peranan pengawas pendidikan agama islam …repositori.uin-alauddin.ac.id/3269/1/ahmad raiis...
TRANSCRIPT
PERANAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM (PAI) PADA SD DI KECAMATAN PAMMANA KABUPATEN
WAJO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam Pada Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
OLEH
AHMAD RAIIS H. RAMLI
NIM : 20100111006
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran Penulis yang bertandatangan di bawah ini,
menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar hasil karya penulis sendiri, apabila
dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, dibuatkan atau
dibantu orang lain secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.
Samata, Maret 2015
Penulis
Ahmad Raiis H. Ramli
Nim : 20100111006
iv
KATA PENGANTAR
الحمد هلل رّب العالمين والّصالة والّسالم على اسرف االنبياء والمرسلين سيد نا محمد وعلى اله واصحابه
اجمعين.
Segala puja dan puji bagi Allah, seru sekalian alam, Shalawat dan salam
semoga tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad Saw., para sahabat,
keluarga serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga Kita menjadi
umat yang senantiasa meneladani Rasulullah Saw.
Penulis menyadari bahwa sejak persiapan dan proses penelitian hingga
pelaporan hasil penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang di
hadapi, namun berkat ridha dari Allah swt dan bimbingan berbagai pihak maka
segala kesulitan dan tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, lewat
tulisan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan permohonan maaf dan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya Kepada Ayahandaku Drs. H. M. Ramli Junaid dan Ibundaku Hj.
Nurhani tercinta dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayang dalam
membesarkan serta mendidik penulis yang tak henti-hentinya memanjatkan doa
demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis. Serta kepada adik tercintaku
Zulfahyani H. Ramli, Abd. Basith H. Ramli dan Nurmaghfirah H. Ramli yang
selalu memberikan semangat kepada penulis. Begitu pula penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Musaffir Pababbari, M.Si. Rektor UIN Alauddin Makasar beserta
Wakil Rektor I,II,III, dan IV.
v
2. Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Dekan I, II, dan III.
3. H. Erwin Hafid, Lc., M. Th.I., M.Ed Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan
Beserta Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Dr. Nuryamin, M. Ag dan Dr. Muhammad Yahdi, M. Ag, selaku Mantan
Ketua dan Mantan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin
Makassar.
5. Prof. Dr. H. Nasir Baki, MA dan Drs. H. Chaeruddin B, M.Pd.I selaku
Pembimbing I dan II yang telah memberi arahan, koreksi, pengetahuan baru
dalam penulisan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap
penyelesaian.
6. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang
secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung maupun tak langsung.
7. Drs. Laju, M.Si, Drs. H. M. Saleh Aco, M.Ag, dan Guru PAI Sekolah Dasar
di Kecamatan Pammana, atas segala pengertian dan kerjasamanya selama
Penulis melaksanakan penelitian.
8. Sahabat-Sahabatku tercinta yang selalu memberikan motivasi, bersama
melewati dengan penuh kenangan dan dorongan serta selalu memberikan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan dan semua teman-teman Pendidikan Agama Islam
angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
10. Sahabat-sahabat Pergarakan Mahasisiwa Islam Indonesia (PMII), GP Ansor,
Karpala, dan Kasipalaras yang menanamkan persahabatan seutuhnya yang
tidak saya dapatkan di organisasi manapun.
11. Teman-teman KKN Reguler angkatan 50 UIN Alauddin, Posko Aji Bodding
Desa Mandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa (Agung, Adam,
vi
Wawan, Ayu, Eka, Rahma, Inna, Fitri, Ani, Risna, Azizah,Rita) yang sudah
menjadi Sahabat, sekaligus keluarga yang senantiasa memberikan semangat
untuk penulis.
12. Teristimewa untuk sang inspirasi yang biasa saya sapah dengan nama DeraQ
yang memberikan pengalaman terbesar sekaligus mendidik saya dengan baik.
Terimakasih sudah mengantarkan saya sampai cahaya kebaikan.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan sumbangsih kepada penulis selama kuliah hingga
penulisan skripsi ini selesai.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya, semoga
semua pihak yang membantu penulis mendapat pahala di sisi Allah swt, serta
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penulis sendiri.
Makassar, Maret 2015
Penulis
Ahmad Raiis H. Ramli
Nim: 20100111006
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... ............. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...................... . ............ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ......... iii
KATA PENGANTAR .................................................................. ................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1-13
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ................................................ 6
D. Kajian Pustaka ..................................................................................... 11
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 12
BAB II TINJAUAN TEORETIS .................................................................. 14-33
A. Pengawas Pendidikan Agama Islam............................................ .. 13
1. Tugas Pokok Pengawas Pendidikan Agama Islam .......................... 13
2. Fungsi dan Tanggung Jawab Pengawas..................................... ....17
3. Kompetensi Pengawas PAI...................................................... ......18
B. Mutu Pembelajaran PAI........................................................... . 24
1. Pengertian Mutu Pembelajaran.......................................... .. 24
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran PAI.. 24
C. Kerangka Konseptual........................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN..................................................... 34-39
A. Jenis dan Lokasi Penelitian................................................................. 34
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 34
viii
C. Sumber Data ...................................................................................... 36
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 36
E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 37
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 40-57
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 40
1. Gambaran Keberadaan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada
SD di Kecamatan Pammana .......................................................... 40
2. pelaksanaan pengawas Pendidikan Agama Islam pada SD di
Kecamatan Pammana..................................................................... 44
3. Bentuk Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Mutu Pembelajaran PAI pada
SD di Kecamatan Pammana.................................................. 48
B. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 51
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 58-60
A. Kesimpulan ......................................................................................... 58
B. Implikasi ............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
ix
ABSTRAK
Nama : Ahmad Raiis H. Ramli
NIM : 20100111006
Judul Skripsi : Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Agama Islam pada SD di
Kecamatan Pammana Kab. Wajo
Pokok masalah skripsi ini adalah bagaimana Peranan Pengawas PAI dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana Kab.
Wajo. Adapun Sub masalah yaitu: (1) Bagaimana gambaran keberadaan pengawas
PAI pada SD di Kecamatan Pammana; (2) Bagaimana gambaran mutu
pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana; (3) Bagaimana bentuk
peranan pengawas PAI pada SD di Kecamatan Pammana.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tiga pendekatan,
yaitu pedagogis, psikologis, dan yuridis. Lokasi penelitian ini adalah Kantor
Kementerian Agama dan SD di Kecamatan Pammana. Sumber data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, interview, dan dokumentasi. Adapun metode
pengolahan data yaitu redaksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan pengawas dalam
meningkatkan mutu pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana masih
berada berada dalam kategori sedang, karena pengawas pada umumnya sudah
membuat perencanaan, pengawasan, pemantauan, kunjungan sekolah dan kelas,
dan melaksanakan penilaian pengajaran. Adapun upaya yang dilakukan pengawas
dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI adalah melaksanakan
workhsoop/pelatihan keguruan secara internal dan mengadakan Kelompok Kerja
Guru (KKG) PAI
Implikasi penelitian skripsi ini adalah: (1) Sinergitas antara Pengawas PAI,
guru PAI dan Kepala Sekolah perlu dibina dan dijaga secara terus menerus dan
berkelanjutan agar peran dan fungsi pengawas tetap berjalan secara efektif dan
efisien; (2) Pemerintah sebagai penentu kebijakan di lingkungan Kementerian
Agama Sulawesi Selatan maupun Kementerian Agama Kab. Wajo hendaknya
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam proses
pengangkatan Pengawas Pendidikan Agama Islam; (3) pegawas Pendidikan
Agama Islam sebagai mitra kerja guru, motivator, fasilitator, serta pembina mata
pelajaran dapat memediasi upaya-upaya dalam meningkatkan kompetensi, kinerja
guru PAI dan mutu pendidikann khususnya pendidikan Agama Islam.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengawas merupakan pejabat fungsional yang mempunyai tugas, tanggung
jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan pengawasan pendidikan
Agama Islam di sekolah-sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan
dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan prasekolah,
pendidikan dasar dan menengah.1
Pengawasan terhadap sekolah umum yang dilakukan oleh pemerintah
adalah dalam rangka pembinaan, pengembangan, perlindungan, peningkatan mutu
dan pelayanan terhadap sekolah tersebut. Oleh karena itu pengawasan oleh
pemerintah lebih merupakan upaya untuk memberikan bimbingan dorongan dan
pengayoman bagi semua satuan pendidikan yang bersangkutan yang diharapkan
terus menerus dapat menigkatkan mutu pendidikan maupun pelayananya.
Pengawasan atau supervisi dilakukan terhadap penyelenggaraan pendidikan di
sekolah umum untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai pengelolaan
sekolah yang meliputi aspek edukatif dan administratif.2
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, bab II pasal II ayat I berfungsi:
“Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
mempunyai ahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3.
1Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam (
Cet.I: Jakarta: Friska Agung Insani, 1998), h. 118.
2Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi
Pendidikan selanjutnya disebut Pengembangan (Jakarta, 2000), h. 3.
3Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), H. 7.
2
Pelaksanaan pendidikan merupakan bagian yang integral dari
pembangunan bangsa Indonesia secara menyeluruh dalam aspek kepribadian
manusia. Hal ini terjadi karena pendidikan merupakan landasan berpijak bagi
peningkatan mutu sumber daya manusia sebagai modal utama pembangunan
bangsa.
Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidaklah mudah, tetapi
memerlukan usaha yang maksimal dan sungguh-sungguh dari berbagai kalangan,
termasuk di antaranya adalah tenaga pengawas sekolah. Upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan mutu tenaga pengawas sekolah antara lain adalah
penyempurnaan sejumlah unsur mulai dari rumusan konsep dasar pengawasan,
peranan dan fungsi pengawas,kompetensi kualifikasi dan sertifikasi, rekrutmen
dan seleksi, penilaian kinerja, pengembangan karier, pendidikan dan pelatihan,
penghargaan dan perlindungan sampai pada pemberhentian dan pensiun.
Pengawas merupakan tenaga pendidik dan kependidikaan yang mutlak
terstandarisasi kompetensinya secara nasional secara nasional berdasarkan PP RI
Nomor 19 Tahun 2005 dan PP RI Nomor 32 Tahun 2013, tentang Standar
Nasional Pendidikan, karena merekalah unsur yang berperan aktif dalam
persekolahan. Guru sebagai pelaku pembelajaran yang secara lanngsung
berhadapan dengan peserta didik di ruang kelas, sedangkan pengawas serta kepala
sekolah adalah pelaku pendidikan di dalam pelaksanaan tugas kepengawasan dan
manajerial pendidikan yang meliputi tiga aspek yaitu supervisi, pengendalian, dan
inspeksi pendidikan.4
Untuk meningkatkan mutu pendidikan maka guru, pengawas, dan kepala
sekolah dituntut keprofesionalannya untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sesuai tuntutan kompetensi guru, pengawas, kepala sekolah yang
4 Syarif Hidayat, Teori dan Prinsip Pendidikan ( Cet. III : Tanggerang :Pustaka Mandiri,
2013 ), h. 117.
3
tertuang dalam Standar Nasional Pendidikan Nomor 19 Tahun 2005 dan
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pengawas. Guru sebagai penjamin
mutu pendidikan di ruang kelas, sedangkan pengawas dan kepala sekolah adalah
penjamin mutu pendidikan dalam wilayah yang lebih luas lagi.5
Pada waktu yang bersamaan, peranan pengawas dibutuhkan karena sangat
berpengaruh dan menentukan dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Dengan kata lain, peranan pengawas merupakan faktor yang sangat penting dalam
memberi pengaruh terhadap peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di suatu sekolah. Oleh karena itu, sebagai pengawas perlu memahami dan
menerima betapa pentingnya peranan dan fungsi itu dan mengaplikasikan dalam
tugas dan tanggung jawabnya.
Usaha apapun yang dilakukan pemerintah mengawasi jalanya pendidikan
untuk mendobrak mutu bila tidak ditindak lanjuti dengan pembinaan gurunya,
maka tidak akan berdampak nyata pada kegiatan layanan belajar di kelas.
Kegiatan pembinaan guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam setiap
usaha peningkatan mutu pembelajaran. Di lain pihak peranan pengawas di dalam
pembinaan dan pengembangan kompetensi profesional guru sangat signifikan
terhadap produktivitas dan efektivitas kinerja guru tersebut. Kinerja pengawas
satuan pendidikan yang profesional tampak dari unjuk kerjanya sebagai pengawas
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya menampilkan prestasi kerja atau
performance hasil kerja yang baik.
Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 118 tahun 1996,
Bab I pasal 1, menjelaskan bahwa pengawas sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan
5Syarif Hidayat, Teori dan Prinsip Pendidikan ( Cet. III : Tanggerang :Pustaka Mandiri,
2013 ), h. 119.
