peran pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai …
TRANSCRIPT
i
PERAN PEMIMPIN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA BADANKEPEGAWAIAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
DI KABUPATEN TAMBRAUW PROVINSI PAPUA BARAT(Penelitian Deskriptif Kualitatif di BKDPSDM Kabupaten Tambrauw)
RINGKASAN TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai DerajatMagister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi Pemerintahan Daerah
Oleh :
ROY EZRA MARTHEN KREY
NIM 176160064
PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHANSEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA2019
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Peran Pemimpin Dalam
Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat yang dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu syarat guna mencapai gelar kesarjanaan Strata 2 (S-2).
Terselesaikannya penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu baik dalam proses penelitian maupun selama penulisan. Ucapan terima kasih
ini disampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Supardal, M.Si, selaku Direktur Program Magister (S-2) Program Studi Ilmu
Pemerintahan sekaligus sebagai dosen yang mendidik penulis selama menggeluti ilmu di
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Yuli Setyowati, M.Si selaku dosen pembimbing utama dan sekaligus Sekretaris
Program Studi Magister (S-2) Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD” Yogyakarta yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
arahan selama penyusunan tesis.
3. Ibu Fajarini Sulistyowati, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan
pikiran untuk menguji tesis ini serta memberikan masukan yang berari demi kesempurnaan
tesis ini.
4. Bapak Dr.R.Widodo Triputro selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu dan
pikiran untuk menguji tesis ini serta memberikan masukan yang berari demi kesempurnaan
tesis ini.
iii
5. Bapak/Ibu dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas ilmu yang telah diberikan
selama masa studi.
6. Staf Sekertariat Program Magister (S-2) Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta, atas bantuannya dalam mengurus keperluan akademik dan administrasi
selama penulis melaksanakan studi.
7. Pemerintah Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat yang telah memberikan kesempatan
dan dukungan kepada penulis untuk studi lanjut pada Program Studi Magister (S-2) Ilmu
Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta hingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Sekretariat, Para Kepala Bidang beserta Staf Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat yang telah menerima
penulis selama melakukan penelitian dan memberikan data untuk penulisan tesis ini.
9. Sekretaris Daerah Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat, Bapak Engelbert G.Kocu,
S.Hut., MM yang telah memberikan data untuk penyusunan tesis ini.
10. Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten
Tambrauw Provinsi Papua Barat Bapak Matheus M. Woisiri, S.Sos., M.AP sebagai motor
penggerak, penasehat dan selalu memberikan motivasi selama penulis menempuh pendidikan
Program Magister (S-2) di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
11. Orangtuaku Bunda dan Sinan Sarwof (Bapak), Mama dan Bapak dirumah terminal Sorong,
Bapak Mantu dan Mama Mantu (Bapa Tete dan Mama Nene, Adik-Adik dan keluarga besar
yang ada di Sorong dan Kabupaten Tambrauw atas kepercayaan, kesabaran, dukungan moril
iv
dan materi serta semangat yang tak pernah berhenti sehingga sehingga menjadi kekuatanku
selama menyelesaikan tesisi ini. Kalian adalah orang yang bearti dalam hidupku.
12. Istriku dan anak-anakku yang menjadi saluran berkat bagi hidupku dan menjadi kekuatanku
selama menempuh pendidikan magister (S2) di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD” Yogyakarta.
13. Teman-teman seperjuangan Program Magister (S-2) Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta angkatan 20B kelas khusus dari Kabupaten Tambrauw
untuk keceriaan dan kenangan serta telah menjadi bagian dalam perjalanan studiku.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan semua pihak.
Yogyakarta, 23 Oktober 2019Penulis
ROY EZRA MARTHEN KREY
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
INTISARI ................................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
A. Pendahuluan ......... .............................................................................. 1
B. Kerangka Konseptual ………………………………………………. 9
1. Tinjauan tentang Peran …......……………………………… 10
2. Pengetian Pemimpin ………………………………………... 13
3. Peran Seorang Pemimpin …………………………………… 13
4. Dimensi Pimpinan ………………………………………….. 14
5. Tinjauan tentang Kepemimpinan …………………………… 15
6. Kinerja Pegawai Pemerintah ………………………………... 19
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ……………….. 20
8. Tujuan dan Manfaat Pengembangan SDM …………………. 20
C. Metode Penelitian ................................................................................ 24
a. Jenis Penelitian .............................................................................. 25
b. Lokasi Penelitian ........................................................................... 26
c. Objek Penelitian ............................................................................ 26
d. Subjek Penelitian ……………………………………………….. 26
e. Teknik P engumpulan Data ........................................................... 28
f. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian ……………………………. 29
g. Teknik Analisa Data …………………………………………….. 30
D. Pembahasan ………………………………………………………… 31
E. Penutup ……………………………………………………………… 46
1. Kesimpulan …………………………………………………. 46
2. Saran ………………………………………………………… 46
INTISARI
vi
Penelitian ini terkait dengan Peran Pemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai padaBadan Kepegawaian Daerah Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kabupaten TambrauwProvinsi Papua Barat. Pemerintah Daerah Kabupaten Tambrauw dalam meningkatkan kinerjaseluruh aparaturnya, perlu adanya aktivitas pimpinan/pemimpin Pegawai Negeri Sipil diKabupaten Tambrauw yang mampu mengarahkan pada seluruh aktivitas Pegawai Negeri Sipil diKabupaten Tambrauw yang dikelolannya, termasuk juga mewujudkan tujuan PemerintahKabupaten Tambrauw. Aktivitas pimpinan/pemimpin suatu organisasi harus mampu mengarahkanaktivitas bawahannya pada tujuan tertentu tersebut. Masalah yang dihadapi oleh pemerintahKabupaten Tambrauw, terkait adanya ketidakmerataan prestasi kerja yang diberikan oleh masing-masing Pegawai Negeri Sipil tersebut. Oleh karena itu melalui BKDPSDM Kabupaten Tambrauwdiharapkan; Pengkoordinasian dalam penyusunan kebijakan, serta Pembinaan dalam pelaksanaantugas Pegawai Negeri Sipil, dapat dikelola secara baik, dan diberikannya Pendidikan dan Pelatihansesuai dengan proporsi dari pegawai yang bersangkutan.
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Objek dalam penelitian ini adalah PeranPemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah DanPengembangan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. Adapuninforman yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 7 orang yaitu Kepala Badan BKDPSDM,Sekretaris BKDPSDM, Kepala Bidang pengadaan, Pengangkatan dan Pengembangan KarierBKDPSDM, Bagian Umum Kepegawaian, Sub Bidang Pengembangan Karier.dan staf diBKDPSDM. Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dandokumentasi. Teknik analisis Data dalam penelitian ini terhadap Peran kepemimpinan DalamMeningkatkan Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Dan Pengembangan SumberDaya Manusia di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat dengan cara pengumpulan data,pemilihan data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan saran.
Hasil penelitian ini terkait dengan Peran Pemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawaipada Badan Kepegawaian Daerah Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di KabupatenTambrauw Provinsi Papua Barat. Kemampuan pemimpin dalam memotivasi para pegawai yangberada di BKDPSDM dilakukan dengan mendorong pegawai untuk dapat melanjutkan pendidikanke jenjang yang lebih tinggi dan mengirim pegawai untuk mengikuti pelatihan yang sesuai dengantugas dan tanggung jawabnya. Kemampuan pemimpin dalam membangun hubungan yang baikantar pegawai yang berada di BKDPSDM terbina dengan cukup baik dan pemimpin dapatmenciptakan rasa kekeluargaan di kantor BKDPSDM Kabupaten Tambrauw. Kemampuanpemimpin dalam mendisplinkan Pegawai yang berada di BKDPSDM dilakukan denganpendekatan persuasive dan humanis agar hubungan antara pimpinan dan bawahan terbina denganbaik.
Kata Kunci : Peran Pemimpin, Kinerja Pegawai
vii
ABSTRACT
This research is related to the Role of Leaders in Improving Employee Performance at theRegional Civil Service Agency and Human Resource Development in Tambrauw Regency, WestPapua Province. The Regional Government of Tambrauw Regency in improving the performanceof all its apparatuses, it is necessary to have the activities of leaders / leaders of Civil Servants inTambrauw Regency who are able to direct all the activities of the Civil Servants in TambrauwRegency which they manage, including also realizing the goals of the Tambrauw RegencyGovernment. The activities of the leaders / leaders of an organization must be able to direct theactivities of their subordinates towards these specific goals. The problem faced by the TambrauwRegency Government is related to the inequality of work performance given by each of the CivilServants. Therefore, through BKDPSDM Tambrauw Regency is expected; Coordination in thepreparation of policies, as well as coaching in the implementation of the duties of Civil Servants,can be managed properly, and the provision of Education and Training in accordance with theproportions of the employess concened. This Type of research is descriptive qualitative.
The object in this study is the Role of Leaders in Improving Employee Performance at theRegional Civil Service Agency and Human Resource Development in Tambrauw Regency, WestPapua Province. The informants involved in this study were 7 people, namely the Head of theBKDPSDM Agency, the Secretary of BKDPSDM, the Head of Procurement, Appointment andCareer Development of BKDPSDM, the General Staffing Section, the Career DevelopmentSubdivision, and the staff at BKDPSDM. Data collection techniques in this study wereobservation, interviews and documentation. Data analysis techniques in this study on the role ofleadership in improving employee performance in the Regional Civil Service Agency and HumanResource Development in Tambrauw Regency, West Papua Province by collecting data, selectingdata, presenting data and drawing conclusions and suggestions.
The results of this study are related to the Role of Leaders in Improving EmployeePerformance at the Regional Civil Service Agency and Human Resource Development inTambrauw Regency, West Papua Province. The ability of leaders to motivate employees inBKDPSDM is done by encouraging employees to be able to continue their education to a higherlevel and send employees to attend training in accordance with their duties and responsibilities.The ability of leaders in building good relationships between employees who are in BKDPSDMis quite well developed and leaders can create a sense of kinship in the BKDPSDM office inTambrauw Regency. The ability of leaders in disciplining employees in BKDPSDM is carried outwith a persuasive and humanist approach so that the relationship between leaders and subordinatesis well nurtured.
