peraturan terkait obat tradisional

Upload: delvina-ginting

Post on 05-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Farmasi

TRANSCRIPT

PERATURAN TERKAIT OBAT TRADISIONAL

1. HK 00.05.4.24.11 tahun 2004 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alama IndonesiaJamuObat herbal terstandarFitofarmaka

AmanSesuai dengan syarat yang ditetapkanSesuai dengan syarat yang ditetapkanSesuai dengan syarat yang ditetapkan

Klaim KhasiatBerdasarkan data empirisDibuktikan secara ilmiah/praklinikDibuktikan secara ilmiah/praklinik

MutuMemenuhi persyaratan mutu yang berlakuTelah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku sehingga memenuhi persyaratan mutu yang berlakuTelah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku sehingga memenuhi persyaratan mutu yang berlaku

PenandaanTerletak pada pjok kiri atas kemasanTulisan jamuLogo ranting daun dalam lingkaranTulisan Obat Herbal TerstandarLogo Jari-jari daun (3pasang) dalam lingkaran.Tulisan fitofarmakaLogo jari-jari daun yang kemudian membentuk bintang dalam lingkaran

Logo dicetak warna hijau di atas warna hitam dan tulisan dicetak dengan warna hitam di atas warna putih.

2. Per KBPOM No. 35 tahun 2013 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang BaikTata Cara pengajuan sertifikasi baru:a. Pemohon menyampaikan permohonan ke BPOM dengan Rencana Induk Pembangunan (RIP)/denah bangunan dan/atau sertifikat CPOTB.b. Evaluasi kesesuaian RIP/denah bangunan dengan persyaratan tekniks CPOTB maks. 14 hari kerja1) Persetujuan RIP Memenuhi syarat2) Perbaikan RIP Tidak memenuhi syarat dilakukan perbaikan maksimal 3 bulan dari tanggal diterimanya surat jika lebih dari 3 bulan tidak memenuhi syarat maka permohonan persetujuan RIP ditolak.Kepala BPOM melimpahkan wewenang mengeluarkan persetujuan RIP kepada direktur.c. Setelah diterima persetujuan RIP, maka pemohon dapat mengajukan permohonan sertifikasi.d. Maks. 30 hari kerja setelah permohonan diterima dilakukan inspeksi.e. Maks. 20 hari kerja setelah inspeksi, pemohon menerima hasil inspeksi1) Jika salam hal hasil inspeksi membutuhkan perbaikan pemohon dapat melakukan perbaikan maks. 2 bulan jika tidak dapat memperbaiki selama 2 bulan maka pemohon diberi waktu tambahan 4 bulan untuk melakukan perbaikan lanjutan dan melaporkan jika tidak dapat melakukan perbaikan maka permohonan ditolak2) Jika hasil inspeksi memenuhi syarat Kepala BPOM mengeluarkan rekomendasi pemenuhan Persyaratan Teknis CPOTB yang dilampiri dengan Berita Acara Pemeriksaan.f. Rekomendasi pemenuhan Persyaratan Teknis CPOTB diperuntukkan dalam rangka permohonan izin industri dan usaha di bidang Obat Tradisional.g. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan izin industri dan usaha di bidang Obat Tradisional Kepala Badan menerbitkan Sertifikat CPOTB.Sertifikat CPOTB berlaku selama 5 tahun. Pemohon yang melakukan perubahan nama badan hukum dan alamat harus mengajukan permohonan perubahan sertifikat. Sertifikasi ulang dilakukan minimal 6 bulan sebelum sertifikasi lama berakhir.Wajib mengajukan persetujuan Kepala BPOM apabila ingin melakukan perubahan:a. Penambahan ruangan yang berkaitan dengan kapasitas produksib. Penambahan gudang di luar alamat yang tercantum pada izin industric. Perubahan sistem tata udara pada ruangan produksi

3. Permenkes No. 006 tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat TradisionalDefinis-definisia. Industri Obat Tradisional yang selanjutnya disebut IOT adalah industri yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional. b. Industri Ekstrak Bahan Alam yang selanjutnya disebut IEBA adalah industri yang khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir.c. Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen.d. Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan.e. Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisionalf. untuk dijajakan langsung kepada konsumen.g. Usaha Jamu Gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen.

Menteri dalam pemberian izin mendelegasikan kewenangan pemberian izin untuk :a. IOT dan IEBA kepada Direktur Jenderal;b. UKOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi; danc. UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Persyaratan untuk memperoleh persetujuan prinsip sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 terdiri dari:a. surat permohonan;b. fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;c. susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas;d. fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas;e. pernyataan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;f. fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;g. fotokopi Surat Izin Tempat Usaha;h. Surat Tanda Daftar Perusahaan;i. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;j. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;k. persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;l. Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang mengacu pada pemenuhan CPOTB dan disetujui Kepala Badan;m. asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Apoteker penanggung jawab;n. fotokopi surat pengangkatan Apoteker penanggung jawab dari pimpinan perusahaan;o. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); danp. jadwal rencana pendirian bangunan industri dan pemasangan mesin/peralatan. Prosedur memperoleh persetujuan prinsip:a. Permohonan persetujuan prinsip diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. b. Sebelum pengajuan permohonan persetujuan prinsip, pemohon wajib mengajukan permohonan persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala Badanc. Dalam waktu 12 hari kerja setelah permohonan, direktur jendral mengeluarkan persetujuan prinsip atau penolakan dengan tembusan ke Kepala BPOM dan dinkes Provinsi.d. Setelah memperoleh persetujuan prinsip, pemohon wajib menyampaikan informasi mengenai kemajuan pembangunan sarana produksi setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan

Persyaratan Izin IOT dan IEBAa. surat permohonan;b. persetujuan prinsip;c. daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;d. daftar jumlah tenaga kerja beserta tempat penugasannya;e. diagram/alur proses produksi masing-masing bentuk sediaan obat tradisional dan ekstrak yang akan dibuat;f. fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup/Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;g. rekomendasi pemenuhan CPOTB dari Kepala Badan dengan melampirkan Berita Acara Pemeriksaan dari Kepala Balai setempat; danh. rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Tata Cara Permohonan Izin IOT dan IEBA:a. Diajukan ke Dirjen dengan tembusan ke Kepala BPOM dan Dinkes provinsi setempatb. Maks. 20 hari kerja setelah permohonan1) BPOM Audit pemenuhan persyaratan CPOTB Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi persyaratan CPOTB, Kepala Badan mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOTB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon2) Dinkes provinsi verifikasi kelengkapan syarat administratif dinyatakan memenuhi persyaratan administrative maks 10 hari setelahnya dinkes provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohonc. Apabila dalam 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah tembusan surat permohonan diterima oleh Kepala Badan atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, pemohon tidak mendapat tanggapan atas permohonannya, maka pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi Kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempatd. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima rekomendasi serta persyaratan lainnya, Direktur Jenderal menerbitkan izin IOT dan IEBA

Permohonan izin IOT dan izin IEBA:a. ditolak apabila ternyata tidak sesuai dengan persetujuan prinsipb. ditunda apabila belum memenuhi persyaratan Dalam hal pemberian izin IOT dan izin IEBA ditunda, kepada pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya Surat Penundaan.

Persyaratan izin UKOT terdiri dari:a. surat permohonan;b. fotokopi akta pendirian badan usaha yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;c. susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas;d. fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas;e. pernyataan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;f. fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;g. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL);h. Surat Tanda Daftar Perusahaan;i. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;j. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;k. persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;l. asli Surat Pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Tenaga Teknis Kefarmasian sebagai penanggung jawab;m. fotokopi surat pengangkatan penanggung jawab dari pimpinan perusahaan;n. fotokopi Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian;o. daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;p. diagram/alur proses produksi masing-masing bentuk sediaan obat tradisional yang akan dibuat;q. daftar jumlah tenaga kerja dan tempat penugasannya;r. rekomendasi dari Kepala Balai setempat; dans. rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Tata Cara Permohonan Izin UKOT:a. Permohonan ditujukan kepada Dinkes Provinsi dengan tembusan ke Balai setempat dan Dinkes Kab/kota.b. Maks. 7 hari setelah permohonan1) Balai setempat pemeriksaan terhadap kesiapan/pemenuhan CPOTB maks. 14 hari kerja setelah pemeriksaan kelengkapan CPOTB, balai POM wajib melaporkan hasil pemeriksaan kepada dinkes prov.2) Dinkes kab/kota mengecek kelengkapan administrative maks. 14 hari kerja setelah pemeriksaan administratif, balai POM wajib melaporkan hasil pemeriksaan kepada dinkes prov.c. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, tidak dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai setempatd. Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima rekomendasi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai setempat atau 30 (tiga puluh) hari kerja setelah menerima surat pernyataan pada poin (c), Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UKOT.

Permohonan izin UKOT ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi persyaratan. Dalam hal pemberian izin UKOT ditunda, kepada Pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya Surat Penundaan.

JIka UKOT memproduksi sediaan kapsul/cairan obat dalam maka harus memenuhi persyaratn berikut:a. Memiliki Apoteker sebagai penanggung jawab yang bekerja penuhb. Memenuhi persyaratan CPOTB

Persyaratan izin UMOT terdiri dari:a. surat permohonan;b. fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;c. susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan;d. fotokopi KTP/identitas pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas;e. pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;f. fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;g. Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan;h. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan perseorangan;i. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; danj. fotokopi Surat Keterangan Domisili.

Tata Cara Izin UMOT:a. Permohonan diajukan ke Dinkes Kab/Kotab. Maks. 7 hari setelah diajukan permohonan, dinkes kab/kota menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan.c. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis, dan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotad. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat.e. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tidak dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota

Permohonan izin UMOT ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi persyaratan. Dalam hal pemberian izin UMOT ditunda, kepada pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya Surat Penundaan.

Ketentuan lain:a. Setiap IOT dan IEBA wajib memiliki sekurang-kurangnya 1 orang Apoteker Warga Negara Indonesia sebagai Penanggung Jawab. Setiap UKOT wajib memiliki sekurang-kurangnya 1 orang Tenaga Teknis Kefarmasian Warga Negara Indonesia sebagai Penanggung Jawab yang memiliki sertifikat pelatihan CPOTB. b. Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan CPOTB wajib melapor dan mendapat persetujuan dari Kepala Badan. c. Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang membuat:1) segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat;2) obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan parenteral, supositoria kecuali untuk wasir; dan/atau3) obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol dengan kadar lebih dari 1% (satu persen).d. Izin edar obat tradisional yang dibuat secara kontrak dipegang oleh pemberi kontrak.e. UKOT yang melakukan kegiatan sebagaimana IOT wajib mengajukan permohonan izin IOTf. IOT, IEBA, dan UKOT yang melakukan pemindahan lokasi industri atau usaha wajib mengajukan permohonan izin.g. IOT dan IEBA yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat, atau Apoteker penanggung jawab wajib melaporkan secara tertulis kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat.h. UKOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat, atau Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan Kepala Balai setempat.i. UMOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat, atau Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat.j. Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan.

LAPORANa. IOT, IEBA, UKOT, dan UMOT wajib menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan serta jenis, jumlah, dan nilai hasil produksi. IOT dan IEBA ke dirjen, UKOT ke dinkes provinsi, UMOT ke dinkes kab/kota.

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat dikenakan sanksi administrasi berupa:a. peringatan;b. peringatan keras;c. perintah penarikan produk dari peredaran;d. penghentian sementara kegiatan; ataue. pencabutan izin industri atau izin usaha.

4. Permenkes No. 007 tahun 2012 Tentang Registrasi Obat TradisionalObat tradisional yang diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar, kecuali:a. obat tradisional yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong;b. simplisia dan sediaan galenik untuk keperluan industri dan keperluan layanan pengobatan tradisional;c. obat tradisional yang digunakan untuk penelitian, sampel untuk registrasi dan pameran dalam jumlah terbatas dan tidak diperjualbelikan.Izin edar berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.

Obat tradisional yang dapat diberikan izin edar harus memenuhi kriteria sebagai berikut:a. menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu;b. dibuat dengan menerapkan CPOTB;c. memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia atau persyaratan lain yang diakui;d. berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun temurun, dan/atau secara ilmiah; dane. penandaan berisi informasi yang objektif, lengkap, dan tidak menyesatkan.

