peraturan bupati simeulue nomor 37 tahun 2013 …
TRANSCRIPT
1
PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 37 TAHUN 2013
TENTANG
POLA TATA KELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SIMEULUE
BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI SIMEULUE,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan Pola Tata Kelola ditetapkan dan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat, perlu memberikan otonomi kepada manajemen Rumah Sakit Umum Daerah untuk menerapkan prinsip-prinsip efektifitas, efesiensi dan produktifitas;
b. bahwa untuk memenuhi persyaratan penetapan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 11 huruf b Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, perlu menetapkan Peraturan Bupati Simeulue tentang Pola Tata Kelola;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Bupati Simeulue tentang Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Simeulue.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1990 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 169, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3847);
4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Simeulue (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 176, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3897);
5. Undang-Undang.......
2
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4844); 10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
11. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 12. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
13. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik RI Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4614); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 74); 19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
159.B/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Terakhir Dirubah dengan
Permendagri Nomor 59 tahun 2007;
22. Peraturan.......
3
22. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/02/M.PAN/1/2007 tentang Pedoman Organisasi Satuan
Kerja Di Lingkungan Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
23. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
28 Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik; 24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 tentang
Pedoman Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum dan telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007; 25. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.02/2006 tentang
Pembentukan Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum dan
telah di ubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007;
26. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang;
27. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) I Rumah Sakit;
28. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 228/Menkes/SK/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan daerah; 29. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit ;
30. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSD/Jasa pada Badan Layanan Umum;
31. Qanun Kabupaten Simeulue Nomor 8 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Simeulue (Lembaran Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2007 Nomor 124) sebagaimana telah diubah dengan Qanun Nomor 6 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Qanun
Kabupaten Simeulue Nomor 8 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten
Simeulue (Lembaran Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2012 Nomor 6).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI SIMEULUE TENTANG POLA TATA KELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SIMEULUE.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Kabupaten adalah Kabupaten Simeulue.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah Kabupaten Simeulue
3. Bupati adalah Bupati Simeulue. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Simeulue. 5. Peraturan Daerah adalah Qanun kabupaten Simeulue.
6. Rumah Sakit yang selanjutnya disebut BLUD RSUD Simeulue adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Simeulue.
7. Direktur adalah Direktur BLUD RSUD Simeulue.
8. Badan........
4
8. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah satuan kerja perangkat daerah atau unit kerja satuan
kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah Kabupaten Simeulue yang dibentuk untuk memberi pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan jasa tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip effisiensi, efektifitas, dan
produktifitas. 9. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD yang selanjutnya disingkat
PPK-BLUD adalah pola keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari
ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. 10. Fleksibilitas adalah keleluasaan pengelolaan keuangan/barang
BLUD pada batas-batas tertentu yang dapat dikecualikan dari ketentuan yang berlaku umum.
11. Pola Tata Kelola adalah Peraturan Internal Satuan Kerja
Perangkat Daerah atau Unit Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD.
12. Pemilik dalam hal ini pemilik BLUD RSUD adalah Bupati atau pihak lain yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai
kewenangan dan kebijakan untuk mengatur keberlangsungan operasional kegiatan.
13. Tata Kelola Rumah Sakit (Hospital Gevernance) merupakan suatu
proses dan struktur yang digunakan oleh rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan akuntabilitas
rumah sakit dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dengan tetap memperhatikan keberhasilan bisnis dan
kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
14. Pola tata kelola korporasi (Corporate Bylaws) adalah peraturan
yang mengatur hubungan antara Pemerintah Kabupaten Simeulue sebagai pemilik dengan dewan pengawas, pejabat
pengelola dan staf medis rumah sakit beserta fungsi, tugas, tanggungjawab, kewajiban, kewenangan, dan haknya masing-
masing. 15. Pola tata kelola staf medis (Medical Staff Bylaws) adalah
peraturan yang mengatur tentang fungsi, tugas, tanggungjawab,
kewajiban, kewenangan, dan hak dari staf medis rumah sakit. 16. Dewan Pengawas BLUD adalah organ yang bertugas melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan BLUD. 17. Satuan Pengawasan Internal adalah perangkat BLUD yang
bertugas melakukan pengawasan dan pengendalian internal dalam rangka membantu pimpinan BLUD untuk meningkatkan
kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial sekitarnya (social responsibility) dalam menyelenggarakan bisnis sehat.
18. Manajemen adalah Direksi atau Direktur BLUD RSUD yang bertanggungjawab atas pengelolaan rumah sakit, baik secara
administratif maupun operasional. 19. Stakeholder adalah para pihak yang berkepentingan (dipengaruhi
atau mempengaruhi rumah sakit). 20. Fasilitator adalah orang atau sekelompok orang dalam satu tim
yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk memfasilitasi orang atau
tim yang bertanggungjawab atas terlaksananya suatu kegiatan agar tujuan dapat tercapai secara efektif.
21. Counterpart adalah orang/tim yang ditunjuk oleh Manajemen untuk melaksanakan suatu kegiatan dan menyelesaikannya
dengan pendampingan fasilitator dalam kegiatannya. 22. Code.......
5
22. Code of Conduct (Pedoman Perilaku) merupakan pernyataan umum tertulis yang menggambarkan standar etika yang tinggi
yang diharapkan dapat dilaksanakan oleh seluruh insan rumah sakit dalam berusaha, berinteraksi, dan beraktivitas lainnya yang berhubungan dengan pasien, rekanan, pemilik, pemerintah,
masyarakat, dan stakeholder lainnya. 23. Kelompok Jabatan Fungsional adalah Kelompok Pegawai yang
diberi tugas, tanggungjawab, kewajiban, kewenang dan hak seorang pegawai dalam satuan organisasi yang dalam
pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
24. Rapat rutin adalah setiap rapat terjadwal yang diselenggarakan
oleh Dewan Pengawas, Direksi yang bukan termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
25. Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh BLUD RSUD Simeulue, Dewan Pengawas, dan Direksi Rumah Sakit
setiap tahun. 26. Rapat khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh BLUD
RSUD Simeulue di luar jadwal rapat rutin untuk mengambil
keputusan hal-hal yang dianggap khusus. 27. Dokter Mitra adalah dokter yang direkrut oleh rumah sakit
karena keahliannya, berkedudukan sejajar dengan rumah sakit, bertanggungjawab secara mandiri dan bertanggung gugat secara
proporsional sesuai kesepakatan atau ketentuan yang berlaku di rumah sakit;
28. Dokter tamu adalah dokter yang karena keahlian atau
reputasinya diundang oleh rumah sakit untuk melakukan tindakan yang tidak atau belum dapat dilakukan oleh staf medis
yang ada di rumah sakit atau untuk melaksanakan alih ilmu pengetahuan dan teknologi.
29. Komite Medik adalah wadah fungsional yang diberi tugas mengkoordinasikan kegiatan Komite Medik dalam rangka menjaga mutu pelayanan medis dan etika profesi.
30. Sub komite adalah kelompok kerja khusus didalam Komite Medik yang dibentuk untuk mengatasi masalah khusus, yang dibentuk
dengan Keputusan Direktur atas usul Ketua Komite Medik. 31. Hak Klinis adalah kewenangan klinis yang diberikan oleh Direktur
kepada dokter/dokter gigi dengan surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.
32. Remunerasi adalah merupakan imbalan kerja yang dapat berupa
gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan atau pensiun.
33. Tarif Pelayanan adalah imbalan atas barang dan atau jasa yang diberikan oleh BLUD termasuk imbal hasil yang wajar dari
inuestasi dana, dapat bertujuan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan
34. Pegawai BLUD adalah staf yang bekerja di rumah sakit, baik berstatus pegawai negeri sipil maupun non pegawai negeri sipil.
35. Tenaga Administrasi adalah orang atau sekumpulan orang yang
bertugas melaksanakan administrasi perkantoran guna menunjang pelaksanaan tugas-tugas staf medis, komite medis
dan sub komite. 36. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan seorang
dokter atau dokter gigi untuk menjalankan praktek kedokteran diseluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
37. Surat Ijin Praktek adalah bukti tertulis yang diberikan
pemerintah kepada dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang akan menjalankan praktek kedokteran setelah
memenuhi persyaratan tertentu.
38. Komite......
6
38. Komite Keperawatan adalah wadah non struktural yang berasal dari struktur kelompok tenaga kesehatan yang keanggotaannya
berasal dari Staf Perawat fungsional. 39. Staf medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter
gigi spesialis yang bekerja purna waktu maupun paruh waktu di
unit pelayanan rumah sakit. 40. Unit Pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya
kesehatan, yaitu rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, kamar operasi, kamar bersalin, radiologi, laboratorium,
rehabilitasi medis, dan lain-lain. 41. Unit Kerja adalah tempat staf medis dan non medis yang
menjalankan profesinya, dapat berbentuk instalasi, unit, dan
lain-lain. 42. Pelayanan kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada seseorang dalam rangka promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
43. Pelayanan medis spesialistik dasar adalah pelayanan medis spesialis penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah, dan kesehatan anak.
44. Pasien adalah setiap orang yang memiliki permasalahan kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan baik secara langsung atau tidak langsung. 45. Cepat adalah mampu menyelesaikan tugas-tugas kerja yang di
berikan dengan tepat waktu dan tidak menunda-nunda pekerjaan dalam arti apa yang bisa di kerjakan hari ini harus di kerjakan hari ini tidak menunggu besok. Bukan hanya cepat
selesai namun pekerjaan tersebut harus di kerjakan dengan baik sehingga tepat sasaran antara apa yang di kerjakan dengan yang
di hasilkan, itu yang dinamakan kerja cepat. 46. Akurat adalah produk atau hasil kerja harus yang accountable
dan dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya kepada atasan dan pihak-pihak yang terkait.
47. Berkualitas adalah Hasil yang diharapkan dapat dipertanggung
jawabkan, cepat, dan akurat serta dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman, serasi, tertib dan terwujudnya pelayanan
prima terhadap masyarakat sesuai dengan standart.
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Pola Tata Kelola BLUD RSUD Simeulue dimaksudkan sebagai pedoman atau acuan bagi BLUD RSUD Simeulue untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesehatan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa. (2) Tujuan Pola Tata Kelola BLUD RSUD Simeulue adalah untuk:
a. tercapainya efektifitas dan efesiensi pengelolaan manajemen
BLUD RSUD Simeulue; dan b. tercapainya peningkatan mutu pelayanan kesehatan rumah
sakit kepada masyarakat dan profesionalisme serta tanggung jawab pemberi layanan yang diberikan oleh Rumah Sakit dapat
dipertanggungjawabkan.
BAB......
7
BAB III PRINSIP POLA TATA KELOLA
Pasal 3
(1) Pola Tata Kelola merupakan peraturan internal Rumah Sakit, yang didalamnya memuat :
a. Struktur Organisasi ; b. Prosedur kerja ;
c. Pengelompokan fungsi-fungsi logis ; dan d. Pengelolaan Sumber Daya Manusia.
(2) Pola Tata Kelola BLUD RSUD Simeulue menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. transparansi; b. akuntabilitas; c. responsibilitas; dan
d. independensi.
Pasal 4
(1) Struktur Organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) huruf a, menggambarkan posisi jabatan dan pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab, kewenangan dan hak dalam organisasi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Prosedur Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b, menggambarkan hubungan dan mekanisme kerja antar
posisi jabatan dan fungsi dalam organisasi. (3) Pengelompokan fungsi-fungsi logis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf c, menggambarkan pembagian yang jelas dan rasional antara fungsi pelayanan dan fungsi pendukung yang sesuai dengan prinsip pengendalian intern dalam rangka
efektifitas pencapaian organisasi. (4) Pengelolaan Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf d, merupakan pengaturan dan kebijakan yang jelas mengenai sumber daya manusia yang berorientasi pada
pemenuhan secara kuantitatif/kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efisien, efektif, dan produktif.
Pasal 5
(1) Transparansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a merupakan asas keterbukaan yang dibangun atas dasar
kebebasan arus informasi agar informasi secara lansung dapat diterima oleh yang membutuhkan sehingga dapat menumbuhkan
kepercayaan. (2) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
huruf b merupakan kejelasan fungsi struktur, sistem yang
dipercayakan kepada BLUD RSUD Simeulue agar pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan ke semua pihak.
(3) Responsibilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c merupakan kesesuaian atau kepatuhan dalam
pengelolaaan organisasi terhadap bisnis yang sehat serta perundang-undangan.
(4) Independensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
huruf d merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip bisnis yang sehat.
BAB........
8
BAB IV POLA TATA KELOLA KORPORASI
Bagian Kesatu Identitas
Pasal 6
(1) Nama Rumah Sakit adalah BLUD RSUD Simeulue yang
selanjutnya disebut PPK-BLUD RSUD Simeulue. (2) PPK-BLUD RSUD Simeulue adalah Rumah Sakit type C milik
Pemerintah Kabupaten Simeulue. (3) BLUD RSUD Simeulue beralamat di Jl. Teuku Raja Mahmud
Desa Ameria Bahagia Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten
Simeulue.
Bagian Kedua Falsafah, Visi, Misi, Nilai-Nilai,dan Motto
Paragraf 1 Falsafah
Pasal 7
Sehat merupakan hak asasi manusia yang wajib dijaga, dipelihara dan diselamatkan serta dilaksanakan dengan ikhlas.
Paragraf 2 Visi
Pasal 8
Visi BLUD RSUD Simeulue adalah “ Mewujudkan pelayanan kesehatan secara cepat, akurat dan berkualitas.”
