perbedaan kesesuaian gaya mengajar komando dan gaya .../perbedaan... · siswa kelas viii smp negeri...

Download PERBEDAAN KESESUAIAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DAN GAYA .../Perbedaan... · Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto ... bahan pelajaran ... sehingga siswa akan tertarik mengikuti tugas

If you can't read please download the document

Upload: lamanh

Post on 06-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PERBEDAAN KESESUAIAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DAN GAYA

    MENGAJAR RESIPROKAL TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING

    BOLABASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JATIROTO

    KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010

    SKRIPSI

    Oleh :

    FENDI DWI RAHARJO NIM : X4606041

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2010

  • ii

    PERBEDAAN KESESUAIAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DAN GAYA

    MENGAJAR RESIPROKAL TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING

    BOLABASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JATIROTO

    KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010

    Oleh :

    FENDI DWI RAHARJO NIM : X4606041

    Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

    Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2010

  • iii

    Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim penguji Skripsi

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas maret Surakarta

    Persetujuan Pembimbing

    Pembimbing I

    Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. NIP. 19651128 199003 1 001

    Pembimbing II

    Sri Santoso Sabarini, S.Pd. M.Or. NIP. 19760822 200501 2 001

  • iv

    Skripsi ini telah dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

    dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi

    Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

    Pada Hari : Selasa

    Tanggal : 13 Juli 2010

    Tim Penguji Skripsi

    ( Nama Terang ) ( Tanda Tangan )

    Ketua : Drs. H. Mulyono, M.M. .

    Sekretaris : Djoko Nugroho, S.Pd. M.Or. ......

    Anggota I : Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd ..

    Anggota II : Sri Santoso Sabarini, S.Pd. M.Or .....

    Disahkan oleh :

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Dekan

    Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001

  • v

    ABSTRAK Fendi Dwi Raharjo. PERBEDAAN KESESUAIAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DAN GAYA MENGAJAR RESIPROKAL TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING BOLABASKET PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli. 2010.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1). Perbedaan kesesuaian antara

    gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola

    basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010. (2).

    Gaya mengajar yang lebih sesuai pengaruhnya antara gaya mengajar komando dan gaya

    mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP

    Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Di dalam

    penelitian eksperimen ini menggunakan group pretest posttest design. Pembagian

    kelompok ke dalam 2 kelompok dengan cara pairing of subject. Populasi penelitian

    adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010 yang

    berjumlah 90 siswa yang terbagi dalam 5 kelas, sedangkan sampel yang diambil sejumlah

    30 siswa dengan proporsional random. Teknik analisis data menggunakan uji t untuk

    mencari perbedaan.

    Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa : (1). Ada perbedaan

    kesesuaian gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan

    shooting bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten

    Wonogiri tahun 2010, karena nilai thitung yang diperoleh sebesar 2,566755 , lebih besar dari

    ttabel sebesar 2,010. (2). Gaya mengajar resiprokal lebih sesuai daripada gaya mengajar

    komando terhadap peningkatan kemampuan shooting bola basket pada siswa putra kelas

    VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010, karena rata-rata peningkatan

    secara matematika yaitu persentasenya peningkatan gaya mengajar resiprokal lebih baik

    daripada gaya komando, yaitu gaya resiprokal 71,794 % dan gaya komando 30,952 %..

  • vi

    MOTTO

    Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling berguna bagi orang lain. ( H.R. Al Qodlaiy )

    Janganlah ragu-ragau dalam berkorban untuk meraih cita-cita, karena cita-cita akan tercapai

    membutuhkan banyak pengorbanan. (Penulis)

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Karya ini dipersembahkan

    Kepada

    Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi doa

    Saudaraku yang selalu mendukungku

    Seseorang yang setia memotivasiku

    Rekan-rekan angkatan 06 JPOK UNS

    Almamater

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini dapat

    diselesaikan dengan baik. Banyak kendala dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat

    bantuan dari berbagai pihak akhirnya kendala tersebut dapat teratasi untuk itu atas segala

    bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

    1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

    yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.

    2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

    3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

    4. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. sebagai Pembimbing I atas segala perhatian dan

    bimbingannya.

    5. Sri Santoso Sabarini, S.Pd. M.Or. sebagai Pembimbing II atas segala kesabaran dan

    bimbingannya.

    6. Rekan JPOK 06 Penjaskesrek yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

    7. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Jatiroto Wonogiri sebagai tempat penelitian.

    8. Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Wonogiri sebagai sampel penelitian.

    9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Semoga amal kebaikan tersebut mendapat imbalan dari Tuhan YME, harapan

    penulis, semoga skripsi bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan Olahraga Bolabasket

    di Sekolah Menengah Pertama khususnya dan masyarakat pada umumnya.

    Surakarta, Juni 2010

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    JUDUL ........

    PENGAJUAN ....

    PERSETUJUAN ....

    PENGESAHAN ....

    ABSTRAK.......

    MOTTO ....

    PERSEMBAHAN .....

    KATA PENGANTAR ...

    DAFTAR ISI ...

    DAFTAR TABEL..

    DAFTAR LAMPIRAN .....

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................

    BAB I . PENDAHULUAN .....

    A. Latar Belakang Masalah ..........

    B. Identifikasi Masalah .......

    C. Pembatasan Masalah ...

    D. Perumusan Masalah ....

    E. Tujuan Penelitian ....

    F. Manfaat Penelitian ........

    BAB II. LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... ...

    1. Permainan Bolabasket ........................................................................... .. .

    2. Teknik Dasar Tembakan Bolabasket (Shooting)....

    3. Pembelajaran .......................................................................................

    4. Hakekat Mengajar .......

    5. Gaya Mengajar Shooting Bolabasket......

    6. Mengajar Shooting Bolabasket dengan Gaya Komando ..

    7. Mengajar Shooting Bolabasket dengan Gaya Resiprokal ....

    I

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    viii

    ix

    xi

    xii

    xiii

    1

    1

    3

    4

    4

    4

    5

    6

    6

    6

    7

    10

    18

    20

    24

    28

  • x

    B. Kerangka Pemikiran .....

    C. Perumusan Hipotesis ................................................................................... ..

    BAB III. METODE PENELITIAN ...........

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ......

    B. Metode Penelitian ......

    C. Variabel Penelitian .. ....

    D. Definisi Operasional Variabel...................................................................

    E. Populasi dan Sampel ................................................................................

    F. Teknik Pengumpulan data .......

    G. Teknik Analisis Data.................................................................................

    BAB IV. HASIL PENELITIAN .....

    A. Deskripsi Data ....

    B. Pengujian Prasyarat Analisis...

    C. Pengujian Hipotesis .....

    D. Pembahasan Hasil Penelitian .....................

    BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI,SARAN ...

    A. Simpulan ......

    B. Implikasi ......

    C. Saran ....

    DAFTAR PUSTAKA .

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ..

    28

    30

    31

    31

    31

    32

    33

    33

    35

    35

    39

    39

    40

    42

    43

    45

    45

    45

    46

    47

    49

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Halaman Tabel 1. Deskripsi Data Hasil kemampuan shooting bola basket.........................

    Tabel 2. Tabel Uji Reliabilitas .... ................................................................................

    Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas ..........................

    Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data .................................................

    Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ............................................

    Tabel 6.Rangkuman Hasil T-Test kemampuan shooting bolabasket pada

    Taraf Signifikasi a = 0,05....................................................................................

    39

    40

    40

    41

    41

    42

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman Lampiran 1. Petunjuk Pelaksaan tes Shooting Bola Basket.

    Lampiran 2. Program Pembelajaaran gaya komando..............................................

    Lampiran 3. Pengambilan Sampel penelitian .......................................................

    Lampiran 4. Data tes awal shooting bola basket .................................................

    Lampiran 5. Data Tes Akhir Shooting Bola Basket ..............................................

    Lampiran 6. Uji Reliabilitas ..................................................................................

    Lampiran 7. Uji Normalitas ..................................................................................

    Lampiran 8. Uji Homogenitas .............................................................................

    Lampiran 9 Uji Perbedaan .....................................................................

    Lampiran 10 Dokumentasi ........................ ...

    Lampiran 11 Perijinan Penelitian ...........................................................................

    49

    50

    54

    55

    57

    59

    63

    65

    67

    76

    78

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Gambaran Gaya Mengajar Resiproklal....................................................

    Gambar 2. Rancangan Penelitian ................................

    Gambar 3. Rata-Rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Tes Shooting

    Bola Basket........................................................................................

    25

    31

    39

  • xiv

    ABSTRACT

    Fendi Dwi Raharjo. FITNESS DIFFERENCES IN TEACHING FORCE COMMAND

    AND FORCE ON TEACHING SKILLS RECIPROCAL BASKETBALL SHOOTING

    STUDENT IN CLASS VIII BOYS SMP NEGERI 2 JATIROTO WONOGIRI YEAR

    2010. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. University

    Sebelas Maret Surakarta, July. 2010.

    The purpose of this study is to determine: (1). Suitability differences between

    teaching styles and command the reciprocal teaching style of basketball shooting skills

    students Junior High School eighth grade son 2 Jatiroto Wonogiri 2010. (2). Teaching style

    is more appropriate effect between teaching style and command the reciprocal teaching

    style of basketball shooting ability of the son of the eighth grade students of SMP Negeri 2

    Jatiroto Wonogiri 2010.

    The method used in this study is the experimental method. In this experimental

    study using group pretest - posttest design. The division of the group into two groups by

    way of "pairing of subject". The study population was the son of the eighth grade students

    of SMP Negeri 2 Jatiroto Wonogiri year 2010 which amounted to 90 students, divided into

    five classes, while a sample taken a number of 30 students with a proportional random.

    Data were analyzed using t test to look for differences. Based on the results of data

    analysis can be concluded that: (1). There are differences in commands and appropriateness

    of teaching styles reciprocal teaching style of basketball shooting skills at the eighth grade

    students of SMP Negeri son two years Jatiroto Wonogiri 2010, because the value of t

    obtained by 2.566755, larger than ttable of 2.010. (2). Reciprocal teaching style is more

    appropriate than the teaching style of command to increase basketball shooting skills at the

    eighth grade students of SMP Negeri son two years Jatiroto Wonogiri 2010, because the

    average percentage increase in math are improving reciprocal teaching style better than the

    command style, the style reciprocal 71.794% and 30.952% commando style ..