Obat tradisional dilarang mengandung:a. etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan pengenceran;b. bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat;c. narkotika atau psikotropika; dan/ataud. bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan.

Obat tradisional dilarang dibuat dan/atau diedarkan dalam bentuk sediaan:a. intravaginal;b. tetes mata;c. parenteral; dand. supositoria, kecuali digunakan untuk wasir.

Tata cara registrasi:a. Diajukan kepada Kepala BPOMb. Dilakukan evaluasi terhadap dokumen registrasi oleh Komite Nasional Penilai Obat Tradisional dan Tim Penilaian Keamanan, Khasiat/manfaat, dan mutu.c. Kepala Badan memberikan persetujuan berupa izin edar atau penolakan registrasi berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Tim Penilai Keamanan, Khasiat/Manfaat, dan Mutu, dan/atau Komite Nasional Penilai Obat Tradisional.d. Kepala Badan melaporkan pemberian izin edar kepada Menteri setiap 1 (satu) tahun sekali.e. Dalam hal registrasi ditolak, pendaftar dapat mengajukan keberatan melalui tata cara peninjauan kembali.f. Pemegang nomor izin edar wajib memproduksi atau mengimpor dan mengedarkan obat tradisional selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah tanggal persetujuan dikeluarkan.

5. HK. 03.1.23.06.10.5166 TENTANG PENCANTUMAN INFORMASI ASAL BAHAN TERTENTU, KANDUNGAN ALKOHOL, DAN BATAS KEDALUWARSA PADA PENANDAAN/LABEL OBAT, OBAT TRADISIONAL, SUPLEMEN MAKANAN, DAN PANGANa. Bahan tertentu berupa gelatin, gliserin, enzyme, lemak, collagen, colostrum, embryo extract, blood extract, hydrolyzed haemoglobin, keratin, hair extract, placenta, protein, thymus extract, thymus hydrolisate, stomach extract, minyak, lemak reroti (shortening), pengental, pengemulsi, pemantap, l-sistein, monogliserida, digliserida, atau trigliserida.b. Penandaan/label obat, obat tradisional, suplemen makanan, dan pangan harus mencantumkan informasi asal bahan tertentu, kandungan alkohol, dan batas kedaluwarsac. Dalam hal asal bahan tertentu dan/atau produk yang mengandung asal bahan tertentu telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga yang berwenang, maka keterangan sertifikat yang bersangkutan harus dicantumkan dalam penandaan/label. Sertifikat berupa label halal maka pencantumannya harus sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat yang bersangkutan.d. obat, obat tradisional, dan suplemen makanan, yang mengandung bahan tertentu yang berasal dari babi harus mencantumkan tanda khusus berupa tulisan Mengandung Babi berwarna hitam dalam kotak berwarna hitam di atas dasar putihe. obat yang proses pembuatannya bersinggungan dengan bahan tertentu yang berasal dari babi harus mencantumkan tulisan Pada proses pembuatannya bersinggungan dengan bahan bersumber babi.f. pangan harus mencantumkan tanda khusus berupa tulisan mengandung babi + (gambar babi) berwarna merah dalam kotak berwarna merah di atas dasar putih.g. Obat, obat tradisional, suplemen makanan, dan pangan yang mengandung alkohol wajib mencantumkan kadar alkohol pada penandaan/label dalam persentaseh. Obat, obat tradisional, suplemen makanan, dan pangan harus mencantumkan batas kedaluwarsa pada penandaan/label. Batas kedaluwarsa harus dicantumkan dengan jelas sehingga mudah dilihat dan dibaca. Batas kedaluwarsa obat, obat tradisional, suplemen makanan, dan pangan ditulis dengan mencantumkan bulan dan tahun. Batas kedaluwarsa pangan, yang memiliki masa simpan kurang dari 3 (tiga) bulan, ditulis dengan mencantumkan tanggal, bulan, dan tahun.i. Dikecualikan dari ketentuan batas kadaluarsa untuk pangan berupa minuman beralkohol jenis anggur (wine); minuman yang mengandung alkohol lebih dari 10 (sepuluh) persen; cuka; gula (sukrosa); dan roti dan kue yang mempunyai masa simpan kurang dari atau sama dengan 24 (dua puluh empat) jam.