percobaan 2

39
PERCOBAAN 2 PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN

Upload: wendy-cx

Post on 29-Jan-2016

36 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN

TRANSCRIPT

Page 1: PERCOBAAN 2

PERCOBAAN 2

PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN

Page 2: PERCOBAAN 2

ABSTRAK

Telah dilakukan pula praktikum “Pembuatan Dan Standarisasi Larutan”

yang bertujuan untuk membuat dan mengencarkan larutan NaOH dan larutan HCl

dengan menghitung konsentrasi larutan dengan beberapa satuan, serta menentukan

konsentrasi larutan asam dengan Na2SO3. Bahan-bahan yang digunakan adalah

HCl pekat, NaOH, Na2CO3, indicator PP, Indicator metil orange, dan aquadest.

Dalam percobaan didapat konsentrasi HCl dalam beberapa satuan yaitu 0,138%

(w/w); 0,83% (v/v); 0,29 molaritas; 0,03013 molalitas; 0,001 Ppm; dan fraksi mol

0,09889. Setelah NaOH dititrasi dengan HCl, konsentrasi NaOH menjadi 0,125 N,

serta Setelah HCl dititrasi dengan Na2CO3, konsentrasi HCl menjadi 0,1335 N.

Page 3: PERCOBAAN 2

PERCOBAAN 2

PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN

2.1. PENDAHULUAN

Pada laporan praktikum ini, praktikan akan membahasa mengenai “Pembuatan Dan Standarisasi Larutan”. Bahan utama yang digunakan dalam percobaan ini adalah HCl dan NaOH.

2.1.1. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan kali ini adalah :

1. Mebuat larutan NaOH dan larutan HCl2. Melakukan pengenceran larutan dengan menghitung konsentrasi larutan

dengan beberapa satuan3. Menentukan konsentrasi larutan asam dengan Na2SO3

2.1.2. LATAR BELAKANG

Pembuatan larutan dan standarisasi sering digunakan dalam proses kimia seperti telah dijelaskan bahwa larutan merupakan suatu larutan homogen (komposisi sama) dari dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Suatu larutan terdiri dari pelarut (komponen utama) dan suatu zat terlarut (komponen minor), dimana komposisi atau angka banding massa atau volume zat terlarut terhadap masa atau volume terlarut yang dinyatakan dengan konsentrasi. Sedangkan metode untuk menetapkan konsentrasi itu sendiri disebut dengan titrasi.

Manfaat dari pembuatan larutan ini diantaranya maupu mengetahui reaksi-reaksi apa saja yang terjadi jika zat terlarut dan pelarut saling tercampur serta pembuatan reaksi larutan yang muncul itu tidak hanya dilaboratorium tetapi juga bias terjadi dialam, sehingga dengan mempelajarinya dapat membantu memahami bagaimana cara kerjanya. Manfaat titrasi yaitu dapat membantu untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui

Page 4: PERCOBAAN 2

agar tetap habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisisatau ingin mengetahui kadar serta konsentrasinya.

Dalam percobaan ini, akan dibuat larutan NaOH dan HCl. Kedua larutan ini nantinya akan di aplikasikan keperbagai bidang. Contohnya aplikasi dibidang lingkungan adalah berperan sebagai pembantu untuk pengukuran kadar pH pada limbah menjadi sangat rendah. Sebelum memasuki treatment yang melibatkan mikroorganisme atau sebelum kebadan penerimaan selanjutnya.

Page 5: PERCOBAAN 2

2.2. DASAR TEORI

Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul atom atau pun ion dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut larutan karena susunannya dapat berubah-ubah disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optik sekalipun. Dalam campuran homogen permukaan-permukaan tertantu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah. Mekipun semua campuran fase gas bersifat homogendan karena itu dapat disebut larutan moleku-molekunya begitu sepisah sehingga tak dapat saling tarik menarik dengan efektif. Larutan fase dapat sangat berguna dan dikenal baik. Contohnya antara lain perunggu (tembaga dan zink sebagai penyusun utama), emas perhias (biasanya emas dan tembaga) dan amalgam kedokteran gigi (merkurium dan perak). Biasanya dengan larutan dimaksudkan fase cair lazimnya salah satu kompomen (penyusun) larutan semacam itu adalah suatu cairan semblum campuran itu dibuat. Cairan ini disebut medimum pelarut atau perlarut (soluent). Komponen lain yang dapat terbentuk gas, cairan, ataupun zat padat dibayangkan sebagai terlarut kedalam komponen pertama zat yang terlarut disebut zat yang terlarut (solute). (Keenan, dkk. 1984 : 372)

Berdasarkan wujud zat terlarut dan pelarut, larutan dapat dibagi atas tujuh macam, yaitu :

Tabel 2.2.1

Zat Terlarut Zat Pelarut ContohGasGasGasCairCairPadatPadat

GasCairPadatCairPadatPadatCair

Udara (Nitrogen + oksigen)Oksigen dalam airHydrogen dalam serbuk platinaAlcohol dalam airRaksa dalam amalgam padatEmas daalm perakGula dalam air