  • xv

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan jasmani merupakan bagian intregral dari pendidikan secara

    keseluruhan. Ini berarti pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan/kontribusi yang

    sangat berarti terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, sehingga

    diperlukan pembinaan pendidikan jasmani secara benar dan berkesinambungan baik

    dilingkungan sekolah maupun dimasyarakat. Pembinaan pendidikan jasmani dan olahraga

    disekolah dapat diartikan sebagai upaya untuk memupuk bakat dan minat siswa

    dilingkungan sekolah, dengan harapan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan secara

    optimal. Karena itu peran pendidikan jasmani dilingkungan sekolah perlu ditingkatkan baik

    ditingkat SD,SMP maupun SMA dan SMK.

    Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah negeri maupun swasta dilaksanakan

    berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang dalam implementasinya dilapangan banyak

    dijumpai banyak kendala. Salah satu kendala yang nampak adalah terbatasnya jam pelajaran

    pendidikan jasmani. Karena itu diperlukan kegiatan ekstrakurikuler diluar jadwal pelajaran.

    Beberapa jenis olahraga yang diajarkan disekolah meliputi kegiatan pokok yang terdiri atas

    : olahraga permainan, senam, dan atletik. Di SMP untuk pokok bahasan olahraga permainan

    terdapat beberapa macam diantaranya adalah olahraga : sepak bola, bolavoli, bolabasket dls

    permainan bolabasket, tak terkecuali di SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri.

    Dalam permainan bolabasket khususnya shooting sangat dipengaruhi oleh sikap

    badan dan posisi tubuh sebelum dan sesudah melakukan lemparan bola, sehingga shooting

    memerlukan metode yang sesuai. Masalah peningkatan kemampuan teknik dasar shooting

    bola basket dilingkungan sekolah merupakan tugas guru pendidikan jasmani sebab guru

    pendidikan jasmani secara langsung mendidik dan mengajar siswa disekolah. Salah satu

    masalah dalam meningkatkan shooting bolabasket adalah metode mengajarnya.

    Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru harus kreatif dalam menyajikan

    materi pembelajaran dengan berbagai cara agar bahan pelajaran yang disajikan dapat

    diterima dengan baik oleh siswa. Husdarta & Yudha M. Saputra (2000 : 61)

    mengemukakan, keterampilan memvariasikan metode dalam proses belajar mengajar

  • xvi

    meliputi tiga aspek (1) variasi dalam gaya mengajar, (2) variasi dalam menggunakan media

    dan bahan pengajaran, (3) variasi dalam interaksi antara guru dan siswa.

    Gaya mengajar merupakan bagian penting yang dapat dilakukan guru untuk

    menyajikan materi pelajaran. Seorang guru harus memiliki kemampuan dalam menyajikan

    bahan pelajaran, sehingga siswa tertarik dan terjadi interaksi positif antara guru dan siswa.

    Gaya mengajar dapat dilakukan dengan berbagai macam variasi misalnya suara, pemberian

    waktu, kontak pandang, gerakan perpindahan posisi guru dilapangan dan lain sebagainya.

    Dari sudut pandang siswa, variasi yang dilakukan guru tersebut sebagai suatu yang dinamis

    dan energik, sehingga siswa akan tertarik mengikuti tugas ajar yang diberikan.

    Gaya mengajar yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasing

    antara lain gaya komando dan gaya resiprokal. Dari kedua gaya mengajar tersebut masing-

    masing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga belum diketahui secara pasti gaya

    mengajar mana yang lebih sesuai dan lebih efektif terhadap peningkatan kemampuan

    shooting bola basket. Untuk mengetahui hal tesebut perlu dikaji dan diteliti baik secara teori

    maupun praktek melalui penelitian eksperimen.

    Kurangnya perhatian dan bimbingan guru akan mengakibatkan pola gerakan yang

    salah dan teknik shooting bola basket tidak dikuasai dengan baik. Sering dijumpai para guru

    enggan melakukan pembelajaran dengan metode yang tepat. Pada waktu pelaksanaan

    pembelajaran pendidikan jasmani khususnya dalam materi permainan bola basket, biasanya

    anak disuruh langsung bermain bola basket, anak-anak dibiarkan bermain dengan

    sendirinya tanpa memperhatikan teknik-teknik dasar bermain bola basket yang benar ada

    kalanya guru memberikan teknik dasarnya tetapi tidak mengawasi waktu siswa melakukan.

    Sedangkan guru santai berteduh di bawah pohon memperhatikan mereka atau bahkan tidak

    diawasi. Keadaan semacam ini akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak akan

    tercapai.

    Di SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri berdasarkan observasi yang penulis

    lalukan, begitu banyak siswa di SMP tersebut yang belum menguasai teknik dasar shooting

    bolabasket dengan baik. Berdasarkan pengamatan secara langsung ataupun pengamatan dari

    hasil pembelajaran diantaranya adalah nilai tes shooting, Kurangnya penguasaan shooting

    bolabasket siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri dikarenakan

    kurangnya kreatifitas serta pengawasan dari guru pada waktu pembelajaran olahraga

    berlangsung siswa cenderung main sendiri dan tidak memperhatikan materi yang di ajarkan.

  • xvii

    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas maka penelitian ini

    mengambil judul Perbedaan Kesesuaian Gaya Mengajar Komando dan Gaya Mengajar

    Resiprokal Terhadap Kemampuan Shooting Bolabasket Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP

    Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat

    diidentifikasi sebagai berikut :

    1. Kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto

    Kabupaten Wonogiri tahun 2010 masih rendah.

    2. Kurangnya kreatifitas guru Penjaskes di SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri

    dalam menyajikan materi pelajaran shooting bola basket, sehingga teknik dasar shooting

    sulit dikuasai.

    3. Belum pernah diterapkan gaya mengajar komando dan gaya resiprokal untuk

    meningkatkan kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2

    Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.

    4. Belum diketahui gaya mengajar yang lebih sesuai dan lebih efektif antara gaya

    mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal untuk meningkatkan kemampuan

    shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri

    tahun 2010.

    C. Pembatasan Masalah

    Untuk menghindari penyimpangan permasalahan, masalah dalam penelitian ini

    dibatasi sebagai berikut :

    1. Gaya mengajar shooting bola basket dengan gaya komando

    2. Gaya mengajar shooting bola basket dengan gaya resiprokal.

    3. Kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto

    Kabupaten Wonogiri tahun 2010.

  • xviii

    D. Perumusan Masalah

    Bertolak dari identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah dalam

    penelitian ini sebagai berikut :

    1. Adakah perbedaan kesesuaian gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal

    terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto

    Kabupaten Wonogiri tahun 2010?

    2. Manakah yang lebih sesuai antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar

    resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP

    Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010?

    E. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan di atas, penelitian ini mempunyai

    tujuan untuk mengetahui :

    1. Perbedaan kesesuaian antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal

    terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto

    Kabupaten Wonogiri tahun 2010.

    2. Gaya mengajar yang lebih sesuai pengaruhnya antara gaya mengajar komando dan

    gaya mengajar resiprokal terhadap kemampuan shooting bola basket siswa putra kelas

    VIII SMP Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.

    F. Manfaat Penelitian

    Masalah dalam penelitian ini sangat penting untuk diteliti dengan harapan :

    1. Sebagai masukan untuk menambah wawasan bagi guru Penjaskes di SMP Negeri 2

    Jatiroto Kabupaten Wonogiri tentang pentingnya gaya mengajar, agar diperoleh hasil

    belajar yang optimal.

    2. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan gaya mengajar yang tepat untuk

    meningkatkan kemampuan shooting bola basket pada siswa SMP Negeri 2 Jatiroto

    Kabupaten Wonogiri.

  • xix

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Permainan Bola Basket

    a. Pengertian Permainan Bola Basket

    Bola basket merupakan permainan beregu yang dimainkan masing-masing regu

    oleh lima orang pemain. Permainan ini dimainkan dengan keterampilan mengolah bola

    dengan tangan kanan dan atau tangan kiri secara bergantian, bola boleh dioper, atau

    digelindingkan, dipantulkan kesegala arah. Bola basket dimainkan diatas tanah atau lantai

    yang rata dan lapangan berbentuk persegi panjang. Pada kedua garis lapangan tepat

    ditengah tengah masing masing dipasang ring atau basket. Masing masing regu yang

    sedang bertanding menempati separuh lapangan dan saling berhadap hadapan.

    Tujuan dari masing masing regu adalah berusaha untuk memasukkan bola

    kebasket lawan untuk membuat angka sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan

    serangan lawan agar basketnya tidak kemasukan. FIBA dalam buku official Basketball

    Rules (1991: 11) yang diterjemahkan oleh PB. PERBASI mendefinisikan permainan bola

    basket sebagai berikut :

    Bola basket diaminkan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari 5 orang

    pemain. Tiap tiap regu berusaha memasukkan bola kedalam keranjang regu lawan dan

    mencegah regu lawan memasukkan bola atau membuat angka atau score. Bola dioper,

    digelindingkan atau dipantulkan kesegala arah sesuai peraturan.

    b. Teknik Dasar Bola Basket

    Menurut Soedarwo (1997:6) Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti. Dalam cabang bola basket ada beberapa dasar bola basket menurut Soebagio Hartoko (1992:21) adalah sebagai berikut : 1) Operan (Passing) 2). Menangkap (catching) 3). Menembak ( Shooting) 4).Menggiring

    (Drible) 5). Olah kaki (Foot work) 6). Pivot dan gerak tipu ( Fakes And feints)

    2. Teknik Dasar Tembakan Bola (Shooting)

  • xx

    Teknik Dasar tembakan (shooting) untuk memasukkan bola ke dalam keranjang

    adalah teknik dasar yang paling penting dalam permainan bolabasket. Tujuan dalam

    permainan adalah berusaha memasukkan bola ke dalam keranjang lawan dan mencegah

    lawan untuk memasukkan bola ke dalam keranjang tim tersebut. Segala kemampuan teknik,

    taktik, dan strategi dikerahkan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Sebab, kemenangan

    dalam suatu pertandingan ditentukan oleh jumlah dari hasil tembakan yang dibuat oleh

    suatu regu. Oleh karena itu keterampilan memasukkan bola sangat penting bagi pemain

    bolabasket. Setiap pemain harus dilatih kemampuan memasukkan bola, agar memiliki

    kemahiran dalam memasukkan bola. Untuk memiliki kemahiran dalam melakukan

    tembakan (shooting) dibutuhkan latihan yang cukup banyak. Pada setiap latihan bolabasket

    harus selalu ada latihan menembak.

    a. Macam-macam Teknik Memasukkan Bola

    Teknik dasar menembak atau memasukkan bola ke dalam keranjang dalam

    permainan bolabasket cukup banyak macamnya dan bervariasi. Dalam permainan

    bolabasket ada bermacam-macam tembakan. Jon Oliver (2004 : 13) mengemukakan bahwa

    ada beberapa jenis tembakan yaitu :

    (1) Tembakan dua tangan dari atas kepala (2) Tembakan dengan satu tangan (3) Tembakan lay-up menggunakan tangan kanan (4) Tembakan lay-up menggunakan tangan kiri (5) Tembakan jump hook (6) Tembakan didahului dengan menggiring bola dan langsung mengadakan

    tembakan lay-up (7) Tembakan under the basket shoot (8) Tembakan pantulan bola kering (hool shoot) (9) Tembakan lain-lain gaya.

