perbedaan kompetensi sosial siswa sekolah menengah atas...

25
6 PENDAHULUAN Kompetensi sosial menjadi bagian penting dalam perkembangan manusia, yang mana diperlukan individu untuk dapat berfungsi dalam kehidupan sosial dengan tepat. Individu dengan kompetensi sosial yang baik akan mampu berkembang sesuai dengan tugas perkembangan manusia dengan baik (Tariq, 2011). Perkembangan kompetensi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bronfenbrenner (dalam Junttila, 2010) menyatakan faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Tempat tinggal sebagai salah satu faktor dalam perkembangan kompetensi sosial pada remaja merupakan faktor yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Tempat tinggal remaja dalam penelitian ini merupakan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Sedes Sapientiae Bedono yang tinggal di asrama maupun siswa yang tinggal di rumah. Sekolah Menengah Atas Sedes Sapientiae Bedono merupakan salah satu sekolah berasrama di Jawa Tengah. Tujuan dari pendidikan Asrama di SMA Sedes Sapientiae Bedono adalah untuk mendidik dan mendampingi siswa agar dapat hidup mandiri, berkembang dalam hidup social kemasyarakatan dan menggereja. Selain itu, untuk mengembangkan potensi dalam diri siswa secara optimal serta membimbing siswa ke arah kedewasaan manusiawi dan kepribadian integral. (“Visi dan Misi SMA Sedes Sapientiae Bedono”, 2011).

Upload: truongcong

Post on 29-Mar-2019

260 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

6

PENDAHULUAN

Kompetensi sosial menjadi bagian penting dalam

perkembangan manusia, yang mana diperlukan individu untuk

dapat berfungsi dalam kehidupan sosial dengan tepat. Individu

dengan kompetensi sosial yang baik akan mampu berkembang

sesuai dengan tugas perkembangan manusia dengan baik (Tariq,

2011). Perkembangan kompetensi sosial dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Bronfenbrenner (dalam Junttila, 2010)

menyatakan faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal.

Tempat tinggal sebagai salah satu faktor dalam

perkembangan kompetensi sosial pada remaja merupakan faktor

yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Tempat tinggal remaja

dalam penelitian ini merupakan siswa Sekolah Menengah Atas

(SMA) Sedes Sapientiae Bedono yang tinggal di asrama maupun

siswa yang tinggal di rumah. Sekolah Menengah Atas Sedes

Sapientiae Bedono merupakan salah satu sekolah berasrama di

Jawa Tengah. Tujuan dari pendidikan Asrama di SMA Sedes

Sapientiae Bedono adalah untuk mendidik dan mendampingi

siswa agar dapat hidup mandiri, berkembang dalam hidup social

kemasyarakatan dan menggereja. Selain itu, untuk

mengembangkan potensi dalam diri siswa secara optimal serta

membimbing siswa ke arah kedewasaan manusiawi dan

kepribadian integral. (“Visi dan Misi SMA Sedes Sapientiae

Bedono”, 2011).

Page 2: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

7

Dari tujuan pendidikan asrama di atas, jelas terlihat bahwa

siswa yang tinggal di asrama diharapkan mampu tumbuh dan

berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dalam segala aspek

kehidupan. Hal ini senada dengan yang disampaikan Suster

Kepala Asrama Sedes (wawancara pada, 7 Oktober 2011) bahwa

siswa yang tinggal di asrama jelas diharapkan untuk dapat

berkembang sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari

pendidikan asrama.

Widiastono (dalam Wijaya, 2007) menyatakan bahwa siswa

asrama memiliki tuntutan yang lebih tinggi. Tuntutuan ini

meliputi untuk mampu hidup mandiri, dan bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Tuntutan kehidupan

di atas bukanlah bertujuan memberatkan siswa, namun bertujuan

untuk membentuk diri siswa yang lebih baik. Selain itu, siswa

yang tinggal di asrama juga harus mampu membangun hubungan

yang baik dengan teman dan juga para penghuni asrama lainnya.

Tuntutan kemandirian yang tinggi bagi siswa asrama

terkadang dapat memberikan dampak yang kurang baik kepada

siswa, termasuk dalam perkembangan kompetensi sosial. Hal ini

sebagaimana terlihat dalam hasil penelitian Adiguna (2006), yang

mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang negatif

antara kemandirian dengan kompetensi sosial remaja, di mana

remaja dengan tingkat kemandirian yang tinggi maka tingkat

kompetensi sosialnya akan rendah. Hal ini terjadi karena dengan

tuntutan untuk hidup mandiri pada siswa, maka siswa tersebut

Page 3: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

8

akan lebih fokus pada dirinya sendiri dan interaksi sosial yang

dilakukan dengan orang lain sangatlah minim.

