perangkat pembelajaran bahasa indonesia di sekolah …
TRANSCRIPT
PERANGKAT PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH LUAR BIASA BHAKTI PERTIWI KALIBARU
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2019-2020
Enggar Werdining Puspita Jati Universitas Muhammadiyah Jember
ABSTRAK
Penelitian ini terdiri dari permasalahan bagaimana perangkat pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Luar Biasa Bhakti Pertiwi Kalibaru Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019-2020. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perangkat pembelajaran bahasa Indonesia , metode pembelajaran bahasa Indonesia, media pembelajaran bahasa Indonesia, dan teknik evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan guru di sekolah luar biasa Bhakti Pertiwi Kalibaru Kabupaten Banyuwangi. Metode penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Berdasarkan dari hasil penelitian yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan perangkat pembelajaran di sekolah tersebut juga menggunakan perangkat pembelajaran seperti RPP, silabus, prota, dan promes dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang sudah sesuai dengan penggunaan kurikulumnya. Metode pembelajaran yang diberikan guru masih sama dengan sekolah reguler lainnya, seperti penggunaan metode permainan/simulasi, metode ceramah, metode tanya jawab, maupun metode penugasan. Penggunaan media pembelajaran yang digunakan lebih memanfaatkan media di lingkungan sekitar siswa seperti buku-buku dan papan tulis, dan guru juga menyesuaikan media dengan materi atau tema pelajaran yang akan dipelajari. Dalam teknik evaluasi pembelajaran yang dipakai guru pada siswa berkebutuhan khusus masih sama dengan teknik evaluasi yang dipakai di sekolah reguler lain dengan penilaian yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kata Kunci :Kurikulum, Perangkat Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Media Pembelajaran, Teknik Evaluasi Pembelajaran
ABSTRACT
This research discusses the Indonesian language learning system at the Bhakti Pertiwi Kalibaru Special School in Banyuwangi Regency, 2019-2020. The purpose of this study was to find out the tools, methods, media and evaluation techniques of Indonesian language learning used in Bhakti Pertiwi Kalibaru Special School in Banyuwangi Regency. This research method is descriptive qualitative with a phenomenological approach. Based on the results of the research, it can be concluded that the learning tools used in the school was including RPP, syllabus, prota, and promissory notes in Indonesian language subjects that are in accordance with the curriculum. The learning method used is the same as the other regular schools, such as play / simulation, lecture, question and answer, and assignment. With regard to learning media, the school uses the available media around them such as books and blackboards. The teachers adjust the usage of learning media with the material or theme of the lesson to be learned. In evaluating the learning process, the teachers used evaluation techniques which were not different from the techniques used in the other regular schools. The evaluation techniques was including cognitive, affective and psychomotor aspects. Keywords: Curriculum, Learning Tools, Learning Methods, Learning Media, Learning Evaluation Techniques
1. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembela-
jaran agar peserta didik secara aktif
dapat mengembangkan potensi diri-
nya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepri-
badian, kecerdasan, akhlak muliak,
serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. Pernyataan tersebut sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem pendi-
dikan nasional pasal 1 angka 1.
Siapapun berhak mendapatkan pendi-
dikan, mulai dari anak-anak hingga
orang dewasa.
Pendidikan juga bisa ditempuh
dimanapun, mulai dari desa ke desa
hingga ke perkotaan sekaligus. Setiap
orang mampu menempuh pendidikan
baik orang biasa ataupun luar biasa,
orang yang fisiknya normal atau yang
keadaan fisik, dan mentalnya berbeda
dengan orang normal. Termasuk anak
berkebutuhan khusus (ABK) yaitu anak
yang memiliki karakteristik khusus
(Santoso, 2010, hal. 127). Istilah lain
bagi anak berkebutuhan khusus
adalah anak luar biasa dan anak
penyandang cacat. Anak-anak yang
termasuk berkebutuhan khusus antara
lain, tunanetra, tunarungu, tuna-
grahita, tunadaksa, tunalaras, ke-
sulitan belajar, gangguan perilaku,
anak berbakat, serta anak dengan
gangguan kesehatan.
Mengingat karakteristik dan
hambatan yang dimiliki anak ber-
kebutuhan khusus tentu memerlukan
pelayanan pendidikan se-cara khusus
(Santoso, 2010, hal.128). Melihat era
zaman saat ini masih banyak anak
yang berkemampuan khusus belum
mendapatkan kelayakan pendidikan
sesuai kebutuhan mereka. Oleh
karena itu untuk mewujudkan tujuan
pendidikan perlu adanya wadah yang
menjadi tempat atau pusat utama
terjadinya proses pembelajaran bagi
anak yang berke-butuhan khusus yaitu
sebuah sekolah dalam bentuk sekolah
inklusi yang disediakan dalam tiga
macam lembaga pendi-dikan, yaitu
Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah
Dasar Luar Biasa (SDLB), dan
Pendidikan Terpadu. (Undang-Undang
No 20 Tahun 2003 bab IV ayat 2).
Sekolah inklusi atau sekolah
luar biasa (SLB) termasuk kedalam
pendidikan secara khusus yang dija-
lankan secara inklusi (bergabung de-
ngan sekolah biasa). Dengan metode
pembelajaran dan pengajaran pendi-
dikan inklusi diharapkan mam-pu me-
ngakomodasi keberagaman (Santoso,
2010, hal.141). Santoso juga menye-
butkan misi utama dari penyele-
nggara sistem pendidikan inklusi
adalah terbangunnya tatanan masya-
rakat inklusif (inclusive society).
Sebuah sistem kemasyarakatan yang
dibangun dari spirit menghormati dan
menjunjung tinggi niai dan fakta
keberagaman sebagai bagian realitas
kehidupan. Pendidikan inklusi juga
diselenggarakan berdasarkan sema-
ngat untuk membangun sistem
masyarakat inklusif, yakni sebuah
tatanan kemasyarakatan yang saling
menghargai dan menghormati kebera-
gaman. Pelaksanaannya dilakukan de-
ngan penerapan kurikulum, metode,
media, maupun teknik evaluasi yang
berbeda pula dari sekolah-sekolah
pada umumnya.
Menurut Dadang dalam bu-
kunya (2015, hal.108) desain kuri-
kulum bagi anak berkebutuhan khusus
di sekolah inklusif harus mempertim-
bangkan dua hal, yaitu karakteristik
dan kebutuhan anak berkebu-tuhan
khusus. Operasional pengem-bangan
kurikulum ini, dilakukan dengan cara
memodifikasi kurikulum umum dise-
suaikan dengan potensi dan kara-
kteristik yang dimiliki anak ber-
kebutuhan khusus. Dengan kurikulum
modifikasi ini diharapkan ABK dapat
mengikuti pembelajaran pada kelas
umum secara klasikal bersama anak-
anak umum lainnya.
Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang kegi-
atan pembelajaran di sekolah penye-
lenggara pendidikan inklusi antara lain
dalam penyusunan rencana pem-
belajaran, pelaksana kegiatan pembe-
lajaran, dan pelaksana kegiatan
evaluasinya. Penyusunan rencana pe-
mbelajaran meliputi penetapan tu-
juan, pengelolaan kelas termasuk
mengatur lingkungan fisik dan sosial,
pengorganisasian bahan-/materi; to-
pik apa saja yang ingin diajarkan
kepada peserta didik, metode dan
pendekatan kegiatan pembelajaran,
alur atau skenario kegiatan pem-
belajaran, penggunaan sumber dan
media belajar, dan penetapan rencana
penilaian atau evaluasi serta bentuk
tindak lanjut yang harus dilakukan.
Selain men-gunakan susunan pe-
rencanaan yang sesuai dengan kondisi
dan karakteristik anak berkebutuhan
khusus, penyampaian pesan dalam
proses pembelajaran itu sendiri bisa
dilakukan dengan menggunakan ba-
hasa yang baik dan benar.
Menurut KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) pengertian bahasa
merupakan sistem lambang bunyi
yang arbiter, yang digunakan oleh
anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri. Dalam kehidu-
pan sehari-hari bahasa tentu sangat
berperan penting terutama sebagai
alat komunikasi, baik secara lisan
maupun tertulis. Bahasa memiliki
cakupan yang lebih luas yaitu bahasa
ujaran atau lisan dan bahasa tertulis.
