peraturan daerah kota yogyakarta (perda kota … · dokumen induk perencanaan pembangunan daerah...

33
PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 13 TAHUN 2002 (13/2002) TENTANG POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2002 - 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tujuan Nasional, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004 Nomor : IV/MPR/ 1999 yang merupakan arah penyelenggaraan Negara dalam waktu lima tahun kedepan; b. bahwa Kota Yogyakarta sebagai Daerah Otonom dan merupakan bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu memiliki dokumen induk perencanaan Pembangunan Daerah yang arah penyelenggaraannya partisipatif, transparan, akuntabel, berkeadilan dan responsif, yang dituangkan dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Tahun 2002 - 2006. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur. Jawa Tengah, Jawa Barat dan dalam Daerah Istimewa Yogyakarta; 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 6. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan bebas

Upload: ledan

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

NOMOR 13 TAHUN 2002 (13/2002) TENTANG POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2002 - 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tujuan

Nasional, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004 Nomor : IV/MPR/ 1999 yang merupakan arah penyelenggaraan

Negara dalam waktu lima tahun kedepan; b. bahwa Kota Yogyakarta sebagai Daerah Otonom

dan merupakan bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu memiliki dokumen induk perencanaan Pembangunan Daerah yang arah penyelenggaraannya partisipatif, transparan, akuntabel, berkeadilan dan responsif, yang dituangkan dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Tahun 2002 - 2006.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur. Jawa Tengah, Jawa Barat dan dalam Daerah Istimewa Yogyakarta;

2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang

Penataan Ruang; 3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang

Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah; 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

6. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan bebas

dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000

tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000

tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000

tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala

Daerah; 11. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II

Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1992 tentang Yogyakarta Berhati Nyaman;

12. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II

Yogyakarta Nomor 6 Tahun 1994 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota Yogyakarta Tahun 1994-2004;

13. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 13

Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah". Memperhatikan: 1. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor

050/829/11/Bangda tanggal28 April 2000 perihal Pedoman Penyusunan Pola Dasar Pembangunan Daerah 2000-2005;

2. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi

Daerah Nomor 050/1240/Il/Bangda tanggal 21 Juni 2001 perihal Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Propinsi, Kabupaten dan Kota.

Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA

MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA TENTANG POLA

DASAR PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2002 - 2006. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

a. Daerah adalah Daerah Kota Yogyakarta.

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Yogyakarta. c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat

DPRD adalah Badan Legislatif Daerah Kota Yogyakarta. d. Walikota ialah Walikota Yogyakarta. e. Pola Dasar Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat

POLDAS adalah Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta. f. Program Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat PROPEOA

adalah Program Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta.

g. Rencana Stratejik Daerah yang selanjutnya disingkat RENSTRADA adalah Rencana Stratejik Daerah Kota Yogyakarta.

h. Rencana Stratejik lnstansi yang selanjutnya disingkat

RENSTRAIN adalah Rencana Stratejik lnstansi Pemerintah Kota Yogyakarta.

i. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disingkat

REPETADA adalah Rencana Pembangunan Tahunan Daerah Kota Yogyakarta.

j. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya

disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Be!anja Daerah Kota Yogyakarta.

BAB II POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 2 POLDAS Kota Yogyakarta Tahun 2002-2006 adalah dokumen induk perencanaan pembangunan daerah merupakan arah dan pedoman yang memuat visi, misi, dan strategi kebijakan pembangunan 5 (lima) tahun kedepan didasarkan pada kondisi, potensi , prakarsa dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di daerah dengan tetap berorientasi pada tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan nasional yang tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.

BAB III PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 3 Berdasarkan POLDAS disusun PROPEDA Kota Yogyakarta yang memuat uraian kebijakan indikasi program pembangunan yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi (APBD Propinsi), APBD Kota dan dari dana Masyarakat serta Dunia Usaha (Swasta) yang

ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BAB IV RENCANA STRATEJIK DAERAH Pasal 4 PROPEDA dalam pelaksanaannya dituangkan dalam RENSTRADA Kota Yogyakarta yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, program dan kegiatan secara rinci dan terukur yang bersumber dari dana APBD Kota Yogyakarta yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. BAB V KETENTUAN PENUTUP

Pasal 5 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 28 Mei 2002 WALIKOTA YOGYAKARTA Ttd H. HERRY ZUDIANTO

Disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah : Nomor : 32/K/DPRD/2002 Tanggal : 28 Mei 2002 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Yogyakarta Nomor : 27 Seri : D Tanggal 1 Juni 2002 SEKRETARIS DAERAH KOTA YOGYAKARTA

Ttd. Drs. HARULAKSONO Pembina Utama Muda NIP: 490013927 PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2002

TENTANG

POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2002 -2006 I. PENJELASAN UMUM. Bahwa POLDAS merupakan pokok-pokok kebijaksanaan pembangunan

daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang bersifat menyeluruh, terarah dan terpadu serta berlangsung terus menerus merupakan penjabaran GBHN yang didasarkan pada kondisi, potensi dan aspirasi masyarakat yang tumbuh berkembang di Kota Yogyakarta.

Dengan ditetapkannya GBHN Tahun 1999 -2004 yang merupakan

arah penyelenggaraan Negara dalam waktu 5 (lima) tahun mendatang maka Kota Yogyakarta harus menyesuaikan sehingga perlu segera disusun POLDAS yang merupakan arah dan pedoman kebijakan penyelenggaraan pemerintahan. pengelolaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Atas dasar hal tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan

Daerah Kota Yogyakarta tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 sampai dengan pasal 5 cukup jelas.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ........................................... 1 BAB I PENDAHULUAN ................................ 1 A. Pengertian ............................ 1 B. Kedudukan dan Fungsi .................. 1 C. Maksud dan Tujuan ..................... 1

D. Landasan .............................. 2 E. Ruang Lingkup ......................... 2 BAB II KONDISI UMUM ............................... 3 A. Geografis ............................. 3 B. Ekonomi................................ 3

1. Pertumbuhan PDRB ................. 3

2. Produk Unggulan lndustri Kecil dan Menengah ......................... 4 3. Perkembangan Usaha dan lnvestasi Daerah ........................... 4 4. Ketenagakerjaan .................. 5 5. Pertanian ........................ 5 C. Pendidikan ............................ 6 1. Anak Usia Sekolah ................ 6

2. Guru/Tenaga Pendidik ............. 6 3. Prasarana dan Sarana ............. 7 4. Lembaga Pendidikan Non Formal .... 7 D. Pariwisata ............................ 8 E. Agama ................................. 9 F. Pemberdayaan Masyarakat ............... 9 G. Sosial Budaya ......................... 10

1. Kebudayaan ....................... 10 2. Kesehatan ........................ 10 3. Pemuda dan Olah raga ............. 11 4. Kesejahteraan Sosial ............. 12 5. Kependudukan ..................... 13 H. Penataan Ruang dan Prasarana Kota ..... 13 1. Penataan Ruang ................... 13

2. Prasarana dan Sarana Kota ........ 14 I. Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam . 14 1. Lingkungan Hidup ................. 14 2. Sumber Daya Alam ................. 15 J. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ...... 15

K. Pemerintahan .......................... 16

1. Kewenangan ....................... 16 2. Kelembagaan ...................... 16 3. Aparatur ......................... 17 L. Hukum ................................. 17 M. Politik ............................... 18 N. Keamanan dan Ketertiban ............... 19 O. Perkembangan Kota dan Pusat Pertumbuhan 19

