peraturan daerah kabupaten pesawaran nomor 26...

53
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN PESAWARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah pada hakekatnya berkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh Penduduk Kabupaten Pesawaran; b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuan penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami Penduduk Kabupaten Pesawaran baik yang berada di dalam dan/atau di luar Kabupaten Pesawaran, maka Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melaksanakan tertib administrasi kependudukan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan di Kabupaten Pesawaran; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474);

Upload: truongtram

Post on 24-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARANNOMOR 26 TAHUN 2011

TENTANG

PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKANDI KABUPATEN PESAWARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PESAWARAN,

Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah pada hakekatnyaberkewajiban memberikan perlindungan dan pengakuanterhadap penentuan status pribadi dan status hukumatas setiap peristiwa kependudukan dan peristiwapenting yang dialami oleh Penduduk KabupatenPesawaran;

b. bahwa untuk memberikan perlindungan, pengakuanpenentuan status pribadi dan status hukum atas setiapperistiwa kependudukan dan peristiwa penting yangdialami Penduduk Kabupaten Pesawaran baik yangberada di dalam dan/atau di luar KabupatenPesawaran, maka Pemerintah Daerah berkewajibanuntuk melaksanakan tertib administrasi kependudukan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud huruf a dan huruf b di atas, perlumenetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Pesawarantentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukandi Kabupaten Pesawaran;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentangPerkawinan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3019);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang HukumAcara Pidana (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3209);

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentangKeimigrasian (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3474);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentangPerkembangan Kependudukan dan PembangunanKeluarga Sejahtera (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 35, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3475);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dariKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

7. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentangHubungan Luar Negeri (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 156, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882);

8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HakAsasi Manusia (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3886);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentangPerlindungan Anak (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 109, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhirdengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4844);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentangKewarganegaraan Republik Indonesia (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 63,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4674);

12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentangAdministrasi Kependudukan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674);

13. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tentangPembentukan Kabupaten Pesawaran di ProvinsiLampung (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 99, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4749);

14. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4723);

15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974tentang Perkawinan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1975 Nomor 12, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3050);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1981 Nomor 6, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258)sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2010 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5145);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentangPengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3562);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentangPelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi dan PemerintahanDaerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4737);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentangPelaksanaan Pengangkatan Anak (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 123, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4768);

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor694);

23. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata CaraPendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

24. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda PendudukBerbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasionasebagaimana telah diubah dengan Peraturan PresidenNomor 35 Tahun 2010;

25. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88Tahun 2004 tentang pengelolaan Informasi AdministrasiKependudukan;

26. Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 1Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan KabupatenPesawaran (Lembaran Daerah Kabupaten Pesawarantahun 2008 Nomor 1, Tambahan Lembaran DaerahKabupaten Pesawaran Nomor 1);

27. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 tentangRetribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu TandaPenduduk, Kartu Keluarga Dan Akta Catatan Sipil,(Lembaran Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2010Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah KabupatenPesawaran Nomor 14);

28. Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 5Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan TataKerja Dinas Daerah Kabupaten Pesawaran (LembaranDaerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2011 Nomor 5,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten PesawaranNomor 18);

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN PESAWARANdan

BUPATI PESAWARAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAANADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATENPESAWARAN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Pesawaran.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan unsur perangkat daerah sebagaipenyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Pesawaran.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalahDewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pesawaran.

5. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang selanjutnya disebut Dinasadalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran.

6. Unit Pelaksana Teknis Dinas selanjutnya disingkat UPTD, adalah UnitPelaksana Teknis Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil KabupatenPesawaran.

7. Kecamatan adalah Kecamatan di wilayah Kabupaten Pesawaran.

8. Camat adalah Camat di Wilayah Kabupaten Pesawaran.

9. Desa adalah desa di wilayah Kabupaten Pesawaran.

10. Kepala Desa adalah Kepala Desa di Wilayah Kabupaten Pesawaran.

11. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah dalamwilayah kerja Kecamatan.

12. Lurah adalah Lurah di Wilayah Kabupaten Pesawaran.

13. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yangdibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangkapelayanan pemerintah dan kemasyarakatan yang ditetapkan olehPemerintah Desa atau Lurah.

14. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah bagian dari kerjalurah dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarahpengurus RT diwilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Pemerintah Desaatau Lurah.

15. Data Agregat adalah kumpulan data tentang peristiwa kependudukan,peristiwa penting, jenis kelamin, kelompok usia, agama, pendidikan danpekerjaan.

16. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan danpenertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melaluiPendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasiAdministrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untukpelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

17. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan, selanjutnya disingkat SIAKadalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasikependudukan ditingkat penyelenggara dan Dinas Kependudukan danPencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran sebagai satu kesatuan.

18. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yangbertempat tinggal di Wilayah Kabupaten Pesawaran.

19. Warga Negara Indonesia yang selanjutnya disingkat WNI adalah orang-bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain yang disahkan denganundang-undang sebagai Warga Negara Indonesia.

20. Orang asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.

21. Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan olehDinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran yangmempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkandari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

22. Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregatyang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan Pendaftaran Penduduk danPencatatan Sipil.

23. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatanatas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentanadministrasi kependudukan serta penerbitan dokumen kependudukanberupa kartu identitas atau surat keterangan kependudukan.

24. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk yangharus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atauperubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau suratketerangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahanalamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

25. Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya disingkat NIK, adalah nomoridentitas Penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekatpada seseorang yang terdaftar sebagai Penduduk Indonesia.

26. Kartu Keluarga, selanjutnya disingkat KK, adalah kartu identitas keluargayang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga,serta identitas anggota keluarga.

27. Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP, adalah identitas resmiPenduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil Kabupaten Pesawaran yang berlaku di seluruhwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

28. Peristiwa Penting adalah kejadian yang dialami oleh seseorang meliputikelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan perubahanstatus kewarganegaraan.

29. Database adalah kumpulan berbagai jenis data kependudukan yangtersimpan secara sistematik, terstruktur dan saling berhubungan denganmenggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan komunikasidata.

30. Izin Tinggal Terbatas adalah izin tinggal yang diberikan kepada orangasing untuk tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalamjangka waktu yang terbatas sesuai dengan ketentuan PeraturanPerundang-undangan.

31. Izin Tinggal Tetap adalah izin tinggal yang diberikan kepada Orang Asinguntuk tinggal menetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesiasesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

32. Petugas Registrasi adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas dantanggung jawab memberikan pelayanan pelaporan PeristiwaKependudukan dan Peristiwa Penting serta pengelolaan dan penyajianData Kependudukan di desa/kelurahan.

33. Data Pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawatdan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya.

34. Pindah Datang Penduduk adalah perubahan lokasi tempat tinggal untukmenetap karena perpindahan dari tempat yang lama ketempat yang baru.

35. Biodata penduduk adalah keterangan yang berisi elemen data tentang jatidiri, informasi dasar serta riwayat perkembangan dan perubahan keadaanyang dialami oleh penduduk sejak saat kelahiran.

36. Pendatang adalah penduduk WNI atau Orang Asing yang bermaksudtinggal sementara di daerah dalam jangka waktu 14 (empat belas) harisampai dengan 1 (satu) tahun.

37. Tamu adalah WNI dan orang asing yang melakukan kunjungan singkat diDaerah yang lamanya kurang dari 14 (empat belas) hari.

38. Orang asing tinggal terbatas/tinggal sementara adalah orang asing yangtinggal dalam jangka waktu terbatas di wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia dan telah mendapatkan izin Tinggal Terbatas dari Instansi yangberwenang.

39. Orang asing tinggal tetap adalah orang asing yang berada diwilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia dan telah mendapatkan izin TinggalTetap dari Instansi yang berwenang.

40. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suamiistri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dananaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus keatas atau ke bawahsampai dengan derajat ketiga.

41. Kepala Keluarga adalah :

a. Orang yang bertempat tinggal dengan orang lain baik mempunyaihubungan darah maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadapkeluarga;

b. Orang yang bertempat tinggal seorang diri;

c. Kepala kesatrian, kepala asrama, kepala rumah yatim piatu dan lain-laintempat beberapa orang tinggal bersama-sama.

42. Anggota keluarga adalah mereka yang tercantum dalam KK dan secarakemasyarakatan menjadi tanggung jawab kepala keluarga.

43. Kelahiran adalah peristiwa kemunculan atau pemisahan lengkap bayimenunjukkan bukti-bukti kehidupannya.

44. Lahir Mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumurpaling sedikit 28 (dua puluh delapan) minggu pada saat dilahirkan tanpamenunjukan tanda-tanda kehidupan.

45. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorangwanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

46. Perceraian adalah putusnya perkawinan suami istri sesuai denganperaturan perundang-undangan.

47. Pembatalan perkawinan adalah penetapan batalnya perkawinan sesuaidengan peraturan perundang-undang.

48. Pembatalan Perceraian adalah penetapan batalnya perceraian sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

49. Kematian adalah tidak adanya secara permanen seluruh kehidupan padasaat manapun setelah kelahiran hidup terjadi.

50. Akta Pencatatan Sipil adalah akta yang diterbitkan oleh Dinas yangmerupakan alat bukti autentik mengenai kelahiran, perkawinan,perceraian, kematian, pengakuan, pengangkatan dan pengesahan anak.

51. Kutipan Akta Pencatatan Sipil adalah kutipan dari akta pencatatan sipilyang diberikan kepada penduduk.

52. Perubahan Akta adalah perubahan yang terjadi pada akta pencatatan sipilsebagai akibat pada perubahan data.

53. Kutipan Akta Kedua dan seterusnya adalah kutipan akta pencatatan sipilkedua dan seterusnya yang dapat diterbitkan oleh Dinas karena kutipanakta pertama hilang, rusak atau musnah setelah dibuktikan dengan suratketerangan dari pihak yang berwenang.

