peran pemerintah daerah dalam...

25
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA PADA KAMPUNG BINTAN BEKAPUR DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI Oleph : AHMAD ZAINUL ARIFIN NIM :100565201240 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Upload: vuduong

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN

KAWASAN DESA WISATA PADA KAMPUNG BINTAN BEKAPUR

DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN

BINTAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleph :

AHMAD ZAINUL ARIFIN

NIM :100565201240

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

1

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN

KAWASAN DESA WISATA PADA KAMPUNG BINTAN BEKAPUR

DESA BINTAN BUYU KECAMATAN TELUK BINTAN

KABUPATEN BINTAN

AHMAD ZAINUL ARIFIN

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

A B S T R A K

Kabupaten Bintan saat ini mengembangkan desa wisata, berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Penyerahan

Urusan Pemerintahan Kabupaten Bintan Kepada Pemerintahan Desa dijelaskan

bahwa Pemeritah Desa adalah Kepala Desa dan perangkat desa sebagai unsur

penyelenggaraan Pemerintahan Desa berkewajiban mengelola potensi wisata di

wilayahnya. Namun fenomena yang terjadi saat ini adalah kurangnya dukungan

dari masyarakat hal ini dapat dilihat masyarakat tempatan masih belum mampu

menjaga fasilitas wisata alam yang ada, sehingga menghambat pengembangan

kawasan wisata di daerah tersebut. Kurangnya dukungan dari pemerintah seperti

banyak informasi yang terkandung di lokasi pariwisata (objek) tidak dapat dijual

karena keterbatasan pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat pariwisata.

Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Peran

Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Wisata Desa Wisata pada

Kampung Bintan Bekapur Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten

Bintan. Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif

Kualitatif. Dalam penelitian ini informan terdiri dari 5 orang. Teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif

kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulan bahwa Peran Pemerintah

Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Wisata Desa Wisata pada Kampung

Bintan Bekapur Desa Bintan Buyu Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan

belum berjalan optimal hal ini dijelaskan sebagai berikut sumber daya manusia di

Dinas Pariwisata masih kurang memadai baik jumlah pegawai khusus pariwisata

dan berdampak pada pengetahuan masyarakat yang tidak dapat tersalurkan dengan

baik. Jumlah dan kualifikasi pendidikan pariwisata sangat minim sehingga

kendala pengembangan sumber daya pariwisata juga ikut terhambat. Tidak hanya

itu dalam pelaksanaannya dinas pariwisata sudah mengawasi kegiatan pariwisata,

tidak hanya itu di Kampung Bintan Bekapur ini pemerintah juga memberikan

fasilitas sarana prasarana, serta penyuluhan kepada masyarakat setempat.

Kata Kunci : Peran, Pemerintah Daerah, Desa Wisata

2

A B S T R A C T

Bintan Regency is currently developing the tourist village, based on

Bintan Regency Regional Ordinance number 11 Year 2008 about the surrender of

the Affairs of the Government of the District of Bintan to the reign of the village

explained that the Pemeritah of the village is the village chief and the village as

the village Government of organizing the obligation to manage the tourism

potential in the region. But the phenomenon happens at the moment is the lack of

support from the community it can be seen local communities still have not been

able to keep the existing nature tourism facilities, so as inhibit the development of

tourism in the area. Lack of support from the Government of as much of the

information contained at the site of tourism (object) cannot be sold because of

limited education which is owned by the Community tourism.

The purpose of this research is basically to find out the role of local

governments in the development of the tourist Village in Kampung Bekapur

village of Bintan Bintan Bintan Regency Bay Sub-district Buyu Bintan. In this

study the author uses Descriptive types of Qualitative research. Informants in this

study consists of 5 people. Data analysis techniques used in this research is

descriptive qualitative data analysis techniques.

Based on the research results then it can be disimpulan that the role of

local governments in the development of the tourist Village in Kampung Bekapur

village of Bintan Bintan Bintan Regency Bay Sub-district Buyu Bintan have not

run optimally it is described as the following human resources in Tourism is still

inadequate number of employees both tourism and specific impact on the

knowledge society that can not tersalurkan properly. The number and

qualifications of education tourism was minimal so the tourism resource

development constraints also hampered. Not only is it in practice tourism agency

already oversees the tourism activities, not only in this Bekapur Government of

Bintan also provide infrastructure facilities, as well as outreach to local

communities.

Key Words: Role, Government Region, Village Tour

3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Sekarang ini pariwisata telah

menjadi kebutuhan bagi masyarakat

di berbagai lapisan bukan hanya

untuk kalangan tertentu saja,

sehingga dalam penangananya harus

dilakukan dengan serius dan

melibatkan pihak-pihak yang terkait,

selain itu untuk mencapai semua

tujuan pengembangan pariwisata,

harus diadakan promosi agar potensi

dan daya tarik wisata dapat lebih

dikenal dan mampu menggerakkan

calon wisatawan untuk mengunjungi

dan menikmati tempat wisata. Dalam

hal ini industri pariwisata berlomba-

lomba menciptakan produk

pariwisata yang lebih bervariasi

menyangkut pelestarian dari obyek

itu sendiri sesuai dengan tujuan

pembangunan pariwisata yaitu untuk

mengenalkan keindahan alam,

budaya dan adat istiadat yang

beraneka ragam.

Kepulauan Riau merupakan

daerah yang sangat berpotensi untuk

dikembangkan menjadi tujuan

wisata, diantaranya adalah Pulau

Bintan. Di Pulau Bintan ini banyak

sekali terbentang pantai yang

berpanorama indah, mulai dari

kejernihan airnya sampai pada pasir

putihnya. Dari sekian banyak pantai

yang ada di pulau ini, berdasarkan

pengamatan hampir tidak ada

satupun tempat yang dikelola dan

dikembangkan dengan baik sebagai

tujuan wisata. Sebenarnya, di Pulau

Bintan sendiri sudah terdapat resort

wisata alam yang bertaraf

Internasional seperti Bintan Lagoon

Resort serta kawasan wisata terpadu

Lagoi. Namun sayang karena

pengelolaan tempat ini jatuh ke

tangan orang asing ataupun pihak

pengelola dari luar negri. Karena

pengembangan yang dilakukan oleh

investor asing dan pangsa pasar yang

dituju adalah wisatawan asing maka,

tidak sembarang orang dapat masuk

ke kawasan wisata ini karena

penjagaannya yang sangat ketat.

Kabupaten Bintan selama ini,

memang dikenal dengan kawasan-

kawasan pariwisatanya yang

menjanjikan keindahan pantai,

dengan pasir putih yang menawan.

Namun tidak hanya sekedar pantai,

Kabupaten Bintan memiliki pesona

wisata lebih dari itu. Pemerintah

Kabupaten Bintan mengembangkan

beberapa Desa yang ada di

Kabupaten Bintan untuk

dikembangkan sebagai tempat wisata

yang baru di Bintan. Pengembangan

kawasan Desa wisata akan dilakukan

tahun 2015. Pengembangan kawasan

desa wisata tidak hanya dari segi

infrastrukturnya saja. Akan tetapi,

pemberdayaan masyarakat juga akan

disejalankan dengan pengembangan

daerahnya. Hal ini dilakukan, agar

penguatan institusi dimasyarakat

dalam mengelola kawasan desa

wisata bisa lebih kuat lagi.

Selama tahun 2015 lalu,

grafik kunjungan wisatawan sempat

menurun dikarenakan kabut asap

kiriman yang mengganggu daerah

kawasan wisata Bintan dan

tertundanya event pariwisata Tour de

Bintan. Perkembangan Kabupaten

Bintan dari masa ke masa telah

mengalami perkembangan kemajuan

yang cukup signifikan. Selama

semester I di tahun 2015, jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara

(wisman) ke Kabupaten Bintan baru

mencapai 175.117 jiwa.

Menurut Panji (2005 : 32),

usaha-usaha pengembangan

4

pariwisata yang berorientasi pada

masyarakat lokal masih minim.

Hal ini dikarenakan masyarakat tidak

memiliki kemampuan secara

finansial dan keahlian yang

berkualitas untuk mengelolanya atau

terlibat langsung dalam kegiatan

pariwisata yang berbasiskan alam

dan budaya. Sehingga perlunya

partisipasi aktif masyarakat untuk

menjadi tuan rumah yang baik,

menyediakan sesuatu yang terbaik

sesuai kemampuan, ikut menjaga

keamanan, ketentraman, keindahan

dan kebersihan lingkungan,

memberikan kenangan dan kesan

yang baik bagi wisatawan dalam

rangka mendukung program sapta

pesona, serta menanamkan kesadaran

masyarakat dalam rangka

pengembangan desa wisata.

