perencanaan lanskap kawasan ekowisata gambut...

14
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kawasan gambut yang berada di tengah Kota Sintang dengan luas areal sebesar 213 hektar. Kawasan ini terletak di Desa Baning, Kota Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis kawasan ini terletak di antara 110°37’ sampai 113°37’ Bujur Timur dan 1°3’ sampai 1°16’ Lintang Selatan. Kawasan sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Puri, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Ladang, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Baning. Orientasi lokasi penelitian serta kondisi kawasan gambut Baning ditampilkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Waktu penelitian dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan. Kegiatan penelitian meliputi studi pustaka, pengamatan lapangan, pengolahan data, dan penyusunan laporan. Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian berupa perangkat keras dan perangkat lunak komputer, serta alat untuk survei lapangan dan peta-peta (Tabel 12). Tabel 12 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Alat dan Bahan Kegunaan 1) Komputer 2) GPS 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital administrasi Kota Sintang dan peta dasar lain 7) AutoCAD 2010 8) Photoshop Pengolahan data, pelaporan Survei lapang untuk pengambilan titik koordinat Dokumentasi objek dan kawasan Analisis spasial Analytical Hierarchy Process (AHP) Sumber untuk membuat peta tematik Perencanaan kawasan Perencanaan kawasan

Upload: tranhuong

Post on 10-Jun-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

41

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada kawasan gambut yang berada di tengah Kota

Sintang dengan luas areal sebesar 213 hektar. Kawasan ini terletak di Desa

Baning, Kota Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis kawasan ini

terletak di antara 110°37’ sampai 113°37’ Bujur Timur dan 1°3’ sampai 1°16’

Lintang Selatan. Kawasan sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung

Puri, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Ladang, dan sebelah barat

berbatasan dengan Desa Baning. Orientasi lokasi penelitian serta kondisi

kawasan gambut Baning ditampilkan pada Gambar 6 dan Gambar 7.

Waktu penelitian dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan. Kegiatan

penelitian meliputi studi pustaka, pengamatan lapangan, pengolahan data, dan

penyusunan laporan.

Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian berupa perangkat keras

dan perangkat lunak komputer, serta alat untuk survei lapangan dan peta-peta

(Tabel 12).

Tabel 12 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Alat dan Bahan Kegunaan

1) Komputer 2) GPS 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital administrasi Kota

Sintang dan peta dasar lain 7) AutoCAD 2010 8) Photoshop

Pengolahan data, pelaporan Survei lapang untuk pengambilan titik koordinat Dokumentasi objek dan kawasan Analisis spasial Analytical Hierarchy Process (AHP) Sumber untuk membuat peta tematik Perencanaan kawasan Perencanaan kawasan

Page 2: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

42

Sumber: RDTRK Sintang 2007

Gambar 6 Orientasi Kota Sintang dan lokasi penelitian.

Sumber: BKSDA Kal-Bar 2010, dokumentasi 2011

Gambar 7 Lokasi penelitian dan kondisi eksisting kawasan gambut Baning

Lokasi penelitian: Kawasan gambut Baning

Page 3: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

43

Tahapan Penelitian Penelitian ini secara umum dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu

pengumpulan dan pengklasifikasian data, riset, dan perencanaan kawasan.

Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 8.

Tahap I: Pengumpulan dan pengklasifikasian data Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan data

penelitian, baik data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data

hasil pengamatan di lokasi penelitian dan hasil penilaian responden. Data

sekunder diperoleh dari studi pustaka serta data lainnya yang mendukung. Jenis,

kegunaan dan sumber data penelitian ditampilkan pada Tabel 13.

Tabel 13 Jenis/informasi, kegunaan dan sumber data penelitian

Jenis data/informasi Unit Kegunaan Sumber data Keluaran Data umum

1) Citra Ikonos 2) Peta administrasi

/RDTRK

- -

Analisis kawasan perencanaan

Bappeda

Peta batas administrasi kawasan

Karakter ekologis kawasan

1) Hidrologi dan tata air

2) Ketebalan gambut 3) Kualitas air

-

m -

Deskripsi dan analisis karakter ekologis kawasan

BKSDA, Bappeda, BMG dan survei

Peta tingkat kealamian ekologis kawasan

Objek dan daya tarik ekowisata

1) Sebaran jenis flora

2) Sebaran jenis fauna

3) Ekosistem/habitat 4) View (kualitas

visual)

- - - -

Analisis objek dan daya tarik ekowisata

BKSDA, Bappeda dan survei

Peta potensi objek dan daya tarik ekowisata

Aturan 1) RTRW 2) RDTRK

- -

Analisis aturan (dukungan kebijakan)

Bappeda

Peta tata guna lahan yang mendukung perencanaan kawasan

Dukungan masyarakat

1) Masyarakat kota - Analisis dukungan masyarakat

Wawancara & kuisioner

Keinginan masyarakat dalam mendukung perencanaan kawasan

Page 4: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

44

Kawasan Gambut Baning Kota Sintang

Tahap IPengumpulan dan klasifikasi

data

Survei lapangan Studi pustakaPeta

Tahap IIRiset Potensi objek dan daya tarik

ekowisata kawasan gambut Potensi visual kawasanKondisi ekologis kawasan gambut

Analisis karakter ekologis kawasan gambut

Klasifikasi data

Analisis visual

Metode peringkat (Skoring)

Metode peringkat (Skoring)

Scenic Beauty Estimation (SBE)

Analisis potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan gambut

Peta tingkat kealamian ekologis kawasan gambut

Peta zona ekowisata potensial kawasan gambut

Peta komposit (Peta zonasi ekowisata kawasan)

Analisis hierarki

Konsep pengembangan ekowisata(Lanskap, aktivitas, fasilitas)

Dukungan masyarakat kota

Kebijakan penataan ruang (RTRW) kota untuk

penyesuaian perencanaan

Sintesis (Zonasi pengembangan ekowisata kawasan gambut)

Tahap IIIPerencanaan

lanskap/kawasan

Rencana Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut Baning di Kota Sintang

Peta potensi objek dan daya tarik ekowisata Peta kualitas visual

Deskriptif

Gambar 8 Alur tahapan penelitian

Page 5: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

45

Tahap II: Riset

Pada tahapan ini dilakukan analisis data yang telah ditetapkan.

1) Deskripsi dan analisis karakter ekologis kawasan gambut Analisis dilakukan untuk mengetahui karakter ekologis kawasan sehingga

diketahui faktor-faktor ekologis yang dapat membatasi kegiatan perencanaan

ekowisata di kawasan gambut.

Data yang diperlukan berupa data karakter ekologis kawasan yang terdiri

dari ketebalan lapisan gambut, tinggi muka air tanah, sumber air,

drainase/pengaliran air, kualitas air, serta kualitas penutupan vegetasi. Kajian

terhadap karakter ekologis kawasan meliputi kajian terhadap seluruh kawasan

seluas 213 ha. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan perbedaan jenis

penutupan lahan dalam kawasan. Matriks penilaian karakter ekologis kawasan

gambut ditunjukkan pada Tabel 14.

Nilai skor ditentukan dengan nilai 1 sampai 4. Dengan kriteria 1 untuk

karakter ekologis buruk, 2 untuk sedang, 3 untuk baik dan 4 untuk sangat baik.

Penghitungan penilaian karakter ekologis selanjutnya digunakan untuk

menentukan tingkat kealamian ekologis kawasan gambut. Tingkat kealamian

ekologis terdiri dari tiga kelas kategori, yaitu tingkat kealamian tinggi, alami, dan

rendah. Penentuan kelas kategori dengan menggunakan teknik skoring (Slamet

1993):

Interval kelas kategori (IK) = -

Keterangan: SMa = Skor maksimal

SMi = Skor minimal

Dengan kategori:

Tinggi = SMi + 2.IK + 1 sampai SMa

Alami = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2.IK)

Rendah = SMi sampai SMi + IK

Page 6: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

46

Tabel 14 Penilaian karakter ekologis kawasan gambut

Karakter ekologis Kategori Skor Kriteria

Ketebalan gambut

1) Ketebalan gambut 0,5-1 m 2) Ketebalan gambut 1-2 m 3) Ketebalan gambut 2-3 m 4) Ketebalan gambut > 3m

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Tinggi muka air tanah

1) Tinggi muka air tanah <40 cm di musim kemarau 2) Tinggi muka air tanah 40-60 cm di musim kemarau 3) Tinggi muka air tanah 60-80 cm di musim kemarau

atau melewati permukaan tanah 4) Tinggi muka air tanah >80 cm di musim kemarau

atau melewati permukaan tanah

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Kualitas air

1) Penurunan kualitas air tampak sangat nyata, sumber limbah terletak <0,5 km

2) Penurunan kualitas air tampak nyata, sumber limbah terletak 0,5-1,5 km

3) Terdapat sedikit penurunan kualitas air, sumber limbah terletak 1,5-3 km

4) Tidak terdapat penurunan kualitas air, sumber limbah terletak >3 km

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Sumber air

1) Sumber air tidak ada, dan tidak lagi menunjang pertumbuhan vegetasi

2) Sumber air terutama adalah aliran dari pemukiman, irigasi dan sistem hidrologi buatan lainnya

3) Sumber air sebagian besar alami, tapi juga mendapat sejumlah kecil aliran dari sumber antropogenik

4) Sumber air alami dari hujan, air tanah atau aliran dari tubuh air yang berdekatan

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Kualitas penutupan vegetasi

1) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami <49% 2) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami 50-

69% 3) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami 70-

89% 4) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami <90%

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Drainase (tingkat pengaliran air)

1) Sangat cepat 2) Cepat 3) Agak cepat 4) Baik-sedang

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Sumber: EPA Nature Serve Report (2008), Ramsar Handbook 11 (2006), hasil olahan (2011)

2) Analisis potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan

Analisis potensi objek dan daya tarik ekowisata dilakukan berdasarkan nilai

keunikan (uniqueness), kelangkaan (scarcity), kealamian dan keutuhan

ekosistem (naturalness), dan keanekaragaman (diversity). Objek dan daya tarik

Page 7: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

47

ekowisata yang dinilai adalah flora, fauna, dan habitat. Data yang diperlukan

berupa jenis flora dan fauna yang ada dalam kawasan serta sebarannya.

Kriteria penilaian potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan gambut

disajikan pada Tabel 15. Nilai skor ditentukan dengan nilai 1 sampai 4. Dengan

kriteria 1 untuk kurang, 2 untuk sedang, 3 untuk baik, dan 4 untuk kriteria sangat

baik. Penghitungan penilaian selanjutnya dimasukkan ke dalam kriteria potensi,

yakni potensi tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelas potensi dengan

menggunakan teknik skoring (Slamet 1993):

Interval kelas kategori (IK) = -

Dengan kategori:

Tinggi = SMi + 2.IK + 1 sampai SMa

Sedang = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2.IK)

Rendah = SMi sampai SMi + IK

3) Analisis kualitas visual objek dan atraksi wisata Analisis kualitas visual (view) dilakukan dengan menggunakan metode

Scenic Beauty Estimation (SBE). Pengambilan data visual untuk keperluan

penilaian berupa slide dari hasil pemotretan di kawasan pada survei lapangan.

Slide hasil pemotretan selanjutnya dipresentasikan kepada responden untuk

memperoleh nilai kualitas pemandangan kawasan gambut. Penilaian

menggunakan metode SBE dengan responden sebanyak 40 orang diambil

secara acak dari mahasiswa Kehutanan yang memiliki latar belakang

pengetahuan tentang ekosistem hutan gambut. Slide foto lanskap hasil

pemotretan disajikan satu persatu kepada responden dengan durasi 7-8 detik.

Untuk mendapatkan nilai Scenic Beauty Estimation (SBE), data untuk

setiap lanskap dikelompokkan berdasarkan peringkat atau skala penilaian dari 1

sampai 10 dan untuk setiap rangking dihitung jumlah frekuensi, frekuensi

kumulatif, peluang kumulatif, dan nilai z. Dari keseluruhan nilai z rata-rata untuk

tiap titik ditentukan satu nilai z dari titik tertentu sebagai standar untuk

perhitungan (Daniel dan Boster 1976).

Page 8: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

48

Tabel 15 Kriteria penilaian potensi objek dan daya tarik ekowisata kawasan gambut

Objek dan daya tarik ekowisata

Potensi dan bobot Skor

Kriteria Keunikan (uniqueness) Kelangkaan (scarcity) Kealamian (naturalness) Keragaman (diversity)

Flora

1) Tidak terdapat spesies

endemik 2) Spesies endemik <3

jenis 3) Spesies endemik 3-5

jenis 4) Terdapat spesies

endemik >5 jenis

1) Tidak terdapat spesies

langka 2) Spesies langka <3 jenis 3) Spesies langka 3-5 jenis 4) Terdapat spesies langka

>5 jenis

1) Tidak alami, >50% spesies

eksotik 2) Cukup alami, 15-50%

spesies eksotik 3) Alami, <15% spesies

eksotik 4) Tinggi, tidak ada spesies

eksotik

1) Spesies tidak

beragam 2) Spesies cukup

beragam 3) Spesies beragam

4) Spesies sangat

beragam

1 2 3 4

Kurang Sedang Baik Sangat baik

Fauna 1) Tidak terdapat spesies endemik

2) Spesies endemik <3 jenis

3) Spesies endemik 3-5 jenis

4) Terdapat spesies endemik >5 jenis

1) Tidak terdapat spesies langka

2) Spesies langka <3 jenis 3) Spesies langka 3-5 jenis

4) Terdapat spesies langka

>5 jenis

1) Tidak alami, >50% spesies eksotik

2) Cukup alami, 15-50% spesies eksotik

3) Alami, <15% spesies eksotik

4) Tinggi, tidak ada spesies eksotik

1) Spesies tidak beragam

2) Spesies cukup beragam

3) Spesies beragam

4) Spesies sangat beragam

1 2 3 4

Kurang Sedang Baik Sangat baik

Habitat 1) Bukan merupakan habitat untuk spesies endemik

2) Habitat untuk <3 spesies endemik

3) Habitat untuk 3-5 spesies endemik

4) Habitat untuk >5 spesies endemik

1) Bukan merupakan habitat untuk spesies langka

2) Habitat untuk <3 spesies langka

3) Habitat untuk 3-5 spesies langka

4) Habitat untuk >5 spesies langka

1) Tidak alami, >50% modifikasi

2) Cukup alami, 15-50% modifikasi

3) Alami, <15% modifikasi 4) Habitat tinggi, tidak ada

modifikasi

1) Habitat tidak beragam

2) Habitat cukup beragam

3) Habitat beragam 4) Habitat sangat

beragam

1 2 3 4

Kurang Sedang Baik Sangat baik

Sumber: Font and Tribe (2000), MacKinnon (1986), hasil olahan (2011)

48

Page 9: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

49

Formulasi SBE yang digunakan dalam perhitungan adalah

SBE = ( ZLX – ZLS ) x 100

Dengan

SBE = Nilai SBE titik ke-x

ZLX = Nilai rata-rata z titik ke-x

ZLS = Nilai rata-rata z yang digunakan sebagai standar

Dengan menggunakan rumus tersebut, didapat nilai SBE untuk setiap

lanskap. Pola keindahan visual lanskap dapat dikelompokkan menurut pola

tinggi, sedang, dan rendah.

5) Komposit Hasil Analisis Komposit merupakan overlay hasil analisis karakter ekologis, objek dan

daya tarik ekowisata, dan kualitas visual kawasan. Proses overlay peta dilakukan

dengan metode GIS (ArcView 3.2) sehingga diperoleh peta integrasi atau peta

komposit yang merupakan zonasi ekowisata kawasan gambut Baning Kota

Sintang.

Zonasi ekowisata kawasan gambut Baning Kota Sintang yang diperoleh

merupakan zonasi ekowisata potensial yang selanjutnya dapat dikembangkan

menjadi kawasan ekowisata.

6) Dukungan masyarakat kota terhadap perencanaan kawasan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dukungan masyarakat kota

terhadap pengembangan kawasan gambut. Analisis dilakukan dengan

menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengumpulan data

dengan wawancara menggunakan kuisioner. Responden yang dipilih adalah

para pakar dengan jumlah responden 10 orang, berasal dari kalangan akademisi,

LSM konservasi, dan tokoh masyarakat. Penentuan pakar sebagai responden

dilakukan berdasarkan kriteria berikut a) memiliki keahlian atau menguasai

secara akademik bidang yang diteliti; b) memiliki reputasi kedudukan atau

jabatan dan sebagai ahli dalam bidang yang diteliti; c) memiliki pengalaman

dalam bidang kajian yang diteliti. Struktur hierarki rencana pengembangan

ekowisata kawasan gambut kota Sintang dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 10: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

50

Gambar 9 Struktur hierarki hubungan perbandingan berpasangan perencanaan pengembangan ekowisata kawasan gambut Baning.

Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan AHP dengan

perangkat lunak Expert Choice. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu

persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi

bagian-bagiannya, serta menatanya dalam suatu hierarki.

Tahapan dalam analisis data adalah sebagai berikut (Saaty 1991):

1) Identifikasi sistem

Mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan,

dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para

pakar yang memahami permasalahan sehingga diperoleh konsep yang

relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

2) Penyusunan struktur hierarki

Diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan, kriteria, dan

kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah

3) Perbandingan berpasangan.

Menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masing-masing

tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya, teknik perbandingan

berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan “judgement” atau

pendapat dari para responden yang dianggap sebagai “key person“, mereka

dapat terdiri atas pengambil keputusan, para pakar, dan orang yang terlibat

dan memahami permasalahan yang dihadapi.

4) Matriks pendapat individu (A = (aij)), disajikan pada Tabel 16

Pengembangan ekowisata kawasan gambut kota Sintang

Level 1: Tujuan

Menjaga ekosistem kawasan

Level 2: Kriteria

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Meningkatkan kesadaran masyarakat

Memperbaiki lingkungan perkotaan

Memperbaiki fasilitas kota

Ekowisata berbasis ekologi

Ekowisata berbasis keseimbangan ekologi-masyarakat

Ekowisata berbasis masyarakat

Level 3: Alternatif

Page 11: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

51

Tabel 16 Formulasi matriks pendapat individu

C1 C2 ... Cn

C1 1 A12 ... a1n

C2 1/a12 1 ... a2n

... ... ... ... ...

Cn 1/a1n 1/a2n ... 1

dalam hal ini C1, C2, ..... Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam

hierarki.

5) Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk

matriks n x n, nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil perbandingan

yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj.

6) Matriks pendapat gabungan

Merupakan matriks baru yang elemen-elemennya berasal dari rata-rata

geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio inkonsistensinya

memenuhi syarat.

7) Pengolahan horisontal

Yaitu a) perkalian baris; b) perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri (eigen

vektor); c) perhitungan akar ciri (eigen value) maksimum, dan d) perhitungan

rasio inkonsistensi, nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk

menghitung konsistensi jawaban responden.

8) Pengolahan vertikal

Digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat

hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama.

9) Revisi pendapat

Dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi (>0,1),

beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya

responden tersebut dihilangkan.

7) Analisis Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Sintang untuk

penyesuaian dan dukungan keberlanjutan kawasan Analisis berupa kajian deskriptif terhadap Rencana Detail Tata Ruang Kota

(RDTRK) Sintang yang merupakan arah kebijakan pemerintah dalam

pembangunan dan pengembangan kota. Kajian dilakukan untuk melihat ada atau

Page 12: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

52

tidaknya dukungan kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan

pengembangan ekowisata di kawasan, rencana pemerintah daerah dalam

pengembangan penggunaan lahan pada kawasan lain di sekitar kawasan

gambut Baning, dan instrumen kebijakan lain yang berkaitan.

Analisis RDTRK Sintang dilakukan dengan membuat penilaian terhadap

bentuk rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang terutama yang

berdekatan dengan kawasan. Peta dasar yang digunakan untuk penilaian

keterkaitan RDTRK Sintang adalah peta administrasi Kota Sintang, terutama

Bagian Wilayah Kota (BWK) B. Kajian terhadap bentuk tata guna lahan dalam

RDTRK Sintang dengan melihat bentuk rencana pemanfaatan ruang yang

mendukung keberlanjutan kawasan gambut Baning dan yang tidak mendukung.

Penilaian bentuk rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang ditampilkan

pada Tabel 17.

Nilai skor untuk penilaian dukungan rencana pemanfaatan ruang dalam

RDTRK ditentukan dengan nilai 1 sampai 4, dengan 1 untuk buruk, 2 untuk

sedang, 3 untuk baik, dan kriteria 4 untuk kriteria sangat baik. Penghitungan

penilaian selanjutnya dimasukkan ke dalam tiga kelas kategori dukungan yakni

kebijakan yang sangat mendukung, kebijakan yang cukup mendukung, dan

kebijakan yang tidak mendukung. Penentuan kelas kategori dukungan dengan

menggunakan teknik skoring (Slamet 1993):

Interval kelas kategori (IK) = -

Dengan kategori:

Sangat mendukung = SMi + 2.IK + 1 sampai SMa

Cukup mendukung = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2.IK)

Tidak mendukung = SMi sampai SMi + IK

8) Sintesis Sintesis dibuat berdasarkan zonasi ekowisata kawasan hasil komposit,

penilaian dukungan masyarakat kota, dan penilaian dukungan kebijakan

pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang. Sintesis adalah penentuan konsep

perencanaan pengembangan lanskap kawasan ekowisata. Hasil penilaian

Page 13: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

53

lanjutan ini untuk mendapatkan zonasi pengembangan ekowisata untuk kawasan

gambut Baning di Kota Sintang.

Hasil sintesis berupa rencana ruang integratif dalam bentuk rencana blok

(block plan) yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi lanskap kawasan

ekowisata gambut.

Tabel 17 Penilaian kesesuaian dan dukungan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang terhadap keberlanjutan kawasan

Bentuk tata guna lahan Kategori Skor Kriteria

Pemukiman

1) Pemukiman dengan kepadatan tinggi 2) Pemukiman dengan kepadatan

menengah 3) Pemukiman dengan kepadan sedang 4) Pemukiman dengan kepadatan rendah

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Industri 1) Industri berat 2) Industri menengah 3) Industri sedang 4) Industri kecil

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Transportasi 1) Jalan arteri 2) Jalan kolektor 3) Jalan lokal 4) Jalan lingkungan

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Perkantoran dan pendidikan

1) Perkantoran besar 2) Perkantoran menengah 3) Perkantoran sedang 4) Perkantoran kecil

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Pusat perdagangan dan jasa

1) Perdagangan besar 2) Perdagangan menengah 3) Perdagangan sedang 4) Perdagangan kecil

1 2 3 4

Buruk Sedang Baik Sangat baik

Sumber: Revisi RDTRK Sintang 2007-2012, hasil olahan (2011)

Tahap III: Perencanaan Lanskap Kawasan Tahapan perencanaan lanskap kawasan ekowisata dilakukan berdasarkan

hasil sintesis. Pengembangan ekowisata di kawasan dilakukan dengan membuat

penataan kawasan sesuai dengan konsep pengembangan. Perencanaan berupa

gambar penataan yang dapat memberikan informasi mengenai potensi ekowisata

kawasan gambut.

Rencana ekowisata berupa rencana ruang dan sirkulasi, rencana aktivitas,

dan rencana fasilitas ekowisata yang terkait dengan penggunaan ruang.

Rencana ruang ekowisata berupa penentuan ruang ekowisata utama, transisi

Page 14: Perencanaan Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57860/2012hku_BAB... · 3) Kamera digital 4) ArcView 3.2 5) Expert Choice 6) Peta digital

54

dan pendukung pada kawasan gambut dalam bentuk gambar/ilustrasi dengan

menggunakan perangkat lunak AutoCAD 2010 dan Photoshop. Perencanaan

sirkulasi dibuat agar terdapat hubungan antarruang ekowisata, baik ruang dalam

satu bentuk kegiatan ekowisata maupun antara satu bentuk kegiatan ekowisata

dengan bentuk kegiatan lainnya. Jalur ditentukan berdasarkan ketersediaan

objek dan daya tarik ekowisata yang terdapat dalam kawasan. Bentuk jalur

dalam sirkulasi dibuat berdasarkan kondisi fisik ekologis kawasan gambut.

Rencana aktivitas ekowisata dibuat berdasarkan kondisi fisik ekologis

kawasan dan potensi objek dan daya tarik ekowisata yang ada. Rencana

aktivitas ekowisata berupa rencana pengembangan kegiatan ekowisata dalam

kawasan. Rencana fasilitas ekowisata dilakukan berdasarkan keperluan fasilitas

di tiap-tiap ruang yang dikembangkan. Konsep perencanaan fasilitas

berdasarkan pada aktivitas yang dikembangkan dengan memperhatikan karakter

ekologis kawasan gambut.