peran sertifikasi cafÉ practices pada perubahan … · skripsi ini merupakan penelitian tentang...

100
UNIVERSITAS INDONESIA PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN POLA MATA RANTAI NILAI LOKAL KOPI DI SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS: KABUPATEN TORAJA UTARA, TANA TORAJA & ENREKANG) SKRIPSI FATHIA HASHILAH 0906514866 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN GEOGRAFI DEPOK JUNI 2013

Upload: dinhtuong

Post on 09-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

UNIVERSITAS INDONESIA

PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN POLA MATA RANTAI NILAI LOKAL KOPI DI

SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS: KABUPATEN TORAJA UTARA, TANA TORAJA &

ENREKANG)

SKRIPSI

FATHIA HASHILAH 0906514866

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN GEOGRAFI

DEPOK

JUNI 2013

Page 2: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

UNIVERSITAS INDONESIA

PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN POLA MATA RANTAI NILAI LOKAL KOPI DI

SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS: KABUPATEN TORAJA UTARA, TANA TORAJA &

ENREKANG)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains

FATHIA HASHILAH 0906514866

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN GEOGRAFI

DEPOK

JUNI 2013

Page 3: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

HAL AMA N PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Fathia Hashilah

NPM : 0906514866

Tanda tangan :

Tanggal : 08 Juli 2013

i

Page 4: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

HAL AMA N PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Fathia Hashilah

NPM : 0906514866

Program Studi : Geografi

Judul Skripsi : Peran Sertifikasi CAFÉ Practices pada Perubahan Pola Mata Rantai Nilai Lokal Kopi di Sulawesi Selatan (Studi Kasus : Kabupaten Toraja Utara, Tana Toraja & Enrekang)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada program studi Il mu Geografi, Fakultas Matematika dan

Il mu Pengetahuan Alam, Univesitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang : Dra. M.H. Dewi Susilowati M.S. (………………………….)

Pembimbing I : Hafid Setiadi S.Si., M. T. (………………………….)

Pembimbing II: Dra. Widyawati MSP (………………………….)

Penguji I : Drs. Triarko Nurlambang, MA (………………………….)

Penguji II : Drs. Hari Kartono M.S. (………………………….)

Ditetapkan di : Depok, Jawa Barat

Tanggal : 08 Juli 2013

ii

Page 5: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada All ah SWT, karena atas berkah dan

rahmat-Nya, penuli s dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini

dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Jurusan Geografi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia. Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi

CAFÉ Practices pada perubahan pola mata rantai nilai lokal kopi di Sulawesi

Selatan.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, karena tanpa rahmat dan hidayah-Nya, penulis tidak akan

mampu menyelesiakan skripsi ini

2. Ibu dan Ayah yang tiada henti mendoakan, memberi semangat dan selalu

mengingatkan untuk selalu berdoa dan berusaha

3. Uni Rani, Bang Ais, Bang Icat, Bang Abduh, Uni Dela, dan Uni Welly,

yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada penulis

hingga akhir penyusunan skripsi

4. Mas Hafid, Ibu Widya dan Pak Jeff, yang telah memberi kesempatan pada

penulis untuk mendapatkan pengalaman yang sangat berharga serta telah

mendukung dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

Terimakasih juga atas berbagai bacaan dan tulisan yang diberikan sebagai

pendukung penyusunan penelitian ini

5. Mas Arko, yang telah berbaik hati memberikan masukan dan bantuan

terkait materi dan cara presentasi yang baik dan benar

6. Pak Hari dan Bu Dewi selaku penguji, yang telah memberi kritik, masukan

dan saran yang sangat berharga demi menghasilkan skripsi yang lebih baik

7. Flick, yang telah membantu penulis berdiskusi terkait penelitiandan sangat

membantu dalam memberi gambaran bagaimana sebuah peneli tian yang

iii

Page 6: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

baik

8. Pak Sarjana, Pak Jabir, Ibu dan Bapak Ajeng, Ibu Nita, Ibu Margareth, Pak

Burhan, Pak Lukas, Judith, Nita, Ajeng serta teman lain yang ada di

Sulawesi Selatan yang telah banyak membantu baik terkait

informasi,tempat tinggal selama peneli tian, serta keramahan yang

diberikan kepada penulis sehingga penulis merasa nyaman melakukan

penelitian walaupun di tempat yang asing bagi penulis

9. Muti dan Tari yang telah membantu mengoreksi, bersedia menjadi pelatih

presentasi serta bersedia memberi semangat pada penulis

10. Danny, Aulia, Mayang, Geografi 2009, Mbak Qiqi, serta teman-teman lain

yang telah memberi semangat dan dukungannya

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pembaca dapat

mengembangkan tulisan dan peneli tian ini agar menjadi sumbangan bagi

pengembangan ilmu Geografi di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Depok, Juni 2013

Penulis

iv

Page 7: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

HALAM AN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKAS I

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEM IS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fathia Hashilah

NPM : 0906514866

Program Studi : S-1

Departemen : Geografi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberiikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Peran Serti fikasi CAFÉ Practices pada Perubahan Pola Mata Rantai Nilai Lokal Kopi di Sulawesi Selatan (Studi Kasus : Kabupaten Toraja Utara, Tana Toraja & En rekang)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Depok

Pada Tanggal : 08 Juli 2013

Yang menyatakan:

(FATHIA HASHILAH)

v

Page 8: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

ABSTRAK

Nama : Fathia Hashilah Program Studi : Geografi Judul : Peran Sertifikasi CAFÉ Practices pada Perubahan Pola Mata

Rantai Nilai Lokal Kopi di Sulawesi Selatan (Studi Kasus : Kabupaten Toraja Utara, Tana Toraja & Enrekang)

Sertifikasi CAFÉ Practices merupakan standarisasi yang diterapkan oleh

Starbucks Coffee agar mampu menciptakan suatu sistem perdagangan kopi yang

berkelanjutan dan mampu memenuhi standar konsumen. Sertifikasi itu sendiri

hanya akan efektif dan efisien diterapkan pada karakter wilayah dan petani

tertentu. Di Sulawesi Selatan Terdapat beberapa wilayah penghasil kopi yang

memiliki karakter berbeda-beda yang akibatnya setelah diterapkan sertifikasi

CAFÉ Practices menghasilkan perubahan pola mata rantai nilai. Adanya ikatan

yang kuat dengan tanah adat, penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan

pola mata rantai nilai kopi. Perpanjangn pola ditandai dengan munculnya simpul

baru yang menandakan penerapan sertifikasi tidak efisien di wilayah yang ikatan

dengan tanah adatnya masih kuat.

Kata Kunci : Aktor, pola mata rantai nilai, aktivitas, CAFÉ Practices, efisien

vi

Page 9: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

ABSTRACT

Name : Fathia Hashilah Program Study : Geography Title : The Role of CAFÉ Practices Certification in The Changing of

Coffee Value Chain Pattern in South Sulawesi (Cases Study: Toraja Utara, Tana Toraja & Enrekang)

CAFÉ Practices certification is a standardization applied by Starbucks

Coffee to create a sustainable coffee trade and to fulfill the consumers standards.

Certification will be effective and efficient in a particular character of region and

farmer. South Sulawesi has various characters of farmers and regions. Those

characters influential to the changing of coffee value chain pattern after the

assembling of CAFÉ Practices Certification. The tied of land custom is the

strongest cause of the changing pattern. It makes the value chain become longer,

it indentified by the appearance of a new node, which is mean a new actor of the

chain. The appearance of a new node after applying CAFÉ Practices indicates

inefficiency of that certification applied in a region which is has a strong tide of

custom land.

Kata Kunci : Actors, value chain pattern, activity, CAFÉ Practices, efficient

vii

Page 10: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………....ii i

Abstrak……………………………………………………………………….....vi

Daftar Isi……………………………………………………………………….vii i

Daftar Gambar………………………………………………………………….xi

Daftar Peta……………………………………………………………………..xii

Daftar Tabel…………………………………………………………………...xiii

Daftar Sketsa…………………………………………………………………..xiv

BAB 1

Pendahuluan……………………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………..1

1.2 Masalah Penelitian………………………………………………………....3

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………..3

1.4 Batasan Penelitian………………………………………………………….4

BAB 2

Tinjauan Pustaka………………………………………………………………...7

2.1 Konsep Pemasaran………………………………………………………....7

2.1.1 Pemahaman TNC (Trans National Corporation)……………………...7

2.2 Konsep Sertifikasi……………………………………………………….....8

2.2.1 Latar belakang munculnya sertifikasi…………………………….........8

2.2.2 CAFÉ Practices……………………………………………………….9

2.3 Konsep Rantai Nilai (Value Chain)……………………………………....10

2.4 Jaringan Komoditas (Commodity Network)……………………………....13

2.5 Pengambilan Keputusan………………………………………………......13

2.6 Aksesibilitas……………………………………………………………....14

2.7 Keaslian Penelitian……………………………………………….............14

viii

Page 11: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

BAB 3

Metodologi Penelitian…………………………………………………………....19

3.1 Alur Pikir Penelitian…………………………………………………….....19

3.2 Alur Kerja……………………………………………………………….....20

3.3 Pengolahan Data…………………………………………………………...21

3.4 Analisis Data……………………………………………………………....21

BAB 4

Pengusahaan Kopi di Sulawesi Selatan………………………………................24

4.1 Karakteristik Wilayah Penghasil Kopi…………………………………....24

4.2 Sejarah Industri Kopi………………………………………………….......31

4.3 Kondisi Umum Industri Kopi………………………………………….....32

BAB 5

Peran Serti fikasi CAFÉ Practi ces pada Perubahan Pola Mata Rantai Nilai

Lokal Kopi di Sulawesi Selatan…………..……………………………………..34

5.1 Kondisi Mata Rantai Nila Kopi…………………………………………...34

5.1.1 Manusia/aktor dalam sistem mata rantai nilai lokal Kopi..........……….......………………………………………................34

5.1.1.1 Tingkat Pendidikan Aktor………………………………………...34

5.1.1.2 Kontribusi Pengusahaan Kopi Pada Pendapatan Petani…………..36

5.1.1.3 Pengaruh Budaya Pada Pengusahaan Kopi…………………….....37

5.1.2 Aktifitas utama mata rantai nilai lokal kopi………………………....39

5.1.3 Aktifitas pendukung mata rantai nilai lokal kopi…………………....47

5.2 Penerapan Sertifikasi CAFÉ Practices Pada Sistem Mata Rantai Nilai

Lokal Kopi……………………………………………………………….49

5.2.1 Aspek peningkatan kualitas ……………………………………….....51

5.2.2 Aspek jaminan jual beli…………………………………….………...54

5.3Perubahan Pola Mata Rantai Nilai Lokal Kopi di Sulawesi Selatan……...55

5.3.1 Pola Mata Rantai Nilai Lokal Kopi Sebelum Penerapan

ix

Page 12: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

Sertifikasi CAFÉ Practices (1997-2007)…………………………....55

5.3.2 Pola Mata Rantai Nilai Lokal Kopi Setelah Penerapan

Sertifikasi CAFÉ Practices ( ≥ 2008)………………………………..61

5.3.3 Efisiensi Penerapan Sertifikasi CAFÉ Practices Dilihat dari

Perubahan Pola Mata Rantai Nilai Lokal………………..…………...66

BAB 6

Kesimpulan…………………………………………………………………….....73

Daftar Pustaka…………………………………………………………………...xv

Lampiran……………………………………………………………………......xvii

x

Page 13: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik pertumbuhan ekspor kopi Arabika dari Makasar, nilai dalam

Ton dan USD/Kg…………………………................................................................2

Gambar 2.1 Konsep dasar sistem mata rantai nilai……………………………...11

Gambar 3.1Alur Pikir Penelitian………………………………………………....20

Gambar 3.2 Alur Kerja Penelitian……………………………………………......23

Gambar 4.1Bentang alam perkebunan kopi Toraja Utara……………………......26

Gambar 4.2 Kondisi jalan menuju perkebunan kopi Toraja Utara…………….....27

Gambar 4.3 Kopi tanduk asal Toraja Utara……………………………………...27

Gambar 4.4 Kopi kulit tanduk asal Tana Toraja………………………………...28

Gambar 4.5 Bentang alam perkebunan kopi di Enrekang…………………….....29

Gambar 4.6 Kondisi jalan menuju perkebunan kopi di Enrekang…………….....29

Gambar 5.1 Contoh makam adat Toraja………………………………………....37

Gambar 5.2 Jaringan komoditas (arus produksi dan tenaga/power)………….....40

Gambar 5.3 Pemrosesan kopi oleh petani…………………………………….....41

Gambar 5.4 Kopi biji hijau / green bean………………………………………...42

Gambar 5.5 Kondisi jalan menuju pasar Sapan……………………………….....47

Gambar 5.6 Penyortiran kopi kulit tanduk oleh anak-anak……………………...52

Gambar 5.7 Bagan faktor yang mempengaruhi munculnya simpul baru setelah

diterapkannya CAFÉ Practices di Toraja Utara dan Tana

Toraja.......................................................................................................................69

Gambar 5.8 Bagan faktor yang menjelaskan alasan tidak berubahnya pola mata

rantai nilai kopi lokal di Enrekang……………………..........................................71

xi

Page 14: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

DAFTAR PETA

Peta 4.1 Wilayah Penghasil Kopi di Sulawesi Selatan………………………….25

Peta 4.2 Administrasi Kabupaten Toraja Utara, Tana Toraja & Enrekang……..30

Peta 5.1 Lokasi pembelian dan penjualan kopi…………………………………46

xii

Page 15: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

DAFTAR TA BEL

Table 2.1 Berbagai Penelitian Terkait Rantai Nilai, Rantai Komoditas dan

Upgrading……………………………………………………................................16

Tabel 4.1 Asal pembelian kopi oleh Toarco dan KUD Sane, Sumber: Data

administrasi KUD & Toarco 2008……………………………............................31

Tabel 5.1 Hubunganantar aktor dengan aspek spasial…………………………....43

Tabel 5.2Aktifitas Utama dalam mata rantai nilai lokal kopi Sulawesi

Selatan sebelum penerapan sertifikasi……………………………….....................58

Tabel 5.3 Aktifitas Utama mata rantai nilai lokal kopi Kabupaten Setelah penerapan sertifikasi…………………………………………...................64

Tabel 5.4 Aktifitas Utama mata rantai nilai lokal kopi Kabupaten Toraja Utara & Tana Toraja Setelah penerapan sertifikasi………………….....................65

xiii

Page 16: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

DAFTAR SKETSA

Sketsa 5.1 Respon aktor terhadap penerapan aspek peningkatan kualitas

produk………………………………………………………..................................50

Sketsa 5.2 Respon aktor terhadap penerapan aspek jaminan jual beli antar

aktor…………………………………………………………………......................53

Sketsa 5.3 Pola mata rantai saat awal KUD Sane masuk di Sulawesi

Selatan 1997-2004………………………………………………….......................57

Sketsa 5.4 Pola mata rantai kopi di Sulawesi selatan 2005-2007………………..60

Sketsa 5.5 Pola mata rantai nilai setelah diterapkanya CAFÉ Practices

(≥ 2008)…………………………………………………………….....................63

Sketsa 5.6Pola simpul (mata rantai) sebelum dan sesudah penerapan

CAFÉ Practices…………………………………………………….......................72

xiv

Page 17: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, kopi asal Sulawesi Selatan khususnya yang berasal dari

Kabupaten Toraja Utara, Tana Toraja dan Enrekang bertanggung jawab

memproduksi kopi unggulan untuk dijual ke pasar internasional. Peningkatan

minat pasar internasional terhadap kopi unggulan membuat persaingan

perdagangan kopi menjadi sangat ketat. Volume ekspor kopi Arabika asal

Sulawesi Selatan semakin tinggi setiap tahunya yang menandakan permintaan

terhadap kopi juga tinggi (Gambar 1.1). Selain itu, harga kopi Toraja juga lebih

tinggi dibanding harga kopi rata-rata dunia. Terdapat beberapa aktor / perusahaan

internasional yang berperan dalam pembelian kopi asal Sulawesi ini. Salah

satunya adalah Starbucks Coffee yang berperan sebagai pembeli dalam jumlah

terbesar, yaitu lebih dari 50% jumlah produksi kopi arabika di Sulawesi (Neilson,

et al. 2007) .

Starbucks Coffee merupakan perusahaan kopi asal AS yang memiliki

peran sangat penting dalam sistem perdagangan kopi internasional. Dalam upaya

mencapai suatu sistem perdaganagan kopi yang berkelanjutan, Starbucks Coffee

harus terus meningkatkan kualitas dan mengejar standar pasar yang terus

meningkat. Akibat persaingan ketat yang disebabkan adanya pasar bebas,

produsen berinovasi dengan cara meningkatkan kualitas dan standar keamanan

produk yang dijadikan objek dalam siklus pemasaranaya (Dolan & Humprey,

2004). Cara yang digunakan Starbucks Coffee agar memiliki sifat kegiatan

ekonomi yang berkelanjutan adalah terus mengikuti permintaan pasar yang

diaplikasikan dalam bentuk pemberian sertifikasi pada satu sistem mata rantai

nilai kopi Starbucks dan salah satunya adalah penerapan skema sertifikasi CAFÉ

Parctices di sistem mata rantai nilai spesialiti kopi Sulawesi Selatan. CAFÉ

Practices bertujuan untuk menilai, mendorong dan memberi penghargaan pada

petani, prosesor dan suplayer untuk mengadopsi aktifitas pengusahaan kopi yang

berkelanjutan. Hal ini dilakukan agar aktor lokal dalam sistem mata rantai nilai

Page 18: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

2

Universitas Indonesia

kopi dapat terus berpartisipasi dalam perdagangan kopi global (C.A.F.E.

Practices Overview, 2004).

Sertifikasi sendiri dapat diaartikan sebagai dekomodifikasi suatu produk

yang homogen (Blackmore & Keeley, 2012). Maksud dekomodifikasi produk

adalah membuat sedemikian rupa suatu barang mentah hingga memiliki nilai

tambah, agar dapat dijual ke pasar. Secara eksplisit, sertifikasi dapat

meningkatkan nilai dari suatu produk karena diberlakukannya sistem standarisasi.