    Jenis teknik dasar memasukkan bola ke dalam keranjang dalam permainan

    bolabasket selalu berkembang sesuai dengan situasi dan perkembangan. Jenis-jenis

    keterampilan shooting tersebut perlu dimiliki oleh pemain bolabasket. Penggunaan jenis

    teknik dalam memasukkan bola ke dalam keranjang tersebut tiap orang berbeda. Hal ini

    tergantung pada kebiasaan, kemampuan kondisi fisik, situasi yang dihadapi serta tergantung

    pada tingkat penguasaan teknik yang dimiliki oleh pemain itu sendiri. Pemain yang ideal

  • xxi

    adalah pemain yang memiliki berbagai kemampuan teknik memasukkan bola. Namun untuk

    dapat menguasai berbagai teknik memasullan bola dengan sempurna sangat sulit dan

    diperlukan latihan secara terus menerus dan tak kenal lelah dalam waktu yang cukup lama.

    b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Menembakkan Bolabasket Ke

    Dalam Keranjang

    Seperti telah diketahui bahwa kemampuan dalam memasukkan bola merupakan

    teknik yang paling penting dalam permainan bolabasket. Oleh karena itu, semua pemain

    menguasai dan memiliki kemampuan dalam memasukkan bola dengan baik dan akurat.

    Untuk dapat melakukan tembakan dengan akurat tidaklah mudah, tetapi harus melalui

    latihan secara berulang-ulang, rutin dan teratur. Menurut Soebagio Hartoko ( 1994 : 39 ),

    sebenarnya rahasia daripada menembak mahir adalah ketekunan latihan, dan sekali lagi

    latihan dalam setiap peningkatannya secar tepat.

    Dengan latihan yang tekun, maka akan membuat kebiasaan yang mengarah pada

    otomatisasi gerakan, sehingga dapat menambah ketepatan dalam menembak. Dalam

    melakukan latihan memasukkan bola harus memperhatikan faktor-faktor yang ikut

    menentukan terhadap keberhasilan dalam melakukan tembakan memasukkan bola.

    Dalam pelaksanaan pertandingan ada berbagai faktor yang menentukan terhadap

    hasil tembakan. Dalam hal ini Soebagio Hartoko (1994: 44 ) mengemukakan bahwa, hal-hal

    yang ikut menentukan mudah atau sukarnya menembak ialah,

    1) Dekat jauhnya antar jarak basket dengan penembak 2) Mobilitas penembak 3) Sikap permulaan penembak 4) Frekuensi tembakan 5) Situasi

    Jarak keranjang dengan penembak menentukan terhadap hasil tembakan yang

    dilakukan. Jika jarak keranjang dengan penembak jauh maka akan sulit bagi penembak

    untuk dapat memasukkan bola ke dalam keranjang. Makin jauh jarak penembak dengan

    keranjang, maka akan semakin sulit untuk melakukan tembakan. Sebaliknya semakin dekat

    jarak keranjang akan semakin mudah untuk melakukan tembakan. Oleh karena itu untuk

    memasukkan bola pemain harus berusaha unruk mendekati keranjang. Gerakan yang

    dilakukan pemain pada saat menembak akan mempengaruhi keberhasilan dalam tembakan.

  • xxii

    Menembak dari sikap diam di tempat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih besar

    daripada menembak dalam keadaan bergerak, misalnya dalam sikap berlari, melompat atau

    memutar. Sikap permulaan penembak mempengaruhi tingkat kesulitan dalam upaya

    memasukkan bola ke dalam keranjang. Penembak dengan sikap permulaan menghadap ke

    arah keranjang akan lebih mudah daripada menembak dari sikap permulaan serong atau

    membelakangi keranjang.

    Secara teknis, kunci pokok keberhasilan dalam melakukan tembakan adalah pola

    gerakan (dasar mekanika) shooting tersebut. Dasar mekanika dalam melakukan tembakan,

    menurut Hal Wissel ( 1996 : 46 ) antara lain, pandangan, keseimbangan, posisi tangan,

    perngaturan siku, irama tembakan, dan pelaksanaanya. Untuk dapat menjadi pemain

    bolabasket yang mahir dalam melakukan tembakan, harus memperhatikan prinsip-prinsip

    mekanika di atas. Dari hal-hal di atas, dapat dirangkum bahwa kunci pokok keberhasilan

    dalam melakukan tembakan adalah pandangan, keseimbangan dan koordinasi serta irama

    pelaksanaan tembakan.

    3. Pembelajaran

    a. Pengertian Pembelajaran

    Pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-ulang atau

    ajeg dengan selalu memberikan peningkatan materi pembelajaran. Dengan pembelajaran

    yang sistematis melalui pengulangan tersebut akan menyebabkan mekanisme susunan

    syaraf bertambah baik. Hal ini sesuai dengan prinsip beban belajar meningkat yang

    dikemukakan oleh Sugiyanto (1993:55) sebagai berikut :

    Penguasaan gerakan keterampilan terjadi secara bertahap dalam peningkatannya. Mulai dari belum bisa menjadi bisa, dan kemudian menjadi terampil. Dengan demikian hendaknya pengaturan materi belajar yang dipraktekkan dimulai dari mudah ke yang lebih sukar, atau dari hal yang sederhana ke yang lebih kompleks.

    Hasil nyata dari pembelajaran ini adalah gerakan-gerakan otomatis yang tidak

    terlalu membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf, sehingga gerakan otomatis yang

    terjadi akan mengurangi gerakan tambahan yang berarti penghematan tenaga.

  • xxiii

    b. Prinsip-prinsip Pembelajaran

    Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani ditentukan oleh orang yang

    menangani atau guru dan teori-teori ilmu olahraga sebagai penunjang. Keberhasilan

    interaksi antara teori dan praktek dalam pembelajaran akan membawa keberhasilan dalam

    penampilan olahraga. Untuk mencapai tujuan pembelajaran seorang guru pendidikan

    jasmani hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pengaturan. Pelaksanaan gerakan dalam

    proses pembelajaran pendidikan jasmani yang benar sehingga akan menghasilkan

    peningkatan yang sempurna. Menurut Sugiyanto (1993:55-57) bahwa, Ada beberapa

    prinsip dalam pengaturan melakukan gerakan antara lain, prinsip pengaturan giliran

    praktek, beban belajar meningkat, kondisi belajar bervariasi dan pemberian motivasi dan

    dorongan semangat.

    Dengan demikian pengaturan pelaksanaan gerakan atau praktek yang benar dari

    guru, akan memperlancar proses pembelajaran, sehingga diharapkan tujuan dari

    pembelajaran akan dapat tercapai. Pengaturan pelaksanaan gerakan harus didukung oleh

    unsur lain, yaitu keadaan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, prasarana dan

    sarana. Sehingga ada hubungan yang saling menunjang antara guru selaku pengelola dan

    siswa selaku sasaran pembelajaran, serta prasarana dan sarana selaku alat untuk

    memproses kegiatan pembelajaran.

    Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani tidak lepas dari bergerak, karena

    belajar gerak merupakan salah satu sarana untuk memperoleh keterampilan gerak yang

    diperlukan dalam kegiatan pendidikan jasmani. Sugiyanto (1991:25) menerangkan Belajar

    gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular yang diekspresikan

    dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh.

    Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh. Proses

    belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola gerak yang dipelajari.

    Intensitas keterlibatan kemampuan yang paling utama adalah unsur kemampuan psikomotor

    termasuk pula kemampuan fisik. Hasil akhir dari belajar gerak berupa kemampuan

    melakukan pola-pola gerak keterampilan tubuh. Pada dasarnya Peningkatan kualitas gerak

    merupakan perwujudan dari peningkatan efisiensi dan efektifitas gerakan, sehingga untuk

    meningkatkan keterampilan gerak diperlukan proses belajar gerak, makin sering melakukan

    gerakan akan makin terbiasa dengan stimulus dan respon gerakan yang dilakukan. Dengan

    makin terbiasa dengan stimulus yang sejenis, maka kecepatan untuk merespon terhadap

  • xxiv

    stimulus akan menjadi semakin cepat sehingga kecepatan reaksinya akan menjadi

    meningkat berarti prestasinya pun juga akan meningkat. Kemampuan mengulang-ulang

    gerakan sebanyak mungkin dalam waktu yang ditentukan, atau lamanya waktu yang

    diperlukan untuk menyelesaikan tugas gerak tertentu juga merupakan indikator untuk

    menilai prestasi belajar gerak.

    Oleh karena pembelajaran gerak dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani

    akan mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, maka diharapkan syarat-syarat

    dalam belajar gerak harus dipenuhi. Soemanto Y. (1990:6) menerangkan syarat-syarat yang

    harus dipenuhi dalam belajar gerak adalah sebagai berikut :

    (1) Mengetahui tujuan. Jadi harus mengenal dan yakin akan kegunaan tujuan itu bagi dirinya.

    (2) Mempunyai tanggapan yang jelas terhadap kecakapan itu. (3) Pelaksanaan yang tepat pada taraf permulaan. Pada taraf permulaan yang penting

    adalah teknik gerakan yang benar, selanjutnya baru menuju prestasi.

    (4) Latihan untuk meningkatkan prestasi.

    4. Hakikat Mengajar

    a. Definisi Mengajar

    Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki

    pengetahuan atau keterampilan yang lebih daripada yang diajar, untuk memberikan suatu

    pengertian, kecakapan atau ketangkasan. Kegiatan mengajar meliputi penyampaian

    pengetahuan, menularkan sikap, kecapan atau keterampilan yang diatur sesuai dengan

    lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar. Untuk

    memberikan batasan mengajar, berikut ini disajikan definisi mengajar yang dikemukakan

    oleh beberapa ahli :

    Menurut Rusli Lutan (1988: 376) pengajaran merupakan seperangkat kegiatan sengaja dan berencana dari seseorang atau person (P) yang memiliki kelebihan pengetahuan atau keterampilan untuk disampaikan kepada orang lain sebagai sasaran atau obyek (O), yang belum berkembang pengetahuan, keterampilan atau bahkan sifat-sifat biologis tertentu, dan informasi atau keterampilan itu disampaikan melalui saluran atau metode tertentu, yang kemudian mendapat respon dari obyek sekaligus berperan sebagai subyek. Menurut Chauhan dalam Husdarta & Yudha M. Saputra (2000 : 3) mengajar adalah upaya guru dalam memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

  • xxv

    Menurut Soenaryo Basuki (1994: 73) mengajar berarti memberikan pelajaran, usaha agar siswa memperoleh pengertian, kecakapan atau ketangkasan tentang sesuatu yang diajarkan yang mencakup semua faktor yang merangkum keseluruh situasi pemgajaran yang meliputi siswa, kegiatannya, guru, azas-azas mengajar, lingkungan mengajar, tujuan yang ingin dicapai dan evaluasi.

    Berdasarkan batasan-batasan mengajar di atas dapat disimpulkan bahwa, mengajar

    merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang di dalamnya terdapat beberapa komponen

    yang saling berkaitan yang bertujuan untuk mempengaruhi atau meningkatkan pengetahuan

    atau keterampilan siswa menjadi lebih baik. Ditinjau dari pelaksanaannya, unsur pokok

    dalam proses mengajar terdiri beberapa elemen yaitu (1) guru yang berpengalaman dan

    terampil, (2) siswa yang sedang berkembang, (3) informasi atau keterampilan, (4) saluran

    atau metode penyampaian informasi/keterampilan dan (5) respon atau perubahan perilaku

    pada siswa (Rusli Lutan, 1988 : 376).

    Hal yang terpenting dan diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu

    membelajarkan siswa menjadi aktif melaksanakan tugas ajar yang diberikan. Apabila siswa

    aktif melaksanakan tugas ajar yang diberikan, maka akan terjadi perubahan-perubahan ke

    arah positif dan tujuan mengajar akan tercapai dengan baik.

    b. Mengajar yang Efektif

    Mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Dalam

    belajar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk itu guru dituntut

    dapat membantu siswanya, sehingga pada waktu mengajar dapat dilakukan dengan efektif.

    Menurut Rusli Lutan (1988 : 381) efektivitas pengajaran meliputi beberapa unsur yaitu (1)

    pemanfaatan waktu aktif berlatih, (2) lingkungan yang efektif, (3) karakteristik guru dan

    siswa, (4) pengelolaan umpan balik.

    Diantara empat elemen tersebut elemen yang dominan pengaruhnya pada

    efektifitas pengajaran adalah pemanfaatan waktu aktif berlatih. Lebih lanjut Rusli Lutan

    (1988 : 381) mengemukakan jumlah waktu yang dihabiskan siswa untuk aktif belajar,

    merupakan indikator utama dan efektivitas pengajaran. Konsep jumlah waktu aktif berlatih

    erat dengan kemampuan managemen guru dalam mengelola proses belajar dan kesediaan

    serta ketekunan siswa untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang diajarkan.

    Seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktifitas

    merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, tidak saja susunan

  • xxvi

    pengalaman atau tugas-tugas ajar, tetapi juga penciptaan kondisi lingkungan belajar yang

    efektif. Menurut Husdarta & Yuha M. Saputra (2000 : 4) mengemukakan :

    Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar

    terjadi di kelas atau lapangan. Ciri utama terjadinya proses pembelajaran adalah siswa

    dapat secara aktif ikut terlibat di dalam proses pembelajaran. Pada guru harus selalu

    berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap

    berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.

    Pendapat di atas menunjukkan bahwa, dalam pengaturan lingkungan belajar

    bertujuan agar siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Seorang guru harus

    mampu menerapkan cara mengajar efektif. Untuk itu guru harus memiliki beberapa

    kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar, agar tujuan pengajaran dapat berhasil.

    Menurut Slameto (1995 : 92 94) untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan

    syarat-syarat sebagai berikut : 1). Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. 2). Guru harus banyak menggunakan metode pada waktu mengajar. 3). Motivasi, sangat berperan pada kemajuan, perkembangan siswa selanjutnya

    melalui proses belajar. 4). Kurikulum yang baik dan seimbang. 5). Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual. 6). Guru membuat perencanaan sebelum pengajaran. 7). Pengaruh guru yang sugesif perlu diberikan kepada siswa untuk lebih giat belajar. 8). Guru harus memiliki keberanian pada siswanya, juga masalah-masalah yang

    timbul waktu proses belajar mengajar berlangsung. 9). Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis.

    Mengajar yang efektif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap guru.

    Syarat-syarat seperti di atas harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru, agar proses

    mengajar belajar dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil belajar yang optimal.

    c. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

    Dalam proses belajar mengajar seorang guru merumuskan tujuan yang hendak

    dicapai. Dalam hal ini seorang guru harus memiliki kepandaian dalam merumuskan tujuan

    pengajaran yang akan dilakukan. Sudjana (2001 : 40) merumuskan formula pembelajaran

    sebagai berikut, Pb = fp (m s x y z). formula tersebut diartikan bahwa, pembelajaran (Pb)

    adalah fungsi (f), pendidik (p) untuk pembelajaran, (m) peserta didik (s) terhadap materi

    pelajaran (x) untuk mencapai hasil belajar (y) yang menimbulkan pengaruh belajar (z).

  • xxvii

    Rumus formula pembelajaran di atas mengandung keragaman masalah dan

    pemahaman terhadap setiap unsur yang terkandung didalamnya. Sebagai contoh, unsur x

    (materi pelajaran) tidak hanya menunjukkan mata pelajaran tertentu, tetapi mengandung

    berbagai aspek bahan pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik.

    Hasil belajar (y) dapat mencakup perubahan perilaku peserta didik dalam kognisi,

    afeksi dan atau psikomotorik. Hasil belajar dapat pula berupa penguasaan pengetahuan

    tertentu, sosok peserta didik yang mandiri, kebebasan berpikir dan lain sebagainya.

    Pengaruh belajar (z) terdiri atas perubahan taraf hidup peserta didik setelah

    mengikuti pembelajaran seperti perolehan atau peningkatan penampilan diri dan

    pendidikan. Pengaruh belajar juga dapat digambarkan dengan upaya peserta didik dalam

    menularkan hasil belajarnya kepada orang lain, atau partisipasi peserta didik dalam kegiatan

    lainnya.

    Upaya pembelajaran (m) dapat melambangkan pendekatan dalam pembelajran.

    Membelajarkan dapat pula menggambarkan kegiatan untuk membantu peserta didik

    melakukan kegiatan belajar seperti kegaiatan membimbing, mengajar (membelajarkan) atau

    melatih.

    Unsur peserta didik (s) dapat melambangkan penamaan orang yang melakukan

    kegiatan belajar seperti siswa, mahasiswa atau peserta latihan. Sedangkan unsur pendidik

    (p) terdiri dari berbagai penamaan yang terdiri atas guru, pembimbing pelatih atau lain

    sebagainya.

    Secara singkat formula pembelajaran tersebut di atas menggambarkan interaksi

    dinamis antar unsur-unsur yang terlibat dalam pembelajaran yaitu pendidik, peserta didik,

    materi, proses dan pengaruh kegaiatan pembelajaran. Jika unsur-unsur tersebut dapat

    dilaksanakan dengan baik, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik pula.

    d. Peranan Guru

    Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru mempunyai tugas yang cukup

    kompleks. Guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas

    belajar untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala

    sesuatu yang terjadi dalam proses belajar mengajar, membantu proses perkembangan siswa.

    Penyampaikan materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan

  • xxviii

    dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase perkembangan siswa.

    Slameto (1995 : 97) mengemukakan, secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada :

    1). Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

    2). Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai. 3). Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan

    penyesuaian diri. Tugas-tugas seperti di atas harus dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan

    proses belajar mengajar. Untuk keberhasilan dalam menjalankan tugasnya, seorang guru

    harus memiliki beberapa kemampuan. Menurut Soenarya Basoeki (1994 : 75) hal-hal yang

    harus dimiliki seorang guru meliputi :

    1). Kecakapan dan keterampilan teknis. 2). Kasih saying kepada anak-anak. 3). Kelebihan. 4). Memahami karakteristik perkembangan anak-anak. 5). Dapat memilih metode yang sesuai. 6). Bijaksana.

    Hal-hal seperti di atas harus dimiliki oleh seorang guru. Proses mengajar belajar

    akan dapat berjalan dengan lancar, jika guru memiliki kemampuan-kemampuan seperti di

    atas, sehingga tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik. Hal-hal

    seperti di atas dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

    1). Kecakapan dan keterampilan teknis

    Seorang guru harus menguasai materi yang diajarkan. Guru harus memiliki kecakapan

    dan keterampilan teknis dari materi pelajaran yang diajarkan baik secara teori maupun

    praktek. Agar memperoleh hasil yang optimal, guru harus mampu berkomunikasi dan

    dapat menggunakan bahasa yang tepat dan efektif. Guru harus mampu menerangkan

    sesuatu sedemikian rupa sehingga siswa dapat menangkap apa yang dimaksud oleh guru.

    2). Kasih sayang kepada anak-anak

    Kasih sayang guru kepada siswanya akan nampak pada perhatiannya, perlakuan dan

    tegur sapanya, semuanya dapat dirasakan oleh siswanya. Kasih sayang guru juga akan

    nampak pada sikap yang dapat menahan diri dan penyabar. Perasaan mendapat perhatian

    dan mendapat kasih sayang guru tersebut menimbulkan kepercayaan diri kepada siswa.

    Dari kepercayaan itu akan timbul minat, perhatian dan kemauan yang kuat serta akan

  • xxix

    timbul kesanggupan menerima dan mengasimilasikan bahan yang disajikan oleh guru,

    sehingga materi pelajaran dapat masuk pada diri siswanya.

    3). Memahami perkembangan karakteristik anak

    Guru akan berhasil dalam tugasnya, jika dapat memahami sifat-sifat dan karakteristik

    perkembangan siswa, baik karakteristik fisik, mental serta emosional dan sosial. Dengan

    pemahan terhadap sifat-sifat dan karakteristik siswa pada kelompok-kelompok usia

    tertentu, maka penenangan guru terhadap proses belajar dapat disesuaikan dengan

    kelompok usia siswa, sehingga hasil optimal yang diharapkan dapat tercapai.

    4). Memilih metode mengajar yang tepat

    Memilih metode mengajar yang baik dan tepat merupakan kemampuan yang harus

    dimiliki oleh seorang guru. Metode mengajar merupakan cara yang digunakan oleh

    seorang guru dalam penyampaikan materi pelajaran, agar materi pelajaran dapat diterima

    siswanya secara aefektif. Menurut Sugiyanto & Sudjarwo (1991 : 368) metode mengajar

    keterampilan gerak yang sering digunakan antara lain (1) metode praktek keseluruhan,

    (2) metode praktek bagian, (3) metode drill, (4) metode pemecahan masalah.

    Berdasarkan metode-metode di atas, maka seorang guru harus mengerti dan

    memahami dari masing-masing metode tersebut. Seorang guru harus mampu

    menerapkan metode mengajar yang tepat sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan yang

    hendak dicapai.

    5). Bijaksana

    Guru dalam mengajar atau mendidik akan menghadapi siswa, situasi dan lingkungan

    sekolah yang berbeda-beda serta peralatan yang terbatas. Karena itu harus dapat

    mempertimbangkan keadaan yang serba terbatas, keadaan yang berlainan dan selalu

    berubah dengan tindakan yang tepat. Di samping itu guru harus memupuk kerjasama

    antara sesama guru, guru dengan orang tua murid, antara guru dengan petugas-petugas di

    lingkungan sekolah, dan antara guru dengan masyarakat sekitarnya.

    5. Gaya Mengajar Shooting Bola Basket

  • xxx

    a. Definisi Gaya Mengajar

    Pemakaian istilah gaya mengajar (teaching style) sering disamakan dengan istilah

    strategi mengajar (teaching strategy). Gaya mengajar atau strategi mengajar dimaksudkan

    agar siswa lebih aktif mengikuti tugas ajar dari guru. Hal ini dikaitkan dengan upaya untuk

    mengelola lingkungan dan atmosfir pengajaran untuk tujuan mengoptimalkan jumlah waktu

    aktif berlatih dari para siswa yang dipandang sebagai indikator untuk menilai efektifitas

    pengajaran. Untuk memahami pengertian gaya mengajar atau strategi mengajar berikut

    disajikan batasan-batasan dari beberapa ahli :

    1). Menurut Husdarta & Yudha M. Saputra (2000 : 21) gaya mengajar merupakan interaksi

    yang dilakukan oleh guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar agar materi yang

    disajikan dapat diserap oleh siswa.

    2). Menurut Sugiyanto (198 : 427) strategi mengajar adalah pengaturan penerapan cara-cara

    mengajar agar proses belajar bisa berlangsung dengan baik dan tujuan bisa tercapai.

    3). Menurut Rusli Lutan (2000 : 29) strategi mengajar adalah siasat untuk menggiatkan

    partisipasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas ajar.

    Berdasarkan definisi gaya mengajar tersebut dapat disimpulkan bahwa, gaya

    mengajar merupakan cara atau siasat yang dilakukan guru untuk mengaktifkan dan

    menggiatkan partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas tugas ajar dari guru. Dalam hal

    ini guru dapat memilih atau menerapkan gaya mengajar tertentu untuk menyampaikan

    materi pelajaran dan mengatur kegiatan belajar.

    b. Pentingnya Gaya Mengajar

    Gaya mengajar merupakan salah satu bagian yang dapat mempengaruhi

    kesuksesan mengajar belajar. Rusli Lutan (2000: 29) menyatakan pembuatan keputusan

    pada awal pengajaran tentang gaya mengajar yang akan digunakan oleh guru pendidikan

    jasmani sangatlah penting untuk mencapai pengajaran sukses. Pembuatan keputusan gaya

    mengajar bergantung pada situasi dan kondisi pembelajaran. Gaya mengajar harus

    direncanakan sejak awal pengajaran, jika tidak direncanakan akan menghadapi kesukaran

    untuk menyampaikan materi pelajaran.

  • xxxi

    Dalam kenyataannya, guru dalam penyajian materi pelajaran tidak hanya

    menggunakan satu gaya mengajar saja. Beberapa gaya mengajar dapat diterapkan dalam

    satu jam pelajaran. Tetapi harus dipahami faktor apa yang dipakai oleh guru sebagai dasar

    pembuatan keputusan gaya mengajar yang akan digunakan. Menurut Rusli Lutan (2000: 30)

    alasan menggunakan beberapa gaya mengajar antara lain (1) untuk mendorong terciptanya

    suasana belajar yang mengajarkan siswanya untuk belajar, (2) Agar guru dan siswa sama

    sama termotivasi dan giat melaksanakan tugas tugas masing masing.

    Pada kenyataannya penggunaan gaya mengajar didasarkan pada situasi yang

    dihadapi pada waktu berlangsungnya proses pengajaran. Lebih lanjut Rusli Lutan (2000:

    30) mengemukakan tidak ada satu gaya mengajar yang dianggap paling berhasil, sebab

    bergantung pada situasi. Hal ini menunjukkan bahwa, gaya mengajar dapat berubah

    ubah, sekali waktu dapat ditekankan pada guru sebagai pusat pengajaran, dan sekali waktu

    berpusat pada siswa.

    6. Mengajar Shooting Bola Basket Dengan Gaya Komando

    a. Gaya Komando

    Gaya komando adalah suatu cara pendekatan guru dalam membuat semua keputusan

    selama pertemuan berlangsung yang akan diteruskan kepada siswa. Dalam gaya ini, Moston

    (1994: 17) meninjaunya dari tiga perangkat keputusan : Pra-pertemuan, selama pertemuan,

    dan pasca pertemuan. Dalam pra-pertemuan semua keputusan dibuat oleh guru antara lain

    mengenai materi pokok bahasan, tugas-tugas, organisasi, dan lain-lain. Selama pertemuan

    berlangsung yang dibuat oleh guru antara lain penjelasan peranan guru dan siswa,

    penyampaian pokok bahasan, penjelasan mengenai prosedur organisasi, kelompok, tempat

    kegiatan yang terdiri dari : peragaan, penjelasan, pelaksanaan, dan penilaian. Keputusan

    pada pasca pertemuan antara lain umpan balik dari guru kepada siswa, sasarannya harus

    memberi banyak waktu pada waktu pelaksanaan tugas.

    Implikasi dari gaya komando ini adalah standar penampilan sudah mantap dan ada

    umumnya satu model untuk satu tugas pokok bahasan yang dipelajari dengan cara

    menirukan dan mengingat melalui penampilan setiap pokok bahasan dipilah-pilah menjadi

    bagian-bagian yang mudah di mengerti dan dapat diikuti oleh siswa; dalam gaya komando

    tidak ada perbedaan individual. Dalam gaya ini terdapat unsur-unsur yang khas dalam

  • xxxii

    pelajaran yaitu semua keputusan dibuat oleh guru; siswa mengikuti petunjuk dan

    melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru; menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi;

    dan dalam hal ini dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi pada saat

    melaksanakan tugas dari guru; mengembangkan perilaku yang berdisiplin dan mentaati

    prosedur yang ditetapkan selama kegiatan berlangsung. Dalam hal ini guru menjelaskan

    mengenai peranannya yaitu semua keputusan yang berhubungan dengan proses belajar

    mengajar tergantung darinya dan siswa disini mengikuti dan melaksanakan semua petunjuk

    yang diberikan oleh guru, penyampaian pokok bahasan, penjelasan prosedur organisasi atau

    kelompok. Keputusan yang dibuat oleh guru dan murid memberi tanggapan terhadap setiap

    keputusan. Mosston (1994:17) mengemukakan bahwa tujuan dari gaya ini adalah Untuk

    belajar melaksanakan tugas dengan teliti, menumbuhkan sikap disiplin, memperoleh

    kemajuan dalam mengatasi setiap masalah, saling menghargai dan menumbuhkan sikap

    bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas.

    Gaya komando merupakan gaya mengajar yang menitik beratkan pada guru.

    Menurut Husdarta & Yudha M. Saputra (2000 : 28) gaya komando bertujuan mengarahkan

    siswa dalam melakukan tugas gerak secara akurat dan di dalam waktu yang singkat.

    Pendapat lain dikemukakan Rusli Lutan (2000 : 31) Gaya komando adalah pendekatan

    mengajar yang paling bergantung pada guru. Guru menyiapkan segala aspek pengajaran.

    Guru sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan memantau

    kemajuan belajar.

    Pada gaya komando ini, siswa harus mengikuti segala instruksi yang disampaikan

    oleh guru. Menurut Husdarta & Yudha M. Saputra (2000: 28) dalam gaya komando peran

    guru sangat dominan yaitu :

    1) Membuat segala keputusan dalam pembelajaran. 2) Membuat segala yang terkait dengan mata pelajaran, susunan pelaksanaan tugas,

    memulai dan mengakhiri waktu pelaksanaan pengajaran, interval, dan mengklarifikasi berbagai pertanyaan siswa.

    3) Memberi umpan balik kepada siswa mengenai peran guru dan materi.

    Mengajar dengan gaya komando sangat bergantung pada inisiatif dan kreatifitas

    guru dalam menyajikan materi pelajaran. Siswa hanya mengikuti dan melakukan tugas yang

    diinstruksikan dari guru. Hal yang terpenting dalam gaya komando adalah penjelasan harus

    disampaikan dengan singkat dan langsung tertuju pada maksud. Tekanannya adalah

  • xxxiii

    pemberian kesempatan kepada siswa untuk berlatih sebanyak mungkin. Dengan

    menggunakan gaya komando, maka sasaran yang dicapai akan melibatkan siswa yang akan

    mengikuti petunjuk-petunjuk guru, dengan sasaran-sasaran menurut Muska Mosston (1994:

    19-21) sebagai berikut:

    (1)Respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan (2) Penampilan yang sama / seragam (3) Penampilan yang disinkronkan (4) Penyesuaian (5) Mengikuti model yang telah ditentukan (6) Mereproduksi model (7) Ketepatan dan kecermatan respons (8) Meneruskan kegiatan dan tradisi ultural (9) Mempertahankan tingkat estetika (10) Meningkatkan semangat kelompok (11) Penggunaan waktu secara efisien (12) Pengawasan keamanan

    b. Pelaksanaan Mengajar Shooting Bola Basket Dengan Gaya Komando

    Mengajar shooting dengan gaya komando yang dimaksud adalah, guru mengatur

    siswa sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan shooting semua siswa memperoleh

    kesempatan melakukan tugas gerak secara merata dan dapat melakukan pengulangan

    gerakan sebanyak-banyaknya. Pembelajaran shooting telah direncanakan dan disusun oleh

    guru materi yang akan disajikan.

    Susunan materi pembelajaran shooting dapat dilakukan dari cara yang lebih mudah

    yaitu tanpa menggunakan bola, kemudian ditingkatkan secara bertahap. Sebagai contoh

    guru menjelaskan pengertian shooting, cara melakukan shooting yaitu, dari sikap

    permulaan, saat perlepasan bola dan gerak lanjut. Setelah teknik-teknik tersebut dijelaskan,

    guru dapat mendemonstrasikan dan guru menginstruksikan agar siswa mengikuti gerakan

    yang dilakukan guru. Teknik-teknik tersebut dapat diperagakan secara terpisah-pisah tanpa

    menggunakan bola, selanjutnya dapat diperagakan menggunakan bola. Hal yang terpenting

    penekanan pada gaya komando ini adalah, setiap instruksi dari guru harus diikuti siswa.

    Sebagai contoh guru menginstruksikan siswa melakukan gerakan sikap permulaan shooting.

    Guru harus mengamati gerakan-gerakan yang dilakukan siswa, jika ada gerakan atau sikap

    yang salah segera dibetulkan. Demikian seterusnya hingga teknik-teknik tersebut diajarkan

    secara keseluruhan.

    c. Kelebihan dan Kelemahan Mengajar shooting Bola Basket Dengan Gaya

    Komando

  • xxxiv

    Perlu disadari bahwa setiap gaya mengajar tentu memiliki kelebihan dan

    kelemahan. Demikian halnya gaya komando juga memiliki kelebihan dan kelemahan.

    Berdasarkan pengertian gaya komando di atas, gaya mengajar ini dapat diidentifikasi

    kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan mengajar shooting dengan gaya komando antara

    lain :

    1) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik shooting yang benar.

    2) Kesalahan siswa akan segera diketahui guru dan langsung dapat dibenarkan

    3) Guru dapat selalu mengawasi dan memonitoring pelaksanaan pembelajaran.

    4) Semua siswa dapat terlibat dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

    5) Pelaksanaan pengajaran dapat terkendali dengan baik.

    Sedangkan kelemahan mengajar shooting bola basket dengan gaya komando antara lain : 1) Siswa hanya selalu mengikuti instruksi guru sehingga kurang kreatifitas dalam

    mengikuti tugas ajar dari guru.

    2) Siswa tidak memiliki inisiatif dalam mengikuti pembelajaran.

    3) Jika pejelasan guru terlalu rinci dan banyak biasanya siswa tidak dapat mengingat

    secara keseluruhan.

    Mengajar gaya komando ini sangat bergantung pada guru. Dalam hal ini guru telah

    memfikirkan tujuan yang akan dicapai. Penerapan gaya komando didasarkan pada beberapa

    aspek berdasarkan tujuan atau situasi dan kondisi yang dihadapi dalam proses belajar

    mengajar. Menurut Rusli Lutan (2000 : 32) gaya komando dipakai apabila (1) ingin

    diajarkan keterampilan khas atau hasil yang khas pula, (2) menangani kelas yang sukar

    dikendalikan karena kurang disiplin, (3) ingin dicapai kemajuan yang lebih cepat, (4)

    sekelompok anak perlu bantuan khusus untuk perbaikan.

    7. Mengajar Shooting Bola Basket Dengan Gaya Resiprokal

    Gaya mengajar resiprokal merupakan cara mengajar yang menitik beratkan pada

    siswa, dimana siswa berperan sebagai pelaku dan pengamat dalam melaksanakan tugas dari

  • xxxv

    guru dan serta dilakukan secara bergantian. Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 29)

    menyatakan bahwa, gaya resiprokal adalah gaya mengajar yang menuntut siswa

    bertanggung jawab untuk mengobservasi penampilan dari teman atau pasangannya dan

    memberikan umpan balik segera pada setiap gerakan. Pendapat lain dikemukakan Srijono

    Brotosuroyo dkk (1994: 272) bahwa, dalam gaya mengajar resiprokal, tanggung jawab

    memberikan umpan balik bergeser dari guru ke teman sebaya. Pergeseran peranan ini

    memungkinkan (1) peningkatan interaksi sosial antara teman dan (2) umpan balik langsung.

    Dalam gaya mengajar resiprokal ini guru mempersiapkan lembar tugas yang

    menjelaskan tugas yang harus dilaksanakan, berikut kreteria evaluasi yang berfungsi untuk

    menentukan bahwa gerakan yang dilakukan pasangannya itu sudah sesuai dengan rujukan.

    Deskripsi semacam ini akan membantu siswa selaku pengamat dan analisis tugasnya.

    Secara umum setiap guru akan memberikan pelajaran, guru harus memulainya

    dengan memberikan peragaan dan menguraikan cara melaksanakan skill atau gerakan yang

    dipelajari dan mengklarifikasi lembar tugasnya. Latihan selanjutnya, siswa melakukannya

    yang satu bertindak sebagai pengamat dan pasangannya melakukan aktivitas pengajaran.

    Setelah itu guru, menyuruh siswa untuk bergantian dalam melaksanakan tugasnya, yang

    semula sebagai pengamat menjadi pelaku dan sebaliknya. Kegiatan ini dapat diulang

    beberapa kali tergantung gerakan mana yang masih dianggap perlu dilatih. Dalam gaya

    mengajar resiprokal, tanggung jawab memberikan umpan balik bergeser dari guru ke teman

    sebaya.

    a. Anatomi Gaya Resiprokal

    Menurut Muska Mosston (1994: 18-19) anatomi dari gaya resiprokal adalah :

    Di dalam perangkat keputusan sebelum pertemuan. Pengadaan umpan balik langsung digeser kepada seorang pengamat (a). Kelas diatur berpasangan dengan peranan-peranan khusus untuk setiap partner. Salah satu dari pasangan adalah pelaku (p). Lainnya menjadi pengamat (a). Guru (G) memegang peranan khusus untuk berkomunikasi dengan pengamat. Peranan pengamat adalah memberikan umpan balik kepada pelaku dan berkomunikasi dengan guru. Guru mengamati baik p maupun a tetapi hanya berkomunikasi dengan a.

  • xxxvi

    p a

    G

    Gambar 1. Gambaran Gaya Mengajar Resiproklal

    b. Pelaksanaannya Gaya Resiprokal

    Dalam gaya resiprokal ada tuntutan-tuntutan baru bagi guru dan pengamat. Guru

    harus menggeser umpan balik kepada siswa (a), Pengamat harus belajar bersikap positif dan

    memberi umpan balik. Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya.

    Gambaran pelaksanaan gaya mengajar resiprokla menurut Muska Muston (1994: 67-68)

    adalah :

    1) Sebelum pertemuan: a). Guru menambahkan lembaran desain kriteria kepada pengamat untuk

    dipakai dalam gaya ini. 2) Selama pertemuan: a). Guru menjelaskan peranan-peranan baru dari pelaku (p) dan pengamat

    (a). b). Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan bukan

    dengan guru. c). Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk menyampaikan umpan

    balik berdasarkan kriteria yang terdapat dalam lembaran yang diberikan. 3) Sesudah pertemuan: a). Menerima kriteria b). Mengamati penampilan pelaku c). Membandingkan dan mempertentangkan penampilan dengan kriteria yang

    diberikan. d). Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau salah. e). Menyampaikan hal-hal mengenai penampilannya kepada pelaku.

    Berdasarkan gambaran pelaksanaan gaya resiprokal tersebut dapat diketahui

    bahwa, siswa diatur secara berpasangan, dimana salah satunya sebagai pelaku dan yang

    lainnya sebagai pengamat. Sedangkan tugas guru adalah sebagai pengamat saja. Dalam hal

    ini guru menjawab atas pertanyaan yang diajukan pengamat gerakan.

    Gaya mengajar resiprokal merupakan cara mengajar dimana sebelumnya guru

    telah membuat keputusan keputusan tugas gerak yang harus dilakukan siswa dan telah

  • xxxvii

    membuat kriteria kriteria atau penilaian atas tugas gerak yang dilakukan siswa. Menurut

    Muska Mosston. (1994: 72-75) pelaksanaan resiprokal meliputi :

    1).Dalam gaya resiprokal ada tuntutan tuntutan baru bagi guru dan pengamat : a) Guru harus menggeser umpan balik kepada siswa b) Pengamat harus belajar bersikap positif dan memberikan umpan balik c) Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya ini

    memerlukan adanya rasa percaya. 2).Keputusan keputusan :

    a). Sebelum pertemuan : (1) Guru menambahkan lembaran desain kreteria pada pengamat untuk

    dipakai dalam gaya ini b). Selama pertemuan :

    (1). Guru menjelaskan peranan peranan baru dari pelaku (p) dan pengamat (a).

    (2) Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan bukan dengan guru.

    (3) Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang terdapat dalam lembaran yang diberikan.

    c). Sesudah pertemuan : Menerima kriteria. (1). Mengamati penampilan pelaku. (2). Membandingkan dan mempertentangkan penampilan dengan kriteria

    yang diberikan. (3). Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau salah.

    (4). Menyampaikan hal hal mengenai penampilannya kepada pelaku. d) Peranan guru :

    (1). Menjawab pertanyaan pertanyaan dari pengamat. (2). Berkomunikasi dengan pengamat saja. (3). Ini memungkinkan timbulnya saling percaya antara pelaku dan

    pengamat. (4). Komunikasi guru dengan pelaku akan mengurangi peranan pengamat.

    (5). Pada waktu tugas telah terlaksana, pelaku dan pengamat bergantian peranan.

    e) Proses pemilihan patner dan pemantauan keberhasilan proses adalah penting. f) Guru bebas untuk mengamati banyak siswa selama pelajaran berlangsung.

    3). Pemilihan pokok bahasan :

    Lembaran kriteria : a) Ini menentukan garis garis pedoman untuk perilaku pengamat. b) Lima bagian lembaran adalah :

    (1). Uraian khusus mengenai tugas (termasuk pembagian tugas secara barurutan).

    (2). Hal hal yang khusus yang harus dicari selama penampilan (kesulitan yang potensial).

    (3). Gambar gambar atau sketsa untuk melukiskan tugas. (4). Contoh contoh perilaku verbal untuk dipakai sebagai umpan balik.

  • xxxviii

    (5). Mengingatkan peranan pengamat (apabila siswa) telah memahami gaya ini, bagian ini bisa dihapuskan.

    Berdasarkan gambaran dan pedoman pelaksanaan gaya resiprokal tersebut dapat

    diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran pasing atas siswa diatur secara

    berpasangan untuk melakukan pembelajaran pasing atas, dimana salah satunya sebagai

    pelaku dan lainnya sebagai pengamat, sedangkan tugas guru adalah sebagai pengamat baik

    kepada pelaku maupun siswa pengamat. Akan tetapi guru hanya berkomunikasi pada

    pengamat saja, dalam hal ini menjawab pertanyaan yang diajukan pengamat gerakan.

    Kelebihan mengajar shooting bola basket dengan gaya resiprokal antara lain :

    1). Siswa mengerjakan tugas dari guru sesuai urutan dari petunjuk yang telah dibuat oleh

    guru.

    2). Siswa dapat mencermati tugas dari teman pasangannya sudah benar atau belum.

    3). Meningkatkan rasa percaya atas umpan balik dari pasangannya.

    4). Siswa dapat mengenali langsung gerakan yang dilakukan benar atau salah dari

    pengamat.

    5). Siswa dapat mengetahui secara langsung kemampuannya berdasarkan kriteria dari

    penampilannya.

    Sedangkan kelemahan mengajar shooting bola basket dengan gaya resiprokal antara lain :

    1) Proses pelaksanaan pengajaran lebih rumit .

    2) Siswa terbebani dengan tugas rangkap yaitu sebagai pengamat dan pelaku sehingga

    akan berpengaruh terhadap penampilannya.

    3) Membutuhkan waktu yang cukup lama.

    B. Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas, maka dikemukakan kerangka

    berpikir bahwa keberhasilan shooting ditentukan oleh gaya mengajar. Gaya mengajar

    merupakan siasat yang diterapkan guru untuk menggiatkan partisipasi siswa untuk

    melaksanakan tugas-tugas ajar. Gaya mengajar dapat ditekankan pada berbagai unsur baik

    guru maupun siswa.

  • xxxix

    Kelebihan Gaya Komando Kelebihan Gaya Resiprokal

    1). Kesalahan siswa akan segera diketahui

    guru dan langsung dapat dibenarkan

    2).Guru dapat selalu mengawasi dan

    memonitoring pelaksanaan pembelajaran.

    3).Semua siswa dapat terlibat dalam

    pelaksanaan proses pembelajaran.

    4).Pelaksanaan pengajaran dapat terkendali

    dengan baik.

    1).Siswa mengerjakan tugas dari guru

    sesuai urutan dari petunjuk yang telah

    dibuat oleh guru.

    2).Siswa dapat mencermati tugas dari

    teman pasangannya sudah benar atau

    belum.

    3).Meningkatkan rasa percaya atas umpan

    balik dari pasangannya.

    4).Siswa dapat mengenali langsung

    gerakan yang dilakukan benar atau

    salah dari pengamat.

    5).Siswa dapat mengetahui secara

    langsung kemampuannya berdasarkan

    kriteria dari penampilannya.

    Kelemahan Gaya Komando Kelemahan Gaya Resiprokal

    1). Siswa hanya selalu mengikuti instruksi

    guru sehingga kurang kreatifitas dalam

    mengikuti tugas ajar dari guru.

    2).Siswa tidak memiliki inisiatif dalam

    mengikuti pembelajaran.

    3).Jika pejelasan guru terlalu rinci dan

    banyak biasanya siswa tidak dapat

    mengingat secara keseluruhan.

    1). Proses pelaksanaan pengajaran lebih

    rumit .

    2). Siswa terbebani dengan tugas rangkap

    yaitu sebagai pengamat dan pelaku

    sehingga akan berpengaruh terhadap

    penampilannya.

    3).Membutuhkan waktu yang cukup

    lama.

    Gaya mengajar resiprokal dimulai dengan memperhatikan perubahan yang lebih

    besar dalam membuat keputusan dari guru kepada siswa. Siswa bertanggungjawab untuk

    mengobservasi penampilan dari teman atau pasangannya dan memberikan umpan balik

    segera pada setiap kali melakukan gerakan. Dalam gaya ini, guru mempersiapkan lembar

    tugas yang menjelaskan tugas yang harus dilakukan siswa, secara umum setiap kali guru

    akan memberikan pelajaran, guru harus memulai dengan memberikan peragaan dan

    menguraikan cara melaksanakan tugas atau keterampilan shooting bola basket dan

  • xl

    mengklarifikasi lembar tugasnya. Selanjutnya siswa melakukan bersama-sama dengan

    pasangan masing-masing dimana yang satu bertindak sebagai pengamat dan yang lainnya

    melakukan aktifitas pengajaran berupa gerakan shooting bola basket. Setelah itu guru

    menyuruh siswa untuk bergantian dalam melakukan tugasnya, yang bertugas sebagai

    pengamat menjadi pelaku dan sebaliknya yang menjadi pelaku pertama menjadi pengamat.

    Peranan guru dalam gaya pembelajaran resiprokal ini adalah menyiapkan lembaran kerja

    dan membentuk kelas menjadi formasi berpasangan. Gaya mengajar ini akan

    memungkinkan siswa memberikan umpan balik seketika dan sekaligus akan

    mengembangkan kerjasama dalam tim kecil sehingga aspek sosial akan berkembang.

    Kedua gaya mengajar tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

    hasil belajar shooting bola basket. Namun dari uraian diatas diduga bahwa untuk

    meningkatkan hasil belajar shooting bola basket, gaya mengajar resiprokal akan

    memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan gaya mengajar komando.

    C. Perumusan Hipotesis

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis

    sebagai berikut :

    1. Ada perbedaan kesesuaian gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal

    terhadap kemampuan shooting bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2

    Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.

    2. Gaya mengajar resiprokal lebih sesuai daripada gaya mengajar komando terhadap

    peningkatan kemampuan shooting bola basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri

    2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.

  • xli

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di lapangan bolabasket SMP Negeri 2 Jatiroto

    Kabupaten Wonogiri.

    2. Waktu Penelitian

    Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan pertengahan

    Maret 2010 dengan frekuesi seminggu tiga kali .

    B. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut

    Sugiyanto (1993 : 22) bahwa,

    Eksperimen dilakukan untuk menimbulkan gejala gejala tertentu melalui perlakuan perlakuan tertentu oleh peneliti terhadap sampel percobaan. Peneliti memanipulasi dan mengontrol variabel variabel yang berhubungan dengan gejala gejala yang diteliti.

    Rancangan dalam penelitian ini adalah :Randomized Pretest Posttest Design.

    Gambar rancangan penelitian sebagai berikut :

    KE 1 Treatment A Posttest

    R Pretest MSOP

    KE 2 Treatment B Posttest

    Gambar 2. Rancangan Penelitian Keterangan : R = Random Pretest = Tes awal SOP = Matched Subject Ordinal pairing

    K1 = Kelompok eksperimen 1

    K2 = Kelompok eksperimen 2 Treatment A = Gaya mengajar komando

  • xlii

    Treatment B = gaya mengajar resiprokal Post-test = Tes akhir Untuk menyeimbangkan kelompok dilakukan secara ordinal pairing

    berdasarkan hasil tes awal shooting bola basket. Prosedur pemasangan adalah :

    K1 K2

    1 2

    4 3

    5 6

    8 7

    9 dst.

    Random dilakukan untuk menentukan ragam metode pembelajaran pada

    kedua kelompok.

    C. Variabel Penelitian

    Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penelitian ini terdiri dari beberapa variabel.

    Menurut Sugiyanto (1995 : 17) variabel adalah suatu konsep yang dapat ditempatkan

    dalam berbagai nilai yang berbeda. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas :

    1. Variabel bebas (independent) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain, variabel

    bebas dalam penelitian ini adalah :

    a. Mengajar shooting bola basket dengan gaya komando.

    b. Mengajar shooting bola basket dengan gaya resiprokal.

    2. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain. Dalam

    penelitian ini variabel terikatnya adalah kemampuan shooting bola basket.

    D. Definisi Operasional Variabel

    1. Gaya Mengajar Komando

  • xliii

    Gaya mengajar komando merupakan bentuk mengajar yang dititik beratkan

    pada guru. Siswa melakukan tugas gerak sesuai dengan instruksi dari guru.

    2. Gaya Mengajar Resiprokal

    Mengajar gaya resiprokal merupakan bentuk mengajar yang menekankan pada

    siswa. Guru telah mendesain tugas gerak yang memungkinkan siswa memberikan umpan

    balik terhadap keterampilan siswa lainnya.

    3. Kemampuan Shooting Bola Basket

    Kemampuan shooting bola basket merupakan bentuk unjuk kerja siswa untuk

    melakukan shooting ke dalam ring bola basket berdasarkan peraturan yang berlaku.

    E. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi penelitian adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto

    Kabupaten Wonogiri tahun 2010 yang berjumlah 90 siswa yang terbagi dalam 5 kelas.

    2. Teknik Pengambilan Sampel

    Agar sampel yang diperoleh dapat mewakili populasi, maka dalam penentuan

    besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Widodo J. Pudjiraharjo (

    1996 : 57 ) sebagai berikut :

    222

    22

    SZdNSxzN

    n+

    =

    Keterangan :

    n = Besarnya sampel

    N = Besarnya populasi

    Z = Nilai Standar normal yang besarnya tergantung a ,bila a = 0.05

    maka z =1.67, bila a = 0.01, maka z = 1.96

    S = besarnya varians ( = SD2 +)

    D = besarnya penyimpangan yang masih dapat di tolerer ( semakin kecil

  • xliv

    d, akan semakin tinggi penelitian, d = 0.1 % )

    Dalam penelitian ini populasi yang digunakan sejumlah 90 subyek sedangkan

    jumlah sampel berdasarkan rumus diatas diperoleh rumus sejumlah 30 siswa dengan

    proporsional random dari 5 kelas. ( penghitungan terlampir )

    Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan dengan tiga kali latihan

    dalam satu minggu. Sugiyanto dan Sudjarwa (1992 : 358) menyatakan Banyak waktu

    yang tersedia untuk berlatih atau mempraktekkan gerakan merupakan aspek penting dalam

    situasi belajar mengajar keterampilan gerak. Perencanaan pengajaran harus selalu

    mempertimbangkan waktu yang tersedia. Waktu yang tersedia bisa dihitung dalam satuan

    menit, jam pelajaran, hari, minggu, bulan atau semester. Pendapat lain dikemukan Rusli

    Lutan (1988 : 427) Struktur pengajaran terdiri dari tiga bagian utama yaitu (1)

    pendahuluan/pemanasan, (2) inti dan, (3) penenangan.

    Sedangkan waktu yang diterapkan dalam penelitian ini (program yang dibuat)

    mengacu pada waktu atau jam pelajaran pendidikan jasmani umumnya, Rusli Lutan dan

    Adang Suherman (2000 ; 3 4) menyatakan :

    Rata-rata frekuensi mengajar penjas dalam seminggu adalah satu kali dengan jumlah waktu 2 x 30 menit atau 60 menit. Memang betul waktu tersebut dalam pertemuan rasanya cukup banyak. Tetapi manakala guru harus mempertimbangkan tercapainya tujuan pengajaran, misalnya : agar siswa dapat melakukan permainan bola besar waktu tersebut relatif singkat. Jangankan agar siswa dapat melakukan teknik dasar permainan dengan baik dan benar, terkadang agar seluruh isi pelajaran dapat disampaikan saja terkadang dirasakan masih sangat kurang. Kalaupun ada beberapa siswa dapat melakukan teknik dasar dengan baik dan benar, hal itu terkadang (kalau kita mau jujur) bukan efek dari pemberian PBM, akan tetapi siswa tersebut memang sebelumnya sudah mampu melakukan materi yang diajarkan tersebut.

    Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, belajar satu kali dalam satu

    minggu dengan waktu 60 menit suatu teknik shooting bola basket tidak akan mencapai

    hasil seperti yang diharapkan. Namun pada umumnya suatu keterampilan akan dikuasai

    dengan baik minimal seminggu belajar atau berlatih tiga kali. Dengan belajar 3 kali dalam

    satu minggu secara teratur selama 6 minggu memungkinkan sudah menampakkan pengaruh

    yang berarti terhadap peningkatan kemampuan shooting bola basket. Untuk mengetahui

    peningkatan kemampuan shooting bola basket dilakukan tes akhir atau post-test.

    F. Teknik Pengumpulan Data

  • xlv

    Data kemampuan shooting bola basket diperoleh dengan tes kemampuan shooting

    dengan ketepatan menembak dari Imam Sodikun, ( 1992 : 64).

    G. Teknik Analisis Data

    1. Mencari Reliabilitas

    Untuk mencari reliabilitas tersebut dengan menggunakan rumus dari Kirkendall &

    Johnson, sebagai berikut :

    Subject

    ErrorSubject

    MS

    MSMSR

    -=

    (Barry L. Johnson/Jack K. Nelson, 1986:53)

    2. Uji Prasyarat Analisis Data

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors (Sudjana, 1992:

    466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah sebagai berikut :

    1). Pengamatan X1, X2,., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,, Zn dengan

    menggunakan rumus :

    SXX

    Z ii-

    =

    Keterangan :

    X1 = Nilai tiap kasus

    X = Rata-rata

    S = Simpangan baku.

    2). Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

    dihitung peluang F(Zi) = P(Z Zi).

  • xlvi

    3). Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi.

    Jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka :

    S (Zi) = n

    ZyangZZZbanyaknya in ,,, 21 KK

    4). Hitung selisih F(Zi) S(Zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.

    5). Ambil harga yang paling besar diantara harga harga mutlak selisih tersebut. Sebuah

    harga terbesar ini merupakan L. hitung.

    b. Uji Homogenitas

    Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang lebih besar

    dengan varians yang lebih kecil. Adapun rumusnya yang digunakan menurut Sutrisno Hadi

    (1988 : 389) adalah :

    ktSDbsSD

    dbvkFdbvb 22

    : =

    (Sutrisno Hadi, 1988: 389)

    Keterangan :

    dbvb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar dbvk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil dbvb : dvbk = derajat kebebasan KE 1 dan KE 2

    SD2bs = standar deviasi KE 1

    SD2kt = standar deviasi KE 2

    3. Uji Perbedaan

    Untuk menghitung perbedaan peningkatan kesegaran jasmani dengan

    menggunakan rumus t-test dari Thomas dan Nelson (2001:137) sebagai berikut :

  • xlvii

    )1(

    2

    -S

    =

    NNxd

    Mdt

    Keterangan :

    t = Nilai perbedaan Md = Mean deviasi

    d2 = derajat perbedaan N = jumlah sampel

    Mengkonsultasikan hasil t-test dengan t-tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db

    = N 1. Jika thitung < ttabel = 5%, maka Ho ditolak. Artinya tidak ada perbedaan pengaruh

    antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal pada siswa kelas VIII SMP

    Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.

    Jika thitung > ttabel = 5%, maka Hi diterima. Artinya ada perbedaan pengaruh antara

    gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2

    Jatiroto Kabupaten Wonogiri tahun 2010.

    Untuk mencari peningkatan kemampuan shooting bolabasket dari tes awal ke tes

    akhir digunakan rumus dari Jerry R. Thomas dan Jack K. Nelson ( 1990 : 136 ) sebagai

    berikut :

    Nilai peningkatan hasil latihan = %100xpretestMean

    differentMean

    Dimana Mean different = mean posttest - mean

  • xlviii

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Deskripsi Data

    Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpres-tasinya.

    Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal

    dan tes akhir kemampuan shooting bola basket.

    Deskripsi hasil analisis data kemampuan shooting bola basket yang dilakukan

    pada kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut :

    Tabel 1. Deskripsi Data Hasil kemampuan shooting bola basket

    Rata-Rata dan Simpangan Baku kemampuan shooting bola basket

    Test Gaya Mengajar Komando Gaya Mengajar Resiprokal

    Tes Awal X1 = 26,65 SD X1 = 4,793362

    X2 = 26,708 SDX2 = 4,54335

    Tes Akhir

    Y1 = 31,2 SD Y1 = 3,503382

    Y2 = 28,4 SDY2 = 4,096211

    Gambar 3. Rata-Rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Tes Shooting Bola Basket

    Keterangan: X1 : Tes Awal Kelompok Gaya Mengajar Komando

  • xlix

    X2 : Tes Awal Kelompok Gaya Mengajar Resiprokal

    Y1 : Tes Akhir Kelompok Gaya Mengajar Komando Y2 : Tes Akhir Kelompok Gaya Mengajar Resiprokal

    B. Uji Prasyarat Analisis

    1. Uji Reliabilitas

    Sebelum digunakan sebagai tes dalam penelitian ini, Tes kemampuan shooting

    bola basket dicari reliabilitasnya dengan uji reliabilitas Anava I jalur. Adapun hasil

    pengujian tersebut seperti dalam tabel berikut :

    Tabel 2. Hasil uji reliabilitas

    Tes Nilai Reliabilitas Kategori

    Tes Awal shooting 0,932 Tinggi Sekali

    Tes Akhir shooting 0,957 Tinggi Sekali

    Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilita hasil tes tersebut menggunakan

    tabel korelasi koefisien dari Book Walter, yang dikutip Mulyono B ( 1992: 22), yaitu:

    Tabel . 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas

    Kategori Validita Reliabilita Obyektivita Tinggi sekali

    Tinggi Cukup Kurang

    Tidak signifikan

    0.80 1 0.70 0.79 0.50 0.69 0.30 0.49 0.00 0.29

    0.90 1 0.80 0.89 0.60 0.79 0.40 0.59 0.00 0.39

    0.95 1 0.85 0.94 0.70 0.84 0.50 0.69 0.00 0.49

    Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat

    analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.

    2. Uji Normalitas

    Sebelum dilakuakn analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas

    data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang

    dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai

    berikut:

  • l

    Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas

    Kelompok N M SD Lhitung Lt 5% K1 15 2,80 1,146409 0,16409 0,220

    K2 15 2,60 1,121224 0,17039 0,220

    Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K1 diperoleh nilai Lhitung = 0,16409

    dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu

    0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K1 termasuk berdistribusi

    normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K2 diperoleh nilai Lhitung =

    0,17039 dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi

    5% yaitu 0,190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada K2 termasuk

    berdistribusi normal.

    3. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok

    1 dan kelompok 2. Uji homogenitas ini berfungsi sebagai persyaratan dalam pengujian

    sampel dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan

    kelompok 2 adalah sebagai berikut:

    Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data

    Kelompok N SD2 Fhitung Ft 5%

    K1 15 9,0622222 1,142937 2,14 K2 15 7,9288889

    Dari uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung = 1,142937, sedangkan dengan db = 14

    lawan 14, angka Ftabel5% = 2,14 yang ternyata bahwa nilai Fhitung

  • li

    Pengujian Hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk menguji apakah

    pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis dapat diterima atau ditolak.

    Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis t-test dengan taraf

    signifikansi 5%. Rangkuman hasil perhitungan t-test dapat dilihat pada tabel, sebagai

    berikut :

    Tabel 6 : Rangkuman Hasil T-Test kemampuan shooting bolabasket pada Taraf Signifikasi a = 0,05.

    Data t hitung t tabel Keterangan

    Antar pre-test 1,870828 2,010 Non Signifikan

    Pre & Post-test Gaya Komando 4,5162541 2,010 Signifikan

    Pre & Post-test Gaya Resiprokal 9,7273166 2,010 Signifikan

    Antar post-test 2,5667557 2,010 Signifikan

    Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan pada data hasil tes akhir kelompok Gaya

    Komando dan kelompok Gaya Resiprokal diperoleh:

    1. Hasil penghitungan sebesar 2,5667557 sedangkan angka batas penolakan hipotesis nol

    dalam tabel adalah 2,010. ternyata lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis nol,

    dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh

    kemampuan shooting bola basket dengan Gaya komando dan Gaya Resiprokal ditolak,

    berarti hipotesis pertama terbukti kebenarannya.

    2. Nilai peningkatan kelompok Gaya Resiprokal lebih baik dibandingkan dengan

    kelompok Gaya Komando, dengan nil