54. Pengakuan Anak adalah pengakuan seorang ayah terhadap anaknyayang lahir di luar ikatan perkawinan sah atas persetujuan ibu kandunganak tersebut.

55. Pengangkatan Anak adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hakanak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah atauorang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan danmembesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tuaangkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.

56. Pengesahan Anak adalah pengesahan status seorang anak yang lahir diluar ikatan perkawinan yang sah, menjadi anak sah sepasang suami istripada saat pencatatan perkawinan kedua orang tua anak tersebut.

57. Perubahan nama adalah bertambah, berkurang atau bergantinya namaseseorang dalam akta kelahiran yang ditetapkan sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

58. Perubahan kewarganegaraan adalah perubahan status kewarganegaraandari seorang WNI menjadi Warga Negara Asing (WNA) atau seorang WNAmenjadi WNI sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

59. Peristiwa Penting lainnya adalah peristiwa yang ditetapkan olehPengadilan Negeri untuk dicatatkan pada Dinas Kependudukan danPencatatan Sipil antara lain perubahan jenis kelamin.

60. Petugas Rahasia Khusus adalah petugas reserse dan petugas intelejenyang melakukan tugas khusus diluar daerah domisilinya.

61. Dokumen identitas lainnya adalah dokumen resmi yang diterbitkan olehDepartemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen atau Badan HukumPublik dan Badan Hukum Privat yang terkait dengan identitas pendudukselain dokumen kependudukan.

62. Data center adalah tempat/ruang penyimpanan perangkat database padapenyelenggara Daerah yang menghimpun data kependudukan dari DinasKependudukan dan Pencatatan Sipil.

63. Hak Akses adalah hak yang diberikan oleh Menteri kepada petugas yangada pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk dapatmengakses database kependudukan sesuai dengan izin yang diberikan.

64. Pengguna data Pribadi adalah Intansi Pemerintah dan Swasta yangmembutuhkan informasi data sesuai dengan bidangnya.

65. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksakeluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pastisebagai akibat dampak buruk bencana.

66. Penduduk korban bencana di daerah adalah penduduk suatu wilayah yangmengalami bencana dan kehilangan surat tanda identitas penduduk.

67. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam,mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusiasehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakanlingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

68. Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan adalah penduduk ataupengungsi yang mengalami hambatan dalam memperoleh dokumenpenduduk yang disebabkan oleh bencana alam atau kerusuhan sosial danorang terlantar.

69. Surat Keterangan Pengganti Identitas adalah Identitas sementara yangdiberikan kepada penduduk pengungsi, korban bencana alam dan korbanbencana sosial di daerah sebagai salah satu syarat penerbit KK dan KTPyang hilang atau rusak.

70. Surat Keterangan Pencatatan adalah surat keterangan yang diberikankepada penduduk pengungsi, korban bencana dan korban bencana sosialdi daerah, digunakan sebagai tanda bukti diri sementara dan sebagaisalah satu syarat penerbitan Kedua Akta Pencatatan Sipil yang hilang ataurusak.

71. Akta catatan sipil adalah akta autentik yang diterbitkan oleh pejabat yangberwenang mengenai peristiwa kelahiran, perkawinan, perceraian,kematian, pengangkatan anak, pengakuan anak, pengesahan anak,perubahan nama, perubahan status kewarganegaraan, dan peristiwapenting lainnya.

72. Penyidik adalah Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesiadan/atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang lingkup tugas dan tanggungjawab dalam bidang administrasi kependudukan diberi wewenang khusussebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS.

73. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan penyidik untukmencari serta mengumpulkan bukti, dimana bukti itu membuat terangsuatu tindak pidana yang terjadi dan menjadi titik tolak menemukantersangkanya.

74. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan adalah Surat bukti yangberkaitan dengan pembatalan perkawinan setelah adanya putusanPengadilan Negeri.

75. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian adalah Surat bukti yangberkaitan dengan pembatalan perceraian setelah adanya putusanPengadilan Negeri.

76. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri (SKPLN) untuk WNI adalahSurat Bukti diri Warga Negara Indonesia yang akan pindah menetapkeluar negeri selama 1 (satu) tahun berturut-turut atau lebih.

77. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri (SKDLN) adalah surat buktikedatangan Warga Negara Indonesia dari Luar Negeri untuk kembalimenjadi penduduk tetap.

78. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami olehseseorang dalam register Pencatatan Sipil pada Dinas Kependudukan danPencatatan Sipil.

79. Pejabat Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatanperistiwa penting yang dialami seseorang pada Dinas Kependudukan danPencatatan Sipil yang pengangkatannya didasarkan pada peraturanperundang-undangan.

80. Kantor Urusan Agama, selanjutnya disingkat KUA adalah satuan kerjayang melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk pada tingkatkecamatan bagi Penduduk yang beragama Islam.

BAB IIHAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK

Pasal 2

Setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh :

a. dokumen kependudukan;

b. pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;

c. perlindungan atas data pribadi;

d. kepastian hukum atas kepemilikan dokumen; dan

e. informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipilatas dirinya dan keluarganya.

Pasal 3

(1) Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependudukan danperistiwa penting yang dialaminya kepada Dinas dengan memenuhipersyaratan yang diperlukan dalam pendaftaran penduduk danpencatatan sipil.

(2) Bagi anggota perwakilan negara asing beserta keluarganya dapatmemperoleh pelayanan pencatatan peristiwa penting dari Dinas sesuaiperaturan perundang-undangan.

BAB IIIKEWENANGAN PENYELENGGARAAN

ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Bagian KesatuPemerintah Daerah

Pasal 4

Bupati mempunyai kewenangan meliputi :

a. koordinasi penyelenggaraan administrasi kependudukan;

b. pembentukan instansi pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidangadministrasi kependudukan;

c. pengaturan teknis penyelenggaraan administrasi kependudukan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan administrasi kependudukan

e. pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang administrasikependudukan;

f. menugaskan kepada Camat, Kepala Desa/Lurah untuk menyelenggarakansebagai urusan administrasi kependudukan berdasarkan asas tugaspembantuan;

g. pengelolaan dan penyajian data kependudukan berskala daerah; dan

h. koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan administrasikependudukan.

Pasal 5

(1) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud padaPasal 4 huruf a Bupati mengadakan koordinasi dengan instansi vertikaldan lembaga pemerintah non kementrian.

(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan denganaspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan danevaluasi penyelenggaraan administrasi kependudukan.

Pasal 6

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4huruf b, Bupati berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidangorganisasi perangkat daerah.

Pasal 7

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4huruf d Bupati mengadakan :

a. koordinasi sosialisasi antar instansi vertikal dan lembaga pemerintahannon kementrian;

b. kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan dan perguruan tinggi;

c. sosialisasi iklan layanan masyarakat melalui media cetak dan elektronik;dan

d. komunikasi, informasi, dan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat.

Pasal 8

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4huruf e, Bupati menyelenggarakan kegiatan pelayanan masyarakat di bidangadministrasi kependudukan yang dilaksanakan secara terus menerus, cepatdan mudah kepada seluruh penduduk.

Pasal 9

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4huruf f, Bupati memberikan penugasan kepada Camat, Kepala Desa/Lurahuntuk menyelenggarakan sebagian urusan administrasi kependudukanberdasarkan tugas pembantuan, disertai pembiayaan, sarana dan prasaranaserta sumber daya manusia berdasarkan Peraturan Bupati.

Pasal 10

Dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4huruf g, Bupati melakukan :

a. pengelolaan data kependudukan yang bersifat perseorangan, agregat dandata pribadi;

b. penyajian data kependudukan yang valid, akurat, dan dapatdipertanggungjawabkan.

Bagian Kedualnstansi Pelaksana

Pasal 11

Dalam menyelenggarakan urusan administrasi kependudukan dan pencatatansipil daerah dilaksanakan oleh Dinas.

Pasal 12

(1) Dinas sebagai instansi pelaksana, melaksanakan urusan administrasikependudukan dengan kewajiban dan tanggung jawab yang meliputi :

a. mendaftar peristiwa kependudukan dan mencatat peristiwa penting;

b. memberikan pelayanan yang sama dan profesional kepada setiappenduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwapenting;

c. menerbitkan dokumen kependudukan;

d. mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatansipil;

e. menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwakependudukan dan peristiwa penting; dan

f.melakukan verifikasi, validasi data dan informasi yang disampaikan olehpenduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatansipil.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untukpencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragamaIslam pada tingkat kecamatan dilakukan oleh pegawai pencatat padaKUA.

(3) Pelayanan pencatatan sipil pada tingkat kecamatan dilakukan oleh UPTDdengan kewenangan menerbitkan Akta Pencatatan Sipil.

(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk persyaratan dantata cara peristiwa penting bagi penduduk yang agamanya belum diakuisebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undanganatau bagi penghayat kepercayaan berpedoman pada peraturanperundang-undangan.

Pasal 13

(1) Dinas dalam melaksanakan urusan administrasi kependudukan dengankewenangan yang meliputi :

a. memperoleh keterangan dan data yang benar tentang peristiwakependudukan dan peristiwa penting yang dilaporkan penduduk;

b. memperoleh data mengenai peristiwa penting yang dialami pendudukatas dasar putusan atau penetapan pengadilan;

c. memperoleh data status kewarganegaraan dari Kantor WilayahKementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

d. mengajukan klarifikasi atas putusan/penetapan pengadilan yangtidak sesuai dengan tata cara dan persyaratan peristiwa penting;

e. memberikan keterangan atas laporan peristiwa kependudukan danperistiwa penting untuk kepentingan penyelidikan, penyidikan, danpembuktian kepada lembaga peradilan;

f.mengelola data dan mendayagunakan informasi hasil pendaftaranpenduduk dan pencatatan sipil untuk kepentingan pembangunan;

g. menolak permintaan penggunaan data pribadi penduduk yangpengajuannya tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf bberlaku juga bagi KUA, khususnya untuk pencatatan nikah, talak,cerai, dan rujuk bagi penduduk yang beragama Islam.