Bahasa yang digunakan sendiri se-
bagai alat pengantar juga pemersatu
bangsa yakni bahasa indonesia.
Pembelajaran bahasa indonesia
sendiri mempunyai peranan penting
dalam membentuk kebiasaan, sikap,
serta kemampuan dasar yang
diberikan kepada peserta didik
terutama yang menempuh pendidikan
secara formal maupun informal.
Dari gambaran tersebut nam-
pak bahwa anak-anak berkebutuhan
khusus dengan segala keterbata-
sannya masih mempunyai potensi
untuk dikembangkan seoptimal mu-
ngkin, khususnya potensi untuk dapat
berbahasa dan memahami bahasa
yang baik dan benar terutama bahasa
Indonesia. Hal ini dapat dibantu
dengan adanya pembinaan dan pem-
bentukan dalam bidang pembelajaran
khusus yang juga dibutuhkan oleh
mereka anak-anak berkebutuhan khu-
sus yang memiliki karakter khusus
berbeda-beda.
Menurut hasil pengamatan
peneliti melihat bahwa pada umum-
nya di sekolah luar biasa (SLB) masih
kurang memahami kebutuhan utama
bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Selain itu dari penelitian terdahulu
juga menunjukkan hasil yang berbeda-
beda. Hal ini di buktikan dengan
adanya hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Tri Siswati tahun 2009
dengan judul “ Komunikasi Lisan
Untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca pada anak Tunagrhita Kelas
VII SMPLB – C1 Yayasan sosial Setya
Darma Surakarta Tahun Pelajaran
2008-2009” dengan hasil penelitian
bahwa terdapat hasil belajar siswa
dari kondisi awal, siklus I, siklus II, dan
siklus III mengalami peningkatan. Jadi
komunikasi lisan untuk meningkatkan
kemampuan membaca pada anak
tunagrahita kelas VII SMPLB – C1
Yayasan sosial Setya Darma Surakarta
Tahun Pelajaran 2008/2009. Selain itu,
penelitian lain juga dilakukan oleh
Rahmaniar di tahun 2015 dengan
judul “ Pengembangan Pembelajaran
Bahasa Bagi Anak Tunarungu – Wicara
Tingkat TKLB di SLB B (Tunarungu)”
dengan hasil penelitian berbagai
program pengembangan bahasa -
wicara pada anak tunarungu dapat
dilakukan pada saat proses belajar
mengajar di kelas (secara klasikal) dan
pada ruang khusus therapy bicara
(secara individual). Terdapat juga
berbagai sarana dan prasarana serta
metode yang digunakan dalam pem-
belajaran bahasa wicara anak
Tunarungu.
Hal yang membedakan dari
kedua penelitian tersebut adalah
variabel dan subjek yang diteliti
dimana variabel penelitiannya antara
bentuk komunikasi lisan yang meni-
ngkatkan kemampuan membaca pada
anak tunagrahita, sedangkan yang
satu lagi variabel penelitiannya yaitu
pengembangan pembelajaran bahasa
pada anak tunarungu. Kemudian
subjek yang dijadikan penelitian
keduanya adalah anak berkebutuhan
khusus tunagrahita kelas VII SMPLB
dan anak berkebutuhan khusus tuna-
rungu-wicara tingkat TKLB SLB B
(Tunarungu). Berdasarkan latar be-
lakang tersebut, peneliti tertarik
melakukan suatu penelitian yang ber-
hubungan dengan anak berkebutuhan
khusus di salah satu sekolah luar biasa
(SLB) yang berlokasi di Kalibaru, yaitu
SLB Bhakti Pertiwi. Peneliti tertarik
men-jadikan sekolah tersebut sebagai
objek penelitian karena menurut
peneliti sekolah tersebut merupakan
satu-satunya sekolah yang berada di
desa tersebut dengan status pendi-
dikan yang berbeda, yaitu pendidikan
inklusi atau pendidikan khusus, dan
peneliti juga akan melakukan pene-
litian yang berhu-bungan dengan
pembelajaran bahasa Indonesia di
dalam kelas dengan beragam siswa-
siswa khusus di kelas tersebut, yang
sudah disesuaikan dengan judul
penelitian yaitu “Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Luar Biasa Bhakti
Pertiwi Kalibaru Kabupaten Banyu-
wangi Tahun 2019-2020”.
2. METODE PENELITIAN
Metode yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Menurut Bogdan dan
Tyaylor (dalam Moleong 2010, hal. 4)
penelitian kualitatif ini adalah “pro-
sedur penelitian yang meng-hasilkan
data deskriptif berupa kata-kata yang
tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati”. Penelitian
kualitatif bertumpu pada latar bela-
kang alamiah dengan maksud untuk
memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian
secara holistik (utuh), dengan men-
deskripsikan data dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, dan dengan meman-
faatkan berbagai metode alamiah.
Peneliti sendiri memilih pende-
katan penelitian kualitatif karena
sesuai dengan judul yaitu “Pembe-
lajaran Bahasa Indonesia di SLB Bhakti
Pertiwi Kalibaru Kabupaten Banyu-
wangi” yang menggambarkan keadaan
sesungguhnya tentang bagaimana
kondisi pembelajaran Bahasa Indo-
nesia di SLB tersebut. Dalam pene-
litian ini juga akan mendeskripsikan
penggunaan perangkat pembelajaran,
metode pembelajaran, media pembe-
lajaran, dan teknik evaluasi apa saja
yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya bagi anak
berkebutuhan khusus yang berada di
SLB tersebut.
Dalam penelitian kualitatif
data yang dikumpulkan berasal dari
teknik pengumpulan seperti, hasil wa-
wancara, observasi, atau pengum-
pulan dokumen-dokumen terkait lain-
nya. Teknik analisis data dari peneli-
tian ini yakni dengan cara meng-
klarifikasi, mendeskripsikan, dan me-
nyimpulkan, sesuai dengan jenis
penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
Teknik pengujian kesasihan data yang
digunakan dalam penelitian ini dengan
cara perpanjangan pengamatan, meni-
ngkatkan ketekunan, dan triangulasi.
3. PEMBAHASAN
1) Perangkat Pembelajaran Di SLB
Bhakti Pertiwi Kalibaru
Berdasarkan hasil penelitian
dalam perangkat pembelajaran yang
diberikan guru pada siswa berke-
butuhan khusus di SLB Bhakti Pertiwi
Kalibaru telah disesuaikan dengan
kurikulum yang digunakan. Peng-
gunaan kurikulumnya masih se-perti
kurikulum di sekolah reguler, namun
ada juga yang dimodifikasi dan disebut
dengan kurikulum modifikasi. Me-
nurut guru-guru di sekolah tersebut
kurikulum yang dimodifikasi lebih me-
mentingkan tentang kemandirian dari
setiap siswa. Kurikulum yang dimo-
difikasi tersebut juga bertujuan agar
lebih memudahkan guru maupun
siswa. Guru juga melihat dari kemam-
puan setiap siswa sampai siswa benar-
benar memahami dari setiap proses
yang diberikan oleh guru kepada
siswa. Perbedaan dari kuri-kulum
modifikasi tersebut juga dlihat dari
cara guru menggunakan dan men-
jelaskan di setiap perangkat-perangkat
pembelajaran yang digunakan. Jadi,
meski guru menggunakan kurikulum
yang sama seperti sekolah reguler
lainnya, namun dalam hal pema-
kaiannya guru memodifikasinya sesuai
dengan cara guru dalam menya-
mpaiakan setiap perangkat-perangkat
pembelajaran yang digunakan ter-
sebut.
Hal tersebut juga sesuai de-
ngan teori yang dikemukakan oleh
Dadang (2015, hal. 106) :
“Penggunaan kurikulum di
sekolah luar biasa atau sekolah inklusif
adalah penggunaan standar isi (SI) dan
standar kompetensi lulusan (SKL) yang
sama dengan sekolah umum yang
diterbitkan oleh Badan Nasional Sa-
tuan Pendidikan (BNSP).” Artinya
sebagian besar guru-guru di sekolah
inklusif hampir tidak membedakan pe-
nggunaan perangkat pembelajaran
yang sesuai kurikulum bagi siswa
umum dan siswa berkebutuhan
khusus.
Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi tentang perangkat
pembelajaran yang digunakan di SLB
Bhakti Pertiwi Kalibaru juga disusun
oleh masing-masing guru kelas
disetiap tingkatan kelasnya, mulai dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), silabus, jurnal pembelajaran,
prota, promes, dsb. Hal tersebut juga
dapat dilihat saat peneliti melakukan
observasi, guru sudah mengolah
materi dengan membuat RPP yang
sesuai pembelajaran, dan isinya juga
hampir sama dengan RPP yang
digunakan di sekolah reguler. Setiap
RPP dari tingkatan kelas khusus juga
dibuat oleh masing-masing guru kelas.
Selain RPP juga terdapat perangkat
pembelajaran lainnya yang disusun
sendiri oleh guru-guru di sekolah
tersebut, mulai dari silabus yang juga
sama dengan sekolah reguler lain,
jurnal siswa, prota dan promes juga
tidak ada bedanya dengan yang
digunakan di sekolah-sekolah reguler.
2) Metode Pembelajaran
Metode merupakan cara yang
digunakan untuk mengimplemen-
tasikan rencana pembelajaran yang
telah disusun agar tujuan pembela-
jaran tercapai secara optimal. Guru
seharusnya mampu memahami dan
mengetahui berbagai macam metode
mengajar, agar dapat menyesuaikan
metode yang dipilihnya. Guru juga
diharapkan mampu memilih dan
menggunakan metode pembelajaran
sesuai dengan materi yang disampai-
kan. Sebagaimana teori yang di kemu-
kakan oleh Sudjana (2005, hal. 76):
“Metode pembelajaran adalah
cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.”
Pada penelitian ini jika dilihat
dari hasil penelitian yang dilakukan
dengan wawancara, dan observasi di
SLB Bhakti Pertiwi Kalibaru yakni guru
lebih menggunakan metode pembe-
lajaran dengan melihat dari karakter
siswa masing-masing, karena setiap
anak yang berkebutuhan khusus juga
memiliki metode pembelajaran yang
berbeda. Kebanyakan para guru di
sekolah tersebut masih menggunakan
metode pembelajaran seperti sekolah
reguler lainnya, yakni adanya metode
permainan atau simulasi, metode
ceramah, metode diskusi, metode
tanya jawab, dan metode penugasan.
Terlebih pada saat pembelajaran
bahasa Indonesia guru paling sering
menggunakan metode ceramah dan
diskusi saat menyampaikan materi
pembelajarannya.
Guru menggunakan beberapa
metode pembelajaran ter-sebut juga
disesuaikan dengan materi dan tema
pelajaran yang diberikan kepada
siswa. Guru juga melihat metode
mana yang cocok atau yang mudah
dipahami oleh masing-masing siswa
berkebutuhan khusus tersebut.
3) Media Pembelajaran
Penggunaan media merupakan
cara untuk memotivasi, menumbuhan
minat dan komunikasi dengan siswa
agar lebih efektif. Menggunakan
media dalam pembelajaran memung-
kinkan belajar secara individual dan
personal sesuai dengan kecepatannya.
Guru harus memiliki kemampuan
dasar dalam keterampilan memilih
media untuk meningkatkan minat be-
lajar siswa terlebih lagi pada sekolah
khusus seperti SLB yang memiliki
bermacam-macam siswa berkebu-
tuhan khusus dengan keter-bata-san
khusus yang berbeda.. Kemampuan
menggunakan media tidak hanya me-
nggunakan media yang sudah tersedia
seperti media cetak, media audio,
maupun media audio-visual, tetapi ke-
mampuan guru lebih ditekankan pada
penggunaan objek nyata yang ada
disekitar sekolah.
Peneliti melihat dari hasil
wawancara, observasi maupun doku-
mentasi mengenai media pembe-
lajaran yang digunakan oleh guru di
SLB Bhakti Pertiwi Kalibaru, dapat
diketahui penggunaan media pem-
belajaran di sekolah tersebut yaitu
disesuaikan dengan materi yang akan
diberikan. Jika materinya memung-
kinkan menggunakan media yang
sudah ada disekeliling siswa, maka
guru akan menggunakan media yang
mudah ditemukan bahkan yang
mudah didapatkan oleh siswa itu
sendiri
Berdasarkan hasil observasi,
peneliti juga melihat saat pembe-
lajaran di kelas beberapa guru telah
menggunakan media-media pembe-
lajaran seperti buku-buku belajar
siswa, buku paket, dan papan tulis.
Media-media tersebut juga meru-
pakan fasilitas yang sudah ada di
dalam kelas, yang digunakan karena
media-media pembelajaran lain sudah
hilang dan rusak. Guru juga menggu-
nakan media papan tulis agar siswa
dapat dengan mudah menirukan
tulisan yang diberikan guru atau
membaca dan menyalinnya ke dalam
buku tulis. Sehingga siswa disibukkan
dengan kegiatan menulis dan
mengurangi ketidakseriusan belajar.
4) Teknik Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan pengu-
kuran ketercapaian program pen-
didikan, perencanaan, suatu program
substansi pendidikan, termasuk kuri-
kulum dan pelaksanaannya, penga-
daan, dan peningkatan kemam-puan
guru, pengelolaan pendidikan , dan
reformasi pendidikan secara kese-
luruhan.
Berdasarkan hasil penelitian,
terdapat beberapa temuan data ten-
tang teknik evaluasi pembelajaran
yang digunakan di SLB Bhakti Pertiwi
Kalibaru yang akan dibahas pada
penjelasan berikut.
a. Proses Perencanaan Evaluasi
Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus
Dalam evaluasi pembelajaran
di SLB Bhakti Pertiwi Kalibaru terdapat
beberapa temuan data dari hasil
wawancara yang diperoleh bahwa
secara umum aspek evaluasi yang
dikembangkan untuk anak berke-
butuhan khusus tidak berbeda dengan
siswa reguler pada umumnya, yang
terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik secara seimbang. Na-
mun pada ABK tertentu, aspek
psikomotorik akan lebih diperbesar
presentasenya dibanding kognitif.
Misalnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang dapat membacakan
puisi/pantun di depan kelas.
Pada hasil observasi peneliti
mendapatkan beberapa data tentang
perencanaan evaluasi seperti ulangan
harian (UH) yang di lakukan 2 minggu
sekali oleh guru-guru di sekolah
tersebut. Untuk ulangan harian sendiri
guru biasanya memberi soal-soal yang
sesuai kemampuan dari siswa, dan
untuk ulangan tengah semester (UTS),
ujian akhir semester (UAS), maupun
ujian nasional (UN) guru menyamakan
seperti ujian-ujian yang dilakukan di
sekolah reguler. Dalam penyusunan
bentuk soal pada ABK juga telah
disesuaikan dengan masing-masing
kebutuhan anak berkebutuhan khu-
sus.
b. Proses Pelaksanaan Evaluasi
Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK)
Berdasarkan hasil wawancara
peneliti mendapatkan data tentang
pelaksanaan evaluasi yang sesuai
dengan jadwal program reguler, yaitu
sesuai dengan kalender pendidikan.
Pelaksanaan evaluasi tersebut meli-
puti Ujian Tengah Semester (UTS)
Ganjil, Ujian Akhir Semester (UAS)
Ganjil, (UTS) Genap, dan Ujian Akhir
Semester (UAS) Genap. Selain ujian di
atas evaluasi perkompetensi dasar
juga dilaksanakan dalam bentuk
ulangan harian (UH). Dan Ujian Akhir
Nasional bagi siswa ABK kelas akhir.
Kalender pendidikan yang digunakan
di SLB Bhakti Pertiwi Kalibaru telah
sesuai dengan kalender pendidikan
yang ditetapkan oleh Dinas Kabupaten
Banyuwangi.
Menurut hasil observasi pada
tanggal 22 Mei 2019 peneliti melihat
langsung pelaksanaan ujian akhir
semester (UAS) yang dilaksanakan di
SLB Bhakti Pertiwi pada tanggal
tersebut juga sama dengan pelak-
sanaan ujian akhir semester (UAS) di
sekolah reguler lainnya. Peneliti juga
memperoleh data bahwa pelaksa-
naan evaluasi tersebut telah melibat-
kan guru kelas regular dan guru
pendamping saat ujian akhir semester
(UAS) berlangsung, baik pada proses
penyusunannya maupun pada saat
pelaksanaan evaluasi.