Ada sebagaian kewenangan

pemerintah kabupaten/kota yang

diserahkan kewenangannya kepada

pemerintah desa. Desa merupakan

Self Community yaitu komunitas

yang mengatur dirinya sendiri.

Dengan pemahaman bahwa Desa

memiliki kewenangan untuk

mengurus dan mengatur kepentingan

masyarakatnya sesuai dengan kondisi

dan sosial budaya setempat, maka

posisi Desa yang memiliki otonomi

asli sangat strategis. Salah satu

kewenangan pemerintah

kabupaten/kotamadya yang

diserahkan ke desa adalah bidang

pariwisata. Sampai saat ini, tidak

dapat dipungkiri pariwasata

mempunyai peranan yang sangat

besar sebagai lokomotif

pembangunan ekonomi. Pariwisata

memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) maupun pendapatan

perkapita penduduk.

Ketentuan mengenai

kewenangan desa dalam pengelolaan

pariwisata dapat dilihat dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata

Cara Penyerahan Urusan

Pemerintahan Kabupaten/Kota

Kepada Desa menjelaskan bahwa

salah satu urusan pemerintahan

kabupaten/kota yang dapat

diserahkan kepada desa adalah

bidang pariwisata, meliputi :

a. Pengelolaan obyek wisata

dalam desa di luar rencana

induk pariwisata,

b. Pengelolaan tempat rekreasi

dan hiburan umum dalam

desa,

c. Rekomendasi pemberian ijin

pendirian pondok wisata pada

kawasan wisata di desa, dan

d. Membantu pemungutan pajak

hotel dan restoran yang ada di

desa

Tidak dapat dipungkiri

pariwasata mempunyai peranan yang

sangat besar sebagai lokomotif

pembangunan ekonomi. Kegiatan

pariwisata memberikan pendapatan

bagi desa untuk menjalankan

pemerintah desa serta untuk

mengembangkan potensi yang ada

didalam wilayahnya. Pemberdayaan

masyarakat desa merupakan salah

satu upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, melalui

beberapa kegiatan antara lain

peningkatan prakarsa dan swadaya

masyarakat, perbaikan lingkungan

dan perumahan, pengembangan

usaha ekonomi desa, pengembangan

lembaga keuangan desa, serta

kegiatan-kegiatan yang dapat

meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam menaikkan hasil

produksinya.

5

Wujud nyata pemberdayaan

masyarakat Desa di beberapa

wilayah di Kabupaten Bintan

tersebut dilaksanakan melalui

penerimaan dan pemanfaatan dana

stimulan dari pemerintah pusat dan

pemerintah daerah. Sebagai realisasi

pemanfaatan bantuan pemerintah

tersebut dan sekaligus wujud nyata

kegiatan pengembangan pariwisata

berbasis masyarakat yang diterapkan

di desa wisata, adalah bahwa

pengelola desa wisata bersama-sama

dengan masyarakat telah

mengembangkan kegiatan

masyarakat: seperti pemanduan

wisata, kuliner, membangun fasilitas

outbound activity, melaksanakan

berbagai macam kegiatan adat,

merencanakan event pariwisata,

melestarikan budaya: melalui

pagelaran, meningkatkan pelayanan

prima, merawat lingkungan hidup,

mengusahakan pemerataan manfaat

bagi masyarakat, dan menjamin

pengembalian keuntungan kepada

masyarakat.

Bentuk pemberdayaan dan

menanamkan pemahaman kepada

masyarakat tentang pentingnya

partisipasi dan pelibatan masyarakat

dalam kegiatan pengembangan

pariwisata berbasis masyarakat.

Pariwisata berbasis masyarakat

merupakan sebuah pendekatan

pemberdayaan masyarakat sebagai

pelaku penting dalam konteks

paradigma baru pembangunan yaitu

pembangunan berkelanjutan

(sustainable development paradigm),

yang berarti dengan terwujudnya

peningkatan kesejahteraan

masyarakat setempat saat kini

dengan tidak mengesampingkan

aspek keberlanjutan yaitu

memberikan manfaat kepada

generasi sekarang tanpa mengurangi

kualitas manfaat kepada generasi

mendatang.

Pengembangan wisata alam

dan wisata budaya dalam perspektif

kemandirian lokal merupakan

perwujudan interkoneksitas dalam

tatanan masyarakat yang dilakukan

secara mandiri oleh tatanan itu

sendiri guna meningkatkan kualitas

tatanan dengan tetap memelihara

kelestarian alam dan nilai-nilai

budaya lokal, serta obyek wisata

alam dan wisata budaya yang ada.

Selama ini pengembangan pariwisata

daerah ditujukan untuk

mengembangkan potensi lokal yang

bersumber dari alam, sosial budaya

ataupun ekonomi guna memberikan

kontribusi bagi pemerintah daerah,

sekaligus meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Dalam hal

ini masyarakat lokal yang akan

membangun, memiliki dan

mengelola langsung fasilitas wisata

serta pelayanannya, sehingga dengan

demikian masyarakat diharapkan

dapat menerima secara langsung

keuntungan ekonomi dan

mengurangi urbanisasi (Nurhayati,

2005).

Beberapa desa dikembangkan

oleh Pemerintah Kabupaten Bintan

diantaranya, Kampung bintan

bekapur desa bintan buyu kecamatan

teluk bintan kabupaten bintan,

Kawasan berakit di Kecamatan Teluk

Sebong, Bukit Kerang di Kawal,

serta kawasan hutan Mangrove di

Jalan Lintas Barat dan Kawal. Bintan

Bekapur merupakan salah satu

kawasan di Kabupaten Bintan yang

dikembangkan pemerintah. Di daerah

ini memiliki kawasan Air Terjun.

Hutan di sekitar air terjun inilah yang

menurut masyarakat masih

6

dilestarikan sebagai hutan lindung.

Dalam rencana induk pembangunan

Bandar Seri Bentan, hutan seluas

1000 hektare di Gunung Bintan, akan

dipertahankan sebagai ruang terbuka

hijau dan akan dijadikan tempat

wisata baru di Kabupaten Bintan.

Kabupaten Bintan saat ini

mengembangkan desa wisata,

berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Bintan Nomor 11 Tahun

2008 Tentang Penyerahan Urusan

Pemerintahan Kabupaten Bintan

Kepada Pemerintahan Desa

dijelaskan bahwa Pemeritah Desa

adalah Kepala Desa dan perangkat

desa sebagai unsur penyelenggaraan

Pemerintahan Desa berkewajiban

mengelola potensi wisata di

wilayahnya sesuai dengan

memperhatikan Peraturan Daerah

Kabupaten Bintan Nomor : 2 Tahun

2012 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Bintan Tahun

2011-2031 bahwa kawasan yang

menjadi desa wisata adalah kawasan

desa wisata di Kawal,Teluk Bakau,

Sebong Pereh, Sei Kecil, Sebong

Lagoi, Berakit, Bintan Bekapur dan

Malang Rapat. Sumber dana dalam

program Desa Wisata berasal dari

Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah Kabupaten Bintan, untuk

event patiwisata selama setahun,

Pemkab Bintan hanya bisa

mengalokasikan dana APBD sebesar

Rp12 miliar. Dana tersebut,

menurutnya sangat minim. Hanya

untuk sarana promosi saja,

menghabiskan dana Rp80 miliar.

Sisanya untuk pemenuhan sarana.

Untuk meningkatkan

pembangunan masyarakat desa,

Pemerintah Kabupaten Bintan

melalui Forum Badan Kerjasama

Antar Desa (BKAD) Kabupaten

mengadakan workshop bersama Unit

Pengelola Kegiatan (UPK). melalui

workshop ini akan diperoleh

kesamaan persepsi khususnya dalam

pengelolaan dana bergulir dan

penataan kelembagaan Badan

Kerjasama Antar Desa yang

membawahi unit pengelola kegiatan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa

karakteristik BKAD adalah

mengelola kegiatan antar desa sesuai

dengan peraturan perundangan yang

ada dan memenuhi kaedah

kelembagaan, kerjasama dengan unit

unit kelembagaan lainnya dan

kemampuan menyelesaikan

perselisihan antar desa, Sesuai

Undang-undang No 6 Tahun 2014

tentang Desa telah diatur mengenai

adanya kerjasama desa, dimana

kerjasama desa tersebut bisa

dilakukan dengan desa lain atau

kerjasama dengan pihak ketiga yang

meliputi lembaga swadaya

masyarakat, perguruan tinggi,

organisasi kemasyarakatan atau

perusahaan yang tujuannya untuk

mempercepat dan meningkatkan

penyelenggaraan pemerintahan desa,

pelaksanaan pembangunan desa,

pembinaan kemasyarakatan desa dan

pemberdayaan masyarakat desa.

