perancangan standar prosedur operasi budidaya …... · biofarmaka kabupaten karanganyar meliputi...

76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA RIMPANG TEMU LAWAK DENGAN SIKLUS PDCA ( PLAN, DO, CHECK, AND ACTION) DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi MARTHA CINTYA P. I0308106 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: nguyenque

Post on 05-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA RIMPANG TEMU LAWAK DENGAN

SIKLUS PDCA (PLAN, DO, CHECK, AND ACTION) DI KLASTER BIOFARMAKA

KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi

MARTHA CINTYA P. I0308106

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013

Page 2: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Tingginya harga pengobatan dan obat-obatan kimia mendorong masyarakat

untuk mencari dan beralih ke jenis pengobatan alternatif, yaitu dengan pengobatan

secara alami yang memanfaatkan khasiat dari berbagai jenis tanaman obat (Ditjen

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2006). Hal tersebut mengakibatkan

permintaan akan produk herbal semakin meningkat. Peningkatan permintaan

back to

nature mengkonsumsi produk-produk alami

(Martha Tilaar Innovation Center, 2002).

Hingga saat ini peningkatan permintaan produk herbal tersebut belum mampu

terpenuhi. Bahkan beberapa perusahaan obat-obatan herbal mengimpor beberapa

jenis bahan bakunya dari RRC, India, dan Vietnam (Ditjen Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian, 2006). Hal tersebut sangat ironis bila mengingat

potensi alam Indonesia yang sangat kaya akan Sumber Daya Alam (SDA),

khususnya flora.

Berdasarkan Kebijakan Obat Tradisional Nasional (Kotranas) Tahun 2007,

kekayaan alam flora Indonesia meliputi lebih kurang 30.000 spesies, diketahui

sekurang-kurangnya 9.600 spesies diantaranya termasuk tanaman berkhasiat obat

(tanaman biofarmaka), dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan sebagai

bahan obat tradisonal oleh industri obat tradisional nasional. Untuk

mengoptimalkan potensi tersebut maka, pemerintah mengembangkan klaster

biofarmaka. Klaster biofarmaka merupakan perkumpulan petani biofarmaka pada

masing-masing daerah. Pemerintah daerah yang mengembangkan klaster

biofarmaka ini antara lain Wonogiri, Semarang, dan Karanganyar. Menurut BPP

Jateng (2010), Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar merupakan klaster

biofarmaka yang berpotensi tinggi menjadi salah satu sentra biofarmaka di

Page 3: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-2

Indonesia, sebab sektor pertanian tanaman obat memberikan kontribusi sebesar

21% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karangayar.

Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar beranggotakan 10 kelompok tani

biofarmaka yang berasal dari 6 kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar memiliki luas area 270 Ha dengan

komoditas utama jahe, temu lawak, dan kunyit. Potensi produksi Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, 940 ton kunyit, dan

365,7 ton temu lawak per tahun.

Menurut Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2006),

kebutuhan akan temu lawak untuk industri dalam negeri mengalami peningkatan.

Pada tahun 2000 kebutuhan mencapai 6.813 ton/tahun, meningkat di tahun 2001

sebesar 7.170 ton/tahun, dan selanjutnya pada tahun 2002 mengalami peningkatan

hingga mencapai 8.104 ton/tahun. Pribadi mengatakan bahwa pada tahun 2006

kebutuhan industri akan rimpang segar temu lawak mencapai 21.359 ton/tahun

dan pada tahun 2008 mencapai 42.147 ton/tahun (Rahardjo, 2010). Berdasarkan

data tersebut dapat diketahui bahwa temu lawak merupakan salah satu jenis

tanaman biofarmaka yang paling dibutuhkan oleh industri jamu nasional. Salah

satu industri jamu terbesar di Indonesia yang membutuhkannya adalah PT. Sido

Muncul yang juga merupakan target pasar utama Klaster Biofarmaka Kabupaten

Karanganyar. Namun, hingga saat ini produk rimpang temu lawak Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar belum mampu memenuhi syarat atau standar

sebagai bahan baku PT. Sido Muncul.

Standar bahan baku yang disyaratkan antara lain meliputi standar kualitas,

kuantitas, dan kontinyuitas. Dari segi kualitas, kualitas temu lawak yang sesuai

dengan standar PT. Sido Muncul adalah berumur minimal 8 bulan, berukuran

besar, sehat, segar, serta berkulit kencang dan cerah. Namun faktanya, seluruh

standar kualitas tersebut belum mampu terpenuhi oleh Klaster Biofarmaka

Karanganyar. Hal tersebut disebabkan oleh adanya ketidakteraturan dalam

melakukan prosedur budidaya serta kesalahan pada teknik dan lokasi

penyimpanan hasil panen rimpang. Faktor-faktor penyebab permasalah tersebut

antara lain faktor method, material, environment, dan man. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut diperlukan sebuah sistem penjaminan kualitas secara

Page 4: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-3

kontinyu melalui perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) dalam

kegiatan budidaya temu lawak.

Gaspersz (2006) menyatakan bahwa continuous improvement merupakan

salah satu cara untuk mengendalikan proses yang sedang berlangsung agar terjadi

peningkatan kualitas. Penerapan continuous improvement dilakukan melalui 4

tahap yang dikenal sebagai siklus Deming, yaitu Plan, Do, Check, and Action

(PDCA). Melalui siklus PDCA dapat ditentukan perbaikan berupa perancangan

sistem penjaminan kualitas, yaitu Standard Operating Procedure (SOP) budidaya

rimpang temu lawak. (SOP dalam Bahasa Indonesia yakni Standar Prosedur

Operasi).

SOP pada dasarnya adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur

operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi yang digunakan untuk

memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-

fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi berjalan

secara efektif (dan efisien), konsisten standar, dan sistematis (Tambunan, 2011).

Pengembangan dan penggunaan SOP dapat meminimasi variasi output dan

meningkatkan kualitas melalui implementasi yang konsisten pada proses atau

prosedur di dalam organisasi (U.S. EPA, 2007).

Dengan mengimplementasikan prosedur budidaya temu lawak sesuai SOP

yang dirancang maka, diharapkan dapat meningkatkan dan menjamin kualitas

produk rimpang temu lawak yang dihasilkan sehingga memenuhi standar kualitas

bahan baku rimpang pabrikan. Selain itu, SOP ini dapat dimanfaatkan oleh

Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar sebagai sebuah pedoman kegiatan

budidaya temu lawak dan sebagai percontohan bagi anggota-anggotanya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan

adalah bagaimana merancang Standar Prosedur Operasi Budidaya Rimpang Temu

Lawak melalui siklus PDCA sebagai continuous improvement Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar agar kualitas hasil panennya terjamin dan memenuhi

standar kualitas bahan baku pabrikan.

Page 5: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-4

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas terdapat tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini, yaitu merancang Standar Prosedur Operasi Budidaya

Rimpang Temu Lawak melalui siklus PDCA sebagai continuous improvement

Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar agar kualitas hasil panennya terjamin

dan memenuhi standar kualitas bahan baku rimpang pabrikan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas hasil panen rimpang temu lawak Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar sehingga memenuhi standar kualitas bahan baku

rimpang pabrikan.

2. Mewujudkan sistem produksi yang berkelanjutan dan continuous improvement

budidaya tanaman obat temu lawak di Klaster Biofarmaka Karanganyar.

3. Meningkatkan daya saing produk.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah pa penelitian ini antara lain:

1. Penelitian hanya difokuskan pada permasalahan kualitas hasil panen dari

budidaya rimpang temu lawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

2. Budidaya rimpang temu lawak meliputi pemilihan bibit, penyemaian bibit,

penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian OPT,

dan pemanenan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan tugas akhir

ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang mengenai permasalahan yang akan

dibahas, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat yang

ingin dicapai, serta batasan masalah yang digunakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan landasan teori yang merupakan penjelasan secara terperinci

mengenai teori-teori yang digunakan, sebagai landasan pemecahan

Page 6: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-5

masalah, serta memberikan penjelasan secara garis besar mengenai

metode yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah.

Tinjauan pustaka ini diambil dari berbagai sumber.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses

pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flowchart dan

tiap tahapnya diberi penjelasan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini menguraikan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian

masalah dan cara pengolahan data yang dilakukan untuk mencapai

tujuan penelitian.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil pengolahan data sesuai

permasalahan yang dirumuskan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dan saran-

saran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.

Page 7: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang menjadi landasan teori

dalam penelitian tugas akhir.

2.1 Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar

Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang gambaran Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar.

2.1.1 Gambaran Umum Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu sentra tanaman biofarmaka

di Jawa Tengah, yang menyediakan bahan baku jamu tradisional yang jumlahnya

melimpah. Tanaman biofarmaka ini dapat tumbuh baik secara alami maupun

dibudidayakan oleh para petani baik perorangan maupun kelompok. Menurut data

dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan, Kabupaten Karanganyar

memiliki luas lahan tanaman obat-obatan sekitar 200 Ha (BPP Jateng, 2010). Oleh

karena itu, untuk mengoptimalkan potensi biofarmaka yang cukup besar

Pemerintah Kabupaten Karanganyar membentuk Klaster Biofarmaka pada bulan

Maret 2011. Klaster ini beranggotakan gabungan dari beberapa kelompok tani

biofarmaka di Kabupaten Karanganyar antara lain:

1. Kelompok Tani Sumber Rejeki dari Kecamatan Jumantono.

2. Kelompok Tani Madu Asri II dari Kecamatan Ngargoyoso.

3. Kelompok Tani Kridotani dari Kecamatan Kerjo.

4. Kelompok Tani Aneka Karya Lestari dari Kecamatan Mojogedang.

5. Kelompok Tani Tresno Asih dari Kecamatan Jumapolo.

6. Kelompok Tani Sedyo Tekad dari Kecamatan Jatipuro.

7. Kelompok Tani Ngudi Mulyo dari Kecamatan Kerjo.

8. Kelompok Tani Tani Waras dari Kecamatan Jatipuro

9. Kelompok Tani Ngudi Makmur dari Kecamatan Jumantono.

10. Kelompok Tani Kismo Mulyo dari Kecamatan Jumapolo.

Page 8: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-2

2.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan Klaster Biofarmaka

Visi Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah mewujudkan

Kabupaten Karanganyar sebagai sentra biofarmaka di Indonesia. Misi Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan luas lahan, ketrampilan budidaya toga, dan kualitas produksi.

2. Kerjasama dengan pemerintah dan pelaku pasar serta pengembangan usaha

berbasis teknologi dan pemberdayaan masyarakat.

Tujuan Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan jumlah produksi dan penghasilan petani.

2. Terbentuknya home industry biofarmaka berupa simplisia, tepung/serbuk, dan

jamu instan.

3. Meningkatkan kesejahteraan para anggota klaster dan masyarakat.

2.1.3 Struktur Organisasi Klaster Biofarmaka

Struktur organisasi Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Klaster Biofarmaka Karanganyar

Sumber: Klaster Biofarmaka, 2012

Page 9: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-3

Adapun tugas, wewenang, serta tanggung jawab pada setiap struktur

organisasi Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:

1. Ketua

a. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang ada di klaster.

b. Mengkoordinir semua kelompok tani yang menjadi anggota klaster.

c. Menyelesaikan dan mencari solusi atas semua permasalahan yang terjadi

dari hulu ke hilir yang meliputi budidaya, panen, pasca panen, pengolahan,

pemasaran, permodalan, serta sarana dan prasarana yang dapat menunjang

produktivitas klaster.

2. Wakil Ketua I dan II

Membantu kerja ketua untuk mengkoordinir semua kegiatan yang ada di

klaster.

3. Sekretaris

Mencatat dan melaporkan semua kegiatan dari hulu ke hilir berdasarkan

laporan dari tupoksi (tugas pokok dan fungsi) terkait kegiatan.

4. Wakil Sekretaris

Membantu kerja sekretaris dalam hal kearsipan laporan semua kegiatan yang

dilaksanakan di klaster.

5. Bendahara

Mencatat semua pengeluaran yang berkaitan dengan keuangan termasuk

permodalan.

6. Produksi Usaha

Mengkoordinir semua kegiatan yang terkait dengan budidaya dan pengolahan

pasca panen.

7. Pengolahan dan Pemasaran

Mengkoordinir dan memfasilitasi semua kegiatan yang terait dengan

pemasaran.

8. Usaha

Membantu kelancaran kegiatan setiap unit usaha yang terdapat di klaster.

2.1.4 Produktivitas Klaster Biofarmaka

Jumlah anggota Klaster Biofarmaka di Kabupaten Karanganyar adalah 400

petani biofarmaka. Berbagai komoditas yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Page 10: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-4

Tabel 2.1 Produktivitas Klaster Biofarmaka

No. Jenis Komoditas Luas (Ha) Jumlah Hasil Panen (Ton) 1. Jahe 77 544 2. Kunyit 94 940 3. Kencur 16 93 4. Temu lawak 39 365 5. Lengkuas 31 287 6. Kunyit Mangga 5 45 7. Kunyit Putih 3 38 8. Bengle 5 30 9. Temu Ireng 5 30

10. Temu Kunci 3 18 Sumber: Klaster Biofarmaka, 2012

2.2 Gambaran Umum Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah singkat, visi dan misi,

serta tugas pokok dan fungsi B2P2TO-OT Tawangmangu.

2.2.1 Sejarah Singkat

B2P2TO-OT merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Badan Litbang Kesehatan

yang dirintis dari usaha tanaman obat Hortus Medicus pada tahun 1948. Seiring

dengan berubahnya kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan turut

berimplikasi terhadap induk organisasi Hortus Medicus, mulai dari Lembaga

Farmasi dan Obat, Balai POM, hingga kemudian menjadi Balai Penelitian

Tanaman Obat (BPTO) berdasarkan SK Menteri Kesehatan No.

149/Menkes/SK/IV/78 pada tanggal 28 April 1978.

Secara kelembagaan BPTO membutuhkan pengembangan organisasi agar

mampu menampung seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan lembaga

dari hulu hingga hilir, yaitu tanaman obat ke obat tradisional. Mengacu

perkembangan tersebut, pemerintah melalui menteri kesehatan menerbitkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.149/Per/Menkes/VII/2006 tertanggal 17 Juli

2006 yang menetapkan BPTO dikembangkan menjadi B2P2TO-OT.

Page 11: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-5

2.2.2 Visi dan Misi

Adapun visi dan misi B2P2TO-OT Tawangmangu adalah sebagai berikut:

1. Visi

Menjadi institusi unggulan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan

obat tradisional.

2. Misi

a. Melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat

tradisional.

b. Mengembangkan jaringan informasi penelitian dan pengembangan tanaman

obat dan obat tradisional.

c. Meningkatkan kemampuan SDM Litbang tanaman obat dan obat

tradisional.

d. Memberdayakan masyarakat dan pelaksana program dalam pengembangan

pemanfaatan tanaman obat dan obat tradisional.

e. Meningkatkan kemampuan institusi penelitian dan pengembangan tanaman

obat dan obat tradisional.

f. Menyebarluaskan hasil-hasil Litbang tanaman obat dan obat tradisional.

2.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi

B2P2TO-OT mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan

tanaman obat dan obat tradisional. Dalam melaksanakan tugas tersebut B2P2TO-

OT mempunyai fungsi:

1. Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi penelitian dan/ atau pengembangan di

bidang tanaman obat dan obat tradisional.

2. Pelaksanaan eksplorasi, inventarisasi, identifikasi, adaptasi, dan koleksi plasma

nutfah tanaman obat.

3. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi konservasi dan pelestarian

plasma nutfah tanaman obat.

4. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi standardisasi tanamn obat dan

bahan baku obat tradisional.

5. Pengembangan jejaring kerjasama dan kemitraan di bidang tanaman obat dan

obat tradisional.

Page 12: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-6

6. Pelatihan teknis di bidang pembibitan, budidaya, pasca panen, analisis, koleksi

spesimen tanamn obat, serta uji keamanan dan kemanfaatan obat tradisional.

