perancangan alat proses
TRANSCRIPT
Tugas Perancangan Alat Proses
Metode Fabrikasi, Macam sambungan Las, dan Penyebab kegagalan VesselRyan | 1006759385
2013Departemen Teknik Kimia UI
Metode Fabrikasi
1. Fusion Welding
Fusion Welding adalah sebuah kategori proses yang menggabungkan(menyatukan)
logam dengan cara memanaskan bagian dari masing masing logam sampai melebihi
titik lelehnya (melting point), yang mengakibatkan kedua logam tersebut mengalir
secara bersamaan (Grieve,2009) . Biasanya diikutsertakan semacam filler untuk
memastikan sambungan kedua logam terisi. Proses secara umum fusion welding
digambarkan oleh gambar 1.
Gambar 1. Proses Fusion Welding secara umum. (www.llnl.gov, 2013)
Terdapat 5 faktor yang menentukan kualitas pengelasan dengan metode fusion
welding, yaitu antara lain: Heat(panas), Angle(sudut), Manipulation, Distance, dan
juga Speed.
Karena sebelumnya disebutkan bahwa fusion welding adalah sebuah kategori, maka
terdapat beberapa jenis fusion welding, antara lain:
Arc Welding
Oxy-Fuel Welding
Electric Resistance Welding
Laser Beam Welding
Electron Beam Welding
Thermite Welding
Pengklasifikasian jenis jenis fusion welding ini sendiri didasarkan pada sumber
panasnya (Electrical, Chemical, Radiation, dll), yang secara umum dapat diamati dari
gambar 2 dibawah.
Gambar 2. Klasifikasi Jenis Jenis Fusion Welding (wikipedia.com, 2013)
Berikut adalah beberapa contoh dari jenis jenis fusion welding
Oxy Acetylene Welding – Dalam proses ini, panas dihasilkan oleh pembakaran
asetilen dalam oksigen yang menghasilkan api dengan suhu mencapai
2700oC. Panas ini dapat digunakan untuk mengelas besi(steel) dengan
ketebalan mencapai 5mm. Sebuah batang filler biasanya digunakan untuk
membantu membuat sambungan.
Arc Welding – Dalam proses ini, mesin elektrik menyuplai arus listrik ke
dalam sebuah elektrode yang biasanya dilapisi dengan campuran bahan
kimia. Panas akan mengalir melalui elektrode ini, yang kemudian disebut
sebagai electric arc. Panas yang dihasilkan bersuhu sangat tinggi (6000oC)
hampir secara instan dapat membuat cair logam dan menyambungkannya.
Bagan operasi Arc Welding ditunjukkan oleh gambar 3.
Gambar 3. Bagan Proses Arc Welding. (tech.plym.ac.uk, 2013)
2. Casting
Casting adalah sebuah proses manufaktur dimana sebuah material liquid dituangkan
kedalam sebuah cetakan, yang memiliki ruangan kosong dengan bentuk yang
diinginkan, dan kemudian membiarkan material tersebut memadat. Kemudian,
setelah memadat, material tersebut dikeluarkan dari cetakan dan menjadi produk
akhir proses ini. Material yang paling umum digunakan untuk proses ini adalah
logam, dimana diperuntukkan untuk membuat alat alat dengan bentuk tertentu.
Gambar 4. Jenis mold, Open Mold an Closed Mold. (thelibraryofmanufacturing.com, 2013)
Pada umumnya, metode casting ini digunakan untuk membuat bentuk bentuk
tertentu yang agak rumit dan akan memakan biaya yang mahal jika dibuat
menggunakan metode yang lain.
Untuk cetakan dari proses casting ini sendiri, dapat dibagi menjadi 2, yaitu open
mold, dan closed mold. Open mold menyerupai sebuah container, seperti sebuah
gelas, yang hanya memiliki bentuk dari bagian yang diinginkan. Material liquid
dituangkan kedalam lubang mold ini yang berinteraksi langsung dengan lingkungan
terbuka.
Sementara itu, Closed Mold mempunyai sebuah sistem yang mengantarkan material
liquid untuk mencapai lubang cetak dimana material ini akan mengeras dalam
lubang tersebut.
Ilustrasi gambar Jenis Mold ini dapat diamati pada gambar 4.
3. Forging
Forging merupakan sebuah proses dimana logam dipanaskan dan dibentuk
berdasarkan deformasi plastisnya dengan memberikan gaya kompresif. Pada
umumnya, gaya kompresif ini diberikan dalam bentuk tekanan palu. Proses forging
ini memurnikan struktur grain, dan juga meningkatkan sifat fisik(strength, ductility,
dan toughness) dari logam. Peningkatan sifat fisik logam ini terjadi karena dalam
proses forging ini, terjadi penyusunan ulang grain dari logam sehingga sifatnya tidak
random, melainkan teratur.
Gambar 5. Forging Progression. (efunda.com, 2013)
Beberapa jenis proses forging yang umum antara lain:
Open Die Forging/ Hand Forging
Impression Die Forging/Precision Forgings
Press Forgings
Upset Forgings
Roll Forgings
Swaging
Net Shape/Near-Net Shape Forging
4. Machining
Machining merupakan sebuah proses untuk mengeluarkan material dari sebuah alat
kerja dalam bentuk chips. Kata Metal Cutting digunakan ketika material tersebut
adalah logam(mengandung logam). Kebanyakan proses machining mempunyai biaya
set-up yang rendah jika dibandingkan dengan forming, molding, dan casting. Namun
untuk volume besar, proses machining menjadi sangat mahal.
Machining sendiri terdiri dari beberapa kategori, antara lain:
Drilling Turning
Milling Grinding
Chip Formation
5. Brazing
Brazing adalah sebuah metode penyambungan logam, dimana logam pengisi (filler
metal) dipanaskan diatas titik lelehnya, dan didistribusikan diantara dua atau lebih
sambungan pendek dengan berdasarkan pada prinsip kapilaritas. Logam pengisi ini
dipanaskan sampai pada titik sedikit di atas titik lelehnya dan kemudian dialirkan
kedalam logam yang ingin disambung(wetting), dan kemudian didinginkan untuk
menyambungkannya. Metode ini sekilas mirip dengan Soldering. Yang menjadi
pembeda ialah suhu yang digunakan untuk mencairkan logam pengisi pada soldering
lebih tinggi.
Pada umumnya, logam pengisi pada metode brazing merupakan campuran 3 jenis
logam atau lebih (alloy). Logam pengisi ini dipilih berdasarkan kemampuan logam
untuk membasahi logam utama, bertahan dalam kondisi yang dibutuhkan, dan
meleleh pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan logam utama. Logam
pengisi ini biasanya ada dalam bentuk batang, pita, serbuk, krim, pasta, kabel, dan
lain lain. Beberapa logam yang umum digunakan sebagai pengisi antara lain:
Aluminium-Silicon
Copper
Copper-Silver
Copper-Zinc (brass)
Gold-Silver
Nickel Alloy
Silver
Amorphous brazing Foil
Beberapa teknik yang umum diketahui dan digunakan dalam Brazing antara lain:
Torch Blazing
Furnace Blazing
Silver Brazing
Braze Welding
Cast Iron Welding
Vacuum Brazing
Dip Brazing
6. Soldering
Hampir sama dengan Brazing, Soldering merupakan proses penyambungan dua buah
logam dengan menggunakan logam ketiga atau alloy yang memiliki titik leleh
dibawah kedua logam utama. Soldering berbeda dengan adhesive joining. Dalam
adhesive, terdapat ikatan mekanis yang berkaitan dengan sifat permukaan mekanis
dari material. Sementara dalam solder, terjadi juga reaksi kimia selain reaksi fisis.
Soldering pada umumnya digunakan untuk menghasilkan sambungan yang dapat
memberikan kontak elektrik, atau segel terhadap kebocoran. Solder pada umumnya
tidak mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi, karena pada umumnya material
solder bersifat lunak.
7. Sheet Metal Forming
Sheet Metal Forming merupakan suatu proses manufaktur untuk menghasilkan
lembaran lembaran besi. Gaya yang diberikan dalam proses ini melebihi kekuatan
yield logam tersebut sehingga akan terjadi deformasi plastis, tapi tidak patah.