Berdasarkan pelarut, larutan dapat dibagi menjadi 3 yaitu gas, cair, dan padat. Daal larutan gas tidak banyak interaksi atau pengaruh suatu komponen terhadap yang lain, karena partikelnya sangat berjauhan. Dalam larutan cair, antara partikel cair terdapat interaksi yang relatif kuat. Partikel zat terlarut bergerak bersama perlarut kesegala arah dalam bejana. Oleh karena itu, dua jenis larutan dari jenis zat terlarut dapat bertabrakan dan menimbulkan reaksi. Dalam larutan padat, pelarut tidak dapat sebagai medium karena partikelnya tidak bergerak, kecuali dicairkan. (Syukri, 1999 : 352)

Page 6: PERCOBAAN 2

Menyebutkan komponen-komponen dalam larutan saja tidak cukup memerikan larutan secara lengkap. Informasi tambahan diperlukan, yaitu konsentrasi larutan. Banyak cara utuk memerikan konsentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kualitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian, setiap konsentrasi harus menyatakan butir-butir berikut :

1. Satuan yang digunakan untuk zat terlatut2. Kuantitas kedua dapat berupa perlarut atau larutan keseluruhan3. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua

Konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam persen tidak mempunyai signifikasi teori, tetapi umum digunakan sehingga anda terbiasa dengannya.Persen massa/volume banyak digunakkan dalam laboratorium biologi dan kedokteran, sedangkan persen massa/massa sering digunakan dalam industry kimia, dan sebagainya. (Petrucci, 1987 : 56)

Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat didalam larutan. Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrsinya. Reaksi dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik stoikiometri atau titik setara. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer atau titrasi. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakna larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titran dan titer dapat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indicator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambah sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+]=[OH-]. Sedangkan bahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir melewari titik ekuivalen. Oleh karena itu titik akhir titrasi sering juga disebut sebagai titik ekuivalen. (Anonim, 2012 : 1 – 2)

Indikator untuk titrasi asam – basa ditentukan dari kurva titrasi yang menunjukan hubungan pH (keasaman), larutan dan volume titran. Kurva ini dapat dibuat secara teoritis dengan menghitung pH (keasaman) larutan asam pada :

1. Titik awal sebelum penambahan asam atau basa2. Titik-titik setelah ditambahkan basa sehingga larutan mengandung garam

yang terbentuk dari kelebihan asam atau sebaliknya.3. Titik ekuivalen, yaitu saat larutan hanya mengandung garam tanpa ada

kelebihan asam atau basa.

Page 7: PERCOBAAN 2

4. Daerah lewat ekuivalen, yaitu larutan mengandung garam dan kelebihan asam atau basa.

Bentuk kurva dipengaruhi oleh jenis asam atau basa yang dipakai. Disini akan dicari kurva tiga jenis asam basa, yaitu asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa kuat, serta asam kaut dan basa lemah. (Syukri, 1999 : 428 – 429)

Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara kuantitatif, menggunakan kesatuan-kesatuan konsentrasi :

1) Fraksi mol (X), adalah perbandingan jumlah mol suatu zat terhadap jumlah mol seluruh zay yang menyusun suatu larutan

2) Persentase (%)i. Persentase berat per berat (% w/w) : jumlah gram zat terlarut dalam tiap

100 gram larutanii. Persentase berat per volume (% w/v) : jumlah gram zat terlatur dalam tiap

100 ml larutaniii. Persentase volume per volume (% v/v) : jumlah ml zat terlarut dalam tiap

100 ml larutan3) Bagian per sejuta (part per million/Ppm), menyatakan satu gram zat terlarut

dalam satu juta gram pelarut4) Molaritas : jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan5) Molalitas : jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1000 gram pelarut.

(Anonim, 2009 : 4 – 6).

Page 8: PERCOBAAN 2

2.3. METODOLOGI PERCOBAAN

Dalam percobaan atau praktikum kali ini tentu saja harus didukung dengan peralatan dan bahan yang lengkap, agar percobaan atau praktikum bisa berjalan. Karena tanpa alat dan bahan mustahil untuk sebuah proses percobaan dapat berjalan dengan baik. Dan perlu yang penting untuk di ingat dalam setiap praktik, alat yang digunakan harus steril (bersih) dan harus menggunakan sepety(perlundungan) untuk meminimalisir bahaya kecelakaan yang akan terjadi. Berikut ini adalah perlengkapan atau alat-alat dan bahan yang diperlukan :

2.3.1. ALAT

Alat-alat yang digunakan adalah :

Buret 50 ml Gelas piala 10 ml Labu takar 10 ml Erlenmeyer 50 ml Pipet tetes

Propipet Corong Thermometer Gelas arloji Neraca analitik

Pemanas listrik Sudip statif

3 1

2

Gambar 2.1. Rangkaian Alat Titrasi

Keterangan gambar :1. buret 50 ml2. Erlenmeyer 50 ml3. statif

2.3.2. BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah :

HCl pekat NaOH Na2CO3

Indicator PP Indicator metil orange aquadest

2.3.3. PROSEDUR PERCOBAAN

Page 9: PERCOBAAN 2

2.3.3.1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N

1. Ditimbang labu takar 100 ml, diisi dengan aquadest 3/4-nya. Kemudian ditimbang dan diukur suhunya.

2. Ditimbang gelas ukur kosong, isi dengan HCl kedalamnya, kemudian ditimbang lagi, ukur volume dan suhunya dengan thermometer.

3. Dituang 0,83 ml HCl pekat secara hati-hati kedalam labu takar, tambahkan aquadest hingga 100 ml, kocoklah agar homogen, kemudian timbang dan ukur suhunya.

2.3.3.2. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

1. Ditimbang NaOH padat 0,4 gram dengan neraca analitik.2. Dilarutkan NaOH dalam gelas piala dengan sedikit air yang baru

dihangatkan.3. Rasakan larutan apakah terasa lebih panas, tetep, atau lebih dingin dari

sebelumnya.4. Dipindahkan larutan kedalam labutakar 100 ml, kemudian bilas gelas piala

dengan aquadest.5. Diencerkan sampai tanda tera, dan kocok agar homogen.

2.3.3.3. Standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan Na2CO3

1. Dilarutkan HCl dari langkah (2.3.3.1) sebanyak 10 ml, masukkan kedalam Erlenmeyer.

2. Ditambahkan 3 tetes metil orange3. Diisi buret dengan Na2CO3 0,1 N, bacalah miniskus awal dan titrasi larutan

HCl hingga terjadi perubahan warna, catat volume larutan Na2CO3 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi.

4. Ditung normalitas HCl hingga 4 desimal, dengan perasaan berikut :

N HClactual = N HCl actual × V Na2CO3

V HCl

2.3.3.4. Penentuan konsentrasi NaOH dengan HCl

1. Dimasukan larutan NaOH dari langkah (2.3.3.2) sebanyak 10 ml kedalam Erlenmeyer.

2. Ditambahkan 3 tetes indicator PP3. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 N (langkah 2.3.3.1) bacalah miniskus

awal. 4. Dititrasi larutan dan mencatat pembacaan akhir volume setelah terjadi

perubahan warna pada larutan.

Page 10: PERCOBAAN 2

5. Dihitung konsentrasi NaOH, dengan persamaan berikut :

N NaOHactual = N HClactual−V HCl

V NaOH

2.3.3.5. Penentuan factor normalitas dari HCl dan NaOH yang telah distandarisasi

1. Dihitung factor dari HCl terstandarisasi dengan persamaan berikut :

Factor Normalitas HCl = N HC lactual

N NaO H teoritis

2. Dihitung factor dari NaOH terstandarisasi dengan persamaan berikut :

Factor Normalitas NaOH = N NaO H actual

N NaO H teoritis

Page 11: PERCOBAAN 2

2.4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1. Pembuatan larutan HCl 0,1N

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan12

3

4

Menimbang labu takar 100 ml kosongMengisi 3/4 labu takar dengan aquadest, kemudian timbang lagiMenimbang gelas ukur 10 ml kosong, menambahkan HCl 0,1 N 0,85 ml dan menimbang lagiMemasukkan HCl kelabu ukur 100 ml menambahkan aquadest sampai tanda tera. Mengocok labu ukur dan menimbangnya lagi

massa = 54,4 grammassa = 83,2 gram

massa gelas ukur = 20,79 grammassa gelas ukur + HCl = 21,90 gramlarutan berwarna beningmassa HClvolume HCl = 100 ml

Tabel 2.2. Pembuatan larutan HCl 0,1N

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan12

3

Menimbang padatan NaOHMelarutkan padatan NaOH dengan aquadest yang dihangatkan sebanyak 50 ml hingga menyatu dalam gelas piala, rasakan suhunyaMenambahkan lagi aquadest sebanyak 50 ml dalam gelas piala

Massa = 0,4 gramLarutan berwarna bening dan suhu larutannya naik

Larutan berwarna bening

Tabel 2.3. Standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan Na2CO3

dengan indicator metil orange

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan1

234

Mengambil larutan HCl dan memindahkan ke ErlenmeyerMenambahkan 3 tetes metil orangeMengisi buret dengan larutan Na2CO3

a. Titrasi Pertama

b. Titrasi Kedua

VHCl = 10 ml

Larutan berwarna merah

Miniskus awal = 0 mlMiniskus akhir = 12 mlMiniskus awal = 12 mlMiniskus akhir = 25 mlWarna berubah menjadi kuning

Page 12: PERCOBAAN 2

Tabel 2.4.standarisasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan Na2CO3 0,1 N indicator PP

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan1

2

menambahkan 3 tetes indicator PP kedalam 10 ml larutan didalam Erlenmeyerisi buret dengan larutan 50 ml Na2CO3

memulai titrasi

Larutan berwarna bening, setelah dititrasi berubah menjadi merah mudaTitrasi 1 : Vawal = 50 ml

Vakhir = 48,5 mlTitrasi 2 : Vawal = 48,5 ml

Vakhir = 41,2 ml

Table 2.5. Penentuan konsentrasi NaOH 0,1 N dengan HCl 0,1 N

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan1

234

Menambahkan 10 ml NaOH kedalam erlenmeyr

Menambahkan 3 tetes indicator PPMengisi buret dengan HCl 0,1 Na. Titrasi Pertama

b. Titrasi kedua

Larutan beningV = 10 mlLarutan berubah menjadi unguMiniskus awal = oVawal = 0 mlVakhir = 14 mlWarna larutan berubah beningVawal = 14 mlVakhir = 26,7 mlWaran larutan menjadi bening

2.4.2. PEMBAHASAN

HCl atau asam klorida merupakan asam kuat dan merupakan komponen utama penysun asam lambung. Dalam percobaan diketahui berat atau massa HCl adalah 1,11 gram. Dengan volume 0,83 ml pembuatan HCl dilakukan dengan cara mencampurkan HCl dengan aquadest dan mengocok larutan tersebut. Pengocokan dilakukan agar larutan tersebut menjadi homogen. Pembuatan larutan HCI ataupengeceran larutan ini dilakukan karena larutan ini diperlukan untuk melakukan titrasi, sehingga diperlukan larutan encer kareana titrasi tidak bias dilakukan jika menggunakan HCI pekat atau HCI padat. Dari hasil perhitungan didapat bahwa kadar % (w/w) adalah 0,138 % ; % (v/v) adalah 0,83 % ; N HCl sebesar 0,029 mol dan M HCI = 0,29 M ; molalitas = 0,03013 M , dengan Ppm = 0,001 Ppm serta fraksi mol = 0,9884. Reaksi pembuatan HCI ini merupakan reaksi eksoterm.

Page 13: PERCOBAAN 2

NaOH atau dikenal juga sebagai soda kaustik diketahui memiliki massa 0,4 gram. Pembuatan larutan NaOH ini dilakukan dengan cara pengeceran (penambahan aquadest). Pengeceran dilakuakan agar padatan NaOH dapat dibuat menjadi larutan dan dapat di gunakan untuk titrasi.Kemudian setalah encer dilakukan pengocokan agar larutan menjadi homogen.dengan dihitung didapat molaritas NaOH sebesar 0,1 N dan kadar % w/w adalah 0,4 %. Reaksi pembuatan NaOH ini merupakan reaksi eksoterm.

Larytan HCl distandarisasi dengan Na2CO3 karena Na2CO3 merupakan garam yang bersifat basa. Tujuan melakukan standarisasi adalah untuk mengetahui konsentrasi HCl. Percobaan ini diawali dengan memasukan HCl kedalam Erlenmeyer sebanyak 10ml, dengan menggunakan pipet volume, sedangkan Na2CO3 dimasukkan kedalam bured. Pada tutrasi ini diteteskan 3 tetes metil orange kedalam larutan HCl. Indicator ini digunakan karena Na2CO3

merupakan basa lemah yang memiliki pH dibawah 7 seperti metil orange ini yang memiliki rang pH sekitar 3,1 – 4,4. Setelah diteteskan indicator HCl berubah warna menjadi kuning. Titrasi antara HCl dengan Na2CO3 akan menghasilkan NaCl dan melepaskan CO2 dan H2O. dan didapat pula konsentrasi HCl sebesar 0,1335 N.

Pada percobaan ini Na2CO3 berperan sebagai titran dan NaOH sebagai titran. Larutan NaOH ditetesi dengan indicator PP sehingga berubah warna menjadi bening karena indicator PP memiliki trayek pH sebesar 8 – 9,6. Setelah dititrasi dan mencapai titik ekuivalen warna larutan berubah menjadi merah muda.Titik ekuivalen artinya titik dimana konsetrasi asam telah habis bereaksi. Diperoleh volume rata-rata sebesar 4,4 ml dan konsentrasi NaOH sebesar 0,044 M.

Pada percobaan ini larutan NaOH distandarisasi dengan larutan HCl 0,1 N. karena HCl merupakan asam kuat. Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi NaOH. Percobaan ini diawali dengan memasukkan 10 ml NaOH kedalam Erlenmeyer sedangkan larutan HCl 0,1 N dimasukkan kedalam buret. Sebelum dititrasi diteteskan 3 tetes indicator PP didalam larutan NaOH. Indicator PP digunakan karena memiliki rangen diatas 7 yaitu 8 ± 9,6 dan merupakan indicator yang baik untuk larutan basa. Kemusian larutan NaOH dititrasi dengan larutan HCl, tetes demi tetes hingga larutan yang awalnya berwarna ungu menjadi bening.Hal ini menunjukkan bahwa larutan bersifat basa. Dari hasil perhitungan didapat konsentrasi NaOH sebesar 0,125 N.

Page 14: PERCOBAAN 2

2.5. PENUTUP

2.5.1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

1. Standarisasi adalah proses yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan

2. Pada pembuatan HCl konsentrasi yang didapat yaitu 0,138% (w/w); 0,83% (v/v); N HCl 0,029; Molaritas HCl 0,29 M; 0,03013 molalitas; 0,001 Ppm; dan fraksi mol 0,9884

3. Setelah NaOH dititrasi dengan HCl, konsentrasi NaOH menjadi 0,125 N4. Setelah HCl dititrasi dengan Na2CO3, konsentrasi HCl menjadi 0,1335 N

2.5.2. SARAN

Dalam melakukan praktikum, praktikan harus berhati-hati menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan. Sebelumnya praktikan juga harus mengetahui serta memahami terlebih dahulu bahaya dari alat dan bahan yang akan digunakan. Pakai pakaian khusus lab untuk mengurangi resiko bahasa bahan yang kemungkinan akan terkena kulit langsung. Dan setelah praktikan melaksanakan praktikum, hendaknya supaya dibersihkan tempat praktikumnya, agar sisa-sisa bahan praktikum tidak mengotori tempat praktikum.

Page 15: PERCOBAAN 2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Kimia Dasar. http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar-39481.html

Diakses pada tanggal 22 september 2013

Anonim, Penentuan Komposisi Magnesium Hidroksida Dan Aluminion Hidroksida Dalam Obat Maag. http://promono.staff.mipa.uns.ic.id/files/2012/09/percobaan - VII - f.pdf

Diakses pada tanggal 22 september 2013

Keenan, dkk.1984.Kimia Untuk Universitas.Erlangga : Jakarta

Petrucci, Ralph.H.1987.Kimia Dasar Prinsip Dan Terapan Modern. Erlangga : Jakarta

Syukri,s.1999.Kimia Dasar 2.ITB : Bandung

Page 16: PERCOBAAN 2
Page 17: PERCOBAAN 2

PERCOBAAN 3

STANDARISASI NaOH DAN PENGGUNAANNYA UNTUK PENENTUAN

KONSENTRASI ASAM ASETAT PERDAGANGAN

Page 18: PERCOBAAN 2

ABSTRAK

Berikutnya, dilakukan lagi percobaan “Standarisasi Naoh Dan

Penggunaannya Untuk Penentuan Konsentrasi Asam Asetat Perdagangan”

tujuannya adalah membuat dan men-standarisasi larutan NaOH dengan larutan

asam oksalat 0,1 N, serta menetapkan konsentrasi asam asetat dengan dengan

larutan NaOH terstandarisasi. Dalam percobaan ini digunakan metode titrasi

untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Dalam melakukan titrasi pada

percobaan ini digunakan indicator PP yang akan mengubah warna larutan dari

bening menjadi merah muda. Dari percobaan ini diketahui normalitas asam

oksalat sebesar 0,069 dan standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat dan

normalitas NaOH standar adalah 0,00021 N. volume rata-rata titrasinya yaitu 62,4

ml. Dari percobaan ini juga dapat ditentikan normalitas asam asetat yaitu 0,178 N

dengan volume rata-rata titrasi adalah 84,45 N.

Page 19: PERCOBAAN 2

PERCOBAAN 3

STANDARISASI NaOH DAN PENGGUNAANNYA UNTUK PENENTUAN

KONSENTRASI ASAM ASETAT PERDAGANGAN

3.1. PENDAHULUAN

Dalam percobaan atau praktikum kali ini, praktikan akan membahas mengenai “Standarisasi NaOH Dan Penggunaannya Untuk Penentuan Konsentrasi Asam Asetat Perdagangan”.

3.1.1. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan kali ini adalah :

1. Membuat dan men-standarisasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat 0,1 N

2. Menetapkan konsentrasi asam asetat dengan dengan larutan NaOH terstandarisasi.

3.1.2. LATAR BELAKANG

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang dalam pembelajarannya sangat diperlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen dilaboratorium. Dalam ilmu kimia ini sendiri, dikenal dengan adanya larutan. Larutan merupakan fase yang homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut (solvent), sedangkan komponen dalam jumlah kecil disebut terlarut (solute).

Dalam percobaan kali ini, larutan utama atau objeknya adalah larutan asam asetat. Asam asetat memang kedengarannya asing, karena asam asetat dalam kehidupan sehari-hari disebut asam cuka dikalangan masyarakat. Banyak manfaat dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja, asam asetat digunakan bahan baku pembuatan cellulose acetate yang biasanya digunakan dalam industry perfilman, dan juga sebagai bahan baku pembuatan lem kayu, dan masih banyak lagi kegunaan-kegunaan lainnya.

Page 20: PERCOBAAN 2

Pada percobaan kali ini pula, diharapkan pada para praktikan untuk dapat mengenali indicator alami dan manfaat serta sifat-sifatnya dalam praktikum kali ini, khususnya pada materi konsentrasi asam asetat perdagangan ini. Selain itu, diharapkan pula pada praktikan agar bias mengembangkan ilmu yang telah dipraktikkan , khususnya dibidang Teknik Lingkungan.

Page 21: PERCOBAAN 2

3.2. DASAR TEORI

Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air atau aqueous. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah banyak dinamakan larutan pekat.Jika jumlah larutan sedikit, larutan dinamakan larutan encer. Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair dengan cairan, pdat atau gas sebagai zat yang terlarut. (Ralph .H.P, 1985)

Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih sederhana oleh reaksi kimia biasa. Unsur berfungsi sebagai zat pembangun untuk semua zat-zat komplek yang akan dijumpai. Senyawa merupakan zat yang terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk masing-masing senyawa individu selalu ada dalam proporsi massa yang sama. Unsur senyawa dianggap zat murni karena komposisinya yang dapat berubah-ubah. (Braddy, 1999 : 35)

Indicator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempuyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada suatu harga tertentu dan satu warna lain juka konsentrasi itu lebih rendah. Dengan menggunakan keanekaragaman indicator dan mencatat warna-warna dalam larutan-larutan, misalnya orang dapat memperkirakan asam atau keabasan tanah, air, cairan tubuh dan tipe lainnya larutan-larutan. Pemilihan suatu indicator untuk titrasi asam basa tertentu tergantung pada kuat relative asam dan basa yang digunakan didalam titrasi. (Jesse Wood, 1980)

Suatu perhitungan atau tetrimetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titran semacam ini disebut larutan baku (standar). Larutan baku standar ada dua macam yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku sekunder memiliki kemurnian yang tinggi. Larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer. Suatu proses yang mana larutan baku sekunder dengan larutan baku primer disebut denga standarisasi. (Abdul Rohman, 2007)

Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumetric, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi. (Syukri, 1999)

Pada saat terjadi perubahan warna indicator, titrasi dihentikan. Indicator berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pada saat titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada titrasi

Page 22: PERCOBAAN 2

ketika asam basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indicator. Saat perubahan warna terjadi, saat itulah disebut titik akhir titrasi. (Sukmariah, 1990)

Proses penentuan konsentrasi suatu larutan dipastikan dengan tepat dikenal sebagai standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat disiapkan dengan suatu sempel zat terlarut yang diingikan, yang ditimbang dengan tepat, dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam hal ini hanya sedikit, disebut stander primer. (Day, 1998)

Zat yang digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan berikut :

1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni maupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya

2. Harus stabil.3. Zat ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis, sehingga tidak menyerap

uap air, tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan. (Sukmariah, 1990)

Laruatan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui dapat dengan mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitatif. Kuantitas zat yang terlarut dalam suatu volume larutan itu simana volume itu diukur dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini :

mol=liter × konsentrasi molar

Atau

M mol=ml× konsentrasimolar

Perhitungan-perhitungan stokiometri yang melibatkan larutan yang diketahui molaritasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan devenisi bobot ekuivalen, dua larutan akan bereaksi dengan tepat satu sama lain bila keduanya mengandung gram ekuivalen yang sama. Dalam hubungan ini, kedua normalitas harus dinyatakan dengan satuan yang sama, demikian juga dua volume. (Braddy, 1990)

Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis titrametri apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Reaksi harus berlangsung capat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Page 23: PERCOBAAN 2

2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapatkan kesetaraan yang pasti dalam reaktan.

3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.4. Mempunyai massa ekuivalen yang besar.

(Sukmariah, 1990)

Page 24: PERCOBAAN 2

3.3. METODOLOGI PERCOBAAN

Dalam percobaan atau praktikum kali ini tentu saja harus didukung dengan peralatan dan bahan yang lengkap, agar percobaan atau praktikum bisa berjalan. Karena tanpa alat dan bahan mustahil untuk sebuah proses percobaan dapat berjalan dengan baik. Dan perlu yang penting untuk di ingat dalam setiap praktik, alat yang digunakan harus steril (bersih) dan harus menggunakan sepety(perlundungan) untuk meminimalisir bahaya kecelakaan yang akan terjadi. Berikut ini adalah perlengkapan atau alat-alat dan bahan yang diperlukan :

3.3.1. ALAT

Alat-alat yangdigunakan dalam prcobaan ini adalah :

- Buret 50 ml

- Erlenmeyer 250

ml

- Gelas ukur 10 ml

- Gelas piala

- Labu takar 1000

ml

- Labu takar 100

ml

- Corong

- Cawan perselein

- Statif, klem

- Pipet tetes

- Neraca analitik

Rangkaian alat yang digunakan adalah :

12

3

Gambar 3.1. Rangkaian Alat Titrasi

Keterangan:1. Buret2. Statif3. Erlenmeyer

3.3.2. BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan adalah :

- Asam cuka perdagangan - Aquadest

Page 25: PERCOBAAN 2

- NaOH- Asam oksalat

- Indicator pp

3.3.3. PROSEDUR KERJA

3.3.3.1. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

1. Menimbang 4 gram NaOH2. Memasukkan larutan NaOH kedalam gelas bekker dan larutan dengan 100

ml aquadest.3. Dimasukkan larutan NaOH kedalam labu ukur 1000 ml4. Ditambahkan kedalam aquadest sampai tanda tera (tanda batas)5. Dikocok hingga homogen.

3.3.3.2. Pembentukan Larutan Asam Oksalat.

1. Timbangkan 1,125 gram asam oksalat, gerus kalau perlu2. Dimasukkan kedalam gelas bekker, dan tambahkan aquadest secukupnya,

aduk dan larutkan3. Kemudian, dimasukkan larutan asam oksalat kedalam labu ukur 250 ml4. Ditambahkan aquadest sampai tanda batas5. Kocok hingga homogen.

3.3.3.3. Standarisasi Larutan NaOH.

1. Masukkan 100 ml larutan asam oksalat kedalam Erlenmeyer 250 ml2. Ditambahkan 3 tetes indicator pp3. Titrasikan dengan larutan NaOH yang dibuat pada langkah (1) sampai

larutan asam oksalat berwarna merah muda.4. Dicatat volume NaOH yang diperlukan5. Titrasi dilakukan dua kali, sehingga didapatkannya volume rata-rata.

3.3.3.4. Penetapan Konsentrasi Asam Asetat.

1. Dimasukkan asam asetat atau asam cuka perdagangan sebanyak 10 ml kedalam labu takar 100 ml

2. Ditambahkan aquadest sampai tanda batas, kocok dan homogenkan3. Diambil 10 ml larutan asm cuka yang telah diecerkan, dan dimasukkan

kedalam Erlenmeyer4. Ditambahkan 3 tetes indicator PP5. Dititrasikan dengan larutan NaOH yang telah distandarisasikan. Sampai

larutan berwarna merah muda6. Dicatat volume larutan NaOH yang diperlukan

Page 26: PERCOBAAN 2

7. Dilakukan percobaan 2 kali, sehingga didapatkan volume NaOH rata-ratanya.

8.

Page 27: PERCOBAAN 2

3.4. HASIL DAN PEMBAHASAN.

3.4.1. HASIL PENGAMATAN.

Table 3.1 Pembuatan Larutan Asam Oksalat.

NO LANGKAH PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN

12345

67

Menimbang massa asam oksalatMenambahkan aquadets secukupnyaMemasukkan larutan kedalam gelas ukurMemasukkan larutan asam oksalat kelabu ukur 250 mlMenambahkan 3 tetes indicator PP setlah homogen dan dimasukan kedalam ErlenmeyerMasukkan larutan NaOH keburetMelakukan titrasi NaOH dengan asam oksalat

a. Titrasi pertamab. Titrasi kedua

Massa = 1,1 gram

Volume = 100 mlVolume = 250 ml

Volume = 100 ml

Volume = 66,5 mlVolume = 58,3 ml

Perubahan warna dari bening menjadi merah muda

Table 3.2 Penetapan Konsentrasi Asam Asetat

NO LANGKAH PERCOBAAN HASIL PEMBAHASAAN

123456

Masukkan asam asetat perdagangan kedalam labu takarTambahkan aquadestMasukkan larutan kedalam ErlenmeyerMenambahkan indicator PPMemasukkan NaOH kedalam buretTitrasi NaOH dengan asam asetat

a. Titrasi pertamab. Titrasi kedua

Volume = 10 mlVolume = 100 mlVolume = 100 ml

3 tetes indicator PPVolume = 100 ml

Volume = 89,3 mlVolume = 79,6 ml

Warna berubah merah muda

3.4.2. PEMBAHASAN

3.4.2.1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

Pada pembuatan larutan NaOH 0,1 N digunakan 4 gram NaOH kemudian dilarutkan dengan 100 ml aquadest kedalam gelas bekker. Setelah dilarutkan, larutan dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml dan ditambah aquadest sampai

Page 28: PERCOBAAN 2

tanda tera.Kemudian larutan dikocok, pengocokkan larutan dilakukan agar larutan cepat homogen.

Reaksi yang didapatkan adalah :

NaOH(s)+ H2O(ℓ) NaOH(aq) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.1)

3.4.2.2. Pembuatan larutan asam oksalat

Untuk membuat larutan oksalat, ditimbang 1,1 gram asam oksalat dan dimasukkan kedalam gelas bekker. Kemudian, menambahkan aquadest secukupnya. Lalu, larutan dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml dan tambahkan aquadest hingga tanda tera. Kocok dan menggoncangkan larutan dengan melipat tangan kesiku. Pembuatan larutan ini dilakukan agar larutan dapat dititrasi, karena titrasi tidak bisa dilakukan pada fase padatan.

Reaksi yang didapatkan adalah :

C2H2O4(s)+ H2O(z) C2H2O4(aq) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3.2)

3.4.2.3. Standarisasi larutan NaOH

Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah memasukan 100 ml asam oksalat yang sudah dibuat kedalam Erlenmeyer 250 ml. larutan ini digunakan sebagai larutan standar primer karena larutan ini tidak bersifat higroskopis (zat yang mempunyai kemampuan menyerap molekul air yamg baik), dan mempunyai berat ekuivalen yang tinggi. Kemudian larutan ditambahkan 3 tetes indicator PP. Indicator PP digunakan karena pada standarisasi ini merupakan titrasi asam lemah (C2H2O4), dan basa kuat (NaOH), sehingga titik ekuivalennya >7.Lartuan NaOH dimasukan kedalam buret. Kemudian larutan asam oksalat yang sudah ditetesi indicator PP dan diaduk, dititrasikan dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda dengan volume NaOH 0,1 N 47 ml, dilakukan titrasi yang kedua dengan hasil volume NaOH 0,1 N 49 ml. sehingga didapatkan volume rata-ratanya adalah 48 ml. perubahan menandakan bahwa NaOH habis bereaksi dengan asam oksalat sehingga ada kelebihan konsentrasi NaOH yang bereaksi.

Reaksi yang dihasilkan adalah :

2 NaOH+H2C2O4 Na2C2O4+ 2H2O . . . . . . . . . . . . . . . . (3.3)

3.4.2.4. Penetapan konsentrasi asam asetat

Setelah larutan NaOH tersebut jadi, maka larutan sudah dapat digunakan untuk menentukan kadar asam asetat atau asam cuka. Pada percobaan ini

Page 29: PERCOBAAN 2

penetapan kadar asetas atau asam cuka perdagangan bertujuan untuk mengetahui apakah kadar yang terletak pada etiket cuka perdagangan sudah sesuai dengan kadar yang sebenarnya. Analisis ini dilakukan dengan cara alkalimetri yaitu dengan cara mentitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan NaOH. Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu penetapan kadar asam cuka perdagangan. Langkah pertama adalah mengambil 10 ml asam cuka perdagangan dengan pipet tetes dan diencerkan dengan aquadest dengan volume 100 ml. kemudian, masukkan 10 ml larutan encer tersebut. Masukkan kedalam labutakar 250 ml dan tambahkan 3 tetes indokator PP. larutan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH diatas hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi warna merah muda.

Reaksi yang dihasilkan adalah :

CH3COOH+NaOH CH3COONa+H2O . . . . . . . . . . . . . . (3.4)

Page 30: PERCOBAAN 2

3.5. PENUTUP

3.5.1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dalam percobaan ini adalah :

1. Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan kita dapat menggunakan prose titrasi.

2. Dalam melakukan titrasi pada percobaan ini digunakan indicator PP yang akan mengubah warna larutan dari bening menjadi merah muda.

3. Pada percobaan ini kita dapat mengetahui dan menentukan normalitas asam oksalat yaitu sebesar 0,069 N dan standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat dan normalitas NaOH standar adalah 0,00021 N. volume rata-rata titrasinya yaitu 62,4 ml.

4. Dari percobaan ini juga dapat ditentikan normalitas asam asetat yaitu 0,178 N dengan volume rata-rata titrasi adalah 84,45 N.

3.5.2. SARAN

Dalam percobaan ini diperlukan ketelitian terutama dalam mengamati perubahan warna saat proses titrasi dilakukan. Kita juga harus mengerti urutan prosedur dan pemakaian alat-alat laboratorium serta sebelum percobaan dimulai pastikan alat dan bahan lengkap dan bersih agar tercapainya hasil yang maksimal.

Page 31: PERCOBAAN 2

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman .S .2007 .Ilmu Kimia Standarisasi Larutan Jilid 1 .ITB .

Bandung.

Braddy, J.T .1990 .Kimia Universitas Asas Dan Struktur Jilid 1 .Erlangga .

Jakarta.

Day, R.A dan S. keman .1998 .Kimia Analisis Kuantitatif .Erlangga . Jakarta.

Jesse, H.W .1980 .Ilmu Kimia Universitas Jilid 1 .Erlangga . Jakarta.

Ralph, H.P .1985 .Kimia Dasar : Prinsip Dan Terapan Modern Edisi 4 Jilid 2. Editor Penerjemah ; Suminar.

Sukamariah .1990 .Kimia kedokteran edisi 2 . Binarupa aksari . Jakarta.

Syukri .1999 .Kimia Dasar 2 .Bandung .ITB.

Page 32: PERCOBAAN 2