perda no 11 tahun 2013

57
PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Situbondo. Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah–Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1950, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 19) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1965, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730) ; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) ; 4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301) ; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir

Upload: ikfina-himmaty

Post on 19-Nov-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

  • PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDONOMOR 11 TAHUN 2013

    TENTANG

    PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KABUPATEN SITUBONDO

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    BUPATI SITUBONDO,

    Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 28 PeraturanPemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan danPenyelenggaraan Pendidikan, perlu dibentuk PeraturanDaerah tentang Penyelenggaraan Pendidikan di KabupatenSitubondo.

    Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 ;

    2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentangPembentukan DaerahDaerah Kabupaten dalamLingkungan Provinsi Jawa Timur (Berita NegaraRepublik Indonesia Nomor 19 Tahun 1950, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 19)sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun1965, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 2730) ;

    3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 109, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) ;

    4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301) ;

    5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir

  • 2

    dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4844);

    6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat danDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4438);

    7. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang SistemKeolahragaan Nasional (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 89 Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4535) ;

    8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Gurudan Dosen (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 45) ;

    9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234) ;

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991tentang Pendidikan Luar Biasa (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1991 Nomor 94, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3460) ;

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991tentang Pendidikan Luar Sekolah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1991 Nomor 95, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3461) ;

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4496) sebagaimana telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2013 Nomor 71, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran NegaraTahun 2005 Nomor 41 Tambahan Lembaran NegaraNomor 4496) ;

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005tentang Pedoman Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintah Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4593) ;

  • 3

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi, dan PemerintahanDaerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ;

    16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentangOrganisasi Perangkat Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741) ;

    17. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentangPendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4769);

    18. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentangWajib Belajar (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4863) ;

    19. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentangPendanaan Pendidikan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 91, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);

    20. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentangPengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5105) sebagaimana telah beberapakali diubah, terakhir dengan Peraturan PemerintahNomor 66 Tahun 2010 ;

    21. Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Nomor 03Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja DinasDaerah (Lembaran Daerah Kabupaten SitubondoTahun 2008 Nomor 03);

    22. Peraturan Bupati Situbondo Nomor 85 Tahun 2010tentang Rencana Pembangunan Jangka MenengahDaerah (RPJMD) Kabupaten Situbondo Tahun 2011 2015.

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN SITUBONDO

    Dan

    BUPATI SITUBONDO

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAANPENDIDIKAN KABUPATEN SITUBONDO

  • 4

    BAB IKETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten

    Situbondo.3. Daerah adalah Kabupaten Situbondo.4. Bupati adalah Bupati Situbondo.5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

    disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan RakyatDaerah Kabupaten Situbondo.

    6. Dinas Pendidikan adalah Dinas Pendidikan KabupatenSitubondo.

    7. Kepala Dinas Pendidikan yang selanjutnya disebutKepala Dinas adalah Kepala Dinas PendidikanKabupaten Situbondo.

    8. Kepala Kantor Kementerian Agama yang selanjutnyadisebut Kepala Kantor adalah Kepala KantorKementrian Agama Kabupaten Situbondo.

    9. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar dan prosespembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara.

    10. Pendidikan nasional adalah pendidikan yangberdasarkan Pancasila dan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakarpada nilai-nilai agama, kebudayaan nasionalIndonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahanzaman.

    11. Jalur pendidikan adalah wahana yang diakui pesertadidik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatuproses pendidikan yang sesuai dengan tujuanpendidikan.

    12. Penyelenggara pendidikan adalah Pemerintah,Pemerintah Daerah atau masyarakat yangmenyelenggarakan pendidikan.

    13. Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatanpelaksanaan komponen sistem pendidikan padasatuan atau program pendidikan pada jalur, jenjangdan jenis pendidikan agar proses pendidikan dapatberlangsung sesuai dengan tujuan pendidikannasional.

    14. Pengelola pendidikan adalah Pemerintah, PemerintahDaerah, badan hukum penyelenggara satuanpendidikan pada jalur pendidikan formal, badan

  • 5

    hukum penyelenggaran satuan pendidikan pada jalurpendidikan non formal.

    15. Pengelolaan pendidikan adalah pengaturankewenangan dalam penyelenggaraan sistempendidikan nasional oleh Pemerintah, PemerintahProvinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, penyelenggarapendidikan yang didirikan masyarakat dan satuanpendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsungsesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

    16. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yangterstruktur dan berjenjang yang terdiri ataspendidikan dasar, pendidikan menengah, danpendidikan tinggi.

    17. Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakansecara terstruktur dan berjenjang.

    18. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluargadan lingkungan.

    19. Pendidikan Inklusi adalah sistem penyelenggaraanpendidikan yang memberikan kesempatan kepadasemua peserta didik yang memiliki kelainan danmemiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewauntuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalamsatu lingkungan pendidikan secara bersama-samadengan peserta didik pada umumnya.

    20. Vokasi adalah pendidikan yang diarahkan padapenguasaan keahlian terapan tertentu.

    21. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatuupaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejaklahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukanmelalui pemberian rangsangan pendidikan untukmembantu pertumbuhan dan perkembangan jasmanidan rohani agar anak memiliki kesiapan dalammemasuki pendidikan lebih lanjut.

    22. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yangditetapkan berdasarkan tingkat perkembanganpeserta didik dengan tujuan untuk mencapaikemampuan yang dikembangkan.

    23. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkanpada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuanpendidikan.

    24. Satuan pendidikan adalah kelompok layananpendidikan yang menyelenggarakan pendidikan padajalur formal, non formal dan informal pada setiapjenjang dan jenis pendidikan.

    25. Peserta didik adalah anggota masyarakat yangberusaha mengembangkan potensi diri melalui prosespembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang danjenis pendidikan tertentu.

    26. Wajib belajar adalah program pendidikan minimalyang harus diikuti oleh Warga Negara Indonesia atas

  • 6

    tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.27. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

    pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaranserta cara yang digunakan, sebagai pedomanpenyelenggaraan kegiatan pembelajaran untukmencapai tujuan pendidikan tertentu.

    28. Proses pembelajaran adalah proses interaksi pesertadidik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatulingkungan belajar.

    29. Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkupmateri dan tingkat kompetensi untuk mencapaikompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikantertentu.

    30. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenaikualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,pengetahuan, dan keterampilan.

    31. Pendidik adalah tenaga kependidikan yangberkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamongbelajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dansebutan lain yang sesuai kekhususannya sertaberpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

    32. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yangmengabdikan diri dan diangkat untuk menunjangpenyelenggaraan pendidikan.

    33. Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberitugas tambahan untuk memimpin Taman Kanak-Kanak/ Raudhotul Athfal/Bustanul Athfal(TK/RA/BA), Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB),Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), SekolahDasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah MenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), SekolahMenengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), SekolahMenengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), SekolahMenengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan(SMK/MAK), atau Sekolah Menengah Atas Luar Biasa(SMALB).

    34. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamamendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didikpada pendidikan anak usia dini jalur pendidikanformal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

    35. Pengawas sekolah/madrasah adalah Pegawai NegeriSipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenangsecara penuh oleh pejabat yang berwenang untukmelaksanakan pengawasan akademik dan manajerialpada sekolah/madrasah.

    36. Taman Kanak-Kanak yang selanjutnya disingkat TKadalah salah satu bentuk satuan Pendidikan AnakUsia Dini pada jalur pendidikan formal yangmenyelenggarakan program pendidikan bagi anakberusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam)tahun.

  • 7

    37. Raudhatul Athfal yang selanjutnya disingkat RA danBustanul Athfal yang selanjutnya disebut BA adalahsalah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dinipada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakanprogram pendidikan dengan kekhasan agama Islambagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6(enam) tahun.

    38. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan padajalur pendidikan formal yang melandasi jenjangpendidikan menengah yang diselenggarakan padasatuan pendidikan yang berbentuk sekolah dasar danMadrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yangsederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutanpendidikan pada satuan pendidikan yang berbentukSekolah Menengah Pertama (SMP) dan MadrasahTsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

    39. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalahsalah satu bentuk satuan pendidikan formal yangmenyelenggarakan pendidikan umum pada jenjangPendidikan dasar.

    40. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disingkat MIadalah salah satu bentuk satuan pendidikan formaldalam binaan Kementerian Agama yangmenyelenggarakan pendidikan umum dengankekhasan agama Islam pada jenjang pendidikandasar.

    41. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnyadisingkat SMP adalah salah satu bentuk satuanpendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikanumum pada jenjang pendidikan dasar sebagailanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajatatau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atausetara SD atau MI.

    42. Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat MTsadalah salah satu bentuk satuan pendidikan formaldalam binaan Kementerian Agama yangmenyelenggarakan pendidikan umum dengankekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasarsebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yangsederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakuisama atau setara SD atau MI.

    43. Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan padajalur pendidikan formal yang merupakan lanjutanpendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah MenengahKejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan(MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

    44. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkatSMA adalah salah satu bentuk satuan pendidikanformal yang menyelenggarakan pendidikan umumpada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutandari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau

  • 8

    lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atausetara SMP atau MTs.

    45. Madrasah Aliyah yang selanjutnya disingkat MAadalah salah satu bentuk satuan pendidikan formaldalam binaan Kementerian Agama yangmenyelenggarakan pendidikan umum dengankekhasan agama Islam pada jenjang pendidikanmenengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, ataubentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasilbelajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

    46. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnyadisingkat SMK adalah salah satu bentuk satuanpendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikankejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagailanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yangsederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakuisama atau setara SMP atau MTs.

    47. Madrasah Aliyah Kejuruan yang selanjutnya disebutMAK adalah salah satu bentuk satuan pendidikanformal dalam binaan Kementerian Agama yangmenyelenggarakan pendidikan kejuruan dengankekhasan agama Islam pada jenjang PendidikanMenengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, ataubentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasilbelajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

    48. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang selanjutnyadisingkat PKBM adalah satuan pendidikan non formalyang menyelenggarakan berbagai kegiatan belajarsesuai dengan kebutuhan masyarakat atas dasarprakarsa dari, oleh dan untuk masyarakat.

    49. Pendidikan layanan khusus adalah pendidikan bagipeserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,masyarakat adat yang terpencil dan/atau mengalamibencana alam, bencana sosial dan tidak mampu darisegi ekonomi.

    50. Pendidikan Inklusi adalah sistem penyelenggaraanpendidikan yang memberikan kesempatan kepadasemua peserta didik yang memiliki kelainan danmemiliki potensi kecerdasan dan/atau bakatistimewa, untuk mengikuti pendidikan ataupembelajaran dalam lingkungan pendidikan secarabersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

    51. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah tolok ukurkinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakandaerah.

    52. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteriaminimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayahhukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    53. Standar pendidikan adalah kriteria minimal tentangberbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaanpendidikan, yang berlaku dan yang harus dipenuhioleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan di

  • 9

    daerah.54. Standar biaya minimal pendidikan adalah standar

    yang mengatur komponen dan besarnya biayainvestasi dan operasional satuan pendidikan yangberlaku satu tahun sesuai dengan kategori satuanpendidikan.

    55. Pembebanan biaya pendidikan pada masyarakatadalah biaya yang ditanggung oleh masyarakatdengan cara penghitungan keseluruhan biayainvestasi dan operasional setelah dikurangi jumlahbantuan (subsidi) yang diterima oleh satuanpendidikan dari Pemerintah dan/atau PemerintahDaerah.

    56. Pendanaan pendidikan adalah penyediaansumberdaya keuangan yang diperlukan untukpengelolaan satuan pendidikan.

    57. Biaya pendidikan adalah sumberdaya keuangan yangdisediakan dan/atau diperlukan untuk biaya satuanpendidikan, biaya penyelenggaraan dan pengelolaanpendidikan, serta biaya pribadi peserta didik sesuaiperaturan perundang-undangan.

    58. Sumbangan pendidikan adalah penerimaan biayapendidikan baik berupa uang dan/atau barang/jasayang diberikan oleh peserta didik, orangtua/wali,perseorangan atau lembaga lainnya kepada satuanpendidikan yang bersifat sukarela, tidak memaksa,tidak mengikat dan tidak ditentukan oleh satuanpendidikan baik jumlah maupun jangka waktupemberiannya.

    59. Penilaian adalah proses pengumpulan danpengelolaan informasi untuk mengukur pencapaianhasil belajar peserta didik.

    60. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadapberbagai komponen pendidikan, pada setiap jalur,jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentukpertanggungjawaban pendidikan.

    61. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakanprogram dan/atau satuan pendidikan berdasarkankriteria yang telah ditetapkan.

    62. Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yangberbadan hukum yang didirikan dan dikelola olehguru untuk mengembangkan profesionalitas guru.

    63. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesianon Pemerintah yang mempunyai perhatian danperanan dalam bidang pendidikan.

    64. Dewan Pendidikan adalah lembaga mandiri yangberanggotakan berbagai unsur masyarakat yangpeduli pendidikan.

    65. Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiriyang beranggotakan orang tua/wali peserta didik,

  • 10

    komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yangpeduli pendidikan.

    66. Swasta adalah masyarakat yang menjadipenyelenggara satuan pendidikan formal dan nonformal.

    67. Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untukdigunakan di sekolah yang memuat materi pelajarandalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan,budi pekerti dan kepribadian, kemampuanpenguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dankesehatan yang disusun berdasarkan SNP.

    68. Dunia Usaha dan Dunia Industri adalah badandan/atau lembaga dunia kerja yang melakukankegiatan profit dan mempekerjakan tenaga kerjapotensial.

    69. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untukmengembangkan kompetensi yang disesuaikandengan ciri khas dan potensi daerah, termasukkeunggulan daerah, yang materinya tidak dapatdikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.

    70. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuanmanusia sebagai mahluk sosial yang digunakan untukmemahami lingkungan serta pengalamannya dan yangmenjadi pedoman tingkah lakunya.

    71. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yangselanjutnya disebut APBD adalah AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah KabupatenSitubondo.

    BAB IIDASAR, FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN

    Bagian KesatuDasar Pendidikan

    Pasal 2

    Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    Bagian KeduaFungsi dan Tujuan Pendidikan

    Pasal 3

    Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yangbermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi pesertadidik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat,

  • 11

    berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggung jawab.

    BAB IIIPRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

    Pasal 4

    (1) Penyelenggaraan pendidikan berdasarkan pada prinsipdemokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatifdengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM),transparansi, keterbukaan, akuntabilitas, nilaikeagamaan dan kultur masyarakat.

    (2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuanyang sistematis dengan sistem terbuka danmultimakna.

    (3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu prosespembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yangberlangsung sepanjang hayat dengan mengembangkanbudaya lokal.

    (4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberiketeladanan, membangun kemauan, danmengembangkan kreativitas peserta didik dalam prosespembelajaran.

    (5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkanbudaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenapwarga masyarakat.

    (6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakansemua komponen masyarakat melalui peran sertapenyelenggaraan dan pengendalian mutu layananpendidikan.

    (7) Pendidikan yang mengembangkan budaya lokalsebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkandengan Peraturan Bupati.

    BAB IVHAK DAN KEWAJIBAN

    Bagian KesatuHak Dan Kewajiban Pemerintah Daerah

    Pasal 5

    (1) Pemerintah Daerah berhak mengarahkan,membimbing, membantu dan mengawasipenyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

    (2) Pemerintah Daerah berkewajiban :a. memberikan layanan dan kemudahan serta

    menjamin terselenggaranya pendidikan yangbermutu bagi setiap warga masyarakat sampai

  • 12

    dengan pendidikan menengah;b. menjamin tersedianya anggaran guna

    terselenggaranya pendidikan dasar sampai denganpendidikan menengah.

    (3) Dalam pelaksanaannya sebagaimana dimaksud padaayat (2) dibiayai dari APBD sesuai kemampuankeuangan daerah.

    Bagian KeduaHak Dan Kewajiban Satuan Pendidikan

    Pasal 6

    (1) Setiap satuan pendidikan berhak:a. mendapatkan anggaran pendidikan dari Pemerintah,

    Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah;b. memperoleh kecukupan tenaga pendidik dan

    kependidikan, sarana dan prasarana sesuai denganstandar nasional pendidikan secara bertahap;

    c. mendapatkan anggaran pendidikan daripenyelenggara pendidikan ;

    d. memperoleh dana pendidikan dari masyarakat; dane. menetapkan kebijakan satuan pendidikan sesuai

    dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.(2) Setiap satuan pendidikan berkewajiban:

    a. menyusun Rencana Kegiatan Sekolah (RKS),Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS);

    b. melaksanakan proses pembelajaran;c. melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS);d. melaksanakan dan mengembangkan kurikulum

    sesuai dengan ketentuan pemerintah;e. melaksanakan program sekolah berbasis

    keunggulan dan kearifan lokal; danf. melaksanakan monitoring, evaluasi, dan menyusun

    laporan.

    Bagian KetigaHak dan Kewajiban Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    Pasal 7

    Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sesuai

    peraturan perundang-undangan;b. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan

    pengembangan kualitas;d. perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan

    hak atas hasil kekayaan intelektual; dan

  • 13

    e. kesempatan untuk menggunakan sarana, prasaranadan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaranpelaksanaan tugas.

    Pasal 8

    Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban :a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

    menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;b. mempunyai komitmen secara profesional untuk

    meningkatkan mutu pendidikan;c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,

    profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaanyang diberikan kepadanya;

    d. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasiakademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalandengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi danseni;

    e. bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasarpertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dankondisi tertentu, atau latar belakang keluarga, statussosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

    f. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama danetika ; dan

    g. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuanbangsa.

    Bagian KeempatHak dan Kewajiban Peserta Didik

    Pasal 9

    (1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:a. mendapatkan pendidikan agama dan budi pekerti sesuai

    dengan agama yang dianutnya dan diajarkan olehpendidik yang seagama;

    b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai denganbakat, minat dan kemampuan;

    c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi;d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang

    tuanya tidak mampu membiayai pendidikan;e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan

    pendidikan lain yang setara sesuai dengan ketentuanyang berlaku;

    f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengankecepatan belajar masing-masing dan tidakmenyimpang dari ketentuan batas waktu yangditetapkan.

  • 14

    Pasal 10

    Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikanberkewajiban :a. mengikuti proses pembelajaran sesuai peraturan satuan

    pendidikan dengan menjunjung norma dan etika satuanpendidikan;

    b. menjalankan ibadah sesuai dengan agama yangdianutnya dan menghormati pelaksanaan ibadahpeserta didik lain;

    c. menghormati pendidik dan tenaga kependidikan;d. memelihara kerukunan dan kedamaian untuk

    mewujudkan harmonisasi sosial;e. mencintai keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara

    serta menyayangi sesama peserta didik;f. mencintai dan melestarikan lingkungan;g. ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana,

    kebersihan, keamanan, dan ketertiban umum;h. menjaga kewibawaan dan nama baik satuan pendidikan

    yang bersangkutan;i. mematuhi semua peraturan yang berlaku.

    Bagian KelimaHak Dan Kewajiban Orang Tua

    Pasal 11

    (1) Orang tua berhak berperan serta dalam memilihsatuan pendidikan dan memperoleh informasi tentangperkembangan pendidikan anak.

    (2) Orang tua wajib mendidik anaknya dalam keluarga danbertanggung jawab atas pendidikan dasar agamanya.

