peranan pendidikan budi pekerti dalam perubahan … file1.1 batasan dan pengertian istilah untuk...

56
1 PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN PERILAKU SISWA KELAS II SMA DWIJENDRA: PERSPEKTIF ANTROPOLOGI HUKUM DI DENPASAR Oleh I Nyoman Sama PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: buiquynh

Post on 13-Jun-2019

281 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

1

PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

DALAM PERUBAHAN PERILAKU SISWA KELAS II SMA

DWIJENDRA: PERSPEKTIF ANTROPOLOGI HUKUM

DI DENPASAR

Oleh

I Nyoman Sama

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

2

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibicarakan substansinya secara terinci

dan berurutan sebagai berikut : 1) Batasan dan Pengetian istilah; 2) Latar

belakang; 3) Rumusan masalah; 4) Tujuan penelitian; 5) Ruang lingkup masalah;

6) Signifikansi penelitian; 7) Asumsi penelitian.

1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH

Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti

dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam penelitian yang berjudul Peranan

Pendidikan Budi Pekerti Dalam Perubahan Perilaku Siswa Kelas II SMA

DWIJENDRA : Perspektif Antropologi Hukum. Selanjutnya akan dijelaskan

istilah-istilah yang dianggap penting dan relevan dengan judul yang

dikedepankan.

1.1.1. Peranan

Konsep peranan yang dalam istilah asingnya ialah “role” lebih

menekankan pada tindakkan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa

atau aspek dinamis dari status seseorang dalam lingkungan masyarakat

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:751). Dalam pandangan ilmu

sosial konsep peranan dapat dibedakan menjadi dua yaitu : peranan dari hasil

usaha sendiri dan peranan yang digariskan. Pengertian peranan dari hasil usaha

atau dalam bahasa asingnya disebut dengan acheved role adalah “perilaku seorang

Page 3: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

3

yang menempati suatu kedudukan sosial yang didapatnya dari hasil usaha

sendiri”. Sedangkan pengertian peranan yang digariskan atau dalam bahasa

asingnya disebut dengan ascribed role adalah “perilaku seorang yang menempati

suatu kedudukan sosial yang diperoleh dari ketentuan adat-istidat

(Koentjaraningrat, 85: 169). Terkait dengan penelitian ini peranan dimaksudkan

suatu perilaku seseorang yang menempati kedudukan yang mempersonifikasikan

suatu watak manusia tertentu dalam hal ini guru pengajar (pendidik) sebagai

seseorang yang melakukan kewajibannya sesuai dengan yang ditentukan oleh

institusi pendidikan (sekolah) untuk membentuk watak, dasar-dasar kepercayaan

bahkan termasuk meluruskan perbuatan siswa agar selalu berpedoman pada nilai,

norma, hukum, dan adat-istiadat.

1.1.2. Pendidikan

Pendidikan atau education : “merupakan suatu usaha mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, dan watak warga masyarakat” (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1984: 135). Penulis juga menemukan konsep

pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaksudkan “proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan” (Depertemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1991: 232). Dalam karya tulis ini yang dimaksudkan

dengan pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh institusi pendidikan

(sekolah) untuk mengubah dan mengembangkan watak, pengetahuan,

Page 4: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

4

keterampilan melalui proses belajar mengajar agar siswa menjadi manusia yang

lebih dewasa.

1.1.3. Budi Pekerti

Jika kita perhatikan kata budi pekerti terdiri dari dua suku kata yaitu kata

budi dan pekerti. Kata budi sering artinya: “sebagai akal, atau gagasan”

(Kontjaraningrat 1997: 231) kemudian kata “pekerti adalah merupakan watak,

atau tabiat baik”(Echols and Shadily, 1990: 83). Dengan demikian, pendidikan

budi pekerti adalah perpaduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan

buruk yang dilakukan oleh institusi pendidikan (sekolah).

1.1.4. Perilaku

“Perilaku segala tindakan manusia yang disebabkan baik karena dorongan

organismenya, karena tuntutan lingkungan alam, karena dorongan orgnisme serta

hasrat-hasrat psikologinya, maupun karena pengaruh masyarakat” (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1984: 142). “Perilaku dapat juga diartikan

tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan”

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991: 755). Sehubungan dengan

tulisan ini perilaku lebih ditekankan pada respon aktif yang timbul dari kesadaran

siswa dalam merespon proses belajar mengajar di lingkungan sekolahnya.

Page 5: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

5

1.1.5. Siswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa siswa adalah

orang atau anak yang sedang berguru atau belajar (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1991: 675). Dikaitkan dengan penelitian ini dapat dirumuskan

mengenai pengertian siswa adalah orang atau sekelompok orang yang terikat

dalam proses belajar mengajar di lingkungan sekolah khususnya dalam hal ini di

lingkungan SMA Dwijendra.

1.1.6. Hukum

Kata hukum pidana merupakan kata-kata yang mempunyai lebih dari pada

satu pengertian. Dapat dimengerti bahwa banyak pandangan yang dikemukakan

oleh para ahli hukum dan dari sekian banyak pandangan yang telah dirumuskan

tidak satupun dapat dianggap paling sempurna yang dapat diberlakukan secara

umum. Menurut rumusannya hukum pidana merupakan suatu sistem norma-

norma yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana dan dalam

keadaan-keadaan bagaimana hukuman itu dijatuhkan, serta hukuman yang

bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut (Lamintang,

1997: 2).

Menurut pandangan Simons sebagaimana dikutif Lamintang mengatakan

bahwa hukum pidana dapat dibedakan menjadi dua yaitu hukum pidana obyektif

atau istilah asingnya ius poenale dan hukum pidana subyektif atau istilah asingnya

ius puniendi (Lamintang, 1997: 4). Hukum pidana objektif adalah hukum pidana

yang berlaku atau sering juga disebut hukum positif atau istilah asingnya ius

Page 6: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

6

poenale. Sedangkan hukum pidana dalam arti subyektif mempunyai dua

pengertian, yaitu : Pertama, hak dari negara dan alat-alat kekuasaannya untuk

menghukum, yakni hak yang telah mereka peroleh dari peraturan-peraturan yang

telah ditentukan oleh hukum pidana dalam arti objektif; Kedua, hak dari negara

untuk mengaitkan pelanggaran terhadap peraturan-peraturannya dengan hukuman

(Lamintang, 1997 : 5).

Hukum pidana dalam arti subjektif di dalam pengertian seperti yang disebut

terakhir di atas, juga disebut ius puniendi.

Menurut sudut pandang ilmu hukum pidana, sesuatu tindakan itu dapat

merupakan hal melakukan sesuatu ataupun hal tidak melakukan sesuatu yang

dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Sungguhpun demikian setiap tindak

pidana yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana itu pada

umumnya dapat kita jabarkan ke dalam unsur-unsur yang pada dasarnya dapat kita

bagi menjadi dua, yaitu :

Pertama, unsur tindak pidana subjektif adalah unsur-unsur yang melekat

pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk di

dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Adapun unsur-

unsur subjektif dari tindak pidana, yaitu :

1) kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa) ; 2) maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging; 3) macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya

di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain;

4) merencanakan terlebih dahulu seperti yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut pasal 340 KUHP;

5) perasaan takut atau vress (Lamintang, 1997: 193-194).

Page 7: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

7

Sedangkan kedua, unsur tindak pidana objektif adalah unsur-unsur yang ada

hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana

tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Sebagai unsur-unsur objektif

dari tindak pidana itu adalah :

1) sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkheid;

2) kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai seorang pegawai

negeri” di dalam melakukan kejahatan jabatan;

3) kualitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab

dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.

1.2 Latar Belakang

Pada alinea ke empat dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

disebutkan bahwa pemerintah negara wajib melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagainya. Selanjutnya, secara tegas dalam

pasal 31 disebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran

dan demikian juga dalam pasal 32 disebutkan pula bahwa pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang

diatur dengan undang-undang (1993: 7).

Untuk itu pemerintah dalam mengimplementasikan, baik yang tersurat

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 maupun isi dari pasal-pasal 31

dan 32 maka dibangun suatu institusi pendidikan yang disebut sekolah. Atas dasar

ideologi tersebut sekolah sebagai institusi pendidikan berkewajiban mendidik

Page 8: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

8

generasi muda agar kelak menjadi generasi penerus bangsa. Dalam pada itu,

sekolah terus berupaya mendidik generasi muda berlandaskan pada character

nation building.

Menurut UURI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang dimaksud dengan pendidikan adalah “usaha dasar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan prose belajar mengajar, latihan bagi perananya dimasa

yang akan datang” (Rodiyah & Setyowati, 1996: 2). Sedangkan seperti yang

dikutif oleh Rodiyah dan Setyowati Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa :

“pendidikan adalah tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-

anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat

mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya” (Majelis Luhur

Taman Siswa, 1962: 20). Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terprogram dari pendidik dalam menyiapkan peranan peserta

didik, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan untuk mencapai tujuan tertentu

pada masa yang akan datang.

Dewasa ini, ada kecenderungan di kalangan siswa untuk berperilaku

menyimpang yang dalam istilah asingnya sering disebut deviant behavior, baik

penyimpangan yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dalam

kamus istilah antropologi konsep perilaku atau behavior “adalah segala tindakan

manusia yang disebabkan baik karena dorongan organismenya, karena tuntutan

lingkungan alam, karena dorongan organisme serta hasrat-hasrat psikologisnya,

maupun karena pengaruh masyarakat dan kebudayaannya” (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1984: 142). Sedangkan penyimpangan adalah

Page 9: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

9

kecenderungan bermotivasi seseorang untuk menentang suatu norma yang berlaku

atau keadaan seorang individu yang jauh berbeda dibandingkan dengan watak

bangsa yang dalam bahasa asing sering disebut modal personality.

Munculnya perilaku menyimpang atau deviant behavior di kalangan siswa

dapat diasumsikan karena semakin derasnya pengaruh kebudayaan global

terhadap kebudayaan lokal khususnya kebudayaan Bali. Perilaku menyimpang di

kalangan siswa hampir melanda seluruh SMA yang ada di kota Denpasar. Bentuk-

bentuk penyimpangan yang sering terjadi yaitu tidak tertib waktu, bolos, tidak

disiplin menggunakan seragam sekolah, perkelahian antar siswa, narkoba, hamil

dan sebagainya.

Faktor-foktor seperti tersebut di atas sebagai pemicu masuknya muatan

pendidikan budi pekerti sebagai salah satu bahan ajar ke dalam kurikulum SMA

Dwijendra. Langkah-langkah antisipasi yang ditempuh para pendidik (guru-guru)

di SMA Dwijendra dengan memasukan muatan bidang studi pendidikan budi

pekerti ke dalam kurikulum diharapkan dapat menekan angka penyimpangan yang

dilakukan oleh siswa. Tetapi sampai saat ini belum dapat diketahui bagaimana

pengaruh pendidikan budi pekerti terhadap perilaku siswa khusunya kelas II SMA

Dwijendra.