Berbeda dengan siswa yang tinggal di asrama, siswa SMA

Sedes Sapientiae Bedono yang tinggal di rumah merupakan siswa

yang mayoritas tinggal di lingkungan desa (Data Kesiswaan SMA

Sedes Sapientiae Bedono 2011/2012). Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Wahyuningtyas (2006), yang bertujuan

mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang tinggal di

desa dan di kota, mendapatkan hasil bahwa remaja dalam hal ini

siswa SMA yang tinggal di desa lebih memiliki kompetensi sosial

yang tinggi dibandingkan dengan siswa SMA yang tinggal di

kota. Hal ini karena remaja yang tinggal di desa, lebih memiliki

hubungan sosial yang baik dan terarah. Selain itu, mereka saling

mengenal antara satu dengan yang lain, hidup dengan penuh rasa

tolong menolong dan juga sikap kekeluargaan yang tinggi.

Siswa yang tinggal di rumah juga tinggal bersama dengan

keluarga mereka. Semrud-Clikeman (2007) menyatakan bahwa

keluarga merupakan elemen penting dalam kehidupan anak.

Namun perlu diingat bahwa di dalam keluarga terdapat banyak

hal yang dapat mempengaruhi perkembangan anak terutama

kompetensi sosial, salah satunya adalah pola asuh orang tua.

Riskinanti (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi pola asuh

otoriter orang tua maka akan semakin rendah kompetensi sosial

remaja. Pola asuh seperti di atas dimungkinkan ada pada orang

tua siswa yang tinggal di rumah.

Page 4: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

9

Hasil penelitian yang dilakukan Fransisca (2004)

memperkuat paparan di atas, di mana persepsi anak tentang

suasana keluarga memiliki peranan dalam mengembangkan

kompetensi sosial anak. Persepsi anak yang positif tentang

suasana keluarga membuat anak mampu belajar untuk

berinteraksi dengan teman-teman sebayanya secara lebih baik dan

dapat bertingkah laku positif sesuai dengan tuntutan sosialnya. Di

sisi lain, apabila persepsi anak terhadap suasana keluarga negatif,

maka hal itu akan menyulitkan anak dalam mengembangkan

kompetensi sosialnya.

Soekanto (1996) menyatakan bahwa remaja memiliki

kecenderungan yang besar untuk melakukan tindakan-tindakan

yang kurang baik ketika bersama dengan teman sebayanya. Hal

ini dapat terjadi jika orang tua kurang menjalin hubungan yang

dekat dengan anak, sehingga orang tua kurang mengetahui

perkembangan dan juga pergaulan anak secara jelas. Larson,

Whitton & Hauser (2007) menyatakan bahwa pergaulan dengan

teman sebaya juga turut memengaruhi perkembangan sosial

remaja. Remaja dengan pergaulan yang positif dan saling

mendukung, akan memiliki perkembangan kompetensi sosial

yang baik. Namun jika pergaulan tersebut lebih ke arah yang

negatif, maka remaja akan cenderung memiliki kompetensi sosial

yang rendah.

Berdasarkan paparan mengenai fenomena di atas, maka

penulis ingin mengkaji lebih dalam lagi mengenai kompetensi

Page 5: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

10

sosial siswa Sekolah Menengah Atas Sedes Sapientiae Bedono

yang tinggal di asrama dengan di rumah, yaitu dengan rumusan

masalah “apakah terdapat perbedaan kompetensi sosial pada

siswa Sekolah Menengah Atas Sedes Sapientiae Bedono yang

tinggal di asrama dengan di rumah?”.

LANDASAN TEORI

Kompetensi Sosial

Griffin & Epstein (2001) memberikan definisi kompetensi

sosial sebagai kemampuan dalam diri individu untuk dapat

bertindak sesuai dengan nilai-nilai dalam dirinya dan juga

kemampuan untuk terlibat dalam kehidupan sosial secara tepat.

Sedangkan Caldarella & Merrel (1997) memberikan pengertian

kompetensi sosial sebagai kemampuan yang nampak pada

perilaku individu dalam mengorganisasikan diri secara tepat

untuk dapat melakukan interaksi sosial secara efektif dengan

kondisi lingkungan di mana individu tersebut berada. Sedangkan

Siswa Yang Tinggal Di Asrama

Asrama SMA Sedes Sapientiae Bedono bukan hanya

berfungsi sebagai tempat tinggal, namun juga sebagai sarana

pelatihan hidup bersama siswa yang belajar di SMA Sedes

Sapientiae Bedono selama siswa bersekolah. Hal ini sesuai

dengan tujuan dari pendidikan berasrama, yaitu membimbing,

mendidik dan mendampingi siswa agar kemampuan yang

dimilikinya berkembang secara optimal, mampu hidup

Page 6: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

11

menggereja dan bermasyarakat, menjadi mandiri serta mampu

menciptakan persaudaraan sejati (“Profile dan Sejarah SMA

Sedes Sapientiae”, 2011).

Dalam rangka mencapai tujuan dari asrama SMA Sedes

Sapientiae Bedono tersebut, para siswa yang tinggal di asrama

dihadapkan dengan peraturan-peraturan dan kegiatan-kegiatan

yang berguna bagi pengembangan diri siswa. Peraturan yang ada

di asrama ini antara lain adalah setiap siswa wajib meningkatkan

semangat kekeluargaan, kerja sama dan semangat berkorban.

Setiap siswa juga diwajibkan untuk membangun budaya terima

kasih atas pemberian orang dan juga ramah terhadap setiap orang.

Selain itu, setiap siswa siswa juga diharuskan untuk mengerjakan

sendiri kegiatan yang berkaitan dengan tugas pribadi mereka,

semisal mencuci pakaian sendiri dan membersihkan kamar tidur

(“Info Asrama dan Aturan Asrama”, 2011).

Siswa Yang Tinggal Di Rumah

Siswa SMA Sedes Sapientiae yang tinggal di rumah, hidup

bersama dengan keluarga mereka. Hurlock (1980) menyatakan

bahwa hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya

psikologis pada setiap usia, terlebih selama usia remaja, karena

pada masa ini remaja sangat tidak percaya pada dirinya sendiri

dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Hal

yang lebih penting lagi adalah remaja memerlukan bimbingan

dan bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja.

Selain itu, remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga

Page 7: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

12

dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang di

luar rumah.

Dalam keluarga terdapat orang tua sebagai sosok figur

penting bagi anak. Berzonsky (dalam Murdani, 2006)

menyatakan bahwa orang tua mempunyai pengaruh yang cukup

besar dalam proses sosialisasi remaja, ini berkaitan dengan pola

asuh dari orang tua terhadap anaknya. Santrock (2007)

menyatakan bahwa pola asuh yang otoriter memiliki

kecenderungan yang kurang baik bagi perkembangan remaja,

karena dalam pola asuh ini orang tua mengontrol perilaku remaja

dan tidak memberikan peluang kepada anak untuk

mengekspresikan pendapat.

Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Yang Tinggal di Asrama

dengan di Rumah.

Maknun (2006) menyatakan bahwa salah satu keunggulan

asrama adalah siswa yang heterogen. Hal ini juga nampak pada

keberagaman siswa yang tinggal di asrama SMA Sedes

Sapientiae Bedono. Latar belakang siswa asrama yang berbeda-

beda, baik dari segi asal daerah, sosial-ekonomi-budaya maupun

tingkat kecerdasan dari siswa menjadikan siswa yang tinggal di

asrama harus mampu melakukan penyesuaian diri yang tepat.

Salah satu siswa asrama SMA Sedes Sapientiae Bedono

menyatakan bahwa pada awal tinggal di asrama memang ada

sikap enggan untuk berkenalan ataupun menyapa teman asrama

yang lain. Namun, setelah tinggal beberapa lama di asrama,

Page 8: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

13

akhirnya mereka dapat menjadi seperti keluarga, yang mana

mereka kini lebih dapat menghargai orang lain, bersikap sopan

dan juga saling membantu dalam belajar maupun kegiatan

lainnya (wawancara 17 Maret 2012). Hal di atas merupakan

gambaran dari dimensi Interpersonal Skills pada siswa yang

tinggal di asrama.

Sedangkan bagi para siswa SMA Sedes Sapientiae Bedono

yang tinggal di rumah, dimensi Interpersonal Skills terbentuk dari

tempat tinggal mereka dengan lingkungan yang relatif sama,

yaitu pedesaan. Hastuti & Sudarwati (2007) menyatakan bahwa

desa memiliki karakteristik yang khusus dalam hubungan sosial,

yang terkenal diantaranya adalah tolong menolong, ramah, dan

gotong royong. Selain itu, perkembangan remaja pedesaan

identik dengan kehidupan yang dipengaruhi oleh nilai-nilai

agama dan budaya lokal yang kuat, misalnya dalam hal

berpakaian yang relatif sederhana, pergaulan antara laki-laki dan

perempuan yang tergolong masih pada batasan yang wajar.

Penelitian dari Wahyuningtyas (2006) mendapatkan hasil

bahwa kompetensi sosial siswa yang tinggal di desa lebih tinggi

jika dibandingkan dengan kompetensi sosial siswa di kota.

Kompetensi siswa yang tinggal di desa lebih tinggi dikarenakan

siswa yang tinggal di lingkungan desa lebih memiliki hubungan

sosial yang baik dan terarah, dan juga mereka saling mengenal

diantara satu dengan yang lain, hidup dengan penuh rasa tolong

menolong atas dasar kekeluargaan. Sedangkan siswa yang tinggal

Page 9: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

14

di kota memiliki hubungan yang kurang terarah, hubungan

sosialnya dapat dikatakan renggang, acuh dan individual yang

pada akhirnya timbul sikap pembatasan diri di dalam kehidupan

bermasyarakat.

