peran panti asuhan keluarga yatim …/peran... · muhammadiyah (pakym) surakarta dalam ... seluruh...
TRANSCRIPT
PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA DALAM
USAHA PEMBENTUKAN SIKAP KEMANDIRIAN ANAK ASUH TAHUN 1966-1984
Disusun Oleh:
YUNI ARYANI
C0505051
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA DALAM
USAHA PEMBENTUKAN SIKAP KEMANDIRIAN ANAK ASUH TAHUN 1966-1984
Disusun oleh:
YUNI ARYANI
C0505051
Telah Disetujui Oleh Pembimbing
Pembimbing
Dra. Isnaini, W.W, M.Pd
NIP. 195905091985032001
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum
NIP. 195402231986012001
PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA DALAM USAHA PEMBENTUKAN SIKAP
KEMANDIRIAN ANAK ASUH TAHUN 1966-1984
Disusun oleh:
YUNI ARYANI
C0505051
Telah Disetujui Oleh Tim Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Pada Tanggal ………………….2010
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Penguji Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum ( )
NIP. 195402231986012001
Sekretaris Penguji Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd ( )
NIP. 195806011986012001
Penguji I Dra. Isnaini, W. W, M.Pd ( )
NIP. 195905091985032001
Penguji II Dr. Warto, M.Hum ( )
NIP. 196109251986031001
Mengetahui
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M. A
NIP. 195303141985061001
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Nama: YUNI ARYANI
Nim : C0505051
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) DALAM MEMANDIRIKAN ANAK ASUH TAHUN 1966-1984 adalah betul-betul karya sendiri, bukan dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 26 April 2010
Yang membuat
YUNI ARYANI
HALAMAN PERSEMBAHAN
· Bapak dan Almh Ibu serta Kakak-kakakku (keluarga besarku) terimakasih untuk semuanya.
HALAMAN MOTTO
“Orang yang meletakkan tanggannya di atas kepala anak yatim karena rasa kasih dan sayangnya, maka Allah akan memberi pahala kebaikan kepadanya sebanyak rambut
yang terpegang oleh tangan itu”. ( H. R. Ahmad dan Abbu Hayan).
Hidup adalah perjuangan, hidup adalah arah dan tujuan, masa depan adalah harapan. (Penulis).
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur alhamdullilah kehadirat Allah SWT atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, serta dengan usaha yang sungguh-sungguh, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebagai salah satu syarat mencapai
gelar sarjana ilmu sejarah pada fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas
Maret.
Penulis menyadari bahwa penulis tidak akan menyelesaikan skripsi ini tanpa
bimbingan, pengarahan dan petunjuk dari beberapa pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Sudarno, M. A, selaku Dekan Universitas Sebelas Maret.
2. Ibu Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum, selaku ketua jurusan fakultas sastra dan seni
rupa Universitas Sebelas Maret.
3. Ibu Dra. Isnaini, W. W, M. Pd, selaku pembimbing utama yang telah memberikan
arahan serta nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak M. Bagus Sekar Alam, S. S, M. Si, selaku pembimbing akademik yang
membantu penulis selama menempuh studi di fakultas sastra dan seni rupa
Universitas Sebelas Maret.
5. Seluruh staf dosen fakultas sastra dan seni rupa Universitas Sebelas Maret.
6. Bapak Wahyudi selaku ketua PAKYM, yang telah mau meluangkan waktunya
untuk membantu penulis sampai selesainya skripsi ini.
7. Segenap pengurus dan pengasuh PAKYM Surakarta, yang telah mau membantu
penulis mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.
8. Bapak dan Almh Ibu tercinta, Ibu Watini, Mas. Eko, Mbak. Nana, Mas. Ari,
Mbak. Lis, Mbak. Yuni, Murni, Mega dan semua keluarga besarku”, terimakasih
dan buat Eko Sriono terimakasih motivasinya.
9. Sahabatku sekalian Metha, Wanti, Weni, Dona, Acik, Shinta, Siti, yang selalu
memberi semangat untukku sehingga terwujudnya skripsi ini, sukses untuk kita
semua, Amin.
10. Sobat-sobat Ilmu Sejarah, Ari’, Budi Darmawan, Cahyo, Robet, Budi Trapsilo,
dan teman–teman seperjuangan angkatan 2005 Ilmu Sejarah.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu hingga terselesainya skripsi ini.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan segala rahmat dan anugrahnya sebagai
balasan atas segala puji yang telah dilakukan. Akhirnya dengan menyadari segala
kekurangan dan keterbatasan dalam menyajikan skripsi ini maka kritik dan saran
pwenulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini, dan penulis berharap semoga
skripsi yang penulis sajikan dengan segala kekurangan dan keterbatasan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Waasalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, 26 April 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xii
DAFTAR ISTILAH......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
ABTRAKSI .................................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ....................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 11 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 12 F. Metode Penelitian .......................................................................... 15 G. Sistematika Penelitian .................................................................... 19
BAB II. SEJARAH BERDIRINYA PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA
A. Letak Geografis PAKYM Surakarta .............................................. 21 B. Sejarah Berdirinya PAKYM Surakarta .......................................... 25 C. Kedudukan PAKYM di Dalam Muhammadiyah ........................... 29
1. Sejarah Berdirinya Majlis ........................................................ 29
2. Majlis PKU dan PAKYM Surakarta ........................................ 35
BAB III. PERKEMBANGAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 1966-1984
A. Pengorganisasian PAKYM Surakarta Tahun 1970-1984 .............. 42 1. Sistem Penerimaan Anak Asuh PAKYM Surakarta ................ 44 2. Sistem Pendidikan Anak Asuh PAKYM Surakarta ................. 47 3. Pengolahan Dana PAKYM Surakarta ...................................... 51 4. Kepengurusan PAKYM Surakarta ........................................... 57 5. Kondisi Kehidupan PAKYM Surakarta ................................... 61
B. Interaksi Sosial di Dalam PAKYM Surakarta ............................... 69 C. Pengaruh Situasi Sosial, Politik dan Ekonomi PAKYM Surakarta ........................................................................................ 76 D. Upaya Pengembangan PAKYM Surakarta .................................... 79
BAB IV. PERAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA DI BIDANG PENDIDIKAN UNTUK MEMBENTUK SIKAP KEMANDIRIAN
A. Peran PAKYM Surakarta di Bidang Pendidikan Untuk Membentuk Sikap Kemandirian Anak Asuh ...................................................... 82 1. Pendidikan Informal ................................................................. 84
a. Sistem Kekeluargaan.......................................................... 85 b. Sistem Keteladanan ............................................................ 87 c. Sistem Kedisiplinan ........................................................... 89
2. Pendidikan Formal .................................................................... 90 3. Pendidikan Nonformal .............................................................. 97
a. Kegiatan Pendidikan Nonformal ........................................ 98 1. Pembinaan Keagamaan ................................................ 98 2. TapakSuci..................................................................... 100 3. Pendidikan Olah Raga .................................................. 101
b. Jadwal Pendidikan Nonformal ........................................... 101 c. Biaya Pendidikan Nonformal ............................................. 103
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 111 DAFTAR INFORMAN……………………………………………………… 117
x
DAFTAR TABEL
1: Dartar alumni PAKYM yang telah berhasil…………………………………. 51
2: Rekapitulasi anggaran pemasukan PAKYM Surakarta tahun 1981………… 57
3: Rekapitulasi anggaran pengeluaran PAKYM Surakarta tahun 1981.............. 58
4: Daftar menu makan di PAKYM Surakarta tahun 1980.................................. 67
5: Data tempat sekolah anak asuh PAKYM Surakarta tahun 1970-an............... 94
6: Data tempat sekolah anak asuh PAKYM Surakarta tahun 1980-an............... 94
7: Data anak asuh yang masuk ke PAKYM Surakarta tahun 1970-an............... 95
8: Data anak asuh yang masuk ke PAKYM Surakarta tahun 1980-an............... 96
9: Jadwal kegiatan pendidikan nonformal PAKYM Surakarta tahun 1970-an.. 102
10: Jadwal kegiatan pendidikan nonformal PAKYM Surakarta tahun 1980-an. 102
DAFTAR SINGKATAN
· AD/ART: Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga · ASEAN: Association South East Asia Nation · BAZIS : Badan Amal Zakat Infak Sodaqoh · DIKDASMEN: Pendidikan Dasar Menengah · PAKYM: Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah · PAYM : Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah · PCM : Pimpinan Cabang Muhammadiyah · PDM : Pimpinan Derah Muhammadiyah · PKO : Penolong Kesengsaraan Oemoem · PKU : Pembina Kesejahteraan Umat · PPM : Pimpinan Pusat Muhammadiyah · RMM : Rumah Miskin Muhammadiyah · SATV : Sidiq Amanah Tabligh Vatonah · STM : Sekolah Tehnik Pertama
DAFTAR ISTILAH
· Tajdid : Pembaharuan
· Foster Parents : santunan kepada anak yatim yang dirawat oleh keluarga
· Foster care : santunan kepada anak yatim yang diangkat sebagai anak angkat
· Survival : ukuran kepentingan
DAFTAR LAMPIRAN
1: Muhammadiyah Sebagai Badan Hukum............................................................ 117
2: Surat Permohonan Bantuan Untuk Mengembangkan Rumah Yatim Muhammadiyah di Surakarta…………………………………………………. 118
3: Surat Tanda Pendaftaran PKU Muhammadiyah………………………………. 119
4: Keputusan Menteri Sosial RI Tentang Pengukuhan Organisasi Sosial……….. 120
5: Surat Pendaftaran Sementara PAKYM Surakarta.............................................. 122
6: Dokumentasi PAKYM Surakarta........................................................................ 124
7: Rekapitulasi BUku Kas PAKYM Surakarta Tahun 1981................................... 134
8: Rapor Alumni Anak Asuh PAKYM Tahun 1974............................................... 138
9: Daftar Menu Makan Anak Asuh PAKYM Surakarta......................................... 139
10: Denah PAKYM Surakarta................................................................................ 140
11: Daftar Informan................................................................................................ 141
ABSTRAK
Yuni Aryani (C0505051) Peran Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta Dalam Usaha Pembentukan Sikap Kemandirian Anak Asuh Tahun 1966-1984 Skripsi, Surakarta : Fakultas Sastra dan Senirupa, Universitas Sebelas Maret, 2010.
Secara struktural PAKYM Surakarta merupakan usaha sosial yang dilakukan oleh Muhammadiyah, melalui Majlis-majlis PKU Daerah Surakarta,. tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan yang bertanggung jawab kepada Majlis PKU. Pada dasarnya skripsi ini dibatasi oleh cakupan temporal yaitu antara tahun 1966-1984, alasannya bahwa pada tahun 1966 merupakan awal digunakannya turunan akte resmi penyerahan PAKYM Surakarta ke Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Surakarta.
Penelitian dalam studi sejarah ini memakai pendangan sejarah kritis yang didasarkan pada metode historis yang di dalamnya mencakup kegiatan pengumpulan sumber, menguji, menganalisa secara kritis, rekontruksi, yang kemudian menghasilkan historiografi.
Akhirnya skripsi ini hendak memberikan gambaran tentang usaha Muhammadiyah Kodia Surakarta melalui Majlis PKU dalam ikut peduli terhadap pengentasan kemiskinan melalui penyantuanan anak-anak terlantar dan memberikan bekal pendidikan baik Informal, Formal dan Nonformal yang dapat bermanfaat bagi diri masing-masing anak asuh, juga usaha Muhammadiyah dalam ikut menyalurkan ke dalam lapangan pekerjaan pada diri anak-anak asuh.
ABSTRACT
Yuni Aryani (C0505051) Growht And The Role Of Family Orphanage Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta 1966-1984 Year In The FIield Of Education Skripsi, Surakarta: Faculty of Literature and Fine Arts, University Eleven in March, 2010
Surakarta is structurally PAKYM social enterprise conducted by Muhammadiyah, through the Majlis-majlis Regional PKU Surakarta, Surakarta PAKYM managed and developed. But in practice done by Muhammadiyah Laweyan Branch Manager is responsible to the Majlis PKU.
In this paper also provides an explanation of the history and position within the Muhammadiyah Surakarta PAKYM and Surakarta PAKY role in education for foster children. In its inception, PAKYM Surakarta has undergone several name changes, namely House Poor Muhammadiyah (RMM), Muhammadiyah Orphan Aylum Asuhan (PAYM) and Surakarta Muhammadiyah Orphan Asylum Asuhan Family (PAKYM) Surakarta. Similarly, residential moving, in the hands of pengelolaanpun experiencing displacement, namely from the Regional Chairman of Muhammadiyah (PDM) Kodia Surakarta through the Majlis Dients PKO. PKO that from to the Branch Head of Muhammadiyah (PCM) Laweyan, however all the stewardship and management of Surakarta accounted PAKYM to the Majlis PKU Conference each period.
Basically, this thesis is limited by the temporal coverage between the years 1966-1984, the reason is that in 1966 was the beginning of the use of derivatives official handover certificate PAKYM Muhammadiyah Surakarta to Branch Manager (PCM), Surakarta, but in the Articles of Association or Bylaws there are still some similarities such as foster children in the system of revenue, the principal profisions that must be met to be able to join part of the foster children in Surakarta PAKYM among other truly orphaned of fatherless children from families who can not afford, Islam, and not taken care of by relatives. While the provisions of the age and origin area was little changed from a maximum of 10 years to between 6-11 years, who were originally from Surakarta, also experienced growth in all areas outside of Surakarta in the nursing facility remains adequate.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu gerakan pembaharuan Islam yang cukup luas pengaruhnya
di dalam masyarakat, sejak zaman penjajahan Belanda sampai sekarang
adalah Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan di
Yogyakarta pada tanggal 18 Nopember 1912 yang merupakan perkumpulan
modernis Islam.1
Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang merupakan wujud
konkret dari hasil renungan Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammadiyah
Abduh, yang artinya Afghani dan Abduh adalah penggagas ide-ide besar yang
membutuhkan kerja intelektual yang serius. Satu diantara ide besar itu adalah
membebaskan umat Islam dari sikap mengikuti seraya membawa kepada
Qur’an dan sunnah.2
Muhammadiyah pada awalnya merupakan bentuk gerakan keagamaan
yang diilhami oleh kegelisahan intelektual. Perbedaan pemikiran keagamaan
yang didasarkan atas penafsiran amaliyah melalui pendekatan keilmuan yang
mulanya merupakan titik tolak lahirnya pendangan tajdid (pembaharuan),
1 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES), 1980, hal. 84. 2 Suara Muhammadiyah, No. 7 Tahun ke 79, 1-15 April 1994. Hal. 41.
2
sekaligus mendorong perkembangan yang menempatkan agama sebagai
sumber perubahan di tengah masyarakat.3
Banyak faktor yang melatarbelakangi pendirian Muhammadiyah.
Salah satunya adalah Muhammadiyah merupakan organisasi yang
mementingkan kehidupan masyarakat, antara lain dengan membangun rumah
sakit, mendirikan panti asuhan, menyantuni fakir miskin, mendirikan sekolah
dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Bidang pendidikan
dianggap perlu dan penting dilaksanakan guna menunjang sumber daya
manusia yang mampu menjawab tantangan masa depan.
Bidang pendidikan dianggap penting sebagai usaha untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, di bidang kewanitaan, kepemudaan,
kemahasiswaan, di dunia pelajar, dan di dunia kesehatan. Santunan sosial dan
kesejahteraan serta penyiaran Islam merupakan dakwah yang harus terus
ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman.4 Jika hal
tersebut kita renungkan, maka akan tampak sekali sungguh besar jasa
Muhammadiyah dalam gerakan mencerdaskan bangsa.
Muhammadiyah sebagai organisasi terbesar dan tertua selain Sarekat
Islam, yang tetap mempertahankan eksistensinya sejak jaman penjajahan
Belanda, Jepang sampai pada masa kemerdekaan. Muhammadiyah dalam
perkembangannya mampu mendirikan amal-amal usaha, antara lain bergerak
3 Emha Ainun Nadjib dkk, Pak AR Profil Kyai Merakyat, Yogyakarta: Dinamika, 1995, hal. 49. 4 PP Muhammadiyah Majlis Tabligh, 1988. Hal. 111-112.
3
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kesejahteraan dan kesehatan
masyarakat, dan pembinaan kehidupan beragama Islam. Pada jaman
penjajahan Belanda, Muhammadiyah sangat aktif dalam menjalankan gerakan
pembaharuan (tajdid) di tengah-tengah masyarakat. Muhammadiyah
mengadopsi teknik barat dalam bidang pendidikan, dan menjadikannya
sebagai media untuk melawan pemerintah secara kultural. Sikap menentang
pemerintah kolonial yang diwujudkan melalui cara-cara yang baik, hal itu
menyebabkan gagasan penentangan Muhammadiyah tidak beralasan untuk
ditindak oleh Belanda, sampai akhirnya menang.5
Pada jaman Jepang, para tokoh Muhammadiyah tetap dapat
melestarikan kepribadian Muhammadiyah, kepribadian Muhammdiyah adalah
cirri-ciri dan sifat-sifat khas Muhammadiyah yang merupakan perwujudan
jiwa dan semangat Muhammadiyah yang memberi warna setiap gerak langkah
perjuangan dan harus dimiliki dan dipelihara oleh setiap warga
Muhammadiyah.6
Pada jaman kemerdekaan, Muhammadiyah turut mempunyai pesan
besar dalam pembangunan di bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi dan
sosial. Banyak amal usaha yang dimilkiki oleh Persyarikatan Muhammadiyah
antara lain Universitas Muhammadiyah, sekolah-sekolah Muhammdiyah dan
5 MT. Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Jaya), 1987, hal.
242-243. 6 Zakiyuddin Baidhawy, Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologi dan
Organisasi,(Surakarta: LSI UMS), 2001, hal. 64.
4
Rumah Sakit Muhammadiyah. Namun hal ini barulah pada awal perjuangan
Muhammadiyah untuk melanjutkan cita-cita pendiri Muhammadiyah (K. H.
Ahmad Dahlan) yang masih panjang.
Arti Muhammdiyah dapat ditinjau dari dua segi bahasa dan istilah,7
bila ditinjau dari segi bahasa mempunyai arti “umat Muhammad” atau
“pengikut Muhammad” yaitu semua orang yang beragama Islam dan
meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pengasuh Allah yang terakhir.
Dari segi istilah, Muhammadiyah adalah merupakan gerakan yang diharapkan
dapat mencontoh segala jejak perjuangan dan pengabdian nabi Muhammad
SAW. Selain itu di maksudkan agar semua anggota Persyarikatan
Muhammadiyah benar-benar menjadi seorang muslim yang penuh pengabdian
dan tanggung jawab terhadap agamanya serta merasa bangga dengan
keIslamannya.
Muhammadiyah mempunyai banyak organisasi yang mementingkan
kehidupan masyarakat, wujudnya antara lain adalah Panti Asuhan Keluarga
Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta. PAKYM Surakarta berdiri pada
zaman Hindia Belanda tepatnya pada tahun 1930 di kota Solo (Surakarta)
yang diprakarsai oleh Almarhum Bapak K. H. Muhammad Edris Abdus
Salam yang dibantu oleh Almarhum Bapak H. Anwar Shidiq dan kawan-
7 Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, (Yogyakarta: Persatuan),
1988, hal. 27.
5
kawan. Keberadaan panti asuhan ini berdasarkan akte pendirian Persyarikatan
Muhammadiyah sebagai badan hukum dengan No. 81.
Pertama kali letak panti asuhan ini di kampung Kandangsapi,
Kecamatan Jebres, Solo. Dalam kegiatannya panti asuhan ini adalah mendidik
dan mengasuh anak-anak yatim piatu terlantar dari berbagai daerah. Pada
tanggal 7 Nopember 1953 terjadilah musibah di daerah tersebut dengan
adanya angin taufan yang membuat bangunan panti asuhan tersebut roboh,
sehingga pada tahun 1954-1955 panti asuhan tersebut terpaksa ditempatkan
pada bangunan darurat yang dibangun di sebelah rumah panti asuhan yang
roboh karena musibah angin taufan.
Pada bulan Maret 1956 panti asuhan menempati gedung baru yang
terletak di jalan Brigjen Slamet Riyadi No. 441 Solo yang termasuk wilayah
Pajang, kecamatan Laweyan, Surakarta hingga sekarang. Gedung baru ini
dibangun pada tahun 1954 atas bantuan dari Yayasan Dana Bantuan (YDB).
Nama lembaga panti ini semula bernama Rumah Miskin Muhammadiyah
Surakarta, kemudian tahun 1956 diganti nama menjadi Panti Asuhan Yatim
Muhammadiyah (PAYM) Surakarta yaitu disesuaikan dengan surat keputusan
Menteri Sosial Repiblik Indonesia tanggal 8 Nopember 1955 dan telah
mendapat persetujuan dari Pimpinan Muhammadiyah Majlis PKU Surakarta
yang termaktub dalam surat tanggal 5 Januari 1956 No. 041/56. Namun
berdasarkan fatwa se-Indonesia di Purwokerto bulan September 1968, maka
nama Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) sejak tanggal 1 Januari
6
1970 diubah menjadi Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah
(PAKYM).8
Status Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM)
Surakarta adalah merupakan salah satu amal usaha atau kegiatan sosial,
Muhammadiyah Cabang Laweyan (PKS-PM) sejak tanggal 5 Oktober 1966
pengurusan serta tanggung jawab pemeliharaan panti asuhan ini diserahkan
dari Pimpinan Muhammadiyah Kodia Surakarta kepada Pimpinan
Muhammadiyah Cabang Laweyan Surakarta, berdasar surat serah terima
tanggal 5 Oktober 1966, Muhammadiyah No. D. 156/6. Panti Asuhan
Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta didirikan semata-mata
ingin melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rosulullah SAW. Dengan
memperhatikan kebutuhan anak dimasa yang akan datang, maka pendidikan
yang berpijak pada ajaran Islam tetap mendapatkan prioritas, dipihak lain
pendidikan merupakan modal yang harus mereka miliki baik untuk keperluan
sekarang (dunia), dan nanti (akhirat) atau untuk keperluan keduanya (dunia
akhirat).
Pada dasarnya ada dua macam pelayanan yang digunakan dalam
PAKYM Surakarta ini yaitu yang pertama pelayanan dalam sistem foster care
yaitu beberapa anak yatim dititipkan kepada keluarga yang mampu dan
bersedia mengadopsi anak tersebut setelah mendapatkan persetujuan dari
8 Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta
Bekerjasama Dengan UMS, Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta,( Surakarta), 1997, hal. 2-3.
7
pengurus panti asuhan. Dengan pengadopsian tersebut maka seluruh biaya
pemeliharaan dan tanggung jawab terhadap anak tersebut berada dalam
keluarga yang bersangkutan. Sedangkan sistem foster parents yaitu PAKYM
memberikan santunan kepada anak yatim yang tidak mampu dengan cara
mereka tetap tinggal bersama wali atau keluarga mereka.9
Panti adalah unsur pelaksana dinas sosial dibidang rehabilitasi dan
pelayanan sosial terhadap anak-anak yatim piatu, dan anak-anak terlantar.
Panti itu sendiri di pimpin oleh seorang pimpinan panti yang bertanggung
jawab kepada dinas. Panti asuhan merupakan suatu lembaga usaha
kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggungjawab untuk memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak-anak terlantar serta melaksanakan
pelayanan pengganti, atau perwakilan anak dalam memenuhi kebutuhan fisik,
mental, dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang
luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan
yang diharapakan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa,
sebagai insan yang akan turut serta aktif didalam bidang pembangunan
nasional.
Panti asuhan diartikan sebagai suatu lembaga untuk mengasuh anak-
anak, menjaga dan memberikan bimbingan dari pimpinan kepada anak dengan
tujuan agar mereka menjadi manusia dewasa yang cakap dan berguna serta
bertanggung jawab atas dirinya, dan terhadap masyarakat di kemudian hari.
9 Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 20 Oktober 2009.
8
Panti asuhan dapat pula diartikan atau berfungsi sebagai pengganti keluarga,
dan pimpinan panti asuhan sebagai pengganti orang tua, sehubungan dengan
orang tua anak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam mendidik
dan mengasuh anaknya.