Page 10: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

10

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan

tiga masalah, yaitu:

1. Bagaimana peranan pendidikan budi pekerti terhadap perilaku siswa

kelas II di SMA Dwijendra ?

2. Bentuk-bentuk perilaku penyimpangan apa saja yang sering dilakukan

oleh siswa kelas II SMA Dwijendra ?

3. Bagaimana cara-cara menanggulangi jika ada siswa berperilaku

menyimpang, baik perilaku menyimpang terhadap tata tertib sekolah

maupun perilaku menyimpang seperti penggunaan narkoba ?

Dari ketiga pokok masalah yang terurai di atas penulis ingin menggali informasi

tentang bagaimana peranan bidang studi pendidikan budi pekerti terhadap

perilaku siswa. Disamping itu, penulis ingin memahami bentuk-bentuk

penyimpangan yang kerap dilakukan siswa kelas II SMA Dwijendra. Demikian

juga penulis ingin mendapat gambaran yang jelas tentang cara-cara

menanggulangi dari setiap masalah yang muncul serta cara-cara mana yang paling

dianggap efektif.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalah pokok yang dikedepankan dalam penelitian ini

maka dapat dirumuskan pula sejumlah tujuan yaitu:

1.4.1. Menganalisis peranan bidang studi pendidikan budi pekerti terhadap

perilaku siswa.

Page 11: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

11

1.4.2. Mengetahui secara rinci dari bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang

pernah dilakukan oleh siswa kelas II SMA Dwijendra.

1.4.3. Untuk mengetahui cara-cara yang dipergunakan untuk menanggulangi

setiap penyimpangan yang dilakukan oleh siswa kelas II SMA Dwijendra.

1.5 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penelitian ini untuk menghidari meluasnya permasalahan yang

dikedepankan maka ruang lingkup masalah akan dibatasi. Sebagai ruang lingkup

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Penelitian ini terbatas pada pengaruh pendidikan budi pekerti terhadap

perilaku siswa kelas II SMA Dwijendra. Langkah ini ditempuh oleh

peneliti agar lebih mudah melakukan wawancara dan mengobservasi

gerak-gerik siswa.

1.5.2. Selanjutnya dalam penelitian ini terbatas hanya pada sekolah SMA

Dwijendra.

1.6 Signifikansi Penelitian

Signifikansi penelitian ini dilakukan relevan dengan situasi dan kondisi

yang dialami kalangan siswa belakangan ini. Ditinjau dari sudut perkembangan

ilmu pengetahuan, baik menyangkut kepentingan institusi pendidikan maupun

kepentingan masyarakat khususnya para orang tua wali murid.

Page 12: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

12

1.6.1. Signifikansi Praktis

Informasi yang digali dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

pedoman para guru SMA Dwijendra dalam menanggulangi setiap perilaku

penyimpangan siswa.

1.6.2. Signifikansi Teoritis

Diharapkan dalam penelitian ini adalah; hasil penelitian secara akademis

diharapkan dapat memberi sumbangan analisis bagi perkembangan dunia

ilmu sosial, khusus mengenai pengaruh pendidikan budi pekerti terhadap

perilaku siswa di SMA Dwijendra.

1.6.4. Selain itu, penelitian ini sebagai laboratorium ilmu sosial yang

dipergunakan mahasiswa untuk menguji dan mendalami konsep-konsep,

teori-teori sekaligus meningkatkan keterampilan guru dalam berbagai

penelitian.

1.7 Asumsi Penelitian

Dalam penelitian ini asumsi dimaksudkan dugaan yang diterima sebagai

dasar berpikir karena dianggap benar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1997: 63). Dengan demikian asumsi penelitian ini dapat dijabarkan secara terinci

menjadi tiga butir, yaitu:

1.7.1. Pendidikan budi perkerti telah diterapkan secara teratur dan terarah.

1.7.2. Para guru yang memberikan pendidikan budi pekerti dapat dibilang sangat

profesional.

Page 13: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

13

1.7.3. Meteri-materi pendidikan budi pekerti sangat relevan dengan tatanan masa

kini.

Page 14: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

14

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Budi Pekerti

Kerajaan sebagai pusat tumbuh dan berkembangnya kebudayaan di Bali

mempunyai peranan yang cukup penting dalam mensosialisasikan nilai, norma,

aturan, adat-istiadat khususnya yang tersurat dan tersirat dalam pendidikan budi

pekerti. Tantri merupakan salah satu karya sastra yang sangat penting dan hingga

kini digemari masyarakat Bali. Karya sastra ini berkembang dalam bentuk tradisi

tulisan dan tradisi lisan (Rai, 1999: 1). Teks Tantri hadir dalam berbagai bentuk

karya sastra berupa naskah seperti; tutur, satua, dan kidung dengan judul yang

berbeda-beda, antara lain: Tantri Kamandaka (tutur), Ni Dyah Tantri (satua),

Tantri Patalinagantung (kidung), Tantri Balwan (tutur), Tantri Eswaryadala

(kidung), Tantri Pitryajna (kidung), Tantri Mandukaharana (kidung), Tantri

Pisacaharana (kidung), dan Tantri Nandakaharana (kidung) (Suarka, 1998: 2).

Khusus mengenai Tantri Kamandaka merupakan karya sastra jawa kuna

yang berbentuk prosa, yang terdiri atas sejumlah dongeng dan fabel. Tantri

Kamandaka bersumber pada pancatantra dari India. Namun demikian, Tantri

bukanlah salah satu versi pancatantra karena kerangka cerita Tantri berbeda

dengan Tantri Kamandaka. Teks Tantri Pancatantra dimulai dengan introduksi

cerita mengenai seorang raja yang meminta kepada seorang brahmin agar lewat

cerita-cerita ilustratif dapat mengajarkan putra raja tersebut yang tidak terlalu

cerdas mengenai dasar-dasar kebijaksanaan duniawi. Sementara itu, Tantri

Page 15: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

15

Kamandaka diawali dengan cerita Raja Aiswaryadala yang setiap malam supaya

didampingi istri baru (wiwaha karya) dan patihnya Niti Bandeswarya dititahkan

untuk mengurus hal itu. Ketika sang patih Bandeswarya tak dapat lagi

melaksanakan tugas itu karena semua gadis di wilayah kerajaan habis, maka

Tantri (putri Sang Patih Bandeswarya) dengan ikhlas menawarkan diri untuk

melayani sang raja, dan ternyata Tantri mampu meluluhkan hati sang raja melalui

kemahiran bercerita, yang dilakukan selama tiga puluh hari (Zortmulder, 1985:

545).

Kuatnya nilai-nilai moralitas yang terkandung dalam ceritera Tantri

Kamandaka dalam kehidupan masyarakat Bali, tidak terlepas dari peranan utama

dari pemerintah kerajaan. Di pusat-pusat kerajaanlah tradisi ini dipelihara dan

selanjutnya disosialisasikan dalam kehidupan masyarakatnya. Tradisi sastra ini

mencapai masa keemasannya pada abad XVI masa pemerintahan Dalem

Waturenggong. Tradisi sastra Jawa Kuna berlanjut terus pada masa kerajaan

Klungkung sekitar abad XVIII-XIX, terutama pada masa pemerintahan Ida I

Dewa Agung Istri Kanya hingga saat ini (Wirawan, 2003: 1, Suarka 1999: 2).

Kehadiran teks Tantri dalam berbagai bentuk karya sastra, memiliki fungsi

dan arti yang sangat penting dalam masyarakat Bali. Secara tekstual disebutkan

bahwa Tantri berfungsi sebagai pamarisudan bagi brahmana (wenang ika maka

don awisuddani brahmana pitwi), sebagai pedoman bagi seorang raja (pemimpin)

dalam mencapai kawijayan (mwang ikang kawijayan sang prabhu) (Suarka, 1999:

6). Selain itu, menurut Suarka (1999: 6) kehadiran Tantri berupaya memberantas

kebodohan dan kejahatan di masyarakat (kahilanganing punggung ahangkaraning

Page 16: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

16

loka), menuntun manusia berperilaku baik dan benar (mulahakenang acara

yukti), menumbuhkan rasa hormat kepada orang yang patut dihormati (matwanga

ring ye katwangana), menyadarkan manusia untuk bertindak waspada

(kaprayatnan ring solaha), menuntun manusia untuk bisa membedakan yang baik

dan buruk (wruha ring yogya mwang tan yogya), menasehati orang untuk

mengenal kewajiban masing-masing (matutureng swadharma), menumbuhkan

rasa saling menghargai dan mempercayai (dumadyaken ing ubhayahita),

menuntun manusia dalam mencapai kebahagiaan diri sendiri, masyarakat, dan

terutama pemimpin (ndya ta ikang haywaning sarira mwang haywaning rat,

makadhi haywaning sang prabhu).

Tradisi Tantri selalu dikumandangkan dalam aktivitas yang bersifat ritual

terutama dalam upacara Manusayadnya karena Tantri pada hakikatnya merupakan

untaian puncak kenikmatan, kecerdasan dan kepandaian dalam bertingkah laku

(kramaning mapanggih lawan sama widagdha ring kriya) melalui sastra dan

bahasa yang indah (rasmining sabda) yang tiada putus-putusnya menimbulkan

rasa (ri sowening sastra tan pagataning rasa).

2.2 Nilai-nilai dalam Tantri

Sesungguhnya ceritera Tantri yang merupakan fabel yakni suatu metafora

berbentuk cerita mengenai dunia binatang. Tujuan fabel terutama adalah

menyampaikan ajaran moral dan budi pekerti, selanjutnya fabel menyampaikan

suatu prinsip tingkah laku melalui analogi transparan dari tindak-tinduk binatang

Page 17: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

17

(Keraf, 1994: 14). Dalam teks Tantri, ada sejumlah nilai-nilai luhur yang dapat

dipakai sebagai pedoman hidup. Nilai-nilai luhur yang dimaksud sebagai berikut :

A. Nilai Persahabatan

Ceritera Tantri pada dasarnya mengembangkan konsep nitisastra yakni

perpaduan antara ilmu politik dengan ilmu sastra (humaniora) (Suarka, 1999: 7).