    (3) Orang tua berkewajiban atas biaya untukkelangsungan pendidikan 12 (dua belas) tahunterhadap anaknya sesuai dengan kemampuan.

    (4) Bagi orang tua yang tidak mampu membiayaipendidikan 12 (dua belas) tahun untuk anaknyaditanggung oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerahsesuai kemampuan keuangan daerah.

    Bagian KeenamHak Dan Kewajiban Warga Masyarakat

    Pasal 12

    (1) Setiap warga mempunyai hak yang sama untukmemperoleh pendidikan yang bermutu.

    (2) Setiap warga yang memiliki kelainan fisik, emosional,mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperolehlayanan pendidikan khusus.

  • 15

    (3) Setiap warga yang memiliki keistimewaan kecerdasanatau bakat berhak memperoleh layanan pendidikankhusus.

    (4) Setiap warga berhak mendapat kesempatanmeningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

    (5) Setiap warga yang berusia 7 (tujuh) sampai 18 (delapanbelas) tahun wajib mengikuti pendidikan 12 (dua belas)tahun.

    (6) Setiap warga yang berada di daerah terpencil berhakmemperoleh layanan pendidikan khusus.

    (7) Ketentuan mengenai pendidikan di daerah terpencilsebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkandengan Peraturan Bupati.

    Pasal 13

    (1) Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi programpendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    (2) Masyarakat dan/atau Dunia Usaha dan Dunia Industriberkewajiban memberikan dukungan dalampenyelenggaraan pendidikan.

    (3) Peran serta dan kewajiban sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

    BAB VBAHASA PENGANTAR

    Pasal 14

    (1) Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara menjadibahasa pengantar dalam penyelenggaraan pendidikan.

    (2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasapengantar dalam tahap awal pendidikan, apabiladiperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atauketerampilan tertentu.

    (3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasapengantar pada satuan pendidikan tertentu untukmendukung kemampuan berbahasa asing pesertadidik.

    BAB VIJALUR, JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN

    Bagian KesatuUmum

    Pasal 15

    (1) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non

  • 16

    formal dan informal yang dapat saling melengkapi danmemperkaya.

    (2) Jalur pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatapmuka dan/atau melalui jarak jauh.

    (3) Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikandasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

    (4) Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dankhusus.

    (5) Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkandalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakanoleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/ataumasyarakat.

    Pasal 16

    Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagaimanadimaksud dalam pasal 15 yang diselenggarakanpemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakatdapat diwujudkan dalam bentuk :a. Pendidikan anak usia dini;b. Pendidikan dasar;c. Pendidikan menengah;d. Pendidikan tinggi;e. Pendidikan non formal;f. Pendidikan informal;g. Pendidikan inklusi.

    Bagian KeduaPendidikan Anak Usia Dini

    Pasal 17

    (1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelumjenjang pendidikan dasar.

    (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakanmelalui jalur pendidikan formal, non formal dan/atauinformal.

    (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formalberbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal(RA), Bustanul Athfal (BA), atau berbentuk lain yangsederajat.

    (4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), TamanPenitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang sederajat.

    (5) Pendidikan anak usia dini pada jalur informalberbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yangdiselenggarakan oleh lingkungan.

  • 17

    Bagian KetigaPendidikan Dasar

    Pasal 18

    (1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yangmelandasi jenjang pendidikan menengah.

    (2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar(SD)/Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dan MadrasahIbtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat sertaSekolah Menengah Pertama (SMP)/Sekolah MenengahPertama Luar Biasa (SMPLB) dan MadrasahTsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

    (3) Pendidikan dasar keagamaan diselenggarakanberdasarkan peraturan perundang-undangan.

    Bagian KeempatPendidikan Menengah

    Pasal 19

    (1) Pendidikan menengah merupakan kelanjutanpendidikan dasar.

    (2) Pendidikan menengah terdiri atas pendidikanmenengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

    (3) Pendidikan menengah berbentuk Sekolah MenengahAtas (SMA)/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa(SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Aliyah Kejuruan(MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

    (4) Pendidikan menengah keagamaan diselenggarakanberdasarkan peraturan perundang-undangan.

    Bagian KelimaPendidikan Tinggi

    Pasal 20

    Pendidikan tinggi diselenggarakan berdasarkan peraturanperundang-undangan.

    Bagian KeenamPendidikan Non Formal

    Pasal 21

    (1) Pendidikan non formal diselenggarakan bagi wargamasyarakat yang memerlukan pendidikan yangberfungsi sebagai pengganti, penambah dan/ataupelengkap pendidikan formal dalam rangkamendukung pendidikan sepanjang hayat.

    (2) Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan

  • 18

    hidup, pendidikan anak usia dini, (kelompok bermain,taman penitipan anak, taman pendidikan Al-Quran),pendidikan keaksaraan, pendidikan diniyah,pendidikan kesetaraan, pendidikan keterampilan danpengarusutamaan gender (pemberdayaan pendidikanwanita), pendidikan kepemudaan dan pendidikan lainyang ditujukan untuk mengembangkan kemampuanpeserta didik.

    (3) Satuan pendidikan non formal terdiri atas kelompokbelajar, lembaga kursus, lembaga pelatihan, PusatKegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), majelis talim,pondok pesantren dan satuan pendidikan yang sejenis.

    (4) Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setaradengan hasil program pendidikan formal setelahmelalui proses penyetaraan oleh lembaga yang ditunjukPemerintah dengan mengacu pada Standar NasionalPendidikan.

    Bagian KetujuhPendidikan Informal

    Pasal 22

    (1) Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluargadan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secaramandiri.

    (2) Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui samadengan pendidikan formal dan pendidikan non formalsetelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan StandarNasional Pendidikan.

    Bagian KedelapanPendidikan Inklusi

    Pasal 23

    Pendidikan inklusi bertujuan :a. memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada

    semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,emosional, mental dan sosial, atau memiliki potensikecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperolehpendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dankemampuannya;

    b. mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yangmenghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatifbagi semua peserta didik sebagaimana dimaksud padahuruf a.

    Pasal 24

    Satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23menggunakan kurikulum nasional yang menginventarisasi

  • 19

    kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai denganbakat, minat dan potensinya.

    Pasal 25

    (1) Pembelajaran pada pendidikan inklusimempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yangsensitif, peka dan berpihak berdasarkan karakteristikbelajar peserta didik.

    (2) Pelaksanaan pendidikan inklusi diatur denganPeraturan Bupati.

    Bagian KesembilanPendidikan Keagamaan

    Pasal 26

    (1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan olehPemerintah dan/atau kelompok masyarakat daripemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    (2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkanpeserta didik menjadi anggota masyarakat yangmemahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaranagamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

    (3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan padajalur formal, non formal dan informal.

    (4) Pendidikan keagamaan berbentuk pesantren, TamanPendidikan Al-Quran (TPQ), Pendidikan Diniyah,Majelis Talim, Pasraman, Pabhaja Samanera, SekolahMinggu dan bentuk lain yang sejenis.

    Bagian KesepuluhPendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

    Pasal 27

    (1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi pesertadidik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikutiproses pembelajaran karena kelainan fisik, emosionalmental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasandan bakat istimewa.

    (2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikanbagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,masyarakat adat yang terpencil dan/atau mengalamibencana alam, bencana sosial serta tidak mampu darisegi ekonomi.

    (3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khususdan pendidikan layanan khusus sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur denganPeraturan Bupati.

  • 20

    Bagian KesebelasPendidikan Kepemudaan, Keolahragaan dan Kebudayaan

    Pasal 28

    (1) Pendidikan kepemudaan diselenggarakan dalamlingkup satuan pendidikan.

    (2) Pendidikan kepemudaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) diselenggarakan sebagai upaya pembinaan danpengembangan generasi muda.

    (3) Setiap satuan pendidikan wajib menyelenggarakankegiatan organisasi kesiswaan.

    (4) Organisasi kesiswaan sebagaimana dimaksud padaayat (3) adalah Organisasi Siswa IntraSekolah/Madrasah (OSIS/OSIM) dan/atau Pramuka.

    Pasal 29

    (1) Pendidikan keolahragaan diselenggarakan dalamrangka pembibitan, pembinaan dan pengembangansebagai upaya peningkatan prestasi olahraga pelajarmelalui kegiatan intrakurikuler maupunekstrakurikuler.

    (2) Pendidikan keolahragaan dilaksanakan dalam upayauntuk membina dan meningkatkan prestasi olahragapelajar, klub olahraga pelajar dan menyelenggarakankompetisi olahraga secara berjenjang danberkelanjutan.

    (3) Pembinaan dan pengembangan pendidikankeolahragaan dilaksanakan melalui prosespembelajaran yang dilaksanakan oleh setiap satuanpendidikan.

    (4) Pendidikan keolahragaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

    Pasal 30

    (1) Pendidikan kebudayaan diselenggarakan dalam rangkapengenalan pemahaman dan pelestarian kesenian danbudaya.

    (2) Pendidikan kebudayaan sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi penyelenggaraan pendidikan kesenianpelajar, kesenian masyarakat dan pelestarian budaya.

  • 21

    BAB VIIWAJIB BELAJAR

    Pasal 31

    (1) Setiap warga yang berusia 7 (tujuh) tahun wajibmengikuti program wajib belajar, sedangkan wargayang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti programwajib belajar.

    (2) Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajibbelajar minimal pada jenjang pendidikan dasar.

    (3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yangdiselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,dan masyarakat.

