peran usz unit salur zakat baznas untuk...
TRANSCRIPT
67
PERAN USZ (UNIT SALUR ZAKAT) BAZNAS UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
(Studi BMT Mekar Dakwah Serpong)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Hadi Hermanto
204046102919
KONSENTRASI MUAMALAT
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
68
PERAN USZ (UNIT SALUR ZAKAT) BAZNAS UNTUK MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
(Studi BMT Mekar Dakwah Serpong)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam
Oleh :
Hadi Hermanto
204046102919
Di Bawah Bimbingan
DR. H. Ahmad Mukri Adji, MA
NIP. 150 220 554
KONSENTRASI MUAMALAT
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
69
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PERAN USZ (UNIT SALUR ZAKAT) BAZNAS UNTUK
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK (STUDI BMT MEKAR
DAKWAH SERPONG) telah disajikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 3 Maret
2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 3 Maret 2009
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM ( ......................)
NIP. 150 210 422
2. Sekretaris : Drs. Ahmad Yani, MA ( ……..………)
NIP. 150 269 678
.3. Pembimbing: DR. H. Ahmad Mukri Adji, MA ( ..……………)
NIP. 150 220 554
4. Penguji I : Asep Saepuddin Jahar, MA, Ph.D ( ……………..)
NIP. 150 276 211
5. Penguji II : DR. Rumadi, MA ( ......................)
NIP. 150 283 352
70
LEMBAR PENYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 19 februari 2009
Hadi Hermanto
71
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan kemudahan dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan pada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW.
Dalam Penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan saran dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih, yang secara
khusus disampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.M. Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag. Ketua Program Studi Perbankan Syariah dan
Bapak H. Ah. Azharuddin Latief, S.Ag, M.H. Sekretaris Program Studi
Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H. Djawahir Hejazziey, S.H, M.H, Koordinator Teknis Program
Non-Reguler dan Bapak H. Ahmad Yani, M.A. Sekretaris Teknis Program
Non-Reguler Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
72
4. Bapak DR. H. A. Mukri Adji, M.A. Dosen Pembimbing dalam penulisan
skripsi ini yang telah memberikan kontribusi yang lebih dalam penyeleasaian
skripsi ini
5. Bapak Muhammad Taufiki, M.Ag Dosen Penasehat Akademik yang telah
memberikan banyak nasehat dan saran selama penulis menjadi mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Dosen dan Karyawan di lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengetahuan
dan pengalaman serta bantuannya kepada penulis.
7. Bapak Ismail, Ketua Pengurus BMT Mekar Dakwah yang selalu memompa
semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Rifqi Mubarok, Manager BMT Mekar Dakwah dan seluruh staff yang
telah menyempatkan waktu dan membantu memberikan data-data kepada
penulis dalam penulisan skripsi ini.
9. Bapak H. Parlan dan Ibunda Yulaeha yang sangat penulis cintai, atas do’a
restu, jerih payah dan kerja keras merekalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi S1 di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sekalipun ucapan terimakasih penulis
tidaklah berarti apa-apa buat mereka.
73
10. Istriku Dr. Tri Ismayajati Cahyasiwi, yang selalu menghiasi hati penulis, atas
do’a dan supportnya yang telah menjadi sumber inspirasi membuat semanga
penulis menjadi bertambah hingga selesainya penulisan skripsi ini.
11. Kakakku Bambang Roseta, yang selalu memberikan kontribusi terbaiknya
dalam pemikiran dan teknologi informasi.
12. Adik-adikku Yulia dan Amelia, Dengan tawa dan senyum kalian mampu
menghadirkan inspirasi-inspirasi baru dalam penulisan skripsi ini.
13. Teman-temanku angkatan 2004, khususnya PS D ’04 NR yang telah
membantu penulis selama ini. Khusus kepada Nurulita Fitria dan Ahmad
Iskandar (PMH) yang memberikan efek oktan untuk mempercepat
penyelesaian skripsi ini.
Besar harapan skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
pihak-pihak yang memberikan bantuan kepada penulis terutama bagi rekan-rekan
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Perbankan Syariah
Konsentrasi Muamalat.
Penulis sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar
dan ucapan terima kasih. Atas semua perhatian yang diberikan penulis sampaikan
ucapan terima kasih.
Penulis
74
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GRAFIK vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5
C. Kajian Pustaka 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
E. Objek Penelitian 9
F. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian 9
2. Jenis Data 10
3. Teknik Pengumpulan Data 10
4. Metode Pengambilan Sampel 11
5. Metode Analisa Data 11
G. Sistematika Penulisan 14
75
BAB II : LANDASAN TEORI PENYALURAN ZAKAT
A. Pengertian Zakat 16
B. Kriteria Mustahik Zakat 20
C. Undang-undang Zakat di Indonesia 25
D. Ketentuan Umum Tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia 26
E. Asas dan tujuan pengelolaan zakat 29
F. Organisasi Pengelolaan zakat 29
G. Pengumpulan Zakat 30
H. Konsep Pemberdayaan 31
BAB III : GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Gambaran Umum BAZNAS
1. Landasan Syar’I berdirinya BAZNAS 36
2. Lokasi BAZNAS 36
3. Tugas pokok BAZNAS 37
4. Struktur organisasi BAZNAS 38
5. Program BAZNAS 40
B. Gambaran Umum BMT Mekar Dakwah
1. Sejarah Singkat pendirian BMT Mekar Dakwah 43
2. Manajemen dan struktur organisasi 44
76
C. Analisa Kinerja BMT Mekar Dakwah Tahun 2007
1. Kondisi yang Mempengaruhi Pencapaian Kerja 45
2. Analisa Kinerja Keuangan 47
3. Analisa Rasio Keuangan 48
4. Perkembangan Usaha 52
5. Analisa Pencapaian Target 60
D. Hubungan BMT Mekar Dakwah dengan BAZNAS 65
BAB V : ANALISA DATA
A. Kriteria mustahik 67
B. Mekanisme Penyaluran 70
C. Sistem Pembiayaan Untuk Mustahik 71
D. Analisa Deskriptif kualitatif 70
E. Uji Paired Sample T-Test 80
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan 82
B. Saran-Saran 84
DAFTAR PUSTAKA 84
LAMPIRAN
77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah cukup lama umat Islam Indonesia, demikian juga belahan dunia Islam
(Muslim World) lainnya, menginginkan sistem perekonomian yang berbasis nilai-
nilai dan prinsip Syari’ah (Islamic Economic System) untuk dapat diterapkan dalam
segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi umat.1 Keinginan ini didasari oleh
suatu kesadaran untuk menerapkan Islam secara utuh dan total (Kaffah) seperti yang
ditegaskan Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 85.
….� ��������� �� �������
����������� � ��!"#$�%&�
'������ � �(☺ *+,��-(. /��
�0(��#�1 �2��34 56"7��� 89�: ;--�<
=�> @��&A(���� �&BCDE��� F �G5��1&� �H(☺�&A�:���� ���IA�!�1
�=J'�: �KE⌧M�� �N�⌧B(����� � ���&� O,�� 00�#��P�� �Q☺��
�����(☺�%
Artinya : “…Apakah kalian beriman kepada sebagian Alkitab (Taurat) dan ingkar
terhadap bagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat
demikian daripada kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
1 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah (Dari Teori ke Praktek), (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), hal. vii
78
dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang amat berat.
Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat ” (Q.S. Al-Baqarah : 85).
Ayat tersebut dengan tegas mengingatkan bahwa selama kita menerapkan
Islam secara parsial, kita akan mengalami keterpurukan duniawi dan kerugian
ukhrawi. Hal ini sangat jelas, sebab selama Islam hanya diwujudkan dalam bentuk
ritualisme ibadah, sementara dimarginalkan dari dunia perekonomian, maka umat
Islam telah mengubur Islam dalam-dalam dengan tangannya sendiri.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan Asia pada khususnya serta resesi
dan ketidakseimbangan ekonomi global pada umumnya, adalah suatu bukti bahwa
asumsi tidak adanya nilai-nilai Ilahiyah yang melandasi operasional perbankan dan
lembaga keuangan lainnya serta ekonomi telah meluluhlantakkan sendi-sendi
perekonomian bangsa.
Sekarang saatnya para bankir dan ekonom yang masih mengimani Al-Qur’an
sebagai pedoman hidupnya dan Hadist sebagai panduan aktivitasnya
memperkenalkan kepada masyarakat bahwa Islam memiliki prinsip Ekonomi
Syari’ah yang terbukti semuanya dapat diterapkan dalam lembaga keuangan modern.
Sekarang saatnya, kita menunjukkan bahwa Muamalah Syari’ah dengan filosofi
utama kemitraan dan kebersamaan (Sharing) dalam profit dan Risk dapat
mewujudkan kegiatan ekonomi yang lebih adil dan transparan.
Dalam sistem ekonomi Islam, nilai instrumental yang strategis yang
mempengaruhi tingkah laku seorang muslim, masyarakat dan pembangunan ekonomi
79
pada umumnya adalah Zakat. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan
kewajiban yang dibebankan atas harta kekayaan seseorang menurut aturan tertentu.
Zakat merupakan sumber pendapatan utama di dalam suatu pemerintahan negara
Islam, karena Zakat dipandang sebagai bentuk ibadah yang tidak dapat digantikan
oleh model sumber pembiayaan apapun dan dimanapun juga.
Pelaksanaan pemungutan Zakat semestinya secara ekonomi dapat menghapus
tingkat perbedaan yang mencolok antara si fakir dan si kaya serta sebaiknya dapat
menciptakan redistribusi yang merata, disamping dapat pula membantu mengekang
laju Inflasi. Penanganan yang tepat akan Zakat secara bertahap dapat menciptakan
kondisi keseimbangan tata ekonomi yang adil dan sejahtera. Untuk itu perlu adanya
lembaga yang independen yang mengatur tentang pola pengumpulan zakat dan
pendistribusian Zakat, Infaq dan Shadaqah.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999
tentang pengelolaan Zakat, bahwasanya dalam Undang-undang yang dimaksud
dengan Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat. Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan
mampu atau badan yang dimiliki oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat,
dan Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan
kepada muzaki, mustahiq, dan amil zakat pengelolaan zakat berasaskan iman dan
80
takwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.2
Pengelolaan zakat bertujuan antara lain, meningkatkan pelayanan bagi
masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama, meningkatkan
fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan keadilan sosial serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
Badan amil zakat mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan,
dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Dalam melaksanakan
tugasnya, badan amil zakat dan lembaga amil zakat bertanggung jawab kepada
pemerintah sesuai dengan tingkatannya. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan
organisasi dan tata kerja badan amil zakat ditetapkan dengan keputusan menteri.
Badan amil zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta
muzaki yang berada di bank atas permintaan muzaki. Badan amil zakat dapat
menerima harta selain zakat, seperti infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat
muzaki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya
berdasarkan hukum agama.
Di Indonesia cukup banyak lembaga yang menghimpun dan menyalurkan
dana ZIS, diantaranya adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS
dalam mendistribusikan dana ZIS bekerjasama dengan BUMN, Bank-bank Syari’ah
2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999, Tentang Pengelolaan Zakat
(Jakarta: Ditjen Binmas Islam dan urusan haji,1999), hal. 4
81
dan Lembaga Keuangan seperti Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai Unit Salur
Zakat diantaranya yaitu Koperasi Serba Usaha Syari’ah (KSUS) Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) Mekar Da’wah Serpong.
Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah, BMT Mekar Da’wah,
memiliki komitmen untuk mengambil peran dalam memberdayakan ekonomi rakyat.
Setelah beroperasi sejak bulan Januari 2004, masyarakat yang menjadi anggota di
BMT Mekar Da’wah telah mencapai 822 Orang, dan 38 Mustahik binaan BMT
Mekar Da’wah bekerjasama dengan BAZNAS sebagai Mitra Salur Zakat. KSU.
Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong merupakan Sebuah Lembaga Keuangan
Syari’ah yang tertanggal 15 Maret 2004 dikukuhkan sebagai salah satu Unit Salur
Zakat (USZ) oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang bertugas sebagai
Mitra BAZNAS.3
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka Penulis tertarik untuk
membahas skripsi yang berjudul : PERAN USZ (UNIT SALUR ZAKAT)
BAZNAS UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK
(Studi BMT Mekar Dakwah Serpong)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah pokok dalam penulisan Skripsi ini adalah bagaimana
Korelasi antara dana bantuan BAZNAS yang disalurkan melalui KSU Syari’ah BMT
Mekar Da’wah Serpong terhadapat peningkatan pendapatan Mustahik binaannya.
3 Company Profile BMT Mekar Da’wah Serpong, 2004. hal. 2
82
Permasalahan tersebut sangat luas untuk itu Penulis membatasi dengan perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada peningkatan pendapatan Mustahik sebelum diberikannya bantuan
dibandingkan setelah diberikannya bantuan dari dana BAZNAS ?.
2. Bagaimana korelasi/hubungan antara pemberian dana bantuan dari BAZNAS
terhadap peningkatan Pendapatan Mustahik Binaan KSU Syari’ah BMT Mekar
Da’wah Serpong ?.
C. Kajian pustaka
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, peneliti melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini tampaknya
sudah banyak mendapatkan perhatian dari para peneliti, Disini penulis mencoba
melihat peranan efektifitas terhadap pengelolaan dana Zakat oleh BMT atau Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) masih kurang mendapat perhatian dari masyarakat
luas. Oleh karena itu Penulis ingin meneliti peranan sebuah LKMS yang diamanahi
pengelolaan dana zakat yang bertujuan produktivitas mustahik.
Faradilla pernah melakukan penelitian pada tahun 20064 , sifat penelitiannya
adalah kualitatif tentang efektivitas penyaluran zakat dalam meningkatkan
pendapatan mustahik dan disimpukan bahwa penyaluran zakat yang dimaksud adalah
4 Faradillah, Efektifitas Penyaluran Zakat dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahik pada
LAZNAS Bangun Sejahtera Mitra (BSM Umat). (Skripsi Jurusan Muamalah Fak. Syariah dan Hukum ,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatllah Jakarta, 2006)
83
pola penyaluran zakat dalam bentuk pemberdayaan (produktif) yang disertai target
terjadinya kemandirian ekonomi bagi mustahik dan mengupayakan adanya
peningkatan pendapatan bagi mustahik.
Siti Solihah melakukan penelitian pada tahun 20065, tentang Peran BMT Al-
karim Cipulir dalam pengelolaan zakat, ditinjau dari strategi, hubungan dengan
pengelola lain dan kontribusinya bagi mustahik. Disimpulkan bahwa peranan BMT
tersebut masih memiliki kelemahan dalam pengolahan zakat.
Penelitian ini dapat dikatakan penelitian berkesinambungan antara kedua
penelitian diatas dan pendekatan dilakukan dengan kualitatif dan kuantitatif.
Keunggulan yang akan peneliti unggulkan didalam penelitian ini adalah peranan USZ
(Unit Salur Zakat) yang dimiliki BAZNAS yang selama ini belum terlihat perannya
dalam peningkatan kesejahteraan umat, dalam hal ini manfaat zakat yang disalurkan
dengan tujuan produktif .
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada peningkatan
pendapatan Mustahik sebelum diberikannya bantuan dibandingkan setelah
diberikannya bantuan dari dana BAZNAS serta korelasi/hubungan antara
5 Siti Solihah, Peran BMT Al-karim Cipulir dalam pengelolaan zakat. (Skripsi Jurusan
Muamalah Fak. Syariah dan Hukum , Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatllah Jakarta, 2006)
84
pemberian dana bantuan dari BAZNAS terhadap peningkatan Pendapatan
Mustahik Binaan KSU Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya Penelitian ini Mahasiswa akan memperoleh
pengetahuan praktis sebagai hasil pengamatannya, jadi dapat mengetahui
penerapan teori yang didapat dari bangku kuliah dalam kenyataannya di
Perusahaan.
b. Bagi Dunia Pendidikan
Dapat memeberikan sumbangan yang berharga dalam rangka
memperkaya perbendaharaan hasil-hasil penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang ekonomi syari’ah khusunya yang menyangkut masalah
efektifitas penggunaan dana ZIS bagi peningkatan kesejahteraan Mustahik.
c. Bagi Lembaga (BMT Mekar Da’wah Serpong)
Sebagai sumbangan pemikiran pada berbagai pihak yang terlibat
dalam manajemen BMT, khususnya jajaran manajemen, Pengelola dan
Pengurus dalam membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan penyaluran dana dari pihak ke-tiga khususnmya BAZNAS.
d. Bagi BAZNAS
85
Digunakan sebagai salah satu tolak ukur dan bahan audit tentang
sejauh mana penyaluran dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh dari BAZNAS dapat
tersalurkan secara amanah dan profesional serta tepat sasaran.
e. Bagi Masyarakat dan Mustahik.
Masyarakat dapat mengetahui lebih jauh tentang BMT dan BAZNAS.
Dan dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana keilmuan
Islam dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
E. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membutuhkan Unit Salur Zakat sebagai objek
penelitian, dimana objek yang penulis teliti akan menjadi sumber data primer untuk
mengetahui apakah variable yang diteliti memiliki pengaruh antara satu variable
dengan variabel lainnya.
Adapun Unit Salur Zakat yang menjadi objek penulis dalam melakukan
penelitian ini adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mekar Dakwah yang terletak di
Jalan Raya Serpong No. 134 Serpong – Tangerang.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
86
a. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu Tinjauan langsung ke
Lembaga Keuangan Syari’ah, yaitu Penulis melakukan observasi pada KSU.
Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong.
b. Tinjauan Pustaka (Library Research) yaitu Penelitian dengan cara
membaca dan mengumpulkan data serta informasi melalui buku-buku yang
berhubungan dengan penulisan ini.
2. Metode Analisis Data
Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Data Kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat.
Yang dalam penelitian ini bersumber pada landasan teori aplikasi
penyaluran zakat, data-data terkait pembiayaan mustahik, dan laporan
kinerja BMT Mekar Dakwah pada tahun 2007 yang dilaporkan pada
RAT (Rapat Anggota Tahunan) selaku objek penelitan.
b. Data Kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif-statistik, yang
mengarah ke pengujian hipotesis terhadap peningkatan pendapatan
mustahik binaan KSU Syari’ah BMT Mekar Dakwah serpong sebelum
dan sesudah menerima bantuan.
3. Teknik Pengumpulan Data
87
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu
wawancara (Interview), yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
wawancara langsung dengan Pimpinan dan Karyawan yang diberi wewenang
untuk menjawab, serta kepada Mustahik binaan.
4. Metode Pengambilan Sampel
a. Populasi dan Sampel
Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti mengambil Populasi dan
Sampel sebagai berikut :
1. Populasi
Populasi adalah Jumlah dari keseluruhan Responden yang
menjadi Obyek Penelitian yaitu Nasabah Binaan KSU Syari’ah BMT
Mekar Da’wah Serpong, dalam hal ini Populasi yang menjadi Obyek
Penelitian ini adalah Nasabah yang aktif baik dalam Pembiayaan
maupun Simpanan.
2. Sampel
Sampel adalah Sebagian dari Populasi yang hendak diteliti dan
dalam penelitian ini akan diambil Mustahik yang akan dijadikan
sampel dimana karakteristik dari sampel tersebut dianggap dapat
mewakili keseluruhan Populasi.
b. Metode Pengambilan Sampel
88
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sistem
Simple Random Sampling yaitu sistem pengambilan sampel dimana setiap
sample dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi
sampel atau untuk mewakili populasi, dan dalam penelitian ini sampel
yang diambil yaitu sebanyak 38 orang yang merupakan keseluruhan
populasi yaitu Mustahik yang dibina oleh KSU Syari’ah BMT Mekar
Da’wah Serpong.
5. Metode Analisa Data
Dalam penulisan penelitian ini, maka Metode Analisa Data yang
digunakan adalah sebagai Berikut :
a. Uji Deskriptif Kualitatif.
Dalam analisa deskriptif kualitatif digunakan untuk menjabarkan
kriteria Mustahik yang berhak mendapat bantuan dari BAZNAS melalui KSU
Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong serta bagaimana mekanisme, cara
mendapatkan dana bantuan, prosedur penyaluran serta pembinaan kepada
Mustahik yang mendapatkan dana bantuan BAZNAS melalui KSU Syari’ah
BMT Mekar Da’wah Serpong
b. Uji T-Test (Paired Sample T-Test)
89
Paired Sample T-Test berguna untuk melakukan pengujian terhadap 2
sampel yang berhubungan atau sering disebut Sampel berpasangan yang
berasal dari populasi yang memiliki rata-rata (mean) sama.
Dan dalam penelitian ini uji T-Test yaitu untuk mengetahui perbedaan
rata-rata pendapatan Mustahik sebelum diberikannya bantuan dibandingkan
setelah diberikannya bantuan dana Baznas. Dengan demikian uji ini
dimaksudkan untuk membedakan rata-rata Pendapatan Mustahik sebelum
diberikannya bantuan dibandingkan setelah diberikannya bantuan.
Adapun rumus T untuk Paired Sample T-Test adalah sebagai berikut :
T = ( B – 0 ) = B
SB
SB
Dimana : B : Beda antara pengamatan tiap pasang
B : Mean dari beda pengamatan
SB : Standard error dua mean yang berhubungan.
Pada Penelitian di atas dimana,
Hipotesis :
HO : Tidak ada Perbedaan Tingkat Pendapatan pada masing-masing
Mustahik sebelum diberikannya bantuan dibandingkan setelah
diberikannya bantuan dana Baznas
90
H1 : Ada Perbedaan Tingkat Pendapatan pada masing-masing Mustahik
sebelum diberikannya bantuan dibandingkan setelah diberikannya
bantuan dana Baznas
Dengan ketentuan sebagai berikut :
- HO : µB = 0
- H1 : µB ≠ 0
Dimana,
- Tolak HO Jika THitung >=(Lebih Besar) dari TTabel α 0.05 dengan dfn-1
- Tolak H1 Jika THitung < (Lebih Kecil) dari TTabel α 0.05 dengan df n-1
Pada penelitian untuk menghitungnya Penulis menggunakan Program
Aplikasi Komputer Statistik SPSS (Statistical Product and Service Solutions)
agar Validitas dan Keakuratan dalam penghitungan terjamin dan untuk
memperkecil kesalahan yang bersifat Human Error.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan Skripsi ini, pembahasan dibagi dalam lima
bab yang memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab yang
mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi kesatuan yang
saling menjelaskan sebagai satu pemikiran.
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, diuraikan sebagai berikut :
91
Bab Pertama, merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan
pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global skripsi yang
berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, review studi terdahulu dan sistematika
penulisan.
Bab Kedua, merupakan landasan Teori, pada bab ini berisi tentang pengertian
sampai sistem pengelolaan zakat yang diatur langsung oleh pemerintah. Dengan
adanya landasan teori yang dikemukakan diatas dapat menjadi dasar sebuah
mekanisme pengelolaan dana yang berasal dari Zakat.
Bab ketiga, merupakan kajian tentang profil lembaga yang menamanahkan
(BAZNAS) dan yang menyalurkan langsung (BMT Mekar Dakwah). Mulai dari
sejarah berdirinya, visi, misi, fungsi, struktur dan program-program yang menunjang
keberlangsungan perputaran dana tersebut. Dengan adanya profil tersebut kita akan
mengetahui profesionalisme kerja yang diciptakan oleh kedua lembaga tersebut.
Bab Keempat, Pokok bahasan dalam Bab ini yaitu berisi tentang pengujian
terhadap rumusan masalah antara lain peningkatan pendapatan mustahik binaan BMT
Mekar Dakwah sebelum dan sesudah diberikannya bantuan dari dana BAZNAS.
Hubungan (Korelasi) antara Bantuan yang diberikan terhadap pendapatan mustahik
binaan BMT Mekar Dakwah sebelum dan sesudah diberikannya bantuan dari dana
BAZNAS.
92
Bab Kelima, merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian, saran untuk lembaga. Yang diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan kontribusi pemikiran
93
BAB II
LANDASAN TEORI PENYALURAN ZAKAT
C. Pengertian Zakat.
Zakat adalah ibadah Maaliyah Ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat
penting, strategis, dan menentukan6. Ditinjau dari segi bahasa, kata Zakat mempunyai
beberapa arti, yaitu al-barakatu (keberkahan), al-namaa (pertumbuhan dan
perkembangan), ath-thaharatu (kesucian), dan ash-shalahu (keberesan).7.
Menurut pengertian syara’ zakat berarti hak yang wajib dikeluarkan dari
harta.8 Mazhab Maliki mendefinisikannya dengan “Mengeluarkan sebagian yang
khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab kepada orang-orang
yang berhak menerimanya”. Mazhab hanafi mendefinisikan zakat dengan
“menjadikan sebagian harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang
ditentukan oleh syariat karena Allah SWT”. Menurut Mazhab Syafi’i zakat adalah
sebuah ungkapan untuk “keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara yang
6 Yusuf al-Qardhawi, Al-Ibadah Fil-Islam (Beirut:Muassasah Risalah, 1993), hlm. 235.
7Majma Lughah al-“Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wasith, (Mesir :Daar el-Ma’arif, 1972), juz I h . 396.
8 Didin Hafiduddin, Zakat dalam perekonomian modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
h. 7.
94
khusus”. Sedangkan menurut Mazhab Hambali “zakat ialah hak yang wajib
dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula”.9
Menurut Ibnu Taimiyah, jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan
kekayaannya menjadi bersih pula.10
Hal ini berarti bahwa maksud bertumbuh dan
berkembang itu tidak hanya diperuntukkan bagi harta kekayaan, tetapi lebih jauh dari
itu. Dengan mengeluarkan zakat diharapkan hati dan jiwa orang yang menunaikannya
menjadi bersih. Sedangkan menurut Yusuf Qardhawi, zakat dari istilah fiqih berarti
“sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang
berhak.”
Dalam hal ini terjadi perbedaan diantara pedapat ulama, namun pada
prinsipnya sama yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan
tertentu (nishab dan haul) yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya.
Hubungan antara pengertian Zakat menurut bahasa dan istilah sangat nyata
dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah,
9 Wahbah al-Zuhayly, Fiqih dan Perundangan Islam, Terjemah: Agus Effendi dan Bahrudin
Fanany, dari judul Al-Fiqh Al-Islam Wa Adilatuh (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), Jilid III,
h. 83-84.
10 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Terjemah: Salman Harun, Didin Hafidhuddin, Hasanuddin,
dari judul Fiqhuz Zakat (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), cet, ke-1, h. 35
95
tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik)11
. Hal ini sebagaimana
dinyatakan dalam surah At-Taubah : 103) sebagai berikut:
$B�R S/�� 56�T�U3&����� VHW(EXY
56�K�!�KZ[�% 6\]�^_�-�%&�
�H\` ab0XY&� 56�Z�BJ��c F d��:
(�%��J�XY ⌦/�(f 56�TgU � O,��&�
hhB�☺(f ijA���c .
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Q.S : At-Taubah : 103).
Menurut penafsiran Ibnu Katsir atas firman Allah SWT dalam surat At-
Taubah ayat 103-104, bahwasanya Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya memungut
zakat dari umatnya untuk mensucikan dan membersihkan mereka dari zakat itu. Dan
Allah SWT juga memerintahkan agar Rasulullah berdo’a dan beristighfar bagi
mereka yang menyerahkan bagian zakatnya.12
Sedangkan untuk sasaran zakat, Allah SWT sendiri telah menentukan siapa
saja yang berhak mendapatkan zakat tersebut dalam firman-Nya sebagai berikut:
k �(☺lC�: "m�W(Eno���
�+,��!:"# ��� a>p���Xq(☺����&�
11 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam perekonomian modern, hal. 7
12 Ibnu Katsir, Terjemahan singkat Ibnu Katsir, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1988), jilid IV, h.
132
96
�>r���☺�(�����&� �H\5]J��c
�H⌧#M�⌧☺����&� 56\c`����W
u�>&� �N�Wvw!���
�>p��v!��P����&� u�>&� a0B�7(f
x,�� a>�P��&� a0B�7qq��� F VHyz1v! �{�|� x,�� � O,��&�
ijA���c zjB�7(} .
Artinya : “Sesungguhnya zakat diperuntukkan itu, hanya kepada fakir, orang miskin,
pengurus zakat, para muallaf untuk (memerdekakan budak), orang yang
berhutang, yang berjuang dijalan Alloh, dan orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Alloh, dan Alloh
Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah (9) : 60).
Allah telah menentukan siapa-siapa saja golongan yang berhak menerima
zakat sebagaimana yang tersebut dalam ayat diatas, yakni terbagi kepada delapan
golongan; fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil.
Dalam ayat tersebut, Allah SWT hanya menentukan golongan-golongan
masyarakat yang berhak menerima zakat, yang di dalam istilah hukum (fikih) Islam
disebut ashnafsamaniyah atau kelompok delapan. Sedangkan perumusan dan
pengaturan pembagiannya lebih lanjut diserahkan kepada ijtihad manusia, sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan serta kemashlahatan masyarakat.13
13 Moh. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta, Penerbit UI – Press,
1988), h. 48
97
Penyaluran (penentuan) mustahik boleh melihat skala prioritas diantara 8
asnaf.14
Skala prioritas disini maksudnya adalah mendahulukan orang yang paling
membutuhkan dan mau merubah hidupnya, tidak malas, gigiih dan teru melakukan
upaya demi perbaikan nasibnya. Misalkan ada dua anak miskin yang sama-sama
mencari uang dijalan. Anak yang satu jadi pengemis, yang satunya menjajakan koran.
Untuk pemberdayaan pilih penjaja koran karena yang menjual koran sudah punya
usaha dan telah membina jiwanya menjadi wirausaha untuk tak jadi beban
masyarakat.15
B. Kriteria Mustahik Zakat
Orang-orang yang berhak menerima zakat ditentukan dalam Al-Qur’an surat
At-Taubah ayat 60. dari ayat tersebut sudah ditetapkan bahwa mustahik zakat dibagi
menjadi delapan ashnaf, kedelapan golongan tersebut adalah :
1. Fakir
Orang fakir adalah orang yang sangat miskin dan hidupnya menderita, tidak
memiliki apa-apa untuk hidup atau orang-orang yang sehat dan jujur tetapi tidak
mempunyai pekerjaan sehingga tidak mempunyai penghasilan.16
Atau orang fakir
adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi
14 Syahrin Harahap, Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta: PT.Tiara
Wacana, 1999), h. 105
15 Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Ciputat: Institut Pemberdayaan Zakat, 2004), h. 223
16 Rahman al-Zahrul, Doktrin Ekonomi Islam, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf 1995), h. 295
98
kebutuhan sehari-hari, dia tidak memiliki pendamping hidup, ayah, ibu dan keturunan
yang dapat membiayainya baik untuk membeli makanan, pakaian, maupun tempat
tinggal.
2. Miskin
Orang miskin adalah orang yang mempunyai mata pencaharian atau
berpenghasilan tetap, tetapi penghasilannya belum mencukupi standar hidup bagi diri
dan keluarganya. Orang miskin disebut juga orang yang memiliki pekerjaan, tetapi
penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.Orang fakir,
menurut mazhab Syafi’i dan Hambali, lebih sengsara dibandingkan dengan orang
miskin. Orang fakir ialah orang yang tidak memiliki harta benda dan tidak memiliki
pekerjaan atau dia memliki sesuatu dan juga berkerja, tetapi penghasilannya tidak
melebihi daripada setengah keperluannya sendiri dan orang-orang yang berada
deibawah tanggungjawabnya.17
Adapula yang mendefinisikan orang miskin adalah orang yang memiliki
pekerjaan atau mampu berkerja, tetapi penghasilannya hanya mampu memenuhi lebih
dari sebagian kebutuhannya, tidak mencukupi seluruh hajat hidupnya. Yang
dimaksudkan dengan cukup adalah dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
17 Wahbah al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, terjemah oleh Agus Effendi dan
Bahruddin Fannany, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h. 281
99
3. Amil
Mustahik zakat yang ketiga adalah pengelola zakat yang ditunjuk oleh kepala
negara atau pemerintah setempat atau mengumpulkan dan mendistribusikan zakat
Kata pengelola mencakup semua pegawai sepert pengumpul, pekerja, pembagi,
distributor, penjaga, akuntan dan lain sebagainya yang mungkin ditunjuk untuk
membantu pengumpulan, penyimpanan, distribusi dan administrasi dana zakat.
Para amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan, semua
berhubungan dengan pengaturan soal zakat, yaitu soal sensus terhadap orang-orang
yang wajib zakat dan macam-macam zakat yang diwajibkan padanya, juga besar
harta yang wajib dizakati. Kemudian mengetahui para mustahik zakat, berapa jumlah
mereka berapa kebutuhan mereka serta biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain
yang merupana urusan yang perlu ditangani secara sempurna oleh para ahli dan
petugas serta stafnya.
Dalam berkerja mengurus zakat panitia ini disyaratkan harus memiliki sifat
kejujuran dan menguasai hukum zakat, beragama Islam, mukallaf, memiliki sifat
amanah, memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan
bersungguh-sungguh.
4. Muallaf
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain orang-orang yang lemah
niatnya untuk masuk Islam, mereka diberikan bagian dari zakat agar niat mereka
masuk Islam menjadi kuat dan kelompok ini diharapkan kecendrungan hati dan
100
keyakinannya untuk beriman atau tetap beriman kepada Allah SWT. Mencegah agar
ereka tidak berbuat jahat bahkan diharapkan mereka akan membela atau menolong
kaum muslimin shingga orang-orang yang baru memeluk Islam yang mungkin
kehilangan hartanya sangat terbantu untuk keperluan peningkatan keimanan dan
kehidupannya.
5. Riqab
Riqab jamak dari raqabah, fir riqab artinya mengeluarkan zakat untuk
memerdekakan budak sehingga terbebas dari dunia perbudakan.
Para budak yang dimaksud disini adalah para budak muslimin yang telah
membuat perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang
untuk membayar tebusan atas diri mereka. Mesipun mereka telah berkerja keras
membanting tulang mati-matian.18
Mereka tidak mugkin melepaskan diri dari orang yang tidak menginginkan
kemerdekaannya kecuali telah membuat perjanjian. Jika ada seorang budak yang
dibeli, uangnya tidak akan diberikan kepadanya melainkan kepada tuannya. Oleh
karena itu, sangat dianjurkan untuk memberikan zakat kepada para budak itu agar
memerdekakan diri mereka.
6. Gharimin
Gharimin adalah orang yang terlibat dalam jerata utang, utang itu dilakukan
bukanlah karena mereka berbelanja yang berlebihan, membelanjakan untuk hal-hal
yang diharamkan, melainkan karena kemiskinan mereka. Pengertian ini berkembang
18 Ibid. H. 285
101
pada orang yang dinyatakan pailit dalam usahanya sehingga ia kesulitan memenuhi
keperluan hidupnya disamping kewajiban hutang yang harus dibayar.
7. Fisabilillah
Fisabilillah adalah kelompok mustahik yang dikategorikan sebagai orang
yang dalam segala usaha untuk kejayaan agama Islam, oleh karena itu fisabilillah
dapat diartikan pula sebagai usaha perorangan atau badan yang bertujuan untuk
kejayaan Islam atau kepentingan umum. Ungkapan fisabilillah ini mempunyai
cakupan yang sangat luas dan bentuk praktisnya hanya dapat ditentukan oleh kondisi
kebiasaan dan kebutuhan waktu, walaupun banyak saudara kita ditimur tengah yang
pantas mendapat gelar ini.
Kata tersebut dapat mencakup berbagai macam perbuatan seperti bantuan-
bantuan yang diberikan untuk persiapan perang orang Islam untuk jihad,
menyediakan kemudahan fasilitas pengobatan bagi orang sakit dan terluka,
pendidikan bagi orang-orang yang tidak mampu membiayai pendidikan sendiri.
Pendeknya, kata tersebut mencakup semua perbuatan yang penting dan berfaedah
bagi umat Islam dan negara Islam.19
Diantara para ulama dahulu maupun sekarang ada yang meluaskan arti
fisabilillah tidak hanya khusus pada jihad dan yang berhubungan dengannya, akan
tetapi ditafsirkannya pada semua hal yang mencakup kemashlahatan, takarrub dan
perbuatan-perbuatan baik, sesuai dengan penerapan asal dari kalimat tersebut.
19 Rahman al-Zahrul, Doktrin Ekonomi Islam, h. 303
102
8. Ibnu Sabil
Orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang-orang yang
berpergian (musafir) untuk melaksanan suatu hal yang baik tidak termasuk maksiat.
Dia diperkirakan tidak akan mencapai maksud dan tujuannya jika tidak dibantu,
sesuatu yang termasuk perbuatan baik ini antara lain, ibadah haji, berperang dijalan
Allah SWT.20
Syarat-syarat ibnu sabil yang berhak menerima zakat adalah :
a. Dalam keadaan membutuhkan
b. Perjalanannya bukan perjalanan maksiat
c. Pada saar membutuhkan tidak ada orang yang memberi pinjaman
C. Undang-Undang Zakat di Indonesia.
Undang – undang Zakat Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
disyahkan oleh Presiden Republik Indonesia dengan menimbang bahwa Negara
Republik Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat
menurut agamanya masing-masing, menunaikan zakat merupakan kewajiban umat
Islam Indonesia yang mampu dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana
yang potensial bagi upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat, zakat merupakan
pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu serta upaya penyempurnaan
20 Wahbah al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, hal. 289
103
sistem pengelolaan zakat perlu terus ditingkatkan agar pelaksanaan zakat lebih
berhasil guna dan berdaya guna serta dapat dipertanggungjawabkan.
D. Ketentuan Umum Tentang Pengelolaan Zakat di Indonesia.
Dalam Undang-undang Zakat Nomor 38 tahun 1999, yang dimaksud dengan
pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan
yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya.
Agar tujuan pengelolaan zakat sebagaimana tersebut dalam pasal 5 dapat
dicapai, maka pemerintah juga mengatur dalam hal pendayagunaan pada Bab lima
pasal 16 yang berbunyi:
1. Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan
agama.
2. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan
mustahiq dan dapat dimanfaatkan usaha yang produktif.
3. Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri.
104
Dan pasal 17 yang berbunyi:
”Hasil penerimaan infaq, shadaqah, hibah, waris dan kafarat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 didayagunakan terutama untuk usaha yang produktif.”21
Untuk persyaratan dan prosedur pelaksanaan penyaluran zakat di Indonesia
telah diatur dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 Tahun 1999 pada Bab 5
pasal 28 sampai dengan Pasal 30 yang berbunyi :
Pasal 28
1). Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahiq dilakukan berdasarkan
pernyataan sebagai berikut:
a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahiq delapan asnaf yaitu
fakir, miskin, amil, muallaf, riqab gharim, sabillillah, dan ibnusabil.
b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.
c. Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing.
2). Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif ditetapkan
sebagai berikut:
a. melakukan studi kelayakan,
b. Menetapkan jenis usaha produktif,
21 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,
(Jakarta: Dit. Jen. Bimas Islam dan Urusan Haji, 1999). hal. 7-8
105
c. Melakukan bimbingan dan penyuluhan,
d. melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan,
e. mengadakan evaluasi; dan
f. Membuat pelaporan
Pasal 30
”Hasil penerimaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat didayagunakan
terutama untuk usaha produktif setelah memenuhi syarat sebagaimana tersebut dalam
pasal 29.”22
E. Asas dan Tujuan Pengelolaan Zakat.
Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan, dan kepastian
hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam BAB II
Pasal 5 UU RI Nomor 38 tahun 1999 mengemukakan bahwa:
Pengelolaan zakat bertujuan:
1. Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai
dengan tuntunan agama;
2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;
3. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat23
22 Ibid. h. 35-36
106
F. Organisasi Pengelolaan Zakat.
Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh
pemerintah. Pembentukan badan amil zakat nasional oleh Presiden atas usul Menteri,
daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen agama
propinsi, daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau wali kota atas usul
kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota dan kecamatan oleh camat atas
usul kepala kantor urusan agama kecematan.
Badan amil zakat di semua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat
koordinatif, konsultatif, dan informatif. Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur
masyarakat dan pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.
Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawas,
dan unsur pelaksana. Lembaga amil zakat dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh
pemerintah. Lembaga amil harus memenuhi persyaratan yang diatur lebih lanjut oleh
Menteri. Badan amil zakat mempunyai tugas pokok mengumpulkan,
mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Dalam
melaksanakan tugasnya, badan amil zakat dan lembaga amil zakat bertanggung jawab
kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya. Ketentuan lebih lanjut mengenai
susunan organisasi dan tata kerja badan amil zakat ditetapkan dengan keputusan
menteri.
23 Ibid. hal. 4
107
Tugas utama BAZ/LAZ adalah menyusun skala prioritas untuk
mendistribusikan untuk mustahiq dengan didasarkan pada data-data yang kuat.
Karena saat ini sudah berkembang cukup banyak lembaga pengelolaan zakat, maka
diharapkan masing-masing lembaga memiliki kekhususan program pemberdayaan
melalui zakat. Upaya kerjasama dan sinergi dari semua lembaga pengelola zakat
semakin dibutuhkan agar zakat benar-benar bermanfaat bagi peningkatan
perekonomian umat.24
G. Pengumpulan Zakat.
Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah, Harta yang dikenai zakat
adalah:
1. Emas, perak, dan uang.
2. Perdagangan dan perusahaan.
3. Hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan.
4. Hasil pertambangan.
5. Hasil peternakan.
6. Hasil pendapatan dan jasa.
7. Rikaz.
24 Husnul Khotimah, Pengaruh zakat produktif terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi
para mustahik, EKSIS (Jakarta, Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syari’ah PSTTI Pasca Sarjana
UI, 2005), vol. 1, no. 4, h. 51
108
8. Penghitungan zakat mal menurut nishab, kadar, dan waktunya ditetapkan
berdasarkan hukum agama.
Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dengan cara menerima
atau mengambil dari muzzaki atas dasar pemberitahuan muzzaki. Badan amil zakat
dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta muzzaki yang
berada di bank atas permintaan muzzaki. Badan amil zakat dapat menerima harta
selain zakat, seperti infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat.
Muzzaki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya
berdasarkan hukum agama. Muzzaki dapat meminta bantuan kepada badan amil
untuk menghitung zakatnya. Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat
atau lembaga amil zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib
pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh badan amil zakat ditetapkan dengan
keputusan menteri.
H. Konsep Pemberdayaan
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu
empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power yang
109
berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan.25
Awal em
berasal dari bahasa latin dan Yunani, yang berarti didalamnya, jadi pemberdayaaan
dapat diartikan kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Istilah
pemberdayaan diartikan seagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat,
dengan upaya pendayagunaan potensi. Pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan
hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan
memilih suatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang
berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapat
pilihan-pilihan.
Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan
kondisi hingga semua orang (yang lemah) dapat menyumbang kemampuannya secara
maksimal untuk mencapai tujuannya. Kartasasmita menyatakan bahwa keberdayaan
dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam
masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.26
Merujuk pada buku pedoman zakat yang diterbitkan oleh Ditjen Binmas Islam
dan Urusan Haji Departemen Agama RI (2002-2004) bentuk inovasi dalam rangka
pendayagunaan zakat dibagi dalam empat (4) bentuk, yaitu:
25 Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2000) Cet. Ke-24, h. 441
26 Lili Bariadi dkk, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), h. 54
110
H. bersifat konsumtif tradisional
Yaitu zakat dibagikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan secara langsung,
seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari atau zakat maal yang dibagikan kepada para korban
bencana alam.
I. Penyaluran bersifat konsumtif kreatif
Yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti
diberikan dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa.
J. Penyaluran dalam bentuk produktif tradisional
Yaitu zakat diberikan dalam bentuk barang produksi seperti kambing, sapi,
alat cukur dan sebagainya. Pemberian dalam bentuk alat produksi tersebut
diharapkan akan dapat menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan
kerja bagi fakir miskin.
K. Penyaluran dalam bentuk kreatif
Yaitu zakat diberikan dalam bentuk permodalan baik untuk membangun
proyek sosial atau menambah modal pedagang pengusaha kecil.27
Dari keempat poin diatas diharapkan arah dan kebijaksanaan pendayagunaan
zakat dapat berhasil sesuai dengan sasaran yang dituju. Adapun yang dimaksud arah
dan kebijaksanaan pendayagunaan zakat adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
27 Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji Departemen Agama RI, Pedoman Zakat 9, (Jakarta:
2002), hal.
111
usaha pemerintah dalam rangka memanfaatkan hasil-hasil pengumpulan zakat kepada
sasaran dalam pengertian yang lebih luas sesuai dengan cita dan rasa syara’, secara
tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem distribusi yang serba guna dan
produktif sesuai dengan pesan dan kesan syariat serta tujuan sosial ekonomis dari
zakat.
Beberapa ulama modern dan ilmuwan mencoba menginterpretasikan
pendayagunaan zakat dalam perspektif yang lebih luas mencakup edukatif, produktif
dan ekonomis. Dalam kehidupan sosial sekarang, pendayagunaan atau distribusi
zakat untuk penduduk miskin mencakup :
1. Pembangunan prasarana dan sarana pertanian sebagai tumpuan
kesejahteraan ekonomi rakyat, dalam pengertian yang luas.
2. Pembangunan sektor industri yang secara langsung berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
3. Penyelenggaraan sentra-sentra pendidikan ketrampilan dan kejuruan untuk
mengatasi pengangguran.
4. Pemberian modal usaha kepada mustahik sebagai langkah awal mendirikan
usaha;
5. Jaminan hidup orang-orang invalid, jompo, anak yatim piatu, dan orang-
orang yang tidak mempunyai pekerjaan;
6. Pengadaan sarana dan prasarana yang erat hubungannya dengan usaha
mensejahterakan rakyat lapisan bawah.
112
Zakat, secara potensial bisa diarahkan pada usaha pemerataan pendapatan,
yakni dari kelompok ekonomi mampu kepada ekonomi lemah. Konsep dasar zakat
sebagai mekanisme redistribusi kekayaan adalah pengalihan sebagian aset materi
yang dimiliki kalangan masyarakat kaya untuk didistribusikan kepada masyarakat
yang tidak mampudan untuk kepentingan bersama.28
Oleh karena itu zakat merupakan alat bantu sosial mandiri yang menjadi
kewajiban moral bagi orang kaya untuk membantu mereka yang miskin dan
terabaikan yang tak mampu menolong dirinya sendiri meskipun dengan semua skema
jaminan sosial diatas, sehingga kesusahan dan kemiskinan dapat terhapuskan dari
masyarakat muslim. Oleh karena itu zakat dapat menjadi instrumen sebagai
kesejahteraan mustahik.
28 H. M. Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat melalui pengelolaan zakat harta, (Jakarta:
Yayasan Nuansa Madani, 2001), h. 40
113
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
a. GAMBARAN UMUM BAZNAS
1. Landasan Syar'i Berdirinya BAZNAS
BAZNAS adalah singkatan Badan Amil Zakat Nasional yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 tahun 2001, tanggal 17 Januari 2001. Adapun
landasan Syar’i berdirinya BAZNAS tetuang dalam Firman Allah SWT dalam Al-
Qur’an Surat At-Taubah : 103.
Jumhur Ulama menyatakan bahwa yang berhak melakukan pengambilan
sebagaimana kata "Ambillah" yang tercantum pada ayat tersebut adalah pemerintah. "
Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridlai keduanya. Ia berkata : Serahkanlah sedekah
kamu sekalian pada orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa urusan kamu
sekalian (HR. Baihaqi).29
Dan Apikasi sasaran penyalurannya sudah dijelaskan oleh Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah : 60
7. Lokasi BAZNAS
i. Kantor Pusat
29 BAZNAS, Company Profile, diakses tgl. 2 Februari 2009 www.baznas.co.id/company
profile
114
Jl. Kebon Sirih Raya No.57 Jakarta Pusat 10340
Telp. 021 - 3904555 Fax. 021 – 3913777
b. Kantor Pelayanan Sudirman
Gedung Arthaloka Lt. 2 Jl. Jenderal Sudirman Kav.2, Jakarta Pusat
Telp : (021)2514429, Fax : (021)2514430
8. Tugas Pokok BAZNAS
Tugas pokok BAZNAS adalah merealisasikan misi BAZNAS yaitu :
I. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat
J. Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non
fisik melalui pendayagunaan zakat
K. Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui pemulihan,
peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan ekonomi masyarakat.
L. Mengembangkan budaya "memberi lebih baik dari menerima" di kalangan
mustahik.
M. Mengembangkan manajemen yang amanah, profesional dan transparan
dalam mengelola zakat.
N. Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya.
O. Memperkuat jaringan antar organisasi pengelola zakat.
115
P. Sebagai Badan Amil Zakat, kegiatan pokok BAZNAS adalah menghimpun
ZIS dari muzakki dan menyalurkan ZIS kepada mustahik yang berhak
menerima sesuai ketentuan agama.
9. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Sesuai Surat Keputusan Presiden RI Nomor : 8 tahun 2001 Tanggal 17 Januari
2001, maka organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terdiri dari : Badan
Pelaksana, Dewan Pertimbangan, dan Komisi Pengawasan.
I. BADAN PELAKSANA
Ketua Umum : Dr. KH. Didin Hafidhuddin, Msc.
Ketua I : Drs. H. Eri Sudewo, M.DM.
Ketua II : H. Aries Muftie, SE, SH
Sekertaris Umum : Direktur Pengembangan Zakat dan Wakaf
Sekertaris I : Drs. H. Isbir Fadly
Sekertaris II : Hj. Isye S. Latif
Bendahara : Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim
Kadiv. Pengumpulan : Dr. Siti Chalimah Fadjriyah, SE, Akt, MM
Anggota : 1. Dr. H. Salim S. Al Jufrie, MA.
: 2. dr. H. Naharus Surur, M.Ked.
Kadiv. Pendistribusian : Drs. H. Abdul Shomad Muin, MM.
116
Anggota : 1. M. Fuad Nasar, S.Sos.
: 2. Ir. Rahmat Riyadi, MM
Kadiv. Pendayagunaan : Laksda (Purn) H. Husein Ibrahim
Anggota : 1. Ir. Jamil Azzaini, MM.
: 2. Drs. H. Miftahul Munir, MM.
Kadiv. Pengembangan
Anggota
:
Wahyu Dwi Agung, SH.
1. Hertanto Widodo, SE, Akt.
2. Dra. Hj. Faiqoh, M.Hum
II. DEWAN PERTIMBANGAN
Ketua : H. Muchtar Zarkasyi, SH.
Wakil Ketua : Prof. Dr. H. Ssyeihul Hadi Permono, SH, MA
Sekertaris : H. Iskandar Zulkarnain, SE, M.Si.
Wakil Sekertaris : Drs. H. Wahiduddin Adam, MA
Anggota : 1. Drs. H. A. M. Fatwa
2. H. Hussein Umar
3. Dr. H. Daud Rasyid, MA.
4. K.H. Abdullah Gymnastiar
5. Prof. Drs. H. Cecep Syarifuddin
6. Prof. Dr. H. Mastuhu
7. Prof. H. Fathurrahman Jamil
117
8. Drs. H. Djamal Doa
9. Drs. H. Rahmad Gobel
10. Ir. H. Hariyadi Sukamdani
III. KOMISI PENGAWAS
Ketua : Drs. H. Achmad Subianto, M.BA.
Wakil Ketua : Dr. H. Muhammad Syafii Antonio, M.Sc
Sekertaris : Drs. H. Basri Barmanda, M.BA.
Wakil Sekertaris : Drs. H. Farid Hadjiry, MM
Anggota : 1. Prof. Dr. H. Ahmad Suka rdja, SH, MA
2. Prof. Dr. H.M. Tahir Azhary, SH
3. Drs. Mar'I Muhammad
4. Dra. Hj. Yuniwati T. Masjchun Sofwan
5. Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin
6. Drs. H. Taufiq Kamil
10. Program BAZNAS
i. Penerimaan Dana.
Divisi Pengumpulan dibentuk dengan tujuan melakukan pengumpulan zakat,
infak & shadaqah serta dana-dana lain yang diperkenankan oleh undang-undang
118
melalui peningkatan kesadaran berzakat dan pemberian layanan dan kemudahan bagi
pembayar zakat antara lain dengan membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
Departemen, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perusahaan swasta berskala
Nasional maupun di instansi lain, serta di luar negeri.
Upaya penyadaran zakat masyarakat dilakukan dengan melakukan sosialisasi
yang dilakukan melalui presentasi, pengajian, talk show di media elektronik,
publikasi program di media cetak serta penerbitan brosur dan buku-buku. Untuk lebih
jelas mensosialisasikan program-program BAZNAS ke daerah-daerah maka
dilakukan sinergi dengan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ).
Selain upaya penyadaran BAZNAS juga melakukan berbagai upaya
peningkatan kualitas layanan kepada para wajib zakat (Muzakki) sehingga para
muzakki dapat melakukan pembayaran zakat dengan mudah dan nyaman. Dalam
mengumpulkan zakat selain melakukannya melalui konter yang disediakan di kantor-
kantor pelayanan maupun UPZ Mitra BAZNAS, pembayaran zakat juga dipermudah
oleh BAZNAS dengan membuka rekening di 14 Bank agar dapat menjangkau seluruh
wilayah masyarakat.
Sejak diterbitkannya UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan,
BAZNAS dan UPZ maupun Mitra BAZNAS lainnya telah dapat menerima zakat
sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak. Bagi Para Muzakki yang membayarkan
zakatnya kepada BAZNAS maka akan memperoleh NPWZ (Nomor Pokok Wajib
119
Zakat) dan BSZ (Bukti Setor Zakat) yang dapat dipergunakan sebagai Bukti
Pengurangan Penghasilan Kena Pajak.
ii. Penyaluran Dana.
Sesuai dengan Undang-undang No. 38 tahun 1999 bahwa BAZNAS juga
melakukan kegiatan penyaluran baik yang langsung maupun tidak langsung.
Berkaitan dengan penyaluran, maka BAZNAS mempunyai dua strategi yaitu :
4. Penyaluran secara langsung adalah penyaluran yang dilakukan langsung kepada
mustahik. Penyaluran secara langsung ini dilakukan oleh USZ konter.
5. Penyaluran secara tidak langsung adalah penyaluran yang dilakukan BAZNAS
melalui lembaga (Mitra). Penyaluran secara tidak langsung ini dilakukan oleh Unit
Salur Zakat (USZ) Mitra seperti Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat
(LAZ) dan USZ Mitra yang ada di BUMN, BUMS, BMT, Lembaga Masjid.
120
B. GAMBARAN UMUM BMT MEKAR DA’WAH SERPONG.
D. Sejarah Pendirian KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong
BMT Mekar Da’wah Serpong yang merupakan Cabang dari BMT Taruna Al-
Qur’an Yogyakarta (BMT Jogjatama, red) didirikan pada tanggal 26 Februari 2004
dengan No Akta Pendirian 518/7/BH/Dis/KUK. BMT Mekar Da’wah mempunyai
Visi dan Misi sebagai berikut :
E. Visi
Menjadi lembaga keuangan Mikro Syari’ah dengan pelayanan terbaik bagi
pengembangan UMKM secara berkelanjutan.
F. Misi
Melakukan upaya-upaya peningkatan kemampuan ekonomi dan sosial umat
secara berkesinambungan melalui pendekatan prinsip syari’ah yang inovatif.
Untuk mencapai Visi, misi dan tujuan sebagaimana dimaksud diatas maka BMT
Mekar Dakwah menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan kegiatan
usaha Tamwil (keuangan), Maal (Sosial). Dalam bidang ini pola gerak BMT Mekar
Dakwah adalah bidang sosial kemasyarakatan. BMT Mekar Dakwah merupakan
salah satu Mitra Salur Zakat BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional). Modal yang
digulirkan untuk bidang ini berasal dari dana Zakat, Infaq dan Shadaqah dari
masyarakat. Dari dana tersebut disalurkan dalam bentuk :
121
G. Penyaluran dana Qordul Hasan / dana kebajikan
H. Beasiswa Barokah
I. Pengobatan gratis
J. Manajemen dan Struktur Organisasi
Pengelolaan usaha saat ini ditentukan dan dipegang langsung oleh jajaran
pengurus dengan dibantu para anggota dan orang-orang yang ahli dibidangnya sesuai
dengan pengetahuan dan pengalaman operasionalnya. Mereka berasal dari santri
pondok Taruna Al-quran, profesional lokal dan profesional umum. Dalam susunan
manajemen yang bergabung dengan BMT Mekar Da’wah, diharapkan dapat
bersinergi membentuk satu kesatuan tim yang memperkokoh BMT Mekar Da’wah
dan juga diharapkan bisa terjadi transfer ilmu antar pegawai, sehingga bisa
membentuk fungsi pegawai sebagai Dai, sebagai Marketer dan juga sebagai
Konsultan Bisnis.
122
a.
Dewan Pengawas Manajemen : H. Muhamad Ridwan
Dewan Pengawas Syari’ah : Wiroso, SE, MBA
Ketua Pengurus : Ismail
Sekretaris : Azhar Ahmad, SE
Bendahara : Mudzakir Murad, S.Ag
Manager : Rifqi Mubarok
Operasional : Agustri, SE
Marketing : - Jupriyanto
K. Andrian
C. ANALISA KINERJA BMT MEKAR DA’WAH TAHUN 2007
1. Gambaran Umum Kondisi yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
BMT Tahun 2007.
a. Faktor Internal BMT Mekar Da’wah.
Prestasi yang ditempuh oleh BMT Mekar Dakwah yang digambarkan
dalam laporan RAT (Rapat Anggota Tahunan) 2007 belum mengambarkan
sesuatu yang menggembirakan, dalam hal ini perlu diperhatikan dan menjadi
STRUKTUR ORGANISASI KSU. SYARI’AH
BMT MEKAR DA’WAH SERPONG
123
sebuah evaluasi kinerja untuk menghasilkan suatu hal yang berprestasi.
Peningkatatan-peningkatan kinerja belum sampai kepada tercapainya target,
tetapi ada beberapa hal yang menjadi catatan perkembangan yang menjadi
salah satu hal yang dapat dibanggakan, diantaranya semakin meningkatnya
sarana dan prasarana untuk pencapaian target.
Selain itu faktor yang menghambat atau yang menjadi kendala BMT
dalam mengembangkan usaha ini karena beberapa faktor, antara lain :
Dalam Lingkungan Organisasi
1. Komunikasi diantara level-level dalam struktur Organisasi kurang berjalan
dengan baik, hal tersebut banyak terjadi dikarenakan masing-masing pihak
terutama Dewan Pengurus sangat sibuk dengan tugasnya masing-masing di
luar BMT Mekar Da’wah jadi waktu untuk berkonsultasi atau rapat sering
terhambat.
2. Keputusan yang menyangkut operasional sering tidak lancar, karena tidak
ada koordinasi di jajaran pengurus.
b. Faktor Eksternal BMT Mekar Da’wah
Pada saat ini BMT Mekar Dakwah menjadi dominan khususnya di
wilayah pasar Serpong, fakta ini terbukti dari semakin banyaknya pedagang
yang mempercayakan penitipan uangnya di BMT Mekar Dakwah, reaksi
masyarakat ini cukup berperan kepada peningkatan funding dan memperluas
ruang gerak untuk menggulirkan pembiayaan.
124
Mengenai faktor penghambat, krisis ekonomi yang berkepanjangan
telah membawa dampak berat bagi hampir semua sektor perekonomian di
Indonesia terutama pada sektor jasa keuangan. Ditengah merosotnya segala
kegiatan ekonomi ditambah pula dengan kondisi politik negara kita yang
semakin tak menentu juga membawa dampak pula bagi BMT Mekar Da’wah.
dan kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi operasional
BMT, karena menyebabkan :
a. Pemenuhan kewajiban dari Anggota Pembiayaan, karena ada anggota
yang merasa kesulitan dalam menjalankan usahanya bahkan diantaranya
terpaksa gulung tikar (Pailit).
b. Kenaikan Harga BBM akibat ketidakpastian kondisi politik yang semakin
tidak pasti membuat kondisi usaha semakin sulit, hal tersebut yang
menyebabkan berkurangnya tingkat penghasilan dari anggota BMT.
2. ANALISA KINERJA KEUANGAN TAHUN 2007.
1. KOMPOSISI NERACA
Tabel 3.1 Neraca Keuangan BMT Mekar Dakwah Tahun 2007
N 31-Des-06 31-Des-07
Porsi Aktiva (%)
O Keterangan
(Rp) (RP) 2006 2007
A). Aktiva
Kas 8.222.500 9.233.500 2,66% 2.50%
Penempatan Pada Bank Syari'ah 24.000.000 18.200.000 7,76% 4%
Penempatan Pada Bank Konvensional 0
0 0,00% 0.0%
Penempatan Pada BMT 0 0
0,00% 0.0%
Pembiayaan 215.528.300 291.530.403,58 69,65% 79%
Persediaan Barang 1.067.000 341.000 0,34% 0.09%
125
1. Kas
2. Penempatan pada Bank Syari’ah.
3. Pembiayaan
4. Aktiva Tetap.
Dagangan
Biaya Dibayar Dimuka 11.300.000 0 3,65% 0%
Aktiva Tetap 0,00% 0%
Nilai Buku 49.348.623 48.109.823,00 15,95% 13.05%
Aktiva Lain-lain 0 1.000.000 0,00% 0.27%
Jumlah Aktiva 309.466.423 368.414.726,58 100% 100%
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
Komposisi Struktur Neraca Tahun 2007 dapat dilihat dalam grafik di bawah
ini :
Grafik 3.1 Komposisi Neraca Tahun 2007
Komposisi Neraca Tahun 2007
3% 5%
79%
13%1
2
3
4
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
Dimana :
Selama kurun waktu tahun 2007 terlihat bahwa Pembiayaan
mempunyai porsi yang paling besar dibanding unsur aktiva lainnya. Pada
126
tahun 2007 terjadi Kenaikan porsi yaitu dari 69.65 % pada tahun 2005
menjadi 79.00 % pada tahun 2007.
2. ANALISA RASIO KEUANGAN
Tabel 3.2 Kertas Kerja Analisa Rasio Keuangan dan Penilaian Tingkat
Kesehatan BMT Mekar Da’wah Serpong
Bobot Indikator 2006 2007
A. Liquidity
1. Current Ratio
2. Quick Ratio
23,29 %
21,80 %
16,75 %
16,54 %
B. Loan Deposit Ratio
1. Loan Deposit Ratio
150,80 %
175,33 %
C. Profitability
1. Profit Margin
2. Return On Assets (ROA)
3. Return On Equity (ROE)
3,04 %
2,11 %
13,09 %
2,80 %
2,21 %
15,11 %
D. CAR 17, 76 % 17, 68 %
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
PERHITUNGAN RASIO-RASIO KEUANGAN
a. Liquidity
1. Current Ratio CR = Current Asset (CA)
Current Liabilities (CL)
CR 06 = 33.289.500 = 23,29 %
142.921.690,86
CR 07 = 27.774.500 = 16,75 %
165.799.117,63
2. Quick Ratio
QR = Current Asset (CA) - Inventory
Current Liabilities (CL)
127
QR 06 = 32.222.500 = 22,54 %
142.921.690,86
QR 07 = 27.443.500 = 16,54 %
165.799.117,63 b. Loan Deposit Ratio
LDR = Pembiayaan
Dana Pihak III
LDR 05 = 215.528.300 = 150,80 %
142.921.690,86
LDR 06 = 260.690.500 = 175,33 %
165.799.117,63 c. Profitability
1. Profit Margin PM = Net Income
OSL
PM 06 = 6.544.732,15 = 3,04 %
215.528.300
PM 07 = 8.159.502,64 = 2,80 %
290.690.500
2. Return On Assets (ROA)
ROA = Net Income
Total Assets
ROA 06 = 6.544.732,15 = 2,11 %
309.466.423
ROA 07 = 8.159.502,64 = 2,21 %
368.414.726,58
3. Return On Equity (ROE)
ROE = Net Income
Common Equity
ROE 06 = 6.544.732,15 = 13,09 %
50.000.000
ROE 07 = 8.159.502,64 = 15,11 %
54.000.000
128
d. CAR
Berdasarkan tabel rasio keuangan diatas dapat dianalisis bahwa untuk
rasio likuiditas (Liquidity) yaitu Current Asset Ratio dan Quick Ratio pada
tahun 2006 yaitu untuk Current Ratio sebesar 23,29 %, hal ini menunjukkan
adanya Iddle Money (Dana Yang Mengendap) dan tidak digunakan untuk
pembiayaan atau investasi lainnya, hal ini dikarenakan memang dana tersebut
digunakan untuk cadangan pengambilan tabungan (Cadangan Likuiditas).
Apabila dibandingkan dengan tahun 2007 mengalami penurunan menjadi
16,75 %. Hal ini dikarenakan alokasi dana yang mengendap (iddle money)
menjadi lebih kecil dibanding dengan tahun 2006.
Berdasarkan tabel rasio keuangan diatas dapat dianalisis bahwa untuk
rasio likuiditas (Liquidity) yaitu Quick Ratio (Rasio Lancar) pada tahun 2006
sebesar 22,54 % dan hal ini menunjukkan adanya iddle money (Dana Yang
Mengendap) dan tidak berpengaruh terhadap persediaan dikarenakan jumlah
persediaan barang dagangan BMT Mekar Da’wah karena jumlahnya sangat
kecil. Dan hal yang sama juga terjadi penurunan pada tahun 2007 menjadi
16,54 %.
Modal Tahun 2006 50.000.000,00
Modal Tahun 2007 54.000.000.00
ATMR Tahun 2006 281.510.423
ATMR Tahun 2007 305.267.723
CAR 2006 17,76%
CAR 2007 17.68%
129
Berdasarkan tabel diatas untuk Loan Deposit Ratio yaitu
perbandingan antara Total Pembiayaan dengan Dana Pihak Ketiga.
menunjukkan pada tahun 2006 sebesar 150,80 % dan hal ini menunjukkan
lebih dari 50 % Asset merupakan dana pihak III (Simpanan Wadi’ah dan
Deposito) dan pada tahun 2007 angka tersebut melambung menjadi 175,33 %
dan hal ini menunjukkan bahwa Hampir seluruh Pembiayaan dan Investasi
dibiayai oleh Dana Pihak Ketiga.
Apabila dilihat dari rasio profitabiliti disini kita akan membandingkan
rasio net income (laba bersih sebelum pajak) dengan Modal dan Asset serta
profit margin dari pembiayaan yang ada. Berdasarkan tabel rasio keuangan
diatas dapat dianalisis bahwa untuk rasio profitability yaitu Profit Margin,
Return On Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA). Pada tahun 2006 Profit
Margin BMT Mekar Da’wah sebesar 3,04 % dan menurun menjadi 2,80 %
pada tahun 2007. sedangkan untuk Rasio perbandingan antara Pendapatan dan
Asset menunjukkan tahun 2006 sebesar 2,11 % dan meningkat menjadi 2,21
% pada tahun 2007 sedangkan untuk rasio ROE pada tahun 2006 sebesar
13,09 % dan meningkat menjadi 15,11 % pada tahun 2007.
Apabila dilihat dari CAR diatas kita akan membandingkan rasio
antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Berdasarkan tabel rasio keuangan diatas dapat dianalisis bahwa untuk rasio
CAR pada tahun 2006 sebesar 17,78 % dan menurun menjadi 17,68 % pada
130
tahun 2007. Hal ini disebabkan Pengurangan Modal untuk menghapus biaya
yang ditangguhkan pada tahun 2004 - 2005 sehingga neraca menjadi Riil.
3. PERKEMBANGAN USAHA.
a. Perkembangan Asset.
Pada tahun 2005 terlihat bahwa total asset mengalami peningkatan
yang sangat signifikan, dimana naik sebesar 123.99 % atau Rp. 236.988.225,-
yaitu dari Rp. 191.539.443, pada tahun 2004 menjadi Rp. 428.527.668.
Namun pada tahun 2006 terjadi penurunan total asset yaitu dari 428.527.668
menjadi 309.527.423,- tetapi pada tahun 2007 terjadi kenaikan total asset
kembali menjadi 368.414.726,58.
Grafik 3.2 Perkembangan Asset Periode 2004 - 2007
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
0
200.000.000
400.000.000
600.000.000
Rupiah
1 Tahun
Perkembangan Asset BMT Mekar
Da'wah Periode 2004 - 2007
2004
2005
2006
2007
131
Berdasarkan Grafik Perkembangan Asset di atas dapat dianalisis bahwa
pada Tahun 2005 Asset mengalami kenaikan yang siginifikan yaitu sebesar Rp.
428.527.668 dan mengalami penurunan pada tahun 2006 sebesar Rp.
119.061.245 menjadi Rp. 309.466.423. atau sekitar 38 %. Pada Tahun 2007
Asset mengalami kenaikan sebesar Rp 58.948.303 sekitar 19% yaitu menjadi Rp
368.414.726,58.
b. Perkembangan Lending dan OSL.
Analisa Lending (Pembiayaan yang disalurkan) setiap bulannya KSU
Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong selama Tahun 2007, adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Realisasi Lending tahun 2007
Bulan Realisasi Angsuran Masuk Bagi Hasil/Margin
Jan-07 76.025.000 75.904.600 6.439.300
Feb-07 50.300.000 46.817.500 5.684.400
Mar-07 74.170.000 47.308.500 6.401.100
Apr-07 61.000.000 68.389.400 6.872.850
Mei-07 63.250.000 52.636.900 6.949.850
Jun-07 75.768.000 60.586.900 7.869.200
Jul-07 65.790.000 69.217.800 7.177.700
Agust-07 80.920.000 56.643.800 7.686.900
Sep-07 54.100.000 52.467.000 8.390.400
Okt-07 14.750.000 32.940.400 5.264.050
Nop-07 40.600.000 45.397.400 5.786.250
Des-07 34.400.000 32.475.900 5.981.100
Total 691.073.000
640.786.100
80.503.100
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
132
010.000.00020.000.00030.000.00040.000.00050.000.00060.000.00070.000.00080.000.00090.000.000
Rupiah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Grafik 3.3 Pembiyaan BMT Mekar Da’wah Serpong
Periode Januari s/d Desember 2007
Dari data Statistik diatas dapat dianalisis bahwa rata-rata Realisasi
Lending BMT Mekar Da’wah pada tahun 2007 terhitung dari Januari 2007
sampai dengan Desember 2007 berada yaitu Rp. 57.589.416,- dengan Jumlah
Realisasi yang paling Minimum (Terendah) yaitu pada level Rp.
14.750.000,- pada bulan Oktober, hal ini dikarenakan pada bulan Oktober
merupakan Bulan Suci Ramadhan dimana Dana Kas yang ada digunakan
untuk cadangan likwiditas karena pada bulan suci Ramadhan menjelang Idul
Fitri banyak transaksi penarikan Tabungan. Dan maksimum pada level Rp.
80.920.000,- yaitu pada bulan Agustus 2007. dengan Total Realisasi selama
1 Tahun sebesar Rp 691.073.000
Grafik 3.4 Perkembangan OSL 2004 - 2007
133
0
100000000
200000000
300000000
(RP)
1
Tahun
Perkembangan OSL BMT Mekar Da'wah Periode
2004 - 2007
2004
2005
2006
2007
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
Pada tahun 2007 terlihat bahwa total OSL mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, yaitu naik sebesar Rp. 76.002.103,- Atau sekitar 35,2
% yaitu dari Rp. 215.528.300,- Pada tahun 2006 menjadi Rp. 291.530.403,58
pada tahun 2007.
c. Perkembangan Funding.
Funding (Dana yang dihimpun) KSU Syari’ah BMT Mekar Da’wah
Serpong selama Tahun 2007 dan perbandingannya dengan Tahun 2006, yaitu:
Dana pihak ketiga dalam hal ini tabungan mengalami kenaikan Rp.
42.737.415,- sebesar 18 % yaitu dari Rp. 226.378.391,- pada tahun 2007
menjadi Rp 261.115.806 .,- pada tahun 2007.
134
Grafik 3.4 Perkembangan Funding 2004 – 2007
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
Berdasarkan Grafik terlihat bahwa Funding dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan. Tahun 2006 funding sebesar
Rp.226.378.391,- kemudian tahun 2007 naik menjadi Rp 261.115.806 .,-
d. Perkembangan Laba rugi.
Tabel 3.4 Laporan Laba Rugi BMT Mekar Dakwah Tahun 2007
31 Des 2006 31 Des 2007 Fluktuasi (+/-) No
Keterangan (Rp) (Rp) (Rupiah) (%)
A). Pendapatan Utama Operasional
Pendapatan Margin dan Bagi Hasil 77.777.800,00 84..260.803,58 6.483.003,58 8,3%
B). Distribusi Margin dan Basil 7.830.567,85 7.441.700,94 -388.866,91 4,9%
C). Pendapatan Margin dan Bagi Hasil
untuk BMT (A-B) 69.947.232,15 77.275.208,95 7.327.976,80 10,4%
D). Pendapatan Operasional Lainnya
Pendapatan Administrasi 5.127.600,00 4.579.000,00 -548.600,00 10,6%
0
100000000
200000000
300000000
Rupiah
2004 2005 2007 2007
Tahun
Grafik Funding BMT Mekar Da'wah
Periode 2004 - 2007'
Funding BMT
Mekar Da'wah''
135
Pendapatan Jasa BMT dan Bank Syari'ah 577.000,00 1.048.500,00 471.500,00 81,7%
Pendapatan Jasa Investasi Lainnya 3.304.300,00 900.000,00 -2.404.300,00 72,7%
Total Pendapatan Operasional Lainnya 9.008.900,00 6.527.500,00 -2.481.400,00 27,5%
E). Pendapatan Non Operasional
Lainnya 1.659.000,00 873.000,00 -786.000,00 47,3%
F). Beban Operasional
Biaya Administrasi dan Umum 13.481.400,00 12.014.600,00 -1.466.800,00 -10,8%
Biaya Personalia 49.200.000,00 49.125.000,00 -75.000,00 -0,15%
Biaya Operasional Lainnya 6.700.000,00 10.680.000,00 3.980.000,00 59,4%
Total Beban Operasional 69.381.400,00 71.819.600,00 2.438.200,00 3,5%
G). Beban Non Operasional 4.689.000,00 4.240.500,00 -448.500,00 -9,5%
H). Sisa Hasil Usaha ((C+D+E) -
(F+G)) 6.544.732,15 8.159..502,31 1.614.770,16 24,6%
Laba yang diperoleh pada tahun 2006 yaitu 6.544.732,15 dan pada
tahun 2007 BMT Mengalami laba yang berhasil dibukukan sebesar Rp
8.159.502,31 Apabila dibandingkan dengan tahun 2006 mengalami kenaikan
sebesar Rp 1.614.770,16 atau sekitar 24,6 %. Dan hal ini juga jauh dari Target
yang telah ditetapkan dalam RAT 2006 dan RKAB 2007 yaitu sebesar Rp.
15.000.000,- Hal ini disebabkan karena beberapa Faktor Antara Lain :
1. Dari sisi pendapatan Bagi Hasil dan Margin pada tahun 2007 memang
mengalami kenaikan sebesar 24,6 % bila dibandingkan dengan Tahun
2006, akan tetapi pada sisi pendapatan Administrasi mengalami
penurunan khususnya pada Pendapatan Administrasi Pembiayaan. Hal ini
terjadi karena sedikitnya pembiayaan yang dilakukan, sebab dana yang
136
tersedia kurang aman apabila dilakukan pembiayaan yang banyak,
sedangkan kondisi kas yang ada tidak likwid.
Adapun fluktuasi pendapatan Bagi Hasil dan Margin selama tahun
2007 sebagai berikut :
Tabel 3.5 Pendapatan Bagi Hasil dan Margin 2007
Periode Januari 2007-Desember 2007
Grafik 3.4 Pendapatan Bagi hasil dan Margin tahun 2007
01.000.0002.000.0003.000.0004.000.0005.000.0006.000.0007.000.0008.000.0009.000.000
Rupiah
1 3 5 7 9 11
Tahun
Grafik Pendapatan Basil dan Margin BMT
Mekar Da'wah tahun 2007
Pendapatan Basildan Margin BMTMekar Da'wah
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
Bulan Bagi Hasil/Margin
Jan-07 6.439.300
Feb-07 5.684.400
Mar-07 6.401.100
Apr-07 6.872.850
Mei-07 6.949.850
Jun-0 7.869.200
Jul-07 7.177.700
Agust-07 7.686.900
Sep-07 8.390.400
Okt-07 5.264.050
Nop-07 5.786.250
Des-07 5.981.100
Total 80.503.100
137
2 Biaya Operasional yang sangat tinggi sementara pendapatan terutama
pendapatan bagi hasil belum mampu menutupi biaya yang dikeluarkan
dan tidak sebanding dengan kenaikan biaya.
3 Ada Rekening biaya yang tidak dibebankan pada Tahun sebelumnya dan
menjadi beban pada Tahun 2007 sepert Beban penyusutan kendaraan .
3. ANALISA PENCAPAIAN TARGET TAHUN 2007.
a. TARGET DESEMBER 2007
Berdasarkan Notulen RAT 2006 dan RKAB 2007 KSU Syari'ah BMT
Mekar Da'wah Serpong Tanggal 24 April 2007, telah ditetapkan target Per
Desember 2007, terhitung mulai bulan Januari 2007, yaitu effektif 12 Bulan,
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.6 Target kinerja keuangan 2007
Target Desember 2007
Fluktuasi No Keterangan Desember 2006
(Rp) (RP) ∆ (%)
1 Asset 309.466.423 510.000.453,00 200.534.030,00 64%
2 OSL 215.528.300
375.000.000,00 159.471.700,00 73%
3 Lending 65.774.350 150.000.000./BL 84.225.650,00 128%
4 Funding 226.378.391
300.000.000,00 73.621.609,00 32%
5
Laba 6.544.732 15.465.699,00 8.920.967,00 136%
6
NPL 29.190.620 25.000.000.00 -4.190.620,00 -14%
138
b. REALISASI TARGET DESEMBER 2007
Tabel 3. Realisasi kinerja keuangan 2007
Target Desember 2007 Realisasi Desember 2007
No Keterangan (RP) ∆ (%) (RP)
(%) Pencapaian
Target
1
Asset 510.000.453,00 19 % 368.414.726,58 72 %
2 OSL
375.000.000,00
78 % 291.530.403,58 77 %
3
Lending 150.000.000./BL 123 % 57.589.416 /BL 38%
4 Funding
300.000.000,00
26 % 261.115.806 87 %
5
Laba 15.465.699,00 55 % 8.159.502,31 52,7 %
6
NPL 25.000.000.00 10 % 36.444.100 17 %
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
a. Analisa Target Asset
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa Target Asset Per
Desember 2007 yaitu Rp. 510.000.453,- adapun realisasi dari pencapaian
target tersebut yaitu KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong pada
penutupan Neraca Akhir Tahun 2007 Assetnya mencapai Rp. 368.414.726,58
Dengan demikian Prosentase Pencapaian Target yaitu sebesar 72 %.
Pencapaian Target Asset pada Tahun 2007 Asset berada pada posisi Rp.
368.414.726,58 atau naik sekitar 19 % bila dibandingkan dengan total Asset
pada Tahun 2006.
139
b. Analisa Target OSL
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa Target OSL Per
Desember 2007 yaitu Rp.375.000.000,- adapun realisasi dari pencapaian
target tersebut yaitu KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong pada
penutupan Neraca Akhir Tahun 2007 OSL-nya mencapai Rp.
291.530.403,58. Dengan demikian Prosentase Pencapaian Target yaitu
sebesar 77 %. Tidak tercapainya target OSL dikarenakan pada bulan Oktober
- November 2007 yaitu Pertengahan Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri,
terjadi penarikan tabungan dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini
dikarenakan menjelang hari raya Idul Fitri masyarakat (Anggota) banyak yang
menarik tabungannya untuk keperluan Lebaran (Konsumtif).
Pengaruh ini sangat signifikan dikarenakan banyak pembiayaan yang
ditunda (Pending) setelah Lebaran dan BMT lebih fokus menyediakan
dananya untuk mengantisipasi pengambilan tabungan jadi Lending berkurang
sangat signifikan.
c. Analisa Target Funding
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa Target Funding Per
Desember 2007 yaitu Rp. 300.000.000,-. Adapun realisasi dari pencapaian
target tersebut yaitu KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong pada
penutupan Neraca Akhir Tahun jumlah Fundingnya mencapai Rp
140
261.115.806,- Dengan demikian Prosentase Pencapaian Target yaitu sebesar
87 %, tidak tercapainya target Funding dikarenakan pada bulan Oktober -
November 2007 yaitu Pertengahan Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri,
terjadi penarikan tabungan dalam jumlah yang cukup besar dikarenakan
menjelang hari raya Idul Fitri masyarakat (Anggota) banyak yang menarik
tabungannya untuk keperluan Lebaran (Konsumtif).
d. Analisa Target Laba
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa Target Laba Per
Desember 2007 yaitu Rp. 15.465.699,- adapun realisasi dari pencapaian target
tersebut yaitu KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong pada penutupan
Neraca Akhir Tahun dan Laba Rugi Akhir Tahun mencapai Rp.
8.159.502,31. Tidak tercapainya target laba dikarenakan pada bulan
November 2007 effektif hari kerja hanya 15 hari dikarekan libur Hari Raya
Idul Fitri, pengaruh ini sangat signifikan dikarenakan banyak angsuran
anggota Harian dan Mingguan tidak masuk sebagaimana mestinya. Dengan
demikian Prosentase Pencapaian Target yaitu sebesar 52,7 %.
e. Analisa Target NPL
Tabel 3.8 Analisa Kolektibilitas pembiayaan
Collectibilitas No.
Jenis Pembiayaan & Cara Angsuran Lancar DPK
Kurang Lancar
Diragukan Macet Total
1 Pembiayaan Musyarakah
Harian 57.145.200 3.933.000 7.827.500 240.000 69.145.700
Mingguan 47.893.000 2.950.000 1.600.000 800.000 15.026.900 63.008.000
141
Bulanan 33.247.400 1.300.000 6.930.000 1.265.000 8.500.000 51.242.400
Jatuh Tempo 25.810.000 1.500.000 - - 1.500.000 28.810.100
Total Pembiayaan Musyarakah
164.095.600 9.683.000 16.357.500 2.305.000 25.026.900 217.468.000
2 Pembiayaan Murabahah
Harian 5.238.300 2.331.220 - - - 5.238.300
Mingguan - - - - 5.550.000 252.320
Bulanan 15.250.780 400.000 - - 5.567.200 5.926.580
Jatuh Tempo - - - - - -
Total Pembiayaan Murabahah
10.489.080 400.000 - - 11.417.200 34.637.500
Total Pembiayaan BMT Mekar Da'wah
184.584.680 12.414.220 16.357.500 2.305.000 36.444.100 252.105.500
Prosentase (%) 73 % 7 % 5 % 1 % 14 % 100 %
NPL (Rp) 36.444.100
NPL (%) 14%
NPL ( Non Perfoming Loan ) = Anggota Macet
Sesuai dengan ketetapan dari Pengurus tentang kriteria Anggota yang
masuk dalam kategori NPL (Non Performing Loan) yaitu yang masuk dalam
Kolektibilitas Macet. Dengan demikian berdasarkan Tabel diatas dapat
diketahui bahwa NPL Per Desember 2007 yaitu Rp. 36.444.100,- yaitu
sebesar 14 % dari total Outstanding pembiayaan khususnya pembiayaan
Musyarakah dan Murabahah sedangkan perhitungan kolektibilitas Al-Qardh
tidak diikutsertakan.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2005 penutupan Neraca Akhir
Tahun NPLnya mencapai Rp. 28.280.000,- atau sekitar 14,53 % sementara
Target NPL 2007 yaitu sebesar 25.000.000 atau 10 % dari total Outstanding,
dengan demikian Realisasi Tahun 2007 untuk komponen NPL tidak tercapai.
Dan hal ini disebabkan karena sebagian anggota yang macet merupakan
142
peninggalan dari periode tahun 2004 dan 2005 yang tidak dapat tertagih dan
pada saat ini BMT Mekar Da’wah belum membuat Cadangan Kerugian.
D. HUBUNGAN BMT MEKAR DA’WAH SERPONG DENGAN BADAN
AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS).
KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong merupakan Sebuah Lembaga
Keuangan Syari’ah yang tertanggal 15 Maret 2004 dikukuhkan sebagai salah satu
Unit Salur Zakat (USZ) oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang bertugas
sebagai Mitra BAZNAS dalam menyalurkan dana zakat, infaq, shadaqah BAZNAS.
Dalam mengemban tugasnya sebagai Unit Salur Zakat KSU. Syari’ah BMT Mekar
Da’wah Serpong menyelenggarakan kegiatan setiap harinya yaitu sebagai berikut :
1. Pembiayaan (penyaluran dana BAZNAS untuk pemberdayaan ekonomi
mustahik). dan pembinaan (maintenance) kepada mustahik binaan.
2. Pemberian honor kepada marbot Masjid se-kecamatan Serpong yang diambil dari
bagi hasil dana BAZNAS yang dikelola oleh BMT Mekar Da’wah untuk
pemberdayaan ekonomi mustahik dalam sektor mikro.
3. Pendidikan
Dalam bidang ini pola gerak BMT Mekar Da’wah adalah bidang sosial
kemasyarakatan dimana BMT mendirikan sebuah TPA Mekar Da’wah
merupakan lembaga pendidikan Agama non formal yang dikelola dengan tanpa
143
memungut biaya dari para santrinya yang sebahagian besar merupakan putra-putri
mustahik.
Hubungan antara BMT Mekar Dakwah dan BAZNAS diaplikasikan ke dalam
sebuah kegiatan yang bersifat Maal dan Tamwil. Dalam hal ini Pembiayaan yang
dirangkum dalam system Tamwil diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
lebih terhadap baitul maal, sehingga secara tidak langsung ada konsep yang
bersinergi satu sama lain.
144
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
a. GAMBARAN UMUM BAZNAS
1. Landasan Syar'i Berdirinya BAZNAS
BAZNAS adalah singkatan Badan Amil Zakat Nasional yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 tahun 2001, tanggal 17 Januari 2001. Adapun
landasan Syar’i berdirinya BAZNAS tetuang dalam Firman Allah SWT dalam Al-
Qur’an Surat At-Taubah : 103.
Jumhur Ulama menyatakan bahwa yang berhak melakukan pengambilan
sebagaimana kata "Ambillah" yang tercantum pada ayat tersebut adalah pemerintah. "
Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridlai keduanya. Ia berkata : Serahkanlah sedekah
kamu sekalian pada orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa urusan kamu
sekalian (HR. Baihaqi).30
Dan Apikasi sasaran penyalurannya sudah dijelaskan oleh Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah : 60
11. Lokasi BAZNAS
i. Kantor Pusat
30 BAZNAS, Company Profile, diakses tgl. 2 Februari 2009 www.baznas.co.id/company
profile
145
Jl. Kebon Sirih Raya No.57 Jakarta Pusat 10340
Telp. 021 - 3904555 Fax. 021 – 3913777
b. Kantor Pelayanan Sudirman
Gedung Arthaloka Lt. 2 Jl. Jenderal Sudirman Kav.2, Jakarta Pusat
Telp : (021)2514429, Fax : (021)2514430
12. Tugas Pokok BAZNAS
Tugas pokok BAZNAS adalah merealisasikan misi BAZNAS yaitu :
Q. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat
R. Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non
fisik melalui pendayagunaan zakat
S. Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui pemulihan,
peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan ekonomi masyarakat.
T. Mengembangkan budaya "memberi lebih baik dari menerima" di kalangan
mustahik.
U. Mengembangkan manajemen yang amanah, profesional dan transparan
dalam mengelola zakat.
V. Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya.
W. Memperkuat jaringan antar organisasi pengelola zakat.
146
X. Sebagai Badan Amil Zakat, kegiatan pokok BAZNAS adalah menghimpun
ZIS dari muzakki dan menyalurkan ZIS kepada mustahik yang berhak
menerima sesuai ketentuan agama.
13. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Sesuai Surat Keputusan Presiden RI Nomor : 8 tahun 2001 Tanggal 17 Januari
2001, maka organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terdiri dari : Badan
Pelaksana, Dewan Pertimbangan, dan Komisi Pengawasan.
I. BADAN PELAKSANA
Ketua Umum : Dr. KH. Didin Hafidhuddin, Msc.
Ketua I : Drs. H. Eri Sudewo, M.DM.
Ketua II : H. Aries Muftie, SE, SH
Sekertaris Umum : Direktur Pengembangan Zakat dan Wakaf
Sekertaris I : Drs. H. Isbir Fadly
Sekertaris II : Hj. Isye S. Latif
Bendahara : Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim
Kadiv. Pengumpulan : Dr. Siti Chalimah Fadjriyah, SE, Akt, MM
Anggota : 1. Dr. H. Salim S. Al Jufrie, MA.
: 2. dr. H. Naharus Surur, M.Ked.
Kadiv. Pendistribusian : Drs. H. Abdul Shomad Muin, MM.
147
Anggota : 1. M. Fuad Nasar, S.Sos.
: 2. Ir. Rahmat Riyadi, MM
Kadiv. Pendayagunaan : Laksda (Purn) H. Husein Ibrahim
Anggota : 1. Ir. Jamil Azzaini, MM.
: 2. Drs. H. Miftahul Munir, MM.
Kadiv. Pengembangan
Anggota
:
Wahyu Dwi Agung, SH.
1. Hertanto Widodo, SE, Akt.
2. Dra. Hj. Faiqoh, M.Hum
II. DEWAN PERTIMBANGAN
Ketua : H. Muchtar Zarkasyi, SH.
Wakil Ketua : Prof. Dr. H. Ssyeihul Hadi Permono, SH, MA
Sekertaris : H. Iskandar Zulkarnain, SE, M.Si.
Wakil Sekertaris : Drs. H. Wahiduddin Adam, MA
Anggota : 1. Drs. H. A. M. Fatwa
2. H. Hussein Umar
3. Dr. H. Daud Rasyid, MA.
4. K.H. Abdullah Gymnastiar
5. Prof. Drs. H. Cecep Syarifuddin
6. Prof. Dr. H. Mastuhu
7. Prof. H. Fathurrahman Jamil
148
8. Drs. H. Djamal Doa
9. Drs. H. Rahmad Gobel
10. Ir. H. Hariyadi Sukamdani
III. KOMISI PENGAWAS
Ketua : Drs. H. Achmad Subianto, M.BA.
Wakil Ketua : Dr. H. Muhammad Syafii Antonio, M.Sc
Sekertaris : Drs. H. Basri Barmanda, M.BA.
Wakil Sekertaris : Drs. H. Farid Hadjiry, MM
Anggota : 1. Prof. Dr. H. Ahmad Suka rdja, SH, MA
2. Prof. Dr. H.M. Tahir Azhary, SH
3. Drs. Mar'I Muhammad
4. Dra. Hj. Yuniwati T. Masjchun Sofwan
5. Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin
6. Drs. H. Taufiq Kamil
14. Program BAZNAS
i. Penerimaan Dana.
Divisi Pengumpulan dibentuk dengan tujuan melakukan pengumpulan zakat,
infak & shadaqah serta dana-dana lain yang diperkenankan oleh undang-undang
149
melalui peningkatan kesadaran berzakat dan pemberian layanan dan kemudahan bagi
pembayar zakat antara lain dengan membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
Departemen, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perusahaan swasta berskala
Nasional maupun di instansi lain, serta di luar negeri.
Upaya penyadaran zakat masyarakat dilakukan dengan melakukan sosialisasi
yang dilakukan melalui presentasi, pengajian, talk show di media elektronik,
publikasi program di media cetak serta penerbitan brosur dan buku-buku. Untuk lebih
jelas mensosialisasikan program-program BAZNAS ke daerah-daerah maka
dilakukan sinergi dengan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ).
Selain upaya penyadaran BAZNAS juga melakukan berbagai upaya
peningkatan kualitas layanan kepada para wajib zakat (Muzakki) sehingga para
muzakki dapat melakukan pembayaran zakat dengan mudah dan nyaman. Dalam
mengumpulkan zakat selain melakukannya melalui konter yang disediakan di kantor-
kantor pelayanan maupun UPZ Mitra BAZNAS, pembayaran zakat juga dipermudah
oleh BAZNAS dengan membuka rekening di 14 Bank agar dapat menjangkau seluruh
wilayah masyarakat.
Sejak diterbitkannya UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan,
BAZNAS dan UPZ maupun Mitra BAZNAS lainnya telah dapat menerima zakat
sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak. Bagi Para Muzakki yang membayarkan
zakatnya kepada BAZNAS maka akan memperoleh NPWZ (Nomor Pokok Wajib
150
Zakat) dan BSZ (Bukti Setor Zakat) yang dapat dipergunakan sebagai Bukti
Pengurangan Penghasilan Kena Pajak.
ii. Penyaluran Dana.
Sesuai dengan Undang-undang No. 38 tahun 1999 bahwa BAZNAS juga
melakukan kegiatan penyaluran baik yang langsung maupun tidak langsung.
Berkaitan dengan penyaluran, maka BAZNAS mempunyai dua strategi yaitu :
6. Penyaluran secara langsung adalah penyaluran yang dilakukan langsung kepada
mustahik. Penyaluran secara langsung ini dilakukan oleh USZ konter.
7. Penyaluran secara tidak langsung adalah penyaluran yang dilakukan BAZNAS
melalui lembaga (Mitra). Penyaluran secara tidak langsung ini dilakukan oleh Unit
Salur Zakat (USZ) Mitra seperti Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat
(LAZ) dan USZ Mitra yang ada di BUMN, BUMS, BMT, Lembaga Masjid.
151
B. GAMBARAN UMUM BMT MEKAR DA’WAH SERPONG.
L. Sejarah Pendirian KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong
BMT Mekar Da’wah Serpong yang merupakan Cabang dari BMT Taruna Al-
Qur’an Yogyakarta (BMT Jogjatama, red) didirikan pada tanggal 26 Februari 2004
dengan No Akta Pendirian 518/7/BH/Dis/KUK. BMT Mekar Da’wah mempunyai
Visi dan Misi sebagai berikut :
M. Visi
Menjadi lembaga keuangan Mikro Syari’ah dengan pelayanan terbaik bagi
pengembangan UMKM secara berkelanjutan.
N. Misi
Melakukan upaya-upaya peningkatan kemampuan ekonomi dan sosial umat
secara berkesinambungan melalui pendekatan prinsip syari’ah yang inovatif.
Untuk mencapai Visi, misi dan tujuan sebagaimana dimaksud diatas maka BMT
Mekar Dakwah menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan kegiatan
usaha Tamwil (keuangan), Maal (Sosial). Dalam bidang ini pola gerak BMT Mekar
Dakwah adalah bidang sosial kemasyarakatan. BMT Mekar Dakwah merupakan
salah satu Mitra Salur Zakat BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional). Modal yang
digulirkan untuk bidang ini berasal dari dana Zakat, Infaq dan Shadaqah dari
masyarakat. Dari dana tersebut disalurkan dalam bentuk :
152
O. Penyaluran dana Qordul Hasan / dana kebajikan
P. Beasiswa Barokah
Q. Pengobatan gratis
R. Manajemen dan Struktur Organisasi
Pengelolaan usaha saat ini ditentukan dan dipegang langsung oleh jajaran
pengurus dengan dibantu para anggota dan orang-orang yang ahli dibidangnya sesuai
dengan pengetahuan dan pengalaman operasionalnya. Mereka berasal dari santri
pondok Taruna Al-quran, profesional lokal dan profesional umum. Dalam susunan
manajemen yang bergabung dengan BMT Mekar Da’wah, diharapkan dapat
bersinergi membentuk satu kesatuan tim yang memperkokoh BMT Mekar Da’wah
dan juga diharapkan bisa terjadi transfer ilmu antar pegawai, sehingga bisa
membentuk fungsi pegawai sebagai Dai, sebagai Marketer dan juga sebagai
Konsultan Bisnis.
153
b.
Dewan Pengawas Manajemen : H. Muhamad Ridwan
Dewan Pengawas Syari’ah : Wiroso, SE, MBA
Ketua Pengurus : Ismail
Sekretaris : Azhar Ahmad, SE
Bendahara : Mudzakir Murad, S.Ag
Manager : Rifqi Mubarok
Operasional : Agustri, SE
Marketing : - Jupriyanto
S. Andrian
C. ANALISA KINERJA BMT MEKAR DA’WAH TAHUN 2007
4. Gambaran Umum Kondisi yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
BMT Tahun 2007.
a. Faktor Internal BMT Mekar Da’wah.
Prestasi yang ditempuh oleh BMT Mekar Dakwah yang digambarkan
dalam laporan RAT (Rapat Anggota Tahunan) 2007 belum mengambarkan
sesuatu yang menggembirakan, dalam hal ini perlu diperhatikan dan menjadi
STRUKTUR ORGANISASI KSU. SYARI’AH
BMT MEKAR DA’WAH SERPONG
154
sebuah evaluasi kinerja untuk menghasilkan suatu hal yang berprestasi.
Peningkatatan-peningkatan kinerja belum sampai kepada tercapainya target,
tetapi ada beberapa hal yang menjadi catatan perkembangan yang menjadi
salah satu hal yang dapat dibanggakan, diantaranya semakin meningkatnya
sarana dan prasarana untuk pencapaian target.
Selain itu faktor yang menghambat atau yang menjadi kendala BMT
dalam mengembangkan usaha ini karena beberapa faktor, antara lain :
Dalam Lingkungan Organisasi
1. Komunikasi diantara level-level dalam struktur Organisasi kurang berjalan
dengan baik, hal tersebut banyak terjadi dikarenakan masing-masing pihak
terutama Dewan Pengurus sangat sibuk dengan tugasnya masing-masing di
luar BMT Mekar Da’wah jadi waktu untuk berkonsultasi atau rapat sering
terhambat.
2. Keputusan yang menyangkut operasional sering tidak lancar, karena tidak
ada koordinasi di jajaran pengurus.
b. Faktor Eksternal BMT Mekar Da’wah
Pada saat ini BMT Mekar Dakwah menjadi dominan khususnya di
wilayah pasar Serpong, fakta ini terbukti dari semakin banyaknya pedagang
yang mempercayakan penitipan uangnya di BMT Mekar Dakwah, reaksi
masyarakat ini cukup berperan kepada peningkatan funding dan memperluas
ruang gerak untuk menggulirkan pembiayaan.
155
Mengenai faktor penghambat, krisis ekonomi yang berkepanjangan
telah membawa dampak berat bagi hampir semua sektor perekonomian di
Indonesia terutama pada sektor jasa keuangan. Ditengah merosotnya segala
kegiatan ekonomi ditambah pula dengan kondisi politik negara kita yang
semakin tak menentu juga membawa dampak pula bagi BMT Mekar Da’wah.
dan kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi operasional
BMT, karena menyebabkan :
a. Pemenuhan kewajiban dari Anggota Pembiayaan, karena ada anggota
yang merasa kesulitan dalam menjalankan usahanya bahkan diantaranya
terpaksa gulung tikar (Pailit).
b. Kenaikan Harga BBM akibat ketidakpastian kondisi politik yang semakin
tidak pasti membuat kondisi usaha semakin sulit, hal tersebut yang
menyebabkan berkurangnya tingkat penghasilan dari anggota BMT.
5. ANALISA KINERJA KEUANGAN TAHUN 2007.
4. KOMPOSISI NERACA
Tabel 3.1 Neraca Keuangan BMT Mekar Dakwah Tahun 2007
N 31-Des-06 31-Des-07
Porsi Aktiva (%)
O Keterangan
(Rp) (RP) 2006 2007
A). Aktiva
Kas 8.222.500 9.233.500 2,66% 2.50%
Penempatan Pada Bank Syari'ah 24.000.000 18.200.000 7,76% 4%
Penempatan Pada Bank Konvensional 0
0 0,00% 0.0%
Penempatan Pada BMT 0 0
0,00% 0.0%
Pembiayaan 215.528.300 291.530.403,58 69,65% 79%
Persediaan Barang 1.067.000 341.000 0,34% 0.09%
156
6. Kas
7. Penempatan pada Bank Syari’ah.
8. Pembiayaan
9. Aktiva Tetap.
Dagangan
Biaya Dibayar Dimuka 11.300.000 0 3,65% 0%
Aktiva Tetap 0,00% 0%
Nilai Buku 49.348.623 48.109.823,00 15,95% 13.05%
Aktiva Lain-lain 0 1.000.000 0,00% 0.27%
Jumlah Aktiva 309.466.423 368.414.726,58 100% 100%
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
Komposisi Struktur Neraca Tahun 2007 dapat dilihat dalam grafik di bawah
ini :
Grafik 3.1 Komposisi Neraca Tahun 2007
Komposisi Neraca Tahun 2007
3% 5%
79%
13%1
2
3
4
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
Dimana :
Selama kurun waktu tahun 2007 terlihat bahwa Pembiayaan
mempunyai porsi yang paling besar dibanding unsur aktiva lainnya. Pada
157
tahun 2007 terjadi Kenaikan porsi yaitu dari 69.65 % pada tahun 2005
menjadi 79.00 % pada tahun 2007.
5. ANALISA RASIO KEUANGAN
Tabel 3.2 Kertas Kerja Analisa Rasio Keuangan dan Penilaian Tingkat
Kesehatan BMT Mekar Da’wah Serpong
Bobot Indikator 2006 2007
D. Liquidity
1. Current Ratio
2. Quick Ratio
23,29 %
21,80 %
16,75 %
16,54 %
E. Loan Deposit Ratio
1. Loan Deposit Ratio
150,80 %
175,33 %
F. Profitability
4. Profit Margin
5. Return On Assets (ROA)
6. Return On Equity (ROE)
3,04 %
2,11 %
13,09 %
2,80 %
2,21 %
15,11 %
D. CAR 17, 76 % 17, 68 %
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
PERHITUNGAN RASIO-RASIO KEUANGAN
e. Liquidity
3. Current Ratio CR = Current Asset (CA)
Current Liabilities (CL)
CR 06 = 33.289.500 = 23,29 %
142.921.690,86
CR 07 = 27.774.500 = 16,75 %
165.799.117,63
4. Quick Ratio
QR = Current Asset (CA) - Inventory
Current Liabilities (CL)
158
QR 06 = 32.222.500 = 22,54 %
142.921.690,86
QR 07 = 27.443.500 = 16,54 %
165.799.117,63 f. Loan Deposit Ratio
LDR = Pembiayaan
Dana Pihak III
LDR 05 = 215.528.300 = 150,80 %
142.921.690,86
LDR 06 = 260.690.500 = 175,33 %
165.799.117,63 g. Profitability
4. Profit Margin PM = Net Income
OSL
PM 06 = 6.544.732,15 = 3,04 %
215.528.300
PM 07 = 8.159.502,64 = 2,80 %
290.690.500
5. Return On Assets (ROA)
ROA = Net Income
Total Assets
ROA 06 = 6.544.732,15 = 2,11 %
309.466.423
ROA 07 = 8.159.502,64 = 2,21 %
368.414.726,58
6. Return On Equity (ROE)
ROE = Net Income
Common Equity
ROE 06 = 6.544.732,15 = 13,09 %
50.000.000
ROE 07 = 8.159.502,64 = 15,11 %
54.000.000
159
h. CAR
Berdasarkan tabel rasio keuangan diatas dapat dianalisis bahwa untuk
rasio likuiditas (Liquidity) yaitu Current Asset Ratio dan Quick Ratio pada
tahun 2006 yaitu untuk Current Ratio sebesar 23,29 %, hal ini menunjukkan
adanya Iddle Money (Dana Yang Mengendap) dan tidak digunakan untuk
pembiayaan atau investasi lainnya, hal ini dikarenakan memang dana tersebut
digunakan untuk cadangan pengambilan tabungan (Cadangan Likuiditas).
Apabila dibandingkan dengan tahun 2007 mengalami penurunan menjadi
16,75 %. Hal ini dikarenakan alokasi dana yang mengendap (iddle money)
menjadi lebih kecil dibanding dengan tahun 2006.
Berdasarkan tabel rasio keuangan diatas dapat dianalisis bahwa untuk
rasio likuiditas (Liquidity) yaitu Quick Ratio (Rasio Lancar) pada tahun 2006
sebesar 22,54 % dan hal ini menunjukkan adanya iddle money (Dana Yang
Mengendap) dan tidak berpengaruh terhadap persediaan dikarenakan jumlah
persediaan barang dagangan BMT Mekar Da’wah karena jumlahnya sangat
kecil. Dan hal yang sama juga terjadi penurunan pada tahun 2007 menjadi
16,54 %.
Modal Tahun 2006 50.000.000,00
Modal Tahun 2007 54.000.000.00
ATMR Tahun 2006 281.510.423
ATMR Tahun 2007 305.267.723
CAR 2006 17,76%
CAR 2007 17.68%
160
Berdasarkan tabel diatas untuk Loan Deposit Ratio yaitu
perbandingan antara Total Pembiayaan dengan Dana Pihak Ketiga.
menunjukkan pada tahun 2006 sebesar 150,80 % dan hal ini menunjukkan
lebih dari 50 % Asset merupakan dana pihak III (Simpanan Wadi’ah dan
Deposito) dan pada tahun 2007 angka tersebut melambung menjadi 175,33 %
dan hal ini menunjukkan bahwa Hampir seluruh Pembiayaan dan Investasi
dibiayai oleh Dana Pihak Ketiga.
Apabila dilihat dari rasio profitabiliti disini kita akan membandingkan
rasio net income (laba bersih sebelum pajak) dengan Modal dan Asset serta
profit margin dari pembiayaan yang ada. Berdasarkan tabel rasio keuangan
diatas dapat dianalisis bahwa untuk rasio profitability yaitu Profit Margin,
Return On Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA). Pada tahun 2006 Profit
Margin BMT Mekar Da’wah sebesar 3,04 % dan menurun menjadi 2,80 %
pada tahun 2007. sedangkan untuk Rasio perbandingan antara Pendapatan dan
Asset menunjukkan tahun 2006 sebesar 2,11 % dan meningkat menjadi 2,21
% pada tahun 2007 sedangkan untuk rasio ROE pada tahun 2006 sebesar
13,09 % dan meningkat menjadi 15,11 % pada tahun 2007.
Apabila dilihat dari CAR diatas kita akan membandingkan rasio
antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Berdasarkan tabel rasio keuangan diatas dapat dianalisis bahwa untuk rasio
CAR pada tahun 2006 sebesar 17,78 % dan menurun menjadi 17,68 % pada
161
tahun 2007. Hal ini disebabkan Pengurangan Modal untuk menghapus biaya
yang ditangguhkan pada tahun 2004 - 2005 sehingga neraca menjadi Riil.
6. PERKEMBANGAN USAHA.
a. Perkembangan Asset.
Pada tahun 2005 terlihat bahwa total asset mengalami peningkatan
yang sangat signifikan, dimana naik sebesar 123.99 % atau Rp. 236.988.225,-
yaitu dari Rp. 191.539.443, pada tahun 2004 menjadi Rp. 428.527.668.
Namun pada tahun 2006 terjadi penurunan total asset yaitu dari 428.527.668
menjadi 309.527.423,- tetapi pada tahun 2007 terjadi kenaikan total asset
kembali menjadi 368.414.726,58.
Grafik 3.2 Perkembangan Asset Periode 2004 - 2007
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
0
200.000.000
400.000.000
600.000.000
Rupiah
1 Tahun
Perkembangan Asset BMT Mekar
Da'wah Periode 2004 - 2007
2004
2005
2006
2007
162
Berdasarkan Grafik Perkembangan Asset di atas dapat dianalisis bahwa
pada Tahun 2005 Asset mengalami kenaikan yang siginifikan yaitu sebesar Rp.
428.527.668 dan mengalami penurunan pada tahun 2006 sebesar Rp.
119.061.245 menjadi Rp. 309.466.423. atau sekitar 38 %. Pada Tahun 2007
Asset mengalami kenaikan sebesar Rp 58.948.303 sekitar 19% yaitu menjadi Rp
368.414.726,58.
b. Perkembangan Lending dan OSL.
Analisa Lending (Pembiayaan yang disalurkan) setiap bulannya KSU
Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong selama Tahun 2007, adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Realisasi Lending tahun 2007
Bulan Realisasi Angsuran Masuk Bagi Hasil/Margin
Jan-07 76.025.000 75.904.600 6.439.300
Feb-07 50.300.000 46.817.500 5.684.400
Mar-07 74.170.000 47.308.500 6.401.100
Apr-07 61.000.000 68.389.400 6.872.850
Mei-07 63.250.000 52.636.900 6.949.850
Jun-07 75.768.000 60.586.900 7.869.200
Jul-07 65.790.000 69.217.800 7.177.700
Agust-07 80.920.000 56.643.800 7.686.900
Sep-07 54.100.000 52.467.000 8.390.400
Okt-07 14.750.000 32.940.400 5.264.050
Nop-07 40.600.000 45.397.400 5.786.250
Des-07 34.400.000 32.475.900 5.981.100
Total 691.073.000
640.786.100
80.503.100
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
163
010.000.00020.000.00030.000.00040.000.00050.000.00060.000.00070.000.00080.000.00090.000.000
Rupiah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Grafik 3.3 Pembiyaan BMT Mekar Da’wah Serpong
Periode Januari s/d Desember 2007
Dari data Statistik diatas dapat dianalisis bahwa rata-rata Realisasi
Lending BMT Mekar Da’wah pada tahun 2007 terhitung dari Januari 2007
sampai dengan Desember 2007 berada yaitu Rp. 57.589.416,- dengan Jumlah
Realisasi yang paling Minimum (Terendah) yaitu pada level Rp.
14.750.000,- pada bulan Oktober, hal ini dikarenakan pada bulan Oktober
merupakan Bulan Suci Ramadhan dimana Dana Kas yang ada digunakan
untuk cadangan likwiditas karena pada bulan suci Ramadhan menjelang Idul
Fitri banyak transaksi penarikan Tabungan. Dan maksimum pada level Rp.
80.920.000,- yaitu pada bulan Agustus 2007. dengan Total Realisasi selama
1 Tahun sebesar Rp 691.073.000
Grafik 3.4 Perkembangan OSL 2004 - 2007
164
0
100000000
200000000
300000000
(RP)
1
Tahun
Perkembangan OSL BMT Mekar Da'wah Periode
2004 - 2007
2004
2005
2006
2007
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
Pada tahun 2007 terlihat bahwa total OSL mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, yaitu naik sebesar Rp. 76.002.103,- Atau sekitar 35,2
% yaitu dari Rp. 215.528.300,- Pada tahun 2006 menjadi Rp. 291.530.403,58
pada tahun 2007.
c. Perkembangan Funding.
Funding (Dana yang dihimpun) KSU Syari’ah BMT Mekar Da’wah
Serpong selama Tahun 2007 dan perbandingannya dengan Tahun 2006, yaitu:
Dana pihak ketiga dalam hal ini tabungan mengalami kenaikan Rp.
42.737.415,- sebesar 18 % yaitu dari Rp. 226.378.391,- pada tahun 2007
menjadi Rp 261.115.806 .,- pada tahun 2007.
165
Grafik 3.4 Perkembangan Funding 2004 – 2007
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
Berdasarkan Grafik terlihat bahwa Funding dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan. Tahun 2006 funding sebesar
Rp.226.378.391,- kemudian tahun 2007 naik menjadi Rp 261.115.806 .,-
d. Perkembangan Laba rugi.
Tabel 3.4 Laporan Laba Rugi BMT Mekar Dakwah Tahun 2007
31 Des 2006 31 Des 2007 Fluktuasi (+/-) No
Keterangan (Rp) (Rp) (Rupiah) (%)
A). Pendapatan Utama Operasional
Pendapatan Margin dan Bagi Hasil 77.777.800,00 84..260.803,58 6.483.003,58 8,3%
B). Distribusi Margin dan Basil 7.830.567,85 7.441.700,94 -388.866,91 4,9%
C). Pendapatan Margin dan Bagi Hasil
untuk BMT (A-B) 69.947.232,15 77.275.208,95 7.327.976,80 10,4%
D). Pendapatan Operasional Lainnya
Pendapatan Administrasi 5.127.600,00 4.579.000,00 -548.600,00 10,6%
0
100000000
200000000
300000000
Rupiah
2004 2005 2007 2007
Tahun
Grafik Funding BMT Mekar Da'wah
Periode 2004 - 2007'
Funding BMT
Mekar Da'wah''
166
Pendapatan Jasa BMT dan Bank Syari'ah 577.000,00 1.048.500,00 471.500,00 81,7%
Pendapatan Jasa Investasi Lainnya 3.304.300,00 900.000,00 -2.404.300,00 72,7%
Total Pendapatan Operasional Lainnya 9.008.900,00 6.527.500,00 -2.481.400,00 27,5%
E). Pendapatan Non Operasional
Lainnya 1.659.000,00 873.000,00 -786.000,00 47,3%
F). Beban Operasional
Biaya Administrasi dan Umum 13.481.400,00 12.014.600,00 -1.466.800,00 -10,8%
Biaya Personalia 49.200.000,00 49.125.000,00 -75.000,00 -0,15%
Biaya Operasional Lainnya 6.700.000,00 10.680.000,00 3.980.000,00 59,4%
Total Beban Operasional 69.381.400,00 71.819.600,00 2.438.200,00 3,5%
G). Beban Non Operasional 4.689.000,00 4.240.500,00 -448.500,00 -9,5%
H). Sisa Hasil Usaha ((C+D+E) -
(F+G)) 6.544.732,15 8.159..502,31 1.614.770,16 24,6%
Laba yang diperoleh pada tahun 2006 yaitu 6.544.732,15 dan pada
tahun 2007 BMT Mengalami laba yang berhasil dibukukan sebesar Rp
8.159.502,31 Apabila dibandingkan dengan tahun 2006 mengalami kenaikan
sebesar Rp 1.614.770,16 atau sekitar 24,6 %. Dan hal ini juga jauh dari Target
yang telah ditetapkan dalam RAT 2006 dan RKAB 2007 yaitu sebesar Rp.
15.000.000,- Hal ini disebabkan karena beberapa Faktor Antara Lain :
2. Dari sisi pendapatan Bagi Hasil dan Margin pada tahun 2007 memang
mengalami kenaikan sebesar 24,6 % bila dibandingkan dengan Tahun
2006, akan tetapi pada sisi pendapatan Administrasi mengalami
penurunan khususnya pada Pendapatan Administrasi Pembiayaan. Hal ini
terjadi karena sedikitnya pembiayaan yang dilakukan, sebab dana yang
167
tersedia kurang aman apabila dilakukan pembiayaan yang banyak,
sedangkan kondisi kas yang ada tidak likwid.
Adapun fluktuasi pendapatan Bagi Hasil dan Margin selama tahun
2007 sebagai berikut :
Tabel 3.5 Pendapatan Bagi Hasil dan Margin 2007
Periode Januari 2007-Desember 2007
Grafik 3.4 Pendapatan Bagi hasil dan Margin tahun 2007
01.000.0002.000.0003.000.0004.000.0005.000.0006.000.0007.000.0008.000.0009.000.000
Rupiah
1 3 5 7 9 11
Tahun
Grafik Pendapatan Basil dan Margin BMT
Mekar Da'wah tahun 2007
Pendapatan Basildan Margin BMTMekar Da'wah
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
Bulan Bagi Hasil/Margin
Jan-07 6.439.300
Feb-07 5.684.400
Mar-07 6.401.100
Apr-07 6.872.850
Mei-07 6.949.850
Jun-0 7.869.200
Jul-07 7.177.700
Agust-07 7.686.900
Sep-07 8.390.400
Okt-07 5.264.050
Nop-07 5.786.250
Des-07 5.981.100
Total 80.503.100
168
2 Biaya Operasional yang sangat tinggi sementara pendapatan terutama
pendapatan bagi hasil belum mampu menutupi biaya yang dikeluarkan
dan tidak sebanding dengan kenaikan biaya.
3 Ada Rekening biaya yang tidak dibebankan pada Tahun sebelumnya dan
menjadi beban pada Tahun 2007 sepert Beban penyusutan kendaraan .
6. ANALISA PENCAPAIAN TARGET TAHUN 2007.
a. TARGET DESEMBER 2007
Berdasarkan Notulen RAT 2006 dan RKAB 2007 KSU Syari'ah BMT
Mekar Da'wah Serpong Tanggal 24 April 2007, telah ditetapkan target Per
Desember 2007, terhitung mulai bulan Januari 2007, yaitu effektif 12 Bulan,
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.6 Target kinerja keuangan 2007
Target Desember 2007
Fluktuasi No Keterangan Desember 2006
(Rp) (RP) ∆ (%)
1 Asset 309.466.423 510.000.453,00 200.534.030,00 64%
2 OSL 215.528.300
375.000.000,00 159.471.700,00 73%
3 Lending 65.774.350 150.000.000./BL 84.225.650,00 128%
4 Funding 226.378.391
300.000.000,00 73.621.609,00 32%
5
Laba 6.544.732 15.465.699,00 8.920.967,00 136%
6
NPL 29.190.620 25.000.000.00 -4.190.620,00 -14%
169
b. REALISASI TARGET DESEMBER 2007
Tabel 3. Realisasi kinerja keuangan 2007
Target Desember 2007 Realisasi Desember 2007
No Keterangan (RP) ∆ (%) (RP)
(%) Pencapaian
Target
1
Asset 510.000.453,00 19 % 368.414.726,58 72 %
2 OSL
375.000.000,00
78 % 291.530.403,58 77 %
3
Lending 150.000.000./BL 123 % 57.589.416 /BL 38%
4 Funding
300.000.000,00
26 % 261.115.806 87 %
5
Laba 15.465.699,00 55 % 8.159.502,31 52,7 %
6
NPL 25.000.000.00 10 % 36.444.100 17 %
Sumber : Laporan RAT 2007 BMT Mekar Dakwah
f. Analisa Target Asset
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa Target Asset Per
Desember 2007 yaitu Rp. 510.000.453,- adapun realisasi dari pencapaian
target tersebut yaitu KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong pada
penutupan Neraca Akhir Tahun 2007 Assetnya mencapai Rp. 368.414.726,58
Dengan demikian Prosentase Pencapaian Target yaitu sebesar 72 %.
Pencapaian Target Asset pada Tahun 2007 Asset berada pada posisi Rp.
368.414.726,58 atau naik sekitar 19 % bila dibandingkan dengan total Asset
pada Tahun 2006.
170
g. Analisa Target OSL
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa Target OSL Per
Desember 2007 yaitu Rp.375.000.000,- adapun realisasi dari pencapaian
target tersebut yaitu KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong pada
penutupan Neraca Akhir Tahun 2007 OSL-nya mencapai Rp.
291.530.403,58. Dengan demikian Prosentase Pencapaian Target yaitu
sebesar 77 %. Tidak tercapainya target OSL dikarenakan pada bulan Oktober
- November 2007 yaitu Pertengahan Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri,
terjadi penarikan tabungan dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini
dikarenakan menjelang hari raya Idul Fitri masyarakat (Anggota) banyak yang
menarik tabungannya untuk keperluan Lebaran (Konsumtif).
Pengaruh ini sangat signifikan dikarenakan banyak pembiayaan yang
ditunda (Pending) setelah Lebaran dan BMT lebih fokus menyediakan
dananya untuk mengantisipasi pengambilan tabungan jadi Lending berkurang
sangat signifikan.
h. Analisa Target Funding
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa Target Funding Per
Desember 2007 yaitu Rp. 300.000.000,-. Adapun realisasi dari pencapaian
target tersebut yaitu KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong pada
penutupan Neraca Akhir Tahun jumlah Fundingnya mencapai Rp
171
261.115.806,- Dengan demikian Prosentase Pencapaian Target yaitu sebesar
87 %, tidak tercapainya target Funding dikarenakan pada bulan Oktober -
November 2007 yaitu Pertengahan Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri,
terjadi penarikan tabungan dalam jumlah yang cukup besar dikarenakan
menjelang hari raya Idul Fitri masyarakat (Anggota) banyak yang menarik
tabungannya untuk keperluan Lebaran (Konsumtif).
i. Analisa Target Laba
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa Target Laba Per
Desember 2007 yaitu Rp. 15.465.699,- adapun realisasi dari pencapaian target
tersebut yaitu KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong pada penutupan
Neraca Akhir Tahun dan Laba Rugi Akhir Tahun mencapai Rp.
8.159.502,31. Tidak tercapainya target laba dikarenakan pada bulan
November 2007 effektif hari kerja hanya 15 hari dikarekan libur Hari Raya
Idul Fitri, pengaruh ini sangat signifikan dikarenakan banyak angsuran
anggota Harian dan Mingguan tidak masuk sebagaimana mestinya. Dengan
demikian Prosentase Pencapaian Target yaitu sebesar 52,7 %.
j. Analisa Target NPL
Tabel 3.8 Analisa Kolektibilitas pembiayaan
Collectibilitas No.
Jenis Pembiayaan & Cara Angsuran Lancar DPK
Kurang Lancar
Diragukan Macet Total
1 Pembiayaan Musyarakah
Harian 57.145.200 3.933.000 7.827.500 240.000 69.145.700
Mingguan 47.893.000 2.950.000 1.600.000 800.000 15.026.900 63.008.000
172
Bulanan 33.247.400 1.300.000 6.930.000 1.265.000 8.500.000 51.242.400
Jatuh Tempo 25.810.000 1.500.000 - - 1.500.000 28.810.100
Total Pembiayaan Musyarakah
164.095.600 9.683.000 16.357.500 2.305.000 25.026.900 217.468.000
2 Pembiayaan Murabahah
Harian 5.238.300 2.331.220 - - - 5.238.300
Mingguan - - - - 5.550.000 252.320
Bulanan 15.250.780 400.000 - - 5.567.200 5.926.580
Jatuh Tempo - - - - - -
Total Pembiayaan Murabahah
10.489.080 400.000 - - 11.417.200 34.637.500
Total Pembiayaan BMT Mekar Da'wah
184.584.680 12.414.220 16.357.500 2.305.000 36.444.100 252.105.500
Prosentase (%) 73 % 7 % 5 % 1 % 14 % 100 %
NPL (Rp) 36.444.100
NPL (%) 14%
NPL ( Non Perfoming Loan ) = Anggota Macet
Sesuai dengan ketetapan dari Pengurus tentang kriteria Anggota yang
masuk dalam kategori NPL (Non Performing Loan) yaitu yang masuk dalam
Kolektibilitas Macet. Dengan demikian berdasarkan Tabel diatas dapat
diketahui bahwa NPL Per Desember 2007 yaitu Rp. 36.444.100,- yaitu
sebesar 14 % dari total Outstanding pembiayaan khususnya pembiayaan
Musyarakah dan Murabahah sedangkan perhitungan kolektibilitas Al-Qardh
tidak diikutsertakan.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2005 penutupan Neraca Akhir
Tahun NPLnya mencapai Rp. 28.280.000,- atau sekitar 14,53 % sementara
Target NPL 2007 yaitu sebesar 25.000.000 atau 10 % dari total Outstanding,
dengan demikian Realisasi Tahun 2007 untuk komponen NPL tidak tercapai.
Dan hal ini disebabkan karena sebagian anggota yang macet merupakan
173
peninggalan dari periode tahun 2004 dan 2005 yang tidak dapat tertagih dan
pada saat ini BMT Mekar Da’wah belum membuat Cadangan Kerugian.
D. HUBUNGAN BMT MEKAR DA’WAH SERPONG DENGAN BADAN
AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS).
KSU. Syari’ah BMT Mekar Da’wah Serpong merupakan Sebuah Lembaga
Keuangan Syari’ah yang tertanggal 15 Maret 2004 dikukuhkan sebagai salah satu
Unit Salur Zakat (USZ) oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang bertugas
sebagai Mitra BAZNAS dalam menyalurkan dana zakat, infaq, shadaqah BAZNAS.
Dalam mengemban tugasnya sebagai Unit Salur Zakat KSU. Syari’ah BMT Mekar
Da’wah Serpong menyelenggarakan kegiatan setiap harinya yaitu sebagai berikut :
4. Pembiayaan (penyaluran dana BAZNAS untuk pemberdayaan ekonomi
mustahik). dan pembinaan (maintenance) kepada mustahik binaan.
5. Pemberian honor kepada marbot Masjid se-kecamatan Serpong yang diambil dari
bagi hasil dana BAZNAS yang dikelola oleh BMT Mekar Da’wah untuk
pemberdayaan ekonomi mustahik dalam sektor mikro.
6. Pendidikan
Dalam bidang ini pola gerak BMT Mekar Da’wah adalah bidang sosial
kemasyarakatan dimana BMT mendirikan sebuah TPA Mekar Da’wah
merupakan lembaga pendidikan Agama non formal yang dikelola dengan tanpa
174
memungut biaya dari para santrinya yang sebahagian besar merupakan putra-putri
mustahik.
Hubungan antara BMT Mekar Dakwah dan BAZNAS diaplikasikan ke dalam
sebuah kegiatan yang bersifat Maal dan Tamwil. Dalam hal ini Pembiayaan yang
dirangkum dalam system Tamwil diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
lebih terhadap baitul maal, sehingga secara tidak langsung ada konsep yang
bersinergi satu sama lain.
175
BAB. IV
ANALISA DATA
k. Kriteria Mustahik.
Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah, BMT Mekar
Da’wah, memiliki komitmen untuk mengambil peran dalam memberdayakan
ekonomi rakyat khususnya Mustahik. Dalam menyalurkan pembiayaan kepada
Mustahik yang umumnya dalam bentuk modal kerja BMT selaku Lembaga yang
dipercaya oleh BAZNAS sebagai salah satu Unit Salur Zakat mempunyai Kaidah-
kaidah sebagai berikut :
1. Aman
Aman dalam arti bahwa BMT yang dipercaya sebagai unit salur zakat
mempunyai tanggung jawab moril dan amanah terhadap dana tersebut dan
memastikan bahwa dana yang diberikan kepada mustahik sebagai modal kerja
dapat bermanfaat bagi mustahik untuk pengembangan usahanya dan tepat
sasaran serta dana tersebut sifatnya bergulir jadi mustahik harus
mengembalikan dana tersebut sesuai dengan akad perjanjian dan selanjutnya
dana tersebut dapat digunakan untuk membantu mustahik yang lain.
Hal ini terkait dengan unsur resiko, dimana BMT sebagai Unit salur Zakat
harus mempertimbangkan resiko yang paling minimal untuk menyalurkan
pembiayaannya, dengan demikian semakin kecil resikonya akan semakin
176
baik. Terkecuali ada hal-hal yang bersifat Force Majeure yaitu keadaan diluar
kemampuan manusia untuk mengubahnya seperti : Gempa Bumi, Angin
Topan, Banjir, Kebakaran, longsor dan wabah penyakit, huru-hara, perang dan
pemberontakan.
2. Lancar
Lancar dalam arti pemberian bantuan dalam bentuk modal kerja tersebut
dalam pengembaliannya kepada BMT harus lancar untuk itu BMT dalam
mendistribusikan dana tersebut harus berhati-hati untuk menghindari oknum
yang tidak bertanggung jawab. Hal ini terkait dengan Kolektibilitas dari
pembiayaan BMT itu sendiri, jadi setiap pembiayaan harus dikembalikan
tepat waktu sesuai dengan akad perjanjian.
3. Menghasilkan
Menghasilkan dalam arti bahwa dana yang disalurkan dalam bentuk
modal kerja tersebut benar-benar digunakan untuk usaha bukan untuk
keperluan konsumtif, dimana BMT menerima bagi hasil dan dari bagi hasil
tersebut sebagian digunakan untuk pengelola BMT dan sebagian lagi untuk
honor para Marbot Masjid se-Kecamatan Serpong. Hal ini sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditandatangani oleh pihak BMT sebagai Unit Salur
Zakat dan BAZNAS. 31
31 Wawancara pribadi dengan Rifqi Mubarok (Manajer BMT Mekar Dakwah). Tangerang, 20
Agustus 2007
177
Disamping syarat umum diatas, dalam melakukan penilaian permohonan
pembiayan BMT Mekar Da’wah Serpong memperhatikan beberapa prinsip utama
yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon Mustahik binaan. Prinsip
penilaian ini dikenal dengan 5 C, yaitu :
1. Character, Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon mustahik
binaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa Mustahik
binaan dapat memenuhi kewajibannya.
2. Capacity, Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan mustahik
untuk melakukan pembayaran.
3. Capital, Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh
calon mustahik binaan yang diukur dengan posisi usaha secara keseluruhan
yang ditunjukkan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi
modalnya.
4. Collateral, Yaitu jaminan yang dimiliki oleh calon mustahik binaan, pada
prinsipnya penilaian ini bertujuan untuk lebih menyakinkan bahwa jika suatu
resiko kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai
pengganti dari kewajiban. Dalam pelaksanaannya BMT Mekar Da’wah
Serpong mempunyai kebijakan tersendiri dalam hal Jaminan, yaitu berupa
Rekomendasi dari Tokoh masyarakat setempat yang dipercaya atau Nasabah
yang amanah dengan indikasi Prestasi angsuran yang baik (lancar).
178
5. Condition, yaitu BMT harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di
masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan denbgan jenis usaha
yang dilakukan oleh calon mustahik binaan. Hal tersebut karena kondisi
eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon mustahik
binaan.32
B. Mekanisme Penyaluran
Untuk menopang keberlangsungan program tersebut, pihak BMT Mekar
Dakwah mempunyai strategi agar setiap pembiayaan yang disalurkan dalam program
ini. Oleh karena itu perlu adanya tahapan mekanisme yang teratur dan terencana agar
tujuan dari program ini dapat tercapai diantaranya adalah :
1. Penseleksian mustahik
Tahap ini merupakan tahap awal dan perkenalan mustahik dengan BMT, pada
moment ini dikumpulkan mustahik yang mempunyai keinginan dan kemampuan
dalam berwirausaha. Disaat itu para mustahik diberi motivasi-motivasi yang
bertujuan membangun semangat dan mental berwirausaha. Dan pada saat itulah
masing-masing mustahik dipicu jiwa wirausahanya dengan berbagai pengajuan
proposal usaha.
32 Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005),
hal. 60
179
2. Proses pembiayaan
Tahap ini merupakan sebuah syarat dalam mendapatkan pembiayaan. Pihak
BMT Mekar Dakwah disini memiliki prosedur tersendiri yang bertujuan terciptanya
tertib administrasi pembiayaan. Kegiatan yang dilakukan antara lain survei terhadap
mustahik dan analisa kelayakan pembiayaan. Bila semua syarat sudah lengkap dan
layak, maka dana siap direalisasikan ke pihak mustahik
3. Pembinaan dan pengawasan
Tahap ini merupakan kegiatan monitoring terhadap usaha yang dijalankan,
terlebih lagi mustahik merupakan para wirausaha yang baru bergerak walaupun
diantara mereka ada yang sudah mengetahui. Pembinaan ini meliputi pelatihan-
pelatihan yang berhubungan dengan manajemen kuangan dan pemasaran.
C. Sistem Pembiayaan Untuk Mustahik
Sistem pembiayaan disini bertujuan menawarkan pilihan terhadap mustahik
untuk memilih produk yang lebih sesuai dengan usaha. Produk yang ditawarkan
diantaranya adalah Musyarakah, Mudharabah dan Murabahah.
Yang menarik dari sistem pembiayaan di BMT Mekar Dakwah adalah strategi
penumbuhan sifat tanggung jawab kepada mustahik. Contohnya dapat digambarkan
dalam skema yang bersifat Mudharabah dibawah ini :
180
BMT
Perjanjian
Bagi Hasil
Keahlian/
Ketrampilan Modal
100 %
Nisbah X % Nisbah Y %
Pengembalian
Pokok Modal
Skema pembiayaan Mudharabah Kepada Mustahik
Pada saat penseleksian mustahik, pihak BMT tidak perlu memberikan
informasi mengenai darimana dana untuk pembiayaan tersebut berasal, walaupun
akan diberitahukan setelah pembiayaan lunas. Dan simpanan yang berasal dari
pengembalian pokok dan pembagian keuntungan dapat diambil untuk kebutuhan dan
yang pastinya mustahik sudah mempunyai kebiasaan bersedekah yang ditunaikan saat
pembayaran angsuran. Strategi ini dijalankan juga pada Murabahah dan Musyarakah.
MUSTAHIK
USAHA
Pembagian Keuntungan
MODAL
Ditampung dlm Simpanan
Wadiah Mustahik
181
Mengenai ketidakperlutahuan dana itu berasal, sangatlah penting bagi
keberlangsungan pembiayaan. Hal ini dipicu karena dikhawatirkan akan muncul
mentalitas mustahik yang apabila diberitahu dana tersebut berasal dari sebuah
lembaga pemerintah atau program pemerintah maka mereka menganggap hibah dana
tersebut. Jadi, akan menggagalkan program yang sudah direncanakan.
D. Analisa Deskriptif Kualitatif.
Tabel. 4. 1 Identitas jenis kelamin mustahik
Jenis Kelamin Mustahik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
L 18 47.4 47.4 47.4
P 20 52.6 52.6 100.0
Valid
Total 38 100.0 100.0
Sumber : diolah dari data BMT
18
20
17
17,5
18
18,5
19
19,5
20
L P
Grafik 4.1 Jenis Kelamin Mustahik
182
Berdasarkan Jenis Kelamin, efektifitas hampir sama antara Mustahik Laki-
laki dan Perempuan, yaitu sekitar 47.4 % adalah Mustahik Laki-laki dan sisanya 52.6
% Wanita. Hal ini dikarenakan banyaknya Wanita khususnya Ibu Rumah Tangga
yang memilih Profesinya sebagai Pedagang yang rata-rata adalah pedagang Pasar
Serpong. Hal ini disebabkan pendapatan suami tidak mencukupi kebutuhan rumah
tangga, karena profesi suami yang tergolong rendah.
Tabel. 4.2 Statistik deskriptif antara sebelum dan sesudah diberikan bantuan
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Usia Mustahik 38 19 50 34.82 8.469
Jumlah Tanggungan 38 1 5 2.82 1.182
Pendapatan Sebelum
Dibantu 38 450000 900000 701315.79 111189.418
Pendapatan Sesudah
Dibantu 38 300000 1100000 867105.26 193571.104
Plafond pembiayaan 38 700000 5000000 1576315.79 915167.747
Valid N (listwise) 38
Sumber : diolah dari data BMT dan wawancara
450000
900000
300000
1100000
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
Pendapatan Sebelum Dibantu Pendapatan Sesudah Dibantu
Grafik 4.2 Pendapatan Mustahik
183
Berdasarkan data Deskriptif diatas, berdasarkan Usia Mustahik yaitu Usia
Mustahik berkisar antara 19 Tahun sampai dengan 50 Tahun dan dengan Jumlah
Tanggungan antara 1 sampai dengan 5 Orang.
Dan berdasarkan data Frekwensi diatas berdasarkan dapat kita lihat bahwa
Pendapatan Minimum (Terkecil) Mustahik sebelum dibantu yaitu Rp. 450.000,-/
Bulan dan Pendapatan Maksimum (Tertinggi) sebelum Dibantu yaitu Rp. 900.000,- /
Bulan dengan Rata-rata Pendapatan yaitu Rp. 701.500,-/ Bulan. Dan setelah
mendapat bantuan dari dana Baznas maka dapat kita lihat berdasarkan data di atas
yaitu pendapatan Minimum (Terkecil) Mustahik Mengalami penurunan menjadi Rp.
300.000,-/Bulan hal ini dikarenakan ada salah satu mustahik yang mengalami
penurunan usaha dikarenakan faktor-faktor eksternal yang tidak berhubungan dengan
usaha diantaranya adalah problematika keluarga. Dan tingkat Kenaikan tertinggi yaitu
sebesar Rp. 1.100.000,-/Bulan. Dangan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 872.500,-
/Bulan. Akan tetapi hal ini baru merupakan Indikasi awal adanya perbaikan
kesejahteraan dan belum memperhitungkan adanya inflasi yang mengakibatkan
Kenaikan Barang kebutuhan pokok, apalagi saat ini terjadi fluktuatifnya harga BBM
yang sangat Signifikan.
Pendapatan yang berasal dari mustahik, berdasarkan data dari BMT
merupakan hasil usaha yang dikelola mustahik dari program pembiayaan dana
BAZNAS. Hal ini diutarakan dikarenakan pihak BMT terus menerus memonitor
perkembangan usaha yang menjadi salah satu indikator adalah perkembangan usaha.
184
Tabel. 4.3 Identitas Status tempat tinggal mustahik
Sumber : diolah dari data wawancara
21
17
0
5
10
15
20
25
Milik Sendiri Sewa
Grafik 4.3 Status tempat tinggal mustahik
Dan berdasarkan data Frekwensi diatas berdasarkan Status Tempat Tinggal
yaitu 21 Nasabah/Mustahik memiliki Tempat Tinggal (Rumah sebagai Hak Milik)
yaitu 55,3 % Nasabah Memiliki Rumah/Tempat Tinggal sendiri sedangkan 17 Orang
Mustahik atau sekitar 44.3 % Sewa/Kontrak, dalam hal ini dikarenakan mereka
merupakan pendatang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti, Padang,
Tegal, Jawa Tengah, Yogyakarta, Medan dll. BMT Mekar Da’wah sebagai Unit
Penyalur Zakat dalam hal ini cenderung lebih berhati-hati dalam menyalurkan Dana
Status Tempat Tinggal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Milik Sendiri 21 55.3 55.3 55.3
Sewa 17 44.7 44.7 100.0
Valid
Total 38 100.0 100.0
185
Baznas. Dan salah satu hal yang menjadi bahan pertimbangan adalah Domisili yaitu
Status Tempat Tinggal.
Tabel 4.4 Frekuensi perkembangan usaha setelah pemberian bantuan
Sumber : diolah dari data wawancara
23
15
0
5
10
15
20
25
Berkembang Mandek
Grafik 4.4 Perkembangan Usaha
Perkembagan usaha diukur dari data BMT diantaranya : Tepat waktu pada
saat pembayaran angsuran, simpanan yang dimiliki diluar pengembalian angsuran,
dan semakin bervariasi atau bertambahnya jenis barang dagangan.
Dan berdasarkan data Frekwensi Perkembangan Usaha diatas dapat kita lihat
bahwa Statistik Perkembangan Usaha Mustahik yaitu Usaha yang berkembang sekitar
Perkembangan Usaha
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Berkembang 23 60.5 60.5 60.5
Mandek 15 39.5 39.5 100.0
Valid
Total 38 100.0 100.0
186
60.5 % yaitu 23 Orang Mustahik usahanya berkembang sedangkan 15 orang lainnya
yaitu sekitar 39.5 % usahanya mengalami kemunduran dan bahkan Mandek. Hal ini
banyak sekali faktor yang menyebabkannya diantaranya yaitu, kenaikan harga
barang, sepinya pembeli di Pasar serta adanya berbagai isu yang berhubungan dengan
bahan makanan. Akan tetapi dari Prosentasi diatas dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa Program Ini Cukup Berhasil karena lebih dari 50 % atau sekitar 60,5 % usaha
Mustahik Berkembang.
Tabel. 4.5 Frekuensi Kualitas hidup mustahik setelah penerimaan bantuan
Kualitas Hidup Mustahik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Cukup 34 89.5 89.5 89.5
Kurang 4 10.5 10.5 100.0
Valid
Total 38 100.0 100.0
Sumber : diolah dari data wawancara
34
4
0
5
10
15
20
25
30
35
Cukup Kurang
Grafik 4.5 Kualitas hidup setelah menerima pembiayaan
Mengenai Kualitas hidup, peneliti lebih menyoroti hal tersebut pada
kesejahteraan rumah tangga mustahik. Dan indikatornya menurut BPS sebuah rumah
187
tangga biasa yang sejahtera adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami
sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan bersama dalam satu
dapur. Yang dimaksud dengan makan bersama dalam satu dapur adalah mampu
mengurus kebutuhan bersama menjadi satu, tidak menutup kemungkinan ada sisi
kenyamanan dalam menjalankan aktivitas kerja maupun keluarga33
Dan berdasarkan data Frekwensi diatas dapat kita lihat bahwa Statistik
Kualitas Hidup Mustahik yaitu yang berkecukupan sesudah dibantu mencapai 89.5
% yaitu 34 Orang Sedangkan 4 orang lainnya yaitu sekitar 10.5 % masuk dalam
kategori kurang. Dalam hal ini terkait dengan perkembangan Usaha karena
korelasinya sangat signifikan yaitu apabila usaha Mustahik Berkembang maka
Kualitas Hidup juga akan lebih baik begitu juga sebaliknya. Akan tetapi dari
Prosentasi diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Program Ini Cukup
Berhasil karena lebih dari 50 % atau sekitar 89,5 % usaha Mustahik Berkembang.
Walaupun tidak menutup kemungkinan ada factor-faktor diluar usaha yang dapat
meningkatkan kesejahteraan mustahik tersebut. Tetapi dari wawancara peneliti
kepada mustahik dan pegawai BMT Mekar Dakwah, mendapatkan kesimpulan bahwa
seluruh mustahik yang menjadi binaan BMT Mekar Dakwah mengalami peningkatan
kualitas hidup dikarenakan oleh peningkatan omset usaha. Hal ini sebelumnya diteliti
berdasarkan monitoring usaha yang dilakukan oleh pihak BMT dengan tujuan
pembinaan dan pengawasan usaha.
33 Badan Pusat Statistik, Kesejahtraan sosial, diakses tgl. 3 Maret 2009
www.bps.go.id/sector/socwel/index.html
188
E. Uji Paired Sample T-test.
Tabel 4.6 korelasi pendapatan antara sebelum dan sesudah diberikan bantuan
Sumber : diolah dari data angket
Dengan Uji Korelasi Juga didapatkan Hasil yang sangat menggembirakan
yaitu angka korelasinya sebesar 0.162 (Lebih besar dari 0.05 dan mendekati 1 serta
angkanya (+) positif) dan angka siginifikansinya sebesar 0.000 < 0.005)) dengan
demikian korelasinya signifikan. Angka ini menunjukkan adanya korelasi / hubungan
yang siginifikan antara bantuan yang diberikan dengan tingkat pendapatan Mustahik.
Tabel 4.8 Hasil uji – t terhadap pendapatan sebelum dan sesudah diberikan bantuan
Sumber : diolah dari data angket
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pendapatan Sebelum
Dibantu & Pendapatan
Sesudah Dibantu
38 .162 .331
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval
of the Difference
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper t df
Sig.
(2-tailed)
Pair 1 Pendapatan Sebelum Dibantu -
Pendapatan Sesudah Dibantu -165789.474 207007.397 33581.034 -233831.112 -97747.835 -4.937 37 .000
189
Berdasarkan dari data Statistik diatas maka analisis selanjutnya yaitu untuk
mengetahui seberapa Effektifkah Program Pemberdayaan ini pengaruhnya terhadap
pendapatan Mustahik. Untuk itu perlu diadakan Uji Sample T-Test dan dapat
digambarkan sebagai berikut :
Dari hasil data diatas didapat harga t Hitung = 4,937. dengan df = 37, maka
didapat harga t Tabel sebesar 1.69 oleh karena t Hitung 4,937 > dari t Tabel df 37 = 1.69,
maka dengan demikian terdapat perbedaan rata-rata Pendapatan Mustahik sebelum
dengan sesudah diberikannya Bantuan dari dana Baznas. Hal ini juga bisa dilihat
dengan membandingkan rata-rata (Mean) bahwa beda Mean antara Pendapatan
sebelum diberikannya bantuan yaitu Rp. 701.315,79. dengan Mean Pendapatan
setelah diberikannya Bantuan yaitu Rp. 867.105,26, benar-benar memiliki perbedaan.
Dengan kata lain, Pendapatan Mustahik setelah diberikannya bantuan lebih baik
daripada sebelum diberikannya bantuan.
190
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah memaparkan hal-hal yang berhubungan dengan tingkat
kesejahteraan mustahik, maka penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu :
1. Berdasarkan data Frekwensi Pendapatan Minimum (Terkecil) Mustahik
sebelum dibantu yaitu Rp. 450.000,-/Bulan dan Pendapatan Maksimum
(Tertinggi) sebelum Dibantu yaitu Rp. 900.000,- / Bulan dengan Rata-rata
Pendapatan yaitu Rp. 701.315,79/Bulan. Dan setelah mendapat bantuan dari
dana Baznas maka Pendapatan Minimum (Terkecil) Mustahik Mengalami
penurunan karena berbagai faktor yaitu sebesar Rp. 300.000,-/Bulan dan
tingkat Kenaikan tertinggi yaitu sebesar Rp. 1.100.000,-/Bulan. Dangan rata-
rata pendapatan sebesar Rp. 867.105,26/Bulan.
Berdasarkan data Frekwensi Statistik Perkembangan Usaha Mustahik
yaitu Usaha yang berkembang sekitar 60,5 % yaitu 23 Orang Mustahik
usahanya berkembang sedangkan 15 orang lainnya yaitu sekitar 39.5 %
usahanya mengalami kemunduran dan bahkan Mandek. Hal ini banyak sekali
faktor yang menyebabkannya diantaranya yaitu, kenaikan harga barang,
sepinya pembeli di Pasar serta adanya berbagai isu yang menurunkan angka
penjualan. Akan tetapi dari Prosentasi diatas dapat diambil sebuah kesimpulan
191
bahwa Program Ini Cukup Berhasil karena lebih dari 50 % atau sekitar 60,5 %
usaha Mustahik Berkembang.
Berdasarkan data Frekwensi Statistik Kualitas Hidup Mustahik yaitu
yang berkecukupan sekitar 89,5 % yaitu 34 Orang. Sedangkan 4 orang lainnya
yaitu sekitar 10.5 % masuk dalam kategori kurang. Dalam hal ini terkait
dengan perkembangan Usaha karena korelasinya sangat signifikan yaitu
apabila usaha Mustahik Berkembang maka Kualitas Hidup juga akan lebih
baik begitu juga sebaliknya.
2. Bila melihat perbandingan rata-rata (Mean) bahwa beda Mean antara
Pendapatan sebelum diberikannya bantuan yaitu Rp. 701.315,79. dengan
Mean Pendapatan setelah diberikannya Bantuan yaitu Rp. 867.105,26, benar-
benar memiliki perbedaan. Dengan kata lain, Pendapatan Mustahik setelah
diberikannya bantuan Jauh lebih baik daripada sebelum diberikannya bantuan.
Dengan Uji Korelasi Juga didapatkan Hasil yang sangat
menggembirakan yaitu angka korelasinya sebesar 0.162 (Lebih besar dari 0.05
dan mendekati 1 serta angkanya (+) positif) dan angka siginifikansinya
sebesar 0.000 < 0.005)) dengan demikian korelasinya signifikan. Angka ini
menunjukkan adanya korelasi / hubungan yang siginifikan antara bantuan
yang diberikan dengan tingkat pendapatan Mustahik.
192
B. SARAN UNTUK BAZNAS.
1. Adanya Penambahan Dana untuk alokasi yang lebih Spesifik untuk mencapai
target-target kegiatan yang belum terlaksana misalnya untuk bidang
Pendidikan dan Kesehatan.
2. Dalam setiap periode tertentu diharapkan BAZNAS juga mengawasi kinerja
BMT apakah Dana yang disalurkan tepat sasaran atau tidak.
3. Dalam setiap periode tertentu diharapkan BAZNAS juga memberikan
pelatihan / kursus / diklat tentang manajemen Zakat dan Distribusinya kepada
Pengelola BMT agar tercipta profesionalisme kerja.
4. BAZNAS diharapkan juga dapat menjadi lembaga yang bisa menghubungkan
BMT dengan pihak Investor dan sebagai lembaga garansi yang menjamin
tentang kinerja / profesionalisme pengelola BMT sehingga terjadi simbiosis
mutualisme dan saling bersinergi satu sama lain.
C. SARAN UNTUK BMT MEKAR DA’WAH SERPONG.
1. Pembinaan yang lebih intensif kepada Mustahik yang usahanya tidak
berkembang dan mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh Mustahik.
2. Perlu adanya pembinaan terhadap Marbot Masjid se-Kecamatan Serpong agar
mereka lebih produktif bukan sekedar pemberian Honor saja setiap bulannya
melalui bagi hasil dana Baznas.
193
194
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Depag RI, Pedoman Zakat jilid 9. Jakarta, 2002.
Ali, Moh. Daud. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Jakarta : Penerbit UI –
Press, 1988.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syari’ah (Dari Teori ke Praktek). Jakarta : Gema
Insani Press, 2001.
Baihaqi, Abdul Majid, dkk. Pedoman pendirian, pembinaan dan pengawasan LKM
BMT. Jakarta : LAZNAS BMT. 2007.
Bariadi, Lili dkk, Zakat & Wirausaha, Jakarta : Center Entrepreneurship
Development, 2005.
Chapra, M. Umar. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta : PT. Gema Insani
Press, 2000.
Doa, Djamal. Pengolalaan zakat oleh Negara untuk memerangi kemiskinan. Jakarta :
Nuansa Madani Publisher, 2004.
Eri Sudewo. Manajemen Zakat. Jakarta : Institut Pemberdayaan Zakat, 2004
Echols, Jhon M. dan Hasan Shadily. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Hafiduddin. Didin. Zakat dalam perekonomian modern. Jakarta : Gema Insani Press,
2002.
195
Khotimah, Husnul. Pengaruh zakat produktif terhadap peningkatan kesejahteraan
ekonomi para mustahik. EKSIS. Jakarta : Kekhususan Ekonomi dan
Keuangan Syari’ah PSTTI Pasca Sarjana UI, 2005.
Katsir, Ibnu. Terjemahan singkat Ibnu Katsir jilid IV. Surabaya : PT. Bina Ilmu,
1988.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta : PT. Rajagrafindo persada.
2007.
Mauludi, Ali. Statsitik I, Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial. Jakarta : PT. Prima
Heza Lestari. 2006.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
2005.
Nurgiyantoro, Burhan, dkk, Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004.
Harahap, Syahrin. Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan Yogyakarta :
PT.Tiara Wacana, 1999.
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat. Jakarta : Dit. Jen. Bimas Islam dan Urusan Haji. 1999.
Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat, Terjemah: Salman Harun, Didin Hafidhuddin,
Hasanuddin, dari judul Fiqhuz Zakat (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa,
1996.
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah jilid 3. Bandung : Al-Maarif, 1988.
196
Wahyono, Teguh. Analisis Data Statistik dengan SPSS 14. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo. 2006.
Zahrul, Rahman al-. Doktrin Ekonomi Islam. Jakarta : Dana Bhakti Wakaf .1995.
Zuhayly, Wahbah az-. Fiqih dan Perundangan Islam, Terjemah: Agus Effendi dan
Bahrudin Fanany, dari judul Al-Fiqh Al-Islam Wa Adilatuh. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 1995.
Zuhayly, Wahbah az-. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. terjemah oleh Agus Effendi
dan Bahruddin Fannany. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995.
197
Daftar Hasil Wawancara
Nama: Rifqi Mubarok
Jabatan : Manager
Hari/Tanggal :
Waktu :
1. Apakah manfaat yang dirasakan oleh BMT dalam pengelolaan dana BAZNAS
tersebut ?
Dalam hal ini BMT Mekar Dakwah sangat terbantu khususnya dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil.
2. Apakah manfaat bagi mustahik setelah mengikuti program ini ?
Ada beberapa manfaat, diantaranya :
a. Peningkatan dari sisi ekonomi
b. Adanya peningkatan terhadap iman Islam
c. Menambah pengetahuan dari sisi manajemn keuangan
d. Mendapatkan berbagai pengalaman
3. Berapakah besar bantuan yang digulirkan kepada mustahik ?
Pemberian bantuan ada dua kategori, diantaranya :
a. usaha yang sudah berjalan
b. Usaha yang baru ingin merintis
Pemberian bantuan untuk yang sudah berjalan rata-rata 500rb – 1.500.000, untuk
yang belum berjalan kami akan memfasilitasi sarana usaha jadi sekitar 1.000.000
– 5.000.000
4. bagaimana proses pencairan dana tersebut kepada mustahik?
Sebelumnya ada beberapa tahapan yang harus dilalui, diantaranya:
a. Proses penyaringan mustahik yang mempunyai mental produktif
b. Pembinaan terhadap manajemen keuangan
c. Lalu adanya akad skim pembiayaan yang disesuaikan dengan kebutuhan
mustahik dalam berusaha
5. Apakah ada keuntungan dalam pengguliran dana tersebut ?
Selama berlangsungnya program ini, bagi hasil yang didapatkan masih relatif
kecil, karena yang diutamakan dalam program ini adalah keberlangsungan
ekonomi para mustahik tersebut
6. Apakah kendala yang dihadapi selama ini ?
Masih adanya mental bahwa segala apapun yang berasal dari pemerintah adalah
hibah. Oleh karena itu tak jarang banyak mustahik yang nakal dalam pemanfaatan
dana tersebut
7. Apakah yang menjadi faktor peningkatan pendapatan mustahik
Yang menjadi faktor peningkatan adalah omzet usaha, dan kualitas hidup
198
8. Apakah ada kesulitan dalam pengguliran dana tersebut selaku BMT sebagai
pengelola ?
Selama ini kita belum menemuinya tetapi salah satu kendalanya sudah saya
sebutkan.
9. Harapan mustahik kedepan ?
Perubahan status, yang sebelumnya mustahik menjadi muzaki
199