Perpaduan dua ilmu di atas, mungkin sangat diperlukan ketika jamannya di mana

sang raja/pemimpin tidak hanya terpaku pada niti (ilmu politik dan pemerintahan)

saja tetapi juga harus menguasai sastra (ilmu humaniora). Raja dalam

menjalankan tugasnya memerlukan bantuan sastrawan terutama berkaitan dengan

masalah-masalah moralitas dan keimanan, sedangkan sastrawan dalam berkarya

memerlukan perlindungan hukum dan politik dari sang penguasa. Antara raja dan

sastrawan merupakan dua sisi yang berbeda namun harus berpasangan

sebagaimana hakikat dari niti dan sastra sebagai satu kesatuan yang mesti

diposisikan saling melengkapi.

Ajaran yang terkandung dalam teks Tantri yaitu bagaimana menjalin

persahabatan yang baik. Ajaran itu memandu kita dalam mencari, dan memilih

sahabat sejati terutama berupa isyarat yang patut kita perhatikan antara lain, (1)

kita harus memilih orang yang saleh dan arif bijaksana (sang sadhu) sebagai

sahabat, bukan memilih maling atau orang nista (nicca). Isyarat tersebut di atas

dilandasi dasar pemikiran bahwa maling akan lebih mengutamakan harta,

sedangkan orang saleh dan arif bijaksana lebih mengutamakan hati dan perasaan;

(2) kita semestinya dapat mengetahui bahwa calon sahabat itu mempunyai

persepsi, dan kesenangan sama dengan diri kita. Jalinan persahabatan atas dasar

Page 18: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

18

kesamaan persepsi dan kesenangan akan melahirkan kebahagiaan (ikang wwang

padha buddhinya, sami pinanganya mapupul ta ya, rahayu wasananya),

sedangkan persahabatan yang tidak dijalin atas dasar seperti tersebut di atas akan

melahirkan kesengsaraan (kunang ya anelat, dudu pinangannya, dudu buddhinya,

ala wasananya). Di sisi lain, persahabatan yang tidak didasari adanya kesamaan

budi, pikiran dan kesenangan akan membawa kesengsaraan (kunang yan anelat,

dudu pinangannya, dudu buddhinya, ala wasananya); (3) kita harus selalu

berhati-hati terhadap calon sahabat, karena sahabat dapat menyebabkan kita

tersesat (sang sargga juga megawe guna dosa); (4) kita tidak boleh cepat percaya

kepada saran, usul, atau pendapat teman karenanya dapat mendatangkan

keselamatan atau kesengsaraan (kunang ujar ing mitra weh ayu, kunang ujar ing

mitra weh ala). Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa kita harus mempunyai

kemampuan untuk dapat menseleksi mana saran yang baik dan buruk, dan bahkan

kita tidak boleh cepat percaya (hawya agya inidep); (5) dalam suatu persahabatan

meski kita berbeda rupa maupun asal, tetapi jika persahatan itu dibangun atas

dasar adanya kesamaan tujuan (saling tolong-menolong, saling hormat-

menghormati) akan melahirkan persahabatan yang kokoh sekaligus membawa

kebahagiaan (ikang dudu rupanya, dudu desanya, makumpul ta ya samitranya,

wenang ta ya silih tulung lawan rowangnya, anemu teguh ing pamitranya,

sapeksa raksa ring mitranya, suka wasananya). Nilai-nilai persahabatan di atas

sangat cocok dipakai sebagai dasar pijakan untuk membangun hubungan

persaudaran diantara siswa terutama di lingkungan organisasi intra sekolah

Page 19: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

19

(OSIS). Diasumsikan dengan dasar pijakan itu akan melahir komunikasi yang

serasi diantara mereka.

B. Nilai Pendidikan

Dalam teks Tantri jika kita cermati ada dua konsep pokok yang dapat kita

petik sebagai acuan khususnya pendidikan budi pekerti yaitu guna widhya dan

guna dosa. Untuk lebih jelasnya mengenai dua konsep dimaksud di bawah ini

akan diuraikan satu persatu secara lebih rinci.

Guna widhya menurut Zoetmulder seperti yang dikutif Suarka (1999: 9)

adalah jenis pengetahuan yang membawa keutamaan sekaligus merupakan sumber

amreta (ikang amreta widhya pituwi). Umumnya pengetahuan ini hanya dapat

dipahami oleh orang bijak atau orang saleh (sang sadhu). Sebaiknya, untuk

memahami orang dalam pergaulan, kita harus mampu mengetahui guna dari

seseorang (nimittani kinawruhan gati ning guna iki). Guna dapat diartikan sifat,

kegunaan, pekerjaan, kebajikan, prestasi, keunggulan, keterampilan dan unsur

pokok prakreti (Zoetmulder, 1995 :316).

Gunadosa merupakan kemampuan untuk membedakan, menilai, atau

mempertimbangkan yang baik dan buruk atau yang benar dan salah (Zoetmulder,

1995: 317). Konsep guna dalam teks Tantri ini sebagai unsur pokok prakerti,

dengan memunculkan tiga tokoh dominan yaitu Lembu Nandaka, Singa, Canda

Pinggala, dan Anjing Sembada sebagai analogi triguna: satwam, rajah, dan

tamah. Ketiga unsur triguna (satwam, rajah, dan tamah) diasumsikan bahwa kita

agar dapat menyeimbangkan atau mengharmonisasikan ketiga unsur tersebut.

Page 20: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

20

C. Nilai Moral

Dalam teks Tantri ada tiga nilai yang berhubungan dengan moral yaitu

tidak tahu membalas budi (kretaghna), batas moralitas dan kesopanan, (maryada),

dan mengadu domba (provokasi).

Kisah Tantri jika diperhatikan secara seksama mengajarkan agar kita bisa

membalas budi kepada orang yang telah membantu dan menghindari sifat tidak

bisa membalas budi (kretaghna). Tokoh Swarnangkara sering dimetaforakan

memiliki sifat kretaghna atau nista (nicca), sesungguhnya sifat kretaghna dapat

mengantarkan kita menuju kesengsaraan bahkan kematian sebagaimana dialami

oleh Bagawan Dharmasuami.

Dalam tatanan kehidupan bermasyarakat pelaksanaan maryada dipandang

perlu karena menyangkut batas moralitas dan kesopanan. Hal ini dapat dilakukan

melalui pemahaman konsep tri kaya parisudha. Konsep Tri Kaya Parisudha

terdiri dari tiga komponen penting yaitu, manacika, wacika, dan kayika yang

artinya berpikir yang baik, bertutur kata yang baik dan berbuat/berperilaku yang

baik. Apabila dalam arena pergaulan setiap tingkah laku kita selalu berpedoman

pada nilai-nilai Tri Kaya Parisudha itu berarti telah mencerminkan bahwa kita

memahami dengan baik batas moralitas dan kesopanan. Tanpa batas moralitas dan

kesopanan dalam kehidupan bermasyarakat akan membawa kesengsaraan (ikang

mamasrayan, tan wruh ring maryada ning mamasrayan, manemu duhka ta

Page 21: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

21

swabhawanya) seperti dimetaforakan dalam kisah Si Tuma dengan Katitinggi

(Suarka, 1999: 10).

Dalam menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan sifat-sifat mengadu

domba seperti yang dilakukan Si Sembada perlu dihindari. Kisah Tantri

Kamandhaka mengisyaratkan bahwa provokasi akan dengan mudah dilakukan

oleh orang-orang yang dekat dengan kita karena mereka telah mengetahui betul

latar belakang kehidupan kita. Misalnya, dalam kisah cerita persahabatan Lembu

Nandaka dengan Singa Canda Pinggala menjadi hancur karena provokasi Si

Sembada sebagai patih kesayangan dari raja Singa Canda Pinggala. Kedua belah

pihak, baik Lembu Nandaka maupun Singa Canda Pinggala sama-sama tidak

mawas dan tidak mampu mengendalikan diri, yang akhirnya mereka tewas dalam

perkelahian.

D. Nilai Pengendalian dan Mawas Diri

Teks Tantri selain memberikan tuntunan kepada masyarakat

pendukungnya agar berperilaku baik dan benar, sopan dan santun dalam

pergaulan, dapat membedakan perbuatan baik dan buruk, sehingga tercipta

kebahagiaan dalam lingkungan masyarakat. Kisah Tantri juga sarat dengan

muatan nilai-nilai pengendalian diri. Hal ini terungkap dalam cerita yang

mengisahkan kematian si Empas, si Baka, si Tuma. Ketiga tokoh tersebut

mengalami kematiannya, baik karena kurang mampu mengendalikan diri maupun

tidak mawas diri terhadap godaan. Keteguhan dalam pengedalian diri serta mawas

diri dapat terhindar dari marabahaya. Keteguhan dalam pengendalian diri serta

Page 22: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

22

mawas diri menuntut adanya rasa pasrah yang intinya dapat membentuk manusia

menjadi realistis dapat menerima kenyataan dengan lapang dada.

E. Relevansi Pemaknaan Tantri dalam Kehidupan Masyarakat

Pemaknaan teks Tantri dalam kehidupan masyarakat lebih menekankan

pada upaya memberantas kesewenang-wenangan seorang raja terhadap rakyatnya.

Menurut Cudamani (1993 :73) maya adalah keadaan yang selalu berubah, baik

nama maupun yang dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan. Maya meliputi

unsur kegelapan (awidya), unsur kebingungan (wimoha), dan unsur kebodohan

(ajnana) yang menyelimuti hakikat sejati manusia (Wiryamartana, 1990: 368).

Maya yang membelennggu Raja Eswaryadala menyebabkan ia menjadi

kebingungan (wimoha), mabuk (wera), oleh wirya (kekuasaan) dan aiswarya

(bhoga, upabhoga, dan paribhoga). Bandeswarya sebagai maha patih tidak dapat

membendung kehendak sang raja dan merelakan putrinya yang bernama Ni Dyah

Tantri sekaligus memberi kepercayaan kepadanya untuk menghadapi sang raja.

Dikisahkan dalam ceritanya Tantri memegang peranan penting untuk melepaskan

dan menyadarkan sang raja dari belenggu kemabukan asmara (hentyarsa

sanghulun). Dengan demikian, relevansi Tantri dapat dipahami sebagi Sakti.

Seperti diketahui bahwa dunia (Maya) diciptakan, dipelihara dan dilenyapkan

Sang Pencipta melalui Sakti-nya.

Dalam alur ceritanya dapat dipahami bahwa kedudukan Tantri selain

sebagai Sakti juga mengandung makna simbolis sebagai pamarisudhan bagi

brahmana dalam mencapai animadiguna (kekuasaan adikodrati) dan sebagai

penuntun bagi raja dalam mencapai kawijayan (kekuasaan duniawi). Baik

Page 23: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

23

brahmana maupun raja sama-sama memuja Siwa (siwarcana) untuk mencapai

kaeswaryan. Ada perbedaan cara yang ditempuh untuk mencapai kaeswaryan, raja

melalui nithi yang berorientasi kepada aiswarya (bhoga, upabhoga, dan

paribhoga) sedangkan brahmana melalui sastra yang berorientasi pada

kedharman.

2.3 Pengertian Pendidikan Budi Pekerti

Sulit bagi kita untuk memisahkan pendidikan budi pekerti dengan agama

sebagai bidang studi yang juga diajarkan khususnya agama Hindu, baik ditingkat

sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), maupun sekolah

menengah umum (SMA). Oleh karena pendidikan budi pekerti merupakan

pengejawantahan dari agama yang sarat nilai-nilai moralitas, etika atau sopan

santun. Pendidikan budi pekerti telah menjadi bagian dalam hidup kita, sekaligus

merupakan pedoman dalam arena pergaulan sehari-hari malah telah menjadi

tuntutan, baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan yang lebih formal.

Ketika kita masih kanak-kanak, tanpa meminta persetujuan orang tua secara sadar

atau tidak sadar telah melatih kita agar menerima pemberian orang tua dengan

tangan kanan, lalu mengucapkan terima kasih atau dalam istilah lokalnya disebut

suksma. Orang tua melatih kita cara makan, cara minum, cara menyapa dan

memberi hormat, cara berbicara cara berpakaian, dan cara bersikap jika ada tamu

di lingkungan kita. Cara-cara demikian lama-kelamaan membentuk perilaku kita

menjadikan hal itu kebiasaan tanpa harus memikirkan mengapa demikian.

Page 24: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

24

Pendidikan budi pekerti yang pada intinya menanamkan nilai-nilai moral dalam

arena pergaulan antar manusia (Departemen Penddidikan dan Kebudayaan, 1984:

4). Pendidikan budi pekerti pada umumnya berlaku dalam arena pergaulan yang

lebih kompleks misalnya dalam lingkungan suatu bangsa. Selain itu, ada pula

pendidikan budi pekerti berlaku secara internasional dalam pergaulan antar bangsa

(Pendidikan dan Kebudayaan, 1984: 6). Dengan demikian, ada pendidikan budi

pekerti yang berlaku dalam lingkungan terbatas seperti di lingkungan sekolah.

Dalam karya tulis ini secara khusus akan membicarakan pendidikan budi pekerti

yang dijadikan acuan dalam membina siswa sebagai peserta didik yang nantinya

dapat tumbuh dan berkembang sebagai generasi bangsa.

2.4 Manfaat Pendidikan Budi Pekerti

Secara eksplisit dapat dikemukakan manfaat dari pendidikan budi pekerti

bagi siswa khususnya di lingkungan SMA Dwijendra. Untuk lebih jelasnya ada

sejumlah manfaat dari pendidikan budi pekerti yang dapat disajikan di bawah ini :

1. Agar siswa percaya diri dan memiliki keperibadian yang luhur;

2. Siswa dapat menjalin dan memupuk rasa persaudaraan di lingkungan

sekolahnya;

3. Siswa memiliki kemampuan dan kepekaan dalam menilai lingkungan

pergaulannya;

4. Dalam lingkungan pergaulannya siswa dapat membedakan perbuatan

baik dan buruk atau benar dan salah;

5. Siswa agar selalu selektif dan adaptif dalam merespon lingkungannya;

Page 25: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

25

6. Siswa mengetahui batas moralitas dan kesopanan;

7. Agar siswa tidak melakukan tindakan-tindakan di luar batas moralitas

dan kesopanan;

8. Berusaha menghindari diri dari tindakan-tindakan yang bersifat

provokasi dan anarkis;

9. Agar siswa memiliki pengendalian diri dan mawas diri dalam

lingkungan pergaulannya.

2.5 Hubungan Pendidikan Budi Pekerti dengan Perilaku Siswa

Ungkapan “kecil itu indah” dapat dijadikan motto dalam menerapkan

pendidikan budi pekerti, baik di lingkungan masyarakat maupun lingkungan

sekolah. Pendidikan budi pekerti adalah hal yang kecil tetapi jika dilaksanakan

dapat membawa kesan-kesan indah yang mematri pergaulan dan kehidupan

pribadi kita. Oleh karena pendidikan budi pekerti merupakan hal kecil, dan

kadang-kadang orang sering menyepelakan dan mengabaikannya. Akibat dari

sikap menyepelekan dan mengabaikan hal kecil itu terjadi seperti pepatah

mengatakan “nila setitik rusak susu sebelanga”.

Implementasi pendidikan budi pekerti lingkup berlakunya di mana saja

dan kapan saja. Ini berarti menunjukkan bahwa lingkup berlakunya pendidikan

budi pekerti sangat luas, baik di lingkungan masyarakat, paguyuban maupun di

lingkungan formal seperti sekolah atau kantor-kantor pemerintah lainnya. Siswa

sebagai warga sekolah yang dituntut selalu berkomunikasi dengan guru, kakak

kelas, rekan sebaya, pegawai yang bekerja di lingkungan sekolah. Dalam suatu

Page 26: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

26

komunikasi akan terjalin hubungan dengan berbagai macam manusia, baik

menyangkut aneka ragam tipe, termasuk jalin hubungan dengan berbagai macam

manusia, baik menyangkut aneka ragam tipe, termasuk mereka yang sudah

dikenal dengan baik, maupun yang belum kita kenal.

Dalam pelbagai hubungan ini, aktualisasi dari pendidikan budi pekerti

memegang peranan penting. Batas moralitas dan kesopanan ibarat udara yang kita

hirup, merupakan kebutuhan yang selalu menyadarkan kita untuk mentaatinya.

Realita ini menyebabkan batas moralitas dan kesopanan seolah menyusup ke

mana saja dan pada saat kapan saja. Misalnya, dalam cara berpakaian, berbicara,

bergaul, menghadapi guru, mengikuti apel bendera, mengikuti pelajaraan di kelas,

ujian sekolah dan sebagainya selalu harus mentaati aturan yang berlaku.

Jika kita renungkan prinsip di atas, pendidikan budi pekerti menuntut

kesadaran kita dari dalam diri sendiri agar dapat mentaatinya. Bilamana dalam

kenyataannya pendidikan budi pekerti dapat diamalkan dengan baik, niscaya kita

bisa diterima dalam berbagai lingkungan masyarakat dengan tidak membeda-

bedakan diri, baik agama, etnis, maupun golongan.

Aktualisasi dari nilai-nilai pendidikan budi pekerti di lingkungan SMA

Dwijendra terasa lebih sulit terutama dalam memperlakukan teman-teman sebaya.

Oleh karena mereka merupakan teman yang sederajat dan secara terus-menerus

terlibat dalam pergaulan dengan kita sehingga kita sering lupa memperlakukan

mereka menurut batas moralitas dan kesopanan yaitu bagian dari pendidikan budi

pekerti. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar nilai-nilai pendidikan budi

pekerti dapat diaktualisasikan dalam arena pergaulan di antara siswa SMA

Page 27: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

27

Dwijendra adalah sebagai berikut : (1) menyapa teman jika bertemu dengannya;

(2) tidak mengolok-olok teman sampai melewati batas terutama sampai

menyinggung hati dan harga dirinya; (3) tidak berprasangka buruk terhadapnya;

(4) tidak boleh memfitnah tanpa fakta dan bukti; (5) tidak mempergunjingkan

teman tetapi tetap menjaga integritas kelompok; (6) menolong teman yang sangat

membutuhkan bantuan dari kita.

Selain itu, khususnya di lingkungan SMA Dwijendra agar dipupuk arena

pergaulan yang tidak mengarah pada munculnya perbedaan-perbedaan atas dasar

kelompok seperti: kelompok anak pejabat, kelompok anak kaya, kelompok tri

wangsa, kelompok jaba, dan lain-lain. Hal-hal seperti tersebut di atas perlu

mendapat perhatian semua pihak agar dapat diwujudkan siswa yang dapat

menjaga nama baik institusi pendidikan, khususnya SMA Dwijendra. Dengan

demikian, dapat dikemukakan bahwa pendidikan budi pekerti berkorelasi dengan

usaha-usaha agar siswa tidak berperilaku menyimpang, baik penyimpangan

terhadap tata tertib, peraturan-peraturan lainnya yang berlaku di SMA Dwijendra

maupun usaha-usaha agar siswa tidak terlibat dengan masalah-masalah kenakalan

remaja seperti; narkoba, pergaulan bebas, pencurian dan perkelahian.

2.6 Kerangka Teori

Dalam usaha memahami permasalahan yang dikemukan dalam penelitian

ini, akan lebih ditekankan pada aspek fungsi. Dalam pembicaraan sehari-hari

pengertian kata fungsi dapat berbeda dengan pengertian yang dimaksud dalam

disiplin ilmu tertentu. Sementara itu, kata fungsi di sini perlu ditegaskan akan

Page 28: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

28

dipakai untuk menjelaskan hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal lain

dalam suatu sistem yang berintegrasi.

Teori belajar (learning theory) yang dipergunakan untuk memberi dasar

eksak pemikiran terhadap hubungan-hubungan berfungsi dari unsur-unsur sesuatu

kebudayaan, sehingga muncul teori fungsionalisme, yang termaktub dalam sebuah

buku yang berjudul A Scientific Theory Of Culture and Other Essays

(Malinowski, 1944: 142). Sementara itu, Malinowski berangkat dari pemikiran

bahwa manusia adalah makhluk bio-psikologis, yaitu makhluk yang mempunyai

unsur biologis yang berupa raga atau fisik, tetapi sekaligus ia juga punya unsur

psikologis atau kejiwaan. Sebagai makhluk biologis manusia memerlukan materi-

materi untuk kelangsungan hidupnya. Materi-materi yang dibutuhkan untuk

kelangsung hidup manusia disebut sebagai kebutuhan dasar manusia atau basic

human need (Malinowski, 1923, Yitno, 1993: 7). Need atau kebutuhan, di sini

menjadi kata kunci terhadap pemahaman konsep fungsi sebagai dimaksud dalam

penelitian ini. SMA Dwijendra sebagai institusi pendidikan sangat diperlukan

untuk kelestarian manusia, karena institusi-institusi dimaksud memiliki makna

sosial budaya. Adanya institusi pendidikan karena dorongan kebutuhan manusia

akan rasa aman. Dalam struktur sosial lingkungan institusi pendidikam selalu

dapat dijumpai struktur-struktur sosial yang lebih kecil. Keberadaan struktur

sosial tersebut ternyata saling terkait secara fungsional (Brown, 1935).

