peraturan daerah kabupaten sikka nomor 2 tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten...

Upload: pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp

Post on 10-Feb-2018

372 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    1/60

    NOMOR 2 TAHUN 2012

    TENTANG

    RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIKKA

    TAHUN 20122032

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    BUPATI SIKKA,

    Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat (7) Undang-

    Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perlu

    membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

    Kabupaten Sikka Tahun 2012 - 2032;

    Mengingat : 1.

    Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945;

    2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 Tentang Pembentukan

    Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I

    Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

    3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

    Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 3274);

    4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

    125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),

    sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-

    Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

    59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    2/60

    2

    6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

    Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5234);

    7.

    Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

    Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 3258) sebagaimana telah diubah

    dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang

    Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

    tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145);

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat

    Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang wilayah (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

    Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

    Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang

    Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana ( Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4833);

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

    Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5103);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan

    Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

    14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang

    Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    3/60

    3

    15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang

    Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik

    Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);

    16. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1

    Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa

    Tenggara Timur Tahun 2010 - 2030 (Lembaran Daerah Provinsi

    Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 Nomor 02, Tambahan Lembaran

    Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 0045);

    17. Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 28 Tahun 2007 tentang

    Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah

    Daerah Kabupaten Sikka (Lembaran Daerah Kabupaten Sikka

    Tahun 2007 Nomor 28 Seri F Nomor 21, Tambahan Lembaran

    Daerah Kabupaten Sikka Nomor 36);

    18. Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 1 Tahun 2008 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sikka

    (Lembaran Daerah Kabupaten Sikka Tahun 2008 Nomor 1 Seri F

    Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sikka

    Nomor 37);

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SIKKA

    dan

    BUPATI SIKKA

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH

    KABUPATEN SIKKA TAHUN 2012-2032.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

    1. Daerah adalah Kabupaten Sikka.

    2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

    3.

    Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sikka.

    4. Bupati adalah Bupati Sikka.

    5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan

    Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sikka.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    4/60

    4

    6. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

    terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/

    atau aspek fungsional.

    7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

    termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan

    makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya;

    8. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

    9. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan

    prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi

    masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

    10. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

    peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi

    daya.

    11. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

    ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

    12. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,

    pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

    13. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi

    Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam

    penataan ruang.

    14. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan

    ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah

    Daerah, dan masyarakat.

    15. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang

    melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

    pengendalian pemanfaatan ruang.

    16. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang

    dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    17. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan

    pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

    18. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola

    ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan

    program beserta pembiayaannya.

    19. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata

    ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

    20. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

    21. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka yang selanjutnya disingkat RTRW

    Kabupaten adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Sikka.

    22. Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten Sikka yang selanjutnya disebut rencana rinci

    adalah hasil perencanaan tata ruang pada kawasan yang merupakan kesatuan

    geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    5/60

    5

    berdasarkan aspek fungsional dan disusun berdasarkan nilai strategis kawasan

    dan/atau kegiatan kawasan sebagai perangkat operasional rencana tata ruang

    wilayah.

    23. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten yang selanjutnya disingkat RDTR adalah

    rencana rinci yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah

    Kabupaten Sikka.

    24. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan

    pelayanan pada tingkat wilayah.

    25. Sarana adalah kelengkapan kawasan permukiman perkotaan yang terdiri atas

    fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan

    pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan

    terbuka, serta pemakaman umum.

    26.

    Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan kawasan

    permukiman perkotaan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yang meliputi jalan,

    saluran air bersih, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah,

    jaringan gas, jaringan listrik, dan telekomunikasi.

    27. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN adalah kawasan perkotaan

    yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau

    beberapa provinsi.

    28. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disingkat PKW adalah kawasan perkotaan

    yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa

    kabupaten/kota.

    29. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan perkotaan

    yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa

    kecamatan.

    30. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan yang selanjutnya disingkat PKLp adalah

    kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala beberapa

    kecamatan dan dipromosikan sebagai PKL.

    31. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK adalah kawasan

    perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa

    desa.

    32. Pusat Pelayanan Lokal yang selanjutnya disingkat PPL adalah pusat permukiman

    yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

    33. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

    termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu

    lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah

    permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta

    api, jalan lori, dan jalan kabel.

    34. Jalan nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan

    primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional,

    serta jalan tol.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    6/60

    6

    35. Jalan provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang

    menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar

    ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

    36. Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak

    termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota

    kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten

    dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam

    sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis

    kabupaten.

    37. Jalan Arteri Primer adalah menghubungkan secara berdaya guna antarpusat

    kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

    wilayah.

    38.

    Jalan Kolektor adalah menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan

    nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara

    pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.

    39. Garis sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai

    manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.

    40. Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang

    ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.

    41. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan

    dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam

    pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.

    42. Terminal adalah tempat sekumpulan moda transportasi darat mengakhiri dan

    mengawali lintasan operasionalnya.

    43. Trayek adalah lintasan kendaraan umum atau rute untuk pelayanan jasa angkutan

    orang dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan

    tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal.

    44. Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.

    45. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu wilayah

    penerima air hujan yang dibatasi oleh punggung bukit atau gunung, dimana semua

    curah hujan yang jatuh diatasnya akan mengalir di sungai utama dan akhirnya

    bermuara kelaut.

    46. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu

    atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang

    dari atau sama dengan 2000 km.

    47. Daerah Irigasi yang selanjutnya disingkat DI adalah kesatuan wilayah yang

    mendapat air dari satu jaringan irigasi.

    48. Jaringan Irigasi yang selanjutnya disingkat JI adalah saluran, bangunan dan

    bangunan pelengkap yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk

    penyediaan, pembagian, pemberian dan penggunaan air baku untuk irigasi serta

    pembuangan air irigasi.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Wilayahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Wilayahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Nasional
  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    7/60

    7

    49. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disingkat CAT adalah suatu wilayah yang

    dibatasi oleh batas hidrogeologis, kejadian semua hidrogeologis seperti proses

    pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung.

    50. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat akhir

    pembuangan sampah dari tempat produksi sampah dan tempat akhir pemrosesan

    sampah menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali.

    51. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat

    penampungan sampah sementara sebelum diangkut ke tempat pemrosesan akhir.

    52. Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu

    tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi.

    53. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3, adalah

    sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan pencemar yang

    bersifat racun dan bahaya.

    54. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,

    dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik

    secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak

    lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta

    kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

    55. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.

    56. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

    kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya

    buatan.

    57. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

    dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

    manusia, dan sumber daya buatan.

    58. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,

    termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

    tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

    kegiatan ekonomi.

    59. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

    pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

    pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan

    kegiatan ekonomi.

    60. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang meliputi satu atau lebih pusat kegiatan

    pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber

    daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan

    hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis.

    61. Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan

    berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan

    percepatan.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    8/60

    8

    62. Kawasan perumahan adalah kawasan yang pemanfaatannya untuk perumahan dan

    berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan

    prasarana dan sarana lingkungan.

    63. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

    tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

    lingkungan.

    64. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

    karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan

    negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau

    lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

    65. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

    karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap

    ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

    66. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya

    diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

    kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

    67. Ruang terbuka hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur

    dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat

    tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

    68. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,

    klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu

    wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah,

    meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi

    dampak buruk bahaya tertentu.

    69. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh

    pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

    70. Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

    memproduksi hasil hutan.

    71. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan yang secara

    ruang digunakan untuk budidaya hutan alam.

    72. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan yang secara

    ruang digunakan untuk budidaya hutan alam dan hutan tanaman.

    73. Kawasan hutan rakyat adalah kawasan yang diperuntukkan bagi hutan yang

    dimiliki oleh rakyat, adat atau ulayat.

    74. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang

    mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

    keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari

    sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

    75. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas

    tanah.

    76. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    9/60

    9

    77. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

    perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah

    banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan

    tanah.

    78.

    Kawasan tanaman pangan adalah kawasan lahan basah berinigasi, rawa pasang

    surut dan lebak dan lahan basah tidak beririgasi serta lahan kering potensial untuk

    pemanfaatan dan pengembangan tanaman pangan.

    79. Kawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah kawasan

    lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara

    konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan

    kedaulatan pangan nasional.

    80. Kawasan hortikultura adalah kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan

    dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun tumpang

    sari.

    81. Kawasan perkebunan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman tahunan

    atau perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku

    industri.

