PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUHNOMOR : 02 TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PAYAKUMBUH

79

Menimbang : a. bahwa dengan telah dilimpahkanya wewenang penetapan izin dibidang kesehatan oleh Menteri Kesehatan kepada daerah maka memerlukan pengaturan dan mekanisme yang jelas;

b. bahwa pengaturan penetapan perizinan

bidang kesehatan perlu dilaksanakan

dengan memperhatikan kepentingan

daerah, perkembangan daerah dan

peningkatan pendapatan asli daerah;

c. bahwa untuk melaksanakan poin a dan b tersebut diatas, dirasa pantas ditetapkan pemungutan retribusi perizinan dibidang kesehatan dengan suatu Peraturan Daerah;

80

Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan Payakumbuh (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 19);

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1963

tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran

Negara Tahun 1960 Nomor 131,

Tambahan Lembaran Negara Nomor

2576);

81

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

5. Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara tahun 2000 Nomor 246, tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

82

6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang–undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

7. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116);

8. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

83

Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahunh 2005 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

9. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

84

10.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692);

11.Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2003 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan Lembaga Teknis Pemerintah Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh tahun 2003 Nomor 03);

Memperhatikan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1189.A/Menkes/ SK/1999 tentang Wewenang Penetapan Izin di Bidang Kesehatan;

85

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/Per/ X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1992/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotik;

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Dan WALIKOTA PAYAKUMBUH

M E M U T U S K A N :

86

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG KESEHATAN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Payakumbuh.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dengan sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UU RI Tahun 1945.

87

3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4. Walikota adalah Walikota Payakumbuh.

5. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh.

6. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang retribusi daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

7. Wajib Retribusi adalah Orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan melakukan pembayaran retribusi.

8. Retribusi adalah pembayaran oleh wajib retribusi atas pelayanan yang dari Pemerintah.

9. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan waktu bagi wajib

88

retribusi untuk memanfaatkan jasa dari Pemerintah Daerah.

10. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah selanjutnya disingkat SPdORD adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

11. Surat Ketetapan Retribusi Daerah selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.

12. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

89

13. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

14. Pelayanan Kesehatan adalah bagian integral dan jaringan medik yang diselenggarakan oleh Pemerintah, perorangan atau badan yang meliputi upaya preventif, promotif, penyembuhan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

15. Pelayanan Medik adalah pelayanan yang dilakukan oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis terhadap individu atau keluarga dalam masyarakat.

16. Pelayanan Medik Penunjang adalah upaya kesehatan yang diberikan oleh laboratorium

90

klinik, laboratorium kesehatan, apotek, toko obat dan laboratorium gigi.

17. Sarana Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi Balai Pengobatan, Pusat Kesehatan masyarakat, Rumah Bersalin, Rumah Sakit Umum/Swasta, Praktek Berkelompok Dokter,Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Dokter Gigi Spesialis, Praktek Perorangan Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Dokter Spesialis Gigi, Apotek, Toko Obat, Laboratorium,Bidan, Perawat dan Fisioterapis serta sarana kesehatan lainnya.

18. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan dan memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan antara lain Dokter, Dokter

91

Gigi, Dokter Spesialis, Dokter Gigi Spesialis, Apoteker, Bidan, Perawat, Perawat Gigi,Fisioterapis, Nutrisionis, Asisten Apoteker, Refraksionis Optisien, Terapis Wicara.

19. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai peratauran perundang-undangan.

20. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perunudang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

21. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan telah lulus ujian dengan persyaratan yang beerlaku.

92

22. Fisioteraphis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan fisioteraphis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

23. Perawat dan Perawat Gigi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan perawat dan perwat gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24. Nutrisionis adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan nutrisi\gizi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

25. Asisten apoteker adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan asisten apoteker sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

26. Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapi wicara baik didalam maupun diluar negeri menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

93

27. Klinik Autis adalah klinik untuk membantu anak-anak autis yang sulit berinteraksi secara fisik dan emosional dengan orang tua dan lingkungan.

28. Tenaga Medis adalah Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis, Dokter Gigi Spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi di dalam maupun di luar negri yang diakui Pemerintah Indonesia.

29. Refraksionis Optisien adalah seseorang yang telah lulus pendidikan refraksionis optisien minimal program pendidikan diploma, baik di dalam maupun diluar negri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

30. Izin adalah izin di bidang kesehatan yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh.

31. Surat Izin Praktek selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh

94

Kepala Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan yang menjalankan praktek mandiri setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenangan untuk melakukan pelayanan dan perawatan kesehatan sesuai dengan profesinya.

32. Surat Izin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh kepada tenaga kesehatan untuk melakukan praktik pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan profesinya.

33. Rumah Bersalin adalah tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas termasuk pelayanan keluarga berencana serta perawatan bayi baru lahir.

34. Praktek perorangan adalah penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang dokter umum,

95

dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dengan atau tanpa menggunakan pelayanan medik penunjang.

35. Balai Pengobatan adalah tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar secara rawat jalan baik pelayanan kesehatan umum maupun kesehatan gigi.

36. Apotek adalah sarana pelayanan kesehatan yang berfungsi sebagai pelayanan kesehatan penunjang dalam melakukan pekerjaan kefarmasian yang meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, perubahan bentuk, pencampuran penyimpanan dan penyerahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

37. Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab

96

penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan atau masyarakat.

38. Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, mikrobiologi klinik, imunologi klinik dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan terutama untuk penunjang upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

39. Laboratorium Kesehatan Masyarakat adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika, kimia dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama yang menunjang upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

97

40. Laboratorium gigi adalah tempat usaha untuk melakukan pengolahan pencampuran dan perubahan bentuk bahan kimia dalam rangka pembuatan gigi palsu.

41. Toko obat adalah pedagang eceran obat yang berada di suatu tempat tertentu yang hanya melakukan pekerjaan menyimpan dan menjual obat-obatan bebas dan bebas terbatas kepada masyarakat.

42. Optical adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi serta pelayanan kacamata koreksi dan/atau lensa kontak.

43. Rumah Makan adalah tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.

44. Restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat disebagian atau

98

seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya.

45. Pengobatan Tradisional yang selanjutnya disebut Battra adalah salah satu upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang mencakup cara/metoda, obat dan pengobatannya, yang mengacu pada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan turun temurun baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

46. Sarana Pengobat Tradisional adalah tempat yang menyelenggarakan pengobatan rawat jalan atau rawat inap dengan cara di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan.

99

47. Pengobat Tradisional adalah seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang mampu melakukan pengobatan secara tradisional.

48. Surat Terdaftar Pengobat tradisional selanjutnya disebut SPPT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat tradisional yang telah melaksanakan pendaftaran.

49. Surat Izin Pengobat Tradisional yang selanjutnya disebut SIPT adalah bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat tradisional yang metodenya telah dikaji, diteliti dan diuji terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan.

50. Shinshe adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan menggunakan ramuan obat-obat tradisional berasal dari Cina.

51. Tabib adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan ramuan obat tradisional

100

yang berasal dari bahan alamiah yang biasanya dilakukan orang India atau Pakistan.

52. Akupunturis adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan ramuan perangsangan pada titik-titik akupunktur dengan cara menusukkan jarum dan atau elektroakupuntur.

53. Battra Tusuk Jari (Akupressuris) adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan pemijatan pada titik-titik akupunktur dengan menggunakan ujung jari dan atau alat bantu lainnya kecuali jarum.

54. Battra Refleksi adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan menganut teori zona refleksi teori analgesik dan teori Yin dan yang menggunakan jari, ibu jari, pangkal tapak tangan, siku atau benda tumpul.

101

55. Battra Ramuan adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan menggunakan ramuan obat dari tumbuhan, hewan, mineral dll.

56. Battra Pijat Urat adalah seseorang yang melakukan pengobatan dengan tekanan pada tempat-tempat tertentu dengan falsafah bahwa pemijatan berarti aliran darah dapat dilancarkan.

57. Battra Pendekatan Agama antara lain seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan menggunakan pendekatan agama atau spiritual.

58. Reiky Master (Tibet, Jepang) adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan menyalurkan, memberi energi baik langsung maupun tidak langsung (jarak jauh).

59. Homoeopathi adalah seseorang yang memiliki cara pengobatan dengan

102

menggunakan obat/ramuann dengan dosis mainimal (kecil) tetapi mempunyai potensi penyembuhan tinggi dengan menggunakan pendekatan holistik berdasarkan keseimbangan antara fisi, mental, jiwa dan emosi penderita.

60. Wajib Retribusi, adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusu tertentu.

61. Masa Retribusi, adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib Retribusi untk melakukan pembayaran atau setoran retribusi yang terutang ke kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditentukan Kepala Daerah.

62. Sertifikat P-IRT adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh kepada pengusaha

103

industri Rumah Tangga yang telah mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan sebagai pengakuan bahwa industri Rumah Tangga tersebut sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan dalam menjalankan usahanya.

63. Minuman Keras adalah semua jenis minuman beralkohol tetapi bukan obat, meliputi minuman keras golongann A (kadar C2H5OH 1% sampai dengan 5%), minuman keras golongan B (kadar C2H5OH 5% sampai dengan 20%), dan minuman keras golongan C (kadar C2H5OH 20% sampai dengan 50%).

64. Pengecer Minuman Keras adalah perusahaan yang menjual eceran minuman keras golongan A, B dan C.

65. Penjual Minuman Keras adalah perusahaan yang menjual eceran minuman keras golongan A, B dan C untuk di minum di tempat penjualan.

104

66. Obat Ttradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

67. Toko Obat Tradisional adalah tempat menyimpan, melayani dan menjual obat tradisional.

68. Rekomendasi Bidang Kesehatan adalah rekomendasi yang diberikan dalam rangka pengurusan izin usaha seperti rekomendasi kualitas air, rekomendasi restoran, rumah makan, industri makanan, catering dan lain-lain.

BAB IIKETENTUAN

Pasal 2

105

(1) Setiap orang atau badan yang akan menyelenggarakan pelayanan kesehatan atau kegatanyang terkait dengan kesehatan diwajibkan memiliki izin, sertifikat atau rekomendasi dari Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Jenis izin di Bidang Kesehatan terdiri dari :a. Izin bagi pelayanan medik dasar yaitu:

1. Izin Praktek Dokter;2. Izin Praktek Dokter Gigi;3. Izin Praktek Bidan;4. Surat Izin Kerja Bidan ;5. Izin Praktek Perawat ;6. Surat Izin Kerja Perawat ;7. Izin Penyelenggaraan Balai pengobatan ;8. Izin Penyelenggaraan Rumah Bersalin ;9. Izin Penyelenggaraan Pelayanan Medik

dasar lain yang ditetapkan oleh Mentri Kesehatan;

106

b. Izin bagi pelayanan medik spesialis (Rujukan) yaitu :

1. Izin Praktek Dokter Spesialis;2. Izin Praktek Dokter Gigi Spesialis;3. Izin Pendirian Rumah Sakit;

c. Perizinan bagi pelayanan Medik Penunjang yaitu :

1. Izin Apotek;2. Izin Penyelenggaraan laboratorium

Klinik;3. Izin Penyelenggaraan laboratorium

Kesehatan;4. Izin Penyelenggaraan laboratorium

Gigi;5. Izin Praktek Fisiotrapis;6. Izin kerja Fisiotrapis ;7. Izin Prkatek Nutrisionis;8. Izin kerja Nutrisionis;9. Izin kerja Refraksionis Optisien;10.Izin Praktek Refraksionis Optisien;11.Izin Penyelenggaran Optical ;

107

12.Izin Toko Obat atau toko jamu;13.Izin Praktek Asisten Apoteker;14.Izin Kerja Asisten Apoteker;15.Izin Praktek Terapis Wicara dan

autisme;16.Izin Penyelenggaran Pelayanan

Kesehatan penunjang lain yang ditetapkan Menteri Kesehatan;

d. Izin bagi pelayanan Makanan dan Minuman yaitu :1. Sertifikat P- IRT (Produk-Industri Rumah Tangga);2. Izin penjual minuman keras / minuman

beralkohol bagi hotel berbintang;e. Surat Terdaftar bagi bagi Sarana

Pengobatan Tradisional dan surat izin pengobat tradisional (STPT, SIPT) yaitu :1. Sinshe;2. Tabib;3. Akupunturis;4. Battra Refleksi;

108

5. Battra Pijat urat;6. Battra Tusuk Jari (Akupresuris);7. Battra Ramuan;8. Battra Pendekatan Agama;9. Reiky Master (Tibet, Jepang);10.Homoeopathi;11.Izin penyelenggaraan pelayanan

pengobat tradisional lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan;

f. Izin Unit Transfusi Darah;g. Izin Pengobatan menggunakan alat

elektronik non kesehatan (Ion Detox, Mighun dan lainnya);

h. Izin penyelenggaraan klinik rehabilitasi Narkoba;

i. Rekomendasi bidang kesehatan;

(3) Izin penjualan minuman keras / minuman beralkohol pada hotel berbintang dimaksud pada pasal 2 ayat (2) huruf d angka 2 dikelola oleh unit kerja yang di tunjuk oleh Walikota,

109

Dinas Kesehatan hanya memberikan rekomendasi.

(4) Pengaturan izin penjualan minuman keras / minuman beralkohol di atur tersendiri dan ditetapkan oleh Walikota.

(5) Persyaratan dan tata cara pelayanan izin dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Walikota.

Pasal 3

(1) Izin yang dimaksud dalam pasal 2 berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun kembali.

(2) Sertifikasi P-IRT bagi industri rumah tangga berlaku selama masih menyelenggarakan usaha kecuali terjadi perubahan lokasi, pemilik dan penanggung jawab.

(3) Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) berlaku selama pengobat tradisional melakukan pekerjaan di Kota Payakumbuh.

110

(4) Perpanjangan izin dimaksud pada ayat (1) harus diajukan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin yang dimiliki habis.

(5) Syarat dan tata cara perpanjangan izin dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.

Pasal 4

(1) Pemegang izin berkewajiban :

a. Mematuhi semua ketentuan yang tercantum dalam surat izin;

b. Mematuhi semua peraturan di bidang kesehatan baik yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat;

c. Membuat pencatatan dan laporan sesuai peraturan yang berlaku;

111

(2) Ketentuan tentang pembuatan catatan dan laporan dimaksud ayat (1) huruf c dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku.

Pasal 5

Pemegang izin di larang :

a. Mengalihkan tanggung jawab kegiatan/pelayanan kepada pihak lain yang tidak sesuai dengan surat izin;

b. Mengubah jenis kapasitas atau pelayanan sehingga menyimpang dari surat izin.

Pasal 6

Untuk mengalihkan izin dan perubahan jenis pelayanan kesehatan wajib dilakukan perizinan baru dan di proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

112

BAB III

NAMA OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 7

Dengan nama Retribusi Perizinan di Bidang Kesehatan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa penerbitan izin dibidang kesehatan.

Pasal 8

(1) Objek retribusi adalah Pemberian izin dibidang kesehatan.

(2) Subjek retribusi adalah Orang pribadi atau badan yang memperoleh perizinan dibidang kesehatan.

BAB IVGOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 9113

Retribusi dibidang kesehatan di golongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.

BAB VCARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN

JASA

Pasal 10

Tingkat penggunaan jasa perizinan dibidang kesehatan diukur berdasarkan jenis dan jumlah izin yang diberikan.

BAB VIPRINSIP DAN SASARAN

DALAM PENETAPAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 11

114

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup biaya penyelenggaraan pemberian izin.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini meliputi biaya pengaturan, pemeriksaan dan biaya transportasi dalam rangka pengendalian dan pengawasan yang selanjutnya diatur dengan Keputusan Walikota.

BAB VIISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

RETRIBUSI

Pasal 12

(1)Setiap perizinan dibidang kesehatan yang diterbitkan Pemerintah daerah dipungut retribusi.

115

(2)Retribusi sebagaimana dimaksud Ayat (1) adalah sebesar :

NO JENIS PERIZINAN TARIF RETRIBUSI

(Rp)1 Izin Praktek Dokter Umum 150.000,-2 Izin Praktek Dokter Gigi 150.000,-3 Izin Praktek Bidan 150.000,-4 Izin Kerja Bidan 75.000,-5 Izin Praktek Perawat 150.000,-6 Izin Kerja Perawat 75.000,-57

Izin penyelenggaraan Balai Pengobatan 500.000,-

68

Izin penyelenggaraan Ruma Bersalin 750.000,-

99

Izin penyelenggaraan pelayanan kesehatan penunjang lain 500.000,-

10

Izin Praktek Dokter Spesialis 300.000,-

11

Izin Praktek Dokter Gigi Spesialis 300.000,-

12 Izin Pendirian Rumah Sakit 5.000.000,-13 Izin Apotek 500.000,-

14

Izin Penyelenggaraan Laboratorium Klinik 300.000,-

116

15

Izin Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan 300.000,-

16

Izin Penyelenggaraan Laboratorium Gigi 300.000,-

17 Izin Praktek Fisioterapis 150.000,-18 Izin Kerja Fisioterapis 75.000,-19 Izin Praktek Nutrisionis 150.000,-20 Izin Kerja nutrisionis 75.000,-21

Izin Kerja Refraksionis Optisien 75.000,-

22

Izin Praktek Refraksionis Optisien 150.000,-

23

Izin Penyelenggaraan Optical 500.000,-

24

Izin Toko Obat dan atau toko jamu 300.000,-

25

Izin praktek Asisten Apoteker 150.000,-

26 Izin kerja Asisten Apoteker 75.000,-

27

Izin Praktek Terrapis Wicara dan autisme 150.000,-

28

Izin penyelenggaraan pelayanan kesehatan penunjang lain 150.000,-

29

Izin P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga)

117

100.000,-30

Izin Penjual minuman keras 1.000.000,-

31

Surat Terdaftar Pengobat Tradisional 75.000,-

32

Surat Izin Pengobat Tradisional 150.000,-

33 Izin Unit Transfusi darah 150.000,-

34

Izin Pengobatan dengan alat elektronik (ion detox, Mighun, dll) 150.000,-

35

Rekomendasi bidang kesehatan 100.000,-

36

Izin penyelenggaraan klinik rehabilitasi (Narkoba)

3.000.000,-

BAB VIIIMASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI

TERUTANG

Pasal 13

Masa retribusi adalah jangka waktu 5 tahun.118

Pasal 14

Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IXWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 15

Retribusi terutang dipungut diwilayah daerah tempat pelayanan fasilitas diberikan.

BAB XTATA CARA PENDAFTARAN

Pasal 16

119

(1)wajib retribusi harus mengisi SPdORD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2)SPdORD sebagaimana dimaksud Ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib retribusi.

BAB XIPENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 17

Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 Ayat (1) ditetapkan retribusi

terutang dengan menerbitkan SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan.

(1)Bentuk, isi serta tatacara penerbitan dan penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) ditetapkan oleh Walikota.

120

BAB XIITATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 18

(1)Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2)Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XIIITATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 19

(1)Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas dan dibayar dimuka.

(2)Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud Ayat 1 pasal ini diberikan tanda bukti pembayaran.

(3)Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

121

(4)Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku dan tanda bukti pembayaran retribusi ditetapkan oleh Walikota.

BAB XIVPENGURANGAN, KERINGANAN DAN

PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 20

(1)Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2)Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi.

(3)Tatacara pengurangan, keringanan dan

pembebasan retribusi ditetapkan oleh

Walikota.

122

BAB XVPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 21

Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan kesehaatn swasta dilaksanakan oleh Walikota atau instansi yang di tunjuk

BAB XVITINDAKAN ADMINISTRASI

Pasal 22

Pelanggaran atas pelaksanaan izin yang diatur Peraturan Daerah ini dikenakan tindakan berupa tindakan admonistratif sampai dengan pencabutan izin oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.

BAB XVIIPENYIDIKAN

123

Pasal 23

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan dan laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang

124

dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

f. Menyuruh berhenti, melarang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

125

g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka/saksi;

i. Menghentikan penyidikan;

j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(3)Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polri sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara pidana.

BAB XVIIIKETENTUAN PIDANA

126

Pasal 24

(1) Diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) bagi :

a. Barangsiapa melanggar ketentuan Pasal 4

ayat (1), pasal 5, danpasal 6 Peraturan Daerah ini;

b. Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar retribusi sebagaimana diatur Pasal 12 Peraturan Daerah ini;

(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini disetorkan ke Kas Daerah.

BAB XIXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25

127

(1) Pada saat berlaku Peraturan Daerah ini maka semua penyelenggaraan pelayanan kesehatan swasta di bidang medik yang telah ada disesuaikan dengan ketentuan ini dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun.

(2) Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

BAB XXKETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dan Peraturan Pelaksanaannya dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

128

(2) Peraturan Daerah ini mulai belaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Payakumbuh.

Ditetapkan di Payakumbuh

pada tanggal 7 maret 2007

129

WALIKOTA PAYAKUMBUH

dtoJOSRIZAL ZAIN

Diundangkan di Payakumbuhpada tanggal 8 Maret 2007SEKRETARIS DAERAH KOTA PAYAKUMBUH

dtoMAHMUDA RIVA’I

LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUHTAHUN 2007 NOMOR 02 SERI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH

130

NOMOR 02 TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG KESEHATAN

I. PENJELASAN UMUM

Peraturan Daerah ini disusun sebagai salah satu upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam upaya untuk melakukan pembinaan,pengawasan dan pengendalian terhadap kesehatan.

Dengan adanya Perda ini diharapkan terlaksananya pembinaan dan pengawasan terhadap praktek-praktek dibidang kesehatan dapat dilakukan secara maksimal baik terhadap tenaga kesehatan sendiri maupun terhadap sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta sehingga

131

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan perlindungan konsumen dapat lebih diutamakan, sekaligus dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah yang sangat diperlukan bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup jelasPasal 2 : Cukup jelasPasal 3 : Cukup jelasPasal 4 : Cukup jelasPasal 5 : Cukup jelasPasal 6 : Cukup jelasPasal 7 : Cukup jelasPasal 8 : Cukup jelasPasal 9 : Cukup jelasPasal 10 : Cukup jelasPasal 11 : Cukup jelasPasal 12 : Cukup jelasPasal 13 : Cukup jelasPasal 14 : Cukup jelas

132

Pasal 15 : Cukup jelasPasal 16 : Cukup jelasPasal 17 : Cukup jelasPasal 18 : Cukup jelasPasal 19 : Cukup jelasPasal 20 : Cukup jelasPasal 21 : Cukup jelasPasal 22 : Cukup jelasPasal 23 : Cukup jelasPasal 24 : Cukup jelasPasal 25 : Cukup jelasPasal 26 : Cukup jelasPasal 27 : Cukup jelasPasal 28 : Cukup jelasPasal 29 : Cukup jelasPasal 30 : Cukup jelas

133

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155