    BAB VIIIKURIKULUM

    Bagian Pertama

    Kerangka Dasar, Struktur Kurikulum, dan Beban Belajar

    Pasal 32

    Kerangka dasar, struktur kurikulum, dan beban belajarkurikulum dilaksanakan sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

    Bagian KeduaMuatan Kurikulum

    Pasal 33

    (1) Pembelajaran untuk kelompok mata pelajaran agamadan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian,ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, kelompokmata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan padasetiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikandasar dan menengah memasukkan muatan/kegiatansesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    (2) Muatan/kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)adalah muatan kurikulum, yang dalam pelaksanaanpembelajarannya saling melengkapi antara kelompokpelajaran yang satu dengan kelompok mata pelajaranyang lain terintegrasi dalam silabus untuk kegiatanintrakurikuler dan berlaku untuk semua peserta didik.

    (3) Untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlakmulia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dialokasikan 2 (dua) jam pelajaran per minggu.

    (4) Penambahan alokasi waktu untuk kelompok matapelajaran agama dan akhlak mulia ditetapkan denganPeraturan Bupati.

  • 22

    Bagian KetigaMuatan Lokal

    Pasal 34

    (1) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakanpendidikan muatan lokal sesuai dengan potensi dankebutuhan yang dilaksanakan sebagai mata pelajarantersendiri dalam kegiatan intrakurikuler dan berlakupada semua peserta didik.

    (2) Bahasa daerah dan baca tulis Al-Quran sertapembiasaan merupakan pendidikan muatan lokal yangwajib dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.

    (3) Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikandasar sampai dengan menengah wajib melaksanakanpendidikan muatan lokal baca tulis Al-Quran danpembiasaan bagi murid yang beragama Islam dengancapaian:a. untuk jenjang SD/SDLB/MI dan sederajat sampai

    dengan mengenal dan membaca huruf Al-Quran;b. untuk jenjang SMP/SMPLB/Mts dan sederajat

    sampai dengan membaca dan menulis huruf Al-Quran dengan baik dan benar;

    c. untuk jenjang SMA/SMALB/MA, SMK, MAK dansederajat sampai dengan membaca dan menulishuruf Al-Quran dengan lancar, baik dan benar;

    d. untuk jenjang SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs danSMA/SMALB/MA, SMK, MAK dan sederajat wajibmelaksanakan pembiasaan meliputi :1. Akhlaq;2. Ibadah;3. Keimanan; dan4. Sejarah dan Kebudayaan Islam.

    (4) Bagi peserta didik yang beragama selain Islam, muatanlokal disesuaikan dengan ajaran dan kitab suci masing-masing agama.

    (5) Kurikulum muatan lokal lainnya diberikan sesuaidengan potensi dan kebutuhan yang dilaksanakansebagai mata pelajaran tersendiri dalam kegiatanintrakurikuler dan berlaku pada semua peserta didik.

    (6) Pelaksanaan pendidikan muatan lokal sebagaimanadimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5)diatur dengan Peraturan Bupati.

    Bagian KeempatPendidikan Berbasis Keunggulan Lokal

    Pasal 35

    (1) Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikandasar dan menengah dapat melaksanakan pendidikanberbasis keunggulan lokal sesuai dengan potensi

  • 23

    daerah dan kebutuhan yang dilaksanakan dalamkegiatan ekstrakurikuler.

    (2) Peserta didik dalam pendidikan berbasis keunggulanlokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusdipilih sesuai dengan kompetensi, bakat, minat, dankebutuhan peserta didik.

    (3) Pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokaldapat berupa :a. pendidikan yang bersifat akademis;b. pendidikan yang berbasis teknologi dan informasi;c. pendidikan yang bersifat kecakapan vokasi; dand. pendidikan berbasis masyarakat.

    Pasal 36

    (1) Pembelajaran dalam muatan kurikulum, muatan lokaldan keunggulan lokal dilaksanakan denganpengembangan pada kecakapan hidup danmengembangkan multi kecerdasan, khususnyakecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional.

    (2) Pelaksanaan kecakapan hidup sebagaimana dimaksudpada ayat (1) disesuaikan dengan jenjang pendidikan,potensi sumber daya dan kebutuhan masyarakatsetempat dengan pengembangan pada kemampuan danketerampilan untuk ketahanan hidup di masyarakatsetelah peserta didik berhasil menyelesaikanpendidikan.

    BAB IXPROSES PEMBELAJARAN

    Pasal 37

    (1) Perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan danpenilaian hasil pembelajaran dilaksanakan sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

    (2) Pelaksanaan proses pembelajaran harusmemperhatikan jumlah maksimal peserta didik setiapkelas dan beban mengajar maksimal setiap pendidik,rasio maksimal buku teks pelajaran setiap pesertadidik dan rasio maksimal peserta didik untuk setiappendidik dengan mengacu pada Standar PelayananMinimal Pendidikan.

    (3) Secara bertahap jumlah peserta didik setiap kelasuntuk jenjang pendidikan dasar paling banyak 32 (tigapuluh dua) dan pendidikan menengah paling banyak36 (tiga puluh enam) peserta didik agar pelaksanaankurikulum berjalan optimal.

    (4) Satuan pendidikan yang melaksanakan programpembelajaran secara khusus paling banyak 25 (duapuluh lima) peserta didik.

  • 24

    BAB XSTANDAR KOMPETENSI LULUSAN

    Pasal 38

    (1) Standar kompetensi lulusan semua jalur, jenjang, danjenis pendidikan dilaksanakan sesuai denganperaturan perundang-undangan.

    (2) Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikanyang melaksanakan muatan lokal sebagaimanadimaksud dalam Pasal 35 adalah bertujuanmeningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,akhlak mulia, serta ketrampilan hidup mandiri danmengikuti pendidikan lebih.

    BAB XIPENILAIAN HASIL BELAJAR

    Pasal 39

    (1) Penilaian hasil belajar untuk setiap satuan pendidikanpada jenjang pendidikan dasar dan menengahdilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    (2) Standar minimal nilai kelulusan peserta didik untuksetiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikandasar dan menengah pada mata pelajaran ujiansekolah bisa lebih tinggi dari standar minimal nilaikelulusan mata pelajaran ujian nasional.

    (3) Standar penilaian muatan lokal menjadi dasar standarkelulusan siswa.

    (4) Standar minimal nilai kelulusan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) di lingkungan DinasPendidikan menjadi kewenangan satuan pendidikandan disahkan oleh Dinas Pendidikan.

    (5) Standar minimal nilai kelulusan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) di lingkungan KementerianAgama menjadi kewenangan satuan pendidikan dandisahkan oleh Kementerian Agama.

    BAB XIIPENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

    Bagian PertamaUmum

    Pasal 40

    (1) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugasmerencanakan dan melaksanakan prosespembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukanpembimbingan dan pelatihan, serta melakukanpenelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

  • 25

    terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.(2) Kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik dan

    tenaga kependidikan dilaksanakan sesuai denganperaturan perundang-undangan.

    (3) Pemerintah Daerah memiliki kewajiban membina,meningkatkan kualifikasi akademik, kompetensipendidik dan tenaga kependidikan untuk memenuhistandar nasional pendidikan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) secara bertahap.

    (4) Pembinaan profesi guru pada pendidikan TK/SD/SDLBdan RA/MI melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) yangtergabung dalam organisasi gugus sekolah.

    (5) Pembinaan profesi guru pada pendidikan SMP/SMPLB,SMA/SMALB/SMK dan MTs/MA/MAK melaluiMusyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

    (6) Pembinaan profesi guru bimbingan dan konselingmelalui Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling(MGBK).

    (7) Pembinaan profesi Kepala TK/SD/SDLB dan RA/MI,dilakukan melalui Kelompok Kerja KepalaSekolah/Madrasah (KKKTK/KKKS/KKKM).

    (8) Pembinaan profesi Kepala SMP/SMPLB,SMA/SMALB/SMK dan MTs/MA/MAK dilakukanmelalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah/Madrasah(MKKS/KKKM).

    (9) Pembinaan profesi pengawas sekolah/madrasahmelalui Kelompok Kerja Pengawas Sekolah/Madrasah(KKPS/KKPM) pada pendidikan TK/SD/SDLB danRA/MI dan Musyawarah Kerja PengawasSekolah/Madrasah (MKPS/MKPM) pada SMP/SMPLB,SMA/SMALB/SMK, MTs/MA/MAK dikoordinasikanoleh Koordinator Pengawas (Korwas).

    (10) Pembinaan profesi pendidik Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD) jalur non formal melalui Kelompok KerjaPendidik (KKP) yang tergabung dalam HIMPAUDI.

    (11) Pembinaan tutor kesetaraan ( Paket A setara SD/MI,Paket B setara SMP/MTs dan paket C setara SMA/MA )melalui Kelompok Kerja Tutor (KKT).

    (12) Pembinaan profesi Ketua Penyelenggara PendidikanAnak Usia Dini (PAUD) jalur non formal dilakukanmelalui Forum PAUD.

    (13) Pembinaan profesi Ketua Penyelenggara PendidikanKesetaraan melalui Kelompok Kerja PenyelenggaraPendidikan Kesetaraan.

    (14) Pembinaan Pendidikan Non Formal (PNF) melaluikelompok kerja penilik yang tergabung dalam IkatanPenilik Indonesia (IPI) dan Forum Komunikasi PusatKegiatan Belajar Masyarakat (FKPKBM) KabupatenSitubondo.

    (15) Pembinaan profesi Tenaga Lapangan PendidikanMasyarakat (TLD) dan Fasilitator Desa Intensif (FDI)

  • 26

    melalui kelompok kerja TLD/FDI.(16) Pembinaan profesi sumber belajar dan penguji praktek

    kursus melalui Himpunan Sumber Belajar dan PengujiPraktek Indonesia (HISPPI).

    (17) Pembinaan profesi penyelenggara kursus melaluiHimpunan Penyelenggara Kursus Indonesia (HIPKI).

    Bagian KeduaTugas Pokok Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    Pasal 41

    (1) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugasmerencanakan dan melaksanakan prosespembelajaran, melakukan pembimbingan danpelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdiankepada masyarakat, terutama bagi pendidik padaperguruan tinggi.

    (2) Pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik,kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani danrohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkantujuan pendidikan nasional.

    (3) Kompetensi pendidik sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensiprofesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

    (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 42

    (1) Sertifikat pendidik diperoleh melalui programpendidikan profesi diselenggarakan oleh perguruantinggi yang memiliki program pengadaan tenagapendidik yang terakreditasi, baik yang diselenggarakanoleh pemerintah atau masyarakat, dan ditetapkan olehpemerintah.

    (2) Sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan diperolehdari perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) dan PendidikanLatihan Profesi Guru (PLPG).

    (3) Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat(1) berlaku sepanjang yang bersangkutanmelaksanakan tugas sebagai pendidik sesuai denganperaturan perundang-udangan.

    Pasal 43

    (1) Peningkatan kualifikasi akademik, kompetensi dansertifikasi pendidik menjadi tanggung jawabPemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

  • 27

    Daerah serta pendidik itu sendiri.(2) Penyediaan anggaran sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) disesuaikan dengan kemampuan keuangandaerah.

    Bagian ketigaTenaga Kependidikan

    Pasal 44

    (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakanadministrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasandan pelayanan teknis untuk menunjang prosespendidikan pada satuan pendidikan.

    (2) Tenaga kependidikan meliputi pengawassekolah/madrasah, penilik, kepala sekolah/madrasah,konselor, teknisi sumber belajar, laboran, pustakawan,tenaga administrasi, tenaga keamanan, pesuruh dantenaga kebersihan.

    (3) Ketentuan mengenai kedudukan tenaga kependidikan,kualifikasi akademik, dan kompetensi minimum yangdipersyaratkan, dilaksanakan sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

    a. Bagian keempatPengawas Sekolah

    Pasal 45

    (1) Tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah adalahmelaksanakan tugas pengawasan akademik danmanajerial pada satuan pendidikan yang meliputipenyusunan program pengawasan, pelaksanaanpembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan)Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingandan pelatihan profesional guru, evaluasi hasilpelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaantugas kepengawasan di daerah khusus.

    (2) Beban kerja pengawas sekolah adalah 37,5 (tiga puluhtujuh koma lima) jam perminggu didalamnya termasukpelaksanaan pembinaan, pemantauan, penilaian danpembimbingan di sekolah binaan.

    (3) Sasaran pengawasan bagi setiap sekolah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut :a. untuk Taman Kanak-Kanak/Raudathul Athfal dan

    Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah paling sedikit10 (sepuluh) satuan pendidikan dan/atau 60(enam puluh) guru;

    b. untuk Sekolah Menengah Pertama/MadrasahTsanawiyah dan Sekolah MenengahAtas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah

  • 28

    Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan paling sedikit7 (tujuh) satuan pendidikan dan/atau 40 (empatpuluh) guru mata pelajaran/kelompok matapelajaran;

    c. untuk sekolah luar biasa paling sedikit 5 (lima)satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh)pendidik ;dan

    d. untuk pengawas bimbingan dan konseling palingsedikit 40 (empat puluh) pendidik bimbingankonseling.

    (4) Untuk daerah khusus, beban kerja pengawas sekolahsebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit 5(lima) satuan pendidikan secara lintas tingkat satuandan jenjang pendidikan.

    (5) Jenis pengawas sekolah terdiri dari :a. Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal

    (TK/RA);b. Pengawas Sekolah Dasar/ Sekolah Dasar Luar

    Biasa/Madrasah Ibtidaiyah (SD/SDLB/MI);c. Pengawas Sekolah Menengah Pertama/ Sekolah

    Menengah Pertama Luar Biasa/MadrasahTsanawiyah (SMP/SMPLB/MTs);

    d. Pengawas Sekolah Menengah Atas/ SekolahMenengah Atas Luar Biasa/Madrasah Aliyah(SMA/SMALB/MA); dan

    e. Pengawas Sekolah Menengah Kejuruan/MadrasahAliyah Kejuruan (SMK/MAK).

    Bagian KelimaPembinaan dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan

    Pasal 46

    (1) Pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenagakependidikan pada satuan pendidikan yangdiselenggarakan oleh Pemerintah Daerah meliputipembinaan dan pengembangan profesi dan karier.

    (2) Pembinaan dan pengembangan profesi pendidik dantenaga kependidikan dilaksanakan melalui pendidikandalam jabatan.

    (3) Pembinaan dan pengembangan karier pendidik dantenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi kenaikan pangkat, penugasan sebagaikepala satuan pendidikan, dan promosi pada jabatanstruktural.

    (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danayat (3) dilaksanakan sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

    (5) Pemerintah Daerah dapat melakukan pembinaan danpengembangan pendidik dan tenaga kependidikan pada

  • 29

    satuan pendidikan yang diselenggarakan olehmasyarakat.

    Bagian KeenamKesejahteraan, Penghargaan, Cuti, dan Perlindungan

    Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    Paragraf 1Kesejahteraan

    Pasal 47

    (1) Pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatusPegawai Negeri Sipil berhak mendapatkan gaji sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

    (2) Kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan yangberstatus bukan Pegawai Negeri Sipil di satuanpendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,Pemerintah Daerah dan masyarakat menjadi tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.

    (3) Di luar gaji dan honor Non PNS bagi pendidik dantenaga kependidikan, diberikan tambahan penghasilanlain yang sah berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan kemampuanAPBD.

    (4) Seragam pendidik dan tenaga kependidikan ditetapkantersendiri sebagai identitas khusus.

    (5) Seragam sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diaturdengan Peraturan Bupati.

    Paragraf 2Penghargaan

    Pasal 48

    (1) Pendidik dan tenaga kependidikan yang berprestasidan berdedikasi tinggi berhak memperolehpenghargaan.

    (2) Penghargaan dapat diberikan oleh Pemerintah,Pemerintah Daerah, masyarakat, organisasi profesi,dan/atau satuan pendidikan.

    (3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa, kenaikanpangkat istimewa, finansial, piagam, dan/atau bentukpenghargaan lain sesuai peraturan perundang-undangan.

  • 30

    Paragraf 3Cuti

    Pasal 49

    (1) Pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatus PNSberhak memperoleh cuti sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

    (2) Pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatusbukan PNS pada satuan pendidikan yangdiselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,dan masyarakat berhak memperoleh cuti sesuaikesepakatan kerja bersama.

    Paragraf 4Perlindungan

    Pasal 50

    (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat,organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajibmemberikan perlindungan kepada pendidik dan tenagakependidikan dalam melaksanakan tugas.

    (2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.

    Bagian KetujuhOrganisasi Profesi

    Pasal 51

    (1) Pendidik dan tenaga kependidikan dapat menjadianggota organisasi profesi sebagai wadah yang bersifatmandiri sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan dan tidak mengganggu tugas dantanggung jawab.

    (2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)bertujuan untuk meningkatkan dan/ataumengembangkan kemampuan dan profesionalitas.

    Bagian KedelapanKepala Sekolah

    Paragraf 1Umum

    Pasal 52

    (1) Untuk dapat diangkat sebagai Kepala Sekolah padasatuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah,Pemerintah Daerah dan masyarakat, selain memilikistandar kualifikasi dan kompetensi minimal, juga

  • 31

    harus memenuhi persyaratan :a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;b. setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara,

    Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;

    c. memiliki kualifikasi akademik paling rendah Sarjana(S-1) atau diploma IV (D-IV) kependidikan ataunonkependidikan perguruan tinggi yangterakreditasi;

    d. berstatus sebagai guru dan memiliki pengalamansebagai wakil kepala sekolah minimal 1 (satu) tahunbagi jenjang satuan pendidikan selainTK/SD/SDLB;

    e. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasilpemeriksaan kesehatan menyeluruh dari dokter;

    f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkanputusan pengadilan yang telah memperolehkekuatan hukum tetap karena melakukan tindakanpidana yang diancam dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun atau lebih, dibuktikan dengansurat keterangan dari Kepolisian setempat;

    g. tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin PNS,dengan kategori sedang atau berat;

    h. memiliki komitmen untuk mewujudkan tujuanpendidikan;

    i. memiliki kemampuan manajemen pendidikan;j. memiliki sertifikat pendidik sebagai tenaga guru

    profesional;k. memiliki pengalaman sebagai pendidik dan/atau

    membimbing sekurang-kurangnya 5 (lima) tahunsejak diangkat menjadi pendidik;

    l. mendapatkan rekomendasi dari kepala sekolah yangbersangkutan;

    m. lulus seleksi calon kepala sekolah.(2) Guru yang akan mendapat tugas tambahan sebagai

    kepala sekolah selain memenuhi persyaratansebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga harusmemenuhi persyaratan lain yang berlaku bagi PNSsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3) Pengangkatan kepala sekolah pada satuan pendidikananak usia dini, pendidikan dasar, pendidikanmenengah dilakukan Pemerintah Daerah, dalam hal iniBupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (4) Pengangkatan kepala sekolah pada satuan pendidikananak usia dini, pendidikan dasar, pendidikanmenengah, dan pendidikan nonformal yangdiselenggarakan masyarakat, dilakukan olehpenyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan

  • 32

    sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Paragraf 2Tugas dan Tanggungjawab

    Pasal 53

    (1) Kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dantanggung jawab pada satuan pendidikan dasar danpendidikan menengah dibantu oleh wakil kepalasekolah.

    (2) Kepala sekolah bertanggung jawab ataspenyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi,membina pendidik dan tenaga kependidikan,mendayagunakan serta memelihara sarana danprasarana pendidikan.

    (3) Kepala sekolah bertanggung jawab atas pelaksanaanprogram wajib belajar pada satuan pendidikan yangdipimpinnya.

