perbandingan hasil belajar matematika antara siswa …
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA
YANG PEMBELAJARANNYA MELALUI PENERAPAN MODEL
KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN TIPE NUMBERED
HEAD TOGETHER (NHT) PADA KELAS X MIA SMA NEGERI 3 BARRU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
NAHDATUL ISLAMI
NIM 10536 4816 14
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, (0411) 866132, Fax. (0411) 860132
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nahdatul Islami
NIM : 10536 4816 14
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa
yang Pembelajarannya Melalui Penerapan Model
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dan Tipe
Numbered Head Together (NHT) Pada Kelas X MIA SMA
Negeri 3 Barru
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya
saya sendiri dan bukan hasil ciplakan atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 2020
Yang Membuat Pernyataan
NAHDATUL ISLAMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp (0411) 866132, Fax. (0411) 860132
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nahdatul Islami
NIM : 10536 4816 14
Jurusan : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa
yang Pembelajarannya Melalui Penerapan Model
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dan Tipe
Numbered Head Together (NHT) Pada Kelas X MIA SMA
Negeri 3 Barru
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi saya, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi
saya.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Makassar, 2020
Yang Membuat Perjanjian
NAHDATUL ISLAMI
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(Ar-Rahman: 13)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ragukan?
(An-Najm: 55)
Maka, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
(Asy-Syarh: 5-6)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. . . .
(Al-Baqarah: 286)
Ku Persembahkan Skripsi ini untuk orang-orang yang sangat aku
sayangi:
Dua orang yang kata-katanya adalah doa, Mama dan Bapak, yang selalu
memberikan yang terbaik untukku. Yang bersusah payah untuk menguliahkanku,
membimbingku, menasehatiku dan selalu memberikan yang terbaik untukku. Ma’,
Pak, kini aku telah menyelesaikan studiku, terima kasih atas semua yang telah
Mama dan Bapak berikan kepadaku
Kakak dan Adikku (Risda dan Nihad), teruslah berjuang tanpa henti sehingga
kita bisa memberikan kebanggaan pada kedua orang tua kita. Di dunia dan di
akhirat kelak, in syaa Allah
vii
ABSTRAK
Nahdatul Islami. 2019. Perbandingan Hasil Belajar Matematika antara Siswa yang
Pembelajarannya melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
(TPS) dan Tipe Numbered Head Together (NHT) pada Kelas X MIA SMA Negeri
3 Barru. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Irwan Akib dan
Pembimbing II Andi Quraisy.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil belajar matematika
antara siswa yang pembelajarannya melalui penerapan model kooperatif Tipe
Think-Pair-Share (TPS) dan Tipe Numbered Head Together (NHT) pada kelas X
MIA SMA Negeri 3 Barru. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment
(Eksperimen semu). Desain penelitian yang digunakan adalah the nonequivalent
posttest-only control gruop design, yaitu digunakan dua sampel yang berbeda dan
akan diterapkan pembelajaran (treatment) yang berbeda pula, masing-masing
sampel diberikan tes akhir (posttest). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X MIA SMA Negeri 3 Barru tahun ajaran 2018/2019. Sampel diambil
dengan menggunakan teknik cluster random sampling, dan sampel yang dipilih
adalah kelas X MIA 1 sebagai kelas TPS dan kelas X MIA 3 sebagai kelas NHT.
Pengambilan data penelitian menggunakan instrumen posttest (tes hasil belajar).
Instrumen penelitian telah divalidasi oleh tim penilai. Hasil penelitian menunjukkan
kelas TPS dengan jumlah siswa 32 orang, memperoleh rata-rata hasil belajar
matematika 63,34 dan berada pada kategori rendah dengan standar deviasi 16,07,
skor terendah yang diperoleh adalah 25 dan skor tertinggi 89,29. Sedangkan
kelas NHT dengan jumlah siswa yang sama yaitu 32 orang, memperoleh rata-rata
hasil belajar matematika 74,06 berada pada kategori tinggi dengan standar deviasi
11,91, skor terendah yang diperoleh adalah 53,57 dan skor tertinggi 92,86. Uji
prasyarat analisis dengan menggunakan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas.
Analisis uji hipotesis menggunakan independet sample t-test diperoleh nilai thitung =
3,032 dengan Sig. 0,004. Nilai Pvalue yang diperoleh < 0,025 yakni (0,004 <
0,025), maka H0 ditolak dan H1 diterima, ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar
matematika antara siswa yang pembelajarannya melalui penerapan model
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan tipe Numbered Head Together
(NHT) pada siswa kelas X MIA SMA Negeri 3 Barru.
Kata Kunci: hasil belajar matematika, model pembelajaran kooperatif, think-pair-
share, numbered head together.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur hanya milik Allah subhanahu wata’ala, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi yang
berjudul “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang
Pembelajarannya Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
(TPS) dan Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Kelas X MIA SMA
Negeri 3 Barru” dapat diselesaikan, untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi
wasallam, Rasul yang menjadi suri tauladan yang telah menuntun umat beliau
dengan cahaya islam. Teriring harapan semoga kita termasuk umat beliau yang
akan mendapatkan syafa’atnya di hari pengadilan. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi bukanlah suatu hal yang
mudah, sejak penyususnan proposal sampai skripsi ini rampung, banyak kesulitan
yang dialami yang tidak terpikir sebelumnya, akan tetapi berkat bantuan, motivasi
dan do’a dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, teristimewa kepada orang yang
tidak terhenti lantunan do’anya untuk penulis, kepada orangtuaku tercinta ibunda
Sitti Nurjaya dan ayahanda Harisman yang selalu mencurahkan kasih sayang,
didikan, semangat dan dukungan secara moral dan materil kepada penulis. Serta
ix
kakak dan adik tersayang, Risdayanti Qalbi dan Nurul Annihad dan seluruh
keluarga besar atas bantuan, doa dan semangat yang diberikan selama ini.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Abd. Rahman Rahim, S.E., MM., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Mukhlis, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Prof. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. dan Andi Quraisy, S.Si., M.Si., selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
5. Amri, S.Pd., MM. dan Kristiawati, S.Pd., M.Pd., selaku Validator yang telah
meluangkan waktu untuk memeriksa dan memberikan saran terhadap
perbaikan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
6. Ma’rup, S.Pd., M.Pd., selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan nasihat kepada penulis selama menjalani proses pendidikan
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Universitas Muhammadiyah Makassar, yang
telah memberikan ilmu dan pengalaman selama penulis menuntut ilmu di
Program Studi Pendidikan Matematika.
8. Seluruh Staf Program Studi Pendidikan Matematika, yang telah membantu dan
memberikan pelayanan yang sangat baik selama proses pendidikan.
x
9. Drs. H. Muhammad Abidin, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 3 Barru,
Auliah Azis, S.Pd., selaku Guru bidang studi Matematika kelas X MIA, dan
seluruh Guru dan Staf Tata Usaha serta seluruh Siswa kelas X MIA 1 dan X
MIA 3 SMA Negeri 3 Barru yang telah membantu penulis selama melakukan
penelitian.
10. Saudari-saudari seperjuanganku Wiwik, Auliah, Rina, Ririn dan seluruh
Diagram 2014, serta kepada saudara-saudaraku Diagram 2014 C, terima kasih
atas kerjasama, kekompakan dan canda tawa yang diberikan selama menjalani
perkuliahan.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak sempat penulis
sebutkan namanya satu persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat pahala
dari-Nya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis
menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak untuk kemudian menjadi bahan
perbaikan karya ini. Semoga keikhlasan dan bantuan yang telah diberikan walau
sekecil biji dzarrahpun memperoleh ganjaran di sisi-Nya. Aamiin.
Makassar, Januari 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ........................................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Pustaka ............................................................................ 8
xii
1. Pengertian Belajar .................................................................. 8
2. Hasil Belajar ........................................................................... 10
3. Model Pembelajaran Kooperatif ............................................ 12
4. Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) ................... 14
5. Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) .... 18
6. Perbandingan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share (TPS) dan Tipe Numbered Head Together
(NHT) ..................................................................................... 21
7. Materi Ajar .............................................................................. 23
B. Kerangka Pikir ............................................................................. 24
C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 28
B. Variabel dan Desain Penelitian ................................................. 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 30
D. Instrumen Penelitian .................................................................. 31
E. Prosedur Penelitian .................................................................... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 32
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 38
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 48
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 52
B. Saran .......................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ............................................. 14
Tabel 2.2 Perbandingan antara Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan tipe
NHT ..................................................................................................... 21
Tabel 3.1 The Nonequivalent Posttest-Only Control Gruop Design ................... 29
Tabel 3.2 Kategori Standar Hasil Belajar Siswa Depdikbud ............................... 34
Tabel 3.3 Kategori Standar KKM Matematika Kelas X SMA Negeri 3 Barru ... 34
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas TPS ................................. 38
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas
TPS ...................................................................................................... 39
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas
TPS Kategori Standar KKM .............................................................. 40
Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas NHT ................................ 41
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas
NHT ..................................................................................................... 42
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas
NHT Kategori Standar KKM ............................................................ 43
Tabel 4.7 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ..................................... 44
Tabel 4.8 Uji Homogenitas dengan Levene’s Test .............................................. 45
Tabel 4.9 Uji Hipotesis dengan Indenpendent Sample T-Test .......................... 47
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ruas Garis AB dibagi oleh titik P ................................................... 23
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Perbandingan Hasil Belajar Matematika antara Kelas
TPS dan Kelas NHT ....................................................................... 26
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2 Daftar Hadir Siswa
3 Daftar Nama Kelompok
4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
LAMPIRAN B
1 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar
2 Instrumen Tes Hasil Belajar
3 Kunci (Alternatif) Jawaban dan Pedoman Penskoran
LAMPIRAN C
1 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa (Posttest)
2 Analisis Data Hasil Belajar Siswa (Posttest) melalui Program
SPSS
LAMPIRAN D
1 Persuratan
2 Validasi
3 Lembar Jawaban Posttest
4 Dokumentasi
5 PPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya
manusia, sebab pendidikan merupakan salah satu instrumen yang digunakan
bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan melainkan juga
dari kebodohan dan kemiskinan. Oleh karena itu, pendidikan sangat dibutuhkan
dalam kehidupan manusia, baik pendidikan secara formal maupun pendidikan
secara non-formal.
Sekolah sebagai tempat memperoleh pendidikan kedua setelah keluarga,
merupakan pendidikan formal yang mempunyai peranan untuk mengembangkan
kepribadian anak sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya untuk
melaksanakan tugasnya kelak dalam masyarakat. Pendidikan mempunyai fungsi
yang harus diperhatikan pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dalam Pasal 3 menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.
Dunia pendidikan masa kini mengenal tiga kompetensi penting yang harus
dimiliki oleh seorang siswa setelah mengalami proses pendidikan yaitu aspek
kognitif (pengetahuan), psikomotorik (praktek/keterampilan), dan afektif (sikap).
2
Dalam pendidikan, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif
sehingga pada akhirnya akan diperoleh keterampilan, kecakapan, dan pengetahuan
baru.
Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah adalah mata pelajaran
matematika. Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu dalam bidang pendidikan
yang mempunyai peran besar dan memiliki manfaat dalam berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan.
Mengingat pentingnya pembelajaran matematika sebagai bagian integral
dari pendidikan pada umumnya, sudah seharusnya setiap siswa baik dari jenjang
pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi untuk menguasai pelajaran
matematika. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai solusi untuk
melaksanakan pembelajaran yang relevan dan efektif yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Peningkatan kualitas mutu pendidikan dan pengembangan proses
pembelajaran merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian. Perbedaan
tingkat serap antara siswa yang satu dengan yang lainnya terhadap materi
pembelajaran menuntut seorang guru melahirkan inovasi-inovasi dalam
pembelajaran sehingga tidak sekadar menyajikan materi, tetapi juga perlu
menggunakan metode yang sesuai, disukai, dan mempermudah pemahaman
siswa. Hal ini diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah-ubah dan kompetitif. Namun kenyataannya, kebanyakan siswa
menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, menakutkan dan
3
kebanyakan siswa tidak senang bahkan malas ke sekolah jika ada pelajaran
matematika.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Barru pada
tanggal 9 Maret 2019, menurut hasil wawancara yang diperoleh dari ibu Auliah
Azis, guru bidang studi matematika kelas X, mengatakan bahwa kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika masih rendah, kurangnya siswa
yang mampu mengungkapkan gagasan, dan kurangnya kepekaan menangkap
maksud dari materi pembelajaran yang diajarkan. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya kurangnya kerjasama siswa, rendahnya partisipasi
siswa dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran matematika di sekolah
tersebut masih didominasi oleh guru dengan menggunakan metode ceramah, yang
mengakibatkan kebanyakan siswa cenderung menerima apa saja yang
disampaikan oleh guru, diam dan tidak bersedia mengemukakan pertanyaan
maupun pendapat. Pembelajaran seperti ini juga dapat membuat siswa bersifat
tertutup, tidak terbiasa bersifat aktif dalam berinteraksi dengan guru maupun
dengan temannya. Bahkan bersifat acuh tak acuh terhadap materi yang sedang
dipelajari.
Kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan bagi siswa
untuk saling bertukar pendapat, bekerja sama dengan teman, berinteraksi dengan
guru, dan merespons pemikiran teman lainnya, sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna bagi siswa. Siswa akan lebih mengerti dan memahami secara mendalam
materi yang sedang dipelajari.
4
Menyikapi permasalahan tersebut, perlu adanya model pembelajaran yang
melibatkan partisipasi aktif siswa untuk mengoptimalkan potensi dan sekaligus
hasil belajar siswa.
Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah perlunya diterapkan model
pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan berbagai konsep dalam pelajaran
matematika. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif atau diskusi kelompok tipe TPS (Think-Pair-Share) dan NHT
(Numbered Head Together). TPS atau berpikir berpasangan merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola pikir siswa.
Tipe ini memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan
orang lain secara berpasangan. Sedangkan NHT atau kepala bernomor pertama
kali dikembangkan oleh Spenser Kagen. Tipe ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling berbagi ide-ide dan memilih jawaban yang paling tepat,
meningkatkan semangat kerjasama siswa dan dapat digunakan untuk semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas. Maksud dari kepala bernomor adalah setiap anak
mendapat nomor tertentu, dan setiap nomor mendapat kesempatan yang sama
untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi (Trianto, 2012:
62).
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan NHT diharapkan
dapat mengoptimalkan interaksi antarsiswa dalam kegiatan pembelajaran
matematika di setiap komponennya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
matematika.
5
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti
terdahulu, salah satunya adalah Bubin (2012), yang hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif Think-
Pair-Share dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Dan menurut hasil penelitian Pasani dan Pramita (2014) menunjukkan
bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Kemudian, pelitian yang dilakukan oleh Susanti
(2015), dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Numbered Head
Together dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Matematika antara
Siswa yang Pembelajarannya melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share (TPS) dan Tipe Numbered Head Together (NHT) pada
Kelas X MIA SMA Negeri 3 Barru”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya
melalui penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada
kelas X MIA SMA Negeri 3 Barru?
6
2. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya
melalui penerapan model kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) pada kelas X MIA SMA Negeri 3 Barru?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
pembelajarannya melalui penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS) dengan tipe Numbered Head Together (NHT) pada kelas X
MIA SMA Negeri 3 Barru?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya
melalui penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada
kelas X MIA SMA Negeri 3 Barru.
2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya
melalui penerapan model kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) pada kelas X MIA SMA Negeri 3 Barru.
3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
pembelajarannya melalui penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS) dengan tipe Numbered Head Together (NHT) pada kelas X
MIA SMA Negeri 3 Barru.
D. MANFAAT PENELITIAN
7
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan proses pembelajaran dan
sebagai salah satu alternatif dalam usaha peningkatan kualitas sekolah.
2. Bagi Guru
Sebagai pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat,
guna meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, guru juga dapat
melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat tercipta
suasana belajar yang lebih menyenangkan.
3. Bagi Siswa
Diharapkan dapat memperkaya pemahaman matematika dan dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar.
4. Bagi Peneliti
Sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan khususnya yang berminat
mengembangkan hasil penelitian pada pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dan tipe Think-Pair-Share (TPS).
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari kegiatan
belajar, baik ketika seseorang itu melakukan aktivitasnya sendiri maupun
bersama kelompok tertentu. Aktivitas belajar ini terjadi setiap waktu, di
manapun tempatnya, dan tidak dibatasi oleh usia manusia.
Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan
dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh
berkembang dari anak-anak, remaja hingga dewasa, sampai ke liang lahat,
sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (Suyono dan Hariyanto,
2017: 1)
Pandangan tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli
pendidikan sering kali mempunyai perbedaan antara satu dengan lainnya.
Beberapa pandangan dari pakar pendidikan tentang definisi belajar, sebagai
berikut (Suprijono, 2017: 2):
a. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan
diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah.
9
b. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience.
(Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
d. Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something
themselves, to listen, to follow direction. (Belajar adalah
mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu).
e. Geoch
Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar
adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).
f. Morgan
Learning is any relatively permanent change in behavior that is a
result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang
bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).
Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, dapat dipahami bahwa
belajar adalah perubahan perilaku, belajar diperoleh dari suatu proses. Jadi
dapat dikatakan belajar adalah perubahan tingkah laku dengan serangkaian
kegiatan. Kegiatan tersebut bisa berupa membaca, mendengarkan,
mengamati, meniru, menulis, melakukan dan lain sebagainya.
10
Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat
tidaklah demikian. Belajar dianggap properti sekolah. Kegiatan belajar selalu
dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat
menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti
dikatakan Reber, belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar
adalah proses mendapatkan pengetahuan (Suprijono, 2017: 3)
Sejalan dengan hal tersebut, belajar sebagai konsep mendapatkan
pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Yang pada umumnya
dipraktikkan di sekolah-sekolah, yakni guru memberikan pengetahuan,
sedangkan siswa menerimanya. Dalam upaya mencapai tujuan belajar,
haruslah diciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan
maupun sikap dan nilai yang positif.
2. Hasil Belajar
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melalui kegiatan belajar.
Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap (Susanto, 2014: 5).
11
Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik
kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta
didik setelah mengikuti proses belajar mengajar, Menurut Hamalik, hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan
sikap-sikap serta kemampuan peserta didik (Kunandar, 2014: 62)
Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar itu berupa (Suprijono 2017:
5):
a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani.
12
e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-
routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif,
teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual (Suprijono, 2017: 6).
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah
adanya proses belajar yang mengakibatkan adanya perubahan.
3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman, 2013: 133).
13
Sedangkan untuk kata pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar (Komalasari, 2013: 62).
Roger, dkk menyatakan cooperative learning is group learning
activity organized in such a way that learning is based on the socially
structured change of information between learners in group in which each
learner is held accountable for this or her own learning and is motivated to
increase the learning of others – pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di
antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar
bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain (Huda, 2017: 29).
Menurut Abdulhak, pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui
sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan
pemahaman bersama diantara peserta belajar. Dalam sistem belajar yang
kooperatif siswa belajar bekerjasama dengan anggota lainnya, sehingga siswa
memiliki tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan
membantu sesama anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2013: 203).
Jadi, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan
aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun sectriantara
kelompok.
14
Terdapat enam fase atau tahapan di dalam pembelajaran yang
menggunakan model kooperatif, berikut sintaks model pembelajaran
kooperatif:
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
Menjelaskan tujuan pembelajaran
dan mempersiapkan siswa siap
belajar
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada
siswa secara verbal
Fase 3: Organize students into
learning teams
Mengorganisir siswa ke dalam
kelompok belajar
Memberikan penjelasan kepada
siswa tentang tata cara pembentukan
kelompok belajar dan membantu
kelompok melakukan transisi yang
efisien
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja kelompok dan
belajar
Membantu kelompok-kelompok
belajar selama siswa mengerjakan
tugasnya
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan siswa
mengenai berbagai materi
pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan
Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
individu maupun kelompok
(Suprijono, 2017: 84)
4. Model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
15
Think-Pair-Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang
pertama kali dikembangkan oleh Profesor Frank Lyman di University of
Maryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang
pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun selanjutnya. Strategi ini
memperkenalkan gagasan tentang waktu ‘tunggu atau berpikir’ (wait or think
time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi
salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respons siswa terhadap
pertanyaan. Skill-skill yang umumnya dibutuhkan dalam model pembelajaran
ini adalah sharing informasi, bertanya, meringkas gagasan orang lain, dan
paraphrasing (Huda, 2017: 206).
Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan metode yang
sederhana, namun sangat bermanfaat. Pertama-tama, siswa diminta untuk
duduk berpasangan. Kemudian, guru mengajukan satu pertanyaan/masalah
kepada mereka. Setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri-sendiri terlebih
dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil
pemikirannya dengan pasangan di sebelahnya untuk memperoleh satu
konsensus yang sekiranya dapat dapat mewakili jawaban mereka berdua.
Setelah itu, guru meminta setiap pasangan untuk menshare, menjelaskan atau
menjabarkan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada
siswa-siswa yang lain di ruang kelas (Huda, 2017: 132).
Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir-
berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Sesuai dengan pernyataan
16
Arend bahwa Think-Pair-Share merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua
resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespons dan saling
membantu (Trianto, 2012: 65).
Seperti namanya Think-Pair-Share, pembelajaran ini terdiri dari 3
tahap yaitu 1) thinking (berpikir), 2) pairing (berpasangan), dan 3) sharing
(berbagi). Berikut ini langkah-langkah pembelajaran TPS (Suprijono, 2017:
110):
1) Thinking (Berpikir)
Pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan
atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh siswa. Guru
memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.
2) Pairing (Berpasangan)
Guru meminta siswa berpasang-pasangan, kemudian memberi
kesempatan kepada setiap pasangan untuk mendiskusikan hasil
yang telah mereka peroleh pada tahap thinking. Diharapkan
diskusi yang terjadi dapat memperdalam makna dari jawaban yang
telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya.
3) Sharing (Berbagi)
Guru meminta hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan
hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam
17
kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada
pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat
menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.
Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) ini memiliki
kelebihan maupun kelemahan.
1) Kelebihan (Huda, 2016: 206):
Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama
dengan orang lain.
Mengoptimalkan partisipasi siswa.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
partisipasi mereka kepada orang lain.
2) Kelemahan:
Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan
kelompok
Jika ada perselisihan, tidak ada penengah
Model Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang merangsang aktivitas berpikir siswa secara mandiri,
berpasangan dan berbagi pengetahuan kepada siswa lainnya, memberikan
umpan balik untuk merespons dan saling membantu. Dengan pembelajaran
TPS ini, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali sendiri
informasi yang ada dan yang telah diketahuinya sebelum melakukan diskusi.
Interaksi yang berlangsung selama proses pembelajaran dapat meningkatkan
daya pikir dan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Pembelajaran ini
18
dapat mengembangkan komunikasi antar siswa dan kemampuan siswa dalam
bekerjasama.
5. Model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
Numhered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang memengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional
(Trianto, 2012: 82). Pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh
Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang mencakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran (Hamdayama, 2014: 175).
Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Head Together
diawali dengan “Numbering” membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
kecil. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan
yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada
tiap-tiap kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap
kelompok menyatukan kepalanya “Head Together” berdiskusi memikirkan
jawaban atas pertanyaan dari guru. lalu guru memanggil siswa yang memiliki
nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan
memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru
(Suprijono, 2017: 111).
Pada dasarnya Numbered Head Together (NHT) merupakan variasi
dari diskusi kelompok. Menurut Slavin (1995), metode yang dikembangkan
19
oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam
diskusi kelompok. Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada
seluruh siswa untuk saling berbagi gagasan atau ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. Selain itu, tujuan dari NHT adalah untuk
meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga bisa diterapkan untuk semua mata
pelajaran dan juga semua tingkatan kelas (Huda, 2017: 203).
Sintaks atau tahap-tahap pelaksanaan NHT pada hakikatnya hampir
sama dengan diskusi kelompok. Adapun tahap-tahap pelaksanaan model
kooperatif tipe NHT yaitu sebagai berikut (Huda, 2017: 138):
a) Numbering (Penomoran)
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. masing-masing siswa
dalam kelompok diberi nomor.
b) Questioning (Mengajukan Pertanyaan)
Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
c) Head Together (Berpikir Bersama)
Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap
benar dan memastikan semua anggota mengetahui jawaban
tersebut.
d) Answering (Menjawab)
Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang
dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok
mereka.
20
Setiap model pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan dan
kelemahan. Berikut ini merupakan kelebihan dan kelemahan pembelajaran
koopetatif tipe Numbered Head Together (NHT), antara lain (Hamdani, 2011:
90):
1) Kelebihan
Setiap siswa menjadi siap semua.
Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
2) Kelemahan
Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh
guru.