Selain itu, dalam usaha penulis memahami masalah-masalah pendidikan

terutama bidang studi pendidikan budi pekerti yang menjadi muatan lokal di

lingkungan SMA Dwijendra merupakan langkah antisivatif untuk mencegah

Page 29: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

29

terjadinya perilaku menyimpang di kalangan siswa. Dalam kerangka pemahaman

masalah tersebut beranjak dari dasar pikiran teoritis yang digunakan adalah

menempatkan pendidikan budi pekerti sebagai muatan lokal yang tepat dan bijak

dalam dunia pendidikan. Adapun teori kebudayaan yang digunakan di sini adalah

teori yang dikemukakan oleh Geertz (1992) bahwa kebudayaan merupakan pola

pengertian yang terjalin secara universal dalam simbol-simbol yang diwariskan

kepada generasi berikutnya sebagai sarana dan wahana berkomunikasi,

melestarikan dan mengembangkan pengetahuan untuk menanggapi lingkungan

kehidupan.

Page 30: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pendenkatan Subjek Penelitian

Dipilihnya SMA Dwijendra Denpasar sebagai objek dalam penelitian ini

karena SMA Dwijendra tersebut sejak tahun 1985 telah memasukkan muatan

program bidang studi pendidikan budi pekerti. Sejak awal tahun ajaran 1985 SMA

Dwijendra tersebut mulai memasukkan muatan bidang studi pendidikan budi

pekerti sebagai muatan yang sarat dengan nilai-nilai moralitas. Secara kuantitatif

dapat disajikan bahwa jumlah siswa kelas II tercatat 300 orang dan mereka semua

mengikuti program bidang studi pendidikan budi pekerti. Dari seluruh siswa kelas

II yang mengikuti bidang pendidikan budi pekerti menunjukkan tingkat

keberhasilan yang dicapai secara akademis tergolong baik. Jadi metode

pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

karena gejalanya telah ada secara wajar.

3.2 Metode Penentuan Subyek Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Menentukan populasi merupakan langkah penting dalam suatu penelitian

sehingga dapat diperoleh data yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang

tinggi. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas II

SMA Dwijendra yang mendapat bidang ajar pendidikan budi pekerti. Berdasarkan

statistik sekolah menunjukkan sekitar 300 (tiga ratus) orang siswa yang terdiri dari

Page 31: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

31

kelompok laki dan wanita. Oleh karena itu metode penentuan subyek penelitian

menggunakan metode studi populasi.

3.2.2 Sampel Penelitian

Langkah selanjutnya adalah menentukan besarnya sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Dalam menentukan sampel dari 300 (tiga ratus)

orang siswa digunakan teknik random sampling dengan mengambil sekitar 10

persen dari keseluruhan populasi. Dari perhitungan tersebut diperoleh sampel

sebanyak 30 orang siswa. Diharapkan dengan teknik random sampling diperoleh

data-data yang lebih akurat.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode mengumpulkan data lapangan yang

digunakan metode-metode yang relevan. Selain itu, penelitian ini menggunakan

model pendekatan kualitatif yang artinya lebih menekankan pada usaha

mengkonstruksi elemen-elemen ke dalam suatu keseluruhan dengan

memperhatikan kaitan bermakna yang ditemukan dalam situasi dan dunia sosial

yang diteliti (Abdullah, 1995: 7). Dengan demikian motode pengumpulan data

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai :

3.3.1 Metode Pengumpulan Data Primer

3.3.1.1 Sebelum penelitian sesungguhnya dilakukan terlebih dahulu

seorang peneliti harus melakukan penjajagan awal terhadap objek

Page 32: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

32

yang dijadikan sasaran penelitian (Sutrisno Hadi, 1977:159,

Harsja W Bachtiar, 1977:137).

3.3.1.2 Langkah selanjutnya, dari hasil penjajagan awal itu seorang

peneliti menyusun proposal penelitian yang memuat latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup

masalah, signifikansi penelitian, asumsi penelitian dan metode

penelitian. (Koentjaraningrat, 1977: 162). Jika proposal yang

diajukan oleh seorang peneliti sudah memenuhi kreteria yang

ditentukan maka proses selanjutnya dapat disetujui pembimbing

untuk dilakukan penelitian sebenarnya.

3.3.1.3 Selain digunakan teknik pengumpulan data seperti tersebut di atas,

juga digunakan lebrery reseach method atau metode kepustakaan.

Sebelum penulis mengadakan penelitian ke lapangan terlebih

dahulu dilacak sumber-sumber seperti buku-buku, majalah-

majalah, jurnal, koran-koran dan berbagai karya skripsi yang

terkait dengan pokok masalah yang diteliti. Penjelajahan terhadap

sumber-sumber tersebut tidak hanya dilakukan di perpustakaan

Universitas Dwijendra tetapi juga didaftar pelanggaran pada SMA

Dwijendra. Metode ini digunakan disamping untuk memperluas

pengetahuan penulis juga untuk menemukan konsep-konsep, teori-

teori yang lebih relevan.

Page 33: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

33

3.3.2 Metode Pengumpulan Data Skunder

Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam persiapan penelitian ialah

mendayagunakan sumber-sumber informasi yang tersedia di perpustakaan.

Pemanfaatan sumber-sumber yang tersimpan di perpustakaan ini diperlukan, baik

untuk penelitian lapangan maupun menemukan konsep-konsep, teori-teori, serta

hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya: “Tidak mungkin suatu

penelitian dapat dilakukan dengan baik tanpa mengadakan orientasi pendahuluan

di perpustakaan” (Irawati Singarimbun, 1982: 45). Dalam hal ini penulis

menggunakan beberapa buah buku untuk memperoleh konsep-konsep, dan teori-

teori yang relevan dengan karangan ini.

Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan data-data primer

sebagai data utama yang ditunjang dengan sejumlah data skunder yang diperoleh

dari institusi pendidikan seperti SMA Dwijendra terutama mengenai data jumlah

siswa kelas II. Data mengenai jumlah siswa dikutip dari statistik keadaan siswa di

SMA Dwijendra.

3.4 Metode Wawancara

Metode wawancara (interview) : “merupakan serangkaian cara yang

dipergunakan dalam mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan

masyarakat yang sedang menjadi objek penelitian dengan jalan tanya jawab tatap

muka (face to face) tanpa menggunakan kuesioner, jadi dapat dikatakan dengan

wawancara bebas” (Sutrisno Hadi, 1982: 225). Sehubungan dengan metode

wawancara ini dipergunakan 3 (tiga) buah teknik wawancara yaitu : wawancara

Page 34: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

34

(interview) biasa, wawancara mendalam (deep interview), wawancara bebas

(independent interview). Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan diuraikan jenis-

jenis teknik wawancara dimaksud.

3.4.1 Wawancara biasa

Penggunaan teknik wawancara biasa adalah dilakukan terhadap beberapa

orang sebagai informan kunci (key informant) yang dapat mengetahui

secaga garis besarnya mengenai masalah-masalah yang menjadi objek

penelitian atau pokok-pokok permasalahan yang diteliti.

3.4.2 Wawancara mendalam (deep interview)

Wawancara mendalam atau deep interview ini dilakukan terhadap

beberapa responden termasuk di dalamnya siswa kelas II SMA Dwijendra,

tokoh-tokoh penting di lingkungan sekolah tersebut, yang dipandang

mampu memberikan keterangan-keterangan sesuai dengan pokok masalah.

3.4.3 Wawancara bebas (indepndent interview)

Dengan memakai teknik wawancara bebas (independent interview) adalah

: “tidak terpusat pada sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, tetapi

pertanyaan dapat beralih-alih dari satu pokok ke pokok yang lain,

sedangkan data yang terkumpul dari suatu wawancara bebasa itun dapat

bersifat beranekaragam” (Harsja W. Bachtiar, 1981). Penggunaan teknik

wawancara bebas ini terutama dilakukan terhadap informan pembanding,

seperti orang tua murid, Kepala Dinas Pendidikan Kota Denpasar, dan

aparat kepolisian yang dianggap mampu memberikan informasi yang ada

kaitannya dengan pokok permasalahan yang diteliti.

Page 35: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

35

3.5 Metode Analisa Data

Pertama-tama langkah yang dilakukan setelah data terkumpul adalah

mengolah data. Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk menggeneralisasi ke

dalam kelompok-kelompoknya sehingga dapat diketahui sifat, dan hubungan data

secara khusus serta mendapat gambaran mengenai data secara menyeluruh.

Selanjutnya, dalam penelitian ini dipergunakan metode analisa diskriptif. Metode

ini, digunakan terutama untuk dapat mengetahui adanya peranan yang saling

mempengaruhi antara mata pelajaran pendidikan budi pekerti dan diikuti adanya

perubahan perilaku siswa SMA Dwijendra.

Page 36: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

36

BAB IV

PENYAJIAN HASILPENELITIAN

4.1 Pendidikan Budi Pekerti Dalam Lintasan Sejarah

Dalam sejarah Yayasan Pendidikan Dwijendra dicatat bahwa sejak tahun

ajaran 1985/1986 pendidikan budi pekerti dimasukkan sebagai muatan lokal ke

dalam kurikulum SMA Dwijendra. Dimasukkannya bidang studi pendidikan budi

pekerti ke dalam kurikulum sebagai muat lokal tidak terlepas dari fenomena

kenakalan remaja yang kini melanda kalangan siswa khususnya di sekolah-

sekolah lanjutan tingkat atas. Selain itu, menurut Ketua Yayasan Dwijendra Drs. I

Bagus Gede Wiana adalah atas dasar pemikiran bahwa telah terjadi degradasi

moral di kalangan siswa, seperti adanya perkelahian siswa, adanya pelanggaran

terhadap tata tertib sekolah oleh siswa, bahkan pernah ada siswa yang terlibat

dalam penggunaan obat-obat terlarang dan lain-lain.

Timbulnya gejala-gejala perilaku menyimpang di kalangan siswa sebagai

terurai di atas, banyak mendapat perhatian serius dari para praktisi pendidikan di

lingkungan SMA Dwijendra. Selanjutnya, para praktisi di bidang pendidikan

melakukan rapat koordinasi intern guna menyikapi permasalahan yang muncul di

tengah-tengah pergaulan siswa. Rapat koordinasi membahas tentang peninjauan

kembali kurikulum yang diberlakukan karena dianggap tidak relevan lagi. Dari

rapat itu, disepakati keputusan atas dasar musyawarah dan mufakat agar

dimasukkannya bidang studi pendidikan budi pekerti sebagai muatan lokal dalam

kurikulum SMA Dwijendra. Keputusan tersebut di atas berangkat dari dasar

Page 37: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

37

pemikiran bahwa hanya dengan upaya-uapaya menanamkan nilai-nilai etika, nilai

persahabatan, nilai pendidikan, nilai batas moralitas dan kesopanan, serta nilai

pengendalian dan mawas diri seperti yang terdapat dalam ceritera Tantri

Kamandaka. Kebijakan di atas selain dilandasi pemikiran tersebut juga dilandasi

kearifan lokal yang bertumpu pada nilai-nilai Agama Hindu. Kebijakan ini

merupakan langkah awal pihak SMA Dwijendra sebagai institusi pendidikan

dalam mengantisipasi berbagai tindakan menyimpang yang dilakukan oleh siswa.

Diharapkan melalui model pendekatan ini para praktisi pendidikan di lingkungan

SMA Dwijendra dapat mengubah perilaku menyimpang siswa.

4.2 Bentuk-Bentuk Penyimpangan

Tata tertib sebagai seperangkat aturan yang dimiliki setiap sekolah

diharapkan dapat memelihara dan memupuk kebersamaan dalam pergaulan antar

siswa, guru, dan pegawai. Hampir setiap tahun ajaran baru tata tertib sekolah

dilakukan peninjauan kembali maksudnya agar tata tertib tersebut dapat menjamin

kehidupan bersama yang lebih selaras dan serasi. Namun, dinamika kehidupan

siswa berkembang kian hari kian cepat.

Pada dekade belakangan ini diketahui bahwa animo anak-anak usia

sekolah untuk melanjutkan pendidikan khususnya sekolah lanjutan tingkat atas

relatif meningkat. Adanya peningkatan animo tersebut membawa serta persoalan-

persoalan yang demikian kompleks. Tidak hanya itu, banyak faktor yang tali-

temali turut mempengaruhi timbul dan berkembangnya masalah-masalah dalam

dunia pendidikan. Semakin kompleksnya pergaulan antar siswa di lingkungan

Page 38: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

38

SMA Dwijendra, menyebabkan semakin beragamnya bentuk penyimpangan yang

dilakukan mereka.

Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan ada kecenderungan

bahwa perilaku menyimpang di kalangan siswa SMA Dwijendra masih dalam

batas toleransi. Hal ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk penyimpangan yang sering

dilakukan oleh siswa hanya berkisar pada pelanggaran tata tertib sekolah, seperti :

keterlambatan siswa membayar sumbangan pendidikan (SPP), tidak disiplin

dalam mengikuti pelajaran, tidak menggunakan seragam dengan atribut yang

ditentukan sekolah, tidak membuat tugas yang diberikan oleh guru bidang studi,

merokok di dalam kelas, berkelai antara siswa bahkan juga dengan pihak luar,

tidak mengikuti apel bendera setiap hari senin, dan sebagainya. Dari ketiga puluh

orang responden yang diwawancarai dapat diidentifikasi bentuk-bentuk

penyimpangan yang sering dilakukan kalangan siswa di lingkungan SMA

Dwijendra seperti telah disinggung dalam urain di atas. Untuk lebih jelasnya

mengenai bentuk-bentuk penyimpangan tersebut dapat disajikan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel IV-1 Responden Dogolongkan Menurut

Bentuk Penyimpangan yang Dilakukannya No. Bentuk Penyimpangan Angka

absolut Persentase

1. Tidak membuat tugas 5 16,67 2. Terlambat bayar SPP 20 66,67 3. Tidak menggunakan seragam sekolah 3 10,00 4. Berkelai 2 6,66 Jumlah 30 100,00

Sumber : diolah dari data primer tahun 2003

Page 39: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

39

Berdasarkan tabel di atas, dari tiga puluh responden yang diwawancarai

dapat dikelompokan ke dalam kategori sebagai berikut: 5 orang siswa atau 16,67

persen tidak membuat tugas; 20 orang siswa atau 66,67 persen tidak disipilin

membayar SPP; 3 orang siswa atau 10,00 persen tidak menggunakan seragam

sekolah; 2 orang siswa atau 6,66 persen berkelai. Angka-angka tersebut berarti

menggambarkan bahwa adanya kecenderungan di kalangan siswa kelas II SMA

Dwijendra berperilaku menyimpang. Dari semua perilaku penyimpangan yang

dilakukan siswa SMA Dwijendra dapat dikategorikan ke dalam bentuk

penyimpangan terhadap tata tertib sekolah.

Ada dugaan kuat bahwa sebelum pendidikan budi pekerti dimasukkan ke

dalam kurikulum sebagai muatan lokal bentuk-bentuk dan angka-angka perilaku

menyimpang di kalangan siswa diduga kuat mungkin relatif tinggi. Hal ini dapat

diperkuat adanya informasi yang mengatakan bahwa sekitar tahun 19 pernah ada

seorang siswa SMA Dwijendra yang terlibat dalam menggunakan obat-obat

terlarang.

4.3 Tindakan Preventif Mencegah Perilaku Menyimpang

Tindakan preventif untuk mencegah perilaku menyimpang di kalangan

siswa SMA Dwijendra mendapat respon positif dari semua pihak, baik dari dewan

guru, guru bimbingan dan penyuluhan (BP), pegawai administrasi sekolah,

persatuan orang tua wali murid (POM) maupun pihak organisasi intra siswa

(OSIS). Adanya partisipasi dan dukungan yang kuat dari berbagai pihak semakin

mendorong keberanian pihak SMA Dwijendra melakukan tindakan-tindakan

Page 40: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

40

preventif untuk mencegah sedini mungkin perilaku menyimpang di kalangan

siswa. Selain itu, adanya persepsi yang sama menyebabkan hampir semua

komponen sekolah dapat digerakkan untuk turut berpartisipasi menekan terjadinya

perilaku menyimpang dikalangan siswa SMA Dwijendra. Cara-cara untuk

mencegah berbagai tindak dan bentuk kenakalan siswa SMA Dwijendra semakin

memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Keberhasilan tersebut dicapai tidak

terlepas dari kuatnya dukungan dari berbagai pihak terutama adanya kesadaran

dari semua siswa SMA Dwijendra untuk mentaati tata tertib sekolah. Untuk lebih

memperjelas adanya partisipasi dan dukungan siswa dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel IV-2 Responden Digolongkan Menurut Pengakuannya

Terhadap Pentingnya Pendidikan Budi Pekerti No. Pengakuan responden Angka Absolut Persentase (%) 1. Sangat setuju 21 70,00 2. Setuju 7 23,33 3. Tidak setuju 2 6,67 Jumlah 30 100,00

Sumber : Diolah dari data primer tahun 2003

Bertitik tolak dari tabel tersebut di atas, secara terinci kategorisasi

pendapat dari 30 orang responden yang diwawancarai menunjukkan 21 orang

responden atau 70 persen mengatakan sangat setuju dengan program pendidikan

budi pekerti; 7 orang responden atau 23,33 persen mengatakan setuju dengan

program pendidikan budi pekerti; sedangkan 2 orang responden atau 6,67 persen

mengatakan tidak setuju dengan program pendidikan budi pekerti. Dari angka-

angka tersebut di atas diperoleh gambaran bahwa adanya kecenderungan

perubahan perilaku di kalangan siswa SMA Dwijendra ke arah yang lebih positif.

Page 41: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

41

Terjadinya perubahan perilaku siswa SMA Dwijendra ke arah positif

menunjukkan keberhasilan para pendidik (guru) menanamkan nilai-nilai luhur

kebudayaan Bali, baik yang tersurat dan tersirat dalam pendidikan budi pekerti

seperti yang terdapat dalam ceritera Tantri Kamandaka maupun dalam ajaran

Agama Hindu. Tingkat keberhasilan yang dicapai SMA Dwijendra dalam rangka

mengubah perilaku menyimpang siswa tergolong sangat baik. Hal ini terbukti dari

sejak lima tahun terakhir tidak ada lagi siswa yang terlibat, baik sebagai pengguna

ataupun konsumen maupun pengedar obat-obat terlarang. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa penanaman nilai-nilai luhur melalui pendidikan budi pekerti

menunjukkan adanya korelasi signifikan antara keberhasilan yang dicapai dengan

adanya perubahan perilaku pada siswa. Mengenai adanya korelasi signifikan

antara keberhasilan yang dicapai dengan adanya perubahan perilaku pada siswa

dapat dilihat secara jelas dalam tabel sebagai berikut:

Tabel IV-3 Responden Digolongkan Menurut

Pengakuannya Atas Keberhasilan Yang Dicapai dengan Adanya Perubahan Perilaku Siswa

No. Pengakuan responden Angka absolut Persentase 1. Berhasil dengan baik sekali 19 63,33 2. Berhasil dengan baik 5 16,67 3. Tidak berhasil 6 20,00 Jumlah 30 100,00

Sumber : Diolah dari data primer tahun 2003

Dari tabel tersebut di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa dari 30 orang

responden yang diwawancarai 19 orang responden atau 63,33 persen mengatakan

berhasil dengan baik sekali; 5 orang responden atau 16,67 persen mengatakana

berhasil dengan baik; dan 6 orang responden atau 20,00 persen mengatakan tidak

berhasil. Secara kuantitatif jika dicermati tabel IV-3 bahwa tingkat keberhasilan

Page 42: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

42

yang dicapai berkorelasi signifikan dengan adanya perubahan perilaku di kalangan

siswa. Hal ini, berarti menunjukkan keberhasilan rancangan kurikulum SMA

Dwijendra dalam mengartikulasi tuntutan sesuai dengan konstelasi jaman.

Rancangan kurikulum yang demikian diharapkan terus diupayakan oleh para

praktisi pendidikan agar out-put atau keluaran tetap memiliki kualifikasi yang

layak. Selain itu, diharapkan setiap institusi-institusi pendidikan khususnya SMA

Dwijendra agar out-put atau keluarnya mampu bersaing di tingkat bursa tenaga

kerja.

Jika diperhatikan mengenai tingkat perilaku menyimpangan siswa SMA

Dwijendra dapat dikategorisasikkan menjadi tiga bagian. Pertama, tingkat

perilaku penyimpangan tinggi adalah siswa yang melakukan penyimpangan

terhadap tata tertib sekolah lebih dari 4 (empat) kali dalam seminggu; Kedua,

tingkat perilaku penyimpangan sedang adalah siswa yang melakukan

penyimpangan terhadap tata tertib sekolah 2-3 (dua sampai tiga) kali dalam

seminggu; Sedangkan ketiga, tingkat penyimpangan rendah adalah siswa yang

melakukan penyimpangan terhadap tata tertib sekolah 0-1 (nol sampai satu) kali

dalam seminggu. Untuk lebih jelasnya gambaran mengenai tingkat perilaku

penyimpangan siswa terhadap tata tertib sekolah sebelum diterapkannya

kurikulum dengan muatan lokal pendidikan budi pekerti dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut:

Page 43: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

43

Tabel IV-4 Reponden Digolongkan

Menurut Tingkat Penyimpangan Siswa Sebelum Penerapan Pendidikan Budi Pekerti

No. Pengakuan responden sebelum penerapan pendidikan budi pekerti

Angka absolut Persentase

1. Tingkat penyimpangan tinggi 6 20,00 2. Tingkat penyimpangan sedang 3 10,00 3. Tingkat penyimpangan rendah 21 70,00 Jumlah 30 100,00

Sumber : Diolah dari data primer tahun 2003

Dilihat dari tabel tersebut di atas, maka dari 30 orang responden yang

diwawancarai mengatakan 6 orang responden atau 20 persen tergolong

berperilaku menyimpang tinggi; 3 orang responden atau 10 persen tergolong

berperilaku menyimpang sedang; 21 orang responden atau 70 persen tergolong

berperilaku menyimpang rendah. Tingginya tingkat perilaku penyimpangan siswa

SMA Dwijendra terhadap tata tertib sekolah menunjukkan adanya krisis identitas

dan terjadinya degradasi moral.