    (4) Kepala sekolah mendorong terlaksananya jam wajibbelajar di luar jam sekolah dan budaya membaca bagipeserta didik.

    (5) Kepala sekolah melaporkan pelaksanaan tugas dantanggung jawab secara periodik kepada Kepala Dinas.

    Pasal 54

    (1) Kepala sekolah wajib melarang segala bentuk promosibarang dan/atau jasa di lingkungan sekolah atautempat belajar mengajar yang cenderung mengarahkepada komersialisasi pendidikan.

    (2) Kepala sekolah wajib melarang kegiatan yang dianggapmerusak citra sekolah dan demoralisasi peserta didik.

    Pasal 55

    (1) Kepala sekolah wajib mewujudkan kawasan sekolahyang Sehat, Aman, Nyaman, Tertib, Rapi dan Indah(SANTRI).

    (2) Kepala sekolah wajib melarang dan mengawasi pesertadidik, pendidik, dan tenaga kependidikan terhadappenggunaan minuman beralkohol dan penyalahgunaannarkotika serta psikotropika.

    (3) Kewajiban kepala sekolah sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) diatur sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku.

  • 33

    Paragraf 3Masa Tugas Kepala Sekolah

    Pasal 56

    (1) Tugas tambahan sebagai kepala sekolah diberikanuntuk satu masa tugas selama 4 (empat) tahun.

    (2) Masa tugas tambahan kepala sekolah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang dandiangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa tugas,apabila memiliki prestasi kerja minimal baikberdasarkan penilaian kinerja.

    (3) Guru yang melaksanakan tugas tambahan sebagaikepala sekolah 2 (dua) kali masa tugas berturut-turut,dapat ditugaskan kembali menjadi kepala sekolahapabila:a. telah melewati tenggang waktu sekurang-

    kurangnya 1 (satu) kali masa tugas; ataub. memiliki prestasi yang istimewa, dengan nilai

    kinerja amat baik dan berprestasi di tingkatkabupaten/provinsi/ nasional.

    (4) Kepala sekolah yang masa tugasnya berakhir dan/atautidak lagi diberikan tugas sebagai kepala sekolah, tetapmelaksanakan tugas sebagai guru sesuai denganjenjang jabatannya dan berkewajiban melaksanakanproses belajar mengajar atau bimbingan dan konselingsesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Paragraf 4Asosiasi

    Pasal 57

    (1) Kepala sekolah dapat membentuk asosiasi sebagaiwadah yang bersifat mandiri.

    (2) Asosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkankemampuan, serta profesionalisme dalampenyelenggaraan pendidikan.

    (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukanAsosiasi Kepala Sekolah sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2), sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

    Bagian KesembilanSeleksi Calon Kepala Sekolah/Madrasah, Pengawas

    Sekolah/Madrasah dan PenilikPasal 58

    (1) Pelaksanaan seleksi calon kepala sekolah, calonpengawas sekolah dan calon penilik di lingkungan

  • 34

    Dinas Pendidikan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan.(2) Pelaksanaan seleksi calon kepala madrasah dan calon

    pengawas di lingkungan Kantor Kementerian Agamadilaksanakan oleh Kementerian Agama.

    (3) Pelaksanaan seleksi calon kepala sekolah/madrasahyang diselenggarakan oleh masyarakat dilaksanakanoleh penyelenggara pendidikan.

    (4) Seleksi calon kepala sekolah, calon pengawas dan calonpenilik didasarkan pada aspek kompetensi, loyalitas,dedikasi, disiplin dan tidak tercela.

    (5) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),ayat (3) melibatkan Dewan Pendidikan.

    (6) Hal hal yang bersifat teknis yang berkaitan denganayat (1), ayat (2), ayat (3) diatur lebih lanjut oleh DinasPendidikan.

    BAB XIIISARANA DAN PRASARANA

    Pasal 59

    (1) Setiap satuan pendidikan pada semua jenjangpendidikan wajib memiliki sarana dan prasaranapendidikan sesuai dengan ketentuan yang tercantumdalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).

    (2) Penggunaan sarana dan prasarana sebagaimanadimaksud pada ayat (1) mencakup satuan pendidikanformal, non formal dan informal termasuk didalamnyasarana dan prasarana keolahragaan dan kebudayaan.

    (3) Penggunaan dan pengelolaan buku teks pelajaran danbuku referensi pada setiap satuan pendidikan jenjangpendidikan dasar dan menengah untuk peserta didikmaupun pendidik disesuaikan dengan peraturanperundang-undangan.

    (4) Penggunaan buku sebagaimana dimaksud pada ayat(3) termasuk didalamnya adalah modul untuk programkelompok belajar (kejar paket A, B dan C).

    (5) Pemerintah Daerah memiliki kewajiban dalampengadaan sarana prasarana sebagaimana dimaksudpada ayat (1), buku teks pelajaran, buku referensisebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan/atau bukumuatan lokal sesuai dengan kemampuan keuangandaerah.

    BAB XIVPENGELOLAAN

    Pasal 60

    (1) Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjangpendidikan dasar dan menengah menerapkan

  • 35

    Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).(2) Pengambilan keputusan, rencana kerja dan

    pengelolaan pendidikan dilaksanakan sesuai denganperaturan perundang-undangan.

    (3) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan penerapan Rencana KegiatanSekolah (RKS), dan Rencana Kegiatan dan AnggaranSekolah (RKAS).

    (4) Pengelolaan satuan pendidikan jalur non formal,menerapkan manajemen berbasis masyarakat.

    Pasal 61

    (1) Pemerintah Daerah memiliki kewenangan mengaturdan menjalin kerjasama dengan lembaga pemerintahdan/atau non pemerintah yang berasal dari dalamnegeri atau luar negeri dalam rangka pengembanganpendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    (2) Dalam hal kerja sama dengan lembaga yang berasaldari Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dengan mendapat persetujuan DPRD.

    Pasal 62

    (1) Pemerintah Daerah memiliki kewajiban melaksanakanpembinaan dan pengembangan satuan pendidikanformal, non formal dan informal.

    (2) Pengembangan dan pembinaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) termasuk pendidikan dasar danmenengah yang telah ditetapkan sebagai satuanpendidikan berstandar nasional sesuai denganperaturan perundang-undangan.

    (3) Pengembangan dan pembinaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) adalah penyediaan anggaran,sarana prasarana, tenaga pendidik serta tenagakependidikan dan fasilitas lainnya.

    Pasal 63

    Pemerintah Daerah memiliki kewajiban mendukung danmelakukan pembinaan atas program pemerintah pusatdalam rangka meningkatkan jumlah daya tampungpenduduk usia sekolah melalui pelaksanaan TK-SD SatuAtap/TK Tempel, SD-SMP Satu Atap/Pendidikan DasarTerpadu, SMP Terbuka, SMK Kecil, SMP dan SMA Paralel,program kelompok belajar paket A, paket B, paket C, danprogram penuntasan buta aksara, pendidikan pelayanankhusus, dan pendidikan program khusus.

  • 36

    BAB XVANGGARAN PENDIDIKAN

    Pasal 64

    (1) Pemerintah Daerah mengalokasikan dana minimal 20%(dua puluh persen) dari APBD untuk membiayaipenyelenggaraan pendidikan.

    (2) Pengalokasian dana pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi :a. belanja Langsung, merupakan belanja untuk

    kegiatan fungsi pendidikan (belanjahonorarium/upah, belanja barang dan jasa, danbelanja modal) pada Dinas Pendidikan tidaktermasuk anggaran pendidikan kedinasandialokasikan paling sedikit 10% (sepuluh persen)dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

    b. belanja Tidak Langsung terdiri atas:1. gaji Tenaga Pendidik dan Kependidikan;2. bantuan keuangan Pemerintah Daerah untuk

    fungsi pendidikan;3. hibah untuk fungsi pendidikan;4. bantuan sosial (beasiswa untuk masyarakat

    pendidikan).(3) Segala bentuk pembebanan biaya pendidikan kepada

    orang tua peserta didik pada satuan pendidikan dasartidak diperkenankan, kecuali partisipasi orang tuapeserta didik dalam bentuk sumbangan yang tidakditentukan jumlah dan jangka waktu pemberiannya.

    (4) Segala bentuk pembebanan biaya pendidikan kepadaorang tua peserta didik pada satuan pendidikanmenengah berdasarkan hasil musyawarah antara pihakkomite sekolah/madrasah dengan orang tua pesertadidik.

    (5) Bagi siswa miskin dibebaskan dari segala bentukpembebanan biaya.

    (6) Bupati menetapkan standar biaya minimal pendidikansesuai dengan jalur , jenjang, dan jenis pendidikan.

    (7) Dunia usaha dan industri wajib ikut serta dalampembiayaan pendidikan di Kabupaten Situbondo.

    (8) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) danayat (5) diatur dengan Peraturan Bupati.

    BAB XVIPENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

    Pasal 65

    (1) Penerimaan peserta didik bertujuan untuk memberikankesempatan yang seluas-luasnya bagi warga negarausia sekolah untuk memperoleh layanan pendidikan

  • 37

    serta meningkatkan mutu layanan penyelenggaraandan hasil pendidikan dasar dan menengah.

    (2) Penerimaan peserta didik harus berpegang padaprinsip-prinsip obyektifitas, transparansi, akuntabilitasdan berwawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    (3) Penerimaan peserta didik dilaksanakan sesuaiperaturan perundang-undangan.

    BAB XVIIPENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN

    Pasal 66

    (1) Untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP),setiap satuan pendidikan pada jalur formal, non formaldan informal wajib melakukan penjaminan mutupendidikan.

    (2) Untuk mencapai standar pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), diperlukan pembinaan danpengendalian mutu pendidikan.

