peranan tim pengamat pemasyarakatan terhadap keberhasilan pembinaan narapidana di lembaga...

93
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dalam bidang hukum khususnya hukum pidana, telah sejak lama dilakukan di Indonesia. Hal ini dalam rangka untuk mewujudkan hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Usaha pembaharuan hukum pidana sampai saat ini, khususnya hukum pidana materiil mulai dengan berdirinya Lembaga Pembinaan Hukum Nasional, yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI. Nomor:107 tahun 1958, dan seterusnya sehingga sampai terbentuk rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana 2004. Upaya pembaharuan hukum pidana seharusnya meliputi tiga bidang yaitu hukum pidana materil, hukum pidana formil dan pelaksanaan hukum pidana, yang harus bekerja sama

Upload: zetrian-syah

Post on 03-Aug-2015

448 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

1

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dalam bidang hukum khususnya hukum pidana, telah

sejak lama dilakukan di Indonesia. Hal ini dalam rangka untuk mewujudkan

hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Usaha pembaharuan hukum pidana sampai saat ini, khususnya hukum

pidana materiil mulai dengan berdirinya Lembaga Pembinaan Hukum Nasional,

yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI. Nomor:107 tahun 1958, dan

seterusnya sehingga sampai terbentuk rancangan Kitab Undang-undang Hukum

Pidana 2004. Upaya pembaharuan hukum pidana seharusnya meliputi tiga

bidang yaitu hukum pidana materil, hukum pidana formil dan pelaksanaan

hukum pidana, yang harus bekerja sama dalam satu keterkaitan yang erat guna

mewujudkan tujuan hukum pidana yang mengacu kepada pengayoman

masyarakat, penegakan hukum dan Rehabilitasi/Resosialisasi pada bekas

pelanggar hukum.

Pembaharuan pelaksanaan pidana penjara mengarah kepada upaya

Rehabilitasi dan Resosialisasi (pemidanaan) para pelanggar hukum, upaya ini

baru dimulai dan dilaksanakan pada bagian akhir dari Tata Peradilan Pidana

Page 2: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

2

Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemasyarakatan yang berlaku

dewasa ini secara konseptual dan histories sangatlah berbeda dengan apa yang

berlaku zaman dahulu yang menempatkan tahanan, narapidana narkotika

dipandang sebagai pribadi dan warga negara biasa serta dihadapi bukan dengan

latar belakang pembalasan tetapi dengan pembinaan dan bimbingan.

Secara umum dapatlah dikatakan bahwa pembinaan dan bimbingan

pemasyarakatan haruslah ditingkatkan melalui pendekatan pembinaan mental

meliputi pemulihan harga diri sebagai pribadi maupun sebagai warga negara

yang meyakini dirinya masih mempunyai potensi produktif bagi pembangunan

bangsa oleh karena itu mereka akan dididik (dilatih) untuk menguasai

keterampilan tertentu guna dapat hidup mandiri dan terlepas dari ketergantungan

dari narkoba dan dapat berpatisipasi dalam pembangunan.

Dengan bekal mental dan keterampilan yang mereka miliki, diharapkan

mereka dapat berhasil mengintegrasikan dirinya di dalam masyarakat. Di dalam

pelaksanaan pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan itu maka oleh

Menteri Hukum dan ham melalui suatu surat Keputusan Menteri Hukum Dan

Ham RI No. M.02- PK 04.10 tahun 1990 tentang pola pembinaan narapidana,

tahanan dibentuk suatu Tim Pengamat Pemasyarakatan BAPAS dan Tim

pengamat Rutan, yang selanjutnya disingkat T.P.P.

Tim Pengamat Pemasyarakatan (T.P. P) ini masing-masing berperan

memberikan pertimbangan dalam tugas pengamatan terhadap pelaksanaan

Page 3: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

3

pembinaan warga binaan masyarakat. Untuk mendayagunakan peranan T.P.P.

ini, maka keanggotaannya terdiri juga dari tokoh-tokoh masyarakat agar dapat

meningkatkan kualitas pembinaan.

Selama ini masyarakat umum atau orang banyak menganggap dalam

pelaksanaan kegiatan pemidanaan, di lembaga pemasyarakatan itu, para

narapidana hanya menjalani masa hukumannya yang telah diputus oleh sidang

pengadilan. Sedangkan tugas lembaga pemasyarakatan itu sendiri hanya

mengatur narapidana, dan lembaga pemasyarakatan merupakan tempat

melaksanakan hukuman narapidana yang diputuskan oleh sidang pengadilan.

Adapun narapidana-narapidana diberikan pekerjaan hanya dilakukan untuk

mengisi hari-hari mereka dalam menjalani masa hukumannya di lembaga

pemasyarakatan, juga orang banyak beranggapan bahwa lembaga

pemasyarakatan yang dipimpin oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan itu belum

mempunyai suatu usaha-usaha khusus atau suatu badan/tim khusus yang bertugas

menangani dalam pembinaan dan melakukan penilaian-penilaian secara khusus

terhadap narapidana sewaktu menjalani masa-masa hukumannya di Lembaga

Pemasyarakatan.

Dengan dikembangkannya pendekatan baru para Kalapas dibantu Tim

Pengamat Pemasyarakatan (TPP) akan berusaha untuk meningkatkan

kemampuan baik dibidang manajemen interen organisasi maupun dalam

Page 4: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

4

melakukan terobosan yang mampu meningkatkan program-program yang dapat

memajukan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.

Disadari bahwa untuk melaksanakan pembinaan dan bimbingan melalui

berbagai bentuk dan usaha tentunya menurut kemampuan, tanggung jawab dan

profesionalisme yang lebih besar dari Tim Pengamat Pemasyarakatan ini,

termasuk perlunya dukungan berupa sarana dan fasilitas yang memadai, tetapi

disadari bahwa sarana dan fasilitas selalu serba terbatas.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba untuk mengangkat

masalah ini kedalam karya ilmiah dalam bentuk Skripsi yang penulis beri judul

”PERANAN TIM PENGAMAT PEMASYARAKATAN TERHADAP

KEBERHASILAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KLAS II A LUBUK LINGGAU”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba untuk membahas

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah peranan Tim pengamat pemasyarakatan terhadap keberhasilan

pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A

Lubuk Linggau.

2. Apakah kendala yang dihadapi oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan dalam

mengajukan narapidana ke sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan.

C. Tujuan Penelitian

Page 5: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

5

1. Untuk mencari data secara jelas pelaksanaan pengamatan terhadap

narapidana oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Klas II A Lubuk Linggau.

2. Untuk mencari data lebih jelas kendala Tim Pengamat Pemasyarakatan

dalam mengajukan narapidana ke sidang TPP.

D. Tinjauan pustaka

Didalam buku tentang pola pembinaan narapidana dan tahanan yang

dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman Sekarang berobah menjadi

Departemen Hukum dan Ham tahun 1990 yang dimaksud dengan Tim Pengamat

Pemasyarakatan (TPP) adalah:”Tim yang bertugas memberi pertimbangan

kepada pimpinan dalam rangka tugas pengamatan terhadap pelaksanaan

pembinaan narapidana, anak, anak negara/sipil, dan klien pemasyarakatan”.

Sedangkan yang dimaksud dengan lembaga pemasyarakatan sebagai

wadah untuk menampung orang yang sudah dijatuhi hukuman sekaligus tempat

pembinaan bagi orang yang melanggar hukum.

Kemudian menurut Romli Atmasasmita dan R. Rahmad S.

Soemadipradja (1979 : 13-15) mengemukakan perinsip dasar pemasyarakatan,

yakni sebagai berikut :

1 Orang yang tersesat diayomi dengan cara memberikan bekal hidup sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

2 Menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam dari negara.3 Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan bimbingan.

Page 6: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

6

4 Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk atau jahat daripada sebelum ia masuk di lembaga pemasayrakatan.

5 Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan daripadanya.

6 Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu atau hanya diperuntukkan kepentingan negara sewaktu saja.

7 Bimbingan dan didikan harus berdasarkan Pancasila.8 Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia

meskipun ia telah tersesat.9 Narapidana hanya dijatuhi pidana kehilangan kemerdekaan.10 Perlu didirikan lembaga pemasyarakatan yang baru yang sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan program pembinaan dan memindahkan lembaga-lembaga yang berada di tengah-tengah kota ke tempat yang sesuai dengan kebutuhan proses pemsyarakatan.

Selanjutnya pembinaan narapidana mempunyai arti memerlukan

seseorang yang berstatus narapidana untuk dibangunkan agar bangkit menjadi

orang yang baik.

Sehubungan dengan hal di atas, Romli Atmasmita dan R. Achmad S.

Somadipradja (1979 : 3) pembinaan narapidana dewasa ini dilaksanakan melalui

empat tahap, yang merupakan suatu kesatuan proses yang bersifat terpadu,

sebagaimana disebut di bawah.

Tahap Pertama. Terhadap setiap narapidana yang masuk di lembaga pemasyarakatan dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal ihwal perihal dirinya, termasuk sebab-sebabnya melakukan pelanggaran dan segala keterangan mengenai dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga bekas majikan atau atasannya, teman sekerja, sikorban dari perbuatannya, serta dari petugas instansi lain yang telah menangani perkaranya.Tahap Kedua.Jika proses pembinaan terhadap narapidana yang bersangkutan telah berlangsung selama-lamanya sepertiga dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut dewan pembina pemasyarakatan sudah cukup kemajuan antara lain menunjukan keinsafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada peraturan tata tertib yang berlaku di lembaga, maka kepada narapidana

Page 7: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

7

yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan ditempatkan pada lembaga pemasyaraktan Medium Security.Tahap Ketiga.Jika diproses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani setengah dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut pendapat dewan pembina kemasyarakatan telah dicapai cukup kemajuan-kemajuan, baik secara fisik ataupun mental dan juga segi keterampilannya, maka wadah proses pembinaannya diperluas dengan diperbolehkannya mengadakan asimilasi dengan masyarakat luar, berolahraga bersama masyarakat luar, mengikuti pendidikan di sekolah umum, bekerja di luar, akan tetapi dalam pelaksanaanya tetap masih berada dibawah pengawasan dan bimbingan petugas.Tahap Keempat.Jika proses pembinaan telah dijalani dua pertiga dari masa pidana, maka pada narapidana yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat dan pengusulan lepas bersyarat ini ditetapkan oleh dewan pembina pemasyaraktan.

Kemudian Poernomo, Bambang (1986 : 188) mengemukakan cara

pelaksanaan sebagai berikut :

1. Bimbingan mental, yang diselenggarakan dengan pendidikan agama,

keperibadian dan budi pekerti, dan pendidikan umum yang diarahkan untuk

membangkitkan sikap mental baru sesdudah menyadari akan kesalahan masa

lalu.

2. Bimbingan sosial, yang dapat diselenggarakan dengan memberikan

pengertian akan arti pentingnya hidup bermasyarakat, dan pada masa tertentu

diberikan kesempatan untuk asimilasi serta integarasi dengan masyarakat

luas.

3. Bimbingan untuk memelihara rasa aman dan damai untuk hidup dengan

teratur dan belajar mentaati perturan.

Page 8: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

8

4. Bimbingan-bimbingan lainnya yang menyangkut perawatan kesehatan, seni

budaya dan sedapat-dapatnya diperkanalkan kepada segala aspek kehidupan

masyarakat dalam bentuk tiruan masyarakat kecil selaras dnegan lingkungan

sosial yang terjadi di luar.

Pada dasarnya kegiatan bimbingan dan pembinaan merupakan faktor

yang cukup penting dalam proses pemasyarakatan yang ditujukan kepada

pembinaan mental dan keperibadian narapidana, agar jangan sampai terulang lagi

kejahatan yang pernah dilakukannya, dan mentaati setiap peraturan hukum yang

berlaku.

Menurut Bambang Poernomo ( 1986:23) menyatakan peranan atau tugas

dan wewenang Hakim Wasmat dalam hal pengawasan dan pengamatan adalah:

”mengawasi dan mengamati pelaksanaan dari putusan hakim serta mengawasi

dan mengamati narapidana mengenai prilaku dan pengembangannya selama

menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan serta keluhan-keluhan yang

dirasakan oleh narapidana”.

E. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan teori-teori yang ada, penulis mencoba

untuk mengambil kesimpulan sementara yang kebenarannya masih perlu

pembuktian pada penelitian lebih lanjut.

Page 9: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

9

1. Bahwa Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan terhadap keberhasilan

pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A

Lubuk Linggau melalui tiga tahap, yaitu:

a. Memberikan saran mengenai bentuk, dan program pembinaan,

pengamanan dan pembimbingan terhadap narapidana dalam

melaksanakan sistem pemasyarakatan sesuai dengan prosedur yang

berlaku.

b. Membuat penilaian atas pelaksanaan program pembinaan, pengamanan

dan pembimbingan kepada setiapnarapidana di Lembaga

Pemasyarakatan.

c. Menerima keluhan dan pengaduan dari para narapidana yang harus

ditampung oleh petugas Tim Pengamat Pemasyarakatan secara bijak dan

adil.

d. Sebagai mitra kerja Kepala Lembaga Pemasyarakatan dalam penentuan

dan pengambilan kebijakan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di

Lembaga Pemasyarakatan.

2. Kendala yang dialami TPP dalam mengajukan narapidana ke sidang Tim

pengamat Pemasyarakatan adalah sebagai berikut:

a. Ada kalanya saran, penilaian terhadap narapidana yang di sidang TPP tidak

sejalan dengan kebijakan dan keputusan yang diambil oleh Kepala Lembaga

Pemasyarakatan maksudnya penilaian dan saran Tim TPP untuk mengarahkan

Page 10: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

10

narapidana di perbantukan pada suatu tempat (misalnya kebersihan, taman,

dapur) berbeda dengan pendapat Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang

menginginkan tersebutlebih dikeluarkan lagi penempatannya, sedangkan

keputusan mutlak untuk pembuatan SK penempatan kerja (pembantu kegiatan

Lembaga Pemasyarakatan).

b. Pengetahuan dan pengamatan anggota TPP terhadap narapidana yang akan

disidangkan kadang kala terbatas, sehingga dalam pemberian saran dan

penilaian penempatan kerja membantu kegiatan Lembaga Pemasyarakatan

tidak sesuai dengan bakat dan kemampuan narapidana.

c. Bahwa kadang kala narapidana yang disidangkan TPP proses pembinaan

kurang terpantau. Hal ini jelas mempengaruhi anggota Tim TPP dalam

pemberian saran dan penilaian.

F. Metodologi Penelitian.

Dalam suatu penelitian ilmiah kegiatan penelitian dilakukan secara

sistematis dengan diawali penentuan populasi, dan kemudian penentuan

sampel :

1. Teknik Penentuan Sampel.

a. Populasi.

Menurut Ronny Hanitidjo Soemitro (1988 : 44) populasi adalah:

Page 11: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

11

”Seluruh obyek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh

kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti”.

Dari pengertian di atas, maka yang menjadi populasi penelitian

ini adalah Aparat penegak hukum yang terlibat dalam pembinaan dan

pengawasan pelepasan bersyarat terhadap narapidana di lembaga

pemasyarakatan Klas II A Lubuk Linggau yaitu Pegawai Lembaga

Pemasyarakatan Lubuk Linggau , Hakim Pengadilan Negeri Lubuk

Linggau, Jaksa di Kejaksaan Negeri Lubuk Linggau dan terpidana yang

mendapatkan pelepasan bersyarat.

b. Sampel.

J. Soepranto ( 1981 : 38 ) menyatakan :

”Sampling ialah suatu macam atau cara pengumpulan data yang

sifatnya tidak secara menyeluruh artinya tidak mencakup seluruh

obyek penyelidikan, akan tetapi hanya sebagian dari populasi saja,

yaitu mencakup sampel yang diambil dari populasi tersebut”.

Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini maka ditentukan

dengan metode provosive sampling, yaitu sampel yang sengaja dipilih

untuk mewakili seluruh populasi. Berdasarkan metode tersebut, maka

respondennya adalah sebagai berikut :

1) Ketua TPP Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Lubuk

Linggau.

Page 12: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

12

2) Sekretaris TPP Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A

Lubuk Linggau.

3) 2 (dua) orang terpidana yang mendapatkan pelepasan bersyarat.

4) 2 (dua) orang HakimWasmat di Pengadilan Negeri Lubuk

Linggau.

2. Teknik Pengumpulan Data.

Didalam melakukan penelitian ini harus didukung oleh data-

data agar hasil penelitian ini sedapat mungkin mendekati

kesempurnaan, maka penulis akan berusaha untuk menentukan dan

mengumpulkan data-data dengan menggunakan teknik yaitu:

a. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian lapangan

dengan cara-cara :

Interview, berarti terjun langsung kelapangan dan dengan me-

ngadakan wawancara dan tanya jawab kepada responden penelitian

untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas atas data yang

diperoleh melalui angket yang dipandang meragukan.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui Library research

atau penelitian kepustakaan, dengan ini penulis berusaha menelusuri dan

mengumpulkan bahan tersebut dari buku-buku, Peraturan Perundang-

undangan dan publikasi lainnya yang ada relevansinya dengan pembahasan

penulisan skripsi.

Page 13: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

13

3. Teknik Pengolahan Data.

Dalam penelitian ini pengolahan data yang diperlukan adalah

sebagai berikut :

a. Coding Data.

Adalah penyesuaian data yang diperoleh dalam penelitian,

kepustakaan maupun penelitian lapangan dengan pokok pangkal

bahasan masalah yang diteliti dengan cara memberi kode-kode

tertentu pada data-data tersebut.

b. Editing data.

Editing data dilakukan setelah selesai melakukan coding data yakni

pemeriksaan data hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

relevansi dan kesahihan data yang akan didiskripsikan dalam

menenmukan jawaban permasalahan.

4. Teknik analisa data.

Analisa data dilakukan dengan cara induktif kualitatif yaitu

membandingkan data primer dengan data sekunder lalu

diklasifikasikan kemudian dijabarkan dan disusun secara sistematis,

sehingga diperoleh suatu pengetahuan yang disusun dalam bentuk

skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Page 14: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

14

Dalam menyusun skripsi penulis susun secara sistematika penulisan

sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Dalam pembahasan Bab I ini, akan penulis bagi dalam beberapa hal

pokok yaitu Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian,

Tinjauan Pustaka, Hepotesis Metodologi Penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM

Dalam pembahasan Bab II ini, akan diuraikan : Teori-teori pemidanaan,

pengertian narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan, Tinjauan umum hakim

wasmat hubungangannya dengan Bapas dan tujuan pemidanaan.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada Bab III berisikan hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian

lapangan terdiri dari

1. Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan terhadap keberhasilan

pembinaan di Lembaga Pemsyarakatan Narkotika Klas II A Lubuk

Linggau.

2. Kendala yang dihadapi oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan dalam

mengajukan narapidana ke sidang TPP.

Page 15: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

15

B. Pembahasan

BAB IV P E N U T U P

Bab V Bab terakhir merupakan bab penutup terdiri dari kesimpulan dan

saran

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Teori-teori pemidanaan

Teori-teori pemidanaan adalah rumusan dari bagaimana pelaksanaan

pidana penjara berjalan dari waktu-kewaktu, teori ini tidak ada perubahan sesuai

dengan perkembangan ilmu hukum dan rasa keadilan masyarakat pada suatu

pihak, serta tanggung jawab bagaimana upaya penanggulangan tindak kriminal

secara universal pada pihak lain.

Menurut Andi Hamzah dan siti Rahayu (1983 :11-13) mengenai teori-

teori pemidanaan yaitu:

Teori-teori ilmu pemidanan, sebagaimana cabang-cabang ilmu sosiaol lainnya tidak mungkin dapat dievaluasi keberhasilannya melalui uji coba laboratorium dan perhitungan ekstra. Keberhasilan suatu teori hanya mungkin dapat dievaluasi keampuhannya setelah diterapkan dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan ini memberikan dampak pada lambanya perkembangan ilmu tentang pemidanaan ini, disamping sebagai akibat dari keterbelakangannya ilmu tentang pelaksanaan pemidanaan itu sendiri sebelum ini, karena para ahli hukum pidana lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada upaya pembaruan hukum pidana formil sedangkan hukum pelaksanaan pidana masih dinomor duakan dalam pengkajiannya.

Page 16: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

16

Dari berbagai buku yang dipergunakan sebagai patokan dalam

pembahasan teori pemidanaan ini, belum ditemukan suatu patokan yang tetap.

Apakah teori-teori pemidanaan yang pernah dilaksanakan pada berbagai negara

merupakan teori-teori yang dirumuskan terlebih dahulu justru pelaksanaan

pidananya yang terlebih dahulu jalan, baru kemudian dicari rumusan-rumusan

yang baku dalam suatu definisi guna memberi ciri pada suatu sistem pemidanaan.

Cara umum teori-tori ini dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu teori

absolut, relative dan teori gabungan..