(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinasmempunyai kewenangan untuk mendapatkan data hasil pencatatanperistiwa perkawinan, perceraian, dan rujuk bagi penduduk yangberagama Islam dari KUA.

Bagian KetigaPejabat Pencatatan Sipil

Pasal 14

(1) Pencatatan sipil bagi WNI dilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil.

(2) Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiriatas :

a. Kepala Dinas;

b. Kepala UPTD; dan

c. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Bupati sebagai PejabatPencatatan Sipil atas usul kepala Dinas.

Pasal 15

Pejabat Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 mempunyaikewenangan :

a. melaksanakan verifikasi kebenaran data;

b. melakukan pembuktian pencatatan atas nama jabatannya;

c. mencatat data dalam register Akta Pencatatan Sipil;

d. menerbitkan kutipan Akta Pencatatan Sipil; dan

e. membuat catatan pinggir pada Akta Pencatatan Sipil.

Bagian KeempatPetugas Registrasi

Pasal 16

(1) Petugas registrasi membantu Dinas, Camat, Kepala Desa atau Lurahdalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

(2) Petugas registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dandiberhentikan oleh Bupati dari PNS yang memenuhi persyaratan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengangkatan danpemberhentian serta tugas pokok petugas registrasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian KelimaUPTD

Pasal 17

(1) Pada Dinas dapat dibentuk UPTD yang mempunyai wilayah kerja 1(satu) atau beberapa kecamatan yang secara geografis berdekatan.

(2) Pembentukan UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskanpada kecamatan yang :

a. kondisi geografis terpencil, sulit dijangkau transportasi umum dansangat terbatas akses pelayanan publik dan/atau;

b. memerlukan pemenuhan kebutuhan pelayanan masyarakat.

(3) UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah danbertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Pasal 18

(1) UPTD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 mempunyai tugasmelakukan tugas pelayanan pencatatan sipil.

(2) Pelayanan pencatatan sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi :

a. kelahiran;

b. kematian;

c. lahir mati;

d. perkawinan;

e. perceraian;

f.pengakuan anak;

g. pengesahan anak;

h. pengangkatan anak;

i. perubahan nama;

j. perubahan status kewarganegaraan;

k. pembatalan perkawinan;

l. pembatalan perceraian; dan

m. peristiwa penting lainnya.

Pasal 19

Pejabat Pencatat Sipil pada UPTD berwenang menerbitkan Kutipan AktaCatatan Sipil yang meliputi Akta :

a. kelahiran;

b. kematian:

c. perkawinan;

d. perceraian; dan

e. pengakuan anak.

BAB IVPENDAFTARAN PENDUDUK

Bagian KesatuNomor Induk Kependudukan

Pasal 20

(1) Setiap Penduduk wajib memiliki NIK.

(2) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku seumur hidup yangdiberikan oleh pemerintah dan diterbitkan oleh Dinas setelah dilakukanpancatatan biodata.

(3) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam setiapDokumen Kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan paspor, suratizin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, sertifikat hakatas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.

(4) NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berubah serta tidakmengikuti perubahan domisili.

Bagian KeduaPendaftaran Peristiwa Kependudukan

Paragraf 1Pendaftaran Perubahan Alamat Kependudukan

Pasal 21

Dalam hal terjadi perubahan alamat penduduk, Dinas wajib melakukanpenerbitan perubahan dokumen Pendaftaran Penduduk.

Pasal 22

(1) Penerbitan perubahan dokumen pendaftaran penduduk sebagai akibatperubahan alamat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 menjaditanggungjawab Dinas.

(2) Perubahan Alamat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan atasterjadinya :

a. Pemekaran wilayah kecamatan, desa/kelurahan, dusun/lingkungan,RT atau RW;

b. penghapusan dan/atau penggabungan wilayah kecamatan, desa/kelurahan, dusun/lingkungan, RT atau RW; dan/atau

c. perubahan nama lingkungan/jalan/desa/kelurahan/kecamatan.

Pasal 23

(1) Dokumen pendaftaran penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21dan Pasal 22 berupa :

a. KK dan KTP untuk penduduk WNI dan orang asing yang memiliki izinTinggal Tetap; dan

b. Surat keterangan Tempat Tinggal (SKTT) untuk orang asing yangmemiliki Izin Tinggal Terbatas.

Pasal 24

Penerbitan perubahan dokumen pendaftaran penduduk karena perubahanalamat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 dilaksanakanTim yang dibentuk oleh Bupati.

Paragraf 2Pendaftaran Pindah Datang Penduduk Dalam Daerah

Pasal 25

(1) Setiap perpindahan Penduduk WNI dalam daerah wajib dilaporkandengan memperhatikan klarifikasi perpindahan penduduk.

(2) Klarifikasi perpindahan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sebagai berikut :

a. dalam satu desa/kelurahan;

b. antar desa/kelurahan dalam satu kecamatan; dan

c. antar kecamatan dalam satu daerah.

(3) Pelaporan pendaftaran Penduduk WNI dengan klarifikasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b, dilaporkan kepadadesa/kelurahan untuk mendapatkan Surat Keterangan Pindah olehKepala Desa/Lurah atas nama Kepala Dinas.

(4) Pelaporan pendaftaran penduduk WNI dengan klarifikasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf c, dilaporkan kepada desa/kelurahan danditeruskan kepada Camat untuk mendapatkan Surat Keterangan Pindaholeh Camat atas nama Kepala Dinas.

(5) Perpindahan penduduk WNI dalam satu desa/kelurahan yang hanyamerupakan perubahan alamat tempat tinggal tidak diterbitkan SuratKeterangan Pindah.

Pasal 26

(1) Setiap perpindahan penduduk orang asing yang memiliki izin tinggalterbatas atau orang asing yang memiliki izin tinggal tetap yangbermaksud pindah dalam Daerah harus melapor kepada Kepala Dinas.

(2) Perpindahan penduduk orang asing dalam satu desa/kelurahan yanghanya merupakan perubahan alamat tempat tinggal tidak diterbitkanSurat Keterangan Pindah Datang.

Pasal 27

(1) Kedatangan penduduk WNI yang diakibatkan perpindahan dalam daerahdilaporkan kepada desa/kelurahan paling lambat 30 (tiga puluh) harikerja sejak tanggal Surat Keterangan Pindah.

(2) Kedatangan penduduk orang asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatasatau orang asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang diakibatkanperpindahan dalam daerah dilaporkan kepada desa/kelurahan palinglambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal Surat Keterangan Pindahdatang.

Pasal 28

(1) Kedatangan penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27,dicatatkan perubahan biodatanya, diterbitkan KK dan bagi pendudukyang telah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah kawin dan/ataupernah kawin diberikan KTP baru.

(2) Persyaratan dan tata cara pelaporan kedatangan penduduk olehdesa/kelurahan dan/atau oleh Dinas diatur lebih lanjut dengan PeraturanBupati.

Paragraf 3Pindah Datang Penduduk dari dan ke Luar Daerah

dan/atau Luar Negeri

Pasal 29

(1) Setiap perpindahan penduduk WNI dari dan ke luar Daerah dan/atau luarNegeri wajib dilaporkan dengan memperhatikan klarifikasi perpindahanpenduduk.

(2) Klarifikasi perpindahan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)sebagai berikut :

a. antar daerah dalam satu provinsi;

b. antar provinsi; dan

c. antar negara.

(3) Pelaporan pendaftaran penduduk WNI dengan klarifikasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diterbitkan Surat Keterangan Pindah datang olehKepala Dinas.

Pasal 30

(1) Penduduk WNI yang bermaksud pindah datang dari luar daerah dan/atauluar negeri, melaporkan kedatangannya kepada desa/kelurahan palinglambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterbitkannya Surat KeteranganPindah datang dari luar daerah dan/atau luar negeri.

(2) Penduduk orang asing yang bermaksud pindah datang dari luar daerahdan/atau luar negeri, melaporkan kedatangannya kepada Dinas palinglambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Keterangan PindahDatang dari luar daerah dan/atau luar negeri.

Pasal 31

Pendaftaran Pindah Datang penduduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal25 dan Pasal 29 dicatatkan perubahan biodatanya, diterbitkan KK dan bagipenduduk yang telah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah kawin ataupernah kawin diberikan KTP baru.

Pasal 32

(1) Penduduk WNI yang bermaksud pindah ke Luar daerah dan/atau luarnegeri, melaporkan kepindahannya secara berjenjang kepada desa/kelurahan, kecamatan, Dinas dan/atau kantor Perwakilan RepublikIndonesia.

(2) Penduduk orang asing pemegang Izin Tinggal Terbatas dan orang asingPemegang Izin Tinggal Tetap yang bermaksud pindah ke Luar daerah,melaporkan kepindahannya kepada Kepala Dinas.

(3) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) diterbitkan Surat Keterangan Pindah datang oleh Kepala Dinasdan KTP Asli yang bersangkutan dicabut dan ditarik.

(4) Persyaratan dan tata cara Pendaftaran pindah penduduk olehdesa/kelurahan dan/atau oleh Dinas diatur lebih lanjut dengan PeraturanBupati.

Paragraf EmpatPerpindahan Penduduk yang bertransmigrasi

Pasal 33

(1) Setiap penduduk yang bertransmigrasi dengan klasifikasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) diatur dengan tata cara sebagaimanadimaksud Pasal 29 ayat (3).