Paragraf 3
Misi
Pasal 9
Misi BLUD RSUD Simeulue adalah: a. meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan;
b. membangun sistem manajemen Rumah Sakit yang baik; c. membangun komunikasi yang intens baik secara internal maupun
eksternal; d. meningkatkan kapasitas sumber daya manusia sesuai dengan
kompetensi dan profesi masing-masing tenaga; e. menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana penunjang dalam
rangka meningkatkan pelayanan baik promotif, kuratif dan
rehabilitatif.
Paragraf 4
Tujuan &Sasaran
Pasal 10
Tujuan untuk mencapai Misi sebagaimana dimaksud pada Pasal 9
adalah mewujudkan pelayanan pengobatan dan rehabilitas kesehatan masyarakat yang optimal, dengan sasaran yang ingin
dicapai : 1. Meningkatnya jumlah cakupan pelayanan kesehatan rujukan dan
perseorangan. 2. Meningkatnya sarana dan prasarana Rumah Sakit. 3. Meningkatnya kualitas pelayanan aparatur.
4. Meningkatnya kualitas pelayanan perkantoran.
Paragraf......
9
Paragraf 4
Nilai-Nilai BLUD RSUD
Pasal 11
Nilai-nilai yang dianut BLUD RSUD Simeulue adalah sebagai
berikut: a. ikhlas;
b. sakinah; c. latifah; d. amanah;
e. mawaddah; dan f. ibadah.
Pasal 12
(1) Ikhlas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a adalah memberikan pelayanan dengan tulus tanpa mengharapkan balas jasa.
(2) Sakinah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b adalah suasana kerja yang nyaman dan sejahtera.
(3) Latifah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c adalah memberikan pelayanan dengan penuh lemah lembut.
(4) Amanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf d adalah memberikan pelayanan dan melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.
(5) Mawaddah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf e adalah pelayanan yang memberikan keteduhan, ketentraman dan
kedamaian pada pasien. (6) Ibadah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf f pelayanan
adalah suatu pengabdian.
Paragraf 5
Motto
Pasal 13
Motto BLUD RSUD Simeulue yaitu melayani adalah ibadah, sehat itu adalah anugerah
Bagian Ketiga
Kedudukan, Tugas Pokok, Dan Fungsi BLUD RSUD Simeulue
Pasal 14
(1) BLUD RSUD Simeulue berkedudukan sebagai rumah sakit milik Pemerintah Daerah yang merupakan unsur pendukung tugas Bupati di bidang pelayanan kesehatan, dipimpin oleh seorang
Direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekda.
(2) BLUD RSUD Simeulue mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan kesehatan berupa pengobatan, pemulihan,
peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat.
(3) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) BLUD RSUD Simeulue mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan urusan ketatausahaan; b. Penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah, dan
jangka panjang; c. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pelayanan medis dan
keperawatan;
d. Pelayanan medis, penunjang medis dan non medis; e. Penyelenggaraan asuhan keperawatan;
f. Penyelenggaraan.......
10
f. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan ilmu serta teknologi kedokteran ;
g. Penyelenggaraan pelayanan rujukan; h. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan; i. Pelaksanaan kerja sama dengan Institusi Pendidikan yang
memanfaatkan Rumah Sakit sebagai lahan praktek; j. Pelaksanaan hubungan koordinatif dan fasilitatif dengan Dinas
Kesehatan dan instansi terkait dalam pelaksanaan teknis kesehatan;
k. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya dibidang pelayanan medis dan keperawatan;
l. Pembinaan kelompok jabatan fungsional; dan
m. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang tugasnya.
Bagian Keempat
Kedudukan Pemerintah Daerah
Pasal 15
(1) Pemerintah Daerah bertanggungjawab terhadap kelangsungan
hidup, perkembangan dan kemajuan Rumah Sakit sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.
(2) Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tanggungjawabnya
mempunyai kewenangan : a. Menetapkan peraturan tentang Pola Tata Kelola dan SPM
Rumah Sakit beserta perubahannya. b. Membentuk dan menetapkan Pejabat Pengelola dan Dewan
Pengawas c. Memberhentikan Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas. d. Menyetujui dan mengesahkan Rencana Bisnis dan
Anggaran;dan e. Memberikan sanksi kepada pegawai yang melanggar ketentuan
yang berlaku dan memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi.
(3) Pemerintah Daerah bertanggungjawab menutup defisit anggaran rumah sakit yang bukan karena kesalahan dalam pengelolaan dan setelah diaudit secara idependen.
(4) Pemerintah Daerah bertanggungjawab atas terjadinya kerugian pihak lain, termasuk pasien, akibat kelalaian, dan/atau
kesalahan dalam pengelolaan Rumah Sakit.
Bagian Kelima
Dewan Pengawas
Paragraf I Pembentukan Dewan Pengawas
Pasal 16
(1) Dewan Pengawas dibentuk dengan Keputusan Bupati Simeulue
atas usulan Direktur (2) Jumlah Anggota Dewan Pengawas sebanyak 3 (tiga) orang terdiri
dari unsur-unsur : a. Pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berkaitan
dengan kegiatan PPK-BLUD; b. Pejabat di lingkungan kerja pengelola keuangan daerah;dan c. Tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan PPK-BLUD.
(3) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi Dewan Pengawas adalah : a. Memiliki dedikasi dan memahami masalah-masalah yang
berkaitan dengan kegiatan BLUD, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
b. Mampu......
11
b. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi Anggota Direksi
atau Komisaris, atau Dewan Pengawas yan dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha pailit atau orang yang tidak pernah melakukan tindak pidana yang
merugikan daerah; dan c. Mempunyai kompetensi dalam bidang manajemen keuangan,
sumber daya manusia dan mempunyai komitmen terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik.
(4) Pengangkatan Anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan Pejabat Pengelola.
Paragraf 2 Tugas, Kewajiban dan Wewenang Dewan Pengawas
Pasal 17
(1) Dewan Pengawas bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
(2) Dewan Pengawas bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan BLUD yang dilakukan oleh
pejabat pengelola sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(3) Dewan Pengawas berfungsi sebagai pelaksana peran Bupati dalam bidang pengawasan dan pembinaan yang dapat menjamin perkembangan dan kemajuan BLUD RSUD Simeulue.
(4) Dewan Pengawas berkewajiban : a. memberi pendapat dan saran kepada Bupati mengenai
Rencana Bisnis Anggaran yang diusulkan oleh Direktur BLUD RSUD ;
b. mengikuti perkembangan BLUD RSUD/BLUD dan memberikan pendapat serta saran kepada kepala daerah mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BLUD
RSUD/BLUD; c. Melaporkan kepada Bupati mengenai kinerja BLUD
RSUD/BLUD; d. Memberi nasehat kepada pejabat pengelola BLUD RSUD/BLUD
mengenai pelaksanaan pengelolaan BLUD RSUD/BLUD; e. Melakukan evaluasi dan penilaian kinerja keuangan maupun
non keuangan serta memberikan saran dan catatan penting
untuk ditindaklanjuti oleh pejabat pengelola BLUD RSUD/BLUD;dan
f. Memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja BLUD RSUD /BLUD.
(5) Dewan Pengawas berwenang : a. memeriksa buku-buku, surat-surat dan dokumen-dokumen; b. meminta penjelasan Pejabat Pengelola;
c. meminta Pejabat Pengelola dan atau pejabat lain sepengetahuan Pejabat Pengelola untuk menghadiri rapat Dewan Pengawas;
d. mengajukan anggaran untuk keperluan tugas-tugas Dewan Pengawas; dan
e. mendatangkan ahli, konsultan atau lembaga independen lainnya jika diperlukan.
(6) Dewan pengawas melaporkan tugas dan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (4) kepada Bupati secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan sewaktu-
waktu apabila di perlukan.
Paragraf......
12
Paragraf 3 Masa Jabatan Dewan Pengawas
Pasal 18
(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa
jabatan berikutnya. (2) Anggota Dewan pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya
oleh Bupati. (3) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebelum waktunya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila:
a. tidak melaksanakan tugasnya dengan baik; b. tidak melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan; c. terlibat dalam kegiatan yang merugikan BLUD BLUD RSUD
Simeulue;dan d. di pidana penjara karena di persalahkan melakukan tindak
pidana dan atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya
melaksanakan pengawasan atas BLUD RSUD Simeulue.
Paragraf 4 Sekretaris Dewan Pengawas
Pasal 19
(1) Bupati dapat mengangkat sekretaris Dewan Pengawas untuk mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas.
(2) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan anggota Dewan Pengawas.
(3) Sekretaris Dewan Pengawas bertugas mengatur rapat Dewan Pengawas, membuat rapat, menyiapkan undangan rapat, menyiapkan kebutuhan Dewan Pengawas dan membuat laporan
serta pendokumentasiannya.
Paragraf 5 Biaya Dewan Pengawas
Pasal 20
Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas dibebankan dalam
anggaran operasional yang tertuang dalam Rencana Bisnis Anggaran BLUD/BLUD RSUD Simeulue.
Bagian Keenam
Pejabat Pengelola
Paragraf 1
Komposisi Pejabat Pengelola
Pasal 21
Pejabat pengelola BLUD RSUD Simeulue adalah Pimpinan Rumah Sakit yang bertanggungjawab terhadap kinerja operasional Rumah
Sakit, terdiri atas: a. Direktur selanjutnya disebut Direktur;
b. Pejabat.......
13
b. Pejabat Keuangan selanjutnya disebut Kepala Subbagian keuangan;
c. Pejabat teknis selanjutnya disebut Kepala Bidang, Kepala Seksi dan Kepala Instalasi ; dan
d. Kepala Bagian Tata Usaha membawahi Kasubbag Umum dan
Kasubbag Kepegawaian.
Pasal 22
(1) Komposisi pejabat pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dapat dilakukan perubahan, baik jumlah maupun jenisnya, setelah melalui analisis organisasi guna memenuhi tuntutan
perubahan. (2) Perubahan komposisi pejabat pengelola sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 23
Direktur bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekda terhadap
operasional dan keuangan Rumah Sakit secara umum dan keseluruhan.
Pasal 24
Semua pejabat pengelola di bawah Direktur bertanggungjawab kepada Direktur sesuai bidang tanggungjawab masing-masing.
Paragraf 2
Tata Cara Pengangkatan Pejabat Pengelola
Pasal 25
(1) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat pengelola
BLUD RSUD Simeulue di tetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktek bisnis yang sehat.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keahlian berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku
yang diperlukan dalam tugas jabatan. (3) Kebutuhan praktek bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kesesuaian antara kebutuhan jabatan,
kualitas dan kualifikasi sesuai kemampuan keuangan rumah sakit.
(4) Pejabat pengelola BLUD RSUD Simeulue diangkat dan diberhentikan oleh Bupati.
Pasal 26
(1) Dalam hal Direktur berasal dari Pegawai Negeri Sipil maka yang bersangkutan merupakan pengguna anggaran dan barang daerah.
(2) Dalam hal Direktur berasal dari unsur non Pegawai Negeri Sipil maka Pejabat Kepala Subbagian keuangan harus berasal dari
unsur Pegawai Negeri Sipil yang merupakan unsur pejabat pengguna anggaran dan barang daerah.
(3) Dalam hal Direktur bukan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka yang menjadi pengguna anggaran
dan barang daerah adalah pejabat keuangan yang berasal dari unsur Pegawai Negeri Sipil.
Paragraf.....
14
Paragraf 3 Persyaratan Jabatan
Pasal 27
Persyaratan umum Direktur, Kepala Bagian/Bidang dan Kepala Sub Bagian/seksi:
a. warga Negara Indonesia; b. berkelakuan baik;
c. sehat jasmani dan rohani; d. berstatus Pegawai Negeri Sipil dan non Pegawai Negeri Sipil; dan e. tidak merangkap jabatan struktural di instansi pemerintah dan
atau lembaga non pemerintah ataupun legislatif.
Pasal 28
Persyaratan Jabatan Direktur adalah :
a. tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya yang memiliki kemampuan di bidang perumahsakitan, memahami menghayati
etika profesi kesehatan; b. memenuhi kriteria keahlian, integritas, kedirekturan dan
pengalaman di bidang perumahsakitan ; c. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
usaha guna kemandirian rumah sakit ;
d. berstatus Pegawai Negeri Sipil dan atau Non Pegawai Negeri Sipil; e. bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk
menjalankan praktek bisnis yang sehat pada rumah sakit.
Pasal 29
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Bagian/Bidang adalah :
a. seorang dokter atau sarjana yang memenuhi kriteria keahlian, integritas, kedirekturan dan pengalaman di bidang pelayanan
rumah sakit dan keadministrasian; b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
pelayanan umum dalam bidang manajemen administrasi SDM dan perencanaan;
c. mampu melaksanakan koordinasi di lingkup organisasi dan
administrasi rumah sakit; d. Berstatus Pegawai Negeri Sipil; dan
e. Bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan umum serta
mampu menjalankan prinsip pengelolaan administrasi dan perencanaan yang sehat di rumah sakit.
Pasal 30
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Subbagian Keuangan
adalah : a. seorang sarjana ekonomi yang memenuhi kriteria keahlian,
integritas, kedirekturan dan pengalaman di bidang keuangan dan atau akuntansi;
b. memiliki dedikasi dan berkelakuan baik untuk mengembangkan pelayanan dan kemandirian keuangan;
c. mampu melaksanakan koordinasi di lingkup pelayanan umum
dan administrasi rumah sakit; d. berstatus Pegawai Negeri Sipil;
e. Bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan umum serta
mampu menjalankan prinsip pengelolaan keuangan yang sehat di rumah sakit.
