peranan filsafat bagi psikologi

13
Peranan filsafat bagi Perkembangan Ilmu Psikologi Filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi. Seperti kita tahu, psikologi, dan semua ilmu lainnya, merupakan pecahan dari filsafat. Di dalam filsafat, kita juga bisa menemukan refleksi- refleksi yang cukup mendalam tentang konsep jiwa dan perilaku manusia. Refleksi-refleksi semacam itu dapat ditemukan baik di dalam teks-teks kuno filsafat, maupun teks-teks filsafat modern. Dengan mempelajari ini, para psikolog akan semakin memahami akar historis dari ilmu mereka, serta pergulatan-pergulatan macam apa yang terjadi di dalamnya. Saya pernah menawarkan kuliah membaca teks-teks kuno Aristoteles dan Thomas Aquinas tentang konsep jiwa dan manusia. Menurut saya, teks-teks kuno tersebut menawarkan sudut pandang dan pemikiran baru yang berguna bagi perkembangan ilmu psikologi. Secara khusus, filsafat bisa memberikan kerangka berpikir yang sistematis, logis, dan rasional bagi para psikolog, baik praktisi maupun akademisi. Dengan ilmu logika, yang merupakan salah satu cabang filsafat, para psikolog dibekali kerangka berpikir yang kiranya sangat berguna di dalam kerja-kerja mereka. Seluruh ilmu pengetahuan dibangun di atas dasar logika, dan begitu pula psikologi. Metode pendekatan serta penarikan kesimpulan seluruhnya didasarkan pada prinsip-prinsip logika. Dengan mempelajari logika secara sistematis, para psikolog bisa mulai mengembangkan ilmu psikologi secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam hal ini, logika klasik dan logika kontemporer dapat menjadi sumbangan cara berpikir yang besar bagi ilmu psikologi. Filsafat juga memiliki cabang yang kiranya cukup penting bagi perkembangan ilmu psikologi, yakni etika. Yang dimaksud etika disini adalah ilmu tentang moral. Sementara, moral sendiri berarti segala sesuatu yang terkait dengan baik dan buruk. Di dalam praktek ilmiah, para ilmuwan membutuhkan etika sebagai panduan, sehingga

Upload: rajautomo

Post on 16-Jun-2015

2.494 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peranan Filsafat Bagi Psikologi

Peranan filsafat bagi Perkembangan Ilmu Psikologi

Filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi. Seperti kita tahu, psikologi, dan semua ilmu

lainnya, merupakan pecahan dari filsafat. Di dalam filsafat, kita juga bisa menemukan refleksi-refleksi

yang cukup mendalam tentang konsep jiwa dan perilaku manusia. Refleksi-refleksi semacam itu dapat

ditemukan baik di dalam teks-teks kuno filsafat, maupun teks-teks filsafat modern. Dengan

mempelajari ini, para psikolog akan semakin memahami akar historis dari ilmu mereka, serta

pergulatan-pergulatan macam apa yang terjadi di dalamnya. Saya pernah menawarkan kuliah

membaca teks-teks kuno Aristoteles dan Thomas Aquinas tentang konsep jiwa dan manusia. Menurut

saya, teks-teks kuno tersebut menawarkan sudut pandang dan pemikiran baru yang berguna bagi

perkembangan ilmu psikologi.

Secara khusus, filsafat bisa memberikan kerangka berpikir yang sistematis, logis, dan rasional bagi

para psikolog, baik praktisi maupun akademisi. Dengan ilmu logika, yang merupakan salah satu

cabang filsafat, para psikolog dibekali kerangka berpikir yang kiranya sangat berguna di dalam kerja-

kerja mereka. Seluruh ilmu pengetahuan dibangun di atas dasar logika, dan begitu pula psikologi.

Metode pendekatan serta penarikan kesimpulan seluruhnya didasarkan pada prinsip-prinsip logika.

Dengan mempelajari logika secara sistematis, para psikolog bisa mulai mengembangkan ilmu

psikologi secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam hal ini, logika klasik dan logika kontemporer

dapat menjadi sumbangan cara berpikir yang besar bagi ilmu psikologi.

Filsafat juga memiliki cabang yang kiranya cukup penting bagi perkembangan ilmu psikologi, yakni

etika. Yang dimaksud etika disini adalah ilmu tentang moral. Sementara, moral sendiri berarti segala

sesuatu yang terkait dengan baik dan buruk. Di dalam praktek ilmiah, para ilmuwan membutuhkan

etika sebagai panduan, sehingga penelitiannya tidak melanggar nilai-nilai moral dasar, seperti

kebebasan dan hak-hak asasi manusia. Sebagai praktisi, seorang psikolog membutuhkan panduan etis

di dalam kerja-kerja mereka. Panduan etis ini biasanya diterjemahkan dalam bentuk kode etik profesi

psikologi. Etika, atau yang banyak dikenal sebagai filsafat moral, hendak memberikan konsep berpikir

yang jelas dan sistematis bagi kode etik tersebut, sehingga bisa diterima secara masuk akal.

Perkembangan ilmu, termasuk psikologi, haruslah bergerak sejalan dengan perkembangan kesadaran

etis para ilmuwan dan praktisi. Jika tidak, ilmu akan menjadi penjajah manusia. Sesuatu yang

tentunya tidak kita inginkan.

Salah satu cabang filsafat yang kiranya sangat mempengaruhi psikologi adalah eksistensialisme.

Tokoh-tokohnya adalah Soren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Viktor Frankl, Jean-Paul Sartre,

dan Rollo May. Eksistensialisme sendiri adalah cabang filsafat yang merefleksikan manusia yang

selalu bereksistensi di dalam hidupnya. Jadi, manusia dipandang sebagai individu yang terus menjadi,

yang berproses mencari makna dan tujuan di dalam hidupnya. Eksistensialisme merefleksikan

problem-problem manusia sebagai individu, seperti tentang makna, kecemasan, otentisitas, dan tujuan

Page 2: Peranan Filsafat Bagi Psikologi

hidup. Dalam konteks psikologi, eksistensialisme mengental menjadi pendekatan psikologi

eksistensial, atau yang banyak dikenal sebagai terapi eksistensial. Berbeda dengan behaviorisme,

terapi eksistensial memandang manusia sebagai subyek yang memiliki kesadaran dan kebebasan. Jadi,

terapinya pun disusun dengan berdasarkan pada pengandaian itu.

Dalam metode, filsafat bisa menyumbangkan metode fenomenologi sebagai alternatif pendekatan di

dalam ilmu psikologi. Fenomenologi sendiri memang berkembang di dalam filsafat. Tokoh yang

berpengaruh adalah Edmund Husserl, Martin Heidegger, Alfred Schultz, dan Jean-Paul Sartre. Ciri

khas fenomenologi adalah pendekatannya yang mau secara radikal memahami hakekat dari realitas

tanpa terjatuh pada asumsi-asumsi yang telah dimiliki terlebih dahulu oleh seorang ilmuwan.

Fenomenologi ingin memahami benda sebagai mana adanya. Slogan fenomenologi adalah

kembalilah kepada obyek itu sendiri. Semua asumsi ditunda terlebih dahulu, supaya obyek bisa tampil

apa adanya kepada peneliti. Metode fenomenologi dapat dijadikan alternatif dari pendekatan

kuantitatif, yang memang masih dominan di dalam dunia ilmu psikologi di Indonesia. Dengan

menggunakan metode ini, penelitian psikologi akan menjadi semakin manusiawi, dan akan semakin

mampu menangkap apa yang sesungguhnya terjadi di dalam realitas.

Filsafat juga bisa mengangkat asumsi-asumsi yang terdapat di dalam ilmu psikologi. Selain

mengangkat asumsi, filsafat juga bisa berperan sebagai fungsi kritik terhadap asumsi tersebut. Kritik

disini bukan diartikan sebagai suatu kritik menghancurkan, tetapi sebagai kritik konstruktif, supaya

ilmu psikologi bisa berkembang ke arah yang lebih manusiawi, dan semakin mampu memahami

realitas kehidupan manusia. Asumsi itu biasanya dibagi menjadi tiga, yakni asumsi antropologis,

asumsi metafisis, dan asumsi epistemologis. Filsafat dapat menjadi pisau analisis yang mampu

mengangkat sekaligus menjernihkan ketiga asumsi tersebut secara sistematis dan rasional. Fungsi

kritik terhadap asumsi ini penting, supaya ilmu psikologi bisa tetap kritis terhadap dirinya sendiri, dan

semakin berkembang ke arah yang lebih manusiawi.

Dalam konteks perkembangan psikologi sosial, filsafat juga bisa memberikan wacana maupun sudut

pandang baru dalam bentuk refleksi teori-teori sosial kontemporer. Di dalam filsafat sosial, yang

merupakan salah satu cabang filsafat, para filsuf diperkaya dengan berbagai cara memandang

fenomena sosial-politik, seperti kekuasaan, massa, masyarakat, negara, legitimasi, hukum, ekonomi,

maupun budaya. Dengan teori-teori yang membahas semua itu, filsafat sosial bisa memberikan

sumbangan yang besar bagi perkembangan psikologi sosial, sekaligus sebagai bentuk dialog antar

ilmu yang komprehensif.

Filsafat ilmu, sebagai salah satu cabang filsafat, juga bisa memberikan sumbangan besar bagi

perkembangan ilmu psikologi. Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang hendak merefleksikan

konsep-konsep yang diandaikan begitu saja oleh para ilmuwan, seperti konsep metode, obyektivitas,

penarikan kesimpulan, dan konsep standar kebenaran suatu pernyataan ilmiah. Hal ini penting, supaya

Page 3: Peranan Filsafat Bagi Psikologi

ilmuwan dapat semakin kritis terhadap pola kegiatan ilmiahnya sendiri, dan mengembangkannya

sesuai kebutuhan masyarakat. Psikolog sebagai seorang ilmuwan tentunya juga memerlukan

kemampuan berpikir yang ditawarkan oleh filsafat ilmu ini. Tujuannya adalah, supaya para psikolog

tetap sadar bahwa ilmu pada dasarnya tidak pernah bisa mencapai kepastian mutlak, melainkan hanya

pada level probabilitas. Dengan begitu, para psikolog bisa menjadi ilmuwan yang rendah hati, yang

sadar betul akan batas-batas ilmunya, dan terhindar dari sikap saintisme, yakni sikap memuja ilmu

pengetahuan sebagai satu-satunya sumber kebenaran.

Terakhir, filsafat bisa menawarkan cara berpikir yang radikal, sistematis, dan rasional terhadap ilmu

psikologi, sehingga ilmu psikologi bisa menjelajah ke lahan-lahan yang tadinya belum tersentuh.

Teori psikologi tradisional masih percaya, bahwa manusia bisa diperlakukan sebagai individu mutlak.

Teori psikologi tradisional juga masih percaya, bahwa manusia bisa diperlakukan sebagai obyek.

Dengan cara berpikir yang terdapat di dalam displin filsafat, ‘kepercayaan-kepercayaan’ teori

psikologi tradisional tersebut bisa ditelaah kembali, sekaligus dicarikan kemungkinan-kemungkinan

pendekatan baru yang lebih tepat. Salah satu contohnya adalah, bagaimana paradigma positivisme di

dalam psikologi kini sudah mulai digugat, dan dicarikan alternatifnya yang lebih memadai, seperti

teori aktivitas yang berbasis pada pemikiran Marxis, psikologi budaya yang menempatkan manusia di

dalam konteks, dan teori-teori lainnya.***

http://rezaantonius.wordpress.com/2008/10/21/peranan-filsafat-bagi-perkembangan-ilmu-psikologi/

jam akses 12.39

rabu 18 maret 2009

HUBUNGAN FILSAFAT PSIKOLOGI DENGAN HUMANISME

Page 4: Peranan Filsafat Bagi Psikologi

Sejarah Perkembangan Filsafat Humanisme

Sejarah perkembangan aliran filsafat pendidikan humanisme ditelusuri pada masa klasik barat dan

masa klasik timur. Dasar pemikiran filsafat aliran filsafat pendidikan ditemukan dalam pemikiran

filsafat klasik cina konfusius dan pemikiran filsafat klasik yunani.

Aliran psikologi humanis itu muncul sebagai gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-

an. Dimana perkembangan peradapan baru itu dikenal dengan nama renaisans yang terjadi pada abad

16. zaman renaisans dikenal dengan sebutan jaman kebangkitan kembali. Selain itu juga dikenal

dengan nama jaman pemikiran (age of reason), perkembangan filsafat, ilmu, dan kemanusiaan

mengalami kebangkitan setelah lama di kungkung oleh kekerasan dogma-dogma agama. (cooper

dalam Hanurawan, 2006)

Humanisme sebagai suatu gerakan filsafat dan geerakan kebudayaan berkembang sebagai suatu reaksi

terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad. Terjadi dalam dunia Eropa sebagai akibat

langsung dari kekuasaan para pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam

memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma agam yang kemudian diterjemahkan kedalam segenap

bidang kehidupan di Eropa. Dalam kontek reaksi ini, pelopor humanisme menjelaskan bahwa manusia

dengan segenap kebebasan memiliki potensi yang sangat besar dalam menjalankan kehidupan ini

secara mandiri untuk mencapai keberhasilan hidup didunia.Perkembangan selanjutnya terjadi pada

abad 18. periode perkembangan ini dimasukan kedalam masa penceraha (aufklarung). Tokoh humanis

yang muncul adalah J.J Rousseu. Tokoh ini mengutamakan pandangan tentang perkembangan

alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan.

Pada abad 20 terjadi perkembangan humanistic yang disebut humanisme kontemporer. Humanisme

kontemporer merupakan reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang

mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern.

Perkembangan lebih lanjut dari filsafat humanis ini adalah berkenaan dengan peran dan kontribusi

filsafat eksistensialisme yang cukup memberikan kontribusi dalam filsafat pendidikan humanistic.

Pemikiran filsafat eksistensialisme menyebutkan bahwa: manusia memilki keberadaan yang unik

dalam dirinya berbeda antara manusia satu dengan manusia lain. Dalam hal ini telah tentang

manusia diarahkan pada individualitas manusia sebagai unit analisisnya.

1. Eksistensialis lebih memperhatiakn pemahaman makna dan tujuan hidup manusia ketimbang

melakukan pemahaman terhadap kajian-kajian ilmiah, dan metafisika tentang alam semesta.

Page 5: Peranan Filsafat Bagi Psikologi

2. Kebebasan individu sebagai milik manusia adalah sesuatu yang paling utama dan paling unik, karena

setiap individu memilki kebebasan untuk memilki sikap hidup, tujuan hidup dan cara hidup sendiri

(Stevenson dalam Hanurawan,2006)

Aliran filsafat eksistensialis ini kemudian dikembangkan dalam dunia pendidikan karena fungsi

pendidikan adalah memberikan proses perkembangan manusia secara otentik. Manusia otentik adalah

manusia yang dalam kepribadian diri memilki tanggung jawab dan kesadaran diri untuk menghadapi

persoalan-persoalan hidup dalam alam hidup modern

Kedua aliran tersebut memberikan perkembangan pada aliran filsafat pendidikan humanisme. Hal ini

dapat ditunjukan melalui pengembangan konsep perkembangan psikologis peserta didik dan metode

pengajaran yang sesuai dengan perkembangan humanistic setiap individu. Aliran psikologi humanistic

memiliki pandangan tentang manusia yang memilki keunikan tersendiri, memilki potensi yang perlu

diaktualisasikan dan memilki dorongan-dorongan yang murni berasal dari dalam dirinya. Individu

manusia yang telah bersasal dari dirinya (Hanurawan,2006).

Konsep Pemikiran Filsafat Psikologi Humanistik

Konsep pemikiran filsafat psikologi humanistic yang dikemukakan oleh filsuf humanis meliputi

pandangan tentang hakeket manusia, pandangan tentang kebebasan dan otonomi manusia, konsep diri

(self concept), dan diri individu serta aktualisasi diri (Hanurawan,2006). Konsep pemikiran tersebut akan

diuraikan sebagai berikut:

1. Pandangan tentang hakekat manusia

Hakekat manusia dalam pandangan filosuf humanistic adalah manusia memilki hakekat kebaikan

dalam dirinya. Dalam hal ini apabila manusia berada dalam lingkungan yang kondusif bagi

perkembangan potensialitas dan diberi semacam kebebasan untuk berkembang maka mereka akan

mampu untuk mengaktualisasikan atau merealisasikan sikap dan perilaku yang bermanfaat bagi

dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat pada umumnya (Hanurawan,2006).

2. Pandangan tentang kebebasan dan otonomi manusia

Penganut aliran humanistic memberikan pandangan bahwa setiap manusia memilki kebebasan dan

otonomi memberikan konsekuensi langsung pada pandangan terhadap individualitas manusia dan

potensialitas manusia. Individualitas manusia yang unik dalam diri setiap pribadi harus dihormati.

Berdasarkan pandangan ini, salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia yang perlu

dilakukan dalam proses pendidikan untuk mencapai hasil yang maksimal adalah pemberian

kesempatan kepada berkembangnya aspek-aspek yang ada dalam diri individu.

Page 6: Peranan Filsafat Bagi Psikologi

3. Pandangan tentang diri (the self) dan konsep diri (self concept)

Diri (the self) menurut penganut filsafat humanis merupakan pusat kepribadian yang

pengembangannya dapat dipenuhi melalui proses aktualisasi potensi-potensi yang dimiliki seseorang.

Diri (the self) yang ada dalam diri seseorang digambarkan sebagai jumlah keseluruhan yang utuh

dalam diri individu yang dapat membedakan diri seseorang dengan orang lain. (Ellias dan Meriam

dalam Hanurawan, 2006).

Dalam diri (the self) seseorang terdapat perasaa, sikap, kecerdasan, intelektual, kecerdasan

emosional, kecerdasan spiritual dan karakteristik fisik. Sedangkan konsep diri (self concept) menurut

Kendler dalam Hanurawan 2006 merupakan keseluruhan presepsi dan penilaian subyektif yang

memiliki fungsi menentukan tingkah laku dan memiliki pengaruh yang cukup besar untuk tumbuh

dan berkembang. Pertumbuhan perkembangan individu merupakan potensialitas individu untuk

aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan kemampuan manusia menghadirkan diri secara nyata

(menurut maslow dalam Hanurawan 2006). Aktualisasi diri terwujud dalam ………….. manusia

untuk memperoleh pemenuhan diri (self fulfillment) sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya.

Dengan aktualisasi diri, manusia mampu mengembang keunukan kemanusiaannya guna meningkat

kualitas kehidupan serta dapat mengubah situasi kea rah yang lebih baik.

3. Implikasi Pendidikan Psikologi Humanis dalam Prose Pendidikan

Pandangan utama aliran filosofis pendidikan humanistic adalah proses pendidikan berpusat pada

subyek didik. Roger dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) berpendapat belajar akan optimal apabila

siswa terlibat secara penuh dan sungguh serta berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses

belajar. Proses pendidikan berpusat pada subyek didik, dalam hal ini peran guru dalam proses

pendidikan sebagai fasiltator dan proses pembelajaran dalam kontek proses penemuan yang bersifat

mandiri (Hanurawan,2006). Searah dengan pandangan tersebut maka hakekat pendidik adalah

fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk itu seorang pendidik harus

mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar mandiri. Proses belajar hendaknya

merupakan kegiatan untuk mengeksploitasi diri yang memungkinkan pengembangan keterlibatan

secara aktif subyek didik untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar. Berdasarkan hal

tersebut diatas maka system belajar yang cocok untuk pendidikan humanis ini adalah Enquiry

Discovery yakni belajar penyelidikan dan penemuan. Dalam proses belajar mengajar system Enquiry

Discovery ini guru tidak akan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final, dengan kata lain guru

hanya menyajikan sebagian, selebihnya siswa yang mencari atau menemukan sendiri.

Page 7: Peranan Filsafat Bagi Psikologi

Adapun tahapan dalam prosedur Enquiry Discovery adalah:

1. Stimulation (stimulasi/ pemberi rangsangan), yakni memulai kegiatan PBM dengan mengajukan

pertanyaan, anjuran membaca buku, aktifitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan

pemecahan masalah.

2. Problem statement (pernyataan / identifikasi masalah), yakni memberi kesempatan kepada siswa

untuk mengidentifikasikan sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan

pelajaran, kemudian dipilih salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3. Data collection (pengumpulan data), yakni memberi kesempatan kepad para siswa untuk

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau

tidaknya hipotesis.

4. Data prosesing (pengolahan data), yakni mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para

siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sabagainya lalu ditafsirkan.

5. Verification (pentahkikan), yakni melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar

atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dihubungkan dengan data prosesing.

6. Generalization (generalisasi), yakni menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum.( Syah, Muhibbin,2004)

Melalui pembelajaran Enquiry Discovery / penemuan menurut Hanurawan (2006) akan dapat

membawa pengalaman pada diri pembelajar dalam mengidentifikasi, memahami masalah-masalah

yang dihadapi sehingga menemukan sesuatu pengetahuan yang bermakna bagi dirinya. Seperti telah

dikemukakan diatas, dalam proses pembelajaran dengan enqiry discovery ini guru berperan sebagai

fasilitator. Menurut Hanurawan (2006) fungsi tugas kefasilitatoran guru dalam KBM harus dapat

menumbuhkan keyakinan dalam diri pebelajar dalam kegiatan yang dilakukan. Yang berarti guru

harus dapat menstimulus pebelajar untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini

sesuai dengan kontek pembelajaran humanistic menurut Maslow bahwa guru adalah pembantu

sekaligus mitra dalam melakukan aktualisasi diri.Peran guru sebagai fasilitator menurut Abu dan

Supriono,W (2004) dapat diwujudkan dengan memperhatiakan penciptaan suasana awal, situasi

kelompok atau pengalaman kelas, memperjelas tujuan di dalam kelas. Menyediakan sumber-sumber

belajar untuk dimanfaatkan pebelajar dalam rangka mencapai tujuannya, dan mengambil prakarsa

untuk ikut dalam kelompok kelas.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran menurut pandangan psikologi

humanistic yaitu:

Page 8: Peranan Filsafat Bagi Psikologi

1. Setiap individu mempunyai kemampuan bawaan untuk belajar.

2. Belajar akan bermanfaat bila siswa menyadari manfaatnya.

3. Belajar akan berarti bila dilakukan lewat pengalaman sendiri dan uji coba sendiri.

4. Belajar dengan prakarasa sendiri penuh kesadaran dan kemampuan dapat berlangsung lama

5. Kreatifitas dan kepercayaan dari orang lain tumbuh dari suasana kebebasan.

6. Belajar akan berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktif dan disiplin setiap kegiatan belajar.

http://sahaka.multiply.com/journal/item/20/Filsafat_Humanisme

Saturday, March 21, 2009, 11:38:15 AM

bu Ahmadi dan Supriono W. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Hanurawan. 2004. Psikologi Pendidikan. Malang. FIP UNM Syah Muhibbin. 2004.

Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rosda.