4
melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan
administrasi pada satuan pendidikan dasar dan menengah. Pengawasan
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah merupakan wewenang penuh pengawas
dalam melaksanaan pembinaan, pemantauan, termasuk di dalamnya perbaikan
mutu mengajar guru dan bimbingan administrasi pendidikan.6
Pusat perhatian pengawas adalah perkembangan dan kemajuan peserta
didik, karena itu usahanya berpusat pada peningkatan kemampuan professional
guru dengan segala aspeknya, seperti perbaikan pendekatan, metode dan teknik
mengajar, pengembangan kurikulum, penggunaan alat peraga/alat bantu
pengajaran, perbaikan cara dan prosedur penilaian, penciptaan kondisi yang
kondusif di sekolah dan sebagainya.7
Peranan pengawas sangat penting dan strategis dalam meningkatkan mutu
pendidikan, maka pengawas harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam,
kemampuan professional serta memahami ruang lingkup kepengawasanya.
Pengawas pendidikan Agama Islam juga merupakan figure atau tokoh
utama disamping guru, yang diberi tanggung jawab dan wewenang secara penuh
untuk melakukan pengawasan dengan melakukan penilaian dan pembinaaan dari
segi tekhnis pendidikan dan administrasi. Hal ini berarti bahwa Pengawas
Pendidikan Agama Islam adalah meningkatkan kualitas pendidikan Agama Islam
dalam mengelola dan mengembangkan proses pembelajaran di sekolah baik
dalam bentuk intra maupun ekstra kurikeler Pendidikan Agama Islam.
Meningkatnya kualitas guru dan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah
6 Departemen agama RI,Pedoman Pelaksanaan Supervise Pendidikan, Selanjutnya
disebut Pelaksanaan (Jakarta, 2000 ),h. 15.
7Departemen Agama RI,Pedoman Pelaksanaan Supervise Pendidikan, Selanjutnya
disebut Pelaksanaan (Jakarta, 2000 ),h. 10.
5
merupakan cerminan keberhasilan pengawas dan pembinaan terhadap guru
Pendidikan Agama Islam.8
Peranan pengawas dan guru harus selalu bersinergi dalam meningkatkan
mutu pendidikan, karena keduanya merupakan unsur- unsur yang secara langsung
terlibat dalam mengembang amanat sebagai tenaga teknis Pendidikan Agama
Islamdi lingkungan Kementrian Agama.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang memiliki
sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi
profesionalnya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi,
seni dan budaya dan olahraga. Pengembangan profesi guru berkelanjutan yang
dikaitkan dengan perolehan angka kredit dan jabatan fungsional.9
Memahami tujuan pengawsan/supervise Pendidikan Agama Islam terlepas
dari keharusan memahami maksud dan tujuan Pendidikan Agama Islam. Dilihat
dari sudut pandang maksud dan tujuan pendidikan agama Islam merupakan
bidang operasional pengawas Pendidikan Agama Islam. Dengan pengembangan
program pendidikan agama dimaksudkan terjadi berbagai perubahan kea rah
perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam10
.
B. Rumusan Masalah
Pokok masalah penulisan ini yaitu “bagaimana peranan pengawas PAI
dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana
Kabupaten Wajo ?”. Berdasarkan pokok masalah tersebut, dirumuskan sub
masalah sebagai berikut :
8Hadirja Paraba,Wawasan Tugas Tenaga Guru Dan Pembina Pendidikan Agama Islam
(Jakarta: Priska Agung Insani, 1999). h. 6.
9Sudarwan Danin, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru (Cet. I; Bandung: Alfabeta,
2010 h. 19.
10Departemen Agama RI, Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam pada SD, SMP,
SMA dan SMK (Jakarta t.p.,: 2007), h. 41.
6
1. Bagaimana gambaran pelaksanaan tugas pengawas Pendidikan Agama
Islam pada SD di Kecamatan Pammana
2. Bagaimana gambaran mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada SD di Kecamatan Pammana?
3. Bagaimana bentuk peranan pengawas dalam meningkatkan mutu
pendidikan mutu pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana?
C. Fokus Penulisan dan Deskripsi Fokus
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan fokus mengkaji masalah peranan
pengawas PAI dan mutu pembelajaran PAI. Penulis akan berusaha mengurai
keterkaitan keberadaan pengawas PAI terhadap peningkatan mutu pembelajaran
PAI. Dalam pemahaman penulis, berangkat dari konsep manajemen bahwa
aktifitas yang senantiasa diawasi dan dievaluasi akan sampai pada titik yang
mendekati kesempurnaan. Namun untuk memastikan hal itu, penulis akan yang
observasi dan kajian secara objektif dan radikal hubungan pengawas dan mutu
pembelajaran PAI, dan akan dituangkan dalam bentuk skripsi.
Agar pokok permasalahan yang diteliti tidak melebar dari apa yang
ditentukan semula, penulisan ini hanya memfokuskan pada masalah tertentu.
Adapun batasan-batasan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut
1. Peranan Pengawas
Secara sederhana pengawasan dapat diartikan sebagai proses (kegiatan)
mengamati, mendata, (kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan),
membandingkan, mempengaruhi atau mengarahkan an menilai pelaksanaan
kegiatan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam konteks itu pengawasan sangat erat kaitanyadengan analisis
7
proses perencanaan, sasaran dan kebijakan-kebijakan yang telah ditentukandan
ditetapkan.11
Dalam perraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat digambarkan
bahwa seorang pengawas pendidikan agama mempunyai beberapa dimensi tugas.
Pertama, pengawas adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), kedua, pengawas adalah
pejabat fungsional yang kenaikan dan jabatanya melalui angka kredit, ketiga,
pengawas merupakan salah satu tenaga tekhnis kependidikan yang diberi tugas,
tanggung jawab pada satuan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
Sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), pengawas mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dengan pegawai negerilainya di seluruh Indonesia. Sebagai
pejabat fungsional, pengawas mempunyai karakteristik tersendiri yang sama
dengan pejabat fungsional lainya. Sebagai tenaga teknis kependidikan, pengawas
merupakan pelaksana lapangan yang mengembang tugas-tugas teknis
kependidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan pada sekolah di
wilayah kerjanya.
Baik sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), sebagai pejabat fungsional
maupun sebagai pelaksana teknis kependidikan di lapangan, seorang pengawas
mempunyai tugas pokok, yaitu melakukan supervisi/kepengawasan di sekolah
dalam lingkungan/wilayah kerja masing-masing.12
Dalam konteks inilah konsep
tentang supervisi akademik dimunculkan. Misi utama dari kegiatan pengawasan
akademik adalah mengoptimalkan upaya pencapaian sasaran akademik berupa
11Departemen Agama RI, Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada SD, SMP,
SMA Dan SMK (Jakarta t.p.,: 2007), h. 7.
12Departeman Agama RI, , Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada SD, SMP,
SMA Dan SMK (Jakarta t.p.,: 2007) h. 60.
8
penguasaan peserta didik atas mata pelajaran yang diajarkan dan tidak
mengabaikan tujuan pendidikan yang lainya, yang bersifat non akademik.13
Sejalan dengan uraian tersebut, ada tiga strategi utama yang dapatditempuh
agar pengajaran menjadi efektif. (1) mengupayakan agar guru bersungguh
sungguh dan bekerja keras serta bersemangat dalam mengajar. (2) mengupayakan
agar system pengajaran ditata sedemikian rupa sehingga berlaku prinsip belajar
tuntas, yaitu guru harus berupaya agar peserta didik benar-benar menguasai apa
yang telah diajarkan dan tidak begitu saja melanjutkan pengajaran ke tingkat yang
lebih tinnggi jika peserta didik belum tuntas penguasaanya. (3) berkaitan dengan
poin (1) perlu itu, perlu diupayakan agar terdapat “pressure” terhadap guru untuk
mencapai tujuan pengajaranya, yang disertai dengan “support” yang memadai
bagi keberhasilan tugasnya.
Dengan melihat ketiga strategi tersebut, maka peranan yang diharapkan dari
seorang pengawas akademik sekurang-kurangnya meliputi : (a) Sebagai nara
sumber bagi guru dalam merencanakandan melaksanakan tugas-tugasnya serta
dalam mendiagnosa keberhasilan, sehingga guru dapat secara terus-menerus
meningkatkan kinerjanya. (b) Sebagai fasilitator dan bahkan sebagai pembimbing
yang membantu guru dalam mengatasi hambatan yang dihadapi maupun dalam
mengatasi kekurangan yang dialaminya. (c) Sebagai motivator yang dengan
berbagai cara selalu mengupayakan agar guru mau bekerja lebih bersungguh-
sungguh dan bersemangat. (d) Sebagai aparat pengendali mutu pengajaran
(quality assurance auditor) yang secara priodik dan sistematik mengecek,
mmenganalisis, mengevaluasi, dan mengarahkan serta mengambil tindakan agar
ketiga strategi dalam peningkatan efektivitas penhajaran itu dapat terlaksana
13Yusuf A Hasann dkk, Pedoman Pengawasan Untuk Madrasah Dan Sekolah Umum
(Cet. I; Jakarta: CV Mekar Jaya, 2002, h. 3.
9
dengan baik dan berhasil. (e) Sebagai assessor bagi kepentingan program
akeditasi sekolah.14
Uraian tersebut, menunjukkan bahwa pengawas berarti kondisi dimana
seorang pengawas dengan senang hati tunduk dan patuh pada aturan yang berlaku
sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya dalam member layanan pada guru
untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran sekolah.
2. Mutu Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa mutu adalah
(ukuran) baik buruk suatu benda; taraf atau derajat(kepandaian,kecerdasan dan
sebagainya,15
sedangkan pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses, cara perbuatan menjadikan orang
atau mahluk hidup belajar.
Jadi mutu pembelajaran dimaksudkan di sini adalah suatu hasil (nilai) yang
diperoleh peserta didik sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran, tercatat di
buku Laporan Pendidikan (Rapor) dan ditandai dengan adanya perubahan sikap
dan perilaku yang bernilai positif yang diberikan oleh guru mata pelajaran.
Dengan demikian mutu pembelajaran merupakan hasil yang dicapai oleh peserta
didik setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah yang
dilaksanakan secara bertahap, misalnya setiap kompetensi dasar dengan sistem
ulangan akhir semester.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti proses perubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
14 Sudarwan Danin, Profesionalisasi Dan etika Profesi Guru (Cet. I; Bandung: Alfabeta,
2010 h. 6.
15 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet III; Jakarta:
Balai Pustaka 2005), h. 768.
10
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, atau proses,cara perbuatan
mendidik16
Agama menurut kamus Bahasa Indonesia, ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia dengan lingkunganya.17
Jadi Pendidikan Agama Islam adalah proses pembelajaran dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Bertolak dari uraian tersebut, maka pengertian “Peranan Pengawas
Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam
(PAI) Pada SD di Kecamatan Pammana” adalah suatu upaya untuk melihat,
menelaah dan mengkaji kondisi riil pengawas dan pendidikan Agama Islam di
Kecamatan Pammana, khususnya tentang peranan pengawas dalam menjalankan
tugasnya sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran PAI, apakah
peranan pengawas dengan mutu pembelajaran PAI terdapat hubungan (pengaruh).
Sedangkan penentuan lokasi yang disebutkan di sini, hanya bertujuan untuk
memudahkan penulisan.
Beberapa pengertian etimologi dan terminologi pada konsep judul skripsi di
atas, secara operasional dapat dikemukakan bahwa “ Peranan Pengawas dalam
meningkatkan mutu pembelajaran PAI melalui peningkatan kedisiplinan guru
dalam mengajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang di anggap
bermanfaat untuk mendapatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam”
16 Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet III; Jakarta: Balai
Pustaka 2005) ,h. 263.
17 Departemen Pendidikan RI, , Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet III; Jakarta: Balai
Pustaka 2005) ,h. 12.
11
D. Kajian Pustaka
Secara spesifik penulisan ini mengkaji tentang “Peranan Pengawas dalam
meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI di Kecamatan Pammana.” Hal tersebut
telah di teliti oleh beberapa penulis, seperti yang dibahas sebelumnya oleh
Mus’ing dalam tesis yang berjudul “Peranan Supervisi dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru pada Madrasah Aliyah Callaccu Sengkang”, hasil penulisan
dari tesis tersebut adalah: Peranan Supervisi pendidikan dalam meningkatkan
kemampuan profesional guru pada Madrasah Aliyah Callaccu Sengkang sangat
penting utamanya dalam mengelola kegiatan pembelajaran yang akan berdampak
pada proses pembelajaran peserta didik yang efektif dan efisien, dengan tujuan
akhir dari program tersebut adalah meninngkatkan kualitas pendidikan yang
diinginnkan, serta menjadikan Madrasah Aliyah Callaccu Sengkang sebagai
Madrasah Aliyah yang bermutu dan tetap eksis di tengah-tengah persaingan yang
ketat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam upaya peningkatan kemampuan
profesional guru pada Madrasah Aliyah Callaccu Sengkang adalah : Faktor
pengembangan kemampuan profesional guru, pemanfaatan lingkungan, prasarana
dan sarana yang meliputi peningkatan kebersihan, keindahan, keamanan,
kesehatan dan pelestarian lingkungan serta pemanfaatan sebagai sumber dan alat
belajar.
Sedangkan dalam tesis yang disusun oleh Andi Abdul Aziz yang berjudul
“Peranan Pengawas Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI Pada SD Di
Kabupaten Sinjai”, hasil penulisan dari tesis tersebut adalah:
1. Sinergitas antara Pengawas PAI, guru PAI dan Kepala Sekolah perlu di
bina dan dijaga secara terus menerus dan berkelanjuttan agar peran dan
fungsi pengawas tetap berjalan secara efektif dan efisien.