Pasal.......
15
Pasal 31
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Bidang Pelayanan Medis adalah : a. seorang dokter dan/atau sarjana yang memenuhi kriteria
keahlian, integritas, kedirekturan dan pengalaman di bidang pelayanan;
b. Berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan pelayanan yang professional;
c. mampu melaksanakan koordinasi di lingkup pelayanan Rumah Sakit;
d. Berstatus Pegawai Negeri Sipil;
e. Bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan di rumah sakit.
Pasal 32
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Bidang Keperawatan
adalah : a. Seorang perawat minimal berpendidikan D3 keperawatan
dan/atau sarjana lainnya yang memenuhi kriteria keahlian, integritas, keDirekturan dan pengalaman di bidang keperawatan
b. Berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
pelayanan keperawatan yang pofesional; c. Mampu melaksanakan koordinasi dilingkup keperawatan di
rumah sakit; d. Berstatus Pegawai Negeri Sipil dan memenuhi syarat
administratif; e. Bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk
meningkatkan dan mengembangkan pelayanan di rumah sakit.
Pasal 33
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Kepala Bidang Penunjang Medis adalah :
a. Seorang tenaga kesehatan berpendidikan minimal sarjana kesehatan yang memenuhi kriteria keahlian, integritas,
kedirekturan dan pengalaman di bidang pelayanan kesehatan; b. Berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan
pelayanan keperawatan yang pofesional;
c. Mampu melaksanakan koordinasi dilingkup pelayanan kesehatan di rumah sakit;
d. Berstatus Pegawai Negeri Sipil dan memenuhi syarat administratif;
e. Bersedia membuat surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan di rumah sakit.
Paragraf 4 Pemberhentian Direktur
Pasal 34
Direktur dapat diberhentikan karena: a. Meninggal dunia;
b. Berhalangan secara tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut; c. Tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik; d. Melanggar misi, kebijakan atau ketentuan-ketentuan lain yang
telah digariskan; e. Mengundurkan diri karena alasan yang patut;
f. Terlibat dalam suatu perbuatan melanggar hukum yang ancaman pidananya 5 (lima) tahun atau lebih.
Tugas.......
16
Paragraf 5 Tugas, Kewajiban dan Kewenangan Direktur
Beserta Pejabat Pengelola
Pasal 35
Direktur mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
a. memimpin dan mengurus Rumah Sakit sesuai dengan tujuan Rumah Sakit yang telah ditetapkan dengan senantiasa berusaha
meningkatkan daya guna dan hasil guna; b. memelihara, menjaga dan mengelola kekayaan Rumah Sakit; c. mewakili Rumah Sakit di dalam dan di luar pengadilan;
d. melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola Rumah Sakit sebagaimana yang telah digariskan;
e. memperhatikan pengelolaan Rumah Sakit dengan berwawasan lingkungan;
f. menyiapkan Rencana Strategis Bisnis (RSB) dan rencana Bisnis dan Anggaran Rumah Sakit;
g. mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi
Rumah Sakit sesuai ketentuan yang berlaku; h. menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala; dan
i. menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja operasional serta keuangan Rumah Sakit.
Pasal 36
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana di maksud dalam Pasal 35 Direktur mempunyai fungsi sebagai berikut ; a. pelaksanaan urusan ketatausahaan BLUD RSUD Simeulue;
b. penyusunan rencanan kerja dan kebijkan teknis di bidang pelayanan medis dan keperawatan;
c. penatausahaan keuangan dan aset BLUD RSUD Simeulue; d. pelayanan medis, penunjang medis dan non medis;
e. penyelenggaraan asuhan keperawatan; f. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan ilmu serta
teknologi kedokteran;
g. penyelenggaraan pelayanan rujukan; h. penyelenggaraan administrasi umum dan Kepegawaian
i. pelaksanaan kerja sama dengan Institusi Pendidikan yang memanfaatkan BLUD RSUD Simeulue sebagai lahan praktek;
j. pelaksanaan hubungan koordinatif dan fasilitatif dengan Rumah Sakit Kesehatan dan instansi terkait dalam pelaksanaan teknis kesehatan;
k. pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang pelayanan medis dan keperawatan;
l. pembinaan kelompok jabatan fungsional; dan m. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh
Bupati sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 37
Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana di maksud dalam Pasal 36
Direktur mempunyai kewenangan sebagai berikut ; a. Memberikan perlindungan kepada tenaga medis, perawat/bidan
dan penunjang medis di dalam tanggung gugat profesional; b. Menetapkan kebijakan operasional rumah sakit; c. meminta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dari semua
kepala unit pelayanan; d. menetapkan peraturan, pedoman, petunjuk tehnis dan prosedur
tetap BLUD RSUD Simeulue; e. mengangkat dan memberhentikan pegawai rumah sakit sesuai
dengan peraturan yang berlaku; f. menetapkan......
17
f. menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai BLUD RSUD Simeulue sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku; g. memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi tanpa
atau dengan sejumlah uang yang besarnya tidak melebihi
ketentuan yang berlaku; h. memberikan sanksi yang bersifat mendidik sesuai dengan
peraturan yang berlaku; i. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian pejabat
pengelolan di bawah Direktur kepada Bupati; j. mendatangkan tenaga ahli, profesional, konsultan atau lembaga
independen manakala diperlukan;
k. menetapkan organisasi pelaksana dan organisasi pendukung dengan uraian tugas masing-masing;
l. menandatangi perjanjian dengan pihak lain untuk jenis perjanjian yang bersifat teknis operasional pelayanan;
m. mendelegasikan sebagian kewenangan kepada jajaran di bawahnya; dan
n. menetapkan kebijakan operasional BLUD RSUD Simeulue.
Paragraf 6
Pemberhentian Pejabat Pengelola
Pasal 38
Pejabat Pengelola dapat diberhentikan karena :
a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri secara tertulis dengan alasan yang patut;
c. tidak melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan misi, kebijakan yang ditetapkan;
d. berhalangan tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya;dan
e. terlibat dalam suatu perbuatan yg melanggar hukum yang
ancaman pidananya minimal 5 (lima) tahun dan dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan dengan putusan pengadilan.
Bagian Ketujuh Organisasi Pelaksana
Paragraf 1 Instalasi
Pasal 39
(1) Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan dibentuk instalasi sebagai unit pelayanan non struktural.
(2) Pembentukan instalasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di tetapkan dengan Keputusan Direktur.
(3) Instalasi dipimpin oleh seorang kepala Instalasi dalam jabatan non struktural yang di angkat dan diberhentikan oleh Direktur atas usulan Kepala Bidang yang membidangi.
(4) Uraian tugas, fungsi dan kewenangan instalasi di tetapkan oleh kepala Instalasi berdasarkan pertimbangan Direktur dan atau
Bidang/Bagian yang membidangi dan dalam menjalankan tugasnya Kepala Instalasi wajib berkoordinasi dengan bidang dan
atau seksi terkait dan bertanggungjawab kepada Direktur melalui Kepala Seksi Penunjang Medis, Penelitian dan Pengembangan.
(5) Kepala Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan,
melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi, serta melaporkan kegiatan pelayanan di instalasinya masing-masing dan dalam
menjalankan tugasnya dibantu oleh tenaga fungsional dan atau tenaga non fungsional.
(6) Pembentukan.......
18
(6) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis instalasi dilaporkan secara tertulis kepada Bupati.
Paragraf 2
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 40
(1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga
fungsional yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya dan profesi masing-masing.
(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan dan beban kerja
BLUD RSUD Simeulue. (3) Kelompok jabatan fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing yang berlaku. (4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Paragraf 3
Staf Medis Fungsional
Pasal 41
(1) Staf Medis Fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di
bidang medis dalam jabatan fungsional. (2) Staf Medis Fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosis,
pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, staf medis fungsional
menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi yang terkait.
(4) Pengaturan kedudukan dan fungsi staf medis fungsional disesuaikan dengan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedelapan Organisasi Pendukung
Paragraf 1 Satuan Pengawas Internal
Pasal 42
Guna membantu Direktur dalam bidang pengawasan internal dan
memonitoring dibentuk Satuan Pengawas Internal.
Pasal 43
(1) Satuan Pengawas Internal adalah kelompok jabatan fungsional yang bertugas melaksanakan pengawasan dan monitoring
terhadap pengelolaan sumber daya rumah sakit; (2) Pengawasan dan monitoring terhadap pengelolaan sumber daya
rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk mengawasi apakah kebijakan pimpinan telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk mencapai tujuan organisasi; dan
(3) Satuan pengawas internal diangkat dan bertanggungjawab kepada Direktur.
Paragraf.......
19
Paragraf 2
Komite Medis
Pasal 44
(1) Guna membantu Direktur dalam mengawal dan menjamin mutu pelayanan medis agar sesuai dengan standar pelayanan BLUD
RSUD Simeulue dan untuk memberi wadah bagi profesional medis dibentuk Komite Medis.
(2) Komite Medis mempunyai otoritas tertinggi di dalam organisasi
Staf Medis. (3) Susunan, fungsi, tugas dan kewajiban, serta tanggungjawab dan
kewenangan Komite Medis diuraikan lebih lanjut dalam Bab Pola Tata Kelola Staf Medis.
Paragraf 3
Komite Keperawatan
Pasal 45
Guna membantu Direktur dalam menyusun Standar Pelayanan Keperawatan dan memantau pelaksanaannya, mengatur kewenangan
(privilege) perawat dan bidan, mengembangkan pelayanan keperawatan dan kebidanan, program pendidikan, pelatihan dan penelitian serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan dan kebidanan maka dibentuk Komite Keperawatan.
Pasal 46
(1) Komite Keperawatan merupakan badan non struktural yang berada di bawah serta bertanggungjawab kepada Direktur.
(2) Susunan Komite Keperawatan terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris yang kesemuanya merangkap
anggota ditambah 4 (empat) orang anggota. (3) Komite Keperawatan dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan
Direktur setelah mempertimbangkan usulan dari Kepala Bidang Keperawatan.
Pasal 47
Dalam menjalankan tugasnya Komite Keperawatan wajib menjalin
kerjasama yang harmonis dengan Komite Medis, Manajemen Keperawatan dan Instalasi terkait.
Paragraf 4
Komite Lain
Pasal 48
Guna membantu Direktur dalam menyusun Standar Pelayanan Kesehatan Direktur diberi kewenangan (previlege) untuk membentuk komite lain sesuai kebutuhan strategis organisasi.
Bagian Kesembilan Tata Kerja Pimpinan satuan Organisasi
Pasal 49
Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi
dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan dan pembinaan kepada bawahannya masing-masing wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan cross functional approach secara vertikal dan horizontal baik di lingkungannya serta dengan instalasi lain sesuai
tugas masing-masing .
Pasal.......
20
Pasal 50
Setiap pimpinan satuan organisasi : (1) Wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
pendekatan lintas fungsi secara vertikal dan horisontal baik di lingkungannya serta dengan instalasi lain sesuai dengan tugas
masing-masing. (2) Wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan mengambil
langkah-langkah yang diperlukan apabila terjadi penyimpangan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi
pelaksanaan tugas bawahannya. (4) Wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggungjawab
kepada atasan dalam menyampaikan laporan berkala.
Pasal 51
Setiap laporan yang diterima oleh setiap pimpinan satuan organisasi dari bawahan wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan perubahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk
memberikan petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
Pasal 52
Dalam menyampaikan laporan kepada atasannya, tembusan laporan lengkap dengan semua lampirannya disampaikan pula kepada
satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.
Bagian Kesepuluh Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Paragraf 1 Kepegawaian
Pasal 53
(1) Pegawai BLUD RSUD Simeulue terdiri dari Pegawai Negeri Sipil atau Non Pegawai Negeri Sipil yang profesional sesuai dengan
kebutuhan; (2) Pengangkatan pegawai BLUD RSUD Simeulue yang berasal dari
Pegawai Negeri Sipil disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan; (3) Mekanisme pengangkatan pegawai BLUD RSUD Simeulue yang
berasal dari non Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan pada prinsip efisiensi, ekonomis, dan produktif dalam rangka
peningkatan pelayanan dan perekrutannya di lakukan oleh Direktur BLUD RSUD Simeulue;
(4) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersumber
dari dana pendapatan BLUD RSUD Simeulue; dan (5) Kerja Sama Operasional dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
dan dilakukan oleh Direktur dengan pihak ketiga.
Paragraf 2 Penghargaan Pegawai
Pasal 54
(1) Untuk mendorong motivasi kerja dan produktivitas pegawai maka
BLUD RSUD Simeulue menerapkan kebijakan tentang penghargaan bagi pegawai yang mempunyai kinerja bagus;
(2) Penghargaan.....
21
(2) Penghargaan bagi Pegawai Negeri Sipil yang berprestasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati;
(3) Penghargaan bagi non Pegawai Negeri Sipil yang berprestasi diatur lebih lanjut dengan keputusan Direktur BLUD RSUD Simeulue.
Paragraf 3
Sanksi dan Pemberhentian Pegawai
Pasal 55
(1) Sanksi dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil berpedoman
kepada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; (2) Sanksi dan pemberhentian Non Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat oleh Direktur sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Direktur.