Panti asuhan baik yang di selenggarakan oleh Negara maupun yayasan
dimaksudkan sebagai tempat bernaung bagi anak-anak terlantar dalam
pertumbuhan perkembangannya mengalami berbagai macam gangguan sosial,
baik yang bersifat intrinsik, yaitu berasal dari anak itu sendiri, seperti cacat
mental atau fisik. Gangguan sosial yang bersifat ekstrinsik, yaitu karena
pengaruh lingkungan diluar diri anak, seperti orang tua meninggal dunia,
perpecahan dalam keluarga, kemiskinan dan lain-lain sehingga anak menjadi
terlantar.
Salah satu kebutuhan penting manusia selain sandang, pangan, papan,
kesehatan adalah kebutuhan akan pendidikan. Kebutuhan akan pendidikan ini
sangat penting bagi setiap manusia, maka pemerintah telah menuangkan
dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tap MPR No.
IV/MPR/1973 tentang tujuan pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta sistematis yang
dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi
anak agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa pendidikan adalah bantuan yang
9
diberikan dengan sengaja kepada anak, dalam pertumbuhan jasmani maupun
rohani untuk mencapai tingkat dewasa.
Panti asuhan ini sangat mengedepankan pendidikan karena salah satu
kebutuhan penting selain sandang, pangan, papan dan kesehatan adalah
kebutuhan akan pendidikan. Kebutuhan akan pendidikan ini penting bagi
setiap manusia. Pendidikan menurut pendekatan sistem merupakan
pendekatan multidisipliner. Pendidikan adalah suatu keseluruhan karya insan
yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional
dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku
seseorang sehingga mencapai kualitas hidup yang diharapkan. Pendidikan
berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik.
Perdidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola
kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Sistem
pendidikan yakni sekolah adalah lembaga sosial yang turut menyumbang
dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat yang
diharapkan, sekolah selalu saling berhubungan dengan masyarakat.
Melalui pendidikan inilah diharapkan terbentuknya kepribadian anak-
anak asuh sesuai dengan yang diharapkan, yaitu kepribadian seseorang yang
baik yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam dan mematuhi norma-norma
yang ada dalam masyarakat, karena boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan
10
individu bertalian dengan dan atau dipengaruhi oleh orang lain, maka karena
itu kepribadian pada hakekatnya adalah gejala sosial. Aspek yang sama yang
terdapat dalam kelakuan semua orang dalam masyarakat dapat disebut
kebudayaan masyarakat itu. Kepribadian individu selalu bertalian erat dengan
kebudayaan lingkungan tempat mereka tinggal.
Pemerintah memperhatikan hak setiap warganya untuk mendapatkan
pendidikan yang diatur melalui undang-undang. Namun yang sering menjadi
masalah adalah bahwa setiap sistem pendidikan yang kita miliki sekarang ini
pada dasrnya tidak dapat menjangkau golongan pada masyarakat kita. Anak-
anak dari golongan ini menjadi dewasa tanpa pendidikan tanpa bimbingan
mengenai norma-norma sosial. Mereka hidup semata-mata untuk survival
pribadi, tanpa mengindahkan masalah survival kolektif.10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Panti Asuhan Keluarga Yatim
Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta?
2. Bagaimana perkembangan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah
(PAKYM) Surakarta tahun 1966-1984?
10 Muchtar Buchori, Transformasi Pendidikan: Kumpulan Karangan, (Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Jakarta Press), 1995, hal. 21.
11
3. Bagaimana peran Panti Asuahn Keluarga Yatim Muhammadiyah
(PAKYM) Surakarta di bidang pendidikan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Panti Asuhan
Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta.
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Panti Asuhan Keluarga
Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta tahun 1966-1984.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran Panti Asuhan Keluarga Yatim
Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta dibidang pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan
informasi dan pengetahuan yang lebih mengenai sejarah pendidikan di
Surakarta berbasis pada organisasi keagamaan.
2. Hasil dari penelitian secara teoritis untuk mengembangkan ilmu-ilmu
sastra pada umumnya dan lisan pada khususnya.
12
3. Hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya,
terutama bagi peneliti sejarah pendidikan di Surakarta serta menjadi
perbandingan mengenai masalah serupa.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam buku Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta,
karya Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah dan
bekerjasama dengan UMS (1997), memaparkan mengenai pengkajian Panti
Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah yang ditinjau dari tiga pendekatan
yaitu historis, ideologis dan struktural. Pertama pendekatan historis,
dijelaskan mengenai aspek ke-sejarahan Panti Asuhan Keluarga Yatim
Muhamadiyah (PAKYM) Surakarta, terutama latar belakang berdirinya panti
asuhan, perkembangan panti asuhan dan antisipasinya terhadap perubahan
sosial dalam masyarakat. Kedua pendekatan ideologis, dijelaskan mengenai
konsep-konsep dasar ideologi panti asuhan, yang ketiga pendekatan struktural,
yang mempelajari susunan organisasi panti asuhan dari tingkat ranting sampai
tingkat pusat. Buku ini berperan untuk mengetahui latar belakang pendirian
Panti Ashan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta.
Dalam buku Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, karya
Muhammad Athiyah Al-abrasyi (1996), mengemukakan tentang pemikiran
pendidikan Islam meliputi metode pengajaran dalam pendidikan Islam,
kepedulian Islam terhadap anak-anak terlantar. Bagi Islam pendidikan adalah
13
sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk menjadikan mereka agar lebih
berkualitas dalam segala hal yang meliputi pendidikan jiwa raga yang tidak
terbatas pada ikatan waktu formal karena Islam menganjurkan pendidikan
sejak anak belum lahir hingga meninggal dunia. Buku ini dibutuhkan dalam
penulisan tntang perkembangan pendidikan.
Dalam skripsi Peranan Panti Asuhan Sosial Anak Artanita Al-
Khoeriyyah di Dalam Memeberikan Pendidikan Pada Anah Asuh dan Upaya
peningkatan Kesejahteraan Anak, Saripah (2004), mengemukakan tentang
pengertian panti asuhan sosial, tentang peranannya dalam menjalankan
tanggung jawabnya sebagai panti asuhan bagi anak asuhnya. Didalam skripsi
ini juga membahas cara meningkatkan pendidikan anak khususnya yang
bertempat tinggal di panti asuhan untuk mendapatkan kualitas ilmu yang
dapat meningkatkan sumber daya manusia yang cerdas, dengan demikian
melalui pendidikan inilah diharapkan dapat membentuk kepribadian anak
sesuai yang diharapkan, disini juga dibahas tentang bagaimana peran
pengasuh terhadap anak asuh, kegiatan-kegiatan yang dilakukan di panti
asuhan. Penulisan skripsi ini sangat dibutuhkan karena dalam bahasannya
sama yaitu tentang peranan panti asuhan bagi anak asuh khususnya dalam
bidang pendidikan.
Dalam skipsi Pembinaan Etos Kerja Islami Bagi Anak Yatim di Panti
Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, Asih Kurniawati (2007),
mengemukakan tentang kegiatan-kegiatan anak asuh diluar pendidikan
14
formalnya yang dilakukan di panti asuhan, memberikan pendidikan yang
bermanfaat bagi anak asuh yang akan digunakan bila anak asuh sudah keluar
dari panti asuhan. Pembinaan etos kerja yang dilakukan oleh pengasuh kepada
anak asuhnya agar anak asuh mempunyai pengalaman untuk mencukupi
kehidupannya kelak, selain itu juga didalam skripsi ini akan dibahas kegiatan-
kegiatan diluar sekolah, bagaimana hubungan pengasuh dengan anak
asuhnya, hubungan anak asuh dengan anak asuh.
Dalam buku Gerakan Modern Islam di Indonesia 1990-1942, Deliar
Noer (1980), mengemukakan bahwa pada tahun 1990 adalah awal gerakan
modern Islam dan tahun 1942 terjadi perubahan besar dalam perkembangan
Islam modern, yaitu terjadinya pergantian penguasa jajahan dan timbulnya
pemikiran baru pada arah dan tujuan gerakan Islam, perkembangan yang
terjadi pada tahun 1900-1942 merupakan permulaan dari pemikiran gerakan
modern Islam di tahun-tahun selanjutnya. Selain itu juga membahas asal-usul
dan perkembangan gerakan modern Islam di bidang pendidikan dan sosial
dengan mengambil contoh daerah atau organisasi sebagai penyelenggara
pendidikan, serta golongan reformis Islam di bidang pendidikan pada masa
1900-1942. Hal ini dinilai penting karena Muhammadiyah muncul sejak tahun
1942-an.
15
F. Metode Penelitian
Dalam memahami peristiwa-peristiwa dimasa lampau sebagai fakta
sejarah memerlukan adanya tahapan atau proses sehingga dibutuhkan metode
serta pendekatan agar terbentuk sebuah bangunan sejarah yang utuh.
Penelitian sejarah dalam studi ini memakai pandangan sejarah kritis yang
didasarkan pada metode historis yang didalamnya mencakup kegiatan
pengumpulan sumber, menguji, menganalisa secara kritis dari rekaman dan
peninggalan masa lampau, kemudian diadakan rekonstruksi dari data yang
diperoleh sehingga menghasilkan penulisan sejarah (historiografi).11 Metode
sejarah mempunyai empat tahapan penelitian.
1. Heuristik, yaitu kegiatan mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah
untuk mendapatkan bahan penelitian. heuristik adalah kegiatan
menghimpun jejak-jejak masa lampau yang merupakan peristiwa sejarah
dengan cara melakukan pengumpulan bahan-bahan tertulis, tercetak dan
sumber-sumber lainnya yang relevan. Disini pencarian data dilakukan dengan
cara mencari arsip dan majalah yang berhubungan dengan masalah yang di
teliti. maka teknik pengumpulan data yang di gunakan sebagai berikut:
11 Gottstalk, Louis, Mengerti Sejarah, (Jakarta : Universitas Indonesia Press), 1986, hal. 32.
16
a. Studi Dokumenter
Dokumen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu dokumen dalam arti
sempit yang merupakan kumpulan-kumpulan data-data verbal yang berbentuk
tulisan, sedang dalam arti luas selain sumber tertulis juga meliputi foto-foto,
rekaman, monumen, artefak dan peninggalan budaya lainnya.12 Adapun data-data
tertulis yang tersedia dalam penulisan ini ada di Perpustakaan Sastra dan Seni
Rupa UNS, Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan Dinas Sosial Karanganyar,
Perpustakaan Dinas Sosial Surakarta, Perpustakaan Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Surakarta dan Perpustakaan Kantor Pimpinan Cabang
Muhammadiyah PAKYM Surakarta.
1. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk suatu tujuan
tertentu dan tugas tertentu untuk mencoba mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan yaitu dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang dan guna mendapat sumber lisan dari orang yang mengalami peristiwa
tersebut.13
Dalam penelitian ini dibutuhkan sumber data lisan. Data lisan tersebut
akan diperoleh melalui wawancara (interview) dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam (in depth interview). Wawancara ini dilakukan dengan
12 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia),
1992, hal. 4. 13 Koendjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia), 1983, hal.
64.
17
cara tanpa adanya struktur karena hal itu akan mempercepat hubungan antara
peneliti dengan informan menjadi lebih akrab. Wawancara terhadap informan
agar mendapatkan keterangan dan data mengenai yang dibutuhkan untuk
keperluan informasi. 14 informai yang diperoleh dari informan yang telah
diwawancarai dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan-bahan yang dipakai
untuk untuk keperluan informasi, hal ini dimaksudkan terutama dalam
menentukan kebenaran data yang diperoleh dari informan. Dalam melakukan
penelitian, peneliti menggunakan teknik Snowball Sampling. Snowball Sampling
yaitu pertama-tama peneliti mendatangi seseorang yang dapat dipakai sebagai
informasi kunci atau utama, kemudian informan kunci atau utama tersebut
menunjukkan subyek lain yang dikenal sebagai teman dekat dan dipandang
mengetahui lebih banyak masalah yang yang akan diteliti, kemudian peneliti
menunjuknya sebagai informan baru, demikian seterusnya dengan berganti
informan yang lebih tahu sehingga dengan begitu data yang diperoleh dalam
penelitian ini antara lain yaitu Wahyudi sebagai ketua PAKYM Surakarta,
Sukarno sebagai Guru pendidikan nonformal PAKYM Surakarta, Damanuri
sebagai pengasuh PAKYM Surakarta dan lainnya.
a. Studi Kepustakaan
Guna keperluan penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan
untuk memperoleh data relevan, yaitu berupa buku, majalah ilmiah, surat kabar,
14 Koendjaraningrat, op cit. Hal. 140.
18
makalah dan lain-lain yang penulis anggap dapat menunjang permasalahan
penelitian skripsi tersebut diluar data dari studi dokumen dan wawancara.
2. Kritik sumber, yaitu usaha pencarian keaslian data yang diperoleh melalui
kritik intern atau ekstern.15 Kritik intern dilakukan untuk mencari keaslian isi
sumber, sedang kritik ekstern dilakukan untuk mencari keabsahan keaslian
sumber.
3. Interpretasi, Interpretasi kegiatan memberikan penafsiran terhadap data sejarah
yang telah diteliti hasilnya. Hal tersebut dilakukan karena data yang diperoleh
harus dipilahkan antara sumber yang relevan dan yang tidak relevan. Analisis
data adalah proses mengorganisasikan dan mengklasifikasikan data ke dalam
pola, kategori dan satuan urutan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang terdapat dalam data. Penelitian ini adalah
penelitian yang bersifat kualitatif. Dalam penelitian ini setelah dilakukan
kegiatan pengumpulan data, peneliti melakukan analisis data dan
membandingkan data satu dengan yang lain sesuai dengan data yang diinginkan
sehingga diperoleh fakta-fakta sejarah. Fakta-fakta itu kemudian diseleksi,
diklarifikasi dan ditafsirkan, baru kemudian merangkai fakta-fakta tersebut untuk
dijadikan bahan penulisan penelitian yang utuh dalam sebuah karya ilmiah.
15 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu), 1999,
hal. 58.
19
4. Historiografi, merupakan penulisan sejarah dengan merangkai fakta-fakta
menjadi kisah sejarah. Historiografi merupakan klimaks dari sebuah metode
sejarah. Dari sini pemahaman dan interpretasi dari fakta-fakta yang ditulis dalam
bentuk kisah sejarah yang menarik dan masuk akal. Dalam sintesa kisah yang
bulat sehingga harus disusun menurut teknik penulisan sejarah.
G. Sistematika Penulisan
Pada Bab I merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Pada Bab II akan dibahas gambaran tentang sejarah berdirinya Panti
Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta meliputi letak
geografis dan dasar berdirinya Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah
(PAKYM) Surakarta, dan tentang kedudukan Panti Asuahan Keluarga Yatim
Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta dalam Muhammadiyah.
Pada Bab III menguraikan tentang perkembangan Panti Asuhan
Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta tahun 1966-1984,
berisi tentang pengorganisasian Panti Asuhan Keluarga Yatim
Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta meliputi sistem penerimaan anak asuh
di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta,
sistem pendidikan anak asuh di Panti Asuhan Keluarga Yatim
20
Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, pengolahan dana Panti Asuhan
Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, kepengurusan Panti
Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, dan kondisi
kehidupan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM)
Surakarta, interaksi sosial di dalam Panti Asuhan Keluarga Yatim
Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta, pengaruh situasi sosial, politik dan
ekonomi terhadap Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM)
Surakarta, dan upaya pengembangan Panti Asuhan Keluarga Yatim
Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta.
Bab IV peran Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah
(PAKYM) Surakarta di bidang pendidikan bagi anak asuh untuk membentuk
sikap kemandirian anak asuh berisi peran dibidang pendidikan meliputi
pendidikan Informal melalui sistem kekeluargaan, sistem keteladanan dan
sistem kedisiplinan, pendidikan Formal dan pendidikan Nonformal melalui
pambinaan keagamaan, tapak suci dan pendidikan olah raga, serta alasan Panti
Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta menggunakan
pendidikan untuk membentuk kepribadian anak asuh.
Bab V merupakan kesimpulan.
21
BAB II
SEJARAH BERDIRI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM
MUHAMMADIYAH (PAKYM) SURAKARTA DAN KEDUDUKANNYA DALAM
MUHAMMADIYAH
A. Landasan Pembentukan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah
(PAKYM) Surakarta
Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Surakarta ini beralamat di jalan Brigjen
Slamet Riyadi No. 441 Surakarta, lokasi ini termasuk wilayah Kelurahan Pajang,
Kecamatan Laweyan. Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Surakarta ini berbatasan
dengan:
a. Sebelah Utara baerbatasan dengan jalan Slamet Riyadi,
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Kampung Griyan,
c. Sebelah Timur berbatasan dengan kios tanaman hias,
d. Sebelah Barat berbatasan dengan SMA Muhammadiyah 4 Surakarta.
Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) terletak pada
tempat yang sangat strategis, lokasi ini berada di jalan utama Surakarta, yaitu jalan
Brigjen Slamet Riyadi dan merupakan jalan utama dari Yogyakarta dan Semarang
untuk menuju Surakarta. Untuk menjangkau lokasi tersebut juga terbilang mudah
karena di lalui kendaraan umum jalur Kartasura sampai Surakarta.
Saat ini PAKYM Surakarta mempunyai areal seluas 969 m2 , areal tersebut
terdiri dari dua bagian yaitu area depan dari gerbang utama sebagai pintu masuk dan
22
bangunan perkantoran penyelenggaraan panti asuhan, taman, lapangan voly, masjid,
rumah pengasuh C, ruang belajar depan, aula, kamar tidur, ruang keluarga A dan C.16
Pada bagian depan sebelah kanan dan kiri pintu masuk gerbang terdapat
bangunan kios-kios milik PAKYM Surakarta yang di sewakan kepada alumni panti
asuhan. Pada areal belakang terdiri dari ruang perpustakaan, ruang makan, dapur, ruang
belajar, ruang olahraga, ruang pengasuh A, ruang kamar mandi, ruang keluarga B,
rumah pengasuh B, tempat jemuran dan kebun.17 Semua bagian ruang-ruang tersebut
adalah tampat pelaksanaan kegiatan bimbingan dan pembinaan bagi anak asuhan.
PAKYM Surakarta didirikan semata-mata ingin melaksanakan perintah Allah
swt dan Sunnah Rosulullah, adapun dasar tersebut antara lain sebagai berikut:
a.Dasar PAKYM Surakarta
PAKYM Surakarta didirikan semata-mata ingin melaksanakan perintah Allah
SWT dan melaksanakan sunnah Rosulullah SAW, adapun dasar tersebut antara lain
sebagai berikut:
1. Al-Qur’an dan Al-Hadist
“ Adakah engkau perhatikan orang yang mendustakan agama? Itulah orang
yang mengusir anak yatim”. (Qs. 107: 1-2).
“ Mereka akan menanyakan kenapa engkau tentang anak-anak yatim.
Katakan: memperbaiki keadaan mereka, itu lebih baik. Dan kalau kamu bergaul erat
dengan mereka, maka mereka menjadi saudaramu. Allah mengetahui orang yang
16 Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009. 17 Asih Kurniawati, pembiaan etos kerja islami bagi anak Yatim di Panti Asuhan Keluarga
Muhamadiyah Surakarta, (STAIN), 2007, hal 32.
23
merusak dan orang yang membuat kebaikan. Kalau dikehendaki Allah, niscaya kamu
akan diberi beban berat. Sesungguhnya Allah itu maha kuasa dan bijaksana”. ( Qs. 2:
220).
Disamping ayat Al-Qur’an juga sabda Rosulullah SAW: Sahl Bin Sa’ad r. a
berkata: Rosulullah SAW bersaba: “ Aku dan penanggung anak yatim didalam surga.
Begini (waktu itu Nabi mengacungkan jari telunjuknya, dan jari tengahnya dengan
meregangkan). Artinya jari telunjuknya, dan jari tengah berjejer begini seperti nanti
Nabi berjejer dengan seorang yang menanggung anak yatim.
2. Dasar Idiil
Dasar idiil di dirikannya PAKYM Surakarta adalah Pancasila.
3. Dasar Konstitusiaonal UUD 1945
Dasar didirikannya Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Surakarta yang
terdapat dalam UUD 1945 adalah: Pasal 27 ayat yang berbunyi: “ Tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pasal 34 yang berbunyi: “ fakir miskin dan anak-anak terlatar dipelihara oleh
Negara”. Menurut pasal 34, yang bertugas mengurus anak-anak yatim dan terlantar
adalah Negara, namun Muhammadiyah merasa terpanggil untuk ikut berpartisipasi
sesuai dengan firman Allah dan sabda Rosulullah SAW yang sudah tertulis di atas.
4. Dasar Operasional
Dasar operasional adalah UU RI No. Tahun 1979 Pasal 4 kesejahteraan
anak.
b. Asaz dan Tujuan PAKYM Surakarta
24
Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta adalah
salah satu wujud dari amal usaha yang dikelola oleh Bagian Pembuka Kesejahteraan
Sosial dan Pengembangan Masyarakat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan
Surakarta. Sudah barang tentu asaz PAKYM Surakarta sesuai dengan asaz
persyarikatan Muhammadiyah bab I dan bab II pasal 2 dan 3 yakni beraqidah Islamiyah
dan berasazkan Pancasila.18 PAKYM Surakarta didirikan dalam rangka:
1. Mengamalkan salah satu firman Allah SWT yang terdapat dalam surat Al-ma’un
ayat 1 dan 2.
2. Menggerakkan dan menghidup suburkan amal usaha dan tolong menolong dalam
kebajikan, taqwa, dibidang sosial, pengembangan masyarakat dan keluarga
sejahtera. (Aggaran Dasar Muhammadiyah Bab II dan pasal 4).
3. Masih banyaknya anak-anak yatim usia sekolah yang orang tuanya tidak mampu
untuk membiayai sekolah.
Adapun Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhmmadiyah (PAKYM) Suakarta
ini didirikan dengan tujuan:
1. Agar para anak asuh kelak menjadi manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap
dan dapat hidup mandiri serta berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa.
2. Agar anak asuh kelak menjadi penerus perjuangan Muhammadiyah dan sekaligus
sebagai kader Persyarikatan.
B. Sejarah Berdirinya PAKYM Surakarta
18 Tim Pembina Panti ASuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Bekerjasama dengan UMS,
Panti ASuhan Keluarga Yatim Muhamadiyah Surakarta, ( Surakarta), 1997, hal . 7.
25
Semenjak majlis PKU dibentuk pertama kali pada tahun 1915 dengan nama
Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), maka segala tugas pengelolaan lembaga-
lembaga sosial Muhammadiyah berada dibawah naungan majlis tersebut, termasuk
yang tercakup dididalamnya adalah penampungan dan penyantunan terhadap anak
yatim dan terlantar. PKO tersebut pada pertama kalinya merealisasikan ide dengan
mendirikan rumah yatim piatu di Yogyakarta pada tahun 1922, yang dipimpin oleh
Dokter Somawidagdo.19 Selanjutnya pendirian rumah sakit tersebut tidak hanya di
Yogayakarta saja, melainkan juga berkembang di kota-kota yang lainnya bersama
dengan berkembangnya Muhammadiyah diluar Yogyakarta.
Di Surakarta, setelah Muhammadiyah berdiri pada tahun 1923 yang
diresmikan pada tahun 1925 dan diikuti pendirian bagian PKO maka pada awalnya
berusaha merealisasikan program kerja PKO dengan mendirikan klinik (rumah sakit)
di kampung Kahuman yang diprakarsai oleh Suroharsojo. Setelah tahun 1930, PKO
menambahkan amal usaha kemasyarakatannya dengan mendirikan PAKYM yang
diprakarsai oleh K. H. Muhammad Edris Abdussalam, yang pada saat itu menjadi
pemuka muda Muhammadiyah, dengan nama Rumah Miskin Muhammadiyah
Surakarta.20 Sebagai dasar hukum pendirian Rumah Miskin Muhammadiyah tersebut
adalah akte pendirian persyarikatan Muhammadiyah sebagai badan hukum dengan No.
