perbup no 57 th 2012 tentang pemanfaatan .pdf

Upload: ismed-nur

Post on 06-Jul-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    1/31

     

    RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANGKA BARATNOMOR TAHUN 2011

    TENTANG

    TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFAATAN

    BARANG MILIK DAERAH

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    BUPATI BANGKA BARAT,

    Menimbang

    Mengingat

    :

    :

    a.

    b.

    1.

    2.

    3.

    bahwa dalam rangka menjamin terlaksananya pengelolaan Barang

    Milik Daerah perlu pemahaman dan kesamaan persepsi dan

    langkah secara integral dari semua Satuan Perangkat Daerah dalam

    pengelolaan Barang Milik Daerah;

    bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

    huruf a perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara

    Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Daerah;

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

    125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

    sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

    Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

    59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

    Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

    Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah

    Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor

    69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573)

    sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor

    40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2005 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4515);

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    2/31

    4.

    5.

    6.

    7.

    Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

    Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Daerah Republik Indonesia

    Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Repubik

    Indonesia Nomor 4609);

    Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

    Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

    Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

    Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah

    dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

    13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

    Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang

    Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMANFATAAN

    BARANG MILIK DAERAH

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

    (1)  Daerah adalah Kabupaten Bangka Barat.

    (2) 

    Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara

    Pemerintahan Daerah.

    (3)  Bupati adalah Bupati Bangka Barat.

    (4)  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Barat.

    (5)  Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka Barat.

    (6) 

    Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset adalah Unit Kerja pada

    Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Barat.

    (7)  Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat

    daerah selaku pengguna Barang.

    (8)  Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

    APBD atau dari perolehan lainnya yang sah.

    (9)  Pengelola Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut Pengelola adalah pejabat yang

    berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi Pengelolaan Barang

    Daerah.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    3/31

    (10)  Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut Pembantu

    Pengelola adalah pejabat yang bertanggung jawab mengkoordinir penyelenggaraan

    pengelolaan Barang Milik Daerah yang ada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.

    (11)  Pengguna Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut Pengguna adalah pejabat

    pemegang kewenangan penggunaan Barang Milik Daerah.(12)  Kuasa Pengguna Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut Kuasa Pengguna adalah

    Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah atau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang

    untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya.

    (13)  Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna/Kuasa Pengguna Barang

    dalam mengelola dan menatausahakan Barang Milik Daerah yang sesuai dengan tugas

    pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bersangkutan.

    (14)  Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah yang tidak dipergunakan

    sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah, dalam bentuk

    sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun serah guna dan bangun gunaserah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

    (15)  Penilaian Barang Milik Daerah adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif

    didasarkan pada data/fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan

    metode/teknik tertentu untuk memperoleh nilai Barang Milik Daerah.

    (16)  Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke Kas Umum Daerah.

    (17)  Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh

    Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar

    seluruh pengeluaran daerah.

    (18)  Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah yang

    ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan

    untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.

    (19)  Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat

    Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.

    (20)  Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk

    melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau

    denda.

    (21)  Tanah adalah tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Barat baik yang

    bersertifikat maupun yang belum bersertifikat.

    (22)  Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada

    tanah dan atau perairan, yang berupa bangunan gedung dan atau bukan gedung yang

    dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Barat.

    BAB II

    ASAS UMUM

    Pasal 2

    Pemanfaatan Barang Milik Daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastianhukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

    Pasal 3

    Semua penerimaan yang berasal dari pemanfaatan Barang Milik Daerah merupakan

    penerimaan Daerah bukan pajak yang harus disetor ke rekening Kas Umum Daerah.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    4/31

    BAB III

    PEJABAT PENGELOLA BARANG MILIK DAERAH

    Pasal 4

    (1)  Bupati sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan Barang Milik Daerah berwenang dan

    bertanggungjawab atas pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Daerah.

    (2)  Dalam melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Daerah

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dibantu oleh :

    a.  Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah;

    b.  Kepala DPPKA selaku Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah;

    c.  Kepala SKPD selaku Pengguna Barang Milik Daerah;

    d.  Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku Kuasa Pengguna Barang Milik Daerah;

    Pasal 5

    (1)  Bupati sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan Barang Milik Daerah, mempunyai

    wewenang :

    a.  menetapkan kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah;

    b.  menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan/atau

    bangunan;

    c.  menetapkan kebijakan pengamanan Barang Milik Daerah;

    d.  mengajukan usul pemindahtanganan Barang Milik Daerah yang memerlukan

    persetujuan DPRD;

    e.  menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan Barang Milik Daerah sesuai

    batas kewenangannya; dan

    f.  menyetujui usul pemanfaatan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

    (2)  Sekretaris Daerah selaku pengelola Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 4 huruf a berwenang dan bertanggungjawab :

    a.  menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Daerah;

    b.  meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan Barang Milik Daerah;

    c. 

    meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan Barang Milik

    Daerah;d.  mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, dan pemindahtanganan Barang

    Milik Daerah yang telah disetujui oleh Bupati.

    e.  melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi Barang Milik Daerah; dan

    f.  melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan Barang Milik Daerah.

    (3)  Kepala DPPKA sebagai Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 4 huruf b bertanggungjawab mengkoordinir penyelenggaraan

    pengelolaan barang milik daerah yang ada pada SKPD.

    (4) 

    Kepala SKPD sebagai Pengguna Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 huruf c berwenang dan bertanggung jawab:

    a.  mengajukan rencana kebutuhan Barang Milik Daerah bagi SKPD yang dipimpinnya

    kepada Bupati melalui Pengelola Barang;

    b.  mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan

    c.  Barang Milik Daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang

    sah kepada Bupati melalui Pengelola Barang;

    d.  melakukan pencatatan dan inventarisasi Barang Milik Daerah yang berada dalam

    penguasaannya;

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    5/31

    e.  menggunakan Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya untuk

    kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya;

    f.  mengamankan dan memelihara Barang Milik Daerah yang berada dalam

    penguasaannya;

    g. 

    mengajukan usul pemindahtanganan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/ataubangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan Barang Milik Daerah selain

    tanah dan/atau bangunan kepada Bupati melalui pengelola barang;

    h.  menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan

    penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya kepada Bupati

    melalui Pengelola Barang Milik Daerah;

    i.  melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan Barang Milik Daerah

    yang ada dalam penguasaannya; dan

     j.  menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan

    Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam penguasaannyakepada Pengelola Barang.

    BAB IV

    PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH

    Pasal 6

    (1)  Pemanfaatan Barang Milik Daerah dilakukan terhadap Barang Milik Daerah yang tidak

    digunakan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD.

    (2)  Pemanfaatan Barang Milik Daerah dapat pula dilakukan terhadap sebagian Barang Milik

    Daerah yang tidak digunakan oleh Pengguna Barang sepanjang menunjang

    penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD.

    (3)  Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak mengubah status

    kepemilikan Barang Milik Daerah.

    (4)  Pemanfaatan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

    dilakukan dalam bentuk:

    a.  sewa;

    b. pinjam pakai;

    c.  kerjasama pemanfaatan; dan/atau

    d. bangun guna serah dan bangun serah guna.

    Pasal 7

    (1)  Pelaksanaan pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf a, huruf

    b, dan huruf c dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

    a.  Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan oleh Pengelola Barang dengan

    persetujuan Bupati; dan/atau

    b. Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan oleh Pengguna Barang dengan

    persetujuan Pengelola Barang.

    (2) 

    Pelaksanaan pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d

    dilakukan oleh Pengelola Barang.

    (3)  Pelaksanaan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

    Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang.

    Pasal 8

    Tata cara pemanfaatan Barang Milik Daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I,

    Lampiran II, Lampiran III dan Lampiran IV yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    6/31

    Pasal 9

    Ketentuan mengenai formula tarif sewa, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.A yang

    tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

    BAB VPENILAIAN

    Pasal 10

    (1)  Penilaian Barang Milik Daerah dilakukan dalam rangka pemanfaatan dan

    pemindahtanganan.

    (2)  Penilaian Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh Penilai

    yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.

    (3)  Penilaian Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh tim yang

    ditetapkan Pengguna Barang dan dapat melibatkan Penilai yang ditetapkan olehPengguna Barang.

    (4)  Hasil perhitungan Penilai merupakan hasil perhitungan yang bersifat independen dan

    final.

    Pasal 11

    (1)  Penilaian Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan, dilakukan untuk

    mendapatkan nilai wajar dengan estimasi terendah menggunakan Nilai Jual Objek

    Pajak (NJOP).

    (2)  Penilaian terhadap Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan oleh tim

    dilakukan dengan berpedoman pada standar penilaian yang berlaku.

    Pasal 12

    (1)  Penilaian terhadap Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan oleh tim

    dilakukan untuk mendapatkan nilai tertinggi dari salah satu nilai tersebut dibawah ini: 

    a.  nilai pasar; 

    b.  nilai buku, yaitu nilai perolehan dikurangi penyusutan; dan

    c.  nilai yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

    (2)  Penilaian terhadap Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka

    sewa dan kerjasama pemanfaatan, dilakukan oleh Penilai apabila harga perolehan

    Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan tersebut mempunyai nilai paling

    sedikit Rp. 30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah).

    (3)  Penilaian terhadap Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka

    penjualan, tukar menukar atau penyertaan modal pemerintah daerah dilakukan Penilai

    apabila harga perolehan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan tersebut

    mempunyai nilai perolehan paling sedikit Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar

    rupiah).

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    7/31

    BAB VI

    KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 13

    Pelaksanaan pemanfaatan Barang Milik Daerah yang telah dilakukan antara PemerintahDaerah dengan Pihak Ketiga sebelum ditetapkannya Peraturan Bupati ini, agar segera

    menyesuaikan dengan Peraturan Bupati ini paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.

    BAB VII

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 14

    Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Bupati inidengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bangka Barat.

    Ditetapkan di Muntok

    pada tanggal

    BUPATI BANGKA BARAT,

    UST. H. ZUHRI M SYAZALI, Lc., MA

    Diundangkan di MUNTOK

    pada tanggal

    SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT,

    RAMLI NGAD JUM,SH., MM., MAP

    NIP. 19540427 198603 1 006

    BERITA DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT TAHUN 2011 NOMOR

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    8/31

    LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT

    NOMOR TAHUN 2011

    TANGGAL

    TATA CARA PELAKSANAAN SEWA BARANG MILIK DAERAH

    I.

    II.

    III.

    IV.

    Definisi

    Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu

    dan menerima imbalan uang tunai. Sewa atau Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

    termasuk golongan Retribusi Jasa Usaha.