1. Perkembangan Kota ................ 19 2. Pusat Pertumbuhan ................ 19 P. Keuangan dan Aset Daerah .............. 20 1. Keuangan Daerah .................. 20 2. Aset Daerah ...................... 21 BAB III VISI DAN MISI .............................. 23 A. Visi .................................. 23

B. Misi .................................. 23 BAB IV STRATEGI KEBIJAKAN ......................... 25 A. Bidang Pendidikan ..................... 25 B. Bidang Pariwisata ..................... 26 C. Bidang Agama .......................... 26 D. Bidang Ekonomi ........................ 27 E. Bidang Hukum .......................... 28

F. Bidang Pemerintahan ................... 28 G. Bidang Pemberdayaan Masyarakat ........ 29 H. Bidang Sosial Budaya .................. 30 I. Bidang Politik, Keamanan dan Ketertiban 31 J. Bidang penataan Ruang dan Prasarana Kota .................................. 31

K. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ................................. 31 L. Bidang Keuangan Daerah ................ 32 BAB V PELAKSANAAN ................................ 33 BAB VI PENUTUP .................................... 35 LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR : 13 TAHUN 2002 TENTANG : POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH

BABI PENDAHULUAN A. Pengertian POLDAS Kota Yogyakarta adalah dokumen induk perencanaan

pembangunan Kota Yogyakarta yang memuat visi, misi dan strategi kebijakan pembangunan 5 (lima) tahun kedepan didasarkan, pada kondisi, potensi, prakarsa dan aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di daerah dengan tetap berorientasi pada tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Nasional serta ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

B. Kedudukan dan Fungsi Kedudukan POLDAS Kota Yogyakarta adalah sebagai

kerangka dasar pengelolaan pembangunan daerah yang merupakan penjabaran kehendak masyarakat Kota Yogyakarta. Adapun fungsinya sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, bagi Pemerintah Daerah, segenap Aparatur Pemerintah, Badan Legislatif Daerah, seluruh komponen masyarakat guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan daerah di segala bidang.

C. Maksud dan Tujuan

Maksud ditetapkannya POLDAS Kota Yogyakarta adalah

untuk memberikan arah penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kehidupan yang demokratis, transparan, partisipatif, akuntabel, berkeadilan sosial, me.1indungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat daerah yang beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera untuk kurun waktu lima tahun kedepan.

D. Landasan POLDAS Kota Yogyakarta disusun berdasarkan Pancasila

sebagai landasan idiil, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional, serta Tap MPR No. IV/MPR/1999, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 dan Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 sebagai landasan operasional.

E. Ruang Lingkup. POLDAS Kota Yogyakarta memberikan gambaran mengenai

wujud masa depan yang diinginkan dan diperjuangkan serta upaya pencapaiannya, mencakup aspek pembangunan dan segala

bidang kehidupan baik sebagai daerah otonom maupun sebagai bagian dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

POLDAS Kota Yogyakarta disusun dengan sistematika sebagai

berikut : Bab I : PENDAHULUAN Bab II : KONDISI UMUM Bab III : VISI DAN MISI Bab IV : STRATEGI KEBIJAKAN

Bab V : PELAKSANAAN Bab VI : PENUTUP BAB II KONDISI UMUM A. Geografis "Letak wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110

derajat 24'19" sampai 110 derajat 28'53" Bujur Timur dan 07derajat 15'24" sampai 07 derajat 49'26" Lintang Selatan.

Dengan luas wilayah 32,5 km2 atau kurang lebih 1,02 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan mengalir 3 (tiga)buah sungai yaitu Sungai Winongo di bagian barat, Code di bagian tengah dan Gajahwong di bagian timur.

Kota Yogyakarta berada di daerah dataran lereng gunung

Merapi, dengan kemiringan yang relatif datar (antara 0 -3 CJl-) dan berada pada ketinggian kurang lebih 114 meter di alas permukaan air laut. Tipe tanah sebagian besar adalah jenis tanah regosol atau vulkanis muda dengan formasi geologi

Batuan Sedimen Old Andesit, dengan batas wilayah :

Sebelah Utara : Kabupaten Sleman Sebelah Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul Sebelah Selatan: Kabupaten Bantul Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman B. Ekonomi 1. Pertumbuhan PDRB Ciri dan karakteristik perekonomian Kota

Yogyakarta didalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto selalu didominasi oleh sektor jasa. Sedangkan untuk urutan kedua diduduki oleh perdagangan, hotel dan restoran namun peranannya cukup besar karena menyerap

tenaga kerja yang cukup signifikan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menduduki urutan ketiga. Ketiga sektor inilah yang sang at berpengaruh didalam pembentukan PDRB yang setiap tahun selalu meningkat pertumbuhannya (pernah mencapai sebesar 4,75% sebelum terjadi krisis ekonomi). Namun dengan terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 berpengaruh terhadap pembentukan dan pertumbuhan PDRB di Kota Yogyakarta yang mengakibatkan mengalami penurunan sampai dibawah 0%, pada tahun 1999 mencapai -11,11%. Pertumbuhan PDRB tahun 1999 mencapai 1,03% dan pada tahun 2000 telah mencapai 3,6%, meskipun demikian secara umum kondisi perekonomian di Kota Yogyakarta belum sebaik/kembali seperti pada tahun sebelum terjadi krisis ekonomi.

2. Produk Unggulan Industri Kecil dan Menengah Kota Yogyakarta memiliki berbagai macam produk

daerah dari industri kecil dan menengah yang dapat dijadikan sebagai produk unggulan.

Berdasarkan penilaian pada tahun 2000 dari aspek nilai

ekspor, penyerapan tenaga kerja, kandungan lokal, pertumbuhan ekspor yang positif, ciri khas, ramah lingkungan,jangkauan pemasaran dan nilai tambah terdapat 5 (lima) produk unggulan secara berurutan adalah : batik, kerajinan perak, mebel kayu, kerajinan kayu dan bakpia.

Melihat potensi industri kecil dan menengah yang ada dan mendasarkan aspek-aspek penilaian masih ada produk-produk unggulan yang lain yang dapat dikembangkan.

3. Perkembangan Usaha dan Investasi Daerah Sampai dengan tahun 2000 perkembangan penanaman

modal yang mendapatkan surat persetujuan di wilayah Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut :

a. 64 perusahaan PMDN dengan rencana investasi sebesar Rp. 493.673.621.990,- dengan penyerapan tenaga kerja Indonesia sejumlah 8.384 orang dan tenaga asing 4 orang. Adapun realisasi investasi sebesar Rp. 776.442.427.500,-

b. 25 perusahaan PMA dengan rencana nilai investasi

sebesar Rp. 18.358.830.518,- dengan penyerapan tenaga Indonesia sejumlah 1.214 orang dan tenaga Indonesia asing 9 orang. Adapun realisasi investasi sebesar Rp. 207.095.460.000,-

c. 922 pernsahaan non fasilitas (berdasarkan HO)

dengan realisasi nilai investasi sebesar Rp.

273.419.063.000,- dan penyerapan tenaga kerja Indonesia sejumlah 5.493 orang.

Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2001

mempunyai 2 (dua) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang masih dapat dikembangkan dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat disamping sebagai pelayanan publik/public service namun tidak terlepas harus mampu membiayai dan mengembangkannya. Ada beberapa unit kerja yang dapat dikembangkan sebagai BUMD ataupun Perusahaan Daerah.

4. Ketenagakerjaan Pada tahun 2000 sebagian besar penduduk

masih menggantungkan kehidupannya pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 45.34%. Pada tahun tersebut sebesar 58.47% penduduk kota bekerja

sebagai karyawan/pekerja/buruh. Dampak krisis ekonomi juga mempengaruhi

ketenagakerjaan di Kota Yogyakarta yang mengakibatkan timbulnya pengangguran/pencari kerja yang terdiri dari:

a. Pengangguran akibat dari pemutusan hubungan kerja. b. Pengangguran akibat dari penghentian sementara

kegiatan usahanya oleh para pengusaha. c. Pengangguran akibat tidak terserapnya angkatan

kerja baru.

Pengangguran yang tlmbul dirasakan sebagai beban karena bagaimanapun pengangguran akan memberikan dampak negatif terhadap seluruh aspek kehidupan.

Pencari kerja/pengangguran merupakan sumber daya

yang dapat dimanfaatkan sesuai keahliannya sehingga dapat mengisi kegiatan-kegiatan berusaha atau dapat mendorong inovasi-inovasi yang lain.

5. Pertanian.

Wilayah Kota Yogyakarta seluas lebih kurang 32.5 Km2 pada tahun 2000 dengan lahan pertanian seluas 166.32 Ha mengalami penyusutan tahunnya sebesar lebih kurang 5 % karena terjadi perubahan fungsi peruntukan lahan dari lahan pertanian ke lahan pekarangan/ permukiman, sehingga hasil pertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kota dan harus mendatangkan dari luar kota, di sisi lain lahan yang berupa sawah, tegal dan pekarangan belum dioptimalkan pemanfaatannya.

C. Pendidikan. Salah satu predikat Kota Yogyakarta adalah sebagai Kota

Pendidikan. citra ini melekat karena potensi pendidikan mempunyai peluang yang besar karena didukung sarana dan prasarana yang ada. Kondisi pendidikan tidak terlepas dari aspek murid/anak usia sekolah, Guru/Pendidik dan Sarana Prasarana.

1. Anak Usia Sekolah. Usia anak sekolah dari Tingkat Sekolah Taman

Kanak-kanak sampai Sekolah Umum/Sekolah Kejuruan (usia 5 tahun sampai 18 tahun) sebanyak 129.412 anak (26,20%) dari jumlah penduduk Kota Yogyakarta. Dari jumlah tersebut yang mampu dan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pendidikan sebanyak 126.611 anak (96,25%) sehingga anak usia sekolah ini belum seluruhnya

menikmati pendidikan. Adapun rincian jumlah murid pada tahun ajaran 2000/2001 :

a. Tingkat Sekolah Taman Kanak-kanak (TK)/sederajat

sebanyak 16.543 anak. b. Tingkat Sekolah Dasar (SD)/sederajat sebanyak

44.071 anak. c. Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP)/sederajat sebanyak 23.930 anak. d. Tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU)/Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK)/sederajat sebanyak 42.067

anak. 2. Guru/Tenaga Pendidik Pada tahun 2000/2001 jumlah guru TK/sederajat

sebanyak 1.266 orang, SD/sederajat sebanyak 2.647 orang. SLTP/sederajat sebanyak 1.906 orang dan SMU/SMK/sederajat sebanyak 2.504 orang. Kondisi Guru/Tenaga Pendidik di Kota Yogyakarta tahun 2000/2001 apabila dibandingkan rasio antara jumlah guru dan murid

adalah :

a. Tingkat TK/sederajat Rasio Guru dan Murid 1:13 b. Tingkat SD/sederajat Rasio Guru dan Murid 1:17 c. Tingkat SLTP/sederajat Rasio Guru dan Murid 1:13 d. Tingkat SMU/SMK/sederajat Rasio Guru dan Murid 1:

17 Berdasarkan data tersebut di atas untuk Guru

tingkat TK/sederajat. SD/sederajat. SLTP/sederajat dan SMU/SMK/sederajat sudah terpenuhi secara kuantitas namun secara kualitas belum memenuhi persyaratan.

3. Prasarana dan Sarana. Pada tahun 2000/2001 jumlah TK/sederajat sebanyak

289 unit (543 ruang kelas), SD/sederajat sebanyak 246 unit (1.934 ruang kelas), SLTP/sederajat sebanyak 68 unit (690 ruang kelas) dan SMU/SMK/sederajat sebanyak 87 unit (1.066 ruang kelas).

Dari data jumJah murid dan kelas dapat dijelaskan

sebagai berikut: a. Tingkat TK/sederajat Ratio ruang Kelas dan Murid

1:30

b. Tingkat SD/sederajat Ratio ruang Kelas dan Murid 1:23

c. Tingkat SLTP/sederajat Ratio ruang Kelas dan Murid

1:35 d. Tingkat SMU/SMK/sederajat Ratio ruang Kelas dan

Murid 1:39 Melihat ratio tersebut di atas maka jumlah ruang

kelas dari tingkat TK/sederajat, SD/sederajat, SLTP/sederajat, SMU/SMK/sederajat dengan jumlah murid tidak efisien (tidak optimal pemanfaatan ruang kelas

4. Lembaga Pendidikan Non Formal. Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan terdapat

berbagai lembaga pendidikan profesional/ketrampilan maupun pendidikan non formal yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam berbagai, bidang keahlian, sebagian sudah dikelola secara profesional dan sebagian belum, sedangkan yang terdaftar di Kota Yogyakarta sejumlah 96 buah. Kondisi ini merupakan potensi daerah yang harus dikembangkan dalam rangka menunjang Yogyakarta sebagai

Kota Pendidikan dan Pariwisata.

D. Pariwisata. Sebagai kota yang berpredikat kota pariwisata,

Yogyakarta memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk pengembangan pariwisata. Oi sisi lain obyek dan jenis wisata yang ada, khususnya untuk wisata budaya, seni. pendidikan dan hiburan sangat mendukung pertumbuhan pariwisata di Yogyakarta.

Obyek wisata di Kota Yogyakarta meliputi : a. Obyek wisata budaya.

b. Obyek wisata pendidikan. c. Obyek wisata alam. d. Obyek wisata kesenian. e. Obyek wisata kawasan khusus. f. Obyek wisata minat khusus. Dengan potensi pariwisata yang ada beserta pendukungnya

Kota Yogyakarta dapat menarik jumlah wisatawan pada tahun 1999 sebanyak 99.822 orang wisatawan mancanegara dan 1.274.612 orang wisatawan nusantara sedangkan pada tahun 2000 wisatawan mancanegara sebanyak 151.132 orang dan wisatawan

nusantara 1.507.582 orang. Rata-rata lama tinggal wisatawan di Kota Yogyakarta tahun 1999 pada hotel berbintang 2,60 hari sedangkan pada hotel non bintang 2.64 hari dan tahun 2000 pada hotel berbintang 2,26 hari sedangkan pada hotel non bintang 2.17 hari.

Di sisi lain beberapa kendala yang dihadapi

pengembangan pariwisata antara lain masih dirasa kurangnya kesadaran masyarakat yang bergabung pada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mengenai kegiatan atau moto pariwisata yaitu Sapta Pesona Pariwisata Indonesia, terbatasnya sumberdaya manusia pariwisata yang berkualitas serta kemampuan memelihara obyek-obyek wisata.

E. Agama. Kota Yogyakarta dengan komposisi penduduk mayoritas

memeluk agama Islam 398.669 orang kemudian diikuti pemeluk agama Katholik 56.341 orang, Kristen 36.337 orang, Budha 4.321 orang dan Hindu 2.031 orang, dengan sarana dan prasarana ibadah berupa 351 masjid, 338 mushola, 50 gereja Kristen, 8 gereja Katholik, dan 3 vihara sangat mendukung peningkatan kualita.o; kehidupan keagamaan dan peningkatan kerukunan antar dan intern umat beragama sebagai wujud

persatuan dan kesatuan masyarakat.

Pembangunan kehidupan beragama di Kota Yogyakarta telah

mampu meningkatkan derajat kualitas kehidupan beragama sehingga tercipta suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan, ketaqwaan dan kerukunan yang dinamis. Masyarakat Kota Yogyakarta yang religius, rukun, beriman dan bertaqwa merupakan modal rokhani dan mental spiritual sebagai sumber potensi dan motivasi pembangunan.

Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dengan pelajar

dan mahasiswa yang datang dari berbagai daerah dengan heterogenitas agama yang tinggi, sehingga perlu disikapi dengan saling menghormati dan menghargai.

F. Pemberdayaan Masyarakat. Reformasi politik mengakibatkan terjadinya perubahan

paradigma kehidupan berdemokrasi serta mendorong adanya peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan yang merupakan manifestasi dari kehendak dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Kondisi ini ditandai dengan banyaknya program pembangunan berbagai bidang yang melibatkan masyarakat secara aktif sebagai salah satu pelaku didalamnya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan dan pemeliharaan.

Meskipun sudah terjadi perubahan paradigma, namun

hubungan antar stakeholder pembangunan kurang optimal karena keterbatasan komunikasi atau menurunnya kepercayaan

masyarakat terhadap proses pembangunan yang dilaksanakan. G. Sosial Budaya. 1. Kebudayaan. Yogyakarta merupakan salah satu pusat kebudayaan

disebut sebagai Kota Budaya dan khususnya budaya Jawa, yang merupakan salah satu akar bagi tumbuhnya budaya Indonesia. Kekayaan budaya Yogyakarta dan Kraton Yogyakarta sebagai pusat budaya, berbagai kesenian dan adat tata cara selalu dipelihara sebagai budaya leluhur yang tetap dilestarikan. Dan di sisi lain sifat yang santun dan ramah tamah adaIah kebanggaan tersendiri

bagi warga dan masyarakat Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta dengan penduduknya yang heterogen

merupakan tempat berkumpulnya hampir semua suku bangsa dari daerah-daerah di tanah air berpotensi menambah kekayaan budaya jawa dan sekaligus sebagai sarana sosialisasi budaya jawa ke seluruh penjuru dunia. Namun di sisi yang lain hal ini rawan terhadap pola pikir kedaerahan yang sempit serta individualistik, percepatan informasi dan teknologi yang menyeluruh dan

masuknya budaya asing yang kurang sesuai dengan

nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa. 2. Kesehatan. Dari aspek kesehatan dalam menuju Yogyakarta sehat

yang diawali dari gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) capaiannya masih jauh dari indikator yang ditetapkan, melalui PHBS masyarakat diberi penyuluhan kesehatan secara komprehensip dan terpadu untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, namun di sisi lain masih terdapat keluarga miskin yang memerlukan perhatian untuk ditingkatkan derajat kesehatannya.

Salah satu indikator status kesehatan masyarakat Kota Yogyakarta dapat diperlihatkan dengan angka kematian bayi, angka kematian ibu dan angka kematian kasar. Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup di Kota Yogyakarta 7,68; angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup Kota Yogyakarta 66,79; angka kematian kasar per 1000 penduduk Kota Yogyakarta 4,81.

Kota Yogyakarta memiliki sarana pelayanan

kesehatan terdiri berupa Rumah Sakit Umum 5 buah (milik swasta/yayasan dan pemerintah), Rumah Sakit Khusus 9 buah (milik swasta semua), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 18 buah dan Puskesmas Pembantu 11 buah, tempat praktek dokter umum dan spesialis 221 buah dan apotek (rumah obat) 61 buah. Dari Jumlah prasarana dan

sarana pelayanan kesehatan yang dimiliki tersebut masih diperlukan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, terutama Puskesmas untuk mencapai standart pelayanan minimal.

Adapun jenis pelayanan minimal bagi keluarga

miskin adalah pelayanan melalui Puskesmas, rujukan, pelayanan kebidanan, rujukan bagi Ibu hamil, Ibu nifas, perbaikan gizi, dan Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

Untuk pelayanan obat terdapat toko obat 40 buah,

selain itu untuk mendiagnose penderita terdapat 5 laboratorium klinik.

Secara umum tenaga dokter yang melayani kesehatan

berjumlah 379 orang, sedangkan dokter gigi sebanyak 58 orang.

3. Pemuda dan Olah raga. Dalam rangka pembangunan daerah pemuda memiliki

peranan yang sangat penting, kepada merekalah sesungguhnya masa depan Kota Yogyakarta ditentukan.

Meningkatnya peran serta pemuda sebagai pelaksana

pembangunan yang dapat lebih menguasai IImu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), mampu menghadapi tantangan dan bertanggungjawab terhadap keikutsertaannya dalam pembangunan. Keberadaan organisasi kepemudaan merupakan sumbangan yang berarti dalam pelaksanaan pembangunan. Kondisi Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan, menyebabkan banyak pemuda dan pelajar dari luar daerah datang dengan karakteristik daerahnya masing-masing. Berdirinya Ikatan Mahasiswa, persatuan pemuda/pelajar memberikan kontribusi sesuai dengan asal daerahnya, untuk kemudian diserap sesuai dengan kondisi sosial budaya Kota Yogyakarta. Pada bidang olah raga. prestasi Kota Yogyakarta belum maksimal, bila dikaitkan dengan potensi yang dimiliki. Sebagai kota pendidikan, maka

banyak atlet yang siap untuk dijadikan olahragawan yang memiliki prestasi. Tentunya hal ini memerlukan pembinaan dan sistem penanganan sejak dini, mulai tingkat SD sampai dengan tingkat SLTA untuk itu usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas yang dimiliki pemuda menjadi penting, bahwa olah raga memberikan dukungan yang berarti pada kualitas kesehatan sumber daya manusia, penyadaran masyarakat bahwa olah raga merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi, selain aspek kuantitas. Dengan cepatnya perubahan teknologi yang secara signifikan mempengaruhi kondisi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan Kota Yogyakarta, sehingga peran pemuda diharapkan untuk dapat menjadi motor penggerak perubahan-perubahan yang diperlukan.

4. Kesejahteraan Sosial. Pembangunan kesejahteraan sosial di Kota

Yogyakarta telah menunjukkan keberhasilannya, antara lain terlihat dan meningkatnya perkembangan kesadaran, kesetiakawanan dan tanggungjawab sosial dimasyarakat dalam menghadapi masalah-masalah sosial dan masalah kesejahteraan sosial.

Perkembangan ini selanjutnya telah dapat

menumbuhkan iklim yang mendorong peran serta masyarakat dalam pelayanan sosial dan makin meningkatnya mutu dan cakupan pelayanan sosial bagi fakir miskin, anak

terlantar, orang mempunyai kemampuan tidak seperti umumnya secara fisik maupun psikis, korban penyalahgunaan obat, zat adiktif dan narkotika serta masyarakat lainnya yang kurang beruntung sehingga dapat mengurangi masalah sosial yang ada di masyarakat. Kondisi penyandang masalah kesejahteraan sosial di Kota Yogyakarta berdasarkan pendataan dari Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DIY pada tahun 2001 dari 22 penyandang masalah kesejahteraan sosial terlihat secara kuantitas antara lain keluarga miskin

26.451 Kepala Keluarga (KK), masyarakat tinggal di

daerah rawan bencana 2.696 KK, wanita rawan sosial ekonomi 1.257 orang, anak terlantar 584 anak, Pekerja Seks Komersial (PSK) 400 orang, korban penyalahgunaan narkotika 225 orang.

Sedangkan secara kualitas jumlah anak jalanan,

gelandangan dan pengemis serta pekerja seks komersial merupakan masalah yang cukup memprihatinkan.

5. Kependudukan. Dampak dari krisis ekonomi dimulai pada tahun 1997

memunculkan jumlah Keluarga Prasejahtera alasan ekonomi di Kota Yogyakarta yaitu pada tahun 1998 berjumlah

4.237 KK, tahun 1999 berjumlah 3.155 KK dan pada tahun 2000 berjumlah 2.179 KK.

Distribusi Keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi

relatif merata di seluruh wilayah kecamatan di Kota Yogyakarta, berdasarkan pendataan tahun 2000 dijumpai 3 (tiga) kecamatan yang relatif tinggi pra sejahtera alasan ekonomi dibanding dengan jumlah KK yang didata yaitu Kecamatan Kotagede 4,66% terhadap jumlah KK, Tegalrejo 4,66 % terhadap jumlah KK, Mantrijeron 4,27 % terhadap jumlah KK, sedangkan kalau dilihat dari besarannya secara berturut-turut sebagai berikut Kecamatan Tegalrejo 312 KK, Kecamatan Umbulharjo 291 KK dan Kecamatan Mantrijeron 286 KK.

Ketahanan Keluarga dalam aspek sosial, budaya, perilaku adiluhung, berbudi luhur bowo laksono perlu dijaga sejak balita, remaja, dewasa sampai lansia dan diharapkan merupakan sumberdaya manusia yang potensial bagi Kota Yogyakarta. Kebutuhan pelayanan pendampingan dan pembinaan sangat diperlukan namun dana pendukung sangat terbatas.

H. Penataan Ruang dan Prasarana Kota. 1. Penataan Ruang. Tekanan penduduk akibat urbanisasi menimbulkan

penggunaan ruang yang tak terkendali dan bercampur

berbagai kegiatan yang bertumpuk pada ruang yang sangat terbatas. Hal tersebut masih ditambah adanya kontradiksi berbagai bangunan dan kawasan lindung budaya dan lindung alam yang akan dijadikan, "modal" kota untuk perkembangan ke depan di satu sisi, dengan pertumbuhan pembangunan yang cepat dan tak dapat dicegah pada sisi lain. Akhirnya berdampak tidak pada sebatas masalah ruang namun sampai masalah sosial.

Penataan ruang yang diharapkan berfungsi sebagai

pengatur untuk mengatasi permasalahan di atas, masih

dianggap kurang adil dan belum dapat diterima semua pihak dalam implementasinya di lapangan baik untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya.

2. Prasarana dan sarana kota. Jumlah penduduk yang besar dengan luas kota yang

relatif kecil perlu diimbangi dengan sarana kota dalam hal ini bangunan publik komersial dan non komersial maupun prasarana kota (infra struktur kota) sehingga mampu melayani kebutuhan dasar fisik bagi warga kola. Di sisi lain mobilisasi sumber dana masih sangat terbatas, akibatnya banyak sarana maupun prasarana yang belum dapat dibangun dan akhirnya timbul berbagai

permasalahan fisik maupun ruang kota. Sarana kota seperti terminal penumpang, barang, pasar,

rumah sakit, tempat peribadatan, pedidikan, kesehatan proporsi perbandingannya dalam melayani warga masih dirasa kurang dan belum optimal, sedangkan untuk infrastruktur seperti drainase, air bersih, transportasi, persampahan, air limbah/air kotor dan sebagainya masih diperlukan peningkatan di beberapa tempat sesuai dengan rencana induk sistem dan mendukung kawasan budidaya yang dikembangkan.

I. Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam. 1. Lingkungan hidup.

Urbanisasi yang terjadi saat ini karena Kota

Yogyakarta dipandang sebagai tempat untuk tumbuh kembang dan mencari naskah hidup menyebabkan timbulnya pemadatan-pemadatan kegiatan di berbagai tempat di kola. Akibatnya kegiatan yang ditampung melebihi kemampuan daya dukung lahannya sehingga banyak tempat yang tidak memenuhi persyaratan standar lingkungan hidup, antara lain pencemaran udara dan pencemaran air tanah.

2. Sumber daya alam. Sumber daya alam yang dimiliki Kota Yogyakarta

adalah air tanah dan adanya 3 (tiga) sungai (Code, Winongo, Gajahwong).

Kualitas air tanah di Kota Yogyakarta kurang memenuhi

persyaratan sebagai air baku untuk penyediaan air minum non perpipaan (sumur gali/sumur dangkal) hal ini disebabkan karena padatnya penduduk di Kota Yogyakarta yang mengakibatkan terjadinya pencemaran air tanah oleh logam-logam berat maupun bakteri coli dan sebagainya.

Besar kecilnya debit air tanah di Kota Yogyakarta

tergantung pada daerah resapan yang berada di Kabupaten Sleman.

Tiga sungai yaitu Code, Winongo dan Gajahwong berfungsi sebagai drainase utama Kota Yogyakarta, yang dalam pandangan kedepan sebenarnya juga dapat diolah menjadi air baku.

Pengambilan air tanah yang berlebihan dapat memberikan

dampak ketersediaan air tanah maupun daya dukung tanah dalam menerima beban tanah.

J. Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks pembangunan manusia merupakan gambaran seberapa

jauh penggunaan sumber daya di suatu wilayah dapat meningkatkan multi kehidupan warga masyarakat di wilayah tersebut. Pengalaman sering menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi tidak serta merta diikuti mutu peningkatan kehidupan warganya. Untuk itu dalam mengukur index pembangunan manusia digunakan 3 (tiga) variabel yaitu:

1. Panjang Umur. 2. Kecerdasan. 3. Kemakmuran. Sampai dengan tahun 2000 di Kota Yogyakarta panjang

umur atau umur harapan hidup penduduk Kota Yogyakarta pria

mencapai 72,56 tahun sedangkan wanita mencapai 76,64 tahun. Dari variabel kecerdasan di Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa prosentase penduduk yang melek huruf mencapai 95,49 % sedangkan angka partisipasi pendidikan pada tingkat SD mencapai 99,36 % dan SLTP mencapai 94,05 % sedangkan SMU/SMK mencapai 79,85 %.

Untuk variabel kemakmuran digunakan indikator Produk l

Domestik Regional Bruto perkapita pada tahun 2000 berdasarkan, harga berlaku mencapai Rp. 7.076.003,- sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.3.009.980,-

K. Pemerintahan.

1. Kewenangan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor

13 tahun 2000, kewenangan yang ada dan kewenangan-kewenangan di luar kewenangan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 dikelompokkan dalam 24 bidang kewenangan.

Kewenangan yang meliputi 24 bidang belum

seluruhnya dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya

karena adanya sebagian kewenangan yang masih ditangani oleh Pemerintah serta belum optimalnya pelaksanaan atas kewenangan yang telah ditetapkan.

2. Kelembagaan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun

2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, telah disusun kelembagaan Kota Yogyakarta dengan Peraturan Daerah yang terdiri dari :

a. Sekretariat Daerah. b. Sekretariat DPRD.

c. 15 Dinas. d. Lembaga Pengawas Internal. e. 3 Badan. f. 7 Kantor. g. RSUD. h. 14 Kecamatan. i. 45 Kelurahan.

Untuk melaksanakan kewenangan yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya efektif dan efisien, hal ini disebabkan penyusunannya disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan sertajumlah pegawai disamping itu masih ada sebagian kewenangan yang ditangani oleh Pemerintah.

3. Aparatur. Dalam rangka melaksanakan kewenangan dengan

kelembagan yang telah ditetapkan didukung oleh aparatur dengan jenjang pendidikan, kondisi pada tahun 2001 :

a. S2 38 orang

b. S1 2.096 orang c. 03/Akademi 2.638 orang d. SMU/SMK 3.322 orang e. SLTP 507 orang f. SD 393 orang

Berdasarkan golongan kepangkatan terdiri dari : a. Golongan I 368 orang b. Golongan II 2.358 orang c. Golongan III 4.736 orang d. Golongan IV 1.532 orang Kondisi aparatur secara kuantitas telah memenuhi

namun untuk bidang-bidang keahlian tertentu masih kurang, dan pendistribusiannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan dari segi kualitas kinerjanya

masih perlu ditingkatkan. Disamping itu masih adanya sifat ketergantungan serta kultur birokrasi yang masih tertutup sehingga belum dapat mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dan belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat.

L. Hukum. Perubahan kondisi politik dan meningkatnya penyebaran

informasi hukum kepada masyarakat menyebabkan timbulnya tuntutan masyarakat yang semakin kritis dalam menanggapi permasalahan yang berkaitan dengan hukum, tetapi hal itu belum berkorelasi dengan tingkat kesadaran dan ketaatan hukum pada sebagian masyarakat.

Untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran dan ketaatan

hukum masyarakat, tentunya harus didahului oleh peningkatan kualitas aparat penegak hukum itu sendiri. Kondisi yang demikian perlu adanya rumusan produk-produk hukum yang aspiratif dan mempunyai kepastian hukum, agar penegakannya mendapat dukungan masyarakat.

Penegakan hukum belum dapat berjalan sesuai dengan

harapan, terbukti masih banyak terjadinya pelanggaran-pelanggaran, hal ini disebabkan karena :

1. Adanya peraturan perunndangan yang belum dipahami oleh

sebagian penegak hukum maupun oleh masyarakat.

2. Peraturan perundangan yang kurang menyentuh kepentingan

masyarakat. 3. Kurangnya kesadaran dan ketaatan sebagian masyarakat

tentang arti pentingnya hukum. 4. Masih terdapatnya kurang kesamaan pendapat atau

kesepahaman antara penegak hukum dengan masyarakat dalam pemahaman peraturan perundang-undangan.

5. Kurangnya koordinasi secara terpadu antara perangkat penegak hukum daerah dengan perangkat penegak hukum lainnya.

6. Perlindungan terhadap hak asasi manusia dirasa masih

kurang. Dalam penegakkan hukum Pemerintah Kota selama ini

bersikap tegas yang dilandasi kehati-hatian agar tidak terkesan arogan.

M. Politik. Perkembangan kehidupan politik di masyarakat sejak

reformasi bergulir telah membawa perubahan yang sangat luasterhadap perkembangan kehidupan politik dan transformasi sosia1. Proses demokrasi telah berkembang dibandingkan dengan periode sebelum reformasi. Hal ini antara lain dapat dilihat pada bertambahnya partai-partai politik, lebih berfungsi dan berperannya lembaga legislatif, mekanisme pemilihan Kepala Daerah yang transparan, kehidupan pers dan komunikasi yang tidak lagi di bawah kontrol pemerintah serta berkembangnya aspirasi masyarakat melalui berbagai macam saluran/media.

N. Keamanan dan Ketertiban. Pembangunan di bidang keamanan dan ketertiban telah

berhasil mewujudkan terpeliharanya stabilitas di daerah. Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban relatif stabil

dan kondusif. Adanya peran serta masyarakat dan juga tokoh-tokoh masyarakat sangat berarti dalam menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban yang diemban oleh aparatur keamanan. Hal tersebut menjadikan kegiatan masyarakat, kegiatan perekonomian dan kegiatan pembangunan dapat berlangsung dengan baik, meskipun masih terjadi adanya kerawanan akibat friksi antar kelompok.

O. Perkembangan Kota dan Pusat Pertumbuhan. 1. Perkembangan Kota. Perkembangan Kota Yogyakarta tidak merata karena

pada kawasan-kawasan tertentu terdapat

pemusatan-pemusatan kegiatan yang melebihi daya dukung lahan. di sisi lain terdapat kawasan-kawasan yang belum optimal pemanfaatan ruangnya.

Urban kota Yogyakarta tidak hanya sebatas wilayah

administratif, namun melebar sampai Kabupaten disekelilingnya. Hal ini menandakan bahwa orang yang berorientasi hidup kekotaan (bukan agraris ) dan bergantung pada Kota Yogyakarta sampai lebihi batas administrasi Kota Yogyakarta. Wilayah perkotaan

memerlukan pelayanan satu kesatuan sosial, ekonomi dan

fisik perkotaan, untuk menanganinya telah dilakukan kerja sama dengan Kabupaten Bantul dan Sleman dalam Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta.

2. Pusat Pertumbuhan. Pola urban Yogyakarta secara kenampakan fisik

kekotaan (morfologi) membentuk fisik kota sebagai pusat pertumbuhan, sedangkan Kabupaten sekitamya berfungsi sebagai daerah penyangga (hinteran). Sejalan kompetisi yang terjadi akibat Otonomi Daerah. Kabupaten sekitar juga berambisi jadi Pusat Pertumbuhan. Untuk mengantisipasi hal tersebut baru dilakukan lewat Badan Kerjasama Antar Daerah yang di fasilitasi oleh

Pemerintah Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta telah diciptakan adanya kerjasama yang saling menguntungkan antar Kabupaten dan Kota.

P. Keuangan dan Aset Daerah. 1. Keuangan Daerah. Prinsip pengelolaan keuangan daerah adalah

keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan terus diupayakan untuk dapat memenuhi target pendapatan dan ini cukup berhasil, namun pada Tahun Anggaran 1998/1999, mengalami penurunan pada pajak dan retribusi karena adanya krisis ekonomi. Di sisi lain belanja rutin dan belanja pembangunan dilaksanakan

dengan prinsip efisiensi dan efektifitas disesuaikan kemampuan pendapatan yang diterima, namun belum optimal.

Sebagai gambaran volume APBD 5 tahun kebelakang

sebagai berikut : a. Tahun anggaran 1997/1998 Rp. 63.311.546.000,- b. Tahun anggaran 1998/1999 Rp. 68.313.551.601,- c. Tahun anggaran 1999/2000 Rp.109.328.972.600,- d. Tahun anggaran 2000 (9 bulan) Rp. 98.046.639.445,-

e. Tahun anggaran 2001 Rp.205.467.015.000,- Data tersebut dari tahun ke tahun volume anggaran

mengalami peningkatan meskipun belum optimal. Pengelolaan/pengurusan keuangan daerah belum optimal karena :

a. Kelembagaan dan aparat yang mengurusi keuangan

daerah belum optimal dan profesional.

b. Potensi daerah belum seluruhnya dapat digali. c. Hubungan kemitraan dengan Badan Usaha belum banyak

dilakukan. 2. Aset Daerah. Pemerintah Kota mempunyai aset atas barang-barang

tidak bergerak, barang-barang bergerak, aset yang berupa aktiva tidak berujud dan aset yang berupa BUMD :

a. Aset tidak bergerak meliputi tanah dan bangunan. b. Aset berupa barang bergerak meliputi peralatan

kerja dan peralatan kantoruntuk menunjang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan pada masyarakat.

c. Aset Badan Usaha Milik Daerah. Pengelolaan aset daerah sebagai kekayaan milik

daerah belum seluruhnya sesuai dengan manual barang daerah.

BAB III VISI DAN MISI A. Visi.

Kota Yogyakarta yang mempunyai slogan/sesanti

Yogyakarta BERHATI NYAMAN yang dijiwai oleh semangat Mangayu Hayuning Bawana sebagai cita-cita luhur merupakan pedoman arahan dalam menyempurnakan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta sesuai dengan predikat dan fungsi kota, perlu disusun VISI Kota Yogyakarta sebagai berikut :

"Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan yang

berkualitas, Pariwisata yang berbudaya, pertumbuhan dan pelayanan jasa yang prima, ramah lingkungan serta masyarakat madani yang dijiwai semangat Mangayu Hayuning Bawana."

B. Misi.

Untuk mencapai VISI yang ditetapkan, maka rumusan misi

adalah sebagai berikut : 1. Menjadikan dan mewujudkan lembaga pendidikan formal,

non formal dan sumber daya manusia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta kompetitif dalam rangka mengembangkan pendidikan yang berkualitas.

2. Menjadikan dan mewujudkan pariwisata, seni dan budaya

sebagai unggulan daerah dalam rangka mengembangkan Kota

Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata yang berbudaya. 3. Menjadikan dan mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai motor

penggerak pertumbuhan dan pelayanan jasa yang prima untuk wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan.

4. Menjadikan dan mewujudkan masyarakat yang menyadari

arti pentingnya kelestarian lingkungan yang dijiwai semangat ikut memiliki/handarbeni.

5. Menjadikan dan mewujudkan masyarakat demokratis yang

dijiwai oleh sikap kebangsaan Indonesia yang berkeTuhanan, berkemanusian yang adil dan beradab,

berkerakyatan dan berkeadilan sosial dengan semangat persatuan dan kesatuan.

BAB IV STRATEGI KEBIJAKAN Pembangunan Daerah sebagai bagian integral dari Pembangunan Nasional harus dilaksanakan secara terpadu serasi, berkelanjutan serta diarahkan untuk mengembangkan daerah sesuai dengan prioritas dan potensi. Dalam pelaksanaan pembanguan daerah yang merupakan komitmen bersama antara pemerintah masyarakat dan dunia usaha/swasta perlu didukung adanya prakarsa sendiri dan aspirasi/ peran aktif masyarakat serta dunia usaha dan termasuk pendayagunaan pengawasan dan koordinasi pembangunan. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan

dan pelayanan kepada masyarakat dapat lebih mendayagunakan potensi yang dimiliki daerah, optimalisasi pemanfatan aset daerah dan kemampuan daerah dalam rangka mendukung sumber-sumber penerimaan daerah. Kerjasama antar daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pengembangan kawasan perlu terus ditingkatkan agar kawasan-kawasan dapat tumbuh secara serasi dan mampu memecahkan masalah-masalah pada wilayah sesuai dengan arah kebijakan pengembangannya. Dalam rangka peningkatan pemerataan pembangunan dan mewujudkan visi, misi Kota Yogyakarta perlu ditetapkan strategi kebijakan. A. Bidang Pendidikan.

1. Memberdayakan lembaga pendidikan formal dan non formal yang didukung oleh sarana dan prasarana, sumberdaya manusia yang memadai serta lingkungan yang kondusif dalam rangka mengembangkan pendidikan yang berkualitas.

2. Mengupayakan perluasan dan pemerataan memperoleh

pendidikan bagi seluruh masyarakat Yogyakarta untuk lebih mampu dalam menguasai IPTEK dan kompetitif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas.

3. Memberdayakan lembaga pendidikan formal, non formal,

masyarakat dan keluarga untuk mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya nasional pada umumnya dan daerah pada khususnya dalam rangka mewujudkan manusia yang berbudaya.

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pariwisata

melalui pendidikan-pendidikan kepariwisataan dalam rangka mengembangkan pariwisata yang berbudaya.

B. Bidang Pariwisata. 1. Melestarikan, membina dan mengembangkan produk

pariwisata, seni dan budaya yang bersumber dari budaya masyarakat Yogyakarta khususnya dan budaya nasional

pada umumnya. 2. Mengembangkan pariwisata, melalui pendekatan sistem

yang utuh dan terpadu, interdisipliner dan partisipatoris untuk mendukung terbentuknya lembaga-lembaga kepariwisataan yang independen, yang dapat mengakomodasikan permasalahan kepariwisataan dan menyelesaikannya secara sistematis.

3. Mengembangkan sektor pariwisata melalui optimalisasi

sarana dan prasarana serta jasa pendukung di bidang pariwisata untuk meningkatkan wisatawan dari segi kuantitas dan kualitas serta lama tinggal di Kota Yogyakarta.

C. Bidang Agama. 1. Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai

landasan moral, spiritual dan etika dalam rangka mengembangkan pendidikan yang berkualitas.

2. Mengembangkan tata nilai kehidupan yang berbudi pekerti

luhur melalui lembaga-lembaga pendidikan, keluarga dan masyarakat.

3. Meningkatkan dan memantapkan keimanan dan ketaqwaan

bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat serta kerukunan hidup umat beragama dalam upaya menangkal pengaruh negatif arus globalisasi.

4. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga-lembaga sosial

keagamaan dalam upaya mewujudkan masyarakat sadar lingkungan.

5. Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup umat

beragama sehingga tercipta suasana kehidupan yang harmonis, saling menghormati, serta menghargai hak dan pendapat orang lain.

D. Bidang Ekonomi.

1. Menyediakan dan mengembangkan komoditas unggulan yang

kompetitif di bidang jasa, perdagangan dan pariwisata. 2. Membuka dan mengembangkan aksesibilitas kesempatan

kerja dan kesempatan berusaha pada sektor yang mendominasi terhadap pembentukan dan pertumbuhan PDRB.

3. Mengembangkan pusat-pusat distribusi jasa, perdagangan

dan pariwisata. 4. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu

pada mekanisme pasar yang berkeadil.an dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi,

kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

5. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi

agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan peluang usaha yang seluas-luasnya.

6. Mengembangkan keunggulan kompetitif dalam rangka

meningkatkan daya saing di bidang industri, perdagangan, jasa dan investasi dengan membuka aksesibilitas yang sama terhadap peluang kerja dan berusaha bagi segenap masyarakat Yogyakarta.

7. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi guna

mendorong inovasi-inovasi munculnya produk unggulan di bidang jasa dan perdagangan dalam memenuhi perkembangan pasar.

8. Menata Badan Usaha Milik Daerah secara effisien,

transparan dan profesional serta mengembangkan sesuai potensi yang ada.

E. Bidang Hukum. 1. Mengembangkan peraturan perundang-undangan di bidang

pendidikan dalam rangka mencapai pendidikan yang berkualitas.

2. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan kepariwisataan untuk mewujudkan masyarakat sadar wisata.

3. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang

mendukung sistem ekonomi kerakyatan dalam rangka menghadapi pasar bebas.

4. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang

mendukung kelestarian lingkungan dan mewujudkan

masyarakat sadar lingkungan.

5. Mengembangkan budaya hukum di semua komponen masyarakat

untuk tercapainya kesadaran dan kepastian hukum dalam rangka menegakkan supremasi hukum dan terwujudnya sadar hukum.

6. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin

kepastian hukum, rasa keadilan, serta menghargai hak asasi manusla.

F. Bidang Pemerintahan. 1. Meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan sesuai dengan

kewenangan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta

Nomor 13 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah yang meliputi 24 bidang kewenangan.

2. Meningkatkan kelembagaan Pemerintah Daerah dalam rangka

mewujudkan pemerintahan yang bersih dan baik. 3. Mengupayakan perluasan dan pemerataan memperoleh

pendidikan bagi aparatur Pemerintah Daerah untuk leblh mampu meningkatkan kinerja dan menguasai IPTEK.

4. Meningkatkan peranan aparatur Pemerintah Daerah guna

mendukung terciptanya pariwisata yang berbudaya. 5. Meningkatkan peranan aparatur Pemerintah Daerah dalam

rangka mengembangkan ekonomi kerakyatan.

6. Meningkatkan peranan aparatur Pemerintah Daerah dalam

rangka peningkatan kualitas dan kelestarian lingkungan. 7. Meningkatkan kualitas aparatur Pemerintah Daerah dalam

rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance).

8. Meningkatkan keterbukaan birokrasi pemerintahan dalam

fungsinya sebagai fasilitator, motivator, mediator, dan inovator yang profesional dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan masyarakat.

G. Bidang Pemberdayaan Masyarakat. 1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka

penyelenggaraan pendidikan dan menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif.

2. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat serta peningkatan

peran serta para pelaku kepariwisataan untuk mendukung sektor pariwisata.

3. Membangun ketahanan sosial sehingga mampu memberi

bantuan penyelamatan dan pemberdayaan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial, cacat dan pengentasan kemiskinan serta pemenuhan kebutuhan dasar di bidang pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan serta meningkatkan pemberdayaan ekonol, masyarakat melalui pengembangan modal usaha.

4. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. 5. Meningkatkan pemberdayaan organisasi non pemerintah

untuk ikut mendukung dan terlibat aktif dalam kegiatan pembangunan.

H. Bidang Sosial Budaya. 1. Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian

angka pertumbuhan dalam rangka meningkatkan pendidikan yang berkualitas.

2. Meningkatkan pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan

lPTEK. 3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta status

gizi keluarga dalam rangka mewu judkan sumber daya manusia yang kompetitif.

4. Mengembangkan sikap kritis terhadap nilai-nilai budaya

dalam rangka memilih nilai budaya yang kondusif untuk

menghadapi tantangan pembangunan kepariwisataan. 5. Melestarikan kandungan nilai seni budaya daerah yang

hidup di tengah masyarakat. 6. Menciptakan dan memperluas kesempatan kerja dalam

rangka mengembangkan kepariwisataan. 7. Mengembangkan suasana demokratis yang dijiwai semangat

persatuan dan kesatuan. 8. Meningkatkan sistem partisipasi aktif masyarakat dalam

pembangunan.

9. Menanggulangi penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat aditif (NAPZA).

10. Menumbuhkan, mengembangkan dan memberdayakan generasi

muda dalam memupuk bakat, minat dan kemampuan serta peran sertanya dalam pelaksanaan pembangunan.

11. Memfasilitasi, memotivasi dan memberikan inovasi

peningkatan berbagai cabang olahraga untuk mencapai

prestasi semaksimal mungkin dan menjadikan media

persatuan dan kesatuan, dengan meningkatkan sarana prasarana olahraga.

I. Bidang Politik Keamanan dan Ketertiban. 1. Mengembangkan pendidikan politik dalam rangka

meningkatkan wawasan kebangsaan dengan semangat persatuan dan kesatuan.

2. Meningkatkan keamanan dan ketertiban untuk mendukung

kegiatan pendidikan dan kepariwisataan yang kondusif. 3. Meningkatkan pemanfaatan media komunikasi.

4. Membangun masyarakat dengan prinsip demokrasi yang dijiwai oleh semangat persatuan, kerukunan, kedamaian, kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran.

5. Menerapkan prinsip kesetaraan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. J. Bidang Penataan Ruang dan Prasarana Kota. 1. Mengembangkan wawasaan dan peran serta segenap komponen

masyarakat dalam rangka pemanfaatan ruang kota. 2. Meningkatkan dan mengembangkan prasarana kota dan

perkotaan serta kerjasama antar daerah dalam rangka menunjang kegiatan pendidikan, pariwisata dan kegiatan

perekonomian. 3. Melestarikan kawasan lindung dan mengembangkan kawasan

budidaya sebagai pusat-pusat pertumbuhan. K. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. 1. Meningkatkan wawasan dan peran serta segenap komponen

masyarakat dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. 2. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup, menjaga

kelestarian dan keseimbangan serta pengendalian dampak lingkungan hidup.

L. Bidang Keuangan Daerah. 1. Meningkatkan profesionalisme kelembagaan dan aparat

dalam rangka pengelolaan/pengurusan keuangan daerah yang efektif dan efisien.

2. Mengembangkan dan menggali potensi daerah dalam rangka

peningkatan pendapatan asli daerah. 3. Mengembangkan dan meningkatkan hubungan kemitraan dalam

usaha yang saling menunjang dan menguntungkan dengan

berbagai pihak. 4. Meningkatkan pengelolaan aset daerah sebagai kekayaan

milik daerah. 5. Mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah sehingga dapat

memberikan nilai tambah dan memberikan kontribusi pada daerah.

BAB V PELAKSANAAN POLDAS tahun 2002-2006 merupakan arah dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat bagi Pemerintah Daerah, Aparatur Pemerintah, DPRD dan seluruh komponen masyarakat yang dalam proses pelaksanaannya perlu ditetapkan kaidah-kaidah sebagai berikut : 1. Walikota sebagai Kepala Daerah Kota Yogyakarta berkewajiban

melaksanakan Peraturan Daerah ini dengan menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, dengan mengerahkan semua potensi dan kekuatan Pemerintah Kota beserta masyarakat dan dunia usaha dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan serta pengawasan pembangunan di daerah.

2. DPRD Kota Yogyakarta, Pemerintah Daerah, Aparatur Pemerintah,

dan seluruh komponen masyarakat berkewajiban melaksanakan POLDAS sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenangnya

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan dan pemeliharaan.

3. POLDAS dalam pelaksanaannya dituangkan dalam PROPEDA lima

tahun kedepan yang memuat uraian kebijakan indikasi program yang akan dicapai dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

4. PROPEDA dalam pelaksanaannya dituangkan dalam RENSTRADA yang

memuat visi, misi, tujuan, strategi, program dan kegiatan secara rinci dan terukur yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

5. RENSTRADA dalam pelaksanaannya dituangkan dalam REPETADA yang

memuat kegiatan tahunan yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota, dan selanjutnya sebagai dasar penyusunan APBD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

6. RENSTRADA selanjutnya juga dijabarkan dalam RENSTRAIN yang

memuat visi, misi, strategi, faktor-faktor kunci keberhasilan, tujuan, sasaran, dan aktivitas instansi serta cara mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

BAB VI

PENUTUP Keberhasilan usaha-usaha pembangunan sangat tergantung pada peran serta seluruh komponen masyarakat dan sikap mental yang ulet, disiplin, pengabdian dari segenap aparat pemerintah disemua lapisan serta kemampuan dan keberhasilan dalam menciptakan stabilitas daerah yang mantap dan terkendali. Untuk menjamin terlaksananya pembangunan daerah, maka pembangunan harus didukung oleh mekanisme dan koordinasi secara terpadu. Hasil pembangunan harus dapat dinikmati secara merata dan adil dalam usaha meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan baik lahiriah maupun batiniah bagi masyarakat Kota Yogyakarta.

Kesejahteraan yang berkeadilan sosial, sekaligus akan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan untuk memperkokoh ketahanan nasional dan selanjutnya akan membuka jalan bagi generasi penerus bangsa untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Yogyakarta 28 Mei 2002 WALIKOTA YOGYAKARTA Ttd. H. HERRY ZUDIANTO