peraturan dengan rahmat tuhan yang … · dilaksanakan secara tertib ... laboratorium adalah...

82
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 158/KA/XI/2008 TENTANG PELAKSANAAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan standardisasi ketenaganukliran perlu ditetapkan Peraturan Kepala BATAN tentang Pelaksanaan Standardisasi Ketenaganukliran; Mengingat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676); Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional; Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; Keputusan Presiden Nomor 16/M Tahun 2007; Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi Dan Tata Kerja BATAN; Keputusan Kepala BATAN Nomor 360/KA/VII/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TENTANG PELAKSANAAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN.

Upload: doduong

Post on 19-Aug-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PERATURAN

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

NOMOR : 158/KA/XI/2008

TENTANG

PELAKSANAAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan standardisasi ketenaganukliran perlu

ditetapkan Peraturan Kepala BATAN tentang Pelaksanaan Standardisasi

Ketenaganukliran;

Mengingat : 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676);

Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi

Nasional;

Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;

Keputusan Presiden Nomor 16/M Tahun 2007;

Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi Dan

Tata Kerja BATAN;

Keputusan Kepala BATAN Nomor 360/KA/VII/2001 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TENTANG

PELAKSANAAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-2-

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Standar Ketenaganukliran adalah dokumen yang ditetapkan melalui

konsensus para pemangku kepentingan dan disahkan oleh badan yang

berwenang serta berisikan peraturan, pedoman, karakteristik kegiatan atau

hasilnya, untuk pemakaian umum dan berulang serta bertujuan untuk

mencapai tingkat keteraturan optimum dalam konteks tertentu.

2. Standardisasi ketenaganukliran adalah proses merumuskan, menetapkan,

menerapkan dan merevisi standar bidang ketenaganukliran, yang

dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak.

3. Standar BATAN (SB) adalah standar yang ditetapkan oleh Kepala BATAN

sebagai hasil rumusan Tim Perumus Standar BATAN setelah dicapai kata

sepakat pihak terkait.

4. Tim Penyusun Rancangan Standar (TPRS) adalah Tim yang dibentuk oleh

Kepala Pusat Unit Kerja eselon II dilingkungan BATAN yang bertugas

menyusun rancangan standar sesuai kompetensi Unit Kerja, yang

selanjutnya akan ditetapkan sebagai standar BATAN atau Standar Nasional

Indonesia.

5. Tim Perumus Standar BATAN (TPSB) adalah tim yang ditetapkan oleh

Kepala BATAN yang keanggotaannya terdiri dari para pemangku

kepentingan sesuai dengan Standar BATAN yang akan dirumuskan atau

direvisi; yang bertugas melakukan perumusan rancangan standar BATAN

dan/atau merevisi standar BATAN, dengan lingkup sesuai dengan bidang

kompetensi BATAN.

6. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh

Badan Standardisasi Nasional Indonesia dan berlaku secara nasional.

7. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Ketenaganukliran adalah

rancangan standar di bidang ketenaganukliran yang dirumuskan oleh

Panitia Teknik atau Sub Panitia Teknik (Pantek/Sub Pantek).

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-3-

8. Perumusan Rancangan Standar bidang ketenaganukliran adalah rangkaian

kegiatan sejak pengumpulan dan pengolahan data untuk menyusun

Rancangan Standar bidang ketenaganukliran sampai tercapainya konsensus

semua pihak yang terkait.

9. Penetapan Standar ketenaganukliran adalah kegiatan menetapkan

Rancangan Standar bidang ketenaganukliran untuk menjadi standar

ketenaganukliran.

10. Penerapan Standar bidang ketenaganukliran adalah kegiatan menggunakan

Standar bidang ketenaganukliran oleh pelaku usaha/kegiatan di bidang

ketenaganukliran.

11. Revisi Standar bidang ketenaganukliran adalah kegiatan penyempurnaan

Standar bidang ketenaganukliran sesuai dengan kebutuhan.

12. Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal oleh instansi yang

berwenang yang menyatakan bahwa suatu lembaga penilai

kesesuaian/laboratorium telah memenuhi persyaratan untuk melakukan

kegiatan sertifikasi tertentu.

13. Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang

atau jasa.

14. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Laboratorium penguji

/kalibrasi dan institusi yang telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa

barang, jasa, proses, sistem atau personel telah memenuhi standar yang

dipersyaratkan.

15. Tanda SNI adalah tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada barang kemasan

atau label yang menyatakan telah terpenuhinya persyaratan Standar

Nasional Indonesia.

16. Tanda SB adalah tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada barang kemasan

atau label yang menyatakan telah terpenuhinya persyaratan Standar

BATAN.

17. Barang Ketenaganukliran adalah setiap barang dan atau benda

ketenaganukliran baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan

maupun tidak dapat dihabiskan.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-4-

18. Jasa Ketenaganukliran adalah setiap layanan berupa pemanfaatan,

pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir

serta pengawasan kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir.

19. Laboratorium adalah laboratorium penguji dan laboratorium kalibrasi.

20. Sistem Standardisasi adalah tatanan jaringan sarana dan kegiatan

standardisasi yang serasi, selaras dan terpadu serta berwawasan nasional,

yang meliputi penelitian, dan pengembangan standardisasi.

21. Sistem Standardisasi BATAN (SSB) adalah sistem standardisasi di

lingkungan BATAN.

22. Badan Standardisasi Nasional (BSN) adalah badan yang membantu

presiden dalam menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan di

bidang standardisasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

23. Sistem mutu adalah tatanan kerja yang mencakup struktur organisasi,

tanggungjawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk menerapkan

Sistem Manajemen Mutu.

24. Panitia teknis/Sub panitia teknis bidang ketenaganukliran adalah Panitia

yang ditetapkan oleh BSN atas usul Badan Tenaga Nuklir Nasional yang

keanggotaanya terdiri dari 4 (empat) pemangku kepentingan yaitu unsur

pemerintah pusat atau pemerintah daerah, produsen, cendekiawan dan

konsumen.

25. Sertifikat BATAN adalah sertifikat yang berlaku dalam lingkungan BATAN

dan disahkan oleh Kepala BATAN dan berlaku selama 3 (tiga) tahun.

26. Tim Penilaian Kesesuaian Sertifikasi BATAN (TPKSB) adalah tim yang

dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala BATAN yang bertugas melaksanakan

penilaian kesesuaian untuk sertifikasi BATAN terhadap barang, jasa, proses,

sistem manajemen, dan/atau personel di lingkungan BATAN.

27. Tim Penilaian Kesesuaian Akreditasi BATAN adalah (TPKAB) tim yang

dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala BATAN yang bertugas melaksanakan

penilaian kesesuaian untuk akreditasi BATAN terhadap laboratorium

dan/atau unit kegiatan di lingkungan BATAN.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-5-

28. Tim Pembinaan Standardisasi adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh

Kepala BATAN yang bertugas melaksanakan pembinaan standardisasi

dalam rangka penerapan standardisasi di lingkungan BATAN.

29. Tim Pengawasan Standardisasi adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan

oleh Kepala BATAN yang bertugas melaksanakan pengawasan standardisasi

melalui kegiatan pemantauan, audit dan inspeksi di lingkungan BATAN.

30. Komisi Standardisasi BATAN (KSB) adalah komisi yang ditetapkan oleh

Kepala BATAN yang bertugas memberi saran dan pertimbangan kepada

Kepala BATAN berkenaan dengan pelaksanaan dan peningkatan kegiatan

standardisasi ketenaganukliran.

BAB II

RUANG LINGKUP

STANDARDISASI BIDANG KETENAGANUKLIRAN

Pasal 2

Ruang lingkup Standardisasi bidang ketenaganukliran meliputi perumusan dan

penetapan standar, penerapan standar, akreditasi, sertifikasi, pembinaan dan

pengawasan standardisasi bidang ketenaganukliran, yang berlaku di lingkungan

BATAN.

BAB III

TUJUAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN

Pasal 3

Standardisasi ketenaganukliran bertujuan mendukung peningkatan

produktifitas, daya guna produksi, mutu barang, jasa, proses, sistem dan/atau

personel, yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing, perlindungan

terhadap pelaksana kegiatan dan para pemangku kepentingan khususnya

dalam keselamatan, kesehatan, keamanan dan lingkungan hidup.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-6-

BAB IV

KELEMBAGAAN

Pasal 4

(1) Pembinaan dan pengembangan standardisasi ketenaganukliran di

lingkungan BATAN dikoordinasikan oleh PSJMN.

(2) Untuk memperlancar dan menunjang tugas teknis standardisasi

ketenaganukliran serta meningkatkan patisipasi pemangku kepentingan,

Kepala BATAN membentuk simpul-simpul fungsional antara lain yaitu KSB,

Panitia Teknis, TPSB, TPKAB, TPKSB, Tim Pembina Standardisasi, dan Tim

Pengawas Standardisasi.

(3) PSJMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyiapkan bahan kebijakan

serta ketentuan-ketentuan standardisasi bidang ketenaganukliran dengan

memperhatikan masukan dari Pusat, Biro, Inspektorat, Pusdiklat, STTN,

Fasilitas Utama dan Penunjang di lingkungan BATAN, serta sumber-sumber

lainnya yang merupakan pemangku kepentingan ketenaganukliran.

Selanjutnya dirumuskan oleh KSB dan ditetapkan oleh Kepala BATAN.

(4) Hasil perumusan dan penetapan kebijakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) akan ditetapkan menjadi pedoman dalam setiap kegiatan

standardisasi di lingkungan BATAN.

(5) Sistem Standardisasi BATAN dan pedoman di bidang standardisasi

ketenaganukliran disusun oleh PSJMN dengan mengacu kepada Sistem

Standardisasi Nasional dan peraturan yang berlaku, dirumuskan oleh KSB

dan ditetapkan oleh Kepala BATAN.

Pasal 5

(1) Seluruh Unit Kerja/Kegiatan di Lingkungan BATAN wajib melaksanakan

standardisasi sesuai dengan bidang kompetensinya masing-masing.

(2) Seluruh Unit Kerja/Kegiatan di lingkungan BATAN adalah subjek dan atau

objek dari Sistem Standardisasi BATAN.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-7-

(3) Unit Kerja/Kegiatan di lingkungan BATAN adalah Pusat, Biro, Inspektorat,

Pusdiklat, STTN, Fasilitas Utama dan Penunjang di lingkungan BATAN.

BAB V

PERUMUSAN DAN PENETAPAN STANDAR

Pasal 6

(1) Perumusan standar di bidang ketenaganukliran dilakukan sesuai dengan

SSN untuk menghasilkan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)

ketenaganukliran.

(2) Perumusan RSNI ketenaganukliran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh Panitia Teknis yang dikelola BATAN dan dikoordinasikan oleh

PSJMN.

(3) Hasil perumusan RSNI ketenaganukliran sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) selanjutnya disampaikan kepada PSJMN untuk dikonsesuskan,

ketentuan konsensus mengikuti aturan yang berlaku.

(4) RSNI ketenaganukliran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) setelah

mencapai konsensus dari semua pihak terkait, oleh PSJMN disampaikan

kepada BSN untuk ditetapkan menjadi SNI di bidang ketenaganukliran.

(5) Perumusan standar BATAN dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang

tercantum dalam SSB.

(6) Penyusunan Rancangan Standar BATAN sebagaimana dimaksud diatas

dilakukan oleh Tim Penyusun Rancangan Standar dan dirumuskan oleh Tim

Perumus Standar BATAN.

(7) Hasil perumusan standar BATAN disampaikan ke PSJMN untuk

dikonsensuskan bersama pemangku kepentingan, setelah mencapai kata

sepakat dari semua pihak terkait, oleh PSJMN disampaikan kepada Kepala

BATAN untuk ditetapkan menjadi standar BATAN.

(8) Standar BATAN dikaji ulang sekurang-kurangnya dalam 5 (lima) tahun atau

sesuai kebutuhan. Kaji ulang dilakukan oleh Tim Perumus Standar BATAN

(TPSB).

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-8-

(9) Hasil kaji ulang dapat berupa revisi, amandemen, abolisi, format ulang,

tanpa perubahan atau usulan untuk SNI.

Pasal 7

(1) SNI di bidang ketenaganukliran dikaji ulang sekurang-kurangnya sekali

dalam waktu 5 (lima) tahun, dilakukan oleh Panitia Teknis .

(2) Hasil pengkajian ulang SNI di bidang ketenaganukliran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat berupa amandemen, suplemen, revisi,

abolisi, format ulang dan/atau tanpa perubahan.

Pasal 8

(1) Dalam rangka perumusan RSNI atau RSB dan pengkajian SNI atau SB

ketenaganukliran PSJMN dapat melakukan penelitian dan pengembangan

standardisasi bersama-sama Panitia Teknis atau TPSB ketenaganukliran .

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perumusan Standar Nasional

Ketenaganukliran dan standar BATAN dilakukan sesuai SSB .

BAB VI

PENERAPAN STANDAR, AKREDITASI DAN SERTIFIKASI

Pasal 9

(1) Penerapan SNI atau SB ketenaganukliran dapat bersifat sukarela atau

wajib.

(2) SNI di bidang ketenaganukliran yang bersifat sukarela atau wajib

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ketentuannya ditetapkan oleh BSN,

untuk SB ketentuannya ditetapkan oleh Kepala BATAN.

(3) SNI dan/atau SB ketenaganukliran yang bersifat wajib sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), ditetapkan berkaitan dengan kepentingan

keselamatan, kesehatan, keamanan masyarakat atau kelestarian fungsi

lingkungan hidup dan/atau pertimbangan ekonomis.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-9-

(4) Pemberlakuan SNI ketenaganukliran secara wajib ditetapkan dengan

Peraturan Bersama Kepala BATAN, Kepala BAPETEN dan BSN.

(5) Pemberlakuan SB secara wajib ditetapkan dengan Peraturan Kepala BATAN.

(6) Penerapan SNI dan/atau SB ketenaganukliran dilakukan melalui proses

sertifikasi dan akreditasi.

Pasal 10

(1) Akreditasi laboratorium penguji/kalibrasi dan lembaga penilai kesesuaian

yang melaksanakan sertifikasi dilakukan oleh instansi yang berwenang

secara nasional (KAN, KNAPPP) atau untuk lingkup BATAN oleh BATAN cq

PSJMN.

(2) Laboratorium penguji/kalibrasi, lembaga penilai kesesuaian dan PSJMN

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertanggungjawab atas sertifikat

yang diterbitkannya.

(3) Sertifikasi dilakukan oleh laboratorium penguji/kalibrasi dan lembaga penilai

kesesuaian yang telah diakreditasi secara nasional atau oleh BATAN cq

PSJMN.

(4) PSJMN dapat melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (3) melalui penilaian kesesuaian yang dibantu oleh TPKAB dan

TPKSB.

(5) Barang atau jasa ketenaganukliran, proses, system dan personel yang telah

memenuhi persyaratan SNI/SB akan diberikan sertifikat dan/atau dibubuhi

tanda SNI/SB.

(6) Syarat dan tata cara pemberian sertifikat, dan pembubuhan tanda SNI atau

SB sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mengikuti pedoman yang

ditetapkan oleh BSN untuk tanda SNI dan pedoman BATAN untuk tanda SB.

Pasal 11

(1) Pelaksana kegiatan dan pemangku kepentingan di bidang ketenaganukliran

yang menerapkan SNI ketenaganukliran atau SB yang diberlakukan secara

wajib, harus memiliki sertifikat dan/atau tanda SNI/SB.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-10-

(2) Pelaksana kegiatan dan pemangku kepentingan di bidang ketenaganukliran

yang barang dan/atau jasanya telah mendapat sertifikat dan/atau tanda

SNI/SB, dilarang memproduksi dan/atau mengedarkan barang dan atau

jasa yang tidak memenuhi SNI/SB.

Pasal 12

(1) Untuk mendapatkan sertifikat, pelaksana kegiatan dan pemangku

kepentingan di bidang ketenaganukliran wajib memenuhi persyaratan

sistem mutu yang ditetapkan dalam SNI ketenaganukliran atau SB yang

sesuai dengan kegiatannya .

(2) Untuk mendapatkan sertifikat produk ketenaganukliran, Pelaksana kegiatan

dan pemangku kepentingan di bidang ketenaganukliran wajib memiliki

sertifikat hasil uji dan sertifikat sistem mutu.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 13

(1) Dalam rangka penerapan standardisasi oleh unit kerja dan laboratorium

penguji/kalibrasi, fasilitas utama dan penunjang di lingkungan BATAN,

PSJMN melaksanakan pembinaan standardisasi, sedangkan pembinaan

teknis dilaksanakan oleh masing-masing unit kerja yang bersangkutan.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi workshop,

seminar, pelatihan dan sosialisasi standardisasi.

Pasal 14

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan BATAN, barang/jasa

ketenaganukliran yang telah memperoleh sertifikat dan/atau dibubuhi

tanda SNI ketenaganukliran atau SB yang diberlakukan secara wajib,

dilakukan oleh PSJMN dalam bentuk audit, pemantauan atau inspeksi.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-11-

(2) Pengawasan secara internal harus dilakukan oleh unit kerja masing-masing

yang menerapkan standardisasi.

(3) Pengawasan terhadap kegiatan BATAN yang terkait dengan perijinan

ketenaganukliran dilakukan oleh PSJMN dalam bentuk audit jaminan mutu

nuklir.

Pasal 15

(1) Biaya perumusan standar, akreditasi dan sertifikasi, serta pembinaan dan

pengawasan dibebankan kepada anggaran PSJMN.

(2) Besarnya biaya-biaya tersebut disesuaikan dengan biaya standardisasi dan

ketentuan lain yang berlaku.

BAB VIII

SANKSI

Pasal 16

Unit kerja, laboratorium dan pelaksana kegiatan yang tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 dapat dikenakan sanksi

administratif berupa pencabutan sertifikat.

BAB IX

PENUTUP

Pasal 17

(1) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(2) Dengan berlakunya peraturan ini maka keputusan Kepala BATAN Nomor

199/KA/IV/2004 tentang pelaksanaan standardisasi ketenaganukliran di

lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku lagi.

