”
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,
Terimakasih untuk keluargaku tercinta. Bapak B.Budiman,
S.pd yang selalu mengingatkan dan tak bosan memarahi. Ibu Sutarni
yang selalu sabar dan mendukung keuangan , selalu mengerti dan
percaya bahwa saya bisa. Kakak ku yang suka menyindir Budi
Prasetya Utama yang selalu membanggakan dan memotivasi untuk
jadi orang yang lebih berguna.
Terimakasih untuk dosen pembimbing Bapak Arie
Taveriyanto, dua dosen penguji Bu Endah Kanti P dan Bapak
Mahmud Kori.
Terimakasih untuk teman-teman yang begitu luar biasa. Teman
teman kampus yang suka ngumpul di kos dan teman teman kampung
V
yang selalu menghibur, menghina dan selalu mengingatkan
kapan lulus dan kapan nikah.
Terimakasih untuk sahabatku , teman futsal, teman tidur ku,
teman gembel, teman nakal, alm Roki Reagen Done, semoga kamu
tenang di sana, sarjanaku ini sarjanamu juga.
.Terimakasih untuk orang-orang yang menyertakan saya
disetiap doa-Nya
VI
ABSTRAK
Oleh
Budi Sasmita Aji
“Perencanaan Portal Gedung Rumah Sakit RSUD Ungaran”
Teknik Sipil S1 – Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
2019
ABSTRAK : Gedung Rumah Sakit RSUD Ungaran direncanakan
dengan struktur tinggi, sehingga harus memenuhi keamanan gempa.
Analisis gempa menggunakan Dinamik Respon Spektrum dan Analisis
Statik Ekuivalen dengan Sistem yaitu SRPMK (Struktur Rangka
Pemikul Momen Khusus). Berdasakan parameter respons percepatan
pada perioda pendek dan 1 detik, lokasi Rumah Sakit RSUD
Ungaran memiliki Kategori Desain Seismik D (KDS D). Menurut
SNI 1726:2012, sistem struktur pada KDS D yang tidak dibatasi
adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Perencanaan struktur bangunan telah memenuhi syarat dual system
dengan space frame sekurang-kurangnya memikul 25% dari beban
lateral tiap kombinasi pembebanan. Periode maksimum untuk syarat
batas periode gedung adalah 3,3586 detik. Waktu getar gedung untuk
mode 1 didapatkan sebesar 1,97078 detik dan mode 2 sebesar
1.92998 detik, sehingga batasan periode terpenuhi. Syarat simpangan
antar lantai akibat gempa statik dan dinamik arah x dan y tidak
melebihi simpangan yang diijinkan sehingga struktur tahan terhadap
gempa.
Kata kunci : Gedung Tinggi, Tahan Gempa, Tanah, Pondasi.
VII
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan
mengharapkan ridho yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Perencanaan Portal Gedung Rumah Sakit
RSUD Ungaran”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang.
Sholawat dan salam disampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW,
mudah-mudahan kita semua mendapatkan safaat-Nya di yaumil akhir nanti. Aamiin.
Penyelesaian Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta
penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
3. Aris Widodo, S.Pd., M.T. Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri
Semarang.
4. Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc., Ketua Program Studi Teknik
Sipil Universitas Negeri Semarang.
5. Arie Taveriyanto, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran
dalam membimbing, memberikan masukan, arahan serta motivasi kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
6. Endah Kanti P, S.T., M.T., dan Dr.Eng.Mahmud Kori E, S.T., MT. Selaku
penguji sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam
perbaikan skripsi.
7. Semua dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan bekal pengetahuan yang beharg
VIII
8. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan untuk skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
dan sebagai bekal untuk pengembangan di masa mendatang.
Semarang, Mei 2019
Penulis
IX
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL i
PERSETUJUAN PEMBIMBING i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERNYATAAN KEASLIAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tempat Pelaksana 2
C. Data Proyek 2
D. Rumusan Masalah 3
E. Batasan Masalah 3
F. Tujuan Dan Manfaat 4
G. Sistematika Penulisan 4
BAB II.STUDI PUSTAKA 6
A. Umum 6
B. Kriteria Desain Struktur 7
B.1 Kriteria Desain 7
B.1.a Kekuatan (Strenght) 7
X
B.1.b Kekakuan (Stiffness) 7
B.1.c Sistem Pelepasan Energi (Energy Dissipation System) 8
B.2 Desain Kapasitas 9
B.3 Portal Terbuka 11
B.4 Kombinasi Portal dan Dinding 12
B.5 Ketidakberaturan Struktur 13
B.5.a Ketidakberaturan Torsi 13
B.5.b Penentuan Simpangan Antar Lantai 13
C. Pembebanan dan Kombinasinya 15
C.1 Beban Mati 16
C.2 Beban Hidup 17
C.3 Beban Gempa 17
C.4 Beban Angin 17
C.5 Kombinasi Pembebanan 18
D. Prosedur Pendesainan Struktur Atas 18
D.1 Komponen Struktur Lentur Pada SRPMK (Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus) 18
D.1.a Persyaratan Geometri 18
D.1.b Persyaratan Tulangan Lentur 19
D.1.c Persyaratan Tulangan Tranfersal 20
D.1.d Persyaratan Kuat Geser Untuk Komponen Struktur
Lentur 21
BAB III. METODE PERENCANAAN 23
A. Diagram Alur 23