Keywords: Role of Leaders, Employee Performance
1
A. Pendahuluan
Kabupaten Tambrauw termasuk kabupaten baru, yang dibentuk sejak tahun 2009 atas dasar
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 56 dengan perubahan pasal 3 ayat 1
sesuai keputusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor 127/PUU-VII/2009. Kabupaten Tambrauw di
bentuk dari sebagian wilayah Kabupaten Sorong dan Kabupaten Manokwari yang terdiri dari 29
Kecamatan atau Distrik. Pembentukan wilayah baru ini diharapkan akan dapat memperbaiki
struktur dan infrastruktur pada wilayah tersebut dan juga memudahkan distribusi bagi
kesejahteraan masyarakat.
Daerah Otonom Baru (DOB), Kabupaten Tambrauw hingga kini masih berbenah dalam
peningkatan kinerja pegawainya. Hal ini karena selama 9 (Sembilan) tahun menjadi DOB,
Kabupaten Tambrauw masih berusaha mengatur aparatur perintah agar dapat bekerja dengan
maksimal sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi pemerintah daerah dan masyarakat
kabupaten tambrauw.
Untuk melaksanakan tugas-tugas pokok pemerintahan dan pembangunan di suatu daerah
baru/ DOB diperlukan adanya aparatur pemerintah yang cakap, profesional dan mempunyai
kemampuan serta kemauan bekerja dalam penyelenggaraan governance. Selain itu, hasil penelitian
yang dilakukan oleh Bappenas dan UNDP (2008 :56) tentang kinerja dan kelembagaan Daerah
Otonom Baru (DOB) juga menemukan bahwa kelembagaan yang terbentuk belum sepenuhnya
disesuaikan dengan urusan yang telah ditetapkan sebagai urusan daerah. Beberapa masalah timbul
seperti jumlah kelembagaan (SKPD) yang cenderung berlebihan, struktur organisasi yang
cenderung besar, serta belum memperhitungkan kriteria efektivitas dan efisiensi kelembagaan
yang baik. Beberapa penelitian tersebut kemudian menunjukan bahwa kondisi DOB pada dasarnya
2
masih memerlukan banyak perhatian terkait dengan peningkatan kinerja dari setiap lembaga yang
ada di bawahnya secara langsung (Saragih, 2013:2).
Sebagian besar DOB masih bermasalah dengan hal kinerja pegawai, hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Haidir (2013:89) yang mengatakan bahwa rata-rata pegawai pemerintahan
daerah belum memiliki produktivitas kinerja yang baik, dan kenyataan ini mempengaruhi
performa lembaga pemerintah yang juga tidak bisa berjalan dengan maksimal. Kinerja pegawai
pemerintahan yang buruk (Khususnya untuk DOB) disini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah rasa tanggung jawab,pengadaan pelatihan, motivasi kerja dan peran seorang
pemimpin dalam sebuah organisasi merupakan titik sentral dari setiap aktifitas yang ada dalam
organisasi, di katakan demikian karena kepemimpinan menentukan keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Bagi sebuah lembaga pemerintahan, seorang
pemimpin mempunyai peran yang besar terhadap kinerja pegawai pada lembaganya. Hal ini juga
berlaku bagi DOB, peran dari seorang pemimpin sangat dibutuhkan untuk mengatur kinerja
pegawai pada sebuah organisasi pemerintah atau SKPD. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh
Saragih, (2012:23) dalam jurnalnya, bahwa kepemimpinan merupakan proses proaktif, dinamis
dan menantang. Selain itu seorang pemimpin pemerintah merupakan pioner dalam segala
kehidupan kemasyarakatan dan kepemerintahan selalu berupaya meningkatkan segala sesuatu
yang serba tidak tahu menjadi tahu dan menjadi terang bagi rakyat.
Kepemimpinan peran dan fungsi dari seorang pemimpin terbukti mampu meningkatkan
dan mempengaruhi kinerja dari pegawai. Hal ini terlihat dari hasil penelitian Manik, (2015:90)
yang menyebutkan bahwa fungsi kepemimpinan terhadap kinerja pegawai sangat besar karena
tidak hanya soal kompetensi tapi juga pada kinerja pegawai. Hal inilah yang kemudian menjadi
salah satu dasar bagi peneliti untuk meneliti tentang Peran Pemimpin Dalam Meningkatkan
3
Kinerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kabupaten Tambrauw karena Sebagai DOB, Kabupaten Tambrauw memerlukan kinerja yang
maksimal dari pegawainya, Khususnya pada BKDPSDM yang secara langsung berhubungan
dengan pegawai dan sumber daya manusia di Kabupaten Tambrauw.
Penelitian tentang peran pemimpin terhadap kinerja pegawai pada badan kepegawaian
daerah dan pengembangan sumber daya manusia ini di harapkan akan memberikan gambaran
senyatanya dari pemimpin di OPD untuk memperbaiki kinerja pegawai yang ada di Kabupaten
Tambrauw. Penelitian ini juga diharapkan akan membantu permasalahan tentang kinerja pegawai
di Kabupaten Tambrauw dan mampu merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi segala
permasalahan tentang peranan sorang pemimpin yang dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Badan Kepegawaian Daerah Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten
Tambrauw dalam upaya memaksimalkan peran, tugas pokok, fungsi dan kewenangannya
dihadapkan dengan suatu keadaan yang tidak lepas dengan perubahan yang disebabkan oleh situasi
dan kondisi yang berubah-ubah dalam waktu yang relatif cepat.
Perubahan yang relatif cepat tersebut menyangkut beberapa aspek yakni: teknologi,
deregulasi, demografi, dan lain-lain, yang semua itu menyebabkan adanya tuntutan dari
masyarakat untuk diwujudkannya kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan prima,
pertumbuhan ekonomi, dan pemerataan pembangunan di wilayah Kabupaten Tambrauw.
Untuk dapat mewujudkan keinginan masyarakat sekaligus tujuan pemerintah Kabupaten
Tambrauw tersebut, dibutuhkan peran maksimal dari lembaga teknis daerah khususnya
BKDPSDM untuk meningkatkan kinerja semua Pegawai Negeri Sipil yang berada dalam naungan
pemerintah Kabupaten Tambrauw. Badan Kepegawaian Daerah Dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kabupaten Tambrauw dalam menjalankan tugas pokok, fungsi, dan perannya tersebut,
4
sangat terkait erat dengan permasalahan yang dihadapi oleh aparatur pemerintah Kabupaten
Tambrauw, yang bertugas di Lembaga Teknis Daerah (Badan, Dinas, Kantor, dan lain-lain). Salah
satu tugas dari BKDPSDM Kabupaten Tambrauw adalah "Melaksanakan Penyusunan dan
Pelaksanaan Kebijakan Daerah di bidang Pengelola Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan".
BKDPSDM Kabupaten Tambrauw dalam menyelenggarakan fungsi, sebagai:
a. Perumusan kebijakan teknis dalam lingkup pengelola kepegawaian daerah, pendidikan dan
pelatihan;
b. Pengkoordinasian penyusunan kebijakan di bidang pengelola kepegawaian daerah,
pendidikan dan pelatihan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pengelola kepegawaian daerah, pendidikan
dan pelatihan;
d. Penyelenggaraan dan pembinaan urusan kesekretariatan badan; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dari uaraian di atas nampak bahwa tugas dan fungsi BKDPSDM Kabupaten Tambrauw
terkait dengan: Perumus kebijakan teknis, Pengkoordinasian penyusunan kebijakan, Pembinaan
dan pelaksanaan tugas, Penyelenggaraan dan pembinaan urusan kesekretariatan badan,
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya, serta
Pengelola Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan di seluruh wilayah Kabupaten Tambrauw
(BKDPSDM, 2019).
Dalam implementasinya, seluruh aparatur dituntut untuk bekerja keras agar tujuan
Pemerintah Kabupaten Tambrauw mewujudkan kesejahteraan masayarakat dapat benar-benar
terwujud. Oleh karena itu seluruh aparatur harus mampu mengatasi semua masalah yang dihadapi,
khususnya terkait dengan tugas masing-masing individu, maupun tugas yang harus diselesaikan
5
oleh organisasi dimana aparatur tersebut ditugaskan.
Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Tambrauw, terkait adanya
ketidakmerataan prestasi kerja yang diberikan oleh masing-masing Pegawai Negeri Sipil tersebut.
Oleh karena itu melalui BKDPSDM Kabupaten Tambrauw diharapkan; Pengkoordinasian dalam
penyusunan kebijakan, serta Pembinaan dalam pelaksanaan tugas Pegawai Negeri Sipil, dapat
dikelola secara baik, dan diberikannya Pendidikan dan Pelatihan sesuai dengan proporsi dari
pegawai yang bersangkutan.
Untuk dapat berperan secara maksimal dalam Pengkoordinasian penyusunan kebijakan
khususnya di bidang Kepegawaian, maka Peran seorang pimpinan sangat menentukan kinerja dari
aparatur atau pegawai yang menjadi bawahannya, serta motivasi dari masing-masing aparatur
pegawai tersebut. Sehubungan dengan pekerjaan yang diberikan pimpinan kepada masing-masing
pegawai yang menjadi bawahannya tersebut, nampak adanya perbedaan terkait dengan hasil kerja
(selesainya tugas yang dibebankan kepada masing-masing pegawai atau aparatur tersebut), serta
capaiannya yang ditunjukkan oleh masing-masing Pegawai Negeri Sipil tersebut.
Berkenaan dengan tidak selesainya pekerjaan yang ditugaskan kepada masing-masing
Pegawai Negeri Sipil tersebut dimungkinkan, disebabkan oleh beberapa hal; bisa jadi karena pola
kepemimpinan seseorang, atau lingkungan kerja yang ada, bahkan mungkin dari motivasi yang
rendah dari Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
Subtansi dari penyelesaian tugas terkait dengan pekerjaan yang di bebankan kepada
masing-masing Pegawai Negeri Sipil tersebut, tidak lepas dari kontribusi yang diberikan oleh
masing-masing Pegawai Negeri Sipil dalam rangka mewujudkan tujuan pemerintah Kabupaten
Tambrauw, yakni mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengatasi masalah kinerja dan kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam
6
menyelesaikan tugasnya di semua lini, tidak lepas dari keterbatasan, atau kurang mampunya
aparatur tersebut yang dipengaruhi oleh variabel pimpinan/pemimpin, dari lingkungan kerja, yang
berdampak pada tinggi-rendahnya motivasi yang dimiliki oleh masing-masing Pegawai Negeri
Sipil tersebut. Siagian (2015 :23) menyatakan bahwa: "keberhasilan atau kegagalan yang dialami
sebagian besar organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang
diserahi tugas memimpin organisasi itu". Walaupun demikian dalam implementasinya seorang
pemimpin tidak mungkin mampu menyelesaikan seluruh tugas terkait juga dengan seluruh
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara sendirian. Dengan demikian peran aparatur
atau pegawai, dalam konteks ini adalah pegawai negeri sipil mempunyai peran yang juga sangat
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi, oleh karena itu dibutuhkan Pegawai
Negeri Sipil yang berkompeten, mempunyai sifat dan sikap suka bekerja keras, punya kreativitas,
dan inisiatif yang tinggi, serta loyalitas dan dedikasi yang handal.
Untuk mendorong kinerja Pegawai Negeri Sipil, maka didalam pengelolaan, koordinasi,
pengawasan dan pembinaan pegawai negeri sipil, pimpinan hendaknya menyandarkan pada
falsafah yang bisa mengakui pentingnya nilai; Pegawai Negeri Sipil sebagai individu, karena salah
satu elemen pokok dalam suatu organisasi adalah kesediaan dan kemauan para aparatur atau
pegawai negeri sipil tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya secara nyata dengan dedikasi
penuh dalam bekerja pada satu sistem yang dijalankan oleh organisasi pemerintah. Konsep ini
memfokuskan perhatiannya pada bagaimana memotivasi orang untuk bekerja secara manusiawi.
Hubungan manusiawi menekankan pada suatu lingkungan yang menyenangkan untuk bekerja, hal
ini akan memotivasi Pegawai Negeri Sipil untuk giat bekerja sehingga berpengaruh terhadap
produktivitas kerja (Moenir, 2016:34).
Peran Pemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah
7
Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. Dalam
upaya meningkatkan kualitas Pegawai Negeri Sipil dalam hal meningkatkan kinerjanya di Badan
Kepegawaian Daerah Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Tambrauw Provinsi
Papua Barat, diperlukan semangat dan dukungan dari Pegawai Negeri Sipil sebagai salah satu
lembaga teknis daerah yang bertanggung jawab dalam pembinaan dan pelaksanaan tugas sebagai
pengelola kepegawaian daerah pendidikan dan pelatihan, dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas seluruh Pegawai Negeri Sipil.
Sehubungan dengan peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Tambrauw
Provinsi Papua Barat, maka Pegawai Negeri Sipil dituntut memiliki kinerja yang tinggi. Pegawai
Negeri Sipil dituntut untuk merubah paradigma lama selama ini dianutnya, yakni mempunyai
kecenderungan maunya dilayani masyarakat, menjadi paradigma baru yakni harus melayani
masyarakat Perubahan paradigma ini harus dilakukan, sehingga akan ada pergeseran nilai-nilai
yang dianut selama ini dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Tambrauw Provinsi
Papua Barat. Pergeseran-pergeseran nilai dimaksud mencakup antara lain peran, tanggung jawab,
pola pikir, perilaku, sikap mental, daya cipta, persaingan, inovasi, dan intelektual yang harus
dikondisikan dengan pola baru.(Sanapiah, 2015 : 25).
Untuk mewujudkan peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Tambrauw
dalam pelaksanaan tata kepemerintahan yang baik (good governance) tersebut harus segera
direalisasikan, dengan meningkatkan peran kepemimpinan dan terkondisikannya lingkungan kerja
yang memadai, serta ditunjang dengan peran Badan Kepegawaian Daerah Dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kabupaten Tambrauw secara maksimal.
Secara umum dapat diketahui bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Tambrauw dalam
meningkatkan kinerja seluruh aparaturnya, perlu adanya aktivitas pimpinan/pemimpin Pegawai
8
Negeri Sipil di Kabupaten Tambrauw yang mampu mengarahkan pada seluruh aktivitas Pegawai
Negeri Sipil di Kabupaten Tambrauw yang dikelolannya, termasuk juga mewujudkan tujuan
Pemerintah Kabupaten Tambrauw. Aktivitas pimpinan/pemimpin suatu organisasi harus mampu
mengarahkan aktivitas bawahannya pada tujuan tertentu tersebut.
Dengan demikian, untuk dapat berhasil dengan baik dalam memimpin pegawai, pemimpin
harus memiliki modal utama yang menurut Moenir (1998) adalah kepribadian, kemampuan dan
kesungguhan. Ketiganya mempunyai bobot yang sama, dengan demikian satu dan lain pihak
mendominasi, sehingga daya pengaruhya sama besar. Keberhasilan memimpin pekerja dalam
organisasi merupakan salah satu kunci, kearah efektivitas pelaksanaan pekerjaan, dan lebih lanjut
dapat mengantarkan pada keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi, pandangan Moenir ini,
didukung oleh pendapat Mathis dan Jackson (dalam Moenir, 1998). bahwa keberhasilan
manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu kunci efektivitas operasional suatu
organisasi.
Thoha (2015:34), gaya (atau perilaku) secara umum adalah sama dengan cara yang
dipergunakan pemimpin di dalam mempergunakan gaya kepemimpinannya di dalam
mempengaruhi para pengikutnya. Aktivitas tersebut, untuk mempengaruhi orang-orang agar
supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya perilaku pemimpin dalam suatu
organisasi sangat menentukan hasil kerja atau kinerja yang telah dicapai pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Pemimpin yang disegani pegawai,
biasanya merupakan sosok yang mudah berkomunikasi dan mau mendengarkan pendapat bawahan
tanpa mengurangi rasa hormat pegawai terhadap pemimpinnya.
Faktor lain, selain kepemimpinan, semangat dan kegairahan kerja para pegawai dalam
melaksanakan tugas-tugas juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja. Lingkungan kerja ialah
9
segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, contohnya kebersihan, musik, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan kerja, meliputi; pewarnaan, kebersihan,
penerangan, pertukaran udara, hiburan, jaminan terhadap keamanan, susunan dan tata letak
peralatan kantor, tingkat ketenangan, kondisi fisik tempat kerja, dan tingkat kenyamanan kerja.
Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yaitu Peran
kepemimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. Di
Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Tambrauw, terdiri atas beberapa Lembaga Teknis Daerah,
salah satunya adalah Badan Kepegawaian Daerah Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BKDPSDM) Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. BKDPSDM sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah merupakan salah satu organisasi pemerintah yang berbentuk
badan dituntut dapat memberikan kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Pegawai Negeri
Sipil, yang berujung pada meningkatnya kinerja aparatur daerah.
B. Kerangka Konseptual
1. Tinjauan tentang Peran
Menurut Andarmoyo (2012 : 12) Peran menunjuk kepada beberapa set perilaku yang
kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normative dari
seseorang dalam situasi sosial tertentu. Peran didasarkan pada preskipsi dan harapan. Peran
juga menerangkan apa yang individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran tersebut.
Sedangkan menurut Sudarman (2016: 45) Peran adalah ketika seseorang memasuki
lingkungan masyarakat, baik dalam skala kecil (keluarga) maupun skala besar (masyarakat
10
luas), setiap orang dituntut untuk belajar mengisi peran tertentu. Peran sosial yang perlu
dipelajari meliputi dua aspek, yaitu belajar untuk melaksanakan kewajiban dan menuntut hak
dari suatu peran ,dan memiliki sikap, perasaan, dan harapan-harapan yang sesuai dengan peran
tersebut.
Dari paparan di atas dapat penulis simpulkan pengertian peran adalah menerangkan apa
yang individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran tersebut dan melaksanakan kewajiban atas
hak dari suatu peran yang memiliki sikap dan harapan.
1.1 Aspek-aspek Peran
Sarlito Wirawan Sarwono (2015 : 215) membagi peristilahan dalam teori peran dalam
empat golongan, yaitu:
1. Orang- orang yang mengambil bagian dalam interaksi social
2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
3. Kedudukan orang- orang dalam perilaku
4. Kaitan antara orang dan perilaku
1.2 Perilaku dalam Peran
Biddle dan Thomas ( 2014 : 67) membagi lima indikator tentang perilaku dalam
kaitanya dengan peran sebagai berikut :
a. Harapan tentang peran (expectation)
Harapan tentang peran adalah harapan- harapan orang lain tentang perilaku
yang pantas, yang seharusnya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran
tertentu. Harapan tentang perilaku ini bisa berlaku umum, bisa merupakan harapan dari
segolongan orang saja, dan bisa juga merupakan harapan dari satu orang tertentu.
11
b. Norma (Norm)
Secord dan Backman berpendapat bahwa, norma hanya merupakan salah satu
bentuk harapan. Secord dan Backman membagi jenis-jenis harapan sebagai berikut :
1. Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan tentang suatu
perilaku yang akan terjadi.
2. Harapan normatif (role expectation), yaitu keharusan yang menyertai suatu
peran.
c. Wujud Perilaku dalam Peran (Performance)
Peran diwujudkan dalam perilaku oleh aktor. Wujud perilaku dalam peran ini
nyata dan bervariasi, berbeda- beda dari satu aktor ke aktor yang lain. Variasi tersebut
dalam teori peran dipandang normal dan tidak ada batasnya.Teori peran tidak
cenderung mengklasifikasikan istilah-istilahnya menurut perilaku khusus, melainkan
berdasarkan klasifikasinya pada sifat asal dari perilaku dan tujuannya (motivasinya).
Sehingga, wujud perilaku peran dapat digolongkan misalnya kedalam jenis hasil kerja,
hasil sekolah, hasil olahraga, pendisiplinan anak, pencari nafkah, pemeliharaaan
ketertiban, dan lain sebagainya.
Peran dilihat wujudnya dari tujuan dasarnya atau hasil akhirnya, terlepas dari
cara mencapai tujuan atau hasil tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan adanya
cara- cara tertentu dalam suatu peran yang mendapat sanksi dari masyarakat. Suatu cara
menjadi penting dalam perwujudan peran, ketika cara itu bertentangan dengan aspek
lain dari peran. Dengan demikian, seorang aktor bebas untuk menentukan cara-caranya
sendiri selama tidak bertentangan dengan setiap aspek dari peran yang diharapkan
darinya.