    82. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada

    tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan

    memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan

    kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

    83. Kawasan peternakan adalah kawasan yang secara khusus diperuntukkan untuk

    kegiatan peternakan atau terpadu dengan komponen usaha tani (berbasis tanaman

    pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan) berorientasi ekonomi dan

    berakses dan hulu sampai hilir.

    84. Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan.

    85. Kawasan peruntukan pertambangan adalah wilayah yang memiliki sumber daya

    bahan tambang yang berujud padat, cair atau gas berdasarkan peta/data geologi

    dan merupakan tempat dilakukannya seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang

    meliputi: penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi dan pasca tambang, baik

    di wilayah darat maupun perairan.

    86. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

    penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi

    penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,

    pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca

    tambang.

    87. Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para produsen dan

    konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran,

    penyebaran, dan pemyediaan barang melalui mekanisme pasar.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    10/60

    10

    88. Jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah interaksi dengan

    konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer

    kepemilikan

    89. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi

    kegiatan Industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    90. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang

    dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan

    dikelola oleh oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha

    kawasan industri.

    91. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,

    barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih

    tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan

    industri.

    92. Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pariwisata.

    93. Pariwisata adalah suatuperjalananyang dilakukan untukrekreasiatauliburan,dan juga

    persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini.

    94. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

    nilai yang terdii atas keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

    manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

    95. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama

    pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai

    pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial

    dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup,

    serta pertahanan dan keamanan.

    96. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

    lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

    lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

    mendukung perikehidupan dan penghidupan.

    97. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik

    yang meliputikawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

    lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

    mendukung perikehidupan dan penghidupan.

    98. Kawasan Pertahanan dan Keamanan adalah wilayah yang ditetapkan secara

    nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan.

    99. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk

    mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar

    keduanya.

    100. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Kabupaten adalah ketentuan umum

    yang mengatur persyaratan pemanfaatan ruang/penataan Kabupaten dan unsur-

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemilikanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perjalanan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perjalanan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perjalanan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rekreasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Rekreasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Rekreasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Liburanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Liburanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Liburanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Liburanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rekreasihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perjalanan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemilikan
  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    11/60

    11

    unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi

    peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten.

    101. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan

    pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap

    blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

    102. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Unit Kerja

    Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas mengelola anggaran dan barang daerah.

    103. Ketentuan Perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah

    daerah sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum

    pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan

    pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah

    disusun dan ditetapkan.

    104.

    Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan

    pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    105. Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap

    pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.

    106. Disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk mencegah, membatasi pertumbuhan

    atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

    107. Arahan Sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang

    melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata

    ruang yang berlaku.

    108. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

    109. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat

    hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain

    dalam penyelenggaraan penataan ruang.

    110. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan

    tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

    111. Peran Serta Masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas

    kehendak dan prakarsa masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam

    penyelenggaraan penataan ruang.

    112. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten Sikka yang selanjutnya

    disingkat BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung

    pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di

    Daerah dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam

    koordinasi penataan ruang di daerah.

    113. Kerja sama daerah adalah kesepakatan antara bupati dengan gubernur atau wali

    kota atau bupati lain, dan/atau bupati dengan pihak ketiga, yang dibuat secara

    tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban.

    114. Pihak ketiga adalah Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen atau

    sebutan lain, perusahaan swasta yang berbadan hukum, Badan Usaha Milik Negara,

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    12/60

    12

    Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Yayasan, dan lembaga di dalam negeri lainnya

    yang berbadan hukum.

    115. Penyidikan Tindak Pidana di bidang Tata Ruang adalah serangkaian tindakan yang

    dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan

    bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang tata ruang yang terjadi serta

    menemukan tersangkanya.

    116. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat atau Pegawai

    Negeri Sipil yang diberi tugas dan wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk

    melakukan penyidikan.

    117. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat

    Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi

    wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap

    pelanggaran Peraturan Daerah.

    BAB II

    RUANG LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN

    Pasal 2

    (1)Ruang lingkup RTRW Kabupaten dengan batas berdasarkan aspek administratif dan

    fungsional yang meliputi seluruh wilayah daratan seluas kurang lebih 1.731,91 km2,

    beserta ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satukesatuan wilayah.

    (2)Batas-batas wilayah perencanaan meliputi:

    a. utara berbatasan dengan Laut Flores;

    b. selatan berbatasan dengan Laut Sawu;

    c. timur berbatasan dengan Kabupaten Flores Timur; dan

    d. barat berbatasan dengan Kabupaten Ende.

    (3)Wilayah perencanaan tata ruang dalam RTRW Kabupaten, yang meliputi:

    a.

    Kecamatan Paga;b. Kecamatan Tanawawo;

    c. Kecamatan Mego;

    d. Kecamatan Lela;

    e. Kecamatan Bola;

    f. Kecamatan Doreng;

    g. Kecamatan Mapitara;

    h. Kecamatan Talibura;

    i.

    Kecamatan Waiblama;

    j. Kecamatan Waigete;

    k. Kecamatan Kewapante;

    l. Kecamatan Hewokloang;

    m.Kecamatan Kangae;

    n. Kecamatan Nelle;

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    13/60

    13

    o. Kecamatan Koting;

    p. Kecamatan Palue;

    q. Kecamatan Nita;

    r. Kecamatan Magepanda;

    s.

    Kecamatan Alok;

    t. Kecamatan Alok Barat; dan

    u. Kecamatan Alok Timur.

    BAB III

    TUJUAN, KEBIJAKAN DAN

    STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH

    Bagian Kesatu

    Tujuan Penataan Ruang

    Pasal 3

    Penataan Ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang daerah sebagai pusat pertumbuhan

    berbasis perdagangan dan jasa, industri pengolahan hasil pertanian dan pariwisata yang

    terintegrasi dan berkelanjutan.

    Bagian Kedua

    Kebijakan Penataan Ruang WilayahPasal 4

    (1)Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

    disusun kebijakan penataan ruang.

    (2)Kebijakan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

    a. perwujudan konstelasi pusat kegiatan yang berhirarki, melalui pengembangan

    sistem pusat pertumbuhan perdagangan dan jasa, industri pengolahan hasil

    pertanian dan pariwisata di perkotaan dan perdesaan guna meningkatkan

    produktivitas dan daya saing wilayah;

    b. peningkatan kinerja dan jangkauan pelayanan prasarana utama yang diprioritaskan

    untuk mendukung pusat pertumbuhan pertanian dan pariwisata;

    c. peningkatan jangkauan pelayanan sistem prasarana lainnya untuk mendukung

    pengembangan pusat pertumbuhan wilayah;

    d. pelestarian fungsi kawasan lindung di wilayah darat dan laut untuk menjaga

    keseimbangan flora dan fauna, keseimbangan hidrologis dan keseimbangan cagar

    budaya, sehingga memperkecil dampak kerusakan lingkungan dan meminimalkan

    resiko bencana;

    e. pengoptimalan pengembangan kawasan budidaya darat dan laut sebagai aset

    wilayah yang pemanfaatan kawasan tidak melampaui daya dukung dan daya

    tampung lingkungan guna mendukung pengembangan pusat pertumbuhan berbasis

    perdagangan dan jasa, industri pengolahan hasil pertanian dan pariwisata; dan

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    14/60

    14

    f. pengoptimalan pengembangan kawasan prioritas berkembang dan kawasan strategis

    sebagai pusat pertumbuhan baru dengan pengembangan berbasis pada

    perdagangan jasa, industri pengolahan hasil pertanian dan pariwisata.

    Bagian Ketiga

    Strategi Penataan Ruang Wilayah

    Pasal 5

    (1)Strategi perwujudan konstelasi pusat kegiatan yang berhirarki, sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, meliputi:

    a. mengembangkan pusat kegiatan baru secara berhirarki, sehingga tercipta pusat

    pertumbuhan baru yang terintegrasi;

    b.

    mendorong pengembangan kawasan berbasis perdagangan dan jasa, industripengolahan hasil pertanian dan pariwisata menjadi kawasan strategis;

    c. mendorong pengembangan sektor unggulan di wilayah perkotaan dan pedesaan

    untuk memicu pemerataan pengembangan wilayah;

    d. mengembangkan pusat pertumbuhan berdasarkan pengembangan perdagangan

    jasa, industri pengolahan hasil pertanian dan pariwisata untuk mendorong

    pengembangan sektor ekonomi yang berpotensi basis; dan

    e. memeratakan pelayanan fasilitas publik dan mengembangkan aksesibilitas antara

    perdesaan dan perkotaan untuk mengurangi disparitas perkembangan wilayah.