Gambar 1.1 Grafik pertumbuhan ekspor kopi Arabica dari Makasar , nilai dalam Ton dan USD/Kg. (Sumber: Neilson, et all. 2007)

Suatu skema sertifikasi hanya akan efektif pada karakter lokasi,

lingkungan, kemampuan dan kapasitas petani tertentu (Blackmore & Keeley,

2012). Salah satu skema sertifikasi yang digunakan di Toraja dan sangat

berpengaruh pada rantai perkopian di daerah tersebut adalah CAFÉ Practices (

Neilson, 2007). CAFÉ Practices merupakan skema sertifikasi yang hanya

digunakan oleh Starbucks Coffee (TNC). Tujuan utama dari skema sertifikasi

Ton USD/Kg

Page 19: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

3

Universitas Indonesia

CAFÉ Practices adalah menciptakan suatu sistem perdagangan kopi yang

berkelanjutan, dengan cara:

1. Meningkatkan kualitas produk

2. Menciptakan transparansi transaksi jual beli agar tidak ada pihak

yang dirugikan

3. Adanya tanggung jawab sosial yang terkait dalam satu rantai

produksi

4. Serta terciptanya kegiatan produksi hingga konsumsi yang ramah

lingkungan (C.A.F.E. Practices Generic Evaluation Guedlines 2.0,

2007).

Seperti disebutkan sebelumnya, sertifikasi digunakan sebagai cara

meningkatkan kualitas dan suatu skema sertifikasi hanya akan efektif pada

karakter lokasi, lingkungan, kemampuan dan kapasitas petani tertentu (Blackmore

& Keeley, 2012). Dalam penelitian ini, penulis menjadikan skema sertifikasi

CAFÉ Practices sebagai studi kasus, untuk melihat apakah sertifikasi CAFÉ

Practices ini merubah pola mata rantai nilai kopi arabika di tiga karakter wilayah

produksi yang berbeda (Studi kasus: Toraja Utara, Tana Toraja dan Enrekang)

sejak diterapkan pada tahun 2008.

1.2 Masalah Penelitian

1. Bagaimana pola mata rantai nilai lokal / local value chain kopi arabika

sebelum dan sesudah diberlakukanya skema sertifikasi CAFÉ Practices

di Sulawesi Selatan?

2. Bagaimana efisisensi penerapan sertifikasi CAFÉ Practices tersebut

dilihat dari perubahan pola mata rantai nilai kopi arabika di Sulawesi

Selatan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat efisiensi penerapan

sertifikasi CAFÉ Practices dilihat dari perubahan pola mata rantai nilai

kopi di Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Toraja Utara, Tana Toraja dan

Enrekang.

Page 20: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

4

Universitas Indonesia

1.4 Batasan Penelitian

a. Sertifikasi dalam penelitian ini diartikan sebagai sebuah skema yang

digunakan untuk memberikan nilai tambah baik dalam peningkatan

kualitas produk kopi maupun faktor eksternal dari produk kopi seperti

lingkungan dan sosial petani. Dalam penelitian ini, skema sertifikasi yang

digunakan sebagai studi kasus adalah sertifikasi CAFÉ Practices.

b. CAFÉ Practices merupakan skema sertifikasi yang bertujuan

menciptakan kegiatan produksi kopi yang bersifat berkelanjutan yang

diterapkan oleh Starbucks Coffee. Ada empat point penting yang menjadi

fokus skema sertifikasi ini; kualitas produk, transparansi keuangan,

tanggung jawab sosial dan menejemen lingkungan. Keempat point ini

dimaksud agar mampu menciptakan suatu sistem yang bersifat

berkelanjutan.

c. Rantai Nilai Lokal (Local Value chain) merupakan keseluruhan kegiatan

produksi komoditas kopi mulai dari inbound logistic, operation hingga

outbound logistic, yaitu komoditas kopi dalam bentuk biji hijau (green

bean) yang siap ekspor (belum sampai konsumen langsung). Dalam dua

tahapan inbound logistic dan operation terdiri dari tiga aktor (simpul) yang

selalu terkait dengan faktor lokasi pada setiap perpindahan tangan kopi.

Aktor yang terlibat dalam rantai nilai kopi ini adalah petani, tengkulak

(supplier) dan eksportir.

d. Analisis Mata Rantai Nilai/VC pada penelitian ini digunakan untuk

melihat bagaimana nilai tambah yang ada pada setiap aktor sebelum dan

setelah penerapan CAFÉ Practices. Dengan melihat hal tersebut, dapat

diketahui bagaimana respon/pengambilan keputusan yang dilakukan aktor

dan apa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut yang

nantinya berpengaruh pada pola mata rantai nilainya.

e. Inbound Logistic merupakan tahap awal dalam satu kegiatan utama sistem

mata rantai nilai kopi yang terkait pada kegiatan mengusahakan kopi di

perkebunan.

f. Operation merupakan tahapan pengolahan kopi hingga dapat

didistribusikan ke aktor lain.

Page 21: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

5

Universitas Indonesia

g. Outbound Logistic merupakan aktifitas utama yang terkait dengan

kegiatan pergudangan dan ekspor (distribusi barang ke aktor lain).

h. Aspek Tanggung Jawab Sosial pada penelitian ini diartikan sebagai

jaminan terjalinnya aktivitas jual beli kopi antara produsen dan pembeli

yang berkelanjutan.

i. Rewarding diartikan sebagai perpanjangan kontrak jual beli oleh eksportir

hasil dari kontinuitas penjualan pasokan kopi oleh tengkulak agar tercipta

aktifitas jual beli kopi yang berkelanjutan.

j. Aksesibilitas merupakan kemampuan petani kopi menentukan kepada

siapa kopi hasil panennya dijual serta biaya yang dikeluarkan agar mampu

menyalurkan kopi ke tangan berikutnya. Aksesibilitas bisa juga dilihat

dari biaya/ongkos yang dikeluarkan untuk bisa menjual kopi ke aktor/ordo

lebih tinggi.

k. Efisiensi pada penelitian ini dilihat dari sudut pandang masyarakat lokal di

wilayah penghasil kopi.

Efisien ≈ ∑ mrt2 ≤ mr t1

Tidak Efisien ≈ ∑ mrt2 > mr t1

mr = mata rantai (simpul)

t1= sebelum penerapan CAFÉ Practices

t2= setelah penerapan CAFÉ Practices

l. Petani kopi (produsen) diartikan sebagai seorang yang memiliki

pekerjaan mengusahakan kopi mulai dari menanam, pemetikan buah ceri

kopi hingga pengolahan menjadi kopi kulit tanduk.

m. Tengkulak /Supplier adalah seorang yang berperan membeli kopi dari

petani. Tengkulak membeli kopi dari petani dalam bentuk kopi kulit

tanduk.

n. Eksportir merupakan sebuah instansi / badan usaha yang berperan

membeli kopi dalam bentuk kopi tanduk, kemudian melakukan

pengupasan menjadi kopi biji hijau yang siap diekspor.

Page 22: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

6

Universitas Indonesia

o. Kopi Kulit Tanduk merupakan hasil pengupasan tahap satu dari buah

kopi.

p. Kopi Biji Hijau merupakan hasil pengusahaan tahap dua dari buah kopi

atau hasil pengupasan dari kopi kulit tanduk.

q. Liter Buco merupakan satuan liter yang digunakan tengkulak ketika

membeli kopi dari petani. Liter buco memiliki spesifikasi liter

memunjung.

r. Liter Perez merupakan satuan liter yang digunakan ekportir ketika

membeli kopi dari tengkulak. Liter perez memiliki kuantitas lebih sedikit

dibandingkan liter Buco.

Page 23: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

7

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pemasaran Terkait Perdagangan Internasional

Konsep pemasaran adalah mengetahui dan memahami konsumen dengan

baik sehingga dapat menghasilkan produk maupun jasa yang sesuai dengan

kebutuhan konsumen (Kotler, 2002). Tugas dari pemasar adalah membuat suatu

kebutuhan menjadi sebuah keinginan dan akhirnya menjadi sebuah permintaan.

Produk yang menjadi sebuah permintaan harus dapat memuaskan konsumen.

Untuk menganalisis hal tersebut, pemasar harus mengidentifikasi segmen pasar

yang diinginkan (Perreault et al, 2010), berdasarkan kondisi demografi,

psikografi, dan kebiasaan yang berbeda antar tiap pembeli.

Ketika suatu perusahaan telah memiliki konsumen, perusahaan harus tetap

membangun hubungan dengan konsumen tersebut agar tercipta suatu

keberlanjutan transaksi. Caranya adalah dengan melakukan inovasi dan

peningkatan kualitas agar konsumen merasa puas dan tercipta suatu keberlanjutan

transaksi (Kotler, 2002). Dalam penelitian ini, inovasi dan standarisasi yang

diaplikasikan Starbucks Coffee adalah dalam bentuk skema sertifikasi CAFÉ

Practices.

Transformasi sistem perekonomian dunia setelah perang dunia dua telah

memberikan dampak yang luar biasa hingga saat ini. Dampak yang sangat

signifikan terasa adalah munculnya perusahaan internasional / Trans Nasional

Corporations (TNC) yang mendominasi sistem perekonomian dunia. Proses

produksi yang tadinya hanya terikat di satu wilayah, berubah melintasi batas

Negara (Golledge et al, 1997). Inilah yang disebut era globalisasi dimana batas

Negara tidak lagi menjadi hambatan dalam setiap kegiatan, terutama kegiatan

ekonomi.

2.1.1 Pemahaman TNC (Trans National Corporation)

TNC (Trans National Corporation) merupakan perusahan yang

memproduksi dan mendagangkan suatu produk dengan melewati batas nasional

(Waitt et al, 2000). TNC ini sendiri memiliki peran paling besar dalam satu sistem

Page 24: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

8

Universitas Indonesia

pasar global. Hal ini dapat terjadi karena TNC lah yang mampu memproduksi

barang dengan menggunakan bahan baku dari negara berbeda dan didistribusikan

ke Negara lain pula. Pada penelitian ini, TNC diperankan oleh Starbucks Coffee

yang dalam satu sistem mata rantai nilai kopinya tidak hanya terletak di satu

daerah lokal, tapi juga melewati batas Negara. Sulawesi Selatan menjadi salah

satu wilayah produksi kopi yang terikat dengan sistem mata rantai nilai Starbucks

Coffee.

2.2 Konsep Sertifikasi

2.2.1 Latar Belakang Munculnya Sertifikasi

Dasar munculnya sertifikasi tidak lepas dari konsep dasar pemasaran, yaitu

mengetahui dan memahami konsumen dengan baik sehingga suatu produk

maupun jasa dapat sesuai dengan kebutuhan konsumen (Kotler, 2002). Tugas dari

pemasar adalah membuat suatu kebutuhan menjadi sebuah keinginan dan akhirnya

menjadi sebuah permintaan. Untuk menganalisis hal tersebut, pemasar harus

mengidentifikasi segmen pasar yang diinginkan (Perreault et al, 2010),

berdasarkan kondisi demografi, psikografi, dan kebiasaan yang berbeda antar tiap

pembeli.

Ketika suatu perusahaan telah memiliki konsumen, perusahaan harus tetap

membangun hubungan dengan konsumen tersebut agar tercipta suatu

keberlanjutan transaksi. Caranya adalah dengan melakukan inovasi dan

peningkatan kualitas agar konsumen merasa puas dan tercipta suatu keberlanjutan

transaksi (Kotler, 2002).

Di era globalisasi ini, segala jenis informasi dengan mudah didapat oleh

konsumen, mulai dari sumber produk, bagaimana produk diolah, bagaimana

perusahaan bertanggung jawab atas tenaga kerja, mulai dari bahan mentah hingga

barang jadi, bahkan bagaimana tanggung jawab perusahaan dengan ekosistem

terkait dengan kegiatan produksi. Mudahnya informasi didapat oleh konsumen

menjadi tantangan tersendiri bagi para perusahaan.

Selain kepuasan yang didapat dari suatu produk, konsumen yang telah

memiliki cara pandang lebih tinggi seperti kesadaran atas keseluruhan sistem

Page 25: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

9

Universitas Indonesia

rantai produksi harus ramah lingkungan dan tidak merugikan pekerja, menjadi

aspek penting yang harus diperhatikan perusahaan agar konsumennya tetap

setia. Perubahan selera konsumen saat ini berubah, ditandai dengan

meningkatnya permintaan terkait produk yang sehat dan berkualitas tinggi serta

kesadaran proses produksi yang etis (Barret et al 1999). Maka atas dasar ini

muncul suatu standarisasi, yang dalam kaitannya dengan mata rantai nilai kopi

disebut sertifikasi.

Terdapat berbagai jenis sertifikasi yang dipakai oleh perusahaan kopi

tergantung target konsumen mereka. Ada yang orientasinya khusus pada

keberlanjutan ekosistem sekitar perkebunan kopi, yaitu sertifikasi Rain Forest

Alliance. Khusus Starbucks Coffee, skema sertifikasi yang digunakan adalah

CAFÉ Practices yang bertujuan menciptakan suatu sistem mata rantai nilai kopi

yang berkelanjutan.

Sertifikasi dapat diartikan sebagai dekomodifikasi suatu produk yang

homogen. Secara eksplisit, Sertifikasi dapat meningkatkan nilai dari suatu produk,

contohnya adalah kopi, komoditas yang akan menjadi bahasan utama dalam

penelitian ini. Terkait dengan konsep pemasaran, sertifikasi ini diartikan sebagai

inovasi dan peningkatan kualitas agar dapat memuaskan konsumen. Sertifikasi itu

sendiri hanya akan efektif tergantung karakter tempat, lingkungan, kemampuan

dan kapasitas petani yang sesuai. Jika dikaitkan dengan modal bantuan yang

dikeluarkan untuk menciptakan suatu produk kopi dengan tujuan meningkatkan

minat beli konsumen, maka sertifikasi disini dapat dikatakan sebagai bentuk baru

dari monopoli perdagangan (private regulation) dimana perusahaan mengambil

alih suatu keputusan dari permintaan pasar (Blackmore & Keeley, 2012).

2.2.2 CAFÉ1 Practices

CAFÉ Practices merupakan skema sertifikasi yang bertujuan menciptakan

kegiatan produksi kopi yang bersifat berkelanjutan. Ada empat point penting yang

menjadi fokus skema sertifikasi ini, kualitas produk, transparansi keuangan,

tanggung jawab sosial dan menejemen lingkungan. Keempat poin ini dimaksud

agar mampu menciptakan suatu sistem perdagangan kopi yang bersifat

1 Coffee and Farmer Equity

Page 26: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

10

Universitas Indonesia

berkelanjutan. Dalam penelitian ini, cakupan penerapan sistem CAFÉ Practices

adalah semua aktor yang berada di Sulawesi Selatan setelah tahun 2008, yaitu saat

di mana skema CAFÉ Practices diterapkan di Sulawesi Selatan.

2.3 Konsep Rantai Nilai (Value Chain)

Value chain dapat diartikan sebagai keseluruhan aktivitas yang akan

menghasilkan sebuah produk ataupun servis yang terdiri dari beberapa proses,

yang hasil akhirnya akan diantarkan kepada konsumen (Hellin & Meijer, 2006).

Tujuan utama dari value chain adalah untuk menciptakan produk atau layanan

yang memiliki nilai tambah untuk pasar dengan cara mengolah sumber daya

dengan menggunakan sarana yang tersedia. Dalam implementasinya, selain ada

peluang juga terdapat hambatan terkait lingkungan di dalam sistem tersebut.

Hambatan yang terkait pengembangan sistem ini adalah sudut pandang yang

terkait dengan akses pasarnya, baik lokal, regional maupun internasional. Selain

akses ke pasar, hambatan yang termasuk dalam sistem ini adalah orientasi pasar

(Grunert et al. 2005), ketersediaan sumber daya, infrastruktur fisik (Porter 1998:

factor conditions ) serta institusi terkait (Regulative, Cognitive and Normative;

Scott 1995).

Value chain itu sendiri terdiri dari dua aktifitas, yaitu aktifitas utama dan

pendukung (Porter, 1998). Yang termasuk dalam aktifitas utama pada mata rantai

nilai:

a. Inbound Logistic: Proses kegiatan dari menerima, menggudangkan

komoditas mentah dan mendistribusikanya ke tempat pengolahan

pertama

b. Operation: proses merubah produk mentah menjadi barang jadi

serta adanya adanya pemberian servis

c. Outbond logistic: pergudangan dan pendistribusian barang jadi

d. Marketing: kegiatan mengidentifikasi kebutuhan konsumen untuk

peningkatan penjualan

e. Sales: Kegiatan pendukung (pelayanan) pada konsumen setelah

produk dan servis telah terjual pada konsumen

Page 27: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

11

Universitas Indonesia

Sedangkan yang termasuk kegiatan pendukung:

a. Infrastruktur perusahaan: struktur organisasi, sistem

pengontrolan, budaya dalam dalam perusahaan

b. Menejemen sumber daya manusia: perekrutan tenaga kerja,

penerimaan, pelatihan, pengembangan dan pembayaran gaji

c. Pengembangan teknologi: teknologi yang dipakai untuk

mendukung kegiatan dalam memberi nilai tambah

d. Procurement: proses pembayaran/transaksi dalam usaha

memperoleh material, supplai dan peralatan yang terkait

Semua yang masuk dalam kegiatan pendukung ada pada setiap tingkat

kegiatan utama.

Terkait dengan mata rantai nilai, adanya standarisasi yang

diaplikasikan dalam bentuk sertifikasi seharusnya memeiliki dampak

yang positif untuk kegiatan produksi dan jual beli antar aktor.

Sertifikasi (standarisasi) seharusnya mampu meningkatkan efisiensi

Gambar 2.1 Konsep dasar sistem mata rantai nilai (Porter, 1998)

Page 28: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

12

Universitas Indonesia

dengan mengurangi ongkos transaksi antar aktor yang berbeda dalam

satu mata rantai nilai (Cooper & Graffham, 2009)

2.3.1 Linkages

Biaya dalam setiap aktivitas penambahan nilai tidak akan pernah lepas dari

aktifitas lain yang ada dalam satu sistem mata rantai nilai. Kaitan selalu muncul

antar tiap aktifitas menjadikan munculnya dua tipe keterkaitan (linkage) (Porter,

1998):

1. Kaitan (linkage) dalam satu mata rantai nilai

Keterkaitan dalam setiap aktivitas penambahan nilai selalu masuk dalam satu

sistem mata rantai nilai. Secara umum, keterkaitan ini terjadi antar aktifitas utama.