1. Teori Absolut atau Teori Pembalasan

teori ini mengatakan bahwa :“dasar pemidanaan adalah terjadi kejahtan,

sedangkan pemidanaan adalah pemberian imbalan terhadap orang yang telah

melakukan kejahatan. Ini dapat ditafsirkan bahwa dasar pembenaran suatu

pidana, menghendaki agar setiap perbuatan melanggar hukum harus dibalas.”

Bambang Pornomo dalam Kant (1994:27) mengemukakan bahwa”

kejahatan itu menimbulkan ketidakadilan maka ia harus dibalas dengan

ketidakadilan pula. Karena pidana itu merupakan tuntutan mutlak dari hukum

dan kesusilaan, jalan pikiran ini melahirkan teori absulut dan dasar kesusilaan

yang dipegang teguh itu dapat dinamakan de Ethische Vergeldingstheorie”.

Melihat rumusan di atas, teori absolut memandang hukum sebagai

konsekuensi yang harus ada dalam hal terjadinya suatu pelanggaran hukum,

Page 17: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

17

tidak adanya hukum dalam wujud pembalasan yang seimbang, justru akan

menimbulkan rasa ketidakadilan yang baru dalam masyarakat.

2. Teori Relatif atau Teori Tujuan

Dasar pemidanaan ini adalah untuk mempertahankan tata tertib serta

norma-norma yang berl;aku dalam suatu masyarakat, karena disini

pemidanaan ditujukan untuk menghindari atau mencegah (prevensi) agar

orang tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

Teori ini sudah mulai melihat manusia-manusia pelaku tindak kejahtan

ini, sebagai individu-individu yang juga sebagai anggota dalam suatu

masyarakat. Pemberian pidana tidak semata-mata berorientasi pada pelaku

kejahatan belaka, tetapi unsur manfaat suatu pidana bagi sipelaku maupun

bagi masyarakat sudah mulai menjadi perhatian aliran ini.

Tentang pelaksanaan pidana ini andi Hamzah dan siti Rahayu (1983 :

19), mengatakan sebagai berikut :

Suatu kejahatan tidak mutlak harus diikuti dengan suatu pidana. Untuk itu tidaklah cukup adanya suatu kejahtan, melainkan juga harus diperhatikan pula manfaatnya suatu pidana bagi masyarakat atau si penjahat itu sendiri. Tidak saja dilihat pada masa lampau, melainkan juga pada masa depan. Maka harus pula ada tujuan lebih dari pada hanya menjatuhkan pidana saja.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa pidana yang

dijatuhkan bukan hanya mempertimbnagkan perbuatan jahat yang dilakukan

Page 18: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

18

seseorang, tetapi unsur manfaat yang akan dicapai dari pemidanaan itu perlu

pertimbangan, baik bagi sipelaku kejahatan, maupun bagi masyarakat.

Manfaat ini dapat dicapai melalui upaya pembinaan dan pemberian

pendidikan serta keterampilan, yang pada saat nanti dapat dipergunakan oleh

para pelaku kejahatan tadi untuk hidup layak dalam masyarakat serta

mengurangi ketergantungan pada orang lain.

Lebih lanjut Andi Hamzah dan Siti Rahayu (1983:34) yaitu:

Untuk mencapai tujuan “Prevensi” atau memperbaiki si penjahat, tidak hanya secara negatif maka tidaklah layak dijatuhkan pidana, melainkan secara positif dianggap baik bahwa pemerintah mengambil tindakan yang bersifat pidana. Tindakan ini misalnya mengawasi saja rindak-tanduk si penjahat atau menyerahkan kepada suatu lembaga swasta dalam bidang sosial, untuk menampung orang-orang yang perlu didik menjadi anggota masyarakat yang berguna.

Dengan demikian teori relative atau teori tujuan dalam pemidanaan

ini, mengandung tujuan pencegahan secara umum (General Prevensi).

Pencegahan secara umum ini bersifat murni, yaitu bahwa senua

pemidanaan harus ditujukan untuk menakut-nakuti orang banyak supaya

jangan melakukan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku. Hal ini

dilakukan dengan cara perlakuan yang kejam seperti pemukulan yang diluar

batas-batas prikemanusiaan, penyiksaan sipelaku kejahatan dimuka umum dan

lain sebagainya agar orang lain menjadi takut untuk melakukan perbuatan

melanggar hukum.

Page 19: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

19

Sedangkan pencegahan secara khusus dilaksanakan dengan cara

menakut-nakuti orang yang telah melaksanakan kejahatan itu sendiri, tanpa

melupakan upaya pembinaan serta bimbingan kepada sipelaku.

3. Teori Gabungan

Menurut Bambang Poernomo (1994:31) teori ini merupakan

kombinasi (gabungan) antara teori absolut dan teori relative (tujuan). Menurut

teori gabungan, pertimbnagan tentang pemidanaan itu disamping pembalasan,

harus pula dilihat kegunaan pidana bagi masyarakat. Terhadap teori gabungan

ini Bambang Pornomo dalam Vos (1994:31), menerangkan bahwa di dalam

teori gabungan terdapat tiga aliran yaitu :

1. Teori menggabungkan yang menitik beratkan pembalasan, tetapi dengan maksud sifat pidana pembalasan itu untuk melindungi ketertiban hukum.

2. Teori menggabungkan yang menitik beratkan pada perlindungan ketertiban masyarakat.

3. Teori menggabungkan yang dititikberatkan sama antara pembalasan dan perlindungan kepentingan masyarakat.

Pada umunya sudah sepatutnya seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan jahat itu dibalas dengan suatu pidana yang setimpal dengan

perbuatan yang dilakukan, dimana perbuatan yang dilakukan itu orang lain

merasa dirugikan kepentingan, akan tetapi pidana yang dijatuhkan itu

hendaknya tidak pula melampaui batas maksimum dari pidana yang

dijatuhkan, sehingga tidak pula merugikan kepentingan si terpidana. Jadi

tegasnya teori gabungan ini tegasnya disamping membalas perbuatan

Page 20: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

20

seseorang yang telah melakukan perbuatan melawan hukum, juga ikut

mencegah agar orang lain tidak ikut melaklukan perbuatan yang melanggar

hukum pula.

B. Pengertian Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan

1. Pengertian Narapidana

Dalam Pasal 1 angka 7 Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan narapidana adalah:” terpidana yang menjalani pidana hilang

kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan”.

Sedangkan menurut J.S.T Simorangkir Dkk ( 1997: 102)

“narapidana adalah orang tahanan, orang yang ditahan dalam lembaga

Pemasyarakatan”

Dengan demikian banyak sudah pendapat yang mengemukakan

tentang batasan pengertian narapidana. Namun demikian pada prinsipnya

batasan-batasan yang dikemukakan tadi memiliki makna yang sama bahwa

narapidana adalah orang yang sedang menjalani pidana hilang kemnerdekaan

selama kurun waktu tertentu di lembaga pemasyarakatan.

Akan dasar beberapa pernyataan yang dikemukakan di atas dapatlah

dirumuskan bahwa sesuai dengan perubahan dari sistem kepenjaraan menjadi

sistem kemasyarakatan maka istilah terhukum lebih diperhalus lagi dengan

sebutan “Narapidana”. Sedangkan istilah narapidana lebih tepat digunakan

Page 21: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

21

pada mereka yang melakukan pelanggaran terhadap kriminal dan sudah

mendapatkan putusan dari hakim serta mempunyai kekuatan hukum tetap.

2. Lembaga Pemasyarakatan

Pemasyarakatan adalah :

Bagian dari peradilan pidana dari segi pelayanan tahanan, pembinaan narapidana, anak negara dan bimbingan klien pemasyarakatan yang dilaksanakan secara terpadu (dilaksanakan bersama-sama dengan semua aparat penegak hukum) dengan tujuan agar mereka setelah menjalani pidananya dapat kembali menjadi warga masyarakat yang baik (Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan, Tahun 1990).

Jadi lembaga pemasyarakatan (Lapas) adalah merupakan unit

pelaksanaan teknis pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina

narapidana.

Batasan pokok pelaksanaan pemasyarakatan narapidana adalah 10

(sepuluh) prinsip pemasyarakatan, dan untuk lebih jelasnya tentang 10

(sepuluh) Prinsip Pemasyarakatan tersebut Bambang Poernomo (1986:142)

merumuskan sebagai berikut:

1. Orang yang tersesat diayomi juga, dengan memberikan kepadanya sebagai warga yang baik dan berguna dalam masyarakat. Yakni masyarakat Indonesia yang menuju ke tata masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Bekal hidup tidak hanya berupa finansial dan materil, tetapi yang lebih penting adalah mental, fisik, keahlian dan keterampilan hingga orang mempunyai kemauan dan kemampuan yang potensial dan efektif untuk menjadi warga yang baik dan tidak melanggar hukum lagi dan berguna dalam pembangunan negara.

Page 22: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

22

2. menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam dari negara. Terhadap narapidana tidak boleh ada penyiksaan baik berupa tindakan, ucapan, cara perawatan atau penempatan. Satyu-satunya derita hanya dihilangkannya kemerdekaan.

3. tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan bimbingan. Kepada narapidana harus ditanamkan pengertian mengenai norma-norma hidup dan kehidupan, serta diberikan kesempatan untuk merenungkan perbuatannya yang lampau. Narapidana dapat diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk menumbuhkan rasa hidup bermasyarakat.

4. negara tidak berhak membuat lebih buruk/lebih jahat dari pada sebelum ia masuk lembaga. Karena itu harus diadakan pemisahan antara;

5. selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan daripadanya. Menurut paham lama., pada waktu mereka menjalani pidana hilang kemerdekaan adalah identik dengan pengasingan dari masyarakat. Kini menurut sistem pemasyarakatan mereka tidak boleh diasingkan dari masyarakat dalam arti secara “cultural”. Secara bertahap mereka akan dibimbing di tengah-tengah masyarakat yang merupakan kebutuhan dalam proses pemasyarakatan.

6. pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh mengiisi waktu, atau hanya diperuntukkan kepentingan jawatan atau kepentingan negara sewaktu saja pekerjaan harus satu dengan pekerjaan di masyarakat ditujukan untuk pembnagunan national, karena mana harus ada integrasi pekerjaan narapidana dengan pembnagunan nasional.

7. bimbingan dan didikan harus didasarkan Pancasila pendidikan dan bimbingan harus diberikan azas-azas yang tercantum dalam Pancasila, kepada narapidana hatus diberikan kesempatan dan bimbingan untuk melaksanakan ibadahnya, ditanamkan jiwa kegiiatan lembaga pendidikan yang diperlukan, ataupun diberikan kesempatan kemungkinan mendapat pendidikan di luar lembaga

8. tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun telah tersesat. Tidak boleh selalu ditunjukan kepada narapidana bahwa ia itu adalah penjahat. Ia harus selalu merasa bahwa iadipandang dan diperlukan sebagai manusia.