Kabupaten Bintan telah

mempersiapkan beberapa kawasan

perdesaan antara lain kawasan

perdesaan wisata. Kabupaten Bintan

mendapat alokasi kegiatan untuk

pengembangan kawasan dari

Kementerian Desa, pembangunan

daerah tertinggal dan transmigrasi

berupa: sarana pengolahan air bersih

3 (tiga) unit, pusat listrik tenaga

surya 1 (satu) unit dan bantuan usaha

bersama komunitas dengan total nilai

sebesar Rp. 4.108.098.500,- .

7

Di kawasan Bintan Bekapur

salah satu tempat yang saat ini

dikembangkan adalah keindahan

gunung dan air terjunnya. Gunung

yang terletak di tengah-tengah Pulau

Bintan dan berjarak sekitar 55 km

dari Kota Tanjung Pinang (Ibukota

Propinsi Kepulauan Riau) ini juga

merupakan kawasan hutan lindung

yang di dalamnya terdapat ekosistem

khas hutan hujan tropis yang masih

terjaga keasliannya, baik aspek flora

maupun faunanya. Dari puncak

gunung, pengunjung dapat

menikmati keindahan pemandangan

di sekeliling Pulau Bintan.

Pengunjung dapat melengkapi

perjalanan wisatanya menuju sebuah

air terjun yang terletak di kaki

gunung.

Kawasan di kaki gunung juga

dimanfaatkan penduduk setempat

sebagai lahan pertanian mereka. Di

tempat ini banyak terdapat kebun

buah penduduk, seperti durian,

rambutan, manggis, duku, dan lain-

lain. Jika wisatawan berkunjung

tepat pada saat musim buah,

wisatawan dapat membeli buah

langsung dari petaninya, tentu saja

dengan harga yang lebih murah.

Pariwisata berbasis

masyarakat sebagai sebuah

pendekatan pemberdayaan yang

melibatkan dan meletakkan

masyarakat sebagai pelaku penting

dalam konteks paradigma baru

pembangunan yakni pembangunan

yang berkelanjutan. pariwisata

berbasis masyarakat merupakan

peluang untuk menggerakkan

segenap potensi dan dinamika

masyarakat, guna mengimbangi

peran pelaku usaha pariwisata skala

besar. Pariwisata berbasis

masyarakat tidak berarti merupakan

upaya kecil dan lokal semata, tetapi

perlu diletakkan dalam konteks

kerjasama masyarakat secara global.

Dalam konsep pariwisata berbasis

masyarakat terkandung didalamnya

adalah konsep pemberdayaan

masyarakat, upaya pemberdayaan

masyarakat pada hakikatnya selalu

dihubungkan dengan karakteristik

sasaran sebagai suatu komunitas

yang mempunyai ciri, latar belakang,

dan pemberdayaan masyarakat, yang

terpenting adalah dimulai dengan

bagaimana cara menciptakan kondisi

suasana, atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat

untuk berkembang.

Namun fenomena yang

terjadi saat ini adalah kurangnya

dukungan dari masyarakat hal ini

dapat dilihat masyarakat tempatan

masih belum mampu menjaga

fasilitas wisata alam yang ada,

sehingga menghambat

pengembangan kawasan wisata di

daerah tersebut. Kurangnya

dukungan dari pemerintah seperti

banyak informasi yang terkandung di

lokasi pariwisata (objek) tidak dapat

dijual karena keterbatasan

pendidikan yang dimiliki oleh

masyarakat pariwisata. Kemudian

kurangnya keterampilan yang

dimiliki oleh masyarakat, hal ini

sangat berkaitan erat dengan

kreativitas dan ide-ide atau gagasan

yang dimiliki oleh masyarakat. Tidak

hanya itu belum adanya dana atau

anggaran yang diberikan kepada

pemerintah desa untuk

mengembangkan desa wisata di

daerahnya. Berdasarkan pemaparan

fenomena diatas maka dapat

ditetapkan suatu judul penelitian

yang berjudul “Peran Pemerintah

Daerah Dalam Pengembangan

8

Kawasan Wisata Desa Wisata pada

Kampung Bintan Bekapur Desa

Bintan Buyu Kecamatan Teluk

Bintan Kabupaten Bintan”

B. Perumusan Masalah Dari paparan latar belakang

yang telah diuraikan maka penulis

merumuskan permasalah pokok

sebagai berikut : “Bagaimana Peran

Pemerintah Daerah Dalam

Pengembangan Kawasan Desa

Wisata pada Kampung Bintan

Bekapur Desa Bintan Buyu

Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten

Bintan?

C. Tujuan dan kegunaan.

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui Peran

Pemerintah Daerah Dalam

Pengembangan Kawasan

Desa Wisata pada Kampung

Bintan Bekapur Desa Bintan

Buyu Kecamatan Teluk

Bintan Kabupaten Bintan

2. Kegunaan penelitian.

a. Kegunaan penelitian ini

adalah untuk

meningkatkan

perkembangan ilmu

pengetahuan terutama

pengetahuan dibidang

ilmu pemerintahan.

b. Penelitian ini dapat

menjadi masukan bagi

Desa untuk ikut serta

memajukan kawasan

desa sebagai kawasan

wisata

D. Konsep Operasional

Peranan adalah memberikan

suatu arahan pada proses sosialisasi

yang merupakan suatu tradisi,

kepercayaan, nilai nilai, norma

norma dan pengetahuan. Dan dapat

juga mempersatukan kelompok atau

masyarakat, dalam menjalankan

suatu sistem pengendali dan kontrol,

sehingga dapat melestarikan

kehidupan antar sesama

masyarakat.atas dasar hal tersebut,

maka dalam peneitan ini perlu ada

batasan penelitian atau defenisi

konsep dalam variable Menurut

Meneurut Blakely, dalam Mudrajad

Kuncoro (2004, 113-114)

menyatakan bahwa peran pemerintah

dapat mencakup peran-peran

koordinator, fasilitator

dan stimulator.

1. Koordinator, pemerintah

daerah dapat bertindak

sebagai coordinator untuk

menetapkan kebijakan atau

mengusulkan strategi-strategi

bagi pembangunan di

daerahnya. Perenanaan

pengembangan pariwisata

daerah atau perencanaan

pengembangan ekonomi

daerah yang telah

dipersiapkan di wilayah

tertentu, mencerminkan

kemungkinan pendekatan di

mana sebuah perencanaan

disusun sebagai suatu

kesepakatan bersama antara

pemerintah, pengusaha, dan

kelompok masyarakat

lainnya.

a. Penyampaian

informasi tentang

pengembangan desa

wisata di Kampung

Bintan Bekapur

b. Memberikan arahan

kepada masyarakat

kampung Bintan

9

Bekapur untuk ikut

berpartisipasi dalam

pengembangan desa

2. Fasilitator, pemerintah daerah

dapat mempercepat

pembangunan melalui

perbaikan lingkungan

perilaku di daerahnya. Peran

ini dapat meliputi

pengefisienan proses

pembangunan, perbaikan

prosedur perencanaan dan

penetapan peraturan.

a. Adanya kerjasama

dan hubungan yang

baik yang dibina

antara Dinas

Pariwisata dengan

masyarakat dan Pihak

Travel

b. Adanya pengawasan

terhadap

penyelenggaraan yang

dilakukan

3. Stimulator, pemerintah

daerah dapat menstimulasi

penciptaan dan

pengembangan usaha melalui

tindakan-tindakan khusus

yang akan mempengaruhi

perusahaan-perusahaan untuk

masuk ke daerah tersebut dan

menjaga agar perusahaan-

perusahaan yang ada tetap

berada di daerah tersebut.

Berbagai macam fasilitas

dapat disediakan untuk

menarik pengusaha, dalam

bidang kepariwisataan

pemerintah daerah dapat

mempromosikan tema atau

kegiatan khusus di objek

wisata tertentu.

a. Kemampuan atau

ilmu yang dimiliki

pegawai dinas

pariwisata dalam

mengembangkan desa

wisata

b. Adanya pegawai dinas

pariwisata yang

memahami tugas

pokok dan fungsinya

berada ditengah

masyarakat.

E. Metode penelitian.

1. Jenis penelitian.

Jenis Penelitian yang akan

dilakukan yaitu bersifat deskriptif.

Menurut Sugiyono (2004:11) bahwa

metode penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri,

baik satu variabel atau lebih

(independent) tanpa membuat

perbandingan, atau menghubungkan

variable satu dengan variabel yang

lain. Dengan demikian, penelitian ini

bermaksud untuk mengumpulkan

data tentang pemberdayaan

masyarakat Kampung bintan bekapur

desa bintan buyu kecamatan teluk

bintan kabupaten bintan kemudian

hasilnya dideskripsikan atau

digambarkan secara jelas

sebagaimana yang terjadi di

lapangan.

2. Lokasi penelitian.

Penelitian ini dilakukan di

Kawasan Desa Bintan Bekapur

dimana kawasan ini merupakan salah

satu kawasan di Kabupaten Bintan

yang saat ini dalam tahan

pengembangan untuk menarik

wisatawan. Pertimbangan mengambil

lokasi penelitian di desa ini karena

kawasan Bintan Bekapur salah satu

tempat yang saat ini dikembangkan

adalah keindahan gunung dan air

terjunnya. Namun fenomena yang

terjadi saat ini adalah kurangnya

10

dukungan dari masyarakat hal ini

dapat dilihat masyarakat tempatan

masih belum mampu menjaga

fasilitas wisata alam yang ada,

sehingga menghambat

pengembangan kawasan wisata di

daerah tersebut.

3. Informan

Menurut Moleong (2002 : 90),

“informan adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi

latar penelitian secara faktual”.

Dalam menentukan informan, yang

pertama dilakukan adalah

menjabarkan ciri-ciri atau

karakteristik dari populasi objek,

yang dipilih adalah informan yang

mengetahui dengan jelas dan sesuai

dengan tujuan dari permasalahan.

Dalam hal ini peneliti mengunakan

teknik pengambilan informan dengan

metode purposive sampling yaitu

mengambil informan karena ada

tujuan dan alasan tertentu. Adapun

informan dalam penelitian ini adalah

pegawai dinas pariwisata

masyarakat, serta aparatur sebanyak

5 orang.

4. Sumber dan Jenis Data

a. Data Primer

Jenis data primer yang

digunakan adalah dimana

data diambil secara langsung

dari informan yang untuk

menganalisis penelitian. Data

primer penelitian ini

diperoleh melalui teknik

wawancara langsung dengan

informan atau melakukan

observasi terhadap

Pemberdayaan Masyarakat

Dalam Pengembangan

Kawasan Desa Wisata (Studi

pada Kampung bintan

bekapur desa bintan buyu

kecamatan teluk bintan

kabupaten bintan).

b. Data Sekunder

Data ini merupakan

data yang diperoleh dan

dikumpulkan oleh peneliti

dari sumber-sumber yang

telah ada di Kantor

Kecamatan Teluk Bintan

Kabupaten Bintan.

5. Teknik dan Alat Pengumpulan

data

Teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah teknik

yang mengacu kepada metode

penelitian yang disesuaikan dengan

kebutuhan peneliti, adapun penelitian

ini menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan

cara mendatangi secara

langsung lokasi penelitian untuk

melihat secara langsung

mengenai kegiatan yang ada dan

sedang berlangsung. Alat

pengumpulan data yang

digunakan adalah daftar

checklist atau catatan harian.

b. Wawancara

Penulis mengajukan

pertanyaan secara langsung

kepada informan terpilih untuk

mendapatkan data yang

berkaitan dengan penelitian

melalui pedoman wawancara.

Dalam wawancara ini penulis

menggunakan purposive

sampling. Wawancara dalam

penelitian ini memilih bentuk

open-ended, karena menurut

hemat penulis bentuk ini

sepertinya lebih fleksibel,

dimana penulis dapat bertanya

langsung kepada informan

11

tentang fakta-fakta suatu

peristiwa di samping opini yang

ada. Pada beberapa situasi

penulis bahkan bisa meminta

informan untuk

mengetengahkan pendapatnya

sendiri tentang peristiwa

tertentu, dan bisa menggunakan

proposisi tersebut sebagai dasar

penelitian selanjutnya.

c. Dokumentasi

Menurut Arikunto

(2006:158) “Dalam

melaksanakan dokumentasi

peneliti menyelidiki benda-

benda tertulis seperti buku-buku,

majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, notulen rapat, catatan

harian dan sebagainya”. Adapun

dokumentasi dalam hal ini dapat

dilakukan dengan

mengumpulkan dokumen-

dokumen yang berhubungan

dengan penelitian, membuat

catatan-catatan yang ditemui

dilapangan serta mengambil

beberapa gambar yang

berhubungan dengan

pemberdayaan masyarakat

tempatan. Alat yang digunakan

dalam metode ini yaitu catatan

harian serta kamera yang

digunakan untuk mengambil

gambar.

F. Teknik analisa data

Analisis data dilakukan untuk

menganalisa data-data yang didapat

dari penelitian ini adalah analisis

Kualitatif, yaitu data yang berupa

kumpulan berwujud kata-kata dan

bukan rangkaian angka serta tidak

tidak dapat disusun sehingga dalam

analisis data kualitatif tidak

menggunakan perhitungan

mathematis atau teknik statistik

sebagai alat bantu analisis.

Moleong (2002:35) menyatakan

analisa data kualitatif adalah proses

pengorganisasian, dan penguratan

data kedalam pola dan kategori serta

satu uraian dasar, sehingga dapat

dikemukakan tema yang seperti

disarankan oleh data. Adapun

langkah – langkah analisa data yang

dilakukan adalah :

(1) menelaah dari semua data yang

tersedia dari berbagai sumber,

(2) reduksi data yang dilakukan

dengan membuat abstraksi,

(3) menyusun data kedalam satuan-

satuan,

(4) pengkategorian data sambil

membuat koding,

(5) mengadakan pemeriksaaan

keabsahan data, dan

(6) penafsiran data secara deskriptif.

II. LANDASAN TEORITIS

1. Pemberdayaan

Masyarakat memiliki hak untuk

dapat hidup sejahtera dengan

memiliki keterampilan serta

pengetahuan yang cukup sehingga

terlepas dari kesusahan dan

kemiskinan agar dapat hidup lebih

layak sesuai dengan ketentuan yang

ada. Simon (Hikmat 2006:11)

mengemukakan bahwa

“Pemberdayaan adalah suatu aktifitas

refleksi, suatu proses yang mampu

diinisiasikan dan dipertahankan

hanya oleh agen atau subjek yang

mencari kekuatan atau penentuan diri

sendiri (self determination).

Sementara proses lainnya hanya

dengan memberikan iklim, hubingan,

sumber-sumber dan alat-alat

prosedural yang melaluinya

masyarakat dapat meningkatkan

kehidupannya. Pemberdayaan

merupakan system yang berinteraksi

dengan lingkungan sosial dan fisik”

12

Berdasarkan pendapat tersebut,

pemberdayaan bukan merupakan

upaya pemaksaan kehendak, proses

yang dipaksakan, kegiatan untuk

kepentingan pemarkarsa dari luar,

keterlibatan dalam kegiatan tertentu

saja, dan makna-makna lain yang

tidak sesuai dengan pendelegasian

kekuasaan dan kekuatan sesuai

potensi yang dimiliki masyarkaat itu

sendiri.

Sementara pemberdayaan

menurut Sumaryadi (2005:111)

menyatakan bahwa: “ Pemberdayaan

masyarakat adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat

lapisan maysarakat yang dalam

kondisi sekarang tidak mampu

melepaskan diri dari perangkap

kemiskinan dan keterbelakangan atau

dengan kata lain pemberdayaan

masyarakat adalah memampukan dan

memandirikan masyarakat.”

Selanjutnya menurut Sumaryadi

(2005:111) menyebutkan bahwa

pemberdayaan masyarakat harus

dilakukan melalui tiga tahapan yaitu

:

1. Menciptakan iklim yang

memungkinkan potensi

masyarakat berkembang.

2. Penguatan potensi dan daya

yang dimiliki oleh

masyarakat.

3. Pemberdayaan yang berarti

juga melindungi.

Pemberdayaan masyarakat

merupakan langkah yang amat

penting bagi pembangunan

masyarakat dan Negara, karena

dengan pemberdayaan yang tepat

sasaran dan terencana dengan baik

akan menghasilkan masyarakat yang

memiliki berkualitas sehingga

mampu menciptakan suasana

pembangunan yang dinamis dan

berkesinambungan.

Prinsip utama dalam

mengembangkan konsep

pemberdayaan masyarakat menurut

Drijver dan Sajise (dalam Sutrisno,

2005:18) ada lima macam, yaitu:

1. Pendekatan dari bawah (buttom

up approach): pada kondisi ini

pengelolaan dan para stakeholder

setuju pada tujuan yang ingin

dicapai untuk kemudian

mengembangkan gagasan dan

beberapa kegiatan setahap demi

setahap untuk mencapai tujuan

yang telah dirumuskan

sebelumnya.