Seperti keterkaitan antara inbound logistic dengan operation ataupun outbound

logistic. Dalam keperluannya untuk meminimalisir biaya, maka butuh dilakukan

analisis, dengan pertanyaan apa saja yang akan terpengaruh dalam melakukan

suatu aktifitas? Jika telah menemukan kunci keterkaitan antar aktifitas, maka

sebuah perusahaan akan dapat mengambil suatu tindakan yang bertujuan

meminimalisisr biaya mulai dari produksi hingga pemasaran (Porter, 1998).

2. Kaitan (linkage) antar aktor dalam rantai nilai dan kaitannya dengan

efisiensi

Keterkaitan lain dalam sitem mata rantai nilai adalah keterkaitan antar aktor.

Keterkaitan antar aktor juga sangat berperan dalam pengeluaran biaya suatu

perusahaan. Keterkaitan antar aktor ini dapat dicontohkan sebagai keterkaitan

antara penyaluran barang mentah hingga ke perusahaan pengolah. Dengan adanya

hubungan antar aktor, perusahaan berpeluang meminimalisisr biaya penyaluran

dari lokasi produksi barang mentah (Porter, 1998). Terkait dengan penelitian pola

mata rantai nilai kopi di Sulawesi Selatan, keterkaitan antar aktor ini akan sangat

Page 29: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

13

Universitas Indonesia

menentukan suatu efisiensi. Keterkaitan antar aktor ini bisa berdampak pada

peningkatan biaya yang dibayar perusahaan, maupun peningkatan biaya yang

dibayar petani agar hasil produksi barang mentahnya sampai ke tangan

perusahaan. Keterkaitan antar aktor ini dapat dijadikan dasar analisis efisiensi atau

kegagalan efisiensi akibat penerapan sertifikasi CAFÉ Practices.

2.4 Jaringan Komoditas (Commodity Network)

Dalam membahas rantai nilai suatu komoditas tidak akan lepas dari

berbagai proses produksi hingga konsumsi. Hubungan antara produksi hingga

konsumsi dapat diaplikasikan dalam bentuk jaringan / network concept (Hughes,

2004). Jadi, secara utuh, konsep jaringan digunakan untuk menyederhanakan

koneksi antara berbagai pemeran dalam rantai nilai, seperti manusia, perusahaan,

organisasi dll (Dicken et al., 2001; Thrift dan Olds, 1996). Analisis netwok dapat

dikembangkan dengan pendekatan teori actor-network (ANT). ANT (Actor

Network Theory) merupakan konseptualisasi spasial dari sebuah jaringan. Secara

singkat, ANT menyatakan bahwa jaringan komoditas selalu berada pada suatu

lokasi, bekerja pada suatu tempat dan waktu yang sudah jelas (Hughes, 2004).

2.5 Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan proses tingkah laku manusia yang

memiliki peran signifikan dalam konsep geografi. Terdapat berbagai aspek yang

mempengaruhi seorang individu dalam mengambil suatu keputusan, beberapa

diantaranya adalah aspek lingkungan, sosial, politik dan budaya (Golledge et al,

1997). Pembuktian aspek tersebut sebagai hal yang berpengaruh dalam

pengambilan keputusan dapat dilihat dari variabel struktural dan fungsional

individu seperti pekerjaan, agama, umur, status pernikahan. Sedangkan dari

variabel sosial/ budaya/politik adalah seperti pendapatan, kelas sosial, tingkat

pendidikan, etnis, kependudukan. Dari variabel spasial terdapat lokasi, kepadatan

dan distribusi karakter lokasi.

Page 30: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

14

Universitas Indonesia

Sedangkan dalam penelitian ini, variabel yang dijadikan alat penentu

pengambilan keputusan oleh aktor mata rantai nilai kopi Sulawesi Selatan adalah

tingkat pendidikan, pendapatan, budaya dan karakter fisik (ketinggian dan

aksesibilitas). Pengambilan keputusan dalam sistem mata rantai nilai kopi menjadi

hal penting karena dalam setiap pergantian aktor terdapat aspek yang

mendasarinya yang terlihat diwakili oleh variabel tersebut.

2.6 Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan kemudahan suatu tempat dicapai dari tempat

lain. Aksesibilitas dapat diukur dari unsur jarak, waktu ataupun biaya yang terkait

infrastruktur. Selain ketiga tolok ukur aksesibilitas yang telah disebutkan, ada

tolok ukur non fisik yang menjadi tolok ukur akses ke suatu tempat, yaitu kelas

sosial atau etnis tertentu (Pacione, 2009). Kondisi jalan, ongkos dan relasi menjadi

variabel karena dirasa akan sangat signifikan berpengaruh dalam pengambilan

keputusan oleh aktor.

2.7 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai peran sertifikasi CAFÉ Practices terhadap perubahan

pola mata rantai nilai kopi di Sulawesi Selatan ini didasari oleh beberapa

penelitian ilmiah. Terdapat sekitar tiga penelitian yang terkait dengan mata rantai

nilai dan upgrading. Penelitian yang pertama adalah “Mempertahankan

Profitabilitas Industri Kopi Toraja”, (2007). Kopi merupakan salah satu komoditas

ekspor pemerintah provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini tentunya mengakibatkan

banyak tenaga kerja yang terikat dalam sistem produksi ini. Penelitian ini

bertujuan memberikan solusi dan saran agar sistem produksi kopi ini terus

berjalan dan dapat menghasilkan keuntungan bagi keseluruhan aktor dalam

sistem.

Penelitian kedua adalah “Agricultural Value Chains in Developing

Countries A Framework for Analysis”, (2011). Globalisasi memberikan peluang

pada Negara berkembang untuk berkontribusi dalam pasar nasional maupun

internasional. Adanya kegiatan perdagangan internasional di Negara berkembang

Page 31: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

15

Universitas Indonesia

akan memberi dampak pada berbagai aktor. Terutama produsen skala kecil,

mereka berada dalam pihak yang agak dirugikan karena minimnya modal yang

diinvestasikan, hanya menggunakan teknik tradisional, tenaga kerjanya hanya

bergantung pada saudara dan minimnya akses terhadap pasar internasional (De

Janvry dan Sadoulet 2005; Daviron dan Gibbon 2002; Reardon dan Barret 2000

dalam Trienekens, 2011). Atas dasar hal ini, produsen besar yang bergantung pada

produsen kecil sebagai suplayer bahan baku butuh meningkatkan kontrol dalam

kegiatan produksi, perdagangan dan distribusi dalam menjamin kualitas dan nilai

tambah suatu produk agar tetap laku di pasaran. Yang menjadi fokus penelitian ini

adalah bagaimana produsen kecil di Negara berkembang mendapatkan manfaat

dari adanya sistem perdagangan bebas ini. Metode yang digunakan adalah

menggunakan analisis kerangka mata rantai nilai.

Penelitian berikutnya yang terkait dengan mata rantai dan upgrading

adalah “From farm to super market: The trade in fresh horticultural produce from

sub-Saharan Africa to the United Kingdom”, (2004). Dalam dua puluh tahun

terakhir, produksi hortikultural segar telah ikut dalam perdagangan internasional.

Negara-negara berkembang seperti Kenya, Mexico dan Brazil merupakan

penghasil produk tersebut yang nantinya akan dijual ke Negara-negara

berkembang, seperti Negara di Eropa dan Amerika Utara (Barret et al, 2004).

Tingginya permintaan konsumen terhadap buah-buahan dan sayur seperti stroberi

dan kacang-kacangan juga berpengaruh terhadap tingginya angka impor

komoditas tersebut ke Negara-negara di Eropa, salah satunya adalah United

Kingdom. Negara-negara di sub-sahara merupakan produsen buah-buahan dan

sayuran yang dikirim ke United Kingdom. Menganalisis fenomena ini sebagai

evaluasi dari perdagangan bebas akan sangat bermanfaat bagi keberlanjutan

perdagangan di era globalisasi ini. Dalam penelitian, Pendekatan jaringan

digunakan untuk menganalisis bagaimana sistem rantai perdagangan produk

hortikultural. Studi kasus pada penelitian ini difokuskan pada Negara Kenya dan

Gambia yang mengekspor buah dan sayuran segar ke United Kingdom.

Page 32: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

16

Universitas Indonesia

Judul, Tahun Wilayah

Penelitian

Ide Dasar

Tujuan Penelitian

Hasil Penelitian / Rekomendasi

Mempertahankan Profitabilitas

Industri Kopi Toraja, 2007,

Toraja-Sulawesi Selatan Oleh

Jeff neilson & Tony Marsh

Kopi memiliki peran

penting sebagai

komoditas ekspor

Sulawesi Selatan

Mengidentifikasi dan

memprioritaskan

hambatan-hambatan yang

mempengaruhi

profitabilitas komoditas

kopi di Toraja

Mengetahui kapasitas

industry dan lembaga-

lembaga pendukung

dalam berkontribusi

terhadap pembangunan

daerah di Toraja untuk

kesejahteraan petani

rakyat

Memberikan rekomendasi

bagaimana hambatan-

Melakukan kemitraan

industry

Pengkajian sosial

ekonomi atas proses

pengambilan keputusan

yang dimiliki oleh petani

Peningkatan praktik

pertanian yang baik serta

praktik yang mendukung

kelestarian lingkungan

Pembentukan mutu fisik

di Sulawesi

Perlindungan terhadap

merek dagang regional

dan kekhasan geografis

Table 2.1 Berbagai Penelitian Terkait Rantai Nilai, Rantai Komoditas dan Upgrading

Page 33: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

17

Universitas Indonesia

hambatan itu dapat

diselesaikan

Mengidentifikasi para

kolaborator potensial di

Indonesia dan Australia

untuk proyek-proyek

masa depan SADI di KTI

Agricultural Value Chains in

Developing Countries A

Framework for Analysis, 2011,

Negara-negara berkembang Oleh

Jacques H. Trienekens

Globalisasi memeberikan

peluang pada Negara

berkembang untuk

berkontribusi dalam pasar

nasional maupun

internasional

Produsen butuh

meningkatkan kontrol

dalam kegiatan produksi,

perdagangan dan

distribusi dalam

Menunjukan kerangka

analisis rantai nilai

pertanian di Negara

berkembang

Mengidentifikasi

hambatan utama

upgrading dalam sistem

rantai nilai

Terdapat tiga elemen

utama dalam analisis

rantai nilai: Struktur

jaringan, Nilai tambah

dan Penguasaan

(termasuk susunan

organisasi antar aktor

rantai nilai)

Setiap aktor dalam rantai

nilai akan termotivasi

untuk meningkatkan

Page 34: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

18

Universitas Indonesia

menjamin kualitas dan

nilai tambah suatu produk

posisi dalam rantai

dengan memberikan nilai

tambah

From farm to super market: The

trade in fresh horticultural

produce from sub-Saharan Africa

to the United Kingdom Oleh

Hazel R. Barret et al dalam

Geographie Of Commodity

Chain, 2004

Dalam 20 tahun terakhir,

hortikultural segar telah

diperdagangkan secara

global

Negara-negara sub-sahara

di Afrika merupakan

pengekspor hortikultural

segar ke Eropa,

khususnya United

Kingdom

Meninjau ulang berbagai

pendekatan studi

mengenai jaringan

komoditas global

horticultural segar

menggunakan pendekatan

jaringan

Akses terhadap

pendidikan, teknologi dan

inovasi menjadi faktor

penting dalam kesuksesan

ekonomis jaringan global

komoditas hortikultura

Page 35: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

19

Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alur Pikir Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran sertifikasi CAFÉ Practices

pada perubahan pola mata rantai nilai lokal kopi dan melihat efisiensi penerapan

sertifikasi CAFÉ Practices dilihat dari perubahan pola mata rantai nilai lokal

kopi itu sendiri di tiga karakter lokasi yang berbeda, yaitu Toraja Utara, Tana

Toraja dan Enrekang. Tujuan dari penelitian ini didasari oleh kutipan pernyatanan

“Suatu skema sertifikasi hanya akan efektif pada karakter lokasi, lingkungan,

kemampuan dan kapasitas petani tertentu” (Blackmore & Keeley, 2012).

Dalam penelitian ini, unsur yang akan dikaji adalah bagaimana respon

dari penerapan skema sertifikasi CAFÉ Practices pada aktor yang berperan dalam

keseluruhan mata rantai nilai lokal kopi arabika, yaitu dimulai dari petani,

supplier/tengkulak dan eksportir. Selain aktor yang berperan dalam mata rantai

nilai kopi ini, karakter fisik lokasi yaitu ketinggian sebagai dasar penentu lokasi

perkebunan, kondisi sosial petani, yaitu pendidikan, ekonomi yang dilihat dalam

mata pencaharian utama serta karakter budaya yang dilihat dari status kepemilikan

tanah atas dasar adat akan menjadi unsur yang unik dan berbeda di tiga lokasi

sebagai penentu pengambilan keputusan oleh petani.

Aksesibilitas berupa ongkos kirim dan kedekatan sosial serta ikatan

kontrak dengan eksportir juga akan menjadi bahan analisis penentu pengambilan

keputusan oleh para aktor yang terlibat dalam mata rantai nilai lokal di wilayah

penelitian. Hasil dari penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana sertifikasi

berdampak pada pola mata rantai nilai dan bagaimana efisiensi penerapan

sertifikasi dilihat dari dampak yang dihasilkan pada pola mata rantai nilai.

Page 36: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

20

Universitas Indonesia

3.2 Alur Kerja

Alur kerja penelitian dibagi kedalam empat poin, titik awal, kegiatan, hasil

kegiatan dan titik akhir. Agar lebih mudah dipahami, alur kerja dapat dilihat

dalam bentuk bagan (Gambar 3.2). Penentuan informan dilakukan dengan metode

purposive sampling (Yunus, 2010), yaitu mencari informan yang dianggap

mewakili untuk memberikan informasi dalam satu sistem mata rantai nilai lokal

kopi Sulawesi Selatan.

Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian

Page 37: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

21

Universitas Indonesia

3.3 Pengolahan Data

Data diolah dengan pembuatan matriks dari data primer berdasarkan

variabel yang mempengaruhi perubahan mata rantai terkait penerapan sertifikasi

CAFÉ Practices. Karakter lokasi, kondisi sosial masyarakat, kondisi ekonomi,

kondisi budaya dan skala ekonomi merupakan unsur yang disesuaikan untuk

memahami alasan dari respon aktor dalam sistem mata rantai nilai setelah

penerapan sertifikasi CAFÉ Practices. Setelah data dikategorisasi dengan matriks,

maka dilakukan konstruksi bentuk respon penerapan sertifikasi CAFÉ Practices

yang menghasilkan sketsa pola respon aktor terhadap penerapan sertifikasi CAFÉ

Practices. Foto hasil lapang juga dikategorisasi, disesuaikan dengan kategori yang

telah dibentuk pada data hasil observasi dengan informan.

3.4 Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis temporal,

analisis interaksi keruangan dan analisis komparasi keruangan. Analisis temporal

dilakukan karena ingin melihat fenomena di dua dimensi waktu berbeda, yaitu

pola mata rantai nilai sebelum dan setelah diterapkannya sertifikasi CAFÉ

Practices. Alasan mengapa dilakukan analisis interaksi keruangan adalah karena

pada penelitian ini setiap lokasi memiliki peran yang berbeda dalam aktifitas

mata rantai nilai kopi. Ada yang berperan sebagai lokasi produksi, ada yang

berperan sebagai lokasi jual beli dan ada pula yang berperan sebagai lokasi

pengolahan. Berbedanya aktifitas di setiap lokasi menyebabkan terciptanya arus

distribusi komoditas kopi.

Selain analisis interaksi keruangan, analisis komparasi keruangan juga

digunakan untuk melihat bagaimana fenomena distribusi komoditas kopi tersebut

di tiga daerah kajian yang berbeda. Analisis pada penelitian ini dilakukan setelah

dihasilkan 3 sketsa dari pengolahan data. Analisis pada penelitian ini bersifat

deskriptif yang mengacu pada :

a. Sketsa pola respon aktor terhadap penerapan skema sertifikasi

CAFÉ Practices dalam mata rantai nilai lokal kopi Sulawesi

Selatan

Page 38: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

22

Universitas Indonesia

b. Sketsa pola mata rantai nilai lokal kopi sebelum diterapkan skema

sertifikasi

c. Sketsa pola mata rantai nilai lokal kopi setelah diterapkan skema

sertifikasi

Setelah melakukan analisis data, maka dilakukan pengambilan kesimpulan

berdasarkan data yang telah diolah dan dianalisis sehingga didapat informasi

mengenai dampak penerapan sertifikasi CAFÉ Practices pada pola mata rantai

nilai kopi dan bagaimana efisiensi penerapan sertifikasi dilihat dari pola mata

rantai nilai tersebut. Kesimpulan diambil berdasarkan relevansi antara masalah

penelitian dengan hasil analisis data.

Page 39: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

23

Universitas Indonesia

Gambar 3.1. Alur Kerja Penelitian

Page 40: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

24

Universitas Indonesia

BAB 4

PENGUSAHAAN KOPI DI SULAWESI SELATAN

4.1 Karakteristik Wilayah Penghasil Kopi

Dalam budidaya penanamanya, wilayah penghasil kopi di Sulawesi Selatan

terbagi ke dalam tiga daerah administrasi berbeda (Peta 4.1). Tiga daerah

administrasi tersebut, yaitu Toraja Utara, Tana Toraja dan Enrekang dan memiliki

karakter fisik yang berbeda pula.

4.1.1 Kabupaten Toraja Utara

Kabupaten Toraja Utara beribukota di Rantepao, terletak antara 2°35’ -

3°09’ Lintang Selatan dan 119°36’ - 120°18’ Bujur Timur, yang berbatasan

dengan Kabupaten Luwu Utara dan Sulawesi Barat di sebelah Utara, pada sebelah

Timur berbatasan dengan Kabupaten Palopo dan Luwu serta pada sebelah Barat

berbatasan dengan Sulawesi Barat (Peta 4.2). Kabupaten Toraja ini sendiri juga

baru diresmikan pada tahun 2008 setelah adanya pemekaran wilayah. Awalnya

Toraja Utara ini merupakan bagian dari kabupaten Tana Toraja.

Luas wilayah Kabupaten Toraja Utara tercatat 1.151,47 km2

yang

meliputi 21 Kecamatan. Kecamatan Baruppu dan Kecamatan Buntu Pepasan

merupakan dua Kecamatan terluas dengan luas masing-masing 162,17 km2

dan

131,72 km 2

atau luas kedua kecamatan tersebut merupakan 25,52 % dari seluruh

wilayah Toraja Utara (BPS Torut, 2010).

Secara umum, wilayah penghasil kopi yang terdapat di Toraja Utara

terletak pada ketinggian ≥ 1500 mdpl. Bentang alam Toraja Utara terdiri dari tiga

buah dataran tinggi berlembah yang sejajar (Neilson, 2007).

Page 41: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

25

Universitas IndonesiaPeta 4.1 Wilayah Penghasil Kopi di Sulawesi Selatan (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 42: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

Bentang alam perkebunan

fisik jalan yang buruk mengakibatkan

sulit diakses (Gambar 4.1)

petani menggunakan motor

Tidak heran sering terjadi

rusak (Gambar 4.2).

Terkait kualitas kopi,

premium hasil produk kopinya

4.3). Bukan karena bagaimana

melainkan faktor alamiah

membuat kualitas kopi di

faktor yang berpengaruh adalah

1500 mdpl. Sappan merupaka

kualitas kopinya (Sarjana, Kepala KUD Sane

Gambar 4.1 Bentang alam

Universitas Ind

entang alam perkebunan kopi di Toraja Utara yang terjal dan

yang buruk mengakibatkan wilayah penghasil kopi di Toraja Utara

(Gambar 4.1). Umumnya, untuk mencapai ke perkebunan

unakan motor besar agar mampu melewati jalan yang sangat

sering terjadi longsor di wilayah ini mengakibatkan jalan

t kualitas kopi, Toraja Utara sangat terkenal dengan

hasil produk kopinya (kopi kulit tanduk asal Toraja Utara dalam Gamb

karena bagaimana perlakuan yang diberikan kepada tanaman

faktor alamiah dari lokasi tersebut yang para ahli kopi

kualitas kopi di Toraja Utara memiliki kualitas premium. Salah

berpengaruh adalah ketinggian lokasi penanaman kopi yang berada

l. Sappan merupakan salah satu desa penghasil kopi yang terkenal

kualitas kopinya (Sarjana, Kepala KUD Sane).

Bentang alam perkebunan kopi Toraja Utara, (Sumber: Survey lapang 2012)

26

Universitas Indonesia

erjal dan kondisi

kopi di Toraja Utara ini

ke perkebunan kopi,

jalan yang sangat terjal.

mengakibatkan jalan menjadi

terkenal dengan kualitas

Utara dalam Gambar

kepada tanaman kopi,

para ahli kopi katakan

premium. Salah satu

penanaman kopi yang berada ≥

desa penghasil kopi yang terkenal bagus

Survey lapang 2012)

Page 43: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

27

Universitas Indonesia

4.1.2 Kabupaten Tana Toraja

Kabupaten Tana Toraja yang beribukota di Makale terletak antara 2°39’

- 3°24’ Lintang Selatan dan 119°21’ - 120°03’ Bujur Timur, yang berbatasan

dengan Kabupaten Toraja Utara dan Propinsi Sulawesi Barat di sebelah Utara dan

Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang di Selatan, serta pada sebelah Timur

dan Barat masing-masing berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Propinsi

Sulawesi Barat. Kabupaten Tana Toraja dilewati oleh salah satu sungai terpanjang

yang terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan, yaitu Sungai Saddang (Peta 4.2).

Sebelum adanya pemekaran wilayah, Luas wilayah Tana Toraja tercatat

3.205,77 km2

yang terdiri dari 40 kecamatan. Setelah adanya pemekaran wilayah,

luas wilayah Kabupaten Tana Toraja tercatat 2.054,30 km2

yang meliputi 19

Kecamatan. Kecamatan Malimbong Balepe dan Kecamatan Bonggakaradeng

merupakan dua Kecamatan terluas dengan luas masing-masing 211,47 km2

dan

206,76 km2

atau luas kedua kecamatan tersebut merupakan 20,35 persen dari

seluruh wilayah Tana Toraja (BPS Tator, 2010). Karakter fisik perkebunan Toraja

Utara dan tana Toraja sesungguhnya hampir sama, hanya ketinggian saja yang

sedikit membedakan wilayah perkebunan Toraja Utara dengan Tana Toraja.

Umumnya perkebunan kopi di Tana Toraja terletak antara ketinggian 1000-1500

mdpl. Bituang dan Ge’tengan merupakan sebagian desa penghasil kopi yang ada

di Tana Toraja. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, kualitas kopi

Gambar 4.2 Kondisi jalan menuju perkebunan kopi Toraja Utara. (Sumber: Survey lapang 2012)

Gambar 4.3 Kopi tanduk asal Toraja Utara.(Sumber: Survey lapang 2012)

Page 44: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

28

Universitas Indonesia

Tana Toraja umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Toraja Utara.

Perbedaan dapat dilihat dengan membandingkan kondisi kopi kulit tanduk asal

Toraja Utara (Gambar 4.3) dengan asal Tana Toraja (Gambar 4.4).

4.1.3 Kabupaten Enrekang

Kabupaten Enrekang secara geografis terletak antara 3014’36’’ – 3

050’

Lintang Selatan dan antara 119040’53’’ – 120

06’33’’ Bujur Timur. Ketinggian

wilayah di kabupaten Enrekang ini pula bervariasi antara 47 – 3.329 mdpl.

Kabupaten Enrekang dibatasi oleh empat kabupaten berbeda, Kabupaten Tana

Toraja di Utara, Kabupaten Luwu di sebelah Timur, Kabupaten Sidenreng

Rappang di sebelah Selatan dan Kabupaten Pinrang di sebelah Barat (Peta 4.2).

Luas wilayah kabupaten ini adalah 1.786,01 km2 atau sekitar 2,83 % dari luas

Propinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Enrekang terdiri dari 12 kecamatan.

Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Maiwa yaitu sekitar 22 % dari

luas Enrekang (BPS Enrekang, 2010).

Gambar 4.4 Kopi kulit tanduk asal Tana Toraja. (Sumber: Survey lapang 2012)

Page 45: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

Ketinggian wilayah

yang ada di Tana Toraja yaitu

perkebunan kopi dapat diliha

kopi yang dimiliki oleh kopi

Kondisi lereng yang terjal

menuju perkebunan di daerah

(Gambar 4.6). Kondisi jalan

Hal ini sangat terkait dengan dist

Gambar 4.

Gambar 4.6

Universitas Ind

layah perkebunan kopi di Enrekang hampir sama

Tana Toraja yaitu sekitar ketinggian 1000-1500 m, dan bentang

kopi dapat dilihat di Gambar 4.5. Hal ini menyebabkan kualitas ala

dimiliki oleh kopi Enrekang tidak sebaik yang ada di Toraja

lereng yang terjal di Enrekang ini, khususnya Baraka membuat

perkebunan di daerah ini menjadi sangat buruk akibat tanah yang

Kondisi jalan akan semakin buruk jika sedang terjadi musim hujan.

i sangat terkait dengan distribusi kopi yang ada.

.5 Bentang alam perkebunan kopi di Enrekang. (Sumber: Survey lapang 2012)

Kondisi jalan menuju perkebunan kopi di Enrekang.(Sumber: Survey lapang 2012)

29

Universitas Indonesia

hampir sama dengan

, dan bentang alam

nyebabkan kualitas alami

ada di Toraja Utara.

Baraka membuat akses

akibat tanah yang longsor

usim hujan.

Page 46: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

30

Universitas Indonesia

Peta 4.2 Administrasi Kabupaten Toraja Utara, Tana Toraja & Enrekang (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 47: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

31

Universitas Indonesia

4.2 Sejarah Industri Kopi di Sulawesi Selatan

Perusahan yang pertama kali berkecimpung di industri kopi Sulawesi

Selatan khususnya Toraja adalah Key Coffee asal Jepang. Sekitar tahun 1976,

Key Coffe menugaskan Toarco sebagai eksportir kopinya untuk membina dan

mengelola berbagai kegiatan pengusahaan kopi agar memiliki kualitas bagus.

Pembinaan petani di Toraja dimulai oleh Toarco sekitar tahun 1977. Petani dibina

karena mereka tidak punya kemampuan bertanam yang baik, padahal potensi

alamnya sangat cocok untuk produksi kopi.

Setelah hampir 20 tahun menjadi pembeli tunggal, sekitar tahun 1997,

Starbucks Coffee yang diwakili oleh KUD Sane sebagai eksportir mulai

berkecimpung dalam sistem mata rantai nilai kopi di Sulawesi Selatan. Starbucks

masuk sebagai pendatang dengan konsekuensi yang sangat besar. Starbucks harus

memliki kekuatan agar mampu bertahan melawan pemain senior di Sulawesi

Selatan. Membeli kopi dengan harga tinggi, yaitu sama dengan harga Toarco,

serta terbukanya KUD menerima kopi dari siapapun membuat Toarco cukup

tersaingi. Ditambah lagi Toarco hanya membatasi pembelian kopinya untuk

daerah Toraja Utara dan sedikit Tana Toraja. Hal ini menyebabkan Toarco kadang

kesulitan mendapat kopi karena produksi kopi di daerah tersebut tidak stabil.

Untuk KUD Sane, agar mereka tetap dapat membeli kopi dari Sulawesi Selatan,

mereka juga membeli dari petani Enrekang yang dapat dikatakan produksi

kopinya konsisten. Tabel 4.1 di bawah ini memperlihatkan perbandingan asal

pembelian kopi antara KUD Sane dan Toarco:

Tabel 4.1Asal pembelian kopi oleh Toarco dan KUD Sane, (Sumber: Data administrasi KUD & Toarco

2008)

Asal Pembelian Kopi Oleh Toarco Asal Pembelian Kopi Oleh KUD Sane

Sapan Bittuang Ke'pe Bituang AllaMinanga Ge'tengan Sapan Toraja Campur BarakkaSarambu Makale Minanga

LandorundunBaruppu

Ke'peSesean KeteranganBuntu Toaraja Utara

Parindingan Tana TorajaRantepao Enrekang

Bokin

Page 48: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

32

Universitas Indonesia

4.3 Kondisi Umum Industri Kopi

4.3.1 Kondisi Umum Industri Kopi Toraja Utara

Dalam produksi hasil perkebunan, tanaman perkebunan yang dominan di

Kabupaten Toraja Utara adalah tanaman kopi yang berproduksi sebesar 2.102,00

ton pada 2009. Jumlah produksi kopi arabika dihasilkan paling banyak di

kecamatan Buntu Papasan yaitu sekitar 372 ton pada tahun 2009 dari perkebunan

rakyat seluas 1.553 Ha dari keseluruhan perkebunan rakyat seluas 8.832 Ha (BPS

Toraja Utara, 2010). Umumnya, desa yang memproduksi kopi terbanyak terletak

pada ketinggian ≥ 1500 mdpl dan umumnya pula memiliki kondisi jalan yang

buruk (Neilson, 2007).

Petani kopi di Toraja Utara umumnya adalah petani yang hanya

mengusahakan pertanian kopi nya dengan cara tradisional. Umumnya, petani di

lokasi ini tidak memiliki modal untuk mengusahakan kopi yang ditanam, karena

ada kebutuhan seperti upacara adat yang menurut mereka lebih penting. Sappan

dan Ke’pe merupakan sebagaimana wilayah produksi kopi utama yang memasok

kopi ke KUD Sane dan menjadi studi kasus penelitian perubahan mata rantai nilai

lokal kopi arabika di wilayah ketinggian ≥ 1500 mdpl.

Berdasarkan fakta lapang, kopi hasil produksi Toraja Utara tidak hanya

dibeli oleh KUD Sane, melainkan juga Tarco, yaitu sebagai pemain senior dalam

industri kopi Toraja. Adanya dua perusahan besar yang ikut andil dalam satu

lokasi penghasil kopi seperti di Toraja ini membuat suatu persaingan pembelian

kopi yang sangat ketat. Persaingan semakin ketat karena jumlah produksi kopi

asal Toraja Utara yang tidak banyak dibandingkan dengan Enrekang, hanya

sekitar 100-200 kg/Ha (Neilson 2007).

4.3.2 Kondisi Umum Industri Kopi Tana Toraja

Sama seperti Toraja Utara, tanaman perkebunan yang dominan di

Kabupaten Tana Toraja adalah tanaman kopi yang berproduksi sebesar 2.351 ton

pada 2009. Jumlah produksi kopi arabika dihasilkan paling banyak di kecamatan

Bittuang yaitu sekitar 462 ton pada tahun 2009 dari perkebunan rakyat seluas

Page 49: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

33

Universitas Indonesia

1.459,25 Ha dari keseluruhan perkebunan rakyat seluas 8.940,75 Ha (BPS Tana

Toraja, 2010). Sedangkan untuk ketinggian perkebunan di Tana Toraja, umumnya

terletak pada 1000 – 1300 mdpl (Neilson, 2007).

Petani skala kecil juga menjadi karakter petani kopi di Tana Toraja.

Bituang dan Ge’tengan merupakan wilayah produksi kopi yang juga memasok

sebagian kopi ke KUD Sane. Wilayah produksi ini berada pada rata-rata

ketinggian 1000-1500 mdpl. Toarco juga masih berperan dalam pembelian kopi di

Tana Toraja, namun persaingan tidak terlalu ketat seperti di Toraja Utara.

4.3.3 Kondisi Umum Industri Kopi Enrekang

Berbeda dari Toraja Utara dan Tana Toraja, kopi bukanlah komoditas

dominan dibandingkan dengan sayur-sayuran. Walaupun demikian, bukan berarti

Enrekang sama sekali tidak memproduksi kopi.

Berdasarkan data BPS 2009, Kecamatan Baraka dan Buntu Batu

merupakan daerah yang memiliki perkebunan kopi paling luas dibanding

kecamatan lain di Enrekang, yaitu 1990 Ha dan 2116 Ha dengan produksi kopi

781,2 ton dan 935,7 ton. Selain itu, berbanding lurus dengan luas perkebunan dan

hasil produksi kopi, jumlah petani terbanyak juga terdapat di kecamatan ini, yaitu

2.221 dan 3.373 petani. (BPS Enrekang, 2010).

Di Enrekang, Baraka menjadi salah satu wilayah produksi kopi yang

cukup berperan memasok kopi ke KUD Sane. Rata-rata ketinggian wilayah

produksi kopi di Enrekang terletak pada 1000-1500 mdpl.

Sangat berbeda dengan Toraja Utara dan Tana Toraja, Toarco tidak ikut

bersaing dalam pembelian kopi di Enrekang ini. Hanya KUD Sane yang menjadi

pembeli tunggal kopi asal Enrekang. Keuntungan juga didapat KUD karena

walupun pengusahaan kopi masih tradisional, jumlah produksi kopi di Enrekang

ini jauh lebih besar dibanding dua lokasi sebelumnya (Tana Toraja dan Toraja

Utara). Enrekang bisa menghasilkan sekitar 400-500 kg/Ha kopi dalam setiap

panen (Neilson, 2007).

Page 50: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

34

Universitas Indonesia

BAB 5

PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN

POLA MATA RANTAI NILAI LOKAL KOPI DI SULAWESI

SELATAN

5.1 Kondisi Mata Rantai Nilai kopi

5.1.1 Manusia / Aktor Dalam Sistem Mata Rantai Nilai Lokal Kopi

Selain kaitan dengan karakter fisik, sistem mata rantai nilai kopi di

Sulawesi Selatan juga memiliki kaitan kuat dengan peranan manusia/aktor di

dalamnya. Karakter manusia yang berbeda dipengaruhi oleh beberapa indikator.

Beberapa karakter yang mempengaruhi para aktor dalam setiap pengambilan

keputusan atau suatu tindakan dibagi kedalam tiga kelompok, sosial, ekonomi dan

Budaya (Goledge, 1997). Indikator yang diambil dalam karakter sosial dalam

penelitian ini adalah tingkat pendidikan para aktor, sedangkan dari ekonomi

adalah besar kontribusi kopi pada keseluruhan pendapatan (khusus petani),

sedangkan dari sisi budaya adalah ikatan dengan acara seremonial serta aturan

dalam pengaturan status kepemilikan tanah.

5.1.1.1 Tingkat Pendidikan Aktor Dalam Sistem Mata Rantai Nilai

a. Petani kopi

Berdasarkan hasil observasi dengan beberapa petani di Sulawesi Selatan,

umumnya mereka lulusan SD bahkan ada yang tidak lulus. Di Toraja Utara

contohnya “ Saya mah SD aja ga lulus” (Ibu Nita, petani kopi Toraja Utara). Hal

ini juga terjadi di Tana Toraja dan Enrekang. Terdapat hal menarik pada petani di

Enrekang, tingkat pendidikan rendah tidak menjamin petani selalu diam tanpa

inisiatif. Pak Burhanudin misalnya, beliau adalah seorang petani di Baraka, dilihat

dari perjalanannya sebagai petani, Pak Burhanudin termasuk ulet sehingga dapat

masuk ke dalam dunia perkopian Sulawesi Selatan. Pak Burhanudin lebih melihat

dampak jangka panjang dalam pengusahaan kopi. Jika konsisten dalam bidang

Page 51: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

35

Universitas Indonesia

perkopian, Pak Burhanudin beranggapan bahwa akan ada hasil memuaskan yang

didapat, asal ada niat baik.

Sedangkan petani di Toraja Utara maupun Tana Toraja umumnya hanya

menanam jika harga kopi tinggi dan bekerja hanya musim panen. Mereka jarang

merawat pohon kopi, seperti memotong pucuk yang terlalu tinggi dan menanam

tanaman penaung, bahkan saat harga kopi rendah, mereka lebih memilih tidak

mengolah kebun kopinya, atau jika pun ada kopi hanya hasil yang tumbuh secara

alami tanpa ada usaha pemeliharaan. Dalam kasus penelitian ini, status pendidikan

pada petani tidak menjadi penghalang untuk memajukan pengusahaan pertanian

kopi. Hal ini tergantung sifat dan karakter individu masing-masing yang

dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan budaya.

b. Tengkulak Relasi

Berdasarkan hasil penelitian, tengkulak yang memiliki ikatan jual beli

dengan KUD adalah tengkulak relasi. Hasil wawacara dengan tengkulak relasi,

umumnya mengindikasikan bahwa tengkulak lebih melihat prospek jangka

panjang dari industri kopi. Umumnya, tengkulak mengenyam pendidikan lebih

tinggi atau memiliki kemampuan baca dan berhitung lebih baik dibanding petani

bisaa.

“ Saya lulusan D3 di Toraja, tapi saya lebih memilih kembali

berkecimpung di bidang perkopian, karena sepertinya prospeknya bagus” (Lukas,

tengkulak Toraja Utara).

Pak Lukas telah cukup lama memiliki relasi dengan KUD, dia mengatakan

bahwa lebih baik konsisten menjual kopi pada satu perusahaan, karena relasi akan

sulit dibangun jika kita tidak konsisten.

c. KUD Sane

Berbeda denga petani dan tengkulak, sumber daya manusia yang direkrut

di KUD Sane secara umum lebih memiliki keterampilan. Tenaga kerja yang

dibutuhkan adalah yang cukup ahli dan memiliki pengetahuan mengenai pertanian

dan ekonomi. Tenaga ahli di KUD Sane umumnya didatangkan dari Jawa,

Page 52: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

36

Universitas Indonesia

sedangkan pegawai diambil dari sekolah kejuruan yang ada di Toraja. Tingginya

status pendidikan yang dimiliki oleh KUD ini pula yang berpengaruh pada

pengambilan keputusan membeli maupun menolak kopi dari tengkulak.

5.1.1.2 Kontribusi Pengusahaan Kopi Pada Pendapatan Petani

a. Toraja Utara

Kontribusi penjualan kopi di Toraja Utara hanya 21 % dari keseluruhan

pendapatan yang diperoleh (Neilson et al, 2011). Sisa pendapatan diperoleh dari

kiriman anak yang bekerja di luar Toraja (remittance). Selain itu, dari 23 rumah

tangga di Toraja Utara, hanya satu keluarga yang terindikasi menggantungkan

pendapatannya pada kopi (Shonk, 2012). Kontribusi yang diberikan kopi kepada

petani nantinya dapat dijadikan penjelasan atas fenomena yang terjadi setelah

diterapkannya skema sertifikasi.

b. Tana Toraja

Tidak seberapa jauh dengan Toraja Utara yang kontribusi kopi dibawah

50%, di Tana Toraja besarnya hanya 13 % (Neilson et al, 2011). Dan sisanya

menggantungkan hidup pada kiriman anak yang bekerja di luar Toraja.

Fenomena ini hanya terjadi di Toraja dan akan berbeda dengan karakter

Enrekang, khususnya Baraka. Kecilnya kontribusi kopi ini akan lebih jelas lagi

dibahas pada karakter budaya masyarakat Toraja.

c. Enrekang

Berbeda dengan petani kopi di Toraja Utara dan Tana Toraja, petani kopi

Enrekang khususnya Kecamatan Baraka sangat besar menggantungkan

pendapatannya pada kopi.

“ Kalo dikira-kira, petani di sini 70 % pendapatannya ya dari kopi,

sisanya menanam sayur atau salak. Kopi harganya bagus, dan sepertinya

pasarnya jelas. Kalo ga dari kopi, buat makan pasti susah” (Burhanudin, Petani

& Tengkulak).

Page 53: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

37

Universitas Indonesia

Berdasarkan bahasan mengenai kontribusi kopi terhadap pendapatan

petani, terdapat variasi di tiga lokasi berbeda. Besaran kontribusi dari kopi pada

keseluruhan pendapatan petani akan sangat berpengaruh pada respon petani jika

sertifikasi CAFÉ Practices diterapkan. Respon ini dapat dilihat dan akan masuk

kedalam bahasan penerapan skema sertifikasi CAFÉ Practices pada sub bab 5.2.

5.1.1.3 Pengaruh Budaya Pada Pengusahaan Kopi

a. Toraja Utara dan Tana Toraja

Toraja Utara dan Tana Toraja memiliki kesamaan budaya yang kental.

Upacara adat yang khas asal Toraja ternyata sampai saat ini masih sangat kuat

diterapkan di lingkungan penduduk desa. Salah

satunya adalah upacara adat pemakaman.

Dalam melaksanakan upacara adat pemakaman

penduduk Toraja membutuhkan biaya yang

sangat besar dan dalam kepercayaan mereka,

salah satu biaya terbesar digunakan untuk

merancang dan menghias makam (Gambar

5.1).

Walaupun biaya yang dikeluarkan untuk

upacara pemakaman sangat mahal, masyarakat

Toraja harus tetap melaksanakan upacara

pemakaman jika ada keluarga yang meninggal.

Bagi kerabat yang berduka, mereka harus membawa bingkisan jika sedang

melayat. Bingkisan itu bisa berupa kerbau atau bisa juga babi. Jika tidak

membawa bingkisan, mereka akan malu dan dianggap sebagai keluarga yang

tidak memiliki jiwa sosial.

Oleh karena itu, umumnya masyarakat Toraja lebih memilih merantau

untuk mencari uang sebanyak mungkin agar dapat dikirim untuk melakukan

upacara pemakaman maupun membeli kerbau atau babi sebagai bingkisan untuk

keluarga yang berduka. Inilah alasan mengapa jika harga kopi turun, penduduk

Gambar 5.1 Contoh makam adat Toraja. (Sumber: Survey lapang 2012)

Page 54: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

38

Universitas Indonesia

Toraja enggan menanam kopi, karena hasil yang diperoleh tidak seberapa. Jika

harga kopi tinggi, penduduk Toraja bersedia menanam kopi kembali.

Selain acara seremonial, faktor kepemilikan tanah juga sangat berperan.

tanah yang dimiliki petani kopi di Toraja adalah tanah adat yang merupakan

warisan nenek moyang. Adanya ikatan dengan tanah adat mengakibatkan petani

tidak bisa menjual dan mereka tidak akan bisa membeli tanah orang lain dengan

bebas (Sarjana, Kepala KUD Sane). Jika dikaitkan dengan skala ekonomi, jumlah

produksi kopi yang dihasilkan dari luas tanah yang sempit akan sedikit, bahkan

cenderung menurun. Ikatan yang kuat dengan tanah adat menghambat petani

memperbesar skala produksi kopinya. Jumlah produksi kopi pun tidak

proporsional dengan biaya angkut (ongkos transport) yang ada. Petani yang luas

tanahnya sempit, menanam kopinya hanya saat kopi memiliki harga tinggi.

Sedangkan saat harga kopi turun, pohon kopi tidak dirawat. Petani umumnya

hanya mengusahakan kopi saat musim panen (Neilson, 2007). Akan sulit

memang menggantungkan pendapatan pada kopi, terlebih lagi tuntutan

memperoleh pendapatan besar untuk upacara pemakaman selalu jadi masalah

utama. Oleh karena itu banyak generasi muda yang memilih merantau untuk

mencari uang sebanyak mungkin agar nantinya dapat dikirim ke desa. Hal inilah

yang menyebabkan jumlah produksi kopi di Toraja tidak terlalu besar, padahal

kualitas kopi di sini sudah diakui bagus oleh pasar ( Neilson, 2007).

b. Enrekang

Jauh berbeda dengan Toraja yang memiliki ikatan kuat dengan budayanya,

kegiatan produksi dan penjualan kopi oleh petani di Enrekang sama sekali tidak

terikat dengan budaya maupun adat. Kontribusi kopi yang tinggi pada

pendapatan menggambarkan dengan jelas bahwa kopi adalah mata pencaharian

utama. Selain itu, status kepemilikan tanah di Enrekang sama pada daerah lain di

Indonesia pada umumnya, tanah bisa dibeli jika antara dua pihak pemilik dan

pembeli setuju. Seperti yang dikatakan Pak Burhanudin, bahwa saat ini dia punya

tanah perkebunan kopi seluas 4 Ha, padahal awalnya tidak seluas itu. Karena dia

terus mendapat keuntungan dengan konsisten menanam dan merawat kopi,

untung yang dia peroleh disisihkan untuk membeli tanah baru untuk digarap.

Page 55: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

39

Universitas Indonesia

Berdasarkan perbandingan tiga lokasi yang berbeda pada penelitian ini,

selain pendidikan dan kontribusi pengusahaan kopi pada pendapatan, ikatan

budaya juga memiliki peran sangat kuat dalam pengusahaan kopi di Sulawesi

Selatan terutama dalam ikatan dengan tanah adat.

5.1.2 Aktivitas Utama Dalam Sistem Mata Rantai Nilai Lokal Kopi

Dalam menganalisis satu sistem mata rantai nilai kopi, harus kita ketahui

terlebih dahulu aktivitas utama dan pendukung. Dalam tinjauan aktivitasnya,

perdagangan kopi arabika di Sulawesi Selatan tidak bisa lepas dari kekuatan

perusahan internasional (Starbucks) (Gambar 5.2), yaitu sebagai salah satu

perusahaan internasional pembeli kopi terbesar yang ada di Sulawesi Selatan.

Starbucks Coffee berperan membawa kopi arabika asal Sulawesi Selatan masuk

ke pasar internasioanl. Jika hanya mengandalkan petani lokal, kemungkinan kopi

arabika asal Sulawesi Selatan untuk masuk pasar internasional akan sangat kecil,

dan bahkan tidak mungkin. Oleh karena itu, agar mampu memasuki pasar

internasional, dibutuhkan adanya tenaga / power yang diberikan ke aktor lokal

seperti petani.

Kopi arabika selama ini memang menjadi komoditas ekspor di Sulawesi

Selatan. Meminum kopi belum menjadi sebuah kebisaaan masyarakat Sulawesi

Selatan, sehingga komoditas yang mereka Tanam (kopi arabika) bukan lah untuk

konsumsi lokal (Berdasarkan obesrvasi lapang, 2012). Selain itu, jikapun

masyarakat ingin meminum kopi, mereka lebih memilih kopi robusta atau kopi

bungkus merek lokal. Oleh karena itu, melihat kopi arabika tumbuh sangat baik di

Sulawesi Selatan, ditambah lagi penduduk tidak terlalu tertarik mengkonsumsi

kopi arabika, maka para pengusaha internasional melirik kesempatan pasar ini

agar mampu memperoleh keuntungan yang besar dengan melakukan penambahan

nilai. Ketertarikan pasar terhadap kopi arabika membuat pengusaha mengeluarkan

modal untuk dapat memperoleh kesempatan berinvestasi pada kopi arabika

Sulawesi Selatan.

Page 56: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

40

Universitas Indonesia

Jika merujuk pada konsep Porter (1998), suatu sistem mata rantai nilai

memiliki dua aktivitas, yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Pada

aktivitas utama memungkinkan keseluruhan sistemnya melewati batas Negara.

Pada penelitian mata rantai nilai kopi lokal Sulawesi ini, hanya akan

dibahas sampai tahap tiga pada aktivitas utama, yaitu inbound logistic, operation

dan outbound logistic.

a. Inbound Logistic

Aktivitas inbound logistic berbeda pada setiap aktor. Inbound logistic

yang dilakukan petani yaitu aktivitas di perkebunan oleh petani, yang

Gambar 5.2 Jaringan komoditas kopi (arus produksi dan tenaga/power). ( Sumber: Modifikasi dari Barrett et al, 1999)

Page 57: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

41

Universitas Indonesia

dimulai dari penanaman bibit, hingga panen dalam bentuk buah kopi.

Setelah panen, barulah dilakukan pengolahan lokal oleh petani sendiri

(pengolahan tahap 1), karena jika tidak langsung diolah buah kopi bisa

busuk dan nilai jualnya bisa menurun. Pengolahan yang dilakukan

petani berakhir hingga mendapatkan hasil kopi kulit tanduk. Setelah

itu, kopi kulit tanduk dijual ke aktor dengan ordo lebih tinggi. Setelah

sampai pada bentuk kopi kulit tanduk, petani menjual nya ke

tengkulak. Dari tengkulak relasi dilakukan penyortiran kopi kulit

tanduk agar sesuai dengan kriteria KUD Sane Maupun Toarco.

Sedangkan untuk Tengkulak dan eksportir, indbound logistic dilihat

dari upaya memperoleh (membeli) kopi.

b. Operation

Yaitu kegiatan mengolah kopi. Pengolahan ini berbeda sesuai dengan

tugas para aktor. Petani bertugas memproses buah kopi hingga

Gambar 5.3 Pemrosesan kopi oleh petani. (Sumber: Survey lapang 2012)

Page 58: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

42

Universitas Indonesia

menghasilkan biji tanduk, tengkulak ada yang bertugas menyortir, dan

eksportir bertugas merubah kopi tanduk jadi kopi biji hijau. Eksportir

diperankan oleh KUD Sane/Toarco untuk diolah hingga menjadi kopi

biji hijau / green bean (Gambar 5.4).

c. Outbound Logistic

Merupakan kegiatan menggudangkan dan mendistribusikan barang

kepada aktor yang berbeda. Bagi petani, outbound logistic adalah

mendistribusikan kopi tanduk kulitnya ke tengkulak. Aktivitas

outbound logistic tengkulak adalah mendistribusikan kopi hasil beli

dari petani ke eksportir seperti KUD maupun Toarco. Sedangkan

Eksportir adalah melakukan kegiatan pergudangan hingga pengiriman

kopi biji hijau yang sudah siap diekspor.

Secara umum, aktivitas utama mata rantai nilai kopi di Sulawesi Selatan

adalah produksi dan ekspor. Dari aktivitas utama itu sendiri terdapat unsur

transportasi, aksesibilitas dan sumberdaya manusia yang mendukung kegiatan

utama tahap satu (produksi) oleh petani, kemudian diolah hingga menjadi kopi

Gambar 5.4 Kopi biji hijau / green bean. (Sumber: Survey lapang 2012)

Page 59: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

43

Universitas Indonesia

kulit tanduk. Setelah menjadi kulit tanduk dijual ke tengkulak dan disortir, baru

lah setelah disortir dijual ke KUD. Sedangkan dalam aktivitas utama tahap dua,

yaitu operation, diperankan oleh KUD Sane / Unit Usaha Otonom Agribisnis

Toraja. Setiap aktivitas yang dilakukan dalam satu sistem mata rantai nilai kopi

yang dilakukan oleh para aktor di Sulawesi Selatan juga mengandung berbagai

aspek spasial. Hal ini dapat dilihat dalam kaitan aktor, aktivitas dan lokasinya (

Tabel 5.1).

Buntu Pepasan, Barupu, Bituang, Mengkendek dan Baraka merupakan

wilayah penghasil kopi yang tersebar di Toraja Utara, Tana Toraja dan Enrekang

dan merupakan sumber produksi kopi yang akan dijual ke KUD Sane/ Unit Usaha

Otonom Agribisnis Toraja. Hampir seluruh kopi di Silawesi Selatan memiliki

produk kopi yang memiliki kualitas baik, namun Buntu pepesan dan wilayah

penghasil kopi di Utara lainnya dikenal memiliki kualitas terbaik dikarenakan

faktor alamnya yaitu yang umumnya kebun kopi berada di ketinggian ≥ 1500

mdpl.

Tabel 5.1 Hubungan antar aktor dengan aspek spasial. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Aktor Aspek spasial Tempat

Petani

Lokasi

perkebunan Kebun

Lokasi pengolahan Rumah

Petani

Penentuan

tengkulak Pasar

Tengkulak

Lokasi penyortiran Rumah

tengkulak

Penentuan buyer Lokasi

Pembelian

Eksportir

Lokasi

pengupasan

Di KUD /

Toarco

Lokasi

pembungkusan

Di KUD /

Toarco

Penentuan

eksport

Di KUD /

Toarco

Page 60: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

44

Universitas Indonesia

Starbucks Coffee baru memasuki memasuki persaingan kopi arabika di

Sulawesi Selatan sekitar tahun 1997 yang diwakili oleh KUD Sane/ Unit Usaha

Otonom Agribisnis Toraja dan pada awal masuknya, Starbucks sudah memiliki

pesaing berat yang merupakan pelopor pengembangan kopi di Sulawesi Selatan,

khususnya Toraja, yaitu Key Coffee asal Jepang yang pembeliannya diwakili oleh

Toarco. Alasan utama mengapa Starbucks Coffee adalah karena harga yang

diberikan Starbucks Coffee cukup bersaing.

Ketika itu, sekitar tahun 1997, harga kopi melunjak tinggi membuat

hampir semua petani berlomba-lomba memproduksi kopi ditambah lagi muncul

KUD Sane yaitu sebagai perwakilan Starbucks dalam membeli kopi dari petani.

Peluang petani dibagian Selatan, seperti Tana Toraja dan Enrekang yang memiliki

peluang kecil menjual kopi ke Toarco karena seleksi kualitas yang sulit. Tidak

menutup kemungkinan tengkulak maupun petani yang tadinya menjual kopinya

ke Toarco mencoba peruntungan menjual kopinya ke KUD Sane.

Pada awal masuknya Starbucks, banyak petani yang langsung menjual

kopi ke KUD untuk mendapatkan harga maksimum dan ada pula yang memilih

menjual ke tengkulak di pasar terdekat dengan alasan lokasi aktivitas pengusahaan

kopi oleh petani dengan pasar lebih dekat agar tidak banyak ongkos dikeluarkan.

“Pada Awalnya, relasi (petani, maupun tengkulak yang memiliki

perjanjian menjual kopi ke KUD) kami bisa mencapai ratusan”, (Pak Sarjana,

Pimpinan KUD Sane / Unit Usaha Otonom Agribisnis Toraja).

Dalam prosesnya, terdapat beberapa lokasi yang sangat berperan pada

pertukaran aktor. Hal ini dimaksudkan sebagai tempat penjualan dan pembelian

kopi (Peta 5.1). Dari aktor pertama ke aktor kedua melakukan transaksi di pasar

yang bergilir / pindah setiap harinya. Sedangkan dari tangan aktor

kedua/tengkulak menjual kopinya ke tempat pembelian kopi oleh KUD Sane di

Lampan maupun di Ge’tengan. Dua lokasi pembelian ini berada di Toraja Utara

dan Tana Toraja. Umumnya, tempat pembelian di Lampan (masuk dalam

administrasi Toraja Utara) merupakan tempat pembelian kopi asal Sapan, Ke’pe

dan perkebunan lain yang terletak di bagian Utara.

Page 61: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

45

Universitas Indonesia

Dapat dilihat pula (Peta 5.1), tempat pembelian kopi oleh Toarco juga

terletak lebih dekat dengan wilayah penghasil kopi di Utara, yaitu di Tondok

Litak. Posisi strategis yang dimiliki Toarco dalam membeli kopi asal Utara

agaknya menyebabkan KUD hanya memiliki sedikit kuota untuk memperoleh

kopi asal Utara . Hal ini karena perhitungan ongkos yang lebih murah bagi aktor

kopi asal Utara yang ingin menjual kopinya ke Toarco. Selain itu, petani dan

tengkulak di Utara merasa lebih memiliki kedekatan sosial yang lebih tinggi

dengan Toarco karena Toarco dirasa telah berjasa memberi penyuluhan pada

masyarakat untuk menanam kopi dengan baik sejak tahun 1976.

Oleh karena itu, agar dapat mempertahankan keberlanjutan pembelian

kopi di Sulawesi Selatan, Starbucks yang diwakili oleh KUD membuka pusat

pembelian kopi di Tana Toraja yang juga dekat dengan Enrekang. KUD juga

menjadi pembeli tunggal di Enrekang. Usaha yang dilakukan KUD agar

memperoleh kopi kualitas baik adalah dengan melakukan penyuluhan. Walaupun

tidak seperti Toraja yang faktor alaminya baik untuk kopi, dengan adanya

pengusahaan lebih oleh petani, kopi asal Enrekang memiliki kualitas yang cukup

bersaing.

Page 62: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

46

Universitas Indonesia

Peta 5.1 Lokasi pembelian dan penjualan kopi. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 63: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

47

Universitas Indonesia

5.1.3 Aktivitas Pendukung Mata Rantai Nilai Lokal Kopi

Selain kegiatan utama, terdapat aspek yang mendukung kegiatan utama.

Beberapa diantaranya adalah transportasi dan menejemen sumber daya manusia

(Porter, 1998):

5.1.3.1 Transportasi

Transportasi merupakan unsur penting dalam satu sistem mata rantai nilai.

Transportasi menjadi satu pertimbangan dalam setiap keputusan yang diambil

oleh tiap aktor untuk mendistribusikan kopi. Berdasarkan hasil penelitian, ongkos

yang dikeluarkan jika menggunakan angkutan umum di wilayah ketinggian ≥

1500 mdpl cenderung mahal, yaitu sekitar Rp. 10.000 satu kali jalan. Oleh karena

itu, KUD Sane mendirikan pusat pembelian kopi di Lampan yang memudahkan

tengkulak maupun petani relasi asal Toraja Utara yang ingin menjual kopi ke

KUD Sane tidak perlu ke Ge’tengan (Tana Toraja).

Beberapa faktor yang mempengaruhi mahalnya ongkos adalah

infrastruktur jalan yang tidak memadai, di Toraja Utara, jalan menuju pasar Sapan

hanya bisa dilalui satu truk, sehingga bila ada kendaraan dari arah berlawanan

harus menunggu terlebih dahulu. Selain itu, kondisi fisik jalan yang buruk juga

memperlambat gerak kendaraan sehingga bahan bakar yang digunakan juga

semakin banyak. Mahalnya biaya angkutan umum ini menjadi pertimbangan

tersendiri bagi petani untuk menjual kopinya langsung ke pusat pembelian kopi

KUD Sane.

Gambar 5.5 Kondisi jalan menuju pasar Sapan. (Sumber: Survey lapang 2012)

Page 64: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

48

Universitas Indonesia

Selain itu, jumlah produksi kopi tiap petani tidak seberapa banyak untuk

mampu menutupi ongkos. Biaya tiap karung kopi juga dipatok sebesar Rp.

15.000/karungnya. Oleh karena itu, ketika harga kopi menurun, petani kopi lebih

memilih menjual kopinya ke tengkulak. Kasus seperti ini pun juga terjadi di Tana

Toraja. .

5.1.3.2 Menejemen Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia menjadi hal yang sangat krusial dalam suatu sistem

mata rantai nilai, hal ini juga dialami sistem mata rantai nilai kopi Sulawesi

Selatan. Sejak awal masuknya Starbucks Coffe ke Sulawesi, sudah dilaksanakan

pelatihan kepada petani untuk menghasilkan kopi dengan kualitas ekspor. Namun

pada awal masuk hingga sebelum 2008, belum ada peningkatan standar. Barulah

setelah 2008, peningkatan standar diterapkan dengan mengikuti CAFÉ Practices.

Umumnya petani yang perkebunannya ada di Toraja Utara dan Tana

Toraja sudah pernah mengikuti standar yang diberikan oleh Key Coffee sebagai

TNC pelopor. Namun karena memang kualitas kopi asal Utara kualitasnya tinggi,

perlakuan yang diberikan oleh petani menjadi tidak begitu berperan. Lain halnya

dengan petani di Enrekang, umumnya baru memulai berTanam kopi ketika

Starbucks masuk sekitar 1997.

“Saya mulai nanam kopi sekitar tahun 1997, dan KUD Sane memberi saya

pelatihan bagaimana cara menanm kopi yang baik. Saya karena saya cukup

berhasil saat itu, banyak penduduk lain yang tertarik belajar pada saya.

Enrekang tanahnya tidak sesubur Toraja, jadi kita butuh usaha lebih untuk

mengolah tanah agar kopi hasil tanaman lebih bagus” (Burhanudin, petani &

tengkulak relasi asal Baraka).

Dapat disimpulkan, pada kasus penelitian di Sulawesi Selatan ini,

menejemen SDM akan menghasilkan respon yang berbeda tergatung latar

belakang sosial, budaya maupun ekonomi masyarakatnya.

Page 65: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

49

Universitas Indonesia

5.2 Penerapan Sertifikasi CAFÉ Practices Pada Sistem Mata Rantai Nilai

Lokal Kopi

Dalam upaya mencapai suatu sistem perdagangan kopi yang berkelanjutan,

Starbucks Coffee harus terus meningkatkan kualitas dan mengejar standar pasar

yang terus meningkat. Upaya untuk meningkatkan kualitas dan memenuhi standar

pasar itu diaplikasikan dalam bentuk sertifikasi, yaitu sertifikasi CAFÉ Practices.

Suatu skema sertifikasi hanya akan efektif pada karakter lokasi, lingkungan,

kemampuan dan kapasitas petani tertentu (Blackmore & Keeley, 2012). Salah satu

skema sertifikasi yang digunakan di Toraja dan sangat berpengaruh pada rantai

perkopian di daerah tersebut adalah CAFÉ Practices ( Neilson, 2007). CAFÉ

Practices merupakan skema sertifikasi yang hanya digunakan oleh Starbucks

Coffee (TNC). Tujuan utama dari skema sertifikasi CAFÉ Practices adalah

menciptakan satu sistem perdagangan kopi yang berkelanjutan, dengan cara:

1. Meningkatkan kualitas produk

2. Menciptakan transparansi transaksi jual beli agar tidak ada pihak

yang dirugikan

3. Adanya tanggung jawab sosial yang terkait dalam satu rantai

produksi

4. Serta terciptanya kegiatan produksi hingga konsumsi yang ramah

lingkungan

(C.A.F.E. Practice Generic Evaluation Guedlines 2.0, 2007)

“Skema sertifikasi CAFÉ Practices baru diterapkan di Toraja pada tahun

2008”, (Pak Sarjana, Kepala KUD Sane/UUO Agribisnis Toraja). Selama

melakukan tinjauan antara keempat poin penilaian CAFÉ Practices, poin ke 1 dan

3 lah yang memiliki dampak pada perubahan pola mata rantai nilai lokal kopi

Sulawesi Selatan. Dalam penggunaan istilah operasionalnya dalam penelitian ini,

aspek tanggung jawab sosial diartikan sebagai jaminan terjalinnya aktivitas jual

beli kopi antar aktor.

Page 66: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

50

Universitas Indonesia

Sketsa 5.1 Respon aktor terhadap penerapan aspek peningkatan kualitas produk. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 67: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

51

Universitas Indonesia

5.2.1 Aspek Peningkatan Kualitas

Berdasarkan Sketsa 5.1 dapat dilihat bahwa yang respon penerapan

aspek peningkatan kualitas produk terdiri dari berbagai aktor.

a. Respon tengkulak kategori 1

Untuk daerah Toraja Utara dan Tana Toraja, tengkulak relasi melakukan

respon kategori 1. Respon kategori 1 terdiri dari aktivitas penyortiran kopi kulit

tanduk, agar meminimalisir adanya kopi kulit tanduk yang tidak sesuai standar.

Hal ini dilakukan karena petani di Toraja Utara dan Tana Toraja tidak terlalu

memahami standar yang sesuai dengan sertifikasi CAFÉ Practices.

Ketidak tahuan akan standar kualitas kopi ini merupakan implikasi dari

faktor ekonomi dan budaya yang menyebabkan petani kopi di Toraja acuh

terhadap perawatan dan proses penanaman pohon kopi. Seperti dijelaskan pada

bagian sub kajian karakter manusia (5.1.1.1, 5.1.1.2 & 5.1.1.3), kontribusi hasil

produksi kopi tidak terlalu signifikan terhadap pendapatan para petani kopi di

Toraja dan Tana Toraja. Ditambah lagi budaya Toraja menuntut mereka untuk

mencari pendapatan yang tinggi agar dapat melaksanakan satu upacara kematian

yang biayanya sangat mahal. Petani lebih memilih mengirim anak mereka

merantau untuk mencari uang sebanyak mungkin. Untuk memenuhi kebutuhan

makan, mereka makan dari pada hasil tanaman sendiri. Hampir setiap keluarga di

Toraja memiliki sawah padi. Beras hanya cukup dikonsumsi sendiri, mereka tidak

menjual hasil tanamannya.

Hal ini berdampak pada tengkulak relasi yang harus mengeluarkan biaya

lebih tinggi untuk menyewa tenaga kerja tambahan sebagai penyortir kopi kulit

tanduk. Pak Lukas contohnya, dia mengajak anak-anak sekitar rumahnya untuk

menyortir kopi yang dia beli dari petani maupun tengkulak kecil ( Gambar 5.6).

Page 68: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

52

Universitas Indonesia

Oleh Karena itu, banyak tengkulak relasi yang mungkin tidak mempunyai

modal untuk menyortir kopi agar tidak ditolak penjualan kopinya oleh KUD Sane,

menurunkan status tengkulak relasinya menjadi tengkulak yang hanya membeli

kopi dari petani. Akibat hal ini, maka pola mata rantai lokal kopi menjadi

bertambah satu simpul.

b. Respon tengkulak kategori 2

Berbeda dengan kondisi yang ada di Enrekang, Karena kontribusi produksi

kopi sangat besar terhadap pendapatan mereka, maka petani ikut memahami

sedikit mengenai perawatan dan penanaman kopi yang baik agar kopi yang

dihasilkan sesuai dengan standar CAFÉ Practices. Umumnya petani memahami

keterampilan menanam dari belajar dengan petani maupun tengkulak yang

terlebih dahulu telah berhasil dan telah lama menjadi relasi KUD Sane, salah

satunya belajar dengan Pak Burhanudin asal Baraka.

Sedangkan untuk tengkulak, mereka melakukan respon kategori dua, yaitu

melakukan penyuluhan kepada petani yang ingin belajar dan melakukan

penyortiran dari kopi yang dibeli dari petani. Pahamnya petani untuk menanam

sesuai standar tidak serta merta membuat tengkulak langsung menjual kopinya ke

KUD. Hal ini dilakukan agar peluang kopi yang terjual semakin tinggi karena

tuntutan pemenuhan kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan Toraja, aspek

peningkatan kualitas tidak terlalu berdampak signifikan pada pola mata rantai

lokal kopi di Enrekang.

Gambar 5.6 Penyortiran kopi kulit tanduk oleh anak-anak. (Sumber: Survey lapang 2012)

Page 69: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

53

Universitas Indonesia

Sketsa 5.2 Respon aktor terhadap penerapan aspek jaminan jual beli antar aktor. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 70: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

54

Universitas Indonesia

5.2.2 Aspek Jaminan Jual Beli Antar Aktor

Pada poin jaminan jual beli (Sketsa 5.2), CAFÉ Practices mengutamakan

terciptanya suatu sistem pembelian kopi yang berkelanjutan dengan memberi

kepercayaan / rewarding kepada tengkulak yang konsisten menjual kopinya pada

KUD Sane yaitu berupa perpanjangan kontrak relasi. Jadi, setiap tengkulak relasi

yang dianggap tidak konsisten menjual kopinya ke KUD akan dicabut status

relasinya. Jika kita melihat rewarding dari sisi perusahaan, ini merupakan satu

cara agar mengurangi usaha penyortiran oleh KUD.

a. Respon tengkulak kategori 1

Adanya poin jaminan jual beli ini berpengaruh pada tengkulak sehingga

terjadi dua respon yang berbeda. Gugurnya beberapa relasi yang tidak konsisten

dari awalnya berjumlah ratusan hingga saat ini hanya berjumlah 28 relasi,

membuat relasi yang kontraknya diperpanjang harus semakin ketat membeli dan

menyortir kopi tanduk agar tidak ditolak penjualannya oleh KUD Sane. Respon

kategori 1 terjadi di Toraja Utara dan Tana Toraja, yaitu tengkulak beralih

menjadi tengkulak perantara. Tengkulak perantara merupakan tengkulak yang

membeli kopi dari petani dan menjual lagi ke tengkulak relasi.

Tengkulak Toraja umumnya banyak yang gugur dari tengkulak relasi

karena sulit memperoleh kopi dari petani, dan jika ada hanya sedikit. Sedikitnya

kopi yang didapat dari petani diakibatkan faktor sosial, ekonomi dan budaya

seperti yang dibahas pada sub bab 5.1.1.1, 5.1.1.2 dan 5.1.1.3 serta adanya

pesaing di Toraja, yaitu Toarco yang akhirnya berdampak sistemik kepada

tengkulak relasi KUD. Hal ini mengakibatkan tidak tertutupnya modal untuk

menyewa pekerja sortir. Ditambah lagi biaya transport menuju tempat pembelian

oleh KUD sangat tidak sebanding dengan kopi yang diperoleh dari petani.

Oleh karena itu, banyak tengkulak relasi di Toraja Utara dan Tana Toraja

menjadi tengkulak perantara yang menyebabkan munculnya simpul baru dan

membuat pola mata rantai nilai lokal kopi di Toraja Utara maupun Tana Toraja

semakin panjang.

Page 71: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

55

Universitas Indonesia

b. Respon tengkulak kategori 2

Berbeda dengan Enrekang yang petaninya konsisten menanam dan

merawat pohon kopi walau harga kopi turun, tidak menyebabkan adanya

penambahan simpul. Respon yang dilakukan oleh tengkulak Enrekang hanya

berupa penyuluhan perawatan dari tengkulak relasi kepada petani agar kopi dapat

berproduksi dengan konsisten sehingga baik untuk prospek jangka panjang

kehidupan para petani. Sama seperti aspek poin peningkatan kualitas, aspek

jaminan jual beli juga tidak merubah simpul mata rantai nilai lokal kopi di

Enrekang.

5.3 Perubahan Pola Mata Rantai Nilai Lokal Kopi di Sulawesi Selatan

5.3.1 Pola Mata Rantai Nilai Lokal Kopi Sebelum Penerapan

Sertifikasi CAFÉ Practices (1997-2007)

Sketsa 5.3 dan 5.4 menjelaskan bagaimana pola mata rantai nilai kopi

sebelum diterapkannya skema sertifikasi CAFÉ Practices. Pola mata rantai

sebelum penerapan sertifikasi dibagi kedalam dua tahap, yaitu 1997-2004 dan

2005-2007. Dasar dari pembagian dua waktu tersebut adalah pada 1997, KUD

terbuka pada siapapun yang ingin menjadi relasi penjualan dengan KUD, dan ini

berlangsung hingga tahun 2004 disaat KUD berhenti membuka bebas relasinya.

Kemudian tahap kedua, yaitu 2005-2007, yaitu masa dimana KUD berhenti

terbuka pada relasi yang masuk dan sebelum penerapan CAFÉ Practices.

5.3.1.1 Pola Mata Rantai Nilai Lokal Kopi (1997-2004)

Pada sketsa 5.3, kita dapat melihat arus distribusi kopi bersumber dari

berbagai aktor, mulai dari petani hingga tengkulak. Hal ini dikarenakan Starbucks

yang saat itu baru memasuki pasar kopi terbuka bagi siapa saja yang ingin

menjadi relasi (menjual kopi produksinya ke KUD Sane). Hal yang

mempengaruhi lainnya adalah harga kopi yang saat itu tinggi disaat terjadi krisis

ekonomi, membuat petani berlomba menjual kopi sebanyak mungkin ke pada

siapapun yang ingin membeli.

Page 72: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

56

Universitas Indonesia

Pada fase ini, terdapat dua pola mata rantai nilai di Toraja Utara dan

Tana Toraja. Ada petani yang langsung menjual kopi ke KUD dan ada pula yang

menjualnya ke tengkulak relasi. Petani yang langsung menjual kopi ke KUD saat

ini agaknya lebih menguntungkan karena harga jual kopi tanduknya tidak

terpotong oleh aktor perantara seperti tengkulak. Hal ini dapat terjadi karena KUD

masih membuka relasi dan saat krisis harga kopi melambung tinggi membuat

petani tertarik langsung menjual ke KUD. Pola kedua adalah petani yang tetap

menjual ke tengkulak. Dapat disimpulkan pada fase ini, simpul mata rantai nilai

kopi lokal di Toraja Utara maupun Tana Toraja berjumlah 1-2 simpul sebelum

sampai ke KUD.

Toraja Utara dan Tana Toraja yang memang sudah lebih dulu

berkecimpung dalam mata rantai kopi di Sulawesi menampakan volume produksi

yang cukup besar dibanding Enrekang. Berdasarkan wawacara yang dilakukan

kepada seorang informan di Enrekang:

“Enrekang memang masih baru berkecimpung dalam rantai kopi di

Sulawesi, yaitu sekitar tahun 1997, saat krismon. Ketika itu, harga kopi yang ada

di Toraja tinggi, membuat kami berpikir untuk mencoba juga. Kebetulan, KUD

Sane juga melakukan penyuluhan untuk bagaimana menanam kopi dengan baik.

Karena tuntutan ekonomi, kami mencoba peruntungan di bidang kopi. Saat

memulai bertani kopi, luas tanah yang saya miliki hanya 0,5 Ha.” (Pak

Burhanudin, Petani &Tengkulak).

Pernyataan Pak Baraka di atas mengisyaratkan bahwa pengusahaan kopi

bagi masyarakat Enrekang masih baru, sehingga pada saat itu, hanya ada sedikit

aktor dalam rantai kopi yaitu petani. Petani di Enrekang sangat diuntungkan

dengan adanya KUD sebagai pembeli kopi mereka. Dari hasil pengusahaan kopi,

Pak Burhan mampu menghidupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pak

Burhan mengakui bahwa beliau adalah pelopor pengusahaan kopi di Enrekang,

khususnya Baraka. Jika dibandingkan dengan di Toraja, jumlah simpul mata

rantai nilai di Enrekang sebelum sampai ke KUD hanya satu, yaitu petani. Hal ini

akan berubah pada fase 2005-2007.

Page 73: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

57

Universitas Indonesia

Sketsa 5.3 Pola mata rantai saat awal KUD Sane masuk di Sulawesi Selatan 1997-2004. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 74: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

58

Universitas Indonesia

Tabel 5.2 Aktivitas Utama dalam mata rantai nilai lokal kopi Sulawesi Selatan sebelum penerapan CAFÉ Practices. (Sumber: Pengolahan data 2013)

5.3.1.2 Pola Mata Rantai Nilai Lokal Kopi (2005-2007)

Pada Sketsa 5.4, dapat dilihat adanya perubahan. Petani yang awalnya

banyak langsung menjual kopi ke KUD pada saat itu hanya menjual kopinya ke

tengkulak. Hal ini terjadi karena dua faktor. Pertama, KUD sudah menutup

pembukaan peluang menjadi relasi dan faktor kedua adalah harga kopi yang sudah

mulai menurun (Lihat Grafik 1, BAB 1). Di Toraja jumlah simpul mata rantai

nilai tidak ada lagi yang hanya berjumlah satu. Pada fase ini, mata rantai nilai

lokal di Toraja Utara maupun Tana Toraja berjumlah 2 simpul sebelum sampai ke

KUD.

“Di Toraja itu petani kopinya hanya ikut-ikutan nanem sebenernya, kalo

harga tinggi berbondong-bondong semua nanem, tapi kalo harga turun, pada ga

nanem. Kalo kopi murah, kadang mereka malah membiarkan kebun kopinya

terlantar, jadi sayang, padahal kalo dirawat, potensi menghasilkan jumlah kopi

yang lebih besar itu sangat mungkin. Penduduk Toraja dan Tana Toraja

Page 75: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

59

Universitas Indonesia

umumnya karakternya sama, hanya saja kabupaten yang beda. Budaya mereka

sama, lebih mementingkan pesta. Pesta itu adalah acara pemakaman, setiap ada

yang meninggal pasti dirayain dan tamu yang dating harus bawa babi atau

kerbau. Sedangkan hasil dari penjualan kopi hanya buat kehidupan hari-hari”

(Pak Sarjana, kepala KUD Sane).

Hal ini dibuktikan dengan persenan pendapatan hasil kopi dari keseluruhan

pendapatan. Kopi , hanya berperan sekitar 20 % di Toraja Utara dan 13 % di Tana

Toraja dari keseluruhan pendapatan (Neilson, 2009).

Berbeda dengan Toraja, jumlah petani yang ada di Baraka semakin

meningkat malah semakin bertambah. Berdasarkan pengakuan informan,

“ Saya itu bisa dibilang pelopor keberhasilan produksi kopi di Enrekang,

saya awalnya hanya punya tanah buat nanem 0,5 Ha, tapi karena setiap ada

pemasukan, saya Tanam buat beli tanah, sekarang saya punya tanah 4 Ha. Terus

penduduk sekitar yang melihat keberhasilan saya dan melihat pohon kopi saya

yang bagus, mereka pada minta ajarin. Jadi ya sekarang banyak petani yang

mulai mencari nafkah sebagai petani kopi, dan dari pendapatan yang diterima,

kopi menyumbang sebesar 70% dari keseluruhan pendapatan ”, (Burhanudin,

Baraka-Enrekang).

Penutupan peluang menjadi relasi oleh KUD membuat masyarakat Baraka

yang mulai mencoba pengusahaan kopi menjual kopinya ke Pak Burhan karena

dia yang memiliki relasi dan dianggap senior. Akibat penutupan peluang menjadi

relasi oleh KUD adalah munculnya simpul baru di sistem mata rantai nilai kopi

Enrekang (Baraka), yaitu menjadi dua simpul yang awalnya hanya satu simpul

dihitung sebelum sampai ke tangan KUD (Sketsa 5.4). Kendati demikian, petani

tetap termotivasi untuk mengusahakan tanaman kopi. Hal ini juga tidak lepas dari

keberhasilan Pak Burhanudin yang mampu meluaskan perkebunannya hasil dari

pengusahaan tanaman kopi.

Page 76: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

60

Universitas Indonesia

Sketsa 5.4 Pola mata rantai kopi di Sulawesi Selatan 2005-2007. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 77: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

61

Universitas Indonesia

5.3.2 Pola Mata Rantai Nilai Lokal Kopi Setelah Penerapan

Sertifikasi CAFÉ Practices ( ≥ 2008)

Berdasarkan pengamatan dampak yang dihasilkan oleh tiap unit standar

sertifikasi CAFÉ Practices, aspek peningkatan kualitas dan aspek jaminan jual beli

dapat berdampak pada perubahan pola mata rantai nilai, yaitu berdampak pada

meningkatnya jumlah simpul dalam sistem mata rantai nilai di Sulawesi Selatan

khususnya Toraja Utara dan Tana Toraja (Sketsa 5.5).

Aspek peningkatan kualitas menyebabkan tengkulak relasi yang ada harus

memiliki kopi kulit tanduk yang sesuai dengan kriteria pembelian oleh KUD.

Ketergantungan pendapatan petani kopi di Toraja terhadap kopi yang kecil,

mengakibatkan tanaman kopi tidak terlalu maksimal terawat sehingga jumlah

produksi juga sedikit. Ketergantungan pendapatan petani terhadap pengusahaan

kopi yang sangat sedikit merupakan faktor pertama yang mengakibatkan

tengkulak relasi sulit memperoleh kopi karena jumlah produksi sedikit. Jika ada

kopi yang didapat haruslah disortir untuk mendapatkan kopi kulit tanduk yang

bagus. Penyortiran itu sendiri butuh biaya untuk menyewa tenaga kerja penyortir.

Akan sangat merugikan jika kopi yang didapat sedikit, namun juga harus

mengeluarkan biaya untuk membayar penyortir. Faktor kedua adalah adanya

pesaing kuat, yaitu Toarco yang memang lebih dulu berkecimpung di sistem

rantai nilai kopi Toraja. Adanya pesaing menyebabkan semakin kecil jumlah kopi

yang diperoleh oleh tengkulak relasi KUD. Dua hal inilah yang mengakibatkan

beberapa tengkulak relasi tersisih dari segi penyaringan kualitas karena ditolak

penjualan kopinya oleh KUD. Hanya beberapa yang berhasil bertahan menjadi

relasi, dan tengkulak yang tersisih berujung turun satu tingkat menjadi tengkulak

yang hanya membeli kopi kulit tanduk dari petani.

Fenomena yang cukup berbeda terjadi di pengusahaan kopi Enrekang.

Mengingat kopi berkontribusi tinggi terhadap pendapatn masyarakat Enrekang,

khususnya kecamatan Baraka, maka petani antusias agar kopi hasil tanamannya

masuk standar kriteria pembelian oleh KUD. Ini cukup menguntungkan bagi

tengkulak relasi KUD karena bisa dikatakan kopi kulit tanduk dari petani terjamin

Page 78: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

62

Universitas Indonesia

tersedia. Keuntungan juga diperoleh KUD karena tidak ada pesaing seperti Toarco

di Enrekang.

Aspek jaminan jual beli antar aktor, yaitu memberi sebuah perpanjangan

kontrak relasi pada tengkulak relasi yang kontinu menjual kopinya ke KUD.

Mengingat adanya peningkatan kualitas, maka beberapa tengkulak relasi Toraja

yang kekurangan modal untuk biaya penyortiran kesulitan memperoleh kopi untuk

dijual ke KUD. Ini berakibat tidak berlanjutnya tengkulak menjual kopi ke KUD.

Dalam pendataan KUD, kasus ini digolongkan kedalam relasi yang tidak kontinu

menjual kopinya ke KUD. Akibatnya, hilanglah status relasi yang dimiliki

beberapa tengkulak setelah diterapkannya sertifikasi CAFÉ Practices.

Kondisi berlawanan terjadi pada tengkulak relasi di Enrekang. Tengkulak

relasi memang lebih diuntungkan dibanding dengan tengkulak di Toraja. Petani

yang ada di Enrekang lebih memiliki usaha tinggi dalam mengusahakan

pertanian kopi. Hal ini berakibat pada kualitas kopi yang baik dan produksi yang

konsisten ada untuk dijual ke tengkulak.

Pola perubahan yang terjadi setelah penerapan CAFÉ Practices tidak lepas

dari aktivitas penambahan nilai pada komoditas kopi. Berdasarkan hasil

pengamatan, ada beberapa perlakuan terhadap kopi yang berbeda antara sebelum

(Tabel 5.2) dan setelah diterapkannya sertifikasi CAFÉ Practices (Tabel 5.3 &

5.4).

Page 79: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

63

Universitas Indonesia

Sketsa 5.5 Pola mata rantai nilai setelah diterapkannya CAFÉ Practices (≥ 2008). (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 80: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

64

Universitas Indonesia

Tabel 5.3 Aktivitas Utama dalam mata rantai nilai lokal kopi Sulawesi Selatan (Kabupaten Toraja Utara & Tana Toraja) setelah penerapan CAFÉ Practices. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 81: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

65

Universitas Indonesia

Tabel 5.4 Aktivitas Utama dalam mata rantai nilai lokal kopi Sulawesi Selatan (Kabupaten Enrekang) setelah penerapan CAFÉ Practices. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 82: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

66

Universitas Indonesia

Pola mata rantai nilai lokal kopi setelah ada penerapan sertifikasi CAFÉ

Practices dapat dilihat pada Sketsa 5.5. Dari evaluasi hasil penerapan aspek

peningkatan kualitas produk dan aspek jaminan jual beli, dapat dilihat adanya

perubahan pola mata rantai di Toraja Utara dan Tana Toraja, yaitu meningkatnya

jumlah simpul dalam sistem mata rantai nilai kopi. Sebelum penerapan

sertifikasi, jumlah simpul di Toraja Utara dan Tana Toraja adalah dua buah

(dihitung sebelum sampai tangan KUD). Sedangkan setelah diterapkannya

sertifikasi, jumlah simpul mata rantai nilai kopi di Toraja menjadi tiga buah.

Hasil yang berbeda terjadi di Enrekang. Pola mata rantai nilai kopi di Enrekang

tidak berubah antara sebelum dan sesudah penerapan sertifikasi CAFÉ Practices.

Jumlah simpul yang ada tetap sama, yaitu dua buah.

5.3.3 Efisiensi Penerapan Sertifikasi CAFÉ Practices Dilihat dari

Perubahan Pola Mata Rantai Nilai Lokal

Suatu skema sertifikasi hanya akan efektif pada karakter lokasi,

lingkungan, kemampuan dan kapasitas petani tertentu (Blackmore & Keeley,

2012). Efektif dan efisien dalam penelitian ini dilihat dari berbagai sudut

pandang, sudut pandang perusahaan dan sudut pandang masyarakat sebagai

produsen. Efektif dan efisien dari sudut pandang perusahaan adalah jika tercipta

suatu sistem jual beli kopi yang berkelanjutan setelah diterapkannya CAFÉ

Practices. Sedangkan dari sudut pandang masyarakat petani, semakin panjang

mata rantai nilai kopi di suatu lokasi akibat penerapan sertifikasi, maka semakin

tidak efisien penerapan sertifikasi diterapkan di lokasi tersebut. Semakin

panjangnya mata rantai nilai kopi diindikasikan dari meningkatnya jumlah

simpul pada sistem mata rantai nilai. Jika hal berlawanan terjadi, yaitu saat pola

mata rantai nilai semakin pendek atau tetap dari pola mata rantai nilai sebelum

diterapkan sertifikasi, maka sertifikasi yang digunakan efisien diterapkan di

lokasi tersebut. Semakin pendek maupun tetapnya pola mata rantai nilai

diindikasikan dari jumlah simpul yang berkurang ataupun tetap. Alasan

dikatakannya semakin panjang mata rantai semakin tidak efisien penerapan

sertifikasi adalah karena keuntungan yang didapat akan semakin kecil, khususnya

bagi aktor dengan ordo terendah (petani). Sedangkan alasan mata rantai nilai

Page 83: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

67

Universitas Indonesia

yang tetap dapat dianggap efisien adalah karena kualitas produk kopinya menjadi

lebih baik karena optimalisasi saat pengolahan di perkebunan dan mampu

mempertahankan penjualan kopi ke perusahaan sehingga dapat menghasilkan

pendapatan yang optimal dan berkelanjutan bagi petani walaupun dengan jumlah

simpul yang sama antara sebelum penerapan sertifikasi.

Jika dilihat dari sub bab 5.3.3, kita dapat melihat penambahan jumlah

simpul dan tidak berubahnya jumlah simpul di lokasi yang berbeda.

Bertambahnya jumlah simpul dalam sistem mata rantai nilai kopi terjadi di

Toraja Utara dan Tana Toraja, yaitu dari 2 buah menjadi 3 buah simpul setelah

diterapkannya sertifikasi CAFÉ Practices. Bertambahnya jumlah simpul yang

ada di Toraja Utara dan Tana Toraja disebabkan oleh beberapa faktor (Gambar

5.7 ). Kontribusi pengusahaan kopi terhadap pendapatan masyarakat sangat

kecil. Pengaruh dari masih adanya ikatan dengan tanah adat membuat petani sulit

memperbesar skala produksi mereka. Berdasarkan hasil observasi, mereka

mengatakan tanah yang mereka miliki dari warisan orang tua tidak luas sehingga

sulit untuk meningkatkan produksi, ditambah lagi ada hama dan cuaca yang tidak

menentu membuat produksi kopi cenderung menurun. Hal terkait pada kecilnya

peran kopi pada pendapatan petani. Petani di Toraja yang masih ada ikatan kuat

dengan tanah adat merasa jumlah produksi yang kecil dari kopi tidak mungkin

dijadikan pendapatan utama dan kecilnya hasil dari pengusahaan kopi oleh petani

membuat pengusahaan tanaman kopi juga rendah. Hal ini dilihat dari jarangnya

petani merawat pohon kopi dan merawat kebun kopinya. Umumnya, petani di

Toraja hanya bekerja saat masa panen saja (Neilson, 2007). Sedikitnya perawatan

membuat hasil produksi kopi tidak stabil, terkadang menghasilkan, terkadang

tidak. Selain masalah dari sisi petani, terdapat faktor lain yang berpengaruh.

KUD bukanlah pembeli kopi tunggal di Toraja. Pesaing KUD adalah Toarco

yang sejarahnya adalah aktor yang telah lama berperan dalam industri kopi

Toraja sejak 1976. Walaupun memang KUD tidak sepenuhnya kehilangan kuota

memperoleh kopi dari Toraja, namun adanya dua pembeli besar akan

mengurangi jumlah kopi yang diperoleh. Ditambah lagi produksi kopi di Toraja

relatif sedikit dan berdasarkan wawancara dengan petani kopi, ikatan emosional

penduduk Toraja lebih dekat dengan Toarco karena dianggap berjasa

Page 84: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

68

Universitas Indonesia

mempelopori pengusahaan kopi. Sedikitnya produksi kopi mengakibatkan

tengkulak relasi tidak menjamin bisa selalu menjual kopi ke KUD. Dampak pada

pola mata rantai nilai lokal kopi Toraja sangat terasa ketika diterapkannya skema

sertifikasi. Aspek jaminan jual beli yang bertujuan memberi perpanjangan

kontrak bagi relasi yang konsisten sulit diupayakan oleh tengkulak relasi Toraja.

Hal ini disebabkan sulitnya memperoleh kopi dari petani. Selain itu, adanya

peningkatan kualitas produk menuntut tengkulak relasi menyortir kopi kulit

tanduk agar sesuai dengan standar sertifikasi. Sayangnya, penyortiran kopi kulit

tanduk membutuhkan pekerja yang harus dibayar. Bagi tengkulak relasi yang

tidak punya modal cukup membayar penyortir,ini menjadi kendala besar untuk

menjual kopi ke KUD, karena kemungkinan besar kopi nya tidak akan dibeli.

Oleh karena itu, bagi beberapa tengkulak yang tidak mendapatkan kopi dari

petani dan tidak punya modal sendiri akan kehilangan status relasinya dan

memilih jadi tengkulak perantara antara petani, dengan tengkulak relasi KUD,

yang tidak harus menyortir kopi dari petani. Berbeda kasusnya dengan pola mata

rantai nilai di Enrekang, tidak terjadi penambahan simpul di mata rantai nilai

kopi Enrekang. Alasan pola mata rantai di Enrekang tetap juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor (Gambar 5.8).

Kontribusi pengusahaan kopi pada petani di Enrekang tergolong besar,

yaitu sekitar 70 % dari keseluruhan pendapatan. Selain itu, berbeda dengan

penduduk Toraja yang orientasi hidupnya adalah mecari uang untuk upacara

adat, orientasi hidup petani Enrekang lebih cenderung untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak mereka. Karena kopi

menjadi tumpuan utama penduduk Enrekang khusunya kecamatan Baraka, maka

pengusahan kopi oleh petani sangatlah maksimal. Hal ini berdampak pada

konsistensi produksi kopi yang baik. Perawatan kebun juga dilakukan secara

berkala. Petani selalu konsisten menjual kopinya ke tengkulak relasi, dan hal ini

berdampak sangat baik pada tengkulak relasi. Konsistensi penjualan kopi ke

KUD dan kualitas yang dijual baik serta banyak, membuat KUD menjadikan

Enrekang sebagai lokasi kunci agar tercipta keberlanjutan sistem mata rantai nilai

kopi, mengingat jika mengandalkan kopi dari Toraja akan sangat rentan. Akibat

Page 85: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

69

Universitas Indonesia

Gambar 5.7 Bagan faktor yang mempengaruhi munculnya simpul baru setelah diterapkannya CAFÉ Practices di Toraja Utara dan Tana Toraja. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Kontribusi pengusahaan

tanaman kopi terhadap

pendapatan masyarakat sangat

kecil.

Kontribusi pengusahaan

kopi dalam pendapatan petani di

Toraja Utara dan Tana Toraja

masing-masing hanya sekitar 21

% dan 13 % dari keseluruhan

pendapatan (Neilson et al, 2011).

Pengaruh Budaya.

Orientasi hidup masyarakat Toraja Utara maupun Tana Toraja adalah mencari uang sebanyak mungkin untuk dapat melaksanakan upacara adat

Kepemilikan tanah hanya didasari oleh warisan orang tua (Tanah Adat). Tidak ada peluang memperluas lahan perkebunan

Kopi tidak menjadi sumber pendapatan utama masyarakat,

maka pengusahaan Tanaman kopi pun minim (perawatan kebun dan

pohon)

Hasil produksi sedikit

Ada pesaing (Toarco)

Tengkulak KUD sulit mendapatkan kopi

dari petani

Tidak kontinu menjual kopi ke KUD

karena sulit dapat kopi dan jika dapat,

tidak ada biaya untuk sortir

Penerapan sertifikasi

Jaminan jual beli antar aktor: jika tidak kontinu jual kopi maka status relasi akan dicabut

Jika kualitas

tidak sesuai standar: maka kopi ditolak

Sebagian tengkulak relasi kehilangan status relasisnya mengakibatkan

statusnya turun satu tingkat jadi tengkulak

perantara yang mengumpulkan kopi tandukn dari petani:

Muncul simpul baru

Page 86: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

70

Universitas Indonesia

beberapa faktor ini, tidak ada simpul baru maupun simpul yang hilang dari

sistem mata rantai nilai kopi di Enrekang.

Hasil evaluasi perubahan pola mata rantai nilai lokal kopi menunjukan

beberapa fakta. Jika kita melihat dari sudut pandang perusahaan Starbucks yang

diwakili KUD, CAFÉ Practices efektif karena berhasil menciptakan suatu sistem

jual beli kopi yang berkelanjutan. Selain itu sertifikasi membuat perusahaan lebih

efisien dalam upaya meningkatkan kualitas karena petani dan tengkulaklah yang

mengusahakan kopi agar memiliki kualitas baik agar dapat dijual ke perusahaan.

Namun pada penelitian ini, efisien tidak dilihat dari sudut pandang perusahaan,

melainkan dari sudut pandang masyarakat petani. Efisien dari sudut pandang

perusahaan berbeda dengan sudut pandang masyarakat petani. Jika dilihat dari

sudut pandang petani, penerapan CAFÉ Practices nyatanya menyulitkan

tengkulak relasi menjual kopi ke perusahaan khususnya di Toraja. Kesulitan ini

dikarenakan tidak optimalnya pengusahaan kopi saat di perkebunan oleh petani.

Selain itu, kesulitan ini berdampak pada munculnya simpul baru yang

mengakibatkan harga jual kopi oleh petani menjadi semakin rendah dan sangat

merugikan petani Toraja. Pengelolaan perkebunan yang tidak optimal di Toraja

membuat tengkulak relasi harus melakukan penyortiran agar mampu

menyesuaikan standar pembelian KUD. Akibat dari peningkatan standar,

tengkulak relasi yang tidak memiliki biaya untuk menyortir kopi yang dibeli dari

petani akhirnya memilih menjadi tengkulak perantara. Selain itu, karena jumlah

kopi dari petani sedikit, maka keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan

onkos transport yang harus dikeluarkan untuk mendistribusikannya ke tempat

pembelian. Oleh karena itu sebagian dari tengkulak relasi yang modalnya kecil

memilih untuk menjadi tengkulak perantara dan menjual kopi yang dibeli dari

petani ke tengkulak relasi. Munculnya simpul baru ini menandakan bahwa

penerapan sertifikasi tidak efisien diterapkan di Toraja karena harus ada biaya

lebih yang dikeluarkan agar mampu menyesuaikan standar perusahaan. Kasus

yang berbeda terjadi di Enrekang. Pengelolaan perkebunan kopi lebih maksimal,

maka tengkulak tidak lagi perlu khawatir akan kehilangan kesempatan menjual

kopi ke KUD. Optimalisasi pengelolaan perkebunan oleh petani merupakan alasan

mengapa tidak adanya biaya penyortiran yang dikeluarkan oleh tengkulak relasi.

Page 87: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

71

Universitas Indonesia

Gambar 5.8 Bagan faktor yang menjelaskan alasan tidak berubahnya pola mata rantai nilai kopi lokal di Enrekang. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Kontribusi pengusahaan

Tanaman padi terhadap

pendapatan petani tinggi

Kontribusi pengusahaan

kopi dalam pendapatan petani di

Enrekang tinggi, yaitu sekitar 70

% dari keseluruhan pendapatan

Orientasi hidup hanya untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak

Kopi menjadi sumber pendapatan utama masyarakat Enrekang

(khususnya kecamatan Baraka):

Tercipta optimalisasi pengusahaan kopi di perkebunan kopi agar dapat terus menjual dan

men

dapat penghasilan dari kopi

Konsisten memproduksi kopi

Tidak ada pesaing. KUD Sane adalah

pembeli kopi tunggal

Tengkulak KUD konsisten membeli

kopi dari petani

Tengkulak konsisten jual kopi ke KUD

Penerapan sertifikasi

Jaminan jual beli antar aktor: jika kontinu jual kopi maka status relasi akan dicabut

Jika kualitas tidak

sesuai standar: maka kopi ditolak

Tengkulak tetap memiliki status sebagai relasi:

Tidak ada penambahan

simpul

Kepemilikan Tanah di Enrekang tidak terikat dengan warisan nenek

moyang. Pembelian Tanah bebas asalkan antara pihak

penjual dan pembeli menjalin sebuah kesepakatan

jual beli

Page 88: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

72

Universitas Indonesia

Oleh karena itu, jumlah simpul yang tetap antara sebelum dan setelah penerapan

CAFÉ Practices menandakan bahwa efisiensi penerapan CAFÉ Practices tercapai

di Enrekang (Sketsa 5.6).

Sketsa 5.6 Pola simpul (mata rantai) sebelum dan sesudah penerapan CAFE Practices. (Sumber: Pengolahan data 2013)

Page 89: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

73

Universitas Indonesia

BAB 6

KESIMPULAN

1. Pola mata rantai nilai setelah penerapan CAFÉ Practices semakin panjang

di wilayah yang penduduknya masih memiliki ikatan kuat dengan tanah

adat. Panjangnya pola rantai nilai ditandai dengan munculnya simpul/mata

rantai baru dalam rantai nilai setelah penerapan CAFÉ Practices.

Pola mata rantai nilai setelah penerapan CAFÉ Practices tidak berubah

pada wilayah yang penduduknya tidak memiliki ikatan dengan tanah adat.

2. Dibandingkan wilayah yang penduduknya memiliki ikatan kuat dengan

tanah adat, penerapan CAFÉ Practices lebih efisien diterapkan di wilayah

yang penduduknya tidak memiliki ikatan dengan tanah adat.

Page 90: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xv

DAFTAR PUSTAKA

Barrett, H., Ilbery, B., Browne, A. dan Binns, T. 1999. Globalization &Tthe

Changing Networks of Food Supply:The Importation of Fresh

Horticultural Produce from Kenya into The UK. Transactions of the

Institute of British Geographers, 24, pp. 159–74.

Blackmore, Emma dan Keeyley, James. 2012. Pro-Poor Certification: Assessing The Benefits of Sustainibility Certification for Small-Scale Farmers in Asia. United Kingdom: IIED.

C.A.F.E. Practice Generic Evaluation Guedlines 2.0. 2007.

C.A.F.E. Practice Generic Overview. 2004.

Cooper , J dan Graffham. 2009. Glogal GAP version 3: Threat or opportunity

for small-scale African growers.

Dicken, P, et al. 2001. Chain and Networks, Teritories and Scales : Towards a Relational Framework for Analysing the Global Economy, Global Networks, 1 (2), pp. 89-112.

Golledge, Reginald G, et al. 1997. Spatial Behavior: A Geographic Perspective. New York: The Guilford Press.

Grunert, K., J. Fruensgaard, L. Risom, K. Jespersen dan A. Sonne. 2005. Market

Orientation of Value Chains: A Conceptual Framework Based on

Four Case Studies from The Food Industry. European Journal of

Marketing 39(5/6): 429-455.

Hellin, Jon dan Meijer, Madelon. 2006. Guiedlines for Value chain Analysis.

Hughes, Alex dan Reimer, Suzanne. 2004. Geographies of Comodities Chain. London: Routledge.

Humphrey, J., & Schmitz, H. 2004. Governance in global value chains dalam H.

Schmitz (Ed.), Local enterprises in the global economy (hal. 95–109).

Cheltenham: Edward Elgar.

Kotler, Philip. 2002. Marketing Management: Millenium Edition. USA: Pearson

Costum Publishing.

Neilson, Jeff. 2007. Global private Regulation and Value-Chain Restructuring in Indonesian Smallholder Coffee System. Sydney: Elsevier.

Page 91: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xvi

Neilson, J, et al. 2011. Quality Upgrading in Specialty Coffee Chains and Smallholder Livelihoods in Eastern Indonesia: Opportunities and Challenges.

Perreault, et al. 2010. Essential of Marketing. Mc Graw-Hill Companies, Inc.

Porter, Michael E. 1998. Competitive Advantage: Creating and Sustaining

Superior Performance: With A New Introduction. USA: The Free

Press.

Roduner, Daniel. 2005. Value-Chains What is behind this ‚new’ key word? And

what is the role of development agencies in value chain development in

developing countries?.Rural Development News.

Scott, W. Richard. 1995. Institutions and Organizations Foundations for

Organizational Science. London: SAGE Publications Ltd.

Shonk, Felicity. 2012. Coffee, Buffalo and Remittances. Sydney: University of

Sydney.

Thrift, Nigel dan Olds, Kris. 1996. “Refuguring the economic in Economic Geography”, Progress in Human Geography, Vol. 27 (3), pp. 323-40.

Trienekens, Jacques H. 2011. Agricultural Value Chains in Developing Countries

A Framework for Analysis. International Food and Agribusiness

Management Review Volume 14, Issue 2.

Van Dijk, P.M dan Trienekens, Jacques. 2012. Global Value Chain: Linking

Local Producers from Developing Countries. Amsterdam: Amsterdam

University Press.

Waitt, Gordon, et al. 2000. Introducing Human Geography: Globalisation, Difference and Inequality. NSW. : Pearson Education Australia.

Yunus, H.S. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. DIY: Pustaka

Pelajar.

Page 92: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xvii

LAMPIRAN

Page 93: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xviii

PERTANYAAN KUNCI

Lampiran 1 Informan : Petani Asal:

Petani

1997-2007 ≥ 2008

Upaya Pengusahaan kopi (Mulai dari menanam hingga merawat)

Kepemilikan kebun

Kepada siapa kopi dijual+ (Alasan) Misal: ongkos, kedekatan/ dll

Asal informasi harga dan bagaimana persetujuan jual belinya

Kontribusi kopi terhadap pendapatan

Peruntukan Pendapatan

Page 94: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xix

Lampiran 2 Informan : Tengkulak Perantara Asal:

Tengkulak Perantara

1997-2007 ≥ 2008

Awal memulai pekerjaan jadi tengkulak

Asal kopi yang dibeli

Kepada siapa kopi dijual+ (Alasan) Misal: ongkos, kedekatan/ dll

Asal informasi harga dan bagaimana persetujuan jual belinya

Perlakuan terhadap kopi setelah pembelian

Page 95: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xx

Lampiran 3 Informan: Tengkulak Relasi KUD/Toarco Asal:

Tengkulak Relasi

1997-2007 ≥ 2008

Awal memulai pekerjaan jadi tengkulak

Asal kopi yang dibeli

Asal informasi harga dan bagaimana persetujuan jual belinya

Perlakuan terhadap kopi setelah pembelian

Alasan masih bertahan menjadi relasi

Perlakuan terhadap kopi setelah pembelian

Page 96: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xxi

Lampiran 4 Informan: KUD Sane (Pak Sarjana) Asal:

KUD sane

1997-2007 ≥ 2008

Asal kopi

persaingan perolehan kopi

Jumlah relasi

Proses penyeleksian kopi dari tengkulak relasi

Informasi harga

Perlakuan terhadap kopi setelah dilakukan pembelian pembelian

Page 97: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xxii

Lampiran 5 Informan: Toarco Jaya ( Pak Jabir Amin) Asal:

Toarco

Sejarah Kopi

1997-2007 ≥ 2008

Asal kopi

persaingan perolehan kopi

Page 98: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xxiii

Lampiran 6 Data Informan

Nama Asal Profesi

Nita Batutumonga, Toraja Utara Petani

Yuli Landorundun, Toraja Utara Tengkulak Relasi Toarco

Margaret Landorundun, Toraja Utara Tengkulak Relasi Toarco

Lukas Landorundun, Toraja Utara Tengkulak Relasi KUD

Titus Minggu Buntu Pepasan, Toraja

Utara Petani

Hendra Buntu Pepasan, Toraja

Utara Petani

Tomas Sapan, Toraja Utara Tengkulak Perantara

Toarco

Martin Ke'pe, Toraja Utara Tengkulak Perantara

Saleh Bituang, Tana Toraja Tengkulak Perantara

Adol Bituang, Tana Toraja Tengkulak Perantara

Ge'tengan, Tana Toraja Tengkulak Perantara

Ge'tengan, Tana Toraja Tengkulak Perantara

Burhanudin Baraka, Enrekang Tengkulak Relasi KUD

Sarjana DIY Pimpinan Utama KUD Sane/ UUO Agribisnis

Toraja

Jabir Amien Rantepao, toraja Utara Pimpinan Utama TOARCO Jaya

Page 99: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xxiv

Lampiran 7 Kutipan Hasil Wawancara dengan Informan

“ Saya amah SD aja ga lulus”

(Ibu Nita, petani kopi Toraja Utara)

“ Saya lulusan D3 di Toraja, tapi saya lebih memilih kembali berkecimpung di

bidang perkopian, karena sepertinya prospeknya bagus”

(Lukas, tengkulak Toraja Utara)

“ Kalo dikira-kira, petani di sini 70 % pendapatannya ya dari kopi, sisanya

nanem sayur atau salak. Kopi harganya bagus, dan sepertinya pasarnya jelas.

Kalo ga dari kopi, buat makan pasti susah”

(Burhanudin, Petani & Tengkulak)

“Pada Awalnya, relasi (petani, maupun tengkulak yang memiliki perjanjian

menjual kopi ke KUD) kami bisa mencapai ratusan”

(Pak Sarjana, Pimpinan KUD Sane / Unit Usaha Otonom Agribisnis Toraja)

“Saya mulai nanam kopi sekitar tahun 1997, dan KUD Sane member saya

pelatihan bagaimana cara menanm kopi yang baik. Saya karena saya cukup

berhasil saat itu, banyak penduduk lain yang tertarik belajar pada saya.

Enrekang tanahnya ga sesubur Toraja, jadi kita bustuh usaha lebih untuk

mengolah tanah agar kopi hasil tanaman lebih bagus”

(Burhanudin, Petani & Tengkulak Baraka)

“Skema sertifikasi Café practice baru diterapkan di Toraja pada tahun 2008”

(Pak Sarjana, Kepala KUD Sane/UUO Agribisnis Toraja)

Page 100: PERAN SERTIFIKASI CAFÉ PRACTICES PADA PERUBAHAN … · Skripsi ini merupakan penelitian tentang peran sertifikasi ... penerapan sertifikasi menghasilkan perpanjangan ... Gambar 5.1

xxv

“Enrekang memang masih baru berkecimpung dalam rantai kopi di Sulawesi,

yaitu sekitar tahun 1997, saat krismon. Ketika itu, harga kopi yang ada di Toraja

tinggi, membuat kami berpikir untuk mencoba juga. Kebetulan, KUD Sane juga

melakukan penyuluhan untuk bagaimana menanam kopi dengan baik. Karena

tuntutan ekonomi, kami mencoba peruntungan di bidang kopi. Saat memulai

bertani kopi, luas tanah yang saya miliki hanya 0,5 Ha.”

(Pak Burhanudin, Petani &Tengkulak)

“Di Toraja itu petani kopinya hanya ikut-ikutan nanem sebenernya, kalo harga

tinggi berbondong-bondong semua nanem, tapi kalo harga turun, pada ga nanem.

Kalo kopi murah, kadang mereka malah membiarkan kebun kopinya terlantar,

jadi sayang, padahal kalo dirawat, potensi menghasilkan jumlah kopi yang lebih

besar itu sangat mungkin. Penduduk Toraja dan Tana Toraja umumnya

karakternya sama, hanya saja kabupaten yang beda. Budaya mereka sama, lebih

mementingkan pesta. Pesta itu adalah acara pemakaman, setiap ada yang

meninggal pasti dirayain dan tamu yang dating harus bawa babi atau kerbau.

Sedangkan hasil dari penjualan kopi hanya buat kehidupan hari-hari”

(Pak Sarjana, kepala KUD Sane)

“ Saya itu bisa dibilang pelopor keberhasilan produksi kopi di Enrekang, saya

awalnya hanya punya tanah buat nanem 0,5 Ha, tapi karena setiap ada

pemasukan, saya tanam buat beli tanah, sekarang saya punya tanah 4 Ha. Terus

penduduk sekitar yang melihat keberhasilan saya dan melihat pohon kopi saya

yang bagus, mereka pada minta ajarin. Jadi ya sekarang banyak petani yang

mulai mencari nafkah sebagai petani kopi, dan dari pendapatan yang diterima,

kopi menyumbang sebesar 70% dari keseluruhan pendapatan ”

(Burhanudin, Baraka-Enrekang)