Berdasarkan hal tersebut juga
diperoleh data bahwa bentuk
keterlibatan guru, dan orang tua
dalam evaluasi sangat diperlukan,
terutama dalam menentukan hasil
belajar siswa yang merupakan tindak
lanjut dari evaluasi pembelajaran.
Kerjasama yang lain adalah dengan
dinas setempat dalam mengikuti ujian
Nasional (UN). Bentuk kerjasamanya
berupa izin untuk mengikuti ujian
Nasional dalam ruangan tersendiri
khusus ABK. Adapun pengawasnya
yang merupakan guru pendamping
dan pengawas khusus yang disediakan
oleh dinas Kabupaten Banyuwangi.
Selain itu, antara satu ABK
dengan ABK yang lainnya selain
menempuh ujian regular juga akan
mengikuti evaluasi yang berbeda
antara satu ABK dengan ABK lainnya.
Perbedaan ini ditentukan oleh hasil
evaluasi sebelumnya yang telah
diterjemahkan dalam program indi-
vidual atau dari hasil Ulangan Harian
(UH) yang sudah dilakukan oleh guru
kelas masing-masing. Jumlah soal yang
diberikan kepada ABK juga sama
dengan jumlah soal yang diberikan
kepada siswa regular, dengan Kom-
petensi Dasar (KD) yang sama dengan
anak regular. Namun hanya bobot soal
saja yang berbeda, untuk anak ABK
soal-soal yang harus dikerjakan lebih
ringan dan dise-suaikan dengan
kemampuan serta keterbatasan yang
dimiliki masing-masing siswa berke-
butuhan khusus tersebut.
c. Bentuk Pelaporan Hasil Evaluasi
Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus
Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi dari sum-
ber penelitian di SLB Bhakti Pertiwi
Kalibaru bentuk pelaporan hasil eva-
luasi pembelajaran anak berkebu-
tuhan khusus tersebut yaitu laporan
evaluasi harian kemampuan anak
berkebutuhan khusus yang dican-
tumkan dalam catatan hasil belajar
siswa kemudian dihubungkan dengan
orang tua. Adapun laporan bulanan
yang sesuai dengan kompetensi dasar
dan ulangan harian, dan juga ada buku
raport semester yang disesuaikan
dengan kemampuan dan kurikulum
yang dipakai disekolah.
Pelaporan evaluasi siswa
berke-butuhan khusus juga berupa
laporan harian, bulanan, triwulan dan
semester. Raport semester siswanya
ada dua 1) raport siswa regular. 2)
Raport Narasi yang berupa deskripsi
Nilai Ulangan Akhir Semester dan
pencapaian belajar dari siswa selama
di sekolah yang di deskripsikan melalui
kata-kata atau catatan. Cara meni-
lainya juga sama mengikuti nilai KKM,
dan jika ada yang kurang dari nilai
rata-rata, siswa juga harus mengikuti
program remidi atau ujian ulang untuk
menambah nilai mereka, namun tetap
pada porsi keterbatasan mereka
masing-masing.
Hal tersebut juga sesuai
dengan teori menurut Dadang (2015,
hal. 126) yang mengatakan terdapat
tiga kemungkinan proses yang dapat
dilakukan bagi anak berkebutuhan
khusus, yaitu:
1) Mengikuti kurikulum umum yang
berlaku untuk peserta didi pada
umumnya di sekolah, maka
penilaiannya menggunakan sistem
penilaian yang berlaku pada
sekolah tersebut;
2) Mengikuti kurikulum yang sudah
dimodifikasi, maka menggunakan
sistem penilaian yang dimodifikasi
sesuai kurikulum yang digunakan;
dan
3) Mengikuti kurikulum rencana
pembelajaran individualisme, maka
penilaiannya bersifat individual
yang didasarkan pada kemampuan
dasar awal.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan di atas dapat
disimpulkan beberapa hal dilihat dari
tujuan penelitian ini yaitu adanya
penggunaan perangkat pembelajaran
yang diberikan guru di SLB Bhakti
Pertiwi Kalibaru telah sesuai dengan
kurikulum yang digunakan. Peng-
gunaan kurikulum tersebut sama
dengan kurikulum di sekolah reguler
serta ada beberapa kurikulum mo-
difikasi yaitu kurikulum yang dise-
suaikan dengan karakteristik masing-
masing anak berkebutuhan khusus.
Perangkat pembelajaran yang diguna-
kan juga sama seperti sekolah reguler
lain seperti, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Silabus, Prota,
dan Promes.
Penggunaan metode pembelaja-
ran yang digunakan guru di SLB Bhakti
Pertiwi Kalibaru telah disesuaikan
dengan karakter masing-masing siswa
berkebutuhan khusus di sekolah
tersebut. Beberapa guru juga masih
menerapkan metode pembelajaran
yang sama pada sekolah reguler lain,
seperti metode permainan/simulasi,
metode ceramah,metode diskusi,
metode tanya jawab, maupun metode
penugasan.
Penggunaan media pembelajaran
yang diberikan guru di dalam kelas
juga disesuaikan dengan materi
pelajaran yang disampaikan. Karena
media di sekolah tersebut sudah rusak
dan hilang, dalam pemilihan
medianya, guru masih memanfaatkan
beberapa media yang mudah dida-
patkan atau bahkan guru membuat
media pelajarannya sendiri. Pada
pembelajaran bahasa Indonesia guru
lebih memanfaatkan media yang
mudah dipahami oleh siswa dengan
keterbatasan khusus yang dimilikinya,
seperti buku-buku siswa dan papan
tulis yang sudah ada di sekeliling
siswa.
Kemudian teknik evaluasi yang
dipakai guru pada siswa berkebutuhan
khusus masih sama dengan teknik
evaluasi yang dipakai di sekolah
reguler lain. Penilaiannya masih sama-
sama meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik, serta sesuai dengan
kurikulum maupun perangkat
pembelajaran yang digunakan. Guru
juga mengukur evaluasi dari proses
perencanaan evaluasi, proses pela-
ksanaan evaluasi, dan bentuk pelapo-
ran hasil evaluasi pembelajaran anak
berkebutuhan khusus.
SARAN
Berdasarkan penelitian dan
kesimpulan di atas, maka peneliti da-
pat memberikan saran-saran sebagai
berikut.
a. Bagi Sekolah
Sekolah inklusi atau
sekolah luar biasa (SLB) termasuk
ke dalam pendidikan khusus, jadi
sangat diharapkan agar sekolah
selalu mendukung apa yang sudah
dipersiapkan oleh guru untuk
anak-anak didik mereka. Sekolah
juga diharapkan mendukung se-
gala sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh siswa berkebutu-
han khusus sesuai karakter mereka
masing-masing.
b. Bagi Guru
Dari beberapa hasil
penelitian yang ada, selain mene-
rapkan perangkat pembelajaran,
metode pembelajaran, media
pembelajaran, maupun teknik
evaluasi pembelajaran yang digu-
nakan, sebaiknya guru lebih
memperhatikan lagi keseluruhan
kondisi proses pembelajaran yang
di lakukan di dalam kelas, agar
masing-masing siswa dapat mema-
hami materi yang diberikan,
sehingga guru dapat lebih paham
lagi apa permasalahan siswa saat
mengikuti pembelajaran di dalam
kelas.
DAFTAR RUJUKAN
Garnida, D. (2015). Pengantar
Pendidikan Inklusif. Bandung: Re-
fika Aditama
Moleong, L. J.(2010). Metodologi
Penelitian Kualitatif.Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Rahmaniar. (2015, Agustus).
Pengembangan Pembelajaran
Bahasa Bagi Anak Tunarungu-
Wicara Tingkat TKLB Di SLB-B
(Tunarungu). Artikel E- Buletin
LPMP SulSel ISSN. 2335-3189
Santoso, SB.(2010). Sekolah
Alternatif Megapa Tidak ?.
Jogjakarta: Diva press.
Sudjana, Nana.(2005). Dasar-dasar
Proses/Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Menteri Pendidikan
Dan Kebudayaan Republik
Indonesia
Arti kata Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
https://kbbi.web.id