Lembaran logam ini dapat dibentuk menjadi beberapa macam geometri yang
kompleks. Lembaran lembaran besi ini akan kemudian digunakan untuk membuat
alat alat tertentu. Terdapat beberapa metode menghasilkan lembaran lembaran besi
ini, antara lain:
Shearing
Bending
Roll Bending
Stretch Bending
Blanking
Punching
Spinning
Deep Drawing
Hydroforming
Explosive Forming
Salah satu contoh yang paling umum adalah bending. Bending merupakan proses
pembengkokan lembaran besi untuk membentuk lekukan lekukan tertentu. Proses
bending dapat diamati lebih lanjut pada gambar 6.
Gambar 6. Bending (CustomPartNet.com, 2009)
Tipe Sambungan Las
Nama
SambunganGambar Deskripsi
Double
Welded
Butt Joints
(V-Type
Groove)
Dapat digunakan pada semua
kondisi. Tipe ini khususnya
digunakan untuk logam yang
lebih tebal dari ¾ in tapi dapat
juga digunakan untuk plate yang
lebih tipis bila kekuatannya
sangat dibutuhkan.
Tipe V dan Tipe U secara
karakteristik hampir sama,
hanya berbeda dalam hal
desain.
Double
Welded
Butt Joints
(U-Type
Groove)
Single
Welded
Butt Joint
with
Backing
Strip
Dapat digunakan pada plate
dengan ketebalan ¼ sampai ¾ in
Tiap sambungan harus
dipastikan mempunyai sudut 60
derajat untuk plate dan 75
derajat untuk pipa.
Single
Welded
Butt Joint
without
Backing
Strip
Ada/ tidaknya backing strip
berguna untuk menambah
kekuatan pada sisi lain dari
pengelasan. Untuk kasus
tertentu dimana dibutuhkan
kekuatan ekstra dalam
pengelasan, maka ditambahkan
backing Strip
Single
Welded
Butt Joint
with
Backing
Strip
Dapat digunakan pada plate
dengan ketebalan kurang dari ¼
in. Tiap sambungan harus
dipastikan mempunyai sudut 60
derajat untuk plate dan 75
derajat untuk pipa.
Single
Welded
Butt Joint
without
Backing
Strip
Ada/ tidaknya backing strip
berguna untuk menambah
kekuatan pada sisi lain dari
pengelasan. Untuk kasus
tertentu dimana dibutuhkan
kekuatan ekstra dalam
pengelasan, maka ditambahkan
backing Strip
Double Full
Fillet Lap
Joint
Biasa digunakan untuk beban
yang besar. Bila dilas denagn
baik, kekuatan sambungan
dapat mendekati kekuatan
pusat logam.
Single Full
Fillet Lap
Joint with
plug welds
Dapat digunakan pada logam
dengan ketebalan sampai ½ inch
dan tidak ditujukan untuk
muatan yang besar. Jenis ini
mudah untuk di-las.
Penyebab Kegagalan Vessel
A. Excessive Elastic Deformation
Adalah sebuah kegagalan yang dikarenakan kelebihan deformasi elastis yang dikontrol
oleh modulus elastisitas dan bukan oleh kekuatan suatu material. Excessive elastic
deformation dapat terjadi karena efek akumulasi perubahan posisi atom dari posisi
keseimbangannya. Karena gaya dan hasil perpindahan atom cukup kecil, atom-atom
tersebut akan kembali pada posisi keseimbangannya. Pada skala maksroskopis, bagian
mesinakan kembali pada dimesinya semula. Kegagalan yang dikarenakan excessive
elastic deformation terbagi menjadi dua kategori umum, yaitu pada keadaan stabil dan
tidak stabil.
Dalam rangka menghindari terjadinya deformasi ini, kelenturan dari material perlu
dipertimbangkan agar tidak terjadi deformasi dengan melihat nilai elastisitasnya. Setiap
material memiliki nilai elastisitas yang berbeda-beda, seperti yang ditunjukkan pada
gambar 7.
