perbenihan indonesia
DESCRIPTION
AutomasiTRANSCRIPT
INDUSTRI PERBENIHAN
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau
barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, industri adalah kegiatan memproses atau
mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misal mesin. Menurut
Badan Pusat Statistik, industri adalah sebuah kesatuan unit usaha yang menjalankan
kegiatan ekonomi dengan tujuan untuk menghasilkan barang atau jasa yang
berdomisili pada sebuah tempat atau lokasi tertentu dan memiliki catatan administrasi
sendiri.
Sedangkan pengertian industri menurut beberapa ahli juga bermacam-macam.
Menurut Teguh S. Pambudi, industri adalah sekelompok perusahaan yang bisa
menghasilkan sebuah produk yang dapat saling menggantikan antara yang satu
dengan yang lainnya.
Menurut Hinsa Sahaan, industri adalah bagian dari sebuah proses yang mengolah
barang mentah menjadi barang jadi sehingga menjadi sebuah barang baru yang
memiliki nilai lebih bagi kebutuhan masyarakat.
Menurut Wirasti dan Dini Natalia, industri diartikan sebagai pengolahan barang
setengah jadi menjadi barang yang telah jadi sehingga dapat mendatangkan sebuah
keuntungan bagi pelaksanaannya.
Salah satu tujuan terpenting dalam pembentukan Undang-undang No. 29 Th. 2000
Tentang Perlindungan VarietasTanaman adalah membangun industri perbenihan dan
pembibitan swasta nasional, yang mampu memanfaatkan potensi bangsa secara
keseluruhan, yaitu potensi keanekaragaman biogeofisik dan sosial budaya bangsa
bagi terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan
khususnya masyarakat tani di pedesaan dan di kota. Sudah barang tentu undang-
undang tersebut mendorong tumbuhnya kreativitas bangsa dalam menghasilkan
terciptanya varietas-varietas unggul baru berbagai komoditi pertanian berdaya saing
tinggi, baik di pasar dalam negeri maupun di luar negeri untuk tanaman pangan,
holtikultura, kehutanan, perikanan dan peternakan, serta tanaman perkebunan.
Undang-undang tersebut juga memberikan suasana kondusif bagi investasi di bidang
industri perbenihan dan pembibitan swasta nasional.
Sejarah perkembangan perbenihan di indonesia
Perkembangan perbenihan di indonesia tidak terlepas dari sejarah
perkembangan perbenihan didunia di mana bukti serjarah tertua perbenihan dunia di
temukan pada bangsa Babilonia, mesir dan romawi pada tahun 8000 SM di mana
bangsa tersebut mulai melakukan pengumpulan benih untuk di tanam kembali, Pada
masa tersebut petani selalu meyimpan sebagian benih utnuk pertanaman berikutnya
dan tanpa sengaja melakuan seleksi terhadap tanaman yang memiliki keungguluan
khusus seperti memilik batang yang kuat, memiliki biji yang besar atau buah yang
lebat sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Penemuan-penemuan di bidang bioteknologi yang mendukung
perkembangan teknologi perbenihan seperti yang di lakukan Gregor Mendel pada
tahun 1856 yang mengawali genetikan tumbuhan rekombinan serta hukum-hukum
dalam penyampaian sifat induk ke turunannya. Pada tahun 1869 perbenihan pertama
menurut catatan sejarah di lakukan di Jerman yaitu ketika Friendrick Nobbe
melakukan suatu penelitian di kota kecil Tharandt yang terletak di jerman selatan.
Abad ke-20 merupakan titik perkembangan perbenihan di dunia pada
umumnya dan di indonesia khususnya yang berbasis ilmu pengetahuan Penemuan
dengan penemuan kembali Hukum Pewarisan Mendel pada tahun 1900, eksperimen
terhadap seleksi atas generasi hasil persilangan dan galur murni oleh Wilhelm
Johannsen (dekade pertama abad ke-20), peletakan dasar Hukum Hardy-
Weinberg (1908 dan 1909), dan penjelasan pewarisan kuantitatif berbasis Hukum
Mendel oleh Sir Ronald Fisher pada tahun 1916 memberikan banyak dasar-dasar
teoretik terhadap berbagai fenomena yang telah dikenal dalam praktik dan menjadi
dasar bagi aplikasi ilmu dan teknologi dalam perbaikan kultivar.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam genetika dan pemuliaan
tanaman adalah ditemukannya cara perakitan varietas hibrida pada tahun 1910-an
setelah serangkaian percobaan persilangan galur murni di Amerika Serikat sejak akhir
abad ke-19 oleh Edward M. East,George H. Shull dan Donald F. Jones yang
memanfaatkan gejala heterosis. Ditemukannya teknologi mandul jantan di tahun
1940-an semakin meningkatkan efisiensi perakitan varietas hibrida.
Pada saat penjajahan belanda pemerintahaan Hindia Belanda yang memiliki
kepentingan untuk menguras sebanyak-banyaknya sumber daya alam di indonesia
terutaman di bidang pertanian mereka mengadakan pendirian lumbung-lumbung
benih untuk mengadakan benih yang berkualitas baik. Setelah itu pengadaan
perbenihan di tingkatkan kembali pada tahun 1930an dengan pembangunan Balai
benih, pembangunan sekolah pertanian di sukabumi dan di bogor yang terkenal
dengan hasil-hasil penelitian yang sangat membantu usaha balai benih tersebut yang
berfungsi sebagai sumber benih yang lebih baik mutunya yang secara terus-menrus
dapat memnuhi kebutuhan para petani serta tanah-tanah pertaniannya di desa-desa
( kastasaputra, 2003)
Perkembangan perbenihan pada tahun 1958 di indoneisa khusus mengenai benih padi
varietas unggul semakin banyak diperkenalkan melalui program-program pemerintah
seperti ( KOGM, SSBM dan BIMAS ) dan pada tahun 1970 pemerintah menganggap
perlu adanya kesatuan dalam kebijakan mengenai kegiatan-kegiatan baik dalam hal
usaha peningkatan produksi pertanian, maupun yang berkaitan dengan masalah
perbenihan . sehingga dibentuk Badan Benih Nasional ( BBN) dalam lingkungan
administratif Departemen Pertanian. Fungsi khusu badan ini adalah untuk
merencanakan dan merumuskan kebijaksanaan dalam bidang perbenihan. Salah satu
tugas diantara tuga pokok badan benih nasional yaitu membentuk lembaga yang
tugasnya memperbanyak dan memproduksi benih dari varietas- variestas yang di
tingkatkan dan berkualitas tinggi bagi kepentingan masyarakat khusuyna para petani.
Varietas-varietas ini bersal dari program seleksi balai penelitian ( kartasaputra, 2003).
Model Industri perbenihan Indonesia
1. Sederhana, tidak dituntut kemurnian genetik varietasnya, belum komersial,
belum sertifikasi, cukup mutu fisiologi, belum berorientasi agribisnis, lahan
tidak dipersiapkan untuk benih, prinsipnya pada saat dibutuhkan langsung
digunakan untuk benih (dadakan). Contoh benih kedelai sistem Jabalsim
(Jalinan Arus Benih Antar Lapang dan musim)
2. Ada areal produksi, ada mesin pemoles (conditioner) dan alat pengering
(dryer), belum memperhatikan kemurnian genetik, belum jaminan kebenaran
mutu karena belum sertifikasi, benih berlabel merah jambu, jumlah produksi
lebih besar dari tingkat I
3. Benih dibersihkan dan dipilah (graded), penampilan benih homogen,
memperhatikan kemurnian genetik, disertifikasi, sudah komersiil, sertifikasi
bisa dilakukan sendiri apabila telah terakreditasi, produsen label biru sudah
mulai memproduksi benih sumber (BP, BD) namun belum sepenuhnya
diawasi oleh breeder-nya atau lembaga penghasil kelas benihnya. Benih
bersertifikat dari varietas yang sudah dilepas, DUS (distinct, uniform, stable)
test sudah mulai diperhatikan
4. Telah mengakomodasi produk bioteknologi, produksi benih bersertifikat
sudah melalui program benih dasar (PBD), PBD ini menjembatani
komersialisasi benih penjenis menjadi benih dasar dan bisa dilakukan oleh
breeder pemerintah. DUS test harus diperhatikan dan menjadi criteria
pemuliaan
5. Memiliki litbang dan menyelenggarakan PBD, memproduksi benih sintetik
(synseed), kapsul benih sintetik diisi dengan nutrisi, mikroorganisme dan
pertisida, synseed perlu proses adaptasi di lapangan, kemudian dilepas
(release) dan disertifikasi
Perusahaan benih diharapkan dapat memenuhi produksi benih yang tepat antara lain
– Tepat varietas
– Tepat mutu
– Tepat jumlah
– Tepat waktu
– Tepat harga
– Tepat tempat
Kelas benih di Indonesia :
• Benih Penjenis (BS)
– Benih yang diproduksi dibawah pengawasan pemulia tanaman atau
instansinya dan merupakan sumber untuk perbanyakan Benih Dasar
• Benih Dasar (BD)
– Benih keturunan pertama dari Benih Penjenis atau Benih Dasar yang
diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang
ketat hingga kemurnian varietas yang tinggi dapat dipelihara serta
disertifikasi oleh BPSB
• Benih Pokok (BP)
– Keturunan dari Benih Penjenis atau Benih Dasar yang diproduksi dan
dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan kemurnian varietas
memenuhi standard mutu yang ditetapkan dan disertifikasi oleh BPSB
• Benih Sebar (BR)
– Keturunan dari Benih Penjenis, Benih Dasar, atau Benih Pokok, yang
diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan
kemurnian varietas memenuhi standard mutu yang ditetapkan dan
disertifikasi oleh BPSB
Letak perbanyakan benih diindonesia sebagai berikut :
• Puslitbangtan/hort/bun
– Breeder Seed (BS), Lokasi di balai besar/Balai penelitian tanaman
pangan/hortikultura/perkebunan: Balitpa, Balitsa, Balitsereal,
Balitkabi, Balitro, Balitri, Balittas, Balithi, Balitbu, Balitka, PPKS.
• Dinas Propinsi
– BS -> BD (Benih Dasar), lokasi di BBI
• Dinas Kabupaten
– BD -> BP (Benih Pokok), lokasi di BBU/BBP/ Penangkar tertentu
• Produsen/Penangkar Benih
– BP -> BR (Benih Sebar), lokasi di perusahaan benih (BUMN/BUMD,
Swasta), Penangkar
Manfaat Industri Benih
1. Tersedianya jumlah kebutuhan benih untuk system pertanian
2. Tersedianya benih dengan bermutu, baik dalam kualitas dan kuantitas
3. Tersedia varietas yang beragam yang lebih spesifik dengan daerah masing-
masing mengingat adanya perbedaan iklim disetiap daerah kepulauan
Indonesia
4. Dengan banyaknya beragam benih yang ada maka dapat menunjang produksi
tanaman sehingga terpenuhinya kebutuhan pasar
TEKNOLOGI INDUSTRI PERBENIHAN SAYURAN
(BERBEGAI FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM INDUSTRI
PERBENIHAN, AUTOMASI DAN INDUSTRI PEBENIHAN)
A. Berbagai factor yang mempengaruhi dalam indusri perbenihan :
Factor yang mempengaruhi dalam industry perbenihan antara lain :
1. Masih terbatasnya sumberdaya pemuliaan tanaman professional sehingga
hasil pemuliaan tanaman masih rendah
2. Varietas yang telah dilepas tidak dapat berkembang karena kurang memenuhi
selera masyarakat
3. Sertifikasi benih dan pengawasan mutu masih belum memadai baik
sumber daya manusia maupun teknologi
4. Institusi perbenihan belum dimanfaatkan secara optimal dan sumber daya
manusia di bidang perbenihan masih terbatas baik jumlah maupun
kualitasnya.
5. Kebijakan pemerintah kadangkala tidak konsisten dan terkesan
berlebihan
6. Penerapan peraturan perundangan terkesan lamban dan belum memenuhi
harapan, serta adanya kerancuan persepsi mengenai sertifikasi benih, OECD
Scheme, ISTA Rules
7. Belum ada kebijakan yang jelas mengenai pemilahan peranan antara sektor
swasta dengan pemerintah dalam perbenihan, terutama dalam hal produksi.
Sering terjadi kompetisi tidak sehat antar keduanya
8. Efisiensi produksi benih bersertifikat masih rendah
9. Skala usahatani dan modal usaha kecil, sehingga kebutuhan jumlah benih
sedikit, atau cenderung memilih benih harga murah
10. Harga jual produk dan keuntungan petani rendah, akibatnya petani memilih
menggunakan benih yang harganya murah
11. Usaha pertanian lokasinya tersebar, beberapa di antaranya sarana transportasi
sulit, sehingga petani cenderung menggunakan benih asalan
12. Usaha pertanian lokasinya tersebar, beberapa di antaranya sarana transportasi
sulit, sehingga petani cenderung menggunakan benih asalan
13. Harga benih bermutu produksi perusahaan benih formal masih dirasakan
terlalu mahal oleh petani, sehingga petani cenderung menggunakan benih dari
hasil seleksi pertanamannya sendiri, yang tidak jelas lagi generasinya
14. Belum berkembangnya agroindustri yang membutuhkan pasokan produksi
tanaman yang dihasilkan dari benih bermutu.
B. AUTOMASI
Automasi adalah penggunaan teknologi untuk mendapatkan hasil dan kualitas
yang sama. Automasi merupakan penggunaan teknologi yang dilakukan secara
otomatis.
Pada industry benih alat-alat yang digunakan dalam tahap proses produksi sebagai
berikut :
Ket :
1. Sorting table : tempat menyeleksi benih
2. Bin drying pengeringan benih
3. Cleaning : pembersihan benih sehingga didapatkan benih murni
4. Sheller : mesin perontok benih, ini khusus memipil jagung sehingga lepas dari
bongkol
5. Sizer : alat untuk memilih benih sehingga didapatkan ukuran yang sama
6. Gravity separator : alat pemisah benih dengan kotoran benih seperti kerikil,
benih hampa dan bagian tanaman yang terbawa