    (2)Strategi peningkatan kinerja dan jangkauan pelayanan prasarana utama, sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b, meliputi:

    a. mengembangkan aksesibilitas transportasi antar pusat kegiatan perkotaan dan

    perdesaan sebagai upaya pemerataan pelayanan transportasi sampai ke daerah

    pedalaman;

    b. meningkatkan jangkauan pelayanan transportasi terutama pada wilayah pusat

    pertumbuhan perdagangan dan jasa, industri pengolahan hasil pertanian dan

    pariwisata;

    c. membuka akses pelayanan ke wilayah pusat pertumbuhan guna pemerataan

    pelayanan dan memicu pengembangan wilayah;

    d. meningkatkan jangkauan pelayanan sistem transportasi darat guna kelancaran

    simpul transportasi lintas Flores;

    e. meningkatkan pelayanan Pelabuhan L. Say sebagai pelabuhan pengumpul, sebagai

    pintu gerbang eksport import hasil pertanian dan pelayanan pariwisata guna

    memperlancar pergerakan orang, barang dan jasa;

    f. meningkatkan pelayanan sistem transportasi laut meliputi pelabuhan lokal yang

    melayani pergerakan antar pulau di daerah;

    g. mengembangkan Pelabuhan penyeberangan antar pulau dalam kabupaten guna

    memperlancar pergerakan orang, barang dan jasa; dan

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    15/60

    15

    h. meningkatkan pelayanan bandar udara Frans Seda sebagai bandara bertaraf

    pengumpul dan pintu gerbang wilayah Flores.

    (3)Strategi peningkatan jangkauan pelayanan sistem prasarana lainnya, sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c, meliputi:

    a.

    meningkatkan jangkauan pelayanan prasarana telekomunikasi yang merata sampai

    ke wilayah pelosok desa guna keterjangkauan informasi dan komunikasi berbasis

    teknologi internet untuk pengembangan sektor perdagangan dan jasa, industri

    pengolahan hasil pertanian dan pariwisata;

    b. mengembangkan sistem prasarana energi listrik terbarukan selain PLTD sebagai

    energi listrik dengan menggunakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan

    dari potensi energi;

    c. meningkatkan jangkauan pelayanan sistem prasarana energi listrik yang merata

    sampai ke wilayah pelosok desa guna perluasan jaringan distribusi tenaga listrik;

    d. meningkatkan penyediaan sumber daya air yang berkualitas, dengan pengoptimalan

    potensi sumber-sumber air yang tersedia untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat

    dan kegiatan pertanian;

    e. meningkatkan pelayanan sistem prasarana persampahan terutama pada kawasan

    permukiman, produksi, jasa dan kawasan industri dengan menggunakan teknologi

    pengolahan limbah melalui pengomposan sampah organik, teknologi daur ulang

    sampah non organik, teknologi pembakaran sampah serta teknologi sanitary landfill

    dengan prinsip-prinsip 3R.

    f. menata kembali sistem prasarana drainase terutama pada kawasan permukiman,

    kawasan industri untuk keindahan wajah kota dan antisipasi bencana banjir; dan

    g. mendorong pengembangan sistem prasarana sanitasi di wilayah perkotaan dan

    perdesaan guna menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

    (4)Strategi pelestarian fungsi kawasan lindung di wilayah darat dan laut, sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d, meliputi:

    a. melestarikan kawasan hutan lindung dengan mempertahankan luasan hutan

    lindung beserta ekosistem di dalamnya dan fungsi lindung sebagai bentuk

    mewujudkan kelestarian kawasan lindung di darat dan laut;

    b. melindungi kawasan lindung di bawahnya beserta ekosistem didalamnya untuk

    mendukung pengembangan potensi pertanian wilayah;

    c. menjadikan kawasan perlindungan setempat sebagai sabuk hijau untuk mitigasi

    fisik bagi pemanfaatan kawasan;

    d. mempertahankan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya dengan

    pengembangan terbatas yang bersifat ekowisata, penelitian dan pengembanganpengetahuan tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan;

    e. menjaga kawasan rawan bencana dengan adanya bentuk mitigasi fisik dan non fisik

    bencana pada kawasan rawan bencana;

    f. menjaga kawasan lindung geologi untuk mencegah dampak negatif kegiatan

    manusia yang dapat menimbulkan degradasi lingkungan hidup; dan

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    16/60

    16

    g. melestarikan kawasan lindung lainnya dengan mempertahankan dan melindungi

    ekosistem dari bencana alam.

    (5)Strategi pengoptimalan pengembangan kawasan budidaya darat dan laut, sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e, meliputi:

    a.

    mengembangkan kawasan hutan produksi sebagai kawasan yang bernilai ekonomis

    dengan tetap mempertahankan fungsi hutan;

    b. mendorong pengembangan hutan rakyat sebagai sektor unggulan untuk

    kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan fungsi hutan sehingga tidak

    menyebabkan kerusakan lingkungan;

    c. mengoptimalkan pengembangan kawasan pertanian, perkebunan dan peternakan

    sebagai wilayah pusat pertumbuhan yang didukung oleh teknologi tepat guna dan

    sumber daya manusia yang potensial;

    d.

    mengoptimalkan pengembangan kawasan perikanan sebagai wilayah pusat

    pertumbuhan melalui sentra pengolah hasil perikanan dalam wadah minapolitan

    yang didukung dengan ketersediaan sarana prasarana pendukung yang

    pemanfaatannya tidak menimbulkan penangkapan yang berlebihan dan juga tidak

    mengkapling wilayah perairan laut;

    e. mendorong pengembangan kawasan pertambangan yang pemanfaatannya tidak

    berlebihan dengan tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan;

    f. mendorong pengembangan kawasan industri untuk pengolahan hasil pertanian,

    peternakan, perkebunan dan perikanan sebagai wilayah pusat pertumbuhan dengan

    tidak menimbulkan degradasi bagi lingkungan sekitarnya;

    g. mengoptimalkan pengembangan kawasan pariwisata berbasis ekowisata sebagai

    wilayah pusat pertumbuhan dengan pelestarian budaya leluhur;

    h. mendorong pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan

    disesuaikan dengan karakter fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat yang

    didukung dengan pemerataan pelayanan sarana dan prasarana, ketersediaan ruang

    terbuka hijau dan kelengkapan mitigasi bencana; dan

    i. mendukung pengembangan kawasan peruntukan lainnya berupa fungsi kawasan

    untuk pertahanan dan keamanan dengan turut serta memelihara dan menjaga aset

    pertahanan dan keamanan.

    (6)Strategi pengoptimalan pengembangan kawasan prioritas berkembang, sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf f, meliputi:

    a. mendorong kawasan prioritas berkembang dari sudut kepentingan ekonomi yakni

    kawasan perkotaan Kewapante, kawasan agropolitan, Bandar Udara Frans Seda,

    Pelabuhan L. Say, kawasan sentra kerajinan tenun, kawasan minapolitan;b. mendorong kawasan prioritas berkembang dari sudut kepentingan fungsi dan daya

    dukung lingkungan hidup di kawasan konservasi Teluk Maumere dan Laut Sawu;

    c. mendorong kawasan prioritas berkembang dari sudut kepentingan sosial dan

    budaya yakni meliputi kawasan pariwisata; dan

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    17/60

    17

    d. mengoptimalkan penyediaan sarana prasarana penunjang, peluang investasi,

    sumber daya manusia dan dukungan kelembagaan pada kawasan prioritas

    berkembang dengan pemanfaatan kawasan tidak melampaui daya dukung dan daya

    tampung lingkungan.

    BAB IV

    RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 6

    (1)Rencana struktur ruang wilayah terdiri atas:

    a. rencana pusat kegiatan;

    b. rencana sistem jaringan prasarana utama; dan

    c. rencana sistem jaringan prasarana lainnya.

    (2)Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan

    dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam

    Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Kedua

    Rencana Pusat KegiatanPasal 7

    (1)Rencana Pusat Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a sebagai

    berikut:

    a. Pusat Kegiatan Nasional Promosi;

    b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi;

    c. Pusat Pelayanan Kawasan; dan

    d. Pusat Pelayanan Lingkungan.

    (2)

    PKNp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu Perkotaan Maumere, sebagai

    pusat pemerintahan skala kabupaten, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, industri,

    pergudangan, pendidikan, kesehatan dan transportasi.