2. Partisipasi (participation):

dimana setiap aktor yang terlibat

memiliki kekuasaan dalam setiap

fase perencanaan dan

pengelolaan.

3. Konsep keberlanjutan:

merupakan pengembangan

kemitraan dengan seluruh lapisan

masyarakat sehingga program

pembangunan berkelanjutan

dapat diterima secara sosial dan

ekonomi.

4. Keterpaduan: yaitu kebijakan dan

strategi pada tingkat lokal,

regional dan nasional.

5. Keuntungan sosial dan ekonomi:

merupakan bagian dari program

pengelolaan.

Delivery dalam Sutrisno

(2005:17) “dasar-dasar

pemberdayaan masyarakat adalah:

mengembangkan masyarakat

khususnya kaum miskin, kaum

lemah dan kelompok terpinggirkan,

menciptakan hubungan kerjasama

antara masyarakat dan lembaga-

lembaga pengembangan,

memobilisasi dan optimalisasi

penggunaan sumber daya secara

13

keberlanjutan, mengurangi

ketergantungan, membagi kekuasaan

dan tanggung jawab, dan

meningkatkan tingkat

keberlanjutan”.

Suharto (2006:59)

pemberdayaan adalah sebuah proses

dan tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian

kegiatan untuk memperkuat

kekuasaan atau keberdayaan

kelompok lemah dalam masyarakat,

terutama individu-individu yang

mengalami kemiskinan. Sebagai

tujuan, maka pemberdayaan

menunjuk pada keadaan atau hasil

yang ingin dicapai oleh sebuah

perubahan sosial; yaitu masyarakat

yang berdaya, memiliki kekuasaan

atau mempunyai pengetahuan dan

kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang

bersifat fisik, ekonomi, maupun

sosial seperti memiliki kepercayaan

diri, mampu menyampaikan aspirasi,

mempunyai mata pencaharian,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial,

dan mandiri dalam melaksanakan

tugas-tugas kehidupannya.

Pengertian pemberdayaan sebagai

tujuan seringkali digunakan sebagai

indikator sebuah keberhasilan

pemberdayaan.

Gerakan pemberdayaan

masyarakat adalah sekumpulan

tindakan-tindakan yang

dikembangkan oleh suatu masyarakat

agar warga masyarakat dapat

mengatasi masalah sosialnya atau

semua bentuk investasi sosial yang

tujuan utamanya meningkatkan

kesejahteraan perorangan dan

masyarakat secara keseluruhan.

Gerakan ini diarahkan terhadap

peningkatan berbagai penyediaan

sarana dan proses yang langsung

berhubungan dengan masalah sosial,

pengembangan sumber sumber daya

manusia dan perbaikan mutu

kehidupan yang sasarannya

mencakup perorangan, keluarga dan

usaha – usaha untuk memperkuat

atau mengubah lembaga sosial.

Didalam pemberdayaan

masyarakat yang penting adalah

bagaimana menduduki masyarakat

pada posisi pelaku pembangunan

yang aktif, bukan penerima pasif,

konsep gerakan pemberdayaan

masyarakat dalam pembangunan,

mengutamakan inisiatif dan kreasi

masyarakat dengan strategi pokok

pemberian kekuatan kepada

masyarakat.

Sulistiyani (2004:83-84)

menyatakan bahwa proses belajar

dalam rangka pemberdayaan

masyarakat akan berlangsung secara

bertahap. Tahap-tahap yang harus

dilalui tersebut meliputi :

1. Tahap penyadaran dan

pembentukan perilaku menuju

perilaku sadar dan peduli

sehingga merasa membutuhkan

peningkatan kapasitas diri.

2. Tahap transformasi kemampuan

berupa wawasan pengetahuan,

kecakapan keterampilan agar

terbuka wawasan dan pemberian

keterampilan dasar sehingga

dapat mengambil peran di dalam

pembangunan.

3. Tahap peningkatan kemampuan

intelektual, kecakapan

keterampilan sehingga

terbentuklah inisiatif dan

kemampuan untuk mengantarkan

pada kemandirian.

Terdapat 4 konsep pemberdayaan

ekonomi menurut Sumodiningrat

seperti yang dikutip oleh Mardi

Yatmo Hutomo (2000:6), secara

14

ringkas dapat dikemukakan sebagai

berikut:

1. Perekonomian rakyat adalah

perekonomian yang

diselenggarakan oleh rakyat.

Perekonomian yang

diselenggarakan oleh rakyat

adalah perekonomian

nasional yang berakar pada

potensi dan kekuatan

masyarakat secara luas untuk

menjalankan roda

perekonomian mereka

sendiri.

2. Pemberdayaan ekonomi

rakyat adalah usaha untuk

menjadikan ekonomi yang

kuat, besar, modern, dan

berdaya saing tinggi dalam

mekanisme pasar yang benar.

Karena kendala

pengembangan ekonomi

rakyat adalah kendala

struktural, maka

pemberdayaan ekonomi

rakyat harus dilakukan

melalui perubahan struktural.

3. Perubahan struktural yang

dimaksud adalah perubahan

dari ekonomi tradisional ke

ekonomi modern, dari

ekonomi lemah ke ekonomi

kuat, dari ekonomi subsisten

ke ekonomi pasar, dari

ketergantungan ke

kemandirian. Langkah-

langkah proses perubahan

struktur,

meliputi: a) pengalokasian

sumber pemberdayaan

sumberdaya; b) penguatan

kelembagaan; c) penguasaan

teknologi;

dan d) pemberdayaan

sumberdaya manusia.

4. Pemberdayaan ekonomi

rakyat, tidak cukup hanya

dengan peningkatan

produktivitas, memberikan

kesempatan berusaha yang

sama, dan hanya memberikan

suntikan modal sebagai

stumulan, tetapi harus

dijamin adanya kerjasama

dan kemitraan yang erat

antara yang telah maju

dengan yang masih lemah

dan belum berkembang.

5. Kebijakannya dalam

pembedayaan ekonomi rakyat

adalah: a) pemberian peluang

atau akses yang lebih besar

kepada aset produksi

(khususnya

modal);b) memperkuat posisi

transaksi dan kemitraan usaha

ekonomi rakyat, agar pelaku

ekonomi rakyat bukan

sekadar price

taker; c) pelayanan

pendidikan dan

kesehatan; d) penguatan

industri kecil; e) mendorong

munculnya wirausaha baru;

dan f) pemerataan spasial.

6. Kegiatan pemberdayaan

masyarakat

mencakup: a) peningkatan

akses bantuan modal

usaha; b) peningkatan akses

pengembangan SDM;

dan c) peningkatan akses ke

sarana dan prasarana yang

mendukung langsung sosial

ekonomi masyarakat lokal.

Dari berbagai pandangan

mengenai konsep pemberdayaan,

maka dapat disimpulkan, bahwa

pemberdayaan ekonomi masyarakat

adalah penguatan pemilikan faktor-

15

faktor produksi, penguatan

penguasaan distribusi dan

pemasaran, penguatan masyarakat

untuk mendapatkan gaji/upah yang

memadai, dan penguatan masyarakat

untuk memperoleh informasi,

pengetahuan dan ketrampilan, yang

harus dilakukan secara multi aspek,

baik dari aspek masyarakatnya

sendiri, maupun aspek kebijakannya.

2. Peran Pemerintah dalam

Pariwisata

Organisasi Pariwisata Daerah

dalam hal ini Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan dapat memainkan peran

penting, terutama melakukan

koordinasi terhadap semua potensi

dan sumber-sumber daya yang

terdapat di daerah itu, sehingga

harapan terhadap pariwisata sebagai

katalisator bagi pembangunan daerah

dapat menjadi kenyataan dan dapat

meningkatkan kesejahteraan bagi

masyarakat di daerah itu.

Menurut Burkard dan Medik

dalam Oka A. Yoeti (2001: 188)

kegiatan pokok yang dapat

dilakukan oleh suatu organisasi

pariwisata diantaranya adalah :

1. Melakukan koordinasi dalam

menyusun strategi

pengembangan dan

perencanaan pemasaran

pariwisata di saerahnya

dengan melibatkan pihak-

pihak terkait dengan kegiatan

pariwisata di daerah itu.

2. Mewakili kepentingan daerah

dalam pertemuan-pertemuan

yang menyangkut

kepentingan pengembangan

pariwisata, baik di tingkat

nasional maupun

internasional.

3. Mendorong pembangunan

fasilitas dan kualitas

pelayanan yang sesuai

dengan selera wisatawan

yang terdiri dari bermacam-

macam segmen pasar.

4. Menyusun perencanaan

pemasaran dengan

mempersiapkan paket- paket

wisata yang menarik bersama

dengan para perantara,

meningkatkan kualitas

pelayanan dan

penyebarluasan informasi

kepada wisatawan secara

periodik.