81/byl. 1. Rumah Miskin Muhammadiyah tersebut dibangun untuk penampungan anak
terlantar dan yatim piatu dari mulai aktifitasnya, Rumah Miskin tersebut mengalami
beberapa kali perpindahan tempat dan mengalami perubahan nama lembaga. Pada saat
19 Deliar Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta : LPE3S), 1980, hal.
90. 20 PD. Muhammadiyah Surakarta, hal. 3.
26
pertama kali berdiri berlokasi di kampung Kandangsapi, kecamatan Jebres, Surakarta
dengan nama Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta. Gedung sederhana yang
ditempati untuk penampungan dan penyantunan anak yatim ini bertahan dari awal
berdiri yaitu tahun 1930 sampai pada 7 Nopemeber 1953, pada saat Rumah Miskin
Muhammadiyah tersebut roboh dan tidak dapat dipakai kembali karena adanya
bencana angin topan yang melanda daerah tersebut. Sampai pada tahun 1956 anak-
anak asuh Rumah Miskin Muhammadiyah menempati bangunan disebelah gedung
yang roboh tersebut.21
Pada tahun 1956 Rumah Miskin Muhammadiyah berganti menjadi Panti
Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) yang disesuaikan dengan surat keputusan
menteri sosial RI tertanggal 8 Nopember 1955, No. sekr. 10-22-17/1895 yang telah
pula mendapat persetujuan dari pimpinan pusat Muhammadiyah Majlis PKU Daerah
Surakarta yang termaktup dalam suratnya tanggal 5 Januari 1956 No. 014/56, dan
penggunaan nama ini dimulai pelaksanannya pada tahun 1956. Dalam tahun yang sama
tahun 1956 sebagai kelanjutan dari adanya rumah darurat yang dibangun oleh pengurus
PKO, menimbulkan perhatian pemerintah Kota Madia Surakarta yang memberi
bantuan sebidang tanah kepada Muhammadiyah Daerah Surakarta seluas 1,5 ha, pada
saat itu Walikota Surakarta dijabat oleh Muhammad Abdus Shaleh.
Setelah menerima bantuan sebidang tanah dari Kota Madia Surakarta dengan
pembebasan tanah sebesar Rp. 16.000.000, (enam belas juta rupiah), Muhammadiyah
dalam hal ini PKO segera membangun gedung diareal baru yang terletak di jalan
21 Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Bekerjasama dengan UMS,
Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, (Surakarta), 1997, hal. 2.
27
Slamet Riyadi 441, yang termasuk dalam kelurahan Pajang, kecamatan Leweyan, Kota
Madia Surakarta.22
Adapun dalam membangun gedung panti asuhan tersebut Muhammadiyah
juga mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik dari pihak pemerintah maupun
dari pihak masyarakat maupun bantuan dari luar Negeri, antara lain dari Yayasan Dana
Bantuan Jakarta melalui Departemen Soaial sebesar Rp. 419.000; (empat ratus
Sembilan belas ribu rupiah), bantuan dari umat Islam Surakarta khususnya Keluarga
Besar Muhammadiyah sendiri, juga dari pemerintah Saudi Arabia (Raja Faisal) selain
dari anggaran pembelanjaan Majlis PKO Daerah Surakarta.
Berdasarkan pada fatwa dari pimpinan pusat Muhammadiyah majlis PKU
dan sebagai realisasi hasil musyawarah kerja Muhammadiyah se-Indonesia di
Purwokerto pada September 1968, maka nama rumah yatim tersebut mengalami
perubahan dari PAYM menjadi Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah
(PAKYM) Surakarta yang pelaksanaan penggantiannya terhitung sejak tanggal 1
Januari 1970.23 Perubahan nama ini juga dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan
sistem pengelolaan anak asuh yang bersifat kekeluargaan dalam pengertian bahwa
antara pengasuh dan anak yang diasuh berperan sebagai orang tua dan anak. Pada
tahun 1975 gedung panti asuhan yang terletak di jalan Slamet Riyadi tersebut
dilengkapi dengan masjid Nurul Hidayah.24
PAKYM Surakarta merupakan salah satu amal usaha kegiatan sosial
Muhammadiyah PKU Surakarta, yang sejak 5 Oktober 1966 kepengurusan serta
22 Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 4 Nopember 2009. 23 Tim Pembina Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Bekerjasama dengan UMS, op
cit, hal. 3. 24 Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 4 Nopember 2009.
28
tanggung jawab pemeliharaan panti asuhan tersebut diserahkan dari Pimpinan
Muhammadiyah Daerah Kota Madia Surakarta kepada Pempinan Muhammadiyah
Cabang Laweyan, berdasarkan surat serah terima tanggal 5 Oktober 1966. M. No. D.
156/66.
C. Kedudukan PAKYM di Dalam Muhammadiyah
1. Sejarah Berdirinya Majlis
Sampai menjelang tahun 1920 gerakan Muhammadiyah mulai meluas keluar
wilayah Yogyakarta. Beberapa daerah di Jawa mulai tertarik pada gerakan
Muhammadiyah dan berniat untuk mendirikan cabang-cabang di wilayahnya. Proses
pelaksanaan pembentukan cabang-cabang di daerah-daerah diluar Yogyakarta berjalan
dengan lancar. Pada tahun 1920 Muhammadiyah menambahkan dalam anggaran
dasarnya tentang perluasan Muhammadiyah untuk daerah-daerah diseluruh Jawa, dan
pada tahun 1921 anggaran itu diperbaharui lagi untuk tujuan perluasan kegiatan
Muhammadiyah diseluruh wilayah Indonesia.
Di Surakarta perkembangan Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari
organisasi Islam Sidiq Amanah Tabliqh Vatonah (SATV) yang didirikan oleh K. H.
Achmad Dahlan tahun 1917. Pada awalnya SATV merupakan perkumpulan pengajian
dan Tanya jawab tentang pokok-pokok dasar Islam di Kampung Sewu yang dipimpin
oleh H. Misbach, oleh karena itu jawaban yang diberikan dalam ceramah H. Misbach
kurang memuaskan dan kurang menguasai persoalannya, maka pada tahun 1914
tercetus ide untuk mendatangkan para pimpinan Muhammadiyah dari Yogyakarta
dengan anggapan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang menyiarkan
29
agama Islam sehingga menguasai tentang ilmu ke Islaman. Tahun 1916 dibentuklah
panitia yang menyelenggarakan penerimaan kedatangan dari Pimpinan
Muhammadiyah tersebut. Adapun Pimpinan Muhammadiyah Yogyakarta yang hadir
pada kesempatan tersebut antara lain K. H. Achmad Dahlan, H. Fachrudin, H. Hadjid,
Bagus Hadikusuma yang mengadakan ceramah secara umum.25
Organisasi SATV didirikan oleh H. Achmad Dahlan karena pada tahun 1917
organisasi Muhammadiyah belum mendirikan cabang-cabangnya diluar wilayah
Yogyakarta, tetapi SATV mempunyai dasar dan tujuan yang disamakan dengan
Muhammadiyah Yogyakarta yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam,
sehingga terwujud agama Islam yang sebenar-benarnya.26 Pada tahun 1923, SATV
dibubarkan dan diganti denagn nama Muhammadiyah Daerah Surakarta dengan
pengurusnya antara lain Ky. Muchtar Buckhori, R. Ng. Darsosamito, R.
Martosuhajadmo, R. Kusen, K. H. M. Edris Abdussalam.
Dari waktu ke waktu Muhammadiyah terus berkembang dengan pesat,
sehingga keanggotan dan cabang-cabang diluar Yogyakarta semakin luas. Seiring
dengan hal tersebut, kegiatan dan tugas-tugas yang diemban oleh Muhammadiyah juga
semakin berkembang dan kompleks, atas dasar tersebut yaitu guna memenuhi tuntutan
tugas dan kegiatan yang bermacam-macam Muhammadiyah mendirikan beberapa
badan (bagian) yang untuk saat sekarang disebut dengan majlis. Majlis tersebut
bertugas mengurus suatu bidang dibawah koordinasi pimpinan Muhammadiyah.
25 Tim Penyusun Sejarah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, hal. 2. 26 Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, (Yogyakarta: Persatuan),
1970, hal. 7.
30
Ditingkat pusat, kedudukan badan sebagai pembantu pimpinan pusat, ditingkat wilayah
sebagai pembantu pimpinan wilayah dan seterusnyan sampai ditingkat cabang.
Adapun majlis-majlis yang ada didalam Muhammadiyah antara lain majlis
Tarjih, yang bertugas menentukan hukum-hukum Islam yang akan menjadi pedoman
masyarakat sesuai denagn Al-Qur’an dan Hadist. Kecuali itu terdapat majlis Tabligh
yang mempunyai tugas berdakwah yaitu menyebarkan agama Islam baik kepada umat
Islam sendiri supaya tetap pada pelajaran Islam yang murni, maupun kepada umat yang
belum beragama supaya memeluk agama Islam. Di bidang pendidikan terdapat Majlis
Pendidikan Pengajaran, yang bertugas memajukan pendidikan, pengajaran dan
kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan menurut tuntunan agama Islam. Lalu
ada Majlis Ekonomi, yang bertugas membimbing kearah perbaikan kehidupan dan
penghidupan ekonomi anggota, keluarga dan masyarakat. Majlis Wakaf dan
Kehartabendaan bertugas memelihara tempat-tempat ibadah dan mengurus masalah
tanah dan hak milik Muhammadiyah lainnya. Majlis yang juga cukup penting adalah
majlis Pembina kesejahteraan umat, yang bertugas menggerakkan amal tolong-
menolong, merawat orang sakit, membantu orang miskin, mengurusi kematian dan
mengurusi anak-anak yatim.27
Secara struktursl PAKYM berada dibawah majlis Pembina Kesejahteraan
Umat. Pembentukan majlis dalam Muhammadiyah tergantung dari perkembangan dan
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh Muhammadiyah dalam masyarakat. Oleh
karena itu keberadaan majlis dapat dihapuskan atau ditambah apabila muncul
27 Ibid, hal. 17-18.
31
problema-problema yang harus ditangani. Hal ini merupakan bukti adanya dinamika
kehidupan dalam organisasi Muhammadiyah.28
Beberapa kali nama majlis-majlis tersebut mengalami perubahan, tetapi
bidang-bidang yang ditangani tidak banyak berubah , karena ruang gerak dan amal
usaha Muhammadiyah semakin meluas dan kompleks, maka untuk periode 1990-1995
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengubah struktur organisasi yaitu disamping Ketua,
Sekretaris dan Bendahara, terdapat juga Majlis Tarjih, Majlis Tabligh, Majlis
Pendidikan Dasar dan Menengah, Majlis Pendidikan Tinggi, Majlis Kebudayaan,
Majlis Pustaka, Majlis Ekonomi, Majlis Wakaf dan Majlis Kehartabendaan serta yang
terakhir adalah Majlis Pembina Kesejahteraan Sosial dan Majlis Pembina Kesehatan
yang dahulu dikenal sebagai Majlis Pembina Kesejahteraan Umat (PKU).
Disamping majlis-majlis tersebut terdapat pula sembilan lembaga atau badan
pembantu lain yang berfungsi sebagai pelaksana pembantu tugas-tugas dari pimpinan
pusat, misalnya : Lembaga Pengurus Keuangan, Badan Hubungan dan Kerjasama Luar
Negeri, Lembaga Hikmah dan Studi Kemasyarakatan dan lain-lain.29 Perkembangan
majlis di wilayah kerja Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kodia Surakarta disesuaikan
dengan keputusan yang berlaku ditingkat pusat. Adapun untuk periode muktamar 42-
43 tahun 1991-1995, majlis yang berada dibawah pimpinan dan tanggung jawab dari
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kodia Surakarta adalah masing-masing Majlis
Tarjih, Majlis Tabligh, Majlis Wakaf dan Kehartabenadaan, Majlis Kebudayaan,
Majlis Pembina Kesehatan, Majlis Pembina Kesejahteraan Sosial, yang lebih dikenal
dengan Majlis PKU. Meskipun pembentukan majlis ditingkat daerah menyesuaikan
28 Wawancara dengan Wahjoedi, tanggal 4 Nopember 2009. 29 PP Muhammadiyah, 1991, hal. 120.
32
dengan tingkat pusat, tetapi pembentukan tersebut disesuaikan dan dengan kebutuhan
dan program kerja dari Muhammadiyah tingkat daerah.
Majlis PKU Surakarta yang secara struktural membawahi PAKYM, didalam
perkembangannya sejak berdiri mengalami beberapa perpindahan tempat. Pada awal
berdiri tahun 1925, dengan nama PKO di kampung Kahuman program kerja yang
pertama kali dilakukan adalah dengan mendirikan klinik PKO yang diprakarsai oleh
Suroharsojo yang juga menjabat sebagai ketua PKO. Tahun 1927 atas ijin dari
pemerintah keraton Surakarta, maka majlis dan klinik PKO pindah dari kampung
Kahuman ke Paseban keraton Surakarta. Paseban tersebut biasa digunakan oleh raja-
raja untuk menerima para abdi dalem yang menghadap pada waktu-waktu tertentu.
Disaat tersebut kemampuan dari klinik yang diselenggarakan oleh PKO
terbatas dari pengobatan mata yang ditangani oleh Dr. Suratman Erwin dan Mantri juru
rawat Sugiman. Lambat laun aktifitas PKO mengalami peningkatan dengan
mengadakan khitanan massal secara umum pada setiap tahun. Tahun 1930 majlis PKO
menambahkan kegitannya dalam bidang sosial kemasyarakatan dengan menampung
anak yatim dan terlantar yang diprakarsai oleh K. H. M. Edris Abdussalam. Maka
berdirilah Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta di kampung Kandangsapi, Jebres.
Pengelolaan dan penampungan anak yatim tersebut ditangani langsung oleh majlis
PKO kodia Surakarta dengan membentuk bagian yang bernama PKO Dienst yang
diketuai oleh M. Danu Subroto.
Perkembangan dari aktifitas PKO menjadikan tempat di Paseban alun-alun
utara Surakarta tidak mampu menampung lagi. Tetapi pada tahun 1933 dipindahkan
lagi di kampung Batangan, Sangkrah yang sekarang dipakai sebagai Klinik Persit
33
Candra Kirana, pada saat tersebut majlis PKO dipimpin olah Suroharsojo. Sampai pada
tahun 1956, majlis PKO yang berlokasi di kampung Batangan tersebut dan dibawah
pimpinan R. Marsam oleh pemerintah Republik Indonesia dipindahkan ke kampung
Tumenggungan (31 Ronggowarsito 88), bersamaan dengan dibangunnya gedung bagi
klinik PKO yang ditempati sampai sekarang ini.
2. Majlis PKU dan PAKYM Surakarta
Telah disebutkan diatas bahwa semenjak majlis PKU didirikan, pengelolaan
anak yatim piatu dan terlantar diurus oleh majlis ini. Didalam perkembangannya majlis
PKU tidak hanya memberikan pertolongan kepada anak yatim piatu dan fakir miskin,
mengurus kematian atau mengobati orang sakit saja, tetapi gerak langkahnya meluas.
Tugas pokok majlis PKU adalah menyelenggarakan amal usaha Muhammadiyah dalam
bidang kesejahteraan mesyarakat sebagai sarana dakwah.30 Gerakan amal usaha
tersebut meliputi berbagai bidang yaitu bidang sosial, bidang kesehata, bidang
kesejahteraan anak dan keluarga, bidang pengembangan masyarakat, serta bidang
keagamaan dan kemasyarakata.31
Dari berbagai amal usaha yang digerakkan oleh majlis PKO tersebut diatas,
pengelolaan panti asuhan yatim termasuk didalam pelayanan masyarakat dibidang
sosial. Selain pengelolaan anak yatim dan terlantar, majlis PKO mempunyai usaha
pelayanan untuk rehabilitasi remaja, lanjut usia (manula), penyantunan fakir miskin,
30 PP Muhammadiyah Majlis PKU, 1985, hal. 3. 31 Ibid, hal. 8.
34
tuna susila serta tuna-tuna lainnya, musibah kebanjiran, kebakaran serta mengusahakan
beasisiwa bagi anak yatim yang berprestasi (struktur majlis PKU periode 1985-1990).
Didalam struktur organisasi Muhammadiyah, majlis PKU dibentuk ditingkat
pusat, ditingkat wilayah dan ditingkat daerah, sedangkan ditingkat cabang namanya
bagian. Oleh karena majlis PKU adalah sebagai pembantu operasional pimpinan pada
masing-masing tingkat. Dari masing-masing tingkat tersebut mempunyai
kebijaksanaan dan program kerja sendiri-sendiri yang dalam pelaksanaannya tetap
mengacu pada program kerja yang sudah ditetapkan oleh majlis PKU ditingkat pusat.
Majlis PKU ditingkat daerah juga mempunyai tugas sebagai koordinator program kerja
bagian PKU pada tingkat cabang. Kebijaksanaan yang ditetapkan oleh majlis PKU
tingkat pusat dilaksanakan oleh majlis PKU yang berada dibawahnya dan disesuaikan
dengan kebijaksanaan di masing-masing tingkat tersebut.
Sebagai objek penelitian PAKYM yang terletak di jalan Brigjen Slamet
Riyadi 441 Surakarta merupakan amal usaha yang digerakkan oleh majlis PKU Kodia
Surakarta. Oleh majlis PKU tersebut tidak mengurus secara langsung, tetapi melalui
bagian PKU Cabang Laweyan. Dari bagian PKU Cabang Laweyan tersebut segala
kepengurusan dan pengelolaan PAKYM dipertanggungjawabkan kepada majlis PKU
Kodia Surakarta pada setiap periode muktamar. Oleh karena itu secara struktural
PAKYM masih berada dibawah majlis PKU Kodia Surakarta, segala keputusan yang
diambil oleh majlis PKU tersebut dilaksanakan oleh bagian PKU cabang Laweyan
sebagai pengelola langsung.
Pertama kali berdiri pada tahun 1930, PAKYM berada langsung dibawah
pengawasan majlis PKO Kodia Surakarta. Panti asuhan tersebut berdiri dengan nama
35
Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta. Dalam pelaksanaan penanganan urusan
Rumah Miskin, Majlis PKO Kodia Surakarta membentuk PKO Dienst yang mengurusi
Rumah Miskin tersebut, sebagai ketua dalam PKO Dienst tersebut adalah M.
Danusubroto. PKO Dienst didalam menangani urusan Rumah Miskin juga bertanggung
jawab kepada majlis PKO Kodia Surakarta.
Dalam beberapa kali periode muktamar, penanganan urusan Rumah Miskin
tersebut masih berada langsung dibawah majlis PKO Kodia Surakarta melalui PKO
Dienst. Tahun 2956 nama Rumah Miskin Muhammadiyah Surakarta diganti dengan
Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) Surakarta. Bersamaan dengan hal
tersebut, majlis PKO menempati lokasi baru yaitu di kampung Tumenggung. Pada saat
perubahan nama panti asuhan dan perpindahan tempat bagi PKO, yang menjabat
sebagai ketua majlis PKO adalah R. Marsam dan yang menangani urusan PAYM
adalah Subiso Sastro Warsito.32
Kedudukan panti asuhan tersebut yang berada dibawah majlis PKO dengan
pelaksana melalui bagian PKO Dienst tersebut berlangsung sampai pada tahun 1966.
Semenjak tahun 1966 tersebut dan sampai pada saat sekarang ini, pada saat dilakukan
penelitian, pengelolaan panti asuhan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada
Muhammadiyah Cabang Laweyan melalui bagian PKU di wilayah kerja Cabang
Laweyan, secara teoritis kepemimpinan dan tangung jawab tetap berada dibawah garis
pengawasan majlis PKU Surakarta.
Pelaksanaan diserahkannya pengelolaan panti asuahan tersebut seiring
dengan perkembangan berdirinya Muhammadiyah Cabang di wilayah Laweyan.
32 Wawan cara dengan Wahjoedi, tanggal 4 Nopember 2009.
36
Gerakan Muhammadiyah di Surakarta dari waktu ke waktu semakin berkembang pesat,
jumlah kenggotaannya semakin bertambah di wilayah Surakarta. Hal itu ditandai
dengan berdirinya cabang-cabang Muhammadiyah tingkat kecamatan. Berdirinya
cabang-cabang ditingkat kecamatan menunjukkan adanya peningkatan dalam amal
usaha dan jumlah keanggotaan. Muhammadiyah semakin dapat diterima dalam
masyarakat serta sikap interest masyarakat terhadap organisasi tersebut dan keinginan
untuk bergabung kedalamnya semakin besar. Berkembangnya gerakan
Muhammadiyah meupakan inisiatif dari bawah (bottom up). Dari setiap usaha
Muhammadiyah merupakan upaya dari bawah yang kemudian mengumpul keatas,
dalam arti organisasi tersebut tunduk pada pucuk organisasi. Begitu pula terhadap
munculnya Muhammadiyah diseluruh wilayah dan Negara-negara ASEAN tidak
pernah dianjurkan oleh pimpinan pusat Muhammadiyah sebelumnya, mereke muncul
dengan sendirinya, kemudian membuat organisasi sendiri, lantas berhubungan dengan
pimpinan pusat dan mnghendaki diakui keberadaannya.33
Berkembangnya Muhammadiyah di Surakarta, salah satu diantaranya adalah
berdirinya Muhammadiyah Cabang Laweyan, pendirian Muhammadiyah Cabang
Laweyan tersebut juga merupakan inisiatif dari bakal cabang surat perintah bakal
Cabang Muhammdiyah di Laweyan tertanggal 5 Mei 1964. Dari surat permohonan
tersebut menunjukkan bahwa Muhammadiyah berkembang dengan sendirinya dan
bukan meupakan program pengembangan dari pimpinan pusat. Akhirnya pada tanggal
21 Juni 1964, ditetapkan berdirinya Muhammdiyah Cabang Laweyan oleh pimpinan
pusat Muhammdiyah Yogyakarta melalui H. M. Farid Ma’ruf sebagai wakil ketua dan
33 Suara Merdeka, tanggal 23 Juni 1995.
37
M. Djindar Tamamy (sekretaris) dengan surat keputusan No. 1829/A tertanggal 18
Juni 1964. Sedangkan yang menjabat sebagai ketua pimpinan Muhammadiyah Cabang
Laweyan untuk pertama kalinya adalah Suhul Driyosardjono.
Semenjak Muhammadiyah Cabang Laweyan berdiri dan telah pula mendapat
pengakuan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta yang pertama kali
dipersiapkan dalam perencanaan atau program kerja adalah dengan membentuk bagian
PKO. Hal tersebut dirasakan sangat penting karena sesuai dengan misi
Muhammadiyah dalam amal usahanya untuk membantu masyarakat di dalam
mengentas kemiskinan dan kebodohan dengan tindakan yang nyata disamping sarana
dakwah melalui lisan. Maka dalam Muhammdiyah dakwah melalui lisan adalah
merupakan kerangka teoritis sedangkan pembentukan lembaga-lembaga atau badan-
badan sebagai rangkaian operasionalnya. Disamping hal tersebut, pembentukan bagian
PKO juga mempersiapkan diri untuk mengambil alih estafet kepengelolaan PAKYM
dari majlis PKO Surakarta kepada Muhammdiyah Cabang Laweyan.34
Dilihat secara geografis, PAKYM yang sejak tahun 1956 terletak di jalan
Brigjen Slamet Riyadi 441 Surakarta, berada di wilayah kelurahan Pajang, kecamatan
Laweyan mendapat kepercayaan untuk mengganti kepengelolaan PAKYM tersebut.
Berbatasan dangan UPT unit pengembangan pengalaman lapangan UNS disebelah
timur, gedung panti asuhan tersebut cukup strategis untuk diketahui oleh masyarakat
umum mengingat bagian depan (utara) berbatasan dengan jalan Brigjen Slamet Riyadi.
Sedangkan di bagian barat berbatasan dengan SMA Muhammadiyah IV Surakarta dan
untuk selatan gedung panti asuhan tersebut dibatasi oleh rel atau jalan kereta api.