    (3)PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu Perkotaan Kewapante sebagai

    pusat pemerintahan skala kabupaten, perdagangan, transportasi, industri dan

    pergudangan.

    (4)PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yaitu Kawasan Perkotaan Waigete,

    Talibura, Nita, Paga, Magepanda, dan Palue sebagai pusat pelayanan pendidkan,

    perdagangan, perikanan, pertanian dan perkebunan, transportasi dan pariwisata.

    (5)PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yaitu Perkotaan Bola, Hewokloang,

    Doreng, Waiblama, Mapitara, Lela, Koting, Tanawawo, Mego dan Pemana sebagai pusat

    pelayanan perdagangan, perikanan, pertanian dan perkebunan, transportasi, dan

    pariwisata.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    18/60

    18

    Bagian Ketiga

    Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama

    Paragraf 1

    Umum

    Pasal 8

    Rencana sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

    huruf b terdiri atas:

    a.rencana sistem jaringan transportasi darat;

    b.rencana sistem jaringan transportasi laut; dan

    c. rencana sistem jaringan transportasi udara.

    Paragraf 2

    Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat

    Pasal 9

    Rencana sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a

    terdiri atas:

    a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan dan jembatan, jaringan

    prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, dan jaringan layanan lalu lintas;

    b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi terminal penumpang dan

    barang, jembatan timbang dan pengujian kendaraan bermotor; dan

    c. jaringan transportasi Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP).

    Pasal 10

    (1)Rencana jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a,

    terdiri atas:

    a. jaringan jalan Arteri Primer yang ada di kabupaten, meliputi:

    1. ruas jalan Lianunu-Hepang;

    2. ruas jalan HepangNita;

    3. ruas jalan NitaWoloara;

    4. ruas jalan WoloaraBatas Kota Maumere;

    5. ruas jalan Batas kota Maumere-jalan Gajahmada;

    6. ruas jalan Gajahmada-jalan Nongmeak;

    7. ruas jalan jalan Nongmeak-jalan Sugiyo Pranoto;

    8. ruas jalan Sugiyo Pranoto- jalan Kontercius;

    9. ruas jalan batas Kota Maumere-Waepare;

    10. ruas jalan Waipare-batas Flotim;

    11. ruas jalan A. Yani-jalan Sudirman;

    12. ruas jalan Waipare-km 180; dan

    13. ruas jalan km 180-Waerunu.

    b.jaringan jalan kolektor yang ada di kabupaten, meliputi:

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    19/60

    19

    1. ruas jalan Hepang-Sikka;

    2. ruas jalan Nita-Koting

    3. ruas jalan Woloara-Koting;

    4. ruas jalan Maumere-Koting;

    5.

    ruas jalan Maumere-Magepanda;

    6. ruas jalan Waepare-Bola;

    7. ruas jalan Napung Malli-Mudajebak (batas Flotim); dan

    8. ruas jalan Magepanda-Koro (batas Ende).

    c. jaringan jalan lokal primer yang ada di kabupaten, melayani perkembangan internal

    antar wilayah kecamatan dalam wilayah kabupaten.

    (2)Rencana jaringan layanan lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 9 huruf a adalah trayek angkutan penumpang terdiri atas:

    a.

    angkutan kota dalam provinsi meliputi:

    1. trayek Maumere-Larantuka;

    2. trayek Maumere-Ende-Bajawa-Borong-Ruteng-Labuan Bajo;

    3. trayek Maumere-Mbay;

    4. trayek Maumere-Wolowaru-Mauponggo-Maumbawa; dan

    5. trayek Maumere-Boru.

    b.angkutan kota dan angkutan pedesaan.

    (3)Rencana jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi terminal

    penumpang dan barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, terdiri atas:

    a.terminal tipe B yang terdapat di Perkotaan Maumere;

    b.terminal tipe C yang terdapat di Perkotaan Kewapante, Waigete, Talibura, Paga, Nita

    dan Magepanda;

    c.jembatan timbang yang terdapat di Perkotaan Maumere; dan

    d.pengujian kendaraan bermotor yang terdapat di Perkotaan Maumere.

    (4)Jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan (ASDP) sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 9 huruf c yaitu Pelabuhan L. Say di Kecamatan Alok, Pelabuhan Geliting di

    Kecamatan Kewapante, dan Pelabuhan Paga di Kecamatan Paga.

    Paragraf 3

    Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut

    Pasal 11

    Rencana sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b,

    terdiri atas:

    a.

    rencana tatanan kepelabuhan; dan

    b. rencana alur pelayaran.

    Pasal 12

    (1)Rencana tatanan kepelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, terdiri

    atas:

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    20/60

    20

    a. rencana tatanan pelabuhan pengumpul meliputi:

    1. Pelabuhan L. Say di Kecamatan Alok; dan

    2. Pelabuhan Rakyat Wuring di Kecamatan Alok Barat.

    b. rencana tatanan pelabuhan pengumpan meliputi:

    1.

    Pelabuhan Krica di Kecamatan Palue;

    2. Pelabuhan Geliting di Kecamatan Kewapante;

    3. Pelabuhan Paga di Kecamatan Paga;

    4. Pelabuhan Kojadoi dan Pelabuhan Parumaan di Kecamatan Alok Timur;

    5. Pelabuhan Pemana dan Pelabuhan Sukun di Kecamatan Alok; dan

    6. Pelabuhan Nangahale di Kecamatan Talibura

    (2)Rencana alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b, terdiri atas:

    a. rencana tatanan pelabuhan pengumpul meliputi

    1.

    jalur Maumere-Lewoleba-Kupang;

    2. jalur Maumere-Makasar-Pare Pare-Nunukan-Tarakan;

    3. jalur Maumere-Larantuka-Lembata-Kupang;

    4. jalur Maumere-Marapokot-Reo-Labuan Bajo-Bima; dan

    5. jalur Wuring-Makasar-Bima-Selayar-Maropokot.

    b. rencana tatanan pelabuhan pengumpan meliputi:

    1. jalur Krica-Maumere;

    2. jalur Geliting-Makasar;

    3. jalur Paga-Sumba-Kupang;

    4. jalur Geliting-Kojadoi-Perumaan;

    5. jalur Sukun-Pemana-Maumere; dan

    6. jalur Nangahale-Parumaan-Kojadoi.

    Paragraf 4

    Rencana Sistem Jaringan Transportasi Udara

    Pasal 13

    Rencana sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c,

    terdiri atas:

    a. rencana tatanan kebandarudaraan; dan

    b. rencana ruang udara untuk penerbangan.

    Pasal 14

    (1) Rencana tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a

    adalah Bandar Udara pengumpul sekunder yaitu Bandar Udara Frans Seda Maumere

    di Kecamatan Alok Timur.

    (2) Rencana ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

    huruf b, terdiri atas:

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    21/60

    21

    a. Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) disesuaikan dengan

    ketentuan teknis KKOP Bandar Udara Frans Seda Maumere;

    b. jalur penerbangan dari luar Provinsi menuju Bandara Frans Seda yaitu Bandara

    Ngurah Rai, Bandara Juanda, Bandara Sultan Hasanuddin;

    c.

    jalur penerbangan lokal, meliputi :

    1. jalur penerbangan dari Bandara Frans Seda - Hasan Aroboesman - Surabaya II

    Soa - Satar Tacik - Komodo - Umbu Mehang Kunda -Tambolaka - Lekunik -

    Tardamu - El Tari - Haliwen - Mali - Wunopito -Gewayantana; dan

    2. jalur penerbangan dari Bandara Frans Seda - Haliwen - Mali - Wunopito -

    Gewayantana - Komodo - Umbu Mehang Kunda - Tambolaka - Lekunik -

    Tardamu.