Selanjutnya sejak tahun ajaran 1985/1986 SMA Dwijendra menerapkan

kurikulum bermuatan lokal. Adapun bidang studi yang termasuk muatan lokal

adalah Agama Hindu, bahasa daerah (Bali), dan pendidikan budi pekerti.

Tampaknya dengan masuknya pendidikan budi pekerti sebagai bidang studi yamg

diajarkan mulai dirasakan adanya perubahan perilaku siswa yaitu taat terhadap

tata tertib sekolah. Gambaran mengenai adanya hubungan antara bidang studi

pendidikan budi pekerti dengan perubahan perilaku siswa SMA Dwijendra dapat

diuraikan dalam tabel di bawah ini.

Page 44: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

44

Tabel IV-5 Reponden Digolongkan

Menurut Tingkat Penyimpangan Siswa Sesudah Penerapan Pendidikan Budi Pekerti

No. Pengakuan responden sebelum penerapan pendidikan budi pekerti

Angka absolut Persentase

1. Tingkat penyimpangan rendah 27 90,00 2. Tingkat penyimpangan sedang 1 3,33 3. Tingkat penyimpangan tinggi 2 6,67 Jumlah 30 100,00

Sumber : Diolah dari data primer tahun 2003

Bertolak dari tabel di atas, dari 30 orang responden yang diwawancarai

mengatakan bahwa 27 orang responden atau 90 persen tergolong perilaku

penyimpangan rendah; 1 orang responden atau 3,33 persen tergolong perilaku

penyimpangan sedang; 2 orang responden atau 6,67 persen tergolong perilaku

penyimpangan tinggi. Dengan demikian, dapat diasumsikan terjadinya penurunan

tingkat perilaku penyimpangan siswa terhadap tata tertib sekolah terkait erat

dengan keberhasilan peran guru dalam menanamkan nilai-nilai batas moralitas

dan kesopanan melalui pendidikan budi pekerti.

4.4 Cara-Cara Menanggulangi Perilaku Penyimpang

Secara tegas, mengenai kewenangan SMA Dwijendra di Denpasar dalam

menyelesaikan masalah-masalah kenakalan anak didiknya telah diatur dalam

aturan yang berupa ketentuan tata tertib sekolah. Tata tertib SMA Dwijendra

memuat 18 (delapan belas) butir ketentuan menyangkut tentang kewenangan

sekolah sebagai institusi pendidikan terutama dalam mengatur dan menyikapi

berbagai masalah kenakalan adik didik. Dari 18 (delapan belas) butir ketentuan

yang dimuat dalam tata tertib terdapat satu diantaranya yakni butir 18 menyangkut

Page 45: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

45

tentang ketentuan sanksi yang dikenakan kepada siswa yang melakukan

pelanggaran. Khusus mengenai sanksi-sanksi atas pelanggaran yang dilakukan

siswa SMA Dwijendra diatur dalam butir 18 (delapan belas) yang terdiri atas ayat

a dan b yang berbunyi sebagai berikut :

a. Anak yang terlambat harus melapor kepada guru piket atau kepala sekolah, atas perkenan guru piket atau kepala sekolah baru boleh masuk kelas dengan membawa surat izin;

b. Bila ternyata ada anak-anak yang melanggar tata tertib di atas dikenakan sanksi-sanksi sebagai berikut : 1. Siswa wajib melengkapi kekurangannya (setelah rapi baru boleh

masuk kelas atas izin guru yang sedang mengajar di kelas); 2. Tidak dibenarkan untuk mengikuti pelajaran; 3. Diskors, dipindahkan kelasnya/diberi surat pindah keluar dari

sekolah yang bersangkutan. Semua bentuk sanksi di atas (1,2,dan 3) diambil dan diputuskan sesuai tingkat pelanggaran (dikutif dari tata tertib SMA Dwijendra).

Berdasarkan ketentuan tata tertib tersebut di atas, diharapkan semua komponen

sekolah dapat disinergikan untuk mencegah timbulnya pelbagai bentuk-bentu

pelanggaran. Kajian analisis mengenai bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan

oleh siswa SMA Dwijendra akan dari dua sudut, yaitu :

A. Berdasarkan Tata Tertib Sekolah

Tata tertib sekolah merupakan seperangkat aturan yang dipakai sebagai

dasar untuk mengatur berbagai aktivitas siswa, baik menyangkut proses belajar

mengajar di dalam kelas maupun menyangkut kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

Kompleknya permasalahan kenakalan remaja yang melanda kalangan siswa SMA

Dwijendra menyebabkan institusi pendidikan ini sangat berhati-hati dalam

menyelesaikannya. Dalam menanggulangi perilaku menyimpang di kalangan

siswa SMA Dwijendra selain tetap mengacu pada tata tertib yang berlaku juga

ditempuh dua model pendekatan, yaitu :

Page 46: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

46

1. Model Pendekatan Individu

Model pendekatan individu adalah sebuah model pendekatan yang

dipergunakan institusi pendidikan SMA Dwijendra untuk menanggulangi berbagai

perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa yang lebih mengutamakan azas

kekeluargaan. Dalam model pendekatan ini, yang sangat menonjol adalah peran

aktor, yaitu guru BP (bimbingan dan penyuluhan), dan guru piket yang mendapat

pendelegasian tugas dan sekaligus merupakan perpanjangan tangan dari kepala

sekolah sebagai megang kekuasaan tertinggi di tingkat sekolah. Model pendekatan

ini dapat dilakukan secara berjenjang. Jenjang yang palaing bawah terutama

memperhatikan keadaan siswa sehari-hari dilakukan oleh guru piket dan guru BP

sesuai dengan kewenangannya dan jenis serta lokasi kejadian, sedangkan jenjang

yang terkhir adalah di tingkat institusi dilakukan oleh kepala sekolah sebagai

hakim perdamaian sekolah yang mempunyai kekuasaan penuh.

Peran aktor, yaitu guru piket dan guru BP atas dasar kewenangannya

berhak memanggil pihak-phak siswa yang bermasalah. Mereka diajak duduk

bersama untuk menyelesaikan masalahnya. Bilamana guru piket dan guru BP

tidak berhasil menyelesaikan masalah kedua belah pihak yang sedang bertikai,

selanjutnya masalah tersebut akan diserahkan pada kewenangan kepala sekolah.

Sebelum dilakukan rapat sekolah, biasanya pendekatan individu yang

menonjolkan peran aktor yaitu kepala sekolah akan ditempuh apabila masalah

tersebut tidak dapat diselesaikan oleh guru BP dan guru piket sebagai wakil

perdamaian sekolah.

Page 47: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

47

Strategi yang ditempuh, baik oleh guri BP, guru piket maupun kepala

sekolah dalam menjalankan tugasnya adalah memanggil pihak-pihak yang

bersengketa. Mereka diajak berembug, kemudian kepala sekolah yang dibantu

guru BP, dan guru piket selaku hakim perdamaian sekolah menawarkan solusi

kepada masing-masing pihak.

Secara ideal, diharapkan setiap permasalahan dapat diselesaikan sebaik

mungkin dengan menghindari timbulnya permasalahan baru. Bail kepala sekolah

maupun guru BP dan guru piket sebagai hakim perdamain sekolah tidak segera

memberikan keputusan, melainkan memberikan tenggang waktu kepada pihak-

pihak yang berngketa. Untuk memikirkan solusi yang ditawarkan. Ditempuhnya

cara ini, mempunyai tujuan ganda, yaitu: (1) diharapkan masing-masing pihak

yang bersengketa atas kehendak sendiri secara bersama-sama mengadakan

perdamaian sesuai kesepakatan mereka; (2) sementara itu, baik kepala sekolah

maupun guru BP dan guru piket dapat memberikan pertimbangan dan keputusan

yang adil kepada masing-masing yang bersangkutan.

2. Model Pendekatan Institusi

Model pendekatan institusi adalah model pendekatan yang dipergunakan

dalam menyelesaikan berbagai kejadian-kejadian perilaku menyimpang yang

dilakukan siswa SMA Dwijendra. Dalam model pendekatan institusi ini, intinya

dari setiap suatu tindakan menyimpang diputuskan berdasarkan atas musyawarah

dan mufakat serta tetap berpegang teguh tata tertib sekolah yang berlaku. Menurut

pengakuan seorang guru SMA Dwijendra pernah ada seorang siswa yang terlibat

suatu perkelaian, kasusnya kemudian diselesaikan melalui mekanisme model

Page 48: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

48

pendekatan institusi. Model pendekatan institusi, lebih mengutamakan peran

sekolah sebagai institusi pendidikan untuk mengambil keputusan-keputusan

terkait dengan penyimpang-penyimpangan yang dilakukan kalangan siswa SMA

Dwijendra. Mekanisme model pendekatan ini, setiap keputusan yang diambil

melalui rapat dewan guru berdasarkan musyawarah dan mufakat, sedangkan

kepala sekolah hanya bertindak sebagai perpanjangan tangan dari institusi

pendidikan SMA Dwijendra.

Biasanya, model pendekatan institusi dilaksanakan apabila model

pendekatan individu gagal memutuskan suatu perkara secara damai. Artinya,

masih ada di antara pihak-pihak yang bersengketa belum menerima solusi yang

ditawarkan pihak guru BP dan guru piket sehingga dipandang perlu untuk

dilanjutkan ke jenjang institusi. Keputusan yang diambil tersebut dipakai sebagai

dasar untuk menindak siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib

sekolah. Mengenai sanksi yang dijatuhkan kepada siswa sangat tergantung dari

tingkat pelanggaran. Dilihat dari tingkatan dan jenis pelanggaran yang dilakukan

siswa terkait dengan sanksi yang dijatuhkan dapat dikategorikan yaitu: kelompok

pelanggaran dengan sanksi ringan, kelompok pelanggaran dengan sanksi

peringatan keras (contoh diskor dari sekolah), kelompok pelanggaran dengan

sanksi diberhentikan sebagai siswa SMA Dwijendra.

B. Berdasarkan Hukum

Sesungguhnya jika kita telusuri berbagai jenis kenakalan di kalangan siswa

SMA Dwijendra dapat digolongkan ke dalam bentuk kenakalan remaja. Tidak

semua jenis kenakalan atau bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dapat

Page 49: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

49

diatur berdasarkan tata tertib sekolah mengingat kompleksnya masalah-masalah

kenakalan remaja. Khusus mengenai perilaku penyimpangan di kalangan siswa

SMA Dwijendra yang terlibat penggunaan obat-obat terlarang, pergaulan bebas

yang mengakibatkan terjadinya kehamilan siswa di luar nikah tergolong bentuk

penyimpangan berat. Dikatakan tergolong bentuk penyimpangan berat karena tata

tertib sekolah yang diberlakukan tidak mengatur perilaku penyimpangan siswa

yang demikian. Kasus tersebut di atas dan kasus-kasus lainnya yang serupa

tampaknya sangat sulit dicari solusi pemecahannya dengan hanya bersandarkan

pada tata tertib yang berlaku.

Dikatakan demikian, oleh karena keterbatasan dari sifat berlakunya tata

tertib sekolah hanya sebatas mengatur perilaku penyimpangan siswa yang

digolongkan ringan. Sedangkan perilaku penyimpangan siswa yang tergolong

berat (penggunaan obat-obat terlarang, pergaulan bebas dan lain-lainnya) sulit

dicari solusi pemecahannya. Jika sekolah menemukan anak didiknya demikian

sekolah bersangkutan wajib berkoordinasi atau melaporkan kepada pihak

berwajib. Tujuannya untuk menghindari agar anak-anak didik yang lainnya tidak

terbawa arus pergaulan yang demikian.

Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan mengatakan bahwa

pernah ada seorang siswa SMA Dwijendra terlibat dalam penggunaan obat-obat

terlarang. Penanganan kasus tersebut tidak sepenuhnya diserahkan kepada pihak

berwajib, tetapi penyelesaiannya menggunakan pendekatan persuasif. Pertama-

tama pihak sekolah memanggil orang tua wali murid bersangkutan agar pihak

orang tua wali murid tersebut berkenan memperhatikan secara khusus tingkah

Page 50: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

50

laku siswa di lingkungan keluarga. Apabila dengan cara itu, tidak juga berhasil

maka ditempuh cara lain yakni melaporkan kasus tersebut kepada pihak berwajib.

Proses penyelesaian kasus demikian biasanya bersandar pada hukum yang

berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana atau yang lazim disingkat KUHP. Berdasarkan KUHP pihak

berwajib melakukan penyidikan sejauh mana keterlibatan siswa tersebut

penggunakan obat-obat terlarang. Dalam proses penyidikan pihak kepolisian

mengumpulkan sebanyak mungkin bukti-bukti, dan saksi-saksi untuk menguatkan

hasil penyidikan di lapangan. Apabila bukti-bukti, saksi-saksi dipandang cukup

kuat dan lengkap, proses selanjutnya menyerahkan berkas hasil penyidikan

kepada pihak Kejaksaan Tinggi Denpasar.

Sesuai dengan tugas dan kewenangan pihak Kejaksaan Tinggi Denpasar

kemudian memeriksa kembali kelengkapan dari berkas tersebut. Jika berkas

tersebut telah memenuhi semua unsur yang menjadi persyaratan utama maka

berkas itu akan dileimpahkan ke Pengadilan Negeri Denpasar. Atas dasar tugas

dan kewenangan Pengadilan Negeri Denpasar kemudian melakukan pemanggilan

terhadap, baik terdakwa (tergugat) maupun saksi.

Dari berkas penyidikkan tersebut pihak Pengadilan Negeri Denpasar

melakukan pemeriksaan terhadap terdakwa. Pemeriksaan dilakukan dengan

maksud agar pihak Pengadilan Negeri Denpasar dapat mengetahui sejauh mana

pihak terdakwa terlibat sebagai pengguna atau pengedar obat-obat terlarang.

Dalam proses persidangan selain menggunakan berkas penyidikan biasanya

seorang hakim juga menghadirkan saksi-saksi. Kehadiran saksi-saksi di dalam

Page 51: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

51

persidangan untuk dimintai keterangan-keterangan khususnya menyangkut

keterlibatan terdakwa. Berdasarkan bukti dan keterangan saksi barulah kemudian

seorang hakim dapat memutuskan suatu perkara secara adil.

Dalam memutuskan suatu perkara khususnya menyangkut penyalah-

gunaan obat-obat terlarang (seperti: ganja, ekstasi, dilihat terlebih dahulu oleh

seorang hakim adalah jenis pelanggaran yang dilakukan terdakwa. Berdasarkan

jenis pelanggaran yang dilakukan kemudian seorang hakim medakwa terdakwa

dengan fasal dalam KUHP.

Page 52: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

52

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini mengkaji fenomena pendidikan dengan menitik-beratkan

tiga permasalahan utama seperti diuraikan dalam bab pendahuluan. Temuan dari

penelitian ini, sekaligus merupakan butir-butir kesimpulan yang akan diuraikan

sebagai berikut :

1. Secara historis tercatat bahwa sejak mulai tahun ajaran 1985/1986 SMA

Dwijendra menawarkan kurikulum yang berbasis muatan lokal dengan

memasukkan bidang studi, seperti; pendidikan budi pekerti sebagai muatan

lokal baru, sedangkan agama Hindu, dan bahasa daerah merupakan muatan

lokal yang tergolong lama;

2. Para praktisi pendidikan di SMA Dwijendra cukup responsif dengan

perkembangan jaman, sehingga rancangan kurikulum yang bermuatan lokal

sangat tepat dan sesuai dengan konstelasi jaman;

3. Khususnya mengenai muatan lokal pendidikan budi pekerti dapat mencegah

dan mengubah persepsi, perilaku dan penilaian siswa bahwa berbagai bentuk

penyimpangan adalah tindakan yang tidak dibenarkan, baik dari sudut tata

tertib sekolah maupun dari sudut hukum pidana;

4. Sebelum adanya penerapan pendidikan budi pekerti di SMA Dwijendra

tingkat penyimpangan perilaku siswa relatif meningkat;

Page 53: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

53

5. Sedangkan sesudah penerapan pendidikan budi pekerti tingkat keberhasilan

yang dicapai SMA Dwijendra menunjukkan adanya penurunan tingkat

penyimpangan perilaku siswa;

6. Hal di atas, menandakan bahwa keberhasilan peran guru bidang studi

pendidikan budi pekerti dalam menanamkan nilai-nilai luhur Kebudayaan

Bali. Melalui pendidikan budi pekerti menunjukkan adanya hubungan positif

dengan terjadinya perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik.

5.2 Saran

Membaca uraian tentang butir-butir kesimpulan di atas maka melalui

penelitian ini, disumbang juga sejumlah saran yang ada manfaatnya. Adapun

saran yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan SMA Dwijendra terus berupaya menyempurnakan

kurikulum yang ditawarkan kepada siswa;

2. Khususnya mengenai kandungan muatan lokal yang terdapat di dalam

kurikulum sangat diharapkan agar SMA Dwijendra meningkatkan

kinerja guru bidang studi bersangkutan;

3. Dalam menangani berbagai perilaku penyimpangan yang dilakukan

siswa SMA Dwijendra agar menggunakan pendekatan persuasif,

maksudnya untuk menghindari munculnya kelompok-kelompok baru

siswa yang berperilaku menyimpang;

Page 54: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

54

4. Diharapkan SMA-SMA di lingkungan Kota Denpasar mencontoh

keberhasilan yang dicapai oleh SMA Dwijendra dalam menekan

terjadinya kelompok siswa yang berperilaku menyimpang.

Page 55: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

55

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan, 1995 Hand Out Metode Penelitian Kualitatif Studi Antropologi

Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta, Cudamani, Pengantar Agama Hindu. Hanuman Sakti, Jakarta, 1993 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,.

1984 Kamus Istilah Antropologi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1984 Tata Krama Pergaulan. Jakarta, Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1997 Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta, Balai Pustaka, Hadi, Sutrisno,

1977 Metodologi Research Jilid I dan II Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis, dan Disertasi. Yogyakarta, Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Yitno, Amin, 1993 “Fungsionalisme Dalam Peneluitian Sosial Budaya”

Makalah yang disampaikan dalam Penataran Tenaga Peneliti Madya STSI Surakarta,

Keraf, Gorys

1994 Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta, Gramedia.

Koentjaraningrat, 1977 “Beberapa Dasar Metode Statistik Dan Sampling Dalam

Penelitian Masyarakat” pada Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Koentjaraningrat Ed) Jakarta, Gramedia,

……………….,

1977 “Metode Wawancara” pada Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Koentjaraningrat Ed) Jakarta, Gramedia.

Lamintang, P.A.F. Drs. SH.

1997 Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung, Citra Additya Bakti.

Page 56: PERANAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM PERUBAHAN … file1.1 BATASAN DAN PENGERTIAN ISTILAH Untuk menghindari agar tidak terjadi kerancuan dalam menafsirkan arti ... (Departemen Pendidikan

56

Rai S. I Wayan 1999 Aktualisasi Tantri Dalam Aktiviatas Seni Pertunjukkan

Bali. Makalah disampaikan dalam sarasehan Tantri Dalam Rangka Pesta Kesenian Bali XXI, di Gedung Natya Mandala STSI Denpasar, tanggal 10 Juli 1999.

Rodiyah, Hj. Siti, Dra. & Setyowati, Rr. Nanik, Dra

1995 Pendidikan Generasi Muda, Editor Drs. Soelaiman Joesoef. Penerbit Surabaya Intellectual Club Kerjasama dengan IKIP Surabaya.

Suarka, I Nyoman

1999 Tantri dalam Tradisi dan Kebudayaan Bali. Makalah ini dibawakan pada Sarasehan Tantri dalam Rangka Pesta Kesenian Bali Ke-21 di Gedung Natya Mandala STSI Denpasar. tanggal 10 Juli 1999

Supartha, I Gst Ngurah, Swarsi, S. Geriya,

1999 Kajian Nilai Tantri Untuk Memantapkan Jatidiri dan Integrasi Bangsa. Makalah yang disajikan dalam sarasehan PKB XXI, di Gedung Natya Mandala STSI Denpasar, pada hari Sabtu, 10 Juli 1999

Wirawan, A. A. Bagus

2003 Ida I Dewa Agung Istri Kanya Pejuang Wanita Dari Bali pada Abad ke-19, Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UNUD, 2003

Wiryamartana, I Kuntara

1990 Arjunawiwaha. Duta Wacana University Press, Yogyakaarta.

Zoetmulder, PJ

1985 Kalangwan Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang. Jakarta Djambatan,