Paragraf 4
Rotasi Pegawai Internal
Pasal 56
(1) Rotasi Pegawai Negeri Sipil dan non Pegawai Negeri Sipil
dilaksanakan dengan tujuan untuk peningkatan kinerja dan pengembangan karir;
(2) Rotasi dilaksanakan dengan mempertimbangkan :
a. Penempatan seseorang pada pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan ketrampilannya;
b. Masa kerja di unit tertentu; c. Pengalaman pada bidang tugas tertentu;
d. Kegunaannya dalam menunjang karir ; dan e. Kondisi fisik dan psikis pegawai.
Paragraf 5 Disiplin Pegawai
Pasal 57
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai,
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban yang dituangkan dalam ;
a. daftar hadir; b. jumlah jam kerja;
c. laporan kegiatan;dan d. daftar penilaian pekerjaan.
Bagian Kesebelas Remunerasi
Pasal 58
(1) Pejabat pengelola, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas
dan pegawai BLUD RSUD Simeulue dapat diberikan remunerasi
sesuai dengan tingkat tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.
(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap,
honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan/atau pensiun.
(3) Remunerasi.......
22
(3) Remunerasi bagi Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam
bentuk honorarium. (4) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk BLUD
RSUD Simeulue ditetapkan oleh Bupati berdasarkan usulan yang
disampaikan oleh Direktur BLUD RSUD Simeulue melalui Sekretaris Daerah.
Pasal 59
(1) Penetapan remunerasi pimpinan Rumah Sakit
mempertimbangkan faktor-faktor yang berdasarkan :
a. Ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola Rumah Sakit, tingkat pelayanan serta produktivitas;
b. Mempertimbangkan persamaannya dengan industri pelayanan sejenis;
c. Kemampuan pendapatan Rumah Sakit yang bersangkutan ; dan
d. Kinerja operasional Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Bupati
dengan mempertimbangkan antara lain indikator keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat.
(2) Remunerasi Kepala Bagian termasuk Kepala Sub Bagian dan Kepala Bidang termasuk Kepala Seksi ditetapkan paling banyak
sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari remunerasi Direktur.
Pasal 60
Remunerasi Dewan Pengawas ditetapkan sebagai berikut a. Honorarium Ketua Dewan Pengawas paling banyak sebesar 40%
(empat puluh persen) dari gaji Direktur; b. honorarium Sekretaris Dewan Pengawas paling banyak sebesar
15% (lima belas persen) dari gaji Direktur;dan
c. honorarium anggota Dewan Pengawas paling banyak sebesar 36% (tiga puluh enam persen) dari gaji Direktur.
Pasal 61
(1) Remunerasi bagi Pejabat Pengelola dan pegawai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) dapat dihitung berdasarkan indikator penilaian :
a. basic index ( Pengalaman kerja dan masa kerja); b. position index( Jabatan yang disandang); c. competency index ( Keterampilan dan ilmu pengetahuan );
d. emergency index (Tingkat kegawat daruratan ); e. risk Index ( Resiko);dan
f. performance index ( Hasil dan capaian program ). (2) Bagi Pejabat Pengelola dan pegawai Rumah Sakit yang berstatus
Pegawai Negeri Sipil, gaji pokok dan tunjangan mengikuti peraturan perundang-undangan tentang gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil serta dapat diberikan tambahan penghasilan
sesuai remunerasi yang ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 62
(1) Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas yang diberhentikan sementara dari jabatannya
memperoleh penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari remunerasi/honorarium bulan terakhir yang berlaku sejak
tanggal diberhentikan sampai dengan ditetapkannya keputusan definitif tentang jabatan yang bersangkutan.
(2) Bagi.......
23
(2) Bagi Pejabat Pengelola berstatus Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memperoleh penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari remunerasi bulan terakhir di BLUD RSUD Simeulue sejak tangggal diberhentikan atau sebesar gaji Pegawai Negeri
Sipil berdasarkan surat keputusan pangkat terakhir.
Bagian Kedua Belas Sumber Dana Remunerasi
Pasal 63
Dana Remunerasi bersumber dari pendapatan BLUD RSUD
Simeulue.
Bagian Ketiga Belas Standar Pelayanan Minimal
Pasal 64
(1) Untuk menjamin ketersedian, keterjangkauan dan kualitas pelayanan umum yang diberikan rumah sakit, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien yang berkualitas maka
Standar Pelayanan Minimal BLUD RSUD Simeulue ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
(2) Standar Pelayanan Minimal harus terukur, relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Standar Pelayanan Minimal merupakan acuan dalam melaksanakan tugas yang dilaksanakan oleh setiap staf BLUD BLUD RSUD Simeulue.
(4) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan mempertimbangkan kualitas, pemerataan, dan
kesetaraan serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.
Pasal 65
(1) Standar Pelayanan Minimal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. fokus pada jenis layanan tertentu; b. terukur;
c. dapat dicapai; d. relevan dan dapat diandalkan; dan e. tepat waktu.
(2) Fokus pada jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang
terwujudnya tugas dan fungsi rumah sakit. (3) Terukur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
(4) Dapat dicapai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan kegiatan nyata, dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional, sesuai kemampuan dan tingkat
pemanfaatannya. (5) Relevan dan dapat diandalkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang fungsi rumah sakit.
(6) Tepat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.
Bagian.......
24
Bagian Keempat Belas Pengelolaan Keuangan
Paragraf 1 Pendapatan
Pasal 66
Pendapatan BLUD RSUD Simeulua dapat bersumber dari : a. Jasa Layanan;
b. Hibah; c. Kerja sama dengan Pihak Lain; d. APBK dan APBA;
e. APBN; f. Lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
Pasal 67
(1) Pendapatan BLUD RSUD Simeulue yang bersumber dari jasa layanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 huruf a, berupa
imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat
(2) Pendapatan BLUD RSUD Simeulue yang bersumber dari hibah sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 huruf b dapat berupa
hibah terikat dan hibah tidak terikat. (3) Hasil kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam
pasal 66 huruf c dapat berupa perolehan dari kerjasama
operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang mendukung tugas dan fungsi BLUD.
(4) Pendapatan BLUD RSUD Simeulue yang bersumber dari APBK dan APBA sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 huruf d berupa
pendapatan yang berasal dari otorisasi kredit anggaran pemerintah daerah bukan kegiatan pembiayaan dari APBK dan APBA.
(5) Pendapatan BLUD RSUD Simeulue yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 66 huruf e dapat berupa pendapatan yang berasal dari pemerintah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi
dan/atau Tugas Pembantuan. (6) BLUD RSUD Simeulue dalam melaksanakan anggaran
dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), proses pengelolaan keuangan diselenggarakan secara terpisah berdasarkan ketentuan yang
berlaku dalam pelaksanaan APBN. (7) Lain-lain pendapatan yang sah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 66 huruf f, antara lain : a. hasil penjualan kekayaan yang tidak terpisahkan; b. hasil pemanfaatan kekayaan;
c. jasa giro; d. pendapatan bunga;
e. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
f. komisi, potongan ataupun bentuk-bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau jasa oleh rumah sakit; dan
g. hasil investasi.
Pasal 68
(1) Seluruh pendapatan BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2), kecuali yang berasal dari
hibah terikat, dapat dikelola langsung untuk membiayai pengeluaran Rumah Sakit sesuai dengan Rencana Bisnis Anggaran.
(2) Seluruh......
25
(2) Seluruh pendapatan BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1) dilaksanakan melalui rekening
kas BLUD RSUD Simeulue dan dicatat dalam kode rekening kelompok Pendapatan Asli Daerah pada jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan
BLUD RSUD Simeulue. (3) Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaporkan kepada DPKKD setiap triwulan. (4) Format laporan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
tercantum dalam lampiran peraturan ini.
Pasal 69
Pengelolaan keuangan BLUD RSUD Simeulue berdasarkan pada
prinsip efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dengan berazaskan akuntabilitas dan transparasi.
Pasal 70
Dalam rangka penerapan prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat maka dalam penatausahaan keuangan diterapkan Sistem
Akuntansi Akrual (SAK) dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Pasal 71
(1) Subsidi dari pemerintah untuk pembiayaan BLUD RSUD
Simeulue dapat berupa biaya operasional, pengadaan barang modal dan biaya pengadaan barang dan jasa serta gaji kecuali
yang diangkat oleh Direktur.
Paragraf 2 Biaya
Pasal 72
(1) Biaya BLUD RSUD Simeulue terdiri dari biaya operasional dan biaya non operasional.
(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup seluruh biaya yang menjadi beban BLUD RSUD Simeulue dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi.
(3) Biaya non operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup seluruh biaya yang menjadi beban BLUD RSUD
Simeulue dalam rangka menunjang pelaksanan tugas dan fungsi. (4) Biaya BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dialokasikan untuk membiayai program peningkatan pelayanan, kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung
pelayanan. (5) Pembiayaan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dialokasikan sesuai dengan kelompok, jenis, program,
dan kegiatan.
Pasal 73
(1) Biaya operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2), terdiri dari: a. biaya pelayanan; dan
b. biaya umum dan administrasi.
(2) Biaya........
26
(2) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, mencakup seluruh biaya operasional yang berhubungan langsung
dengan kegiatan pelayanan. (3) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, mencakup seluruh biaya operasional yang tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan. (4) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri
dari: a. biaya pegawai;
b. biaya bahan; c. biaya jasa pelayanan; d. biaya pemeliharaan;
e. biaya barang dan jasa; dan f. biaya pelayanan lain-lain.
(5) Biaya umum dan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), terdiri dari:
a. biaya pegawai; b. biaya administrasi kantor; c. biaya pemeliharaan;
d. biaya barang dan jasa; e. biaya promosi; dan
f. biaya umum dan administrasi lain-lain.
Pasal 74
Biaya non operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat
(3) terdiri dari : a. biaya bunga;
b. biaya administrasi bank; c. biaya kerugian penjualan aset tetap;
d. biaya kerugian penurunan nilai; dan e. biaya non operasional lain-lain.
Pasal 75
(1) Seluruh pengeluaran biaya BLUD RSUD Simeulue yang bersumber sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 dilaporkan
kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) setiap triwulan.
(2) Seluruh pengeluaran biaya BLUD RSUD Simeulue yang
bersumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan menerbitkan SPM Pengesahan yang dilampirkan dengan
Surat Pernyataan Tanggungjawab (SPTJ). (3) Format SPTJ sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan format
laporan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai peraturan yang berlaku.
Pasal 76
(1) Pengeluaran biaya BLUD RSUD Simeulue diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan.
(2) Fleksibilitas pengeluaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pengeluaran biaya yang disesuaikan dan
signifikan dengan perubahan pendapatan dalam ambang batas Rencana Bisnis Anggaran yang telah ditetapkan secara definitif.
(3) Fleksibilitas pengeluaran biaya BLUD RSUD Simeulue
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku untuk biaya yang berasal dari pendapatan selain dari APBN/ APBK dan hibah
terikat.
(4) Dalam......
27
(4) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLUD dapat mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBK kepada TAPK melalui
Sekretaris Daerah.
Pasal 77
(1) Ambang batas Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68 ayat (2), berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 ditetapkan dengan besaran
prosentase. (2) Besaran prosentase sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan
operasional BLUD RSUD Simeulue. (3) Besaran persentase sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan dalam Rencana Bisnis Anggaran dan Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) BLUD RSUD Simeulue oleh TAPK.
(4) Prosentase ambang batas tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi, dicapai, terukur, rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
Paragraf 3
Tarif Pelayanan
Pasal 78
(1) BLUD RSUD Simeulue dapat memungut biaya kepada
masyarakat sebagai imbalan atas barang dan atau jasa layanan yang diberikan.
(2) Imbalan atas barang dan atau jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam bentuk tarif layanan
yang berdasarkan perhitungan biaya satuan perunit layanan. (3) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), termasuk imbal hasil
yang wajar dari investasi dana dan untuk menutup seluruh atau
sebagian dari biaya per unit layanan. (4) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa
besaran tarif dan atau pola tarif sesuai dengan jenis layanan BLUD RSUD Simeulue.
Pasal 79
(1) Tarif layanan BLUD RSUD Simeulue diusulkan oleh Direktur kepada Bupati melalui Sekda.
(2) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan,
daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat; (3) Bupati dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana di maksud
ayat (2) dapat membentuk tim. (4) Pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
ditetapkan oleh Bupati yang keanggotaannya dapat berasal dari:
a. pembina teknis; b. pembina keuangan;
c. unsur perguruan tinggi; dan d. organisasi profesi
Pasal 80
(1) Peraturan Bupati mengenai tarif layanan di BLUD RSUD Simeulue dapat dilakukan perubahan sesuai kebutuhan dan
perkembangan keadaan.
(2) Perubahan.....
28
(2) Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara keseluruhan ataupun per unit layanan.
(3) Proses perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kelima Belas
Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggung jawaban
Paragraf 1 Akuntansi
Pasal 81
(1) BLUD RSUD Simeulue menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan praktek bisnis yang sehat.
(2) Setiap transaksi keuangan BLUD RSUD Simeulue dicatat dalam dokumen pendukung yang dikelola secara tertib.
Pasal 82
(1) BLUD RSUD Simeulue menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
(2) Penyelenggaraan akuntansi dan Iaporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menggunakan cash basic baik dalam pengakuan pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan ekuitas
dana. (3) BLUD RSUD Simeulue mengembangkan dan menerapkan
sistem akuntansi dengan berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku untuk BLUD RSUD Simeulue dan ditetapkan oleh
kepala daerah dengan peraturan kepala daerah.