    Bagian Keempat

    Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

    Paragraf 1

    Umum

    Pasal 15

    Rencana sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

    huruf c, terdiri atas:

    a.

    rencana sistem jaringan energi;b. rencana sistem jaringan telekomunikasi;

    c. rencana sistem jaringan sumber daya air; dan

    d. rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

    Paragraf 2

    Rencana Sistem Jaringan Energi

    Pasal 16

    Rencana sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, terdiriatas:

    a. rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel, yaitu Pusat Listrik Maumere

    terdapat di Kecamatan Alok Barat; dan

    b. rencana jaringan prasarana energi meliputi:

    1.Gardu Induk, terdapat di Kecamatan Alok Barat dengan kapasitas 7 MW;

    2.Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan tegangan 7 MW menghubungkan

    Kabupaten Sikka - Kabupaten Flores Timur - Kabupaten Ende - Kabupaten Ngada

    Kabupaten Manggarai Timur - Kabupaten Manggarai - Kabupaten Manggarai Barat;

    dan

    3. Unit kelistrikan Sub Ranting Pemana dengan Kapasitas 125 KW.

    Pasal 17

    Rencana pengembangan jaringan listrik energi baru terdiri atas:

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    22/60

    22

    a. Pembangkit Listrik Tenaga Angin, terdapat di Kecamatan Magepanda, wilayah

    Kepulauan di Kecamatan Alok, wilayah kepulauan di Kecamatan Alok Timur, dan

    Kecamatan Mapitara;

    b. Pembangkit Listrik Tenaga Surya, terdapat di Kecamatan Palue, Desa Semparong, Desa

    Pemana, Desa Gunung Sari di wilayah Kecamatan Alok, Desa Parumaan, Desa

    Kojagete, Desa Kojadoi di wilayah Kecamatan Alok Timur, dan wilayah terisolir lainnya;

    c. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro dan Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro,

    terdapat di Kecamatan Tana Wawo, Kecamatan Talibura, Kecamatan Mego dan

    Kecamatan Magepanda; dan

    d. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, terdapat di Kecamatan Waigete.

    Paragraf 3

    Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

    Pasal 18

    Rencana sistem jaringan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b,

    terdiri atas:

    a. rencana sistem jaringan kabel di seluruh wilayah perkotaan Maumere, Kewapante dan

    Nita;

    b. rencana sistem jaringan nirkabel yang diarahkan pada penataan lokasi menara

    telekomunikasi dan Base Transceiver Station terpadu; danc. rencana sistem jaringan satelit yang dikembangkan untuk melengkapi sistem jaringan

    terestrial terutama untuk kawasan-kawasan terpencil dan terisolir.

    Paragraf 4

    Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

    Pasal 19

    (1) Rencana sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

    huruf c, meliputi:a.wilayah sungai;

    b.CAT;

    c.JI;

    d.jaringan air baku untuk air minum;

    e. sistem pengendali banjir, erosi dan longsor; dan

    f. sistem pengamanan pantai.

    (2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) meliputi aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber

    daya air, dan pengendali daya rusak air.

    Pasal 20

    (1) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a, adalah

    wilayah sungai Flores yang merupakan wilayah sungai strategis nasional dengan DAS.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    23/60

    23

    (2) CAT sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b adalah CAT

    Maumere yang merupakan CAT Lintas Kabupaten yang merupakan potensi air tanah

    yang pemanfaatannya harus efisien dan diatur dengan mengutamakan air permukaan

    serta pemantauan dengan jaringan monitoring muka air tanah.

    (3)

    JI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf c, meliputi:

    a.DI kewenangan Pemerintah Provinsi meliputi DI. Kolisia dan DI. Magepanda; dan

    b.DI kewenangan Kabupaten meliputi DI. Kolisia, DI. Delang, DI. Ahuwair, DI.

    Hebing, DI. Ijuartubou, DI. Kaliwajo, DI. Koro, DI. Nangarasong, DI. Nebe, DI.

    Oeroang, DI. Pruda, DI. Puunaka, DI. Tendaki, DI. Umatau, DI. Wairita, DI.

    Waigete, dan DI. Wairhewat.

    (4) Rencana sistem jaringan air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 19 ayat (1) huruf d, melalui rencana pengembangan sumber air baku yang

    meliputi:

    a. bendungan/dam Nebe, Bendungan Waigete dan Bendungan Waturia;

    b. sumber mata air di Kota Maumere meliputi Sumur Pengeboran Kuburan, Dua

    Toru, Nara, M. Subu Sadipun, Kolang Renang, Litbang, Wolomarang, Wailiti, Teka

    Iku, Sumber Intake Galery Sungai Wairpuang, dan mata air Wairpuang dengan

    kapasitas 125 liter/detik;

    c. sumber mata air di Kecamatan Nita meliputi mata air Elang, Sorusoa, Melong,

    Watutekang, Mapang dengan kapasitas 81 liter/detik, Nita meliputi sumber Brond

    Kaptering Mata Air Wairpuang, dan Brond Kaptering Mata Air Kibung dengan

    kapasitas kurang lebih 8 liter/detik;

    d. sumber mata air di Ibukota Kecamatan Lela meliputi Sumber Intake Galery Sungai

    Batik Wair, dan Brond Kaptering Mata Air Batik Wair dengan kapasitas kurang

    lebih 5 liter/detik;

    e. sumber mata air di Kecamatan Paga meliputi mata air Lia Wangge dengan

    kapasitas kurang lebih 20 liter/detik, sumber Intake Galery Sungai Loko Poo

    dengan kapasitas kurang lebih 2 liter/detik;

    f. sumber mata air di Ibukota Kecamatan Bola yaitu sumber Brond Kaptering Mata

    Air Wairterang, dan Sumur Pompa Ian dengan kapasitas kurang lebih 5 liter/detik;

    g. sumber mata air di Ibukota Kecamatan Kewapante yaitu Sumur Pompa Kloang

    Lagot dengan kapasitas kurang lebih 15 liter/detik;

    h. sumber mata air di Kecamatan Waigete meliputi mata air wairita, Malang I, Malang

    II, Dolomein, Tuna Duet dengan kapasitas kurang lebih 65 liter/detik;

    i. sumber mata air di Kecamatan Talibura meliputi mata air Bokor dengan kapasitas

    kurang lebih 30 liter/detik;

    j. sumber mata air di Kecamatan Koting meliputi mata air Wair Puan dengan

    kapasitas kurang lebih 12,5 liter/detik; dan

    k. sumber mata air di Kecamatan Magepanda meliputi mata air Aelobang dengan

    kapasitas kurang lebih 4 liter/detik, mata air Gute dengan kapasitas kurang lebih

    1 liter/detik, mata air Kalitanga dengan kapasitas kurang lebih 5 liter/detik, mata

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    24/60

    24

    air Masekae dengan kapasitas kurang lebih 9 liter/detik, mata air Nawalongga

    dengan kapasitas kurang lebih 1 liter/detik, mata air Wair Pasambase dengan

    kapasitas kurang lebih 1 liter/detik, mata air Wair Delang dengan kapasitas

    kurang lebih 1 liter/detik, mata air Wair Nokerua dengan kapasitas kurang lebih 1

    liter/detik, mata air Wairii dengan kapasitas kurang lebih 1 liter/detik, mata air

    Wairroang dengan kapasitas kurang lebih 1 liter/detik, dan mata air Wair Wolokoli

    dengan kapasitas kurang lebih 11 liter/detik.

    (5) Rencana sistem pengendalian banjir, erosi dan longsor sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 19 ayat (1) huruf e yaitu meliputi:

    a. pembangunan sarana dan prasarana pengendali banjir;

    b. konservasi lahan;

    c. normalisasi sungai; dan

    d.

    penetapan zona banjir.

    (6) Rencana sistem pengamanan pantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)

    huruf f dilakukan dengan:

    a. Sistem vegetasi/konservasi sempadan pantai terdapat di Kecamatan Magepanda,

    Kecamatan Alok Barat, Kecamatan Alok, Kecamatan Talibura, Kecamatan

    Mapitara, Kecamatan Doreng, Kecamatan Waigete dan Kecamatan Bola,

    Kecamatan Kangae, dan Kecamatan Waiblama;

    b. Sipil teknis terdapat di Kecamatan Alok Timur, Kecamatan Alok, Kecamatan Paga,

    Kecamatan Lela, Kecamatan Bola, Kecamatan Kewapante dan Kecamatan Talibura,

    Kecamatan Kangae, dan Kecamatan Waiblama.

    Pasal 21

    (1) Rencana pengembangan sistem jaringan irigasi pada DI sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 20 ayat (3) dilakukan sebagai berikut:

    a.rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan jaringan irigasi yang ada;

    b.

    pengembangan DI pada seluruh daerah potensial yang memiliki lahan pertanianyang peruntukannya untuk mendukung ketahanan pangan dan pengelolaan lahan

    pertanian berkelanjutan; dan

    c. membatasi konversi alih fungsi sawah irigasi teknis dan setengah teknis menjadi

    kegiatan budidaya lainnya.

