perancangan video sosialisasi berbagai bentuk ......pergerakan kamera karena posisi perangkat kamera...
TRANSCRIPT
-
1
Perancangan Video Sosialisasi Berbagai Bentuk Pelanggaran
Kampanye Politik di Kota Semarang Berbasis 3d Motion Camera
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain
Oleh :
Leonardo Adwin Wibisono
NIM: 692014003
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Agustus 2019
-
1
-
2
-
3
-
4
-
5
1. Pendahuluan
`Indonesia adalah negara demokrasi, secara etimologi demokrasi berasal dari
kata demos yang berarti rakyat dan kratein yang berarti pemerintahan. Secara
harafiah demokrasi berarti pemerintahan rakyat [1]. Pemilihan umum atau
pemilu merupakan suatu bentuk wujud demokrasi dimana dalam rentang waktu
tertentu rakyat Indonesia bisa turut berpartisipasi memilih kepala pemerintahan
dari bupati/walikota, gubernur, hingga presiden. Namun, dalam proses
pemilihan umum mulai dari kampanye hingga hari pencoblosan ternyata masih
ada pelanggaran-pelanggaran yang ditemukan. Kota Semarang pernah menjadi
kota yang memiliki kasus pelanggaran terbanyak di Jateng pada tahun 2015
silam dengan jumlah sebanyak 32 pelanggaran dan Bawaslu Kota Semarang
akan terus mengupayakan agar hal tersebut tidak terulang lagi di tahun-tahun
berikutnya [2].
Ketua Bawaslu Kota Semarang mengatakan bahwa dari pihak dari Bawaslu
Kota Semarang belum ada media sosialisasi dalam bentuk video yang menarik,
untuk bisa disebarkan melalui media sosial supaya masyarakat dapat ikut
memantau dan mengawasi jalannya kampanye politik. Bawaslu sendiri sudah
berupaya untuk melakukan sosialisasi di acara di setiap kecamatan dan
membuat poster-poster secara berkala, namun yang terjadi selama ini Bawaslu
Kota Semarang menemukan pelanggaran melalui pengamatan yang dilakukan
oleh petugasnya dan tidak adanya keterlibatan masyarakat untuk ikut
melaporkan pelanggaran yang terjadi disekitarnya.
Salah satu bentuk pemanfaatan multimedia adalah dengan merancang video
sosialisasi dalam bentuk animasi. Animasi merupakan salah satu output dari
multimedia itu sendiri, untuk video sosialisasi yang akan dirancang jenis
animasi yang digunakan adalah motion graphic. Berdasarkan dengan
permasalahan yang ada maka dilakukan perancangan video sosialisasi tentang
apa saja bentuk pelanggaran dalam proses pemilihan umum di Kota Semarang.
Video sosialisasi merupakan cara yang cukup efektif untuk menyikapi
permasalahan yang ada karena pada dasarnya tujuan dari sosialisasi itu sendiri
adalah untuk mengajak masyarakat agar waspada dan peka akan pelanggaran
yang terjadi disekitarnya dan dari pihak Bawaslu ingin adanya keterlibatan
masyarakat dalam mengawasi pelanggaran selama kampanye.
Direktur Center for Election and Political Party (CEPP) FISIP Universitas
Indonesia (UI) Reni Suwarso menuturkan dengan cukup besarnya pemilih
pemula ini, yang sebagiannya adalah mahasiswa, maka edukasi ke pemilih
pemula dan meningkatkan kesadaran untuk terlibat secara aktif dalam
mengawal proses Pilkada sangat penting [3]. Maka dari itu video sosialisasi
dirancang untuk mengajak para pemilih pemula agar bisa terhindar dari sikap
apatis dan dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap pelanggaran yang terjadi
di sekitar. Video sosialisasi akan berbentuk motion graphic dan ditambah
dengan teknik 3d motion camera. Diharapkan dengan adanya video sosialisasi
ini dapat mempermudah proses sosialisasi yang dilakukan oleh Bawaslu Kota
Semarang.
-
6
2. Tinjauan Pustaka
“Pemantauan Dalam Proses Penyelenggaraan Pemilu” yang dirancang
oleh Novembri Yusuf Simanjuntak [4] dari hasil pembahasan dapat
disimpulkan bahwa pemilihan umum sebagai tempat bagi rakyat untuk
menggunakan hak politiknya sebagai warga negara untuk memilih sosok
pemimpin selain itu salah satu bentuk keterlibatan atau partisipasi masyarakat
dalam pemilu adalah ikut memantau jalannya proses pemilu dan jika selama
proses pemilu itu berlangsung dapat dijaga, dipantau, dan diawasi agar tidak
ada indikasi kecurangan maka bukan tidak mungkin apabila terwujud pemilu
yang sukses dan juga berkualitas. Jika dibandingkan antara penelitian yang
terdapat di atas dan penelitian yang sedang dilakukan terdapat persamaan yaitu
tentang pengawasan selama proses pemilu dan juga permasalahan yang sama
yakni kurangnya keterlibatan masyarakat dalam pemantauan pemilu.
Ada juga penelitian lainnya yang berjudul “Perancangan Animated
Motion Graphic Sebagai Media Alternatif Pembelajaran Anak Tunagrahita”
oleh Ghaisani [5] dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa salah
satu cara untuk membantu anak tunagrahita dalam proses belajar adalah
menggunakan media motion graphic dikarenakan media ini dapat menarik
perhatian mereka dan selain itu mudah dimengerti dan diingat. Berdasarkan
penelitian di atas dan penelitian yang sedang dilakukan terdapat persamaan dan
perbedaannya. Persamaannya adalah menggunakan motion graphic untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada sedangkan perbedaannya terdapat pada
objek penelitian yaitu media alternatif pembelajaran.
Kemudian penelitian yang ketiga yang berjudul “Perancangan Video
Sosialisasi Taman-Taman Tematik di Kota Bandung” oleh Sheyla dan Rizki [6]
kesimpulan dari penelitian di atas adalah dengan merancang video sosialisasi
ini masyarakat kota Bandung dapat mengetahui informasi mengenai hadirnya
taman-taman tematik yang ada di kota Bandung dan sekaligus dapat mengajak
masyarakat untuk berkunjung ke taman tematik tersebut. Penelitian di atas
memiliki persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan yakni cara
menyelesaikan masalah yang sama-sama menggunakan video sosialisasi yang
bertujuan untuk mengajak masyarakat berperan serta dan memberi informasi
yang bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media merupakan alat (sarana)
komunikasi, perantara, atau penghubung. Multimedia dalam konteks komputer
adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks,
grafik, audio, video, dengan menggunakan tool yang memungkinkan
pemakaian berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi [7].
Video adalah sekumpulan citra yang direkam selama satu satuan waktu
tertentu. Citra merupakan representasi dari informasi yang terkandung di
dalamnya sehingga mata manusia menganalisis dan menginterprestasikan
informasi tersebut sesuai tujuan yang diharapkan [8]. Sedangkan pengertian
dari sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai orang
dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam satu kedudukan atau
peranan tertentu di masyarakatnya [9]. Maka pengertian dari video sosialisasi
-
7
adalah rekaman yang berisi suatu informasi yang bertujuan untuk menyebarkan
suatu hal yang baru entah itu pengetahuan, keterampilan atau hal lainnya
kepada masyarakat agar masyarakat dapat memahami dan menghayati
sekaligus dapat ikut aktif dan terlibat dalam bermasyarakat.
Flat design, bila ditinjau dari suku katanya, flat berarti datar dan design
berarti desain atau rancangan. Secara singkat flat design diartikan sebagai
desain datar. Flat design adalah salah satu tren terbesar dari tahun 2010-an dan
masih terus berkembang sampai saat ini. Akar atau asal mula flat design
sendiri bersumber dari berbagai pengaruh. Salah satunya yaitu The Swiss Style
atau International Design, desain ini adalah desain yang mendominasi
sepanjang tahun 1940-an dan 1950-an yang berasal dari Swiss [10].
Motion graphic merupakan salah satu media atau salah satu sub dari ilmu
desain grafis yang banyak digunakan dalam periklanan (TVC), film berupa title
sequence, opening atau promo program TV, ataupun stasiun TV dan ada juga
digunakan untuk video clip music, atau profil perusahaan. Ini dapat dicapai
dengan memasukkan sejumlah elemen yang berbeda seperti 2d/3d, animasi,
video, film, tipografi, ilustrasi, fotografi, dan musik. Ada beberapa karakteristik
kunci untuk lebih mendefinisikan sifat motion graphic :
Motion graphic dua dimensi, tetapi dapat menciptakan illusi elemen gerakan tiga dimensi. hal tersebut ada sebagai gambar pada layar dan
proyeksi yang memiliki lebar dan panjang, tetapi tidak ada kedalaman.
hanya terlihat seperti space/objek 2dimensi yang terletak pada 3d space.
Motion graphic tidak harus benar-benar berpindah posisi, asalkan ada sesutau yang berubah dalam jangka waktu tertentu pada objek tersebut.
Sebagai contoh, pada layar terdapat sebuah objek font, font tersebut hanya
diam tidak berpindah tempat melainkan ada 15 perubahan dalam dirinya
seperti dalam durasi tertentu font tersebut berubah warna .
Motion graphic yang sering digunakan dalam interaktif multimedia, tetapi tidak juga selalu interaktif. hanya disajikan secara linear dan user tidak
memilik kemudi penuh atas motion graphic tersebut [11].
3d (Tiga Dimensi) diartikan sebagai ruang yang memiliki panjang, lebar,
dan kedalaman yang berwujud ruangan yang bisa dilihat oleh manusia sebagai
bentuk-bentuk raut berada dan ruangan yang ditempati [12]. Motion Camera
pada dasarnya sama seperti pergerakan kamera (camera movement), disebut
pergerakan kamera karena posisi perangkat kamera yang berubah dalam proses
pengambilan gambar [13]. Namun, perbedaannya disini adalah kamera yang
digunakan merupakan kamera virtual yang terdapat didalam sebuah software
editing. 3d motion camera merupakan bentuk lain dari teknik camera
movement yang memanfaatkan pergerakan kamera virtual digabungkan dengan
efek 3d sehingga video yang dihasilkan seolah-olah memiliki kedalaman atau
ruang.
Pemilu menurut KBBI adalah pemilihan yang dilakukan serentak oleh
seluruh rakyat suatu negara (untuk memilih wakil rakyat dan sebagainya) [14].
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 pemilu adalah
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
-
8
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 [15]. Singkatnya, pemilu bisa diartikan sebagai sarana
bagi rakyat untuk melaksanakan haknya untuk memilih pemimpin, wakil
rakyat, atau partai yang dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun sekali.
Kampanye menurut KBBI adalah gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan,
mengadakan aksi, dan sebagainya) [16]. Berdasarkan UU pasal 1 ayat 26 No.
10 tahun 2008 pengertian kampanye adalah kegiatan yang dilakukan oleh
peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi
dan program yang ditawarkan oleh calon peserta pemilu [17].
Tabel 1 Tabel Jumlah Total Pelanggaran Kampanye Pilkada 2018 di Kota Semarang [18]
Pelanggaran Jumlah
APK (Alat peraga kampanye) 270 pelanggaran
APK (Alat peraga kampanye)
selama hari tenang 1076 pelanggaran
Pemberitaan di media yang tidak
berimbang 2 pelanggaran
ASN (Aparatur Sipil Negara) yang
tidak netral 2 pelanggaran
Penggunaan fasilitas negara 2 pelanggaran
Money Politic (pembagian uang,
doorprize, sembako, dan lain-lain) 1 pelanggaran
Bawaslu Kota Semarang juga sebenarnya melakukan upaya-upaya untuk
mensosialisasikan tentang jenis-jenis pelanggaran yang terjadi selama
kampanye. Berikut poster yang telah dibuat oleh Bawaslu pada saat Pilkada
2018 silam.
Gambar 1 Poster Sosialisasi Pelanggaran Kampanye [19]
-
9
3. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam perancangan video sosialisasi ini adalah
menggunakan metode kualitatif, dengan melakukan wawancara langsung
kepada narasumber yakni dari pihak Bawaslu sendiri dan para pemilih pemula.
Untuk strategi penelitian menggunakan linear stategy.
Gambar 2 Tahapan Penelitian
Pengumpulan data, proses pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui
permasalahan yang dialami oleh Bawaslu Kota Semarang terkait dengan proses
kampanye pemilu yang terjadi di Kota Semarang dan untuk mencari tahu
tentang sejauh mana pemahaman para pemilih pemula tentang aturan-aturan
yang ada selama kampanye. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara langsung kepada narasumber-narasumber yang berkaitan secara
langsung dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Wawancara pertama kepada Bapak Muhammad Amin selaku Ketua
Badan Pengawas Pemilu Kota Semarang dengan tujuan untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi oleh Bawaslu Kota Semarang. Berdasarkan
wawancara ditemukan masalah yang dihadapi Bawaslu Kota Semarang yakni
tidak adanya media sosialisasi yang cukup baik dan menarik untuk mengajak
masyarakat dalam melakukan pengawasan selama kampanye.
Wawancara berikutnya dilakukan kepada Bapak Arif Rahman yang
bertugas dibagian hukum dan data informasi Bawaslu Kota Semarang untuk
mendapatkan data soal laporan pelanggaran yang terjadi selama kampanye
Pilkada 2018 lalu dan aturan/pelanggaran apa saja yang harus diketahui oleh
para pemilih pemula. Berdasarkan wawancara yang kedua, semua pelanggaran
yang terjadi pada saat Pilkada 2018 yang lalu adalah hasil temuan dari tim
Bawaslu itu sendiri, tidak ada keterlibatan atau laporan dari masyarakat yang
masuk ke Bawaslu. Menurut Bapak Arif, masyarakat kota Semarang terutama
pemilih pemula banyak yang tidak tahu tentang aturan soal kampanye.
Kemudian dilakukan wawancara kepada 5 pemilih pemula yang belum
pernah memilih sebelumnya dan pada rentang umur 17-21, dengan
menanyakan sejauh mana para pemilih pemula paham aturan-aturan yang ada
selama kampanye dan apakah sosialisasi yang dilakukan Bawaslu sampai
kepada masyarakat terutama pemilih pemula. Dari wawancara tersebut para
responden hanya mengetahui 1-3 peraturan larangan selama kampanye dan
semua responden tidak pernah melihat sosialisasi yang dilakukan Bawaslu
mengenai aturan larangan selama masa kampanye.
Tahap kedua merupakan analisis data, berdasarkan wawancara dengan
ketiga narasumber yakni Bapak Muhammad Amin selaku Ketua Bawaslu Kota
Semarang, Bapak Arif Rahman selaku anggota Bawaslu Kota Semarang bagian
hukum dan data informasi, dan kepada 5 pemilih pemula yang berusia 17-21
Pengumpulan
Data
Perancangan Analisis
Data
Pengujian
-
10
tahun dipilih secara acak, permasalahan yang dihadapi Bawaslu adalah sulitnya
mengajak masyarakat untuk terlibat dalam proses pemilu terutama saat
kampanye karena kampanye memiliki jangka waktu yang cukup panjang
sehingga masyarakat terutama pemilih pemula seharusnya dapat banyak terlibat
dalam pengawasan saat kampanye. Sedangkan dari masyarakat sendiri
terutama pemilih pemula kurang memiliki pengetahuan soal aturan-aturan
selama kampanye berlangsung. Maka dari itu ada yang harus ditekankan
dalam video sosialisasi ini yaitu yang pertama bersifat bersifat informatif,
audience dapat memahami informasi yang terdapat dalam video terkait aturan-
aturan yang ada selama kampanye serta bagaimana cara untuk melapor dengan
proses yang mudah dan yang kedua adalah bersifat persuasif, bagaimana video
sosialisasi ini dapat mengajak orang-orang yang menjadi target audience
melakukan sesuai yang ditampilkan dalam video tersebut.
Tahap ketiga merupakan perancangan, proses perancangan memiliki
tahapannya sendiri yakni pra-produksi, produksi, dan pasca produksi.
Gambar 3 Proses Perancangan
Pra produksi, yang pertama dilakukan dalam proses pra produksi adalah
merancang konsep terlebih dahulu. Ide dalam video sosialisasi ini adalah untuk
mensosialisasikan bentuk-bentuk pelanggaran selama kampanye pemilu dan
cara melaporkannya dengan menggunakan animasi motion graphic.
Sedangkan konsep untuk perancangan video sosialisasi ini berbentuk animasi
3d dan 2d, untuk 3dnya menggunakan teknik motion camera sedangkan untuk
2dnya menggunakan ilustrasi yang mendukung visualisasi konten yang terdapat
dalam video sosialisasi. Selain itu ada voice over untuk memperjelas informasi
atau pesan yang ingin disampaikan kepada audience.
-
11
Proses selanjutnya yaitu membuat storyline. Video sosialisasi ini dimulai
dengan penjelasan singkat mengenai pemilu 2019. Kemudian pemberitahuan
informasi tentang masa kampanye yang dimulai dari tanggal 23 September
2018 sampai dengan 13 April 2019 agar masyarakat tahu sejak kapan dan
sampai kapan kampanye ini berlangsung. Lalu dilanjutkan dengan ajakan
kepada audience untuk ikut serta mengawasi jalannya kegiatan kampanye dan
juga ajakan untuk ikut melaporkan pelanggaran jika melihat pelanggaran yang
tengah terjadi. Kemudian ditampilkan bagaimana bentuk-bentuk kampanye,
seperti pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan
kampanye, dan aturan untuk pemasangan alat peraga kampanye. Setelah itu
menginformasikan lokasi kampanye yang tidak diperbolehkan seperti fasilitas
negara, sekolah, dan tempat ibadah dan ada aturan-aturan soal netralitas ASN
dan TNI-Polri yang dimunculkan dan juga pelanggaran-pelanggaran lain
seperti black campaign/hoax, hate speech, dan money politic. Selanjutnya
diarahkan kemana masyarakat harus melapor jika melihat pelanggaran
kampanye, dengan menginformasikan untuk langsung datang menuju kantor
Bawaslu Kota atau dengan cara yang paling mudah dengan menggunakan
media sosial yang dimiliki Bawaslu Kota Semarang yakni facebook, instagram,
atau e-mail . Video sosialisasi ini ditutup dengan tagline dari milik Bawaslu
“Gandengkan tangan bersama kita sukseskan pemilu. Bersama rakyat awasi
pemilu, bersama bawaslu tegakkan keadilan pemilu”.
Tahap selanjutnya adalah perancangan storyboard merupakan rangkaian
gambar ilustrasi yang berusaha menerjemahkan adegan-adegan yang telah
dirumuskan didalam skenario. Sebuah storyboard yang dihasilkan dapat
memuat informasi mengenai pelaku, lokasi, properti maupun sudut
pengambilan gambar [20]. Storyboard dari video sosialisasi ini dapat dilihat
pada gambar 4.
-
12
Gambar 4 Storyboard
Setelah storyboard selesai lalu masuk tahap produksi. Setelah merancang
storyboard dilanjutkan tahap pembuatan asset. Asset digunakan untuk konten
ilustrasi 2d yang terdapat dalam perancangan video sosialisasi. Sketsa asset
dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5 Sketsa Asset
Sketsa-sketsa yang sudah dirancang kemudian dirubah dalam bentuk
digital dengan melakukan proses tracing dan coloring menggunakan gaya flat
design karena selain mudah dalam proses pembuatan, flat design juga
berbentuk lebih sederhana dan tidak terlalu rumit sehingga mudah untuk
dipahami. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 6.
-
13
Gambar 6 Desain Asset
Kemudian tahap selanjutnya adalah produksi yang terdiri dari animasi dan
pengambilan voice over. Asset-asset yang sudah dalam bentuk digital kemudian
dianimasikan sesuai durasi dan kebutuhan scene. Proses animasi asset bisa
dilihat pada gambar 7.
Gambar 7 Proses Animasi Asset
Untuk font yang dipilih adalah Cocogoose karena font tersebut
menggunakan jenis huruf sans serif yang bersifat sederhana, lebih mudah
terbaca terutama untuk jarak jauh, dan memiliki kesan modern. font
Cocogoose dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Font Cocogoose
Setelah proses animasi pada asset selesai dilakukan, kemudian dilanjutkan
pada tahap compositing. Asset yang ada dijadikan satu dalam sebuah
compotition untuk mengatur penempatan dan kapan asset tersebut muncul.
Pada tahap ini juga dilakukan penataan background, background ditata agar
dapat berbentuk ruang sehingga kesan 3 dimensi lebih terlihat karena memiliki
kedalaman. Proses compositing dapat dilihat pada gambar 9.
-
14
Gambar 9 Proses Compositing
Penggunaan 3d motion camera dimasukkan setelah semua asset dan
background disusun dengan baik. 3d motion camera merupakan fitur yang
terdapat dalam software editing yang berfungsi menggerakan kamera secara
virtual sehingga seolah-olah video tersebut memiliki kedalaman atau ruang.
Efek tersebut dimasukkan dengan cara membuat layer sendiri untuk tools
kamera kemudian mengatur focus distance kamera untuk mendapatkan efek
blur pada background, sehingga dapat menambah kesan 3 dimensi saat
menggerakan kamera. Untuk gerakan kamera bisa diatur berdasarkan sumbu
x,y, dan z dan menggunakan pengaturan rotasi masing-masing sumbu agar
kamera dapat bergerak dan berputar sesuai sesuai keperluan.
Gambar 10 Proses Motion Camera
Kemudian pada tahap paska produksi animasi yang sudah ada masuk ke
dalam tahap editing, animasi ditata dan dilakukan pemotongan dan
penambahan durasi pada scene yang dianggap perlu dan ditambahkan
background music agar video yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan tidak
membosankan.
-
15
Gambar 11 Proses Editing
Selain itu dilakukan mixing pada audio untuk mengatur audio terutama
voice over untuk mengurangi noise yang ada. Berikut proses mixing yang
ditampilkan pada gambar 12 dan 13.
Gambar 12 File Audio sebelum diberi noise reduction
Gambar 13 File Audio sesudah diberi noise reduction
Tahap selanjutnya adalah rendering, Proses rendering merupakan proses
akhir setelah melalui proses editing, dari semua file yang ada mulai dari
ilustrasi, animasi, audio, background music digabungkan yang outputnya
berbentuk video. Untuk format video dibutuhkan format yang fleksibel agar
bisa mudah ditayangkan diberbagai media sehingga format yang digunakan
adalah H.264 (Mp4) yang beresolusi 1280x720 pixel. Berikut gambar 13
menampilkan proses rendering.
-
16
Gambar 14 Proses Rendering
Dari hasil perancangan video sosialisasi dilakukan evaluasi. Evaluasi
dilakukan dengan Bapak Muhammad Amin selaku Ketua Badan Pengawas
Pemilihan Umum Kota Semarang mengenai video sosialisasi tentang
kampanye pemilu. Informasi dan pesan yang disampaikan sudah sesuai dengan
yang dibutuhkan dengan menampilkan aturan-aturan dan pelanggaran yang
sering terjadi di lapangan dan mengajak audience untuk ikut berpartisipasi
menjaga ketertiban selama kampanye. Namun ada yang perlu dikoreksi
sehingga perlu dilakukan revisi pada video sosialisasi ini yaitu pada tanggal
masa kampanye kemudian keterangan tambahan soal pemilu 2019 pada awal
video dan mencantumkan jenis pelanggaran selama masa kampanye.
4. Hasil dan Pembahasan
Video sosialisasi ini berisi tentang aturan-aturan, pelanggaran yang
berlaku, serta mekanisme pelaporan pelanggaran selama masa kampanye
pemilu supaya masyarakat terutama para pemilih pemula paham tentang aturan
yang berlaku. Opening Scene dalam video ini menjelaskan singkat tentang
pemilu 2019.
Gambar 15 Opening Scene penjelasan singkat tentang Pemilu 2019
Kemudian scene selanjutnya dimulai dengan transisi dip to white lalu
kamera bergerak dolly in dan melakukan sedikit gerakan rotate kemudian
menampilkan informasi tentang rentang waktu mulai hingga berakhirnya masa
kampanye. Scene 2 dapat dilihat pada gambar 16.
-
17
Gambar 16 Menampilkan informasi tentang waktu masa kampanye
Pada scene 2 kamera dolly out dan menampilkan ajakan audience untuk
ikut mengawasi jalannya kampanye kemudian kamera bergerak dolly out
sedikit dan menampilkan ajakan untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi
selama kampanye lalu transisi ke scene selanjutnya dengan gerakan kamera
dolly in sekaligus rotating. Scene 2 dapat dilihat pada gambar 17.
Gambar 17 Ajakan kepada audience untuk mengawasi jalannya kampanye
Scene 3 diawali dengan transisi kamera bergerak dolly out sekaligus
melakukan gerakan rotate kemudian menanyakan seberapa tahukah audience
tentang peraturan yang ada dengan menampilkan gambar tanda tanya pada
video. Pertanyaan ini bertujuan untuk menarik perhatian dengan melakukan
interaksi kepada audience. Scene 3 dapat dilihat pada gambar 18.
Gambar 18 Pertanyaan kepada audience
Scene 4 diawali dengan transisi gerakan kamera panning left dan
menampilkan bentuk-bentuk kampanye yang dilakukan oleh calon legislatif
maupun calon presiden dan wakil presiden sesuai dengan aturan yang berlaku.
Scene 4 dapat dilihat pada gambar 19
-
18
Gambar 19 Bentuk-bentuk kampanye
Scene 5 diawali dengan transisi kamera panning left menampilkan hal-hal
apa saja yang diperbolehkan untuk dipasang atau digunakan selama kampanye
seperti pemasangan baliho, spanduk, umbul-umbul, poster, dan videotron.
Scene 4 dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Hal-hal yang boleh digunakan selama kampanye
Scene 6 kamera bergerak dolly in dan menjelaskan mengenai hal-hal yang
tidak boleh dilakukan selama kampanye pemilu dengan memunculkan jenis-
jenis pelanggarannya satu persatu kemudian diberi tanda “silang” yang berarti
hal tersebut merupakan sebuah pelanggaran yang tidak boleh dilakukan
selama kampanye atau dengan tulisan tambahan untuk memberi penekanan
sebuah larangan pada audience. Scene 6 dapat dilihat pada gambar 19.
Gambar 21 Hal-hal yang tidak diperbolehkan selama kampanye
Scene 7 transisi kamera dolly out menampilkan informasi tentang jenis
pelanggaran yang nantinya dapat dijatuhkan kepada para pelanggar aturan
kampanye. Jenis pelanggarannya ada tiga yakni pelanggaran administratif,
pelanggaran pidana, dan pelanggaran kode etik. Scene 7 dapat dilihat pada
gambar 22.
-
19
Gambar 22 Jenis pelanggaran selama kampanye
Scene 8 diawali dengan transisi kamera panning right kemudian masuk
dalam isi dari scene 8 yakni mengingatkan kembali audience untuk melaporkan
setiap pelanggaran yang terjadi selama kampanye pemilu dan lebih
menjelaskan kemana harus melapor serta bagaimana caranya. Scene ini
menjelaskannya dengan cara menampilkan alamat kantor Bawaslu Kota
Semarang dan juga sosial media yang dimiliki oleh Bawaslu sehingga
masyarakat bisa tahu apa yang harus dilakukan ketika ingin melaporkan suatu
pelanggaran dalam kampanye pemilu. Scene 8 diakhiri dengan transisi
pergerakan kamera kamera tilt down. Scene 8 dapat dilihat pada gambar 23.
Gambar 23 Cara melapor melalui kantor dan sosial media Bawaslu Kota Semarang
Scene 9 diawali dengan transisi menggunakan gerakan kamera dolly in
dari scene sebelumnya, scene ini merupakan scene penutup yang berisi tagline
milik Bawaslu yang merupakan sebuah ajakan kepada masyarakat untuk ikut
mengawasi dan ikut menyukseskan pemilu yang sedang berlangsung. Scene 9
dapat dilihat pada gambar 24.
Gambar 24 Tagline dari Bawaslu
Untuk hasil akhir video sosialisasi tentang kampanye politik dengan teknik
3d motion camera diimplementasikan pada media sosial seperti facebook dan
instagram. Video sosialisasi ini diberikan kepada Bawaslu Kota Semarang
untuk nantinya dipergunakan dalam kegiatan sosialisasi diberbagai tempat di
-
20
Kota Semarang. Bentuk implementasi video sosialisasi pada media sosial
dapat dilihat pada gambar 25.
Gambar 25 Implementasi pada media sosial instagram dan facebook
5. Pengujian
Pengujian menggunakan metode kualitatif. Pengujian kualitiatif yang
pertama dilakukan dengan wawancara kepada Bapak Arif Rahman selaku
bagian hukum, data, dan informasi Badan Pengawas Pemilihan Umum Kota
Semarang. Menurut Bapak Arif, video sosialisasi mengenai aturan selama
kampanye sudah menarik dan mudah dipahami dari bahasa yang disampaikan
selain itu informasi yang ditampilkan cukup jelas. Untuk konten atau isi dari
video sosialisasi ada beberapa hal yang bisa dicantumkan namun berdasarkan
pelanggaran yang terjadi di lapangan, aturan-aturan yang ditampilkan sudah
sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Pengujian kedua dilakukan dengan wawancara kepada Muhamad Anwar
Ibrahim selaku editor dan animator dari Spin Productions Jakarta untuk
mendapat masukan dari segi animasi, ilustrasi, dan audio. Penggunaan ilustrasi
pada video ini menggunakan gaya flat design yang banyak menggunakan
outline stroke pada objek sehingga terlihat kurang menyatu dengan
background, untuk background dalam video ini mempunyai warna yang bagus
dan nyaman untuk dilihat. Untuk animasi dalam video ini memiliki gerakan
yang halus namun banyak gerakan yang diulang-ulang sehingga menjadi
terkesan monoton. Untuk pengaturan audio pada animasi ini cukup bagus dan
jernih, backsound tidak menutupi voice over sehingga informasi yang
disampaikan dapat terdengar dengan baik.
Pengujian ketiga dilakukan kepada target audience yaitu para pemilih
pemula berjumlah 5 orang yang berusia 17-21 tahun, yang diantaranya
merupakan siswa kelas XII SMA, mahasiswa semester awal, dan karyawan di
Kota Semarang. Hal-hal yang diwawancarai kepada beberapa pemilih pemula
yakni tentang ilustrasi, animasi, dan informasi dan pesan yang disampaikan.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa video sosialisasi tersebut
terlihat menarik dan tidak membosankan karena menggunakan ilustrasi yang
sederhana dan juga menggunakan animasi sehingga lebih terlihat menarik.
Kemudian dari segi konten dan bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami
dan juga informatif sehingga pesan yang disampaikan dapat tersampaikan
dengan baik kepada para pemilih pemula, dan sekaligus mendapat pengetahuan
-
21
tentang aturan dan juga pelanggaran yang ada dan mengetahui kemana harus
melapor jika melihat suatu pelanggaran.
Dari pengujian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa video sosialisasi
ini dapat diterima oleh berbagai kalangan mulai dari anak SMA, mahasiswa,
dan karyawan yang merupakan pemilih pemula yang berusia 17-21 tahun.
Walaupun ada beberapa kekurangan seperti ilustrasi yang kurang menyatu
dengan background dan gerakan animasi yang diulang-ulang namun, pesan
yang disampaikan dalam video ini masih bisa tersampaikan dengan baik
melalui voice over yang ada. Konten yang disajikan dalam video sosialisasi ini
juga sudah sesuai dengan pelanggaran-pelanggaran yang sering terjadi dan
yang sedang diwaspadai oleh Bawaslu Kota Semarang.
6. Simpulan
Dari hasil penelitian, perancangan video sosialisasi dirancang telah
membantu Bawaslu Kota Semarang untuk melakukan sosialisasi kepada
masyarakat terutama pemilih pemula. Video ini merupakan media sosialisasi
yang baru bagi Bawaslu Kota Semarang untuk ditampilkan pada saat proses
sosialisasi. Selain itu, penyebarannya bisa dilakukan dengan mudah melalui
media sosial. Dengan demikian audience juga mendapat informasi yang
penting tentang pelanggaran kampanye. Penyampaian informasi yang jelas dan
penggunaan animasi 3d motion camera serta menggunakan flat design pada
ilustrasinya membuat video sosialisasi ini terasa lebih ringan dan juga menarik.
Selain itu juga terdapat saran untuk penelitian selanjutnya yang bisa
dipertimbangkan yaitu menggunakan media sosialisasi lain dalam bentuk
media yang interaktif untuk menambah interaksi terhadap audience.
Daftar Pustaka
[1] Pureklolon, Tokan Thomas. (2016) Komunikasi Politik, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama.
[2] Aktual. (2015) Kota Semarang Ranking Tertinggi Pelanggaran Pilkada
(Online) https://aktual.com/204844-2/ . Diakses pada tanggal 21 Juli 2018.
[3] Sam, Budi. (2018) Pemilih Pemula di Pilkada 2018 Cenderung Apatis dan
Pragmatis http://wartakota.tribunnews.com/2018/04/29/pemilih-pemula-
di-pilkada-2018-cenderung-apatis-dan-pragmatis. Diakses pada tanggal 21
Juli 2018.
[4] Simanjuntak, Novembri Yusuf. (2017) Pemantauan Dalam Proses
Penyelenggaraan Pemilu, Jurnal Bawaslu 3:305-321.
[5] Miranti, Ghaisani Dwi dan Putra, I Dewa Alit Dwija (2017) Perancangan
Animated Motion Graphic Sebagai Media Alternatif Pembelajaran Anak
Tunagrahita. Universitas Telkom.
[6] Putri, Sheyla dan Yantami, Rizki (2017) Perancangan Video Sosialisasi
Taman-Taman Tematik di Kota Bandung. Universitas Telkom.
[7] Hofstetter, Fred Thomas. (2001) Multimedia Literacy. 3 ed. New York:
McGraw- Hill.
-
22
[8] Madenda, Sarifuddin. (2015. Pengolahan Citra & Video Digital. Penerbit
Erlangga.
[9] Ardiyanto, Elvinaro. (2007) Komunikasi Massa, Bandung, Simbiosa
Rekatama Media.
[10] Anindita, Marsha dan Riyanti, Menul Teguh (2016). Tren Flat Design
Dalam Desain Komunikasi Visual. Universitas Trisakti.
[11] Krishna, Pandji. (2010) History of Motion Design (Online)
https://issuu.com/motionbydesign/docs/mbd1 . Diakses pada tanggal 21
Juli 2018.
[12] Sanyoto, Sadjiman Ebdi. (2009) Nirmana Elemen Elemen Seni dan
Desain,Yogyakarta, Jala Sutra.
[13] Widagdo, M. Bayu dan Winastwan Gora. (2007) Bikin Film Indie itu
Mudah! Yogyakarta, CV Andi Offset.
[14] Kemdikbud. (2018) Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online)
https://www.kbbi.web.id/pemilu. Diakses pada tanggal 23 Juli 2018
[15] Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 Tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Lembaran Negara RI Tahun 2012.
Sekretariat Negara. Jakarta.
[16] Kemdikbud. (2018) Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online)
https://www.kbbi.web.id/kampanye. Diakses pada tanggal 23 Juli 2018
[17] Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 Tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Lembaran Negara RI Tahun 2008.
Sekretariat Negara. Jakarta.
[18] Badan Pengawas Pemilu Kota Semarang. (2018) Laporan Akhir
Pengawasan: Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2018, Semarang.
[19] Badan Pengawas Pemilu Kota Semarang. (2018) Dokumen Badan
Pengawas Pemilu Kota Semarang Tahun 2018, Semarang.
[20] Nugroho, Fajar. (2007). Cara Pintar Bikin Film Dokumenter, Yogyakarta,
Indonesia Cerdas.