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

-12-

(3) Pelaksanaan peraturan ini secara rinci diatur dalam dokumen Sistem

Standardisasi BATAN dan pedoman-pedoman pelaksanaannya sebagaimana

tercantum dalam Lampiran Peraturan ini, merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari peraturan ini.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 3 Nopember 2008

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO

Salinan sesuai dengan aslinya,

Kepala Biro Kerjasama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat,

Ferhat Aziz

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

2008

S

S

B

Sistem Standardisasi BATAN

i

KATA PENGANTAR

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) adalah institusi pemerintah yang memiliki tugas dan

fungsi melaksanakan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan iptek nuklir serta

perumusan kebijakan tentang ketenaganukliran di Indonesia yang sepenuhnya ditujukan

untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Untuk itu BATAN dituntut

untuk dapat mengoperasikan fasilitas nuklir yang berkeselamatan handal dan menghasilkan

produk iptek nuklir yang bermutu, bermanfaat, berdayasaing dan berdayaguna bagi

masyarakat. BATAN juga dituntut untuk lebih meningkatkan kesiapan dan peran aktifnya

dalam kegiatan-kegiatan iptek nuklir dalam lingkup nasional, regional dan internasional

sebagai perwujudan partisipasi dan kontribusinya terhadap pembangunan nasional dan

persaingan dalam era global.

Sistem Standardisasi BATAN (SSB) dikembangkan untuk maksud memberikan dukungan

dalam mencapai tujuan tersebut di atas dengan cara menetapkan dan melaksanakan

standardisasi pada seluruh lingkup kegiatan di BATAN yang tujuan akhirnya adalah untuk

mewujudkan jaminan mutu dan jaminan keselamatan terhadap produk iptek nuklir yang

memenuhi persyaratan dan harapan para pemangku kepentingan serta selaras dengan

filosofi pengembangan dan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir.

SSB disusun mengacu pada Sistem Standardisasi Nasional (SSN) dan peraturan perundang-

undangan dibidang ketenaganukliran sehingga dalam penerapannya dapat harmonis dan

tertelusur ke peraturan perundang-undangan dibidang ketenaganukliran dan atau

persyaratan lainnya dalam lingkup nasional dan internasional. SSB ini mengatur dan

menetapkan kebijakan-kebijakan tentang kelembagaan standardisasi, perumusan standar

ketenaganukliran, akreditasi, sertifikasi, pembinaan dan pengawasan standardisasi,

kerjasama dan pemasyarakatan standardisasi dan Litbang standardisasi.

SSB dibuat dan diterbitkan berdasar pada Surat Keputusan Kepala BATAN Nomor

199/KA/IV/2004 Tentang Pelaksanaan Standardisasi Ketenaganukliran di lingkungan BATAN.

SSB tahun 2008 ini merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari SSB tahun 2004

dan diterbitkan untuk menggantikan Edisi tahun 2004 tersebut. Dokumen SSB tahun 2008

ini dilengkapi dengan tiga pedoman yaitu: (1) Pedoman Perumusan Standar

Ketenaganukliran, (2) Pedoman Akreditasi dan Sertifikasi BATAN dan (3) Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Standardisasi. Pedoman-pedoman tersebut menguraikan lebih

rinci tentang pelaksanaan kebijakan standardisasi yang harus diterapkan oleh seluruh

pusat/unit kerja di lingkungan BATAN.

Sistem Standardisasi BATAN

ii

Dengan diterbitkannya Sistem Standardisasi BATAN tahun 2008 maka seluruh pusat/unit

kerja di lingkungan BATAN pada setiap kegiatannya harus menerapkan standardisasi

dengan mengacu pada dokumen ini sesuai dengan lingkup dan kepentingannya.

Jakarta, 3 Nopember 2008

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional

-ttd-

Dr. Hudi Hastowo

NIP. 330001109

Sistem Standardisasi BATAN

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I

PENDAHULUAN ..............................................................................................................1

1.1 Latar belakang ..............................................................................................1

1.2 Pengertian ....................................................................................................2

1.3 Ruang lingkup Sistem Standardisasi BATAN .....................................................7

1.4 Tujuan Sistem Standardisasi BATAN...............................................................7

1.5 Arah pengembangan Sistem Standardisasi BATAN............................................7

BAB II

KEBIJAKAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN...........................................................9

2.1 Perkembangan lingkungan strategis ................................................................9

2.2 Kondisi yang diharapkan .............................................................................. 10

2.3 Visi Sistem Standardisasi BATAN ................................................................... 10

2.4 Misi Sistem Standardisasi BATAN ................................................................. 10

2.5 Kebijakan Standardisasi BATAN..................................................................... 11

2.6 Program Standardisasi BATAN ...................................................................... 12

BAB III

KELEMBAGAAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN................................................... 13

3.1 Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir (PSJMN) ................................... 13

3.2 Komisi Standardisasi BATAN (KSB) ................................................................ 13

3.3 Tim Perumus Standar BATAN (TPSB)............................................................. 14

3.4 Tim Penyusun Rancangan Standar (TPRS) ..................................................... 14

3.5 Tim Penilaian Kesesuaian Akreditasi BATAN (TPKAB) ...................................... 15

3.6 Tim Penilaian Kesesuaian Sertifikasi BATAN (TPKSB) ...................................... 15

3.7 Badan Standardisasi Nasional (BSN).............................................................. 15

BAB IV

PERUMUSAN STANDAR KETENAGANUKLIRAN................................................................. 18

4.1 Program perumusan standar ketenaganukliran............................................... 19

4.2 Perumusan rancangan standar ketenaganukliran............................................ 19

4.3 Tahapan perumusan standar ketenaganukliran .............................................. 20

Sistem Standardisasi BATAN

iv

BAB V

PENERAPAN STANDAR KETENAGANUKLIRAN.................................................................. 22

5.1 Unsur-unsur pemangku kepentingan dalam penerapan SNI ketenaganukliran/SB.23

5.2 Pendukung penerapan SNI ketenaganukliran/SB .............................................. 23

5.3 Evaluasi penerapan standar ............................................................................ 24

5.4 Pemberlakuan wajib standar ketenaganukliran ................................................. 24

5.5 Ketentuan pemberlakuan wajib standar ketenaganukliran.................................. 24

5.6 Penilaian kesesuaian terhadap penerapan standar ............................................ 24

5.7 Pembinaan dan pengawasan standardisasi .......................................................28

BAB VI

KERJASAMA DAN PEMASYARAKATAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN ................... 29

6.1 Kerjasama standardisasi ketenaganukliran......................................................29

6.2 Kerjasama dalam rangka perumusan standar ketenaganukliran........................29

6.3 Kerjasama dalam rangka penerapan standar ketenaganukliran.........................30

6.4 Kerjasama pembinaan dan pengawasan standardisasi ketenaganukliran...........30

6.5 Dokumentasi dan informasi standardisasi ketenaganukliran ............................30

BAB VII

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN...................... 32

7.1 Penelitian dalam lingkup perumusan standar...................................................32

7.2 Penelitian dalam lingkup penerapan standar...................................................32

7.3 Penelitian dalam lingkup pembinaan standardisasi .........................................32

7.4 Penelitian dalam lingkup pengawasan standardisasi.........................................33

DAFTAR ACUAN .......................................................................................................... 34

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Standardisasi sebagai suatu unsur penunjang pembangunan iptek nuklir, mempunyai

peranan penting dalam upaya mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya

ketenaganukliran dan seluruh kegiatan pembangunan iptek nuklir. Perangkat-perangkat

standardisasi juga berperan untuk menunjang produktivitas serta nilai tambah produk

ketenaganukliran, khususnya dalam pengembangan industri ketenaganukliran serta

perlindungan bagi konsumen. Peningkatan program dan kegiatan standardisasi

ketenaganukliran selaras dengan kebijakan strategik BATAN yang tertuang dalam

dokumen Renstra BATAN bahwa iptek nuklir sebagai bagian yang terintegrasi dengan

pembangunan nasional.

Perkembangan organisasi dan sumberdaya standardisasi dalam lingkungan BATAN harus

mampu menunjang pengembangan standardisasi ketenaganukliran. Kemampuan ini perlu

dioptimalkan sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara maksimal oleh semua pihak,

melalui penggalangan partisipasi bersama seluruh unit kerja BATAN secara serasi dan

selaras. Pengarahan dan pengerahan seluruh potensi standardisasi juga diperlukan untuk

mendukung kegiatan pencapaian sasaran dalam Rencana Strategik BATAN, terutama

yang tertuang sebagai Sasaran Utama Program BATAN.

Seluruh pelaksanaan kegiatan di lingkungan BATAN harus menerapkan proses

standardisasi untuk mewujudkan manajemen mutu terpadu atau Total Quality

Management (TQM), dengan tujuan akhir menjamin mutu produk ketenaganukliran.

Dengan demikian, standardisasi ketenaganukliran dapat dipergunakan sebagai alat

kebijakan pemerintah dalam menata struktur pembangunan secara lebih baik dan dalam

memberikan perlindungan kepada masyarakat. Pemerintah terutama BATAN dan para

pengguna hasil teknologi nuklir memerlukan standar-standar terkait dengan

ketenaganukliran dalam jumlah dan kualitas yang semakin meningkat untuk menunjang

tujuan strategis, antara lain peningkatan daya saing dan ekspor produk ketenaganukliran,

peningkatan efisiensi nasional serta menunjang program bidang ketenaganukliran yang

terkait dengan sektor lainnya dalam sistem pembangunan nasional.

Sejalan dengan itu, wawasan dalam kegiatan standardisasi ketenaganukliran sangat

diperlukan untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan program serta pengembangan

standardisasi ketenaganukliran yang tanggap terhadap kebutuhan nasional. Diperlukan

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

2

adanya suatu sistem standardisasi ketenaganukliran yang disebut Sistem Standardisasi

BATAN, dan disingkat dengan SSB yang melingkupi dan merangkum secara serasi dan

selaras serta menjadi dasar dan pedoman bagi seluruh kegiatan standardisasi

ketenaganukliran di Indonesia terutama di lingkungan BATAN.

SSB yang disusun mengacu pada Sistem Standardisasi Nasional (SSN) sebagai penjabaran

Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Sistem Standardisasi Nasional,

merupakan dasar dan pedoman pelaksanaan standardisasi di lingkungan BATAN yang

harus diacu oleh semua unit kerja dan telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala

BATAN Nomor 199/KA/IV/2004 Tentang Pelaksanaan Standardisasi Ketenaganukliran di

Lingkungan BATAN.

Dokumen SSB ini dilengkapi dengan Pedoman Standardisasi BATAN sebagai pedoman

pelaksanaannya, antara lain :

- Pedoman tentang Perumusan Standar Ketenaganukliran (PSB 01 : 2008)

- Pedoman tentang Akreditasi dan Sertifikasi BATAN (PSB 02 : 2008)

- Pedoman tentang Pembinaan dan Pengawasan Standardisasi (PSB 03 : 2008)

1.2 Pengertian

Beberapa pengertian yang terdapat dalam SSB adalah sebagai berikut :

1.2.1

standar

dokumen yang ditetapkan melalui konsensus para pemangku kepentingan dan disahkan

oleh badan yang berwenang serta berisikan peraturan, pedoman, karakteristik kegiatan

atau hasilnya, untuk pemakaian umum dan pemakaian berulang serta bertujuan untuk

mencapai tingkat keteraturan optimum dalam konteks tertentu

1.2.2

standardisasi

proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan

secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak/pemangku kepentingan

1.2.3

Sistem Standardisasi BATAN (SSB)

tatanan jaringan sarana dan kegiatan standardisasi di lingkungan BATAN yang serasi,

selaras dan terpadu serta berwawasan nasional, yang meliputi penelitian dan

pengembangan standardisasi, perumusan standar, penetapan standar, pemberlakuan

standar, penerapan standar, akreditasi, sertifikasi, metrologi, pembinaan dan pengawasan

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

3

standardisasi, kerjasama, informasi dan dokumentasi, pemasyarakatan, pendidikan dan

pelatihan standardisasi

1.2.4

sistem mutu

tatanan kerja yang mencakup struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan

sumberdaya untuk mewujudkan budaya mutu

1.2.5

metrologi

ilmu pengetahuan tentang pengukuran

1.2.6

metrologi radiasi nuklir

metrologi yang menyangkut persyaratan teknik dalam pemakaian zat radioaktif dan atau

sumber radiasi lainnya yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku yang bertujuan menjamin kesehatan dan keselamatan dengan memberikan

ketelitian dan keandalan yang dapat dipertanggungjawabkan

1.2.7

Standar Nasional Indonesia (SNI)

standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional

1.2.8

Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI)

rancangan standar yang dirumuskan oleh Panitia Teknis (PT) perumusan standar setelah

tercapai konsensus dari semua pihak pemangku kepentingan

1.2.9

Standar BATAN (SB)

standar yang ditetapkan oleh BATAN setelah dicapai kata sepakat dari pihak pemangku

kepentingan

1.2.10

Rancangan Standar BATAN (RSB)

rancangan standar yang dirumuskan oleh Tim Perumus Standar BATAN (TPSB) setelah

tercapai konsensus dari semua pihak pemangku kepentingan

1.2.11

perumusan rancangan standar

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

4

rangkaian kegiatan sejak pengumpulan dan pengolahan data untuk menyusun rancangan

standar sampai tercapainya konsensus dari semua pihak pemangku kepentingan

1.2.12

penetapan standar

kegiatan menetapkan rancangan standar menjadi standar

1.2.13

penerapan standar

kegiatan menggunakan standar

1.2.14

revisi standar

kegiatan penyempurnaan standar sesuai dengan kebutuhan

1.2.15

penilaian kesesuian

suatu kegiatan untuk menilai apakah suatu objek tertentu telah memenuhi ketentuan

yang ditetapkan dalam suatu standar tertentu.

1.2.16

akreditasi Nasional

serangkaian kegiatan pengakuan formal oleh pihak berwenang secara nasional (KAN,

KNAPPP, BAN, BAPETEN, LAN dll), yang menyatakan bahwa suatu unit kegiatan

/laboratorium telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi tertentu

1.2.17

akreditasi BATAN

serangkaian kegiatan pengakuan formal oleh BATAN, yang menyatakan bahwa suatu unit

kegiatan/laboratorium telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi

tertentu

1.2.18

sertifikasi BATAN

rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat oleh BATAN terhadap barang, jasa, proses,

sistem manajemen, dan atau personel di lingkungan BATAN

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

5

1.2.19

sertifikasi Nasional

rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang, jasa, proses, sistem, dan atau

personel oleh suatu unit/institusi yang telah diakreditasi oleh pihak berwenang secara

nasional

1.2.20

sertifikat

jaminan tertulis yang diberikan oleh laboratorium penguji/kalibrasi dan unit kegiatan yang

melaksanakan sertifikasi yang telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa,

proses, sistem atau personel telah memenuhi standar yang dipersyaratkan

1.2.21

laboratorium

laboratorium pengujian, laboratorium kalibrasi, laboratorium litbang dan kegiatan lainnya

1.2.22

tanda SNI

tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada barang kemasan atau label yang menyatakan

bahwa barang tersebut telah memenuhi persyaratan SNI

1.2.23

tanda SB

tanda sertifikasi yang dibubuhkan pada barang kemasan atau label yang menyatakan

bahwa barang tersebut telah memenuhi persyaratan SB

1.2.24

Badan Standardisasi Nasional (BSN)

badan yang membantu Presiden dalam menyelenggarakan pengembangan dan

pembinaan di bidang standardisasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

1.2.25

Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir (PSJMN)

unit kerja di lingkungan BATAN yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan

kegiatan standardisasi, baik secara struktural maupun fungsional

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

6

1.2.26

Komisi Standardisasi BATAN (KSB)

komisi yang ditetapkan oleh Kepala BATAN, bertugas memberi saran dan pertimbangan

kepada Kepala BATAN berkenaan dengan pelaksanaan dan peningkatan kegiatan

standardisasi ketenaganukliran

1.2.27

Panitia Teknis (PT) bidang ketenaganukliran

panitia teknis yang ditetapkan oleh BSN atas usulan BATAN yang keanggotaannya terdiri

dari unsur-unsur pemerintah/regulator, dunia usaha, cendekiawan dan konsumen, yang

bertugas melaksanakan tugas-tugas teknis tertentu dalam rangka proses perumusan RSNI

dan/atau revisi SNI ketenaganukliran

1.2.28

Tim Perumus Standar BATAN (TPSB)

tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala BATAN yang keanggotaannya terdiri dari

wakil unit kerja dengan tugas dan fungsi sesuai dengan bidang kompetensi BATAN, yang

bertugas melakukan tugas-tugas teknis tertentu dalam rangka perumusan Rancangan

Standar BATAN (RSB) dan atau merevisi Standar BATAN (SB)

1.2.29

Tim Penyusun Rancangan Standar (TPRS)

tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala Unit kerja di lingkungan BATAN yang

bertugas menyusun konsep rancangan standar sesuai kompetensi unit kerja, yang

selanjutnya akan diusulkan sebagai RSB atau RSNI

1.2.30

Tim Penilaian Kesesuaian Akreditasi BATAN (TPKAB)

tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala BATAN yang bertugas melaksanakan

penilaian kesesuaian untuk akreditasi BATAN terhadap laboratorium dan/atau unit

kegiatan di lingkungan BATAN

1.2.31

Tim Penilaian Kesesuaian Sertifikasi BATAN (TPKSB)

tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala BATAN yang bertugas melaksanakan

penilaian kesesuaian untuk sertifikasi BATAN terhadap barang, jasa, proses, sistem

manajemen, dan/atau personel di lingkungan BATAN

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

7

1.2.32

Tim Penguji Sertifikasi Personel (TPSP)

tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala BATAN yang bertugas melaksanakan ujian

kualifikasi untuk sertifikasi personel

1.2.33

Masyarakat Standardisasi Indonesia (Mastan)

organisasi masyarakat independen sebagai wadah untuk mensinergikan pelaku usaha,

konsumen, ilmuwan, dan pemerintah (pemangku kepentingan) dalam upaya mewujudkan

industri nasional dengan daya saing yang tangguh di tingkat nasional, regional dan

internasional serta perlindungan konsumen, pelaku usaha dan masyarakat lainnya dengan

penerapan dan pengembangan sistem mutu, keselamatan, keamanan, kesehatan,

maupun fungsi kelestarian lingkungan hidup melalui Sistem Standardisasi Nasional yang

selaras dengan Sistem Internasional

1.3 Ruang lingkup Sistem Standardisasi BATAN

Ruang lingkup SSB meliputi unsur-unsur kelembagaan standardisasi, perumusan standar,

penetapan standar, pemberlakuan standar, penerapan standar, akreditasi, sertifikasi,

pembinaan dan pengawasan, kerjasama dan pemasyarakatan, dan litbang standardisasi

ketenaganukliran yang berlaku di lingkungan BATAN.