(2) Pelaporan penduduk yang akan bertransmigrasi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat dibantu oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yangbertugas di bidang transmigrasi.

Pasal 34

Persyaratan pelaporan pendaftaran penduduk yang akan bertransmigrasimeliputi :

a. Surat pengantar dari RT/RW;

b. KK;

c. KTP;

d. Kartu Seleksi Calon Transmigrasi dan

e. Surat Pemberitahuan Pemberangkatan.

Bagian KetigaPelaporan Pendatang dan Tamu

Pasal 35

(1) Setiap pendatang wajib melaporkan kedatangannya ke desa/kelurahanpaling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal kedatangan.

(2) Setiap tamu melaporkan kedatangannya ke desa/kelurahan palinglambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal kedatangan.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diterbitkan Surat Keterangan Pendatang atau Surat keteranganPendatang atau Surat keterangan Tamu oleh Kades/Lurah.

(4) Persyaratan dan tata cara pelaporan pendatang dan tamu sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan PeraturanBupati.

Bagian KeempatPendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan

Pasal 36

(1) Dinas wajib melakukan pendataan penduduk rentan administrasikependudukan yang meliputi :

a. penduduk korban bencana alam;

b. penduduk korban bencana sosial;

c. orang terlantar; dan

d. komunitas terpencil.

(2) Pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dapat dilakukan ditempatsementara.

(3) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), digunakansebagai dasar penerbitan Surat Keterangan Kependudukan untukpenduduk rentan administrasi kependudukan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendataanPenduduk rentan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KelimaPelaporan Penduduk Yang Tidak Mampu Mendaftar Sendiri

Pasal 37

(1) Penduduk yang tidak mampu melaksanakan sendiri pelaporan terhadapPeristiwa Kependudukan yang menyangkut dirinya sendiri dapat dibantuoleh Dinas atau meminta bantuan kepada orang lain.

(2) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penduduk yangtidak mampu karena faktor umur, sakit keras, cacad fisik atau cacatmental.

(3) Orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keluarganyaatau orang yang diberi kuasa.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pendataanPenduduk rentan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VPENCATATAN SIPIL

Bagian KesatuPencatatan Kelahiran

Paragraf 1Pencatatan kelahiran di Daerah

Pasal 38

(1) Setiap kelahiran penduduk yang terjadi di Daerah wajib dilaporkan olehPenduduk atau kuasanya kepada Dinas melalui Desa/Kelurahan ditempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) harisejak tanggal kelahiran.

(2) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandengan memperhatikan :

a. tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI;

b. di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk WNI;

c. tempat domisili ibunya bagi penduduk orang asing;

d. di luar tempat domisili ibunya bagi penduduk orang asing;

e. orang asing pemegang izin kunjungan;

f.anak yang tidak diketahui asal usulnya atau keberadaan orang tuanya.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PejabatPencatatan Sipil pada Dinas mencatat pada register akta kelahiran danmenerbitkan kutipan akta kelahiran.

Pasal 39

(1) Dalam hal pencatatan kelahiran tidak dapat menyerahkan buktiperkawinan orang tuanya, pencatatannya tetap dilaksanakan.

(2) Dalam hal pencatatan kelahiran bagi anak yang tidak diketahui asalusulnya atau keberadaan orang tuanya sebagaimana dimaksud padaPasal 38 ayat (2) huruf f, didasarkan pada laporan orang yangmenemukan dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan dari Kepolisian.

Pasal 40

(1) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 danPasal 39 tanpa dipungut biaya.

(2) Persyaratan dan tata cara pada Pasal 38 dan Pasal 39 diatur lebih lanjutdengan Peraturan Bupati.

Paragraf 2Pencatatan Kelahiran Penduduk di Luar Wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 41

(1) Setiap kelahiran Penduduk WNI yang terjadi di luar wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia dicatat sesuai dengan ketentuanperundang-undangan dan wajib dilaporkan oleh orang tuanya kepadaKepala Dinas atau UPTD paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yangbersangkutan kembali ke Daerah.

(2) Pejabat Pencatatan Sipil pada Dinas atau UPTD mencatat danmenerbitkan Tanda Bukti Pelaporan kelahiran di Luar Wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia.

(3) Persyaratan dan tata cara pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 3Pencatatan Kelahiran WNI yang terjadi di atas Kapal Laut atau

Pesawat Terbang

Pasal 42

(1) Setiap kelahiran Penduduk WNI yang terjadi di atas kapal laut ataupesawat terbang yang singgah di Daerah wajib dilaporkan oleh orang tuakepada Kepala Dinas.

(2) Pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkanSurat Keterangan Kelahiran dari nakhoda atau kapten pesawat terbang.

(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 4Pencatatan Kelahiran yang Melampaui Waktu

Pasal 43

(1) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 ayat (1) yangmelampaui batas waktu 60 (enam puluh) hari sampai dengan 1 (satu)tahun sejak tanggal kelahiran, pencatatannya dilaksanakan setelahmendapatkan persetujuan kepala Dinas.

(2) Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahunsebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelahmendapatkan Penetapan Pengadilan Negeri.

(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan kelahiran sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KeduaPencatatan Lahir Mati WNI dan Orang Asing di Daerah

Pasal 44

(1) Setiap lahir mati penduduk WNI yang terjadi di daerah wajib dilaporkanoleh Penduduk kepada Kepala Desa/Lurah diteruskan kepada KepalaDinas melalui Camat paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak lahir mati.

(2) Setiap lahir mati orang asing yang terjadi di daerah wajib dilaporkan olehpenduduk kepada Kepala Dinas paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejaklahir mati.

(3) Berdasarkan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) diterbitkan Surat Keterangan Lahir Mati oleh Kepala Desa/Lurahbagi Penduduk WNI dan oleh Kepala Dinas bagi orang asing.

(4) Persyaratan dan tata cara pencatatan lahir mati sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KetigaPencatatan Perkawinan

Paragraf 1Pencatatan Perkawinan di Daerah

Pasal 45

(1) Perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Dinas paling lambat60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PejabatPencatatan Sipil mencatat pada register Akta Perkawinan danmenerbitkan kutipan akta perkawinan.

(3) Kutipan akta perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing diberikan kepada suami istri.

(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan olehpenduduk yang beragama Islam kepada KUA Kecamatan.

(5) Data hasil pencatatan perkawinan wajib disampaikan oleh kepala KUAKecamatan kepada Instansi pelaksana dalam waktu paling lama 10(sepuluh) hari setelah pencatatan perkawinan dilaksanakan.

(6) Hasil Pencatatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidakmemerlukan penerbitan kutipan akta pencatatan sipil.

(7) Persyaratan dan tata cara pencatatan perkawinan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 46

Pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, berlaku pulabagi :

a. Perkawinan yang ditetapkan oleh pengadilan; dan

b. Perkawinan Orang asing yang dilakukan di Daerah atas permintaan orangasing yang bersangkutan.

Pasal 47

Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta perkawinan,pencatatan perkawinan dilakukan setelah adanya penetapan pengadilan.

Pasal 48

Dinas wajib melaksanakan koordinasi setiap 1 (satu) bulan sekali dengan KUAuntuk mendapatkan hasil pencatatan nikah, talak, cerai dan rujuk pendudukyang beragama Islam.

Pasal 49

Dalam melaksanakan ketentuan mengenai Administrasi Kependudukan, Dinasberwenang :

a. melakukan koordinasi dengan Kantor Departemen Agama Kabupaten danPengadilan Agama berkaitan dengan pencatatan nikah, talak, cerai danrujuk bagi penduduk yang beragama Islam yang dilakukan oleh KUA; dan

b. melakukan supervisi bersama dengan Kantor Departemen AgamaKabupaten dan Pengadilan Agama mengenai pelaporan pencatatansebagaimana dimaksud pada huruf a dalam rangka pembangunandatabase kependudukan.

Bagian KeempatPelaporan Perkawinan WNI di Luar Wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia

Pasal 50

(1) Setiap perkawinan penduduk WNI yang terjadi di luar wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia, dilaksanakan berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan dan wajib dilaporkan oleh yangbersangkutan kepada Kepala Dinas paling lambat 30 (tiga puluh) harisejak yang bersangkutan kembali ke Daerah.

(2) Pejabat Pencatatan Sipil pada Dinas atau UPTD mencatat danmenerbitkan Tanda Bukti Pelaporan Perkawinan WNI di luar WilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia.

(3) Persyaratan dan tata cara pelaporan perkawinan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KelimaPencatatan Pembatalan Perkawinan

Pasal 51

(1) Pembatalan perkawinan wajib dilaporkan oleh penduduk yangmengalami pembatalan perkawinan Kepada Dinas paling lambat 90(sembilan puluh) hari setelah putusan pengadilan tentang pembatalanperkawinan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(2) Berdasarkan pelaporan pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) Dinas mencabut kutipan akta perkawinan yangbersangkutan dan menerbitkan Surat Keterangan PembatalanPerkawinan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pencatatanpembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KeenamPencatatan Perceraian

Paragraf 1Pencatatan Perceraian di Daerah

Pasal 52

(1) Setiap perceraian wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepadaKepala Dinas atau UPTD paling lambat 60 (enam puluh) hari sejakputusan pengadilan tentang perceraian telah memperoleh kekuatanhukum tetap.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PejabatPencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Perceraian danmenerbitkan Kutipan Akta Perceraian.

