peraturan daerah kota dumai nomor 04 tahun 2005 … filenomor 04 tahun 2005 tentang pencegahan dan...

21
PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa kebakaran hutan dan atau lahan mengakibatkan berbagai kerusakan lingkungan seperti, terganggunya tata air, musnahnya sumber plasma nutfah, berkurangnya keanekaragaman hayati, merugikan masyarakat, mengancam keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya; b. bahwa dalam rangka mencegah dan menanggulangi ancaman dan bahaya terhadap fungsi hutan dan atau lahan serta lingkungan hidup perlu dilakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan atau lahan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada huruf a dan b, dipandang perlu disusun pengaturan tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan atau Lahan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang –Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 31

Upload: lekhuong

Post on 24-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAINOMOR 04 TAHUN 2005

TENTANG

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DUMAI,

Menimbang : a. bahwa kebakaran hutan dan atau lahan mengakibatkanberbagai kerusakan lingkungan seperti, terganggunya tataair, musnahnya sumber plasma nutfah, berkurangnyakeanekaragaman hayati, merugikan masyarakat,mengancam keselamatan manusia dan makhluk hiduplainnya;

b. bahwa dalam rangka mencegah dan menanggulangiancaman dan bahaya terhadap fungsi hutan dan atau lahanserta lingkungan hidup perlu dilakukan pencegahan danpenanggulangan kebakaran hutan dan atau lahan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebutpada huruf a dan b, dipandang perlu disusun pengaturantentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutandan atau Lahan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang –Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang KonservasiSumber Daya Alam dan Ekosistemnya (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

31

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentangPengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentangPembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor50, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3829);

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3888);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4389);

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentangPerkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4411);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4437);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4438);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentangAnalisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3838);

32

10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 TentangKewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsisebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 2952);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 TentangPengendalian Kerusakan dan atau PencemaranLingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaranhutan dan atau Lahan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2001 Nomor 10, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4076);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 TentangDana Reboisasi (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2002 Nomor 67, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 42072);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 TentangPerlindungan Hutan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 147, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453);

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI

danWALIKOTA DUMAI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI TENTANGPENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANKEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kota Dumai;2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai;3. Walikota adalah Walikota Dumai;

33

4. Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Lingkungan Hidupadalah Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan LingkunganHidup Kota Dumai atau Organisasi Perangkat Daerah yangbertanggung jawab di bidang Kebersihan, Pertamanan,dan Lingkungan hidup;

5. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, adalahDinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kota Dumaiatau Dinas yang bertanggung jawab di bidang Pertanian,Perkebunan dan Kehutanan;

6. Pencegahan adalah upaya untuk mempertahankan fungsihutan dan atau lahan melalui cara-cara yang tidakmemberi peluang berlangsungnya kerusakan dan ataupencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengankebakaran hutan dan atau lahan;

7. Penanggulangan adalah upaya untuk mengantisipasimeluasnya dan meningkatnya kerusakan dan ataupencemaran lingkungan hidup serta dampaknya yangberkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan;

8. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparanlahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasipepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yangsatu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan;

9. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan yangperuntukannya untuk usaha dan atau kegiatan ladangdan atau kebun bagi masyarakat dan/atau cadanganuntuk pemukiman;

10. Kebakaran hutan dan atau lahan adalah suatu keadaandimana hutan dan/atau lahan dilanda api sehinggamengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yangmenimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan;

11. Ladang adalah sehamparan lahan yang dikelola olehmasyarakat untuk penanaman padi dan palawijaberlangsung 1-2 tahun kemudian ditinggalkan setelahditanami karet dan buah-buahan, dan kembali dibukadalam kurun waktu tertentu;

12. Lahan kebun adalah sehamparan lahan yang dikelola olehmasyarakat untuk penanaman jenis tanaman tahunansecara intensif;