1.4 Tujuan Sistem Standardisasi BATAN

Tujuan disusunnya SSB adalah untuk mewujudkan jaminan mutu hasil pembangunan

iptek nuklir yang dapat meningkatkan efesiensi nasional dan menunjang program

ketenaganukliran yang terkait dengan sektor lainnya dalam sistem pembangunan

nasional, dengan jalan meningkatkan keterpaduan, keselarasan, keserasian dan

keseimbangan unsur-unsur dalam SSB.

1.5 Arah pengembangan Sistem Standardisasi BATAN

SSB dikembangkan untuk mencapai suatu budaya mutu BATAN dengan tujuan

terwujudnya jaminan mutu hasil pembangunan iptek nuklir yang memenuhi persyaratan

dan harapan para pemangku kepentingan, selaras dengan pengembangan pembangunan

ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir. Untuk itu seluruh kegiatan pelaksanaan tugas dan

fungsi unit kerja dilingkungan BATAN harus menerapkan sistem mutu.

Pemenuhan persyaratan dan harapan para pemangku kepentingan didekati dengan

pelaksanaan standardisasi terhadap sumber daya litbangyasa yang digunakan, proses,

produk dan sistem manajemen yang sesuai dengan tujuan organisasi serta melakukan

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

8

proses perbaikan berkelanjutan sehingga tercapai budaya mutu BATAN dalam

melaksanakan pembangunan iptek nuklir.

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

9

BAB II

KEBIJAKAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN

2.1 Perkembangan lingkungan strategis

Secara umum kemajuan iptek berkembang pesat di berbagai negara sehingga

memungkinkan peningkatan laju kebutuhan konsumen dan pertumbuhan ekonomi yang

semakin cepat. Hasil litbangyasa terbukti bermanfaat bagi masyarakat dan harus

didayagunakan melalui kerjasama, kemitraan agar memberikan manfaat yang lebih nyata

secara komersial bagi masyarakat. Hal tersebut menjadi tantangan bagi para pelaku iptek

untuk berupaya terus mendukung teknologi produksi agar mutu produknya dapat

bersaing, antara lain dengan mendayagunakan seoptimal mungkin langkah-langkah

inovasi teknologi yang memperhatikan faktor quality, cost, and delivery (QCD).

Dengan diberlakukannya Undang-undang No.10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran

dan peraturan perundangan lainnya dibidang ketenaganukliran serta PP 102 tahun 2000

tentang Standardisasi Nasional maka BATAN sebagai institusi yang memiliki tugas dan

fungsi melaksanakan penelitian dan pengembangan iptek nuklir dituntut untuk dapat

mengoperasikan fasilitas nuklir yang berkeselamatan handal dan menghasilkan produk

iptek nuklir yang bermutu, bermanfaat dan berdayaguna bagi masyarakat. Seiring dengan

tuntutan terhadap BATAN untuk lebih meningkatkan peran aktifnya dalam

kegiatan-kegiatan standardisasi nasional, regional dan internasional seperti KAN, IAEA,

ISO, IEC, dan sebagainya.

BATAN memiliki peluang dan tantangan dalam pengembangan industri nuklir baik

dibidang energi maupun non energi seperti yang dijelaskan dalam Renstra BATAN.

Peluang yang dimiliki BATAN adalah memanfaatkan modal dasar dengan kemampuan

serta pengalaman yang dimiliki dalam melaksanakan litbangyasa iptek nuklir. Hasil

litbangyasa yang telah terbukti bermanfaat bagi masyarakat harus didayagunakan melalui

kerjasama dan kemitraan agar memberikan manfaat lebih nyata secara komersial bagi

masyarakat.

Tantangan yang dihadapi BATAN khususnya dalam penerapan standardisasi di bidang

ketenaganukliran adalah :

a. kesadaran masyarakat dan pelaku usaha serta pelaksana litbangyasa terhadap

standar dan mutu produk nuklir masih relatif rendah;

b. jumlah standar yang dapat mendukung produk ketenaganukliran masih belum

mencukupi;

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

10

c. standar-standar ketenaganukliran yang sudah dirumuskan dan dikonsensuskan belum

diterapkan secara konsisten;

d. peraturan yang mendorong terwujudnya penerapan standar yang efektif juga masih

belum memadai;

e. hal lain yang diperlukan dalam rangka memfasilitasi terjaminnya mutu produk iptek

nuklir dalam negeri.

2.2 Kondisi yang diharapkan

Kondisi yang diharapkan BATAN adalah menghasilkan produk iptek nuklir yang berfokus

dari keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif, sebagai antisipasi dalam

memasuki era globalisasi yang menuntut persaingan yang sangat ketat. Faktor yang

mendukung tercapainya kondisi tersebut adalah dengan meningkatkan efisiensi dan

produktivitas dalam pelaksanaan program BATAN.

Sebagai pendorong peningkatan efisiensi dan produktivitas, diperlukan adanya suatu

sistem standardisasi yang mencakup antara lain: infrastruktur standar, penilaian

kesesuaian, pembinaan dan pengawasan penerapan standar. Oleh karena itu perlu

dibentuk Sistem Standardisasi BATAN (SSB) yang implementasinya dapat menghasilkan :

a. informasi standardisasi yang diperlukan oleh pelaku usaha/pelaku litbangyasa,

pemerintah dan konsumen dalam rangka memperlancar arus diseminasi produk

ketenaganukliran;

b. sejumlah SB dan SNI ketenaganukliran yang mencukupi, yang selaras dengan standar

internasional untuk kebutuhan jaminan mutu produk ketenaganukliran;

c. penerapan standar yang dapat menunjang peningkatan efisiensi dan produktivitas

pelaksanaan kegiatan BATAN serta menjamin tercapainya sasaran program BATAN;

d. sertifikasi dan akreditasi yang independen dan kredibel di lingkungan BATAN;

e. keunggulan kompetitif atas produk ketenaganukliran melalui pembinaan dan

pengawasan standardisasi.

2.3 Visi Sistem Standardisasi BATAN

Terwujudnya produk ketenaganukliran yang berkeselamatan handal dan berdaya saing

tinggi.

2.4 Misi Sistem Standardisasi BATAN

Dalam mewujudkan visi di atas, maka misi SSB adalah:

a. menata perangkat regulasi, kelembagaan, menyediakan piranti dan sumber daya

manusia;

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

11

b. melaksanakan standardisasi pada pelaksanaan litbangyasa iptek nuklir berdasarkan

kebutuhan pasar;

c. menjalin kerja sama yang harmonis dengan pemangku kepentingan nasional maupun

internasional;

d. memasyarakatkan standardisasi untuk memacu kesadaran pelaksana litbangyasa iptek

nuklir dan pemangku kepentingan akan pentingnya keselamatan dan daya saing

produk ketenaganukliran.

2.5 Kebijakan standardisasi BATAN

Untuk melaksanakan misi di atas maka ditetapkan kebijakan standardisasi BATAN sebagai

berikut:

peningkatan kesadaran unit kerja di lingkungan BATAN dan masyarakat terhadap

standardisasi;

a. peningkatan jaminan mutu produk ketenaganukliran, perlindungan konsumen dan

kelestarian lingkungan melalui penerapan standar dan regulasi;

b. peningkatan mutu perumusan standar bidang ketenaganukliran dan penyelarasan

dengan standar nasional dan/atau standar internasional;

c. peningkatan insfrastruktur standardisasi ketenaganukliran;

d. peningkatan peran aktif dalam kerjasama standardisasi nasional dan internasional.

Dalam menetapkan kebijakan standardisasi di bidang ketenaganukliran perlu

memperhatikan:

a. program pemerintah dalam memantapkan dan meningkatkan pendayagunaan produk

ketenaganukliran Indonesia melalui peningkatan jaminan mutu produk, dan

penggunaan produk dalam negeri;

b. bidang kompetensi BATAN yang tertuang dalam Rencana Strategik BATAN/Rencana

program jangka menengah dan panjang sebagaimana diuraikan sebagai sasaran

jangka menengah dan jangka panjang yang disebut Sasaran Utama BATAN;

c. pengembangan dan pemantapan SB dan SNI ketenaganukliran, dalam rangka

meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap produk

ketenaganukliran Indonesia;

d. pengembangan program jaminan mutu, keselamatan, keamanan, kesehatan, dan

kelestarian lingkungan dengan pengembangan jaringan informasi standar dan mutu

hasil ketenaganukliran serta meningkatkan kesadaran masyarakat terutama di

lingkungan BATAN tentang pentingnya standardisasi ketenaganukliran;

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

12

e. peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas litbangyasa ketenaganukliran

dalam rangka peningkatan daya saing dan nilai tambah dalam menghasilkan produk

ketenaganukliran;

f. peningkatan partisipasi aktif BATAN dalam kegiatan standardisasi nasional dan

internasional;

g. pengembangan dan penyempurnaan kegiatan standardisasi dalam rangka

memperoleh pengakuan pada tingkat nasional melalui kerjasama dengan pusat-pusat

standardisasi dalam bidang terkait;

h. peningkatan kerjasama dengan IAEA dalam pengembangan standardisasi

ketenaganukliran.

2.6 Program standardisasi BATAN

Sebagai penjabaran kebijakan standardisasi BATAN, maka disusun program standardisasi

BATAN, yang meliputi:

a. pengembangan informasi dan sosialisasi standardisasi bidang ketenaganukliran;

b. penyusunan pedoman-pedoman pelaksanaan SSB;

c. pembinaan unit kerja dan unit kegiatan dalam penerapan standar;

d. peningkatan pemberlakuan wajib SNI ketenaganukliran dan SB;

e. pengembangan penerapan sukarela dan wajib standar (SNI, SB);

f. penyelarasan SNI ketenaganukliran dan SB terhadap standar internasional;

g. prioritas perumusan standar ketenaganukliran sehubungan dengan masuknya opsi

nuklir dalam kebijakan energi nasional;

h. penelitian dan pengembangan standardisasi ketenaganukliran;

i. pembinaan terhadap unit kegiatan yang melaksanakan fungsi standardisasi di

lingkungan BATAN;

j. memperluas kerjasama standardisasi ketenaganukliran di tingkat nasional dan

internasional;

k. peningkatan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana standardisasi

ketenaganukliran yang kredibel.

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

13

BAB III

KELEMBAGAAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN

Kegiatan standardisasi BATAN dilaksanakan oleh semua unit kerja di lingkungan BATAN

dan dikoordinasikan oleh unit kerja yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan

standardisasi dalam hal ini adalah Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir. Semua

unit kerja diharapkan dapat berpartisipasi aktif dengan bebas dan terarah dalam kegiatan

standardisasi.

3.1 Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir (PSJMN)

Berdasarkan Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan

Tata Kerja BATAN, sebagaimana diuraikan dalam BAB IX bahwa PSJMN mempunyai tugas

melaksanakan standardisasi, akreditasi, dan sertifikasi serta jaminan mutu nuklir.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, PSJMN menyelenggarakan

fungsi :

a. pelaksanaan standardisasi radiasi dan nuklir;

b. pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi;

c. pelaksanaan dan pembinaan program jaminan mutu nuklir;

d. pelaksanaan kegiatan tata usaha.

Dalam melaksanakan koordinasi kegiatan standardisasi, PSJMN didukung oleh

simpul-simpul kerja fungsional yang terdiri dari KSB, TPSB, TPKAB, TPKSB, TPSP, TPRS

dan PT.

3.2 Komisi Standardisasi BATAN (KSB)

Untuk memperlancar dan menunjang tugas teknis standardisasi, serta meningkatkan

partisipasi aktif pihak-pihak pemangku kepentingan dilingkungan BATAN, Kepala BATAN

membentuk KSB.

Keanggotaan komisi terdiri dari pejabat eselon I dan eselon II BATAN yang ditunjuk

sebagai wakil setiap kedeputian, sebagai ketua komisi adalah Sekretaris Utama (Sestama)

dan sekretaris komisi adalah Kepala PSJMN.

KSB mempunyai tugas membantu Kepala BATAN dalam merumuskan kebijakan kegiatan

standardisasi ketenaganukliran.

KSB mempunyai fungsi memberikan pertimbangan dan saran kepada Kepala BATAN

dalam rangka :

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

14

a. menyusun, mengembangkan, mengkaji dan menyempurnakan SSB mencakup

perumusan standar, penerapan standar, sistem mutu, dan pembinaan serta

pengawasan standardisasi ketenaganukliran;

b. memantau, menganalisis dan mengevaluasi kegiatan standardisasi ketenaganukliran

dan mengusulkan alternatif penyempurnaannya;

c. menyusun prioritas dan klasifikasi program standardisasi BATAN;

d. menyusun dan mengembangkan pola pembinaan serta pengawasan standardisasi

ketenaganukliran dan pola peningkatan peran aktif dari pihak pemangku kepentingan

dalam kegiatan standardisasi ketenaganukliran;

e. mendorong adanya peraturan teknis pemberlakuan standar ketenaganukliran dengan

mengembangkan cara kerja dengan menerapkan standar secara wajib atau sukarela;

f. mengkaji hasil penilaian kesesuaian penerapan standar dalam rangka pengambilan

keputusan akreditasi/sertifikasi;

g. lain-lain yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan SSB.

3.3 Tim Perumus Standar BATAN (TPSB)

TPSB adalah tim yang ditetapkan oleh Kepala BATAN yang bertugas untuk melakukan

pekerjaan teknis tertentu dalam rangka perumusan RSB dan atau merevisi SB.

Susunan keanggotan TPSB harus mewakili 4 unsur dari pemangku kepentingan (wakil

PSJMN dan/atau BKHH sebagai pengatur, wakil TPRS sebagai pengusul/konseptor, wakil

unit-unit kerja sebagai pengguna dan para pakar) dan struktur TPSB terdiri dari ketua,

wakil ketua, sekretaris dan anggota. Keanggotaan TPSB diusulkan oleh PSJMN

berdasarkan bidang kompetensi Standar BATAN yang akan dirumuskan.

TPSB dibentuk sesuai dengan bidang kompetensi BATAN, sebagai berikut :

a. TPSB Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (ATIR);

b. TPSB Pembuatan Isotop dan Senyawa Bertanda (PISB);

c. TPSB Pengelolaan Limbah Radioaktif (PLR);

d. TPSB Rekayasa dan Pembuatan Perangkat Nuklir (RPPN);

e. TPSB Daur Bahan Bakar Nuklir (DBBN);

f. TPSB Reaktor Daya (RD);

g. TPSB Administrasi Manajemen dan Organisasi (AMO).

3.4 Tim Penyusun Rancangan Standar (TPRS)

TPRS dibentuk oleh kepala unit kerja dengan tugas menyusun konsep rancangan standar

dalam bidang kompetensi unit kerja yang akan diusulkan sebagai standar

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

15

ketenaganukliran, baik sebagai SB atau SNI ketenaganukliran sesuai dengan program

perumusan standar yang telah ditetapkan. Bila konsep rancangan standar tersebut akan

dijadikan SNI ketenaganukliran, maka konsep rancangan standar tersebut akan

dirumuskan dan dikonsensuskan oleh Panitia Teknis (PT), dan bila akan dijadikan sebagai

SB, konsep rancangan tersebut akan dirumuskan dan dikonsensuskan oleh TPSB.

3.5 Tim Penilaian Kesesuaian Akreditasi BATAN (TPKAB)

TPKAB adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala BATAN, yang mempunyai

tugas melaksanakan penilaian kesesuaian terhadap laboratorium dan unit kegiatan

inspeksi di lingkungan BATAN, TPKAB bertanggung jawab kepada Kepala BATAN.

3.6 Tim Penilaian Kesesuaian Sertifikasi BATAN (TPKSB)

TPKSB adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala BATAN, mempunyai tugas

melaksanakan penilaian kesesuaian terhadap sistem manajemen, produk litbangyasa

dan personel di lingkungan BATAN. TPKSB bertanggung jawab kepada Kepala BATAN.

3.7 Badan Standardisasi Nasional (BSN)

BSN adalah badan yang membantu presiden dalam menyelenggarakan pengembangan

dan pembinaan dibidang standardisasi nasional sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

BSN mengkoordinasikan kegiatan standardisasi nasional yang dilaksanakan oleh semua

pemangku kepentingan yaitu pemerintah, produsen, konsumen maupun kaum

profesional (ilmuwan). Keempat pemangku kepentingan tersebut diharapkan dapat

berpartisipasi aktif dengan bebas dan terarah dalam kegiatan standardisasi. Dalam

melaksanakan kegiatannya BSN dibantu oleh simpul-simpul kerja fungsional yang terdiri

dari komisi, panitia teknis perumus SNI, Komite Akreditasi Nasional (KAN), Komite

Standar Nasional untuk Satuan Ukuran (KSNSU), lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi,

laboratorium, dan lembaga standardisasi lainnya.

3.7.1 Komite Akreditasi Nasional (KAN)

KAN adalah lembaga non struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada presiden, mempunyai tugas menetapkan akreditasi dan memberikan

pertimbangan dan saran kepada BSN dalam menetapkan sistem akreditasi dan sertifikasi.

KAN dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 78 Tahun 2001 tentang Komite Akreditasi

Nasional. KAN memberikan akreditasi kepada lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi dan

laboratorium baik yang berlokasi di Indonesia maupun di luar negeri. Dalam rangka saling

pengakuan, Komite Akreditasi Nasional bertugas memperjuangkan keberterimaan atas

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

16

sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi dan laboratorium

yang telah diakreditasi oleh KAN di tingkat regional dan internasional.

Anggota KAN adalah wakil-wakil dari instansi pemerintah, dunia usaha, konsumen,

cendekiawan dan kalangan profesional.

KAN memberikan hak kepada lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, dan laboratorium

yang telah diakreditasi untuk menerbitkan sertifikat atau laporan sesuai dengan ruang

lingkup akreditasi yang telah diberikan dengan membubuhkan logo KAN. Cara

penggunaan logo KAN diatur dalam pedoman KAN.

KAN menetapkan peraturan dan persyaratan pemberian, pemeliharaan, perluasan,

perpanjangan, penundaan, dan pencabutan akreditasi, baik sebagian atau keseluruhan

dari lingkup akreditasi. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, KAN berkoordinasi

dengan BSN.

3.7.2 Panitia Teknis perumus standar ketenaganukliran (PT)

Panitia teknis perumus standar ketenaganukliran ditetapkan oleh BSN atas usulan BATAN

sebagai instansi teknis, bertugas untuk melakukan pekerjaan teknis dalam rangka

perumusan standar ketenaganukliran. Pada saat ini BATAN mengelola 3 (tiga) Panitia

Teknis dengan lingkup bidang rekayasa energi nuklir, pengukuran radiasi, dan uji tak

rusak.

Panitia teknis perumus standar ketenganukliran secara lebih rinci mempunyai tugas:

a. membantu BATAN sebagai instansi teknis dalam perumusan RSNI dan/atau revisi

SNI ketenaganukliran yang ditetapkan oleh BSN;

b. melakukan pembahasan teknis dan konsensus RSNI dengan koordinasi BATAN cq.

PSJMN;

c. memberikan tanggapan (atas nama pemerintah Indonesia) terhadap konsep standar

dari badan-badan standardisasi internasional (ISO, IEC, dan CAC) maupun regional

dalam bidang ketenaganukliran dengan koordinasi BATAN cq. PSJMN melalui BSN,

bila diminta oleh BSN.

3.8 Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan

(KNAPPP)

Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) adalah suatu

lembaga non struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada menteri

negara riset dan teknologi (MNRT) yang ditetapkan melalui keputusan MNRT dengan

tugas menetapkan akreditasi pranata penelitian dan pengembangan serta memberikan

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

17

pertimbangan dan saran kepada menteri negara riset dan teknologi dalam menetapkan

sistem akreditasi dan pemeringkatan pranata penelitian dan pengembangan di Indonesia.

Anggota KNAPPP diangkat oleh menteri negara riset dan teknologi dan terdiri dari wakil-

wakil instansi pemerintah, organisasi independen dibidang penelitian, produsen, cendekia,

perguruan tinggi dan lembaga litbang pemerintah atau swasta maupun profesi fungsional

dari bidang penelitian dan pendidikan.

3.9 Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) adalah lembaga non departemen yang

bertanggung jawab langsung kepada Presiden, mempunyai tugas melaksanakan

pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia. Untuk

melaksanakan tugas tersebut BAPETEN menyelenggarakan peraturan, perizinan, dan

inspeksi.

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

18

BAB IV

PERUMUSAN STANDAR KETENAGANUKLIRAN

Perumusan standar ketenaganukliran dilaksanakan melalui konsensus antara semua pihak

yang terkait atau yang berkepentingan dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan,

keselamatan, keamanan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang

akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

Tujuan perumusan standar ketenaganukliran adalah:

a. memperoleh pengertian bersama tentang istilah, definisi, simbol atau metode

pengujian;

b. memberikan perlindungan kepada konsumen dalam masalah kesehatan dan

keselamatan atau perlindungan lingkungan;

c. memberikan spesifikasi yang akan mengatur mutu produk iptek nuklir;

d. mendapatkan keseragaman atau kemampu-ulangan produk iptek nuklir;

e. meningkatkan daya saing produk iptek nuklir.

Proses perumusan standar ketenaganukliran dilaksanakan berdasarkan falsafah berikut:

a. mengambil pendekatan pragmatis, yaitu bila ada standar yang cocok berasal dari

standar negara lain atau standar internasional, maka standar tersebut dapat diadopsi

menjadi standar baik secara keseluruhan atau beberapa bagian;

b. mengusahakan agar standar yang dirumuskan, selaras dan memenuhi kesesuaian dan

ekivalensi dengan standar regional atau internasional;

c. sejauh mungkin mengambil keuntungan dari pengalaman negara-negara lain yang

mempunyai tingkat pembangunan dan kondisi sosio-ekonomi yang sama.

Perumusan standar ketenaganukliran dapat mencakup bahan baku, metode/proses,

sampai dengan produk akhir bagi semua kegiatan dan produk litbangyasa

ketenaganukliran. Dengan demikian, ruang lingkup perumusan standar mencakup mulai

dari sarana produksi, metode/proses, kompetensi personel pelaksana, sampai pada

produk akhir yang siap disampaikan/dipergunakan oleh pihak yang memerlukan atau

masyarakat sebagai konsumen.

Kegiatan perumusan standar ketenaganukliran merupakan rangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan program, proses pelaksanaan perumusan sampai pada penetapan standar.

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

19

4.1 Program perumusan standar ketenaganukliran

Program perumusan standar ketenaganukliran disusun berdasarkan masukan tentang

standardisasi ketenaganukliran dari berbagai pemangku kepentingan. Usulan dari luar

BATAN dapat disampaikan melalui BSN/Kepala BATAN/Deputi/Sekretaris Utama/unit kerja

BATAN. Sedangkan dari dalam BATAN, diusulkan kepada Kepala BATAN melalui PSJMN

yang merupakan usulan program perumusan standar ketenaganukliran dari setiap

Kedeputian atau Sekretariat Utama.

Penentuan klasifikasi dan prioritas program perumusan standar ketenaganukliran

ditetapkan oleh Kepala BATAN dengan bantuan KSB.

Hasil klasifikasi program perumusan rancangan standar ketenaganukliran dapat

dikelompokkan menjadi 2 kelompok :

a. program perumusan rancangan standar ketenaganukliran dalam lingkup Panitia teknis

yang ada di BATAN, hasil rumusan disebut RSNI ketenaganukliran;

b. program perumusan rancangan standar ketenaganukliran yang dilaksanakan oleh

TPSB, hasil rumusannya disebut RSB.

Program perumusan RSNI ketenaganukliran disampaikan ke BSN pada awal tahun

anggaran sebagai masukan terhadap Program Nasional Perumusan Standar (PNPS), atau

apabila sewaktu-waktu kebutuhan standar ketenaganukliran dianggap mendesak dengan

menyampaikan identifikasi rencana standar ketenaganukliran yang akan disusun. Program

perumusan rancangan SB tidak perlu disampaikan kepada BSN, tetapi merupakan

Program Perumusan Standar BATAN (PPSB), yang selanjutnya dilaksanakan oleh unit

kerja terkait sebagai program kegiatan pada tahun anggaran yang berjalan atau tahun

depan.

4.2 Perumusan rancangan standar ketenaganukliran

SNI ketenaganukliran disusun melalui proses perumusan RSNI yang dilaksanakan oleh

Panitia teknis perumusan standar ketenaganukliran, sedangkan SB melalui perumusan

RSB oleh TPSB. Proses perumusan standar dilaksanakan melalui tahapan pembahasan

teknis dan konsensus.

Nama dan ruang lingkup Panitia teknis ketenaganukliran ditetapkan oleh BSN atas usulan

BATAN, sedangkan nama dan ruang lingkup TPSB ditetapkan oleh Kepala BATAN atas

usulan PSJMN sesuai bidang kompetensi BATAN. Keanggotaan Panitia teknis dan TPSB

ditetapkan oleh BATAN dengan mempertimbangkan semua pihak pemangku kepentingan

terwakili, yaitu mencakup unsur-unsur pemerintah, cendekia, produsen dan konsumen.

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

20

Dalam melaksanakan tugasnya, Panitia teknis ketenaganukliran dan TPSB dapat dibantu

oleh TPRS. TPRS dibentuk oleh kepala unit kerja dengan tugas menyusun konsep

rancangan standar sesuai kompetensi unit kerja, yang selanjutnya akan dirumuskan oleh

Panitia teknis atau TPSB menjadi RSNI atau RSB.

4.3 Tahapan perumusan standar ketenaganukliran

Tahapan perumusan standar ketenaganukliran diuraikan sebagai berikut:

4.3.1 Konsep rancangan standar ketenaganukliran

Konsep rancangan standar ketenaganukliran disiapkan oleh TPRS pada unit kerja (sebagai

pengusul program) di BATAN berdasarkan program perumusan standar ketenaganukliran

yang telah ditetapkan.

4.3.2 Perumusan rancangan standar ketenaganukliran

Konsep rancangan standar ketenaganukliran yang telah disiapkan oleh TPRS pada tingkat

unit kerja, selanjutnya disampaikan ke PSJMN untuk dirumuskan oleh Panitia teknis/TPSB,

sesuai dengan substansi rancangan standar, untuk RSNI/RSB, melalui pembahasan dalam

forum rapat teknis dan konsensus.

4.3.3 Rapat teknis

Konsep rancangan standar setelah diperiksa oleh PSJMN sesuai dengan program dan

format rancangan standar dibahas oleh Panitia teknis/TPSB untuk menyempurnakan

substansi rancangan standar dari aspek teknis dan ilmiah. Selanjutnya rancangan standar

hasil rapat teknis akan dikonsensuskan oleh Panitia teknis/TPSB.

4.3.4 Penyebarluasan rancangan standar ketenaganukliran

Sebelum rancangan standar ketenaganukliran dibahas dalam rapat konsensus, Panitia

teknis/TPSB melalui PSJMN dapat menyebarluaskan rancangan standar tersebut kepada

instansi terkait atau yang berkepentingan untuk memperoleh masukan dan tanggapan.

Semua tanggapan dan masukan yang diperoleh dikumpulkan oleh sekretaris Panitia

teknis/TPSB untuk dibahas dalam rapat konsensus Panitia teknis/TPSB.

4.3.5 Konsensus standar ketenaganukliran

Rancangan standar ketenaganukliran hasil rapat teknis dan tanggapan yang masuk

dibahas dalam forum konsensus Panitia teknis untuk RSNI, atau forum konsensus TPSB

untuk RSB. Rapat konsensus baik untuk RSNI maupun RSB, dilaksanakan dengan

koordinasi PSJMN.

Sistem Standardisasi BATAN

dari 34

21

4.3.6 Penetapan menjadi SNI ketenaganukliran/SB

Rancangan standar ketenaganukliran hasil konsensus setelah dilengkapi persyaratan

administrasi, untuk RSNI diajukan oleh BATAN cq. PSJMN sebagai penanggung jawab

perumusan standar di BATAN ke BSN untuk diproses lebih lanjut dalam rangka

mendapatkan penetapan menjadi SNI oleh Kepala BSN. Sedangkan untuk RSB, diajukan

oleh PSJMN kepada Kepala BATAN untuk mendapatkan penetapan menjadi SB.

4.3.7 Peninjauan kembali SNI ketenaganukliran/SB

Sesuai kemajuan dan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta hal lain yang

terkait, standar ketenaganukliran perlu dikaji ulang. Kaji ulang SNI ketenaganukliran/SB

dilakukan minimal setiap 5 (lima) tahun sekali. Namun, apabila diperlukan, kaji ulang SNI

ketenaganukliran/SB dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan. Hasil kaji ulang

standar ketenaganukliran tersebut dapat berupa revisi, amandemen, abolisi atau tanpa

perubahan.

Tata cara perumusan rancangan standar, pembentukan tim perumus standar, penetapan

standar dan kaji ulang standar diatur dalam Pedoman Standardisasi BATAN (PSB 01:

Pedoman tentang Perumusan Standar Ketenaganukliran).

Sistem Standardisasi BATAN

22 dari 34

BAB V

PENERAPAN STANDAR KETENAGANUKLIRAN

Penerapan standar ketenaganukliran adalah kegiatan menggunakan SNI ketenaganukliran

dan/atau SB di lingkungan BATAN. Kegiatan penggunaan SNI ketenaganukliran dan/atau

SB sangat erat kaitannya dengan kegiatan pemberlakuan standar, akreditasi, sertifikasi,

metrologi, pembinaan dan pengawasan penerapan standar. Oleh sebab itu dalam bab ini

diuraikan pengaturan yang berkaitan dengan kegiatan berikut:

a. pemberlakuan wajib standar ketenaganukliran;

b. akreditasi Nasional;

c. akreditasi BATAN;

d. sertifikasi Nasional;

e. sertifikasi BATAN;

f. pembinaan penerapan standar ketenaganukliran, dan;

g. pengawasan penerapan standar BATAN.

Dalam lingkup nasional maupun lingkup BATAN, pada dasarnya semua SNI dan/atau SB

merupakan standar sukarela, atau penerapannya bersifat sukarela. Hanya SNI dan/atau SB

yang berkaitan dengan kepentingan keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumen,

atau kelestarian fungsi lingkungan hidup, atau atas dasar pertimbangan tertentu dapat

diberlakukan secara wajib oleh instansi regulasi dan/atau oleh Kepala BATAN.

Tujuan penerapan standar ketenaganukliran adalah:

a. terwujudnya jaminan mutu, peningkatan daya guna dan hasil guna produk

ketenaganukliran, peningkatan produktivitas, serta perlindungan terhadap tenaga

kerja, dan masyarakat dalam hal keamanan, keselamatan, kesehatan dan kelestarian

fungsi lingkungan hidup dalam pemanfaatan iptek nuklir;

b. terwujudnya jaminan bagi pihak yang memerlukan sertifikasi Nasional dan/atau

sertifikasi BATAN, bahwa unit/institusi yang melaksanakan sertifikasi telah diberi

akreditasi Nasional dan/atau akreditasi BATAN;

c. terwujudnya kepercayaan pemangku kepentingan bahwa suatu organisasi, personel,

dan produk ketenaganukliran telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan;

d. terwujudnya citra Indonesia khususnya BATAN di mata internasional di dalam

pengembangan iptek nuklir untuk tujuan damai;

e. terwujudnya jaminan atas kebenaran hasil pengukuran dan pengujian.

Sistem Standardisasi BATAN

23 dari 34

Penerapan SNI ketenaganukliran dan SB pada kegiatan pemanfaatan Iptek nuklir baik di

lingkungan nasional/BATAN dimaksudkan untuk terwujudnya jaminan mutu terhadap

bahan, proses, sistem, produk litbangyasa dan personel sehingga dapat memberikan

kepercayaan kepada pemangku kepentingan bahwa proses, sistem, produk litbangyasa

dan personel telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

5.1 Unsur-unsur pemangku kepentingan dalam penerapan SNI

ketenaganukliran/SB.

a. Pemerintah

Dalam hal penerapan SNI ketenaganukliran/SB, pemerintah merupakan instrumen

penting untuk melaksanakan pengaturan dan pengawasan untuk melindungi

kepentingan umum, khususnya mengenai keamanan, keselamatan, kesehatan

konsumen dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

b. Cendekia/pakar

Bagi cendekia/pakar, penerapan SNI ketenaganukliran/SB penting untuk

mengembangkan metode, sistem, ilmu pengetahuan, teknologi dan cara pemecahan

masalah yang terkait dengan kegiatan standardisasi.

c. Produsen

Penerapan SNI ketenaganukliran/SB dapat memungkinkan produsen untuk melakukan;

penyederhanaan proses pada semua tingkat, pengurangan jenis dan ragam persediaan

bahan baku, komponen dan produk akhir, penggunaan teknik-teknik produksi masal,

dan peningkatan efisiensi & produktivitas.

d. Konsumen

Melalui penerapan SNI ketenaganukliran/SB, konsumen akan mendapatkan

perlindungan dalam bentuk jaminan mutu produk ketenaganukliran, di sisi lain,

konsumen dapat memberikan apresiasi yang memadai terhadap diterapkannya SNI

ketenaganukliran/SB atau terwujudnya jaminan mutu produk.

5.2 Pendukung penerapan SNI ketenaganukliran/SB

Agar penerapan SNI ketenaganukliran/SB dapat berhasil dengan baik, maka perlu

didukung dengan penetapan regulasi teknis yang memadai, kegiatan akreditasi (Nasional,

BATAN) sertifikasi (Nasional, BATAN) dan metrologi radiasi nuklir yang memenuhi

ketentuan nasional/internasional. Jika belum ada ketentuan nasional/internasional bidang

ketenaganukliran dapat ditetapkan ketentuan yang mengacu pada ketentuan regional atau

negara lain atau yang dirumuskan BATAN.

Sistem Standardisasi BATAN

24 dari 34

5.3 Evaluasi penerapan standar

Pelaksanaan penerapan standar, dievaluasi melalui kegiatan kaji ulang secara berkala.

Hasil evaluasi tersebut direkomendasikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan

atau penyempurnaan kebijakan standardisasi ketenaganukliran dan peraturan-peraturan

pelaksanaan yang mendukungnya.

5.4 Pemberlakuan wajib standar ketenaganukliran

SNI ketenaganukliran/SB yang berkaitan dengan kepentingan keamanan, keselamatan dan

kesehatan, atau kelestarian fungsi lingkungan hidup, diberlakukan penerapannya secara

wajib oleh instansi regulasi/Kepala BATAN yang harus diterapkan sepenuhnya oleh semua

pihak yang berkaitan.

SNI ketenaganukliran/SB yang tidak berkaitan dengan kepentingan keamanan,

keselamatan dan kesehatan, atau kelestarian fungsi lingkungan hidup, berdasarkan

pertimbangan tertentu dapat diberlakukan secara wajib.

Pemberlakuan wajib SNI ketenaganukliran/SB dilaksanakan dengan menerbitkan:

a. peraturan instansi regulasi/Kepala BATAN tentang pemberlakuan wajib SNI

ketenaganukliran/SB;

b. peraturan instansi regulasi/Kepala BATAN tentang pengenaan sanksi.

5.5 Ketentuan pemberlakuan wajib standar ketenaganukliran

Pemberlakuan wajib SNI ketenaganukliran/SB mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. ada program pemberlakuan wajib SNI ketenaganukliran/SB;

b. tersedia infrastruktur penunjang untuk pembinaan dan pengawasan penerapan wajib

SNI ketenaganukliran/SB seperti laboratorium dan lembaga sertifikasi/pelatihan yang

diakreditasi (Nasional, BATAN);

c. kesiapan produsen/unit kerja dalam menerapkan wajib SNI ketenaganukliran/SB;

d. ada masa transisi, untuk memberi kesempatan kepada pihak produsen/unit kerja untuk

melakukan penyesuaian;

e. ada pembinaan dan pengawasan.

5.6 Penilaian kesesuaian terhadap penerapan standar

Penilaian kesesuaian penerapan standar dapat dilakukan pada produk, sistem dan personel

serta pada lembaga/unit kegiatan penyedia jasa penilaian kesesuaian. Penilaian kesesuaian

hanya dapat dilakukan oleh lembaga/unit kegiatan yang mempunyai kompetensi teknis,

proses kerja dan sistem manajemen yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan secara

nasional/BATAN sesuai dengan proses penilaian kesesuaian yang dilakukan.

Sistem Standardisasi BATAN

25 dari 34

Lembaga/unit kegiatan sesuai dengan proses penilaian kesesuaian yang dimaksud antara

lain adalah:

1. Komite Akreditasi Nasional (KAN), KNAPPP, BAPETEN untuk proses akreditasi nasional

2. Tim Penilaian Kesesuaian Akreditasi BATAN (TPKAB) dan Komisi Standardisasi BATAN

(KSB) untuk proses akreditasi BATAN

3. Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi KAN untuk proses sertifikasi nasional

4. Tim Penilaian Kesesuaian Sertifikasi BATAN (TPKSB) dan Komisi Standardisasi BATAN

(KSB) untuk proses sertifikasi BATAN

Hasil penilaian kesesuaian dinyatakan melalui penerbitan sertifikat penilaian kesesuaian

atau apabila dimungkinkan dan diperlukan dapat disertai dengan pembubuhan tanda

kesesuian tertentu.

5.6.1 Akreditasi Nasional

5.6.1.1 Akreditasi oleh KAN

Kegiatan akreditasi Nasional adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal berupa

pemberian, pemeliharaan, perpanjangan, penundaan dan pencabutan akreditasi

lembaga-lembaga sertifikasi (yang antara lain mencakup sistem mutu, produk, personel,

pelatihan, sistem manajemen lingkungan, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja, dan inspeksi teknis), laboratorium penguji/kalibrasi, dan akreditasi di bidang

standardisasi lainnya oleh KAN yang menyatakan bahwa lembaga sertifikasi atau

laboratorium dimaksud telah memenuhi persyaratan untuk melakukan sesuatu kegiatan

standardisasi tertentu. Tata cara permohonan akreditasi Nasional mengikuti ketentuan

yang berlaku dari KAN.

5.6.1.2 Akreditasi oleh KNAPPP

Akreditasi Nasional, untuk fasilitas riset/penelitian dan pengembangan di BATAN juga

dapat mengajukan akreditasi pranata penelitian dan pengembangan di Indonesia kepada

Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP).

Tata cara permohonan akreditasi nasional mengikuti ketentuan yang berlaku dari KNAPPP.

5.6.1.3 Akreditasi oleh BAPETEN

Akreditasi Nasional untuk lembaga kursus (untuk personel yang bertindak sebagai

operator, supervisor reaktor nuklir dan/atau Petugas Proteksi Radiasi (PPR)), laboratorium

kalibrasi metrologi radiasi nuklir, laboratorium pemrosesan pemantau dosis perorangan

dan laboratorium uji yang berkaitan dengan pengujian keselamatan produk

Sistem Standardisasi BATAN

26 dari 34

ketenaganukliran dapat mengajukan akreditasi kepada BAPETEN. Tata cara permohonan

akreditasi nasional mengikuti ketentuan yang berlaku dari BAPETEN.

5.6.2 Akreditasi BATAN

Penerapan SB dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna jika didukung dengan sistem

akreditasi yang dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dilingkungan BATAN.

Dengan demikian laboratorium, instalasi nuklir dan fasilitas radiasi dan unit kegiatan

inspeksi teknis mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan jaminan mutu

terhadap produk ketenaganukliran.

Dengan adanya jaminan mutu yang didukung oleh sistem akreditasi, akan meningkatkan

kepercayaan terhadap produk ketenaganukliran Indonesia, sehingga dapat membantu

upaya peningkatan mutu, keselamatan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kegiatan akreditasi BATAN dilaksanakan dengan koordinasi PSJMN melalui penilaian

kesesuaian oleh TPKAB serta pengambilan keputusan oleh KSB (Komisi Standardisasi

BATAN).

Unit kerja/kegiatan di lingkungan BATAN yang berkeinginan untuk diakreditasi BATAN

mengajukan permohonan akreditasi kepada BATAN cq. PSJMN. Tata cara proses akreditasi

diatur dalam Pedoman Standardisasi BATAN (PSB 02 :Pedoman tentang Akreditasi dan

Sertifikasi BATAN).

Jenis kegiatan akreditasi laboratorium BATAN meliputi laboratorium pengujian,

laboratorium kalibrasi dan laboratorium litbang.

5.6.3 Sertifikasi Nasional

Penerapan SNI dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna jika didukung dengan sistem

sertifikasi, pengujian dan kalibrasi yang andal, dapat dipercaya dan dilakukan sesuai

dengan aturan-aturan yang berlaku secara nasional/internasional. Dengan demikian

lembaga sertifikasi dan laboratorium pengujian/kalibrasi mempunyai peran yang sangat

besar dalam memberikan jaminan mutu terhadap barang dan atau jasa.

Dengan adanya jaminan mutu yang didukung oleh sistem sertifikasi, pengujian dan

kalibrasi, akan meningkatkan kepercayaan internasional/nasional terhadap barang

dan/atau jasa Indonesia, sehingga dapat membantu upaya peningkatan ekspor dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup di Indonesia.

Sistem Standardisasi BATAN

27 dari 34

5.6.3.1 Sertifikasi oleh lembaga sertifikasi

Kegiatan sertifikasi, pengujian dan kalibrasi Nasional dilakukan oleh lembaga sertifikasi dan

laboratorium yang telah diakreditasi oleh KAN. Jenis kegiatan sertifikasi tersebut dilakukan

sesuai dengan ketentuan Sistem Standardisasi Nasional (SSN).

Semua peraturan dan persyaratan tentang sertifikasi mengacu pada persyaratan dalam

pedoman BSN atau KAN yang sesuai ruang lingkup sertifikasi. Lembaga-lembaga sertifikasi

dan atau laboratorium yang telah diakreditasi oleh KAN berhak melakukan kegiatan

sertifikasi dan atau kegiatan pengujian/kalibrasi dan menerbitkan sertifikat, sesuai dengan

lingkup akreditasinya. Kegiatan sertifikasi yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang

diakreditasi/diakui/disetujui oleh badan akreditasi/standardisasi negara/unit lain yang

didasarkan pada sistem sertifikasi negara tersebut akan ditentukan tersendiri oleh BSN

atau KAN.

5.6.3.2 Sertifikasi oleh BAPETEN

Penerapan peraturan tentang pengoperasian fasilitas nuklir dalam rangka menjamin

keselamatan, keamanan, ketentraman, kesehatan pekerja dan anggota masyarakat serta

perlindungan terhadap lingkungan hidup dilaksanakan oleh unit kerja pengelola instalasi

nuklir.

Kegiatan sertifikasi dalam rangka menjamin penerapan peraturan di atas dilakukan oleh

Badan Pengawas Tenaga Nuklir melalui proses perizinan dan pengawasan.

5.6.4 Sertifikasi BATAN

Penerapan SB dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna jika didukung dengan sistem

sertifikasi yang dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dilingkungan BATAN.

Dengan demikian unit kerja/kegiatan, personel dan produk ketenaganukliran dilingkungan

BATAN mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan jaminan mutu terhadap

produk ketenaganukliran.

Dengan adanya jaminan mutu yang didukung oleh sistem sertifikasi akan meningkatkan

kepercayaan terhadap produk ketenaganukliran Indonesia, sehingga dapat membantu

upaya peningkatan mutu, keselamatan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kegiatan sertifikasi BATAN dilaksanakan dengan koordinasi PSJMN melalui penilaian

kesesuaian oleh TPKSB serta pengambilan keputusan oleh KSB (Komisi Standardisasi

BATAN).

Tata cara proses sertifikasi diatur dalam Pedoman Standardisasi BATAN (PSB 02 :

Pedoman tentang Akreditasi dan Sertifikasi BATAN).

Sistem Standardisasi BATAN

28 dari 34

Jenis kegiatan sertifikasi BATAN mencakup:

a. sertifikasi sistem manajemen mutu;

b. sertifikasi sistem manajemen lingkungan;

c. sertifikasi produk;

d. sertifikasi personel;

e. sertifikasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja;

f. sertifikasi lainnya di bidang standardisasi sesuai dengan kebutuhan.

Khusus untuk kegiatan sertifikasi personel, dilaksanakan melalui ujian kualifikasi sesuai

dengan kompetensinya oleh TPSP.

Unit kerja/kegiatan di lingkungan BATAN yang berkeinginan untuk mendapatkan sertifikasi

BATAN, mengajukan permohonan sertifikasi kepada BATAN cq. PSJMN.

5.7 Pembinaan dan pengawasan standardisasi

5.7.1 Pembinaan standardisasi

Pembinaan standardisasi merupakan upaya menyadarkan dan meningkatkan pemahaman

dalam rangka penerapan standardisasi pada seluruh unit kerja/kegiatan dilingkungan

BATAN.

Pembinaan penerapan standardisasi ketenaganukliran merupakan tanggungjawab BATAN

cq PSJMN bekerja sama dengan unit kerja terkait dilingkungan BATAN dan untuk

pembinaan yang bersifat internal dilaksanakan oleh unit kerja masing-masing.

Pembinaan dilakukan melalui workshop, seminar, pendidikan, pelatihan dan sosialiasi

secara terencana atau sesuai keperluan.

5.7.2 Pengawasan standardisasi

Pengawasan standardisasi merupakan upaya untuk menjamin keterpaduan penerapan SSB

di BATAN.

Pengawasan standardisasi menjadi tanggungjawab BATAN cq PSJMN melalui kegiatan

audit, pemantauan dan inspeksi. Dan untuk pengawasan internal dilakukan oleh unit kerja

masing-masing.

Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Standardisasi BATAN (PSB 03 :

Pedoman tentang Pembinaan dan Pengawasan Standardisasi).

Sistem Standardisasi BATAN

29 dari 34

BAB VI

KERJASAMA DAN PEMASYARAKATAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN

Kegiatan kerjasama standardisasi ketenaganukliran dilakukan oleh BATAN cq. PSJMN

dengan unit kerja dan pemangku kepentingan (stakeholders) di Indonesia. BATAN cq

PSJMN selalu berupaya membina kerjasama standardisasi ketenaganukliran di lingkungan

BATAN dan nasional dengan memperhatikan aspek keselamatan, keamanan, kesehatan

dan fungsi lingkungan hidup.

Dokumentasi dan informasi standardisasi ketenaganukliran merupakan salah satu faktor

yang sangat penting dalam peningkatan mutu produk hasil litbang ketenaganukliran, serta

sebagai sarana untuk mewujudkan masyarakat BATAN yang sadar akan arti dan peran

standar dalam pelaksanaan program BATAN.

Dalam mengkoordinasikan dan menyelaraskan kegiatan dokumentasi dan informasi

standardisasi ketenaganukliran, BATAN cq. PSJMN bekerjasama dengan BSN dan/atau

pihak terkait lainnya melakukan berbagai kegiatan dan mengusahakan pemberdayaan

berbagai sarana atau wadah seperti jaringan dokumentasi dan informasi standardisasi

ketenaganukliran. Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan mencakup upaya perwujudan

sistem dokumentasi dan informasi yang bernuansa teknologi informasi dalam berbagai

bidang atau subjek, aspek dan tingkat standardisasi dilaksanakan oleh BSN.

6.1 Kerjasama standardisasi ketenaganukliran

Kerjasama standardisasi ketenaganukliran dimaksudkan untuk mencapai harmonisasi

dalam mengembangkan standardisasi di bidang ketenaganukliran di lingkungan BATAN,

nasional dan internasional.

Ruang lingkup kerjasama standardisasi ketenaganukliran meliputi; kerjasama di dalam

perumusan, penerapan, pembinaan dan pengawasan standardisasi.

6.2 Kerjasama dalam rangka perumusan standar ketenaganukliran

Perumusan standar ketenaganukliran dalam rangka mencapai harmonisasi dengan

standar-standar nasional dan internasional dilakukan melalui partisipasi aktif di dalam

organisasi penyusun standar nasional dan internasional. BATAN cq. PSJMN bersama

dengan unit kerja dan pemangku kepentingan melakukan persiapan-persiapan yang

diperlukan guna memperjuangkan kepentingan BATAN di dalam penyusunan

standar-standar ketenaganukliran pada forum-forum yang diselenggarakan oleh BSN.

Sistem Standardisasi BATAN

30 dari 34

BATAN cq. PSJMN bekerjasama dengan pemangku kepentingan dan/atau BSN dalam

merumuskan standar dilakukan dengan membentuk Tim Perumus Standar yang selalu

memantau perkembangan dan evaluasi terhadap standar-standar ketenaganukliran.

Dalam meningkatkan peran serta dan partisipasi pada forum-forum penyusunan standar

nasional bidang ketenaganukliran, BATAN cq. PSJMN bertindak sebagai koordinator Panitia

teknis dalam lingkup ketenaganukliran.

6.3 Kerjasama dalam rangka penerapan standar ketenaganukliran

Pelaksanaan kegiatan kerjasama dalam rangka penerapan standar ketenaganukliran lebih

ditekankan kepada semua rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk pencapaian

harmonisasi. Kegiatan tersebut mencakup:

a. harmonisasi penerapan standar ketenaganukliran antar pelaku litbangyasa, dan/atau;

b. harmonisasi penerapan standar ketenaganukliran antar negara mitra litbangyasa.

PSJMN bersama unit-unit kerja melakukan upaya-upaya di dalam mendukung pelaksanaan

penerapan standar guna meningkatkan daya saing produk ketenaganukliran. Upaya-upaya

tersebut antara lain; akreditasi, sertifikasi dan penyusunan pedoman-pedoman yang

mendukung penerapan standar di dalam mencapai harmonisasi.

6.4 Kerjasama pembinaan dan pengawasan standardisasi ketenaganukliran

SNI dan/atau SB secara umum diberlakukan sukarela, akan tetapi apabila berkaitan

dengan keselamatan, keamanan dan kesehatan, maka dapat diberlakukan secara wajib.

Oleh sebab itu penerapan SNI dan SB dilakukan dengan bertahap melalui pembinaan

sampai menjadi alat untuk pengawasan produk yang dihasilkan.

BATAN cq. PSJMN dapat bekerjasama dengan BSN dan/atau institusi lain terkait untuk

melaksanakan pembinaan standardisasi kepada unit kerja/kegiatan di lingkungan BATAN

dan masyarakat pengguna produk ketenaganukliran.

BATAN cq. PSJMN melakukan pengawasan terhadap standar ketenganukliran yang

diberlakukan wajib dan diterapkan oleh unit kerja/kegiatan di lingkungan BATAN.

6.5 Dokumentasi dan Informasi Standardisasi Ketenaganukliran

6.5.1 Dokumentasi

PSJMN sebagai unit kerja yang memiliki tugas dan fungsi di bidang standardisasi bekerja

sama dengan unit kerja BATAN yang mempunyai tugas dan fungsi dalam pengembangan

sistem informasi dan dokumentasi melaksanakan dokumentasi dan diseminasi informasi

standardisasi ketenaganukliran.

Sistem Standardisasi BATAN

31 dari 34

Dokumen dan informasi standardisasi tersebut di atas dapat diakses atau dapat diperoleh

melalui sistem jaringan BATAN.

6.5.2 Pengembangan pangkalan data dan informasi standardisasi

BSN sebagai pangkalan data dan informasi standardisasi nasional dan BATAN cq PSJMN

sebagai pangkalan data dan informasi standardisasi ketenaganukliran mengembangkan

pangkalan data standardisasi sebagai bentuk kegiatan lain dokumentasi.

Pangkalan data tersebut diarahkan sebagai wahana penyebaran informasi standardisasi

ketenaganukliran yang dapat diakses melalui jaringan komputer lokal dan atau

menggunakan media internet. Pertukaran informasi melalui internet dapat dilakukan

dengan semua pihak baik dalam lingkup nasional maupun internasional.

Pengembangan pangkalan data dan informasi standardisasi melalui jaringan internet

dilakukan sebagai berikut:

a. BSN sebagai simpul utama mengembangkan pangkalan data SNI, akreditasi dan

sertifikasi, laboratorium penguji dan kalibrasi, produk, sistem mutu, sistem manajemen

lingkungan, personel dan inspeksi teknis. Pangkalan data ini dapat diakses melalui

website Sistem Informasi Standar Nasional Indonesia (SISNI) (http://sisni.bsn.or.id);

b. BATAN cq PSJMN memberikan input data standardisasi bidang ketenaganukliran

melengkapi data nasional. Input data standardisasi ketenaganukliran antara lain

berupa Program Nasional Perumusan Standar (PNPS), Rancangan Standar Nasional

Indonesia hasil konsensus (RSNI 3), Jajak Pendapat (Enquery), E-balloting dan daftar

judul standar ketenaganukliran;

c. BATAN cq PSJMN mengembangkan pangkalan data dan informasi standardisasi

ketenaganukliran yang dapat diakses melalui website PSJMN

(http://www.batan.go.id/psjmn/).

Sistem Standardisasi BATAN

32 dari 34

BAB VII

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI KETENAGANUKLIRAN

Kegiatan standardisasi ketenaganukliran merupakan kegiatan yang dinamis di mana

standar itu berkembang selaras dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi,

tuntutan keselamatan, keamanan dan kesehatan.

Pengembangan standardisasi ditujukan untuk perbaikan secara terus-menerus (continual

improvement) untuk dapat dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan (stakeholders) yang

melakukan kerjasama dalam rangka menciptakan mekanisme kegiatan standardisasi sejak

dari perumusan standar sampai dengan penerapan standar termasuk pembinaan dan

pengawasan standar.

Penelitian menjadi dasar ilmiah yang digunakan untuk pengambilan keputusan ataupun

kebijakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk itu, penelitian dapat dilakukan

secara terpadu untuk pencapaian tujuan yang lebih bermakna dan lebih dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat luas terutama pengguna standar terkait.

Beberapa tujuan penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pengembangan standardisasi

untuk keperluan BATAN, nasional dan internasional antara lain:

7.1 Penelitian dalam lingkup perumusan standar

Penelitian ditujukan untuk:

a. menghasilkan spesifikasi teknis dari suatu standar;

b. mengkaji ulang spesifikasi teknis yang ada, bila ditemukan teknologi baru yang

mempengaruhi spesifikasi tersebut;

c. memberikan dasar ilmiah dari hasil-hasil penelitian untuk memberikan masukan pada

forum perumusan standar baik nasional maupun internasional sebagai pertimbangan

dalam pengambilan keputusan.

7.2 Penelitian dalam lingkup penerapan standar

Penelitian dalam lingkup penerapan standar, penelitian ditujukan untuk:

a. memberikan gambaran kemampuan pengguna standar dalam menerapkan standar;

b. mengidentifikasi harapan pengguna standar terhadap standar-standar yang telah ada;

c. mengkaji kebijakan yang berkaitan dengan penerapan standardisasi.

7.3 Penelitian dalam lingkup pembinaan standardisasi

Penelitian dalam lingkup pembinaan standardisasi, penelitian ditujukan untuk:

a. mengevaluasi hasil sosialisasi standar dari pengguna standar baik ditingkat penyadaran

(awareness) maupun ditingkat penerimaan (adoption);

Sistem Standardisasi BATAN

33 dari 34

b. menentukan sistem komunikasi yang efektif antar pengguna standar.

7.4 Penelitian dalam lingkup pengawasan standardisasi

Penelitian dalam lingkup pengawasan standardisasi ditujukan untuk:

a. mengkaji efektifitas sistem pengawasan yang diterapkan oleh pengguna standar dalam

memenuhi peraturan teknis yang berlaku;

b. mengkaji kebijakan yang berkaitan dengan pengawasan standardisasi.

Satu hal lagi yang juga harus diperhatikan adalah kerjasama dalam melakukan penelitian

dalam kerangka pengembangan standardisasi. Kerjasama ini ditujukan untuk memberikan

hasil penelitian yang terpadu, dan bermanfaat. Terpadu berarti ditinjau dari segala aspek

baik teknis dan non-teknis dan atau dikaji dari seluruh unsur yang ada. Bermanfaat berarti

hasil penelitian menjadi dasar pengambilan keputusan bersama dalam mencapai tujuan.

Kerjasama penelitian dalam pengembangan standardisasi menjadi sangat penting

mengingat pada umumnya lembaga penelitian teknis dan non-teknis memiliki kemandirian

yang harus dihormati, karena dalam kerjasama ini tujuannya adalah untuk pengambilan

keputusan yang lebih bermanfaat.

Sistem Standardisasi BATAN

34 dari 34

DAFTAR ACUAN

1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.

3. Keputusan Kepala BSN Nomor 799/BSN-1/HK 19A/10/1998 tentang Sistem

Standardisasi Nasional.

4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-

Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 64 Tahun 2004.

5. Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja

BATAN.

6. Keputusan Kepala BATAN Nomor 199/KA/IV/2004 tentang Pelaksanaan Standardisasi

Ketenaganukliran di Lingkungan BATAN.

7. Dokumen Rencana Strategis (Renstra) BATAN 2004-2009.

8. Keputusan Kepala BSN No. 1637/BSN-1/HK 74/10/1999 tentang Penetapan Panitia

Teknik Perumusan Standar Nasional Indonesia.

9. Pedoman KAN tentang Akreditasi dan Sertifikasi.

10. Pedoman KNAPP tentang Akreditasi.

11. Pedoman Standardisasi Nasional.

PEDOMAN

TENTANG

PERUMUSAN STANDAR KETENAGANUKLIRAN

(PSB 01: 2008)

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2008

i

Daftar isi Daftar isi ....................................................................................................................... i

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................................. 1

1.1. Umum .................................................................................................................. 1

1.2. Maksud dan tujuan ................................................................................................ 1

1.3. Ruang lingkup....................................................................................................... 1

1.4. Dasar ................................................................................................................... 1

BAB II

PERUMUSAN STANDAR KETENAGANUKLIRAN ................................................................. 3

2.1. Program perumusan standar ketenaganukliran....................................................... 3

2.2. Perumusan standar ketenaganukliran..................................................................... 3

BAB III

PELAKSANAAN PERUMUSAN STANDAR KETENAGANUKLIRAN ........................................... 6

3.1. Perumusan Standar Nasional Indonesia ketenaganukliran ....................................... 6

3.2. Perumusan Standar BATAN ................................................................................... 7

3.3. Dokumentasi …………………………..................……………………………………………………….12

1 dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umum

Pelaksanaan Standardisasi Ketenaganukliran di lingkungan BATAN diatur berdasarkan

keputusan Kepala BATAN yang dituangkan dalam dokumen Sistem Standardisasi BATAN

(SSB) dan pedoman-pedoman pelaksanaannya. Pedoman Perumusan Standar

Ketenaganukliran ini menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan perumusan standar

ketenaganukliran yang dilakukan di lingkungan BATAN, baik perumusan Rancangan Standar

Nasional Indonesia (RSNI) yang dilakukan oleh Panitia Teknis (PT) yang ada di BATAN

maupun perumusan Standar BATAN yang dilakukan oleh Tim Perumus Standar BATAN

(TPSB).

Pedoman ini dapat digunakan oleh pusat/unit kerja di lingkungan BATAN yang terlibat dalam

pelaksanaan kegiatan perumusan standar ketenaganukliran. Mengingat Pedoman ini secara

khusus hanya menguraikan tentang tatacara pelaksanaan kegiatan perumusan standar,

maka dalam penggunaannya sebaiknya digunakan bersama-sama dengan dokumen Sistem

Standardisasi BATAN (SSB).

1.2. Maksud dan tujuan

Pedoman ini dimaksudkan untuk mengatur tata cara perumusan rancangan standar,

pembentukan tim perumus standar, penetapan standar dan kaji ulang standar dengan

tujuan untuk mendapatkan standar yang bermutu.

1.3. Ruang lingkup

Ruang lingkup pedoman ini meliputi kegiatan perumusan, pembentukan Tim/Panitia

perumus, penetapan dan kaji ulang standar BATAN dan standar nasional Indonesia di

lingkungan BATAN.

1.4. Dasar

1. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor. 392/KA/XI/2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja BATAN.

2. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor. 413/KA/XII/2005 tentang

Pedoman Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan serta Pedoman Kode Klasifikasi.

3. Keputusan Kepala BATAN Nomor 199/KA/IV/2004 tentang Pelaksanaan Standardisasi

Ketenaganukliran di Lingkungan BATAN.

4. Sistem Standardisasi Nasional tahun 2001.

2 dari 12

5. Pedoman Standardisasi Nasional (PSN 01:2007): Pengembangan Standar Nasional

Indonesia.

6. Pedoman Standardisasi Nasional (PSN 02:2007): Pengelolaan Panitia Teknis Perumusan

Standar Nasional Indonesia.

7. Pedoman Standardisasi Nasional (PSN 03.1:2007): Adopsi Standar Internasional dan

Publikasi Internasional lainnya - Bagian 1: Adopsi Standar Internasional menjadi SNI.

8. Pedoman BSN 08-2007: Penulisan Standar Nasional Indonesia.

9. Sistem Standardisasi BATAN tahun 2008.

3 dari 12

BAB II

PERUMUSAN STANDAR KETENAGANUKLIRAN

2.1. Program perumusan standar ketenaganukliran

Program perumusan standar ketenaganukliran disusun berdasarkan masukan tentang

standardisasi ketenaganukliran dari berbagai pihak baik dalam lingkup BATAN maupun dari

luar BATAN yaitu dari Masyarakat Standardisasi Indonesia (Mastan), Institusi pemerintah

dan/atau swasta.

Masukan/usulan program perumusan standar ketenaganukliran dari pihak pengusul

disampaikan kepada Kepala BATAN cq. PSJMN dan merupakan bahan untuk penyusunan

program perumusan standar ketenaganukliran.

Proses penyusunan program perumusan standar ketenaganukliran dilaksanakan oleh Komisi

Standardisasi BATAN untuk menentukan prioritas dan klasifikasi program berdasarkan

tingkat kebutuhan dan dalam rangka pencapaian sasaran utama program BATAN.

Program perumusan standar ketenaganukliran yang telah disusun oleh KSB, selanjutnya

disampaikan kepada kepala BATAN untuk ditetapkan.

Program perumusan/revisi standar ketenaganukliran dibagi menjadi 2 kelompok:

a. Program perumusan/revisi Standar Nasional Indonesia.

b. Program perumusan/revisi Standar BATAN.

Program perumusan/revisi Standar Nasional Indonesia disampaikan kepada BSN untuk

disahkan sebagai Program Nasional Perumusan Standar (PNPS). Pengusulan PNPS

dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Standardisasi Nasional (PSN 01:2007), sedangkan

program perumusan Standar BATAN tidak perlu disampaikan ke BSN.

2.2. Perumusan standar ketenaganukliran

Perumusan standar ketenaganukliran dilakukan oleh Tim/Panitia perumus standar yang

anggotanya merupakan pihak pemangku kepentingan (stakeholder) yang terdiri dari pihak

pemerintah, produsen, pengguna dan pakar.

Tahapan perumusan standar ketenaganukliran secara sistematis meliputi :

1. Penyiapan konsep rancangan standar,

2. Pembentukan Tim/Panitia perumus standar,

3. Pelaksanaan perumusan (rapat pembahasan teknis dan konsensus Tim/Panitia

perumus standar),

4. Penulisan standar,

5. Penetapan standar,

4 dari 12

6. Kaji ulang standar,

7. Revisi standar.

Diagram alir program dan perumusan/revisi standar ketenaganukliran dapat dilihat pada

Gambar 1 berikut:

Gambar 1 Diagram alir program perumusan/revisi standar ketenaganukliran

Unit kerja BATAN

Deputi/Sektama

Masyarakat Standardisasi Instansi pemerintah /

1.a

Komisi Standardisasi

BATAN

BATAN

cq. PSJMN

Badan Standardisasi Nasional

1.b 1.c 1.d

1.e 2

3

Kebijakan

dan

Program

4

Program?

5

RSNI

7

Perumusan oleh PT

Penetapan oleh BSN

SNI

8

9

Penetapan oleh BATAN

Perumusan oleh TPSB

SB

RSB

6

10

5 dari 12

Keterangan :

1.a Masukan usulan program dari luar BATAN melalui unit kerja BATAN;

1.b Masukan usulan program dari luar BATAN langsung kepada Kepala BATAN;

1.c Masukan usulan program dari luar BATAN melalui BSN;

1.d Masukan usulan program dari dalam BATAN/unit kerja BATAN;

1.e Masukan usulan program dari BSN;

2. Usulan klasifikasi dan prioritas program;

3. Hasil klasifikasi dan prioritas program;

4. Kebijakan dan program perumusan standar;

5. Program perumusan RSNI dan RSB;

6. Program perumusan RSB;

7. Usulan program perumusan SNI;

8. Program perumusan RSNI (PNPS);

9. Usulan penetapan menjadi SNI;

10. Usulan penetapan menjadi SB;

6 dari 12

BAB III

PELAKSANAAN PERUMUSAN STANDAR KETENAGANUKLIRAN

3.1. Perumusan Standar Nasional Indonesia ketenaganukliran

3.1.1 Ketentuan umum

a. Program perumusan SNI ketenaganukliran yang akan dilaksanakan adalah program

perumusan SNI yang telah ditetapkan oleh Kepala BATAN dan telah ditetapkan sebagai

PNPS oleh BSN.

b. Penyusunan konsep rancangan standar dapat dilakukan oleh Panitia Teknis atau Tim

Penyusun Rancangan Standar unit kerja BATAN atau pihak lain yang berkepentingan

dengan standar tersebut.

c. Pembahasan Rancangan Standar Nasional Indonesia dilakukan oleh Panitia Teknis

dengan koordinasi PSJMN-BATAN.

d. Forum konsensus Rancangan Standar Nasional Indonesia dilaksanakan oleh Panitia

Teknis dengan koordinasi PSJMN-BATAN.

3.1.2 Penyiapan Konsep Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI 1)

Konsep Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI 1) adalah naskah RSNI yang disusun

oleh Panitia Teknis atau Tim Penyusun Rancangan Standar unit kerja BATAN atau pihak lain

yang berkepentingan dengan standar tersebut. Konsep RSNI 1 ini merupakan naskah awal

suatu rancangan standar yang akan dibahas oleh Panitia Teknis dalam rapat teknis.

Pihak pengusul selanjutnya menyampaikan/mengirimkan naskah RSNI 1 kepada BATAN c.q

PSJMN sebagai Sekretariat perumusan standar ketenaganukliran. Selanjutnya, PSJMN

mendistribusikan naskah RSNI 1 tersebut kepada anggota Panitia Teknis ketenaganukliran.

3.1.3 Pembentukan Panitia Teknis

a. Dalam rangka pelaksanaan perumusan Standar Nasional Indonesia ketenaganukliran,

BATAN c.q PSJMN mengusulkan pembentukan Panitia Teknis ketenaganukliran kepada

BSN, dengan tugas utama melaksanakan perumusan SNI ketenaganukliran.

b. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, dan tanggung jawab Panitia Teknis

ketenaganukliran, mengikuti PSN 02:2007: Pengelolaan Panitia Teknis Perumusan SNI.

c. Ketua Panitia Teknis lingkup ketenaganukliran dijabat oleh Kepala PSJMN (ex-offisio).

3.1.4 Pelaksanaan Perumusan

Perumusan Standar Nasional Indonesia ketenaganukliran dilaksanakan melalui rapat teknis

dan forum konsensus, dihasilkan RSNI 2 dan RSNI 3 dengan mengacu pada PSN.

7 dari 12

3.1.5 Penulisan RSNI Ketenaganukliran

Naskah RSNI ketenaganukliran ditulis sesuai dengan format penulisan yang ditetapkan

dalam Pedoman BSN yang berlaku tentang Penulisan Standar Nasional Indonesia.

Pedoman tersebut merupakan acuan yang harus digunakan oleh Panitia Teknis, TPRS, dan

semua pihak yang terlibat dalam perumusan RSNI atau revisi SNI.

3.1.6 Penetapan RSNI ketenaganukliran

Penetapan RSNI menjadi SNI merupakan kewenangan BSN.

BATAN cq. PSJMN menyampaikan RSNI 3 hasil konsensus Panitia Teknis kepada BSN

dilengkapi dengan dokumen kelengkapan lainnya yang menjadi persyaratan sesuai Pedoman

Standardisasi Nasional (PSN 01:2007). BSN memproses lebih lanjut untuk menetapkan RSNI

3 menjadi SNI sesuai ketentuan yang berlaku.

3.1.7 Kaji ulang SNI ketenaganukliran

Semua Standar Nasional Indonesia ketenaganukliran harus dikaji ulang dan dievaluasi

secara berkala untuk lebih menjamin bahwa standar ketenaganukliran tersebut masih sesuai

dengan keadaan/kebutuhan pada saat standar tersebut diperlukan.

Kaji ulang standar Nasional Indonesia ketenaganukliran dilakukan terhadap SNI yang telah

berumur 5 (lima) tahun atau lebih, atau sesuai dengan kebutuhan. Hasil kaji ulang dapat

berupa abolisi, revisi (suplemen, amandemen), atau tanpa perubahan. Pelaksanaan kaji

ulang dilakukan oleh Panitia Teknis sesuai dengan Pedoman BSN yang berlaku.

3.1.8 Revisi SNI ketenaganukliran

Revisi standar adalah kegiatan merumuskan kembali standar yang sudah ada dengan

mengubah isi standar. Tatacara pelaksanaan revisi sama seperti tatacara pelaksanaan

perumusan standar ketenaganukliran baru.

3.2 Perumusan Standar BATAN

3.2.1 Ketentuan umum

a. Program perumusan Standar BATAN ditetapkan oleh Kepala BATAN.

b. Penyusunan konsep rancangan standar dapat dilakukan oleh TPSB atau Tim Penyusun

Rancangan Standar unit kerja BATAN atau pihak lain yang berkepentingan dengan

standar tersebut.

c. Pembahasan Rancangan Standar BATAN dilakukan oleh TPSB dengan koordinasi PSJMN-

BATAN.

8 dari 12

d. Forum konsensus Rancangan Standar BATAN dilaksanakan oleh TPSB dengan koordinasi

PSJMN.

e. Falsafah perumusan Standar BATAN yaitu :

1. Pendekatan pragmatis, yaitu mengadopsi standar internasional atau standar negara

lain yang sesuai,

2. Dirumuskan selaras dan memiliki kesesuaian dan ekivalensi dengan standar

internasional atau regional atau negara lain,

3. Mendukung dan meningkatkan keselamatan ketenaganukliran,

4. Mempertimbangkan kemampuan iptek nuklir dalam mendukung industri nasional,

5. Mengambil pengalaman negara lain yang memiliki kondisi sosio-ekonomi hampir

sama.

3.2.2 Tim Perumus Standar BATAN (TPSB)

3.2.2.1 Pembentukan Tim Perumus Standar BATAN (TPSB)

a. Tim Perumus Standar BATAN ditetapkan oleh Kepala BATAN berdasarkan usulan dari

PSJMN.

b. Susunan TPSB terdiri dari para pemangku kepentingan dari unit kerja di lingkungan

BATAN yang terkait dengan bidang kompetensi TPSB bersangkutan.

c. Komposisi TPSB terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota. Sebagai ketua

dan sekretaris sebaiknya dari PSJMN, wakil ketua sebaiknya dari unit kerja pengusul

Rancangan Standar BATAN.

d. Lingkup TPSB terdiri dari 7 (tujuh) bidang kompetensi BATAN seperti yang diuraikan

pada SSB butir 3.3 : Tim Perumus Standar BATAN (TPSB).