Dimensi Self Management pada siswa yang tinggal di

asrama dapat terbentuk dengan adanya tata cara kehidupan

berasrama. Asrama SMA Sedes Sapientiae menerapkan peraturan

yang ketat bagi para penghuninya. Siswa asrama SMA Sedes

Sapientiae Bedono, setiap harinya dihadapkan dengan jadwal

kegiatan harian yang relatif padat dan tersusun rapi. Kegiatan

harian tersebut dimulai dari pukul 04.30 sampai dengan pukul

22.00. Peraturan dan kegiatan ini ada bukan ditujukan untuk

memberikan tekanan bagi para penghuninya, namun diharapkan

dapat membuat siswanya mampu mengembangkan sikap disiplin,

menghargai waktu dan juga sikap yang bertanggung jawab. Pola

kehidupan yang seperti ini akan menjadikan siswa yang tinggal di

asrama terbiasa untuk hidup sesuai dengan kondisi di lingkungan

tempat ia tinggal (“Info Asrama dan Aturan Asrama”, 2011).

Siswa yang tinggal di asrama diharapkan juga mampu

untuk hidup mandiri dalam segala hal, ini dimaksudkan agar

siswa mampu hidup dan terbiasa dengan kemampuan yang

dimilikinya. Namun adanya dorongan hidup mandiri bagi siswa

bertentangan dengan perkembangan kompetensi sosial.

Sebagaimana terlihat dari hasil penelitian Adiguna (2008) yang

mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang negatif

Page 10: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

15

antara kemandirian dengan kompetensi sosial remaja. Remaja

dengan tingkat kemandirian yang tinggi akan memiliki tingkat

kompetensi sosial yang rendah. Hal ini karena dengan semakin

mandiri seseorang, maka orang tersebut akan lebih menyukai

bekerja sendiri, kurang menghargai orang lain, dan juga bersikap

acuh dengan kondisi orang lain.

Sedangkan pada siswa yang tinggal di rumah dimensi Self

Management terbentuk dari beberapa hal berikut ini; Lingkungan

keluarga sebagai elemen utama bagi siswa yang tinggal di rumah

memiliki pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan

kompetensi sosial siswa (Kwafeen, 2010). Di dalam keluarga,

terdapat orang tua yang menjadi sosok yang turut membantu

perkembangan anak. Orang tua memiliki dan mengembangkan

pola-pola tertentu dalam mengasuh anaknya. Salah satu pola

asuh yang mungkin ditemui pada orang tua siswa yang tinggal di

rumah adalah pola asuh otoriter. Riskinanti, (2002) menyatakan

bahwa dalam pola asuh otoriter yang tinggi, maka akan

menjadikan semakin rendah kompetensi sosial seorang anak. Hal

ini karena orang tua selalu memaksakan kehendaknya tanpa

memperhatikan kondisi dari anak mereka.

Lebih lanjut, McDowell & Parke (dalam Semrud-Clikeman,

2007) menyatakan bahwa jenis kelamin dari orang tua yang lebih

dekat dengan anak juga turut memengaruhi perkembangan

kompetensi sosial anak. Sosok ayah yang lebih dekat dengan

anak, ternyata memiliki pengaruh yang kurang baik bagi

Page 11: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

16

perkembangan kompetensi sosial anak, ini berlainan dengan

sosok ibu yang ternyata memiliki pengaruh lebih baik terhadap

kompetensi sosial anaknya. Kondisi keluarga juga dapat

memengaruhi perkembangan kompetensi sosial seseorang kearah

yang baik maupun buruk. Fransisca (2004) menyatakan bahwa

persepsi anak tentang suasana keluarga memiliki peranan dalam

mengembangkan kompetensi sosial anak. Pesepsi anak yang baik

tentang suasana keluarga akan dapat membantu mengembangkan

kompetensi sosial anak tersebut, ini karena keluarga merupakan

fondasi awal anak dalam kehidupan sosial yang lebih luas.

Dimesi Academic Behavior dapat terbentuk salah satunya

dalam proses kegiatan belajar siswa dan kegiatan yang diikutinya.

Asrama SMA Sedes Sapientiae Bedono menyediakan kegiatan-

kegiatan pengembangan diri bagi siswa yang tinggal di asrama.

Kegiatan ini terdiri dari kegiatan yang bersifat wajib dan pilihan,

serta dilakukan pada saat jam bebas atau jam rekreasi.

Penggunaan jam bebas dimaksudkan untuk mengarahkan siswa

asrama pada kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dan

membantu pengembangan potensi yang dimiliki siswa. Samter

(dalam Semrud-Clikeman, 2007) menyatakan bahwa siswa yang

terlibat dalam banyak kegiatan dan juga melibatkan interaksi

dengan banyak orang, akan mengembangkan kemampuan untuk

dapat melakukan interaksi dengan baik, seperti kemampuan

menghargai orang lain dan juga kemampuan mengelola konflik.

Page 12: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

17

Sedangkan bagi siswa yang tinggal di rumah, mereka relatif

kurang memiliki aturan yang ketat dalam belajar maupun

aktivitas lainnya. Ini memungkinkan siswa yang tinggal di rumah

menjadi kurang teratur dalam kegiatan belajar maupun menjadi

enggan mengikuti kegiatan-kegiatan. Tanpa adanya aturan yang

mengikat di kesehariannya, memungkinkan siswa yang tinggal di

rumah menghabiskan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang

kurang terarah, dan cenderung pada kegiatan untuk bersenang-

senang (Hasil wawancara, 2012). Hal di atas terbukti dengan

hasil ujian semester, yang mendapatkan hasil bahwa pada

peringkat tertinggi di kelas lebih banyak pada siswa yang tinggal

di asrama (wawancara dengan guru bidang akademik, 2012).

Perlu diketahui bahwa kompetensi sosial juga memiliki pengaruh

dalam prestasi belajar seseorang. Seseorang dengan kompetensi

sosial yang baik cenderung memiliki prestasi belajar yang

memuaskan (Mpofu & Thomas, 2004).

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada perbedaan yang

signifikan pada kompetensi sosial siswa Sekolah Menengah Atas

Sedes Sapientiae Bedono yang tinggal di asrama dengan di

rumah”.

METODE PENELITIAN

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi

sosial dan variabel bebas adalah tempat tinggal siswa.

Page 13: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

18

Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang nampak pada

perilaku individu dalam mengorganisasikan diri secara tepat

untuk dapat melakukan interaksi sosial secara efektif dengan

kondisi lingkungan di mana individu tersebut berada (Caldarella

& Merrel, 1997). Sedangkan yang dimaksud tempat tinggal

dalam penelitian ini adalah asrama dan rumah. Pengukuran

kompetensi sosial dalam penelitian ini menggunakan skala

kompetensi sosial yang penulis susun dari School Social Behavior

Scale (SSBS), yaitu dengan 3 dimensi kompetensi sosial :

Interpersonal Skills, Self Management, Academic Behavior.

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok

sampel, yaitu kelompok sampel pertama (kelompok 1)

merupakan siswa yang tinggal di asrama dengan jumlah 121.

Sedangkan sampel kedua (kelompok 2) merupakan siswa yang

tinggal di rumah dengan jumlah 57. Namun setelah melakukan

pengambilan data, terdapat beberapa subjek yang gugur atau

tidak memenuhi kriteria untuk dilakukan pengolahan data.

Jumlah subjek yang dapat dilakukan pengolahan data berjumlah

153 siswa, yang terbagi dalam dua kelompok sampel. Kelompok

pertama berjumlah 104 siswa dan kelompok kedua berjumlah 49

siswa.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan satu

skala psikologi, yaitu skala kompetensi sosial. Skala ini bertujuan

untuk mengungkap perbedaan kompetensi sosial siswa SMA

Sedes Sapientiae Bedono yang tinggal di asrama dengan di

Page 14: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

19

rumah. Dalam penelitian ini, pengambilan data menggunakan

metode try out terpakai.

Penulis memodifikasi skala kompetensi sosial yang semula

berjumlah 32 item favorable, menjadi 64 item dengan 47 item

favorable dan 17 item unfavorable. Proses modifikasi skala

kompetensi sosial meliputi penerjemahan bahasa dengan

memperhatikan konteks budaya dan lingkungan tempat

penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bias yang

mungkin terjadi bila hanya dilakukan penerjemahan murni. Selain

itu, penambahan item dimaksudkan untuk mengukur beberapa hal

yang terkait dengan kompetensi sosial, namun belum terdapat di

dalam skala kompetensi sosial yang asli. Kemudian penulis

memilih jumlah skala dengan rentang empat (1-4) untuk

menghindari jawaban yang “aman” atau pilihan karena ragu-ragu.

Respon subjek diberi bobot sebagai berikut; untuk jenis

pernyataan favorable : Skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS),

Skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), Skor 2 untuk jawaban Tidak

Sesuai (TS), Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).

Sedangkan untuk jenis pernyataan unfavourable : Skor 1 untuk

jawaban Sangat Sesuai (SS), Skor 2 untuk jawaban Sesuai (S),

Skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), Skor 4 untuk jawaban

Sangat Tidak Sesuai (STS).

Page 15: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

20

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Seleksi Item Dan Reliabilitas Skala Kompetensi Sosial

Seleksi item dilakukan dengan menggunakan batas kriteria

koefisien korelasi total 0,275 (Widhiarso, 2010). Hasil seleksi

item mendapatkan hasil bahwa terdapat 19 item yang koefisien

korelasinya dibawah 0,275 dan dinyatakan gugur. Sehingga item

yang tersisa adalah 45 item. Pengujian reliabilitas terhadap item-

item yang telah diseleksi dilakukan dengan menggunakan metode

alpha cronbach. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh tingkat

reliabilitas skala kompetensi sosial adalah 0,901.

Deskripsi Hasil Pengukuran Variabel Penelitian

Hasil perhitungan statistik pada penelitian ini menghasilkan

data bahwa kelompok sampel 1 (siswa yang tinggal di asrama)

memiliki mean: 136.57, nilai minimum: 110, dan nilai

maksimum: 171. Sedangkan untuk kelompok sampel 2 (siswa

yang tinggal di rumah) memiliki mean: 137.31, nilai minimum:

113, dan nilai maksimum: 166.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur data yang

dihasilkan memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan kriteria

pengambilan keputusan yaitu, jika signifikansi p>0,05 maka data

berdistribusi normal dan jika signifikansi p<0,05 maka data tidak

berdistribusi normal. Data siswa yang tinggal di asrama memiliki

signifikansi 0,763 (p>0,05) dan siswa yang tinggal di rumah

Page 16: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

21

0,526 (p>0,05). Sehingga kedua kelompok data memiliki

distribusi data yang normal.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas dengan menggunakan teknik Levene’s

Test. Uji homogenitas bertujuan untuk menentukan asumsi yang

berlaku dalam penggunaan uji beda (uji-t), yaitu apakah data

yang digunakan memiliki varians yang sama atau tidak. Dari hasil

uji homogenitas diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh

sebesar 0,004 (p<0,05), yang berarti bahwa data yang diperoleh

berasal dari populasi yang memiliki varian tidak sama atau tidak

homogen.

Uji Beda

Setelah diketahui bahwa populasi berdistirbusi normal dan

data tidak homogen, maka uji beda rata-rata dilakukan dengan

menggunakan statistik non-parametrik. Uji beda yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Mann-Whitney U. Dari hasil

perhitungan dapat diketahui bahwa nilai Z adalah sebesar -0,436

dengan taraf signifikansi sebesar 0,663 (0>0,05), yang berarti

bahwa hipotesis penelitian ditolak atau dengan kata lain tidak

terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi sosial siswa yang

tinggal di asrama dengan di rumah.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa data mengenai perbedaan

kompetensi sosial siswa yang tinggal di asrama dengan di rumah,

diperoleh skor Z sebesar -0.436 dengan taraf signifikansi 0,663

Page 17: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

22

(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan

pada penelitian ini ditolak atau tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada kompetensi sosial siswa SMA Sedes Sapientiae

Bedono yang tinggal di asrama dengan di rumah.

Terdapat beberapa faktor lain yang sekiranya memengaruhi

hasil penelitian ini. Faktor tersebut adalah keterlibatan siswa

dalam kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMA Sedes

Sapientiae Bedono. Shernoff (2010) menyatakan bahwa

keterlibatan siswa dalam kegiatan ektrakurikuler mempunyai

pengaruh yang kuat terhadap kompetensi sosial. Siswa yang

terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler akan lebih banyak

berinteraksi dengan banyak orang. Sehingga siswa tersebut akan

mengembangkan cara-cara yang tepat untuk melakukan

hubungan yang baik dengan orang di sekitarnya. Selain itu, siswa

yang mengikuti ekstrakurikuler juga akan merasa lebih senang

dan percaya diri dalam menjalani kegiatan-kegiatan yang ada di

sekolah.

Kegiatan rohani (seperti doa, retret dan rekoleksi)

merupakan suatu hal yang wajib dilakukan dan diikuti siswa

SMA Sedes Sapientiae Bedono. Selain itu, terdapat pula kegiatan

latihan kepemimpinan dan live in bagi siswa. Kegiatan-kegiatan

di atas bertujuan untuk mendukung visi dari sekolah ini, yaitu

menjadikan peserta didik yang cerdas dan berkepribadian utuh,

yang meliputi emosional, intelektual, religius, sosial dan fisik.

Adanya kegiatan di atas memungkinkan kecerdasan emosional

Page 18: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

23

siswa SMA Sedes Sapientiae Bedono berkembang dengan baik.

Marquez, Martin & Brackett (2006) menyatakan bahwa siswa

dengan kecerdasan emosional yang tinggi cenderung menjauhi

perilaku yang buruk dan memiliki perilaku prososial serta hasil

belajar yang baik. Sehingga tingkat kecerdasan emosional

seseorang memiliki pengaruh yang kuat terhadap kompetensi

sosial individu tersebut.

Sedangkan bagi siswa yang tinggal di rumah, siswa tersebut

tinggal bersama orang tua mereka. Bell, Avery & Jenkis (1985)

menyatakan bahwa hubungan yang baik antara remaja dengan

keluarga memiliki pengaruh kuat dalam kompetensi sosial remaja

tersebut. Adanya hubungan yang baik antara orang tua dengan

anak, maka akan membantu anak berkembang dengan baik dalam

kompetensi sosialnya. Hal senada disampaikan oleh Priamikova

(2010) bahwa orang tua merupakan faktor penting yang

memengaruhi perkembangan kompetensi sosial anak. Orang tua

yang mampu menjalin hubungan harmonis dengan anak, serta

memberikan perhatian terhadap perkembangan sosial anak, maka

dapat membantu anak dalam membangun interaksi sosialnya.

Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya perbedaan

kompetensi sosial antara siswa yang tinggal di asrama dengan

siswa yang tinggal di rumah adalah mengenai hubungan yang

dekat dan akrab antara guru dengan siswa SMA Sedes Sapientiae

Bedono. Hubungan yang dekat ini bukan hanya terjalin dalam

suasana pembelajaran di dalam kelas, tapi juga di luar kelas. Guru

Page 19: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

24

bidang akademik SMA Sedes Sapientiae Bedono mengakui

bahwa guru dan karyawan memang didorong untuk dapat

menjalin hubungan yang dekat dengan siswa. Rimm-Kaufman &

Yu-Jen (2007) menyatakan bahwa suasana yang akrab antara

guru dengan siswa selama proses pendidikan di sekolah turut

membantu perkembangan kompetensi sosial. Hal ini karena

suasana yang akrab, akan menjadikan siswa merasa nyaman,

lebih antusias dalam mengikuti kegiatan di sekolah dan juga

berperilaku lebih sopan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi

sosial siswa SMA Sedes Sapientiae Bedono yang tinggal di

asrama dengan di rumah.

2. Kompetensi sosial siswa yang tinggal di asrama berada

pada kategori rendah (1,92%), tinggi (75%) dan sangat

tinggi (23,08%) . Sedangkan kompetensi sosial siswa yang

tinggal rumah berada di kategori tinggi (85,71%) dan

sangat tinggi (14,29%).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan

beberapa saran, yaitu :

1. Bagi pihak sekolah

Page 20: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

25

Perlu menjaga dan meningkatkan kualitas dari kegiatan-

kegiatan yang ada di sekolah, baik kegiatan yang berkaitan

dengan belajar mengajar maupun pengembangan diri,

terutama kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan

kompetensi sosial siswa. Seperti mengoptimalkan kegiatan

ekstrakurikuler bagi semua siswa. Selain itu, pihak sekolah

juga lebih mengoptimalkan peran dari guru Bimbingan

Konseling bagi pendampingan siswa yang dirasa masih

terlihat mengalami permasalahan dalam belajar maupun

permasalahan lainnya.

2. Bagi pihak asrama

Perlunya menjaga dan meningkatkan kualitas dari kegiatan

di asrama bagi pengembangan diri siswa, seperti dengan

mengoptimalkan pelaksanaan jadwal kegiatan yang sudah

ada, yaitu dengan mendorong siswa untuk lebih aktif

mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan. Pendamping

asrama hendaknya dapat berperan secara maksimal dalam

mendampingi siswa selama hidup di asrama, sehingga

siswa akan lebih merasakan nuansa kekeluargaan. Selain

itu, adanya program keluarga angkat hendaknya dapat lebih

ditingkatkan kualitasnya dan juga jumlah dari orang tua

angkat.

3. Bagi orang tua siswa

Orang tua hendaknya tetap menjaga dan menjalin hubungan

yang lebih dekat dengan anak, sehingga komunikasi antara

Page 21: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

26

orang tua dengan anak akan lebih terbuka dan anak dapat

terbantu dalam perkembangan akademik maupun non-

akademik. Selain itu, orang tua hendaknya lebih memantau

pergaulan anak dan mendorong anak dalam pergaulan yang

lebih positif.

4. Bagi siswa (subjek)

Siswa hendaknya lebih memahami pentingnya kompetensi

sosial. Selain itu, bagi siswa yang tinggal di asrama

hendaknya dapat mempertahankan interaksi sosial yang

telah dijalin dengan siswa yang tinggal di rumah dan juga

dengan masyarakat di sekitar asrama.

Sedangkan untuk siswa yang tinggal di rumah, hendaknya

mereka dapat menjaga kualitas kehidupan sosial mereka,

yaitu dengan tetap menjaga ciri khas pergaulan yang ada

pada masyarakat desa dalam interaksi sosialnya. Sehingga

siswa tersebut dapat mengindari dampak negatif dari

perkembangan pergaulan di lingkungannya.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti mengenai

kompetensi sosial, dapat melakukan penelitian dengan

meninjau faktor-faktor lain, seperti pengaruh keluarga, jenis

kelamin.

Page 22: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

27

DAFTAR PUSTAKA

Adiguna, M.(2008).Hubungan Kemandirian terhadap kompetensi sosial siswa. Skripsi. Diakses 19 November 2011, dari www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub...adigunawid.

Bell, N., Avery, A., & Jenkins, D. (1985). Family relationships

and social competence during late adolescence. Journal of youth and adolescence, 14 (2).

Caldarella, P., & Merrel, K. W. (1997). Common dimensions of

social skills of children and adolescents : a taxonomy of positive behaviors. School Psychology Review, 26 (2), 264-278.

Data Kesiswaan SMA Sedes Sapientiae Bedono 2011/2012. Fransisca, J. (2004). Hubungan antara persepsi suasana keluarga

dengan kompetensi sosial pada anak pra-remaja. Abstrak. Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta. Diakses 5 April 2012, dari lib.atmajaya.ac.id.

Griffin, K. W., & Epstein, J. A. (2001). Social competence and

substance use among rural youth: Mediating role of social benefit expectancies of use. Journal of Youth and Adolescence, 30(4).

Hastuti & Sudarwati. (2007). Gaya hidup remaja pedesaan (studi

di desa sukaraya). Jurnal harmoni sosial, vol 1 (2). Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan suatu

pendekatan sepanjang rentang kehidupan, ed. IV. Jakarta: Erlangga.

Info Asrama dan Aturan Asrama. Diakses 8 November 2011, dari

http://www.sedesbedono.sch.id/profile.php?kat=a_aturan&ur=mn.

Page 23: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

28

Juntilla, N. (2010). Social competence and loneliness during the school years. Thesis, B, 325. Diakses 15 November 2011, dari the center for learning research and the department of teacher education university of turku, Finland.

Kfaween, E. M. (2010). Social competence among the students of

the university and relation to demographic factors. European Journal of Social Sciences,Vol.16 (1).

Larson, J., Whitton, S. & Hauser, S. (2007). Being close and

being social: Peer ratings of distinct aspects of young adult social competence. Journal of personality assessment, 89(2), 136-148.

Maknun, J. (2006). Pengembangan Sekolah menengah kejuruan

boarding school berbasis keunggulan lokal. File pdf di unduh dari fil.upi.edu.

Marquez, P. G., Martin, R. P., & Brackett, M. A. (2006). Relating

emtional intelligence to social competence and academic achievement in high school students. Psicothema, 18, 118-123.

Mpofu, E., & Thomas, K. R. (2004). Social competence in

zimbabwean multicultural schools: effects of ethnic and gender differences. International Journal of Psychology, 39 (3), 169-178.

Murdani, M. (2006). Kecerdasan, motivasi dan konsep diri

merupakan faktor psikologis penyesuaian diri siswa sekolah luar biasa. Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 4.

Octyavera, R. M. (2009). Hubungan kualitas kehidupan sekolah

dengan penyesuaian sosial pada siswa SMA International Islamic Boarding School Republic of Indonesia. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Diakses 19 Agustus 2012, dari eprints.undip.ac.id.

Page 24: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

29

Priamikova, E.V. (2010). The Social Competence of School Students. Russian Educational and Society, Vol. 52(6), 21-34.

Profile dan Sejarah SMA Sedes Sapientiae. Diakses 5 November

2011, dari http://www.sedesbedono.sch.id/profile.php?kat= sejarah&ur=ma.

Rimm-Kaufman & Yu-Jen. (2007). Promoting social and

academic competenve in the classroom. Journal psychology in the schools, 44 (4).

Riskinanti, K. (2009). Hubungan Antara Tingkat Otoritas Orang

Tua Dengan Tingkat Kompetensi Sosial Pada Remaja. Skripsi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Diakses 18 November 2011, dari http://alumni.unair.ac.id/detail.php?id=27071&faktas=Psikologi..

Semrud-Clikeman, M. (2007). Social Competence in Children.

New York: Sringer Scince & Business Media. Shernoff, D. (2010). Enggagament in After-School programs as a

predictor of social competence and academic performance. Society for community research and action, 45, 325-337.

Santrock, J. W. (2007). Remaja, ed. XI, Jilid 1. Jakarta : Penerbit

Erlangga. Soekanto, S. (1996). Remaja dan masalah-masalahnya. Jakarta:

Gunung Mulia. Tariq, T. (2011). Social competence, parental promotion of peer

relations and loneliness among adolescents. Pakistan journal of psychological research, 26(2), 217-232.

Page 25: Perbedaan Kompetensi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2875/2/T1_802007081_Full... · mengetahui perbedaan kompetensi sosial remaja yang

30

Visi dan Misi SMA Sedes Sapientiae Bedono. Diakses 22 November 2011, dari http://www.sedesbedono.sch. id/profile.php?kat=visimisi&ur=ma.

Wahyuningtyas, H. E. (2006). Perbedaan kompetensi sosial

antara remaja yang tinggal di kota dan remaja yang tinggal di desa. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses 19 November 2011, dari http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2006-handryerma 6033&PHPSESSID= 42d6ee65b827a38f4 4956092d28ba985.

Widhiarso, W. (2010). Analisis Butir dalam Pengembangan

Pengukuran Psikologi. Diakses 1 November 2012, dari http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/analisis-butir-dalam-pengembangan-pengukuran-psikologi/

Wijaya, N. (2007). Hubungan Keyakinan Diri Akademik Dengan

Penyesuaian Penyesuaian Diri Siswa Tahun Pertama Sekolah Asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang : Universitas Negeri Diponegoro.