12
Sartono (2014:23) mengemukan bahwa ada 5 peran kepemimpinan birokrasi,
yaitu :
a) Peran Mempengaruhi
b) Peran Memotivasi
c) Peran Antar Pribadi
d) Peran Informasional
e) Peran Pengambilan Keputusan
Menurut (Hamalik (2016:67) seorang pemimpin melaksanakan peran-peran
kepemimpinan, yakni :
a) Peran sebagai katalisator. Seorang pemimpin harus menumbuhkan pemahaman dan
kesadaran orang-orang yang dipimpinannya supaya yakin, bahwa tindakan yang
dia lakukan adalah untuk kepentingan semua anggota organisasi. Para anggota
supaya merasa, bahwa hasil kerja kepemimpinannya bukan semata-mata
menguntungkan dirinya, tetapi menguntungkan semua anggota organisasi secara
keseluruhan.
b) Peran sebagai fasilitator. Seseorang pemimpin harus berupaya mendorong dan
menumbuhkan kesadaran para anggota organisasi yang dipimpinnya supaya
melakukan perubahan yang diharapkan untuk meningkatkan organisasi. Pemimpin
tidak hanya berperan sebagai pemarkasa saja, melainkan aktif memberikan
berbagai kemudahan bagi para anggotanya.
c) Peran sebagai Motivator. Seorang pemimpin harus mampu bertindak cepat, tepat
dan tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi oleh organisasi dan berusaha
memecahkan masalah tersebut. Dia harus mampu menentukan saat dimana dia
13
melakukan motivasi untuk bawahannya
2. Pengertian Pemimpin
Pada suatu organisasi pemimpin memiliki peran yang sangat penting demi kemajuan
organisasi dimana pemimpin memegang kekuasaan penting dalam setiap pengambilan
keputusan, membuat rencana dasar dan dalam menentukan tujuan organisasi. Keberhasilan
dari suatu organisasi sangatlah ditentukan oleh pemimpin.
Menurut Syuroh dalam Rahmadi (2017:2) menyatakan pimpinan adalah “ pemimpin
yang mampu berjalan memberikan contoh bagaimana harusnya bekerja, bagaimana harusnya
disiplin dan bagaimana harusnya mengabdi kepada kepentingan umum dan kepentingan
segenap anggota organisasi”.
Menurut Kartini Kartono (2015:34) Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
ke cakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia dapat mempengaruhi orang-orang yang
di sekitar untuk melakukan aktivitas secara bersama-sama demi tercapainya satu tujuan.
Berdasarkan paparan diatas penulis menyimpulkan pengertian pemimpin adalah
seseorang yang mampu memberikan motivasi dan memiliki kelebihan untuk mencapai tujuan
organisasi.
3. Peran Seorang Pemimpin
Secara umum pemimpin dalam suatu organisasi adalah orang yang bertanggungjawab
penuh dalam menggerakkan akitivitas dan motivasi para anggota organisasi untuk mencapai
tujuan bersama. Para ahli mengemukakan bahwa peranan pemimpin yang perlu ditampilkan
seorang pemimpin adalah :
1. Mencetuskan ide
2. Memberi Informasi
14
3. Sebagai seorang Perencana
4. Seseorang yang memberi sugesti
5. Mengaktifkan anggota organisasi
6. Mengawasi kegiatan
7. Memberi semangat kepada para pegawai untuk mencapai tujuan
8. Sebagai ahli dalam bidang yang dipimpinnya
9. Memberi rasa aman (Covey, 2016:45).
4. Dimensi Pimpinan
Menurut Sudarmo dan Sudita dalam Sunyoto (2015:35-36) kepemimpinan terdapat
lima dimensi, yaitu :
a. Cara berkomunikasi
Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan untuk itu
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar. Karena dengan
komunikasi yang baik dan lancar, tentu hal ini akan memudahkan bagi bawahan nya
untuk menangkap apa yang dikehendaki oleh seorang pemimpin.
b. Pemberian motivasi
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi yang
baik dan lancar tentu saja juga harus mempunyai kemampuan untuk memberikan
dorongan-dorongan atau motivasi kepada bawahannya. Perhatian seorang pemimpin
akan sangat berarti bagi bawahan, bahwa dari segi penghargaan ataupun pengakuan
sangat memberikan makna yang sangat tinggi bagi karyawan atau bawahan.
c. Kemampuan memimpin
15
Tidak setiap pemimpin mampu memimpin, karena yang berkenaan dengan
bakat seseorang untuk mempunyai kemampuan memimpin adalah berbeda-beda. Hal
ini dapat terlihat dalam gaya kepemimpinannya, apakah mempunyai gaya
kepemimpinan otokratik, partisipatif, atau bebas kendali.
d. Pengambilan keputusan
Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan fakta dan
peraturan yang berlaku di perusahaan serta keputusan yang diambil tersebut mampu
memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik bahkan mampu
memberikan kontribusi bagi kemajuan dari perusahaan.
e. Kekuasaan yang positif
Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau perusahaan walaupun
dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tentu saja harus memberikan rasa aman
bagi karyawan (bawahan) yang bekerja.
5. Tinjauan tentang Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu konsep yang memiliki banyak defenisi, defenisi
kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dan menentukan tujaun organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan organisasi dan memperbaiki kelompok
dan budayanya, mempengaruhi interprestasi peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan
aktifitas-aktifitas untuk mencapai tujuan sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja
kelompok (Andi Juned, 2012; 44).
Salah satu bentuk sikap profesional dari aparatur pemerintah dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya adalah dengan menerapkan sikap disiplin sesuai dengan aturan
yang berlaku. Akan tetapi sikap disiplin tampaknya belum menyeluruh dilaksanakan oleh
16
aparatur pemerintah. Hal ini juga harus di dukung dengan kompetensi yang baik, dimana
aparatur pemerintah dituntut untuk memiliki keahlian dan kemampuan yang mendukung dalam
tugas-tugasnya. Selain itu pimpinan selaku penggerak memiliki keterampilan manager dan
keterampilan teknis, khusus dalam beberapa bidang, hingga ia mampu mempengaruhi pegawai
untuk bersama-sama melakukan aktifitas untuk mencapai tujuan instansi.
Sedangkan kepemimpinan menurut Hasibuan dalam (Baharudin dan Umiarso,
2012;434) adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja
sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dalam
lembaga pemerintahan cenderung berbeda jika di bandingkan dengan kepemimpinan di
lembaga lainnya. Hal ini karena dalam lembaga pemerintahan target dan tujuannya adalah
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berada dalam jangkauannya. (Yusuf, 2010 :
28).
Berdasarkan paparan di atas dapat penulis simpulkan kepemimpinan adalah proses
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan organisasi dan cara seorang pemimpin
untuk mempengaruhi perilaku bawahan agar tujuan organisasi tercapai dengan baik.
Menurut (Rivai, 2011 ; 34), Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi seperti :
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemapaan mengarahkan (direcktion)
dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok /
organisasi.
Secara oprasional (Rivai, 2015;34-35), membedahkan fungsi kepemimpinan dalam
lima fungsi pokok yaitu;
17
1 Fungsi Instruksi
Fungsi instruksi bersifat kominikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, dan dimana perintah itu
dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang
efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakan dan memotifasi orang lain,
agar mau melaksanakan perintah.
2 Fungsi Konsultasi
Fungsi konsultasi bersifat komunikasi dua arah. Pemimpin dapat menggunakan
fungsi konsultasi sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan
manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan
pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3 Fungsi Partisipasi
Fungsi partisipasi, Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan
keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok
memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan
kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-
masing.
4 Fungsi Delegasi
Fungsi delegasi, Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan
pelimpahan wewenang membuai atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi
sebenarnya adalah kepercayaan seseorang pemimpin kepada orang yang diberi
kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara
18
bertanggung jawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan
dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin
seorang diri.
5 Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian, Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang
efektif harus berusaha mampu mengatur aktifitas anggota-angotanya secara dengan
terarah dalam mengkoordinasi yang efektif, sehingga dapat memungkinkan
tercapainya tujuan itu bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi
pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Menurut Kartono (2018:12), gaya kepemimpinan seseorang dapat dilihat dan
dinilai dari beberapa indikator sebagai berikut:
1. Kemampuan Memotivasi
Kemampuan Memotivasi adalah Daya pendorong yang mengakibatkan seorang
anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan kemampuannya (dalam bentuk
keahlian atau keterampilan) tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam
rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Kemampuan dalam Membangun hubungan yang baik dengan bawahan
Kecakapan atau kesanggupan penyampaian pesan, gagasan, atau pikiran kepada orang
lain dengan tujuan orang lain tersebut memahami apa yang dimaksudkan dengan baik,
secara langsung lisan atau tidak langsung. Membina hubungan baik dengan bawahan
19
3. Kemampuan mendisiplinkan bawahan
Seorang Pemimpin harus memiliki keinginan untuk membuat orang lain mengikuti
keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan jabatan secara
efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Termasuk di
dalamnya memberitahukan orang lain apa yang harus dilakukan dengan nada yang
bervariasi mulai dari nada tegas sampai meminta atau bahkan mengancam. Tujuannya
adalah agar tugas-tugas dapat terselesaikan dengan baik.
6. Kinerja Pegawai Pemerintah
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi
kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses (Nurlaila, 2010:71).
Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu
yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans,
2015:165).
Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar
yang ditetapkan (Dessler, 2016:41). Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun
kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang
diberikan (Mangkunagara, 2012:22).
Berdasarkan paparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengertian kinerja adalah
suatu hasil yang baik dan terukur secara kualitas dan kuantitas yang dihasilkan seseorang
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
20
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
a. Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa
kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai
yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif
dinamakan tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh
maka kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono, 2013:27).
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu
organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk
melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya (Prawirosentono, 1999:27).
Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam
organisasi tersebut.
c. Disiplin
Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono,
2015:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam
menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
d. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide
untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi
8. Tujuan dan Manfaat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Menurut Notoadmojo, Tujuan pengembangan sumber daya manusia mempunyai dua
dimensi yaitu dimensi individual dan dimensi institusional atau organisasional. Tujuan yang
21
berdimensi individual mengacu kepada sesuatu yang dicapai oleh seorang pegawai. Tujuan
berdimensi institusional mengacu kepada apa yang dapat dicapai oleh institusi atau organisasi
sebagai hasil dari program-program pengembangan sumber daya manusia (Notoadmojo,
2013 : 34). Secara umum tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk
memastikan bahwa organisasi mempunyai orang-orang yang berkualitas untuk mencapai
tujuan organisasi untuk meningkatkan kinerja dan pertumbuhan (Armstrong, 2007:507).
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai dengan memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi
mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam mencapai tingkat kemampuan yang dibutuhkan
untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Selain itu perlu pula diperhatikan bahwa
dalam upaya pengembangan sumber daya manusia ini, kinerja individual dan kelompok adalah
subjek untuk peningkatan yang berkelanjutan dan bahwa orang-orang dalam organisasi
dikembangkan dalam cara yang sesuai untuk memaksimalkan potensi serta promosi mereka.
Beberapa tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas kerja.
2. Mencapai efisiensi.
3. Meminimalisir kerusakan.
4. Mengurangi kecelakaan.
5. Meningkatkan pelayanan.
6. Memelihara moral pegawai.
7. Meningkatan peluang karier.
8. Meningkatkan kemampuan konseptual.
9. Meningkatkan kepemimpinan.
10. Peningkatan balas jasa.
22
11. Peningkatan pelayanan kepada konsumen.
Dengan meningkatnya kemampuan pegawai, baik konseptual, maupun teknikal,
maka upaya pemberian pelayanan kepada konsumen pun akan berjalan lebih baik pula.
Manfaat dan tujuan dari kegiatan pengembangan sumberdaya manusia menurut Schuler
(2012 : 67), yaitu :
a) Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk
Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai saat ini,
yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan ditujukan untuk dapat mencapai
efektivitas kerja sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi.
b) Meningkatkan produktivitas
Dengan mengikuti kegiatan pengembangan berarti pegawai juga memperoleh
tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan
pekerjaan mereka. Dengan semikian diharapkan juga secara tidak langsung akan
meningkatkan produktivitas kerjanya.
c) Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja
Dengan semakin banyaknya ketrampilan yang dimiliki pegawai, maka akan lebih
fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan adanya perubahan
pada lingkungan organisasi. Misalnya bila organisasi memerlukan pegawai dengan
kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru,
oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan
tersebut.
d) Meningkatkan komitmen karyawan.
Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi
23
yang baik tentang organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen
kerja pegawai serta dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik.
e) Mengurangi turn over dan absensi.
Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan
memberikan dampak terhadap adanya pengurangan tingkat turn over absensi. Dengan
demikian juga berarti meningkatkan produktivitas organisasi.
8.1 Studi Lanjut
Institusi pendidikan formal mengemban tugas penting untuk menyiapkan sumber daya
manusia (SDM) Indonesia berkualitas di masa depan. Di lingkungan pendidikan persekolahan
(education as schooling) ini, pegawai yang profesional memegang kunci utama bagi
peningkatan mutu organisasi. Sebagai tenaga profesional, pegawai dituntut memvalidasi ilmu
nya baik melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang
dilembagakan oleh Pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan upaya peningkatan
profesionalisme pegawai yang dapat dilakukan melalui studi lanjut. Pembinaan pegawai
meliputi pembinaan kompetensi pedagogik. Kompetensi kepribadian, kompetensi profesional
dan kompetensi sosial. Pembinaan karier sebagaimana dimaksud meliputi penugasan,
kenaikan pangkat dan promosi.
8.2 Pendidikan Dan Pelatihan
Pengembangan sumber daya manusia mencakup baik pendidikan yang meningkatkan
pengetahuan umum dan pemahaman lingkungan keseluruhan maupun pelatihan yang
menambah keterampilan dalam melaksanakan tugas yang spesifik. Pendidikan (education)
sumber daya manusia merupakan proses pengembangan jangka panjang yang mencakup
pengajaran dan praktek sistematik yang menekankan pada konsep-konsep teoritis dan abstrak.
24
Sedangkan pelatihan (training) adalah salah satu jenis proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori (sastradipoera,
2002 : 21).
Menurut Suprihanto mengemukakan pendidikan adalah suatu kegiatan untuk
memperbaiki kemampuan pegawai dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pengertian
tentang pengetahuan umum dan pengetahuan ekonomi pada umumnya, termasuk peningkatan
penguasaan teori pengambilan keputusan dalam menghadapi persoalan-persoalan organisasi.
Sedangkan pelatihan dalah kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan
(Suprihanto, 2014:13).
Pedidikan dan pelatihan adalah upaya mengembangkan sumber daya manusia terutama
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Pendidikan dan
pelatihan adalah proses belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
dalam melaksanakan tugasnya. Pelatihan yang dimaksud adalah upaya untuk mentransfer
keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta peatihan pada saat melaksanakan pekerjaan
(Siregar, 2019 : 34).
Pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan haruslah yang spesifik dan latihan
harus diarahkan pada perubahan perilaku yang telah diidentifikasikan. Pelatihan juga harus
mempelajari keterampilan atau teknik khusus yang dapa diobservasi pada tempat tugasnya.
C. Metode Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2017:02-04) pengertian metode penelitian merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut
25
ada empat kata kunci yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti deskriptif kualitatif yaitu :
cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan cara ilmiah. Penelitian berdasarkan ciri-ciri keilmuan
berarti rasional, empiris dan sistematis, rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara
masuk akal, sehingga terjangkau oleh nalar dan pikiran manusia. Secara umum data yang diperoleh
dari penelitian deskriptif kualitatif dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah. Memahami berarti menjelaskan sesuatu masalah atau informasi yang
tidak di ketahui dan selanjutnya menjadi tahu. Memecahkan berarti mengupayakan agar masalah
tidak akan terjadi.
a. Jenis Penelitian
Permaslahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial
dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif
untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengelolah dan menganalisis data hasil
penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi
sosial, misalnya dengan wawancara mendalam sehingga akan ditemukan maslah-maslah
yang jelas.
Moleong (2007;5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan
data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh
orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh
gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti.
Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang
yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.
26
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di kantor Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat.
c. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Peran Pemimpin dalam Meningkatkan Kinerja
Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di
Kabupaten Tambrauw.
d. Subjek Penelitian
Tabel 1.1Deskripsi Informan Berdasarkan Jabatan
No. Nama Jabatan Pendidikan Usia1. Matheus M
Woisiri S.Sos,M.AP
Kepala Badan KepegawaianDaerah dan PengembanganSumber Daya Manusia KabupatenTambrauw Provinsi Papua Barat
S2 53
2. Merina MKmurawak,S.Sos
Sekretaris Badan KepegawaianDaerah dan PengembanganSumber Daya Manusia KabupatenTambrauw Provinsi Papua Barat.
S1 42
3. Isnain Solo,S.Sos
Kepala Bidang Pengadaan,Pengangkatan dan PengembanganKarier Badan KepegawaianDaerah dan PengembanganSumber Daya Manusia KabupatenTambrauw Provinsi Papua Barat.
S1 38
4. Nur Ida M. SE Bagian Umum Kepegawaian S1 395. Agustino
Yamlean S.SosSub Bidang Pengembangan Karier S1 47
6. Paulinus Asiti Staf SMA 357. Marthen Wabia Staf SMA 36
Sumber: Data Primer, 2019
Berdasarkan data tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa informan dalam penelitian
ini adalah merupakan orang-orang yang terlibat dalam. Hal tersebut menunjukkan bahwa
27
data tersebut terkait dengan tentang Peran Pemimpin dalam Meningkatkan Kinerja
Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat dapat diperoleh dengan akurat. Informan yang
penulis teliti dengan berbagai macam jabatan atau posisi tersebut dapat memberikan
jawaban yang akurat dan sesuai dengan topik penelitian yang penulis teliti. Diharapkan
informan tersebut mampu memberikan keterangan atau jawaban yang baik dan lengkap.
Data tabel 1.1 tersebut di atas dapat diketahui bahwa umur informan adalah paling
mendominasi dengan rentang usia antara 30 sampai dengan 40 tahun dengan jumlah 4
informan dan rentang usia informan antara 41 – 50 tahun berjumlah 2 informan dan untuk
rentang usia informan 51-60 berjumlah 1 informan.
Selain dilihat dari segi jabatan informan dan tingkat umur yang memberikan data
dalam penelitian ini, maka penulis juga melakukan pembagian informan berdasarkan
tingkat pendidikan untuk melihat kemampuan dari informan untuk menjawab dari
pertanyaan yang penulis ajukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan informan, maka
semakin berkualitas jawaban informasi yang diperoleh untuk menjawab pokok
permasalahan dalam penelitian ini.
Berdasarkan data tabel 1.1 tersebut di atas dapat diketahui bahwa semua informan
dalam penelitian ini adalah paling banyak berpendidikan S1 dengan jumlah 4 orang.
Berdasarkan data tingkat pendidikan tersebut dapat diketahui bahwa dengan tingkat
pendidikan dari informan yang cukup, maka peneliti mudah mendapatkan data yang sesuai
atau akurat dengan informan yang penulis lakukan. Dengan demikian, tingkat pendidikan
merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk menyampaikan
sesuatu yang terjadi.
28
e. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti memilih jenis
penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik.
Selanjutnya di jelaskan oleh Moleong (2010; 132) mendiskripsikan subyek penelitian
sebagai informen yang artinya orang pada latar penelitian yang di manfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
a. Observasi atau Pengamatan
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, fakta mengenai dunia dan kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Data dikumpul dengan menggunakan berbagai alat yang
canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun sangat jauh dapat di
observasi dengan jelas (Sugiyono, 2017; 106).
b. Wawancara (Interview)
Menurut Moleong yang dimaksud dengan wawancara adalah sebagai
berikut :
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara atau pihak yang mengajukan pertanyaan dan informan, dan
dilakukan dengan maksud tertentu. Maksud tertentu yang dimaksud dalam hal
ini adalah untuk mendapat sebanyak mungkin data yang untuk menjawab
rumusan masalah penelititan (Moleong, 2013: 200).
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan informan
penelitian. Sebelum melakukan wawancara maka penulis membuat pedoman
29
wawancara terlebih dahulu. Adapun jenis wawancara yang penulis gunakan adalah
wawancara terstruktur. Pada wawancara ini digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam prakteknya selain membawa
instrument sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul data juga dapat
menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan amaterial lain
yang dapat membantu dalam wawancara (Sugiyono, 2014:138-140).
c. Dokumentasi
Dokumen menurut Sugiyono (2013 ; 240), merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berupa foto, gambar, data, karya seseorang
dan tulisan. Dalam hal ini dokumentasi yang di gunakan oleh peneliti adalah data-
data mengenai Peran Pemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada
BKDPSDM Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat yakni sebagai berikut :
1. Peta Kabupaten Tambrauw
2. Struktur Organisasi BKDPSDM Kabupaten Tambrauw
f. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian
Pemilihan subyek penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling, yaitu
pemilihan sampel dengan menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono,
2013: 46). Teknik pengambilan sampel tersebut dilakukan untuk memilih informan
penelitian.
30
g. Teknik Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Moleong yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
Jenis penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2013: 6).
Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis terhadap Upaya Pemerintah
Kabupaten Tambrauw dalam pencegahan urbanisasi. Langkah-langkah dalam
melakukan analisis adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Data-data tersebut penulis kumpulkan menjadi satu untuk dilakukan
pemilihan data.
b. Pemilihan Data/Reduksi data
Setelah data-data yang dikumpulkan diperoleh, maka penulis melakukan
pemilihan data dengan menyesuikannya sesuai dengan pokok permasalahan yang
diteliti.
c. Penyajian Data
Langkah selanjutnya adalah proses penyajian data, dalam tahap ini penulis
melakukan analisis data dengan menjabarkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan
sesuai dengan apa yang didapat.
31
d. Menarik Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir adalah dengan melakukan penarikan kesimpulan, dalam tahap
ini penulis menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian. Selain
memberikan kesimpulan penulis juga memberikan saran atau rekomendasi penelitian.
D. Pembahasan
A. Temuan Data pada Kemampuan pemimpin dalam para pegawai yang berada di
BKDPSDM
1. Kemampuan Pemimpin dalam Pemberian motivasi
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi yang baik
dan lancar tentu saja juga harus mempunyai kemampuan untuk memberikan dorongan-
dorongan atau motivasi kepada bawahannya. Perhatian seorang pemimpin akan sangat
berarti bagi bawahan, bahwa dari segi penghargaan ataupun pengakuan sangat memberikan
makna yang sangat tinggi bagi karyawan atau bawahan.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Matheus Woisiri S.Sos.,M.AP selaku Kepala
Badan di BKDPSDM sebagai berikut :
“ Saya selaku pemimpin selalu memberikan motivasi kepada para pegawai yangberada di BKDPSDM untuk selalu meningkatkan kinerja mereka agar tujuan dariBKDPSDM ini tercapai dengan baik yaitu dapat memberikan pelayanan yangterbaik untuk seluruh pegawai negeri sipil di Kabupaten Tambrauw”(Wawancaratanggal 27 Juni 2019).
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Merina M. Kmurwak S.Sos selaku Sekretaris
di BKDPSDM sebagai berikut :
“Bentuk motivasi yang diberikan oleh Bapak Matheus Woisiri S.Sos., M.AP selakupemimpin kami yaitu selalu mendorong kami para pegawainya untuk dapatmelanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk memperdalam ilmukepegawaiannya pada Pusat Pengembangan Aparatur Sipil Negara yang berada di
32
Desa Pandansari Ciawi Bogor Jawa Barat. Bahkan, dalam waktu dua tahun kamimengirimkan dua pegawai untuk melanjutkan ke jenjang Strata Satu di Kota Bogortersebut”. (Wawancara tanggal 28 Juni 2019).Kemudian Bapak Isnain Solo, S.Sos selaku Kepala Bidang Pengadaan dan
Pengembangan Karier di BKDPSDM menambahkan sebagai berikut :
“Untuk memotivasi para pegawai yang berada di BKDPSDM ini pemimpin kamiselalu mengadakan mengirim pegawai untuk mengikuti beberapa pelatihan yangsesuai dengan tugas dan tanggung jawab nya. Pelatihan yang kami ikuti yaituPelatihan Simpeg (Sistem Informasi Pegawai) di Hotel Mutiara Yogyakarta selama3 hari”(Wawancara tanggal 29 Juni 2019).
Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Paulinus Asiti selaku Staf di BKDPSDM yakni
sebagai berikut :
“Kami para staf diberikan motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yanglebih tinggi seperti kami para lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) diwajibkanuntuk meneruskan pendidikan ke S1 kemudian untuk pegawai yang memilikipendidikan S1 bisa meneruskan pendidikan ke jenjang pendidikan S2 agar pangkatdan golongan kami naik dan kami dapat meningkatkan kinerja di BKDPSDMKabupaten Tambrauw “(Wawancara tanggal 29 Juni 2019).
Bapak Marthen Wabia selaku staf juga menambahkan sebagai berikut :
“Kami sebagai pegawai negeri sipil memiliki SKP (Sasaran Kinerja Pegawai) yangbertujuan untuk menjamin onjektifitas pembinaan PNS yang dilakukanberdasarkan sistem prestasi kerja sehingga kami memiliki target kinerja yang harusdicapai. Penilaian ini dilakukan dalam kurun waktu yaitu 2 kali dalam setahun yaitubiasanya pada bulan April dan Oktober. Hal inilah yang menjadi motivasi kamisebagai pegawai untuk selalu bersedia dimotivasi oleh atasan kami di BKDPSDMKabupaten Tambrauw”(Wawancara tanggal 29 Juni 2019).
Kemudian Bapak Agustino Yamlean S.Sos selaku Sub Bidang Pengembangan
Karier membenarkan pernyataan tersebut yakni sebagai berikut :
“Benar apa yang disampaikan oleh Bapak Marthen Wabia karena pegawai selalutermotivasi untuk mendapatkan penilaian yang terbaik dari atasan melalui SKPsehingga dapat menajdi acuan untuk kenaikan pangkat dan golongan sehingakesejahteraan pun meningkat hal ini dapat meningkatkan kinerja para pegawai yangada di BKDPSDM Kabupaten Tambrauw”(Wawancara tanggal 29 Juni 2019).
33
Ibu Nur Ida M.SE selalu Bagian Umum Kepegawaian juga menambahkan yakni
sebagai berikut :
“Kami selalu pegawai di BKDPSDM senantiasa mendapat arahan dan motivasi daripimpinan kami saat apel pagi dan rapat koordinasi. Sehingga dalam pemberianmotivasi tersebut kami merasa selalu diingatkan sehingga dalam motivasi tersebutdapat meningkatkan semangat kami untuk memberikan kinerja yang terbaik untukBKDPSDM di Kabupaten Tambrauw”(Wawancara tanggal 29 Juni 2019).
Berdasarkan paparan diatas dapat penulis simpulkan bahwa Kemampuan pemimpin
dalam memotivasi para pegawai yang berada di BKDPSDM dilakukan dengan mendorong
pegawai untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mengirim
pegawai untuk mengikuti pelatihan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2. Kemampuan Pemimpin dalam membangun hubungan yang baik antar pegawai
yang berada di BKDPSDM
Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan untuk itu
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar. Karena dengan
komunikasi yang baik dan lancar, tentu hal ini akan memudahkan bagi bawahan nya untuk
menangkap apa yang dikehendaki oleh seorang pemimpin sehingga dapat tercipta
hubungan yang baik antar pegawai dan pemimpin nya.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Agustino Yamlean S.Sos selaku Sub Bidang
Pengembangan Karier yakni sebagai berikut :
“Hubungan kami para pegawai dengan pemimpin kami Bapak Matheus WoisiriS.Sos.,M.AP selaku Kepala Badan di BKDPSDM terbina dengan sangat baik sekalidan sudah seperti hubungan keluarga. Apabila kami para pegawai melakukankesalahan maka Bapak Pemimpin akan menegur tanpa mempermalukan kami didepan umum. Sehingga beliau bisa memahami setiap kendala dan hambatan yangkami hadapi selama menjalankan tugas di BKDPSDM Kabupaten Tambrauw”(Wawancara tanggal 27 Juni 2019).
34
Kemudian Ibu Nur Ida M. SE selaku Bagian Umum Kepegawaian menyatakan sebagai
berikut :
“Di Kantor BKDPSDM ini kami boleh mendengarkan musik dan radio untukmenciptakan suasana santai dan rileks sehingga kami bekerja tanpa ada rasa jenuhdan bosan. Hal ini lah yang membuat kami para pegawai merasa betah dan nyamanbekerja di BKDPSDM Kabupaten Tambrauw”(Wawancara tanggal 28 Juni 2019).
Pernyataan diatas dibenarkan oleh Bapak Marthen Wabia sebagai berikut :
Di kantor ini kami tidak merasa tertekan untuk melaksanakan tugas dan tanggungkarena situasi dan suasana didalam kantor membuat kami betah dannyaman”(Wawancara tanggal 28 Juni 2019)
Kemudian Bapak Paulinus Asiti selaku Staf juga menambahkan sebagai berikut :
“Kami bekerja dari senin hingga jumat tidak ada perasaan tertekan sedikit pun ataupun jenuh Karena pimpinan kami selalu membuat kami betah dan nyaman untukbekerja dikantor ini”(Wawancara tanggal 28 Juni 2019).
Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Isnain Solo, S.Sos sebagai berikut :
“ Benar apa yang disampaikan oleh Bapak Paulinus tersebut bahwa kami memnagtidak merasa terbebani untuk menjalankan tugas dan fungsi kami meskipun kamiselalu berada diruangan ini”(wawancara tanggal 28 Juni 2019).
Kemudian Bapak Matheus M.Woisiri S.Sos M.AP yakni sebagai berikut :
“Saya memang menciptakan hubungan baik dengan pegawai di BKDPSDM karenaatmosfir kenyamanan dan ketentraman dalam bekerja jauh lebih penting untukdiprioritaskan. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kinerja pegawai yangebrada di BKDPSDM. Pegawai yang nyaman dalam bekerja dan tentram hatinyamaka akan bersemangat dalam menjalankan tugas yang diberikan sehinggapekerjaan menjadi cepat selesai sehingga hal ini akan berdampak pada pelayananyang terbaik untuk BKDPSDM di Kabupaten Tambrauw”(Wawancara tanggal 28Juni 2019).
Ibu Merina MK. Murawak, S.Sos selaku Sekretaris BKDPSDM menambahkan
sebagai berikut :
“Kinerja kami dalam menjalankan tugas disini tidak bisa tergantung hanya padadiri sendiri saja harus ada pengaruh dari atasan tempat kami bekerja jugalingkungan kerja yang kondusif dan nyaman untuk kami bekerja”(Wawancaratanggal 28 Juni 2019)
35
Dari pernyataan di atas dapat penulis simpulkan bahwa kemampuan pemimpin
dalam membangun hubungan yang baik antar pegawai yang berada di BKDPSDM terbina
dengan cukup baik dan pemimpin dapat menciptakan rasa kekeluargaan di kantor
BKDPSDM Kabupaten Tambrauw.
3. Kemampuan Pemimpin dalam Mendisplinkan Pegawai yang berada di
BKDPSDM
Disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono,
2015:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam
menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Matheus Woisiri S.Sos.,M.AP selaku Kepala
Badan di BKDPSDM sebagai berikut :
“Saya selalu menghimbau kepada pegawai di BKDPSDM untuk datag tepat waktusebagai bentuk disiplin di lingkungan kerja kami. Apabila ada yang melanggarmaka saya biasanya akan menegur pegawai tersebut di ruangan saya atau sayamengajak pegawai itu untuk keluar makan siang bersama saya sembari sayamendengarkan apa yang tengah terjadi sehingga pegawai tersebut melakukantindakan tidak disiplin”(Wawancara tanggal 28 Juni 2019).
Kemudian Bapak Isnain Solo, S.Sos selaku Kepala Bidang Pengadaan,
Pengangkatan dan Pengembangan Karier Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat menambahkan sebagai
berikut :
“Biasanya pegawai yang sering terlambat datang dan tidak masuk kantor selaludipantau oleh pemimpin dan langsung ditegur secara personal oleh pemimpin. Halini baik untuk menjaga harga diri pegawai tersebut meskpun sudah melakukankesalahan namun, pemimpin selalu mengutamakan cara-cara persuasive danhumanis agar hubungan antara atasan dan bawahan senantiasa tercipta rasakekeluargaan yang tinggi”(Wawancara tanggal 26 Juni 2019).
36
Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Paulinus Asiti selaku staf yakni sebagai berikut:
“Kami pegawai di BKDPSDM juga pernah melakukan kesalahan seperti terlambatmasuk kantor atau tidak masuk kantor tanpa mengabari atasan kami. Namunkesalahan kami tidak pernah dibesar-besarkan oleh atasan kami,justru kamidipanggil secara personal dan diajak untuk berdiskusi terkait kesalahan yang kamibuat”(wawancara tanggal 26 Juni 2019)
Bapak Marthen Wabia selaku staf juga menambahkan sebagai berikut :
“Saya sendiri pernah melakukan kesalahan dan itu berdampak juga apda SKP sayanamun hal itu tidak begitu menjadi masalah besar karena pimpinan selalumemantau perbaikan sikap dan peningkatan kinerja yang saya lakukan sehinggaatasan juga melihat apa yang saya lakukan adalah sebuah pembelajaran untuk sayasehingga saya selalu dimonitor oleh atasan untuk kedepannya agar tidak melakukankesalahan yang sama dilain waktu”(Wawancara tanggal 26 Juni 2019).
Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Merina MK. Murawak S.Sos selaku Sekretaris
BKDPSDM yakni sebagai berikut :
“Saya sendiri juga pernah melakukan kesalahan, karena saya selaku sekretaris jugapernah tidak masuk kantor tanpa mengabari atasan saya dan saya langsungdipanggil secara personal ke ruangan pimpinan kemudian saya ditanya tentangmengapa saya tidak masuk kantor, akhirnya saya menyadari kesalahan saya tanpamerasa dipermalukan didepan umum”(Wawancara tanggal 26 Juni 2019).
Kemudian Bapak Agustino Yamlean S.Sos selaku Sub Bidang Pengembangan
Karier menambahkan sebagai berikut :
“Kedisiplinan pegawai tergantung atasan nya dan dirinya sendiri, jadi jika atasansudah menciptakan atmosfir yang baik dan harmonis dikantor pasti kami sebagaipegawai juga segan melakukan tindakan tidak disiplin. Selama ini pimpinan kamiselalu memberikan contoh yang baik untuk kami sebagai bawahan nya”(Wawancara tanggal 26 Juni 2019)
Hal tersebut dibenarkan juga oleh Ibu Nur Ida M SE selaku Bagian Umum
Kepegawaian yakni sebagai berikut :
37
“Kami semua pernah ditegur oleh Bapak Pimpinan karena semua pernahmelakukan kesalahan disini. Tetapi meskipun demikian, kami selalu diperlakukandengan baik dan kami tidak pernah diberi sanksi tanpa dipanggil atau diberitahudahulu apa kesalahan kami. Jadi kami diberi teguran lisan dahulu secara personaldiruangan pimpinan”(Wawancara tanggal 26 Juni 2019).
Berdasarkan paparan di atas penulis dapat menyimpulkan kemampuan pemimpin
dalam mendisplinkan Pegawai yang berada di BKDPSDM dilakukan dengan pendekatan
persuasive dan humanis agar hubungan antara pemimpin dan bawahan terbina dengan baik.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Kemampuan pemimpin dalam memotivasi para pegawai yang berada di
BKDPSDM.
Bahwa Kemampuan pemimpin dalam memotivasi para pegawai yang berada di
BKDPSDM dilakukan dengan mendorong pegawai untuk dapat melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi dan mengirim pegawai untuk mengikuti pelatihan yang sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Menurut Notoadmojo, Tujuan pengembangan sumber daya manusia mempunyai
dua dimensi yaitu dimensi individual dan dimensi institusional atau organisasional. Tujuan
yang berdimensi individual mengacu kepada sesuatu yang dicapai oleh seorang pegawai.
Tujuan berdimensi institusional mengacu kepada apa yang dapat dicapai oleh institusi atau
organisasi sebagai hasil dari program-program pengembangan sumber daya manusia
(Notoadmojo, 2013 : 34). Secara umum tujuan pengembangan sumber daya manusia
adalah untuk memastikan bahwa organisasi mempunyai orang-orang yang berkualitas
untuk mencapai tujuan organisasi untuk meningkatkan kinerja dan pertumbuhan
(Armstrong, 2007:507). Tujuan tersebut di atas dapat dicapai dengan memastikan bahwa
setiap orang dalam organisasi mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam mencapai
38
tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif.
Selain itu perlu pula diperhatikan bahwa dalam upaya pengembangan sumber daya
manusia ini, kinerja individual dan kelompok adalah subjek untuk peningkatan yang
berkelanjutan dan bahwa orang-orang dalam organisasi dikembangkan dalam cara yang
sesuai untuk memaksimalkan potensi serta promosi mereka. Beberapa tujuan
pengembangan sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas kerja.
2. Mencapai efisiensi.
3. Meminimalisir kerusakan.
4. Mengurangi kecelakaan.
5. Meningkatkan pelayanan.
6. Memelihara moral pegawai.
7. Meningkatan peluang karier.
8. Meningkatkan kemampuan konseptual.
9. Meningkatkan kepemimpinan.
10. Peningkatan balas jasa.
11. Peningkatan pelayanan kepada konsumen.
Dengan meningkatnya kemampuan pegawai, baik konseptual, maupun
teknikal, maka upaya pemberian pelayanan kepada konsumen pun akan berjalan lebih
baik pula. Manfaat dan tujuan dari kegiatan pengembangan sumberdaya manusia
menurut Schuler (2012 : 67), yaitu :
f) Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk
Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai saat ini,
39
yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan ditujukan untuk dapat mencapai
efektivitas kerja sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi.
g) Meningkatkan produktivitas
Dengan mengikuti kegiatan pengembangan berarti pegawai juga memperoleh
tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan
pekerjaan mereka. Dengan semikian diharapkan juga secara tidak langsung akan
meningkatkan produktivitas kerjanya.
h) Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja
Dengan semakin banyaknya ketrampilan yang dimiliki pegawai, maka akan lebih
fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan adanya perubahan
pada lingkungan organisasi. Misalnya bila organisasi memerlukan pegawai dengan
kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru,
oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk pekerjaan
tersebut.
i) Meningkatkan komitmen karyawan.
Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi
yang baik tentang organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen
kerja pegawai serta dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik.
j) Mengurangi turn over dan absensi.
Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan
memberikan dampak terhadap adanya pengurangan tingkat turn over absensi. Dengan
demikian juga berarti meningkatkan produktivitas organisasi.
a. Studi Lanjut
40
Institusi pendidikan formal mengemban tugas penting untuk menyiapkan sumber
daya manusia (SDM) Indonesia berkualitas di masa depan. Di lingkungan pendidikan
persekolahan (education as schooling) ini, pegawai yang profesional memegang kunci
utama bagi peningkatan mutu organisasi. Sebagai tenaga profesional, pegawai dituntut
memvalidasi ilmu nya baik melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan
dan pengembangan yang dilembagakan oleh Pemerintah atau masyarakat. Pembinaan
merupakan upaya peningkatan profesionalisme pegawai yang dapat dilakukan melalui
studi lanjut. Pembinaan pegawai meliputi pembinaan kompetensi pedagogik. Kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Pembinaan karier
sebagaimana dimaksud meliputi penugasan, kenaikan pangkat dan promosi.
b. Pendidikan Dan Pelatihan
Pengembangan sumber daya manusia mencakup baik pendidikan yang
meningkatkan pengetahuan umum dan pemahaman lingkungan keseluruhan maupun
pelatihan yang menambah keterampilan dalam melaksanakan tugas yang spesifik.
Pendidikan (education) sumber daya manusia merupakan proses pengembangan jangka
panjang yang mencakup pengajaran dan praktek sistematik yang menekankan pada
konsep-konsep teoritis dan abstrak. Sedangkan pelatihan (training) adalah salah satu jenis
proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem
pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek daripada teori (sastradipoera, 2002 : 21).
Menurut Suprihanto mengemukakan pendidikan adalah suatu kegiatan untuk
memperbaiki kemampuan pegawai dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pengertian
tentang pengetahuan umum dan pengetahuan ekonomi pada umumnya, termasuk
41
peningkatan penguasaan teori pengambilan keputusan dalam menghadapi persoalan-
persoalan organisasi. Sedangkan pelatihan dalah kegiatan untuk memperbaiki kemampuan
karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operasional dalam
menjalankan suatu pekerjaan (Suprihanto, 2014:13).
Pedidikan dan pelatihan adalah upaya mengembangkan sumber daya manusia
terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.
Pendidikan dan pelatihan adalah proses belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia dalam melaksanakan tugasnya. Pelatihan yang dimaksud adalah
upaya untuk mentransfer keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta peatihan pada
saat melaksanakan pekerjaan (Siregar, 2019 : 34).
Pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan haruslah yang spesifik dan
latihan harus diarahkan pada perubahan perilaku yang telah diidentifikasikan. Pelatihan
juga harus mempelajari keterampilan atau teknik khusus yang dapa diobservasi pada
tempat tugasnya.
2. Kemampuan Pemimpin dalam membangun hubungan yang baik antar pegawai yang
berada di BKDPSDM.
Bahwa kemampuan pemimpin dalam membangun hubungan yang baik antar pegawai
yang berada di BKDPSDM terbina dengan cukup baik dan pemimpin dapat menciptakan rasa
kekeluargaan di kantor BKDPSDM Kabupaten Tambrauw.
Menurut Sudarmo dan Sudita dalam Sunyoto (2015:35-36) kepemimpinan terdapat
lima dimensi, yaitu :
1. Cara berkomunikasi
42
Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan untuk itu
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar. Karena dengan
komunikasi yang baik dan lancar, tentu hal ini akan memudahkan bagi bawahan
nya untuk menangkap apa yang dikehendaki oleh seorang pemimpin.
2. Pemberian motivasi
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi yang baik
dan lancar tentu saja juga harus mempunyai kemampuan untuk memberikan
dorongan-dorongan atau motivasi kepada bawahannya. Perhatian seorang
pemimpin akan sangat berarti bagi bawahan, bahwa dari segi penghargaan ataupun
pengakuan sangat memberikan makna yang sangat tinggi bagi karyawan atau
bawahan.
3. Kemampuan memimpin
Tidak setiap pemimpin mampu memimpin, karena yang berkenaan dengan bakat
seseorang untuk mempunyai kemampuan memimpin adalah berbeda-beda. Hal ini
dapat terlihat dalam gaya kepemimpinannya, apakah mempunyai gaya
kepemimpinan otokratik, partisipatif, atau bebas kendali.
4. Pengambilan keputusan
Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan fakta dan
peraturan yang berlaku di perusahaan serta keputusan yang diambil tersebut mampu
memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik bahkan mampu
memberikan kontribusi bagi kemajuan dari perusahaan.
5. Kekuasaan yang positif
43
Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau perusahaan walaupun
dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tentu saja harus memberikan rasa
aman bagi karyawan (bawahan) yang bekerja.
Dari kelima dimensi kepemimpina tersebut diharapkan dapat membina hubungan
yang baik antara pegawai dan pemimpin.
Secara umum pemimpin dalam suatu organisasi adalah orang yang
bertanggungjawab penuh dalam menggerakkan akitivitas dan motivasi para anggota
organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Para ahli mengemukakan bahwa peranan
pemimpin yang perlu ditampilkan seorang pemimpin adalah :
10. Mencetuskan ide
11. Memberi Informasi
12. Sebagai seorang Perencana
13. Seseorang yang memberi sugesti
14. Mengaktifkan anggota organisasi
15. Mengawasi kegiatan
16. Memberi semangat kepada para pegawai untuk mencapai tujuan
17. Sebagai ahli dalam bidang yang dipimpinnya
18. Memberi rasa aman (Covey, 2016:45).
Dengan melaksanakan 9 point di atas maka pemimpin dapat menjalin hubungan
yang baik kepada bawahan nya.
44
3. Kemampuan Pemimpin dalam Mendisplinkan Pegawai yang berada di BKDPSDM
Kemampuan pemimpin dalam mendisplinkan Pegawai yang berada di BKDPSDM
dilakukan dengan pendekatan persuasive dan humanis agar hubungan antara pemimpin dan
bawahan terbina dengan baik.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
a. Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa
kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai
yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun
efektif dinamakan tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting
atau remeh maka kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono, 2013:27).
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu
organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain
untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya (Prawirosentono,
1999:27). Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dalam organisasi tersebut.
c. Disiplin
Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono,
2015:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam
menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
d. Inisiatif
45
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide
untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi
Secara oprasional (Rivai, 2015;34-35), membedahkan fungsi kepemimpinan dalam
lima fungsi pokok yaitu;
1. Fungsi Instruksi
Fungsi instruksi bersifat kominikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, dan dimana perintah itu dikerjakan
agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif
memerlukan kemampuan untuk menggerakan dan memotifasi orang lain, agar mau
melaksanakan perintah.
2. Fungsi Konsultasi
Fungsi konsultasi bersifat komunikasi dua arah. Pemimpin dapat menggunakan
fungsi konsultasi sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala
pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi
Fungsi partisipasi, Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan
maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan
46
yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari
tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4. Fungsi Delegasi
Fungsi delegasi, Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan
pelimpahan wewenang membuai atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi
sebenarnya adalah kepercayaan seseorang pemimpin kepada orang yang diberi
kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung
jawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan
kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian, Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang
efektif harus berusaha mampu mengatur aktifitas anggota-angotanya secara dengan terarah
dalam mengkoordinasi yang efektif, sehingga dapat memungkinkan tercapainya tujuan itu
bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat
mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
E. Penutup
1. Kesimpulan
Peran Pemimpin dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian
Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua
Barat adalah sebagai berikut :
a) Kemampuan pemimpin dalam memotivasi para pegawai yang berada di
BKDPSDM dilakukan dengan mendorong pegawai untuk dapat melanjutkan
47
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mengirim pegawai untuk mengikuti
pelatihan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
b) Kemampuan pemimpin dalam membangun hubungan yang baik antar pegawai
yang berada di BKDPSDM terbina dengan cukup baik dan pemimpin dapat
menciptakan rasa kekeluargaan di kantor BKDPSDM Kabupaten Tambrauw.
c) Kemampuan pemimpin dalam mendisplinkan Pegawai yang berada di BKDPSDM
dilakukan dengan pendekatan persuasive dan humanis agar hubungan antara
pemimpin dan bawahan terbina dengan baik.
2. Saran
a) Diharapkan pemimpin dapat meningkatkan jumlah pegawai yang akan melanjukan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi agar pegawai di BKDPSDM semakin
termotivasi untuk meningkatkan pendidikan nya.
b) Diharapkan pemimpin dapat mempertahankan hubungan baik ini agar kinerja para
pegawai di BKDPSDM dapat terus memberikan pelayanan yang terbaik kepada
seluruh pegawai negeri sipil di Kabupaten Tambrauw.
c) Diharapkan pemimpin dapat memberikan sanksi yang tegas apabila ditemukan
pelanggaran kode etik pegawai agar menimbulkan efek jera kepada pegawai yang
melakukan tindakan tidka disiplin di BKDPSDM.
48
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Juned. 2012. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka OtonomiDaerah. Bandung: Mandar Maju
Andarmoyo. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai di BKDPSDMKabupaten Kampar
Amstrong. 2007. Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance. Makalah SeminarLokakarya Nasional Reformasi Birokrasi Diselenggarakan Kantor Menteri Negara PAN
Baharuddin, Umiarso. 2013. Analisis Pengaruh Kepemimpinan Instrujtif, Konsultif,Partisipatif dan Delegatif terhadap Kinerja Karyawan. Semarang: Universitas Semarang
Biddle, Thomas. 2014. Kinerja Karyawan ditinjau dari Gaya Kepemimpinan Transformasional.Journal Ilmiah Berkala Psikologi Vol. 12, No.1
BKDPSDM, 2019. Arsip Kantor Kabupaten Tambrauw
Covey.2016. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) Bagian Kedua: MembangunManajemen Sistem Kinerja Guna Meningkatkan Produktivitas Menuju Good Governance(Kepemerintahan yang Baik). Bandung: Mandar Maju.
Dessler, 2016. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Luthans. 2015. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
Hamalik.2016. . Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Erlangga
Haidir. 2013. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : BPFE
United Nations Development Program (UNDP). 2008. “Governance for Sustainable HumanDevelopment”
Rivai.2015. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Jakarta :Raja Grafindo
Sastradipoera.2002. Manusia, dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung:Alfabeta
Scluler. 2012. Reformasi administrasi publik, reformasi birokrasi, dan kepemimpinan masa depan:mewujudkan pelayanan prima dan kepemerintahan yang baik. Bandung : Refika Aditama
Siregar.2019. Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi, dan Strateginya). PT Bumi Aksara;Jakarta.
Sugiyono.2017. Metode Penelitian. Jakarta:Wedatama Widya Sastra
Sunyoto.2015. .Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta : FE UII
Saragih, G.J.2013. Reformasi Aparatur Negara Untuk Melaksanakan Tata Kelola PemerintahanYang baik dan benar. Journal Kerja. Universitas Cenderawasih
Sanapiah.2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Erlangga
Siagian.2015. Pendidikan dan Pelatihan bagi Organisasi.Yogyakarta: Penerbit Andi
Sartono. 2014. Kinerja Karyawan ditinjau dari Gaya Kepemimpinan Transformasional.Journal Ilmiah Berkala Psikologi Vol. 12, No.1
Suprihanto. 2014. Kepemimpinan, Dasar-dasar dan Pengembangannya. Yogyakarta: Andi offset.
Sudarman.2016. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Thoha. Miftah. 2015. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers
Kartono, Kartini. 2015. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Moenir.1998. Pembangunan Berkelanjutan Dalam Kerangka Otonomi Daerah.Yogyakarta. BPFE
Mangkunegara. 2012. Kepemimpinan Transformasional Dalam Birokrasi Pemerintahan,Jakarta: PT.Multicerdas
Prawirosentono. 2013. Pemimpin dan Reformasi Birokrasi : Catatan Inspiratif Dan Alat Ukur
Kepemimpinan Dalam Implementasi Reformasi Birokrasi. Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi.
Notoadmojo.2013. Kepemimpinan Dalam Organisasi; terj. Budi Supriyanto. PT. Indeks : Jakarta
Nurlaila.2010. Kepemimpinan Dan Kekuasaan Suatu Tinjauan Perilaku Organisasi. Dosen Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran.
Yusuf.2010 Organisasi dan Motivasi.Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara.