peraturan presiden republik indonesia tentang...

28
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dipandang perlu menyesuaikan beberapa ketentuan dan istilah di dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 agar selaras dengan kedua undang-undang dimaksud; b. bahwa untuk lebih meningkatkan transparansi dan kompetisi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah serta untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan negara, dipandang perlu melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan mengenai tata cara pengumuman dalam rangka pengadaan barang/jasa pemerintah; c. bahwa untuk lebih memperoleh hasil yang maksimal dalam pelaksanaan sertifikasi bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabat pengadaan dalam rangka meningkatkan kompetensi keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, dipandang perlu mengatur kembali batas waktu kewajiban syarat sertifikasi bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabat pengadaan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah; d. bahwa sehubungan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, dipandang perlu mengubah Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Upload: hanhan

Post on 21-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 8 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN KEEMPAT ATAS

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara, dipandang perlu menyesuaikan

beberapa ketentuan dan istilah di dalam Keputusan Presiden Nomor 80

Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 agar selaras dengan kedua

undang-undang dimaksud;

b. bahwa untuk lebih meningkatkan transparansi dan kompetisi dalam

pengadaan barang/jasa pemerintah serta untuk mewujudkan efisiensi

dan efektifitas pengelolaan keuangan negara, dipandang perlu

melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan mengenai tata cara

pengumuman dalam rangka pengadaan barang/jasa pemerintah;

c. bahwa untuk lebih memperoleh hasil yang maksimal dalam pelaksanaan

sertifikasi bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabat

pengadaan dalam rangka meningkatkan kompetensi keahlian pengadaan

barang/jasa pemerintah, dipandang perlu mengatur kembali batas waktu

kewajiban syarat sertifikasi bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan

panitia/pejabat pengadaan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

d. bahwa sehubungan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,

huruf b dan huruf c, dipandang perlu mengubah Keputusan Presiden

Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

- 2 -

2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000

Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3956);

3. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212), sebagaimana telah

diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418);

4. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4330), sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS

KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

PEMERINTAH.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun

2005, diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 1 angka 8 dan angka 9 diubah, dan ditambah 3 (tiga) angka baru yakni

angka 23, angka 24 dan angka 25, serta diantara angka 1 dan angka 2 disisipkan 3 (tiga)

angka baru yakni angka 1a, angka 1b, dan angka 1c, dan diantara angka 8 dan angka 9

disisipkan 1 (satu) angka baru yakni angka 8a, serta ketentuan angka 2, angka 4, angka 5,

angka 6, dan angka 7 dihapus, sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyi sebagai berikut :

- 3 -

“Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan :

1. Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang

dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh

penyedia barang/jasa.

1a. Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur Bank Indonesia

(BI)/Pemimpin Badan Hukum Milik Negara (BHMN)/Direksi Badan Usaha Milik

Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai pemilik pekerjaan,

yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

1b. Pengguna Anggaran adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

1c. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran

untuk menggunakan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.

2. Dihapus.

3. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan

usahanya menyediakan barang/layanan jasa;

4. Dihapus.

5. Dihapus.

6. Dihapus.

7. Dihapus.

8. Panitia pengadaan adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa

Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/ Direksi

BUMD, untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa.

8a. Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) adalah satu unit yang terdiri dari

pegawai-pegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa

pemerintah, yang dibentuk oleh Pengguna Anggaran/Gubernur/

Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/ Direksi

BUMD yang bertugas secara khusus untuk melaksanakan pemilihan penyedia

barang/jasa di lingkungan Departemen/Lembaga/Sekretariat Lembaga Tinggi

Negara/Pemerintah Daerah/Komisi/BI/BHMN/BUMN/BUMD.

9. Pejabat pengadaan adalah 1 (satu) orang yang diangkat oleh Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/ Direksi

BUMN/Direksi BUMD untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan nilai

sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

- 4 -

10. Pemilihan penyedia barang/jasa adalah kegiatan untuk menetapkan penyedia

barang/jasa yang akan ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan.

11. Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku,

barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.

12. Jasa Pemborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi atau wujud fisik

lainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat

Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran dan proses serta

pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

13. Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang

meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan konstruksi, dan jasa pelayanan

profesi lainnya, dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk

piranti lunak yang disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang

ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.

14. Jasa lainnya adalah segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi,

jasa pemborongan, dan pemasokan barang.

15. Sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah adalah tanda bukti pengakuan

atas kompetensi dan kemampuan profesi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah

yang diperoleh melalui ujian sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa nasional dan

untuk memenuhi persyaratan seseorang menjadi Pejabat Pembuat Komitmen atau

panitia/pejabat pengadaan atau anggota Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit).

16. Dokumen pengadaan adalah dokumen yang disiapkan oleh panitia/pejabat

pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) sebagai pedoman dalam

proses pembuatan dan penyampaian penawaran oleh calon penyedia barang/jasa serta

pedoman evaluasi penawaran oleh panitia/pejabat pengadaan atau Unit Layanan

Pengadaan (Procurement Unit).

17. Kontrak adalah perikatan antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan penyedia

barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

18. Usaha kecil termasuk koperasi kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala

kecil dan memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun

1995 tentang Usaha Kecil.

19. Surat jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkan bank umum/lembaga keuangan

lainnya yang diberikan oleh penyedia barang/jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmen

untuk menjamin terpenuhinya persyaratan/kewajiban penyedia barang/jasa.

- 5 -

20. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara penyedia barang/jasa dalam negeri maupun

dengan luar negeri yang masing-masing pihak mempunyai hak, kewajiban dan

tanggung jawab yang jelas, berdasarkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam

perjanjian tertulis.

21. Pakta integritas adalah surat pernyataan yang ditandatangani oleh Pejabat Pembuat

Komitmen/panitia pengadaan/pejabat pengadaan/Unit Layanan Pengadaan

(Procurement Unit)/penyedia barang/jasa yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak

melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) dalam pelaksanaan pengadaan

barang/jasa.

22. Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi dan/atau

mempunyai risiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan didesain khusus dan/atau

bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

23. Surat kabar nasional adalah surat kabar yang beroplah besar dan memiliki peredaran

luas secara nasional, yang tercantum dalam daftar surat kabar nasional yang

ditetapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika.

24. Surat kabar provinsi adalah surat kabar yang beroplah besar dan memiliki peredaran

luas di daerah provinsi, yang tercantum dalam daftar surat kabar yang ditetapkan oleh

Gubernur.

25. Website pengadaan nasional adalah website yang dikoordinasikan oleh Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas untuk mengumumkan rencana

pengadaan barang/jasa di Departemen/Lembaga/Komisi/BI/ Pemerintah

Daerah/BHMN/BUMN/BUMD dan kegiatan pengadaan barang/ jasa pemerintah.”

2. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 4

Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang/jasa adalah:

a. meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan

nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan

industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/jasa produksi

dalam negeri pada perdagangan internasional;

b. meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok

masyarakat dalam pengadaan barang/jasa;

c. menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses pengambilan

keputusan dalam pengadaan barang/jasa;

- 6 -

d. meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan tanggung jawab pengguna

barang/jasa, panitia/pejabat pengadaan, dan penyedia barang/jasa;

e. meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan;

f. menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional;

g. mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan di dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

h. mengharuskan pengumuman secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa kecuali

yang bersifat rahasia, pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas;

i. mengumumkan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah secara terbuka melalui

surat kabar nasional dan/atau surat kabar provinsi.”

3. Diantara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 4A sehingga berbunyi

sebagai berikut :

“Pasal 4A

(1) Pemilihan surat kabar nasional dan surat kabar provinsi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 huruf i, dilakukan sesuai tata cara pemilihan penyedia barang/jasa

sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.

(2) Pemilihan surat kabar nasional dan surat kabar provinsi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas untuk surat kabar nasional dan Gubernur untuk surat

kabar provinsi.

(3) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan

Gubernur melaksanakan pemilihan surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berdasarkan daftar surat kabar yang beroplah besar dan memiliki peredaran luas

yang dikeluarkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika.

(4) Segala biaya yang timbul dalam rangka pemilihan surat kabar sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.”

- 7 -

4. Ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) diubah, dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat

(6), sehingga keseluruhan Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 9

(1) Pejabat Pembuat Komitmen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. memiliki integritas moral;

b. memiliki disiplin tinggi;

c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya;

d. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah;

e. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak tegas dan

keteladanan dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah terlibat KKN.

(2) Pejabat Pembuat Komitmen diangkat dengan surat keputusan Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/Pemimpin

BHMN/Direksi BUMN/BUMD.

(3) Tugas pokok Pejabat Pembuat Komitmen dalam pengadaan barang/jasa adalah:

a. menyusun perencanaan pengadaan barang/jasa;

b. menetapkan paket-paket pekerjaan disertai ketentuan mengenai peningkatan

penggunaan produksi dalam negeri dan peningkatan pemberian kesempatan bagi

usaha kecil termasuk koperasi kecil, serta kelompok masyarakat;

c. menetapkan dan mengesahkan harga perkiraan sendiri (HPS), jadwal, tata cara

pelaksanaan dan lokasi pengadaan yang disusun oleh panitia pengadaan/pejabat

pengadaan/unit layanan pengadaan;

d. menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan panitia/pejabat pengadaan/unit

layanan pengadaan sesuai kewenangannya;

e. menetapkan besaran uang muka yang menjadi hak penyedia barang/jasa sesuai

ketentuan yang berlaku;

f. menyiapkan dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia

barang/jasa;

g. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada pimpinan

instansinya;

h. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

- 8 -

i. menyerahkan aset hasil pengadaan barang/jasa dan aset lainnya kepada

Menteri/Panglima TNI/Kepala Polri/Pimpinan Lembaga/Pimpinan

Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara/Pimpinan Kesekretariatan Komisi/

Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pemimpin BHMN/Direksi

BUMN/BUMD dengan berita acara penyerahan;

j. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa

dimulai.

(4) Pejabat Pembuat Komitmen dilarang mengadakan ikatan perjanjian dengan penyedia

barang/jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia anggaran

yang akan mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk

kegiatan/proyek yang dibiayai dari APBN/APBD.

(5) Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab dari segi administrasi, fisik,

keuangan, dan fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya.

(6) Pejabat Pembuat Komitmen dapat melaksanakan proses pengadaan barang/jasa

sebelum dokumen anggaran disahkan sepanjang anggaran untuk kegiatan yang

bersangkutan telah dialokasikan, dengan ketentuan penerbitan surat penunjukan

penyedia barang/jasa (SPPBJ) dan penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa

dilakukan setelah dokumen anggaran untuk kegiatan/proyek sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) disahkan.”

5. Judul Paragraf Kedua Bagian Kedua Bab II diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

“Paragraf Kedua

Pembentukan, Persyaratan, Tugas Pokok dan Keanggotaan Panitia/Pejabat Pengadaan/

Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)”

6. Ketentuan Pasal 10 ayat (8) diubah, dan diantara Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3) disisipkan

satu ayat, yakni ayat (2a), sehingga keseluruhan Pasal 10 berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 10

(1) Panitia pengadaan wajib dibentuk untuk semua pengadaan dengan nilai di atas

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Untuk pengadaan sampai dengan nilai Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

dilaksanakan oleh panitia atau pejabat pengadaan.

(2a) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilaksanakan

oleh Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit).

- 9 -

(3) Anggota panitia pengadaan/pejabat pengadaan/anggota unit layanan pengadaan

berasal dari pegawai negeri, baik dari instansi sendiri maupun instansi teknis

lainnya.

(3a) Dalam hal pengadaan barang/jasa dilakukan oleh Badan Pelaksana Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, anggota panitia

pengadaan berasal dari instansinya sendiri atau instansi teknis Pemerintah, dan dapat

menyertakan pihak lain yang ditunjuk oleh Kepala Badan Pelaksana.

(4) Panitia/pejabat pengadaan/anggota unit layanan pengadaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) di atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan

tugas;

b. memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan;

c. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas panitia/pejabat

pengadaan/unit layanan pengadaan yang bersangkutan;

d. memahami isi dokumen pengadaan/metode dan prosedur pengadaan

berdasarkan Peraturan Presiden ini;

e. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat yang mengangkat dan

menetapkannya sebagai panitia/pejabat pengadaan/anggota unit layanan

pengadaan;

f. memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah.

(5) Tugas, wewenang, dan tanggung jawab pejabat/panitia pengadaan/Unit Layanan

Pengadaan (Procurement Unit) meliputi sebagai berikut :

a. menyusun jadwal dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan;

b. menyusun dan menyiapkan harga perkiraan sendiri (HPS);

c. menyiapkan dokumen pengadaan;

d. mengumumkan pengadaan barang/jasa di surat kabar nasional dan/atau

provinsi dan/atau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, dan

diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional;

e. menilai kualifikasi penyedia melalui pascakualifikasi atau prakualifikasi;

f. melakukan evaluasi terhadap penawaran yang masuk;

g. mengusulkan calon pemenang;

- 10 -

h. membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Pejabat

Pembuat Komitmen dan/atau pejabat yang mengangkatnya;

i. menandatangani pakta integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa

dimulai.

(6) Panitia berjumlah gasal beranggotakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang yang

memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan

bidang lain yang diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar

instansi yang bersangkutan.

(7) Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang yang memahami tata cara pengadaan,

substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan,

baik dari unsur-unsur di dalam maupun dari luar instansi yang bersangkutan.

(8) Dilarang duduk sebagai panitia/pejabat pengadaan/anggota Unit Layanan Pengadaan

(Procurement Unit):

a. Pejabat Pembuat Komitmen dan bendahara;

b. Pegawai pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP)/Inspektorat Jenderal Departemen/Inspektorat Utama Lembaga

Pemerintah Non Departemen/Badan Pengawas Daerah Propinsi/

Kabupaten/Kota, Pengawasan Internal BI/BHMN/BUMN/BUMD kecuali

menjadi panitia/pejabat pengadaan/anggota unit layanan pengadaan untuk

pengadaan barang/jasa yang dibutuhkan instansinya;

c. Pejabat yang bertugas melakukan verifikasi surat permintaan pembayaran

dan/atau pejabat yang bertugas menandatangani surat perintah membayar.”

