perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang...
TRANSCRIPT
1
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANTARA
SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODUL DAN CD INTERAKTIF
PADA MATERI FUNGSI DI SMK PGRI 02 SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2011-2012
Agus Kristiyono
Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga, Indonesia
e-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan prestasi belajar matematika
antara siswa yang diajar menggunakan modul dengan siswa yang diajar menggunakan CD Interaktif
(Compact Disk Interaktif). Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain Pretest-
Posttest Equivalent-Group Design. Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMK PGRI 02 Salatiga tahun
pelajaran 2011/2012, sejumlah 6 kelas. Sampel diperoleh dengan teknik cluster random sampling yang
terdiri dari 2 kelas. Data dikumpulkan dengan metode tes yaitu pretest sebagai tes awal siswa sebelum
diberikan perlakuan dan posttest sebagai tes akhir siswa setelah diberikan perlakuan. Uji t digunakan
untuk menguji signifikansi perbedaan prestasi belajar matematika kedua kelompok. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar matematika yang signifikan antara siswa yang
diajar menggunakan modul dengan siswa yang diajar menggunakan CD Interaktif. Prestasi belajar siswa
yang diajar menggunakan CD Interaktif lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan modul.
Siswa yang diajar dengan modul memperoleh rata-rata posttest sebesar 46,129, sedangkan siswa yang
diajar dengan menggunakan CD Interaktif memperoleh rata-rata posttest sebesar 68,000.
Kata kunci : prestasi belajar matematika, modul, dan CD Interaktif.
1. Pendahuluan Latar Belakang Masalah
Peranan matematika yang penting, seharusnya matematika merupakan mata
pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa dengan baik sehingga prestasi belajar
matematika baik. Kenyataan yang ada, objek matematika yang abstrak membuat
para siswa begitu sulit mempelajari matematika. Hal ini menyebabkan rendahnya
prestasi belajar siswa (Uno dan Lamatenggo, 2010: 140).
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report
2011: Di Balik Krisis: Konflik Militer dan Pendidikan yang dikeluarkan Organisasi
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNESCO) yang diluncurkan di New York, Amerika Serikat, Senin (1/3) waktu
setempat, indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau Education For All di
Indonesia menurun. Jika tahun lalu Indonesia berada di peringkat ke-65, tahun ini
merosot di peringkat ke-69 (Kompas: Kamis, 3 Maret 2011).
Purnama (2009: 93) menyatakan bahwa rendahnya prestasi belajar disebabkan
dari diri siswa maupun dari luar diri siswa. Beberapa faktor dari dalam diri siswa
2
diantaranya karena kurangnya motivasi belajar, kurangnya konsentrasi dalam
menerima materi pelajaran dikelas, kurang serius dan menganggap materi
matematika itu sulit. Beberapa faktor dari luar siswa dipengaruhi oleh peran dan
strategi guru dalam pembelajaran dikelas yang masih menggunakan pola
konvensional, banyak didominasi oleh model ceramah yang disampaikan guru yang
kurang memberi kesempatan siswa untuk ikut dalam pengalaman belajarnya,
sehingga pembelajaran terkesan monoton dan membosankan. Pemanfaatan media
pembelajaran yang terkesan seadanya bahkan kadang tidak ada sama sekali.
Pembelajaran matematika yang dilakukan disekolah biasanya banyak waktu
yang digunakan oleh siswa untuk mendengarkan dan mencatat. Melihat kondisi
seperti itu, maka seharusnya diciptakanlah sebuah pembelajaran yang mandiri tanpa
mengesampingkan sebuah penanaman konsep dengan membagi sebuah bagian-
bagian materi pembelajaran tersebut kedalam indikator - indikator tertentu secara
jelas dan mudah dipahami, maka dibuatlah sebuah modul pembelajaran
(Suryosubroto, 1983: 11).
Seiring dengan perkembangan jaman maka pembelajaran diarahkan pada media
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.
