peran pekerja sosial pada terapi dalam proses...

106
1 PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES BIMBINGAN KETERAMPILAN “HASTA KARYA” BAGI PENYANDANG PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh ARI HERLANGGA NIM 1113054100027 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2020 M

Upload: others

Post on 25-Dec-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

1

PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM

PROSES BIMBINGAN KETERAMPILAN “HASTA

KARYA” BAGI PENYANDANG PSIKOTIK DI PANTI

SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

ARI HERLANGGA

NIM 1113054100027

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H / 2020 M

Page 2: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ari Herlangga

NIM : 1113054100027

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul peran

pekerja sosial pada terapi dalam proses bimbingan keterampilan

“hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti sosial bina laras

harapan sentosa 1 adalah benar merupakan karya saya sendiri dan

tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun

kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya

cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia

melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan dan

perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau

keselururah merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 29 Mei 2020

Ari Herlangga

NIM 1113054100027

Page 3: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

ABSTRAK

Ari Herlangga, 1113054100027

Peran Pekerja Sosial Pada Terapi Dalam Proses Bimbingan Keterampilan

“Hasta Karya” bagi Peyandang Psikotik di Panti Sosial Bina Laras Harapan

Sentosa 1.

Page 4: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

iii

Page 5: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

iv

ABSTRAK

ARI HELANGGA ( 1113054100027 ) PERAN PEKERJA PADA TERAPI

DALAM PROSES BIMBINGAN KETERAMPILAN DI PANTI SOSIAL

BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1

Psikotik adalah masalah kesehatan jiwa yang cukup tinggi penderitanya

di Indonesia khususnya di wilayah DKI Jakarta dengan ciri kehilangan rasa

kenyataan (sense of reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan

gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, dan motoriknya. Perilaku

penderita psikotik tidak dapat dimengerti oleh normal, sehingga orang awam

menyebut penderita sebagai orang gila. Salah satunya, dalam menangani para

peyandang psikotik tersebut memerlukan peran pekerja sosial. Salah satu

lembaga yang menangani peyandang psikotik adalah Panti Sosial Bina Laras

Harapan Sentosa 1. Peran pekerja sosial merupakan hal penting dalam

pemulihan dan peningkatan kualitas hidup peyandang psikotik.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran pekerja

sosial pada terapi dalam proses bimbingan keterampilan “hasta karya” bagi

penyandang psikotik di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu

peneliti mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasi dan menganalisa.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah secara

triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran yang dilakukan

oleh pekerja sosial pada terapi dalam proses bimbingan keterampilan “hasta

karya” bagi penyandang psikotik di Panti Sosial Bina Laras Harapan

Sentosa 1. Peran sebagai Fasilitator merupakan peran yang paling dominan

dan utama di panti sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1, terutama pada

tahap pembinaan khususnya pada terapi dalam proses bimbingan

keterampilan. Yang bertujuan untuk melatih motorik kasar dan

meningkatkan konsentrasi peyandang psikotik. Dalam proses penerapannya

pekerja sosial melakukan peran tersebut sesuai dengan tahapan pelayanan

yang sudah diatur dalam aturan panti sosial. Sehingga dapat terlaksanakan

dengan baik.

Kata Kunci : Peran, Pekerja Sosial, Psikotik Bimbingan Keterampilan,

Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1

Page 6: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur bagi Allah SWT,

pemilik segala sumber ilmu dan kehidupan, yang dengan rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES

BIMBINGAN KETERAMPILAN BAGI PEYANDANG PSIKOTIK DI

PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada junjungan ummat

Islam, Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan para

pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam proses penyusunan Skripsi ini, penulis mendapatkan banyak

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

serta segenap jajaran Dekanat Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.

2. BapakAhmad Zaky, M.Si Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial,

Hj. Nunung Khairiyah, MA Sekretaris Program Studi Kesejahteraan

Sosial. Terima kasih atas bimbingannya.

3. IbuLisma Dyawati Fuaida, M.Si Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah membantu membimbing dan memberikan masukan serta support

dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala

kebaikan dan keikhlasan yang telah beliau curahkan

4. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak

memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis selama kuliah.

5. Kedua Orang tuaku, Ayahanda Rusni Fuzi dan Ibunda Nila Karmila

yang senantiasa mendo’akan, memberikan dukungan tenaga dan

semangat setiap harinya sehingga penulis termotivasi untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap pihak Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Jakarta Barat

yang sudah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian serta

telah berpartisipasi untuk membantu penulis dalam pengumpulan

informasi untuk penyelesaian skripsi ini.

7. Adikku tercinta Savira Salsanabila yang selalu memberikan dukungan

dan kasih sayang kepada penulis.

8. Teman satu perjuanganku yaitu Sahri, Nurman, Julay, Ridwan, Agung

dan Agik yang telah memberikan semangat tanpa henti, dengan ocehan

Page 7: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

vi

yang bermutu dan candaan sehingga penulis tidak terbebani dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Erby Eko, Ichsan Kurnia, Ari Herlangga, Lisda Nur Asiah, dan yang

merupakan teman jalan - jalandan teman nongkrong yang telah

meluangkan waktunya untuk menghibur penulis dikala jenuh dalam

menyelesaikan skripsi.

10. Teman-teman Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013, yang telah memberikan warna selama menjalankan perkuliahan

dan berjuang bersama-sama untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi dan perkuliahan.

Ari Herlangga

1111305410002

Page 8: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................iii

KATA PENGANTAR ............................................................ii

DAFTARI ISI ........................................................................ vi

BAB IPENDAHULUAN .

A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1

B. Pembatasan Masalah ................................................... 4

C. Rumus Masalah ........................................................... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 5

E. Tinjauan Pustaka ......................................................... 6

F. Metodologi Penelitian ................................................. 7

G. SistematikaPenulisan ................................................ 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Peran ............................................ 12

1. Teori Peran Struktural Fungsional ..................... 13

2. Teori Peran Dramaturgical ................................. 13

B. Tinjauan Tentang Pekerja Sosial ............................... 16

1. Pengertian Pekerja Sosial ................................... 17

Page 9: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

viii

2. Fungsi dan TugasPekerja Sosial ........................ 12

3. PeranPekerja Sosial ............................................ 20

C. Terapi dalam Pekerja Sosial ...................................... 21

1. Tujuan Terapi ..................................................... 25

2. Proses Terapi ...................................................... 28

D. Tinjaun Tentang Psikotik .......................................... 30

1. Pengertian Psikotik ............................................ 31

2. Penyebab Psikotik .............................................. 32

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Sejarah Singkat.......................................................... 35

B. Visi dan Misi ............................................................. 35

C. Struktur Organisasi.................................................... 36

D. Dasar Hukum ............................................................ 37

E. Tugas Pokok dan Fungsi ........................................... 37

F. Tahapan Pelayanan Sosial ......................................... 38

G. Sasaran dan Kriteria .................................................. 38

H. Ruang Lingkup Pelayanan ........................................ 39

I. Sarana Panti Sosial .................................................... 40

J. Sumber daya Manusia ............................................... 41

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Data Informan ........................................................... 42

B. Peran Pekerja Sosial pada Terapi .............................. 43

Page 10: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

ix

1. Fasilitator ........................................................... 45

2. Broker................................................................. 46

3. Enabler ............................................................... 47

4. Educator ............................................................. 49

C. Tahapan Terapi dalam Proses Bimbingan .................. 49

1. Data Gathering .................................................. 49

2. Assesment ......................................................... 50

3. Diagnosis ........................................................... 50

4. Setting Goals ..................................................... 51

5. Developmen ...................................................... 52

BAB V PEMBAHASAN

A. Peran Pekerja Sosial pada Terapi .............................. 55

1. Fasilitator ........................................................... 56

2. Broker................................................................. 56

3. Enabler ............................................................... 58

4. Educator ............................................................. 60

C. Tahapan Terapi........................................................

BAB VIPENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................... 63

B. Implikasi .................................................................... 64

C. Saran .......................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 96

LAMPIRAN .......................................................................... 99

Page 11: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi serta perkembangan teknologi yang semakin

maju, menyebabkan semakin tingginnya perubahan peranan dan kebutuhan

masyarakat, sehingga menimbulkan gejala sosial yang tidak diharapkan oleh

masyarakat. Mereka yang mampu mengikuti dan menyesuaikan perubahan-

perubahan yang terjadi akan dipermudah dalam kehidupannya dan

mendapatkan kesejahteraan secara rohani maupun jasmani, namun ada

sebagian orang yang tidak mampu untuk beradaptasi dengan perubahan-

perubahan tersebut.

Akhirnya ketidakmampuan tersebut salah satunya dapat

menimbulkan tekanan atau stres pada dirinya. Stres yang muncul secara terus

menerus akan berpengaruh pada kondisi psikis dan fisik manusia, sehingga

kesehatannya pun akan mudah menurun dan mudah terserang

penyakit.(Yustinus Semiun 2006, 15)

Psikotik merupakan suatu gangguan mental dengan kehilangan rasa

kenyataan (sense of reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan

gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, dan motoriknya.

Perilaku penderita psikotik tidak dapat dimengerti oleh normal, sehingga

orang awam menyebut penderita sebagai orang gila.(Dr. Zakiah Darajat

1985, 34) Sedangkan menurut Depkes RI gangguan mental atau psikotik

adalah “suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya

gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu

dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial”. Sehingga apabila

individu yang mengalami maladaptif dalam kehidupannya tidak ditangani

akan berakhir pada ganguan psikotik.

Pada umumnya gangguan psikotik itu tidak dapat disembuhkan

seratus persen (100%), suatu saat mereka dapat kambuh kembali bahkan

terkadang perilaku mereka masih menunjukkan tingkah laku “gila” dalam

kehidupan sehari- hari. Menurut ilmu psikiatri orang yang mengalami

gangguan psikotik harus teratur dalam minum obat sebagai penenang.

Seiring berjalannya waktu, angka gangguan psikotik bukannya

berkurang justru semakin bertambah. Menurut data WHO (2016), terdapat

sekitar 35 juta orang terkena depresi,60 juta orang terkena bipolar, 21 juta

terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. WHO juga

menyatakan bahwa gangguan depresif berada pada urutan keempat penyakit

Page 12: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

11

di dunia. Gangguan depresif mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki

pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah

gangguan depresif semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua

penyakit dunia.(idionline.org, 2016)

Sedangkan di Indonesia, jumlah kasus gangguan mental atau psikotik

terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan

penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas

2018 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang

ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun

ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk

Indonesia.

Khususnya di Provinsi DKI Jakarta Jumlah penderita gangguan

mental atau psikotik di Ibu Kota semakin banyak. Jumlahnya yang

Page 13: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

12

oleh Dinas Sosial DKI Jakarta sepanjang tahun lalu menempati peringkat

kedua di antara para penyandang masalah kesejahteraan sosial. Yang pertama

adalah tunawisma. Pada 2016, jumlahnya mencapai 2.283 orang, meningkat

dibanding 2015, berjumlah 1.515 orang. Kemudian jika dilihat dari aspek

perekonomian, banyaknya orang yang mengalami gangguan psikotik ini

membuat kerugian ekonomi hingga mencapai dua puluh triliun rupiah.

Pendapat ini disampaikan di dalam agenda rapat penanggulangan terpadu

masalah kesehatan jiwa tahun 2018 silam di Jakarta. (litbang.kemkes.go.id,

2018)

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa setiap tahunnya

penderita psikotik semakin meningkat. Hal ini terjadi karena penyebab

psikotik yang semakin kompleks. Saat ini sudah banyak upaya penanganan

berupa pencegahan, pengobatan, rehabilitasi, dan pemeliharaan yang

dilakukan baik dari pemerintah ataupun inisiatif masyarakat dalam

menangani psikotik. Penyandang psikotik merupakan salah satu tugas

penanganan pemerintah atau masyarakat yang dilakukan dengan

merehabilitasi atau mengembalikkan keberfungsian sosialnya. Kekambuhan

yang terjadi pada peyandang psikotik jika tidak cepat ditangani akan

menambah angka penderita gangguan psikotik di indonesia, khususnya di

DKI Jakarta.

Panti sosial bina laras harapan sentosa 1 jakarta barat merupakan

salah satu lembaga di bawah Dinas Sosial DKI Jakarta yang khusus dalam

menangani dan melayani peyandang psikotik. Pelayanan sosial ini

merupakan salah satu bentuk wujud dukungan yang diberikan oleh panti

sosial bina laras harapan sentosa 1 jakarta barat dalam upaya mengentaskan

atau terentasnya penyandang psikotik di Provinsi DKI Jakarta, agar hidup

manusiawi, normatif dan produktif. Dan juga merupakan upaya pemerintah

daerah Provinsi DKI Jakarta dalam rangka mewujudkan Kesejahteraan

Sosial PMKS sebagaimana di amanatkan dalam UUD 45 Pasal 34 dan

Undang-undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

Selain sebagai wujud dari pelaksanaan kewajiban pemerintah dalam

memenuhi hak- hak dasar warga negara yang karena sesuatu hal tidak dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar tetapi juga sebagai wadah

pemberdayaan. Pemberdayaan sosial dilakukan melalui peningkatan

kemauan dan kemampuan yang dapat dilakukan dengan salah satunya peran

pekerja sosial pada terapi dalam proses bimbingan keterampilan “hasta

karya”. Pelayanan di PSBL 1 adalah pelayanan bimbingan keterampilan

yang terdiri dari jenis keterampilan, yaitu keterampilan

Page 14: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

13

menjahit, keterampilan bordir, keterampilan handycraft, dan keterampilan

kuliner. Para peyandang psikotik sangat perlu mendapat bimbingan

keterampilan, terutama dalam usia produktif yang bertujuan untuk melatih

motorik kasar dan tingkat konsentrasi serta memberi bekal mereka dengan

keterampilan yang disesuaikan dengan minat dan kemampuannya agar

mereka bisa mandiri dengan keterampilan yang dimiliki.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa

bimbingan keterampilan memiliki banyak manfaat dalam memberdayakan

para peyandang psikotik di PSBL 1 Jakarta Barat. Tetapi selain bimbingan

keterampilan tersebut, pelayanan bimbingan lainnya yang diberikan PSBL

1 Jakarta Barat juga sama pentingnya, seperti yang telah diungkapkan

sebelumnya bahwa dalam penanganan pemberian pelayanan bagi peyandang

psikotik harus dilakukan secara menyeluruh menyangkut dari berbagai aspek

kehidupan, sehingga satu sama lain pelayanan bimbingan saling berkaitan.

Merujuk pada masalah yang sudah dipaparkan di atas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian di Panti Sosial Bina Laras Harapan

Sentosa 1 Cengkareng, Jakarta Barat. Maka dari itu, peneliti mengambil

judul yaitu, “Peran Pekerja Sosial Pada Terapi Dalam Proses Bimbingan

Keterampilan “Hasta Karya” Bagi Peyandang Psikotik di Panti Sosial

Bina Laras Harapan Sentosa 1 Jakarta Barat”.

B. Pembatasan Masalah

Dalam sebuah penelitian harus dibentuk sebuah pembatasan masalah

agar peneliti fokus untuk mencari dan meneliti objek penelitiannya penulis

mencoba membatasi masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah

Peran Pekerja Sosial Pada Proses Terapi dalam Bimbingan Keterampilan

“Hasta Karya” bagi Penyandang Psikotik di panti Sosial Bina Laras Harapan

Sentosa 1.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu, Bagaimana Peran Pekerja Sosial Pada Terapi

dalam Proses Bimbingan Keterampilan “Hasta Karya” bagi Penyandang

Page 15: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

14

Psikotik di panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan Peran Pekerja Sosial Pada Terapi dalam proses

Bimbingan Keterampilan “Hasta Karya” bagi Penyandang Psikotik di panti

Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1.

b. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat baik yang bersifat akademik

maupun bersifat praktis. Adapun manfaat secara akademik dan praktis

sebagai berikut:

1. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan

keilmuan bagi mahasiswa kesejahteraan sosial tentang Peran Pekerja Sosial

Pada Terapi dalam Proses Bimbingan Keterampilan “Hasta Karya” bagi

Penyandang Psikotik di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1. Dapat

dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan kepustakaan bagi

pengembangan ilmu kesejahteraan sosial.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai referensi bagi penelitian

lebih lanjut mengenai konsep kesejahteraan sosial maupun organisasi lainnya

yang berfokus terhadap permasalahan yang menimpa peyandang psikotik

yang terlantar dan peran pekerja sosial dalam menanganinya.