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Model Numbered Head Together melibatkan para siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau
memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Tahap-tahap
pada pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat serta
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama serta
membiasakan siswa untuk menyampaikan pendapatnya. Model pembelajaran
NHT, membuat siswa memiliki ketergantungan satu sama lain, sehingga
siswa akan saling membantu memahami materi yang diberikan, karena setiap
siswa yang nomor kepalanya dipanggil bertanggung jawab akan
21
kelompoknya. Dengan kata lain, semua siswa dituntut untuk aktif dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga dalam pelaksanaannya tidak hanya siswa
yang pintar saja yang aktif, tetapi siswa yang pasif pun akan termotivasi
untuk ikut aktif.
6. Perbandingan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-
Pair-Share (TPS) dan Tipe Numbered Head Together (NHT)
Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran kooperatif Tipe
Think-Pair-Share (TPS) dan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT) diatas, maka dapat dibuat tabel perbandingan antara
TPS dan NHT sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perbandingan antara Model Pembelajaran Kooperatif tipe
TPS dan tipe NHT
TPS NHT
1. Pengelompokan, siswa
dikelompokkan dalam formasi
berpasang-pasangan, dalam satu
kelompok terdiri dari dua orang
1. Pengelompokan, siswa
dikelompokkan dalam beberapa
kelompok, satu kelompok terdiri
dari 4-5 orang
2. Pemberian tugas, siswa terlebih
dahulu diberikan kesempatan
untuk berpikir secara individu,
kemudian barulah siswa
berdiskusi dengan
pasangan/teman kelompoknya
2. Pemberian tugas, siswa terlebih
dahulu berdiskusi dengan teman
kelompok yang telah ditentukan
oleh guru, kemudian
mempresentasikan hasil diskusi
dengan teman kelompoknya
secara individu
22
3. Penilaian, siswa secara bersama-
sama/berpasangan
mempresentasikan hasil
diskusinya
3. Penilaian, siswa dengan nomor
yang dipanggil
mempresentasikan jawaban hasil
diskusinya secara individu dan
bertanggung jawab atas
kelompoknya
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok sebanyak 2
orang (berpasangan), dengan tahap thinking (berpikir), pairing (berdiskusi),
dan sharing (berbagi) hasil diskusi. Pada pembelajaran ini siswa diajak untuk
berpikir mandiri tentang materi yang disampaikan guru, berbekal
pengetahuan dari permasalahan individu, siswa mengutarakan hasil
pemikirannya masing-masing untuk diselesaikan secara berpasangan. Tipe
pembelajaran ini menuntut seluruh siswa untuk aktif, karena permasalahan
yang diberikan akan mendorong siswa untuk menyampaikan ide-idenya,
sehingga siswa yang awalnya pasif menjadi aktif dalam pembelajaran.
Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) membentuk kelompok 4-5 orang siswa dalam satu
kelompok, masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor (numbering),
setelah itu guru mengajukan permasalahan, siswa dengan kelompoknya
diberikan kesempatan ‘head together’ berpikir bersama untuk menemukan
jawaban yang dianggap benar dan memastikan semua anggota mengetahui
jawaban dari permasalahan tersebut. Kemudian guru memanggil siswa yang
memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk memaparkan
23
jawaban atas permasalah yang diberikan. Pembelajaran ini membuat siswa
memiliki ketergantungan satu sama lain, sehingga siswa akan saling
membantu memahami materi yang diberikan, karena setiap siswa yang nomor
kepalanya dipanggil bertanggung jawab akan kelompoknya. Dengan kata
lain, semua siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga dalam pelaksanaannya tidak hanya siswa yang pintar saja yang aktif,
tetapi siswa yang pasif pun akan termotivasi untuk ikut aktif.
Secara umum, kedua tipe pembelajaran ini bertujuan untuk
menciptakan proses pembelajaran menjadi aktif. Dengan adanya perbedaan-
perbedaan yang telah diuraikan di atas sangat dimungkinkan terjadinya
perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang pembelajarannya
melalui penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan
siswa yang pembelajarannya melalui penerapan model kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT).
7. Materi Ajar
PERBANDINGAN VEKTOR DAN KOORDINAT
Jika titik P terletak pada ruas garis AB sehingga titik P membagi ruas
garis AB dengan perbandingan AP : PB = m : n.
Perhatikan gambar di bawah ini !
A
B
P 𝑚
𝑎 𝑝
𝑏 O
𝑛
24
Gambar 2.1 Ruas Garis AB dibagi oleh titik P
nm
anbmpanbmnmp
pmbmanpnn
m
pb
apnmPBAP
)(
::
Jadi :
nm
anbmp
Jadi jika titik ),,(),,( BBBAAA zyxBdanzyxA maka koordinat P:
(
)
Titik P bisa membagi AB dengan perbandingan di dalam seperti di
atas atau bisa juga dengan perbandingan di luar, maksudnya titik P di luar
ruas garis AB. Jika arah perbandingannya berlawanan, harus dengan
menggunakan tanda negatif.
B. KERANGKA PIKIR
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu model
pembelajaran. Dengan kata lain model pembelajaran yang diterapkan oleh guru
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, seorang guru harus dapat dengan tepat
memilih model pembelajaran yang akan diterapkan.
Model pembelajaran merupakan suatu pola interaksi antara siswa dan guru
di dalam kelas yang terdiri dari strategi, pendekatan, metode, dan teknik
25
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
atau diskusi kelompok. Terdapat berbagai macam teknik dan metode pada
pembelajaran model kooperatif, salah satunya adalah tipe TPS (Think-Pair-Share)
dan tipe NHT (Numbered Head Together). TPS dan NHT dapat mempengaruhi
hasil belajar karena dalam pendekatan ini siswa dituntut untuk belajar aktif baik
secara individual maupun kelompok.
TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang merangsang
aktivitas berpikir siswa secara mandiri, berpasangan dan berbagi pengetahuan
kepada siswa lainnya, memberikan umpan balik untuk merespons dan saling
membantu. Pembelajaran ini dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
bekerjasama dan komunikasi antar siswa. Interaksi yang berlangsung selama
proses pembelajaran dapat meningkatkan daya pikir dan meningkatkan aktivitas
siswa dalam belajar. Sedangkan pada NHT, pembelajaran ini mengkondisikan
siswa untuk berpikir bersama secara berkelompok di mana masing-masing siswa
diberi nomor dan memiliki kesempatan yang sama dalam menjawab
permasalahan yang diajukan oleh guru melalui pemanggilan nomor secara acak.
Pembelajaran ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi
kelompok. tujuan pembelajaran ini adalah memberi kesempatan kepada siswa
untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
26
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Perbandingan Hasil Belajar Matematika
antara Kelas TPS dan Kelas NHT
C. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2017: 96).
thinking
(berpikir mandiri)
pairing
(berdiskusi dengan
pasangan)
sharing
(menyepakati jawaban yang telah
dishare dalam kelas)
numbering
(membagi kelompok)
questioning
(mengajukan pertanyaan)
Head together
(berdiskusi, berpikir bersama)
answering
(menjawab sesuai nomor
yang dipanggil)
Pembelajaran Matematika
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share (TPS)
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together
(NHT)
Hasil Belajar Matematika Siswa
Pembelajaran Tipe TPS
Hasil Belajar Matematika Siswa
Pembelajaran Tipe NHT
Perbandingan Hasil Belajar
Matematika
27
Pada penelitian ini, hipotesis penelitiannya adalah terdapat perbedaan hasil
belajar matematika antara siswa yang pembelajarannya melalui penerapan model
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan tipe Numbered Head Together
(NHT) pada kelas X MIA SMA Negeri 3 Barru.
Berdasarkan hipotesis penelitian tersebut di atas, maka dibuat hipotesis
statistiknya sebagai berikut:
H0 : vs H1 : ,
dengan,
H0 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
pembelajarannya melalui penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS) dan tipe Numbered Head Together (NHT) pada kelas X MIA
SMA Negeri 3 Barru
H1 : terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang
pembelajarannya melalui penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS) dan tipe Numbered Head Together (NHT) pada kelas X MIA
SMA Negeri 3 Barru
µ1 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya melalui
penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
µ2 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya melalui
penerapan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
experiment atau eksperimen semu. Eksperimen semu ini merupakan
pengembangan dari true experiment yang sulit dilaksanakan, khususnya penelitian
yang terkait pendidikan/pembelajaran.
Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen I dan
kelompok eksperimen II. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan hasil
belajar matematika antara siswa yang pembelajarannya melalui penerapan
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dan tipe Numbered Head Together
(NHT).
B. VARIABEL DAN DESAIN PENELITIAN
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017: 60).
Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini terdiri dua variabel
terikat, yaitu:
29
a. Variabel terikat 1 (X1) : Hasil belajar matematika siswa yang
pembelajarannya melalui kooperatif tipe
TPS
b. Variabel terikat 2 (X2) : Hasil belajar matematika siswa yang
pembelajarannya melalui pembelajaran
kooperatif tipe NHT
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah the
nonequivalent posttest-only control gruop design, yang merupakan salah satu
jenis dari quasi experimental design.
Pada penelitian ini, akan digunakan dua sampel yang berbeda. Kedua
sampel tersebut akan diterapkan pembelajaran (treatment) yang berbeda.
Kemudian setelah diterapkan pembelajaran yang berbeda, masing-masing
sampel diberikan tes akhir (posttest) yang sama untuk memperoleh hasil
belajar matematika. Dengan menggunakan desain the nonequivalent posttest-
only control gruop, diilustrasikan desain penelitian pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 The Nonequivalent Posttest-Only Control Gruop Design
Kelompok Treatment Posttest
Kelas eksperimen I O1 X1
Kelas eksperimen II O2 X2
Keterangan :
O1 : Treatment 1 (pembelajaran menggunakan model TPS)
30
O2 : Treatment 2 (pembelajaran menggunakan model NHT)
X1 : Posttest (hasil belajar matematika) kelas TPS
X2 : Posttest (hasil belajar matematika) kelas NHT
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi
bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek
atau obkek itu (Sugiyono, 2017: 117).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA
Negeri 3 Barru. Di mana pada kelas X MIA terdapat 4 kelas yaitu kelas X
MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, dan X MIA 4.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2017: 118). Sampel pada penelitian diambil
dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Cluster random
sampling dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi. Hal tersebut dilakukan karena populasi dianggap relatif homogen.
Sampel pada penelitian ini adalah kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen 1
31
yang memperoleh treatment pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) dan kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen 2 yang memperoleh
treatment pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada
alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2017: 148).
Instrumen dalam penelitian ini merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah aspek penilaian kognitif. Dengan ini, maka instrumen yang digunakan
adalah instrumen tes. Instrumen tes digunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian, biasanya berupa sejumlah pertanyaan/soal yang diberikan untuk
dijawab oleh subjek yang diteliti setelah diberikan perlakuan.
E. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Mengurus izin pelaksanaan penelitian di SMA Negeri 3 Barru.
b. Berkoordinasi dengan guru bidang studi matematika.
c. Menyusun dan menyiapkan perangkat pembelajaran.
d. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
32
a. Kelas TPS
a) Memberikan penjelasan secara singkat dan menyeluruh terhadap
siswa sehubungan dengan materi yang akan diajarkan.
b) Melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif
tipe Think-Pair-Share.
c) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui kemampuan siswa
setelah diberikan perlakuan.
b. Kelas NHT
a) Memberikan penjelasan secara singkat dan menyeluruh terhadap
siswa sehubungan dengan materi yang akan diajarkan.
b) Melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif
tipe Numbered Head Together.
c) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui kemampuan siswa
setelah diberikan perlakuan.
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan data penelitian.
b. Menganalisis dan mendeskripsikan data yang telah diperoleh sesuai
dengan variabel yang diteliti.
c. Menyusun laporan pelaksanaan dan hasil penelitian.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data merupakan tahapan yang amat penting dalam suatu
penelitian, karena akan mempengaruhi kualitas data hasil penelitian (Sugiyono,
33
2017: 193). Data-data yang dikumpulkan tersebut digunakan untuk menjawab
permasalahan penelitian. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan peneliti.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik
tes dengan memberikan instrumen tes yang terdiri dari seperangkat
pertanyaan/soal untuk memperoleh data mengenai kemampuan siswa terutama
pada aspek kognitif. Teknik tes digunakan untuk memperoleh hasil belajar
matematika siswa. Proses pengumpulan data dengan teknik tes ini dilakukan
setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
dan tipe Numbered Head Together (NHT) pada masing-masing kelas eksperimen.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh yaitu menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial.
a. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2017: 207).
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan skor
hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dari masing-masing kelas
eksperimen penelitian. Untuk keperluan analisis digunakan mean, median,
34
modus, standar deviasi, variansi, nilai minimum, dan nilai maksimum.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar matematika
siswa dikategorikan dengan menggunakan kategori standar yang diterapkan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan kategori standar KKM untuk
mata pelajaran matematika yang diterapkan pada kelas X SMA Negeri 3
Barru.
Tabel 3.2 Kategori Standar Hasil Belajar Siswa Depdikbud
Nilai Kategori
0 ≤ x < 55 Sangat Rendah
55 ≤ x < 75 Rendah
75 ≤ x < 80 Sedang
80 ≤ x < 90 Tinggi
90 ≤ x ≤ 100 Sangat Tinggi
(Jamaluddin (Rahmi, 2017: 42))
Tabel 3.3 Kategori Standar KKM Matematika Kelas X SMA
Negeri 3 Barru
Nilai Kategori
0 ≤ x < 75 Tidak Tuntas
75 ≤ x < 100 Tuntas
b. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menganalisis data
dengan membuat generalisasi pada data sampel agar hasilnya dapat
35
diberlakukan pada populasi (Lestari dan Yudhanegara, 2017: 242). Analisis
statistik inferensial yaitu analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian.
Namun sebelum tahap pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan
uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji prasyarat
analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelas
berdistribusi normal atau tidak dan juga apakah masing-masing kelas
memiliki varians yang sama atau tidak.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data
berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan berdistribusi normal jika
data memusat pada nilai rata-rata dan median. Dengan provit data
semacam ini, maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi (Lestari
dan Yudhanegara, 2017: 243).
Pada penelitian ini untuk menguji kenormalan digunakan
Kolmogorov-Smirnov, dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atau
0,05, dengan syarat:
1) Jika Pvalue ≥ α = 0,05 maka data berdistribusi normal
2) Jika Pvalue < α = 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
b) Uji Homogenitas
Homogenitas data mempunyai makna, bahwa data memiliki varians
atau keragaman nilai yang sama secara statistik. Uji homogenitas
36
dilakukan untuk mengetahui apakah variansi data dari sampel yang
dianalisis homogen atau tidak (Lestari dan Yudhanegara, 2017: 248).
Pada penelitian ini untuk menguji homogenitas digunakan uji
Levene’s test, dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05,
dengan syarat:
1) Jika Pvalue ≥ α = 0,05 maka data varians homogen
2) Jika Pvalue < α = 0,05 maka data varians tidak homogen
c) Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat analisis dilakukan dan telah terpenuhi,
selanjutnya adalah menguji hipotesis yang diajukan.
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
statistik parametrik yaitu Independent Sample T-test karena berasal dari
dua variabel yang berbeda atau tidak berhubungan. Uji ini digunakan
untuk mengambil keputusan apakah hipotesis diterima atau ditolak.
Adapun rumusnya sebagai berikut (Sugiyono, 2017: 273):
√( )
( )
( )
Keterangan:
= rata-rata nilai pada kelas TPS
= rata-rata nilai pada kelas NHT
= varians hasil belajar pada kelas TPS
= varians hasil belajar pada kelas NHT
37
= jumlah sampel pada kelas TPS
= jumlah sampel pada kelas NHT
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan taraf signifikan (karena
pengujian hipotesis dengan uji dua pihak dengan taraf signifikansi α =
0,05, maka taraf signifikansi menjadi
α ).
Jika nilai signifikan > 0,025, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai signifikan < 0,025, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Berikut ini adalah tabel yang menyajikan hasil analisis statistik
deskriptif hasil belajar kelas X MIA 1 SMA Negeri 3 Barru yang proses
pembelajarannya diterapkan model kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS):
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas TPS
Statistik Nilai
Banyak Data 32
Skor Terendah 25
Skor Tertinggi 89,29
Rentang Skor 64
Rata-rata Skor 63,34
Standar Deviasi 16,07
Varians 258,168
Pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa
kelas X MIA 1 SMA Negeri 3 Barru setelah dilakukan proses
pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS) adalah 63,34 dari skor ideal yang mungkin dicapai siswa.
Skor yang dicapai oleh siswa tersebar dari skor terendah 25 hingga skor
tertinggi 89,29 dengan rentang skor 64 dan varians 258,168. Jika hasil
belajar matematika siswa dikelompokkan dalam 5 kategori maka
39
diperoleh distribusi frekuensi dan persentase seperti pada tabel berikut:
Tabel. 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
Siswa Kelas TPS
No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0 ≤ x < 55 Sangat Rendah 9 18,12
2 55 ≤ x < 75 Rendah 15 46,87
3 75 ≤ x < 80 Sedang 0 0
4 80 ≤ x < 90 Tinggi 8 25
5 90 ≤ x ≤ 100 Sangat Tinggi 0 0
Jumlah 32 100
Pada Tabel 4.2 di atas, ditunjukkan bahwa dari 32 siswa kelas X
MIA 1 SMA Negeri 3 Barru, siswa yang memperoleh skor pada interval
0 ≤ x < 55 adalah 9 siswa (18,12%), interval 55 ≤ x < 75 adalah 15 siswa
(46,87%), dan interval 80 ≤ x < 90 adalah 8 siswa (25%). Setelah skor rata-
rata hasil belajar siswa sebesar 63,25 dikonversi ke dalam 5 kategori di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata hasil belajar
matematika siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 3 Barru yang diterapkan
model kooperatif tipe Think-Pair-Share umumnya berada di kategori
rendah.
Selanjutnya data hasil belajar yang diterapkan menggunakan
model kooperatif tipe Think-Pair-Share dikategorikan berdasarkan
kriteria ketuntasan dapat dilihat pada tabel berikut:
40
Tabel. 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
Siswa Kelas TPS Kategori Standar KKM
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 ≤ x < 75 Tidak Tuntas 24 75
75 ≤ x ≤ 100 Tuntas 8 25
Jumlah 32 100
Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki
nilai paling rendah 75. Dari tabel 4.3 di atas terlihat bahwa jumlah siswa
yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan individu adalah sebanyak 24
siswa (75%) dan sebanyak 8 siswa (25%) yang memenuhi kriteria
ketuntasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas
X MIA 1 SMA Negeri 3 Barru yang diterapkan model kooperatif tipe
Think-Pair-Share tergolong belum tuntas.
Selanjutnya, adalah tabel yang menyajikan hasil analisis statistik
deskriptif hasil belajar kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Barru yang proses
pembelajarannya diterapkan model kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT):
41
Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas NHT
Statistik Nilai
Banyak Data 32
Skor Terendah 53,57
Skor Tertinggi 92,86
Rentang Skor 39
Rata-rata Skor 74,06
Standar Deviasi 11,91
Varians 141,802
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil
belajar siswa kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Barru setelah dilakukan
proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) adalah 74,06 dari skor ideal yang mungkin dicapai
siswa. Skor yang dicapai oleh siswa tersebar dari skor terendah 53,57
hingga skor tertinggi 92,86 dengan rentang skor 39 dan varians 141,802.
Jika hasil belajar matematika siswa dikelompokkan dalam 5 kategori
maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase seperti pada tabel
berikut:
42
Tabel. 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
Siswa Kelas NHT
No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 0 ≤ x < 55 Sangat Rendah 3 9,37
2 55 ≤ x < 75 Rendah 10 31,25
3 75 ≤ x < 80 Sedang 6 18,75
4 80 ≤ x < 90 Tinggi 11 34,37
5 90 ≤ x ≤ 100 Sangat Tinggi 2 6,25
Jumlah 32 100
Pada Tabel 4.5 di atas, ditunjukkan bahwa dari 32 siswa kelas X
MIA 3 SMA Negeri 3 Barru, siswa yang memperoleh skor pada interval 0
≤ x < 55 adalah 3 siswa (9,37%), interval 55 ≤ x < 75 adalah 10 siswa
(31,25%), interval 75 ≤ x < 80 adalah 6 siswa (18,75%), interval 80 ≤ x < 90
adalah 11 siswa (34,37%), dan interval 90 ≤ x ≤ 100 adalah 2 siswa (6,25%).
Setelah skor rata-rata hasil belajar siswa sebesar 74,06 dikonversi ke
dalam 5 kategori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa skor rata-rata
hasil belajar matematika siswa kelas X MIA 3 SMA Negeri 3 Barru yang
diterapkan model kooperatif tipe Numbered Head Together umumnya
berada di kategori tinggi.
Selanjutnya data hasil belajar yang diterapkan menggunakan
43
model kooperatif tipe Numbered Head Together dikategorikan
berdasarkan kriteria ketuntasan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
Siswa Kelas NHT Kategori Standar KKM
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 ≤ x < 75 Tidak Tuntas 13 40,62
75 ≤ x ≤ 100 Tuntas 19 59,38
Jumlah 32 100
Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki
nilai paling rendah 75. Dari tabel 4.6 di atas terlihat bahwa jumlah siswa
yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan individu adalah sebanyak 13
siswa (40,62%) dan sebanyak 19 siswa (59,38%) yang memenuhi kriteria
ketuntasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas
X MIA 3 SMA Negeri 3 Barru yang diterapkan model kooperatif tipe
Numbered Head Together tergolong tuntas.
Dari deskripsi data di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
tes hasil belajar kelas TPS berbeda dengan nilai rata-rata kelas NHT.
Untuk melihat apakah perbedaan antara kedua kelas cukup berarti atau
tidak, maka akan dilakukan uji statistik lebih lanjut.
2. Hasil Analisis Statistik Inferensial
44
Analisis statistik inferensial pada bagian ini digunakan untuk
pengujian hipotesis. Namun sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji prasyarat
analisis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas penelitian ini digunakan sebagai prasyarat
untuk uji t. Dalam penelitian ini, data harus berdistribusi normal. Jika
data tidak berdistribusi normal maka uji t dan tidak dapat dilanjutkan.
Suatu distribusi dikatakan normal jika taraf signifikansinya > 0,05,
sedangkan jika taraf signifikansinya < 0,05 maka distribusinya
dikatakan tidak normal. Untuk menguji kenormalan data digunakan
uji Kolmogorof-Smirnov.
Data yang digunakan dalam uji normalitas adalah data hasil
posttest. Adapun hasil uji normalitas nilai posttest kelas TPS (X1) dan
kelas NHT (X2) dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dengan bantuan SPSS versi 16.0, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
TPS .140 32 .113
NHT .154 32 .053
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel 4.7 data yang diperoleh dari perhitungan
hasil uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa hasil belajar kelas
45
TPS memiliki Sig. 0,113 itu berarti ˃ 0,05 dan hasil belajar kelas
NHT memiliki Sig. 0,053 juga ˃ 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa data kedua kelompok tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan sebagai
prasyarat untuk uji t-test. Uji homogenitas dimaksudkan untuk
menguji apakah data dari dua kelompok penelitian menmpunyai
varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan uji Levene’s test. Dalam penelitian ini, data harus
homogen. Suatu distribusi dikatakan memiliki data yang homogenitas
maka signifikansinya > 0,05, sedangkan jika taraf signifikansinya <
0,05 maka distribusi dikatakan tidak homogen. Suatu distribusi dapat
dilanjutkan pada penelitian selanjutnya jika uji homogenitas
terpenuhi atau bisa dikatakan bahwa data tersebut homogen. Data
yang digunakan untuk menguji homogenitas kelas adalah data hasil
posttest. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Uji Homogenitas dengan Levene’s Test
HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.691 1 62 .198
46
Berdasarkan tabel 4.8 uji homogenitas menunjukkan
signifikan 0,198 yang berarti ˃ 0,05, sehingga bisa dikatakan varians
data kedua kelompok tersebut homogen.
c. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat terpenuhi, maka selanjutnya menguji
hipotesis. Adapun hipotesis yang akan diuji yaitu:
H0 : , tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara
siswa yang pembelajarannya melalui penerapan model
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan tipe
Numbered Head Together (NHT)
H1 : , terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa
yang pembelajarannya melalui penerapan model
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan tipe
Numbered Head Together (NHT)
Keterangan:
µ1 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya
melalui penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
µ2 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya
melalui penerapan model kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT)
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
statistik parametrik yaitu Independent Sample T-test karena berasal dari
47
dua variabel yang berbeda atau tidak berhubungan. Uji ini digunakan
untuk mengambil keputusan apakah hipotesis diterima atau ditolak.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan taraf signifikan (karena
pengujian hipotesis dengan uji dua pihak dengan taraf signifikansi α =
0,05, maka taraf signifikansi menjadi
α ). Jika nilai signifikan > 0,025,
maka H0 diterima dan H1 ditolak, dan jika nilai signifikan < 0,025, maka
H0 ditolak dan H1 diterima.