9. narapidana hanya dijatuhi pidana kehilangan kemerdekaan. Perlu diusahakan agar narapidana mendapat pencaharian untuk keluarganya dengan jalan menyediakan/memberikan pekerjaan dengan upah. Bagi pemuda dan anak-anak disediakan lembaga pendidikan yang diperlukan, ataupun diberikan kesempatan kemungkinan mendapat pendidikan diluar lembaga

Page 23: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

23

10. perlu didirikan lembaga-lembaga pemasyarakatan yang baru sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan program pembinaan dan memindahkan lembaga-lembaga yang berada di tengah-tengah kota tempat yang sesuai dengan kebutuhan proses pemasyarakatan.

Dari rumusan di atas dapat dipahami bahwa sistem pemasyarakatan

bukan saja sebagai cara perlakuan terhadap narapidana, tetapi juga sebagai

tujuan dari pembinaan itu sendiri.

C. Tinjauan umum Hakim Wasmat Hubungannya dengan Bapas

Selain Tim Pengamat Pemasyarakatan, terdapat juga instansi lain yang

langsung atau secara tidak langsung membantu di dalam pengawasan dan

pengamatan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, yaitu :

1. Hakim Pengawas dan Pengamatan (Hakim Wasmat)

Hal-Hal yang diatur oleh KUHAP tentang Pengawas dan Pengamat

dalam BAB XX yaitu mengenai tugas-tugas Hakim Wasmat pada pasal

280 KUHAP adalah :

a. Hakim Pengawas dan Pengamat mengadakan pengawasan guna memperoleh kepastian bahwa putusan dilaksanakan sebagaimana mestinya

b. Hakim pengawas dan pengamat mengadakan, pengamatan untuk bahan penelitian yang bermanfaat bagi pemidanaan, yang diperoleh dari pelaku narapidana atau pembinaan Lembaga Pemasyarakatan serta pengaruh timbal balik terhadap narapidana selama menjalani pidanannya.

c. Pengamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat dua (2) tetap dilaksanakan setelah narapidana melaksanakan pidannya.

Sedangkan hakim pengawas dan pengamat ini juga diatur dalam

KUHAP yaitu dalam pasal 177 ayat :

Page 24: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

24

1. Pada setiap pengadilan harus ada hakim yang diberi tugas khusus untuk membantu hakim dalam melakukan pengawasan terhadap putusan pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan.

2. Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dijadikan sebgai hakim pengawas dan pengamat ditunjuk untuk palaing lama dua tahun.

Berdasarkan hal-hal di atas, hakim pengawas pengamatan hanya

sebagai hakim yang ditunjuk ketua pengadilan dan membantunya dalam

melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap seorang tahanan yang telah

diputuskan oleh pengadilan yang dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan

menjadi narapidana ini, yaitu melakukan penelitian bagaimana perlakuan

penjaga lembaga telah sesuai dengan konsep pemasyarakatan. Meminta

kepada lembaga pemasyarakatan mengenai prilaku narapidana selama berada

di lembaga pemasyarakatan itu.

2. Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengetasan Anak

Adalah unit pelaksana teknis pemasyaratan yang menangani

pembinaan klien pemasyarakatan yang terdiri dari terpidana bersyarat

(dewasa dan anak), narapidana yang mendapat pembebasan bersyarat dan

cuti mejelang bebas, serta anak negara yang mendapat pembebasan

bersyarat atau diserahkan kepada keluarga asuh, anak negara yang

mendapat cuti menjelang bebas serta anak negara yang oleh hakim diputus

dikembalikan kepada orang tuanya.

Berdasarkan hal di atas tugas Bispa adalah :

Page 25: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

25

a. Menangani pembinaan klien pemasyarakatan yang terdiri dari terpidana bersyarat (dewasa dan anak).

b. Narapidana yang mendapat pembebasan bersyarat dan cuti menjelang bebas.

c. Mengawasi anak negara yang mendapat pembebasan bersyarat atau diserahkan ke keluarga asuh .

D. Tujuan Pemidanaan

Penjatuhan pidana kepada pelanggar hukum, merupakan reaksi

masyarakat yang terstruktur dan melanggar terhadap kejahatan yang telah

merusak keteraturan Norma yang dijunjung tinggi dalam masyarakat

Penjatuhan pidana selalu menimbulkan pertentangan antara dua pihak,

yakni memberi perlindungan kepada masyarakat dari tindak kejahatan akan tetapi

berakibat derita dan nestapa bagi yang dijatuhi pidana.

Sebagai salah satu akibat dari kamajuan peradapan manusia dan

semakin di junjung tinggi hak-hak asasi manusia maka pemikir hukum pidana

sejak lama mulai memikirkan tentang bagaimana memperlakukan para pelaku

kejahatan sehingga kesenjangan antara melindungi masyarakat di satu pihak dan

derita nestapa yang timbul akibat pidana di pihak lain tidak terlalu jauh.

Upaya memberi perlakuan yang lebih manusiawi terhadap narapidana

sudah sejak lama berkembang pada banyak negara. Hal ini dibuktikan dengan

dibentuknya Komisi Internasional Pidana dan Pelaksana Pidana (The

International Penal and Penitentiary Commission) yang bertugas merencanakan

Page 26: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

26

dan menyusun “Standart minimum rules” bagi perlakuan terhadap para

narapidana (Hamzah dan Rahayu, 1983 : 26).

Penjatuhan pidana yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu sudah

dianut oleh berbagai negara didunia, termasuk Indonesia. Sebagaimana Andi

Hamzah menyatakan (1985:16), sebagai berikut:

“Tujuan juga masih di anggap kuno adalah penghapusan dosa atau retribusi

(retribution) yakni melepaskan pelanggar hukum dari perbuatan jahat untuk

menentukan balasan antara hak dan batil.” (Andi Hamzah, 1985 : 16)

pemikiran modern yang mengarah kepada dehumanisasi pemidanaan

baru berkembang sekitar abad ke-19. para ahli sudah mulai berpikir bahwa

pemberian pidana yang hanya berorientasi kepada pelaku kejahatan, tidak

menampakkan hasil sebagai sarana penggulangan kejahatan dan perlindungan

masyarakat, seperti apa yang dijelaskan oleh Andi Hamzah (1985:18) sebagai

berikut :

Yang dipandang tujuan yang berlaku sekarang ialah variasi dari bentuk-bentuk penjeraan (deterrent), baik ditujukan kepada pelanggar hukum sendiri maupun kepada mereka yang mempunyai potensi menjadi penjahat; perbaikan (reformasi) kepada penjahat. Yang disebut terakhir yang paling modern dan popular dewasa ini. Bukan saja bertujuan memperbaiki kondisi pemenjaraan tetapi juga mencari alternatif lain yang bukan bersifat pidana dalam membina pelanggar hukum.

Tentang pemberian pidana sebagai upaya perlindungan masyarakat

terhadap tindak pidana dan usaha rehabilitasi terhadap pelaku kejahatan, Joko

Prakoso (1988 : 38), menulis sebagai berikut :”Hukum hendaknya dipertahankan

Page 27: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

27

sebagai salah satu sarana untuk “sosial defence” dalam arti melindungi

masyarakat terhadap kejahatan dengan memperbaiki atau memulihkan kembali

(rehabilitasi) si pembuat tanpa mengurangi keseimbnagan kepentingan

perorangan (pembuat) masyarakat”.

Upaya melindungi masyarakat terhadap tindak kejahatan dan menjatuhkan pidana terhadap para pelaku kejahatan itulah yang menjadi pertautan pola piker kebijaksanaan pemberian pidana yang harus mengacu kepada kedua kepentingan tersebut, sehingga pemberian pidana harus pula dipikirkan bagaimana mempersiapkan para plaku kejahtan tadi untuk kembali ke tengah-tengah masyarakat dan dapat hidup berdampingan secara baik. Untuk itu pemberian pidana harus mengandung unsur pembinaan dan bimbingan, guna mengantisipasi dinamika hidup bermasyarakat (Hamzah, 1990 : 21).

Hal ini bertolak pangkal pada pandangan bahwa narapidana walaupun

sebagai orang yang sedang menjalani hukuman yang kemerdekaan bergeraknya

sedang dibatasi, akan tetapi diakui keberadaannya sebagai anggota masyarakat.

Oleh karena itu dalam pembinaan narapidana, masyarakat harus diikutsertakan

disamping petugas Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri.

Bambang Pornomo (1986:23) menyatakan bahwah:

Keberadaan hukum dalam masyarakat yang beradab mutlak adanya, sebab hukum akan mampu menata seluruh aspek hidup manusia, sehingga akan menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam segala hal. Dari segi ini hukum akan menampakkan diri sebagai alat manusia untuk menciptakan tatanan masyarakat tertentu sebagaimana dikehendaki oleh pembentuk hukum itu sendiri, sebagaimana Rescoe Pound mengatakan “Law as tool of social engineering”.

Page 28: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

28

Hukum pidana diciptakan untuk mleindungi hak dan kewajiban

masyarakat dari gangguan pihak lain. Masyarakat menghendaki adanya aturan-

aturan yang jelas, akan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan serta

sanksi-sanksi perbuatan tersebut. Apabila hukum telah memberi aturan-aturan

yang jelas, maka masyarakat akan merasa terayomi baik jiweanya, raganya,

hartanya serta kepentingan lain.

Pembangunan hukum di Indonesia yang hidup dalam satu pedoman

berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yaitu Pancasila adalah menciptakan

hukum nasional yang mantap dan hukum itu harus mengabdi kepada kepentingan

nasional, sebagaimana rumusan sasaran bidang hukum yang ingin dicapai dalam

pembangunan jangka panjang tahap kedua yaitu sasaran bidang hukum menuju

terbentuk serta berfungsinya sistem hukum nasional yang mantap bersumberkan

Pancasila dan UUD 1945 dengan memperhatikan kemajemukan tatanan hukum

yang berlaku, yang mampu menjamin kepastian hukum, ketertiban hukum,

penegakkan hukum dan kebenaran nasional yang didukung oleh aparatur hukum,

sarana dan prasarana yang memadai serta masyarakat yang sadar taat hukum.

Demikian luasnya jangkauan dan sasaran yang ingin dicapai oleh

pemerintah dalam nbidang hukum, dalam usaha mnciptakan manusia-manusia

Indonesia yang seutuhnya. Sedangkan menurut Bismar Siregar dalam Adi

Hamzah dan Siti Rahayu (1983:12) dalam bahasannya mengenai pembangunan

hukum yaitu : “ Dalam pembaharuan bidang hukum yang akan datang, baik

Page 29: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

29

untuk menetapkan sesuatu perbutan pidana atau tidak, demikian pula sejauh mana

pertanggungjawaban dan hukuman/pidana apa sebaiknya ditetapkan, hukum adat

dan hukum agama sebagai sumber hukum yang tidak habis-habisnya, dengan

tetap berlandaskan Pancasila dan UUD 1945”.

Sistem-sistem yang pernah dilaksanakan tersebut dari waktu ke waktu

selalu menampakkan adanya perbedaan dan perkembangan. Hal ini menunjukan

bahwa sistem yang baku dan dapat diberlakukan secara universal belum pernah

ada, bahkan tidak pernah ada. Gejala ini secara eksplisit mencerminkan aspek

keunikan menusia, dimana setiap individu, setiap masyarakat bahkan setiap

negara mempunyai corak dan kepribadian yang berlainan satu sama lain yang

berkaitan langsung dengan paham serta budaya yang dianut. Akan tetapi

sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa setiap sistem pelaksanaan

pidana yang dipakai dalam periode tertentu pada akhirnya selalu dihadapkan pada

evaluasi akan kemampuan sistem tersebut dalam upaya penanggulangan tindak

kriminal dan kegagalan suatu sistem ini akan memberi motivasi kepada para

teorisi dan praktisi hukum pidana untuk mencari sistem yang lain.

Di negara amerika serikat pernak dipakai sistem pelaksanaan pidana dengan cara penutupan terus-menerus secara sendiri-sendiri bagi setiap pelaku kejahatan dapat menghayati dan menginstropeksi diri akan perbuatan jahat yang pernah dilakukan yang lebih utama lagi ditujukan agar tidak terjadinya kontak antara narapidana yang satu dengan yang lainnya, sehingga terhindar dari salah satu ekses pelaksanaan pidana yaitu penularan cara-cara melakukan perbuatan pidana. Selanjutnya pada salah satu negara bagian ynag di amerika serikat pernah pula dipakai sistem penutupan pada malam hari saja, sedangkan pada siang hari mereka

Page 30: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

30

dipekerjakan tanpa boleh berbicara satui sama lain. Kemudian di irlandia dipergunakan sistem penutupan terus-menerus pada permulaan pelaksanaan pidana, kemudian diberikan pekerjaan dan secara bertahap diberikan kelonggaran hingga habisnya masa pidana. (Bambang Pornomo, 1982 : 20).

Selanjutnya di bawah ini akan diuraikan sistem Pemasyarakatan yang

dipakai sebagai sistem perlakuan terhadap narapidana Indonesia.

Sistem adalah suatu totalitas yang terpadu dari komponen-komponen

atau unsur-unsur yang satu sama lain berbeda namun saling berkaitan, merupakan

suatu pola atau model yang mantap, sehingga dapat diterapkan secara dalam

pelaksanaan suatu tujuan.

Sistem pemasyarakatan merupakan sub sistem dalam tata peradilan

pidana di Indonesia. Sub-sub sistem tersebut terdiri dari penyidik, penuntut

umum, pengadilan negeri, dan lembaga pemasyarakatan.

Pengertian sistem pemasyarakatan menurut Pola Pembinaan

Narapidana dan Tahanan adalah : “Bagian dari tata peradilan pidana dari segi

pelayanan tahanan, pembinaan barapidana, anak negara dan bimbigan klien

pemasyarakatan yang dilaksanakan secara terpadu (dilaksanakan bersama-sama

dengan semua aparat penegak hukum) dengan tujuan agar mereka setelah

menjalani pidananya dapat kembali menjadi warga masyarakat yang baik.

Dalam koperensi Dinas Direktorat Pemasyarakatan di Lembang

Bandung yang dilaksanakan pada tanggal 27 April sampai dengan 7 mei 1964,

menghasilkan keputusan bahwa pemasyarakatan tidak hanya semata-mata

Page 31: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

31

merumuskan tujuan dari pidana penjara, melainkan juga merupakan suatu sistem

perlakuan terhadap narapidana di Indonesia yang berdasarkan Pancasila yang

disebut sistem pemasyarakatan. Keputusan lain yang dihailkan pada koperensi

tersebut yaitu pada tanggal 27 April 1964 ditetapkan sebagai hari lahirnya

pemasyarakatan.

Sistem pemasyarakatan merupakan perkembangan dari sejarah

perlakuan terhadap pelaku kejahatan di Indonesia, perkembangan mana

merupakan indikasi adanya ketidakpuasan para ahli hukum terhadap ketidak

berhasilan cara-cara perlakuan terdahulu dalam rangka penanggulangan tindak

kriminal.

Sistem pemasyarakatan menempatkan narapidana sebagai konsep

pembinaan, dimana pembinaan tersebut bertitik tolak dari terjadinya proses

tingkah laku manusia yang dipengaruhi oleh pendidikan (ilmu pengetahuan),

lingkungan dinama seseorang hidup serta kemampuan keterampilan (skill), guna

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan dilandasi oleh pemikiran demikian, maka pola pembinaan

narapidana diwujudkan dalam tiga (3) bentuk yaitu:

1. Pembinaan mental kerohanian, yang melihat aspek manusia sebagai mahluk pribadi (individu) yang berkebutuhan.

2. Pembinaan sosial kemasyarakatan, yang melihat aspek manusia sebagai individu yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain dalam masyarakat.

Page 32: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

32

3. Pembinaan keterampilan kerja, yang melihat aspek manusia sebagai anggota masyarakat yang dalam hidupnya membutuhkan kemampuan dan keterampilan kerja guna mempertahankan hidupnya.

Ketiga macam bentuk pembinaan tersebut, dituangkan dalam pola

bentuk pembinaan narapidana selama ia beradadalam Lembaga Pemasyarakatan.

Page 33: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

33

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan terhadap keberhasilan

pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II

A Lubuk Linggau

Berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak Parid Wajdi Kasi

Binadik Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Lubuk Linggau Pada

tanggal 3 Juli 2006 menyatakan bahwa tugas-tugas Tim Pengamat

Pemasyarakatan (TPP) adalah sebagai berikut:

1. Memberi saran mengenai bentuk dan program pembinaan dari bimbingan

dalam melaksanakan sistem pemasyarakatan

2. Membuat penilaian atas pelaksanaan program pembinaan dan bimbingan

3. Menerima keluhan dan pengaduan dari warga binaan pemasyarakatan.

Sedang menurut Bapak Surahmat Kasubsi Bimaswat Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Lubuk Linggau yang penulis wawancarai

pada tanggal 4 Juli 2006 menyatakan bahwa Tim Pengamat Pemasyarakatan

(TPP) ini melakukan penilaian terhadap pembinaan narapidana yang bertujuan

Page 34: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

34

agar mereka dapat menjadi manusia yang seutuhnya sebagaimana yang telah

menjadi arah pembangunan nasional. Yaitu melalui jalur pendekatan :

1. Memantapkan Iman (Ketahanan Mental) narapidana

2. Membina masyarakat agar mampu berintegrasi secara wajar di dalam

kehidupan kelompok selama dalamlembaga Pemasyarakatan dan kehidupan

yang lebih luas (masyarakat) setelah menjalani pidananya.

Pembinaan bagi narapidana ditujukan agar selama menjalani masa

pidananya, tugasnya yaitu :

1. Memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis untuk masa depannya.

2. Memberi pengetahuan, minimal keterampilan untuk bekal hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional.

3. Menjadi manusia yang patuh hukum yang tercermin pada sikap prilakunya yang tertib serta mampu menggalang rasa kesetiaan.

Selain itu fungsi Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pemasyarakatan

2. Melakukan pengawasan terhadap :

a. Pemberian makanan narapidana

b. Ketahanan narapidana

c. Kebersihan terhadap tempat atau sel narapidana/tahanan

d. Pemberian pakaian narapidana

e. Mengadakan rekreasi bagi narapidana

3. melakukan pengmatan terhadap keterampilan yang diberikan.

Page 35: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

35

Dalam pasal 12 Sub a, Peraturan Menteri kehakiman Nomor

M.a.PE.10 tahun 1990, menyebutkan :Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) pada

lembaga pemasyarakatan setelah mendenngar pendapat anggota Tim serta

memperlajari laporan penelitian kemasyarakatan anggota tim serta mempelajari

laporan penelitian kemasyarakatan dari balai Bispa mengusulkan kepada Direktur

(Kepala) Lembaga Pemasyarakatan yang dituangkan pada formulir yang telah

ditetapkan untuk itu.

Dengan melihat bunyi pasal 12 sub a Peraturan Menteri Kehakiman

tersebut sesuai dengan tujuan pemasyarakatan yaitu untuk memperbaiki

pelanggar hukum (dalam usaha mengangkat harkat dan martabat manusia dalam

hal ini narapidana di lembaga pemasyarakatan, jadi menuju kearah rasionalisasi.

Oleh Surta Keputusan Direktorat Pemasyarakatan Nomor KP.10/3/7 tanggal 8

Februari 1965, bahwa pelaksanaan pemasyarakatan harus didasarkan asas

Perikemanusiaan, pengayoman dan tut wuri handayani.

Dalam sistem pemasyarakatan proses pembinaan narapidana tidak saja

dilakukan di dalam lembaga tetapi juga pembinaan dilakukan di luar lembaga.

Proses pembinaan narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan yang

berperan

Page 36: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

36

adalah TPP (Tim Pengamat Pemasyarakatan) serta petugas lembaga lebih

menonjol daripada pembinaan yang dilakukan di luar lembaga pemasyarakatan.

Surahmat selaku Kasubsi Bimaswat dan juga merupakan sekretaris

TPP (Tim Pengamat Pemasyarakatan) di lembaga pemasyarakatan Narkotika

Klas II A Lubuk Linggau yang penulis wawancarai padatanggal 5 Juli 2006

mengatakan :

Proses pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan Narkotika

Klas II A Lubuk Linggau dilaksanakan dengan berpedoman pada surat Edaran

Direktorat Pemasyarakatan Nomor Kp.10.13/3/1 tanggal 8 Februari 1965, tentang

Pemasyarakatan sebagi proses, dimana pembinaan narapidana dilaksanakan

melalui 4 tahapan, yaitu :

1. Tahap Observasi/Maksimum Security

2. Tahap pembinaan/Medium Security

3. Tahap Asimilasi/Minimum Security

4. Tahap Integrasi/Menjelang Bebas

Selanjutnya Yuspachruddin selaku Anggota Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Klas II A Lubuk Linggau yang penulis wawancarai pada tanggal 6 Juli

2006 mejelaskan tahab-tahab pembinaan narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Klas II A Narkotika Lubuk Linggau adalah sebagai berikut:

a. Tahap Observasi/Maksimum Security

Page 37: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

37

tahap ini dilakukan terhadap narapidana yang baru masuk ke lembaga

pemasyarakatan, oleh TPP dilakukan suatu penilaian yaitu dengan jalan

mengadakan penelitian pada narapidana tersebut untuk mengetahui segala hal

ikhwal perihal dirinya, termasuk sebab-sebab ia melakukan

kejahatan/pelanggaran dan segala keterangan mengenai dirinya yang dapat

diperoleh dari keluarganya, bekas majikan/atasannya, satuan informasi korban

dari perbuatannya serta petugas instansi lain yang telah menangani

perkaranya. Pada tahap ini pengamanan dilakukan amat ketat, maksimum

security diberikan pada narapidana yang status napinya dari 0 sampai 1/3

masa pemidanaannya.

b. Tahap Pembinaan /Medium Security

pada tahap ini proses pembinaan terhadap narapidana berlangsung 1/3

sampai ½ dari masa pidana yang sebenarnya, pada tahap ini narapidana sudah

boleh keluar dari sel tahanannya namun masih mendapat pengawalan dari

petugas. Seorang narapidana untuk dapat dokategorikan pada tahap ini sudah

menjalani 1/3 sampai ½ dari masa pidananya juga harus memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan TPP (Tim Pengamat Pemasyarakatan) atas

dasar kriteria sebagai berikut:

1. Narapidana tersebut telah menunjukan adanya kemajuan

Page 38: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

38

2. Narapidana tersebut telah menunjukan adanya keinsyafan, perbaikan

disiplin dan patuh pada peraturan tata tertib yang berlaku di lembaga

pemasyarakatan.

c. Tahap Asimilasi / Minimum Security

pada tahap ini pembinaan pada narapidana yang telah menjalani ½

dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut TPP (Tim Pengamat

Pemasyarakatan) telah dicapai kemajuan baik secara fisik maupun mental dan

juga dari segi keterampilannya.

Dalam hal ini Surahmat mengatakan : “Narapidana yang telah

mencapai masa pembinaan ½ dari masa pidananya atau lebih maka

narapidana tersebut akan dipanggil ke sidang TPP (Tim Pengamat

Pemasyarakatan) untuk didengar dan diketahui bagaimana kemajuan

pembinaan terhadapnya. Hasil dari sidang tersebut diajukan ke Kalapas untuk

mempertimbangkan agar napi tesebut dapat diberikan Asimilasi dengan

masyarakat luar, antara lain:

a. Ikut beribadah bersama masyarakat

b. Berolah raga bersama

c. Mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah umum

d. Bekerja diluar

Akan tetapi pelaksanaannya masih dibawah pengawasan bimbingan petugas

lembaga, pada tahap ini narapidana tidak lagi mendapat pengawalan ketat.

Page 39: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

39

d. Tahap Integrasi/Menjelang Bebas

pada tahap ini proses pembinaan telah dijalankan 2/3 dari masa pidana

yang sebenarnya, maka terhadap narapidana akan dipanggil lagi oleh TPP

(Tim Pengamat Pemasyarakatan) dan didalam sidang TPP (Tim Pengamat

Pemasyarakatan) ini narapidana yang akan diberikan CMB (Cuti Menjelang

Bebas) dan PB (Pembebasan bersyarat) ini akan dinilai terlebih dahulu apakah

napi-napi tersebut berhak untuk mendapatkan hak tersebut akan diusulkan ke

Kanwil Kehakiman untuk mendapatkan persetujuannya.

Adapun wujud pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga

Pemasyarakatan yaitu :

a. pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan.

b. Pembinaan di luar Lembaga Pemasayarakatan

Sebelum diajukan pembinaaan ke luar atau tetap di dalam lembaga

pemasyarakatan, maka dilakukan terlebih dahulu Litmas (penelitian

Masyarakat) untuk bahan sidang TPP sebagai bahan pertimbnagan, yang akan

penelitian ini diambil 5 sampel penelitian masyarakat, yaitu: a). 3 sampel

hasil Litmas untuk pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang

masing-masing yaitu :

1. Harjoni afriansyah

2. Sandi Umaya

3. Muslim bin bakar

Page 40: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

40

Sedangkan 2 orang napi hasil Litmas untuk pembinaan di luar

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Lubuk Linggau , yaitu :

1. Lukman bin Rozali

2. Yudi bin Wancik

Adapun format Litamas yang terdiri dari informasi-informasi sebagai

berikut :

a. Identitas : yang terakhir dari identitas klien, indentitas isteri/suami klien

jika sudah beristri/bersuami, dan susunan keluarga klien

b. Masalah klien : yang isinya perkara yang dilakukan, penjatuhan hukuman

yang diberikan, nilai-nilai, serta hal-hal yang diberikan selamaia

melakukan hukuman, untuk bahan pertimbnagan

c. Perkembangan pembinaan klien selama di dalam lembaga pemasyarakatan

yaitu : pribadi klien, kesehatan klien, cita-cita dan harapan klien, hobby

klien, pendidikan dan keterampilan kerja yang diperoleh, hubungan sosial

terhadap petugas sesama penghuni dan keluarga.

d. Keadaan keluarga, yaitu Riwayat perkawinan klien, relasi sosial dalam

keluarga relasi sosial keluarga terhadap lingkungan, keadaan sosial

ekonomi keluarga, keadaan rumah.

e. Keadaan lingkungan masyarakat, yaitu : strata kehidupan sosial, keadaan

lingkungan masyarakat.

Page 41: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

41

f. Tanggapan-tanggapan yaitu : tanggapan pihak keluarga, tanggapan pihak

keluarga korban, tanggapan pemerintah dan masyarakat setempat.

g. Kesimpulan dan saran.

Untuk sample pertama yaitu untuk pembinaan di luar yaitu :

1 Lukman Bin Rojali.

a. Kesimpulan

Bedasarkan dari data-data yang diperoleh dari petugas

Pemasyarakatan dan setelah dievaluasi, maka Petugas Kemasyarakatan dapat

menyimpulkan sebagai berikut :

a. Klien baru pertama kali melakukan tindak pidana

b. Klien menyesali atas perbuatan yang dilakukannya dan berjanji tidak akan

mengulangi

c. Tanggapan pihak keluarga dan korban tidak dapat petugasPemasyarakatan

jelaskan karena tidak berhasil Petugas Kemasyarakatan

d. Pemerintah dan masyarakat setempat bersedia menerima kehadiran klien

ditengah-tengah mereka, apabila ada pihak keluarga klien yang menjamin

f. Perilaku klien dalam lapas cukup baik, patuh dan taat pada aturan yang

berlaku

g. Klien cukup taat mengerjakan sholat lima waktu

b. Saran

Page 42: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

42

Berdasarkan kesimpulan di atas, Petugas kemasyarakatan

menyarankan agar klien tetap dibina di dalam lembaga pemasyarakatan,

karena tidak ada satupun pihak keluarga klien yang menjamin, bila klien

mendapatkan pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan.

a. Kesimpulan

Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai berikut::

1. Klien baru pertama kali menjalani pidana di lapas, menyesali

perbuatannya dan berjanji tidak akan mengeulanginya lagi.

2. Sikap dan perilaku klien selama dalam lembaga pemasyarakatan dapat

menyesuailkan diri dengan lingkungan

3. Ibu kandung klien bersedia menjamin baik moril maupun materil

4. Masyarakat dan pemerintah setempat bersedia menerima klien tersebut

sebagai warga mereka apabila memperoleh pembinaan luar kalapas dan

bersedia ikut serta membina dan mengawasi klien.

5. Kemungkinan tidak terjadi masalah apabila klien dibina di luas lapas

b. Saran:

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka TPP

menyarankan sebagai berikut :

1. Agar klien diberikan pendidikan keterampilan kerja untuk menambah

pengetahuan bila klien nantinya bebas

Page 43: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

43

2. Bila telah memenuhi persyaratan/ketentuan yang berlaku TPP setuju

apabila klien diberikan pembinaan luar lapas terutama pembebasan

bersyarat atau cuti menjelang bebas.

Demikian pene;litian kemasyarakatan ini dibuat untuk dapat

digunakan sebagai bahan pembinaan klien selanjutnya.

Ad. 3). Sandi Umaya pasal 338 KUHP

a. Kesimpulan :

Dari hasil penelitian penulis dengan Petugas Kemasyarakatan

dilapangan serta data-data yang ada maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Klien baru pertama kali melakukan tindak pidana dan dinyatakan

bersalah melanggar pasal 338 KUHP, oleh pengadilan negeri manna

dijatuhi hukuman 8 tahun penjara

b. Sikap dan prilaku klien sebelum dan selama di dalam lapas cukup baik

serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya

c. Orang tua klien serta saudara-saudara klien yang lainnya bersedia

menjamin baik moril maupun materil dan sanggup membina serta

mengawasi klien.

d. Pihak korban berada di manna dan tidak diketahui alamatnya.

e. Masyarakat dan pemerintah setempat bersedia menerima kembali klien

sebagai warga mereka.

b. Saran

Page 44: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

44

Berdasarkan hasil penelitian dan data-data yang diperoleh dan telah

diuraikan diatas maka pembimbing kemasyarakatan (PK) Balai

Pemasyarakatan Lubuk Linggau setuju klien diberikan pembebasan bersyarat

(PB) apabila setelah memenuhi persyaratan lainnya.

Demikianlah penelitian kemasyarakatan ini dibuat untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Sedangkan dalam hal pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan

nama sampelnya yaitu :

1. Lukman bin Rozali

a. Kesimpulan

Berdasarkan dari data-adata yang diperoleh PK dan setelah dievaluasi,

maka PK dapat menyimpulkan sebagai berikut :

a. Klien baru pertama kali melakukan tindak pidana

b. Kilen menyesali atas perbuatan yang dilakukannya dan berjanji tidak

akan mengulanginya lagi

c. Tanggapan pihak keluarga dan korban tidak dapat PK jelaskan karena

tidak berhasil PK temui.

d. Pemerintah dan masyarakat setempat bersedia menerima kehadiran

klien ditengah-tengah mereka, apabila ada pihak keluarga klien yang

menjamin

Page 45: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

45

e. Perilaku klien di dalam lapas cukup baik, patuh dan taat pada aturan

yang berlaku

f. Klien cukup taat mengerjakan sholat lima waktu

b. Saran

berdasarkan kesimpulan diatas, PK menyarankan agar klien tetap

dibina di luar lembaga pemasyarakatan, karena tidak ada satupun pihak

keluarga yang menjamin, bila klien mendapatkan pembinaan diluar lembaga

pemasyarakatan.

2. Yudi bin Wancik

a. Kesimpulan

Berdasarkan dari data-data yang telah dievaluasi, maka Pembimbing

kemasyarakatan berkesimpulan sebagai berikut :

1. Klien baru pertama kali melakukan tindak pidana

2. Selama menjalani hukumannya, prilaku klien cukup baik, patuh dan taat

pada peraturan yang berlaku, oleh karena itu klien mendapatkan remisi

sebanyak 2 tahun 5 bulan.

3. Pihak keluarga tidakdapat Pembimbing Kemasyarakatan jelaskan, karena

tidak berhasil pembimbing kemasyarakatan temui dan tidak dikerahui

identitasnya yang jelas sungguhpun ia telah pindah ke lubuk linggau

4. Pihak korban tidak menaruh dendam dan setuju bila klien mendapatkan

pembinaan di luar lembaga kemasyarakatan.

Page 46: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

46

5. Pemerintah dan masyarakat setempat bersedia menerima kehadiran klien

ditengah-tengah mereka apabila ada pihak keluarga yang menjamin.

b. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, pembimbing kemasyarakatan

menyarankan agar klien tetap dibina di luar lembaga pemasyarakatan karena

tidak ada satupun keluarga klien yang menjamin, bila klien mendapatkan

pembinaan di luar lembaga pemasyarakatan.

Demikian laporan penelitian kemasyarakatan ini dibuat agar dapat

berguna bagi pembinaan klien selanjutnya.

Hasil penelitian kemasyarakatan (Litmas) ini merupakan suatu

penilaian yang dilakukan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) terhadap

Napi agar dalam pelaksanaan Cuti Menjelang Bebas (CMB), pembebasan

bersyarat (PB), serta asimilasi napi tidak mengalami kesulitan dalam

menghadapi lingkungan dimana ia tinggal, sedangkan bagi narapidana yang

terlibat dalam tindakan pidana Subversi, pidana korupsi, penyelundupan,

perjudian dan narkotika yang mana banyak menimbulkan keresahan dan

menarik perhatian, dalam hal pembinaannya harus dilakukan melalui

perhatian khusus dan kepada mereka tidak diberikan asimilasi, pembebasan

bersyarat dan cuti menjelang bebas sesuai dengan peraturan meneteri

kehakiman RI.No.M.01-PK.04.10 tahun 1990.

Page 47: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

47

Sistim pembinaan yang ada di lembaga pemasyarakatyan tidak

terlepas dari peranan TPP, baik di dalam maupun di luar lembaga

pemasyarakatan. Proses pembinaan napi itu dilaksanakan berdasarkan surat

edaran direktorat pemasyarakatan Nomor 13/3/1 tanggal 8 Februari 1965

tentang pemasyarakatan, yang dilakukan melalui tahapan-tahapan yaitu dari

narapidana itu masuk sampai menjelangbebas tidak terlepas dari penilaian

TPP.

Manusia bertingkah laku sesuai dengan sikap yang melekat di dalam

diri orang tersebut. Akantetapi hal ini bukan berarti bahwa sikap seseorang

tidak bisa dirubah. Demikian puala halnya dengan sikap narapidana yang

dibentuk selama menjalani narapidanannya, maka untuk kembali ke dalam

masyarakat membutuhkan rangsangan-rangsangan yang dapat merubah sikap

narapidana tersebut dalam bentuk kesiapan dirinya agar dapat hidup secara

wajar didalam kehidupan masyarakat.

Dalam konteks tersebut proses sosialisasi dalam kehidupan sosial

narapidana telah lama menjadi obyek studi ahli sosiologi di amerika yang

dulunya dikenal dengan “Prisonization” yang secara esensial berarti proses

sosialisasi didalam masyarakat bebas proses tersebut terjadi dengan

sendirinya yaitu dengan adanya interaksi sosial antara individu yang satu

dengan yang lainnya.

Page 48: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

48

Berkenaan dengan sosialisasi terhadap narapidana Tim Pengamat

Pemasyarakatan (TPP) melakukan penilaian terlebih dahulu kepada para

narapidana yaitu diadakannya pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan.

Program pembinaan yang dilakukan didalam lembaga pemasyarakatan Lubuk

Linggau terhadap napi yaitu diberikannya pekerjaan atau suatu keahlian agar

mereka setelah selesai masa hukumannya mempunyai suatu pekerjaan.

Wujud pembinaan narapidana meliputi :

a. Pendidikan umum, pemberantasan tiga buta (aksara, angka, dan bahasa)

b. Pendidikan keterampilan, las, reparasi, radio, montir, menjahit, anyaman,

rekayasa pipa, ukir, pertukangan dan sebagainya.

c. Pembinaan mental spiritual, pendidikan agama, penataran P4 dan budi

pekerti

d. Sosial budaya, kunjungan keluarga, seni dan lain-lain.

e. Kegiatan rekreasi diarhakan pada pemupukan kesegaran jasmani dan

rohani melalui olahraga, membaca buku.

Pelaksanaan kegiatan ini secara teknis mendapat bimbingan dan

pengawasan langsung dari Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP). Supaya

narapidana yang telah selesai masa hukumannya tidak lagi melakukan

perbuiatan yang bertentangan dengan hukum.

Page 49: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

49

Untuk pelaksanaan pembinaan diluar Lembaga Pemasyarakatan Tim

Pengamat Pemasyarakatan (TPP) mempunyai peranan dalam hal

menempatkan para narapidana yaitu dengan cara :

a. Narapidana yang akan diberikan pembinaan diluar dipanggil terlebih

dahulu oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) di sidang untuk diberi

penilaian berhak atau tidaknya si napi diberikan pembinaan diluar

lembaga.. TPP mempunyai hak untuk menempatkan si napi di mana napi

itu akan dilakukan pembinaan di luar lembaga pemasyarakatan.

b. Apabila ada masalah di dalam maupun di luar lembaga pada waktu

dilakukan pembinaan, maka napi itu dapat

memberitahukan/menyampaikan permasalahannya kepada seorang wakil

yang ditunjuk dari TPP

c. Sebelum menempatkan napi tersebut Tim Pengamat Pemasyarakatan

(TPP) melakukan Litmas (penelitian masyarakat) terlebih dahulu, apakah

keluarga atau masyarakat yang ada siap menerima napi tersebut.

Program pembinaan yang disarankan oleh TPP kepada LP dalam

upaya sosialisasi napi di masyarakat setelah mereka selesai menjalani masa

hukuman, menurut dua orang napi yang diambil sebagai sample untuk

mewakili dari 25 orang napi yang sudah melakukan pembinaan keluar

(asimilasi), yaitu :

Page 50: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

50

1. Lukman Hakim Bin Rozali :

Selama ia mendapatkan binaan oleh LP merasakan telah mempunyai

keahlian dibidang pertukangan dan dalam hal membaca ia sudah bisa dan

pernah bekerja di tempat mebel.

2. Yudi Bin Wancik

Manfaat TPP yang saya rasakan yaitu diberikan kesempatan kepada saya

untuk bekerja di dalam LP yaitu dibidang kebersihan pasar”

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas penulis mempunyai kesimpulan

bahwa dalam hal ini TPP berperan sebagai :

1. Memberikan penilaian terhadap napi dalam hal akan dipekerjakannya

sesuai keahlian yang telah dimilikinya.

2. TPP mempunyai hak untuk menempatkan di mana seseorang napi akan

melakukan asimilasi.

3. Apabila seseorang napi mengalami kesulitan atau mendapatkan persoalan

dalam melaksanakan asimilasi mereka dsapat memberitahukan kepada

seorang wakil yang ditunjuk untuk mengawasi napi tersebut oleh TPP.

Demikian hal-hal yang dilakukan oleh TPP agar dalam sosialisasi,

napi tersebut tidak bingung dan diterima dalam masyarakat di mana mereka

akan ditempatkan.

Manfaat TPP dalam upaya sosialisasi napi, TPP memberikan penilaian

terhadap napi melalui asimilasi, yang dalam hal penempatannya dilakukan

Page 51: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

51

terlebih dahulu penelitian masyarakat (litmas) serta mereka telah diberikan

pendidikan mental ketrampilan atau keahlian di dalam Lembaga

Pemasyarakatan.

2. Kendala yang dihadapi oleh TPP dalam mengajukan narapidana kesidang

TPP

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Surahmat

Kasubsi Bimaswat Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Lubuk

Linggau yang penulis wawancarai pada tanggal 6 Juli 2006 menyatakan bahwa,

kendala yang dihadapi oleh TPP dalam melaksanakan tugasnya diantaranya

masalah biaya, misalnya sebelum memberikan pembebasan bersyarat atau cuti

menjelang bebas kepada napi, napi tersebut harus dilitmas terlebih dahulu yaitu

dengan cara TPP mengutus anggotanya mendatangi tempat tinggal si Napi untuk

mengamati tentang keluarganya si napi, rumah tempat dia tinggal, lingkungan

sekitar, sanak keluarganya dan sebagainya. Tidak jarang Tim yang mengadakan

Litmas tersebut mendatangi tempat yang jauh hingga harus mengeluarkan biaya

yangbanyak, sedangkan biaya yang ada terbatas.

Selain itu masih ada hambatan yang dihadapi oleh TPP dalam

melaksanakan tugasnya, yaitu :

a. Napi tersebut tidak pernah dibesuk oleh keluarganya

b. Banyak keluarga napi yang tidak menyukai lagi si napi tersebut menjadi

bagian keluarganya

Page 52: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

52

c. Tidak diketahui alamat yang pasti dari si napi karena tempatnya jauh di

perkampungan

Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka upaya yang dilakukan TPP

menurut sekretaris TPP adalah :

1. Terhadap napi yang tidak pernah dibesuk oleh keluarganya, maka napi

tersebut dipanggil ke sidang TPP untuk ditanyakan sebab ia tidak

dijenguk/dibesuk oleh keluarganya, apabila napi itu mengatakan rumah orang

tuanya jauh drai tempat/wilayah lembaga pemasyarakatan ini. Untuk itu maka

pihak LP akan mengambil inisiatif untuk mendatangi tempat tinggal si napi

tersebut atau TPP menanyakan apakah ada alamat keluarga/familinya yang

terdekat yang dapat dihubungi.