A.1 Pengumpulan Data dan Studi Literatur 25
A.2 Pemilihan Kriteria Desain 26
B. Pemodelan Struktur 26
XI
B.1 Asumsi Yang Digunakan 27
B.2 Peraturan dan Standart Perencanaan 27
C. Penentuan Beban Gempa 27
C.1. Kategori Resiko Struktur Bangunan dan Faktor Keutamaan 27
C.2. Menentukan Kelas Situs 30
C.3. Kategori Desain Seismik 32
C.4. Pemilihan Sistem Struktur dan Parameter Sistem 34
C.5. Batasan Periode Fundamental Struktur 36
C.6. Koefisien Respons Seismik 37
C.7. Beban Geser Dasar Struktur 38
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39
A. Permodalan Struktur 39
A.1 Pembebanan Gedung 40
A.1.a Perhitungan Beban Mati (Dead Load) 43
A.1.b Beban Mati Pada Plat Lantai 43
A.1.c Beban Mati Pada Plat Atap 44
A.1.d Beban Mati Pada Balok 44
A.1.e Beban Hidup (Life Load) 44
B. Analisa Beban Gempa 45
B.1 Tahap Analisis Gempa 45
B.1.a Menentukan Kategori Resiko Struktur Bangunan dan Faktor
Keutamaan 45
B.1.b Menentukan Kelas Situs 46
B.1.c Kategori Desain Seismik 46
B.1.d Menghitung Periode Struktur (T) 48
B.1.e Menentukan Tipe Analisis Respons Struktur 52
B.1.f Kontrol Partipasi Masa 53
XII
B.1.g Kontrol Dual System 51
B.1.h Menghitung Berat Struktur 55
C. Perhitungan Praktis Dengan SAP 2000 V.10 56
C.1 Perhitungan Plat Lantai 57
C.2 Perhitungan Balok Induk 58
C.2.a Perhitungan Tulangan Utama 58
C.2.b Desain Tulangan Geser Balok 59
C.2.c Desain Tulangan Torsi 60
C.3 Perhitungan Kolom 63
C.3.a Desain Tulangan Utama Kolom 63
C.3.b Desain Tulangan Geser Kolom 66
BAB V. PENUTUP 67
A. Kesimpulan 67
B. Saran 69
XIII
Daftar Tabel
Tabel 2.1. Simpangan Antar Lantai Ijin rangka KDS D,E, danF…………….…. 15
Tabel 2.2. Beban Hidup Terdistribusi Merata Minimum……………..…………. 16
Tabel 3.2. Kategori Resiko Bangunan Gedung …………….…………...……....11
Tabel 3.3. Faktor Keutamaan Gempa ………………….……..………………... 16
Tabel 3.4. Tabel N-CPT Rata-rata ………………….……………..………….….. 21
Tabel 3.5. Klasifikasi Situs ………………………....…………...……………….. 22
Tabel 3.7. Data Puskim………. ………………………...………….…………….. 27
Tabel 3.8 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respon
Perceoatan pada Periode Pendek …………………..….………………. 33
Tabel 3.9 Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respon
Perceoatan pada Periode 1 Detik …………………..….………………. 34
Tabel 3.10 Faktor R, Cd dan Ω0 unuk Sistem Penahan Gaya Gempa...…...…….. ..35
Tabel 3.11. Koefisien untuk Batas Atas pada Perioda yang Dihitung…..…...….. ..36
Tabel 4.9. Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x ……….………….......….37
Tabel 4.1. Beban Mati untuk Gedung menurut SNI 1727:2013 …………....….. …43
Tabel 4.2. Klasifikasi Situs SNI 03-1726-2012………………………… ...….. …...46
Tabel 4.3. Data Puskim………………………………………………..…….………47
Tabel 4.4. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Respons Percepatan pada
Perioda Pendek SNI 1726-2012…………………………………….….48
Tabel 4.5. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Respons Percepatan pada
Perioda 1 Detik SNI 1726-2012………………………………….. ……49
Tabel 4.6. Nilai Parameter Pendekatan untuk Ct dan x SNI- 03-1726-2012…...…..49
Tabel 4.7. Koefisien Batas Atas Periode yang Dihitung ……………………….. …52
Tabel 4.8. Nilai Pertisipasi Massa untuk Arah X dan Y……….….………………. 53
Tabel 4.9. Perhitungan Selisih Periode (ΔT) setiap Mode ……….…………………54
XIV
Tabel 4.10. Nilai Cek Persentase antara Base Shear SRPM dari Kombinasi
Beban Gempa ………………..………………………………………. ..54
Tabel 4.11. Berat dan Massa Bangunan Tiap Lantai ………………………………. 55
Tabel 5.1. Dimensi Balok…………… …………………..………………………….67
Tabel 5.2. dimensi Kolom…………………….. …………...………………. ...........67
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Peta Denah Lokasi Proyek…………..………………………….…. 2
Gambar 2.1. Simpangan antar tingkat dan drift ratio ……………...……….….. 8
Gambar 2.2. Beberapa Pola Kura Histersis. (a) Stabil; (b) Pinched ……….… . 10
Gambar 2.3. Mekanisme Plastifikasi Rangka. (a) Soft Storey (b) Beam
Sway …….……………………………………………………….. 11
Gambar 2.4. Mekanisme Plastifikasi yang Ideal …………..……………….…. 11
Gambar 2.5. Pola Simpangan MRF dan drift ratio ………….……...…….…. 12
Gambar 2.6. Pola Simpangan …………………………………..…...….….…. 18
Gambar 2.7. Penentuan Simpangan antar Lantai (SNI 1726:2012)………....….14
Gambar 2.8. Sengkang Tertutup Saling Tumpuk dan Ilustrasi Batasan pada
Spasi Horizontal Maximum Batang Tulangan Longitudinal
yangDitumpu (SNI 2847:2013)…………………………….…. 21
Gambar 3.8. Geser Desain untuk Balok (SNI 2847:2013)………………..…. …93
Gambar 3.1. Diagram Alur Perencanaan.……………………...….…...….…… 24
Gambar 3.2. Nilai N-CPT Data Tanah…………….……………………………. 25
Gambar 3.3. Lokasi Desain Struktur ………………..................…….……...…. 33
Gambar 4.1. Perencanaan Portal Gedung Rumah Sakit RSUD Ungaran ….…. 39
Gambar 4.2. Lokasi Desain Struktur ………………..………………….…..…. 43
Gambar 4.3. Peristiwa Bergetarnya Struktur dalam 1 Periode ……….………. 45
Gambar 4.4. Waktu Getar Struktur Mode 1 (arah Y) dengan T1 = 1.97078