    (3) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematisdan terencana dalam suatu program penjaminan mutuyang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.

    (4) Pemerintah Daerah mensupervisi dan membantusatuan pendidikan untuk menyelenggarakan ataumengatur penyelenggaraannya dalam melakukanpenjaminan mutu.

    (5) Untuk melakukan penjaminan mutu pendidikansebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3)dan ayat (4) Pemerintah Daerah membentuk TimPengendali Mutu Pendidikan (TPMP) yang terdiri dariunsur Dinas Pendidikan, Kementerian Agama danDewan Pendidikan.

    (6) Tugas pokok dan fungsi Tim Pengendali MutuPendidikan (TPMP) ditetapkan dengan KeputusanBupati.

    BAB XVIIIEVALUASI, AKREDITASI DAN SERTIFIKASI

    Bagian PertamaEvaluasi

    Pasal 67(1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu

    pendidikan sebagai bentuk akuntabilitaspenyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yangberkepentingan.

    (2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembagadan program pendidikan setiap jalur, jenjang, dan jenispendidikan.

  • 38

    Pasal 68

    (1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan olehpendidik untuk memantau proses, kemajuan, danperbaikan hasil belajar peserta didik secaraberkesinambungan.

    (2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, danprogram pendidikan dilakukan oleh lembaga mandirisecara berkala, menyeluruh, transparan, dansistematik untuk menilai pencapaian standar nasionalpendidikan.

    Bagian KeduaAkreditasi

    Pasal 69

    (1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakanprogram dan satuan pendidikan pada setiap jalur,jenjang, dan jenis pendidikan.

    (2) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifatterbuka.

    (3) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

    Bagian KetigaSertifikasi

    Pasal 70

    (1) Sertifikat berbentuk ijasah dan/atau sertifikatkompetensi.

    (2) Ijasah diberikan kepada peserta didik sebagaipengakuan terhadap prestasi belajar dan/ataupenyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulusujian yang diselenggarakan oleh setiap satuanpendidikan yang terakreditasi.

    (3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggarapendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didikdan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadapkompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentusetelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan olehsetiap satuan pendidikan yang terakreditasi ataulembaga sertifikasi.

    (4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

  • 39

    BAB XIXPENDIRIAN, PENGGABUNGAN DAN PENCABUTAN IJIN

    SATUAN PENDIDIKAN

    Bagian KesatuPendirian

    Pasal 71

    (1) Setiap satuan pendidikan formal dan non formal yangdidirikan di lingkungan Dinas Pendidikan wajibmemenuhi persyaratan dan memperoleh ijin dari DinasPendidikan.

    (2) Syarat-syarat untuk memperoleh ijin sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi jumlah siswa,kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan, saranadan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan,sistem evaluasi dan sertifikasi, serta manajemen danproses pendidikan.

    (3) Satuan pendidikan formal dan non formal yangdidirikan di lingkungan Kementerian Agama harusmendapatkan ijin dari Kementerian Agama sesuaidengan kewenangannya.

    (4) Ijin pendirian satuan pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakansesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Bagian KeduaPenggabungan

    Pasal 72

    (1) Penggabungan satuan pendidikan anak usia dini,pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan/atauprogram keahlian pada pendidikan menengah kejuruandan pendidikan non formal dilakukan setelahmemenuhi persyaratan.

    (2) Ketentuan mengenai prosedur penggabungan satuanpendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Bupati.

    Bagian KetigaPencabutan Ijin

    Pasal 73

    (1) Satuan pendidikan yang diselenggarakan olehpemerintah daerah dan/atau masyarakat yang tidakmemenuhi persyaratan dapat dicabut ijinnya.

    (2) Satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilarang melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

    (3) Ketentuan mengenai prosedur pencabutan ijin satuan

  • 40

    pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Bupati.

    BAB XXPENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ASING

    Pasal 74

    (1) Lembaga penyelenggara pendidikan asing dapatberoperasi di Daerah setelah mendapatkanrekomendasi dari Kementerian Pendidikan Nasional.

    (2) Pendirian lembaga pendidikan asing seperti dimaksudpada ayat (1) berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

    (3) Lembaga pendidikan asing wajib menggunakan tenagakependidikan dan tenaga pendidikan lokal minimal50% (lima puluh persen).

    (4) Penyelenggara pendidikan asing diwajibkan membayarpajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    BAB XXIPERAN SERTA MASYARAKAT

    Bagian KesatuUmum

    Pasal 75

    Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraanpendidikan melalui berbagai komponen masyarakat,pendidikan berbasis masyarakat, dewan pendidikan, dankomite sekolah atau madrasah.

    Bagian KeduaDewan Pendidikan

    Pasal 76

    (1) Dewan Pendidikan merupakan lembaga independensebagai representasi masyarakat peduli pendidikanyang menjadi mitra resmi Pemerintah Daerah dalamperencanaan, penyelenggaraan, dan pengembanganpendidikan yang bermutu.

    (2) Dewan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), memiliki tugas untuk :a. membantu peningkatan pelayanan dan mutu

    pendidikan;b. meningkatkan kesadaran masyarakat akan

    pentingnya peran serta mereka dalampenyelenggaraan pendidikan yang bermutu;

    c. mengusahakan dukungan dan keberpihakan yang

  • 41

    bermutu dari kalangan pimpinan pemerintahan,dunia usaha dan industri, LSM dan masyarakatpada umumnya terhadap sektor pendidikan;

    d. mendorong terselenggaranya pendidikan padasatuan penyelenggaraan pendidikan, pada jenjang,jenis secara efektif, efisien, dan transparan.

    (3) Masa bakti Dewan Pendidikan berlaku selama 5 (lima)tahun dan diatur dalam AD/ART.

    (4) Biaya operasional Dewan Pendidikan dianggarkandalam APBD sesuai dengan program kerja, sertasumber dana lain yang sah.

    Bagian ketigaKomite Sekolah/Madrasah

    Pasal 77

    (1) Komite Sekolah/Madrasah merupakan lembagaindependen sebagai representasi masyarakat pedulipendidikan yang menjadi mitra resmi dari satuanpenyelenggara pendidikan dalam perencanaan,penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan yangbermutu pada tingkat satuan pendidikan.

    (2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memilikitugas :a. mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen

    masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikanyang bermutu pada tingkat satuan pendidikan;

    b. melakukan kesepakatan kerja bersama denganmasyarakat (perorangan/organisasi), PemerintahDaerah, dan dunia usaha/dunia industri berkaitandengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutupada tingkat satuan pendidikan;

    c. menampung dan menganalisis aspirasi, ide,tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikanyang diajukan oleh masyarakat;

    d. memberikan masukan, pertimbangan danrekomendasi kepada satuan pendidikan mengenaikebijakan program pendidikan;

    e. mendorong orang tua dan masyarakat untukberpartisipasi dalam pendidikan, guna mendorongpeningkatan mutu dan pemerataan pendidikan;

    f. menggalang dana masyarakat dalam rangkapenyelenggaraan pembiayaan pendidikan di satuanpendidikan;

    g. melakukan evaluasi dan pengawasan terhadapkebijakan, program, penyelenggaraan, dan lulusan(output) pendidikan di satuan pendidikan.

    (4) Komite Sekolah/Madrasah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) memiliki peran sebagai:a. pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam

  • 42

    penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikandi satuan penyelenggara pendidikan, baik dimintamaupun tidak diminta;

    b. pendukung (supporting agency) baik yang bersifatfinansial, pemikiran, maupun tenaga dalampenyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;

    c. pengontrol (controlling agency) dalam rangkatransparansi dan akuntabilitas penyelenggaraandan lulusan (output) pendidikan di satuanpendidikan;

    d. mediator antara pemerintah (eksekutif) denganmasyarakat di satuan pendidikan.

    (5) Satu periode masa bakti Komite Sekolah/Madrasahberlaku selama 3 (tiga) tahun dan selanjutnya diaturdalam AD/ART.

    (6) Pada setiap kecamatan untuk jenjang SD/MI danSalafiyah setara SD dibentuk Forum KomunikasiKomite Sekolah (FKKS) tingkat kecamatan, sedangkanuntuk jenjang SMP/MTs dan Salafiyah setara SMP,SMA/MA, SMK/MAK dibentuk Forum KomiteSekolah/Madrasah tingkat kabupaten per jenis danjenjang pendidikan.

    (7) Biaya operasional pengelolaan KomiteSekolah/Madrasah diatur dalam AD/ART KomiteSekolah/Madrasah.

    (8) Untuk memperlancar tugas, fungsi, dan peransebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat(4), Komite Sekolah/Madrasah bekerjasama secarafungsional dengan Dewan Pendidikan.

    BAB XXIIDATA DAN INFORMASI

    Pasal 78

    (1) Perencanaan pembangunan pendidikan harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dandapat dipertanggungjawabkan.

    (2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) menggunakan Sistem Informasi ManajemenPendidikan (SIMPendik).

    (3) Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (SIMPendik)sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selaras denganSistem Informasi Manajemen yang dikembangkan olehKementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan DinasPendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur.

    (4) SIMPendik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danayat (3) bersifat terbuka.

  • 43

    BAB XXIIIPENGAWASAN

    Pasal 79

    (1) Pemerintah Daerah, dewan pendidikan, dan komitesekolah/madrasah melakukan pengawasan ataspenyelenggaraan pendidikan pada semua jalur, jenjang,dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenanganmasing-masing.

    (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporandan pengambilan langkah tindak lanjut yang dilakukandengan prinsip transparansi dan akuntabilitas publik.

    (3) Supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputisupervisi manajerial dan akademik, dilakukan secaraterukur dan berkesinambungan oleh PengawasPendidikan atau Penilik Satuan Pendidikan dan KepalaSatuan Pendidikan.

    BAB XXIVSANKSI

    Pasal 80

    (1) Pendidik dan tenaga kependidikan yang melalaikantugas dan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalamketentuan disiplin Pegawai Negeri Sipil.

    (2) Pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatusbukan PNS pada satuan pendidikan yangdiselenggarakan oleh masyarakat yang melalaikantugas dan kewajibannya, dikenakan sanksi sesuaidengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja samadan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 81Peserta didik yang tidak melaksanakan kewajibansebagaimana dimaksud dalam pasal 10 dikenai sanksiadministratif berupa peringatan, skorsing, dan/ataudikeluarkan dari satuan pendidikan.

    BAB XXVKETENTUAN PIDANA

    Pasal 82

    Setiap orang dan/atau pengelola dan/atau penyelenggarapendidikan yang melanggar ketentuan Pasal 71, Pasal 72,Pasal 73, dan Pasal 74, dikenakan sanksi sesuai peraturanperundang-undangan yang berlaku.

  • 44

    BAB XXVIKETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 83

    Semua ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraanpendidikan sepanjang belum diganti dan tidakbertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakantetap berlaku.

    BAB XXVIIKETENTUAN PENUTUP

    Pasal 84

    Peraturan Daerah ini mulai berlaku 6 (enam) bulan sejaktanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenSitubondo.

    Ditetapkan di Situbondopada tanggal

    BUPATI SITUBONDO,

    DADANG WIGIARTODiundangkan di Situbondopada tanggal

    SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN SITUBONDO,

    SYAIFULLAH

    LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2013 NOMOR

  • 45

    PENJELASANATAS

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDONOMOR TAHUN 2013

    TENTANGPENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KABUPATEN SITUBONDO

    I. UMUMPembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945menyatakan bahwa tujuan nasioal adalah untuk memajukan kesejahteraanumum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertibandunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan merupakan faktoryang sangat menentukan. Selanjutnya, Pasal 31 Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa (1) setiapwarga negara berhak mendapat pendidikan; (2) Pemerintah mengusahakandan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dalamundang-undang; (3) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasardan pemerintah wajib membiayainya; (4) Pemerintah mengusahakan danmenyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkankeimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; (5) Negaramemprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluhpersen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta dari AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah untuk memenuhi kebutuhanpenyelenggaraan pendidikan nasional.

    Salah satu amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang memiliki visiterwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat danberwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesiaberkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu danproaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

    Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional,diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara dansatuan pendidikan, yang meliputi kriteria minimal berbagai aspek yangterkait dengan penyelenggaraan pendidikan. Dalam kaitan ini kriteriapenyelenggaraan pendidikan yang dijadikan pedoman untuk mewujudkan (1)pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik; (2) prosespembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreatifitasdan dialogis; (3) hasil pendidikan yang bermutu dan terukur; (4)berkembangnya profesionalisme guru dan tenaga kependidikan; (5)tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkanberkembangnya potensi peserta didik secara optimal; (6) berkembangnyapengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan; dan (7)terlaksanannya evaluasi, akreditasi, sertifikasi dan penilaian kinerja sekolahyang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

    Salah satu misi Pemerintah Kabupaten Situbondo adalah memberdayakanpendidikan formal, non formal dan informal. Dari misi tersebut yang menjadi

  • 46

    skala prioritas program pendidikan adalah mengarahkan pendidikan padapengembangan pendidikan dan ketrampilan.

    Ada dua hal pokok yang menjadi dasar pengembangan program tersebut:Pertama, program pendidikan dan keterampilan akan dijadikan bagian darisystem pendidikan yang berkelanjutan; dan kedua, pengembangan programpendidikan akan diarahkan sesuai dengan kebutuhan pengetahuan danketrampilan di masa mendatang.

    Sementara rencana dan program pendidikan adalah :1) Program pendidikan dan keterampilan akan ditujukan untuk

    meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi penduduk miskinsehingga menjadi manusia yang berkualitas yang kemudian dapatmemberikan kemampuan pada dirinya untuk tetap hidup dalampersaingan yang makin ketat.

    2) Program tersebut diharapkan dapat menciptakan masyarakat menjadimanusia yang berkualitas sehingga terhindar dari proses kemiskinan.

    Secara implementatif untuk mencapai program tersebut maka yang bisadilakukan dalam pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Situbondo antaralain :a. mengembangkan sistem pendidikan secara integratif (guru, kurikulum,

    murid, sarana dan prasarana) guna mendorong proses peningkatankualitas masyarakat sekaligus peningkatan keterampilan praktis yangberorientasi pada kebutuhan lapangan pekerjaan;

    b. mengupayakan pelibatan semua anak usia sekolah dalam prosespembelajaran melalui program wajib belajar;

    c. meningkatkan keterampilan praktis bagi semua angkatan kerja baikyang belum maupun yang sudah bekerja terutama untuk meningkatkanpekerja terampil (skilled labours);

    d. meningkatkan keanekaragaman pengetahuan praktis dan keterampilanbagi anak usia sekolah dan angkatan kerja dalam rangka memenuhikebutuhan pasar yang makin beragam;

    e. terlaksananya sistem pendidikan dan keterampilan yang berorientasipada penguasaan teknologi dasar dan menengah.

    Acuan tersebut diatas merupakan dasar Peraturan Daerah pendidikan yangdimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara dan satuanpendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikanlayanan pendidikan yang bermutu. Selain itu Peraturan Daerah pendidikanjuga dimaksudkan sebagai perangkat untuk mendorong terwujudnyatransparansi dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan pendidikandi Kabupaten Situbondo.

    Peraturan Daerah pendidikan memuat ketentuan umum tentangpenyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Situbondo dan secara tekniskebijakan akan diatur dalam Peraturan Bupati Situbondo yangmemungkinkan setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan untukmenjabarkan dan mengembangkan pendidikan secara optimal sesuaidengan karakteristik dan kekhasannya.

  • 47

    II. PASAL DEMI PASALPasal 1

    Pasal ini memuat Pengertian dan istilah yang dipergunakan dalamPeraturan Daerah ini.

    Pasal 2Cukup jelas.

    Pasal 3Cukup jelas.

    Pasal 4Ayat (1)

    Cukup jelas.Ayat (2)

    Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematisdengan sistem terbuka adalah pendidikan yang diselenggarakandengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintassatuan dan jalur pendidikan (multi entry-multi exit system). Pesertadidik dapat belajar sambil bekerja, atau mengambil program-programpendidikan pada jenis dan jalur pendidikan yang berbeda secaraterpadu dan berkelanjutan melalui pembelajaran tatap muka ataujarak jauh. Pendidikan multi makna adalah proses pendidikan yangdiselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan,pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagaikecakapan hidup.

    Ayat (3)Cukup jelas.

    Ayat (4)Cukup jelas.

    Ayat (5)Cukup jelas.

    Ayat (6)Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semuakomponen masyarakat berarti pendidikan diselenggarakan olehpemerintah dan masyarakat dalam suasana kemitraan dan kerjasamayang saling melengkapi dan memperkuat

    Pasal 5Cukup jelas.

    Pasal 6Huruf a

    Cukup jelas.Huruf b

    Cukup jelas.Huruf c

    Cukup jelas.Huruf d

    Cukup jelas.

  • 48

    Huruf eHak menetapkan kebijakan satuan pendidikan yang berhubungandan berorientasi pada masyarakat lingkungan satuan pendidikantermasuk menetapkan Seragam Khusus Sekolah.

    Pasal 7Cukup jelas.

    Pasal 8Cukup jelas.

    Pasal 9Cukup jelas.

    Pasal 10Cukup jelas.

    Pasal 11Cukup jelas.

    Pasal 12Cukup jelas.

    Pasal 13Ayat (1)

    Cukup jelas.Ayat (2)

    Penyelenggaraan Pendidikan adalah masyarakat/organisasi yangmenyelenggarakan pendidikan dan terwadahi dalamyayasan/lembaga yang berbadan hokum.

    Ayat (3)Cukup jelas.

    Pasal 14Cukup jelas.

    Pasal 15Cukup jelas.

    Pasal 16Cukup jelas.

    Pasal 17Ayat (1)

    Pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahirsampai dengan enam tahun.

    Ayat (2)Cukup jelas.

    Ayat (3)Taman Kanak-Kanak (TK) menyelenggarakan pendidikan untukmengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahapperkembangan peserta didik. Raudhatul Athfal (RA)menyelenggarakan pendidikan keagamaan Islam yang menanamkannilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada peserta didik untuk

  • 49

    mengembangkan potensi diri seperti pada Taman Kanak-KanakBentuk lain yang sederajat TK/RA antara lain Bustanul Athfal (BA).

    Ayat (4)Bentuk lain yang sederajat KB/TPA antara lain Play Group

    Pasal 18Ayat (1)

    Cukup jelas.Ayat (2)

    Bentuk lain yang sederajat SD/SDLB/MI/SMP/SMPLB/MTs adalahKejar paket A dan B dan penyelenggara wajib pendidikan 9 (Sembilantahun).

    Ayat (3)Cukup jelas.

    Pasal 19Ayat (1)

    Pendidikan Menengah Umum merupakan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang mengutamakan perluasan pengetahuanyang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan ke jenjangyang lebih tinggi Pendidikan Menengah Kejuruan merupakanpendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutamauntuk bekerja dalam bidang tertentu.

    Ayat (2)Cukup jelas.

    Ayat (3)Bentuk lain yang sederajat SMA/SMALB/SMK/MA/MAK adalah kejarPaket C

    Ayat (4)Cukup jelas.

    Pasal 20Cukup jelas.

    Pasal 21Cukup jelas.

    Pasal 22Cukup jelas.

    Pasal 23Cukup jelas.

    Pasal 24Cukup jelas