7. Ketentuan Pasal 17 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 17 berbunyi

sebagai berikut :

“Pasal 17

(1) Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya, pada prinsipnya

dilakukan melalui metode pelelangan umum.

(2) Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan

secara terbuka dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya di satu surat

kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi.

- 11 -

(3) Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas

dan untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat

dilakukan dengan metode pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas sekurang-

kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan

mencantumkan penyedia barang/jasa yang mampu, guna memberi kesempatan

kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

(4) Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien

dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan

dengan metode pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang

dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-

kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus

prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus

diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum

dan bila memungkinkan melalui internet.

(5) Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat

dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa

dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh

harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.”

8. Diantara Pasal 20 dan Pasal 21 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 20A yang berbunyi

sebagai berikut :

“Pasal 20A

Pengumuman pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dengan metode

pelelangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan metode pelelangan

terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) wajib dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. untuk pengadaan dengan metode pelelangan umum yang bernilai sampai dengan

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) diumumkan sekurang-kurangnya di:

1) satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan;

2) satu surat kabar nasional, dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu

melaksanakan kegiatan tersebut yang berdomisili di provinsi setempat kurang

dari 3 (tiga) penyedia barang/jasa.

b. untuk pengadaan dengan metode pelelangan umum/terbatas yang bernilai di atas

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) diumumkan sekurang-kurangnya di satu

surat kabar nasional dan satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan.”

- 12 -

9. Ketentuan Pasal 22 ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 22 berbunyi

sebagai berikut :

“Pasal 22

(1) Pemilihan penyedia jasa konsultansi pada prinsipnya harus dilakukan melalui seleksi

umum, dan dalam keadaan tertentu pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat

dilakukan melalui seleksi terbatas, seleksi langsung atau penunjukan langsung.

(2) Seleksi umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan metode pemilihan

penyedia jasa konsultansi yang daftar pendek pesertanya dipilih melalui proses

prakualifikasi yang diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar

nasional dan/atau satu surat kabar provinsi.

(3) Seleksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan metode pemilihan

penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang kompleks dan diyakini jumlah

penyedia jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan tersebut jumlahnya terbatas,

dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional

dan/atau satu surat kabar provinsi dengan mencantumkan penyedia jasa yang mampu

guna memberi kesempatan kepada penyedia jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.

(4) Dalam hal metode seleksi umum atau seleksi terbatas dinilai tidak efisien dari segi

biaya seleksi, maka pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan

seleksi langsung, yaitu metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar

pendek pesertanya ditentukan melalui proses prakualifikasi terhadap penyedia jasa

konsultansi yang dipilih langsung dan diumumkan sekurang-kurangnya di papan

pengumuman resmi untuk penerangan umum dan diupayakan diumumkan di website

pengadaan nasional.

(5) Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia jasa konsultansi

dapat dilakukan dengan menunjuk satu penyedia jasa konsultansi yang memenuhi

kualifikasi dan dilakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun biaya sehingga

diperoleh biaya yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

10. Diantara Pasal 25 dan Pasal 26 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 25A, sehingga

berbunyi sebagai berikut:

“Pasal 25A

(1) Untuk pengadaan jasa konsultansi dengan metode seleksi umum/seleksi terbatas

dengan nilai di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) wajib diumumkan

sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan satu surat kabar provinsi di

lokasi kegiatan bersangkutan.

- 13 -

(2) Untuk pengadaan jasa konsultansi dengan metode seleksi umum yang bernilai

sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), wajib diumumkan

sekurang-kurangnya di satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan

atau sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dalam hal untuk kegiatan

dimaksud tidak dapat dipenuhi oleh sekurang-kurangnya 5 (lima) penyedia jasa

konsultansi di kabupaten/kota/provinsi yang bersangkutan.”

11. Ketentuan Pasal 44 ayat (2) diubah, sehingga keseluruhan Pasal 44 berbunyi sebagai

berikut:

“Pasal 44

(1) Pengadaan barang/jasa supaya mengacu pada daftar inventarisasi barang/jasa yang

termasuk produksi dalam negeri yang didasarkan pada kriteria tertentu, menurut

bidang, subbidang, jenis, dan kelompok barang/jasa.

(2) Pengaturan mengenai daftar inventarisasi dan penyebarluasan informasi barang/jasa

produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dikeluarkan oleh

departemen yang membidangi perindustrian.”

12. Diantara ayat (5) dan ayat (6) Pasal 48 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (5a), sehingga

keseluruhan Pasal 48 berbunyi sebagai berikut :

“Pasal 48

(1) Pejabat Pembuat Komitmen segera setelah pengangkatannya, menyusun organisasi,

uraian tugas dan fungsi secara jelas, kebijaksanaan pelaksanaan, rencana kerja yang

menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja, sasaran

yang harus dicapai, tata laksana dan prosedur kerja secara tertulis, dan disampaikan

kepada atasan langsung dan unit pengawasan intern instansi yang bersangkutan.

(2) Pejabat Pembuat Komitmen wajib melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan

dan hasil kerja pada setiap kegiatan/proyek, baik kemajuan maupun hambatan dalam

pelaksanaan tugasnya dan disampaikan kepada atasan langsung dan unit pengawasan

intern instansi yang bersangkutan.

(3) Pejabat Pembuat Komitmen wajib menyimpan dan memelihara seluruh dokumen

pelaksanaan pengadaan barang/jasa termasuk berita acara proses pelelangan/seleksi.

(4) Instansi pemerintah wajib melakukan pengawasan terhadap Pejabat Pembuat

Komitmen dan panitia/pejabat pengadaan/unit layanan pengadaan di lingkungan

instansi masing-masing, dan menugaskan kepada aparat pengawasan fungsional

untuk melakukan pemeriksaan sesuai ketentuan yang berlaku.

- 14 -

(5) Unit pengawasan intern pada instansi pemerintah melakukan pengawasan

kegiatan/proyek, menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang

berkaitan dengan masalah atau penyimpangan dalam pelaksanaan pengadaan

barang/jasa, kemudian melaporkan hasil pemeriksaannya kepada menteri/pimpinan

instansi yang bersangkutan dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

(5a) Dalam hal berdasarkan tembusan laporan hasil pemeriksaan yang disampaikan oleh

unit pengawasan intern sebagaimana dimaksud pada ayat (5), BPKP menilai terdapat

penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa, maka BPKP dapat

menindaklanjutinya.

(6) Pejabat Pembuat Komitmen wajib memberikan tanggapan/informasi mengenai

pengadaan barang/jasa yang berada di dalam batas kewenangannya kepada peserta

pengadaan/masyarakat yang mengajukan pengaduan atau yang memerlukan

penjelasan.

(7) Masyarakat yang tidak puas terhadap tanggapan atau informasi yang disampaikan

oleh Pejabat Pembuat Komitmen dapat mengadukan kepada Menteri/Panglima

TNI/Kapolri/Pemimpin Lembaga/Gubernur/Bupati/ Walikota/Dewan Gubernur

BI/Pemimpin BHMN/Direksi BUMN/BUMD.”

13. Lampiran I Bab I Bagian D angka 1 huruf b diubah, sehingga Lampiran I Bab I Bagian

D angka 1 huruf b seluruhnya berbunyi sebagai berikut :

“b. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi :

1) Ketentuan alokasi waktu dalam penyusunan jadual adalah sebagai berikut:

a) Penayangan pengumuman lelang sekurang-kurangnya dilaksanakan selama 7

(tujuh) hari kerja di website pengadaan nasional. Penayangan pengumuman

lelang yang dilaksanakan melalui surat kabar nasional/propinsi minimal

dilakukan 1 (satu) kali tayang pada awal masa pengumuman.

b) Pendaftaran dan pengambilan dokumen penawaran dilakukan 1 (satu) hari

setelah pengumuman sampai dengan satu hari sebelum batas akhir

pemasukan dokumen penawaran.

c) Penjelasan (aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 4 (empat) hari kerja sejak

tanggal pengumuman.

d) Pemasukan dokumen penawaran dimulai 1 (satu) hari setelah penjelasan

(aanwijzing). Batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang-

kurangnya 2 (dua) hari kerja setelah penjelasan. Penetapan waktu

- 15 -

pemasukan dokumen penawaran harus memperhitungkan waktu yang

diperlukan untuk mempersiapkan dokumen penawaran sesuai dengan jenis,

kompleksitas, dan lokasi pekerjaan.

Contoh : waktu pemasukan dokumen penawaran untuk pengadaan ATK

cukup 2 (dua) hari kerja, waktu pemasukan dokumen penawaran untuk

pengadaan untuk peningkatan jalan kabupaten/kota 14 (empat belas) hari

kerja, waktu pemasukan dokumen penawaran untuk pengadaan pekerjaan

kompleks dapat lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja.

e) Evaluasi penawaran dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) hari atau sesuai

dengan waktu yang diperlukan.

Contoh : evaluasi penawaran pengadaan sederhana, misal ATK dapat

diselesaikan dalam waktu 1 (satu) hari, waktu evaluasi penawaran pekerjaan

peningkatan jalan provinsi diperlukan selama kurang lebih 5 (lima) hari,

waktu evaluasi penawaran pekerjaan pembangunan bendungan serbaguna

(multi purpose dam) diperlukan selama dapat lebih 15 (lima belas) hari.

2) Pengalokasian waktu di luar proses butir a) sampai dengan butir d) di atas,

diserahkan sepenuhnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen, kecuali ditentukan

lain dalam Peraturan Presiden ini.

3) Berikut ini contoh tabel jadwal pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya

dengan pascakualifikasi:

Hari Kerja Ke- No

Uraian Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Keterangan

1 Pengumuman Lelang

1 hari surat kabar dan

minimal 7 hari untuk di Internet

2 Pendaftaran dan

pengambilan dokumen

1 hari setelah pengumuman

s/d 1 hari sebelum batas

akhir pemasukan dokumen

3 Penjelasan (Aanwijzing)

paling cepat 4 hari sejak

tanggal pengumuman

4 Pemasukan penawaran

batas akhir pemasukan, min

2 hari setelah penjelasan

5 Pembukaan dokumen penawaran

hari terakhir pemasukkan dok. Penawaran

6 Evaluasi dokumen

penawaran

maksimal 7 hari setelah

pembukaan penawaran/pem

bukaan penawaran harga (dua sampul)

7 Penilaian dan

pembuktian kualifikasi

tidak diatur

8 Usulan calon pemenang

paling lambat 7 hari setelah

pembukaan penawaran harga

9 Penetapan pemenang

tidak diatur

10 Pengumuman pemenang

maks 2 hr setelah surat

penetapan

11 Masa

sanggah

maks 5 hr sejak

pengumuman

12 Penunjukan

pemenang (SPPBJ)

paling lambat 6

hari sejak pengumuman

13 Penandatangan kontrak

paling lambat 14 hari sejak

SPPBJ*

14. Lampiran I Bab II Bagian A angka 1 huruf l butir 7) diubah, sehingga Lampiran I Bab II

Bagian A angka 1 huruf l butir 7) seluruhnya berbunyi sebagai berikut :

“7) Dalam hal tidak ada sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 6 (enam)

hari kerja setelah pengumuman penetapan pemenang lelang dan dalam hal terdapat

sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 1 (satu) hari setelah jawaban atas

semua sanggahan tersebut dijawab serta segera SPPBJ tersebut disampaikan kepada

pemenang lelang.”

Pasal II

1. Sebelum pelaksanaan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa dapat dilakukan

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

maka pelaksanaan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa dikoordinasikan oleh

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.

2. Dalam hal Pejabat Pembuat Komitmen dan panitia/pejabat pengadaan belum

memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah sampai dengan batas

waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1), maka

panitia/pejabat pengadaan tetap dapat melakukan pengadaan barang/jasa pemerintah

sampai dengan tanggal 31 Desember 2007, sepanjang telah memiliki bukti

keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan barang/jasa pemerintah.

3. Pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat

Komitmen/panitia/pejabat pengadaan yang belum memiliki sertifikat keahlian

pengadaan barang/jasa sebelum berlakunya Peraturan Presiden ini, dinyatakan tetap

sah, sepanjang pada saat kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah dimaksud

dilaksanakan, yang bersangkutan telah memiliki bukti keikutsertaan dalam pelatihan

pengadaan barang/jasa pemerintah.

4. Sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yang telah diterbitkan oleh Kementerian

Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas sebelum berlakunya

Peraturan Presiden ini, dinyatakan berlaku sebagai sertifikat keahlian pengadaan

barang/jasa sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor

70 Tahun 2005.

5. Sebelum Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan

Gubernur menetapkan surat kabar nasional dan surat kabar provinsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4A, pengumuman kegiatan pengadaan barang/jasa

pemerintah dilakukan sekurang-kurangnya di satu surat kabar yang mempunyai

oplah besar dan memiliki peredaran luas secara nasional dan/atau wilayah provinsi.

- 18 -

6. Peraturan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 20 Maret 2006

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

- 19 -

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 8 TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN

BARANG/JASA PEMERINTAH

PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Dengan perubahan pada Pasal 1 sebagaimana dimaksud dalam Angka 1 ini,

maka semua istilah di dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden

Nomor 70 Tahun 2005 yang berbunyi:

a. Pengguna barang/jasa atau Pejabat yang disamakan sebagai pemilik

pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa

untuk selanjutnya dibaca Pejabat Pembuat Komitmen;

b. Pejabat/Panitia Pengadaan untuk selanjutnya dibaca Pejabat/Panitia

Pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit).

Angka 2

Pasal 4

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Cukup jelas

Huruf f

Cukup jelas

- 20 -

Huruf g

Wilayah Republik Indonesia termasuk Kantor Perwakilan Republik

Indonesia di luar negeri.

Huruf h

Pengumuman secara terbuka artinya rencana pengadaan

Departemen/Lembaga/Komisi/BI/Pemerintah Daerah/BHMN/BUMN

/BUMD diumumkan diwebsite pengadaan nasional dengan alamat

www.pengadaannasional-bappenas.go.id yang dikoordinasikan oleh

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

dan/atau di website Departemen/Lembaga/Komisi/ BI/Pemerintah

Daerah/BHMN/BUMN/BUMD yang telah diintegrasikan ke website

pengadaan nasional.

Huruf i

Cukup jelas

Angka 3

Pasal 4A

Pemilihan surat kabar sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dimaksudkan agar

calon penyedia barang/jasa dan masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan

informasi mengenai rencana kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah. Di lain

pihak, dengan telah ditetapkannya surat kabar untuk pengumuman kegiatan

pengadaan barang/jasa, pengguna barang/jasa akan mengeluarkan biaya

pengumuman lelang yang lebih murah sehingga pada akhirnya menghemat

APBN/APBD.

Angka 4

Pasal 9

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Yang dimaksud persyaratan manajerial, antara lain:

1) Berpendidikan sekurang-kurangnya Diploma 3 (D3) sesuai

dengan bidang keahlian yang diperlukan;

2) Memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa pemerintah;

3) Memiliki pengalaman minimal 2 (dua) tahun

memimpin/mengorganisasi kelompok kerja yang berkaitan dengan

kegiatan pengadaan barang/jasa;

- 21 -

4) Memiliki ketaatan yang tinggi dalam melaksanakan setiap

tugas/pekerjaannya;

5) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, bertindak

tegas dan keteladanan dalam sikap dan perilaku antara lain tidak

terlibat korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN);

6) Penilaian kondite dan prestasi kerja (Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan) untuk masa 3 (tiga) tahun terakhir dengan nilai rata-

rata minimal “Baik”.

Huruf d

Dalam masa transisi, sebelum memiliki sertifikat keahlian pengadaan

barang/jasa pemerintah, seseorang yang telah diangkat menjadi

pengguna harus mengikuti pelatihan pengadaan barang/jasa

pemerintah.

Pejabat yang wajib mempunyai sertifikat keahlian pengadaan

barang/jasa adalah: pemimpin proyek, pemimpin bagian proyek,

pengguna anggaran daerah, pejabat yang disamakan dan

panitia/pejabat pengadaan.

Huruf e

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan dilarang mengadakan ikatan perjanjian adalah

menerbitkan surat penunjukan dan/atau menandatangani surat perintah

kerja/kontrak.

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Angka 5

Cukup jelas

Angka 6

Pasal 10

Ayat (1)

Cukup jelas

- 22 -

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (2a)

Cukup jelas

Ayat (3)

Anggota panitia yang berasal dari instansi teknis lain adalah anggota

panitia yang diangkat dari unit kerja/instansi/departemen/lembaga lain

karena di instansi yang sedang melakukan pengadaan barang/jasa tidak

mempunyai pegawai yang memahami masalah teknis yang ada dalam

ketentuan pengadaan barang/jasa, jenis pekerjaan, dan isi dokumen

pengadaan dari pekerjaan yang akan dilakukan pengadaannya.

Ayat (3a)

Cukup jelas

Ayat (4)

Huruf a

Cukup jelas

Huruf b

Cukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Huruf d

Cukup jelas

Huruf e

Hubungan keluarga yang dimaksud adalah hubungan keluarga

sedarah dan semenda.

Huruf f

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Cukup jelas

Ayat (7)

Cukup jelas

Ayat (8)

Cukup jelas

- 23 -

Angka 7

Pasal 17

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa harus dapat memberikan

informasi secara luas kepada masyarakat dunia usaha baik pengusaha

daerah setempat maupun pengusaha daerah lainnya.

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa tersebut, selain dilakukan

melalui surat kabar sebagaimana dimaksud pada ayat ini, diupayakan pula

melalui website pengadaan nasional.

Ayat (3)

Pengumuman pemilihan penyedia barang/jasa dengan metode pelelangan

terbatas selain diumumkan secara luas melalui surat kabar sebagaimana

dimaksud pada ayat ini, diupayakan pula melalui website pengadaan.

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Yang dimaksud dalam keadaan tertentu adalah :

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan

keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat

ditunda atau harus dilakukan segera, termasuk penanganan darurat

akibat bencana alam serta tindakan darurat untuk pencegahan bencana

dan/atau kerusakan infrastruktur yang apabila tidak segera dilaksanakan

dipastikan dapat membahayakan keselamatan masyarakat.

Pekerjaan sebagai kelanjutan dari tindakan darurat di atas, untuk

selanjutnya dilakukan sesuai dengan tatacara pengadaan barang/jasa

sebagaimana diatur di dalam Peraturan Presiden ini; dan/atau

b. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan

keamanan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau

c. pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), dengan ketentuan:

1) untuk keperluan sendiri; dan/atau

2) teknologi sederhana; dan/atau

3) risiko kecil; dan/atau

4) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang perseorangan

dan/atau badan usaha kecil termasuk koperasi kecil.

- 24 -

d. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau

pihak yang telah mendapat ijin; dan/atau

e. pekerjaan pengadaan barang dan pendistribusian logistik pemilihan

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang penanganannya

memerlukan pelaksanaan secara cepat dalam rangka penyelenggaraan

pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang

diselenggarakan sampai dengan bulan Juli 2005 berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf e meliputi pengadaan dan

pendistribusian surat suara, kartu pemilih beserta perlengkapan lainnya

untuk pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

dan/atau

f. pekerjaan pengadaan barang/jasa yang penanganannya memerlukan

pelaksanaan secara cepat dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi di

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi

Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan Rehabilitasi dan

Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi NAD dan

Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf f meliputi:

1. pekerjaan pengadaan perumahan, yang waktu pelaksanaan

pengadaannya dilakukan sebelum 1 Juli 2006;

2. pekerjaan yang dilakukan dalam rangka meneruskan pekerjaan

pengadaan perumahan yang tidak dilaksanakan oleh pemberi hibah

sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan oleh Badan

Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yang penyelesaian pekerjaannya

perlu dilaksanakan secara cepat paling lama 1 (satu) tahun setelah

pemberi hibah tidak mampu melaksanakan kewajibannya.

Yang dimaksud dalam keadaan khusus adalah:

a. pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah; atau

b. pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapat dilaksanakan oleh satu

penyedia barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten; atau

c. merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasi kecil atau pengrajin

industri kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang relatif stabil;

atau

d. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan

penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia

barang/jasa yang mampu mengaplikasikannya.

- 25 -

Angka 8

Pasal 20A

Pengumuman pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dengan metode

pelelangan umum/terbatas yang bernilai di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah), selain dilakukan di surat kabar nasional/provinsi, diupayakan pula untuk

diumumkan di website pengadaan nasional.

Angka 9

Pasal 22

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Pengumuman pemilihan penyedia jasa konsultansi harus dapat memberikan

informasi kepada masyarakat luas, terutama penyedia jasa konsultansi baik

dari daerah setempat maupun dari daerah lainnya.

Pengumuman pemilihan penyedia jasa konsultansi tersebut, selain

diumumkan di surat kabar nasional/provinsi, diupayakan pula untuk

diumumkan di website pengadaan nasional.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Yang dimaksud dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus dalam ayat ini

adalah:

a. penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan

masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus

dilakukan segera; dan/atau

b. penyedia jasa tunggal; dan/atau

c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan

keamanan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau

d. pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan: untuk keperluan sendiri,

mempunyai risiko kecil, menggunakan teknologi sederhana, dilaksanakan

oleh penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil,

dan/atau bernilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);

dan/atau

- 26 -

e. pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak

yang telah mendapat ijin; dan/atau

f. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepat dalam rangka

pengembalian kekayaan negara yang penanganannya dilakukan secara

khusus berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf f adalah pekerjaan yang

dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepada

Pemerintah oleh badan khusus yang dibentuk dalam rangka penyehatan

perbankan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998, termasuk penilaian pertanggungjawaban badan

khusus dimaksud; dan/atau

g. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepat dalam rangka

rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan

Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Badan

Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi

NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.

Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf g adalah pekerjaan desain dan

perencanaan, yang waktu pelaksanaan pengadaannya dilakukan sebelum 1

Juli 2006.”

Angka 10

Pasal 25A

Ayat (1)

Pengumuman pengadaan jasa konsultansi sebagaimana diatur pada ayat ini,

selain diumumkan di surat kabar nasional dan surat kabar provinsi

diupayakan pula untuk diumumkan di website pengadaan nasional.

Ayat (2)

Cukup jelas

Angka 11

Pasal 44

Cukup jelas

Angka 12

Pasal 48

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

- 27 -

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (5a)

Cukup jelas

Ayat (6)

Informasi yang wajib diberikan kepada masyarakat adalah :

a. Perencanaan paket-paket pekerjaan;

b. Pengumuman pengadaan barang/jasa;

c. Hasil evaluasi prakualifikasi;

d. Hasil evaluasi pemilihan penyedia;

e. Dokumen kontrak;

f. Pelaksanaan kontrak.

Ayat (7)

Cukup jelas

Angka 13

Cukup jelas

Angka 14

Cukup jelas

Pasal II

Angka 1

Cukup Jelas

Angka 2

Dalam hal Departemen/Lembaga/Komisi/BI/Pemerintah Daerah/BHMN/

BUMN/BUMD sudah terdapat pejabat yang memiliki sertifikat keahlian pengadaan

barang/jasa sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d Keputusan Presiden

Nomor 80 Tahun 2003, maka Pejabat Pembuat Komitmen wajib mengutamakan

pejabat yang telah mempunyai sertifikat keahlian tersebut untuk diangkat menjadi

Pejabat/Panitia Pengadaan/Anggota Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) di

Departemen/Lembaga/Komisi/BI/ Pemerintah Daerah/BHMN/BUMN/BUMD.

- 28 -

Angka 3

Cukup Jelas

Angka 4

Cukup Jelas

Angka 5

Cukup Jelas

Angka 6

Cukup Jelas