12
2. Pemerintah sebagai penentu kebijakan dilingkungan Kementerian Agama
Propinsi Sulawesi Selatan maupun Kementerian Agama Kabupaten Sinjai
hendaknya memperhatikan peraturan perundang-undang yang berlaku
dalam proses pengangkatan pengawas pendidikan Agama Islam.
3. Pengawas Pendidikan Agama Islam sebagai mitra kerja guru, motivator,
fasilitator serta pembina mata pelajaran dapat memediasi upaya-upaya
dalam meningkatkan kompetensi, kierja guru PAI dan mutu pendidikan
khususnya Pendidikan Agama Islam.
Beranjak dari hal tersebut maka penulis berinisiatif untuk melakukan
penulisan tentang Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana, karena
selama ini belum pernah ada yang meneliti masalah tersebut, khususnya di
Kecamatan Pammana. Penulis menganggap bahwa penulisan yang akan dilakukan
berbeda dengan penulisan sebelumnya, selain objek penulisan yang berbeda,
penulis juga menganggap bahwa spesifikasi dari pengawas yang penulis maksud
berbeda dengan penulisan yang ada sebelumnya. Pada penulisan ini penulis akan
mengurai secara lengkap peranan pengawas PAI secara khusus dalam peningkatan
mutu pembelajaran baik.
E. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui gambaran keberadaan pengawas pendidikan agama
Islam (PAI) pada SD di Kecamatan Pammana
b. Untuk mengetahui gambaran mutu pembelajaran PAI pada SD di
Kecamatan Pammana
c. Untuk mengetahui bentukperanana pengawas terhadap Mutu
Pembelajaran PAI pada SD di Kecamtan Pammana
13
d. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghabat penggawas
dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran PAI pada SD di
Kecamatan Pammana serta memberi solusinya
2. Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan dalam penulisan tesis ini adalah sebagai
berikut :
a. Kegunaan Ilmiah
Penulisan ini diharapkan menjadi sebuah karya tulisilmiah yang
dapat menjadi sumber bacaan yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat
pada umumnya dan masyarakat yang berpotensi sebagai pengawas dan
guru pada khususnya. Selain itu, diharapkan pula dengan penulisan ini
dapat menambah khasanah intelektual yang seiring dengan dinamika
pengembangan lembaga-lembaga pendidikan dalam hubunganya dengan
pengembanagan profesi pengawas pada proses pendidikan di sekolah.
b. Kegunaan Praktis
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak-pihak
pelaksana pendidikan, terutama bagi tenaga pengawas agar dapat menjadi
pertimbangan dalam pengembangan peranan pengawas secara umum pada
proses pendidikan di Kecamatan Pammana.
14
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Pengawas Pendidikan Agama Islam
1. Tugas Pokok Pengawas Pendidikan Agama Islam
Bertitik tolak dari peranan pengawas sebagai tenaga kependidikan,
pengawas dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dalam pelaksanaan tugas
pokok pengawas pendidikan Agama Islam. Sesuai dengan SK Menpan R.I Nomor
118 tahun1996 Bab II Pasal 3 ayat (1), maka tugas pokok Pengawas Pendidikan
Agama Islam adalah menilai dan membiina teknis pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam di seklah umum dan penyelenggaraan pendidikan di Madrasah baik
negeri maupunn swasta yang menjadi tanggung jawabnya1
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa tugas pokok pengawas
pendidikan Agama Islam meliputi dua lembaga pendidikan yang berbeda, yaitu
pada sekolah umum dalam ligkungan Kementerian Pendidikan Nasional dan Pada
Madrasah dalam Binaan Kementerian Agama. Hal ini memberi kejelasan bahwa
apabila pengawas melaksanakan pengawasan di sekolah umum, maka tugas
pokoknya adalah membina, menilai pelakksanaan mata pelajaran pendidikan
Agama Islam pada sekolah yang meliputi supervisi teknis kependidikan dan
pengawasan administrasi.
Sejalan dengan Udang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 bidang pengawas pendidikan Agama Islam di lingkungan
Kementerian Pendidikan Nasional meliputi : Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Atas
(SMA), Sekolah Menenngah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Luar Biasa (SLB),
sedangkan pada Madrasah di Lingkungan Kementerian Agama meliputi :
1 Hadrja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru Dan Pembina Pendidikan Agama Islam
(Cet.II; Jakarta : Friska Agunng Insani,2000), h. 53-54.
15
Raudhatul Athfal (RA), Bushtanul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI),
MadrasahTsanawiyah (MTs) Madrasah Aliyah (MA) baik negeri maupun swasta.2
Bila dikembangkan lebih lanjut, maka tugas pokok pengawas pendidikan
Agama Islam sesuai dengan jenjang jabatan pengawas yang bersangkutan
adalah sebagai berikut :
Bagi pengawas pendidikan Agama Islam yang bertugas di Taman Kanak,
Sekolah Dasar, Raudhatul Athfal, Busthanul Athfal dan Madrasah Ibtidaiyah
adalah :
a. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan pengembangan
pendidikan di RA dan BA kecuali bidang pengembangan selain Agama Islam.
b. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan mata pelajaran
pendidikan Agama Islam di SD dan penyelenggaraan penndidikan di Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Diniyah (MD) kecuali mata pelajaran/rumpun
mata pelajaran selain mata pelajaran pendidikan Agama Islam.
c. Melakukan pengawasan/supervisi terhadap pelaksanaan tugas guru pendidikan
Agama Islam pada TK dan SD, guru serta tenaga kependidikan lainya pada
RA, BA, MI dan MD kecuali terhadap mata pelajaran selain Agama Islam.
d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler
pendidikan Agama Islam pada SD, MI dan MD.3
Mengacu pada SK Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 118
Tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya, keputusan
bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor :03420/0/1996 dan Kepala
Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 38 Tahun 1996 tentang petunjuk
2 Departemen Agama RI Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam pada SD, SMP,
SMA Dan SMK, (Jakarta: 2007), h. 19.
3Departemen Agama RI Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada SD, SMP,
SMA Dan SMK, (Jakarta: 2007), h. 20.
16
pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, dapat
dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah yang
meliputi : (a) Melaksanakan pengawasan penyelengaaraan pendidikan di sekolah
sesuai dengan penugasanyapada TK, SD, SLTP, dann SLTA. (b) Meningkatkan
kualitas proses pembelajaran dan hasil prestasi belajar dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.
Tugas pokok yang pertama merujuk pada pengawasan manajerial
sedangkan tugas pokok yangkedua merujuk pada pengawasan akademik.
Pengawasan manajerial pada dasarnya memberi pembinaan, penilaian, dan
bimbingan mulai dari perencanaan sampai pada hasil. Bantuan dan bimbingan
yang diberikan kepada seluruh penanggung jawab/pengelola sekolah , termasuk
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dalam upaya meningkatkan prestasi di
sekolah. Sedangkan pengawasan akademik berkaitan erat dengan membina dan
membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta hasil
belajar peserta didik.
Sebagai tenaga profesional, pengawas sekolah mempunyai tugas yang
cukup luas. Nana Sudjana mengemukakan bahwa tugas pokom pengawas sekolah
adalah melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi
supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Sesuai dengan
uraian tersebut ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni :
1. Melakukann pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah,
kinerja guru, kinerja seluruh staf sekolah.
2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah
beserta pengembanganya.
17
3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program
pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan pemangku
kepentingan sekolah.4
Dalam perspektif kebijakan, kepengawasan kependidikan telah mengalami
beberapa perubahan seiring berubaahnya filosofi sistem manajemen
pemerintahan. Landasan yuridis formal pengawas pendidikan saat ini merujuk
pada SK Menpan Nomor 91/Kep/M.PAN/10/2001 tentang jabatan Fungsional
pengawas sekolah dan angka kreditnya dan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional RI Nomor 097/U/2002 tentang pedoman pengawasan pendidikan.
2. Fungsi dan Tanggung Jawab Pengawas
Fungsi pengawasan adalah merupakan suatu kegiatan tetap yang sejenis
(mengenal, memantau, mengarahkan, menilai dan melaporkan) dalam suatu
organisasi yang menjadi tanggung jawab seseorang. Adapun fungsi pengawasan
yang dikembangkan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah meliputi :
Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Pendidikan Dasar dengan
memperhatikan fungsi-fungsi sebagai berikut : (a) Mengenai seluk-beluk
pengawasan dan kondisi lokasi di lingkungan wilayah pengawasanya, (b)
Memantau pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan Guru Pendidikan
Agama Islam pada Sekolah Dasar, (c) Memantau penggunaan kurikulum dan
sarana pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar, (d) Memantau lingkungan
sekolah dalam membina kehidupan beragama, (e) Memantau faktor penghambat
dan pendukung pelaksanaan pendidikan Agama Islam pada SD, (f) Melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler pendidikan Agama
Islam pada SD.5
4Sudarwan Danin dan Kharil, Profesi Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 117.
5Departemen Agama RI Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada SD, SMP,
SMA dan SMK, (Jakarta: 2007), h. 22.
18
Pengawasan yang efektif berfungsi sebagai “Early warning system” atau
sistem peringatan dini yang sanggup memberikan informasi awal mengenai
persiapan program, keterlaksanaan program dan keberhasilan program. Dunn
merinci empat fungsi pengawasan yaitu : Eksplanasi, akuntansi, pemeriksaan dan
kepatuhan. Sedangkan pendapat Nawawi yang dikutip oleh Engkoswara dan Aan
Komariah tentang fungsi-fungsi kepengawasan antara lain : (a) Memperoleh data
yang telah diolah dapat dijadikan dasar bagi usaha perbaikan dan penyempurnaan
dimasa yang akan datang, (b) Memperoleh cara bekerja yang paling efektif dan
efisien sebagai cara yang terbaik untuk mencapai tujuan, (c) Memperoleh data
tentang hambatan-hambatan dan kkesukaran-kesukaran yang dihadapi agar dapat
dikurangi atau dihindari, (d) Memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan usaha pengembanagn organisasi dan personil dalam berbagai
bidang, (e) Mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah dicapai.6
Sejalan dengan uraian sebelunya untuk melaksanakan tugas pokok tersebut,
pengawas sekolah melaksanakan fungsi supevisi, baik supervisi akademik
maupun supervisi manajerial. Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang
berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional
guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah.
3. Kompetensi Pengawas PAI
Istilah kompetensi seringkali lebih populer dan lebih mudah memaknainya
dibandingkan dengan istilah kinerja. Standar kompetensi pun cenderung lebih
mudah dibuat ketimbang standar kinerja yang cenderung subjektif itu.
Kompetensi dan kinerja berbeda adanya, Kinerja cenderung dipersepsi sebagai
lambang ril di dunia kerja secara berbasisi pada kompetensi dasar, sedangkan
6Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan(CV. Alfabeta, 2010). h. 221-
222.
19
kompetensi merupakan sebuah prakondisi, berupa penguasaan dasar teoretis
tertentu untuk tampil secara ril pada tempat unit-unit layanan diperlukan.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
dasar yag direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi juga
didefenisikan sebagai spesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dimilii seorang serta penerapanya di dalampekerjaan, sesuai dengan standar
kinerja yang dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia kerja.
Supervisor/pengawaas yang kompeten adalah pengawas yangg dapat
melakksanakan tugas pokoknya dengan baik sesuai dengan bbatas tanggung
jawab dan kewenaganya dan sesuai pula dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Diantara kompetensi itu ada yang sangat esensial yang harus
dimiiki, yaitu kompetensi umum dan khusus.
a. Kompetensi Umum
1. Memiliki pengetahuan fungsional tentang agamanya, menghayati
dan taat melaksanakan ajaran agamanya.
2. Bertindak demokratis, bersikap terbuka/transparan, menghormati
pendapat orang lain, mampu berkomunikasi dengan baik dan
menjalin kerja sama dengan berbbagai piihak terkait.
3. Memiliki kepribadian yang menarik dan simpatik serta mudah
bergaul.
4. Bersikap ilmiah dalam segala hal serta memiliki prinsip mau terus
belajar.
5. Selalu mengikuti perkembangan pendidikan serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6. Memiliki dedikasi tinggi serta loyal pada tugas dan jabatanya.
7. Menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela.
20
8. Memandang kepala sekolah, guru, dan seluruh staf sekolah sebagai
mitra kerja bukan sebagai bawahan.
b. Kompetensi khusus
1. Memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan secara
umum dan administrasi sekolah secara khusus yang meliputi
administrasi personil, administrasi materil dan administrasi
operasional.
2. Memiliki pengetahuan tentang supervisi pendidikan yang meliputi
tujuan dan sasaran, teknik-teknik, langkah-langkah dan prinsip-
prinsip dasar supervisi pendidikan.
3. Menguasai substansi materi supervisi teknis edukatif yang meliputi
kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi dan lain-lain.
4. Menguasai substansi materi supervisi teknik administrasi, yang
antara lain administrasi sekolah, administrasi kepegawaian,
administrasi kurikulum, pengelolaan perpustakaan, laboratorium
dan sebagainya.
5. Menguasai berbagai pendekatan, metode dan tehnik belajar-
mengajar yang baik.
6. Memiliki kemampuan brkomunikasi, membina dan memberi
contoh-contoh konkrit tentang pelaksanaan kegiatan pemmbelajaran
yang baik.
7. Memiliki kemampuan sebagai mediator antara guru dengan kepala
sekolah, antara seluruh staf sekolah dengan instansi terkait, dan
lain-lain.
8. Memiliki kemampuan membimbing guru dalam hal perolehan
angka kredit dan membuat karya tulis/karya ilmiah yang baik.
21
9. Harus bekerja berdasarkan rencana dan tujuan yang telah di
tetapkan.
10. Memiliki kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan menjunjung tinggi kode etik profesi.7
Untuk melaksanakan tugas pengawas tersebut,maka sebaiknya pengawas
memahami dan memiliki kompetensi utama yaitu kompetensi akademik,
kompetensi praktis dan kompetensi penunjang/pendukung.
a. Kompetensi utama :
1. Kompetensi akademik :
a. Memahami hakekat kepengawasan.
b. Memahami cara menganalisis fenomena yang terjadi di
lingkungan belajar dan melaporkan hasilnya.
c. Memahami perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi belajar yang
tetap
d. Memahami kurikulum yang berlaku secara utuh.
e. Mmahami dengan baik dasar-dasar sosiologi dan psikologi
pendidikan agama islam dan umum.
f. Memahami proses perkembangan kecerdasan inteektual,
emosional dan spiritual peserta didik.
g. Memahami metode pembelajaran yang paling tepat dan
mutakhir.
h. Memahami tujuan prndidikan dan pengajaran.8
7Departemen agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi Dan Supervisi
Pendidikan (Jakarta: Dirjen Bagais, 2003) h. 74-76.
8Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Profesi Kepengawasan Dan
Penyusunann Karya Tulis Ilmiah bagi Pengawas (Jakarta: Dirjen Bagais, 2004) h. 45-47.
22
Pengawas PAI hendaknya memiliki kompetensi terhadap pengelolaan
pendidikan, terutama dalam bidang kurikulum, perangkat pembelajaran sehingga
dapat melaksankan tugas pokoknya sebagai pengawas dengan baik, berdasarkan
denan tugas, wewenang dann tanggung jawabnya
2. Kompetensi Praktis
a. Mampu melakukan pengawasan terhadap proses pendidikan di
Madrasah atau pendidikan agama di sekolah umum.
b. Mampu menumbuhkan sikap positif seperti sabar, tekun,
menghargai dan menerima diri dan tegar terhadap kenyataan
yang dialami, berpikir positif.
c. Mampu mengembangkan perilaku tepat waktu dan memenuhi
janji.
d. Mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang jelas dan
tepat
e. Mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam pengawasan.
f. Mampu menunjukkan perhatian kepada setiap guru serta
mengevaluasi proses dan perkembangan pembelajaran yang
terjadi.
g. Menunjukkan sikap mudah dihubungi, tidak kaku dan
bertanggung jawab.9
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa kompetensi praktis sangat
penting untuk menjadi perhatian, karena ini menyangkut sikap yang harus dimiliki
oleh pengawas dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
9 Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Profesi Kepengawasan Dan
Penyusunann Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengawas (Jakarta: Dirjen Bagais, 2004) h. 47-48.
23
b. Kompetensi Pendukung
1. Kemampuan Membangun Hubungan Komunikasi
a. Mendorong terciptanya hubungan kerja yang sehat.
b. Membantu jalannya program dan kebijakan sekolah serta
berpartisipasi di dalamnya.
c. Membantu kelancaran komunikasi sekolah dengan orang tua
siswa dan masyarakat.
2. Kemampuan Dalam Kepemimpinan
a. Mendorong sekolah untuk tidak terlalu bergantung pada pihak
di luar
b. Menunjukkan kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas.
c. Menunjukkan sikap adil bila timbul permasalahan di seklah.
d. Memberi dukungan dan bantuan kepada guru yang menghadapi
masalah.
3. Kemampuan dalam Mengembangkan Diri
a. Mengambil inisiatif dalam mengembangkan kemampuan diri
tanpa perlu menunggu instruksi.
b. Menyediakan waktu untuk membaca dan mempelajari
pendekatan supervisi terkini.
c. Mengikuti pelatihan-pelatihan atau pertemuan-pertemuan
nonformal tentang supervisi pendidikan atau masalah-masalah
pendidikan lainya.10
Dengan memahami secara sungguh-sungguh mengenai kompetensi
pengawas, akan menjadi bekal dalam melaksanakan tugas, wewenang, tanggung
10Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Profesi Kepengawasan Dan
Penyusunann Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengawas (Jakarta: Dirjen Bagais, 2004) h. 49-54.
24
jawab dan perananya dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Bagaimanapun
rumitnya dan bentuk permasalahan yang dihadapi guru, pengawas akan mudah
mencarikan solusinya.
B. Mutu Pembelajaran PAI
1. Pengertian Mutu Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa mutu adalah
(ukuran) baik buruk suatu benda; taraf atau derajat(kepandaian,kecerdasan dan
sebagainya,11
sedangkan pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses, cara perbuatan menjadikan orang
atau mahluk hidup belajar.
Jadi mutu pembelajaran dimaksudkan di sini adalah suatu hasil (nilai)
yang diperoleh peserta didik sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran, tercatat
di buku Laporan Pendidikan (Rapor) dan ditandai dengan adanya perubahan sikap
dan perilaku yang bernilai positif yang diberikan oleh guru mata pelajaran.
Dengan demikian mutu pembelajaran merupakan hasil yang dicapai oleh peserta
didik setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah yang
dilaksanakan secara bertahap, misalnya setiap kompetensi dasar dengan sistem
ulangan akhir semester.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran PAI
Dalam mencapai tujuan pembelajaran, kadang-kadang orang tidak dapat
melepaskan diri dari banyak hal yang mempengaruhi antara lain adalah faktor
internal dan faktor eksternal :
a. Faktor Internal
Adapun yang dimaksud faktor internal yaitu faktor yang ada pada diri guru
yang bersangkutan yang tentu sangat berpengaruh terhadap usaha guru tersebut
11Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet III; Jakarta:
Balai Pustaka 2005), h. 768.
25
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor internal
dimaksud antara lain ; wawasan dan kemampuan profesional, sikap mwntal,
pengalaman dan kerja sama.
1) Wawasan dan Kemampuan Profesional
Tugas guru pendidikan agama islam adalah mengajar, mendidik, melatih
dan melakukan evaluasi/penilaian. Atas dasar tugas itulah maka setiap guru di
tuntut untuk memiliki wawasan/kemampuan profesional sebagai berikut : (1)
kemampuan memahami, menghayati dan menjabarkan kurikulum pendidikan
Agama Islam. (2) kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran. (3) kemampuan
menyusun rencana pembelajaran. (4) kemampuan melaksanakan program dalam
kegiatan pembelajaran. (5) kemampuan mengintegrasikan antara pendekatan
metode dan teknik pembelajaran. (6) kemampuan mengembangkan kreatifitas
dalam menggunakan sarana pembelajaran. (7) kemampuan melaksanakan
penilain/evaluasi terhadap proses dan hasil prmbelajaran.
Disamping kemampuan profesional, guru pendidikan Agama Islam juga
dituntut untuk memiliki wawasan yang luas antara lain : (1) wawasan
kependidikan. (2) wawasan keagamaan.(3) wawasan kebangsaan. (4) wawasan
ilmu pengetahuan.
2) Sikap Mental
Wawasan yang luas dan kemampuan profesional yag tinggi belum
menjamin keberhasilan pendidikan Agama Islam di sekolah, karena ada faktor
lain yang juga sangat berpengaruh, yaitu sikap mental. Adapun sikap mental
adalah : (1) ikhlas dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan kepadanya. (2)
kemauan untuk bekerja keras, tabah, sabar dan tak mengenal lelah dan menyerah.
(3) kemauan untuk belajar dan senantiasa meningkatkan kemampuan diri. (4)
26
memiliki sifat-sifat terpuji dan berusaha menghindarkan diri dari sifat-sifat tecela.
(5) kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas profesi yang disandangnya.
3) Pengalaman
Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang
terbaik. Bila pepatah ini masih berlaku, berarti faktor pengalaman juga sangat
mempengaruhi hasil/pencapaian tujuan. Pengalaman dapat diperoleh dari diri
sendiri maupun pengalaman orang lain/teman seprofesi. Teman yang dimaksud
disini adalah pengalaman dalam kegiatan pendidikan Agama Islam.
4) Kerjasama
Dalam setiap kegiatan organisasi dan manejemen tidak ada konsep yang
menyatakan bahwa tujuan dapat dicapai sendiri. Tetapi sebaliknya bahwa tujuan
akan tercapai berkat kerjasama antara dua orang atau lebih. Begitu pula halnya
dengan kegiatan pendidikan Agama Islam, baik di sekolah umum maupun di
madrasah. Untuk mencapai tujuan sangat diperlukan kerjasama antara semua
unsur yang terkait.
b. Faktor Eksternal
Selain faktor internal, faktor eksternal juga sangat mempengaruhi
tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor eksternal antara lain : sarana dan
prasarana, lingkungan sekolah, pengawasan dan kesejehtareaan guru.12
Berdasarkaan uraian tersebut, bahwa proses pembelajaran pendidikan
Agama Islam sangat dipengaruhi oleh kesiapan guru itu sendiri dalam
mempersiapkan seluruh kemampuan profesionalnya, termasuk didalamnya
pengembangan wawasan yang berkaitan dengan tugas profesi yang disandangnya.
Begitu pula kesuksesan dalam mencapai tujuan juga sangat ditentukan oleh faktor
dari luar, termasuk di dalamnya peran serta pengawasan pendidikan Agama Islam.
12Hadrja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru Dan Pembina Pendidikan Agama Islam
(Cet.II; Jakarta : Friska Agunng Insani,2000), h. 39-43.
27
Zakiah Darajat menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi, atau yang harus diperhatikan dalam penerapan metode yang akan
digunakan sebagai alat dan cara dalam penyajian bahan pembelajaran yaitu :
1) Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional khusus merupakan unsur utama yang harus dikaji
dalam rangka menetapkan metode. Metode yang hendak digunakan harus sesuai
dengan tujuan, karena itulah yang menjadi tumpuan dan arah untuk
memperhitungkan efektifitas suatu metode. Pemilihan metode yang tidak sesuai
dengan tujuan instruksional khusus merupakan pekerjaan sia-sia, karena hampir
dipastikan bahwa tidak ada keguanaanya untuk keberhasilan pencapaian tujuan
instruksional khusus itu sendiri.13
2) Keadaan Peserta Didik
Peserta didik merupakan unsur yang harus diperhitungkan, karena metode
yang hendak ditetapkan itu merupaka alat untuk menggerakkan mereka agar dapat
mencerna/mempelajari bahan yang akan disajikan. Karena hanya mungkin dapat
menggerakkan peserta didik seandainya metode itu sesuai dengan tingkat
kematagan peserta didik, baik secara kelompok maupun secara individual.14
Peserta didik sebagai raw material dalam proses transformasi dan
internalisasi menempati posisi yang sangat penting untuk diihat signifikasinya
dalam menemukan keberhasilan sebuah proses, berbeda dengan komponen lain
dalam sistem pendidikan, komponen “Peserta Didik” dalam sebuah proses sangat
bervariasi, ada yang sudah jadi, setengah jadi, bahkan ada yang masih sangat
13Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara,
2001), h. 137.
14Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara,
2001), h. 140.
28
mentah, kondisi ini memunnculkan banyak persoalan dalam menentukan titik star
untuk melakukan proses pendidikan.15
3) Kurikulum
Kurikulum merupakan faktor yanng sangat penting di dalam proses
pendidikan. Karena kurikulum adalah circle of instruction, dimana di dalam
kurikulum itu tergambar secara jelas dan terencana bagaimana dan apa saja yang
harus terjadi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian kurikulum harus
didesain berdasarkan pada pemenuhann kebutuhan manusia didik dan isinya
terdiri pengalaman yang sudah teruji kebenaranya, pengalaman yang edukatif,
eksperimental, dan adanya rencana dan susunan yang teratur.16
4) Situasi
Situasi yang dimaksudkan adalah suasana belajar/kelas, termasuk dalam
pengertian suasana yang berhubungan dengan keadaan peserta didik, seperti
semangat belajar dan kelelahan, keadaan cuaca,keadaan guru, misalnya lelah atau
mendapat tekanan, keadaan kelas yang berdekatan yang saling menganggu atau
terganggu karena penggunaan sesuatu metode pengajaran.17
5) Fasilitas
Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau
memperlancar usaha dalam rangka mencapai tujuan. Faasilitas dapat dibagi dua,
yaitu : (1) Fasilitas berupa fisik, seperti : ruang kelaas dan perlengkapan
pembelajaran di kelas, alat peraga, buku tes pelajaran, dan perpustakaan,
laboratorium atau keterampilan kesenian, keagamaan, olahraga dan lainnya. (2)
Fasilitas yang berupa non fisik, seperti : waktu, kesempatan, anggaran dan aturan
15Dep. Agama RI. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam (Cet. I; Jakarta: 2003),h. 11-
12.
16Dep. Agama RI. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam (Cet. I; Jakarta: 2003),h. 15.
17Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara,
2001), h. 140.
29
serta kebijakan pimpinan. Hal tersebut harus menjadi perhatian dalam menetapkan
metode karena terdapat metode yang dapat dilaksanakan dengan fasilitas minnim,
tetapi ada pula metode yang menuntut fasilitas yang cukup memadai, sehingga
tanpa alat tertentu metode-metode yang terakhir ini tidak mungkin dapat
dilaksanakan. Guru harus mengetahui secarabenar terhadap fasilitas apa saja yang
menjadi kebutuhan di sekolahnya dan begitu pula cara memperoleh serta
menggunakanya.
6) Guru
Sama halnya dengan teori barat, pendidik dalam islam ialah siapa saja
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik, tugas pendidik
yang hampir ditumpahkan semuanya kepada guru, dalam perspektik islam adalah
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik. Pendidik menempati
peranan suci dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Peranan suci itu dapat
diemban apabila pendidik memiliki tingkat kemampuan profesional yang tinggi.
Kemampuan profesional guru itu tidak diukur dari kemampuan
intelektualnya, melainan dituntut untuk memiliki keunggulan dalam aspek moral,
ketakwaan, disiplin, tanggung jawab dan keluasan wawasan kependidikanya
dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Keluasaan wawasan yang dimaksud
adalah : (1) Tumbuhnys semangat keterbukaan dalam profesi, (2) Layanan dalam
menunaikan tugas profesionalnya.
Sejalan hal tersebut, Suparta dan Herry Noer menjelaskan bahwa guru
adalah variabel bebas yang diduga mempengaruhi kualitas pengajaran. Cukup
beralasan mengapa guru mempunyai pengaruh dominan terhadap kualitas
pengajaran, sebab guru adalah sutradara sekaligus aktor dalam proses pengajaran,
atau manajer sekaligus pelaksana pengajaran. Kompetensi profesional yang
dimiliki guru sangat dominan mempengaruhi kualitas pengajaran. Kompetensi
30
dimaksud adalah kemampuan dasar yang dimiliki guru, baik dibidang kognitif,
seperti penguasaan bahan, sikap seperti mencintai profesinya dan perilakuseperti
keterampilan mengajar,menilai hasil belajar peserta didik.18
C. Kerangka Konseptual
Bertitik tolak dari profesi pengawas sebagai tenaga kependidikan di
Kecamatan Pammana masih sangat layak untuk dilakukan penelitian. Pengawas
dituntut memiliki peranan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada perencanaan kegiatan pembelajaran utnuk
meningkatkan mutu pembelajaran / bimbingan, memanfaatkan hasil penilaian.
Pelaksanaan pengajaran yang meliputi cara penyampaian materi pelajaran,
penggunaan metode atau teknik mengajar, penggunaan media atau alat pengajaran
dan interaksi proses pembelajaran. Penilaian pengajaran denga cara
melaksananakan supervisi akademik dan supervisi manajerial.
Landasan konseptual tentang peranan pengawas PAI dan pengaruhnya
terhadap mutu pembelajaran PAI di Kecamatan Pammana :
1. Peranan pengawas PAI dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI
Pengawas memiliki banyak peranan. Sebab dengan begitu, seorang
pengawas atau pendidikdiharapkan mampu meningkatkan mutu pembelajaran,
sekaligus mengantar guru untuk mencapai cita-cita mulianya. Adapun peranan
pengawas sebagai berikut : (a) Pengawas sebagai partner guru dalam
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan sekolah; (b)
Sebagai inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan
bimbingan di sekolah; (c) Sebagai konsultan pendidikan dan pembelajran di
sekolah binaanya; (d) Sebagai konselor bagi guru dan seluruh tenaga
18Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Amisco,
2003), h. 71.
31
kependidikan di sekolah; (e) Sebagai motivator untuk meningkatkan kinerja guru
dan semua tenaga kependidikan di sekolah dan madrasah.19
Peranan pengawas tersebut di atas dituntut untuk senantiasa berperan aktif
dalam proses pendidikan, sehingga para guru merasa tersentuh dan ikhlas dalam
memperbaiki kesalahanya. Sebagaimana yang digambarkan dalam Q.S.
Qaaf/50:18.
Terjemahnya :
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat
Pengawas yang selalu hadir.20
Kehidupan dalam masyarakat, masih terdapat nilai-nilai kehidupan yang
dipegang teguh. Nilai-nilai kehidupan ini ada yang baik dan ada pula yang buruk.
Sebagai anak yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat tersebut, bukan
tidak mungkin bahwa kedua nilai tersebut turut pula mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembanganya sebelum ia mask sekolah. Oleh karena itu seorang guru
harus mampu mengoreksi nilai-nilai tersebut dan membedakanya. Semua nilai
yang baik hendaknya dipertahankan dan dikembangkan, sementara nilai-nilai
yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Hal ini dilakukan
karena tidak jarang diluar sekolah anak didik justru melakukan hal-hal yang yang
bertentanngan dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Jika guru tidak berperan sebagai korektor, maka perbedaan nilai kehidupan
tersebut akan turut pula mempengaruhi hasil belajar peserta didik di sekolah.
19Yusuf A. Hasan dkk, Pedoman Pengawas untuk Madrasah dan Sekolah Umum (Cet. I;
Jakarta: CV Mekar Jaya, 2002) h. 75.
20Dep. Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahanya (Edisi Revisi;Surabaya: Karya Agung,
2006) h.75.
32
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pembelajaran
Proses pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis
yang ada di dalam sekolah itu dan lingkunganya sebagai satu kesatuan sistem.
Maka untk berjalanya sebuahh sistem maka diperlukan beberapa dasar yang kuat
sebagaimana yang dikemukakan oleh Jerry H. Makawimbang: (a) Komitmen pada
perubahan; (b) Pemahama yang jelas tentang kondisi yang ada; (c) Mempunyai
visi yang jelas; (d)Mempunai rencana yang jelas.21
Uraian di atas memberi pemahaan bahwa mutu pembelajaran dapat dicapai
jika semua kompenen pelaku pendidikan mempunyai komitmen untuk melakukan
perubahan, dalam melakukan perubahan harus dipahami terlebih dahulu kondisi
yang ada kemudian menyiapkan visi yang jelas yang didukung oleh perencanaan
yang matang.
Menurut Abdurrahman, bahwa pada garis besarnya faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar itu terbagi menjadi dua. Pertama, faktor internal
yang terdapat pada diri peserta didik itu sendiri, yaitu faktor fisiologis-biologis
dan faktor psikologis. Kedua, faktor eksternal yang berada diluar peserta didik,
yaitu faktor keluargadan sekolah termasuk fasilitas dan sarana belajar serta
lingkungan masyarakat dan peran sertanya.22
Guru Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum merupakan figur
utama di sekolah yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh
untuk meningkatkan kualitas peserta didik dalam bidang pendidikan agama Islam
yang meliputi tujuh unsur pokok yaitu: Keimanan, ibadah, Alqur’an, Akhlak,
Syariah, Muamalah dan Tarikh sehingga peserta didik meyakini, memahami,
21Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 52.
22Abdurrahman, Pengelolaan pengajaran (Ujung Pandang: Bintang Selatan, 1993), h.
114-115
33
menghaati dan mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keberhasilan Guru Pendidikan
Agama Islam dalam menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
maha Esa serta mengembangkan akhlakul karimah kepada peserta didik melalui
pegelolaan dan pengembangan proses pembelajaran di sekolah, merupakan cermin
keberhasilan Pendidikan Agama Islam khususnya dan pedidikan nasional pada
umumnya.23
Seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya harus menjadi teladan
bagi peserta didiknya sebagaimana Rasulullah menjadi teladan bagi umatnya.
Allah swt berfirman dalam Q.S. al-Azab/33:21.
Terjemahnya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.24
Rasulullah saw adalah pribadi pendidik yang patut dijadikan sebagai idola
atau teladan yanng harus diikuti oleh seluruh umatnya. Guru wajib menjadi
teladan bagi peserta didiknya, karena anak dalam perkembanganya suka
memperhatikan dan meniru hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Demikian halnya
dengan pengawas harus memberi teladan dan contoh yang baik bagi guru dalam
melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik.
23Hadrja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru Dan Pembina Pendidikan Agama Islam
(Cet.II; Jakarta : Friska Agunng Insani,2000), h. 41.
24Dep. Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahanya (Edisi Revisi;Surabaya: Karya Agung,
2006) h.595.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Jenis Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian skripsi ini adalah Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Wajo Propinsi Sulawesi Selatan dan Sekolah Dasar (SD) di
Kecamatan Pammana. Ditetapkanya lokasi ini karena Pengawas Pendidikan
Agama Islam menjadikan pelayanan terhadap kegiatan pendidikan di Kecamatan
Pammana, sedangkan Sekolah Dasar (SD) merupakan objek Pengawas
Pendidikan Agama Islam dalam melakukan pembinaan, pemantauan, penilaian
dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pendidikan, dalam hal ini pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI).
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kulitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang memberikan gambaran yang menyeluruh dan
jelas terhadap situasi sosial yang diteliti, komparatif berbagai peristiwa dan situasi
sosial satu dengan situasi sosial lain atau dari waktu tertentu dengan waktu yang
lain.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian skripsi ini merupakan
penelitian deskriptif, karena pembahasanya dapat dilakukan dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan fakta-fakta dalam bentuk narasi secara
menyeluruh tentang situasi dan kejadian secara sistematis dan faktual mengenai
faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang dimiliki untuk
melakukan akumulasi dasar.
35
Secara umum jenis pendekatan ini dapat diartikan secara luas, yaitu bukan
hanya memberikan gambaran terhadap fenomena, melainkan juga dapat
menerangkan hubungan-hubungan dan memperkuat prediksi serta mendapatkan
makna dan kompilasi dari permasalahan yang hendak dicapai. Disebut kualitatif
karena data (informasi) yang digunakan adalah konsep-konsep dan pernyataan-
pernyataan yang bersifat kualitatif.
Menganalisis permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini, peneliti
mengguanakan bebrapa pendekatan sebagai berikut :
1. Pendekatan pedagogis, yaitu pendekatan yang berpandangan bahwa
manusia merupakan mahluk Tuhan yang berada dalam pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani yang memrlukan bimbingan dan
pengarahan melalui proses pendidikan. Dalam kaitanya dengan penelitian
ini, pendekatan pedagogis digunakan untuk mengamati tingkat peranan
pengawas dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di Kecamatan
Pammana.
2. Pendekatan psikologi, yaitu pendekatan yang digunakan peneliti untuk
mendalami berbagai gejala psikologis yang muncul dari pengawas dan
guru pendidikan agama islam pada saat peneliti, pengawas dan guru
melakukan interaksi.
3. Pendekatan yuridis, yaitu pendekatan yang digunakan peneliti untuk
memberikan penjelasan bahwa penelitian ini memiliki dasar dan landasan
yang kuat dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, peraturan Menteri Agama Nomor 2 tahun 2012
tentang Pengawas.
36
C. Sumber Data
Dilihat dari mana data tersebut diperoleh, maka secara umum diketahui
bahwa dalam penelitian dikenal dua sumber data primer dan data sekunder. Kedua
jenis sumber data tersebut selalu dipakai oleh para peneliti dalam mendapatkan
solusi atas jawaban terhadap masalah-masalah yang diteliti
1. Data primer, dalam penelitian lapangan, data primer merupakan data
utama yang diperoleh langsung dari para informan melalui wawancara,
dalam hal ini adalah Kepala Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam,
Ketua Pokjawas PAI Kementrian Agama Kabupaten Wajo, Pengawas PAI,
dan Guru PAI
2. Data Sekunder, data yang diperoleh dari unsur terkait yang ada
hubunganya dengan penelitian ini, data ini berupa dokumenrasi penting
menyangkut jumlah Sekolah Dasar, Jumlah Guru Agama Islam, Jumlah
Pengawas Pendidikan Agama Islam.
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian lapangan (
Field Research), yaitu penulis mengumpulkan data dengan mengadakan
penelitian langsung pada objek yang akan diteliti dengan menggunakan berbagai
instrumen sebagai berikut
1. Observasi (pengamatan)
Observasi (pengamatan) adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.1
Mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis terhadap gejala
yang diteliti. Dalam hal ini peneliti terjun langsung ke lapangan untuk
mengamati kondisi objektif Pengawas PAI pada Kantor Kementrian Agama
1Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Cet. 3, Jakarta: Kencana, 2008) h.133.
37
Kabupaten Wajo, dalam melakukan penilaian, pemantauan, dan evaluasi
terhadap pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana, kemudian
mencatat hal-hal yang berhubbungan dengan data yang diperlukan dalam
penelitian ini.
Instrumen yang digunakan dalam melaukukan observasi adalah catatan-
catatan sederhana berupa lembaran kertas atau buku catatan atas gejala serta
unsur yang muncul dalam mengadakan pengamatan langsung maupun tidak
langsung pada Pengawas PAI dan Guru PAI.
2. Interview (wawancara)
Interview (Wawancara) yaitu mengajukan pertanyaan lisan yang dilakukan
untuk memperoleh informasi dengan cara mewawancarai langsung orang-
orang yang dianggap dapat memberikan keterangan yan aktual dan akurat,
dalam hal ini Pengawas PAI dan Guru PAI.
Untuk berlangsungnya wawancara dengan informan secara luwes dan
kondusif, pewawancara telah memperhatikan keadaan informan yang akan
diwawancarai dengan terlebih dahulu meiapkan daftar pertanyaan serta
kamera digital.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa
catatan, transkrip, buku, surat kaar, majalah prasasti, notulen rapat, agenda
dan sebagainya.2
E. Instrumen Penelitian
Instumen penelitian merupakan alat pengumpulan data informasi ketika
mengadakan penelitian. Peneliti sendiri merupakan instrumen penelitian.
Berhasil tidaknya suatu penelitian, banyak ditentukan oleh instrumen yang
2Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
1991) h.202.
38
digunakan. Sebab dengan instrumen itulah permasalahan penelitian dapat
terjawab.
Selain peniti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini, dalam
wawancara peneliti menggunakan pertanyaan sebagai pedoman wawancara.
Instrumen penelitian yang dimaksud disini adalah setiap alat termasuk
peneliti dalam mendapatkan data yang dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan.
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data secara keseluruhan dilakukan setelah
kegiatan pengumpulan data di lapangan dinyatakan rampung dan data diperlukan
sudah lengkap. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis teknik deskriptif
semua data hasil temuan dilapangan.
Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan analisis kualitatif melalui tiga
tahapan secara bersinambungan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data adala proses konfirmasi data secara terpusat untuk
menyederhanakan data kasar yang diperoleh di lapangan. Kegiatan ini dilakukan
secara berkesinambungan sejakawal kegitan hingga akhir pengumpulan data.
Dalam penelitian ini dilakukan reduksi data yang menyangkut gaya
kepemimpinan pengawas, dan guru PAI dalam merespon setiap langkah-langkah
penelitian yang dilakukan penulis dalammengakses data.
2. Penyajian data
Penyajian data yang dimaksud adalah penyajian data yang sudahdisaring
dan diorganisasikan secara keseluruhan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
39
hubungan antar kategorisasi dan sejenisnya.3 Dalam penyajian data dilakukan
interpretasi terhadap hasil data yang ditemukan sehingga kesimpulan yang
dirumuskan menjadi objektif.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verivikasi Data
Penarikan kesimpulan atau verivikasi data adalah upaya untuk
mendapatkan kepastian apakah tersebut dipercaya keaslianya atau tidak. Dalam
verifikasi data ini akan diproriataskan kepada keabsahan sumber data dan tingkat
objektivitasnya serta adanya keterkaitan antara data dari sumberyang satu dengan
sumber yanglainnya dan selanjutnya ditarik suatu kesimmpulan.
3Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Cet. VII; Bandung: Alfabeta, 2012) h. 95.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Keberadaan Pengawas PAI pada SD di Kecamatan
Pammana
Profil pengawas baik pengawas dalam lingkup Kementrian Pendidikan
Nasional maupun Pengawas dalam lingkup Kementrian Agama, sudah mengalami
beberapa dimensi, antara lain, sekitar tahun 1975-1995, dimensi tahun 1996-200,
dimensi 2000-sekarang. Salah satu yang menjadi alasan perlunya dikemukakan
hal tersebut adalah untuk memperoleh gambaran perkembangan pengawas dari
waktu ke waktu, termasuk perkembangan dan peraturan perundang-undangan
serta kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pengawas.
Adapun struktur kepengurusan Pokjawas PAI Departemen Agama
Kabupaten Wajo sebagai berikut :
Ketua Pokjawas
Drs. Laju, M.Si
Wakil Ketua
Drs. H. M. Saleh Aco, M.Ag.
Sekretaris
Drs. H. Baharuddin, M.Ag.
Bendahara
Hj. Sitti Habibah, S.Pd.i MM
Anggota
1. Abd. Samad S.Ag
2. Salahuddin S. Ag
3. Sudirman, S.Pd, MM
4. Mahyuddin Said, S.Pd.i, M.A
5. Abd. Rahman, S.Pd.i
6. Drs. H.Alimuddin, M.Ag
7. Tenri Esa, S.Ag
8. Drs. Syamsul Bakri, M.Ag
9. Hj. Rosmini S,Pd.i
41
Pokjawas adalah wadah bagi pengawas Pendidikan Agama Islamuntuk
meningkatkan kompetensi pengawas, profesionalisme pengawas untuk membantu
pelaksanaan tugas kepengawasan. Berdasarkan SK Kepala Kantor Departemen
Agama Kabupaten Wajo Nomor 364 Tahun 2012 Tanggal 21 Januari 2012
penetapan pembagian wilayah kepengawasan dalam lingkungan Kementerian
Agama kabupaten Wajo. Khusus di Tingkat Kecamatan Pammana, pengawas
yang ditugaskan adalah Drs. H. M. Saleh Aco, M.Ag.
Pengawas merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah. Pengawas juga merupakan pejabat fungsional yang dapat diharapkan
dalam memantau,menilai, dan membina pelaksanaan pendidikan di sekolah. Data
dan informasi tentang berbagai hal yag berkenaan pelaksanaan pendidikan di
sekolah akan lebih terjamin validitas dan reliabilitasnya bila diperoleh dari
pengawas dibading dengan pejabat-pejabat yang lain, oleh karena itu, upaya
mendayagunakan dan sekaligus memberdayakan pengawas merupakan suatu hal
yang sangat penting dan perlu terus ditingakatkan dan dikembangkan.
Agar usaha mendyagunakan pengawas tersebut dapat berjalan secara
efisien dan efektif, maka pemahaan tentang kondisi pengawas masa lalu, masa
kini dan masa sekarang perlu dipahami lebih awal.
Sejak terbitnya SK Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 118
tahun 1996, sampai dengan peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama
Islam pada Sekolah, ini membuktikan bahwa keberadaan pengawas, termasuk
pengawas Pendidikan Agama Islam mendapat perhatian yang cukup signifikan.
Pengawas, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur yang sangat berperan
aktif dalam persekolahan. Guru sebagai pelaku pembelajaran yang secara
42
langsung berhadapan dengan peserta didik di ruang kelas, pengawas dan kepala
sekolah adalah pelaku pendidikan di dalam pelaksanaan tugas kepengawasan dan
manajerial pendidikanyang meliputi tiga aspek yaitu supervisi, pengendalian dan
inspeksi kependidikan.
Keberadaan pengawas terus mengalami perubahan yang signifikan jika
dibanding dengan dekade sebelumnya, disamping sudah diberi kewenangan penuh
untuk mengadakan pemantauan, penilaian, pelaksanaan pendidikan di sekolah
juga diiringi dengan aturan yang berkenan dengan pelaksanaan tugas pengawas.
Keberadaan dan kondisi ideal pengawas harus menjadi idola para guru. Karena
idealnya keberadaan pengawas menjadi inspirator bagi guru untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan tugas mengajar. Sedangkan bagi
kepala sekolah kehadiran pengawas menjadi mitra sejati untuk meningkatkan
kualitas manajerial dan akademik di sekolah. Sedangkan pemerintah dimana
pengawas harus bertugas, keberadaan pengawas sebagai perpanjangan tangan
dalam melaksanakan tugas pengawasan dan monitoring kegiatan manajerial dan
akademik sekolah.1
Menurut uraian di atas bahwa kondisi ideal pengawas harus menjadi idola
para tenaga kependidikan di sekolah, disamping diidolakanjuga harus menjadi
ispirasi untuk selalu berinovasi dalam megatasi masalah yang berkaitan dengan
tugas pembelajaran. Pembelajaran juga sebagai mitra kerja bagi kepala sekolah
serta menjadi ujung tombak bagi pemerintah melakukan pengawasan terhadap
penyelengaaraan pendidikan, karena pengawas yang paling mengetahui informasi
yang terjadi disekolah melalui kegiatan pemantauan, pembinaan, penilaian,
monitoring serta evaluasi. Keberadaan pengawas sebagai tenaga kependidikan,
perlu menjadi perhatian untuk senantiasa ditingkatkan sumber daya manusianya.
1Saiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan (Bandung: Alfabeta
2010), h. 151.
43
Pengawas Pendais yang menjadi objek penelitian ini adalah pengawas
Pendidikan Agama Islam yang mempunyai tugas tanggung jawab dan wewenang
secara penuh dalam menilai dan membina pelaksanaan pendidikan Agama Islam
pada sekolah di lingkungn Kementerian Agama yang berkedudukan di Kabupaten
Wajo, terkhusus di Kecamatan Pammana.
Wilayah kepengawasan pengawas PAI pada SD di Kecamatan Pammana
meliputi semua wilayah kecamatan Pammana yanng terdiri dari tiga belas (13)
desa dan dua (2) kelurahan yaitu :
1. Desa Patila 8. Desa Lampulung 15. Kelurahan Cina
2. Desa Kampiri 9. Desa Abbanuange
3. Desa Pallawarukka 10. Desa Lagosi
4. Desa Lapaukke 11. Desa Watampanua
5. Desa Tobatang 12. Desa Taddangpalie
6. Desa Wecudai 13. Desa Lempa
7. Desa Simpursia 14. Kelurahan Pammana
Dari lima belas Desa/kelurahan yang merupakan wilayah kepengawasan
Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Pammana, hanya sebagian sekolah dasar
yang sering dikujungi oleh pengawas. Hal ini dikarenakan banyaknya sekolah
dasar yang lokasinya sangat jauh sehingga sulit dijangkau oleh Pengawas.
Kenyataan tersebut memberi isyarat bahwa Kecamatan Pammana masih
membutuhkan tenaga pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) tingkat Sekolah
Dasar 1 orang, dengan asumsi jumlah Sekolah Dasar di Kecamatan Pammana
sebnayak 45 buah, padahal idealnya 1 orang pengawas membina 20 buah
sekolah,berdasarkan peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI pada Sekolah. Kalau hal tersebut
dibiarkan begitu saja, maka mutu pendidikan, khususnya Pendidikan Agama
44
Islam di Kecamatan Pammana, mengalamai kondisi yang tidak menguntungkan,
sebab pendidikan agama Islam merupakan faktor utama dalam membentuk
karakter, akhlak, moral peserta didik.
Hal ini sesuai dengan wawancara penulis dengan Drs. Laju, M.Si, ketua
Pokjawas Kabupaten Wajo mengatakan bahwa :
Jumlah Sekolah Dasar di Kecamatan Pammana tidak seimbang dengan
jumlah pengawas PAI yang ada di lingkup Kementerian Agama
Kabupaten Wajo, selain jumlah pengawas yang sangat terbatas jarak
tempuh antara sekolah Dasar yang satu dengan lainya sangat berjauhan2
Hal senada diungkapkan Drs. Dunia Alam, M.Ag, Kasi Mapendais
Kementerian Agama Kabupaten Wajo bahwa :
Pengawas Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Pammana kekurangan
tenaga Pengawas PAI yang sangat signifikan jika dibanding dengan
jumlah Sekolah Dasar yang jumlahnya 45 buah padahal Peraturan Menteri
Agama Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengawas mengisyaratkan bahwa
seorang pengawas minimal membina 20 buah sekolah.3
2. Gambaran Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada SD
di Kecamatan Pammana.
Mengacu pada komponen yang termuat pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan, tujuan, struktur dan muatan kurikulum, mata pelajaran dan alokasi
waktu, muatan lokal, pengembanan diri, pengaturan beban belajar, ketuntasan
belajar, kenaikan kelas, kelulusan dan kalender pendidikan. Untuk mengetahui
gambaran mutu pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana, penelitian
ini lebih fokus pada hasil penelitian lapangan yang dilakukan melalui wawancara
terhadap pihak yang berkompeten. Drs. Laju, M.Si, Ketua Pokjawas Pengawas
2Drs. Laju, M.Si, Ketua Pokjawas Pengawas PAI Kemenag Kabupaten Wajo, Wawancara
, di Sengkang 10 Januari 2016.
3Drs. Dunia Alam, M.Ag, Kasi Mapendais Kemenag Kabupaten Wajo, Wawancara di
Sengkang 10 Januari 2016
45
Pendidikan Agama Islam dalam lingkup Kementerian Agama Kabupaten Wajo,
mengatakan bahwa :
Pelaksanaan pembelajaran PAI pada Sekolah Dasar di Kecamatan
Pammana terlaksana dengan baik, sebagaimana yang diamanatkan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang merupakan pengembangan dari
kurikulumnsebelumnya, terus dibenahi dan dikembangkan untuk
tercapainya standar pendidikan. Sebagai tindak lanjut dari hal tersebut di
atas, guru PAI Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kecamatan Pammana,
melakukan pertemuan awal sebelum proses pembelajaran dilaksanakan
untuk menyusun dan mempersiapkan perangkat pembelajaran, penyusunan
rencana pembelajaran, bahan ajar dan evaluasi. Pada dasarnya
pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana tidak memiliki
banyak perbedaan dari kurikulum sebelumnya.4
Drs. H. M. Saleh Aco, M.Ag, Pengawas PAI Tingkat SD Kecamatan
Pammana mengatakan bahwa :
Kondisi pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana yang
jumlahnya 45 SD telah berjalan dengan baik, berdasarkan hasil kunjungan
kami pada sekolah tersebut, serta adannya bimbingan / pertemuan yang
dilakukan dengan semua guru PAI di Kecamatan Pammana setiap tanggal
12 tiap bulan berjalan. Hasil ujian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
pada SD di Kecamatan Pammana rata-rata cukup baik jika dibanding
dengan mata pelajaran lain, sedang dari segi mata pelajaran ini banyak
memberi sumbangan untuk pendidikan karakter melalui akhlakuk qarimah
dan penanaman disiplin melalui pelajaran shalat.5
Berdasarkan wawancara dengan dengan Ketua Pokjawas serta pengawas
Mapendais SD Kecamatan Pammana, dapat disimpulkan bahwa mutu
pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana adalah gambaran dan
karakteristik menyeluruh yang mencakup input, proses, dan output pendidikan
telah terlaksana dengan indikator (1) adanya kesiapan input dalam mendukung
proses, (2) prosesnya telah berjalan, (3) tercapainya output.
4Drs. Laju, M.Si, Ketua Pokjawas Pengawas PAI Kemenag Kabupaten Wajo, Wawancara
di Sengkang 10 Januari 2016.
5Drs. M.Saleh Aco, M.Ag, Pengawas Mapendais Kecamatan Pammana, Wawancara di
Sengkang, 11 Januari 2016 di Sengkang.
46
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud adalah (1)
kebijakan pendidikan, (2) program kurikulum, (3) guru, staf, (4) sarana, fasilitas,
media,biaya, (5) siswa, (6) lingkungan.
Uraian tersebut memberi gambaran bahwa mutu dalam konteks pendidikan
mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan, proses pendidikan yang
bermutu terlibat sebagai input atau adanya sinergi semua komponen dalam
kegiatan proses.
Namun demikian kondisi pelaksanaan pembelajaran perlu mendaatkan
perhatian yang serius dari semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
pendidikan, termasuk peran Pengawas Pendidikan agama Islam perlu
dimaksimalkan dalam melakukan supervisi terhadap guru Pendidikan Agama
Islam. Komunikasi timbal balik antara Pengawas dan Guru PAI senantiasa sangat
diperlukan, hal ini dapat terjadi kalau ada keseimbangan antara Pengawas dan
Guru PAI seuai Peraturan Kementerian Agama Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengawas Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum.
Untuk maksimalnya peran yang dimainkan olehPengawas Pendidikan
Agama Islam di Kecamatan Pammana, maka perlu perhatian maksimal antara
Kementrian Agama Kabupaten Wajo dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo
untuk selalu bersinergi dalam melaksanakann pembinaan, pengembangan
terhadap penyelenggaraan pendidikan, karena disatu sisi terjadi kesenjangan
dalam hal pelaksanaan tugas kepengawasan, guru PAI yang ada di dalam sekolah
danlingkunganya yang merupakan suatu kesatuan sistem.
Uraian tersebut di atas memberi pemahaman bahwa untuk terwujudnya
pembelajran yang bermutu harus didukung oleh keterlibatan semua unsur-unsur
yang ada dalam suatu kesatuan sistempendidikan, untuk meningkatkan peran dan
47
tanggung jawab sesuai kewenangan secara efektif dan efisien. Dalam proses
pembelajaran yang menjadi pemegang peranan penting adalah guru di bawah
kordinasi pengawas.
Sehubungan dengan keberadaan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah Dasar di Kecamatan Pammana, berikut hasil wawancara dengan Drs. H.
M. Ramli Abbas, guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri 95 Patila :
Keberadaan pengawas PAI dalam penyelengaaraan pendidikan di Sekolah
sangat penting, mengingat kedudukan pengawas sebagai Narasumber bagi
guru, fasilitator dan motivator dapat memberikan bimbingan, arahan,
petunjuk dalam menyiapkan perangkat pembelajaran, serta mengevaluasi
pelaksanaan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Namun karena
jumlah sekolah dan guru Pai di Kecamatan Pammana yang tidak seimbang
dengan hanya seorang pengawas mengakibatkan kegiatan kepengawasan
yang meliputi supervisi akademik serta supervisi manajerial sangat minim
saya dapatkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pengawas
menempuh upaya dengan mengaktifkan Kelompok Kerja Guru (KKG).6
Ungkapan yang sama dikemukakan oleh Firman S.Pd.I, guru PAI SD
Negeri 100 Simpursia Kecamatan Pammana :
Pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas PAI belum
maksimal, hal tersebut terlihat dari kehadiran Pengawas hanya sewaktu-
waktu, tidak terjadwal sehingga kegiatan pembelajaran yang sayalakukan
kurang berkembang, karena kurangnya pembinaan,pelatihan dan kurang
buku pendukung, tapi pelaksanaan proses pembelajran tetap berjalan
hanya saja tidak maksimal.7
Hal serupa juga disampaikan oleh A. Mukarramah, S.Pd.I, guru PAI SD
Negeri 98 Lempa Kecamatan Pammana :
Keberadaan pengawas PAI dapat memberikan motivasi bagi Guru PAI
untuk senantiasa meningkatkan kinerja, termasuk dalam hal ini perangkat
pembelajaran untuk 95 Patila Kecamatan Pammana, Wawancara di SD 95
Patila Kecamatan Pammana,13 Januari selalu dipersiapkan sebelum
6Drs. H. M. Ramli Abbas, Guru PAI SD Negeri 96 Patila Kecamatan Pammana,
Wawancara di SD 96 Patila Kecamatan Pammana, 13 Januari 2016.
7Firman, S.Pd.I, Guru PAI SD Negeri 100 Simpursia Kecamatan Pammana, Wawancara
di SD 100 Simpursia Kecamatan Pammana,14 Januari 2016.
48
melakukan kegiatan pembelajaran, karena hal itu menjadi sasaran kegiatan
supervisi pengawas.8
Dari hasil wawancara dengan guru PAI tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengawas Pendidikan Agama Islam pada SD di Kecamatan Pammana telah
melakukan tugasnya sebagai tenaga kependidikan yang memilikikewenangan
untuk menilai, memantau,mengevaluasi melalui kegiatan supervisi,namun hal itu
disadari oleh guru PAI bahwa tugas tersebut belum maksimal. Sehingga untuk itu
perhatian yang serius dari penentu kebijakan dalam hal ini Kementerian Agama
Propinsi Sulawesi Selatan dan Kementerian Agama Kabupatenn Wajo, agar
pengadaaan pengawas menjadi skala prioritas untuk mengatasi kekurangan
pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar di Kecamatan Pammana.
3. Bentuk-bentuk Peranan Pengawas PAI dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada SD di Kecamatan
Pammana
Pengawas memiliki peran yang signifikan dan strategis dalam proses dan
hasil pendidikan yang bermutu di sekolah. Dalam konteks ini peran pengawas
meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengawas
yang harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Peran tersebut
berkaitan dengan tugas pokok pengawas dalam melakukan supervisi manajerial
dan akademik serta pembinaan, pemantauan dan penilaian. Peran pengawas dalam
pembinaan setidaknya sebagai teladan bagi sekolah dan sebagai rekan kerja yang
serasi dengan pihak sekolah dalam memajukan sekolah binaanya.9
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa untuk memaksimalkan
peran tersebut, maka dibutuhkan bentuk tindakan yang dilakukan oleh pengawas
8A. Mukarramah, S.Pd.I, Guru PAI SD Negeri 98 Lempa Kecamatan Pammana,
Wawancara di SD Negeri 98 Lempa Kecamatan Pammana,15 Januari 2016.
9Kementerian Pendidikan Nasional,Buku Kerja Pengawas (cet. II; jakarta: Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan, Badan PSDM dan PMP, 2011), h. 5.
49
untuk meningkatkan kemampuan guru. Pendidikan Agama Islam antara lain: (1)
menerapkan disiplin terhadap guru; (2) memberi teknik-teknik yang dapat
membantu guru dalam penyampaian materi; (3) memperhatikan guru pada saat
melaksanakan proses pembelajaran,sehingga pengawas dapat memberi masukan
atau bantuan jika guru mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, sehingga
pengawas harus menguasai metode, strategi dalam melakukan pengawasan.
Strategi merupakan seperangkat tindakan yang seyogyanya dilakukan
untuk mencapai tujuan dengan mengakomodasi segenap kemampuan sekolah
yang dimiliki. Setiap tindakan yang dilakukan ditujukan untuk mencapai tujuan.
Usaha yang dijalankan merupakan tindakan merealisasikan tujuan agar tercapai
dengan cara yang terbaik. Semua tindakan diambil karena mengerti dan
memahami dengan baik bagaimana semestinya meningkatkan mutu pembelaaran
dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan pelipat gandaan usaha,
memaksimalkan aktivitas termasuk di dalamnya membuat keputusan,
merumuskan tujuan, membuat kebijakan, menyusun program, menggunakan
sumber daya agar usahanya meningkatkan mutu pendidikan berhasil.yang
meliputi10
Uraian di atas memberi pemahaman bahwa strategi sangat diperlukan
dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, dengan menggunakan prinsip-
prinsip penggunaan strategi pembelajaran yang meliputi : (1) berorientasi pada
tujuan yang ingin dicapai; (2) aktivitas yang dilakukan; (3) individualistis; (4)
integritas. Hal yang sama dijelaskan dalam Bab IV Passal 19 Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang dikutip oleh Wina Sanjaya bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
10Dadan suhardan, Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Otonomi Daerah (Alfabeta, Bandung: 2010), h. 203.
50
kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik,serta psikologis peserta
didik.11
Menurut Drs. M. Saleh Aco, M.Ag, pengawas Pendidikan Agama Islam
Kecamatan Pammana bahwa :
Salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan pengawas untuk
meningkatkan mutu pembelajaran PAI adalah terlebih dahulu
mempersiapkan program kerja pengawas, kemudian mendata kebutuhan
yang diperlukan guru PAI terutama dalan hal pengelolaan pembelajaran
sesuai dengan tugas pokok guru PAI. Pengawas mengadakan kunjungan
seklah untuk bertemu dengan guru yang akan dibina termasuk
kepalasekolah,dengan menyampaikan informasi, kebijakan, sehingga ada
kesesuaian dengan dengan program pembelajaran yang disiapkan oleh
guru.Oleh karena itu, langkah selanjutnya memberi ruang tindak lanjut
melalui Kelompok Kerja Guru PAI (KKG PAI) sebagai forum untuk
menyamakan persepsi dan meningkatkan kompetensinya melalui
pertemuan secara berkala, terutama empat kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru yaitu : (1) kompetensi pedagogik; (2) kompetensi
profesional; (3) kompetensi kepribadian; (4) kompetensi sosial, untuk
maksud tersebut secara khusus di Kecamatan Pammana diadakan
pertemuan setiap tanggal 12 bulan berjalan, untuk menyamakan wawasan,
persepsi dalam melaksanakan tugas sebagai guru PAI.12
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuk
tindakan yang dilakukan pengawas dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI
pada SD di Kecamatan Pammana adalah : (1) pengawas menyiapkan program
kerja kepengawasan; (2) pengawas mendata kebutuhan, kondisi real guru,
masalah-masalah yang dihadapi guru di lapangan; (3) pengawas melaksanakan
KKG PAI untuk guru PAI; (4) memaksimalkan tugas-tugas kepengawasan
melalui kegiatan supervisi; (5) memberikan bimbingan teknis pengelolaan
program pembelajaran, serta memberi contoh cara mengajar yang baik; (6)
11Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 133.
12Drs. M.Saleh Aco, M.Ag, Pengawas Mapendais Kecamatan Pammana, Wawancara di
Sengkang, 11 Januari 2016 di Sengkang.
51
memberi saran kepada guru PAI untuk senantiasa menjaga akhlak yang baik dan
senantiasa menjadi teladan terhadap peserta didiknya masyarakat secara umum.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kondisi Keberadaan Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
Sekolah Dasar Kecamatan Pammana
Sejalan dengan pentingnya peranan pengawas dalam meningkatkan mutu
pembelajara Pendidikan Agama Islam pada SD di Kecamatan Pammana,
pengawas memiliki kewenangan untuk melakukan pemantauan pelksanaan
penyelenggaraan pendidikan, dengan mengadakan kunjungan sekolah, supervisi,
memeriksa perangkat pembelajaran, menilai proses kegiatan pembelajran serta
menganalisa hasil pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa sekolahyang jarang mendapat
kunjungan dari Pengawas PAI. Oleh karena itu peranan pengawas perlu
dimaksimalkan, untuk efektifnya paling tidak satu pengawas membina 20 sekolah,
sementara kenyataanya satu pengawas harus membina 45 sekolah, bahkan
wilayah kepengawasan tersebut tidak pada satu situasi dan kondisi, disamping
jarak yang sangat jauh, juga Kecamatan Pammana memiliki sebagian wilayah
yang sangat susah dijangkau pada musim-musim tertentu, sehinngga untuk
menjangkau perlu penambahan personil pengawas sesuai Peraturan Menteri
Agama Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI
bahwa satu orang pengawas minimal membina 20 sekolah, sehingga untuk
efektifnya Pengawasan PAI di Kecamatan Pammana, maka di butuhkan 2 orang
pengawas dengan asumsi bahwa Jumlah Sekolah Dasar 45 buah, dan jumlah guru
PAI 45.
2. Gambaran Mutu Pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan
Pammana
52
Berdasarkan wawancara dengan Pengawas PAI Sekolah Dasar Kecamatan
Pammana, ketua Pokjawas Kabupaten Wajo serta Guru PAI di Kecamatan
Pammana, dapat disimpulkan bahwa mutu pembelajaran PAI pada Sekolah Dasar
di Kecamatan Pammana adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh yang
mencakup input, proses, dan output pendidikan telah terlaksana dengan indikator
(1) adanya kesiapan input dalam mendukung proses, (2) proses telah berjalan; (3)
tercapainya output.
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud adalah (1)
kebijakan pendidikan; (2) program kurikulum; (3) guru,staf; (4) sarana, fasilitas,
media, biaya; (5) siswa; (6) lingkungan.
Uraian tersebut memberi gambaran bahwa mutu dalam konteks pendidikan
mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan, proses pendidikan yang
bermutu terlibat berbagai input atau adanya sinergi semua komponen dalam
kegiatan proses pembelajaran baik dalam lingkup substansi akademis maupun non
akademis dalam suasana mendukung proses pembelajaran. Mutu dalam konteks
pembelajaran mengacu pada prestasi yang diperoleh setiap kurun waktu tertentu
(apakah setiap akhir semeste, akhir tahun).
Standar Mutu Pendidikan di Indonesia ditetapkan dalam suatu Standarisasi
Nasional dan dikenal dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di wilayah Republik Indonesia. Standar
Nasional Pendidikan tersebut meliputi :
a. Standar kompetensi lulus adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
53
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
c. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kommpetensi lulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang sarana dan prasarana.
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional yang berkaitan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
g. Standar pembiyaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasional satuan pendidikan selama satu tahun.
h. Standar penilaian adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.13
Namun demikian, kondisi pelaksanaan pembelajaran perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari semua pihakyang terlibat dalam pelaksanaan
pendidikan, termasuk peran Pengawas Pendidikan Agama Islam perlu
dimaksimalkan dalam melakukan supervisi terhadap guru Pendidikan Agama
Islam. Komunikasi timbal balik antara Pengawas dan Guru PAI senantiasa sangat
diperlukan, hal ini dapat terjadi kalau ada keseimbangan antara Pengawas dan
Guru PAI sesuai peraturan Menteri Agam RI Noor 2 Tahun 2012 tentang
Pengawas Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum.
Untuk maksimalnya peran yang dimainkan oleh Pengawas Pendidikan
Agama Islam di Kecamatan Pammana, maka perlu perhatian maksimal antara
13Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 62-63.
54
Kementerian Agama Kabupaten Wajo dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo
untuk selalu bersinergi dalam melaksanakan pembinaan, pengembangan terhadap
penyelengaaraan pendidikan, karena disatu sisi terjadi kesenjangan dalam hal
pelaksanaan tugas kepengawasan, guru PAI yang ada pada Sekolah Dasar di
bawah kendali pemerintah daerah (otonomi). Proses pendidikan yang bermutu
ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang ada di dalam sekolah dan
lingkunganya yang merupakan suatu kesatuan sistem. Menurut pendapat
Townsend dan Butterwoth yang dikutip oleh Jerry H. Makawimbang bahwa ada
beberapa faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang bermutu, yakni : (1)
keefektifan kepemimpinan sekolah; (2) partisipasi dan rasa tanggung jawab guru
dan staf; (3) proses pembelajaran yang efektif; (4) kurikulum yang relevan; (5)
memiliki visi dan misi yang jelas; (6) iklim sekolah yang kondusif; (7) penilaian
diri terhadap kekuatan dan kelemahan; (8) komunikasi yang efektif; (9)
keterlibatan orang tua dan masyarakat secara intrinsik.14
Uraian tersebut di atas memberi pemahaman bahwa untuk terwujudnya
pembelajaran yang bermutu harus didukung oleh keterlibatan semua unsur-unnsur
yang ada dalam suatu kesatuan sistem pendidikan, untuk meningkatkan peran dan
tanggung jawab sesuai dengan kewenangan secara efektif dan efisien. Dalam
proses pembelajaran yang menjadi pemegang peranan penting adalah guru
dibawah kordinasi pengawas.
3. Bentuk-bentuk Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI)
dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan
Pammana
14Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 51.
55
Untuk meningkatkan kompetensi dan wawasan Guru Pendidikan Agama
Islam. Maka diberi ruang senantiasa berbenah diri melalui seminar, workhsop,
pelatihan serta Kelompok Kerja Guru (KKG), sebab informasi bagi guru sudah
menjadi kebutuhan terutama informasi pendidikan.
Hasil wawancara sebagai penunjang penelitian yang dilakukan sangat jelas
memberi gambaran tentang strategi yang dilakukan oleh pengawas PAI dalam
mendukung peningkatan mutu pembelajran antara lain :
a. Penyiapan program kerja kepengawasan.
b. Pendataan kebutuhan rill guru dan masalah yang dihadapi oleh guru
c. Mengaktifkan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG
PAI)
d. Memaksimalkan pelaksanaan tugas pengawas melalui kegiatan supervisi
e. Memberi bimbingan teknis pengelolaan pembelajaran, serta memberi
contoh cara mengajar yang baik
f. Memberikan anjuran untuk selalu menjaga akhlak yang baik dan
senantiasa menjadi teladan bagi semua pihak
Menurut Wina Sanjaya bahwa ada dua hal yang patut kita cermati
mengenai strategi, Pertama strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi
baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja sampai pada tindakan. Kedua,
strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujaun.15
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan mutu
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada SD di Kecamatan Pammana
15Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 126.
56
memerlukan strategi pembelajaran yang dirancang oleh guru dibawa bimbingan
Pengawas Pendidikan Agama Islam, karena berhasil tidaknya mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sangat ditentukan oleh strategi yang dilakukan.
Strategi peningkatan mutu penndidikan menurut Jerry H, Makawimbang
sebagai berikut :
1. Evaluasi diri, evaluasi diri merupakan langkah awal bagi sekolah yang
ingin merencanakan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Kegiatan ini dimulaidengan curah pendapat yang diikuti seluruh
komponen pendidikan.
2. Perumusan Visi Misi dan Tujuan, perumusan visi misi dan tujuan
merupakan langkah awal untuk menjelaskan kemana arah pendiidkan
yang ingin dituju dan kondisi yang diharapkan dan langkah-langkah
penting untuk mewujudkan visi tersebut.
3. Perencanaan, perencanaan pada tingkat sekolah adalah kegiatan yang
ditujukan untuk menjawab apa yang harus dilakukan dan bagaimman
melakukanya untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan/disepakati.
4. Pelaksanaan, apabila kita bertitik tolak dari fungsi-fungsi manajemen ang
umumnya kita kenal sebagai fungsi perencanaan,pengorganisasian,
pengarahann/pergerakan dan kontrol/pengawasan serta evaluasi.16
Sehubungan dengan uraian di atas dapat dipahami bahwa strategi yang
harus dilakukan dalam mengelola dan mengembangkan pendidikan yakni paling
mendasar adalah perlunnya mengetahui kekuatan, kelemahan dan faktor-faktor
apa yang turut mempengaruhinpengembangan pendidikan yang sementara
dikelola, melalui evaluasi diri, kemudian yang kedua Visi dan Misi yang terlebih
16Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 192.
57
dahulu diteteapkan melalui kesepakatan keseluruh komponen pengelola
pendidikan serta melibatkan masyarakat,strategi lain untuk mendukung Visi dan
Misi tersebut, makaperlu adanya perencanaan yang matang, kemudian bagaimana
pelaksanaan rencana pengelolaan tentu disini sangat dibutuhkan fungsi-fungsi
manajemen.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gambaran Keberadaan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada SD di
Kecamatan Pammana
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, dapat disimpulkan bahwa
pengawas PAI yang ada di Kecamatan Pammana berjumlah 1 orang, sementara
jumlah Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Pammana berjumlah 45 buah, hal
inilah yang mengakibatkan kinerja Pengawas PAI di Kecamatan Pammana kurang
maksimal, karena 1 orang pengawas harus membina 45 Sekolah Dasar, padahal
idealnya 1 orang pengawas membina 20 buah sekolah berdasarkan peraturan
Menteri Agama RI No.2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas
PAI pada Sekolah.
2. Gambaran Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada SD di
Kecamatan Pammana.
Berdasarkan Wawancara dengan Pengawas PAI Sekolah Dasar di
Kecamatan Pammana, ketua pokjawas serta Guru PAI SD di Kecamatan
Pammana dapat disimpulkan bahwa mutu pembelajaran PAI pada Sekolah Dasar
di Kecamatan Pammana adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh yang
mencakup input, proses, dan output pendidikan telah terlaksana dengan indikator
(1) adanya kesiapan input dalam mendukung proses; (2) prosesnya telah berjalan;
(3) tercapainya output.
59
3. Bentuk–bentuk Peranan Pengawas PAI dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran PAI pada SD di Kecamatan Pammana.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuk-
bentuk perananan pengawas PAI dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI
pada SD di Kecamatan Pammana adalah
a. Pengawas menyiapkan program kerja pengawas.
b. Pengawas mendata kebutuhan, kondisi real guru, masalah-masalah yang
dihadapi guru di lapangan.
c. Pengawas melaksanakan KKG PAI untuk guru PAI.
d. Memaksimalkan tugas-tugas kepengawasan melalui kegiatan supervisi.
e. Memberikan bimbingan teknis pengelolaan program pembelajaran serta
memberi contoh cara mengajar yang baik.
f. Memberi saran kepada guru PAI untuk senantiasa menjaga akhlak yang
baik dan senantiasa menjadi teladan terhadap peserta didiknya dan
masyarakat secara umum.
B. Implikasi
1. Sinergitas antara Pengawas PAI, guru PAI, dan kepala sekolah perlu
dibina dan dijaga secara terus menerus dan berkelanjutan agar peran dan
fungsi pengawas tetap berjalan secara efektif dan efisien.
2. Pemerintah sebagai penentu kebijakan di lingkungan Kementerian Agama
Sulawesi Selatan maupun Kementerian Agama kabupaten
Wajonhendaknya memperhatikan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam proses pengangkatan Pengawas Pendidikan Agama Islam.
60
3. Pengawas Pendidikan Agama Islam sebagai mitra kerja guru, motivator,
fasilitator, serta pembina mata pelajaran dapat memediasi upaya-upaya
dalam meningkatkan kompetensi, kinerja guru PAI dan mutu pendidikan
khususnya Pendidikan Agama Islam.
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, Ujung Pandang: Bintang Selatan, 1993
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. III; Jakarta : Kencana, 2008
Danin, Sudarwan. Profesionalisme dan Etika Profesi Guru , Bandung: Alfabeta, 2010
Darajat, Zakiah. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara,
2001
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa ndonesia, Cet.IV,
Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
Getteng, Abd. Rahman, Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika, Cet, II; Yogyakarta:
Graha Guru Printika, 2009
Paraba, Hadirja Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Priska Agung Insani, 1999
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) Jakarta: Sinar Grafika, 2005
Permendiknas, Nomor 12 Tahun 2007, tentang Standar Pengawas Sekolah dan
Madrasah, Jakarta: Sinar Grafika, 2007
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2008
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS), Jakarta: Sinar Grafika,2008
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan
Pengawas PAI pada Sekolah
Yusuf, Hasan, Moh.Idrus dan Siswanto Masruri, Pedoman Pengawasan untuk
Madrasah dan Sekolah Umum, Jakarta: CV Mekar Jaya, 2002
Munzier, Suparta, dan Hery Noer Aly Metodology Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
Amissco, 2003.
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Cet. IV;
Jakarta: Raja GrafindoPersada 2011.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Cet. I; Bandung:
PT. Refika Aditana, 2009
62
Makawimbang, Jerry H, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2011
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet. VII; Bandung: CV Alfabeta, 2012
Sanjana, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,Cet.
VII; Jakarta: Kharisma Putra Utama Kencana, 2011
Kementerian Pendidikan Nasional,Buku Kerja Pengawas, Cet. II; Jakarta: Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan, Badan PSDM dan PMP, 2011.
Suhardan, Dadan, Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Otonomi Daerah, Bandung: Alfabeta 2010
RIWAYAT HIDUP
Ahmad Raiis H. Ramli. Lahir di Bulu Patila, pada tanggal
21 Februari 1993, anak pertama dari empat bersaudara dari
pasangan Drs. H. M. Ramli Junaid dan Hj. Nurhani. Penulis
mengawali pendidikan formal di SDN 3 Maddukkelleng,
Sengkang Kabupaten Wajo pada tahun 1999 dan tamat pada tahun 2005. Pada
tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Mts As’adiyah Putra 1 Pusat
Sengkang, Kabupaten Wajo dan tamat pada tahun 2008. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Sengkang Unggulan Kabupaten Wajo
dan tamat pada tahun 2011. Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, penulis
melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur Seleksi Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Selama penulis aktif di dunia perkuliahan
penulis juga aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan, baik organisasi ekstra
ataupun intra. Penulis pernah menjadi kordinator bidang kaderisasi di HMJ
Pendidikan Agama Islam, Ketua I di BEM Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan
Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Komisariat UIN Alauddin Cabang Makassar