7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.3 Budidaya Tanaman

Budidaya tanaman adalah mengelola pertumbuhan tanaman dari mulai

tanam hingga panen serta memenuhi persyaratan tumbuh tanaman yang dikelola

tersebut. Pada awalnya, orang tidak bercocok tanam di suatu tempat melainkan

hanya mengambil dari tumbuhan liar di sekitarnya untuk dapat dimanfaatkan dan

dimakan. Namun, perkembangan selanjutnya orang mulai melakukan bercocok

tanam dengan menanam tanaman yang mereka perlukan, walaupun masih bersifat

sederhana karena mereka masih menanam tanaman pada habitatnya. Selanjutnya,

dengan semakin berkembangnya populasi manusia dan meningkatnya kebutuhan

pangan, orang mulai berpikir untuk melakukan bercocok tanam dalam bentuk

perladangan, persawahan, atau bentuk pertanaman lainnya dalam suatu tempat

tertentu dan terus-menerus. Dari sinilah timbul istilah budidaya dalam arti lebih

luas, meliputi pemuliaan tanaman untuk dapat menemukan jenis dan varietas baru

yang mempunyai kualitas dan produksi yang lebih baik dan sempurna. Manfaat

lain dari adanya budidaya antara lain:

1. Jaminan kualitas unggul sesuai yang diharapkan.

2. Jaminan keseragaman kualitas.

3. Pengaturan masa tanam dan masa panen.

4. Pengaturan kebutuhan pasokan bahan baku.

5. Jaminan kuantitas produk yang dibutuhkan pasar.

6. Penanggulangan gangguan hama dan penyakit secara terpadu.

Upaya budidaya dewasa ini juga telah dilembagakan, tidak hanya bagi

kalangan pelaku pertanian (petani, peternak, dan nelayan) saja tetapi, juga

diwajibkan hingga di kalangan industri. Hal ini penting artinya mengingat industri

adalah pelaku utama dalam skenario pemanfaatan sumber daya alam secara besar-

besaran sehingga diperlukan upaya budidaya yang bertujuan untuk konservasi dan

menjamin keberlanjutan supply.

Page 13: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-7

2.4 Temu Lawak

Temu lawak merupakan salah satu tanaman obat yang banyak dikenal oleh

masyarakat. Tanaman obat ini dominan digunakan sebagai bahan baku industri

obat dan kosmetika tradisional dan jarang dimanfaatkan untuk rempah ataupun

bumbu. Dalam skala nasional, penggunaan produk olahan kering temu lawak

(simplisia) sebagai obat-obatan herbal menduduki peringkat tertinggi. Hal tersebut

ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Penggunaan Simplisia Tingkat Nasional

Nama Tanaman Penggunaan (Ton) Temu lawak Lempuyang gajah Jahe Lengkuas Cabai jamu Kedawung Kencur Lempuyang wangi Temu hitam Pulasari Adas Bangle Kunyit Alang-alang Temu kunci Cabai

285 220 200 160 155 140 107 105 67 64 64 63 55 50 48 37

Sumber: Martha Tilaar Innovation Center, 2002

Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Tradisional (2011), temu lawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan

rumpun berbatang semu. Klasifikasi dari tanaman temu lawak yaitu:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Keluarga : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma Xanthorrhiza Roxb.

Tanaman temu lawak berbentuk semak tahunan. Seluruh batangnya terdiri

dari pelepah-pelapah daun yang menyatu dan mempunyai umbi batang. Tinggi

Page 14: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-8

tanaman antara 50-200 cm, tumbuh tegak dan berumpun. Daun berbentuk jorong,

memanjang, permukaan atas daun berwarna hijau tua bergaris-garis cokelat,

panjang daun 20-80 cm, lebar daun 15-30 cm, serta tulang daun menyirip dan

licin. Permukaan bawah daun berwarna hijau pucat dan mengkilat. Bunga pendek

dan lebar, berwarna kuning muda atau kuning bertabur warna merah di

puncaknya, panjang helaian bunga 2,5-3,5 cm, panjang tongkol bunga 10-20 cm.

Rimpang berbentuk bulat atau bulat telur, dari luar berwarna kuning tua atau

cokelatkemerahan, sedang sisi dalam jingga kecokelatan. Dari induk rimpang

akan tumbuh rimpang-rimpang baru ke arah samping. Rimpang baru ini lebih

kecil, berwarna lebih muda, serta bentuknya beraneka ragam. Aroma rimpang

harum, tajam, serta rasanya pahit sedikit pedas. Ujung-ujung akar biasanya

membengkak, membentuk umbi kecil berbentuk bulat sampai bulat telur.

Gambar 2.2 Tanaman Temu Lawak

Sumber: Klaster Biofarmaka, 2012

Temu lawak sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat, baik sebagai

tanaman tumpang sari maupun sekedar penghias pekarangan. Tanaman ini berasal

dari Jawa yang kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan Indo-

Malaysia. Tumbuhan ini mampu hidup pada hampir semua jenis tanah, dari

dataran rendah sampai dataran tinggi (kira-kira 750 m dpl) serta menyukai tempat-

tempat yang teduh atau ternaungi. Produksi rimpang temu lawak amat tergantung

pada pemeliharaan dan tempat tumbuhnya.

Page 15: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-9

2.5 Pengertian Kualitas

Tjiptono dan Diana (1996) menyebutkan beberapa definisi kualitas dari

beberapa ahli, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Joseph Juran

ualitas adalah kesesuaian dengan penggunaan (fitness for use). Pendekatan

Juran adalah orientasi yang memenuhi harapan pelanggan.

2. Deming

terus-

3. Crosby

Kualitas adalah kesesuaian dengan persyaratan (meet the requirements

4. Feigenbaum

pelayanan yang

meliputi pemasaran, keteknikan, manufaktur, dan perawatan, di mana seluruh

produk dan pelayanan yang digunakan disesuaikan dengan harapan/kebutuhan

Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah

produk (barang atau jasa) dapat dikatakan berkualitas apabila produk tersebut

memenuhi persyaratan yang dapat memberikan kepuasan terhadap ekspektasi

pelanggan.

2.6 Fish Bone Diagram

Bentuk diagram ini mirip dengan kerangka ikan sehingga disebut sebagai

fish bone diagram. Fish bone diagram terdiri dari garis dan simbol yang

dirancang untuk mewakili hubungan antara efek dan penyebabnya, sehingga

disebut juga sebagai cause and effect diagram. Selain itu diagram ini biasanya

disebut diagram Ishikawa, setelah Dr. Kaoru Ishikawa yang dianggap sebagai

bapak QC Circles. Fish bone diagram adalah alat yang sangat efektif untuk

menganalisis penyebab terjadinya masalah.

Page 16: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-10

Gambar 2.3 Fish Bone Diagram

Sumber: Furuy et.al, 2003

Furuy et.al (2003) menyatakan bahwa terdapat empat langkah untuk

menganalisis penyebab masalah menggunakan fish bone diagram, yaitu:

1. Tuliskan masalah di sisi kanan dan kotakkan masalah tersebut. Gambarlah

main arrow dari kiri ke kanan, dengan kepala panah menunjuk ke masalah.

2. Identifikasi semua kategori utama penyebab masalah, contohnya man,

machine, material, method, dan environment. Gunakan branch arrow untuk

menghubungkan kategori ke main arrow.

3. Gunakan twig arrow untuk menghubungkan penyebab utama yang

diidentifikasi pada langkah 2 sampai pada masing-masing branch arrow.

4. Identifikasi penyebab rinci dari setiap penyebab utama dan hubungkan

penyebab-penyebab tersebut ke twig arrow, dengan menggunakan twig arrow

yang lebih kecil.

2.7 Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure (SOP))

Pada sub bab ini berisi tentang pengertian, tujuan, manfaat, dan tahap-tahap

teknis penyusunan SOP.

2.7.1 Pengertian SOP

Standard Operating Procedure (SOP) adalah seperangkat instruksi tertulis

yang mendokumentasikan aktivitas rutin atau berulang yang dilakukan oleh suatu

organisasi (United States Environmental Protection Agency dalam Susiandari

(2007)). Perkembangan dan penggunaan SOP adalah bagian yang integral dari

sistem kualitas yang berhasil karena SOP menyediakan informasi untuk individual

sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan benar, serta memfasilitasi

konsistensi kualitas dan kesempurnaan produk atau hasil akhir.

Page 17: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-11

2.7.2 Tujuan SOP

SOP membuat rincian proses kerja berulang yang biasa dilakukan dalam

suatu organisasi. SOP mendokumentasikan cara aktivitas dilakukan untuk

memfasilitasi penyesuaian yang konsisten terhadap kebutuhan sistem teknis dan

kualitas serta mendukung kualitas data. SOP cenderung spesifik terhadap

organisasi atau fasilitas dimana aktivitasnya digambarkan dan membantu

organisasi tersebut untuk mempertahankan proses kontrol dan penjaminan kualitas

serta memastikan pelaksanaannya terhadap aturan.

2.7.3 Manfaat SOP

Perkembangan dan penggunaan SOP mengurangi variasi dan meningkatkan

kualitas melalui penerapan konsisten dari proses atau prosedur dalam organisasi,

bahkan jika terjadi perubahan personil secara sementara atau permanen. SOP

dapat menunjukkan pelaksanaan dengan kebutuhan organisasional dan

pemerintahan serta dapat digunakan sebagai bagian dari program pelatihan

personil, karena SOP harus menyediakan instruksi kerja secara rinci. Ketika data

historis dievaluasi untuk penggunaan saat ini, SOP juga dapat berguna untuk

merekonstruksi aktivitas proyek ketika tidak ada referensi lain yang tersedia.

Sebagai tambahan, SOP kadang-kadang juga digunakan sebagai checklist oleh

pemeriksa ketika mengaudit prosedur.

Tambunan (2011) menyebutkan beberapa manfaat teknis SOP bagi

organisasi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Menjamin adanya standarisasi kebijakan, peraturan, baik yang dibuat intern

organisasi maupun dari ekstern, misalnya undang-undang, maupun yang

berupa aturan lainnya dari institusi seperti Bapepam, dan lain-lain.

2. Menjamin adanya standarisasi pelaksanaan setiap prosedur operasional

standar yang telah ditetapkan menjadi pedoman baku organisasi.

3. Menjamin adanya standarisasi untuk penggunaan dan distribusi formulir,

blanko, dan dokumen dalam prosedur operasional standar.

4. Menjamin adanya standarisasi sistem administrasi (termasuk kegiatan

penyimpanan arsip dan sistem dokumentasi).

5. Menjamin adanya standarisasi validasi dalam alur kegiatan yang telah

ditetapkan.

Page 18: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-12

6. Menjamin adanya standarisasi pelaporan.

7. Menjamin adanya standarisasi kontrol.

8. Menjamin adanya standarisasi untuk pelaksanaan evaluasi dan penilaian

kegiatan organisasi.

9. Menjamin adanya standarisasi untuk pelayanan dan tanggapan kepada pihak

luar organisasi.

10. Menjamin adanya standarisasi untuk keterpaduan dan keterkaitan di antara

prosedur dengan prosedur operasional lainnya di dalam konteks dan kerangka

tujuan organisasi.

11. Menjamin adanya acuan yang formal bagi anggota organisasi untuk

menjalankan kewajiban di dalam prosedur operasional standar.

12. Menjamin adanya acuan yang formal untuk setiap perbaikan serta

pengembangan prosedur-prosedur operasional standar di masa datang.

2.7.4 Tahap-tahap Teknis Penyusunan SOP

Tambunan (2011) menyebutkan bahwa terdapat delapan tahap teknis

penyusunan SOP, antara lain sebagai berikut:

Gambar 2.4 Tahapan Teknis Penyusunan SOP

Sumber : Tambunan, 2011

Page 19: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-13

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini bertujuan untuk memahami kebutuhan penyusunan atau

pengembangan SOP serta menyusun alternatif tindakan yang harus dilakukan

oleh organisasi. Produk dari tahap ini adalah keputusan mengenai alternatif

tindakan yang akan dilakukan.

2. Tahap Pembentukan Organisasi Tim

Tahapan ini bertujuan untuk menetapkan tim atau organisasi tim yang

bertanggungjawab untuk melaksanakan alternatif tindakan yang telah dibuat

dalam tahap persiapan. Produk dari tahap ini adalah pedoman pembagian

tugas dan kontrol pekerjaan.

3. Tahap Perencanaan

Tahapan ini bertujuan menyusun serta menetapkan strategi, metodologi,

rencana, dan program kerja yang akan digunakan tim pelaksana penyusunan.

Produk dari tahap ini adalah pedoman perencanaan dan program kerja rinci.

4. Tahap Penyusunan

Tahapan ini bertujuan untuk melaksanakan penyusunan SOP sesuai

perencanaan yang telah ditetapkan. Produk dari tahap ini adalah draft

pedoman SOP.

5. Tahap Uji Coba

Tahapan ini bertujuan menerapkan SOP dalam bentuk uji coba draft

pedoman SOP yang telah dibuat dalam tahap penyusunan. Produk dari tahap

ini adalah laporan hasil uji coba yang digunakan untuk melakukan

penyempurnaan draft pedoman SOP.

6. Tahap Penyempurnaan

Tahapan ini bertujuan menyempurnakan pedoman SOP berdasarkan

laporan hasil uji coba yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Produk

dari tahap ini adalah pedoman SOP akhir yang digunakan sebagai pedoman

standar dalam organisasi.

7. Tahap Implementasi

Tahapan ini bertujuan untuk mengimplementasikan pedoman SOP akhir

secara menyeluruh dan standar dalam organisasi. Produk dari tahap ini adalah

Page 20: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-14

laporan implementasi yang akan menjadi dasar dalam melakukan tahapan

pemeliharaan dan audit.

8. Tahap Pemeliharaan dan Audit

Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari seluruh tahap-tahap teknis

penyusunan SOP dan bertujuan untuk menyelenggarakan pemeliharaan dan

audit atas pelaksanaan penerapan SOP dalam organisasi selama periode

tertentu. Produk dari tahap ini adalah laporan perbaikan rutin dan laporan

kebutuhan perbaikan besar atas SOP.

2.7.5 Contoh Kasus dan Dokumen SOP di Bidang Pertanian

Pada tahun 2011 Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan mengembangkan

produksi dan budidaya padi organik khusunya di Kelompok Tani Karya Tani

Kecamatan Talagasari Kabupaten Karawang. Target pengembangan tersebut

antara lain:

1. Produksi per hektar sebanyak 7 ton.

2. Tingkat kehilangan hasil <10%.

3. Kualitas bulir padi organik yang dihasilkan mencapai 90%.

Untuk mencapai target tersebut maka, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat

menyusun dokumen SOP Budidaya Padi Organik yang meliputi:

1. SOP Pemilihan Lokasi.

2. SOP Pemilihan Varietas Unggul.

3. SOP Penggunaan Benih Bermutu.

4. SOP Persemaian.

5. SOP Pengolahan Sawah.

6. SOP Penanaman.

7. SOP Penyulaman.

8. SOP Pemupukan.

9. SOP Pengairan.

10. SOP Penyiangan.

11. SOP Pengendalian Hama Dan Penyiapan Pestisida Nabati.

12. SOP Panen.

13. SOP Penanganan Pasca Panen.

14. SOP Distribusi.

Page 21: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-15

Berikut ini adalah susunan SOP penanaman padi organik Dinas Pertanian

Provinsi Jawa Barat:

Tabel 2.3 SOP Penanaman Padi Organik Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat

Standar Operasional Prosedur

Nomor:

VI

Halaman:

21-22

Tanggal:

..................................................

Revisi: ......................................

Tanggal: ..................................

PENANAMAN

A. Definisi Penanaman adalah meletakkan bibit padi pada titik yang sudah diberi tanda dengan menggunakan caplakan.

B. Tujuan Agar benih padi dapat tumbuh dan berkembang dengan dan optimal.

C. Validasi 1. KeLompok Tani Karya Tani Kecamatan Talagasari Kabupaten

Karawang. 2. Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.

D. Alat dan Bahan

1. Benih. 2. Cerangka/Sundung. 3. Caplakan.

E. Fungsi

1. Benih: untuk ditanamkan di sawah. 2. Cerangka/Sundung: untuk mengangkut dari pesemaian ke sawah. 3. Caplakan: untuk membuat jarak tanam 30cmx30cm.

F. Prosedur Kerja

1. Benih di simpan dipetakan sawah. 2. Benih ditanamamkan pada perpotongan garis hasil caplakan.

Page 22: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-16

Berikut ini adalah format lain penyusunan SOP, yaitu bersumber dari

Kementrian Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, dan Direktorat Budidaya

dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat (2011):

Tabel 2.4 SOP Penanaman Kunyit Standar Operasional Prosedur

Nomor:

SOP Kunyit V

Tanggal Dibuat: .................................................. Revisi: ................. Disahkan:

Tanggal: ............. .................

PENANAMAN

G. Definisi Penanaman adalah proses meletakkan benih ke dalam lubang tanam atau alur yang telah disiapkan sesuai jarak tanam.

H. Tujuan Tujuan penanaman adalah agar benih dapat tumbuh baik dan seragam.

I. Informasi Pokok 1. Melakukan penanaman pada awal musim penghujan. 2. Penanaman dilakukan sesuai dengan jarak tanam yang sudah ditentukan

dengan kedalaman tanam sekitar 10 cm. 3. Menanam benih yang telah bertunas dalam posisi rebah dan tunas

menghadap ke atas. 4. Memadatkan tanah di sekitar benih agar tanaman kokoh.

J. Alat dan Bahan

4. Cangkul 5. Benih (indukan atau anakan kunyit) 6. Tanah

K. Prosedur Kerja 1. Lakukan penanaman pada awal musim penghujan. 2. Lakukan penanaman sesuai dengan jarak tanam yang sudah ditentukan

dengan kedalaman tanam sekitar 10 cm. 3. Letakkan benih dengan hati-hati ke dalam lubang tanam dengan posisi

rebah dan posisi tunas menghadap ke atas. 4. Padatkan tanah sekitar benih.

L. Sasaran

Tanaman kunyit yang pertumbuhannya baik, sehingga memberikan hasil yang optimal.

Page 23: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-17

Tabel 2.4 Lanjutan SOP Penanaman Kunyit

Lampiran

Form : Kegiatan Penanaman

Nama Pemilik : .................................

Alamat Lahan : .................................

Petak Luas (Ha) Penanaman Keterangan

a. Tgl. Tanam:

b. Penyiraman awal:

2.8 Focus Group Discussion (FGD)

FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis

mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi

kelompok (Irwanto, 2006). FGD merupakan proses pengumpulan informasi yang

tidak melalui wawancara, tidak secara perorangan, dan bukan merupakan diskusi

bebas tanpa topik spesifik. FGD berbeda dengan wawancara kelompok, sebab

dalam FGD terdapat fasilitator/moderator yang memimpin jalannya diskusi

dengan mengemukakan suatu persoalan atau kasus sebagai bahan diskusi.

2.8.1 Anggota Tim FGD

Pembentukan tim merupakan langkah awal keberhasilan dalam FGD.

Irwanto (2006) menyatakan bahwa setiap FGD membutuhkan:

1. Moderator

Moderator merupakan orang yang memimpin atau memfasilitasi diskusi.

Dalam penelitian, seorang peneliti sering berfungsi sebagai moderator

sehingga proses penelitian dapat dikendalikan sepenuhnya.

2. Pencatat proses

Pencatat proses berfungsi merekam inti permasalahan yang didiskusikan

dan memberitahu moderator mengenai waktu, fokus diskusi, pertanyaan

penelitian yang belum terjawab, dan kesempatan untuk berbicara bagi peserta

yang pasif.

Page 24: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-18

3. Penghubung peserta

Penghubung peserta bertugas untuk mencari peserta FGD sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.

4. Bloker

Bloker merupakan anggota tim yang bertugas untuk menjaga agar jalannya

FGD tidak terganggu.

5. Petugas logistik

Petugas logistik merupakan anggota tim yang membantu peneliti dengan

transportasi, memastikan adanya tempat untuk FGD, dan memastikan

terpenuhinya kebutuhan lain, seperti konsumsi dan alat-alat komunikasi.

2.8.2 Pertimbangan Melaksanakan FGD

Irwanto (2006) menyatakan setidaknya terdapat tiga alasan dilakukannya

FGD yaitu filosofis, metodologis, dan praktis.

1. Secara filosofis, seorang peneliti melakukan FGD sebab:

a. Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber informasi dari

berbagai latar belakang pengalaman tertentu dalam sebuah proses diskusi,

memberikan perspektif yang berbeda jika dibandingkan dengan

pengetahuan yang didapat dari proses komunikasi searah antara peneliti

dengan obyek yang diteliti.

b. Diskusi sebagai proses pertemuan antar pribadi yang merupakan sebuah

aksi dimana para peserta mengeluarkan buah pikiran dan berdebat atau

saling mengkonfirmasi pengalaman masing-masing, sehingga setelah

diskusi berakhir para peserta akan mengalami perubahan.

2. Secara metodologis, seorang peneliti melakukan FGD sebab:

a. Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami

dengan metode survei atau wawancara individu sebab pendapat kelompok

merupakan hal yang penting.

b. Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relatif

singkat.

c. Sebagai metode yang dirasa cocok bagi permasalahan yang bersifat lokal

dan spesifik, oleh sebab itu FGD yang melibatkan masyarakat setempat

dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai.

Page 25: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-19

3. Secara praktis, seorang peneliti melakukan FGD sebab penelitian yang bersifat

aksi membutuhkan perasaan memiliki dari masyarakat yang diteliti, sehingga

saat peneliti memberikan rekomendasi aksi, dengan mudah masyarakat mau

menerima rekomendasi tersebut.

2.8.3 Manfaat FGD

Metode FGD termasuk metode kualitatif sehingga FGD berupaya menjawab

jenis-jenis pertanyaan how-and why. Suhaimi (1999) menyebutkan beberapa

manfaat FGD adalah sebagai berikut:

1. Interaksi kelompok, memungkinkan munculnya respons yang lebih kaya dan

pemikiran baru yang lebih berharga.

2. Dapat langsung mengamati diskusi dan mendapat insight mengenai perilaku,

sikap, bahasa, dan perasaan responden.

3. Biaya yang murah dan waktu yang cepat.

2.9 Continuous Improvement

Fauzi (2008) menyatakan bahwa perbaikan berkesinambungan (continuous

improvement) adalah sebuah usaha untuk mencapai target yang ditetapkan dari

visi perusahaan dengan terus meningkatkan bisnis dan proses produksi melalui

siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action). Dalam siklus ini dilakukan komparasi

antara hasil yang dicapai melalui penetapan target dengan hasil sebelumnya untuk

mengambil tindakan-tindakan korektif yang diperlukan.

2.9.1 Pengertian PDCA

PDCA merupakan proses berpikir yang telah lama menjadi standar kerja

dalam organisasi dinamis demi mencapai tujuan Continuous Improvement. PDCA

menjadi panduan mencari pemecahan suatu Problem

Solving Guide maka

akan menunjang tumbuh kembang perusahaan dalam jangka pendek, menengah,

dan panjang. PDCA adalah kegiatan berulang untuk memecahkan suatu

permasalahan dalam pengendalian kualitas.

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming yang sering dianggap

Siklus tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Page 26: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-20

Gambar 2.5 Siklus PDCA Atau Siklus Deming

Dari gambar tersebut dapat diketahui masing-masing tahapan dalam siklus

PDCA. Tahapan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Plan

Merencanakan suatu proses yang akan dilakukan dengan mencari akar

masalah sehingga didapatkan hasil yang sesuai.

2. Do

Aktivitas yang telah direncanakan segera di-execute agar tidak hanya

menjadi wacana atau retorika belaka, karena inti dari PDCA adalah tindakan

(act). Kegiatan Planning Implementation menjadi langkah utama keberhasilan

PDCA. Do

program. Do Check

3. Check

Menguji keberhasilan dan menganalisa sebab tidak tercapaianya target yang

ditetapkan di awal.

4. Action/Act

Tindakan lanjutan sehingga proses PDCA akan terus memberikan hasil

yang semakin baik ditahapan kegiatan organisasi selanjutnya. Act adalah next

target setelah terwujudnya target awal, dan ini merupakan ujung pangkal

Continuous Improvement Process.

Penggunaan PDCA dalam tahap lanjut akan menjadi bentuk strategic

planning (management) yang bersifat praktis dan efisien/efektif.

Page 27: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-21

2.9.2 Contoh Aplikasi PDCA pada Perancangan SOP

Aplikasi penggunaan siklus PDCA pada perancangan SOP terdapat pada

penelitian yang dilakukan oleh Sefrina (2008). Pada penelitian tersebut, dilakukan

studi tentang usaha peningkatan kualitas produk menggunakan langkah-langkah

peningkatan mutu berupa siklus PDCA dengan diagram ishikawa sebagai alat

bantu usaha peningkatan mutu. Studi kasus dilakukan di sebuah kedai yang

memproduksi olahan daging ayam. Sebagai acuan dalam usaha perbaikan mutu

produk olahan tersebut, dilakukan penyusunan SOP proses produksi. Tujuan akhir

dari penelitian ini adalah diperoleh keluaran berupa SOP yang telah memuat

alternatif solusi perbaikan mutu guna meningkatkan kualitas produk.

Pada penelitian ini, akar penyebab masalah pada proses produksi

diidentifikasi menggunakan diagram ishikawa (fish bone diagram) kemudian

dilakukan siklus PDCA untuk memperbaiki proses produksi guna menjamin mutu

produk. Pada tahap Plan, dilakukan pemilihan penyebab masalah yang akan

diperbaiki kemudian dientukan alternatif perbaikan. Selanjutnya dilakukan

penyusunan SOP yang memuat alternatif perbaikan yang terbaik. Pada tahap Do

dilakukan percobaan terhadap SOP yang telah disusun dan dilanjutkan dengan

tahap Check, yaitu mengevaluasi kemudahan pemahaman dan penerapan SOP.

Terakhir, pada tahap Action disusun SOP yang telah memuat alternatif solusi

perbaikan mutu. SOP tersebut dijadikan sebagai standar proses produksi yang

baru sehingga kualitas produk yang dihasilkan meningkat. Menurut Sefrina

(2008), indikator keberhasilan dari penelitiannya adalah SOP yang disusun telah

mampu dipahami dan diterapkan dengan baik oleh para pekerja serta terjadi

peningkatan dan konsistensi mutu produk yang dihasilkan.

Page 28: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan

dalam penyusunan laporan Tugas Akhir. Metodologi ini berisi langkah-langkah

yang dilakukan selama Tugas Akhir. Langkah-langkah tersebut disajikan pada

Gambar 3.1.

Mulai

Studi Lapangan Studi Pustaka

Perumusan Masalah

Menentukan Tujuan dan Manfaat Penelitian

Melakukan Focus Group Discussion (FGD)

Mengidentifikasi akar penyebab tidak terpenuhinya standarkualitas bahan baku rimpang pabrikan dengan fish bone diagram

Merancang SOP Budidaya Rimpang Temu Lawak dengan siklus PDCAa. Plan : menentukan rencana perbaikanb. Do : melakukan implementasi/uji coba SOP pada salah satu petanic. Check : mengevaluasi hasil implementasi/uji cobad. Action : menentukan tindak lanjut perbaikan

SOP Valid ?

Analisis dan Interpretasi Hasil

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Mengumpulkan data awal1. Data Primer

a. Kondisi dan gambaran umum Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyarb. Standar kualitas rimpang sebagai bahan baku pabrikanc. Proses budidaya rimpang temu lawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyard. Prosedur budidaya rimpang temu lawak di B2P2TO-OT Tawangmangu

2. Data SekunderDokumen tertulis Kementrian Pertanian tentang prosedur budidaya rimpang temu lawak

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Page 29: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-2

3.1 Studi Lapangan

Studi lapangan dimulai pada bulan Maret 2012 di Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT), dan sebuah perusahaan jamu.

Tujuannya adalah untuk mempelajari segala proses dan prosedur budidaya

tanaman obat rimpang mulai dari pembibitan hingga panen serta mengetahui

proses kegiatan pengolahan tanaman obat rimpang menjadi produk obat kemasan

yang siap dikonsumsi. Melalui studi lapangan ini dapat diidentifikasi topik

permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian, yaitu tentang diperlukannya

perbaikan teknik budidaya tanaman obat rimpang di Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar demi meningkatkan kualitas hasil panen untuk memenuhi

standar kualitas bahan baku pabrikan.

3.2 Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan berdasarkan permasalahan yang telah teridentifikasi

pada tahap studi lapangan. Studi pustaka dilakukan dengan membaca dan

mempelajari pustaka yang relevan dengan permasalahan yang ada sehingga

penulis dapat memberikan solusi berdasarkan teori yang telah diterima. Setelah

melihat permasalahan pada klaster yang berkaitan dengan continuous

improvement dan prosedur budidaya tanaman obat rimpang temu lawak maka,

jenis pustaka yang digunakan adalah buku dan jurnal yang membahas tentang

kedua hal tersebut.

3.3 Perumusan Masalah

Pada tahap ini akan ditetapkan permasalahan yang akan dibahas untuk dicari

pemecahan masalahnya. Setelah melakukan studi lapangan di Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar, B2P2TO-OT Tawangmangu, dan sebuah perusahaan

jamu maka, dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut, yaitu

bagaimana merancang Standar Prosedur Operasi Budidaya Rimpang Temu Lawak

melalui siklus PDCA sebagai continuous improvement Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar agar kualitas hasil panennya terjamin dan memenuhi

standar kualitas bahan baku pabrikan.

Page 30: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-3

3.4 Menentukan Tujuan dan Manfaat Penelitian

Pada tahap ini ditentukan tujuan yang dicapai dan manfaat penelitian dalam

penulisan laporan. Tujuan dan manfaat penelitian dibuat berdasarkan perumusan

masalah yang ditetapkan sebelumnya.

1. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang Standar Prosedur Operasi

Budidaya Rimpang Temu Lawak melalui siklus PDCA sebagai continuous

improvement Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar agar kualitas hasil

panennya terjamin dan memenuhi standar kualitas bahan baku rimpang

pabrikan.

2. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas hasil panen rimpang temu lawak Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar sehingga memenuhi standar kualitas bahan baku

rimpang pabrikan.

b. Mewujudkan sistem produksi yang berkelanjutan dan continuous

improvement budidaya tanaman obat temu lawak di Klaster Biofarmaka

Karanganyar.

c. Meningkatkan daya saing produk.

3.5 Mengumpulkan Data Awal

Klaster Biofarmaka Karanganyar beranggotakan 10 kelompok tani yang

berasal dari 6 kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Objek pada penelitian ini

adalah Kelompok Tani Sumber Rejeki dan Ngudi Makmur. Kedua kelompok tani

tersebut menjadi perwakilan klaster dalam penelitian ini karena budidaya rimpang

temu lawak klaster berpusat di kedua kelompok tani tersebut. Melalui studi

lapangan dan studi pustaka yang telah dilakukan, data awal yang dikumpulkan

dalam Tugas Akhir ini terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data yang diperoleh yaitu:

a. Kondisi dan gambaran umum Klaster Biofarmaka Karanganyar.

b. Standar kualitas rimpang sebagai bahan baku pabrikan.

Page 31: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-4

c. Proses budidaya temu lawak di Klaster Biofarmaka Karanganyar mulai

dari pembibitan hingga panen.

d. Prosedur budidaya rimpang temu lawak B2P2TO-OT Tawangmangu.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang bersumber dari hasil pengamatan

sebelumnya dan mempunyai kaitan dengan objek yang akan diteliti. Data

sekunder yang diperoleh dalam penelitian bersumber pada dokumen tertulis

Kementrian Pertanian tentang standar prosedur operasi budidaya rimpang

temu lawak.

3.6 Melakukan Focus Group Discussion (FGD)

Setelah melakukan studi lapangan dan studi pustaka, diketahui perbedaan

prosedur budidaya rimpang temu lawak antara Klaster Biofarmaka, B2P2TO-OT,

dan Kementrian Pertanian berdasarkan data awal yang telah dikumpulkan.

Langkah selanjutnya adalah melakukan FGD dengan pihak klaster dan kelompok

tani untuk mengetahui dan menentukan prosedur budidaya yang dapat

diimplementasikan di klaster.

Setelah menentukan prosedur yang cocok untuk diimplementasikan di

klaster, diketahui beberapa kendala teknis maupun non-teknis pada pelaksanaan

prosedur budidaya rimpang temu lawak di Klaster Biofarmaka Karanganyar.

Masalah tersebut akan diidentifikasi untuk diketahui akar penyebabnya.

3.7 Mengidentifikasi Akar Penyebab Tidak Terpenuhinya Standar

Kualitas Bahan Baku Rimpang Pabrikan Dengan Fish Bone Diagram

Identifikasi masalah dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara.

Pada proses identifikasi diketahui penyebab permasalahan pada pelaksanaan

prosedur budidaya rimpang temu lawak yang meliputi faktor man, method,

material, dan environment. Masalah yang muncul dari faktor-faktor tersebut di-

breakdown menggunakan fish bone diagram sehingga muncul hubungan sebab

akibat dan dapat diketahui akar masalah penyebab tidak terpenuhinya standar

kualitas bahan baku rimpang pabrikan.

Page 32: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-5

3.8 Merancang SOP Budidaya Rimpang Temu Lawak Dengan Siklus Plan,

Do, Check, and Action (PDCA)

Berikut ini adalah penjelasan masing-masing tahap siklus PDCA yang dilakukan:

1. Plan

Tahap Plan merupakan tahap perencanaan perbaikan berdasarkan akar-

akar penyebab masalah yang telah diketahui, dengan tujuan agar diperoleh

hasil yang sesuai dengan target atau tujuan. Pada tahap ini ditentukan rencana

perbaikan atas akar masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.

2. Do

Tahap Do merupakan implementasi atau uji coba rencana perbaikan (Plan)

yang dilakukan oleh subjek yang diteliti. Pada tahap ini dilakukan uji coba

rancangan prosedur budidaya rimpang temu lawak oleh seorang petani di

Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

3. Check

Pada tahap Check dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan uji coba pada

tahap Do. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai acuan penyusunan tahap

berikutnya, yaitu tahap Action.

4. Action

Tahap Action merupakan tindak lanjut dari tahap Check. Pada tahap ini

disusun perbaikan atau langkah selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pada

tahap Check, yaitu menstandardisasikan rancangan prosedur budidaya temu

lawak dalam bentuk dokumen SOP Budidaya Rimpang Temu Lawak

Klaster Biofarmaka Karanganyar. Selanjutnya, dilakukan validasi terhadap

dokumen SOP yang telah dirancang.

3.9 Validasi Dokumen SOP

Validasi dokumen SOP dilakukan dengan cara memberikan kuesioner

kepada Ketua dan Seksi Usaha Klaster Biofarmaka Karanganyar untuk

mengetahui apakah rancangan dokumen SOP Budidaya Rimpang Temu Lawak

dapat dijalankan dan diimplementasikan dengan baik di klaster. Ketua dan Seksi

Usaha akan memberikan saran dan perbaikan terhadap masing-masing rancangan

dokumen. Formulir validasi dokumen SOP terdapat pada Lampiran II.

Page 33: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-6

3.10 Analisis dan Interpretasi Hasil

Pada tahap ini dilakukan analisis dan interprestasi hasil pengolahan data

yang telah dibuat. Data-data penelitian yang telah diolah, kemudian dianalisis dan

dijadikan pedoman dalam melakukan perbaikan. Pada tahap ini dilakukan analisis

terhadap prosedur budidaya rimpang temu lawak di Klaster Biofarmaka

Karanganyar dan analisis Standar Prosedur Operasi Budidaya Rimpang Temu

Lawak yang dihasilkan.

3.11 Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini akan dilakuan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian.

Selain itu pada tahap ini akan diberikan rekomendasi sebagai saran implementasi

lebih lanjut untuk menyempurnakan teknik budidaya rimpang temu lawak di

Klaster Biofarmaka Karanganyar agar hasil panennya dapat memenuhi standar

kualitas bahan baku pabrikan.

Page 34: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-1

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini berisi tentang pengumpulan dan pengolahan data yang

didapatkan penelitian tugas akhir. Dalam pengolahan data digunakan siklus

PDCA sebagai continuous improvement dalam merancang Standar Prosedur

Operasi Budidaya Rimpang Temu Lawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten

Karanganyar.

4.1 Pengumpulan Data Awal

Proses pengumpulan data terdiri dari pengumpulan data primer dan data sekunder.

4.1.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data yang diperoleh antara lain:

1. Kondisi dan gambaran umum Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar merupakan sebuah organisasi

yang menghimpun kelompok-kelompok tani TOGA (Tanaman Obat

Keluarga) di Kabupaten Karanganyar. Klaster Biofarmaka terdiri dari 10

kelompok tani yang tersebar di seluruh Kabupaten Karanganyar. Dengan luas

lahan atau area tanam temu lawak sebesar 39,25 hektar, produksi per

tahunnya menghasilkan 365,7 ton temu lawak. Akan tetapi, produk rimpang

temu lawak tersebut belum mampu memenuhi standar kualitas bahan baku

rimpang pabrikan.

Gambar 4.1 Hasil Panen Rimpang Temu Lawak Klaster Biofarmaka

Sumber: Klaster Biofarmaka, 2012

Page 35: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

2. Standar kualitas rimpang sebagai bahan baku pabrikan

Untuk menjadi pemasok bahan baku rimpang PT. Sido Muncul, terdapat

beberapa persyaratan atau standar yang berkaitan dengan kualitas yang harus

dipenuhi. Berdasarkan hasil interview dengan seorang petani di Klaster

Biofarmaka Karanganyar, standar kualitas rimpang sebagai bahan baku

pabrikan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Standar Kualitas Bahan Baku Rimpang Pabrikan

Standar Kualitas Hasil Panen Klaster Biofarmaka Umur minimal 8 bulan Umur minimal 7 bulan Berukuran besar Masih banyak yang berukuran kecil Sehat Berpotensi berjamur (penyimpanannya salah)

Segar Kesegaran rimpang menurun akibat teknik penyimpanan yang salah.

Berkulit kencang dan cerah Beberapa rimpang kulitnya mudah terkelupas

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa produksi rimpang temu lawak

Klaster Biofarmaka belum mampu memenuhi persyaratan tersebut.

3. Proses budidaya tanaman obat rimpang temu lawak mulai dari pembibitan

hingga panen di Klaster Biofarmaka Karanganyar.

Berikut adalah aliran proses budidaya tanaman obat rimpang temu lawak

berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan:

Pemilihan Bibit

Penyemaian Bibit

Penyiapan Lahan

Pengolahan Tanah

Pemupukan I

Penanaman

Pemupukan II danPemeliharaan

Pemupukan III

Pemanenan

Gambar 4.2 Flowchart Budidaya Rimpang Temu Lawak di Klaster

Biofarmaka Karanganyar

Page 36: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-3

Penjelasan aliran proses budidaya tanaman obat rimpang di Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar pada Gambar 4.2 adalah sebagai berikut:

a. Pembibitan

Bibit merupakan hasil panen rimpang yang berkualitas baik yaitu

rimpang yang berukuran besar.

b. Penyemaian Bibit

Rimpang induk dipotong membujur menjadi 4 bagian dan pada setiap

bagian terdapat 2-3 mata tunas. Setelah dipotong kemudian dilakukan

proses penyemaian. Penyemaian dilakukan di dalam tanah, yaitu dengan

cara menimbun setiap bagian potongan bibit di dalam tanah atau lubang

tanam.

c. Pernyiapan Lahan

Lahan seluas 1000 m2 digunakan untuk penanaman 1,5 kwintal bibit.

d. Pengolahan Tanah

Tanah diolah menggunakan cangkul dengan kedalaman 30 cm dengan

tujuan agar tanah gembur serta bersih dari gulma dan bebatuan, kemudian

membuat lubang berdiameter 20 cm untuk proses penanaman. Jarak antar

lubang adalah sejauh 70-80 cm.

e. Pemupukan I

Pemupukan tahap pertama atau pemupukan dasar dilakukan pada saat 1

minggu sebelum proses tanam. Dilakukan dengan cara memberikan pupuk

organik sebanyak 2 kg pada setiap lubang tanam.

f. Penanaman

Penanaman dilakukan di awal musim penghujan.

g. Pemupukan II dan Pemeliharaan

Pemupukan tahap kedua dilakukan setelah 1 bulan proses penanaman

yaitu dengan memberikan pupuk organik sebanyak 0,5 kg pada setiap

lubang tanam. Pemeliharaan yang dilakukan adalah berupa penyiangan

terhadap gulma dan tanaman pengganggu lainnya.

Page 37: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-4

h. Pemupukan III

Pemupukan tahap ketiga dilakukan dalam jangka waktu 2-3 bulan

setelah proses pemupukan yang pertama. Kuantitas pupuk yang diberikan

sama dengan pada tahap pemupukan kedua.

i. Pemanenan

Panen dilakukan apabila daun mulai layu (pada musim penghujan) atau

daun mati (pada musim kemarau), yaitu pada saat tanaman berumur 7-10

bulan.

4. Prosedur budidaya rimpang temu lawak B2P2TO-OT Tawangmangu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan praktisi B2P2TO-OT

Tawangmangu, terdapat perbedaan prosedur budidaya rimpang temu lawak

yang dilakukan di Klaster Biofarmaka dan B2P2TO-OT Tawangmangu.

Perbedaan tersebut antara lain:

a. Pemilihan bibit

Prosedur pemilihan bibit yang dilakukan di B2P2TO-OT adalah

sebagai berikut:

1) Melakukan pensortiran rimpang yang akan digunakan sebagai bibit,

yaitu dengan memisahkan bibit yang berkualitas baik (berukuran

besar) dengan yang kecil.

2) Mengetahui kemurnian bibit. Kemurnian bibit dapat diketahui dengan

mengetahui kadar bibit murni, gulma, spesies lain, dan kotoran pada

setiap panen.

3) Mengetahui tingkat kadar air. Tingkat kadar air dapat diketahui

dengan proses pengeringan melalui oven yang dilakukan selama 24

jam dengan suhu 105-110oC.

4) Melakukan pengujian cambah. Pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui daya cambah (kemampuan tumbuh).

5) Memilih bibit yang berkualitas baik.

Page 38: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-5

b. Penyemaian bibit

Prosedur penyemaian bibit yang dilakukan B2P2TO-OT Tawangmangu

adalah sebagai berikut:

1) Memotong rimpang sebagai bibit, setiap potongan memiliki 2-3 mata

tunas.

2) Memberi abu gosok pada setiap sisi luka potongan agar tidak berjamur.

3) Mengeringkan bibit di tempat teduh dan lembab selama 1-1,5 bulan

hingga tumbuh tunas.

c. Penyiapan lahan

Lahan yang digunakan adalah lahan gembur yang bersih dari bebatuan,

gulma, dan sisa tanaman lainnya.

d. Penanaman

Prosedur penanaman yang dilakukan B2P2TO-OT adalah sebagai berikut:

1) Melakukan penanaman pada tanah yang telah diolah. Penanaman

dilakukan di awal musim penghujan.

2) Menutup area tanam dengan mulsa yang telah dilubangi sesuai dengan

diameter lubang tanam. Penggunaan mulsa berfungsi sebagai upaya

pemeliharaan tanaman.

e. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

Pengendalian OPT dilakukan untuk menghindari serangan hama dan

organisme lainnya sehngga menghasilkan rimpang yang sehat.

f. Pemanenan

Panen dilakukan pada saat rimpang berumur 10-12 bulan, yaitu dengan

ciri-ciri sebagai berikut:

1) Warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan seluruh batangnya

mengering.

2) Kulit rimpang kencang dan tidak mudah terkelupas atau lecet.

3) Apabila dipatahkan, rimpang berserat dan aromanya menyengat.

4) Warna rimpang mengkilat dan terlihat bernas.

4.1.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang bersumber dari hasil pengamatan sebelumnya

dan mempunyai kaitan dengan obyek yang akan diteliti. Data sekunder yang

Page 39: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-6

diperoleh dalam penelitian bersumber pada dokumen tertulis Kementrian

Pertanian tentang prosedur budidaya tanaman obat temu lawak.

Berikut adalah tahapan budidaya tanaman obat temu lawak berdasarkan

dokumen tertulis Kementrian Pertanian:

1. Pemilihan/Penetapan Lokasi

Calon lokasi pertanaman bukan merupakan bekas tanaman rimpang yang

sudah ada gejala penyakit layu, famili pisang-pisangan, atau tanaman inang

penyakit layu. Apabila lahan positif terkena penyakit layu maka, dapat

diusahan untuk pertanaman kembali minimal setelah 5 tahun.

2. Pemilihan Bibit

Bibit yang digunakan harus varietas unggul yaitu varietas murni (tidak

tercampur dengan gulma atau kotoran). Bibit berasal dari tanaman induk yang

sehat dan berumur 10-12 bulan dan atau anakan dari rimpang yang sehat serta

tidak terdapat gejala penyakit layu dan lalat rimpang.

3. Penyemaian Bibit

Media penyemaian berupa jerami atau sekam yang dijaga kelembabannya

yaitu dengan cara menyemprotkan air 1-2 kali/minggu. Penyemaian dilakukan

selama 2-4 minggu.

4. Penyiapan Lahan

Lahan yang digunakan adalah lahan gembur yang bersih dari bebatuan,

gulma, dan sisa tanaman lainnya. Membuat guludan lahan dengan lebar 90-120

cm dan tinggi 10-30 cm. Pada sistem budidaya monokoltur, jarak tanam

bervariasi yaitu 50x50 cm atau 50x60 cm atau 60x60 cm. Sedangkan pada

sistem tumpang sari jarak tanamnya 75x50 cm.

5. Penanaman

Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan dan sesuai dengan jarak

tanam yang sudah ditentukan dengan kedalaman tanam 10 cm. Bibit yang telah

bertunas ditanam dalam posisi rebah dan posisi tunas menghadap ke atas.

Tanah di sekitar bibit harus padat agar tanaman kokoh.

6. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk kandang atau kompos

yang berkualitas baik (tidak berbau menyengat, remah, tidah membawa gulma

Page 40: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-7

dan hama penyakit) sebanyak 10-20 ton/ha. Pemberian pupuk organik sesuai

dengan ketentuan Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA).

LEISA adalah pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam

dan manusia yang ada dan yang secara ekonomis layak, mantab secara

ekologis, sesuai secara budaya, dan adil secara sosial (Sasongko, 2006).

7. Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan pada umur 1 bulan dengan bibit yang berumur sama.

Penyiangan harus dilakukan secara manual/mekanis dan tidak menggunakan

herbisida.

8. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

OPT dilakukan untuk mengurangi risiko kehilangan hasil dan meningkatkan

mutu serta menjaga kelestarian lingkungan.

9. Pemanenan

Panen dilakukan pada saat rimpang berusia 10-12 bulan, yaitu dengan ciri-

ciri sebagai berikut:

a. Warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan seluruh batangnya

mengering.

b. Kulit rimpang kencang dan tidak mudah terkelupas/lecet.

c. Apabila dipatahkan, rimpang berserat dan aromanya menyengat.

d. Warna rimpang mengkilat dan terlihat bernas.

