perbedaan kadar bod5 dan cod limbah cair …... · manajemen pengolahan limbah yang baik dan tepat...
TRANSCRIPT
i
i
PERBEDAAN KADAR BOD5 DAN COD LIMBAH CAIR SEBELUM DAN
SESUDAH PENGOLAHAN DI RSUD KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Oleh
IKE PUJIASTUTI
NIM. R0206073
PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.
Surakarta, Juli 2010
Ike Pujiastuti
NIM. R0206073
iv
ABSTRAK
IKE PUJIASTUTI 2010. “PERBEDAAN KADAR BOD5 DAN COD PADA LIMBAH CAIR SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI RSUD KARANGANYAR”.
Limbah cair di RSUD Karanganyar dapat menyebabkan penyakit infeksi dan pencemaran lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik. Untuk mengurangi potensi bahaya terhadap lingkungan, maka harus diperlukan manajemen pengolahan limbah yang baik dan tepat dari instalasi pengolahan air limbah atau Unit Pengolahan Air Limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetaui instalasi alat pengolahan air limbah (IPAL) sudah berfungsi secara efektif dan efesien. perbedaan kadar BOD5 dan COD pada air limbah sebelum dan sesudah pengolahan di RSUD Karanganyar, merupakan tolak ukur yang akan diteliti.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dan menggunakan penelitian cross sectional. Sampel diambil pada dua titik yaitu pada bak inlet dan bak outlet.
Hasil penelitian ada perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata kadar BOD dan COD sebelum dan sesudah pengolahan mengalami penurunan BOD:67,91% dan COD :74,02% sedangkan nilai p:0,005 yaitu (p<0,05).
Kesimpulan hasil penelitian bahwa pengolahan air limbah secara biologi di RSUD Karanganyar dapat efektif dan efisien, dan perlu dipertahankan tidak hanya dioperasionalkan pada saat akan ada peninjauan kunjungan kerja. peningkatan pemeliharaan terhadap alat serta melakukan pengoperasian alat sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan sesuai dengan prosedur kerja yang ada.
Kata kunci : BOD,COD,Limbah Cair, IPAL
v
ABSTRACT
IKE PUJIASTUTI 2010. “DIFFERENCE OF THE CONTENT OF BOD5 AND COD ON THE WASTE WATER BEFORE AND AFTER THE TREATMENT IN RSUD KARANGANYAR”..
The hospital waste water is pontesial as a Karanganyar of the diseases infection and environmental pollution., it’s not management be agood.To reduce the potential. there should be a good and proper management existence of the waste water treatment installation or the waste water treatment unit. This research is objected to study about the funtion waste water treatment installation (IPAL) effectif and efficient. This research is objected study difference of the contents of BOD5 and COD on the waste water before and after treatment in RSUD Karanganyar.
This research was an observational investigation, and a cross sectional research. The sample were taken from 2 points that was on the inlet bath and the outlet bath.
There were significant differences before and after the treatment for the avarage of BOBD5 and COD content BOD5: 67,91% and COD: 74,02% whereas p: 0,005 that is (p<0,05).
Its conclude that performance of waste water treatment pland ad RSUD Karanganyar can be effective and efficient, and need to defence to improve the maintenance of the machines operation in accordance with the working procedure.
Keywords:BOD5,COD,Waste Water, IPAL
vi
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahNya. Sehingga penulis dapat
melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul
“Perbedaan Kadar BOD5 Dan COD Limbah Cair di RSUD Karanganyar.”
Penulisan Skripsi ini dalam rangka tugas guna memperoleh gelar Sarjana
Sain Terapan dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma VI Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Selama penelitian dan penulisan Skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof, Dr..A.A. Subijanto, dr, MS, Selaku Dekan Fakultas Kedokteran
UNS Surakarta.
2. Bapak Putu Suriyasa, dr, MS, Sp.Ok, Selaku Ketua Program Kerja DIV
Kesehatan Kerja
3. Ibu Sri Hartati.H, Dra,Apt,Su selaku Dosen Pembimbing I
4. Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II
5. Ibu Yeremia Rante Ada’,S.Sos, M.Kes, selaku Dosen Pernguji.
6. Bapak Sumardiyono,SKM, M.Kes, selaku Dosen yang menjadi Tim Skripsi.
7. Bapak G Maryadi, dr, Selaku Kepala RSUD Kab. Karanganyar yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian.
vii
8. Bapak, Ibu, suami, dan kayla putriku terimakasih atas segala doa, cinta,
dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
dengan lancar.
9. Semua pihak yang membantu terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam penyusunan laporan umum ini. Tetapi besar harapan penulis agar laporan
ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa
mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam
penyempurnaan laporan ini.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................iii
ABSTRAK.....................................................................................................iv
ABSTRACT...................................................................................................v
KATA PENGANTAR...................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masala........................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 3
C. Tujuan.................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian............................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
A. Pencemaran.......................................................................... 4
B. Pencemaran Linkungan........................................................ 4
C. Pencemaran Air.................................................................... 5
D. Bahan Pencemar................................................................... 5
E. Limbah Rumah Sakit........................................................... 6
ix
F. Air Limbah......................................................................... 6
G. Jenis Limbah Rumah Sakit.................................................. 6
H. Pengolahan Air Limbah....................................................... 8
I. Pengolahan Limbah Secara Biologi.................................... 10
J. Pengolahan Limbah Dengan Sistem Kolam........................ 10
K. Pengolahan Limbah Dengan Sistem Kolam Aerobik.......... 11
L. Pengolahan Limbah Dengan Sistem Anaerobik.................. 11
M. Sistem Pengolahan Limbah di RSUD Karanganyar............ 11
N. Parameter Limbah Rumah sakit........................................... 13
O. PH........................................................................................ 14
P. Suhu..................................................................................... 14
Q. BOD(Biological Oxigen Demand)...................................... 14
R. COD(Chimical Oxigent Demand)....................................... 17
S. Kerangka Pemikiran............................................................ 19
T. Hipotesis.............................................................................. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................... 20
A. Metode Penelitian................................................................ 20
B. Lokasi dan Waktu................................................................ 20
C. Subyek Penelitian.................................................................20
D. Teknik Sampling..................................................................21
E. Cara Pengambilan dan Penempatan Limbah....................... 21
F. Identifikasi Variabel Penelitian............................................26
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian.............................26
x
H. Desain Penelitia.................................................................. 28
I. Instrumen Penelitian........................................................... 28
J. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data................................ 29
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................... 30
A. Gambaran Umum Perusahaan............................................. 30
B. Hasil Pengukuran Kadar BOD5 dan COD........................... 30
BAB V PEMBAHASAN....................................................................... 31
A. Kadar BOD5 ...................................................................... 36
B. Kadar COD........................................................................ 37
C. Hubungan Kadar BOD5 dan COD.................................... 38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................... 40
A. Kesimpulan........................................................................ 40
B. Saran.................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 41
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Uji normalitas BOD5.................................................................. 33
Tabel 2. Hasil Uji normalitas COD.................................................................... 33
Tabel 3. Hasil Uji Paired samples t-test sebelum dan Sesudah........................... 33
Tabel 4. Hasil pengukuran BOD5....................................................................... 34
Tabel 5. Hasil Pengukuran COD........................................................................ 34
Tabel 6. Hubungan Kadar BOD5 dan COD……................................................. 38
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran........................................................................ 19
Gambar 2. Desain Penelitian............................................................................. 28
Gambar 3. Diagram blog kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan....... 31
Gambar 4 Diagram blog COD sebelum dan sesudah pengolahan.................... 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kesehatan rujukan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian( SK Gubernur Jatim No 61/1999). Dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tentunya rumah sakit
menghasilkan bahan-bahan yang bersifat infeksius ataupun yang bersifat non
infeksius berupa gas, cair dan padat yang dihasilkan dari tiap unit seperti
ruang perawatan, ruang poliklinik, laboratorium, tempat cuci linen, dapur,
kamar mandi, dan kamar mayat. Kegiatan tersebut tidak dapat dihindari
adanya hasil samping produksi yaitu limbah, sehingga perlu penanganan yang
baik dan benar.
Lingkungan hidup menurut UU RI No 23 tahun 1997 adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Sehingga pembangunan
rumah sakit juga harus memperhatikan lingkungan sekitar agar seimbang.
Pengolahan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarkat dari
bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Efek
negatif yang mungkin timbul sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang
2
tidak sehat karena pengolahan limbah rumah sakit yang kurang sempurna,
diantaranya: adanya bakteri patogen yang menyebabkan penyakit. Air limbah
rumah sakit memiliki potensi yang berbahaya bagi kesehatan maka perlu
penanganan air limbah yang baik dan benar, yaitu dengan adanya instalasi
pengolahan air limbah. Oleh karena itu pembangunan rumah sakit harus
disertai dengan pengawasan, pemantauan, dan perhatian terhadap limbah
rumah sakit yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat,
cair, dan gas yang bersifat infeksius maupun non infeksius. Dan limbah yang
berasal dari dapur dan tempat cuci.
Untuk mengetahui kualitas limbah, maka hasil akhir limbah di uji
laboratorium. Parameter limbah rumah sakit dibandingkan dengan baku mutu
yang diperkenankan. Seperti BOD5, COD ,suhu, dan pH.
Dari hasil survei awal limbah cair di RSUD Karanganyar pada bulan
Pebruari 2010. Didapatkan hasil BOD5 sebelum pengolahan 95,5mg/l dan COD
sebesar 76 mg/l, dan BODs sesudah pengolahan 165 mg/l dan COD 124 mg/l.
Kadar BOD5 dan COD yang diperbolehkan pada air limbah industri
berdasarkan Peraturan daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor : 10 tahun 2004
tentang baku mutu air limbah rumah sakit untuk parameter maksimum kadar
BOD5 30 mg/l sedangkan untuk kadar COD adalah 80 mg/l.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan selanjutnya penulis ingin
meneliti mengenai perubahan kadar BOD5 dan COD kimbah cair sebelum dan
sesudah diolah di RSUD Karanganyar.
3
RSUD Karanganyar merupakan rumah sakit yang terletak ditengah-tengah
pemukiman dan masyarakat sekitar rumah sakit masih banyak yang
menggunakan air sumur artesis. Untuk itu perlu pengelolaan limbah rumah
sakit dengan baik untuk mengurangi dampak terhadap warga.
Dalam penelitian ini yang dilakukan hanya mengukur parameter BOD5
dan COD saja tanpa mengukur pH dan suhu. Karena keterbatasan waktu
penelitian yang tersedia.
B. Perumusan Masalah
Apakah ada perbedaan kadar BOD5 dan COD limbah cair sebelum dan
sesudah pengolahan di RSUD Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan kadar BOD5 dan COD limbah cair sebelum
dan sesudah pengolahan di RSUD Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Diharapkan bahwa pengelolaan limbah cair rumah sakit yang baik
dapat menurunkan kadar BOD5 dan COD .
b. Aplikatif
Diharapkan pihak rumah sakit tetap meningkatkan IPAL agar limbah
cair yang diolah tersebut melebihi baku mutu yang diperbolehkan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencemaran
Definisi pencemaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
proses, cara, perbuatan mencemari atau mencemarkan, pengotoran lingkungan
(Lukman Ali, dkk, 1995). Definisi pencemaran lingkungan hidup berdasarkan
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 angka 12
adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang
atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (H. J. Mukono, 2000).
B. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak
menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan pola
penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan–bahan fisika dan
kimia, dan jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi langsung
manusia, atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian, peternakan, benda–
benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam bebas (A. Tresna
Sastrawijaya, 2000).
5
C. Pencemaran Air
Menurut Peraturan Pemerintah RI no. 20 tahun 1990, pencemaran air
adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lainnya ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang membahayakan, yang mengakibatkan air
tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya (H. J. Mukono, 2000).
D. Bahan Pencemar
Bahan pencemar adalah bahan yang berrpotensi mengakibatkan
berubahnya kualitas lingkungan baik fisik dan nonfisik yang meliputi sebagai
berikut ;
1. Bahan buangan organik
Bahan buangan organik biasanya dapat berupa limbah yang dapat
membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat
mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba
patogen pun dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.
2. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik pada umumnya limbah yang tidak bisa
membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan
anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan
jumlah ion logam di dalam air, maka hal ini akan mengakibatkan air
bersifat sadah karena mengandung ion kalsium (Ca) dan ion magnesium
6
(Mg). Selain itu ion-ion tersebut dapat bersifat racun seperti timbal (Pb),
arsen (As) dan air raksa(Hg) yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
3. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya seperti bahan pencemar
sabun, bahan pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit
dan zat radioaktif, zat kimia ini di dalam air merupakan racun yang
mengganggu dan dapat mematikan hewan air, tanaman air dan mungkin
juga manusia.
E. Jenis-Jenis Limbah Rumah Sakit.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 maka limbah
dapat dibedakan menjadi ;
1. Limbah Rumah Sakit
Semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk
padat, cair, dan gas.
2. Limbah Padat Rumah Sakit
Semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
3. Limbah Medis Padat
Limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kontainer bertekanan,dan limbah dengan kandungan
logam berat.
7
4. Limbah Padat Non Medis
Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis
yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
5. Limbah Infeksius
Limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin
ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi
yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
6. limbah Cair
Semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun,
dan radioaktif yang bebahaya bagi kegiatan.
F. Pengolahan Air Limbah
Pengolaan air limbah memiliki peranan penting dalam penurunan kadar
parameter limbah rumah sakit.
1. Tujuan Pengolahan air Limbah
Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurangi BOD5
partikel tercampur, serta membunuh organisme patogen.
Pengolahan tambahan diperlukan untuk menghilangkan bahan nutrisi,
komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasi, agar
konsentrasi yang ada menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan
secara bertahap agar bahan tersebut diatas dapat dikurangi (Sugiharto,
8
1987). Adapun tujuan pengolahan air limbah menurut Unus Suriawiria
(1993) yaitu:
a. Ditinjau dari segi kesehatan untuk menghindari penyakit menular,
karena air merupakan media terbaik untuk kelangsungan hidup
mikroba penyebab penyakit menular. Ditinjau dari segi estetika untuk
melindungi air terhadap bau dan warna yang tidak menyenangkan atau
tidak diharapkan.
b. Ditinjau dari segi kelangsungan kehidupan di dalam air, misalnya
untuk kelompok hewan dan tanaman air.
2. Klasifikasi Pengolahan Limbah
Menurut Unus Suriawiria (1993), berdasarkan karakteristik air,
pengolahan air limbah dibagi menjadi tiga cara utama, yaitu pengolahan
buangan secara fisis, kimiawi, dan biologis.
a. Pengelolaan Pendahuluan
Pengolahan ini digunakan untuk memisahkan padatan kasar,
mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau lemak, dan
proses menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung.
Unit yang terdapat dalam pengolahan pendahuluan adalah saringan,
pencacah, bak penangkap pasir, penangkap lemak dan minyak, dan bak
penyetaraan (H. M. Soeparman dan Suparmin, 2001).
b. Pengolahan Pertama
Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi
kandungan padatan tersuspensi melalui proses pengendapan
9
(sedimentation). Bahan kimia dapat ditambahkan untuk menetralisir
dan meningkatkan kemampuan pengurangan padatan tersuspensi. Unit
ini dapat mengurangi BOD5 dapat mencapai 35%. Pengurangan BOD
dan padatan tahap awal ini akan membantu mengurangi beban
pengolahan tahap kedua.
c. Pengolahan Tahap Kedua
Pengolahan ini berupa aplikasi proses biologis yang bertujuan
untuk mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis.
Proses biologis yang dipilih didasarkan atas pertimbangan kuantitas
limbah cair yang masuk unit pengolahan, kemampuan penguraian zat
organik yang ada pada limbah tersebut. Pada unit ini diperkirakan
terjadi pengurangan kadar BOD5 dari 35% - 95%, dan bergantung pada
kapasitas unit pengolahnya. Unit yang biasa digunakan dalam
pengolahan tahap kedua adalah saringan tetes (trickling filter), unit
lumpur aktif, kolam stabilisasi.
d. Pengolahan Tahap Ketiga atau Tahap Lanjutan
Pengolahan ini difungsikan sebagai upaya peningkatan kualitas
limbah cair dari pengolahan tahap kedua agar dapat dibuang ke badan
air penerima dan penggunaan kembali effluen tersebut. Selain masih
dibutuhkan untuk menurunkan kandungan BOD5 juga dimaksudkan
untuk senyawa nitrogen melalui proses ammonia stripping (H. M.
Soeparman dan Suparmin, 2000).
10
e. Pembunuhan Kuman
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Mekanisme
pembunuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya
dan mikroorganisme itu sendiri (Sugiharto).
G. Sistem Pengolahan Limbah
1. Pengolahan Limbah Secara Biologis
Pengolahan air limbah secara biologis adalah proses dengan
mengikutsertakan aktivitas dan kemampuan jasad hidup (mikroba) (Unus
S, 1993). Proses pengolahan limbah secara biologis akan menghasilkan
indikator biologis, yang terdiri dari jenis–jenis mikroba yang berperan
adalah bakteri, mikro-algae, dan protozoa.
2. Pengolahan Limbah Dengan Sistem Kolam
Kolam merupakan sistem penanganan limbah yang paling sederhana.
Banyak digunakan dalam menangani limbah kota dan limbah pertanian.
Jenis-jenis kolam dapat digolongkan dalam fakultatif, aerobik, anaerobik,
atau aerasi.
3. Pegolahan Limbah Dengan Sistem Aerobik
Sistem penanganan limbah secara aerobik digunakan sebagai pencegah
timbulnya masalah bau selama penganan limbah, agar memenuhi
persyaratan efluen dan untuk stabilisasi limbah sebelum dialirkan ke dalam
lahan.
11
4. Pegolahan Limbah Dengan sistem Anaerobik
Proses anaerobik pada hakikatnya adalah proses yang terjadi karena
aktivitas mikroba dilakukan pada saat tidak terdapat oksigen bebas.
Analognya, proses ini meniru mekanisme proses yang terjadi pada perut
binatang yaitu proses pencernaan secara anaerobik. Produk akhir dari
proses permentasi ini adalah gas metana( CH4 ).
5. Sistem Pengolahan Limbah di RSUD Karanganyar
a). Bak Penyaring
Bentuk dari bak penyaring ini berupa bak penyaring kasar, bak
penangkap lemak dan bak penagkap pasir. Limbah cair yang ada di
seluruh Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Karanganyar di tampung
dalam bak penampung kemudian di alirkan ke bak penyaring yang
berfungsi menyaring sampah padat yang ikut.
b). Bak Equalisasi
Sebelum air limbah menuju bak Equalisasi dibubuhi Tawas yang
fungsinya untuk proses kuagulasi dan flowkulasi kimia, yang dapat
mereduksi padatan terlarut 70-80%BOD. Di bak Equalisasi ini, limbah
cair dialirkan dengan cara digrojogkan agar kadar Oksigen terlarut
dalam limbah meningkat dan dapat membantu dalam proses aerasi.
Bak equalisasi berfungsi untukmenstabilkan atau meratakan debit, dan
untuk menyeragamkan komposisi limbah cair.
12
c). Bak An Aerob.
Berfungsi untuk merombak zat-zat organik dalam limbah dengan
secara biokimiawi dengan bantuan mikro orgasnisme perombak yang
bersifat An Aereob. Didalam hasil perombakan menghasilkan energi
mikroorganisme baru.
d). Bak Aerasi I dengan Sistem Spyer.
Bertujuan untuk menambah kandungan oksigen dalam air limbah.
Bak ini burtujuan untuk menumbuhkan dan mengaktifkan
mikroorganisme pengurai atau pemakanlimbah baru.
e). Bak Aerasi II
Menyempurnakan proses di bak aerasi I dan mekanisme aerasi
dijalankan dengan recycle sehingga lumpur diolah kembali dan pada
proses berikutnya terjadi pengurangan endapan.
f). Bak Pengendapan.
Prinsip dari bak ini yaitu pengendapan lumpur yang terkandung
dalam limbah yang terbentuk dengan cara air dengan koagulan yang
membentuk flog untuk recycle dan membentuk beningan.
g). Bak Trikling Filter
Pada unit filtrasi ini digunakan 3 media saring/Filter, yaitu kerilkil,
pasir kuarsa, Zeolit dan karbon aktif. Unit ini digunakan untuk
menyaring sebelum dibuang ke lingkungan.
13
h). Bak Indikator/Kolam Stabilisasi.
Bak ini di isi dengan tumbuhan enceng gondok dan ikan sebagai
uji biologis.
i). Bak out let dengan pembubuhan kaporit disinfektan.
Akhir dari proses pengolahan limbah di sini sebelum di buang ke
sungai dengan penambahan disinfektan kaporit yang berfungsi untuk
menekan TSS (Total Suspended Solid), karena pada pengujian air
limbah sebelum penambahan kaporit menunjukkan TSS melebihi Baku
Mutu air liumbah, data pengujian air limbah dapat dilihat pada
lampiran 14.
j). Kolam uji coba
Kolam uji coba yaitu kolam yang digunakan untuk mendeteksi
parameter limbah cair ada penurunan atau kenaikan kadarnya,
sehingga layak dan dibuang keperairan sekitar misal sungai. Dengan
menggunakan ikan nila.
H. Parameter Limbah Rumah Sakit
Parameter limbah rumah sakit yang terakreditasi berdasarkan Kepmenkes
Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004) yaitu BOD, COD, suhu, TSS, phospat,
pH, dan NH3 bebas.
14
I. PH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu Iarutan didefinisikan sebagai
logaritm aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional.[1]
J. Suhu
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda.
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer.
K. BOD ( Biochemical Oxygent Demand )
BOD atau BOD5 adalah suatu analisis empiris yang mencoba mendekati
secara global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat
air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis (G.
Alerts dan SS santika, 1987).
1. Prinsip Analisa
CnHaObNc + (n +4a
- 2b
- 43c
) O2 nco2 + (2a
-23c
)H2O+cNH, zat
organis oksigen bakteri
15
Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari di mana 50 %
reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 70 % dan 20 hari supaya 100 %
tercapai. Reaksi biologi pada tes BOD dilakukan pada temperatur inkubasi
200 C dan dilakukan selama 5 hari, hingga mempunyai istilah yang
lengkap BOD5 20(angka 20 berati temperatur inkubasi dan angka 5
menunjukkan lama waktu ingkubasi).
2. Manfaat Pengukuran BOD5
Pemeriksaan BOD5 diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem
pengolahan biologis pada air yang tercemar tersebut (G. Alaerts dan Sri
S.S,1987: 159). Pengujian BOD5 yang dapat diterima adalah pengukuran
jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam waktu lima hari oleh
organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah pada suhu 20o C.
Pengujian dilakukan dengan mengencerkan suatu contoh air beroksigen
banyak dan kemudian ditentukan oksigen terlarutnya. Sebagian larutan
ditempatkan di ruang gelap pada suhu 200 C untuk lima hari dan
kemudian ditentukan oksigen terlarutnya. BOD5 dihitung dari selisih
antar oksigen terlarut sebelum dieramkan selama lima hari dengan
oksigen terlarut setelah lima hari (A. Tresna S., 2000).
Uji coba BOD5 merupakan salah satu dari uji coba yang penting
untuk mengetahui kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri,
selokan – selokan, dan air yang telah tercemar. BOD5 secara luas
digunakan untuk menentukan daya pencemaran atau kekuatan air limbah,
16
maksudnya jumlah oksigen yang akan dibutuhkan apabila dibuang ke
dalam air alamiah atau perairan umum (U. N. Mahida,1986). Analisa
yang digunakan untuk mengetahui kadar BOD5 dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut (G. Alaerts dan Sri S. S, 1987) :
a. Metode titrasi dengan cara Winkler (di laboratorium)
b. Metode elektrokimia, dengan DO-meter yang menggunakan sebuah
elektroda membran.
Pengambilan sampel secara baik dan representatif harus diperhatikan.
Sampel air untuk keperluan analisa oksigen terlarut dituangkan dengan
hati-hati (mencegah masuknya udara) ke dalam botol khusus, yaitu botol
winkler. Botol tersebut mempunyai volume 250-300 ml, memiliki leher
sempit dengan tutup dari bahan gelas. Botol tersebut harus terisi penuh
dengan sampel air, dan tidak boleh ada gelembung udara yang
terperangkap di dalamnya. Analisa oksigen terlarut harus dikerjakan
segera setelah pengambilan sampel. Apabila analisa terpaksa ditangguhkan
maka sebagian dari prosedur analisa harus dikerjakan lebih dulu, yaitu
penambahan MnSO4, KI dan H2SO4 dan langkah selanjutnya dapat
ditangguhkan untuk beberapa jam.
L. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah jumlah oxigen ( mg O2 ) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sempel air, dimana
mengoksidasi K2,Cr2,O7
17
1. Prinsip Analisa
DE
CaHbOc+Cr2O7 2- + H+ CO2 + H2O + Cr3+
Ag2SO4
(Warna kuning) (Warna Hijau)
dari zat-zat organis yang mungkin masih tersisa didalamnya.Sampel yang
Reaksi ini berlangsung 2 jam, uap direfluks dengan alat kondensor agar
zat organis volatil tidak lenyapkeluar. Funsi perak sulfat Ag2SO4 adalah
sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi. Sedang merkuri sulfat
untuk menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya ada di
dalam air. Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis
teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah
direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk
menentukan beberapa oksigen yang telah terpakai. Siasa K2Cr2O7 tersebut
ditentukan melalui titrasi dengan fero amonium sulfat(FAS), dengan
reaksi sebagai berikut:
6 Fe2+ + Cr2O7 2 + 14 H+ 6Fe3+ + 2 Cr3+ + 7H2O
Indikator feroin digunakan untuk menentukan titik akhirtitrasi yaitu di
saat warna hijau-biru larutan berubah menjadi coklat-merah. Sisa
K2Cr2O7 dalam larutan blangko adalah K2Cr2O7 awal, karena diarapkan
blangko tidak mengandung zat organis yang dapat dioksidasi oleh
K2Cr2O7.
18
2. Pengambilan dan pengawetan sampel
Gunakan botol kaca bila memungkinkan. Penggunaan botol plastik
harus bersih mengandung lumpur harus dikocok sampai merata sebelum
dianalisa, karena lumpur juga terdiri dari zat-zat organis yang harus
dioksidasikan kedalam tes COD untuk mendapatkan angka COD yang
benar. Sampel yang tidak setabilyaitu sampel yang mempunyai kadar
bakteri atau Fe2+ tinggi, harus dianalisa segera. Sampel dapat diawetkan
dengan menambahkan larutan H2SO4 pekat sampai Ph 2(kira-kira
H2SO4/l sampel.
19
M. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan : Garis tegak lurus adalah mempengaruhi terjadinya sebab akibat.
Garis putus-putus adalah yang mempengaruhi dari luar.
N. Hipotesis
Ada Perbedaan Kadar BOD5 dan COD Pada Air Limbah Sebelum dan
Sesudah Pengolahan di RSUD Karanganyar.
Variabel Bebas
Pengolahan Limbah cair
Variabel Pengganggu Tak
Terkendali
Zat Beracun
Variabel Pengganggu Terkendali
Nitrifikasi
Nutrien
Kemasukan udara
Variabel Terikat
Perubahan Kadar BOD5 dan COD
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu
penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi
Suryabrata,1989)
Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan
Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek
penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan
dilakukan pada situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 1993)
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di bak Inlet (sebelum pengolahan) dan Outlet
(sesudah pengolahan) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar
pada bulan Januari 2009 - juni 2010.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah air limbah yang diambil dari
bak inlet dan bak outlet dari RSUD Karanganyar. Waktu pengambilan pagi
hari.
21
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan pada awal penelitian ini adalah incidental
sampling berarti pemilihan sekelompok subjek yang berasal dari individu yang
kebetulan ditemui.
E. Cara Pengambilan dan Penempatan Limbah
1. Cara memasukan air limbah ke botol
Air limbah yang akan diukur kadar BOD5 dan COD dimasukkan ke
dalam botol sampel untuk mempermudah pengukuran. Botol diisi dengan
air limbah sampai penuh. Air dalam botol diusahakan tidak terdapat
gelembung udara, karena dapat menyebabkan botol kemasukan udara.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan gangguan pada pengukuran BOD5
dan COD.
2. Reagen untuk analisis BOD5
a. Air suling:tidak boleh mengandung zat beracun, seperti Cr, Cl2, dan
sebagainya.
b. Larutan bufer fosfat: Larutkan ke dalam labu takar 1 liter yang berisi
500 ml air suling, 8,5 g KH2 PO4,21 g K2HPO4 g Na2HPO4.7H2O, dan
g NH4Cl. Diencerkan dengan air suling sampai menjadi 1,000
liter,sesuaikan pH-nya sampai pH 7,2 dengan asam HCl.
c. Larutan magnesium sulfat dilarutkan kedalam labu takar 1 liter yang
berisi 500 ml air suling, 22,5 g Mg So4.7 H2Ol, diencerkan lagi dengan
air suling sampai 1,000 liter.
22
d. Larutan kalsium klorida dilarutkan dalam labu takar 1 liter yang berisi
500 ml air suling, 27,5 g CaCl2 dan diencerkan lagi dengan air suling
sampai menjadi 1,000 liter.
e. Indikator feriklorida dilarutkan dalam labu takar dengan air suling 0,25
g FeCl3.6 H2O dan diencerkan dengan air suling lagi.
f. Larutan basa NaOH atu KOH dan asam HCl atau H2SSO4 1 N untuk
menetralkan sample air yang bersifat asam atau basa sampai pH-nya
berkisar antara 7,0-7,6.
g. Bubuk inhibitor nitrifikasi: N-surve, allytio-ureum(ATU) (Merk) atau
Nitrification inhibator 2533.
h. Benih (Inoculum,seed).
3. Reagen untuk analisis COD
a. Larutan standart kalium dikromat 0,050N: labu takar 1 l untuk
melarutkan 12,259 g K2Cr2O7* p.a.(yang telah dikeringkan dalam oven
1050C selama 2 jam dan didinginkan dalam desikator untuk
menghilangkan kelembababn), ditambah air sulingsampai 1000 ml.
b. Perak sulfat. (bubuk Ag2SO4).
c. Asam sulfat: specific gravity 1,84, H2SO4.
d. Reagen asam sulfat(H2SO4) yang telah ditambah 10 g Ag2SO4 per 1
asam.
e. Larutan standart fero amonium sulfat (titran) 0,10 N : larutan 39 g
F(NH4)2 (SO4)2.6H2O dalam 100 ml air suling, dan ditambah 20 ml
23
H2SO4 pekat, setelah didinginkan ditambah air sulin 1 liter dan
distandartkan dengan larutan standart kalium dikromat(KCr2O7).
4. Pengukuran kadar BOD5.
Sampel air yang akan diukur kadar BOD5 paling lama 2 jam setelah
setelah pengambilan sampelnya. Jika hal ini tidak mungkin, sampel harus
disimpan pada suhu ± 4oC selama paling lama 24 jam. Adapun tahapan
pengukuran BOD5 dengan metode titrasi Winkler sebagai berikut (G
Alaerts dan Sri Sumestri, 1987);
a. Sampel yang bersifat asam atau basa dinetralkan.
b. Sampel yang mengandung oksigen yang melebihi kejenuhan
diturunkan kadar oksigennya dengan cara pengocokan.
c. Sampel diencerkan. Jumlah oksigen dalam botol terbatas, maksimum 9
mg O2/l tersedia, dan untuk oksigen terlarut pada akhir masa inkubasi
antara 3 dan 6 mg O2/l. Karena kadar BOD5 tidak diketahui terlebih
dahulu, beberapa pengenceran dicoba dengan serempak agar setelah
inkubasi selama 5 hari paling sedikit 1 sampel masih mengandung
antar 3 dan 6 mg O2/ l, sehingga analisa sampel memerlukan 3
pengenceran R, S, dan T. Botol tidak diperkenankan ada gelembung
udaranya.
d. Botol BOD diisi dengan air pengencer (larutan kerja) serta benihnya
sebagai blanko lalu disimpan dalam inkubator (suhu 20o C ± 1o C)
selama kira-kira 1 jam. Jika suhu larutan tersebut sebelumnya lebih
tinggi daripada 20o C, maka akan terjadi penurunan volume dalam
24
botol. Setelah 1 jam botol tersebut dibuka sebentar lalu diisi dengan air
pengencer sehingga di dalam botol tertutup tidak ada gelembung
udara. Satu blanko untuk menentukan BOD air pengencer.
e. Separuh dari botol-botol tersebut disimpan terus di dalam inkubator
dengan suhu 20o C selama 5 hari. Botol lainnya dikeluarkan untuk
analisa oksigen terlarut.
f. Analisa oksigen terlarut dilakukan pada saat t = 0 hari (setelah botol
disimpan 1 jam dalam inkubator untuk mendapatkan suhu 20o C) dan
pada saat t = 5 hari.
5. Pengukuran kadar COD
Pemeriksann COD bila taksiran COD sampel > 800 mg O2 /l, maka
sampel harus diencerkan dengan air suling hingga COD berada sekitar 50
sampel sampai 800 mg O2 /l. Bila taksiran sudah berda sekitar angka-
angka tersebut, maka cara kerja adalah sebagai berikut
a. Pindahkan kurang lebih 0,4 g HgSO4 kedalam gelas erlenmeyer COD
250 ml.
b. Masukkan 5 atau6 batu didih yang telah dibersihkan terlebih dahulu ke
dalam gelas erlenmeyer tersebut.
c. Tambahkan larytan sampel(atau larutan sampel yang sudah diencerka
dengan air suling) sebanyak 20 ml.
d. Tambahkan K2Cr7O7 0,25 N sebanyak 10 ml.
25
e. Siapkan 30 ml reagen sulfat perak pindahkan dengan dispenser
sebanyak 5 ml reagen H2SO4 tersebut kedalam gels erlenmeyer COD .
Kocok perlahan-lahan dan hati-hati untuk mencegahpenguapan.
f. Alirkan air dingin pada kondensor dan letakkan gelas erlenmeyer COD
di bawah kondensor.Tuangkan sisa reagen H2SO4 dari butir 5 yaitu 25
ml, melalui kondensorkedalam gelas erlenmeyer COD sedikit demi
sedikit dengan menggunakan dispenser. Dan selama ini digoyang-
goyangkan agar semua reagen dan sampel tercampur.
g. Tempatkan kondensor dengan gelas erlenmeyer COD atau pemanas
busen. Nyalakan alat pemanas dan refluks larutan selama 2 jam.
h. Biarkan gelas refluks dingin dahulu , kemudian bilas kondensor
dengan air suling sebanyak kira kira 25-50 ml.
i. Lepaskan gelas refluks dari kondensor, dinginkan larutan kemudian
encerkan larutan yang tela direfluks tadi sampai menjadi 2 kali jumlah
larutan dalam gelas refluks dengan air suling. Tambahkan air suling
kira-kira 150-200 ml.Dinginkan lagi sampai suhu ruangan.
j. Tambahkan 3-4 tetes indikator feroin.
k. Dikromat yang tersisa di dalam larutan sesudah direfluks, dititrasikan
dengan larutan standart fero amunium sulfat 0,10 N , sampai warna
hijau-biru menjadi coklat-merah.
l. Blanko terdiri dari 20ml air suling yang mengandung semua reagen
yang ditambahkan pada larutan sampel. Refluks dengan cara yang
sama seperti diatas.
26
m. Untuk mendapatkan hasil yang diteliti, maka harus dibuat duplikat
untuk setiap sampel.
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pengolahan limbah rumah sakit.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Varabel terikat dalam penelitian ini
adalah perubahan kadar BOD5 dan COD.
3. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi antara variabel
bebas dan variabel terikat.Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada
dua,yaitu:
a. Variabel Pengganggu terkendali : Nitrifikasi, Kemasukan udara, dan
nutrient.
b. Variabel pengganggu tak terkendali : Zat beracun.
27
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kadar BOD5
BOD5 merupakan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) yang
diperlukan oleh bakteri pengurai zat organik dalam air yang dieramkan
selama lima hari pada suhu 20oC dan dinyatakan dalam mg/l pada sampel
limbah cair di bak sebelum dan sesudah pengolahan RSUD Karanganyar.
Alat ukur : Uji Laboratorium dengan metode 2.14/IK-4.1/2008
Skala pengukuran :Rasio
Perhitungan :
BOD520 :
p
pBBXX O )1)(()( 505 ----
BOD520 : sebagai mg O2/l
X0 : OT (oksigen terlarut) sampel pada saat t = 0 (mg O2/l)
X5 : sampel blangko pada saat t= 5 hari (mg O2/l)
B0 : OT blanko pada saat t = 0 (mg O2/l)
B5 : OT blanko pada saat t = 5 (mg O2/l)
P : Derajat pengenceran
2. Kadar COD
Jumlah Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) yang diperlukan untuk
mengoksidasi dalam sampel air limbah cair sebelum dan sesudah
pengolahan di RSUD Karanganyar.
Alat ukur : Uji Laboratorium(APHA/SNI)
Skala pengukuran : Rasio
28
Perhitungan :
COD (mg O2/l) = sampelmlxNxba
.8000)( -
A = ml FAS yang digunakan untuk titrasi blangko.
B = ml FAS yang digunakan untuk titrasi sampel
N = normalitas larutan FAS.
H. Desain Penelitian
Gambar 2. Desain Penelitian
Keterangan : X1 : Subjek hasil kadar BOD5 dan COD (limbah sebelum diolah). X2 : Subjek hasil kadar BOD5 dan COD (limbah sesudah diolah).
Populasi
Subjek
Limbah sebelum diolah
Kadar BOD5 dan COD
(X1)
Limbah sesudah diolah
Kadar BOD5 dan COD
(X2)
t-test
Incindental sampling
29
I. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan hasil sesuai
dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk
pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
1. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran BOD5 dapat berupa;
a. Botol winkler yang volumenya telah diketahui dengan ketelitian ±
0,1 ml lengkap dengan tutupnya.
b. Dua buret 25 atau 50 ml untuk titrasi tiosulfat.
c. Bermacam-macam pipet, gelas arloji untuk menimbang beratnya
garam
d. Satu erlenmeyer 250 ml untuk standarisasi tiosulfat, satu erlenmeyer
500 ml
e. Lima labu takar 1 Liter.
2. Alat yang digunakan untuk pengukuran COD dapat berupa;
a. Alat refluks terdiri dari erlemeyer dan kondesor
b. Batu didih terbuat dari kaca atau porselen atau bahan lilin.
c. Pemanas listrik atau pembakar bunsen.
d. Buret 50 ml, dapat yang semi –otomatis jenis pellet.
e. Dispenser volume30 ml.
f. Pipet 10 ml, 20 ml.
g. 2 beker tinggi 200 ml, karet penghisap.
h. 2 labu takar 1 l, 1 labu takar 100ml.
30
J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan uji statistik t- Test . dengan menggunakan program komputer SPSS
versi 10.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
a. Jika t hitung ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
b. Jika p value > 0,01 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar merupakan industri
yang bergerak di bidang jasa atau pelayanan kesehatan masyarakat dan guna
memperlancar kegiatan pelayanan kepada masyarakat, Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Karanganyar memiliki staf pegawai yang trampil di
bidang-bidang sesuai keahlian individual pegawai. Salah satu bidang yang
berperan penting guna meningkatkan kualitas pelayanan ialah penanganan
limbah rumah sakit yang baik. Demi meningkatkan kualitas limbah yang
sesuai dengan baku mutu yang diperbolehkan dalam arti parameter limbah
rumah sakit tidak melebihi baku mutu yang ditentukan, Pihak rumah sakit
telah berupaya dalam meningkatkan pengolahan limbah rumah sakit di dalam
UPAL. Sistem yang digunakan dalam penanganan limbah cair rumah sakit
adalah sistem kombinasi aerob dan anaerob. Dengan sistem kombinasi hasil
uji laboratorium limbah rumah sakit parameter BOD dan COD tidak stabil
kadang naik kadang turun.
B. Hasil Pengukuran Kadar BOD5 dan COD
Pemeriksaan sekunder dilakukan di BTKL Yookyakarta dan untuk primer di
laboratorium sentral Universitas Sebelas Maret sub Lab Kimia dengan hasil
sebagai berikut:
32
a. Hasil kadar BOD5 sebelum dan sesudah.
11,7 9,1122,1
48,1
87,6 82,6
40,1
95,7
71,29
7,599 8,67 8,6 5,620,1
8,1 4,1
76,1
11,79
0
20
40
60
80
100
120
Jan-09 Feb-09 Apr-09 Mei-09 Jul-09 Agts 09 Des-09 Feb-10 Jun-10
BOD sbl BOD Ssd
Gambar 3. Diagram blog kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan.
Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari, dari gambar diatas
terlihat bahwa gambar biru menunjukan kadar BOD5 sebelum dan gambar
merah BOD5 sesudah pengolahan. Dari jenjang diagram dapat dilihat ada
penurunan tiap bulannya. Selanjutnya data pada gambar diatas dianalisis
dengan uji statistik t-Test. Uji statistik dimaksutkan untuk mengetahui
perbedaan kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan, sekaligus untuk
mengetahui tingkat penurunan kadar BOD5 karena pengolahan yang
dilakukan.
Hasil pengukuran seperti terlampir.
33
b. Kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan
41,1524,83 36
139
189207
108
168201,6
27,05
222,58
20 1248
16 8
124
33,19
0
50
100
150
200
250
Jan-09 Feb-09 Apr-09 Mei-09 Jul-09 Agts-09 Des-09 Feb-10 Jun-10
COD sbl COD ssd
Gambar 2. Diagram kadar COD sebelum dan sesudah diolah
Dari gambar diatas terlihat penurunan dari warna biru ke warna merah
terjadi penurunan tiap bulannya. Warna biru menunjukan kadar COD
sebelum dan warna merah kadar COD sesudah pengolahan. Selanjutnya
data pada gambar diatas dianalisis dengan uji statistik t-Test. Uji statistik
dimaksutkan untuk mengetahui perbedaan kadar COD sebelum dan
sesudah pengolahan, sekaligus untuk mengetahui tingkat penurunan kadar
COD karena pengolahan yang dilakukan.
Hasil pengukuran seperti terlampir.
c. Hasil Uji Normalitas Kadar BOD5 dan COD
Data diuji normalitas untuk dapat dilanjutkan dalam analisis uji hipotesis
menggunakan uji parametrik. Sebelum mengetahui perbedaan kadar BOD5
dan COD dilakukan uji normalitas.
34
Tabel 1. Hasil uji normalitas kadar BOD5
No Kelompok Data Jumlah Data Nilai p
1 BOD5 sblm 9 0,973
2 BOD5 Ssd 9 0,184
Sumber : Data Primer
Hasil normalitas dari kadar BOD5 air limbah RSUD Karanganyar
sebelum dan sesudah melewati pengolahan p > 0,05. Interpretasi dari
normalitas data kadar BOD5 tersebut adalah data terdistribusi secara
normal karena nilai p value lebih dari 0,05
Tabel 2. Hasil uji normalitas kadar COD
No Kelompok Data Jumlah Data Nilai p 1 2
COD sblm COD ssd
9 9
0,696
0,423
Sumber Data Primer
Hasil normalitas dari kadar BOD5 air limbah RSUD Karanganyar
sebelum dan sesudah melewati pengolahan p > 0,05. Interpretasi dari
normalitas data kadar BOD5 tersebut adalah data terdistribusi secara
normal karena nilai p value lebih dari 0,05.
d. Hasil uji beda sebelum dan sesudah pengolahan
Tabel 3.Hasil uji t-test sebelum dan sesudah pengolahan
No Keterangan P 1 2
BOD5 sblm COD ssd
0,005 0,005
Suber: Data Primer
35
Tabel 4. Hasil Persentase penurunan kadar BOD5 sebelum dan sesudah
pengolahan
BOD5 No Tanggal
Sebelum mg/l
Sesudah mg/l
Selisih mg/l
Penurunan %
1 12 Januari 2009 11,7 7,559 4,101 35,05 2 18 februari 2009 9,11 8,67 0,44 4,82 3 23 April 2009 22,1 8,6 13,5 61,08 4 22 Mei 200 48,1 5,6 42,5 88,35 5 24 Juli 2009 87,6 20,1 67,5 77,05 6 21 Agustus 2009 82,6 8,1 74,5 90,19 7 29Desember
2009 40,1 4,1 36 89,05
8 25 Februari 2010 95,7 76,1 19,6 20,48 9 28 Juni 2010* 71,29 11,7 59,5 83,46 Jumlah 468,5 150,659 317,614 67,79 Rata-rata 52,054 16,7 36,354 67,91
Data primer* dan sekunder.
Tabel 5. Hasil persentase penurunan kadar COD sebelum dan sesudah
pengolahan
COD No Tanggal Sebelum
mg/l Sesudah
mg/l
Selisih mg/l
Penurunan %
1 12 Januari 2009 41,15 27,05 14,1 34,26 2 18 Februari 2009 24,83 22,58 2,25 9,06 3 23 April 2009 36 20 16 44,44 4 22 Mei 2009 139 12 127 91,36 5 24 Juli 2009 189 48 141 74,60 6 21 Agustus 2009 207 16 191 92,27
7 29Desember 2009 189 8 181 95,76 8 25Februari 2010 169 124 45 26,62 9 28 Juni 2010* 201,6 33,19 168,41 83,53 Jumlah 1196,58 316,48 885,76 74,02 Rata-rata 132,95 35,16 98,41 74,02
Data primer* dan sekunder.
36
Besarnya penurunan kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan
bekisar antara 0,44 mg/l sampai 59,5 mg/l dengan nilai rata-rata 317,614
mg/l serta penurunan sebesar 67,91%. Hasil perhitungan seperti terlampir.
Berdasarkan hasil uji t berpasangan dengan df= 8 diperoleh t
value=3,829 dan signifikansi (p=0,005). Dengan nilai tersebut ( p<0,005),
maka Ho ditolak hal ini berarti ada beda rata-rata antara nilai kadar BOD5
sebelum pengolahan dan sesudah pengolahan.
Hasil pengukuran COD diperoleh kadar COD yang bervariasi dan
terdapat penurunan pada kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan.
Penurunan kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan bekisar antara
2,25 mg/l sampai 168,41 mg/l sehingga diperoleh rata-rata penurunan
sebesar 74,02 %
Berdasarkan hasil uji T-test dengan df=8 diperoleh t value= 3,776
dan p= 0,005, hasilnya p<0,05 hal ini berati terdapat perbedaan yang
bermakna antara kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan.
37
BAB V
PEMBAHASAN
A. Kadar BOD5
BOD5 merupakan banyaknya oksigen biologis dalam ppm atau mg/l yang
diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh bakteri, sehingga air
limbah tersebut menjadi jernih kembali. Bakteri akan menggunakan oksigen
untuk mengoksidasi benda-benda organik ini. Untuk mengukur kebutuhan
oksigen yang diperlukan satuan BOD5 dan dengan BOD5 ini ditentukan beban
pencemaran. Semakin tinggi angka BOD5 maka kualitas air akan semakin
turun. Dari hasil uji laboratorium limbah cair RSUD Karanganyar untuk
parameter BOD5 menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil pengukuran rerata
kadar BOD5 sebelum pengolahan adalah 52,054 mg/l. Maka hasil analisis itu
sendiri juga dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan dalam
Perda .Jateng No.10 Th.2004 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No.112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Rumah
Sakit, bahwa batas maksimal kadar BOD5 yang masih diperkenankan adalah
30 mg/l. Rata-rata hasil pengukuran kadar BOD5 sesudah pengolahan adalah
16,7 mg/l. Sehingga kadar BOD5 sesudah pengolahan masih dibawah standar
baku mutu.
Dari hasil pengukuran kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan
didapatkan bahwa mengalami penurunan 67,91%. Penurunan kadar BOD5
disebabkan adanya proses aerasi yang merupakan pengolahan tahap kedua.
38
Aerasi adalah salah satu usaha dari pengambilan zat pencemar sehingga
konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan akan dapat hilang sama
sekali.
Hasil uji paired t-Tes menunjukan bahwa kadar BOD5 mempunyai nilai
p=0,005 yaitu p< 0,05 sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan
antara kadar BOD5 sebelum dan sesudah pengolahan. Sedangkan nilai df=8
dan untuk t value=3,829. Sehingga dari hasil pengukuran pengolahan limbah
cair dapat menurunkan kadar BOD5.
B. Kadar COD
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
zat organis pada sampel air. COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh
zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses
mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Dari hasil uji laboratorium limbah cair RSUD Karanganyar untuk parameter
COD menunjukan hasil yang berbeda. Hasil pengukuran rerata kadar COD
sebelum pengolahan adalah 132,95 mg/l. Maka hasil analisis itu sendiri juga
dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan dalam Perda .Jateng
No.10 Th.2004 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.112 Tahun
2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Rumah Sakit, bahwa
batas maksimal kadar COD yang masih diperkenankan adalah 80 mg/l. Hasil
pengukuran kadar COD sesudah pengolahan adalah 35,16 mg/l. Sehingga
kadar COD sesudah pengolahan masih dibawah standar baku mutu.
39
Dari hasil pengukuran kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan
didapatkan bahwa mengalami penurunan 74,02%. Penurunan kadar COD
disebabkan adanya proses aerasi yang merupakan pengolahan tahap kedua.
Aerasi adalah salah satu usaha dari pengambilan zat pencemar sehingga
konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan akan dapat hilang sama
sekali.
Hasil uji paired t-Tes menunjukan bahwa kadar COD mempunyai niali
p=0,005 yaitu p< 0,05 sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan
antara kadar COD sebelum dan sesudah pengolahan. Sedangkan nilai df=8
dan untuk t value=3,776. Sehingga dari hasil pengukuran pengolahan limbah
cair dapat menurunkan kadar COD.
C. Hubungan Pengolahan Limbah Cair Dengan Penurunan Kadar BOD5
dan COD.
Tabel 6. Perbandingan kadar rerata BOD5 dan COD dengan baku mutu
KepMenLH No 112 Tahun 2003..
Parameter Sbelum pengolahan (mg/l)
Sesudah pengolahan (mg/l)
Baku Mutu (mg/l)
BOD5 COD
52,054 132,95
16,7 35,16
30 80
Sumber: Data primer dan sekunder
Rata-rata kadar BOD5 sebelum pengolahan adalah 52,054 mg/l setelah
pengolahan adalah 16,7 mg/l. Hasil COD sebelum pengolahan adalah 132,95
mg/l dan setelah pengolahan adalah 35,16 mg/l. Hasil pengukuran ada
40
perbedaan dan dibandingkan dengan baku mutu limbah cair dan hasil kadar
BOD5 dan COD mengalami penurunan dan masih dibawah baku mutu. Hasil
penelitian ini telah sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agnes
A.R. Azizah (2005) di RSUD Nganjuk diproleh hasil penelitian bahwa ada
perbedaan kadar BOD5 dan COD sebelum dan sesudah pengolahan. Dan telah
sama dengan apa yang diungkapkan oleh Raharjeng Winarni (2007) bahwa
kadar BOD5 akan turun setelah melalui pengolahan di trickling filter.
Hasil penelitian ini berarti hipotesis yang diajukan telah diterima, yaitu
Ada Perbedaan Kadar BOD5 dan COD Pada Air Limbah Sebelum dan
Sesudah Pengolahan di RSUD Karanganyar
41
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara kadar BOD5 dan COD limbah cair sebelum dan sesudah pengolahan di
RSUD Karanganyar. Dengan nilai p=0.005 yaitu p<0,05.
B. Saran
1. Untuk memperoleh hasil akhir yang sesuai dengan baku mutu yang
ditetapkan dari proses pengolahan air limbah di RSUD Karanganyar untuk
parameter BOD5 aerasinya perlu ditingkatkan .
2. Sebaiknya untuk menanggulangi kerusakan alat IPAL perlu dilakukan
peningkatan pemeliharaan terhadap alat serta melakukan pengoperasian
alat sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
prosedur yang ada.
3. Perlu ada pengawasan dan pemeriksaan untuk efektifitas IPAL di RSUD
Karanganyar.
4. Perlu ketaatan prosedur di bagian pencucian linen agar limbah yang
dialirkan ke IPAL untuk semua parameter limbah tidak terlalu tinggi.
42
DAFTAR PUSTAKA Depkes,RI .1995, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.Jakarta Fardiaz,Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara.Jakarta: Kanisius. Alaerts, G dan Sri S. S. 1987. Metode Penelitian Air, Surabaya: Usaha Nasional Mukono, H. J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Unair-Press. Soeparman, K. M dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Air Limbah, Jakarta: EGC. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004.(2004). Tentang Persyaratan Keesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Linkungan Hidup Nomor 112/MENLH/12/2003.(2003). Baku
mutu Limbah Untuk Kegiatan Rumah Sakit. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58/MENLH/12/1995.(1995) Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan di RS.Jakarta. Ali Lukman. 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Sastrawijaya A. Tresna. 2000, Pencemaran Lingkungan, Jakarta: Rineka Cipta. Catur Seno, 2008, Pencahayaan. http://groups.yahoo.com /group/K3_ LH/
message/27280. diakses tanggal 22 Maret 2010 Notoatmojo Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: CV.
Rineka Cipta. ---------------------------. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka. Standar Nasional Indonesia, 06-2503-1991, Metode Pengujian Kadar Kebutuhan
Oksigen Biokimiawi dalam Air, Jakarta : Bappedal. Sugiharto, A. 1991. Dasar-dasar pengelolaan Air Limbah: Jakarta:UIP:6-7 Cipta. Sugiyono, 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Sutrisno, T. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT Rineka Cipta.
43
Suma’mur P. K. 1994. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Toko Gunung Agung. Hadi Surtrisno. 2004. Statistik 2 Yogyakarta: Andi Offset. Teguh, 2004. Cara Mudah Melakukan Analisa Statistik Dengan SPSS, Gava
Media, Jogjakarta Mahida, U. N. 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Jakarta:
Rajawali. Suriawiria Unus. 1993. Mikrobiologi Air, Bandung: Alumni. Ika, Y. P. (2002).Persentase Penurunan Kadar BOD,COD,MPN Coliforn Pada
Pengolahan Air Limbah(Study Kasus di RSUD Gambiran Kota Kediri).Skripsi,Surabaya:Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.