    (2) Sistem pengelolaan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (4)

    dipadukan dengan sistem jaringan sumber daya air untuk menjamin ketersedian air

    baku.

    Paragraf 5

    Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

    Pasal 22

    Rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

    huruf d terdiri atas:

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    25/60

    25

    a. rencana sistem jaringan air minum;

    b. rencana sistem jaringan air baku untuk pertanian;

    c. rencana sistem jaringan persampahan;

    d. rencana sistem jaringan air limbah dan sanitasi;

    e. rencana sistem jaringan drainase; dan

    f. rencana jalur evakuasi bencana.

    Pasal 23

    (1) Rencana sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a

    meliputi:

    a.penyediaan air bersih dalam bentuk perpipaan dan non perpipaan; dan

    b.

    penyediaan air minum perpipaan dan non perpipaan dikelola oleh perusahaan air

    minum dan masyarakat.

    (2) Rencana sistem jaringan air baku untuk pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    22 huruf b meliputi:

    a.sistem jaringan irigasi yang terdapat di Kecamatan Paga, Kecamatan Tanawawo,

    Kecamatan Mego, Kecamatan Talibura, Kecamatan Waigete, Kecamatan Waiblama,

    Kecamatan Nita dan Kecamatan Magepanda;

    b.sistem sumur bor dalam dan dangkal yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten;

    dan

    c. sistem tadah hujan yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten.

    (3) Rencana pengembangan prasarana persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    22 huruf c dilakukan dengan prinsip mengurangi (re-duce), menggunakan kembali (re-

    use) dan mendaur ulang (re-cycle) meliputi :

    a.rencana lokasi TPA;

    b.rencana lokasi TPS; dan

    c.rencana pengelolaan sampah skala rumah tangga.

    (4)

    Rencana sistem jaringan air limbah dan sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    22 huruf d meliputi:

    a. penanganan limbah padat rumah tangga dilakukan dengan sistem pengelolaan air

    limbah setempat (on site) dan untuk kawasan permukiman padat digunakan sistem

    pengelolaan air limbah terpusat (off site);

    b. penanganan limbah untuk kawasan ekonomi, sistem gabungan antara sistem

    individual dan kolektif;

    c. penanganan limbah untuk kawasan industri dengan sistem Instalasi Pengolahan

    Air Limbah termasuk pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; dan

    d. pengadaan sarana dan prasarana pengolahan lumpur tinja berupa truk pengangkut

    tinja dan modul Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Komunal yang diprioritaskan

    berada di Kecamatan Magepanda.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    26/60

    26

    (5) Rencana sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf e

    meliputi:

    a. sistem jaringan primer yaitu sistem jaringan drainase yang kemudian bermuara ke

    sungai Waioti, Napun Muu, Nangameting/ Kalimati, Nangalimang/Kalimati, Nanga

    Lanang, Napung Langir, Wairklau, Wolomarang, Wailiti, Wair Nubat, Wair Ojang

    dan Patisomba; dan

    b. sistem jaringan sekunder terdapat di kiri dan kanan jalan Arteri Primer, Kolektor

    Primer dan Lokal dengan jenis dan tipe saluran terbuka dan tertutup.

    (6) Rencana jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf f

    meliputi:

    a. jalur evakuasi bencana tsunami di kawasan perkotaan Maumere meliputi :

    1. titik evakuasi SMK Negeri 1 dengan jalur evakuasi ruas jalan Litbang-jalan

    Pemuda;

    2. titik evakuasi RSUD TC. Hillers dengan jalur evakuasi ruas jalan Eltari dan

    Wairklau;

    3. titik evakuasi Gelora Samador dengan jalur evakuasi ruas jalan Nong Meak;

    4. titik evakuasi Lahan Terbuka Iligetang dengan jalur evakuasi ruas jalan R.A

    Kartini-jalan Dua Toru; dan

    5. titik evakuasi Lahan Terbuka Bandara Frans Seda dengan jalur evakuasi ruas

    jalan Adi Sucipto.b. jalur evakuasi bencana letusan gunung berapi.

    (7) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dengan Peraturan

    Bupati.

    Pasal 24

    Rencana sistem jaringan pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat

    (3) meliputi:

    a.

    TPA terletak di Kecamatan Magepanda;

    b. TPST dan transfer dipo tersebar di Perkotaan Maumere dan Perkotaan Kewapante;

    c. TPST dan TPS tersebar di Perkotaan Waigete, Talibura, Nita, Paga, Magepanda, dan

    Palue; dan

    d. pengelolaan sampah dari rumah tangga ke TPS dan ke TPA.

    BAB V

    RENCANA POLA RUANG WILAYAH

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 25

    (1)Rencana pola ruang wilayah terdiri atas:

    a. kawasan lindung; dan

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    27/60

    27

    b. kawasan budidaya.

    (2)Rencana pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam

    peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000, sebagaimana tercantum dalam Lampiran II

    yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Kedua

    Kawasan Lindung

    Paragraf 1

    Umum

    Pasal 26

    Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a terdiri atas:

    a. kawasan hutan lindung;

    b. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

    c. kawasan perlindungan setempat;

    d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

    e. kawasan rawan bencana;

    f. kawasan lindung geologi; dan

    g. kawasan lindung lainnya.

    Paragraf 2Kawasan Hutan Lindung

    Pasal 27

    (1)Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a seluas

    38.443,43 Ha.

    (2)Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

    a. kawasan hutan lindung Egon Ilimedo terdapat di Kecamatan Talibura, Kecamatan

    Waiblama, Kecamatan Waigete, Kecamatan Mapitara, Kecamatan Doreng,

    Kecamatan Bola dan Kecamatan Hewokloang, dengan luas kurang lebih 19.457,80

    Ha;

    b. kawasan hutan lindung Iliwuli terdapat di Kecamatan Talibura dan Waiblama,

    dengan luas kurang lebih 575,43 Ha;

    c. kawasan hutan lindung Iligai terdapat di Kecamatan Lela, Kecamatan Nelle,

    Kecamatan Koting, Kecamatan Kangae dan Kecamatan Bola, dengan luas kurang

    lebih 1.226,20 Ha;

    d. kawasan hutan lindung Ilindobo terdapat di Kecamatan Bola, Kecamatan

    Hewokloang dan Kecamatan Kewapante dengan luas kurang lebih 230 Ha;

    e. kawasan hutan lindung Wukoh Lewoloroh terdapat di Kecamatan Talibura dan

    Kecamatan Waiblama, dengan luas kurang lebih 3.250 Ha;

    f. kawasan hutan lindung Telorawa II terdapat di Kecamatan Paga, Kecamatan

    Tanawawo dan Kecamatan Mego, dengan luas kurang lebih 6.000 Ha;

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    28/60

    28

    g. kawasan hutan lindung Mbotulena Keliwenda terdapat di Kecamatan Paga dan

    Kecamatan Tanawawo, dengan luas kurang lebih 670 Ha;

    h. kawasan hutan lindung Kimang Buleng terdapat di Kecamatan Nita, Kecamatan

    Magepanda dan Kecamatan Alok Barat, dengan luas kurang lebih 5.514 Ha;

    i.

    kawasan hutan lindung Ilidarat terdapat di Kecamatan Talibura, dengan luas

    kurang lebih 700 Ha;

    j. kawasan hutan lindung Mengkuri (Pulau Besar) terdapat di Kecamatan Alok Timur,

    dengan luas kurang lebih 400 Ha; dan

    k. kawasan hutan lindung Rokatenda terdapat Kecamatan Palue, dengan luas kurang

    lebih 420 Ha.

    Paragraf 3

    Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

    Pasal 28

    (1)Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 26 huruf b, berupa kawasan resapan air.

    (2)Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seluas kurang lebih 134 Ha

    yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten.

    Paragraf 4

    Kawasan Perlindungan Setempat

    Pasal 29

    Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c, terdiri

    atas:

    a. kawasan sempadan pantai;

    b. kawasan sempadan sungai;

    c. kawasan sekitar danau atau waduk;

    d. kawasan sekitar mata air;

    e. kawasan pulau-pulau kecil; dan

    f. kawasan ruang terbuka hijau perkotaan.

    Pasal 30

    (1)Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a, terdapat di

    Kecamatan Alok, Kecamatan Alok Barat, Kecamatan Alok Timur, Kecamatan

    Magepanda, Kecamatan Kangae, Kecamatan Kewapante, Kecamatan Waigete,

    Kecamatan Talibura, Kecamatan Waiblama, Kecamatan Bola, Kecamatan Doreng,

    Kecamatan Mapitara, Kecamatan Lela, Kecamatan Mego, Kecamatan Paga dan

    Kecamatan Palue, dengan ketentuan daerah sepanjang tepian laut dengan jarak

    minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    29/60

    29

    (2)Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b, terdiri atas:

    a. kawasan sungai meliputi sungai-sungai yang tersebar di seluruh wilayah;

    b. sempadan sungai di kawasan non permukiman berjarak sekurang-kurangnya 100

    meter dari kiri dan kanan untuk aliran sungai besar dan sekurang-kurangnya 50

    meter dari kiri dan kanan untuk sungai kecil; dan

    c. sempadan sungai di kawasan permukiman berjarak sekurang-kurangnya 10 meter

    kiri dan kanan tepi sungai.

    (3)Kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf c,

    berjarak 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

    (4)Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf d, dengan

    radius 200 meter yang tersebar di seluruh wilayah.

    (5)Kawasan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf e, meliputi

    pulau-pulau dalam wilayah kabupaten yang berada di sebelah utara dan selatan Pulau

    Flores.

    (6)Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29

    huruf f, terdapat di wilayah perkotaan.

    Pasal 31

    Pemanfaatan kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1)

    diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah tentang zonasi.

    Pasal 32

    (1)Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30

    ayat (6), terdiri atas:

    a. ruang terbuka hijau publik; dan

    b. ruang terbuka hijau privat.

    (2)Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh)

    persen dari luas wilayah perkotaan.

    Paragraf 5

    Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

    Pasal 33

    Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 26 huruf d, meliputi:

    a.

    kawasan suaka alam laut;

    b. kawasan suaka margasatwa;

    c. kawasan pantai berhutan bakau;

    d. kawasan taman wisata alam;

    e. kawasan taman wisata alam laut; dan

    f. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    30/60

    30

    Pasal 34

    (1)Kawasan suaka alam laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a, terdiri atas:

    a. Kawasan Suaka Alam Laut Flores; dan

    b.

    Kawasan Suaka Alam Laut Sawu.

    (2)Kawasan suaka margasatwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b, terdapat

    di kawasan hutan lindung Egon Ilimedo.

    (3)Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c,

    terdapat di sepanjang pantai utara dan wilayah kepulauan.

    (4)Kawasan taman wisata alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf d, meliputi:

    a. Taman Wisata Alam Pulau Besar; dan

    b.Taman Wisata Alam Egon Ilimedo.

    (5)

    Kawasan taman wisata alam laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf e, yaitu

    Taman Wisata Alam Laut Gugus Pulau Teluk Maumere.

    (6)Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33

    huruf f, meliputi:

    a. Gereja Tua Sikka, Rumah Raja Sikka, dan Wisung Fatima di Kecamatan Lela;

    b. Watu Krus, Gereja Bola dan Sumur Tua Baluk di Kecamatan Bola;

    c. Gereja Salib Suci Mauloo, Lepa Ria Kunu Mbengu dan Kubur Batu Nua Bari di

    Kecamatan Paga;

    d. Gereja Tua Nita, Regalia Kerajaan Nita, Patung Maria Bunda Segala Bangsa Nilo

    dan Museum Bikon Blewut di Kecamatan Nita;

    e. Gereja Tua Imakulata Lekebai di Kecamatan Mego;

    f. Gereja Tua Koting di Kecamatan Koting;

    g. Gereja Tua Nelle di Kecamatan Nelle;

    h. Patung Kristus Raja, Gereja Katedral St. Yoseph, Makam Raja Sikka di Kecamatan

    Alok;

    i. Jong Dobo, Moko dan Kumbang Porselin di Kecamatan Kewapante;

    j. Lepo Kirek dan Benda Pusaka di Kecamatan Hewokloang; dan

    k. Gereja Tua Lei di Kecamatan Palue.

    Paragraf 6

    Kawasan Rawan Bencana

    Pasal 35

    Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf e, terdiri atas:

    a. kawasan rawan tanah longsor;

    b. kawasan rawan gelombang pasang;

    c. kawasan rawan banjir; dan

    d. kawasan rawan angin topan.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    31/60

    31

    Pasal 36

    (1) Kawasan rawan longsor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a meliputi

    Kecamatan Mego, Kecamatan Tana Wawo, Kecamatan Alok Timur dan di Wilayah

    Kepulauan, Kecamatan Palue, Kecamatan Mapitara, Kecamatan Talibura dan

    Kecamatan Waiblama.

    (2) Kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b

    terdapat di kecamatan pesisir dan pulau-pulau meliputi Kecamatan Paga, Kecamatan

    Kangae, Kecamatan Lela, Kecamatan Bola, Kecamatan Magepanda, Kecamatan Doreng,

    Kecamatan Talibura, Kecamatan Waigete, Kecamatan Alok, Kecamatan Alok Barat,

    Kecamatan Alok Timur, Kecamatan Palue, Kecamatan Mego, Kecamatan Kewapante

    dan Kecamatan Waiblama serta pulau-pulau.

    (3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf c meliputi

    Kecamatan Paga, Kecamatan Kewapante, Kecamatan Alok, Kecamatan Alok Timur,

    Kecamatan Magepanda, Kecamatan Talibura, Kecamatan Mego, dan Kecamatan

    Kangae.

    (4) Kawasan rawan angin topan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf d meliputi

    Kecamatan Tana Wawo,Kecamatan Paga, Kecamatan Mego, Kecamatan Nita,

    Kecamatan Mapitara, Kecamatan Doreng, Kecamatan Bola, Kecamatan Alok Barat,

    Kecamatan Waiblama, Kecamatan Hewokloang dan Kecamatan Waigete.

    Pasal 37

    (1) Upaya mengurangi resiko bencana dilakukan dengan cara:

    a. struktur atau fisik; dan

    b. non struktur atau non fisik

    (2) Upaya struktur atau fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a melalui

    pembangunan fisik alami dan/atau buatan.

    (3) Upaya non struktur atau non fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

    melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

    Paragraf 7

    Kawasan Lindung Geologi

    Pasal 38

    Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf f terdiri atas:

    a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan

    b.

    kawasan perlindungan terhadap air tanah.

    Pasal 39

    (1) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a

    terdiri atas:

    a.kawasan rawan gempa dan gerakan tanah;

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    32/60

    32

    b.kawasan rawan letusan gunung berapi; dan

    c. kawasan rawan tsunami.

    (2) Kawasan rawan gempa dan gerakan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

    a terdapat di seluruh wilayah kecamatan baik wilayah laut maupun darat.

    (3)

    Kawasan rawan letusan gunung berapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

    meliputi:

    a.Kawasan pegunungan Rokatenda di Kecamatan Palue; dan

    b.Kawasan Gunung Egon di Kecamatan Waigete, Kecamatan Mapitara dan Kecamatan

    Doreng.

    (4) Kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di

    kecamatan pesisir dan pulau-pulau meliputi Kecamatan Paga, Kecamatan Kangae,

    Kecamatan Kewapante, Kecamatan Lela, Kecamatan Magepanda, Kecamatan Bola,

    Kecamatan Doreng, Kecamatan Mapitara, Kecamatan Mego, Kecamatan Waiblama,

    Kecamatan Talibura, Kecamatan Waigete, Kecamatan Alok, Kecamatan Alok Barat,

    Kecamatan Alok Timur dan Kecamatan Palue.

    Pasal 40

    Kawasan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b

    tersebar di seluruh wilayah.

    Paragraf 8

    Kawasan Lindung Lainnya

    Pasal 41

    Kawasan lindung lainnyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf g, terdiri atas:

    a. kawasan pengungsian satwa;

    b. kawasan terumbu karang; dan

    c. kawasan koridor jenis satwa/biota laut yang dilindungi.

    Pasal 42

    (1)Kawasan pengungsian satwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf a, meliputi:

    a. kawasan Perairan Laut Sawu; dan

    b. kawasan Perairan Laut Flores.

    (2)Kawasan terumbu karang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 huruf b meliputi:

    a. kawasan Terumbu Karang Laut Sawu; dan

    b. kawasan Gugus Pulau Teluk Maumere.

    (3)Kawasan koridor jenis satwa/biota laut yang dilindungi sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 41 huruf c meliputi :

    a. kawasan Perairan Laut Sawu; dan

    b. kawasan Perairan Gugus Pulau Teluk Maumere.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    33/60

    33

    Bagian Ketiga

    Kawasan Budidaya

    Paragraf 1

    Umum

    Pasal 43

    Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf b seluas kurang

    lebih 177.460,80 Ha, terdiri atas:

    a. kawasan peruntukan hutan produksi;

    b. kawasan peruntukan pertanian;

    c. kawasan peruntukan perikanan;

    d. kawasan peruntukan pertambangan;

    e. kawasan peruntukan industri;

    f. kawasan peruntukan pariwisata;

    g. kawasan peruntukan permukiman; dan

    h. kawasan peruntukan lainnya.

    Paragraf 2

    Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

    Pasal 44

    Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf a

    seluas kurang lebih 8.933 Ha terdiri atas:

    a. kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan

    b. kawasan peruntukan hutan produksi terbatas.

    Pasal 45

    (1)Kawasan peruntukan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44

    huruf a memiliki luas kurang lebih 1.354Ha terdapat di Kecamatan Tana Wawo,

    Kecamatan Mego, Kecamatan Lela, Kecamatan Bola, Kecamatan Kangae, Kecamatan

    Nelle, Kecamatan Koting, Kecamatan Magepanda dan Kecamatan Alok Timur.

    (2)Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44

    huruf b memiliki luas kurang lebih 7.579 ha, terdapat di Kecamatan Paga, Kecamatan

    Tana Wawo, Kecamatan Mego, Kecamatan Nita dan Kecamatan Magepanda.

    Paragraf 3

    Kawasan Peruntukan Pertanian

    Pasal 46

    Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf b, seluas

    kurang lebih 70.442 ha meliputi :

    a. kawasan budidaya tanaman pangan;

    b. kawasan budidaya hortikultura;

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    34/60

    34

    c. kawasan budidaya perkebunan; dan

    d. kawasan budidaya peternakan.

    Pasal 47

    (1)

    Kawasan budidaya tanaman pangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf a

    terdiri atas:

    a. sawah irigasi seluas kurang lebih 3.106 Ha terdapat di Kecamatan Paga,

    Kecamatan Tana Wawo, Kecamatan Mego, Kecamatan Talibura, Kecamatan

    Waigete, Kecamatan Nita, Kecamatan Waiblama dan Kecamatan Magepanda;

    b. sawah non irigasi seluas kurang lebih 524 Ha terdapat di Kecamatan Magepanda,

    Kecamatan Tanawawo, Kecamatan Lela, Kecamatan Talibura, Kecamatan Waigete,

    Kecamatan Kangae dan Kecamatan Nita; dan

    c. lahan kering seluas 47.109 Ha tersebar di seluruh wilayah.

    (2) Kawasan budidaya hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b seluas

    kurang lebih 2.233 ha, terdapat di Kecamatan Mego, Kecamatan Lela, Kecamatan Bola,

    Kecamatan Talibura, Kecamatan Waiblama, Kecamatan Waigete, Kecamatan

    Kewapante, Kecamatan Nelle, Kecamatan Nita, Kecamatan Magepanda, Kecamatan

    Palue dan Kecamatan Alok.

    (3) Kawasan budidaya perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf c, seluas

    kurang lebih 12.019 ha meliputi seluruh wilayah.

    (4) Kawasan budidaya peternakan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf d terdiri

    atas:

    a. peternakan besar terdapat di Kecamatan Talibura, Kecamatan Waigete, Kecamatan

    Mapitara, dan Kecamatan Magepanda seluas kurang lebih 5.451 ha; dan

    b. peternakan kecil terdapat di seluruh wilayah.

    Paragraf 4

    Kawasan Peruntukan Perikanan

    Pasal 48

    Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf c seluas

    kurang lebih 58.213.300 ha, terdiri atas:

    a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;

    b. kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan

    c. kawasan pengolahan ikan.

    Pasal 49

    (1)Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf

    a, terdapat di Perairan Laut Sawu dan Laut Flores.

    (2)Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud Pasal 48 huruf b,

    terdapat di Kecamatan Talibura, Kecamatan Waigete, Kecamatan Kewapante,

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    35/60

    35

    Kecamatan Magepanda, Kecamatan Alok Barat, Kecamatan Alok Timur, Kecamatan

    Paga, Kecamatan Lela, Kecamatan Bola dan Kecamatan Alok.

    (3)Kawasan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf c, terdapat di

    Kecamatan Alok Barat, Kecamatan Alok Timur, Kecamatan Alok, Kecamatan

    Kewapante, Kecamatan Talibura, Kecamatan Paga, Kecamatan Lela, Kecamatan Bola

    dan Kecamatan Magepanda.

    Paragraf 5

    Kawasan Peruntukan Pertambangan

    Pasal 50

    (1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf d

    yakni kawasan peruntukan pertambangan mineral.

    (2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    terdiri atas:

    a.mineral logam;

    b.mineral bukan logam; dan

    c.mineral batuan.

    (3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    seluas kurang lebih 80.000 ha.

    Pasal 51

    (1) Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 50 ayat (2) huruf a, terdapat di Kecamatan Paga, Kecamatan Mego, Kecamatan

    Lela, Kecamatan Bola, Kecamatan Doreng, Kecamatan Mapitara, Kecamatan Waigete,

    Kecamatan Waiblama, Kecamatan Magepanda, Kecamatan Kewapante, dan Kecamatan

    Talibura.

    (2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 50 ayat (2) huruf b, terdapat di Kecamatan Talibura, Kecamatan Waigete,

    Kecamatan Magepanda, Kecamatan Mego, Kecamatan Paga, dan Kecamatan Tana

    Wawo.

    (3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral batuan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 50 ayat (2) huruf c, terdapat di Kecamatan Magepanda, Kecamatan Kangae,

    Kecamatan Bola, Kecamatan Nelle, Kecamatan Doreng, Kecamatan Mapitara,

    Kecamatan Nita, Kecamatan Lela, Kecamatan Alok, Kecamatan Paga, Kecamatan Tana

    Wawo, Kecamatan Waiblama, Kecamatan Alok Timur, Kecamatan Talibura, Kecamatan

    Mego dan Kecamatan Waigete.

    Pasal 52

    Pengaturan lebih lanjut mengenai jenis pertambangan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 50 dan Pasal 51, diatur dengan Peraturan Bupati.

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    36/60

    36

    Paragraf 6

    Kawasan Peruntukan Industri

    Pasal 53

    Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf e seluas

    kurang lebih 100 ha, terdiri atas:

    a. kawasan peruntukan industri kecil/rumah tangga;

    b. kawasan peruntukan industri sedang; dan

    c. kawasan peruntukan industri besar.

    Pasal 54

    (1) Kawasan peruntukan industri kecil/rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 53 huruf a terdapat di seluruh wilayah daerah.

    (2) Kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf b,

    terdapat di Perkotaan Maumere, Kecamatan Kewapante, Kecamatan Waigete,

    Kecamatan Talibura, Kecamatan Magepanda, dan Kecamatan Palue, dan Kecamatan

    Paga.

    (3) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf c,

    terdapat di luar Kawasan Perkotaan Maumere dan Perkotaan Kewapante.

    Paragraf 7

    Kawasan Peruntukan Pariwisata

    Pasal 55

    Kawasan peruntukan pariwisata, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf f, seluas

    kurang lebih 8.550 ha, terdiri atas:

    a. kawasan peruntukan pariwisata alam;

    b. kawasan peruntukan pariwisata budaya; dan

    c. kawasan peruntukan pariwisata buatan/taman rekreasi.

    Pasal 56

    (1)Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 huruf a,

    meliputi:

    a. Taman Laut Gugus Pulau Teluk Maumere di kawasan laut Kecamatan Kewapante,

    Kecamatan Waigete, Kecamatan Alok, Kecamatan Alok Timur, Kecamatan

    Kewapante, dan Kecamatan Alok Barat;

    b. Danau Semparong, Pantai Pasir Putih Pulau Sukun, Pantai Pasir Putih Pulau

    Kambing, Pantai Pasir Putih Pulau Pemana di Kecamatan Alok;

    c. Hutan Wisata Pulau Besar, Pantai Pasir Putih Pulau Besar, Pantai Pasir Putih

    Pulau Pangabatang, Pantai Pasir Putih Pulau Babi, Pulau Kondo di Kecamatan Alok

    Timur;

    d. Puncak Buleng, Tebing Alam Halar Hawata dan Puncak Kimang di Kecamatan Nita;

  • 7/22/2019 Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Sikka

    37/60

    37

    e. Mata Air Panas Bli