3.2.2.2 Tugas Tim Perumus Standar BATAN

a. TPSB bertugas melaksanakan perumusan Rancangan Standar BATAN dan/atau merevisi

Standar BATAN sesuai dengan lingkup kompetensinya sebagai berikut:

1. TPSB-ATIR merumuskan/revisi Standar BATAN dengan lingkup bidang Aplikasi

Teknologi Isotop dan Radiasi dalam sektor pangan (pertanian dan peternakan),

industri, kelautan dan kebumian,

2. TPSB-PISB merumuskan Standar BATAN dengan lingkup bidang Pembuatan Isotop

dan Senyawa Bertanda dalam mendukung bioteknologi/kesehatan khususnya untuk

kedokteran nuklir,

3. TPSB-PLR merumuskan Standar BATAN dengan lingkup bidang Pengelolaan Limbah

Radioaktif dalam memberikan pelayanan dan pengelolaan limbah radioaktif untuk

9 dari 12

fasilitas nuklir dan kegiatan rumah sakit maupun industri yang memanfaatkan

teknologi nuklir,

4. TPSB-RPPN merumuskan Standar BATAN dengan lingkup bidang Rekayasa dan

Pembuatan Perangkat Nuklir dalam mengembangkan mesin berkas elektron untuk

industri dan rancang bangun serta perawatan perangkat nuklir dibidang kesehatan,

keselamatan nuklir, dan industri,

5. TPSB-DBBN merumuskan Standar BATAN dengan lingkup bidang Daur Bahan Bakar

Nuklir dalam mendukung penguasaan teknologi penyediaan bahan bakar reaktor riset

dan reaktor daya mulai dari eksplorasi, penambangan, pengolahan biji uranium,

pemurnian dan teknologi produksi bahan bakar serta pengelolaan elemen

bakar/bundle bahan bakar bekas,

6. TPSB-RD merumuskan Standar BATAN dengan lingkup bidang Reaktor Daya dan Non

Daya dalam mendukung penyiapan pembangunan PLTN, dan

7. TPSB-AMO merumuskan Standar BATAN dengan lingkup bidang Administrasi,

Manajemen, dan Organisasi untuk mendukung penguatan kelembagaan iptek nuklir.

b. Dalam melaksanakan tugasnya, TPSB:

1. Memperhatikan standar-standar BATAN yang telah ada dan standar lain yang terkait.

2. Mencegah adanya duplikasi atau kontradiksi kegiatan perumusan standar yang

dilakukan/dihasilkan.

3. Memperhatikan keputusan dan ketetapan BATAN yang berkaitan dengan

standardisasi.

c. TPSB dapat diberi tugas oleh BATAN untuk hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan

standar internasional di bidang ketenaganukliran.

3.2.3 Pelaksanaan perumusan

3.2.3.1 Penyiapan Rancangan Standar BATAN (RSB 1)

a. Konsep Rancangan Standar BATAN sesuai dengan program perumusan standar

ketenaganukliran yang telah ditetapkan disiapkan oleh Tim Penyusun Rancangan Standar

(TPRS) unit kerja yang terkait dengan standar yang akan dirumuskan. Konsep tersebut

dinamakan Konsep RSB 0 dan disampaikan oleh unit kerja ke PSJMN.

b. Konsep RSB 0 dievaluasi oleh PSJMN berdasarkan substansi dan formatnya. Hasil

evaluasi ini dinamakan RSB 1 yang selanjutnya disampaikan kepada TPSB dengan

lingkup kompetensi yang sesuai dengan substansi RSB 1 untuk dibahas dalam rapat

teknis.

c. Penyelenggaraan rapat teknis dan konsensus TPSB dikoordinasikan oleh PSJMN.

10 dari 12

3.2.3.2 Rapat Teknis

a. Rapat teknis membahas isi/substansi naskah RSB 1 dengan penekanan pada aspek

kebenaran secara ilmiah dan atau teknis.

b. Peserta rapat teknis adalah anggota TPSB dan dapat ditambah nara sumber apabila

diperlukan.

c. Rapat Teknis dipimpin oleh seorang ketua sidang dan dibantu oleh sekretaris.

d. Seluruh substansi pembahasan dalam rapat teknis harus terekam secara lengkap, akurat

serta mudah dibaca dan dimengerti, baik merupakan catatan pada RSB 1 maupun pada

rekaman terpisah.

e. PSJMN melakukan perbaikan terhadap naskah RSB 1 sesuai dengan notulen rapat teknis

maupun catatan pada RSB 1, dan hasil perbaikan ini disebut RSB 2.

f. PSJMN menyebarluaskan RSB 2 kepada seluruh anggota TPSB yang bersangkutan dan

kepada unit kerja terkait untuk memperoleh tanggapan/masukan bagi penyempurnaan

RSB 2 tersebut.

g. Tanggapan/masukan RSB 2 yang diterima, dirangkum oleh PSJMN dan selanjutnya akan

dibahas dalam rapat konsensus TPSB.

3.2.3.3 Konsensus TPSB

a. Rapat konsensus membahas tanggapan/masukan terhadap isi substansi naskah RSB 2

untuk memperoleh konsensus/kesepakatan terhadap isi naskah RSB 2.

b. Peserta rapat konsensus adalah anggota TPSB dan dapat ditambah nara sumber apabila

diperlukan.

c. Rapat konsensus harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota TPSB.

d. Rapat konsensus dipimpin oleh seorang ketua sidang dan dibantu oleh sekretaris.

e. Seluruh hasil pembahasan dalam rapat konsensus harus terekam secara lengkap, akurat

serta mudah dibaca dan dimengerti, baik merupakan catatan pada RSB 2 maupun pada

notulen rapat.

f. Hasil rapat konsensus harus dituangkan dalam berita acara hasil konsensus (yang

mencakup kuorum, konsensus/tidak konsensus, hasil voting, notulen rapat, daftar hadir

yang ditanda-tangani).

g. RSB 2 dapat ditetapkan menjadi RSB 3 apabila peserta rapat konsensus menyepakati

rancangan tersebut secara aklamasi. Dalam hal aklamasi tidak dicapai dapat dilakukan

pemungutan suara/voting, dan RSB 2 dapat ditetapkan menjadi RSB 3 apabila sekurang-

kurangnya 2/3 dari peserta rapat konsensus menyatakan setuju. Apabila peserta rapat

11 dari 12

konsensus yang menyetujui kurang dari 2/3, maka RSB 2 tersebut harus diperbaiki

dengan memperhatikan alasan dari tanggapan yang menyatakan tidak setuju.

h. PSJMN melakukan perbaikan terhadap naskah RSB 2 sesuai dengan berita acara rapat

konsensus dan hasil perbaikan ini disebut RSB 3.

3.2.4 Penulisan naskah Standar BATAN

Penulisan naskah Standar BATAN dilakukan sesuai dengan format penulisan yang ditetapkan

dalam Pedoman BSN tentang Penulisan Standar Nasional Indonesia dan Pedoman Tata

Naskah Dinas dan Tata Kearsipan serta Pedoman Kode Klasifikasi. Kedua Pedoman tersebut

merupakan acuan yang harus digunakan oleh TPSB, TPRS, dan semua pihak yang terlibat

dalam perumusan atau revisi SB.

3.2.5 Penetapan Rancangan Standar BATAN

Penetapan Rancangan Standar BATAN menjadi Standar BATAN merupakan kewenangan

Kepala BATAN.

RSB 3 hasil rapat Konsensus diajukan kepada Kepala BATAN oleh PSJMN untuk ditetapkan

menjadi Standar BATAN dengan dokumen kelengkapan lainnya yang menjadi persyaratan

yaitu :

1. Daftar undangan rapat konsensus,

2. Daftar hadir peserta rapat konsensus dan pernyataan persetujuan tertulis dari pihak

terkait yang tidak hadir (bila ada),

3. Berita acara konsensus yang ditandatangani oleh ketua TPSB dan sekretaris,

4. Notulen rapat,

5. Naskah RSB 3 dengan format yang telah disesuaikan dengan ketentuan format

naskah dinas yang berlaku di BATAN,

6. Masing-masing dokumen di atas, dibuat rangkap 2 (dua) dan khusus dokumen RSB 3

disertakan pula dalam bentuk berkas elektronik (disket).

3.2.6 Kaji ulang Standar BATAN

Semua Standar BATAN, harus dikaji ulang dan dievaluasi secara berkala untuk lebih

menjamin bahwa Standar BATAN tersebut masih sesuai dengan keadaan/kebutuhan pada

saat diperlukan.

Kaji ulang standar BATAN dilakukan terhadap standar yang telah berumur 5 (lima) tahun

atau lebih, atau sesuai dengan kebutuhan. Hasil kaji ulang dapat berupa abolisi

(penarikan/pencabutan), revisi (suplemen, amandemen), atau tanpa perubahan.

12 dari 12

Pelaksanaan kaji ulang dilakukan oleh TPSB dan/atau KSB dengan dikoordinasikan oleh

PSJMN.

3.2.7 Revisi Standar BATAN

Revisi Standar BATAN dilaksanakan mengikuti tatacara pelaksanaan perumusan Standar

BATAN baru.

3.3 Dokumentasi

Dokumentasi yang berkaitan dengan pelaksanaan perumusan standar ketenaganukliran

disimpan dan dipelihara oleh PSJMN.

Salinan sesuai dengan aslinya,

Kepala Biro Kerjasama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat,

Ferhat Aziz

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 3 Nopember 2008

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO NIP. 330001103

PEDOMAN

TENTANG

AKREDITASI DAN SERTIFIKASI BATAN

(PSB 02: 2008)

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

2008

i

Daftar isi

Daftar isi ....................................................................................................................... i

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................................. 1

1.1. Umum ................................................................................................................ 1

1.2. Maksud dan tujuan .............................................................................................. 1

1.3. Ruang lingkup..................................................................................................... 1

1.4. Acuan................................................................................................................. 1

BAB II

AKREDITASI DAN SERTIFIKASI BATAN ........................................................................... 2

2.1. Jenis akreditasi dan sertifikasi BATAN.................................................................... 2

2.2. Persyaratan umum akreditasi dan sertifikasi.............................................................2

2.3. Program akreditasi dan sertifikasi........................................................................... 3

2.4 . Pelaksana akreditasi dan sertifikasi BATAN ............................................................ 3

2.5. Penetapan akreditasi dan sertifikasi BATAN............................................................ 4

BAB III

PELAKSANAAN AKREDITASI DAN SERTIFIKASI BATAN .....................................................5

3.1. Tahapan pelaksanaan akreditasi laboratorium dan sertifikasi sistem manajemen

(mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan produk) BATAN …......5

3.2. Tahapan pelaksanaan sertifikasi personel BATAN.....................................................7

3.3. Dokumentasi pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi BATAN ...................................... 7

1 dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umum

Dalam rangka menghasilkan produk Ketenaganukliran yang bermutu, BATAN telah menetapkan

Sistem Standardisasi BATAN (SSB) yang merupakan tatanan jaringan sarana dan kegiatan

Standardisasi dilingkungan BATAN mengatur perumusan, penerapan, pembinaan, dan

pengawasan. Oleh karena itu perlu adanya pedoman yang mengatur tentang penerapan

standardisasi yaitu pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi BATAN.

Mengingat luasnya sektor akreditasi dan sertifikasi BATAN serta perlunya ketentuan khusus

untuk masing-masing sektor, maka pedoman ini dilengkapi dengan beberapa pedoman

akreditasi maupun pedoman sertifikasi yang lebih rinci.

Dengan mengacu pedoman ini, akreditasi dan sertifikasi BATAN dilaksanakan dengan benar

sesuai dengan standar BATAN yang tertelusur secara nasional maupun internasional, sehingga

bisa meningkatkan daya saing dan kepercayaan masyarakat terhadap mutu produk litbang

BATAN yang telah dipasarkan.

1.2. Maksud dan tujuan

Pedoman ini digunakan untuk mengatur pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi BATAN agar unit

kerja mempunyai kompetensi sesuai dengan standar BATAN yang telah ditetapkan sebagai

persyaratan sistem mutu BATAN untuk mewujudkan tujuan penerapan standar

ketenaganukliran.

1.3. Ruang lingkup

Pedoman ini mengatur pelaksanaan akreditasi BATAN untuk laboratorium dan sertifikasi BATAN

untuk sistem manajemen mutu, lingkungan, produk , K3 dan Personel.

1.4. Dasar

1. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor. 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja BATAN,

2. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor. 413/KA/XII/2005 tentang Pedoman

Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan serta Pedoman Kode Klasifikasi,

3. Keputusan Kepala BATAN Nomor 199/KA/IV/2004 tentang Pelaksanaan Standardisasi

Ketenaganukliran di Lingkungan BATAN,

4. Sistem Standardisasi BATAN tahun 2008.

2 dari 7

BAB II

AKREDITASI DAN SERTIFIKASI BATAN

2.1 . Jenis akreditasi dan sertifikasi BATAN

Sesuai Sistem standardisasi BATAN, kegiatan akreditasi dan sertifikasi BATAN dibagi dalam

beberapa jenis sesuai standar acuan yang digunakan untuk penilaian kesesuaian serta lingkup

kompetensi dan kebutuhan BATAN dalam mendukung sasaran utama, sebagai berikut :

2.1.1. Jenis akreditasi BATAN

Akreditasi BATAN terdiri dari:

a. Laboratorium pengujian.

b. Laboratorium kalibrasi.

c. Laboratorium penelitian dan pengembangan.

2.1.2. Jenis sertifikasi BATAN

Sertifikasi BATAN terdiri dari:

a. Sertifikasi sistem manajemen mutu.

b. Sertifikasi sistem manajemen lingkungan.

c. Sertifikasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Sertifikasi produk.

e. Sertifikasi personel.

f. Sertifikasi lainnya dibidang standardisasi sesuai dengan kebutuhan.

2.2. Persyaratan umum akreditasi dan sertifikasi

2.2.1. Persyaratan umum laboratorium yang akan mengajukan akreditasi BATAN:

a. Mempunyai legalitas hukum.

b. Mempunyai struktur organisasi.

c. Memiliki sistem manajemen mutu dan kemampuan teknis yang memenuhi persyaratan

standar BATAN untuk persyaratan umum kompetensi laboratorium (laboratorium

pengujian, laboratorium kalibrasi dan laboratorium penelitian dan pengembangan).

d. Telah menerapkan sistem manajemen mutu dan sistem dokumentasi sesuai butir (c)

minimum 3 (tiga) bulan.

e. Telah melaksanakan audit internal dan tinjauan manajemen minimal 1(satu) kali.

3 dari 7

2.2.2. Persyaratan umum unit kerja yang akan mengajukan sertifikasi Sistem

Manajemen (Mutu, Lingkungan, K3 dan Produk) BATAN:

a. Mempunyai legalitas hukum.

b. Mempunyai struktur organisasi.

c. Memiliki sistem manajemen yang memenuhi standar BATAN untuk persyaratan sistem

manajemen (mutu, lingkungan , K3, dan produk).

d. Telah menerapkan sistem manajemen dan sistem dokumentasi sesuai dengan butir (c)

minimum 3 (tiga) bulan.

e. Telah melaksanakan audit internal dan tinjauan manajemen minimal 1 (satu) kali.

2.2.3. Persyaratan umum personel yang akan mengajukan sertifikasi Personel

BATAN:

a. Telah mengikuti pelatihan sesuai yang disyaratkan di Pusdiklat BATAN.

b. Persyaratan khusus sesuai dengan lingkup kompetensi.

2.3 Program akreditasi dan sertifikasi

Program akreditasi dan sertifikasi BATAN adalah program kebijakan yang ditetapkan oleh

Kepala BATAN yang dituangkan dalam Dokumen Prioritas Program Standardisasi BATAN.

Akreditasi dan sertifikasi diluar program tersebut dapat diajukan oleh unit kerja kepada Kepala

BATAN cq. PSJMN dan dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan.

2.4 Pelaksana akreditasi dan sertifikasi BATAN

Pelaksana Akreditasi dan sertifikasi BATAN sesuai tugas dan fungsinya adalah PSJMN, dengan

dibantu oleh Tim Penilaian Kesesuaian Akreditasi BATAN (TPKAB) sebagai pelaksana penilaian

kesesuaian akreditasi BATAN dan Tim Penilaian Kesesuaian Sertifikasi BATAN (TPKSB) sebagai

pelaksana penilaian kesesuaian Sertifikasi BATAN sistem manajemen ( mutu, lingkungan, K3

dan produk ) dan Tim Penguji untuk sertifikasi personel.

Anggota Tim Penilaian Kesesuaian Akreditasi BATAN (TPKAB), Tim Penilaian Kesesuaian

Sertifikasi BATAN (TPKSB) maupun Tim Penguji dapat terdiri dari personel yang memiliki

kompetensi sesuai dengan ruang lingkup akreditasi maupun sertifikasi.

4 dari 7

2.5 Penetapan akreditasi dan sertifikasi BATAN

a. Penetapan akreditasi BATAN untuk laboratorium dan sertifikasi BATAN untuk sistem

manajemen (mutu, lingkungan, K3 dan produk) dilakukan oleh Komisi Standardisasi BATAN

(KSB).

b. Penetapan sertifikasi personel dilakukan oleh Tim Penguji Sertifikasi Personel (TPSP)

5 dari 7

BAB III

PELAKSANAAN AKREDITASI DAN SERTIFIKASI BATAN

3.1 Tahapan pelaksanaan akreditasi laboratorium dan sertifikasi sistem

manajemen (mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan

produk) BATAN sebagai berikut:

a. Permohonan akreditasi dan sertifikasi

Unit kerja mengajukan permohonan akreditasi dan sertifikasi dengan mengisi formulir

yang disediakan oleh BATAN cq PSJMN yang harus ditanda tangani oleh Kepala unit kerja

dan menyampaikan kembali ke BATAN cq PSJMN dilampiri dengan persyaratan yang

ditetapkan.

b. Penilaian kesesuaian (audit kecukupan dan audit lapangan )

TPKAB atau TPKSB melakukan audit kecukupan dan audit lapangan Terhadap laboratorium

atau unit kerja sesuai jadwal yang telah disepakati.

1. Untuk akreditasi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi, penilaian

kesesuaian berdasarkan Standar BATAN tentang persyaratan umum kompetensi

laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (SB-77-0003-80 : 2007),

2. Untuk akreditasi laboratorium penelitian dan pengembangan, penilaian

kesesuaian berdasarkan Standar BATAN tentang persyaratan umum kompetensi

laboratorium penelitian dan pengembangan,

3. Untuk sertifikasi sistem manajemen mutu, penilaian kesesuaian berdasarkan Standar

BATAN tentang persyaratan sistem manajemen mutu (SB-77-0001-80 : 2005),

4. Untuk sertifikasi sistem manajemen lingkungan, penilaian kesesuaian

berdasarkan Standar BATAN tentang persyaratan sistem manajemen lingkungan,

5. Untuk sertifikasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, penilaian

kesesuaian berdasarkan Standar BATAN tentang persyaratan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja,

6. Untuk sertifikasi produk, penilaian kesesuaian berdasarkan Standar BATAN tentang

persyaratan sertifikasi produk,

7. Untuk sertifikasi lainnya, penilaian kesesuaian berdasarkan Standar BATAN tentang

persyaratan yang sesuai dengan sertifikasinya.

c. Penetapan akreditasi dan sertifikasi BATAN

1. Komisi Standardisasi BATAN (KSB) dalam menetapan akreditasi dan sertifikasi BATAN

mengadakan rapat pengambilan keputusan, dengan mengevaluasi laporan hasil

penilaian kesesuaian yang disampaikan oleh TPKAB atau TPKSB,

6 dari 7

2. Hasil dari rapat pengambilan keputusan ditetapkan dalam berita acara penetapan

akreditasi atau sertifikasi,

3. Hasil penetapan akreditasi atau sertifikasi disampaikan kepada unit kerja oleh BATAN cq

PSJMN.

d. Penerbitan Sertifikat Akreditasi dan Sertifikasi

1. BATAN menerbitkan sertifikat akreditasi laboratorium atau sertifikat sertifikasi unit kerja

BATAN yang telah ditetapkan memenuhi persyaratan oleh KSB,

2. Sertifikat akreditasi dan sertifikat sertifikasi BATAN disampaikan ke unit kerja oleh

BATAN cq PSJMN,

3. Sertifikat akreditasi dan sertifikat sertifikasi BATAN berlaku selama 3(tiga) tahun.

e. Survailen

Selama berlakunya sertifikat akreditasi atau sertifikat sertifikasi BATAN (3 tahun), BATAN cq

PSJMN wajib melakukan program survailen secara periodik minimal 1 (satu) kali dalam setahun

terhadap laboratorium yang telah diakreditasi atau unit kerja yang telah disertifikasi untuk

menjamin bahwa laboratorium yang diakreditasi atau unit kerja yang telah disertifikasi tetap

konsisten memenuhi persyaratan akreditasi atau sertifikasi.

f. Perpanjangan sertifikat akreditasi dan sertifikat sertifikasi BATAN

1. Bila masa berlaku sertifikat akreditasi dan sertifikat sertifikasi BATAN akan berakhir

(minimal 3 bulan sebelumnya) maka unit kerja diwajibkan akreditasi atau sertifikasi

ulang,

2. Tata cara pelaksanaan akreditasi atau sertifikasi ulang mengikuti tata cara pelaksanaan

akreditasi atau sertifikasi awal.

g. Penambahan ruang lingkup akreditasi dan sertifikasi BATAN

1. Laboratorium yang telah diakreditasi dan unit kerja yang telah disertifikasi dapat

mengajukan penambahan ruang lingkup minimal satu tahun setelah mendapat sertifikat,

2. Surat permohonan perluasan atau penambahan ruang lingkup diajukan kepada BATAN

cq PSJMN disertai dokumen pendukung yang diperlukan,

3. Proses selanjutnya sesuai dengan tata cara akreditasi dan sertifikasi awal.

4. Setelah ditetapkan oleh KSB untuk menambah ruang lingkup maka akan diterbitkan

sertifikat baru sesuai ruang lingkup yang baru bagi sertifikat yang sudah habis masa

berlakunya. Untuk sertifikat yang belum habis masa berlakunya, merevisi lampiran

ruang lingkupnya.

7 dari 7

3.2 Tahapan pelaksanaan sertifikasi personel BATAN

a. Permohonan sertifikasi personel diajukan oleh unit kerja ke PSJMN dengan mengirimkan

nama personel dan melengkapi persyaratan yang ditetapkan.

b. Pelaksanaan ujian kualifikasi oleh tim penguji sesuai standar BATAN tentang sertifikasi dan

kualifikasi personel.

c. Penetapan kelulusan dilakukan oleh Tim Penguji Sertifikasi Personel (TPSP) berdasarkan

hasil ujian kualifikasi.

d. Penerbitan sertifikat.

1. Sertifikat kualifikasi personel diberikan kepada personel yang dinyatakan lulus oleh Tim

Penguji Sertifikasi Personel (TPSP),

2. Sertifikat kualifikasi personel diterbitkan dan ditanda tangani oleh kepala Pusat

Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir,

3. Sertifikat kualifikasi personel berlaku selama 5 (lima) tahun.

e. Sebelum berakhirnya masa berlaku sertifikat (minimal 1 bulan), harus dilakukan

perpanjangan sertifikat dengan cara mengikuti ujian kualifikasi.

3.3 Dokumentasi pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi BATAN

Dokumentasi yang berkaitan dengan pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi BATAN disimpan dan

dipelihara oleh PSJMN.

Salinan sesuai dengan aslinya,

Kepala Biro Kerjasama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat,

Ferhat Aziz

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 3 Nopember 2008

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO

NIP. 330001103

PEDOMAN

TENTANG

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

STANDARDISASI

(PSB 03: 2008)

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2008

i

Daftar isi

BAB I ........................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN............................................................................................................. 1

1.1 . Umum .................................................................................................................. 1

1.2. Maksud dan tujuan................................................................................................. 1

1.3. Ruang lingkup........................................................................................................ 1

1.4. Dasar .................................................................................................................... 1

BAB II.......................................................................................................................... 2

PEMBINAAN STANDARDISASI ........................................................................................ 2

2.1. Pengertian ............................................................................................................. 2

2.2. Perencanaan pembinaan ......................................................................................... 2

2.3. Pelaksanaan pembinaan.......................................................................................... 3

2.4. Evaluasi pembinaan................................................................................................ 3

BAB III......................................................................................................................... 4

PENGAWASAN STANDARDISASI..................................................................................... 4

3.1. Pengawasan standardisasi....................................................................................... 4

3.2. Perencanaan pengawasan....................................................................................... 4

3.3. Pelaksanaan pengawasan ....................................................................................... 4

3.4. Evaluasi................................................................................................................. 5

3.5. Pelaporan .............................................................................................................. 5

3.6. Tindak lanjut ……………………………………………………………………………………………………….6

1 dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Kegiatan Standardisasi di lingkungan BATAN dilaksanakan berdasarkan keputusan Kepala BATAN

tentang Pelaksanaan Standardisasi Ketenaganukliran di lingkungan BATAN, yang dilengkapi

dengan dokumen Sistem Standardisasi BATAN (SSB) dan pedoman-pedoman pelaksanaannya,

antara lain Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Standardisasi.

Pedoman ini digunakan sebagai panduan bagi pusat/unit kerja dalam melaksanakan pembinaan

dan pengawasan standardisasi di lingkungan BATAN, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan

sampai dengan evaluasi.

1.2 Maksud dan tujuan

Pedoman ini dimaksudkan untuk mengatur tata cara pembinaan dan pengawasan standardisasi

di BATAN dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman sehingga seluruh

pusat/unit kerja di lingkungan BATAN mampu menerapkan standardisasi serta menjamin

keterpaduan penerapan SSB.

1.3 Ruang lingkup

Pedoman ini berlaku di lingkungan BATAN dengan lingkup kegiatan meliputi:

a. Pembinaan standardisasi melalui workshop, seminar, pendidikan, pelatihan dan sosialiasi

secara terencana atau sesuai keperluan, termasuk pembinaan yang dilakukan secara

internal oleh pusat/unit kerja.

b. Pengawasan standardisasi melalui kegiatan audit, pemantauan dan inspeksi oleh PSJMN

serta pengawasan internal oleh pusat/unit kerja masing-masing, yang berfokus pada

keselamatan instalasi dan fasilitas nuklir.

1.4 Dasar

a. Peraturan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor. 392/KA/XI/2005 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja BATAN.

b. Keputusan Kepala BATAN Nomor 199/KA/IV/2004 Tentang Pelaksanaan Standardisasi

Ketenaganukliran di Lingkungan BATAN.

c. Sistem Standardisasi Nasional tahun 2001.

d. Sistem Standardisasi BATAN tahun 2008.

2 dari 6

BAB II

PEMBINAAN STANDARDISASI

2.1 Pengertian

Pembinaan standardisasi adalah upaya menyadarkan dan meningkatkan pemahaman sehingga

seluruh pusat/unit kerja mampu menerapkan standardisasi di lingkungan BATAN. Pembinaan

standardisasi internal adalah upaya untuk menyadarkan dan meningkatkan pemahaman

terhadap pegawai secara internal oleh unit kerja untuk mampu menerapkan standardisasi.

2.2 PERENCANAAN PEMBINAAN

a. Kegiatan pembinaan standardisasi direncanakan sesuai dengan prioritas Program

Standardisasi BATAN.

b. Unit kerja BATAN dapat mengusulkan untuk mendapatkan pembinaan Standardisasi kepada

BATAN c.q PSJMN. Pembinaan di luar prioritas Program Standardisasi BATAN pada tahun

berjalan dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan persetujuan KSB.

c. Pembinaan standardisasi di pusat/unit kerja didasarkan atas pertimbangan:

- kebutuhan pusat/unit kerja untuk memastikan mutu layanannya,

- peraturan/regulasi yang terkait dengan pusat/unit kerja,

- masukan dari pusat/unit kerja.

d. Pembinaan Standardisasi dilaksanakan dengan memperhatikan kompetensi dan kemampuan

pusat/unit kerja dalam menerapkan regulasi, standar, atau ketentuan tersebut.

e. Pembinaan standardisasi dikelompokkan dalam dua cara:

- pembinaan secara umum,

- pembinaan secara khusus.

f. Personel yang ditugaskan untuk melaksanakan pembinaan adalah personel yang memiliki

kompetensi memadai terkait dengan materi pembinaan yang akan dilaksanakan.

g. Apabila diperlukan, tenaga ahli dari pusat/unit kerja lain atau dari instansi lain dapat

diundang sebagai narasumber dalam pembinaan.

3 dari 6

2.3 PELAKSANAAN PEMBINAAN

a. Pelaksanaan pembinaan dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:

1. pembinaan standardisasi secara umum kepada seluruh pusat/unit kerja terkait dengan

skema standardisasi dalam bentuk sosialisasi dan seminar atau dalam bentuk lain, yang

dikoordinasikan oleh PSJMN,

2. setelah mengikuti pembinaan umum, masing-masing pusat/unit kerja menyampaikan

status penerapan standardisasi sesuai dengan kompetensi dan jenis layanannya kepada

BATAN c.q PSJMN,

3. status penerapan standardisasi di pusat/unit kerja menjadi masukan untuk menentukan

metode pembinaan khusus kepada pusat/unit kerja,

4. BATAN cq PSJMN melaksanakan pembinaan standardisasi secara khusus kepada

pusat/unit kerja tertentu dalam bentuk workshop, pelatihan, bimbingan, konsultasi, atau

dalam bentuk lain,

5. PSJMN membuat laporan pelaksanaan pembinaan.

b. Pembinaan standardisasi internal dilaksanakan sesuai dengan kebijakan pusat/unit kerja

masing-masing.

2.4 EVALUASI PEMBINAAN

a. Evaluasi pembinaan dilakukan terhadap:

- hasil penilaian pusat/unit kerja terhadap pelaksanaan pembinaan oleh PSJMN,

- kinerja pembinaan,

- personel pembina yang ditugaskan,

- kesesuaian materi pembinaan dengan kebutuhan pusat/unit kerja,

- peningkatan kompetensi pusat/unit kerja dalam penerapan standardisasi setelah

pembinaan.

b. Hasil evaluasi, beserta laporan pelaksanaan pembinaan, disampaikan kepada Kepala BATAN

sebagai bahan untuk menyusun kebijakan dan program pembinaan standardisasi.

c. Evaluasi pembinaan internal dilaksanakan oleh pusat/unit kerja masing-masing.

4 dari 6

BAB III

PENGAWASAN STANDARDISASI

3.1. Pengawasan standardisasi

Upaya untuk menjamin keterpaduan penerapan Sistem Standardisasi BATAN.

3.2. Perencanaan pengawasan

a. Program pengawasan disusun dengan memperhitungkan kegiatan unit kerja yang

berpengaruh pada keselamatan. Program tersebut mencakup pengawasan terhadap seluruh

proses utama dalam jangka waktu tertentu.

b. Program tersebut dapat ditinjau serta disesuaikan dengan:

- Frekuensi dan hasil dari pengawasan sebelumnya,

- Perubahan persyaratan signifikan apapun akibat peraturan baru,

- Perubahan manajemen atau batas tanggung jawab unit kerja,

- Temuan signifikan dari pengawasan eksternal atau pengawasan pihak ketiga,

- Umpan balik dari ketidaksesuaian dan dari proses tindak perbaikan dan pencegahan,

- Kejadian eksternal yang secara potensial mempengaruhi hasil pengawasan, dan

- Perkembangan teknologi.

c. Program pengawasan mencakup waktu yang memadai untuk persiapan, pelaksanaan

pengawasan, evaluasi masalah yang teridentifikasi dan pelaporan hasilnya.

d. Untuk setiap pengawasan, ditetapkan perencanaan untuk memilih lingkup kegiatan yang

akan diawasi serta persyaratan yang harus dipenuhi.

e. Program ini ditetapkan oleh Kepala BATAN dan didistribusikan kepada unit kerja yang

diawasi.

f. Tim pengawasan ditetapkan oleh Kepala BATAN, berdasarkan kompetensi bidang atau

kegiatan yang diawasi dan kemampuan pengawasan lain yang diperlukan dengan

koordinator PSJMN.

g. Pengawasan internal dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh pimpinan unit kerja.

h. Anggota tim adalah personel yang tidak terkait langsung dengan kegiatan yang diawasi.

3.3. Pelaksanaan pengawasan

a. Pengawasan dipusatkan pada pengamatan atas kegiatan yang dilaksanakan, baik dalam

bentuk dokumen maupun pelaksanaan di lapangan. Metode pengawasan berupa wawancara

dengan personel dan penilaian kegiatan yang sedang atau telah selesai dilaksanakan.

b. Pengawasan terhadap kegiatan dilakukan untuk memastikan kesesuaian dan kecukupan

terhadap persyaratan dan regulasi.

5 dari 6

c. Jadwal dan pelaksanaan pengawasan dilakukan sesuai dengan program yang telah

ditetapkan. Apabila diperlukan, penilaian lebih lanjut dapat dilakukan setelah diperoleh

kesepakatan dari pimpinan unit kerja.

d. Pelaksanaan teknis pengawasan dilakukan berdasarkan metode dan prosedur pengawasan

yang berlaku.

e. Apabila ditemukan ketidaksesuaian yang berpengaruh terhadap keselamatan, pengawas

harus memastikan bahwa pimpinan unit kerja telah mengetahuinya dan bahwa tindak lanjut

telah direncanakan untuk memperbaikinya. Kondisi yang ditemukan selama pengawasan

yang membutuhkan perhatian khusus harus dilaporkan sesegera mungkin kepada pimpinan

unit kerja.

f. Apabila ditemukan dugaan ketidaksesuaian, hal ini dapat didiskusikan dengan personel yang

bertanggung jawab untuk menghindari salah pengertian.

g. Kondisi yang mencerminkan praktek yang baik pada unit kerja juga termasuk hal yang harus

diidentifikasi oleh tim sebagai bahan berbagi pengalaman. Hal ini mencakup bidang kegiatan

dimana sasarannya secara konsisten tercapai atau terlampaui.

3.4. Evaluasi

a. Tim harus mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab ketidaksesuaian untuk menentukan

permintaan tindak perbaikan. Permintaan tindak perbaikan tersebut harus menguraikan

ketidaksesuaian dan mengidentifikasi bidang kegiatan dimana peningkatan dapat dilakukan.

b. Apabila praktek yang baik teridentifikasi, harus dianalisa untuk menentukan faktor-faktor

yang mendukung keberhasilannya.

3.5. Pelaporan

a. Hasil pengawasan harus segera dilaporkan kepada Kepala BATAN dan unit kerja yang

diawasi. Laporan pengawasan merupakan komunikasi tentang temuan dengan menonjolkan

tingkat keterkaitannya dengan keselamatan.

b. Agar lebih efektif, laporan harus diserahkan dalam bentuk final secepat mungkin, minimal

mencakup:

1. daftar temuan positif dan negatif,

2. daftar personel yang dihubungi, persyaratan dan regulasi yang diacu serta lingkup

kegiatan yang diawasi,

3. uraian metode pengawasan yang digunakan tim;

4. acuan rencana pengawasan yang menunjukan lingkup kegiatan mana saja yang diawasi,

5. pernyataan ringkas apakah kegiatan yang diawasi memenuhi persyaratan dan regulasi,

6. peluang peningkatan dan praktek yang baik.

6 dari 6

3.6. Tindak lanjut

Pimpinan unit kerja harus mengkaji temuan pengawasan dan memastikan bahwa seluruh

tingkatan manajemen telah menjadwalkan tindak perbaikan. Kerangka waktu

a. implementasi tindak perbaikan harus mempertimbangkan pengaruhnya terhadap

keselamatan.

b. Pimpinan unit kerja harus melaporkan kepada tim cq. PSJMN mengenai perkembangan yang

dicapai dalam menyelesaikan tindak perbaikan.

c. Implementasi tindak perbaikan tersebut harus diverifikasi oleh tim.

Salinan sesuai dengan aslinya,

Kepala Biro Kerjasama, Hukum,

dan Hubungan Masyarakat,

Ferhat Aziz

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 3 Nopember 2008

KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

-ttd-

HUDI HASTOWO NIP. 330001103