13. Lahan cadangan pemukiman adalah lahan yang terdapatdan terletak diluar kota/desa atau terletak dikiri-kananruas jalan antar kota/desa;

34

14. Penertiban adalah upaya atau tindakan yang dilakukanterhadap orang dan atau badan hukum agar pencegahandan penanggulangan dalam mencegah kerusakan danpencemaran lingkungan hidup akibat pembakaran hutandan lahan dapat terwujud ;

15. Orang adalah perorangan, dan atau kelompok orang, danatau badan hukum;

16. Penanggung jawab usaha adalah orang yangbertanggung jawab atas usaha suatu badan hukum,perseroan, Koperasi, perserikatan, yayasan atauorganisasi;

17. Rehabilitasi hutan dan atau lahan adalah upaya untukmemulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsihutan dan atau lahan sehingga daya dukung, produktifitasdan peranannya dalam mendukung sistem penyanggakehidupan tetap terjaga;

18. pemulihan kerusakan hutan adalah upaya untukmengembalikan fungsi hutan dan atau lahan sesuaidengan daya dukungnya;

19. Kerusakan hutan dan atau lahan akibat kebakaran adalahperubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifatfisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan hutan danatau lahan tidak berfungsi lagi dalam menunjangpembangunan yang berkelanjutan;

20. Biomas adalah bagian batang, dahan, ranting dan dauntanaman/pohon hasil tebas-tebang baik dalam keadaankering maupun segar yang tertumpuk dalam suatu areal;

21. Tim Sukarelawan Anti Api adalah tim operasional darisatuan tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan ataulahan tingkat kelurahan yang bertugas menanggulangi/memadamkan kebakaran hutan dan atau lahan di wilayahkota Dumai;

22. Organisasi Tim Sukarelawan Anti Api adalah kelompokorang yang terbentuk atas koordinasi Dinas Kebersihan,Pertamanan dan lingkungan Hidup Kota Dumai, Camatdan Lurah beranggotakan komponen masyarakat (TNI/Polisi, tokoh Masyarakat/Tokoh Agama, PPL/LSM/Ormas,Pengusaha, dan lain-lain) di Kelurahan yang tujuan dankegiatannya dalam rangka penanggulangan kebakaranhutan dan lahan diwilayah Kota Dumai.

35

BAB IITUJUAN

Pasal 2

Tujuan dari pencegahan dan penanggulangan kebakaranhutan dan atau lahan adalah untuk :1. Mencegah dan menghindari terjadinya kebakaran hutan

dan atau lahan yang menyebabkan pencemaran danpengrusakan lingkungan hidup;

2. Menanggulangi terjadinya kebakaran hutan dan ataulahan;

3. meningkatkan kewaspadaan terhadap timbulnyakebakaran hutan dan atau lahan;

4. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secaraberkelanjutan;

5. meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapatmencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran hutandan atau lahan;

6. menjaga kelestarian hutan agar dapat memenuhifungsinya;

7. penegakan hukum.

BAB IIIPENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

Bagian PertamaPencegahan

Pasal 3

Setiap orang dan atau penanggung jawab usaha, dilaranguntuk :1. Membakar hutan dan atau lahan;2. Membuka dan atau mengolah lahan dengan cara

pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dankerusakan fungsi lingkungan hidup;

3. Melakukan pembakaran biomas hasil tebas tebang tanpamemperoleh izin dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk;

4. Membiarkan lahan miliknya terbakar tanpa upayapenanggulangan sehingga kebakaran menyebar danmeluas ke areal lain;

36

5. Membuang bahan-bahan yang dapat menyebabkankebakaran hutan atau lahan;

6. Membakar sampah di pekarangan pada saat kabut asap;

Pasal 4

Setiap orang dan atau penanggung jawab usaha diwajibkanuntuk :1. Mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang

berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan;2. Mencegah terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan di

lokasi usahanya;3. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk

pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan atau lahandi lokasi usahanya;