Gambar 7. Kurva Tegangan Regangan Pada Beberapa Material. (Lloyd, 1959)
B. Elastic Instability
Ketidakstabilan elastis merupakan bentuk ketidakstabilan yang terjadi pada sistem
elastis. Ketidakstabilan elastis berkaitan erat dengan struktur material yang memiliki
kekakuan yang terbatas dan dapat disebabkan oleh tekanan, kelenturan, torsi, atau
kombinasi dari beberapa kondisi yang memiliki beban. Ketidakstabilan elastis ini
menyebabkan sebuah bentuk struktur yang berubah akibat kekakuan yang tidak cukup
atas suatu beban tekan tertentu. Ketidakstabilan elastis ini dapat terbagi menjadi dua
macam, yaitu sistem derajat kebabasan tunggal dan sistem derajat kebabasan jamak.
Untuk derajat kebebasan tunggal, dapat diambil contoh sebuah balok dengan panjang
L, bergantung bebas dan memiliki pegas angular yang dipasan diatasnya. Balok ini akan
memiliki gaya bebas F yang berperan menekan kearah axial dari balok. Sedangkan
untuk derajat kebebasan ganda, sebagai contoh, balok kaku yang lain diletakan pada
sistem pegas seperti semula dengan dua derajat kebebasan. Diasumsikan sebagai
penyederhanaan bahwa panjang balok dan pegas angular adalah sama. Persamaan
keseimbangannya menjadi:
FL¿
FLsinθ2=kθ(θ2¿−θ1)¿
Dimana θ1 dan θ2adalah sudut dari dua balok.
Contoh dari ketidakstabilan elastis adalah penekukan pada vessel silinder karena
tekanan eksternal sebagai akibat dari operasi vakum. Contoh lain dari ketidakstabilan
elastis adalah pada penekukan pada vessel horizontal sebagai akibat dari momen
kelenturan terinduksi oleh reaksi diantara vessel dan penyanggahnya.
Ketidakstabilan Kolom
Contoh yang paling sederhana dari ketidakstabilan elastis adalah seperti yang terjadi
pada kolom axial. Hubungan matematis untuk panjang beban kritis, kolom yang tipis
dikembangkan pertama kali oleh Euler. Hasil dari penurunan persamaan oleh Euler
seperti ditunjukan sebagai berikut:
f critical=Pcriticalα
= π2El2/k 2
Tegangan, fcritical, adalah beban per satuan luas dimana tekukan terjadi. Ini bukan
merupakan tegangan maksimum yang dikembangkan sebagai peningkatan Pcritical, yang
akan menghasilkan nilai defleksi dan peningkatan tegangan hingga kegagaglan karena
penekukan terjadi. Dalam mendesain sebuah vessel, perlu diperhatikan nilai tegangan
yang ada. Nilai tegangan tersebut harus berada dibawah fcritical demi faktor keselamatan
sehingga penekukan tersebut tidak terjadi.
Gambar 8. Kolom Berputar. (Lloyd, 1959)
Lapisan Vesel Dibawah Beban Axial
Dalam design vessel terdapat hubungan untuk stabilitas elastis pada pelat kurva yang
ditujukan pada beban tekan axial. Hal ini sangat umum terjadi pada vessel silinder
vertikal. Timoshenko telah memberikan turunan persamaan seperti sebagai berikut:
f critical=E
√3 (1−μ2 ) (tr )
f critical=0.6 E ( tr )(untuk μ=0.3)dimana:
l = ketebalan lapisan, in
r = radius lapisan, in
µ= rasio Poisson
Penelitian telah dilakukan dan terbukti bahwa beban tekuk akibat gaya tekan axial pada
silinder tipis hanya sebesar 40% dari yang diprediksi dengan menggunakan persamaan
diatas. Gaya tekan yang aman tanpa terjadinya penekukan telah diinvestigasi oleh
Wilson dan Newmark, bahwa nilai yang aman dapat dinyatakan sebagai berikut ini:
f allowable=1.5×106( tr )≤ 13 yield point
C. Plastic Instability
Logam dalam zona plastis dibawah tekanan murni memiliki titik load batas. Melebihi titik
tersebut, akan terjadi necking. Hal ini mengakibatkan lokalisasi regangan plastis dan
akan berujung kepada patahan. Tidak hanya pada besi saja, peristiwa ini dapat terjadi
pada logam apapun, yang dikenal dengan fenomena instabilitas plastis(plastic
instability).
D. Brittle Rupture
Brittule Rupture dapat terjadi karena adanya sedikit deformasi plastis permanen.