34 Wawancara dengan Suhul Driyosardjono, tanggal 3 Nopember 2009.
38
Merupakan suatu komunitas yang berdiri sendiri dan jauh dari perkampungan
penduduk. Akan tetapi panti asuhan tersebut bukan merupakan komunitas sosial yang
tertutup sama sekali dari interaksi masyarakat luar mengingat didalam kompleks
bangunan tersebut salah satu diantaranya terdapat bangunan masjid, yang merupakan
tempat ibadah umum yang baik untuk masyarakat.
Pada hari-hari tertentu, yaitu hari Jum’at dan bulan puasa masjid tersebut
ramai dikunjungi oleh masyarakat diluar penghuni panti asuhan untuk melaksanakan
ibadah. Sejak tanggal 5 Oktober 1966 pengurus serta tanggung jawab pemeliharaan
dan pengelolaan PAKYM tersebut diserahkan dari pimpinan Cabang Muhammadiyah
Laweyan Surakarta, berdasarkan surat serah terima tangal 5 Oktober 1966 M. No. D.
156/66. Disaat pelaksanaan serah terima kepengelolaan tersebut, yang menjabat
sebagai ketua adalah H. M. Wahjoedi, sedangkan di Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Surakarta adalah Ibnu Salami Haditenoyo yang menjabat sebagai
ketua dan R. Human sebagai ketua majlis PKO. Meskipun pengurusan dan tanggung
jawab PAKYM tersebut diserahkan pada Cabaang Laweyan tetapi pengawasan dan
secara struktural tetap berada dibawah naungan majlis PKO.
39
BAB III
PERKEMBANGAN PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM MUHAMMADIYAH (PAKYM)
SURAKARTA TAHUN 1966-1984
A. Pengorganisasian Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM)
Surakarta Tahun 1970-1984
Sampai pada tahun 1970-an, sebelumnya Panti Asuhan Yatim
Muhammadiyah (PAYM) Surakarta telah mengalami beberapa kali pergantian
nama dan perkembangan baik dari segi fisik antara lain berupa pembangunan
fasilitas gedung dan masjid maupun dari segi non fisik berupa administrasi dan
kepengurusan yang semakin tertata rapi. Perpindahan tangan kepengurusan dari
Muhammadiyah Daerah Kodia Surakarta kepada Muhammadiyah Cabang
Laweyan ada tahun 1966 memberikan sistem kepengurusan Panti Asuhan
Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) menjadi lebih jelas dalam tanggung
jawab dan pembagian tugas. Sebelumnya yaitu pada saat PAKYM masih berada
langsung di bawah Muhammadiyah Daerah Kodia Surakarta, pengelolaan PAKYM
tersebut hanya diserahkan kepada PKU Dienst yang secara administratif dalam
pembagian tugas masih belum memberikan hasil maksimal. Pembagian tugas
terdiri dari pemuka (ketua), juru surat (sekretaris), juru uang (bendahara) dan juru
periksa.35
Telah disebutkan sebelumnya, bahwa pembagian tugas dan tanggung
jawab didalam kepengelolaan panti asuhan tersebut mulai dibenahi pada saat
35 Tim Penyusun Sejarah RS PKU Muhammadiyah Surakarta., hal. 9.
40
diserahkan kepada Muhammadiyah Cabang Laweyan. Pelaksanaannya
berdasarkan kepada tugas yang telah diemban kepada masing-masing pengurus.36
Tanggung jawab perbidang mulai tampak pembagiannya, meskipun pembagian
tugas telah jelas, tidak berarti didalam pelaksanannya tidak mengalami kesulitan.
Pada masa-masa awal mengelola panti asuhan, pengurus yang telah diangkat oleh
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Laweyan masih mendapatkan benturan-
benturan, dan yang paling kelihatan adalah dalam soal pendanaan. Kesulitan itu
sangat dipengeruhi kondisi ekonomi dan politik bangsa yang juga belum stabil
pada tahun 1966. Pada saat tersebut pemasukan subsidi dari pemerintah maupun
yayasan swasta belum diterima dan bantuan dari masyarakat tidak sebanyak pada
saat setelah tahun 1970-an, sehingga benturan dalam pendanaan untuk
menghidupi panti sangat dirasakan oleh pengurus yang baru tersebut.
Pengorganisasian PAKYM Surakarta yang semakin rapi dibandingkan
masa sebelumnya mulai menampakkan hasilnya, kemajuan demi kemajuan baik
dari segi fisik yang berupa pembangunan sarana dan prasarana serta non fisik
meliputi pembinaan anak asuh menjadi perhatian utama. Pembagian tugas yang
diberikan kepada pengurus merupakan faktor penentu dalam kemajuan secara
administratif.37
1. Sistem Penerimaan Anak Asuh Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah
(PAKYM) Surakarta
Di dalam menerima anak asuh, PAKYM mempunyai ketentuan-
ketentuan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat bergabung dan menjadi bagian
36 Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009. 37 Wawancara dengan Wahjoedi, 07 Nopember 2009.
41
dari anak asuh di PAKYM.38 Ketentuan-ketentuan tersebut pada dasarnya adalah
sama seperti pada ketentuan-ketentuan semula meskipun juga ada beberapa
perubahan dan penambahan yang diselaraskan dengan keadaan jaman yang terus
maju. Syarat pertama yang paling penting untuk dapat bergabung dan dapat
diterima sebagai anak asuh di PAKYM adalah anak tersebut benar-benar yaim
atau yatim piatu dan dari keluarga yang kurang mampu (mikin), beragama islam,
serta sanak saudaranya tidak ada yang dapat membantu mengasuh anak tersebut.
Adapun keterangan yang menyatakan bahwa anak tersebut benar-benar anak
yatim (tidak berayah) atau yatim piatu (tidak berayah dan beribu) dan dari
keluarga yang tidak mampu (miskin) harus dinyatakan dengan surat keterangan
dari Kepala Desa setempat yang disertai keterangan berkelakuan baik.
Sebagai syarat yang kedua adalah, anak tersebut harus jelas asal
usulnya. Hal tersebut dimaksudkan apabila dikemudian hari terjadi sesuatu
terhadap anak tersebut maka mudah untuk menghubungi keluarga atau walinya.
Demikian pula surat rekomendasi dari Muhmmadiyah cabang setempat dimana
anak tersebut berasal juga disertakan. Tujuan dari persyaratan tersebut adalah
dimaksudkan apabila anak tersebut telah keluar atau telah menyelesaikan
pendidikannya dan siap untuk mandiri terlepas dari panti asuhan, ia dapat
dikembalikan lagi kepada Muhammadiyah Cabang yang mengirimkannya. Untuk
batasan umur bagi anak yang akan masuk Panti Asuhan juga ditentukan. Dalam
hal tersebut mengalami perubahan sedikit dari ketentuan tahun 1966 yaitu yang
sebelumnya mempunyai batasan maksimal berusia 10 tahun, mulai pada tahun
1970 mempunyai ketentuan baru yaitu antara tahun 6 sampai 11 tahun. Batasan
38 Agus Sujatno, Sejarah Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, (UNS), 1995, hal. 47.
42
umur 6 tahun tersebut ditentukan karena diperkirakan pada umur tersebut
seorang anak sudah dapat berpisah dari orang tua atau sanak saudaranya.
Disamping hal tersebut pada umur 6 tahun anak diharapkan sudah dapat
menolong dirinya sendri misalnya untuk mandi, berpakaian dan makan sendiri,
juga dalam usia 6 tahun anak telah siap unuk memasuki jenjang pendidikan
formal.
Dari ketentuan semula pada tahun 1966, PAKYM sebenarnya didirikan
hanya untuk menampung anak-anak yatim yang berasal dari Surakarta. Seiring
dengan daya tampung dan fasilitas yang semakin memadai dan atas permohonan
dari Muhammadiyah Cabang diluar Surakarta untuk menitipkan anak yatim,
dalam kenyataannya sampai sekarang anak-anak asuh tersebut banyak berasal
dari daerah diluar Surakarta, bahkan ada yang berasal dari daerah Jawa Timur
antara lain Tuban, Bojonegoro, Madiun dan kota-kota lainnya, ada juga yang
berasa dari daerah Jawa Tengah seperti misalnya Boyolali, Sragen, Wonogiri,
Sukoharjo, Karanganyar, Magelang bahkan ada yang berasal dari Demak dan
Semarang.39 Kebanyakan anak-anak asuh yang berasal dari daerah luar Surakarta
adalah dikirimkan oleh Muhammadiyah cabang setempat dari mana anak tersebut
berasal.
Dalam menerima anak asuh, PAKYM menyediakan waktu yaitu pada
saat tahun ajaran baru di sekolah, tidak menutup kemungkinan untuk menerima
anak asuh pada saat-saat di luar tahun ajaran baru dengan catatan bahwa
kapasitas dan fasilitas masih tetap mencukupi.40 Untuk dapat menjadi anak asuh
maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dan ada tata tertib yang harus
39 Wawancara dengan Suhardjono, 06 Nopember 2009. 40 Wawancara dengan Mahbub Junaidi. 01 Nopember 2009.
43
diperhatikan oleh anak asuh. Sistem penerimaan anggota panti menyangkup
beberapa syarat yaitu sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan kepada Pimpinan Panti Asuhan yang dilampiri:
a. Surat keterangan dari kelurahan yang menyatakan betul-betul anak yatim atau
Yatim Piatu dan tidak mampu,
b. Surat Kematian ayah atau ibu bagi yatim piatu,
c. Surat keterangan dari Pimpinan Muhammadiyah setempat yang isinya sesuai
dengan poin (a) diatas,
d. Umur enam sampai dengan 12 tahun dibuktikan dengan surat kelahiran
atauakte lahir,
e. Pas foto ukuran 3 x 4 sebanyak tiga lembar,
f. Surat keterangan dokter yang menyatakan tidak cacat mental atau tubuh,
g. Surat keteragan yang menyatakan masih atau pernah sekolah (dari sekolah
asal),
2. Mengisi formulir yang telah disediakan,
3. Mengisi tes atau wawncara khususnya keluarga,
4. Sanggup mentaati peraturan atau tata tertib panti baik untuk anak asuh
maupun keluarga.41
Adapun tata tertib yang harus diperhatikan oleh anak asuh adalah
sebagai berikut:
1. Menjunjung tinggi dan melaksanakan ketentuan agama islam,
2. Menjaga nama baik PAYM Surakarta,
3. Memiliki rasa persatuan, kesatuan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan,
41 PAKYM, Syarat-syarat Untuk Memasukkan Anak di PAKYM Surakarta.
44
4. Bertutur dan bertingkah laku dengan sopan,
5. Menciptakan lingkungan yang berseri.
2. Sistem Pendidikan Anak Asuh didalam PAKYM
Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta sistematis yang
dilakukan oleh orang-orang yang bertanggung jawab untuk mempegaruhi anak
agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Pendidikan
anak asuh adalah anak yang dididik dalam PAKYM dimana semua kebutuhan
pokoknya di tanggung jawab oleh pihak panti itu sendiri.
Tujuan pokok penyelenggaraan PAKYM antara lain adalah menjadihan
anak asuh supaya dapat mandiri, yaitu sebagai alumni agar tidak menggantungkan
kelangsungan hidupnya dari sumbangsih masyarakat, menjadi warga Negara yang
baik, dan cinta kepada Allah swt. Untuk mencapai tujuan itu PAKYM menempuh
cara melalui pendidikan informal, formal, dan non formal. Pendidikan informal
dapat diterapkan memalui sistem kekeluargaan, sistem keteladanan, dan sistem
kedisiplinan. Di samping pendidikan formal yang bersifat umum, pendidikan yang
bersifat keagamaan juga mendapat perhatian penting. Sebagai prinsip tidak akan
melepaskan anak asuh sebelum anak asuh tersebut dapat hidup secara mandiri,
hal itu yang sangat dipegang oleh PAKYM. Maka untuk kepentingan pendidikan
anak-anak asuh di sekolahkan sebagaimana mestinya.
Pendidikan formal diberikan kepada anak asuh sesuai dengan umur dan
tingkat pendidikan ketika anak tersebut mulai masuk ke dalam panti asuhan. Anak
yang berumur antara 6 sampai umur 12 tahun dimasukkan ke SD. Hampir semua
anak-anak asuh dimasukkan ke dalam SD Muhammadiyah terdekat seperti SD
45
Muhammadiyah XI Surakarta. Anak-anak tersebut dimasukkan ke SD
Muhammadiyah dengan tujuan agar selain menghemat uang sekolah (karena
anak yang ada di PAKYM mendapat keringanan 50%), juga supaya pendidikan
tentang keislaman dapat terus berlangsung baik di panti maupun di sekolah.
Selepas dari SD anak-anak tersebut melanjutkan di SMP atau MTs
(Madrasah Tsanawiyah) terdekat seperti MTsN II Surakarta dan SMP
Muhammadiyah, Setelah tamat SMP atau MTsN anak-anak tersebut dimasukkan
ke dalam sekolah-sekolah yang lebih bervariasi sesuai dengan minat dan
kemampuan anak, yang dalam pencarian sekolahan dipilihkan oleh pengurus dan
orang tua asuh. Sekolah tersebut antara lain STM, SMEA, dan SMA baik di sekolah
negeri maupun swasta. Tidak semua anak asuh harus masuk ke dalam sekolah
Muhammadiyah tetapi ada juga yang di sekolah negeri dan sekolah Islam lainnya.
Hal tersebut disesuaikan dengan nilai masing-masing anak atau bagi anak-anak
SD, karena sebelum masuk menjadi keluarga PAKYM telah bersekolah di sekolah
non Muhammadiyah.42 Pemilihan jenis-jenis sekolah tersebut ditentukan oleh
pengurus dengan pengasuh PAKYM dengan melihat minat dan bakat yang terlihat
pada bakat anak-anak asuhnya, dengan pertimbangan bahwa jenis profesi yang
ditekuni oleh anak asuh apabila nak asuh sekolah pada sekolah-sekolah yang
sesuai dengan minatnya.
Selain pendidikan formal di bangku sekolah, pendidikan agama Islam
tetap lebih digiatkan lagi di PAKYM Surakarta. Tahun 1966 pelajaran Islam di panti
asuhan tersebut hanya sampai pada membaca Al-Qur’an atau mendengarkan
ceramah agama setelah maghrib saja, baru awal tahun 1970 ditambah dengan
42 Wawancara dengan Harsono, 10 Nopember 2009.
46
belajar qiro’ah, latihan berpidato, berdakwah, latihan menjalankan sholat sunnah,
sholat tahajud bagi yang sudah SMA dan lain-lain, pelajaran tambahan agama
tersebut juga ditambahkan dengan mendatangkan seorang guru ke panti.
Keterampilan diberikan sebagai pendidikan non formal yang diharapkan
dapat membantu anak-anak asuh membekali diri selesai dididik di panti. Sejak
tahun 1971 dan ketika keuangan PAKYM membaik pendidikan keterampilan mulai
dilaksanakan secara intensif. Untuk mengurusi pendidikan keterampilan tersebut
diserahkan kepada Suhardjono, Suhardjono sebagai koordinator seksi
keterampilan yang bertugas untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan,
kadang-kadang juga mencari guru yang akan mengajar keterampilan itu dengan
dibantu oleh salah seorang pengurus panti.43 Banyak jenis-jenis keterampilan yang
diajarkan di PAKYM. Selain cetak foto, potong rambut, menjahit dan obras,
percetakan, elektronika, dan teknik stroom accu, serta perbengkelan.
Di samping jenis-jenis keterampilan tersebut di atas, di panti juga
diajarkan keterampilan kesenian seperti belajar piano, guitar, seni baca Al-Qur’an,
musik kulintang dan seni drama. Kursus-kursus tersebut biasanya diselenggarakan
seminggu sekali. Keterampilan-keterampilan yang lainnya adalah dalam bidang
keolahragaan, olah raga didalam panti nencakup antara lain badminton, tenis
meja, senam sandi prana, catur, sepak bola serta bela diri “Tapak Suci Putra
Muhammadiyah”. Tidak semua jenis keterampilan tersebut harus diikuti oleh
anak-anak, mereka bebas memilih jenis ketermapilam yang mereka minati.
Kadang-kadang kursus keterampilan tersebut terganggu, apalagi bila musim
pertengahan semester di sekolah, sebab beban pelajaran sekolah anak-anak yang
43 Wawancara dengan Wahjoedi, 10 Nopember 2009.
47
harus diselesaikan di rumah juga semakin banyak. Bagaimanapun juga pendidikan
formal di sekolah lebih diutamakan. Mulai tahun 1980 PAKYM mendatangkan
guru les dan keterampilan guna memajukan prestasi anak-anak untuk menunjang
pelajaran di sekolah. Tahun 1981 sampai dengan tahun 1985, guru les tersebut
antara lain dalam pendidikan matematika untuk SD, SMP satu orang guru, Bahasa
Inggris untuk SMP satu orang guru, dan Bahasa Arab untuk seluruh penghuni panti
adalah dua orang guru (Zaenal Arifin dan Suharno).
Dari pembahasan di atas, benyak anak-anak PAKYM (alumni PAKYM)
yang telah berhasil setelah keluar dari PAKYM diantaranya sebagai berikut:
Tebel 1: Daftar Alumni tahun 1966-1980 yang telah berhasil setelah keluar dari PAKYM
No Nama Tempat Bekerja
1. Ir. H. Widodo Perusahaan Multinasional Jakarta
2. Ir. H. Yusroni PLN Kantor Jakarta
3. Noor Yasin, S.E, S.Ip PLN Kudus
4. Adi Sucipto Konveksi pakaian Tanah Abang Jakarta
5. Muhammad Zaini, S.Pd Guru SMK Muh 2 Surakarta Pasarlegi
6. Drs. Sudarto Guru SMA N Gemolong Sragen
7. Drs. Basuki Guru SMA N Gemolong Sragen
8. Muhammad Anas, S.Pd STIKES Aisyiyah Surakarta
9. Muzaini, S.Ag Kepala SD Muh 7 Pasarkliwon Surakarta
10. Fatkhul Zaini, S.Pd Guru SMP N 1 Magelang
11. Fatkhul Hajar Aswad, S.Pd Kepala SMP N Lampung
12. Mukhlis Wahyudi, S.Pd Guru SMK N 2 Pontianak
13. Arif Azhari Pegawai PT. Astra Internasional
48
14. Slameto Pengusaha Bakso La Tanza Solo Baru
15. Drs. Sri Haryanto General Manager Teknik PT Asuransi Bosowa Periskop Jakarta
16. Saiful Zaiman, S.E PT Telkom
17. Fairus Zaman, S.Pd Guru SD N Jakarta
18. Eko Budiyadi, S.S Perusahaan Multinasional Jakarta
19. Suhadi Salon/Tata rias Jln raya Solo Boyolali
20. Sangidi Foto Putra Anda Solo
21. Aji Saichwahman Percetakan Udin Pajang Laweyan Surakarta
22. Nur Salim, S.E Dosen UNIBA Surakarta
23. Mulyono Bengkel Mobil Mulyono Surakarta
24. Jamhari Penjahi putra ngresrep Boyolali
25. Daelami Retailer minyak pelumas di Jakarta
26. Tantowi Jauhari Manajemen Koperasi Karanganyar
27. Agus Ciptanto SMP Muhammadiyah 1 Simpan surakarta
28. Suradi Pegawai PLN Sambi Boyolali
29. Jumali, S.Pd Guru SD Teladan 15 Negeri Surakarta
30. H. Muh Tohyan Mubalight Nirbitan Tipes Boyolali
31. Waluyo Distributor abon sapi Jakarta
32. Tri Lukmanto Staff Manager ayam bakar wongsolo Jakarta
33. A. Jatin Perwira Tinggi Angkatan Laut Surabaya
34. Drs. H. Rochani, M.Hum Guru SMK N 1 Sukoharjo
35. Jupri, S.Pd Guru SD N Kawatan Surakarta
36. Agus Widodo Pegawai bagian listrikdi PKU RS Muh
37. Solichin PLN Surakarta
49
38. Slamet Guru SD N Kalijambe Sragen
39. Drs. Salamin Pegawai SMP di Pekalongan
40. A. Yatin Pengusaha roti brownis di Pabelan Ska
Sumber: Arsip daftar alumni PAKYM tahun 1966-1980.
3. Pengelolaan Dana PAKYM
Pendanaan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan
PAKYM, dari mulai berdiri sampai pada akhir tahun 1970-an pendanaan PAKYM
masih sangat bergantung pada donator-donatur yang secara sukarela memberi
bantuannya, kesulitan pendanaan masih sangat dirasakan karena pemasukan ke
dalam PAKYM yang tidak stabil. Dalam tahun 1960-an dimana terjadi krisis
ekonomi yang sangat tajam dan terjadinya inflasi berpengaruh pula terhadap
kehidupan PAKYM, terlebih pada saat tahun 1966-an, dimana harga-harga pada
umumnya naik dengan lebih dari 500%, dan harga beras melonjak lebih dari 900%,
laju inflasi mencapai 20 -30% sebulan.44 Dana yang sangat sedikit dan kebutuhan
yang terus bertambah memberikan pengaruh terhadap anak-anak asuh dalam
kehidupan sehari-hari.
Kehidupan ekonomi yang sulit terus berlanjut sampai meletusnya G 30 S
PKI. Bahan makanan yang kosong dalam PAKYM menjadikan anak-anak harus
makan dua kali sehari dengan nasi jagung yang didapat dari para dermawan
dengan cara anak-anak asuh mendatangi para dermawan-dermawan tersebut.45
Situasi yang demikian berangsur-angsur dapat teratasi dengan ketekunan
pengurus dan tertib administrasi di dalam PAKYM. Sejak awal tahun 1970-an
44 Yahya A. Muhaimin , 1990, hal. 51. 45 Wawancaradengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009.
50
bantuan dari masyarakat mulai dapat diterima dengan lancar. Bantuan yang
diterima PAKYM tersebut antara lain dari:
a. Yayasan Dharmais
Yayasan Dharmais adalah sebuah lembaga sosial yang memberikan
bantuan kepada panti-panti asuhan dan lembaga-lembaga penderita cacat
diseluruh Indonesia. PAKYM mendapat bantuan dari yayasan ini mulai tahun
1980, sebagai biaya makan dan obat-obatan. Bantuan tersebut dikirimkan setiap
tiga bulan sekali setelah yayasan ini menerima data-data jumlah dan kesehatan
anak asuh. Waktu pertama kali awal tahun 1980, panti asuhan ini menerima
bantuan sebesar Rp. 560.000; dalam setiap bulannya, jumlah ini terus naik sesuai
dengan nilai ekonomis sumbangan tersebut. Di samping memberikan bantuan
dana secara rutin setiap sebulan sekali, yayasan tersebut juga memberikan paket-
paket lebaran setahun sekali yang berwujud uang ataupun barang, dengan
diterimanya bantuan dari yayasan tersebut persoalan makan anak-anak asuh
sedikit banyak telah teratasi.
b. Departemen Sosial
Selain bantuan dana dari yayasan Dharmais, PAKYM juga memperoleh
santunan dari Departemen Sosial Propinsi Jawa Tengah di Semarang, Departemen
Sosial member bantuannya secara tetap pada PAKYM mulai tanggal 02 Desember
1982. Pemberian santunan dari Departemen Sosial tersebut diberikan sekaligus
dalam satu tahun setelah Departemen Sosial menerima surat permohonan subsidi
dari PAKYM.
Pemberian subsidi pertama kali dilakukan setelah sebelumnya PAKYM
tercatat dalam surat tanda pendaftaran di Departemen Sosial sebagai organisasi
51
sosial yang telah memenuhi kriteria persyaratan dengan nomer pandaftaran
369/Y/PSSM/1977 di Jakarta. Sedangkan subsidi yang telah diberikan oleh
Departemen Sosial sejak pertama kali adalah Rp. 300; setiap anak perhari.
c. Sumber Dana Lainnya
Sumber dan lainnya yang diperoleh PAKYM adalah dari para dermawan
baik dermawan tetap maupun dermawan insidentil. Para dermawan tersebut
sebagaian besar dari kalangan Muhammadiyah, yaitu yang duduk dalam
kepengurusan Muhammadiyah baik ditingkat daerah, Cabang maupun dalam
majlis-majlis. Sumber dana tersebut merupakan pendapatan yang paling besar
kedalam PAKYM dibandingan sumber dana lainnya. Hal ini kerena jumlah
dermawan yang cukup banyak serta sumbangan insidentil dari masyarakat
tergabung menjadi satu.
Dana yang diberikan oleh para dermawan tersebut selain berupa uang
juga ada yang berupa barang. Sedangkan untuk mengambil uang dari dermawan
tetap PAKYM masih melibatkan anak-anak asuh untuk daerah-daerah di wilayah
Surakarta, sedangkan dermawan yang berasal dari luar Surakarta biasanya uang
dikirim melalui pos wesel. Sejak tahun 1984 PAKYM tidak lagi mengeluarkan
proposal untuk mencari dana bantuan tetapi keikhlasan dari dermawan-
dermawan tersebut.46 Selain itu pejabat-pejabat dari instansi pemerintah atau
organisasi sosial yang berkunjung ke PAKYM juga ikut memberikan bantuan, baik
berupa uang maupun barang.
Di samping menerima bantuan dari berbagai macam pihak, PAKYM
sendiri juga mempunyai usaha guna menambah pemasukan dari hasil-hasil karya
46 Wawancara dengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009.
52
anak-anak yang berupa proyek photografi, percetakan, potong rambut, bengkel
elektronik, dan lainnya. Adapun biaya-biaya yang diperlukan untuk keperluan
anak-anak asuh selain untuk biaya makan dan pakaian adalah juga untuk biaya
sekolah. Biaya sekolah juga banyak menyedot dana meskipun anak-anak telah
mendapat keringanan sampai dengan 50% , biaya sekolah tersebut meliputi biaya
pendidikan, SPP, dan buku, tetapi pengeluaran tersebut belum termasuk
heregistrasi dan memasukkan anak-anak asuh ke sekolah baru pada tiap tahun
ajaran baru.
Dari pembahasan tersebut diatas, dibawah ini dapat diketahui
pemasukan dan pengeluaran, yang pemasukan dana didapat sebesar Rp.
16.829.148,95; setahun, pemasukan dana tersebut didapat dari berbagai usaha
yang dilakukan oleh PAKYM antara lain dari bantuan langsung dari berbagai pihak
sebesar Rp. 2.775.675; dalam setahun, dari zakat sebesar Rp. 3.140.930; selama
setahun, proyek cukur sebesar Rp. 808.650 dalam setahun.
Tabel 2 : Rekapitulasi Anggaran Pemasukan PAKYM Surakarta tahun 1981 jumlah rupiah pertahun.
No Pemasukan Jumlah
1. Sisa kas pada awal tahun 1981 Rp. 3.155.281,45;
2. Susidi Depsos Rp. 2.359.877,50;
3. Depot Matahari Rp. 500.000;
4. G.K.B.I. Jakarta Rp. 250.000;
5. Bantuan langsung Rp. 2.775.675;
6. Saham S.D.I Rp. 75.000;
7. Yayasan Dharmis Rp. 2.159.500;
8. Investaris Rp. 149.000;
53
9. Sawah wakaf Rp. 243.560;
10. Zakat Rp. 3.140.930;
11. Proyek cukur Rp. 808.650;
12. Proyek accu Rp. 445.050;
13. Proyek massage Rp. 145.500;
14. Proyek foto Rp. 230.000;
15. Proyek jahit Rp. 106.005;
16. Proyek obras Rp. 7.000;
17. Penjualan barang Rp. 278.120;
Sumber: buku induk dana masuk PAKYM Surakarta tahun 1981 jumlah rupiah pertahun.
Adapun pengeluaran dana antara lain biaya pendidikan sebesar Rp.
561.720; pertahun, biaya makan sebesar Rp.282.843; perbulan, perawatan
gedung sebesar Rp. 1.707.250; ongkos umum sebesar Rp. 1.702.445; biaya gaji
pegawai sebesar Rp.172.833; perbulan.
Tabel 3 : Rekapitulasi Anggaran Pengeluaran PAKYM Surakarta tahun 1981 jumlah rupiah pertahun
No Pengeluaran Jumlah
1. Biaya makan Rp. 3.394.120;
2. Biaya pakaian Rp. 296.800;
3. Biaya pendidikan Rp. 561.720;
4. Uang sekolah Rp. 376.200;
5. Inventaris Rp. 263.250;
6. Perawatan kendaraan Rp. 25.320;
54
7. Proyek accu Rp. 343.985;
8. Proyek cukur Rp. 463.230;
9. Proyek obras Rp. 13.725;
10. Proyek massage Rp. 55.605;
11. Proyek foto Rp. 5.400;
12. Proyek jahit Rp. 16.685;
13. Perawatan gedung Rp. 1.707.250;
14. Simpanan koperasi Rp. 2.000;
15. Gaji/honor Rp. 2.074.000;
16. Tabungan Rp. 23.500;
17. Ongkos umum Rp. 1.702.445;
18. Keperluan rumah tangga Rp. 68.850;
Sumber: buku induk dana PAKYM Surakarta tahun 1981 jumlah rupiah
pertahun.
PAKYM juga menyediakan sarana angkutan bagi anak-anak asuh yang
bersekolah agak jauh dari panti asuhan dan pengeluaran untuk perawatan
kendaran tersebut Rp. 2.110; perbulan, selain itu biaya-biaya pengurus, hadiah-
hadiah untuk anak yang berprestasi serta untuk acara rekreasi.
4. Kepengurusan PAKYM Surakarta
55
Tahun 1970 secara resmi nama PAKYM dipakai sebagai pengganti nama
PAYM, sedangkan jabatan ketua masih dipegang oleh H. M. Wahyudi, BA yang
telah menjabat sebagai ketua sejak tahun 1966, jika sampai pada tahun 1970-an,
pengelolaan panti asuhan tersebut masih dilakukan secara bersama antara ketua,
anggota, dan pengasuh, maka pada bulan Mei tahun 1971, pengurus PAKYM
terbagi atas bagian-bagian yang lebih rinci dan melaksanakan tugas sesuai dengan
bidang masing-masing.47 Bagian-bagian tersebut terdiri dari ketua yang
bertanggungjawab terhadap urusan intern PAKYM, dan wakil ketua yang
bertanggung jawab terhadap urusan luar panti. Disamping itu terdapat pula
sekretaris, bendahara dan anggota I sampai anggota IV. Tugas dari anggota I dan II
sebagai pelaksana kelancaran bidang pendidikan, anggota II mengurusi bidang
rumah tangga dan untuk anggota IV sebagai penanggungjawab dalam bidang
proyek. Pergantian pengurus di PAKYM diadakan tiap lima tahun sekali, mulai
tahun tahun 1953 sampai dengan tahun 1985 tetap dipegang oleh H. M. Wahyudi.
Pada tahun 1971 pengurus PAKYM masih diketuai oleh H. M.Wahyudi,
BA, dengan sekretaris H. Harsono HS, BA dan bendahara dipegang oleh Umar
Syahid, BA. Pengurus dipilih dan diangkat oleh keputusan dalam rapat Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Laweyan dengan jangka waktu kepengurusan selama
lima tahun dan setelah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali.48 Susunan
pengurus PAKYM tampaknya tidak banyak berubah, hanya personilnya saja yang
kadang-kadang berpindah–pindah dari jabatan satu ke jabatan yang lainnya.
Dengan ditambah satu dua orang pengurus lain apabila salah seorang pengurus
47 Wawancara dengan Suhardjono, 06 Nopemer 2009. 48 Asih Kurniawati, pembiaan etos kerja islami bagi anak Yatim di Panti Asuhan Keluarga
Muhamadiyah Surakarta, (STAIN), 2007, hal 20.
56
tidak dapat aktif. Pengurus dan pengasuh PAYM diangkat oleh Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Laweyan melalui musyawarah, terlebih dahulu dalam rapat
anggota Muhammadiyah Cabang. Berdasarkan surat keputusan Rapat Anggota,
pengurus dan pengasuh PAKYM dapat ditentukan.
Untuk menjadi pengasuh atau orang tua angkat PAYM, seseorang harus
dapat memenuhi syarat sebagai pengasuh yang telah ditetapkan oleh PAYM,
syarat-syarat tersebut adalah calon pengasuh harus anggota dari Muhammadiyah
atau Aisyah berstatus keluarga utuh (minimal bapak dan ibu), salah satu
(bapak/ibu) sudah mempunyai penghasilan tetap, sanggup menetap di panti
asuhan dan memenuhi ketentuan yang ditetapkan serta telah mendapat surat
keputusan dari Pimpinan Muhammadiyah Cabang Laweyan.49 Adapun lamanya
kepengasuhan tersebut tidak ditentukan dengan batasan, tetapi secara otomatis
akan habis masa kepengasuhannya apabila salah satu dari bapak atau ibu telah
maninggal dunia ataupun mengundurkan diri dengan surat pengunduran diri.
Meskipun terdapat jabatan pengasuh di PAKYM, pengurus masih tetap
mempunyai peranan penting dalam mengelola panti tersebut, karena persaingan
untuk mendapatkan sekolah yang baik semakin ketat, para pengurus panti
dituntut untuk lebih memperhatikan dan memajukan pendidikan anak-anak.50
Setelah kebutuhan pokok sehari-hari dapat diatasi tugas pengurus panti lebih
diarahkan kepada masalah pendidikan dan ketrampilan anak-anak. Untuk
mencapai tujuan tersebut selain mengusahakan berbagai jenis keterampilan
untuk menunjang keberhasilan anak sesudah selesai sekolah, penghuni panti juga
49 Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009. 50 Wawancara dengan Harsono, 02 Nopember 2009.
57
memanggil guru-guru les guna lebih memacu prestasi anak-anak dibidang ilmu
pengetahuan umum maupun agama Islam.
Untuk mengetahui bakat dan minat anak-anak asuh dalam menapaki
jenjang sekolah yang lebih tinggi, pengurus panti bekerja sama dengan fakultas
psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.51 Kerjasama itu dijalin guna
memberikan pengarahan kepada anak-anak dalam melanjutkan sekolahnya serta
berkonsultasi bila terdapat permasalahan pada anak-anak tersebut, psikolog
didatangkan ke PAKYM dari UMS tergantung dengan keadaan anak-anak asuh.
Bagi para pengurus dan pengasuh panti itu sendiri, psikolog tersebut diperlukan
untuk dimintai pertimbangan bagaimana cara mengasuh dan mendidik anak-anak
yang mempunyai latar belakang keluarga dan sosial berbeda-beda.52 Hal ini dirasa
penting agar tetap terjalin komunikasi yang lancar dan saling mengerti diantara
pengurus, pengasuh dan anak-anak PAKYM sehingga dengan suasana tersebut
diharapkan akan membawa ketentraman belajar anak-anak asuh.
Seperti yang telah ditulis di depan, bahwa setelah selesai dididik di
panti, bila anak tersebut belum memperoleh pekerjaan, pengurus PAKYM juga
ikut membantu dan beranggungjawab mencarikan dan menyalurkan pekerjaan
bagi mereka. Sampai pada saat ini hal tersebut masih dilakukan oleh pengurus
panti. Tidak hanya sampai disitu saja tanggungjawab pengurus panti dalam
mengarahkan masa depan anak-anak asuh tersebut, bahkan setelah anak tersebut
terlepas dari panti tetap mendapat perhatian dengan cara surat-menyurat sampai
dirasa anak tersebut telah siap untuk mandiri
51Wawancara dengan Mahbub Junaidi. 01 Nopember 2009. 52 Wawancara dengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009.
58
Kadang-kadang ada orang luar yang ingin mengadopsi atau mengangkat
anak-anak PAKYM tersebut. Tetapi meskipun secara ekonomis orang yang akan
mengadopsi tersebut tampak berkecukupan, pengurus panti tidak dapat begitu
saja melepaskanya, bila ada kasus seperti itu , pertama pengurus akan menyelidiki
dahulu alasan orang tersebut ingin mengangkat atau mengadopsi anak dan latar
belakang keluarganya. Hal itu dilakukan karena pengurus merasa
bertanggungjawab terhadap masa depan anak-anak asuh, dan rasa khawatir jika
mereka terlantar. Tetapi apabila pengurus sudah mengetahui alasannya dan
dirasa anak tersebut akan mempunyai masa depan yang baik pengurus akan
melepas anak tersebut untuk diserahkan kepada orang tua angkat.53 Tahun 1972
seperti anak asuh yang bernama Mulyono, Rakimin, Widodo dan Haryono yang
telah diadopsi memalui sistem foster care, yang biasanya diadopsi oleh orang tua
angkat dari Jakarta, Sumber ddn lainnya. Dengan cara tersebut pengurus PAKYM
akan selalu mengetahui keadaan anak-anak asuh mereka dan dimana mereka
berada. Begitu pula dengan para alumnus PAKYM setelah keluar dari panti, ada
diantara mereka yang masih mengadakan hubungan dengan PAKYM melalui
surat-menyurat atau kadang-kadang mereka datang sendiri ke panti, bahkan ada
beberapa alumnus PAKYM yang sudah dapat memberikan sumbangannya secara
tepat ke panti.
5. Kondisi Kehidupan PAKYM Surakarta
Pada akhir tahun 1970, anak-anak asuh yang tinggal di panti asuhan
berjumlah 40 orang, yang terbagi ke dalam tiga kelompok keluarga panti asuhan.
Kemudian penghuninya semakin bertambah, pada tahun 1980-an penghuni
53Wawancara dengan Mahbub Junaidi. 01 Nopember 2009.
59
PAKYM telah bertambah dengan jumlah 60 orang. Permintaan untuk menitipkan
anak-anak yatim di PAKYM terus bertambah dari tahun ke tahun, karena kapasitas
dan fasilitas didalam panti asuhan yang tidak lagi mencukupi, maka semenjak
tahun 1980 pengurus telah mengusahakan sistem pengasuhan anak yatim diluar
panti asuhan.54 Program pengasuhan anak yatim tersebut dibagi dalam dua
kategori, yaitu sistem foster care dan sistem foster parents.
Dalam sistem foster care yaitu beberapa anak yatim dititipkan kepada
keluarga yang mampu dan bersedia mengadopsi anak tersebut setelah
mendapatkan persetujuan dari pengurus panti asuhan. Dengan pengadopsian
tersebut maka seluruh biaya pemeliharaan dan tanggung jawab terhadap anak
tersebut berada dalam keluarga yang bersangkutan. Sedangkan sistem foster
parents yaitu PAKYM memberikan santunan kepada anak yatim yang tidak
mampu dengan cara mereka tetap tinggal bersama wali atau keluarga mereka.
Bantuan PAKYM yamg di berikan kepada mereka antara lain berupa uang sekolah,
fasilitas pengobatan sebanyak sembilan ribu rupiah setiap anak, diluar itu mereka
masih mendapatkan bantuan pakaian seragam, dan buku-buku serta biaya
khitanan missal.
Untuk acara lain seperti rekreasi, menyambut tamu, acara pelepasan
atau hiburan yang lain serta kursus-kursus keterampilan, mereka juga tetap
dilibatkan. Walaupun mereka tinggal di luar panti asuhan, keadaan mereka tetap
dipantau terus oleh PAKYM. Bila sekolah mereka maju, maka bantuan itu akan
54 Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009.
60
diteruskan sampai pada batas sekolah lanjutan atas tetapi bila tidak maju, maka
bantuan akan dihentikan sampai batas waktu tertentu.55
Semenjak tahun 1980 sampai pada saat dilakukan penelitian ini,
terdapat 70 anak asuh yang terdiri dari 60 anak asuh yang tinggal di panti asuhan,
dan 10 anak asuh yang tinggal diluar panti asuhan. Jumlah tersebut diharapkan
dalam tahun-tahun yang akan datang PAKYM dapat membantu foster parents
yang lebih banyak lagi. Anak-anak asuh yang tinggal di dalam panti asuhan
tersebut kebanyakan berasal dari daerah-daerah sekitar Surakarta seperti Sragen,
Boyolali, Sukoharjo, dan Karanganyar, disamping dari Surakarta sendiri. Mereka
sebagian besar adalah anak-anak yatim yang ditinggal mati oleh ayahnya. Dari
catatan yang ada dalam PAKYM sejak tahun 1981, lebih dari 75% anak-anak yang
masuk dalam PAKYM adalah telah yatim ayah, selebihnya ada yang ditinggal mati
oleh ibunya, terlantar, atau ditinggal mati oleh kedua orang tuanya.
Adapun sebagian besar pekerjaan orang tua anak-anak asuh tersebut
adalah berasal dari lapisan masyarakat paling bawah seperti buruh tani atau
buruh kasar (kuli), nelayan, pedagang sayur, pedagang rombengan, pemulung,
pensiunan janda, dan lain-lain. Dilihat dari pekerjaan yang dikerjakan oleh orang
tua anak asuh terkesan bahwa jenis pekerjaan tersebut merupakan jenis
pekerjaan yang kurang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari apalagi
untuk mengyekolahkan anak yang relatif memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Dari golongan itulah kebanyakan anak-anak PAKYM berasal, karena memang
syarat yang paling penting untuk menghuni panti adalah anak-anak yatim dari
keluarga yang kurang mampu.
55 Wawancara dengan Fadholi, tangggal 09 Nopember 2009.
61
Untuk menyelesaikan pendidikan sampai dengan tamat sekolah
setingkat dengan SLTA, anak-anak yang tinggal di panti asuhan tersebut
mempunyai masa tinggal yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang
lainnya. Di PAKYM separoh lebih dari anak-anak tersebut tinggal di panti selama
tujuh sampai delapan tahun. Selebihnya ada yang tinggal dipanti antara sepuluh
sampai lima belas tahun. Tetapi ada juga dari mereka yang hanya tinggal dua atau
tiga tahun karena sebab-sebab tertentu yang mengharuskan mereka keluar dari
panti, misalnya karena anak tersebut kurang cerdas dan sering kali tidak naik kelas
atau anak tersebut susah diatur dan sering melanggar peraturan panti sehingga
pengasuh PAKYM tidak dapat mengatasinya lagi. Pada anak terbelakang, biasanya
pengasuh panti mengambil kebijaksanaan dengan menyekolahkan anak-anak
tersebut kesekolahan luar biasa SLB atau kursus-kursus keterampilan (Mulyono,
Soebroto, dan Suparman). Tetapi bila hal ini dirasa tidak cukup membantu
memajukan si anak, maka anak tersebut dititipkan kepada salah pengurus guna
membantu pekerjaan yang dikerjakannya.56
Sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi bangsa Indonesia,
kesejahteraan anak-anak di PAKYM pun mengalami peningkatan. Fasilitas-fasilitas
yang diperlukan sebagai sarana untuk menyelenggarakan sebuah panti asuhan
seperti yang terdapat dalam buku pedoman untuk mendirikan sebuah panti mulai
diwujudkan yang mencakup fasilitas fisik maupun non fisik.
Kelengkapan tempat tinggal anak-anak di panti, dan kebutuhan fisik
anak-anak asuh sejak tahun 1970 mulai mengalami peningkatan, misalanya
kualitas makan, pakaian, alat-alat sekolah dan lain-lain. Mulai tahun 1970 mneu
56 Wawancara dengan Fadholi, tangggal 09 Nopember 2009.
62
makanan mereka ditingkatkan dengan cara membuat daftar menu setiap minggu.
Menu itu dilengkapi dengan kebutuhan gizi anak-anak yang terdiri dari nasi, sayur
dan lauk pauk setiap harinya. Dari daftar menu makanan yang terhidang adalah
menu yang berasal dari daerah Jawa Tengah.
Pada akhir tahun 1980-an daftar menu makanan PAKYM mulai ada
sedikit perubahan, dafrat menu makanan tersebut disusun dari Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta.57 Dalam setiap minggu terdapat beberapa jenis
makanan yang berasal dari luar Jawa, makanan tersebut antara lain rendang,
tauge wortel, pakley dan lain-lain. Menu makanan yang berasal dari Jawa tampak
mendominasi sebagian besar hidangan yang tersedia.
Tabel 4 : Daftar Menu Makan di PAKYM Surakarta Tahun 1980. Hari Pagi Siang Malam Ekstra
Voedin/Minuman
1 Oseng buncis,
Krupuk udang
Soto daging
Tempe goreng
Karak
Acar kuning
Tahu goreng
Peyek kacang
Misoa
The manis
2 Bothok,
Tempe bacem
Sayur lodeh
Tahu goreng
Peyek teri
Bobor bayam
Krupuk udang
Pisang goreng
3 Tumis kangkung,
Telur dadar,
Karak
Sop cemplung
Tempe gereng
Sambel
Kare sayuran
Tahu goreng
Kacang ijo
Nanas
4 Rendang tahu,
Krupuk udang
Sayur untup-utup
Ayam goreng
Karak
Oblok daun singkong
Tempe bacem
Peyek kedelai
Pisang godok
5 Tumis kacang panjang dan wortel,
Bening bayam
Tahu goring
Sayur asem-asem
Tempe goreng
Susu
57 Wawancara dengan Kusminah, tanggal 09 Nopember 2009.
63
Telur asin Peyek kacang Karak
6 Orak-arik
Krupuk udang
Soto ayam
Bregedel
Tempe goring
Sambal goreng
Tahu bacem
Peyek teri
Awug-awug
7 Tumis tauge, wortel dan kapri,
Telur ceplok
Gudek
Ikan laut
Gudek
Ikan laut
Karak
Nogosari bandung
8 Gudangan,
Tempe bacem,
Karak
Sup kacang merah, wortel, bakso, tetelan
Peyek kacang dan tempe goreng
Lodeh
Tahu goreng
Krupuk
Bakwan
9 Pecel
Tahu bacem
Timlo
Empal daging
Sambal goreng jepan
Tahu, peyek
Buah pisang
10 Oseng kacang panjang, Tauge dan dele,
Tempe
Pakley
Tahu goreng
Krupuk udang
Sayur podo moro
Ikan laut
Karak
Agar-agar
Sumber : Daftar Menu Makan di PAKYM Surakarta Tahun 1980.
Meskipun sudah ada faktor menu makan setiap minggu, tidak tertutup
kemungkinan untuk menu itu setiap saat diganti. Hal itu tergantung pada
keinginan atau asal usul dari anak-anak asuh dengan ketentuan, hidangan itu
dapat terjangkau oleh dana yang tersedia pada saat itu. Untuk anak-anak bebas
mengambil nasi dan sayur tetapi tidak untuk lauknya, tempat makanpun juga
telah ditentukan di kamar makan, kecuali apabila kamar makan tersebut sudah
penuh terpaksa anak-anak makan diluar, kadang-kadang mereka makan di meja
taman. Untuk kebutuhan minum, susu diberikan sesuai dengan jadwal yang ada
pada menu, demikian juga dengan kacang hijau dan teh manis yang diberikan
sebagai selingan, untuk minum sehari-harinya adalah cukup dengan air putih.
64
Kebutuhan pakaian juga tampak telah terpenuhi, sumbangan pakaian
banyak diterima dari para dermawan baik yang berupa pakaian pantas maupun
yang berupa pakaian baru. Pakaian pantas pakai diberikan kepada anak-anah asuh
setiap 3 bulan sekali, sedangkan pakaian baru diberikan setahun sekali menjelang
hari raya Idhul Fitri. Diluar itu masih ada baju seragam, sepatu dana alat-alat
sekolah yang diterima oleh anak-anak asuh, sedangkan sarung dan selimut serta
alas kaki (sandal) diberikan menurut kebutuhan.58
Pada tiga puluh tahun terakhir tampaknya makan dan pakaian bukan
merupakan persoalan lagi bagi PAKYM. Beras yang diterima dari para dermawan
sudah cukup untuk makan sehari-hari, lebih-lebih pada akhir bulan puasa, pada
saat umat Islam membagi-bagikan zakat fitrohnya, panti rata-rata menerimaa
beras lebih dari satu ton, kerena itu meskipun anak-anak asuh menerima zakat,
tetapi mereka juga memberikan zakatnya kepada para tetangganya sekitar panti
yang dianggap lebih membutuhkannya.
Mulai tahun 1975 pengurus menyediakan hadiah khusus kepada anak-
anak yang berprestasi di sekolah. Hadiah itu diberikan kepada mereka (Fatkhul
Zaini, Rokhani, Pariadi dan Umar) yang menduduki peringkat I, II dan III di
kelasnya, sehingga jumlah hadiah yang diberikan sesuai dengan jumlah anak yang
berprestasi. Jenis hadiah yang diberikan juga bermacam-macam seperti sepatu,
tas sekolah, pakaian , handuk dan lain-lain. Uang saku selain untuk transportasi
sekolah, diberikan pada anak-anak setahun sekali setiap hari raya. Kadang-kadang
uang saku itu diterima dari sanak famili yang datang menjenguk mereka atau dari
para dermawan yang berkunjung ke panti, bagi anak-anak yang mengikuti kerja di
58 Wawancara dengan Damanuri, tanggal 10 Nopember 2009.
65
proyek PAKYM seusai sekolah antara lain percetakan, photo, potong rambut,
menjait dan lain-lain, mereka akan mendapatkan sebagian kecil dari hasil proyek
tersebut sebagai imbalan kerja. Dari semua uang yang didapat itu mereka dapat
menabungnya dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu apabila mereka
memerlukannya.59
Setelah kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, alat-alat sekolah, sarana
tempat tinggal mengalami peningkatan, kebutuhan untuk berekreasipun
diperhatikan. Rekreasi dilakukan setahun sekali sehabis hari raya Idul Fitri dengan
daerah tujuan disekitar Jawa Tengah seperti Batu Raden, Goa Jati Jajar, Tawang
Mangu, juga ke pondok pesanten. Rekreasi diikuti oleh seluruh anak asuh yang
berada di panti maupun yang berada diluar panti, pengasuh dan penguruk
PAKYM. Ketika kondisi keuangan telah memungkinkan dan selaras dengan
kebutuhan anak-anak yang dirasa telah cukup, maka para pengurus, pengasuh
dan seluruh karyawan/karyawati mulai mendapatkan sekedar uang lelah dari
panti. Tahun 1980-an PAKYM menyediakan anggaran untuk itu Rp. 850.000;
perbulan. Uang lelah tersebut bertambah sesuai dengan nilai ekonomis dan
kenaikan harga serta kemampuan PAKYM. Bagi pengasuh dan
karyawan/karyawati yang tinggal didalam panti uang lelah yang diterima tersebut
sudah bersih dalam arti bahwa kebutuhan listrik, air dan keperluan sehari-hari
telah ditanggung oleh PAKYM.
B. Interaksi Sosial di dalam PAKYM
59 Wawancara dengan Damanuri, tanggal 10 Nopember 2009.
66
Interaksi sosial adalah hubungan yang terjadi antara dua orang atau
lebih atau beberapa orang secara timbak balik yang dapat mempengaruhi
perilaku masing-masing. Hubungan timbal balik tersebut dapat terjalin antara
individu dengan individu dalam kelompok atau antara kelompok denagn
kelompok lain. Dengan interaksi tersebut dapat diperoleh gambaran tentang
komunikasi yang terjadi dalam kelompok yang bersangkutan.60 Untuk mengetahui
kedudukan serta peranan masing-masing kelompok diantara pengurus dan anak-
anak asuh di PAKYM, dibawah ini akan diuraikan tentang interaksi yang terjadi
diantara mereka.
Di lingkungan panti interaksi diantara pengurus, pengasuh, anak-anak
asuh dapat mempengaruhi dan membentuk pribadi anak-anak selama tinggal
didalam panti, misalnya saja rasa percaya diri, kemandirian, solidaritas sesama
anak asuh atau belajar sopan santun. Kedudukan pengurus PAKYM sangat penting
di panti, karena penguruslah yang mengelola dan bertanggung jawab pada maju
mundurnya panti tersebut. Di tangan pengurus pula kebijaksanaan dan keputusan
berada, seperti menerima anak asuh, ikut memberikan pengarahan sekolah anak
asuh bahkan upaya mencarikan pekerjaan mereka.
Di PAKYM interaksi antara pengurus dengan anak asuh jarang terjadi,
kecuali untuk prengurus yang menangani bidang rumah tangga dan pendidikan.
Mereka hanya bertemu sebulan sekali untuk mengadakan pertemuan rutin.
Pertemuan itu dimanfaatkan oleh pengurus untuk memberikan nasehat-nasehat
atau bimbingan kepada anak asuh. Seluruh pengurus dapat bertemu dengan anak
asuh secara resmi hanya beberapa kali dalam satu tahun, yaitu saat penerimaan
60 Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jilid 7, hal. 192-193.
67
anak asuh yang baru pada tahun ajaran baru, pelepasan anak yang sudah selesai
dididik di panti dan acara syawalan atau piknik bersama.61 Walaupun begitu
pengurus selalu mengikuti perkembangan anak-anak asuh melalui rapat pengurus
yang diadakan seminggu sekali. Dalam rapat tersebut dibicarakan berbagai
persoalan yang ada didalam panti. Dalam setiap rapat salah seorang pengasuh
panti diundang untuk ikut memberikan informasi tentang keadaan panti dan turut
berpartisipasi dalam memecahkan persoalan yang ada disana, tidak semua
pengasuh ikut hadir dalam rapat pengurus, karena masing-masing mempunyai
tugas sendiri-sendiri. Jadi undangan pengasuh untuk menghadiri rapat pengurus
tergantung pada persoalan yang akan dibicarakan.
Pengasuh di PAKYM awal tahun 1980-an ada tiga orang masing-masing
mempunyai tugas-tugas yang berbeda-beda baik didalam panti maupun urusan
yang ada diluar panti. Setiap pengasuh mempunyai tanggung jawab satu keluarga
anak-anak asuh yang terdiri antara 20 sampai 25 orang anak-asuh. Jika ada anak
asuh yang mempunyai persoalan pelajaran di sekolah misalnya, ia akan
membicarakan persoalannya tersebut kepada pengasuhnya dan pengasuh
tersebut akan ikut memecahkan persoalan tersebut, kalau dirasa anak-anak asuh
memerlukan bimbingan les, pengasuh akan berusaha menyampaikan kepada
pengurus didalam rapat untuk direalisasikan. Dengan begitu pengurus juga
berfungsi sebagai mediator anatar pengurus dengan anak-anak asuh. Selain
perperan sebagai mediator, seorang pengasuh juga berfungsi sebagai pengganti
orang tua yang dapat memberikan kasih sayang dan perlindungan bagi anak-anak
61 Wawancara dengan Damanuri, tanggal 10 Nopember 2009.
68
asuh. Bimbingan, nasehat dan membagi tugas sehari-hari selalu diberikan pada
anak-anak asuh tanpa membeda-bedakan mereka. Karena itu seorang pengasuh
dituntut untuk selalu sabar dalam mendidik anak-anak asuh yang mempunyai
latar belakang sosial dan keluarga yang berbeda-beda tersebut.
Interaksi antara anak-anak asuh dapat terjalin setiap saat karena semua
pengasuh tinggal di panti , jadi jika setiap anak-anak asuh mempunyai masalah,
pengasuh langsung dapat mengetahui dan berusaha untuk menyelesaikannya,
caranya dengan pengasuh mendekati teman yang akrab dengan anak yang
mempunyai masalah, kemudian setelah pengasuh mengetahui masalah anak
tersebut, pengasuh berusaha bicara dengan anak itu secara perlahan dan
membantu agar masalahnya dapat diatasi. Kadang-kadang ada nasehat dari
pengasuh yang tidak dituruti oleh anak-anak, misalnya anak-anak malas untuk
belajar atau terlambat pulang, maka pengasuh akan memberikan peringatan
terlebih dahulu. Kalau sampai beberapa kali diperingatkan anak tersebut tidak
juga menuruti peringatan itu barulah persoalan tersebut dibawa ke rapat rutin
pengurus yang diadakan setiap seminggu sekali. Kemudian rapat penguruslah
yang akan memutuskan bagaiman langkah yang akan diambil. Hukuman fisik
boleh dibilang tidak pernah dilakukan oleh pengurus kecuali telinga anak-anak
yang agak bandel akan ditarik (dijewer).62
Rasa percaya diri bagi anak-anak asuh dicoba ditanamkan oleh pengasuh
dengan berbagai cara, antara lain dengan menberikan kesempatan kepada anak-
anak asuh untuk menyelenggarakan peringatan hari-hari besar Islam, disini semua
panitia dan pelaksanaan diserahkan kepada anak-anak asuh seperti mencari
62 Wawancara dengan Mualimin, tanggal 10 Nopember 2009.
69
pembicara, mengisi acara, menata dekorasi, memberikan kata sambutan dan lain-
lain. Dalam kepanitiaan tersebut anak-anak membagi tugas diantara mereka,
biasanya yang besar akan mencari pembicara atau memberikan kata sambutan,
lalu yang kecil-kecil akan mengisi acara hiburan atau membantu membuat
dekorasi. Kegiatan yang lain adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak
asuh untuk menyelenggarakan pengajian. Pengajian ini bergilir dari kamar ke
kamar dengan pembicara, pengacara, maupun sambutan-sambutannya dilakukan
sendiri oleh anak-anak.63
Untuk lebih mempererat hubungan antara anak-anak asuh, setiap hari
diadakan sholat berjama’ah terutama untuk sholat shubuh, salah seorang anak
asuh yang duduk di bangku SLTA memberikan ceramah agama sebentar. Pada
sore hari dalam sholat maghrib dan isya’ yang menjadi imam juga anak-anak asuh
yang sudah besar secara bergiliran. Diantara waktu maghrib dan isya’ tersebut,
digunakan oleh anak-anak untuk kegiatan mengaji tadarus Al-Qur’an yang
dipimpin oleh salah seorang pengasuh.
Sebagai penghormatan anak-anak yang kecil memanggil anak-anak yang
lebih besar yaitu dengan sebutan “mas”, sedangkan yang besar boleh memanggil
yang lebih kecil cukup dengan langsung memanggil namanya saja. Anak-anak
memanggil dengan panggilan “bapak” untuk bapak-bapak pengurus dan pengasuh
serta panggilan “ibu” untuk ibu-ibu pengasuh dan pengurus pula. Seperti dalam
sebuah keluarga, anak-anak yang duduk di bangku SLTA bertugas membantu adik-
adiknya, yang paling besar dalam kamar tersebut bertindak sebagai ketua, dengan
63 Wawancara dengan Damanuri, tanggal 10 Nopember 2009.
70
begitu bila ada persoalan diantara mereka seperti bertengkar misalnya, anak yang
besar akan berusaha meleraikannya.
Bimbingan dari anak-anak yang lebih besar kepada adik-adiknya tidak
hanya memberikan suri tauladan atau contoh perilaku yang baik saja, tetapi juga
meliputi bimbingan dalam mata pelajaran di sekolah maupun pembagaian kerja
sehari-hari di panti. Pada saat anak-anak belajar bersama, anak-anak yang lebih
besar bertugas untuk mengawasi dan membantu mereka bila mereka ada
kesulitan. Untuk pembagian kerja sehari-hari di panti dibagi menurut besar
kecilnya anak-anak dan kemampuan mereka. Biasanya anak-anak SD mendapat
tugas menyapu ruangan, anak-anak SLTP menyapu halaman dan anak-anak SLTA
mengepel lantai. Lalu pada hari-hari libur seperti minggu dan hari-hari libur resmi
Nasional, secara bergotong-royong membersihkan lingkungan seperti
membersihkan lingkungan taman, halaman sekeliling dan lain-lain. Untuk
membersihkan masjid yang ada di komplek PAKYM dilakukan sesuai jadwal yang
telah dibuat bersama. Apabila dalam kamar ada yang sakit, yang sehat akan
memberikan perawatan kepada yang sakit, tetapi bila sakitnya semakin menjadi
barulah mereka melaporkan kepada pengasuh untuk mendapatkan perawatan
yang lebih serius.64
PAKYM yang terletak di Surakarta tidak terlepas dari pengaruh budaya
bahasa yang dipakai sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari di panti, komunikasi
diantara mereka baik antar anak asuh, anak asuh dengan pengasuh maupun
pengurus dengan pengurus menggunakan bahasa Jawa. Bagi anak-anak yang
seumur mereka menggunakan bahasa Jawa ngoko, tetapi anak-anak kecil
64 Wawancara dengan Syahrudin, tanggal 10 Nopember 2009.
71
dibiasakan memakai bahasa Jawa kromo madya bila berbicara dengan anak-anak
yang lebih besar. Begitu pula anak-anak yang lebih besar harus menjawab dengan
bahasa yang sama kepada adik-adiknya sebagai suri tauladan supaya anak-anak
yang lebih muda menaruh hormat kepada anak-anak yang lebih tua. Tetapi
apabila anak-anak yang berbicara dengan pengasuh dan pengurus mereka harus
menggunakan bahasa jawa kromo inggil, sebagai penghormatan anak-anak
kepada orang tua. Sebaliknya pengasuh dan pengurus menggunakan bahasa Jawa
ngoko bila berbicara dengan anak-anak asuh. Bahasa Jawa memang sangat
dominan dalam kehidupan sehari-hari di panti, karena bahasa itu selalu
dipergunakan setiap saat di lingkungan panti, kecuali pada acara-acara tertentu
seperti pengajian misalnya. Tidak berbeda seperti anggota masyarakat yang lain,
hubungan panti dengan masyarakat terdekat juga terjalin dengan baik.
PAKYM berada agak jauh dari perkampungan, tetapi pengasuh panti
berusaha menghadiri setiap undangan yang datang dari kampung, misalnya
peringatan hari-hari besar baik Islam maupun Nasional. Demikian juga sebaliknya,
setiap PAKYM mengadakan peringatan-peringatan selalu mengundang tokoh-
tokoh desa disekitarnya. Di dalam panti sendiri secara otomatis anak-anak asuh
menjadi anggota Pemuda Muhammadiyah, yaitu organisasi otonom dari
Muhammadiyah yang anggotanya terdiri dari remaja-remaja putra. Kegiatan di
Pemuda Muhammadiyah meliputi Tabligh akbar, pengkaderan dalam organisasi
Muhammadiyah dan kepanitian hari besar Islam.
C. Pengaruh Situasi Sosial Polotik dan Ekonomi
72
Stabilitas politik yang diciptakan pemerintah orde baru memungkinkan
pemerintah untuk melaksanakan rencana-rencana pembangunan Nasional.
Pembanguan Nasional uang dikenal dengan Repelita mulai dicanangkan sejak 1
April 1969. Pada Repelita I yang diutamakan adalah pembanguan ekonomi dengan
prasarana-prasarananya. Sejak itu dimulailah rancangan-rancangan kerja untuk
memajukan perekonomian terutama dibidang pertanian dan industri yang
mendukung usaha pertanian. Di sektor pertanian digalakkan usaha intensifikasi
dan ekstensifikasi pertanian. Selain itu perbaikan sarana-sarana transportasi,
irigasi bendungan dan lain-lain.65
Keberhasilan ekonomi tersebut tampak dengan adanya peningkatan
produksi sandang dan pangan secara Nasional. Kehidupan ekonomi mulai tampak
adanya kemajuan, hal tersebut mengakhibatkan dampak yang positif pula
terhadap kehidupan rakyat. Kesulitan ekonomi lambat laun dapat teratasi sedikit
demi sedikit. Kebutuhan makan pakaian tidak sulit lagi, barang-barang pokok
tersedia dimana-mana dan tidak sesulit ketika masa pemerintahan orde lama.
Ketika kebutuhan pokok masyarakat semakin mudah, maka rakyatpun kemudian
dapat memikirkan kehidupan orang lain, sehingga mereka mau memberikan
bantuan kepada orang yang membutuhkan. Lebih-lebih lagi apabila kesadaran
beramal itu dilandasi dengan dasar-dasar ajaran agama.
Karena kesejahteraan rakyat mulai meningkat, sumbangan-
sumbanganpun mulai mengalir ke PAKYM baik melalui perseorangan maupun
organisasi sosial. Seiring dengan itu, kesejahteraan dan fasilitas yang diterima
anak-anak PAKYM juga mengalami peningkatan. Seperti telah disebutkan diatas
65 Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), 1977, hal. 151-152.
73
ketika ekonomi Negara mulai maju, hal ini mengakhibatkan devisa Negara turut
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kemajuan ekonomi telah mengiring
tumbuhnya yayasan-yayasan yang dikelola pejabat pemerintah guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain yayasan Dharmais, yang telah
mampu memberikan bantuan kepada berbagai lembaga sosial seperti kepada
PAKYM secara teratur.
Demikian juga bantuan pemerintah melalui Depsos, selain bantuan yang
berupa uang, Depsos juga memberikan bantuan kepada panti berupa barang
misalnya seperti almari, mesin ketik, meja kursi, pompa air listrik, tempat tidur
dan lain-lain. Bantuan-bantuan yang diterima dari masyarakatpun datang dengan
sendirinya. Kalau pada awal tahun 1960-an pengurus panti sibuk mencari dana
kesana-kemari guna mempertahankan eksistensi panti. Sejak awal tahun 1970-an
para dermawan banyak yang membawa bantuan ke panti. Begitu pula dengan
bantuan-bantuan yang lain seperti zakat fitrah dari masyarakat dan badan zakat
Surakarta (BAZIS) memberikan zakatnya setiap tahun.
Dilihat dari bangunan fisiknya, yang bertambah dari waktu ke waktu
seperti bertambahnya gedung-gedung yang dibangun, merupakan bukti adanya
peningkatan kesejahteraan panti, bangunan-bangunan yang didirikan itu ada yang
dibangun dengan biaya sendiri dengan uang kas atau sumbangan khusus dari para
dermawan. Fasilitas-fasilitas yang diterima anak-anak PAKYM juga mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, seperti misalnya kualitas makan, pakaian, alat-
alat sekolah, sepatu, perbaikan ruang belajar, penambahan kamar dan lain-lain.
Di samping itu hadiah-hadiah juga diberikan pengurus panti kepada
anak-anak yang berprestasi. Juga fasilitas pendidikan didapatkan anak-anak
74
dengan mengundang guru les yang dibayar oleh panti, baik guru keterampilan
maupun guru pelajaran umum. Berbagai keterampilan diusahakan dilaksanakan di
PAKYM yang menunjang kemandirian anak maupun bidang olah raga dan
kesenian, kecuali itu kesejahteraan pengasuh juga mulai diperhatikan dengan
memberikan sekedar uang lelah. Rekreasi yang diadakan setahun sekali
merupakan bentuk lain dari kesejahteraan PAKYM yang terus membaik. Tujuan
rekreasi juga berada agak jauh dari wilayah Surakarta dengan mengikut sertakan
semua anak asuh bahkan seluruh keluarga pengasuh dan pengurus panti. Rekreasi
tersebut dilakukan setahun sekali karena disesuaikan keadaan anak-anak yang
memperoleh libur sekolah.
Melihat kondisi PAKYM dari tahun ke tahun yang terus membaik
tersebut, ternyata disini bahwa situasi politik dan kondisi ekonomi Nasional
sangat mempengaruhi kehidupan sosial rakyat dan terutama dalam hal ini
PAKYM. Kestabilan politik Negara memungkinkan pemerintah untuk
melaksanakan rencana-rencana pembangunan nasional secara pasti, terutama
pambangunan ekonomi. Keberhasilan pemerintah memajukan perekonomian
Negara mengakhibatkan kehidupan rakyat semakin sejahtera. Makanan dan
pakaian mudah didapat tidak sesulit sebelum orde baru memerintah.
D. Upaya Pengembangan PAKYM
Keberadaan anak-anak asuh di PAKYM bukan untuk selamanya, akan
tetapi dalam batas waktu tertentu. Batasan diberikan jika dirasa anak-anak asuh
sudah cukup untuk madiri. Tetapi dari PAKYM-pun tidak begitu saja melepas anak-
75
anak asuh, tetapi berusaha secara maksimal menyalurkan ke dalam lapangan
pekerjaan, hal ini dimaksudkan agar selepas dari panti anak-anak asuh tidak
menjadi pengangguran dan membebani masyarakat. Jenis-jenis pekerjaan sangat
bervariasi melihat terhadap bakat dan kemampuan anak serta lapangan kerja
yang tersedia. Meskipun dari PAKYM telah berusaha menyalurkan pekerjaan,
tetapi tidak seluruh anak asuh menggantungkan kepada PAKYM. Mereka dituntut
untuk dapat mandiri dan mencari pekerjaan sendiri secara maksimal.
Setelah usaha yang mereka lakukan tidak membawa hasil, PAKYM
memberikan alternatif dan mengarahkan pada anak terhadap jenis pekerjaan
yang dapat mereka lakukan. PAKYM tidak langsung memberikan pekerjaan
kepada mereka kecuali terhadap anak-anak tertentu, misalnya anak yang
terbelakang pola pikirnya, biasanya diberikan pekerjaan oleh pengurus untuk
usaha pribadi pengurus. Juga terhadap anak-anak yang dianggap berbakat dan
pandai disalurkan sesuai dengan bakat dan kemampuan anak-anak tersebut.66
Bagi anak yang mempunyai keterampilan khusus, PAKYM menyarankan
untuk berwiraswasta dengan bantuan modal dari PAKYM, misalnya anak yang
mempunyai keterampilan cuci cetak foto atau keterampilan mencukur rambut,
PAKYM memberikan modal untuk membuka usaha tersebut. PAKYM tidak akan
menyalurkan keperusahaan tertentu tetapi berusaha untuk memberikan modal
berwiraswasta.67 Maksud dari PAKYM adalah jika mereka diberikan modal untuk
berwiraswasta, diharapkan kelak dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi
adik-adiknya yang ada di panti maupun yang ada diluar panti, sehingga lulusan
dari PAKYM bukan merupakan tenaga kerja yang mencari lapangan pekerjaan
66 Wawancaradengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009. 67 Wawancara dengan Mualimin, tanggal 10 Nopember 2009.
76
tetapi yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan orang
lain.
Dari catatan yang ada , sejak tahun 1980 sampai 1990 sebanyak 40%
alumnus PAKYM merupakan wiraswastawan, selebihnya ada yang bekerja di PLN,
guru sekolah dasar, pabrik tekstil, ada yang bekerja di Depsos, Astra Jakarta, dan
Telkom di Bandung.68 Bekal keterampilan di PAKYM merupakan salah satu modal
bagi pengembangan berwiraswasta anak-anak asuh. Keterampilan menjahit dan
obras, potong rambut, pertanian, stroom accu dan lain-lain, merupakan usaha-
usaha kearah kemandirian. Seperti yang menjadi tujuan dalam pembentukan
proyek di PAKYM bahwa proyek tersebut harus bersifat edukatif dalam arti bahwa
proyek ketrampilan tersebut dapat dijadikan sarana atau tempat melatih anak-
anak asuh agar dapat memiliki keterampilan berkarya sedangkan bersifat
produktif berarti bahwa dapat memberikan income baik bagi PAKYM maupun bagi
anak-anak asuh bila kelak telah lepas dari panti.
Disamping dari segi keterampilan, usaha lain bagi pengembangan
PAKYM meliputi penerimaan anak. Jumlah anak yang berada di dalam PAKYM
pada saat di lakukan penelitian adalah 60 orang dan 10 orang anak yang berada
diluar panti. Dalam waktu mendatang PAKYM mengusahakan untuk mengasuh
anak yang lebih banyak lagi baik didalam panti maupun diluar panti. Sedangkan
dalam sistem foster care atau pengadopsian anak akan dapat berjalan dan
diharapkan banyak para dermawan yang mengadopsi anak dari PAKYM, juga
mengoptimalkan fungsi masjid Nurul Hidayah di kompleks PAKYM, sebagai sarana
68 PAKYM, hal. 10-19
77
dakwah ke-Islaman serta untuk melatih anak-anak berintegrasi dengan
masyarakat antara lain dengan berkotbah.
78
BAB IV
PERAN PAKYM SURAKARTA DI BIDANG PENDIDIKAN BAGI ANAK
ASUH UNTUK MEMBENTUK SIKAP KEMANDIRIAN
A. Peran PAKYM di Bidang Pendidikan Untuk Membentuk Kemandirian Anak Asuh
Bidang pendidikan adalah lahan terbesar yang dimiliki oleh
Muhammadiyah, semua jenjang pendidikan dimiliki oleh Muhammadiyah,
membuktikan bahwa Muhammadiyah mempunyai komitmen yang sangat tinggi
dalam mencerdaskan Bangsa. Gerakan dalam bidang pendidikan semakin
gencar dilakukan setelah Muktamar ke 41 di Surakarta. Perubahan Anggaran
Dasar disebutkan dimana pasal 4 Anggaran Dasar disebutkan tentang ruang
lingkup amal usaha Muhammadiyah yang meliputi pengembangan penyelidikan
nilai dan hukum Islam (Tarjih), pengembangan pendidikan dan kebudayaan,
tabligh, tolong-menolong, kepustakaan, penertipan wakaf, kepemudaan,
kewanitaan dan kesejahteraan hidup anggota.69
Salah satu kebutuhan yang penting manusia selain sandang, pangan,
papan dan kesehatan adalah kebutuhan akan pendidikan, kebutuhan pendidikan
sangat penting bagi setiap manusia. Maka pemerintah menuangkan dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara (TAP MPR no. IV/MPR/1973) yaitu tentang
tujuan pendidikan: “pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk
69 Abduh Munir Mulkan, Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam
Perspektif Perubahan Sosial,( Jakarta: Bumi Aksara), 1990, hal. 43.
79
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam maupun diluar sekolah
dan berlangsung seumur hidup.70
Kalau berbicara tentang pendidikan, manusia memerlukan bantuan,
tuntutan, pelayanan, dorongan dari orang lain demi mempertahankan hidup
dengan mendalami belajar demi setahap untuk memperoleh kepandaian,
keterampilan dan pembentukan sikap dan tingkah laku sehingga lambat laun
dapat berdiri sendiri.71 Maka disinilah peran penting PAKYM Surakarta sangat
dibutuhkan oleh anak asuh. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam maupun diluar sekolah
dan berlangsung seumur hidup.72
PAKYM Surakarta sebagai pengelola yang memberikan pelayanan
kesejahteraan bagi anak asuh yang tidak mengabaikan pentingnya pendidikan.
Pada dasarnya anak asuh yang tinggal di PAKYM Surakarta adalah anak yang
kurang beruntung karena takdir menghendaki mereka harus kehilangan ayah,
ibu atau kedua-duanya yang berarti harus kehilangan perhatian serta kasih
sayangnya. Oleh karena itu, mereka sangat mendambakan kasih sayang,
bimbingan, tuntunan, perhatian, serta pendidikan dengan harapan mereka dapat
terangkat fungsi sosialnya tanpa harus merasa rendah diri apabila terjun ke
70 Idris Zahara, Sosiologi Pendidikan, Studi dan Pengajaran, (Jakarta: Gramedia Widiar
Sarana Indonesia), 1994, hal. 17. 71 Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : P. T Rineka Cipta), 1985, hal. 74. 72 Zahara Idris, Pengantar Pendidikan-pendidikan, Studi dan Pengajaran, (Jakarta : Gramedia
Widiasara Indonesia), 1984, hal. 9-10.
80
dalam masyarakat. Sekolah pada Hakekatnya bertujuan untuk membantu orang
tua untuk mengajarkan kebiasaan-kebiasaan dang menanamkan budi pekerti
yang baik, juga diberikan bekal untuk kehidupan dalam masyarakat yang sulit
diperoleh dalam lingkungan rumah tangga.73
Masa depan anak-anak ini jika diterawang akan terlihat suram. Betapa
tidak, karena pendidikan dari hari ke hari, dari waktu ke waktu terus
berkembang sesuai dengan tuntutan pembangunan yang memerlukan banyak
aktifitas. Anak-anak yatim di era sekarang ini menjadi sulit kedudukannya
untuk berpacu dengan anak-anak lain yang masih memiliki orang tua (ayah/ibu)
dalam segala bidang, terutama pendidikan. Mendidik dan mengurus anak-anak
yatim tidaklah mudah, melainkan membutuhkan keseriusan dan keahlian yang
lebih agar kelak anak-anak tersebut menjadi seseorang yang mandiri dalam
hidupnya. Berangkat dari gambaran-gambaran diatas, maka program
pendidikan anak-anak di PAKYM Surakarta dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari
pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar disepanjang hayat.74
Proses pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, pergaulan, dan
73 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: FIP IKIP),
1986, hal. 142. 74 Op cit, hal 130.
81
organisasi. Pendidikan informal merupakan proses belajar yang berjalan alami
dan berlangsung bebas menyertai kehidupan sehari-hari. Usia anak merupakan
masa dimana pembentukan dasar-dasar karakteristik atau watak kejiwaan
mereka dimulai. Di dalam lingkungan PAKYM Surakarta selain diusahakan
terjaminnya kebutuhan lengkap yang diperlukan anak, yaitu kebutuhan fisik
dan psikologis, anak juga dididik untuk hidup mandiri. Anak dituntut untuk
dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya sesuai dengan
kapasitasnya sebagai anak. Sehingga PAKYM Surakarta mengharapkan anak
asuh tanggap terhadap permasalahan kemanusiaan, terhadap lingkungan dan
alam sekitarnya serta peka terhadap kerja.
Anak asuh dididik oleh pengurus dan pengasuh tentang budi pekerti,
sopan santun dan tentang rasa antara sesama penghuni panti. Pendidikan,
peraturan, dan kehidupan ala panti secara otomatis terakumulasididalam diri
anak asuh. Sehingga mereka antara sadar dan tidak sadar mendapatkan
pendidikan yang belum tentu mereka dapatkan dalam keluarga mereka sendiri.
Proses yang terjadi di PAKYM Surakarta dalam kaitannya dengan pendidikan
informal adalah melalui metode atau cara seperti dalam beberapa hal berikut:
a. Sistem Kekeluargaan
Proses pendidikan informal yang berlangsung di PAKYM Surakarta
menggunakan sistem kekeluargaan yang melibatkan hubungan antara anak asuh
dengan para pengasuh, anak asuh dengan pengurus dan demikian pula
sebaliknya serta antara sesama anak asuh di panti.
82
Salah satu bentuk sistem kekeluargaan yang ditanamkan di PAKYM
adalah dengan memposisikan antara pengasuh dan anak asuh layaknya seorang
teman. Jika ada permasalahan yang dialami oleh anak-anak asuh biasanya
diselesaikan sendiri, baru setelah mengalami kesulitan anak-anak akan
ceritakan dengan pengasuh, sebenarnya hubungan antara pengasuh dana anak-
anak asuh sudah seperti dengan teman sendiri, sering bercanda dan bapak
pengasuh kadang juga ikut dalam gojekan anak asuh, dengan begitu anak-anak
merasa nyaman kalau bercerita dengan bapak pengasuh.75
Dari beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pengasuh
PAKYM Surakarta disamping berperan menjadi pengasuh, mereka juga harus
menjadi orang tua bagi anak asuh yang tinggal di sana. Pengasuh tidak
membeda-bedakan satu sama yang lainnya. Dalam mendidik anak asuh,
pengasuh juga selalu mengingatkan dan menasehati anak-anak jika melakukan
kesalahan. Bentuk hubungan kekeluargaan semacam ini akan membantu
perkembangan mental anak-anak asuh. Dalam membimbing anak asuh juga
dilakukan pendekatan pada anak asuh, salah satu bentuk pendekatan itu
terutama jika anak mempunyai masalah. Hal ini sangat bergantung pada
masalah yang sedang dihadapi oleh anak tersebut.
Secara keseluruhan dapat ditekankan bahwa panti asuhan tersebut
adalah rumah bagi anak asuh tersebut, sehingga timbul hubungan baik antara
anak dengan pengasuh dan selalu ditanamkan rasa memiliki. Sebagai contoh
75 Wawancara dengan Rokhani, tanggal 6 Januari 2010.
83
kebersihan panti, di mana kebersihan panti tersebut menjadi tanggung jawab
semua penghuni panti asuhan. Selain itu para pengasuh juga selalu berusaha
memberikan motivasi pada anak asuhnya dalam setiap kegiatan-kegiatan yang
ada, sehingga terjalin hubungan yang baik diantara anak asuh dengan
pengasuhnya.
Sebagai pengasuh yang bertindak sebagai pengganti orang tua, selalu
memberi nasihat kepada anak dan berusaha untuk menjadi teman dan sahabat
yang baik, sehingga anak akan merasa lebih dekat serta mampu memberikan
semangat atau motivasi pada anak-anak asuh tersebut. Selain itu anak asuh
dilatih untuk memliki kepekaan tinggi pada lingkungan sekitar, mempunyai
solidaritas terhadap sesama penghuni panti asuhan. Hal ini ditunjukkan dengan
sikap anak yang dengan kesadarannya mau membantu penghuni panti yang lain
disaat membutuhkan bantuan.
b. Sistem Keteladanan
Pendidikan informal yang berlangsung di PAKYM Surakarta berlaku
adanya sisitem keteladanan pengasuh dan pimpinan ataupun pengurus panti.
Keteladanan tersebut dilakukan dengan harapan agar bisa memotivasi anak
asuh utuk mengikuti sikap dan tindakan yang di contohkan oleh para pengasuh,
pimpinan dan pengurus panti. Pada dasarnya merekalah yang menjadi kunci
penggerak bagi keberhasilan PAKYM Surakarta dalam menegakkan peraturan
yang terdapat di panti tersebut. Salah satu bentuk keteladanan yang dilakukan
adalah ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kampung. Sehingga pada saat tertentu
84
ketika terdapat kegiatan-kegiatan di lingkungan masyarakat sekitar dan juga
hari-hari besar, misalnya 17 Agustus, anak asuh diharuskan ikut serta dalam
berbagai kegiatan kampung, misalnya pada kegiatan olah raga dan kebersihan.
Bentuk keteladanan anak asuh yang usianya lebih tua terhadap anak
asuh asuh yang usianya lebih muda sangat efektif untuk menumbuhkan
semangat menjadi lebih baik dalam diri anak-anak asuh keseluruhan. Apabila
sesuatu hal yang diteladani itu baik, maka anak-anak akan menerimanya dengan
baik pula. Namun ketika panutan mereka melakukan sedikit kesalahan akan
dapat memunculkan kesan negatif dalam diri anak-anak asuh tersebut.
Pendidikan informal yang diperoleh anak asuh dari tugas-tugas yang
dipercayakan terhadapnya merupakan pengalaman yang didapatnya dalam
kehidupan sehari-hari yang memiliki dampak positif bagi diri anak-anak asuh
tersebut. Hal ini bisa terjadi dalam lingkungan keluarga atau panti sendiri,
dalam pergaulan sehari-hari, organisasi dan sebagainya. Maka anak-anak asuh
yang tinggal di panti secara langsung atau tidak langsung akan mengikuti
peraturan yang berlaku di panti tersebut.
c. Sistem Kedisiplinan
Proses sosialisasi di PAKYM Surakarta berlaku ganjaran dan
hukuman. Pemberian ganjaran dan hukuman tersebut diberikan dalam rangka
melatih kedisiplinan anak-anak asuh. Hukuman dikenakan pada semua anak
asuh dengan tetap melihat besar kecilnya usia mereka.
85
Sanksi atau hukuman yang diberlakukan di PAKYM Surakarta
merupakan sebuah metode untuk mendidik anak-anak asuh supaya lebih
berdisiplin lagi dalam dirinya. Sanksi yang diberikanpun jangan sampai
membuat mereka malu tetapi bisa membuat mereka jera dan tidak mengulangi
kesalahnnya lagi. Pemberian sanksi tersebut disesuaikan dengan bidang
kegiatan yang sedang dijalankan. Cara atau metode dalam mengasuh pada
prinsipnya berlaku sama untuk semua anak asuh. Setiap anak memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam rangka dididik kearah kemandirian. Anak dilatih
melakukan kediplinan dalam hal belajar dan juga dalam kegiatan sehari-hari.
Pada prinsipnya hukuman yang diberikan dalam rangka untuk melatih
anak kedisiplinan. Anak dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa yang
diberikan panti kepadanya, sanksi-sanksi atau hukuman sifatnya hanya
membuat kesalahan yang sama dikemudian hari. Selanjutnya kedisiplinan
diterapkan dalam hal belajar dan juga dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Dalam mendidik atau mengasuh anak-anak asuh, baik yang sudah
besar maupun yang masih kecil dilakukan dengan penuh perasaan dan
kesabaran sehingga anak asuh tersebut mudah mengerti. Hal ini dimaksudkan
agar para pengasuh lebih dekat dengan anak-anak. Meski demikian dalam
mendidik anak asuh yang masih kecil relatif lebih sulit karena kemampuan anak
kecil dalam menerima dan memahami tentang apa yang diajarkan oleh para
pengasuhnya masih cukup rendah. Sistem pendidikan dan pengajaran tersebut
86
bukan dimaksudkan untuk menciptakan suatu sistem pendidikan swasta yang
sejajar dengan sistem Nasional.76
2. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur,
sistematis, mempunyai jenjang serta mengikuti syarat-syarat tertentu secara
ketat. Pendidikan ini berlangsung di sekolah dan terikat oleh waktu yang telah
ditentukan.
Pelaksanaan pendidikan formal di PAKYM Surakarta berupaya
memenuhi kebutuhan anak asuh terhadap pendidikan formal dengan
memasukkan anak-anak asuh ke sekolah masing-masing. Sehingga pendidikan
formal ini diselenggarakan di lingkungan sekolah masing-masing anak. Dalam
rangka pemilihan lokasi sekolah, semua disesuaikan dengan bakat dan minat
anak asuh, sedangkan pengurus dan pengasuh hanya mengarahkan saja. Namun
demikian, khususnya bagi anak-anak asuh yang sudah lulus SLTP
diprioritaskan untuk memasuki sekolah kejuruan dengan harapan agar anak
mempunyai keahlian disalah satu bidang tertentu yang ditekuni. Sebab sekolah
kejuruan merupakan alternatif yang tepat dan dari sini diharapkan agar anak
asuh nantinya akan segera mendapatkan pekerjaan dan bisa mandiri. Untuk
pelaksanaan pendidikan formal, anak-anak asuh di sekolahkan di sekolah
umum, SD, SMP, SMA atau SMK, tapi rata-rata ketika akan masuk SMA
76 M. T. Arifin, Muhammadiyah Potret Yang Berubah, (Surakarta: Institut Gelanggang
Pemikiran Filsafat Sosial, Budaya dan Kependidikan), 1996, hal. 258.
87
diarahkan untuk masuk SMK saja dengan maksud agar anak-anak itu cepat
mandiri, memperoleh pendidikan sebagai bekal kemandirian mereka nantinya.77
Dari beberapa pernyataan diatas, alasan pemilihan lokasi sekolah
formal bagi anak-anak asuh PAKYM Surakarta meliputi empat hal. Pertama
adalah jarak sekolah tidak terlalu jauh dengan PAKYM, jarak yang tidak terlalu
jauh tersebut memudahkan anak untuk menjangkau sekolah. Kedua adalah
mutu atau kualitas sekolah tersebut, apabila mutu atau kualitas suatu sekolah
baik. Alasan yang ketiga adalah karena sekolah tersebut akan mendukung
dalam membekali anak-anak PAKYM untuk mencari pekerjaan selepas SMA,
rata-rata lulus SMA, anak-anak akan banyak yang memiliki keinginan untuk
bekerja.
Salah satu peran penting yang dilakukan oleh sekolah madrasah
Muhammadiyah adalah memelihara tradisi-tradisi keagamaan.78 Maka PAKYM
bertanggung jawab penuh untuk seluruh keperluan anak dalam kaitannya
dengan pendidikan formal, baik pada biaya pendidikan, kebutuhan peralatan
sekolah, pembelian buku-buku sekolah maupun dalam hal perwaliannya.
Berikut akan diberikan tabel tentang tempat sekolah dari anak-anak
asuh di PAKYM Surakarta tahun 1970-an dan tahun 1980-an.
77 Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009. 78 Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu),
2001, hal. 33.
88
Tabel 5 : Data Tempat Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1970-an.
No Nama Sekolah Jumlah Anak (Dalam %) 1. TK Aisyiyah Surakarta 7 anak 11, 6 % 2. SD Muhammadiyah Surakarta 26 anak 43,3 % 3. Belum Sekolah 3 anak 5 % 4. Tanpa Keterangan 24 anak 40 %
Sumber : Data Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1970-an.
Dari data diatas dijelaskan bahwa anak-anak asuh PAKYM Surakarta
menempuh lokasi pendidikan yang berbeda, diantaranya TK Aisyiyah Surakarta
sebanyak 7 anak (11,6%), SD Muhammadiyah Surakarta sebanyak 26 anak
(43,3%), yang belum sekolah sebanyak 3 anak (5%), dan yang tanpa keterangan
sebanyak 24 anak (40%).
Tabel 6 : Data Tempat Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1980-an.
No Nama Sekolah Jumlah Anak (Dalam %) 1. TK Aisyiyah Surakarta 1 anak 1,6 % 2. SD Muhammadiyah Surakarta 46 anak 76,6 % 3. SMP Muhammadiyah 1 Surakarta 13 anak 21,6%
Sumber : Data Sekolah Anak Asuh PAKYM Surakarta Tahun 1980-an.
Dari data diatas dijelaskan bahwa anak-anak asuh PAKYM Surakarta
menempuh lokasi pendidikan yang berbeda, diantaranya TK Aisyiyah Surakarta
sebanyak 1 anak (1,6%), SD Muhammadiyah Surakarta sebanyak 46 anak
(76,6%), dan SMP Muhammadiyah 1 Surakarta sebanyak 13 anak (21,6%).
89
Tabel 7 : Data Anak Asuh yang masuk ke PAKYM tahun 1970-an. No Nama Alamat 1. Buryadi Banyudono Boyolali 2. Moch. Karim Solo 3. Muhammad Simo Boyolali 4. Djupri Simo Boyolali 5. Marsudi Ngemplak Boyolali 6. Komarun Banyudono Boyolali 7. Widodo Banyudono Boyolali 8. Suparlan Nglembu Boyolali 9. Yusroni Simo Boyolali 10. Paimin Solo 11. Misri Baturetno Wonogiri 12. Sangidi Simo Boyolali 13. Mustaqim Simo Boyolali 14. R. Samiadi Surakarta 15. Mardjuki Kalijambe Sragen 16. Ngadimin Nogosari Boyolali 17. Slamet Kalijambe Sragen 18. Syamjuri Kalijambe Sragen 19. Widodo Simo Boyolali 20. Mulyono Wonogiri 21. Tukino Wonogiri 22. Sunadi Gemolong Sragen 23. Sujatno Sragen 24. Salamin Karanganyar 25. Nurjasin Boyolali 26. Soebroto Solo 27. Sugiri Sondakan Solo 28. Umar Wonogiri 29. Suparman Wonogiri 30. Pariadi Bekonang 31. Syamsul Hadi Boyolali 32. Baharudin Karanganyar 33. Tukiman Boyolali 34. Suhardi Kliwonan Sragen 35. Kusmanto Ngemplak Boyolali 36. Bedjo Surakarta 37. Nurdjani Baron Cengklik 38. Muhammad Nur Patrijadi Giripurwo Wonogiri 39. Parlan Giripurwo Wonogiri 40. Gunawan Ahmat Baluarti Solo 41. Roehmad Sidorejo Sragen 42. Usman Kalijambe Sragen 43. Basuki Kalijambe sragen 44. Tontowi Djauhri Solo 45. Mulyono Simo Boyolali 46. Haryono Laweyan Solo 47. Robert Daryanto Solo 48. Wisnu Prasetyo Solo 49. Suradi Boyolali 50. Rakimin Boyolali 51. Waluyo Sragen 52. Nur Utomo Solo
90
53. Mukhson Kartasura 54. Rokhmad Klaten 55. Munzanil Boyolali 56. Lanjar Boyolali 57. Rochani Karanganyar 58. Agus Setyobudi Ponorogo 59. Agus Nurdjatmiko Ponorogo 60. Agus Wityaksono Ponorogo
Sumber : Data Anak yang masuk ke PAKYM tahun 1970-an.
Dari tabel di atas dapat dilihat dari banyaknya anak asuh bahwa anak
asuh di PAKYM pada tahun 1970-an banyak yang datang dari Boyolali
sebanyak 18 orang, kedua dari Solo sebanyak 11 orang, ketiga dari Wonogiri
sebanyak 10 orang.
Tabel 8 : Data Anak Asuh yang masuk ke PAKYM tahun 1980-an. No Nama Alamat 1. Muhdiyanto Jatim 2. Aguc C Surakarta 3. Marwan Nogosari 4. Nurhadi Sragen 5. Jumali Semarang 6. Komari Klaten 7. Jumadi Boyolali 8. Salamun Dalang 9. Triyanto Surakarta 10. Muji Surakarta 11. Musthofa Jatim 12. Rosyim Boyolali 13. MuchlisW Kartasura 14. Ja’far Malaka Tengah 15. Syansyi Tuban 16. Kenedi Tuban 17. Fatkhul W. A Surakarta 18. Sholikhin Sukoharjo 19. Mastian Kudus 20. Harjo Tegal 21. Durahim Tegal 22. Ahnad H Tegal 23. Abu Bakar M Flores 24. Nur Syamsu Flores 25. Syahfuddin B Alor n 26. Mardiyono Boyolali 27. Mu,alim Klaseman 28. Suwarto Solo 29. Aji S Boyolali 30. Suprapto Boyolali
91
31. Sardi S Boyolali 32. Saubari Klaten 33. S. Edi P. M Sumsel 34. Waljiyo Sumsel 35. Kanang SLamet Magelang 36. Sukarno Surakarta 37. Kuswanto Solo 38. Khosim Boyolali 39. Topo Wiyono Solo 40. M. Busroni Sragen 41. Muklis Suharto Klaten 42. Ali Budiyanto Sragen 43. Winarto Boyolali 44. m. Toqhsin Sragen 45. M. Sarmanto Boyolali 46. Suradji Sragen 47. Daelami Boyolali 48. Muzayin Boyolali 49. Roni G. Pane Solo 50. M. Ruslan Sragen 51. Sriyadi Solo 52. Rondilah Klaten 53. Cholil Sragen 54. Tugiman Sragen 55. Basuni Sukoharjo 56. Faozani Boyolali 57. Suramto Sragen 58. Lamani Boyolali 59. Abdul Fatah Tegal 60. Suradji Simo
Sumber : Data Anak yang masuk ke PAKYM tahun 1980-an.
Dari tabel di atas dapat dilihat dari banyaknya anak asuh bahwa anak
asuh di PAKYM pada tahun 1980-an sudah berasal dari luar jawa seperti
Flores, Sumatera Selatan tetapi masih sama tepatnya dari asal daerahnya
dengan tahun 1970-an yaitu Boyolali dan Sragen.
Jadwal kegiatan pendidikan formal atau kegiatan sekolah untuk
masing-masing anak asuh antara jam 07.00 Wib – 14.00 Wib. Pendidikan
tersebut dilakukan Senin sampai dengan Sabtu dan berlangsung di lingkungan
sekolah masing-masing. Sehubungan dengan kegiatan pendidikan formal yang
92
diselenggarakan sekolah masing-masing anak-anak asuh, maka dalam hal ini
upaya kerja sama pihak PAKYM adalah dengan memberikan kepercayaan
penuh kepada sekolah untuk memberikan pendidikan formal pada anak asuh.
Timbal balik pihak sekolah kepada pihak PAKYM adalah memberikan laporan
prestasi belajar anak di sekolah serta memberi panggilan atau pemberitahuan
pada PAKYM jika anak tersebut bermasalah.
Biaya pendidikan formal, dalam hal pendidikan, PAKYM membiayai
semua dana yang diperlukan oleh anak-anak asuh. Semua dana tersebut berupa
dana pendidikan yang berasal dari Yayasan Muhammadiyah sendiri dan
sumbangan dari para donatu-donatur.79 Untuk menunjang pendidikan formal di
sekolah, maka diadakan kegiatan belajar bersama yang wajib diikuti oleh semua
anak PAKYM Surakarta. Kegiatan belajar tersebut dilaksanakan setiap hari
pada pukul 19.00 – 22.00 Wib. Secara umum, tujuan PAKYM Surakarta
memberikan pendidikan formal bagi anak-anak adalah untuk membekali anak-
anak dengan ilmu pengetahuan sebagai salah satu pengalaman hidupnya.
3. Pendidikan Nonformal
Pendidikan Nonformal yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara
tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat.
Pendidikan berlangsung diluar sekolah dan diselenggarakan secara terencana,
terprogram, serta bersifat fungsional dan praktis.
79 Wawancara dengan Suhul Dridjosarjono, 29 Oktober 2009.
93
Pihak PAKYM memberikan pendidikan Nonformal kepada anak
asuhnya dengan pengajar atau pelatihnya dari PAKYM sendiri dan
mendatangkan dari luar. Tujuannya tidak hanya memberikan pengetahuan
melainkan juga untuk membekali anak-anak dengan keterampilan-keterampilan
yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup anak
asuhnya, atau dapat dikatakan sebagai modal bekerja ketika mereka sudah
keluar dari PAKYM dan berada ditengah-tengah masyarakat. Lingkungan
masyarakat menitikberatkan pada pendidikan Nonformal, sedangkan
lingkungan lebih berorientasi pada pendidikan Informal.80
a. Kegiatan Pendidikan Non Formal
1. Pembinaan Keagamaan
Agama merupakan dasar atau fondasi dalam menjalani hidup ini.
Apabila memiliki agama yang kuat, maka secara otomatis akan memiliki
prinsip yang kuat pula. PAKYM Surakarta mengadakan pembinaan keagamaan
untuk memupuk pengetahuan tentang agama kepada anak asuh. Anak asuh di
PAKYM Surakarta semua beragama Islam sehingga pembinaan yang ada hanya
pembinaan agama Islam.
Pendidikan keagamaan yang diberikan meliputi bahasa Arab,
penerjemahan Kitab, Igro’, membaca Al-Qur’an, kuliah Subuh, melalui
pendidikan agama anak-anak asuh juga dilatih untuk berorganisasi, setiap
80 Haidar Putra Daulay, Historisasi dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah,
)Yogyakarta: PT. Tiara Wacana), 2001, hal. 65.
94
pelaksanaan pendidikan keagamaan kami juga menyampaikan nasihat-nasihat
tentang hal-hal yang baik dan sekitarnya akan bermanfaat bagi mereka.81
Pelaksanaan kegiatan agama setiap hari di Masjid milik PAKYM sendiri,
pelaksanannya yaitu ba’da Maghrib dan Isya’, kalau untuk pembinaan yang
dilaksanakan ba’da Subuh diberikan oleh pengasuh sendiri, sedangkan untuk
pembinaan yang dilaksanakan ba’da Maghrib diberikan oleh dua orang guru
dari luar yaitu Bapak Drs. H. Subari dan Bapak Drs. Saiful Islam, M. Ag.
Dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan juga diberlakukan
hukuman. Hukuman yang diberikan jika anak-anak terlambat datang ketempat
kegiatan. Biasanya antara sholat Subuh dan Maghrib, anak-anak diberikan
tenggang waktu 10 sampai 15 menit untuk persiapan. Namun kadangkala anak-
anak masih sering terlambat, bahkan pernah didapati ada anak yang tidur
setelah sholat Subuh. Apabila terjadi pelanggaran tersebut, maka anak-anak
harus menerima hukuman. Hukuman tersebut berwujud membaca Al-Qur’an
sebanyak 50 ayat untuk satu orang. Dalam hal ini dari adanya pendidikan Islam
adalah untuk menciptakan manusia-manusi yang beriman dan berpengetahuan
yang saling menunjang satu sama lainnya.82
81 Wawancara dengan Damanhuri, 10 Nopember 2009. 82 Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia, antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta: Tiara
Wacana), 1991, hal. 9-10.
95
2. Tapak Suci
Kegiatan Tapak Suci merupakan salah satu kegiatan non formal di
PAKYM Surakarta. Tapak Suci semacam kegiatan bela diri yang
diperuntukkan bagi putra Muhammadiyah. Umat Islam diwajibkan untuk
berkuda-kuda dan siap-siap membela diri sesuatu yang membahayakan dirinya.
Jadi disinilah kita mempunyai pedoman bahwa bela diri untuk persiapan kita
kalau ada musuh.
Bela diri Tapak Suci diberikan dengan mendatangkan pelatih dari luar.
Pelatih tersebut bernama bapak Sukarno. Beliau berasal dari Colomadu
Karanganyar. Bela diri Tapak Suci ditetapkan sebagai kegiatan pendidikan non
formal di PAKYM Surakarta sejak tahun 1977 hingga sekarang kegiatan Tapak
Suci ini masih berjalan lancar dan bahkan mengalami kemajuan dalam
perkembangannya.83 Bela diri yang diajarkan diharapkan dapat memperkuat
keimanan dan ketaqwaan masing-masing anak asuh.
Kegiatan ini di ikuti oleh semua anggota panti asuhan, baik yang masih
SD maupun tingkat SMA. Sebagai penghuni PAKYM sendiri, maka semua
anak harus ikut serta dalam kegiatan ini. Bela diri Tapak Suci merupakan
pelatihan mental dan fisik bagi anak asuh. Pelatihan mental adalah bahwa anak
asuh menjadi lebih berani dalam situasi apapun dan pertahanan tubuh menjadi
kuat.
83 Wawancara dengan Sukarno, tanggal 23 Januari 2010.
96
3. Pendidikan Olah Raga
Pendidikan olah raga yang diadakan oleh PAKYM Surakarta terdiri
dari tiga macam, yaitu lari pagi, tennis meja dan bola voly. Lari pagi diadakan
tiap hari Selasa dan Sabtu setelah anak-anak Sholat Subuh, biasanya dimulai
pukul 05.00 Wib, sedangkan tennis meja dan bola voly tiap hari Rabu dan
Jum’at sore sekitar jam 15.00 samapai jam 17.00 Wib. Olah raga tennis meja
merupakan olah raga yang disenangi oleh anak asuh di PAKYM Surakarta.
Fasilitas meja dan bed pun tersedia. Beberapa pertandingan pernah diikuti dan
pernah diadakan oleh PAKYM sendiri. Rata-rata anak-anak memiliki
kemampuan bermain tennis meja. Anak-anak PAKYM pernah menjadi juara
dalam kejuaraan tennis meja antar beberapa panti asuhan di Surakarta.
b. Jadwal Kegiatan Nonformal
Jadwal kegiatan nonformal yang dilakukan oleh anak asuh di PAKYM
Surakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 9 : Jadwal Kegiatan Pendidikan Nonformal PAKYM Surakarta tahun 1970.
No
Hari Ba’da Subuh Ba’da Maghrib Ba’da Isya SD SLTP/SL
TA SD SLTP/SLT
A SD SLTP/SL
TA 1 Ahad Kuliah
Subuh - - - - -
2 Senin Qiro’ah HTP Arobiyah - - - 3 Selasa Lari Lari Hafalan Tartil - - 4 Rabu Tajwid - - Bahasa
Arab Tapak Suci
Tapak Suci
5 Kamis Sholat Tajwid Bahasa Arab
Baca Kitab Sholat Lail
Sholat Lail
6 Jum’at SKJ SKJ Aqidah - - - 7 Sabtu Lari Lari tartil Qiro’ah - -
Sumber: Data Sekunder PAKYM Surakarta Tahun 1970.
97
Tabel 10 : Jadwal Kegiatan Pendidikan Nonformal PAKYM Surakarta tahun 1980.
No
Hari Ba’da Subuh Ba’da Maghrib Ba’da Isya SD SLTP/SL
TA SD SLTP/SLT
A SD SLTP/SL
TA 1 Ahad Kuliah
Subuh Bahasa Arab
Baca Kitab
- - -
2 Senin Qiro’ah HTP Arobiyah Tartil - - 3 Selasa Lari Lari Hafalan Tartil - - 4 Rabu Tajwid Tafsir Hikmah Bahasa
Arab Tapak Suci
Tapak Suci
5 Kamis Sholat Tajwid Bahasa Arab
Baca Kitab Sholat Lail
Sholat Lail
6 Jum’at SKJ SKJ Aqidah Hikmah - - 7 Sabtu Lari Lari tartil Qiro’ah - -
Sumber : jadwal kegiatan PAKYM Surakarta Tahun 1980.
Ada perubahan jadwal dari tahun 1970 ke tahun 1980, penambahan
jadwal pendidikan nonformal tersebut terlihat dari hari Senin, Rabu, dan
Jum’at, hari Senin ba’da Subuh untuk SLTP/SLTA dan SD adanya penambahan
pelajaran baca kitab, utuk ba’da Maghrib Tartil untuk SLTP/SLTA saja, hari
Rabu ba’da Subuh untuk SLTP/SLTA dan SD adanya penambahan pelajaran
tartil, untuk ba’da Maghrib penambahan pelajaran hikmah untuk SLTP/SLTA
saja, serta hari Jum’at untuk SLTP/SLTA adanya penambahan pelajaran
hikmah untuk SLTP/SLTA saja. Pengampu kegiatan Tapak Suci oleh Sukarno,
pengampu tafsir oleh Drs. Ky. Sucri Machin, SH, pengampu bahasa Arab oleh
Zaenal Arifin (pondok Nurriyah Sobron UMS Surakarta).
c. Biaya Pendidikan Nonformal PAKYM Surakarta
Dalam hal ini biaya pendidikan nonformal sama dengan pendanaan
kegiatan formal. Merupakan kebijakan panti asuhan karena dana yang
digunakan berasal dari panti asuhan sendiri, bukan dari anggaran pemerintah
98
pusat (pemerintah kota Surakarta). Pendanaan operasional sehari-hari baik
untuk kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan sekolah anak-anak dibiayai
oleh Yayasan Muhammadiyah Surakarta. PAKYM Surakarta juga menerima
donator yang menyumbang baik berupa uang maupun barang kepada PAKYM.
Besar ataupun kecil jumlah bantuan tidak ditentukan karena hal tersebut sesuai
dengan kemampuan para donator. Secara keseluruhan, dengan alokasi dana dari
Muhammadiyah dan para donator, PAKYM tidak pernah mengalami hambatan
dalam pendanaan.
B. Alasan PAKYM Surakarta Menggunakan Pendidikan Untuk
Membentuk Sikap Kemandirian Anak Asuh
Pendidikan adalah usaha sadar dan teratur serta sistematis yang
dilakukan oleh orang-orang yang bertanggungjawab, untuk mempengaruhi anak
agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dengan
kata lain dapat disebutkan bahwa pendidikan adalah bantuan yang diberikan
secara sengaja kepada anak, dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani untuk
mencapai tingkat dewasa. Pandangan sosiologi melihat pendidikan dari aspek
sosial sehingga pendidikan dapat diartikan seebagai usaha pewarisan generasi
ke generasi berikutnya.84 Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan
perubahan kelakuan anak-anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi
84 Soekirno Dkk, Pengantar Pendidikan, (Surakarta : Depdikbud RI Universitas Sebelas
Maret), 2000, hal. 28.
99
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan
lainnya kepada generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar
pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.
Sistem pendidikan yakni sekolah adalah lembaga soaial yang turut
menyumbang dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota
mesyarakat seperti yang diharapkan, sekolah selalu berhubungan dengan
masyarakat.85
Sesuai dengan misinya untuk mencapai keberhasilan dimasa
mendatang peranan PAKYM Surakarta dalam hal ini memberikan sistem
pendidikan pada anak-anak asuh khususnya yang tinggal di panti dan diluar
panti foster care, dan berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dengan cara memberikan pendidikan pada anak-anak yatim, piatu, yatim piatu
yang terlantar melalui pendidikan informal, formal dan nonformal. Pendidikan
merupakan hak setiap manusia. Di Indonesia, hak tersebut tercantum dalam
UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak
mendapatkan pengajaran”. Dalam pasal tersebut mengandung pengertian bahwa
pendidikan adalah hak bagi setiap warga dan Negara berkewajiban memenuhi
pendidikan tiap-tiap warga Negara.
PAKYM Surakarta merasa berkewajiban mewujudkan pasal tersebut
dengan cara melaksanaknan pendidikan sesuai dengan kebutuhan anak asuh.
Pendidikan yang dilaksanakan mmemberikan peranan penting untuk
85 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung : Bumi Aksara), 1994, hal. 10-11.
100
memandirikan anak. Ada beberapa alasan mengapa PAKYM Surakarta
menggunakan pendidikan untuk memandirikan anak. Tidak bisa dipungkiri
bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi setiap
manusia, terutama generasi muda. Proses pendidikan adalah proses untuk
memberikan kemampuan kepada individu untuk dapat memberikan makna
terhadap dirinya dan lingkungannya.86
Pendidikan akan menjadi motor penggerak bagi setiap manusia dalam
hal ini adalah anak asuh, contohnya pendidikan agama akan menjadi pengendali
bagi anak asuh untuk selalu mengendalikan diri dari segala sesuatu yang
sifatnya tidak baik, kemudian pendidikan formal di sekolah sebagai tingkatan
ukuran pendidikan, dan untuk pendidikan nonformalnya yaitu keterampilan
menjadi bekal mereka untuk mendukung pekerjaan yang akan dijalaninya, jadi
kalau anak-anak asuh tersebut memiliki pendidikan yang cukup maka
kemandirian pun akan terbentuk. Dengan memiliki pendidikan yang cukup
maka mereka akan siap bersaing dengan teman-teman diluar sana.87 Pendidikan
diharapkan menjadi modal bagi anak-anak asuh saat mereka sudah tidak tinggal
di panti lagi, pendidikan sebagai motor penggerak bagi tubuh dan jiwa anak
asuh di PAKYM Surakarta.
86 H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar),
2008, hal. 21. 87 Wawancara dengan Damanhuri, 10 Nopember 2009.
101
Melalui pendidikan inilah diharapkan terbentuknya kepribadian anak-
anak asuh sesuai dengan yang diharapkan, yaitu kepribadian seseorang yang
baik, yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam dan mematuhi norma-norma
yang ada dalam masyarakat.88 Karena boleh dikatakan hampir seluruh kelakuan
individu bertalian dengan dan atau dipengaruhi oleh orang lain, maka karena itu
kepribadian pada hakikatnya adalah gejala sosial. Pendidikan yang diberikan di
PAKYM Surakarta memiliki peranan penting dalam membentuk sikap
kemandirian bagi anak asuh. Diantaranya adalah menciptakan kedisiplinan dan
kemandirian.
88 Wawancara dengan Wahjoedi, 04 Nopember 2009.
102
BAB V
KESIMPULAN
Ide pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi
Muhammadiyah lebih didasari oleh faktor sosial keagamaan. Faktor
keagamaan tersebut dengan berusaha mengembalikan ke-Tauhid-an dalam
masyarakat yang dianggap mulai meluntur. Keinginan K. H. Ahmad Dahlan
dalam menampung dan menyantuni anak-anak terlantar dan fakir miskin juga
merupakan panggilan keagamaan dengan dasar dalam Al-Qur’an surat Al-
ma’un. Pemikiran inilah yang kemudidan direalisasikan dengan pembentukan
bagian Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) sebagai langkah sosial dalam
pembentukan organisasi Muhammadiyah. Perkembangan PKO yang
kemudian berkembang kedaerah-daerah lainnya termasuk didalamnya adalah
daerah Surakarta.
Tahun 1915 majlis PKU dibentuk dengan nama PKO, yang tercakup
didalamnya adalah penampungan dan penyantunan anak yatim dan terlantar.
Maka PKO tersebut mendirikan rumah yatim piatu di Yogyakarta tahun 1922,
yang juga berkembang di kota-kota lain. Salah satunya di Surakarta, tahun
1930 PKO menambahkan amal usahanya dengan mendirikan PAKYM yang
diprakarsai oleh K. H. Muhammad Idris Abdussalam. Amal usaha ini pada
Nopember 1953 yang mulanya bernama Rumah Miskin Muhammadiyah
103
Surakarta yang berdiri di kampung Kandangsapi, Jebres, Surakarta, dasar
hukum pendiriannya adalah akte pndirian Persyarikatan Muhammadiyah
sebagai badan hukum dengan No. 81/byl : 1. Tahun 1956 berganti nama
menjadi Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) Surakarta yang
disesuai dengan surat keputusan Menteri Sosial RI tertanggal 8 Nopember
1955, No. sekr. 10-22-17/1895. Tahun 1968 PAYM tersebut diganti nama
dengan Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah (PAKYM) Surakarta,
yang pelaksanaannya terhitung sejak tanggal 1 Januiari 1970. Berdasarkan
surat serah terima tanggal 5 Oktober 1966. M. No. D. 156/66, mulai tahun
1966 kepengurusan serta tanggung jawab pemeliharaan panti asuhan ini
diserahkan dari Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kota Madia Surakarta
kepada Pimpinan Muhammadiyah Cabang Laweyan.
Perkembangan PAKYM Surakarta tahun 1966-1984, tahun 1966
dilihat dari sistem pengorganisasiannya, PAKYM Surakarta belum
mempunyai struktur pengurusan yang lengkap karena masih minimnya
pengurus, begitupun dengan sistem penerimaan anak asuh yang hanya
disyaratkan dari kalangan Muhammadiyah saja, pendidikan anak asuh yang
masih kurang, dan kondisi kehidupan PAKYM Surakarta yang masih
memprihatinkan dalam segala hal. Berbeda dengan tahun 1970 yang
pengorganisasiannya sudah lebih lengkap, karena pengurus dipilih dan
diangkat oleh keputusan dalam Pimpinan Cabanzg Muhammadiyah Laweyan
104
dengan jangka waktu lima tahun sekali dan setelah habis masa jabatannya
dapat dipilih kembali. Tahun 1980 PAKYM ada dua sistem yang digunakan
PAKYMyaitu dengan sistem Foster Care dan Foster Parents. Sistem Foster
Care yaitu beberapa anak yatim dititipkan setelah mendapatkan persetujuan
dari pengurus panti asuhan, dengan sistem tersebut maka seluruh biaya
pemeliharaan dan tanggung jawab terhadap anak asuh tersebut ditanggung
oleh keluarga yang bersangkutan. Sedang sistem Foster Parents yaitu
PAKYM Surakarta memberikan santunan kepada anak yatim yang tidak
mampu dengan cara mereka tetap tinggal bersama wali mereka, tanggung
jawab dalam anak asuh tersebut ditanggung oleh pihak PAKYM Surakarta.
Sejak tahun 1970 bantuan dari masyarakat mulai dapat diterima
dengan lancer, bantuan yang diteima PAKYM tersebut antara lain dari
Yayasan Dharmais, Departemen Sosial dan Sumber Dana Lainnya. Sejalan
dengan membaikknya kondisi ekonomi bangsa Indonesia, kesejahteraan
PAKYM Surakarta mengalami peningkatan, itu dikarenakan meningkatnya
bantuan dari para donator-donatur yang bisa berupa barang atau uang. Selain
itu tahun 1980 PAKYM Surakarta juga mempunyai usaha yaitu potung
rambut, foto, menjahit, dan lainnya yang mampu menghasilkan dana.
Keberadaan anak asuh di PAKYM bukan untuk selamanya, akan tetapi
dalam batas waktu tertentu. Tetapi PAKYM Surakarta tidak begitu saja
melepaskan anak asuhnya, PAKYM Surakarta berusaha secara maksimal
105
menyalurkan anak asuh kedalam lapangan pekerjaan. Hal ini dimaksudkan
agar selepas dari PAKYM anak asuh tersebut tidak menjadi pengangguran.
Peran PAKYM dalam pendidikan bagi anak asuh meliputi tiga
program pendidikan yaitu pendidikan informal, formal dan nonformal. Ketiga
program pendidikan tersebut dianggap dapat meningkatkan kesadaran anak-
anak asuh sangat pentingnya pendidikan. Alasan PAKYM menggunakan
pendidikan didalam meningkatkan kemandirian anak karena pendidikan akan
berguna sampai berakhirnya hidup, dengan pendidikan pula dapat menjadikan
anak asuh kelak bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan orang lain setelah
keluar dari PAKYM Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen
Surat Tanda Pendaftaran ke Departemen Sosial No. 369/Y/PSSM/1977 tertanggal 18 Juli 1977.
Surat Ketetapan No. 1829/A tertanggal 18 Djuni 1964 tentang Penetapan Berdirinya Muhammadiyah Cabang Laweyan.
Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No: 108/KPTS/BBS/IX/87 tentang Pengukuhan Organisasi Sosial PAKYM.
Turunan Aakta Notaris No: 81/byl: 1 tentang Muhammadiyah Sebagai Badan Hukum.
Surat keterangan Direktorat Jenderal Pembinaan Hukum Departemen Kehakiman Republik Indonesia No. J. A. S/160/5 tentang Perkumpulan Muhmmadiyah.
Buku
Abdul Munir Mulkan. 1990. Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Abu Ahmadi. 1985. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : P. T Rineka Cipta.
Amien Rais. 1995. Moralitas Politik Muhammadiyah. Yogyakarta: Dinamika.
Amir Hamzah W. 1985. Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam. Jember: Muria Offset.
Agib Suminto. 1984. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES.
Arifin, M.T. 1987. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah. Jakarta: Pustaka Jaya.
.1996. Muhammadiyah Potret Yang Berubah. Surakarta: Institut Gelanggang Pemikiran Filsafat Sosial, Budaya dan Kependidikan.
Cropley A. J. 1986. Pendidikan Seumur Hidup. Surabaya: Usaha Nasional.
Deliar Noor. 1980. Gerakan Modern Islami di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.
106
107
Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Emha Ainun Nadjib dkk. 1995. Pak AR Profil Kyai Merakyat. Yogyakarta: Dinamika.
Gottstalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Tilaar dan Rianto Nugroho, H.A.R. 2008. Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Haidar Putra Daulay. 2001. Historisasi dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Husni Rahim. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Idris Zahara. 1994. Sosiologi Pendidikan, Studi dan Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiar Sarana Indonesia.
Black James A., Dean J. Champion. 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT Eresco.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia.
Muchtar Bukhori.1995. Tranformasi Pendidikan: Kumpulan Karangan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press.
Muhammadiyah Athiyah Pasha. 1996. Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
Muslih Usa (ed). 1991. Pendidikan Islam di Indonesia, antara Cita dan Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mustofa Kamal Pasha. 1988. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Persatuan.
Nasution, S. 1994. Sosiologi Pendidikan. Bandung : Bumi Aksara.
Sartono Kartodirjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.
Soekirno Dkk. 2000. Pengantar Pendidikan. Surakarta : Depdikbud RI Universitas Sebelas Maret.
108
Sutari Imam Barnadib. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: FIP IKIP.
TIM Pembina panti asuhan keluarga yatim muhammadiyah dengan UMS. 1997. Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan UMS. 1990. Muhammadiyah: Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha. Yogyakarta: Tiara Wacana dan UMS Press.
Umar Hasyim. 1990. Muhammadiyah, Jalan Lurus dalam Tajdid, Dakwah, Kaderisasi dan Pendidikan: Kritik dn Terapinya. Surabaya: Bina Ilmu.
Zakkiyuddin Baidhawy. 2001. Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologi dan Organisasi. Surakarta: ISI UMS.
Zahara Idris. 1984. Pengantar Pendidikan-pendidikan, Studi dan Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasara Indonesia.
Surat Kabar
Suara Merdeka, Tanggal 23 Juni 1995
Skripsi
Agus Sujatno. 1995. Sejarah Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Sripsi. FSSR UNS.
Asih Kurniawati. 2007. Pembiaan Etos Kerja Islami Bagi Anak Yatim di Panti Asuhan Keluarga Muhamadiyah Surakarta. Skripsi. .Tarbiyah STAIN.
109