Setelah mengetahui prosedur budidaya tanaman obat temu lawak di

Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar, B2P2TO-OT Tawangmangu, dan

Kementrian Pertanian, dapat diidentifikasi perbedaan prosedur pada beberapa

tahapnya. Perbedaan tersebut dijelaskan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Perbedaan Prosedur Budidaya Rimpang Temu Lawak

Tahap Budidaya

Klaster Biofarmaka B2P2TO-OT Kementrian Pertanian

Pemilihan Bibit

Memilih rimpang yang berukuran besar.

1. Mensortir rimpang, yaitu memisahkan bibit yang berukuran besar dengan yang kecil.

2. Mengetahui kemurnian bibit.

3. Mengetahui tingkat

Menggunakan bibit varietas unggul, berasal dari tanaman induk yang berumur 10-12 bulan dan atau anakan dari rimpang yang sehat serta tidak terdapat gejala penyakit

Page 41: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-8

kadar air. 4. Melakukan pengujian

cambah. 5. Memilih bibit yang

berkualitas baik.

layu dan lalat rimpang.

Penyemai- an Bibit

1. Rimpang induk dipotong membujur menjadi 4 bagian, pada setiap bagian terdapat 2-3 mata tunas.

2. Penyemaian dilakukan di dalam tanah, yaitu dengan cara menimbun setiap potongan bibit di lubang tanam

1. Memotong rimpang sebagai bibit, setiap potongan memiliki 2-3 mata tunas.

2. Memberi abu gosok pada setiap sisi luka potongan agar tidak berjamur.

3. Mengeringkan bibit di tempat teduh dan lembab selama 1-1,5 bulan hingga tumbuh tunas.

Penyemaian dilakukan selama 2-4 minggu dengan media penyemaian berupa jerami atau sekam yang dijaga kelembabannya, yaitu dengan cara menyemprotkan air 1-2 kali/minggu.

Penyiapan Lahan

Lahan seluas 1000 m2 digunakan untuk menanam 1,5 kwintal bibit. Tanah diolah agar gembur serta bebas dari gulma dan bebatuan.

Lahan yang digunakan adalah lahan gembur yang bersih dari bebatuan, gulma, dan sisa tanaman lainnya.

Lahan yang digunakan adalah lahan gembur yang bersih dari bebatuan, gulma, dan sisa tanaman lainnya.

Penanam-an

Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan.

1. Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan.

2. Menutup area tanam dengan mulsa yang telah dilubangi sesuai dengan diameter lubang tanam. Penggunaan mulsa berfungsi sebagai upaya pemeliharaan tanaman.

1. Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan dan sesuai dengan jarak tanam yang sudah ditentukan dengan kedalaman 10 cm.

2. Bibit yang telah bertunas ditanam dalam posisi rebah dan posisi tunas menghadap ke atas.

3. Tanah di sekitar bibit harus padat agar tanaman kokoh.

Pemupuk-an

1. Pemupukan I Satu minggu sebelum proses tanam dengan pupuk organik

Tidak terdapat perbedaan dengan pemupukan pada Klaster Biofarmaka.

1. Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk kandang atau kompos yang

Page 42: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-9

sebanyak 2 kg/lubang tanam.

2. Pemupukan II Setelah umur 1 bulan dengan 0,5 kg pupuk organik/lubang tanam.

3. Pemupukan III Setelah umur 2-3 bulan, kuantitas dan jenis pupuk sama dengan pemupukan II.

berkualitas baik (tidak berbau menyengat, remah, tidak membawa gulma dan hama penyakit) sebanyak 10-20 ton/ha.

2. Pemberian pupuk organik sesuai dengan ketentuan Loe External Input Sustainable Agriculture (LEISA).

Pemeliha- raan

Penyiangan terhadap gulma dan tanaman pengganggu lainnya.

Menggunakan mulsa. 1. Penyulaman dilakukan pada umur 1 bulan dengan bibit yang berumur sama.

2. Penyiangan dilakukan secara mekanis dan tanpa herbisida.

Pengenda- lian OPT

- Dilakukan. Dilakukan.

Pemanen-an

Panen dilakukan pada musim kemarau pada saat umur rimpang 7-10 bulan.

Panen dilakukan pada saat umur rimpang 10-12 bulan.

Panen dilakukan pada saat umur rimpang 10-12 bulan.

Setelah mengetahui perbedaan prosedur budidaya rimpang temu lawak di

Klaster Biofarmaka, B2P2TO-OT, dan Kementrian Pertanian, kemudian

dilakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak klaster dan kelompok

tani.

4.2 Focus Group Discussion (FGD)

Metode FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang

sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui

diskusi kelompok (Irwanto, 2006). Pada penelitian ini FGD dilakukan untuk

menentukan prosedur budidaya yang cocok untuk diimplementasikan di klaster.

Berikut adalah hasil FGD yang telah dilakukan:

Tanggal FGD : Senin, 30 April 2012

Waktu FGD : 11.45-13.00 WIB

Page 43: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-10

Tempat FGD : Klaster Biofarmaka, Desa Sambirejo, Kecamatan Jumantono,

Kabupaten Karanganyar

Narasumber : 1. Bapak Suparman selaku ketua klaster biofarmaka Kabupaten

Karanganyar

2. Bapak Budi selaku perwakilan dari Kelompok Tani Ngudi

Mulyo Kecamatan Kerjo

3. Bapak Widodo selaku perwakilan dari Kelompok Tresno Asih

Mulyo Kecamatan Jumapolo

4. Bapak Suratno selaku Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

Kecamatan Jumantono

5. Bapak Amat selaku tenaga kerja di klaster biofarmaka

Kabupaten Karanganyar

Moderator : Pungky Nor Kusumawardhani

Peserta FGD : 1. Nia Kartika Wuri

2. Martha Cintya

3. Sony Irwan Prabowo

4. Jingga Nuansa

Hasil FGD : Terlampir pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Hasil FGD

Topik yang Dibahas

Hasil FGD

Pembibitan 1. Bibit diperoleh dari hasil panen rimpang yang berkualitas baik, yaitu yang berukuran besar, sehat (tidak berjamur), tua (umur 10-12 bulan), bernas, kulit licin mengkilap dan tidak terkelupas.

2. Rimpang yang telah dipilih dipotong membujur menjadi 4 bagian, setiap bagian memiliki 2-3 mata tunas.

3. Terdapat 2 cara penyemaian, yaitu penyemaian di dalam dan di luar tanah. Untuk penyemaian di dalam tanah, potongan bibit langsung ditimbun ke dalam lubang tanam. Sedangkan untuk penyemaian di luar tanah, dilakukan penyemprotan disinfektan dengan dosis 3-4 tutup untuk 1 tangki 15 liter sebelum disemaikan di tempat yang lembab, yaitu pada tanah yang diberi pupuk organik kemudian bibit ditimbun dalam jerami (untuk menghindari sinar matahari langsung).

4. Penyemaian dilakukan hingga bibit tumbuh tunas, yaitu selama 2 bulan. Selama proses penyemaian dilakukan penyemprotan air 3 hari sekali untuk menjaga kelembaban.

Page 44: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-11

Penyiapan Lahan

Lahan seluas 1000 m2 digunakan untuk menanam 1,5 kw bibit.

Pengolahan Tanah

1. Tanah diolah dengan menggunakan cangkul/traktor sedalam 30 cm. 2. Membuat guludan dengan lebar 90-120 cm setinggi 10-30 cm. 3. Diameter lubang tanam sebesar 20 cm dengan jarak tanam 70-80 cm.

Pemupukan 1. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali selama proses tanam. 2. Pemupukan I atau pemupukan dasar dilakukan pada saat 1 minggu

sebelum proses tanam, yaitu dengan memberi pupuk organik sebanyak 2 kg/lubang tanam.

3. Pada saat tanaman berumur 1 bulan dilakukan pemupukan ke-2, yaitu sebanyak 0,5 kg/lubang tanam.

4. Selang 2-3 bulan setelah pemupukan ke-2 dilakukan pemupukan ke-3, yaitu sebanyak 0,5 kg/lubang tanam.

5. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik (kompos dan pupuk kandang).

Penanaman Penanaman dilakukan pada awal musim penghujan. Pemeliharaan 1. Pada saat tanaman berumur 1 bulan dilakukan penyiangan.

2. Proses penyulaman tanaman dilakukan apabila diperlukan, yaitu dengan menggunakan tanaman yang berumur sama.

Pemanenan Panen dilakukan apabila daun mulai layu (pada musim penghujan) atau daun mati (pada musim kemarau), yaitu pada saat tanaman berumur 8-12 bulan.

Setelah menentukan prosedur yang cocok untuk diimplementasikan di

klaster, diketahui beberapa kendala teknis maupun non-teknis pada pelaksanaan

prosedur budidaya rimpang temu lawak di Klaster Biofarmaka Karanganyar.

Masalah tersebut akan diidentifikasi untuk diketahui akar penyebabnya.

4.3 Identifikasi Penyebab Tidak Terpenuhinya Standar Kualitas Bahan

Baku Rimpang Pabrikan Dengan Fish Bone Diagram

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petani klaster

biofarmaka diketahui bahwa kualitas rimpang yang dihasilkan belum memenuhi

standar kualitas bahan baku rimpang pabrikan, yaitu PT. Sido Muncul. Hal

tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor man, method,

machine, material, dan environment. Pada kategori machine tidak terdapat

masalah karena proses budidaya dilakukan secara manual. Masalah-masalah yang

muncul pada faktor-faktor tersebut kemudian di-breakdown menggunakan fish

bone diagram untuk diketahui akar penyebabnya. Fishbone diagram untuk

Page 45: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-12

mengidentifikasi akar penyebab permasalahan tidak terpenuhinya standar kualitas

bahan baku rimpang pabrikan dari tiap-tiap faktor ditunjukkan pada Gambar 4.3.

Standar kualitas bahanbaku rimpang pabrikan

tidak terpenuhi

Method Environment

Material Man

Kondisi lahantidak bersih

Terdapatgulma

Prosedur budidayatidak seragam

Tidak adaSOP budidaya

Penyemaian bibittidak merata

Teknik penyemaiandi dalam tanah

Kontrol terhadap kegiatanbudidaya tidak jelas

Tidak ada pencatatankegiatan budidaya

Tidak ada formkegiatan budidaya

Tidak menggunakanbibit unggul

Kualitas bibit acakTidak ada penggolongankualitas (grade) bibit

Asal-usul bibittidak jelas

Tidak ada pencatatanidentitas bibit

Tidak ada formidentitas bibit

Kurangnya kesadaranmenjalankan prosedurdengan benar

Kurangnya koordinasiantar anggota klaster

Tampat penyimpananrimpang tidak layak

Penyimpanan rimpangkurang layak

Rimpang tidak dikemas/ditempatkan pada wadah bersih

Gambar 4.3 Fish Bone Diagram Penyebab Tidak Terpenuhinya Standar Kualitas Bahan

Baku Rimpang Pabrikan

Berikut adalah penjelasan dari fish bone diagram pada Gambar 4.3:

1. Masalah pada man

Gambar 4.4 merupakan fish bone diagram dari kategori man.

Standar kualitas bahanbaku rimpang pabrikan

tidak terpenuhi

Man

Kurangnya kesadaranmenjalankan prosedurdengan benar

Kurangnya koordinasiantar anggota klaster

Gambar 4.4 Fish Bone Diagram Kategori Man

Dari fish bone diagram pada Gambar 4.4 tersebut dapat diketahui bahwa

pada kategori man terdapat penyebab utama (primary cause) yang

menyebabkan tidak terpenuhinya standar kualitas bahan baku rimpang

pabrikan. Hubungan sebab-akibat pada kategori man dapat dilihat pada

Gambar 4.5.

Primary Cause Secondary CauseStandar

kualitas bahanbaku rimpangpabrikan tidak

terpenuhi

Kurangnyakesadaran untuk

menjalankanprosedur dengan

benar

Effect

Kurangnyakoordinasi antaranggota klaster

Gambar 4.5 Bagan Sebab-Akibat pada Kategori Man

Page 46: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-13

Tidak terpenuhinya standar kualitas bahan baku rimpang pabrikan pada

kategori man disebabkan oleh primary cause dimana Primary cause tersebut

disebabkan oleh secondary cause. Secondary cause inilah yang menjadi akar

masalah. Akar masalah pada kategori man ini adalah kurangnya koordinasi

antar pengurus klaster sehingga kesadaran untuk menjalankan prosedur

budidaya dengan benar belum sepenuhnya terlaksana.

2. Masalah pada material

Fish bone diagram dari kategori material ditunjukkan pada Gambar 4.6.

Standar kualitas bahanbaku rimpang pabrikan

tidak terpenuhi

Material

Tidak menggunakanbibit unggul

Kualitas bibit acak

Tidak ada penggolongankualitas (grade) bibit

Asal-usul bibittidak jelas

Tidak ada pencatatanidentitas bibit

Tidak ada formidentitas bibit

Gambar 4.6 Fish Bone Diagram Kategori Material

Dari Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pada kategori material terdapat tiga

penyebab utama (primary cause) yang menyebabkan tidak terpenuhinya

standar kualitas bahan baku rimpang pabrikan. Hubungan sebab-akibat pada

kategori material ditunjukkan pada Gambar 4.7.

Secondary cause 1

Tidak ada formidentitas bibit

Secondary cause 2

Standarkualitas bahanbaku rimpang

tidak terpenuhi

Kualitasbibit acak

Tidak adapenggolongan

kualitas (grade)bibit

EffectPrimary cause Secondary cause

Asal usulbibit tidak

jelas

Tidak adapencatatan

identitas bibit

Primary cause

Tidakmengguna-

kan bibitunggul

Primary cause

Gambar 4.7 Bagan Sebab-Akibat pada Kategori Material

Akar masalah penyebab tidak terpenuhinya standar kualitas bahan baku

rimpang pabrikan pada kategori material adalah kegiatan budidaya yang tidak

menggunakan bibit unggul, tidak adanya penggolongan kualitas (grade) bibit

Page 47: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-14

yang menyebabkan kualitas bibit acak dan tidak adanya form identitas bibit

yang menyebabkan asal-usul bibit menjadi tidak jelas.

3. Masalah pada method

Fish bone diagram dari kategori material ditunjukkan pada Gambar 4.8.

Standar kualitas bahanbaku rimpang pabrikan

tidak terpenuhi

Method

Prosedur budidayatidak seragam

Tidak adaSOP budidaya

Penyemaian bibittidak merata

Teknik penyemaiandi dalam tanah

Kontrol terhadap kegiatanbudidaya tidak jelas

Tidak ada pencatatankegiatan budidaya

Tidak ada formkegiatan budidaya

Penyimpanan rimpangkurang layak

Rimpang tidak dikemas/ditempatkan pada wadah bersih

Gambar 4.8 Fish Bone Diagram Kategori Method

Dari fish bone diagram pada Gambar 4.8 dapat diketahui bahwa pada

kategori method terdapat tiga penyebab utama (primary cause) yang

menyebabkan tidak terpenuhinya standar kualitas bahan baku rimpang

pabrikan. Hubungan sebab-akibat pada kategori method dapat dilihat pada

Gambar 4.9.

Secondary cause 2

Standarkualitas bahanbaku rimpangpabrikan tidak

terpenuhi

Prosedurkegiatanbudidaya

tidak seragam

Peneyemaianbibit tidak

merata

Kontrolterhadapkegiatanbudidayatidak jelas

Teknik penyemaiandalam tanah

Tidak adaform kegiatan

budidaya

Effect

Primary cause

Primary cause

Secondary cause 1

Secondary cause

Tidak ada SOPbudidaya

Primary cause Secondary cause

Tidak ada pencatatankegiatan budidaya

Penyimpananrimpang tidak

layak

Primary cause Secondary cause 1

Rimpang tidak dikemas/ditempatkan pada wadah

yang bersih

Gambar 4.9 Bagan Sebab-Akibat pada Kategori Method

Akar masalah pada kategori method ini adalah ketiadaan SOP yang

menyebabkan prosedur kegiatan budidaya yang dilakukan tidak seragam,

teknik penyemaian di dalam tanah yang menyebabkan penyemaian bibit

Page 48: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-15

menjadi tidak merata, tidak adanya form kegiatan budidaya yang menyebabkan

kontrol pada kegiatan budidaya menjadi tidak jelas, dan rimpang disimpan

dengan tidak dikemas atau ditempatkan pada wadah bersih, rapat, dan kedap

air sehingga mengakibatkan penyimpanan rimpang menjadi tidak layak,

rimpang berpotensi berjamur.