Pasal 83
(1) Dalam rangka penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan
keuangan berbasis cash sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (2), Direktur BLUD RSUD Simeulue menyusun kebijakan
akuntansi yang berpedoman pada standar akuntansi sesuai jenis layanannya.
(2) Kebijakan akuntansi BLUD RSUD Simeulue sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), digunakan sebagai dasar dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset,
kewajiban, ekuitas dana, pendapatan dan biaya.
Paragraf 2 Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Pasal 84
(1) Laporan keuangan BLUD RSUD Simeulue terdiri dari: a. neraca yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu; b. laporan operasional yang berisi informasi jumlah pendapatan
dan biaya BLUD RSUD Simeulue per triwulan; c. laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan
dengan aktivitas operasional, investasi, dan aktivitas
pendanaan dan/atau pembiayaan yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas per
triwulan; dan
d. catatan.....
29
d. catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan
keuangan. (2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai
dengan laporan kinerja yang berisikan informasi pencapaian
hasil/keluaran BLUD RSUD Simeulue. (3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaudit
oleh pemeriksa eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 85
(1) Setiap triwulan BLUD RSUD Simeulue menyusun dan
menyampaikan laporan operasional dan laporan arus kas kepada PPKD, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah periode pelaporan berakhir.
(2) Setiap semesteran dan tahunan BLUD RSUD Simeulue wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan lengkap yang
terdiri dari laporan operasional, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan disertai laporan kinerja kepada
PPKD untuk dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan pemerintah daerah, paling lambat 2 (dua) bulan setelah periode pelaporan berakhir.
Pasal 86
Penyusunan laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
85 ayat (2) untuk kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan standar akuntansi pemerintahan
BAB V
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Bagian Kesatu
Perencanaan
Pasal 87
(1) BLUD RSUD Simeulue diharuskan menyusun rencana bisnis
yang nantinya merupakan pedoman dalam menyusun Rencana Bisnis Anggaran.
(2) Renstra bisnis BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup pernyataan visi, misi, program strategis,
pengukuran pencapaian kinerja, rencana pencapaian lima tahunan dan proyeksi keuangan lima tahunan BLUD RSUD Simeulue.
(3) Visi, misi, program strategis, pengukuran pencapaian kinerja rencana pencapaian lima tahunan dan proyeksi keuangan lima
tahunan. (4) Rencana Bisnis Anggaran yang telah disusun dilaporkan ke TAPK
untuk ditelaah dan disahkan menjadi DPA sebagai pelaksanaan anggaran dengan tetap berpedoman kepada peraturan perundang undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Pengganggaran
Pasal 88
(1) Penyusunan Rencana Bisnis Anggaran tahunan berpedoman
pada renstra bisnis BLUD RSUD Simeulue.
(2) Penyusunan......
30
(2) Penyusunan Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun berdasarkan prinsip anggaran berbasis
kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, APBK,
APBA, APBN dan sumber-sumber pendapatan BLUD RSUD Simeulue lainnya yang sah.
(3) Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat:
a. kinerja tahun berjalan; b. asumsi makro dan mikro;
c. target kinerja; d. analisis dan perkiraan biaya satuan; e. perkiraan harga;
f. anggaran pendapatan dan biaya; g. besaran persentase ambang batas;
h. prognosa laporan keuangan; i. perkiraan maju (forward estimate); j. rencana pengeluaran investasi/modal; dan k. ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan
RKA-SKPK/APBK.
(4) Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai dengan usulan program, kegiatan, standar pelayanan
minimal dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan. (5) Rencana Bisnis Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2007.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan Anggaran
Paragraf 1
DPA BLUD RSUD Simeulue
Pasal 89 (1) DPA- BLUD RSUD Simeulue mencakup antara lain:
a. pendapatan dan biaya;
b. proyeksi arus kas; c. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan
dihasilkan. (2) TAPK mengesahkan DPA-BLUD RSUD Simeulue sebagai dasar
pelaksanaan anggaran. (3) Pengesahan DPA BLUD RSUD Simeulue berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal DPA BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud pada ayat (2), belum disahkan oleh TAPK, BLUD RSUD Simeulue
dapat melakukan pengeluaran uang setinggi-tingginya sebesar angka DPA BLUD RSUD Simeulue tahun sebelumnya.
Pasal 90
(1) DPA BLUD RSUD Simeulue yang telah disahkan oleh TAPK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (2), menjadi dasar penarikan dana yang bersumber dari APBK.
(2) Penarikan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan untuk belanja pegawai, belanja modal, barang dan/atau jasa, dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (3) Penarikan dana untuk belanja barang dan/atau jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebesar selisih (mismatch) jumlah kas yang tersedia ditambah dengan aliran kas masuk
yang diharapkan dengan jumlah pengeluaran yang diproyeksikan, dengan memperhatikan anggaran kas yang telah ditetapkan dalam DPA BLUD RSUD Simeulue
Paragraf.......
31
Paragraf 2 Pengelolaan Kas
Pasal 91
Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang dananya bersumber selain dari APBK, APBA dan APBN dilaksanakan melalui
rekening kas BLUD RSUD Simeulue.
Pasal 92
(1) Dalam pengelolaan kas, BLUD RSUD Simeulue
menyelenggarakan: a. perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;
b. pemungutan pendapatan atau tagihan; c. penyimpanan kas dan mengelola rekening bank;
d. pembayaran; e. perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek;
dan
f. pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan.
(2) Penerimaan BLUD RSUD Simeulue pada setiap hari disetorkan seluruhnya ke rekening kas BLUD RSUD Simeulue dan
dilaporkan kepada pejabat keuangan BLUD RSUD Simeulue.
Paragraf 3
Pengelolaan Piutang dan Utang
Pasal 93
(1) BLUD RSUD Simeulue dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau transaksi yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan
BLUD RSUD Simeulue. (2) Piutang dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan prinsip bisnis yang sehat dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (3) BLUD RSUD Simeulue melaksanakan penagihan piutang pada
saat piutang jatuh tempo.
(4) Untuk melaksanakan penagihan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), BLUD RSUD Simeulue menyiapkan bukti dan
administrasi penagihan, serta menyelesaikan tagihan atas piutang BLUD RSUD Simeulue.
(5) Penagihan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), yang sulit ditagih dapat dilimpahkan penagihannya kepada kepala
daerah dengan dilampiri bukti-bukti valid dan sah.
Pasal 94
(1) Piutang dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat
yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang. (2) Kewenangan penghapusan piutang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan dengan peraturan Bupati, dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 95
(1) BLUD RSUD Simeulue dapat melakukan pinjaman/utang
sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau perikatan pinjaman dengan pihak lain.
(2) Pinjaman.....
32
(2) Pinjaman/utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa pinjaman/utang jangka pendek atau pinjaman/utang
jangka panjang. (3) Pinjaman dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab.
(4) Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka pendek hanya untuk biaya operasional
termasuk keperluan menutup defisit kas. (5) Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan
pinjaman jangka panjang hanya untuk pengeluaran investasi/modal.
(6) Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terlebih dahulu
wajib mendapat persetujuan Bupati.
Pasal 96
(1) Perikatan pinjaman dilakukan oleh Direktur BLUD RSUD Simeulue.
(2) Kewenangan perikatan pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 97
(1) Pembayaran kembali pinjaman/utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (1), menjadi tanggungjawab BLUD RSUD
Simeulue. (2) Hak tagih pinjaman/utang BLUD RSUD Simeulue menjadi
kedaluwarsa setelah 5 (lima) tahun sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain menurut undang-undang.
(3) Jatuh tempo sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dihitung sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnya.
Pasal 98
(1) BLUD RSUD Simeulue wajib membayar bunga dan pokok utang yang telah jatuh tempo.
(2) Direktur BLUD RSUD Simeulue dapat melakukan pelampauan
pembayaran bunga dan pokok sepanjang tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan dalam Rencana Bisnis
Anggaran.
Paragraf 4 Investasi
Pasal 99
(1) BLUD RSUD Simeulue dapat melakukan investasi sepanjang memberi manfaat bagi peningkatan pendapatan dan peningkatan
pelayanan kepada masyarakat serta tidak mengganggu likuiditas keuangan BLUD.
(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa investasi
jangka pendek dan investasi Jangka panjang.
Pasal 100
(1) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (2), merupakan investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau
kurang. (2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat dilakukan dengan pemanfaatan surplus kas jangka pendek.
(3) Investasi.......
33
(3) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain:
a. deposito berjangka waktu 1 (satu) sampai dengan 12 (dua belas) bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis;
b. pembelian surat utang negara jangka pendek; (4) Karakteristik investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), adalah: a. dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
b. ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan c. berisiko rendah.
Pasal 101
(1) BLUD RSUD Simeulue tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas persetujuan Bupati.
(2) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain: a. penyertaan modal;
b. pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang; dan c. investasi langsung seperti pendirian perusahaan.
Pasal 102
Dalam hal BLUD RSUD Simeulue mendirikan/membeli badan usaha yang berencana Bisnis Anggaran dan hukum, kepemilikan
badan usaha tersebut berada pada pemerintah daerah.
Pasal 103
(1) Hasil investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (1), merupakan pendapatan BLUD RSUD Simeulue.
(2) Pendapatan BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran sesuai Rencana Bisnis Anggaran.
Paragraf 5
Kerja Sama
Pasal 104
(1) Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, BLUD
RSUD Simeulue dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, ekonomis dan saling menguntungkan.
Pasal 105
(1) Kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat (1), antara lain:
a. Kerja sama operasi; b. sewa menyewa;
c. usaha lainnya yang menunjang tugas dan fungsi BLUD RSUD Simeulue.
(2) Kerja sama operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
merupakan perikatan antara BLUD RSUD Simeulue dengan pihak lain, melalui pengelolaan manajemen dan proses
operasional secara bersama dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
(3) Sewa.......
34
(3) Sewa menyewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan penyerahan hak penggunaan/pemakaian barang
BLUD RSUD Simeulue kepada pihak lain atau sebaliknya dengan imbalan berupa uang sewa bulanan atau tahunan untuk jangka waktu tertentu, baik sekaligus maupun secara berkala.
(4) Usaha lainnya yang menunjang tugas dan fungsi BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
merupakan kerjasama dengan pihak lain yang menghasilkan pendapatan bagi BLUD RSUD Simeulue dengan tidak
mengurangi kualitas pelayanan umum yang menjadi kewajiban BLUD RSUD Simeulue.
Pasal 106
(1) Hasil kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal merupakan pendapatan BLUD RSUD Simeulue.
(2) Pendapatan BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran sesuai Rencana Bisnis Anggaran.
Bagian Keempat
Pengelolaan Barang
Paragraf 1 Pengadaan Barang dan/atau Jasa
PasaI 107
(1) Pengadaan barang dan/atau jasa yang bersumber dari APBK pada BLUD RSUD Simeulue dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang berlaku bagi pengadaan barang/jasa pemerintah. (2) Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD RSUD Simeulue
yang sumber anggarannya bersumber dari pendapatan BLUD
RSUD dapat dikelola langsung oleh Rumah Sakit. (3) Pengadaan barang dan/atau jasa dilakukan berdasarkan prinsip
efisien, efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktek bisnis yang sehat.
Pasal 108
(1) BLUD RSUD Simeulue dengan status penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari
ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat
(3), apabila terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi. (2) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan
terhadap pengadaan barang dan/atau jasa yang sumber dananya berasal dari: a. jasa layanan;
b. hibah tidak terikat; c. hasil kerja sama dengan pihak lain; dan
d. lain-lain pendapatan BLUD RSUD Simeulue yang sah.
Pasal 109
(1) Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 107 ayat (2), berdasarkan ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan oleh Direktur BLUD RSUD
Simeulue dan disetujui Bupati.
(2) Ketentuan.......
35
(2) Ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan Direktur BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), harus dapat menjamin ketersediaan barang dan/atau jasa yang lebih bermutu, lebih murah, proses pengadaan yang sederhana dan cepat serta mudah menyesuaikan dengan
kebutuhan untuk mendukung kelancaran pelayanan BLUD RSUD Simeulue.
Pasal 110
Pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari hibah terikat dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan
dari pemberi hibah, atau ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang berlaku bagi BLUD sepanjang disetujui pemberi hibah.
Pasal 111
(1) Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 107 ayat (2), dilakukan oleh pelaksana pengadaan.
(2) Pelaksana pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berbentuk tim, panitia atau unit yang dibentuk oleh
Direktur BLUD RSUD Simeulue yang ditugaskan secara khusus untuk melaksanakan pengadaan barang dan/atau jasa guna
keperluan BLUD RSUD Simeulue. (3) Pelaksana pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
terdiri dari personil yang memahami tatacara pengadaan,
substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan.
Pasal 112
Penunjukan pelaksana pengadaan barang dan/atau jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 ayat (3), dilakukan dengan prinsip: a. obyektifitas, dalam hal penunjukan yang didasarkan pada aspek
integritas moral, kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan barang dan/atau jasa, tanggung jawab
untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang dan/atau jasa;
b. independensi, dalam hal menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan dengan pihak terkait dalam melaksanakan penunjukkan pejabat lain baik langsung maupun
tidak langsung; dan c. saling uji (cross check), dalam hal berusaha memperoleh
informasi dari sumber yang berkompeten, dapat dipercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mendapatkan keyakinan
yang memadai dalam melaksanakan penunjukkan pelaksana pengadaan lain.
Pasal 113
Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang
diatur dalam Peraturan Bupati.
Paragraf 2
Iventaris dan Aset
Pasal 114
(1) Barang inventaris milik BLUD RSUD Simeulue dapat dihapus dan/atau dialihkan kepada pihak lain atas dasar pertimbangan ekonomis dengan cara dijual, ditukar dan/atau dihibahkan.
(2) Barang......
36
(2) Barang inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan barang pakai habis, barang untuk diolah atau dijual,
barang lainnya yang tidak memenuhi persyaratan sebagai aset tetap.
(3) Hasil penjualan barang inventaris sebagai akibat dari pengalihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan pendapatan BLUD RSUD Simeulue.
(4) Hasil penjualan barang inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dituangkan secara memadai dalam laporan keuangan
BLUD RSUD Simeulue.
Pasal 115
(1) BLUD RSUD Simeulue tidak boleh mengalihkan dan/atau
menghapus aset tetap, kecuali atas persetujuan pejabat yang berwenang.
(2) Aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan BLUD RSUD
Simeulue atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. (3) Kewenangan pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai dan jenis barang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Hasil pengalihan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
merupakan pendapatan BLUD RSUD Simeulue dan
diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan BLUD RSUD Simeulue.
(5) Pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaporkan kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah. (6) Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait
langsung dengan tugas dan fungsi BLUD RSUD Simeulue harus
mendapat persetujuan Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Bagian Kelima Surplus dan Defisit Anggaran
Pasal 116
(1) Surplus anggaran BLUD RSUD Simeulue merupakan selisih lebih antara realisasi pendapatan dan realisasi biaya BLUD RSUD
Simeulue pada satu tahun anggaran. (2) Surplus anggaran BLUD RSUD Simeulue dapat digunakan
dalam tahun anggaran berikutnya kecuali atas permintaan Kepala Daerah disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas
daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLUD RSUD Simeulue.
Pasal 117
(1) Defisit anggaran BLUD RSUD Simeulue merupakan selisih kurang antara realisasi pendapatan dengan realisasi biaya BLUD
RSUD Simeulue pada satu tahun anggaran. (2) Defisit anggaran BLUD RSUD Simeulue dapat diajukan usulan
pembiayaannya pada tahun anggaran berikutnya kepada PPKD.
Bagian........
37
Bagian Keenam Penatausahaan
Pasal 118
Penatausahaan keuangan BLUD RSUD Simeulue paling sedikit memuat:
a. pendapatan/biaya; b. penerimaan/pengeluaran;
c. utang/piutang; d. persediaan, aset tetap dan investasi; dan e. ekuitas dana.
Pasal 119
(1) Penatausahaan BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 120 didasarkan pada prinsip pengelolaan keuangan bisnis yang sehat.
(2) Penatausahaan BLUD RSUD Simeulue sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan secara tertib, efektif, efisien, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 120
(1) Direktur BLUD menetapkan kebijakan penatausahaan keuangan
BLUD RSUD Simeulue.
(2) Penetapan kebijakan penatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada PPKD.
Bagian ketujuh
Pengelolaan Sumber Daya Lain
Pasal 121
(1) Pengelolaan sumber daya lain yang terdiri dari sarana, prasarana,
gedung dan jalan akan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pengelolaan sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kepentingan mutu pelayanan dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
rumah sakit.
Bagian kedelapan Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Rumah Sakit
Pasal 122
(1) Rumah sakit wajib menjaga lingkungan, baik internal maupun
eksternal.
(2) Sistem pengelolaan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mendukung mutu pelayanan yang
berorientasi kepada keamanan, kenyamanan, kebersihan, kesehatan, keindahan, dan keselamatan.
Pasal 123
(1) Pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 ayat (2) meliputi pengelolaan limbah rumah sakit;
(2) Pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi limbah medis dan limbah non medis; dan
(3) Tata......
38
(3) Tata laksana pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Bagian kesembilan
Operasional Tata Kelola BLUD RSUD Simeulue
Pasal 124
(1) Tata Kelola merupakan aturan aturan yang menjadi pedoman
pelaksana kegiatan pada semua unit unit kerja di BLUD RSUD Simeulue.
(2) Tata Kelola diusulkan oleh Direktur untuk ditetapkan dengan
peraturan Bupati Simeulue. (3) Tata kelola BLUD RSUD Simeulue ini dapat diubah dan
disempurnakan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. (4) Perubahan tata kelola diusulkan oleh Direktur untuk ditetapkan
dengan peraturan Bupati Simeulue.
Bagian Kesepuluh
Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Pasal 125
(1) Susunan Organisasi Pejabat Pengelola PPK BLUD BLUD RSUD Simeulue, didasarkan pada Qanun Nomor 8 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tatakerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Simeulue. (2) Susunan Organisasi BLUD RSUD Simeulue terdiri dari :
a. Direktur; b. Bagian Tata Usaha terdiri dari :
1. Subbagian Umum dan Perlengkapan; 2. Subbagian Kepegawaian; dan 3. Subbagian Keuangan.
c. Bidang Pelayanan Medis terdiri dari; 1. Seksie Pelayanan dan Rujukan; dan
2. Seksi Logistik dan Alat Kesehatan. d. Bidang Keperawatan terdiri dari;
1. Seksi Asuhan Keperawatan; dan 2. Seksi Etika Profesi dan Pengembangan Sumber Daya
Kesehatan.
e. Bidang Penunjang Medis terdiri dari; 1. Seksi Pelayanan Penunjang Medis; dan
2. Seksi Pengendalian Mutu Pencatatan dan Laporan. f. Kelompok Jabatan Fungsional (Lihat Qanun Nomor 8 Tahun
2007) (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dipimpin
oleh seorang Kepala Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.
(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d,
dan huruf e dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur.
(5) Subbagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b angka 1, angka 2, dan angka 3 dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian
yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bagian.
(6) Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d,
angka 1 dan angka 2 dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior sebagai ketua kelompok dan bertanggungjawab kepada
Bidang.
(7) Kelompok.......
39
(7) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf j dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior sebagai
ketua kelompok dan bertanggungjawab kepada Direktur. (8) Bagan Organisasi BLUD RSUD Simeulue sebagaimana tercantum
dalam lampiran I merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan ini.
Paragraf 1 Bagian Tata Usaha
Pasal 126
Bagian Tata Usaha adalah unsur pembantu pimpinan di bidang pembinaan administrasi, keuangan dan kepegawaian.
Pasal 127
Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pengelolaan Urusan administrasi, umum, perlengkapan, peralatan,
kerumahtanggaan, perpustakaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, hukum, perundang-undangan, pelayanan
administrasi, dan penyusunan program.
Pasal 128
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud di atas,
Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi : a. Pengelolaan Urusan Administarasi;
b. Pengelolaan Kepegawaian; c. Pengelolaan Urusan Kerumahtanggaan dan Perlengkapan;
d. Pengelolaan urusan Kehumasan; e. Pengelolaan Keuangan;dan f. Pelaksanaan tugas–tugas lain yang diberikan oleh Direktur.
Pasal 129
(1) Bagian Tata Usaha terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan; b. Sub Bagian Kepegawaian; dan c. Sub Bagian Keuangan.
(2) Masing-masing sub bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Bagian Tata Usaha sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 130
(1) Sub Bagian Umum dan Perlengkapan mempunyai tugas
melaksanakan Urusan administrasi surat menyurat,
ketatausahaan, kearsipan, ekspedisi, pengadaan, rumah tangga, barang inventaris, asset, pengelolaan peralatan, pengadaan dan
pemeliharaan perlengkapan kantor dan perpustakaan serta Urusan kehumasan.
(2) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan Urusan administrasi kepegawaian, pengelolaan administrasi kepegawaian, kesejahteraan pegawai dan mengatur kedisiplinan
pegawai.
(3) Subbagian.......
40
(3) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan serta menangani masalah keuangan yang meliputi administrasi
keuangan, verifikasi, pembendaharaan, pembukuan serta pelaporan realisasi fisik dan keuangan.
Pasal 131
(1) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130 ayat (1), Sub Bagian Umum dan Perlengkapan dibantu oleh
unit/urusan yang secara fungsional melaksanakan tugas dan fungsi teknis yang terdiri dari Urusan umum dan perlengkapan, Urusan humas dan pemasaran.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130 ayat (2), Sub Bagian Kepegawaian dibantu oleh unit/urusan
yang secara fungsional melaksanakan tugas dan fungsi teknis yang terdiri dari Urusan Mutasi dan Kepangkatan dan Urusan
Pengembangan dan SDM. (3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
130 ayat (3), Sub Bagian Keuangan dibantu oleh unit/urusan
yang secara fungsional melaksanakan tugas dan fungsi teknis yang terdiri dari Urusan Akuntansi, Urusan Mobilisasi Dana.
(4) Masing-masing unit/urusan teknis tersebut dipimpin oleh seorang kepala unit/urusan dan bertanggungjawab kepada
Kepala Sub Bagian sesuai dengan bagian tugasnya.
Paragraf 2
Bidang Pelayanan Medis
Pasal 132
Kepala Bidang Pelayanan Medis mempunyai tugas mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan medis melakukan pemantauan dan pengawasan fasilitas pemulangan dan kegiatan
pelayanan medis, melakukan pengawasan dan pengendalian penerimaan dan pemulangan pasien serta mengkoordinasikan semua
kebutuhan pelayanan medis yang meliputi instalasi rawat jalan/inap, perawatan intensive, gawat darurat, bedah sentral, gigi dan mulut.
Pasal 133
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 132, Kepala Bidang Pelayanan Medis mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan pelayanan upaya rujukan; b. Pelaksanaan pemantauan, pengawasan, penilaian penggunaan
fasilitas serta kegiatan pelayanan medis; c. Penyusunan kebutuhan tenaga medis dan paramedic serta alat
atau bahan fasilitas pelayanan dan paramedis; d. Pelaksanaan penyiapan logistic medis dan paramedis; e. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
Rumah Sakit Umum sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Pasal 134
(1) Seksi Pelayanan dan Rujukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 ayat (2) huruf c mempunyai tugas menyiapkan bahan, menyusun seluruh kebutuhan instalasi rawat jalan dan
kebutuhan instalasi penunjang, melaksanakan kegiatan pelaksanaan rujukan.
(2) Seksi........
41
(2) Seksi logistik dan alat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 ayat (2) huruf c mempunyai tugas membuat
perencanaan alat kesehatan, menyiapkan alat kesehatan, distribusi alat kesehatan, pemeliharaan alat kesehatan, pelaporan dan pencatatan alat kesehatan.
Paragraf 3
Bidang Keperawatan
Pasal 135
Kepala Bidang Keperawatan mempunyai tugas melakukan bimbingan
pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan, etika, pegembangan sumber daya manusia keperawatan serta pengendalian mutu keperawatan dengan menerapkan prinsip professional yang
islami.
Pasal 136
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135,
Kepala Bidang Keperawatan mempunyai fungsi : a. Penyelenggaraan bimbingan pelaksanaan kegiatan program
asuhan dan pelayanan keperawatan, pelaksanaan etika profesi
keperawatan dan pengendalian mutu keperawatan; b. Pelaksanaan penyusunan standar asuhan keperawatan dan
pelayanan keperawatan, membina pelaksanaan etika profesi keperawatan serta melakukan pengembangan sumber daya
manusia keperawatan; c. pelaksanaan pemantauan, pengawasan, penilaian, bimbingan,
pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan, pelayanan keperawatan, dan standar tenaga keperawatan;
d. menyiapkan penempatan tenaga keperawatan atas usulan kepada
instansi terkait; e. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Pasal 137
(1) Seksi Asuhan Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
125 ayat (2) huruf d mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan pelaksanaan asuhan pelayanan keperawatan
serta pemantauan, pengawasan dan penelitian kegiatan asuhan keperawatan.
(2) Seksi Etika Profesi dan pengembangan sumber daya kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 ayat (2) huruf d mempunyai tugas melakukan bimbingan, mengawasi dan
mengendalikan serta mengkoordinasi kegiatan pelayanan keperawatan dan mahasiswa yang melakukan praktek lapangan
dan penelitian dalam lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Simeulue dalam pelaksanaan peningkatan etika dan profesi keperawatan.
Paragraf 4
Bidang Penunjang Medis
Pasal 138
Kepala Bidang Penunjang Medis mempunyai tugas melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas, kegiatan pelayanan penunjang medis, mengkoordinasikan kebutuhan logistic
pelayanan penunjang medis, pengawasan dan pengendalian pada instansi terkait.
Pasal.......
42
Pasal 139
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138, Kepala Bidang Penunjang Medis mempunyai fungsi : a. Perencanaan, pengelolaan kebutuhan pelayanan penunjang medis;
b. Pengkoordinasian pelaksanaan pengelolaan kebutuhan pelayanan penunjang medis;
c. Pengawasan dan penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan penunjang medis;
d. Pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas pelayanan penunjang medis;
e. Mengumpulkan, menyiapkan, mengolah data dan penyajian
informasi Rumah Sakit dibidang non medis; f. Penyusunaan dan pengolahan catatan medis dan administrasi
rekam medis rawat jalan dan rawat inap; g. Pengumpulan, pengolahan dan pelaporan data rekam medis,
persiapan visum at repertum serta evaluasi; h. Pegendalian mutu pelayanan Rumah Sakit baik dibidang medis
dan non medis, pengkoordinasian tugas pengendali mutu dan
kelompok budaya kerja; i. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur sesuai
dengan tugas dan fungsinya;
Pasal 140
(1) Seksi Pelayanan Penunjang Medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 125 ayat (2) huruf d mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengelolaan, perencanaan kegiatan bagian farmasi,
fisotherapi, radiologi dan laboratorium; (2) Seksi Pengendalian Mutu Pencatatan dan Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 125 ayat (2) huruf d mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan data pasien dan informasi serta laporan rekam medis dan melakukan administrasi surat
keterangan kesehatan, keterangan kematian, surat keterangan asuransi kesehatan, dan visum at repertum.
Bagian kesebelas
Pembinaan Dan Pengawasan
Pasal 141
(1) Pembinaan pelaksanaan kegiatan BLUD RSUD Simeulue secara
teknis dilakukan oleh Bupati Simeulue melalui SEKDA. (2) Dalam Pembinaan Pengelolaan Keuangan dilakukan oleh Dinas
Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah. (3) Pembinaan teknis BLUD RSUD Simeulue dilakukan oleh Direktur
yang bertanggungjawab atas urusan pemerintahan yang bersangkutan.
(4) Dalam Pengawasan operasional kegiatan BLUD RSUD Simeulue
dilakukan oleh Satuan Pengawas Internal. (5) Secara keseluruhan kegiatan pelaksanaan meliputi pembinaan
dan pengawasan dilakukan juga oleh Dewan Pengawas.
BAB........
43
BAB VI POLA TATA KELOLA STAF MEDIS FUNGSIONAL
Bagian Kesatu Pengangkatan dan pemberhentian Pegawai Non PNS
Pasal 142
(1) Direktur BLUD RSUD berwenang mengangkat dan
memberhentikan Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil pada BLUD RSUD Simeulue yang sumber dananya berasal dari Pendapatan
BLUD RSUD Simeulue. (2) Pengangkatan dan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan peraturan Direktur.
Bagian Kedua
Kewenangan Klinik
Pasal 143
(1) Setiap Dokter yang diterima sebagai Staf Medis BLUD RSUD Simeulue diberikan kewenangan klinik oleh Direktur
setelah memperhatikan rekomendasi dari Komite Medis. (2) Penentuan kewenangan klinik didasarkan atas jenis ijasah/
sertifikat yang dimiliki Staf Medis. (3) Kewenangan klinik akan dievaluasi terus menerus untuk
ditentukan apakah kewenangan tersebut dapat dipertahankan,
diperluas, dipersempit atau bahkan dicabut. (4) Dalam hal menghendaki agar kewenangan kliniknya diperluas
maka Staf Medis yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Direktur dengan menyebutkan alasannya
serta melampirkan bukti berupa sertifikat pelatihan dan atau pendidikan yang dapat mendukung permohonannya.
(5) Direktur berwenang mengabulkan atau menolak mengabulkan
permohonan setelah mempertimbangkan rekomendasi Komite Medis.
(6) Setiap permohonan perluasan kewenangan klinik yang dikabulkan atau ditolak harus dituangkan dalam Surat
Keputusan Direktur dan disampaikan kepada pemohon.
Pasal 144
(1) Kewenangan klinik sementara dapat diberikan kepada Dokter Tamu atau Dokter Pengganti dengan memperhatikan pendapat
Komite Medis Kewenangan klinik sementara dapat diberikan kepada Dokter Tamu atau Dokter Pengganti dengan
memperhatikan pendapat Komite Medis. (2) Dalam keadaan emergensi atau bencana yang menimbulkan
banyak korban maka semua Staf Medis BLUD RSUD Simeulue dapat diberikan kewenangan klinik untuk melakukan tindakan penyelamatan di luar kewenangan klinik yang diberikan,
sepanjang yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Bagian ketiga
Pembinaan
Pasal 145
(1) Dalam hal Staf Medis dinilai kurang mampu atau melakukan tindakan klinik yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
sehingga menimbulkan kecacatan dan atau kematian maka Komite Medis dapat melakukan penelitian.
(2) Bila.....
44
(2) Bila hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 membuktikan kebenaran penilaian maka Komite Medis dapat
mengusulkan kepada Direktur untuk diberlakukan sanksi berupa sanksi administratif.
(3) Pemberlakuan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dituangkan dalam bentuk Keputusan Direktur dan disampaikan kepada Staf Medis yang bersangkutan dengan tembusan kepada
Komite Medis. (4) Dalam hal Staf Medis tidak dapat menerima sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) maka yang bersangkutan dapat mengajukan sanggahan secara tertulis dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak diterimanya Surat Keputusan, untuk selanjutnya
Direktur memiliki waktu 15 (lima belas) hari untuk menyelesaikan dengan cara adil dan seimbang dengan
mengundang semua pihak yang terkait.
Bagian Keempat Pengorganisasian Staf Medis Fungsional
Pasal 146
(1) Semua Dokter yang melaksanakan praktik kedokteran di unit-unit pelayanan BLUD RSUD Simeulue, termasuk unit-unit
pelayanan yang melakukan kerjasama operasional dengan Rumah Sakit, wajib menjadi anggota staf medis.
(2) Dalam melaksanakan tugas maka Staf Medis dikelompokkan
sesuai bidang spesialisasi/keahliannya atau menurut cara lain berdasarkan pertimbangan khusus.
Pasal 147
Tugas Staf Medis BLUD RSUD Simeulue adalah: a. melaksanakan kegiatan profesi yang komprehensif meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif; b. membuat rekam medis sesuai fakta, tepat waktu dan akurat;
c. meningkatkan kemampuan profesi melalui program pendidikan atau pelatihan berkelanjutan;
d. menjaga agar kualitas pelayanan sesuai standar profesi, standar pelayanan medis, dan etika kedokteran;dan
e. menyusun, mengumpulkan, menganalisa dan membuat laporan
pemantauan indikator mutu klinik.
Pasal 148
Tanggungjawab Kelompok Staf Medis BLUD RSUD Simeulue adalah : a. memberikan rekomendasi melalui Ketua Komite Medis kepada
Direktur terhadap permohonan penempatan Dokter baru di BLUD RSUD Simeulue untuk mendapatkan Surat Keputusan;
b. melakukan evaluasi atas tampilan kinerja praktik Dokter
berdasarkan data yang komprehensif; c. memberikan rekomendasi melalui Ketua Komite Medis kepada
Direktur terhadap permohonan penempatan ulang Dokter di BLUD RSUD Simeulue untuk mendapatkan Surat Keputusan
Direktur; d. memberikan kesempatan kepada para Dokter untuk mengikuti
pendidikan kedokteran berkelanjutan;
e. memberikan masukan melalui Ketua Komite Medis kepada Direktur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan praktik
kedokteran;
f. memberikan......
45
f. memberikan laporan secara teratur minimal sekali setiap tahun melalui Ketua Komite Medis kepada Direktur atau Bidang
Pelayanan Medik dan Penunjang tentang hasil pemantauan indikator mutu klinik, evaluasi kinerja praktik klinis, pelaksanaan program pengembangan staf, dan lain-lain yang
dianggap perlu; dan g. melakukan Perencana Bisnis Anggaran standar prosedur
operasional serta dokumen-dokumen yang terkait.
Pasal 149
Kewajiban Kelompok Staf Medis BLUD RSUD Simeulue adalah :
a. menyusun standar prosedur operasional pelayanan medis, meliputi bidang administrasi, manajerial dan bidang pelayanan
medis; b. menyusun indikator mutu klinis;dan
c. menyusun uraian tugas dan kewenangan untuk masing-masing anggotanya.
Pasal 150
Pemilihan Ketua Kelompok Staf Medis: a. kelompok Staf Medis dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih
oleh anggotanya; b. ketua Kelompok Staf Medis dapat dijabat oleh Dokter Organik
atau Dokter Mitra;
c. pemilihan Ketua Kelompok Staf Medis diatur dengan mekanisme yang disusun oleh Komite Medis dengan persetujuan Direktur;
d. ketua Kelompok Staf Medis ditetapkan dengan keputusan Direktur;dan
e. masa bakti Ketua Kelompok Staf Medis adalah minimal 2 (dua) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali periode berikutnya berturut-turut.
Bagian Kelima Penilaian
Pasal 151
(1) Penilaian kinerja yang bersifat administratif dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Evaluasi yang menyangkut keprofesian dilakukan oleh Komite
Medis sesuai ketentuan yang berlaku. (3) Staf medis yang memberikan pelayanan medik dan menetap di
unit kerja tertentu secara fungsional menjadi tanggung jawab Komite Medis, khususnya dalam pembinaan masalah keprofesian.
BAB VII
KOMITE MEDIS DAN KOMITE KEPERAWATAN
Bagian Kesatu Komite Medis
Paragraf 1 Organisasi Komite Medis
Pasal 152
(1) Untuk melindungi pasien dan meningkatkan profesionalisme staf medis di lingkungan BLUD RSUD Simeulue dibentuk suatu wadah non struktural yang disebut sebagai Komite Medis yang
bertanggungjawab kepada Direktur.
(2) Komite........
46
(2) Komite Medis BLUD RSUD Simeulue terdiri dari ketua Kelompok SMF dan atau staf medis yang telah diberi kewenangan untuk
melakukan tindakan Medis. (3) Komite Medis adalah satu-satunya organisasi formal yang
menghimpun, memformulasikan dan mengkomunikasikan
pendapat dan kehendak seluruh staf Medis yang berkaitan dengan profesi medis di Rumah Sakit.
(4) Komite Medis Bertugas: a. menyediakan wadah agar anggota staf Medis dapat
berpartisipasi dalam memberi masukan dalam masalah profesi Medis dan teknis Medis dan menghadiri rapat bersama Direktur dan komite lainnya di BLUD RSUD Simeulue;
b. melakukan kredensial tenaga medis yang akan bekerja di BLUD RSUD Simeulue dan memberikan rekomendasi kepada
Direktur; c. merencanakan dan mengatur pendidikan kedokteran
berkelanjutan dan pendidikan spesialisasi yang disesuaikan dengan perencanaan;
d. menyelenggarakan audit medis secara berkesinambungan;dan
e. memantau perilaku etik dan profesional anggota staf Medis dan menyelenggarakan proses pendisiplinan profesi medis serta
mengusulkan tindak lanjut hasil kajian Komite Medis kepada Direktur;
f. memberikan masukan pada Direktur perihal: g. pelayanan klinis di BLUD RSUD Simeulue; h. kebijakan yang menyangkut pengorganisasian pelayanan
klinik; i. Membantu mengidentifikasi kebutuhan pasien dan pelayanan
yang layak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. j. bekerjasama dengan Direktur merencanakan suatu program
untuk mengatur kewenangan melakukan tindakan Medis sesuai dengan Perencanaan BLUD RSUD Simeulue;
k. menyampaikan laporan kegiatan Komite Medis akan
disampaikan secara berkala pada seluruh anggota SMF sedikitnya setahun sekali.
Paragraf 2 Kepengurusan Komite Medis
Pasal 153
(1) Komite Medis dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih setiap 2 (dua) tahun dari antara anggota komite medis yang
diselenggarakan oleh suatu panitia pemilihan sesuai dengan ketentuan yang akan ditetapkan oleh komite medis untuk
diajukan dan disetujui oleh Direktur. (2) Dalam komite Medis ditetapkan pengurus komite medis yang
terdiri dari ketua komite Medis, wakil ketua komite Medis, sekretaris komite Medis dan panitia.
(3) Pengurus komite medis melaksanakan fungsi dan tugas komite
medis sehari-hari dengan tata cara yang akan ditetapkan oleh komite medis.
Paragraf 3 Ketua Komite Medis
Pasal 154
(1) Ketua dipilih secara demokratis oleh seluruh anggota Staf Medik
Fungsional (SMF). (2) Ketua komite Medis adalah seorang staf Medis tetap.
(3) Dalam.......
47
(3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua sebelum masa jabatannya berakhir maka kekosongan jabatan tersebut diisi oleh
wakil ketua. (4) Tugas Ketua Komite Medis adalah:
a. menyelenggarakan komunikasi yang efektif dan mewakili
pendapat, kebijakan, laporan, kebutuhan dan keluhan staf Medis serta bertanggungjawab kepada Direktur;
b. menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas semua risalah rapat yang diselenggarakan Komite Medis;
c. menunjuk wakil Komite Medis dalam setiap kepanitiaan di Rumah Sakit yang memerlukan perwakilan dari staf Medis;
d. menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Direktur dan
kepanitiaan lainnya; e. menunjuk dan menetapkan wakil ketua, sekretaris dan ketua-
ketua panitia;dan f. menentukan agenda setiap rapat komite Medis.
Paragraf 4
Wakil Ketua Komite Medis
Pasal 155
(1) Wakil Ketua dipilih secara demokratis oleh seluruh anggota Staf
Medik Fungsional (SMF). (2) Wakil ketua adalah seorang staf Medis tetap. (3) Tugas Wakil Ketua Komite Medis adalah:
a. membantu pelaksanaan tugas ketua Komite Medis; dan b. mewakili Ketua Komite Medis dalam hal Ketua Komite Medis
berhalangan.
Paragraf 5 Sekretaris Komite Medis
Pasal 156
(1) Sekretaris komite Medis ditetapkan oleh ketua komite Medis.
(2) Sekretaris komite Medis adalah seorang staf Medis tetap. (3) Sekretaris Komite Medis bertanggungjawab untuk
mengkoordinasikan tugas–tugas kesekretariatan Komite Medis. (4) Pada sekretaris Komite Medis diperbantukan petugas sekretariat
dan segala prasarana lain yang disediakan oleh BLUD RSUD Simeulue.
(5) Tugas Sekretaris Komite Medis adalah:
a. melakukan pemberitahuan kepada semua anggota yang berhak untuk menghadiri rapat-rapat Komite Medis;
b. mempersiapkan dan mengedarkan risalah rapat yang lengkap kepada hadirin yang berhak menghadiri rapat;dan
c. melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh ketua Komite Medis.
Paragraf 6 Sub Komite dibawah Komite Medis
Pasal 157
(1) Dibawah Komite Medis dibentuk beberapa Sub Komite yang terdiri dari: a. sub komite Kredensial;
b. sub komite Peningkatan Mutu Medik, Ilmiah dan Pendidikan; c. sub komite Etika dan Disiplin Profesi;
d. sub komite Rekam Medik; e. sub.....
48
e. sub komite Farmasi dan Terapi; f. sub komite Audit Medik
g. sub komite Infeksi Nosokomial; dan h. sub komite lain sesuai dengan kebutuhan.
(2) Tugas dan fungsi sub-komite Medis ditetapkan oleh komite Medis
dan disahkan oleh Direktur.
Paragraf 7 Rapat Komite Medis
Rapat Rutin, Rapat Khusus dan Rapat Pleno Komite Medis Pasal 158
(1) Rapat komite Medis terdiri atas, Rapat Rutin, Rapat khusus dan
Rapat Pleno. (2) Rapat harian adalah rapat yang dilaksanakan setiap hari kerja
kecuali senin dan jumat, yang membahas kasus baru dan kasus sulit yang ditemukan sehari sebelumnya baik di IGD, Poliklinik maupun di ruangan perawatan, yang melibatkan seluruh staff
medis, kepala instalasi, kepala ruangan dan manajemen. (3) Komite Medik menyelenggarakan rapat rutin satu bulan sekali
pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Komite Medis. (4) Sekretaris Komite Medis menyampaikan pemberitahuan rapat
rutin beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling tiga lima hari kerja sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(5) Rapat rutin dihadiri oleh pengurus komite Medis. (6) Ketua dapat mengundang pihak lain bila dianggap perlu.
(7) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Komite Medis sebagaimana diatur dalam ayat (2) harus melampirkan:
a. satu salinan agenda rapat; b. satu salinan risalah rapat rutin yang lalu;dan c. satu salinan risalah rapat khusus yang lalu.
Pasal 159
(1) Rapat khusus komite Medis diselenggarakan dalam hal:
a. diperintahkan oleh ketua; atau b. permintaan yang diajukan secara tertulis oleh paling sedikit
tiga pengurus komite Medis dalam waktu empat puluh delapan
jam sebelumnya; atau c. permintaan Ketua Komite Medis untuk hal-hal yang
memerlukan penetapan kebijakan komite Medis dengan segera.
(2) Sekretaris Komite Medis menyelenggarakan rapat khusus dalam waktu empat puluh delapan jam setelah diterimanya permintaan
tertulis rapat yang ditandatangani oleh seperempat dari jumlah anggota Komite Medis yang berhak untuk hadir dan memberikan suara dalam rapat tersebut.
(3) Sekretaris Komite Medis menyampaikan pemberitahuan rapat khusus beserta agenda rapat kepada para pengurus yang berhak
hadir paling lambat dua puluh empat jam sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(4) Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan secara spesifik hal-hal yang akan dibicarakan dalam rapat tersebut, dan rapat hanya akan membicarakan hal-hal yang tercantum dalam
pemberitahuan tersebut.
Pasal........
49
Pasal 160
(1) Rapat pleno Komite Medis diselenggarakan satu kali satu tahun. (2) Rapat pleno dihadiri oleh seluruh staf Medis BLUD RSUD
Simeulue.
(3) Agenda rapat pleno paling tidak memuat laporan kegiatan yang telah dilaksanakan komite medis, rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan komite medis dan agenda lainya yang ditetapkan oleh komite medis.
(4) Sekretaris Komite Medis menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan secara tertulis beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat satu minggu sebelum
rapat tersebut dilaksanakan.
Paragraf 8 Kuorum
Pasal 161
(1) Kuorum tercapai bila rapat dihadiri paling sedikit setengah dari jumlah Pengurus Komite Medis ditambah satu.
(2) Keputusan hanya dapat ditetapkan bila kuorum telah tercapai.
Paragraf 9 Pengambilan Putusan Rapat
Pasal 162
Pengambilan keputusan ditetapkan melalui : a. musyawarah dan mufakat;
b. dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan suara berdasarkan suara terbanyak dari anggota yang hadir;dan
c. dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka ketua berwenang membuat keputusan hasil rapat.
Paragraf 10
Tata Tertib Rapat
Pasal 163
(1) Setiap rapat Komite Medis berhak dihadiri oleh seluruh Pengurus
Komite Medis. (2) Rapat dipimpin oleh ketua komite Medis atau yang ditunjuk oleh
ketua komite Medis. (3) Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan .
(4) Setiap peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai. (5) Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan
seizin pimpinan rapat.
(6) Setiap peserta wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.
(7) Hal-hal lain yang menyangkut teknis tata tertib rapat akan ditetapkan oleh ketua sebelum rapat dimulai.
Paragraf 11
Notulen Rapat
Pasal 164
(1) Setiap rapat harus dibuat notulen.
(2) Semua......
50
(2) Semua notulen rapat Komite Medis dicatat oleh Sekretaris Komite Medis atau pengganti yang ditunjuk.
(3) Notulen akan diedarkan setelah rapat kepada semua peserta rapat yang hadir
(4) Notulen rapat tidak boleh diubah kecuali untuk hal-hal yang
berkaitan dengan keakuratan notulen tersebut. (5) Notulen rapat ditandatangani oleh Ketua Komite Medis dan
sekretaris komite Medis. pada rapat berikutnya, dan notulen tersebut diberlakukan sebagai dokumen yang sah.
(6) Sekretaris memberikan salinan notulen paling lambat satu minggu setelah ditandatangani oleh ketua dan sekretaris komite Medis.
Bagian Kedua
Komite Keperawatan
Paragraf 1 Organisasi Komite Keperawatan
Pasal 165
Guna membantu Direktur dalam menyusun Standar Pelayanan Keperawatan dan memantau pelaksanaannya, mengatur kewenangan
(previlege) perawat dan bidan, mengembangkan pelayanan keperawatan dan kebidanan, program pendidikan, pelatihan dan
penelitian serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan dan kebidanan maka perlu di bentuk Komite Keperawatan.
Pasal 166
(1) Komite keperawatan merupakan wadah profesional keperawatan
yang merupakan Kelompok Kerja Fungsional Keperawatan yang bertugas di Rumah Sakit secara bersama-sama menggunakan pengetahuan, keterampilan dan ide di bidang Keperawatan yang
keanggotaannya dipilih anggota kelompok staf perawat fungsional
(2) Komite keperawatan memiliki kewenangan dalam menyusun standar pelayanan keperawatan dan memberi
masukan kepada pejabat struktural yang bertanggungjawab dalam pengorganisasian pelayanan keperawatan.
(3) Susunan kepengurusan komite keperawatan terdiri dari:
a. ketua merangkap anggota; b. wakil ketua merangkap anggota;
c. sekretaris merangkap anggota; d. anggota.
(4) Pembentukan kepengurusan komite keperawatan dilaksanakan secara transparan, akuntabel dan demokratis.
(5) Langkah-langkah pemilihan kepengurusan komite keperawatan
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. (6) Jabatan ketua Komite keperawatan merupakan jabatan non
struktural yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.
Paragraf 2
Tugas Komite Keperawatan
Pasal 167
Tugas komite keperawatan: a. menyusun standar pelayanan dan standar prosedur operasional
keperawatan dan memantau pelaksanaannya;
b. membantu.....
51
b. membantu kepala bidang Keperawatan Rumah Sakit dalam menyusun standar keperawatan, nursing staf bylaw dan
memantau pelaksanaannya serta memberi masukan kepada bidang keperawatan perihal pengembangan pelayanan keperawatan;
c. membantu bidang keperawatan Rumah Sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait etika keperawatan;
d. melaksanakan koordinasi dengan bidang keperawatan dalam melaksanakan dan pengawasan pelaksanaan tugas;
e. melaksanakan pengawasan etik profesi, disiplin profesi dan mutu profesi;
f. melakukan pemantauan dan evaluasi mutu pelayanan
keperawatan;dan g. meningkatkan program pelayanan, pendidikan, pelatihan,
penelitian dan pengembangan dalam bidang keperawatan.
Paragraf 3 Fungsi Komite Keperawatan
Pasal 168
Fungsi komite keperawatan adalah sebagai pengarah dalam pemberian pelayanan keperawatan.
Paragraf 4
Wewenang Komite Keperawatan
Pasal 169
Wewenang komite keperawatan:
a. memberikan masukan perencanaan kebutuhan dan pengembangan kualitas sumberdaya keperawatan;
b. melakukan pengawasan pelaksanaan asuhan keperawatan
termasuk fasilitas keperawatan; c. melaksanakan pengawasan masalah etik keperawatan dan
praktek keperawatan; d. memberikan rekomendasi tentang kerjasama antara rumah sakit
dengan institusi pendidikan keperawatan; e. mernberikan masukan kepada bidang keperawatan tentang
peningkatan mutu pelayanan keperawatan;
f. menetapkan tugas dan kewajiban sub komite dalam lingkup komite keperawatan.
Paragraf 5
Sub Komite Keperawatan
Pasal 170
(1) Sub Komite adalah kelompok kerja khusus yang bertugas
membantu pelaksanaan tugas-tugas klinis di bidang keperawatan.
(2) Sub Komite dibentuk sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. (3) Sub Komite kepengurusannya ditetapkan oleh Surat Keputusan
Direktur. (4) Keanggotaan sub komite terdiri dari anggota tetap staf
keperawatan fungsional.
(5) Susunan kepengurusan sub komite : a. ketua merangkap anggota;
b. sekretaris merangkap anggota;dan c. anggota.
(6) Tata.......
52
(6) Tata kerja sub komite:
a. sub komite membuat program standar prosedur operasional; b. sub komite membuat laporan berkala kepada ketua komite
keperawatan; dan
c. biaya operasional dibebankan pada anggaran rumah sakit. (7) Sub komite yang ada adalah sub komite Pengawasan Praktek
Keperawatan, Standarisasi dan Kesejahteraan serta Pengembangan, Penelitian dan Pendidkan Profesi Keperawatan.
(8) Jumlah sub komite dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan.
Paragraf 6 Masa Kerja Komite Keperawatan
Pasal 171
Ketua, Wakil ketua, Sekretaris dan pengurus komite keperawatan mempunyai masa Masa bakti selama 3 (tiga) tahun dan sesudah
masa bakti akan diadakan pemilihan kembali
BAB VIII KERAHASIAAN DAN INFORMASI MEDIS
Pasal 172
(1) BLUD RSUD Simeulue : a. berhak membuat peraturan yang berlaku di BLUD RSUD
Simeulue sesuai dengan kondisi/ keadaan; b. wajib menyimpan rekam medik sesuai dengan peraturan yang
berlaku; c. isi dokumen rekam medik dapat diberikan kepada pasien
ataupun pihak lain atas izin pasien secara tertulis;
d. isi dokumen rekam medik dapat diberikan untuk kepentingan peradilan dan asuransi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. (2) Dokter rumah sakit :
a. berhak mendapatkan informasi yang lengkap dan jujur dari pasien yang dirawat atau keluarganya;
b. wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; c. wajib menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, profesi dan etika hukum dan kedokteran.
(3) Pasien rumah sakit : a. berhak mengetahui peraturan dan ketentuan rumah sakit yang
mengatur sikap tindakan sebagai pasien; b. wajib memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
masalah kesehatannya;
c. berhak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis antara lain:
diagnosis atau alasan yang mendasari dilakukannya tindakan medis;
tujuan tindakan medis;
tata laksana tindakan medis;
alternative tindakan lain jika ada;
risiko dan kompilasi yang mungkin terjadi;
akibat ikutan yang pasti terjadi jika tindakan medis dilakukan;
prognosis......
53
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan; dan
risiko yang akan ditanggung jika pasien menolak tindakan
medis. d. berhak meminta konsultasi kepada dokter lain (second opinion)
terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan
dokter yang merawatnya; e. berhak mengakses dan atau mendapatkan isi rekam medis;
dan f. berhak memanfaatkan isi rekam medik untuk kepentingan
peradilan
BAB IX
KETENTUAN LAIN
Pasal 173
(1) Perubahan Pola Tata Kelola BLUD Rumah Sakit dilakukan melalui rapat khusus;
(2) Perubahan Pola Tata Kelola BLUD Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB X KETENTUAN PENUTUP
Pasal 174
Dengan berlakunya peraturan ini, maka segala ketentuan yang tidak sesuai dengan peraturan ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 175
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
dalam Berita Daerah
Ditetapkan di Sinabang
pada tanggal 27 Desember 2013 M
24 Safar 1435 H
BUPATI SIMEULUE,
RISWAN. NS
Diundangkan di Sinabang pada tanggal 27 Desember 2013 M 24 Safar 1435 H
SEKRETARIS DAERAH
NASKAH BIN KAMAR
BERITA DAERAH KABUPATEN SIMEULUE TAHUN 2014 NOMOR 37