2. Banyak keluarga napi yang tidak mengakui lagi napi tersebut bukan bagian

dari keluarganya. Terhadap hal ini biasanya pihak TPP mengutus seseorang

untuk mendatangi keluarga dari napi tersebut untuk dapat diberi pengertian

agar/mau menerima napi tersebut kembali. Sedangkan apabila pihak TPP

sudah mendatangi keluarga dari napi tersebut dan tetap tidak mau menerima

maka terhadap napi tidak dapat diberi cuti menjelang bebas. Maka untuk itu

TPP mengambil kebijaksanaan bahwa napi tersebut tetap dipekerjakan

didalam menjelang habis masa hukumannya atau bebas.

3. Tidak diketahui alamat yang pasti dari Napi karena tempat tinggalnya jauh

diperkampungan. Terhadap hal ini biasanya napi tersebut tinggal sama orang

Page 53: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

53

lain atau biasanya kost dan orang tuanya tinggal didaerah terpencil di

perkampungan, kalau dimungkinkan dikunjungi seseorang dari TPP diutus

mencari tempat tinggalnya tetapi kalau tidak diketahui secara pasti sedangkan

tempatnya jauh, maka TPP juga mengambil kebijaksanaan bahwa napi

tersebut tetap dipekerjakan didalam LP sehingga habis masa hukumannya.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan baik

melalui penelitian perpustakaan yaitu dilakukan dengan cara

menggali dan membaca buku-buku dan peraturan perundang-

undangan serta ditambah melakukan penelitian lapangan

kesemuanya ini akan penulis bahas dan dihubungkan dengan

penulisan skripsi yaitu bahwa peranan Tim Pengamat

Pemasyarakatan terhadap keberhasilan pembinaan narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Lubuk Linggau

melalui empat tahap yaitu tahap kesatu memberikan saran

mengenai bentuk, dan program pembinaan pengamanan dan

bimbingan terhadap rarapidana dalam melaksanakan sistem

pemasyarakatan sesuai dengan prosedur yang berlaku kedua

membuat penilaian atas pelaksanaan program pembinaan,

pengamanan dan bimbingan kepada setiapnara pidana di Lembaga

Page 54: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

54

Pemasyarakatan, tahap ketiga menerima keluhan dan pengaduan

dari para narapidana yang harus ditampung oleh Tim Penagamat

Pemasyarakatan secara bijak dan adil dan tahap keempat

merupakan mitra kerja Kepala Lembaga Pemasyarakatan dalam

penentuan dan pengambilan kebijakan dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari di Lembaga Pemasyarakatan. dalam melaksanakan

tugasnya TPP mendapat hambatan yang berasal dari permasalahan

internal napi, seperti napi tidak dibesuk keluarga, tidak disukai

oleh keluarga serta tidak memiliki alamat yang pasti, diakibatkan

tingkat kepedulian yang rendah dari keluarga itu sendiri. Secara

psikologis mempengaruhi perilaku napi dan TPP tidak dapat

memberikan fasilitas dari penilaiannya terhadap napi, tanpa ada

keluarga yang tanggung jawab untuk memenuhi persyaratan

administratif yang diterapkan TPP, maka sebagai langkah

alternatif, TPP memberikan kebijakan kepada napi tersebut untuk

dipekerjakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Adapun fungsi Hakim Wasmat yaitu:

1. Melihat perkembangan pembinaan terhadap Napi. Tujuan dari pada

penjatuhan pidana tersebut kepada napi adalah untuk merubah perilaku napi

supaya menjadi orang yang baik

Page 55: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

55

2. untuk melihat apakah hukuman yang dijatuhkan tersebut sudah efektif atau

belum, bermanfaat atau tidak

3. untuk melihat apakah hak-hak napi tersebut sudah diberikan hak-hak dari

napi tersebut antara lain, hak untuk mendapatkan pembebasan bersyarat, hak

untuk mendapat remisi, hak untuk mendapatkan cuti menjelang bebas

(CMB), hak untuk dibesuk anggota keluarga.

4. untuk mengontrol Napi, apakah selama napi menjalankan masa hukumannya

di LP diperlakukan secara manusiawi atau tidak.

Antara Hakim Wasmat dengan anggota TPP itu harus saling

koordinasi satu sama lain terutama apabila ada kelainan-kelainan atau ada

masalah tertentu. Masalah tertentu dalam hal ini misalnya ada napi yang nakal

atau membuat onar di LP. Maka untuk mengantisipasi hal trsebut TPP bersama

Hakim Wasmat mengadakan pertemuan untuk mengatasi hal tersebut. Dari

wawancara penulis dengan HakimWasmat, dikatakan selama ini TPP dan Hakim

Wasmat jarang mengadakan pertemuan, lebih lanjut dijelaskan karena sampai

sejauh ini para napi tersebut tak pernah ada masalah, dan koordinasi antara

Hakim Wasmat dengan TPP berbentuk laporan bulanan dari hasil pembinaan

TPP di Lembaga Pemasyarakatan.

Dalam laporannya (hasil rapat TPP), hakim wasmat memberikan

saran-asaran apa yang sebaiknya dilakukan. Saran tersebut dimasukkan kedalam

laporan TPP. Penilaian terhadap napi yang dilakukan oleh Hakim Wasmat dan

Page 56: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

56

TPP dilakukan setiuap hari. Laporan hasil penilaian tersebut dilaporkan setiap 3

bulan sekali (Tri wulan), Januari, April, Juli dan Oktober. Dengan

adanya/keikutsertaan hakim wasmat dalam TPP, maka pembinaan trhadap napi

tersebut akan menjadi lebih serius. Maksudnya napi yang ada di LP tersebut

benar-benar dibina supaya tercapai tujuan yang diinginkan. Selama ini, setiap

ditanya apakah napi tersebut diberlakukan dengan baik, maka napi tersebut selalu

menjawab baik, demikian pula dengan petugas.

Hakim Wasmat memiliki peranan terhadap pembinaan, pemberlakuan

napi di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Hakim Wasmat dalam pembinaan napi

di dalam lembaga pemasyarakatan hanya sebatas memberikan saran/masukan ke

TPP bila ada permasalahan dalam proses pembinaan napi. Selain itu hakim

Wasmat mempunyai kewajiban untuk melihat langsung bagaimana napi

diperlakukan menjalani hukuman dan apakah napi sudah memperoleh hak-

haknya selama menjalani hukuman.

Page 57: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

57

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan permasalahan-permasalahan pada bab-

bab sebelumnya, maka penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan terhadap keberhasilan

pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A

Lubuk Linggau melalui tiga tahap yaitu :

a. Memberikan saran mengenai bentuk, dan program pembinaan,

pengamanan dan pembimbingan dalam melaksanakan sistem

pemasyarakatan sesuai dengan proserdur yang berlaku.

b. Membuat penilaian atas pelaksanaan program pembinaan, pengamanan

dan bimbingan kepadasetiap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.

Page 58: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

58

c. Menerima keluhan dan pengaduan dan penanmpungan dari para

narapidana yang harus ditampung oleh para petugas Tim Pengamatan

Pemasyarakatan secara bijak dan adil.

d. Sebagai mitra kerja Kepala Lembaga Pemasyarakatan dalam penentuan

dan pengambilan kebijakan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di

Lembaga Pemsyarakatan.

2. Bahwa Kendala yang dialami oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP)

dalam mengajukan narapidana ke sidang Tim Pemgamatan Pemasyarakatan

adalah sebagai berikut:

a. Ada kalanya saran, penilaian terhadap narapidana yang di sidang TPP

tidak sejalan dengan kebijakan dan keputusan yang diambil oleh Kepala

Lembaga Pemasyarakatan maksudnya penilaian dan saran Tim TPP untuk

mengarahkan narapidana di perbantukan pada suatu tempat (misalnya

kebersihan, taman, dapur) berbeda dengan pendapat Kepala Lembaga

Pemasyarakatan yang menginginkan hal tersebut lebih dikeluarkan lagi

penempatannya, sedangkan keputusdan mutlak untuk pembuatan SK

penempatan kerja (membantu kegiatan Lembaga Pemasyarakatan .

b. Penagatuhuan dan pengamatan anggota TPP terhadap narapidana yang

akan disidangkan kadang kala terbatas, sehingga dalam pemberian saran

dan penilaian penempatan kerja membantu kegiatan Lembaga

Pemasyarakatan tidak sesuai dengan bakat dan kemampuan narapidana.

Page 59: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

59

c. Bahwa kadang kala narapidana yang disidamngkan TPP proses

pembinaan kurang terpantau. Halini jelas mempengaruhi anggota Tim

TPP dalam pemberian saran dan penilaian.

B. Saran-asaran

Sehubungan dengan kesimpulan di atas penulis ingin menyampaikan

untuk sebagai bahan pertimbnagan atau saran yang sebagai berikut :

1. Dilihat dari kendala-kendala yang dihadapi oleh TPP di atas kami

menyarankan supaya pihak TPP atau Lembaga Pemasyarakatan agar lebih

mendekatkan diri terhadap napi, serta pada saat-saat tertentu adanya

pemberian informasi atau penyuluhan kepada masyarakat agar apabila ada

seorang napi yang akan dibebaskan tidak lagi merasa dikucilkan.

2. untuk Hakim Wasmat kami menyarankan agar adanya penambahan karena

mengingat sudah banyaknya napi yang ada di Lembaga Pemasyarakatan pada

saat ini khususnya di Bengkulu, karena dengan adanya penambahan hakim

Wasmat itu pengawasan terhadap napi lebih terfokus dan untuk koordinasinya

dengan TPP agar dalam hal bekerjasama Hakim Wasmat harus lebih aktif.

Page 60: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

60

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Atmasasmita, Romli dan R. Rahmad S. Soemodipradja, 1979, Sestem Pemasyarakatan Indonesia, Jakarta, Dira Cipta.

Bambang Poernomo, 1986, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan, Liberty , Yogyakarta.

Hamzah, Andi dan Siti Rahayu, 1983, Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan di Indonesia Akademi Presindo, Jakarta.

Hamzah, Andi, 1990. Sestem pidana dan Pemidanaan Indonesia, Jakaarta, Pradnya Paramita,

J. Sopranto, 1981, Metodelogi Penelitian Sosial, Media Cipta, Jakarta. Prakoso, Joko, 1988, Hukum Penieteinseir Indonesia, Yogyakarta, Liberty.

Moeljatno, 2002, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Renika Cipta. Ronny Hanitidjo,1988, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimateri, Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Saleh, Roeslan, 1986, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru Yogyakarta.

Page 61: Peranan Tim Pengamat Pemasyarakatan Terhadap Keberhasilan Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II a Lubuk Linggau

61

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 12 tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan.