peran takmir masjid dalam revitalisasi pendidikan islam...

78
i PERAN TAKMIR MASJID DALAM REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (STUDI KASUS DI MASJID AL-MAKMUR DESA CUKIL KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019) Disusun Oleh: DWI VITROTUL ISLAMI 12010150047 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

32 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • i

    PERAN TAKMIR MASJID

    DALAM REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM

    DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    (STUDI KASUS DI MASJID AL-MAKMUR DESA CUKIL

    KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019)

    Disusun Oleh:

    DWI VITROTUL ISLAMI

    12010150047

    Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

    untuk gelar Magister Pendidikan

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    PROGRAM PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2019

  • ii

    PERAN TAKMIR MASJID

    DALAM REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM

    DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    (STUDI KASUS DI MASJID AL-MAKMUR DESA CUKIL

    KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019)

    Oleh:

    DWI VITROTUL ISLAMI

    12010150047

    Tesis ini diajukan kepada Program Pascasarjana

    Institut Agama Islam Negeri Salatiga

    Sebagai pelengkap persyaratan untuk

    gelar Magister Pendidikan

    Salatiga, 28 Agustus 2019

    Pembimbing Tesis

    Dr. Supardi, S. Ag, M.A.

  • iii

    KEMENTRIAN AGAMA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    PROGRAM PASCASARJANA Jl. Tentara Pelajar No.02 (0298) 323706 Slatiga 50721

    Website: http://www.ppsiainsalatiga.ac.id

    LEMBAR PENGESAHAN TESIS

    Nama : Dwi Vitrotul Islami

    NIM : 12010150047

    Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    Tanggal Ujian : 30 Agustus 2019

    Judul Tesis : Peran Takmir Masjid dalam Revitalisasi Pendidikan Islam

    dan Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus di Masjid

    Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Tahun 2019)

    Panitia Munaqosah Tesis :

    1. Ketua Penguji : Prof. Dr. Phil. Widiyanto, M.A

    2. Sekretaris : Dr. Ruwandi, M.A.

    3. Penguji I : Dr. Maslikhah, M.Si

    4. Penguji II : Dr. Muna Erawati, M.Si

    http://www.ppsiainsalatiga.ac.id/

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN

    DAN

    KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN

    Yang bertandatangan di bawah ini:

    Nama : Dwi Vitrotul Islami, S.PdI

    NIM : 12010150047

    Jenjang : Magister

    Fakultas : Tarbiyah

    Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam

    Menyatakan bahwa naskah tesis ini benar-benar hasil penelitian dari saya sendiri

    dan bebas dari plagiasi, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

    Salatiga, 28 Agustus 2019

    Penyusun Tesis

    Dwi Vitrotul Islami, S.Pd.I

  • v

    ABSTRAK

    Peran Masjid dalam Revitalisasi Pendidikan Islam dan Pemberdayaan Masyarakat

    (Studi Kasus di Masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Tahun

    2019). Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program

    Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2019, pembimbing Dr.

    Supardi, S. Ag, M.A.

    Latar belakang dari penelitian ini adalah peran takmir masjid al-Ma’mur

    Desa Cukil Kecamatan Tengaran, tentang revitalisasi pendidikan Islam dan

    pemberdayaan masyarakat. Para pengurus masjid al-Ma’mur Desa Cukil

    Kecamatan Tengaran mempunyai beberapa cara dalam mengupayakan masjid

    tersebut kembali menjadi pusat fungsi bagi masyarakat sekitarnya.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan strategi

    dilaksanakannya revitalisasi pendidikan Islam dan pemberdayaan masyarakat

    melalui peran serta fungsi takmir masjid. Penelitian yang digunakan dalam

    penyusunannya menggunakan metode field research (penelitian lapangan), yaitu

    dengan wawancara dan penelaahan dokumen. Data yang dihasilkan lewat kata-

    kata dari hasil wawancara dan disajikan dalam bentuk diskripsi bukan angka.

    Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, revitalisasi pendidikan

    Islam dan pemberdayaan masyarakat melalui peran serta fungsi takmir masjid

    sudah terealisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang mendukung proses

    revitalisasi seperti kegiatan mengaji anak-anak yang meliputi kegiatan TPQ

    (Taman Pendidikan al-Qur’an) dan pembelajaran aqidah yang sesuai dengan

    tuntunan al-Qur’an, serta kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat desa

    Cukil Tengaran yaitu PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) atau suronan yang

    disebut dengan ”tali asih” kepada anak yatim.

    Kata Kunci: Revitalisasi Pendidikan Islam, Pemberdayaan Masyarakat.

  • vi

    ABSTRACT

    The Role of Mosques in Revitalizing Islamic Education and Community

    Empowerment (Case Study in Al-Ma'mur Mosque, Cukil Village, Tengaran

    District in 2019). Thesis of Islamic Religious Education Study Program (PAI),

    Postgraduate Program, Salatiga State Islamic Institute, 2019, Dr. Supardi, S. Ag,

    M.A.

    The background of this research is the role of the al-Ma'mur mosque of

    Cukil Village, Tengaran District, regarding the revitalization of Islamic education

    and community empowerment. The caretakers of the al-Ma'mur mosque in Cukil

    Village, Tengaran Subdistrict have a number of ways of making the mosque a

    function center for the surrounding community.

    This study aims to determine the background and strategy of implementing

    the revitalization of Islamic education and community empowerment through the

    role and function of the mosque takmir. The research used in its preparation uses

    the field research method, namely through interviews and document review. Data

    generated through words from the results of the interview and presented in the

    form of description not numbers.

    Based on the results of research conducted, the revitalization of Islamic

    education and community empowerment through the role and function of the

    mosque's takmir has been realized in the form of activities that support the

    revitalization process such as the activities of studying children including TPQ

    (Al-Qur'an Education Park) activities and aqidah learning in accordance with the

    guidance of the Koran, as well as routine activities carried out by the villagers of

    Cukil Tengaran namely PHBI (Commemoration of Islamic Holidays) or suronan

    called "rope of love" to orphans.

    Keywords: Revitalization of Islamic Education, Community Empowerment.

  • vii

    MOTTO

    Jadilah kalah karena mengalah

    bukan kalah karena menyerah

    Jadilah pemenang karena kemampuan

    bukan karena kecurangan

    Jadilah pelajar yang tidak hanya pintar

    tetapi juga berakhlak mulia

  • viii

    PRAKATA

    Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan

    rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, serta pertolongannya sehingga tesis ini dapat

    terselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan untuk baginda

    Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan yang baik kepada

    umatnya, sehingga memberikan motivasi tersendiri bagi penulis dalam menuntut

    ilmu pengetahuan dan menyelesaikan tesis ini.

    Tesis yang berjudul Peran Masjid dalam Revitalisasi Pendidikan Islam dan

    Pemberdayaan Masyarakat melalui Masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan

    Tengaran ini disusun guna memberikan kontribusi di bidang keilmuan. Dalam

    penyusunannya, penelitian ini tidak dapat terselesaikan dengan mudah tanpa

    adanya dukungan, arahan, bantuan, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

    itu, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin berterima kasih

    kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga

    2. Bapak Prof. Dr. Phil Widiyanto, M.A., Selaku Direktur Pascasarjana IAIN

    Salatiga dengan segala kebiksanaannya memudahkan dalam terselesaikannya

    tesis ini.

    3. Bapak Dr. Ruwandi, M.A., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama

    Islam Pascasarjana IAIN Salatiga.

    4. Bapak Dr. Supardi, S.Ag, M.A. Selaku dosen pembimbing tesis, yang

    senantiasa memberikan bimbingan, arahan, petunjuk-petunjuk penyusunan

    tesis, dan memberikan tambahan wawasan mengenai toleransi, sehingga

    penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

    5. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.

    6. Bapak Sudarlan selaku narasumber sebagai Ketua Pengurus masjid al-

    Ma’mur desa Cukil Kecamatan Tengaran yang telah bersedia memberikan

    informasi dan data untuk melengkapi penyelesaian tesis.

    7. Bapak-bapak pengurus masjid al-Ma’mur, yang telah membantu peneliti

    untuk melancarkan penggalian informasi di masjid al-Ma’mur.

  • ix

    8. Bapak dan Ibu saya tercinta, Bapak Sutrisno dan Ibu Marni, yang tidak henti-

    henti selalu memberikan support dan doanya, sehingga saya bisa menjadi

    orang berguna dan bisa menempuh pendidikan sejauh ini.

    9. Saudara-saudara saya sekaligus pendamping hidup saya yang telah

    memberikan dukungan serta doa bagi pendidikan saya.

    10. Semua teman-teman IAIN angkatan 2010 khususnya kelas B, teman Pasca

    sarjana 2015, seluruh teman-teman dekat sepermainan, teman-teman guru,

    dan semuanya yang pernah saya kenal, terimakasih telah memberikan

    sumbangsih keilmuan dan pengalamannya, sehingga memberikan banyak

    pelajaran bagi saya, dan teman-teman yang telah membantu saya dalam

    menyelesaikan tugas akhir, semoga kita selalu dalam rahmat Allah SWT dan

    selalu bisa menjadi orang yeng lebih baik dan berguna bagi sesama dan

    agama kita.

    Salatiga, 28 Agustus 2019

    Dwi Vitrotul Islami, S.PdI

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii

    PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. iv

    ABSTRAK ............................................................................................... v

    MOTTO ................................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ............................................................................. viii

    DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

    B. Identifikasi Masalah ........................................................ 3

    C. Signifikansi Penelitian ..................................................... 4

    1. Tujuan Penelitian ..................................................... 4

    2. Manfaat Penelitian ................................................... 4

    D. Tinjauan Pustaka ............................................................. 6

    1 Penelitian terdahulu ................................................... 6

    2 Kerangka Teori .......................................................... 8

    E. Metode Penelitian ............................................................ 12

    F. Sistematika Penulisan ...................................................... 14

    BAB II REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM DAN

    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    A. Profil Masjid Al-Ma’mur ................................................ 16

    B. Latar Belakang Terjadinya Revitalisasi Majid ................ 17

    C. Revitalisasi Pendidikan Islam ........................................ 18

    D. Pemberdayaan Masyarakat .......................................... 23

  • xi

    BAB III STRATEGI TAKMIR MASJID DALAM

    REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM DI MASJID

    AL-MA’MUR

    A. Dasar Pendidikan Islam Masyarakat Desa Cukil ........... 28

    B. Upaya Takmir Masjid dalam Membangun Revitalisasi Pendidikan Islam ........................................................

    29

    C. Analisis Strategi Masjid Al-Ma’mur dalam Revitalisasi Pendidikan Islam .......................................................

    32

    BAB IV STRATEGI TAKMIR MASJID DALAM

    REVITALISASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    A. Kegiatan Sosial Keagamaan Masyarakat ....................... 37

    B. Upaya Takmir Masjid dalam Membangun Revitalisasi Pemberdayaan Masyarakat ...........................................

    C. Analisis Strategi Masjid Al-Ma’mur dalam Revitalisasi Pemberdayaan Masyarakat .............................................

    38

    40

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ...................................................................... 46

    B. Saran ................................................................................ 48

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    BIOGRAFI PENULIS

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam sejarah perkembangan umat Islam masjid adalah perangkat

    masyarakat yang pertama didirikan oleh Rasulullah. Pada masa Rasulullah

    masjid memiliki fungsi sentral dalam berbagai kegiatan masyarakat muslim.

    Masjid bukan hanya menjadi tempat kegiatan keagamaan, tetapi masjid juga

    menjadi pusat dari berbagai kegiatan politik, ekonomi, hukum, pertahanan,

    sosial-masyarakat, pendidikan bahkan kebudayaan dan olahraga.1Pada intinya

    pada zaman Rasulullah hingga Khulafaur Rasyidin dan seterusnya, masjid

    memiliki dua fungsi, yaitu fungsi keagamaan dan fungsi sosial yang bertujuan

    untuk menjadikan masjid sebagai pusat pengembangan peradaban Islam.

    Rasulullah SAW telah mencontohkan dalam membina dan mengurusi

    seluruh keperluan masyarakat, baik di bidang ekonomi, politik, sosial

    kemasyarakatan, pendidikan, angkatan bersenjata, dan lain sebagainya melalui

    masjid. Kuncinya terletak pada pengelolaan masjidnya.2Dalam kaitannya

    dengan pendidikan Islam, masjid mempunyai dua fungsi yaitu edukatif dan

    sosial. Sehubungan dengan kedua fungsi tersebut, Quraish Shihab

    menyebutkan 10 peranan masjid, yaitu: Tempat ibadah, konsultasi dan

    komunikasi, pendidikan, santunan sosial, latihan militer, pengobatan,

    1 Aisyah Nur Handryant, Masjid sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat , Malang: UIN

    Maliki Press, 2010, 21. 2Abdul Aziz Nugraha Pratama, Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid di 2Abdul Aziz Nugraha Pratama, Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid di

    IndonesiaI, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2012, 16.

  • 2

    perdamaian dan pengadilan, aula dan tempat menerima tamu, tempat tawanan,

    dan pusat penerangan dan pembelaan agama.3

    Fungsi masjid pada masa Rasulullah s.a.w. berbeda dengan fungsi

    masjid sekarang pada umumnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di

    negara Indonesia ternyata telah terjadi berbagai pergeseran fungsi masjid dari

    fungsi awal yang telah dicontohkan oleh Rasulullah s.a.w.. Kondisi sebagian

    besar masjid di Indonesia saat ini telah mengalami penyempitan fungsi, yaitu

    hanya digunakan sebagai tempat beribadah atau sholat, sehingga kurang

    berfungsi optimal sebagai pengembangan masyarakat.4

    Salah satu contoh masjid yang telah mengalami pergeseran fungsi

    yaitu masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten

    Semarang. Sebelum direvitalisasi, masjid belum difungsikan sebagaimana

    mestinya sesuai dengan tuntunan Rasulullah s.a.w.. Masjid hanya difungsikan

    sebagai tempat untuk beribadah atau sholat, sedangkan ibadah sosial

    kemasyarakatan belum banyak dilakukan. Karena keberagamaan masyarakat

    sekitar masih Islam Kejawen dengan melakukan ritual-ritual sesaji. Hal itu

    berdampak pula pada pola hidup masyarakat yang masih kurang akan

    pengetahuan dalam beragama dan bermasyarakat. Hal ini disebabkan

    kurangnya program kegiatan yang dilaksanakan di masjid. Masjid hanya

    menjalankan fungsi keagamaan, sedangkan fungsi sosial seperti

    pemberdayaan ekonomi umat, pendidikan, kesehatan, kesenian, dan olahraga

    3 Abdullah Idi, dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana,

    2006, 80. 4Aisyah Nur Handryant, Masjid sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat , Malang: UIN

    Maliki Press, 2010, 38-39.

  • 3

    yang merupakan tuntutan kebutuhan bagi kehidupan jamaah, belum

    mendapatkan perhatian yang memadai. Oleh karena itu pengurus masjid

    setempat berupaya untuk melakukan revitalisasi fungsi masjid.

    Revitalisasi adalah upaya untuk mendayagunakan kembali suatu

    kawasan atau bagian kota yang dulu pernah hidup, akan tetapi mengalami

    kemunduran. Dalam proses revitalisasi suatu kawasan aspek yang dicakup

    diantaranya adalah perbaikan pada aspek fisik, ekonomi, dan sosial.

    Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan pula

    potensi yang ada di lingkungan sekitar seperti sejarah, makna, serta keunikan

    dan citra lokasi. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi

    pada penyelesaian keindahan fisik saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan

    peningkatan ekonomi masyarakat serta pengenalan budaya yang ada.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang

    akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana latar belakang yang mendorong takmir masjid dalam

    melakukan revitalisasi masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan

    Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2019?

    2. Bagaimana strategi takmir masjid dalam revitalisasi pendidikan di

    masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten

    Semarang Tahun 2019?

  • 4

    3. Bagaimana strategi takmir masjid dalam revitalisasi pemberdayaan

    masyarakat di masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran

    Kabupaten Semarang Tahun 2019?

    C. Signifikansi Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang

    ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    a. Untuk mengetahui latar belakang yang mendorong takmir masjid

    dalam melakukan revitalisasi masjid Al-Ma’mur Desa Cukil

    Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2019

    b. Untuk mengetahui strategi takmir masjid dalam revitalisasi

    pendidikan di masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran

    Kabupaten Semarang Tahun 2019

    c. Untuk mengetahui strategi takmir masjid dalam revitalisasi

    pemberdayaan masyarakat di masjid Al-Ma’mur Desa Cukil

    Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2019

    2. Manfaat Penelitian

    Adapun kegunaan penelitian ini baik secara teoretik-akademik maupun

    praktis adalah:

    a. Secara Teoretik:

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan dan menambah

    khazanah ilmu pengetahuan tentang peran masjid pada revitalisasi

    pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

  • 5

    b. Secara Praktis:

    1) Bagi Pengurus Masjid:

    Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau masukan

    untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang berpusat di

    masjid, sehingga masjid yang ada tidak hanya dimanfaatkan

    untuk kegiatan ibadah saja, tetapi juga dimanfaatkan sebagai

    multiguna khususnya dalam menambah pengetahuan

    masyarakat dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan

    masyarakat.

    2) Bagi Masyarakat

    Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi

    masyarakat untuk mengembangkan pemikirannya dengan

    memanfaatkan fasilitas yang ada untuk menambah ilmu

    pengetahuan pendidikan dan keberagamaan mereka.

    3) Bagi Peneliti

    Dari hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan

    yang terkait dengan pengelolaan masjid sebagai pusat kegiatan

    masyarakat yang meliputi kegiatan ibadah, pendidikan, sosial,

    ekonomi, dan lain-lain.

  • 6

    D. Tinjauan Pustaka

    1. Penelitian terdahulu

    Setelah peneliti melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian, ada

    beberapa penelitian yang relevan untuk dijadikan pembanding dalam

    kajian pustaka ini, yaitu:

    Penelitian yang dilakukan oleh Susapto, yang berjudul “Peranan

    Masjid Jogokariyan dalam Memberdayakan Masyarakat di Bidang

    Keagamaan, Pendidikan, dan Ekonomi Tahun 2012.5 Penelitian ini

    mengkaji tentang fungsi dan peran masjid di era modern, yaitu masjid

    Jogokariyan di Jogjakarta. Berbagai ragam acara kemasyarakatan telah

    diupayakan di masjid ini, sehingga penelitian ini berhasil menelaah fungsi

    dan peran masjid yang telah berhasil memberdayakan masyarakat di

    sekitar masjid Jogokariyan Jogjakarta.

    Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Jannah, yang berjudul

    “Revitalisasi Peran Masjid di Era Modern”.6 Penelitian ini mengkaji

    tentang transformasi peranan masjid serta menawarkan revitalisasi peranan

    masjid di era modern. Peneliti berhasil menawarkan konsep revitalisasi

    fungsi dan peranan masjid yang utuh, seperti fungsi dan peranan ibadah,

    pendidikan, dakwah, ekonomi, sosial, politik, kesehatan, danteknologi.

    Penelitian yang dilakukan oleh Dalmeri, yang berjudul

    “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah

    5Susapto, “Peranan Masjid JogokariyandalamMemberdayakanMasyarakat di

    BidangKeagamaan, Pendidikan, danEkonomiTahun 2012”, Tesis, UMS Surakarta, 2013. 6NurulJannah, “RevitalisasiPeran Masjid di Era Modern”, Tesis, UIN Medan Sumatera

    Utara, 2016.

  • 7

    Multikultural”.7 Penelitian ini berupaya menganalisis bahwa fungsi masjid

    bukan hanya sebatas sebagai pusat kegiatan ibadah, tetapi juga sebagai

    pusat dakwah dan aktivitas sosial maupun ekonomi umat Islam.

    Penelitian yang dilakukanolehMahazan A.M yang berjudul “A

    Model of Imam’s Leadership and Mosque Performance in

    Malaysia”.8Penelitianinimengkajitentangbagaimanakepemimpinanseorang

    imam dalammempengaruhikefektifanperilakukepemimpinandanperan

    masjid di Malaysia.

    Penelitian yang dilakukan oleh Pawit M. Yusup dan Evi

    Rosfiantika yang berjudul “Pioneering the Implementation of Mosque

    Library as a Facility for Congregational Reading Activities”.9 Penelitian

    ini mengkaji tentang masjid sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan

    dan pembinaan umat dengan merintis penyelenggaraan perpustakaan

    sebagai sarana kegiatan membaca dan belajar di perpustakaan masjid.

    Setelah menelaah tentang beberapa penelitian di atas, peneliti

    melihat bahwa kandungan yang terdapat dalam penelitian tersebut

    mengkaji peran masjid secara luas dan utuh. Penelitian tersebut tidak

    menelaah lebih mendalam tentang upaya pengelolaan masjid dalam

    mengembangkan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat yang

    berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan keberagamaan

    7Dalmeri, “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah

    Multikultural”, Penelitian Sosial Keagamaan, Volume 22, Nomor 2 (November 2014), 321. 8Mahazan A.M, “A Model of Imam’s Leadership and Mosque Performance in

    Malaysia”,COPE, Volume 3, Nomor 2 (Desember 2013), 53. 9PawitM.YusupdanEviRosfiantika, “Pioneering the Implementation of Mosque Library as

    a Facility for Consgregational Reading Activities”, Library and Information Science, Volume 5,

    Nomor 2 (November 2015), 25.

  • 8

    masyarakat. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan sebuah penelitian

    yang mengkaji lebih mendalam mengenai revitalisasi pendidikan dan

    pemberdayaan masyarakat di masjid.

    2. Kerangka Teori

    a. Revitalisasi Pendidikan

    Revitalisasi adalah upaya untuk mendayagunakan kembali suatu kawasan

    atau bagian kota yang dulu pernah hidup, akan tetapi mengalami

    kemunduran. Dalam proses revitalisasi suatu kawasan aspek yang

    dicakup diantaranya adalah perbaikan pada aspek fisik, ekonomi, dan

    sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan

    memanfaatkan pula potensi yang ada di lingkungan sekitar seperti

    sejarah, makna, serta keunikan dan citra lokasi. Revitalisasi sendiri

    bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan

    fisik saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi

    masyarakat serta pengenalan budaya yang ada.10

    Menurut Malgorzata:

    The term “revitalization” has become especially popular in

    recent years. It is used not only in reference to changes in

    urban planning and landscape, but also in everyday life to

    describe various forms of revival (spiritual, fitness,

    material situation).11

    Jadi revitalisasi pendidikan adalah upaya untuk

    memberikan daya hidup, daya tumbuh dan daya kembang baru kepada

    dunia pendidikan yang sekarang mengalami kemunduran bahkan

    10

    Christiady, “Faktor-faktor yang Menghambat Upaya Pemerintah dalam

    Merevitalisasi Sungai Cikapundung Bandung”, Pembangunan Wilayah dan Kota, Volume 10,

    Nomor 1 (Maret 2014), 14. 11

    Malgorzata, Wilczkiewicz, “Revitalization, Definition, Genesis, and Examples”,

    Geomatics Landmanagement and Landscape, Nomor 2, 2015, 71.

  • 9

    kegagalan dalam mempersiapkan generasi muda sebagai para calon

    pemimpin bangsa yang memiliki intregritas dan berakhak mulia di

    masa yang akan datang.12

    b. Pendidikan

    Dalam bahasa Arab, pendidikan sering disebut tarbiyah. Jika dirujuk pada

    asal kata secara morfologis tarbiyah berakar dari tiga kata, pertama

    dari kata rabaa-yarbu yang berarti zaada wa namaa (bertambah dan

    berkembang). Kedua dari rabiya-yarbaa yang berarti tansyi’ah wa

    ri’ayah (tumbuh dan merawat). Ketiga dari kata rabba-yarubbu yang

    artinya ashlaha wa tawalla amrahu (memperbaiki dan mengurus).

    Dari ketiga akar kata tersebut maka kata al-tarbiyah atau pendidikan,

    adalah istilah yang berkaitan dengan usaha menumbuhkan atau

    menggali segenap potensi fisik, psikis, bakat, minat, talenta dan

    berbagai kecakapan lainnya yang dimiliki manusia, atau

    mengaktualisasikan berbagai potensi manusia yang terpendam,

    kemudian mengembangkannya dengan cara merawat dan

    memupuknya dengan penuh kasih sayang.13

    Dalam penelitian ini revitalisasi pendidikan Islam berarti

    sebuah upaya untuk menumbuhkan atau menggali potensi yang

    dimiliki oleh generasi penerus bangsa dalam mendekatkan diri kepada

    Allah SWT dan memberikan daya hidup, daya tumbuh dan daya

    12

    Harum Natasha, “Revitalisasi Lembaga Pendidikan dan Upaya Membangun

    Karakter Bangsa”, Pemikiran Islam, Volume 37, Nomor 1 (Januari-Juni 2012), 91. 13

    Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Rajawali Pers, 2012,

    20.

  • 10

    kembang baru kepada dunia pendidikan yang sekarang mengalami

    kemunduran bahkan kegagalan dalam mempersiapkan generasi muda

    sebagai para calon pemimpin bangsa yang memiliki intregritas dan

    berakhak mulia di masa yang akan datang.

    c. Pemberdayaan masyarakat

    Pemberdayaan diadaptasikan dari istilah empowerment, yang bermakna

    pemberi kekuasaan, karena power bukan sekedar gaya tetapi juga

    kekuasaan. Sehingga kata daya tidak hanya bermakna mampu, tetapi

    juga mempunyai kuasa.14

    Pemberdayaan pada hakekatnya adalah

    untuk menyiapkan masyarakat agar mereka mampu dan mau secara

    aktif berpartisipasi dalam setiap program dan kegiatan pembangunan

    yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup (kesejahteraan)

    masyarakat, baik dalam pengertian ekonomi, sosial, fisik, maupun

    mental.15

    Menurut Marile Karl:

    Empowerment is a process of change that focuses on

    expanding the range of choices that people can make. As

    such, it cannot be understood as a single dimensional

    formula for change, either as process or outcome. It must

    instead be understood in particular contexts taking into

    account the specific needs of the people intended to be

    empowered.16

    Pemberdayaan adalah proses perubahan yang berfokus pada

    perluasan berbagai pilihan yang dapat dilakukan orang. Dengan

    14

    Wrihatnolo, dan Dwidjowijoto, Manajemen Pemberdayaan: Sebuah Pengantar dan

    Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007, 1. 15

    Mardikanto, Konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta: Penerbit TS, 2010, 73. 16

    Marile Karl, “Development, Empowerment, and Participation”, Women and

    Empowerment, Volume 14, 2006, 13.

  • 11

    demikian tidak dapat dipahami sebagai formula dimensi tunggal untuk

    perubahan, baik sebagai proses atau hasil. Alih-alih harus dipahami

    dalam konteks tertentu dengan mempertimbangkan kebutuhan khusus

    orang-orang yang dimaksudkan untuk diberdayakan. Istilah

    pemberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu

    yang bersenyawa dengan individu-individu lainnya dalam masyarakat

    untuk membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.

    Memberdayakan masyarakat adalah upaya memperkuat unsur-unsur

    keberdayaan itu untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan

    masyarakat yang berada dalam kondisi yang tidak mampu dengan

    mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari

    perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau proses memampukan

    dan memandirikan masyarakat.17

    Dalam penelitian ini pemberdayaan masyarakat adalah sebuah

    upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan harkat dan

    martabat masyarakat melalui kemampuan dan kekuatannya sendiri

    serta mengembangkan potensi masyarakat dalam mencapai taraf hidup

    yang lebih mandiri dan sejahtera dengan melaksanakan suatu upaya

    yang dapat ditanggung secara bersama-sama demi kepentingan dan

    kesejahteraan bersama.

    17

    Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan, Bandung: Alfabeta, 2007, 1.

  • 12

    E. Metode Penelitian

    1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif berdasarkan studi lapangan

    (field research) dengan pendekatan deskriptif naturalistik. Penelitian ini

    termasuk penelitian lapangan (Field Research), yaitu research yang

    dilakukan dikancah atau medan terjadinya gejala-gejala.18

    Maka jenis data

    yang dibutuhkan dan yang digunakan adalah jenis data lapangan yang

    disajikan secara deskriptif. Sumber datanya ialah situasi wajar, peneliti

    mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi wajar, sebagaimana

    adanya. Peneliti adalah instrument kunci yang mengadakan pengamatan

    dan wawancara sendiri.19

    2. Sumber Data

    Subjek informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengetahui,

    berkaitan dan menjadi sumber kegiatan yang hendak diteliti. Metode

    penentuan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

    sampel. Dalam mengambil sampel, peneliti menggunakan purposive

    sampling dan snowball sampling. Adapun subjek penelitian yang akan

    peneliti ambil sebagai sampel adalah pengurus masjid dan masyarakat

    sekitar sebagai jamaah masjid.

    Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Ketua Pengelola

    masjid (takmir masjid), dan masyarakat sekitar (jamaah masjid).Sumber

    data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

    18

    Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 1, Yogyakarta: Andi Offset, 2000, 9. 19

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

    R&D, Bandung: Alfabeta, 2013, 14-15.

  • 13

    sumber-sumber yang mendukung seperti dokumentasi dan referensi yang

    berkaitan dengan penelitian.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    Peneliti mengambil data kualitatif melalui beberapa tahap meliputi:

    a. Observasi

    Peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek

    penelitian yaitu pengurus masjid dan masyarakat sekitar dalam

    melaksanakan kegiatan atau program masjid serta mencari data-data

    tentang revitalisasi pendidikan dan pemberdayaan masyarakat di

    masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten

    Semarang.

    b. Wawancara

    Kemudian peneliti melakukan wawancara langsung dengan takmir

    masjid dan jamaah masjid. Jadi penulis meneliti subjek penelitian

    secara langsung dan mendalam guna memperoleh informasi yang

    lebih jelas tentang peran masjid pada revitalisasi pendidikan dan

    pemberdayaan masyarakat, sehingga mendapat data yang akurat.

    c. Dokumentasi

    Selanjutnya dokumentasi, metode ini penulis gunakan untuk memperoleh

    arsip-arsip atau data tertulis tentang sejarah berdirinya masjid,

    keadaan pengelola dan jamaah masjid serta data-data kegiatan

    maupun aktifitas yang ada di masjid Al-Ma’mur Desa Cukil

    Kecamatan Tengaran.

  • 14

    4. Teknik Validasi Data

    Peneliti melakukan uji validasi data dengan menggunakan teknik uji

    kredibilitas trianggulasi sumber. Peneliti membandingkan informasi yang

    diperoleh dari satu sumber dengan sumber lain. Menggali satu sumber

    yang sama dengan teknik yang berbeda dan menentukan waktu yang

    berbeda atau tepat.

    5. TeknikAnalisis Data

    Analisis data dilakukan melalui tiga alur kegiatan yang terjadi secara

    bersamaan, yaitu kondensasi data, penyajian data, dan penarikan

    kesimpulan.20

    F. Sistematika Penulisan

    Pembahasan penelitian ini dibagi dalam 5 (lima) bab yaitu:

    Bab I Pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang masalah,

    identifikasi masalah, signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

    teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Profil, sejarah

    singkat masjid Al-Ma’mur dan latar belakang pendorong revitalisasi

    masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten

    Semarang. Bab III analisis strategi takmir masjid Al-Ma’mur Desa Cukil

    Kecamatan Tengaran dalam revitalisasi pemberdayaan masyarakat. Bab

    IV analisis strategi masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran

    dalam revitalisasi pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Bab V

    Penutup, menyajikan kesimpulan dan saran yang diinginkan penulis

    20

    Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia, 2014, 31-33.

  • 15

    terhadap pihak lain terkait dengan topik penelitian. Bagian akhir yang

    berupa daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

  • 16

    BAB II

    REVITALISASI PENDIDIKAN ISLAM DAN PEMBERDAYAAN

    MASYARAKAT

    A. Masjid Al-Ma’mur Desa Cukil Kecamatan Tengaran

    Masjid Al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan Tengaran didirikan pada

    tahun 1980. Masjid ini secara geografis terletak di Dusun Cukil RT. 02

    RW. 01 Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Masjid

    Al-Ma’mur didirikan di atas tanah wakaf dari Raden Sutodiharjo. Beliau

    adalah ayah dari Raden Subiyanto, yaitu penggagas berdirinya masjid Al-

    Ma’mur. Raden Subiyanto mendirikan masjid di desa tersebut dengan

    tujuan agar ayahnya lebih mengenal Islam, karena masyarakat setempat

    memang memeluk agama Islam tetapi tidak menjalankan syariah agama

    Islam. Sedangkan Raden Subiyanto mengenal agama Islam lebih

    mendalam ketika beliau menempuh pendidikan insinyur di Belanda.

    Pembangunan masjid al-Ma’mur dibiayai sepenuhnya oleh Raden

    Subiyanto tanpa adanya campur tangan dari masyarakat sekitar. Kemudian

    Raden Subiyanto mempekerjakan beberapa tukang yang didatangkan dari

    desa lain untuk membangun masjid tersebut. Setelah masjid berdiri, Raden

    Sutodiharjo mengajak beberapa tokoh agama yang merupakan masyarakat

    pendatang dari desa lain untuk turut serta dalam meMa’murkan masjid.

    Tokoh-tokoh agama yang berperan serta dalam meMa’murkan masjid pada

    periode awal tersebut adalah Bapak Amir, Bapak Ahmad Kasan, dan

    Bapak Ahmad Kuri.

  • 17

    Kegiatan sholat berjamaah mulai rutin dilaksanakan meskipun

    kurang lebihnya hanya terdiri dari lima orang saja. Karena masyarakat

    sekitar masih enggan untuk melaksanakan sholat dan kegiatan keagamaan

    lainnya.

    B. Latar Belakang Terjadinya Revitalisasi Masjid

    Pada waktu itu masyarakat desa Cukil terkenal dengan Islam

    Abangan atau kejawen. Mereka tidak menjalankan ibadah sholat maupun

    syariah agama Islam lainnya, meskipun status keagamaan mereka adalah

    Islam. Masyarakat desa Cukil masih berpedoman pada ideologi kejawen,

    seperti melakukan ritual sesajen yang diletakkan di pohon-pohon besar dan

    sebagainya. Oleh karena itu Raden Subiyanto berusaha menegakkan

    agama Islam melalui pembangunan masjid tersebut. Setelah masjid berdiri,

    Raden Sutodiharjo mulai memperdalam agama Islam, salah satunya yaitu

    dengan melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Namun pada waktu itu

    jamaah masjid masih terbilang sangat sedikit, sehingga pada akhirnya

    Raden Sutodiharjo dan para tokoh agama mencoba untuk mengatur

    strategi agar masyarakat desa Cukil lebih mengenal Islam dengan cara

    mengajarkan tata cara sholat yang benar terhadap anak-anak, mengaji al-

    Qur’an setiap malam setelah sholat maghrib, serta mengadakan pengajian

    dengan mendatangkan seorang kyai untuk berdakwah di masjid selama

    selapan pisan setiap malam jumat pon. Selain itu Raden Sutodiharjo

    mengadakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam kurun waktu satu

    tahun sekali yang biasa disebut dengan Rajabiyah, yaitu sebuah kegiatan

  • 18

    ibadah yang dilaksanakan dengan tujuan agar masyarakat desa Cukil lebih

    mengenal sholat sehingga mereka mau untuk melaksanakan sholat lima

    waktu sesuai perintah agama Islam.

    Kegiatan tersebut berhasil dilaksanakan hingga pergantian pengurus

    masjid periode kedua. Setelah berjalan secara rutin beberapa tahun

    kemudian kegiatan tersebut mulai berhenti. Hal ini disebabkan

    berkurangnya kepercayaan dari masyarakat. Sebagian besar dari mereka

    masih membawa ideologi yang lama atau kejawen. Misalnya larangan

    dalam berbuat sesuatu, sedangkan pada masa dahulu tidak ada larangan

    akan hal tersebut. Oleh karena itu terjadi pro dan kontra dari masyarakat

    yang mulai meragukan apa yang sudah diajarkan kepada mereka. Sehingga

    masjid mulai difungsikan seperlunya saja, yaitu hanya untuk sholat dan

    mengaji al-Qur’an bagi anak-anak.

    Hingga pada tahun 2005 para pengurus masjid Al-Ma’mur mulai

    merencanakan untuk mengatur strategi revitalisasi masjid. Agar segala

    kegiatan keagamaan di desa Cukil kembali berpusat pada masjid serta

    masyarakat desa Cukil kembali menjalankan syariah agama Islam.

    C. Revitalisasi Pendidikan Islam

    Revitalisasi adalah sebuah pendekatan yang lahir dari protes akibat

    lahirnya istilah pendekatan pemecahan masalah perkotaan di Eropa, yang

    disebut dengan peremajaan kota (redevelopment) dan Urban Renewal.

    Kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan yang bersifat

    abortif. Pengertian revitalisasi dapat dipandang dari dua sudut: pertama,

  • 19

    revitalisasi dalam kaitan dengan ilmu perencanaan kota yang merupakan

    suatu upaya untuk meningkatkan kualitas suatu fungsi atau kawasan

    tertentu yang telah mengalami degradasi secara fungsional, lingkungan

    dan visual melalui berbagai cara tertentu dan mengandung pengertian

    adanya upaya pemanfaatan, perlindungan, pemeliharaan serta peningkatan

    nilai-nilai sosial dan budaya. Kedua, revitalisasi adalah suatu upaya

    memperlakukan dan menghidupkan kembali suatu kearifan atau tradisi

    suatu kelompok tertentu yang memelihara sendi-sendi peradaban untuk

    bertahan dalam kehidupannya.21

    Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan

    masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk

    mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi

    masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di

    lingkungan tersebut saja, tetapi masyarakat dalam arti luas.22

    Sedangkan menurut Ahmad Juwaini revitalisasi dalam sistem

    pendidikan bermakna sebagai penguatan kembali fungsi-fungsi yang

    meliputi semua unsur penentu keberhasilan pendidikan. Setiap penguatan

    unsur diarahkan pada maksimalisasi pencapaian tujuan pendidikan yang

    dilakukan, termasuk di dalam makna revitalisasi adalah proses

    mendinamisir sedemikian rupa aspek penentu keberhasilan pendidikan.23

    21

    Sri Hidayati Djoeffan, “Revitalisasi Pendidikan Sebagai Paradigma Peningkatan Kualitas Bangsa”, Jurnal Pendidikan, Volume XX, Nomor 02 (April – Juni 2004), 227.

    22 Adishakti Laretna T, “Revitalisasi Bukan Sekedar Beautification”, Urban and

    Regional Development Institute, Volume 13, (Maret 2002), 23

    Ahmad Juwaini, “Revitalisasi Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 2, Nomor 2 (Agustus 2002), 164.

  • 20

    Secara umum sistem pendidikan Islam mempunyai karakter religius

    serta kerangka etik dalam tujuan dan sasarannya. Tentunya hal ini

    ditempuh tanpa mengesampingkan masalah duniawi. Pemikiran al-Ghazali

    mengenai pendidikan secara umum bersifat religius-etis.

    Kecenderungannya ini kemungkinan dipengaruhi oleh penguasaannya

    dibidang sufisme. Menurut al-Ghazali, pendidikan yang benar merupakan

    sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pendidikan juga dapat

    mengantarkan manusia untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan

    akhirat.24

    Konsepsi pendidikan islam menurut al-Ghazali sangat

    dipengaruhi oleh sufisme. Maka dalam metode pendidikan seorang anak,

    al-Ghazali menekankan pada upaya pembersihan jiwa dengan cara ibadah,

    mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Al-Ghazali

    menyadari bahwa hanya pendidikan agamalah yang mampu secara dini

    mengarahkan anak didik untuk dekat kepada Allah. Maka dalam metode

    pembelajaran usia dini, al-Ghazali menempatkan dasar-dasar pendidikan

    agama sebagai priotitas utama.

    Perhatian al-Ghazali terhadap ilmu agama memang besar. Secara

    teknis al-Ghazali menegaskan bahwa mempelajari ilmu agama harus

    dimulai sejak dini. Pada mulanya anak-anak usia dini diajak untuk

    menghafal dasar-dasar agama. Kemudian dengan perkembangan usia dan

    intelektualitasnya, pendidikan diteruskan dengan memberikan penjelasan

    dengan pengertian atas suatu materi.

    24

    Asroun Niam Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam (Mengurai Relevansi Konsep

    Al-Ghazali dalam Konteks Kekinian)”, Jakarta: eLSAS Jakarta, 2006, 55-57.

  • 21

    Pendekatan revitalisasi merupakan suatu penyusunan strategi yang

    meliputi tiga upaya berikut ini:

    a. Retrospeksi

    Beberapa upaya retrospeksi yang diperlukan adalah sebagai berikut:

    1) Evaluasi pos anggaran dalam manajemen pendidikan yang

    handal, berprinsip akuntabilitas, transparancy, sistem prioritas.

    2) Redefinisi kebudayaan hendaknya diawali oleh evaluasi

    efektifitas terpisahnya bidang pendidikan dan kebudayaan.

    3) Pemerintah kembali meninjau efektifitas dan keberhasilan

    pencapaian tujuan pendidikan.

    b. Restrukturisasi

    Upaya restrukturisasi meliputi:

    1) Ciptakan regulasi baru agar pendidikan yang diselenggarakan

    tidak memberikan eksternalitas negatif.

    2) Tentukan skala prioritas pembangunan pendidikan yang berfokus

    pada pembangunan ekonomi nasional yang dapat mengurangi

    angka pengangguran.

    3) Jabarkan rencana pendidikan jangka panjang tersebut ke dalam

    berbagai bidang-bidang atau sektor-sektor pembangunan yang

    berkaitan dengan kurikulum yang akan dibangun.

    4) Tegakkan disiplin penggunaan anggaran yang disesuaikan dengan

    target dan sasaran.

    c. Rehabilitasi

  • 22

    Upaya rehabilitasi meliputi:

    1) Ciptakan visi pendidikan yang visioner yang dilatar belakangi

    oleh berbagai pengaruh sejarah, perkembangan globalisasi,

    desentralisasi, otonomi serta pranata pendidikan yang telah ada

    seperti UU No. 20 Tahun 2003 serta berbagai pedoman peraturan

    pelaksanaannya.

    2) Peningkatan capacity building, yakni pengembangan kemampuan

    setiap satuan pendidikan untuk dapat melakukan praktek-praktek

    terbaik penyelenggaraan pendidikan yang bermutu atas dasar

    kebebasan dalam membuat keputusan.

    3) Mengembangkan pendidikan long life time.

    4) Laksanakan law inforcement untuk mengawasi dan

    mengendalikan setiap program pendidikan menuju manajemen

    pendidikan yang efektif dan efisien.25

    Dari beberapa teori yang telah diuraikan di atas peneliti

    menyimpulkan bahwa revitalisasi pendidikan Islam memang sangatlah

    penting untuk diajarkan sejak dini mengingat pendidikan dasar yang

    sangat relevan dan baik untuk anak didik adalah pendidikan agama.

    Menurut peneliti revitalisasi pendidikan Islam adalah sebuah upaya untuk

    memusatkan kembali suatu pendidikan Islam dengan cara menumbuh

    kembangkan potensi anak didik melalui pendidikan agama supaya anak

    25

    Sri Hidayati Djoeffan, “Revitalisasi Pendidikan Sebagai Paradigma Peningkatan Kualitas Bangsa”, Jurnal Pendidikan, Volume XX, Nomor 02 (April – Juni 2004), 230-231.

  • 23

    didik sebagai penerus bangsa mempunyai integritas tinggi dan memiliki

    akhlak yang mulia.

    D. Pemberdayaan masyarakat

    Pemberdayaan (empowerment) yaitu sebagai konsep pembangunan

    yang memiliki makna pengembangan, memandirikan, menswadayakan dan

    memperkuat posisi tawar-menawar masyarakat lapisan bawah terhadap

    kekuatan-kekuatan di segala bidang dan sektor kehidupan. Di samping itu

    pemberdayaan juga memiliki arti makna melindungi dan membela dengan

    cara berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan

    yang tidak seimbang dan eksploitasi atas yang lemah. Dengan kata lain

    pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau

    meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan

    nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sudut

    pandang: pertama, penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan

    masyarakat berkembang. Kedua, peningkatan kemampuan masyarakat

    dalam membangun melalui berbagai bantuan dana, pelatihan,

    pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial serta

    pengembangan kelembagaan di daerah. Ketiga, perlindungan melalui

    pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak

    seimbang, dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan. 26

    Beberapa asumsi yang dapat digunakan dalam rangka mewujudkan

    pemberdayaan masyarakat antara lain:

    26

    Abdul Aziz NP, Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid di Indonesia, Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2012, 4-5.

  • 24

    a. Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat sebagai peletakan

    sebuah tatanan sosial dimana masyarakat secara adil dan terbuka dapat

    melaksanakan usahanya sebagai perwujudan atas kemampuan dan potensi

    yang dimilikinya sebagai kebutuhannya (material dan spiritual) dapat

    terpenuhi. Pemberdayaan masyarakat tidak berwujud tawaran sebuah

    proyek usaha kepada masyarakat, tetapi sebuah pembenahan struktur

    sosial yang mengedepankan keadilan. Pemberdayaan masyarakat pada

    dasarnya merencanakan dan menyiapkan suatu perubahan sosial yang

    berarti bagi peningkatan kualitas kehidupan manusia.

    b. Pemberdayaan masyarakat tidak dilihat sebagai suatu proses pemberian

    dari pihak yang memiliki sesuatu kepada pihak yang tidak memiliki.

    Kerangka pemahaman ini akan menjerumuskan kepada usaha-usaha yang

    sekedar memberikan kesenangan sesaat dan bersifat tambal sulam.

    Misalnya, pemberian bantuan dana segar kepada masyarakat hanya akan

    mengakibatkan hilangnya kemandirian dalam masyarakat tersebut atau

    timbulnya ketergantungan. Akibat yang lebih buruk adalah tumbuhnya

    mental “meminta”.

    c. Pemberdayaan masyarakat harus dilihat sebagai sebuah proses

    pembelajaran kepada masyarakat agar mereka dapat secara mandiri dapat

    melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas kehidupannya.

    d. Pemberdayaan masyarakat tentunya melibatkan masyarakat itu sendiri.

    Partisipasi bukan sekedar diartikan sebagai kehadiran mereka untuk

    mengikuti suatu kegiatan, melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka

  • 25

    dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja

    pemberdayaan masyarakat, terutama dalam tahapan perumusan yang harus

    dipenuhi.27

    Dari beberapa teori yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan

    bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah usaha yang dilakukan

    untuk mengembangkan suatu masyarakat baik dalam bidang ekonomi,

    sosial, fisik maupun mental serta meningkatkan kemampuan dan

    kemandirian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan mutu hidup

    atau kesejahteraan masyarakat.

    Adapun strategi dasar dalam upaya pemberdayaan masyarakat

    memiliki tiga arah, yaitu pemihakan dan pemberdayaan masyarakat,

    pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan

    pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta masyarakat,

    serta modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan

    struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran

    masyarakat lokal.28

    Secara umum ada empat strategi pemberdayaan

    masyarakat, yaitu:

    a. The Growth Strategy

    Penerapan strategi pertumbuhan ini pada umumnya dimaksudkan untuk

    mencapai peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis, melalui

    peningkatan pendapatan per kapita penduduk, produktivitas, pertanian,

    27

    Moh. Ali Aziz, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Paradigma Aksi

    Metodologi), Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005, 5-7. 28

    Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999, 129.

  • 26

    permodalan, dan kesempatan kerja yang dibarengi dengan kemampuan

    konsumsi masyarakat terutama di pedesaan. Pada awalnya strategi ini

    dianggap efektif tetapi karena economic oriented sementara kaidah-kaidah

    hukum sosial dan moral terabaikan maka yang terjadi adalah sebaliknya,

    yakni semakin melebarnya pemisah antara kaya dan miskin, terutama di

    daerah pedesaan, akibatnya begitu terjadi krisis ekonomi maka konflik dan

    kerawanan sosial terjadi dimana-mana.

    b. The Welfare Strategy

    Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki

    kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi karena tidak diimbangi dengan

    pembangunan kultur dan budaya mandiri dalam diri masyarakat maka

    yang terjadi adalah sikap ketergantungan masyarakat kepada pemerintah.

    Oleh karena itu dalam setiap usaha pemberdayaan masyarakat salah satu

    aspek yang harus diperhatikan penanganannya adalah masalah kultur dan

    budaya masyarakat.

    c. The Responsitive Strategy

    Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang

    dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan masyarakat

    sendiri dengan bantuan pihak luar (self need and assistance) untuk

    memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan teknologi serta sumber-

    sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan. Akan tetapi

    karena pemberdayaan masyarakat sendiri belum dilakukan maka strategi

  • 27

    yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat ini terlalu idealistik dan sulit

    ditransformasikan kepada masyarakat.

    d. The Integrated or Holistic Strategy

    Strategi ini secara sistematis mengintegrasikan seluruh unsur dan komponen

    yang diperlukan, yakni ingin mencapai secara simultan tujuan-tujuan yang

    menyangkut kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan, dan

    partisipasi aktif masyarakat dalam proses pemberdayaan masyarakat. Oleh

    karena itu dalam strategi ini memiliki tiga prinsip dasar yang harus

    dipenuhi yaitu:

    1) Persamaan, pemerataan, keadilan dan partisipasi merupakan tujuan yang

    secara eksplisit harus ada dari strategi menyeluruh.

    2) Memerlukan perubahan-perubahan mendasar baik dalam komitmen

    maupun dalam gaya dan cara bekerja.

    3) Keterlibatan badan publik dan organisasi sosial secara terpadu.29

    29

    Moh. Ali Aziz, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Paradigma Aksi Metodologi), Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005, 8-10.

  • 28

    BAB III

    STRATEGI TAKMIR MASJID DALAM REVITALISASI PENDIDIKAN

    ISLAM DI MASJID AL-MA’MUR

    1. Dasar Pendidikan Islam Masyarakat Desa Cukil

    Masyarakat Desa Cukil berstatus agama Islam tetapi pada masa itu agama hanya

    digunakan sebagai tempat untuk berlindung diri dari aturan pemerintah

    dengan kata lain Islam KTP. Karena masyarakat desa Cukil sama sekali tidak

    menjalankan ibadah sholat maupun syariah agama Islam lainnya. Selain

    belum mengenal dan mengetahui Islam secara lebih mendalam hal tersebut

    dikarenakan masyarakat desa Cukil masih menggunakan ideologi jawa

    terdahulu, yaitu masih percaya akan hal-hal yang berkaitan dengan roh-roh

    nenek moyang. Salah satu kegiatan yang menjadi tradisi budaya mereka

    adalah membuat sesajen dengan tujuan untuk keselamatan hidup mereka.

    Pada masa kepemimpinan Raden Sutodiharjo sebagian besar

    masyarakat desa Cukil memang belum mengenal Islam. Bahkan beliau dan

    keluarganya pun belum begitu mengenal Islam. Namun ketika salah satu

    putra beliau yaitu Raden Subiyanto menempuh pendidikan insinyur di

    Belanda, ia mempelajari agama Islam lebih mendalam. Oleh karena itu

    setelah Raden Subiyanto pulang beliau berbicara kepada ayahnya dan

    menyampaikan keinginannya untuk membangun sebuah masjid di desa Cukil.

    Hal tersebut bertujuan agar ayah dan keluarganya mempelajari agama Islam

    secara lebih mendalam. Raden Sutodiharjo pun sepakat dengan keinginan

    putranya hingga masjid berhasil dibangun dan diresmikan sendiri oleh Raden

  • 29

    Sutodiharjo pada tahun 1980. Berawal dari pembangunan masjid tersebut

    pendidikan Islam di desa Cukil dimulai.

    Raden Sutodiharjo mengajak para tokoh agama di desa Cukil untuk

    turut serta dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat terutama dalam hal

    pendidikan. Dimulai dengan mengajarkan tata cara sholat dan mengenalkan

    huruf-huruf hijaiyyah serta mengajarkan ilmu-ilmu tajwid kepada anak-anak

    dan remaja. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari sesudah sholat

    maghrib. Hal tersebut dapat memicu keingintahuan dari sebagian orang tua

    untuk ikut belajar mengenal lebih mendalam tentang Islam.

    Setiap hari masjid mulai ramai dengan adanya kegiatan sholat

    berjamaah dan kegiatan pendidikan yang diajarkan. Meskipun belum

    sepenuhnya masyarakat desa Cukil yang mau ikut serta dalam kegiatan

    tersebut. Pada akhirnya Raden Sutodiharjo dan para pengurus lainnya

    bersepakat untuk mendatangkan seorang mubaligh atau kyai dari desa lain.

    Hal tersebut bertujuan untuk mengenalkan Islam lebih mendalam melalui

    dakwah. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara rutin setiap selapan pisan

    pada malam jumat pon di masjid Al-Ma’mur.

    2. Upaya Takmir Masjid dalam Membangun Revitalisasi Pendidikan Islam

    Pada tahun 2005 strategi revitalisasi mulai direncanakan. Dengan tetap

    menjalankan program kegiatan yang sudah ada sejak masa Raden

    Sutodiharjo. Para pengurus masjid mulai mengatur strategi untuk

    memperdalam agama Islam di desa Cukil termasuk dalam hal pendidikan.

  • 30

    Kegiatan yang terus dikembangkan yaitu dalam mempelajari ilmu tajwid al-

    Qur’an setiap ba’da maghrib yang diajarkan kepada anak-anak dan remaja.

    Upaya untuk merevitalisasi pendidikan di desa Cukil mulai

    dilaksanakan pada tahun 2006. Strategi pertama yang digunakan yaitu dengan

    mengadakan TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) berbasis madrasah.

    Kegiatan tersebut dilaksanakan pada waktu siang hari ba’da sholat dzuhur.

    Tenaga pengajar TPQ berasal dari para pengurus masjid Al-Ma’mur itu

    sendiri. Namun kegiatan pendidikan tersebut hanya berjalan sekitar tiga

    tahun, hal ini dikarenakan berkurangnya tenaga pengajar.

    Setelah kegiatan TPQ berhenti, para pengurus masjid mengupayakan

    kembali bagaimana cara untuk merevitalisasi pendidikan di desa Cukil agar

    masyarakat tidak lagi berpedoman pada ideologi yang lama (kejawen).

    Langkah selanjutnya yaitu dengan mengadakan kegiatan rutin pengajian Al-

    Qur’an atau disebut dengan sema’an secara bergantian setiap malam ahad

    kliwon. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara bergantian di masjid dan

    musholla, karena di desa Cukil terdapat satu masjid dan dua musholla.

    Kegiatan pengajian ini membawa misi untuk berdakwah secara keliling di

    desa Cukil. Pada awalnya anggota pengajian tersebut hanya diikuti oleh

    pengurus masjid yang tak lain adalah tenaga pengajar TPQ yang berjumlah

    dua belas orang. Oleh karena itu mereka melakukan upaya pendekatan kepada

    masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan rutin tersebut. Dan pada akhirnya

    keanggotaan pengajian keiling semakin bertambah hingga mencapai sekitar

    lima puluh orang. Namun strategi tersebut hanya dapat berjalan sekitar tiga

  • 31

    tahun saja. Karena anggota pengajian tidak bertambah lagi tetapi justru

    berkurang hingga hanya ada tiga puluh hingga empat puluh orang yang rutin

    mengikuti kegiatan pengajian. Sebagian besar dari masyarakat belum mau

    turut serta dalam kegiatan keagamaan tersebut.

    Kemudian dari tiga puluh sampai empat puluh orang tadi

    dikumpulkan kembali di masjid untuk bermusyawarah. Dan akhirnya

    diperoleh kesepakatan untuk mengadakan pengajian Al-Qur’an (sema’an)

    setiap malam ahad pon dan wage. Kegiatan sema’an ini diisi dengan

    membaca al-Qur’an dengan tartil. Sedangkan untuk malam ahad kliwon diisi

    dengan kegiatan membaca al-Qur’an dengan belajar fiqh dan tajwid al-

    Qur’an.

    Pada awalnya kegiatan tersebut dilaksanakan di masjid. Namun untuk

    merangsang minat masyarakat akhirnya kegiatan pengajian al-Qur’an

    dilaksanakan secara berkeliling bergantian di rumah anggota sema’aan.

    Selain membaca al-Qur’an dengan tartil, belajar fiqh dan juga tajwid

    ditambah lagi dengan belajar tentang aqidah akhlak dalam agama Islam.

    Sehingga secara perlahan pengetahuan keagamaan masyarakat desa Cukil

    semakin bertambah dan berkembang. Melalui pendekatan ini lambat laun

    keanggotaan pengajian mulai bertambah yang terdiri dari anak-anak, remaja,

    dan juga orang tua.

  • 32

    3. Analisis Strategi Takmir Masjid dalam Revitalisasi Pendidikan Islam

    Berdasarkan teori revitalisasi pendidikan Islam yang ditulis oleh Harum Natasha

    yang menyatakan bahwa revitalisasi pendidikan adalah upaya untuk

    memberikan daya hidup, daya tumbuh dan daya kembang baru kepada dunia

    pendidikan yang sekarang mengalami kemunduran bahkan kegagalan dalam

    mempersiapkan generasi muda sebagai para calon pemimpin bangsa yang

    memiliki intregritas dan berakhak mulia di masa yang akan datang. Maka

    revitalisasi pendidikan Islam di masjid al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan

    Tengaran telah mampu dan berhasil dalam merevitalisasi pendidikan Islam di

    masjid tersebut dengan sebuah upaya yang luar biasa dalam melaksanakan

    strategi revitalisasi dengan memberikan daya hidup, daya tumbuh, dan daya

    kembang baru kepada masyarakat desa Cukil untuk memberikan perhatian

    lebih terhadap pendidikan terutama pendidikan Islam bagi anak-anak maupun

    orang dewasa.

    Dengan melaksanakan berbagai strategi revitalisasi pendidikan Islam

    seperti yang telah terurai di atas masyarakat desa Cukil kembali

    menggunakan masjid sebagai media atau tempat belajar menempuh

    pendidikan Islam. Seperti dalam pelaksanaan TPA bagi anak-anak, mengaji

    baik mempelajari Al-Qur’an maupun aqidah.

    Strategi revitalisasi pendidikan Islam ada tiga jenis yaitu retrospeksi,

    restrukturisasi, dan rehabilitasi. Dari ketiga strategi tersebut yang telah

    diuraikan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa para pengurus masjid

    al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan Tengaran menggunakan berbagai strategi

  • 33

    dalam melaksanakan revitalisasi pendidikan Islam, salah satu diantara strategi

    yang mereka gunakan adalah strategi rehabilitasi.

    Para pengurus masjid al-Ma’mur sebagai pelaksana terjadinya

    revitalisasi pendidikan Islam di masjid tersebut mengusung konsep dengan

    menciptakan visi pendidikan yang visioner yang dilatarbelakangi oleh

    berbagai pengaruh sejarah, yaitu dengan melihat kondisi sejarah sebelumnya

    dimana pada waktu itu masjid al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan Tengaran

    dibangun oleh Raden Sutodiharjo pada tahun 1980 atas dasar usulan dari

    putranya yaitu Raden Subiyanto, dimana melihat kondisi agama yang ada di

    desa Cukil pada waktu itu masih sebagai Islam Abangan atau kejawen, yaitu

    sebuah kondisi dimana masyarakat desa Cukil berstatus agama Islam tetapi

    mereka tidak mau menjalankan ibadah sholat maupun syariah agama Islam

    lainnya.

    Masyarakat desa Cukil masih berpedoman pada ideologi kejawen,

    seperti melakukan ritual sesajen yang diletakkan di pohon-pohon besar dan

    sebagainya. Berawal dari pembangunan masjid tersebut pendidikan Islam di

    desa Cukil dimulai. Oleh karena itu Raden Subiyanto berusaha menegakkan

    agama Islam melalui pembangunan masjid tersebut. Setelah masjid berdiri,

    Raden Sutodiharjo mulai memperdalam agama Islam, salah satunya yaitu

    dengan melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Namun pada waktu itu

    jamaah masjid masih terbilang sangat sedikit, sehingga pada akhirnya Raden

    Sutodiharjo dan para tokoh agama mencoba untuk mengatur strategi agar

    masyarakat desa Cukil lebih mengenal Islam dengan cara mengajarkan tata

  • 34

    cara sholat yang benar terhadap anak-anak, mengaji al-Qur’an setiap malam

    setelah sholat maghrib, serta mengadakan pengajian dengan mendatangkan

    seorang kyai untuk berdakwah di masjid selama selapan pisan setiap malam

    jumat pon. Selain itu Raden Sutodiharjo mengadakan kegiatan yang wajib

    dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun sekali yang biasa disebut dengan

    Rajabiyah, yaitu sebuah kegiatan ibadah yang dilaksanakan dengan tujuan

    agar masyarakat desa Cukil lebih mengenal sholat sehingga mereka mau

    untuk melaksanakan sholat lima waktu sesuai perintah agama Islam.

    Raden Sutodiharjo mengajak para tokoh agama di desa Cukil untuk

    turut serta dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat terutama dalam hal

    pendidikan. Dimulai dengan mengajarkan tata cara sholat dan mengenalkan

    huruf-huruf hijaiyyah serta mengajarkan ilmu-ilmu tajwid kepada anak-anak

    dan remaja. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap hari sesudah sholat

    maghrib. Hal tersebut dapat memicu keingintahuan dari sebagian orang tua

    untuk ikut belajar mengenal lebih mendalam tentang Islam.

    Setiap hari masjid mulai ramai dengan adanya kegiatan sholat

    berjamaah dan kegiatan pendidikan yang diajarkan. Meskipun belum

    sepenuhnya masyarakat desa Cukil yang mau ikut serta dalam kegiatan

    tersebut. Pada akhirnya Raden Sutodiharjo dan para pengurus lainnya

    bersepakat untuk mendatangkan seorang mubaligh atau kyai dari desa lain.

    Hal tersebut bertujuan untuk mengenalkan Islam lebih mendalam melalui

    dakwah. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara rutin setiap selapan pisan

    pada malam jumat pon di masjid Al-Ma’mur.

  • 35

    Kegiatan tersebut berhasil dilaksanakan hingga pergantian pengurus

    masjid periode kedua. Setelah berjalan secara rutin beberapa tahun kemudian

    kegiatan tersebut mulai berhenti. Hal ini disebabkan berkurangnya

    kepercayaan dari masyarakat. Sebagian besar dari mereka masih membawa

    ideologi yang lama atau kejawen. Misalnya larangan dalam berbuat sesuatu,

    sedangkan pada masa dahulu tidak ada larangan akan hal tersebut. Oleh

    karena itu terjadi pro dan kontra dari masyarakat yang mulai meragukan apa

    yang sudah diajarkan kepada mereka. Sehingga masjid mulai difungsikan

    seperlunya saja, yaitu hanya untuk sholat dan mengaji al-Qur’an bagi anak-

    anak.

    Kegiatan yang sudah terlaksana tersebut akhirnya terhenti sehingga

    masjid tidak difungsikan kembali sebagai sarana pendidikan Islam di desa

    Cukil. Hingga pada tahun 2005 para pengurus masjid Al-Ma’mur mulai

    merencanakan untuk mengatur strategi revitalisasi masjid dengan

    menggunakan strategi rehabilitasi agar segala kegiatan keagamaan di desa

    Cukil kembali berpusat pada masjid serta masyarakat desa Cukil kembali

    menjalankan syariah agama Islam.

    Selain menciptakan visi pendidikan yang visioner yang dilatar

    belakangi oleh berbagai pengaruh sejarah, para pengurus masjid al-Ma’mur

    desa Cukil juga melaksanakan peningkatan capacity building, yaitu

    pengembangan kemampuan setiap pengurus masjid al-Ma’mur sebagai

    penggerak revitalisasi pendidikan Islam di desa Cukil dengan mengadakan

    pertemuan setiap satu minggu sekali untuk membicarakan hal-hal atau

  • 36

    kendala yang dihadapi dan menemukan solusi yang tepat atas permasalahan

    tersebut berdasarkan hasil musyawarah. Selain melaksanakan kegiatan

    tersebut para pengurus masjid al-Ma’mur desa Cukil juga melaksanakan

    kegiatan rutinan yaitu mengaji dan mendalami al-Qur’an disertai dengan

    pembelajaran aqidah. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan

    mengembangkan potensi para pengurus masjid al-Ma’mur desa Cukil agar

    dapat melaksanakan praktek-praktek terbaik dalam kegiatan belajar mengajar

    yang mereka laksanakan untuk proses revitalisasi pendidikan Islam tersebut.

    Selain kegiatan tersebut para penggerak revitalisasi pendidikan Islam

    di masjid al-Ma’mur desa Cukil tersebut berusaha untuk mengembangkan

    pendidikan long life time atau pendidikan seumur hidup. Melalui berbagai

    kegiatan yang dilaksanakan seperti TPQ bagi anak-anak dan juga mengaji al-

    Qur’an serta dakwah tentang berbagai aqidah maupun pembelajaran untuk

    mendalami agama Islam yang dijadikan dasar atau landasan sebagai suatu

    wujud atau bentuk pendidikan yang akan terus berlangsung dan

    berkesinambungan dalam kehidupan masyarakat desa Cukil. Hal tersebut

    bertujuan agar pendidikan Islam yang dilaksanakan di desa Cukil dapat

    mempengaruhi pencapaian perkembangan dalam perubahan individu yang

    berlangsung secara utuh sehingga membawa dampak positif bagi kehidupan

    masyarakat desa Cukil. Selain itu dengan konsep pendidikan seumur hidup

    masyarakat desa Cukil diharapkan mengalami proses pendidikan secara

    berkesinambungan atau secara terus menerus dan continue, serta berlangsung

    hingga ajalnya tiba.

  • 37

    BAB IV

    STRATEGI TAKMIR MASJID DALAM REVITALISASI

    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI MASJID AL-MA’MUR

    A. Kegiatan Sosial Keagamaan Masyarakat

    Pada masa Raden Sutodiharjo beliau mampu meMa’murkan masjid

    dengan mengajak masyarakat desa Cukil untuk melaksanakan sholat.

    Karena sebelum masjid itu dibangun mereka adalah masyarakat yang

    berstatus agama Islam tetapi tidak pernah menjalankan syariah agama

    Islam terutama sholat. Pada waktu itu masyarakat desa Cukil dikenal

    dengan Islam abangan atau kejawen. Mereka menggunakan ideologi-

    ideologi jawa dari nenek moyang terdahulu, misalnya dengan

    membuat sesajen untuk keselamatan hidup mereka dan sebagainya.

    Hingga pada akhirnya ketika masjid tersebut dibangun masih sedikit

    masyarakat yang mau melakanakan sholat.

    Raden Sutodiharjo membuat strategi untuk mengenalkan

    sholat kepada masyarakat desa Cukil melalui kegiatan Rajabiyah,

    yaitu kegiatan yang dilaksanakan satu tahun sekali setiap bulan rajab.

    Pada awalnya masyarakat belum mau mengikuti kegiatan tersebut,

    sebagian besar masyarakat desa Cukil masih melaksanakan kegiatan

    ritual sesajen. Namun Raden Sutodiharjo dan para tokoh agama

    lainnya terus berupaya dalam mengajak masyarakat desa Cukil untuk

  • 38

    mengenal Islam dan berbaur bersama-sama dalam kegiatan

    keagamaan. Rajabiyah berhasil dilaksanakan secara rutin setiap tahun

    karena Raden Sutodiharjo memberikan amanah kepada tokoh-tokoh

    agama penerus perjuangannya untuk mewajibkan kegiatan tersebut di

    desa Cukil. Sehingga kegiatan tersebut terus menerus dilestarikan

    hingga saat ini.

    B. Upaya Takmir Masjid dalam Membangun Revitalisasi

    Pemberdayaan Masyarakat

    Setelah periode kedua kepengurusan masjid Al-Ma’mur, kegiatan

    masyarakat di masjid tersebut mulai berkurang. Hal tersebut

    dikarenakan berkurangnya kepercayaan dari masyarakat. Sebagian

    besar dari mereka masih membawa ideologi yang lama atau kejawen.

    Misalnya larangan dalam berbuat sesuatu, sedangkan pada masa

    dahulu tidak ada larangan akan hal tersebut. Oleh karena itu terjadi

    pro dan kontra dari masyarakat yang mulai meragukan apa yang sudah

    diajarkan kepada mereka. Sehingga masjid mulai difungsikan

    seperlunya saja, yaitu hanya untuk sholat dan mengaji al-Qur’an bagi

    anak-anak.

    Pada tahun 2005 ketika perencanaan revitalisasi dimulai

    hingga berbagai strategi dilaksanakan dari tahun ke tahun sebagian

    masyarakat masih belum mau turut serta dalam kegiatan tersebut.

    Mereka masih acuh tak acuh mengenai kegiatan masjid. Hingga pada

  • 39

    akhirnya pro dan kontra masyarakat terjadi ketika perencanaan

    rehabilitasi masjid pada akhir tahun 2014. Para pengurus masjid

    mengatur strategi untuk melibatkan masyarakat agar turut serta dalam

    rehabilitasi masjid melalui dana yang digunakan untuk rehab tersebut.

    Pada awalnya pengurus masjid mengajukan proposal bantuan dana

    untuk rehab masjid kepada para donator yang berasal dari luar desa

    Cukil. Hal tersebut bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar

    turut serta berpartisipasi. Setelah dana dari donator terkumpul, para

    pengurus masjid mengumpulkan masyarakat dan menjelaskan bahwa

    masyarakat selain desa Cukil sudah membantu menyumbangkan dana

    untuk rehab masjid. Hingga pada akhirnya masyarakat bersepakat

    untuk membantu rehabilitasi masjid dengan menarik dana sebesar Rp

    100.000,- setiap KK. Proses rehabilitasi masjid terjadi selama dua

    tahun, berawal dari sinilah masyarakat mau berbaur dan berpartisipasi

    untuk meMa’murkan masjid.

    Setelah masjid selesai direhabilitasi pada tahun 2016 para

    pengurus masjid membentuk kepengurusan masjid kembali dengan

    mengundang semua tokoh masyarakat di desa Cukil dengan maksud

    agar masyarakat ikut terlibat dalam kepengurusan masjid. Perubahan

    dan pembentukan kepengurusan masjid diadakan setiap tiga tahun

    sekali dengan cara pemilihan langsung dari masyarakat.

    Kemudian setelah berhasil dibentuk kepengurusan yang baru,

    para pengurus masjid tersebut mulai menyusun strategi untuk

  • 40

    membangun masyarakat yang berpengetahuan luas tentang agama

    Islam dan meningkatkan pemberdayaan social masyarakat desa Cukil.

    Dimulai dengan mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti

    PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) atau yang biasa disebut dengan

    suronan. Pada awalnya para pengurus masjid mengenalkan kegiatan

    tersebut dengan cara mengadakan pengajian di desa Cukil dengan

    mendatangkan Kyai atau mubaligh dari desa lain untuk berdakwah

    mengenai hal tersebut. Sehingga masyarakat menjadi tahu dan paham

    tentang keistimewaan memuliakan anak yatim dan bersedekah.

    Karena dengan cara tersebut masyarakat desa Cukil lebih mudah

    menerima dan mau turut serta dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

    Kegiatan suronan tersebut berhasil dilaksanakan dan

    berdampak positif bagi masyarakat desa Cukil. Pada akhirnya

    masyarakat sepakat untuk mengadakan kegiatan dalam menyantuni

    anak-anak yatim desa Cukil. Dalam kegiatan yang mereka sebut

    dengan “tali asih” tersebut berhasil dilaksanakan secara baik dan

    kompak oleh masyarakat. Sehingga kegiatan pengajian suronan dan

    juga tali asih tersebut berhasil dilaksanakan secara rutin di desa Cukil

    hingga saat ini.

    C. Analisis Strategi Masjid Al-Ma’mur Desa Cukil dalam

    Revitalisasi Pemberdayaan Masyarakat

    Berdasarkan teori revitalisasi pendidikan Islam yang ditulis oleh Abdul

    Aziz yang menyatakan bahwa Pemberdayaan (empowerment) yaitu

  • 41

    sebagai konsep pembangunan yang memiliki makna pengembangan,

    memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar-

    menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan di

    segala bidang dan sektor kehidupan. Di samping itu pemberdayaan

    juga memiliki arti makna melindungi dan membela dengan cara

    berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan

    yang tidak seimbang dan eksploitasi atas yang lemah. Dengan kata

    lain pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau

    meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam kerangka

    pembangunan nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat

    dari sudut pandang: pertama, penciptaan suasana atau iklim yang

    memungkinkan masyarakat berkembang. Kedua, peningkatan

    kemampuan masyarakat dalam membangun melalui berbagai bantuan

    dana, pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun

    sosial serta pengembangan kelembagaan di daerah. Ketiga,

    perlindungan melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah

    persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kemitraan yang

    saling menguntungkan.

    Maka revitalisasi pemberdayaan masyarakat melalui masjid al-

    Ma’mur di desa Cukil telah berkembang sesuai dengan strategi yang

    dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan masyarakat yang dilaksanakan untuk

    menumbuhkembangkan daya masyarakat seperti kegiatan rutinan

    pengajian, santunan anak yatim dan kegiatan dalam memperingati hari

  • 42

    jadi desa Cukil juga termasuk sebuah adat dan tradisi yang masih terus

    terlaksana dengan baik hingga sekarang. Kegiatan-kegiatan tersebut

    telah memicu keinginan serta kesadaran masyarakat bahwa

    pengembangan serta pemberdayaan lingkungan mereka sangatlah

    penting bagi kehidupan mereka sendiri.

    Analisis dari hasil penelitian, peneliti menemukan sebuah fakta

    bahwa strategi yang digunakan dalam melaksanakan revitalisasi

    pemberdayaan masyarakat di desa Cukil mengacu pada strategi

    pemberdayaan masyarakat yaitu The Integrated or Holistic Strategy

    dimana secara sistematis mengintegrasikan seluruh unsur dan

    komponen yang diperlukan, yakni ingin mencapai secara simultan

    tujuan-tujuan yang menyangkut kelangsungan pertumbuhan,

    persamaan, kesejahteraan, dan partisipasi aktif masyarakat desa Cukil

    dalam proses pemberdayaan masyarakat.

    Para pengurus masjid al-Ma’mur desa Cukil melihat kondisi

    masyarakat mereka dimana setelah periode kedua kepengurusan

    masjid Al-Ma’mur, kegiatan masyarakat di masjid tersebut mulai

    berkurang. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya kepercayaan dari

    masyarakat. Sebagian besar dari mereka masih membawa ideologi

    yang lama atau kejawen. Misalnya larangan dalam berbuat sesuatu,

    sedangkan pada masa dahulu tidak ada larangan akan hal tersebut.

    Oleh karena itu terjadi pro dan kontra dari masyarakat yang mulai

    meragukan apa yang sudah diajarkan kepada mereka. Sehingga masjid

  • 43

    mulai difungsikan seperlunya saja, yaitu hanya untuk sholat dan

    mengaji al-Qur’an bagi anak-anak.

    Pada tahun 2005 ketika perencanaan revitalisasi dimulai hingga

    berbagai strategi dilaksanakan dari tahun ke tahun sebagian

    masyarakat masih belum mau turut serta dalam kegiatan tersebut.

    Mereka masih acuh tak acuh mengenai kegiatan masjid. Hingga pada

    akhirnya pro dan kontra masyarakat terjadi ketika perencanaan

    rehabilitasi masjid pada akhir tahun 2014. Para pengurus masjid

    mengatur strategi untuk melibatkan masyarakat agar turut serta dalam

    rehabilitasi masjid melalui dana yang digunakan untuk rehab tersebut.

    Pada awalnya pengurus masjid mengajukan proposal bantuan dana

    untuk rehab masjid kepada para donator yang berasal dari luar desa

    Cukil. Hal tersebut bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar

    turut serta berpartisipasi. Setelah dana dari donator terkumpul, para

    pengurus masjid mengumpulkan masyarakat dan menjelaskan bahwa

    masyarakat selain desa Cukil sudah membantu menyumbangkan dana

    untuk rehab masjid. Hingga pada akhirnya masyarakat bersepakat

    untuk membantu rehabilitasi masjid dengan menarik dana sebesar Rp

    100.000,- setiap KK. Proses rehabilitasi masjid terjadi selama dua

    tahun, berawal dari sinilah masyarakat mau berbaur dan berpartisipasi

    untuk meMa’murkan masjid.

    Setelah masjid selesai direhabilitasi pada tahun 2016 para

    pengurus masjid membentuk kepengurusan masjid kembali dengan

  • 44

    mengundang semua tokoh masyarakat di desa Cukil dengan maksud

    agar masyarakat ikut terlibat dalam kepengurusan masjid. Perubahan

    dan pembentukan kepengurusan masjid diadakan setiap tiga tahun

    sekali dengan cara pemilihan langsung dari masyarakat.

    Kemudian setelah berhasil dibentuk kepengurusan yang baru,

    para pengurus masjid tersebut mulai menyusun strategi untuk

    membangun masyarakat yang berpengetahuan luas tentang agama

    Islam dan meningkatkan pemberdayaan social masyarakat desa Cukil.

    Dimulai dengan mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti

    PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) atau yang biasa disebut dengan

    suronan. Pada awalnya para pengurus masjid mengenalkan kegiatan

    tersebut dengan cara mengadakan pengajian di desa Cukil dengan

    mendatangkan Kyai atau mubaligh dari desa lain untuk berdakwah

    mengenai hal tersebut. Sehingga masyarakat menjadi tahu dan paham

    tentang keistimewaan memuliakan anak yatim dan bersedekah.

    Karena dengan cara tersebut masyarakat desa Cukil lebih mudah

    menerima dan mau turut serta dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

    Kegiatan suronan tersebut berhasil dilaksanakan dan

    berdampak positif bagi masyarakat desa Cukil. Pada akhirnya

    masyarakat sepakat untuk mengadakan kegiatan dalam menyantuni

    anak-anak yatim desa Cukil. Dalam kegiatan yang mereka sebut

    dengan “tali asih” tersebut berhasil dilaksanakan secara baik dan

    kompak oleh masyarakat. Sehingga kegiatan pengajian suronan dan

  • 45

    juga tali asih tersebut berhasil dilaksanakan secara rutin di desa Cukil

    hingga saat ini.

    Dalam melaksanakan strategi pemberdayaan masyarakat

    tersebut para pengurus masjid al-Ma’mur telah mencapai prinsip dasar

    dari strategi The Integrated or Holistic Strategy yaitu persamaan,

    pemerataan, keadilan dan partisipasi masyarakat desa Cukil serta

    terjadinya perubahan-perubahan mendasar baik dalam komitmen

    maupun dalam gaya dan cara bekerja. Masyarakat desa Cukil

    mengalami proses perubahan yang sangat luar biasa dalam

    mengembangkan taraf hidup mereka sendiri demi terwujudnya

    kesejahteraan hidup dalam bermasyarakat secara bersama-sama.

  • 46

    BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa revitalisasi pendidikan dan

    pemberdayaan masyarakat studi kasus di masjid al-ma’mur desa Cukil

    Kecamatan Tengaran dengan rincian sebagai berikut:

    1. Revitalisasi masjid al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan Tengaran dilatar

    belakangi oleh kondisi sejarah masyarakat desa Cukil dimana pada

    awalnya masyarakat desa Cukil memeluk agama Islam tapi mereka

    tidak menjalankan ibadah sholat maupun syariat agama Islam lainnya

    yang disebut dengan Islam abangan atau kejawen. Dimana masyarakat

    desa Cukil masih berpedoman pada ideologi kejawen seperti

    melakukan ritual sesajen yang diletakkan di pohon-pohon besar dan

    sebagainya. Hingga pada akhirnya dibangun masjid al-Ma’mur

    tersebut yang bertujuan agar masjid tersebut dapat dijadikan media

    dalam mengubah tatanan perilaku yang kurang sesuai dengan ajaran

    agama Islam. Setelah berdiri masjid tersebut menjadi fungsi utama

    dalam mengajarkan agama Islam kepada masyarakat desa Cukil.

    Namun secara perlahan masjid tersebut tidak menjadi fungsi lagi

    karena adanya ketidakpercayaan atau keraguan pada masyarakat. Hal

    inilah yang menjadikan latar belakang para pengurus masjid untuk

  • 47

    melaksanakan revitalisasi masjid al-Ma’mur di desa Cukil Kecamatan

    Tengaran.

    2. Revitalisasi pendidikan Islam di masjid al-Ma’mur desa Cukil

    Kecamatan Tengaran menggunakan strategi rehabilitasi yaitu dengan

    melaksanakan visi pendidikan yang visioner yang dilatar belakangi

    oleh berbagai pengaruh sejarah dan perkembangan masyarakat desa

    Cukil Kecamatan Tengaran. Hal tersebut dilaksanakan melalui

    berbagai kegiatan pendidikan Islam yang dilaksanakan para penggerak

    revitalisasi seperti TPQ bagi anak-anak dan mengaji al-Qur’an serta

    kegiatan rutin sema’an serta pengajian akbar yang menjadi kegiatan

    rutin sehingga masyarakat desa Cukil kembali menggunakan masjid

    sebagai fungsi utama dalam menempuh pendidikan Islam.

    3. Revitalisasi pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di desa

    Cukil Kecamatan Tengaran melalui strategi The Integrated or Holistic

    Strategy yaitu dengan mengintegrasikan seluruh unsur dan komponen

    yang diperlukan, yakni dengan mencapai secara simultan tujuan-tujuan

    revitalisasi pemberdayaan masyarakat yang menyangkut kelangsungan

    pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan, dan partisipasi aktif

    masyarakat melalui berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan yang

    dilaksanakan secara rutin seperti PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)

    atau biasa yang disebut dengan suronan dengan memuliakan anak

    yatim.

  • 48

    B. Saran

    Para tokoh agama dan pengurus masjid Al-Ma’mur desa Cukil Kecamatan

    Tengaran hendaknya tetap melestarikan kegiatan yang sudah ada secara

    optimal sehingga kegiatan-kegiatan tersebut tidak akan hilang begitu saja.

    Selain kegiatan yang sudah dilaksanakan hendaknya para tokoh agama dan

    pengurus masjid menambah suatu program kegiatan lain yang dapat

    mendorong seluruh masyarakat untuk semakin berkembang terutama

    dalam memfungsikan masjid sebagaimana ajaran Rasulullah SAW.

  • 49

    DAFTAR PUSTAKA

    Anwar. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta, 2007.

    Aziz, Ali Moh dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Paradigma Aksi

    Metodologi), Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.

    Christiady, “Faktor-faktor yang Menghambat Upaya Pemerintah dalam

    Merevitalisasi Sungai Cikapundung Bandung”, Pembangunan Wilayah

    dan Kota, Volume 10, Nomor 1, (Maret 2014): 12-21.

    Dalmeri, “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi dan Dakwah

    Multikultural”, Penelitian Sosial Keagamaan, Volume 22, Nomor 2

    (November 2014): 322-350.

    Djoeffan, Hidayati Sri, “Revitalisasi Pendidikan Sebagai Paradigma Peningkatan

    Kualitas Bangsa”, Jurnal Pendidikan, Volume XX, Nomor 02 (April-Juni

    2004), 227.

    Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset, 2000.

    Handryant, Nur Aisyah. Masjid sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat.

    Malang: UIN Maliki Press, 2010.

    Idi, Abdullah, dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara

    Wacana, 2006.

    Jannah, Nurul, “Revitalisasi Peran Masjid di Era Modern”, Tesis, UIN Medan

    Sumatera Utara, 2016.

    Juwaini, Ahmad, “Revitalisasi Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Islam,

    Volume 2 Nomor 2 (Agustus 2002): 164.

  • 50

    Karl, Marile, “Development, Empowerment, and Participation”, Women and

    Empowerment, Volume 14 (2006): 10-27.

    Laretna, T Adishakti, “Revitalisasi Bukan Sekedar Beautification”, Urban and

    Regional Development Institute, Volume 13 (Maret 2002).

    Mahazan A.M., “A Model of Imam’s Leadership and Mosque Performance in

    Malaysia”, COPE, Volume 3, Nomor 2 (Desember 2013): 53-64.

    Mardikanto. Konsep Pemberdayaan Masyarakat. Surakarta: Penerbit TS, 2010.

    Miles, dan Huberman. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia,

    2014.

    Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: Rajawali Pers,

    2012.

    Natasha, Harum, “Revitalisasi Lembaga Pendidikan dan Upaya Membangun

    Karakter Bangsa”, Pemikiran Islam, Volume 37, Nomor 1 (Januari-Juni

    2012): 89-93.

    Pratama, Nugraha Aziz Abdul. Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid di

    IndonesiaI. Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2012.

    Sholeh, Asroun Niam. Reorientasi Pendidikan Islam (Mengurai Relevansi Konsep