    Pertimbangan untuk menyewakan Barang Milik Daerah

    Penyewaan Barang Milik Daerah dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik

    Daerah yang belum/tidak dipergunakan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

    penyelenggaraan pemerintahan, menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD, atau

    mencegah penggunaan Barang Milik Daerah oleh pihak lain secara tidak sah.

    Barang Milik Daerah yang dapat disewakan/Obyek Retribusi

    Barang Milik Daerah yang dapat disewakan adalah tanah dan/atau bangunan, baik yang ada

    pada Pengelola Barang maupun yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang, dan

    Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

    Obyek Retribusi adalah pelayanan pemberian hak pemakaian kekayaan daerah untuk jangka

    waktu tertentu, yang meliputi :

    a. 

    Barang bergerak terdiri dari :

    1. 

    alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak;

    2. 

    alat-alat angkutan; dan

    3. 

    alat-alat pertanian.

    b. 

    Barang tidak bergerak terdiri dari :

    1. 

    tanah; dan/atau

    2. 

    gedung dan bangunan.

    Subjek Pelaksana Sewa

    1. 

    Pihak yang dapat menyewakan Barang Milik Daerah:

    a. 

    Pengelola Barang , untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola

    Barang;

    b. 

    Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk:

    1) 

    sebagian tanah dan/atau bangunan yang status penggunaannya ada pada

    Pengguna Barang

    2) 

    Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

    2. 

    Pihak yang dapat menyewa Barang Milik Daerah meliputi:

    a. 

    Badan Usaha Milik Negara;

    b. 

    Badan Usaha Milik Daerah;

    c. 

    Badan Hukum lainnya; dan/atau

    d. 

    Perorangan.

    3. 

    Penyewaan dilaksanakan dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan berdasarkan

    Surat perjanjian Sewa-Menyewa yang sekurang-kurangnya memuat :

    a. 

    pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;

    b. 

     jenis, luas atau jumlah barang, besaran sewa, dan jangka waktu;

    c. 

    tanggungjawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka

    waktu penyewaan

    d. 

    persyaratan lainnya yang dianggap perlu.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    9/31

    V.

    VI.

    Ketentuan dalam Penyewaan Barang Milik Daerah

    1. 

    Barang Milik Daerah yang dapat disewakan adalah Barang Milik Daerah yang dalam

    kondisi belum atau tidak digunakan oleh Pengguna Barang atau Pengelola Barang.

    2. 

    Jangka waktu sewa Barang Milik Daerah paling lama 5 (lima) tahun sejak

    ditandatanganinya perjanjian, dan dapat diperpanjang.

    3. 

    Perpanjangan jangka waktu sewa Barang Milik Daerah dilakukan dengan ketentuan

    sebagai berikut:

    a. 

    untuk sewa yang dilakukan oleh Pengelola Barang, perpanjangan dilakukan setelah

    dilakukan evaluasi oleh Pengelola Barang;

    b. 

    untuk sewa yang dilakukan oleh Pengguna Barang, perpanjangan dilakukan setelah

    dievaluasi oleh Pengguna Barang dan disetujui oleh Pengelola Barang.

    4. 

    Penghitungan besaran sewa minimum didasarkan pada formula tarif sewa yang diatur

    dalam Lampiran I.A.

    5. 

    Penghitungan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penentuan besaran sewa minimum

    dilakukan sebagai berikut:

    a. 

    penghitungan nilai Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang berada

    pada Pengelola Barang dilakukan oleh penilai yang ditugaskan oleh Pengelola Barang;

    b. 

    penghitungan nilai Barang Milik Daerah untuk sebagian tanah dan/atau bangunan

    yang berada pada Pengguna Barang dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh

    Pengguna Barang dan dapat melibatkan instansi teknis terkait dan/atau penilai;

    c. 

    penghitungan nilai Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan, dilakukan

    oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang dan dapat melibatkan instansi teknis

    terkait dan/atau penilai.

    6. 

    Penetapan besaran sewa

    a. 

    besaran sewa atas Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang berada

    pada Pengelola Barang ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan hasil

    perhitungan penilai;

    b. 

    besaran sewa atas Barang Milik Daerah sebagian tanah dan/atau bangunan yang

    berada pada

    c. 

    penetapan sewa/retribusi berdasarkan STRD dengan menerbitkan SKRD atau

    dokumen lain yang dipersamakan;

    7. 

    Pembayaran uang sewa dilakukan secara sekaligus paling lama pada saat

    penandatanganan kontrak. 

    8. 

    Selama masa sewa, pihak penyewa atas persetujuan Pengelola Barang hanya dapat

    mengubah bentuk Barang Milik Daerah tanpa mengubah konstruksi dasar bangunan,

    dengan ketentuan bagian yang ditambahkan pada bangunan tersebut menjadi Barang

    Milik Daerah. 

    9. 

    Seluruh biaya yang timbul dalam rangka penilaian dibebankan pada APBD.

    Tatacara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Daerah

    1. 

    Penyewaan tanah dan/atau bangunan oleh Pengelola Barang 

    a. 

    Pengelola Barang melakukan penelitian mengenai:

    1) 

    kemungkinan penyewaan Barang Milik Daerah yang ada dalam pengelolaannya,

    yang didasarkan pada kebutuhan Pengelola Barang untuk melakukan penyewaan

    tanah dan/atau bangunan dimaksud;2)

     

    kemungkinan kelayakan penyewaan tanah dan/atau bangunan berdasarkan

    permintaan pihak lain yang akan menyewa tanah dan/atau bangunan dimaksud.

    b. 

    Pengelola Barang menetapkan tanah dan/atau bangunan yang akan disewakan

    berdasarkan hasil penelitian kelayakan tersebut;

    c. 

    Pengelola Barang membentuk tim yang beranggotakan unsur Pengelola Barang, yang

    akan melakukan penelitian dalam rangka penyewaan dimaksud terhadap tanah

    dan/atau bangunan yang akan disewakan serta menyiapkan hal-hal yang bersifat

    teknis;

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    10/31

    d. 

    Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan penghitungan Barang Milik

    Daerah dalam rangka penentuan besaran tarif sewa minimum dan melaporkan hasil

    penilaiannya kepada Pengelola Barang melalui Tim;

    e. 

    Tim menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya disertai laporan penilaian Barang

    Milik Daerah kepada Pengelola Barang;

    f. 

    Pengelola Barang memutuskan untuk menyetujui atau tidaknya permintaan sewa

    Barang Milik Daerah dengan mempertimbangkan laporan Tim;

    g. 

    Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permintaan tersebut, Pengelola Barang

    memberitahukan kepada pihak yang mengajukan permintaan sewa, disertai

    alasannya;

    h. 

    Dalam hal Pengelola Barang menyetujui permintaan tersebut, Pengelola Barang

    menetapkan surat keputusan penyewaan tanah dan/atau bangunan, yang sekurang-

    kurangnya memuat tanah dan/atau bangunan yang disewakan, nilai tanah dan/atau

    bangunan, besaran sewa atas tanah dan/atau bangunan, pihak penyewa dan jangka

    waktu sewa;

    i. 

    Penyewa menyetorkan keseluruhan uang sewa ke rekening kas umum daerah, paling

    lambat pada saat surat perjanjian sewa menyewa ditandatangani;

     j. 

    Penyewaan tanah dan/atau bangunan dituangkan dalam perjanjian sewa menyewa

    yang ditandatangani oleh Pengelola Barang dan pihak penyewa;

    k. 

    Pengelola Barang menatausahakan pelaksanaan sewa tanah dan/atau bangunan;

    l. 

    Setelah berakhirnya masa sewa, penyewa menyerahkan tanah dan/atau bangunan

    yang disewa kepada Pengelola Barang, yang penyerahannya dituangkan dalam berita

    acara serah terima;

    m. 

    Dalam hal penyewa mengajukan permintaan perpanjangan jangka waktu sewa, maka

    permintaan tersebut harus disampaikan kepada Pengelola Barang paling lambat 3

    (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa;

    n. 

    Pengelola Barang melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan penyewaan

    Barang Milik Daerah.

    2. 

    Penyewaan sebagian tanah dan/atau bangunan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna

    Barang.

    a. 

    Pengguna Barang mengajukan usulan kepada Pengelola Barang untuk menyewakan

    sebagian tanah dan/atau bangunan dengan disertai pertimbangan penyewaan, bukti

    kepemilikan, gambar lokasi, luas yang akan disewakan, nilai perolehan dan NJOP

    tanah dan/atau bangunan, data transaksi sebanding dan sejenis, calon penyewa, nilai

    sewa, serta jangka waktu penyewaan;

    b. 

    Pengelola Barang melakukan penelitian atas usulan untuk menyewakan Barang Milik

    Daerah dari Pengguna Barang tersebut;

    c. 

    Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang

    memberitahukan kepada Pengguna Barang, disertai alasannya;

    d. 

    Dalam hal Pengelola Barang menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang

    menerbitkan surat persetujuan penyewaan atas sebagian tanah dan/atau bangunan,

    yang sekurang-kurangnya memuat tanah dan/atau bangunan yang disewakan, nilai

    tanah dan/atau bangunan, pihak penyewa, nilai sewa dan jangka waktu sewa;

    e. 

    Pengguna Barang menetapkan keputusan pelaksanaan penyewaan yang sekurang-kurangnya memuat informasi tentang tanah dan/atau bangunan yang akan

    disewakan, besaran tarif sewa, calon penyewa dan jangka waktu sewa;

    f. 

    Penyewa menyetorkan keseluruhan uang sewa ke rekening kas umum daerah, paling

    lambat pada saat surat perjanjian sewa menyewa ditandatangani;

    g. 

    Penyewaan tanah dan/atau bangunan dituangkan dalam perjanjian sewa menyewa

    yang memuat sekurang-kurangnya hak dan kewajiban para pihak, serta

    ditandatangani oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dan pihak penyewa;

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    11/31

    h. 

    Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan sewa menyewa sebagian tanah dan/atau

    bangunan kepada Pengelola Barang dengan disertai bukti setor dan perjanjian sewa

    menyewa;

    i. 

    Dalam hal penyewa mengajukan permintaan perpanjangan jangka waktu sewa, maka

    permintaan tersebut harus disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola

    Barang paling lama 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa;

     j. 

    Dalam hal diperlukan, Pengelola Barang dapat membentuk Tim dan/atau

    menugaskan penilai untuk melakukan penelitian dan kajian atas usulan sewa Barang

    Milik Daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan dari Pengguna Barang guna

    menentukan besaran tarif sewa dimaksud.

    3. 

    Penyewaan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan oleh Pengguna Barang.

    a. 

    Pengguna Barang mengajukan usulan kepada Pengelola Barang disertai dengan hasil

    penelitian mengenai kelayakan kemungkinan penyewaan Barang Milik Daerah selain

    tanah dan/atau bangunan dimaksud, termasuk pertimbangan mengenai calon

    penyewa, nilai sewa dan jangka waktu penyewaan;

    b. 

    Pengelola Barang melakukan penelitian atas usulan untuk menyewakan Barang Milik

    Daerahtersebut;

    c. 

    Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang

    memberitahukan kepada Pengguna Barang, disertai alasannya;

    d. 

    Dalam hal Pengelola Barang menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang

    menerbitkan surat persetujuan, yang sekurang-kurangnya memuat Barang Milik

    Daerah yang disewakan, calon penyewa, nilai sewa, dan jangka waktu sewa;

    e. 

    Pengguna Barang menetapkan surat keputusan penyewaan yang sekurang-

    kurangnya memuat jenis, nilai, besaran sewa Barang Milik Daerah, penyewa, dan

     jangka waktu penyewaan;

    f. 

    Penyewa menyetorkan keseluruhan uang sewa ke rekening kas umum daerah, paling

    lambat pada saat surat perjanjian ditandatangani;

    g. 

    Penyewaan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dituangkan dalam

    perjanjian sewa menyewa yang memuat sekurang-kurangnya hak dan kewajiban

    para pihak, serta ditandatangani oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dan

    pihak penyewa;

    h. 

    Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan sewa menyewa Barang Milik Daerah

    selain tanah dan/atau bangunan tersebut kepada Pengelola Barang dengan disertai

    bukti setor dan perjanjian sewa menyewa;

    i. 

    Dalam hal penyewa mengajukan permintaan perpanjangan jangka waktu sewa,

    permintaan tersebut harus disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola

    Barang paling lama 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa;

     j. 

    Dalam hal diperlukan, Pengelola Barang dapat membentuk Tim dan/atau

    menugaskan penilai untuk melakukan penelitian dan kajian atas usulan sewa Barang

    Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dari Pengguna Barang guna

    menentukan besaran tarif sewa dimaksud.

    BUPATI BANGKA BARAT,

    UST. H. ZUHRI M SYAZALI, Lc., MA

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    12/31

    LAMPIRAN I. A. PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT

    NOMOR TAHUN 2011

    TANGGAL 

    FORMULA TARIF SEWA ATAS PELAKSANAAN SEWA

    BARANG MILIK KEKAYAAN DAERAH 

    I.

    II.

    III

    .

    Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi/sewa didasarkan pada tujuan untuk memperoleh

    keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis

    yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

    Struktur dan besarnya tarif Retribusi pada beberapa jenis pelayanan terhadap barang milik

    daerah Kabupaten Bangka Barat telah diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    Besarnya biaya sewa Barang Milik Daerah dihitung dengan formula sebagai berikut:

    1. 

    Formula Sewa Tanah KosongSt = 3,33 % x (Lt x Nilai tanah)

    Keterangan:

    a. St

    Lt

    Nilai Tanah

    =

    =

    =

    Sewa Tanah

    Luas tanah (M2)

    Nilai tanah berdasarkan hasil penilaian dengan

    estimasi terendah menggunakan NJOP (per M2)

    b. Luas tanah dihitung berdasarkan pada gambar situasi/peta tanah atau

    sertifikat tanah dalam meter persegi.

    2. 

    Sewa Tanah dan BangunanStb = (3,33% x Lt x Nilai tanah) +( 6,64% x Lb x Hs x Nsb)

    Keterangan:

    a. 

    Lb = Luas lantai Bangunan (M2)

    Hs = Harga satuan bangunan standar dalam keadaan baru (Rp/M2)

    Nsb = Nilai sisa bangunan (%)

    penyusutan untuk bangunan permanen = 2 % / tahun

    penyusutan untuk bangunan semi permanen = 4 % / tahun

    penyusutan untuk bangunan darurat = 10 % / tahun

    penyusutan maksimal 80 %

    b. 

    Luas bangunan dihitung berdasarkan luas lantai bangunan sesuai gambar dalam meter

    persegi.

    c. 

    Harga satuan bangunan

    Harga Satuan bangunan per M2 sesuai klasifikasi/tipe dalam keadaan baru berdasarkan

    Keputusan pemerintah daerah kabupaten/kota setempat pada tahun yang

    bersangkutan.

    Harga Satuan tertinggi rata-rata per M2 bangunan bertingkat untuk Bangunan Gedung

    Daerah

    Jumlah Lantai Bangunan  Harga Satuan per M2 tertinggi 

    Bangunan 1 lantai  1,000 standar harga gedung bertingkat

    Bangunan 2 lantai  1,090 standar harga gedung bertingkat 

    Bangunan 3 lantai  1,120 standar harga gedung bertingkat

    Bangunan 4 lantai 1,135 standar harga gedung bertingkat

    Bangunan 5 lantai 1,162 standar harga gedung bertingkat 

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    13/31

    d. 

    Dalam hal sisa bangunan menurut umur tidak sesuai dengan kondisi nyata, maka Nsb

    ditetapkan berdasarkan kondisi bangunan sebagai berikut:

    baik = 85% s.d. 100 % siap pakai/perlu pemeliharaan awal

    rusak ringan = 70% s.d. < 85% rusak sebagian non struktur

    rusak berat = 55% s.d. < 70% rusak sebagian non struktur/struktur

    rusak berat = 35% s.d. < 55% rusak sebagian besar non struktur/struktur3. 

    Sewa Prasarana Bangunan

    Sp = 6,64% x Hp x Nsp

    a. 

    Keterangan:

    Sp = sewa prasarana bangunan (Rp/tahun)

    Hp = harga prasarana bangunan dalam keadaan baru (Rp)

    Nsp = nilai sisa prasarana bangunan (%)

    b. 

    Besar penyusutan / tahun dihitung dengan ketentuan:

    pekerjaan halaman = 5 %

    mesin/instalasi = 10 %

    furniture/elektronik = 25 %

    penyusutan maksimal = 80 %

    4. 

    Sewa Selain Tanah dan/atau BangunanFormula tarif sewa ditetapkan oleh masing-masing pengguna barang berkoordinasi

    dengan instansi teknis terkait.

    BUPATI BANGKA BARAT,

    UST. H. ZUHRI M SYAZALI, Lc., MA

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    14/31

     LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI BANGKA BARATNOMOR TAHUN 2011

    TANGGAL 

    TATA CARA PELAKSANAAN PINJAM PAKAI BARANG MILIK DAERAH

    I.

    II.

    III.

    IV.

    V.

    Definisi

    Pinjam pakai Barang Milik Daerah adalah penyerahan penggunaan Barang Milik Daerah antara

    Pemerintah Kabupaten dengan Pemerintah Pusat atau antar Pemerintah Kabupaten dengan

    Pemerintah Propinsi atau antar Pemerintah Kabupaten dengan Kabupaten/Kota dalam jangka

    waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu berakhir Barang Milik

    Daerah tersebut diserahkan kembali kepada Pemerintah Kabupaten.

    Pertimbangan

    Pinjam pakai Barang Milik Daerah dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan Barang Milik

    Daerah yang belum/tidak dipergunakan untuk pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan

    Kabupaten dan untuk menunjang pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Pusat,

    Pemerintah Propinsi atau Pemerintahan Kabupaten/Kota.

    Jenis Barang Milik Daerah yang dapat dipinjampakaikan

    Barang Milik Daerah yang dapat dipinjam-pakaikan adalah tanah dan/atau bangunan, baik yang

    ada pada Pengelola Barang maupun yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang,

    serta Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

    Subjek Pelaksana Pinjam Pakai

    1. 

    Pihak-pihak yang dapat meminjam-pakaikan Barang Milik Daerah adalah:

    a. 

    Pengelola Barang , untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola

    Barang;

    b. 

    Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk:

    1) 

    sebagian tanah dan/atau bangunan yang status penggunaannya ada pada Pengguna

    Barang;

    2) 

    Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

    2. 

    Pihak yang dapat meminjam Barang Milik Daerah adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah

    Propinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota.

    Ketentuan dalam Pelaksanaan Pinjam Pakai

    1. 

    Barang Milik Daerah yang dapat dipinjam-pakaikan harus dalam kondisi belum/tidak

    digunakan oleh Pengguna Barang atau Pengelola Barang untuk penyelenggaraan tugas

    pokok dan fungsi pemerintahan.2.

     

    Tanah dan/atau bangunan yang dapat dipinjam-pakaikan Pengelola Barang meliputi tanah

    dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang yang seluruhnya belum/tidak

    digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan.

    3. 

    Tanah dan/atau bangunan yang dapat dipinjam-pakaikan Pengguna Barang meliputi

    sebagian tanah dan/atau bangunan yang merupakan sisa dari tanah dan/atau bangunan

    yang sudah digunakan oleh Pengguna Barang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok

    dan fungsinya.

    4. 

    Jangka waktu peminjaman Barang Milik Daerah paling lama 2 (dua) tahun sejak

    Ditandatanganinya perjanjian pinjam pakai, dan dapat diperpanjang.

    5. 

    Dalam hal jangka waktu peminjaman Barang Milik Daerah akan diperpanjang, permintaanperpanjangan jangka waktu pinjam pakai dimaksud harus sudah diterima Pengelola Barang

    paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum jangka waktu pinjam pakai berakhir.

    6. 

    Tanah dan/atau bangunan yang dipinjam-pakaikan harus digunakan sesuai peruntukan

    dalam perjanjian pinjam pakai dan tidak diperkenankan mengubah, baik menambah

    dan/atau mengurangi bentuk bangunan.

    7. 

    Pemeliharaan dan segala biaya yang timbul selama masa pelaksanaan pinjam pakai menjadi

    tanggung jawab peminjam.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    15/31

     

    VI.

    8. 

    Setelah masa pinjam pakai berakhir, peminjam harus mengembalikan Barang Milik Daerah

    yang dipinjam dalam kondisi sebagaimana yang dituangkan dalam perjanjian.

    Tata Cara Pelaksanaan Pinjam Pakai 

    1. 

    Pelaksanaan Pinjam Pakai Barang Milik Daerah oleh Pengelola Barang

    a. 

    permintaan pinjam pakai yang diajukan oleh pemerintah pusat atau pemerintah

    kabupaten/kota kepada Pengelola Barang sekurang-kurangnya memuat

    pertimbangan yang mendasari diajukannya permintaan,dan luas, lokasi, serta detil

    peruntukan tanah dan/atau bangunan;

    b. 

    Pengelola Barang melakukan kajian atas permintaan pemerintah pusat atau

    pemerintah kabupaten/kota tersebut, terutama menyangkut kelayakan

    peminjaman tanah dan/atau bangunan yang diusulkan;

    c. 

    berdasarkan hasil kajian tersebut dalam huruf b, Pengelola Barang dapat

    menyetujui atau tidaknya permintaan pinjam pakai tanah dan/atau bangunan

    dimaksud;

    d. 

    dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permintaan tersebut, Pengelola

    Barang memberitahukan kepada pemerintah pusat atau pemerintah

    kabupaten/kota yang mengajukan permintaan pinjam pakai, disertai alasannya;

    e. 

    dalam hal Pengelola Barang menyetujui permintaan tersebut, Pengelola Barang

    menerbitkan surat persetujuan pinjam pakai tanah dan/atau bangunan, yang

    sekurang-kurangnya memuat pihak yang akan meminjam tanah dan/atau

    bangunan, tanah dan/atau bangunan yang dipinjamkan, jangka waktu peminjaman,

    dan kewajiban peminjam untuk melakukan pemeliharaan tanah dan/atau

    bangunan yang dipinjam;

    f. 

    pelaksanaan pinjam pakai dituangkan dalam naskah perjanjian pinjam pakai antara

    Pengelola Barang dengan pemerintah pusat atau pemerintah kabupaten/kota

    selaku peminjam, yang antara lain memuat subjek dan objek pinjam pakai, jangka

    waktu peminjaman, hak dan kewajiban para pihak antara lain kewajiban peminjam

    untuk melakukan pemeliharaan dan menanggung biaya yang timbul selama pinjam

    pakai, dan persyaratan lain yang dianggap perlu;

    g. 

    setelah berakhirnya jangka waktu peminjaman, peminjam wajib menyerahkan objek

    pinjam pakai kepada Pengelola Barang yang dituangkan dalam berita acara serah

    terima.

    2. 

    Pelaksanaan Pinjam Pakai Barang Milik Daerah oleh Pengguna Barang

    a. 

    Pengguna Barang mengajukan usulan pinjam pakai kepada Pengelola Barang, yang

    sekurang kurangnya memuat pertimbangan yang mendasari diajukannya

    permintaan, jenis dan spesifikasi barang, detil peruntukan dan jangka waktu pinjam

    pakai;

    b. 

    Pengelola Barang melakukan kajian atas usulan Pengguna Barang, terutama

    menyangkut kelayakan kemungkinan peminjaman Barang Milik Daerah tersebut;

    c. 

    Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam huruf b, Pengelola Barang

    dapat menyetujui atau tidaknya usulan pinjam pakai;

    d. 

    Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang

    memberitahukan kepada Pengguna Barang, disertai alasannya;

    e. 

    Dalam hal Pengelola Barang menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barangmenerbitkan surat persetujuan pinjam pakai Barang Milik Daerah, yang sekurang-

    kurangnya memuat pihak yang akan meminjam, Barang Milik Daerah yang

    dipinjamkan, jangka waktu peminjaman, dan kewajiban peminjam untuk

    melakukan pemeliharaan Barang Milik Daerah yang dipinjam;

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    16/31

    f. 

    Berdasarkan persetujuan pinjam pakai tersebut, Pengguna Barang melaksanakan

    pinjam pakai yang dituangkan dalam naskah perjanjian pinjam pakai antara

    Pengguna Barang dan Pengelola Barang Milik Daerah setelah mendapat persetujuan

    Bupati, yang antara lain memuat subjek dan objek pinjam pakai, jangka waktu

    peminjaman, hak dan kewajiban para pihak antara lain kewajiban peminjam untuk

    melakukan pemeliharaan dan menanggung biaya yang timbul selama pinjam pakai,

    dan persyaratan lain yang dianggap perlu;

    g. 

    Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan pinjam pakai kepada

    Pengelola Barang;

    h. 

    Setelah berakhirnya jangka waktu pinjam pakai, peminjam wajib menyerahkan

    objek pinjam pakai kepada Pengguna Barang yang dituangkan dalam berita acara

    serah terima, yang tembusannya disampaikan kepada Pengelola Barang.

    BUPATI BANGKA BARAT,

    UST. H. ZUHRI M SYAZALI, Lc., MA 

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    17/31

    LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT

    NOMOR TAHUN 2010

    TANGGAL 

    TATA CARA PELAKSANAAN KERJASAMA PEMANFAATAN (KSP/KSO)

    BARANG MILIK DAERAH

    I.

    II.

    III.

    IV.

    Definisi

    Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah oleh pihak lain dalam

     jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah bukan pajak dan sumber

    pembiayaan lainnya. Kerjasama Pemanfaatan atas Barang Milik Daerah (KSP) dalam PP.No.6

    Tahun 2006 adalah sama dengan sebagaimana yang dimaksud dengan Kerjasama Pemanfaatan

    (KSP) dalam Permendagri No. 17 Tahun 2007 yaitu perikatan antara Pemerintah Daerah dengan

    Pihak Ketiga dalam kerja sama pemanfaatan/pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak

    lain atas tanah dan/atau bangunan atau atas barang milik daerah selain tanah dan/atau

    bangunan, dimana Pihak Ketiga menanamkan modal yang dimilikinya. Selanjutnya kedua pihaksecara bersama-sama atau sendiri-sendiri ataupun bergantian mengelola manajemen dan

    proses operasinya untuk jangka waktu tertentu dan keuntungan dibagi sesuai dengan besarnya

    sharing masing-masing atau berdasarkan yang telah disepakati kedua belah pihak sebelumnya.

    Disamping itu Pihak Ketiga diharuskan membayar kontribusi tetap setiap tahunnya.

    Pertimbangan

    Kerjasama pemanfaatan Barang Milik Daerah dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan

    Barang Milik Daerah yang belum/tidak dipergunakan dalam pelaksanaan tugas pokok dan

    fungsi penyelenggaraan pemerintahan, meningkatkan penerimaan daerah, dan mengamankan

    Barang Milik Daerah dalam arti mencegah penggunaan Barang Milik Daerah tanpa didasarkanpada ketentuan yang berlaku.

    Barang Milik Daerah yang Dapat Dijadikan Objek Kerjasama Pemanfaatan

    Barang Milik Daerah yang dapat dijadikan objek kerja sama pemanfaatan adalah tanah

    dan/atau bangunan, baik yang ada pada Pengelola Barang maupun yang status penggunaannya

    ada pada Pengguna Barang, serta Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

    Subjek Pelaksana Kerjasama Pemanfaatan

    1. 

    Pihak yang dapat melakukan kerjasama pemanfaatan Barang Milik Daerah: 

    a. 

    Pengelola Barang , untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada PengelolaBarang; 

    b. 

    Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk:

    1) 

    sebagian tanah dan/atau bangunan yang berlebih dari tanah dan/atau bangunan

    yang sudah digunakan oleh Pengguna Barang dalam rangka penyelenggaraan tugas

    pokok dan fungsinya;

    2) 

    Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

    c. 

    Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah atas tanah dan atau bangunan yang sudah

    diserahkan oleh pengguna barang kepada Bupati dilaksanakan oleh Pengelola Barang,

    setelah mendapat persetujuan Bupati.

    2. 

    Pihak yang dapat menjadi mitra kerjasama pemanfaatan Barang Milik Daerah meliputi:a.

     

    Badan Usaha Milik Negara;

    b. 

    Badan Usaha Milik Daerah;

    c. 

    Badan Hukum lainnya.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    18/31

     

    V.

    3. 

    Bentuk - Bentuk KSP

    Bentuk kerjasama pemanfaatan aset/BMD sangat tergantung bentuk kerjasama apa yang

    diperlukan terhadap suatu aset/BMD yang akan dioptimalkan antara lain:

    1) 

    Kerjasama Pelayanan

    Kerjasama pelayanan dimana mitra kerja swasta diberikan tanggung jawab dalam

    melaksanakan pelayanan jasa untuk suatu jenis pelayanan tertentu untuk suatu jangka

    waktu tertentu misalnya:

    perawatan jaringan, pencatatan meteran, penagihan rekening, pemungutan uang

    parkir kendaraan dan sebagainya. Untuk menjaga clean government dan pelayanan

    yang bersih maka untuk memilih mitra kerja swasta ini harus dilaksanakan secara

    tender terbuka, dan kerjasama pelayanan ini diikat dengan Kontrak Pelayanan (Service

    contract ) atau perjanjian lainnya yang berkekuatan hukum.

    2) 

    Kerjasama Manajemen (Pengelolaan)

    Kerjasama pengelolaan ini merupakan bentuk kerjasama dimana kepada mitra kerja

    diberikan wewenang dalam pengelolaan suatu aset/BMD secara keseluruhan atau

    sebagian misalnya:

    pengelolaan sampah (mulai dari pengumpulan, pengangkutan, pengolahan akhir), PAM

    (penyediaan air minum; pengolahannya, jaringannya, pencatatan meterannya) dan

    sebagainya.

    3) 

    Kerjasama Produksi

    Kerjasama produksi ini merupakan bentuk kerjasama dimana kepada mitra kerja

    diberikan wewenang untuk memproduksi sesuatu produk yang disetujui bersama

    berdasarkan jumlah dan kwalitas tertentu dengan menggunakan aset/BMD yang ada

    sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak, misalnya: kerjasama

    industry aset daerah (seperti industri genteng dan bata press, dan sebagainya.);

    sawah/tanah kering aset Daerah (berupa Balai Benih/Taman Induk Ternak untuk

    menghasilkan produksi benih/bibit tertentu, dan sebagainya).

    4) 

    Kerjasama bagi keuntungan

    Kerjasama bagi keuntungan ini merupakan bentuk kerjasama dimana kepada mitra

    diberikan wewenang untuk mengelola, mengusahakan, meningkatkan (up grade) suatu

    usaha/perusahaan/industri/pusat perbengkelan yang merupakan aset daerah sesuai

    dengan perjanjian sebelumnya dimana keuntungan dibagi berdasarkan perjanjian yang

    sudah dinegosiasi sebelumnya.

    Ketentuan dalam Pelaksanaan Kerjasama Pemanfaatan

    1. 

    Kerjasama pemanfaatan tidak mengubah status Barang Milik Daerah yang menjadi objek

    kerjasama pemanfaatan.

    2. 

    Sarana dan prasarana yang menjadi bagian dari pelaksanaan kerjasama pemanfaatan

    adalah Barang Milik Daerah sejak pengadaannya.

    3. 

    Jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang Milik Daerah paling lama 30 (tiga puluh)

    tahun sejak ditandatanganinya perjanjian, dan dapat diperpanjang. Selama jangka waktu

    pengoperasian, mitra kerjasama pemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadaikan 

    barang milik daerah yang menjadi objek kerjasama pemanfaatan.

    4. 

    Penerimaan daerah yang wajib disetorkan mitra kerjasama pemanfaatan selama jangka

    waktu kerjasama pemanfaatan, terdiri dari:a.

     

    Kontribusi tetap; dan

    b. 

    pembagian keuntungan hasil pendapatan kerja sama pemanfaatan Barang Milik

    Daerah.

    5. 

    Penghitungan nilai Barang Milik Daerah baik yang berada pada Pengelola Barang maupun

    yang berada pada Pengguna Barang, dalam rangka penentuan besaran kontribusi tetap

    dilakukan oleh penilai yang ditugaskan oleh Pengelola Barang.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    19/31

      6. 

    Penetapan besaran kontribusi tetap

    a. 

    besaran kontribusi tetap atas Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan

    ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan hasil perhitungan penilai;

    b. 

    besaran kontribusi tetap atas Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan,

    ditetapkan oleh Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang berdasarkan

    hasil perhitungan penilai.

    c. 

    besarnya kontribusi tetap dan pembagian hasl keuntungan ditetapkan dengan

    keputusan Bupati dan dicantumkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan;

    7. 

    Pembayaran kontribusi tetap oleh mitra kerjasama pemanfaatan untuk pembayaran

    pertama harus dilakukan pada saat ditandatanganinya perjanjian kerjasama pemanfaatan,

    dan bayaran kontribusi tahun berikutnya harus dilakukan paling lambat tanggal 31 Maret 

    setiap tahun sampai berakhirnya perjanjian kerjasama pemanfaatan, dengan penyetoran

    ke rekening kas umum daerah.

    8. 

    Pembagian keuntungan hasil pendapatan harus disetor ke rekening kas umum daerah

    paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya.

    9. 

    Keterlambatan pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dari tanggal

    tersebut pada butir 6 dan butir 7 dikenakan denda paling sedikit sebesar 1 ‰ (satu per

    seribu) per hari.

    10. 

    Mitra kerjasama pemanfaatan ditentukan melalui pemilihan calon mitra kerjasama

    pemanfaatan (tender) yang dilakukan dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-

    undangan pengadaan barang/jasa, kecuali Barang Milik Daerah yang bersifat khusus dapat

    dilakukan penunjukan langsung. Mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui tender

    dengan mengikut sertakan sekurang-kurangnya5 (lima) peserta/peminat, kecuali untuk

    barang milik daerah yang bersifat khusus (antara lain barang yang mempunyai spesifikasi

    tertentu sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku) dapat dilakukan penunjukan

    langsung. Dalam hal ini Permendagri No.17 Tahun 2007 menambahkan sebagai berikut:

    a. 

    Apabila setelah 2 kali berturut-turut diumumkan, peminatnya kurang dari 5, dapat

    dilakukan proses pemilihan langsung atau penunjukan langsung melalui negosiasi baik

    teknis maupun harga.

    b. 

    Pengecualian pada angka 1) diatas dapat dilakukan penunujukan langsung terhadap

    kegiatan yang bersifat khusus  seperti penggunaan tanah milik Pemerintah Daerah

    untuk keperluan kebun bnatang (pengembang biakan/pelestarian satwa langka),

    pelabuhan laut, pelabuhan udara, pengelolaan limbah, pendidikan dan sarana olah raga

    dan dilakukan negosiasi baik teknis maupun harga.

    11. 

    Seluruh biaya yang timbul pada tahap persiapan dan pelaksanaan kerjasama

    pemanfaatan, antara lain meliputi biaya perizinan, konsultan pengawas, biaya konsultan

    hukum, dan biaya pemeliharaan objek kerjasama pemanfaatan, menjadi beban mitra

    kerjasama pemanfaatan;

    Semua biaya berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan tidak

    dapat dibebankan pada APBN/APBD. Selanjutnya Permendagri No.17 Tahun 2007

    menambahkan penjelasannya dalam Pasal 38 sebagai berikut:

    a. 

    biaya pengkajian, penelitian, penaksir dan pengumuman tender/ lelang dibebankan

    pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

    b. 

    biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penyusunan Surat Perjanjian,

    konsultan pengawas, dibebankan pada Pihak Ketiga.Karena yang dimaksud dengan kerjasama pemanfaatan atau disingkat dengan KSP disini

    adalah kerjasama dimana kepada mitra kerja diserahi wewenang untuk melaksanakan

    pelayanan, fungsi manajemen (pengelolaan), produksi untuk lahan atau industri, dan atau

    sebagainya, maka kepada mitra kerja ini juga dibebani membayar pajak, biaya

    pemeliharaan dan sebagainya, sesuai dengan perjanjian antara Pemerintah Daerah

    dengan mitra kerja sebelumnya.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    20/31

     

    VI.

    12. 

    Surat persetujuan kerjasama pemanfaatan dari Pengelola Barang dinyatakan tidak berlaku

    apabila dalam jangka waktu satu tahun sejak ditetapkan tidak ditindaklanjuti dengan

    penandatanganan surat perjanjian kerjasama pemanfaatan.

    Pelaksanaan kerjasama pemanfaatan atas Barang Milik Daerah ini ditetapkan dalam Surat

    Perjanjian yang memuat antara lain :

    a. 

    pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;

    b. 

    obyek kerjasama pemanfaatan;

    c. 

     jangka waktu kerjasama pemanfaatan;

    d. 

    pokok mengenai kerjasama pemanfaatan;

    e. 

    data barang milik daerah yang menjadi objek kerjasama pemanfaatan;

    f. 

    hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian;

    g. 

    besarnya kontribusi tetap dan pembagian hasl keuntungan ditetapkan dengan

    keputusan Kepala Daerah dan dicantumkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama

    Pemanfaatan; dan

    h. 

    Sanksi.

    13. 

    Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus atas nama Pemerintah Kabupaten Bangka Barat.

    Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemanfaatan

    1. 

    Kerjasama pemanfaatan atas tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola

    Barang

    a. 

    Pengelola Barang membentuk Tim yang beranggotakan unsur Pengelola Barang,

    yang akan melakukan penelitian mengenai tanah dan/atau bangunan yang dijadikan

    objek kerjasama  pemanfaatan, menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis, dan

    melakukan pemilihan mitra kerjasama pemanfaatan; 

    b. 

    dalam pembentukan Tim di atas, Pengelola Barang dapat mengikutsertakan unsur

    instansi/lembaga teknis yang berkompeten;

    c. 

    dalam rangka penghitungan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan,

    Pengelola

    d. 

    Barang menugaskan penilai untuk melakukan penghitungan nilai Barang Milik

    Daerah yang akan dijadikan objek kerjasama pemanfaatan;

    e. 

    Penilai menyampaikan laporan penilaian kepada Pengelola Barang melalui Tim;

    f. 

    Tim menyampaikan laporan kepada Pengelola Barang terkait dengan hasil

    penelitian atas tanah dan/atau bangunan, penghitungan besaran kontribusi tetap,

    dan pembagian hasil keuntungan yang didasarkan pada laporan penilaian;

    g. 

    Berdasarkan laporan Tim Pengelola Barang menerbitkan surat penetapan nilai

    tanah dan/atau bangunan, besaran kontribusi tetap dan pembagian hasil

    keuntungan;

    h. 

    Berdasarkan surat penetapan tersebut, Tim melakukan tender untuk mendapatkan

    mitra kerjasama pemanfaatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan;

    i. 

    Hasil pelaksanaan pemilihan mitra kerjasama pemanfaatan disampaikan kepada

    Pengelola Barang untuk ditetapkan;

     j. 

    Apabila telah memenuhi persyaratan dan disetujui, Pengelola Barang menerbitkan

    keputusan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan tanah dan/atau bangunan

    dimaksud, sekurang-kurangnya memuat objek kerjasama pemanfaatan, besarankontribusi tetap dan pembagian keuntungan, mitra kerjasama pemanfaatan, dan

     jangka waktu kerjasama pemanfaatan;

    k. 

    Tim menyiapkan konsep perjanjian kerjasama pemanfaatan serta menyiapkan

    konsep berita acara serah terima barang;

    l. 

    Pelaksanaan kerjasama pemanfaatan dituangkan dalam naskah perjanjian dalam

    akta notaris, antara Pengelola Barang dengan mitra kerjasama pemanfaatan, yang

    antara lain memuat objek kerjasama pemanfaatan, mitra kerja sama pemanfaatan,

    besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan, hak dan kewajiban para

    pihak, mekanisme pembayaran, sanksi, serta jangka waktu kerja sama

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    21/31

    pemanfaatan, dengan memperhatikan azas optimalisasi daya guna dan hasil guna

    Barang Milik Daerah, serta peningkatan penerimaan daerah;

    m. 

    Pengelola Barang melakukan monitoring, evaluasi, dan penatausahaan pelaksanaan

    kerjasama pemanfaatan Barang Milik Daerah;

    n. 

    Perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang Milik Daerah dilakukan

    setelah dievaluasi oleh Pengelola Barang;

    o. 

    Permohonan perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan harus

    disampaikan oleh mitra kerjasama kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu)

    tahun sebelum berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan;

    p. 

    Setelah berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan, mitra menyerahkan

    objek kerjasama pemanfaatan, berikut dengan sarana dan prasarana yang menjadi

    bagian dari pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, dilengkapi dengan dokumen

    terkait kepada Pengelola Barang yang dituangkan dalam berita acara serah terima.

    2. 

    Kerjasama pemanfaatan atas sebagian tanah dan/atau bangunan yang berlebih dari

    tanah dan/atau bangunan yang sudah digunakan oleh Pengguna Barang

    a. 

    Pengguna Barang mengajukan usulan kerjasama pemanfaatan tanah dan/atau

    bangunan kepada Pengelola Barang, dengan disertai bukti kepemilikan, gambar

    lokasi, luas, dan nilai perolehan dan/atau NJOP tanah dan/atau bangunan,

    pertimbangan yang mendasari usulan kerjasama pemanfaatan, dan jangka waktu

    kerjasama pemanfaatan.

    b. 

    Pengelola Barang melakukan kajian atas usulan Pengguna Barang tersebut,

    terutama menyangkut kelayakan kemungkinan kerjasama pemanfaatan Barang

    Milik Daerah tanah dan/atau bangunan dimaksud.

    c. 

    Apabila kajian atas usulan kerjasama pemanfaatan tersebut menyimpulkan

    kelayakan dilakukannya kerjasama pemanfaatan, Pengelola Barang membentuk Tim

    yang anggotanya terdiri atas Pengelola Barang dan Pengguna Barang, untuk

    melakukan penelitian atas tanah dan/atau bangunan yang akan dilakukan

    kerjasama pemanfaatan serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis.

    d. 

    Dalam pembentukan Tim di atas, Pengelola Barang dapat mengikutsertakan unsur

    instansi/lembaga teknis yang kompeten.

    e. 

    Dalam rangka penghitungan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan,

    Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan penghitungan nilai Barang

    Milik Daerah yang akan dijadikan objek kerjasama pemanfaatan.

    f. 

    Penilai menyampaikan laporan penilaian kepada Pengelola Barang melalui Tim.

    g. 

    Tim menyampaikan laporan hasil penelitiannnya atas tanah dan/atau bangunan,

    berikut hasil penghitungan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan

    yang didasarkan pada laporan penilaian kepada Pengelola Barang.

    h. 

    Berdasarkan laporan Tim, Pengelola Barang memutuskan disetujui atau tidaknya

    usulan kerjasama pemanfaatan.

    i. 

    Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang

    memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai dengan alasannya.

     j. 

    Dalam hal Pengelola Barang menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang

    menerbitkan surat persetujuan yang sekurang-kurangnya memuat bagian tanah

    dan/atau bangunan yang akan dijadikan objek kerjasama pemanfaatan, nilai tanah

    dan/atau bangunan, besaran kontribusi tetap dan pembagian hasil keuntungan, dan jangka waktu kerjasama pemanfaatan.

    k. 

    Berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang tersebut dalam huruf j, Pengguna

    Barang melakukan tender untuk mendapatkan mitra kerjasama pemanfaatan.

    l. 

    Pengguna Barang menetapkan mitra kerjasama pemanfaatan berdasarkan hasil

    pelaksanaan pemilihan dimaksud, disertai dengan penetapan besaran kontribusi

    tetap dan pembagian keuntungan.

    m. 

    Pelaksanaan kerjasama pemanfaatan dituangkan dalam bentuk naskah perjanjian

    kerja sama pemanfaatan antara Pengguna Barang dengan mitra kerja sama

    pemanfaatan yang sekurang-kurangnya memuat pihak mitra kerja sama

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    22/31

    pemanfaatan, besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan, serta jangka

    waktu kerja sama pemanfaatan.

    n. 

    Penyerahan Barang Milik Daerah yang menjadi objek kerjasama pemanfaatan

    dituangkan dalam berita acara serah terima.

    o. 

    Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan

    kepada Pengelola Barang.

    p. 

    Pengguna Barang bersama-sama dengan Pengelola Barang melakukan monitoring,

    evaluasi dan penatausahaan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan Barang Milik

    Daerah tersebut.

    q. 

    Perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang Milik Daerah dilakukan

    setelah dievaluasi oleh Pengguna Barang dan disetujui oleh Pengelola Barang;

    r. 

    Permohonan perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan harus

    disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu)

    tahun sebelum berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan.

    s. 

    Setelah berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan, mitra menyerahkan

    objek kerjasama pemanfaatan, berikut dengan sarana dan prasarana yang menjadi

    bagian dari pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, dilengkapi dengan dokumen

    terkait kepada Pengelola Barang yang dituangkan dalam berita acara serah terima.

    3. 

    Kerjasama pemanfaatan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan

    a. 

    Pengguna Barang mengajukan usul kerjasama pemanfaatan kepada Pengelola

    Barang, disertai dengan pertimbangan kerjasama pemanfaatan, nilai perolehan,

    fotokopi dokumen kepemilikan, kartu identitas barang, dan jangka waktu kerjasama

    pemanfaatan.

    b. 

    Pengelola Barang melakukan kajian atas usulan Pengguna Barang tersebut,

    terutama menyangkut kelayakan kemungkinan kerjasama pemanfaatan Barang

    Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan dimaksud.

    c. 

    Berdasarkan kajian dimaksud, Pengelola Barang memutuskan disetujui atau

    tidaknya usulan kerjasama pemanfaatan yang diajukan oleh Pengguna Barang.

    d. 

    Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang

    memberitahukan kepada Pengguna Barang disertai dengan alasannya.

    e. 

    Dalam hal Pengelola Barang menyetujui usulan tersebut, Pengelola Barang

    menerbitkan surat persetujuan atas usulan kerjasama pemanfaatan, yang sekurang-

    kurangnya memuat objek kerjasama pemanfaatan, jangka waktu kerjasama

    pemanfaatan, kewajiban pengguna membentuk Tim yang akan melakukan

    penelitian terhadap objek kerjasama pemanfaatan, serta menghitung besaran

    kontribusi tetap dan pembagian keuntungan.

    f. 

    Berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang, Pengguna Barang membentuk Tim

    yang unsur unsurnya terdiri atas Pengguna Barang dan Pengelola Barang dan dapat

    mengikutsertakan unsur instansi/lembaga teknis yang kompeten.

    g. 

    Hasil penelitian, penghitungan besaran kontribusi tetap, dan pembagian

    keuntungan, disampaikan kepada Pengguna Barang untuk mendapatkan penetapan.

    h. 

    Pengguna Barang melakukan tender untuk mendapatkan mitra kerjasama

    pemanfaatan berdasarkan penetapan sebagaimana tersebut pada huruf g.

    i. 

    Pengguna Barang menetapkan mitra kerjasama pemanfaatan, disertai dengan

    besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan kerjasama pemanfaatan. j.

     

    Pelaksanaan kerja sama pemanfaatan dituangkan dalam naskah perjanjian kerja

    sama pemanfaatan antara Pengguna Barang dengan mitra kerja sama pemanfaatan,

    yang sekurang-kurangnya memuat objek kerjasama pemanfaatan, mitra kerja sama

    pemanfaatan, besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan, serta jangka

    waktu kerja sama pemanfaatan.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    23/31

    k. 

    Penyerahan Barang Milik Daerah yang menjadi objek kerjasama pemanfaatan

    dituangkan dalam berita acara serah terima.

    l. 

    Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan dimaksud

    kepada Pengelola Barang, disertai bukti setor kontribusi tetap, dan fotokopi

    perjanjian kerjasama pemanfaatan.

    m. 

    Pengguna Barang dan Pengelola Barang melakukan monitoring, evaluasi, dan

    menatausahakan pelaksanaan kerjasama pemanfaatan.

    n. 

    Perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang Milik Daerah dilakukan

    setelah dievaluasi oleh Pengguna Barang dan disetujui oleh Pengelola Barang;

    o. 

    Permohonan perpanjangan jangka waktu kerjasama pemanfaatan harus

    disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu)

    tahun sebelum berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan.

    p. 

    Setelah berakhirnya jangka waktu kerjasama pemanfaatan, mitra menyerahkan

    objek kerjasama pemanfaatan dilengkapi dengan dokumen terkait kepada

    Pengguna Barang yang dituangkan dalam berita acara serah terima.

    BUPATI BANGKA BARAT,

    UST. H. ZUHRI M SYAZALI, Lc., MA 

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    24/31

    LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT

    NOMOR TAHUN 2011

    TANGGAL

    TATA CARA PELAKSANAAN BANGUN GUNA SERAH (BGS)

    DAN BANGUN SERAH GUNA (BSG) BARANG MILIK DAERAH

    I.

    II.

    III.

    IV.

    V.

    Definisi

    1. 

    Bangun Guna Serah (BGS) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah daerah oleh pihak

    lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, kemudian

    didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati,

    untuk selanjutnya tanah beserta bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya,

    diserahkan kembali kepada Pengelola Barang setelah berakhirnya jangka waktu.

    2. 

    Bangun Serah Guna (BSG) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah daerah oleh pihak

    lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, dan setelah selesai

    pembangunannya diserahkan kepada Pengelola Barang untuk kemudian didayagunakanoleh pihak lain tersebut selama jangka waktu tertentu yang disepakati.

    Pertimbangan

    BGS dan BSG dilakukan untuk menyediakan bangunan dan fasilitasnya dalam rangka

    penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan daerah, yang dana pembangunannya

    tidak tersedia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

    Barang Milik Daerah yang dapat dijadikan Objek BGS/BSG

    Barang Milik Daerah yang dapat dijadikan objek BGS/BSG adalah Barang Milik Daerah yang

    berupa tanah, baik tanah yang ada pada Pengelola Barang maupun tanah yang statuspenggunaannya ada pada Pengguna Barang.

    Subjek Pelaksanaan BGS/BSG

    1. 

    Pihak yang dapat melaksanakan BGS/BSG Barang Milik Daerah adalah Pengelola Barang.

    2. 

    Pihak-pihak yang dapat menjadi mitra BGS/BSG adalah:

    a. 

    Badan Usaha Milik Negara;

    b. 

    Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau

    c.  Badan Hukum lainnya. 

    Ketentuan dalam Pelaksanaan BGS/BSG1.

     

    Selama masa pengoperasian BGS/BSG, Pengguna Barang harus dapat menggunakan

    langsung objek BGS/BSG, beserta sarana dan prasarananya untuk penyelenggaraan tugas

    pokok dan fungsinya berdasarkan penetapan dari Pengelola Barang, paling sedikit 10%

    (sepuluh perseratus) dari luas objek dan sarana prasarana BGS/BSG dimaksud.

    2. 

    Jangka waktu pengoperasian BGS/BSG oleh mitra BGS/BSG paling lama 30 (tiga puluh)

    tahun terhitung sejak perjanjian ditandatangani.

    3. 

    Kewajiban mitra BGS/BSG selama jangka waktu pengoperasian:

    a. 

    membayar kontribusi ke rekening kas umum daerah;

    b. 

    tidak menjaminkan, menggadaikan dan/atau memindahtangankan objek BGS/BSG; dan

    c. 

    memelihara objek BGS/BSG agar tetap dalam kondisi baik.4.

     

    Pemilihan mitra BGS/BSG dilaksanakan melalui tender dengan mengikutsertakan

    sekurang - kurangnya 5 (lima) peserta/peminat.

    5. 

    Penghitungan nilai tanah dalam rangka penentuan nilai limit terendah besaran kontribusi

    dilakukan oleh penilai yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.

    6. 

    Nilai limit terendah besaran kontribusi atas pelaksanaan BGS/BSG Barang Milik Daerah

    ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan hasil perhitungan penilai.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    25/31

     

    VI.

    7. 

    Pembayaran kontribusi dari mitra BSG/BGS, kecuali untuk pembayaran pertama yang

    harus dilakukan pada saat ditandatanganinya perjanjian BSG/BGS, harus dilakukan paling

    lama tanggal 31 Januari setiap tahun sampai dengan berakhirnya perjanjian BSG/BGS

    dimaksud, dengan penyetoran ke rekening kas umum daerah.

    8. 

    Keterlambatan pembayaran kontribusi dari tanggal tersebut pada angka 7 akan dikenakan

    denda paling sedikit sebesar 1 ‰ (satu per seribu) per hari. 

    9. 

    Dalam hal mitra tidak melakukan pembayaran kontribusi sebanyak tiga kali dalam jangka

    waktu pengoperasian BGS/BSG, Pengelola Barang dapat secara sepihak mengakhiri

    perjanjian.

    10. 

    Seluruh biaya yang timbul pada tahap persiapan dan pelaksanaan kerjasama

    pemanfaatan, antara lain meliputi biaya perizinan, konsultan pengawas, biaya konsultan

    hukum, dan biaya pemeliharaan objek BGS/BSG, dan biaya audit oleh aparat pengawas

    fungsional menjadi beban mitra kerjasama pemanfaatan.

    11. 

    Setelah masa pengoperasian BGS/BSG berakhir, objek pelaksanaan BGS/BSG harus diaudit

    oleh aparat pengawas fungsional sebelum diserahkan kepada Pengelola Barang dan/atau

    PenggunaBarang.

    12. 

    Setelah masa pemanfaatan berakhir, bangunan dan fasilitas hasil BGS/BSG ditetapkan

    status penggunaannya oleh Pengelola Barang.

    13. 

    Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam rangka BGS/BSG harus atas nama Pemerintah

    Kabupaten Bangka Barat.

    Ketentuan Lain BGS dan BSG

    Sebagaimana yang dimaksud dengan kerjasama ini adalah mitra swasta akan menyediakan

    layanan dengan membangun dan membiayai suatu fasilitas baru (meningkatkan/merehabilitasi

    fasilitas yang ada), kemudian mengelola fasilitas tersebut selama jangka waktu yang disepakati

    yang biasa dikenal dengan periode konsesi dan diakhir periode tersebut, bangunan beserta

    fasilitas tersebut diserahkan kepada pemiliknya dalam hal ini Pemerintah Daerah. Untuk itu

    guna pelaksanaannya harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

    1. 

    Ketentuan Umum

    a. 

    Kerjasama pemanfaatan dilaksanakan dengan ketentuan tidak cukup/tidak tersedianya

    dana dalam APBN/APBD untuk memenuhi biaya operasional/pemeliharaan/perbaikan

    yang diperlukan terhadap barang milik daerah tersebut;

    b. 

    Mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui tender dengan mengikut sertakan

    sekurang kurangnya 5 (lima) peserta/ peminat, apabila setelah 2 kali berturut-turut

    diumumkan, peminatnya kurang dari 5, dapat dilakukan proses pemilihan langsung

    atau penunjukan langsung melalui negosiasi baik teknis maupun harga;

    c. 

    Mitra kerjasama pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap kerekening Kas

    Umum Daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah

    ditetapkan;

    d. 

    Besarnya pembayaran kontrbusi tetap dan pembagian keuntungan hasil kerjasama

    pemanfaatan ditetapkan dari hasil penghitungan Tim yang dibentuk oleh Kepala

    Daerah;

    e. 

    Selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasama pemanfaatan dilarang

    menjaminkan atau menggadaikan barang milik daerah yang menjadi obyek kerjasama

    pemanfaatan;f. 

    Jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak

    perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.(PP. No.6 Tahun 2006 Pasal 29 ayat

    1) dan 30 (tiga puluh) tahun sejak dimulai masa pengoperasian (Permendagri No.17

    Tahun 2007).

    2. 

    Ketentuan Khusus dan Persyaratan

    a. 

    Mitra BGS atau BSG barang milik daerah harus menyerahkan objek BGS atau BSG

    kepada Bupati melalui Pengelola Barang pada akhir jangka waktu pengoperasian,

    setelah dilakukan audit oleh aparat pengawasan fungsional pemerintah.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    26/31

     

    VII.

    b. 

    Mitra BGS atau BSG yang telah ditetapkan, selama jangka waktu pengoperasian harus

    memenuhi kewajiban sebagai berikut:

    1) 

    membayar kontribusi ke rekening Kas Umum Daerah setiap tahun, yang besarnya

    ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan Tim yang dibentuk oleh Kepala Daerah;

    2) 

    tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindah tangankan objek BGS atau BSG;

    3) 

    memelihara objek BGS atau BSG .

    c. 

    BGS dilaksanakan berdasarkan Surat Perjanjian yang sekurang-kurangnya memuat:

    1) 

    Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;

    2) 

    Objek BGS atau BSG;

    3) 

    Jangka waktu BGS atau BSG;

    4) 

    Hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalamperjanjian;

    5) 

    Persyaratan lain yang dianggap perlu.

    d. 

    Izin mendirikan bangunan hasil BGS atau BSG harus diatasnamakan Pemerintah Daerah

    yang bersangkutan.

    e. 

    Semua biaya berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan BGS tidak dapat

    dibebankan pada APBN/APBD.

    Syarat BGS dan BSG

    Bangun Guna Serah (BGS) atau Bangun Serah Guna (BSG) atas barang milik daerah dapat

    dilaksanakan dengan persyaratan sebagai berikut:

    1. 

    gedung yang dibangun berikut fasilitasnya harus sesuai dengan kebutuhan Pemerintah

    Daerah sesuai dengan tugas dan fungsi.

    2. 

    Pemerintah Daerah memiliki tanah yang belum dimanfaatkan.

    3. 

    dana untuk pembangunan berikut penyelesaian fasilitasnya tidak membebani APBD.

    4. 

    bangunan hasil bangun guna serah harus dapat dimanfaatkan secara langsung oleh Pihak

    Ketiga.

    5. 

    Mitra bangun guna serah harus mempunyai kemampuan keuangan dan keahlian.

    6. 

    Obyek Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna berupa sertifikat tanah hak

    pengelolaan (HPL) milik Pemerintah Daerah tidak boleh dijaminkan, digadaikan dan

    dipindahtangankan.

    7. 

    Pihak Ketiga akan memperoleh Hak Guna Bangunan diatas HPL milik Pemerintah Daerah.

    8. 

    Hak Guna Bangunan diatas HPL milik Pemerintah Daerah dapat dijadikan jaminan,

    diagunkan dengan dibebani hak tanggungan dan hak tanggungan dimaksud akan hapus

    dengan habisnya hak guna bangunan.

    9. 

    izin mendirikan bangunan atas nama Pemerintah Daerah.

    10. 

    obyek pemeliharaan meliputi tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut

    fasilitasnya.

    11. 

    mitra kerja BGS atau BSG membayar kontribusi ke kas Daerah setiap tahun selama jangka

    waktu pengoperasian.

    12. 

    Besaran konstribusi ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan Tim yang dibentuk dengan

    Keputusan Kepala Daerah dengan memperhatikan antara lain:

    a. 

    Nilai aset berupa tanah milik pemerintah daerah sebagai obyek bangun guna serah

    ditetapkan sesuai NJOP dan harga pasaran umum setempat dibagi dua, dan apabila

    dalam satu lokasi terdapat nilai NJOP dan harga pasaran umum setempat yang

    berbeda, dilakukan penjumlahan dan dibagi sesuai jumlah yang ada;b.

     

    Apabila pemanfaatan tanah tidak merubah status penggunaan/ pemanfaatan (fungsi),

    dimana pola bangun guna serah dilakukan pembangunannya dibawah permukaan

    tanah, maka nilai tanahnya diperhitungkan separuh (50 %) dari nilai sebagaimana

    dimaksud huruf a;

    c. 

    Peruntukan BGS atau BSG untuk kepentingan umum dan atau kepentingan

    perekonomian/ perdagangan;

    d. 

    Besaran nilai investasi yang diperlukan/disediakan pihak ketiga;

    e. 

    Dampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan PAD.

    13. 

    Selama masa pengoperasian, tanah dan/atau bangunan tetap milik Pemerintah Daerah.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    27/31

     

    VIII.

    14. 

    penggunaan tanah yang dibangun harus sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang

    Wilayah /Kota (RUTRWK).

    15. 

     jangka waktu pengguna-usahaan paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak dimulai masa

    pengoperasian.

    16. 

    biaya penelitian, pengkajian, penaksir dan pengumuman lelang dibebankan pada

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

    17. 

    pelaksanaan penelitian, pengkajian dilaksanakan oleh tim yang ditetapkan dengan SK

    Kepala Daerah dan dapat bekerjasama dengan Pihak Ketiga.

    18. 

    biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penyusunan surat perjanjian,

    konsultan pelaksana/pengawas, dibebankan pada Pihak Ketiga.Bangun Guna Serah atau

    Bangun Serah Guna atas barang milik daerah dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah

    mendapat persetujuan Bupati. Tanah yang status penggunaannya ada pada pengguna

    barang dan telah direncanakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna

    barang yang bersangkutan, dapat dilakukan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna

    setelah tanah itu terlebih dahulu diserahkan kepada Bupati. Bangun Guna Serah atau

    Bangun Serah Guna dilaksanakan oleh Pengelola Barang dengan mengikut sertakan

    Pengguna Barang dan atau Kuasa Pengguna Barang sesuai dengan tugas pokok dan

    fungsinya. Penetapan status penggunaan barang milik daerah sebagai hasil dari

    pelaksanaan Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna dilaksanakan oleh Bupati

    dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja daerah terkait. Mitra

    Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna yang telah ditetapkan, selama jangka waktu

    pengoperasian harus memenuhi kewajibannya sebagai berikut:

    1. 

    membayar kontribusi ke rekening Kas Umum daerah setiap tahun, yang besarnya

    ditetapkan berdasarkan hasil penghitungan Tim yang dibentuk oleh pejabat yang

    berwewenang;

    2. 

    tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindah tangankan objek Bangun Guna

    Serah atau Bangun Serah Guna;

    3. 

    memelihara objek Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna.

    Dalam jangka waktu pengoperasian, sebagian barang milik daerah hasil Bangun Guna

    Serah atau Bangun Serah Guna harus dapat digunakan langsung untuk penyelenggaraan

    tugas pokok dan fungsi pemerintah.

    Sebagaimana yang dimaksud dengan kerjasama ini adalah mitra swasta akan

    menyediakan layanan dengan membangun dan membiayai suatu fasilitas baru

    (meningkatkan/merehabilitasi fasilitas yang ada), kemudian mengelola fasilitas tersebut

    selama jangka waktu yang disepakati yang biasa dikenal dengan periode konsesi dan

    diakhir periode tersebut, bangunan beserta fasilitas tersebut diserahkan kepada

    pemiliknya dalam hal ini Pemerintah Daerah.

    Tata Cara Pelaksanaan BGS dan BSG

    1. 

    BGS/BSG atas tanah yang berada pada Pengelola Barang 

    a. 

    Pengelola Barang menetapkan tanah yang akan dijadikan objek BGS/BSG berdasarkan

    hasil penelitian kelayakan tersebut;

    b. 

    Pengelola Barang membentuk tim yang beranggotakan unsur Pengelola Barang,

    Pengguna Barang,serta dapat mengikutsertakan unsur instansi/lembaga teknis yang

    kompeten;c.

     

    Tim bertugas untuk melakukan pengkajian tanah yang akan dijadikan objek BGS/BSG

    serta menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis, termasuk tetapi tidak terbatas untuk

    menyiapkan rincian kebutuhan bangunan dan fasilitas yang akan ditenderkan,

    penelitian indikasi biaya yang diperlukan untuk penyediaan bangunan dan fasilitasnya,

    dan melakukan tender calon mitra BGS/BSG;

    d. 

    Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan perhitungan nilai limit

    terendah besaran kontribusi BGS/BSG atas Barang Milik Daerah yang akan menjadi

    objek BGS/BSG;

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    28/31

     

    IX.

    e. 

    Penilai menyampaikan laporan penilaian kepada Pengelola Barang melalui Tim;

    f. 

    Tim menyampaikan laporan kepada Pengelola Barang terkait dengan hasil pengkajian

    atas tanah, dengan disertai perhitungan nilai limit terendah besaran kontribusi

    BGS/BSG dari penilai;

    g. 

    Berdasarkan laporan tim dimaksud, Pengelola Barang menerbitkan surat penetapan

    nilai tanah yang akan dilakukan BGS/BSG dan nilai limit terendah kontribusi atas

    pelaksanaan BGS/BSG, dan rencana kebutuhan bangunan dan fasilitasnya;

    h. 

    Berdasarkan surat penetapan tersebut, tim melakukan tender pemilihan mitra

    BGS/BSG;

    i. 

    Hasil pelaksanaan tender disampaikan kepada Pengelola Barang untuk ditetapkan

    dengan menerbitkan surat keputusan pelaksanaan BGS/BSG dimaksud, yang antara

    lain memuat objek BGS/BSG, nilai kontribusi, mitra BGS/BSG, dan jangka waktu

    BGS/BSG;

     j. 

    Pelaksanaan BGS/BSG dituangkan dalam perjanjian BGS/BSG antara Pengelola Barang

    dengan mitra BGS/BSG;

    k. 

    Mitra BGS/BSG menyetorkan ke rekening kas umum daerah uang kontribusi tetap

    setiap tahun paling lambat tanggal 31 Januari kecuali untuk tahun pertama selambat-

    lambatnya pada saat perjanjian BGS/BSG ditandatangani;

    l. 

    Setelah pembangunan selesai, mitra BSG menyerahkan objek BSG beserta fasilitasnya

    kepada Pengelola Barang, yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang;

    m. 

    Mitra BSG mengoperasikan objek BSG setelah penyerahan objek BSG sesuai dengan

    perjanjian BSG;

    n. 

    Pengelola Barang melakukan monitoring, evaluasi, dan penatausahaan pelaksanaan

    BGS Barang Milik Daerah dimaksud;

    o. 

    Penyerahan kembali objek BGS beserta fasilitasnya kepada Pengelola Barang

    dilaksanakan setelah masa pengopersian BGS yang diperjanjikan berakhir dan

    dituangkan dalam suatu berita acara serah terima barang.

    2. 

    BGS/BSG atas tanah yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang

    a. 

    Pengguna Barang menyerahkan tanah yang akan dijadikan objek BGS/BSG kepada

    Pengelola Barang dengan disertai usulan BGS/BSG dan dokumen pendukung berupa

    lokasi/alamat, status dan bukti kepemilikan, luas, harga perolehan/NJOP, dan rencana

    pembangunan gedung yang diinginkan;

    b. 

    Berdasarkan usulan dari Pengguna Barang, selanjutnya mekanisme BGS/BSG

    dilaksanakan mengacu pada ketentuan pada angka Romawi VIII.1.

    Tahapan Pelaksanaan BGS dan BSG

    1. 

    Tahap Persiapan

    Permohonan persetujuan dari Pengelola Barang kepada Kepala Daerah yang dilengkapi

    dengan data-data sebagai berikut:

    a. 

    Tanah : lokasi/alamat, luas, status, penggunaan saat ini;

    b. 

    Bangunan : lokasi/alamat, luas, status/IMB, kondisi;

    c. 

    Rencana Pembangunan (gedung dan sebagainya.) dengan memperhatikan:

    1) 

    KDB (Koefisien Dasar Bangunan);

    2) 

    KLB (Koefisien Luas Bangunan);

    3) 

    perkiraan luas bangunan yang diperlukan dan rencana pembangunan;4)

     

    perkiraan masa pembangunan;

    5) 

    perkiraan masa Pengelolaan/pengoperasian;

    6) 

    perkiraan keuntungan yang akan diperoleh Pemerintah Daerah;

    7) 

    perkiraan Investasi Swasta.

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    29/31

      Untuk itu disusun kerangka acuan (TOR) yang berisi antara lain:

    1) 

    Rencana Umum Bangunan termasuk anggarannya;

    2) 

    Kewajiban pembayaran kepada Pemerintah Daerah pertahun;

    3) 

    Jangka waktu penyerahan bangunan serta fasilitas yang kongkrit;

    4) 

    Bagian dari bangunan beserta fasilitas lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh

    5) 

    Pemda setelahbangunan siap pakai;

    6) 

    Persyaratan lainnya yang berkaitan dengan tanah dan bangunan.

    Untuk itu kalau diperlukan dapat dibentuk Panitia/Tim Optimalisasi Pemanfaatan

    Aset/BMD dengan Keputusan Kepala Daerah yang anggotanya dapat terdiri dari:

    Ketua : Asisten Sekretaris Daerah yang membidangi.

    Wakil Ketua : Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.

    Sekretaris : Sekretasis Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.

    Anggota :

    1. 

    Kepala Bidang Aset Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

    dan Aset

    2. 

    Kepala Seksi Pemanfataan Aset Dinas Pendapatan, Pengelolaan

    Keuangan dan Aset.

    3. 

    Unsur Bagian Keuangan Dinas Pendapatan, Pengelolaan

    Keuangan dan Aset.

    4. 

    Unsur Bagian Perencanaan Pembangunan Daerah .

    5. 

    Unsur Bagian Hukum.

    6. 

    Inspektorat Wilayah Propinsi /Kabupaten/Kota.

    7. 

    Unsur Bagian Ekonomi dan Pembangunan Setda/ BUMD.

    8. 

    Badan Pertanahan Nasional/ Bagian Pertanahan Setda.

    9. 

    Dinas Teknis yang diperlukan/Unsur lain yang diperlukan.

    10. 

    Tenaga ahli/konsultan apabila diperlukan.

    Panitia/Tim ini mempunyai tugas sebagai berikut:

    1) 

    melaksanakan penelitian tentang pemanfaatan Aset/BMD;

    2) 

    melaksanakan pengkajian tentang peluang pemanfatanAset/BMD;

    3) 

    menghitung besarnya kontribusi yang akan dibayarkan oleh mitra kerja;

    4) 

    menyusun Rencana Program Optimalisasi Pemanfaatan Aset/BMD untuk bahan

    kajian/pertimbangan Pengelola Barang untuk diajukan kepada Kepala Daerah

    sebagai Pemegang Kekuasaan Barang Daerah.

    2. 

    Prosedur/Tatacara Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna

    Permohonan Bangun Guna Serah (BGS) atau Bangun Serah Guna (BSG) ditujukan kepada

    Panitia Tender/Lelang dengan dilengkapi data-data sebagai berikut:

    a. 

    akte pendirian;

    b. 

    memiliki SIUP sesuai bidangnya;

    c. 

    telah melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya;

    d. 

    mengajukan proposal;

    e. 

    memiliki keahlian dibidangnya;

    f. 

    memiliki modal kerja yang cukup;g.

     

    Data teknis :

    Tanah : Lokasi/alamat, luas, status, penggunaan saat ini.

    Bangunan : Lokasi/alamat, luas,status kepemilikan.

    Rencana Pembangunan gedung dengan memperhatikan:

    KDB (Koefisien Dasar Bangunan)

    KLB (Koefisien Luas Bangunan).

    Rencana Pembangunan dan sebagainya.

    Tugas Panitia Tender/Lelang adalah menyeleksi calon mitra kerja sampai menyiapkan Surat

  • 8/17/2019 PERBUP NO 57 TH 2012 TENTANG PEMANFAATAN .pdf

    30/31

    Perjanjian dan Berita Acara Serah Terima, sebagai berikut:

    1) 

    Mempersiapkan TOR dan dokumen tender yang berisi persyaratan yang harus dipenuhi

    peserta tender meliputi perlengkapan administrasi sebagai berikut:

    a. 

    Akta Pendirian Perusahaan;

    b. 

    Memiliki SIUP sesuai bidangnya;

    c. 

    Telah melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya (pengalaman pekerjaan developer);

    d. 

    Memiliki keahlian dibidangnya;

    e. 

    Menandatangani Fakta Integritas;

    f. 

    Memiliki modal kerja yang cukup dan Neraca Perusahaan terakhir;

    g. 

    Surat Keterangan NPWP;