4. Masalah pada environment

Fish bone diagram dari kategori environment ditunjukkan pada Gambar

4.10.

Standar kualitas bahanbaku rimpang pabrikan

tidak terpenuhi

Environment

Kondisi lahantidak bersih

Terdapatgulma

Tampat penyimpananrimpang tidak layak

Gambar 4.10 Fish Bone Diagram Kategori Environment

Dari Gambar 4.10 dapat diketahui bahwa pada kategori environment

terdapat penyebab utama (primary cause) yang menyebabkan tidak

terpenuhinya standar kualitas bahan baku rimpang pabrikan. Hubungan sebab-

akibat pada kategori environment ditunjukkan pada Gambar 4.11.

Standar kualitasbahan baku

rimpang tidakterpenuhi

Primary cause Secondary cause

Kondisilahan tidak

bersih

Terdapatgulma

Tempatpenyimpanan

rimpangtidak layak

Primary cause

Effect

Gambar 4.11 Bagan Sebab-Akibat pada Kategori Environment

Penyebab tidak terpenuhinya standar kualitas bahan baku rimpang pabrikan pada

kategori environment adalah kondisi lahan yang tidak bersih yang disebabkan oleh

adanya gulma serta tempat penyimpanan rimpang yang tidak layak. Kondisi lokasi

penyimpanan rimpang dikatakan demikian karena pada proses penyimpanannya

rimpang hanya diletakkan di tanah di luar ruangan. Hal tersebut mengakibatkan

rimpang kotor, berpotensi berjamur, dan kesegarannya kurang terjaga.

Page 49: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-16

4.4 Merancang SOP Budidaya Rimpang Temu Lawak Dengan Siklus Plan,

Do, Check, and, Action (PDCA)

Setelah akar masalah penyebab tidak terpenuhinya standar kualitas bahn

baku rimpang pabrikan dari masing-masing faktor diketahui dengan menggunakan

fish bone diagram maka, langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan

berkesinambungan (continuous improvement) untuk menjamin kualitas hasil

panen rimpang temu lawak. Siklus continuous improvement dipopulerkan oleh Dr.

Edward Deming yang terdiri dari empat tahap, yaitu Plan, Do, Check, dan Action

(PDCA) dimana merupakan perencanaan yang diikuti tindakan, serta pemberian

umpan balik untuk membakukan metode yang paling efektif.

1. Plan

Plan merupakan rencana yang disusun untuk melakukan perbaikan atas akar

masalah yang menjadi penyebab tidak terpenuhinya standar kualitas bahan

baku rimpang pabrikan pada kegiatan budidaya tanaman obat rimpang temu

lawak. Berdasarkan hasil identifikasi menggunakan fish bone diagram

diketahui akar masalah penyebab tidak terpenuhinya standar kualitas bahan

baku rimpang pabrikan terdapat pada faktor man, environment, method, dan

material. Oleh sebab itu diperlukan perbaikan pada faktor-faktor tersebut.

Untuk kategori man tidak langsung dilakukan rencana perbaikan, sebab

rancangan penelitian hanya membatasi penyelesaian masalah dari faktor

environment, method, dan material.

Berikut ini adalah rencana perbaikan yang akan dilakukan pada kategori

environment, method, dan material pada kegiatan budidaya rimpang temu

lawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar:

Tabel 4.4 Improvement Plan

Kategori Plan Environment 1. Membersihkan lahan dari gulma, sisa tanaman lain, dan

bebatuan sebelum ditanami dan menjaga kebersihan lahan salama proses budidaya hingga setelah panen.

2. Lokasi penyimpanan rimpang di gudang yang bersih dan kering serta tidak bercampur dengan bahan lain.

Method 1. Menyusun rancangan SOP kegiatan budidaya tanaman obat rimpang temu lawak agar prosedur budidaya baik dan seragam.

Page 50: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-17

2. Menyusun rancangan form kegiatan budidaya tanaman obat rimpang temu lawak untuk mencatat setiap tahapan budidaya sehingga memudahkan proses pemantauan dan penelusuran.

3. Rimpang disimpan dalam kondisi dikemas atau ditempatkan pada wadah yang bersih, rapat, dan kedap air.

Material 1. Menggunakan bibit unggul. 2. Membuat klasifikasi (grade) bibit untuk memudahkan

penggolongan kualitas bibit. a. Grade A (digunakan untuk bibit): umur 10-12 bulan,

berukuran besar, tidak berjamur, tidak kisut, bernas, serta kulit kencang dan cerah.

b. Grade B (digunakan untuk supply pabrik): umur 8-10 bulan, berukuran besar, tidak berjamur, tidak kisut, serta kulit kencang dan cerah.

c. Grade C (digunakan untuk konsumsi pasar umum): umur 8-12 bulan dan tidak berjamur.

d. Grade D (defect atau reject): berjamur. 3. Menyusun rancangan form identitas bibit agar asal-usul

bibit jelas.

Pada tahap Plan dapat ditetapkan tujuan kegiatan budidaya tanaman obat

rimpang temu lawak, yaitu untuk menghasilkan rimpang temu lawak yang

berkualitas baik dan memenuhi standar kualitas bahan baku rimpang pabrikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka, dilakukan penyusunan rancangan SOP

beserta form kegiatan budidaya.

a. Rancangan SOP dan form budidaya rimpang temu lawak

Tabel 4.5 Rancangan SOP Budidaya Rimpang Temu Lawak

Tahapan Kegiatan Budidaya

Prosedur

Tahap pemilihan bibit

1. Mencatat asal usul bibit induk pada form identitas bibit.

2. Menggolongkan bibit yang telah terkumpul berdasarkan kualitasnya.

3. Memilih rimpang yang berukuran besar, sehat (tidak berjamur), tua (umur 10-12 bulan), bernas, kulit licin mengkilap dan tidak terkelupas (Grade A).

Page 51: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-18

Tahap penyemaian bibit

1. Menyiapkan tempat yang akan digunakan sebagai tempat penyemaian yang bersih dari batuan dan kotoran serta terjaga kelembabannya.

2. Tanah yang digunakan untuk penyemaian diberi pupuk organik terlebih dahulu.

3. Menggunakan rimpang yang sehat yang telah dipersiapkan sebagai bibit.

4. Memotong rimpang induk menjadi 4 bagian secara membujur (1 potong bibit untuk 1 lubang tanam), setiap bagian memiliki 2-3 mata tunas. Apabila menggunakan rimpang anak berukuran 20-40 gram/potong/lubang tanam dan setiap potongan memiliki 2-3 mata tunas.

5. Menyisakan bibit untuk ditanam kembali apabila diperlukan penyulaman.

6. Bibit yang akan disemaikan disemprot cairan disinfektan terlebih dahulu. Dosis penggunaan cairan disinfektan adalah 3-4 tutup untuk 1 tangki 15 liter.

7. Menghamparkan potongan rimpang pada tempat yang telah dipersiapkan untuk tempat penyemaian.

8. Menutup/menimbun bibit dengan jerami untuk menghindari sinar matahari langsung.

9. Menjaga kelembaban dengan cara menyemprotkan air 3 hari sekali.

10. Melakukan penyemaian selama 2 bulan hingga bibit tumbuh tunas.

11. Mengisi form penyemaian bibit.

Tahap penyiapan lahan

1. Membersihkan lahan dari gulma, batuan, kotoran, dan sisa tanaman lainnya.

2. Melakukan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor atau cangkul dengan kedalaman 30 cm.

3. Pada tanah datar dibuat guludan selebar 90-120 cm dengan ketinggian 10-30 cm.

4. Membuat lubang tanam dengan diameter 20 cm dan kedalaman 10 cm. Jarak antar lubang tanam sesuai dengan sistem budidaya (monokoltur atau tumpang sari).

Page 52: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-19

5. Memberikan pupuk organik/kandang sebanyak 2 kg pada setiap lubang tanam 1 minggu sebelum proses penanaman.

6. Mengisi form penyiapan lahan.

Tahap penanaman 1. Melakukan penanaman pada musim penghujan. 2. Melakukan penanaman sesuai dengan jarak dan

alur penanaman yang telah ditentukan dan dengan kedalaman 10 cm.

3. Meletakkan bibit ke dalam lubang tanam secara hati-hati dengan posisi rebah dan tunas menghadap ke atas.

4. Menimbun bibit dengan tanah dan memadatkan tanah di sekitar bibit.

5. Mengisi form penanaman.

Tahap pemupukan 1. Melakukan pemupukan pertama atau pemupukan dasar pada saat 1 minggu sebelum proses tanam, yaitu dengan memberi pupuk organik sebanyak 2 kg pada setiap lubang tanam di area tanam.

2. Melakukan proses pemupukan kedua, yaitu setelah 1 bulan penanaman dengan kuantitas pupuk organik 0,5 kg/lubang tanam.

3. Melakukan proses pemupukan ketiga, yaitu dengan tenggang waktu 2-3 bulan dari proses pemupukan kedua. Kuantitas pupuk organik yang diberikan adalah sebanyak 0,5 kg/lubang tanam.

4. Mengisi form pemupukan.

Tahap pemeliharaan 1. Mengecek kondisi tanaman, menjamin agar tanaman bebas dari gulma dan pertumbuhannya baik.

2. Melakukan penyulaman dilakukan pada umur 1 bulan setelah penanaman dengan menggunakan bibit yang telah disiapkan dan berumur sama.

3. Melakukan penyiangan secara hati-hati dan sesuai dengan kondisi gulma. Penyiangan dilakukan secara manual/mekanis tanpa penggunaan herbisida.

4. Melakukan pembumbunan setelah umur tanaman 2 bulan dan dilakukan setiap bulan (dapat bersamaan dengan proses penyiangan).

Page 53: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-20

5. Melakukan proses irigasi secara cukup dan rutin. Irigasi dilakukan menggunakan air yang bebas dari kontaminan.

6. Mengisi form pemeliharaan.

Tahap pengendalian OPT

1. Menghindari perlukaan tanaman. 2. Menggunakan pestisida alami, insektisida, dan

fungisida untuk melakukan upaya pengendalian hama.

3. Menginspeksi kebun secara rutin. Apabila terdapat tanaman yang terjangkit hama/penyakit segera melakukan pemusnahan.

4. Mengisi form pengendalian OPT.

Tahap pemanenan 1. Melakukan panen pada musim kemarau, pada saat tanaman berumur 8-12 bulan atau setelah semua daun menguning dan mengering.

2. Melakukan pemanenan dengan hati-hati menggunakan cangkul (tidak dicabut), jangan sampai rimpang terluka.

3. Membersihkan rumpun rimpang dari akar, tanah, dan batang tanamannya.

4. Menggolongkan rimpang berdasarkan grade kualitasnya.

5. Mengisi form pemanenan.

Untuk memudahkan proses pemantauan dan penelusuran kegiatan

budidaya rimpang temu lawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten

Karanganyar maka, diperlukan form untuk mencatat setiap tahapan

budidaya yang dilakukan. Rancangan form tersebut meliputi form identitas

bibit, form penyemaian bibit, form penyiapan lahan, form penanaman, form

pemupukan, form pemeliharaan, form pengendalian OPT, dan form

pemanenan.

Form Identitas Bibit digunakan untuk mencatat asal-usul rimpang yang

akan digunakan sebagai bibit. Catatan tersebut digunakan sebagai panduan

pada proses pemilihan bibit sehingga bibit yang digunakan memiliki asal-

usul yang jelas. Rancangan form identitas bibit ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Yang perlu dicatat pada aktivitas pemilihan bibit antara lain nama petugas

pencatat, sumber, varietas, umur, ciri fisik, dan jumlah bibit.

Page 54: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

1

Tab

el 4

.6 R

anca

ngan

For

m I

dent

itas

Bib

it

Petu

gas

Sum

ber

Var

ieta

s U

mur

C

iri F

isik

Ju

mla

h B

eruk

uran

B

esar

Se

hat/T

idak

B

erja

mur

T

idak

Kis

ut

Ber

nas

Kul

it K

enca

ng

dan

Cer

ah

Page 55: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

2

Set

elah

pro

ses

pem

iliha

n bi

bit d

ilaku

kan

mak

a, la

ngka

h se

lanj

utny

a ad

alah

pro

ses

peny

emai

an b

ibit

. Hal

-hal

yan

g pe

rlu

dica

tat p

ada

akti

vita

s

peny

emai

an b

ibit

anta

ra l

ain

sum

ber

dan

vari

etas

bib

it, l

okas

i pe

nyem

aian

, ju

mla

h bi

bit

yang

dis

emai

kan,

tan

ggal

pen

yem

aian

, pr

osen

tase

pert

umbu

han,

ser

ta k

ode

bibi

t. R

anca

ngan

aw

al f

orm

pen

yem

aian

bib

it di

tunj

ukka

n pa

da T

abel

4.7

.

Tab

el 4

.7 R

anca

ngan

For

m P

enye

mai

an B

ibit

Sum

ber

Var

ieta

s L

okas

i Ju

mla

h T

angg

al P

enye

mai

an

Perl

akua

n Pr

osen

tase

Per

tum

buha

n K

ode

Bib

it

Page 56: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

3

Set

elah

bib

it di

sem

aika

n m

aka,

pro

ses

sela

njut

nya

adal

ah p

rose

s pe

nyia

pan

laha

n. Y

ang

perl

u di

cata

t pa

da a

ktiv

itas

peny

iapa

n la

han

adal

ah

nam

a pe

mili

k la

han,

pet

ak, l

uas

laha

n, t

angg

al p

engo

laha

n ta

nah,

uku

ran

gulu

dan,

jar

ak a

ntar

bar

is,

jara

k an

tar

tana

man

, jen

is d

an d

osis

pup

uk

yang

dig

unak

an. R

anca

ngan

form

pen

yiap

an la

han

ditu

njuk

kan

pada

Tab

el 4

.8

Tab

el 4

.8 R

anca

ngan

For

m P

enyi

apan

Lah

an

Nam

a Pe

mili

k Pe

tak

Lua

s L

ahan

(h

a)

Tan

ggal

Pe

ngol

ahan

T

anah

Uku

ran

Gul

udan

(p

x l

x t)

Ja

rak

Ant

ar

Bar

is

Jara

k A

ntar

T

anam

an

Jeni

s Pu

puk

Dos

is

Page 57: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

4

Akt

ivit

as s

elan

jutn

ya s

etel

ah t

erse

dia

laha

n ya

ng s

iap

untu

k di

tana

mi

adal

ah a

ktiv

itas

pen

anam

an.

Beb

erap

a ha

l ya

ng p

erlu

dic

atat

pad

a

aktiv

itas

ini

anta

ra l

ain

nam

a pe

mili

k la

han,

pet

ak,

luas

lah

an,

tang

gal

pena

nam

an,

kode

dan

jum

lah

bibi

t ya

ng d

itana

m.

Ran

cang

an f

orm

pena

nam

an d

itunj

ukka

n pa

da T

abel

4.9

.

Tab

el 4

.9 R

anca

ngan

For

m P

enan

aman

Nam

a Pe

mili

k Pe

tak

Lua

s L

ahan

(ha

) T

angg

al P

enan

aman

B

ibit

Kod

e B

ibit

Ju

mla

h

Page 58: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

5

Unt

uk m

emen

uhi

kebu

tuha

n un

sur

hara

tan

aman

mak

a, d

ilaku

kan

aktiv

itas

pem

upuk

an.

Ada

pun

hal-

hal

yang

per

lu d

icat

at p

ada

aktiv

itas

pem

upuk

an a

ntar

a la

in n

ama

pem

ilik

laha

n, p

etak

, lu

as l

ahan

, ser

ta t

angg

al,

jeni

s pu

puk,

dan

dos

is p

upuk

pad

a pe

mup

ukan

das

ar,

pem

upuk

an

kedu

a, d

an p

emup

ukan

ket

iga.

Ran

cang

an fo

rm p

emup

ukan

ditu

njuk

kan

pada

Tab

el 4

.10.

Tab

el 4

.10

Ran

cang

an F

orm

Pem

upuk

an

Nam

a Pe

mili

k Pe

tak

Lua

s L

ahan

(h

a)

Pem

upuk

an I

(Pem

upuk

an D

asar

) Pe

mup

ukan

II

Pem

upuk

an I

II

Tan

ggal

Je

nis

Pupu

k D

osis

T

angg

al

Jeni

s Pu

puk

Dos

is

Tan

ggal

Je

nis

Pupu

k D

osis

Page 59: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

6

Unt

uk m

enja

ga a

gar

tana

man

dap

at tu

mbu

h de

ngan

bai

k m

aka,

per

lu d

ilaku

kan

upay

a pe

mel

ihar

aan

tana

man

. Hal

-hal

yan

g pe

rlu

dica

tat p

ada

aktiv

itas

pem

elih

araa

n ad

alah

nam

a pe

mil

ik l

ahan

, pet

ak, p

enyu

lam

an (

tang

gal,

umur

tan

aman

, jum

lah,

dan

kod

e bi

bit

peny

ulam

), s

erta

tang

gal

dan

umur

dila

kuka

n pe

nyia

ngan

, pen

gair

an, d

an p

embu

mbu

nan.

Ran

cang

an fr

om p

emel

ihar

aan

ditu

njuk

kan

pada

Tab

el 4

.11.

Tab

el 4

.11

Ran

cang

an F

orm

Pem

elih

araa

n

Nam

a Pe

mili

k Pe

tak

Peny

ulam

an

Peny

iang

an

Peng

aira

n Pe

mbu

mbu

nan

Tan

ggal

U

mur

Ju

mla

h K

ode

Bib

it Pe

nyul

am

Tan

ggal

U

mur

T

angg

al

Um

ur

Tan

ggal

U

mur

Page 60: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

7

Di

sam

ping

dila

kuka

n ak

tivita

s pe

mel

ihar

aan,

upa

ya l

ain

untu

k m

enja

min

aga

r ta

nam

an tu

mbu

h de

ngan

bai

k ad

alah

pen

gend

alia

n O

PT

. Hal

-

hal y

ang

perl

u di

cata

t pad

a ak

tivita

s pe

ngen

dalia

n O

PT a

dala

h na

ma

pem

ilik

laha

n, p

etak

, tan

ggal

, jen

is O

PT

, lua

s da

n in

tens

itas

sera

ngan

OPT

,

tinda

kan,

ser

ta h

asil

yang

dip

erol

eh. R

anca

ngan

form

pen

gend

alia

n O

PT d

itunj

ukka

n pa

da T

abel

4.1

2.

Tab

el 4

.12

Ran

cang

an F

orm

Pen

gend

alia

n O

PT (O

rgan

ism

e Pe

ngga

nggu

Tan

aman

)

Nam

a Pe

mili

k Pe

tak

Tan

ggal

Je

nis

OPT

L

uas

Sera

ngan

In

tens

itas

Sera

ngan

Pe

ngen

dalia

n/T

inda

kan

Has

il P

enge

ndal

ian

Page 61: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

8

T

ahap

an te

rakh

ir p

ada

kegi

atan

bud

iday

a ad

alah

pem

anen

an. H

al-h

al y

ang

perl

u di

cata

t pad

a ak

tivita

s pe

man

enan

ant

ara

lain

nam

a pe

mili

k

laha

n, p

etak

, lua

s la

han,

tang

gal,

umur

dan

car

a pa

nen,

cua

ca, j

umla

h ke

selu

ruha

n ha

sil p

anen

, jum

lah

hasi

l pa

nen

yang

ter

golo

ng p

ada

mas

ing-

mas

ing

grad

e. R

anca

ngan

form

pem

anen

an d

itunj

ukka

n pa

da T

abel

4.1

3.

Tab

el 4

.13

Ran

cang

an F

orm

Pem

anen

an

Nam

a Pe

mili

k Pe

tak

Lua

s (h

a)

Tan

ggal

U

mur

C

ara

Cua

ca

Jum

lah

Has

il

Pane

n

Jum

lah

Gra

de A

G

rade

B

Gra

de C

G

rade

D

Page 62: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-29

2. Do

Setelah melakukan tahap Plan maka, langkah berikutnya dalam continuous

improvement adalah tahap Do. Pada tahap ini dilakukan uji coba terhadap

rancangan prosedur budidaya temu lawak. Uji coba dilakukan oleh seorang

petani di Kelompok Tani Sumber Rejeki. Pada uji coba ini terdapat beberapa

tahapan yang tidak dapat diimplementasikan dengan baik, yaitu:

a. Pada prosedur pemilihan bibit dan pemanenan tidak dilakukan aktivitas

penggolongan bibit/rimpang sesuai grade kualitas yang telah ditentukan

sehingga berdampak pada pemilihan bibit yang akan dibudidayakan, yaitu

tidak berkualitas unggul. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya kesadaran

petani akan manfaat pensortiran bibit/rimpang yang merupakan salah satu

upaya penjaminan kualitas produk. Manfaat dari pensortiran tersebut adalah

untuk membedakan antara rimpang yang digunakan sebagai bibit, supply

pabrik, konsumsi pasar umum, dan defect.

b. Pada prosedur pengendalian OPT, aktivitas inspeksi kebun tidak

dilaksanakan secara rutin. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya

kesadaran petani terhadap pentingnya pengendalian OPT.

Setelah dilakukan uji coba maka, langkah selanjutnya adalah tahap Check

yang akan memberikan evaluasi terhadap pelaksanaan uji coba rancangan

prosedur.

3. Check

Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan uji coba rancangan

prosedur budidaya tanaman temu lawak yang telah dilakukan. Evaluasi ini

dilakukan dengan mengisi form monitoring uji coba setiap tahap kegiatan

budidaya. Bila terdapat kesesuaian antara pelaksanaan uji coba dengan

rancangan prosedur maka, diberi tanda check

Berikut ini adalah hasil evaluasi uji coba rancangan prosedur pemilihan

bibit, pengendalian OPT, dan pemanean yang ditunjukkan pada tabel-tabel di

bawah ini. Sedangkan hasil evaluasi uji coba rancangan prosedur penyemaian

bibit, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan dapat dilihat

pada Lampiran II.

Page 63: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-30

Tabel 4.14 Evaluasi Uji Coba Rancangan Prosedur Pemilihan Bibit

MONITORING BUDIDAYA TEMU LAWAK PEMILIHAN BIBIT

RANCANGAN PROSEDUR CHECK KETERANGAN 1. Mencatat asal-usul bibit induk pada form

identitas bibit.

Bibit/rimpang tidak digolongkan sesuai dengan grade yang telah ditentukan.

2. Menggolongkan bibit yang telah terkumpul berdasarkan grade kualitasnya.

3. Memilih rimpang yang berukuran besar, sehat, tua (umur 10-12 bulan), bernas, kulit kencang dan cerah (Grade A).

Keterangan: = prosedur dilakukan x = prosedur tidak dilakukan O = prosedur terlewati

Pada Tabel 4.14 diketahui bahwa tahap penggolongan bibit berdasarkan

grade kualitasnya tidak dilaksanakan sehingga berdampak pada pemilihan bibit

yang akan dibudidayakan, yaitu berkualitas tidak unggul. Untuk hasil evaluasi

uji coba rancangan prosedur pengendalian OPT ditunjukkan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Evaluasi Uji Coba Rancangan Prosedur Pengendalian OPT

MONITORING BUDIDAYA TEMU LAWAK PENGENDALIAN OPT

RANCANGAN PROSEDUR CHECK KETERANGAN 1. Menghindari perlukaan tanaman.

Inspeksi kebun tidak dilakukan secara rutin.

2. Menggunakan pestisida alami untuk upaya pengendalian hama.

3. Menginspeksi kebun secara rutin. Apabila terdapat tanaman yang terjangkit hama atau penyakit segera melakukan pemusnahan.

4. Mengisi form pengendalian OPT. Keterangan: = prosedur dilakukan x = prosedur tidak dilakukan O = prosedur terlewati

Pada Tabel 4.15 diketahui bahwa aktivitas inspeksi kebun tidak

dilaksanakan secara rutin. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya kesadaran

petani terhadap pengendalian OPT. Untuk hasil evaluasi uji coba rancangan

prosedur pemanenan ditunjukkan pada Tabel 4.16.

Page 64: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-31

Tabel 4.16 Evaluasi Uji Coba Rancangan Prosedur Pemanenan

MONITORING BUDIDAYA TEMU LAWAK PEMANENAN

RANCANGAN PROSEDUR CHECK KETERANGAN 1. Melakukan panen pada musim kemarau, pada

saat tanaman berumur 8-12 bulan atau setelah semua daun menguning dan mengering.

Bibit/rimpang tidak digolongkan sesuai dengan grade yang telah ditentukan.

2. Melakukan pemanenan dengan hati-hati menggunakan cangkul (tidak dicabut), jangan sampai rimpang terluka.

3. Membersihkan rumpun rimpang dari akar, tanah, dan batang tanamannya.

4. Menggolongkan rimpang berdasarkan grade kualitasnya.

5. Mengisi form pemanenan. Keterangan: = prosedur dilakukan x = prosedur tidak dilakukan O = prosedur terlewati

Pada Tabel 4.16 diketahui bahwa pada uji coba rancangan prosedur

pemanenan tahap penggolongan kualitas rimpang tidak dilaksanakan. Hal

tersebut disebabkan oleh faktor man, yaitu rendahnya kesadaran akan manfaat

pensortiran rimpang.

Berikut adalah rekap evaluasi uji coba rancangan prosedur budidaya

rimpang temu lawak:

Tabel 4.17 Rekap Evaluasi Uji Coba Rancangan Prosedur Budidaya Rimpang

Temu Lawak

Prosedur Catatan

Pemilihan bibit Bibit/rimpang tidak digolongkan sesuai dengan grade yang telah ditentukan.

Penyemaian bibit Seluruh tahap rancangan prosedur dilaksanakan.

Penyiapan lahan Seluruh tahap rancangan prosedur dilaksanakan.

Penanaman Seluruh tahap rancangan prosedur dilaksanakan.

Pemupukan Seluruh tahap rancangan prosedur dilaksanakan.

Pemeliharaan Seluruh tahap rancangan prosedur dilaksanakan.

Pengendalian OPT Inspeksi kebun tidak dilakukan secara rutin.

Pemanenan Bibit/rimpang tidak digolongkan sesuai dengan grade yang telah ditentukan.

Page 65: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-32

Langkah selanjutnya adalah tahap Action, yaitu menyusun dan

menstandardisasi SOP beserta form kegiatan budidaya rimpang temu lawak.

4. Action

Tahap Action merupakan tindak lanjut dari hasil evaluasi implementasi uji

coba Plan yang telah dilakukan. Pada tahap ini dibuat standardisasi prosedur

dalam bentuk dokumentasi prosedur berupa Standar Prosedur Operasi

Budidaya Rimpang Temu lawak Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

Apabila dari tahap check diketahui bahwa rancangan awal prosedur budidaya

rimpang temu lawak memerlukan perbaikan maka, perbaikan tersebut dicatat

sebagai SOP baru dan bila rancangan awal prosedur tidak memerlukan

perbaikan maka, dipertahankan dalam SOP. Penomoran dokumen SOP adalah

sebagai berikut:

KBF-SOP-BTL-1

KBF menyatakan Klaster Biofarmaka

SOP menyatakan Standard Operating Procedure

BTL menyatakan Budidaya Temu Lawak

1 menyatakan nomor urutan kegiatan budidaya

Tabel 4.18 SOP Budidaya Temu Lawak Klaster Biofarmaka Karanganyar

Jenis Dokumen Nomor Dokumen Nama Dokumen

SOP

KBF-SOP-BTL-1 SOP Pemilihan Bibit KBF-SOP-BTL-2 SOP Penyemaian Bibit KBF-SOP-BTL-3 SOP Penyiapan Lahan KBF-SOP-BTL-4 SOP Penanaman KBF-SOP-BTL-5 SOP Pemupukan KBF-SOP-BTL-6 SOP Pemeliharaan KBF-SOP-BTL-7 SOP Pengendalian OPT KBF-SOP-BTL-8 SOP Pemanenan

Keseluruhan dokumen SOP yang tercantum pada Tabel 4.18 dapat dilihat

pada Lampiran I.

Pada tahap ini juga dibuat standardisasi form kegiatan budidaya dalam

bentuk form budidaya temu lawak Klaster Biofarmaka Kabupaten

Karanganyar.

Page 66: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-33

Penomoran form adalah sebagai berikut:

KBF-FORM-BTL-1

KBF menyatakan Klaster Biofarmaka

FORM menyatakan form

BTL menyatakan Budidaya Temu Lawak

1 menyatakan nomor urutan kegiatan budidaya

Tabel 4.19 Form Kegiatan Budidaya Temu Lawak Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar

Jenis Dokumen Nomor Dokumen Nama Dokumen

FORM

KBF-FORM-BTL-1 Form Identitas Bibit KBF-FORM-BTL-2 Form Penyemaian Bibit KBF-FORM-BTL-3 Form Penyiapan Lahan KBF-FORM-BTL-4 Form Penanaman KBF-FORM-BTL-5 Form Pemupukan KBF-FORM-BTL-6 Form Pemeliharaan KBF-FORM-BTL-7 Form Pengendalian OPT KBF-FORM-BTL-8 Form Pemanenan

Keseluruhan form yang tercantum pada Tabel 4.19 dapat dilihat pada

Lampiran I.

Untuk mendukung implementasi SOP, diperlukan beberapa tindak lanjut

perbaikan yang perlu dilakukan oleh Klaster Biofarmaka, antara lain adalah:

4.1 Meningkatkan koordinasi antar seluruh pengurus dan anggota klaster untuk

menjalankan SOP dengan baik.

4.2 Mempertahankan penerapan teknik penyemaian di luar tanah.

4.3 Menyediakan gudang khusus untuk tempat penyimpanan rimpang. Gudang

harus bersih, kering, dan tidak bercampur dengan bahan lain.

4.4 Menyimpan rimpang dalam kondisi dikemas atau ditempatkan pada wadah

yang bersih, rapat, dan kedap air.

Siklus continuous improvement yang telah dilakukan pada kegiatan budidaya

temu lawak Klaster Biofarmaka Karanganyar ditunjukkan pada Gambar 4.12.

Page 67: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-34

Gambar 4.12 Siklus Continuous Improvement Budidaya Temu Lawak

4.5 Validasi Standar Prosedur Operasi

Validasi Dokumen SOP dilakukan dengan cara memberikan kuesioner

kepada Ketua dan Seksi Usaha Klaster Biofarmaka untuk mengetahui apakah

rancangan dokumen SOP budidaya tanaman obat temu lawak dapat dijalankan

dan diimplementasikan dengan baik di klaster.

Ketua dan Seksi Usaha akan memberikan saran dan perbaikan terhadap

masing-masing rancangan dokumen dengan cara mengisi formulir kuesioner

validasi SOP Budidaya Rimpang Temu Lawak. Dari hasil validasi didapatkan

hasil bahwa rancangan SOP telah dapat dijalankan dan diimplementasikan di

Klaster Biofarmaka Karanganyar. Formulir kuesioner validasi tersebut

ditunjukkan pada Tabel 4.20.

1. Menjaga kebersihan lahan. 2. Merancang SOP beserta form budidaya. 3. Menggunakan bibit unggul. 4. Membuat grade kualitas bibit. 5. Rimpang disimpan di gudang dan dalam

kondisi dikemas/pada wadah bersih

Melakukan uji coba rancangan prosedur budidaya.

Mengevaluasi uji coba rancangan SOP.

Menyusun dokumen SOP budidaya dan menentukan tindak lanjut perbaikan untuk menjamin kualitas produk/rimpang.

Page 68: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-35

Tabel 4.20 Formulir Kuesioner Validasi SOP Budidaya Rimpang Temu Lawak

LEMBAR VALIDASI

Nama : ...................................... Jabatan : ...................................... Alamat : ...................................... Tanda Tangan : ......................................

Standar Prosedur Operasi Usulan/Perbaikan

KBF-SOP-BTL-1 Pemilihan Bibit

KBF-SOP-BTL-2 Penyemaian Bibit

KBF-SOP-BTL-3 Penyiapan Lahan

KBF-SOP-BTL-4 Penanaman

KBF-SOP-BTL-5 Pemupukan

KBF-SOP-BTL-6 Pemeliharaan

KBF-SOP-BTL-7 Pengendalian OPT

KBF-SOP-BTL-8 Pemanenan

Hasil kuesioner validasi SOP budidaya rimpang temu lawak dapat dilihat pada Lampiran II.

Page 69: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-1

BAB V ANALISIS

Pada bab ini berisi analisis yang merupakan interpretasi hasil dari tahap

pengolahan data sebelumnya. Pada tahap ini akan dilakukan analisis prosedur

budidaya rimpang temu lawak di Klaster Biofarmaka dan analisis Standar

Prosedur Operasi Budidaya Rimpang Temu Lawak yang dihasilkan.

5.1 Analisis Prosedur Budidaya Rimpang Temu Lawak di Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar

Proses budidaya rimpang temu lawak di Klaster Biofarmaka meliputi

pemilihan bibit, penyemaian bibit, penyiapan lahan, pengolahan tanah,

pemupukan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Selain mengamati proses

budidaya rimpang temu lawak yang dilakukan di Klaster Biofarmaka juga

dilakukan pengamatan terhadap prosedur budidaya rimpang temu lawak yang

dilakukan di B2P2TO-OT dan studi pustaka mengenai prosedur budidaya rimpang

temu lawak melalui dokumen tertulis Kementrian Pertanian.

Dari ketiga sumber tersebut ditemukan perbedaan pada beberapa tahapan

kegiatan budidaya. Untuk mengetahui prosedur yang paling cocok dan dapat

diimplementasikan di Klaster Biofarmaka maka, dilakukan FGD dengan pihak

klaster dan kelompok tani. Melalui hasil FGD diketahui bahwa tidak semua

prosedur budidaya rimpang temu lawak di B2P2TO-OT dapat diimplementasikan

di klaster. Namun, proses budidaya rimpang temu lawak yang dilakukan di klaster

lebih condong pada prosedur budidaya dari Kementrian Pertanian. Hal tersebut

dapat dilihat pada proses penyiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan.

Pada tahap pemilihan bibit yang dilakukan di B2P2TO-OT digunakan

teknologi untuk mengetahui kemurnian bibit, mengetahui tingkat kadar air, dan

pengujian cambah untuk mengetahui kemampuan tumbuh bibit. Namun, teknologi

tersebut dinilai kurang tepat untuk diimplementasikan di klaster karena terlalu

kompleks untuk dilakukan oleh petani. Dikatakan demikian sebab petani sangat

awam dan memiliki kemampuan yang sangat terbatas mengenai berbagai uji dan

peralatan laboratorium. Oleh sebab itu, prosedur pemilihan bibit di klaster

mengadaptasi prosedur dari Kementrian Pertanian, yaitu dilakukan secara manual

dengan cara memilih bibit yang memenuhi syarat bibit yang baik.

Page 70: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-2

Pada tahap penyemaian bibit terdapat perbedaan antara Klaster Biofarmaka,

B2P2TO-OT, dan Kementrian Pertanian. Penyemaian bibit di Klaster Biofarmaka

menggunakan teknik penyemaian di dalam tanah sedangkan pada B2P2TO-OT

dan Kementrian Pertanian penyemaian dilakukan di luar tanah. Penyemaian di

luar tanah memberikan hasil pertumbuhan bibit yang seragam. Klaster

Biofarmaka melakukan penyemaian dengan teknik penyemaian di dalam tanah

karena hal tersebut dinilai lebih praktis oleh para petani meskipun hasil yang

diperoleh tidak baik. Perbedaan teknik penyemaian di luar tanah pada B2P2TO-

OT dan Kementrian Pertanian adalah pada teknik perlakuan potongan bibit

sebelum disemaikan agar tidak berjamur. B2P2TO-OT memberikan abu gosok

pada setiap sisi luka potongan sedangkan pada Kementrian Pertanian dilakukan

penyemprotan cairan disinfektan. Berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan,

teknik penyemaian yang dapat diimplementasikan di klaster adalah yang

bersumber dari Kementrian Pertanian karena penggunaan cairan disinfektan

dinilai lebih praktis dan teknik tersebut pernah diterapkan di klaster.

Tahap pemeliharaan yang dilakukan oleh B2P2TO-OT adalah dengan

menggunakan mulsa. Penggunaan mulsa adalah sebagai upaya pengganti proses

penyiangan. Namun, hal tersebut tidak dapat diimplementasikan di klaster karena

harga mulsa yang dinilai tinggi oleh para petani. Oleh sebab itu, prosedur

pemeliharaan tetap dilakukan secara manual dengan mengadaptasi prosedur

pemeliharaan dari Kementrian Pertanian. Pada Gambar 5.1 dapat dilihat

perbedaan antara budidaya yang dilakukan di Klaster Biofarmaka Karanganyar

dan B2P2TO-OT.

Gambar 5.1 Perbedaan Proses Budidaya Rimpang di Klaster Biofarmaka dan

B2P2TO-OT

Page 71: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-3

Prosedur budidaya di Klaster Biofarmaka tidak hanya mengadaptasi dari

Kementrian Pertanian namun, terdapat beberapa prosedur yang juga mengadaptasi

dari B2P2TO-OT, yaitu prosedur pengendalian OPT dan pemanenan. Dalam

rangkaian prosedur budidaya rimpang temu lawak di Klaster Biofarmaka tidak

terdapat prosedur pengendalian OPT. Prosedur pengendalian OPT yang dilakukan

di B2P2TO-OT dan Kementrian Pertanian adalah sama oleh sebab itu, prosedur

pengendalian OPT di Klaster Biofarmaka mengadaptasi dari keduanya. Perbedaan

yang terdapat pada prosedur pemanenan antara Klaster Biofarmaka, B2P2TO-OT,

dan Kementrian Pertanian adalah pada umur panen rimpang. Umur panen

rimpang di Klaster Biofarmaka adalah 7-10 bulan, sedangkan di B2P2TO-OT dan

Kementrian Pertanian adalah 10-12 bulan. Umur panen berpengaruh pada kualitas

rimpang yang dihasilkan. Jadi, untuk menjaga kualitas rimpang prosedur

pemanenan di Klaster Biofarmaka mengadaptasi prosedur pemanenan B2P2TO-

OT dan Kementrian Pertanian.

Pada proses penyimpanan rimpang sebaiknya Klaster Biofarmaka

Karanganyar mengadaptasi teknik dan pemilihan lokasi penyimpanan rimpang di

B2P2TO-OT.

Gambar 5.2 Perbedaan Proses Penyimpanan Rimpang di Klaster Biofarmaka dan

B2P2TO-OT

Teknik dan lokasi penyimpanan rimpang di B2P2TO-OT adalah dengan cara

meletakkan rimpang pada wadah yang bersih dan kering serta pada lokasi yang

teduh, bersih, dan kering. Berbeda halnya dengan di Klaster Biofarmaka

Karanganyar, di klaster rimpang hanya dihamparkan di tanah tanpa wadah

ataupun kemasan sehingga berdampak buruk pada kebersihan dan kesegaran

rimpang.

Page 72: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-4

5.2 Analisis Standar Prosedur Operasi Budidaya Rimpang Temu Lawak

Secara keseluruhan, SOP budidaya rimpang temu lawak yang dirancang

mampu diimplementasikan di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

Meskipun demikian, pada tahap implementasi terdapat beberapa prosedur yang

tidak dilakukan dengan baik sehingga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan

dan sasaran SOP yang telah dirancang. Hasil uji coba implementasi SOP budidaya

rimpang temu lawak ditunjukkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Uji Coba Implementasi SOP

Nomor dan Nama Dokumen Hasil

KBF-SOP-BTL-1 Pemilihan Bibit

X

KBF-SOP-BTL-2 Penyemaian Bibit

KBF-SOP-BTL-3 Penyiapan Lahan

KBF-SOP-BTL-4 Penanaman

KBF-SOP-BTL-5 Pemupukan

KBF-SOP-BTL-6 Pemeliharaan

KBF-SOP-BTL-7 Pengendalian OPT

X

KBF-SOP-BTL-8 Pemanenan

X

Keterangan: = Tujuan dan sasaran SOP tercapai

X= Tujuan dan sasaran SOP belum tercapai

Pada prosedur pemilihan bibit tidak dilakukan proses penggolongan bibit

sesuai dengan grade kualitas yang telah ditentukan sehingga berpengaruh

terhadap kualitas bibit yang dibudidayakan. Pada prosedur pengendalian OPT

inspeksi kebun tidak dilaksanakan secara rutin dan pada prosedur pemanenan

hasil panen rimpang tidak digolongkan sesuai dengan grade kualitas yang telah

ditentukan. Ketidaksempurnaan pelaksanaan prosedur tersebut disebabkan oleh

rendahnya kesadaran petani untuk melaksanakan prosedur dengan baik.

Secara keseluruhan, seluruh tahapan proses pada prosedur penyemaian bibit,

penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan telah dilaksanakan

dengan baik sehingga tujuan dan sasaran pada masing-masing SOP telah tercapai.

Page 73: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-5

Gambar 5.3 Hasil Penyemaian di Luar Tanah

Dari dokumen SOP yang telah dirancang dilakukan validasi untuk

mengetahui apakah rancangan SOP dapat dijalankan dan dapat menjelaskan

tanggung jawab beserta wewenang dari personil yang bersangkutan. Validasi

rancangan dokumen SOP dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada

Ketua dan Seksi Usaha Klaster Biofarmaka. Saran dan perbaikan untuk rancangan

SOP Budidaya Rimpang Temu Lawak dari Ketua dan Seksi Usaha Klaster

Biofarmaka ditunjukkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Validasi Dokumen SOP Budidaya Rimpang Temu lawak Nomor dan Nama

Dokumen Saran dan Perbaikan

KBF-SOP-BTL-1 Pemilihan Bibit

a. Tambahkan ciri-ciri bibit yang berkualitas, yaitu tidak ada gulma.

b. Ciri-ciri bibit yang baik kulitnya tidak terkelupas, bukan tidak mudah terkelupas.

KBF-SOP-BTL-2 Penyemaian Bibit

a. Tambahkan alat dan bahan: tempat penyemaian, jerami, gembor, dan pupuk organik.

b. Prosedur kerja menyisakan benih untuk penyulaman termasuk dalam SOP Penanaman.

KBF-SOP-BTL-3 Penyiapan Lahan

a. Tambahkan alat sabit/arit. b. Lebar guludan 90-120cm.

KBF-SOP-BTL-8 Pemanenan

a. Tambahkan alat linggis. b. Tambahkan ciri-ciri rimpang siap panen, yaitu kulit

kencang dan cerah. Dari hasil validasi maka, dilakukan pembetulan terhadap dokumen SOP.

Dokumen SOP yang telah valid inilah yang menjadi dokumen standar prosedur

budidaya rimpang temu lawak yang menjadi pedoman kegiatan budidaya rimpang

temu lawak di Klaster Biofarmaka Karanganyar.

Page 74: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-6

Untuk mendukung implementasi SOP sebagai continuous improvement dan

penjaminan kualitas produk maka, diperlukan tindak lanjut perbaikan sebagai

berikut:

1. Mempertahankan penerapan teknik penyemaian di luar tanah.

2. Menyediakan gudang khusus untuk tempat penyimpanan rimpang. Gudang

harus bersih, kering, dan tidak bercampur dengan bahan lain.

3. Menyimpan rimpang dalam kondisi dikemas atau ditempatkan pada wadah

yang bersih, rapat, dan kedap air.

4. Adanya konsistensi, komitmen bersama, dan koordinasi yang baik antar

seluruh pengurus dan anggota klaster untuk menjalankan SOP dengan baik.

Page 75: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

VI-1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang menjawab semua tujuan yang

dicapai serta berisi saran bagi penelitian lanjutan yang akan memperbaharui SOP

di Klaster Biofarmaka.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. SOP yang dirancang adalah SOP budidaya rimpang temu lawak yang meliputi

SOP pemilihan bibit, SOP penyemaian bibit, SOP penyiapan lahan, SOP

penanaman, SOP pemupukan, SOP pemeliharaan, SOP pengendalian OPT,

dan SOP pemanenan.

2. Sebagai dokumentasi proses dibuat formulir pencatatan kegiatan budidaya

rimpang temu lawak, antara lain formulir identitas bibit, formulir penyemaian

bibit, formulir penyiapan lahan, formulir penanaman, formulir pemupukan,

formulir pemeliharaan, formulir pengendalian OPT, dan formulir pemanenan.

3. Berdasarkan siklus PDCA, hasil rancangan SOP dan formulir pencatatan

budidaya rimpang temu lawak dapat diimplementasikan di Klaster Biofarmaka

Karanganyar. Untuk mendukung implementasi SOP sebagai continuous

improvement diperlukan tindak lanjut improvement untuk menjaga kualitas

produk antara lain adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan koordinasi antar seluruh pengurus dan anggota klaster

untuk menjalankan SOP dengan baik.

b. Mempertahankan penerapan teknik penyemaian di luar tanah.

c. Menyediakan gudang khusus untuk tempat penyimpanan rimpang. Gudang

harus bersih, kering, dan tidak bercampur dengan bahan lain.

d. Menyimpan rimpang dalam kondisi dikemas atau ditempatkan pada wadah

yang bersih, rapat, dan kedap air.

Page 76: PERANCANGAN STANDAR PROSEDUR OPERASI BUDIDAYA …... · Biofarmaka Kabupaten Karanganyar meliputi 544 ton jahe, ... sebagai sebuah pedoman kegiatan budidaya temu lawak dan ... Teknis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

VI-2

6.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya dalam

kaitannya untuk memenuhi standar kualifikasi sebagai bahan baku rimpang temu

lawak pabrikan. antara lain sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi syarat sebagai bahan baku rimpang pabrikan diperlukan

kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas yang memenuhi standar yang telah

ditetapkan. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya berfokus pada pemenuhan

standar kuantitas dan kontinyuitas sehingga ditemukan solusi untuk mengatasi

masalah yang terkait dengan kedua aspek tersebut.

2. Klaster Biofarmaka sebaiknya memiliki sebuah komitmen bersama yang

mengatur agar seluruh sumber daya manusia yang ada mau melaksanakan

prosedur budidaya sesuai dengan SOP yang telah dibuat. Pada penelitian

selanjutnya perlu dibuat prosedur yang mengatur kebijakan organisasi seperti

reward dan punishment agar seluruh sumber daya mau melaksanakan SOP

dengan konsisten.

3. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya dirancang mesin pensortir ukuran

rimpang untuk membantu mempermudah proses pensortiran dan

penggolongan hasil panen rimpang ke dalam grade yang teah ditentukan

sehingga lebih efektif dan efisien.