Organisasi pariwisata di

daerah sangat ideal kalau dapat

menyusun Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Daerah

(RIPPA) yang diharapkan dapat

dijadikan pedoman pengembangan

dan perencanaan pemasaran strategis

bagi daerah itu sebagai daerah

tujuan wisata yang mengharapkan

lebih banyak wisatawan berkunjung

ke daerah tersebut. Menurut Oka A.

Yoeti (2001 : 48), organisasi yang

telah diberikan wewenang dalam

pengembangan pariwisata di

wilayahnya harus dapat menjalankan

kebijakan yang paling

menguntungkan bagi daerah dan

wilayahnya karena fungsi dan tugas

dari organisasi pariwisata pada

umumnya adalah :

1. Berusaha memberikan

kepuasan kepada wisatawan

dengan segala fasilitas dan

potensi yang dimilikinya.

2. Melakukan koordinasi

diantara bermacam-macam

usaha, lembaga, instansi dan

jawatan yang ada dan

bertujuan untuk

16

mengembangkan industri

pariwisata.

3. mengusahakan

memasyarakatkan pengertian

pariwisata pada orang

banyak, sehingga mereka

mengetahui untung dan

ruginya bila pariwisata

dikembangkan sebagai suatu

industri.

4. Mengadakan program riset

yang bertujuan untuk

memperbaiki prosuk wisata

dan pengembangan produk-

produk baru guna dapat

menguasai pasaran di waktu-

waktu yang akan datang.

5. Menyediakan semua

perlengkapan dan fasilitas

untuk kegiatan pariwisata.

6. Merumuskan kebijakan

tentang pengembangan

kepariwisataan berdasarkan

hasil penelitian yang telah

dilakukan secara teratur dan

berencana.

Secara garis besar peran

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

adalah melakukan tugas pemerintah

dengan mengelola pariwisata dan

kebudayaan yang ada di suatu

daerah. Secara spesifik adalah

memberdayakan masyarakat untuk

bersama mengembangkan pariwisata

yang ada di daerah. Berdasarkan

teori yang dikemukakan oleh ahli,

maka peneliti bisa menyimpulkan

bahwa peran Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Bintan

mencakup pendorong bagi

masyarakat local agar senantiasa

mendukung perkembangan

pariwisata di wilayahnya

(motivator), penyediaan fasilitas

pendukung pariwisata (fasilitator),

kerjasama yang sinergis dengan

berbagai stakeholder pariwisata

(dinamisator).

Faktor-Faktor yang mempengaruhi

kunjungan wisatawan

Pembangunan,

pengembangan dan pengelolaan

obyek wisata untuk peningkatan

kunjungan wisatawan perlu

memperhatikan faktor-faktor yang

menentukan pengembangan obyek

wisata. Faktor-faktor tersebut

merupakan unsur yang menentukan

peningkatan kunjungan wisatawan.

Menurut Nyoman (2008:74)

pelaksanaan peningkatan kunjungan

wisatawan di Indonesia mendasarkan

pada konsep perwilayahan. Hal ini

mengingat bahwa Indonesia

memiliki wilayah yang luas, terdiri

dari banyak pulau dan beraneka

ragam obyek bermutu tinggi yang

tersebar di berbagai tempat, baik

yang merupakan atraksi tidak

bergerak seperti keindahan alam,

monumen, candi dan sebagainya

maupun atraksi bergerak yang sangat

tergantung pada upaya manusia

dalam mengembangkannya seperti

kesenian, adat istiadat, seremoni,

perayaan, pekan raya dan

sebagainya.

Perwilayahan dalam dunia

kepariwisataan adalah pembagian

wilayahwilayah pariwisata yang

dapat dipandang memiliki potensi,

yang selanjutnya dapat dijadikan

tujuan yang pasti. Dalam pengertian

ilmiahnya wilayah ini disebut daerah

tujuan wisata (tourist destination

area), yang memiliki batasan-batasan

sebagaimana dijelaskan oleh

Nyoman (2008: 66) yaitu: “ Yang

dimaksud dengan wilayah pariwisata

adalah tempat atau daerah yang

karena atraksinya, situasinya dalam

hubungan lalu lintas dan fasilitas-

17

fasilitas kepariwisataannya

menyebabkan tempat atau daerah

tersebut menjadi obyek kebutuhan

wisatawan”.

Definisi tersebut memberikan

penjelasan bahwa ada tiga kebutuhan

utama yang harus dipenuhi oleh

suatu daerah untuk menjadi daerah

tujuan wisata yaitu :

a. Memiliki atraksi atau

obyek yang menarik

b. Mudah dicapai dengan

alat-alat kendaraan

c. Menyediakan tempat

untuk tinggal sementara

Para ahli dalam bidang usaha

pengembangan dan pembangunan

pariwisata yang dikutip oleh Nyoman

(2008:69) mengemukakan tentang

adanya persyaratan menjadi faktor

penentu pengembangan daerah

tujuan wisata yaitu :

a. Faktor alam

Potensi alam yang

menjadi faktor dalam

keputusan pengembangan

daerah tujuan wisata yaitu

:

1) Keindahan alam;

antara lain topografi

umum seperti flora

dan fauna di sekitar

danau, sungai, pantai,

laut, pulau, mata air

panas, sumber

mineral, teluk, goa, air

terjun, cagar alam,

hutan dan sebagainya.

2) Iklim; antara lain

sinar matahari, suhu

udara, cuaca, angina,

hujan, panas,

kelembaban dan

sebagainya.

b. Sosial budaya

Daya tarik sosial budaya

antara lain :

1) Adat istiadat; yaitu

pakaian, makanan dan

tata cara hidup daerah,

pesta rakyat, kerajinan

tangan dan produk

lokal lainnya.

2) Seni bangunan; yaitu

arsitektur setempat

seperti candi, pura,

masjid, gereja,

monumen, bangunan

adat dan sebagainya.

3) Pentas dan pagelaran,

festival; yaitu

gamelan, musik, seni

tari, pekan olah raga,

kompetisi dan

pertandingan dan

sebagainya.

4) Pameran, pekan raya;

pekan raya-pekan raya

bersifat industry

komersial.

c. Sejarah

Adanya peninggalan

sejarah di suatu daerah

dapat menjadi daya tarik

yang potensial untuk

dikembangkan seperti,

bekas istana, tempat

peribadatan, kota tua dan

bangunan-bangunan

purbakala peninggalan

sejarah, legenda dan

sebagainya.

d. Agama

Daya tarik yang berasal

dari agama tercermin

dalam kegiatan

masyarakat atau

penduduk setempat

berkaitan dengan masalah

keagamaan seperti

upacara peribadatan,

18

kegiatan penduduk sehari-

hari dan sebagainya.

e. Fasilitas rekreasi

1) Olah raga; seperti

berburu, memancing,

berenang, ski, golf,

mendaki, berlayar,

naik kuda dan

sebagainya.

2) Edukasi; seperti

museum arkeologi,

kebun binatang,

kebun raya, akuarium,

planetarium,

laboratorium dan

sebagainya.

f. Fasilitas kesehatan;

fasilitas ini berfungsi

untuk istirahat, berobat

dan ketenangan, seperti

spa air panas, sanatorium,

tempat mendaki, piknik

dan sebagainya.

g. Fasilitas hiburan; seperti

diskotik, bioskop, teater,

sandiwara dan

sebagainya.

h. Fasilitas berbelanja;

seperti toko souvenir,

toko barang kesenian dan

hadiah, toko keperluan

sehari-hari dan

sebagainya.

i. Infrastruktur; sepert jalan

raya, taman, listrik, air,

pelayanan keamanan,

komunikasi, kendaraan

umum dan sebagainya.

j. Fasilitas pangan dan

akomodasi; seperti hotel,

motel, bungalow,

restoran, rumah makan

dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas,

dapat disimpulkan bahwa untuk

melaksanakan peningkatan

kunjungan wisatawan guna

memperoleh hasil yang optimal

hendaknya memperhatikan faktor-

faktor penentu kunjungan wisatawan

suatu daerah tujuan wisata yaitu :

a. Tersedianya obyek wisata

atau atraksi yang dapat

dinikmati atau disaksikan,

baik yang berasal dari

alam maupun hasil budi

daya manusia.

b. Tersedianya sarana

transportasi dan

perhubungan.

c. Tersedianya komponen

penunjang yang berupa

akomodasi dan

infrastruktur.

Sarana kepariwisataan

menurut Karyono (2007: 74)

adalah

“ Perusahaan-

perusahaan yang

memberikan

pelayanan kepada

wisatawan, baik

secara langsung atau

tidak langsung dan

hidup serta

kehidupannya

banyak bergantung

pada kedatangan

wisatawan”.

Dalam hal prasarana yang

harus tersedia dikawasan wisata,

Karyono (2007:74) membagi

prasarana menjadi tiga kelompok

yaitu prasarana umum, kebutuhan

pokok pola hidup modern dan

prasarana wisata.

a. Prasarana umum,

meliputi:

1) Sistem penyediaan air

bersih

2) Kelistrikan

19

3) Jalur-jalur lalu lintas

4) Sistem pembangunan

limbah

5) Sistem

telekomunikasi

b. Kebutuhan pokok pola

hidup modern

Misalnya rumah sakit,

apotek, bank, pusat-pusat

perbelanjaan, salon,

kantor-kantor

pemerintahan dan pompa-

pompa bensin. Prasarana

ini merupakan prasarana

yang menyangkut

kebutuhan orang banyak.

c. Prasarana wisata

Prasarana yang

diperuntukkan bagi

wisatawan yang meliputi

tempat penginapan,

tempat dan kantor

informasi, tempat

promosi, tempat-tempat

rekreasi dan sport.

Keberhasilan program

peningkatan kunjungan wisatawan ke

suatu obyek wisata ditentukan oleh

berbagai faktor yang saling terkait,

salah satu diantaranya adalah adanya

keterlibatan dari penyelenggara

negara atau pihak pemerintah. Peran

serta pemerintah dalam

kepariwisataan tergantung pada

kondisi dan kepentingan Negara

yang bersangkutan. Tindakan

pemerintah ini dapat berupa

penetapan kebijakan atau perundang-

undangan yang mengatur tentang

kepariwisataan, penyediaan sarana

dan prasarana, serta memberikan

bantuan keuangan.

Kebijaksanaan yang diambil

oleh pemerintah antara lain

penyelenggaraan tahun kunjungan

wisata, penyelenggaraan program

sapta pesona, kampanye sadar wisata

dan Visit Asean Year. Keberhasilan

dari kebijaksanaan tersebut tidak

terlepas dari peran serta masyarakat.

Kesadaran dan tanggung jawab

masyarakat sangat penting.

Masyarakat berfungsi menyediakan

sarana dan tingkah laku yang

diharapkan berupa sikap dan

keramahtamahan. Sikap masyarakat

diwujudkan dengan adanya

kesadaran untuk senantiasa

memelihara lingkungan seperti tidak

menebang hutan, merusak cagar

alam dan sebagainya, sedangkan

sikap ramah tamah terhadap

wisatawan akan memberikan suasana

yang nyaman dan rasa aman bagi

wisatawan.

III GAMBARAN UMUM

LOKASI PENELITIAN

A.

Secara geografis Kampung

Bintan Bekapur berada di Desa

Bintan Buyu adalah merupakan Desa

di wilayah Kecamatan Teluk Bintan

Kabupaten Bintan dengan

Luas Desa ± 49,2 Km. a Bintan

Buyu adalah merupakan penghasil

Sektor Pertanian, Perkebunan,

Peternakan, dan Sektor Perikanan

Air Tawar, di dalam Pelaksanaan

Pemerintahan Desa, Kepala Desa

dibantu unsur Kewilayahan

diantaranya Kepala Dusun (1)

Kepala Dusun (2) dan Kepala Dusun

(3).

Bintan Bekapur dulunya disebut

Kota Kara karena disitulah letak

sejarahnya, namun karena Kota Kara

tempatnya semakin lama tidak

terurus dan masyarakat akhirnya

membuka suatu perkebunan di

Kampung ini dan lahan (tanah) yang

dibuat untuk perkebunan subur dan

20

sedikit putih warnanya oleh sebab itu

di sebutlah Kampung yang dulunya

dinamakan Kota Kara menjadi

Kampung Bintan Bekapur.

Di Bintan Bekapur memiliki

tempat wisata yaitu Gunung Bintan.

Gunung Bintan merupakan satu-

satunya gunung yang berada di tahan

melayu (Pulau Bintan). Letaknya

disebuah kampung kecil nanrimba

pepohonan yang bernama kampung

Bekapur, Desa Bintan Buyu,

Kecamatan Teluk Bintan. Dari

sorotan bola mata yang kecil Gunung

Bintan tampaklah hanya seperti

sebuah bukit yang menggunung.

Dengan ketinggiannya yang hanya

sekitar 400 meter di atas permukaan

laut itu, dapat dikatakan gunung ini

hanyalah anak gunung dari gunung-

gunung tinggi lainnya yang berada di

Pulau Jawa. Namun karena

menempatkan titik tertinggi di Pulau

Bintan maka disebutlah sebagai

gunung.

IV. PEMBAHASAN

1. Koordinator

Setelah dilakukan wawancara

dengan seluruh informan maka dapat

dianalisa bahwa dalam memberikan

informasi kepada masyarakat tentang

hal-hal yang berkaitan dengan

Pengembangan Objek Wisata belum

berjalan cukup baik karena masih

banyak juga yang harusnya menjadi

perhatian bagi dinas Kebudayaan dan

Pariwisata seperti menyiapkan

sumber daya manusia dan sumber

dana untuk memepersiapkan agar

dapat mempromosikan wisata secara

nasional.

Selama tahun 2015 dan 2016

sosialisasi tidak pernah dilakukan,

apalagi khusus dilakukan untuk desa

Bintan Bekapur. Namun jika dilihat

Dinas Pariwisata membuat promosi

atau sosialisasi secara langsung

dengan melakukan kegiatan di Desa

tersebut. Even Trekking Gunung

Bintan melewati jalan setapak

dengan berbagai rintangan hutan

tropis Gunung Bintan yang ada di

Desa Bintan Bekapur dengan

ketinggian 340m dpl, Event ini

sangat diminati para wisatawan asing

yang mencintai keindahan alam

Kampung Bintan Bekapur. Waktu

jarak tempuh selama 6 jam. Event

ini merupakan perkenalan secara

langsung tentang kawasan desa

wisata yang ada di Kabupaten

Bintan, walaupun sosialisasi secara

khusus untuk kampung ini tidak

pernah dilakukan.

2. Fasilitator

Pemerintah daerah dapat

mempercepat pembangunan melalui

perbaikan lingkungan perilaku di

daerahnya. Peran ini dapat meliputi

pengefisienan proses pembangunan,

perbaikan prosedur perencanaan dan

penetapan peraturan.

a. Adanya kerjasama dan

hubungan yang baik yang dibina

antara Dinas Pariwisata dengan

masyarakat dan Pihak Travel

Berdasarkan observasi yang

dilakukan dapat diketahui bahwa

pihak dinas selalu menjalin

hubungan baik dengan pihak swasta

seperti perhotelan, tempat-tempat

hiburan yang mana nantinya akan

memberikan warna yang baik untuk

pariwisata di Kabupaten Bintan.

b. Adanya pengawasan terhadap

penyelenggaraan yang dilakukan

Pemerintah Kabupaten Bintan

melakukan beberapa hal untuk

mendukung peningkatan pariwisata

di Kabupaten Bintan, khususnya di

21

Desa Bintan Bekapur, adapun yang

sudah dilakukan sebagai berikut :

Tabel IV.1

Kegiatan Dinas Pariwisata

Kabupaten Bintan

No Waktu Kegiatan

1 2015 Pengawasan

langsung ke

Kampung Bintan

Bekapur

2 2015 Event kegiatan

rutin tahunan

3 2015 Memberikan

penyuluhan kepada

masyarakat desa

4 2015 Memberikan

bantuan perbaikan

sarana prasarana di

Kampung Bintan

Bekapur

Sumber : Dinas Pariwisata

Kabupaten Bintan, 2016 Berdasarkan hasil data yang

didapatkan diketahui bahwa dinas

pariwisata sudah membuat kegiatan

yang meningkatkan kunjungan

wisata di Kampung Bintan Bekapur.

Ditambahkan oleh informan tokoh

masyarakat, berikut petikan

wawancara yang dilakukan

pengawasan selalu kami lakukan,

agar semua terkoordinir dengan baik.

Dalam melakukan perjalanan wisata,

seorang wisatawan memerlukan

bermacam jasa dan produk wisata

yang dibutuhkannya. Berbagai

macam jasa danproduk wisata inilah

yang disebut dengan Komponen

Pariwisata. Komponen pariwisata ini

dapat disediakan oleh pihak

pengusaha, masyarakat atau siapapun

yang berminat untuk menyediakan

jasa pariwisata. Komponen

pariwisata ini bisa meliputi Objek

dan daya tarik wisata, Akomodasi,

Angkutan Wisata, Sarana dan

fasilitas wisata, Prasarana wisata.

Dengan mengetahui komponen

pariwisata di atas, maka arah

pengembangan pembangunan

pariwisata bisa terarah dengan baik.

Banyak sekali manfaat yang bias

didapat jika pembangunan pariwisata

ini terarah dan bisa memancing

minat wisatawan untuk berkunjung.

Maka dari itu untuk mendukung hal

tersebut perlu adanya pengawasan

yang dilakukan pemerintah terhadap

agen-agen travel serta sanggar-

sanggar yang ada di Kabupaten

Bintan.

Menurut Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2009, pariwisata adalah berbagai

macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah dan

pemerintah daerah. Keseluruhan

kegiatan yang terkait dengan

pariwisata yang bersifat

multidimensi serta multi disiplin

yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan Negara

serta interaksi antara wisatawan

dengan masyarakat setempat, sesama

wisatawan, pemerintah, pemerintah

daerah dan pengusaha

3. Stimulator

Berdasarkan pendapat informan

dapat diketahui bahwa menurut

informan pegawai pada Dinas

Pariwisata Kabupaten Bintan

walaupun banyak dari mereka yang

tidak sesuai antara pendidikan dan

jabatan namun sudah mampu serta

memiliki pengatahuan yang baik

dalam menjaga dan mengembangkan

sarana pariwisata yang ada di

Kabupaten Kabupaten Bintan,

dengan begitu pegawai juga dapat

22

bekerja sama untuk menjaga serta

mengadakan kegiatan yang

berhubungan dengan kepariwisataan

yang nantinya memberikan

peningkatan terhadap kunjungan

wisata yang ada di Kabupaten

Kabupaten Bintan. Sumber daya

manusia merupakan faktor mendasar

dan strategis bagi pembangunan

suatu bangsa. Sumber daya manusia

yang kuat dan berdaya saing tinggi di

berbagai aspek akan mendukung

peningkatan pembangunan di bidang

ekonomi, sosial dan budaya dan

merupakan faktor utama dan strategis

bagi tercapainya keberhasilan

pembangunan suatu bangsa. Sumber

daya manusia yang kuat dan berdaya

saing tinggi dalam berbagai aspek

akan mendukung peningkatan

pembangunan, baik di bidang

ekonomi maupun di bidang sosial

dan budaya terutama di bidang

Pariwisata.

Sumber daya manusia yang

berkualitas akan mendorong

terciptanya produktivitas yang tinggi

yang akan menjadi modal dasar bagi

keberhasilan pembangunan

perekonomian secara nasional. Selain

itu, dalam menjawab berbagai

tantangan dan peluang ke depan,

dibutuhkan pula sumber daya

manusia yang berjiwa wirausaha,

yang dapat memanfaatkan

keunggulan Sumber daya manusia

(comparative advantage) menjadi

keunggulan daya saing (competitive

advantage) dengan proses

transformasi nilai tambah (added

value) dan tranformasi teknologi

sebagai acuan Kemampuan dalam

bekerja sangat diperlukan oleh

pegawai Dinas Pariwisata Kabupaten

Bintan untuk mengembangkan serta

menjaga objek wisata yang ada di

Kabupaten Bintan, pengetahuan

tentang sejarah serta berbagai objek

wisata yang ada juga merupakan hal

yang harus dikuasai oleh pegawai

pada Dinas Pariwisata Kebudayaan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Bintan agar dapat menjalankan

tugasnya sesuai dengan tugas pokok

dan fungsi yang dimiliki.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat disimpulan bahwa Peran

Pemerintah Daerah Dalam

Pengembangan Kawasan Wisata

Desa Wisata pada Kampung Bintan

Bekapur Desa Bintan Buyu

Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten

Bintan belum berjalan optimal hal

ini dijelaskan sebagai berikut :

sosialisasi belum berjalan dengan

baik, kemudian kerjasama antara

pemerintah daerah dan swasta juga

masyarakat dalam mengadakan event

atau kegiatan yang memperkenalkan

langsung Kampung Bintan Bekapur

kepada wisatawan.

Kemudian Pengetahuan diketahui

bahwa sumber daya manusia di

Dinas Pariwisata masih kurang

memadai baik jumlah pegawai

khusus pariwisata dan berdampak

pada pengetahuan masyarakat yang

tidak dapat tersalurkan dengan baik.

Jumlah dan kualifikasi pendidikan

pariwisata sangat minim sehingga

kendala pengembangan sumber daya

pariwisata juga ikut terhambat. Tidak

hanya itu dalam pelaksanaannya

dinas pariwisata sudah mengawasi

kegiatan pariwisata, tidak hanya itu

di Kampung Bintan Bekapur ini

pemerintah juga memberikan

fasilitas sarana prasarana, serta

23

penyuluhan kepada masyarakat

setempat.

B. Saran

Adapun saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya ada penambahan

pegawai yang berkompeten

khusus di bidang pariwisata

agar setiap kegiatan

pariwisata dapat terserap dan

dilaksanakan dengan baik

2. Sebaiknya ada kerjasama

yang dilakukan antara

masyarakat dan pemerintah

desa, apa yang dibutuhkan

masyarakat desa sebaiknya

juga ditanggapi oleh

pemerintah daerah khususnya

dinas pariwisata Kabupaten

Bintan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Asyari, Hasbullah. 2011. Buku

Pegangan Desa Wisata:

Materi Bimbingan Teknis

untuk membangun Desa

Wisata. Pusat Informasi Desa

Wisata DIY Tourista

Anindya Guna. Yogyakarta.

Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko.

2004. Sosiologi Teks

Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Kencana Media

Group

Fandeli, Chafid. 2002. Perencanaan

Kepariwisataan Alam.

Yogyakarta Fakultas.

Kehutanan Univertisa Gajah

Mada

Hikmat, Hary, 2006, Strategi

Pemberdayaan Masyarakat,

Bandung: Humaniora

Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata Republik

Indonesia. 2011. Buku

Kearifan Lokal di Tengah

Modernisasi. Pusat Penelitian

dan Pengembangan

Kebudayaan Badan

Pengembangan Sumber Daya

Kebudayaan dan Pariwisata

Kementerian Kebudayaan

dan Pariwisata Republik

Indonesia. Jakarta

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi

Dan Pembangunan Daerah:

Reformasi,

Perencanaan, Strategi, dan

Peluang. Jakarta: Erlangga

Maria Eni Surasih. 2006. Pemerintah

Desa dan Implementasinya.

Jakarta: Erlangga.

Moleong, Lexy. 2002. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung : Remaja Rosda

Karya

Nugroho, D, Riant. 2008.

Manajemen Pemberdayaan,

Jakarta, PT Alex Media

Komputido

Nurhayati. 2005. Perencanaan

Pengembangan Pariwisata.

Jakarta : Pt. Rineka Cipta.

Panji dan Sudantoko Djoko. 2005.

Kepariwisataan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Soetarso Priasukmana dan R.

Muhammad Mulyadin. 2001.

Pembangunan Desa Wisata:

24

Pelaksanaan Undang-Undang

Otonomi Daerah. Vol 2 No 1

Soerjono, Soekanto. 2009. Sosiologi

suatu pengantar. Jakarta: PT.

Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian

Bisnis: Penerbit CV.

Alfabeta: Bandung.

Suharto, Edi. 2006. Membangun

Masyarakat Memberdayakan

Rakyat. Bandung : PT. Refika

Aditama.

Sumaryadi, I Nyoman. 2005.

Perencanaan pembangunan

daerah otonom dan

pemberdayaan masyarakat.

Jakarta : Citra Utama

Sulistiyani, Ambar Teguh, 2004.

Kemitraan dan Modul-modul

Pemberdayaan. Yogyakarta:

Gava Media.

Wahab, Solichin Abdul, dkk., 2002.

Masa Depan Otonomi

Daerah. Malang: Percetakan

SIC.

Wasistiono, Sadu. 2006. Prospek

Pengembangan Desa. CV.

Bandung. Fokusmedia.

Widjaja, HAW. 2003. Otonomi

Desa. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Yatmo, Hutomo. 2000.

Pemberdayaan masyarakat.

Jakarta : Bappenas

Yuliati, Y. dan Purnomo, M. 2003.

Sosiologi Pedesaan. Lappera

Pustaka Utama. Yogyakarta.

Penelitian terdahulu :

Sutrisno, D. (2005) “Pemberdayaan

Masyarakat dan Upaya

Peningkatannya dalam

Pengelolaan Jaringan Irigasi

Mendut Kabupaten

Semarang.” Tugas Akhir

tidak diterbitkan, Prorgam

Studi Perencanaan Wilayah

dan Kota, Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro,

Semarang