peran pembimbing rohani untuk penguatan...
TRANSCRIPT
PERAN PEMBIMBING ROHANI UNTUK
PENGUATAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK
JALANAN DI PUSAT PENGEMBANGAN
PELAYANAN SOSIAL ANAK (SOCIAL
DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN) BAMBU
APUS JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Hafiz Sabilla Rosyad
NIM : 109052000029
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H./2013 M.
PERAN PEMBIMBING ROHANI UNTUK
PENGUATAN KECERDASAN SPIRITUAL ANAK
JALANAN DI PUSAT PENGEMBANGAN
PELAYANAN SOSIAL ANAK (SOCIAL
DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN) BAMBU
APUS JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Hafiz Sabilla Rosyad
NIM: 109052000029
Pembimbing,
Drs. Mahmud Jalal, MA
NIP. 19520422 198103 1 002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H./2013 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 01 Agustus 2013
Hafiz Sabilla Rosyad
ABSTRAK
Hafiz Sabilla Rosyad
NIM: 109052000029
Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak
Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development
Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur
Pembangunan Nasional yang saat ini sedang marak dan gencarnya
dilakukan pengembangan oleh pemerintah menimbulkan berbagai perubahan-
perubahan sosial yang sangat kompleks. Perubahan-perubahan sosial tersebut
mengakibatkan terjadinya permasalahan-permasalahan sosial. Diantara
permasalahan sosial yang terjadi yaitu hadirnya anak jalanan yang pada umumnya
tidak terdidik dan tanpa keahlian tertentu.
Anak jalanan merupakan masalah sosial yang sering dihadapi oleh tiap
Negara di dunia. Anak jalanan merupakan masalah sosial dimana keberadaan
mereka sering dirasakan sangat tidak menyenangkan dan mengganggu banyak
orang. Keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap sebagai masalah
sosial yang harus disingkirkan.
Melihat penanganan yang telah dilakukan oleh Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children), khususnya
dengan diberikannya berbagai pelayanan di lembaga tersebut, penulis tertarik
meneliti pada pelayanan bimbingan rohani yang dilakukan pada lembaga tersebut.
Penulis mengemukakan permasalahan terkait Peran Pembimbing Rohani Untuk
Penguatan Kecerdasan Spriritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus
Jakarta Timur.
Penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Penulis mengambil subyek penelitian sebanyak 5 orang. 2 orang
pembimbing rohani, 5 orang anak jalanan dan 1 orang pimpinan panti.
Penulis memperoleh hasil penelitian mengenai Peran Pembimbing Rohani
Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus
Jakarta Timur, diperoleh data dan informasi bahwa dari pelayanan bimbingan
rohani sebagai upaya penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan, yang berperan
penting yaitu metode dan materi pembimbing rohani. Di P3SA/SDC, materi
pokok yang sangat berperan untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan
yaitu pada tauhid, al-qur’an dan akhlak.
ABSTRAK
Hafiz Sabilla Rosyad
NIM: 109052000029
Role of Spiritual Adviser in Strengthening Spiritual Intelligence of Street
Children at Social Development Centre for Children Bambu Apus East
Jakarta.
National growth that has been fostered by government to develop our
country has caused various complex social changes. They, in turn, cause social
problems to happen. Among them is the existence of street children who are
commonly uneducated and unskillful.
Street children is a social problem that is faced by each country in the
world. It becomes a problem because their existence is a nuisance to many people.
Up to now, street children is a phenomena that is considered as a social problem
that has to be eradicated.
To see how it is handled by Social Development Centre for Children,
especially, various services that it gives, attracts writer to study spiritual guidance
service given in the foundation. Writer raises a problem concerning the role of
spiritual adviser in strengthening spiritual intelligence of street children at Social
Development Centre for Children, Bambu Apus East Jakarta.
Writer used qualitative research approach, and he gathered the data
through interview, observation, and documentation. Writer took five people as
research subject. They are two spiritual advisers, five street children, and the
leader of the foundation.
From the study, writer found that from services given to the street children
by Social Development Centre for Children Bambu Apus East Jakarta, it can be
concluded that method and spiritual guidance material has a significant role in
strengthening spiritual intelligence of street children. In P3SA/SDC, Tauhid, Al-
Quran, and Akhlak are main material that has great role in strengthening spiritual
intelligence of street children.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual
Anak Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social
Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur”.
Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik
dukungan moril maupun materil khususnya kepada :
1. Kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta (Alm) bpk. Na’ali dan ibunda
tersayang ibu Hawilah atas limpahan doa yang tulus dan ikhlas serta
dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan besar dapat mengantarkan
seperti pada saat ini, skripsi ini khusus penulis dedikasikan untuk
ayahanda tercinta dan keluarga yang menjadi sumber semangat dan
motivasi penulis. Semoga mereka semua bangga atas pencapaian yang
penulis lakukan.
2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang
Akademik, Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan
Bidang Administrasi Umum merangkap sebagai dosen pembimbing
skripsi penulis yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan motivasi
ii
yang luar biasa. Bapak Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan
Bidang Kemahasiswaan. Semoga atas kebaikannya Allah melimpahkan
kebaikan kepada beliau semuanya.
3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku ketua jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, bapak Sugiharto, MA selaku sekretaris jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima kasih atas bimbingan dan
bantuannya sungguh luar biasa.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
khususnya di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis. Semoga ilmu yang
diberikan bisa bermanfaat dan membawa keberkahan.
5. Bapak Fauzun Jamal Lc dan Ibu Umy Musyarofah selaku dosen
pembimbing hafalan Al-qur’an dan Hadits, terima kasih atas
bimbingannya yang dengan sabar dan ikhlas membantu penulis.
6. Segenap Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan FIDKOM yang telah memberikan
fasilitas dan pelayanan yang baik sehingga penulis mendapatkan referensi
yang cukup memadai.
7. Bapak Ahmad Rifky Hidayat selaku Ketua P3SA/SDC, terima kasih atas
bantuan dan bimbingannya, dan segenap karyawan P3SA/SDC yang selalu
membantu penulis.
8. Untuk adik-adik penulis anak-anak luar biasa di P3SA/SDC, terima kasih
telah mengajarkan arti kehidupan kepada penulis dan memberi
pengalaman serta pembelajaran yang sungguh luar biasa.
iii
9. Rekan-rekan BPI 2009, khususnya kelas khusus kajian keislaman, Aziz,
Sudin, Ubay, Akin, Ihsan, Pepy, Samsul, Ismail, Udy, Adnan, Zulfikar,
Kohar, Ai, Lili, Ratna, Mia, Serly, Lely, Kokom, Icha, Sari. Kalian
sungguh berkesan dan luar biasa.
10. Keluarga besar POKMALUH BPI, semoga selalu sukses..jaya..yes!!
Akhirnya..penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi diri penulis dan juga pembaca pada umumnya. Dapat menjadi
sumber pengembangan keilmuan khususnya di bidang Bimbingan dan
Penyuluhan islam. Sekali lagi terima kasih yang tiada terhingga kepada
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga apa
yang telah kita berikan menjadi amal kebaikan di sisi Allah SWT. Aamiin
Ciputat, 1 Agustus 2013
Hafiz Sabilla Rosyad
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 11
D. Metodologi Penelitian ............................................................................................. 12
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 17
F. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Peran ..................................................................................................... 21
B. Pengertian Pembimbing Rohani ............................................................................. 22
1. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Rohani ............................................................. 25
2. Metode Bimbingan Rohani ............................................................................... 27
C. Penguatan ................................................................................................................ 30
D. Kecerdasan Spiritual ............................................................................................... 31
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ....................................................................... 31
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual .................................................................. 33
3. Fungsi Kecerdasan Spiritual ............................................................................. 36
E. Anak Jalanan ........................................................................................................... 38
1. Pengertian Anak Jalanan ................................................................................... 38
2. Penanganan Anak Jalanan................................................................................. 40
BAB III GAMBARAN UMUM PUSAT PENGEMBANGAN PELAYANAN SOSIAL
ANAK (SOCIAL DEVELOPMENT CENTRE FOR CHILDREN)
A. Sejarah Berdiri ........................................................................................................ 43
B. Visi, Misi dan Tujuan ............................................................................................. 45
C. Fungsi ...................................................................................................................... 46
D. Sasaran Pelayanan ................................................................................................... 47
E. Jenis-Jenis Pelayanan .............................................................................................. 47
F. Tahap-Tahap Pelayanan .......................................................................................... 48
G. Prinsip-Prinsip Pelayanan ....................................................................................... 52
H. Fasilitas, Sarana dan Prasarana ............................................................................... 54
I. Jaringan Kerja Pelayanan ........................................................................................ 55
J. Struktur Organisasi ................................................................................................. 56
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Identifikasi Informan .............................................................................................. 58
B. Temuan dan Analisis Hasil Penelitian ................................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 76
B. Saran-Saran ............................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional di Indonesia belakangan ini sedang giat
dan marak dilakukan oleh pemerintah. Di berbagai sektor kehidupan baik
ekonomi, sosial, agama, pendidikan, dan lain sebagainya telah dilakukan
pembangunan, perubahan dan pengembangan ke arah yang lebih baik yang
tentunya melibatkan seluruh lapisan masyarakat di dalam proses
pelaksanaannya. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian
dari upaya pemerintah dan segenap masyarakat secara sadar, guna
menciptakan keadaan yang lebih baik dari masa sebelumnya. Dengan
adanya pembangunan nasional tersebut, tentunya akan menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan sosial yang serba cepat, sehingga dapat
meninggalkan dampak atau efek pada kehidupan masyarakat. Tidak semua
anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial
tersebut, sehingga pada akhirnya menimbulkan problema-problema sosial.
Diantara problem sosial yang terjadi sebagai dampak dari
perubahan sosial adalah hadirnya anak jalanan yang pada umumnya tidak
terdidik dan tanpa keahlian tertentu. Anak jalanan merupakan masalah
sosial dimana keberadaan mereka sering dirasakan sangat tidak
menyenangkan dan mengganggu banyak orang dimata masyarakat.
Keberadaan anak jalanan hingga kini masih dianggap sebagai masalah
sosial yang harus disingkirkan. Hal ini sesuai dengan defenisi, bahwa
2
masalah sosial adalah situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar dari
warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya,
merugikan orang banyak.1
Munculnya anak jalanan di kota-kota besar dengan ciri-ciri kurang
jelas seperti anak terlantar, anak gelandangan, anak nakal, anak pengemis
yang senang memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan penghasilan.
Keberadaan mereka menimbulkan masalah atau gangguan ketertiban dan
keamanan, mengancam kesehatan dan kelangsungan hidup, memberi
peluang untuk terjadinya tindak kriminal.2
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan
persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang
bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada
dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka
tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat
dan negara.
Dunia anak jalanan merupakan dunia yang penuh dengan
kekerasan dan eksploitasi. Di jalanan mereka hidup dan berinteraksi di
lingkungan yang sangat jauh berbeda dengan apa yang seharusnya anak-
anak jalani sesuai dengan perkembangan kejiwaan dan kepribadian
mereka, mereka juga tidak mempunyai masa depan yang jelas.
1Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), ed. 2, cet.
Ke-6. h. 1-2. 2Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial RI,
“Kondisi Sosial Anak Jalanan dan Penanganannya di Kota Madya Surabaya,” Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 4 No. 3 (September 1999): h. 17.
3
Anak jalanan dianggap sebagai anak-anak yang tersisih, marginal,
dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia
yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang
keras dan bahkan sangat tidak bersahabat. Marginal karena mereka
melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang
dihargai, dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun di masa
depan. Selain itu mereka rentan terhadap resiko yang harus ditanggung
akibat jam kerja yang sangat panjang hingga dari segi kesehatan maupun
sosial sangat rawan terjadi gangguan.3
Jika ditelusuri secara mendalam, fenomena anak jalanan secara
garis besar sebagai akibat dari dua hal mendasar, yang pertama adalah
problema psikososial, dimana hubungan antara orang tua dan anak, tidak
harmonis. Orang tua kurang peduli dan kurang perhatian kepada anak-
anaknya sehingga para anak mencari perhatian diluar rumah, yakni jalanan
sebagai bentuk pelarian atau kompensasinya. Kedua, problema sosial
ekonomi yang didominasi oleh masalah kemiskinan dan kebodohan,
sehingga banyak orang tua atau keluarga yang tidak mampu menyediakan
kebutuhan dasar anak termasuk kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan
secara layak, kurang/tidak tersedianya fasilitas bermain bagi anak–anak di
tempat tinggal mereka yang kumuh.4
Lingkungan pergaulan dimana mereka hidup turut membentuk
karakter dan perilaku mereka. Mereka hidup di lingkungan pergaulan yang
3 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
ed. Ke-1 cet. Ke-1 h. 185-186. 4Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak h. 196-197.
4
bebas, tidak ada norma atau nilai apapun yang dapat mengatur ruang gerak
mereka.
Seperti manusia pada umumnya, anak juga mempunyai berbagai
kebutuhan: jasmani, rohani dan sosial. Menurut Maslow, kebutuhan
manusia itu mencakup : kebutuhan dasar fisiologis (udara, air, makan),
kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi,
kebutuhan untuk penghargaan, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri
dan bertumbuh.5
Sebagai manusia yang tengah tumbuh-kembang, anak memiliki
keterbatasan untuk mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang
merupakan hak anak. Orang dewasa termasuk orang tuanya, masyarakat
dan pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak anak tersebut.
Permasalahannya adalah orang yang berada di sekitarnya termasuk
keluarganya seringkali tidak mampu memberikan hak-hak tersebut.
Seperti misalnya pada keluarga miskin, keluarga yang pendidikan orang
tua rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi orang tua akan
keberadaan anak, dan sebagainya. Pada anak jalanan, kebutuhan dan hak-
hak anak tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik. Untuk itulah menjadi
kewajiban orang tua, masyarakat dan manusia dewasa lainnya untuk
mengupayakan upaya perlindungannya agar kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi secara optimal.
Anak adalah tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan negara di masa mendatang, dengan melihat
5E. Koswara, Teori-Teori Kepribadian (Bandung: Eresco, 1991), cet. Ke-2 h. 118.
5
fenomena dan kenyataan diatas, diperlukan upaya untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi anak jalanan dalam memberikan perhatian
dan bimbingan terhadap anak-anak jalanan. Berbagai upaya telah di
tempuh baik oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mengatasi
permasalahan anak jalanan. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan untuk
memberikan atau mengembalikan hak-hak anak jalanan untuk bisa hidup
dan bertumbuh kembang secara wajar, bebas dari eksploitasi,
diskriminasi, kekerasan, pelecehan serta ancaman dari kondisi lingkungan
yang tidak kondusif.
Upaya tersebut antara lain menyediakan tempat tinggal (rumah
singgah), dan memberikan pendidikan serta bimbingan. Salah satu
bimbingan itu adalah bimbingan rohani yang bertujuan untuk membentuk
sikap dan perilaku mereka sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.
Menurut UUD 1945 pasal 34 “Fakir miskin dan anak terlantar
dipelihara oleh Negara”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab
terhadap pemeliharaan dan pembinaan fakir miskin dan anak-anak
terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak
jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada
umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, dan Keputusaan Presiden RI No. 36 Tahun 1990
tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi
tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara
normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil
6
righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family
envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan
(basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education,
laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special
protection).6
Menurut Ary Ginanjar Agustian, Question Spiritual adalah
“kemampuan untuk memaknai setiap perilaku dan kegiatan sebagai ibadah
melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju
manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid
(integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah”.7
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, seperti yang dikutip oleh
Ary Ginanjar bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. Ia adalah
kecerdasan yang membantu kita menyempurnakan dan membangun diri
kita secara utuh. Kecerdasan spiritual ini dapat menempatkan diri kita dan
hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan
kebahagiaan yang hakiki.
Muhammad Zuhri berpendapat bahwa SQ adalah kecerdasan
manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan.8 Asumsinya
adalah jika seseorang dalam hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa
dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.
6 Harja Saputra, “Masalah Anak Jalanan,” artikel diakses pada 13 Desember 2012 dari
http://harjasaputra.wordpress.com/2007/04/09/masalah-anak-jalanan-1/
7Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
(ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam (Jakarta: Arga, 2005), h. 47. 8 Agus Nggermanto, Konseling Agama, Teori dan Kasus (Jakarta: PT Bina Rena
Pariwara, 2002), h. 18.
7
Firman Allah SWT
Artinya: “dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A’raf : 172).
Potensi Quetion Spiritual setiap orang sangat besar dan tidak
dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau materi lainnya. Lebih
lanjut lagi bahwa spiritualisme mampu menghasilkan lima hal yaitu:
1. Integritas atau kejujuran.
2. Energi atau semangat.
3. Inspirasi atau ide dan inisiatif.
4. Wisdom atau bijaksana.
5. Keberanian dalam mengambil keputusan.9
Pada anak jalanan potensi kecerdasan spiritual harus
dikembangkan, dikuatkan dan ditingkatkan sehingga dengan segala
kekurangan dan keterbatasan yang dialami anak jalanan, mereka dapat
membangun diri, menempatkan diri dan hidup lebih positif serta
memperoleh kebijaksanaan, kedamaian dan kebahagiaan hidup yang
hakiki berdasarkan tuntunan dan norma yang berlaku, khususnya tuntunan
dan norma agama. Melalui kegiatan keagamaan dan bimbingan rohani
9 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitan ESQ POWER : Sebuah Inner
Journey Melalui Ihsan (Jakarta: Agra, 2003), h. 5.
8
sangat penting dilakukannya penguatan potensi kecerdasan spiritual anak
jalanan.
Mengingat persoalan anak jalanan pada masa sekarang tampaknya
semakin memprihatinkan. Pertumbuhan anak jalanan di Indonesia semakin
meningkat, terutama di kota-kota besar. Jakarta adalah salah satu contoh
dimana kita akan sangat mudah menemui anak jalanan di berbagai tempat,
mulai dari perempatan lampu merah, stasiun kereta api, terminal, pasar,
pertokoan, dan bahkan mall.
Dinas Sosial DKI Jakarta mencatat 7.315 anak hidup di jalanan ibu
kota. Sebanyak 4.827 di antaranya berada dalam binaan Pemprov DKI,
sementara 2.488 lainnya masih belum terjamah.10
Melihat fenomena statistik diatas, mengisyaratkan bahwa
permasalahan anak jalanan ini merupakan masalah yang sangat kompleks.
Khususnya di Ibu Kota Jakarta, karena di Jakarta lebih mudah mencari
nafkah karena banyak peluang bagi munculnya anak jalanan. Sehingga
dengan menyadari hal itu, sangat diperlukan langkah dan upaya untuk
menangani berbagai permasalahan anak jalanan yang semakin kompleks
tersebut.
Sebagai instansi yang bertanggung jawab terhadap permasalahan
anak jalanan, Kementerian Sosial melakukan berbagai upaya untuk
menangani permasalahan anak jalanan. Kementerian Sosial melakukan
beberapa program, seperti: Mobil Sahabat Anak (MSA), Rumah Singgah
10 Angkasa Yudhistira, “7.315 Anak Hidup di Jalanan Ibu Kota,” artikel diakses pada 27
Juni 2013 dari http://jakarta.okezone.com/read/2012/06/13/500/646625/7-315-anak-hidup-di-
jalanan-ibu-kota
9
(RSg), Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA), Rumah Terbuka
(Boarding House) dan Panti Persinggahan. Berbagai program tersebut
telah berhasil memecahkan sebagian permasalahan anak jalanan.
Untuk lebih meningkatkan keberhasilan dalam penanggulangan masalah
anak jalananan, baik secara kualitas maupun kuantitas, maka pada tahun
2006 disusunlah suatu program pelayanan sosial bagi anak jalanan yang
diharapkan lebih komprehensif dalam menangani anak jalanan, melalui
pembentukan Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Social
Development Center For Children (P3SA/SDC).11
Di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social
Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur, anak-
anak jalanan diberikan beragam pelayanan seperti pelatihan keterampilan,
pendidikan, pelayanan medis, konseling, terapi dan kegiatan rekreasional.
Kegiatan-kegiatan tersebut seperti : life skills/vocational training :
salon/tata rambut, menjahit, komputer training, electronik, teknisi
motor/automotive, terapi musik dan seni, terapi dinamika kelompok,
magang kerja, kegiatan keagamaan, outbond training.12
Pelayanan sosial yang diberikan oleh P3SA/SDC yaitu
diberikannya kegiatan keagamaan, melalui kegiatan tersebut, terdapat
unsur bimbingan rohani sehingga dengan adanya bimbingan rohani
diharapkan dapat berperan dalam membentuk sikap dan perilaku anak
jalanan sesuai dengan norma yang berlaku, khususnya norma agama.
11 Leaflet profil Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA/SDC) Bambu Apus
Jakarta Timur, Kementrian Sosial RI.
12 Leaflet profil Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA/SDC) Bambu Apus
Jakarta Timur, Kementrian Sosial RI.
10
Mereka dididik dan dibina kecerdasan spiritualnya sehingga dapat
mengembangkan dirinya secara baik dan seimbang, baik dari aspek
jasmani/fisik maupun rohani/psikisnya.
Maka atas dasar itulah, penulis tertarik untuk membahas skripsi
yang berjudul “Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan
Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children)
Bambu Apus Jakarta Timur”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Setelah mendapat informasi mengenai Pusat Pengembangan Pelayanan
Sosial Anak (Social Development Centre For Children) Bambu Apus
Jakarta Timur, disana diberikan berbagai macam pelayanan, seperti
pelatihan keterampilan, pendidikan, pelayanan medis, konseling,
terapi, kegiatan rekreasional dan bimbingan rohani. Penulis membatasi
pada pelayanan bimbingan rohani yang diberikan terkait tentang peran
pembimbing rohani untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan.
2. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini yaitu :
“Bagaimana Peran Pembimbing Rohani Untuk Penguatan
Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children)
Bambu Apus, Jakarta Timur?”
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan
pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan. Pada
pokoknya penelitian ilmiah bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang
belum diketahui. Maka tujuan yang ingin peneliti peroleh adalah :
“Untuk mengetahui peran pembimbing rohani untuk penguatan
kecerdasan spiritual anak jalanan di Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children)
Bambu Apus, Jakarta Timur”.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan dan hasil penelitian
diantaranya sebagai berikut:
a. Akademis : diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan
keilmuan dan pengetahuan yang meliputi Bimbingan dan
Penyuluhan Sosial, Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Khususnya
pada yang berkaitan dengan “Peran Pembimbing Rohani Untuk
Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development
Centre For Children) Bambu Apus, Jakarta Timur.
b. Praktis : penelitian diharapkan dapat membantu dan memberi
masukan bagi Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social
Development Centre For Children) Bambu Apus, Jakarta Timur
dalam rangka memberikan bimbingan rohani terhadap anak jalanan
12
dalam bentuk program pelaksanaan kerja lembaga, serta dapat
diterapkan di lembaga lain.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab
permasalahan yang diteliti. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan
untuk menentukan data yang valid, akurat dan signifikan dengan
permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan
permasalahan yang diteliti.
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang
mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian
deskriptif, seperti perkataan orang, dan perilaku yang diamati. 13
Selain itu metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.14
Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti memberikan kesempatan
pada informan untuk menyampaikan informasi yang sebanyak-
banyaknya dan tidak terbatas pada suatu bentuk kuesioner tertutup,
melainkan dengan menggunakan wawancara mendalam sesuai dengan
13
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 11. 14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : CV Alfabeta, 2009), cet. 5, h. 1.
13
metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam penelitian
kualitatif.15
2. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial
Anak (Social Development Centre For Children) Jl. PPA No.3 Bambu
Apus Cipayung Jakarta Timur. Adapun yang dijadikan alasan dan
pertimbangan pemilihan lokasi ini yaitu peneliti ingin melakukan
penelitian yang berhubungan dengan peran pembimbing rohani untuk
penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan, sehingga lokasi tersebut
sesuai dengan yang peneliti inginkan.
3. Subyek dan Obyek Penelitian
Adapun subyek penelitian ini adalah pembimbing rohani yang
berjumlah 2 orang, 5 orang anak jalanan dan 1 orang pimpinan panti.
Penulis menentukan subyek penelitian tersebut bahwa pada lembaga
tersebut ada 2 orang pembimbing rohani, sehingga penulis dapat
memperoleh data yang cukup baik dan bervariasi sesuai dengan judul
penelitian. Lalu dengan 5 orang anak jalanan, penulis mengambil
subyek demikian karena anak jalanan yang ada disana sewaktu penulis
melakukan penelitian berjumlah sebanyak 20 orang, dan yang sesuai
dengan kriteria yang penulis harapkan yaitu 5 orang, penulis harap
cukup untuk mewakili subyek penelitian dari seluruh anak jalanan
yang penulis sudah batasi permasalahannya. Ditambah dengan 1 orang
pimpinan panti, bisa memperkaya data dan informasi yang penulis
15
Kristi E Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta:
LPSP3, 1998), h. 32.
14
butuhkan. Kemudian objek dalam penelitian ini adalah Peran
Pembimbing Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak
Jalanan di Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social
Development Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur.
Sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data primer, yaitu berupa wawancara kepada subyek penelitian
yaitu pembimbing rohani, anak jalanan dan pimpinan panti yang
dijadikan subyek penelitian.
b. Data sekunder, yaitu berupa data tidak langsung yang berupa
catatan-catatan atau dokumen.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan
alat pengumpul data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan data yang
dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang
muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut.16
Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi
sebanyak dua kali untuk mengetahui lokasi penelitian, berkenalan
dan mengetahui beberapa orang petugas lembaga dalam rangka
perizinan penelitian dan mendapatkan penjelasan terkait lembaga
baik dari segi pelayanan dan kegiatan yang ada di lembaga,
kemudian peneliti mengadakan observasi tersendiri mengenai
16
Ibid., h.62
15
pelayanan dan kegiatan bimbingan rohani yang berjalan di
lembaga. Peneliti juga melakukan observasi partisipan dalam
kegiatan bimbingan rohani selama bulan Februari hingga April
2013 dengan ketentuan peneliti bergabung dan membantu
memberikan pelayanan bimbingan rohani dalam jangka waktu
seminggu peneliti melakukan observasi partisipan sebanyak dua
kali, dengan tujuan untuk memperoleh subjek penelitian yang
peneliti harapkan dan memperoleh informasi yang mendukung
dalam rangkaian kegiatan penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer), yang mengajukan pertanyaan untuk memperoleh
data dan informasi dari terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.17
Yaitu mengadakan
wawancara antara peneliti dengan para subyek penelitian
diantaranya yaitu kepada dua orang pembimbing rohani dan lima
orang anak jalanan serta satu orang pimpinan lembaga.
c. Dokumentasi
Teknik dan studi dokumentasi yaitu cara mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku-buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain
17
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatf Edisi Revisi, h. 186.
16
sebagainya. Dalam penelitian ini, data-data diperoleh dari
dokumen-dokumen, catatan transkip, buku-buku dan majalah.
5. Teknik Analisis Data
Ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besar
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Reduksi data, yaitu peneliti mencoba memilih data yang
relevan terkait peran pembimbing rohani untuk penguatan
kecerdasan spiritual anak jalanan.
b. Penyajian data, setelah data mengenai peran pembimbing
rohani untuk penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan
terkumpul atau diperoleh, maka data tersebut disusun dalam
bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel dan lain
sebagainya.
c. Penyimpulan atas apa yang disajikan, pengambilan kesimpulan
dengan menghubungkan dari tema tersebut sehingga
memudahkan untuk menarik kesimpulan.18
6. Teknik Penulisan Skripsi
Untuk lebih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan teknik
penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari, 2007”.
18
Ibid., h. 288.
17
E. Tinjauan Pustaka
Penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai acuan dan tambahan
pemahaman serta bahan yaitu diantaranya dari beberapa skripsi sebagai
berikut:
1. Arie Mutya Wulan Sari, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
2008, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Judul skripsi “Pelaksanaan Bimbingan Islam Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan
Irtiqo Kebajikan Ciputat, Tangerang”.
Dalam penelitian skripsi ini menjelaskan bahwa metode bimbingan
islam yang dilaksanakan di Yayasan Irtiqo Kebajikan terdiri dari
metode individual dan metode kelompok. Dengan adanya beberapa
pembimbing berbagai macam program kegiatan khususnya di bidang
keagamaan dalam rangka mengembangkan kecerdasan spiritual kaum
dhuafa yang ada di Yayasan Irtiqo Kebajikan.
2. Warti Sasmiati, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2009,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Judul skripsi “Metode Pembinaan Mental Narapidana Anak di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang”.
Dalam penelitian skripsi ini menjelaskan bahwa metode yang
digunakan pembimbing dalam pembinaan mental spiritual bagi
narapidana anak (anak didik) juga tidak berbeda dari metode
bimbingan pada umumnya (antara teori dan praktik lapangan),
diantaranya seperti metode Group Guidance (bimbingan kelompok)
18
dalam metode ceramah dan diskusi, serta metode directive (bersifat
mengarahkan) dalam metode iqra (pembelajaran Al-qur’an dan hafalan
ayat-ayat Al-qur’an), wawancara, tanya jawab, pemutaran film dan
muhasabah (introspeksi diri). Dari sekian metode yang digunakan
pembimbing ada dua metode yang sering digunakan yakni; metode
ceramah dan metode iqra (pengajaran baca tulis Al-qur’an) karena
lebih efektif.
3. Ina Nurul Lestari, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 2010,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Judul skripsi “Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam Depok”.
Dalam skripsi ini menjelaskan bahwa pelaksanaan bimbingan agama
dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak, pembimbing
menggunakan metode bimbingan secara kelompok melalui program
wajib belajar di sekolah, program keterampilan, outbond, diskusi,
tausiah dan lain-lain. Kemudan materi yang disampaikan bersumber
dari Al-qur’an, hadits, alam sekitar dan menggunakan media/alat bantu
dalam penyampaian materinya.
Sedangkan dalam Skripsi ini yang berjudul ”Peran Pembimbing
Rohani Untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development
Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur” masalah yang
ingin diteliti yaitu mengenai Peran Pembimbing Rohani Untuk
Penguatan Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Pusat Pengembangan
19
Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children)
Bambu Apus Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif.
F. Sistematika Penulisan
Dalam hal sistematika penulisan ini penulis menggunakan
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman
penulisan skripsi ini.
Sedangkan untuk mempermudah penulisan skripsi ini penulis membagi ke
dalam lima bab. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI yang terdiri dari peran, pengertian
pembimbing rohani, tujuan dan fungsi bimbingan rohani, metode
bimbingan rohani, penguatan, pengertian kecerdasan spiritual, aspek-aspek
kecerdasan spiritual, fungsi kecerdasan spiritual, pengertian anak jalanan,
penanganan anak jalanan.
BAB III : GAMBARAN UMUM PUSAT PENGEMBANGAN
PELAYANAN SOSIAL ANAK (SOCIAL DEVELOPMENT CENTRE
FOR CHILDREN) yang terdiri dari sejarah berdiri, visi misi dan tujuan,
fungsi, sasaran pelayanan, jenis-jenis pelayanan, tahap-tahap pelayanan,
20
prinsip-prinsip pelayanan, fasilitas, sarana dan prasarana, jaringan kerja
pelayanan, struktur organisasi.
BAB IV : ANALISIS TEMUAN LAPANGAN yaitu terdiri dari
identifikasi informan, temuan dan analisa data.
BAB V : PENUTUP yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
21
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peran adalah seperangkat
tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat.1
Menurut Soerjono Soekanto, “peran dapat dikatakan sebagai
perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.”2
Menurut Biddle & Thomas, peran adalah harapan-harapan orang
lain tentang perilaku-perilaku, norma, penilaian dan sanksi yang
ditunjukkan kepada seseorang yang mempunyai peran tertentu.3
Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan
berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Dalam teorinya Biddle &
Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan,
yaitu istilah-istilah yang menyangkut:
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
c. Kedudukan orang-orang dan perilaku.
d. Kaitan antara orang dan perilaku.4
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 667. 2Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Balai Pustaka 1998), cet. Ke-1
h. 213. 3Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial (Jakarta: CV Rajawali, 1984), h.
235. 4Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial h. 234.
22
Dari beberapa defenisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa peran
merupakan sesuatu yang berhubungan mengenai kehidupan sosial manusia
karena peran menjadi bagian dalam kedudukan, harapan dan interaksi
sosial. Dari ketiga hal itu akan memunculkan perilaku. Perilaku yang
diharapkan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berkaitan dan
berhubungan dengan adanya orang lain yang berkedudukan di masyarakat.
B. Pengertian Pembimbing Rohani
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pembimbing adalah
orang yang membimbing, pemimpin, menuntun.5 Dari etimologi, kata
“bimbingan” adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris “guidance”
kata kerja to guide yang artinya menunjukkan, membimbing atau
menuntun orang lain kejalan yang benar.6
Para ahli di bidang bimbingan dan penyuluhan atau konseling,
berbeda pendapat ketika mendefinisikan kata bimbingan secara
terminologi, tetapi walaupun demikian, perbedaan yang ada hanyalah pada
segi redaksinya saja, tidak pada substansi isinya.
Menurut Chiskolm seperti yang dikutip oleh Prayitno dan Erman
“Bimbingan adalah membantu setiap individu untuk lebih mengenal
berbagai informasi tentang dirinya sendiri”.7
5Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h. 117. 6M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Golden
Terayon Press, 1992), cet. Ke-3, h. 1. 7Prayitno dan Erman, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004), cet. Ke-2, h. 94.
23
Umar dan Sartono berpendapat bahwa bimbingan adalah bantuan
yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri,
memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana
masa depan yang lebih baik.8
Rahman Natawijaya mengartikan bahwa “bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya bertindak wajar sesuai dengan
keadaan lingkungan”.9
Bimbingan adalah “suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan
diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang
optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan”.10
Bimbingan dalam islam menurut Aunur Rahim Faqih adalah suatu
proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.11
8M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998),
cet. Ke-1. h. 9. 9Rahman Natawijaya, Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah (Bandung: CV
Abrair, 1998), cet. Ke-1, h. 7. 10
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah (Jakarta: Rineka
Cipta, 1995), cet. Ke-1, h.2. 11
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press,
2001), cet. Ke-2, h. 4.
24
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky, bimbingan dalam islam
adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman
kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana
seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal, pikiran,
jiwa, keimanan dan keyakinan serta dapat menangani problematika hidup
dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri sesuai dengan
ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.12
Pengertian rohani secara harfiyah berasal dari bahasa Arab yang
diawali dari kata ruh yang berarti jiwa, sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia roh yaitu sesuatu yang tidak berbadan jasmani, yang
berakal budi dan berperasaan (seperti malaikat, setan).13
Menurut Imam al-Ghazali seperti yang dikutip oleh Jamaludin
Kafie menyatakan bahwa roh itu mempunyai dua pengertian, yaitu : roh
jasmani dan roh rohani. Roh jasmani yaitu zat halus yang berpusat di
ruang hati dan menjalar ke seluruh ruang urat nadi (pembuluh darah)
selanjutnya tersebar ke seluruh tubuh, karenanya manusia dapat bergerak
(hidup) dan dapat merasakan berbagai macam perasaan serta dapat berfikir
atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan.14
Sedangkan roh rohani adalah bagian dari yang ghoib, dengan roh
ini manusia dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhan, serta
menyadari keberadaan orang lain (berkepribadian, berketuhanan, dan
12
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: PT.
Fajar Pustaka Baru, 2001), cet. Ke-2, h. 189. 13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 752. 14
Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah (Surabaya: Penerbit Indah, 1993), h. 16.
25
berperikemanusiaan), serta bertanggung jawab atas segala tingkah
lakunya.15
Berdasarkan berbagai uraian diatas maka dapat dipahami bahwa
pembimbing rohani yaitu seseorang yang memberikan bantuan terhadap
individu atau kelompok individu dalam mengembangkan potensi akal,
pikiran, jiwa, keimanan dan keyakinan serta dapat menangani
problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara
mandiri sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah untuk mencapai
kebermanfaatan terhadap sesama manusia menuju kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.
1. Fungi dan Tujuan Bimbingan Rohani
Fungsi dari bimbingan rohani adalah pemberian bimbingan atau
pelayanan kepada klien agar dapat berkembang menjadi pribadi yang utuh,
mandiri dan sadar akan tuntutan ajaran agama.
Menurut Luthfi dalam upaya membimbing klien agar fungsi dari
bimbingan rohani tersebut dapat tercapai maka solusi praktis yang
diberikan kepada klien untuk mengatasi problemnya adalah :
a. Solusi yang berorientasi pada keyakinan dan pemahaman agama, hal
ini bertujuan untuk mengembangkan potensi keimanan dan ketakwaan
seseorang dalam menjalani kehidupannya, agar realitas hidup, iman
dan takwa kepada Allah dapat berjalan harmonis.
b. Solusi yang berorientasi pada pengamalan ajaran agama (ibadah), ini
merupakan aktualisasi dari keimanan yang bertujuan meningkatkan
15
Jamaludin Kafie, Psikologi Dakwah h. 16.
26
keimananannya dalam pengamalan ajaran agama sehingga
mewujudkan pribadi yang bertakwa.
c. Solusi yang berorientasi pada proses pendidikan Islam, ini adalah
proses dalam mengembangkan potensi dan kemampuan diri agar
menjadi pribadi yang bermanfaat serta pembentukan karakter dan
perilaku agar klien dapat membekali hidupnya, menyikapi
kebutuhannya dalam mengatasi masalahnya serta melaksanakan tugas-
tugas kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam.
d. Solusi yang berorientasi pada kehidupan sosial islami, yaitu kehidupan
yang dilandasi moral, etika dan norma sehingga terjalin interaksi yang
harmonis dalam mengatasi problem setiap individu.16
Sedangkan menurut Hamdan Bakry adz-Dzaky menjelaskan tujuan
dari bimbingan dalam Islam adalah :
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, lapang dan
mendapat pencerahan dari Allah SWT.
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang memberikan manfaat bagi drinya, lingkungan
keluarga maupun sosial.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu dan berkembang
rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih
sayang.
16
M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 138-150.
27
4. Untuk mendapatkan kecerdasan spiritual pada individu, sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan
menerima ujian-Nya.
5. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah sehingga fungsi diri sebagai
khalifah dimuka bumi ini dapat terlaksana dengan baik dan benar.17
Dapat dipahami bahwa fungsi dan tujuan bimbingan rohani dalam
islam adalah membantu individu (klien) untuk memahami potensi dan
kemampuan dirinya dalam mengatasi problem yang dihadapi sehingga dia
mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan diri serta dapat
mengadaptasikan diri dengan lingkungannya secara mandiri, sadar dan
sesuai dengan ajaran islam.
2. Metode Bimbingan Rohani
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari penggalan kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” berarti
“jalan”. Bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang harus
dilalui”. Dalam pengertian yang lebih luas, metode bisa pula diartikan
sebagai segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang diinginkan. 18
Metode merupakan cara yang ditempuh dalam melakukan proses
bimbingan rohani terhadap klien yang bermasalah ataupun tidak, untuk
memberikan bantuan dan ketenangan serta solusi yang akan diberikan
17
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, h. 221. 18
M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h. 120.
28
kepada klien tersebut sehingga mampu menghadapi masalahnya dengan
tenang dan sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapinya.
Ada beberapa metode yang lazim digunakan dalam proses
pemberian bimbingan kepada klien, dimana yang menjadi sasaran
khususnya adalah mereka yang berada dalam kesulitan mental spiritual
yang disebabkan problem yang terjadi dalam dirinya yang banyak
mengakibatkan hambatan batin/psikis dalam dirinya.
Dalam hal ini penulis akan memberikan uraian tentang beberapa
metode bimbingan atau pendekatan islami yang secara umum dapat
diberikan kepada terbimbing menurut M. Luthfi, yaitu:
a. Metode bil-hikmah, metode ini digunakan dalam menghadapi
orang-orang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional
yang tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama.
b. Metode bil-mujadalah, perdebatan yang digunakan untuk
menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama,
dengan menggunakan dalil-dalil Allah yang rasional.
c. Metode bil mauidzah, dengan menunjukkan contoh yang benar
dan tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan
menangkap dari apa yang diterimanya secara logika dan
penjelasan akan teori yang masih baku.
d. Metode ceramah
Yaitu penjelasan yang bersifat umum. Cara penyampaian yang
lebih tepat diberikan dalam bimbingan kelompok (group
guidance). Pembimbing berupaya menyesuaikan apa-apa yang
29
disampaikannya dengan kondisi terbimbing yang beragam
dengan berlandaskan pada materi-materi yang umum atau yang
berhubungan dengan ajaran agama.
e. Metode diskusi (tanya jawab)
Pembimbing dan terbimbing dapat melakukan diskusi dan
tanya jawab. Terbimbing dapat bertanya atau menyampaikan
apa-apa yang dirasakannya dan menjadi permasalahannya lalu
pembimbing memberikan jawaban dalam membantu
menyelesaikan permasalahan terbimbing.
f. Metode persuasif
Yaitu berupa dorongan-dorongan yang positif, mengajak dan
mengarahkan terbimbing kearah yang positif.
g. Metode atau teknik lisan dan tulisan
Yaitu melalui pesan-pesan langsung yang disampaikan dengan
ucapan atau kata-kata, dalam rangka membantu penyelesaian
permasalahan terbimbing dan bisa juga melalui tulisan, berupa
pesan yang mengandung hikmah, bentuk cerita atau kisah-kisah
kehidupan yang inspiratif sehingga terbimbing dapat
meneladani dan mengambil pelajaran.
h. Metode doa dan dzikrullah
Pembimbing menyadarkan terbimbing bahwa setiap
permasalahan tidak mungkin dapat diatasi sendiri tanpa
bantuan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT.
Pembimbing mengajarkan bahwa lewat doa dan dzikir dapat
30
membantu menenangkan dan menyelesaikan permasalahan.
Pembimbing juga mengajak untuk bersama-sama memohon
pertolongan Allah dalam menjalani kehidupan.19
C. Penguatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penguatan yaitu proses,
cara, perbuatan menguati atau menguatkan.20
Dalam salah satu mekanisme umum terjadinya proses belajar
terdapat mekanisme reinforcement (penguatan), yaitu orang belajar
melakukan perilaku tertentu karena perilaku itu diikuti dengan sesuatu
yang menyenangkan atau yang memuaskan. Perilaku seseorang adalah
hasil dari pengalaman sebelumnya. Dalam situasi tertentu, seseorang
belajar perilaku tertentu, yang seiring berjalannya waktu mungkin akan
menjadi kebiasaan. Ketika dia berhadapan dengan situasi serupa, orang itu
akan cenderung berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang pernah
dilakukannya.21
Dalam hal ini penguatan yang dimaksud mengacu kepada usaha
menguatkan sesuatu atau perilaku, yang tadinya lemah untuk menjadi
lebih kuat. Penguatan ini didasari karena adanya sesuatu yang lemah,
untuk menjadi kuat dilakukan proses penguatan, yaitu dalam kerangka
bagaimana peran dari pembimbing rohani untuk penguatan kecerdasan
spiritual anak jalanan. Jadi mempunyai makna usaha menguatkan
19
M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, h. 135-137. 20
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 468. 21
Shelly E. Taylor, dkk., Psikologi Sosial (Jakarta: Kencana, 2009), ed. 12, cet. Ke-1, h.
7-8.
31
kecerdasan spiritual anak jalanan dengan diadakannya pelayanan
bimbingan rohani.
D. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa kecerdasan ialah
perihal cerdas, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti
kepandaian, ketajaman pikiran)22
dan spiritual adalah kejiwaan, rohani,
batin, mental dan moral23
.
Muhammad Zuhri berpendapat bahwa SQ adalah kecerdasan
manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan.24
Menurut Ary Ginanjar Agustian, Quetion Spiritual adalah
“kemampuan untuk memaknai ibadah terhadap setiap perilaku dan
kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,
menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran
tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah.25
Dalam Emotional Spiritual Quotient, kecerdasan spiritual adalah
kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran,
perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan Intellectual
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 164. 23
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. Ke-1 h.
857. 24
Agus Nggermanto, Konseling Agama, Teori dan Kasus (Jakarta: PT Bina Rena
Pariwara, 2002), h. 18.
25Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
(ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, h. 47.
32
Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient secara
komprehensif.26
Toto Tasmara menerangkan bahwa salah satu indikasi potensi
kecerdasan spiritual adalah cara seseorang memberikan makna
terhadap hidup yang dijalaninya. Makna hidup yang dimaksud adalah
cara seseorang untuk mengisi kehidupannya dan memberikan
gambaran menyeluruh yang menunjukkan arah dalam caranya manusia
berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, dan alam sekitarnya
atas dasar rasa cinta kepada Allah SWT.27
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan jiwa dalam memaknai hidup yang dapat membantu
seseorang membangun dirinya untuk tumbuh, berkembang dan
seimbang yang menjadikan diri mandiri dan kreatif ketika dihadapkan
pada masalah pribadi, dan mencoba melihat makna yang terkandung di
dalamnya, serta menyelesaikannya dengan baik agar memperoleh
ketenangan dan kedamaian hati. Serta mampu memaknai setiap
kegiatannya sebagai ibadah, demi kepentingan terhadap sesama
manusia dan Tuhan yang sangat dicintainya.
26
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
(ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, h. 47. 27
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk
Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), cet ke-1 h. 135.
33
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual
a. Shiddiq
Salah satu dimensi kecerdasan ruhaniah terletak pada nilai
kejujuran yang merupakan cermin kepribadian orang-orang mulia yang
telah dijanjikan Allah akan memperoleh limpahan nikmat dari-Nya.
Seseorang yang cerdas secara ruhaniah, senantiasa memotivasi dirinya
dan berada dalam lingkungan orang-orang yang memberikan makna
kejujuran.
Shiddiq adalah orang benar dalam semua kata, perbuatan, dan
keadaan batinya. Perilaku yang jujur adalah prilaku yang diikuti
dengan sikap tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya.
Dalam usaha untuk mencapai kecerdasan spiritual sifat Shiddiq
seseorang harus melalui beberapa hal diantaranya adalah :
1. Jujur pada diri sendiri
2. Jujur pada orang lain
3. Jujur terhadap Allah
4. Menyebarkan salam28
b. Istiqamah
Istiqamah diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang
melahirkan sikap konsisten (taat azas) dan teguh pendirian untuk
menegakkan dan membentuk sesuatu menuju pada kesempurnaan atau
kondisi yang lebih baik.
28
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk
Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak, h. 189.
34
Sikap istiqamah menunjukkan kekuatan iman yang merasuki
seluruh jiwanya, sehingga dia tidak mudah goncang atau cepat
menyerah pada tantangan atau tekanan, mereka yang memiliki jiwa
istiqamah itu adalah tipe manusia yang merasakan ketenangan luar
biasa (iman, aman, muthmainah) walau penampakannya diluar bagai
orang yang gelisah. Dia meresa tenteram karena apa yang dia lakukan
merupakan rangkaian ibadah sebagai bukti “yakin” kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya. Sikap istiqamah ini dapat terlihat pada orang-orang :
1. Mempunyai Tujuan
2. Kreatif
3. Menghargai Waktu29
c. Fathanah
Fathanah diartikan sebagai kemahiran, cerdas atau penguasaan
terhadap bidang tertentu, pada hal makna fathanah merujuk pada
dimensi mental yang sangat mendasar dan menyeluruh. Seorang yang
memilki sikap fathanah, tidak hanya menguasai bidangnya saja begitu
juga dengan bidang-bidang yang lain, Keputusan-keputusanya
menunjukkan warna kemahiran seorang profesional yang didasarkan
pada sikap moral atau akhlak yang luhur, memiliki kebijaksanaan, atau
kearifan dalam berpikir dan bertindak.30
29
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk
Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak, h. 195. 30
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk
Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak, h. 201.
35
d. Amanah
Amanah menjadi salah satu dari aspek ruhaniah bagi kehidupan
manusia, seperti halnya agama dan amanah yang dipikulkan Allah
menjadi titik awal dalam perjalanan manusia menuju sebuah janji.
Sebagai mahluk yang paling sempurna dari ciptaan Allah SWT
dibandingkan dengan mahluk yang lain, maka amanah salah satu sifat
yang dimilki oleh manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Didalam
nilai diri yang amanah itu ada beberapa nilai yang melekat :
1. Rasa ingin menunjukkan hasil yang optimal.
2. Mereka merasakan bahwa hidupnya memiliki nilai, ada sesuatu
yang penting. Mereka merasa dikejar dan mengejar sesuatu agar
dapat menyelesaikan amanahnya dengan sebaik-baiknya.
3. Hidup adalah sebuah proses untuk saling mempercayai dan
dipercayai.31
e. Tablig
Fitrah manusia sejak kelahirannya adalah kebutuhan dirinya
kepada orang lain. Kita tidak mungkin dapat berkembang dan survive
kecuali ada kehadiran orang lain. Seorang muslim tidak mungkin
bersikap hanya mementingkan dirinya sendiri. Bahkan tidak mungkin
mensucikan dirinya tanpa berupaya untuk menyucikan orang lain.
Kehadirannya di tengah-tengah pergaulan harus memberikan makna
bagi orang lain.
31
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk
Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak, h. 206.
36
Mereka yang memiliki sifat tablig mampu membaca suasana hati
orang lain dan berbicara dengan kerangka pengalaman serta lebih
banyak belajar dari pengalaman dalam menghadapi persoalan-
persoalan hidup.32
Berdasarkan kelima aspek-aspek kecerdasan ruhaniah dari Tasmara
(2001) maka dapat disimpulkan, bahwa kecerdasan spiritual adalah
kemampuan atau kapasitas seseorang untuk pengunaan nilai-nilai
agama baik dalam berhubungan secara vertikal atau hubungan dengan
Allah SWT (Hab lum minallah) dan hubungan secara horizontal atau
hubungan sesama manusia (Hab lum minannas) yang dapat dijadikan
pedoman suatu perbuatan yang bertangung jawab di dunia maupun di
akhirat.
Dengan kata lain kecerdasan spiritual merupakan dimana kondisi
seseorang yang telah dapat mendengar suara hati karena pada dasarnya
suara hati manusia masih bersifat universal, tapi apabila seseorang
telah mampu memunculkan beberapa sifat-sifat dari Allah yang telah
diberikan-Nya kepada setiap jiwa manusia dalam bentuk yang fitrah
dan suci maka akan memunculkan sifat takwa.
3. Fungsi Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bersumber dari jiwa,
atau hati nurani yang beroperasi dalam pusat otak manusia. Dalam
bahasa ibrani, “hati nurani”, memiliki kata yang sama dengan kata
32
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk
Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak, h. 212.
37
pedoman, yang tersembunyi, kebenaran batin yang tersembunyi dari
jiwa.33
Oleh karena itu fungsi kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar
dan Ian Marshall, antara lain :
a. Kecerdasan yang digunakan dalam masalah eksistensial, yaitu
ketika kita secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan,
kekhawatiran, dan masalah masa lalu akibat penyakit dan
kesedihan.
b. Kecerdasan menjadikan kita sadar bahwa kita memiliki masalah
eksistensial dan membuat kita mampu mengatasinya, karena
kecerdasan spiritual memberi kita semua rasa yang dalam
menyangkut perjuangan hidup.
c. Kecerdasan yang membuat manusia mempunyai pemahaman
tentang siapa dirinya dan apa makna segala sesuatu baginya dan
bagaimana semua itu memberikan suatu tempat di dalam dunia
kepada orang lain dan makna-makna mereka.
d. Kecerdasan spiritual sebagai landasan bagi seseorang untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Karena, kecerdasan
merupakan puncak kecerdasan manusia.
e. Kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Sehingga menusia
menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, berani, optimis dan
33
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir
Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj dari SQ: Spiritual Intelligence the
Ultimate Intelligence oleh Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, h. 12.
38
fleksibel. Karena ia terkait langsung dengan problem-problem
eksistensi yang selalu ada dalam kehidupan.
f. Kecerdasan yang dapat memberikan rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman
sampai batasnya. Karena dengan memiliki kecerdasan spiritual
memungkinkan seseorang bertanya apakah saya ingin berada pada
situasi atau tidak. Intinya kecerdasan spiritual berfungsi
mengarahkan situasi.
g. Kecerdasan yang dapat menjadikan lebih cerdas secara spiritual
dalam beragama. Sehingga seseorang yang memiliki kecerdasan
spiritual tinggi tidak berpikiran eksklusif, fanatik, dan
berprasangka.34
Dari fungsi kecerdasan spiritual diatas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual mengantarkan orang pada pribadi yang utuh,
holistic, dan integral (insan kamil).
E. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Menurut Soedijar, anak jalanan adalah anak usia tujuh sampai
dengan lima belas tahun yang bekerja di jalan raya dan tempat umum
lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang
lain dan membahayakan bagi dirinya sendiri.35
34
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir
Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj dari SQ: Spiritual Intelligence the
Ultimate Intelligence oleh Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, h. 13. 35
A. Soedijar Z.A, Profil Anak Jalanan di DKI (Jakarta: Media Informatika, 1989), h. 6.
39
UNICEF memberikan batasan anak jalanan sebagai berikut:
“Street children are those who have abandoned their homes,
schools and immediate communities before they are sixteen years of
age, and have diftedinto a non madiv street life.”
(anak jalanan merupakan anak-anak yang berumur dibawah 16
tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan
lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang
berpindah-pindah di jalan raya).36
Menurut Departemen Sosial dan United National Development
Program (UNDP) telah membatasi anak jalanan sebagai berikut:
“Anak jalanan sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mencari nafkah di jalanan dan tempat-tempat umum
lainnya”.37
Jadi dapat penulis simpulkan bahwa anak jalanan adalah anak
yang berusia tujuh sampai lima belas tahun, yang menghabiskan
seluruh ataupun sebagian besar waktunya di jalanan untuk bermain
maupun bekerja, yang tinggal bersama orang tuanya ataupun yang
tinggal terpisah dengan orang tuanya.
Secara umum anak jalanan terbagi dua jenis, yakni:
1. Children of The Street, adalah anak-anak yang tumbuh dari jalanan
dan seluruh waktunya dihabiskan di jalanan. Ciri dari anak-anak ini
biasanya tinggal dan bekerja di jalanan (living and working on the
street), tidak mempunyai rumah (homeless), dan jarang atau
bahkan tidak pernah kontak dengan keluarganya. Mereka
36
A. Soedijar Z.A, Profil Anak Jalanan di DKI h. 6. 37
Tata Sudrajat, Hasil Lokakarya Nasional Anak Jalanan, (Jakarta: YKAI, 1995), h. 34.
40
umumnya dari keluarga yang berkonflik. Mereka lebih mobile,
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, karena mereka tidak
mempunyai tempat tinggal yang tetap. Jumlah mereka lebih sedikit
dbandingkan kelompok anak jalanan lainnya, diperkirakan hanya
10-15% dari seluruh populasi anak jalanan.
2. Children on the Street, adalah anak-anak yang menghabiskan
sebagian besar waktunya di jalanan atau di tempat-tempat umum
lainnya untuk bekerja dan penghasilannya digunakan untuk
membantu keluarganya. Anak-anak tersebut mempunyai kegiatan
ekonomi sebagai pekerja anak di jalan dan masih berhubungan
kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka di
jalan diberikan kepada orang tuanya. Mereka terbagi dua
kelompok. Kelompok pertama adalah anak-anak dari luar kota
yang mengontrak rumah bersama-sama di satu lingkungan yang
dihuni oleh orang-orang dari satu daerah. Mereka tidak sekolah
lagi dan ikut ke kota karena ajakan teman-teman dan orang yang
lebih dewasa. Motivasi mereka adalah ekonomi, jarang yang
sifatnya konflik. Kelompok kedua adalah anak-anak dari dalam
kota sendiri yang tinggal bersama orang tuanya.38
2. Penanganan Anak Jalanan
Dengan adanya ragam atau macam-macam anak jalanan dalam
penanganannya pun selalu berbeda yakni disesuaikan dengan kondisi
38
Tata Sudrajat, Hasil Lokakarya Nasional Anak Jalanan h. 151-152.
41
anak jalanan tersebut. Menurut Tata Sudrajat (1996), ada tiga model
penanganan anak jalanan yaitu:
1. Community Based, adalah model penanganan yang berpusat
pada masyarakat dengan menitik beratkan pada fungsi-fungsi
keluarga dan potensi seluruh masyarakat. Pendekatan ini
bersifat preventif, yakni mencegah anak agar tidak masuk dan
terjerumus dalam kehidupan jalanan. Pendekatan penanganan
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan
masyarakat agar sanggup melindungi, mengasuh, dan
memenuhi kebutuhan anak-anaknya secara mandiri. mereka
tetap berada di lingkungan keluarga. Kegiatannya biasanya
meliputi: peningkatan keluarga, penyuluhan dan bimbingan
pengasuhan anak, kesempatan anak untuk memperoleh
pendidikan dan kegiatan waktu luang dan sebagainya.
2. Street Based, adalah model penanganan anak jalanan di tempat
anak jalanan itu berasal atau tinggal serta beroperasi.
Penanganan yang berbasiskan jalanan adalah program dan
kegiatan yang dirancang untuk menjangkau dan melayani anak
di lingkungan mereka sendiri yaitu di jalanan. Pekerja sosial
datang mengunjungi, menciptakan perkawanan, mendampingi
dan menjadi sahabat untuk keluh kesah mereka. Anak-anak
yang sudah tidak teratur berhubungan dengan keluarga, mereka
memperoleh kakak atau orang tua pengganti dengan adanya
pekerja sosial.
42
3. Center Base, adalah pendekatan dan penanganan anak jalanan
di lembaga atau panti. Anak-anak yang masuk dalam program
ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau panti.
Panti menjadi lembaga pengganti keluarga untuk anak dan pada
panti yang permanen, bahkan disediakan berbagai macam
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anak seperti kebutuhan
dasar, kesehatan, pendidikan, kesenian, keterampilan,
pekerjaan dan sebagainya.39
Dengan demikian penulis simpulkan bahwa model penanganan
terhadap anak jalanan yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak (Social Development Centre For Children)
Bambu Apus Jakarta Timur adalah model penangangan center
base, pelayanan sosial anak jalanan yang berbasis panti, dimana
anak-anak jalanan diberikan beragam pelayanan seperti pelatihan
keterampilan, pendidikan, pelayanan medis, konseling, terapi,
kegiatan rekreasional dan kegiatan keagamaan.
39
Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
ed. Ke- 1, cet. Ke-1, h. 200-201.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSAT PENGEMBANGAN
PELAYANAN SOSIAL ANAK (SOCIAL DEVELOPMENT CENTRE FOR
CHILDREN)
A. Sejarah Berdiri
Anak adalah tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita
perjuangan bangsa, maka anak memiliki peran strategis bagi
kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa mendatang. Krisis
ekonomi yang dialami bangsa Indonesia pada tahun 1997 ternyata
berdampak terhadap meningkatnya permasalahan sosial anak di negeri
ini, tidak terkecuali juga permasalahan anak jalanan. Ada
kecenderungan peningkatan permasalahan anak jalanan baik secara
kuantitas maupun kualitas dari tahun ke tahun. Data statistik yang
dikeluarkan oleh Depsos menunjukkan kecenderungan tersebut, pada
tahun 2000 jumlah anak jalanan beserta permasalahannya sebesar
50.000, sedangkan pada tahun 2004 sebesar 98.113.
Berbagai upaya telah ditempuh baik oleh pemerintah maupun
masyarakat dalam mengatasi permasalahan anak jalanan seperti yang
diamanahkan UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Upaya-upaya tersebut dimaksudkan untuk memberikan atau
mengembalikan hak-hak anak jalanan untuk bisa hidup dan bertumbuh
kembang secara wajar, bebas dari eksploitasi, diskriminasi, kekerasan,
pelecehan serta ancaman dari kondisi lingkungan yang tidak kondusif.
44
Pemerintah maupun masyarakat telah mengupayakan
penanganan masalah sosial anak jalanan antara lain melalui; Rumah
Singgah, Mobil Sahabat Anak, Panti Persinggahan, Rumah
Perlindungan Sosial Anak, Program Menuju Bandung Raya Bebas
Anak Jalanan, dan program-program lainnya. Tidak menutup mata
terhadap keberhasilan yang telah dicapai oleh program-program
tersebut di atas tetapi di pandang masih perlu suatu lembaga atau
institusi yang bisa memberikan pelayanan yang komprehensif dan
berkelanjutan dalam mengatasi permasalahan anak jalanan.
Departemen Sosial sebagai instansi pemerintah yang
berkompeten terhadap penanganan permasalahan sosial anak jalanan
mengembangkan suatu konsep pelayanan yang komprehensif dan
berkelanjutan bagi anak jalanan. Perwujudan dari konsep tersebut
adalah Social Development Center For Street Children atau di singkat
dengan nama SDC yang diresmikan oleh ibu negara Hj. Ani Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 23 November 2006.
SDC (Social Development Center) adalah suatu lembaga yang
dibentuk dari hasil kerja sama Kementrian Sosial dan World Food
Programmed (WFP) PBB dengan fokus utama pada pemberian
pelayanan sosial bagi anak jalanan melalui pendekatan institusional.
Berdiri pada 23 November 2006, lembaga ini melihat perlu adanya
upaya untuk mengatasi permasalahan anak jalanan.
45
Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social
Development Centre For Children) terletak di Jl. Panti Sosial (PPA)
Bambu Apus Jakarta Timur, P3SA/SDC masih berada dibawah
naungan Kementrian Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial, Direktorat Pelayanan Sosial Anak.1
B. Visi, Misi dan Tujuan
Visi : menjadi lembaga yang mampu menyediakan tempat
dimana setiap anak dapat tumbuh dengan aman, sehat dan bahagia
serta dihormati dan diperlakukan adil, serta mendorong terciptanya
komunitas dimana anak dapat menentukan masa depannya dan mampu
menciptakan anak Indonesia yang normatif dan mandiri.
Misi : menyediakan pilihan positif bagi anak, memberikan
akses terhadap pendidikan life skills training, dan kegiatan kreatif dan
rekreasional dan melindungi anak dari segala macam bentuk perlakuan
salah.
P3SA/SDC memiliki komitmen terhadap UU No. 23/2002
tentang Perlindungan Anak dan bertekad menerapkannya dalam
seluruh aspek yang memiliki tujuan untuk memenuhi hak paling
mendasar dan mendesak bagi anak jalanan, meliputi :
Hak untuk hidup ; memberikan makanan bergizi,
shelter/asrama; lingkungan yang aman dan pelayanan kesehatan.
1Leaflet Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA/SDC) Bambu Apus, Jakarta
Timur.
46
Hak untuk tumbuh kembang ; memberikan akses pada
pendidikan baik keterampilan maupun sekolah formal.
Hak untuk mendapat perlindungan ; menentang segala macam
bentuk perlakuan salah baik fisik, seksual, familial dan emosional.
The right to participation ; membuat anak menyadari tanggung
jawabnya dan mempromosikan tindakan dan perilaku positif baik di
dalam lembaga maupun lingkungan sekitar.
Adapun yang menjadi tujuannya yaitu :
1. Terbentuknya pola pikir/pemahaman serta gerak langkah yang
sama dalam penyelenggaraan pelayanan sosial anak jalanan
berbasis panti.
2. Meningkatnya kemampuan teknis dan manajemen dalam
melaksanakan pelayanan sosial anak jalanan berbasis panti.
3. Meningkatnya kemampuan teknis operasional dalam proses
pelayanan sosial anak jalanan berbasis panti.
4. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berperan aktif
dalam pelayanan sosial anak jalanan.
5. Meningkatnya kualitas pelayanan sosial anak jalanan.2
C. Fungsi
1. Melanjutkan proses pelayanan yang diberikan oleh rumah
singgah (rujukan rumah singgah).
2. Mengembangkan perilaku adaptif anak.
2Leaflet Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA/SDC) Bambu Apus, Jakarta
Timur.
47
3. Mengembangkan minat dan bakat anak.
4. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keterampilan.
5. Reintegrasi anak dengan orang tua/keluarganya.3
D. Sasaran Pelayanan
1. Anak Jalanan
2. Anak Jalanan yang menjadi pengemis
3. Anak jalanan yang dieksploitasi secara ekonomi (pekerja anak)
4. Sistem sumber (guru-guru, komunitas dimana anak tinggal)
5. Orang tua/keluarga anak & pihak-pihak lain mendukung
program pelayanan sosial anak jalanan
Dengan ketentuan
Laki-laki dan perempuan usia dibawah 18 tahun.
Rujukan dari Rumah Singgah, Rumah Asuhan
Sementara, LSM, Kepolisian, Pekerja Sosial
Masyarakat, keluarga dengan persyaratan tertentu.
Menyatakan kesanggupan mengikuti semua program
yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan
Pelayanan Sosial Anak.
Anak tidak lagi melakukan aktivitas di jalanan
E. Jenis-Jenis Pelayanan
1. Pelayanan Kebutuhan Dasar; pengasramaan, makan,
pemeriksaan kesehatan, perlengkapan pendidikan dan pelatihan
keterampilan.
3Leaflet Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (P3SA/SDC) Bambu Apus, Jakarta
Timur.
48
2. Pelayanan Rehabilitasi Sosial; Konseling psiko-sosial,
pendamping oleh tenaga ahli (pekerja sosial, psikolog,
agamawan, ahli medis, dsb) olahraga dan rekreasi.
3. Pelayanan Resosialisasi; pendidikan formal, pelatihan
keterampilan, praktek kerja lapangan, reintegrasi ke keluarga,
penyaluran kerja, dan sebagainya.
Pelatihan Keterampilan
Otomotif mobil
Otomotif motor
Pendingin/AC
Komputer
Las
Elektro
Menjahit
Salon, dll
Sekolah
SD
SMP
SMA/SMK
Pendidikan kesetaraan kejar paket A/B/C
F. Tahap-Tahap Pelayanan
1. Pendekatan awal
Pendekatan awal merupakan kegiatan yang mengawali
keseluruhan proses pelayanan sosial yag dilaksanakan dengan
49
penyampaian informasi program pelayanan sosial. Adapun
langkah-langkah pendekatan awal sebagai berikut:
a. Menyampaikan informasi kepada masyarakat, instansi terkait,
organisasi sosial, baik dengan pertemuan, konsultasi dan surat
menyurat.
b. Mengumpulkan, menyusun, mengelompokkan dan menganalisa
informasi/data serta mendiskusikannya untuk menentukan
langkah identifikasi.
c. Memberikan motivasi dengan cara penyuluhan, bimbingan dan
sebagainya.
d. Mengadakan seleksi terhadap calon klien dengan wawancara.
2. Penerimaan
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk
menetapkan calon klien yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Mengisi formulir pendaftaran.
b. Pencatatan dalam buku registrasi.
c. Membuat kesepakatan pelayanan sosial antar petugas panti
dengan calon klien.
3. Asesmen (pengungkapan dan pemahaman masalah)
Proses ini dilakukan untuk menggali kebutuhan dan masalah
anak secara mendalam melalui wawancara untuk:
a. Mengetahui potensi dan kemampuan serta keterampilan
anak.
50
b. Merumuskan dan mengidentifikasi kebutuhan dan
permasalahan klien.
c. Merumuskan tujuan intervensi pelayanan yang akan
diwujudkan.
d. Merumuskan rencana intervensi yang akan dilakukan.
e. Selanjutnya membuat kontrak kesepakatan/persetujuan atas
pelayanan sosial yang diberikan meliputi : ketersediaan
orang tua dan klien untuk memenuhi persyaratan, jangka
waktu mengikuti jenis program pelayanan sosial dan jenis
program yang disepakati.
4. Bimbingan fisik, mental, sosial, pendidikan dan pelatihan
keterampilan.
Suatu proses pelayanan untuk mengembangkan peranan sosial
pelayanan sehingga mereka dapat melakukan tugas-tugas
kehidupannya sesuai dengan peranannya, yaitu:
a. Perawatan fisik, kegiatan olahraga, kesenian, rekreasi,
perawatan kesehatan dan kebersihan.
b. Bimbingan mental meliputi kegiatan keagamaan dan budi
pekerti.
c. Bimbingan sosial terdiri dari kegiatan kelompok,
bimbingan hidup bermasyarakat, konseling,
individu/kelompok/keluarga.
51
d. Pemberian latihan keterampilan kerja sesuai dengan
kemampuan dan minat serta peluang pasar kerja yang
tersedia.
e. Pendidikan meliputi pendidikan formal, informal dan non
formal (bimbingan belajar) diberikan bagi yang ingin
melanjutkan sekolah atau masih aktif sekolah.
f. Terapi psikososial individu/kelompok, keluarga dan
komunitas.
g. Manajemen kasus dan pembahasan kasus (case conference)
5. Resosialisasi
Merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menyiapkan
kondisi psikis anak yang akan segera kembali kepada keluarga
dan masyarakat, meliputi :
a. Pembekalan klien serta lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat tempat tinggal anak.
b. Menghubungi keluarga klien serta lingkungan masyarakat
tempat tinggalnya.
c. Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan
melanjutkan sekolah.
d. Menghubungi pengguna tenaga kerja dalam rangka
penempatan kerja klien.
6. Reunifikasi dengan keluarga
Upaya penyatuan kembali anak dengan keluarga atau
pengasuhnya :
52
a. Menyiapkan anak agar bisa kembali kepada orang tua dan
keluarganya.
b. Memberdayakan keluarga melalui usaha ekonomi produktif
(UEP) serta membekali anak yang telah selesai menjalani
proses pelayanan dalam panti dengan bantuan usaha
ekonomi produktif (UEP).
7. Penyaluran kerja dan bimbingan lanjut
Proses ini merupakan tahapan dimana klien sudah mendapat
pelayanan sosial selama dalam panti kemudian disalurkan
kepada masyarakat, keluarga, sekolah dan lain-lain serta
dilakukan bimbingan lanjut :
a. Dalam penyelenggaraan dilakukan pemulangan klien
kepada orang tua atau wali, disalurkan ke sekolah, maupun
tempat kerja.
b. Pembinaan lanjut dilakukan secara berkala ditunjukkan
kepada eks klien serta lingkungannya agar tercipta
lingkungan yang kondusif bagi eks klien.
8. Terminasi
Tahapan ini merupakan tahapan penghentian pelayanan setelah
eks klien dipandang mampu mandiri.
G. Prinsip-Prinsip Pelayanan
Pelayanan yang dberikan kepada anak-anak jalanan di P3SA/SDC
berlandaskan pada prinsip-prinsip konvensi hak-hak anak dan pekerja
sosial, yaitu :
53
1. Prinsip non diskriminasi
Setiap anak berhak memperoleh pelayanan secara manusiawi dan
adil tanpa membeda-bedakan darimana asalnya, ras, agama, suku
serta jenis kelamin.
2. Prinsip kepentingan terbaik anak, yaitu :
Mengupayakan semua keputusan, kegiatan dan dukungan dari
berbagai pihak untuk membantu anak yang membutuhkan
perlindungan dan semata untuk kepentingan terbaik anak.
3. Prinsip menghormati kepentingan anak, yaitu :
a. Pandangan anak perlu didengar, diperhatikan sesuai dengan
usia dan kematangan mereka didalam setiap proses
pengambilan keputusan.
b. Mendorong, memberikan kesempatan dan melibatkan anak
seluas-luasnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang telah
direncanakan serta menumbuhkan tanggung jawab.
4. Mengutamakan hak hidup, kelangsungan hidup, dan tumbuh
kembang anak dengan cara :
c. Kegiatan disusun untuk meningkatkan perkembangan anak
berdasarkan kemampuan dan tugas-tugas perkembangannya.
d. Menghargai bahwa setiap anak mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan diri.
5. Prinsip kerahasiaan dengan memperlakukan semua informasi anak
sebagai dokumen yang rahasia dan tidak dapat menceritakannya
kecuali untuk kepentingan anak.
54
H. Fasilitas, Sarana dan Prasarana
1. Sarana dan Prasarana
Agar semua kegiatan dapat berjalan dengan lancar, efektif dan
efisien maka disediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas
penunjang sebagai berikut :
a. Fasilitas bangunan terdiri dari :
Asrama putra-putri dengan daya tampung 150 anak,
Ruang kantor
Ruang konsultasi
Ruang pelatihan keterampilan
Ruang makan dan dapur
Aula
Ruang ibadah
Gudang
Tempat MCK
Poliklinik
Perpustakaan
Lapangan olahraga
Listrik dan air
b. Sejumlah peralatan/perlengkapan; peralatan asrama, dapur,
kantor, pelatihan keterampilan, bermain, kesenian, olahraga,
ibadah, belajar dan lain-lain.
c. Sejumlah personil/staf yang memiliki kapasitas dan kompetensi
yang tinggi; pekerja sosial, psikolog, perawat kesehatan,
55
instruktur keterampilan, pembimbing agama, pembimbing
kesenian, pelatih olahraga, dan lain-lain.
2. Sumber Dana
a. APBN/APBD
b. Kerjasama dengan pihak donor dari dalam maupun luar negeri
c. Swadaya dari kegiatan ekonomi produktif lembaga
d. Sumber-sumber lain yang tidak mengikat
I. Jaringan Kerja Pelayanan
1. Internal
a. Lintas program antar direktorat jenderal di lingkungan
Departemen Sosial RI sebagaimana tertera dalam surat
edaran Dirjen pelayanan dan Rehabilitasi Sosial No.
113//PRS/111/2005
b. Jaringan antar unit pelaksana Teknis di lingkungan
Departemen Sosial RI
2. Eksternal
a. Antar instansi terkait baik pemerintah atau swasta (Rumah
Sakit, Kepolisian, Koramil, Depnakernas, LSM, dan
organisasi sosial lainnya)
b. Dengan dunia usaha dalam usaha menciptakan lapangan
kerja bagi anak setelah mendapatkan pelatihan
keterampilan kerja di SDC
c. Pihak luar negeri
56
J. Struktur Organisasi
Dalam suatu lembaga penting sekali struktur beserta
pembagian tugas sesuai jabatan yang dipegang oleh orang tersebut,
sehingga tidak menjadi pembagian tugas oleh orang yang memegang
jabatan tersebut. Struktur organisasi SDC sebagai berikut:
Struktur Organisasi Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial
Anak (P3SA) berdasarkan SK Dirjen Yanrehsos No: 10/PRS-
2/KEP/2008
Struktur Organisasi P3SA/SDC
Lampiran : Keputusan Direktur Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak
Nomor : 10/PRS-2/KEP/2008
Tentang : Pelaksanaan Operasional Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial
Anak Bambu Apus Jakarta Timur
Ketua
Bpk. Muhamad Tuhar S.Pd.I
Tata Usaha
Bpk Tomy Hariyanto S.Sos
Kelompok Jabatan
Fungsional/Pendamping
Koordinator Program dan
Advokasi Sosial (PAS) Koordinator Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial
57
Daftar Karyawan/Karyawati SDC
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 14 Januari 2008
No Nama Jabatan NIP
1 Bpk. Makmur Sanusi Penasehat/Kepala Kementrian Sosial 170027615
2 Bpk.Muhamad Tohar S.Pd.I Penanggung Jawab/Ketua 170027616
3 Bpk. Tomy Haryanto S.Sos Kordinator Ketata Usahaan 170024026
4 Nurjayanti Suci Ningrum Koordinator Keuangan 170008121
5 Sri Haryanti Adm. Kepegawaian 170029548
6 Rara Sulistyana Dewi, SE Koordinator Kerumah Tangga 170029540
7 Ahmad Rifky Hidayat, S.Psi Koordinator Yanrehsos 170029670
8 Leni Sukowati S.Sos Sie Yanrehsos 170029554
9 Diana Aprilizia Sie Yanrehsos 170029552
10 Vivi Marlina AKS Koordinator PAS 170029593
11 Rahmasari S.Sos Sie PAS -
12 Nurmahid Sie PAS (TB.STKS) 170029652
13 Susi Nugroho Widyati S.Psi Pembimbing Psikologis 170029639
14 Suci Utami Rahayu AMK Paramedis 170029674
15 Sri Widiastuti Paramedis
16 Nasrudin S.Ag Pembimbing Rohani
17 Syafrudin S.Ag Pendamping Pembimbing Rohani
18 Lina Astiria Pendamping Keterampilan
19 Syafrudin S.Ag Pembimbing Mental
20 Pria Tri Atmojo AKS Pendamping Kejar A,B,C
21 Putri Aprilia Juru Masak
22 Salifah Zulha Pramu Kantor
23 Sarifudin Kebersihan
24 Ahmad Suhada Kebersihan
25 Andi Jamaludin Kebersihan
26 Erwin Satpam
27 Ahmad Royani Satpam
28 Bambang Supriyanto Pengemudi
29 Dra. F. Sri Sulastri Tenaga Ahli (Peksos) 170008312
30 Drs. Abu Thalib Pekerja Sosial
31 Drs. Dany Rudito S, M.Si Pekerja Sosial Ahli
58
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Identifikasi Informan
1. Pembimbing
a. Ust. Nasrudin Jamil S.Ag
Beliau lahir di Bekasi, 26 Juli 1970 dan lulusan IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Beralamatkan di Jalan Narogong Raya KM 5
No. 9 RT 06/01 Kel. Bojong Rawa Lumbu, Kota Bekasi. Beliau
menjadi pembimbing rohani di P3SA/SDC sejak tahun 2006,
kurang lebih terhitung sudah tujuh tahun beliau menjadi
pembimbing rohani di P3SA/SDC Bambu Apus Jakarta.1
b. Ust. Syafruddin S.Sos.I
Beliau lahir di Medan, 24 April 1970 dan lulusan Perguruan
Tinggi Ilmu Qur’an Jakarta. Beralamatkan di Jalan PPA RT 02/03
Komplek PSBR Bambu Apus Jaktim. Beliau menjadi pembimbing
rohani di P3SA/SDC sejak tahun 2006, kurang lebih terhitung
sudah tujuh tahun beliau menjadi pembimbing rohani di
P3SA/SDC Bambu Apus Jakarta.2
2. Terbimbing
a. Reza Murdani (L)
Lahir di Bekasi pada tanggal 28 Agustus 1999 beralamatkan di
Babelan RT 003/001 Kel.Babelan Bekasi. Merupakan anak kedua
1Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasrudin Jamil, Jakarta, 28 Maret 2013.
2Wawancara Pribadi dengan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret 2013.
59
dari tiga bersaudara dengan masih memiliki kedua orang tua yang
lengkap. Ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga dan berprofesi sebagai
penjahit sedangkan ayahnya berprofesi sebagai sopir angkot. Mulai
masuk ke P3SA/SDC pada tanggal 9 Juli 2012 atas ajakan dari
salah satu pegawai dari lembaga, kemudian disetujuti oleh orang
tuanya yang menjadi rujukan. Dia menjadi anak jalanan pada saat
kelas 6 SD selama hampir 1 tahun. Di jalan ia mengamen selama
dua hari dalam satu minggu, di beberapa tempat salah satunya di
perumahan elit di daerah Bekasi Barat sekitar jam 09.00 WIB
sampai dengan 15.00 WIB. Dia mengamen atas dasar keinginan
sendiri tanpa disuruh oleh orang tuanya dan penghasilannya setiap
kali ngamen sedikitnya Rp. 50.000 dan uang tersebut ia gunakan
untuk jajan dan berbagi dengan teman-temannya. Sekarang ia
berada di P3SA/SDC mendapatkan pelayanan berupa pendidikan
formal, melanjutkan sekolahnya kembali.3
b. Dwi Riswan Palupi (P)
Lahir di Jogjakarta, tanggal 24 April 2000, beralamatkan di Jl.
Tanjung Wangi RT 03/12 Jakarta Utara. Merupakan anak kedua
dari empat bersaudara. Ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga
sedangkan Ayahnya berprofesi sebagai kenek barang. Mulai masuk
SDC pada tanggal 27 September 2011 setelah sebelumnya pada
tahun 2010 sempat tinggal di Yayasan Sekar di Jakarta Utara,
kemudian atas rujukan dari Yayasan Sekar tahun 2011 akhirnya ia
3Wawancara Pribadi dengan Reza Murdani, Jakarta, 19 Maret 2013.
60
masuk ke P3SA/SDC. Dia menjadi anak jalanan pada umur 11
tahun, ia mulai mengamen dijalanan dengan berpindah-pindah
tempat khususnya sering di wilayah Gedung Panjang. Selama
kurang lebih satu tahun ia mengamen di jalanan. Dia mengamen
atas keinginan sendiri, penghasilannya setiap kali ngamen
sedikitnya Rp. 30.000 dan uang tersebut ia biasa gunakan untuk
jajan, makan dan membantu biaya sekolahnya. Sekarang ia berada
di P3SA/SDC mendapatkan pelayanan pendidikan formal dan
melanjutkan sekolahnya kembali. Ia tengah berada di kelas 5
Sekolah Dasar.4
c. Dani Supriyadi (L)
Lahir di Bekasi, tanggal 15 Mei 2001, beralamatkan di Jl.Swadaya
RT 06/01 Kp. II Jaka Sampurna Bekasi. Merupakan anak keempat
dari tujuh bersaudara. Ibunya sebagai ibu rumah tangga sedangkan
ayahnya berprofesi sebagai pedagang. Mulai masuk P3SA/SDC
pada tanggal 1 Januari 2010 melalui rujukan dari dinsos Depok,
kemudian disetuju oleh keluarganya. Dia menjadi anak jalanan dari
kelas 3 SD dengan menjadi pengamen dijalanan. Penghasilannya
dari hasil mengamen paling sedikit Rp. 50.000 setiap kali
mengamen dan uang tersebut digunakan untuk makan dan
kebutuhan hidupnya. Sekarang ia berada di P3SA/SDC
4Wawancara Pribadi dengan Dwi Riswan Palupi, Jakarta, 19 Maret 2013.
61
mendapatkan pelayanan pendidikan formal, melanjutkan
sekolahnya. Sekarang ia tengah berada di kelas 5 Sekolah Dasar.5
d. Agus Setiawan
Lahir di Cilacap, tanggal 18 Maret 2000, berasal dari kabupaten
Cilacap beralamatkan di Desa Adimulya RT 01/3 Kec.Warareja
Kab.Cilacap. merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ibunya
sebagai ibu rumah tangga dan berprofesi sebagai pedagang dan
Ayah kandungnya telah wafat. Mulai masuk P3SA/SDC pada
tanggal 9 Juni 2012, berawal melalui ajakan oleh salah seorang
pegawai P3SA/SDC dan akhirnya menjadi rujukan dari keluarga.
Dia menjadi anak jalanan pada usia 12 tahun, selama kurang lebih
satu tahun ia mengamen di jalanan. Ia mengamen setiap hari,
biasanya mulai dari jam 05.00 WIB sampai jam 20.00 WIB,
diantaranya di daerah Pasar Rebo, Depok, Lebak Bulus, Ciputat
dan masih banyak lagi tempat ia mengamen di jalanan.
Penghasilannya dari mengamen paling sedikit Rp. 80.000.
Sekarang ia berada di SDC mendapatkan pelayanan pendidikan
formal, ia bisa sekolah dengan berada di P3SA/SDC.6
e. Dedi Saputra (L)
Lahir di Jawa Timur tanggal 6 September 1994 berasal dari Padang
Sumatra Barat beralamatkan di Jalan Barari A2 Gg. 1 RT 07/10
No. 16 Tanjung Priok Jakarta Utara. Merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara. Ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga dan
5Wawancara Pribadi dengan Dani Supriyadi, Jakarta, 22 Maret 2013.
6Wawancara Pribadi dengan Agus Setiawan, Jakarta, 19 Maret 2013.
62
berprofesi sebagai penjahit, Ayahnya berprofesi sebagai petani.
Mulai masuk P3SA/SDC pada tanggal 23 Februari 2012, melalui
rujukan rumah singgah Kenari. Dia menjadi anak jalanan pada usia
10 tahun, ia mengamen setiap hari biasanya di mulai dari jam
07.30 WIB sampai dengn jam 17.30 WIB. Penghasilannya setiap
kali ia mengamen sedikitnya Rp. 10.000. Sekarang ia berada di
P3SA/SDC mendapatkan pelayanan pendidikan formal, ia bisa
sekolah dan tengah berada pada kelas 4 Sekolah Dasar.7
B. Temuan dan Analisis Hasil Penelitian
Setelah memperoleh data dan informasi, penulis mendapatkan temuan-
temuan lapangan. Temuan dan analisanya sebagai berikut.
1. Gambaran tentang Pelaksanaan Bimbingan Rohani di Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development
Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur.
Bimbingan rohani yang telah berjalan di P3SA/SDC sudah dimulai
sejak panti/lembaga tersebut berdiri, yaitu pada tahun 2006. Ketika
panti sudah menampung dan menerima para anak-anak jalanan dari
berbagai latar belakang dan daerahnya masing-masing. Anak
jalanan yang berada di P3SA/SDC diwajibkan mengikuti kegiatan
bimbingan rohani karena kegiatan itu merupakan rangkaian dari
pelayanan yang diberikan P3SA/SDC yang sangat penting bagi
anak. Khususnya dalam mengembangkan dan meningkatkan
mental dan spiritual keagamaan anak yang harus dibina dan
7Wawancara Pribadi dengan Dedi Saputra, Jakarta, 25 Maret 2013.
63
ditingkatkan. Dapat digambarkan secara lebih terinci sebagai
berikut.
a. Proses
Proses berjalannnya bimbingan rohani yaitu pembimbing
mengumpulkan anak di Mushola sebelum waktu sholat
maghrib, lalu ketika waktu sholat maghrib tiba pembimbing
mulai mengarahkan anak untuk melaksanakan sholat
maghrib berjama’ah. Sholat maghrib berjama’ah itu sudah
merupakan rangkaian dari bimbingan rohani. Setelah sholat
berjama’ah dilanjutkan dengan dzikir, doa, mengaji,
diskusi, sharing, konsultasi, pembekalan ibadah, fiqih dan
akhlaq. Kemudian nanti dilanjutkan kembali pada waktu
shubuh dengan sholat shubuh berjama’ah dan ceramah
agama.8
b. Waktu
Adapun waktu pelaksanaan bimbingan rohani yaitu dari
waktu maghrib sekitar pukul enam sore sampai waktu isya
sekitar pukul delapan malam. Kemudian dilanjutkan
kembali pada waktu shubuh.9
c. Peserta
Peserta dari bimbingan rohani yaitu keseluruhan dari anak
jalanan yang beragama islam yang tinggal di asrama
8 Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasrudin Jamil dan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret
2013. 9 Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasrudin Jamil dan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret
2013.
64
P3SA/SDC baik laki-laki maupun perempuan dengan
berbagai latar belakang dan asalnya. Untuk peserta
bimbingan rohani pada periode bulan Februari hingga April
2013 dimana pada waktu penulis melakukan penelitian
yaitu sebanyak 20 anak, 11 laki-laki dan 9 perempuan.
d. Pembimbing (Ustadz)
Secara akademis seorang pembimbing khususnya
pembimbing rohani tentunya harus memiliki wawasan dan
ilmu pengetahuan yang luas, terutama keilmuan yang
berhubungan tentang keagamaan. Pembimbing juga harus
memiliki kemampuan dalam melayani dan menangani
berbagai permasalahan yang ada. Di P3SA/SDC
pembimbing rohani dituntut untuk mampu melayani,
membantu dan menangani permasalahan anak jalanan
terutama dalam hal kerohanian dan keagamaannya. Selain
itu, pembimbing rohani juga diupayakan memiliki
kualifikasi (strata) pendidikan yang memadai dan
menunjang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang pembimbing serta memiliki pengalaman
yang cukup memadai sehingga dapat memaksimalkan
dalam menjalankan tugasnya. Jadi dari segi profesional dan
individual setiap pembimbing mempunyai kompetensi yang
seimbang antara teoritik dan praktik.
65
Pembimbing rohani di P3SA/SDC berjumlah dua orang,
yaitu Ust. Nasruddin Jamil S.Ag dan Ust. Syafruddin
S.Sos.I. Kedua pembimbing rohani tersebut aktif
membimbing dan bekerja menjalankan tugasnya sejak
berdirinya P3SA/SDC dan dimulainya program kegiatan
pelayanan di P3SA/SDC. Keduanya merupakan seorang
sarjana, Ust. Nasruddin Jamil, S.Ag merupakan lulusan
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Adab dan
Humaniora sedangkan Ust. Syafruddin S.Sos.I merupakan
lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Al-qur’an Jakarta. Jadi dari
segi kompetensi dan keilmuan di bidang agama keduanya
cukup mumpuni, ditambah dengan pengalaman yang
dimiliki.10
Dengan demikian jika di lihat dari aspek pembimbing,
keduanya memiliki kecakapan, kelayakan dan keilmuan
yang cukup mumpuni dalam bidangnya yaitu sebagai
pembimbing rohani.
e. Metode
Secara garis besar metode yang dilakukan oleh
pembimbing dalam kegiatan pelayanan bimbingan rohani di
P3SA/SDC diantaranya yaitu melalui metode :
10
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasrudin Jamil dan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret
2013.
66
Dialog/Diskusi
Dalam kegiatan bimbingan rohani, ataupun di luar
jadwal pelaksanaan dari kegiatan bimbingan rohani,
pembimbing terbuka dan memberikan kesempatan
kepada anak untuk bisa berdialog dan berdiskusi. Anak-
anak bisa mengajukan pertanyaan baik seputar masalah
keagamaan ataupun masalah lainnya yang ingin di
diskusikan. Pembimbing juga aktif menanyakan kepada
anak tentang keadaan ataupun permasalahan mereka.
Ceramah
Pembimbing memberikan ceramah kepada anak
terutama tentang penanaman karakter dan mental yang
berlandaskan nilai-nilai islami. Seperti tentang akhlak,
kejujuran, kesabaran dan lain sebagainya yang
memberikan motivasi, semangat dan penguat sisi
kerohanian dan spiritual anak.
Spiritual Islamic System (Syahadat-Istighfar-
Sholawat)
Sebelum memulai kegiatan bimbingan rohani,
pembimbing biasanya terlebih dahulu memulai kegiatan
dengan metode SIS (Spiritual Islamic System) dimana
anak terlebih dahulu mengucapkan syahadat, istighfar
67
dan sholawat karena tiga hal ini merupakan kunci dari
pengamalan ajaran agama dan menjadi penguat sisi
keimanan dan spiritual seseorang dan khususnya untuk
anak.
Dzikir
Dalam kegiatan bimbingan rohani di P3SA/SDC
pembimbing rohani menerapkan metode dzikir dalam
membantu anak untuk senantiasa menyebut dan
mengingat Allah, Tuhan Yang Maha Pencipta. Agar
anak dapat selalu merasakan kehadiran Allah,
mendapatkan ketenangan, semangat dalam menjalani
kehidupan yang penuh dengan kekurangan dan
kesusahan serta meningkatkan keimanan dan
spiritualnya.
Praktik Ibadah
Dalam kegiatan bimbingan rohani di P3SA/SDC
pembimbing mengajarkan dan mempraktekkan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan ibadah dan praktiknya.
Diantaranya tentang praktik ibadah yang pokok seperti
sholat, mengaji/membaca iqro dan al-qur’an dan lain
sebagainya.11
11
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasruddin Jamil, Jakarta, 28 Maret 2013.
68
f. Materi
Dalam mendukung kegiatan bimbingan rohani di SDC,
selain metode tentu juga harus di dukung dengan materi
yang relevan. Adapun materi yang diberikan pada
pelayanan dan kegiatan bimbingan rohani di P3SA/SDC
sebagai berikut :
Yasinan
Setiap malam jumat rutin diadakan pengajian bersama
membaca surat yasin, pembimbing mengajarkan kepada
anak agar senantiasa menjalankan dan mengamalkan
ibadah baik yang wajib ataupun sunnah.
Tauhid
Dalam memberikan materi tentang tauhid, pembimbing
mengajarkan kepada anak agar selalu berpegang dan
bersandar kepada Tuhan Yang Esa, Allah SWT,
sehingga dalam menjalani sulitnya kehidupan, anak
menyadari bahwa Allah selalu melindungi dan
bersamanya. Mendidik anak selalu memohon
pertolongan hanya kepada Allah SWT.
Al-qur’an
Pembimbing memberikan materi yang berhubungan
dengan al-qur’an terutama dalam memberikan ceramah
69
dan nasihat kepada anak, acuan yang utama yaitu dari
kandungan ayat al-qur’an untuk memberikan hikmah
dan bekal kepada anak tentang ajaran agama islam
dalam rangka membangun dan meningkatkan
keimanan, rohani dan spiritual anak. Dan juga dalam
hal praktik ibadah khususnya untuk mengajarkan anak
belajar dan membaca al-qur’an.
Fiqih
Pembimbing dalam mengajarkan ibadah dan praktiknya
dengan mengacu kepada materi yang berlandakan ilmu
fiqih sehingga anak bisa belajar dan mendapat
pembekalan yang tepat sesuai dengan ajaran islam
untuk bekal ibadahnya kepada Allah SWT.
Akhlak
Pembimbing mengajarkan dan menanamkan akhlakuk
karimah kepada anak sebagai bekal untuk menjadi anak
yang baik, bermental positif, bersikap dan berkarakter
yang baik sesuai dengan norma-norma dan tuntunan
ajaran agama islam.
Sejarah
Pembimbing membekali anak dengan pengetahuan,
khususnya mengenai sejarah dan kisah-kisah Nabi,
70
tokoh-tokoh islam, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan sejarah islam sehingga anak dapat
meneladani dan mengambil hikmah positif dari apa
yang diberikan dan diajarkan oleh pembimbing.12
g. Sarana yang Mendukung
Sarana yang mendukung kegiatan bimbingan rohani di
P3SA/SDC diantaranya yaitu tersedianya sarana ibadah
seperti mushola yang representatif, mushaf al-qur’an, iqro’,
meja untuk belajar al-qur’an, sajadah, mukena, papan tulis,
tempat wudhu dan toilet yang tersedia dengan baik.
2. Peran Pembimbing Rohani untuk Penguatan Kecerdasan Spiritual
Anak Jalanan di P3SA/SDC
Mengacu pada berbagai pendapat dan pandangan dari para
tokoh dan ahli, penulis mengambil simpulan dan dapat
menggambarkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
jiwa yang membantu kita menyempurnakan dan membangun diri
kita secara utuh. Kecerdasan spiritual ini dapat menempatkan diri
kita dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan,
kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.
Potensi Quetion Spiritual setiap orang sangat besar dan
tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau materi
lainnya.
12
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasruddin Jamil dan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28
Maret 2013.
71
Setiap orang memiliki potensi kecerdasan spiritual maka
potensi tersebut harus dapat dikelola dan dikembangkan dengan
baik, jika potensi kecerdasan spiritual orang yang tadinya lemah
maka harus dilakukan upaya untuk memberi penguatan pada
potensi kecerdasan spiritualnya. Maksud penguatan disini yaitu
mengacu kepada usaha menguatkan sesuatu atau perilaku, yang
tadinya lemah untuk menjadi lebih kuat. Penguatan ini didasari
karena adanya sesuatu yang lemah, untuk menjadi kuat dilakukan
proses penguatan, yaitu dalam hal bagaimana peran dari
pembimbing rohani untuk penguatan kecerdasan spiritual anak
jalanan. Jadi mempunyai makna usaha menguatkan kecerdasan
spiritual anak jalanan dengan diadakannya pelayanan bimbingan
rohani.
Penulis mengacu pada teori mengenai aspek-aspek
kecerdasan spiritual menurut Toto Tasmara, indikasi orang cerdas
secara ruhaniah/spiritual mengacu pada sifat dan sikap Rosululloh
SAW diantaranya yaitu : Shiddiq (jujur), istiqomah, fathanah,
amanah, tablig.13
Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa indikator
penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan dari di P3SA/SDC
mengacu pada penguatan sikap dan perilaku shiddiq (kejujuran),
sikap dan perilaku istiqomah, sikap dan perilaku fathanah, sikap
13
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk
Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), cet ke-1, h. 189-223.
72
dan perilaku amanah, sikap dan perilaku tablig. Bentuk penguatan
kecerdasan spiritual itu dilakukan oleh pembimbing melalui
metode dan materi yang diberikan.
Upaya penguatan kecerdasan spiritual tersebut terlihat dari
bagaimana pembimbing rohani dalam menerapkan metode dan
materi bimbingan rohaninya. Dengan adanya bimbingan rohani
mereka dapat mengembangkan potensi keimanan dan spiritualnya,
mendapatkan pengetahuan, pemahaman dalam pengamalan ajaran
agamanya (ibadah) kepada Allah SWT, dapat mengembangkan
potensi dan kemampuan diri agar menjadi pribadi yang bermanfaat
dan memiliki karakter dan perilaku yang sesuai dengan moral,
etika dan norma yang berlaku dimasyarakat khususnya norma
agama.
Secara garis besar materi inti yang diberikan pembimbing
rohani kepada anak untuk penguatan kecerdasan spiritual anak
dalam aspek-aspek shiddiq (kejujuran), istiqomah, amanah,
fathanah, tablig meliputi pada tiga hal pokok, yaitu melalui materi
tauhid, al-qur’an dan akhlak.
Pemberian materi tentang tauhid, pembimbing mengajarkan
kepada anak agar selalu berpegang dan bersandar kepada Allah
SWT, sehingga dalam menjalani sulitnya kehidupan, anak
menyadari bahwa Allah selalu melihat, melindungi dan
bersamanya. Mendidik anak selalu memohon pertolongan hanya
kepada Allah SWT. Sehingga akan meningkat iman dan
73
keyakinannya kepada Allah, semakin terbina penanaman
ketauhidan sejak dini dan semakin kuat semangat perubahan dalam
diri anak khususnya dalam sikap dan perilaku jujur, istiqamah,
fathanah, amanah dan tablig.
Pemberian materi berlandaskan al-qur’an, pembimbing
memberikan ceramah dan nasihat kepada anak, dengan
berlandaskan kandungan ayat al-qur’an untuk memberikan hikmah,
pemahaman, pencerahan dan bekal kepada anak tentang ajaran
agama islam dalam rangka membangun dan meningkatkan
semangat keimanan, pencerahan rohani dan penguatan kecerdasan
spiritual anak. Dan juga dalam hal praktik ibadah khususnya untuk
mengajarkan anak belajar dan membaca al-qur’an.
Pembimbing mengajarkan dan menanamkan akhlakul
karimah kepada anak sebagai bekal untuk menjadi anak yang baik,
bermental positif, bersikap dan berkarakter yang baik sesuai
dengan norma-norma dan tuntunan ajaran agama islam.
Ketiga hal tersebut, tauhid, al-qur’an dan akhlak sudah
cukup menumbuhkan sikap dan perilaku anak menjadi lebih baik,
anak menjadi anak yang sholih, jujur, amanah, cerdas, tabligh dan
istiqomah dengan dibina sejak dini dan terus menerus dikuatkan.
Walaupun anak tersebut dikatakan anak jalanan, namun sikap,
perilaku dan akhlaknya akan tumbuh menjadi baik apabila
dilakukan pembinaan bimbingan rohani yang baik dan terus
menerus.
74
Harapan-harapan mengenai bimbingan rohani di Pusat
Pengembangan Pelayanan Sosial Anak (Social Development
Centre For Children) Bambu Apus Jakarta Timur diantaranya
yaitu harapan dari pembimbing, anak jalanan dan pimpinan panti
diantaranya harapan mereka sebagai berikut:
Untuk bidang agama, supaya mendapatkan porsi
anggaran yang cukup, untuk mengadakan sarana
dan alat belajar yang mendukung serta lebih variatif
dalam rangka mengadakan kegiatan bimbingan
rohani bagi anak, sehingga anak-anak bisa
mendapatkan materi bimbingan rohani yang lebih
variatif untuk pembekalan mereka. Kemudian
semua pegawai ikut mendukung demi kelancaran
dan kesuksesan bimbingan rohani untuk anak.14
Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani ada
perubahan yang lebih baik pada anak dan lebih
memperhatikan jaminan bulanan bagi pembimbing
sehingga kegiatan bimbingan rohani bisa berjalan
lebih lancar dan lebih baik lagi.15
Ditingkatin lagi waktunya, materinya lebih banyak,
suasana dibuat menyenangkan, biar bisa ngaji, bisa
sholat jadi anak baik, sholeh dan membahagiakan
14
Wawancara Pribadi dengan Ust. Nasrudin Jamil, Jakarta, 28 Maret 2013. 15
Wawancara Pribadi dengan Ust. Syafruddin, Jakarta, 28 Maret 2013.
75
orang tua, untuk bimbingannya terus dilanjutkan
lebih baik lagi.16
Adanya komitmen, dedikasi, loyalitas, kompetensi
dari pembimbing mesti ditingkatkan dan juga
menggunakan metode yang bervariasi untuk anak.17
16
Wawancara Pribadi Anak, Jakarta, 19 Maret 2013. 17
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Rifky Hidayat, M.Si, Jakarta, 18 Juli 2013.
76
BAB V
A. Kesimpulan
Indikator penguatan kecerdasan spiritual anak jalanan di
P3SA/SDC mengacu pada penguatan sikap dan perilaku shiddiq
(kejujuran), sikap dan perilaku istiqomah, sikap dan perilaku fathanah,
sikap dan perilaku amanah, sikap dan perilaku tablig. Bentuk penguatan
kecerdasan spiritual itu dilakukan oleh pembimbing melalui metode dan
materi yang diberikan.
Pembimbing Rohani dalam memberikan penguatan kecerdasan
spiritual anak jalanan di P3SA/SDC berlandaskan pada beberapa hal,
khususnya pada pemberian materi bimbingan rohani. Ada tiga hal pokok
yang dilakukan pembimbing untuk penguatan kecerdasan spiritual anak
jalanan, yaitu melalui pemberian materi yang berlandaskan tauhid, al-
qur’an dan akhlak.
Pemberian materi tentang tauhid, pembimbing mengajarkan
kepada anak agar selalu berpegang dan bersandar kepada Allah SWT
sehingga akan meningkat iman dan keyakinannya kepada Allah, semakin
kuat semangat perubahan dalam diri anak khususnya dalam sikap dan
perilaku jujur, istiqamah, fathanah, amanah dan tablig.
Pemberian materi berlandaskan al-qur’an, pembimbing
memberikan ceramah dan nasihat kepada anak, dengan berlandaskan
kandungan ayat al-qur’an untuk memberikan hikmah, pemahaman,
pencerahan dan bekal kepada anak tentang ajaran agama islam dalam
77
rangka membangun dan meningkatkan semangat keimanan, pencerahan
rohani dan penguatan kecerdasan spiritual anak.
Pemberian materi akhlak, pembimbing menanamkan kepada anak
nilai-nilai pribadi yang luhur dan akhlakul karimah sebagai bekal untuk
menjadi anak yang baik, bermental positif, bersikap dan berkarakter yang
baik sesuai dengan norma-norma dan tuntunan ajaran agama islam.
B. Saran-Saran
Adapun ada beberapa saran yang dapat penulis kemukakan,
diantaranya:
1. Pelayanan bimbingan rohani di P3SA/SDC harus semakin
ditingkatkan, mengingat keberadaannya sangat penting untuk
perkembangan mental spiritual anak jalanan.
2. Pembimbing melakukan terobosan, inovasi serta kreasi dalam
memberikan metode dan materi bimbingan rohani menyesuaikan
situasi dan kondisi anak sehingga anak menjadi semakin
bersemangat untuk mengikuti kegiatan tersebut dan lebih
merasakan manfaatnya.
3. Komitmen dan kerjasama yang baik, antara penyelenggara
(lembaga/panti) dengan pembimbing ataupun dengan semua
pegawai dan yang lainnya sama-sama berkomitmen kuat untuk
menyediakan pelayanan bimbingan rohani yang terprogram dengan
baik, sehingga kehadirannya senantiasa membawa perubahan dan
manfaat bagi anak untuk menjadi lebih baik dan bermasa depan
cerah dengan berlandaskan pada iman dan akhlakul karimah.
78
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangkitan ESQ POWER : Sebuah
Inner Journey Melalui Ihsan. Jakarta: Agra, 2003.
Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual (ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta:
Arga, 2005.
Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:
Golden Terayon Press, 1992.
Bakran Adz-Dzaky, M. Hamdani. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta:
PT. Fajar Pustaka Baru, 2001.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Dewa Ketut Sukardi. Proses Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta, 1995.
Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII
Press, 2001.
Kafie, Jamaludin. Psikologi Dakwah. Surabaya: Penerbit Indah, 1993.
Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999.
Koswara, E. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco, 1991.
Luthfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
79
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007.
Natawijaya, Rahman. Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: CV
Abrair, 1998.
Nggermanto, Agus. Konseling Agama, Teori dan Kasus. Jakarta: PT Bina Rena
Pariwara, 2002.
Poerwandari, Kristi E. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:
LPSP3, 1998.
Prayitno dan Erman. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1999.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: CV Rajawali,
1984.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Sudrajat, Tata. Hasil Lokakarya Nasional Anak Jalanan. Jakarta: YKAI, 1995.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta, 2009.
Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.
Tasmara, Toto. Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intellegence): Membentuk
Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak. Jakarta:
Gema Insani Press, 2001.
Taylor, Shelly E. dkk. Psikologi Sosial Edisi Ke-12. Jakarta: Kencana, 2009.
Umar dan Sartono. Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Bandung: Pustaka Cipta,
1998.
Z.A, A. Soedijar. Profil Anak Jalanan di DKI. Jakarta: Media Informatika, 1989.
80
Zohar, Danah dan Marshall, Ian. SQ: Memfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj dari SQ:
Spiritual Intelligence the Ultimate Intelligence oleh Rahmani Astuti, Ahmad
Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni. Bandung: Mizan, 2001.
Sumber Internet
Angkasa Yudhistira, “7.315 Anak Hidup di Jalanan Ibu Kota,” artikel diakses
pada 27 Juni 2013 dari http://jakarta.okezone.com/read/2012/06/13/500/646625/7-
315-anak-hidup-di-jalanan-ibu-kota
Harja Saputra, “Masalah Anak Jalanan,” artikel diakses pada 13 Desember 2012
dari http://harjasaputra.wordpress.com/2007/04/09/masalah-anak-jalanan-1/
Sumber Jurnal
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial RI,
“Kondisi Sosial Anak Jalanan dan Penanganannya di Kota Madya Surabaya,”
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 4 No. 3
(September 1999): h.17.
LAMPIRAN
Instrumen Wawancara
Nama : Nasrudin S.Ag
Alamat : Jl.Narogong Raya KM. 5 No.9 RT 06/01 Kel.
Bojong Rawa Lumbu Bekasi
Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 26 Juli 1970
Umur : 43 Tahun
Pendidikan : S1 Sastra Arab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jabatan : Pembimbing Rohani
Tanggal Wawancara : 28 Maret 2013
Interviewer : Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara : Gedung SDC
Pertanyaan dan Jawaban
1. Sudah berapa lama Bapak menjadi pembimbing?
Jawab : Sudah 7 tahun, dari tahun 2006.
2. Apa tujuan diadakan bimbingan rohani?
Jawab : Inti dari tujuan bimbingan rohani di SDC menurut saya yaitu
untuk mengenalkan hak-hak dan martabat mereka (anak-anak jalanan),
mengenali dirinya dan Tuhannya.
3. Bagaimana jadwal pelaksanaan dari kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Setiap hari ba’da maghrib.
4. Berapa lama durasi?
Jawab : Mulai ba’da magrib hingga jam 8 malam, kurang lebih 2 jam.
5. Metode apa yang diberikan dalam kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Dialog, diskusi, ceramah, ibadah, Spiritual Islamic System
(Syahadat-Istighfar-Sholawat), dzikir malam, latihan tahajud.
6. Materi apa yang disampaikan?
Jawab : Yasinan (setiap malam jum’at), Fiqih, Al-qur’an, sejarah, akhlak.
7. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan
bimbingan rohani?
Jawab : Untuk pendukungnya kurang lebih karena memang adanya
kebutuhan, tidak ada yang menghalangi anak untuk ikut kegiatan, baik dari
orang tuanya/pihak lain, kemudian sarana juga yang mendukung.
Penghambatnya yaitu kegiatan ini seolah-olah diserahkan pada satu orang
saja (pembimbing), kurang mendapat dukungan dan bantuan dari pegawai
lain, kemudian anak-anak cepat bosen dan semangat yang naik turun
dalam mengikuti kegiatan bimbingan rohani.
8. Apa target khusus dari kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Yang kami targetkan tentu anak-anak tidak kembali lagi ke jalan,
mereka memiliki perilaku dan budi pekerti yang luhur, mengenali,
memahami dan menjalankan nilai-nilai agamanya.
9. Apa harapan pembimbing?
Jawab : Untuk bidang agama, supaya mendapatkan porsi anggaran yang
cukup, untuk mengadakan sarana dan alat belajar yang mendukung serta
lebih variatif dalam rangka mengadakan kegiatan bimbingan rohani bagi
anak, sehingga anak-anak bisa mendapatkan materi bimbingan rohani
yang lebih variatif untuk pembekalan mereka. Kemudian semua pegawai
ikut mendukung demi kelancaran dan kesuksesan bimbingan rohani untuk
anak.
10. Apa saran untuk SDC?
Jawab : Lebih memperhatikan dan mendukung hal-hal yang membantu
dalam kegiatan bimbingan rohani di SDC.
Jakarta, 28 Maret 2013
Narasumber Pewawancara
Ust. Nasrudin Jamil S.Ag Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara
Nama : Syafuddin S.Sos.I
Alamat : Jl. PPA RT 02/03 Komplek PSBR Bambu Apus,
Jaktim
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 24 April 1970
Umur : 43 Tahun
Pendidikan : S1 Dakwah PTIQ Jakarta
Jabatan : Pembimbing Rohani
Tanggal Wawancara : 28 Maret 2013
Interviewer : Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara : Gedung SDC
Pertanyaan dan Jawaban
1. Sudah berapa lama Bapak menjadi pembimbing?
Jawab : Sudah 7 tahun
2. Apa tujuan diadakan bimbingan rohani?
Jawab : Secara singkat menurut saya, untuk anak bisa mengerti bagaimana
berbakti kepada orang tua, sopan santun kepada guru, cara bergaul dengan
teman dan menjalankan ajaran agamanya.
3. Bagaimana jadwal pelaksanaan dari kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Ba’da maghrib sampai isya dan ba’da subuh.
4. Berapa lama durasi?
Jawab : Kurang lebih 2 jam
5. Metode apa yang diberikan dalam kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Yang menekankan dalam menghibur dan menyemangati anak.
6. Materi apa yang disampaikan?
Jawab : Fiqih, tauhid, ibadah, al-qur’an, akhlak, dzikir, dan setiap bulan
romadhon kegiatan kultum sebelum berbuka, buka puasa diluar, tarawih.
7. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan
bimbingan rohani?
Jawab : Untuk pendukung sarana yang ada cukup memadai,
penghambatnya lebih kepada anak, yang suka mendapat pengaruh teman-
temannya diluar, dasar pengetahuan agama yang kurang dan kurangnya
kesadaran mereka, sehingga butuh cara dan metode yang tepat untuk
diberikan kepada anak.
8. Apa target khusus dari kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Jika sudah keluar dari SDC, anak bisa mengerti agama dan
menjalankannya serta menjadi lebih baik lagi.
9. Apa harapan pembimbing?
Jawab : Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani ada perubahan yang
lebih baik pada anak dan lebih memperhatikan jaminan bulanan bagi
pembimbing sehingga kegiatan bimbingan rohani bisa berjalan lebih
lancar dan lebih baik lagi.
10. Apa saran untuk SDC?
Jawab : Cintai SDC, perbaiki dan benahi SDC, butuh dukungan seluruh
pegawai SDC dalam mningkatkan kegiatan bimbingan rohani.
Jakarta, 28 Maret 2013
Narasumber Pewawancara
Ust. Syafruddin S.Sos.I Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara
Nama :
Alamat :
Tempat/Tanggal Lahir :
Pendidikan :
Jabatan : Ketua P3SA/SDC
Tanggal Wawancara :
Interviewer : Hafiz Sabilla Rosyad
Lokasi Wawancara : Ruang Ketua P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban
1. Sudah berapa lama Bapak bekerja di SDC?
Jawab :
2. Apa saja program pelayanan yang telah berjalan di SDC?
Jawab :
3. Menurut Bapak, selama ini bagaimana program pelayanan yang telah
berjalan?
Jawab :
4. Bagaimana pelayanan bimbingan rohani yang telah berjalan di SDC?
Jawab :
5. Dalam penilaian Bapak, apakah ada pengaruh dari pelayanan bimbingan
rohani terhadap kecerdasan spiritual anak?
Jawab :
6. Apa faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan pelayanan
bimbingan rohani di SDC?
Jawab :
7. Apa harapan Bapak dari adanya pelayanan bimbingan rohani di SDC?
Jawab :
Jakarta, 27 Juni 2013
Narasumber Pewawancara
( ) (Hafiz Sabila Rosyad)
Instrumen Wawancara Anak
Nama : Reza Murdani
Alamat : Babelan RT 003/001 Kel.Babelan Bekasi
Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 28 Agustus 1999
Umur : 14 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Wawancara : 19 Maret 2013
Interviewer : Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara : Gedung P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban
1. Sudah berapa lama tinggal di SDC?
Jawab: Kurang lebih 1,5 tahun
2. Selama berada di SDC, apa saja kegiatan yang sudah diikuti?
Jawab: Banyak. sekolah, bimsos, jalan-jalan, bimbingan
rohani/keagamaan, senam, olahraga, menerima kunjungan.
3. Bagaimana kegiatan bimbingan rohani/keagamaan yang berjalan di SDC?
Jawab : Enak, karena bisa belajar ngaji dan sholat.
4. Apakah rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Rutin tiap hari habis magrib.
5. Dalam kegiatan bimbingan rohani, materi apa yang sudah didapatkan?
Jawab : Ngaji, ceramah, tanya jawab (ngobrol)
6. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, apakah merasa ada
perubahan dalam spiritual/keimanan?
Jawab : Ada perubahan, jadi semangat sholat ngaji.
7. Apa saja hambatan yang dialami dalam mengikuti kegiatan bimbingan
rohani di SDC?
Jawab : waktu yang singkat dan rasa malas.
8. Apa saja pendukung dari kegiatan bimbingan rohani di SDC?
Jawab : pembimbing yang rajin dan semangat, disuruh orang tua ngaji.
9. Apa harapan dari adanya kegiatan bimbingan rohani d SDC?
Jawab : ditingkatin lagi waktunya, materinya lebih banyak, menyenangkan
bisa ngaji bisa sholat perlu dlanjutin.
10. Apa saran untuk SDC?
Jawab : kegiatan keagamaannya dibanyakin, pegawainya jangan galak-
galak.
Jakarta, 19 Maret 2013
Narasumber Pewawancara
Reza Murdani Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara Anak
Nama : Dwi Riswan Palupi
Alamat : Pluit Jakarta Utara
Tempat/Tanggal Lahir : 24 April 2000
Umur : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Wawancara : 19 Maret 2013
Interviewer : Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara : Gedung P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban
1. Sudah berapa lama tinggal di SDC?
Jawab : Kurang lebih 2 tahun.
2. Selama berada di SDC, apa saja kegiatan yang sudah diikuti?
Banyak. Sekolah, kegiatan keagamaan, outbond, olah raga, jalan-jalan,
kunjungan dari orang arab.
3. Bagaimana kegiatan bimbingan rohani/keagamaan yang berjalan di SDC?
Jawab : Biasa aja
4. Apakah rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Jarang-jarang karena malas
5. Dalam kegiatan bimbingan rohani, materi apa yang sudah didapatkan?
Jawab : Ngaji, Ceramah, Sholawatan, Dzikir.
6. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, apakah merasa ada
perubahan dalam spiritual/keimanan?
Jawab : Ada, jadi lebih semangat sholatnya, ninggalin kebiasaan-kebiasaan
buruk.
7. Apa saja hambatan yang dialami dalam mengikuti kegiatan bimbingan
rohani di SDC?
Jawab : Anak-anaknya suka pada malas.
8. Apa saja pendukung dari kegiatan bimbingan rohani di SDC?
Jawab : Pembimbing rajin, ada al-qur’an dan iqro’.
9. Apa harapan dari adanya kegiatan bimbingan rohani d SDC?
Jawab : Bisa ngaji, bisa bacaan sholat, biar jadi anak sholeh.
10. Apa saran untuk SDC?
Jawab : tingkatin kegiatan bimbingan keagamaan, pegawainya jangan
galak-galak.
Jakarta, 19 Maret 2013
Narasumber Pewawancara
Dwi Riswan Palupi Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara Anak
Nama : Dani Supriyadi
Alamat : Jl.Swadaya RT 06/01 Kp. II Jaka Sampurna Bekasi
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Wawancara : 22 Maret 2013
Interviewer : Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara : Gedung P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban
1. Sudah berapa lama tinggal di SDC?
Jawab : 3 tahun
2. Selama berada di SDC, apa saja kegiatan yang sudah diikuti?
Jawab : Banyak. Sekolah, bimbingan agama, olah raga, bimsos, jalan-
jalan.
3. Bagaimana kegiatan bimbingan rohani/keagamaan yang berjalan di SDC?
Jawab : Bagus, karena bisa belajar agama islam
4. Apakah rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Iya, rutin.
5. Dalam kegiatan bimbingan rohani, materi apa yang sudah didapatkan?
Jawab : Belajar sholat, ngaji, ceramah, yasinan, hafalin surat-surat pendek
dan doa-doa.
6. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, apakah merasa ada
perubahan dalam spiritual/keimanan?
Jawab : Ada, jadi bisa sholat ngaji.
7. Apa saja hambatan yang dialami dalam mengikuti kegiatan bimbingan
rohani di SDC?
Jawab : Anak-anaknya sedikit.
8. Apa saja pendukung dari kegiatan bimbingan rohani di SDC?
Jawab : Pembimbing rajin, sarana mendukung.
9. Apa harapan dari adanya kegiatan bimbingan rohani d SDC?
Jawab : Pengen jadi anak baik.
10. Apa saran untuk SDC?
Jawab : Untuk petugas jangan galak-galak.
Jakarta, 22 Maret 2013
Narasumber Pewawancara
Dani Supriyadi Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara Anak
Nama : Agus Setiawan
Alamat : Desa Adimulya RT 01/3 Kec.Warareja
Kab.Cilacap
Umur : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Wawancara : 19 Maret 2013
Interviewer : Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara : Gedung P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban
1. Sudah berapa lama tinggal di SDC?
Jawab : Kurang lebih 1 tahun.
2. Selama berada di SDC, apa saja kegiatan yang sudah diikuti?
Jawab : Sekolah, belajar, bimbingan agama, bimbingan sosial, olah raga,
jalan-jalan.
3. Bagaimana kegiatan bimbingan rohani/keagamaan yang berjalan di SDC?
Jawab : Bagus, membuat orang tobat, bisa belajar agama, baca alqur’an.
4. Apakah rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Jarang-jarang, karena males dan capek.
5. Dalam kegiatan bimbingan rohani, materi apa yang sudah didapatkan?
Jawab : ngajarin sholat, ngaji, ceramah, dzikir, sholawatan.
6. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, apakah merasa ada
perubahan dalam spiritual/keimanan?
Jawab : Ada. Berhenti merokok dan mabuk-mabukan, lebih nurut dan
semangat.
7. Apa saja hambatan yang dialami dalam mengikuti kegiatan bimbingan
rohani di SDC?
Jawab : Anak-anaknya ada yang suka pada males.
8. Apa saja pendukung dari kegiatan bimbingan rohani di SDC?
Jawab : Pembimbing semangat, ada alqur;an, iqro’ mushola, disuruh orang
tua ngaji biar jadi anak soleh di SDC.
9. Apa harapan dari adanya kegiatan bimbingan rohani d SDC?
Jawab : Ditambahin waktunya, anak di paksa untuk ikut bimbingan.
10. Apa saran untuk SDC?
Jawab : Pegawainya lebih nyemangatin anak-anak untk lebih rajin.
Jakarta, 19 Maret 2013
Narasumber Pewawancara
Agus Setiawan Hafiz Sabila Rosyad
Instrumen Wawancara Anak
Nama : Dedi Saputra
Alamat : Jl.Barari A2 Gg. 1 RT 07/10 No.16 Tj. Priok
Jakarta Utara
Umur : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Wawancara : 25 Maret 2013
Interviewer : Hafiz Sabila Rosyad
Lokasi Wawancara : Gedung P3SA/SDC
Pertanyaan dan Jawaban
1. Sudah berapa lama tinggal di SDC?
Jawab : 1 tahun.
2. Selama berada di SDC, apa saja kegiatan yang sudah diikuti?
Jawab : Sekolah, bimsos, motivation day, bimbingan rohani, jalan-jalan,
olahraga, jumsih.
3. Bagaimana kegiatan bimbingan rohani/keagamaan yang berjalan di SDC?
Jawab : Lumayan bagus, bisa belajar iqro, alquran, sholat.
4. Apakah rutin mengikuti kegiatan bimbingan rohani?
Jawab : Kadang-kadang suka ga ikut.
5. Dalam kegiatan bimbingan rohani, materi apa yang sudah didapatkan?
Jawab : Ceramah, sholawatan, dzikir, ngaji, sholat.
6. Setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani, apakah merasa ada
perubahan dalam spiritual/keimanan?
Jawab : Ada, bisa ada perubahan diri.
7. Apa saja hambatan yang dialami dalam mengikuti kegiatan bimbingan
rohani di SDC?
Jawab : Suka pada males anak-anaknya.
8. Apa saja pendukung dari kegiatan bimbingan rohani di SDC?
Jawab : Ada sarana yang mendukung.
9. Apa harapan dari adanya kegiatan bimbingan rohani d SDC?
Jawab : Biar bisa ngaji, ngebahagian orang tua.
10. Apa saran untuk SDC?
Jawab : Lebih bagus lagi.
Jakarta, 25 Maret 2013
Narasumber Pewawancara
Dedi Saputra Hafiz Sabila Rosyad
DATA ANAK SDC
No
.
No. Reg Tgl Msk
Panti
Nama
Lengkap
L
/
P
TTL Agama Rujukan Jns
Pelaya
nan
Alamat
1. 0229/2008 01-07-
2008
Ridho
Lailatul
Fajrin
L Depok,
11-12-
1995
Islam Dinsos
Depok
Pend.
Formal
Jl. Raya
Bogor
Mekarsar
i RT
04/02
Cimangg
is Depok
2. 0234/2008 01-07-
2008
Syamsul
Falah
L Bekasi,
14-08-
1993
Islam Keluarga Pend.
Formal
Jl.KH
Nur Ali
RT 14/01
Kel.Babe
lan
Kec.Bah
agia
Ujung
Harapan
Bekasi
3. 0342/2010 01-01-
2010
Dani
Supriyadi
L Bekasi,
15-05-
2001
Islam Dinsos
Depok
Pend.
Formal
Jl.Swada
ya RT
06/01
Kp. II
Jaka
Sampurn
a Bekasi
4. 0538/2011 08-04-
2011
Siti Fitriyah P Bekasi,
24-04-
1994
Islam Keluarga Pend.
Formal
Jl.Kenan
gan RT
01/02
No.55
Jati
Melati
Bekasi
5. 0546/2011 Agus
Setiawan
L Islam Tjiliwoe
ng
Pend.
Formal
Cianjur
Jawa
Barat
6. 0559/2011 07-06-
2011
M. Sidik L Bekasi,
30-09-
1994
Islam Keluarga Pend.
Formal
Jl.Babela
n RT
10/002
Kec.Bab
elan
Bekasi
7. 0589/2011 20-07-
2011
Riska
Anggraini
P Jakarta,
07-05-
1996
Islam Sekar Pend.
Formal
Jl.Kaliba
ru Timur
Cilincing
RT 02/01
No.28
JakUt
8. 0591/2011 20-07-
2011
Dini Islami P Jakarta,
21-12-
1998
Islam Sekar Pend.
Formal
Jl.Kaliba
ru Timur
Cilincing
RT 02/01
No.114
JakUt
9. 0597/2011 27-09-
2011
Dwi Riswan
Palupi
P Jogjaka
rta,24-
04-
2000
Islam Sekar Pend.
Formal
Pluit
Jakarta
Utara
10. 0599/2011 11-10-
2011
Ade Irma
Suryani
P Jakarta,
13-05-
1996
Islam Himatta Pend.
Formal
Jl.Mangg
a Lontar
X RT
06/02
Koja,
Tugu
Utara
JakUt
11. 0693/2012 16-03-
2012
Harfansyah L Jakarta,
06-06-
1996
Islam Balareni
k
Pend.
Formal
Jl.Rawa
Bebek
RT 05/12
P.Geban
g JakTim
12. 0708/2012 09-06-
2012
Agus
Setiawan
L Cilacap
,18-03-
2000
Islam Keluarga Pend.
Formal
Ds.Adim
ulya RT
01/3
Kec.War
areja
Kab.Cila
cap
13. 0709/2012 09-06-
2012
Arif
Maulana
L Cilacap
,27-02-
2002
Islam Keluarga Pend.
Formal
Ds.Adim
ulya RT
01/3
Kec.War
areja
Kab.Cila
cap
14. 0710/2012 09-07-
2012
Reza
Murdani
L Bekasi,
28-08-
1999
Islam Keluarga Pend.
Formal
Babelan
RT
003/001
Kel.Babe
lan
Bekasi
15. 0712/2012 25-07-
2012
Maryani P Serang,
08-04-
1996
Islam RSG
Kenari
Pend.
Formal
Jl.Merpat
i RT
002/002
JakUt
16. 0718/2012 September
2012
Geby Caca
Putri
P Bogor,
03-08-
Islam Dinsos
Kab.Bog
Ketera
mpilan
Jl.Ciapus
Gang
Amelia 1995 or Sawo
Bogor
17. 0233/2008 1 Juli
2008
Sunarsih P Jakarta,
30-01-
1996
Islam Sekar Pend.
Formal
Jl.Perinti
s
Kemerde
kaan RT
06/15
Kayu
Putih
Pedongk
elan
Jakut
18. 0616/2012 17 Januari
2012
Laksana
Jaka Sena
L Jakarta,
14-10-
1998
Islam Kenari Pend.
Formal
PJKA
Pinggir
Rel Tj.
Priuk
Jakut
19. 0671/2012 23
Februari
2012
Dedi
Saputra
L Jawa
Timur,
06-09-
2000
Islam Kenari Pend.
Formal
Jl.Barari
A2 Gg 1
RT 07/10
No.16
Tj.Priuk
Jakut
20. 0705/2012 09 Juli
2012
Martika
Sari
P Jakarta,
20-03-
2000
Islam RSG
Kenari
Pend.
Formal
Jl.Kaliba
ru Barat
RT
011/007
Kel.Kali
baru
Kec.Cili
ncing
Jakut
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
`
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN