perbandingan metode pengujian e. coli … · bglb. ketiga metode cepat yang bisa menguji koliform...

119
1 PERBANDINGAN METODE PENGUJIAN E. coli SECARA KONVENSIONAL DAN CEPAT PADA SAMPEL AIR DWI KUSUMA INDRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Upload: duongxuyen

Post on 06-Sep-2018

268 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

1

PERBANDINGAN METODE PENGUJIAN E. coli SECARA KONVENSIONAL DAN CEPAT PADA SAMPEL AIR

DWI KUSUMA INDRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

2

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul:

“Perbandingan Metode Pengujian E.coli secara Konvensional dan Cepat pada Sampel Air” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkann dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Bogor, Januari 2010

Dwi Kusuma Indriani NIM F252050045

3

ABSTRACT

DWI KUSUMA INDRIANI. Comparison of Conventional and Rapid Methods for E.coli Testing in Water Sample. Under direction of RATIH DEWANTI-HARIYADI and SUTRISNO KOSWARA.

Water is very important in food production, either as raw material for food

processing, ice production, or for sanitation purposes. Water for food processing should meet the existing regulation for drinking water quality. According to the Guidelines for Drinking Water Quality World Health Organization and Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/2002 the number of Escherichia coli and fecal coliform should be negative per 100 ml sample, consecutively. E. coli testing with conventional MPN methods needs 5-7 days thus it is not appropriate for food products with short expiry date. The aims of this study were to compare the performance of conventional and rapid methods used for testing of E.coli in process water and evaluate the implication of the application of rapid methods in a yogurt industry.

The sample used in this study was process water from PT Yummy Food Utama, a yogurt and cheese industry. Total 30 samples of one litre each was taken from the process water tank outlet from 3 different days as a replication. The culture media used for the conventional methods were according to MPN of FDA/BAM and SNI methods. The culture media used for the rapid methods were Fluorocult LMX Broth (MPN), Chromocult Coliform Agar (TVC), and Readycult Coliform 100 (P/A).

The result of this study showed that rapid methods reduced the testing time of E.coli from 5-7 days to 1-2 days only with an equal performance to conventional method but more convenience to do since it reduce of tubes and petridishes needed from 195 to 2-15 only. Even the rapid media Fluorocult LMX Broth showed the best recovery rate among other medias tested. Besides, rapid methods application saved the total cost by 71% with Readycult® Coliform 100 and Fluorocult® LMX Broth; 82% with Chromocult® Coliform Agar; and the possibility to increase the production capacity per month by 22%. Key Words : Escherichia coli, chromogenic fluorogenic, rapid method

4

ABSTRAK

DWI KUSUMA INDRIANI. Perbandingan Metode Pengujian E.coli secara Konvensional dan Cepat pada Sampel Air. Dibimbing oleh RATIH DEWANTI-HARIYADI dan SUTRISNO KOSWARA

Air sangat penting dalam industri pangan, baik untuk bahan baku, pembuat es, maupun untuk fungsi pembersihan. Air untuk proses pengolahan pangan harus sesuai dengan kualitas air minum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Menurut Guidelines for Drinking Water Quality World Health Organization and Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/2002 jumlah Escherichia coli dan koli fekal harus negatif per 100 ml sampel secara bersama-sama. Pengujian E. coli dengan metode APM konvensional memerlukan waktu 5-7 hari karena itu tidak sesuai untuk produk pangan dengan masa pakai yang pendek. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan performa dari metode konvensional dan cepat dalam pengujian E.coli di sampel air; dan mengevaluasi pengaruh dari penerapan metode cepat tersebut di industri yogurt.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air proses dari PT Yummy Food Utama, suatu pabrik yogurt dan keju. Total 30 sampel masing-masing satu liter diambil dari kran tanki air proses dari 3 hari yang berbeda sebagai ulangan. Media kultur yang digunakan adalah media sesuai dengan metode APM dari FDA/BAM dan SNI. Media kultur yang digunakan untuk metode cepat adalah Fluorocult LMX Broth (APM), Chromocult Coliform Agar (ALT), Readycult Coliform 100 (P/A).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode cepat mengurangi waktu pengujian E.coli dari 5-7 hari menjadi hanya 1-2 hari, dengan hasil yang sebanding tetapi lebih mudah dikerjakan karena penggunaan tabung dan cawan petri yang semula 195 buah menjadi hanya 2-15 buah saja. Bahkan media cepat Fluorocult LMX Broth memperlihatkan hasil recovery rate terbaik diantara media yang diuji. Selain itu, penerapan metode cepat dapat menghemat biaya total sampai 71% dengan media Readycult® Coliform 100 dan Fluorocult® LMX Broth; 82% dengan Chromocult® Coliform Agar; dan kemungkinan meningkatkan kapasitas produksi per bulan 22%. Kata Kunci : Escherichia coli, kromogenik fluorogenik, metode cepat

.

5

RINGKASAN DWI KUSUMA INDRIANI. Perbandingan Metode Pengujian E.coli secara Konvensional dan Cepat pada Sampel Air. Dibimbing oleh RATIH DEWANTI-HARIYADI dan SUTRISNO KOSWARA

Air sangat penting untuk industri pangan, baik untuk bahan baku, bahan

pembuat es, maupun untuk fungsi pembersihan. Air untuk proses pengolahan pangan harus sesuai dengan kualitas air minum menurut peraturan yang berlaku. Menurut Guidelines for Drinking Water Quality World Health Organization and Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/2002 jumlah Escherichia coli dan koli fekal harus negatif per 100 ml sampel secara bersama-sama. E.coli adalah indikator keberadaan patogen enterik maupun tingkat sanitasi suatu proses/produk. Pengujian E.coli secara konvensional menggunakan metode Angka Paling Mungkin memerlukan waktu 5-7 hari. Kebanyakan industri pangan terutama untuk produk pangan dengan masa pakai pendek, memerlukan prosedur pengujian yang cepat dan mudah dilakukan karena jumlah sampel yang sangat banyak. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan performa dari metode konvensional dan cepat dalam pengujian E.coli di sampel air; dan mengevaluasi pengaruh dari penerapan metode cepat tersebut di industri yogurt.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air proses dari PT Yummy Food Utama dengan produk yogurt dan keju. Total 30 buah sampel masing-masing satu liter diambil dari kran tanki air proses pada tiga hari yang berbeda sebagai ulangan. Media kultur yang digunakan untuk metode konvensional sesuai dengan metode APM dari FDA/BAM dan SNI. Metode cepat menggunakan Fluorocult LMX Broth (APM), Chromocult Coliform Agar (ALT), dan Readycult Coliform 100 (P/A). Biakan murni Escherichia coli ATCC 25922 digunakan untuk kontrol positif dan perlakuan cemaran. Penelitian ini menggunakan tiga konsentrasi cemaran bakteri dengan konsentrasi akhir pada sampel adalah 4 cfu/ml (cemaran rendah), 40 cfu/ml (cemaran sedang), dan 80 cfu/ml (cemaran tinggi).

Penelitian ini membandingkan kinerja antara metode APM konvensional dengan tiga metode cepat untuk parameter hasil pertumbuhan (recovery rate), total waktu pengujian, dan biaya biaya investasi media awal, biaya laboratorium (dari komponen biaya media per test, tenaga kerja, depresiasi, dan operasional lab), biaya gudang (dari komponen biaya tenaga kerja, depresiasi, dan operasional gudang), dan penghematan yang bisa dilakukan (biaya media, biaya gudang, bunga pinjaman bank, biaya laboratorium). Uji anova dilakukan untuk melihat perbandingan hasil pertumbuhan antara ketiga ulangan yang dilakukan pada hari yang berbeda, antara kedua metode APM dan antara metode APM konvensional dengan ALT cepat.

Pembacaan hasil APM konvensional sesuai dengan prosedur FDA/BAM dan SNI dengan tahapan dari uji penduga sampai dengan uji IMVIC. Pada metode cepat Fluorocult LMX Broth dan Readycult Coliform 100 hasil E.coli ditandai dengan warna hijau kebiruan pada media, fluoresensi dibawah lampu UV 366 nm, dan cincin merah dengan penambahan KOVAC’s indol reagent. Metode cepat dengan Chromocult Coliform Agar koloni E. coli berwarna ungu dan terbentuk warna merah bila diteteskan KOVAC’s.

6

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode APM, kontrol negatif dan sampel yang tidak dicemari mengandung <1.8 per 100 ml sementara standar air bersih untuk koliform maupun E.coli adalah negatif per 100 ml sampel (EC, 1998; Depkes, 2007; WHO, 2004). Dengan konsentrasi bakteri yang sedang dan tinggi metode ini memberikan hasil APM >1600 sehingga tidak mencerminkan nilai sebenarnya. Hasil di kedua metode APM (LST dan LMX) sebanding kecuali konsentrasi bakteri rendah dimana LMX memberikan hasil lebih tinggi, akan tetapi hasil analisis dengan anova menunjukkan tidak ada beda nyata baik antar ulangan dalam perlakuan yang sama maupun antar APM konvensional dan cepat. Kedua metode cepat lainnya yaitu ALT cepat dan P/A cepat juga memberikan hasil yang sama dengan APM konvensional maupun APM cepat. Perhitungan nilai recovery rate untuk ketiga metode kuantitif dari urutan tertinggi adalah media LMX, LST dan CCA dengan nilai 122%, 70%, dan 89%. Readycult tidak dihitung karena memberikan hasil kualitatif, akan tetapi pada dasarnya media yang digunakan adalah LMX.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa total waktu pengujian metode APM konvensional 5-7 hari, memerlukan 195 buah tabung, dan memerlukan dua suhu inkubasi yang berbeda yaitu 35oC dan 44.5oC. Ketiga metode cepat jauh lebih sederhana karena memerlukan total waktu 1-2 hari, memerlukan 15 tabung untuk APM dan 2 cawan untuk ALT, dan inkubasi hanya dilakukan di 35oC.

Hasil perhitungan biaya investasi untuk pembelian media awal uji E.coli yang terbesar adalah metode APM konvensional Rp 10.813.000 sedangkan untuk uji koliform dan E.coli sebesar Rp 11.899.000 karena perlu tambahan media BGLB. Ketiga metode cepat yang bisa menguji koliform dan E.coli sekaligus memerlukan investasi media lebih rendah yaitu metode APM cepat Rp 8.119.000, metode ALT cepat Rp 4.978.000 dan investasi terkecil adalah metode P/A cepat Rp 1.309.000. Dari perhitungan biaya media per test maka yang terbesar adalah metode APM konvensional Rp 200.763, metode P/A cepat Rp 60.570, metode APM cepat Rp 57.218, dan yang terkecil metode ALT cepat Rp 7.530. Apabila dilakukan duplo maka biaya per test menjadi dua kali lipat. Apabila hasilnya koliform negatif maka biaya media terendah adalah ALT CCA kemudian APM konvensional, APM cepat dan P/A cepat.

Hasil perhitungan biaya laboratorium menunjukkan bahwa ketiga metode cepat memerlukan biaya Rp 84.309 (inkubasi 24 jam) atau Rp 168.619 (inkubasi 48 jam). Metode APM konvensional memerlukan biaya Rp 421.545 (5 hari) atau Rp 590.166 (7 hari). Total biaya gudang pada ketiga metode cepat Rp 186.803 (24 jam) atau Rp 373.607 (48 jam) sementara metode APM konvensional Rp 934.015 (5 hari) atau Rp 1.307.624 (7 hari). Penghematan total biaya yang diperoleh dengan mengganti metode konvensional dengan metode cepat untuk pengujian E.coli dalam air proses di PT Yummy Food Utama dengan model biaya produksi yogurt buah 25 adalah Rp 2.764.778 untuk Readycult®, Rp 2.791.593 untuk Fluorocult® LMX Broth dan Rp 3.189.102 untuk Chromocult® Coliform Agar, sementara kenaikan kapasitas produksi per bulan dengan pemakaian metode cepat adalah 22% atau 22 batch dari 18 batch dengan lima hari kerja seminggu.

Kata Kunci : Escherichia coli, kromogenik fluorogenik, metode cepat

7

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

8

PERBANDINGAN METODE PENGUJIAN E. coli SECARA KONVENSIONAL DAN CEPAT PADA SAMPEL AIR

DWI KUSUMA INDRIANI

Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesi Teknologi Pangan Pada Program Magister Profesi Teknologi Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA INSITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

9

Judul Tugas Akhir : Perbandingan Metode Pengujian E.coli secara Konvensional dan Cepat pada Sampel Air

Nama : Dwi Kusuma Indriani NIM : F252050045

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc. Ir. Sutrisno Koswara, MSi Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Magister Profesi Teknologi Pangan

Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc Prof. Dr Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 26 Januari 2010 Tanggal Lulus: 26 Januari 2010

10

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc

11

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rakhmat

dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan mulai bulan Mei 2008 ini

adalah ”Perbandingan Metode Pengujian E.coli secara Konvensional dan Cepat

pada Sampel Air”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir Ratih Dewanti-Hariyadi,

MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Sutrisno Koswara, MSi. sebagai

anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Ucapan terima

kasih juga penulis berikan kepada Ibu Dra. Sumaria Sudian Apt. Beserta seluruh

staff Bagian Mikrobiologi Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional atas izin

penggunaan laboratorium, masukan dan bimbingan yang diberikan. Disamping itu

penghargaan penulis berikan kepada Ibu Ir. Eny Zulaichah, Ibu Ir. Sri Nurfiani,

Bapak Zainul Ichwan dan seluruh staff PT Yummy Food Utama atas ijin dalam

pengambilan sampel, penggunaan laboratorium dan data pendukung lainnya.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Direktur Chemical

Division PT Merck Tbk. yang telah memberikan beasiswa serta kelonggaran

waktu selama penulis menempuh pendidikan. Yang terakhir ucapan terima kasih

kepada ayah serta seluruh keluarga atas segala doa dan dorongannya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna, sehingga

pada kesempatan ini juga penulis mengharapkan kritik dan saran membangun

demi menyempurnaannya. Jauh dalam lubuk hati yang paling dalam, penulis

berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2010

Dwi Kusuma Indriani

12

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati (Jawa Tengah) tanggal 21 Desember 1966 dari

Ayah Drs. Soegono dan Ibu S. Haryati BA (Almarhumah). Penulis merupakan

anak kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 1985 penulis lulus dari SMA Negeri Pati dan pada tahun yang sama

pula masuk UGM melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK).

Penulis memilih Program Studi Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian dan lulus pada tahun 1991. Selama mengikuti perkuliahan,

penulis menjadi asisten praktikum mikrobiologi dasar (1988-1990) dan praktikum

mikrobiologi pangan (1989-1990). Kesempatan untuk melanjutkan ke program

Magister Profesi Teknologi Pangan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

diperoleh pada tahun 2006 dengan beasiswa dari PT Merck Tbk.

Penulis bekerja sebagai marketing di PT Merck Tbk. Chemical Division

sejak tahun 1994 dengan jabatan terakhir Business Segment Manager for Food

and Beverages setelah sebelumnya menjabat sebagai Product Manager for

Microbiology Hygiene and Microscopy. Selama bekerja di Merck penulis

mendapat banyak pelatihan tentang mikrobiologi, monitoring higiene, HACCP

dan mikroskopi baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu terkait dengan

posisi di kantor, penulis bertugas memberikan pelatihan, presentasi dan seminar di

bidang mikrobiologi.

Penulis menjadi anggota Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia, Indonesian

Food Analysis Network dan Masyarakat Standardisasi Nasional (MASTAN).

Publikasi yang sudah diterbitkan adalah buku Biosafety : Pedoman Keselamatan

Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit, video Biosafety, artikel-

artikel tentang mikrobiologi dan monitoring higiene di majalah Merckimia dan

Foodreview.

13

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 1.3 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6 1.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 7

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air dalam Proses Pengolahan Pangan .................................. 8 2.2 Standar Kualitas Mikrobiologis Air Minum ....................................... 10 2.3 Standar Kualitas Mikrobiologis Air Minum ..................................... 17 2.4 Media untuk Pengujian Bakteri koliform dan E. coli ....................... 19 2.5 Metode Pengujian Koliform dan E. coli ........................................... 27

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 34 3.2 Bahan dan Alat .................................................................................. 34 3.3 Metode Penelitian .............................................................................. 35 3.4 Analisa data........................................................................................ 39

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan inokulum bakteri dan sampel .......................................... 41 4.2 Pengukuran Angka Paling Mungkin dengan metode konvensional 41 4.3 Metode Angka Lempeng Total.......................................................... 55 4.4 Metode Presence Absence ............................. .................................. 63 4.5 Perbandingan antara APM, ALT, dan PA ........................................ 68 4.6 Analisa Ekonomis .............................................................................. 72

5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan............................................................................................. 81 5.2 Saran .................................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 84

LAMPIRAN ........................................................................................................ 89

14

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Berbagai media dan metode referensi untuk analisa koliform, E.coli dan koli fekal ........................................................................................... 3

2. Persyaratan kualitas bakteriologis air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002 .......... 17

3. Penggunaan berbagai substrat kromogenik dan fluorogenik dalam untuk media deteksi E.coli dan koliform .......................................................... 26

4. Metode dan media yang digunakan dalam dalam beberapa metode referensi untuk pengujian koliform, E.coli dan koli fekal ................... 28

5. Perbandingan jumlah mikroba ter-recover pada metode Angka Paling Mungkin (Lauryl Sulphate Tryptose & LMX) ....................................... 46

6. Recovery rate E.coli pada tiga macam media pada konsentrasi awal bakteri 400 cfu/100 ml (rendah) ........ ............................................. 50

7. Perkembangan dari Lauryl Sulfate Tryptose Broth ke LMX Broth dan Readycult® Coliform ............................................................................... 53

8. Perbandingan antara komposisi media VRBA, CCA dan TBX Agar ... 56

9. Hasil pengujian dengan media Chromocult® Coliform Agar ................ 58

10. Karakteristik beberapa bakteri dalam media Chromocult® Coliform Agar ......................................................................................................... 58

11. Recovery rate Escherichia coli di media Chromocult® Coliform Agar dibandingkan dengan konsentrasi awal bakteri sampel .......................... 62

12. Hasil pengujian Escherichia coli dengan metode Presence Absence pada media Readycult® Coliform 100 ................................................ 65

13. Perbandingan jumlah mikroba ter-recover pada metode Angka Paling Mungkin (LST & LMX), Angka Lempeng Total (CCA) dan Presence Absence (RC) ........................................................................................ 70

14. Perhitungan biaya dan lama pengujian lengkap E.coli pada metode Angka Paling Mungkin, Angka Lempeng Total, dan Presence Absence 73

15. Analisa biaya pengujian dan gudang di PT Yummy Food Utama .......... 76

16. Perbandingan biaya total antara APM konvensional dan metode cepat .. 79

15

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema umum reaksi enzim-substrat Methyl-umbelliferon pada media fluorogenik menghasilkan fluoresensi pada media cair dan koloni dibawah lampu UV 366 nm ...................................................................... 21

2. Skema umum reaksi enzim-substrat indolyl dalam media kromogenik menghasilkan warna tertentu pada koloni .................................................. 23

3. Skema umum reaksi enzim-substrat indolyl dalam media kromogenik dengan dua macam kromogen ...................................................................... 24

4. Pertumbuhan E.coli dalam media Lauryl Sulfate Broth dan Fluorocult® LMX Broth pada metode Angka Paling Mungkin....................................... 28

5. Pertumbuhan E.coli dalam media Chromocult® Coliform Agar (A), Violet Red Bile Agar (B), ENDO Agar (C), MacConkey Agar (D) pada metode Angka Lempeng Total............................................................. 30

6. Pertumbuhan koloni pada metode pengujian Membran Filtrasi ................... 31

7. Metode Presence Absence menggunakan Readycult Coliform 100 ............. 32

8. Skema penelitian ........................................................................................... 38

9. Pertumbuhan bakteri E.coli dalam media Lauryl Sulfate Tryptose Broth yang ditunjukkan dari kekeruhan dan gas pada tabung durham ................... 42

10. Koloni bakteri E.coli di Media LEMBA (Levine EMB Agar) ..................... 44

11. Hasil uji IMViC untuk bakteri E. coli ........................................................... 45

12. Pertumbuhan bakteri E.coli (warna hijau) dalam media Fluorocult LMX Broth ............................................................................................................ 48

13. Pembacaan fluoresensi pada media Fluorocult® LMX dengan lampu UV .. 49

14. Pembacaan Indol (cincin merah) pada media LMX dengan penambahan reagen KOVAC’s ......................................................................................... 51

15. Pertumbuhan Escherichia coli ATCC 11775 dalam media VRBA .............. 55

16. Pertumbuhan Citrobacter freundii ATCC 8090 dan Escherichia coli ATCC 11775 dalam media Chromocult Coliform Agar ............................... 59

17. Pembentukan warna cerry red pada koloni Escherichia coli setelah ditetesi reagen KOVAC’s ............................................................................. 61

18. Pertumbuhan koloni Escherichia coli atypical di media Chromocult Coliform Agar................................................................................................ 63

19. Cara penggunaan media cepat siap pakai Readycult® Coliform 100 ........... 64

20. Pertumbuhan bakteri koliform di media Readycult® Coliform 100 ............. 67

21. Fluoresensi dan Reaksi Indol dalam media Readycult® Coliform ................ 67

16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Rancangan percobaan perbandingan metode APM dengan metode cepat untuk pengujian E. coli di sampel air proses ............................................... 89

2. Cara perhitungan konsentrasi awal suspensi bakteri standar dengan metode Angka Lempeng Total .................................................................... 90

3. Skema Pengujian Angka Paling Mungkin Konvensional ............................. 91

4. Skema Pengujian Angka Paling Mungkin cepat dengan media Fluorocult LMX Broth .................................................................................................. 92

5. Skema Pengujian Angka Lempeng Total Chromocult® Coliform Agar ....... 93

6. Skema Pengujian Presence Absence Readycult® Coliform 100 ................... 94

7. Jumlah mikroba ter-recover dalam air proses yang dicemari bakteri E.coli, pada media Lauryl Sulfate Tryptose Broth dan LMX Broth ........................ 95

8. Perhitungan Anova Metode Angka Paling Mungkin dengan media Lauryl Sulfate Tryptose Broth (LST)........................................................................ 96

9. Perhitungan Anova Metode Angka Paling Mungkin dengan media Fluorocult LMX Broth .................................................................................................. 96

10. Perhitungan Anova Metode Angka Paling Mungkin dengan media Lauryl Sulfate Tryptose Broth dan Fluorocult LMX Broth ..................................... 97

11. Perhitungan Anova Metode Angka Lempeng Total dengan media Chromocult® Coliform Agar ......................................................................... 98

12. Tabel Angka Paling Mungkin Bakteri 100 g (ml) Seri 5 Tabung dengan 10, 1 dan 0.1 g (ml) material uji .................................................................... 99

13 Perhitungan Biaya Investasi Media, Harga per Test, Jumlah Hari Pengujian, Jumlah Tabung yang digunakan dalam Pengujian E.coli dengan Metode Angka Paling Mungkin ................................................................................ 100

14 Perhitungan Biaya Investasi Media, Harga per Test, Jumlah Hari Pengujian, Jumlah Tabung yang digunakan dalam Pengujian koliform negatif dengan Metode Angka Paling Mungkin ................................................................... 101

15 Perhitungan Biaya Investasi Media, Harga per Test, Jumlah Hari Pengujian, Jumlah Tabung yang digunakan dalam Pengujian E.coli dengan Metode Cepat Angka Lempeng Total, dan Presence Absence .................................. 101

16 Persyaratan Mikrobiologis Kualitas Air Minum Peraturan Menteri Kesehatan Kesehatan 416:1990 ................................................................................... 102

17 Persyaratan Mikrobiologis Kualitas Air Minum WHO ............................. 102

18 Skema Pembuatan Air Proses di PT Yummy Food Utama ......................... 103

17

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air sangat penting bagi kehidupan manusia sehari-hari maupun dalam

industri pangan. Fungsi utama dari air di industri pangan adalah sebagai bahan

baku, untuk pembuatan es, dan untuk fungsi pembersihan (BPOM, 1996; Codex,

2003). Dalam beberapa standar Internasional (Codex, EC dan WHO) maupun

standar Nasional (BPOM, Depkes) tentang kualitas air disebutkan bahwa standar

kualitas air untuk kebutuhan proses pengolahan pangan harus sesuai dengan

kualitas air minum menurut peraturan yang masih berlaku (BPOM, 1996; Codex,

2003; Depkes, 2002; EC, 1998; WHO, 2004). Codex mengacu pada persyaratan

air minum yang dikeluarkan oleh WHO sedangkan CPMB mengacu pada

persyaratan air minum sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/2002

yang meliputi persyaratan kimiawi, radioaktifitas, fisik, dan bakteriologis.

Persyaratan kimiawi meliputi bahan kimia yang memiliki pengaruh langsung pada

kesehatan dan bahan kimia yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada

konsumen. List bahan kimia yang dipersyaratkan meliputi kelompok bahan-bahan

anorganik, organik, pestisida, serta desinfektan dan hasil sampingannya. Jenis

bahan kimia yang dapat menimbulkan keluhan lebih sedikit dan umumnya dalam

kadar yang lebih rendah daripada kelompok yang berpengaruh langsung pada

kesehatan. Persyaratan radioaktifitas adalah kandungan radioaktif air. Persyaratan

fisik meliputi warna, rasa dan bau, temperatur, dan kekeruhan. Persyaratan

bakteriologis meliputi kandungan Escherichia coli (E.coli) atau koli fekal dan

koliform total (Depkes, 2002).

Persyaratan bakteriologis dalam Kepmenkes 907/2002 untuk air minum

menyebutkan bahwa jumlah E. coli atau koli fekal harus nol per 100 ml sampel.

Persyaratan bakteriologis untuk air yang masuk ke sistim distribusi maupun yang

ada di dalam sistem distribusi menyebutkan jumlah E. coli atau koli fekal harus

nol per 100 ml sampel sedangkan bakteri koliform total harus nol per 100 ml

sampel. Dalam Kepmenkes 907/2002 tidak disebutkan metode apa yang harus

digunakan untuk pengujian bakteriologis tersebut (Depkes, 2002).

18

Kepmenkes 907/2002 hanya mempersyaratkan pengujian E. coli atau koli

fekal dan bakteri koliform dan tidak mempersyaratkan pengujian patogen enterik

seperti Salmonella dan bakteri patogen lainnya, karena keberadaannya bisa

menjadi indikator kualitas mikrobiologis suatu sampel air minum. Prediksi akan

kualitas mikrobiologis suatu produk atau keadaan selama proses produksi

menggunakan bakteri indikator memberikan informasi tentang kegagalan proses,

kontaminasi paska proses, kontaminasi dari lingkungan, dan kondisi umum

tingkat sanitasi dengan cara sederhana, dapat dipercaya dan cepat. Keberadaan

koliform fekal (coli fekal) termasuk E.coli di air minum menjadi indikasi bahwa

kontaminasi fekal kemungkinan telah terjadi pada air tersebut. Terjadinya

kontaminasi fekal menunjukkan resiko adanya bakteri patogen enterik lainnya

dalam sampel tersebut. Koliform fekal dan E.coli lebih cocok digunakan untuk

indikator kontaminasi fekal daripada koliform karena berasal dari fekal,

sedangkan koliform biasa ada yang berasal dari fekal dan ada pula yang dari

lingkungan (Pierson and Smoot, 2001).

Saat ini penggunaan E. coli sebagai komponen kriteria mikrobiologis suatu

produk pangan lebih memberikan keuntungan dari pada penggunaan koliform

fekal karena telah tersedianya metode pengujian E. coli secara cepat (Pierson and

Smoot, 2001). Penelitian mengenai aplikasi substrat fluorogenik dan kromogenik

dalam media (terutama media untuk E.coli dan koliform) dilakukan secara intensif

sejak tahun 1980. Hingga saat ini hasil penelitian tersebut memungkinkan

dilakukannya pengujian E.coli dan koliform secara cepat, tepat dan sederhana

(Manafi, 1996).

Media kultur yang saat ini banyak digunakan dalam standar analisa koliform

dan E.coli maupun koli fekal (Tabel 1) bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu

media konvensional dan media cepat. Media konvensional umumnya berdasar

pada proses fermentasi laktosa yang menghasilkan asam dan gas, yang kemudian

dikonfirmasi dengan uji biokimia atau uji IMViC. Terbentuknya asam bisa

diamati dari perubahan warna indikator yang terkandung dalam media, sedangkan

pembentukan gas diamati dengan tabung durham. Media baru yang cepat

umumnya berdasar pada deteksi keberadaan ensim spesifik pada suatu bakteri

target menggunakan susbtrat fluorogenik dan kromogenik tertentu. Reaksi

19

tersebut akan memberikan warna tertentu dan atau fluoresensi yang spesifik

sehingga bisa dijadikan identifikasi suatu jenis bakteri tertentu. Media berbasis

kromogenik dan fluorogenik dapat memberikan hasil yang lebih cepat karena

menargetkan pada enzim yang dihasilkan oleh mikroba target. Pada media

konvensional, hasil diperoleh dengan menunggu sampai terbentuk asam dan gas

dari hasil fermentasi oleh enzim yang sudah dihasilkan terlebih dahulu (Manafi,

1996).

Tabel 1 Berbagai media dan metode referensi untuk analisa koliform, E.coli dan koli fekal

Jenis analisa dalam prosedur

Jenis Media Metode Standar *** koliform E.coli koli fekal

A 1 Medium * SMWW, EPA, APHA √ Brilliant Green 2% Bile Broth (BGLB) *

SMWW, EPA, AOAC, BAM, APHA, ISO, USDA, SNI

√ √ √

EC Broth * SMWW, EPA, AOAC, BAM, APHA, ISO,USDA, SNI

√ √

Endo Broth MF * SMDP, SMWW, EPA, APHA √ Lactose Broth (LB) * SMWW, EPA, AOAC, APHA,

USDA, EP, USP √

Lauryl Sulfate Broth * SMWW, EPA, AOAC, BAM, APHA, ISO, USDA, SNI

√ √

LSB with MUG ** AOAC, BAM, APHA, SMWW, ISO

√ √

LMX Broth with MUG ** EPA √ √ MacConkey Broth * EP √ √ Presence Absence Broth * SMWW, EPA √ Readycult Coliform 100 ** EPA √ √ Chromocult® Coliform Agar **

EPA √ √

Endo Agar * SMDP, SMWW, APHA √ √ Lactose TTC Agar w/ Tergitol *

ISO √ √

Levine EMB Agar * SMWW, SNI √ √ m-Endo Agar LES * SMWW, EPA, APHA √ m-FC Agar * SMWW, EPA, AOAC √ MacConkey Agar * SMWW, EPA, EP, USP, AOAC,

BAM, APHA √ √

Violet Red Bile Agar * APHA, SMDP, IDF, BAM, ISO √ √ VRBA with MUG ** BAM, APHA √ √ *) Media konvensional **) Media cepat ***) Keterangan dari singkatan nama : International Organization for Standardization (ISO); American Public Health Association (APHA); Food and Drug Association – Bacteriological Analytical Manual (FDA-BAM), Association of Anorganic Chemistry (AOAC); Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater (SMWW-APHA); Standard Methods for Examination of Dairy Products (SMDP-APHA); United State Environment Protection Agency (USEPA/EPA); European Pharmacopoeia (EP); United States Pharmacopoeia (USP)

20

CODEX CAC/GL 21 menyebutkan bahwa untuk menentukan kelayakan

konsumsi suatu pangan yang sangat mudah rusak atau pangan dengan umur

simpan yang pendek, harus dipilih (apabila memungkinkan) metode uji yang

dapat memberikan hasil sebelum pangan itu dikonsumsi atau melewati masa umur

simpannya. Selain itu juga disebutkan bahwa metode mikrobiologi yang dipilih

harus dapat dipertanggung-jawabkan dalam hal kompleksitas, ketersediaan media,

peralatan, mudah di-interpretasikan hasilnya, waktu pengujian dan biaya yang

diperlukan (Codex, 1997).

Pemilihan suatu metode analisa, selain acuan ke suatu metode standar

nasional atau internasional, yang juga menjadi faktor sangat penting adalah

kemudahan dalam melakukan pengujian, ketelitian hasil, dan kecepatan

diperolehnya hasil pemeriksaan. Dalam aplikasi untuk industri pangan, seringkali

harga media yang mahal untuk suatu metode uji yang baru bukan menjadi faktor

utama. Yang lebih penting dari harga adalah metode yang dapat memberikan

hasil yang cepat dan pengerjaannya yang praktis sehingga tidak diperlukan jam

kerja dan jumlah pegawai yang banyak untuk mengerjakannya. Selain itu, hasil

yang cepat diperoleh akan memberikan banyak implikasi ke penghematan biaya

gudang dan kecepatan waktu suatu barang bisa dilepas ke pasar, terutama untuk

produk pangan yang berumur pendek.

Kebutuhan akan metode uji cepat, khususnya untuk uji E.coli di sampel air

minum yang digunakan di industri pengolahan pangan mendorong dilakukannya

penelitian ini. Walaupun Kepmenkes 907/2002 sebagai acuan tertinggi kualitas

air minum di Indonesia tidak menyebutkan suatu metode uji yang harus

digunakan, tetapi beberapa Standar Nasional Indonesia (SNI) masih menyebutkan

penggunaan metode Angka Paling Mungkin (APM) untuk uji Koliform dan

E.coli. SNI tersebut diantaranya adalah SNI 01–2897–1992 (Cara uji cemaran

Mikroba), SNI 01–3553–2006 (Air Minuman Dalam Kemasan), SNI 01–2332-1-

2006 (Cara uji mikrobiologi – Bagian 1: Penentuan Coliform dan Escherichia coli

pada produk perikanan).

Pengujian APM SNI menggunakan media Lauryl Sulfate Broth untuk uji

penduga Koliform, Brilliant Green Bile Broth untuk uji penguat Koliform, EC

Broth untuk uji penduga E.coli, Levine EMB untuk uji penguat E.coli. Dari

21

koloni terduga di media Levine EMB Agar harus dilakukan konfirmasi

menggunakan pengecatan gram, pembentukan gas dan uji IMViC untuk yang

membutuhkan total waktu pengujian 5-7 hari. Uji SNI untuk E.coli dan Koliform

adalah adopsi dari metode FDA-BAM untuk uji yang sama (FDA, 2006). Metode

APM adalah metode yang kurang diminati di kebanyakan industri di Indonesia

karena membutuhkan waktu pengerjaan, tenaga kerja dan peralatan yang banyak.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa metode baru yang berbasis

kromogenik dan fluorogenik mampu memberikan hasil yang setara atau lebih baik

dengan media konvensional, bahkan dengan keuntungan waktu yang lebih cepat

dan cara pengerjaan yang lebih mudah (Manafi & Rosmann. 1998; Manafi &

Rosmann. 1998; Manafi, 2000, Geissler et al. 2000; Ogden et. al. 1998; WHO,

2002). Dalam deteksi, identifikasi dan perhitungan organisme target, pendekatan

konvensional umumnya hanya menggunakan teknik tunggal, sedangkan

pendekatan lain bisa menggunakan kombinasi beberapa metode yang berbeda.

Salah satu contohnya adalah dalam identifikasi E.coli bisa menggunakan media

kromogenik yang hanya membutuhkan waktu sehari, bisa dikombinasikan dengan

teknik-teknik lain yaitu fluorogenik, mikroskopis dan laser scanning (WHO,

2002).

Benoti, et.al (2002) membandingkan antara metode standar pemeriksaan

koliform dan E.coli untuk pemeriksaan susu di Kementerian Pertanian Brazil

(MARA - Ministério da Agricultura e Reforma Agrária) dan metode baru yang

lebih cepat. Dalam penelitian itu digunakan media Brilliant Green Bile Broth

untuk Koliform dan media EC Broth/Tryptone Water untuk E.coli. Kedua media

konvensional tersebut dibandingkan dengan media cepat Fluorocult® LMX Broth

(Merck) yang bisa digunakan sekaligus untuk koliform maupun E.coli. Dalam

penelitian tersebut terbukti bahwa kedua metode tersebut memberikan hasil yang

serupa. Fluorocult® LMX mempunyai keunggulan dibandingkan media

konvensional karena lebih cepat dan lebih mudah dilakukan, sehingga cocok

untuk pengujian produk susu dengan masa pakai yang sangat pendek.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan adanya beberapa aspek yang dapat

dipelajari dalam membandingkan metode cepat dan metode konvensional

diantaranya :

22

1. Apakah metode cepat dapat memberikan hasil pertumbuhan (growth) yang

sama dibandingkan dengan dengan metode konvensional, untuk pemeriksaan

E.coli di sampel air proses.

2. Apakah ada perbedaan total hari pengujian antara metode cepat dan metode

konvensional untuk pemeriksaan E.coli di sampel air proses.

3. Apakah ada penghematan biaya pengujian laboratorium apabila menggunakan

metode cepat.

4. Apakah ada penghematan biaya gudang apabila menggunakan metode cepat.

5. Berapa persen penghematan biaya total pengujian E.coli pada sampel air

proses dengan media cepat dibandingkan dengan metode konvensional

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan (recovery rate, waktu

pengujian, dan analisis biaya) antara metode konvensional dan cepat untuk

analisis E.coli di sampel air. Perbandingan dilakukan pada kinerja keempat

metode yang diuji terhadap: (1) hasil pertumbuhan E.coli (recovery rate); (2)

total waktu pengujian yang diperlukan masing-masing metode; (3) Analisa biaya

yang meliputi biaya pembelian media, biaya laboratorium dan biaya gudang untuk

penyimpanan barang jadi selama pengujian belum selesai; (4) penghematan yang

bisa dilakukan dengan penerapan metode cepat.

1.3 Manfaat Penelitian

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh metode alternatif

pengujian E.coli yang optimum dari segi waktu pengujian, biaya pengujian

maupun biaya penyimpanan barang jadi untuk industri pangan yang mempunyai

karakteristik produk mudah rusak dan umur pakai pendek, sehingga memerlukan

waktu pengujian mikrobiologis yang cepat.

23

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori yang ada maka dapat dibuat hipotesa bahwa metode cepat

pengujian E.coli pada sampel air proses yang menggunakan medium berbasis

kromogenik/fluorogenik dapat memberikan: (1) hasil pertumbuhan yang sama

dengan medium standar konvensional; (2) metode cepat memerlukan total waktu

pengujian yang lebih pendek; (3) penggunaan metode cepat dapat memberikan

mengurangi biaya media, biaya laboratorium dan biaya gudang dingin; (4) dapat

menghemat biaya secara total .

24

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air dalam Proses Pengolahan Pangan

Dalam Pedoman Penerapan Cara Produksi Makanan Yang Baik (CPMB),

yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan, fungsi air sebagai

bahan baku dalam proses produksi pangan dibagi menjadi dua jenis. Jenis

pertama adalah air yang digunakan dalam proses pengolahan dan mengalami

kontak langsung dengan makanan, misalnya untuk mencuci bahan mentah,

merebus makanan, membuat uap untuk mengukus makanan dan lain-lain. Jenis air

ini harus memenuhi persyaratan air bersih (BPOM, 1996). Jenis kedua adalah air

yang menjadi bagian dari makanan (ingredien) misalnya untuk membuat kaldu,

larutan gula, larutan garam dan lain-lain (BPOM, 1996). Jenis air ini harus

memenuhi persyaratan air minum atau air bersih (BPOM, 1996; Codex, 2003).

Selain fungsi air sebagai bahan baku, air dalam proses produksi pangan juga

digunakan untuk pembuatan es dan untuk fungsi pembersihan. Air untuk

pembuatan es yang akan mengalami kontak langsung dengan makanan dibuat dari

air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum (BPOM, 1996; Codex, 2003).

Air untuk fungsi pembersihan, harus disediakan air dingin dan air panas dengan

kualitas air minum (Codex, 2003). Jouve (2000) menyebutkan bahwa air yang

digunakan dalam proses produksi harus memiliki kualitas air minum (potable

water) dengan kualitas mikrobiologis yang bagus. Dalam EC 98 (1998), yang

termasuk di dalam air yang ditujukan untuk konsumsi manusia adalah air untuk

minum, memasak, mempersiapkan makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya,

serta air untuk kebutuhan produksi makanan.

Definisi air bersih menurut CPMB adalah air yang dipergunakan untuk

keperluan sehari-hari, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 416/Menkes/Per/IX/1990 (Permenkes RI No.

416/1990) dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum menurut CPMB

adalah air yang kualitasnya memenuhi persyaratan Permenkes RI no. 416/1990

dan dapat langsung diminum (BPOM, 1996). Sejak tahun 2002, khusus untuk

persyaratan air minum, tidak lagi menggunakan Permenkes RI no. 416/1990

25

(Lampiran 16) tetapi diganti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Minum seperti pada Tabel 2 (DEPKES, 2002). Definisi air minum menurut

Kepmenkes No. 907/2002 adalah air yang didistribusikan melalui pipa untuk

keperluan rumah tangga, air yang didistribusikan melalui tangki air, air kemasan,

dan air yang digunakan untuk bahan makanan dan minuman yang disajikan

kepada masyarakat (DEPKES, 2002).

Dalam Codex CAC/RCP 1-1969, Rev.4-2003 tentang pasokan air minum

disebutkan bahwa pasokan air minum yang cukup dengan fasilitas yang memadai

untuk penyimpanan, distribusi dan kontrol suhu, harus tersedia, apabila

diperlukan,untuk memastikan keamanan pangan. Standar air minum (potable

water) harus mengacu pada edisi terakhir dari WHO Guidelines for Drinking

Water Quality, atau standar lain yang lebih tinggi (Codex, 2003). Definisi air

minum menurut WHO (2004) adalah semua air yang akan digunakan untuk

minum maupun air yang masuk dan ada di sistem distribusi air. Kandungan E.coli

atau bakteri koliform tahan panas harus negatif per 100 ml sampel air minum.

Standar WHO tersebut juga menjadi acuan untuk pembuatan standar kualitas air

minum di European Community sesuai dengan Council Directive 98/83/EC

tanggal 3 November 1998 tentang Quality of Water Iintended for Human

Consumption (EC, 1998).

Pembuatan air proses di PT Yummy Food Utama yang digunakan sebagai

sampel dalam penelitian ini mengalami berbagai tahap perlakuan untuk memenuhi

kualitas air minum yang dipersyaratkan Kepmenkes 907. Dalam Lampiran 18

bagan alir untuk tanki 3 terlihat bahwa air baku dilewatkan ke penangkap besi

(Fe) dan mangan (Mn), kemudian dinetralkan dengan filter carosek yang juga

berfungsi untuk pengatur pH ke 6.5 – 7.5. Selanjutnya adalah penyaringan secara

bertahap dengan membran filter ukuran 5µ kemudian 3µ, dan terakhir sterilisasi

dengan lampu UV. Pengujian air rutin dilakukan setiap hari Senin dan Rabu pada

7 titik sampling. Selama ini dengan pengujian setiap sangat jarang diperoleh hasil

koliform dan E.coli positif dalam air proses tersebut. Pembersihan tanki secara

rutin dilakukan setiap dua minggu, kecuali apabila ada kasus koliform positif

maka pembersihan diajukan ke hari Sabtu terdekat. Pembersihan dilakukan

26

dengan mencuci dan menggosok tanki, kemudian mengisi air sampai penuh

kembali dan mengalirkan uap panas ke dalam tanki sampai mencapai suhu 95oC.

Air yang sudah panas tersebut selain memanaskan tanki kemudian dialirkan juga

ke semua sistem distribusi yang ada.

2.2 Bakteri Indikator dalam Air Minum

Pengujian mikrobiologi pada sampel air umumnya dilakukan untuk melihat

kemungkinan terjadinya transmisi penyakit-penyakit yang dapat disebarkan oleh

air (waterborne desease). Beberapa mikrooganisme patogen yang mungkin

disebarkan melalui air (waterborne pathogen) adalah bakteri, virus dan parasit

intestinal. Bakteri patogen tersebut antara lain Vibrio cholerae, Shigella

dysentriae, Salmonella spp., Salmonella Typhi, Campylobacter jejuni.

Escherichia coli patogen (enterohaemorhagik, enterotoksigenik, enteropatogenik,

enteroinvasif), Aeromonas hydrophila, Pseudomonas aeruginosa, Yersinia

enterocolitica, Burkholderia pseudomallei, non-tuberculous mycobacteria, dan

Legionella spp.. Virus yang mungkin ada di air minum antara lain Adenovirus,

Norovirus dan Sapovirus, Rotavirus, Enterovirus, Poliovirus, Coxsackievirus,

Echovirus, Reovirus Adenovirus, Hepatitis A virus Hepatitis E virus, Hepatitis A

virus, Norwalk like virus, Astrovirus, Calcivirus, Epidemic non A non B

hepatitus. Sementara itu parasit intestinal yang mungkin ada di dalam air minum

antara lain Cryptosporidium parvum, Giardia lablia, Entamoeba histolytica

(Harrigan, 1998; Merck, 2004; WHO, 2006). Bahaya mikrobiologis lain yang

disebabkan oleh toksin yang diproduksi cyanobacteria (blue-green algae) seperti

Anabaena, Oscillatoria, Aphanizomenon, Nodularia, Microcystis, Nostoc, dan

Clyndrospermum (Harrigan, 1998).

Keamanan suatu air minum tidak hanya berhubungan dengan adanya bakteri

patogen akibat terjadinya kontaminasi fekal saja tetapi juga bisa berasal dari

organisme lain yang tumbuh di sistem perpipaan (dalam jalur distribusi dan

penyimpanan) atau yang berasal dari sumber air itu sendiri (WHO, 2006).

Idealnya, setiap sampel air minum diuji semua organisme patogen diatas sehingga

27

didapat air minum yang benar-benar sehat. Akan tetapi pengujian patogen pada

umumnya memerlukan waktu yang lama, sulit dikerjakan dan memerlukan biaya

yang besar sehingga dirasa tidak praktis untuk dilakukan dalam monitoring rutin.

Untuk itu diperlukan suatu organisme indikator yang memenuhi kriteria tertentu,

sehingga keberadaannya memberikan korelasi yang nyata dengan terjadinya

kontaminasi fekal di air tersebut (WHO, 2006).

Istilah organisme indikator sebenarnya dapat diaplikasikan ke setiap

kelompok organisme (baik secara taksonomik, fisiologis atau ekologis) yang

keberadaan ataupun ketidak beradaannya memberikan bukti tak langsung tentang

gambaran kondisi sample tersebut dimasa lalu atau gambaran kondisinya saat ini

dari suatu hal yang tidak di-investigasi secara langsung. Yang sering digunakan

sebagai indikator adalah kelompok koliform sebagai indikasi adanya kontaminasi

fekal, walaupun bisa juga digunakan sebagai indikator kurangnya pemanasan pada

pangan yang diproses panas (Harrigan, 1998). Istilah organisme indeks (index

organism) diusulkan oleh Ingram pada tahun 1977 (Harrigan, 1998) untuk

penanda dimana kehadirannya mengindikasikan kemungkinan keberadaan

patogen-patogen dari lingkungan yang sama. Istilah organisme penanda (marker

organism), yang awalnya digunakan dalam pengujian mikrobiologis air minum,

juga sering digunakan dalam pengujian kualitas dimana Escherichia coli telah

diketahui menjadi indikasi potensi bahaya dari kemungkinan adanya bakteri

patogen intestinal (Harrigan, 1998).

Organisme indikator/indeks/marker tersebut secara universal harus ada

dalam jumlah besar di feses manusia dan hewan berdarah panas lainnya, harus

dapat dideteksi dengan metode yang sederhana dan harus tidak tumbuh di air

alami (natural water) (WHO, 2006). Selain itu organisme tersebut juga harus ada

pada saat patogen yang dituju ada, jumlahnya harus jauh lebih banyak dari

patogen tersebut, dan harus lebih tahan terhadap kondisi lingkungan atau

manipulasi proses yang diterima (Harrigan, 1998).

Organisme indikator yang umum digunakan untuk indikasi kontaminasi

fekal adalah E.coli. Beberapa metode juga menggunakan koliform fekal sebagai

alternatif untuk test E.coli (WHO, 2006). Koliform yang pada awalnya digunakan

sebagai bakteri indikator tidak selalu mencerminkan telah terjadinya kontaminasi

28

fekal karena sebagian koliform berasal dari alam. Dilain pihak, hasil uji E.coli

dan koliform yang negatif bukan jaminan tidak ada patogen dalam sampel tersebut

karena protozoa dan virus umumnya lebih tahan terhadap perlakuan klorinasi dari

pada koliform. Selain itu, pemilihan jenis bakteri indikator dan metode analisa

juga akan berpengaruh terhadap interpretasi hasil, misalnya pemilihan E.coli

untuk indikator adalah khusus untuk strain biasa karena E.coli patogen tidak akan

terdeteksi dengan metode konvensional (Harrigan, 1998). Keterbatasan tersebut

menyebabkan Organisation for Economic Co-operation and Development

(OECD) bersama WHO dalam sidangnya di Geneva 24-25 April 2002

memutuskan bahwa ada kebutuhan akan parameter mikrobiologis dan metode

yang lebih baik untuk melakukan penilaian keamanan dan monitoring suatu air

minum (WHO, 2006).

Parameter uji mikrobiologis rutin yang dilakukan untuk sampel air adalah

total bakteri heterotrofik (Heterothropic Plate Count), koliform total, koliform

fekal (tahan panas), Escherichia coli, Streptococci fekal atau Enterococci faecalis,

Clostridia atau Clostridium perfringens (Merck, 2004).

Total bakteri heterotrofik

Bakteri yang terdapat di air sebagian besar dapat dikelompokkan dalam

tiga tipe yaitu: (a) bakteri akuatik (autochthonous); (b) organisme asli tanah; dan

(c) organisme yang biasanya hidup di pencernanaan manusia dan hewan.

Kebanyakan bakteri perairan adalah Gram negatif (seperti Pseudomonas,

Flavobacterium, Cytophaga, Acinetobacter, Chromobacterium), walaupun ada

beberapa bakteri Gram positif (seperti Corynebacteria, Micrococcus, Bacillus)

yang mungkin ditemukan (Harrigan, 1998).

Beberapa bakteri akuatik sangat sulit ditumbuhkan di media biasa kecuali

di CPS medium Apabila ditumbuhkan pada medium CPS maka hasilnya akan

sepuluh kali lipat daripada pertumbuhan di Nutrient Agar atau Plate Count Agar.

Bakteri seperti ini biasanya mempunyai temperature optimal di 25oC atau kurang,

dan plate harus diinkubasi sampai 14 hari (Harrigan, 1998).

Bakteri yang hidup di tanah bisa terbawa oleh air sehingga masuk ke

badan air. Yang termasuk ke golongan ini adalah spesies Bacillus, Sterptomyces,

29

dan anggota Enterobacteriaceae yang saprofitik seperti Enterobacter. Jenis

bakteri ini umumnya hidup di temperatur optimal sekitar 25oC dan dapat tumbuh

di Nutrient Agar atau Plate Count Agar (Harrigan, 1998).

Total bakteri heterotrofik atau Angka Lempeng Total (Total Plate Count)

memberikan indikasi keseluruhan dari sumber air tanah, efikasi dari proses

pengolahan air, kebersihan, dan kesempurnaan sistem distribusi air dengan

mengukur potensi pertumbuhan kembali mikroorganisme setelah air minum

diproses (re-growth/after-growth). Mikroorganisme umumnya akan tumbuh di

dalam air dan juga sebagai biofilm pada permukaan-permukaan (pipa, tanki, dll)

Jumlah total bakteri yang tinggi pada air minum yang telah diproses

mengindikasikan adanya pertumbuhan kembali mikroorganisme setelah proses

dan sebagai indikator tak langsung akan keberhasilan penghilangan patogen

selama proses tersebut. Perubahan total bakteri dalam sampel air mengindikasikan

perubahan kualitas mikrobiologis air atau kalau terjadi secara tiba-tiba merupakan

peringatan dini adanya polusi di sistem proses pengolahan air tersebut, yang

memerlukan penyelidikan segera. (Merck, 2004). Harrigan (1998) menyebutkan

bahwa kebanyakan, kondisi total bakteri yang tinggi bukan berasal dari fekal atau

pencemaran limbah tetapi dari bakteri saprofitik tanah. Walaupun tidak selalu

berarti ada patogen akan tetapi total bakteri yang tinggi dapat menyebabkan

masalah pada proses pembusukan pangan (food spoilage).

Koliform

Pengujian koliform total sudah digunakan sejak lama sebagai indikator

kualitas sanitasi secara umum. Bakteri bersifat aerob dan fakultatif anaerob,

Gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora (Harrigan, 1998; Merck,

2004). Ada yang motil dengan flagella peritrikus, ada yang berfimbria, dan ada

yang membentuk kapsul (Supardi dan Sukamto, 1999). Kemampuan membentuk

enzim β-galaktosidase dimiliki oleh 94-96% dari bakteri koliform (Harrigan,

1998; Merck, 2004). Sebagian besar bisa tumbuh dan memfermentasi laktosa

menjadi asam dan gas dalam waktu 24 jam pada temperatur inkubasi 35-37oC,

dengan adanya garam bile atau reagen selektif lainnya (Harrigan, 1998; Merck,

2004). Pertumbuhan di media agar sederhana : koloni berbentuk sirkuler dengan

30

diameter 1-3 mm, sedikit cembung, permukaan halus, tidak berwarna atau abu-

abu, jernih. Pada media MacConkey Agar dan Eosin Methylen Blue Agar : koloni

yang mampu memfermentasi laktosa akan berwarna merah muda dengan kilap

logam. Klebsiella dan Enterobacter membentuk koloni yang lebih besar dan

berlendir, sedangkan Proteus membentuk koloni yang menjalar atau swarming

(Supardi dan Sukamto, 1999).

Koliform umumnya hidup di saluran pencernakan manusia dan hewan

berdarah panas, tetapi ada juga yang berasal dari tanah dan air permukaan.

Walaupun banyak yang berasal dari fekal tetapi beberapa diantaranya adalah

bakteri heterotrofik yang dapat berkembang biak di berbagai jenis lingkungan

perairan. Yang termasuk dalam kelompok bakteri koliform adalah Escherichia,

Enterobacter, Klebsiella dan Citrobacter (Merck, 2004). Menurut Supardi dan

Sukamto (1999) yang termasuk koliform adalah Escherichia coli, Edwarsiella,

Citrobacter, Klebsiella, Enterobacter, Hafnia, Serratia, Proteus, Arizona,

Providentia, Pseudomonas dan basil parakolon. .

Keberadaan koliform tidak selalu berasal dari kontaminasi fekal di sumber air

akan tetapi mungkin dari pencemaran yang terjadi saat berada di sistem

pengolahan air atau distribusi dalam sistem yang tidak baik. Adanya koliform

mengindikasikan bahwa kemungkinan air tersebut telah terkontaminasi dengan

mikroorganisme yang bisa menyebabkan penyakit. Pada umumnya koliform

bersifat non-patogen, tetapi pada kondisi khusus juga bisa menyebabkan penyakit,

terutama pada orang-orang yang peka (Merck, 2004).

Koliform fekal

Koliform fekal atau dikenal juga sebagai bakteri koliform tahan panas

adalah bakteri yang dengan adanya garam bile atau reagen selektif lainnya, bisa

tumbuh dan memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas apabila diinkubasi pada

temperatur 44 - 45,5oC. Temperatur inkubasi dalam kisaran tersebut adalah faktor

yang kritis dan penggunaan penangas air adalah wajib (Harrigan, 1998). Koliform

fekal mempunyai probailitas lebih besar berasal dari fekal daripada koliform

biasa yang bisa berasal dari fekal atau non fekal (Pierson & Smooth, 2001).

31

Kehadirannya di air minum adalah indikasi kuat bahwa belum lama

berselang telah terjadi kontaminasi limbah atau kotoran hewan. Kelompok bakteri

yang didominasi oleh Escherichia coli dan galur-galur Klebsiella yang tahan

panas ini lebih berkaitan dengan adanya kontaminasi fekal daripada total bakteri

koliform, sehingga keberadaannya dalam air minum umumnya tidak bisa diterima

(Merck, 2004).

Escherichia coli.

Escherichia coli adalah koliform fekal yang memfermentasi laktosa,

menghasilkan gas dan asam pada suhu 35-37oC dan 44 - 45.5 oC (meliputi 90%

dari E.coli). Sifat biokimia lainnya yang digunakan untuk identifikasi secara

konvensional adalah reaksi methyl red positif, reaksi Voges-Proskauer negatif,

tidak dapat menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, dan memiliki

reaksi indol positif. Pembentukan indol terjadi karena E.coli mempunyai enzim

tryptophanase yang dimiliki oleh 99% strain E.coli yang disebut strain E.coli tipe

1 (Harrigan, 1998; Merck, 2004). Sifat enzim lain yang diketahui adalah yaitu

96% dari strain E.coli mempunyai aktifitas enzim β-D-galaktosidase (GAL) dan

enzim β-D-glukuronidase (GUD). Seperti halnya koliform fekal, E.coli dapat

dideteksi dengan menumbuhkan pada media selektif cair atau agar pada suhu

lebih tinggi (44 atau 45,5oC) menggunakan penangas air (Merck, 2004).

Escherichia coli adalah spesies dari kelompok bakteri koliform yang

biasanya menghuni usus manusia atau hewan berdarah panas. Adanya E.coli di

air minum mengindikasikan bahwa belum lama berselang telah terjadi polusi yang

berasal dari fekal (air kotor atau kotoran hewan) karena E.coli jarang berkembang-

biak di lingkungan perairan (Merck, 2004). Patogen yang lebih tahan terhadap

kondisi lingkungan atau teknologi sanitasi mungkin masih ada di air yang telah

ditreatment walaupun hasil uji E.coli negatif (Harrigan, 1998; WHO, 2006).

Dengan demikian sampel yang terdeteksi positif E.coli belum tentu masih

mengandung patogen, sebaliknya apabila di sampel tersebut ada patogen yang

lebih tahan terhadap perlakuan selama pemrosesan air daripada E.coli maka

kemungkinan hasil test E.coli akan negatif.

32

Klasifikasi E.coli dilakukan berdasarkan reaksi biokimia dan serotipenya.

Berdasarkan serotipe, E.coli bisa dibedakan atas adanya antigen somatic (O) dan

antigen flagelar (H), yaitu enteropathogenic E.coli (EPEC), enterotoxigenic E.coli

(ETEC), enteroinvasive E.coli (EIEC), diffuse-adhering E.coli (DAEC),

enteroaggregative E.coli (EAEC), dan enterohemorrhargic E.coli (EHEC).

Diantara kelompok E.coli penyebab penyakit karena pangan (foodborne illness)

dan menyebabkan sakit yang parah adalah EHEC (Meng et.al. 2001).

Walaupun E.coli merupakan bakteri yang paling banyak digunakan

sebagai indikator kontaminasi fekal tetapi kegagalan dalam mendeteksi E.coli

tidak selalu berarti bahwa tidak ada patogen enterik di sana (Pierson & Smooth,

2001).

Enterococci.

Enterococci spp. adalah bakteri gram positif, katalase negatif, berbentuk

cocci, dan biasanya tumbuh pada temperatur 45oC dalam 6,5% NaCl dan pH 9,6

(Merck, 2004). Sumber dari Enterococci adalah material fekal manusia, hewan

(berdarah panas maupun dingin) dan tanaman. Enterococci berbeda dari koliform

dalam hal ketahanannya terhadap garam (6,5% NaCl) dan relatif tahan terhadap

pembekuan. Beberapa Enterococci (Enterococcus faecalis dan E.faecium) juga

relatif tahan panas dan mungkin bisa bertahan pada suhu pasteurisasi susu

(Pierson & Smooth, 2001).

Jumlah Enterococci dalam kotoran manusia lebih sedikit daripada

koliform fekal dan E.coli dan jarang ditemukan, sehingga membatasi

penggunaannya sebagai bakteri indikator dalam proses air minum. Selain itu

Enterococci jarang tumbuh di lingkungan, lebih tahan terhadap berbagai proses

perlakuan dan disinfeksi dibandingkan bakteri koliform, coliphage dan virus

(Merck, 2004).

Di Amerika Serikat Enterococci dapat digunakan sebagai indikator untuk

melakukan monitoring kualitas air di area rekreasi pantai karena Enterococci

lebih tahan terhadap kadar garam tinggi dibandingkan dengan E.coli. Enterococci

adalah indikator efisiensi dari suatu sistem pengolahan air. Enterococci seringkali

digunakan sebagai indikator kedua untuk sampling ulangan setelah ditemukan

33

koliform atau E.coli dalam suatu sistem distribusi air. Selain itu Enterococci juga

digunakan sebagai indikator dalam monitoring rutin untuk sumber utama air yang

baru dibuat atau setelah perbaikan sistem distribusi. Test Enterococci dilakukan

untuk mendapatkan data tambahan terhadap karakteristik suatu sistem air alam

karena mereka sangat jarang bekembang biak di alam (Merck, 2004). Karena bisa

bertahan di peralatan lingkungan proses produksi dalam jangka waktu yang

panjang, maka Enterococci bisa juga digunakan untuk mengidentifikasi buruknya

kualitas pelaksanaan proses produksi (Pierson & Smooth, 2001).

Clostridia

Indikator yang terakhir adalah Clostridia dan Clostridium perfringens yang

sesuai untuk indikator survival virus dan kista protozoa di air minum, atau ookista

di air minum yang diolah (apabila sampah diduga sebagai sumber kontaminasi).

Keduanya tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai parameter rutin

dalam pemeriksaan kualitas air karena spora Clostridia dapat terakumulasi dan

bertahan dalam waktu yang lama di alam (Merck, 2004).

Clostridium perfringens adalah bakteri anaerobik, Gram positif, bentuk

batang berspora, berkaspula, dan non motil. Ukuran sel bervariasi tergantung jenis

media pertumbuhan, misalnya pada medium yang mengandung glukosa selnya

pendek sedang pada media sporulasi yang mengandung pati ukurannya akan lebih

panjang. Selain bisa dijadikan indikator, bakteri ini sendiri bersifat patogen

terhadap manusia dan hewan karena mampu memproduksi enterotoksin yang bisa

menyebabkan diare dan gas gangrene (Labbe, 1992)

2.3 Standar Kualitas Mikrobiologis Air Minum

Walaupun ada beberapa macam bakteri indikator untuk kualitas

bakteriologis air minum, tetapi di Kepmenkes 907/2002 yang mengatur kualitas

bakteriologis air minum di Indonesia hanya menggunakan koliform total, E.coli

(atau koli fekal). Persyaratan kualitas bakteriologis air minum maupun yang

masuk ke sistem distribusi air minum seperti pada Tabel 2, adalah harus bebas

bakteri koliform total, E. coli atau koli fekal per 100 ml sampel.

34

Tabel 2 Persyaratan kualitas bakteriologis air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002

Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan a. Air Minum E. coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel 0 b. Air yang masuk sistem distribusi E. coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel 0 Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel 0 c. Air pada sistem distribusi E.coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel 0 Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel 0

Sumber: Depkes (2002)

Dalam National Drinking Primary Water Standard yang dikeluarkan oleh

United States Environmental Protection Agency, USEPA 816-F-01-007 - Office of

Water (4606) disebutkan bahwa Maximum Contaminant Level Goal (MCLG)

koliform total (termasuk koliform fekal dan E.coli ) dalam sampel air harus nol

(zero). Jumlah sampel yang mungkin mengandung koliform total (positif) tidak

lebih dari 5% dari total sampel sebulan. Untuk sistem air yang jumlah sampel per

bulannya kurang dari 40, maka jumlah sampel yang mungkin positif tidak boleh

lebih dari satu dalam sebulan. Setiap sampel yang ada koliform totalnya harus

dianalisa untuk E.coli atau koliform fekal, untuk memastikan apakah tercemar

material fekal hewan. Dari hasil pemeriksaan lanjutan tersebut mungkin saja

ternyata dalam sampel tersebut tidak terkandung E.coli atau koliform fekal. E.coli

atau koliform fekal termasuk dalam kelompok koliform total (USEPA, 2001).

Dalam WHO Guidelines for Drinking–water Quality (WHO, 2004)

disebutkan bahwa adalah tidak mungkin melakukan monitoring air minum untuk

setiap mikroba pathogen yang mungkin ada. Yang paling umum digunakan

sebagai bakteri penanda (marker organism) adalah Escherichia coli dan koliform.

Koliform adalah satu kelompok bakteri yang terdiri dari Escherichia (termasuk E.

coli), Klebsiella, Citrobacter, dan Enterobacter. Koliform sebagai organisme

indikator mengindikasikan adanya sanitasi yang buruk dari air maupun suatu

proses produksi. E. coli sebagai organisme indek mengindikasikan adanya potensi

bakteri enterik lain penyebab penyakit karena adanya kontaminasi fekal (Merck,

35

2004). Koliform berasal dari lingkungan sedangkan koliform fekal dan E. coli

berasal dari kotoran fekal hewan maupun manusia (USEPA, 2001).

Standar untuk air minum menurut KEPMENKES 907, Council Directive

98/83/EC maupun WHO adalah kandungan bakteri koliform maupun E. coli harus

negatif dalam 100 ml sampel air minum (Depkes, 2002; EC, 1998; dan WHO,

2004). USEPA (2001) mensyaratkan bahwa dalam satu bulan jumlah sampel

yang positif koliform tidak boleh lebih dari 5% dari total sampel dan untuk system

yang jumlah sampelnya kurang dari 40 per bulan maka tidak boleh lebih dari satu

sampel yang positif koliform. Semua sampel yang positif koliform harus

dianalisa E. coli atau koliform fekal (cukup salah satu) untuk menentukan apakah

ada pencemaran dari fekal manusia atau hewan.

2.4 Metode Pengujian Bakteri Koliform dan E.coli

Salah satu alasan mengapa koliform total dan E.coli paling banyak

digunakan sebagai bakteri indikator adalah karena cara pengujiannya yang relatif

mudah dan cepat. Pengujian mikrobiologis mungkin memberikan akurasi hasil

yang bervariasi karena pemilihan medium pertumbuhan dan temperatur inkubasi.

Disamping itu, kondisi asal dan umur sampel air dapat mempengaruhi spesies

yang terisolasi serta jumlahnya (WHO, 2006). Media yang digunakan untuk

pengujian koliform dan E. coli bisa media konvensional yang berbasis fermentasi

karbohidrat atau media cepat yang berbasis fluorogenik dan/atau kromogenik.

Media konvensional pada umumnya berdasarkan pada kemampuan bakteri

koliform dalam memfermentasi laktosa oleh enzim ß-D-galactosidase,

menghasilkan asam dan gas. Asam yang terbentuk akan mengubah indikator yang

ada dalam media tersebut menjadi warna tertentu, baik pada media maupun pada

koloni bakteri. Gas yang terjadi karena fermentasi laktosa akan ditangkap dengan

tabung durham pada medium cair atau akan menimbulkan rekahan di media padat.

Beberapa reaksi lain yang mungkin timbul (sesuai komposisi medianya) adalah

terbentuknya kilap logam (Endo Agar dan EMB agar) atau terjadinya presipitat

disekitar koloni pada Violet Red Bile Agar (Manafi, 1996; Merck, 2005).

Beberapa media konvensional yang umum digunakan yaitu Lactose Broth

(LB), Brilliant Green Bile 2% Broth (BGLB), Lauryl Sulfate Tryptose

36

Broth/Lauryl Tryptose Broth (LST), MacConkey Broth (MCB), MacConkey Agar

(MCA), EC Broth/Medium, Violet Red Bile Agar (VRBA), Endo Agar, Eosin

Methylen Blue Agar (EMBA), Levine EMB Agar (LEMBA), m-Endo Agar LES,

A 1 Medium, dan P-A Broth (APHA, 2005; ISO, 2004; Merck, 2005; USEPA,

2007).

Secara umum, penggunaan media konvensional untuk pengujian bakteri

indikator masih belum bisa membedakan antara bakteri laktose positif, bakteri

kelompok koliform dan bakteri E. coli. Untuk membedakannya diperlukan

tahapan identifikasi atau konfirmasi dari koloni terduga yang tumbuh di media

agar untuk isolasi. Porses identifikasi tersebut selain memerlukan waktu yang

banyak, juga memerlukan beberapa tahapan pengerjaan (Manafi, 1996).

Kebutuhan untuk mendapatkan hasil pengujian mikrobiologis secepatnya,

terutama untuk produk pangan yang masa pakainya singkat, mendorong berbagai

penelitian tentang media yang lebih cepat, praktis dan akurat. Beberapa media

baru yang sesuai dengan kebutuhan tersebut sudah mulai diterima dan diakui oleh

beberapa Lembaga Internasional seperti APHA, WHO, USEPA, ISO, dan FDA.

Umumnya media yang digunakan adalah yang menggunakan enzim spesifik

sebagai target penanda suatu mikroorganisme tertentu (APHA, 2005; ISO, 2001;

USEPA, 2007, WHO, 2002).

Suatu mikroorganisme bisa mempunyai satu atau lebih enzim yang

spesifik dan esklusif, yang dapat menggunakan substrat tertentu yang sesuai

(misalnya substrat-enzim fluorogenik dan khromogenik). Substrat tersebut

dicampurkan kedalam media (cair atau padat) yang dipergunakan untuk

menumbuhkan organisme tersebut. Penemuan substrat tersebut telah memicu

pengembangan sejumlah besar metode untuk identifikasi mikroorganisme, bahkan

untuk media isolasi awal. Penambahan substrat-enzim ini ke medium selektif

dapat menghilangkan kebutuhan untuk subkultur dan test biokimia lanjutan untuk

meyakinkan identitas suatu mikroorganisme tertentu (Manafi, 1996; Manafi,

2000).

37

Enzim

Methyl-umbelliferon

Karbohidrat

Enzim

Tak Berwarna

Fluoresensi Sinar UV 366 nm

Enzim ß-D-Glucurondase

Media Fluorogenik

Media substrat-enzim fluorogenik umumnya mengandung substrat yang

spesifik terhadap enzim tertentu (seperti gula atau asam amino) dan fluorogen

(seperti 4-methylumbelliferone), yang interaksinya dapat mengubah sinar UV

menjadi sinar yang tampak. Sebagian besar enzim-substrat yang sering digunakan

adalah coumarin (Manafi, 1996). Substrat methylumbelliferyl bersifat larut air,

sangat sensitif dan sangat spesifik. Karena sifatnya yang terpengaruh oleh pH,

terdifusi secara kuat ke media padat, dan perlu lampu UV untuk mendeteksi, maka

penggunaan substrat in menjadi terbatas. Substrat fluorogenik yang paling umum

digunakan adalah MUG atau methylumbelliferyl glucuronidase (Manafi, 2000).

Secara umum reaksi yang terjadi pada media fluorogenik tampak pada

Gambar 1. Enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang tumbuh di media

fluorogenik akan memecah ikatan komplek substrat karbohidrat dengan

methylumbelliferron. Gugus karbohidrat akan dipecah oleh enzim dan gugus

methylumbelliferil akan dilepaskan ke media. Apabila disinari dengan lampu UV

panjang gelombang 365 nm atau 366 nm akan tampak sinar fluoresen biru pada

media cair atau pada koloni terduga yang tumbuh di media agar (Manafi, 1996;

Merck, 2004; APHA, 2005).

Media

Gambar 1 Skema umum reaksi enzim-substrat Methyl-umbelliferon pada media fluorogenik menghasilkan fluoresensi pada media cair dan koloni dibawah lampu UV 366 nm

38

Media cepat yang dikembangkan dari media konvensional dengan

penambahan substrat fluorogenik MUG dapat digunakan untuk menumbuhkan,

sekaligus membedakan E.coli dari bakteri lainnya. Contoh pengembangan media

konvensional menjadi media cepat fluorogenik dari adalah media VRBA with

MUG (APHA, 2005; FDA, 2002) dan media EC Broth with MUG (APHA, 2005).

Dalam Manafi (2000) disebutkan jumlah MUG yang ditambahkan ke media

konvensional adalah 50 µg/ml (BGLB, LB, ECB, LTB), 100 µg/ml (LTB), 150

µg/ml (MCB), dan 200 µg/ml (VRBA).

Beberapa contoh media cair yang menggunakan MUG, yang tersedia

secara komersial di pasar adalah Fluorocult LMX Broth, Readycult Coliform,

Colilert, Coliquick, dan Colisure (Tabel 3). Selain itu beberapa contoh media

konvensional yang sudah mengandung MUG didalamnya adalah Fluorocult®

LMX broth, Fluorocult® Lauryl Sulfate Broth, Fluorocult® BRILA Broth,

Readycult® Coliform, Fluorocult® VRBA, Fluorocult® MacConkey Agar,

Fluorocult® E.coli O157:H7 (Merck, 2005).

Media Kromogenik

Substrate-enzim kromogenik adalah senyawa-senyawa yang bertindak

sebagai substrat terhadap suatu enzim spesifik, dan berubah warna karena kerja

dari enzim tersebut. Secara umum, berdasarkan reaksi kimianya, empat kelompok

senyawa kromogenik dapat dikenali dan dideskripsikan oleh Manafi pada tahun

1998. Turunan indolil bersifat larut air dan tahan panas sehingga bisa digunakan

di media agar. Turunan indolil yang sering digunakan antara lain: 5-bromo-4-

chloro-3-indolyl (X), 5-bromo-6-chloro-3-indolyl (magenta), atau 6-chloro-3-

indolyl (salmon), dan semuanya terbukti tidak terdifusi di agar (Manafi, 2000).

Manafi (2000) menyebutkan bahwa substrat kromogenik yang sering

digunakan adalah ONPG (o-nitrophenyl-ß-D-galactopyranoside; Salmon-GAL (6-

bromo-3-indolyl-ß-D-galactopyranoside); XGAL (5-bromo-4-chloro-3-indolyl-ß-

D-galactopyranoside); XGLUC atau BCIG (5-bromo-4-chloro-3-indolyl-b-D-

glucuronide); CPRG (chlorophenol red ß-galactopyranoside); dan TTC

(Tryphenyl Tetrazolium Chloride).

39

Pada Gambar 2 terlihat reaksi umum dari enzim-substrat pada media

kromogenik. Enzim spesifik yang dilepaskan oleh suatu mikroorganisme akan

menggunakan karbohidrat dari komplek karbohidrat-indolil yang ada di media

sebagai sumber karbon. Dua gugus indolil yang lepas akan saling berikatan, dan

dengan adanya oksigen akan membentuk warna tertentu, tergantung jenis indolil

dari kromogen yang digunakan. Karena pembentukan warna memerlukan oksigen

maka ketersediaan udara yang cukup di botol atau cawan petri menjadi sangat

penting (Manafi, 1996; Manafi, 2000).

Gambar 2 Skema umum reaksi enzim-substrat indolyl dalam media kromogenik

menghasilkan warna tertentu pada koloni.

Contoh media kromogenik yang sudah tersedia di pasar adalah yang

menggunakan X-GAL sehingga memberikan warna biru (Tabel 3) adalah

Fluorocult LMX Broth, Readycult Coliform Medium, EMX Agar, C-EC-MF Agar,

Coli ID, Rapid E.coli 2, Coli Complete, ColiBag, Pathogel, dan E.colite. Media

kromogenik yang menggunakan ONPG sehingga memberikan warna kuning

(Tabel 3) adalah Colilert dan Coliquick. Substrat CRPG memberikan warna merah

digunakan pada media Colisure. Substrat lain yang juga memberikan warna

merah adalah Salmon GAL, dan digunakan pada media Chromocult Coliform

Agar, CHROM Agar ECC, E coli /Coliforms, Coliscan, HiChrom ECC.

Enzim Indolyl

Karbohidrat

Enzim

Tak Berwarna

ikatan indolyl + O 2 ���� warna

+

O2

Glucuronide dan Galactoside

Enzim ß-D-glucuronidase dan ß-D-galactosidase

40

Media Simultan untuk Koliform dan E.coli

Baik koliform maupun E.coli sampai saat ini masih sangat penting sebagai

indikator kualitas air dan produk pangan secara umum sehingga akan sangat

berguna apabila ada suatu media yang dapat mendeteksi keduanya sekaligus

dalam waktu yang bersamaan. Beberapa percobaan telah dilakukan dan metode

baru sudah diperkenalkan yaitu yang berdasar pada deteksi enzim ß-D-

galactosidase (ß-GAL) dan enzim ß-D-glucuronidase (GUD) menggunakan

substrat fluorogenik dan/atau khromogenik (Manafi & Rosmann, 1998b). Enzim

ß-D-galactosidase (ß-GAL) yang dimiliki oleh 98% koliform (Manafi, 1995).

Enzim ß-D-glucuronidase (GUD) yang dimiliki oleh 98% E.coli dan 99% E.coli

memberikan reaksi indol positif (Manafi, 1995 dan 1996). Akan tetapi ada 3-4%

E.coli ternyata memiliki sifat MUG negatif dan GAL positif, misalnya E.coli

O157 (Merck, 2005).

Gambar 3 Skema umum reaksi enzim-substrat indolyl dalam media kromogenik

dengan dua macam kromogen.

Enzim Indolyl

Karbohidrat

Enzim

Tak Berwarna

+

O2 Chloroindigo Bromochloroindigo

Coliforms dan E.coli

E.coli

X-Gluc dan Salmon GAL (+) E.coli

Glucuronidase dan Galactosidase

Glucuronide dan galactoside

41

Media yang digunakan untuk pengujian simultan koliform dan E. coli pada

Tabel 3 ada yang mengandung dua macam substrat kromogenik, ada pula yang

mengandung kromogenik dan fluorogenik sekaligus. Untuk media yang

mengandung substrat kromogenik lebih dari satu maka akan tampak dua atau

lebih warna koloni yang berbeda untuk jenis bakteri yang berbeda. Contoh dari

media tersebut adalah Chromocult® Coliform Agar, CHROM Agar ECC,

E.coli/Coliforms, ColiScan, dan HiChrome ECC (Salmon GAL-merah dan

XGLUC-violet); Coli ID dan Rapid E.coli 2 (XGAL-biru dan Salmon Glu-rose

violet); dan m-Coliblue (TTC dan XGluc (Manafi, 2000).

Contoh reaksi yang terjadi apabila menggunakan dua macam kromogen

sekaligus ada pada Gambar 3, yaitu untuk media Chromocult® Coliform Agar.

Pada gambar tersebut terlihat dua macam reaksi warna yang terjadi dari peruraian

enzim-substrat yaitu merah salmon (dari enzim Galactosidase yang dimiliki oleh

koliform dan E.coli) dan hijau torquise (dari enzim Glucuronidase yang dimiliki

oleh E.coli). E.coli menghasilkan kedua macam enzim sehingga akan terjadi

warna purple yang merupakan campuran dari merah salmon dan hijau torquise

tersebut (Manafi, 2000; Merck, 2004; Merck 2005).

Dalam suatu kultur bakteri campuran, warna yang tampak untuk akan ada

empat macam, yaitu merah salmon untuk koliform (GAL positif), purple (GAL

positif dan GUD positif) untuk E.coli, hijau torquise untuk bakteri dengan sifat

GUD positif dan GAL negatif, serta koloni tak berwarna untuk

Enterobacteriaceae lainnya (Manafi, 2000; Merck, 2004; Merck 2005).

Kemungkinan kedua adalah media simultan yang menggunakan kombinasi

kromogenik dan fluorogenik sekaligus. Pada media jenis ini maka selain timbul

warna spesifik juga muncul fluoresensi apabila dilihat dibawah lampu UV 366 nm.

Media simultan yang sudah ada di pasaran antara lain tampak pada Tabel 3,

yaitu yang berbentuk media cair, berbentuk media padat, atau juga sistem lain.

Yang berbentuk media cair adalah Fluororcult® LMX Broth, Readycult coliforms,

ColiLert, Coliquick, Colisure. Yang berbentuk media padat adalah EMX –agar,

C-EC-MF-Agar, Chromocult Coliform Agar, Coli ID, CHROMagar ECC,

Rapid’ E.coli 2, E.coli/Coliforms, ColiScan, MI-agar, dan HiCrome ECC.

42

Kelompok ketiga adalah yang menggunakan sistem lain yaitu, ColiComplete,

ColiBag/Water check, Pathogel, E. colite, m-Coliblue (Manafi, 2000).

Tabel 3 Penggunaan berbagai substrat kromogenik dan fluorogenik dalam media untuk deteksi E.coli dan koliform

Medium Substrat a / Warna Manufaktur Koliform E. coli Media cair Fluororcult® LMX Broth XGAL/biru-hijau MUG/fluoresen biru Merck (Jerman) Readycult Coliform XGAL/MUG MUG/fluoresen biru Merck (Jerman) ColiLert ONPG/kuning MUG/fluoresen biru IDEXX (USA) Coliquick ONPG/kuning MUG/fluoresen biru Hach (USA Colisure CPRG/merah MUG/fluoresen biru IDEXX (USA) Media Padat Fluorocult® Agars - MUG/fluoresen biru Merck (Jerman) TBX Agar - BCIG/biru OXOID (UK), Merck

(Jerman)) Uricult Trio - HOQ/hitam Orion (Finnland) EMX -agar XGAL/biru MUG/fluoresen biru Biotest (Jerman) C-EC-MF-Agar XGAL/biru MUG/fluoresen biru Biolife (Italy) Chromocult Coliform Agar

SalmonGal/merah XGLUC/biru-violet Merck (Jerman)

Coli ID XGAL/biru SalmonGlu/rose-violet bioMerieux (France) CHROMagar ECC SalmonGal/merah XGLUC/purple Chromagar (France) Rapid’ E.coli 2 XGAL/biru SalmonGlu/purple Sanofi (France) E.coli/Coliforms SalmonGal/merah XGLUC/purple OXOID (UK), ColiScan SalmonGal/merah XGLUC/purple MicrologyLab.(USA) MI-agar MUGal/fluoresen

biru Indoxyl/biru Brenner et al. (1993)

HiCrome ECC SalmonGal/merah XGLUC/biru Union Carbide (USA)

Sistem Lain ColiComplete XGAL/biru MUG/fluoresen biru Biocontrol (USA) ColiBag/Water check XGAL/biru-hijau MUG/fluoresen biru Oceta (Kanada) Pathogel XGAL/biru MUG/fluoresen biru Charm Sci.(USA) E. colite XGAL/biru MUG/fluoresen biru Charm Sci.(USA) m-Coliblue TTC/merah XGLUC/biru Hach (USA) a) Singkatan: ONPG (o-nitrophenyl-ß-D-galactopyranoside); Salmon-GAL (6-bromo-3-indolyl-

ß-D-galactopyranoside); XGAL (5-bromo-4-chloro-3-indolyl-ß-D-galactopyranoside); CPRG (chlorophenol red ß-galactopyranoside); XGLUC atau BCIG (5-bromo-4-chloro-3-indolyl-ß-D-glucuronide); MUG (4-methylumbelliferyl-ß-D-glucuronide); TTC (Tryphenyl Tetrazolium Chloride); HOQ (Hydroxyquinoline-ß-D-glucuronide) Sumber : Manafi, 2000

Beberapa aplikasi media kromogenik dan fluorogenik untuk mikrobiologi

pangan dan air adalah untuk Enterobacteriaceae, Enterococci, Staphylococcus

aureus, Clostridium perfringens, Bifidobacteria dan Lactic acid bacteria, Listeria

monocytogenes, dan Bacillus cereus. Yang paling banyak berkembang saat ini

adalah media untuk pengujian Enterobacteriaceae yang meliputi media untuk

43

koliform, E.coli, E.coli O157:H7, koliform dan E.coli secara simultan, dan

Salmonella (Manafi, 2000).

2.5 Metode Pengujian Koliform dan E. coli.

Empat metode pengujian untuk bakteri koliform dan E.coli yang paling

umum dilakukan adalah metode Angka Paling Mungkin (Most Probable Number

atau Multiple-tube Fermentation Technique), metode Angka Koliform Total

(Total Coliform Count), metode Membrane Filtrasi (Membrane Filtration

Technique), atau metode Positif/Negatif (Presence Absence Procedure) melalui

fase pendugaan–penegasan (presuptive–confirmed phase) atau test lengkap

(APHA, 2005; Merck, 2004). Setiap teknik bisa diaplikasikan dalam keterbatasan

spesifikasinya dan dengan memperhatikan tujuan pemeriksaan. Agar dapat

memberikan hasil yang valid maka diperlukan penerapan prosedur Quality

Control yang ketat (APHA, 2005). Beberapa metode acuan baik nasional maupun

internasional menggunakan beberapa metode sekaligus (Tabel 4), sehingga

pemakai dapat memilih metode yang cocok dengan jenis sampel dan situasi yang

ada di laboratoriumnya.

Tabel 4 memberikan contoh beberapa metode pengujian koliform, E.coli

dan koli fekal beserta media yang digunakan, menurut referensi ISO, APHA, FDA,

SNI, dan USEPA. USEPA tampaknya lebih cepat mengadopsi teknologi

kromogenik fluorogenik dengan mengakui penggunaan EC-MUG, LMX,

Readycult Coliform, dan Chromocult Coliform Agar.

Angka Paling Mungkin

Angka Paling Mungkin (APM) atau Most Probable Number (MPN) atau

Multiple Tube Technique adalah modifikasi dari Presence Absence Test (P/A).

Sampel yang ditambahkan dibagi ke beberapa tabung yang berbeda dengan

volume larutan sampel yang sama (Merck, 2005). Seri pengenceran tersebut

menghitung perkiraan konsentrasi mikroba dalam sampel sehingga disebut angka

paling mungkin (FDA, 2006). APM terutama cocok untuk sampel dengan

konsentrasi organisme yang rendah (<100/g), terutama susu dan air, dan untuk

44

pangan yang bahan-bahan yang terkandung di dalamnya mungkin akan

mengacaukan akurasi perhitungan koloni (FDA, 2006).

Tabel 4 Metode dan media yang digunakan dalam dalam beberapa metode referensi untuk pengujian koliform, E.coli dan koli fekal

Metode / Media Metode Standar *) Koliform E.coli Koli Fekal Metode Angka Paling Mungkin LST => BGLB dan EC Broth USEPA, FDA, APHA, SNI √ √ √ LST - MUG USEPA, FDA, APHA √ √ Fluorocult LMX, Colilert USEPA √ √ √ Metode Angka Lempeng Total Chromocult® Coliform Agar USEPA, AOAC TBX Agar ISO 16649-2:2001 √ VRBA ISO 4832, FDA, APHA √ VRBA - MUG FDA, APHA √ √ Metode Membran Filtrasi m-Endo, LES-Endo, mFC, M-1 USEPA, APHA √ Chromocult® Coliform Agar, USEPA √ √ Metode Presence Absence P-A Broth => BGLB USEPA, APHA √ LST => EC Broth USEPA √ √ A-1 Broth (direct media) APHA √ Readycult Coliform USEPA *) Keterangan dari singkatan nama : International Organization for Standardization (ISO, 2001); American Public Health Association (APHA, 2005); Food and Drug Association – Bacteriological Analytical Manual (FDA, 2002); United State Environment Protection Agency (USEPA, 2007); Standar Nasional Indonesia (SNI)

Hanya mikroorganisme hidup yang terhitung dengan metode APM.

Karena bakteri di dalam suatu sampel membentuk rantai yang tidak terpisahkan

selama persiapan sampel dan pengenceran, maka APM harus diputuskan sebagai

perkiraan growth units (GUs) atau colony-forming units (CFUs), bukan sebagai

individu bakteri (FDA, 2006). Esensi dari metode APM adalah untuk

mengencerkan sampel sampai ke suatu tingkat dimana inokula di dalam tabung

akan (kadang kala, tetapi tidak selalu) mengandung organisme hidup (FDA, 2006).

Dari jumlah tabung yang ada pertumbuhan pada setiap seri pengenceran

yang dihitung akan dibandingkan ke tabel tertentu sesuai dengan jenis seri

pengenceran yang dipakai misal 3, 5, 8, dan 10 tabung (FDA, 2006). Apabila

kemungkinan jumlah organisme dalam sampel sangat rendah maka jumlah sampel

45

a.Media Lauryl Sulfate Broth (positif = gas dan keruh)

b. Media Fluorocult LMX Broth

(positif = warna hijau)

diperbanyak (10 ml atau bahkan 100 ml) kemudian ditambahkan ke medium

double strength atau dengan volume yang setara (Harrigan, 1998)

Gambar 4 Pertumbuhan E.coli dalam media Lauryl Sulfate Broth dan Fluorocult® LMX Broth pada metode Angka Paling Mungkin

Media yang umum digunakan untuk APM adalah Lactose Broth (LB) atau

Lauryl Sulfate Broth (LSB) untuk uji pendugaan koliform (presumptive coliform).

Apabila terjadi gas dan media menjadi keruh di LB/LTB seperti di Gambar 4a,

maka dilakukan uji penegasan koliform (confirmed coliform) ke media Brilliant

Green Bile 2% Broth (BGLB) dan uji pendugaan E. coli ke media EC Broth. Uji

penegasan E. coli dilakukan dengan menginokulasikan tabung EC broth positif ke

media Levine EMB Agar. Dari hasil uji penegas yang positif kemudian dilakukan

inokulasi ke medium Nutrient Agar (NA) atau Plate Count Agar (PCA) untuk

keperluan uji konfirmasi IMVIC (APHA, 2005; FDA, 2006).

Beberapa media baru yang digunakan untuk APM adalah media yang

mengandung fluorogenik, kromogenik atau keduanya. Beberapa media yang

mengandung fluorogenik misalnya EC-MUG (APHA, 2005), Fluorocult® Lauryl

Sulfate Broth, Fluorocult® Brilliant Green Lactose Broth (Merck, 2005). Media

yang lain mengandung baik fluorogenik dan kromogenik misalnya Fluorocult®

LMX Broth. Hasil uji penduga positif apabila terjadi perubahan warna media

46

menjadi hijau kebiruan, yang biasanya mulai dari bagian atas tabung seperti

tampak di Gambar 4 b (Manafi, 2000; Merck, 2004).

Angka Lempeng Total.

Angka Lempeng Total (ALT) atau Total Plate Count (TPC) merupakan

metode perhitungan bakteri dengan menggunakan agar. Beberapa media yang

umum digunakan dalam ALT adalah Violet Red Bile Agar (VRBA) dan

Fluorocult® VRBA. Metode internasional yang menggunakan VRBA antara lain

American Public Health Association (APHA), SMDP, International Dairy

Federation (IDF), US Food and Drug Administration Bacteriology Analytical

Manual (FDA-BAM), International Standardisation Organisation (ISO), (BAM,

APHA). Beberapa media kromogenik yang bisa digunakan untuk ALT misalnya

Chromocult® Coliform Agar, Chromocult® TBX Agar (APHA, 2005; FDA, 2002;

ISO, Merck, 2004).

Pada Gambar 5 terlihat pertumbuhan koliform di empat macam media

yang berbeda, yaitu Chromocult® Coliform Agar / CCA (A), Violet Red Bile Agar

/ VRBA (B), ENDO Agar / EA (C), MacConkey Agar / MCA (D). Pada CCA

(Gambar 5 A) tampak koloni warna-warni yang membedakan antara koloni

koliform warna merah salmon dan E.coli warna purple, sehingga untuk

perhitungan total koliform kedua warna tersebut dijumlahkan. Untuk media

VRBA (Gambar 5 B) baik koliform dan E.coli semua warnanya sama yaitu koloni

merah dengan presipitat disekitar koloni yang berukuran 1-2 mm. Klebsiella yang

termasuk golongan koliform dan bakteri Enterococci kadang-kadang tumbuh di

VRBA dengan bentuk koloni pink-point. Pada media Endo Agar (Gambar 5 C)

koloni koliform dan E.coli juga berwarna sama yaitu merah, hanya untuk E.coli

ada kilap logamnya. Media ke empat yaitu MCA koliform dan E.coli yang bersifat

positif laktosa akan berwarna merah dikelilingi oleh zone keruh karena presipitasi

asam bile sebagai akibat ari penurunan pH (Merck, 2005). Dari keempat media

tersebut hanya CCA yang mampu menumbuhkan sekaligus membedakan antara

koloni koliform dan E.coli, sehingga bisa digunakan sekaligus sebagai media

untuk menumbuhkan, menghitung dan media seletif.

47

Gambar 5 Pertumbuhan E.coli dalam media Chromocult® Coliform Agar (A),

Violet Red Bile Agar (B), ENDO Agar (C), MacConkey Agar (D) pada metode Angka Lempeng Total

Membran Filtrasi

Metode membran filtrasi biasanya digunakan untuk kualitas air minum

atau air lain yang memiliki kandungan mikroorganisme sangat rendah.

Keuntungan penggunaan membran filtrasi adalah volume sampel yang ditest bisa

sangat besar sehingga akurasi data lebih besar dari pada metode lain yang

sampelnya sangat terbatas. Media yang direkomendasikan oleh USEPA dan

APHA untuk pengujian ini adalah M-Endo atau LES Endo kemudian di

konfirmasi ke LTB dan BGLB untuk Standar Methods SM 9222B,C; MI Medium

Standar Methods SM 9222, m-Coliblue, Chromocult Coliform Agar, dan Coliscan

(USEPA, 2007; APHA, 2005). Hasil pengujian dengan membran filtrasi tampak

pada Gambar 6.

A B

C D

48

Gambar 6 Pertumbuhan koloni pada metode pengujian Membran Filtrasi

Kelemahan metode membran filtrasi adalah apabila sampel banyak

mengandung partikulat yang nantinya akan tertahan di membran dan berpotensi

mengganggu perhitungan koloni. Selain itu metode ini memerlukan investasi

beberapa manifold dan pompa vakum untuk pelaksanaannya. Penggunaan jenis

membran yang tepat juga akan mempengaruhi hasil karena interaksi antara bahan

kimia dari media dengan membran sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

bakteri (Ossmer et.al, 1999).

Presence Absence.

Metode Presence Absence (P/A) untuk koliform adalah modifikasi

sederhana dari metode APM. Penyederhanaan dilakukan dengan menggunakan

satu porsi besar (100 ml) dalam botol kultur tunggal untuk mendapatkan informasi

kualitatif, yaitu ada atau tidaknya koliform. Hal ini dijustifikasi oleh teori yang

ada bahwa dalam 100 ml sample air minum tidak boleh ada koliform sama sekali.

Metode ini juga memungkinkan untuk dilakukannya. Metode P/A membuka

kemungkinan untuk dilakukannya screening lanjutan untuk bakteri-bekteri

indikator lain (koliform fekal, Aeromonas, Staphylococcus, Pseudomonas,

Streptoccus fekal, dan Clostridium). Kelebihan lain adalah kemampuan dalam

menganalisa jumlah sample yang lebih besar per satuan waktu pengujian (APHA,

2005).

49

Inokulasi sampel

Koliform negatif

(being atau keruh

Koliform positif (warna hijau

kebiruan)

E.coli positif (warna hijau , Fluoresensi positif, indol positif)

Gambar 7. Metode Presence Absence menggunakan Readycult Coliform 100

Metode P/A umumnya digunakan untuk sampel dengan kualitas

mikrobiologis yang sangat bagus dimana keberadaan mikroorganisme mustahil

ada atau seharusnya tidak boleh ada, misalnya tidak boleh adanya (negatif)

koliform dan E.coli di sampel air minum. Kelemahan dari metode ini adalah

apabila hasilnya positif maka tidak ada informasi (kuantitatif) tentang tingkat

kontaminasi yang terjadi. Sensitifitas dari metode ini sangat tergantung pada

jumlah sampel yang dianalisa. Untuk air minum umumnya menggunakan sampel

100 ml, sedangkan untuk air minum yang dikemas maka sampel yang digunakan

adalah 250 ml (Codex, 2003; WHO, 2002).

Studi komparasi dengan metode membran filtrasi mengindikasikan bahwa

P/A bisa memaksimalkan deteksi koliform di sample yang mengandung macam-

macam organisme yang dapat menutupi (overgrow) koloni koliform dan

menyulitkan deteksi. Apabila hasilnya positif maka dianjurkan untuk diuji ulang

dengan metode kuantitatif untuk menghitung jumlah koliformnya yang akan

memberikan indikasi tingkat kontaminasi air (APHA, 2005). Gambar 7

memberikan contoh metode P/A menggunakan media Readycult Coliform dengan

pembacaan hasil yang sama dengan media LMX yaitu warna hijau kebiruan untuk

koliform positif, dan E.coli positif warna hijau fluoresensi dan indol (Merck,

2005; Manafi and Rossman, 1998).

50

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Pusat Pengujian Obat

dan Makanan Nasional Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Waktu penelitian

adalah tanggal 12 Mei 2008 sampai dengan 30 Juli 2008.

3.2 Bahan dan Alat

Dalam penelitian ini digunakan bahan penelitian berupa air proses yang

dari PT Yummy Food Utama. Pengambilan air proses sebanyak 1 liter dilakukan

pagi hari dengan 10 botol laboratorium steril ukuran satu liter. Sampel diambil

dari kran tanki air proses yang digunakan untuk proses pencucian dan bahan baku

produksi yogurt. Sampel air dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Pusat

Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) Badan Pengawasan Obat dan

Makanan di Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat. Sampel dibawa dalam

keadaan dingin menggunakan coolbox dengan icepack.. Larutan Butterfield

Phophat Buffer steril digunakan untuk pembuatan kontrol positif. Sebagai baku

mutu bakteri digunakan biakan murni Escherichia coli ATCC 25922 yang

disimpan dalam cryobank dan disimpan dalam freezer -20oC.

Media dan reagen yang digunakan dibagi menjadi empat kelompok yaitu :

(1) media untuk metode pengujian Angka Paling Mungkin (APM) konvensional,

(2) media untuk metode pengujian Angka Paling Mungkin (APM) cepat, (3)

media untuk metode pengujian Presence Absence cepat, dan (4) media untuk

metode pengujian Angka Lempeng Total (ALT) cepat .

Kelompok pertama yaitu metode Angka Paling Mungkin (APM)

konvensional menggunakan media Lauryl Sulphate Tryptose Broth (LST) untuk

uji penduga Koliform, EC Broth (ECB) untuk uji penduga E.coli, LEVINE EMB

Agar (LEMBA) untuk uji penegas E.coli , Nutrient Agar (NA) untuk pembuatan

agar miring, MR-VP Broth Base (MRVP) untuk uji methyl red (MR) dan voges

preskauer (VP), SIMMONS Citrate Agar untuk uji sitrat, dan Tryptone Water

untuk uji indol. Pereaksi yang digunakan adalah pereaksi KOVAC’S indole

reagent untuk test indole, pereaksi Methyl Red untuk test MR, dan pereaksi Voges

Preskauer untuk test VP. Kelompok kedua yaitu metode APM cepat menggunakan

51

media Fluorocult® LMX Broth. Pereaksi yang digunakan adalah pereaksi

KOVAC’S indole reagent untuk test indole. Pengamatan fluoresensi

menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang 366 nm.

Untuk metode ALT cepat yang merupakan kelompok ketiga digunakan

media Chromocult® Coliform Agar (CCA), dan pereaksi KOVAC'S indole

reagent untuk mengkonfirmasi pembentukan indol oleh koloni E.coli. Kelompok

keempat adalah metode Presence Absence cepat menggunakan media Readycult®

Coliforms 100, pereaksi KOVAC'S indole reagent dan lampu UV 366 nm untuk

pengujian fluoresensi. Semua media dan pereaksi menggunakan produk Merck

KGaA-Germany.

Peralatan yang digunakan adalah inkubator 35-37oC, tangas air, otoklaf,

kabinet keamanan biologis kelas II, laminar air flow, lemari pendingin, neraca,

lampu UV 366 nm, cawan petri, tabung reaksi, gelas beaker, botol laboratori,

erlenmeyer, tabung durham, pipet ukur, pipet tetes, jarum inokulasi, jarum ose,

dan lampu bunsen.

3.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan kerja yaitu: (1) persiapan

inokulum, (2) persiapan sampel yang di-inokulasi dengan E.coli ATCC 25922, (3)

Inkubasi dan pembacaan hasil pertumbuhan, (4) perhitungan hasil. melakukan

analisa pertumbuhan, menghitung recovery rate, menghitung waktu analisa, dan

menghitung biaya yang digunakan.

3.3.1 Persiapan inokulum bakteri dan sampel

Kultur bakteri yang akan dipergunakan diambil dari cryobank dan

diremajakan menggunakan media Brain Heart Infusion Broth (BHIB) sebelum

digunakan. Untuk perhitungan jumlah sel dalam stok suspensi, satu ml suspensi

kultur dari BHIB yang sudah berumur 24 jam dibuat seri pengenceran sampai 10-9

menggunakan Peptone Dilution Fluid (PDF). Dari masing-masing pengenceran

diambil satu ml dan ditanam di cawan petri yang berisi Plate Count Agar (PCA)

yang telah ditambahkan TTC (Triphenyl Tetrazolium Cloride) 1%, dengan

metode cawan tuang. Penambahan TTC dilakukan untuk memudahkan

52

perhitungan koloni karena warna koloni menjadi merah. Sambil menunggu hasil

perhitungan, stok suspensi bakteri tersebut disimpan dalam lemari pendingin.

Stok suspensi ini selanjutnya akan digunakan untuk melakukan cemaran ke

sample air proses maupun pembuatan kontrol positif dengan larutan PDF.

Sampel air proses diambil dari PT Yummy Food Utama pada pagi hari

dengan menggunakan botol laboratori steril ukuran 1000 ml. Sampel air disiapkan

sebanyak 8 botol untuk 4 macam perlakuan dengan masing-masing dua ulangan.

Semua sampel dibawa dalam cool box dengan ice pack untuk menjaga agar tetap

dingin selama perjalanan ke Laboratorium PPOMN. Pengambilan sampel dan

pengujian dilakukan dalam tiga periode yaitu tanggal 18 Mei (sampel 1), 3 Juni

(sampel 2), dan 26 Juni 2008 (sampel 3) sesuai dengan tanggal pengujian.

Dari 8 botol sampel air proses tersebut 6 botol sampel digunakan untuk

perlakuan sampel + cemaran dengan 3 konsentrasi cemaran, masing-masing dua

ulangan yaitu S1C dan S2C. Dua botol sampel air proses lainnya digunakan

untuk perlakuan sampel tanpa cemaran (dua ulangan S1 dan S2). Sebagai kontrol

positif yaitu perlakuan cemaran digunakan larutan PDF steril sebanyak 1 liter

dengan dua ulangan yaitu C1 dan C2. Masing-masing ulangan dibuat duplo.

Sampel air proses dan larutan PDF steril yang akan dicemari tersebut dituang

secara aseptis (di dalam Laminar Air Flow) kedalam tabung erlenmeyer steril

ukuran dua liter dan diinokulasi dengan suspensi bakteri standar yang sudah

disiapkan.

Dalam penelitian ini digunakan tiga konsentrasi bakteri E. coli pada setiap

sampel sedemikian rupa sehingga konsentrasi akhir pada sampel yang akan

diinokulasikan ke media adalah konsentrasi rendah (< 10 cfu/ml), konsentrasi

sedang (10-50 cfu/ml), dan konsentrasi tinggi (50-100 cfu/ml). Untuk membuat

sampel ber E.coli rendah (<10 cfu/ml) diambil satu ml dari pengenceran 10-6

dengan konsentrasi bakteri sebesar 4.103 kemudian diinokulasikan ke 1000 ml

larutan PDF steril dan 1000 ml sampel air proses, sehingga diperoleh sampel ber

E.coli 4 cfu/ml. Dengan cara yang sama dibuat sampel ber E.coli 10-50 cfu/ml

dari satu ml dari pengenceran 10-5 dengan konsentrasi sebesar 4.104 cfu/ml

sehingga diperoleh konsentrasi sel pada sampel sebesar 40 cfu/ml. Untuk

membuat sampel ber E.coli 50-100 cfu/ml diambil dua ml dari pengenceran 10-5

53

sehingga diperoleh konsentrasi sel pada sampel sebesar 80 sel/ml. Setelah di

gojog sampai homogen, semua jenis sampel diatas tersebut diambil masing-

masing 10 ml dan dimasukkan ke tabung steril 20 ml yang sudah disiapkan. Dari

perhitungan yang dilakukan saat pembuatan inokulum maka konsentrasi akhir dari

sample adalah 4 cfu/ml (rendah), 40 cfu/ml (sedang), dan 80 cfu/ml (tinggi).

3.3.2 Inokulasi sampel

Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium untuk membandingkan

empat macam metode pengujian bakteri E coli di sampel air. Keempat metode

pengujian tersebut adalah metode Angka Paling Mungkin konvensional, metode

APM cepat, metode Angka Lempeng Total cepat dan metode Presence Absence

cepat. Skema penelitian dan urutan kerja bisa dilihat dalam Gambar 8.

Yang pertama adalah analisa APM konvensional yang menjadi standar

pengujian Koliform dan E.coli di SNI dan FDA (FDA, 2006; SNI, 1992 dan

2006b). Yang kedua adalah metode APM cepat menggunakan media baru yang

mengandung substrat fluorogenik kromogenik yang sudah diakui oleh USEPA

(USEPA, 2001 dan 2007). Kedua metode APM ini menggunakan seri lima

tabung yaitu dengan jumlah sampel 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml dengan demikian total

sampel yang dianalisa tiap set seri pengenceran adalah 55,5 ml. Sesuai dengan

jumlah inokulum/sampel yang digunakan, maka volume media broth yang

digunakan untuk jumlah sampel 10 ml adalah 10 ml media broth LST atau LMX

double strength. Untuk jumlah sample 1 ml digunakan media 5 ml - single

strength dan jumlah sampel 0.1 ml digunakan media 5 ml - single strength

(APHA, 2005).

Pada metode APM konvensional, apabila didapat hasil positif gas pada

media LST setelah inkubasi 48 jam maka dilakukan inokulasi ke media EC Broth.

Setelah inkubasi 48 jam di media EC Broth, setiap tabung yang positif gas

(terduga E.coli) akan digores ke media Levine EMB Agar. Koloni terduga E.coli

adalah koloni warna pink dengan kilap logam. Beberapa koloni terduga

diperbanyak dengan Nutrient agar miring untuk dilakukan konfirmasi dengan uji

IMVIC’s. Pada metode APM cepat dengan media Fluorocult LMX Broth, tabung

54

yang diduga mengandung Koliform (termasuk E. coli) akan berubah warna

menjadi hijau kebiruan. Konfirmasi E.coli dilakukan dengan UV lamp 366 nm

untuk melihat fluoresensi dan penambahan KOVAC’s untuk melihat cincin merah

dari reaksinya dengan indol yang ada.

Gambar 8 Skema penelitian.

Metode ketiga adalah metode Presence Absence menggunakan media

kromogenik fluorogenik siap pakai, Readycult® Coliforms 100 (RC) dengan

sampel sebesar 100 ml. Botol yang diduga mengandung Koliform (termasuk E.

coli) akan berubah warna menjadi hijau kebiruan. Konfirmasi E.coli dilakukan

dengan UV lamp 366 nm untuk melihat fluoresensi dan penambahan pereaksi

KOVAC’s untuk melihat cincin merah dari reaksinya dengan indol yang ada.

Pada metode ini, karena sangat sensitif maka hanya dilakukan untuk sampel air

Sampel air + suspensi bakteri E. coli konsentrasi

0, 4, 40, 80 cfu/ml

metode cepat Angka Paling

Mungkin

Fluorocult LMX Broth

metode cepat Presence Absence

*)

Readycult

Coliform 100

Warna media hijau kebiruan, fluoresensi (+),

indol (+)

Warna koloni purple/ungu

Indol (+)

*) hanya untuk sampel ber E.coli rendah dan sampel air proses saja.

metode cepat Angka

Lempeng Total

Chromocult® Coliform Agar

Uji IMVIC’s

Nutrient Agar miring

Sampel air tanpa penambahan bakteri

E. coli

metode konvensional Angka Paling

Mungkin

Lauryl Sulphate Tryptose Broth (gas +)

EC Broth (gas +)

Levine EMBA (kilap logam pada koloni

merah muda)

Suspensi bakteri E. coli dalam Phosphat Buffer steril konsentrasi

0, 4, 40, 80 cfu/ml

55

yang tidak dicemari dan sampel yang dicemari E. coli dengan kadar bakteri

rendah (4 cfu/ml).

Metode keempat adalah metode Angka Lempeng Total menggunakan teknik

cawan tuang dengan sampel 1 ml. Media yang digunakan adalah media cepat

kromogenik Chromocult® Coliform Agar (CCA). Koloni E. coli pada media CCA

akan berwarna ungu. Konfirmasi dilakukan dengan meneteskan pereaksi

KOVAC’s pada koloni terduga hingga terbentuk warna merah disekitar koloni

3.4 Analisa Data.

Perbandingan antar metode pengujian dilakukan untuk : (1) evaluasi data

hasil pengujian; (2) ketepatan hasil perhitungan pertumbuhan (recovery); (3) total

waktu (hari kerja) yang diperlukan dihitung dari persiapan media sampai

pembacaan hasil; (4) biaya yang dikeluarkan untuk keperluan media pengujian,

biaya laboratorium, dan biaya gudang selama produk menunggu hasil uji selesai.

Perhitungan biaya menggunakan asumsi biaya yang dikeluarkan oleh PT Yummy

Food Utama untuk produk yogurt buah 250 mg.

Analisis pertama yaitu evaluasi data pengujian dengan membandingkan

hasil pengujian E.coli dari keempat metode yang diuji. Hasil diperbandingkan

antara sampel ber E. coli rendah, sedang, tinggi dan sampel yang tidak dicemari.

Analisa kedua adalah perhitungan recovery rate media dilakukan untuk melihat

seberapa bagus suatu media dalam menumbuhkan sejumlah tertentu bakteri yang

diinokulasikan. Jumlah bakteri yang terhitung di sampel positif dibagi dengan

jumlah bakteri yang terhitung di kontrol positif (larutan PDF). Rumus recovery

rate dapat dilihat dibawah, dimana kontrol positif harus hidup seluruhnya dan

sampel negatif bisa positif dan bisa negatif.

% Recovery (R) = (A/C) x 100%

A : jumlah bakteri terhitung di sampel positif

C : jumlah bakteri terhitung di kontrol positif

56

Analisa ketiga dilakukan untuk melihat total waktu maksimal yang

diperlukan untuk melakukan pengujian E.coli pada sampel air dengan asumsi

hasilnya positif E.coli. Waktu inkubasi yang digunakan sebagai perhitungan

adalah 48 jam setiap tahap karena dengan 24 jam beberapa sampel masih negatif.

Uji dianggap selesai setelah dilakukan uji konfirmasi pada setiap metodenya.

Analisa keempat adalah perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk setiap

metode pengujian. Biaya yang dihitung adalah (a) biaya investasi pembelian awal

semua media yang dibutuhkan dan biaya media per sampel (cost per test) untuk

setiap metode sampai ke uji konfirmasi yang disarankan; (b) biaya operasional

laboratorium (personel dan peralatan) untuk pengujian E.coli dan (c) biaya gudang

yang dikeluarkan karena barang belum dapat dijual sebelum pengujian E.coli

selesai dilakukan. Dari semua perhitungan biaya tersebut dihitung penghematan

yang dapat dilakukan dengan penggunaan media cepat. Penghematan dihitung

dengan mengurangi total biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan metode

konvensional dengan biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan metode cepat.

57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Inokulum Bakteri dan Sampel

Untuk persiapan inokulum, bakteri standar yang digunakan adalah E.coli

ATCC 25922 dari kultur stok yang disimpan dengan cryobank (MAST

Diagnostics) pada freezer -20oC, dengan demikian diharapkan sifat-sifat biokimia

bakteri tersebut tidak berubah. Pada tahap penghitungan konsentrasi suspensi

bakteri standar digunakan media PCA yang ditambahkan TTC 1% untuk

memudahkan pengamatan koloni. TTC memberi warna merah pada koloni yang

disebabkan oleh pembentukan zat warna (dye) formazan merah (Merck, 2005).

Dari hasil perhitungan matematis diperoleh data konsentrasi sampel yang di-

inokulasi bakteri E.coli dengan konsentrasi cemaran rendah 4 cfu/ml, cemaran

konsentrasi sedang 40 cfu/ml dan cemaran konsentrasi tinggi 80 cfu/ml. Hal ini

secara teori telah sesuai dengan standar persiapan cemaran untuk validasi media

yaitu rendah <10 cfu/ml, sedang 10-50 cfu/ml dan tinggi 50-100 cfu/ml.

4.2 Pengukuran Angka Paling Mungkin dengan Metode Konvensional

Metode APM yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu

metode APM konvensional dan metode APM cepat dengan media fluorogenik-

kromogenik. Metode APM bisa menggunakan seri 3 tabung, seri 5 tabung, seri 8

tabung atau seri 10 tabung (FDA, 2006). USEPA (2001) dan APHA (2005)

menggunakan total volume sample 100 ml untuk air minum, bisa dalam bentuk 10

ml x 10 tabung, 20 ml x 5 tabung atau 100 ml x 1 tabung. Untuk air yang bukan

air minum maka digunakan APM seri 5 tabung – 3 seri pengenceran dengan

jumlah sampel 10 ml, 1 ml, dan 0.1 ml. Dalam penelitian ini digunakan seri 5

tabung karena walaupun sampelnya berkualitas air minum tetapi ada dicemari

dengan bakteri dalam jumlah yang banyak.

Volume media broth yang digunakan adalah 10 ml (double strength), 5 ml

(single strength) dan 5 ml (single strength). Penggunaaan double strength pada

media 10 ml karena tabung tersebut akan diinokulasi dengan sampel sejumlah 10

ml juga ( APHA, 2005, Merck 2005). Perbandingan antara volume sampel dan

58

volume media akan menentukan konsentrasi media cair yang harus dibuat

sehingga konsentrasi akhir diharapkan sesuai dengan kebutuhan bakteri (single

strength).

Metode APM konvensional dimulai dengan media Lauryl Sulfate Tryptose

Broth (LST) sebagai uji penduga (presumtive) Koliform. Media LST ini

mengandung laktosa yang akan difermentasi oleh bakteri Koliform sebagai

sumber karbon. Bakteri Koliform dikenal sebagai bakteri yang dapat

memfermentasi laktosa, menghasilkan gas dan asam (Merck, 2004; Merck, 2005;

Harrigan, 1998). Gas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut ditampung dalam

tabung durham dan terlihat sebagai gelembung yang dapat mengangkat tabung ke

atas apabila jumlahnya cukup banyak seperti pada Gambar 9. Adanya gas dalam

tabung durham dan kekeruhan media menunjukkan bahwa tabung tersebut diduga

positif Koliform (Merck, 2005; Merck, 2004; Harrigan, 1998).

Gambar 9 Pertumbuhan bakteri E.coli dalam media Lauryl Sulfate Tryptose Broth yang ditunjukkan dari kekeruhan dan gas pada tabung durham

Dari tabung LST positif tersebut diambil 1 ml dan dikonfirmasikan dengan

menginokulasikan ke media kedua untuk uji penguat. Dalam tahap kedua ini

biasanya digunakan dua macam media yaitu media Brilliant Green Lactose Bile

59

2% Broth (BGLB) untuk uji Koliform dan media EC Broth untuk uji E.coli. Hasil

positif dari kedua media tersebut juga ditandai dengan terbentuknya gas di tabung

durham yang merupakan hasil fermentasi laktosa dan kekeruhan media (Harrigan,

1998; Merck, 2004; Merck 2005; SNI, 2006). Dalam penelitian ini karena hanya

menguji bakteri E.coli saja maka hanya digunakan media EC Broth sebagai media

kedua. Apabila hasil tabung EC Broth positif maka diambil satu ose dan

digoreskan ke Levine EMB Agar (LEMBA) untuk uji penegasan.

Koloni E.coli di LEMBA memberikan ciri yang khas (typical) yaitu hitam

pada bagian tengah dengan atau tanpa hijau metalik, seperti tampak pada Gambar

10 (SNI, 2006). Dalam Manual Microbiology Merck disebutkan bahwa koloni

E.coli di LEMBA berdiameter 2-3 mm, kilap logam yang kehijauan dalam cahaya

yang dipantulkan dan gelap atau bahkan hitam dibagian tengah dalam cahaya

yang diteruskan (Merck, 2005). Enterobacter dalam media LEMBA ini sangat

mirip dengan E.coli hanya ukuran koloninya yang lebih besar (4-6 mm), abu-abu

kecoklatan dibagian tengah, tanpa kilap logam (Merck, 2005).

Karena E.coli tidak selalu memunculkan kilap logam di LEMBA maka

apabila kilap logam itu tidak muncul akan susah untuk membedakannya dengan

Enterobacter (SNI, 2006). Adanya kemungkinan kesalahan ini menyebabkan

diperlukannya uji konfirmasi pada koloni terduga dengan uji biokimia (IMViC).

Lima koloni terduga digoreskan ke Plate Count Agar miring kemudian

diinkubasikan 18-24 jam untuk setiap tabung yang terbukti positif setelah diuji

IMViC akan dihitung sebagai tabung positif E.coli (Merck 2005; SNI, 2006).

Dalam SNI (2006), selain uji IMViC tersebut dilakukan juga uji pembentukan gas

di medium LST dan uji morfologi dengan pengecatan gram.

Uji IMViC adalah uji konfirmasi untuk E.coli yang terdiri dari uji Indol, uji

Methyl Red (MR), uji Voges Preskouer (VP), dan uji Citrat. Uji indol dilakukan

dengan menginokulasikan kultur murni ke media Tryptone Water yang

mengandung asam amino L-trypthopan. Trypthophan akan dipecah oleh enzim

trypthophanase yang dimiliki oleh 99% E.coli menjadi indol yang akan bereaksi

membentuk cincin merah pada bagian atas broth bila ditetesi reagen KOVAC’s.

60

Gambar 10 Koloni E.coli dengan kilap logam di Media LEMBA (Levine EMB Agar)

Uji MR dan VP dilakukan dengan menginokulasikan kultur murni ke dua

tabung kecil yang berisi 5 ml media MR-VP Broth Base. Pada uji MR setelah

inkubasi, ditambahkan lima tetes larutan indikator methyl red dan dilihat

pembentukan warna merah. Pada uji VP setelah inkubasi ditambahkan 0.6 ml

larutan alpha naphtol dan 0.2 ml reagen larutan KOH, warna merah yang

terbentuk menunjukkan hasil positif. Uji citrat untuk E.coli menunjukkan hasil

negatif yang ditunjukkan oleh warna media agar tetap hijau (Merck, 2005; SNI,

2006). Hasil reaksi IMViC pada bakteri E.coli tampak pada Gambar 11.

Pada penelitian ini, jumlah sel akhir per tabung APM untuk konsentrasi

rendah adalah 40 sel (pada inokulum 10 ml), 4 sel (pada inokulum 1 ml), dan 0.4

sel (pada inokulum 0.1 ml). Jumlah sel akhir per tabung APM untuk konsentrasi

sedang adalah 400 sel (pada inokulum 10 ml), 40 sel (pada inokulum 1 ml), dan 4

sel (pada inokulum 0.1 ml). Jumlah sel akhir per tabung APM untuk konsentrasi

tinggi adalah 800 sel (pada inokulum 10 ml), 80 sel (pada inokulum 1 ml), dan 8

sel (pada inokulum 0.1 ml). Dari hasil tersebut terlihat bahwa setelah inkubasi

semua tabung akan selalu positif kecuali pada inokulum 0.1 ml pada konsentrasi

pengenceran rendah.

61

Gambar 11 Hasil uji IMViC untuk bakteri E. coli

Dalam Tabel 5 (lebih lengkapnya bisa dilihat di Lampiran 7) terlihat bahwa

pada konsentrasi bakteri rendah dan sedang masih ada tabung yang negatif tetapi

untuk konsentrasi bakteri tinggi semua tabung adalah positif. Hasil AMP sesuai

namanya yaitu Angka Paling Mungkin atau Most Probable Number adalah

estimasi dari kisaran yang luas suatu kemungkinan konsentrasi menggunakan seri

pengenceran yang diinkubasi pada beberapa pengenceran. Tabel APM yang paling

mendekati jumlah sebenarnya dengan tingkat kepercayaan 95% diperbaiki oleh

De Man pada tahun 1983 (FDA, 2006).

Apabila dilihat dari konsentrasi bakteri rendah adalah 4 sel/ml tetapi setelah

dinokulasikan per tabung maka yang berkemungkinan negatif adalah tabung

dengan konsentrasi bakteri rendah pada inokulum 0.1 ml. Dalam tabung ini

perkiraan jumlah sel adalah 0.4 sel/tabung atau dari setiap 10 tabung yang di

inokulasi terdapat 4 tabung positif (minimal berisi satu sel) apabila sel

terdistribusi sempurna. Adanya tabung negatif pada pengenceran 0.1 terlihat pada

Lampiran 7, baik untuk tabung LST mapun LMX.

Indol (+)

MR (+)

VP (-)

Citrat (-)

62

Tabel 5 Perbandingan jumlah mikroba ter-recover pada metode Angka Paling Mungkin (Lauryl Sulphate Tryptose & LMX)

Sampel Kontrol positif

(cfu/100 ml) Sampel ber E. coli

(cfu/100 ml) Jenis Media Ulangan

Air Proses

Rendah*

Sedang*

Tinggi*

Rendah*

Sedang*

Tinggi*

1 <1.8 240 >1600 >1600 240 >1600 >1600 2 <1.8 245 >1600 >1600 390 920 >1600 3 <1.8 395 >1600 >1600 150 >1600 >1600

Lauryl Sulphate Tryptose

Broth Rerata <1.8 293 >1600 >1600 260 >1600 >1600 1 <1.8 240 >1600 >1600 390 >1600 >1600 2 <1.8 260 >1600 >1600 390 1600 >1600 3 <1.8 295 >1600 >1600 295 1600 >1600

Fluorocult LMX

Broth Rerata <1.8 265 >1600 >1600 358 >1600 >1600

Catatan : * Rendah : konsentrasi awal bakteri E.coli dalam sampel 4 cfu/ml ** Sedang : konsentrasi awal bakteri E.coli dalam sampel 40 cfu/ml *** Tinggi : konsentrasi awal bakteri E.coli dalam sampel 80 cfu/ml

Dalam Tabel 5 dan Lampiran 7 terlihat juga bahwa hasil antara LST dan

LMX baik di cemaran maupun sampel ber E. coli adalah sebanding kecuali di

beberapa perlakuan, terutama di konsentrasi bakteri rendah dimana LMX

menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari pada LST. Pada ulangan 1 (18 Mei

2008) untuk perlakuan sampel ber E. coli, keseluruhan hasil adalah sama tetapi

pada perlakuan sampel ber E. coli hasil yang lebih tinggi didapat pada pengujian

dengan media LMX (konsentrasi bakteri rendah sampel 2 dan konsentrasi bakteri

sedang sampel 1). Pada pengujian kedua (3 Juni 2008) perlakuan cemaran

konsentrasi rendah sampel satu, hasil LMX juga menunjukkan angka lebih tinggi

dari LST, sedangkan pada perlakuan sampel ber E. coli hasil yang lebih tinggi

terjadi pada LMX dengan cemaran sedang baik untuk sampel satu dan dua.

Hal yang sama juga terjadi pada pengujian ketiga (26 Juni 2008). Pada

perlakuan cemaran sedang ada sampel satu, hasil yang lebih tinggi terjadi pada

media LMX. Pada perlakuan sampel ber E. coli hasil LMX yang lebih tinggi

terjadi pada perlakuan konsentrasi cemaran rendah baik pada sampel satu maupun

sampel dua. Di lain pihak, hasil LST yang lebih tinggi dari LMX hanya terjadi

pada pengujian ketiga (tanggal 26 Juni 2008) dengan perlakuan dengan

konsentrasi bakteri sedang sampel satu, dengan perbedaan hanya satu tabung

positif di volume inokulum 0.1 ml. Pada pengamatan 24 jam, secara umum

63

tabung LMX menunjukkan tanda-tanda positif lebih cepat dari pada LST sehingga

memungkinkan didapat hasil yang lebih cepat.

Pada Lampiran 7 terlihat bahwa hasil pembacaan untuk sampel air semua

adalah negatif (kombinasi tabung 000) sehingga didapat hasil <1.8 cfu/100 ml

yang merupakan nilai terendah untuk APM yang berarti masih mungkin ada

kandungan bakteri Koliform tetapi dibawah 1.8 cfu/100 ml. Hal ini agak

menyulitkan karena standar air bersih untuk Koliform maupun E.coli adalah 0/100

ml sampel (EC, 1998; Depkes, 2007; WHO, 2004). Hal inilah yang menyebabkan

metode standar untuk pengujian air minum yang saat ini banyak digunakan adalah

bukan metode APM tetapi metode Membran Filtrasi dan metode Presence

Absence (APHA, 2005; EC, 1998; FDA, 2006; Merck, 2004). Dengan

menggunakan metode P/A atau membran filtarsi bisa diperoleh hasil yang

menyatakan nilai negatif atau nol per 100 ml sampel sesuai standar yang

tercantum, karena jumlah sampel yang diuji bisa sampai 100 ml dan limit bawah

pembacaan hasil adalah nol cfu atau tidak ada pertumbuhan.

Pada perlakuan dengan konsentrasi bakteri tinggi semuanya menunjukkan

hasil yang sama yaitu >1600 atau semua tabung positif (kombinasi 555). Hal ini

menyulitkan karena tidak didapatkan suatu angka yang pasti yang bisa

dibandingkan dengan hasil dari metode lainnya. Untuk konsentrasi tinggi

sebenarnya bisa didapat hasil yang angka tertentu (bukan >1600) apabila

dilakukan penambahan seri pengenceran sampai diperoleh kombinasi angka

tabung positif yang ideal (FDA, 2006). Kesulitan dari penambahan seri

pengenceran sampai lebih dari tiga tingkat adalah implikasinya terhadap

penambahan waktu, peralatan, tenaga, dan media yang sangat berbeda nyata.

Apabila dibandingkan dengan jumlah inokulum awal yaitu konsentrasi bakteri

rendah (4 cfu/ml), konsentrasi bakteri sedang ( 40 cfu/ml) dan konsentrasi bakteri

tinggi (80 cfu/ml) maka hasil yang diperoleh di kedua media LST dan LMX

cukup mencerminkan kondisi tersebut.

Uji anova (Lampiran 8) yang dilakukan untuk APM LST menunjukkan

bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel dan nilai P lebih besar dari 5% yang berarti

tidak ada perbedaan hasil yang nyata antar sampel yang diambil pada hari yang

berbeda dan juga antar perlakuan cemaran dan sampel + cemaran. Hasil untuk

64

APM LMX juga menunjukkan kondisi yang sama dengan APM LST (Lampiran

9). Dalam hal ini yang bisa dianalisa hanya yang cemaran rendah saja karena

cemaran sedang dan tinggi nilainya sebagian besar bukan berbentuk angka

(>1600).

Dalam SNI (2006) disebutkan bahwa hasil yang baik dalam APM adalah

jika pada pengenceran yang lebih rendah, contoh yang diduga lebih banyak

menunjukkan hasil uji positif (adanya pertumbuhan bakteri) dan di pengenceran

yang lebih tinggi, contoh yang diduga lebih sedikit menunjukkan hasil yang

negatif (tidak ada pertumbuhan bakteri). Dalam penelitian ini hanya dilakukan

pengujian untuk jumlah sampel yang diinokulasikan adalah 10 ml, 1 ml, dan 0.1

ml saja untuk semua perlakuan karena adanya keterbatasan waktu, tenaga,

ketersediaan peralatan dan biaya dalam pengerjaan.

Gambar 12 Pertumbuhan bakteri E. coli (warna hijau) dalam media Fluorocult® LMX Broth

Pada perhitungan anova dari pertumbuhan dengan metode APM

konvensional maupun cepat tersebut diatas (Lampiran 10), diperoleh hasil F

hitung lebih kecil dari F tabel dan P value lebih besar dari 5% baik pada variasi

sampel, metoda maupun interaksinya sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil

dari metode APM LST adalah sebanding dengan APM LMX. Walaupun hasil

65

yang didapat dari kedua metode tersebut sebanding akan tetapi ada beberapa hal

lain yang patut menjadi pertimbangan yaitu kemudahan pengerjaan, kemudahan

dalam melakukan pengamatan hasil, kecepatan memperoleh hasil akhir test dan

kepekaan yang lebih tinggi. Kepekaan dan kemudahan pengamatan terutama

terlihat pada konsentrasi bakteri rendah dimana seringkali gelembung gas pada

tabung durham agak sulit diamati (pada inkubasi 24 jam). Pada penggunaan

media cepat Fluorocult® LMX untuk metode APM cepat, pertumbuhan E. coli

ditandai dengan perubahan warna hijau yang dimulai dari dari bagian atas tabung

terlihat jauh lebih nyata dan mudah diamati (Gambar 12).

Keuntungan lain dari media LMX menurut Manafi (1995), adalah hasil yang

dapat diketahui secara langsung dan sekaligus dalam waktu yang sama dan tabung

yang sama apakah ada bakteri Koliform maupun E.coli, tanpa perlu uji lanjutan

yaitu penegasan Koliform (BGLB), pendugaan E.coli (EC Broth) dan penegasan

E.coli (LEMBA). Adanya Koliform dalam LMX ditandai dengan terbentuknya

warna hijau kebiruan yang dimulai dari bagian atas media yang tidak hilang

apabila dikocok. Semakin lama waktu inkubasi, warna hijau kebiruan akan

semakin turun ke dasar tabung dan warna hijau kebiruan akan semakin pekat

(Gambar 12).

Gambar 13 Pembacaan fluoresensi pada media Fluorocult® LMX dengan lampu UV.

66

Konfirmasi untuk memastikan koloni tersebut Koliform biasa atau E.coli

bisa dilakukan dengan parameter tambahan yaitu fluoresensi dengan lampu UV

(Gambar 13) dan pembentukan cincin merah akibat reaksi indol yang dihasilkan

E.coli dengan reagen Kovac’s (Gambar 14). Fluoresensi dibawah lampu UV

tampak sebagai warna biru pendar yang terang, yang lebih tampak nyata dalam

kondisi gelap. Selain itu, dengan penambahan reagen Kovac’s akan terbentuk

cincin merah dibagian atas broth

Dari kedua media untuk APM yang dianalisa maka media LST memberikan

hasil recovery rate untuk sampel ber E.coli yang lebih rendah dari pada media

LMX, apabila dibandingkan dengan kontrol positif dengan media yang sama

(Tabel 6).

Tabel 6 Recovery rate E.coli pada tiga macam media pada konsentrasi awal bakteri 400 cfu/100 ml (rendah)

Hasil pengukuran (cfu/100ml) Recovery Rate sampel ber E.coli

Jenis Media Kontrol positif Sampel ber

E. coli dibandingkan kontrol positif

Lauryl Sulfate Tryptose Broth 293 260 89%

Fluorocult LMX Broth 358 122% Chromocult Coliform Agar 204 70%

Pada ISO 11133-2 maka recovery rate disebut sebagai productivity yaitu

jumlah cfu yang tumbuh di media uji dibagi dengan jumlah cfu yang tumbuh di

media general, misal Tryticase Soy Agar atau media general lainnya. Untuk media

selektif nilainya harus >50% (ISO, 2002). Pada Tabel 6 nilai recovery rate untuk

penelitian ini dihitung berdasarkan pertumbuhan di medium LST dengan

perlakuan kontrol positif. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai recovery rate

pada perlakuan sampel ber E.coli rendah pada medium LST adalah 89%, LMX

122% dan CCA 70%.

Sebenarnya media LMX adalah generasi ketiga dari pengembangan media

Lauryl Sulfate Broth, dengan perbaikan komposisi media seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan diketemukannya teknologi fluorogenik dan

kemudian kromogenik. Media Lauryl Sulfate Tryptose Broth sudah berkembang

67

menjadi Fluorocult® Lauryl Sulfate Broth, kemudian menjadi Fluorocult® LMX

Broth dan terakhir menjadi Readycult® Coliform (Tabel 7).

Gambar 14 Pembacaan Indol (cincin merah) pada media LMX dengan penambahan reagen KOVAC’s

Media Lauryl Sulfate Tryptose Broth yang diperkenalkan oleh Mallmann

dan Darby pada tahun 1941 sebagai media kultur selektif untuk pendugaan bakteri

Koliform dan untuk untuk pengkayaan selektif untuk organisme Koliform dalam

analisa air. Media Lauryl Sulfate Tryptose Broth juga merupakan media yang

sangat umum digunakan dan sampai saat ini masih menjadi acuan dalam berbagai

standar Internasional seperti AOAC, BAM, COMPF, EPA, ISO, SMD, SMWW

(Merck, 2005). SNI yang mengadaptasi prosedur FDA / BAM dengan sendirinya

juga menggunakan media LST ini (SNI, 2006).

Pada tahun 1991 Schindler memberikan rekomendasi penggunaan media

Fluorocult® Lauryl Sulfate Tryptose Broth dalam Quality Control air mandi

(Merck, 2005). Selanjutnya media ini digunakan sebagai standar pengujian oleh

German-DIN-Norm 10183 untuk pemeriksaan susu, regulasi § 35 LMBG

(01.00/54) untuk pemeriksaan produk pangan, ISO/DIS 11886 - 2.2 (1994) untuk

68

susu dan produk susu, dan selanjutnya the German Badegewässerverordnung

(regulations for bathing water) 76/1604 EWG di tahun 1995 (Merck, 2005).

Perbaikan yang dilakukan dari media LST ke Fluorocult® LST adalah

dengan penambahan L-tryptophan yang memungkinkan dilakukannya pegujian

indol sekaligus dan MUG yang memungkinkan dilakukannya pengujian

fluoresensi sekaligus seperti pada Gambar 14. Dengan penambahan kedua zat

tersebut maka LST yang semula hanya dapat digunakan untuk pendugaan

Koliform sekarang bisa juga dilakukan untuk konfirmasi keberadaan E.coli dari

sifat fermentasi laktosa berupa pembentukan gas, enzim triptophanase berupa

pembentukan indol, dan enzim glucuronidase berupa pembentukan fluoresensi

(Manafi, 2000; Merck 2005).

Perkembangan selanjutnya adalah modifikasi dari media Fluorocult® Lauryl

Sulfate Tryptose Broth menjadi Fluorocult® LMX Broth dengan penambahan

substrat kromogenik, sorbitol dan IPTG kedalam media. LMX Broth pertama kali

diperkenalkan oleh Manafi dan Kneifel (1989) dan kemudian dimodifikasi oleh

Manafi dan Ossmer (1993) dengan memperbaiki penggunaan substrate yang dapat

meningkatkan sensitivitas media sekaligus mengurangi keseluruhan waktu

inkubasi menjadi hanya 24 jam.

Fluorocult® LMX Broth modified mengandung bufer fosfat untuk

menggaransi tingkat pertumbuhan yang tinggi bagi bakteri Koliform total.

Lauryl Sulfate yang ada sangat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif.

Dengan substrat kromogenik X-Gal (5-bromo-4-chloro-3-indolyl-ß-D-

galactopyranoside), yang akan dipecah oleh Koliform dan substrat fluorogenik 4-

methylumbelliferyl-ß-D-glucuronide (X-Gluc) yang sangat spesifik untuk E.coli.

Selain kedua substrat diatas, LMX juga mengandung tryptophan yang akan

dipecah oleh E.coli menjadi indol dengan adanya enzim tryptophanase (dimiliki

oleh 99% E.coli). Sintesa enzim tersebut diamplifikasi oleh 1-isopropyl-ß-D-1-

thio-galactopyranoside dengan meningkatkan aktifitas ß-D-galactosidase (Manafi,

1995; Merck, 2005). Dengan ketiga parameter tersebut maka dimungkinkan

untuk melakukan deteksi total Koliform dan E.coli secara simultan dengan satu

macam medium dalam satu tahapan kerja saja (Manafi, 2000; Merck, 2005).

69

Tabel 7 Perkembangan dari Lauryl Sulfate Tryptose Broth ke Fluorocult® LMX Broth dan Readycult® Coliform

Komposisi Media (g / l) Lauryl Sulfate

Tryptose Broth (LST)

Fluorocult ® Lauryl Sulfate

Broth

LMX Broth/ Readycult ®

Coliform Tryptose 20.0 20.0 5.0 Lactose 5.0 5.0 0 Sodium chloride 5.0 5.0 5.0

Dipotassium hydrogenphosphate 2.75 2.75 2.7

Potassium dihydrogen phosphate 2.75 2.75 2.0 Lauryl Sulfate Sodium Salt 0.1 0.1 0.1

L-tryptophan 1.0 1.0 Sorbitol 1.0

5-bromo-4-chloro-3-indolyl-ß-D-galactopyranoside (X-GAL)

0.08

4-methylumbelliferyl-ß-D-glucuronide (MUG)

0.1 0.05

1-isopropyl-ß-D-1-thio-galactopyranoside (IPTG)

0.1

Sumber : Manual Microbiology Merck (2005)

Dalam penelitian Manafi (1995), dilakukan pengujian 771 strain bakteri

gram negatif dengan LMX broth dimana 98% E.coli yang di isolasi dari air

minum adalah positif ß-D-glucuronidase (X-Gluc). 98% dari strain E. coli

memperlihatkan aktifitas ß-D-galactosidase (X-Gal) dan 99% memberikan reaksi

indol positif. Augoustinos et al. (1993) dalam Manafi dan Rosmann (1998b) dan

Manafi (1991) mengisolasi 95,7% E.coli yang positif GUD (Glucuronidase) dari

satu medium MUG dan menemukan strain Shigella (44-58%) dan Salmonella (20-

29%) yang dapat memproduksi enzim GUD. Alonso et.al (1996) dalam Manafi

dan (1998b) menemukan beberapa strain Klebsiella oxytoca, Serratia fonticola

and Yersinia intermedia mampu memproduksi GUD. Selain itu juga beberapa

strain Flavobacteria, Staphylococci, Streptococci dan Clostridia juga dapat

memproduksi GUD. Akan tetapi pertumbuhan dari sebagian besar

mikroorganisme tersebut dapat dihambat dengan agensia selektif di dalam media

atau dengan pengaturan kondisi inkubasi (Manafi, 1995).

Rice et. al (1990) meneliti kemungkinan false positive dari penggunaan

GUD untuk deteksi E. coli oleh spesies Escherichia yang lain. Dari isolat klinis

(CDC) digunakan sebanyak 42 isolat yang terdiri dari E. hermanni, E. fergusonnii,

E. vulneris, dan E. blattae. Dari isolat lingkungan digunakan juga sebanyak 25

70

isolat yang terdiri dari E. hermanni, E. fergusonnii, E. vulneris, dan E.

adecarboxylata. Kesemuannya ditumbuhkan di media EC-MUG, Colilert dan

juga di cek kemungkinan sebagai Koliform fekal dengan menumbuhkan di suhu

44.5oC. Dari hasil yang diperoleh ternyata hanya E. coli yang bersifat GUD

positif dan fekal Koliform positif, sedangkan spesies Escherichia yang lain

bersifat GUD negatif dan fekal Koliform negatif sehingga metode ini bisa

digunakan untuk mendeteksi E. coli tanpa adanya false positive.

Karena tryptophan sudah ada dalam komposisi media LMX broth, maka

reaksi indol dapat langsung dilakukan pada media tersebut hanya dengan

menambahkan pereaksi KOVAC’s secara langsung di tabung yang sama (Ossmer,

1993; Merck, 2005). Pereaksi KOVAC’s ditambahkan ke tabung sampai

membentuk lapisan reagen setebal 5 mm di permukaan broth. Apabila lapisan

pereaksi berubah menjadi warna merah cerry (cherry red) setelah 1-2 menit

(Gambar 14) maka keberadaan E. coli telah terkonfirmasikan (Merck, 2005).

Apabila hasil test fluoresensi masih negatif setelah inkubasi 24 jam, maka

penambahan pereaksi KOVAC’s untuk pengujian indol tidak boleh dilakukan

terlebih dahulu. Inkubasi diteruskan sampai 48 jam kemudian baru dilakukan

kembali uji fluoresensi dan indol.

Pereaksi KOVAC’s adalah larutan alkoholis yang akan merusak kondisi

pertumbuhan di broth tersebut. Pengujian indol secara simultan dalam satu

tabung yang sama akan sangat memotong hari kerja apabila dibandingkan dengan

prosedur konvensional, dimana dari LST positif ke medium EC broth, kemudian

ke LEMBA yang selanjutnya koloni terduga di perbanyak ke agar miring untuk

uji IMViC. Dalam uji IMViC yang salah satunya adalah uji Indol menggunakan

medium Tryptone Water yang kemudian diinkubasi selama 24 jam sebelum

ditambahkan pereaksi KOVAC’s.

Penggunaan ketiga parameter diatas, yaitu fluorogenik, kromogenik dan

indol diketahui dapat meningkatkan sensitifitas, selektifitas media sehingga

meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan (baik kesalahan positif maupun

negatif) dalam pengujian Koliform dan E.coli.

71

4.3 Metode Angka Lempeng Total.

Di kalangan industri pangan, pengujian E.coli dan total Koliform selain

menggunakan metode APM juga banyak menggunakan metode ALT (Cawan

tuang) dan membran filtrasi. Berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi

Product Manager untuk Mikrobiologi di Merck , di Indonesia, metode APM lebih

banyak digunakan oleh kalangan institusi pemerintahan atau beberapa industri

lokal yang mengacu kepada SNI. Di sebagian besar industri pangan skala

menengah ke atas umumnya lebih memilih menggunakan metode angka lempeng

total dengan cara cawan tuang (pour plate), karena metode APM dianggap lama

dan merepotkan.

Adapun media yang paling banyak digunakan di industri pangan di

Indonesia untuk uji Koliform adalah Violet Red Bile Agar (VRBA). Media ini

juga direkomendasikan oleh ISO, APHA, BAM, IDF-FIL, SMDP (Merck, 2005).

Karena banyaknya pertanyaan dari kalangan industri pangan ke penulis tentang

perbandingan antara hasil APM dan ALT untuk uji Koliform dan E.coli, maka

dalam penelitian ini juga dilakukan perbandingan keduanya. Medium VRBA

adalah medium yang diusulkan oleh Davis pada tahun 1951 untuk deteksi dan

perhitungan bakteri Koliform termasuk E.coli di air, susu, ice-cream, daging dan

bahan pangan lainnya (Merck, 2005). Medium ini sesuai dengan rekomendasi dari

American Public Health Association (1992), the International Dairy Federation

FIL-IDF (Internationaler Milchwirtschaftsverband 1985), the Institute for Food

Technology and Packaging (Institut für Leben-mitteltechnologie und Verpackung)

(1974).

Gambar 15 Pertumbuhan Escherichia coli ATCC 11775 dalam media VRBA

72

Apabila dilihat dari komposisi media VRBA (Tabel 8) maka pertumbuhan

bakteri secara umum didukung oleh adanya peptone from meat, NaCl dan Yeast

extract. Sebagai sumber karbohidrat yang utama adalah laktosa yang sekaligus

juga menjadi pembeda antara Enterobacteriaceae yang laktosa positif dan negatif.

Degradasi laktosa menjadi asam oleh bakteri laktosa positif membuat indikator

pH neutral red memberi warna merah pada koloni bakteri tersebut dan

menyebabkan presipitasi bile acids membentuk halo kemerahan disekitar koloni.

Penghambatan terhadap bakteri gram positif dimungkinkan oleh adanya crystal

violet dan bile salts yang kadang justru juga menghambat pertumbuhan bakteri

Koliform dan E.coli apabila dalam keadaan sublethal injured / sakit (ISO, 2004;

Merck, 2004 & 2005).

Tabel 8. Perbandingan antara komposisi media VRBA, CCA dan TBX Agar

Komposisi Media (g / l) Deskripsi

VRBA CCA* TBX Agar** Peptone 7.00

(meat) 3.00 20.00

Yeast Extract 3.00 Sodium chloride 5.00 5.00 Lactose 10.00 Neutral Red 0.03 Bile salt 1.50

(mixture) 1.50

(No.3) Crystal violet 0.002 Sodium dihydrogen phospat 2.20 di-sodium hydrogen phospat 2.70 Sodium pyruvat 1.00 Tryptophane 1.00 Sorbitol 1.00 Tergitol 7 0.15 Chromogenic mixture 0.40 0.075 Agar-agar 13.00 10.00 15.00

Total penggunaan media (g/l) 39.53 26.50 36.60 Harga per botol 500g *** Rp. 920.000 Rp. 4.490.000 Rp. 7.555.000 Harga per petri (15 ml) Rp. 1.091 Rp. 3.563 Rp. 8.290 Pembacaan hasil Koliform saja Koliform, E. coli E. coli saja * CCA : Chromocult Coliform Agar ** TBX Agar : Chromocult TBX Agar ***Harga media berdasarkan pada Price List 2009 yang dikeluarkan PT Merck Tbk

Selain itu, media VRBA tidak bisa secara spesifik membedakan antara

E.coli, Koliform dengan Enterobacteriaceae lainnya, tetapi hanya membedakan

bakteri yang bersifat laktosa positif dan laktosa negatif saja yang semuanya

73

memunculkan warna merah dikelilingi zone presipistasi (Gambar 15). Beberapa

strain Klebsiella (yang juga merupakan anggota koliform) dan Enterococci

tumbuh sebagai koloni pink dengan ukuran sangat kecil (pin-point) sehingga

memungkinkan terjadinya kesalahan pembacaan hasil (Merck, 2005). Kesulitan

lain penggunaan media ini apabila mengikuti prosedur ISO 4832:2004 adalah

pemanasan media dalam air mendidih tidak boleh lebih dari 2 menit dan media

harus digunakan dalam waktu tiga jam setelah dibuat (ISO, 2004).

Di lain pihak, ada kebutuhan industri pangan akan media baru yang dapat

memberikan hasil yang lebih cepat dan akurat dengan pengerjaan yang mudah.

Seperti pada metode APM sebelumnya, penggunaan substrat kromogenik untuk

pengujian Koliform dan E.coli juga sudah banyak digunakan dalam media agar,

misal media TBX agar untuk ISO 16649:2001 dan Chromocult® Coliform Agar

(USEPA, 2007). Pada media TBX, kromogen yang digunakan hanya satu macam

dan hanya untuk mendeteksi sifat ß–glucuronidase yang ada di E. coli saja dengan

warna koloni hijau (ISO, 2001). Media TBX di Indonesia tidak populer karena

peraturan pemerintah maupun perusahaan yang ada di Indonesia pada umumnya

menghendaki uji Koliform dan E.coli sekaligus. Media Chromocult® Coliform

Agar (CCA) lebih sesuai dan lebih diterima untuk keperluan Indonesia karena bisa

mendeteksi keduanya yaitu Koliform berwarna merah salmon sedang E.coli biru

tua sampai violet.

Pada penelitian ini hanya dilakukan perhitungan Angka Lempeng Total

dengan Media CCA saja, tanpa membandingkan dengan VRBA dan TBX karena

tujuannya adalah untuk membandingkan metode ALT yang lebih sederhana cara

pengerjaannya dengan metode perhitungan APM konvensional. Dari hasil

perhitungan sampel terlihat bahwa semua sampel yang positif metode APM, baik

yang konvensional maupun yang cepat, juga memberikan hasil positif di CCA.

Sampel air proses yang tidak dicemari juga memberikan hasil negatif, sama

dengan kedua metode APM (Tabel 9). Data tersebut disajikan dalam nilai cfu/100

ml sesuai dengan perhitungan APM yang juga per 100 ml. Dari data Anova

untuk perhitungan antara cemaran saja dan sampel + cemaran dalam konsentrasi

rendah (Lampiran 11) diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F tabel dan nilai P

lebih besar dari 5% yang menunjukkan hasil yang tidak beda nyata.

74

Tabel 9. Hasil pengujian dengan media Chromocult® Coliform Agar

Kontrol Positif (cfu/100 ml) Sampel ber E. coli (cfu/100 ml) Ulangan

Sampel air proses Rendah* Sedang** Tinggi*** Rendah* Sedang** Tinggi***

1 0 188 1963 4000 200 2275 4163 2 0 175 1188 2875 238 1613 3188 3 0 150 2000 4350 175 1838 3600

Rerata 0 171 1717 3742 204 1908 3650 Catatan : * Rendah : konsentrasi bakteri E.coli dalam sampel 4 cfu/ml ** Sedang : konsentrasi bakteri E.coli dalam sampel 40 cfu/ml *** Tinggi : konsentrasi bakteri E.coli dalam sampel 80 cfu/ml

Pada Tabel 10 tampak sifat pertumbuhan beberapa bakteri pada media CCA,

didasarkan pada sifat pemecahan substrat salmon-GAL, X-glucuronide dan asam

amino tryptophan untuk test indol. Pemecahan substrat Salmon-GAL oleh enzim

ß-D-galactosidase yang dimiliki oleh total Koliform (termasuk E.coli) ditandai

dengan munculnya warna merah salmon pada koloni. Pemecahan substrat X-

Glucuronide oleh enzim ß-D-glucuronidase yang dimiliki oleh E.coli dan

beberapa bakteri lainnya ditandai dengan warna biru terang sampai torquoise.

Khusus untuk E.coli yang memiliki kedua enzim tersebut akan memecah kedua

substrat tersebut menghasilkan gabungan antara warna merah salmon dan

torquoise menjadi warna biru gelap sampai violet (Gambar 16). Gram negatif lain

yang tidak memiliki kedua macam enzim tersebut tumbuh sebagai koloni tak

berwarna (Merck, 2005; Manafi, 1995; Manafi dan Rosmann, 1998b).

Tabel 10 Karakteristik beberapa bakteri di media Chromocult® Coliform Agar

Test strains Recovery rate %

Pertumbuhan Warna koloni

Salmon-GAL

X –Glucu ronide

Indole

Escherichia coli ATCC 11775

≥ 70% Bagus / sangat bagus

biru gelap - violet

+ + +

Citrobacter freundii ATCC 8090

> 70% Bagus / sangat bagus

merah salmon

+ - -

Escherichia coli DSMZ 502

> 70% Bagus / sangat bagus

biru-violet + - +

Salmonella enteritidis ATCC 13076

Tidak terbatas

Bagus / sangat bagus

tak berwarna

- - -

Enterococcus faecalis ATCC 19433

< 0.01 tidak tumbuh

Sumber : Microbiology Manual Merck (2005)

75

Warna yang timbul pada koloni oleh kromogen tersebut akan tetap stabil

untuk beberapa hari, tidak terpengaruh oleh nilai pH, temperatur, atau cahaya.

Karena pewarnaan tersebut tidak terdifusi ke agar maka pembedaan masing-

masing koloni dimungkinkan dalam media ini, bahkan apabila terjadi pada

perhitungan koloni yang tinggi (Merck, 2005)

Hasil false negatif pada media kromogenik dimungkinkan terjadi pada strain

Escherichia coli yang bersifat ß-glucuronidase negatif, seperti Escherichia coli

O157 (ISO, 2001). Dalam Manafi et.al (1991) disebutkan bahwa ada korelasi

kuat antara E.coli pembentuk verotoksin dengan sifat ß-glucuronidase negatif

sehingga memberikan hasil negatif pada media kromogenik (tidak membentuk

koloni hijau) dan fluorogenik (fluoresensi negatif) walaupun dapat tumbuh.

Dalam hal aktifitas ß-D-galactosidase (X-Gal), hanya beberapa strain Vibrio

metschnikovii, V. vulnificus, Aeromonas hydrophila dan A.sobria memberikan

reaksi “ false positive” X-Gal (Manafi, 1995; Geissler et al., 2000). Ley et al

(1993) menemukan bahwa semua strain Aeromonas, Citrobacter dan Enterobacter

yang diisolasi dari air baku (raw water) dalam medium yang mengandung X-Gal

bersifat ß-D-galactosidase positif. Sebaliknya, hanya 10-20% saja dari strain-

strain tersebut yang menghasilkan warna merah dengan kilap logam pada media

m-Endo agar LES.

Gambar 16. Pertumbuhan Citrobacter freundii ATCC 8090 dan Escherichia coli ATCC 11775 dalam media Chromocult® Coliform Agar

(sumber : Merck 2005)

76

Dari total 674 sampel air berklorinasi yang ditanam di m-Endo agar LES

dan medium yang mengandung X-Gal, 18 yang negatif di Endo memperlihatkan

hasil positif di Medium X-Gal. Dari 50% bakteri yang bersifat ß-D-galactosidase

positif, 76% diidentifikasi sebagai Aeromonas hydrophila (Ley et al, 1993).

Ossmer (1993) juga menyebutkan bahwa X-Gal memberikan hasil yang lebih

cepat dan lebih sensitif untuk Koliform total daripada produksi gas dari laktosa.

Untuk keperluan konfirmasi koloni E.coli, cukup dengan memberikan satu

tetes KOVACS' indole reagent kepada koloni yang berwarna biru gelap sampai

violet. Apabila pereaksi tersebut berubah menjadi warna merah cherry (Gambar

17) setelah beberapa detik maka dapat dikonfirmasikan bahwa terjadi

pembentukan indol yang memberi kepastian (99%) bahwa koloni tersebut

memang E.coli. Kemungkinan untuk melakukan test indol langsung di agar yang

sama membuat CCA menjadi unik dan sangat membantu memepercepat uji E.coli

(Merck, 2005; Manafi, 1995; Manafi dan Rosmann, 1998b).

Media CCA terbukti dalam beberapa penelitian, memang memiliki tingkat

akurasi yang tinggi yaitu 94-96% untuk sifat enzimatis GUD positif; 99% untuk

sifat indol positif (Manafi, 1991); dan 98% untuk sifat GAL positif (Geissler et al,

2000). Selain itu ada 3-4% strain E.coli yang mempunyai sifat ß-D-glucuronidase

negatif, yang akan membentuk koloni tak berwarna misal E.coli O157 atau juga

strain yang tidak dapat tumbuh pada temperatur 44 °C misal E. coli 0157:H7

(Merck, 2005). Pendekatan pengujian cepat dengan media kromogenik misal

identifikasi Escherichia coli menggunakan one-day cultivation bahkan juga sudah

diakui pentingnya oleh WHO sebagai metode alternatif, selain penggunaan probe

fluoresense secara mikroskopis dan teknik laser scanning (WHO, 2002).

Geissler et.al (2000) membandingkan kinerja dari Fluorocult® LMX Broth,

Chromocult® Coliform Agar (CCA) dan Chromocult® Coliform Agar ditambah

cefsulodin 10 µg/ml (CCA-CFS) dengan metode standar APM untuk perhitungan

Koliform dan E.coli di air pantai untuk rekreasi. Dalam penelitian Geissler ini

juga dibuktikan bahwa standar APM konvensional memberikan hasil yang kurang

sensitif untuk perhitungan E.coli., walaupun secara statistik tidak ada beda nyata

antara LMX, CCA, CCA-CFS dan APM untuk perhitungan E.coli.

77

Gambar 17. Pembentukan warna cherry red pada koloni Escherichia coli setelah ditetesi reagen KOVAC’s.

Di lain pihak penggunaan media CCA-CFS untuk angka lempeng total

memberikan hasil yang lebih akurat untuk total Koliform karena gangguan

background flora lebih terkurangi. Karena itu kontribusi bakteri ß-galactosidase

positif, non Koliform (terutama Aeromonas spp. dan Vibrio spp.) dalam

perhitungan angka lempeng total tidak bisa diabaikan begitu saja.

Penggunaan larutan PDF sebagai pengencer tanpa penambahan NaCl juga

berpotensi menyebabkan kerusakan sel karena bukan larutan yang bersifat isotonis.

Selain itu, tidak adanya kandungan peptone dalam cairan pengencer menyebabkan

tidak ada efek recovery sehingga sel bakteri yang sublethal injured kemungkinan

akan sulit tumbuh. ISO 6887 menganjurkan digunakannya larutan pengencer

Maximum Recovery Diluent yang per liternya mengandung 85 g NaCl dan 1 g

peptone yang mempunyai efek recovery dari peptone dan isotonik dari NaCl

fisiologis sehingga tidak terjadi kerusakan sel pada sampel (Merck, 2005).

Pengaruh tersebut juga diduga menjadi sebab dari rendahnya recovery rate media

CCA di penelitian ini (Tabel 11) yang seharusnya >70% (Merck, 2005).

78

Tabel 11 Recovery rate Escherichia coli di media Chromocult® Coliform Agar dibandingkan dengan konsentrasi awal bakteri sampel

Kontrol positif Sampel ber E. coli

Ulangan Rendah* Sedang* Tinggi* Rendah* Sedang* Tinggi*

1 47% 49% 50% 50% 57% 52% 2 44% 30% 36% 59% 40% 40% 3 38% 50% 54% 44% 46% 45%

Rerata 43% 43% 47% 51% 48% 46%

Catatan : * Rendah (konsentrasi cemaran 4 cfu/ml), Sedang (40 cfu/ml) dan Tinggi (80 cfu/ml)

Dari komunikasi pribadi dengan Rolf Ossmer (18 Maret 2009) yang

mengembangkan Chromocult® Coliform Agar di Laboratorium R&D Merck

KGaA di Jerman, seharusnya recovery rate dari media CCA untuk E.coli adalah

>70% (70-100%). Rendahnya recovery rate dalam penelitian ini kemungkinan

karena sampel tidak terdistribusi dengan baik di cawan petri, yang disebabkan

oleh teknik pencampuran sampel dengan media pada metode cawan tuang yang

salah. Area berwarna violet di agar (Gambar 18) merupakan indikasi tempat

terkumpulnya bakteri, sehingga jumlah koloni yang terpisah secara sempurna

menjadi berkurang.

Pada metode cawan tuang, koloni yang tumbuh di dekat permukaan agar-

agar dapat tumbuh dalam dua koloni dengan morfologi yang berbeda, yaitu koloni

kecil didalam agar dan koloni yang lebih besar di permukaan agar. Pertumbuhan

koloni dipermukaan agar-agar seringkali sangat kuat dengan warna dan ukuran

yang atypical. Penyebab dari terbentuknya koloni atypical seperti pada Gambar

18 belum diketahui tetapi mungkin telah terjadi penghambatan pada reaksi

enzimatis oleh kombinasi beberapa komponen dari material sampel dengan

pertumbuhan yang terjadi di permukaan. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan

overlayer pada CCA seperti yang banyak direkomendasikan oleh banyak prosedur

standar. Pada medium CCA, apabila muncul koloni atypical, maka semua koloni

dengan warna violet di tengah koloni atau warna violet yang terdifusi kedalam

agar adalah koloni E.coli (Ossmer R 27 Maret 2009, komunikasi pribadi)

79

Gambar 18 Pertumbuhan koloni Escherichia coli atypical di media Chromocult Coliform Agar.

Dalam penelitian ini memang tidak dibandingkan antara metode ALT

menggunakan media VRBA dan CCA karena tujuan utama adalah membanding-

kan antara APM dengan ALT yang dalam hal ini diwakili oleh CCA. Pemilihan

CCA sendiri seperti diterangkan diatas adalah karena beberapa keunggulan yang

dimiliki CCA seperti ketelitian, kepraktisan dan kecepatan hasil. Penelitian yang

membandingkan VRBA dan CCA telah dilakukan oleh Gonzales et.al pada tahun

2003 pada sampel makanan siap saji (ready-to-eat foods). Dari hasil penelitian

tersebut disimpulkan bahwa CCA memiliki beberapa keuntungan dibandingkan

dengan VRBA yaitu hanya memerlukan satu medium untuk mendeteksi Koliform

dan E.coli, mengurangi biaya, mengurangi waktu secara nyata, dan mengurangi

kecenderungan terjadinya kontaminasi silang dibanding metode-metode lainnya.

4.4 Metode Presence Absence.

Untuk sampel air yang sangat bersih seperti air minum atau air proses, yang

jumlah bakterinya sangat kecil umumnya dianjurkan untuk menggunakan metode

membran filtrasi atau Presence/ Absence dengan jumlah sampel yang cukup besar,

misalnya 100 ml. Dengan jumlah sampel yang besar diharap tingkat ketelitian dan

sensitifitas uji juga meningkat. Sebenarnya standar mikrobiologis air proses dan

80

air minum menurut Kepmenkes, WHO, FDA, dan USEPA adalah negatif atau nol

cfu per 100 ml sampel. Karena itu, untuk pengujian air minum umumnya metode

yang disahkan adalah metode membran filtrasi atau P/A yang memiliki tingkat

ketelitian lebih tinggi dari pada metode APM dan ALT (Depkes, 2002; WHO,

2004; USEPA, 2007; FDA, 2002).

Dalam penelitian ini, metode APM yang sekarang digunakan dalam SNI

dan metode ALT yang banyak digunakan di industri dibandingkan dengan metode

P/A yang merupakan metode standar untuk pengujian air minum yang digunakan

oleh USEPA. Metode membran filtrasi tidak dipilih karena jarang digunakan di

Indonesia dan memerlukan pengerjaan yang lebih rumit daripada metode P/A.

Metode Presence Absence (P/A) pada penelitian ini menggunakan media

siap pakai Readycult® Coliform 100 (RC 100) seperti pada Gambar 20. Media

Readycult® Coliform 100 ini merupakan pengembangan dari media LMX Broth

(Tabel 7) menjadi bentuk siap pakai untuk metode Presence Absence dengan

sampel air sebanyak 100 ml (Manafi and Rosmann, 1998a; Merck, 2005). RC

100 dibuat dari media Fluorocult® LMX Broth sebanyak 1.7 g, dikemas dalam

sachet khusus dan disteril dengan cara radiasi (Merck, 2005; Manafi, 2000).

Karena media sudah dalam keadaan ditimbang dan steril maka media bisa

langsung dituang kedalam botol steril ukuran 250 ml yang sudah diisi dengan 100

ml sampel (Gambar 19). Karena basis medianya sama, maka prinsip kerja media

maupun cara pengamatan media RC adalah sama dengan LMX Broth.

Gambar 19 Cara penggunaan media cepat siap pakai Readycult® Coliform 100

81

Metode P/A menggunakan media Readycult® Coliform 100 ini telah

disahkan oleh USEPA untuk digunakan dalam pengujian bakteri Koliform

maupun E. coli dalam air minum (USEPA, 2007). Keunggulan metode ini

dibandingkan dengan APM maupun ALT adalah pengerjaannya yang jauh lebih

sederhana, cepat dan jumlah sampel yang dites jauh lebih besar daripada metode

APM maupun ALT sehingga apabila ada satu sel saja dalam 100 ml sample akan

terdeteksi sebagai positif.

Tabel 12 Hasil pengujian Escherichia coli dengan metode Presence Absence pada media Readycult® Coliform 100

Sampel Kontrol positif Sampel ber E. coli Jenis Media Ulangan Air

Proses

Rendah

Sedang

Tinggi

Rendah Sedang Tinggi

1 negatif positif TD TD positif TD TD

2 negatif positif TD TD positif TD TD RC 100

3 negatif positif TD TD positif TD TD Catatan :

- Rendah (konsentrasi cemaran 4 cfu/ml), Sedang (40 cfu/ml) dan Tinggi (80 cfu/ml) - Keterangan : TD = Tidak dilakukan

Dari hasil penelitian terlihat bahwa semua sampel air proses tanpa cemaran

adalah negatif dan semua sampel dengan cemaran maupun cemaran saja pada

konsentrasi rendah adalah positif (Tabel 12). Pada penelitian ini metode P/A

hanya dilakukan untuk konsentrasi rendah saja untuk melihat sensitifitas pada

jumlah sel terendah, sedangkan untuk konsentrasi sedang dan tinggi tidak

dilakukan karena sudah pasti akan positif hasilnya. Hasil ini sejalan dengan

kedua metode sebelumnya yaitu APM (dengan LST maupun LMX) dan ALT

(dengan CCA), dimana pada sampel air proses saja semua hasilnya negatif sedang

pada konsentrasi rendah semua positif dengan nilai cfu yang berbeda-beda.

Apabila memang hasil akhir yang diinginkan hanya negatif per 100 ml sampel

maka diantara ketiga metode tersebut, metode P/A lah yang paling sesuai karena

paling mudah dilakukan, cepat dan dengan hasil yang sebanding dengan metode

lain.

Manafi and Rosmann (1998a) dalam penelitiannya mendapatkan hasil

bahwa Readycult® mendeteksi Koliform dan E.coli secara signifikan pada lebih

82

banyak sampel dalam 24 jam dibandingkan dengan standard Methods.

Readycult® menunjukkan hasil false positive untuk Aeromonas spp., yang

merupakan waterborne bacteria yang umum. Deteksi Koliform dan E.coli

dikurangi menjadi total satu hari dibandingkan dengan metode EPA konvensional

yang memerlukan 4 hari dan metode DIN yang memerlukan 3 hari. Selain itu

juga dibuktikan bahwa sensitifitas Readycult® sama dengan Standard Methods

dan bahkan Readycult® dapat menghitung E.coli dan Koliform secara simultan

dalam analisis yang sama. Efisiensi dan kecepatan reaksi yang dapat dideteksi

membuat media ini sangat bermanfaat dalam test mikrobiologi air rutin (Manafi

and Rosmann, 1998a).

Pada Gambar 20 tampak berbagai hasil inkubasi media Readycult®. Paling

kiri yaitu yang berwarna bening kekuningan adalah pada saat awal inokulasi atau

apabila sampelnya steril. Botol yang tengah tampak keruh tetapi tidak berwarna

biru kehijauan, yang berarti ada pertumbuhan bakteri tetapi bukan termasuk

Koliform. Hasil ini didapat dari inkubasi sampel air proses tanpa cemaran pada

tanggal 3 Juni 2008, yang memang di media CCA juga tumbuh koloni tak

berwarna cukup banyak. Botol paling kanan keruh dan berwarna biru kehijauan,

yang menunjukkan ada pertumbuhan bakteri Koliform (dari perlakuan dengan

cemaran E.coli) . Uji konfirmasi lanjutan untuk membedakan E.coli dari bakteri

kelompok Koliform lainnya dilakukan dengan melihat fluoresensi dengan lampu

UV 366 nm dan pembentukan cincin merah dari reaksi indol dengan pereaksi

KOVAC’s (Gambar 21).

Keunggulan dan kelemahan media Readycult® dibandingkan dengan media

konvensional untuk uji Koliform dan E.coli pada dasarnya sama dengan media

Fluorocult® LMX Broth yang telah diterangkan di bagian metode APM LMX.

Keunggulan lainnya dari Readycult® adalah kemudahan dalam pengerjaan dan

ketelitian yang lebih untuk uji air minum dengan jumlah bakteri Koliform sangat

kecil bahkan negatif, karena sampel yang diuji adalah 100 ml dalam satu botol.

83

Gambar 20 Pertumbuhan bakteri Koliform di media Readycult® Coliform 100

Gambar 21 Fluoresensi (1) dan Reaksi Indol (2) dalam media Readycult®

Coliform 100.

Kemudahan pengerjaan seperti sudah disinggung di bagian inokulasi,

terutama karena media sudah dalam dalam bentuk snap siap yang steril (Gambar

19), dengan dua pilihan yaitu untuk keperluan sampel 50 ml atau 100 ml. Dengan

bentuk snap siap pakai tersebut proses preparasi media yang konvensionl seperti

penimbangan, pelarutan, sampai dengan sterilisasi dan penyimpanan menjadi

1. awal inokulasi

2. ada pertumbuhan

bukan Koliform

3. positif Koliform

1 2

84

hilang. Kebutuhan tenaga, peralatan, waktu pembuatan media dan ruang simpan

untuk media jadi juga menjadi sangat berkurang. Prosedur sederhana ini

memungkinkan suatu laboratorium sederhana dengan peralatan dan kompetensi

personal minimal, bahkan di lapangan, bisa juga melakukan test rutin monitoring

Koliform.

Bentuk snap dengan media steril juga memungkinkan dilakukannya

pengujian dengan sampel air sebesar 100 ml karena tidak lagi diperlukan air

sebagai pelarut dalam proses pembuatan media. Apabila menggunakan media

biasa maka untuk melakukan pengujian dengan sampel sebanyak 100 ml

diperlukan media sebanyak 50 ml dengan minimal 3 kali resep (3-fold) (Merck,

2005; APHA, 2005). Hal ini tentu akan sangat mengurangi biaya pengujian

dibandingkan dengan metode APM atau P/A biasa.

Karena metode ini sangat sensitif maka yang diuji hanya sampel tanpa

inokulasi dan cemaran yang konsentrasi rendah saja. Jumlah sel akhir per botol

adalah 400 sel untuk konsentrasi rendah (Tabel 12) karena jumlah inokulum 4 sel/

ml sedangkan jumlah suspensi cemaran yang digunakan adalah 100 ml. Cemaran

konsentrasi sedang dan konsentrasi tinggi tidak diuji karena sudah pasti hasilnya

akan positif karena menurut Manafi dan Rosmann (1998a) apabila ada satu sel

saja dalam 100 ml sampel yang akan memberikan hasil positif.

Selain untuk deteksi secara simultan Koliform dan E.coli, Readycult

Coliform dapat juga digunakan untuk pengkayaan dalam cara deteksi E.coli

O157:H7 secara cepat dan mudah di sampel air. E.coli O157:H7 yang diduga ada

di sampel yang diinokulasikan ke media RC yang berwarna hijau kebiruan tetapi

fluoresensi negatif dan indol positif dikonfirmasi dengan Singlepath E.coli O157

(Bubert et.al, poster)

4.5 Perbandingan antara APM, ALT, dan P/A

Apabila keempat metode tersebut kita bandingkan maka akan tampak bahwa

metode APM (baik LST maupun LMX) memberikan hasil yang lebih tinggi

dibandingkan dengan metode ALT CCA (Tabel 13). Pada perlakuan sampel

tanpa cemaran, metode APM memberikan hasil < 1,8 /100 ml, metode ALT

85

memberikan hasil 0 cfu/ml dan metode P/A memberikan hasil negatif/100 ml.

Hasil ALT terkecil adalah 0 cfu/ml karena tidak dilakukan pengenceran pada

sampel tetapi jumlah sampel yang dianalisa hanya 1 ml. Metode P/A memberikan

hasil negatif atau 0/100 ml sedangkan metode APM hanya bisa memberikan hasil

< 1.8/100 ml. Hal ini karena APM terkecil untuk seri 5 tabung dengan jumlah

total sampel 55.5 ml adalah 1.8 cfu/100 ml apabila hasil kombinasi tabung positif

0-0-1 dengan perhitungan sbb (APHA, 2005) :

MPN/100 ml = 100 x P / (N x T) 1/2

MPN/100 ml = 100 x 1/ (55.4 x 55.5)1/2

MPN/100 ml = 100/55.45 = 1.8

dimana :

P = jumlah tabung positif

N = total volume sampel dalam semua tabung negatif (dijumlahkan), ml

T = total volume sampel dalam seri pengenceran yang digunakan, ml

Pada sampel dengan penambahan cemaran dengan knsentrasi sedang dan

tinggi, maka hasil yang didapat pada metode APM kebanyakan >1600 cfu/100ml

sehingga sulit untuk dilakukan analisa pembandingan statistik dan tidak bisa

dibuat rerata apabila ada ulangan yang nilainya kurang dari 1600. Metode ALT

lebih memungkinkan untuk melakukan analisa statistik dan perhitungan rerata,

dengan pengerjaan yang lebih simpel.

Metode P/A walau lebih sederhana dalam pengerjaan tetapi hasil yang

diperoleh hanya bisa positif atau negatif saja sehingga hanya cocok untuk sampel

sangat bersih yang memang diharapkan hasilnya negatif. Dalam APHA (2005)

disebutkan bahwa apabila sampel yang diuji dengan metode P/A memberikan

hasil positif maka dianjurkan untuk melakukan pengujian ulang untuk menghitung

jumlah Koliform karena data kuantitatif dapat menunjukkan tingkat kontaminasi

yang terjadi.

Metode APM terutama sangat berguna untuk sampel yang konsentrasi

organismenya sangat rendah (<100 cfu/g) terutama air, susu dan sampel pangan

yang keberadaan partikulat materialnya kemungkinan mengganggu keakurasian

86

perhitungan koloni pada metode ALT (FDA, 2008). Asumsi yang sangat penting

untuk mendukung keakurasian metode APM adalah bahwa bakteri – bakteri yang

ada terdistribusi secara acak didalam sampel, saling terpisah, tidak membentuk

kelompok dan juga tidak saling menempel satu sama lain. Metode ALT biasanya

digunakan untuk sampel yang jumlah bakterinya banyak. (FDA, 2008).

Tabel 13 Perbandingan jumlah mikroba ter-recover pada metode Angka Paling Mungkin (LST & LMX), Angka Lempeng Total (CCA) dan Presence

Absence (RC)

Sampel Kontrol positif (cfu/100 ml) Sampel ber E. coli (cfu/100 ml) Jenis Media Ulangan Air

Proses

Rendah* Sedang* Tinggi*

Rendah* Sedang* Tinggi* 1 <1.8 240 >1600 >1600 240 >1600 >1600 2 <1.8 245 >1600 >1600 390 920 >1600 3 <1.8 395 >1600 >1600 150 >1600 >1600

LST**

Rerata <1.8 293 >1600 >1600 260 >1600 >1600 1 <1.8 240 >1600 >1600 390 >1600 >1600 2 <1.8 260 >1600 >1600 390 1600 >1600 3 <1.8 295 >1600 >1600 295 1600 >1600

LMX**

Rerata <1.8 265 >1600 >1600 358 >1600 >1600 1 0 188 1963 4000 200 2275 4163 2 0 175 1188 2875 238 1613 3188 3 0 150 2000 4350 175 1838 3600

CCA**

Rerata 0 171 1717 3742 204 1908 3650 1 negatif positif TD*** TD positif TD TD 2 negatif positif TD TD positif TD TD 3 negatif positif TD TD positif TD TD

RC**

Rerata negatif positif TD TD positif TD TD Catatan : * Rendah (konsentrasi cemaran 4 cfu/ml), Sedang (40 cfu/ml) dan Tinggi (80 cfu/ml) ** LST (Lauryl Sulfate Broth) LMX (Fluorocult LMX Broth) CCA (Chromocult Coliform Agar) RC (Readycult Coliform 100) *** TD : Tidak dilakukan pengujian

Selain itu apabila dilihat dari jumlah total sampel yang dianalisa maka

metode P/A adalah yang paling banyak dengan 100 ml, metode APM 5 tabung

dengan 55.5 ml dan metode ALT dengan hanya 1 ml. Dengan demikian ketelitian

hasil yang terbaik untuk pengujian air dengan kualitas air minum adalah pada

metode P/A dengan sampel 100 ml karena probabilitas keterambilan sel bakteri

dalam sampel menjadi jauh lebih besar dari pada metode APM dan ALT.

Misalnya, apabila ada 1 sel dalam 100 ml sampel maka dengan metode P/A akan

87

terdeteksi sebagai positif, pada metode APM probabilitas keterambilannya hanya

55.5 % (total sampel 55,5 ml) dan di metode ALT bahkan hanya 1% (total sampel

1 ml). Karena itu beberapa metode referensi pengujian air seperti APHA, FDA,

ISO, SNI menggunakan metode P/A atau Membran Filtrasi untuk sampel dengan

kelas air minum. Untuk sampel air bersih biasanya digunakan metode APM 5

tabung atau Membran Filtrasi (APHA, 2005; FDA, 2007; ISO, 2001; BSN, 2006).

Kelemahan ini juga dibahas oleh Odge et.al (1998) dan beliau menganjurkan

untuk menggunakan lebih dari 6 petri atau menggunakan perti dengan diameter 15

cm sehingga jumlah sampel yang diinokulasikan bisa lebih besar dari 1 ml.

Apabila dilihat dari kebutuhan inkubator maka keuntungan lain dari media

cepat LMX, RC dan CCA untuk pengujian Koliform dan E. coli adalah dalam

pengerjaannya hanya memerlukan satu suhu inkubasi yaitu 35oC dibandingkan

dengan metode konvensional yang perlu dua suhu inkubasi yaitu 35oC dan 44.5oC.

Jumlah tabung dan cawan petri yang lebih sedikit dan tahapan yang hanya satu

kali pengerjaan saja memerlukan ruang yang lebih sedikit di inkubator.

Salah satu parameter kualitas suatu media pertumbuhan adalah kemampuan

dalam menumbuhkan bakteri yang diinginkan. Dalam penelitian ini yang dihitung

pada Tabel 6 adalah nilai recovery ratenya untuk perlakuan dengan konsentrasi

bakteri rendah karena untuk perlakuan dengan APM pada konsentrasi sedang dan

tinggi memberikan hasil perhitungan > 1600 sehingga tidak bisa dihitung.

Perhitungan nilai recovery rate dilakukan dengan membandingkan hasil

pertumbuhan di sampel ber E.coli dengan kontrol positif (larutan PDF yang

dicemari dengan bakteri yang sama). Hasil recovery rate tertinggi adalah pada

media LMX (122%), kedua adalah media LST (89%) dan ketiga adalah media

CCA (70%).

Recovery rate CCA paling rendah dibandingkan dengan media broth lainnya

karena bentuknya yang padat berpengaruh terhadap tingkat recovery sel. Menurut

Ogden (1997) organisme yang sakit (rusak) lebih menyukai lingkungan yang cair

(broth) daripada permukaan padat yang kering (agar). Dari kedua broth yaitu LST

dan LMX maka hasil recovery rate LMX lebih tinggi dari LST hal ini karena

sumber karbohidrat yang digunakan dalam LMX selain laktosa juga sorbitol dan

dua macam substrat kromogenik (Merck, 2005) sehingga mampu memberikan

88

hasil pertumbuhan yang lebih bagus. Keuntungan lain dari CCA dan LMX adalah

waktu yang lebih cepat, yaitu 24 jam untuk sampai ke identifikasi / konfirmasi

E.coli.

Geissler et.al. (2000) melakukan penelitian pengujian secara kuantitatif

untuk koliform total dan E. coli di air laut dengan membandingkan metode APM

konvensional menggunakan Lauryl Sulfate Broth (LST) dengan metode APM

cepat menggunakan LMX Broth dan metode Membran Filtrasi menggunakan

Chromocult Coliform Agar (CC) dan CC plus Cefsulodin (CC-CFS). Dalam

penelitian tersebut dibuktikan bahwa metode APM konvensional memiliki

sensitifitas paling kecil untuk perhitungan E.coli. Keseluruhan hasil untuk E.coli

ter-recover menunjukkan bahwa pertumbuhan pada media LMX, CC-CFS, dan

CC adalah 1,60; 1,64; dan 1,39 kali lebih banyak dari APM konvensional. Akan

tetapi secara statistik, hasil antara LMX, CC, CC-CFS tidak berbeda nyata untuk

perhitungan E.coli. Pada media CC-CFS hasilnya lebih kecil daripada media CC

karena mengandung cefsulodin yang menyebabkan tingkat penghambatannya

lebih besar.

4.6 Analisa Ekonomis

Dalam penelitian ini, selain dilihat keunggulan teknis dari masing-masing

metode pengujian dan jenis medianya, dilakukan juga analisis ekonomis terhadap

keempat metode yang diperbandingkan, yaitu metode APM dengan media LST

(cara konvensional), APM dengan media LMX Broth (cara cepat), P/A dengan

media Readycult® (cara cepat) dan metode ALT dengan media CCA (cara cepat).

Parameter yang diperbandingkan adalah: (1) investasi biaya yang dikeluarkan

untuk pembelian pertama kali set media dan reagen yang dibutuhkan, (2) harga

per test (apabila dilakukan secara single maupun duplo), (3) perbandingan biaya

metode cepat terhadap metode konvensional, (4) total hari yang diperlukan untuk

pengujian (minimal dan maksimal), dan (5) jumlah petri dan tabung yang

diperlukan selama pengujian. Keseluruhan data tersebut tersaji pada Tabel 14.

Perhitungan tersebut dilakukan berdasar asumsi bahwa sampel positif

mengandung E.coli sehingga perlu dilakukan pengujian secara lengkap sampai ke

tahap konfirmasi untuk 2 koloni terduga. Khusus untuk metode APM LST, selain

89

perhitungan lengkap juga dilakukan perhitungan untuk sampel yang Koliform

negatif sehingga pengujian berhenti pada tahap tersebut.

Parameter ekonomis pertama adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian media pada saat awal pengujian yang dihitung berdasarkan harga price

list media Merck tahun 2009 yang dikeluarkan oleh PT. Merck Tbk. (Tabel 14).

Dari keempat metode tersebut tampak bahwa biaya investasi media terbesar

adalah untuk metode APM konvensional karena harus membeli enam macam

media yaitu LST, EC, LEMBA, Tryptone Water, MR-VP Base Broth, Simon

Citrate, dan tiga macam reagen yaitu KOVAC’s, MR dan VP.

Tabel 14 Perhitungan biaya dan lama pengujian lengkap E.coli pada

metode Angka Paling Mungkin, Angka Lempeng Total, dan Presence Absence.

Harga /test (Rp) Total hari Metode Analisa Investasi media (Rp) Single Duplo

% biaya min max

Jumlah alat gelas

APM LST 1) sampel E.coli positif

10.813.000 200.763 401.526 100% 5 7 195 tabung

APM LST 2) sampel Koliform negatif

10.813.000 9.676 19.352 5% 2 4 15 tabung

APM LMX 3) 8.119.000 57.218 114.436 29% 1 2 15 tabung

ALT CCA 4) 4.978.000 7.530 15.059 4% 1 2 2 petri

P/A Readycult 5) 1.309.000 60.570 121.140 30% 1 2 1 botol

Keterangan : 1. Metode Angka Paling Mungkin seri 5 tabung dengan media Lauryl Sulphate Broth (LST)

untuk sampel yang positif E.coli 2. Metode Angka Paling Mungkin seri 5 tabung dengan media Lauryl Sulphate Broth (LST

untuk sampel yang negatif Koliform 3. Metode Angka Paling Mungkin seri 5 tabung dengan media Fluorocult LMX Broth

(LMX) untuk sampel yang positif E.coli 4. Metode Angka Lempeng Total dengan media Chromocult Coliform Agar untuk sampel

yang positif E.coli 5. Metode Presence Absence dengan media readycult Coliform 100 untuk sampel yang

positif E.coli

Total investasi untuk Metode APM konvensional untuk pemeriksaan

lengkap E.coli adalah Rp 10.813.000,-. Apabila uji Koliform juga dilakukan

maka ada tambahan biaya investasi sebesar Rp 1.086.000,- untuk pembelian

media Brilliant Green Bile 2% Broth sebagai uji penguat Koliform setelah positif

gas di LST. Dengan demikian, total investasi media dan reagen untuk uji

Koliform dan E.coli dengan metode APM konvensional adalah Rp 11.899.000,-.

Yang kedua adalah metode APM cepat LMX yaitu sebesar Rp 8.119.000,-. Yang

90

ketiga adalah metode ALT CCA yaitu sebesar Rp 4.978.000,- dan terakhir yang

paling murah investasinya adalah metode P/A yaitu sebesar Rp 1.309.000,-.

Metode P/A memang terlihat paling kecil biaya pembelian media awalnya karena

satu pak hanya untuk 20 test. Ketiga metode cepat tersebut sekaligus untuk

pengujian Kolifom dan E.coli.

Apabila dilihat dari jumlah investasi yang diperlukan untuk pembelian

media dan keterbatasan masa pakai suatu media maka untuk jumlah pengujian

sedikit dan tidak rutin, metode yang memerlukan jumlah media sedikit dan

investasi kecil akan lebih menguntungkan. Hal ini karena media dan reagen tidak

kadaluwarsa atau rusak sebelum habis digunakan. Perhitungan lengkap dari

masing-masing media ada di Lampiran 13, 14 dan 15.

Pada Tabel 14 juga bisa dilihat perhitungan harga per test untuk pengujian

single maupun duplo. Dari hasil perhitungan untuk pengujian single terlihat

bahwa metode APM konvensional (LST) yaitu Rp 200.763,- ternyata juga paling

mahal karena memerlukan banyak media dengan banyak tahapan. Harga per test

termahal kedua adalah Readycult® Coliform yaitu Rp 60.570,- atau hanya 30%

dari biaya APM konvensional LST. Selanjutnya (ketig-=a) adalah APM LMX

sebesar Rp 57.218,- atau 29% dari biaya APM konvensional LST. Metode ALT

dengan CCA ternyata paling murah yaitu hanya Rp 7.530,- per test nya atau hanya

4% dari harga per test APM konvensional LST. Apabila setiap sampel dilakukan

test duplo maka harga per test dikalikan dua seperti tampak pada Tabel 14, dan

selisih harga antar metode menjadi semakin besar yaitu Rp 401.526,- untuk APM

konvensional LST, Rp 121.140,- untuk Readycult, Rp 114.436,- untuk APM

LMX dan untuk ALT CCA hanya sebesar Rp 15.059,-.

Perhitungan total hari yang diperlukan untuk pengujian (lengkap sampai

tahap konfirmasi E.coli) didasarkan atas jumlah minimum dan maksimum hari

yang diperlukan. Perbedaan antara minimum dan maksimum total hari pengujian

in terjadi karena apabila pada inkubasi 24 jam hasil pembacaan masih negatif

maka harus diperpanjang menjadi 48 jam. Dari data di Tabel 15 tampak sekali

perbedaan antara metode APM LST (konvensional) yang memerlukan waktu

pengujian 5-7 hari dengan metode cepat (APM LMX, Readycult® dan ALT CCA)

yang hanya memerlukan waktu 1-2 hari saja. Total waktu pengujian sangat besar

91

pengaruhnya di industri karena berkaitan dengan waktu untuk melepas barang ke

pasar. Semakin lama waktu pengujian akan semakin lama pula waktu barang

tertahan di gudang. Lamanya barang tertahan di gudang akan berpengaruh

langsung ke kapasitas gudang yang diperlukan dan perputaran cash flow

perusahaan.

Dari sisi kebutuhan peralatan gelas yaitu tabung dan cawan petri, tampak

dalam Tabel 14 bahwa metode APM LST memerlukan jumlah peralatan gelas

sangat banyak. Jumlah 195 tabung dan cawan petri untuk APM LST sudah

dibatasi dengan melakukan hanya tiga seri pengenceran yaitu 100, 10-1, dan 10-2.

Sampel langsung dinokulasikan dengan jumlah ml yang berbeda untuk tiap tabung

(10 ml, 1 ml, dan 0.1 ml) sehingga menghemat tabung. Kelemahannya adalah

pada konsentrasi cemaran sedang dan tinggi hasilnya tidak bisa dihitung secara

statistik karena hanya menyebutkan nilai >1600. Uji konfirmasi E.coli hanya

dilakukan pada dua koloni terduga sehingga penggunaan tabung dan cawan petri

bisa dikurangi. Jumlah peralatan akan bertambah secara nyata lebih dari 195 buah

apabila jumlah pengenceran bertambah dan koloni yang dikonfirmasi juga

bertambah menjadi 5 koloni tiap tabung positif. Hal ini juga akan berimplikasi

langsung terhadap penambahan analis laboratorium, beban kerja di lab, jumlah

inkubator dan peralatan penunjang lainnya.

Penggunaan metode cepat sangat memotong jumlah tabung dan petri yang

diperlukan dengan sangat nyata dari 195 tabung menjadi hanya 16 tabung untuk

metode APM LMX dan bahkan hanya perlu dua cawan petri untuk metode ALT

CCA dan satu botol untuk metode P/A (Tabel 14). Hal ini juga akan berimplikasi

langsung terhadap pengurangan beban kerja di lab, jumlah inkubator dan

peralatan penunjang lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Ogden et.al pada tahun 1998 telah

membandingkan metode APM konvensional dengan beberapa metode cepat untuk

sampel kerang. Dalam penelitian tersebut dibuktikan bahwa metode cepat dengan

Chromocult bisa memberikan hasil pengujian E.coli dalam waktu 48 jam (dalam

kenyataannya hasil biasanya diperoleh dalam 24 jam). Sebagai pembandingnya,

metode APM memberikan hasil dalam 3-4 hari.

92

Tabel 15 Analisa biaya pengujian dan gudang di PT Yummy Food Utama

A. Biaya Listrik Bulanan (Rp 27.000.000)Asumsi Nilai total Nilai Akhir/bulan

Bagian Produksi 27,000,000 14,850,000 Kantor 27,000,000 1,350,000 Bagian Laboratorium 27,000,000 2,700,000 Bagian Gudang (chiller) 27,000,000 8,100,000

B. Nilai Barang (4 batch = 16 trolley)

Asumsi/Trolley Nilai satuan Nilai Akhir/batch

Yogurt buah Blackberry 125 g 4,500 36,000,000 Yogurt buah Strawberry 125 g 4,500 36,000,000 Yogurt buah Manggo 125 g 4,300 34,400,000 Yogurt buah Guava 125 g 4,200 33,600,000 Total Nilai Barang per hari produksi 140,000,000

C. Biaya Gudang (Chiller)

Asumsi Biaya satuan Biaya harian

Gaji Karyawan/bulan 1,500,000 200,000 Investasi bangunan dan alat gudang 400,000,000 222,222 Biaya operasional lain-lain/bulan 2,000,000 66,667 Biaya listrik gudang-chiller (dari tabel biaya listrik) 8,100,000 270,000

758,889 Biaya gudang/trolley/hari (maksimum 65 trolley) 11,675

D.Biaya Laboratorium

DeskripsiHarian (7

parameter) Harian (E.coli

saja) Biaya TetapBelanja pegawai 383,333 54,762 Biaya Listrik 90,000 12,857 Penyusutan asset Lab 111,111 15,873 Biaya kalibrasi alat 5,721 817 Biaya operasional lain-lain/bulan 66,667 9,524 Total Biaya Tetap 590,166 84,309

30%

171,643 2,000,000

19,704,976

Total biaya gudang per hari

2,700,000 3,333,333

Per Bulan

% 55%5%

10%

8000

Satuan

4

Satuan

800080008000

11,500,000

11

1

Keterangan : 6. Metode Angka Paling Mungkin seri 5 tabung dengan media Lauryl Sulphate Broth (LST)

untuk sampel yang positif E.coli 7. Metode Angka Paling Mungkin seri 5 tabung dengan media Lauryl Sulphate Broth (LST

untuk sampel yang negatif Koliform 8. Metode Angka Paling Mungkin seri 5 tabung dengan media Fluorocult LMX Broth

(LMX) untuk sampel yang positif E.coli 9. Metode Angka Lempeng Total dengan media Chromocult Coliform Agar untuk sampel

yang positif E.coli 10. Metode Presence Absence dengan media readycult Coliform 100 untuk sampel yang

positif E.coli

93

Biaya medium Chromocult yang digunakan di proyek tersebut kira-kira

seperempat dari biaya APM. Akan tetapi kepastian besarnya biaya metode APM

sangat tergantung kepada berapa banyaknya tabung yang tercatat positif dan

memerlukan analisis lebih lanjut. Ogden juga menyebutkan bahwa keuntungan

lain dari Chromocult adalah penggunaan inkubator yang hanya 37oC sedangkan

APM untuk E.coli juga perlu extra waterbath 44oC.

Selain biaya pembelian media pengujian, selanjutnya dihitung pula biaya

listrik bulanan (Tabel 15 A) dan nilai barang (Tabel 15 B). Perhitungan biaya

listrik dilakukan dengan asumsi bahwa dari total rata-rata biaya listrik per bulan

sebesar Rp 27.000.000,- dibagi menjadi 55% produksi, 5% untuk kantor, 10%

untuk Laboratorium dan 30% untuk gudang (chiller).

Walaupun PT. Yummy memiliki banyak varian keju dan yogurt,

perhitungan nilai barang dalam penelitian ini dilakukan hanya untuk produksi

yogurt buah empat rasa kemasan 125g. Harga satuan yogurt buah bervariasi

tergantung rasa, yaitu blackberry Rp 4500, strawberry Rp 4500, manggo Rp 4300,

dan yang termurah adalah guava Rp 4200. Apabila dalam satu hari dibuat setiap

rasa satu batch maka total nilai produk jadi per hari adalah Rp 140.000.000.-

(Tabel 15 B). Produksi per batch adalah 1000 kg dengan berat per kemasan

adalah 125g, dengan demikian dalam satu batch produksi diperoleh 8000 kemasan.

Kapasitas satu trolley adalah 2400 kemasan sehingga untuk satu batch diperlukan

4 buah trolley. Karena dalam satu hari diproduksi 4 batch maka kebutuhan trolley

per hari adalah 16 buah.

Kapasitas gudang chiller di PT Yummy adalah 65 trolley sehingga apabila

total biaya gudang per hari Rp 758.889,- maka biaya gudang per trolley per hari

adalah Rp 11.675,- (Tabel 15 C). Biaya per trolley tersebut dihitung dari jumlah

komponen biaya utama untuk gudang (gaji empat orang karyawan, penyusutan

investasi, operasional, listrik) dibagi kapasitas gudang chiller sebanyak 65 trolley.

Dengan kapasitas gudang chiller hanya 65 trolley maka dalam waktu 4 hari

produksi saja gudang chiller tersebut sudah penuh. Selain itu, karakteristik

produk yogurt yang mempunyai masa simpan pendek menyebabkan produk harus

secepat mungkin di release ke pasar. Pengujian yang cepat akan sangat membantu

efisiensi gudang sehingga kapasitas gudang tidak perlu ditambah.

94

Apabila di Tabel 14 biaya laboratorium dihitung untuk pemakaian media,

maka di Tabel 15 D biaya laboratorium dihitung sebagai biaya operasional yang

meliputi gaji pegawai sebanyak 3 orang, listrik, penyusutan peralatan lab,

kalibrasi alat dan biaya operasional lain-lain. Dalam sehari laboratorium PT

Yummy melakukan pengujian 7 parameter uji, salah satunya adalah E.coli dan

Koliform. Biaya harian untuk pengujian E.coli adalah Ro 84.309 yang diperoleh

dari total biaya bulanan operasional lab sebesar Rp 19.704.97 dibagi untuk 7

parameter pengujian. Hasil dari perhitungan di Tabel 15 akan digunakanuntuk

menghitung perbandingan biaya total masing-masing metode dan penghematan

yang bisa diperoleh dengan menerapkan metode cepat.

Perbandingan total biaya laboratorium dan gudang untuk tiap metode akan

dipengaruhi oleh biaya media yang digunakan, jumlah hari yang diperlukan suatu

metode yang mempengaruhi lama penyimpanan di gudang. Dalam perhitungan di

Tabel 16 digunakan asumsi produksi sehari 4 batch (nilai total Rp 140.000.000);

biaya gudang per hari Rp 186.803; bunga bank 15% dan kapasitas gudang adalah

untuk 4 hari produksi masing-masing 4 batch.

Dari Tabel 16, total biaya maksimal yang dikeluarkan untuk pengujian

dengan metode APM konvensional adalah Rp 3.906.632 dengan total waktu

pengujian 7 hari apabila pembacaan hasil setiap tahapan dilakukan dalam waktu

48 jam dan total biaya minimal adalah Rp 3.364.406 apabila tiap tahapan hanya

perlu 24 jam. Apabila Koliform negatif dalam waktu 48 jam maka hanya

diperlukan biaya Rp 734.703. Koliform negatif berarti hanya memerlukan

pengujian dengan media LST saja. Metode APM cepat dengan media LMX

hanya memerlukan 29% dari keseluruhan biaya APM LST untuk 48 jam inkubasi

di tiap tahapan dan 23% biaya apabila tiap tahapan dalam waktu 24 jam sudah

positif. Penghematan yang bisa dilakukan apabila menggunakan APM LMX

adalah Rp 2.578.014 - Rp 2.791.593 per produksi (4 batch). Apabila hasilnya

ternyata Koliform negatif (hanya tahap uji LST) maka APM LMX lebih mahal

Rp 380.336,- tetapi dengan ketelitian lebih tinggi dan kemungkinan kesalahan

lebih rendah.

95

Tabel 16. Perbandingan biaya total antara APM konvensional dan metode cepat

Metode APM Konvensional 1)Setiap tahap 48

jam (Rp) Setiap tahap 24 jam (Rp)

E .coli neg dalam 48 jam (Rp)

Biaya gudang total (E.coli positif) = 7 hari 1,307,624 934,017 373,607 Bunga bank - kredit modal kerja = 7 hari 402,740 402,740 115,068Biaya Media (duplo) = 4 batch 1,606,102 1,606,102 77,409Biaya Laboratorium = 7 hari 590,166 421,547 168,619 Total Biaya = 7 hari 3,906,632 3,364,406 734,703

Metode Cepat APM LMX 2)

Biaya gudang total (E.coli positif) = 2 hari 373,607 186,803 373,607 Bunga bank - kredit modal kerja = 2 hari 115,068 57,534 115,068 Biaya Media (duplo) = 4 batch 457,745 457,745 457,745 Biaya Laboratorium = 2 hari 168,619 84,309 168,619 Total Biaya = 2 hari 1,115,039 786,392 1,115,039 % biaya dibanding APM Konvensional 29% 23%Penghematan dibanding APM Konvensional -2,791,593 -2,578,014 380,336

Metode Cepat ALT CCA 3)

Biaya gudang total (E.coli positif) = 2 hari 373,607 186,803 373,607 Bunga bank - kredit modal kerja = 2 hari 115,068 57,534 115,068 Biaya Media (duplo) = 4 batch 60,236 60,236 60,236 Biaya Laboratorium = 2 hari 168,619 84,309 168,619 Total Biaya = 2 hari 717,530 388,883 717,530 % biaya dibanding APM Konvensional 18% 12%Penghematan dibanding APM Konvensional -3,189,102 -2,975,523 -17,173

Metode Cepat P/A Readycult 4)

Biaya gudang total (E.coli positif) = 2 hari 373,607 186,803 373,607 Bunga bank - kredit modal kerja = 2 hari 115,068 57,534 115,068 Biaya Media (duplo) = 4 batch 484,560 484,560 484,560 Biaya Laboratorium = 2 hari 168,619 84,309 168,619 Total Biaya = 2 hari 1,141,854 813,207 1,141,854 % biaya dibanding APM Konvensional 29% 24%Penghematan dibanding APM Konvensional -2,764,778 -2,551,199 407,151

Maksimal Hari

Asumsi :

1. Nilai jual produk/hari produksi (4 batch) : Rp 140.000.000 2. Biaya gudang/hari kerja (4 batch = 16 trolley) : Rp 186.803 3. Bunga bank kredit modal kerja : 15% / tahun 4. Kapasitas gudang 65 trolley setara dengan 4 hari kerja @ 4 batch.

Keterangan : 1. Metode Angka Paling Mungkin seri 5 tabung dengan media Lauryl Sulphate Broth (LST) 2. Metode Angka Paling Mungkin seri 5 tabung dengan media Fluorocult LMX Broth 3. Metode Angka Lempeng Total dengan media Chromocult Coliform Agar 4. Metode Presence Absence dengan media readycult Coliform 100

Penggunaan CCA memerlukan biaya yang jauh lebih murah daripada APM

LST konvensional yaitu 18% (Rp 717.530) dari biaya untuk inkubasi tiap tahapan

48 jam dan 12% (Rp 388.883) untuk inkubasi 24 jam (Tabel 16). Penghematan

yang dilakukan dengan penggunaan CCA adalah Rp 3.189.102 untuk 48 jam dan

96

Rp 2.975.523 untuk 24 jam. Apabila sampelnya Koliform negatif maka masih

lebih hemat Rp 17.173 dibandingkan dengan APM konvensional dengan

keuntungan tambahan yaitu lebih spesifik terhadap Koliform dan E.coli dan lebih

sensitif terhadap sel yang sublethal injured.

Apabila dibandingkan dengan metode APM LST, maka metode cepat P/A

Readycult® selain hanya perlu waktu maksimal dua hari kerja, biaya yang

diperlukan hanya 29% (Rp 1.141.854) dari metode APM konvensional untuk

pembacaan hasil tiap tahapan 48 jam inkubasi dan 24% (Rp 813.207) untuk yang

24 jam inkubasi. Apabila ternyata sampel tersebut Koliform negatif maka biaya

total menjadi lebih mahal Rp 407.151, dibandingkan dengan metode konvensional

yang hanya perlu media LST saja dengan waktu yang sama dua hari. Walaupun

biaya (apabila Koliformnya negatif) lebih tinggi dibandingkan dengan APM

konvensional, akan tetapi keuntungan lain dari metode P/A dibandingkan dengan

APM konvensional adalah pengerjaannya yang cepat dan mudah serta

ketelitiannya yang lebih tinggi karena mengunakan 100 ml sampel.

Manfaat lain yang bisa diperoleh apabila menggunakan salah satu dari

metode cepat yang hanya memerlukan waktu maksimal dua hari pengerjaan untuk

analisa Koliform dan E.coli sekaligus, adalah release produk yang lebih cepat.

Apabila dengan metode APM konvensional tiap batch memerlukan alokasi tempat

di gudang selama tujuh hari maka dengan metode cepat hanya memerlukan

alokasi tempat selama dua hari saja. Apabila menggunakan pengujian APM

konvensional yang memerlukan waktu 7 hari kerja maka dalam seminggu (dengan

5 hari kerja) hanya bisa melakukan 4 hari produksi (18 batch per bulan) dengan

nilai total Rp 2.520.000.000. Apabila menggunakan metode cepat yang hanya

memerlukan 2 hari kerja maka dalam sebulan bisa diproduksi 22 batch dengan

nilai Rp 3.080.000.000 yang berarti peningkatan kapasitas produksi sebesar 22%.

97

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa recovery rate dari urutan yang paling

tinggi adalah media Fluorocult LMX broth (122% ), Lauryl Sulfate Tryptose

Broth (89%), dan Chromocult Coliform Agar (70%). Media Readycult tidak

dapat diperbandingkan karena bersifat kualitatif, akan tetapi formula media

Readycult sama dengan media Fluorocult LMX Broth. Hasil perhitungan anova

menunjukkan hasil yang sebanding antara metode APM konvensional dengan

metode cepat sehingga metode cepat dapat menggantikan metode konvensional.

Ketiga metode cepat memerlukan 1-2 hari (dengan kebutuhan 15 tabung

untuk LMX, 2 cawan petri untuk CCA dan 1 botol untuk Readycult), sedangkan

metode APM konvensional memerlukan waktu 5-7 hari (dengan kebutuhan

tabung dan cawan petri sampai 195 buah). Jumlah hari kerja dan peralatan yang

diperlukan mencerminkan kemudahan pengerjaan dan kecepatan mendapatkan

hasil, sehingga bisa disimpulkan bahwa urutan dari yang paling mudah, adalah (1)

metode Presence Absence menggunakan Readycult®, (2) metode Angka Lempeng

Total dengan Chromocult® Coliform Agar, (3) metode Angka Paling Mungkin

cepat dan (4) terakhir yang paling sulit adalah metode Angka Paling Mungkin

dengan metode konvensional.

Biaya investasi metode APM konvensional (Rp 10.813.000 untuk E.coli saja

dan Rp 11.899.000 untuk koliform dan E.coli), kemudian metode APM cepat (Rp

8.119.000), metode ALT cepat (Rp 4.978.000) dan investasi terkecil adalah

metode P/A cepat (Rp 1.309.000). Dari perhitungan biaya pengujian E.coli per

test (single dan duplo) maka dapat disimpulkan bahwa yang terbesar adalah untuk

metode APM konvensional (Rp 200.763 dan Rp 401.526), selanjutnya adalah

metode P/A cepat (Rp 60.570 dan Rp 121.140), kemudian metode APM cepat (Rp

57.218 dan Rp 114.436), dan biaya terkecil adalah metode ALT cepat (Rp 7.530

dan Rp 15.059). Apabila ternyata sampel tersebut negatif koliform maka harga

per test metode APM konvensional masih jauh lebih murah (Rp 9.676 dan Rp

19.352) daripada APM cepat dan metode P/A, dan sedikit lebih mahal daripada

metode ALT cepat. Apabila hasilnya selalu koliform negatif maka metode

98

konvensional masih lebih murah daripada metode cepat tetapi dengan recovery

rate yang lebih rendah.

Total biaya laboratorium ketiga metode cepat adalah Rp 84.309 (untuk

inkubasi 24 jam) dan Rp 168.619 (48 jam), sementara APM konvensional Rp

421.545 (5 hari) dan Rp 590.166 (7 hari). Dari data tersebut dapat disimpulkan

bahwa penggunaan metode cepat akan menghemat biaya laboratorium. Total

biaya gudang ketiga metode cepat adalah Rp 186.803 (24 jam) dan Rp 373.607

(48 jam), sementara APM konvensional Rp 934.015 (5 hari) dan Rp 1.307.624 (7

hari). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode cepat akan

menghemat biaya gudang karena produk bisa keluar untuk dipasarkan lebih cepat.

Penghematan total biaya yang diperoleh dengan mengganti metode APM

konvensional ke metode cepat dari urutan terendah adalah Rp 2.764.778 untuk

Readycult®, Rp 2.791.593 untuk Fluorocult® LMX Broth dan Rp 3.189.102 untuk

Chromocult® Coliform Agar. Kenaikan kapasitas produksi per bulan dengan

pemakaian metode cepat adalah 22% atau 22 batch dari 18 batch dengan lima hari

kerja seminggu.

Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah metode cepat yang

menggunakan medium Fluorocult LMX broth, Chromocult Coliform Agar dan

Readycult Coliform 100 terbukti dapat memberikan hasil yang sebanding dengan

metode APM konvensional dalam pengujian E.coli di air proses PT. Yummy Food

Utama dengan waktu analisa yang lebih cepat dan prosedur kerja yang lebih

sederhana. Selain itu penggunaan metode cepat dapat digunakan untuk pengujian

koliform dan E.coli sekaligus. Penggunaan metode cepat (dengan model

pembiayaan di PT. Yummy Food Utama untuk jenis produk yogurt buah ukuran

125 g) terbukti dapat memberikan penghematan biaya investasi media, biaya

laboratorium, biaya gudang dan mampu memberikan penghematan biaya total

serta dapat meningkatkan kapasitas produksi.

99

5.2 Saran

1. Untuk penelitian lanjutan disarankan untuk menambah seri pengenceran pada

sampel dengan cemaran sedang dan tinggi terutama untuk metode Angka

Paling Mungkin sehingga diperoleh angka yang lebih kecil dari 1600

cfu/100ml.

2. Perlu dilakukan uji yang sama untuk jenis sampel air minum dan sampel

produk pangan lainnya yang kemungkinan kandungan E.coli dan koliform

dalam sampel positif, sehingga bisa lebih mencerminkan perbedaan

kemampuan media dalam menangkap strain liar bakteri.

3. Karena hasil dari metode APM konvensional untuk uji E.coli yang digunakan

oleh SNI ternyata tidak bisa memberikan hasil negatif per 100 ml seperti yang

dipersyaratkan oleh Kepmenkes No 907 maka perlu dilakukan pengkajian

ulang.

4. Perlu dilakukan kaji ulang untuk prosedur SNI pengujian E.coli dan koliform

untuk memberi peluang metode cepat yang lebih sesuai dengan keperluan

industri pangan.

100

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association. 2005. Standard Methods for The

Examination of Water & Wastewater. Centennial Edition. Washington. Beloti, Vanerli, M AF Barros, M.P. Nunes, E. H. Walter de Santana, L.A. Nero,

J.A. de Souza, 2002, Use of Readycult – LMX for Enumeration of Total Coliform and Escherichia Coli in Milk. Braz. J. Microbiol. 33:49-52

[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 1996. Pedoman Penerapan

Produksi Makanan Yang Baik (CPMB). Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan R.I.

[BSN], Badan Standardisasi Nasional . 2006. Air Minum Dalam Kemasan.

Dewan Standardisasi Nasional. Departemen Perindustrian. Standard Nasional Indonesia. SNI 01–3553–2006. ICS 67.160.20.

Bubert, A, G. Paive, T. Smith, and M. Buelte, 2003. Rapid and simple detection of E.coli O157:H7 in water samples. Poster.

[Codex] Codex Alimentarius Comission. 1997. Principles for the Establishment

and Application of Microbiological Criteria for Foods. CAC/GL 21. [Codex] Codex Alimentarius Comission. 2003. Recommended International

Code of Practice General Principles of Food Hygiene. CAC/RCP 1-1969, Rev. 4-2003.

[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

[EC] European Community. 1998. Council Directive 98/83/EC of 3 November

1998 on The Quality of Water Intended for Human Consumption. Official Journal of the european Communities. http://eur-lex-europa.eu/LexUri Serv/LexUriServ.do?uri=CELEX:31998L0083:EN:NOT. 8 Oktober 2007.

[FDA] United States Food and Drug Administration. 2002. Bacteriological

Analytical Manual Online September 2002, Chapter 4, Enumeration of Escherichia coli and the Coliform bacteria. http://www.cfsan.fda.gov/~ebam/bam-a2.html [8 November 2007]

[FDA] United States Food and Drug Administration. 2006. Bacteriological

Analytical Manual Online February. 2006, Most Probable Number from Serial Dilution. USFDA/CFSAN-BAM-Appendix 2. http://www.cfsan.fda.gov/~ebam/bam-4.html [8 November 2007]

101

Feldsine, P, C. Abeyta, and W.H. Andrews. 2002. AOAC International Methods Committee. Guidelines for Validation of Qualitative and Quantitative Food Microbiology. Official Methods of Analysis. Journal of AOAC International 85:1187-1200.

Geissler, K, M. Manafi, I. Amoros, and J.L. Alonso, 2000, Quantitative

Determination of Total Coliform and Escherichia coli in Marine Waters with Chromogenic and Fluorogenic Media. Appl. Environ.Microbiol. 88:280-285.

Gonzales, R.D., L.M. Tamagnini, P.D. Olmos, G.B. de Sousa. 2003. Evaluation of

a Chromogenic Medium for Total Coliforms and Escherichia coli Determination in Ready-to-eat Foods. Journal of Food Microbiology 20:601-604.

Harrigan, W.F. 1998. Laboratory Methods in Food Microbiology. 3rd ed.

Academic Press. San Diego [ISO]. International Organization for Standardization. 2001. ISO 16649-

2:2001(E). Microbiology of Food and Animal Feeding Stuffs — Horizontal Method for The Enumeration of ß-glucuronidase-positive Escherichia coli —Part 2: Colony-Count Technique at 44 °C using 5-bromo-4-chloro-3-indolyl ß-D-glucuronide. ISO. Geneva.

[ISO]. International Organization for Standardization. 2002. ISO 11133-

2:2002(E). Microbiology of Food and Animal Feeding Stuffsv-Guidelines on preparation and production of culture media - Part 2: Practical guidelines on performance testing of culture media. ISO. Geneva.

[ISO]. International Organization for Standardization. 2003. ISO 16140:2003.

Microbiology of Food and Animal Feeding Stuffs – Protocol for The Validation of Alternative Methods. ISO. Geneva

[ISO]. International Organization for Standardization. 2004. ISO 4832: 2004.

Microbiology of Food and Animal Feeding Stuffs - Horizontal Method for The Enumeration of Coliforms - Colony Count Technique. ISO. Geneva.

Jouve, Jean-Louis. 2000. Good Manufacturing Practice, HACCP, and Quality

System. Di dalam:. Lund, B.M., Baird-Parker, T.C., and Gould, G.W. Editor. The Microbiological Safety and Quality of Food Volume IV Chapter 58, pp 1627-1655. Aspen Publisher Inc. Maryland.

Labbe, R., 1992. Clostridium perfringens. Di dalam: Doyle, M.P. Editor.

Foodborne Bacterial Pathogens, Marcel Dekker, New York

102

Ley, A.N., Barr, S., Fredenburgh, D., Taylor, M. and Walker, N. (1993) Use of 5-bromo-4-chloro-3-indolyl-ß-D-galactopyranoside for Tthe Iisolation of ß-D-galactosidase-positive Bacteria from Municipal Water Supplies. Abstract. Can. J. Microbiol. 39, p. 821-825.

Manafi, M, W. Kneifel, S. Bascomb. 1991. Fluorogenic and Chromogenic

Substrates Used in Bacterial Diagnostics. Microbiological Reviews. American Society for Microbiology, Sept 1991. Vol 55. No. 3, p. 335-348

Manafi, M. (1995). New Medium for The Simultaneous Detection of Total

Coliforms and E. coli in Water. 95th Annual Meet. Am. Soc. Microbiol. 1995, American Society for Microbiology, Washington, DC. Abstr.P-43, P. 389.

Manafi, M. (1996). Fluorogenic and Chromogenic Enzyme Substrates in Culture

Media and Identification Tests. Int. J. Food Microbiol 31:45-58. Manafi. M. dan H. Rosmann. 1998a. An Evaluation of Readycult System for

Detection of Total Coliform and E. coli in Water. 98th American Society for Microbiology, Atlanta, 17-21 May 1998.

Manafi. M. dan H. Rosmann. 1998b. An Evaluation of a New Chromogenic /

Flourogenic Microbiology Media System for Detection of Total Coliforms and E.coli in Water. Hygiene Institute, University of Vienna, Kinderspitalgasse 15, A-1095, Vienna, Austria.

Manafi. M. 2000. New Development in Chromogenic and Fluorogenic Culture

Media. Int. J. Food Microbiol 60:205-218. [Merck] Merck KGaA. 2004. Water : Microbiological Examination. Germany [Merck] Merck KGaA. 2005. Merck Microbiology Manual. 12th Edition. Germany Ogden, I.D., G.C. Brown, S. Gallacher, P.H. Gartwaite, M. Gennari, M. P.

Gonzales, L.B. Jorgensen, B.T. Lunestad, M. MacRae, M.C. Nunes, A.C. Petersen, J.T.Rosnes, J. Vliegenthart. 1998. An interlaboratory study to find an alternative to the MPN technique for enumerating Escherichia coli in shellfish. Int. J. Food Microbiol 40:57-64.

Ossmer, R., 1993, Simultaneous Detection of Total Coliforms and E.coli -

Fluorocult LMX-Broth. - 15th International Symposium/FOOD MICRO 1993. The International Committee on Food Microbiology and Hygiene, Bingen/Rhine.

Ossmer, R., Schmidt, W., Mende, U., 1999. Chromocult Coliform Agar –

Influence of Membran Filter Quality on Performance. XVII Congresso de la Sociedad, Granada.

103

Pierson, M.D dan L. M. Smooth. 2001. Indicator Microorganisms and Microbiological Criteria. Di dalam: Doyle, M.P., L.R. Beuchat, T.J. Mont ville. Editor. Food Microbiology: Fundamental and Frontiers, 2nd.Ed. Chapter 4. pp. 71-87. ASM Press, Washington DC.

Rice, E.W., Allen, M.J., Brenner, D.J. and Edberg, S.C. (1991) Assay for ß-

Glucuronidase in Species of The genus Escherichia and Its Application for Drinking Water Analysis. Appl. Environ.Microbiol. 57:592-593

Robinson, R.K, 2002, Dairy Microbiology Handbook, Third edition, John Wiley

and Sons, Inc., New York [SNI]. 1992. Standard Nasional Indonesia. SNI 01–2897–1992. Cara Uji

Cemaran Mikroba. Dewan Standardisasi Nasional. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

[SNI]. 2006a. Standard Nasional Indonesia. SNI 01–3553–2006. Air Minuman

Dalam Kemasan. Dewan Standardisasi Nasional. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

[SNI]. 2006b. Standard Nasional Indonesia. SNI 01–2332-1-2006. Cara Uji

Mikrobiologi – Bagian 1: Penentuan Coliform dan Escherichia coli pada Produk Perikanan. Dewan Standardisasi Nasional. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Supardi, I., Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan

Pangan. Penerbit Alumni. Bandung. [USEPA] United States Environmental Protection Agency. 2001. EPA 816-F-01-

007. National Primary Drinking Water. Office of Water (4604). http://www.epa.gov/safewater. [8 November 2007]

[USEPA] United States Environmental Protection Agency. 2007. Ground Water

& Drinking Water: Approved Methods for Microorganisms. http://www.epa.gov/safewater/methods/rules_micro.html. [24 September 2007]

[WHO] World Health Organization. 2002. Heterotrophic Plate Count

Measurement in Drinking Water Safety Management. Assessing Microbial Safety of Drinking Water: Improving Approach and Methods. World Health Organization Sustainable Development and Healthy Environments and Organization for Economic Co-operation and Development. IWA Publishing. Geneva.

[WHO] World Health Organization. 2006. Guidelines for Drinking-Water

Quality, 3rd Ed. Volume 1. Microbial Aspects. Chapter 7:121-144. Geneva. http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/gdwq3rev/en/ [7 Mei 2008].

104

[WSL] WSL Consultants Pty Ltd. 2004. Comparative Trials of Enzyme Substrate Technologies in Drinking Water Supplies. Draft report. Victoria. Australia.

105

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rancangan percobaan perbandingan metode APM dengan metode cepat untuk pengujian E. coli di sampel air proses

No. Metode*) Media Test Rendah Sedang Tinggi Tanpa Rendah Sedang Tinggi

1 APM-LST Lauryl Sulfate Broth 1 1 1 1 1 1 12 APM-LST Lauryl Sulfate Broth 1 1 1 1 1 1 13 APM-LST Lauryl Sulfate Broth 1 1 1 1 1 1 14 APM-LST Lauryl Sulfate Broth 1 1 1 1 1 1 1

1 APM-LMX Fluorocult LMX Broth 1 1 1 1 1 1 12 APM-LMX Fluorocult LMX Broth 1 1 1 1 1 1 13 APM-LMX Fluorocult LMX Broth 1 1 1 1 1 1 14 APM-LMX Fluorocult LMX Broth 1 1 1 1 1 1 1

1 ALT C. Coliform Agar (CCA) 1 1 1 1 1 1 12 ALT C. Coliform Agar (CCA) 1 1 1 1 1 1 13 ALT C. Coliform Agar (CCA) 1 1 1 1 1 1 14 ALT C. Coliform Agar (CCA) 1 1 1 1 1 1 1

1 P/A Readycult Coliform 100 1 TD***) TD 1 1 TD TD2 P/A Readycult Coliform 100 1 TD TD 1 1 TD TD3 P/A Readycult Coliform 100 1 TD TD 1 1 TD TD4 P/A Readycult Coliform 100 1 TD TD 1 1 TD TD

Air Proses + cemaran**)Kontrol Positif**)

Keterangan : *) APM-LST (Angka Paling Mungkin dengan media Lauryl Sulfate Tryptose Broth), APM-LMX (Angka Paling Mungkin dengan media Fluorocult LMX Broth), ALT (Angka Paling Mungkin), P/A (Presence Absence) **) Cemaran Rendah (4 cfu/ml), Sedang (40 cfu/ml), Tinggi (80 cfu/ml), Tanpa (sample tanpa cemaran. ***) TD (Tidak ditest)

106

Lampiran 2 Cara perhitungan konsentrasi awal suspensi bakteri standar dengan metode Angka Lempeng Total

Sampel yang dicemari

107

Lampiran 3 Skema Pengujian Angka Paling Mungkin Konvensional.

108

Lampiran 4 Skema Pengujian Angka Paling Mungkin cepat dengan media Fluorocult LMX Broth.

109

Lampiran 5 Skema Pengujian Angka Lempeng Total Chromocult® Coliform

Agar.

110

Lampiran 6 Skema Pengujian Presence Absence Readycult® Coliform 100

111

Lampiran 7 Jumlah mikroba ter-recover dalam air proses yang dicemari bakteri E.coli, pada media Lauryl Sulfate Broth dan LMX Broth

Tabung APM Tabung APM Tabung APM1 Cemaran LST C1-1 18 Mei 550 240 555 >1600 555 >16002 Cemaran LST C2-1 18 Mei 550 240 555 >1600 555 >16003 Cemaran LMX C1-1 18 Mei 550 240 555 >1600 555 >16004 Cemaran LMX C2-1 18 Mei 550 240 555 >1600 555 >1600

5 Cemaran LST C1-2 03-Jun 532 140 554 1600 555 >16006 Cemaran LST C2-2 03-Jun 551 350 555 >1600 555 >16007 Cemaran LMX C1-2 03-Jun 541 170 554 1600 555 >16008 Cemaran LMX C2-2 03-Jun 551 350 555 >1600 555 >1600

9 Cemaran LST C1-3 26-Jun 550 240 553 920 555 >160010 Cemaran LST C2-3 26-Jun 550 350 555 >1600 555 >160011 Cemaran LMX C1-3 26-Jun 550 240 555 >1600 555 >160012 Cemaran LMX C2-3 26-Jun 551 350 555 >1600 555 >1600

1 Sampel+Cemaran LST S1C-1 18 Mei 550 240 554 1600 555 >16002 Sampel+Cemaran LST S2C-1 18 Mei 550 240 555 >1600 555 >16003 Sampel+Cemaran LMX S1C-1 18 Mei 550 240 555 >1600 555 >16004 Sampel+Cemaran LMX S2C-1 18 Mei 552 540 555 >1600 555 >1600

6 Sampel+Cemaran LST S1C-2 03-Jun 550 240 553 920 555 >16005 Sampel+Cemaran LST S2C-2 03-Jun 552 540 553 920 555 >16007 Sampel+Cemaran LMX S1C-2 03-Jun 552 540 555 >1600 555 >16008 Sampel+Cemaran LMX S2C-2 03-Jun 550 240 554 1600 555 >1600

9 Sampel+Cemaran LST S1C-3 26-Jun 541 170 554 1600 555 >160010 Sampel+Cemaran LST S2C-3 26-Jun 540 130 555 >1600 555 >160011 Sampel+Cemaran LMX S1C-3 26-Jun 551 350 554 1600 555 >160012 Sampel+Cemaran LMX S2C-3 26-Jun 550 240 554 1600 555 >1600

13 Sampel Air LST S1-1 18 Mei 000 <1.814 Sampel Air LST S2-1 18 Mei 000 <1.815 Sampel Air LMX S1-1 18 Mei 000 <1.816 Sampel Air LMX S2-1 18 Mei 000 <1.8

17 Sampel Air LST S1-1 03-Jun 000 <1.818 Sampel Air LST S2-1 03-Jun 000 <1.8 LST keruh gas (-)19 Sampel Air LMX S1-1 03-Jun 000 <1.820 Sampel Air LMX S2-1 03-Jun 000 <1.8 LMX keruh warna (-)

21 Sampel Air LST S1-1 26-Jun 000 <1.822 Sampel Air LST S2-1 26-Jun 000 <1.823 Sampel Air LMX S1-1 26-Jun 000 <1.824 Sampel Air LMX S2-1 26-Jun 000 <1.8

Rendah Sedang Tinggi

Pembacaan Tabung / Nilai APM akhirNo

Tanggal Inoku lasi

Kode Jenis Media

Deskripsi

Catatan : Rendah (konsentrasi cemaran 4 cfu/ml), Sedang (40 cfu/ml) dan Tinggi (80 cfu/ml)

112

Lampiran 8 Perhitungan Anova Metode Angka Paling Mungkin dengan media Lauryl Sulfate Tryptose Broth (LST)

Cemaran Sampel + CemaranRendah Rendah

18 Mei 240 24003 Juni 245 39026 Juni 395 150

Anova: Two-Factor Without Replication (LST - 3 sampling - dua perlakuan)SUMMARY Count Sum Average Variance

Row 1 2 480 240 0Row 2 2 635 317.5 10512.5Row 3 2 545 272.5 30012.5

Column 1 3 880 293.3333333 7758.3333Column 2 3 780 260 14700

ANOVASource of Variation SS df MS F P-value F critRows 6,058.33 2.00 3,029.17 0.16 0.87 19.00 Columns 1,666.67 1.00 1,666.67 0.09 0.80 18.51 Error 38,858.33 2.00 19,429.17

Total 46,583.33 5.00

Jenis MediaTanggal Inokulasi

LST

Lampiran 9 Perhitungan Anova Metode Angka Paling Mungkin dengan media Fluorocult LMX Broth

Cemaran Sampel + CemaranRendah Rendah

18 Mei 240 39003 Juni 260 39026 Juni 295 295

Anova: Two-Factor Without Replication (LMX - 3 sampling - dua perlakuan)SUMMARY Count Sum Average Variance

Row 1 2 630 315 11250Row 2 2 650 325 8450Row 3 2 590 295 0

Column 1 3 795 265 775Column 2 3 1075 358.3333333 3008.333

ANOVASource of Variation SS df MS F P-value F critRows 933.33 2.00 466.67 0.14 0.88 19.00 Columns 13,066.67 1.00 13,066.67 3.94 0.19 18.51 Error 6,633.33 2.00 3,316.67

Total 20,633.33 5.00

Tanggal Inokulasi

Jenis Media

LMX

113

Lampiran 10 Perhitungan Anova Metode Angka Paling Mungkin dengan media Lauryl Sulfate Tryptose Broth dan Fluorocult LMX Broth

Jenis Media Cemaran Sampel + CemaranLST 240 240

245 390395 150

LMX 240 390260 390295 295

Anova: Two-Factor With Replication

SUMMARY Cemaran Sampel + Cemaran TotalLST

Count 3.00 3.00 6.00 Sum 880.00 780.00 1,660.00 Average 293.33 260.00 276.67 Variance 7,758.33 14,700.00 9,316.67

LMX

Count 3.00 3.00 6.00 Sum 795.00 1,075.00 1,870.00 Average 265.00 358.33 311.67 Variance 775.00 3,008.33 4,126.67

Total

Count 6.00 6.00 Sum 1,675.00 1,855.00 Average 279.17 309.17 Variance 3,654.17 9,984.17

ANOVASource of Variation SS df MS F P-value F critSample 3,675.00 1.00 3,675.00 0.56 0.48 5.32 Columns 2,700.00 1.00 2,700.00 0.41 0.54 5.32 Interaction 12,033.33 1.00 12,033.33 1.83 0.21 5.32 Within 52,483.33 8.00 6,560.42

Total 70,891.67 11.00

114

Lampiran 11 Perhitungan Anova Metode Angka Lempeng Total dengan

media Chromocult® Coliform Agar

Cemaran Sampel + CemaranRendah Rendah

18 Mei 188 20003 Juni 175 23826 Juni 150 175

Anova: Two-Factor Without Replication (CCA - 3 sampling - dua perlakuan)SUMMARY Count Sum Average Variance

Row 1 2 387.5 193.75 78.125Row 2 2 412.5 206.25 1953.125Row 3 2 325 162.5 312.5

Column 1 3 512.5 170.8333333 364.58333Column 2 3 612.5 204.1666667989.58333

ANOVASource of Variation SS df MS F P-value F critRows 2,031.25 2.00 1,015.63 3.00 0.25 19.00 Columns 1,666.67 1.00 1,666.67 4.92 0.16 18.51 Error 677.08 2.00 338.54

Total 4,375.00 5.00

CCA

Jenis MediaTanggal Inokulasi

115

Lampiran 12. Tabel Angka Paling Mungkin Bakteri 100 g (ml) Seri 5 Tabung dengan 10, 1 dan 0.1 g (ml) material uji

Pos* MPN Pos* MPN Pos* MPN Pos* MPN Pos* MPN Pos* MPN

10;1;0,1 10;1;0,1 10;1;0,1 10;1;0,1 10;1;0,1 10;1;0,1000 <1.8 100 2 200 4.5 300 7.8 400 13 500 23001 1.8 101 4 201 6.8 301 11 401 17 501 31002 3.6 102 6 202 9.1 302 13 402 21 502 43003 5.4 103 8 203 12 303 16 403 25 503 58004 7.2 104 10 204 14 304 20 404 30 504 76005 9 105 12 205 16 305 23 405 36 505 95010 1.8 110 4 210 6.8 310 11 410 17 510 33011 3.6 111 6.1 211 9.2 311 14 411 21 511 46012 5.5 112 8.1 212 12 312 17 412 26 512 64013 7.3 113 10 213 14 313 20 413 31 513 84014 9.1 114 12 214 17 314 23 414 36 514 110015 11 115 14 215 19 315 27 415 42 515 130020 3.7 120 6.1 220 9.3 320 14 420 22 520 49021 5.5 121 8.2 221 12 321 17 421 26 521 70022 7.4 122 10 222 14 322 20 422 32 522 95023 9.2 123 12 223 17 323 24 423 38 523 120024 11 124 15 224 19 324 27 424 44 524 150025 13 125 17 225 22 325 31 425 50 525 180030 5.6 130 8.3 230 12 330 17 430 27 530 79031 7.4 131 10 231 14 331 21 431 33 531 110032 9.3 132 13 232 17 332 24 432 39 532 140033 11 133 15 233 20 333 28 433 45 533 180034 13 134 17 234 22 334 31 434 52 534 210035 15 135 19 235 25 335 35 435 59 535 250040 7.5 140 11 240 15 340 21 440 34 540 130041 9.4 141 13 241 17 341 24 441 40 541 170042 11 142 15 242 20 342 28 442 47 542 220043 13 143 17 243 23 343 32 443 54 543 280044 15 144 19 244 25 344 36 444 62 544 350045 17 145 22 245 28 345 40 445 69 545 440050 9.4 150 13 250 17 350 25 450 41 550 240051 11 151 15 251 20 351 29 451 48 551 350052 13 152 17 252 17 352 32 452 56 552 540053 15 153 19 253 26 353 37 453 64 553 920054 17 154 22 254 29 354 41 454 72 554 1600055 19 155 24 255 32 355 45 455 81 555 >1600

* jumlah tabung positif dengan masing-masing menggunakan 3 volume.

116

117

Lampiranl 13 Perhitungan Biaya Investasi Media, Harga per Test, Jumlah Hari Pengujian, Jumlah Tabung yang digunakan dalam Pengujian E.coli dengan Metode Angka Paling Mungkin.

g/l

mediaRp/ml media

ml / tabung

Rp / tabung

Jumlah

min max

1 LST (Double Strength) 500 g 906,000 71.2 129 10 1,290 5 6,451 5 semua tabung positifLST (Single Strength) 500 g 35.6 65 5 323 10 3,225 10 semua tabung positif

2 EC Broth (single strength) 500 g 1,076,000 37.0 80 10 796 15 11,944 1 2 15 semua tabung positif3 LEVINE EMB Agar 500 g 1,686,000 36.0 121 15 1,821 15 27,313 1 1 15 2 koloni terduga/petri4 Nutrient Agar (agar miring) 500 g 1,221,000 20.0 49 8 391 30 11,722 1 1 30 gores ke NA miring5 MR-VP Broth Base (MR) 500 g 1,105,000 17.0 38 5 188 30 5,636 30 dikonfirmasi IMVIC

MR-VP Broth Base (VP) 500 g 17.0 38 5 188 30 5,636 30 dikonfirmasi IMVIC6 SIMMONS Citrate Agar 500 g 1,799,000 22.3 80 5 401 30 12,035 30 dikonfirmasi IMVIC7 Tryptone Water 500 g 1,556,000 15.0 47 5 233 30 7,002 30 dikonfirmasi IMVIC8 KOVAC'S indole reagent 100 ml 488,000 4,880 0.25 1,220 30 36,600 dikonfirmasi IMVIC9 Reagent MR 100 ml 488,000 4,880 0.25 1,220 30 36,600 dikonfirmasi IMVIC

10 Ragent VP 100 ml 488,000 4,880 0.25 1,220 30 36,600 dikonfirmasi IMVICTotal Biaya / test 10,813,000 285 200,763 5 7 195Total Biaya / test (duplo) 401,526 10 7 390

1 LMX (Double Strength) 500 g 7,631,000 34.0 519 10 5,189 5 25,945 5 tabung positifLMX (Single Strength) 500 g 17.0 259 5 1,297 10 12,973 10 tabung positif

2 KOVAC'S indole reagent 100 ml 488,000 4,880 0.25 1,220 15 18,300 tabung positifTotal Biaya / test 8,119,000 30 57,218 1 2 15Total Biaya / test (duplo) 114,436 2 2 30

Pack

1

Rp/test

Metode APM LMX (seri 5 tabung)

No

Metode APM LST (seri 5 tabung)

Jumlah Tabung

AsumsiMetode Pengujian

E.coliInvestasi

media

1

1 2

Total hari

1 2

117

117

Lampiran 14 Perhitungan Biaya Investasi Media, Harga per Test, Jumlah Hari Pengujian, Jumlah Tabung yang digunakan dalam Pengujian Koliform negatif dengan Metode Angka Paling Mungkin

g/l

mediaRp/ml media

ml / tabung

Rp / tabung

Jumlah

min max

1 LST (Double Strength) 500 g 906,000 71.2 129 10 1,290 5 6,451 5 semua tabung negatifLST (Single Strength) 500 g 35.6 65 5 323 10 3,225 10 semua tabung negatifTotal Biaya / test 906,000 15 9,676 1 2 15Total Biaya / test (duplo) 19,352 2 2 30

Metode APM LST (seri 5 tabung) bila koliform negatif

1 2

NoMetode Pengujian

E.coliPack

Investasi media

Rp/testTotal hari Jumlah

TabungAsumsi

Lampiran 15 Perhitungan Biaya Investasi Media, Harga per Test, Jumlah Hari Pengujian, Jumlah Tabung yang digunakan dalam Pengujian E.coli dengan Metode Cepat Angka Lempeng Total, dan Presence Absence.

g/l

mediaRp/ml media

ml / tabung

Rp / tabung

Jumlah

min max

1 Readycult Coliforms 100 20 test 821,000 41,050 1 41,050 1 Botol positif 2 KOVAC'S indole reagent 100 ml 488,000 4,880 2 9,760 2 19,520 Botol positif

Total Biaya / test 1,309,000 3 60,570 1 2 1Total Biaya / test (duplo) 121,140 2 2 2

1 Chromocult Coliform Agar 500 g 4,490,000 26.5 238 15 3,570 2 7,139 2 duplo2 KOVAC'S indole reagent 100 ml 488,000 4,880 0.02 98 4 390 2 koloni terduga

Total Biaya / test 4,978,000 6 7,530 1 2 2Total Biaya / test (duplo) 15,059 2 2 4

1 2

2

Metode P/A - Readycult Coliform 100

Metode ALT Chromocult Coliform Agar

1

Investasi media

Rp/testTotal hari Jumlah

TabungNo

Metode Pengujian E.coli

Pack Asumsi

Lampiran 16 Persyaratan Mikrobiologis Kualitas Air Minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan 416:1990

No Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Keterangan

1 Koliform Tinja

Jumlah per 100 ml 0

2 Total Koliform

Jumlah per 100 ml 0 95% dari sampel yang diperiksa selama setahun. Kadang-kadang boleh ada 3 per 100 ml sampel air tetapi tidak berturut-turut

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 416/MENKES/SK

Lampiran 17 Nilai Pedoman untuk Verifikasi Kualitas Mikrobiologi Air Organisme Nilai Pedoman Semua air yang ditujukan untuk langsung diminum E.coli atau bakteri koliform tahan panas Air proses yang masuk ke sistim distribusi E.coli atau bakteri koliform tahan panas Bakteri koliform total Air proses didalam ke sistim distribusi E.coli atau bakteri koliform tahan panas Bakteri koliform total

Tidak boleh terdeteksi dalam setiap 100 ml sample Tidak boleh terdeteksi dalam setiap 100 ml sample Tidak boleh terdeteksi dalam setiap 100 ml sample Tidak boleh terdeteksi dalam setiap 100 ml sample Tidak boleh terdeteksi dalam setiap 100 ml sample Dalam hal suplai dalam jumlah besar dimana cukup sampel yang dianalisa, tidak boleh ada dalam 95% sample yang diambil selama tiap periode 12 bulan

Sumber : World Health Organization. 2006. Guidelines for Drinking-Water Quality, 3rd Ed Vol 1 Recommendations WHO, Geneva, 2004

117

Lampiran 18 Skema Pembuatan Air Proses di PT Yummy Food Utama

Sampel diambil dari tanki 3 yang digunakan untuk proses produksi dan pencucian areal produksi