Tabel 4.9 Uji Hipotesis dengan Independent Sample T-Test
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
HASIL
BELAJAR
MATEMATIKA
Equal
variances
assumed
1.691 .198 -3.032 62 .004 -10.719 3.535
Equal
variances not
assumed
-3.032 57.162 .004 -10.719 3.535
Berdasarkan tabel 4.9, nilai yang ada pada kolom t merupakan
nilai thitung yang diperoleh dari hasil perhitungan. Nilai t pada baris
pertama, yaitu 3,032 merupakan nilai hasil uji t jika varians kedua data
homogen (equal variances assumed), sementara nilai t pada baris kedua
merupakan nilai hasil uji t jika varians kedua data tidak homogen. Karena
hasil uji Levene’s test menyatakan kedua varians homogen, maka nilai
thitung yang digunakan adalah yang berdasarkan uji t, yaitu sebesar 3,032
dengan Pvalue sebesar 0,004.
48
Nilai Pvalue yang diperoleh < 0,025 yakni (0,004 < 0,025), maka
H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang pembelajarannya
melalui penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan
tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas X MIA SMA
Negeri 3 Barru.
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penyajian data dan analisis data diketahui bahwa
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan jumlah responden 32 siswa
memiliki mean (rata-rata) 63,34. Sedangkan pada kelas yang diajar melalui
pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki rata-rata 74,06 dengan jumlah
responden 32 siswa. Pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan t-test
diperoleh nilai thitung = 3,032 dengan Sig. 0,004. Nilai Pvalue yang diperoleh <
0,025 yakni (0,004 < 0,025), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dan tipe Numbered
Head Together (NHT). Kelas yang diajar dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe TPS memiliki rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan
kelas yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Sehingga apabila dibandingkan maka pembelajaran dengan tipe NHT mampu
mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar.
Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe NHT
dilakukan oleh peneliti pada kelas X MIA 3 diikuti oleh 32 orang siswa.
49
Adapun rangkaian pembelajaran yang dilakukan yaitu membentuk 6 kelompok
dengan jumlah tiap kelompok beranggotakan 5-6 siswa. Setelah itu guru
menjelaskan secara singkat tentang materi perbandingan vektor. Guru
memberikan waktu kepada seluruh siswa untuk bertanya, kemudian setelah
semua sudah mengerti, guru memberikan masalah untuk didiskusikan dengan
teman satu kelompoknya dan setiap anggota kelompok harus mengetahui
jawabannya, setelah itu guru memanggil salah satu nomor untuk siap maju
menjawab pertanyaan di depan kelas. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut
untuk siap dan tanggungjawab serta siswa didorong untuk memahami masalah,
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dalam menyusun rencana
penyelesaian dan melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri
penyelesain masalah. Dan ini sejalan dengan tujuan Spenser Kagen (1993)
memperkenalkan pembelajaran ini, yakni untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang mencakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat proses
pembelajaran berlangsung diperoleh pada saat presentasi di depan kelas yang
dipilih acak oleh guru dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT masing-
masing siswa dari kelompok tersebut sudah menyiapkan diri semaksimal
mungkin dan berdiskusi dengan sungguh-sungguh bersama teman satu
kelompoknya untuk bisa mengerjakan sekaligus menerangkan penyelesaian
soal di depan kelas. Ternyata para siswa lebih memahami pemecahan soal
yang diterangkan oleh temannya sendiri yang lebih paham dari pada mereka.
50
Oleh karena itu, hasil belajar matematika lebih baik pada siswa yang
diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dari pada siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share (TPS). Dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa
dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, pembelajaran
tipe Numbered Head Together (NHT) juga dapat memberbaiki rasa percaya
diri dan siswa diberi kemampuan untuk berpartisipasi di dalam kelas. Hal ini
dapat menumbuhkan motivasi dan minat belajar meningkat, sehingga hasil
belajar dapat meningkat khususnya dalam bidang studi matematika.
Kenyataan ini dapat dijelaskan secara bahwa siswa yang diajar dengan
pembelajaran kooperatif model NHT lebih memotivasi siswa dalam belajar.
Dari hasil pengamatan, siswa yang diajar dengan pembelajaran ini lebih aktif,
mandiri dan bertanggung jawab dalam belajarnya. Mereka selalu
menggunakan kesempatan untuk bertanya pada guru maupun teman mereka
sendiri apabila dalam mengerjakan soal yang diberikan mengalami kesulitan.
Meskipun masih ada beberapa siswa yang selalu berbicara dengan teman,
mengganggu teman, maupun bercanda, namun setelah mereka diperingati
mereka dapat merubah sikapnya menjadi lebih baik, seperti mengerjakan soal,
bertanya pada guru maupun teman mereka sendiri. Dalam pembelajaran
kooperatif model NHT, siswa lebih ditekankan belajar bersama untuk
mencapai tujuan bersama dan belajar bertanggung jawab menunjukkan
pemahamnnya terhadap tugas yang diberikan guru kepada temannya.
51
Pembelajaran ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu penomoran,
mengajukan pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab. Dari pengamatan,
tahapan-tahapan tersebut terjalin interaksi yang kumulatif antara siswa dengan
siswa dan guru dengan siswa. Pada pembelajaran ini keterampilan siswa dalam
melakukan kegiatan merupakan pencerminan melatih daya berfikir untuk
memecahkan masalah dalam lembar kerja siswa sekaligus melatih siswa
bersikap secara alamiah, seperti menghargai pendapat temannya, teliti, jujur,
sikap obyektif dan sabar serta meningkatkan daya ingatan siswa mengenai
konsep-konsep matematika yang dipelajari. Hal ini terbukti ketika proses
belajar mengajar berlangsung siswa tidak hanya diam atau mendengarkan
temannya menjelaskan tetapi mereka aktif berdiskusi antar anggota
kelompoknya.
Hal ini sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) yang memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Setiap siswa dapat melaksanakan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran model kooperatif tipe NHT lebih baik dari pembelajaran model
kooperatif tipe TPS. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar matematika antara siswa yang pembelajarannya melalui penerapan
model kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dan tipe Numbered Head Together
(NHT) pada kelas X MIA SMA Negeri 3 Barru.
52
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari data hasil penelitian tentang perbandingan
hasil belajar matematika antara pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) dan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada
siswa kelas X MIA SMA Negeri 3 Barru, pada analisis data dengan menggunakan
t-test diperoleh nilai thitung = 3,032 dengan Sig. 0,004. Nilai Pvalue yang
diperoleh < 0,025 yakni (0,004 < 0,025), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara
siswa yang pembelajarannya melalui penerapan model kooperatif tipe Think-Pair-
Share (TPS) dengan tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas X
MIA SMA Negeri 3 Barru.
B. SARAN
Demi kemajuan dan kesuksesan pelaksanaan pembelajaran dan dalam
rangka meningkatkan hasil belajar serta mutu pendidikan, maka penulis
mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga Sekolah
Diharapkan kepada pihak sekolah untuk lebih maksimal lagi dalam
mendukung dan memfasilitasi penggunaan berbagi metode pembelajaran
53
demi tercapainya tujuan utama pendidikan yaitu membentuk insan yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya
masyarakat bangsa dan negara.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya bertindak cermat dan berperan aktif serta berani untuk
melakukan inovasi dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman
dan hasil belajar matematika peserta didik.
b. Guru terus berupaya untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar
peserta didik pada pelajaran matematika dengan menerapkan model atau
metode pembelajaran yang sesuai dengan masalah yang ada dalam kelas.
3. Bagi Siswa
Pemberian treatment dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan
NHT ini diharapkan siswa lebih aktif dalam belajar sehingga dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Dengan penggunaan model ini
diharapkan juga dapat menumbuhkan semangat siswa untuk belajar
matematika dan mengubah kesan bahwa matematika itu sulit menjadi
matematika itu menyenangkan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. 2003. Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Bubin. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta
Didik melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-
Pair-Share (Online), Vol. 2, No. 1,
(http://journal.unsil.ac.id/index.php/jp3m, diakses 03 Maret 2019).
Emzir. 2017. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Depok:
Raja Grafindo Persada.
FKIP Unismuh. 2017. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: Panrita Press
Unismuh
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Huda, Miftahul. 2017. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan
Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul. 2016. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Lestari, K.E. dan Yudhanegara, M.R. 2017. Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: Refika Aditama
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama.
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
55
Pasani, C. F. dan Pramita, M. 2014. Meningkatkan Karakrter Mandiri dan Hasil
Belajar Matematika Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share Kelas VIII C SMPN 13 Banjarmasin (Online), Vol. 1,
No. 2, (http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/jpm, diakses 27 Februari
2019).
Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatam Kuantitaif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2017. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanti, Ita. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Togother (NHT) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VIII di MTs Muhammadiyah 2 Palembang (Online), Vol. 2, No. 3,
(http://eprints.radenfatah.ac.id/id/eprint/675, diakses 27 Februari 2019).
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.
Suyono. dan Hariyanto. 2017. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.
Widarjono, Agus. 2015. Statistika Terapan: Dengan Excel dan SPSS. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA Negeri 3 Barru
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : X MIA/ Genap
Materi : Vektor
Alokasi Waktu : 3×45 menit (3× pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI 3 (Pengetahuan) : Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 (Keterampilan) : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar Indikator
3.2 Menjelaskan vektor, operasi
vektor, panjang vektor, sudut
antar vektor dalam ruang
berdimensi dua (bidang) dan
berdimensi tiga
1. Menyatakan vektor-vektor dari
titik-titik yang berada dalam
satu garis dengan menggunakan
rumus perbandingan vektor.
4.2 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan vektor,
operasi vektor, panjang vektor,
sudut antar vektor dalam ruang
berdimensi dua (bidang) dan
berdimensi tiga
1. Menyelesaikan masalah
matematis dengan
menggunakan rumus
perbandingan vektor
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran kooperatif learning tipe Think-Pair-Share dengan
memiliki sikap responsif, kreatif serta kerjasama dengan baik dan
komunikatif peserta didik dapat menyatakan serta menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan penggunaan rumus perbandingan vektor.
D. Materi Pembelajaran
Materi pokok : Vektor (Rumus Perbandingan Vektor)
RUMUS PERBANDINGAN
Misalkan titik P pada garis AB dengan perbandingan AP : PB = m : n.
Perhatikan gambar di bawah ini !
nm
anbmpanbmnmp
pmbmanpnn
m
pb
apnmPBAP
)(
::
Jadi :
nm
anbmp
Jadi jika titik ),,(),,( 1 BBBAAA zyxBdanzyxA maka koordinat P:
(
)
Titik P bisa membagi AB dengan perbandingan di dalam seperti di atas atau
bisa juga dengan perbandingan di luar, maksudnya titik P di luar ruas garis
AB. Jika arah perbandingannya berlawanan, harus dengan menggunakan
tanda negatif.
A
B
P 𝑚
𝑎 𝑝
𝑏 O
𝑛
Contoh 1
Diketahui titik A(1,2,3) dan titik B(4,8,12). Jika titik P membagi AB di dalam
dengan perbandingan AP : PB = 1 : 2. Tentukan koordinat titik P !
Jawab :
Dik : A (1, 2, 3)
B (4, 8, 12)
AP : PB = 1 : 2 m = 1, n = 2
Dit : P ( . . . ) = ?
Peny : Karena titik P membagi AB di dalam, digunakan rumus:
nm
anbmp
21
)3,2,1(2)12,8,4(1
p
3
)6,4,2()12,8,4( p
3
)18,12,6(p
)6,4,2(p
Contoh 2
Diketahui titik A(-1,0,1) dan titik B(2,2,2). Jika titik P membagi AB di luar
dengan perbandingan AP : PB = 3 : -1. Tentukan koordinat titik P !
Jawab :
Dik : A (-1, 0, 1)
B (2, 2, 2)
AP : PB = 3 : -1
Dit : P ( . . . ) = ?
Peny : Karena titik P membagi AB di luar, digunakan rumus:
Ingat! Jika arah perbandingannya berlawanan, harus dengan menggunakan
tanda negatif.
nm
anbmp
13
)1,0,1(1)2,2,2(3
p
2
)1,0,1()6,6,6( p
2
5,0,
2
7p
E. Model/Metode Pembelajaran
Model pembelajaran : Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS).
Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
F. Sumber/ Bahan/ Alat Bantu
Sumber :
- Buku penunjang kurikulum 2013 mata pelajaran Matematika
Peminatan Kelas X Kemendikbud, tahun 2013
- Buku referensi lain.
- Internet Bahan : spidol
Alat : laptop dan papan tulis
G. Langkah-langkah Kegiatan
1. Pertemuan Pertama
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan mengajak
siswa berdoa sebelum belajar.
Guru mengecek kehadiran siswa.
Apersepsi: tanya-jawab tentang materi
sebelumnya.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kompetensi dan memotivasi
siswa untuk belajar serta menyampaikan
model pembelajaran yang diterapkan
pada pembelajaran kali ini.
Siswa menjawab
salam dan berdoa
sebelum memulai
pelajaran.
Siswa memperhatikan
penyampaian dari
guru.
15
menit
Kegiatan
Inti
Menyajikan/menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi mengenai
rumus perbandingan vektor.
Guru memberikan pertanyaan kepada
siswa kemudian siswa diberikan waktu
untuk berpikir.
Mengorganisasikan peserta didik dalam
Siswa memperhatikan
penyampaian dari
guru.
Siswa berpikir untuk
memperoleh jawaban
100
menit
kelompok-kelompok belajar
Guru meminta siswa untuk duduk
berpasang-pasangan
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar.
Guru meminta siswa mendiskusikan
jawaban yang diperoleh secara mandiri
sebelumnya dengan pasangannya.
Guru mengawasi jalannya diskusi.
Evaluasi
Guru memanggil beberapa
pasangan/kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
Guru memberikan kesempatan kepada
pasangan/kelompok lain untuk
memberikan tanggapan
Guru mengevaluasi dan
mengklarifikasi jawaban hasil diskusi
kelompok.
Siswa berdiskusi
dengan pasangannya
untuk memecahkan
pertanyaan guru.
Siswa dan
pasangannya
mempresentasikan
hasil diskusi yang
telah dilakukan.
Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru.
Penutup Dengan tanya-jawab, guru bersama
siswa merumuskan kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari.
Memberikan penghargaan
Guru memberikan apresiasi kepada
pasangan/kelompok yang dengan aktif
mengikuti pembelajaran.
Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Menutup pembelajaran dengan berdo’a
dan salam.
Siswa merumuskan
kesimpulan tentang
materi yang telah
dipelajari.
Siswa berdo’a dan
memberi salam.
20
menit
2. Pertemuan Kedua
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan mengajak
siswa berdoa sebelum belajar.
Guru mengecek kehadiran siswa.
Apersepsi: tanya-jawab tentang materi
sebelumnya.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kompetensi dan memotivasi
siswa untuk belajar.
Siswa menjawab
salam dan berdoa
sebelum memulai
pelajaran.
Siswa memperhatikan
penyampaian dari
guru.
15
menit
Kegiatan
Inti
Menyajikan/menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi mengenai
penyelesaian masalah yang berkaitan
dengan penggunaan rumus
perbandingan vektor.
Guru memberikan pertanyaan kepada
siswa kemudian siswa diberikan waktu
untuk berpikir.
Mengorganisasikan peserta didik dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru meminta siswa untuk duduk
berpasang-pasangan
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar.
Guru meminta siswa mendiskusikan
jawaban yang diperoleh secara mandiri
sebelumnya dengan pasangannya.
Guru mengawasi jalannya diskusi.
Evaluasi
Guru memanggil beberapa
pasangan/kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
Guru memberikan kesempatan kepada
pasangan/kelompok lain untuk
memberikan tanggapan
Guru mengevaluasi dan
Siswa memperhatikan
penyampaian dari
guru.
Siswa berpikir untuk
memperoleh jawaban
Siswa berdiskusi
dengan pasangannya
untuk memecahkan
pertanyaan guru.
Siswa dan
pasangannya
mempresentasikan
hasil diskusi yang
telah dilakukan.
Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru.
100
menit
mengklarifikasi jawaban hasil diskusi
kelompok.
Penutup Dengan tanya-jawab, guru bersama
siswa merumuskan kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari.
Memberikan penghargaan
Guru memberikan apresiasi kepada
pasangan/kelompok yang dengan aktif
mengikuti pembelajaran.
Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Menutup pembelajaran dengan berdo’a
dan salam.
Siswa merumuskan
kesimpulan tentang
materi yang telah
dipelajari.
Siswa berdo’a dan
memberi salam.
20
menit
3. Pertemuan Ketiga
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan mengajak
siswa berdoa sebelum belajar.
Guru mengecek kehadiran siswa.
Siswa menjawab
salam dan berdoa
sebelum memulai
pelajaran.
Kegiatan
Inti
Guru membagikan soal postest dan
lembar pengisian jawaban siswa.
Guru mengawasi jalannya postest.
Siswa menerima
lembar soal dan
lembar pengisian
jawaban siswa.
60
menit
Penutup Guru menutup pembelajaran dengan
berdo’a dan salam.
Siswa berdo’a dan
memberi salam.
H. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis (Posttest)
2. Instrumen Penilaian
Indikator Teknik
Penilaian Instrumen
1. Menyatakan vektor-
vektor dari titik-titik
yang berada dalam satu
garis dengan
menggunakan rumus
perbandingan vektor.
Tes Tertulis 1. Diketahui titik A ( 5, -2) dan B ( 7, 8 ) . Jika D
terletak pada ruas garis AB dengan perbandingan AD
: DB = 1 : 3, tentukan koordinat titik D !
2. Diketahui titik P ( 6, 7, -5 ) dan Q ( 6, 3, -2 ) . jika
titik R pada perpanjangan PQ dengan PR : RQ = 3 :
-2, tentukan koordinat titik R !
2. Menyelesaikan masalah
matematis dengan
menggunakan rumus
perbandingan vektor
Tes tertulis 1. Ada 5 anak yaitu O, A, B , C dan D yang berdiri
pada bidang koordinat Kartesius. O pada posisi titik
( 0, 0 ) A pada posisi titik ( 2, 3 ). B pada posisi titik
( 12, 8 ). Sedangkan C pada posisi antara anak A dan
B dengan perbandingan AC : CB = 3 : 2 . D di
tengah-tengah anak O dan B.
a. Sketsalah posisi ke lima anak tersebut !
b. Tentukan jarak C dan D !
3. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
Soal Kunci Jawaban Pedoman
Penskoran
1. Diketahui titik A (5,-2) dan B (7,8).
Jika D terletak pada ruas garis AB
dengan perbandingan AD : DB = 1 : 3,
tentukan koordinat titik D !
AD : DB = 1 : 3
d = 31
31
ab
d = 4
2
53
8
71
d = 4
6
15
8
7
d =
2
22
4
1
d =
2
1
2
11
1
1
1
1
1
1
6
Soal Kunci Jawaban Pedoman
Penskoran
2. Diketahui titik P (6, 7, -5) dan Q (6, 3,
-2). Jika titik R pada perpanjangan PQ
dengan PR : RQ = 3 : -2, tentukan
koordinat titik R !
PR : RQ = 3 : -2
r = 23
23
pq
r = 1
5
7
6
2
2
3
6
3
r =
6
9
18
-
10
14
12
r =
4
5
6
1
1
1
1
1
5
3. Ada 5 anak yaitu O, A, B , C dan D
yang berdiri pada bidang koordinat
Kartesius. O pada posisi titik ( 0, 0 )
A pada posisi titik ( 2, 3 ). B pada
posisi titik ( 12, 8 ). Sedangkan C
pada posisi antara anak A dan B
dengan perbandingan AC : CB = 3 : 2
. D di tengah-tengah anak O dan B.
a. Sketsalah posisi ke lima anak
tersebut !
b. Tentukan jarak C dan D !
a.
B ( 12, 8 )
C
A ( 2, 3 )
D
O
b. Jarak C dan D
AC : CB = 3 : 2
c = 5
3
22
8
123
c = 5
6
4
24
36
4
1
1
1
1
1
c = 5
30
40
c =
6
8
1
6
OD : DB = 1 : 1
d = 2
8
12
0
0
d = 2
8
12
d =
4
6
Panjang CD =22 )46()68(
= 2 2
1
1
1
1
1
2
Jumlah Skor Maksimal 28
Makassar, Mei 2019
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa
Auliah Azis, S. Pd. Nahdatul Islami
NIP. NIM. 10536481614
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA Negeri 3 Barru
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : X MIA/ Genap
Materi : Vektor
Alokasi Waktu : 3×45 menit (3× pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI 3 (Pengetahuan) : Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 (Keterampilan) : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar Indikator
3.2 Menjelaskan vektor,
operasi vektor, panjang
vektor, sudut antar vektor
dalam ruang berdimensi
dua (bidang) dan
berdimensi tiga
1. Menyatakan vektor-vektor dari titik-
titik yang berada dalam satu garis
dengan menggunakan rumus
perbandingan vektor.
4.2 Menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan
vektor, operasi vektor,
panjang vektor, sudut antar
vektor dalam ruang
berdimensi dua (bidang)
dan berdimensi tiga
1. Menyelesaikan masalah matematis
dengan menggunakan rumus
perbandingan vektor
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pembelajaran kooperatif learning tipe Numbered Head Together
dengan memiliki sikap responsif, kreatif serta kerjasama dengan baik dan
komunikatif peserta didik dapat menyatakan serta menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan penggunaan rumus perbandingan vektor.
D. Materi Pembelajaran
Materi pokok : Vektor (Rumus Perbandingan Vektor)
RUMUS PERBANDINGAN
Misalkan titik P pada garis AB dengan perbandingan AP : PB = m : n.
Perhatikan gambar di bawah ini !
nm
anbmpanbmnmp
pmbmanpnn
m
pb
apnmPBAP
)(
::
Jadi :
nm
anbmp
Jadi jika titik ),,(),,( 1 BBBAAA zyxBdanzyxA maka koordinat P:
(
)
Titik P bisa membagi AB dengan perbandingan di dalam seperti di atas atau
bisa juga dengan perbandingan di luar, maksudnya titik P di luar ruas garis
AB. Jika arah perbandingannya berlawanan, harus dengan menggunakan
tanda negatif.
A
B
P 𝑚
𝑎 𝑝
𝑏 O
𝑛
Contoh 1
Diketahui titik A(1,2,3) dan titik B(4,8,12). Jika titik P membagi AB di dalam
dengan perbandingan AP : PB = 1 : 2. Tentukan koordinat titik P !
Jawab :
Dik : A (1, 2, 3)
B (4, 8, 12)
AP : PB = 1 : 2 m = 1, n = 2
Dit : P ( . . . ) = ?
Peny : Karena titik P membagi AB di dalam, digunakan rumus:
nm
anbmp
21
)3,2,1(2)12,8,4(1
p
3
)6,4,2()12,8,4( p
3
)18,12,6(p
)6,4,2(p
Contoh 2
Diketahui titik A(-1,0,1) dan titik B(2,2,2). Jika titik P membagi AB di luar
dengan perbandingan AP : PB = 3 : -1. Tentukan koordinat titik P !
Jawab :
Dik : A (-1, 0, 1)
B (2, 2, 2)
AP : PB = 3 : -1
Dit : P ( . . . ) = ?
Peny : Karena titik P membagi AB di luar, digunakan rumus:
Ingat! Jika arah perbandingannya berlawanan, harus dengan
menggunakan tanda negatif.
nm
anbmp
13
)1,0,1(1)2,2,2(3
p
2
)1,0,1()6,6,6( p
2
5,0,
2
7p
E. Model/Metode Pembelajaran
Model pembelajaran : Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT).
Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
F. Sumber/ Bahan/ Alat Bantu
Sumber :
- Buku penunjang kurikulum 2013 mata pelajaran Matematika
Peminatan Kelas X Kemendikbud, tahun 2013
- Buku referensi lain.
- Internet Bahan : spidol
Alat : laptop dan papan tulis
G. Langkah-langkah Kegiatan
1. Pertemuan Pertama
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan mengajak
siswa berdoa sebelum belajar.
Guru mengecek kehadiran siswa.
Apersepsi: tanya-jawab tentang materi
sebelumnya.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kompetensi dan memotivasi
siswa untuk belajar serta menyampaikan
model pembelajaran yang diterapkan
pada pembelajaran kali ini.
Siswa menjawab
salam dan berdoa
sebelum memulai
pelajaran.
Siswa memperhatikan
penyampaian dari
guru.
15
menit
Kegiatan
Inti
Menyajikan/menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi mengenai
rumus perbandingan vektor.
Guru memotivasi siswa untuk
mengajukan pertanyaaan terkait materi
yang telah disajikan.
Mengorganisasikan peserta didik dalam
Siswa berpikir
bersama dalam
kelompok untuk
mencari jawaban dari
pertanyaan yang
diajukan dan
memastikan bahwa
setiap anggota
kelompoknya
100
menit
kelompok-kelompok belajar
Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok heterogen yang
beranggotakan 4-5 siswa. Masing-
masing anggota kelompok diberi nomor
yang berbeda.
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar.
Guru mengajukan pertanyaan atau
masalah kepada masing-masing
kelompok.
Guru mengawasi jalannya diskusi
Evaluasi
Guru memanggil satu nomor secara acak
dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil diskusinya dan
kelompok yang lain menanggapi.
Guru mengevaluasi dan mengklarifikasi
jawaban hasil diskusi kelompok.
memahami dan dapat
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
guru.
Siswa mengangkat
tangan ketika
nomornya disebutkan
oleh guru, kemudian
mewakili
kelompoknya
memberikan jawaban
dari pertanyaan yang
diajukan guru.
Penutup Dengan tanya-jawab, guru bersama
siswa merumuskan kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari.
Memberikan penghargaan
Guru memberikan apresiasi kepada
kelompok yang dengan aktif mengikuti
pembelajaran.
Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Menutup pembelajaran dengan berdo’a
dan salam.
Siswa merumuskan
kesimpulan tentang
materi yang telah
dipelajari.
Siswa berdo’a dan
memberi salam. 20
menit
2. Pertemuan Kedua
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan mengajak
siswa berdoa sebelum belajar.
Guru mengecek kehadiran siswa.
Siswa menjawab
salam dan berdoa
sebelum memulai
15
menit
Apersepsi: tanya-jawab tentang materi
sebelumnya.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kompetensi dan memotivasi
siswa untuk belajar.
pelajaran.
Siswa memperhatikan
penyampaian dari
guru.
Kegiatan
Inti
Menyajikan/menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi mengenai
penyelesaian masalah yang berkaitan
dengan penggunaan rumus
perbandingan vektor.
Guru memotivasi siswa untuk
mengajukan pertanyaaan terkait materi
yang telah disajikan.
Mengorganisasikan peserta didik dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru meminta siswa untuk berada dalam
kelompoknya, seperti pada pertemuan
sebelumnya.
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar.
Guru mengajukan pertanyaan atau
masalah kepada masing-masing
kelompok.
Guru mengawasi jalannya diskusi
Evaluasi
Guru memanggil satu nomor secara acak
dari beberapa kelompok untuk
menyajikan hasil diskusinya dan
kelompok yang lain menanggapi.
Guru mengevaluasi dan mengklarifikasi
jawaban hasil diskusi kelompok.
Siswa berpikir
bersama dalam
kelompok untuk
mencari jawaban dari
pertanyaan yang
diajukan dan
memastikan bahwa
setiap anggota
kelompoknya
memahami dan dapat
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
guru.
Siswa mengangkat
tangan ketika
nomornya disebutkan
oleh guru, kemudian
mewakili
kelompoknya
memberikan jawaban
dari pertanyaan yang
diajukan guru.
100
menit
Penutup Dengan tanya-jawab, guru bersama
siswa merumuskan kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari.
Memberikan penghargaan
Guru memberikan apresiasi kepada
kelompok yang dengan aktif mengikuti
pembelajaran.
Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Guru menutup pembelajaran dengan
berdo’a dan salam.
Siswa merumuskan
kesimpulan tentang
materi yang telah
dipelajari.
Siswa berdo’a dan
memberi salam. 20
menit
3. Pertemuan Ketiga
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Pendahuluan Guru mengucapkan salam dan mengajak
siswa berdoa sebelum belajar.
Guru mengecek kehadiran siswa.
Siswa menjawab
salam dan berdoa
sebelum memulai
pelajaran.
Kegiatan
Inti
Guru membagikan soal postest dan
lembar pengisian jawaban siswa.
Guru mengawasi jalannya postest.
Siswa menerima
lembar soal dan
lembar pengisian
jawaban siswa.
60
menit
Penutup Guru menutup pembelajaran dengan
berdo’a dan salam.
Siswa berdo’a dan
memberi salam.
H. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes Tertulis (Posttest)
2. Instrumen Penilaian
Indikator Teknik
Penilaian Instrumen
1. Menyatakan vektor-
vektor dari titik-titik
yang berada dalam satu
garis dengan
menggunakan rumus
perbandingan vektor.
Tes Tertulis 1. Diketahui titik A ( 5, -2) dan B ( 7, 8 ) . Jika D
terletak pada ruas garis AB dengan perbandingan AD
: DB = 1 : 3, tentukan koordinat titik D !
2. Diketahui titik P ( 6, 7, -5 ) dan Q ( 6, 3, -2 ). Jika
titik R pada perpanjangan PQ dengan PR : RQ = 3 :
-2, tentukan koordinat titik R !
2. Menyelesaikan masalah
matematis dengan
menggunakan rumus
perbandingan vektor
Tes tertulis 1. Ada 5 anak yaitu O, A, B , C dan D yang berdiri
pada bidang koordinat Kartesius. O pada posisi titik (
0, 0 ) A pada posisi titik ( 2, 3 ). B pada posisi titik (
12, 8 ). Sedangkan C pada posisi antara anak A dan
B dengan perbandingan AC : CB = 3 : 2 . D di
tengah-tengah anak O dan B.
a. Sketsalah posisi ke lima anak tersebut !
b. Tentukan jarak C dan D !
3. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
Soal Kunci Jawaban Pedoman
Penskoran
1. Diketahui titik A (5,-2) dan B (7,8).
Jika D terletak pada ruas garis AB
dengan perbandingan AD : DB = 1 : 3,
tentukan koordinat titik D !
AD : DB = 1 : 3
d = 31
31
ab
d = 4
2
53
8
71
d = 4
6
15
8
7
d =
2
22
4
1
d =
2
1
2
11
1
1
1
1
1
1
6
Soal Kunci Jawaban Pedoman
Penskoran
2. Diketahui titik P (6, 7, -5) dan Q (6, 3,
-2). Jika titik R pada perpanjangan PQ
dengan PR : RQ = 3 : -2, tentukan
koordinat titik R !
PR : RQ = 3 : -2
r = 23
23
pq
r = 1
5
7
6
2
2
3
6
3
r =
6
9
18
-
10
14
12
r =
4
5
6
1
1
1
1
1
5
3. Ada 5 anak yaitu O, A, B , C dan D
yang berdiri pada bidang koordinat
Kartesius. O pada posisi titik ( 0, 0 )
A pada posisi titik ( 2, 3 ). B pada
posisi titik ( 12, 8 ). Sedangkan C
pada posisi antara anak A dan B
dengan perbandingan AC : CB = 3 : 2
. D di tengah-tengah anak O dan B.
a. Sketsalah posisi ke lima anak
tersebut !
b. Tentukan jarak C dan D !
a.
B ( 12, 8 )
C
A ( 2, 3 )
D
O
b. Jarak C dan D
AC : CB = 3 : 2
c = 5
3
22
8
123
c = 5
6
4
24
36
4
1
1
1
1
c = 5
30
40
c =
6
8
1
1
6
OD : DB = 1 : 1
d = 2
8
12
0
0
d = 2
8
12
d =
4
6
Panjang CD =22 )46()68(
= 2 2
1
1
1
1
1
2
7
Jumlah Skor Maksimal 28
Makassar, Mei 2019
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Mahasiswa
Auliah Azis, S. Pd. Nahdatul Islami
NIP. NIM. 10536481614
DAFTAR HADIR SISWA
KELAS X MIA 3 SMAN 3 BARRU
No Nama Siswa
Kehadiran
Jumlah Persentase
1 2 3
1 Alif Muqsal 3 100
2 Aryan Sadri 3 100
3 Asrifaldi 3 100
4 Fathul Kaeril 3 100
5 Iriyansa 3 100
6 Muh. Fadhul Rohman 3 100
7 Muhammad Fiqran Yunus 3 100
8 Nurul Iman Muhammad 3 100
9 Saheri i 2 66,67
10 Wahyullah 3 100
11 Aidah Nurazzah 3 100
12 Ainun Ginaya 3 100
13 Asrina 3 100
14 Aulia Mufliha B.W 3 100
15 Citra Kharunisah 3 100
16 Elsa Nurpradipa 3 100
17 Fauzirawati Najam 3 100
18 Fitria Ramadhani 3 100
19 Helmalia Putri 3 100
20 Iffah Mursydaa 3 100
21 Muhajirah Azis 3 100
22 Nur Asisah 3 100
23 Nur Azizah 3 100
24 Nur Azzahra 3 100
25 Nurnadila Syadir i 2 66,67
26 Nurul Azmi Rauf 3 100
27 Nurul Fadilah 3 100
28 Pahaeriani 3 100
29 Salimah Azizah 3 100
30 Sri Julia Suharningsih 3 100
31 Wahyuni s 2 66,67
32 Syarmila 3 100
DAFTAR HADIR SISWA
KELAS X MIA 1 SMAN 3 BARRU
No Nama Siswa
Kehadiran
Jumlah Persentase
1 2 3
1 Badaruddin s s 1 33,33
2 Muh. Ardiansyah 3 100
3 Muh. Rayhan Arham 3 100
4 Muh. Alfin Taufiq Rahman 3 100
5 Muh. Hidayat Aliah 3 100
6 Muh. Iqram 3 100
7 Muhammad Aswar 3 100
8 Muhammad Fathur Rizqi 3 100
9 Rahmatul Ansari 3 100
10 Rizal 3 100
11 Wahyudi 3 100
12 Zulpadli 3 100
13 Audia Nanda Ahyar 3 100
14 Della Nirmayanti 3 100
15 Fikriyah Ilmiah Aliah 3 100
16 Husnul Khatimah 3 100
17 Indah Sari 3 100
18 Misna 3 100
19 Musyarafah 3 100
20 Nur Elisa 3 100
21 Nur Fatimah Amir 3 100
22 Nurul Anisyah 3 100
23 Nurul Azizah Aksa 3 100
24 Nurul Hikmah D. 3 100
25 Putri Ayu Anugrah 3 100
26 Rezkia Maulita 3 100
27 Sefira Natasya 3 100
28 Siti Aisyah 3 100
29 Sucianti 3 100
30 Tri Andini Syamsuluri 3 100
31 Ummi Kalsum 3 100
32 Ummul Khaeriah 3 100
DAFTAR NAMA KELOMPOK KELAS X MIA 3 SMAN 3 BARRU
No Nama Siswa
1
Muhammad Fiqran Yunus
Ainun Ginaya
Sri Julia Suharningsi (K)
Syarmila
2
Alif Muqsal
Wahyullah
Asrina (K)
Auliah Mufliha
3
Fathul Khaeril
Aidah Nurazzah (K)
Muhajirah Azis
Nurul Azmi Rauf
4
Nurul Iman Muhammad
Fauzirawati Najam (K)
Iffah Mursyidah
Nur Azzahra
5
Saheri (K)
Helmaliah Putri
Nur Azizah
Nurul Fadillah
6
Muhammad Fadhur Rohman
Citra Kharunisah
Fitria Ramadhani
Nurnadila Syadir (K)
7
Aryan Sadri
Elsa Nurpradipa
Salimah Azizah Ishaq (K)
Wahyuni
8
Asrifaldi (K)
Iriyansyah
Paheriani
Nur Asisah
DAFTAR NAMA KELOMPOK KELAS X MIA 1 SMAN 3 BARRU
No Nama Siswa No Nama Siswa
1 Muh. Ardiansyah
Muhammad Fathur Rizqi 9
Misna
Nur Elisa
2 Muh. Alfin Taufiq Rahman
Muh. Iqram 10
Fikriyah Ilmiah Aliah
Sefira Natasya
3 Muh. Hidayat Aliah
Rizal 11
Nur Fatimah Amir
Tri Andini Syamsuluri
4 Rahmatul Ansari
Wahyudi 12
Nurul Azizah Aksa
Ummul Khaeriah
5 Muh. Rayhan Arham
Zulpadli 13
Indah Sari
Musyarafah
6 Muhammad Aswar
Badaruddin 14
Nurul Anisyah
Nurul Hikmah D.
7 Della Nirmayanti
Putri Ayu Anugrah 15
Rezkia Maulita
Siti Aisyah
8 Audia Nanda Ahyar
Husnul Khatimah 16
Sucianti
Ummi Kalsum
JADWAL PENELITIAN
Sekolah : SMA Negeri 3 Barru
Mata Pelajaran : Matematika
Tahun Ajaran : 2018/2019
No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan
X MIA 1
1 Senin, 27 Mei 2019 09.00-10.30
Menyajikan materi dan
menyelesaikan masalah
perbandingan vektor dengan
menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe TPS
2 Rabu, 29 Mei 2019 10.45-12.15 Menyelesaikan masalah
perbandingan vektor
3 Senin, 10 Juni 2019 09.00-10.30 Tes Akhir (Posttest)
X MIA 3
1 Senin, 27 Mei 2019 07.30-09.00 Menyajikan materi dan
menyelesaikan masalah
perbandingan vektor dengan
menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe NHT
2 Selasa, 28 Mei 2019 09.00-10.30 Menyelesaikan masalah
perbandingan vektor
3 Senin, 10 Juni 2019 07.30-09.00 Tes Akhir (Posttest)
KISI-KISI SOAL
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA K E L A S : X MIA
KURIKULUM : KURIKULUM 2013 TAHUN PELAJARAN : 2018/2019
NAMA : NAHDATUL ISLAMI
JUMLAH SOAL : 3 NOMOR
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR SOAL BENTUK
SOAL
NO
SOAL
BOBOT
SOAL
(1) (2) (3) (4) (5)
Menjelaskan vektor, operasi
vektor, panjang vektor, sudut
antar vektor dalam ruang
berdimensi dua (bidang) dan
berdimensi tiga
Menyatakan vektor-vektor dari titik-
titik yang berada dalam satu garis
dengan menggunakan rumus
perbandingan vektor.
Uraian 1
2
6
5
Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan vektor, operasi
vektor, panjang vektor, sudut
antar vektor dalam ruang
berdimensi dua (bidang) dan
berdimensi tiga
Menyelesaikan masalah matematis
dengan menggunakan rumus
perbandingan vektor
Uraian 3
17
TES HASIL BELAJAR
Posttest
Nama Siswa :
Kelas : X MIA . . .
Mata pelajaran : Matematika (Peminatan)
Alokasi Waktu : 60 Menit
Hari/Tanggal :
Petunjuk!
Bacalah Basmalah sebelum mengerjakan soal
Tulislah nama dan kelengkapan identitas lainnya pada lembar jawaban yang telah disediakan
Jawablah pada kertas jawaban yang telah disediakan dengan menggunakan balpoin
Kerjakan terlebih dahulu yang dianggap mudah!
Soal :
1. Diketahui titik A (5, -2) dan B (7, 8). Jika D terletak pada ruas garis AB
dengan perbandingan AD : DB = 1 : 3, tentukan koordinat titik D !
2. Diketahui titik P (6, 7, -5) dan Q (6, 3, -2). Jika titik R pada perpanjangan PQ
dengan PR : RQ = 3 : -2, tentukan koordinat titik R !
3. Ada 5 anak yaitu O, A, B, C dan D yang berdiri pada bidang koordinat
Kartesius. O pada posisi titik (0, 0), A pada posisi titik (2, 3), B pada posisi
titik (12, 8), sedangkan C pada posisi antara anak A dan B dengan
perbandingan AC : CB = 3 : 2, dan D di tengah-tengah anak O dan B.
a. Sketsalah posisi ke lima anak tersebut !
b. Tentukan jarak C dan D !
KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN
No Tahapan Pedoman Penskoran
1. AD : DB = 1 : 3
d = 31
31
ab
d = 4
2
53
8
71
d = 4
6
15
8
7
d =
2
22
4
1
d =
2
1
2
11
1
1
1
1
1
1
6
2. PR : RQ = 3 : -2
r = 23
23
pq
r = 1
5
7
6
2
2
3
6
3
r =
6
9
18
-
10
14
12
r =
4
5
6
1
1
1
1
1
5
No Tahapan Pedoman Penskoran
3. a.
B ( 12, 8 )
C
A ( 2, 3 )
D
O
b. Jarak C dan D
AC : CB = 3 : 2
c = 5
3
22
8
123
c = 5
6
4
24
36
c = 5
30
40
c =
6
8
OD : DB = 1 : 1
d = 2
8
12
0
0
d = 2
8
12
d =
4
6
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
No Tahapan Pedoman Penskoran
Panjang CD =22 )46()68(
= 2 2
2
13
Jumlah Skor Maksimal 28
1 2 3
1 Alif Muqsal 5 4 6 15 53.57 TIDAK LULUS
2 Aryan Sadri 5 4 11 20 71.43 TIDAK LULUS
3 Asrifaldi 6 5 12 23 82.14 LULUS
4 Fathul Kaeril 5 4 9 18 64.29 TIDAK LULUS
5 Iriansyah 5 5 9 19 67.86 TIDAK LULUS
6 Muh. Fadhlur Rohman 6 5 11 22 78.57 LULUS
7 Muhammad Fiqran Yunus 4 4 8 16 57.14 TIDAK LULUS
8 Nurul Iman Muhammad 6 4 11 21 75.00 LULUS
9 Saheri 6 5 15 26 92.86 LULUS
10 Wahyullah 5 4 6 15 53.57 TIDAK LULUS
11 Aidah Nurazzah 6 5 15 26 92.86 LULUS
12 Ainun Ginaya 6 5 12 23 82.14 LULUS
13 Asrina 6 5 13 24 85.71 LULUS
14 Aulia Mufliha B.W 6 5 12 23 82.14 LULUS
15 Citra Kharunisah 5 5 12 22 78.57 LULUS
16 Elsa Nurpradipa 5 4 6 15 53.57 TIDAK LULUS
17 Fauzirawati Najam 6 5 13 24 85.71 LULUS
18 Fitria Ramadhani 5 5 10 20 71.43 TIDAK LULUS
19 Helmalia Putri 5 5 11 21 75.00 LULUS
20 Iffah Mursyidah 5 4 9 18 64.29 TIDAK LULUS
21 Muhajirah Azis 5 5 9 19 67.86 TIDAK LULUS
22 Nur Asisah 5 4 7 16 57.14 TIDAK LULUS
23 Nur Azizah 5 5 13 23 82.14 LULUS
24 Nur Azzahra 5 4 7 16 57.14 TIDAK LULUS
25 Nurnadila Syadir 6 5 12 23 82.14 LULUS
26 Nurul Azmi Rauf 6 5 14 25 89.29 LULUS
27 Nurul Fadilah 5 5 11 21 75.00 LULUS
28 Pahaeriani 6 5 12 23 82.14 LULUS
29 Salimah Azizah 6 5 14 25 89.29 LULUS
30 Sri Julia Suharningsih 6 5 13 24 85.71 LULUS
31 Wahyuni 5 4 11 20 71.43 TIDAK LULUS
32 Syarmila 5 5 11 21 75.00 LULUS
Ket.
≥ 75,00 : Lulus
< 75,00 : Tidak Lulus
DAFTAR NILAI TES HASIL BELAJAR
KELAS NHT
Ket.No Nama SiswaNomor Soal
Jumlah Nilai
1 2 3
1 Badaruddin 3 3 1 7 25.00 TIDAK LULUS
2 Muh. Ardiansyah 6 5 14 25 89.29 LULUS
3 Muh. Rayhan Arham 4 3 7 14 50.00 TIDAK LULUS
4Muh. Alfin Taufiq
Rahman5 5 7 17 60.71 TIDAK LULUS
5 Muh. Hidayat Aliah 5 4 6 15 53.57 TIDAK LULUS
6 Muh. Iqram 5 5 7 17 60.71 TIDAK LULUS
7 Muhammad Aswar 6 5 9 20 71.43 TIDAK LULUS
8 Muhammad Fathur Rizqi 5 5 10 20 71.43 TIDAK LULUS
9 Rahmatul Ansari 6 5 12 23 82.14 LULUS
10 Rizal 4 4 8 16 57.14 TIDAK LULUS
11 Wahyudi 4 4 8 16 57.14 TIDAK LULUS
12 Zulpadli 5 5 7 17 60.71 TIDAK LULUS
13 Audia Nanda Ahyar 5 5 14 24 85.71 LULUS
14 Della Nirmayanti 5 4 7 16 57.14 TIDAK LULUS
15 Fikriyah Ilmiah Aliah 5 4 6 15 53.57 TIDAK LULUS
16 Husnul Khatimah 5 4 9 18 64.29 TIDAK LULUS
17 Indah Sari 4 4 5 13 46.43 TIDAK LULUS
18 Misna 5 5 8 18 64.29 TIDAK LULUS
19 Musyarafah 5 5 6 16 57.14 TIDAK LULUS
20 Nur Elisa 4 4 5 13 46.43 TIDAK LULUS
21 Nur Fatimah Amir 5 5 8 18 64.29 TIDAK LULUS
22 Nurul Anisyah 5 3 6 14 50.00 TIDAK LULUS
23 Nurul Azizah Aksa 6 5 13 24 85.71 LULUS
24 Nurul Hikmah D. 5 5 8 18 64.29 TIDAK LULUS
25 Putri Ayu Anugrah 5 4 6 15 53.57 TIDAK LULUS
26 Rezkia Maulita 4 4 1 9 32.14 TIDAK LULUS
27 Sefira Natasya 6 5 13 24 85.71 LULUS
28 Siti Aisyah 5 5 13 23 82.14 LULUS
29 Sucianti 6 5 14 25 89.29 LULUS
30 Tri Andini Syamsuluri 5 5 7 17 60.71 TIDAK LULUS
31 Ummi Kalsum 6 5 13 24 85.71 LULUS
32 Ummul Khaeriah 5 5 10 20 71.43 TIDAK LULUS
Ket.
≥ 75,00 : Lulus
< 75,00 : Tidak Lulus
DAFTAR NILAI TES HASIL BELAJAR
KELAS TPS
Ket.No Nama SiswaNomor Soal
Jumlah Nilai
UJI NORMALITAS
Kolmogorov-Smirnov
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TPS 32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
NHT 32 100.0% 0 .0% 32 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
TPS Mean 63.34 2.840
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 57.55
Upper Bound 69.14
5% Trimmed Mean 63.90
Median 60.00
Variance 258.168
Std. Deviation 16.068
Minimum 25
Maximum 89
Range 64
Interquartile Range 26
Skewness -.150 .414
Kurtosis -.135 .809
NHT Mean 74.06 2.105
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 69.77
Upper Bound 78.36
5% Trimmed Mean 74.24
Median 75.00
Variance 141.802
Std. Deviation 11.908
Minimum 53
Maximum 92
Range 39
Interquartile Range 17
Skewness -.418 .414
Kurtosis -.891 .809
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TPS .140 32 .113 .946 32 .109
NHT .154 32 .053 .933 32 .048
a. Lilliefors Significance Correction
TPS
NHT
UJI HOMOGENITAS
Levene’s Test
Test of Homogeneity of Variances
HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.691 1 62 .198
UJI HIPOTESIS
T-Test
Group Statistics
KELAS N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
HASIL BELAJAR
MATEMATIKA
TPS 32 63.34 16.068 2.840
NHT 32 74.06 11.908 2.105
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
HASIL BELAJAR
MATEMATIKA
Equal variances
assumed 1.691 .198 -3.032 62 .004 -10.719 3.535 -17.786 -3.652
Equal variances not
assumed
-3.032 57.162 .004 -10.719 3.535 -17.798 -3.640
DOKUMENTASI
KELAS NHT
Menyiapkan siswa dalam kelompok-
kelompok Menjelaskan garis besar materi
Membimbing kelompok belajar Mengevaluasi hasil kerja siswa/
kelompok yang telah maju ke depan
Siswa berdiskusi Siswa mengerjakan posttest
KELAS TPS
Siswa mengerjakan soal Pretes Siswa bersiap dan berdoa sebelum
pelajaran
Membimbing kelompok belajar Membimbing kelompok belajar
Memanggil siswa maju ke depan kelas
untuk mengerjakan hasil diskusinya
Menyiapkan siswa untuk mengerjakan
posttest
RIWAYAT HIDUP
Nahdatul Islami. Lahir di Barru, Sulawesi Selatan pada 29
Juli 1996. Buah kasih dari pasangan Ibunda Sitti Nurjaya
dan Ayahanda Harisman, anak kedua dari tiga bersaudara,
yakni Risdayanti Qalbi dan Nurul Annihad.
Pada tahun 2001, penulis mulai mengenyam pendidikan kanak-kanak di TK
Aisyiyah Pekkae, kemudian melanjutkan pendidikan di SDN 01 Pekkae pada
tahun 2002 dan tamat pada tahun 2008, kemudian melanjutkan ke jenjang
menengah pertama di SMP Negeri 1 Tanete Rilau pada tahun 2008 dan tamat
pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Tanete Rilau dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun 2014, penulis
melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar sebagai
mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika pada Program Studi Pendidikan
Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.