(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan perceraian sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 2Pencatatan perceraian WNI di Luar Wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia

Pasal 53

(1) Setiap perceraian penduduk WNI yang terjadi di luar wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia dan dilaksanakan berdasarkan ketentuanperundang-undangan wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepadaKepala Dinas atau UPTD paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak yangbersangkutan pindah kembali ke Daerah.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PejabatPencatatan Sipil atau UPTD mencatat dan menerbitkan Tanda BuktiPelaporan Perceraian di luar wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan perceraian sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KetujuhPencatatan Pembatalan Perceraian

Pasal 54

(1) Pembatalan perceraian wajib dilaporkan kepada Dinas atau UPTDpaling lambat 60 (enam puluh) hari setelah keputusan pengadilantentang pembatalan perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PejabatPencatatan Sipil memberikan catatan pinggir pada registrasi aktaperceraian dan mencabut Kutipan Akta Perceraian dari kepemilikan sertamenerbitkan Surat Keterangan Pembatalan Perceraian.

(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan pembatalan perceraiansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut denganPeraturan Bupati.

Bagian KedelapanPencatatan Kematian

Paragraf 1Pencatatan Kematian di Daerah

Pasal 55

(1) Setiap kematian penduduk wajib dilaporkan oleh keluarganya dan/atauorang yang mewakili kepada Kepala Dinas atau UPTD paling lambat 30(tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.

(2) Pencatatan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakanantara :

a. penduduk daerah; dan

b. penduduk luar daerah.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PejabatPencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian danmenerbitkan Kutipan Akta Kematian.

(4) Persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 2Pencatatan kematian Seseorang karena Hilang atau Mati

tetapi Tidak ditemukan jenazahnya

Pasal 56

(1) Pencatatan kematian seseorang karena hilang atau mati dan tidakditemukan jenazahnya dicatat pada Dinas atau UPTD di tempat tinggalpelapor setelah adanya penetapan pengadilan tentang kematiandimaksud.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian danmenerbitkan Kutipan Akta kematian.

(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 3pencatatan kematian yang ditemukan jenazahnya

tetapi tidak diketahui identitasnya

Pasal 57

(1) Pencatatan kematian yang ditemukan jenazahnya tetapi tidak diketahuiidentitasnya dilaksanakan oleh Dinas atau UPTD di tempat dimanajenazah tersebut diketemukan berdasarkan Surat Keterangan CatatanKepolisian.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,Pejabat Pencatatan Sipil mencatat pada Register Akta Kematian danmenerbitkan Surat Keterangan Kematian.

(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 4Pencatatan Kematian di luar Wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia

Pasal 58

(1) Kematian WNI di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajibdilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili keluarganya kepadaPerwakilan Republik Indonesia dan wajib dicatatkan kepada Intansi yangberwenang di negara setempat paling lambat 7 (tujuh) hari setelahkematian.

(2) Apabila Perwakilan Republik Indonesia mengetahui peristiwa kematianseorang WNI di negara setempat yang tidak dilaporkan dan dicatatkanpaling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya informasi tersebut,pencatatan kematiannya dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia.

(3) Dalam hal seseorang WNI dinyatakan hilang, pernyataan kematiankarena hilang dan pencatatannya dilakukan oleh Intansi Pelaksana diNegara setempat.

(4) Dalam hal terjadi kematian seseorang WNI yang tidak jelas Identitasnya,pernyataan dan pencatatan dilakukan oleh Intansi Pelaksana di Negarasetempat.

(5) Keterangan pernyataan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dan ayat (4) dicatatkan pada Perwakilan Republik Indonesia setempat.

(6) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi dasar IntansiPelaksana di Indonesia mencatat peristiwa tersebut dan menjadi bukti dipengadilan sebagai dasar penetapan pengadilan mengenai kematianseseorang.

Pasal 59

(1) Setiap kematian penduduk daerah di luar wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58, dicatatsesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan wajib dilaporkanoleh orang tua atau keluarga kepada Dinas atau UPTD paling lambat 30(tiga puluh) hari sejak tanggal kematian penduduk.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PejabatPencatatan Sipil atau UPTD mencatat dan menerbitkan Tanda BuktiPelaporan Kematian Luar Negeri.

(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan kematian sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KesembilanPencatatan Pengangkatan Anak

Paragraf 1Pencatatan Pengangkatan Anak di Daerah

Pasal 60

(1) Setiap pengangkatan anak di daerah wajib dilaporkan kepada Dinasatau UPTD paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah salinan penetapanpengadilan diterima.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , PejabatPencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register Akta Kelahirandan Kutipan Akta Kelahiran.

(3) Bagi anak yang akta kelahirannya diterbitkan oleh Dinas di luar Daerah,pencatatan pengangkatan anak dilakukan di Dinas atau UPTD yangmenerbitkan Akta Kelahiran.

(4) Persyaratan dan tata cara pengangkatan anak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati

Paragraf ke 2Pencatatan Pengangkatan Anak Warga Negara Asingdi Luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 61

(1) Pengangkatan anak WNA oleh WNI di luar wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia, wajib dicatatkan pada Intansi yang berwenang dinegara setempat.

(2) Hasil pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilaporkan kepada Perwakilan Republik Indonesia.

(3) Apabila negara setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakmenyelenggarakan pencatatan pengangkatan anak bagi warga negaraasing , warga negara yang bersangkutan melaporkan kepada PerwakilanIndonesia setempat untuk mendapatkan Surat KeteranganPengangkatan Anak.

(4) Pengangkatan anak warga negara asing sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (3) dilaporkan oleh penduduk kepada Kepala Dinasditempat tinggalnya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak yangbersangkutan kembali ke Republik Indonesia.

(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Dinasmengukuhkan Surat Keterangan Pengangkatan Anak.

Bagian KesepuluhPencatatan Pengakuan Anak

Pasal 62

(1) Pengakuan anak wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Dinas palinglambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak olehayah dan disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan.

(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikecualikan bagi orang yang agamanya tidak membenarkan pengakuananak yang lahir di luar hubungan perkawinan yang sah.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PencatatanSipil mencatat pada Register Akta Pengakuan Anak dan menerbitkanKutipan Akta Pengakuan Anak.

(4) Persyaratan dan tata cara pencatatan pengakuan anak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati

Bagian KesebelasPencatatan Pengesahan Anak

Pasal 63

(1) Setiap pengesahan anak wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Dinasmelalui RT, RW, Desa/Kelurahan dan Kecamatan paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukanperkawinan dan mendapatkan akta perkawinan.

(2) Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dikecualikan bagi orang tua yang agamanya tidak membenarkanpengesahan anak yang lahir diluar hubungan perkawinan yang sah.

(3) Berdasarkan laporan pengesahan anak sebagaimana dimaksud padaayat (1) Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada aktakelahiran.

(4) Persyaratan dan tata cara pencatatan pengesahan anak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KeduabelasPencatatan Perubahan Nama

Pasal 64

(1) Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapanPengadilan Negeri.

(2) Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Dinas paling lambat 30 (tigapuluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan Pengadilan Negeri olehPenduduk.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini,Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register danKutipan Akta Pencatatan Sipil.

(4) Persyaratan dan tata cara pencatatan perubahan nama sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KetigabelasPerubahan Status Kewarganegaraan di Indonesia

Paragraf 1Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan di Daerah

Pasal 65

(1) Perubahan status kewarganegaraan dari Orang Asing menjadi WargaNegara Indonesia wajib dilaporkan oleh Penduduk yang bersangkutankepada Dinas paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak berita acarapengucapan sumpah atau pernyataan janji setia oleh pejabat.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabatPencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada register Akta CatatanSipil dan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.

(3) Persyaratan dan tata cara perubahan status sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 2Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan Bagi Pemegang

Kewarganegaraan Ganda

Pasal 66

(1) Bagi anak yang memiliki kewarganegaraan ganda dan telah memilihsalah satu kewarganegaraannya wajib melaporkan kepada Dinas atauUPTD yang menerbitkan kutipan Akta Pencatatan Sipil, paling lambat 14(empat belas) hari sejak penetapan tentang pemilihan kewarganegaraan.

(2) Berdasarkan laporan dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pencatatan Sipilmembuat catatan pinggir pada Register Akta Catatan Sipil dan KutipanAkta Pencatatan Sipil.

(3) Persyaratan dan tata cara perubahan status kewarganegaraansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut denganPeraturan Bupati.

Bagian KeempatbelasPencatatan Peristiwa Penting Lainnya.

Pasal 67

(1) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya dilakukan oleh Dinas setelahpenduduk yang bersangkutan memperoleh penetapan pengadilan.

(2) Pencatatan Peristiwa Penting lainnya sebagaimana dimaksud padaayat (1) paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanyasalinan penetapan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukumtetap.

(3) Persyaratan dan tata cara pencatatan peristiwa penting lainnyasebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut denganPeraturan Bupati.

BAB VIPENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN

BAGI PETUGAS RAHASIA KHUSUS

Bagian KesatuPersyaratan dan Tata Cara Penerbitan KTP Khusus

Pasal 68

(1) Petugas Rahasia Khusus diberikan KTP Khusus, untuk memberikanperlindungan dan menjamin kerahasiaan identitas selama menjalankantugas rahasia.

(2) KTP Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan denganmenggunakan spesifikasi yang sama dengan spesifikasi KTP nasional.

(3) Penerbitan KTP Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidakdiperlukan pencatatan biodata penduduk dan KK dari petugas RahasiaKhusus.

Pasal 69

(1) Kepala/Pimpinan Lembaga mengajukan surat permintaan KTP Khusussebagaimana dimaksud dalam pasal 68 kepada kepala Dinas.

(2) Surat permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepadaDinas yang wilayah kerjanya meliputi tempat domisili Petugas RahasiaKhusus.

(3) Dalam surat permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertaidengan informasi identitas Petugas Rahasia Khusus yang dikehendakidan jangka waktu penugasan.

Pasal 70

(1) Berdasarkan surat permintaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69,Kepala Dinas menerbitkan KTP Khusus.

(2) KTP Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan palinglambat 6 (enam) hari kerja sejak surat permintaan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 69 diterima oleh Kepala Dinas.

(3) KTP Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku selama 5(lima) tahun.

Bagian KeduaPenyimpanan Data Petugas Rahasia Khusus dan Pengembalian

serta Pencabutan KTP Khusus

Pasal 71

(1) Data Petugas Rahasia Khusus direkam dan disimpan dalam Registrasikhusus di daerah.

(2) Data Petugas Rahasia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus dijaga keamanan dan dilindungi kerahasiaannya oleh KepalaDinas.

Pasal 72

(1) Petugas Rahasia Khusus yang tidak lagi menjadi Petugas RahasiaKhusus sebelum berakhirnya masa berlaku KTP Khusus sebagaimanadimaksud pada Pasal 70 ayat (3), Petugas Rahasia Khusus wajibmenyerahkan KTP Khusus kepada Kepala/Pimpinan Lembaga.

(2) Kepala/Pimpinan Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajibmengembalikan KTP Khusus kepada Kepala Dinas.

(3) KTP Khusus yang dikembalikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)wajib dimusnahkan oleh kepala Dinas.

Pasal 73

(1) Dinas berwenang mencabut KTP Khusus apabila KTP Khusus tidakdikembalikan sejak saat berakhirnya masa tugas Petugas RahasiaKhusus sebagaimana dimaksud pada Pasal 72 ayat (1).

(2) Dalam hal KTP Khusus berakhir masa berlakunya sebelum masa tugasberakhir tidak diberitahukan kepada Kepala Dinas berwenang mencabut.

(3) Dalam hal masa tugas diperpanjang, Kepala Dinas berkewajibanmemperpanjang dan menerbitkan KTP Khusus sebagai pengganti KTPKhusus yang telah dicabut.

BAB VIIDATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN

Bagian KesatuData Kependudukan

Pasal 74

(1) Data Kependudukan terdiri atas data perseorangan dan atau dataagregat penduduk.

(2) Data perseorangan meliputi :

a. nomor KK;

b. NIK;

c. nama lengkap;

d. jenis kelamin;

e. tempat lahir;

f.tanggal/bulan/tahun lahir;

g. golongan darah;

h. agama/kepercayaan;

i. status perkawinan;

j. status hubungan dalam keluarga;

k. cacat fisik dan/atau mental;

l. pendidikan terakhir;

m. jenis pekerjaan;

n. NIK ibu kandung;

o. nama ibu kandung;

p. NIK ayah kandung;

q. nama ayah kandung;

r.alamat sebelumnya;

s. alamat sekarang;

t.kepemilikan akta kelahiran/surat kenal lahir;

u. nomor akta kelahiran/surat kenal lahir;

v. kepemilikan akta perkawinan/buku nikah;

w. nomor akta perkawinan/buku nikah;

x. tanggal perkawinan;

y. kepemilikan akta perceraian;

z. nomor akta perceraian/surat cerai;

aa. tanggal perceraian.

(3) Data agregat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi datakuantitatif dan data kualitatif.

Bagian KeduaDokumen Kependudukan

Pasal 75

(1) Dokumen Kependudukan meliputi :

a. Biodata Penduduk;

b. KK;

c. KTP;

d. Surat Keterangan Kependudukan; dan

e. Akta Pencatatan Sipil;

(2) Surat keterangan kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf d meliputi :

a. Surat Keterangan Pindah;

b. Surat Keterangan Pindah Datang;

c. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri;

d. Surat Keterangan datang dari Luar Negeri;

e. Surat Keterangan Tempat Tinggal;

f.Surat Keterangan Kelahiran;

g. Surat Keterangan Lahir Mati;

h. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan;

i. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian;

j. Surat Keterangan Kematian;

k. Surat Keterangan Pengangkatan Anak;

l. Surat Keterangan Pelepasan Kewarganegaraan Indonesia;

m. Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas; dan

n. Surat Keterangan Pencatatan Sipil;

(3) Biodata Penduduk, KK, KTP, Surat Keterangan Pindah Penduduk WargaNegara Indonesia antar Kabupaten dalam satu provinsi, SuratKeterangan Pindah Datang Penduduk WNI antar Kabupaten/Kota dalamsatu provinsi dan antar provinsi, Surat Keterangan Pindah DatangPenduduk Orang Asing dalam wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia, Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri, Surat KeteranganDatang dari Luar Negeri, Surat Keterangan Tempat Tinggal Terbatasuntuk Orang Asing, Surat Keterangan Kelahiran untuk Orang Asing,Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan, Surat KeteranganPembatalan Perceraian, Surat Keterangan Pengganti Tanda Identitas,diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Dinas.

(4) Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antarKecamatan dalam satu Kabupaten, Surat Keterangan Pindah DatangPenduduk Warga Negara Indonesia antar Kecamatan dalam satuKabupaten, dapat diterbitkan dan ditandatangani oleh camat atas namaKepala Dinas.

(5) Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Warga Negara Indonesiadalam satu desa/kelurahan, Surat Keterangan Penduduk Warga NegaraIndonesia, Surat Keterangan Lahir Mati untuk Warga Negara Indonesiadan Surat Keterangan Kematian untuk Warga Negara Indonesiaditerbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah atas namaKepala Dinas.

(6) Surat Keterangan Pengakuan Anak dan Surat Keterangan PelepasanKewarganegaraan Republik Indonesia, diterbitkan dan ditandatanganioleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia.

Paragaf 1Surat Keterangan Kependudukan

Pasal 76

Surat Keterangan Kependudukan memuat keterangan nama lengkap, NIK,jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, alamat, Peristiwa Kependudukandan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang.

Paragraf 2Biodata Penduduk

Pasal 77

Biodata Penduduk paling sedikit memuat keterangan tentang nama, tempatdan tanggal lahir, alamat dan jati diri lainnya secara lengkap, serta perubahandata sehubungan dengan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Pentingyang dialami.

Paragraf 3Kartu Keluarga

Pasal 78

(1) KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkapkepala keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat,tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, statusperkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan,dokumen imigrasi, nama orang tua.

(2) Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud padaayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agamaberdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagipenghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalamdatabase kependudukan.

(3) Nomor KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untukselamanya, kecuali terjadi perubahan kepala keluarga.

(4) KK diterbitkan dan diberikan oleh Dinas kepada Penduduk WargaNegara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap.

(5) KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan salah satu dasarpenerbitan KTP.

(6) Persyaratan dan tata cara untuk mendapat KK sebagaimana dimaksudpada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 79

(1) Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki IzinTinggal Tetap hanya diperbolehkan terdaftar dalam 1 (satu) KK.

(2) Perubahan susunan keluarga dalam KK wajib dilaporkan kepada Dinasmelalui RT, RW, Desa/Kelurahan dan Kecamatan selambat-lambatnya30 (tiga puluh) hari sejak terjadinya perubahan.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini,Dinas mendaftar dan menerbitkan KK.

Paragraf 4KTP

Pasal 80

(1) Penduduk WNI dan orang asing yang memiliki lzin Tinggal Tetap yangtelah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah kawin atau pernah kawinwajib memiliki KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1)huruf c.

(2) Orang asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki IzinTinggal Tetap dan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun wajib memilikiKTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secaraNasional.

(4) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepadaDinas apabila masa berlakunya telah berakhir.

(5) Penduduk yang telah memiliki KTP wajib membawa pada saatbepergian.

(6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanyadiperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP.

Pasal 81

(1) KTP sebagaimana dimaksud pada Pasal 75 ayat (1) huruf c danPasal 80 tencantumkan gambar lambang Garuda Pancasila dan petawilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, memuat keterangantentang NlK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki atau perempuan,agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan,kewarganegaraan, pas photo, masa berlaku, tempat dan tanggaldikeluarkan KTP, tanda tangan pemegang KTP, serta memuat nama dannomor induk pegawai yang menandatanganinya.

(2) Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagiPenduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkanperaturan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidakdiisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.

(3) Dalam KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan ruanguntuk memuat kode keamanan dan rekaman elektronik pencatatanPeristiwa Penting.

Pasal 82

(1) Masa berlaku KTP:

a. untuk WNI berlaku selama 5 (lima) tahun; dan

b. untuk Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlakuizin Tinggal Tetap.

(2) Persyaratan dan tata cara untuk mendapatkan KTP sebagaimanadimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) huruf c, Pasal 80 dan Pasal 81 sertaperpanjangan KTP yang habis masa berlakunya diatur denganPeraturan Bupati.

Pasal 83

Penduduk Daerah WNI yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun diberi KTPyang berlaku seumur hidup.

Paragraf 5Akta Pencatatan Sipil

Pasal 84

(1) Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 Ayat (1)huruf e terdiri atas :

a. Register Akta Pencatatan Sipil; dan

b. Kutipan Akta Pencatatan Sipil.

(2) Akta Pencatatan Sipil berlaku selamanya.

Pasal 85

(1) Register Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada Pasal 84ayat (1) huruf a memuat seluruh data peristiwa penting.

(2) Register Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikelompokkan menurut :

a. WNI dan Orang Asing; dan

b. Waktu Pelaporan meliputi tepat waktu dan terlambat.

(3) Data peristiwa penting sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yangberasal dari KUA Kecamatan diintegrasikan ke dalam data basekependudukan dan tidak diterbitkan Kutipan Akta Pencatatan Sipil.

(4) Register Akta Pencatatan Sipil disimpan dan dirawat oleh Dinas.

(5) Register Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memuat :

a. jenis peristiwa penting;

b. NIK dan status kewarganegaraan;

c. nama orang yang mengalami peristiwa penting;

d. nama dan identitas pelapor;

e. tempat dan tanggal peristiwa;

f. nama dan identitas saksi;

g. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta; dan

h. nama dan tanda tangan pejabat yang berwenang.

Pasal 86

(1) Kutipan Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84ayat (1) huruf b terdiri atas kutipan akta:

a. kelahiran;

b. kematian;

c. perkawinan;

d. perceraian; dan

e. pengakuan anak.

(2) Kutipan Akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memuat :

a. jenis peristiwa penting;

b. NIK dan status kewarganegaraan;

c. nama orang yang mengalami peristiwa penting;

d. tempat dan tanggal peristiwa;

e. tempat dan tanggal dikeluarkannya akta;

f.nama dan tanda tangan pejabat yang berwenang; dan

g. pernyataan kesesuaian kutipan tersebut dengan data yang terdapatdalam Register Akta Pencatatan Sipil.

Bagian KetigaKewajiban Kepala Dinas

atau Pejabat yang Diberi Kewenangan

Pasal 87

(1) Kepala Dinas atau pejabat yang diberi kewenangan, sesuai tanggungjawabnya, wajib menerbitkan dokumen pendaftaran penduduk sebagaiberikut :

a. KK atau KTP paling lambat 14 (empat belas) hari;

b. Surat Keterangan Pindah paling lambat 14 (empat belas) hari;

c. Surat Keterangan Pindah Datang paling lambat 14 (empat belas) hari;

d. Surat Keterangan Pindah ke Luar Negeri paling lambat 14 (empatbelas) hari;

e. Surat Keterangan Datang dari Luar Negeri paling lambat 14 (empatbelas) hari;

f.Surat Keterangan Tempat Tinggal untuk orang asing yang memiliki lzinTinggal Terbatas paling lambat 14 (empat belas) hari;

g. Surat Keterangan Kelahiran paling lambat 14 (empat belas) hari;

h. Surat Keterangan Lahir Mati paling lambat 14 (empat belas) hari;

i. Surat Keterangan Kematian paling lambat 3 (tiga) hari;

j. Surat Keterangan Pembatalan Perkawinan paling lambat 7 (tujuh) hari;atau

k. Surat Keterangan Pembatalan Perceraian paling lambat 7 (tujuh) harisejak tanggal dipenuhinya semua persyaratan.

(2) Kepala Dinas atau pejabat yang diberi kewenangan sesuai dengantanggung jawab dan kewenangan yang dimiliki, wajib menyelesaikanlegalisasi fotocopy dokumen kependudukan sejak dipenuhinya semuapersyaratan, sebagai berikut :

a. KK dan KTP paling lambat 2 (dua) hari; dan

b. Kutipan Akta Pencatatan Sipil paling lambat 5 (lima) hari.

(3) Pejabat Pencatatan Sipil yang ditunjuk sebagai pembantu pencatat sipilwajib mencatat pada register akta pencatatan sipil dan menerbitkankutipan akta pencatatan sipil paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejaktanggal dipenuhinya semua persyaratan.

Bagian KeempatPembetulan KTP

Pasal 88

(1) Pembetulan KTP hanya dilakukan untuk KTP yang mengalami kesalahantulis redaksional.

(2) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada (1) dilaksanakan denganatau permohonan dari orang yang menjadi subyek KTP.

(3) Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada (1) dilakukan oleh KepalaDinas.

Bagian KelimaPembetulan dan Pembatalan Akta Pencatatan Sipil

Paragraf 1Pembetulan Akta Pencatatan Sipil

Pasal 89

(1) Pembetulan Akta Pencatatan Sipil hanya dilakukan untuk akta yangmengalami kesalahan tulis redaksional.

(2) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan dengan atau tanpa permohonan dari orang yang menjadisubyek akta.

(3) Pembetulan akta Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan oleh Pejabat Pencatat Sipil sesuai dengan kewenangannya.

Paragraf 2Pembatalan Akta Pencatatan Sipil

Pasal 90

(1) Pencatatan pembatalan Akta Pencatatan Sipil dilakukan oleh PejabatPencatatan Sipil pada Dinas atau UPTD yang menerbitkan kutipan aktapencatatan Sipil, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanyaputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

(2) Berdasarkan putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada Register AktaPencatatan Sipil dan menarik serta mencabut kutipan akta pencatatansipil yang dibatalkan dari kepemilikan subyek akta.

(3) Pembatalan Akta Pencatatan Sipil dilakukan berdasarkan putusanPengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Paragraf 3Penerbitan Kutipan Akta Pencatatan Sipil Baru

Pasal 91

Setiap kutipan akta pencatatan sipil yang hilang, rusak dan/atau tidak terbaca,atas permintaan tertulis dari yang bersangkutan atau keluarganya dapatditerbitkan kutipan baru

Paragraf 4Legalisasi Akta Pencatatan Sipil

Pasal 92

(1) Kepala Dinas atau pejabat yang diberi kewenangan melegalisasi fotokopikutipan akta pencatatan sipil.

(2) Legalisasi fotokopi kutipan akta pencatatan sipil yang diterbitkan di luarDaerah atau Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri dapatdilakukan oleh Pejabat Pencatatan Sipil dengan menunjukkan kutipanaslinya apabila :

a. tidak terdapat coretan; dan

b. tidak terdapat penambahan atau pengurangan yang tidak sah.

(3) Persyaratan dan tata cara legalisasi fotokopi kutipan akta pencatatan sipilsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur denganPeraturan Bupati.

Bagian KelimaPerlindungan Data , Data Pribadi dan

Dokumen Kependudukan

Pasal 93

(1) Dinas wajib melindungi dan menyimpan data pribadi dan dokumenkependudukan.

(2) Kepala Dinas dapat menunjuk Pegawai Negeri Sipil pada Dinas dalamrangka melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB VIIIPENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DALAM

KEADAAN DARURAT DAN LUAR BIASA

Pasal 94

(1) Apabila Daerah atau sebagian Daerah dinyatakan dalam keadaandarurat dengan segala tingkatannya berdasarkan ketentuan peraturanperundang-undangan, otoritas pemerintahan yang menjabat pada saatitu diberi kewenangan membuat surat keterangan mengenai PeristiwaKependudukan dan Peristiwa Penting.

(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai dasarpenerbitan dokumen kependudukan.

(3) Apabila keadaan sudah dinyatakan pulih, Kepala Dinas aktif mendataulang dengan melakukan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil ditempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 95

(1) Dalam hal terjadi keadaan luar biasa sebagai akibat bencana alam,Kepala Dinas wajib melakukan pendataan penduduk bagi pengungsidan korban bencana alam.

(2) Berdasarkan hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)Kepala Dinas menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Tanda ldentitasdan Surat Keterangan Pencatatan Sipil.

(3) Surat Keterangan Pengganti Tanda ldentitas atau Surat KeteranganPencatatan Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakansebagai tanda bukti diri dan sebagai bahan pertimbangan untukpenerbitan Dokumen Kependudukan.

(4) Persyaratan dan tata cara penerbitan Surat Keterangan Pengganti TandaIdentitas atau Surat Keterangan Pencatatan Sipil sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IXSISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK)

Pasal 96

(1) Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh Dinas.

(2) Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui fasilitas SIAK.

(3) Kepala Dinas melaksanakan pengkajian dan pengembangan SIAKberdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 97

(1) Data penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi AdministrasiKependudukan dan tersimpan di dalam database kependudukandimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidangpemerintahan dan pembangunan.

(2) Pemanfaatan data penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1),harus mendapatkan izin Bupati.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara mendapatkanizin sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih lanjut denganPeraturan Bupati.

BAB XPERLINDUNGAN DATA PRIBADI PENDUDUK

Pasal 98

(1) Data pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus meliputi :

a. nomor KK;

b. NIK;

c. tanggal/bulan/tahun lahir;

d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental;

e. NIK ibu kandung;

f.NIK ayah kandung;

g. beberapa isi catatan peristiwa penting.

(2) Catatan peristiwa penting sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf gmeliputi :

a. Anak lahir diluar kawin, yang dicatat adalah mengenai nama anak,hari dan tanggal kelahiran, urutan kelahiran, nama ibu dan tanggalkelahiran ibu; dan

b. pengangkatan anak, yang dicatat adalah mengenai nama ibu danbapak kandung.

(3) Data pribadi sebagaimana dimaksud ayat (3), harus dijaga kebenarannyadan dilindungi kerahasiaannya oleh Dinas.

(4) Persyaratan dan tata cara legalisasi fotocopy kutipan akta pencatatansipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur denganPeraturan Bupati.

Pasal 99

(1) Data pribadi penduduk pada database sebagaimana dimaksud dalamPasal 98 dikelola sebagai bahan informasi kependudukan.

(2) Data pribadi penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanyadapat diakses setelah mendapat izin tertulis dari Bupati.

Pasal 100

Instansi pemerintah dan swasta sebagai pengguna data pribadi penduduk,dilarang menjadikan data pribadi penduduk sebagai bahan informasi publik.

Pasal 101

Pemegang hak akses data pribadi penduduk dilarang menjadikan data pribadipenduduk sebagai bahan informasi publik, sebelum mendapat persetujuantertulis dari pemberi hak akses.

Pasal 102

(1) Dalam hal kepentingan keamanan negara, tindakan kepolisian danperadilan, data pribadi penduduk sebagaimana dimaksud pada Pasal 98dapat diakses dengan mendapat persetujuan tertulis dari Bupati.

(2) Persyaratan dan tata cara penggunaan data pribadi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIPERSYARATAN DAN TATA CARA PENCATATAN PERKAWINAN

BAGI PENGHAYAT KEPERCAYAAN

Pasal 103

(1) Perkawinan penghayat kepercayaan dilakukan di hadapan pemukapenghayat kepercayaan.

(2) Pemuka penghayat kepercayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ditetapkan oleh organisasi penghayat kepercayaan, untuk mengisidan menandatangani surat perkawinan penghayat kepercayaan.

(3) Pemuka Penghayat Kepercayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)didaftar pada kementerian yang bidang tugasnya secara teknis membinaorganisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pasal 104

Peristiwa perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2) wajibdilaporkan kepada Dinas atau UPTD paling lambat 60 (enam puluh) haridengan menyerahkan :

a. Surat Perkawinan Penghayat Kepercayaan;

b. fotokopi KTP;

c. pas foto suami dan istri;

d. akta kelahiran; dan

e. paspor suami dan/atau istri bagi orang asing.

Pasal 105

(1) Pejabat Instans Pelaksana atau UPTD Instansi Pelaksana mencatatPerkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 dengan cara :

a. menyerahkan formulir pencatatan perkawinan kepada pasangansuami istri;

b. melakukan verifikasi dan validasi terhadap data yang tercantumdalam formulir pencatatan perkawinan; dan

c. mencatat pada register akta perkawinan dan menerbitkan kutipanakta perkawinan Penghayat Kepercayaan.

(2) Kutipan akta perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf cdiberikan kepada masing-masing suami dan istri.

BAB XIIPELAPORAN

Pasal 106

Penyelenggaraan administrasi Kependudukan di Daerah dilaporkan olehKepala Dinas kepada Bupati dengan tembusan kepada Gubernur dan MenteriDalam Negeri.

BAB XIIIPENGAWASAN

Pasal 107

(1) Untuk tertibnya pelaksanaan Peraturan Daerah ini perlu dilaksanakanpengawasan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XIVPENYIDIKAN

Pasal 108

(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, PejabatPegawai Negeri Sipil yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dalambidang Administrasi Kependudukan diberi wewenang khusus sebagaiPenyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakantugas penyidikan berwenang untuk :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan ataulaporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang administrasikependudukan agar keterangan atau laporan tersebut menjadilengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan tentangkebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindakpidana bidang administrasi kependudukan;

c. meminta keterangan dan barang bukti dari pribadi sehubungandengan tindak pidana bidang administrasi kependudukan;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaandengan tindak pidana di bidang administrasi kependudukan;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang buktipembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain sertamelakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;

f.meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugaspenyidikan tindak pidana di bidang administrasi kependudukan;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkanruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsungdan memeriksa identitas atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidanaadministrasi kependudukan;

i. menghentikan penyidikan;

j. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindakpidana di bidang administrasi kependudukan menurut hukum yangdapat dipertanggungjawabkan.

BAB XVSANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 109

(1) Setiap Penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabilamelampai batas waktu pelaporan peristiwa kependudukan dalam hal :

a. pindah datang bagi Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatasatau Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap sebagaimanadimaksud pada Pasal 26 ayat (2);

b. pindah datang dari luar daerah dan/atau luar negeri bagi pendudukWNI sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (1);

c. pindah datang dari luar daerah dan/atau luar negeri bagi pendudukOrang Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2);

d. terjadi perubahan susunan keluarga dalam KK sebagaimanadimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) ; atau

e. perpanjangan KTP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (4).

(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahsebagai berikut :

NoJENIS KETERLAMBATANPELAPORAN PERISTIWA

KEPENDUDUKAN

BESARNYA DENDAADMINISTRASI

WNI ORANGASING/WNA

a. pindah datang Orang Asingyang memiliki Izin tinggalTerbatas atau Orang Asingyang memiliki Izin tinggalTetap.

- Rp. 50.000,00

b. pindah datang dari luar daerahdan/atau luar negeri bagipenduduk Warga NegaraIndonesia.

Rp. 50.000,00 -

c. Pindah datang dari luar daerahdan/atau luar negeri bagipenduduk Orang Asing.

- Rp. 50.000,00

d. perpanjangan KTP. Rp. 10.000,00 Rp.100.000,00

e. Terjadi perubahan susunankeluarga dalam KK.

Rp. 10.000,00 Rp. 50.000,00

Pasal 110

(1) Setiap Penduduk dikenai sanksi administratif berupa denda apabilamelampai batas waktu pelaporan Peristiwa Penting sebagai berikut :

a. Kelahiran sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 ayat (1), Pasal42 ayat (1), Pasal 43 ayat (1), dan Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2);

b. perkawinan sebagaimana dimaksud pada pasal 45 ayat (1) danPasal 48 ayat (1);

c. pembatalan perkawinan sebagaimana dimaksud pada Pasal 51ayat (1);

d. perceraian sebagaimana dimaksud pada Pasal 52 ayat (1) danPasal 53 ayat (1);

e. pembatalan perceraian sebagaimana dimaksud pada Pasal 52ayat (1);

f.kematian sebagaimana dimaksud pada Pasal 55 ayat (1), Pasal 58ayat (1) dan Pasal 59 ayat (1);

g. pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada Pasal 60 ayat 1dan Pasal 61 ayat (1);

h. pengakuan anak sebagaimana dimaksud pada Pasal 62 ayat (1);

i. pengesahan anak sebagaimana dimaksud pada Pasal 63 ayat (1);

j. perubahan nama sebagaimana dimaksud pada Pasal 64 ayat (1);

k. perubahan status kewarganegaraan di Indonesia sebagaimanadimaksud pada Pasal 65 ayat (1) dan Pasal 66 ayat (1);

l. Peristiwa penting lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 67ayat (1).

(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahsebagai berikut :

NO JENIS KETERLAMBATANPELAPORAN PERISTIWA

PENTING

BESARNYA DENDAADMINISTRASI

WNI ORANGASING/WNA

1 2 3 4

a. 1. Kelahiran lebih dari 60 haris/d 1 tahun.

2. Kelahiran lebih dari 1 tahun.

3. Lahir Mati.

Rp. 15.000,00Rp. 25.000,00

-

Rp. 100.000,00Rp. 150.000,00Rp. 100.000,00

b. Perkawinan diatas 60 hari Rp. 30.000,00 Rp. 250.000,00

c. Pembatalan Perkawinan di atas60 hari.

Rp. 50.000,00 Rp.150.000,00

d. Perceraian diatas 60 hari. Rp. 25.000.00 Rp.100.000,00

e. Pembatalan perceraian di atas60 hari.

Rp. 25.000.00 Rp. 50.000,00

f. pengangkatan anak di atas 30hari.

Rp. 100.000,00 Rp. 250.000,00

g. pengakuan anak di atas 30 hari. Rp. 20.000,00 Rp.200.000,00

h. pengesahan anak di atas 30hari.

Rp. 100.000,00 Rp.200.000,00

i. Perubahan nama di atas 30hari.

Rp.100.000,00 Rp.200.000,00

j. Perubahan status kewarga-negaraan di Indonesia di atas60 hari.

Rp.200.000.00 Rp.300.000,00

k. Peristiwa penting lainnya di atas30 hari.

Rp.250.000,00 Rp.500.000,00

Pasal 111

(1) Setiap penduduk sebagaimana dimaksud pada Pasal 80 ayat (5) yangbeprgian tidak membawa KTP dikenakan denda administratif sebesarRp.25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah).

(2) Setiap orang asing yang tidak memiliki Izin Tinggal Terbatassebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (2)yang bepergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggaldikenai denda Administratif sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh riburupiah).

Pasal 112

Jika Pejabat pada Dinas melakukan tindakan atau sengaja melakukantindakan yang memperlambat pengurusan Dokumen Kependudukan dalambatas waktu yang ditentukan dalam Peraturan Daerah ini dikenakan Sanksiberupa denda sebasar Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Pasal 113

Denda Administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 Pasal 110,Pasal 111 dan Pasal 112 merupakan penerimaan Negara.

Pasal 114

Pejabat pada Dinas yang melaksanakan kewenangan tidak sesuai denganpersyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 37 Ayat (2) dan ayat (3)dikenakan sanksi kepegawaian sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 115

Petugas Rahasia Khusus yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksudpada Pasal 72 ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XVIKETENTUAN PIDANA

Pasal 116

(1) Setiap penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/ataudokumen kepada Dinas dalam melaporkan peristiwa kependudukandan peristiwa penting dapat dipidana dengan pidana kurungan palinglama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahpelanggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah merupakanpenerimaan Daerah.

Pasal 117

Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, ataumengurangi isi elemen data pada Dokumen Kependudukan dipidana denganpidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyakRp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 118

Setiap orang yang tanpa hak mengakses database kependudukansebagaimana dimaksud pada Pasal 99 ayat (2) dipidana dengan pidanapenjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyakRp.25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 119

Setiap penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepalakeluarga atau anggota keluarga lebih dari 1 (satu) KK sebagaimana dimaksudpada Pasal 79 ayat (1) atau untuk memiliki KTP lebih dari satu sebagaimanadimaksud pada Pasal 80 ayat (6) dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahundan/atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 120

(1) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan IntansiPelaksana melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPasal 116 atau Pasal 117, pejabat yang bersangkutan dipidana denganpidana yang sama ditambah 1/3 (sepertiga)

(2) Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan IntansiPelaksana membantu melakukan tidak pidana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 118, pejabat yang bersangkutan dipidana sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 121

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118dan Pasal 127 adalah tidak pidana Administrasi Kependudukan.

BAB XVIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 122

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanDaerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenPesawaran.

Ditetapkan di Gedong Tataanpada tanggal 27 Desember 2011

BUPATI PESAWARAN,

ttd

ARIES SANDI DARMA PUTRA

Diundangkan di Gedong Tataanpada tanggal 27 Desember 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

ttd

KESUMA DEWANGSA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011 NOMOR 26

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM

SETDAKAB PESAWARAN,

SUSI PATMININGTYAS, S.H.

PEMBINA

NIP. 19661015 199503 2 002