E. Tinjauan Pustaka

Sebagai sarana untuk pembanding, maka peneliti telah menelusuri

beberapa penelitian sejenis yang berkaitan sekaligun relevan dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan. Adapun penelitian dari peneliti adalah

tentang peran pekerja sosial pada terapi dalam proses bimbingan

keterampilan “hasta karya” bagi peyandang psikotik di Panti Sosial Bina

Page 16: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

15

Laras Harapan Sentosa 1, maka dari itu inilah beberapa kajian yang berkaitan

dan relevan yang telah peneliti temukan.

a. Tinjauan pustaka pertama peneliti adalah skripsi yang disusun oleh

Sonia Pratiwi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah program studi

kesejahteraan sosial Fakultah Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

berjudulPeran Pekerja Sosial Dalam Proses Resoliasi Anak Yang

Berhadapan Dengan Hukum (Studi Kasus Penerima Manfaat Di Panti Sosial

Marsudi Putra Handayani Cipayung, Jakarta Timur. Perbedaan skripsi

Sonia Pratiwi dengan skripsi peneliti tsalah satunya terletak pada objek yang

diteliti. Sonia Pratiwi dalam skripsinya meneliti Resoliasi Anak yang

berhadapan dengan hukum, sedangkan peneliti objek yang diteliti adalah

peyandang psikotik. Meski skripsi peneliti dan Sonia Pratiwi sama

membahas tentang peran pekerja sosial, namun hasil yang diperoleh dari

hasil penelitian tersebut jauh berbeda.

b. Skripsi yang kedua sebagai bahan rujukan dalam tinjauan pustaka

dalam skripsi peneliti adalah skripsi dari saudari Murti Sari Puji Rahayu

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Bimbingan dan

Konseling Islam, skripsinya berjudul Bimbingan Mental bagi Eks Penderita

Psikotik Panti Sosial Karya Yogyakarta. Kenapa peneliti menjadikan skripsi

dari Saudari Murti sebagai tinjauan pustaka, karena ada hal menarik yaitu

skripsinya membahas tentang eks peyandang psikotik yang notabennya

peneliti juga membahas tentang peyandang psikotik namun letak

perbedaanya adalah tentang status peyandang psikotiknya. Karena akan

sangat menarik ketika membandikan status eks peyandang psikotik maupun

yang masih mengalami. Yang bertujuan untuk sebagai bahan perbandingan

ataupun tolak ukur untuk refrensi dalam mengerjakan skripsi peneliti saat ini.

c. Dan yang terakhir sebagai bahan refrensi dalam mengerjakan skripsi,

peneliti mengambil skripsi dari Ika Nurjayanti mahasiswa UIN Jakarta

jurusan Kesejahteraan Sosial, skripsinya berjudul Peran Pekerja Sosial

Terhadap Biopsikososial Spiritual Anak Tunarungu Wicara Di Panti Sosial

Bina Rungu Wicara “Melati” Bambu Apus Jakarta Timur” .

Perbedaan skripsi Ika Nurjayanti dengan skripsi peneliti, adalah

peneliti meneliti peran pekerja sosial pada proses terapi dalam bimbingan

keterampilan. Karena sama – sama membahas peran pekerja sosial. Akan

tetapi perbedaannya, terletak pada objek penelitinya. Objek peneliti pada

masing – masing skripsi memiliki , keunikannya masing – masing. Meski

Page 17: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

16

sama membahas tentang peran peksos namun sebagai bahan tinjaun pustaka,

skripsi saudari Ika Nurjayanti layak dijadikan bahan refrensi untuk peneliti

dalam mengerjakan skripsi.

F. Metodologi Penelitian

1.. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan proses dan juga

tahapan peran pekerja sosial pada terapi dalam proses bimbingan

keterampilan bagi peyandang psikotik. Pendekatan pada penelitian ini

memakai pendekatan kualitatif. Pendekatan dengan beberapa pertimbangan,

yaitu pendekatan kualitatif bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim

dalam mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi

perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,

menarik dan unik bermakna dilapangan. (Bungin 200, 36)

Data yang ditemukan berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang

memiliki arti lebih dari sekedar angka atau frekuensi.(Sutopo 1996, 36)

Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan-temuannya

tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya

melainkan lebih berdasarkan pada sifat fenomenologis yang mengutamakan

penghayatan. (Gunawan 2013, 80).

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan penjelasan. (Ghony dan

Almansyur 2012, 29) Bogdan dan Taylor (1975) juga menjelaskan bahwa

penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. (Salam dan Aripin 2006, 30). Pendekatan penelitian kualitatif

memiliki dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan

mengungkapkan (to describe and explore); kedua, menggambarkan dan

menjelaskan (to describe and explain).

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data

yang dilakukan adalah melalui:

3. Observasi

Page 18: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

17

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung, memperhatikan

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan

antara aspek dalam fenomena tersebut. Observasi dapat diartikan dalam arti

sempit dan juga luas. Dalam arti sempit observasi diartikan sebagai

pengamatan langsung yang dilakukan dalam situasi wajar maupun situasi

buatan. Dalam arti luas observasi meliputi pengamatan tidak langsung

dimana pengamatan tersebut menggunakan alat-alat bantuan atau penolong

yang sudah dipersiapkan atau yang diadakan khusus untuk keperluan

tersebut. (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri

dan Otonomi Daerah 2000, 54)

Obeservasi dilakukan dengan mengunjungi lokasi dimana terlaksananya

peran pekerja pada terapi dalam proses bimbingan keterampilan bagi

peyandang psikotik, yaitu Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1.

Melihat keadaan lingkungan panti, sarana dan prasarana.

4. Wawancara

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data dari

berbagai narasumber. Pencarian data dengan metode ini sangatlah penting

untuk mendapatkan berbagai informasi. Wawancara (interview) merupakan

cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari informan

dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face) namun

dalam perkembangannya bisa saja dilakukan dengan memanfaatkan sarana

komunikasi lain seperti telepon dan internet. (Mashud, Suyatno dan Sutinah

2005, 69), selain itu wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai. (Bungin 2011,

111)

5. Dokumentasi

Penulis berusaha mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai

macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain yang

didapat dari buku, majalah, surat kabar, artikel, kliping, dan lain-lain.

Pengumpulan data-data tersebut bersumber dari buku- buku, dokumen arsip

perusahaan, data-data perusahaan atau laporan yang dalam hal ini di dapat

dari pihak Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa1. (Bungin 200, 121)

Page 19: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

18

Studi dokumentasi dilakukan guna memperkuat informasi yang

didapat melalui wawancara dengan bentuk data. Seperti modul kurikulum

yang dipakai sebagai panduan dalam pelaksanaan program tersebut.

6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Panti Sosial Bina Laras Harapan

Sentosa 1 Cengkareng, Jakarta Barat. Kemudian untuk waktu penelitian akan

dimulai pada bulan Januari sampai dengan Mei 2020.

7. Sumber Data

Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut:

8. Data Primer

Data Primer adalah data pokok yang diperoleh melalui hasil observasi dan

wawancara.

9. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, majalah, brosur dan

literatur lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian

10. Teknik Analisis Data

Setelah terkumpulnya data dan informasi yang dibutuhkan sesuai

dengan permasalahan penelitian, maka selanjutnya penulis melakukan

analisis terhadap data dan informasi tersebut. Dalam menulis data tersebut

penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil temuan

penelitian secara sistematis, faktual dan akurat yang disertai dengan petikan

hasil wawancara.

Nasir mengemukakan analisa data merupakan bagian yang sangat penting

dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi data

dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. (Moh

Nasir 1993, 405)

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Data-

data kualitatif dari hasil wawancara mendalam yang berupa kalimat-kalimat

atau pernyataan pendapat atau sikap tersebut dianalisa dan diinterpretasikan

untuk mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, untuk memahami

keterikatan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Page 20: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

19

Data kualitatif dari hasil wawancara, observasi langsung dan

dokumentasi selanjutnya disusun dalam catatan lapangan, kemudian

diringkas dan dipilih hal-hal yang penting dan pokok, dikategorikan dan

disusun secara sistematis dengan mengacu pada perumusan masalah dan

tinjauan teoritis yang berkaitan dengan penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menerapkan teknik penulisan

Adapun dengan menggunakan gaya Chicago 1 mengacu pada pedoman

karya ilmiah sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,

Dan Disertasi) yang dibuat oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah

diperbaharui pada tahun 2017.

Untuk lebih mempermudah dalam memahami secara menyeluruh mengenai

penelitian ini, maka secara sistematis penulisannya dibagi menjadi enam bab

dan terdiri dari beberapa sub bab. Dan dibuatlah sistematika penulisannya

seperti berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah,

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian

dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada BAB ini terdiri dari pertama tinjauan tentang peran, kedua tinjauan

tentang pekerja sosial, ketiga terapi dalam pekerja sosial, keempat tinjauan

tentang bimbingan keterampilan, kelima tinjaun tentang peyandang psikotik.

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA LARAS

HARAPAN SENTOSA 1

Pada BAB ini menjelaskan mengenai latar belakang berdirinya panti sosial

bina laras harapan sentosa 1, visi dan misi panti, dasar hukum, tugas pokok

dan fungsi, sarana dan prasarana.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Page 21: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

20

Pada BAB ini berisi tentang bentuk analisa tentang peran pekerja sosial pada

terapi dalam proses bimbingan keterampilan bagi peyandang psikotik di

panti sosial bina laras harapan sentosa 1

BAB V PEMBAHASAN

Pada BAB ini bersikan uraian pembahasan mengenai permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini.

BAB VI PENUTUP

Pada BAB ini berisi tentang beberapa kesimpulan dari pemikiran

sebelumnya serta saran-saran sebagai bentuk hasil dari analisa dalam

penelitian penulis.

Page 22: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Peran

Teori peran memiliki sejarah panjang dalam teori pekerjaan

sosial, karena ia menjelaskan mengenai interaksi kita dengan orang

lain dan bagaimana harapan serta reaksi mereka mempengaruhi kita

untuk meresponnya. Oleh karena itu, menurut Perlman(1968) untuk

memahami kepribadian seseorang di butuhkan penjelasan sosial dan

penjelasan psikologis.

Berikut adalah dua bentuk teori peran menurut Malcolm Payne:

1. Teori Peran Struktural Fungsional

Teori ini mengasumsikan bahwa manusia memiliki

kedudukan dalam struktur sosial. Setiap posisi memiliki peran yang

diasosiasikan dengan posisi tersebut. Peran merupakan serangkaian

harapan atau perilaku yang diasosiasikan dengan posisi seseorang

dalam struktur masyarakat. Bagaimana kita melihat peran

mempengaruhi seberapa baik kita mengelola perubahan. Howard dan

Johnson (1985) memberikan contoh keluarga dengan orang tua

tunggal. Peneliti Amerika Serikat menemukan bahwa seseorang

dengan asumsi tradisional mengenaiketepatan peran yang harus

diemban dalam kehidupan rumah tangga normal akan sulit dilakukan

dalam rumah tangga jenis orang tua tunggal, karena mereka tidak

terbiasa dengan penggantian peran tersebut.

2. Teori Peran Dramaturgical

Page 23: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

22

Teori ini melihat peran sebagai pengejawantahan dari

harapan sosial yang dilekatkan dalam status soial. Orang akan

melabeli sesorang dalam interaksi sosialnya. Kita mempengaruhi

pandangan orang lain terhadap kita dengan cara mengelola informasi

yang kita berikan kepadanya. Performa memberikan kesan yang tidak

sesuai. Performa kita terkadang diidealisasikan sehingga ia

akanmenyesuaikan dengan harapan sosial.

Bagaimana mengaplikasikan teori tersebut dalam praktik

pekerjaan social. Major (2003) mengusulkan enam tahap proses untuk

mengeksplorasi isu-isu berkaitan dengan peran klien, yakni cara

menegosiasikan peran dan perubahan peran yang dirangkum oleh

Malcolm Payne dari kerja Major dalam memberikan pengasuhan

terhadap anak-anak, yaitu:

1. Mengidentifikasi kebutuhan peran baru yang akan diemban

2. Mendefinisikan rangkaian peran terkait orang-orang yang

akan diajak terlibat beserta peran masing-masing;

3. Mengakui hambatan yang diciptakan dari peran saat ini dan

konflik- konflik dengan peran baru;

4. Menegosiasikan secara detail tentang peran baru: siapa

melakukan apa, di mana dan kapan;

5. Bekerja dalam integrasi peran, misalnya dengan membuat

jadwal tentang siapa melakukan apa dan kapan;

6. Menegosiasikankembaliperan-peransebagaiumpanbalikyang

mengindikasikan perubahan dibutuhkan.

Page 24: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

23

Ide-ide tersebut sangat dekat dengan interaksionisme simbolik

yang menekankan bahwa bagaimana peran dibentuk oleh

ekspektasi sosial dan pelabelan. Contohnya adalah sesorang

akan bertindak dan berperilaku “tidak waras” karena ia telah

mendapat label dari masyarakat bahwa ia tidak waras.

Interaksionisme simbiolik (IS) adalah nama yang diberikan

kepada salah satu teori tindakan yang paling terkenal. Melalui

interaksionisme simbolik, pernyataan-pernyataan seperti

“definisi situasi”, “realitas di mata pemiliknya”, dan “jika

orang mendefinisikan situasi itu nyata, maka nyatalah situasi

itu dalam konsekuensinya,” menjasi paling relevan.

Sedangkan teori labeling berpendapat bahwa kadang-kadang

proses labeling itu berlebihan karena sang korban salah interpretasi

bahkan tidak dapat melawan dampaknya terhadap dirinya.

Berhadapan dengan label yang diterapkan dengan kuat, citra diri

orang yang dilabeli itu dapat runtuh. Ia akan memandang dirinya

seperti citra yang dilabelkan orang lain kepadanya (Napsiah dan

Diawati 2011, 60).

B. Tinjauan Tentang Pekerja Sosial

Pekerja Sosial merupakan suatu profesi yang baru muncul

di abad ke 20. Berbeda dengan profesi lain, yang muncul lebih dulu

yang mengembangkan spesifikasi untuk mencapai kematangannya,

maka pekerja sosial berkembang dan dikembangkan dari berbagai

spesifikasi pada berbagai lapangan praktis. Dalam sejarah

perkembangannya, pengertian profesi pekerjaan sosial sendiri

mengalami perkembangan. Pekerjaan sosial mengintervensi ketika

seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip hak-

hak manusia dan keadilan sosial merupakan hal yang fundamental

Page 25: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

24

bagi Pekerja Sosial (Rukminto 2005, 11).

1. Pengertian Pekerja Sosial

Tercatat ada beberapa ahli terkemuka tentang pekerjaan sosial

seperti berikut ini.

a. Walter A. Friedlander :Pekerja Sosial merupakan suatu

pelayanan proffesional yang prakteknya didasarkan pada

pengetahuan dan keterampilam ilmiah dalam hubungan

kemanusiaan yang membantu individu-individu baiksecara

perorangan maupun dalam kelompok untuk mencapai kepuasan dan

kebebasan sosial dan pribadi.

b. Allan Pincus dan Anne Minahan: Pekerja Sosial adalah

menitikberatkan pada permasalahan interaksi manusia dengan

lingkungan sosialnya sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-

tugas kehidupan, mengurangi ketegangan, serta mewujudkan

aspirasidan nilai-nilai mereka. Jadi Pekerja Sosial dalam konteks ini

melihat masalah yang dihadapi orang dengan melihat situasi sosial

tempat orang tersebut berada atau terlibat.

c. Leonora Serafica de Guzman: Pekerja Sosial adalah profesi

yang bidang utamanya berkecimpung dalam kegiatan sosial yang

terorganisasi, di mana kegiatan tersebut bertujuan untuk

memberikan fasilitas dan memperkuat relationship, khususnya

dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling

menguntungkan antara individu dengan lingkungan sosialnya

dengan menggunakan metode pekerja sosial sehingga individu

maupun masyarakat dapatmenjadi lebih baik (Hermawati 2001, 1).

Diatas telah dikemukakan para ahli termuka, beberapa

mengenai pekerjaan sosial pun mendapatkan perhatian yang luas

Page 26: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

25

dari ahli Ilmuan di Indonesia, dan termasuk di dalamnya para

akademisi. Pengertian Pekerja Sosial yang dikemukakannya sebagai

berikut.

Pekerja Sosial adalah suatu bidang keahlian yang

mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki dan

mengembangkan interaksi antara orang dengan lingkungan sosial

sehingga tugas-tugas kehidupan mereka mengatasi kesulitan-

kesulitan, serta mewujudkan aspirasi-aspirasi dan nilai-nilai mereka.

Profesi pekerja sosial di Indonesia belum sepopuler di

Negara- Negara berkembang, masih banyak orang yang

menganggap rendah Pekerja Sosial, padahal di Negara-negara

berkembang pekerja sosial telah dianggap sebagai sebuah profesi

yang serius. Menjadi seorang pekerja sosial tidak semata-mata tanpa

mempunyai modal keterampilan. Pekerja sosial sebagai pekerja

professional harus membekali diri mereka dengan keterampilan-

keterampilan khusus. Keberadaan Pekerja Sosial di Indonesia telah

mendapat pengakuan dari Pemerintah Indonesia antara lain melalui

Sebagaimana yang tertulis dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang

kesejahteraan sosial, menyatakan bahwa yang disebut Pekerja Sosial

Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga

pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi

pekerjaan

sosial,dankepeduliandalampekerjaansosialyangdiperolehmelaluipen

didikan, pelatihan, dan/ atau pengalaman praktik pekerjaan sosial

untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan

masalah sosial.

Sementara itu, definisi pekerja sosial menurut Buku Panduan

Pekerjaan Sosial, pekerja sosial adalah pegawai negeri sipil yang

diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh

Page 27: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

26

pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pelayanan

kesejahteraan sosial dilingkungan instansi pemerintah maupun

badan atau organisasi sosial lainnya (Social Work Sketch 2014, 1).

Berbicara mengenai peran pekerja sosial terutama mengenai

kehidupan individu, kelompok dan masyarakat akan membawa kita

kepada diskusi yang panjang. Seseorang pekerja sosial diharapkan

dapat memainkan perannya yang lebih besardari peranan yang selama

ini dilakukan.

2. Fungsi dan Tugas Pekerja Sosial

Fungsi dan tugas Pekerjaan Sosial, pekerja sosial bertujuan

untuk membantu orang meningkatkan kemampuannya dalam

menjalankan tugas kehidupan, memecahkan permasalahan yang

dihadapi dalam berinteraksi dengan orang lain maupun sistem

sumber, dan mempengaruhi kebijakan yang ada. Dengan demikian,

orang tersebut dapat mencapai kesejahteraannya, baik sebagai

individu maupun kolektif.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pekerjaan sosial

melaksanakan fungsi sebagai berikut (Hermawati 2001, 1) :

a. Membantu orang meningkatkan dan menggunakan

kemampuannya secara lebih efektif untuk melaksanakan

tugas- tugas kehidupan dan memecahkan masalah mereka.

b. Mengaitkan orang dengan sistem sumber

c. Mempermudah interaksi, mengubah dan menciptakan

hubungan baru antara orang dan sistem sumber

kemasyarakatan.

Page 28: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

27

d. Mempermudah interaksi, mengubah dan menciptakan

relasi antar orang dilingkungan sistem sumber.

e. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, serta

perkembangan kebijakan dan perundang-undangan sosial.

f. Meratakan sumber-sumber material

g. Bertindak sebagai pelaksanan kontrol sosial.

3. Peran Pekerja Sosial

Pekerja sosial juga memiliki peranan yang harus ia

jalankan, berikut adalah peran pekerja sosial yang dikemukakan

oleh Parsons, Jorgensen, dan Hernandez

a. Fasilitator,dalam literatur pekerja sosial, peranan

“fasilitator” sering disebut sebagai “pemungkin” (enabler).

Keduanya bahkan sering dipertukarkan satu sama lain.

Barker juga memberikan definisi pemungkin atau

fasilitator sebagai tanggung jawab untuk membantu klien

menjadi mampumenangani tekanan situasional atau

transisional. Peranan pekerja sosial adalah memfasilitasi

atau memungkinkan klien mampu melakukan perubahan

yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.

b. Broker, Pemahaman pekerja sosial yang menjadi

broker mengenai kualitas pelayanan sosial disekitar

Page 29: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

28

lingkungan menjadi sangat penting dalam memenuhi

keinginan kliennya memperoleh “keuntungan” maksimal.

Peranan sebagai broker mencangkup menghubungkan

klien dengan barang-barang dan pelayanan dan

mengontrol kualitas barang dan pelayanan tersebut.

c. Mediator, pekerja sosial sering melakukan peran

mediator dalam berbagai kegiatan pertolongannya. Peran

ini sangat penting dalam paradigma generalis. Peran

mediator diperlukan terutama pada saat terdapat

perbedaan yang mencolok dan mengarah pada conflik

antara berbagai pihak. Lee dan Swenson memberikan

contoh bahwa pekerja sosial dapat memerankan sebagai

“fungsi kekuatan ketiga” untuk menjembatani antara

keanggotaan kelompok dan sistem lingkungan yang

menghambatnya.

d. Pembela, sering kali pekerja sosial harus berhadapan

dengan sistem politik dalam rangka menjamin kebutuhan

dan sumber yang diperlukan oleh klien manakala

pelayanan dan sumber- sumber sulit dijangkau oleh klien,

pekerja sosial harus memainkan peranan sebagai pembela.

e. Pelindung, tanggung jawab pekerja sosial terhadap

masyarakat didukung oleh hukum, hukum tersebut

memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk

menjadi pelindung terhadap orang- orang yang lemah dan

rentan. Dalam melakukan peran sebagai pelindung

(guardian role), pekerja sosial bertindak berdasarkan

kepentingan korban, calon korban, dan populasi yang

beresiko lainnya.

Page 30: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

29

f. Enabler , yang paling sering digunakan dalam

profesipekerjaan sosial, karena peranan ini diilhami oleh

konsep pemberdayaan dan difokuskan pada kemampuan,

kapasitas, dan kompetensi klien atau penerima pelayanan

untuk menolong dirinya sendiri pekerja sosial berperan

membantu untuk menentukan kekuatan dan unsur yang ada

di dalam diri korban sendiri termasuk untuk

menghasilkanperubahanyangdiingikanataumencapaitujuany

angdikehendaki korban. Jadi peranan pekerja sosial adalah

berusahamemberikan peluang agar kepentingan dan

kebutuhan klien atau penerima manfaat tidak terhambat.

g. Perunding (Conferee Role), adalah peranan yang

diasumsikan ketika pekerja sosial dan klien mulai bekerja

sama. Keterampilan yang diperlukan pada peranan

perunding adalah keterampilan umum yang digunakan

dalam pekerja sosial, seperti keterampilam mendengarkan,

probling, penguatan/refleksi dan lain- lain.

h. Inisiator (Inisiator Role), adalah “peranan yang

memberikan perhatian pada masalah atau hal-hal yang

berpotensi untuk jadi masalah.” Oleh karena itu, sebagai

seorang inisiator pekerja sosial berupaya memberikan

perhatian pada isu-isu ini tidak akan muncul atau menarik

perhatian petugas lain sebelum ada yang memunculkan.

Disinilah peranan pekerja sosialsebagai inisitor untuk

menyadarkan badan/lembaga/panti sosial bahwa ada

masalah yang terjadi di lingkungan mereka.

i. Negosiator (Negosiator Role), pekerja sosial

dimaksudkan sebagai suatu aktifitas professional untuk

Page 31: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

30

membantu individu, kelompok dan komunitas untuk

meningkatkan keseluruhan fungsi sosial dan

lingkungannya kerja terhadapmempengaruhi kondisi

lingkungan sosial yang membantu mencapai tujuan itu.

Lalu menurut Asosasi Nasional Pekerja Sosial, Para

pekerja sosial membantu orang mendapatkan akses ke

sumber daya, memberikan konseling kepadaindividu,

kelompok dan keluarga, bekerja untuk meningkatkan

fungsi sosial dan pelayanan kesehatan, dan advokasi bagi

melayani individu. Para pekerja sosial memiliki komitmen

untuk membantu individu memperoleh keberfungsian

sosial dalam lingkungan dan keahlian yang mereka

mimiliki dalam perilaku manusiadan pengembangan sosial

masyarakat dan budaya organisasi, dan interaksi yang

terjadi antara faktor- faktor.

j. Konselor, pada peranan ini terdapat kecendrungan

untuk lebih memandang pekerja sosial sebagai seorang

therapist dari pada seorang konselor. Konselor

melaksanakan konseling, sedangkan therapist

melaksanakan psikoterapi. Konseling merujuk pada proses

dimana kelayan diberi kesempatan untuk mengeksplorasi

diri yang bisa mengarah pada peningkatan kesadaran dan

kemungkinan kita memilih. Proses konseling berjangka

pendek, berfokus pada masalah-masalah, dan membantu

individu dalam menyingkirkan hal-hal yang menghambat

pertumbuhannnya. Dengan konseling individu juga

dibantu untukmenemukan sumber-sumber pribadi agar

bisa hidup lebih efektif. Psikoterapi sering difokuskan

pada proses-proses tak sadar (serta dibandingkan dengan

Page 32: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

31

konseling) lebih banyak berurusan dengan pengubahan

strujtur kepribadian. Psikoterapi lebih digerakan ke arah

pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika

yang bertanggung jawab atas terjadinyakrisis-krisis

k. Educator, Pekerja sosial memainkan peranan dalam

penentuan agenda, sehingga tidak hanya membantu

pelaksanaan proses peningkatan peningkatan produktivitas

akan tetapi lebih berperan aktif dalam memberikan

masukan dalam rangka peningkatan pengetahuan,

keterampilan serta pengalaman bagi individu- individu,

kelompok-kelompok dan masyarakat. Peran pendidikan

ini dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran,

memberikan informasi, mengkonfrontasikan, melakukan

pelatihan bagi individu- individu, kelompok- kelompok

dan masyarakat.

4. Terapi dalam Pekerja Sosial

Kata terapi sering kali digunakan dalam bidang medis

dan dalam konseling. Sedangkan dalam proses terapi pekerja

sosial menggunakan terapi psikosial. Psikososial adalah

dimensi sosial dari perkembangan kepribadian menurut E.

Erikson. (1990) Psychosocial therapy atau terapi psikososial

dan Turner (1978) adalah bentuk penyembuhan dimana

pengetahuan-pengetahuan tentang bio-psiko-sosial manusia

dan perilaku masyarakat; keterampilan dalam berelasi dengan

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat; serta

kompetensi dalam memobilisasi sumberdaya-sumberdaya

yang tersedia dipadukan (combined) dalam medium relasi-

relasi individual, keluarga dan kelompok untukmembantu

Page 33: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

32

orang mengubah kepribadiannya, perilakunya, atau situasinya,

yang dapat memberikan kontribusi pada pencapaian kepuasan,

pemenuhan keberfungsian manusia dalam kerangka nilai-nilai

pribadi, tujuan-tujuan mereka dan sumber-sumber yang

tersedia dalam masyarakat. Terapi Psikososial merupakan

bentuk penyembuhan untuk membantu orang (individu,

keluarga dan kelompok) dalam mengubah perilaku dan

situasinya. Beberapa perubahan yang dapat dicapai melalui

terapi psikososial ; perubahan dalam aspek kognitif, emotif,

dan lingkungan.

A. Tujuan Terapi

a. Tujuan utama dari orientasi psikososial dalam

pekerjaan sosial adalah perubahan.

b. Perubahan dalam diri individu, kelompok, keluarga

maupun situasi.

c. Pencapaian keberfungsian klien sesuai dengan potensi

klien

d. Penghargaan terhadap sistem-sistem nilai klien

B. Proses Terapi

Tahapan dalam proses terapi psikososial meliputi

langkah-langkah berikut

a. Data Gathering

Pengumpulan data dan penilaian informasi an penting

Page 34: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

33

dari proses terapi psikososial. Keterampilan yang paling

penting dalampengumpulan data adalah selektivitas.

b. Assessment

Penggunaan data yang tersedia adalah bagian proses

terapeutik yang bertanggung jawab. Berbagai pertimbangan

professional yang kitabuat mengenai data sangat penting

dalam membentuk arah dimana terapis dank lien akan

bergerak bersama-sama. Tujuan dari komponen assessment

atau penilaian adalah untuk memahami klien, dengan potensi

dan keterbatasan, sumber kekuatan dan stress, sumberdaya

perubahan dan hambatan terhadap perubahan yang

diinginkan. Assessment membentuk formulasi dari penilaian

professional tentang data yang diperoleh, dari sudut pandang

yang alamiah dan objektif.

c. Diagnosis

Istilah diagnosis mempunyai arti yang sama dalam

profesi lain yaitu proses membedakan, atau seni mengetahui,

tanda darisuatu fenomena. Dalam melaksanakan diagnosis

penting untuk menggambarkan situasi psikososial klien saat ini

seperti yang kita lihat danpahami. Mengidentifikasiaspek-

aspekdariklien,sejarahklienyangkitaanggap signifikan

mempengaruhi situasi yang muncul, fungsi psikologis klien

saat ini, mengidentifikasi antara strees dan kekuatan yang

sedang bekerja.

Page 35: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

34

d. Setting goals

Penentuan tujuan yang jelas adalah komponen dari

prosespertolongan berikutnya setelah diagnosis. Sebuah

komitmen untuk tujuan merupakan konsep penting dari

merealisasikan dan memikirkan kembali tentang perubahan

situasi. Dalam sebuah kontrak, tujuan dari proses terapi dan

harapan bersama antara klien dan terapis ditetapkan

merupakan hal yang utama untuk diperhatikan.

e. Hubungan terapi

Bagian yang cukup penting dalam hubungan

terapeutik dimana terapis memberikan fakta-fakta dari

fenomena pemindahan atau perubahan (transference).

Transference adalah sebuah konsep yang original dalam

pandangan psikodinamik, menunjuk kepada proses hubungan

interpersonal seseorang yang memiliki relasi dengan

seseorang yang penting dari masa lalu.

f. Permulaan

Awal dari proses terapi adalah masa sulit bagi terapis

serta untuk klien karena berbagai tugas yang harus dicapai

dengan minimal data. Ada beberapa faktor yang membantu

kepada terapis pada tahap awal. Biasanya klien berada dalam

situasi bahwa dirinya ingin dibantu, dan terapis ingin

membantu dan dimana antusiasme dan rasa ingin tahu dari

balik klien maupun terapis tentang situasi baru dapat menjadi

produktif.

Page 36: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

35

g. Pertengahan

Fase ini adalah proses yang paling menuntut dan

membutuhkan tingkat terbesar keterampilan terapis. Terapis

yang terampil harus menyadari risiko dalam fase ini.

Pentingnya proses terapeutik harus diperkuat, rasa sakit dan

ambivalensi klien harus segera ditanggapi dan dihilangkan.

Terapis perlu menekankan keterlibatkan orang lain

yangsignifikan dan sumber daya disekitar klien.

h. Terminasi

Pengakhiran adalah komponen paling penting dalam

proses pelayanan. Proses terapeutik sebagai suatu proses yang

direncanakan, maka terminasi menandai puncak dari keseluruhan

proses. Tahapan ending

adalahbahewakliensekarangdapatberfungsitanpaterapis,dengande

mikian dapat mewakili pencapaian untuk klien yang dengan

sendirinya meningkatkan ego.

D. Bimbingan Keterampilan

1. Pengertian Bimbingan Keterampilan

Sebelum peneliti membahas mengenai bimbingan

keterampilan terlebih dahulu, peneliti akan menguraikan

mengenai pengertian bimbingan itu sendiri yang ditinjau dari

beberapa pendapat para ahli, antara lain :

Pengertian bimbingan dalam “ Jear Book Of Education”.

Page 37: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

36

a. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu

melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

mengembangkan kemampuannya agar memperoleh

kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial.

b. Bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus

dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai

kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan

manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun

masyarakat.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat peneliti

simpulkan, bahwa pengertian bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan yang berkelanjutan/terus-menerus dari

sistematis kepada suatu individu atau kelompok, melalui

usahanya sendiri untuk menemukan serta mengembangkan

kemampuannya agar dapat memperoleh kebahagian pribadi

dan kemanfaatan sosial.Pengertian keterampilan yaitu

kecakapan untuk dapat menyelesaikan suatu tugas, atau

dengan kata lain keterampilan juga dapat diartikan sebagai

suatu kemampuan seseorang untuk melakukan

suatupekerjaan atau tugas yang kompleks dengan mudah dan

cermat serta dapat menyelesaikannya dengan baik.

Menurut Ngalim Purwanto, keterampilan berasal dari

kata terampil yang berarti mahir, namun dalam pembahasan

ini keterampilan yangdimaksud adalah keterampilan yang

berhubungan dengan pekerjaan tangan atau kecekatan

tangan.Keterampilan sangat erat dengan kaitannya dengan

Page 38: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

37

sumber daya manusia.TheLiang Gie mengemukakan

pengertian keterampilan sebagai berikut:

Keterampilan adalah kegiatan menguasai sesuatu

keterampilan dengan tambahan bahwa mempelajari

keterampilan harus dibarengi

dengankegiatanpraktik,berlatih,danmengulang-

ulangsuatukerja. Seseorang memahami semua asa, metode,

pengetahuan dan teori dan mampu melaksanakan secara

praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.

Dan menurut Whitherington menyatakan bahwa

suatu keterampilan adalah hasil dari latihan yang berulang-

ulang yang dapat disebut perubahan meningkat atau progesif

atau pertumbuhan yang dialami olehorang yang mempelajari

keterampilan tadi sebagai hasil dari aktivitas tertentu.

Dengan memperhatikan konsep keterampilan

menurut Liang Gie di atas dapat dikemukakan bahwa

keterampilan merupakan suatu pemahaman seseorang akan

suatu metode, cara, dan teknik, pengetahuan dan teori.

Sehingga seseorang tersebut dapat mempraktikannya dalam

kehidupan sehari- hari atau dalam organisasi/lembaga

tertentu yang dapatmenunjukkan kalau seseorang itu

mempunyai keterampilan.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian bimbingan keterampilan adalah suatu proses

bantuan yang diberikan kepada suatu individu dengan tujuan

agar dapat mengetahui, memahami serta menguasai suatu

hal/keterampilan yang sesuai dengan bidangketerampilan yang

dimiliki, sehingga menjadi tenaga ahli yangmemungkinkan

Page 39: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

38

mereka mendapatkan pekerjaan, pendapatan serta

penghidupan yang layak di masyarakat.

2. Tujuan Bimbingan Keterampilan

Adapun tujuan dari bimbingan keterampilan adalah

sebagai berikut:

a. Membantu individu untuk mengembangkan

pemahaman diri sesuai dengan kecakapan yang

dimiliki.

b. Membantu proses sosialisasi dan sensitivitas kepada

kebutuhan orang lain.

c. Membantu individu untuk mengembangkan motif-

motif intirinsik dalam proses belajar sehingga tercapai

kemajuan yang berarti.

d. Membantu memberikan dorongan di dalam

pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan

keputusan dan keterlibatan dalam proses pendidikan.

e. Membantu individu dalam proses memilih pekerjaan

dan memasuki dunia kerja.

E. Tinjauan Tentang Psikotik

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan hal-hal

yang berkaitan dengan psikotik seperti penjelasan

dibawah ini.

Page 40: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

39

1. Pengertian Psikotik

Psikotik adalah bentuk kekalutan mental yang

ditandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan

pengintegrasian pribadi. Salah satu cirinya yaitu tidak

pernah bisa bertanggungjawab secara moral dengan

adaptasi sosial yang tidak normal dan selalu berkonflik

dengan norma-norma sosial dan hukum karena sepanjang

hayatnya ia hidup dalam lingkungan sosial yang

abnormal dan immoral oleh angan-angannya sendiri.

Menurut Depkes RI, gangguan jiwa atau psikotik

adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan

adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan

penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam

melaksanakan peran sosial. Selain itu, psikotik ialah

gangguan jiwa yang meliputi keseluruhan kepribadian,

sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam

norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum.

Psikotik termasuk dalam kategori gangguan

kejiwaan. Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan

kesehatan dengan manifestasi-manifestasi psikologis atau

perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja

yang buruk, serta disebabkan oleh gangguan biologis, sosial,

psikologis, genetik, psikis atau kimiawi. Psikotik dikatakan

sebagai sebuah gangguanjiwa karena ditandai dengan

hilangnya kemampuan seseorang dalam menilai realitas,

delusi dan halusinasi, misalnya schizoprenia.

Definisi lain psikotik menurut buku The Early

Page 41: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

40

Diagnosis and Management of Psychosis:

“Is the term used to describe a mental state in which

the individual experiences a distortion or loss of

contact with reality, without clouding of

conciousness. This mental state is characterised by

the presence of delusions, hallucinations and/or

thought disorder. As well as these so called positive

symptoms, negative symptoms such as affective

blunting and loss of motivation can also occur. In

addition, there are a number of other secondary

features such as depression, anxietty, sleep

disturbance, social withdrawal and impaired role

functioning during a psychotic episode.”

2. Penyebab Psikotik

Penyebab psikotik yang terdapat pada unsur

kejiwaan, akan tetapi ada penyebab utama mungkin pada

badan (Somatogenik), di Psike (Psikologenik), kultural

(tekanan kebudayaan) atau dilingkungan sosial (Sosiogenik)

dan tekanan keagamaan (Spiritual). Dari salah satu unsur

tersebut ada satu penyebab menonjol, biasanya tidak terdapat

penyebab tunggal, akan tetapi ada beberapa penyebab pada

badan, jiwa dan lingkungan kultural-Spiritual sekaligus

timbul dan kebetulan terjadi bersamaan. Lalu timbul

gangguan badan atau jiwa (Maramis2009, 13).

Menurut Yusuf(2015) penyebab psikotik dipengaruhi

oleh faktor- faktor yang saling mempengaruhi yaitu sebagai

berikut:

a. Faktor somatic organobiologis atau somatogenik yaitu

nerofisiologis, neroanatomi, nerokimia, faktor pre dan peri-

natal dan tingkat kematangan dan perkembangan organik.

b. Faktor psikologik (Psikogenik) antara lain peran

ayah dan nteraksi ibu dan anak, saudara kandung yang

mengalami

Page 42: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

41

persaingan, depresi, kecemasan, rasa malu atau rasa salah

mengakibatkan kehilangan.

b. Faktor sosio-budaya (Sosiogenik) antarapola contohnya

pola dalam mengasuh anak, kestabilan keluarga, perumahan

kota lawan pedesaan, tingkat ekonomi, pengaruh keagamaan

dan pengaruh masalah kelompok minoritas, meliputi fasilitas

kesehatan dan prasangka, kesejahteraan yang tidak memadai

dan pendidikan.

Dari faktor-faktor ketiga diatas, terdapat beberapa

penyebab lain dari penyebab peyandang psikotik diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Genetika.

Individu atau angota keluarga yang memiliki atau

yang mengalami gangguan jiwa akan kecenderungan

memiliki keluarga yang mengalami gangguan jiwa, akan

cenderung lebih tinggi dengan orang yang tidak memiliki

faktor genetik (Yosep, 2013).

2. Keturunan.

Peran penyebab belum jelas yang mengalami

gangguan jiwa, tetapi tersebut sangat ditunjang dengan

faktor lingkungan kejiwaan yang tidaksehat.

3. Temperamen.

Seseorang terlalu peka atau sensitif biasanya

mempunyai masalah pada ketegangan dan kejiwaan yang

memiliki kecenderungan akan mengalami gangguan jiwa.

4. Jasmaniah.

Pendapat beberapa penyidik, bentuk tubuh seorang

bisa berhubungan dengan gangguan jiwa, seperti bertubuh

gemuk cenderung menderita psikosa manik defresif,

Page 43: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

42

sedangkan yang kurus cenderung menjadi skizofrenia.

5. Penyakit atau cedera pada tubuh.

Penyakit jantung, kanker dan sebagainya bisa

menyebabkan murung dan sedih. Serta, cedera atau cacat

tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri

(Yosep2013, 25).

6. Sebab psikologik.

Dari pengalaman frustasi, keberhasilan dan

kegagalan yang dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan

sifatnya di kemudian hari (Yosep, 2013).

7. Stress.

Stress perkembangan, psikososial terjadi secara terus

menerus akanmendukung timbulnya gejala manifestasi

kemiskinan, pegangguran perasaan kehilangan, kebodohan

dan isolasi sosial (Yosep, 2013).

8. Sebab sosio kultural.

a. Cara membesarkan anak yang kaku, hubungan orang

tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak setelah

dewasa akan sangat bersifat agresif, pendiam dan tidak

akan suka bergaul atau bahkan akan menjadi anak yang

penurut.

b. Sistem nilai, perbedaan etika kebudayaan

danperbedaansistem nilai moral antara masa lalu dan

sekarang akan sering menimbulkan masalah kejiwaan

c. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan

kemajuanteknologi, dalam masyarakat kebutuhan akan

Page 44: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

43

semakin meningkat dan persaingan semakin meningkat.

Memacu orang bekerja lebih keras agar memilikinya, jumlah

orang yang ingin bekerja lebih besar sehingga pegangguran

meningkat (Yosep 2013, 21).

9. Perkembangan psikologik yang salah.

Ketidak matangan individu gagal dalam berkembang

lebih lanjut. Tempat yang lemah dan disorsi ialah bila

individu mengembangkan sikap ataupola reaksi yang tidak

sesuai, gagal dalam mencapai integrasi kepribadian yang

normal (Yosep2013, 24).

Page 45: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

44

BAB III

GAMBARAN UMUM

PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1

A. Sejarah Singkat

Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1yang beralamat Jl.

Kemuning Raya No.17, RT.14/RW.5, Cengkareng Barat, Kecamatan

Cengkareng, Kota Jakarta Barat. Didirikan pertama kali pada tahun 1972

sesuai SK.Gubernur No.CA.6/I/B/1972 dan berubah nama menjadi Panti

Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Cengkareng melalui SK.Gubernur

No.736/1996 yang diselenggarakan untuk menampung dan menangani

penyandang psikotik terlantar yang ada di DKI Jakarta yang cenderung

meningkat dari tahun ke tahun.

B. Visi dan Misi

Berikut ini merupakan visi dan misi dari lembaga yangbersangkutan.

a. Visi

Terentasnya para penyandang masalah psikotik terlantar

Provinsi DKI Jakarta dalam kehidupan yang layak, normatif dan

manusiawi.

b. Misi

1. Memberikan bimbingan fisik, mental, sosial dan ketrampilan bagi

WBS.

Page 46: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

45

KEPALA PANTI

KEPALA SUB BAGIAN TATA

USAHA

KASATPEL PEMBINAAN

SOSIAL

KASATPEL PELAYANAN

SOSIAL

SUB KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

2. Meningkatkan peran keluarga dan masyarakat untuk mendukung

program Panti.

3. Menyelenggarakan penyaluran dan pembinaan lanjut.

4. Menjalin kerjasama lintas sektor dalam memberikan pelayanan

terhadap WBS.

C. Struktur Organisasi

Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1

D. Dasar Hukum

1. Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Sosial;

2. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;

3. Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan

Penyandang Disabilitas;

Page 47: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

46

4. Peraturan Daerah No. 104 Tahun 2009 tentang Organisasi dan

tata Kerja Dinas Sosial

5. Peraturan Gubernur No. 45 tahun 2010 tentang Penerapan dan

Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial;

6. Peraturan Gubernur No. 95 Tahun 2011 tentang Pelayanan

Kesehatan bagi Warga Binaan Sosial;

7. Peraturan Gubernur no. 300 Tahun 2014 tentang Pembentukan

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial Bina Laras

Harapan Sentosa;

8. Peraturan Gubernur No. 18 Tahun 2014 tentang Standar

Pelayanan Sosial.

E. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Tugas :

Menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi sosial penyandang

cacat psikotik terlantar.

b. Fungsi :

1. Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan,

observasi, identifikasi, motivasi dan seleksi.

2. Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan,

administrasi dan penempatan dalam Panti.

3 . Pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.

4. Pelaksanaan asesmen meliputi penelaahan,

pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi.

5. Pelaksanaan pembinaan fisik, bimbingan mental, sosial dan

pelatihan keterampilan.

6. Pelaksanaan resosialisasi meliputi praktek belajar kerja,

reintegrasi dengan lingkungan kehidupan dalam keluarga dan

masyarakat.

Page 48: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

47

7. Pelaksanaan penyaluran dan rujukan ke lembaga sosial lain

8. Pelaksanaan bimbingan lanjut meliputi monitoring,

konsultasi, asistensi, pemantapan dan terminasi.

F. Tahapan Pelayanan Sosial Panti Sosial Bina Laras Harapan

Sentosa 1

1. Peyandang psikotik dapat berasal dari operasi razia di jalan,

dari pihak keluarga, rujukan dari instansi terkait dll.

2. Pendekatan awal meliputi, obsevasi dan seleksi.

3. Penerimaan meliputi, identifikasi, pemeriksaan dokumen, tanda

tangan berita acara serah terima, registrasi, penjelasan program,

penempatan dalam panti.

4. Asesmen meliputi, pengungkapan dan pemahaman masalah,

penelaahan data warga binaan sosial, identifikasi potensi dan

sumber-sumber dari warga binaan sosial dan keluarga, case

conference, rencana pelayanan.

5. Pembinaan meliputi, bimbingan (fisik, mental spiritual, sosial,

keterampilan, rekreasi, terapi, aktifitas kehidupan sehari- hari),

konsultasi (keluarga dan psikologis).

6. Resosialisasi meliputi, silaturahmi dengan keluarga dan

masyarakat, memperkenalkan panti sosial dan lembaga rujukan,

mengikutsertaan warga binaan sosial dalam kegiatan.

7. Penyaluran meliputi, persiapan dan pelaksanaan (keluarga,

instansi/lembaga, rujukan, masyarakat)

8. Bina lanjut meliputi, monitoring, konsultasi, penguatan dan

evaluasi

Page 49: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

48

G. Sasaran dan Kriteria

1. Sasaran

b. Peyandang psikotik terlantar

c. Peyandang psikotik rujukan

2. Kritreria

a. Psikotik terlantar

b. Warga DKI Jakarta dan sekitarnya

c. Laki-laki/perempuan

d. Usia 17 sampai 65 tahun

e. Berasal dari keluarga tidak mampu

f. Mampu didik dan mampu latih

g. Mampu melaksanakan aktifitas untuk keperluan dirinya

H. Ruang Lingkup Pelayanan

1. Pengobatan penyakit fisik gangguan jiwa

2. Pelayanan makanan bergizi

3. Pelayanan kesehatan/olah raga

4. Konseling psikologis

5. Bimbingan mental keagamaan

6. Bimbingan sosial individu

7. Bimbingan sosial kelompok

8. Pelayanan konsultasi keluarga warga binaan sosial

9. Pelayanan terapi

10. Pelayanan keterampilan kerja

11. Pembahasan kasus

12. Pelayanan rekreasi dan kesenian

13. Penyaluran (ke keluarga, daerah asal, bekerja)

14. Pembinaan lanjut bagi warga binaan sosial yang sudah

disalurkan

Page 50: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

49

15. Pelayanan informasi bagi masyarakat

I. Sarana Panti Sosial

1. Kantor

Tempat kerja kepala panti, Kasubag kepala seksi dan staf

2. Aula

Ruang pertemuan/kegiatan

3. Ruang asrama

Ruang tidur warga binaan sosial terdiri dari 21 unit

4. Rumah petugas

Ruang petugas atau pramusosial terdiri dari 3 unit

5. Rumah dinas

Rumah pegawai atau staf terdiri dari 6 unit

6. Poliklinik

Ruang pengobatan

7. Ruang workshop

Ruang keterampilan terdiri dari 4 unit

8. Mushola

Bimbingan Agama Islam

9. Dapur

Pengolahan bahan makanan

10. Isolasi

Tempat penampungan warga binaan sosial agresif terdiri dari 2 unit

11. Ruang Laundry

Tempat cuci, jemur, dan setrika baju warga binaan sosial

J. Sumber Daya Manusia

1. Dokter umum

2. Dokter jiwa

: 1 orang

: 2 orang

Page 51: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

50

3. Psikolog : 1 orang

4. Pekerja sosial : 6 orang

5. Perawat : 4 orang

6. Peyandang Psikotik : 830 orang

Page 52: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

51

BAB 1V

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti akan mendeskripsikandata dan hasil temuan tentang

peran pekerja sosial pada terapi dalam proses bimbingan keterampilan

“Hasta Karya” bagi penyandang psikotik di panti sosial bina laras harapan

sentosa 1 yang akan dikaji berdasarkan hasil wawancara dan observasi

langsung yang dilakukan peneliti, serta akan berfokusmengenai peran –

peran yang dominan dan utama pada praktik terapi dalam proses bimbingan

keterampilan di panti sosial bina laras 1 baik dalam hasil temuan yang

berasal dari observasi lapangan atau pengamatan langsung sebelum adanya

pandemi virus corona dan masa PSBB, serta hasil wawancara melalui media

elektronik dengan para informan dan juga tahapanpada terapi dalam proses

bimbingan keterampilan yang dilakukan oleh pekerja sosial, yang

diawalipada tahap Data Gathering, Assessment, Diagnosis, Setting Goals,

danDevelopment. Setelah disimpulkan dan dikaji pada saat observasi dan

dari hasil wawancara.

A. Data Informan

1. Pekerja Sosial sebagai informan pertama

No. Data Pekerja Sosial

1 Nama Arjuni Wulandistie, S.Sos

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Umur 27 tahun

4 Agama Islam

5 Pendidikan S1 Kesejahteraan Sosial

2. Pekerja Sosial sebagai informan kedua

Page 53: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

52

No. Data Pekerja Sosial

1 Nama Arlina

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Umur 31 tahun

4 Agama Islam

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pekerja sosial sebagai

informan dan observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan peneliti,

Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 adalah panti sosial di Dinas

Sosial Provinsi DKI Jakarta yang menangani khususnya peyandang psikotik

dalam kategoripenderita psikotik yang cukup berat terutama peyandang

psikotik terlantar yang terjaring oleh petugas terkait seperti Satpol pp yang

berasal dari wilayah DKIJakarta oleh karena itu PSBL 1 masuk klaster

pertama. Pengklusteran ini sesuai dengan ISPDS. ISPDS adalah Instrumen

Skrinning Psikotik Dinas Sosial yang dibuat untuk pengklusteran di dinas

sosial. Karena masuk dalam kategori berat, kluster peyandang psikotik di

Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1berfokus pada pulihnya kesadaran

peyandang psikotik agar mampu mengurus diri sendiri dan siap kembali

diterima oleh keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Selain

mendapatperawatan serta pemeliharaan fisik dan kesehatanjuga dibina salah

satunya dengan terapi dalam proses bimbingan keterampilan “Hasta Karya”,

diantaranya hasil karya dari program bimbingan keterampilan “Hasta Karya”

adalah keset, pernak – pernik, sapu, sandal, dan gantungan kunci yang secara

garis besar bertujuan untuk melatih motorik kasar dan meningkatkan

konsentrasi. Dalam pengamatan secara langung maupun dengan wawancara

para pekerja Sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 berperan

juga dalam hal ini melakukan peran yang terlihat di panti sosial bina laras 1

yaitu peran pekerja sosial pada proses terapi dan tahapan terapi pada proses

bimbingan keterampilan kepada peyandang psikotik. Tujuan utama dan

fokus Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 yaitu untuk dapat

Page 54: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

53

terwujudnya kemampuan peyandang psikotik untuk hidup layak, normatif,

dan manusiawi dan juga sebagai gerbang awal perawatan penyandang

psikotik terlantar di wilayah DKI Jakarta.

B. Peran Pekerja Sosial pada Terapi dalam Proses Bimbingan

Keterampilan

Dari hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa hal mengenaiperan

pekerja 44rofes pada proses terapi dalam bimbingan keterampilan di

panti sosial bina laras 1. Peran utama dan dominan dari hasil observasi

di lapangan serta wawancara, dapat disimpulkan pekerja sosialdisini

berperan pada saat proses terapi dalam yaitu sebagai Fasilitator,

Broker, Enabler, dan Educator. Peran peksos ini mempunyai peran

yang sangat penting bagi peyandang psikotik di Panti Sosial Bina Laras

Harapan Sentosa 1 karena dengan adanya peran pekerja sosial tersebut,

para peyandang psikotik yang berada di Panti Sosial Bina Laras

Harapan Sentosa 1 mendapatkan rehabilitasi sosial secara optimal serta

terkontrol hingga peyandang psikotik diharapkan dapat hidup mandiri

tidak terlantar lagi serta bisa kembali ke Keluarga maupun

lingkunganmasyarakat.

1. Fasilitator

Pekerja sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1

mempunyai peran sebagai fasilitator pada proses terapi dalam

bimbingan keterampilan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Ibu Arjuni sebagai Pekerja Sosial, yaitu:

“Peksos berperan sebagai fasilitator kepada peyandang

psikotik selama melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada

di panti seperti pada proses penerimaan peyandang psikotik

yaitu pemeriksaan profil peyandang psikotik, ISPDS,

pemeriksan kesehatan oleh petugas kesehatan. Selain itu

Page 55: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

54

berperan sebagai fasilitator selama melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang ada di panti salah satunya seperti terapi

dalam bimbingan keterampilandan ada juga pendampingan

dalam kegiatan keagamaan, peksos disini juga sebagai

penghubung antara peyandang psikotik dengan keluarganya

apabila telah diketahui”.

Dalam hal ini Ibu Arjuni memberikan pendampingan kepada

peyandang psikotik dalam mengikuti seluruh kegiatan di Panti

Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1, mulai dari tahap penerimaan

yaitu memfasilitasi peyandang psikotik dalam penempatan di

asrama panti, dan padatahap rehabilitasi yaitu berupa bimbingan

keterampilan. Selain itu pekerja sosial juga berperan sebagai

fasilitator dalam hal permasalahan yang timbul antar 45rofes

peyandang psikotik dan permasalahan sosial lainnya yang terjadi di

Panti Sosial.

Sedangkan penuturan Ibu Arlina sebagai Pekerja sosial sama dengan

penuturan Ibu Netty yaitu:

“Peran Peksos sebagai fasilitator disini yaitu Peksos

memfasilitasi pada proses penerimaan peyandang psikotik.

Di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 disini lebih

dominan prosesnya secara administrasi, karena psbl 1 ini

adalah panti tahap awal atau gerbang utama dan para

peyandang psikotik kebanyakan berasal dqri jalan yang

terlantar dan tidak terurus. Akibatanya proses adminitrasi

lebih diutamakan terlebih dahulu agar kedepannya dalam

proses seperti terapi pada bimbingan keterampilan disini,

berjalan dan sesuai dengan prodesur yang berlaku. Lalu

seetelah semua dokumen sudah lengkap dilakukan registrasi

dan penjelasan program panti, setelah itu peyandang

psikotik ditempatkan dalam asrama panti. Selain itu pekerja

sosial memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang sudah di

program yang harus diikuti oleh peyandang psikotik, serta

melakukan pendampingan kepada peyandang psikotik saat

mengikuti kegiatan tersebut.”

Peran pekerja sosial yang dimaksud oleh Ibu Arlina dalam penyampaiannya

Page 56: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

55

tersebut yaitu peran fasilitator pada tahap penerimaan dan pada tahap awal

proses peran pekerja sosial yaitu dengan memfasilitasi peyandang psikotik

dalam mengikuti kegiatan salah satunya bimbingan keterampilan yang

sudahdi rancang dan di program.

Pendampingandalam pelaksanaan bimbingan keterampilan salah satunya

adalah pendampingan terhadap peyandang psikotikketika kegiatan

keterampilan berlangsung maka Ibu Arlani akan datang keruangan untuk

melihat berjalannya kegiatan keterampilan dan sekaligus melakukan

pendampingan kepada peyandang psikotik yangditanganinya.

2. Broker

Pekerja sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1

mempunyai peran pada proses terapi dalambimbingan keterampilan sebagai

broker. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Arjuni:

“Peksos juga berperan sebagai broker misalnya menghubungkan

peyandang psikotik untuk mengakses fasilitas kesehatan seperti

rumah sakit atau pun perawat, dokter maupun psikolog, juga

menghubungkan peyandang psikotik dengan masyarakat sekitar

untuk mulai 46rof berkomunikasi.Selainitu pekerja sosial

menghubungkan peyandang psikotik dengan masyarakat sekitar

maupun pihak terkait yang berlatar belakang di bidang keterampilan

ketika saat berlangsungnya bimbingan keterampilan

tersebut.Bimbingan keterampilan dilaksanakan di Panti Sosial Bina

Laras Harapan Sentosa 1, nama bimbingan keterampilan

iniadalahHasta Karya. Kegiatan keterampilan ini terkadang di

pandu oleh instruktur Ibu K.Mariyanti. dan tidak hanya berkegiatan

di PSBL 1 saja, biasanya juga sering berkegiatan di luar PSBL 1

yaitu di UILS Meruya.

Seperti juga dikatakan oleh Ibu Arlina:

“Peran pekerja sosial sebagai broker contohnya apabila peyandang

psikotik membutuhkan penanganan dokter pasti harus dihubungkan

melalui pekerja sosial. Begitu juga dengan peyandang psikotik jika

membutuhkan psikolog atau 46rofess ke rumah sakit, itu semua peran

pekerja sosial sebagai broker. Peran broker juga dilakukan pada

Page 57: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

56

proses pemulangan peyandang psikotik. Peksos berperan untuk

menghubungan peyandang psikotik dengan keluarga peyandang

psikotik. Setelah didapatkan informasi yang valid mengenai

keluarganya maka penyandang psikotik yang sudah maupun

berlangsung pulih akan dipindahkan ke kluster berikutnya yaitu

PSBL 2 dan ada juga yang bisadipulangkan.”

Berdasarkan analisis peneliti, pernyataan kedua pekerja sosial

mengenai peran peksos sebagai broker sedikit berbeda.

Menurut pekerja sosialIbu Arjuni, peran broker dilakukan oleh

pekerja sosial pada tahapan pembinaan berupa bimbingan

keterampilan yaitu dalam kegiatan yang bersifat sosial, interaktif dan

edukatif. Dimana pada tahap tersebut pekerja sosial menghubungkan

dan mendatangkan peyandang psikotik dengan pihak luar panti

seperti instruktur, mentor, pengajar dan ada juga para volunteer dan

dari sisi sosial adanya interaksi antar peyandang psikotik ketika

sedang membuat prakarya yang bertujuan untuk melatih peyandang

psikotik agar dapat berkomunikasi dengan baik serta melatih motorik

kasar dan meningkatkan konsentrasi. Selain itu peran sebagai broker

juga dilakukan seperti pada saat menghubungan peyandang psikotik

dengan perawat, dokter dan psikolog yang bertujuan untuk konsultasi

mengenai masalah maupun kemajuan kondisi peyandang psikotik

tersebut.

Namun hal tersebut tidak selaras dengan pernyataan pekerja

sosial Ibu Arlani.Menurut Ibu Arlani peran pekerja sosial sebagai

broker selain pada saat pekerja sosial menghubungkan pekerja sosial

dengan dokter atau psikolog untuk konsultasi, peran broker juga dapat

digambarkan pada tahap resosialisasi. Dimana pada proses resosialiasi

pekerja sosial menjadi penghubung antara peyandang psikotik dengan

keluarganya dan juga sebagai penghubung atau dipindahkan ke kluster

tahap panti berikutnya.

Page 58: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

57

3. Enabler

Pekerja sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1

mempunyai peran sebagai enabler pada proses terapi dalam bimbingan

keterampilan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Arjuni:

“Peran sebagai enablercontohnya pekerja sosial melihat jika

ada peyandang psikotik yang sudah cukup pulih dan juga

sudah 48rof mengikuti semua kegiatan dengan baik di PSBL 1

bisa diberikan akses untuk mereka berdaya di luar lingkup

panti. Seperti melakukan pelayanan sosial di lingkungan

sekitar, terutama mereka dapat menjual hasil karyanya dari

proses bimbingan keterampilan Hasta Karya kepada

masyarakat yang berkunjung ke panti maupun kegiatan

pameran diluar. Tapi tetap dalam pengawasan dan

pendampingan para pekerja sosial. Dan juga peyandang

psikotik yang cukup pulih dan memenuhi syarat sesuai

prodesur dapat dipindahkan ke PSBL 2 atau PSBL 3, karena

disana adalah panti dengan penyandang psikotik yang sudah

berproses dalam tahap lanjutan dari PSBL 1.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Arlina:

“Peran Enablerpekerja sosial di PSBL 1, biasanya

disinipeyandang psikotik yang sudah cukup pulih 48rof

diberdayakan di luar panti, peran pekerja sosial salah

satunya memungkinkan dengan mencarikan orang yang mau

memberdayakan peyandang psikotik dari hasil proses

bimbingan keterampilan tersebut. Biasanya orang dekat

petugas panti agar tetap 48rof diberikan pendampingan

karena peyandang psikotik ini sebenarnya hanya pulih bukan

sembuh jadi harus tetap diberikan pendampingan.”

Berdasarkan analisis peneliti, peran pekerja sosial sebagai

enablermenurut kedua pekerja sosial adalah sama yaitu pada tahap

penyaluran. Dimana pada tahap tersebut, pekerja sosial memberikan

kesempatan kepada peyandang psikotik untuk melakukan

pemberdayaan atau menyalurkan peyandang psikotik ke masyarakat

maupun panti tahap lanjut.Jadi peyandang psikotik yang sudah

terampil diberikan akses untuk diberdayakan diluar panti,

Page 59: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

58

misalnyadiberdayakan untuk membantu orang tuanya berjualan dari

hasil kegiatan pada terapi bimbingan keterampilan Hasta Karya.

Namun tentunya setiap peyandang psikotik yang telah di berdayakan

tetap dilakukan pendampingan oleh panti karena peyandang psikotikitu

hanyapulih bukan sembuh secara total.

4. Educator

Pekerja sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1

mempunyai peran sebagai educator pada proses terapi dalam

bimbingan keterampilan. Sebagai educator, pekerja sosial salah

satunya 49rof menjadi seorang instruktur pada saat bimbingan

keterampilan.Salah satu pekerja sosial yaitu Ibu Arjuni pernah menjadi

instruktur bimbingan keterampilan Hasta Karya di Panti Sosial Bina

Laras Harapan Sentosa 1 kepada peyandang psikotik. Seperti yang di

ungkapkan oleh Ibu Arjuni, yaitu:

“Peran pekerja sosial sebagai peran educator yaitu dalam

pelaksanaan bimbingan keterampilan, saat kita memberikan

bimbingan keterampilan seperti membuat gantungan kunci,

sapu, pel, keset, dan sandal. Tapi kalo saya lebih sering

memberikan bimbingan keterampilan keset.”

Selain itu peran pekerja sosial sebagai educator yaitu memberikan

pengetahuan kepada peyandang psikotik mengenai kebersihan diri

dan lingkungan , cara berpakain yang baik dan benar, serta

memberikan pengetahuan bagaimana penggunaan obat dengan baik

dan benar. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Erlina, yaitu:

“Peran educatoryangdilakukan oleh pekerja sosial yaitu

memberikan edukasi tentang cara berpakain yang baik dan

benar, makan dan minum sesuai prosedur, berolahraga

secara teratur, serta kebersihan diri dan lingkungan selain

itu yang sangat penting adalah edukasi tentang cara minum

obat karena ada juga peyandang psikotik yang apabila

dikasih obat dibuang sehingga perlu adanya edukasi

Page 60: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

59

mengenai cara penggunaan serta manfaat obat untuk

peyandang psikotik.”

Berdasarkan hal tersebut dapat dianalisa bahwaperan pekerja sosial

sebagai educatorpada proses terapi dalam bimbingan keterampilan

menurut kedua pekerja sosial adalah berbeda.

Menurut Ibu Arjuni, peran educator dapat ditemukan pada tahap

pembinaan berupa bimbingan keterampilan Hasta Karya. Pada tahap

bimbingan keterampilan pekerja sosial mengedukasi peyandang

psikotik diantaranya yaitu cara membuat sapu, pel, keset, sandal, dan

gantungan kunci yang bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan

minat dan bakat, untuk melatih motorik kasar serta meningkatkan

konsetrasi yang dimiliki oleh para peyandang psikotik yang nantinya

dapat bermanfaat dan diharapkan untuk menunjang kebutuhan masa

depannya jika suatu saat mereka kembali ke keluarganya dan

lingkunganmasyarakat.

Namun menurut Ibu Erlina, peran educator pada proses terapi

dalam bimbingan keterampilan yang dilakukan kepada peyandang

psikotik diantaranya adalah edukasi mengenai cara kebersihan diri

selain itu juga edukasi mengenai cara pemakaian obat sehari-hari.

Hal tersebut dilakukan karena ketepatan dan kepatuhan meminum

obat adalah penting untuk menunjang pemulihan kondisi penyadang

pekerja sosial, bertujuan juga agar kondisi peyandang pekerja sosial

stabil dan dapat dikontrol.

C. Tahapan Terapi dalam Proses Bimbingan Keterampilan

Pekerja sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1

mempunyai tugas untuk melakukan tahapan terapi dalam proses

bimbingan keterampilan terhadap peyandang psikotik. Dari hasil

observasi langsung dan wawancara kepada informan terkait, secara

Page 61: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

60

garis besar ada hal yang sesuai dan cocok dari teori terapi psikososial

yang peneliti gunakan sebagai landasan utama pada saat terjadinya

penerapan serta pelaksanaan tahapan terapi dalam proses bimbingan

keterampilan yang berlangsung di Panti Sosial Bina Laras Harapan

Sentosa 1. Tahapan terapi dalam proses bimbingan keterampilan,

yaitu :

1. Data Gathering

Pengumpulan data dan penilaian informasi adalah

bagian penting dari proses tahapan terapi. Salah satu contoh

pengumpulan data adalah bagaimana para peyandang psikotik

di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 ini di data

secara menyeluruh seperti umur, jenis kelamin, dan terutama

asal dari peyandang psikotik tersebut.

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Ibu Arjuni sebagai

Pekerja Sosial yaitu :

“PSBL 1 Cengkareng ini gerbang utama atau pintu

awal dari mereka yang dibawa salah satunya dari

Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya, Kedoya.

Mereka ini kan orang terlantar diangkut dari jalanan

dan apabila dinyatakan alami ODMK atau ODGJ

maka dikirim kesini. Setelah itu mereka di data

sebagai bahan informasi dalam menjalani kegiatan di

PSBL 1 ini kedepannya. Salah satu kegiatanya yaitu

bimbingan keterampilan Hasta Karya”.

Dan juga pernyataan Ibu Arlina sebagai Pekerja Sosial, yakni:

“Peyandang psikotik dari PSBL 1 sangat penting

untuk di data dan dinilai, sebab PSBL 1ini milik

pemerintah kami hanya menampung yang terlantar

saja dan juga dari proses rujukan instasi terkait yang

bekerjasama dengan PSBL 1 ini seperti Panti Sosial

Bina Insan Bangun Daya Kedoya, UILS Meruya, dan

PSBD Budhi Bakhti. Dan juga jika yang punya

Page 62: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

61

keluarga tetap dan diurus dan diperhatikan secara

baik dan benar kami tidak bisa tampung disini”.

Pernyataan kedua pekerja sosial tersebut, selaras

dengan observasi langsung di lapangan dan wawancara yang

dilakukan peneliti, peneliti mengamati pada saat pekerja

sosial melakukan pendataan ketika awal masukpara

peyandang psikotik.Pekerja sosial mendata dan

mengumpulkan informasi terkait individu para peyandang

psikotiktersebut secara teliti dan sesuai dengan peraturan serta

prosedur yang berlaku.

2. Assessment

Tahap selanjutnya pada pendekatan awal yaitu

assessment.Assessment merupakan tugas yang dilakukan oleh

pekerja sosial yaitu melakukan suatu mekanisme penerimaan

calon peyandang psikotik yang berasal dari terjaringnya atau

razia oleh petugas dari berbagai wilayah di Jakarta.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Ibu Arjuni, yang menjabat

sebagai pekerja sosial, menerangkan tahapan pekerja sosial

dalam proses terapi dalam bimbingan keterampilan salah

satunya adalah melakukan assessment terhadap peyandang

psikotik diantaranya informasi mengenai data diri, data

keluarga dan latar belakang ekonomi peyandang psikotik. Hal

ini terungkap dalam penuturan Ibu Arjuni, yaitu:

“Pada tahap assessment kondisi peyandang psikotik

kadang masih sangat tertutup. Yang dilakukan pada

tahap ini yaitu penggalian informasi mengenai data

pribadi seperti nama, asal, identitas keluarga,

bagaimana dulu dikeluarga, anak keberapa, pernah

dirawat di rumah sakit jiwa atau tidak sebelumnya,

pernah mendengar halusinasi atau tidak, latar

Page 63: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

62

belakang ekonomi, pernah bekerja atau tidak dan lain-

lain.”

Begitu pula dengan yang disampaikan oleh Ibu Arlina sebagai

pekerja sosial terkait tugas pekerja sosial dari awal peyandang

psikotik ke panti, yaitu:

“Assessment dilakukan dengan melakukan tanya

jawab kepada penyandang psikotik. Pertanyaan awal

yaitu mengenai identitas latar belakang kondisi

kejiwaan, data diri dan data keluarganya. Memang

rata – rata mereka tidak mampu bicara dan terkesan

tertutup namun perlahan – lahan, mereka akan

terbuka dan dapat berkomunikasi meski ada

hambatan”

Pernyataan kedua pekerja sosial tersebut sama dengan

observasi langsung yang dilakukan peneliti

yaitupenelitimengamati pada tahap ini bahwa pekerja sosial

melakukan tanya jawab kepada peyandang psikotik mengenai

data pribadidiantaranya nama, asalnya, dan keluarganya.Pada

saat melakukan tanya jawab kepada peyandang

psikotikpekerja sosial terlihat sangat berhati hati. Hal tersebut

dikarenakan peyandang psikotik memiliki kondisi yang

berbeda beda, ada yang aktif dan tanya menjawab pertanyaan

dengan baik, ada juga yang hanya diam saat ditanya oleh

pekerja sosial, atau hanya menjawab sedikit dari pertanyaan

pekerja sosial. Selain itu, ada juga peyandang psikotik yang

jawabannya terlihat masih asal menjawab.Sehingga untuk

beberapa kondisi peyandang psikotik yang berlainan peran

pekerja sosial sangatlah dibutuhkan.

3. Diagnosis

Page 64: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

63

Diagnosis merupakan tugas yang dilakukan oleh

pekerja sosial yaitu aktivitas mengamati terhadap peyandang

psikotik dengan maksud merasakan dan kemudian memahami

perilaku dan sikap peyandang psikotik, untuk mendapatkan

informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan pada

tahapan selanjutnya seperti tahapan bimbingan keterampilan.

Seperti yang dilakukan oleh Arjuni, yang menjabat sebagai

peksos, menerangkan bahwa tugas peksos diantaranya adalah

melakukan diagnosis terhadap peyandang psikotik. Hal ini

terungkap dalam penuturan Ibu Arjuni, yaitu:

“Pada saat diagnosis pekerja sosial melakukan

pengamatan yang difokuskan pada pengamatan fisik

peyandang psikotik. Jadi kita amati bagaimana

perilaku atau sikapnya sehingga dengan mudah kita

bisa menjalankan program rehabilitasi bagi

peyandang psikotik dan penempatan sesuai

kondisinya. Dan juga pekerja sosial bersinergi atau

bekerja sama dengan para Dokter serta perawat yang

bertugas mendiagnosis para peyandang psikotik

terkait masalah kesehatan.”

Begitu pula dengan penuturan yang disampaikan oleh Ibu

Arlina sebagai Pekerja Sosial terkait tugas peksos pada tahap

diagnosis, yaitu:

“Tugas pekerja sosial pada tahap diagnosis fokusnya

lebih ke fisiknya jadi 54rof mengetahui kondisi

peyandang psikotik saat awal penerimaan salah

satunya yaitu mengamati kondisi mental dan

kesehatannya.”

Pernyataan kedua pekerja sosial tersebut cocok dengan

observasi langsung dan wawancara yang dilakukan peneliti,

peneliti mengamati bahwa pekerja sosial menganalisi

terhadap peyandang psikotik didasari pada saat melakukan

wawancara kepada peyandang psikotik, pada tahap tersebut

Page 65: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

64

akan terlihat bagaimana peyandang psikotik dapat merespons

dan berkomunikasi secara aktif ataupun pasif. Hasil observasi

peneliti dan wawancara ke infroman pada tahap ini yaitu,

sebagian besar peyandang psikotik menjawab dengan kurang

baik pertanyaan yang diajukan oleh pekerja sosial yang berarti

mereka kurang dapat bisa merespons dan berkomunikasi

dengan kurang baik bahkan cenderung pasif.Selain itu peneliti

juga mengamati pada saat kegiatan pemeriksaan kesehatan

oleh dokter dan perwat dari puskesmas setempat, serta

kegiatan pelayanan pemberiaan obat oleh petugas sesuai resep

dokter hal tersebut merupakan hasil diagnosis awal yang

dilakukan oleh pekerja sosial.

4. Setting Goals

Setting Goalsadalah komponen dari proses pertolongan

berikutnya setelah diagnosis. Setting Goals merupakan konsep

penting dari merealisasikan dan memikirkan kembali tentang

perubahan situasi. Dalam sebuah kontrak, tujuan dari proses terapi

dan harapan bersama antara klien dan pekerja sosial ditetapkan

merupakan hal yang utama untuk diperhatikan. Contohnya pekerja

sosial mulai mengarahkan kepada peyandang psikotik untuk lebih

menyesuaikan lingkungan barunya dan dapat beradaptasi dengan para

peyandang psikotik yang lainnya. Tahap kontrak atau setting goals

terdiri dari identifikasi, pemeriksaan dokumen, tanda tangan berita

acara serah terima, registrasi, penjelasan proram dan penempatan

dalam panti.

Seperti dalam penuturan Ibu Arjuni sebagai pekerja sosial, yaitu:

“Proses setting goals peyandang psikotik di Panti Sosial Bina

Laras Harapan Sentosa 1 yaitu pemeriksaan dokumen,

Page 66: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

65

skrinning ISPDS terbaru, formulir perkembangan peyandang

psikotik, laporan konsultasi, dan pendaftaran kartu BPJS.

Setelah itu, registrasi dan penempatan dalam panti.”

Begitu pula dengan penuturan yang disampaikan oleh Ibu Arlina

sebagai pekerja sosial, yaitu:

“Yang dilakukan pada proses setting goals psikotik di Panti

Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 disini lebih dominan

prosesnya secara administrasi, seperti pemeriksaan dokumen

dari panti sebelumnya yang bekerja sama dengan psbl 1,

yaitu formulir rujukan skrining ISPDS dan pedanftaran kartu

BPJS. Setelah semua dokumen sudah lengkap dilakukan

registrasi dan penjelasan program panti, setelah itu

peyandang psikotik ditempatkan dalam asrama panti.”

Pernyataan kedua pekerja sosial tersebut seama dengan observasi

langsung dan wawancara yang dilakukan peneliti yaitu peneliti

mengamati bahwa pekerja sosial sedang memilah berkas yang

dibutuhkan peyandang psikotik untuk kelengkapan dokumen, serta

mengecek dokumen apa yang masih kurang untuk kelengkapan.

Setelah dokumen lengkap pekerja sosialakan melaksanakan program

– program untuk peyandang psikotik dan menempatkan penyandang

psikotik pada asrama masing-masing.

5. Development

Developmentmerupakan serangkaian kegiatan pelayanan berdasarkan

hasil assessment yang disesuaikan dengan kebutuhan dan

permasalahan masing-masing peyandang psikotik dan juga usaha

untuk melanjutkan tahapan rehabilitasi ke PSBL 2 atau PSBL 3 dan

juga mengembalikan peyandang psikotik ke masyarakat untuk

menjadikannya sebagai warga yang berswasembada (mandiri) dan

berguna. Menurut KBBI rehabilitasi adalah pemulihan kepada

kedudukan (keadaan) yang dahulu (semula). Yang dilakukan pada

tahap rehabilitasi di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1salah

Page 67: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

66

satunya bimbingan keterampilan.

Seperti dalam ucapan Ibu Arjunipada saat wawancara sebagai pekerja

sosial, yaitu:

“Tahapan development, peyandang psikotik langsung

mengikuti kegiatan dan langsung ikut bimbingan yang sudah

terprogram.Salah satunya bimbingan keterampilan yaitu

kegiatan keterampilan hasta karya yang dipandu oleh

Instruktur Ibu K.Mariyanti yang bertujuan untuk melatih

motorik kasar peyandang psikotik dan meingkatkan

konsentrasi”

Begitu pula dengan jawaban yang disampaikan oleh Ibu Arlina

sebagai pekerja sosial, yaitu:

“Pelayanan development yang diberikan pada peyandang

psikotik yaitu memberikan pelayanan berupa kegiatan baik

kegiatan keterampilan atau bimbingan. Jadi secara otomatis

peyandang psikotik yang masuk ke panti mengikuti kegiatan

yang sudah terprogram.Bimbingan yang diberikan salah

bimbingan keterampilan diantaranya ada keterampilan

kerajinan tangan, pel, sapu, keset.

Pernyataan tersebut sama dengan observasi langsung dan wawancara yang

dilakukan peneliti, yaitupeneliti memperhatikan bahwa terdapat kegiatan

development yang telah diprogram atau dijadwalkan kemudian pekerja sosial

mengarahkan peyandang psikotik untuk mengikuti kegiatan development

yang sudah dijadwalkan.

Peyandang psikotik mengikuti kegiatan development tersebut dengan

dipandu oleh pekerja sosial dan instruktur dari pihak luar panti.selain itu

pekerja sosial juga mengarahkan parapeyandang psikotik untuk mengikuti

kegiatan yang sudah dijadwalkan sehingga seluruh kegiatan dapat berjalan

sebagaimana yang sudah dijadwalkan. Selain itu peyandang psikotik terlihat

antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan panti, namun ada juga beberapa

yang pasif.

Page 68: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

67

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini mengkaji dan membahas dalam aspek tentang peran

pekerja sosial pada terapi dalam proses bimbingan keterampilan di panti

sosial bina laras harapan sentosa 1. Pada bab ini, peneliti akan menganalisis

serta membahas data dari temuan lapangan dan hasil wawancara melalui

media elektroniklalu menyimpulkan dengan teori peran dari Pelman yang

digunakan dalam penelitian ini dan khususnya pada bagian tahapan terapi

dalam proses bimbingan keterampilan peneliti mengkaitkan dengan teori

terapi psikososial dari Turner (Bab. II H. 12) . Pemaparan data, temuan

lapangan dan pembahasan teori, telah tertulis dan tercantum di bab

sebelumnya terutama di bab 2 dan bab 4. Metode yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah metode kualitatif.

A. Peran Pekerja Sosial pada Terapi dalam Proses Bimbingan

Keterampilan

Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 berfokus didalam bidang

rehabilitasi sosial yang di dalamnya menangani permasalahan peyandang

psikotik khususnya yang terlantar dengan menerapkan serta

melaksanakanperanpekerja sosial yang bertujuan agar permasalahan

peyandang psikotik yang terlantar dapat terbantu dan dapat meningkatkan

kemampuannya dalam menjalankan tugas kehidupan, memecahkan

permasalahan yang dihadapi dalam berinteraksi dengan orang lain maupun

sistem sumber, dan dapat mempengaruhi kebijakan yang ada. Dengan

demikian, peyandang psikotik yang terlantar tersebut dapat diharapkan

mencapai kesejahteraannya, baik sebagai individu maupun kolektif (Bab IV

h. 45).

Page 69: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

68

Pekerja sosial di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 mempunyai

peran sesuai denganperan pekerja sosial yang dikemukakan oleh Parsons,

Jorgensen, dan Hernandez (Bab. H. ). Yaitusebagai: 1. Fasilitator, 2.

Broker, 3. Enabler, 4.Educator.

1. Fasilitator

Peran Fasilitator yang dilakukan pekerja sosial di Panti Sosial

Bina Laras Harapan Sentosa 1 adalah pada tahap penerimaan yaitu pekerja

sosial memfasilitasi dalam penempatan peyandang psikotik di asrama panti

selain itu pada tahap rehabilitasi.Dalam hal ini, peran pekerja sosial pada

tahap rehabilitasi yaitu pelaksanaan pendampingan salah satunya saat

bimbinganketerampilan di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa

1yaituberperan sebagai fasilitator kepada peyandang psikotik. Untuk

melihat perkembangan peyandang psikotik selama mengikuti kegiatan,

pekerja sosial disini juga dapat memerankan dirinya sebagai seorang Teman

bahkanOrang Tua disaat para peyandang psikotik ini menghadapi kesulitan

atau masalah-masalah yang menganggu pikiran dan perasaan mereka

selama berada di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1.

Dalam teori pada (Bab II h. 16) mengenai peran pekerja sosial

sebagai fasilitator. Dalam literatur pekerja sosial, peranan “fasilitator”

sering disebut sebagai “pemungkin” (enabler). Keduanya bahkan sering

dipertukarkan satu sama lain. Barker juga memberikan definisi pemungkin

atau fasilitator sebagai tanggung jawab untukmembantu klien menjadi

mampu menangani tekanan situasional atau transisional. Peranan pekerja

sosial adalah memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan

perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama

Peran fasilitator Sebagai tanggung jawab untuk membantu

peyandang psikotik menjadi mampu menangani tekanan situasional atau

transisional. Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut

meliputi pemberian harapan, pengurangan penolakan, pengidentifikasian

Page 70: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

69

dan ambivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan,

pengidentifikasian dan pendorong dan pendorong kekuatan-kekuatan

personal dan aset-aset sosial, pemilahan masalah menjadi beberapa bagian

sehingga lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada

tujuan dan cara-cara untuk pencapaiannya.

2. Broker

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran

pekerja sosial pada terapi dalam proses bimbingan keterampilan di panti

sosial bina laras harapan Sentosa 1 sebagai broker terdapat pada tahap

development yaitu salah satunya bimbingan keterampilan, tahap

resosialisasi dan pada proses konsultasi peyandang psikotik dengan dokter

maupun psikolog.

Dalam teori pada (Bab II h. 19) mengenai peran pekerja sosial

sebagai broker. Pemahaman pekerja sosial yang menjadi broker mengenai

kualitas pelayanan sosial disekitar lingkungan menjadi sangat penting

dalam memenuhi keinginan peyandang psikotik memperoleh “keuntungan”

maksimal. Peranan sebagai broker mencakup menghubungkan peyandang

psikotik dengan barang-barang dan pelayanan dan mengontrol kualitas

barang dan pelayanan tersebut.

3. Enabler

Terkait dengan teori pada (Bab. II H. 20) mengenai peran pekerja

sosial sebagai enabler/pemungkin. Peranan sebagai enabler adalah yang

paling sering digunakan dalam profesi pekerjaan sosial, karena peranan ini

diilhami oleh konsep pemberdayaan dan difokuskan pada kemampuan,

kapasitas, dan kompetensi klien atau penerima pelayanan untuk menolong

dirinya sendiri pekerja sosial berperan membantu untuk menentukan

kekuatan dan unsur yang ada di dalam diri peyandang psikotik sendiri

termasuk untuk menghasilkan perubahan yang diingikan atau mencapai

Page 71: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

70

tujuan yang dikehendaki korban. Jadi peranan pekerja sosial adalah

berusaha memberikan peluang agar kepentingan dan kebutuhan klien atau

penerima manfaat tidak terhambat.

4. Educator

Dapat disimpulkan bahwa peran educator di Panti Sosial Bina

Laras Harapan Sentosa 1 adalah pada tahap pembinaan yaitu salah satunya

bimbingan keterampilan. Di dalam teori yang tertulis pada ( Bab.II h.13)

mengenai peran pekerja sosial sebagai educator. Pekerja sosial sebagai

educator memainkan peranan dalam penentuan agenda, sehingga tidak

hanya membantu pelaksanaan proses peningkatan peningkatan

produktivitas akan tetapi lebih berperan aktif dalam memberikan masukan

dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan serta pengalaman.

Peran pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran,

memberikan informasi, mengkonfrontasikan, melakukan pelatihan.

B. Tahapan Terapi dalam Proses Bimbingan Keterampilan

Pada pembahasan terkait tahapan terapi dalam proses

bimbingan keterampilan, bentuk penyembuhan dalam terapi bisa

disimpulkan yaitu perilaku masyarakat serta kompetensi dalam

memobilisasi sumber daya-sumber daya yang tersedia dipadukan dalam

medium relasi-relasi individual, keluarga dan kelompok untuk membantu

peyandang psikotik mengubah kepribadiannya, perilakunya, atau

situasinya, yang dapat memberikan kontribusi pada pencapaian kepuasan,

pemenuhan keberfungsian manusia dalam kerangka nilai-nilai pribadi,

tujuan-tujuan mereka dan sumber-sumber yang tersedia dalam masyarakat

(Bab.II h, 21).

Dari pembahasan mengenai teori terapi psikososial, yang

menjadi kerangka berpikir pada bagian tahapan terapi dalam proses

Page 72: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

71

bimbingan keterampilan peneliti menyimpulkan terapi adalah suatu bentuk

penyembuhan untuk membantu orang (individu, keluarga dan kelompok)

dalam mengubah perilaku dan situasinya. Beberapa perubahan yang dapat

dicapai melalui terapi psikososial, seperti perubahan dalam aspek kognitif,

emotif, dan lingkungan.

Page 73: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

72

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat melalui wawancara,

observasi, dan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti mengenai Peran

Pekerja Sosial pada Terapi dalam Proses Bimbingan Keterampilan di Panti

Sosial Bina Laras Harapan sentosa 1 dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut

Dalam pelaksanaannya para pekerja sosial di Panti Sosial Bina Laras

Harapan Sentosa 1, melakukan beberapa peran – peran pada terapi dalam

proses bimbingan keterampilan, dapat terlihat adanya peran dominan dalam

praktek yang dilakukan terhadap peyandang psikotik. Peran dominannya

adalah peran Fasilitator, kareana mulai dari tahap awal

penerimaanpeyandang psikotik di panti para pekerja sosial berperan

memfasilitasi peyandang psikotik salah satunya dalam penempatan di asrama

panti, dan padatahap rehabilitasi yaitu pembinaan berupa bimbingan

keterampilan. Selain itu pekerja sosial juga berperan sebagai fasilitator dalam

hal permasalahan yang timbul antar peyandang psikotik dan permasalahan

sosial lainnya yang terjadi di lingkunganPanti Sosial. Oleh karena itu tanpa

mengucilkan peran pekerja sosial yang lain, Peran pekerja sosial sebagai

Fasilitator, menjadi kunci utama berhasilnya klien yaitu peyandang psikotik,

mendapatkan manfaat dalam pembinaan di panti dan diharapkan dapat sesuai

dengan tahapan pelayanan yang sudah diatur dalam aturan panti sosial.

Sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Apalagi kendala yang terjadi dalam penanganan para peyandang

psikotik di panti sosial bina laras harapan sentosa 1 ini lumayan cukup sulit,

Page 74: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

73

pasalnya para pekerja sosial dalam melakukan perannya sebagai fasilitator

harus menangani para peyandang psikotik terlantar yang berasal dari jalan.

Karena sifat peyandang psikotik terlantar ini, sulit ditebak baik karakternya

maupun kepribadiannya. Sehingga ini menjadi tantangan bagi para pekerja

sosial dalam berperan sebagai fasilitator, dan melakukan terapi dalam proses

pembinaan seperti bimbingan keterampilan.

B. Implikasi

Dalam penelitian ini peneliti berharap bahwa apa yang sudah dikerjakan

dapat bermanfaat baik dari segi teoritis maupun praktis. Berikut implikasi

dari penelitian ini :

a. Teoritis

Dari segi teoritis, dengan rehabilitasi berjelanjutan di panti sosial yang

ditangani oleh pekerja sosial kepada penyandang psikotik terlantar dengan

berbagai perannya memiliki tingkat kesejateraan dan kesehatan yang lebih

baik daripada mereka yang tidak di rehabilitasi di panti sosial.

b. Praktis

Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi

keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarga menderita psikotik.

Sehingga dapat mengetahui bentuk dukungan yang diperlukan dalam proses

pemulihan.

C. Saran

Kepada Pekerja Sosial lebih meningkatkan kinerja dalam perannya

sehingga lebih profesionalisme dalam memberikan pelayanan kepada

peyandang psikotik, dengan mengikuti serta pelatihan-pelatihan atau

penataran-penataran yang bersifat mendidik dan keilmuan, sehingga pekerja

sosial yang 64rofessional dan berkualitas akan membantu menghasilkan

peyandang psikotik yang lebih baik.

Page 75: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

74

Kepada pihak panti lebih mensinergikan lagi kerjasama antar bidang

pekerjaan yang ada, seperti pekerja sosial, perawat dan psikolog. Agar

semakin baik lagi dalam mencapai tujuan peyandang psikotik untuk pulih.

Jumlah pekerja sosialnya mungkin harus di tambah karena tidak sebanding

dengan jumlah peyandang psikotik yang di layani, agar proses pelayanan lebih

baik lagi.

Page 76: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

75

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Yeni Febrianti Kumala. 2007. Schizofrenia And The Other Psychotic.

Jakarta.

Dirkes Jiwa. 1983.Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit

Jiwa di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Hermawati, Istiana. 2001.Metode Dan Tekhnik Dalam Praktek Pekerjaan

Sosial, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. H. 1-4

Daradjat, Dr. Zakiah. 20--: Islam danKesehatan Mental.CV Haji Masagung

Maramis, Wf.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, ( Surabaya : Air Langga

University Press, 1980) Cet ke-1.

Napsiyah Ariefuzzaman, Siti dan Diawati, Lisma.

Belajar Teori Pekerjaan Sosial. Tangerang Selatan: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.

Rukminto Adi, Isbandi. 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan

PekerjaanSosial Depok: FisipUI Press.

Rukminto Adi, Isbandi. 2001. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat

dan Intervensi Komunitas, Jakarta : Lembaga PenerbitFakultas

Ekonomi UI.

Rusmiyati, Chatarina ,dkk, 2013. Efektifitas Peran Pekerja Sosial Studi

Kasus Panti Sosial Petirahan Anak Satria Baturaden, Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial,

Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial.

Semiun,Yustinus. 2006.Kesehatan Mental 3.Yogyakarta: Kanisius.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa

Page 77: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

76

Warto. 2009. Efektivitas Program Pelayanan Sosial. Yogyakarta: B2P3KS

Press.

Yusuf, Syamsudan. Nuhrisan, Juntika. 2007. Teori Kepribadian. Bandung :

PT Remaja Rosdakarya

Page 78: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

77

Lampiran

Page 79: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

69

Page 80: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

70

Page 81: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

71

PEDOMAN WAWANCARA

PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES BIMBINGAN KETERAMPILAN DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1

Jabatan : Pekerja Sosial

Topik Wawancara : Panti Sosial Bina Lara Harpan Sentosa

Pertanyaan :

1. Bagaimana sejarah berdirinya panti sosial

bina laras harapan sentosa 1

2. Apa visi, misi, dan tujuan panti sosial bina laras

harapan sentosa 1?

3. Apa saja program yang dimiliki panti sosial bina laras

harapan sentosa 1?

4. Bagaimana struktur kepengurusan panti sosial bina

laras harapan sentosa 1?

Jabatan : Pekerja Sosial

Topik Wawancara : Peran Pekerja Sosial Pada Terapi

Pertanyaan :

1. Bagaimana peran peksos pada proses terapi dalam menangani

masalah peyandang psikotik ?

2. Dalam proses menangani peyandang psikotik, peran

peksos pada proses terapi yang seperti apa yang diterapkan

dalam menangani peyandang psikotik ?

3. Selama menangani peyandang psikotik, adakah

kesulitan dalam menerapkan peran peksos pada proses terapi ?

Page 82: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

72

4. Selama menerapkan peran peksos pada proses terapi,

apakah ada perubahan bagi peyandang psikotik ?

Jabatan : Pekerja Sosial

Topik Wawancara : Bimbingan Keterampilan

1. Dalam menangani peyandang psikotik, bagaimana

menerapkan komponen bimbingan keterampilan ?

2. Adakah diterapkan prinsip praktik bimbingan

keterampilan ? Prinsip yang bagaimanakah diterapkan

bapak/ibu?

3. Bagaimana menerapkan teknik pertolongan

bimbingan keterampilan ?

4. Bagaimana menerapkan tahapan dalam proses

bimbingan keterampilan perseorangan ?

Page 83: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

73

PEDOMAN OBSERVASI

PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES BIMBINGAN KETERAMPILAN DI PANTI

SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 1

No Kegiatan Obsevasi Keterangan Hasil

Observasi

1.

2.

3.

4.

Page 84: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

74

PEDOMAN DOKUMENTASI

PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES BIMBINGAN KETERAMPILAN DI PANTI

SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA1

No Dokumen Bentuk

Dokumen

Keterangan

(Ada/Tidak

Ada)

1. t

2.

3.

4.

Page 85: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

75

TRANSKRIP WAWANCARA

(Pekerja Sosial)

A. Identitas Informan

Nama : Arjuni Wulandistie, S.Sos

Usia : 27 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : D IV Pekerja Sosial

Tanggal : 17April 2020

Tempat : Panti Sosial Bina Laras Harapan

Sentosa 1

B. Pertanyaan

I. Peran Pekerja Sosial Pada Proses Terapi

1. Darimana asal Peyandang Psikotik ?

Semua berasal dari jalanan yang dibawa oleh para

petugas yang terkait. Seperti satpol pp, mereka

rata – rata adalah peyandang psikotik yang

terlantar di jalanan. Dan juga ada peyandang

psikotik dari rujukan PSBD Budhi Bakthi dan

PSBI Bangun Daya Kedoya

Page 86: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

76

2. Bagaimana kondisi peyandang psikotik pada saat

terapi awal? Bagaimana perilakunya?

Kebanyakan kondisi peyandang psikotikada yang

tenang dan ada juga yang bisa diajak komunikasi

sopan pada umumnya kondisi sbelum terlalu baik

walaupun agak tertutup namun semakin lama ada

komunikasi dan interaksi peyandang psikotik juga

semakin terbuka secara perlahan.

3. Apa saja tahapan terapi awal pada peyandang

psikotik ?

Tahapan pendekatan awal pada peyandang

psikotik yaitu identifikasi assessment. Pada tahap

identifikasi assesment kondisi peyandang psikotik

kadang masih tertutup. Yang dilakukan pada tahap

ini yaitu penggalian informasi mengenai data

pribadi seperti nama, asal, identitas keluarga,

bagaimana dulu dikeluarga, anak keberapa, pernah

dirawat di rumah sakit jiwa atau tidak sebelumnya,

pernah mendengar halusinasi atau tidak, latar

belakang ekonomi, pernah bekerja atau tidak dan

lain-lain

4. Apa yang dilakukan pekerja sosial pada saat terapi

awal? Bagaimana prosesnya?

Yang dilakukan pekerja sosial pada saat

pendekatan awal yaitu komunikasi ringan dengan

Page 87: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

77

peyandang psikotik seperti ngobrol-ngobrol

mengenai identitas seperti nama, asal darimana,

dan lain-lain. Seiring berjalannya waktu

komunikasi akan lebih sering dilakukan seperti

menanyakan kabar dan lain-lain. Kemudiaan saat

kegiatan rutin dilakukan sebagai media untuk

interaksi sehingga peyandang psikotik yang

tadinya pasif dan tertutup lama-lama lebih aktif

dan terbuka.

5. Apa yang dilakukan pekerja sosial saat observasi

pada peyandang psikotik ?

Pada saat observasi pekerja sosial melakukan

pengamatan yang difokuskan pada pengamatan

fisik peyandang psikotik. Jadi kita amati

bagaimana perilaku atau sikap peyandang psikotik

sehingga penempatan sesuai kondisi peyandang

psikotik

II. Peran Pekerja Sosial Pada Proses Bimbingan

Keterampilan

1. Apakah Anda mendampingi proses bimbingan

keterampilan ? Sejak kapan dan sampai kapan?

Page 88: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

78

Saat mulai peyandang psikotik sudah masuk pqnti

sampai ke tahapan berikutnya.

2. Bagaimana kondisi peyandang psikotik selama di

Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1?

Bagaimana perilakunya?