Kebanyakan material non logam rentan terhadap jenis kerusakan ini karena material
tersebut cenderung lebih tidak elastis (less ductile). Namun logam brittle seperti besi
yang dikeraskan dan cast iron banyak digunakan dalam aplikasi teknik sehari hari. Jika
peralatan peralatan ini dibengkokkan, maka akan secara tiba tiba patah yang diakibatkan
oleh patahan brittle. Tidak terjadi deformasi plastis, dan patahan dapat dipasangkan
kembali dalam susunan yang sempurna.
Secara umum, karakteristik brittle ini adalah sangat keras, kuat, dan sensitif. Di sisi lain,
logam yang elastis biasanya lebih lunak dan lebih lemah. Material dapat bersifat brittle
karena mengandung butiran grafit dalam jumlah yang besar di dalamnya. Butiran grafit
ini bekerja sebagai internal stress concentrations, dan membatasi kemampuan logam
untuk mengalir, atau berubah bentuk.
Brittle Rupture dapat terjadi pada logam yang elastis (ductile) seperti pada kapal,
pressure vessel, tanki, pipa, dan lain lain. Ada 4 faktor yang menyebabkan brittle failure
pada logam yang elastis, antara lain:
Logam itu sendiri rentan terhadap brittle fracture
Adanya konsentrasi tegangan(stress), seperti cacat pengelasan, kelelahan logam,
tegangan korosi, atau faktor desain seperti ujung yang lancip, dll.
Adanya tensile strength
Terjadi pada suhu yang relatif rendah untuk logam yang terlibat.
E. Creep
Creep pada material umumnya dikaitkan dengan plastisitas yang bergantung pada waktu
pada suatu tegangan tetap dalam suhu yang meningkat. Pada suhu sekitar setengah dari
titik leleh (0.5 TM), material masuk pada zona time dependent plastic straining ketika
diberikan beban. Fenomena inilah yang dinamakan dengan creep. Hal ini dapat terjadi
pada level tegangan lebih kecil daripada level yield.
Gambar 9. Skematis Creep. Bawah: Elongasi fungsi waktu. Atas: laju regangan terhadap waktu
F. Corrosion
Korosi yang terjadi pada alat proses sangat bergantung pada sifat alami dari lapisan yang
terbentuk pada permukaan bagian bagian dari alat. Contohnya adalah tahanan korosi
yang sangat baik dari tembaga dan juga campurannya, yang merupakan kemampuan
logam tersebut untuk membentuk lapisan tipis yang melindungi pada permukaannya.
Lapisan ini dapat berupa hasil dari oksidasi sederhana maupun terdiri dari garam
insoluble. Untuk melindungi, lapisan harus bersifat tipis, adheren, kontinyu, dan tidak
larut. Alat proses yang beroperasi akan secara umum terkorosi secara perlahan.
Ada beberapa jenis serangan korosi (Attack), antara lain:
Uniform Corrosion
Impingement Attack
Concentration-Cell Attack
Deposit Attack
Galvanic Cell Attack
Referensi
Designing Welded Lap Joints. MillerDuaneK.2001,Welding Innovation,Vol.
XVIII,p.3.
eFundaInc.The Ultimate Online Reference for Engineers.[Online]2013.[Cited: 8 April
2013.]http://www.efunda.com/processes/metal_processing/Forging.cfm.
Fundamentals of Metal Casting.[Online][Cited: 8 April
2013.]http://thelibraryofmanufacturing.com/metalcasting_basics.html.
Fusion Welding.[Online][Cited: 8 April 2013.]https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CF8QFjAH&url=http%3A
%2F%2Fbioen.okstate.edu%2FHome%2Ffharry%2F3222%2F600_PP
%2F2_FusionWelding.ppt&ei=tNxiUaDxLM37rAfAooHQDA&usg=AFQjCNHa8uVWHlN
kBL7Ob6Z377QiZfo8FA&sig2=D0adEUoSGT.
GrieveDavidJWelding Processes.[Online]2009.[Cited: 8 April
2013.]http://www.tech.plym.ac.uk/sme/strc201/weld1.htm.
SchwartzMelM Brazing.s.l.,ASM International,ISBN 978-0-87170-246-3,1987.