detik….…………..……………………………………………...... 47
Gambar 4.5. Waktu Getar Struktur Mode 2 (arah Y) dengan T1 = 1.92998
XV
detik ……………………...……….………………..….……..…. 48
Gambar 4.6. Pendefinisian Struktur Pemikul Momen Khusus (SRPMK) pada
SAP 2000 V.10………………………………………..……...…. 53
Gambar 4.7. Tegangan yang Terjadi pada Plat Akibat Beban Mati dan
Hidup……………………………………………………..………. 54
Gambar 4.8. Tampak Luas Tulangan Geser (Sengkang) Balok G36A yang
Ditinjau…………………………………….…………...........…. 55
Gambar 4.9 . Tampak Luas Tulangan Geser (Sengkang) Balok G36A yang
Ditinjau.……………………………………………………….. 57
Gambar 4.10. Tampak Luasan Tulangan Torsi Balok G36A yang
Ditinjau ……………………………………………………...… 58
Gambar 4.11. Diagram Momen Akibat Beban Mati dan Beban
Hidup …………………………………………………...…...… 59
Gambar 4.12. Diagram Momen Akibat Beban Mati, Beban Hidup dan Gempa
Statik …………………………………………….………......…. 60
Gambar 4.13. Diagram Momen Akibat Beban Mati, Beban Hidup dan Gempa
Dinamik ……………...……………………………………….…. 60
Gambar 4.14. Tampkan Luas Tulangan Utama Kolom C1-1 (130 x 100 cm) yang
Ditinjau ……………………………………………….....…….… 61
Gambar 4.15. Detail Informasi Luas Tulangan, Momen, Gaya Geser, dan Torsi,
Kolom yang Ditinjau ……………………………..…...………. 62
Gambar 4.16. Diagram Interaksi Kolom yang diinjau …………..….…………. 62
Gambar 4.20 Tampak Luas Tulangan Geser (sengkang) Kolom…..…………. 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan yang semakin ketat ini mahasiswa diharapkan dapat memenuhi
persyaratan dengan kemampuan teori maupun praktik yang dapat
dipertanggungjawabkan di lapangan. Namun, di dalam dunia perkuliahan mahasiswa
hanya mendapatkan pengetahuan teori yang tidak cukup untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang ada di lapangan. Untuk mengakomodasi kebutuhan
mahasiswa tersebut, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang mengadakan sebagai sarana mahasiswa menambah wawasan dalam
pengembangan teori yang telah diajarkan maupun praktik konstruksi yang
sesungguhnya.
Pembangunan Gedung Rumah Sakit RSUD Ungaran untuk memfasilitasi
masyarakat untuk berobat. Adapun maksud dan tujuan didirikan Pembangunan
Gedung Rumah Sakit RSUD Ungaran adalah sebagai pelengkap sarana dan
prasarana kesehatan Kabupaten Semarang
Jenis tanah dari Pengujian Sondir cone penetrometer test (CPT) sampai
mencapai kedalaman 20 meter adalah terdiri dari lempung sedang (medium clays)
sampai pasir padat (dense or comended). Perencanaan gedung tinggi harus
memenuhi keamanan gempa dengan Analisis Dinamik Respon Spektrum dan Statik
Ekuivalen sesuai Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 03-1726-2012, mengenai Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
2
B. Tempat Pelaksanaan
Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit dan Jalan Akses RSUD Ungaran
yang ditangani oleh kontraktor yaitu KSO PT Duta Mas Indah - PT Chimarder 777
ini berlokasikan di Jalan Diponegoro No.125 Genuk, Ungaran Barat.
Gambar 1.1 Denah Lokasi Proyek
C. Data Proyek
Data Umum
1. Nama Proyek : PROYEK PEMBANGUNAN
GEDUNG RUMAH SAKIT
DAN JALAN AKSES RSUD
UNGARAN
2. Lokasi : Jalan Diponegoro No.125 Genuk,
Ungaran Barat.
3
3. Sumber Dana : APBD Kab. Semarang
4. Tahun Anggaran : Anggaran 2017
5. No. Kontrak : 050/101.1
6. Tanggal Kontrak : 04 Mei 2017
7. Nilai Kontrak : Rp. 44.391.884.000,00
8. Jangka Waktu : 225 Hari Kalender
9. Konsultan Perencana : CV Athar
10. Manajemen Konstruksi : PT Cakra Manggilingan Jaya
11. Kontraktor Pelaksana : KSO PT Duta Mas Indah
- PT Chimarder777
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana merencanakan struktur gedung RSUD Ungaran yang dapat menahan
beban yang bekerja dengan memperhitungkan faktor keamanan yang menyangkut
kekuatan dan kestabilan struktur menggunakan program SAP2000 19?
2. Bagaimana merencanakan dengan mempertimbangkan beban struktur dan beban
gempa?
3. Bagaimana merencanakan penulangan struktur atas serta analisis perhitungan
gedung Rumah Sakit yang dibuat ?
E. Batasan Masalah
1. Stuktur bangunan direncanakan dengan menggunakan program SAP2000 19
2. Perencanaan meliputi struktur atas yaitu balok, kolom, dan plat lantai
menggunakan struktur beton bertulang yang ditinjau hanya satu titik.
3. Perancangan elemen struktur menggunakan analisis yang mengacu pada
Persyaratan Beton Struktur untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2013
4
5. Analisis perencanaan ketahanan gempa mengacu pada Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1726-2012.tanpa
memperhitungkan beban angin.
6. Tidak dilakukan perhitungan estimasi biaya dan volume pekerjaan.
F. Tujuan Dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang akan dicapai dalam penulisan Tugas Akhir adalah:
1.Dapat merencanakan struktur gedung bertingkat berdasarkan SNI 03-1726-2012
(Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung) dan SNI 03-2847-2013 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung).
2.Dapat merencanakan struktur gedung dengan mempertimbangkan beban struktur
dan beban gempa yang direncanakan.
3.Dapat merencanakan dimensi komponen struktur atas yang di butuhkan
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan para pembaca dalam
memahami isi Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai Judul Skripsi, Latar Belakang, Lokasi Proyek,Data Proyek, Tujuan
dan Manfaat, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, , Sistematika Laporan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bersisi tentang teori tanah, pondasi gempa, beton, mutu baja, struktur atas,SAP2000
19 dan syarat-syarat umum perencanaan struktur gedung.
5
BAB III : METODE PELAKSANAAN
Berisi tentang pengumpulan data, permodelan struktur, dan diagram alur
perencanaan.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi analisa perhitungan struktur yang didapat dari program SAP 2000 dan
pengecekan dimensi struktur meliputi lantai, balok, kolom, dan hubungan balok-
kolom yang ditinjau satu titik. Serta perhitungan Rencana Anggaran Biaya desain
struktur gedung.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN.
Pada bagian penutupan berisi simpulan dan saran.
6
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. Umum
Bangunan tahan gempa merupakan bangunan yang masih berfungsi dengan
baik setelah terjadi gempa kecil. Seandainya ada perbaikan tetapi hal itu sifatnya
sangat ringan, murah, mudah dan cepat sehingga tidak mengganggu fungsi bangunan.
Menurut SNI 1726:2012, Struktur bangunan gedung harus memiliki sistem
penahan gaya lateral dan vertikal yang lengkap, yang mampu memberikan kekuatan,
kekakuan, dan kapasitas dispasi energi yang cukup untuk menahan gerak tanah desain
dalam batasan-batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan yang disyaratkan.
Menurut Iswadi Imran dan Fajar Hendrik (2010:2), prinsip yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan, perancangan dan pelaksanaan sruktur bangunan
beton bertulang tahan gempa yaitu:
1. Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan tingkat kerawanan (resiko)
daerah tempat struktur bangunan tersebut berada terhadap gempa,
2. Material beton dan baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan
material konstruksi untuk struktur bangunan tahan gempa,
3. Unsur-unsur arsitektural yang memiliki massa yang besar harus terikat dengan
kuat pada sistem portal utama dan harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap
sistem struktur,
4. Metode pelaksanaan, sistem quality control dan quality assurance dalam tahapan
konstruksi harus dilaksanakan dengan baik dan harus sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
7
B. Kriteria Desain Struktur
B.1. Kriteria Desain
Kriteria desain bertujuan agar bangunan masih mempunyai tingkat layanan
yang diinginkan tidak boleh rendah dari batas minimal tertentu (Widodo
Pawirodikromo, 2012). Menurut SNI 1726:2012, sruktur bangunan gedung harus
memiliki sistem penahan gaya lateral dan vertikal yang lengkap, yang mampu
memberikan kekuatan, kekakuan dan kapasitas disipasi energi yang cukup untuk
menahan gerak tanah desain dalam batasan-batasan kebutuhan deformasi dan
kekuatan yang disyaratkan.
B.1.a. Kekuatan (strength)
Bangunan harus mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan semua
jenis kombinasi beban (beban mati, beban hidup, beban gempa, beban angin) didalam
masa layanan (life service time) bangunan. Tegangan yang terjadi menjadi penentu
(stress govern) terhadap performa atau tingkat layan bangunan. Tegangan yang
terjadi harus masih dalam batas elastik dengan angka keamanan tertentu.
Berdasarkan tinjauan desain struktural, apabila suatu gedung semakin tinggi,
respons struktur terhadap beban lateral (beban gempa dan beban angin) menjadi
semakin penting. Akibat beban lateral, struktur akan berperilaku seperti elemen
struktur kantilever. Beban lateral cenderung menghasilkan momen guling yang harus
diimbangi oleh momen tahanan internal yang dihasilkan oleh struktur (Daniel L.
Schodek, 1998).
B.1.b. Kekakuan (stiffness)
Pada bangunan bertingkat, nilai lendutan atau simpangan dapat terjadi pada
balok biasa atau balok kantilever yang bentangnya panjang. Lendutan balok
umumnya diproporsikan terhadap bentang, sedangkan simpangan tingkat biasanya
diproporsikan terhadap tinggi tingkat atau diistilahkan drift ratio atau drift index.
8
Drift ratio adalah rasio antara simpangan antar tingkat dengan tinggi tingkat, seperti
pada (Gambar 2.1). Apabila simpangan antar tingkat (∆) terlalu besar, maka akan
timbul efek P∆ (P∆ effect). Efek P∆ pada umumnya membahayakan kestabilan
struktur, karena akan menimbulkan momen kolom yang sangat besar akibat P yang
umumnya sangat besar.
Gambar 2.1 Simpangan antar tingkat dan drift ratio (Widodo Pawirodikromo,
(2012)
Simpangan yang berlebihan dapat mempengaruhi fungsi elemen-elemen gedung
lainnya meskipun strukur tidak rusak yang mengakibatkan ketidaknyamanan
pengguna gedung. Prosedur paling umum adalah memodelkan struktur sebagai
susunan pegas (mempunyai elastisitas yang didapat dari studi karakteristik beban
deformasi aktual) dan menggunakan massa yang menunjukkan berat gedung.
Memandang struktur bertingkat sebagai susunan massa pegas berguna dalam
mempelajari respons defleksi maupun rotasi yang berlebihan. Salah satu cara untuk
mengontrol defleksi adalah memperbesar kekakuan struktur, yaitu memperbesar
ukuran elemen struktur, menggunakan bracing diagonal dan bidang-bidang geser
(Daniel L. Schodek, 1998).
B.1.c Sistem Pelepasan Energi (Energy Dissipation System)
9
Apabila terjadi gempa yang lebih besar dari desain gempa rencana, maka
struktur dibolehkan terjadi kerusakan. Kerusakan yang terjadi bergantung pada
beberapa hal, yaitu level beban gempa (hazard level) dan level pentingnya struktur
(importance factor). Beban gempa dan pentingnya struktur telah diatur pada SNI
1726:2012. Beban gempa memperhitungkan kondisi regional tektonik, geologi dan
seismisitas. Pada pentingnya struktur, berbagai kategori resiko struktur bangunan
gedung dan non gedung, pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan
dengan suatu faktor keamanan.
Apabila terjadi kerusakan akibat beban dinamik atau siklik maka elemen
struktur yang mengalami kerusakan harus tidak boleh getas, tetapi harus lait atau
daktail. Rusak yang dimaksud adalah tegangan bahan sudah sampai pada tegangan
plastis dan tempat yang rusak ersebut umumnya disebut sendi plastis. Pada desain
kapasitas, pelepasan energi telah terjadi pada tempat-tempat sendi plastis yang sudah
direncanakan sejak awal yaitu ujung-ujung balok (Widodo Pawirodikromo, 2012).
B.2. Desain Kapasitas
Sruktur bangunan tahan gempa pada umumnya didesain terhadap gaya gempa
yang lebih rendah daripada gaya gempa rencana. Pada saat menahan beban gempa
rencana, struktur akan mengalami kerusakan atau berperilaku inelastik melalui
pembentukan sendi-sendi plastis (plastifikasi) pada elemen-elemen struktur. Perilaku
inelastik atau plastis memberikan mekanisme disipasi energi pada struktur sehingga
dapat membatasi gaya gempa yang masuk ke struktur bangunan. Struktur bangunan
tidak boleh mengalami keruntuhan saat berperilaku inelastik. Sehingga struktur
direncanakan dengan memilih lokasi elemen-elemen struktur yang boleh rusak atau
berperilaku inelastik, peningkatan daktilitas elemen-elemen struktur dan melindungi
elemen-elemen struktur lain yang diharapkan tetap berperilaku elastik. Salah satu
metode desain yang digunkan adalah metode desain kapasitas.
10
Metode desain kapasitas dapat terealisasi dengan memberi kekuatan lebih
besar pada tempat-tempat yang direncanakan agar tidak mengalami kerusakan. Selain
itu, agar mekanisme disipasi energi yang terjadi bersifat daktail maka pada lokasi-
lokasi yang dipilih sebagai tempat pendisipasi energi tersebut harus diberi detailing
penulangan, seperti tulangan pengekangan beton, yang memadai.
Mekanisme plastifikasi pada sruktur beton bertulang dapat terjadi melalui mekanisme
lentur tarik, lentur tekan, geser, tarik diagonal, perilaku angkur, perilaku lekatan
tulangan, tekan aksial dan lain-lain. Diantara mekanisme tersebut, mekanisme lentur
tarik merupakan mekanisme plastifikasi yang didominasi oelh perilaku batas pada
baja tulangan. Agar plastifikasi lentur yang terjadi dapat menghasilkan perilaku
histersis yang stabil (Gambar 2.2a) dan bukan perilaku histersis yang pinched
(Gambar 2.2b) maka:
a. Bentuk plastififkasi lainnya harus diupayakan tidak muncul dalam perilaku
yang dihasilkan,
b. Material beton di daerah yang mengalami plastifikasi lentur harus diberi
pengekangan yang memadai.
Gambar 2.2 Beberapa Pola Kura Histersis. (a) Stabil; (b) Pinched ( Imran
dkk.2010)
11
Mekanisme column sway atau soft storey (Gambar 2.3a) menghasilkan perilaku batas
yang kurang baik dibandingkan dengan perilaku beam sway (Gambar 2.3b).
Mekanisme soft storey dapat memicu keruntuhan bangunan. Oleh karena itu, desain
bangunan harus menghindari mekanisme batas soft storey.
Gambar 2.3 Mekanisme Plastifikasi Rangka. (a) Soft Storey (b) Beam Sway
(Imran dkk. 2010)
Secara global, mekanisme batas yang paling ideal dan menghasilkan perilaku
histersis yang stabil adalah mekanisme beam sway pada struktur atas, baik pada
sistem struktur dinding berangkai atau portal terbuka (Gambar 2.4). Sendi plastis
terbentuk di ujung-ujung balok dan di dasar kolom atau dinding bawah. Daerah-
daerah yang berpotensi membentuk sendi plastis diberi detailing penulangan yang
baik
12
Gambar 2.4 Mekanisme Plastifikasi yang Ideal (Imran dkk. 2010)
B.3. Portal Terbuka
Menurut Widodo Pawirodikromo (2012:507) struktural portal merupakan
hubungan antara balok dan kolom yang saling menyambung sehingga membentuk
sebuah portal. Suatu hal penting yang harus diperhatikan pada struktur portal adalah
titik simpul atau titik joint. Asumsi yang umum digunakan adalah titik joint dapat
saja berotasi pada analisis struktur elastik maupun inelastik, tetapi antara balok dan
kolom tetap siku-siku. Sehingga joint harus tetap kaku, siku-siku dan tetap elastik
artinya tidak boleh terjadi deformasi inelastik. Frame yang mempunyai joint penahan
momen disebut Moment Resisting Frame (MRF). MRF termasuk struktur yang relatif
fleksibel. Akibat kombinasi beban gravitasi dan beban horisontal, MRF akan
berdeformasi utamanya secara horisontal akibat shear deformation sebagaimana pada
(Gambar 2.5).
Gambar 2.5 Pola Simpangan MRF dan drift ratio (Widodo, 2012)
B.4. Kombinasi Portal dan Dinding
Pola simpangan atau deflected shape pada portal terbuka (Gambar 2.6a)
akibat beban horisontal mempunyai simpangan antar tingkat (interstorey drift) pada
tingkat-tingkat bawah cukup besar. Kerusakan elemen non struktur seperti tembok,
13
jendela dan dinding penyekat sering kali mendatangkan kerugian yang sangat besar.
Oleh karena itu simpangan antar lantai harus dibatasi agar kerusakan tersebut dapat
dieliminasi. Sedangkan dinding yang relatif langsing umumnya akan berperilaku
seperti batang kantilever (Gambar 2.6b). Pada bagian bawah hanya terjadi simpangan
yang relatif kecil, tetapi akan terjadi simpangan yang cukup besar pada bagian atas.
Perbandingan pola simpangan tampak berlawanan (Gambar 2.6c). Kombinasi antara
struktur portal dengan struktur dinding (Gambar 2.6d) akan memperbesar kekakuan
struktur bangunan, sehingga dapat menahan beban horisontal yang cukup. Selain itu
juga dapat berfungsi untuk mengeliminasi simpangan antar tingkat khususnya pada
tingkat-tingkat bawah sampai tengah (Widodo Pawirodikromo, 2012).
Gambar 2.6 Pola Simpangan (Widodo, 2012)
B.5. Ketidakberaturan Struktur
B.5.a. Ketidakberaturan Torsi
Ketidakberaturan struktur horisontal diatur dalam SNI 1726:2012, yaitu:
a. Ketidakberaturan torsi, didefinisikan ada jika simpangan antar lantai
tingkat maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak terduga, di sebuah
ujung struktur melintang terhadap sumbu lebih dari 1,2 kali simpangan
antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.
b. Ketidakberaturan torsi berlebihan, didefinisikan ada jika simpangan antar
lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak terduga, di
14
sebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu lebih dari 1,4 kali
simpangan antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.
B.5.b. Penentuan Simpangan antar Lantai
Menurut SNI 1726:2012 penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (∆)
harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan
terbawah yang ditinjau (Gambar 2.7). Apabila pusat massa tidak terletak segaris
dalam arah vertikal, diijinkan unuk menghitung defleksi di dasar tingkat berdasarkan
proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat di atasnya. Jika desain tegangan ijin
digunakan, ∆ harus dihitung menggunakan gaya gempa tingkat kekuatan tanpa
reduksi untuk desain tegangan ijin. Defleksi pusat massa di tingkat x (δx) (mm) harus
ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:
Keterangan:
Cd = faktor amplifikasi defleksi
δxe = defleksi pada lokasi yang ditentukan dengan analisis elastis
Ie = faktor keutamaan gempa
15
Gambar 2.7 Penentuan Simpangan antar Lantai (SNI 1726:2012)
Pada penentuan kesesuaian dengan batasan simpangan antar lantai tingkat,
diijinkan untuk menentukan simpangan antar lantai elastis (δxe) menggunakan gaya
desain seismik berdasarkan pada perioda fundamental struktur yang dihitung tanpa
batasan atas (CuTa). Simpangan antar lantai tingkat desain (∆) tidak boleh melebihi
simpangan antar lantai tingka ijin (∆a) seperti didapatkan dari Tabel 2.1 untuk semua
tingkat.
Tabel 2.1 Simpangan antar Lantai Ijin Rangka Momen KDS D,E, dan F.
Struktur Kategori risiko
I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser batu 0,025 hsx 0,020 hsx 0,015 hsx
16
bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding
interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding
eksterior yang telah didesain untuk
mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010 hsx 0,010 hsx 0,010 hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007 hsx 0,007 hsx 0,007 hsx
Semua sruktur lainnya 0,020 hsx 0,015 hsx 0,010 hsx
Keterangan:
hsx = tinggi tingkat di bawah tingkat x
Sistem penahan gaya gempa yang terdiri dari hanya rangka momen pada sruktur yang
dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F, simpangan antar lantai tingkat
desain (∆) tidak boleh melebihi ∆a/ρ untuk semua tingkat dengan ρ adalah faktor
redundansi.
C. Pembebanan dan Kombinasinya
Acuan yang digunakan dalam perencanaan pembebanan adalah
a. Persyaratan beton truktural untuk bangunan gedung SNI 2847:2013
b. Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain SNI
1727:2013
c. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk sruktur bangunan gedung
dan non gedung SNI 1726:2012
Beban yang digunakan dalam perencanaan adalah beban mati (D), beban hidup
(L), beban gempa (E) dan beban angin (W)
17
C.1. Beban Mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang
terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap,
finishing, klading gedung dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta
peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran.
Dalam menentukan beban mati untuk perancangan, harus digunakan berat
bahan dan konstruksi yang sebenarnya, dengan ketentuan bahwa jika tidak ada
informasi yang jelas, nilai yang harus digunakan adalah nilai yang disetujui oleh
pihak berwenang. Selain itu, juga harus memperhitungkan berat peralatan layan yang
digunakan dalam bangunan gedung seperti plambing, mekanikal elektrikal, dan alat
pemanas, ventilasi, dan sistem pengondisian udara.
C.2. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban
lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban
mati. Berdasarkan SNI 1727:2013, beban hidup terdistribusi merata minimum adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Beban Hidup Terdistribusi Merata Minimum
Hunian atau penggunaan Merata (kN/m2)
Apartemen atau rumah tinggal
Semua ruang kecuali tangga dan balkon
1,92
Balkon dan dek 1,5 kali beban hidup untuk daerah yang dilayani. Tidak
perlu melebihi 4,79
Koridor
Lantai pertama
Lantai lain
4,79
Sama seperti pelayanan hunian kecuali disebutkan lain
Parkir 1,92
18
Tangga dan jalan keluar 4,79
C.3. Beban Gempa
Pengaruh beban gempa adalah gaya elemen struktur aksial, geser dan lentur
yang dihasilkan dari penerapan gaya gempa horisontal dan vertikal. Pengaruh beban
gempa horisontal (Eh) harus ditentukan sesuai dengan persamaan
Eh = ρQE
Keterangan:
QE : pengaruh gaya gempa horisontal
ρ : faktor redundansi
Pengaruh beban gempa vertikal (Ev) harus ditentukan sesuai dengan
persamaan:
Ev = 0,2SDSD
Keterangan:
SDS : parameter perepatan spektrum respons desain pada perioda pendek
D : pengaruh beban mati
C.4. Beban Angin
Bangunan gedung dan struktur lain, termasuk Sistem Penahan Beban Angin
Utama (SPBAU) dan seluruh komponen dan klading gedung, harus dirancang dan
dilaksanakan untuk menahan beban angin. Beban angin yang digunakan dalam desain
SPBAU untuk bangunan gedung tertutup dan tertutup sebagian tidak boleh lebih kecil
dari 0,77 kN/m2 dikalikan dengan luas dinding bangunan gedung dan 0,38 kN/m
2
dikalikan dengan luas atap bangunan gedung yang terproyeksi pada bidang vertikal
tegak lurus terhadap arah angin yang diasumsikan. Gaya angin desain untuk
19
bangunan gedung terbuka harus tidak kurang dari 0,77 kN/m2 dikalikan dengan luas
Af.
C.5. Kombinasi Pembebanan
Menurut SNI 1727:2013 struktur, komponen, dan fondasi harus dirancang
sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya sama atau melebihi efek dari beban
terfaktor dalam kombinasi berikut:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L +0,5 (Lr atau S atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
5. 1,2D +1,0E + L +0,2S
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
Pada SNI 1726:2012, unuk kombinasi dengan pengaruh beban gempa untuk
desain kekuatan adalah:
5. (1,2 + 0,2 SDS)D + ρQE + L
7. (0,9 – 0,2 SDS)D + ρQE + 1,6H
Sedangkan kombinasi dasar untuk desain tegangan ijin adalah:
5. (1,0 + 0,14 SDS)D + H + F + 0,7ρQE
6. (1,0 + 0,10 SDS)D + H + F + 0,525ρQE + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
8. (0,6 + 0,14 SDS)D + 0,7ρQE + H
D. Prosedur Pendesainan Struktur Atas
D.1. Komponen Struktur Lentur pada SRPMK (Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus)
D.1.a. Persyaratan Geometri
20
Persyaratan geometri yang harus dipenuhi berdasarkan SNI 2847:2013 yaitu;
a. Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen struktur (Pu) tidak boleh
melebihi Agf’c/10,
b. Bentang bersih untuk komponen struktur (ln) tidak boleh kurang dari empat
kali tinggi efektifnya,
c. Lebar komponen (bw) tidak boleh kurang dari yang lebih kecil dari 0,3h dan
250 mm,
d. Lebar komponen struktur (bw) tidak boleh melebihi lebar komponen
struktur penumpu (c2) ditambah suatu jarak pada masing-masing sisi
komponen struktur penumpu yang sama dengan yang lebih kecil dari lebar
komponen struktur penumpu (c2), dan 0,75 kali dimensi keseluruhan
komponen struktur penumpu (c1)
D.1.b. Persyaratan Tulangan Lentur
Persyaraan tulangan lentur berdasarkan SNI 2847:2013 yaitu:
a. Pada sebarang penampang komponen struktur lentur, untuk tulangan atas maupun
bawah, jumlah tulangan tidak boleh kurang dari (0,25bwd√f’c)/fy tetapi tidak
kurang dari 1,4bwd/fy dan rasio tulangan (ρ) tidak boleh melebihi 0,025. Paling
sedikit dua batang tulangan harus disediakan meneruspada kedua sisi atas dan
bawah,
b. Kekuatan momen positif pada muka joint harus tidak kurang dari setengah
kekuatan momen negatif yang disedikan pada muka joint tersebut. Baik kekuatan
momen negatif atau positif pada sebarang penampang sepanjang panjang
komponen struktur tidak boleh kurang dari seperempat kekuatan momen
maksimum yang disediakan pada muka salah satu dari joint tersebut,
c. Sambungan lewatan tulangan lentur diizinkan hanya jika tulangan sengkang atau
spiral disediakan sepanjang panjang sambungan. Spasi tulangan transversal yang
melingkupi batang tulangan yang disambung lewatkan tidak boleh melebihi yang
21
lebih kecil dari d/4 dan 100 mm. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan
dalam joint, dalam jarak dua kali tinggi komponen struktur dari muka joint dan
bila analisis menunjukkan pelelehan lentur diakibatkan oleh perpindahan lateral
inelastis rangka,
d. Sambungan
Sambungan mekanis harus diklasifikasikan sebagai salah satu dari sambungan
mekanis Tipe 1, yaitu memenuhi mengembangkan tarik atau tekan paling
sedikit 1,25fy batang tulangan atau Tipe 2, yaitu memenuhi mengembangkan
tarik atau tekan paling sedikit 1,25fy batang tulangan dan harus
mengembangkan kekuatan tarik yang ditetapkan dari batang tulangan yang
disambung. Serta sambungan mekanis Tipe 1 tidak boleh digunakan dalam
jarak sama dengan dua kali tinggi komponen struktur dari muka kolom atau
balok untuk rangka momen khusus atau dari penampang dimana pelelehan
tulangan sepertinya terjadi sebagai akibat dari perpindahan lateral inelastis.
Sambungan mekanis Tipe 2 diizinkan untuk digunakan pada sebarang lokasi.
Sambungan las harus mengembangkan paling sedikit 1,25fy batang tulangan dan
tidak boleh digunakan dalam jarak sama dengan dua kali tinggi komponen
struktur dari muka kolom atau balok untuk rangka momen khusus atau dari
penampang dimana pelelehan tulangan sepertinya terjadi sebagai akibat dari
perpindahan lateral inelastis. Serta pengelasan sengkang, pengikat, sisipan, atau
elemen lainnya yang serupa pada tulangan longitudinal yang diperlukan oleh
desain tidak diizinkan.
D.1.c. Persyaratan Tulangan Tranversal
a. Sengkang harus dipasang pada daerah komponen struktur rangka berikut (Gambar
2.8):
22
Gambar 2.8 Sengkang Tertutup Saling Tumpuk dan Ilustrasi Batasan pada Spasi
Horizontal Maximum Batang Tulangan Longitudinal yang Ditumpu
(SNI 2847:2013)
Sepanjang suatu panjang yang sama dengan dua kali tinggi komponen
struktur yang diukur dari muka komponen struktur penumpu ke arah
tengah bentang, di kedua ujung komponen struktur lentur
Sepanjang panjang-panjang yang sama dengan dua kali tinggi
komponen struktur pada kedua sisi suatu penampang dimana pelelehan
lentur sepertinya terjadi dalam hubungan dengan perpindahan lateral
inelastis rangka.
b.Sengkang tertutup pertama harus ditempatkan tidak lebih dari 50 mm dari muka
komponen struktur penumpu. Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi yang
terkecil dari d/4, enam kali diameter terkecil batang tulangan lentur utama dan 150
mm
D.1.d. Persyaratan Kuat Geser untuk Komponen Strukur Lentur
23
a. Gaya geser desain (Ve) harus ditentukan dari peninjauan gaya statis pada
bagian komponen struktur antara muka-muka joint. Harus diasumsikan bahwa
momen-momen dengan tanda berlawanan yang berhubungan dengan kekuatan
momen lentur yang mungkin,Mpr, bekerja pada muka-muka joint dan bahwa
komponen struktur dibebani dengan beban gravitasi tributari terfaktor sepanjang
bentangnya (Gambar 2.9).
Gambar 2.9 Geser Desain untuk Balok (SNI 2847:2013)
b. Tulangan transversal sepanjang panjang yang diidentifikasi dalam 2.4.1.3a
harus diproporsikan untuk menahan geser dengan mengasumsikan Vc = 0 bilamana
terjadi gaya geser yang ditimbulkan gempa yang dihitung sesuai dengan 2.4.1.4a
mewakili setengah atau lebih dari kekuatan geser perlu maksimum dalam panjang
24
tersebut dan gaya tekan aksial terfsaktor (Pu) termasuk pengaruh gempa kurang dari
Agf’c/20.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Perencanaan Portal Gedung Rumah Sakit RSUD Ungaran, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dimensi struktur gedung berdasarkan software SAP 2000 v10 dan
perhitungan secara manual menurut SNI 03-2847-2013 ditentukan sebagai
berikut :
a. Dimensi balok terdiri dari :
Tabel 5.1. Dimensi Balok
NO NAMA UKURAN (cm)
1 B1 65 x 45
2 B2 75 x 45
3 B3 60 x 45
4 B4 60 x 40
5 B5 55 x 35
6 B6 80 x 70
7 BA 55 x 35
8 BL 40 x 20
74
b. Dimensi kolom terdiri dari :
Tabel 5.2. Dimensi Kolom
NO NAMA UKURAN
(cm)
1 KIA 75 x 75
2 KIB 70 x 55
3 KIC D 85
4 K2A 90 x 85
5 K3C D 75
6 KL 35 x 25
7 KS 55 x 40
8 KS 80 x 120
Plat Lantai Basement tebal 12 cm
Plat Lantai 1 - 3 tebal 12 cm
Plat Lantai 4 - 8 tebal 10 cm
Plat Lantai Atap tebal 10 cm
2. Hasil analisis desain seismik, SNI 1726:2012 mengelompokkan
berdasarkan nilai SDS, SD1 dan kategori resiko, Dari perhitungan yang telah
dilakukan didapatkan nilai SD1 sebesar 0,231 g dan Ta = 2,398 detik.
maka besarnya periode maksimum adalah sebagai berikut :
= 1,4 x 2,398= 3,3586 detik.
Kontrol batasan waktu getar :
75
Tcx < Tmaks
1,97078 < 3,3586 detik OK, batasn periode terpenuhi
Tcx < Tmaks
1.92998 < 3,3586 detik OK, batasan periode terpenuhi
3. Berdasarkan hasil Perencanaan Portal Gedung Rumah Sakit RSUD Ungaran
telah memenuhi persyaratan perencanakan untuk gedung 8 lantai dan 1
basement menurut SNI 03-2847-2013.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dari desain struktur Perencanaan Portal
Gedung Rumah Sakit RSUD Ungaran adalah:
1. Pemilihan sistem struktur dalam desain Perencanaan Portal Gedung Rumah
Sakit RSUD Ungaran sebaiknya langsung mempertimbangkan konfigurasi
struktur, agar tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaan
desain struktur.
2. Desain dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
dapat menjadi alternatif Perencanaan Portal Gedung Rumah Sakit RSUD
Ungaran.
3. Jarak antar kolom yang simetri menjadi faktor yang penting dalam
kestabilan struktur. Hal tersebut terbukti pada penggunaan kolom dengan
jarak yang simetri, sehingga distribusi beban dapat disalurkan merata pada
setiap kolomnya.
76
4. Perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturan-peraturan
struktur, agar mempertimbangkan fungsi ruang agar menghasilkan struktur
yang stabil dan nyaman.
77
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung, SNI 03-2847,2013. Jakarta : Standar Nasional Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional,2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 03-1726-2012. Jakarta :
Standar Nasional Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional,2013. Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan Struktur Lain, SNI 03-1727,2013. Jakarta : Standar Nasional
Indonesia.
Terzaghi, K. dan Peck, R.B. 1967. Soil Mechanics in Engineering Practice. John
Wiley, NewYork. 729.
Wesley, L.D. 1973. Mekanika Tanah. Jakarta :Badan Penerbit Pustaka Umum.
Wangsadinata, W. (2006). Perencanaan bangunan Tahan Gempa Berdasarkan SNI
1726-2002. Shortcourse HAKI 2006. Jakarta