Bentuk media pembelajaran ini adalah Compact Disk (CD) Interaktif untuk
membantu pembelajaran mandiri dengan menggunakan teknologi komputer yang
mampu menyajikan hubungan atau interaksi manusia, realita, gambar bergerak atau
diam, tulisan dan suara yang direkam (Purnama, 2009: 94).
Al-Seghayer (2001), Hung, dkk. (2002), Pramono (2009), Prasetya & Sugiharti
(2011) menemukan bahwa prestasi belajar yang menggunakan CD Interaktif lebih
baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan modul. Spencer (2006) dan
Winarsih (2011) menemukan bahwa pembelajaran menggunakan modul
memberikan rerata yang lebih baik daripada pembelajaran menggunakan CD
Interaktif. Liu (2010) dan Agastya (2011) menemukan bahwa tidak ada perbedaan
prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan CD Interaktif dan
modul.
3
2. KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
Menurut Purnama (2009: 95), prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha
yang dicapai oleh siswa dalam belajar yang yang berupa penambahan pengetahuan,
perubahan sikap dan tingkah laku, serta penguasaan keterampilan yang ada di
sekolah diwujudkan dalam bentuk prestasi (misalnya nilai ulangan harian, nilai
ulangan semester, rapor dan lain-lain).
Pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh Hamdani (2010: 138) yaitu
merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak,
dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.
Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap
bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar dan dapat diketahui setelah
diadakannya evaluasi.
Rumusan tentang prestasi belajar juga dikemukaakan oleh Tu’u (2004: 75) yaitu
prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan
mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah; prestasi belajar siswa
tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya kerena bersangkutan dengan
kemampuan siswa, serta prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukan melalui
nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-
ulangan atau ujian yang ditempuh.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, penelitian ini sejalan dengan rumusan
Tu’u (2004: 75), maka dirumuskan pengertian prestasi belajar matematika adalah
hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran
matematika di sekolah, terutama dinilai pada ranah kognitif siswa yang dibuktikan
melalui nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap ujian atau tes siswa.
B. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya
yaitu berasal dari diri siswa sendiri (intern) dan dari luar dirinya (ekstern). Purnama
(2009: 93) menyatakan bahwa rendahnya prestasi belajar disebabkan oleh faktor
dari dalam diri siswa diantaranya karena kurangnya motivasi belajar, kurangnya
konsentrasi dalam menerima materi pelajaran di kelas, kurang serius dan
4
menganggap materi matematika itu sulit. Purnama (2009: 93) menyatakan beberapa
faktor dari luar siswa yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya adalah
pembelajaran di dalam kelas masih menggunakan pola konvensional, banyak
didominasi oleh model ceramah yang disampaikan guru yang kurang memberi
kesempatan siswa untuk ikut dalam pengalaman belajarnya, sehingga pembelajaran
terkesan monoton dan membosankan. Pemanfaatan media pembelajaran yang
terkesan seadanya bahkan kadang tidak ada sama sekali.
C. Media Pembelajaran
Sanaky (2009: 40), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bentuk
saluran, yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran
kepada penerima pesan atau pembelajar; berbagai jenis komponen dalam
lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar; bentuk
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar;
dan bentuk-bentuk komunkasi yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar,
baik cetak maupun audio, visual, dan audio-visual. Media pembelajaran dapat
dikategorikan sebagai faktor eksternal yang ikut mempengaruhi proses
pembelajaran dikelas, baik dari diri pembelajar maupun pengajar.
Suherman (2009: 65) media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada
proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas yang digunakan dalam rangka
komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Secara fisik
media pembelajaran dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu
benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera. Sedangkan
pengertian secara nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu
kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang
ingin disampaikan kepada siswa. Media pembelajaran dapat digunakan secara
massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya
film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio
tape/kaset, video recorder). Pembelajaran bisa lebih menarik dengan adanya media.
Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap
terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik gambar
yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan
5
keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya
menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, rumusan penelitian media pembelajaran
sejalan dengan Suherman (2009: 65), media pembelajaran memiliki pengertian alat
bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas yang digunakan
dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
D. Compact Disk (CD) Interaktif
Purnama (2009: 96) mengemukakan bahwa CD Interaktif adalah merupakan
program multimedia yang berbasis komputer. Media ini menggabungkan dan
mensinergikan semua media yang terdiri dari teks, grafis, foto, video, animasi,
numerik, narasi dan interaktifitas yang diprogram berdasarkan teori pembelajaran
dan dikemas dalam piringan Compact Disk (CD).
Warsita (2008: 153) menyatakan bahwa CD interaktif adalah program
multimedia Interaktif yang dirancang sebagai media pembelajaran. CD interaktif
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari berbagai media yang
dikemas (diprogram) secara terpadu dan interaktif untuk menyajikan pesan
pembelajaran tertentu yang disimpan dalam bentuk kepingan CD yang dapat
dijalankan oleh komputer. Peningkatan kemampuan komputer tersebut juga
diimbangi dengan dikembangkannya software yang memungkinkan kemudahan
penggabungan antara teks, video, grafik, dan animasi, menjadi suatu program
multimedia. Berbeda dengan media lain CD interaktif mempunyai sejumlah
kelebihan fleksibel, self packing, conten-rich, interaktif, dan individual.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, rumusan penelitian tentang CD Interaktif
sejalan dengan Warsita (2008: 153), CD Interaktif adalah program multimedia
interaktif yang dirancang sebagai media pembelajaran. CD Interaktif pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari berbagai media yang dikemas
(diprogram) secara terpadu dan interaktif untuk menyajikan pesan pembelajaran
tertentu yang disimpan dalam bentuk kepingan CD yang dapat dijalankan oleh
komputer. Peningkatan kemampuan komputer tersebut juga diimbangi dengan
dikembangkannya software yang memungkinkan kemudahan penggabungan antara
teks, video, grafik, dan animasi, menjadi suatu program multimedia.
6
E. Modul
Nasution (2008: 204), modul dapat dirumuskan sebagai: satu unit yang lengkap
yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun
untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus
dan jelas. Salah satu tujuan pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi
siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Anggapan bahwa siswa
tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama.
Menurut Winkel (2004: 472), modul merupakan suatu satuan program belajar
mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau
diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri, setelah siswa menyelesaikan satuan
yang satu, dia melangkah maju dan mempelajari satuan berikutnya. Pengajaran
yang menggunakan modul merupakan strategi tertentu untuk menyelenggarakan
pengajaran individual secara agak menyeluruh
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, rumusan penelitian tentang modul
sejalan dengan Nasution (2008: 204), modul dapat dirumuskan sebagai satu unit
yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar
yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan
secara khusus dan jelas. Pengajaran yang menggunakan modul merupakan strategi
tertentu untuk menyelenggarakan pengajaran individual secara agak menyeluruh.
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental (Experimental Research)
dengan desain penelitian adalah Pretest-Posttest Equivalent-Group Design.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media pembelajaran, sedangkan variabel
terikatnya adalah prestasi belajar. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
cluster random sampling. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMK
PGRI 02 Salatiga. Kelompok eksperimen (exsperimental group) dalam penelitian
ini adalah siswa kelas X.E SMK PGRI 02 Salatiga dan kelompok kontrol (control
group) adalah siswa kelas X.F SMK PGRI 02 Salatiga.
Data dikumpulkan berdasarkan tes tertulis dan observasi. Tes tertulis berupa
lembar penilaian diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil belajar kognitif
yang terdiri dari tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Observasi dilakukan
untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan kedua media.
7
4. Hasil dan Pembahasan
Kelas dalam penelitian ini adalah kelas X.E dan X.F. Kelas X.E sebagai kelas
eksperimen. Siswa kelas X.E SMK PGRI 02 Salatiga berjumlah 33 siswa yang
terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 29 siswa perempuan. Kelas X.F sebagai kelas
kontrol. Siswa kelas X.F SMK PGRI 02 Salatiga berjumlah 32 siswa yang terdiri
dari 3 siswa laki-laki dan 29 siswa perempuan. Pengolahan data awal maupun akhir
dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 16.00. Hasil pengolahan
data deskriptif pretest (tes awal) dan posttest (tes akhir) baik kelas kontrol maupun
kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskriptif Awal dan Akhir Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Descriptive Statistics
Pretest (Tes Awal) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kelas Eksperimen 33 25.00 75.00 53.5985 12.20655
Kelas Kontrol 32 18.75 75.00 50.3906 14.80191
Posttest (Tes Akhir) N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kelas Eksperimen 30 45.00 80.00 68.0000 7.38124
Kelas Kontrol 31 15.00 65.00 46.1290 9.37280
Hasil pengolahan data awal diperoleh hasil uji normalitas kedua kelas, baik
eksperimen maupun kontrol berada dalam sebaran distribusi normal, karena
signifikansi dari sampel lebih besar dari 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel 2. dibawah ini:
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Pretest (Tes Awal)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kelas eksperimen Kelas kontrol
Kolmogorov-Smirnov Z .755 .776
Asymp. Sig. (2-tailed) .619 .584
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen.
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Prestasi Equal variances
assumed 1.109 .296 .955 63 .343 3.20786 3.36073
Equal variances
not assumed
.952 60.063 .345 3.20786 3.37074
8
Berdasarkan Tabel 3., didapatkan hasil F hitung levene test sebesar 1,109
dengan signifikan probabilitas 0,296 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua
populasi memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen.
Analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Pada
Tabel 3., terlihat bahwa nilai t adalah 0,955 dengan signifikansi 0,343, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai pretest, artinya kedua kelas
memiliki kemampuan awal sama. Rata-rata nilai tes awal (pretest) siswa kelas
eksperimen mencapai 53,59. Rata-rata nilai siswa kelas kontrol pada mencapai
50,39.
Hasil pengolahan data akhir diperoleh hasil uji normalitas kedua kelas, baik
eksperimen maupun kontrol berada dalam sebaran distribusi normal, karena
signifikansi dari sampel lebih besar dari 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel 4., dibawah ini:
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Posttest (Tes Akhir)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Kolmogorov-Smirnov Z 1.315 .890
Asymp. Sig. (2-tailed) .063 .407
Tabel 5. Hasil Uji Beda Rata-rata Postest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen.
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Prestasi
Belajar
Equal variances
assumed 1.169 .284 10.103 59 .000 21.87097 2.16482
Equal variances
not assumed
10.142 56.688 .000 21.87097 2.15637
Berdasarkan Tabel 5 terlihat hasil F hitung levene test sebesar 1,169 dengan
probabilitas 0,284 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki
variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen. Analisis uji beda t-test
harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Berdasarkan uji t-test hasil t-
hitung menunjukkan 10,103 dengan signifikan 0,000 < 0,05, artinya rata-rata nilai
kelas eksperimen berbeda dengan nilai kelas kontrol. Rata-rata prestasi belajar
kelas eksperimen yang diberi perlakuan media CD Interaktif lebih baik
9
dibandingakan dengan rata-rata nilai kelas kontrol yang mendapatkan perlakuan
pembelajaran menggunakan media modul. Hal ini dapat dilihat dari adanya
perbedaan rata-rata nilai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 21,87.
Rata-rata nilai tes akhir (posttest) siswa kelas eksperimen mencapai 68,000. Rata-
rata nilai siswa kelas kontrol mencapai 46,129.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Al-Seghayer (2001), Hung,
dkk. (2002), Pramono (2009), Prasetya (2011), dan Sugiharti (2011) yang
menunjukkan bahwa media pembelajaran menggunakan CD Interaktif memberikan
pengaruh positif terhadap prestasi belajar dan menunjukkan bahwa nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan nilai rata-rata posttest
kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengolahan data, disimpulkan bahwa prestasi
belajar siswa dengan media CD Interaktif lebih baik daripada kelas yang
menggunakan media modul.
Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan CD Interaktif lebih
menyenangkan dibandingkan kelas yang menggunakan modul. Pada kelas yang
menggunakan CD Interaktif siswa berani untuk mengemukakan pendapatnya,
bertanya, serius dalam mengerjakan tugas dan mengikuti setiap kegiatan. Para
siswa merasa belajar matematika lebih menyenangkan dan tidak membosankan,
sehingga suasana pembelajaran tidak menegangkan. Suasana pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan pada kelas yang menggunakan CD Interaktif,
menjadikan siswa mampu mengkontruksi pengetahuannya sendiri dari
permasalahan-permasalahan yang diberikan lewat video dengan bimbingan guru,
siswa sangat antusias dan bersemangat mengikuti pelajaran yang selama ini
menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi mereka, sekarang menjadi mata
pelajaran yang bersahabat.
Temuan tersebut sejalan dengan pernyataan yang diungkapakan oleh Suherman
(2009: 65), yang menyatakan bahwa, pembelajaran bisa lebih menarik dengan
adanya media yang tepat. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan
membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan,
daya tarik gambar yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat
menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa nyaman dalam pembelajaran.
Adanya latihan, tes dan umpan balik pada CD Interaktif membuat media ini
sangat efektif dan efisien. Siswa dapat menerapkan konsep, prinsip, atau prosedur
10
yang masih abstrak sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Temuan tersebut serupa
dengan yang diungkapkan oleh Warsita (2008: 276), yang menyatakan bahwa
dengan latihan siswa akan belajar aktif sehingga mudah menguasai materi yang
sedang dipelajari. Latihan yang dilakukan siswa harus diikuti dengan petunjuk,
bimbingan, dan koreksi sehingga siswa benar-benar menguasainya. Kegiatan
umpan balik sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Adanya tindak lanjut
dapat membuat siswa lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi materi
selanjutnya.
Proses pembelajaran dengan menggunakan modul, siswa bersikap sedikit pasif,
jarang bertanya, dan sering menyepelekan pelajaran. Guru menerangkan dan
memberikan contoh soal dengan langkah-langkah penyelesaian jika siswanya
bertanya. Siswa disuruh mempelajari materi sendiri, kemudian siswa disuruh untuk
mengerjakan latihan soal yang berada pada modul. Siswa yang memiliki minat
belajar rendah akan malas untuk mempelajari modul tersebut dan pembelajaran
tidak menyenangkan. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Nasution
(2008: 204), yang menyatakan bahwa karena rutinitas yang dilakukan siswa
monoton pada setiap pertemuan, yaitu mempelajari modul dan menyelesaikan soal
latihan yang sebanyak-banyaknya, maka sistem modul dianggap tidak efektif;
penjadwalan dan proses penyesuaian waktu yang tersedia terkadang tidak sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran modul sehingga berpengaruh terhadap ketuntasan
belajar siswa. Siswa yang memiliki kemauan belajar rendah akan tertinggal dengan
siswa yang memiliki keantusiasan yang tinggi.
5. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian maka kesimpulan dari
hasil penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar
matematika siswa kelas X SMK PGRI 02 Salatiga yang diajar menggunakan media
modul dan CD Interaktif. Prestasi belajar siswa yang diajar dengan CD Interaktif
lebih baik daripada modul pada materi fungsi kelas X di SMK PGRI 02 Salatiga
tahun pelajaran 2011-2012. Siswa yang diajar dengan modul memperoleh rata-rata
posttest sebesar 46,129, sedangkan siswa yang diajar dengan menggunakan CD
Interaktif memperoleh rata-rata posttest sebesar 68,000.
11
Daftar Pustaka Agastya, Widha Nur. 2011. “Penggunaan CD Interaktif dan Modul pada Pembelajaran Kimia dengan
Model Quantum Learning Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemampuan Memori” (Studi Kasus
pada Siswa SMAN 1 Sukomoro Magetan Kelas X Semester 1 Materi Pokok Ikatan Kimia
Tahun Ajaran 2011/2012). Tesis tidak dipublikasikan. Solo: Universitas Negeri Solo.
Al-Seghayer, Khalid.2001. THE EFFECT OF MULTIMEDIA ANNOTATION MODES ON L2
VOCABULARY ACQUISITION: A COMPARATIVE STUDY. University of Pittsburgh:
Language Learning & Technology.Vol. 5, No. 1, January 2001, pp. 202-232.
Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. CV Pustaka Setia: Bandung.
Hung, Jui-Chien, Teng, Huei-Chun, & Kuo, Jun-min. 2002. Taiwanese Freshmen’s Listening Strategies
in Watching an Interactive CD-ROM. Taiwan. Nasional Huwei Universitas Sains dan
Teknologi Vol. 26, September 2002, 65-74.
Liu, Jing. 2010. An Experimental Study on the Effectiveness of Multimedia in College English Teaching.
CCSE English Language Teaching, March 2010, Vol. 3, No. 1: pp. 1991-194.
Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Pramono, Harto Y.G. 2009. Developing Effective Educational Multimedia Software For Students Of
Elementary School. Widya Dharma. Jurnal Kependidikan, Vol. 19, No. 2, April 2009.
Prasetya, Dedy. 2011. PERBANDINGAN ANTARA PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DAN
MODUL PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 3 PADA
PEMBELAJARAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) POWER SYSTEM DI SMK NEGERI
3 YOGYAKARTA. Tesis tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Purnama, Edy S. 2009. Optimalisasi Prestasi Belajar Matematika melalui Pembelajaran Dengan media
CD Interaktif (Multimedia) Bagi Kelas &-C SMP Negeri 1 Sruweng Kabupaten Kebumen.Vol
2 No.1, Januari 2009.
Sanaky, Hujair AH. 2009. Media Pembelajaran. Safiria Insania Press: Yogyakarta.
Spencer, Carrie. 2006. Research on Learners’ Preferences for Reading From a Printed Text or From a
Computer Screen. JOURNAL OF DISTANCE EDUCATION REVUE DE L’ÉDUCATION À
DISTANCE SPRING/PRINTEMPS 2006, VOL. 21, No 1: pp 33-50.
Sugiharti, Ugik. 2011. “Pembelajaran Kimia Model Jigsaw Dengan Media Modul Dan CD Interaktif
Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Kreativitas Siswa “. (Studi Kasus Di SMA Batik 1
Surakarta Kelas X Tahun Pelajaran 2010/ 2011 Pokok Bahasan Ikatan Kimia). Tesis tidak
dipublikasikan. Solo: Universitas Negeri Solo.
12
Suherman, Yuyus. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran bagi ABK. Makalah disajikan pada Diklat
Profesi Guru PLB Wilayah X Jawa Barat Bumi Makmur, Lembang Bandung, 2008.
Suryosubroto, B. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Yogyakarta: Bina Aksara.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.
Uno, Hamzah B. dan Lamatenggo, Nina. 2010. Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran. PT.
Bumi Aksara: Jakarta.
Warsita, Bambang. 2008. TEKNOLOGI PEMBELAJARAN LANDASAN & APLIKASINYA. Rineka Cipta:
Jakarta
Winarsih. 2011. Pembelajaran Kimia Menggunakan Contextual Teaching And Learning (CTL) Dengan
Media CD dan Modul Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Gaya Belajar Siswa (Studi
Kasus materi Hidrokarbon Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2010 /
2011. Tesis tidak dipublikasikan. Solo: Universitas Negeri Solo.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Kompas. 2011. “Peringkat Pendidikan Indonesia Turun”, (Online),
(http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/03/04463810/Peringkat.Pendidikan.Indonesia.Turun.
, diakses 10 Januari 2012).