4. Melakukan pemantauan untuk mencegah terjadinyakebakaran hutan dan atau lahan di lokasi usahanya;

5. Melakukan pemulihan dampak lingkungan yang berkaitandengan kebakaran hutan dan atau lahan di lokasiusahanya;

6. Bagi yang memiliki hutan dan lahan lebih dari 2 Ha wajibmembentuk Tim dibawah koordinasi Manggala Agni

Bagian KeduaPananggulangan

Pasal 5

(1) Setiap orang yang menduga atau mengetahui terjadinyakebakaran hutan dan atau lahan, wajib melaporkankepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk;

(2) Pejabat yang menerima laporan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), wajib melakukan verifikasi untukmengetahui kebenaran laporan tersebut dalam jangkawaktu paling lama 24 (dua puluh empat) jam;

(3) Apabila hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat(2) menunjukkan terjadinya kebakaran hutan dan ataulahan, Walikota atau pejabat yang ditunjukmemerintahkan kepada perorangan atau penanggungjawab usaha untuk segera menanggulangi kebakaranhutan dan atau lahan beserta dampaknya.

37

Pasal 6

Dalam hal perorangan atau penanggung jawab usaha tidakmelakukan tindakan sebagaimana dimaksud pasal 4 (empat),Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan ataumenunjuk pihak ketiga untuk melaksanakan pemadaman atasbeban dan biaya perorangan atau penanggung jawab usahayang bersangkutan.

BAB IVPEMBAKARAN LAHAN SECARA TERBATAS DAN TERKENDALI

Pasal 7

Pembakaran lahan secara terbatas dan terkendali harusmendapat izin dari Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 8

Pembakaran lahan secara terbatas dan terkendali, dapatdilakukan untuk tujuan sebagai berikut :1. Pengendalian kebakaran hutan;2. Pembasmian hama dan penyakit;3. Pembinaan habitat tumbuhan dan satwa;4. Pembukaan lahan untuk ladang dan atau kebun oleh

perorangan atau kelompok orang.

Pasal 9

Pembakaran secara terbatas dan terkendali sebagaimanadimaksud pada pasal 8 angka 4, dilakukan denganmemperhatikan hal-hal sebagai berikut :1. tidak berakibat pada pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup;2. pada lahan dengan luas maksimum 2 (dua) hektar;3. menyediakan alat pemadam kebakaran yang memadai;4. tidak dilakukan pada saat terjadi kabut asap;5. Wajib membuat Skat Bakar atau bentuk lain untuk

mengatasi kebakaran hutan dan lahan.

38

Pasal 10

Pelaksanaan lebih lanjut dari ketentuan Pasal 9, diatur lebihlanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB VPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 11Pengawasan dan pengendalian terhadap pencegahan danpenangulangan kebakaran hutan dan atau lahan, dilaksanakanoleh :1. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup,

untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut :a. Melakukan pengukuran dampak lingkungan;b. Melakukan inventarisasi dan evaluasi terhadap usaha/

kegiatan yang potensial menimbulkan kebakaranhutan dan atau lahan yang menyebabkan pencemarandan kerusakan lingkungan;

c. Melakukan pemantauan, meminta salinan/dokumen/catatan yang diperlukan;

d. Pengumuman kepada masyarakat tentang tingkatpencemaran;

e. Melakukan langkah-langkah yang diperlukan untukmengurangi dampak lingkungan dan kesehatansebagai akibat dari kebakaran hutan dan atau lahan;

2. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, bersamadengan Satuan Polisi Pamong Praja dalam hal :a. Menerima laporan, informasi dan verifikasi tentang

adanya kebakaran hutan dan atau lahan;b. Melakukan penanggulangan kebakaran hutan dan

atau lahan;c. Menyusun rencana, strategi dan biaya

penanggulangan kebakaran hutan dan atau lahan;d. Memeriksa peralatan/instalasi atau alat pemadam

kebakaran serta meminta keterangan kepadaperorangan atau penanggung jawab usaha.

39

Pasal 12

(1) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 11 dan untuk menciptakankoordinasi antar instansi terkait, dibentuk Satuanpelaksanaan pengendalian kebakaran hutan dan/ataulahan dengan Keputusan Walikota.

(2) Selain satuan pelaksanaan pengendalian kebakaranhutan dan/atau lahan sebagaimana dimaksud ayat(1), Camat dapat membentuk Satuan Tugaspengendalian kebakaran hutan dan/atau lahan diwilayah kerja camat yang bersangkutan.

(3) Lurah dan penanggung jawab usaha membentukRegu Pemadam (Regdam) Kebakaran Hutan/Lahandi wilayah Kelurahan atau di tempat operasionalusahanya.

Pasal 13

(1) Dalam melakukan penanggulangan sebagaimanadimaksud Pasal 12 tidak mengurangi kewajiban setiaporang atau penanggung jawab usaha sebagaimanadimaksud pasal 3 dan 4.

(2) Walikota dalam upaya melakukan penanggulangankebakaran hutan dan atau lahan, dapat memintabantuan perorangan atau badan hukum yang ada didaerah

BAB VIPERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 14

Setiap penduduk wajib secara aktif dalam upaya mencegahdan menanggulangi kebakaran hutan dan atau lahan.

Pasal 15

Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar hutan dan ataulahan yang rawan kebakaran, diwajibkan selalu siaga danmembantu kegiatan pencegahan dan penanggulangankebakaran hutan dan atau lahan, baik secara perorangan ataumelalui wadah yang dibentuk untuk itu

40

Pasal 16

Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah yang mengalamikebakaran hutan dan atau lahan, diwajibkan untuk membantusecara aktif kegiatan pemadaman yang dilakukan oleh Satlakpemadam kebakaran.

Pasal 17

(1) Instansi yang bertanggung jawab berkewajibanmeningkatkan kesadaran masyarakat, penanggungjawab usaha maupun aparatur mengenai kewajibandan tanggung jawab serta kemampuannya untukmencegah kebakaran hutan dan auat lahan;

(2) Penanggungjawab kegiatan dan pemerintahmenyusun program berkala dalam rangka penyuluhankepada masyarakat.

(3) Penanggungjawab usaha berkewajiban untukmelakukan penyuluhan kepada masyarakat disekitarperusahaan dalam rangka antisipasi kebakaran hutandan lahan;

(4) Peningkatan kesadaran masyarakat sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) pasal ini dapat dilakukandengan mengembangkan nilai-nilai dan kelembagaanadat serta kebiasaan-kebiasaan masyarakat tradisionalyang mendukung perlindungan hutan dan lahan.

Pasal 18

(1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama danseluas-luasnya untuk berperan dalam pencegahan,pengendalian dan pemulihan lingkungan yangdiakibatkan kebakaran hutan dan atau lahan.

(2) Pelaksanaan ketentuan pada ayat (1), dilakukandengan cara:a. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan dan

kemitraan masyarakat:b. Menumbuhkembangkan kemampuan dan

kepeloporan masyarakat;c. Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat

untuk melakukan pengawasan sosial;

41

d. Memberikan saran pendapat;e. Menyampaikan informasi dan / atau

menyampaikan laporan.(3) Masyarakat dapat diwakili oleh organisasi yang

bergerak dibidang lingkungan hidup;(4) Masyarakat dapat melaporkan pencemaran dan / atau

perusakan lingkungan hidup ke instansi / unit kerjayang berwenang dan pihak yang berwajib.

Pasal 19

Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsilingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangipencemaran udara dan kerusakan lingkungan yangberkaitan dengan kebakaran hutan dan lahan.

BAB VIIGANTI RUGI DAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 20

(1) Walikota berwenang untuk melakukan paksaanterhadap perorangan atau penanggung jawab usahauntuk mencegah, dan atau menanggulangi kebakaranhutan dan atau lahan serta melakukan pemulihan atasbeban dan biaya perorangan atau penanggung jawabusaha yang bersangkutan;

(2) Paksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas,didahului oleh perintah dari Walikota atau pejabatyang ditunjuk;

(3) Tindakan pencegahan, penanggulangan sertapemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dapat diganti dengan pembayaran sejumlah uangtertentu yang disesuaikan dengan tingkat kerusakanatau akibat yang ditimbulkan kepada daerah untukbiaya rehabilitas, pemulihan kondisi hutan, atautindakan lain yang diperlukan;

42

(4) Pembayaran sejumlah uang sebagaimanadimaksudkan ayat (3) pasal ini dapat diganti dengantindakan langsung oleh orang atau penanggung jawabusaha dengan melaksanakan sanksi sosial misalnyaberupa kewajiban penanaman pohon kembalisejumlah tertentu berdasarkan keputusan Walikota;

Pasal 21

Selain sanksi sebagaimana dimaksud pasal 17, Walikota dapatmencabut izin atau mengusulkan untuk mencabut izin usahadan atau kegiatan kepada pejabat yang berwenang.

BAB VIIIP E N Y I D I K A N

Pasal 22

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkunganPemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagaipenyidik untuk melakukan Penyidikan tindak pidanaterhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini;

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud padaayat (1) Pasal ini adalah :a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti

keterangan atau laporan berkenaan dengan tindakpidana;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keteranganmengenai orang pribadi atau badan tentangkebenaran;

c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orangpribadi atau badan sehubungan dengan tindakpidana;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dandokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindakpidana;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkanbarang bukti pembukuan, pencatatan dandokumen-dokumen lain, serta penyitaan terhadapbarang bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangkapelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana;

43

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorangmeninggalkan ruangan atau tempat pada saatpemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksaidentitas orang dan atau dokumen yang dibawasebagaimana dimaksud pada huruf e ayat (2) Pasalini;

h. Mengambil sidik jari dan memotret seseorangyang berkaitan dengan tindak pidana;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannyadan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan setelah mendapatpersetujuan dari Walikota atas petunjuk daripenyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup buktiatau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakpidana dan selanjutnya melalui penyidik POLRImemberitahukan hal tersebut kepada penuntutumum, tersangka atau keluarganya;

k. Melakukan tindakan lain yang dianggap perluuntuk kelancaran penyidikan tindak pidanamenurut hukum yang dipertanggungjawabkan;

(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memberitahukan dimulainya penyidikan danmenyampaikan hasil penyidikan kepada PenyidikPOLRI, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang HukumAcara Pidana.

BAB IXKETENTUAN PIDANA

Pasal 23

(1) Setiap orang dengan sengaja ataupun karenakelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3,4,5,6,7 dan 9 PeraturanDaerah ini diancam dengan pidana kurunganserendah-rendahnya 1 (satu) bulan dan setinggi-tingginya 3 (Tiga) bulan atau denda sekurang-kurangnya Rp. 10 (sepuluh) juta rupiah, dansebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,- (lima puluhjuta rupiah);

(2) Tindak Pidana sebagaimana ayat (1) pasal ini adalahpelanggaran.

44

Pasal 24

Selain ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada pasal19 di atas, pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Daerahini dapat diancam dengan ancaman pidana atau denda sesuaidengan yang diatur dalam peraturan perundang-undanganlainnya.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akandiatur lebih lanjut oleh Walikota.

Pasal 26

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannyadalam Lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumaipada tanggal 19 Juli 2006

WALIKOTA DUMAI,

Cap/dto

H. ZULKIFLI A.SDiundangkan di Dumaipada tanggal 20 Juli 2006

SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI,

Cap/dto,

H. WAN FAUZI EFFENDIPembina utama Muda NIP. 010055541

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

45

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAINOMOR 04 TAHUN 2005

T E N T A N GPENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN

DAN ATAU LAHAN

I. UMUM

Pembangunan yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkankesejahteraan, mutu kehidupan dan penghidupan seluruh rakyatIndonesia. Proses pelaksanaan pembangunan itu sendiri di satu pihakmenghadapi masalah karena jumlah penduduk yang besar dengan tingkatpertumbuhan yang cukup tinggi dan persebarannya tidak merata. Dilainpihak ketersedian sumber daya alam juga terbatas. Jumlah pendudukyang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi akan meningkatkanpemanfaatan terhadap sumber daya alam, sehingga pada akhirnya akanmenimbulkan tekanan terhadap sumber daya alam itu sendiri.

Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam untukmeningkatkan kesejahteraan dan mutu kehidupan rakyat harus disertaidengan upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dengan tindakankonservasi, rehabilitasi, dan penghematan penggunaan, denganmenerapkan teknologi ramah lingkungan. Dengan penerapan kebijakanini diharapkan dapat memperkecil dampak yang akan merugikanlingkungan hidup dan kelanjutan pembangunan itu sendiri.

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, maka Pemerintahmelakukan pembangunan diberbagai sektor antara lain dibidangkehutanan, perkebunan, pertanian, transmigrasi, dan pertambangan sertapariwisata. Kegiatan ini dilakukan dengan membuka kawasan hutanmenjadi kawasan budidaya yang dalam proses pelaksanaan kegiatantersebut rawan terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan.

Hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisisumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuanalam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.Sedangkan lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan yang

46

peruntukannya untuk usaha dibidang kehutanan, perkebunan, pertanian,transmigrasi, pertambangan, pariwisata, ladang dan kebun bagimasyarakat. Lahan tersebut mempunyai ciri – cirinya merangkum semuatanda pengenal biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbulan (relief),hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan manusiamasa lalu dan masa kini yang bersifat mantap atau mendaur.

Adapun dampak yang berkaitan dengan kebakaran hutan danatau lahan adalah terjadinya kerusakan flora dan fauna, tanah dan hutan.Sedangkan pencemaran dapat terjadi terhadap air dan udara.

Kebakaran hutan dan atau lahan di Riau (Khususnya Kota Dumai),terjadi setiap tahun walaupun frekuensi, intensitas dan luas arealnyaberbeda. Dampak dari terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan yangterjadi setiap tahun tersebut telah menimbulkan kerugian, baik kerugianekologi, ekonomi, sosial maupun budaya yang sulit dihitung besarannya.Dampak asap menimbulkan gangguan kesehatan seperti infeksi saluranpernafasan akut (ISPA), asma bronchial, bronchitis, pneumonia (radangparu), iritasi mata dan kulit. Hal ini akibat tingginya kadar debu di udarayang telah melampaui ambang batas.

Dampak asap dari kebakaran hutan dan atau lahan telahmengganggu jarak pandang sehingga mempengaruhi jadwalpenerbangan. Akibat jarak pandang kurang dari satu kilometer,mengakibatkan penutupan Bandar Udara. Selain daripada itu dampakasap mengganggu aktivitas penduduk. Bahkan, asap dari kebakarantersebut juga mempengaruhi daerah / negara tetangga. Oleh karena ituperlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya.Dalamperistiwa kebakaran hutan dan atau lahan, terdapat beberapa faktor yangmenjadi penyebabnya. Faktor tersebut adalah penyiapan lahan yang tidakterkendali dengan cara membakar, termasuk juga karena kebiasaanmasyarakat dalam membuka lahan, kebakaran yang tidak disengaja,kebakaran yang disengaja (arson), dan kebakaran karena sebab alamiah,tetapi faktor yang paling dominan penyebab terjadinya kebakaran adalahkarena tindakan manusia.

Dikota Dumai terutama diwilayah Timur Utara dan Selatan kotasebagian besar lahannya bergambut tebal sampai kedalaman ± 2 meter.Bila musim penghujan selalu tergenang dengan tingkat kesuburan yangrendah tetapi ketika terjadi musim kemarau merupakan lahan yang sangatrawan mengalami kebakaran. Bentuk kebakaran pada lahan yang sepertiini umumnya adalah kebakaran bawah (ground fire) yaitu api dimulai

47

membakar serasah kemudian membakar lapisan dibawahnya sehinggatidak menampakkan api dan sulit dideteksi, menimbulkan asap/kabutyang banyak dan tebal, dan sangat sulit untuk ditanggulangi, baik untukpemadam kebakaran maupun pemulihan dampak dari kebakaran. Hal inidisebabkan karena keterbatasan sarana dan prasarana, kemampuansumber daya manusia, dana, dan letak lokasi yang sulit untuk dapatsegera dijangkau serta memerlukan waktu yang cukup lama. Padahal,pemadaman kebakaran memerlukan kecepatan dan keberhasilan untukmengatasinya. Untuk itu, maka tindakan pencegahan terjadinya kebakaranmenjadi sangat dilakukan.Bagi kegiatan perorangan atau kelompok orangyang karena kebiasaannya membuka lahan untuk ladang dan kebun, makauntuk mencegah terjadinya kebakaran diperlukan pembinaan, bimbingan,dan penyuluhan serta kebijakan khusus dari Pemerintah kota Dumai.Dengan demikian, maka dalam melakukan tindakan atau kegiatannyatidak dilakukan dengan cara membakar yang dapat menimbulkankebakaran hutan dan atau lahan.Untuk dapat memberikan kejelasan danperan serta masing – masing pihak terkait terhadap penanganan kebakaranhutan dan atau lahan, khususnya dalam pelaksanaan otonomi daerahdiperlukan suatu kebijakan daerah, yaitu Peraturan Daerah tentangPencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan atau lahan

II. PASAL DEMI PASAL.Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3

Ayat 1Pembakaran hutan dan atau lahan dilakukan antara lain untukkegiatan penyiapan lahan perkebunan, usaha kehutanan,pertanian, transmigrasi, pertambangan dan lain-lain. Dalammelakukan usaha tersebut dilarang dilakukan dengan caramembakar, kecuali untuk tujuan khusus atau kondisi yangtidak dapat dielakkan, antara lain untuk pengendaliankebakaran hutan, pembasmian hama dan penyakit, sertapembinaan habitat tumbuhan dan satwa.

48

Ayat 2

Kriteria pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidupmengikuti ketentuan dalam peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Ayat 3

Pasal 4Ayat 3

Sarana dan prasarana untuk mencegah terjadinya kebakaranhutan dan atau lahan, meliputi : sistim deteksi dini (menarapemantau), alat pencegahan kebakaran, prosedur operasistandar, perangkat organisasi yang bertanggung jawab danpelatihan penanggulangan kebakaran hutan dan atau lahan.

Pasal 5Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7Cukup jelas

Pasal 8Ayat 1

Pembakaran dalam rangka pengendalian kebakaran hutan,dilakukan antara lain melalui pembakaran terhadap serasah,alang-alang atau ranting untuk mengurangi bahan-bahanmudah terbakar.

Pasal 9Cukup jelas

Pasal 10Cukup jelas

49

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Peran aktif masyarakat, dapat diwujudkan dengan membentukTim sukarelawan anti api

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Ayat (1) : Pemulihan , dapat dilakukan dengan cara penanamankembali hutan / lahan yang mengalami kerusakan, ataumelakukan upaya-upaya lain yang bertujuan untukmemulihkan daya dukung.

Ayat (2)

Cukup jelas

50

Pasal 21

Cukup jelas

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas

Pasal 24

Cukup jelas

Pasal 25

Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas

51