Secara umum kondisi peyandang psikotik dipanti

berbeda - beda namum secara umum sudah tenang

walaupun mungkin ada beberapa yang sulit

diarahkan lalu bs diajak komunikasi ada yang

cepat terbuka ada yg butuh proses pendekatan

yang lebih.

3. Apa saja tahapan bimbingan keterampilan yang

diberikan pada peyandang psikotik dari awal

hingga akhir?

Tahapan bimbingan keterampilan, peyandang

psikotik langsung mengikuti kegiatan dan

langsung ikut bimbingan keterampilan yang sudah

terprogram salah satu kegiatannya adalah

membuat sapu lidih, gantungan kunci, pernak –

pernik dll. Secara garis besar, bimbingan

keterampilan ini bertujuan unutk melatih motorik

kasar dan meningkatkan konsentrasi.

Page 89: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

79

4. Bagaimana dengan bimbingan lainnya (fisik,

mental spiritual, sosial) terhadap peyandang

psikotik ?

Bimbingan fisik diantaranya yaitu senam otak,

senam hari jumat, jalan pagi, senam

bersama.Bimbingan mental spiritual yaitu

pengajian tiap jumat untuk peyandang psikotik

yang beragama Islam dan kebaktian setiap hari

jumat serta ibadah ke gereja setiap hari minggu

untuk peyandang psikotik yang beragama

Kristen.Bimbingan sosial seperti kegiatan

sosialisasi publik keluar panti yaitu

memperkenalkan peyandang psikotik dengan

masyarakat sekitar untuk berinteraksi dengan

warga serta kegiatan sosial antar sesama

peyandang psikotik maupun petugas panti.

5. Bagaimana peran pekerja sosial dalam

pelaksanaan bimbingan keterampilan?

Peran pekerja sosial dalam pelaksanaan bimbingan

keterampilan yaitu salah satunya sebagai

instruktur.Seperti saya yaitu menjadi instruktur

dalam keterampilan mote-mote.Selain itu jadi

tidak fokus sekali ke hasil namun ada beberapa

peyandang psikotik yang mahir dan itu merupakan

nilai lebih untuk mereka tapi sebenernya peran

pekerja sosial saat bimbingan keterampilan yaitu

Page 90: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

80

sebagai media untuk berinteraksi dengan

peyandang psikotik menggali info data diri dsb.

6. Apa saja bimbingan keterampilan yang diberikan

pekerja sosial kepada peyandang psikotik ?

Bimbingan keterampilan yang diberikan pekerja

sosial yaitu sapu, pel, keset, sandal, mote, salon.

7. Apa saja peran-peran pekerja sosial yang

bapak/ibu lakukan dalam menangani peyandang

psikotik pada tahap bimbingan atau intervensi

pada peyandang psikotik? Mohon ibu jelaskan,

misalnya berperan sebagai educator,

katalisator,enabler atau fasilitator?

a. Peksos berperan sebagai fasilitator kepada

peyandang psikotik selama melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang ada di panti seperti

pada proses penerimaan peyandang psikotik

yaitu pemeriksaan dokumen skrinning ISPDS

terbaru, formulir perkembangan peyandang

psikotik, laporan konsultasi, dan kartu BPJS.

Setelah itu, registrasi dan penempatan

peyandang psikotik dalam panti. Selain itu

berperan sebagai fasilitator selama

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di

panti seperti bimbingan sosial terapeutik,

bimbingan keterampilan, pendampingan

Page 91: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

81

dalam kegiatan keagamaan, peksos disini

juga sebagai penghubung antara peyandang

psikotik dengan keluarganya apabila telah

diketahui

b. Peksos juga berperan sebagai broker

misalnya menghubungkan peyandang

psikotik untuk mengakses fasilitas kesehatan

seperti rumah sakit atau pun dokter maupun

psikolog, juga menghubungkan peyadang

psikotik dengan masyarakat sekitar untuk

mulai bisa berkomunikasi. Selain itu, peksos

menghubungkan peyandang psikotik dengan

masyarakat sekitar pada saat bimbingan

sosial. Bimbingan sosial di Panti Sosial Bina

Laras Harapan Sentosa 1 seperti kegiatan

sosialisasi publik keluar panti yaitu

memperkenalkan peyandang psikotik dengan

masyarakat sekitar untuk berinteraksi dengan

warga.

c. Peran sebagai pemungkin misalnya peksos

melihat jika ada peyandang psikotik yang

sudah pulih dan juga sudah bisa mengikuti

semua kegiatan dengan baik bisa diberikan

akses untuk mereka berdaya di luar lingkup

panti. Biasanya jadi Asisten Rumah Tangga,

biasanya dengan orang-orang yang sudah

Page 92: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

82

mengenal petugas panti jadi tetap bisa

diberikan pendampingan

d. Peran sebagai konselor dilakukan pada tahap

asesmen yaitu dilakukannya konsultasi

berupa tanya jawab dengan peyandang

psikotik mengenai identitas peyandang

psikotik serta latar belakang keluarga

peyandang psikotik. Peran sebagai konselor

juga dilakukan saat kegiatan terapeutik,

pekerja sosial menggali masalah apa yang

dialami peyandang psikotik, contohnya

masalah yang dihadapi dengan teman-

temannya atau mengingat kembali masa

lalunya, atau dimana keluarganya. Terkadang

juga peyandang psikotik suka bercerita

tentang masalahnya atau pengalaman dia

selama di panti, lalu pekerja sosial

menanggapi mereka

e. Peran pekerja sosial sebagai peran educator

yaitu dalam pelaksanaan bimbingan

keterampilan, saat kita memberikan

bimbingan keterampilan seperti mote-mote,

sapu, pel, keset, sandal, dan salon. Tapi kalo

saya lebih sering memberikan bimbingan

keterampilan mote

Page 93: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

83

8. Apa saja faktor pendukung dan hambatan dalam

pelaksaan bimbingan ketrampilan? Bagaimana

cara pekerja sosial dalam menangani hambatan

tersebut?

a. Pendukungnya yaitu peyandang psikotik disini

lebih mudah diarahkan, semua yang ada

dipanti dari pendamping dan seluruh SDM

yang ada menganggap peyandang psikotik

seperti keluarga sendiri sehingga kita bisa

lebih dekat dan lebih memahami peyandang

psikotik

b. Masih lumayan banyak peyandang psikotik

yang sulit di arahkakan untuk di tangani.

Karena rata – rata mereka dari jalanan dan

terlantar. Hambatan lain juga ada seperti saat

sosialisasi public. Karena kadang masyarakat

kurang support kurang welcome mungkin

khawatir atau awam, lalu juga kurangnya

jumlah pekerja sosial . Pekerja sosial di panti

jumlahnya tidak sebanding dengan banyaknya

peyandang psikotik yang ada

c. Paling cara menangani nya dengan

mengedukasi masyarakat tentang bagaimana

kondisi peyandang psikotik nya.

Page 94: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

84

PEDOMAN WAWANCARA

(Pekerja Sosial)

A. Identitas Informan

Nama : Arlina

Usia : 31 thn

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : D4 Pekerja Sosial STKS Bandung

Tanggal : 27April 2020

Tempat : Panti Sosial Bina Laras Harapan

Sentosa 1

B. Pertanyaan

I. Peran Pekerja Sosial Pada Proses Terapi

1. Darimana asal Peyandang Psikotik ?

Kebanyakan terjaring ketika ada razia peyandang

psikotik yang terlantar yang berasal dari jalanan di

wilayah DKI Jakarta. Karena PSBL 1 ini pintu

gerbang awal atau utama untuk rehabilitasi para

peyandang psikotik.

2. Bagaimana kondisi peyandang psikotik pada saat

terapi awal? Bagaimana perilakunya?

Page 95: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

85

Kondisi peyandang psikotik pada saat penerimaan

awal biasanya sebagian besar masih pasif seperti

diem kurang bicara seperti mengisolasi diri. Lama

kelamaan mau ngomong atau bersosialiasasi.

Bahkan ada yang diam saja dari awal masuk

hingga sekarang. Tergantung kondisi penerimaan

peyandang psikotik tersebut.

3. Apa saja tahapan pendekatan awal terapi pada

peyandang psikotik ?

Pendekatan awal terapi kepada peyandang ngobrol

ringan tidak formal juga.Tergantung kondisi

peyandang psikotik masing-

masing.Pendekatannya lain-lain.

4. Apa yang dilakukan pekerja sosial pada saat

pendekatan terapi? Bagaimana prosesnya?

pekerja sosial pada saat pendekatan awal

melakukan observasi dari apa yang kita lihat

seperti dari perilaku peyandang psikotik lalu di

analisa apakah peyandang pasif atau aktif. Setelah

itu diajak ngobrol.Pendekatan tergantung kondisi

peyandang psikotik. Karena mereka kanberbeda

cara pendekatannya. Untuk kondisi peyandang

psikotik yang sudah cukup baik dalam

berkomunikasi dilakukan Tanya jawab sederhana

Page 96: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

86

seperti apa masih mendengar bisikan-bisikan dll.

Juga dilakukan identifikasi dan assesmen.

Melakukan penggalian informasi kepada

peyandang psikotik mengenai data diri dan data

keluarga psikotik tentunya kondisi psikotik pada

tahap ini berbeda-beda ada yang pasif dan aktif

dari informasi tersebut dapat juga digunakan untuk

pekerja sosial melakukan pendekatan kepada

psikotik

5. Apa yang dilakukan pekerja sosial saat observasi

pada psikotik?

Observasi pada peyandangpsikotik dilakukan

dengan cara mengamati dari apa yang kita lihat

seperti perilaku peyandang psikotik kemudian

dianalisa apakah peyandang psikotik tersebut pasif

atau aktif

II. Peran Pekerja Sosial Pada Proses Bimingan

Keterampilan

1. Apakah Anda mendampingi peyandang psikotik ?

Sejak kapan dan sampai kapan?

Page 97: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

87

Dari tahap penerimaan sampai proses bimbingan

keterampilan

2. Bagaimana kondisi peyandang psikotik selama di

Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 ?

Bagaimana perilakunya?

Pada saat penerimaan sudah ada adaptasi jadi lebih

terbuka dll

3. Apa saja tahapan bimbingan keterampilan yang

diberikan pada peyandang psikotik dari awal

hingga akhir?

Kalau disini tahapan awalnya, langsung ikut

kegiatan langsung ikut bimbingan.Kalo disini

kegiatan sudah terprogram.Bimbingan

keterampilan salah satunya dari sekian banyaknya

bimbingan untuk para peyandang psikotik.

4. Bagaimana dengan bimbingan lainnya seperti

(fisik, mental spiritual, sosial) terhadap peyandang

psikotik ?

Bimbingan terhadap peyandang psikotik terdiri

dari bimbingan fisik berupa jalan sehat, senam

otak, dan senam setiap hari jumat.Untuk

bimbingan mental spiritual yaitu peyandang

psikotik beragama Islam ada kegiatan belajat

Page 98: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

88

mengaji dan solawatan, bagi peyandang psikotik

beragama Kristen kebaktian pada hari jumat dan

ibadah ke gereja pada hari minggu.Bimbingan

sosial terapeutik yang diberikan kepada peyandang

psikotik yaitu kegiatan seperti bercakap-cakap

untuk melatih peyandang psikotik agar dapat

berkomunikasi baik dengan petugas maupun

dengan sesama peyandang psikotik.

5. Bagaimana peran pekerja sosial dalam

pelaksanaan bimbingan keterampilan?

Peran pekerja sosial dalam hal ini bukan untuk

melatih peyandang untuk menghasilkan tapi lebih

fokus sebagai media untuk dapat ngobrol

samapeyandang psikotik untuk interaksi sehingga

dapat digali informasi dan perkembangan

peyandang psikotik.

6. Apa saja bimbingan keterampilan yang diberikan

pekerja sosial kepada peyandang psikotik ?

Mote sapu pel keset sandal dll

7. Apa saja peran-peran pekerja sosial yang

bapak/ibu lakukan dalam menangani peyandang

psikotik pada tahap bimbingan atau intervensi

pada peyandang psikotik ? Mohon ibu jelaskan,

Page 99: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

89

misalnya berperan sebagai educator, katalisator,

enabler atau fasilitator?

a. Peksos memfasilitasi mulai pada tahap

penerimaan yaitu pada awalnya kami akan

melihat terlebih dahulu kelengkapan dokumen

peyandang psikotik diantaranya formulir

rujukan, skrinning ISPDS. Setelah

pemeriksaan kelengkapan dokumen, dilakukan

penandatanganan berita acara serah terima.

dilanjutkan dengan penjelasan program,

kemudian penempatan peyandang psikotik

dalam panti. Dan juga memfasilitasi setiap

kegiatan yang diikuti oleh peyandang psikotik

serta melakukan pendampingan kepada

peyandang psikotik merupakan salah

satuperan pekerja sosial sebagai peran

fasilitator. Pendampingan kepada peyandang

psikotik dilakukan saat peyandang psikotik

mengikuti kegiatan yang ada di Panti Sosial

Bina Laras Harapan Sentosa 1 baik pada saat

kegiatan bimbingan fisik, mental spiritual,

sosial maupun bimbingan keterampilan.

b. Peran peksos sebagai broker contohnya

apabila peyandang psikotik membutuhkan

penanganan dokter pasti harus dihubungkan

melalui peksos. Begitu juga dengan

peyandang psikotik jika membutuhkan

Page 100: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

90

psikolog atau kontrol ke rumah sakit, itu

semua peran peksos sebagai broker. Peran

broker juga dilakukan pada proses

pemulangan peyandang psikotik. Peksos

berperan untuk menghubungan peyandang

psikotik dengan keluarga peyandang psikotik.

Setelah didapatkan informasi yang valid

mengenai keluarga peyandang psikotik maka

peyandang psikotik yang sudah pulih akan

dipulangkan

c. Pemungkin tuh paling kalo kita disini

peyandang psikotik yang sudah cukup pulih

bisa diberdayakan di luar panti, peran pekerja

sosial memungkinkan itu dengan mencarikan

orang yang mau memberdayakan peyandang

psikotik. Biasanya orang dekat petugas panti

agar tetap bisa diberikan pendampingan

karena peyandang psikotik ini sebenarnya

pulih bukan sembuh jadi harus tetap diberikan

pendampingan.

d. Kalo berperan sebagai konselor dilakukan

pada saat konsultasi. Konsultasi biasannya

dilakukan jika ada peyandang psikotik yang

ada masalah tentang sehari-harinya atau

dengan temannya biasanya dilakukan saat

terapeutik seperti bercakap cakap, membuat

buku kegiatan, berkenalan sambil

Page 101: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

91

mendengarkan cerita peyandang psikotik,

pekerja sosial juga menanggapi peyandang

psikotik.

e. Peran educator yang dilakukan oleh pekerja

sosial yaitu memberikan edukasi tentang cara

kebersihan diri dan lingkungan selain itu

edukasi tentang cara minum obat karena ada

juga peyandang psikotik yang apabila dikasih

obat dibuang sehingga perlu adanya edukasi

mengenai cara penggunaan serta manfaat obat

untuk peyandang psikotik.

8. Apa saja faktor pendukung dan hambatan dalam

pelaksaan bimbingan ketrampilan? Bagaimana

cara pekerja sosial dalam menangani hambatan

tersebut?

a. Peyandang psikotik ada yang responsif dan

agak susah diatur. Jadi sebagian besar

peyandang psikotik disini sulit diatur,

terkadang ada juga yang berontak atau

melawan hal ini mungkin karena peyandang

psikotik di panti ini merupakan ODGJ dengan

kategori berat atau kluster 1. Hal tersebut

tentunya menjadi faktor penghambat peran

pekerja sosial

b. Kurangnya jumlah pekerja sosial yang ada

disini, jika dibandingkan dengan jumlah

Page 102: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

92

peyandang psikotik. Lalu Penghambat lainnya

ketika ada beberapa peyandang psikotik yang

masih pasif dan tidak terbuka. Selain itu

apabila dosis obat kurang tepat, menimbulkan

efek samping pada peyandang psikotik seperti

lebih aktif atau malah terlalu pasif.

Page 103: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

93

DOKUMENTASI

Page 104: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

94

Page 105: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

95

Page 106: PERAN PEKERJA SOSIAL PADA TERAPI DALAM PROSES …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51084... · 2020. 6. 18. · “hasta karya” bagi peyandang psikotik di panti

96